suganda. dendi_a2006

119
ANALISIS HARGA CPO DI PASAR FISIK MEDAN DAN PASAR BERJANGKA MALAYSIA SERTA ROTTERDAM Oleh : Dendi Suganda A14103523 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Upload: oni-stranger

Post on 12-Sep-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal yftdrdtdytdtdytfyd65d65e5454d54d5d5d6d565f65rffg76f76f76f76f76f7g767g87tg87g87g8g8g87g87g87g8g87g87g6t

TRANSCRIPT

  • ANALISIS HARGA CPO DI PASAR FISIK MEDAN

    DAN PASAR BERJANGKA MALAYSIA

    SERTA ROTTERDAM

    Oleh :

    Dendi Suganda

    A14103523

    PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

  • RINGKASAN

    DENDI SUGANDA. Analisis Harga CPO Di Pasar Fisik Medan Serta Pasar Berjangka Malaysia Dan Rotterdam. (Di bawah Bimbingan HARMINI). Seiring dengan semakin menyatunya perekonomian nasional kedalam

    tatanan ekonomi dunia, ketidakpastian usaha akan menjadi ciri dalam dinamika

    perekonomian global yang harus dihadapi oleh perekonomian Indonesia. Iklim

    ketidakpastian usaha tersebut antara lain dicerminkan oleh adanya gejolak

    perubahan harga komoditi yang fluktuatif. Dalam jangka panjang, ketidakpastian

    dalam perkembangan harga atau yang biasa disebut dengan resiko harga ini

    akan menyulitkan para pelaku ekonomi, baik domestik maupun internasional,

    dalam upaya melakukan perencanaan kegiatan produksi, konsumsi dan

    distribusi, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

    Resiko juga semakin bertambah dengan adanya pengaruh akibat

    perubahan kurs, tingkat suku bunga atau inflasi.mmmmmmmmmmmmmmmmm.

    Berbagai kebijakan pemerintah dalam bentuk pengaturan berupa

    penetapan harga, pengaturan tataniaga, subsidi dan harga patokan atau melalui

    perjanjian komoditas internasional, ternyata tidak memberikan hasil sesuai

    dengan yang diharapkan atau tidak efektif lagi dalam menstabilkan tingkat harga

    akibat terjadinya berbagai penyimpangan dalam pelaksanaannya.mmmmmmmm

    Adanya kecendrungan fluktuasi harga CPO, maka dunia usaha

    Indonesia, termasuk produsen baik yang besar ataupun yang kecil dan kelompok

    petani, berusaha mencari, mendalami, dan meningkatkan aktivitas pengelolaan

    resiko agar terlindung dari resiko yang dapat merugikan mereka melalui

    instrumen perdagangan berjangka komoditi.

    Penelitian ini bertujuan menganalisis pola data harga CPO di pasar fisik

    dan harga CPO di pasar berjangka, mendapatkan model peramalan terbaik untuk

    meramalkan harga CPO di pasar fisik dan pasar berjangka, dan meramalkan

    harga CPO di pasar fisik dan harga CPO di pasar berjangka selama delapan

    bulan kedepan.m

    Metode analisis pola data menggunakan plot pola data, plot

    Autocorrelation Function (ACF) dan plot Partial Autocorrelation Function, serta

    analisis model time series yaitu model trend linier. Penelitian ini menerapkan

    berbagai model peramalan time series, yaitu model peramalan naive, rata-rata

    sederhana, ARIMA dan Winters Multiflikatif, yang sesuai dengan pola data harga

    CPO setelah melihat perubahan secara struktural pada data di tiga pasar CPO.

  • Hasil penerapan beberapa model peramalan time series menunjukan

    bahwa model ARIMA merupakan model terbaik untuk meramalkan harga CPO di

    tiga pasar CPO. Model peramalan time series yang paling baik dalam

    meramalkan harga CPO di pasar berjangka Rotterdam, berdasarkan kriteria nilai

    MAPE adalah model ARIMAm(2,0,0) (2,1,0)7. Model peramalan terbaik untuk

    meramalkan harga CPO di pasar berjangka Malaysia adalah ARIMA (2,0,0),

    sedangkan untuk pasar fisik Medan adalah ARIMA (1,0,0) (1,1,0)4.

    Berdasarkan hasil analisis pola data yang dilakukan di tiga pasar,

    diketahui bahwa selama dua tahun terakhir (2004-2005), harga CPO di pasar

    fisik dan berjangka secara umum mengalami trend penurunan harga. Penurunan

    harga CPO selama kurun waktu dua tahun tersebut disebabkan oleh faktor suplai

    yang berlebih. Malaysia yang merupakan negara produsen CPO nomor satu di

    dunia, mengalami kelebihan stok hingga sebanyak 1,4 juta ton pada akhir

    Desember 2004.

    Hasil ramalan menggunakan model peramalan terbaik, memperlihatkan

    adanya kecendrungan fluktuasi harga yang tidak menentu di tiga pasar CPO dan

    kecendrungan peningkatan harga, adanya unsur musiman antar minggu dan

    musiman antar bulan. Hal tersebut memberikan tanda bagi pelaku transaksi di

    pasar berjangka (produsen CPO) untuk segera melakukan Long Term Contract

    atau kontrak berjangka, dengan melakukan penguncian harga yang sesuai

    dengan harga pokok produksi dan keuntungan yang ingin diraih, serta

    berdasarkan analisis teknikal dan fundamental yang menjadi acuan didalam

    melakukan strategi lindung nilai.mmmmmmmmm

  • ANALISIS HARGA CPO DI PASAR FISIK MEDAN

    DAN PASAR BERJANGKA MALAYSIA

    SERTA ROTTERDAM

    Oleh:

    DENDI SUGANDA

    A 14103523

    SKRIPSI

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

    SARJANA PERTANIAN

    pada

    Fakultas Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2006

  • PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:

    Nama : Dendi Suganda

    NRP : A 14103523

    Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

    Judul Skripsi : Analisis Harga CPO di Pasar Fisik Medan dan Pasar Berjangka

    Malaysia serta Rotterdam

    Dapat diterima sebagai syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi

    Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    Bogor, Juli 2006

    Menyetujui

    Dosen Pembimbing

    Ir. Hj. Harmini, MS.

    NIP. 13100000

    Mengetahui:

    Dekan Fakultas Pertanian

    Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr.

    NIP. 130 422 698

    Tanggal Lulus Ujian: 10 Juli 2006

  • PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

    ANALISIS HARGA CPO DI PASAR FISIK MEDAN DAN PASAR

    BERJANGKA MALAYSIA SERTA ROTTERDAM BENAR-BENAR

    MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH

    DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA SUATU

    PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

    BOGOR, JULI 2006

    DENDI SUGANDA

    A 14103523

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1982 di Kota

    Palembang, Propinsi Sumatera Selatan. Penulis merupakan putra

    pertama dari pasangan Ayahanda Sunardi dan Ibunda Ruziah.

    Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1994

    di SDN 605 Palembang, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri

    46 Palembang dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis

    melanjutkan ke Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri (SPPN)

    Sembawa Palembang dan selesai pada tahun 2000.

    Tahun 2000 penulis diterima di Program Diploma 3 Program Studi

    Teknisi Peternakan, Bidang Studi Teknisi Usaha Ternak Daging. Jurusan

    Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan

    selesai pada tahun 2003. Kemudian pada tahun 2003 penulis diterima di

    Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu

    Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    Bogor, Juli 2006

    Dendi Suganda

    A 14103523

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur penulis panjatkan ke-Hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta

    Alam, tiada Tuhan selain Allah, Rabb yang telah menurunkan Islam sebagai

    mabda (ideologi) yang merupakan solusi atas seluruh problematika kehidupan

    manusia. Atas Rahmat, Karunia dan Izin-Nya, maka penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Harga CPO di Pasar Fisik Medan

    dan Pasar Berjangka Malaysia serta Rotterdam. Shalawat dan salam semoga

    tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta

    keluarga, sahabat serta pengikutnya yang senantiasa berdakwah mengajak pada

    kebenaran dan kemuliaan Islam.

    Skripsi yang ditulis mengambil judul mengenai Analisis Harga CPO di

    Pasar Fisik Medan dan Pasar Berjangka Malaysia serta Rotterdam. Penelitian ini

    melihat perkembangan harga CPO yang terjadi diberbagai pasar, dalam rangka

    analisis harga untuk melakukan strategi lindung nilai di pasar berjangka.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

    Ibu Ir. Hj. Harmini, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan

    dan masukan dalam penulisan skripsi, serta semua pihak yang telah membantu

    dalam penyusunan skripsi ini.

    Bogor, Juli 2006

    Penulis

  • UCAPAN TERIMAKASIH

    Puji dan Syukur penulis panjatkan ke-Hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta

    Alam, tiada Tuhan selain Allah, Rabb yang telah menurunkan Islam sebagai

    mabda (ideologi) yang merupakan solusi atas seluruh problematika kehidupan

    manusia. Atas Rahmat, Karunia dan Izin-Nya, maka penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Harga CPO di Pasar Fisik Medan

    dan Pasar Berjangka Malaysia serta Rotterdam. Penulis sadar bahwa dalam

    menyelesaikan pendidikan ini dibutuhkan bantuan dari berbagai pihak, oleh

    karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Kedua Orang Tua dan seluruh keluarga tercinta atas semua dorongan

    semangat dan pengorbanannya.

    2. Ibu Ir. Hj. Harmini, MS. Selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

    meluangkan waktunya dalam membimbing, mengarahkan dan

    mengevaluasi penulis selama melakukan penelitian.

    3. Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu

    Dra. Yusalina, MS sebagai dosen dari komisi pendidikan.

    4. Bapak Subagio (BAPPEBTI) yang telah memberikan data yang lengkap

    mengenai harga CPO di berbagai pasar dunia.

    5. Ibu Ir. Yayah K Wagiono, MEc. Sebagai Kepala Program Sarjana

    Ekstensi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.

    6. Bapak Ir. M. Firdaus, MSi selaku dosen evaluator kolokium.

    7. Erwin Permana atas kesediaanya menjadi pembahas dalam seminar.

    8. Hizbut Tahrir Indonesia yang telah mencerdaskan pemikiran dan

    mentasqif untuk berpikir tasyri.

  • 9. Teman-temanku di Markaz Syabab, Iwan juhai, Ibra, Hello, Mas Ira, Mas

    Bai, Helmi serta yang sering mangkal di MS; Ari ambon, Jundi, dan

    lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu, hanya satu kalimat

    untuk kalian semua Thanks for yours Motivated

    10. Sahabat perjuanganku di L-SIMA Ekstensi (Lembaga Studi Islam

    Mahasiswa Agribisnis), Insya Allah Khilafah akan segera berdiri dalam

    waktu dekat. So, tetap semangat guys.

    11. Teman-teman aktivis Gema Pembebasan, keep Istiqomah dalam terus

    menggulirkan revolusi putih; revolusi Islam, dengan Dakwah Tanpa

    Kekerasan.

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... i

    DAFTAR TABEL.............................................................................................. iii

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v

    I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 4 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 7

    II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9

    2.1. Tanaman Kelapa Sawit .......................................................... 9 2.2. Minyak Sawit (CPO) ............................................................... 10 2.3. Prospek CPO ......................................................................... 11 2.4. Penelitian Terdahulu ............................................................... 14 III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 17

    3.1. Teoritis..................................................................................... 17 3.1.1. Harga CPO ................................................................... 17 3.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga CPO ........... 18 3.1.3. Kondisi Pasar CPO Nasional ....................................... 20 Dan Internasional.......................................................... 20 3.1.4. Pemasaran CPO .......................................................... 24 3.1.5. Konsep Pasar Berjangka dan Pasar Fisik ................... 25 3.1.6. Peramalan .................................................................... 28 3.1.7. Metode Peramalan ....................................................... 29 3.1.8. Pemilihan Teknik Peramalan........................................ 36

    3.2. Operasional ............................................................................. 37 IV. METODE PENELITIAN ........................................................................... 40

    4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 40

    4.2. Jenis Dan Sumber Data ......................................................... 40 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 40 4.4. Pemilihan Model Peramalan Terbaik ..................................... 54 4.5. Definisi Operasional................................................................ 55 V. PERAMALAN HARGA CPO DIPASAR ................................................ 57

    BERJANGKA DAN FISIK

    5.1. Harga CPO di Pasar Berjangka Rotterdam............................ 57 5.2. Harga CPO di Pasar Berjangka Malaysia .............................. 66

  • 5.3. Harga CPO di Pasar Fisik Medan .......................................... 75 5.4. Implikasi Hasil Ramalan Bagi Produsen CPO........................ 83

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan............................................................................. 85 6.2. Saran ....................................................................................... 86

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 88

    LAMPIRAN ...................................................................................................... 90

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman 1. Pasar Internasional Hasil Perkebunan Kelapa Sawit ...................................... 5 2. Pasar Nasional Hasil Perkebunan Kelapa Sawit ........................................... 5 3. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit dan Inti Sawit....................................12 4. Pola ACF dan PACF Model ARIMA................................................................47 5. Data Harga Nominal rata-rata CPO Bulanan................................................. 59

    di Pasar Berjangka Rotterdam.......................................................................59 6. Perbandingan Model untuk Harga CPO di Pasar Rotterdam ...................... 63 7. Nilai MAPE untuk Model Peramalan Harga CPO ..................................... 65

    di Pasar Berjangka Rtterdam.....................................................................65 8. Data Harga Nominal rata-rata CPO Bulanan di Pasar Berjangka Malaysia...........................................................................68 9. Nilai MAPE untuk Model Peramalan ARIMA di Pasar Malaysia................72 10. Nilai MAPE untuk Model Peramalan Harga CPO........................................74 Di Pasar Berjangka Malaysia 11. Data Harga Nominal rata-rata CPO Bulanan di Pasar Fisik Medan ............. 76 12. Nilai MAPE untuk Model Peramalan ARIMA............................................ 80 di Pasar Fisik Medan 13. Nilai MAPE untuk Model Peramalan Harga CPO ........................ 82

    di Pasar Fisik Medan

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman 1. Proyeksi Ekspor CPO Indonesia 2000-2010 .................................................. 14

    2. Saluran Pemasaran CPO di Pasar Nasional .................................................. 21

    3. Saluran Pemasaran CPO ke Luar Negeri.......................................................22

    4. Kerangka Pemikiran Operasional Peramalan Harga CPO ............................. 39

    5. Diagram Arus untuk Strategi Pembentukan Model Box-Jenkins....................45

    6. Plot Data Harga CPO di Pasar Berjangka Rotterdam..................................... 58

    7. Plot Data Harga CPO Pasar Rotterdam Minggu 25 sampai Minggu 96 ......... 60

    8. Plot ACF dan PACF Harga CPO Pasar Rotterdam ........................................ 60

    9. Plot ACF Harga CPO Pasar Rotterdam Deff Lag 7 ........................................ 61

    10. Plot ACF dan PACF Residual dari Model ARIMA (2,0,0)(0.1.1)7..................64

    11. Plot Data Harga CPO di Pasar Berjangka Malaysia ...................................... 68

    12. Plot Data Harga CPO di Pasar Berjangka Malaysia Minggu 25 - 96 ............ 69

    13. Plot ACF dan PACF Data Harga CPO di Pasar Berjangka Malaysia ............ 70

    14. Plot Data Harga CPO di Pasar Fisik Medan .................................................. 77

    15. Plot Data Harga CPO di Pasar Fisik Medan Minggu 21 sampai 96 .............. 77

    16. Plot ACF dan PACF Harga CPO di Pasar Fisik Medan ................................. 78

    17. Plot ACF Harga CPO di Pasar Fisik Medan Diff Lag 4 .................................. 78

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman 1. Data Harga Nominal CPO Mingguan di Pasar Berjangka Rtterdam

    dari Minggu 1 Januari 2004 sampai Minggu 4 Desember 2005 (US$/Ton) 90

    2. Output Komputer dari Model ARIMA (2,0,0) (1,1,0)7 di Pasar Berjangka Rotterdam...................................................................... 91

    3. Hasil Ramalan untuk Harga CPO di berbagai Pasar:MMMMMMMMMMMM Pasar Berjangka Rtterdam, Pasar Berjangka Malaysia danMMMM Pasar Fisik Medan 92

    4. Data Harga Nominal CPO (US$/Ton) Mingguan di Pasar Berjangka Malaysia.. 93

    5. Output Komputer dari Model ARIMA (2,0,0) di Pasar

    Berjangka Malaysia..................................................................................... 94

    6. Plot ACF dan PACF dari komponen error dengan model ARIMA (2,0,0) dan ARIMA (1,0,0) (1,1,0)4.............................................................. 95

    7. Data Harga Nominal CPO (Rp/kg) Mingguan di Pasar Fisik Medan.. 96 8. Output Komputer dari Model ARIMA (1,0,0) (1,1,0)4 di

    Pasar Fisik Medan....................................................................................... 97

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia merupakan salah satu negara produsen beberapa komoditi

    primer seperti produk pertanian, perkebunan, dan perikanan serta kehutanan.

    Sebagian besar dari produk primer tersebut seperti kelapa sawit (termasuk

    produk turunannya antara lain CPO, olein, minyak goreng dan margarin), karet,

    lada, kopi, coklat, dan udang, serta ikan telah memenuhi kebutuhan dunia dan

    mampu bertahan dari krisis ekonomi sehingga memberikan kontribusi yang besar

    bagi pembangunan nasional. Namun demikian, secara alami bisnis dibidang

    ekonomi pertanian itu sendiri sangat akrab dengan resiko karena sifatnya yang

    musiman (seasonal) dan mudah rusak (perishable). Dengan demikian, setiap

    gejolak yang terjadi dalam pasokan atau permintaan komoditi pertanian secara

    cepat akan berdampak pada bergejolaknya harga komoditi tersebut.

    Dalam perekonomian Indonesia sektor pertanian secara tradisional

    dikenal sebagai sektor penting, karena berperan antara lain sebagai sumber

    utama pangan, dan pertumbuhan ekonomi. Peranan sektor ini di Indonesia masih

    dapat ditingkatkan lagi apabila dikelola dengan baik, mengingat semakin

    langkanya atau menurunnya mutu sumberdaya alam, seperti minyak

    bumi/petrokimia, dan air serta lingkungan secara global, sementara di Indonesia

    sumber-sumber ini belum tergarap secara optimal. Ke masa depan sektor ini

    akan terus menjadi sektor penting dalam upaya pengentasan kemiskinan,

    penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nasional, dan

    penerimaan ekspor, serta berperan sebagai produsen bahan baku untuk

    penciptaan nilai tambah disektor industri dan jasa1.mmmmmmmmmmmmmmm

    1 www.ipard.com 10 Februari 2006

  • Seiring dengan semakin menyatunya perekonomian nasional kedalam

    tatanan ekonomi dunia, ketidakpastian usaha akan menjadi ciri dalam dinamika

    perekonomian global yang harus dihadapi oleh perekonomian Indonesia. Iklim

    ketidakpastian usaha tersebut antara lain dicerminkan oleh adanya gejolak

    perubahan harga komoditi yang fluktuatif.mmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

    Dalam jangka panjang, ketidakpastian dalam perkembangan harga atau

    yang biasa disebut dengan resiko harga ini, akan menyulitkan para pelaku

    ekonomi, baik domestik maupun internasional, dalam upaya melakukan

    perencanaan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi, yang pada akhirnya

    dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Resiko juga semakin bertambah

    dengan adanya pengaruh akibat perubahan kurs, tingkat suku bunga atau inflasi.

    Berbagai kebijakan pemerintah dalam bentuk pengaturan berupa penetapan

    harga, pengaturan tataniaga, subsidi dan harga patokan atau melalui perjanjian

    komoditas internasional, ternyata tidak memberikan hasil sesuai dengan yang

    diharapkan atau tidak efektif lagi dalam menstabilkan tingkat harga akibat

    terjadinya berbagai penyimpangan dalam pelaksanaannya.mmmmmmmmmm

    Fluktuasi harga terjadi pada komoditas CPO sebagai hasil produksi

    tanaman kelapa sawit. Misalnya, pada bulan Maret tahun 2005 harga CPO di

    pasar berjangka Malaysia, berkisar antara US$ 384 /ton sampai US$ 414 /ton,

    dengan rata-rata US$ 392 /ton, atau mengalami kenaikan sebesar equivalen

    US$ 41 (11,68 persen) dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Februari 2005

    sebesar US$ 351 /ton. Akan tetapi, pada periode berikutnya yaitu bulan April

    2005 harga rata-rata CPO US$ 388,50 /ton atau mengalami penurunan sebesar

    equivalen US$ 3,5 /ton.

    Pergerakan harga CPO di pasar fisik Belawan Medan selama Maret

    2005, berkisar antara Rp 3.741/kg sampai Rp 4.410/kg, dengan rata-rata

    Rp 4.006/kg, atau mengalami kenaikan sebesar equivalen Rp 379/kg (10,44

  • persen) dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Februari 2005 sebesar Rp

    3.627/kg. Tapi pada periode berikutnya yaitu bulan April 2005 harga rata-rata

    CPO Rp 3.937/kg atau mengalami penurunan sebesar Rp 69/kg.mmmmmmmm

    Adanya kecendrungan fluktuasi harga CPO, maka dunia usaha

    Indonesia, termasuk produsen baik yang besar ataupun yang kecil dan kelompok

    petani, berusaha mencari, mendalami, dan meningkatkan aktivitas pengelolaan

    resiko agar terlindung dari resiko yang dapat merugikan mereka melalui

    instrumen perdagangan berjangka komoditi. Perdagangan berjangka merupakan

    bentuk lain dari kegiatan asuransi yang diciptakan berdasarkan mekanisme

    pasar, yaitu dengan membentuk pasar turunan dari pasar komoditi fisiknya.

    Berdasarkan undang-undang No. 32/1997 tentang perdagangan berjangka

    komoditi, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

    jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan kontrak berjangka

    dan opsi atas kontrak berjangka...

    Perdagangan berjangka dilakukan di Bursa Berjangka yang hingga saat

    ini telah didirikan PT. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan sesuai dengan

    Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1999 tentang komoditas yang dapat

    dijadikan subjek kontrak berjangka, maka pada tahap awal komoditas yang

    diperdagangkan di lantai bursa adalah olein dan kopi robusta (Badan Pengawas

    Perdagangan Berjangka Komoditi, 2003b). Sedangkan untuk komoditi CPO,

    Indonesia belum memiliki pasar berjangka, selama ini perusahaan nasional dan

    swasta masih memanfaatkan pasar berjangka yang ada di Malaysia atau pasar

    berjangka yang ada di luar negeri yang lain.

    Resiko kerugian akibat fluktuasi harga dapat dikurangi dengan

    menggunakan suatu strategi manajemen resiko yaitu lindung nilai (Hedging) di

    bursa berjangka. Dalam melakukan strategi Hedging ada dua alat analisis yang

    umumnya digunakan yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis

  • teknikal menggunakan pola data time series untuk menggambarkan bagaimana

    perkembangan harga suatu komoditi dengan melakukan peramalan, sedangkan

    analisis fundamental didasarkan pada faktor yang mempengaruhi perubahan

    harga. Perkembangan harga yang terjadi di pasar fisik menjadi acuan bagi pasar

    berjangka. Dengan adanya pasar fisik dan pasar berjangka dapat menjadi

    alternatif strategi pemasaran bagi produsen dalam memasarkan CPO, sehingga

    peramalan dapat membantu bagi produsen di dalam menentukan pilihan

    berdasarkan peramalan harga dengan model time series atau analisis teknikal,

    untuk pasar fisik ataupun pasar berjangka.

    1.2. Perumusan Masalah

    Tingkat harga komoditas yang terjadi di pasar fisik selalu berfluktuasi

    sesuai dengan permintaan dan penawaran terhadap komoditas tersebut di pasar

    internasional dan domestik. Resiko dan ketidakpastian merupakan salah satu

    faktor yang menyebabkan kegagalan pasar (market failure) sehingga

    menyebabkan pasar terdistorsi dan ouput ekonomi tidak tercapai secara optimal.

    Di pasar internasional seperti pasar berjangka Rotterdam dan pasar fisik

    CPO Malaysia harga CPO cenderung berfluktuatif. Beberapa faktor yang

    mempengaruhi harga CPO adalah, pertama faktor musiman seperti perubahan

    cuaca yang akan mempengaruhi produksi produk subtitusi seperti minyak

    kedelai, minyak kacang tanah, minyak mustar dan minyak bunga matahari, faktor

    yang kedua adalah harga produk subtitusi yang fluktuatif, faktor ketiga adalah

    pengaruh dari nilai tukar rupiah, faktor keempat kebijakan pemerintah negara

    tujuan ekspor yang menaikan tarif bea masuk impor minyak kelapa sawit (CPO),

    faktor kelima kondisi politik dan keamanan negara, faktor keenam adalah siklus

    informasi aktual dunia, yaitu perkembangan harian dari Free on Board (FOB)

    Malaysia dan Cost Insurance Freight (CIF) Rotterdam.

  • Pergerakan harga CPO di pasar internasional ditransmisikan ke pasar

    domestik (border price dan whole sale price) melalui mekanisme pasar. Secara

    umum pergerakan harga CPO domestik searah dengan perkembangan harga

    CPO di pasar internasional. Tabel 1 menunjukan gambaran jumlah pasar ouput

    kelapa sawit domestik dan internasional.

    Tabel 1. Pasar Internasional Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2005

    Komoditi K o n d i s i L o k a s i P a s a r

    C P O CIF Rotterdam Rotterdam CPO (KLCE) FOB Malaysia Kuala Lumpur RBD Olein FOB Malaysia Rotterdam RBD Stearin FOB Malaysia Rotterdam Fatty Acid FOB Malaysia Rotterdam P K O CIF Rotterdam Rotterdam P K M CIF Germany Germany

    Sumber : www.kpbptpn.com. 28 Maret 2006

    Di dalam negeri, pasar CPO hanya terdapat di Pelabuhan Belawan,

    Medan. Sedangkan pasar minyak inti sawit (PKO) tidak ada. Pasar hasil

    perkebunan kelapa sawit yang banyak adalah pasar Olein, yang merupakan

    produk turunan dari CPO. Kondisi ini dapat dilihat di Tabel 2.mmmmmmmmm

    Fluktuasi harga CPO dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan

    produsen. Adanya kerugian dari fluktuasi harga inilah yang mengakibatkan para

    produsen dan eksportir perlu melakukan strategi lindung nilai diperdagangan

    berjangka terhadap produk-produk atau bahan baku untuk mengamankan

    usahanya di pasar fisik.

  • Tabel 2. Pasar Nasional Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2005

    Komoditi Kondisi Penyerahan Lokasi Pasar

    CPO FOB Belawan (Franco Pabrik Medan) Medan incl.PPn

    Olein FOB Belawan (Franco Pabrik Medan) Medan incl.PPn

    Olein Franco Pabrik Jakarta Jakarta incl.PPn

    Olein Franco Pabrik Surabaya Surabaya incl.PPn

    Olein Franco Pabrik Semarang Semarang incl .PPn

    Semakin kecil jumlah ketidakpastian yang harus diatasi akan semakin

    baik dalam menyusun suatu rencana kerja usahanya. Dengan demikian,

    mengurangi atau mengalihkan resiko kerugian akibat perubahan harga

    merupakan hal yang tidak terpisahkan dari suatu tindakan manajemen. Setelah

    melakukan strategi lindung nilai produsen dapat menentukan prioritas pasar yang

    akan lebih dulu ditujunya, pasar fisik atau pasar berjangka.MMMMMMMMMMMM

    Dalam melakukan strategi lindung nilai untuk mengetahui perkembangan

    harga yang terjadi, terdapat dua alat analisis yang digunakan yaitu analisis

    fundamental dan analisis teknikal. Model peramalan time series merupakan

    bagian dari analisis teknikal untuk mengetahui perkembangan harga yang terjadi.

    Hasil dari peramalan ini akan digunakan oleh para produsen atau eksportir untuk

    melakukan strategi lindung nilai, dalam rangka untuk meminimalisasi resiko dari

    fluktuasi harga CPO yang terjadi di pasar berjangka dan pasar

    fisik.MMMMM...................................................................................... .

    Dalam penelitian ini, peramalan time series (analisis teknikal) merupakan

    alat analisis yang digunakan. Ketika melakukan peramalan dibutuhkan suatu

    metode yang tepat dengan pola data yang diketahui bentuknya. Metode yang

    Sumber : www.kpbptpn.com. 28 Maret 2006

  • tepat dan pola data yang diketahui bentuknya berguna untuk menghasilkan

    metode peramalan dengan hasil ramalan yang mendekati keadaan aktual.

    Metode peramalan yang memberikan nilai MAPE yang terkecil dianggap sebagai

    metode terbaik untuk digunakan dalam meramal harga sawit di pasar fisik dan

    harga CPO di pasar berjangka. Berdasarkan paparan di atas, maka dalam

    penelitian ini dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana pola data harga minyak di pasar fisik dan harga CPO di

    pasar berjangka?

    2. Metode peramalan time series mana yang terbaik untuk meramalkan

    harga CPO di pasar fisik dan harga CPO di pasar berjangka?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian dapat

    dirumuskan sebagai berikut :

    1. Menganalisis pola data harga CPO di pasar fisik dan harga CPO di pasar

    berjangka

    2. Mendapatkan model peramalan terbaik untuk meramalkan harga CPO di

    pasar fisik dan pasar berjangka

    3. Meramalkan harga CPO di pasar fisik dan harga CPO di pasar berjangka

    selama delapan bulan kedepan

    1.4. Manfaat Penelitian

    pembaca, serta para stakeholder yang terlibat di pasar fisik dan pasar berjangka.

    Bagi penulis, penelitian ini berguna dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah

    diterima selama kuliah, serta sebagai wahana latihan untuk menghasilkan karya

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis,

  • ilmiah yang lebih baik lagi kedepannya. Bagi pembaca, hasil dari penelitian ini

    dapat digunakan sebagai sumber bacaan dan bahan untuk penelitian

    selanjutnya, serta bahan pertimbangan didalam melakukan strategi lindung nilai

    dan memilih pasar yang akan dituju sebagai tempat penjualan, juga sebagai

    pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi.

    1.5. Ruang Lingkup Penelitian

    Pada penelitian ini, hanya menekankan kepada peramalan time series

    dalam rangka melakukan strategi lindung nilai di pasar berjangka dan peramalan

    harga dipasar fisik, sedangkan bagaimana melakukan strategi lindung nilai dan

    analisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO bukan menjadi bagian dari

    penelitian ini.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tanaman Kelapa Sawit

    Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus

    dari famili Palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur ini

    berasal dari Amerika. Brazil dipercaya sebagai tempat dimana pertama kali

    kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika,

    Amerika Equatorial, Asia Tenggara dan Pasifik selatan. Benih kelapa sawit

    pertama yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius

    Afrika. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera

    Utara oleh Schadt seorang Jerman pada tahun 1911 (Setyamidjaja, D. 1991).

    Pulau Sumatra terutama Sumatera Utara, Lampung dan Aceh merupakan

    pusat penanaman kelapa sawit yang pertama kali terbentuk di Indonesia, namun

    demikian sentra penanaman ini berkembang ke Jawa Barat (Garut selatan,

    Banten Selatan), Kalimantan Barat dan Timur, Riau, Jambi, Irian Jaya. Pada

    tahun 1995 luas perkebunan kelapa sawit adalah 2.025 juta, dan diperkirakan

    pada tahun 2005 luas perkebunan menjadi 2.7 juta hektar dengan produksi

    minyak sebesar 9.9 ton/tahun (Setyamidjaja, D. 1991).

    Tanaman kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq) memiliki waktu

    tumbuhnya 20-25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit

    muda karena belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia 4

    6 tahun dan pada usia 7 10 tahun disebut sebagai periode matang (the

    mature periode), dimana pada periode tersebut mulai menghasilkan tandan buah

    segar (TBS). Tanaman kelapa sawit pada usia 11-20 tahun mulai mengalami

    penurunan produksi TBS, terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa

    sawit mati (Setyamidjaja, D. 1991).

  • 2.2. Minyak Sawit (CPO)

    Semua komponen buah sawit dapat dimanfaatkan secara maksimal.

    Buah sawit memiliki daging dan biji sawit (kernel), dimana daging sawit diolah

    menjadi minyak sawit atau CPO (crude palm oil) sedangkan biji sawit diolah

    menjadi minyak biji sawit atau PKO (palm kernel oil), dengan hasil ekstraksi CPO

    20 persen dan PKO 2,5 persen. Sementara itu, cangkang biji sawit dapat

    dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap (Turner and Gillbank,

    1974).MMMMMMMMMMM

    CPO dan PKO adalah ester asam lemak dan gliserol yang disebut

    trigliserida. Trigliserida minyak sawit kaya dengan asam palmitat, oleat, linoleat,

    stearat, dan gliserol, sedangkan minyak inti sawit mengandung asam laurat,

    miristat, stearat, gliserol dan sedikit palmitat. Selain trigliserida, minyak sawit juga

    mengandung vitamin A dan E. Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan

    makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan

    bau atau Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) (Lubis dan

    Naibaho, 1999)

    2.2.1. Produk Turunan Minyak Kelapa Sawit

    Selain sebagai sumber minyak goreng, produk turunan minyak kelapa

    sawit masih banyak manfaatnya (Dirjen Bina Produksi Perkebunan, 2004) antara

    lain :

    1. Produk turunan CPO selain minyak goreng dapat dihasilkan margarine,

    shortening, vanaspati (vegetable ghee), ice creams, bakery fats, instant

    noodle, sabun dan detergent, cocoa butter extender, chocolate dan

    coating, specialty fats, dry soap mixes, sugar confectionary, textiles oils

    dan biodiesel.

  • 2. Produk turunan PKO yaitu shortening, cocoa buter subtitute, specialty

    fats, ice cream, coffe whitener/cream, sugar confectionary,

    biscuit, cream fats, filled imitation cream, sabun dan detergent, shampo

    dan kosmetik.

    3. Produk turunan oleochemicals kelapa sawit yaitu methyl ester, plastic,

    textile processing, metal processing, lubricants, emulsifers, detergent,

    glicerine, cosmetic, explosives, pharmaceutical product dan food

    protective coatings.

    2.3. Prospek CPO

    2.3.1. Prospek CPO Di Pasar Internasional

    Hasil analisis yang dilakukan FAO (2001), Mielke (2001), dan Susila

    (2002) di dalam Susila (2006) menunjukkan bahwa prospek pasar CPO di pasar

    internasional relatif masih cerah. Hal ini antara lain tercermin dari sisi konsumsi

    yang diperkirakan masih terbuka dengan laju pertumbuhan konsumsi CPO dunia

    diproyeksikan mencapai sekitar 3,5 persen 4,5 persen per tahun. Peningkatan

    yang signifikan terutama akan terjadi pada negara yang sedang berkembang

    seperti di Cina, Pakistan, dan juga Indonesia. Indonesia diperkirakan akan

    mengalami peningkatan konsumsi dengan laju sekitar 4 6 persen per tahun.

    Konsumsi CPO di Cina dan Pakistan diproyeksikan juga akan tumbuh dengan

    laju sekitar 4-6% per tahun (Susila 2006). Produksi CPO dunia pada dekade

    mendatang masih akan didominasi oleh Malaysia dan Indonesia. Malaysia

    sebagai produsen utama akan mengalami peningkatan produksi dengan laju 2,8

    persen per tahun. Indonesia diperkirakan masih akan mempunyai peluang untuk

    peningkatan produksi dengan laju antara 7.6 persen per tahun, sehingga

    produksi CPO Indonesia pada tahun 2005 mencapai 10 juta ton (Susila,2006).

  • Perdagangan (ekspor-impor) CPO dunia diproyeksikan akan meningkat

    dengan laju sekitar 3.8% per tahun. Perkembangan yang demikian, maka volume

    perdagangan pada tahun 2005 diproyeksikan sekitar 19.16 juta ton (FAO 2001).

    Malaysia dan Indonesia tetap merupakan negara pengekspor utama dengan

    peluang peningkatan ekspor masing-masing sekitar 3.2% dan 6.5% per tahun.

    Berikut ini gambaran volume dan nilai ekspor Minyak Sawit (CPO) dan Minyak

    Inti Sawit (PKO) selama periode 1990-2004.

    Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit dan Inti Sawit Periode 1990-2004

    Tahun Ekspor

    Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

    Volume (ton) Nilai (ribu) Volume (ton) Nilai (ribu)

    1990 815.580 203.507 158.303 44.182

    1991 1167.689 335.481 136.322 42.754

    1992 1.030.272 356.494 222.541 109.841

    1993 1.632.012 582.629 275.225 110.188

    1994 1.631.203 717.811 340.504 177.583

    1995 1.265.024 747.414 311.399 187.267

    1996 1.671.957 825.415 341.318 235.168

    1997 2.967.589 1.446.10 502.979 294.255

    1998 1.479.278 745.277 347.009 195.447

    1999 3.298.987 1.114.240 597.843 347.975

    2000 4.110.027 1.087.270 578.825 239.120

    2001 4.903.218 1.080.900 581.926 146.259

    2002 6.333.708 2.092.400 673.846 256.234

    2003 7.543.204 2.956.342 751.578 304.450

    2004 8.250.365 3.856.450 825.652 385.950

    Sumber: Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan (2006)

  • Berdasarkan sudut alokasi pangsa pasar, Indonesia diperkirakan masih

    menguasai pasar untuk negara-negara di beberapa Eropa Barat seperti Inggris,

    Italia, Belanda, dan Jerman. Malaysia lebih banyak menguasai pasar China (1.8

    juta ton), India (1.7 juta ton), EU (1.5 juta ton), Pakistan (1.1 juta ton), Mesir (0.5

    juta ton), dan Jepang (0.4 juta ton). Seperti kebanyakan harga produk primer

    pertanian, harga CPO relatif sulit untuk diprediksi dengan akurasi yang tinggi.

    Harga cenderung fluktuatif dengan dinamika yang perubahan yang relatif

    sangat cepat. Dengan kesulitan tersebut, maka proyeksi harga yang dilakukan

    lebih pada menduga kisaran harga untuk periode 2000-2005. Jika tidak ada

    shock dalam perdagangan dan produksi, maka harga CPO di pasar internasional

    pada periode tersebut diperkirakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan situasi

    harga tahun 2001 yang dengan rata-rata sekitar US$ 265/ton. Di samping itu,

    mulai menurunnya stok pada periode menjelang 2005 juga mendukung perkiraan

    tersebut. Dengan argumen tersebut, harga CPO sampai dengan 2005

    diperkirakan akan berfluktuasi sekitar US$ 350-450/ton (Susila dan Supriono

    2001 dalam Susila 2006).mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

    2.4.2. Peluang Pasar Indonesiammmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

    Secara umum, ada dua sumber permintaan (peluang pasar) untuk CPO

    Indonesia yaitu konsumsi domestik dan ekspor. Setelah sebelumnya meningkat

    dengan laju sekitar 8% per tahun, peluang konsumsi CPO di dalam negeri

    diperkirakan akan meningkat dengan laju antara 6% pada tahap awal dan

    menurun menjadi sekitar 4% pada akhir dekade mendatang. Untuk periode 2000-

    2005, konsumsi domestik diperkirakan meningkat dengan laju 5%-6% per tahun.

    Selanjutnya, untuk periode 2005-2010, laju peningkatan konsumsi diperkirakan

    adalah 3%-5% per tahun. Dengan laju pertumbuhan tersebut, maka konsumsi

    domestik pada tahun 2005 dan 2010 masing-masing adalah 3.92 juta ton dan

    4.58 juta ton (Susila 2006).

  • Selain mengandalkan pasar domestik, pasar ekspor merupakan pasar

    utama CPO Indonesia. Ekspor CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat

    dengan laju antara 7-8% per tahun. Di samping dipengaruhi oleh harga di pasar

    internasional dan tingkat produksi, kinerja ekspor CPO Indonesia juga sangat

    dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya tingkat pajak ekspor.

    Berdasarkan asumsi tingkat pajak ekspor adalah masih di bawah 5%,

    maka ekspor CPO Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan laju 4-8% per

    tahun pada periode 2000-2010. Pada periode 2000-2005, ekspor akan tumbuh

    dengan laju 5 persen 8 persen per tahun sehingga volume ekspor pada periode

    tersebut sekitar 5.4 juta ton. Pada periode 2005-2010, volume ekspor meningkat

    dengan laju 4 persen -5 persen per tahun yang membuat volume ekspor menjadi

    6,79 juta ton pada tahun 2010 (Susila, 2006). Pada lima tahun terakhir, ketika

    Indonesia mengalami krisis multi-dimensional dan tingkat persaingan pasar

    Gambar 1. Proyeksi Ekspor CPO Indonesia. 2000-2010

  • minyak nabati yang dihadapi CPO semakin ketat, laju pertumbuhan industri CPO

    mulai melambat.

    2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai peramalan dengan menggunakan metode kuantitatif

    sebagai alat bantu sudah banyak dilakukan. Hasibuan (2003) melakukan

    penelitian mengenai peramalan produksi CPO PT Sucofindo Medan, penelitian

    ini bertujuan mengidentifikasi pola data produksi CPO dengan mengamati plot

    data dan plot autokorelasinya. Berdasarkan plot data dan plot autokorelasi data

    produksi CPO PT Sucofindo Medan, diketahui bahwa pola data tidak stasioner,

    memiliki unsur trend dan musiman. Berdasarkan nilai MSE terendah, maka

    metode peramalan yang dipilih adalah metode ARIMA (1,1,1).

    Zega (2003) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

    mempengaruhi penetapan harga CPO di PTPN III dan faktor-faktor yang

    mempengaruhi pemasaran CPO, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa

    pemasaran CPO sangat dipengaruhi oleh faktor produk. Faktor produk yang

    dimaksud adalah kualitas CPO, sedangkan penetapan harga CPO sangat

    tergantung kepada mekanisme pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar

    negeri. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan pemasaran CPO di

    PTPN III, yaitu faktor internal yang terdiri dari kapasitas pabrik dan pengadaan

    modal kerja, kebijaksanaan harga jual dan para kesan pembeli. Faktor eksternal

    yang diketahui terdiri dari kebijakan pemerintah, perkembangan perekonomian

    dunia, perkembangan sosial ekonomi masyarakat dan situasi persaingan. Selain

    itu, fluktuasi harga CPO dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain

    penawaran dan permintaan yang terjadi, kondisi politik dan keamanan negara,

    kondisi nilai tukar rupiah, perkembangan komoditi subtitusi CPO dunia, siklus

    informasi aktual dunia dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan.mmmmmmm

  • Jafarudin, M. (2005) melakukan penelitian mengenai Peramalan Produksi

    TBS di Kebun Percobaan Betung II A. Tujuan penelitiannya adalah menganalisis

    pola data produksi TBS dikebun percobaan Betung II A dan mendapatkan

    metode peramalan time series yang paling sesuai untuk meramalkan produksi

    TBS di kebun percobaan Betung II A. Berdasarkan plot data disimpulkan bahwa

    data produksi tidak stasioner, terdapat unsur tren dan musiman. Dari hasil

    analisis metode peramalan terbaik disimpulkan bahwa metode ARIMA

    merupakan metode yang terbaik dengan nilai MSE yang terkecil dibandingkan

    dengan metode peramalan yang lain.

    Peramalan produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) di

    PT Panamtama Kebun Teluk Dalam, Asahan Sumatera utara dilakukan oleh

    Siringoringo T. S (2005). Berdasarkan penelitiannya metode peramalan

    kuantitatif yang terbaik untuk produksi CPO dan PKO adalah metode ARIMA.

    Penentuan metode terbaik dilakukan berdasarkan nilai MAPE yang dihasilkan

    dan keefisienan dalam menerapkan metode.

    Berdasarkan hasil ulasan terhadap penelitian sebelumnya diperoleh

    kesimpulan bahwa peramalan terhadap produksi CPO telah banyak dilakukan,

    mulai dari penelitian Hasibuan (2003), Jafarudin, M. (2005), dan Siringoringo T.

    S (2005), sedangkan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

    harga CPO di PTPN III dilakukan oleh Zega (2003). Hasil ulasan penelitian

    sebelumnya diperoleh manfaat yang dapat digunakan dalam penelitian ini, yaitu

    hasil penelitian Hasibuan (2003), Jafarudin, M. (2005), dan Siringoringo T. S

    (2005) dapat diketahui bagaimana pola data dan metode peramalan terbaik,

    yang dapat digunakan untuk meramalkan produksi CPO di perusahaan

    perkebunan kelapa sawit swasta dan negara. Penelitian Hasibuan (2003)

    berkaitan tentang peramalan CPO di PT Socfindo menjadi bahan masukan

    dalam menentukan metode peramalan yang akan diterapkan dalam meramalkan

  • produksi CPO dan PKO PT. PANAMTAMA. Tiga model terbaik dari penelitian

    Hasibuan adalah model ARIMA, model regresi dan model Winters.

    Berdasarkan penelitian Zega (2003) dapat diketahui mengenai faktor-

    faktor yang mempengaruhi pemasaran CPO dan faktor-faktor yang

    mempengaruhi penetapan harga CPO di PTPN III. Dengan demikan, hasil

    penelitian Zega (2003) menjadi bahan masukan untuk mengetahui faktor-faktor

    yang mempengaruhi harga minyak sawit domestik dan internasional.

  • III. KERANGKA PEMIKIRAN

    3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

    3.1.1. Harga CPO

    Harga adalah sejumlah nilai yang dibutuhkan untuk mendapatkan

    sejumlah kombinasi dari produk beserta pelayanannya (Swastha, 1997). Biaya

    yang dikeluarkan suatu perusahaan dalam memproduksi, mendistribusikan,

    memasarkan dan biaya atas resiko harus dapat menentukan perusahaan dalam

    menetapkan harga jual. Untuk menentukan harga diperlukan suatu metode yang

    terdiri atas penetapan harga mark up, penetapan harga sasaran pengembalian,

    penetapan harga nilai yang diterima, penetapan harga tingkat yang sedang

    berlaku dan penetapan harga tawaran tertutup. Di dalam bauran pemasaran

    harga merupakan satu-satunya unsur yang mewakili pendapatan (Kotler, 2000).

    Menurut Bangun (2005) harga dapat menggambarkan bagaimana

    prospek suatu usaha kedepannya, industri kelapa sawit diperkirakan akan tetap

    eksis kedepannya. Optimisme itu muncul karena harga CPO mentah di pasar

    dunia terus membaik. Diperkirakan harga tersebut dalam waktu dekat akan

    meningkat. Indikasi ke arah sana semakin menguat setelah melihat

    perkembangan harga pasar. Naik turunnya harga TBS dalam negeri dipengaruhi

    oleh naik turunnya harga CPO mentah di pasar Rotterdam dan Malaysia.

    Perbaikan harga di kedua bursa itu, dipicu oleh permintaan industri minyak

    nabati India yang terus membesar. Pada tahun 2002 industri minyak

    India membutuhkan lebih dari satu juta ton per bulan dan separuh dari

    total permintaan itu dipasok dari industri CPO Indonesia.mmmmmmmmmmmm

    Penetapan harga CPO sangat tergantung pada mekanisme pasar, baik

    pasar lokal maupun internasional. Umumnya produsen CPO tidak dapat

  • mempengaruhi penetapan harga, tetapi dalam penetapan harga CPO, produsen

    tersebut menggunakan metode penetapan harga berdasarkan nilai, dengan

    mempertimbangkan harga-harga CPO pesaing. Harga CPO internasional

    merupakan harga yang berlaku di pasar fisik CPO di luar negeri seperti pasar

    Rotterdam dan pasar Malaysia, sedangkan harga CPO lokal (nasional) adalah

    harga CPO yang berlaku di pasar lokal seperti pasar Belawan, Medan.

    (Simanjuntak, D 2003).

    3.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga CPO

    Berdasarkan hasil penelitian Zega (2003), dalam memasarkan CPO untuk

    pasar lokal maupun ekspor, harga jual ditentukan oleh mekanisme pasar.

    Penetapan harga CPO berdasarkan harga pasar Rotterdam dan harga psar

    Kuala Lumpur dengan dikurangi biaya-biaya seperti: biaya

    pengapalan/transportasi, pajak ekspor dan PPN 21. Fluktuasi harga CPO

    dipengaruhi beberapa hal, antara lain:

    1. Penawaran dan Permintaan yang Terjadi

    Diasumsikan penawaran tetap, namun apabila permintaan pasar naik

    maka harga CPO akan naik dan begitu pula sebaliknya diasumsikan

    permintaan tetap dengan penawaran yang terus meningkat maka dipastikan

    harga CPO akan turun.

    2. Kondisi Politik dan Keamanan Negara

    Berpengaruh pada kontinuitas pasokan CPO. Jika keadaan politik dan

    keamanan tidak stabil, akan menghambat kegiatan produksi. Kegiatan distribusi

    produk ke konsumen juga akan terkendala karena kemungkinan terjadinya

    tindakan kriminal seperti penjarahan dalam proses transportasi dan antrian

  • menuju kapal yang memakan waktu lama. Terganggunya proses pengapalan

    akan mempengaruhi kualitas CPO

    3. Kondisi Nilai Tukar Rupiah

    Penetapan harga jual CPO yang terjadi baik lokal maupun

    ekspor berpatokan pada nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika. Jika rupiah

    menguat terhadap Dollar Amerika harga komoditi primer di pasar dunia akan

    meningkat sehingga harga CPO juga akan meningkat.

    4. Kondisi yang Tidak Dapat di Perkirakan (lost majeur)

    Keadaan alam seperti banjir, kemarau panjang, badai El Nino akan

    mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman kelapa sawit. Kondisi ini akan

    menghambat kontinuitas pasokan produksi CPO yang akan dijual oleh

    perusahaan.

    5. Siklus Informasi Aktual Dunia

    Siklus perkembangan harga harian dari FOB Malaysia dan CIF Rotterdam

    mempengaruhi penetapan harga CPO melalui negoisasi antara pihak penjual

    dengan pembeli, karena apabila harganya turun konsumen cenderung

    menginginkan hal yang serupa terjadi pada harga CPO yang ditawarkan penjual.

    Untuk itu peran R & D dan Marketing Intelligence untuk mengetahui situasi pasar

    dan rekomendasi harga jual bagi pihak manajemen berperan penting.

    6. Perkembangan Komoditi Subtitusi CPO Dunia

    Perkembangan harga minyak nabati seperti: minyak kedelai, bunga

    rape dan bunga matahari akan mempengaruhi harga CPO dunia. Apabila

    harga-harga komoditi subtitusi naik, maka CPO dari penjual berpeluang menjadi

  • pilihan pembeli. Begitu juga jika terjadi kekurangan pasokan produk

    subtitusinya, permintaan CPO dari penjual akan meningkat.

    3.1.3. Kondisi Pasar CPO Nasional dan Internasional

    3.1.3.1. Pasar CPO Nasional

    Pemasaran CPO Indonesia hasil produksi dari perkebunan negara atau

    pengusaha perkebunan swasta untuk keperluan dalam negeri diatur melalui SK

    Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 22/DAGRI KP/T/83, SK ini merupakan

    perubahan dan penyesuaian dari SK yang pernah ditetapkan sebelumnya (tahun

    1979), yaitu tentang Pedoman Petunjuk Teknis SK Menteri Perdagangan dan

    Koperasi, Menteri Pertanian, dan Menteri Perindustrian tentang Tataniaga CPO

    Kebutuhan Dalam Negeri (Susilowati, 1989).

    Surat keputusan tersebut antara lain mengatur alokasi CPO untuk

    masing-masing industri pengolahan CPO dalam kurun waktu enam bulan

    disesuaikan dengan jumlah minyak kelapa sawit yang disediakan untuk

    kebutuhan dalam negeri dan kebutuhan masing-masing industri yang

    bersangkutan. Selanjutnya seluruh alokasi CPO yang disediakan hanya dapat

    dipergunakan untuk keperluan bahan baku industri penerima alokasi dan tidak

    dibenarkan untuk diperjualbelikan. Jumlah efektif CPO yang harus

    didistribusikan kedalam negeri dan penetapan harganya diatur melalui Surat

    Keputusan Bersama Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, dan Menteri

    Perindustrian dimana masing-masing Departemen mempunyai tugas-tugas

    sebagai berikut: Departemen Pertanian menyampaikan jumlah produksi dan

    rencana ekspor dari masing-masing produsen serta melakukan pengawasan

    penyaluran CPO kepada industri pengolah didalam negeri, selanjutnya

    Departemen Perindustrian menyampaikan kapasitas dan kebutuhan masing-

  • masing unit industri minyak goreng, sabun, dan industri lainnya, serta

    melakukan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan industri penerima

    alokasi CPO. Berdasarkan kedua data tersebut barulah ditetapkan jumlah

    efektif CPO yang dialokasikan untuk kebutuhan industri pengolahan minyak

    sawit, sekaligus menetapkan harganya.mmmmm.mmmmmmmmmmmmmmmm

    Penetapan harga untuk pembelian CPO oleh pabrik industri dalam

    negeri diatur melalui SK Menteri Perdagangan dan Industri No. 04/KP/1/1986.

    harga yang berlaku ditetapkan berdasarkan patokan harga di pasar fisik CPO

    internasional yaitu FOB Belawan Malaysia. Syarat-syarat penyerahan CPO dari

    produsen kepada industri dilaksanakan berdasarkan SK Dirjen Perdagangan

    Dalam Negeri yang pada pokoknya mengatur harga dan cara penyerahan CPO

    dari produsen kepada industri pengolah menurut lokasi industri masing-masing.

    Sementara itu saluran pemasaran CPO dari produsen sampai ke konsumen

    digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 2. Saluran Pemasaran CPO di Pasar Nasional Sumber : dimodifikasi dari Zega (2003) dari Susilowati (1989)

    Keterangan : LTC : Long Term Contract (Kontrak Jangka Panjang) PNP/PTP : Perusahaan Nasional Perkebunan/ PT Perkebunan

    Tender di KPB

    PNP/PTP

    Konsumen Dalam Negeri

    LTC di KPB

    Spot di KPB

    Perusahaan Swasta

  • CPO yang diperdagangkan berasal dari dua sumber, yaitu dari

    perusahaan-perusahaan perkebunan milik negara (PNP/PTP) dan dari

    perusahaan swasta. Sesuai dengan kesepakatan diantara PNP/PTP, CPO yang

    berasal PNP/PTP tersebut pemasarannya harus melalui Kantor Pemasaran

    Bersama (KPB).

    Sistem pemasaran yang dilakukan adalah dengan sistem tender/ lelang,

    penawaran langsung (spot) dan kontrak jangka panjang (Long Term Contract)

    dilakukan oleh KPB dengan PTPN dan perusahaan swasta. Tender/ lelang

    merupakan suatu sistem penjualan untuk mencari pembeli dengan penawaran

    tertinggi yang mencapai price idea. Pembeli dengan harga tertinggi inilah yang

    disebut pemenang tender. Penjualan langsung dilakukan apabila tidak tercapai

    kesepakatan harga antara pihak penjual dengan pembeli, biasanya ditawarkan

    pada pembeli dengan harga tetap dengan harga yang sesuai dengan harga

    pasar. Kontrak jangka panjang juga hampir sama dengan penawaran langsung,

    namun penawaran yang terjadi untuk masa yang akan datang, biasanya dalam

    jangka waktu satu bulan atau dengan kata lain merupakan sistem pesanan

    (order ) (Zega,2003).). Berdasarkan

    3.1.3.2. Pasar CPO Internasional

    Pemasaran CPO Indonesia hasil produksi dari perkebunan negara atau

    pengusaha swasta ke luar negeri seluruhnya ditangani oleh Kantor Pemasaran

    Bersama (KPB). Saluran pemasaran CPO dari produsen ke konsumen dapat

    dilihat pada Gambar 3. CPO yang berasal dari Indonesia tersebut dikirim ke

    importir melalui broker. Tetapi ada pula dari produsen ke importir tanpa melalui

    broker (Susilowati, 1989). Sesuai dengan kesepakatan diantara PNP/PTP, CPO

    yang berasal dari PNP/PTP tersebut pemasarannya harus melalui KPB baik

    untuk konsumen dalam negeri maupun luar negeri.

  • Pemasaran konsumen luar negeri, semula pemasarannya melalui broker-

    broker lokal selanjutnya broker tersebut harus berhubungan dengan badan

    pemasaran di luar negeri, seperti Indoham yang menangani pemasaran di

    Hamburg dan New York. Namun dewasa ini dengan pertimbangan untuk

    memotong rantai pemasaran agar lebih pendek, dengan tujuan akhir agar dapat

    lebih meningkatkan pangsa pasar di luar negeri. Oleh karena itu, penjualan CPO

    tidak lagi harus melalui badan pemasaran luar negeri, namun dapat

    langsung berhubungan dengan importir luar negeri.mmmm...........................

    CPO yang berasal dari perusahaan swasta, untuk pemasaran keluar

    negeri dapat langsung berhubungan dengan importir atau agen luar negeri. Pada

    umumnya perusahaan-perusahaan kecil akan bergabung pada perusahaan

    yang besar, selanjutnya perusahaan besar tersebut yang akan memasarkan ke

    luar negeri. Untuk keperluan ini mereka memiliki kantor perwakilan diluar negeri,

    sebagai contoh adalah PT Sucofindo, merupakan eksportir non PTP yang relatif

    besar. Harga di FOB Malaysia dan CIF Rotterdam menjadi patokan perusahaan

    PTP dan Swasta didalam menentukan harga ekspor, sebelum terjadinya tawar

    Gambar 3. Saluran Pemasaran CPO ke Luar Negeri

    Perusahaan Swasta

    KPB

    Broker Lokal

    Badan Pemasaran Luar Negeri

    Konsumen Luar Negeri

    Importir Luar Negeri

    PNP/PTP

  • menawar harga dengan importir atau broker (Susilowati 1989).

    Pemasaran keluar negeri dilakukan juga melalui pasar berjangka, seperti

    yang dilakukan oleh PT PP London Sumatera, selama tahun 2004 sampai tahun

    2005 perusahaan ini melakukan penjualan CPO nya melalui pasar berjangka.

    Penjualan crude palm oil (CPO) hasil produksi PT PP London Sumatera

    Indonesia TBk (Lonsum) ke pasar dunia relatif stabil karena mekanisme

    penjualan yang digunakan adalah sistem penjualan berjangka, atau kontrak 6

    bulan ke depan. Oleh karena itu, meskipun tren harga CPO di pasar dunia

    melemah, harga penjualan CPO Lonsum stabil. Mekanisme penjualan kontrak

    berjangka merupakan strategi yang terbaik disaat menghadapi fluktuasi harga

    yang tidak menentu. Kontrak penjualan berjangka memakai mekanisme

    pematokan harga terhadap transaksi suatu komoditas hingga beberapa waktu ke

    depan. Dalam kaitan itu, harga rata-rata CPO FOB Belawan Lonsum mencapai

    pada tingkat US$ 380 per metrik ton dengan para importir di luar negeri.

    Mekanisme penjualan sistem kontrak berjangka itu ditempuh sesuai strategi

    penjualan sehingga Lonsum dapat memprediksikan fluktuasi harga CPO di pasar

    internasional dalam 6 bulan ke depan. Selain itu, cara itu cukup aman dalam

    menjaga biaya yang dikeluarkan dengan sebagian mata uang asing1.

    3.1.4. Pemasaran CPO Produsen CPO pada umumya memasarkan hasil produksinya dalam

    bentuk CPO dan PKO, sistem pemasaran dilakukan secara langsung dan tidak

    langsung. Pemasaran langsung dilakukan dengan memasarkan produknya

    kepasar internasional, yaitu diekspor. Pemasaran tidak langsung dilakukan

    dengan memasarkan CPO melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB) di Jakarta,

    sistem pengiriman barang oleh produsen ke pihak pembeli berdasarkan

    pesanan, dalam hal ini pembeli memesan barang melalui KPB. Setelah tercapai

    1www.Agroindonesia.com.28 Januari 2006

  • kesepakatan harga antara pihak pembeli dengan produsen baik mutu, dan

    jumlah barang, syarat pembayaran, waktu dan tempat penyerahan barang, pihak

    produsen akan mengirimkan pesanan melalui pasar lokal (pelabuhan) terdekat

    kepada pembeli dengan syarat penyerahan secara FOB (Simanjuntak, D 2003)

    3.1.5. Konsep Pasar Berjangka dan Pasar Fisik

    Bursa berjangka merupakan pasar derivatif, yang berbeda dari pasar

    komoditi secara fisik yang telah umum kita kenal. Di pasar berjangka,

    diperdagangkan kontrak berjangka atas komoditi tertentu yang telah

    dipersyaratkan secara standar. Berdasarkan UU No.32/1997 tentang

    perdagangan berjangka komoditi, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu

    yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian

    berdasarkan kontrak berjangka dan opsi atas kontrak berjangka (Badan

    Pengawas Berjangka Komoditi, 2003a). Beberapa ketentuan yang telah

    ditetapkan secara standar dalam kontrak berjangka, antara lain jenis komoditi,

    mutu, jumlah satuan perkontrak, bulan penyerahan, tempat penyerahan, dan

    persyaratan penyerahan. Karena bentuknya yang standar itu, maka yang

    dinegoisasikan hanya harganya saja. Performance atau terpenuhinya kontrak

    berjangka sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam kontrak, dijamin oleh

    suatu lembaga khusus yaitu Lembaga Kliring Berjangka.

    Dengan demikan di bursa berjangka akan terdapat banyak pasar

    berjangka, sesuai dengan banyaknya komoditi yang diperdagangkan. Di bursa,

    pembeli dan penjual bertemu satu sama lain dan melakukan transaksi untuk

    membeli atau menjual sejumlah komoditi untuk kemudian hari, sesuai isi atau

    spesifikasi kontrak. Harga komoditi yang terbentuk di bursa berlangsung secara

    transparan. Dengan demikian, harga tersebut akan mencerminkan kekuatan

    pasokan dan permintaan yang sebenarnya. Transaksi di bursa dilakukan oleh

  • para anggota bursa, yang terdiri dari Hedger (para petani produsen, pedagang

    komoditi, prosesor dan industri pemakai), Investor (spekulator) dan pialang

    berjangka, baik dengan cara berteriak (open outcry) atau secara elektronik

    (authomated atau electronic trading system). Selanjutnya, harga yang terjadi

    dicatat menurut bulan penyerahan masing-masing kontrak berjangka dan

    diumumkan secara luas kepada masyarakat.

    Menurut Djunaidi (1999), perbedaan antara perdagangan berjangka

    (futures) dengan perdagangan fisik (forward) adalah sebagai berikut:

    1. Kontrak

    Pada perdagangan fisik syarat kontrak berdasarkan negoisasi

    sedangkan pada perdagangan berjangka syarat kontrak standard sesuai dengan

    ketetapan yang berlaku di bursa dan menurut Rambey (1999) kontrak forward

    yang diperdagangkan di pasar fisik dibuat secara tailor made, tidak

    terstandarisasi, umumnya hanya terdapat satu delivery date, Settlement

    dilaksanakan diakhir periode kontrak dan umumnya terjadi delivery berupa cash

    settlement pada saat berakhirnya kontrak. Sedangkan kontrak berjangka

    diperdagangkan sesuai standard melalui bursa dan terdaftar pada lembaga

    kliring, terdapat delivery date dalam satu rentang waktu dengan settlement

    dilaksanakan secara harian melalui mekanisme margin trading dan kontrak

    umumnya diakhiri sebelum maturity.

    2. Aktivitas Pasar

    Pada perdagangan fisik aktivitas pasar tidak diregulasi, sedangkan di

    pasar berjangka diregulasi oleh bursa.

    3. Penetapan Harga

    Penetapan harga pada perdagangan fisik kurang kompetitif karena

    adanya negoisasi antara penjual dan pembeli. Sedangkan di pasar berjangka

    terjadi tawar menawar secara kompetitif sesuai dengan sistem lantai bursa.

  • 4. Likuidasi

    Likuidasi pada perdagangan fisik biasanya sulit, sedangkan pada

    perdagangan berjangka mudah di offset (ditutup).

    Manfaat utama dari penyelenggaraan perdagangan berjangka komoditi

    yaitu sarana pembentukan harga (price discovery) yang transparan dan wajar,

    yang mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari komoditi yang

    diperdagangkan dan sebagai sarana pengelolaan resiko (risk management)

    melalui kegiatan lindung nilai atau hedging (Badan Pengawas Perdagangan

    Berjangka Komoditi, 2003a). Pada dasarnya, harga komoditi primer sering

    berfluktuasi karena ketergantungannya pada faktor-faktor yang sulit dikuasai

    seperti kelainan musim, bencana alam, dan lain-lain. Dengan kegiatan lindung

    nilai menggunakan kontrak berjangka, mereka dapat mengurangi sekecil

    mungkin resiko yang diakibatkan gejolak harga tersebut. Dengan memanfaatkan

    kontrak berjangka, produsen komoditi dapat menjual komoditi yang baru akan

    mereka panen beberapa bulan kemudian, pada harga yang telah dipastikan atau

    dikunci sekarang (sebelum panen).

    Dengan demikian, mereka dapat memperoleh jaminan harga sehingga

    tidak terpengaruh oleh kenaikan atau penurunan harga jual di pasar tunai.

    Sebagai jaminan, semua pengguna pasar berjangka, dipersyaratkan

    menyerahkan sejumlah uang yang disebut margin. Besarnya per kontrak

    umumnya berkisar antara 5 % - 10 % dari nilai kontrak. Adapun besarnya margin

    berbeda-beda tergantung pada komoditi, waktu, dan gejolak harga yang terjadi.

    Dalam perjalanannya, margin ini memerlukan tambahan (margin call), karena

    berkurang dari margin awalnya akibat pergerakan harga yang berlawanan

    dengan yang diperkirakan semula. Bila saldo margin mencapai batas tertentu,

    kepada setiap nasabah yang memiliki posisi terbuka baik beli atau jual, harus

    menambahkan marginnya kebesaran semula (margin awal). Margin yang telah

  • ditetapkan berlaku untuk periode waktu tertentu, dan dapat diubah sesuai

    dengan situasi dan kondisi yang ada. Selain itu ada biaya komisi yang dikenakan

    oleh pialang berjangka, yang besaran minimumnya ditetapkan bursa atas

    persetujuan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bapppebti,

    2003b).

    3.1.5.1. Lindung Nilai (Hedging)

    Dalam setiap kegiatan perdagangan, pengusaha selalu mengharapkan

    keuntungan, akan tetapi juga dihadapkan kepada resiko kerugian yang selalu

    melekat dalam kegiatan usahanya. Resiko umumnya berasal dari akibat

    perubahan harga barang, perubahan kurs mata uang, suku bunga, inflasi dan

    lain sebagainya. Untuk melindungi pengusaha dari resiko tersebut, dapat

    dilakukan lindung nilai yaitu suatu kegiatan pengambilan posisi di pasar

    berjangka yang berlawanan dengan posisinya di pasar fisik (Badan Pengawas

    Perdagangan Berjangka Komoditi, 2003b). Dengan lindung nilai, resiko tersebut

    dapat dialihkan kepada investor yang mengharapkan keuntungan dari perubahan

    harga di Bursa Berjangka.

    Manfaat lindung nilai selain merupakan sarana untuk mengurangi atau

    meminimalkan resiko akibat perubahan harga juga memberikan kepastian

    berusaha karena membantu pengendalian produk dan persediaan bahan baku

    guna memenuhi kebutuhan produsen, pengolah atau pabrikan. Lindung nilai

    memberikan peluang bagi Bank untuk menyediakan dana yang lebih besar

    karena lebih terjamin. Menurut Badan Pengawas Perdagangan Berjangka

    Komoditi (2003b) secara garis besar ada dua jenis lindung nilai yaitu lindung nilai

    jual untuk mengatasi resiko turunnya harga dan lindung nilai beli untuk mengatasi

    resiko kenaikan harga.

  • 3.1.6. Peramalan Peramalan merupakan alat kuantitatif yang digunakan untuk membantu

    didalam mengambil suatu keputusan. Suatu keputusan akan lebih baik hasilnya

    bila memadukan antara hasil kuantitatif (peramalan) dan intuisi (pendapat

    pribadi). Hampir setiap organisasi memerlukan ramalan baik secara eksplisit

    maupun secara implisit, karena hampir setiap organisasi harus membuat

    perencanaan agar sesuai dengan kondisi masa depan yang tidak diketahui

    dengan baik. Selain itu, peramalan dibutuhkan pada semua lini fungsional, begitu

    pula pada semua jenis organisasi. Peramalan dibutuhkan dalam bidang

    keuangan, pemasaran, personalia, dan lingkup produksi, dalam pemerintahan

    dan organisasi pencari laba, dalam klub sosial kecil, dan dalam partai politik

    nasional (Hanke et al. 2003).

    Gaynor dan Kirkpatrick (1994) mengungkapkan bahwa peramalan

    merupakan pendugaan terhadap kegiatan masa depan. Metode peramalan dapat

    berdasarkan pengalaman, penilaian, opini dari ahli atau model matematika yang

    menggambarkan pola data historis.

    Peramalan merupakan suatu proses memperkirakan secara sistematis

    tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi

    masa lalu dan sekarang yang dimiliki, agar kesalahan dapat diperkecil.

    Peramalan dapat juga diartikan sebagai suatu usaha memperkirakan perubahan,

    agar tidak disalahpahami bahwa peramalan tidak memberikan jawaban yang

    pasti tentang apa yang akan terjadi, melainkan akan mencari yang sedekat

    mungkin dengan apa yang akan terjadi (Mulyono 2000).

    3.1.7. Metode Peramalan

    Peramalan kualitatif pada hakekatnya didasarkan pada intuisi atau

    pengalaman empris dari perencana atau pengambil keputusan, sehingga relatif

  • lebih subjektif. Pada situasi manajemen dan industri (pasar) yang masih

    sederhana, peramalan kualitatif dapat memberikan akurasi hasil peramalan yang

    relatif sama dengan peramalan kuantitatif. Metode kualitatif dapat memberikan

    hasil yang bias ketika beberapa individu tertentu mendominasi proses peramalan

    melalui reputasi, kekuatan kepribadian atau posisi strategis dalam organisasi.

    (Anmi L, 2004). Metode peramalan terbagi menjadi dua yaitu metode peramalan

    kualitatif dan metode kuantitatif.

    3.1.7.1. Metode Kualitatif

    Metode peramalan kualitatif tidak memerlukan data seperti halnya dalam

    metode kuantitatif, akan tetapi bukan berarti bahwa metode kualitatif tidak

    membutuhkan data kuantitatif, tetapi terdapat perbedaan diantara keduanya.

    perbedaan ini terletak pada penggunaan data. Metode kualitatif membutuhkan

    input yang tergantung pada metode tertentu dan biasanya merupakan hasil dari

    pemikiran intuitif, pertimbangan dan pengetahuan yang didapat. Pendekatan

    dengan metode ini seringkali memerlukan input dari sejumlah orang yang telah

    terlatih secara khusus. Metode peramalan ini terbagi atas metode eksploratoris

    (metode Delphi, kurva- S analogi, dan penelitian morfologis) dimulai dari masa

    lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan bergerak secara heuristik dengan

    melihat semua kemungkinan yang ada. Pada metode normatif (matriks

    keputusan, pohon relevansi, dan analisis sistem) dimulai dengan menetapkan

    sasaran dan tujuan yang akan datang, kemudian melihat ke masa lalu apakah

    hal ini dapat dicapai berdasarkan kendala sumberdaya dan teknologi yang

    tersedia (Makridakis et al., 1999).

  • 3.1.7.2. Metode Kuantitatif Makridakis et al., (1999) menulis bahwa peramalan kuantitatif memiliki

    sifat yang objektif berdasarkan pada keadaan aktual (data) yang diolah dengan

    menggunakan metode-metode tertentu. Penggunaan suatu metode juga harus

    didasarkan pada fenomena manajemen atau bisnis apa yang akan diramalkan

    dan tujuan yang ingin dicapai melalui peramalan. Peramalan kuantitatif dapat

    diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :

    1. Tersedia informasi masa lalu

    2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik

    3. Dapat diasumsikan bahwa pola masa lalu akan terus berlanjut dimasa

    datang

    Pada dua asumsi pertama merupakan syarat keharusan bagi

    penerapan metode peramalan kuantitatif. Asumsi ketiga merupakan syarat

    kecukupan, artinya walaupun asumsi ketiga dilanggar, model yang dirumuskan

    masih dapat digunakan. Hal tersebut akan memberikan kesalahan peramalan

    yang relatif besar bila perubahan pola data maupun bentuk hubungan fungsional

    tersebut terjadi secara sistematis. Metode peramalan kuantitatif terbagi menjadi

    dua yaitu; model time series dan model kausal

    Dalam penelitian ini model peramalan yang digunakan adalah model time

    series. Menurut Hanke et al,. (2003) faktor utama yang mempengaruhi pemilihan

    teknik peramalan untuk data deret waktu (time series) adalah identifikasi dan

    pemahaman pola historis data. Pola data tersebut terbagi menjadi empat, yaitu :

    1). Pola Horisontal

    Pola ini terjadi pada saat data observasi berfluktuasi disekitar

    nilai rata-rata konstan. Pola ini disebut juga pola stasioner.

    2). Pola Trend

  • Pola ini muncul ketika observasi data menaik atau menurun pada

    periode yang panjang. Contoh dari rangkaian trend adalah

    pertumbuhan populasi, inflasi harga, perubahan teknologi, preferensi

    konsumen dan kenaikan produktifitas.

    3). Pola Siklis (cyclus)

    Pola ini muncul pada saat observasi data memperlihatkan

    kenaikan dan penurunan pada periode yang tidak tetap. Komponen

    siklik mirip fluktuasi gelombang disekitar trend yang sering

    dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Fluktuasi siklik sering dipengaruhi

    oleh perubahan pada ekspansi dan kontraksi ekonomi.

    4). Pola Musiman (seasonality)

    Pola terjadi pada saat data observasi dipengaruhi oleh faktor

    musiman. Komponen musiman mengacu pada suatu pola perubahan

    yang berulang dengan sendirinya dari tahun ketahun. Untuk deret

    bulanan, komponen musiman mengukur keragaman deret dari setiap

    Januari, setiap Februari dan seterusnya. Untuk deret triwulanan, ada

    empat elemen musim, masing-masing satu untuk setiap triwulan.

    Berdasarkan keempat tipe pola data tersebut, menurut Hanke et al,.

    (2003) beberapa teknik peramalan yang dapat digunakan adalah sebagai

    berikut: :

    1). Teknik peramalan data dengan trend

    Teknik peramalan yang perlu dipertimbangkan untuk pola data

    stasioner adalah model simple moving average (rata-rata bergerak),

    pemulusan eksponensial linier Holt, regresi linier sederhana, dan

    model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)

    2). Teknik peramalan data stasioner

  • Teknik peramalan yang perlu dipertimbangkan pada data stasioner

    adalah model naive, model rata-rata sederhana, rata-rata bergerak,

    pemulusan eksponensial linier Holt sederhana, dan model rata-rata

    terintegrasi bergerak autoregresif (ARIMA) atau model Box-Jenkins

    3). Teknik peramalan untuk data dengan musiman

    Teknik-teknik yang perlu dipertimbangkan ketika meramalkan deret

    musiman terdiri dari dekomposisi klasik, sensus X-12, pemulusan

    eksponensial winters, regresi berganda deret waktu, dan model

    ARIMA

    4) Teknik peramalan untuk deret bersiklus

    Teknik-teknik yang perlu dipertimbangkan ketika meramalkan deret

    bersiklus terdiri dari dekomposisi klasik, indikator ekonomi, model

    ekonometrik, regresi berganda, dan model ARIMA

    Teknik peramalan yang digunakan dalam peramalan time series terdiri

    dari beberapa model. Pembagian model tersebut beragam menurut para ahli,

    namun pada dasarnya memiliki maksud dan tujuan yang sama. Model-model

    peramalan time series tersebut, adalah sebagai berikut :

    1. Model Trend

    Model ini menggambarkan pergerakan data yang meningkat atau

    menurun dalam jangka waktu yang panjang. Model ini menggambarkan

    hubungan antara periode dengan variabel yang diramal dengan menggunakan

    analisis regresi.

    2. Model Naif (naive)

    Model ini merupakan model sederhana yang menyatakan bahwa nilai

    suatu variabel saat ini merupakan perkiraan terbaik untuk nilai berikutnya atau

    nilai variabel dimasa depan akan tetap sama.

  • 3. Model rata-rata

    1) Model rata-rata sederhana (simple average)

    Menurut Hanke et al,. (2003) model ini merupakan model yang tepat

    ketika seri data secara umum tidak berubah dan stabil, misalnya jumlah

    penjualan produk daur hidupnya berada dalam kondisi maturity. Model ini

    menggunakan rata-rata dari seluruh data historis sebagai ramalan untuk

    periode mendatang.

    2) Model rata-rata bergerak sederhana (simple moving average)

    Model ini menggunakan rata-rata sebagai ramalan untuk periode

    mendatang. Pada setiap nilai, muncul nilai pengamatan baru, nilai rata-

    rata baru dapat dihitung dengan membuang nilai observasi yang paling

    tua dan memasukan nilai pengamatan yang terbaru. Model ini tidak dapat

    mengatasi unsur trend dan musiman.

    3) Model rata-rata bergerak ganda

    Model ini menghitung rata-rata bergerak sebelumnya, pola data time

    series umumnya mengandung unsur trend linier (Hanke et al., 2003)

    4. Model Pemulusan Eksponensial (exponential smoothing)

    Model pemulusan ini terdiri atas :

    1). Model pemulusan eksponensial tunggal (single eksponential smoothing)

    model ini digunakan untuk peramalan data time series tanpa trend atau

    pola stasioner. Model ini juga banyak mengurangi masalah

    penyimpangan data karena tidak perlu lagi menyimpan semua data

    historis atau sebagian seperti halnya dalam model rata-rata bergerak.

    2). Model pemulusan eksponensial tunggal : pendekatan adiftif

    Model ini memiliki kelebihan yaitu dalam hal nilai a yang dapat berubah

    secara otomatis. Nilai a akan berubah secara otomatis jika terdapat

  • perubahan dalam pola data dasar. Model ini juga digunakan untuk

    peramalan data time series dengan pola data stasioner.

    3). Model pemulusan eksponensial ganda: model linier satu parameter dari

    Brown (double exponential smoothing with linier trend)

    Model ini memiliki tambahan nilai pemulusan dan disesuaikan untuk

    mengatasi unsur trend.

    4). Model pemulusan eksponensial ganda Holt (exponential smoothing linear

    trend)

    Model Holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara

    langsung. Model ini menggunakan dua konstanta pemulusan (a dan ).

    5). Model pemulusan eksponensial triple (model Brown-triple exponential

    smoothing)

    Model ini digunakan untuk peramalan data time series dengan trend

    kuadratik. Model ini memasukan tingkat pemulusan tambahan dan hanya

    memiliki satu konstanta pemulusan.

    5. Model Box -Jenkins (ARIMA)

    Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adalah jenis

    model linier yang mampu mewakili deret waktu yang stasioner dan non stasioner.

    Model ini tidak mengikutkan variabel bebas dalam pembentukannya, model ini

    menggunakan informasi dalam deret itu sendiri untuk menghasilkan ramalan.

    Misalnya model ARIMA untuk penjualan bulanan akan memproyeksikan pola

    penjualan historis untuk meramalkan penjualan bulan depan (Hanke et al., 2003).

    6. Model Dekomposisi

    Model ini berusaha memisahkan berbagai komponen yang

    mempengaruhi perilaku deret data. Pemisahan (dekomposisi) ini bertujuan untuk

    membantu pemahaman atas perilaku deret data sehingga dapat dicapai

    keakuratan peramalan yang lebih baik. Model ini terdiri dari :

  • 1). Dekomposisi aditif, model ini untuk pola data yang fluktuasinya relatif

    konstan.

    2). Dekomposisi multiflikatif, model ini untuk pola data yang fluktuasinya

    proporsional terhadap trend.

    7. Model Winters

    Model ini cocok digunakan untuk serial data yang mempunyai pola trend

    linier, serta faktor musiman. Kelebihan model ini adalah mudah dan cepat untuk

    meng-update ramalan ketika data baru diperoleh, jika trend dan musiman

    berubah dalam data historis dan pembobot optimal digunakan maka hasilnya

    lebih baik jika dibandingkan dengan model dekomposisi. Kelemahannya adalah

    pembobot optimal yang diperoleh harus selalu dimonitor dan jika ada pengaruh

    siklis hasil ramalannya tidak akurat karena komponen siklis tidak diperhitungkan.

    3.1.8. Pemilihan Teknik Peramalan

    Hanke et al., (2003) menuliskan bahwa beberapa pertanyaan yang harus

    dipertimbangkan sebelum memutuskan teknik peramalan mana yang paling

    cocok untuk suatu masalah tertentu adalah :

    1. Kenapa ramalan dibutuhkan?

    2. Siapa yang akan menggunakan ramalan?

    3. Karakteristik apa yang ada pada data yang tersedia?

    4. berapa periode waktu yang akan diramalkan?

    5. Berapa data minimum yang menjadi persyaratan?

    6. Seberapa besar derajat keakuratan dikehendaki?

    7. Berapa biaya peramalan?

    Dalam memilih teknik peramalan yang sesuai dengan benar, peramal

    harus dapat mengerjakan hal-hal berikut :

    1. Menetapkan sifat dasar masalah peramalan

  • 2. Menjelaskan sifat dasar data yang sedang diteliti

    3. Mendeskripsikan kemampuan dan keterbatasan potensial dari teknik-

    teknik peramalan yang kemungkinan sangat berguna

    Tingkat harga komoditas yang terjadi di pasar fisik selalu berfluktuasi 4. Mengembangkan sejumlah kriteria yang ditentukan terlebih dahulu

    sebagai dasar untuk memilih keputusan.

    Faktor utama yang mempengaruhi pemilihan teknik peramalan adalah

    identifikasi dan pemahaman pola data historis (Hanke et al., 2003).

    3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

    Tingkat harga komoditas CPO yang terjadi di pasar fisik selalu

    berfluktuasi sesuai dengan permintaan dan penawaran terhadap komoditas

    tersebut di pasar internasional dan domestik. Resiko dan ketidakpastian

    merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan pasar (market

    failure) sehingga menyebabkan pasar terdistorsi dan ouput ekonomi tidak

    tercapai secara optimal.

    Pemasaran komoditi CPO oleh pemasar di pasar fisik dan pasar

    berjangka akan sama-sama menghadapi fluktuasi harga, transaksi di pasar fisik

    yang dilakukan oleh pemasar tidak ada lindung nilai (hedging) yang dapat

    dilakukan, sehingga harus menanggung semua resiko yang disebabkan oleh

    fluktuasi harga. Berbeda dengan transaksi di pasar berjangka, pemasar dapat

    melakukan lindung nilai, sehingga dapat meminimalisir resiko perubahan harga

    yang dihadapi.

    Seorang produsen, pemasar ataupun eksportir yang melakukan lindung

    nilai tidak sepenuhnya terlepas dari resiko harga. Produsen tersebut harus tetap

    berhadapan dengan fluktuasi harga di pasar fisik dan fluktuasi harga di pasar

    berjangka. Fluktuasi harga di pasar fisik dipengaruhi oleh tingkat permintaan dan

    penawaran aktual komoditas, sedangkan fluktuasi harga di bursa berjangka

  • komoditas dipengaruhi oleh prediksi para pelaku bursa berjangka komoditas

    dimasa mendatang.

    Pergerakan harga fisik dan harga berjangka merupakan sumber data

    yang diperlukan dalam analisis teknikal untuk melakukan strategi lindung nilai.

    Instrumen yang dipakai dalam analisis teknikal adalah model peramalan time

    series. Untuk melakukan analisis teknikal dalam rangka melakukan strategi

    lindung nilai, dapat diketahui dengan melakukan penelitian mengenai peramalan

    harga CPO di pasar fisik dan pasar berjangka. Dengan penelitian ini dapat

    diketahui bagaimana pola data dan dapat dipilih suatu metode peramalan yang

    paling mendekati kondisi aktualnya.

    Hal pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil peramalan

    yang baik adalah melakukan pengidentifikasian pola data. Pola data dipelajari

    dari deret data harga CPO di pasar fisik dan pasar berjangka masa lalu dan plot

    autokorelasi. Dari pola data yang didapat, kemudian akan disesuaikan dengan

    metode pera