repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/14148/1/agus supriyadi_ok.docx · web viewpenerapan...

22
1 Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Demokratis Terhadap Kinerja Pegawai Di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Oleh : Agus Supriyadi ABSTRAK Kinerja pegawai yang ditampilkan oleh Pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati, merupakan hasil kerja yang ditampilkan oleh segenap pegawai beserta sistem kerja yang diterapkan. Pada perkembangan organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yaitu pegawai, peranan pegawai sebagai pelaksana yang menjalankan kegiatan organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Oleh karenanya diperlukan pegawai yang terampil, cakap dan mempunyai kinerja yang baik. Penerapan budaya organisasi dan gaya kepemimpinan yang tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai, yang pada akhirnya kinerja organisasi dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik dalam menemukan fakta-fakta, dan mengkaji secara ilmiah : (1) seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai, (2) seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap kinerja pegawai, (3) seberapa besar pengaruh budaya organisasi, gaya kepemimpinan demokratis secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja pegawai. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan teknik penelitian survey deskriptif. Pendekatan penelitian menggunakan analisis untuk mengukur hubungan variabel/sub variabel dengan variabel lain. Variabel penelitian terdiri budaya organisasi, gaya kepemimpinan demokratis, kinerja pegawai. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 146 orang pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. Teknik analisis data yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM). Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : (1) secara deskriptif budaya organisasi, gaya kepemimpinan demokratis, dan kerja pegawai di lingkungan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, sudah cukup

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Demokratis Terhadap Kinerja Pegawai Di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Oleh :

Agus Supriyadi

ABSTRAK

Kinerja pegawai yang ditampilkan oleh Pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati, merupakan hasil kerja yang ditampilkan oleh segenap pegawai beserta sistem kerja yang diterapkan. Pada perkembangan organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yaitu pegawai, peranan pegawai sebagai pelaksana yang menjalankan kegiatan organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Oleh karenanya diperlukan pegawai yang terampil, cakap dan mempunyai kinerja yang baik. Penerapan budaya organisasi dan gaya kepemimpinan yang tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai, yang pada akhirnya kinerja organisasi dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik dalam menemukan fakta-fakta, dan mengkaji secara ilmiah : (1) seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai, (2) seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap kinerja pegawai, (3) seberapa besar pengaruh budaya organisasi, gaya kepemimpinan demokratis secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja pegawai.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan teknik penelitian survey deskriptif. Pendekatan penelitian menggunakan analisis untuk mengukur hubungan variabel/sub variabel dengan variabel lain. Variabel penelitian terdiri budaya organisasi, gaya kepemimpinan demokratis, kinerja pegawai. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 146 orang pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. Teknik analisis data yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM).

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : (1) secara deskriptif budaya organisasi, gaya kepemimpinan demokratis, dan kerja pegawai di lingkungan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, sudah cukup baik, (2) secara parsial budaya organisasi memberi pengaruh sebesar 39,30% terhadap kinerja pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, (3) secara parsial gaya kepemimpinan demokratis memberikan pengaruh sebesar 45,20% terhadap kineja pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, (4) Secara simultan budaya organisasi, gaya kepemimpinan demokratis memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai di lingkungan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. Pengaruh gaya kepemimpinan demokratis yang paling besar terhadap kinerja pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati dibanding budaya organisasi.

Kata Kunci : Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Demogratis dam Kinerja Pegawai

ABSTRACT

Employee performance displayed by the University's staff Swadaya Gunung Jati, is the result of work performed by all employees and their working system applied. In the development of the organization is determined by human resources is officer, employee role as an executive who runs the organization's activities in order to achieve organizational goals. Therefore the required skilled personnel, capable and has a good performance. Implementation of the organizational culture and leadership style that is high, is expected to improve employee performance, which ultimately organizational performance can be achieved in accordance with the objectives set.

This study aims to test empirically to find facts and assess scientifically: (1) how big the influence of organizational culture on employee performance, (2) how much influence the style of democratic leadership to employee performance, (3) how much influence the culture organization, democratic leadership style together (simultaneously) to employee performance.

The study design used in this research is quantitative research, with a descriptive survey research techniques. The research approach used to measure the variable correlation analysis / sub variables with other variables. The research variables consisted of organizational culture, democratic leadership style, employee performance. The sample used in this study were as many as 146 employees of the University of Swadaya Gunung Jati Cirebon. Data analysis techniques used to discuss the problem in this research is Structural Equation Model (SEM).

Based on the analysis and discussion of research can be concluded that: (1) descriptively organizational culture, leadership style is democratic, and employees working at the University Governmental Gunung Jati Cirebon, is good enough, (2) partially organizational culture influences by 39 , 30% on employee performance Governmental University Gunung Jati Cirebon, (3) partially democratic leadership style influenced by 45.20% against an employee kineja Governmental University Gunung Jati Cirebon, (4) simultaneously organizational culture, leadership style democratic influence on performance of employees at the University of Governmental Gunung Jati Cirebon. Democratic leadership style influence is greatest on employee performance Governmental University Gunung Jati than the culture of the organization.

Keywords: Organizational culture, leadership style is democratic, and employees performance

1

13

13

I. PENDAHULUAN

Keberhasilan suatu organisasi sangat erat kaitannya dengan kualitas kinerja para anggotanya, sehingga organisasi dituntut untuk selalu mengembangkan dan mening-katkan kinerja para anggotanya. Kinerja berarti hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang pegawai. Dengan demikian kinerja seorang pegawai dapat diukur dari hasil kerja, hasil tugas, atau hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu. (Notoatmodjo, 2009:124). Kinerja pegawai yang tinggi akan mendukung produktivitas organisasi, sehingga sudah seharusnya pimpinan organisasi senantiasa memperhati-kan kinerja anggotanya demi kemajuan organisasi. Peningkatan kinerja para anggota juga erat kaitannya dengan cara bagaimana organisasi mengembangkan budaya organi-sasi yang ada.

Budaya organisasi merupakan pola, norma, keyakinan,dan nilai-nilai yang berla-ku dalam suatu organisas. Pola, norma, keya-kinan dan nilai tersebut dapat mempengaruhi tindakan atau perilaku sumber daya manusia atau karyawan yang ada dalam suatu organisasi sehingga berimplikasi terhadap kinerja karyawan yang ada dalam suatu organisasi. Budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, mem-bentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi.

Pegawai yang telah memahami nilai-nilai dalam suatu organisasi akan menjadikan nilai tersebut sebagai kepribadian organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut akan di wujudkan menjadi perilaku keseharian mereka dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individu dan masing-masing kinerja individu yang baik akan menimbulkan kinerja organisasi atau karyawan yang baik pula. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tidak hanya di tentukan oleh keberhasilan implementasi prinsip-prinsip manajemen, seperti Planning, organizing, leading dan controlling saja, tetapi ada faktor lain yang lebih menentukan, yaitu budaya organisasi.

Selain budaya oragnisasi, keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya dapat di pengaruhi juga oleh gaya kepemimpinan. Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dari perilaku yang ingin memajukan dan mengembangkan organisasi. Di samping itu diwujudkan juga melalui perilaku pimpinan sebagai pelaksana.

Kepemimpinan memainkan peranan yang dominan, krusial dan kritikal dalam seluruh upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai, baik pada tingkat individual, pada tingkat kelompok maupun pada tingkat organisasi. Pemimpin dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat penting, tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak di luar organisasi yang ke semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi mencapai tujuannya. Pada dasarnya dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang pimpinan berinteraksi bukan hanya dengan para pengikutnya akan tetapi juga berbagai pihak yang berkepentingan baik di dalam maupun di luar organisasi.

Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan suatu organisasi karena tanpa gaya kepemimpinan yang baik akan sulit untuk mencapai tujuan organisasi. Maka gaya kepemimpinan merupakan masalah pokok dalam mencapai tujuan. Kompleksitas masalah yang dihadapi mana-jemen ini akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan pimpinan yang memiliki kualitas tertentu. Dikatakan demikian karena seorang pemimpin merupakan salah satu unsur yang menentukan dalam mengem-bangkan suatu organisasi, berhasil atau gagalnya suatu organisasi banyak ditentukan oleh kualitas gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan demokratis memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Gaya kepemimpinan demokratis men-deskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengam-bilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan. Salah satu gaya kepemim-pinan yang efektif adalah gaya kepemim-pinan demokratis, karena pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari para bawahan. Suatu organisasi yang mengguna-kan gaya kepemimpinan demokratis akan mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari para bawahannya mengenai keputusann yang akan diambil. Ia akan serius mendengarkan dan menilai pikiran-pikiran para bawahannya dan menerima sumbangan pikiran mereka, sejauh pemikiran tersebut dapat dilaksanakan. Para bawahan juga didorong untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab lebih besar.

Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin yang demokratis mau menerima bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya juga kritik-kritik yang dapat membangun dari para bawahan yang diterimanya sebagai umpan balik dan dija-dikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya. Selain itu, pemimpin yang demokratis mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh keper-cayaan pula pada bawahannya, mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan, senantiasa berusaha membangun semangat bawahannya dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Di samping itu, juga memberi kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawabnya.

Banyak praktisi dan ahli manajemen menekankan pentingnya peran manusia dalam menentukan keberhasilan sebuah organisasi baik di sektor swasta maupun sektor publik karena kepemimpinan inilah faktor yang akan menentukan sukses tidaknya organisasi. Sumber daya manusia berperan sangat penting dalam lingkup organisasi sebab manusia merupakan salah satu roda penggerak dari seluruh aktivitas organisasi.

Adanya pembentukan budaya organi-sasi yang baik akan menyebabkan para pegawai lebih terpacu dalam bekerja agar tercapainya kinerja yang lebih tinggi. Dengan adanya budaya organisasi akan meningkatkan tingkat kinerja serta kreativitas yang tinggi. Terciptanya kinerja kerja didukung oleh budaya organisasi yang diterapkan dengan baik dan dapat diterima oleh seluruh karyawan dalam sebuah organisasi.

Gaya kepemimpinan demokratis mewakili keterampilan dan sikap dari seorang pemimpin. Kepemimpinan yang baik dalam suatu organisasi didukung oleh budaya organisasi yang baik pula. Pemimpin merupakan bagian dari budaya organisasi, tetapi seorang pemimpin juga memiliki kemungkinan untuk bertindak sebagai agen perubahan dalam budaya. Semakin kuat gaya kepemimpinan yang diterapkan dan didukung oleh budaya organisasi yang baik, maka akan meningkatkan kinerja pegawai.

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) mengetahui, mengkaji dan menganalisis seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, (2) mengetahui, mengkaji dan menganalisis seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan demokratis secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja pegawai di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, dan (3) Mengetahui, mengkaji dan menganalisis seberapa besar pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja pegawai di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.

II.OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Objek penelitian ini adalah pegawai di lingkungan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. Penelitian ini dilakukan pada Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, sesuai tujuan penelitian ini bahwa untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan demokratis terhadap kinerja pegawai.

Metode yang digunaksn oleh penelitian dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari masing-masing variabel serta menguji pengaruh dari variable-variabel tersebut. Selain daripada itu metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliable dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat ,digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang administrasi.

Teknik analisis data yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM). Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam analisis SEM menurut Hair, dkk, dalam Augusty Ferdinand (2006 : 23).

Uji kelayakan model penelitian dimaksudkan untuk mengetahui bahwa model yang menjadi kerangka atau sebagai kontruksi teoritis penelitian yang dirumuskan dalam bentuk diagram dan atau persamaan matematik sudah fit dengan data. Artinya bahwa model yang digunakan sudah mengestimasi semua parameter model yang menjadi variable penelitian yang dituangkan ke dalam hipotesis penelitian (Wirasasmita, 2007). Uji kelayakan model sebagai berikut :

a.Theoritical Plausibility

Model penelitian ini memperlihatkan bahwa hasil uji telah sesuai dengan ekspan-sinya dari teori manajemen sumberdaya manusia menjadi dasar pemikirannya.

b.Accuracy of The Estimate of The Parameters

Model penelitian ini menghasilkan estimator koefesien yang akurat atau tidak bisa dan signifikan. Asumsi analisis terpenuhi dan probalitas kesalahan statistik dari model sangat rendah (p-value = 0,05 atau lebih kecil dari lima persen).

c.Explannatary Ability

Model penelitian ini memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjelaskan hubungan antar fenomena variabel manajemen yang dikaji. Standar Error (SE) lebih kecil dari 0,5 kali nilai mutlak koefesien korelasi (SE< 0,5 b).

d.Forecasting Ability

Model penelitian ini memiliki kemampuan prediksi yang tinggi atas perila-ku variabel terikat sebagaimana ditunjukkan oleh tingginya koefesien determinasi model yang mendekati atau lebih 50%.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Analisis Deskriptif

1. Budaya Organisasi

Sebagian besar tanggapan pegawai Unswagati terhadap budaya organisasi netral 9711 (66,50%). Hal ini berarti budaya organisasi yang dibuat oleh pendiri dan para pemimpin Unswagati dapat diterima oleh pegawai Unswagati, budaya organisasi sebagai suatu pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai, dan dijadikan dasar bagi individu untuk mempraktekkan dalam pekerjaannya sesuai dengan tugas, peran dan tanggungung jawabnya.

Tingkat budaya organisasi berada pada kategori cukup baik (66,50%). Ini menunjuk-kan bahwa peran budaya organisasi mendu-kung efektivitas organisasi dan respons individu. kecocokan antara budaya yang tumbuh dalam setiap diri pegawai Unswagati dengan budaya yang berkembang dalam suatu organisasi, norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam organisasi dianggap sesuai oleh pegawai. Semakin tinggi kecocokan antara pegawai dengan organisasi dapat meningkatkan produktivitas, kepuasan dalam bekerja, perfomance, komitmen organisasi dan memungkinkan pegawai tetap tinggal di organisasinya, dan dapat menjamin terja-linya kesinambungan. Pegawai pada semua tahapan karier, perlu memahami budaya organisasi dan bagaimana bekerjanya karena akan mempunyai pengaruh kuat pada kehidupan kerjanya. Budaya organisasi yang sudah dapat dipahami dengan benar mengenai budaya organisai yang ada, pemahaman ini sangat penting bagi pegawai karena berkaitan dengan gerak langkah dari kegiatan yang dilakukan, dimana setiap gerak langkah/kegiatan tersebut harus didasarkan pada budaya organisasi yang ada. Dengan memahami dan menyadari arti pentingnya budaya organisasi bagi setiap pegawai, setelah pegawai memahami budaya organisasi, maka perlu diimplementasikan dengan memberikan peranannya membentuk periaku dan tindakan (sesuai yang menjadi keinginan organisasi) dalam menjalankan aktivitasnya di dalam organisasi.

2.Gaya Kepemimpinan Demokratis

Sebagian besar tanggapan pegawai Unswagati terhadap gaya kepemimpinan demokratis setuju total jawaban sebesar 5.622 (64,20%). Hal ini berarti kepemim-pinan Universitas Swadaya Gunung Jati mempunyai kewibawaan dalam memimpin, menjadi teladan, panutan dan dapat membangun kebanggaan pegawai terhadap profesi yang digelutuinya, maka pemimpin dipatuhi, ditaati dan diikuti oleh bawahannya, sehingga responden banyak yang menyatakan setuju mengenai pernyataan dalam gaya kepemimpinan demokratis.

Manajemen Unswagati setidaknya memiliki kemampuan dalam memotivasi dan mendo-rong setiap pegawainya untuk menampilkan hasil kerja yang baik, memberikan rasa aman kepada setiap pegawainya dalam bekeja pada organisasi, memberikan kepuasaan bekerja kepada setiap pegawainya di dalam organisasi, memberikan kese-suaian harapan kepada pegawai dalam bekerja di dalam organisasi, mem-berikan kebanggaan kepada pegawainya bekerja dalam organisasi, memberikan jaminan dalam memberikan kesempatan yang sama untuk setiap pegawainya, memperlihatkan keharmonisan dalam setiap kelompok.

3.Kinerja Pegawai

Tanggapan pegawai Unswagati terhadap kinerja pegawai cukup baik (66,30%), hal ini berarti bahwa masing-masng pegawai yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang menjadi hak dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap pegawai dalam suatu organisasi akan mendukung kinerja pegawai. Kinerja pegawai akan dapat terwujud bila pegawainya mempunyai komitmen dengan organisasinya dan ditunjang disiplin kerja yang tinggi. Meskipun demikian pihak manajemen Unswagati harus tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi pegawainya.

Untuk menjamin kelangsungan peker-jaanya pegawai Unswagati senantiasa melalukan evaluasi terhadap pekerjaan yang telah diselesaikan diharapkan hasil yang capai dapat memberikan hasil yang maksimal dan sebagai dasar untuk mengerjakan pekerjaan yang baru, pekerjaan berikutnya mengenai pekerjaan yang sejenis dengan pekerjaan yang telah diselesaikannya dapat dijadikan standar, namun untuk pekerjaan yang sifatnya baru pekerjaan itu dapat diselesaikannya dengan cukup baik karena pegawai Unswagati memiliki pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan yang cukup handal.

3.2. Analisis Verifikatif

1.Pengujian Jalur Sub Struktur Pertama

Pada sub struktur yang pertma variabel budaya organisasi berperan sebagai variabel independen (eksogenus variable) dan kinerja pegawai sebagai variabel dependen (endogenus variable). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Koefisien determinasi diperoleh dari mengkuadratkan nilai koefisien jalur. Nilai koefisien determinasi diinterpretasi sebagai besarnya kontribusi variabel penyebab terhadap variabel akibat. Jadi dari hasil penelitian ini diketahui bahwa budaya organisasi memberikan pengaruh sebesar 81,2% terhadap kinerja pegawai di lingkungan Unswagati Cirebon, sementara sebesar 18,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar budaya organisasi yang tidak diteliti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dijelaskan bahwa koefisien jalur variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut :

1.Nilai koefisien jalur SEM budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sebesar = 0,901, artinya bahwa budaya organisasi memberikan kontribusi terhadap kinerja pegawai sebesar 0,901, dengan kata lain budaya organisasi memberikan pengaruh langsung terhadap kinerja pegawai.

2.Nilai koefisien deteminasi (R2) = (0,901)2 = 0,812, dinterpretasikan sebagai besar koefisien variabel penyebab variabel akibat. Jadi dari hasil penelitian ini diketahui bahwa budaya organisasi memberikan pengaruh sebesar 81,20% terhadap kinerja pegawai di lingkungan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, sementara sisanya sebesar 18,80% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar budaya organisasi, seperti iklim organisasi, motivasi, kompetensi.

3.Koefisien jalur diuji dengan statistik uji t dengan derajat bebas 144 pada titik kritis = 2,017. Dengan menggunakan output SPPS di tabel coefficien pada kolom sig dan t dipakai untuk menguji koefisien jalur. Pada p-value (kolom sig) = 0,000 lebih kecil dari 0,05 atau pada kolom t diperoleh thitung sebesar 24,942 lebih besar dari titik kritis 2,017, dengan demikian H0 ditolak. Artinya budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.

4.Nilai Fhitung sebesar 622,084, dengan nilai signifikansi = 0,000 lebih kecil dari 0,05, dengan demikian H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh secara linier antara budaya organisasi terhadap kinerja pegawai. Dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja pegawai.

Hasil analisis menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Unswagati, dapat dijadikan dasar acuan/pedoman bagi organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pegawai, dengan membantu, mengarahkan sumber daya manusia pada pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.

2.Pengujian Jalur Sub Struktur Kedua

Pada sub struktur yang kedua variabel gaya kepemimpinan demokratis berperan sebagai variabel independen (eksogenus variable) dan kinerja pegawai sebagai variabel dependen (endogenus variable). Dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Koefisien determinasi diperoleh dari mengkuadratkan nilai koefisien jalur. Nilai koefisien determinasi dinterpretasi sebagai besarnya kontribusi variabel penyebab terhadap variabel akibat. Jadi dari hasil penelitian ini diketahui bahwa gaya kepe-mimpinan demokratis memberikan pengaruh sebesar 82,0% terhadap kinerja pegawai di lingkungan Unswagati Cirebon, sementara sebesar 18,0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar gaya kepemimpinan demokratis yang diteliti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa koefisien jalur variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut :

1.Nilai koefisien jalur SEM gaya kepemimpinan demokratis terhadap kinerja pegawai sebesar = 0,905, artinya bahwa gaya kepemimpinan demokratis memberikan kontribusi terhadap kinerja pegawai sebesar 0,905, dengan kata lain gaya kepemimpinan demokratis memberi-kan pengaruh langsung terhadap kinerja pegawai.

2.Nilai koefisien deteminasi (R2) = (0,905)2 = 0,820, dinterpretasikan sebagai besar koefisien variabel penyebab variabel akibat. Gaya kepemimpinan demokratis memberikan pengaruh sebesar 82,00% terhadap kinerja pegawai di lingkungan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, sementara sisanya sebesar 18,00% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar gaya kepemimpinan demokratis.

3.Koefisien jalur diuji dengan statistik uji t dengan derajat bebas 144 pada titik kritis = 2,017. Dengan menggunakan output SPPS di tabel coefficien pada kolom sig dan t dipakai untuk menguji koefisien jalur. Pada p-value (kolom sig) = 0,000 lebih kecil dari 0,05 atau pada kolom t diperoleh thitung sebesar 25,594 lebih besar dari titik kritis 2,017, dengan demikian H0 ditolak. Artinya gaya kepemimpinan demokratis berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.

4.Nilai Fhitung sebesar 655,075, dengan nilai signifikansi = 0,000 lebih kecil dari 0,05, dengan demikian H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh secara linier antara gaya kepemimpinan demokratis terhadap kinerja pegawai. Dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan demokratis terhadap kinerja pegawai.

Hasil analisis menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai Unswagati, dapat dijadikan acuan dalam memformulasikan bentuk manajemen sumber daya manusia dalam meningkatkan kenerja pegawai Unswagati. Kepemimpinan dapat ditingkatkan dengan mengupayakan penerapan gaya kepemim-pinan demokratis yang merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia dalam mendorong pegawainya dan merupakan kunci terwujudnya tujuan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.

2.Pengujian Jalur Sub Struktur Ketiga

Pengaruh budaya organisasi (X1) terhadap kinerja pegawai (Y) merupakan pengaruh positif. Secara manual koefisien jalur diuji dengan statistik uji t dengan derajat bebas 144 pada titik kritis = 2,017. Dengan menggunakan output SPSS di tabel coefisien pada kolom sig dan t dipakai untuk menguji koefisien jalur. Pada p-value (kolom sig) = 0,003 lebih kecil dari 0,05 atau pada kolom t diperoleh thitung sebesar 4,788 lebih besar dari titik kritis 2,017, dengan demikian H0 ditolak. Artinya budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.

Pengaruh gaya kepemimpinan demokratis (X2) terhadap kinerja pegawai (Y) merupakan pengaruh positif. Pada p-value (kolom sig) = 0,002 lebih kecil dari 0,05 atau pada kolom t diperoleh thitung sebesar 5,484 lebih besar dari titik kritis 2,017, dengan demikian H0 ditolak. Artinya gaya kepemimpinan demokratis berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai koelasi dan koefisien jalur yang telah dilakukan, maka dapat diketahui besarnya pengaruh langsung maupun tidak langsung budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan demokratis terhadap kinerja pegawai (Y) dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, maka dapat dikemukakan sebagai berikut :

1.Kekuatan budaya organisasi (X1) yang secara langsung menentukan perubahan-perubahan kinerja pegawai (Y) sebesar 0,190 (19,00%) dan pengaruh tidak langsung budaya organisasi melalui gaya kepemimpinan demokratis (X2) sebesar 0,203 (20,30%), dengan demikian pengaruh budaya organisasi (X1) secara total menentukan kinerja pegawai (Y) sebesar 0,393 (39,30%).

2.Kekuatan gaya kepemimpinan demokratis (X2) yang secara langsung menentukan perubahan-perubahan kinerja pegawai (Y) sebesar 0,249 (24,90%) dan pengaruh tidak langsung gaya kepemimpinan demokratis melalui budaya oragnisasi (X1) sebesar 0,203 (20,30%), dengan demikian pengaruh gaya kepemimpinan demokratis (X2) secara total menentukan kinerja pegawai (Y) sebesar 0,452 (45,20%).

Karena dalam pengujian koefisien jalur secara bersama-sama maupun secara individual, nilai Fhitung dan thitung jatuh pda daerah penolakan H0. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.3.

3.3. Pembahasan

1.Pengaruh Budaya Oganisasi terhadap Kinerja Pegawai Di Lingkungan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Berdasarkan analisis deskriptif budaya organisasi secara keseluruhan sudah cukup baik sebesar 66,50%, artinya budaya organisasi di Universitas Swdaya Gunung Jati Cirebon sudah cukup baik. Sedangkan kinerja pegawai secara keseluruhan sudah cukup baik sebesar 66,30%, artinya kinerja pegawai di Universitas Swdaya Gunung Jati Cirebon sudah cukup baik. Hasil analisis hipotesis menunjukkan bahwa kekuatan budaya organisasi (X1) yang secara langsung menentukan perubahan-perubahan kinerja pegawai (Y) sebesar 0,812 (81,20%), sementara sisanya sebesar 18,80% dipengaruhi faktor-faktor lain diluar budaya organisasi. Hasil uji t dengan derajat bebas 144 pada titik kritis = 2,017, diperoleh thitung sebesar 24,942 lebih besar dari titik kritis 2,017, dengan demikian H0 ditolak. Artinya budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi yang dimiliki dan yang diterapkan Unswagati secara signifikan dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Budaya organisasi sebagai suatu pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai, dan dijadikan dasar bagi individu untuk mempraktekkan dalam pekerjaannya sesuai dengan tugas, peran dan tanggungung jawabnya. Budaya organisasi dapat menjadi pedoman dan pengarah bagi individu dalam berfikir, bertindak berin-teraksi, serta bekerjasama antar sesama anggota untuk menghasilkan suatu kesepakatan-kesepakaan yang telah ditetap-kan oleh organisasi. Individu yang bekerja sesuai sesuai budaya yang dimiliki dan mampu menerima budayanya maka akan menghasilkan perilaku yang baik, bekerja penuh semangat, memiliki etos kerja yang tinggi, menyelesaikan pekerjan dengan tepat waktu.

Noe dan Mondy melihat bahwa budaya organisasi bagian integral dari seperangkat proses atau peranti untuk mencapai tujuan misi dan tujuan organisasi. Dengan demikian, pembentukan budaya organisasi yang ampuh, adaptif, dan transformatif merupakan suatu langkah manajemen yang strategis dan taktis untuk membangun organisasi secara berkelanjutan. Budaya organisasi yang demikian memungkinkan individu-individu saling berinteraksi dan berintegrasi. Interaksi dan integrasi ini selain menciptakan rasa saling memiliki dan core competence, juga akan memungkinkan organisasi selalu belajar beradaptasi dan berinteraksi dengan perkembangan lingkungannya. (Moeljono, Sudjatmiko, 2007 : 135).

2.Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis terhadap Kinerja Pegawai Di Lingkungan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Berdasarkan analisis deskriptif gaya kepemimpinan demokratis secara keseluruhan sudah cukup baik sebesar 64,20%, artinya gaya kepemimpinan demokratis di Universitas Swdaya Gunung Jati Cirebon sudah cukup baik. Sedangkan kinerja pegawai secara keseluruhan sudah cukup baik sebesar 66,30%, artinya kinerja pegawai di Universitas Swdaya Gunung Jati Cirebon sudah cukup baik. Hasil analisis hipotesis menunjukkan bahwa kekuatan gaya kepemimpinan demokratis (X2) yang secara langsung menentukan perubahan-perubahan kinerja pegawai (Y) sebesar 0,820 (82,00%), sementara sisanya sebesar 18,00% dipengaruhi faktor-faktor lain diluar gaya kepemimpinan demokratis. Hasil uji t dengan derajat bebas 144 pada titik kritis = 2,017, diperoleh thitung sebesar 6,570 lebih besar dari titik kritis 2,017, dengan demikian H0 ditolak. Artinya gaya kepemimpinan demokratis berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.

Gaya kepemimpinan demokratik dan kharismatik yang ditunjukkan oleh pimpinan akan semakin baik pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Sebaliknya jika gaya kepemimpinan yang ditunjukkan bukan gaya kepemimpinan demokratik dan kharismatik oleh pimpinan baik, maka kinerja karyawan cenderung akan menurun. Hal ini karena adanya ketepatan pemimpin perusahaan dalam menerapkan sistem kepemimpinan yang bisa dipergunakan dalam organisasi/ perusahaannya karena kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin.

Kekuatan kepemimpinan ini terletak pada dimana kesatuannya yang menjadi kekuatan dalam menjalankan organisasi tersebut. Kepemimpinan demokratis sangat menghargai potensi setiap individu yang terlibat didalamnya mau mendengarkan nasihat dan sugesti terhadap bawahan dan bersedia mengakui keahlian para special dengan bidangnya di masing-masing aspek mampu memberikan manfaat kapasitas setiap anggota yang sangat efektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat Gaya kepemimpinan demokratis memiliki kekuatan untuk memotivasi bawahannya, dengan meningkatnya motivasi kerja tersebut dan pemimpin melaksanakannya dengan persuasif maka akan terciptanya kerjasama yang serasi antara pemimpin dan bawahan, menumbuhkan loyalitas bawahan, dan yang terpenting yaitu mampu menumbuhkan partisipasi bawahan. (Hasibuan 2006:216)

3.Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Demokratis terhadap Kinerja Pegawai

Berdasarkan analisis deskriptif budaya organisasi dan gaya kepemimpinan Demokratis secara keseluruhan sudah cukup baik dengan persentase masing-masing sebesar 66,50% dan 64,20%, sedangkan kinerja pegawai secara keseluruhan sudah cukup baik sebesar 66,30%. Hasil hipotesis diperoleh struktur koefisien jalur menunjuk-kan hasil sebagai berikut :

1.Kekuatan budaya organisasi (X1) yang secara langsung menentukan perubahan-perubahan kinerja pegawai (Y) sebesar 0,190 (19,00%) dan pengaruh tidak langsung budaya organisasi melalui gaya kepemimpinan demokratis (X2) sebesar 0,203 (20,30%), dengan demikian pengaruh budaya organisasi (X1) secara total menentukan kinerja pegawai (Y) sebesar 0,393 (39,30%).

2.Kekuatan gaya kepemimpinan demokratis (X2) yang secara langsung menentukan perubahan-perubahan kinerja pegawai (Y) sebesar 0,249 (24,90%) dan pengaruh tidak langsung gaya kepemimpinan demokratis melalui budaya oragnisasi (X1) sebesar 0,203 (20,30%), dengan demikian pengaruh gaya kepemimpinan demokratis (X2) secara total menentukan kinerja pegawai (Y) sebesar 0,452 (45,20%).

Pengaruh langsung maupun tidak langsung antara variabel budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis berperan sebagai variabel independen (eksogenus variable) secara simultan berpengaruh terhadap kinerja pegawai sebagai variabel dependen (endogenus variable). Artinya budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai dengan besarnya pengaruh sebesar 84,50% dan sisanya sebesar 15,50% dipengaruhi oleh faktor lain.

Kepemimpinan demokratis memiliki orientasi kepada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan terhadap seluruh bawahan, dengan menekan-kan terhadap tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik Kekuatan kepemimpinan ini terletak pada dimana kesatuannya yang menjadi kekuatan dalam menjalankan organisasi tersebut. Kepemimpinan demokratis sangat menghar-gai potensi setiap individu yang terlibat didalamnya mau mendengarkan nasihat dan sugesti terhadap bawahan dan bersedia mengakui keahlian para special dengan bidangnya di masing-masing aspek mampu memberikan manfaat kapasitas setiap anggota yang sangat efektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

Budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekkan oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi. (Davis dalam Lako 2004:29)

Kinerja karyawan adalah hal yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi (Malthis dan Jackson, 2001).

4.Pengaruh Variabel Lain yang Tidak Diteliti

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa berdasarkan hasil analisis bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis berpengaruh sangat besar terhadap kinerja pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yaitu sebesar 84,50%, sedangkan variabel yang tidak diteliti sebesar 15,50%. Hal ini membuktikan bahwa variabel kinerja dan kepuasan kerja pegawai ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh variabel budaya organisasi, gaya kepemimpinan demokratis semata, tetapi ada variabel lain yang ikut mempengaruhi kinerja pegawai di lingungan Universitas Swadaya Gungung Jati Cirebon, diantaranya : lingkungan kerja, kompensasai, komitmen organisasi, dan motivasi kerja.

Lingkungan kerja, kompensasi, komitmen organisasi dan motivasi kerja memiliki arti penting dalam mempengaruhi kinerja. Sutrisno (2011:118) menyatakan bahwa seluruh sesuatu yang berada di sekitar karyawan dapat dikatakan sebagai lingkungan kerja baik fisik dan non fisik. Lingkungan kerja yang baik akan memberikan rasa nyaman terhadap karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya (Kristiawan dan Suprayitno, 2009). Utami dan Hartanto (2010) dalam penelitiannya menyatakan adanya pengaruh signifikan dan positif dari lingkungan kerja dengan kinerja. Berikutnya penelitian yang dilakukan Salwa,dkk. (2012) menyatakan bahwa peningkatan kinerja karyawan dipengaruhi oleh lingkungan kerja secara parsial. Penelitian lain yang dilakukan oleh Leblebici (2012) menyatakan bahwa lingkungan kerja memainkan peran penting bagi karyawan di tempat kerja yang dapat mempengaruhi kinerjanya.

Selain itu, penelitian ini didukung oleh teori yang dipaparkan oleh Sedarmayanti (2011:26) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja yang baik akan mendukung kinerja karyawan saat bekerja. Kurang nyamannya lingkungan kerja dapat menurunkan kinerja karyawan yang berdampak pada kurang efisiennya hasil pekerjaan. Teori lain yang mendukung adalah teori yang dipaparkan oleh Sutrisno (2011:118) menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah seluruh sarana dan prasarana serta hubungan dengan karyawan yang ada di sekitar saat melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

Dalam penelitian Muogbo (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara alat motivasi seperti upah rekomendasi, pengakuan terima dengan pekerja dan kinerja mereka. Namun, penelitian ini telah menunjukkan pentingnya penghargaan seperti uang sebagai prediktor yang layak kinerja. Temuan Egwurudi (2008) dalam Muogbo (2013) juga telah mendukung upaya penelitian ini, karena hipotesis bahwa pekerja berpenghasilan rendah akan termotivasi secara intrinsik tidak dikonfirmasi dan harapan bahwa pekerja yang berpenghasilan lebih tinggi akan menempatkan nilai yang lebih besar pada imbalan intrinsik daripada pekerja berpeng-hasilan rendah juga tidak dikonfirmasi

IV.Kesimpulan dan Saran

1.Kesimpulan

1.Secara simultan Budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati, sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan penerapan Budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis secara bersama berpengaruh signifikan dan mampu menciptakan kinerja pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati. Gaya kepemimpinan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati.

2.Secara parsial budaya organisasi memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kinerja pegawai Univesitas Swadaya Gunung Jati. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai tersebut berasal dari perhitungan yang terbesar yaitu karakteristik stabilitas, perhatian pada detail, keagresifan.

3.Secara parsial variabel gaya kepemimpinan demokratis memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada Universitas Swadaya Gunung Jati dari perhitungan yang terbesar dari dimensi motivasi, dan kebebasan. Sedangkan dari perhitungan yang terkecil dari dimensi pengambil keputusan, dan hubungan.

2.Saran

1.Pengembangan ilmu-ilmu sosial terutama pengembangan Ilmu Administrasi khususnya Ilmu Administrasi Negara disarankan untuk dapat diterapkan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia berkaitan dengan budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai, sehingga diharapkan pegawai menerima budaya organisasi sebagai suatu pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai, dan dijadikan dasar pedoman bagi individu untuk mempraktekkan dalam pekerjaannya sesuai dengan tugas, peran dan tanggungung jawabnya.

2.Peningkatan kinerja pegawai Universitas Swadaya Gunung Jati, disarankan melalui upaya peningkatan kinerja pegawainya, dan juga disarankan dilakukan dengan penerapan budaya organisasi, kepemim-pinan melalui gaya kepemimpinan demokratis.

3.Disarankan agar kesempatan untuk merngembangkan dan meningkatkan potensinya dengan optimal sehingga pegawai memperoleh prestasi kerja yang baik, dan dapat merintis tujuan karier pribadi masing-masing. Oleh karena itu disarankan budaya yang ada ditingkatkan lagi lebih mengarah pada budaya berprestasi, budaya berpretasi merupakan budaya yang berorientasi pada pening-katan prestasi sumber daya manusia

4.Kebijakan strategis untuk meningkatkan kinerja pegawai perlu adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas tentang peran dan fungsi serta tanggung jawab pegawai sesuai dengan bidangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hadari, Nawawi dan Martini, Hadari. 2011. Ilmu Administrasi. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Hasibuan, SP., Malayu. 2005. Manajjemen Sumber Daya Manusia. PT. Gunung Agung, Jakarta

Kartono, Kartini. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kreitner, Robert. dan Kinicki, Angelo. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Buku 1. Salemba Empat, Jakarta

Lako, Andreas. 2004. Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi Isu Teori dan Solusi. Amara Books, Yogyakarta.

Luthans, Fred, 2006. Perilaku Organisasi, Edisi Sepuluh, Penerbit Andi, Yogyakarta

Manulang, M,. 2006. Manajemen Personalia.Ghalia Indonesia, Jakarta

Mangkunegera, A. Anwar Prabu. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja Roesdakarya, Bandung.

Nawawi. Hadari H dan Martini HM. 2002. Kepemimpinan Yang Efektif. Cetakan Keempat.Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi. Cetakan Kedua. Rineka Cipta, Jakarta.

Rivai, Veithzal dan Basri. 2005. Performance Appraisal: Sistem Yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan Dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Robbins, Stephen P. 2012. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Erlangga, Jakarta.

Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumberdaya Manusia. Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung : Refika Aditama.

Siagian, Sondang. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.

Sobirin, Achmad. 2007. Budaya Organisasi Pengertian, Makna dan Aplikasinya Dalam Kehidupan Organisasi. IIPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Soetrisno, D,A. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Soetrisno Outline Series.

Tika, H. Moh. Pabundu. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Bumi Aksara. Jakarta.