surveilans epidemiologi - catatan ade heryana | melihat...

14
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Materi Online Class Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular (IKE361) Universitas Esa Unggul Jakarta 2015 Ade Heryana Universitas Esa Unggul 12/20/2015

Upload: docong

Post on 04-Feb-2018

296 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Materi Online Class Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular (IKE361) Universitas Esa Unggul Jakarta

2015

Ade Heryana Universitas Esa Unggul

12/20/2015

Page 2: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 2

PENDAHULUAN

Surveilans Epidemiologi atau Surveilans Kesehatan Masyarakat

merupakan salah satu fungsi utama epidemiologi, sebagaimana menurut

Crooker(2014) terdapat enam fungsi utama epidemiologi yaitu: 1) Surveilans

kesehatan masyarakat; 2) Investigasi lapangan; 3) Studi analitik; 4) Evaluasi;

5) Membuat hubungan antar data kesehatan (record linkages); dan 6)

Pengembangan Kebijakan.

Lebih lanjut dikatakan oleh Crooker (2014) bahwa surveilans

merupakan “batu loncatan” dalam kegiatan kesehatan masyarakat. Karena

dengan surveilans kita akan mendapatkan data yang akurat tentang kejadian

kesehatan di masyarakat

Surveilans juga merupakan langkah awal dalam intervensi kesehatan

masyarakat sebagaimana bagan berikut (CDC):

Gambar 1. Pendekatan dalam Intervensi Kesehatan Masyarakat (CDC)

Dari bagan di atas terlihat bahwa sistem pendekatan epidemiologi

diawali dengan kegiatan surveilans. Tahap ini dilakukan untuk menjawab

pertanyaan “what’s the problem?” atau masalah apa yang dihadapi.

Selanjutnya bila permasalahan sudah dijawab, pertanyaan yang harus di

jawab adalah “what’s the cause?” atau apa penyebabnya, dengan melakukan

Surveilans:what's the problem?

Identifikasi faktor risiko: what's the cause

Evaluasi intervensi: what works?

Implementasi:how do you do it?

Page 3: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 3

identifikasi faktor risiko. Setelah faktor risiko diketahui, selanjutnya adalah

melakukan evaluasi intervensi yang akan menjawab pertanyaan “what

works?” atau apa yang akan dilakukan. Dan tahap terakhir adalah

mengimplementasikan intervensi kesehatan yang akan menjawab “how do

you do it?” atau bagaimana intervensi tersebut dijalankan.

DEFINISI

CDC mendefinisikan Surveilans Kesehatan adalah prosedur sistematik

dalam pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, yang diikuti

dengan pengaplikasian data tersebut pada program kesehatan masyarakat

dalam rangka meningkatkan aktivitas kesehatan masyarakat.

Menurut Depkes (2003:15), Surveilans epidemiologi adalah suatu

rangkaian proses pengamatan yang terus menerus sistematik dan

berkesinambungan dalam pengumpulan data, analisis dan interpretasi data

kesehatan dalam upaya untuk menguraikan dan memantau suatu peristiwa

kesehatan agar dapat dilakukan untuk menguraikan dan memantau suatu

peristiwa kesehatan agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif dan

efesien terhadap masalah kesehatan masyarakat tersebut.

Dengan demikian kata kunci dalam surveilans kesehatan masyarakat

adalah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, menerapkan, dan

menghubungkan dengan praktik-praktik kesehatan masyarakat.

Hasil dari surveilans intinya adalah tindakan yang berbentuk respon.

Respon terhadap surveilan ada dua tipe yaitu Respon segera (epidemic type

response) dan Respon terencana (management type response).

JENIS SURVEILANS

Surveilans Kesehatan Masyarakat terdiri dari 5 jenis (McNab, NA

dalam Crooker, 2014) yaitu: 1) Participatory surveillance; 2) Predictive

Page 4: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 4

Surveillance (Climate and Ecology); 3) Syndromic surveillance; 4) Event-

based surveillance; dan 5) Indicator-based surveillance.

Disamping itu menurut intervensinya ke masyarakat, surveilans

kesehatan masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Active surveillance (surveilans aktif) yaitu pemerintah melalui petugas

kesehatan secara aktif mengumpulkan data kejadian kesehatan di

masyarakat atau komunitas; dan

2. Pasive surveillance (surveilans pasif) yaitu pemerintah melalui biro

kesehatan (dinkes) menerima laporan penyakit secara reguler dari

pelayanan kesehatan sesuai dengan aturan yang berlaku.

RUANG LINGKUP SURVEILANS KESMAS

Surveilans kesmas atau surveilans epidemiologi merupakan kegiatan

yang ditujukan bagi intervensi suatu kejadian penyakit yang mencakup

surveilans terhadap: Penyakit menular (PM), Penyakit tidak menular (PTM),

Kesehatan Lingkungan (Kesling), Perilaku sehat, Masalah kesehatan,

Kesehatan Matra (Darat, Laut, Udara), Kesehatan Kerja, dan Kecelakaan

Kerja.

Surveilans epidemiologi pada penyakit menular meliputi:

a. PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi);

b. AFP (Acute Flacid Paralysis);

c. Penyakit Potensial Wabah/Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan

Keracunan;

d. Demam Berdarah Dengue (DBD);

e. Malaria;

f. Zoonosis (Antraks, Rabies, Leptospirosis);

g. Filariasis

h. Tuberkulosis

i. Diare, Tifus, Kecacingan dan penyakit perut lainnya

j. Kusta

Page 5: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 5

k. HIV/AIDS

l. Penyakit Menular Seksual (PMS); dan

m. Pneumonia, termasuk SARS

TUJUAN SURVEILANS

Secara umum tujuan surveilans adalah mendapatkan informasi

epidemiologi penyakit tertentu dan mendistribusikannya kepada pihak

terkait, pusat-pusat kajian, pusat penelitian, serta unit lainnya.

Adapun tujuan khusus diselenggarakannya surveilans kesehatan

masyarakat dari berbagai sumber dan literatur adalah sebagai berikut:

1. Mendeteksi wabah;

2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan kecenderungan penyebaran

penyakit;

3. Mengestimasi luas dan pengaruh masalah kesehatan;

4. Memberi penekanan pada penyebaran kejadian kesehatan secara

geografis dan demografis;

5. Mengevaluasi cara pengawasan;

6. Membantu dalam pengambilan keputusan;

7. Mengalokasikan sumberdaya kesehatan secara lebih baik;

8. Menggambarkan riwayat alamiah suatu penyakit;

9. Membuat hipotesis dalam rangka pengembangan penelitian

epidemiologi;

10. Memonitor perubahan agen infeksi; dan

11. Memfasitasi program perencanaan kesehatan.

LANGKAH-LANGKAH SURVEILANS

Menurut WHO (1999) serta Myrnawati (2001) langkah-langkah

surveilans kesehatan masyarakat meliputi: Pengumpulan data, Pengolahan

Data, Analisis data; dan Penyebarluasan informasi.

Page 6: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 6

a. Pengumpulan Data

Tahap ini merupakan permulaan kegiatan surveilans yang sangat

penting untuk menghasilkan data kejadian penyakit yang baik. Kegiatan

pengumpulan data dapat dilakukan secara aktif dan pasif (lihat sub bab

tentang jenis surveilans).

Sumber data yang bisa digunakan dalam surveilans antara lain:

Laporan penyakit, Pencatatan kematian, Laporan wabah, Pemeriksaan

laboratorium, Penyelidikan peristiwa penyakit, Penyelidikan wabah,

Survey/Studi Epidemiologi, Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir,

Penggunaan obat-serum-vaksin, Laporan kependudukan dan lingkungan,

Laporan status gizi dan kondisi pangan, dan sebagainya.

Sedangkan jenis data surveilans meliputi: Data kesakitan, Data

kematian, Data demografi, Data geografi, Data laboratorium, Data kondisi

lingkungan, Data status gizi, Data kondisi pangan, Data vektor dan

reservoir, Data dan informasi penting lainnya.

Dilihat dari frekuensi pengumpulannya, data surveilans

dibedakan dalam empat kategori:

a. Data rutin bulanan, yang digunakan untuk perencanaan dan evaluasi.

Misalnya: data yang bersumber dari SP2TP, SPRS;

b. Data rutin harian dan mingguan, yang digunakan dalam Sistem

Deteksi Dini pada Kejadian Luar Biasa (SKD KLB). Misalnya: data

yang bersumber dari Laporan Penyakit Potensial Wabah (W2);

c. Data insidensil. Misalnya: Laporan KLB (W1); dan

d. Data survey.

Adapun syarat yang dibutuhkan agar data surveilans yang

dikumpulkan berkualitas adalah sebagai berikut:

1. Memuat informasi epidemiologi yang lengkap. Misalnya:

- Angka kesakitan dan angka kecacatan menurut umur, jenis

kelamin dan tempat tinggal;

- Angka cakupan program;

- Laporan Faktor Risiko Penyakit;

- Dan sebagainya

Page 7: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 7

2. Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus dan sistematis;

3. Data kejadian penyakit yang dikumpulkan selalu tepat waktu,

lengkap dan benar;

4. Mengetahui dengan baik sumber data yang dibutuhkan, misalnya

dari Puskesmas, pelayanan kesehatan swasta, laporan kegiatan

lapangan Puskesmas, dan sebagainya; dan

5. Menerapkan prioritas dalam pengumpulan data yang diutamakan

pada masalah yang signifikan.

b. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan penyusunan data yang

sudah dikumpulkan ke dalam format-format tertentu, menggunakan

teknik-teknik pengolahan data yang sesuai. Dalam pengolahan data, dua

aspek perlu dipertimbangkan yaitu ketepatan waktu dan sensitifitas data

(lihat sub bab tentang Atribut Surveilans).

Dalam pengolahan data, terdapat langkah yang penting yaitu

Kompilasi Data, yang bertujuan untuk menghindari duplikasi (doble)

data dan untuk menilai kelengkapan data. Proses kompilasi data dapat

dilakukan secara manual (dengan kartu pengolah data atau master

table), atau komputerisasi (dengan aplikasi pengolah data, misalnya Epi-

info). Variabel yang dikompilasi meliputi orang, tempat, dan waktu.

Pengolahan data yang baik memenuhi kriteria antara lain:

1. Selama proses pengolahan data tidak terjadi kesalahan sistemik;

2. Kecenderungan perbedaan antara distribusi frekeuensi dengan

distribusi kasus dapat diidentifikasi dengan baik;

3. Tidak ada perbedaan atau tidak ada kesalahan dalam menyajikan

pengertian/definisi; dan

4. Menerapkan metode pembuatan tabel, grafik, peta yang benar.

c. Analisis data

Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis untuk

membantu dalam penyusunan perencanaan program, monitoring,

evaluasi, dan dalam upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit.

Page 8: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 8

Penganalisis data harus memahami dengan baik data yang akan

dianalisa. Data yang telah diolah dan disusun dalam format tertentu

umumnya lebih mudah dipahami. Beberapa cara berikut biasanya

dilakukan untuk memahami data dengan baik, antara lain:

1. Pada data sederhana dan jumlah variabel tidak terlalu banyak, cukup

dengan mempelajari tabel saja; dan

2. Pada data yang kompleks, selain mempelajari tabel juga dilengkapi

dengan peta dan gambar. Peta dan gambar berfungsi untuk

mempermudah pemahaman akan trend, variasi, dan perbandingan.

Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa data

surveilans, seperti:

a. Analisis univariat, yaitu teknik analisis terhadap satu variable saja

dengan menghitung proporsi kejadian penyakit dan menggambarkan

deskripsi penyakit secara statistik (mean, modus, standar deviasi);

b. Analisis Bivariat, yaitu teknik analisis data secara statistik yang

melibatkan dua variable. Untuk menggambarkan analisis ini bisa

digunakan tools seperti Tabel (menghitung proporsi dan distribusi

frekuensi), Grafik (menganalisis kecenderungan), dan Peta

(menganalisis kejadian berdasarkan tempat dan waktu); dan

c. Analisis lebih lanjut dengan Multivariat, yaitu teknik analisis statistik

lanjutan terhadap lebih dari dua variable, untuk mengetahui

determinan suatu kejadian penyakit.

d. Penyebarluasan informasi

Tahap selanjutnya adalah menyebarluaskan informasi

berdasarkan kesimpulan yang didapat dari analisis data. Penyebaran

informasi disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan

program kesehatan, seperti Pimpinan program, Pengelola program, atau

Unit-unit kerja yang kompeten di lintas program atau sektoral. Menurut

Noor (2008) informasi surveilans sebaiknya disebarkan kepada tiga arah

yaitu:

Page 9: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 9

1. Kepada tingkat administrasi yang lebih tinggi, sebagai tindak lanjut

dalam menentukan kebijakan;

2. Kepada tingkat administrasi yang lebih rendah atau instansi pelapor,

dalam bentuk data umpan balik; dan

3. Kepada instansi terkait dan masyarakat luas.

Kapan informasi disebarkan? Penyebaran dapat memanfaatkan

waktu-waktu atau kegiatan yang memungkinkan berkumpulnya para

pemangku kepentingan, misalnya pada rapat rutin, rapat koordinasi,

atau pertemuan rutin warga masyarakat.

Selain berbentuk laporan, media untuk penyebaran informasi

dapat berupa bulletin, news letter, jurnal akademis, website, dan media

sosial.

ATRIBUT DAN INDIKATOR KERJA SURVEILANS

Atribut surveilans adalah karakteristik-karakteristik yang melekat

pada suatu kegiatan surveilans, yang digunakan sebagai parameter

keberhasilan suatu surveilans. Menurut WHO (1999), atribut-atribut

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Simplicity (kesederhanaan).

Surveilans yang sederhana adalah kegiatan surveilans yang

memiliki struktur dan sistem pengoperasian yang sederhana tanpa

mengurangi tujuan yang ditetapkan. Sebaiknya sistem surveilans disusun

dengan sifat demikian.

2. Flexibility (fleksibel atau tidak kaku)

Surveilans yang fleksibel adalah kegiatan surveilans yang dapat

menyesuaikan dengan perubahan informasi dan/atau situasi tanpa

menyebabkan penambahan yang berati pada sumberdaya antara lain

biaya, tenaga, dan waktu. Perubahan tersebut misalnya perubahan

definisi kasus, variasi sumber laporan, dan sebagainya.

3. Acceptability (akseptabilitas)

Page 10: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 10

Surveilans yang akseptabel adalah kegiatan surveilans yang para

pelaksana atau organisasinya mau secara aktif berpartisipasi untuk

mencapai tujuan surveilans yaitu menghasilkan data/informasi yang

akurat, konsisten, lengkap, dan tepat waktu.

4. Sensitivity (sensitifitas)

Surveilans yang sensitif adalah kegiatan surveilans yang mampu

mendeteksi Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan cepat. Sensitifitas suatu

surveilans dapat dinilai pada dua tingkatan, yaitu pada tingkat

pengumpulan data, dan pada tingkat pendeteksian proporsi suatu kasus

penyakit. Beberapa faktor mempengaruhi sensitivitas suatu surveilans,

antara lain:

a. Orang-orang yang mencari upaya kesehatan dengan masalah

kesehatan atau penyakit khusus tertentu;

b. Penyakit atau keadaan yang akan didiagnosa; dan

c. Kasus yang akan dilaporkan dalam sistem, untuk diagnosis tertentu.

5. Predictive value positif (memiliki nilai prediksi positif)

Surveilans yang memiliki nilai prediktif positif adalah kegiatan

surveilans yang mampu mengidentifikasi suatu populasi (sebagai kasus)

yang kenyataannya memang kasus. Kesalahan dalam mengidentifikasi

KLB disebabkan oleh kegiatan surveilans yang memiliki predictive value

positif (PVP) rendah.

6. Representativeness (Keterwakilan)

Surveilans yang representatif adalah kegiatan surveilans yang

mampu menggambarkan secara akurat kejadian kesehatan dalam

periode waktu tertentu dan distribusinya menurut tempat dan orang.

Studi kasus merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menilai

representativeness suatu surveilans. Untuk mendapatkan surveilans

yang representatif dibutuhkan data yang berkualitas, yang diperoleh dari

formulir surveilans yang jelas dan penatalaksanaan data yang teliti.

7. Timeliness (Ketepatan waktu)

Surveilans yang tepat waktu adalah kegaiatan surveilans yang

mampu menghasilkan informasi yang sesuai dengan waktu yang tepat

Page 11: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 11

(tidak terlalu lambat dan cepat). Misalnya informasi

penanggulangan/pencegahan penyakit, baik dalam jangka pendek

(segera) maupun jangka panjang.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1116/Menkes/SK/VII/2003

tentang surveilans epidemiologi, indikator kerja surveilans meliputi:

a. Kelengkapan laporan bulanan STP unit pelayanan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sebesar 90%;

b. Ketepatan laporan bulanan STP Unit Pelayanan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sebesar 80%;

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mencapai indikator epidemiologi STP

sebesar 80%;

d. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke

Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 100%;

e. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke

Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 90%;

f. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen

PPM&PL Depkes sebesar 100%;

g. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen

PPM&PL Depkes sebesar 90%;

h. Distribusi data dan informasi bulanan Kabupaten/Kota, Propinsi dan

Nasional sebesar 100%;

i. Umpanbalik laporan bulanan Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional

sebesar 100%;

j. Penerbitan buletin epidemiologi di Kabupaten/Kota adalah 4 kali

setahun;

k. Penerbitan buletin epidemiologi di Propinsi dan Nasional adalah sebesar

12 kali setahun;

l. Penerbitan profil tahunan atau buku data surveilans epidemiologi

Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional adalah satu kali setahun.

Page 12: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 12

OUTPUT/HASIL SURVEILANS

Output dari surveilans digambarkan dalam bentuk grafik, tabel, dan

peta. Berikut adalah contoh output surveilans.

Gambar 2. Grafik Trend Penyakit Difteri di Provinsi Jawa Timur tahun 2003-2011 (sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur)

Gambar 3. Distribusi Kasus Campak Menurut Usia di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011 (sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur)

5 15 33 4386 77

140

304

586

11 8 21 140

100

200

300

400

500

600

700

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Kasus

Mati

12% 11% 10%

18%31%

27%

31%

32%34%

21%

13%12%

18% 13% 17%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2009 2010 2011

Pro

po

rsi K

asu

s C

amp

ak

Tahun

< 1 th 1 - 4 th 5 - 9 th 10 - 14 th > 15 th

Page 13: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 13

PERMASALAHAN SURVEILANS

Permasalahan potensial yang umumnya terjadi dalam kegiatan

survailans antara lain:

1. Pemahaman yang keliru antara surveilans dengan survei. Perbedaan

utama antara surveilans dan survei adalah dalam hal konsistensi.

Surveilans dilakukan secara terus menerus, sedangkan survei dilakukan

temporer dan terjadwal;

2. Keterbatasan sumber daya, baik manusia, sarana, prasarana dan

finansial. Sumberdaya manusia merupakan keterbatasan yang paling

sering dialami dalam kegiatan surveilans;

3. Kualitas sumber daya yang belum merata. Rendahnya pemahaman

petugas kesehatan dan non kesehatan akan kegiatan surveilans

merupakan faktor utama;

4. Rendahnya kualitas data, disebabkan ketidaktepatan dan

ketidaklengkapan laporan;

5. Diseminasi informasi kurang berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan

koordinasi yang kurang baik antara tim surveilans dengan pemangku

kepentingan informasi;

6. Monitoring dan evaluasi surveilans melalui atribut surveilans yang tidak

berjalan dengan baik;

7. Adanya perbedaan metode dan definisi kasus; dan

8. Politisasi masalah kesehatan.

Kegiatan surveilans penyakit menular di Indonesia belum

memberikan dampak yang menggembirakan dalam upaya penurunan

penyakit. Beberapa permasalahan yang selalu muncul antara lain:

a. Tidak tersedianya data kejadian penyakit yang akurat, lengkap, dan tepat

waktu menjadi masalah dasar dalam pelaksanaan surveilans di

Indonesia. Masalah ini ditambah dengan jarak antara Puskesmas dengan

kantor dinas kesehatan yang jauh terutama di wilayah terpencil

(Sulistyowaty, 2005).

Page 14: Surveilans Epidemiologi - Catatan Ade Heryana | Melihat ...adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../12/Ade-Heryana_Surveilans... · Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa

Surveilans Epidemiologi

2015 Ade Heryana Page 14

b. Sistem surveilans yang terlalu sederhana juga menjadi penyebab tidak

bermaknanya pelaksanaan surveilans penyakit. Beberapa parameter

kejadian penyakit yang seharusnya dapat dianalisis dari informasi atau

data kejadian kesehatan, tidak didapat karena begitu sederhananya jenis

dan metode pengumpulan data.

c. Kekurangpahaman sumber daya manusia survelilans akan pentingnya

data kejadian penyakit menyebabkan data kejadian penyakit tidak

dilakukan secara berkesinambungan.

d. Masalah birokrasi antara lain implementasi kebijakan surveilans yang

tidak berjalan serta tarik menarik antara sektor kesehatan dengan

Pemda dalam penanggulangan suatu kejadian penyakit.