implementasi syariah islam

27
2.4 Sistem Implementasi Syariah Islam IBADAH DAN MUAMALAH Ibadah dalam Pandangan Islam A. Definisi Ibadah Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), definisi ibadah banyak sekali, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah tersebut, antara lain : 1. Ibadah adalah taat kepada Allah SWT SWT dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. 2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah SWT Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. 3. Ibadah dalam pengertian khusus,yaitu “Lima Rukun Islam” yang wajib dilakukan oleh setiap muslim dengan beberapa pengecualian pada kondisi khusus. 4. Ibadah dalam pengertian luas atau umum, adalah segala perbuatan yang dilakukan seseorang dengan niat untuk mencari keridaan Allah SWT

Upload: primalia-atika

Post on 16-Feb-2015

136 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

lolo

TRANSCRIPT

Page 1: Implementasi Syariah Islam

2.4 Sistem Implementasi Syariah Islam

IBADAH DAN MUAMALAH

Ibadah dalam Pandangan Islam

A. Definisi Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.

Sedangkan menurut syara’ (terminologi), definisi ibadah banyak sekali, tetapi

makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah tersebut, antara lain :

1. Ibadah adalah taat kepada Allah SWT SWT dengan melaksanakan

perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah SWT Azza wa Jalla, yaitu

tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah

(kecintaan) yang paling tinggi.

3. Ibadah dalam pengertian khusus,yaitu “Lima Rukun Islam” yang wajib

dilakukan oleh setiap muslim dengan beberapa pengecualian pada kondisi

khusus.

4. Ibadah dalam pengertian luas atau umum, adalah segala perbuatan yang

dilakukan seseorang dengan niat untuk mencari keridaan Allah SWT

Dalam buku Majmuu'ul Fataawaa, karya Syaikhul Islam Ibnu

Taimiyyah juga disebutkan definisi ibadah. Dalam buku tersebut dikatakan

bahwa ibadah adalah suatu nama yang mencakup setiap apa-apa yang Allah

SWT cintai dan ridhai dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang zhahir

maupun yang bathin. Maksud dari perbuatan zhahir adalah ibadah yang nampak

yang bisa disaksikan oleh kita. Contoh dari ibadah ini adalah membaca

Al-Qur`an, shalat dan sebagainya. Sedangkan maksud dari perbuatan yang

bathin adalah ibadah yang berkaitan dengan amalan hati seperti cinta kepada

Allah SWT, takut, berharap, tawakkal kepada-Nya dan lain-lain.

B. Pembagian Ibadah

Page 2: Implementasi Syariah Islam

Dengan melihat beberapa definisi ibadah yang telah disebutkan di atas,

maka ibadah itu sendiri dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian.

Menurut Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, ibadah dapat dikelompokkan ke dalam

tiga bagian, yaitu : ibadah hati, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. Menurut

beliau, rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal

(ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah

(yang berkaitan dengan hati). Tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan

lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati), sedangkan

shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).

Disamping itu, beberapa ulama juga berpendapat bahwa ibadah terbagi

dalam lima macam, yaitu :

1. 'Ibaadah I'tiqaadiyyah

Seorang muslim meyakini bahwasanya Allah SWT 'Azza wa Jalla

adalah Pencipta, Pemberi Rizki, Yang Mematikan, Yang Menghidupkan,

Yang Mengatur seluruh urusan hamba-hamba-Nya. Selain itu, 'Ibaadah

I'tiqaadiyyah juga meyakini bahwasanya Dia adalah Dzat yang berhak

diibadahi satu-satunya yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dari do'a,

menyembelih, nadzar dan sebagainya, serta Dia adalah Dzat yang disifati

dengan sifat-sifat kemuliaan, kesempurnaan, kesombongan, keagungan, dan

yang lainnya dari macam-macam keyakinan tentang Allah SWT,

agama-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari

akhir dan taqdir yang baik maupun yang buruk.

2. 'Ibaadah Lafzhiyyah

'Ibaadah Lafzhiyyah adalah ibadah yang berkaitan dengan ucapan

lisan, seperti melafazhkan/mengucapkan dua kalimat syahadat, membaca

Al-Qur`an, berdo'a, membaca dzikir-dzikir Nabawiyyah dan lain-lainnya

dari jenis-jenis ibadah lafzhiyyah.

3. 'Ibaadah Badaniyyah

'Ibaadah Badaniyyah merupakan ibadah yang berkaitan dengan

badan, seperti berdiri, ruku' dan sujud di dalam shalat, shaum, amalan-

amalan haji, hijrah, jihad dan yang lainnya dari ibadah-ibadah badaniyyah.

4. 'Ibaadah Maaliyyah

Page 3: Implementasi Syariah Islam

'Ibaadah Maaliyyah adalah ibadah yang berkaitan dengan harta,

seperti zakat, shadaqah dan lainnya.

5. 'Ibaadah Tarkiyyah

Pengertian dari ibadah ini adalah seorang muslim meninggalkan

seluruh hal-hal yang haram, kesyirikan dan bid'ah dalam rangka

melaksanakan syari'at Allah SWT, sehingga menurut ibadah ini diri seorang

muslim akan mendapatkan pahala jika ia meninggalkan sesuatu yang haram

jika dalam pelaksanaannya dalam rangka mengharapkan ridha Allah SWT.

C. Pilar-Pilar Ubudiyyah

Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu :

hubb (cinta), khauf (takut), raja’ (harapan). Rasa cinta harus disertai dengan rasa

rendah diri, sedangkan khauf harus diimbangi dengan raja’. Dalam setiap ibadah

harus terkumpul ketiga unsur ini. Allah SWT berfirman tentang sifat hamba-

hamba-Nya yang mukmin:

Artinya :

“ Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad

dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah

mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut

terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,

yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang

suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang

Page 4: Implementasi Syariah Islam

dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha

Mengetahui.” [QS. Al-Maa-idah: 54]

Artinya :

“ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-

tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai

Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.

Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika

mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah

semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka

menyesal).” [QS. Al-Baqarah: 165]

Artinya :

“ Maka Kami memperkenankan do'anya, dan Kami anugerahkan kepada

nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya

mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)

perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap

dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.” [QS.

Al-Anbiya’: 90]

Page 5: Implementasi Syariah Islam

Sebagian Salaf berkata, “ Siapa yang beribadah kepada Allah SWT

dengan rasa cinta saja, maka ia adalah zindiq, siapa yang beribadah kepada-

Nya dengan raja’ saja, maka ia adalah murji’. Dan siapa yang beribadah

kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy. Barang siapa yang

beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin

muwahhid.” Maksud dari zindiq adalah orang yang munafik, sesat, dan mulhid.

Pengertian dari murji’ adalah orang murji’ah, yaitu golongan yang menyatakan

bahwa amal bukan bagian dari iman, iman hanya dalam hati. Sedangkan

pengertian dari haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali

muncul di Harura’, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa besar

adalah kafir

D. Peran, Fungsi dan Tujuan Ibadah

Ibadah mempunyai peran, fungsi, dan tujuan dalam kehidupan manusia.

Jika kita memperhatikan definisi ibadah yang telah disebutkan pada subbab

sebelumnya, maka ibadah itu sangat luas tidak terbatas hanya shalat, zakat,

puasa, haji dan lainnya akan tetapi semua ucapan dan perbuatan yang dicintai

dan diridhai Allah SWT adalah ibadah. Untuk mengetahui apakah ucapan dan

perbuatan kita dicintai dan diridhai oleh Allah SWT, maka kita harus merujuk

kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan bimbingan ulama ahlus sunnah

wal jama’ah, bukan berdasarkan pendapat atau kemauan sendiri. Selain itu juga

harus diperhatikan bahwa ucapan dan perbuatan tersebut dilakukan dengan

ikhlas, hanya mengharap ridha Allah SWT semata.

Peran dan Fungsi Ibadah

Peran dan fungsi ibadah terbagi menjadi 2 yaitu peran dan fungsi ibadah

secara umum dan secara khusus.

a. Peran dan fungsi ibadah secara umum

Secara umum ibadah dapat berperan sebagai alat untuk

menumbuhkan kesadaran pada diri manusia bahwa manusia sebagai insan

Page 6: Implementasi Syariah Islam

diciptakan Allah SWT khusus untuk mengabdi kepada diri-Nya. Hal ini jelas

disebutkan dalam Al Qur’an surat Az Zariyat ayat 56

Artinya :

“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku ” [QS. Adz-Zariyat: 56]

b. Peran dan fungsi ibadah secara khusus

Peran dan fungsi ibadah secara khusus ini meliputi fungsi masing-

masing dari jenis ibadah. Jenis-jenis ibadah ini dapat dikelompokkan

menjadi lima bagian atau biasa disebut Rukun Islam yang terdiri dari

syahadat, shalat, zakat, puasa, dan pergi haji bagi yang mampu.

Tujuan Ibadah

Allah SWT SWT berfirman :

Artinya :

“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka

dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku.

Sesungguhnya Allah SWT Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai

kekuatan lagi sangat kokoh.” [QS. Adz-Dzaariyaat : 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin

dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah

SWT Azza wa Jalla. Allah SWT Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah

mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena

ketergantungan mereka kepada Allah SWT, maka barang siapa yang

Page 7: Implementasi Syariah Islam

menolak beribadah kepada Allah SWT, ia adalah sombong. Siapa yang

beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya,

maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barang siapa yang beribadah

kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah

mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah SWT).

Para ulama dan para pakar agama kita yang kompeten di bidangnya

merumuskan minimal ada 2 (dua) tujuan yang mutlak harus diraih oleh kita

dari pelaksanaan ibadah yang kita lakukan, yaitu :

1. Takhliyyah / tazkiyatul qolbi, yakni kebersihan hati

Ibadah yang kita lakukan, shalat, puasa, haji, dan lain-lain hendaknya

mampu membersihkan diri kita dari berbagai macam penyakit hati, mampu

mensucikan diri kita dari kotoran jiwa, dan dari virus-virus qolbu yang

sangat berbahaya dalam kehidupan. Diharapkan dengan rajinnya kita shalat

maka bersihlah hati kita dari sifat sombong, dengan seringnya kita puasa

maka hilanglah penyakit serakahnya, dengan banyaknya berzakat/shadaqoh

berkuranglah bakhil, kikir dan pelit dalam hati kita.

Dalam Al-Quran surah al-Maa’uun diterangkan, �ن� �ي �م�ص�ل ل ل �ل� , ف�و�ي

yang artinya : ”Celaka bagi orang shalat !”. Ayat selanjutnya menjelaskan,

orang shalat bisa celaka salah satu penyebabnya adalah �و�ن� ائ �ر� ي ه�م� �ن� �ذي �ل ,ا

yaitu orang yang sholat tapi masih memiliki penyakit hati yang bernama

riya’ (sombong).

Didalam kitab At-Targhib wat-Tarhib karya Al – Imam Zakiyyuddin

al-Mundziri, terdapat sebuah hadits qudsi yang menerangkan bahwa salah

satu ciri orang yang shalatnya diterima oleh Allah SWT :

ل�قي خ� ع�لي� ه�ا ب �طل� ت �س� ي �م� و�ل

Artinya :

“ Mereka tidak menyombongkan diri kepada Makhluq-Ku “

Sehingga esensi shalat seseorang akan diterima oleh Allah SWT

SWT ketika orang tersebut hatinya bersih dari penyakit yang bernama

Page 8: Implementasi Syariah Islam

sombong. Disisi lain, kebahagiaan kita di akhirat kelak, pada hari dimana

tidak ada perlindungan kecuali perlindungan Allah SWT, akan sangat sangat

ditentukan oleh kwalitas kebersihan hati itu.

Allah SWT berfirman :

Artinya :

“ Pada hari dimana tidak lagi berguna harta kekayaan, tidak lagi

bermanfaat anak keturunan, kecuali mereka yang datang keharibaan Allah

SWT dengan membawa hati yang bersih “.

[QS. Assyu’ara : 88 – 89]

2. Tahliyyah

Tujuan dari pelaksanaan ibadah kita adalah hiasan. Ibadah yang kita

lakukan harus mampu menumbuh kembangkan sikap dan perilaku yang baik

dalam kehidupan. Dengan sering dan rajinnya kita shalat, maka muncullah

ketawadhu’an dalam pergaulan, dengan seringnya kita puasa, maka

tumbuhlah sifat pemaaf kita, tambah sayang kepada fakir miskin, dan

sebagainya.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, bahwa yang menyebabkan

manusia masuk kedalam surga itu bukan karena amal yang banyak, karena

‘amal kita sebanyak apapun tidak sebanding dengan keni’matan surga yang

Allah SWT sediakan. Rasulullah SAW melanjutkan bahwa berhak atau

tidaknya seseorang masuk kedalam surga adalah karena semata mata rahmat

dan kasih sayang dari Allah SWT. Rahmat Allah SWT itu hanya akan bisa

kita dapatkan, ketika kita memiliki nilai nilai akhlaqul karimah, kualitas

moral dan kasih sayang kepada sesama.

Page 9: Implementasi Syariah Islam

E. Syarat-syarat Ibadah

Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah

yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang

tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana

sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya :

“ Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka

amalan tersebut tertolak.” [HR. Muslim dan Ahmad]

Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Adapun syarat-

syarat ibadah adalah sebagai berikut :

a. Niat

Niat merupakan hal penting sebelum melaksanakan sesuatu. Hal ini juga

untuk membedakan antara amal ibadah dengan amalan adat, dan antara niat

karena Allah SWT dengan niat karena yang lain-lain. Supaya setiap perlakuan

menjadi ibadah, maka kita harus berniat dengan benar, yaitu niat karena

menuruti perintah Allah SWT.

Sabda Rasulullah SAW yang artinya :

“Niat orang mukmin itu adalah  lebih baik daripada amalannya”.

b. Pelaksanaan

Perlaksanaan ibadah harus mengikuti peraturan supaya kita benar-benar

mengikuti syariat. Dalam pelaksanaannya harus mengikuti landasan yang telah

Allah SWT tetapkan. Allah SWT memberi peringatan melalui firman-Nya :

Artinya :

“ Dan jika mereka berjuang pada jalan Kami (ikut peraturan Kami)

sesungguhnya Kami akan tunjukkan jalan Kami (jalan keselamatan)

bahwasanya Allah SWT beserta orang-orang yang berbuat baik.”

[QS. Al Ankabut: 69]

c. Perkara (subjeknya) diperbolehkan oleh syariat.

Page 10: Implementasi Syariah Islam

Perkara (subjek) yang hendak dilaksanakan merupakan perkara yang

dibolehkan oleh syariat, terutama perkara yang melibatkan makanan dan

minuman. Sabda Rasulullah SAW :

“Tiap2 daging yang tumbuh daripada benda yang haram, maka Neraka

adalah yang lebih patut dengannya “. [HR. Tarmizi]

Rasulullah SAW amat menekankan perkara yang berkaitan dengan

makanan kerana hati yang merupakan raja dalam tubuh manusia dibina dari

makanan. Hati yang dibina dari makanan yang haram akan menjadi sulit

menerima kebenaran.

d. Natijahnya Memberi Manfaat

Natijah merupakan hasil usaha seseorang. Hasil tersebut semestinya baik

karena ia merupakan pemberian Allah SWT. Supaya natijah tersebut menjadi

ibadah, maka natijah tersebut harus bermanfaat bagi orang lain.

e. Tidak Meninggalkan Asas Ibadah

Dua perkara utama yang menjadi asas ibadah ialah rukun iman dan rukun

islam. Kedua hal ini merupakan tapak atau platform untuk menegakkan amalan-

amalan yang lain. Setiap amalan yang berasas kepada 2 (dua) perkara ini

merupakan amalan yang paling wajib, artinya tidak boleh ditinggalkan sama

sekali. Jika tidak berdasarkan pada rukun iman dan rukun islam, maka ibadah

kita menjadi sia-sia.

Muamalah dalam Islam

A. Pengertian Muamalah

Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling

membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi

ini sebagai sumber ekonomi. Allah SWT berfirman :

Page 11: Implementasi Syariah Islam

Artinya :

“ Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,

sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui ”

[QS. Az Zumar: 39]

Muamalat adalah tukar menukar barang, jasa atau sesuatu yang memberi

manfaat dengan tata cara yang ditentukan. Beberapa kategori yang termasuk

dalam muamalat yakni : jual beli, hutang piutang, pemberian upah, serikat

usaha, urunan atau patungan, dan lain-lain. Dalam pembahasan kali ini akan

dijelaskan sedikit mengenai muamalat jual beli.

B. Pengertian Jual Beli

Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung

makna berlawanan yaitu Al Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a yang artinya

beli. Menurut istilah hukum syara, jual beli adalah penukaran harta (dalam

pengertian luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang)

yang dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar

suka sama suka.

Dalam pengertian lainnya disebutkan bahwa jual beli adalah suatu

kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata cara tertentu.

Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti uang.

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

Dalam pelaksanaan kegiatan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu

dipenuhi, yaitu :

1. Penjual atau pembeli harus dalam keadaan sehat akalnya dan baligh

Orang gila tidak sah jual belinya. Penjual atau pembeli melakukan

jual beli dengan kehendak sendiri, tidak ada paksaan kepada keduanya, atau

salah satu diantara keduanya. Apabila ada paksaan, maka jual beli tersebut

tidak sah.

2. Syarat Ijab dan Kabul

Page 12: Implementasi Syariah Islam

Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan.

Kabul adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari perkataan si penjual.

Sebelum akad terjadi, biasanya telah terjadi proses tawar menawar terlebih

dulu.

Contoh :

Ijab : Saya menjual mobil ini dengan harga 30 juta rupiah.

Kabul : Saya membeli mobil ini dengan harga 30 juta rupiah.

Pernyataan ijab kabul tidak harus menggunakan kata-kata khusus.

Yang perlu diperhatikan dalam ijab kabul adalah saling rela (ridha) yang

direalisasikan dalam bentuk kata-kata, seperti : aku jual, aku berikan, aku

beli, aku ambil, dan aku terima. Ijab kabul jual beli juga sah dilakukan dalam

bentuk tulisan dengan sarat bahwa kedua belah pihak berjauhan tempat, atau

orang yang melakukan transaksi itu diwakilkan. Di zaman modern saat ini,

jual beli dilakukan dengan cara memesan lewat telepon. Jula beli seperti ini

sah saja, apabila si pemesan sudah tahu pasti kualitas barang pesanannya dan

mempunyai keyakinan tidak ada unsur penipuan.

3. Ada benda yang diperjualbelikan

Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Suci atau bersih dan halal barangnya

b. Barang yang diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu

c. Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses penawaran

dengan orang lain

d. Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang merugikan

e. Barang yang diperjualbelikan tidak boleh ditaksir (spekulasi)

f. Barang yang dijual adalah milik sendiri atau yang diberi kuasa

g. Barang itu dapat diserahterimakan

D. Perilaku atau Sikap yang Harus Dimiliki oleh Penjual

1. Berlaku Benar (Lurus)

Berperilaku benar merupakan ciri utama orang yang beriman.

Sebaliknya, dusta merupakan perilaku orang munafik. Seorang muslim

dituntut untuk berlaku benar, seperti dalam jual beli, baik dari segi promosi

Page 13: Implementasi Syariah Islam

barang atau penetapan harganya. Oleh karena itu, salah satu karakter

pedagang yang terpenting dan diridhai Allah adalah berlaku benar.

Berdusta dalam berdagang sangat dicela terlebih jika diiringi sumpah

atas nama Allah. “Empat macam manusia yang dimurkai Allah, yaitu

penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang congkak, orang tua renta

yang berzina, dan pemimpin yang zalim.”(HR Nasai dan Ibnu Hibban)

2. Menepati Amanat

Menepati amanat merupakan sifat yang sangat terpuji. Yang

dimaksud amanat adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya.

Orang yang tidak melaksanakan amanat dalam islam sangat dicela.

Hal-hal yang harus disampaikan ketika berdagang adalah penjual

atau pedagang menjelaskan ciri-ciri, kualitas, dan harga barang dagangannya

kepada pembeli tanpa melebih-lebihkannya. Hal itu dimaksudkan agar

pembeli tidak merasa tertipu dan dirugikan.

3. Jujur

Selain benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus berlaku

jujur. Kejujuran merupakan salah satu modal yang sangat penting dalam jual

beli karena kejujuran akan menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat

merugikan salah satu pihak. Sikap jujur dalam hal timbangan, ukuran

kualitas, dan kuantitas barang yang diperjual belikan adalah perintah Allah

SWT. Firman Allah :

Page 14: Implementasi Syariah Islam

Artinya :

“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara

mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali

tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu

bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan

timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang

takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di

muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik

bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” [QS. Al A’raf :

85]

Sikap jujur pedagang dapat dicontohkan seperti dengan menjelaskan

cacat barang dagangan, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui.

Lawan sifat jujur adalah menipu atau curang, seperti mengurangi takaran,

timbangan, kualitas, kuantitas, atau menonjolkan keunggulan barang tetapi

menyembunyikan cacatnya. Hadis lain meriwayatkan dari Umar bin Khattab

r.a berkata seorang lelaki mengadu kepada rasulullah SAW sebagai berikut

“Katakanlah kepada si penjual, jangan menipu! Maka sejak itu apabila dia

melakukan jual beli, selalu diingatkannya jangan menipu.”(HR Muslim)

4. Khiar

Khiar artunya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan

kesepakatan (akad) jual beli atau mengurungkannya (menarik kembali atau

tidak jadi melakukan transaksi jual beli). Khiar ada tiga macam yaitu :

a. Khiar Majelis

Khiar majelis adalah si pembeli dan penjual boleh memilih antara

meneruskan akad jual beli atau mengurungkannya selama keduanya

masih tetap ditempat jual beli. Khiar majelis ini berlaku pada semua

macam jual beli.

b. Khiar Syarat

Khiar syarat adalah suatu pilihan antara meneruskan atau

mengurungkan jual beli setelah mempertimbangkan satu atau dua hari.

Setelah hari yang ditentukan tiba, maka jual beli harus ditegaskan untuk

Page 15: Implementasi Syariah Islam

dilanjutkan atau diurungkan. Masa khiar syarat selambat-lambatnya tiga

hari

c. Khiar Aib (cacat)

Khiar aib (cacat) adalah si pembeli boleh mengembalikan barang

yang dibelinya, apabila barang tersebut diketahui ada cacatnya.

Kecacatan itu sudah ada sebelumnya, namun tidak diketahui oleh si

penjual maupun si pembeli. Hadis Nabi Muhammad SAW, yang artinya :

“Jika dua orang laki-laki mengadakan jual beli, maka masing-masing

boleh melakukan khiar selama mereka belum berpisah dan mereka

masih berkumpul, atau salah satu melakukan khiar, kemudian mereka

sepakat dengan khiar tersebut, maka jual beli yang demikian itu sah.”

(HR Mutafaqun alaih)

E. Hukum Jual Beli

1. Haram

Jual beli haram hukumnya jika tidak memenuhi syarat/rukun jual beli atau

melakukan larangan jual beli.

2. Mubah

Jual beli secara umum hukumnya adalah mubah.

3. Wajib

Jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung situasi dan kondisi, yaitu

seperti menjual harta anak yatim dalam keadaaan terpaksa.

F. Larangan dalam Jual Beli

a. Membeli barang di atas harga pasaran

b. Membeli barang yang sudah dibeli atau dipesan orang lain.

c. Memjual atau membeli barang dengan cara mengecoh/menipu (bohong).

d. Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan

masyarakat.

e. Menghambat orang lain mengetahui harga pasar agar membeli barangnya.

f. Menyakiti penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi.

g. Menyembunyikan cacat barang kepada pembeli.

Page 16: Implementasi Syariah Islam

h. Menjual barang dengan cara kredit dengan imbalan bunga yang ditetapkan

i. Menjual atau membeli barang haram.

j. Jual beli tujuan buruk, seperti : untuk merusak ketentraman umum,

menyempitkan gerakan pasar, mencelakai para pesaing dan lain-lain.

G. Jual Beli Barang Tidak Terlihat (Salam)

Definisi/pengertian salam adalah penjual menjual sesuatu yang tidal

terlihat atau tidak di tempat, hanya ditentukan dengan sifat dan barang dalam

tanggungan penjual. Rukun Salam sama seperti jual beli pada umumnya.

Syarat Salam :

1. Pembayaran dilakukan di muka pada majelis akad.

2. Penjual hutang barang pada si pembeli sesuai dengan kesepakatan.

3. Barang yang disalam jelas spesifikasinya, baik bentuk, takaran, jumlah,

dan sebagainya

Hikmah Ibadah dan Muamalah

Di dalam Agama Islam, terdapat istilah “ibadah” dan “muamalah”, namun apa arti

kedua istilah tersebut? Apa hukumnya dalam Agama Islam dan apakah yang bias kita

dapatkan, sebagai penganut Agama Islam, apabila kita melakukan kegiatan yang

terkategorikan ke dalam Ibadah dan Muamalah?

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan

menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan

maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan

para Rasul- Nya.

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk

yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah

Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.

Page 17: Implementasi Syariah Islam

Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’

(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan

rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih,

tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah

(lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah

qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan

dengan amalan hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku

tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah

Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-

Dzaariyaat : 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah

agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah

Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang

membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa

yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah

kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’

(pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang

disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).

Kemudian, apakah yang dimaksud dengan muamalah? Muamalah adalah hal-hal yg

termasuk urusan kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dsb). Pada dasarnya, manusia

merupakan makhluk social yang berinteraksi dengan sesamanya dan berhubungan satu

sama lain. Maka dari itu, terciptalah suatu bentuk kemasyarakatan yang digunakan

untuk memperjelas batas dan aturan dalam lingkup sosial tersebut.

Hukum muamalat Islam mempunyai prinsip yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 18: Implementasi Syariah Islam

Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukanlain oleh

Al quran dan sunah Rasul. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung

unsur- unsur paksaan. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan

manfaat danmenghindari madharat dalam hidup masyarakat. Muamalat dilaksanakan

dengan memelihara nilai keadilan, menghindariunsur-unsur penganiayaan unsur-unsur

pengambilan kesempatan dalam kesempitan.

Dari penjelasan kedua istilah tersebut (ibadah dan muamalah), terlihat jelas perbedaan

ruang lingkup antara ibadah dan muamalah, karena memang pada dasarnya kedua istilah

tersebut merupakan istilah untuk dua ruang lingkup yang berbeda. Namun, kedua istilah

tersebut memiliki hikmah apabila kita melaksanakannya sesuai dengan aturan Islam

yang telah ada.

Hikmah beribadah tentu saja yang paling utama adalah mendapatkan pahala dari Allah

SWT. Selain itu, dengan beribadah, sesungguhnya membuat kita jauh dari perbuatan

keji dan mungkar. Beribadah juga melatih hawa nafsu kita, untuk senantiasa menyadari

bahwa kita sebagai manusia tidak ada apa-apa nya dibandingkan dengan Allah SWT.

Beribadah disini tidak hanya beribadah dalam hal shalat, membaca Al-Quran, ataupun

bersedekah saja. Pada dasarnya ,segala sesuatu yang baik dan berguna, apabila dijalani

atas nama Allah SWT merupakan ibadah juga.

Dari hal ini kemudian bias kita kaitkan kepada muamalah. Dalam hal bersyerikat dan

bersosialisasi, tentu saja akan terdapat perbedaan pendapat dan terjadi tegangan.

Namun, apabila semua dijalankan dengan kepala dingin dan tidak berdasarkan hawa

nafsu saja, setelah dilatih oleh ibadah, tentu proses muamalah akan semakin afdol dan

mengarah menuju kebaikan. Sikap jujur, tawaddu, ramah, pemaaf, dan pemikiran yang

rasional sudah sepatutnya menjadi tolak ukur kita dalam mengamalkan nilai-nilai

muamalah kedalam kehidupan sosial kita sehari-hari.

Dengan muamalah yang saling tenggang rasa, saling menghargai, dan saling membantu

satu sama lain, secara tidak langsung kita sudah melaksanakan “ibadah” karena kita

melaksanakan sesuatu yang baik, dan berdasarkan nama Allah SWT. Namun perlu

diingat bahwa ibadah wajib tetap wajib hukumnya dilaksanakan. Karena dengan

menegakkan tiang agama dengan menunaikan shalat, bertilawah Al-Quran, menunaikan

Page 19: Implementasi Syariah Islam

zakat dan bersedekah, sesungguhnya hikmah utama yang kita akan raih adalah hati yang

bersih dan jauh dari perbuatan keji dan mungkar.