surono_-_fasilitas_fiskal_atas_impor_barang_modal

7
1 FASILITAS FISKAL ATAS IMPOR MESIN, BARANG DAN BAHAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL Oleh: Surono Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Fasilitas fiskal Kepabea nan me rupakan salah satu bentuk insentif yang diberikan oleh pemerintah kepada sektor industri dan perdagangan. Pemberian insentif fiskal t ersebut diharapkan akan memberikan manfaat bagi pertumbuhan perekonomian nasional. Di sisi lain insentif fiskal dibutuhkan oleh sektor industri dan perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing produk dalam negeri terhadap produk-produk sejenis yang berasal dari impor. Salah satu bentuk fasilitas fiskal yang ditujuka n bagi sektor Industri adalah fasilitas fiskal terhadap mesin, barang dan bahan yang diimpor melalui skema penanaman modal. Dalam undang-unda ng Kepabe anan, perlakuan fasilitas fiska l tersebut diatur dalam pasal 26 dalam bentuk pemberian pembebasan atau keringanan bea masuk. Ada tiga kategori barang yang termasuk dalam kriteria pembebasan ini, yaitu : Barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka penanaman modal (pasal 26 ayat 1 huruf a).  Mesin untuk pembang unan dan penge mbangan indus tri (pasal 26 ayat 1 huruf b).  Barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk jangka waktu terte ntu (pasal 26 ayat 1 huru f c).  Artikel ini secara khusus mendeskripsikan perlakuan fasilitas fiskal kepabeanan terhadap mesin, barang dan bahan yang diimpor dalam rangka kegiatan pembangunan maupun pengembangan industri di Indonesia. Untuk memudahkan pemahaman, pembahasan atas ketiga kategori barang tersebut akan dijelaskan secara bersamaan. Hal ini mengingat secara konsideransi, ketiga kategori barang tersebut diatur dalam aturan pelaksanaan yang sama. Implementasi skema fasilitas sebaga imana yang tersebut pada pasal 2 6 ayat 1 butir a, b, dan c tersebut, saat ini mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan nomor 176/PMK.011/2009 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin, Barang dan Bahan untuk Pembangunan atau Pengemban gan Industri Dalam rangka Penanaman Modal. Penge rtian Umum Pertanyaan pertama yang mungkin timbul dalam benak anda, “apa yang dimaksudkan dengan fasilitas fiskal terhadap impor mesin, barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembanga n?” Untuk menjawab hal ini , setidaknya kita perlu memahami makna untuk setia p istilah yang dig unakan da lam katego ri fasilita s tersebut. Beberapa makna penti ng yan g hendaknya dipahami terlebih dahulu, antara lain: Mesin adalah setiap mesin, permesina n, alat perlengkapan instalasi pab rik, peralatan atau perkakas, dalam keadaan terpasang maupun terlepas yang digunakan untuk pembangunan atau pengembangan industri.

Upload: iwantase

Post on 13-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

AKUNTANSI RE

TRANSCRIPT

  • 1FASILITAS FISKAL ATAS IMPOR MESIN, BARANG DAN BAHAN

    DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL

    Oleh: Surono

    Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

    Fasilitas fiskal Kepabeanan merupakan salah satu bentuk insentif yang diberikan oleh

    pemerintah kepada sektor industri dan perdagangan. Pemberian insentif fiskal tersebut diharapkan

    akan memberikan manfaat bagi pertumbuhan perekonomian nasional. Di sisi lain insentif fiskal

    dibutuhkan oleh sektor industri dan perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing produk

    dalam negeri terhadap produk-produk sejenis yang berasal dari impor.

    Salah satu bentuk fasilitas fiskal yang ditujukan bagi sektor Industri adalah fasilitas fiskal

    terhadap mesin, barang dan bahan yang diimpor melalui skema penanaman modal. Dalam

    undang-undang Kepabeanan, perlakuan fasilitas fiskal tersebut diatur dalam pasal 26 dalam

    bentuk pemberian pembebasan atau keringanan bea masuk. Ada tiga kategori barang yang

    termasuk dalam kriteria pembebasan ini, yaitu :

    Barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka penanaman modal (pasal 26 ayat 1 huruf a).

    Mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri (pasal 26 ayat 1 huruf b). Barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk jangka

    waktu tertentu (pasal 26 ayat 1 huruf c).

    Artikel ini secara khusus mendeskripsikan perlakuan fasilitas fiskal kepabeanan terhadap

    mesin, barang dan bahan yang diimpor dalam rangka kegiatan pembangunan maupun

    pengembangan industri di Indonesia. Untuk memudahkan pemahaman, pembahasan atas ketiga

    kategori barang tersebut akan dijelaskan secara bersamaan. Hal ini mengingat secara

    konsideransi, ketiga kategori barang tersebut diatur dalam aturan pelaksanaan yang sama.

    Implementasi skema fasilitas sebagaimana yang tersebut pada pasal 26 ayat 1 butir a, b, dan c

    tersebut, saat ini mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan nomor 176/PMK.011/2009 tentang

    Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin, Barang dan Bahan untuk Pembangunan atau

    Pengembangan Industri Dalam rangka Penanaman Modal.

    Pengertian Umum

    Pertanyaan pertama yang mungkin timbul dalam benak anda, apa yang dimaksudkan

    dengan fasilitas fiskal terhadap impor mesin, barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan

    pengembangan? Untuk menjawab hal ini, setidaknya kita perlu memahami makna untuk setiap

    istilah yang digunakan dalam kategori fasilitas tersebut. Beberapa makna penting yang

    hendaknya dipahami terlebih dahulu, antara lain:

    Mesin adalah setiap mesin, permesinan, alat perlengkapan instalasi pabrik, peralatan atau perkakas, dalam keadaan terpasang maupun terlepas yang digunakan untuk pembangunan

    atau pengembangan industri.

  • 2 Barang dan bahan adalah semua barang atau bahan, tidak melihat jenis dan komposisinya, yang digunakan sebagai bahan atau komponen untuk menghasilkan barang jadi.

    Pembangunan adalah pendirian perusahaan atau pabrik baru untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.

    Pengembangan adalah pengembangan perusahaan atau pabrik yang telah ada meliputi penambahan, modernisasi, rehabilitasi, dan/atau restrukturisasi dari alat-alat produksi

    termasuk mesin untuk tujuan peningkatan jumlah, jenis, dan/atau kualitas hasil produksi.

    Perusahaan adalah perusahaan yang melaksanakan pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal dan khusus untuk Penanaman Modal Asing harus

    berbentuk Perseroan Terbatas.

    Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara

    Republik Indonesia

    Skema fasilitas pasal 26 ayat 1 huruf a,b dan c, dalam implementasinya dibedakan menjadi

    dua kategori kegiatan. Pertama, skema fasilitas dalam rangka pembangunan. Skema ini diberikan

    khusus kepada perusahaan industri yang baru terbentuk dalam rangka menghasilkan barang atau

    jasa. Perusahaan yang menghasilkan barang adalah perusahaan manufacturing yang telah

    mendapatkan persetujuan penanaman modal (SP-PMA atau SP-PMDN) dari Badan Koordinasi

    Penanaman Modal (BKPM). Perusahaan jasa adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa

    tertentu dan telah mendapatkan persetujuan dari BKPM.

    Yang termasuk dalam ruang lingkup Industri yang menghasilkan jasa adalah perusahaan di

    bidang industri :

    1) pariwisata dan kebudayaan

    2) transportasi/perhubungan untuk jasa transportasi publik

    3) pelayanan kesehatan publik

    4) pertambangan

    5) konstruksi

    6) industri telekomunikasi

    7) kepelabuhanan

    Skema fasilitas yang kedua adalah fasilitas dalam rangka pengembangan. Skema ini

    diberikan kepada perusahaan industri yang sudah ada (sudah berdiri) baik perusahaan penghasil

    barang atau jasa yang melakukan kegiatan meliputi penambahan, modernisasi, rehabilitasi,

    dan/atau restrukturisasi dari alat-alat produksi termasuk mesin untuk tujuan peningkatan jumlah,

    jenis, dan/atau kualitas hasil produksi. Syarat utama perusahaan yang berhak mendapat skema

    fasilitas pengembangan ini adalah perusahaan yang telah mendapat persetujuan sebagai

    perusahaan penanaman modal, baik PMA maupun PMDN.

    Skema Fasilitas Dalam Rangka Pembangunaan

    Bentuk fasilitas yang diberikan adalah pembebasan bea masuk atas impor mesin untuk

    pembangunan industri diberikan untuk jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun

    terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. Barang modal yang mendapat

    pembebasan adalah barang modal yang memenuhi persyaratan dan telah diajukan dalam

    daftar induk barang modal. Jangka waktu pengimporan mesin untuk pembangunan industri

  • 3dapat diperpanjang sesuai dengan jangka waktu pembangunan industri tersebut sebagaimana

    tercantum dalam surat persetujuan penanaman modal.

    Skema fasilitas lanjutan akan diberikan bagi perusahaan yang telah menyelesaikan

    pembangunan industri serta siap produksi. Bentuk fasilitas lanjutannya adalah pemberian

    pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk keperluan produksi paling

    lama 2 tahun, sesuai kapasitas terpasang. Akan tetapi skema fasilitas lanjutan ini tidak

    berlaku untuk industri yang menghasilkan jasa. Jangka waktu impor barang dan bahan

    diberikan selama 2 tahun terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk.

    Apabila selama 2 tahun tersebut realisasi pemasukan barang dan bahan belum seluruhnya

    dilakukan, maka dapat diberikan perpanjangan waktu importasi selama 1 tahun terhitung sejak

    tanggal berakhimya fasilitas pembebasan.

    Fasilitas pembebasan atas barang dan bahan bagi keperluan produksi/keperluan

    tambahan produksi akan diberikan selama 4 tahun apabila perusahaan menggunakan mesin

    dalam negeri. Syaratnya, penggunaan mesin dalam negeri tersebut minimal 30% dari total

    nilai mesin yang diinvestasikan. Kemudian penggunaan dan komposisi mesin produksi dalam

    negeri harus dinyatakan oleh menteri yang bertanggungjawab di bidang perindustrian atau

    pejabat yang ditunjuk.

    Skema Fasilitas Dalam Rangka Pengembangan

    Pembebasan bea masuk atas impor mesin dalam rangka pengembangan industri, diberikan

    untuk jangka waktu pengimporan selama 2 tahun terhitung sejak berlakunya keputusan

    pembebasan bea masuk. Jangka waktu pengimporan dalam rangka pengembangan industri dapat

    diperpanjang sesuai dengan jangka waktu pengembangan sebagaimana tercantum dalam surat

    persetujuan penanaman modal.

    Skema fasilitas lanjutan berupa pembebasan atas pemasukan barang dan bahan hanya

    diberikan kepada Perusahaan yang telah menyelesaikan pengembangan industri, sepanjang

    menambah kapasitas paling sedikit 30% dari kapasitas terpasang. Pembebasan atas pemasukan

    barang dan bahan dapat diberikan pembebasan bea masuk atas barang dan bahan untuk

    keperluan tambahan produksi paling lama 2 tahun, untuk jangka waktu pengimporan selama 2

    tahun sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. Jangka waktu ini dapat diberikan

    perpanjangan waktu importasi selama 1 tahun terhitung sejak tanggal berakhimya fasilitas

    pembebasan. Kemudian sama halnya dengan sekema pembangunan, fasilitas pembebasan atas

    barang dan bahan tidak berlaku untuk industri yang menghasilkan jasa. Selain itu, fasilitas ini juga

    tidak berlaku untuk industri perakitan kendaraan bermotor, kecuali industri komponen kendaraan

    bermotor.

    Perusahaan yang melakukan pengembangan dengan menggunakan mesin produksi buatan

    dalam negeri paling sedikit 30% dari total nilai mesin, akan diberikan skema fasilitas tambahan

    lainnya. Fasilitas tambahan tersebut, berupa pemberian jangka waktu tambahan menjadi selama 4

    tahun sesuai kapasitas terpasang atas pemasukan barang dan bahan untuk keperluan

    produksi/keperluan tambahan produksi.

  • 4Syarat Mesin Yang Dapat Diberikan Fasilitas

    Kategori mesin yang dapat diberikan pembebasan bea masuk dalam rangka kegiatan

    pembangunan atau pengembangan adalah :

    mesin tersebut belum diproduksi di dalam negeri, mesin tersebut sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang

    dibutuhkan, atau

    sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri.Keputusan tentang poin-poin tersebut didasarkan pada daftar mesin, barang dan bahan yang

    ditetapkan oleh menteri yang bertanggungjawab di bidang perindustrian atau pejabat yang

    ditunjuk, setelah berkoordinasi dengan instansi teknis yang terkait.

    Proses Persetujuan Pembebasan

    Persetujuan pemberian fasilitas fiskal kepabeanan dalam rangka impor, pada dasarnya

    merupakan kewenangan yang dimiliki oleh Menteri Keuangan. Namun untuk tujuan efektifitas

    sistem layanan satu atap, sejak diberlakukannya PMK 176/PMK.011/2009 kewenangan pemberian

    fasilitas fiskal dalam rangka kegiatan pembangunan dan pengembangan industri telah

    didelegasikan kepada Kepala BKPM.

    Gambar 1 dan gambar 2 menggambarkan alur proses permohonan pembebasan bea masuk

    atas impor mesin dan juga barang/bahan untuk keperluan pembangunan atau pengembangan

    industri. Permohonan diajukan kepada Kepala BKPM dengan melampirkan persyaratan dokumen

    pendukung. Proses permohonan hingga persetujuan ataupun penolakan dilaksanakan oleh BKPM.

    Pelaksanaan importasi dan Penggunaan

    Terhadap pemasukan mesin maupun barang/bahan yang mendapat skema pembebasan

    fiskal tetap diberlakukan ketentuan larangan dan pembatasan (lartas). Dengan demikian, importir

    terlebih dahulu harus menyelesaian perizinan impor atas barang-barang yang terkena aturan

    lartas dari instansi teknis terkait. Selanjutnya, pemasukan jumlah dan/atau jenis mesin, barang dan

    bahan yang diimpor harus sesuai dengan yang tercantum dalam keputusan pembebasan. Apabila

    terdapat selisih lebih jumlah dan/atau perbedaan jenis atas mesin, barang dan bahan dengan

    jumlah keseluruhan importasi yang mendapat keputusan pembebasan, maka terhadap selisih lebih

    dan/atau perbedaan jenis tersebut, perusahaan wajib membayar bea masuk.

    Mesin dan/atau barang dan bahan yang telah mendapatkan fasilitas pembebasan wajib

    digunakan sesuai dengan tujuan pemasukan oleh Perusahaan yang bersangkutan. Atas

    pemindahtanganan mesin tanpa ijin dan penyalahgunaan pemanfaatan barang dan bahan,

    perusahaan akan dikenakan kewajiban membayar bea masuk yang terutang dan dikenai sanksi

    administrasi berupa denda minimal 100% dan maksimal 500% dari bea masuk yang seharusnya

    dibayar.

  • Alur Permohonan Pembebasan Mesin

    Alur Permohonan Pembebasan

    5

    Gambar 1Alur Permohonan Pembebasan Mesin

    Gambar 2Alur Permohonan Pembebasan Barang/Bahan

  • 6Pemindahtanganan dan Berakhirnya Skema Pembebasan

    Pemindahantanganan maupun reekspor terhadap mesin yang mendapat fasilitas

    pembebasan harus dengan seizin Dirjen Bea dan Cukai. Terhadap pemindahtanganan mesin yang

    mendapat fasilitas tersebut tidak dikenakan kewajiban pembayaran bea masuk, sepanjang

    memenuhi kriteria sebagai berikut:

    pemindahtanganan mesin dilakukan kepada perusahaan penerima fasilitas BKPM lainnya dalam jangka waktu kurang dari lima tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor;

    pemindahtanganan mesin dilakukan kepada perusahaan yang bukan penerima fasilitas BKPM dalam jangka waktu lima tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor. Jangka waktu 5

    tahun ini juga memberikan batas waktu berakhirnya skema pembebasan;

    terjadi kondisi force majeur sehingga mesin mengalami kondisi rusak berat dan tidak dapat dipergunakan lagi. Dengan dikeluarkannya Berita Acara Pemusnahan oleh DJBC maka

    skema pembebasan dianggap selesai;

    dilakukan reekspor dalam jangka waktu kurang dari lima tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor. Dengan selesainya proses dokumen ekspor (PEB) atas mesin tersebut, maka

    skema pembebasan dianggap selesai.

    Apabila pemindahtanganan mesin dilakukan kepada Perusahaan yang tidak mendapatkan

    fasilitas dalam jangka waktu kurang dari 5 tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor,

    maka berakibat batalnya fasilitas pembebasan dan konsekuensinya:

    importir penerima fasilitas wajib membayar bea masuk yang terutang atas mesin asal impor dan/atau barang dan bahan yang besarnya sebanding dengan besar kapasitas mesin yang

    dipindahtangankan, dan;

    bunga sebesar 2% setiap bulan untuk paling lama 24 bulan dihitung dari bea masuk yang terutang, sejak tanggal pemberitahuan pabean impor sampai hari pembayarannya, dan bagian

    bulan dihitung 1 bulan penuh.

    Setiap kasus pemindahtangan mesin yang dilakukan tanpa mendapat izin dari Direktur

    Jenderal Bea dan Cukai dan juga atas penyalahgunaan pemanfaatan barang dan bahan yang

    mendapat fasilitas pembebasan, akan membawa konsekuensi :

    wajib membayar bea masuk yang terutang atas mesin asal impor dan/atau barang dan bahan yang besarnya sebanding dengan besar kapasitas mesin yang dipindahtangankan, dan

    sanksi administrasi berupa denda sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan

    Penutup

    Fasilitas terhadap barang modal dan juga barang atau bahan yang dilaksanakan dalam

    rangka pembangunan atau pengembangan industri ini pada hakekatnya merupakan bentuk

    keberpihakan pemerintah terhadap industri yang berinvestasi di dalam negeri. Dengan pemberian

    skema fasilitas fiskal ini maka diharapkan investor asing akan semakin tertarik dengan iklim

    investasi di Indonesia. Perlakuan fasilitas fiskal dalam kurun waktu yang cukup panjang (2 tahun

    untuk barang modal dan 2 tahun untuk bahan baku) menjadi daya tarik yang diharapkan dapat

    memikat investor. Akan tetapi, semua ini akan bermanfaat bagi industri apabila fasilitas investasi

  • 7ini didukung dengan infrastruktur yang memadai dan juga situasi politik dan keamanan yang

    kondusif.

    Referensi:

    Undang-undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 Tentang

    Kepabeanan.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009 Tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin Serta

    Barang dan Bahan Untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri Dalam rangka Penanaman Modal.

    Peraturan Kepala BKPM Nomor 01/P/2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Kepala BKPM Nomor

    57/SK/2004 Tentang Pedoman dan Tatacara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan Dalam Rangka

    PMDN dan PMA.