bab iv metode penelitian 4eprints.umm.ac.id/39546/5/bab iv.pdf · 2018-11-07 · 22 bab iv metode...
TRANSCRIPT
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan desain
penelitian yang digunakan adalah Post Test Only Control Group Design.
4.2 Lokasi dan Waktu penelitian
- Penelitian dikerjakan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang.
- Pemeriksaan kadar Superoksida Dismutase (SOD) dikerjakan di
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
- Estimasi waktu penelitian selama 21 hari (Januari-Februari 2018)
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi dalam tikus ini adalah tikus putih jantan (Rattus norvegius
strain wistar).
4.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan adalah tikus putih jantan strain wistar yang
sesuai dengan kriteria inklusi.
4.3.3 Besar Sampel
Penentuan besar sampel ditentukan dengan rumus Federer (1999), yaitu
(n – 1) (t – 1) ≥ 15. Dengan t = banyaknya variabel perlakuan,
sedangkan n = besar sampel. Karena dalam penelitian ini akan
dilakukan 5 variabel perlakuan, maka banyak sampel yang dibutuhkan :
23
(n – 1) (5 – 1) ≥ 15
(n – 1) 4 ≥ 15
4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4,75 ≈ 5
∑ hewan = n x ∑ kelompok perlakuan
= 5 x 5 = 25
E (besar sampel)
= ∑ hewan - ∑ kelompok perlakuan
= 25 – 5
= 20
Rumus besar sampel untuk mengantisipasi kemungkinan sampel
terpilih mengalami drop out sebagai berikut:
n’ = [n/1-f]
n’ = 5 / (1-0,1)
= 5,55 ≈ 6
= 6 : 5 = 1,2 ≈ 1
= 1 x 5 kelompok = 5
Keterangan :
n’ = jumlah sampel penelitian
n = besar sampel yang dihitung
f = perkiraan proporsi drop out, (f = 0,1)
24
Setiap kelompok diisi 5 ekor tikus sehingga total sampel penelitian
ini adalah 25 ekor tikus. Pada penelitian ini terdapat 5 kelompok
perlakuan yaitu satu kelompok kontrol positif (+), satu kelompok
negatif (-) dan tiga kelompok perlakuan.
4.3.4 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampling pada penelitian ini adalah purposive
sampling.
4.3.5 Karakteristik sampel penelitian
4.3.5.1 Kriteria Inklusi
1. Umur 2-3 bulan
2. Jenis kelamin jantan
3. Berat badan tikus 180-200 gr
4. Sehat yang ditandai dengan gerakan yang aktif, bulu tebal
dan bulu berwarna putih, serta mata tikus yang jernih
4.3.5.2 Kriteria Drop Out
1. Tikus yang sakit selama eksperimen
2. Tikus yang mati selama eksperimen.
4.3.6 Variabel penelitian
4.3.6.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian dosis
bertingkat ekstrak buah mengkudu.
25
4.3.6.2 Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah perubahan
kadar SOD darah pada tikus
4.3.7 Definisi operasional
- Ekstrak Buah Mengkudu
Ekstrak buah mengkudu didapat dari UPT Materia Medika Kota Batu
dalam keadaan cair yang dilarutkan dalam etanol 70%. Ekstrak ini
akan dibuat dalam 3 dosis. Dosis 1 : 22,4 mg/kgBB/hari; dosis 2 : 44,8
mg/kgBB/hari; dan dosis 3 : 89,6 mg/kgBB/hari (Budi et al, 2012).
Ekstrak mengkudu diberikan peroral menggunakan sonde setiap hari
selama 14 hari.
- Kadar SOD
Pemeriksaan Kadar SOD sebagai parameter antioksidan yang diukur
dengan spektofotometri dan hasil pengukuran dalam satuan unit/ml
pada setiap kelompok perlakuan yang diperiksa di Laboratorium
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Kadar normal SOD pada penelitian ini sesuai dengan kadar SOD pada
kelompok kontrol.
- Induksi Alkohol
Alkohol yang digunakan adalah alkohol dengan konsentrasi 20%.
Alkohol ini diberikan dengan dosis 0,01ml/kgBB. Alkohol diberikan
peroral menggunakan sonde setiap hari selama 14 hari.
26
4.4 Alat dan Bahan Penelitian
4.4.1 Alat Penelitian
1. Alat Pembedah Tikus : Handscoon, alat bedah hewan percobaan
(scalpel, gunting, pinset, meja, jarum)
2. Alat Perawatan Tikus : Kandang tikus, timbangan, botol air, dan
tempat makan tikus
3. Alat Pembuatan Ekstrak : Oven, inkubator, rotary evaporator,
kertas saring whatman nomor 2, blender, pisau, dan pengaduk
4. Alat Pengukur SOD : Tabung sentrifuge 14cc, mesin sentrifuge,
timbangan analitik, ujung pipet (yellow and blue tips), inkubator,
kertas saring, water batch, dan spektofometer
5. Alat Lain : Sonde modifikasi, kamera digital, botol film, neraca
berat badan, spuit injeksi 3 ml, dan label
(Alexandru, 2011).
4.4.2 Bahan Penelitian
A. Bahan perlakuan tikus :
1. Tikus putih jantan galur wistar usia 2-3 bulan dengan berat
180-200 gram
2. Pakan standart BR II dan air untuk minum
3. Aquades
4. Alkohol
Alkohol yang digunakan adalah alkohol dengan kandungan
etanol 20%, dengan dosis 0,01 mL/ kgBB/hari.
5. Chlorofom
27
B. Bahan pembuatan ekstrak buah mengkudu : Buah mengkudu
masak, etanol 95%, dan aquades
C. Bahan Pengukuran SOD : Aquadest, EDTA, xanthin,
xanthineoksidase NBT, Na thiobikarbonat, HCl, Trichlorida etil
acid (TCA), Spektofotometer UV, dan buffer phosfatsolution.
4.5 Prosedur Penelitian
4.5.1 Adaptasi
Subjek penelitian diadaptasikan di Laboratorium Biomedik Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang selama 7 hari, agar
tikus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Tikus
dimasukkan ke kandang dan diberi makan dan minum standar
4.5.2 Pembagian kelompok tikus
Tikus yang digunakan sebanyak 25 ekor yang terbagi menjadi 5
kelompok yaitu satu kelompok kontrol positif (+), satu kelompok
kontrol negatif (-), dan 3 kelompok perlakuan. Setiap kelompok
terdapat 5 ekor tikus.
4.5.3 Pembuatan Ekstrak Mengkudu
Langkah pembuatan ekstrak mengkudu sebagai berikut (Surya, 2013).
Pertama, buah mengkudu dihaluskan dengan blender kemudian
direndam dengan alkohol 90% perbandingan 1:3 dan dikocok dengan
pengocok listrik (Strer) selama 2 jam, lalu didiamkan selama 24 jam.
Kedua, ektrak disaring dengan ampasnya direndam kembali
dengan alkohol 90% 1:2, kemudian dikocok selama 2 jam dan
didiamkan selama 24 jam.
28
Ketiga, hasil saringan (filtrat) yang dihasilkan kemudian diuapkan
dengan menggunakan mesin penguap listrik (evaporator) sampai
didapatkan ekstrak kental dengan rendemen + 7,65%.
4.5.4 Penentuan dosis ekstrak mengkudu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budi, et al (2012)
tentang teh rosela menyatakan bahwa dengan dosis 22,4 mg/mgBB
tikus dapat meningkatkan kadar SOD yang diinduksi dengan alkohol,
namun penurunannya tidak signifikan. Untuk menilai tingkat
keefektifannya dalam percobaan ini dilakukan orientasi tiga dosis yaitu
: 22,4 mg/kgBB; 44,8 mg/kgBB; dan 89,6 mg/kgBB. Volume cairan
yang disarankan untuk diberikan pada tikus putih menggunakan sonde
per oral adalah 5 ml/kgBB sehingga untuk tikus putih dengan berat 200
g, volume cairan yang diberikan adalah 1 ml/kgBB. Perhitungan
volume pengenceran ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.):
C1 = Konsentrasi dosis tinggi
C2 = Konsentrasi dosis sedang
C3 = Konsentrasi dosis rendah
a. C1 = 89,6 mg/1 ml
b. C2
44,8 mg/X ml = 89,6 mg/1 ml
X = 44,8/89,6 = 0,5 ml
c. C3
22,4 mg/X ml = 89,6 mg/ 1ml
X = 22,4/89,6 = 0,25 ml
29
Sehingga, dosis ekstrak buah mengkudu 89,6 mg akan dilarutkan
dengan 1 ml aquades, dosis 44,8 mg akan dilarutkan dengan 0,5 ml
aquades dan dosis 22,4 mg akan dilarutkan dengan 0,25 ml aquades.
4.5.5 Penentuan dosis alkohol
Berdasarkan penelitian Kessova et al (2013) bahwa pemberian
alkohol 20% dosis 0,01 ml/kgBB dapat menurunkan kadar SOD dalam
darah. Sehingga pada penelitian ini peneliti ingin memberi induksi 0,01
ml/kgBB alkohol 20% pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus strain
wistar) yang diharapkan terdapat perubahan kadar SOD sehingga
peneliti bisa melihat efektifitas dari ekstrak buah mengkudu (Morinda
citrifolia L).
4.5.6 Pemaparan alkohol
Mengambil tikus yang sudah dikelompokkan berdasarkan
perlakuan secara satu persatu. Pengambilan tikus dilakukan dengan
hati-hati dan perlahan, agar tikus tidak takut dan tidak stress. Tikus
dipegang dengan cara memegang badan tikus dan menaruh bagian ekor
serta menjepitnya pada jari antara kelingking dengan jari manis, lalu
menyilangkan kaki depan tikus dan menjepitnya pada jari antara jari
telunjuk dengan jari tengah, sedangkan posisi kepala tikus siap untuk
diberi alkohol. Kemudian sonde dimasukkan melalui sudut mulut agar
tikus tidak menggigit sonde, pemasukan sonde dilakukan ketika tikus
melakukan gerakan menelan / menggerak – gerakkan lidahnya,
sehingga sonde tidak melukai bagian dalam mulut tikus. Setelah sonde
masuk sampai esofagus baru larutan etanol dimasukkan.
30
4.5.7 Pengambilan kadar SOD
Pada akhir intervensi tikus dikondisikan dalam keadaan puasa
untuk persiapan dilakukannya pembedahan. Tikus dilakukan
pembedahan dan diambil sampel darah melalui jantung untuk
mendapatkan jumlah darah yang maksimal. Pemeriksaan kadar SOD
dengan metode spektrofotometri. Darah yang telah disentrifuge,
dicampur dengan EDTA 100 mM, NBT 25 U, Xanthine 25 U, dan
Xanthin Oksidase 1 U hingga homogen, kemudian diinkubasi,
disentrifuge dan disaring bila terdapat koloid. Pembacaan dilakukan
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 580 nm.
(Kusumastuty, 2014).
4.5.8 Proses anestesi dan pembedahan hewan coba
1. Proses anastesi
Proses anastesi dilakukan satu persatu terhadap hewan coba yaitu
dengan memasukan hewan coba ke dalam toples kaca yang berisi
kapas yang sudah dicampur dengan kloroform. Anastesi dilakukan
secara inhalasi pada hewan coba dengan dosis ± 0,67 ml/hewan coba
selama ± 60 detik yang dihitung dengan menggunakan stopwatch
(Alexandru, 2011).
2. Proses pembedahan
Setelah hewan coba teranastesi dengan baik (keadaan pingsan),
hewan coba diletakkan pada meja lilin dan keempat kaki hewan coba
difiksasi terhadap meja lilin dengan menggunakan jarum pentul.
Dengan menggunakan gunting bedah, dilakukan pembedahan pada
31
abdomen hingga setinggi leher. Kemudian dengan menggunakan
spuit 3 ml, darah hewan coba diambil dari jantung sebanyak ± 3 ml
(Alexandru, 2011).
3. Penanganan hewan coba setelah pembedahan
Hewan coba yang telah dibedah, pastikan bahwa hewan coba tidak
mengalami recovery. Sebelum mengubur hewan coba, dipastikan
bahwa denyut nadi sudah berhenti. Jika hewan coba mengalami
recovery maka harus dilakukan prosedur euthanasia, salah satunya
dengan prosedur Cervical Dislocation, yaitu dengan cara
memisahkan tengkorak dan vertebrae. Teknik ini dilakukan dengan
memberikan tekanan ke bagian posterior dasar tulang tengkorak dan
vertebrae. Bila vertebrae terpisah dari otak, reflek kedip menghilang
dengan segera, rangsangan rasa sakit menghilang sehingga hewan
tidak merasakan sakit. Selanjutnya hewan coba yang sudah
dipastikan mati, dikumpulkan menjadi satu lalu dikubur (Alexandru,
2011).
32
4.6 Alur penelitian
Pencatatan hasil dan analisa data
Setiap tikus dianastesi dengan kloroform pekat secara inhalasi.
Pemeriksaan Kadar SOD
Keempat kaki hewan difiksasi dengan jarum pentul lalu
dilakukan pembedahan pada abdomen hingga setinggi leher
dan diambil darah sebanyak ± 3ml dari jantung.
Sampel tikus jantan
Adaptasi tikus selama 7 hari dan diberi
makan minum standar
KP
Kontrol positif
(KP)
Diberi standar
dan minum dan
induksi alkohol
20% peroral
0,01 ml/kgBB
selama 14 hari
KN
Kontrol negatif
(KN)
Diberi makan
standar dan
minum selama
14 hari
P1
Diberi pakan
standar
minum.
Induksi
alkohol 20%
peroral 0,01
ml/kgBB dan
ekstrak
mengkudu
dosis
22,4mg/kgBB/
hari selama 14
hari per sonde
P 2
Diberi pakan
standar dan
minum.
Induksi
alkohol 20%
peroral 0,01
ml/kgBB dan
ekstrak
mengkudu
dosis
44,8mg/kgBB/
hari selama 14
hari per sonde
P 3
Diberi pakan
minum
standar.
Induksi
alkohol 20%
peroral 0,01
ml/kgBB dan
ekstrak
mengkudu
dosis
89,6mg/kgBB/
hari selama 14
hari per sonde
33
4.7 Analisa data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan uji normalitas
dan homogenitas terlebih dahulu. Selanjutnya apabila didapatkan distribusi
data normal dan homogen berlanjut ke uji One Way Anova, uji Post-Hoc
Bonferroni, dan uji Regresi Linier dengan menggunakan SPSS.
a. Uji normalitas dengan menggunakan metode analitik parameter Shapiro-
Wilk yang bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal dengan
ketentuan normal jika sig > 0,05. Jika data tidak normal, maka dilakukan
transformasi data. Jika hasil transformasi data normal maka dilanjutkan
dengan uji One way Anova dan Post Hoc Bonferroni. Jika tetap tidak
normal maka menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Post-Hoc Mann
Whitney.
b. Uji homogenitas dengan uji varian Levene’s test untuk mengetahui
kehomogenan atau varian data dari carian dari data yang diperoleh
(homogen jika sig > 0,05). Jika varian data sama maka berlanjut ke uji One
way Anova dan Post Hoc Bonferroni. Jika varian beda maka berlanjut ke
uji Post Hoc Games-Howell. Uji homogenitas ini sendiri menggunakan uji
Levene.
c. Bila uji normalitas didapatkan sebaran data normal, maka akan dilanjutkan
Uji One Way Anova untuk membuktikan adanya perbedaan yang
bermakna antara kontrol dengan perlakuan. Sedangkan bila uji normalitas
didapatkan sebaran data tidak normal akan menggunakan uji non
parametric dengan uji Kruskal-Wallis.
34
d. Uji Post-Hoc Bonferroni digunakan apabila sebaran data nomal dan
hmogen. Uji ini untuk mengetahui variabel mana yang memiliki perbedaan
signifikan.
e. Uji Regresi Linier digunakan untuk mengetahui pengaruh dosis ekstrak
buah mengkudu terhadap kadar SOD yang di induksi alkohol.