sumber stres kerja - copy

Upload: aflaha-hikmah-hs

Post on 06-Mar-2016

250 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas akhir psikologi industri, analisis study kasus

TRANSCRIPT

PENDAHULUANLatar Belakang Topik MasalahTopik studi kasus yang penulis angkat adalah mengenai Sumber Stess di Tempat Kerja. Menurut penulis, Sumber Stres di Tempat Kerja merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam memanage suatu sistem kerja, karena sumber stres yang terdapat di tempat kerja akan sangat mempengaruhi produktivitas pekerja dalam menjalankan pekerjaannya tersebut, selain itu, stres kerja juga mudah mengakibatkan adanya kecelakaan akibat kerja. Sayangnya, di Indonesia, perhatian terhadap bagaimana terjadinya stres kerja dan sumber stres yang terdapat di tempat kerja belum menjadi fokus utama dalam mengatur suatu sistem kerja, masih terdapat beberapa jenis pekerjaan yang memiliki beban kerja berat dengan kapasitas kerja yang tidak sesuai dan beban tambahan kerja yang memberatkan. Di Indonesia, berdasarkan data Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatanmenyatakan bahwa dari jumlah populasi orang dewasa di Indonesia sebesar 150 juta jiwa sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa kecemasan dan depresi. Meskipun data tersebut bukan merupakan data khusus mengenai stres akibat kerja tetapi dapat memberikan gambaran mengenai jumlah kasus gangguan mental yang saat ini terjadi di Indonesia. Adapun penelitian yang pernah dilakukan oleh program studi Magister Kedokteran Kerja FKUI sekitar tahun 1990-an menunjukkan bahwa sekitar 30 persen pekerja pernah mengalami stres di tempat kerja mulai dari keluhan ringan sampai berat.Salah satu contoh dari pekerjaan yang memiliki tingkat stres kerja tinggi karena sumber stres di tempat kerja yang banyak pekerjaan yang bertugas untuk menyelenggarakan keamanan dan ketertiban umum, Indonesia memiliki lembaga yang bertugas untuk menjalankan fungsi tersebut yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Sebagai institusi, Polri merupakan suatu lembaga yang mendapatkan tugas dan wewenangnya berdasarkan sistem ketatanegaraan Indonesia untuk menjaga keamanan negara dan menegakkan hukum yang berlaku dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Sebagai penegak hukum, polisi harus selalu teratur dalam berbagai situasi dan dalam mengendalikan berbagai tingkah laku manusia. Meskipun polisi melaksanakan tugasnya dengan adil, baik, dan diplomatis pekerjaan mereka tetaplah bukan tugas yang mudah. Direktur utama ACLU, Ira Glasser (dalam Amaranto, 2003 dikutip dari BS Sumbayak, 2011) menyatakan bahwa polisi adalah pekerjaan yang mencakup banyak aspek, sulit, berbahaya, dan stressfull. Sesuai dengan hasil penelitian McShane dan Glinow, 2003(dikutip dari BS Sumbayak, 2011) yang menyatakan bahwa polisi adalah salah satu dari beberapa pekerjaan yang digolongkan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada pekerjaan-pekerjaan lainnya, seperti: akuntan, artis, manajer rumah sakit, kepala sekolah, dan lain-lain.Namun, dari seluruh jajaran Kepolisian, terdapat dua jajaran yang memiliki tingkat stres paling tinggi, yaitu Polisi pada bagian Reserse dan Satuan Lalu Lintas. Polisi bagian reserse memiliki peran dan tugas sebagai bagian untuk melakukan proses Penyelidikan dan Penyidikannya guna membuat terang suatu tindak Pidana yang terjadi didalam masyarakat. Dan juga menjaga ketertiban, keamanan, kedamaian, ketenangan, kesehatan umum masyarakat, usaha - usaha ini juga bisa dilakukan berupa patroli, penyuluhan, penerangan - penerangan pendidikan, melakukan bantuan atau pertolongan dan sebagainya. Sedangkan Polisi Satuan Lalu Lintas memiliki tugas pokok yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam pengandalian lalu lintas untuk mencegah dan meniadakan gangguan serta ancaman agar terjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan umum, selain itu juga sebagai pendidik masyarakat dalam berlalu lintas, dan mampu melakukan identifikasi/registrasi kendaraan bermotor. Dari semua tugas dan tuntutan kerja polisi bagian Reserse dan Satuan Lalu Lintas, fungsi dari Polisi bagian Reserse dan Satuan Lalu Lintas sangat penting bagi masyarakat, sehingga apabila polisi mengalami stres kerja maka kerugian yang ada bukan hanya akan dirasakan oleh lembaga Kepolisian itu sendiri tetapi juga akan berdampak pada ketertiban dan keamanan masyarakat umum di Indonesia, oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat contoh dari sumber stres di tempat kerja pada pekerjaan kepolisian. Tampilan BeritaMabes Polri: 80 Persen Anggota Reserse dan Polantas Alami StresSabtu, 07 November 2015 | 04:54 WIB

TEMPO/Fahmi AliTEMPO.CO , Jakarta -Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan beban kerja yang dipikul kerap membuat polisi mengalami tekanan atau stres. Hal itu, kata dia, didasari sebuah penelitian sekitar lima tahun lalu yang menyebutkan sekitar 80 persen anggota reserse dan polisi lalu lintas mengalami stres.Penyebab banyaknya anggota reserse dan Polantas yang mengalami stres ini adalah beban kerja yang berat, waktu kerja yang panjang, dan gaji atau tunjangan yang relatif kecil. "Beban kami besar. Yang lain kerja delapan jam, sedangkan kerja kami 24 jam," katanya di Markas Besar Polri, Jumat, 6 November 2015.Untuk mengantisipasinya, kepolisian diminta membangun iklim kerja yang baik dan komandan diminta lebih terbuka terhadap anak buahnya yang sedang menghadapi masalah agar segera ditangani."Kalaupun ada anggota yang stres, jika tunjangan kinerjanya dinaikan kan siapa tahu bisa berseri-seri sedikit," ujarnya.Selain itu, Anton berharap bagian profesi dan pengamanan tidak sekedar menjatuhkan hukuman terhadap polisi yang melakukan kesalahan, tapi juga lebih kepada penelusuran apa yang menjadi penyebab munculnya perbuatan itu. LARISSA HUDAhttp://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/07/173716704/mabes-polri-80-persen-anggota-reserse-dan-polantas-alami-stresRumusan Masalah1. Apakah yang menjadi sumber stres di tempat kerja bagi seorang polisi?2. Apakah jenis stres kerja yang dialami oleh polisi?3. Apa sajakah dampak stres yang dapat dialami oleh seorang polisi?

TINJAUAN PUSTAKADefinisi Definisi StressorSecara umum keadaan yang dapat menimbulkan stres disebut sebagai stressor. Tanpa adanya stressor atau kejadian yang menimbulkan stres, maka stres tidak akan terjadi, atau dengan kata lain stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat pula dikatakan sebagai sumber stres, stressor adalah pembangkit awal terjadinya stres.Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Rice, 2002, dikutip dari H Nasution, 2011). Menurut Newstroom dan Davis, 1993 (dalam Denny Nur Diansyah, 2010) stressor adalah faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya stres.Menurut Lazarus & Folkman, 1986(dikutip dari H Nasution, 2011) stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor. Stressor adalah suatu kejadian, keadaan atau pun sebuah pikiran yang mengganggu keseimbangan/penyebab timbulnya stres. Stressor dapat berasal dari luar (kerugian, kematian, jatuh sakit, dan sebagainya) atau dari dalam individu itu sendiri (Maramis, 2005)Definisi StresStres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Siagian (2007), menyatakan bahwa stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang untuk berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun lingkungan luar lainnya. Hal ini berarti karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif yang akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan.Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. (McGrath, dan Wedford dalam Arend dkk, 1997) dalam H Nasution, 2011.Menurut Wirawan (2012), stres merupakan reaksi yang tidak diharapkan muncul sebagai akibat tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang. Menurut Selye, yang dikutip oleh Ashar (2008), mengatakan stres adalah satu abstraksi. Orang tidak dapat melihat pembangkit stres (stressor). Yang dapat dilihat ialah akibat dari pembangkit stres.Menurut Santrock (2003), stres didefinisikan sebagai respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping). Rice, 2002 (dalam H Nasution, 2011)mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson, 2000 (dalam H Nasution, 2011) mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini sebagai respon stres.Stres dapat pula didefinisikan sebagai kejadian atau keadaan yang melebihi kemampuan individu atas keadaan yang melebihi kemampuan individu tersebut untuk mengatasinya.Definisi StrainMenurut Granjean, 1980 (dalam Tulus Winarsunu, 2008) reaksi-reaksi yang muncul akibat adanya stressor disebut strain.Dalam DH Gunawan, 2011, dikatakan bahwa strain adalah respon emosional langsung dari adanya kesenjangan antara tuntutan dan sumber daya yang dimiliki.Karasek, 1979 (dalam Tulus Winarsunu, 2008) mengajukan postulat mengenai taraf tinggi rendahnya strain, Karasek menyatakan bahwa strain tidak hanya dipengaruhi oleh sebuah aspek tunggal dari lingkungan kerja, tetapi lebih dihasilkan dari pengaruh gabungan antara tuntutan kerja dan luasnya taraf kebebasan dalam taraf pengambilan keputusan yang dimiliki pekerja untuk menghadapi tuntutan kerja tersebut. Karasek menggunakan sebuah model yang disebut job strain model, dengan gambar seperti dibawah ini;

Di dalam model ini tuntutan pekerjaan didefinisikan sebagai psychological stressor, seperti kebutuhan untuk bekerja dengan keras dan cepat, jumlah pekerjaan yang banyak dan waktu yang terbatas. Tuntutan pekerjaan dalam hal ini dapat disamakan dengan beban kerja. Namun, yang perlu ditekankan adalah, tuntutan pekerjaan di sini merupakan tuntutan secara psikologis bukan tuntutan secara fisik, meskipun kebutuhan akan kecepatan dan kerumitan dalam bekerja membutuhkan kemampuan fisik yang dapat berdampak pada keletihan, namun stres outcome yang diprediksikan oleh model ini berkaitan dengan dampak psikologis atas beban kerja, diasosiasikan dengan kebutuhan untuk mengatur kecepatan dalam bekerja dan konsekuensi kegagalan untuk menyelesaikan pekerjaan. Kendali terhadap pekerjaan memiliki dua komponen utama yaitu: kekuasaan/kewenangan dari pekerja untuk membuat keputusan di dalam pekerjaannya dan keleluasaan bagi pekerja untuk menggunakan keahliannya dalam bekerja, dengan kata lain kendali terhadap pekerjaan berhubungan dengan kendali administrative, kendali terhadap hasil kerja, kebijaksanaan dalam penggunaan keahlian, supervisi, wewenang pengambilan keputusan, dan kompleksitas pekerjaan.Pertama, yang termasuk situasi low-strain adalah ketika tuntutan kerja rendah, sedangkan kendali pengambilan keputusan tinggi. Kedua, yang termasuk situasi high-strain adalah ketika tuntutan kerja tinggi sedangkan kendali pengambil keputusan rendah.Definisi Stres KerjaVeithzal, 2004 (dalam RA Siregar, 2014) menyatakan stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seorang karyawan, dalam hal ini tekanan tersebut disebabkan oleh lingkungan pekerjaan tempat karyawan tersebut bekerja. Stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan (Mangkunegara, 2005).Marc J. Scharbracq, 2003 (dalam Rita Dwi Lindawati, 2014), mengatakan stres kerja sebagai sebuah respon terhadap hilangnya kendali terhadap kinerja kita. Selanjutnya stres kerja diartikan sebagai tekanan yang terjadi ketika kita harus mengerjakan sesuatu yang tidak ingin kita kerjakan. S. Sauter et. al. seperti dikutip Rae Andre (2008) berpendapat bahwa stres kerja adalah respon fisik dan emosional berbahaya yang terjadi ketika persyaratan pekerjaan tidak sesuai kemampuan pekerja, sumber daya, atau kebutuhan. Menurut Slocum/Hellriegel (2009), mengatakan bahwa stres kerja adalah suatu masalah umum dan mahal di tempat kerja, yang menyentuh beberapa pekerja . Menurut Richard L. Daft (2010) mengatakan stres kerja yaitu seperti kesulitan, ketidaknyamanan, melelahkan dan bahkan menakutkan. Menurut Ivancevich dan Matteson, seperti dikutip oleh Luthans (2011), mengatakan bahwa stres kerja didefinisikan sebagai sebuah respon adaptif (tanggapan penyesuaian) dimediasi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologi, sebagai akibat dari aksi lingkungan, situasi atau peristiwa yang menyebabkan tuntutan fisik dan atau psikologi secara berlebihan terhadap seseorang. Sedangkan Beehr and Newman seperti dikutip oleh Luthans (2011) mengartikan stres kerja sebagai sebuah kondisi yang terjadi sebagai hasil interaksi antara pegawai dengan pekerjaan mereka dan dikarakteristikan atau ditandai oleh perubahan manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka.Jenis Sumber Stres Di Tempat KerjaSumber stres secara umum dijabarkan sebagai berikut;Berdasarkan penyebabnya, stressor (sumber stres) dibagi menjadi 3 kategori, yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Stressor fisik adalah stressor yang berasal dari luar individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Sedangkan pada stressor psikologis, sumber stres berasal dari tekanan dari dalam diri individu yang bersifat negatif, seperti frustasi, kecemasan (anxiety), rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri. Dan stressor sosial adalah stressor yang bersifat traumatik yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun, perceraian, masalah keuangan, dan lain lain (Nasution, 2007).Menurut Girdano (2005), terdapat tiga jenis sumber stres yaitu faktor psikososial, bioekologikan dan personal;1. Stres Psikososial, ialah stres yang disebabkan oleh tekanan dari segi hubungan dengan kondisi sosial disekitar. Hal-hal yang dapat menimbulkan stres secara psikososial ialah perubahan dalam hidup, misalnya berada dilingkungan yang baru, diskriminasi, terjerat kasus hukum, atau karena kondisi ekonomi.2. Stres Bioekologikal, terbagi menjadi dua stres ekologikal stres dan biologikal stres, dimana ekologikal stres adalah stres yang disebabkan oleh kondisi lingkungan, sedangkan stres biologikal adalah stres yang disebabkan oleh kondisi fisik tubuh.3. Stres Kepribadian, ialah stres yang disebabkan oleh permasalahan yang disebabkan oleh permasalahan yang dialami diri sendiri.Sumber stres di tempat kerja, dijabarkan sebagai berikut;Menurut Spector dalam Tulus Winarsunu (2008), ada 5 sumber stres kerja, yaitu;1. Role Ambiguity and Role Conflict, role ambiguity adalah ketidakjelasan peran yang merupakan suatu taraf dimana pekerja tidak jelas tentang tanggung jawab dan fungsi-fungsi kerjanya. Sedangkan role conflict adalah konflik peran, terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara tuntutan pekerjaan dan yang bukan pekerjaan, misalnya pada waktu yang sama harus menyelesaikan 2 pertemuan yang sama-sama penting. 2. Workload atau beban kerja diarahkan kepada tuntutan kerja terhadap individu, yang dalam hal ini dapat dilihat menjadi dua sisi, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Beban kerja kuantitatif adalah jumlah pekerjaan yang dipunyai atau harus diselesaikan seseorang. Sedangkan beban kerja kualitatif adalah taraf sulitnya tugas sehubungan dengan kemampuan pekerja.3. Control, adalah taraf keluasan dimana pekerja dapat membuat keputusan tentang pekerjaannya. Pekerja dengan kontrol yang tinggi berarti dapat mengatur jadwal kerjanya sendiri, memilih pekerjaan, dan menentukan bagaimana menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Kontrol kerja yang rendah berarti semua aspek pekerjaan sudah diatur dan pekerja tinggal melakukan saja. Kontrol kerja yang rendah ini menjadi psalah satu stressor di tempat kerja.4. Machine Pacing, merupakan hal hal yang berhubungan dengan kontrol terhadap mesin yang harus direspon oleh pekerja. Dengan kontrol mesin yang rendah, maka akan terjadi stres.5. The Demand/Control Model, dikatakan bahwa jika kontrol terhadap pekerjaan tinggi, maka tuntutan kerja yang merupakan stressor kerja tidak menyebabkan strain, sedangkan apabila kontrol kerja rendah, maka tuntutan kerja yang merupakan stressor kerja akan menyebabkan strain.Menurut Grandjean dalam Tulus Winarsunu (2008), kondisi yang dapat menjadi sumber stres atau stressor di tempat kerja adalah;1. Job Control, adalah keterlibatan pekerja dalam menentukan rutinitas kerja, termasuk mengontrol aspek-aspek temporal dan supervisi proses kerja. Kurangnya kontrol dapat menjadi stressor yang menghasilkan strain, baik emosional maupun fisik.2. Social Support, berarti bantuan dari supervisor dan teman kerja. Kurangnya dukungan sosial dapat menjadi stressor tersendiri bagi pekerja.3. Job Distres or Dissatisfaction, adalah sebagian besar berhubungan dengan isi pekerjaan dan beban kerja. Ini adalah tentang persepsi terhadap stres di dalam pekerjaan dan karir.4. Task and Performance Demands, tuntutan kerja, termasuk deadlines juga merupakan stressor yang terdapat pada tempat kerja.5. Job Security, merujuk pada ancaman untuk menjadi pengangguran, beberapa pekerja kantor khawatir terlalu berlebihan sehingga menjadi stressor tersendiri.6. Responsibility, tanggung jawab pada hidup dan kesejahteraan orang lain adalah beban mental yang berat, ketika tanggung jawab melebihi kemampuan seorang pekerja, maka hal tersebut akan menjadi stressor.7. Physical Environmental problem, merupakan masalah fisik lingkungan termasuk kebisingan, pencahayaan, dan sebagainya yang tidak sesuai pada pekerja, sehingga menjadikan hal tersebut stressor tersendiri bagi pekerja.8. Complexity, besarnya perbedaan tuntutan yang ada didalam pekerjaan. Pekerjaan yang kompleks dan tidak kompleks yang berlebihan dapat menjadi stressor pada pekerja. Jenis Stres KerjaPada umumnya kita merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi negatif atau keadaan yang tidak menyenangkan, Selye, dalam Rice, 1992 (dikutip dari L garliah 2011) membedakan antar distress atau stres yang negatif dan eustress atau stres yang positif. Distress mengarah pada kerusakan atau ketidaknyamanan dengan situasi cemas, takut dan kwatir. Inti dari stres adalah pengalaman psikologi yang negatif yang menimbulkan kesakitan, sehingga individu merasa perlu untuk menghindarinya.Sedang eustress atau stres yang positif menurut Selya ( dalam Rice, 1992) adalah pengalaman yang memuaskan atau kenyaman. Eustress dapat meningkatkan kesadaran, meningkatkan mental kesiagaan dan menigkatkan performance. Disamping itu, eustress juga dapat memberikan motivasi pada individu.Jenis StrainStrain oleh Jex dan Beehr yang dikutip olehh Spector, 1996 dalam Tulus Winarsunu, 2008 dibedakan menjadi 3, yaitu berupa;1. Reaksi Psikologis, yaitu suatu respon yang berhubungan dengan reaksi emosional seperti kecemasan, marah, ketidakpuasan kerja, jengkel, gelisah, sulit tidur, tidak semangat, bangun pagi tidak segar, dan merasa frustasi.2. Reaksi Fisik, meliputi simptom-simptom seperti sakit kepala, sakit perut, jantung dan pusing.3. Reaksi Perilaku, adalah respon terhadap stres kerja yang berupa kecelakaan, pindah kerja, merokok dan penggunaan zat kimia.Dampak Stres KerjaDampak Bagi PekerjaDikutip dari (Dwi Kusuma, 2011) Menurut P.Anoraga (2009), ada 3(tiga) kategori umum akibat stres kerja antara lain: a. Gejala badan : sakit kepala (cekot -cekot,pusing separuh, vertigo), nafsu makan menurun, mual muntah, keringta dingingangguan pola tidur. b. Gejala emosional : pelupa mudah marah, cemas, was-was, kawatir, mimpi buruk, mudah menangis, pandangan putus asa, dan lain sebagainya. c. Gejala sosial : makin banyak merokok, menarik diri dari pergaulan sosial, mudah bertengkar, dan lain sebagainya. Dikutip dari (Dwi Kusuma, 2011) Menurut H.Handoko (2008), stres yang terlalu berlebihan dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Stres dapat sangat membantu atau fungsional, tetapi dapat juga salah (dysfunctional) atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stres.bila tidak ada stres, tantangan - tantangan kerja juga tidak ada, dan prestasi kerja cenderung rendah. Meningkatnya stres, prestasi kerja cenderung naik, karena stres membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumber daya dalam memenuhi barbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Dikutip dari (Dwi Kusuma, 2011) M.Hasibuan (2009), prestasi kerja karyawan yang mengalami stres pada umumnya akan menurun karena mengalami ketegangan pikiran dan berperilaku yang aneh, pemarah, dan suka menyendiri. Sehingga stres harus diatasi sedini mungkin. Munculnya stres, baik yang disebabkan oleh sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang tidak menyenangkan akan memberikan akibat tertentu pada seseorang. Cox (dalam Handoyo, 2001:67-68) membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres, yaitu: 1) Pengaruh psikologis, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah. 2) Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak nafsu makan atau makan berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, menurunnya semangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit. Pada saat stres juga terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, baik di rumah, ditcmpat kerja atau di jalan. 3) Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil kcputusan, kurangnya konsentrasi, dan peka terhadap ancaman. 4) Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yangberupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya, atau memicu timbulnya penyakit tertentu. Dampak Bagi Institusi/PerusahaanRendall Schuller (dalam Rini, 2002:3) mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta tendesi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa: 1) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajcmen maupun operasional kerja 2) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja 3) Menurunkan tingkat produktivitas 4) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian financial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Beban Tugas PolisiBagian ReserseBerdasarkan Skep 54 Tahun 2002 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Satuan Satuan Organisasi dijelaskan bahwa anggota Reserse bertugas menyelenggarakan/membina fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana dengan memberikan pelayanan/perlindungan khusus kepada korban/pelaku, remaja, anak dan wanita, serta menyelenggarakan fungsi identifikasi, baik untuk kepentingan penyelidikan maupun pelayanan umum dan menyelenggarakan koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan sesuai ketentuan hukum dan perundangan.Anggota Reserse dipimpin oleh Kepala Satuan Reskrim (Kasat Reskrim) dimana dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Wakit Kepala Satuan Reskrim. Dalam menjalankan tugasnya, anggota Reserse dibagai dalam beberapa unit. Unit-unit tersebut adalah Unit Kriminal Umum, Unit Pencurian Kendaraan Bermotor, Unit Kriminal Khusus, Unit Harta dan Benda, Unit Reserse mobile, Unit Curi, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak.Berdasar Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Penyidikan Tindak Pidana;Pengawasan Penyidikan tindak pidana meliputi:a. Atasan penyidik- Tingkat Mabes Polri;1. Pejabat struktural yang karena jabatannya sebagai atasan penyidik:a) Kapolri;b) Kabareskrim Polri;c) Direktur pada Bareskrim Polri;d) Kasubdit pada Dit Bareskrim Polri; dane) Kanit pada Subdit Bareskrim Polri.2. Pejabat non struktural yang diberikan tugas khusus mengkoordinir penyidikan.- Tingkat Polda:1. Pejabat struktural yang karena jabatannya sebagai atasan penyidik:a) Kapolda;b) Dirreskrimum, Dirreskrimsus, dan Dirresnarkoba;c) Kasubdit pada Ditreskrimum, Ditreskrimsus, dan Ditresnarkoba;2. Pejabat non struktural yang diberikan tugas khusus mengkoordinir penyidikan.- Tingkat Polres;1. Pejabat struktural yang karena jabatannya sebagai atasan penyidik:a) Kapolres;b) Kasatreskrim, Kasatresnarkoba; danc) Kapolsek.2. Pejabat non struktural yang diberikan tugas khusus mengkoordinir penyidikan.b. Pejabat pengemban fungsi Pengawasan Penyidikan, meliputi : Tingkat Mabes Polri:1. Kepala Biro Pengawasan Penyidikan Bareskrim Polri; dan2. Pengawas Penyidikan pada Biro Pengawasan Penyidikan Bareskrim Polri sesuai surat perintah tugas. Tingkat Polda:1. Kepala Bagian Pengawasan Penyidikan Ditreskrimum, Ditreskrimsus danDitresnarkoba; danPengawasan Penyidikan pada Bag Pengawasan Penyidikan Polda sesuai surat perintah tugas. Tingkat Polres:1. Kaurbinops (KBO) Satreskrim dan Satresnarkoba; dan2. Pengawas Penyidikan pada Urbinops Satreskrim dan Satresnarkoba sesuai surat perintah tugas.Objek Pengawasan Penyidikan Tindak Pidana, Meliputi :a. Petugas penyidik dan penyidik pembantu Merupakan pejabat Polri yang melakukan penyelidikan dan atau penyidikan berdasarkan surat perintah tugas. Pengawasan terhadap petugas penyidik dan penyidik pembantu meliputi :1. Sikap, moral dan perilaku selama melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan,2. Perlakuan dan pelayanan terhadap tersangka, saksi dan barang bukti,3. Hubungan penyelidik/penyidik dengan tersangka, saksi, dan keluarga atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang ditangani, dan4. Hubungan penyidik dengan instansi penegak hukum dan instansi terkait lainnya.b. Kegiatan penyelidikan dan penyidikan teknis, taktis penyelidikan dan penyidikan, kecermatan dan ketelitian menganalisis kasus atau perkara, ketepatan dalam menerapkan pasal dan unsur-unsur yang dipersangkakan, dan ketepatan menentukan proses penanganan perkara berdasarkan kriteria :1. perkara mudah,2. perkara sedang,3. perkara sulit, dan4. sangat sulit.c. Administrasi penyelidikan dan penyidik buku registrasi pendukung kegiatan penyelidikan dan penyidikan, kelengkapan administrasi penyelidikan kelengkapan administrasi penyidikan Takah penyelidikan atau penyidikan kecermatan, ketelitian dan ketepatan waktu pembuatan dan penyampaian administrasi penyidikan kecermatan, ketelitian dan ketepatan dalam menentukan dasar hukum pada administrasi penyidikan LHP tugas penyelidikan dan penyidikan, serta laporan perkembangan atau kemajuan kepada pimpinan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP), SP2HP berkas perkara; dan dokumen penting lainnya yang terkait penyelidikan dan penyidikan.

Bagian Satuan Lalu LintasSesuai dengan Undang - undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan jalan raya. Tugas kepolisian dalam melayani masyarakat, khususnya dalam hal berlalu lintas semakin berat. Sesuai dengan pasal 12 UU No. 22 tahun 2009, tugas dan fungsi Polri bagi satuan lalu lintas meliputi 9 hal, antara lain :1. Pengujian dan Penerbitan SIM kendaraan bermotor.2. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.3. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan dan penyajian data lalu lintas dan jalan raya.4. Pengelolaan pusat pengendalian sistem infomasi dan komunikasi lalu lintas dan angkuatan jalan.5. Pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas.6. Penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan lalu lintas.7. Pendidikan berlalu lintas.8. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas.9. Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas.Tugas dan fungsi polri terutama fungsi lantas sesuai dengan UU No 22 tahun 2009 tersebut semakin berat dan memiliki kewenangan yang luas. Sehingga diperlukan profesionalitas yang tinggi dari masing masing aparat agar memberikan pengaruh yang baik terhadap tingkat kepercayaan masyarakat.

PembahasanAnalisis 5W+1HDari berita yang kami pilih, dapat kami analinis bahwa;What, apa yang terjadi? Polisi yang mengalami stres adalah sebesar 80% berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan lima tahun lalu.Who, siapa yang mengalami stres? Polisi pada bagian Reserse dan Satuan Lalu Lintas.Why, mengapa mereka mengalami stres? Menurut surat kabar tersebut, Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan menyatakan penyebab banyaknya anggota reserse dan Polantas yang mengalami stres ini adalah beban kerja yang berat, waktu kerja yang panjang, dan gaji atau tunjangan yang relatif kecil.Where, dimana hal ini dinyatakan? Di Markas Besar Polri.When, kapan hal ini dinyatakan? Jumat, 6 November 2015.How, bagaimana mengantisipasi stres? Untuk mengantisipasinya, kepolisian diminta membangun iklim kerja yang baik dan komandan diminta lebih terbuka terhadap anak buahnya yang sedang menghadapi masalah agar segera ditangani dan menaikkan tunjangan kinerja.Pembahasan Studi KasusSumber Stres di Tempat Kerja Bagi Seorang PolisiMenurut Spector dalam Tulus Winarsunu (2008), ada 5 sumber stres kerja, yaitu;1. Role Ambiguity and Role Conflict2. Workload 3. Control4. Machine Pacing5. The Demand/Control ModelDalam berita yang penulis angkat, dijelaskan bahwa stres yang dialami oleh polisi adalah akibat dari beban kerja yang berat, waktu kerja yang panjang, dan gaji tunjangan yang kecil. Jika ditinjau dari teori sumber stres kerja menurut Spector maka sumber stres kerja yang didapat oleh Polisi adalah berupa workload, yaitu beban kerja yang berat, polisi reserse dan satuan lalu lintas tidak hanya sebagai petugas keamanan biasa, tapi mereka memiliki tanggung jawab yang kompleks. Tugas Polisi Satuan Lalu Lintas yaitu; Pengujian dan Penerbitan SIM kendaraan bermotor. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan dan penyajian data lalu lintas dan jalan raya. Pengelolaan pusat pengendalian sistem infomasi dan komunikasi lalu lintas dan angkuatan jalan. Pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas. Penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan lalu lintas. Pendidikan berlalu lintas. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas. Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas.Sedangkan tugas dari Polisi bagian reserse adalah menyelenggarakan/membina fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana dengan memberikan pelayanan/perlindungan khusus kepada korban/pelaku, remaja, anak dan wanita, serta menyelenggarakan fungsi identifikasi, baik untuk kepentingan penyelidikan maupun pelayanan umum dan menyelenggarakan koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan sesuai ketentuan hukum dan perundangan. Selain itu, sumber stres yang terdapat pada berita di ataas dan termasuk ke dalam workload adalah jam kerja yang panjang. Waktu kerja polisi sesuai dengan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Bab III Pasal 11 ayat 1 dan 2 adalah selama lima hari kerja dalam satu minggu, dengan 8 jam kerja per harinya. pada hari Senin Kamis yaitu dimulai pada pukul 07.00-12.00 dan dilanjutkan pada pukul 13.00 15.00. Pada hari Jumat dimulai pada pukul 07.00 11.30 dan dilanjutkan pada pukul 13.00 15.30. Namun Sullivan,1977 pada BS Sumbayak 2011 menyatakan bahwa polisi, khususnya Polisi kriminal Reserse dituntut untuk selalu siaga selama 24 Jam non stop, begitu pula bagi polisi satuan lalu lintas, meski telah terdapat penerapan sistem kerja shift, sebagai aparat keamanan, polisi harus tetap siap selama 24 jam untuk ditugaskan.Jika ditinjau dari luar sumber stres yang terdapat pada berita di atas, maka salah satu sumber stres menurut Spector yang dapat terjadi pada Polisi bagian reserse dan satuan lalu lintas adalah Control, dimana kontrol yang dimiliki oleh anggota polisi dalam pekerjaannya masih rendah karena adanya keharusan untuk mematuhi komando dari atasan, segala sesuatu yang dilakukan oleh anggota polisi haruslah sesuai dengan yang diarahkan oleh Kepala polisi.

Jenis Stres Kerja Yang Dialami Oleh PolisiPada umumnya kita merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi negatif atau keadaan yang tidak menyenangkan, Selye, dalam Rice, 1992 (dikutip dari L garliah 2011) membedakan antar distress atau stres yang negatif dan eustress atau stres yang positif. Dalam berita yang penulis angkat, tidak dijelaskan bagaimana jenis stres kerja yang dialami oleh seorang polisi, namun dijelaskan oleh Morash dan Haarr (dikutip pada Helena Magdalena, 2009) dampak stres pada polisi yaitu polisi akan mengalami masalah psikologis dan fisik yang tinggi. Pada umumnya, mereka mengalami kesehatan yang buruk, sering absen dari pekerjaan, mengalami burnout, dan tidak puas terhadap pekerjaan mereka, dan karena lemahnya komitmen organisasi yang dimiliki maka mungkin petugas polisi tidak seutuhnya melibatkan diri dalam pekerjaan atau mereka mungkin akan berhenti dari pekerjaannya lebih awal. Ketika polisi mengalami stres kerja, mereka juga mengalami peningkatan stres kronis, depresi, gangguan pencernaan, penyakit jantung, penggunaan dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, perceraian bahkan usaha untuk bunuh diri. Oleh karena itu, berdasar analisis diatas, jenis Stres kerja yang banyak dialami oleh polisi adalah berupa stres kerja negatif atau distress. Dampak Stres Yang Dialami Oleh PolisiStrain atau manifestasi dari bentuk stres kerja oleh Jex dan Beehr yang dikutip olehh Spector, 1996 dalam Tulus Winarsunu, 2008 dibedakan menjadi 3, yaitu berupa;1. Reaksi Psikologis2. Reaksi Fisik3. Reaksi PerilakuDalam berita yang kami angkat, tidak dijelaskan tentang bagaimana strain yang dialami oleh seorang polisi, namun dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strain yang dialami polisi, yaitu berupa;1. Reaksi Psikologis berupa perasaan tidak puas pada pekerjaan, emosi yang tidak stabil, dan sebagainya.2. Reaksi Fisik berupa menurunnya kesehatan para polisi termasuk adanya beberapa penyakit yang menyertai.3. Reaksi Perilaku berupa penurunan disiplin kerja, penggunaan dan penyalahgunaan narkoba dan lain sebagainya.

Kesimpulan dan SaranKesimpulanPolisi merupakan pekerjaan yang memang memiliki tingkat stres tinggi, karena beban kerjanya cukup kompleks ditambah dengan beban tambahan dari lingkungan serta kapasitas mereka dalam mengambil keputusan yang masih rendah. Jenis stres kerja yang diderita oleh polisi lebih dominan pada jenis distress yang memiliki dampak negatif, dimana polisi yang stres akan cenderung terjadi situasi seperti memburuknya fisik, psikologis, dan kesejahteraan emosional polisi.Pekerjaan sebagai polisi merupakan pekerjaan yang termasuk high-strain job.Jadi, sudah sewajarnya apabila tingkat stres pada polisi sangat tinggi.SaranSeharusnya pemberian tunjangan disesuaikan dengan tingkat beban pekerjaan yang dialami oleh seorang pekerja dalam hal ini polisi. Dari peraturan yang ada sekarang, pemberian tunjangan paling tinggi hanya pada polisi dengan golongan tinggi, yang memiliki beban kerja fisik lebih sedikit dari polisi dengan golongan kerja rendah, seharusnya, polisi dengan golongan rendah juga mendapat tunjangan yang sama besar karena beban kerja fisik mereka juga berat dengan tingkat pengambil keputusan yang rendah.

DAFTAR PUSTAKAWinarsunu, tulus. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang : UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah MalangSumbayak, BS. 2011. Seri PDF. Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/4/Chapter%20I.pdf. Diakses pada tanggal 11 November 2015.Nasution, H. 2011. Seri PDF. Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24670/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 11 November 2015.Maramis W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University PressNurdiansyah, Denny. 2010. Pengaruh job stressor dan konflik kerja terhadap kinerja karyawan Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta. Skripsi seri PDF. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. http://core.ac.uk/download/pdf/12348583.pdf. Diakses pada tanggal 11 November 2015.Nasution, I.K. 2007. Stres pada Remaja. Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3637/1/132316815%281%29.pdf. Diakses pada tanggal 11 November 2015Girdano, L A. 2005. Controlling Stress and Tension 7th edition. San Fransisco : Benjamin CummingGarliah, L., Nasution, F. K.S. 2011. Peran pola asuh orang tua dalam motivasi berprestasi. Psikologia Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi 1: 33.Kusuma, Dwi. 2011. Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit Rawat Inap RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Seri PDF. Universitas Muhammadiyah Semarang. digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-dwikusumai-6177&PHPSESSID=9ebd9e07d46ea820c331a0bc2ecabafa. Diakses pada tanggal 11 November 2015Skep 54 Tahun 2002 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Satuan Satuan OrganisasiPeraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Penyidikan Tindak PidanaUndang - undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan jalan raya

1