suks uas

18
Pertanyaan : 1. Tolong kaitkan dengan apa yang menjadi motivasi dari organisasi pelayanan masyarakat mengadakan Usaha Kesejahteraan Sosial Menurut Schdatman ( 1967) yang dikutip Mendoza ( 1981) menyatakan ada 3 Tujuan dari HSO Menyediakan Usaha Kesejahteraan Sosial ? 2. Seperti halnya Pendekatan lainnya Sistem Kesejahteraan Sosial Negara tidaklah homogen dan statis tetapi beragam dan dinamis mengikuti perkembangannya. Sedikitnya ada 4 Model Kesejahteraan Negara yang sejak kini masih beroperasi ( Suharto: 2005:2006, Spike:1995, Stop Stens: 1997. Spring Andrson :1997). Anda jelaskan beserta Contohnya ? 3. Perkembangan ekonomi global memiliki implimintasi terhadap Kesejahteraan Negara. Batas dan kekuasaan Negara bangsa semakin memudar, memancarkan kepada lokalitas organisasi independem. Masyarakat madani, badan badan supra nasional ( Seperti nafta atau uni eropa ) dan perusahaan perusahaan multi nasional. Mishra (2000) dalam buku globalization and walfare state mengatakan bahwa globalisasi telah membatasi kapasitas negara bangsa dalam melakukan perlindungan sosial. lembaga lembaga internasional seperti bank dunia dan dana moneter

Upload: mieftahoel-eiripien

Post on 04-Dec-2015

227 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

hahhahahh

TRANSCRIPT

Page 1: SUKS UAS

Pertanyaan :

1. Tolong kaitkan dengan apa yang menjadi motivasi dari organisasi

pelayanan masyarakat mengadakan Usaha Kesejahteraan Sosial Menurut

Schdatman ( 1967) yang dikutip Mendoza ( 1981) menyatakan ada 3

Tujuan dari HSO Menyediakan Usaha Kesejahteraan Sosial ?

2. Seperti halnya Pendekatan lainnya Sistem Kesejahteraan Sosial Negara

tidaklah homogen dan statis tetapi beragam dan dinamis mengikuti

perkembangannya. Sedikitnya ada 4 Model Kesejahteraan Negara yang

sejak kini masih beroperasi ( Suharto: 2005:2006, Spike:1995, Stop Stens:

1997. Spring Andrson :1997). Anda jelaskan beserta Contohnya ?

3. Perkembangan ekonomi global memiliki implimintasi terhadap

Kesejahteraan Negara. Batas dan kekuasaan Negara bangsa semakin

memudar, memancarkan kepada lokalitas organisasi independem.

Masyarakat madani, badan badan supra nasional ( Seperti nafta atau uni

eropa ) dan perusahaan perusahaan multi nasional. Mishra (2000) dalam

buku globalization and walfare state mengatakan bahwa globalisasi telah

membatasi kapasitas negara bangsa dalam melakukan perlindungan sosial.

lembaga lembaga internasional seperti bank dunia dan dana moneter

internasional ( IMF ) menjual kebijakan ekonomi dan sosial ke negara

negara berkembang dan negara eropa timur agar memperkecil pengeluaran

pemerintah dalam memberikan pelayanan sosial yang selektif dan terbatas,

serta menyerahkan jaminan kepada pihak swasta.

Konsekuensi logis dari kecenderungan global dan menguatnya ideology

neoliberal ini adalah munculnya kritik terhadap kesejahteraan negara di

pandang tidak tepat lagi sebagai pembangunan negara berkembang

anggapan yang mengatakan bahwa kesejahteraan negara telah mati

( welfare state gone awaf and died )

Anda diminta untuk menjelaskan terhadap soal di atas dengan kerangka

berfikir yang jelas dan lengkap?

Page 2: SUKS UAS

Jawaban

1. Setiap organisasi ingin sekali organisasi tersebut berkembang dan maju.

Untuk melaksanakan hal tersebut maka setiap organisasi memiliki tujuan

untuk mengembangkan organisasi tersebut. begitu juga organisasi

pelayanan masyarakat yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Dalam meningkatkan kesejahteraan

masayarakat dapat dilakukan dengan menjalankan 3 tujuan HSO dalam

menyediakan kesejahteraan Masyarakat. Menurut Schdatman ( 1967) yang

dikutip Mendoza ( 1981) menyatakan ada 3 Tujuan dari HSO

Menyediakan Usaha Kesejahteraan Sosial adalah

Tujuan Kemanusian dan Keadialan Sosial ( Humanitarian And Social

Justice Goal )

Tujuan ini bersumber pada dari gagasan demokratis tentang keadilan

sosial dan berasal dari keyakinan bahwa setiap manusia mempunyai hak

untuk mengembangkan potensi diri yang mereka miliki. Meskipun sering

potensi “ Tertutup “ oleh adanya hambatan fisik, sosial, ekonomi ataupun

kejiwaan dan sebagianya. Berdasarkan tujuan ini, usaha kesejahteraan

sosial banyak diarahkan pada upaya pengidentifikasian kelompok yang

tidak mendapatkan perhatian, kelompok yang ditelantarkan, kelompok

yang kurang diuntungkan

Tujuan terkait dengan Pengendalian sosial ( Social Control Goal )

Tujuan ini berkembang berdasarkan pemahaman bahwa kelompok yang

tidak diuntungkan, kekurangan ataupun tidak terpenuhinya kebutuhan

hidupnya, akan dapat melakukan “ serangan “ ataupun menjadi “ ancaman

“ bagi kelompok yang sudah mapan. Misalnya perusahaan multi nasional

yang mengalokasikan sebagian kecil anggrannya untuk memberikan

bantuan keuangan pada masyarakat sekitar lokasi, agar mereka tidak

melakukan perusakan ataupun pemblokiran jalur tersebut

Tujuan yang terkait dengan pembangunan ekonomi ( Economic

Development Goal )

Page 3: SUKS UAS

Tujuan pembangunan ekonomi memprioritaskan pada program program

yang dirancang untuk meningkatkan produksi barang dan jasa, serta

berbagai sumber daya yang dapat menunjang serta memberikan

sumbangan pada pembangunan ekonomi. Beberapa contoh usaha

kesejahteraan sosial yang searah dengan tujuan pembangunan ekonomi

adalah sebagai berikut :

a. Beberapa tipe usaha kesejahteraan sosial yang memberikan

sumbungan terhadap peningkatan produktivitas individu, kelompok

maupun masyarakat. Seperti usaha kesejahteraan sosial yang

memberikan pelayanan konseling dan pelatihan bagi mereka yang

masih mengganggu ataupun sedang bekerja,.

b. Usaha kesejahteraan sosial yang berupaya untuk mencegah atau

meminimalisir hambatan akibat adanya “ tanggungan “, disini bisa

saja ada keluarga berusia lanjut, anak kecil, anggota keluarga yang

mengalami kecacatan dan sebagainya. Usaha kesejahteraan sosial

yang dikembangkan dapat berupa tempat penitipan anak , panti

werdha, maupun pusat rehabilitasi dan sebagainya.

c. Usaha kesejahteraan untuk mencegah atau melawan pengaruh

buruk dari urbanisasi dan indutrialisasi terhadap kehidupan

keluarga dan masyarakat , serta membantu mengidentifikasikan

dan mengembangkan kepemimpinan lokal dalam komunitas .

Misalnya, program latihan kepemimpinan dan lain sebagainya.

2. 4 Model Kesejahteraan Negara

Model Universal

Pelayanan sosial diberikan oleh negara secara merata kepada seluruh

penduduknya, baik kaya maupun miskin. Menunjuk pada negara yang

memiliki GDP tinggi dan pengeluaran sosial yang tinggi pula. Status ini

diduduki oleh negara-negara Skandinavia dan Eropa Barat yang

menerapkan model kesejahteraan negara universal dan korporasi. Swedia,

Denmark, dan Norwegia, misalnya, masing-masing memiliki GDP (PE)

Page 4: SUKS UAS

sebesar US$26.625; US$ 25.150; dan US$24.924. Pengeluaran sosial (PS)

mereka juga ternyata sangat tinggi, yakni masing-masing sebesar 33,1%;

27,8%; dan 28,7% dari jumlah total pengeluaran pemerintahnya. Jerman

(PE US$23.536 – PS US$23,5%) dan Austria (PE US$20.391 – PS 24,5%)

juga termasuk kategori ini. contoh, kesejahteraan negara di Swedia sering

dijadikan rujukan sebagai model ideal yang memberikan pelayanan sosial

komprehensif kepada seluruh penduduknya. Kesejahteraan negara di

Swedia sering dipandang sebagai model yang paling berkembang dan

lebih maju daripada model di Inggris, AS dan Australia.

Model Korporasi atau Work Merit Welfare State

Seperti model pertama, jaminan sosial juga dilaksanakan secara

melembaga dan luas, namun kontribusi terhadap berbagai skema jaminan

sosial berasal dari tiga pihak, yakni pemerintah, dunia usaha dan pekerja

(buruh). Pelayanan sosial yang diselenggarakan oleh negara diberikan

terutama kepada mereka yang bekerja atau mampu memberikan kontribusi

melalui skema asuransi sosial. Negara-negara yang termasuk kategori baik

hati memiliki PE yang relatif rendah. Namun, keadaan ini tidak

menghambat mereka dalam melakukan investasi sosial. Sehingga PS di

negara-negara ini relatif tinggi. Yunani dan Portugal memiliki GDP

sebesar US$6.505 dan US$6.085. Belanja sosial dua negara ini adalah

sebesar 20,9% dan 15,3%. Model yang dianut oleh Jerman, Yunani,

Portugal dan Austria ini sering disebut sebagai Model Bismarck, karena

idenya pertama kali dikembangkan oleh Otto von Bismarck dari Jerman

Model kesejahteraan negara di Jerman banyak disebut sebagai mengacu

pada ide ‘negara sosial’ (social state) atau ‘ekonomi pasar sosial’ (social

market economy) yang ditandai oleh tiga prinsip utama: pertama,

pembangunan ekonomi merupakan cara terbaik untuk mencapai

kesejahteraan. Pengeluaran publik untuk kesejahteraan harus kompatibel

dan berhubungan secara langsung dengan pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi. Struktur pelayanan sosial harus merefleksikan prioritas ini.

Pelayanan yang diberikan harus berkaitan erat dengan posisi orang dalam

Page 5: SUKS UAS

pasar kerja dan pendapatannya. Orang yang tidak memiliki catatan

pekerjaan umumnya tidak memperoleh jaminan sosial yang

melindunginya dari resiko-resiko tertentu.

Kedua, ekonomi Jerman dan sistem kesejahteraan negara dikembangkan

berdasarkan struktur korporasi. Prinsip ini dibangun oleh Bismarck

berdasarkan asosiasi-asosiasi gotong royong dan serikat- serikat kerja

yang kemudian menjadi landasan perlindungan sosial di kemudian hari.

Asuransi sosial yang mencakup tunjangan kesehatan, beberapa perawatan

sosial, dan sebagian besar pemeliharaan penghasilan dikelola oleh sebuah

sistem pendanaan mandiri atau swa-kelola (independent).

Ketiga, menekankan pada prinsip saling melengkapi dan saling

membantu. Pelayanan sosial harus didesentralisasi atau dikelola secara

mandiri dan bahwa intervensi negara harus terbatas, dalam arti hanya

menyentuh pelayanan sosial yang tidak dapat disediakan oleh lembaga

mandiri tersebut. Pekerja yang memiliki gaji tinggi tidak dijangkau oleh

sistem asuransi sosial, tetapi dibiarkan untuk mencari skema lain sesuai

kebutuhannya.

Model Raesidual

Model ini dianut oleh negara-negara Anglo-Saxon yang meliputi AS,

Inggris, Australia dan Selandia Baru. Pelayanan sosial, khususnya

kebutuhan dasar, diberikan terutama kepada kelompok-kelompok yang

kurang beruntung (disadvantaged groups), seperti orang miskin,

penganggur, penyandang cacat dan orang lanjut usia yang tidak kaya. Ada

tiga elemen yang menandai model ini di Inggris: (a) jaminan standar

minimum, termasuk pendapatan minimum; (b) perlindungan sosial pada

saat munculnya resiko-resiko; dan (c) pemberian pelayanan sebaik

mungkin. Model ini mirip model universal yang memberikan pelayanan

sosial berdasarkan hak warga negara dan memiliki cakupan yang luas.

Namun, seperti yang dipraktekkan di Inggris, jumlah tanggungan dan

pelayanan relatif lebih kecil dan berjangka pendek daripada model

universal. Selain itu Negara ini memiliki PE yang tinggi. Namun, PS nya

Page 6: SUKS UAS

relatif rendah. Sebagai contoh, AS dan Jepang termasuk kategori ini.

Secara berturutan, dua negara ini memiliki GDP sebesar US$21.449 dan

US$23.801. Prosentase PS negara-negara ini relatif kecil dan lebih rendah

daripada PS Yunani dan Portugal, meskipun dua negara ini memiliki GDP

yang lebih rendah. AS dan Jepang masing-masing memiliki PS

sebesar 14,6% dan 11,6%. Perlindungan sosial dan pelayanan sosial juga

diberikan secara ketat, temporer dan efisien. Kotak 3 memberi deskripsi

singkat mengenai model residual di AS.

AS sering disebut sebagai negara yang menganut rejim kesejahteraan

liberal, dalam arti mengacu pada prinsip individualisme, lassez-faire,

residualisme, dan pandangan kemiskinan kultural yang

cenderung‘blaming the victim’. Diperkenalkannya konsep ‘workfare’ atau

‘welfare-to-work program’ , dihapuskannya tunjangan sosial jangka

panjang, dan pelayanan sosial kategori ‘underclass’ adalah ciri model

ini. Sejak tahun 1935, AS menerapkan AFDC (Aids for Familieswith

Dependent Children) yang diberikan kepada keluarga tidak mampu, orang

tua tunggal (misalnya single mothers) yang memiliki anak-anak yang

masih tergantung. Jaminan sosial yang kini bernama TANF (Temporary

Assistance for Needy Families) ini mencakup antara lain tunjangan uang,

kartu perawatan kesehatan, tunjangan makanan khusus bagi bayi dan ibu-

ibu hamil, pelatihan vokasional, dan pelayanan keluarga berencana. Di AS

tidak ada sistem kesejahteraan yang seragam. Federalisme mengharuskan

banyak fungsi penting pemerintah di bidang bantuan sosial, perawatan

sosial, dan berbagai skema kesehatan dikelola oleh pemerintah negara-

negara bagian. Bahkan Minnesota dan Hawaii memiliki sistem kesehatan

negara bagian tersendiri. Dibandingkan dengan negara-negara maju

lainnya, pemerintah pusat di AS memiliki peranan yang relatif terbatas

dalam bidang kesejahteraan.Sesungguhnya, AS lebih tepat disebut sebagai

penganut model plural ketimbang liberal atau residual. Di beberapa

negara bagian, saat ini ada pergeseran dari model residual ke model yang

lebih universal. Misalnya, penyelenggaraan pendidikan negeri, asuransi

Page 7: SUKS UAS

sosial, dan tunjangan veteran yang menyediakan perawatan kesehatan

bagi sekitar 40 juta orang. Selain itu, terdapat peranan sektor swasta

dan korporasi yang luas dalam penyediaan pelayanan sosial.

Model Minimal

Model ini umumnya diterapkan di gugus negara-negara (seperti Spanyol,

Italia, Chile, Brazil, Filipina, Srilanka, Indonesia). Kategori ini ditandai

oleh PE dan PS yang rendah. Indonesia, Kamboja, Laos dan Viet Nam

adalah contoh negara lemah. Mereka memiliki GDP di bawah US$5.000.

Anggaran negara untuk pembangunan sosial di negara-negara ini masih di

bawah 5% dari pengeluaran total pemerintahnya. Model ini ditandai oleh

pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sosial yang sangat kecil.

Pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia belum terlaksana

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-ungang Dasar 1945, baik pada

masa Orde Baru maupun era reformasi saat ini. Penanganan masalah sosial

masih belum menyentuh persoalan mendasar. Program-program jaminan

sosial masih bersifat parsial dan karitatif serta belum didukung oleh

kebijakan sosial yang mengikat. Program penanganan sosial dianggap

sebagai program yang konsumtif, sehingga tidak heran di beberapa daerah

anggaran untuk pembangunan sosial relatif sangat kecil. Program

kesejahteraan dan jaminan sosial diberikan secara sporadis, parsial dan

minimal dan umumnya hanya diberikan kepada pegawai negeri, anggota

ABRI dan pegawai swasta yang mampu membayar premi. Di lihat dari

landasan konstitusional seperti UUD 1945, UU SJSN (Sistem Jaminan

Sosial Nasional), dan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sosial

yang masih kecil Sehingga jika dilihat dari model negara kesejahteraraan,

maka Indonesia masuk kategori model keempat yaitu model

minimal.Masalah utama kita sekarang adalah kebijakan ala negara

kesejahteraan yang diterapkan secara lokal di suatu daerah sangat

mencederai prinsip keadilan. Dengan adanya undang-undang otonomi

daerah, memberi kebebasan bagi daerah untuk menentukan kebijakan

sesuai dengan kemampuan daerah masing-masing, sehingga dibeberapa

Page 8: SUKS UAS

daerah seperti di Sumatera Selatan memperoleh pendidikan dan

pengobatan gratis, di Provinsi Papua diterapkan pengobatan gratis bagi

masyarakat asli Papua. Hal ini menyebabkan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia semakin jauh, dan cita-cita menjadi negara kesejahteraan

juga semakin jauh. 

3. Ada kaitan yang erat antara globalisasi dan neoliberalisme. Neoliberalisme

sebagai sebuah paham, dan globalisasi sebagai alatnya. Dalam

neoliberalisme bukan hanya mekanisme pasar yang harus dipakai untuk

mengatur ekonomi sebuah negara, tetapi juga untuk mengatur ekonomi

global. neoliberal juga menuntut kinerja pasar bebas sebagai cara untuk

memakmurkan individu, dan mensyaratkan pelimpahan otoritas regulatif

dari tangan negara ke tangan individu, dari social

welfare ke selfcare Selain itu Kebijakan pembangunan di negara

berkembang banyak dicampuri agar mengikuti kepentingan mereka, yang

dikaitkan dengan kebijakan hutang luar negeri. Ada dua skema yang

dilakukan untuk mempengaruhi kebijakan pembangunan di negara

berkembang, yakni melalui pemberian hutang dan yang lain melalui

pendanaan hibah lewat NGOs internasional yang bekerjasama dengan

NGOs nasional dan regional. Isu dan program pembangunan negara

berkembang disesuaikan dengan konseptualisasi mereka (Edward,

2004:15). Oleh sebab itu pikiran neoliberalis yang menguasai

perekonomian dunia dan yang tergabung dalam perusahaan atau korporasi

sejagad (Multi National Corporation dan Trans National Corporation)

mendanai dan sekaligus menentukan konsep pembangunan. Dalam realitas

seperti ini maka orang mengatakan bahwa pembangunan adalah sebuah

bentuk eksploitasi milik publik ke dominasi individu atau kelompok

tentang hasil pembangunan. Hal yang sama juga bisa dikatakan bahwa

pembangunan itu adalah dominasi Barat atas negara-negara berkembang

yang semula adalah daerah koloni mereka. Kalau dulu koloni adalah

tempat pengambilan bahan baku, hasil perkebunan dan berbagai tambang

Page 9: SUKS UAS

untuk perdagangan internasional, kini keberadaan yang dahulu adalah

koloni, negara itu secara yuridis adalah negara merdeka, akan tetapi pada

umumnya mereka secara sosiologis tidak merdeka karena kekayaan dan

pasarnya sudah dimiliki oleh negara yang mendanai pembangunan negara

tersebut. Kebanyakan konsep pembangunan yang berlangsung di negara

berkembang adalah berasal dari konseptualisasi pendonor pembangunan.

Para pemikir generasi kedua tentang teori ketergantungan mengatakan

bahwa pembangunan tidak akan membebaskan negara berkembang dari

ketergantungan mereka terhadap negara maju. Industrialisasi negara

berkembang hanya diraih oleh sebagian kecil negara, itu pun tidak muncul

dari pembangunan negara berkembang akan tetapi itu berasal dari negara

maju. Ini semua adalah maksud dari perusahaan di negara maju untuk

mendapat perlindungan pasar di negara berkembang dengan cara

mendapatkan buruh murah atau negara maju akan mengekspor teknologi

industri padat modal ke negara berkembang, yang sedikit menciptakan

tenaga kerja  yang semuanya itu dilakukan oleh orang asing (Rapley,

2007:27). Di negara berkembang termasuk Indonesia, pembangunan

adalah sebagai sebuah cara, sedang kesejahteraan adalah sebagai tujuan,

faktanya telah terbelenggu atau terpasung oleh konstruksi kepentingan

yang dibangun oleh negara maju. Siapa pun aktornya dalam masyarakat

sipil, negara, bisnis dan organisasi sosial tidakberdaya (powerless)

membangun kreativitas dalam perspektif pemikirannya sendiri. Ini adalah

tantangan besar bagi Indosesia sebagai negara berkembang untuk

mendapatkan kebebasan mengkonstruksikan sendiri kesejahteraan macam

apa yang dipahami oleh masyarakat dan apa yang dibutuhkan, selanjutnya

cara macam apa yang seharusnya dilakukan oleh para pihak untuk

membangun bangsa sesuai dengan keinginan sendiri. hal tersebut yang

kesejahteraan negara di pandang tidak tepat lagi sebagai pembangunan

negara berkembang anggapan yang mengatakan bahwa kesejahteraan

negara telah mati

Page 10: SUKS UAS

Daftar Pustaka

Repley, John (2007), Understanding Development, Theory and Practice in The

Third World, United Press of America, Colorado.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat : Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial. Bandung : Refika Aditam

Suharto, Edi. 2006. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta

Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung : Alfabeta

Page 11: SUKS UAS

SISTEM USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Untuk memenuhi tugas UTS )

Oleh :

Miftahol Arifin

110910301022

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2015