syariah islam mpk agama islam

20
Lembar Tugas Mandiri MPK-Agama Islam Syahrul Ramdani 1406530905 FG-03 1

Upload: syahrul-ramdani

Post on 12-Sep-2015

245 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

:)

TRANSCRIPT

Lembar Tugas Mandiri

MPK-Agama Islam

Syahrul Ramdani

1406530905

FG-03

Syariah IslamA. Sistem Syariah Islam

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara , islam mempunyai aturan bagi masyarakatnya. Keberadaan aturan atau sistem hukum islam yang biasa disebut syariat islam merupakan hukum dan ketentuan Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah (hablumminallah), hubungan manusia dengan diri sendiri (hablumminannafsy) dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablumminannas).Secara praktis, dalam hablumminallah, islam mengatur masalah akidah dan ibadah. Dalam hablumminannas, islam mengatur masalah muamalah. Misalnya perdagangan, politik, ekonomi dan pendidikan, serta uqubat (persanksian). Syariat islam mempunyai sistem khas yang tidak dimiliki agama mana pun. Kekhasan ini dapat dilihat dari pelaksanaannya. Penerapan syariat islam dapat memberikan rahmat bagi manusia dan menjaga kehoratan manusia. Di tengah meningkatnya tindak kriminal, syariat islam bisa menjadi solusi atas permasalahan yang ada di masyarakat. Syariat islam mampu mencegah terjadinya tindak kriminal dengan landasan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT.Setiap manusia akan merasa terikat dengan hukum-hukum Allah, sehingga ia akan senantiasa merasa takut ketika akan melanggar hukum-Nya. Selain itu, syariat islam juga akan menjadi penebus dosa bagi pelaku yang melakukan tindak criminal, sehingga ia akan terbebas dari siksa di akhirat. Maka, syariat islam bersifat adil dan tidak diskriminatif. Ia berlaku bagi siaoaoun dan di mana pun.

a. Sumber Sisem syariah IslamHukum islam adalah suatu sistem hukum yang nilai-nilainya didasarkan kepada aturan dan ketetapan Allah SWT, yang disampaikan-Nya melalui Rasulullah SAW. Dasar hukum islam yang utama adalah Al-Quran, selanjutnya adalah hadis nabi yang sahih. Selanjutnya para ulama ahli melakukan pendekatan-oendekatan dan membuat pemahaman terhadap Al-Quran dan hadis sehingga lahirlah kitab fikih. Kitab fikih merupakan pedoman yang berisi hukum serta peraturan islam. Usaha para ulama untuk melakukan pendekatan dan membuat pemahaman disebut juga sebagai ijtihad.

Sumber hukum berikutnya adalah hadis yang berisi sunah rasul, yakni cara hidup dan perilaku Nabi Muhammad SAW semasa hidup dan mengamalkan ajaran islam. Selain kedua sumber tersebut, ada juga ijmak. Ijmak adalah kesepakatan yang dibuat oleh para ulama terpercaya terkait cara hidup dan permasalahan seputar kehidupan. Ada juga qiyas, serupa analogi untuk mengira-ngira hukum suatu kasus yang belum ada di masa hidup Rasulullah dengan menyamakannya dengan kasus mirip yang pernah terjadi di masa kehidupan Rasulullah SAW.

b. Bidang sistem syariah islamPada prinsipnya, hukum islam memiliki dua bidang besar yang mencakup sub-sub bidang kecil dibawahnya. Kedua bidang tersebut adalah bidang hukum rohaniah dan hukum duniawi. Hukum rohaniah berkaitan dengan tata cara pelaksanaan ibadah. Dengan kata lain, sistem hukum islam bidang rohaniah berfungsi membimbing dan memandu umat islam untuk beribadah dengan baik dan benar, seperti tata cara pelaksanaan salat, puasa, zakat, dan haji.

Yang kedua adalah hukum duniawi. Hukum duniawi adalah peraturan islam yang mengatur tata cara dan prosedur hal-hal yang terkait hubungan manusia satu dengan manusia lainnya. Hukum duniawi terdiri dari sub-bidang sebagai berikut :

1. Muamalat

Yang dimaksud dengan muamalat adalah hukum dan peraturan terkait hubungan manusia dengan manusia lain di bidang sewa menyewa, jual beli, perburuhan, perikatan, hukum kepemilikan, hak kebendaanm hukum tanah, dan berbagai bentuk hubungan ekonomi yang terjadi di masyarakat.2. Nikah atau Munakahah

Yang dimaksud dengan nikah atau munakahah adalah peraturan dan hukum islam terhadap proses pernikahan atau pembentukan keluarga. Hukum nikah terdiri dari syarat nikah, rukun nikah, hak dan kewajiban suami serta istri, dasar-dasar pernikahan, dan sebagainya.

3. Jinayat

Yang dimaksud dengan jinayat adalah hukum terkait masalah pidana kejahatan (kriminal) dan pelanggaran hukum Allah.

Negara-negara yang mengaplikasikan sistem hukum dengan nilai-nilai islam sebagai sistem hukum nasional negaranya melaksanakan dan menyusun peraturan dengan memanfaatkan ketiga subbidang hukum duniawi di atas.

c. Tujuan Sistem Syariah IslamSumber syariat islam adalah Al-quran dan As sunnah. Sebagai hukum dan ketentuan yang diturunkan Allah SWT, syariat islam telah menetapkan tujuan-tujuan-tujan luhur yang akan menjaga kehormatan manusia, yaitu sebagai berikut

Pemeliharaan atas keturunan. Misalnya , syariat islam mengharamkan zina dan mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi pelakunya. Hal ini menjaga kelestarian dan terjaganya garis keturunan. Dengan demikian, seorang anak yang lahir melalui jalur resmi pernikahan akan mendapatkan haknya sesuai garis keturunan dari ayahnya.

Pemeliharaan atas akal. Misalnya, syariat islam mengharamkan segala sesuatu yang dapat memabukkan dan melemahka ingatan, seperti minuman keras atau beralkohol dan narkoba. Islam menganjurkan setiap muslim untuk menuntut ilmu dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Jika akalnya terganggu karena mengonsumsi minuman beralkohol, akalnya akan lemah dan aktivitas berpikirnya akan terganggu

Pemeliharaan atas kemuliaan. Misalnya, Islam mengatur masalah tentang fitnah atau tuduhan dan melarang untuk membicarakan orang lain. Hal ini untuk menjaga kemuliaan setiap manusia agar ia terhindar dari hal-hal yang dapat mencemari nama baik dan kehormatannya. Pemeliharaan atas jiwa. Misalnya, syariat islam telah menetapkan sanksi atas pembunuhan, terhadap siapa saja yang membunuh seseorang tanpa alasan yang benar. Dalam islam, nyawa manusia sangat berharga dan patut dijaga keselamatannya.

Pemeliharaan atas harta. Misalnya, syariat islam telah menetapkan sanksi atas kasus pencurian dengan potong tangan bagi pelakunya. Hal ini merupakan sanksi yang sangat keras untuk mencegah segala godaan untuk melakukan pelanggaran terhadap harta orang lain.

Pemeliharaan atas agama. Msalnya, syariat islam memberikan kebebasan bagi setiap manusia untuk menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya. Islam tidak pernah memaksakan seseorang untuk memeluk islam. Akan tetapi, islam mempunyai sanksi bagi setiap muslim yang murtad agar manusia lain tidak mempermainkan agamanya.

B. Pengertian dan Hakikat SyariahSecara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan. Kata syariat berasal dari kata syara al-syaiu yang berarti menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari kata syirah dan syariah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain. Syariat dalam istilah syari hukum-hukum Allah yang disyariatkan kepada hamba-hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Quran dan sunnah nabi Saw dari perkataan, perbuatan dan penetapan. Syariat dalam penjelasan Qardhawi adalah hukum-hukum Allah yang ditetapkan berdasarkan dalil-dalil Al-Quran dan sunnah serta dalil-dalil yang berkaitan dengan keduanya seperti ijma dan qiyas.Syariat Islam dalam istilah adalah apa-apa yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya dari keyakinan (aqidah), ibadah, akhlak, muamalah, sistem kehidupan dengan dimensi yang berbeda-beda untuk meraih keselamatan di dunia dan akhirat. Demikian juga istilah hukum Islam sering diidentikkan dengan kata norma Islam dan ajaran Islam. Dengan demikian, padanan kata ini dalam bahasa Arabbarangkali adalah kata al-syariah. Namun, ada juga yang mengartikan kata hukum Islam dengan norma yang berkaitan dengan tingkah laku, yangpadanannya barangkali adalah al-fiqh.

Ketentuan-ketentuan sebagaimana dirumuskan dalam syariah, wajib dipatuhi. Orang Islam yakin bahwa ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam syariah itu adalah ketentuanm Allah SWT yang bersifat universal, oleh karena itu merupakan hukum bagi setiap komponen dalam satu sistem. Hal ini berarti bahwa setiap ketentuan yang ditinggalkannya atau dilanggar bukan saja akan merusak lingkungannya tetapi juga akan menghilangkan fungsi parameter dalam komponen atau fungsi komponen dalam sistem. Sebagai contoh, seseorang menyalahi janji, berdusta, zina, mencuri, korupsi, dan lain-lain. Dalam syariah Islam ada istilah rukshoh (keringanan) apabila seseorang tidak dapat melaksanakan kewajibannya secara normal, maka ia boleh melaksanakannya dengan cara lain sesuai dengan kekuatan, kemungkinan, dan kondisi, seperti sholat sambil dudukPenjabaran lebih luas dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa kalau diidentikkan dengan kata al-syariah, hukum Islam secara umum dapatdiartikan dalam arti luas dan dalam arti sempit.a. Syariah dalam arti luasDalam arti luas al-syariah berarti seluruh ajaran Islam yang berupa norma-norma ilahiyah, baik yangmengatur tingkah laku batin (sistem kepercayaan/doktrinal) maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang individual dan kolektif.

Dalam arti ini, al-syariahidentik dengan din, yang berarti meliputi seluruh cabang pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fikih, usul fikih, dan seterusnya. (Akidah, Akhlak dan Fikih).

b. Syariah dalam arti sempitDalam arti sempit al-syariah berarti norma-norma yang mengatur sistem tingkah laku individual maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan pengertian ini,al-syariah dibatasi hanya meliputi ilmu fikih dan usul fikih. Syari'ah dalam arti sempit (fikih) itu sendiri dapat dibagimenjadi empat bidang:

Ibadah Muamalah Uqubah , DllC. Perbedaan Syariah dan FiqihUntuk mengetahui perbedaan antara syariah dan fiqih, kita harus mengetahui pengertian dari fiqih terlebih dahulu. Fiqih menurut bahasa berarti paham, dan Fiqih Secara Istilah Mengandung Dua Arti:

Pengetahuan tentang hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syariat agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-nash al Quran dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang berupa ijma dan ijtihad.

Hukum-hukum syariat itu sendiri. Jadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama di gunakan untuk mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada), sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syariat itu sendiri (yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya).Menurut Abu Ameenah, terdapat tiga perbedaan antara syariah dan fiqih :

Pertama; Syariahmerupakan hukum yang diwahyukan Allah yang terdapat dalam al-Quran dan sunah,sementara fiqhadalah hukum yang disimpulkan dari syariah yang merespon situasi-situasi tertentu yang tidak secara langsung dibahas dalam hukum syariah. Kedua,syariahadalah pasti dan tidak berubah, sementarafiqhberubah sesuai dengan situasi dan kondisi dimana diterapkan. Ketiga, hukum syariah sebagian besar bersifat umum dan meletakkan prinsip-prinsip dasar, sebaliknya hukum fiqh cenderung spesifik; menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip dasar syariah bisa diaplikasikan sesuai dengan keadaan. Akan tetapi, walaupun sesungguhnya makna syariah dan fiqh memiliki perbedaan, namun kemudian diterjemahkan secara longgar sebagai hukum Islam.Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian fikih berbeda dengan syariah baik dari segi etimologis maupun terminologis. Syariah merupakan seperangkat aturan yang bersumber dari Allah Swt. dan Rasulullah Saw. untuk mengatur tingkah laku manusia baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya (beribadah) maupun dalam rangka berhubungan dengan sesamanya (bermuamalah). Sedangkan fikih merupakan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dari apa yang sudah ditetapkan oleh syariah.D. Ruang Lingkup Syariah IslamDengan definisi syariat Islam baik secara etimologis maupun terminologis syar di atas, tampak jelas bahwa ruang lingkup syariat Islam adalah seluruh ajaran Islam, baik yang berkaitan dengan akidah maupun peraturan atau sistem kehidupan yang menjadi turunannya.Akidah Islam adalah keimanan kepada Allah dan para malaikat-Nya; pada kitab-kitab-Nya; kepada para rasul-Nya; serta pada Hari Akhir dan takdir, yang baik dan buruknya berasal dari Allah SWT semata. Akidah Islam juga meliputi keimanan pada adanya surga, neraka, dan setan serta seluruh perkara yang berkaitan dengan semua itu. Demikian juga dengan hal-hal gaib dan apa saja yang tidak bisa dijangkau oleh indera yang berkaitan dengannya. Akidah Islam merupakan pemikiran yang sangat mendasar (fikr assi). Ia mampu memecahkan secara sahih problem mendasar manusia di seputar: dari mana manusia berasal; untuk apa manusia ada; dan mau ke mana manusia setelah mati. Artinya, akidah Islam merupakan pemikiran yang menyeluruh (fikrah kulliyyah) yang menjadi sumber dari seluruh pemikiran cabang. Ia adalah pemikiran mendasar yang membahas persoalan di seputar: (1) alam semesta, manusia, dan kehidupan; (2) eksistensi Pencipta dan Hari Akhir; (3) Hubungan alam, manusia, dan kehidupan dengan Pencipta dan Hari Akhir. Dalam konteks manusia, hubungan yang dimaksud adalah hubungan dirinya sebagai hamba dengan Allah yang harus tunduk pada syariat-Nya. Sebab, syariat Allah merupakan standar akuntalibitas bagi seluruh aktivitas manusia di hadapan-Nya.Sementara itu, peraturan atau sistem kehidupan Islam merupakan kumpulan ketentuan yang mengatur seluruh urusan manusia, baik yang berkaitan dengan ubudiah, akhlak, makanan, pakaian, muamalat, maupun persanksian.13 Tentu saja, untuk bisa disebut sistem Islam, ia harus digali dari dalil-dalil tafshli (rinci); baik yang bersumber dari al-Quran, Hadis Nabi, Ijma Sahabat, maupun Qiyas.Al-Quran, misalnya, dengan tegas menyatakan:

Kami telah menurunkan al-Kitab (al-Quran) ini kepadamu (Muhammad) untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS an-Nahl [16]: 89).Hadis Nabi juga telah menjelaskan hal yang sama:

Aku telah meninggalkan dua perkara yang menyebabkan kalian tidak akan sesat selamanya selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. (HR at-Turmudz, Ab Dwud, Ahmad).Dari dua nash di atas, tampak jelas bahwa syariat Islam yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw. telah mengatur segala urusan tanpa kecuali; mulai dari hubungan manusia dengan Penciptanyadalam konteks akidah dan ibadah semisal shalat, puasa, zakat, haji dan jihad; hubungan manusia dengan dirinya sendiri seperti dalam urusan pakaian, makanan dan akhlak; hingga hubungan manusia dengan sesamanya seperti dalam urusan pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, dan politik luar negeri, dll. Secara konseptual, semuanya telah diatur oleh Islam dengan sejelas-jelasnya.

Sementara itu, dalam tataran praktis atau aplikatif, Islam juga memiliki tatacara tertentu yang digunakan untuk mengaplikasikan hukum-hukumnya, memelihara akidahnya, dan mengembannya sebagai risalah dakwah. Dengan demikian, yang pertama bersifat konseptual dan tidak mempunyai pengaruh secara fisik sehingga disebut sebagai fikrah (konsep) saja, sedangkan yang kedua bersifat praktis dan aplikatif sehingga disebut dengan tharqah (metode). Sebab, yang terakhir ini tidak hanya bersifat konseptual, tetapi juga bersifat praktis dan aplikatif karena merupakan aktivitas fisik yang mempunyai pengaruh secara fisik, di samping bersifat tetap.

Kedua fakta di atas bisa dijelaskan lebih jauh. Akidah Islam, kewajiban shalat, zakat, haji, dan puasa, misalnya, adalah fikrah. Sementara itu, jihad, dakwah, dan sanksi atas tindakan kriminal (uqbt) adalah tharqah karena merupakan aktivitas fisik yang mempunyai pengaruh secara fisik dan bersifat tetap; tidak berubah karena situasi dan kondisi.14 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa syariat Islam mencakup fikrah dan tharqah.

Karena syariat Islam terdiri dari fikrah dan tharqah, keduanya harus diyakini secara utuh; tidak boleh dipisahkan satu sama lain. Mengimani fikrah-nya saja (semisal kewajiban menegakkan shalat dan haramnya meninggalkan zakat) tanpa meyakini tharqah untuk mengaplikasikannya semisal (keharusan memberlakukan sanksi tazr bagi para pelanggarnya) bukan hanya akan mengakibatkan terabaikannya pelaksanaan syariat Islam tersebut, tetapi juga dapat mengantarkan siapa saja yang mengingkarinya pada kekufuranjika yang diingkarinya adalah hukum-hukum yang bersifat tegas/pasti (qath) dari segi sumber (tsubt) dan makna (dallah)-nya.

Dengan ungkapan lain, syariat Islam sesungguhnya meliputi keyakinan spiritual (aqdah rhiyyah) dan ideologi politik (aqdah siysiyyah). Spiritualisme Islam telah membahas hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya yang terangkum dalam akidah dan ubudiah; membahas pahala dan dosa manusia; serta membahas seluruh urusan keakhiratan manusia seperti surga dan neraka. Sebaliknya, ideologi politik Islam telah membahas seluruh urusan keduniaan yang terangkum dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri maupun dengan sesamanya; baik menyangkut bidang pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, maupun politik luar negeri, dan sebagainya.15 Istilah aqdah (keyakinan, prinsip dasar, ideologi) sengaja digunakan untuk menyebut kedua konsepsi di atas. Alasannya, karena masing-masing aspek tersebut merupakan ajaran Islam yang harus diyakini oleh setiap Muslim dan merupakan persoalan agama yang telah sama-sama diketahui urgensinya (malm min ad-dn bi adh-dharrah). Penolakan terhadap salah satu atau kedua-duanya sekaligus dapat mengakibatkan seseorang terpelanting dari Islam alias murtad.

Dari sini, dapat disimpulkan, bahwa syariat Islam bukan hanya mengatur urusan dan persoalan yang dibahas oleh agama, tetapi juga urusan dan persoalan yang dibahas oleh ideologi. Dengan lingkup syariat Islam yang meliputi dua wilayah iniagama dan ideologimaka tepat sekali jika Islam disebut sebagai agama dan ideologi sekaligus. Artinya, secara mendasar, Islam jelas berbeda dengan Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, dan sebagainya yang bersifat spiritual

Syariat agama-agama non-Islam di atas pada faktanya hanya membahas urusan dan persoalan spiritual (keakhiratan) sehingga hanya layak disebut sebagai agama. Sebaliknya, urusan dan persoalan keduniaan yang dibahas oleh ideologi, tidak dibahas oleh agama-agama non-Islam tersebut. Islam juga berbeda dengan ideologi-ideologi lain seperti Kapitalisme dan Sosialisme. Kedua ideologi tersebut pada faktanya juga hanya membahas urusan dan persoalan keduniaan semata. Sebaliknya, urusan dan persoalan spiritual (keakhiratan) yang dibahas oleh agama tidak dibahas oleh keduanya. Karena itu, baik Kapitalisme maupun Sosialisme tidak dapat disebut sebagai agama, tetapi lebih tepat disebut sebagai ideologi.

Walhasil, Islamlahdengan syariatnyasatu-satunya yang ada di dunia ini yang membahas seluruh urusan dan persoalan keduniaan maupun keakhiratan dengan sempurna. Artinya, hanya Islamlah satu-satunya syariat di dunia ini yang utuh dan sempurna, yang dapat diimplementasikan sebagai agama dan ideologi sekaligus.E. Daftar PustakaAhmadi, Abu. Dasar-dasar Pendidikan (Bumi Aksara, Jakarta, 2008).

Dasar Dasar Agama Islam, Prof. Dr. Zakiah Haradjat Dkk, 1999, Jakarta.

Fiqh Islam, H. Sulaiman Rasjid, 1976, Attahiriyah, Bandung.

Pendidikan Agama Islam, Drs. Nandang L. Hakim, 1988, Ganeca Exac, BandungAl-Qur`an al-Karim.Amir Syarifuddin (1999). Ushul Fiqh., Jilid 1. Jakarta: Logos. Cet. I. Djamil, Fathurrahman. (1997). Filsafat Hukum Islam (Bagian Pertama). Jakarta: Logos. Cet. I.14