11. bab iv.pdf
TRANSCRIPT
48
BAB IV
ANALISIS
4.1 Metode Pencatatan Persediaan pada PT Bio Farma (Persero)
PT Bio Farma (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan BUMN yang
bergerak di bidang memproduksi vaksin dan antisera. Untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam kegiatan memproduksi barang dagang PT Bio Farma (Persero)
mempunyai strategi untuk mendukung proses operasionalnya secara optimal dan
efektif, proses operasional yang dimaksud yaitu:
1. Kegiatan pengadaan bahan baku
Kegiatan pengadaan yang dimaksud atau dilakukan oleh perusahaan adalah
dimulai dari tahap-tahap sebagai berikut:
a) Bagian atau Divisi lain meminta barang persediaan ke bagian gudang
yang diterima oleh petugas gudang bagian penerimaan permintaan dan
barang datang dengan mengirimkan Bon Permintaan Barang (lihat
lampiran 1) yang berisi tentang nama bagian yang meminta, tanggal,
nomor surat, keterangan yang diminta, kuantitas dari barang yang
diminta, tanda tangan bagian yang meminta yang dibuat 2 rangkap
untuk diarsip dan untuk diberikan ke bagian gudang.
b) Petugas gudang bagian penerimaan permintaan dan barang datang
memberikan bon permintaan barang tersebut ke petugas gudang
bagian penyimpanan karena area gudang penyimpanan hanya boleh
diakses oleh orang-orang yang mempunyai otorisasi dari yang
berwenang.
c) Petugas gudang bagian penyimpanan mengecek apakah barang yang
diminta masih ada atau sudah habis digunakan.
d) Jika barang yang dimaksud ada, maka petugas penerimaan permintaan
dan barang datang langsung membuat Formulir Penyerahan Barang
ke Bagian (lihat lampiran 2) yaitu penyerahan barang dari bagian
pengelolaan persediaan ke bagian yang meminta barang yang memuat
49
nomor dan tanggal mutasi, nomor pesanan, kode dan nama bagian,
kode dan nama barang, satuan, nomor batch/GIN, Expire date, jumlah
dan keterangan, agar mutasinya persediaan bahan baku dapat diketahui
baik oleh bagian gudang, sehingga memudahkan bagian gudang untuk
merekap persediaan yang keluar dan ke bagian apa saja. Formulir
penyerahan ke bagian dibuat 3 rangkap, untuk diberikan ke bagian
yang meminta, untuk diberikan ke petugas rekapitulasi persediaan dan
untuk diarsip. Lalu petugas tersebut memberikan formulir rangkap
pertama kepada bagian yang meminta beserta barangnya.
e) Setelah formulir diserahkan beserta barang yang diminta kepada
bagian yang meminta, petugas bagian rekapitulasi persediaan yang
telah menerima formulir penyerahan barang ke bagian harus membuat
Kartu Persediaan Bahan (lihat lampiran 3) yang berisi rincian
mutasi persediaan bahan perbahan yang memuat kode dan nama
barang, kemasan, saldo awal, penerimaan dan pengeluaran serta saldo
akhir dalam kuantum dan nilai agar mengetahui jumah barang
persediaan yang seharusnya masih tersisa di gudang penyimpanan
untuk diserahkan ke bagian akuntansi manajemen dan untuk diarsip.
f) Jika barang tidak ada, maka petugas gudang bagian penyimpanan
membuat surat permintaan barang yang dibuat melalui program
komputer yang dikirim melalui internet ke bagian pembelian.
g) Setelah barang yang diminta oleh bagian gudang tersebut datang,
maka petugas bagian gudang atau bagian pengadaan umum yang
bertugas menerima barang dari bagian pembelian membuat Laporan
Penerimaan dan Pemeriksaan Barang Persediaan (LPPBB) (lihat
lampiran 4) yaitu bukti penerimaan barang persediaan gudang yang
memuat nama penjual, nomor laporan, nomor pesanan, nomor
perjanjian, kode barang, nama barang, satuan, banyaknya barang yang
diterima dan tanggal penerimaan dibuat oleh seksi penerimaan
dibagian pengadaan umum atau gudang berdasarkan Purchase Order
50
dan Perjanjian dan dibuat 3 rangkap yang akan diserahkan pada bagian
akuntansi manajemen, bagian gudang dan arsip. Salah satu contoh dari
LPPBB adalah:
Perjanjian (lihat lampiran 5)
Yaitu perikatan jual beli barang atau jasa dengan rekanan yang
memuat nilai atau jenis barang termasuk hak dan kewajiban masing-
masing pihak dalam bentuk perjanjian pengadaan barang, perjanjian
pemborongan pekerjaan, Surat Perintah Kerja (SPK lihat lampiran
6), Surat Perintah Pengadaan (SPP lihat lampiran 7), yang dibuat
oleh divisi logistik.
h) Setelah itu bagian penerimaan permintaan dan barang datang di bagian
gudang tersebut memberikan barang tersebut ke petugas gudang
bagian penyimpanan untuk dilakukan pengklasifikasian barang-barang
yang datang ke kelompoknya masing-masing persediaan bahan baku
untuk sebagian diproses menjadi barang jadi vaksin dan antisera. Di
gudang penyimpanan, persediaan terdiri dari:
1. Persediaan bahan baku seperti perlengkapan-perlengkapan yang
akan digunakan untuk memproses vaksin dan antisera.
2. Persediaan dalam proses seperti cairan-cairan vaksin dan antisera
yang belum dicampur-campur dengan sempurna.
3. Persediaan barang jadi berupa vaksin dan antisera yang sudah
melalui proses produksi dan telah dikemas untuk selanjutanya dijual
baik ekspor ke berbagai Negara di dunia maupun dijual di bagian
pelayanan jasa yang melayani masyarakat Indonesia untuk pembelian
vaksin atau antisera baik perorangan, maupun perbadan usaha.
4. Persediaan bahan penolong atau bahan pembantu seperti ATK,
kardus pengemasan, alat kebersihan dan lain-lain.
5. Persediaan barang dagangan berupa barang-barang yang langsung
dibeli dari pemasok lalu dijual tanpa melalui proses produksi.
51
Begitu terus-menerus siklus yang ada di bagian gudang PT Bio Farma
(Persero) selama satu periode.
2. Memproses Bahan Baku
Kegiatan memproses bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau barang
dalam proses dan barang jadi adalah:
a) Pertama-tama bagian produksi menerima bahan baku yang dikirim
oleh bagian gudang.
b) Bahan baku yang telah diterima tersebut langsung didistribusikan ke
bagian-bagian yang menangani produk-produk yang akan dihasilkan.
Di divisi produksi terdiri dari berbagai macam bagian, karena produk
yang dihasilkan beragam.
c) Sebelum mulai kegiatan proses produksi, petugas produksi membawa
persediaan akhir yang masih tersedia di area gudang penyimpanan
barang dalam proses untuk menindaklanjuti persediaan akhir dalam
proses tersebut menjadi barang jadi yang siap dijual.
d) Jika bahan baku yang diproses masih banyak dan belum menjadi
barang jadi, maka ada petugas yang menyimpannya di area gudang
penyimpanan barang dalam proses dengan membuat rincian bahan
produk apa dan diberikannya kepada petugas bagian gudang yang
menjaga area gudang penyimpanan barang dalam proses.
e) Jika barang telah selesai diproses dan telah dikemas, maka ada petugas
yang mendistribusikannya ke bagian gudang penyimpanan barang jadi
yang selanjutnya akan didistribusikan lagi ke bagian pelayanan jasa
dan bagian penjualan ekspor.
f) Jika barang persediaan bahan baku telah habis, maka ada bagian
petugas produksi yang meminta bahan baku ke bagian gudang dengan
mengisi bon permintaan barang seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
52
3. Penjualan Barang Jadi
Proses yang terakhir adalah proses menjual barang jadi atau barang dagangan.
Untuk menjual atau memasarkan produk dari PT Bio Farma (Persero), perusahaan
melakukannya melalui dua divisi, yaitu:
a) Divisi Pelayanan Jasa
Di bagian divisi pelayanan jasa, konsumen terdiri dari dua bagian,
yaitu perorangan dan badan usaha. Yang membedakan antara konsumen
perorangan dan badan usaha yaitu, perorangan atau individu melakukan
vaksin untuk dirinya sendiri dan membayar secara cash atau tunai dan faktur
penjualan tunainya dibuat 4 rangkap lalu diserahkan ke bagian pajak,
akuntansi, keuangan dan arsip. Untuk pelayanan jasa perorangan ini terdiri
dari tiga unit, yaitu pertama bagian poli rabies untuk orang-orang yang
terkena virus hewan yang belum disuntik rabies, kedua laboratorium untuk
memeriksa kadar gula, tekanan darah dan lain-lain.
Ketiga jasa balai imunisasi yang terdiri dari vaksin dan polio yaitu
untuk masyarakat yang ingin memakai vaksin atau polio baik untuk dewasa
maupun untuk anak kecil. Untuk pelayanan jasa badan usaha yaitu biasanya
menggunakan dua unit, yaitu bagian balai imunisasi untuk para karyawan
perusahaan tersebut divaksin dalam jumlah yang banyak. Dan juga unit
laboratorium, biasanya perusahaan yang menggunakan jasa laboratorium di
PT Bio Farma (Persero) ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang
industri makanan, mereka menguji hasil makanan yang akan mereka jual ke
pasaran pada PT Bio Farma (Persero).
Setelah hasil laboratorium itu keluar, maka perusahaan baru bisa
menjual ke pasaran jika hasil laboratoriumnya menunjukkan hasil yang tidak
adanya keberadaan virus. Tetapi jika hasil laboratorium menunjukkan adanya
virus di dalam makanan tersebut, maka perusahaan harus mengganti bahan-
bahan atau takaran sesuai yang telah disarankan. Sistem pembayaran pada
penjualan ke badan usaha adalah credit atau kredit, karena biasanya
53
perusahaan bertransaksi dalam ukuran besar. faktur penjualan kreditnya dibuat
4 rangkap lalu diserahkan ke bagian pajak, akuntansi, keuangan dan arsip.
b) Divisi Penjualan Ekspor atau Penjualan ke Luar Negri.
Pada bagian ekspor vaksin dan antisera, petugas meminta persediaan
barang jadi yang sudah dikemas ke bagian gudang yang nantinya dikirim ke
berbagai Negara dan faktur penjualannya diserahkan ke bagian akuntansi
untuk dijurnal, ke bagian keuangan dan arsip. Dan juga bagian penjualan
ekspor ini merekap setiap bulannya penjualan yang diekspor ke berbagai
Negara untuk keperluan manajemen dalam mendata Negara-negara mana
sajakah yang menjadi pelanggan dari PT Bio Farma (Persero) dan dilaporkan
ke dalam laporan tahunan.
Setelah kepala bagian gudang, kepala bagian pelayanan jasa dan kepala
bagian penjualan ekspor menyerahkan hasil rekapannya selama satu bulan ke bagian
manajemen akuntansi, barulah petugas akuntansi manajemen yang bertugas untuk
menghitung stock opname barang persediaan di gudang melakukan tugasnya. Seperti
yang dijelaskan dibawah ini:
a) Pertama-tama petugas ini menerima laporan dari tiap-tiap divisi untuk
selanjutnya dilakukan perhitungan nilai persediannya yang akan
dibahas pada sub bab penilaian persediaan bahan baku.
b) Setelah itu petugas yang bertugas menghitung, menyerahkan hasil
hitungannya kepada petugas yang bertugas untuk stock opname ke
gudang bagian penyimpanan persediaan.
c) Petugas di bagian penyimpanan ini membandingkan hasil hitungan
yang ada dicatatan dengan jumlah fisik yang ada di gudang
penyimpanan tersebut. Jika ada perbedaan, maka petugas ini harus
menelusuri perbedaan tersebut, apakah adanya salah hitung, adanya
barang yang tidak terhitung, atau adanya barang rusak dan kadaluarsa
degan mengecek Laporan Beban Pokok bahan Baku Rusak atau
Kadaluarsa (lihat lampiran 8) yang berisi catatan persediaan bahan
54
yang rusak atau kadaluarsa selama satu bulan yang dibuat berdasarkan
berita acara pemusnahan barang.
d) Lalu petugas ini menyerahkan laporan beban pokok bahan baku rusak
atau kadaluarsa kepada bagian akuntansi manajemen bagian
perhitungan persediaan untuk dilakukan perlakuan akuntansi
perhitungan barang rusak atau kadaluarsa.
e) Selanjutnya hasil perhitungan ini diserahkan ke bagian akuntansi
petugas bagian jurnal.
Tugas pada bagian akuntansi manajemen yang mengelola bagian bahan baku
meliputi Proses mencatat, mengelompokkan, meringkas dan menyajikan transaksi
penerimaan dan pengeluaran persediaan bahan dalam bentuk informasi keuangan
yang sesuai dengan pedoman akuntansi keuangan yang berlaku di perusahaan disebut
dengan akuntansi persediaan bahan.
Bukti pendukung akuntansi persediaan bahan yaitu bukti sah dan relevan yang
digunakan untuk transaksi penerimaan dan pengeluaran persediaan bahan dan
berfungsi sebagai bukti jurnal pemakaian bahan selama satu bulan, penyesuaian
pemakaian bahan yang tersisa pada akhir tahun dan bahan kadaluarsa atau rusak
selama satu bulan. Laporan yang Dihasilkan dari Prosedur:
1. Laporan Saldo Mutasi (lihat lampiran 9)
Yang berisi rincian mutasi persediaan bahan di bagian yang diproses
diaplikasi persediaan yang telah ditandatangani oleh bagian yang
bersangkutan. Laporan saldo mutasi ini dibuat berdasarkan kartu persediaan
bahan.
2. Bukti Input Data Bahan (lihat lampiran 10)
Media pencatatan penerimaan dan pengeluaran persediaan bahan yang
disusun secara kronologis, berdasarkan tanggal transaksi, memuat dasar
pencatatan, kode dan nama barang, satuan, harga satuan dan total nilai.
55
3. Rekapitulasi Mutasi Persediaan Bahan (lihat lampiran 11)
Rekapitulasi persediaan bahan dalam kuantum dan nilai selama periode
tertentu yang memuat kode dan nama barang, kemasan, saldo awal,
penerimaan dan pengeluaran serta saldo akhir.
4. Daftar Rekonsiliasi Buku Besar dan Buku Tambahan (lihat lampiran
12)
Daftar yang memuat saldo yang akan terkait dengan mutasi persediaan
bahan menurut buku beasr dibanding dengan saldo menurut rekapitulasi
mutasi persediaan bahan pada tanggal neraca sehingga dapat diteliti
kemungkinan terjadinya perbedaan saldo dari laporan yang berbeda sumber
datanya tetapi seharusnya menghasilkan saldo yang sama.
Untuk memudahkan membaca prosedur kegiatan pengadaan barang,
memproses bahan baku menjadi barang jadi dan proses menjual barang jadi pada PT
Bio Farma (Persero), maka penulis mengilustrasikan dalam bentuk flowchart sebagai
berikut:
56
1. Flowchart Kegiatan Pengadaan
Gam
bar
4.1
F
low
chart
Keg
iata
n P
engad
aan
57
2. Flowchart Proses Pembuatan Barang Jadi
Gambar 4.2 Flowchart Proses Pembuatan Barang Jadi
58
3. Flowchart Proses Penjualan Barang Jadi
Gam
bar
4.3
F
low
chart
Pro
ses
Pen
juaa
n B
aran
g J
adi
59
Seperti halnya perusahaan lain, PT Bio Farma (Persero) sangat
memperhatikan adanya persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi. Maka dari
itu PT Bio Farma (Persero) harus menggunakan satu dari dua jenis metode pencatatan
persediaan yang ada, yaitu sistem pencatatan persediaan perpetual dan metode
pencatatan persediaan periodik. Hal ini dikarenakan agar persediaan yang keluar dan
masuk langsung dicatat sesuai dengan metode pencatatan yang berlaku di perusahaan.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, PT Bio Farma (Persero) pun memiliki
metode pencatatan persediaan yang perusahaan gunakan untuk menghitung
persediaan baik secara fisik maupun secara catatan agar perusahaan selalu up to-date
dalam mengetahui jumlah akurat persediaan yang mereka miliki.
PT Bio Farma (Persero) menggunakan metode pencatatan persediaannya yaitu
metode pencatatan perpetual. Dimana pada saat menjurnal terdapat jurnal mengenai
perhitungan harga pokok penjualannya. Dan juga setiap terjadinya transaksi
perusahaan yang berhubungan dengan persediaan, perusahaan langsung mencatatnya
ke akun persediaan. Untuk mencatat semua transaksi yang terjadi di PT Bio Farma
(Persero) adalah dengan menggunakan ayat jurnal. Adapun contoh pencatatan
transaksi ayat jurnal di PT Bio Farma (Persero) yang berkaitan dengan persediaan
adalah sebagai berikut:
Pencatatan saat terjadi penjualan vaksin dan antisera tunai berdasarkan faktur
penjualan tunai (lihat lampiran 13):
Dr kas/bank 160.000
Cr penjualan 160.000
Dr harga pokok penjualan 120.000
Cr persediaan barang jadi 120.000
Pencatatan saat penjualan vaksin dan antisera kredit berdasarkan faktur
penjualan kredit (lihat lampiran 14):
Dr piutang usaha 247.500
Cr penjualan 247.500
60
Dalam penerapan metode pencatatan perpetual ada beberapa manfaat yang
diperoleh perusahaan, yaitu:
1. Jumlah persediaan barang dagangan dapat diketahui setiap saat, karena
pencatatan dilakukan secara terus menerus sehingga pengawasan terhadap
fisik barang dapat terus terpantau.
2. Pengawasan terhadap setiap pos persediaan barang dagang yang dapat lebih
mudah karena perkiraan persediaan ini dicatat pada setiap jenis barang
dagangan.
4.2 Metode Penilaian Persediaan Bahan Baku pada PT Bio Farma (Persero)
Salah satu aktiva lancar perusahaan adalah persediaan. Persediaan yang ada
diperoleh dengan menginvestasikan dana yang cukup besar, oleh karena itu perlu
dilakukan kebijakan atas pencatatan setiap keluar masuknya barang sebagai wujud
tindakan pengawasan dan mempermudah perusahaan dalam melaksanakan penerapan
atas metode penilaian atas persediaan yang ada. Kerja praktik ini bertujuan untuk
mengetahui lebih jauh prosedur akuntansi yang dilaksanakan oleh perusahaan dalam
menerapkan metode penilaian atas persediaan yang ada.
Penilaian persediaan adalah hal yang penting dalam penyusunan laporan
keuangan. Penggunaan suatu metode akan menghasilkan nilai yang berbeda dengan
penggunaan metode yang lain. Pada sistem perpetual inventory system, setiap terjadi
penjualan atau pemakaian barang untuk produksi, perlu diketahui harga pokok barang
yang dijual atau yang dipakai. Oleh karena itu setiap kali terjadi pembelian barang
harus dilakukan perhitungan harga Pokok setelah pembelian tersebut. Perhitungan
harga pokok dilakukan dengan cara menjumlahkan harga pembelian dengan nilai
persediaan dibagi dengan Jumlah persediaan setelah pembelian.
(Jumlah pembelian * harga perunit + Jumlah persediaan * Hpp)
(Jumlah pembelian+Persediaan)
61
Perhitungan harga Pokok juga dilakukan pada saat pengembalian barang sisa
produksi. Bila pada rentang pengeluaran barang hingga pengembalian barang sisa
produksi belum ada pembelian, maka hasil perhitungan harga Pokok akan
menunjukan nilai yang sama dengan sebelumnya.
Sama halnya dengan metode pencatatan persediaan, perusahaan juga harus
memiliki metode penilaian persediaan agar pergerakan dari persediaannya dapat terus
di pantau oleh perusahaan sehingga memudahkan tugas dari pengendalian internal
persediaan.
Pada kasus perhitungan rumus biaya persediaan PT Bio Farma (Persero) ,
penilaian persediaannya adalah menggunakan rata-rata tertimbang, dengan metode ini
saldo akhir akan bisa dinilai setiap saat. Tetapi pada gudang atau mutasi barang
persediaannya menggunakan masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau biasa
disebut juga FIFO (first in first out). Hal ini dikarenakan kondisi bahan baku yang
memerlukan perlakuan khusus agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan,
seperti usang. Karena bahan baku vaksin memerlukan ruangan, suhu dan cuaca yang
khusus. Maka dari itu persediaan bahan baku yang pertama kali masuk ke gudang,
persediaan bahan baku itu pula yang pertama kali dikeluarkan untuk selanjutnya
melalui proses produksi
Metode penilaian ini dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pemasukan dan pengeluaran barang dagangan:
a) Penerimaan vaksin dan antisera jadi dari bagian produksi disimpan
paling depan dan untuk barang dagangan lama disimpan paling
belakang.
b) Vaksin dan antisera yang akan dijual pengambilannya dari
persediaan barang yang lama.
2. Penyimpanan vaksin dan antisera harus dipertimbangkan:
a) Umur vaksin dan antisera
b) Kerusakan pada kemasan vaksin dan antisera
62
3. Barang dagangan disimpan menurut tanggal pembuatan dan jenisnya.
4. Barang dagangan vaksin dan antisera diusahakan agar tidak melebihi
kapasitas yang telah ditetapkan.
5. Penyimpanan barang jadi vaksin dan antisera harus terhindar dari matahari
dan di dalam suhu 8 C
Perusahaan memiliki kartu persediaan bahan baku untuk memudahkan bagian
gudang dalam mengetahui jumlah persediaan dan melaporkannya kepada bagian
pengadaan, jika kekurangan persediaan maka bagian pengadaan ini akan memesan ke
bagian produksi untuk membuat vaksin dan antisera lagi sesuai kebutuhan. Adapun
bentuk kartu persediaannya sebagai berikut:
63
Gam
bar
4.4
Kar
tu P
erse
dia
an B
ahan
(Sum
ber
: P
T B
io F
arm
a (P
erse
ro))
64
4.3 Penyajian dan Pengungkapan Persediaan pada PT Bio Farma (Persero)
Laporan keuangan yang disajikan oleh PT Bio Farma (Persero) ini sudah
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yaitu prinsip
akuntansi yang didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan No.14, serta kebijakan
perusahaan yang berlaku di dalam perusahaan.
Dalam menentukan harga pokok penjualan PT Bio Farma (Persero)
menggunakan penilaian yang berdasarkan metode rata-rata tertimbang. Dimana harga
beli dari setiap kali pembelian dikalikan dengan unit yang dibeli.
Dan berikut adalah contoh penyajian persediaan barang dagangan vaksin dan
antisera:
NO KELOMPOK PERSEDIAAN 31-Des-2011 (Rp) 31-Des-2010 (Rp)
A Bahan Baku/Penolong 85,599,038,198.80 86,914,072,910.38
B Perlengkapan 2,962,734,535.71 3,391,514,725.43
C Produk Dalam Proses 48,086,886,431.79 22,583,987,110.66
D Produk Jadi 31,058,984,638.49 24,068,952,713.20
E Barang Dagangan 83,655,596.00 151,479,118.74
Jumlah 165, 791,299,400.79 137,110,006,778.31
Penyisihan Penurunan Nilai Persediaan (2,146,669,943.73) (509,028,223.46)
Jumlah 163,644,629,457.06 136,600,978,354.85
Tabel 4.1 Penyajian Persediaan pada PT Bio Farma (Persero)
(Sumber: PT Bio Farma (Persero))
Pengungkapannya:
Saldo per 31 Desember 2011 untuk penyisihan penurunan nilai persediaan
sebesar 2,146,669,943.73 terdiri dari persediaan slow moving Rp 992,000,200.02 ,
Dead stock Rp 209,384,900.40, Surplus Rp 583,938,400.48, dan obsolete Rp
361,346,442.83
Kerugian yang terjadi karena kadaluarsa/rusak persediaan produk jadi dan
bahan baku per 31 Desember 2011 dibukukan dengan mengurangi saldo penyisihan
penurunan nilai persediaan, jika sudah termasuk dalam penyisihan pada 31 Desember
65
2010, sedangkan untuk yang belum tercadangkan dicatat menjadi beban periode
berjalan dan disajikan dalam kelompok akun beban bahan baku dan penolong.
Kerugian yang terjadi karena kadaluarsa/rusak persediaan produk jadi dan
bahan baku per 31 Desember 2010 dihapuskan dan menjadi beban tahun berjalan
serta disajikan dalam kelompok akun beban bahan baku dan penolong, karena belum
diberlakukan kebijakan penyisihan penurunan nilai persediaan.