07 bab iv.pdf

61
67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Bab ini memaparkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, likuiditas dan leverage terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan meliputi 20 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011. 4.1.1 Perkembangan Profitabilitas pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011 4.1.1.1 Net Profit Margin (NPM) Net profit margin adalah rasio yang mengukur laba bersih terhadap penjualan. Margin laba yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik yang melebihi harga pokok penjualan. Data untuk variabel NPM diperoleh dari laporan keuangan di Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Berikut ini kondisi NPM masing-masing perusahaan periode 2007 2011.

Upload: dangduong

Post on 17-Jan-2017

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 07 BAB IV.pdf

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Bab ini memaparkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh

profitabilitas, likuiditas dan leverage terhadap dividend payout ratio pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan meliputi 20 perusahaan sektor

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011.

4.1.1 Perkembangan Profitabilitas pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

4.1.1.1 Net Profit Margin (NPM)

Net profit margin adalah rasio yang mengukur laba bersih terhadap penjualan.

Margin laba yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik

yang melebihi harga pokok penjualan. Data untuk variabel NPM diperoleh dari

laporan keuangan di Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Berikut ini

kondisi NPM masing-masing perusahaan periode 2007 – 2011.

Page 2: 07 BAB IV.pdf

68

Tabel 4.1

Profitabilitas (Net Profit Margin) pada Sektor Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011

1 ASII PT Astra International Tbk. 0.09 0.09 0.10 0.11 0.13

2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 0.11 0.11 0.15 0.18 0.15

3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 0.07 0.30 0.09 0.09 0.08

4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 0.03 0.06 0.05 0.08 0.03

5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 0.11 0.12 0.17 0.25 0.27

6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 0.04 0.01 0.09 0.04 0.02

7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 0.05 0.06 0.10 0.11 0.12

8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 0.12 0.11 0.13 0.15 0.15

9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.04 0.03 0.06 0.08 0.11

10 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk.

0.13 0.18 0.26 0.29 0.26

11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 0.10 0.09 0.10 0.13 0.14

12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 0.14 0.16 0.17 0.19 0.20

13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 0.05 0.06 0.02 0.05 0.05

14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 0.09 0.17 0.21 0.25 0.27

15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 0.04 0.07 0.06 0.07 0.06

16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &

Corporation Tbk.

0.02 0.01 0.01 0.03 0.03

17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 0.18 0.21 0.23 0.25 0.24

18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 0.08 0.07 0.10 0.10 0.12

19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 0.09 0.09 0.08 0.10 0.10

20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 0.16 0.15 0.17 0.17 0.18

Maksimal 0.18 0.30 0.26 0.29 0.27

Minimal 0.02 0.01 0.01 0.03 0.02

Rata-rata 0.09 0.11 0.12 0.14 0.14

Sumber : Indonesian Capital Market Directory

Tabel 4.1 menunjukkan perkembangan net profit margin (NPM) perusahaan

sektor manufaktur selama tahun 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pada tahun 2007 rata-rata perkembangan profitabilitas (net profit margin) perusahaan

0,09 kali, perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Semen

Indonesia (Persero) Tbk. sebesar 0,18 kali. Artinya kemampuan perusahaan dalam

meningkatkan profitabilitas cukup baik. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas

terendah yaitu PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat

Page 3: 07 BAB IV.pdf

69

profitabilitas 0,02 kali. Penyebab rendahnya profitabilitas dikarenakan adanya

penurunan laba seiring dengan dampak krisis finansial global. Sehingga rendahnya

profitabilitas akan mengakibatkan rendahnya pula kepercayaan investor pada

perusahaan tersebut.

Pada tahun 2008 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,11 kali yang

meningkat dari tahun sebelumnya. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas

tertinggi yaitu PT Sepatu Bata Tbk. sebesar 0,30 kali. Sedangkan yang memiliki nilai

profitabilitas terendah yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk. dan PT Supreme Cable

Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat profitabilitas 0,01 kali.

Pada tahun 2009 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,12 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk. sebesar 0,26 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas

terendah yaitu PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat

profitabilitas 0,01 kali yang menunjukkan tidak ada kenaikan maupun penurunan dari

tahun sebelumnya.

Pada tahun 2010 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,14 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk. sebesar 0,29 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas

terendah yaitu PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat

profitabilitas 0,03 kali.

Page 4: 07 BAB IV.pdf

70

Pada tahun 2011 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,14 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Multi Bintang

Indonesia Tbk. sebesar 0,27 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas

terendah yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk. dengan tingkat profitabilitas 0,02 kali.

Gambar 4.1

Grafik Tingkat Profitabilitas (Net Profit Margin) pada Sektor Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

Sumber : Indonesian Capital Market Directory (diolah kembali)

Grafik 4.1 menunjukkan nilai profitabilitas (net profit margin) sektor manufaktur

relatif stabil walaupun PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk.

menunjukkan profitabilitas yang rendah. Kenaikan tingkat profitabilitas perusahaan

dalam hal ini disebabkan oleh jumlah perolehan laba yang tinggi sebanding dengan

modal sendiri yang tinggi nilainya.

0,00

0,05

0,10

0,15

0,20

0,25

0,30

0,35

ASI

I

AU

TO

BA

TA

BR

AM

DLT

A

GD

YR

GG

RM

HM

SP

IND

F

INTP

KLB

F

LIO

N

LMSH

MLB

I

MR

AT

SCC

O

SMG

R

SMSM

TSP

C

UN

VR

2007

2008

2009

2010

2011

Page 5: 07 BAB IV.pdf

71

4.1.1.2 Return On Assets (ROA)

Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio yang dapat digunakan dalam

mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. ROA yang tinggi

menunjukkan bahwa total aset perusahaan menghasilkan laba bersih yang tinggi bagi

para pemegang saham. Data untuk variabel ROA diperoleh dari laporan keuangan di

Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Berikut ini kondisi ROA masing-

masing perusahaan periode 2007 – 2011.

Tabel 4.2

Profitabilitas (Return On Assets) pada Sektor Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011

1 ASII PT Astra International Tbk. 0.17 0.19 0.18 0.19 0.17

2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 0.11 0.19 0.20 0.25 0.18

3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 0.16 0.57 0.17 0.17 0.15

4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 0.04 0.10 0.10 0.14 0.07

5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 0.11 0.17 0.23 0.27 0.29

6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 0.11 0.01 0.15 0.07 0.02

7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 0.09 0.11 0.18 0.18 0.17

8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 0.34 0.36 0.41 0.43 0.56

9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.07 0.07 0.10 0.11 0.12

10 INTP PT IndocementTunggal Prakarsa Tbk. 0.14 0.21 0.29 0.28 0.26

11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 0.23 0.21 0.23 0.25 0.24

12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 0.17 0.23 0.17 0.17 0.18

13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 0.14 0.23 0.05 0.13 0.16

14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 0.21 0.33 0.48 0.52 0.56

15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 0.05 0.09 0.08 0.09 0.09

16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &

Corporation Tbk.

0.06 0.02 0.02 0.07 0.10

17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 0.30 0.34 0.36 0.30 0.26

18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 0.16 0.15 0.20 0.19 0.25

Page 6: 07 BAB IV.pdf

72

19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 0.14 0.15 0.15 0.18 0.17

20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 0.53 0.53 0.57 0.52 0.53

Maksimal 0.53 0.57 0.57 0.52 0.56

Minimal 0.04 0.01 0.02 0.07 0.02

Rata-rata 0.17 0.21 0.22 0.23 0.23

Sumber : Indonesian Capital Market Directory

Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan perusahaan sektor manufaktur selama

tahun 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahun 2007 rata-rata

perkembangan profitabilitas (return on assets) perusahaan 0,17 kali. Perusahaan yang

memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Unilever Indonesia Tbk. sebesar

0,53 kali. Berarti kemampuan perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas cukup

baik sehingga mampu meyakinkan investor untuk menanamkan sahamnya.

Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas terendah yaitu PT Indo Kordsa Tbk.

dengan tingkat profitabilitas 0,05 kali.

Pada tahun 2008 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,21 kali yang

meningkat dari tahun sebelumnya. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas

tertinggi yaitu PT Sepatu Bata Tbk. sebesar 0,57 kali. Sedangkan yang memiliki nilai

profitabilitas terendah yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk. dengan tingkat profitabilitas

0,01 kali.

Pada tahun 2009 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,22 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Unilever Indonesia

Tbk. sebesar 0,57 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas terendah yaitu PT

Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat profitabilitas 0,02

kali yang menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya.

Page 7: 07 BAB IV.pdf

73

Pada tahun 2010 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,52 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Unilever Indonesia

Tbk. sebesar 0,52 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas terendah yaitu

PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat profitabilitas

0,02 kali.

Pada tahun 2011 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,23 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Multi Bintang

Indonesia Tbk. sebesar 0,56 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas

terendah yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk. dengan tingkat profitabilitas 0,02 kali.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat digambarkan kondisi profitabilitas (ROA) secara

keseluruhan periode 2007-2011 dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Gambar 4.2

Grafik Tingkat Profitabilitas (Return on Assets) pada Sektor Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

Sumber : Indonesian Capital Market Directory (diolah kembali)

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

ASI

I

AU

TO

BA

TA

BR

AM

DLT

A

GD

YR

GG

RM

HM

SP

IND

F

INTP

KLB

F

LIO

N

LMSH

MLB

I

MR

AT

SCC

O

SMG

R

SMSM

TSP

C

UN

VR

2007

2008

2009

2010

2011

Page 8: 07 BAB IV.pdf

74

Grafik 4.2 menunjukkan nilai profitabilitas (return on assets) sektor manufaktur

relatif fluktuatif tetapi PT Unilever Indonesia Tbk. yang menunjukkan kenaikan

tingkat profitabilitasnya yang stabil. Kenaikan tingkat profitabilitas perusahaan

disebabkan oleh jumlah perolehan laba yang tinggi sebanding dengan penggunaan

aset yang tinggi nilainya.

4.1.2 Perkembangan Likuiditas pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

Current ratio (CR) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo

dengan menggunakan aset lancar yang tersedia. Data untuk variabel CR diperoleh

dari laporan keuangan di Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Berikut ini

kondisi CR masing-masing perusahaan periode 2007 – 2011.

Tabel 4.3

Likuiditas (Current Ratio) pada Sektor Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011

1 ASII PT Astra International Tbk. 0.91 1.32 1.37 1.26 1.36

2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 2.16 2.13 2.17 1.76 1.35

3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 2.29 2.21 2.35 0.21 2.13

4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 4.98 2.19 3.44 4.02 2.79

5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 4.17 3.79 4.70 6.33 6.00

6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 1.35 1.49 0.90 0.86 0.85

7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 1.93 2.22 2.46 2.70 2.24

8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 1.78 1.44 1.88 1.61 1.75

9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.92 0.90 1.16 2.04 1.91

10 INTP PT IndocementTunggal Prakarsa Tbk. 2.96 1.79 3.01 5.55 6.99

Page 9: 07 BAB IV.pdf

75

11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 4.98 3.33 2.99 4.39 3.65

12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 5.41 5.69 7.96 9.44 7.10

13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 1.85 2.75 2.12 2.44 2.36

14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 0.59 0.94 0.66 0.95 0.99

15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 7.68 6.31 7.18 7.61 6.27

16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &

Corporation Tbk.

1.14 1.19 1.20 1.26 1.29

17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 3.64 3.39 3.58 0.29 2.65

18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 1.71 1.82 1.59 2.17 2.72

19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 4.05 3.83 3.47 3.37 3.08

20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 1.11 1.00 1.04 0.85 0.69

Maksimal 7.68 6.31 7.96 9.44 7.10

Minimal 0.59 0.90 0.66 0.21 0.69

Rata-rata 2.78 2.49 2.76 2.96 2.91

Sumber : Indonesian Capital Market Directory

Tabel 4.3 menunjukkan perkembangan perusahaan sektor manufaktur selama

tahun 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahun 2007 rata-rata

perkembangan likuiditas (current ratio) perusahaan 2,78 kali. Perusahaan yang

memiliki tingkat likuiditas tertinggi yaitu PT Mustika Ratu Tbk. sebesar 7,68 kali.

Sedangkan yang memiliki nilai likuiditas terendah yaitu PT Multi Bintang Indonesia

Tbk. dengan tingkat likuiditas 0,59 kali. Sehingga dapat dilihat bahwa kemampuan

untuk membayar kewajiban jangka pendeknya tidak teralu baik bila dibandingkan

dengan rata-rata current ratio perusahaan sampel.

Pada tahun 2008 rata-rata perkembangan likuiditas perusahaan 2,49 kali yang

menurun sebesar 0,29 kali dari tahun sebelumnya. Perusahaan yang memiliki tingkat

likuiditas tertinggi yaitu PT Mustika Ratu Tbk. sebesar 6,31 kali. Sedangkan yang

Page 10: 07 BAB IV.pdf

76

memiliki nilai likuiditas terendah yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dengan

tingkat likuiditas 0,90 kali.

Pada tahun 2009 rata-rata perkembangan likuiditas perusahaan 2,76 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tertinggi yaitu PT Lion Metal Works Tbk.

sebesar 7,96 kali. Sedangkan yang memiliki nilai likuiditas terendah yaitu PT Multi

Bintang Indonesia Tbk. dengan tingkat likuiditas 0,66 kali.

Pada tahun 2010 rata-rata perkembangan likuiditas perusahaan 2,96 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tertinggi yaitu PT Lion Metal Works

Tbk. sebesar 9,44 kali. Sedangkan yang memiliki nilai likuiditas terendah yaitu PT

Sepatu Bata Tbk. dengan tingkat likuiditas 0,21 kali.

Pada tahun 2011 rata-rata perkembangan likuiditas perusahaan 2,91 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tertinggi yaitu PT Lion Metal Works

Tbk. sebesar 7,10 kali. Sedangkan yang memiliki nilai likuiditas terendah yaitu PT

Unilever Indonesia Tbk. dengan tingkat likuiditas 0,68 kali. Berdasarkan tabel 4.3

dapat digambarkan kondisi likuiditas (CR) secara keseluruhan periode 2007-2011

dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Page 11: 07 BAB IV.pdf

77

Gambar 4.3

Grafik Tingkat Likuiditas (Current Ratio) pada Sektor Manufaktur yang

Terdartar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

Sumber : Indonesian Capital Market Directory (diolah kembali)

Grafik 4.3 menunjukkan nilai likuiditas (current ratio) sektor manufaktur relatif

stabil walaupun PT Lion Metal Works Tbk. dan PT Mustika Ratu Tbk. menunjukkan

kenaikan tingkat likuiditasnya. Kenaikan tingkat likuiditas perusahaan disebabkan

oleh meningkatnya aset lancar yang digunakan sebagai jaminan atas pelunasan

kewajibannya lancarnya yang jatuh tempo.

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00A

SII

AU

TO

BA

TA

BR

AM

DLT

A

GD

YR

GG

RM

HM

SP

IND

F

INTP

KLB

F

LIO

N

LMSH

MLB

I

MR

AT

SCC

O

SMG

R

SMSM

TSP

C

UN

VR

2007

2008

2009

2010

2011

Page 12: 07 BAB IV.pdf

78

4.1.3 Perkembangan Leverage pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

4.1.3.1 Debt to Assets Ratio (DAR)

Debt to assets ratio (DAR) merupakan rasio yang mengukur kemampuan

penggunaan utang, semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar penggunaan

utang yang mengakibatkan semakin besar pula risiko keuangan yang dihadapi

perusahaan. Data untuk variabel DAR diperoleh dari laporan keuangan di Indonesian

Capital Market Directory (ICMD). Berikut ini kondisi DAR masing-masing

perusahaan periode 2007 – 2011.

Tabel 4.4

Leverage (Debt to Assets Ratio) pada Sektor Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011

1 ASII PT Astra International Tbk. 0.50 0.50 0.45 0.48 0.51

2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 0.32 0.30 0.27 0.27 0.32

3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 0.37 0.32 0.28 0.32 0.31

4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 1.38 0.62 0.70 0.19 0.28

5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 0.22 0.25 0.21 0.16 0.18

6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 0.48 0.71 0.63 0.64 0.64

7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 0.41 0.36 0.32 0.31 0.37

8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 0.49 0.50 0.41 0.50 0.47

9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.63 0.67 0.62 0.47 0.41

10 INTP PT IndocementTunggal Prakarsa Tbk. 0.31 0.24 0.19 0.15 0.13

11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 0.22 0.24 0.26 0.18 0.21

12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 0.21 0.21 0.16 0.14 0.17

13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 0.54 0.39 0.45 0.40 0.42

14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 0.68 0.63 0.89 0.59 0.57

15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 0.12 0.14 0.13 0.13 0.15

Page 13: 07 BAB IV.pdf

79

16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &

Corporation Tbk.

0.73 0.68 0.64 0.63 0.64

17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 0.21 0.23 0.20 0.22 0.26

18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 0.38 0.37 0.42 0.47 0.41

19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 0.20 0.22 0.25 0.26 0.28

20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 0.49 0.52 0.50 0.53 0.65

Maksimal 1.38 0.71 0.89 0.64 0.65

Minimal 0.12 0.14 0.13 0.13 0.13

Rata-rata 0.44 0.41 0.40 0.35 0.37

Sumber : Indonesian Capital Market Directory

Tabel 4.4 menunjukkan perkembangan debt to assets ratio perusahaan sektor

manufaktur selama tahun 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada

tahun 2007 rata-rata perkembangan leverage (debt to assets ratio) perusahaan 0,44

kali. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Indo Kordsa Tbk.

sebesar 1,38 kali. Berarti perusahaan ini dihadapkan pada risiko keuangan yang

tinggi. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk.

dengan tingkat leverage 0,12 kali. Berarti bahwa perusahaan tidak banyak

mengandalkan utang untuk menjalankan kegiatan operasinya.

Pada tahun 2008 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,41 kali yang

menurun sebesar 0,3 kali dari tahun sebelumnya. Perusahaan yang memiliki tingkat

leverage tertinggi yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk. sebesar 0,71 kali. Sedangkan

yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat

leverage 0,14 kali.

Pada tahun 2009 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,40 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Multi Bintang Indonesia

Page 14: 07 BAB IV.pdf

80

Tbk. sebesar 0,89 kali. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT

Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat leverage 0,13 kali.

Pada tahun 2010 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,35 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Goodyear Indonesia

Tbk. sebesar 0,64 kali. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT

Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat leverage 0,13 kali.

Pada tahun 2011 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,37 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Unilever Indonesia

Tbk. sebesar 0,65 kali. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dengan tingkat leverage 0,13 kali.

Gambar 4.4

Grafik Tingkat Leverage (Debt to Assets Ratio) pada Sektor Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

Sumber : Indonesian Capital Market Directory (diolah kembali)

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

ASI

I

AU

TO

BA

TA

BR

AM

DLT

A

GD

YR

GG

RM

HM

SP

IND

F

INTP

KLB

F

LIO

N

LMSH

MLB

I

MR

AT

SCC

O

SMG

R

SMSM

TSP

C

UN

VR

2007

2008

2009

2010

2011

Page 15: 07 BAB IV.pdf

81

Grafik 4.4 menunjukkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun nilai rata-rata

leverage (DAR) cenderung stabil kecuali PT Indo Kordsa Tbk. yang memiliki nilai

DAR paling tinggi di tahun 2007. Industri lainnya yang memiliki debt assets ratio

yang cenderung tinggi dan stabil adalah PT Goodyear Indonesia Tbk., PT Indofood

Sukses Makmur Tbk., PT Multi Bintang Indonesia Tbk. dan PT Supreme Cable

Manufacturing & Corporation Tbk.

4.1.3.2 Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to equity ratio (DER) merupakan salah satu indikator lain keberhasilan suatu

perusahaan. Pada umumnya investor akan mempertimbangkan saat akan menanamkan

investasi sahamnya dalam suatu perusahaan dengan melihat besarnya debt to equity

ratio (DER) karena hal ini dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan

perusahaan dalam membiayai perusahaannya dengan pinjaman dibanding dana yang

disediakan para pemegang saham. Penggunaan utang yang berpotensi dalam

meningkatkan pengembalian yang diharapkan terjadi ketika utang yang digunakan

berhasil dalam mendapatkan laba operasi yang lebih dari cukup dalam memenuhi

beban tetapnya. Penjelasaan lebih lanjut tentang nilai perolehan DER pada sektor

manufaktur dapat dilihat pada tabel 4.5.

Page 16: 07 BAB IV.pdf

82

Tabel 4.5

Leverage (Debt to Equity Ratio) pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011

1 ASII PT Astra International Tbk. 1.17 1.21 1.00 1.10 1.02

2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 0.48 0.45 0.39 0.38 0.47

3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 0.60 0.47 0.38 0.46 0.46

4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 0.61 0.52 0.48 0.23 0.38

5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 0.29 0.34 0.27 0.20 0.22

6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 0.94 2.45 1.71 1.76 1.77

7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 0.69 0.55 0.48 0.44 0.59

8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 0.94 1.00 0.69 1.01 0.90

9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 2.62 3.11 2.45 1.34 0.70

10 INTP PT IndocementTunggal Prakarsa Tbk. 0.44 0.33 0.24 0.17 0.15

11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 0.33 0.38 0.39 0.23 0.27

12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 0.27 0.26 0.19 0.17 0.21

13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 1.16 0.64 0.83 0.67 0.71

14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 2.14 1.73 8.44 1.41 1.30

15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 0.13 0.17 0.16 0.14 0.18

16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &

Corporation Tbk.

2.67 2.15 1.77 1.72 1.80

17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 0.27 0.30 0.26 0.29 0.35

18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 0.66 0.63 0.80 0.96 0.70

19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 0.26 0.29 0.34 0.36 0.40

20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 0.98 1.10 1.02 1.15 1.85

Maksimal

2.67 3.11 8.44 1.76 1.85

Minimal

0.13 0.17 0.16 0.14 0.15

Rata-rata

0.88 0.90 1.11 0.71 0.72

Sumber : Indonesian Capital Market Directory

Tabel 4.5 menunjukkan perkembangan leverage (debt to equity ratio) perusahaan

sektor manufaktur selama periode 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pada tahun 2007 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,88 kali. Perusahaan

Page 17: 07 BAB IV.pdf

83

yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Supreme Cable Manufacturing &

Corporation Tbk. sebesar 2,67 kali. Berarti bahwa perusahaan menggunakan dana

pinjaman yang tinggi untuk membiayai kegiatan operasinya. Sedangkan yang

memiliki nilai leverage terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat leverage

0,13 kali.

Pada tahun 2008 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,90 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Indofood Sukses

Makmur Tbk. sebesar 3,11 kali yang meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan

yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat

leverage 0,17 kali.

Pada tahun 2009 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 1,11 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Multi Bintang

Indonesia Tbk. sebesar 8,44 kali. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah

yaitu PT Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat leverage 0,16 kali.

Pada tahun 2010 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,71 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Goodyear Indonesia

Tbk. sebesar 1,76 kali. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT

Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat leverage 0,14 kali.

Pada tahun 2011 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,72 kali.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Unilever Indonesia

Tbk. sebesar 1,85 kali, walaupun sebenarnya mengalami penurunan dari tahun

Page 18: 07 BAB IV.pdf

84

sebelumnya. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk. dengan tingkat leverage 0,15 kali.

Gambar 4.5

Grafik Tingkat Leverage (Debt to Equity Ratio) pada Sektor Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Peruide 2007-2011

Sumber : Indonesian Capital Market Directory (diolah kembali)

Grafik 4.5 menunjukkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun nilai rata-rata

leverage (DER) cenderung stabil kecuali PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. yang

mengalami kenaikan tahun 2009. Industri lainnya yang memiliki debt equity ratio

yang cukup tinggi adalah PT Goodyear Indonesia Tbk., PT Indofood Sukses Makmur

Tbk. dan PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk.

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

ASI

I

AU

TO

BA

TA

BR

AM

DLT

A

GD

YR

GG

RM

HM

SP

IND

F

INTP

KLB

F

LIO

N

LMSH

MLB

I

MR

AT

SCC

O

SMG

R

SMSM

TSP

C

UN

VR

2007

2008

2009

2010

2011

Page 19: 07 BAB IV.pdf

85

4.1.4 Perkembangan Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 -2011

Dividend payout ratio merupakan persentase pembayaran dividen yang dibagikan

terhadap laba bersih yang diperoleh. Dividend payout ratio dalam penelitian ini

adalah besarnya persentase dividen yang dibayarkan periode 2007-2011. Berikut ini

adalah dividend payout ratio pada periode 2007-2011 di sektor manufaktur.

Tabel 4.6

Perkembangan Dividend Payout Ratio

pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011

No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011

1 ASII PT Astra International Tbk. 0.10 0.38 0.33 0.13 0.38

2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 0.05 0.40 0.60 0.40 0.37

3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 3.00 0.07 0.52 0.28 0.28

4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 0.72 0.60 0.78 0.39 1.23

5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 0.47 0.67 1.20 1.21 1.16

6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 0.09 3.03 0.08 0.15 0.29

7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 0.33 0.36 0.36 0.41 0.39

8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 0.65 0.12 0.66 1.12 0.95

9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.41 0.40 0.40 0.40 0.31

10 INTP PT IndocementTunggal Prakarsa Tbk. 0.15 0.32 0.30 0.30 0.30

11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 0.14 0.18 0.27 0.55 0.63

12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 0.26 0.19 0.19 0.27 0.30

13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 0.08 0.06 0.12 0.04 0.09

14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 1.25 1.42 1.00 0.17 0.01

15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 0.20 0.25 0.20 0.20 0.54

16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &

Corporation Tbk.

0.11 0.55 0.33 0.30 0.32

17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 0.50 0.50 0.55 0.50 0.50

18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 0.72 1.57 0.98 0.53 0.98

Page 20: 07 BAB IV.pdf

86

19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 0.40 1.05 0.44 0.92 0.58

20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 0.99 0.99 1.00 1.00 1.00

Maksimal 3.00 3.03 1.20 1.21 1.23

Minimal 0.05 0.06 0.08 0.04 0.01

Rata-rata 0.53 0.66 0.52 0.46 0.53

Sumber : Indonesian Capital Market Directory

Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan dividend payout ratio perusahaan sektor

manufaktur selama tahun 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada

tahun 2007 rata-rata dividend payout ratio perusahaan 0,53 kali. Perusahaan yang

memiliki dividend payout ratio tertinggi yaitu PT Sepatu Bata Tbk. sebesar 3,00 kali.

Sedangkan yang memiliki dividend payout ratio terendah yaitu PT Astra Otoparts

Tbk. dengan dividend payout ratio 0,05 kali.

Pada tahun 2008 rata-rata dividend payout ratio perusahaan 0,66 kali. Perusahaan

yang memiliki dividend payout ratio tertinggi yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk.

sebesar 3,03 kali, perusahaan ini mengalami kenaikan dibanding periode sebelumnya.

Sedangkan yang memiliki dividend payout ratio terendah yaitu PT Lionmesh Prima

Tbk. dengan dividend payout ratio 0,06 kali.

Pada tahun 2009 rata-rata dividend payout ratio perusahaan 0,52 kali. Perusahaan

yang memiliki dividend payout ratio tertinggi yaitu PT Delta Djakarta Tbk. 1,20 kali.

Sedangkan yang memiliki dividend payout ratio terendah yaitu PT Goodyear

Indonesia Tbk. dengan dividend payout ratio 0,08 kali.

Pada tahun 2010 rata-rata dividend payout ratio perusahaan 0,46 kali. Perusahaan

yang memiliki dividend payout ratio tertinggi yaitu PT Delta Djakarta Tbk. sebesar

Page 21: 07 BAB IV.pdf

87

1,21 kali. Sedangkan yang memiliki dividend payout ratio terendah yaitu PT

Lionmesh Prima Tbk. dengan dividend payout ratio sebesar 0,04 kali.

Pada tahun 2011 rata-rata dividend payout ratio perusahaan 0,53 kali. Perusahaan

yang memiliki dividend payout ratio tertinggi yaitu PT Indo Kordsa Tbk. sebesar

1,23 kali. Sedangkan yang memiliki dividend payout ratio terendah yaitu PT Multi

Bintang Indonesia Tbk. dengan dividend payout ratio 0,01 kali.

Gambar 4.6

Grafik Tingkat Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011

Sumber : Indonesian Capital Market Directory

Berdasarkan pada gambar 4.6 jelas terlihat bahwa dividend payout ratio selama

lima tahun yang menunjukkan perubahan sekaligus peningkatan dividend payout

ratio khususnya bagi PT Multi Bintang Indonesia Tbk. dan PT Delta Djakarta Tbk.

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

ASI

I

AU

TO

BA

TA

BR

AM

DLT

A

GD

YR

GG

RM

HM

SP

IND

F

INTP

KLB

F

LIO

N

LMSH

MLB

I

MR

AT

SCC

O

SMG

R

SMSM

TSP

C

UN

VR

2007

2008

2009

2010

2011

Page 22: 07 BAB IV.pdf

88

4.2 Statistik Deskriptif

Tabel 4.7

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

NPM 100 ,01 ,30 ,1167 ,07060

ROA 100 ,01 ,57 ,2095 ,13900

CR 100 ,21 9,44 2,7785 1,98728

DAR 100 ,12 1,38 ,3939 ,20556

DER 100 ,13 8,44 ,8664 1,01139

DPR 100 ,01 3,03 ,5392 ,50028

Valid N (listwise) 100

Sumber : Data sekunder diolah

Pada bagian ini akan disajikan statistik deskriptif dari variabel independen

maupun variabel dependen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

NPM, ROA, CR, DAR, DER, dan DPR. Data yang digunakan dalam penelitian ini

untuk masing-masing variabel berjumlah 100 yang diperoleh dari 20 perusahaan

dikalikan periode tahun pengamatan (5 tahun). Berikut ini adalah hasil statistik

deskriptif dari data yang digunakan dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 4.7 di atas diketahui bahwa net

profit margin (NPM) diperoleh rata-rata sebesar 0,1167 kali. Hal ini berarti bahwa

rata-rata perolehan laba bersih adalah sebesar 11,67% dari penjualan bersih yang

dicapai perusahaan. Nilai maksimal sebesar 0,30 kali yang berarti bahwa laba bersih

tertinggi dapat mencapai 30% dari penjualan bersih yang dicapai PT Sepatu Bata Tbk.

pada tahun 2007. Sedangkan nilai minimal NPM sebesar 0,01 kali yang merupakan

Page 23: 07 BAB IV.pdf

89

NPM dari PT Goodyear Indonesia Tbk. pada tahun 2007 dan PT Supreme Cable

Manufacturing & Corporation Tbk. pada tahun 2007 dan 2008.

Return on assets (ROA) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,2095 kali. Hal ini

berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel mampu mendapatkan laba bersih sebesar

20,95% dari total aset yang dimiliki perusahaan dalam satu periode. Nilai minimal

yaitu sebesar 0,01 kali yang berarti sampel terendah yaitu PT Goodyear Indonesia

Tbk. pada tahun 2007 yang hanya mendapatkan laba bersih dari penggunaan seluruh

total aset yang dimiliki sebesar 1%. Nilai maksimal diketahui sebesar 0,57 kali yang

merupakan ROA dari PT Sepatu Bata Tbk. pada tahun 2007 dan PT Unilever

Indonesia Tbk. pada tahun 2008.

Current ratio (CR) menunjukkan rata-rata sebesar 2,7785. Hal ini berarti rata-rata

perusahaan sampel mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya sebesar 2,7785

kali dari aset lancar yang dimiliki perusahaan dalam satu periode. Nilai maksimal CR

sebesar 9,44 kali yang dimiliki PT Lion Metal Works Tbk. pada tahun 2010 dan nilai

minimal sebesar 0,21 kali merupakan CR PT Sepatu Bata Tbk. pada tahun 2010.

Debt to assets ratio (DAR) yang merupakan rasio total hutang dengan total aset

perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,3939. Hal ini berarti bahwa rata-rata

perusahaan sampel memiliki hutang sebesar 0,3939 kali lebih besar dari total aset

yang dimiliki perusahaan. Nilai minimal dari DER adalah sebesar 0,12 yang berarti

bahwa sampel terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk. pada tahun 2007 hanya memiliki

hutang sebesar 0,12 kali dari total aset. Sedangkan nilai maksimal DER sebesar 1,38

Page 24: 07 BAB IV.pdf

90

atau dimilikinya hutang sebesar 1,38 kali total aset yang dimiliki PT Indo Kordsa Tbk.

pada tahun 2007.

Debt to equity ratio (DER) yang merupakan rasio total hutang dengan total

ekuitas perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,8664. Hal ini berarti bahwa

rata-rata perusahaan sampel memiliki hutang sebesar 0,8664 kali lebih besar dari

modal sendiri (ekuitas) yang dimiliki perusahaan. Nilai minimal dari DER adalah

sebesar 0,13 yang berarti bahwa sampel terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk. pada

tahun 2007 hanya memiliki hutang sebesar 0,13 kali dari modal sendiri. Sedangkan

nilai maksimal DER sebesar 8,44 atau dimilikinya hutang sebesar 8,44 kali modal

sendiri yang dimiliki PT Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2009.

Dividend payout ratio (DPR) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,5392 kali. Hal

ini berarti bahwa rata-rata kebijakan pembabagian dividen tunai adalah sebesar

53,92% dari laba per lembar saham yang diperoleh perusahaan. Nilai minimal sebesar

0,01 yang berarti pembagian dividen terendah sampel perusahaan yaitu PT Multi

Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2011. Nilai maksimal diketahui sebesar 3,03 kali

yang merupakan DPR dari PT Goodyear Indonesia Tbk. pada tahun 2008.

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi linier berganda yang akurat diperlukan pengujian dengan

asumsi klasik terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik ditujukan agar data yang telah

dikumpulkan menghasilkan informasi yang tidak bias.

Page 25: 07 BAB IV.pdf

91

4.3.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov Smirnov

Test. Dasar pengambilan keputusan uji Kolmogorov-Smirnov dengan koreksi

Lilliefors adalah:

1) Jika Asymp. Sig < 0,05 maka, variabel tidak berdistribusi normal.

2) Jika Asymp. Sig. > 0,05 maka, variabel berdistribusi normal.

Tabel 4.8

Uji Normalitas Variabel Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dan Dividend

Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2007-2011

Data uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal dengan nilai Asymp.

Sig. > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut data dapat dilanjutkan untuk dilakukan

penelitian.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

NPM ROA CR DAR DER DPR

N 20 20 20 20 20 20

Normal Parametersa,b

Mean ,1160 ,2090 2,7785 ,3925 ,8655 ,5385

Std.

Deviation ,06151 ,12851 1,86740 ,17935 ,77439 ,28089

Most Extreme

Differences

Absolute ,119 ,205 ,199 ,152 ,208 ,214

Positive ,119 ,205 ,199 ,152 ,208 ,214

Negative -,110 -,108 -,148 -,098 -,181 -,143

Kolmogorov-Smirnov Z ,531 ,915 ,890 ,682 ,931 ,956

Asymp. Sig. (2-tailed) ,941 ,372 ,406 ,742 ,352 ,320

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 26: 07 BAB IV.pdf

92

4.3.2 Multikolinieritas

Multikolinieritas memiliki arti antara variabel bebas yang satu dengan variabel

bebas yang lain dalam model regresi terjadi hubungan yang mendekati sempurna.

Multikolinieritas hampir selalu ada dalam model persamaan regresi yang

menggunakan lebih dari variabel bebas. Berikut ini hasil pengujian tersebut.

Tabel 4.9

Uji Multikolinieritas Variabel Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dan

Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007-2011

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.692 1.749 -.395 .698

NPM -4.541 5.045 -.135 -.900 .383 .694 1.441

ROA .576 .197 .627 2.919 .011 .341 2.933

CR .422 .274 .400 1.537 .146 .232 4.316

DAR .866 3.415 .075 .254 .804 .178 5.614

DER .368 .674 .138 .547 .593 .246 4.072

a. Dependent Variable: DPR

Nilai VIF yang diperoleh dalam tabel di atas menunjukkan bahwa data pada

variabel bebas tidak mengandung adanya gejala korelasi yang kuat antara sesama

variabel bebas. Semua nilai VIF yang dihitung lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance

diatas 0,1 maka dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas di antara variabel

bebas.

Page 27: 07 BAB IV.pdf

93

4.3.3 Uji Heterokesdastisitas

Heteroskedastisitas adalah kondisi di mana dalam analisis regresi, varians dari

residual tidak sama atau memiliki pola tertentu dari satu pengamatan ke pengamatan

lain yang ditunjukan dengan nilai yang tidak sama antara satu varians dari residual

dengan besarnya varians antar residual tidak homogen. Sedangkan apabila terdapat

gejala varians sama disebut homokedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas pada

penelitian ini seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 4.7

Uji Heterokesdastisitas Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dan Dividend

Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2007-2011

Berdasarkan diagram pencar dapat dilihat dari plot yang menyebar dan tidak

membentuk suatu pola tertentu. Dengan hasil demikian terbukti bahwa terjadi gejala

Page 28: 07 BAB IV.pdf

94

homoskedastisitas atau persamaan regresi memenuhi asumsi non –

heteroskedastisitas.

4.3.4 Uji Autokorelasi

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu

observasi ke observasi lainnya. Uji gejala autokorelasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Durbin-Watson. Hasil pengujian terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10

Uji Autokorelasi Variabel Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dan Dividend

Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2007-2011

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

dimension0

1 .883a .780 .701 1.12667 1.412

a. Predictors: (Constant), DER, NPM, ROA, CR, DAR

b. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel di atas nilai Durbin-Watson test diperoleh sebesar 1,412. Nilai

Durbin-Watson test tersebut tidak menunjukkan adanya autokorelasi positif. Hal

tersebut terlihat dari nilai DW sebesar 1,412 yang berada di antara batas bawah 1,21

dan batas atas 1,65 atau 1,21 < DW < 1,65 yang berati tidak dapat disimpulkan

adanya autokorelasi.

Page 29: 07 BAB IV.pdf

95

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh signifikan

atau tidak seluruh variabel independen terhadap dependen. Hasil uji pengaruh

profitabilitas (net profit margin, return on assets), likuiditas (current ratio), dan

leverage (debt to assets ratio, debt to equity ratio) terhadap dividend payout ratio

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11

Analisis Regresi Linier Berganda Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dan

Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007-2011

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -.692 1.749 -.395 .698

NPM -4.541 5.045 -.135 -.900 .383

ROA .576 .197 .627 2.919 .011

CR .422 .274 .400 1.537 .146

DAR .866 3.415 .075 .254 .804

DER .368 .674 .138 .547 .593

a. Dependent Variable: DPR

Model regresi linier berganda di atas dapat dibentuk dari variabel yang ada pada

tabel 4.11 dan dapat diformulasikan dalam model persamaan sebagai berikut.

Y = -0,692 – 4,541X1 + 0,576X2 + 0,422X3+ 0,866X4 + 0,368X5

Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda tersebut masing-masing variabel

dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap dividend payout ratio sebagai berikut:

Page 30: 07 BAB IV.pdf

96

a. Nilai konstanta bertanda negatif 0,692 menunjukkan apabila variabel NPM, ROA,

CR, DAR dan DER tidak ada perubahan atau sama dengan 0 maka akan

menurunkan dividend payout ratio sebesar 0,692.

b. Net profit margin memiliki koefisien regresi bertanda negatif sebesar 4,541. Hal

ini berarti apabila nilai X1 (net profit margin) meningkat 1 satuan dengan asumsi

variabel-variabel lain adalah tetap maka akan menurunkan dividend payout ratio

sebesar 4,541.

c. Return on assets memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,576. Hal ini

berarti apabila nilai X2 (return on assets) meningkat 1 satuan dengan asumsi

variabel-variabel lain adalah tetap maka akan meningkatkan dividend payout ratio

sebesar 0,576.

d. Current ratio memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,422. Hal ini

berarti apabila nilai X3 (current ratio) meningkat 1 satuan dengan asumsi

variabel-variabel lain adalah tetap maka akan meningkatkan dividend payout ratio

sebesar 0,422.

e. Debt to assets ratio memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,866. Hal

ini berarti apabila nilai X4 (debt to assets ratio) meningkat 1 satuan dengan

asumsi variabel-variabel lain adalah tetap maka akan meningkatkan dividend

payout ratio sebesar 0,866.

f. Debt to equity ratio memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,368. Hal

ini berarti apabila nilai X5 (debt to equity ratio) meningkat 1 satuan dengan

Page 31: 07 BAB IV.pdf

97

asumsi variabel-variabel lain adalah tetap maka akan meningkatkan dividend

payout ratio sebesar 0,368.

4.4.1 Analisis Koefisien Korelasi Berganda/ Multiple Correlation

Analisis korelasi berganda/ multiple correlation untuk mengukur kekuatan

asosiasi (hubungan) antara variabel independen dan variabel dependen. Tabel di

bawah ini adalah hasil pengolahan data pada SPSS versi 18.

Tabel 4.12

Koefisien Korelasi Berganda Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage

dan Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2007-2011

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .883a .780 .701 1.12667

a. Predictors: (Constant), DER, NPM, ROA, CR, DAR

b. Dependent Variable: DPR

Hasil analisis korelasi berganda tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12. Hasil

perhitungan koefisien korelasi berganda (R) adalah sebesar 0,883 atau 88,3%. Hal ini

menunjukkan keeratan hubungan antara variabel net profit margin, return on assets,

current ratio, debt to assets ratio, dan debt to equity ratio terhadap dividend payout

ratio termasuk kriteria sangat kuat.

4.4.2 Analisis Koefisien Determinasi Berganda

Analisis koefisien determinasi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa

erat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Adapun hasil

analisis koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12 dengan koefisien

Page 32: 07 BAB IV.pdf

98

determinasi (adjusted R2) sebesar 0,701. Ini berarti 70,1% variasi dari dividend

payout ratio dijelaskan oleh net profit margin, return on assets, current ratio, debt to

assets ratio, dan debt to equity ratio. Hal ini menunjukkan seluruh variabel

independen mampu menerangkan variabel dependen sebesar 70,1%. Sisanya

dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

4.5 Pengujian Hipotesis

4.5.1 Uji Parsial (Uji t)

Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh individual dari

suatu variabel independen (variabel X) terhadap variabel dependen (variabel Y).

Suatu perusahaan diaharapkan dapat mengatur kinerjanya dengan baik dan dapat

memenuhi kebutuhan pendanaan serta pembayaran dividen dengan tepat setelah

mengetahui pengaruhnya masing-masing.

4.5.1.1 Pengaruh Profitabilitas (Net Profit Margin) terhadap Dividend Payout

Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011

Pengaruh net profit margin terhadap dividend payout ratio sektor manufaktur

dapat diketahui melalui pengujian secara parsial. Namun terlebih dahulu akan

dilakukan uji hubungan antara net profit margin dengan dividend payout ratio dengan

perhitungan melalui penggunaan SPSS versi 18 yang diperoleh hasil sebagai berikut:

Page 33: 07 BAB IV.pdf

99

4.5.1.1.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana

Tingkat keeratan hubungan antara profitabilitas (net profit margin) terhadap

dividend payout ratio sektor manufaktur secara parsial dapat diketahui melalui uji

korelasi. Hasil uji korelasi antara net profit margin terhadap dividend payout ratio

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.13

Uji Korelasi Sederhana Pengaruh Profitabilitas (Net

Profit Margin) terhadap Dividend Payout Ratio pada

Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007 -2011

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .112a .013 -.042 2.10519

a. Predictors: (Constant), NPM

b. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel 4.13 hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana (r) adalah

sebesar 0,112 atau 11,2%. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan antara net profit

margin dengan dividend payout ratio termasuk kriteria sangat rendah yang berada

pada interval 0,00 – 0,199.

4.5.1.1.2 Analisis Koefisien Determinasi Sederhana

Analisis koefisien determinasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa

erat hubungan antara variabel independen (X1) dengan variabel dependen (Y).

Adapun hasil analisis koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14.

Hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) adalah sebesar 0,013 atau 1,3%. Hal ini

Page 34: 07 BAB IV.pdf

100

berarti bahwa variabel profitabilitas (net profit margin) memberikan kontribusi

terhadap dividend payout ratio sebesar 1,3% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain.

4.5.1.1.3 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengaruh profitabilitas

(net profit margin) terhadap dividend payout ratio ditunjukkan pada tabel sebagai

berikut.

Tabel 4.14

Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Profitabilitas (Net Profit Margin)

terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2007 -2011

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.876 1.025 1.829 .084

NPM -3.768 7.852 -.112 -.480 .637

a. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel 4.14 persamaan regresi sederhana antara net profit margin

terhadap dividend payout ratio adalah

Y = 1,876 – 3,768x1

Model tersebut dapat ditafsirkan bahwa nilai konstanta adalah 1,876 dan nilai

koefisien b sebesar -3,768. Hal itu dapat diartikan bahwa jika net profit margin

sebesar nol, maka nilai dividend payout ratio senilai 1,876. Net profit margin

Page 35: 07 BAB IV.pdf

101

menunjukkan nilai negatif sebesar 3,768 yang berarti jika net profit margin menurun

setiap 1 satuan maka dividend payout ratio meningkat sebesar 3,768.

4.5.1.1.4 Pengujian Hipotesis Parsial

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.14 di atas

dilakukan pengujian statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis statistik

Ho1: r1 = 0 : profitabilitas (net profit margin) tidak berpengaruh terhadap

variabel dividend payout ratio.

Ha1: rI ≠ 0 : profitabilitas (net profit margin) berpengaruh terhadap

variabel dividend payout ratio.

b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan

(db = n – k – 1) = 100 – 5 – 1 = 94

Di mana :

r = nilai koefisien korelasi partial

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

c. Mencari nilai thitung yang didapat dari tabel 4.14 coefficient, yaitu -0,480.

d. Mengambil kesimpulan dengan kriteria pengujian :

1) Ho diterima jika nilai hitung statistik uji (t hitung) berada di daerah penerimaan

Ho dimana –ttabel < thitung < ttabel

Page 36: 07 BAB IV.pdf

102

2) Ho ditolak nilai uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho, dimana thitung ≥

ttabel dan thitung ≤ - ttabel

Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah Ho ditolak

karena thitung -0,480 < ttabel 1,985. Hasil spss menunjukkan signifikansi di atas tingkat

signifikansi yang ditetapkan. Kesimpulan yang diperoleh adalah profitabilitas (net

profit margin) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini

berarti perubahan pada net profit margin tidak akan mempengaruhi atau merubah

dividend payot ratio secara menyeluruh.

Gambar 4.8

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t) Pengaruh Profitabilitas (Net

Profit Margin) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

t tabel 1,985 thitung -0,480 t tabel 1,985

4.5.1.2 Pengaruh Profitabilitas (Return On Assets) terhadap Dividend Payout

Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011

Pengaruh return on assets terhadap dividend payout ratio sektor manufaktur

dapat diketahui melalui pengujian secara parsial. Namun terlebih dahulu akan

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ha

Page 37: 07 BAB IV.pdf

103

dilakukan uji hubungan antara return on assets dengan dividend payout ratio dengan

perhitungan melalui penggunaan SPSS versi 18 yang diperoleh hasil sebagai berikut:

4.5.1.2.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana

Tingkat keeratan hubungan antara profitabilitas (return on assets) terhadap

dividend payout ratio sektor manufaktur secara parsial dapat diketahui melalui uji

korelasi. Hasil uji korelasi antara profitabilitas (return on assets) terhadap dividend

payout ratio dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.15

Uji Korelasi Sederhana Pengaruh Profitabilitas (Return

On Assets) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2007 -2011

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .850a .722 .707 1.11690

a. Predictors: (Constant), ROA b. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel 4.15 hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana (r) adalah

sebesar 0,850 atau 85%. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan antara return on

assets dengan dividend payout ratio termasuk kriteria sangat kuat yang berada pada

interval 0,800 – 1,000.

4.5.1.2.2 Analisis Koefisien Determinasi Sederhana

Analisis koefisien determinasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa

erat hubungan antara variabel independen (X2) dengan variabel dependen (Y).

Adapun hasil analisis koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.15.

Page 38: 07 BAB IV.pdf

104

Hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) adalah sebesar 0,722 atau 72,2%. Hal ini

berarti bahwa variabel profitabilitas (return on assets) memberikan kontribusi

terhadap dividend payout ratio sebesar 72,2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain.

4.5.1.2.3 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengaruh profitabilitas

(return on assets) terhadap dividend payout ratio ditunjukkan pada tabel sebagai

berikut.

Tabel 4.16

Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Profitabilitas (Return On Assets)

terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2007 -2011

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .260 .303 .857 .403

ROA .782 .114 .850 6.839 .000

a. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel 4.16 persamaan regresi sederhana antara ROA terhadap DPR

adalah Y = 0,260 + 0,782x2

Model tersebut dapat ditafsirkan bahwa nilai konstanta adalah 0,260 dan nilai

koefisien b sebesar 0,260. Hal itu dapat diartikan bahwa jika return on assets sebesar

nol maka nilai dividend payout ratio senilai 0,260. Return on assets menunjukkan

Page 39: 07 BAB IV.pdf

105

nilai positif sebesar 0,782 jika return on assets naik setiap 1 satuan akan

meningkatkan dividend payout ratio sebesar 0,782.

4.5.1.2.4 Pengujian Hipotesis Parsial

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.16 di atas

dilakukan pengujian statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis statistik

Ho2: r2 = 0 : profitabilitas (return on assets) tidak berpengaruh terhadap

variabel dividend payout ratio.

Ha2: r2 ≠ 0 : profitabilitas (return on assets) berpengaruh terhadap

variabel dividend payout ratio.

b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan

(db = n – k – 1) =100 – 5 – 1 = 94

Dimana :

r = nilai koefisien korelasi partial

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

c. Mencari nilai thitung yang didapat dari tabel 4.16 coefficient, yaitu 6,839.

d. Mengambil kesimpulan dengan kriteria pengujian :

1) Ho diterima jika nilai hitung statistik uji (t hitung) berada di daerah penerimaan

Ho dimana –ttabel < thitung < ttabel

Page 40: 07 BAB IV.pdf

106

2) Ho ditolak nilai uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho, dimana thitung ≥

ttabel dan thitung ≤ - ttabel

Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah Ho ditolak

karena thitung 6,839 > ttabel 1,985. Hasil spss menunjukkan signifikansi di bawah tingkat

signifikansi yang ditetapkan. Kesimpulan yang diperoleh adalah profitabilitas (return

on assets) berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini berarti

perubahan pada return on assets akan mempengaruhi atau merubah dividend payout

ratio secara menyeluruh.

Gambar 4.9

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t) Pengaruh Profitabilitas (Return

On Assets) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

t hitung 6,839 ttabel 1,985 t hitung 6,839

4.5.1.3 Pengaruh Likuiditas (Current Ratio) terhadap Dividend Payout Ratio

pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011

Pengaruh current ratio terhadap dividend payout ratio sektor manufaktur dapat

diketahui melalui pengujian secara parsial. Namun terlebih dahulu akan dilakukan uji

Daerah penerimaan Ha

Daerah penolakan Ho

Page 41: 07 BAB IV.pdf

107

hubungan antara current ratio terhadap dividend payout ratio dengan perhitungan

melalui penggunaan SPSS versi 18 yang diperoleh hasil sebagai berikut:

4.5.1.3.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana

Tingkat keeratan hubungan antara likuiditas (current ratio) terhadap dividend

payout ratio sektor manufaktur secara parsial dapat diketahui melalui uji korelasi.

Hasil uji korelasi antara likuiditas (current ratio) terhadap dividend payout ratio

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.17

Uji korelasi Sederhana Pengaruh Likuiditas (Current Ratio) terhadap Dividend

Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2007 -2011

Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .723

a .522 .496 1.46460

a. Predictors: (Constant), CR b. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel 4.17 hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana (r) adalah

sebesar 0,723 atau 72,3%. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan antara likuiditas

(current ratio) terhadap dividend payout ratio termasuk kriteria kuat yang berada

pada interval 0,60 – 0,799.

4.5.1.3.2 Analisis Koefisien Determinasi Sederhana

Analisis koefisien determinasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa

erat hubungan antara variabel independen (X3) dengan variabel dependen (Y).

Adapun hasil analisis koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17.

Berdasarkan tabel 4.17 hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) adalah sebesar

Page 42: 07 BAB IV.pdf

108

0,522 atau 52,2% yang berarti bahwa variabel likuiditas (current ratio) memberikan

kontribusi terhadap dividend payout ratio sebesar 52,2% sedangkan sisanya

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

4.5.1.3.3 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengaruh likuiditas

(current ratio) terhadap dividend payout ratio ditunjukkan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.18

Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Likuiditas (Current Ratio) terhadap

Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007-2011

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -.599 .564 -1.062 .302

CR .761 .172 .723 4.435 .000

a. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel 4.18 persamaan regresi sederhana antara current ratio terhadap

dividend payout ratio adalah

Y = -0,599 + 0,761X3

Model tersebut dapat ditafsirkan bahwa nilai konstanta adalah -0,599 dan nilai

koefisien b sebesar -0,599. Hal itu dapat diartikan bahwa jika likuiditas (current

ratio) sebesar nol maka nilai dividend payout ratio sebesar -0,599. Nilai likuiditas

(current ratio) sebesar 0,761. Hal ini menunjukkan apabila current ratio naik setiap 1

satuan maka akan meningkatkan dividend payout ratio sebesar 0,761.

Page 43: 07 BAB IV.pdf

109

4.5.1.3.4 Pengujian Hipotesis Parsial

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.18 di atas

dilakukan pengujian statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis statistik

Ho3: r3 = 0 : likuiditas (current ratio) tidak berpengaruh terhadap variabel

dividend payout ratio.

Ha3: r3 ≠ 0 : likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap variabel

dividend payout ratio.

b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan

(db = n – k – 1) = 100 – 5 – 1 = 94

Dimana :

r = nilai koefisien korelasi partial

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

c. Mencari nilai thitung yang didapat dari tabel 4.18 coefficient, yaitu 4,435.

d. Mengambil kesimpulan dengan kriteria pengujian :

1) Ho diterima jika nilai hitung statistik uji (t hitung) berada di daerah penerimaan

Ho dimana –ttabel < thitung < ttabel

2) Ho ditolak nilai uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho, dimana thitung ≥ ttabel

dan thitung ≤ - ttabel

Page 44: 07 BAB IV.pdf

110

Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah Ho ditolak

dimana thitung 4,435 > ttabel 1,985. Hasil spss menunjukkan signifikansi di bawah

tingkat signifikansi yang ditetapkan. Kesimpulan yang diperoleh adalah likuiditas

(current ratio) berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini berarti

perubahan pada likuiditas (current ratio) akan mempengaruhi atau merubah dividend

payout ratio secara menyeluruh.

Gambar 4.10

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (uji t) Pengaruh Likuiditas (Current

Ratio) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011

t hitung 4,435 ttabel 1,985 t hitung 4,435

4.5.1.4 Pengaruh Leverage (Debt to Assets Ratio) terhadap Dividend Payout Ratio

pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011

Pengaruh debt to assets ratio terhadap dividend payout ratio dapat diketahui

melalui pengujian secara parsial. Namun terlebih dahulu akan dilakukan uji hubungan

antara debt to assets ratio terhadap dividend payout ratio dengan perhitungan melalui

penggunaan SPSS versi 18 yang diperoleh hasil sebagai berikut:

Daerah penerimaan Ha

Daerah penolakan Ho

Page 45: 07 BAB IV.pdf

111

4.5.1.4.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana

Tingkat keeratan hubungan antara leverage (debt to assets ratio) terhadap

dividend payout ratio secara parsial dapat diketahui melalui uji korelasi. Hasil uji

korelasi antara leverage (debt to assets ratio) terhadap dividend payout ratio dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.19

Uji korelasi Sederhana Pengaruh Leverage (Debt to Assets Ratio) terhadap

Dividend Payout Ratio pada Sektor manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 -2011

Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .350

a .123 .074 1.98441

a. Predictors: (Constant), DAR b. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel 4.19 hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana (r) adalah

sebesar 0,350 atau 35%. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan antara leverage

(debt to assets ratio) terhadap dividend payout ratio termasuk kriteria rendah yang

berada pada interval 0,20 – 0,399.

4.5.1.4.2 Analisis Koefisien Determinasi Sederhana

Analisis koefisien determinasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa

erat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun hasil analisis

koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.19. Berdasarkan tabel 4.19

hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) adalah sebesar 0,123 atau 12,3%. Hal ini

berarti bahwa leverage (debt to assets ratio) memberikan kontribusi terhadap

Page 46: 07 BAB IV.pdf

112

dividend payout ratio sebesar 12,3% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

4.5.1.4.3 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengaruh leverage

(debt to assets ratio) dengan dividend payout ratio ditunjukkan pada tabel sebagai

berikut.

Tabel 4.20

Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Leverage (Debt to Assets Ratio) terhadap

Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007-2011

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.019 1.091 2.768 .013

DAR -4.027 2.538 -.350 -1.586 .130

a. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel 4.20 persamaan regresi sederhana antara debt to assets ratio

terhadap dividend payout ratio adalah

Y = 3,019 – 4,027X4

Model tersebut dapat ditafsirkan bahwa nilai konstanta adalah 3,019 dan nilai

koefisien b sebesar -4,027. Hal itu dapat diartikan bahwa jika leverage (debt to assets

ratio) sebesar nol maka nilai dividend payout ratio sebesar 3,019. Nilai leverage

(debt to assets ratio) sebesar -4,027 menunjukkan apabila debt to assets ratio turun

setiap 1 satuan akan meningkatkan dividend payout ratio sebesar 4,027.

Page 47: 07 BAB IV.pdf

113

4.5.1.4.4 Pengujian Hipotesis Parsial

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.20 di atas

dilakukan pengujian statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis statistik

Ho4: r4 = 0 : leverage (debt to assets ratio) tidak berpengaruh terhadap

variabel dividend payout ratio.

Ha4: r4 ≠ 0 : leverage (debt to assets ratio) berpengaruh terhadap variabel

dividend payout ratio.

b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan

(db = n – k – 1) = 100 – 5 – 1 = 94

Di mana :

r = nilai koefisien korelasi partial

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

c. Mencari nilai thitung yang didapat dari tabel 4.20 coefficient, yaitu -1,586.

d. Mengambil kesimpulan dengan kriteria pengujian :

1) Ho diterima jika nilai hitung statistik uji (t hitung) berada di daerah penerimaan

Ho dimana –ttabel < thitung < ttabel

2) Ho ditolak nilai uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho, dimana thitung ≥ ttabel

dan thitung ≤ - ttabel

Page 48: 07 BAB IV.pdf

114

Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah Ha ditolak

dimana ttabel 1,985 > thitung -1,586. Hasil spss menunjukkan signifikansi di atas tingkat

signifikansi yang ditetapkan. Kesimpulan yang diperoleh adalah leverage (debt to

assets ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini

berarti perubahan leverage (debt to assets ratio) tidak akan mempengaruhi atau

merubah dividend payout ratio secara menyeluruh.

Gambar 4.11

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (uji t) Pengaruh Leverage (Debt to Assets

Ratio) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011

t table 1,985 thitung -1,586 t tabel 1,985

4.5.1.5 Pengaruh Leverage (Debt to Equity Ratio) terhadap Dividend Payout

Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-

2011

Pengaruh leverage (debt to equity ratio) terhadap dividend payout ratio dapat

diketahui melalui pengujian secara parsial. Namun terlebih dahulu akan dilakukan uji

hubungan antara leverage (debt to equity ratio) terhadap dividend payout ratio

Daerah penerimaan H0

Daerah penolakan Ha

Page 49: 07 BAB IV.pdf

115

dengan perhitungan melalui penggunaan SPSS versi 18 yang diperoleh hasil sebagai

berikut:

4.5.1.5.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana

Tingkat keeratan hubungan antara leverage (debt to equity ratio) terhadap

dividend payout ratio secara parsial dapat diketahui melalui uji korelasi. Hasil uji

korelasi antara leverage (debt to equity ratio) terhadap dividend payout ratio dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.21

Uji korelasi Sederhana Pengaruh Leverage (Debt to Equity Ratio) terhadap

Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007 -2011

Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .221

a .049 -.004 2.06622

a. Predictors: (Constant), DER b. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel 4.21 hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana (r) adalah

sebesar 0,221 atau 22,1%. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan antara leverage

(debt to equity ratio) terhadap dividend payout ratio termasuk kriteria rendah yang

berada pada interval 0,20 – 0,399.

4.5.1.5.2 Analisis Koefisien Determinasi Sederhana

Analisis koefisien determinasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa

erat hubungan antara variabel independen (X5) dengan variabel dependen (Y).

Adapun hasil analisis koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.21.

Berdasarkan tabel 4.21 hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) adalah sebesar

Page 50: 07 BAB IV.pdf

116

0,049 atau 4,9%. Hal ini berarti bahwa variabel leverage (debt to equity ratio)

memberikan kontribusi terhadap dividend payout ratio sebesar 4,9% sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

4.5.1.5.3 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengaruh leverage

(debt to equity ratio) dengan dividend payout ratio ditunjukkan pada tabel sebagai

berikut.

Tabel 4.22

Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Leverage (Debt to Equity Ratio) terhadap

Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007-2011

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.948 .703 2.771 .013

DER -.589 .612 -.221 -.961 .349

a. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel 4.22 persamaan regresi sederhana antara debt to equity ratio

terhadap dividend payout ratio adalah

Y = 1,948 – 0,589X5

Model tersebut dapat ditafsirkan bahwa nilai konstanta adalah 1,948 dan nilai

koefisien b sebesar -0,589. Hal itu dapat diartikan bahwa jika leverage (debt to equity

ratio) sebesar nol maka nilai dividend payout ratio sebesar 1,948. Nilai leverage

Page 51: 07 BAB IV.pdf

117

(debt to equity ratio) sebesar -0,589 menunjukkan apabila debt to equity ratio turun

setiap 1 satuan akan meningkatkan dividend payout ratio sebesar 0,589.

4.5.1.5.4 Pengujian Hipotesis Parsial

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.22 di atas

dilakukan pengujian statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis statistik

Ho5: r5 = 0 : leverage (debt to equity ratio) tidak berpengaruh terhadap

variabel dividend payout ratio.

Ha5: r5 ≠ 0 : leverage (debt to equity ratio) berpengaruh terhadap variabel

dividend payout ratio.

b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan

(db = n – k – 1) = 100 – 5 – 1 = 94

Di mana :

r = nilai koefisien korelasi partial

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

c. Mencari nilai thitung yang didapat dari tabel 4.22 coefficient, yaitu -0,961.

d. Mengambil kesimpulan dengan kriteria pengujian :

1) Ho diterima jika nilai hitung statistik uji (t hitung) berada di daerah penerimaan

Ho dimana –ttabel < thitung < ttabel

Page 52: 07 BAB IV.pdf

118

2) Ho ditolak nilai uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho, dimana thitung ≥ ttabel

dan thitung ≤ - ttabel

Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah Ha ditolak

dimana ttabel 1,985 > thitung -0,961. Hasil spss menunjukkan signifikansi di atas tingkat

signifikansi yang ditetapkan. Kesimpulan yang diperoleh adalah leverage (debt to

equity ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini

berarti perubahan leverage (debt to equity ratio) tidak akan mempengaruhi atau

merubah dividend payout ratio secara menyeluruh.

Gambar 4.12

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (uji t) Pengaruh Leverage (Debt to Equity

Ratio) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011

t table 1,985 thitung -0,961 t tabel 1,985

4.5.2 Uji Simultan (uji F)

Pengujian secara simultan digunakan untuk mengetahui nilai yang memberikan

kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih secara bersama-sama. Kita

dapat menguji secara simultan apakah regresi berganda yang telah didapatkan secara

Daerah penerimaan H0

Daerah penolakan Ha

Page 53: 07 BAB IV.pdf

119

bersama-sama berpengaruh terhadap dividend payout ratio atau tidak ada pengaruh.

Adapun hasil pengujian secara simultan/ uji F statistik dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.23

Uji Simultan Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap

Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 63.022 5 12.604 9.929 .000a

Residual 17.772 14 1.269

Total 80.793 19

a. Predictors: (Constant), DER, NPM, ROA, CR, DAR

b. Dependent Variable: DPR

Pengujian dilakukan dengan uji statistik F, dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Menentukan Hipotesis Simultan

H0 : Variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen.

Ha : Variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel

dependen.

b. Menentukan tingkat signifikan sebesar α = 5% dengan derajat kebebasan

c. Mencari nilai F hitung yang didapat hasilnya dari tabel output ANOVA di atas,

yaitu 9,929

Page 54: 07 BAB IV.pdf

120

d. Menentukan penerimaan dan penolakan dugaan atas hipotesis yang diajukan,

dengan kriteria pengujian :

1) Ho ditolak jika F hitung ≥ Ftabel

2) Ho diterima jika F hitung ≤ Ftabel

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perbandingan F hitung dengan F tabel adalah

Ho ditolak. Nilai F hitung 9,929 > Ftabel 2,958 dan pengambilan keputusan berdasarkan

signifikansi :

1) F sig < α, maka Ho ditolak, berarti variabel independen secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2) F sig > α, maka Ho diterima, berarti variabel independen secara simultan tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Maka hasil yang diperoleh dari perbandingan tingkat signifikansi adalah Ho

ditolak karena F sig 0,000 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel

profitabilitas, likuiditas, dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

dividend payout ratio. Hal ini berarti apabila seluruh variabel independen secara

bersama-sama mengalami perubahan, maka akan sangat mempengaruhi dividend

payout ratio.

Page 55: 07 BAB IV.pdf

121

Gambar 4.13

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,

dan Leverage terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

DaerahPenerimaan Ho

DaerahPenolakan Ho

f hitung 9.929.f tabel 2.958.

4.6 Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dividend payout ratio (DPR) dapat

dijelaskan oleh profitabilitas (NPM, ROA), likuiditas (CR) dan leverage (DAR,

DER). Namun dari seluruh variabel independen hanya ROA dan CR saja yang

berpengaruh positif signifikan terhadap DPR. Penjelasan masing-masing variabel

sebagai berikut:

1. Net Profit Margin (NPM)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel NPM tidak berpengaruh signifikan

terhadap DPR. Hal ini menjelaskan bahwa perubahan pada NPM tidak mempengaruhi

DPR. Peningkatan penjualan yang tidak selalu disertai dengan peningkatan laba, hal

ini berdampak pada kenaikan dan penurunan pembayaran dividen. Laba yang tidak

stabil dapat mempengaruhi manajemen dalam kebijakan pembayaran dividen, yaitu

mengurangi atau tidak sama sekali membayar dividen. Hasil penelitian ini konsisten

dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Utami (2008), Budiarto (2009),

Page 56: 07 BAB IV.pdf

122

Sulisetyani dan Rahayu (2013) di mana NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap

DPR.

Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti yaitu pada PT Astra Otoparts Tbk.,

tahun 2009 menunjukkan NPM sebesar 14,59% dengan penurunan penjualan sebesar

1,35% dan perolehan laba bersih yang meningkat 35,73% dari tahun sebelumnya.

Sementara DPR tahun 2009 menunjukkan peningkatan dividend per share (DPS) dan

earning per share (EPS) dari tahun sebelumnya. Sehingga tahun 2009 diperoleh

hubungan yang positif NPM terhadap DPR. Tahun 2010 menunjukkan NPM sebesar

18,24% dengan peningkatan penjualan sebesar 18,79% dan perolehan laba bersih

yang meningkat sebesar 48,54% dari tahun 2009. Sementara DPR tahun 2010

menunjukkan dividend per share (DPS) yang menurun dan earning per share (EPS)

yang meningkat dari tahun sebelumnya. Sehingga tahun 2010 diperoleh hubungan

negatif NPM terhadap DPR. Hal itu berarti pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa

NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

2. Return On Assets (ROA)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ROA berpengaruh positif

signifikan terhadap DPR sebesar 72,2%. Hal ini menjelaskan bahwa perubahan pada

ROA akan mempengaruhi secara menyeluruh terhadap DPR yang berarti apabila

terjadi peningkatan laba akan berdampak pada meningkatnya kemampuan membayar

dividen dan para pemegang saham akan menerima hasil investasinya. Hasil penelitian

ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Utami (2008),

Page 57: 07 BAB IV.pdf

123

Handayani (2010), Sumiadji (2011), Wicaksana (2012) dan Sulisetyani dan Rahayu

(2013) di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ROA pengaruh positif

signifikan terhadap DPR.

Data ROA yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan dari

tahun ke tahun selaras dengan meningkatnya total aset dan perolehan labanya. Hal ini

berarti laba yang diperoleh dialokasikan pada aset yang digunakan di masa

mendatang. Berdasarkan data yang dikumpulkan, pada tahun 2009 menunjukkan

peningkatan total aset sebesar 13,12% dengan perolehan laba bersih yang menurun

83,77% dari tahun sebelumnya. Tahun 2010 menunjukkan peningkatan total aset

sebesar 12,89% dengan perolehan laba bersih yang meningkat sebesar 19,98% dari

tahun 2009. Sehingga diperoleh adanya peningkatan ROA dari tahun 2009 ke 2010.

Sementara data yang digunakan untuk DPR menunjukkan dividend per share (DPS)

dan earning per share (EPS) yang meningkat untuk tahun 2009 dan tahun 2010. Hal

itu berarti pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa ROA berpengaruh positif

signifikan terhadap DPR.

3. Current Ratio (CR)

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel CR berpengaruh positif

signifikan terhadap DPR sebesar 52,2%. Hal ini menjelaskan bahwa semakin mampu

perusahaan melunasi kewajiban lancarnya yang jatuh tempo berdampak pada

kemampuan pembayaran dividen. Kreditur dan investor, keduanya dapat menikmati

hasil atas pemberian kredit dan investasinya. Hasil penelitian ini konsisten dengan

Page 58: 07 BAB IV.pdf

124

hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Suharli dan Oktorina (2005), Budiarto

(2009) dan Karami (2011) di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CR

berpengaruh positif signifikan terhadap DPR.

Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti, aset lancar dan kewajiban lancar

perusahaan sampel sama-sama mengalami peningkatan. CR tahun 2009 sebesar

217,39% dengan peningkatan aset lancar 14,41% dan kewajiban lancar 12,28% dari

tahun sebelumnya. Sementara DPR terjadi peningkatan dari tahun 2008 ke 2009 yang

ditunjukkan dengan dividend per share (DPS) mengalami peningkatan sebanding

dengan naiknya CR. CR tahun 2010 sebesar 175,73% dengan peningkatan aset lancar

3,21% dan kewajiban lancar 27,67% dari tahun 2009. Sehingga diperoleh nilai CR

yang mengalami penurunan ke tahun 2010 karena peningkatan kewajiban lancar jauh

lebih besar dibandingkan aset lancarnya. Sementara DPR terjadi pernurunan dari

tahun 2009 ke 2010 yang ditunjukkan dengan dividend per share (DPS) mengalami

penurunan sebanding dengan turunnya CR. Hal itu berarti pada penelitian ini

diperoleh hasil bahwa CR berpengaruh positif signifikan terhadap DPR.

4. Debt to Assets Ratio (DAR)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel DAR tidak berpengaruh signifikan

terhadap DPR. Hal ini menjelaskan bahwa perubahan DAR tidak mempengaruhi

secara menyeluruh terhadap DPR. Semakin besar utang untuk membiayai asetnya

akan semakin besar kewajiban perusahaan untuk memenuhi kepentingan kreditur.

Dampak yang timbul adalah para investor yang hanya akan menerima dividen dengan

Page 59: 07 BAB IV.pdf

125

jumlah yang rendah atau tidak sama sekali. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan Utami (2008) dan Sulisetyani dan Rahayu

(2013) di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa DAR tidak berpengaruh

signifikan terhadap DPR.

Berdasarkan data DAR yang digunakan peneliti yaitu pada PT Astra International

Tbk. menunjukkan perubahan yang fluktuatif. Walaupun berdasarkan data tersebut

menunjukkan total utang maupun total aset meningkat setiap tahun yang merupakan

dampak dari besar dividen yang dibagikan di tahun sebelumnya. Tahun 2009

menunjukkan penurunan total utang sebesar 0,39% dengan total aset yang dimiliki

meningkat 10,15% dari tahun sebelumnya. Sementara DPR 2009 menunjukkan

penurunan dari tahun sebelumnya dan menghasilkan hubungan positif dengan DAR.

Tahun 2010 menunjukkan peningkatan total utang sebesar 35,40% dengan total aset

yang dimiliki meningkat 26,89% dari tahun sebelumnya. Sementara DPR 2010

menunjukkan penurunan dan menghasilkan hubungan negatif dengan DAR. Tahun

2011 menunjukkan peningkatan total utang sebesar 43,41% dengan total aset yang

dimiliki meningkat sebesar 36,03% dari tahun 2010. Sementara DPR 2011

mengalami peningkatan juga dan menghasilkan hubungan yang positif dengan DAR.

Hal itu berarti pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa DAR tidak berpengaruh

terhadap DPR.

Page 60: 07 BAB IV.pdf

126

5. Debt to Equity Ratio (DER)

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel DER tidak berpengaruh

signifikan terhadap DPR. Hal ini menjelaskan bahwa perubahan DER tidak

mempengaruhi secara menyeluruh terhadap DPR. Hasil pengujian menghasilkan arah

negatif yaitu semakin besar DER akan menurunkan DPR. Hal ini berarti semakin

besar penggunaan dana yang bersumber dari eksternal (kreditur) akan menurunkan

kesempatan investor untuk memperoleh dividen. Hasil penelitian ini konsisten

dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Suharli dan Oktorina (2005),

Utami (2008), Handayani (2010) dan Sumiadji (2011) di mana hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

Berdasarkan data DER yang digunakan peneliti yaitu pada PT Astra International

Tbk. menunjukkan perubahan yang fluktuatif. Berdasarkan data tersebut total utang

maupun total ekuitas menunjukkan peningkatan setiap tahun yang merupakan

dampak dari besar dividen yang dibagikan di tahun sebelumnya. Tahun 2009

menunjukkan penurunan total utang sebesar 0,39% dengan total ekuitas yang dimiliki

meningkat 20,60% dari tahun sebelumnya. Sementara DPR 2009 menunjukkan

penurunan dari tahun sebelumnya dan menghasilkan hubungan positif dengan DER.

Tahun 2010 menunjukkan peningkatan total utang sebesar 35,40% dengan total

ekuitas yang dimiliki meningkat 23,60% dari tahun sebelumnya. Sementara DPR

2010 menunjukkan penurunan dan menghasilkan hubungan negatif dengan DER.

Tahun 2011 menunjukkan peningkatan total utang sebesar 43,41% dengan total

Page 61: 07 BAB IV.pdf

127

ekuitas yang dimiliki meningkat sebesar 53,80% dari tahun 2010. Sementara DPR

2011 mengalami peningkatan juga dan menghasilkan hubungan yang positif dengan

DER. Hal itu berarti pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa DER tidak

berpengaruh terhadap DPR.

6. Uji Simultan (Uji F)

Net profit margin (NPM), return on assets (ROA), current ratio (CR), debt to

assets ratio (DAR), dan debt to equity ratio (DER) secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Besar pengaruh ditunjukkan oleh

nilai adjusted R2

adalah sebesar 0,701. Berarti seluruh variabel independen mampu

menjelaskan variasi dividend payout ratio sebesar 70,1%, sisanya dijelaskan oleh

variabel-variabel lain.