skripsi diajukan kepada fakultas ilmu tarbiyah dan...

111
KEARIFAN LOKAL DALAM UPAYA KETAHANAN PANGAN DI KAMPUNG ADAT URUG BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh HALIMI NIM: 109015000062 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

Upload: dangtuyen

Post on 30-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

KEARIFAN LOKAL DALAM UPAYA KETAHANAN PANGAN

DI KAMPUNG ADAT URUG BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

HALIMI

NIM: 109015000062

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

Page 2: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani
Page 3: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani
Page 4: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

ii

SURAT PERNYATAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Halimi

NIM : 109015000155

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang berjudul “Kearifan Lokal Dalam Upaya Ketahanan

Pangan Di Kampung Adat Urug” merupakan hasil karya asli saya yang

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

sarjana strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syaif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.i

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Desember 2013

Penulis

Halimi

NIM.109015000155

Page 5: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

iii

ABSTRAK

HALIMI. Kearifan Lokal Dalam Upaya Ketahanan Pangan Di Kampung

Adat Urug Bogor, Skripsi. Jakarta: Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN)

Hidayatullah. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kearifan lokal dalam upaya

menjaga ketahananan pangan di Kampung Adat Urug. Penelitian telah

dilakasanakan pada bulan Agustus s/d Desember 2013 di Kampung Adat Urug,

Desa Urug. Sukajaya. Bogor. Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan emik. Teknik

pengumpulan data adalah wawancara mendalam, observasi partisipan dan

dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal dalam

menjaga ketahanan pangan di Kampung Adat Urug yaitu dengan tetap

menjalankan konsep ajaran konsep Ngaji Diri, budaya Pamali dan budaya

Gotong-royong. konsep Ajaran Ngaji Diri adalah pandangan hidup Kampung

Adat Urug yang tertuang dalam ungkapan Mipit kudu amit, Ngala kudu menta,

Murah Bacot Murah concot, Ulah hareup teuing bisi tijongklok, ulah tukang

teuing besi tijengkang, Nafsu kasasarnya lampah badan anu katempuhan. Budaya

Pamali ialah beberapa aturan yang berkaitan dengan pertanian dan ketahanan

pangan, aturan tersebut ialah larangan untuk menjual beras dan padi, larangan

untuk memakai mesin dalam mengolah padi menjadi beras, Masa Tanam yang

dibolehkan hanya satu kali dalam satu tahun yang mana waktu tanamnya selama

6-7 bulan, yang dilaksanakan secara serempak.

Kata kunci: Kearifan Lokal, Kampung Adat Urug, Ketahanan Pangan

Page 6: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

iv

ABSTRACT

Halimi, The Local Wisdom in an effort to Keep the Food Endurance in Urug

Village, Bogor, Thesis Jakarta: Social Science Department, Faculty of

Tarbiyah and Education State Islamic University Syarif Hidayatullah. 2014.

This research is aimed to describe local wisdom in an effort to keep the food

endurance in Urug Village, the research had been done since august until

December 2013 in Urug Vilage, Sukajaya, Bogor, West Java. The method used in

this research is qualitative Method with Emik approach, the collecting data

technique is in-depth interview, participant observation and documentation.

The result of the research indicates that one of the local wisdom action in an effort

to keep the food endurance in Urug Vilage is that by doing the concept of “ Ngaji

Diri”, “Pamali” Culture and “ gotong-royong” culture. The concept of “Ngaji-

Diri” is the life view of Urug Village that is describe in expressions of the “Mipit

kudu amit, Ngala kudu menta, Murah Bacot Murah concot, Ulah hareup teuing

bisi tijongklok, ulah tukang teuing besi tijengkang, Nafsu kasasarnya lampah

badan anu katempuhan”. The “Pamali” culture is some of agricultural rules and

the food endurance those rules are The Prohibition to sell rice and paddy, the

prohibition to use machine in Processing Paddy into rice, the allowed Periode in

planting rice plant is only in a year in which the period is lasting for 6-7 monthat

is done synchronously.

Keyword: Local Wisdom, Urug Village, The Food Endurance

Page 7: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

v

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur atas segala rahmat dan karunia Allah SWT, Tuhan

semesta alam, yang telah memberikan segala nikmat, kesabaran, dan kekuatan.

Alhamdulillah, karena atas ridho-Nya skripsi ini dapat menyelesaikan dengan

judul “Kearifan Lokal dalam upaya ketahanan pangan di Kampung Adat Urug”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Dalam penulisan skripsi ini tidak

telepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mencurahkan segenap pikiran,

memberikan dorongan, bantuan baik material maupun spiritual. Dengan ketulusan

dan kerendahan hati, mengucapkan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.d, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua jurusan pendidikan IPS Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si., selaku sekretaris jurusan pendidikan IPS Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

4. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Pembimbing Akademik dan dosen yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan arahan,

bimbingan, motivasi

5. Dr. Ulfah Fajarini M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah

meluangkan waktu memberikan arahanan dan bimbingan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan

6. Cut Dhien Nourwahida. MA,. selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah

meluangkan waktu memberikan arahanan dan bimbingan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan

7. Seluruh dosen FITK yang telah memberikan ilmunya selama penulis

menyelesaikan perkuliahan

8. Komunitas Kampung Adat Urug, sesepuh Abah Ukat Bapak Yayan, Tata

Sukandar, Ade Eka Komara, Aditia, asep aspar, ambu dan ibu enas dan

masyarakat Kampung Adat Urug, yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan penelitian serta memberi banyak informasi dan juga nasehatnya.

Page 8: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

vi

9. Keluarga tercinta, Ayahanda Mad Soleh, Ibunda Nyi Saiyah, Andi Lesmana,

Epah Syaripah, Whenih, M. Bibin Syahrudin. Nyi Selviyah. yang selalu

mencurahkan kasih sayang, memberi dukungan berupa moril maupun spirituil

dan mengajari penulis untuk selalu berusaha, berdoa, sabar dan tawakal

10. Rekan-rekan seperjuangan P.IPS angkatan 2009. Dengan tulus penulis

berdo’a semoga kita semua mendapatkan kesuksesan dan kebahagian dunia-

akherat, amien

11. Sahabat-sahabatku: Alumni Madrasah Mualimin Muhammadiyah Lewiliang

Bogor angkatan 2008 dengan tulus penulis berdo’a semoga kita mendapatkan

kesuksesan, kebahagian dunia-akhirat dan menjadi Sang Pencerah bagi

seluruh dunia. Amien

Dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan baik teknis maupun

isi materi penulisan karena keterbatasan ilmu. Untuk itu sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sehingga berguna bagi perbaikan

dan kemajuan dimasa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua,

khususnya dalam dunia pendidikan.

Jakarta, 8 Desember 2013

Penulis

Halimi

Page 9: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ ii

ABSTRAK .......................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................... 5

D. Perumusan Masalah ................................................................ 5

E. Tujuan Penelitian .................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Kearifan Lokal ....................................................................... 8

1. Pengertian kearifan lokal ................................................... 8

2. Potensi keungulan kearifan lokal ..................................... 10

3. Kearifan lokal sebagai sumber hukum ............................. 12

B. Adat Istiadat ............................................................................ 12

1. Pengertian Adat Istiadat ...................................................... 13

C. Perubahan Sosial ..................................................................... 13

1. Pengertian Perubahan Sosial ............................................... 13

2. Faktor- Faktor Perubahan Sosial ......................................... 15

D. Hasil Penelitian Relevan ......................................................... 16

E. Kerangka Berpikir................................................................... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Page 10: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

viii

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 18

B. Metode Penelitian ................................................................... 18

C. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ................ 20

D. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................ 22

E. Analisis Data .......................................................................... 23

F. Refleksi Penelitian .................................................................. 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Kampung Adat Urug.................................... 28

1. Letak Geograpis Kampung Adat Urug ............................... 28

2. Penduduk dan Mata Pencaharian ....................................... 30

3. Pendidikan di Kampung Adat Urug ................................... 31

4. Kondisi Sarana dan Prasarana ............................................ 32

5. Organisasi Kemasyarakatan ................................................ 33

B. Sejarah, Upacara Adat, Sumber Hukum Biograpi Tokoh Di

Kampung Adat Urug .............................................................. 34

1. Sejarah Kampung Adat Urug .............................................. 34

2. Upacara Adat Kampung Adat Urug .................................... 36

3. Sumber Hukum Kampung Adat Urug ................................ 38

4. Biograpi Tokoh Kampung Adat Urug ................................ 39

C. Kearifan Lokal Kampung Adat Urug ................................... 42

1. Konsep Ngaji Diri ............................................................... 42

2. Budaya Pamali ..................................................................... 47

3. Budaya Gotong royong........................................................ 51

D. Kearifan Dalam Lokal Dalam Upaya Ketahanan Pangan ....... 52

1. Sejarah Mitologi Dewi Sri ..................................................... 52

2. Tata Cara Pengelolaan Bahan Pangan.................................... 53

3.Kearifan Loka Upaya Ketahanan Pangan ............................... 56

4. Implikasi Kearifan Lokal ....................................................... 58

5. Dinamika Kearifan Lokal ....................................................... 60

E. Analisis dan Pembahasan ......................................................... 61

Page 11: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

ix

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 66

B. Saran ....................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 68

LAMPIRAN ........................................................................................................ 72

Page 12: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampian 1 Daftar Wawancara dengan Abah Ukat Pimpinan Kampung Adat

Urug

Lampiran 2 Daftar Wawancara dengah Bapak Ade Eka Komara Tokoh

Kasepuhan Kampung Adat Urug

Lampiran 3 Daftar Wawancara dengan Bapak Yayan Pengurus Kasepuhan

Kampung Adat Urug

Lampiran 4 Daftar Wawancara dengan Bapak Wawan Aparat Desa Urug

Lampiran 5 Daftar Wawancara dengan Bapak Aditia Guru SDN 02

Kiarapandak

Lempiran 6 Daftar Wawancara dengan Bapak Suganda Petani Kampung Adat

Urug

Lampiran 7 Monografi Kampung Adat Urug

Lampiran 8 Poto Hasil Penelitian

Page 13: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Program pasar bebas yang merupakan program sistem ekonomi kapitalis

memberikan kendala dalam upaya ketahanan pangan, karena sistem pasar

bebas akan menyebabkan hilangnya peranan negara, seperti hilangnya peranan

negara dalam mengatur ketersedian pangan, contohnya hilangnya peranan

Bulog yang selama ini mempunyai tugas pokok melaksanakan ketersedian

akan pangan melalui tugas pokok mengendalikan harga beras, gabah, gandum

dan bahan pokok lainnya guna menjaga kestabilan harga baik produsen dan

konsumen yang mempunyai tujuan ketahanan pangan.

Dahulu berdasarkan Keppres No.39/1978, “Bulog mempunyai tugas pokok

melaksanakan pengendalian harga beras, gabah, gandum, dan bahan pokok

lainnya guan menjaga kestabilan harga pokok bagi produsen dan konsumen.”1

Dan disempurnakan lagi melalui Keppres RI NO.50/1999, “Bulog ditugaskan

mengendalikan harga dan mengelola persedian beras, gula, tepung terigu,

kedelai, pakan, dan bahan pangan lainnya.”2

Memasuki reformasi peranan bulig sebagai pengatur dan pengendali

keberadaan bahan pangan mulai dihilangkan akibat perjanjian dengan IMF

dalam bentuk perjanjian Letter of Intent (Lol) antara pemerintah dan IMF pada

21 Oktober 1997. Salah satu poin pentig dalam perjanjian Lol adalah kebijakan

dalam bidang pertanian, dimana Bulog harus menanggalkan, praktik monopoli

beras dan peranan pengawasan terhadap harga-harga produk pertanian atau

kebutuhan pokok seperti beras, gula, cengkih, kedelai, dan lain-lain,

1Budi Sucahyo, “Bulog dari masa kemasa”, Media Komunikasi Petani, Tani Merdeka,

Jakarta, 1 Desember 2013, h.15. 2Bulog, Bulog Sebelum Menjadi Perum, 2013. 10,

(tp://bulog.co.id/old_Website/sejarah.php).

Page 14: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

2

“pemerintah tidak lagi mempunyai wewenang untuk melakukan kontrol

langsung atas komoditas-komoditas utama pangan yang sejak tahun 1998

diterapkan liberalisasi di sektor pertanian.”3

Akibat dari perjanjian tersebut harga bahan pokok yang diserahkan kepada

mekanisme pasar menyebabkan pemenuhan akan pangan mengalami gangguan

akibat harga bahan pangan dan pupuk yang tidak mampu terjangkau

masyarakat.

Pangan merupakan kebutuhan paling dasar yang pemenuhannya menjadi

hak bagi setiap bagi setia orang. Akan tetapi, memilki hak atas pangan pada

keyataanya masih banyak orang yang mengalami kelaparan dan kekurangan

pangan. Dibuktikan dengan data “FAO yang menyatakan populasi orang

kelaparan dan kekurangan pangan, Edisi kedua bulan april 2008 ada sekitar 35

negara yang mengalami rawan pangan terutama di benua afrika.”4

Pangan sangat penting bagi sebuah bangsa dan negara, sejarah mencatat

kelangsungan sebuah bangsa dan negara tergantung pada ketersedian

pangan.bahkan pangan juga menentukan kejayaan dan kekuasaan sebuah

bangsa. Seorang ekonom Syahrir, “pernah berujar, siapa (bangsa) yang

menguasai pangan makan akan menguasai dunia.5 Lebih dari itu, “ketahanan

pangan bagi pembangunan manusia yang merupakan tujuan akhir dari

pembangunan nasional.”6

Kesadaran akan pentingnya menjaga ketahanan pangan sangat diperlukan

tidak saja untuk kepentingan individu, Indonesia, melainkan untuk kepentingan

masyarakat dunia secara keseluruhan dan diarahkan untuk kepentingan jangka

panjang. Pengelolaan ketahanan pangan yang baik akan meningkatkan

3Budi Sucahyo. “Bulog dari masa kemasa”, Media Komunikasi Petani, Tani Merdeka

Jakarta, 1 Desember 2013, h.15.

4Detik Finace, Negara-Negara Rawan Pangan, 2013, (http Finace Detik.com).

5Budi Sucahyo, “ Memperkuat Peranan Bulog”, Media Komunikasi Petani, Tani Merdeka

Jakarta, 1 Desember 2013, h.10. 6Gatoet S. Hartono dkk, Libealisasi Perdagangan:Sisi Teori, Dampak Empiris dan

Prespektif Ketahanan Pangan, (Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Pertanian, 2004), h. 75.

Page 15: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

3

kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumber daya alam

yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia. Oleh karena itu,

diperlukan pengelolaan sumber daya alam yang baik agar menghasilkan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dengan tidak

mengorbankan kelestarian sumberb daya alam dan lingkungan..

Sumber daya pangan merupakan salah satu unsur yang penting untuk

keberlanjutan kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Keberadaan pangan

mempunyai manpaat banyak salah satunya ialah dapat digunakan sebagai

sumber tenaga, lebih dari itu ketahanan pangan bagi pembangunan manusia

yang merupakan tujuan akhir dari pembangunan nasional. Maka diperlukan

adanya suatu pengelolaan terhadap sumber daya pangan yang baik agar

keberadaannya tetap terjaga dan berkelanjutan untuk kepentingan jangka

panjang.

Didasari oleh semangat otonomi daerah Di mana setiap daerah diberikan

kebebasan dalam pengelolaan bahan pangan seperti yang dikatakan oleh

Ginanjar Kartasasmita, “Desentraliasi dan otonomi daerah membuka peluang

manajemen pembanguan, termasuk program ketahanan pangan untuk dapat

tumbuh atas prakarsa dan inovasi daerah masing-masing dengan berbagai

kearifannya.”7

Pengelolaan sumber daya pangan harus disesuaikan dengan kondisi lokal

dan kearifan lokal pada setiap daerah, karena setiap daerah memiliki

karakteristik yang berbeda-beda dalam memenuhi pangannya. Pada suatu

komunitas tertentu dapat ditemukan kearifan lokal yang baik yang

berhubungan dengan pengelolaan sumber daya pangan, sebagai tata pengaturan

lokal yang telah ada sejak masa lalu dengan sejarah dan adaptasi yang lama

dalam upaya ketahanan pangan.

Untuk itu Pengelolaan sumber daya pangan harus disesuaikan dengan

kondisi lokal dan kearifan lokal pada setiap daerah, karena setiap daerah

7Ginanjar Kartasasmita, “Ketahanan Pangan dan ketahanan Bangsa,” Makalah

disampakan pada Seminar Pengembangan Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal, Universitas

Pasundaan, Bandung, 26 November 2005.

Page 16: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

4

memiliki karakteristik yang berbeda dalam memenuhi pangannya. Pada suatu

komunitas tertentu dapat ditemukan kearifan lokal yang baik yang

berhubungan dengan pengelolaan sumber daya pangan, sebagai tata pengaturan

lokal yang telah ada sejak masa lalu dengan sejarah dan adaptasi yang lama

dalam upaya ketahanan pangan.

Salah satu kampung adat yang menarik untuk dikaji lebih dalam adalah

Kampung Adat Urug, terletak di Desa Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten

Bogor, Jawa Barat. Kampung ini dikenal sangat menghormati warisan

leluhurnya. Adat dan tradisi menjadi salah satu peninggalan leluhur yang tidak

boleh dilanggar. “Kampung ini dikategorikan sebagai kampung adat karena

sudah di resmikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.”8 Mempunyai ketua

adat yaitu Abah kolot Ukat, Abah Amat dan Abah Sukardi dan adanya adat

istiadat yang mengikat masyarakatnya dan seperti kampung-kampung adat

yang masih mempunyai undang-undang atau peraturan. Kampung Adat Urug

memiliki aturan khusus dalam pengelolaan sumber daya pangan dan ketahanan

pangan.

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan kajian ilmiah

tentang “KEARIFAN LOKAL DALAM UPAYA KETAHANAN

PANGAN DI KAMPUNG ADAT URUG BOGOR”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan ruang lingkup masalah yang ditentukan, maka masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pengaruh globalisasi dalam bentuk program pasar bebas telah membawa

pengaruh terhadap ketahanan pangan daam sebuah negara.

8Dinas kebudayaan Dan pariwisata Kabupaten Bogor, Situs Kampung Adat Urug, 2013.

(www.disparbudjabarprov.go.id

Page 17: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

5

2. Ketahan pangan bagi pembangunan manusia yang merupakan tujuan

akhir dari pemangunan nasional.

3. Peranan penting ketahanan pangan untuk kehidupan salah satunya ialah

sebagai sumber energi.

4. Otonomi daerah yang telah digulirkan oleh pemerintah memberikan

kesempatan nilai-nilai kearifan local untuk kembali diperkenankan dalam

rangka membantu ketahanan nasional.

5. Pemenuhan akan pangan harus disesuaikan dengan kondisi local dan

kearifan lokal pada setiap daerah, karena setiap daerah memilki

karakteristik yang berbeda-beda

6. Kampung Adat Urug adalah kampung yang mempunyai adat-istiadat

tentang ketahanan pangan yang telah berlangsung lama dan berlaku

sampai sekarang.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang, maka penelitian

dibatasi sebagai berikut:

1. Kearifan lokal Kampung Adat Urug dalam upaya ketahan pangan

2. Implementasi kearifan lokal dalam upaya ketahanan pangan

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah utama penelitian ini adalah bagaimanakah kearifan

lokal Kampung Adat Urug dalam upaya ketahanan pangan? Berikut adalah

perumusan masalah yang ada kaitannya dengan perumusan masalah utama;

1. Bagaimana kearifan lokal Kampung Adat Urug?

2. Bagaimana implementasi kearifan lokal Kampung Adat Urug dalam

pengelolaan bahan pangan?

3. Bagaimana kearifan lokal dalam upaya ketahanan pangan kearifan lokal

Kampung Adat Urug?

Page 18: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

6

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk:

1. Mengetahui kearifan lokal kampung Adat Urug.

2. Mengetahui implementasi kearifan lokal dalam pengelolaan bahan

pangan

3. Mengetahui kearifan dalam upaya ketahanan pangan lokal kampung

Adat Urug

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat penyusunan penelitian bagi peneliti, adalah:

1. Mengetahui kearifan local sebagai upaya ketahanan pangan yang

terdapat di Kampug Adat Urug

2. Untuk hasil temuannya supaya dikenal banyak pihak dan membuat

hasil penelitian lebih bermakna.

3. Penyusunan penelitian ini sebagai syarat gelar sarjana pendidikan

(S.Pd)

b. Bagi pembaca, dengan adanya informasi dari penelitiian ini diharapkan

bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasannya.

c. Bagi peneliti lain diharapkan penelitian ini menjadi contoh dan lebih baik

lagi untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi masyarakat khususnya komunitas Kampung Adat Urug, penelitian

ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang keraifan lokal

yang mereka miliki sehingga mereka senantiasa menjaga dan

melestarikan kearifan lokal tersebut.

2) Bagi peneliti, dapat menganalisis kearifan lokal yang terdapat di

Kampung Adat Urug yang berhubungan dengan pengeloalaan sumber

daya pangan.

3) Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi

atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

Page 19: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

7

4) Bagi UIN JKT, diharapkan penelitian ini ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Page 20: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kearifan Lokal

1. Pengertian kearifan lokal

Istilah kearifan lokal mempunyai pengertian yang bermacam-macam

menurut pemahaman dan prespektip masing-masing orang dari sudut

pandang yang berbeda. diantara pengertian itu ada orang yang melihat

pengertian kearifan lokal sebagai sebuah gagasanya konseptual yang

mengandung nilai-nilai yang di miliki komunitas masyarakat tertentu. Ada

juga cenderung melihat pengertian dari pengertian filosofis dan juga dari

sudut bahasa. Berikut adalah pengertian mengenai kearifan lokal:

Kearifan lokal adalah terdiri dari dua kata yaitu kearifan dan lokal,

kearifan sepadan dengan kebijaksanaan, seperti halnya seorang filsuf

yang mencintai kebijaksanaan, sedangkan istilah lokal berarti

setempat, istilah menunjuk kepada kekhususan tempat atau

kewilayahan karena itu kearifan lokal dapat dipahami sebagai

kebijakan setempat dalam masyarakat multikultural, masing-masing

kelompok mempunyai kebenaran masing-masing karena itu, kita lihat

bahwa kearifan local itu akan bersipat relative terhadap keraifan lokal

lainnya.1

Pengertian kearifan lokal didefinisikan sebagai suatu budaya yang

diciptakan oleh aktor-aktor lokal melalui melalui proses yang berulang

ulang, melalui internalisasi dan interpretasi melalui ajaran agama dan

budaya yang sosialisasikan dalam bentuk norma-norma dan dijadikan

pedoman dalam kehidupan masyarakat.2

1 Mikka Wildha Nurochsyam, “ Tradisi Pasola antara Kekerasan dan Kearifan Lokal”.

Dalam Ade Makmur, (ed), Kearifan Lokal Di Tengah Modernisasi,, (Jakarta:Kementrian

Kebudayaan Dan Pariwisata Republik Indonesia, 2011), h.86. 2 Haidlor sebagai landasan pembangunan bangsa, jurnal multicultural dan multireligius,

Vol 9 2010, 5.Ali ahmad, kearifan lokal

Page 21: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

9

Sedangkan menurut Caroline Nyamai-Kisia, “kearifan lokal adalah

sumber pengetahuan yang diselenggarakan dinamis, berkembang dan

diteruskan oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman

mereka terhadap alam dan budaya sekitarnya”.3

Dari beberapa paparan di atas mengenai kearifan lokal maka dapat di

pahami bahwa kearifan lokal adalah suatu budaya, yang di ciptakan melaui

internalisasi dan interpretasi melalui agama dan budaya. Kearifan lokal juga

adalah sumber pengetahuan ang dijadikan sebagai pedoman yang di

ciptakan oleh aktor-aktor melalui proses yang berulang..

Perbincangan mengenai kearifan lokal dimulai ketika pada tahun 1980-

an, ketika, “nilai-nilai budaya lokal yang terdapat dalam masyarakat

Indonesia sebagai warisan nenek moyang yang sudah hampir habis di gerus

oleh modernisasi yang menjadi kebijakan dasar dalam pembangunan yang

di laksanakan oleh Orde Baru.”4 Kearifan lokal juga adalah merupakan

warisan nenek moyang dalam tata nilai kehidupan yang menyatu dalam

bentuk religi, budaya dan adat istiadat. Kearifan lokal juga adalah proses

adaptif keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan yang ada

masyarakat yang diwariskan secara turun menurun dan menjadi pedoman

dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkunganya, yang diketahui

sebagai kearifan lokal, suatu masyarakat. Dan melalui, “keraifan lokal ini

masyarakat bisa mampu bertahan mampu menghadapi berbagai krisis yang

menimpanya.”5

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dipahami bahwa kearifan lokal

menjadi bahan perbincangan di mulai pada tahun 1980, dan kearifan lokal

3Pasopati Media Group Bondowoso, Kearifan Lokal dan Pembangunan Indonesia, 2013,

(www.passopatifm.com).

4 Rosidi Ajip, kearifan lokal dalam perspektif budaya sunda, (Bandung: kiblat utama,

2011), h. 35-36. 5Suhartini, “Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Penggelolan Sumber Alam dan

Lingkungan,” Makalah disampaikan pada Seminar, Pendidikan dan Penerapan MIPA, FMIPA

Universitas Negeri (Yogyakarta, Yogyakarta, 16 Mei 2009.

Page 22: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

10

juga di sebut juga proses adaftip, terhadap lingkungan dan sekitarnya yang

diwariskan secara turun menurun dan kearifan local juga adalah sarana yang

bisa digunakan masyarkat dalam menghadapi berbagai tangtangan yang

dihadapi masyarakat .

2. Potensi keungulan Kearifan Lokal

Potensi keungulan kearifan lokal diinspirasi dari berbagai sumber potensi

yang dimiliki setiap kelompok-kelompok masyarakat tertentu, hal-hal

tersebutlah yang menjadi adanya sebauh keungulan yang dimiliki kelompok

tertentu sesuai dengan daerah masing-masing. Menurut, “Akhmad Sudrajat,

konsep pengembangan keunggulan lokal diinspirasi dari berbagai potensi,

“yaitu potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM),

geografis, budaya, dan historis.”6 Berikut adalah penjelasn potensi-potensi

tersebut:

a. Potensi Sumber daya alam, adalah potensi yang terkandung dalam

bumi, air, dan dirgantara yang dapat digunakan untuk berbagai

kepentingan hidup, contohnya bidang pertanian ialah padi, jagung,

dan buah buahan, sayuran sayuran, dan lain sebagainya; bidang

perkebunan, seperti karet, tebu, tembakau, sawit, cokelat dan lain lain;

bidang perternakan misalnya unggas, kambing, sapi, dan lain

sebagainya. bidang perikanan, seperti ikan laut dan tawar, rumput laut,

tambak, dan lain-lain.

b. Potensi Sumber daya manusia. Sumber daya manusia, didefinsikan

sebagai manusia dengan segenap potensi yang dapat dimanfaatkan dan

di kembangkan menjadi mahluk sosial yang adaptif dan transformatif,

serta mampu mendayagunakan potensi alam sekitarnya secara

seimbangan dan berkesinambungan, pengertian adaptif artinya mampu

menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perubahan IPTEK, dan

perubahan sosial budaya, bangsa jepang, karena biasa di guncang

6 Jamal Ma’ mur Asmani, pendidikan Berbasis Keunggulan lokal, (Jakarta: DIVA Press,

2012), h. 32-39

Page 23: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

11

gempa, sehigga cara hidup dan sistem arsitektur yang dipilih

diadaptasikan dari resiko menghadapi gempa, keraifan lokal

(indigenous wisdom) semacam ini juga dipunyai di berbagai daerah di

Indonesia. Sedangkan tranformatif artinya mampu memahami,

menerjemahkan, serta dari kontak sosialnya dan dengan fenomena

alam, bagi kemasalahatan dirinya di masa depan, sehingga yang

bersangkutan menjadi mahluk sosial yang berkembang

berkesinambungan.

c. Potensi Geograpis. Tidak semua objek geografi menjadi dan

penomena geografis berkaitan dengan konsep keunggulan kearifan

lokal, sebab, keunggulan lokal dicirikan nilai guna penhomena

geografis bagi penghidupan dan kehidupan yang memiliki, dampak

ekonomis, dan pada giliranya berdampak pada kesejahteraan

masyarakat. Misalnya angin yang merupakan cuaca dan iklim sebagai

penomena geografis di atmosfer.

d. Potensi budaya. budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah

kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik,

masyarakat perlu memadukan antara idealisme dengan realisme, yang

pada hakikatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri

khas budaya masing-masing daerah tertentu(yang berbeda dengan

daerah lain) merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah

sehingga menjadi keunggulan lokal.

e. Potensi Historis. Keunggulan lokal dalam konsep historis merupakan

potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala

maupun tradisi adat istiadat yang masih dilestarikan hingga saat ini.”7

Berdasarkan uraian tersebut kelima potensi tersebut menjadi sumber

utama dalam menentukan keunggulan lokal yang di miliki setiap komunitas-

komunitas tertentu sesuai dengan di daerah masing-masing.

7 Ibid. h. 32-39.

Page 24: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

12

3. Kearifan lokal sebagai sumber hukum

Sebelum adanya hukum negara dengan segala perangkatnya. Masyarakat

melewati beberapa fase yang merupakan juga sebuah fase berlakunya

hukum-hukum sebelumnya, baik sebagai sumber hukum dalam

bermasyarakat ataupun untuk pribadi. Menulusuri sejarah peradaban

manusia membawa kita kepada empat era, “yang pertama merupakan zaman

kebangkitan logos yang meninggalkan takhayul dan mistisme, Kedua zaman

medieval yang di dominasi oleh gereja, dimana akal dijadikan budak

perempuan keimanan, Ketiga era kebangkitan kembali rasionalisme dan

empirisme dan kombinasinya. Keempat, adalah era kesadaran dimana kita

merasa perlu untuk menggali kembali pemikiran-pemikiran filosofis yang di

harapkan akan memanusiakan manusia.”8 Sedangkan menurut auguste

comte, “Membagi perkembangan masyarakat dalam arti lembaga

kemasyarakatan disesuaikan dengan tahap perkembangan manusia sesuai

dengan tahap-tahap perkembangan pikiran manusia yaitu tahap teologis,

tahap metafisis, tahap positivistis.” 9

Jadi sebelum adanya hukum formal masyarakat desa atau adat memakai

hukum adat atau kebudayaan sebagai sumber hukum. keberadaan sumber

daya alam dimaksud di yakini telah lahir mendahului negara, demikian pula

masyarakat telah ada sebelum negara berdiri. Dengan demikian “potensi

penggelolan sumber daya alam berdasarkan budaya lokal telah di lakukan

oleh masyarakat sebelum negara berdiri.”10

B. Adat Istiadat

Berkaitan dengan pembahasan yang penulis jadikan bahan rujukan

penelitian, adat istiadat mempunyai keterkaitan dengan dengan pembahasan

8A Mappadjantji Amien, Kemandirian Lokal konsepsi pembangunan, organisasi, dan

pendidikan dalam prespektif Sains Baru, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2005), h. 2-3. 9Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo persas 2005),

h. 349-350. 10

Ade Saptomo, Hukum dan Kearifan lokal Revatalisasi Hukum Adat Nusantara

,(Jakarta: Grasindo 2005), h. 2.

Page 25: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

13

peneliti karena adat istiadat mempunyai keterkaitan dengan kearifan local yang

mana kearifan local dapat berupa adat istiadat. Berikut adalah pengertian adat

istiadat dari beberapa pandangan:

1. Pengertian Adat-Istiadat

Adat istiadat termasuk ke dalam wujud kebudayaan yang bersipat

abstrak, karena adat istiadat berisi gagasan, ide-ide atau peraturan yang

dituangkan melalui tulisa, adat berfungsi untuk mengatur mengendalikan

dan member arah kepad kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyaraka.

Berikut beberapa pengertian tentang adat-istiadat dari beberapa sumber:

Adat istiadat secara umum dapat di katakan bahwa kata adat itu

berarti keseluruhan bentuk kelakuan (behavior) yang diwarisi turun-

menurun (tradiotion) oleh satu kumpulan. Kata istiadat dapat di

artikan sebagai kegunaan dan cara sesuatu adat itu dipakai. Jadi secara

singkat dapatlah kita simpulkan pengertian adat istiadat itu sebagai

bentuk keseluruhan bentuk kelakuan turun–menurun. cara dan

kegunaanya pada satu kumpulan.11

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, adat istiadat diartikan

sebagai aturan tentang perbuatan atau kelakuan yang lazim di ikuti

atau di lakukan sejak dahulu kala, yang sudah menjadi kebiasaan

turun menurun antar generasi sebagai warisan sehingga integrasinya

dengan pola perilaku masyarakat. Adat termasuk wujud gagasan

kebudayaan yang terdiri atas nilai nilai budaya, norma, hukum, dan

aturan yang satu dan yang lainya berkaitan menjadi satu sistem.12

Berdasarkan uraian di atas berkaitan dengan Adat istiadat adalah nilai-

nilai yang abstrak yang didalamnya mengandung nilai-nilai yang merupakan

sumber hukum atau tata kelakuan yang di jalani seseorang dalam sebuah

kesatuan hidup dalam kelompok masyarakat sama seperti kearifan lokal

yang merupakan tata-cara perilaku dalam sebuah kesatuan kelompok

masyarkat.

C. Perubahan Sosial

1. Pengertian Perubahan Sosial

11

Ikhtisar budaya ( Bandar Sri Begawan: Dewan bahasa dan kebudayan kementian

kebudayaan, 1976), h. 7. 12

Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed., kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), h. 7.

Page 26: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

14

Hasil studi Ajip Rosidi “menyebutkan bahwa seiring dengan perubahan

zaman akan terjadi pergeseran atau pengikisan adat istiadat dan tradisi.”13

Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan,

perubahan dapat berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang

lambat dan ada perubahan yang berjalan dengan cepat. Perubahan dapat

mengenai nilai dan norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan

lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan

wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan-perubahan yang terjadi

pada masyarakat merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar

dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern.

Perubahan dalam masyarakat telah ada sejak zaman dahulu. Namun, sekarang

perubahan-perubahan berjalan dengan sangat cepat sehingga dapat

membingungkan manusia yang menghadapinya. Berikut adalah pengertian

mengenai perubahan sosial:

a. William F.Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-

perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material

maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-

unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.

b. Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-

perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

c. MacIver mengatakan perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai

perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau

sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan

sosial.

d. JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai

suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena

perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi

penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-

penemuan baru dalam masyarakat.

e. Samuel Koenig mengatakan bahwa perubahan sosial menunjukkan pada

modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.14

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses

pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola

13

Ajip Rosidi, Manusia Sunda, (Jakarta:Inti Idayu Press 1984), h.13. 14

Ibid, Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo persas

2005), h. 262-263.

Page 27: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

15

pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan

penghidupan yang lebih bermartabat.”15

Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian perubahan sosial dapat di

simpulkan bahwa perubahan sosial akan di alami oleh setiap kelompok

masyarakat, perubahan itu akan terjadi secara perlahan-lahan ataupun secara

cepat. Perubahan itu akan meliputi perubahan unsur-unsur budaya baik yang

material maupun immaterial, struktur dan juga fungsi masyarakat, perubahan

dalam hubungan sosial dan juga perubahan dalam demografi yang terdiri dari,

jumlah penduduk, angka kelahiran, dan angka kematian, dan juga perubahan

idiologi maupun difusi dalam penemuan-penemuan baru.

2. Faktor-Faktor Perubahan Sosial

Masyarakat adat dengan segala adat-istiadatnya yang dimilikinya tentu

akan mengalami perkembangan baik secara cepat ataupun lambat.

“Masyarakat berkembang bukan merupakan satu mayat yang terbujur kaku,

melainkan sebagai satu organsime yang hidup.”16

Perubahan ini tentu saja

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut terbagi dalam dua

katagori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal ini berasal dari dalam masyarakat itu sendiri seperti:

1. Bertambah/berkurangnya penduduk

2. Penemuan-penemuan baru

3. Pertentangan (conflict)Masyarakat

4. Terjadinya pemberontakan atau Revolusi.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat

diantaranya adalah:

1. sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di

sekitar manusia.

2. Peperangan

3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.17

Berdasarkan uraian di atas masyarakat akan menggalami perubahan dan

perubahan tersebut disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal

15

Hariyanto, pengertian perubahan sosial, 2013, 1, http://belajarpsikologi.com 16

Anthoni Giddent, dkk,. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikiranya,

(Yogyakart:Kreasi Wacana, 2004), h. 4. 17

Ibid Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),

h. 275-282.

Page 28: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

16

perubahan. Faktor tersebut ada yang berasal dari masyarakat sendiri yang

terdiri dari Bertamabah/berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru,

pertentangan (conflict).

Masyarakat, dan terjadinya pemberontakan atau Revolusi, dan juga

perubahan yang berasal dari luar masyarakat yang terdiri dari sebab-sebab

yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

Untuk mendukung penelahaan yang lebih mendetail, penulis berusaha

melakukan kajian terhadap beberapa pustaka ataupun hasil penelitian yang

relevan dengan topik penulisan ini. Buku-buku dan karya ilmiah yang

sebelumnya pernah ditulis ditelusuri sebagai bahan perbandingan maupun

rujukan dalam penulisan karya lmiah ini, yakni:

1. Dalam buku yang berjudul Kearifan Tradisional Masyarakat Pedesaan

dalam upaya pemeliharaan lingkungan hidup karya Suharso dan tim

Penelitian ini berlangsung di baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi

Jawa Tengah, mendapat kesimpulan hubungan manusia dengan

lingkungan sangat bergantung dengan pola pikir manusia. Pada masa lalu

pola pikir yang irasional kiranya telah mendapat tempat yang layak.

Karena besarnya dominasi sistem pengetahuan tradisional maka

lingkungan mendapat perhatian yang begitu besar. Di masyarakat

Baturetno sistem pengetahuan tradisional yang di sosialisasikan secara

turun menurun masih mendapat tempat, sehingga perilaku pertanian

masyarakat masih banyak yang mengandalkan pada pengetahuan

tradisional itu, seperti penggunaan mangsa, pengolahan lahan,

pemanenan dan teknologi paska panen.18

2. Dalam buku yang berjudul kearifan tradisional masyarakat pedesaan

dalam upaya pemeliharaan lingkungan hidup di daeah riau hasil

penelitian yang di lakukan Winoto dan tim di daerah kecamatan lingga,

18

Gatot Suharso dkk: Kearifan Tradisional dalam upaya pemeliharaan lingkungan hidup

di jawa tengah, (Jawa Tengah: Departemen Pendidikan dan kebudayaan), h. 94-95.

Page 29: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

17

kabupaten lingga yang secara administratif termasuk wilayah kepulauan

riau mendapat kesimpulan hubungan manusia dengan lingkungan dapat

dilihat dari pandangan, pengetahuan, dan persepsi terhadap lingkungan.

Pengetahuan terhadap alam dijadikan panduan dalam bercocok tanam

dan juga pengetahuan terhadap lingkungan seperti metode melihat

bintang.19

3. Dari hasil penelitian yang di lakukan sumarna dan Dharmawan didaerah

Kampung Kuta yang secara administratip wilayah Kabupaten Ciamis

Propinsi Jawa barat dalam penelitian kearifan lokal dalam pengelolan

sumber air di kampung kuta ciamis, mendapat kesimpulan bahwa

terjaganya lingkungan dan sumber tidak terlepas dari budaya pamali

yang mana budaya ini menjadi aturan main dalam berprilaku kehidupan

sehari-hari sehingga keadaan lingkungan selalu terjaga rapih dan sumber

air terjamin, selain manfaat tersebut ada juga manfaat yang lebih baik

lagi yaitu terhindarnya dari permasalahan longsor dengan tidak di

bolehkannya membuat sumbur dan juga tidak bolehkannya membuat

makam atau kuburan.20

Persamaan dari tiga penelitian tersebut ialah membahas dan meneliti tentang

kearifan lokal yaitu tentang pandangan hidup mengenai lingkungan hidup dan

pertanian, sedangkan yang membedakan dari tiga penelitian tersebut ialah

objek kajian penelitian seperti penelitian yang dilakukan di baturetno

Wonogiri, Jawa Tengah oleh Suharso dan tim membah ialah membahas

tentang pertanian dengan sistem mangsa, pengeloalan paska panen dalam

melakukan pertanian demi menjaga lingkungan, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh winoto yang melakukan penelitian di Lingga, Kabupaten

Lingga Kepulauan Riau membahas tata-cara pertanian dengan melihat gejala

19

Gatot Winoto dkk: Kearifan Tradisional masyarakat pedesaan dalam upaya

pemeliharaan lingkungan hidup di daerah riau, (Kepulauan Riau: Departemen Pendidikan dan

kebudayaan), h. 108-112. 20

Tia Oktaviani Sumarna dan Arya Hadi Dharmawan, Kearifan Lokal dalam Pengelolan

Sumber Daya Air Kampung Kuta, (Bogor: jurnal transdisiplin sosiologi, komunikasi dan ekolog

manusia, 2010), h. 345.

Page 30: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

18

alam sebagai pegangan dalam melakukan proses pertanian dan menjaga

lingkungan hidup, gejala alam tersebut ialah melihat rasi bintang. Sedangkan

penelitian yang dilakukan di Kampung Kuta Ciamis, Jawa Barat, membahas

tentang kearifan lokal dalam menjaga lingkungan hidup dengan menjalankan

peraturan budaya Pamali, di dalam budaya pamali tersebut ada peraturan agar

lingkungan tetap terjaga seperti tidak di bolehkanya membuat sumbur dan

makam atau kuburan.

E. Kerangka Berpikir

Kearifan lokal dalam upaya ketahanan pangan Kampung Adat Urug Bogor.

kearifan lokal adalah suatu budaya, yang diciptakan melaui internalisasi dan

interpretasi melalui agama dan budaya, kearifan lokal adalah sumber

pengetahuan dan budaya turun-menurun dari sejumlah generasi ke generasi

lainya. Kearifan lokal yang terdiri dari pola-pikir tradisional pandangan,

persepsi dan pengetahuan bisa dijadikan sumber pengetahuan, dan dijadikan

panduan kaitanya dengan ketahanan pangan, dan kearifan lokal juga adalah

sumber hukum pada masa lalu dan juga menjadi pembahasan kembali ketika

sistem hukum atau sistem sekarang tak mampu menjawab kebutuhan

masyarakat dihubungkan dengan ketahanan pangan.

Page 31: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada bulan September-Desember 2013.

Penelitian lapangan berlangsung dari tanggal 6-15 tahun September 2013.

Sedangkan tempat yang dijadikan penelitian adalah Kampung Adat Urug. Desa

Urug, Kecamatan Sukajaya, kabupaten Bogor.

B. Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan “ilmu yang mempelajari tentang metode-

metode penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam penelitian.1 Berkaitan dengan

hal itu, pada hakikatnya, “penelitian merupakan suatu upaya untuk menemukan

kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran”.2 Selain itu, Mahsun juga

mendefinisikan penelitian sebagai suatu ikhtiar yang dilakukan manusia dalam

upaya pemecahan masalah yang dihadapi.”3 Namun dalam praktiknya, upaya

untuk mencari kebenaran atau pemecahan masalah seperti yang disebutkan di

atas dalam dunia ilmiah tidak begitu saja bisa dikatakan sebagai penelitian. Hal

ini sangat bergantung pada jenis masalah yang ingin dicari jawabannya serta

prosedur atau cara apa yang digunakan dalam pemecahan masalah tersebut.”4

Dalam sebuah penelitian yang ditempuh tentu terdapat tujuan yang ingin

dicapai, untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan guna mempermudah

penelitian. Pendekatan yang digunakan oleh seorang peneliti akan

menuntunnya pada metode apa yang harus digunakan, tetapi dalam

pemilihannya ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti jenis data yang

1 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),

h.4. 2 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), h. 49. 3 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1.

4 Ibid

Page 32: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

20

diteliti, serta paradigma yang menyertainya. Sehingga apa yang menjadi tujuan

penelitian dapat tercapai.

Dalam hal penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif

yaitu penelitian yang diarahkan untuk mengambil fakta berdasarkan fakta

subjek penelitian mengetengahkan hasil penelitian secara rinci. Pendekatan

yang digunakan disesuaikan dengan lapangan penelitian, maka pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan Emik dan alasaan digunakan pendekatan ini

objek dan subjek yang berhubungan dengan penomena kebudayaan tentang

keberadaan kearifan lokal dari kampung Adat Urug dan mengambarkan

kearifan lokal berdasarkan pada sudut pandang partisipan (informan

setempat).”5 Kerangka teori yang telah dibangun menjadi pengarah agar hasil

penelitian dapat memenuhi hasil penelitian.

Berdasarkan tujuan dalam memperoleh data, jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif adalah jenis yang tujuanya

memberikan gambaran yang jelas tentang karakteristik dari phenomena yang

sedang di teliti. Phenomena yang di teliti adalah kearifan lokal di kampung

Adat Urug, Desa Urug, Kecamatan Sukajaya, Jawa Barat. Sehingga akan

diperoleh gambaran yang jelas tentang kearifan lokal dan adaat istiadat

dikaitkan dalam hubunganya dengan ketahanan pangan.

Dalam penyusunan Skripsi ini, peneliti mengacu pada buku,”Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2013”.

C. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan

metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik Observasi Partisipan

Menurut S. Margono (1997:158), observasi diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang

tampak pada objek penelitian. “Pengamatan dan pencatatan dilakukan

5Suwardi Endraswara, Metode Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Idiologi,

Epistemologi, dan aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Widayatama, 2006). h. 56.

Page 33: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

21

terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.

Selanjutnya penelitian ini juga termasuk ke dalam jenis teknik observasi

langsung yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada

bersama objek yang diselidiki.”6 Dalam penelitian kebudayaan

observasi yang digunakan adalah observasi partisipan. Observasi

partisipan adalah bagian dari kerja lapangan budaya, sepenuhnya

kegiatan ini dilakukan di lapangan budaya, disertai perangkat yang telah

dipersiapkan. Cara ini merupakan langkah penting dalam kajian budaya.

Observasi partisipan melibatkan keikutsertaan peneliti dengan individu

yang di observasi atau komunitas. “Peneliti budaya akan membuat

mereka merasa nyaman dengan kehadiran peneliti sehingga observasi

dan proses pencatatan informasi mengenai kehidupan mereka bisa

dilakukan lebih baik.”7 Obervasi partisipan dilakukan dengan cara

mengunjungi Kampung Adat Urug, kecamatan Sukajaya, bogor.

diantaranya pengamatan terhadap keadaan Lingkungan, Petani,

Masyarakat, dan insitusi-insitusi bersangkutan dan mengikuti beberapa

acara adat yang dilaksanakan. Observasi digunakan antara lain :

a. Untuk mendapatkan data yang lebih obyektif, jika dilakukan

pengamatan secara langsung.

b. Mengamati data secara langsung akan memudahkan dalam

menganalisis data-data tersebut.

2. Teknik Wawancara Mendalam

Teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu wawancara.Wawancara

adalah, “bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang

ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.”8 Sedangkan

menurut pendapat lain wawancara, “adalah suatu proses memperoleh

6Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara,

2006), h.47 7Suwardi Endraswara, Metode Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Idiologi,

Epistemologi, dan aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Widayatama, 2006), h. 140. 8 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

2004), h. 180

Page 34: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

22

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap

muka antara si penanya dengan si penjawab (responden) dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara).”9 Kegiatan wawancara dalam penelitian budaya bertujuan

untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam

suatu masyaratkat. wawancara merupakan suatu pembantu utama dari

observasi (pengamatan). Melalui wawancara mendalam (indept

interview) menurut Bogdan dan Taylor peneliti akan membentuk dua

macam pertayaan, yaitu pertayaan substantif dan pertayanyaan teoritik.

Pertayaan substantif berupa persoalan khas yang terkait dengan aktivitas

budaya dan pertayaan teoritik berkaitan dengan makna dan fungsi.

Selanjutnya peneliti melakukan pertemuan berulang-ulang setelah

aktivitas budaya untuk melaksanakan wawan-cara guna memperoleh data

aktivitas kultural, sosial, religious, dan lain-lain.”10

dan yang di jadikan

sumber wawancara adalah Abah Ukat, Bapak Suganda, Asep Aspar,

Yayan, Adit, Ade Eka Komara dan Ibu Enas, dan segenap warga

Kampung Adat Urug dan sekitarnya.

3. Teknik Dokumentasi

Arikunto juga menjelaskan bahwa dokumentasi adalah mencari data

mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, buku, surat kabar,

majalah, jurnal dan sebagainya.”11

Teknik dokumentasi diperlukan untuk

mengetahui arsip-arsip atau data-data Monografi Desa yang berhubungan

erat dengan penelitian yang dilakukan, dalam hal ini peneliti

menggunakan data-data mengenai kependudukan, luas wilayah dan dan

juga struktur pemerintahan dan juga sosial ekonomi Masyarakat

Kampung Adat Urug, Desa Urug.

D. Pemeriksaan Keabsahan Data

9 M. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), h. 234

10 Suwardi Endraswara, Metode Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Idiologi,

Epistemologi, dan aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Widayatama, 2006). Hal. 152. 11

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Untuk Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2002), h. 236.

Page 35: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

23

Pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk menentukan beberapa kriteria

yaitu derajad kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),

kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability). Sedangkan

tehnik pengecekan keabsahan data dapat dilakukan dengan delapan cara yaitu

perpanjangan, keikutsertaan, ketekunan, keajegan pengamatan, tringulasi,

pemeriksaan sejawat melakukan diskusi, analisis kasus negatif, pengecekan

anggota, uraian rinci dan auditing. Berdasarkan teori diatas, penelitian ini

menggunakan triangulasi sebagai alat pengecekan keabsahan data.12

Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data. Secara singkat, macam-macam tehnik triangualsi adalah;

1. Triangulasi sumber data, yaitu menggunakan multi sumber data

untuk membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh.

2. Triangulasi metode, yaitu menggunakan berbagai macam metode

pengumpulan data untuk menggali data sejenis.

Maka sesuai dengan pengertian macam-macam triangulasi diatas, peneliti

menggunakan triangulasi metode, yaitu menggunakan berbagai macam metode

pengumpulan data seperti: wawancara, observasi dan dokumentasi untuk

menggali data yang sejenis. Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian

ini, data yang terkumpul akan dianalisis dengan analisis deskriptif, melalui

proses pengumpulan data secara keseluruhan yang diperoleh setelah penelitian,

yang kemudian data tersebut diklasifikasikan sesuai dengan hasil pengumpulan

data sesudah proses penelitian, selanjutnya data tersebut diverifikasi yaitu

penyahihan atau pembuktian kebenaran dari data yang diperoleh tersebut.

E. Analisis Data

Analsis data penelitian budaya ialah berupa hasil pengkajian, hasil

wawancara, observasi dan dokument yang telah terkumpul. Data yang banyak

12

Lexy.J. Moleong, Metodelogi Psssenelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), h.324.

Page 36: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

24

jumlahnya tersebut dan yang kurang relevan patut direduksi. Reduksi data

dilakukan dengan membuat pengelompokan dan abstraksi. Analisis bersipat

terbuka, open-ended, dan induktif. Maksudnya, analisis bersipat longgar, tidak

kaku, dan tidak statis. Analis boleh berubah, kemudian mengalami perbaikan,

dan pengembangan sejalan dengan data yang masuk. Analisis juga tidak

direncanakan terlebih dahulu. Tahap-tahap analisis data dalam penelitian

budaya meliputi: open coding, axial coding, dan selective coding. Pada tahap

open coding peneliti berusaha memperoleh sebanyak-banyaknya variasi data

yang terkait dengan topic penelitian. Open coding meliputi proses memerinci

(breaking down), memeriksa (examining), memperbandingkan (comparing),

dan mengkonseptual sasikan (concept-tualizing), dan mengkatagorikan

(categorizing) data pada tahap axial cading hasil data yang diperoleh dari open

codin diorgansisir kembali berdasarkan katagori untuk dikembangkan kearah

proposisi. Pada tahap ini dilakukan hubungan antar kategori. Hubungan

tersebut dianalisis seperti model paradigma grounded theory menurut Straus

dan Corbin yang meliputi kondisi penyebab fenomena-konsteks-kondisi

intervening-strategi interaksi dan konsekuensi. Tahap selanjutnya ialah

selective coding tahapan ini peneliti mengklasifikasikan proses pemeriksaan

kategori inti kaitannya dengan kategori lainnya. Katagori inti ditemukan

melalui perbandingan hubungan kategori dengan mengunakan model

paradigma. Selanjutnya memeriksa hubungan kategori dan akhirnya

menghasilkan simpulan yang diangkat menjadi general design. Tahapan ini

akan memudahkan peneliti untuk member makna pada setiap kategori. Tiap

kategori dapat ditafsirkan dan disimpulkan, agar diperoleh kejelasan

pemahaman.”13

F. Refleksi Penelitian

Peneliti memulai penelitian dari tanggal 6-15september 2013, selama

penelitian peneliti tinggal di Rumah Abah Ukat (Ketua adat Kampung Adat

13

Suwardi Endraswara, Metode Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Idiologi,

Epistemologi, dan aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Widayatama, 2006), h. 174-175.

Page 37: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

25

Urug) untuk bisa meniliti di Kampung Adat Urug peneliti membuat surat

penelitian dari fakultas sebagai surat keterangan untuk melakukan penelitian.

Hari jumat peneliti berangkat ke lokasi penelitian dengan membawa kendaraan

motor sendiri alasan peneliti membawa motor adalah agar bisa mudah

mendatangi objek dan subjek penelitian di karenakan objek dan subjek

penelitian jaraknya lumayan jauh dari rumah adat dan kondisi jalannya

menanjak, sedangakan objek yang didatangi peneliti adalah situs batu tapak

yang lokasinya sekitar 2 km dari rumah adat, situs pasir jambu yang lokasinya

sekitar 10 km dari rumah adat, sampai ada beberapa objek penelitian tidak bisa

dimasuki kendaraan karena kondisi jalannya becek dan berbatu dan sempit

misalnya ke lokasi hutan lindung, persawahan dan gunung manapa. Sedangkan

subjek penelitian yaitu para informan yang menjadi sumber penelitian antar

satu informan dengan informan lainya jaraknya jauh.

Sebelum ke rumah Abah Ukat peneliti ke rumah kepala desa dan diterima

oleh sekertaris desa Bapak Jaya Karma untuk meminta ijin meneliti di Desa

Urug dan akhirnya diperbolehkan, selanjutnya peneliti ke rumah Abah Ukat

peneliti membicarakan tentang tujuan kedatangan peneliti, setelah bicara

hampir dua jam akhirnya peneliti membuat perjanjian dengan Abah Ukat

bahwa peneliti akan melakuakan penelitian selama tujuh hari dan

diperkenankan untuk tinggal di Gedong Gede rumah adat.

Di waktu malam peneliti membuat perencanaan tentang kegiatan penelitian

yang dilakukan di waktu siang, objek atau subjek penelitian disesuaikan

dengan kebutuhan penelitian, untuk sejarah, adat-istiadat, seni budaya dan

kegiatan pertanian dan pengelolaan bahan pangan peneliti melakukan

wawancara terhadap Abah Ukat, Bapak Yayan, Ade Alek Komara, Suganda,

asep, Asep aspar dan Ibu Enas. Sedangkan penelitian mengenai demografi dan

kehidupan sosial budaya masyarakat peneliti melakukan wawancara dan

meminta data yang dibutuhkan kepada pegawai desa Urug yaitu Bapak

Wawan, dan Bapak Wardu.

Page 38: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

26

Waktu wawancara dengan Abah Ukat biasanya dilakukan di waktu sore dan

setelah solat magrib wawancara bisa dilakukan dengan memanpaatka disela-

sela waktu kosong ditengah kesibukan kegiatannya sebagai pimpinan adat,

kegiatan Abah Ukat ialah melayani masyarakat seperti untuk kegiatan adat dan

sosial, bertani dan juga melayani tamu yang datang dari luar dengan tujuan

masing-masing. Waktu dan tempat wawancara dengan Bapak Suganda

dilakukan di persawahan, ketika melakuan observasi partisipan ialah pada pagi

hari ketika para petani mulai ke lahan persawahan. Waktu dan tempat

wawancara dengan Bapak Yayan dilakukan di rumah beliau di Desa

Kiarapandak wawancara dilakukan siang hari sampai menjelang magrib

wawancara ini bisa dilakukan setelah beliau selesai mengajar disalah satu

sekolah di daerah sekitar. Waktu dan tempat wawancara dengan Bapak Ade

Alek Komara dilakukan di rumah beliau di Desa Kiarapandak dari siang

sampai sore hari sedangkan wawancara dengan Bapak Asep dan Ibu enas yang

merupakan pasangan suami istri waktu dan tempatnya dilakuakn di rumah

beliau dan waktunya bisa kapan saja karena mereka banyak menghabiskan

waktu untuk berdagang dan mempunyai anak didik santri. Selanjutnya waktu

dan tempat wawancara dengan Bapak Wawan dan Wardu di lakukan di kantor

Desa Urug dan dilakuakan pada waktu jam kerja.

Wawancara dengan para informan berjalan secara alamiah ketika peneliti

melakukan wawancara dengan salah-satu informan dan ketika sudah selesai

wawancara, informan sebelumnya memberikan rekomendasi tentang informan

yang layak diwawancarai. Misalnya ketika wawancara dengan Bapak Yayan,

informan tersebut merupakan rekomendasi dari informan sebelumnya yaitu

kang Asep.

Selama peneliti melakukan penelitian baik itu wawancara, observasi, dan

dokumentasi alhamdulilah banyak mendapatkan kemudahan misalnya

wawancara dengan para informan sikapnya terbuka, santai dan kritis yang

membuat peneliti merasa tidak jenuh dan nyaman, sedangkan hambatan yang

didapatkan adalah ketika wawancara, masalahnya ialah jarak yang jauh antara

Page 39: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

27

informan satu dengan informan yang lainnya, dan ketika peneliti kurang

mampu menelaah secara sempurna hasil wawancara karena terkendala oleh

alat, misalnya ketika alat rekam wawancara habis batrai maka peneliti harus

wawancara tanpa alat rekam, hambatan-hambatan tersebut bisa diatasi dengan

banyaknya informan yang memberikan keterangan yang sama ketika

diwawancari sehingga memudahkan peneliti untuk melacak kekurangan data

yang dibutuhkan. Untuk melengkapi informasi penelitian ini peneliti datang

dan mengikuti beberapa acara adat di Kampung Adat Urug misalnya acara adat

Seren Tahun, Sedekah Bumi dan Seren Patahun yang dilakukan sebelum dan

sesudah penelitian.

Page 40: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

28

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHSASAN

A. Keadaan Umum Kampung Adat Urug

Keadaan umum Kampung Adat Urug akan menggambarkan kondisi nyata di

Kampung Adat Urug yang terdiri dari kondisi geogarfis, jumlah penduduk dan

mata pencaharian, tingkat pendidikan kondisi sarana-prasarana dan organisasi

kemasyarakatan.

1. Letak Geograpis Kampung Adat Urug.

Kampung Adat Urug terletak di kabupaten Bogor. Tepatnya di desa Urug

kecamatan sukajaya. Kampunga Adat Urug terdiri dari 8 RW dan 24 RT.

Secara administratif, “Kampung Adat Urug masuk dalam pemerintahan desa

Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor.”1 Jarak tempuh Kampung

Adat Urug dari ibukota provinsi jawa barat sekitar 165 Km kearah Barat,

Sementara dari Ibukota Kabupaten Bogor kurang lebih 48 Km sedangkan

dari kecamatan sukajaya 6 kilometer sedangkan dari kantor Desa Urug

sekitar 1,2 Km”2. Kondisi jalan dari kecamatan ke Kampung Adat Urug

berkelok-kelok naik gunung mengikuti lereng bukit dengan badan jalan

yang sempit dengan kondisi jalan yang mulai bagus karena telah ada

perbaikan jalan yang di lakukan pemerintah daerah setempat. “Untuk

mencapai lokasi dapat mengunakan roda dua maupun roda empat. Jika

menggunakan angkutan Umum, dari pertigaan Jasinga-Leuwiliang menuju

ke Cipatat. Dipertigaan jalan bisa menggunakan ojeg atau mobil (sebagai

1Monograpi Kampung Adat Urug (Bogor: Kantor Desa Urug Kecamatan Sukajaya,

2013) 2 Ibid

Page 41: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

29

angkutan umum) sampai ke kampung Adat Urug.”3 Secara Geograpis Desa

Urug berbatasan dengan beberpa wilayah sebagai berikut:

a. Kampung Adat Urug berbatasan Desa Nanggung Kecamatan

Nanggung di sebelah timur dengan sungai Cidurian sebagai pembatas

langsung.

b. Sebelah Barat, kampung Adat Urug berbatasan dengan Desa Cisarua

dan Desa Pasir Madang kecamatan Sukajaya.

c. Sebelah Selatan, Kampung Adat Urug berbatasan dengan Desa

Kiarasari kecamatan Sukajaya dan Desa Curug Bitung kecamatan

Nanggung.

d. Sebelah utara, Kampung Adat Urug berbatasan dengan Desa

Harkatjaya Kecamatan Sukajaya.”4

Topograpi tanah. terletak pada kordinat 6 34’ 42” Lintang selatan, dan

106 29’ 28’’ bujur timur,”5 dengan luas wilayah 10 Ha. Terletak pada sebuh

lembah yang sangat subur menjadikan Kampung Adat Urug cocok untuk

lahan pertanian khususnya tanaman padi. Luas lahan pertanian kampung

adat Urug melebihi luas wilayah pemukimannya sendiri. Kampung Adat ini

dikelilingi sungai-sungai diantaranya sungai Cidurian, Ciapus, dan Cipatat

Leutik.

Bentang alam kampung Adat Urug juga dilengkapi oleh pegunungan,

Gunung Pongkor yang merupakan tempat eksplorasi pertambangan emas

yang ada di sebelah timur kampung Adat Urug. Pertambangan Pongkor

sendiri masuk wilayah Kecamatan Nanggung dan tidak sedikit warga dari

kampung Adat Urug yang usaha di sini baik sebagai penambang Tradisional

maupun sebagai buruh tambang ataupun pedagang khususnya anak muda.

3Dinas kebudayaan Dan pariwisata Kabupaten Bogor, Situs Kampung Adat Urug, 2013.

(www.disparbudjabarprov.go.id). 4Ibid

5Dinas kebudayaan Dan pariwisata Kabupaten Bogor, Situs Kampung Adat Urug,

2013,(www.disparbudjabarprov.go.id).

Page 42: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

30

Sementara diarah selatan menjulang tinggi gunung Manapa dan perkebunan

sawit yang di kelola oleh (PTPN) di sebelah kampung Adat Urug.

Tabel 4.1

Wilayah Pemanfaatan Lahan Kampung Adat Urug

No Pemanfaatan Lahan Luas Wilayah m2.

1. Hutan Kramat 20. 000 m2

2. Komplek Pemakaman 10.000 m2

3. Lahan Pertanain 6.200 h2

4. Luas Tanah darat. 3.800 Ha

Sumber: Data Topograpi Desa Urug.

2. Penduduk dan Mata pencaharian

Menurut data monografi, Jumlah penduduk Kampung Adat Urug tercatat

5.125 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 2.874 jiwa dan penduduk

perempuanya 2.250 jiwa yang berstatus warga negara Indonesia dan

beragama islam dengan jumlah Seribu Delapan Ratus Dua Puluh satu

Kepala Keluarga.,”6 mata pencaharian warga Urug adalah pertanian,

berdagang, perternakan dan penambang Liar khususnya anak mudanya”.

Tabel 4.2

Sumber Penghidupan Di Kampung Adat Urug.

NO Sumber Penghidupan Jumlah Jiwa

1. Petani 4.320

2. Pedagang 1.279

3. Perternakan 6

Sumber: Data Monograpi Desa Urug.

6 Ibid.

Page 43: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

31

3. Pendidikan di kampung Adat Urug

Tingkat pendidikan di Kampung Adat Urug kebanyakan hanya sampai

tingkat dasar ada sampai SLTP dan juga SLTA ada yang melanjutkan ke

perguruan tinggi, bahkan tak sedikit tidak lulus atau tamat SD dan ada yang

tidak pernah sama sekali duduk di bangku sekolah, “pendidikan formal yang

ada di desa Urug hanya ada satu pendidikan tingkat dasar yaitu SDN

Kiarapandak 02 dan pendidikan non formalnya yaitu dua pesantren yang di

pimpin KH Ujang dan KH Suri,”7 menurut, keterangan dari bapak Aditia,

“penyebab tingkat pendidikan di Urug rendah disebabkan karena ada

pandangan miring bahwa pendidikan itu tidak terlalu di anggap penting”.8

Namun semenjak Desa Urug lepas dari desa induknya yaitu Desa

Kiarapandak, di barengi dengan pemilihan kepala Desa baru yang mana

setiap calon kepala Desa diwajibkan mempunyai ijasah sekolah sebagai

sarat administrasi yang harus di miliki setiap calon maka warga mulai

terbuka dan perduli terhadap dunia pendidikan dengan menyekolahkan

anaknya ke tingkat lanjutan.

Tabel 4.3

Tingkat Pendidikan Di Kampung Adat Urug

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

1. Tamat Sekolah Dasar 3.780 Jiwa

2. Tamat SLTP 235 Jiwa

3. Tamat SLTA 30 Jiwa

4. Perguruan Tinggi 2 Jiwa

Sumber: Monografi Kampung Adat Urug.

7 Aspar Asep. Wawancara. Rumah Pribadi Urug-bogor, 7 September 2013 Pukul 14:30.

8Adita. Wawancara. SDN 02 Urug-bogor, 15 September 2013 Pukul 14:30.

Page 44: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

32

Table 4. 4

Data Siswa Sekolah Dasar Tiga Tahun Terakhir.

Tahun

ajaran

Jumlah

Pendaftar

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas V

Kelas VI

Jumlah

Siswa

2011/2012 57 78 55 60 67 55 62 378

2012/2013 57 79 57 56 63 74 38 367

2013/2014 50 67 66 65 57 63 62 380

Sumber: Data SDN Kiarapandak 02.

Menurut keterangan Bapak Aditia, “dari 35 siswa yang lulus sekolah

dasar yang melanjutkan ke tingkat selanjutnya hanya lima siswa.

Kebanyakan dari mereka setelah lulus sekolah dasar mereka lebih memilih

membantu orang tuanya berjualan ikan basah dan menambang tradsional ke

gunung Pongkor tempat eksplorasi emas PT Antam”.9

4. Kondisi Sarana Prasarana

Sarana dan Prasarana yang terdapat di Kampung Adat Urug diantaranya

adalah sarana transportasi, komunikasi, sarana peribadatan. Sarana

transportasi sudah cukup baik, jalan utama dapat dilalui oleh kendaraan

darat apa saja meskipun kondisi jalan belum dalam kondisi baik seluruhnya,

beberapa ruas jalan kondisinya masih berbolong. Jarak tempuh dari

Kampung Adat Urug ke Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Ibukota Propinsi

yaitu :

a. Kampung Adat Urug ke Kantor Desa Urug: 1,2 km

b. Kampung Adat Urug ke Kantor Camat Sukajaya: 6 km

c. Kampung Adat Urug ke Ibukota Kabupaten Bogor : 45 Km

d. Kampung Adat Urug ke ibukota Propinsi Jawa Barat : 165 Km

9Ibid

Page 45: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

33

Sarana komunikasi yang berkembang di Kampung Adat Urug yaitu

handphone (telepon genggam) dan televisi (menggunakan parabola).

Di Desa Urug mempunyai tempat yaitu Gedong Gede, Gedong Paniisan

dan Gedong alit yang biasanya digunakan untuk keperluan acara adat, dan

tempat tinggal bagi para tamu. Pemenuhan kebutuhan rohani terutama

dalam peribadatan, di “Kampung Adat Urug sudah terdapat tiga mesjid dan

empat mushola dan dua lembaga pendidikan yaitu pesantren. Pimpinan

Kiyai Haji Suri dan Kiyai Haji Ujang dan ada pengajian malam selasa

sebagai pemenuh kebutuhan rohani warga.”10

Terdapat enam warga yang

membuka warung kecil di depan rumahnya di sekitar Rumah Adat. Sarana

pemandian umum dan sungai di manfaatkan oleh mayoritas masyarakat

Kampung Adat Urug untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti buat

mandi, cuci dan masak.

5. Organisasi Kemasyarakatan

Kehidupan masyarakat Kampung Adat Urug tampaknya banyak

mengalami kemajuan di beberapa bidang material dan imaterial. Kemajuan-

kemajuan ini disadari oleh masyarakat Kampung Adat Urug sebagai hasil

usaha yang mereka lakukan sendiri. Keberhasilan yang dicapai oleh

masyarakat Kampung Adat Urug mengakibatkan kebutuhan di segala

bidang terus meningkat.

Keberhasilan masyarakat Kampung Adat Urug tidak terlepas dari

kearifan pemimpin formal dan pemimpin informal, “pemimpin formal

masyarakat adalah kepala Desa dibantu oleh 4 ketua RW, 15 ketua RT, 1

Kepala Dusun, 3 angota BPD, 6 guru ngaji dan 3 petugas P3N/Amil.”11

Pemimpin Informal adalah ketua-ketua adat yang memiliki peran besar

dalam mengurus dan mempertahankan adat-istiadat di Kampung Adat Urug,

dan membantu proses pembangunan sarana umum, dan terjadi di Kampung

adat Urug yang Mana Abah Ukat dengan segala kemampuanya sebagai

10

Aspar Asep, Wawancara , Rumah Pribadi Urug-bogor, 7 September 2013 Pukul 14:30. 11

Monograpi Kampung Adat Urug (Bogor: Kantor Desa Urug Kecamatan Sukajaya,

2013)

Page 46: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

34

Ketua Adat telah berhasil membangun jalan Adat, begitu juga pemerintahan

formalnya yang di wakili oleh Kepala Desa Bapak Tata Iskandar yang telah

berhasil membangun jalan Desa, kendaraan roda empat ada 15 buah dan

roda kendaraan dua 200 buah.12

Kepemimpinan di Kampung Adat Urug di bagi menjadi tiga wilayah

yang masing-masing di kepalai oleh seorang Ketua Adat. “Abah Ukat

sebagai Ketua Adat Urug Lebak (bawah) dan menjadi pusat pimpinan. Abah

Amat sebagai Ketua Adat Tengah (Tengah) dan Abah sukardi sebagai Ketua

Adat Urug Tonggoh (Atas) selain ketiga Ketua Adat yang ada di Urug”13

.

Menurut keterangan Bapak Wardu, “ada ketua adat yang merupakan

masih satu lingkup dengan yang ada di Urug di desa lain, seperti di Cipatat

Kolot yaitu Abah MamatSacim dan Abah Memed dan Abah Sihud dan

Sahim di Desa Harkatjaya.”14

Pembagian ini hanya untuk mempermudah

jalanya acara Adat, misalnya pada Upacara Adat Seren Taun (Sukuran hasil

panen) warga Urug dan sekitarnya yang banyak itu tidak akan tertampung

dalam satu rumah adat. Sejak tahun 2010 menurut keterangan Abah Ukat,

“Kampung Adat Urug ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah

melalui Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Bogor”.15

B. Sejarah, Upacara Adat, Sumber Hukum Dan Biografi Tokoh Di Kampung

Adat Urug

Sejarah Kampung Adat Urug mempunyai keterkaitan dengan dengan

keberadaan Kerajaan Padjajaran dan juga keberadaan Raja Prabu Siliwangi.

Dan juga terdapat upacara-upacara adat dan hokum yang berlaku di Kampung

Adat Urug.

1. Sejarah Kampung Adat Urug

12

Ibid 13

Ibid 14

Wardu. Wawancara. Kantor Desa Urug-bogor, 9 september 2013 Pukul 13:00. 15

Abah Ukat. Wawancara. Gedung Ageung Urug-bogor, 6 September 2013 Pukul 17:00

Page 47: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

35

Berikut adalah sejarah mengenai Kampung Adat Urug dari Bapak Ade

Eka Komara berikut adalah sejarahnya:

Menurut keterangan yang diperoleh dari Bapak Ade Eka Komara,

keberadaan kasepuhan Kampung Adat Urug berawal dari di utusnya

Para Inohong (tokoh) di Pajajaran(1482-1579 M) yang ahli dalam

bidang pertanian oleh untuk mencari daerah yang subur sebagai lahan

pertanian. Para tokoh ini berangkar dari pusat, di kota Bogor sekarang,

singgah di Kampung Panyaungan, di sinilah mereka mendirikan

tempat untuk membuat perkakas pertanian yang di sebut Gosali atau

tempat pandai besi. Dari panyaungan terus ke Parung Sapi kemudian

menulusri sungai Cidurian dan sampai di Kampung Adat Urug, pada

saat itu kampung Adat Urug masih hutan, ditemukanlah lahan yang

cocok oleh mereka dan di kampung inilah mereka mengajarkan ilmu-

ilmu pertanian, maka sebenarnya Kampung Adat Urug ini awalnya

disebut kampung Guru.untuk menghindari hal-hal yang tidak

dinginkan maka para inohong atau tokoh tadi disembunyikan di muara

sungai di Ciapus Leutik, dan kampung Guru dibalik namanya menjadi

Kampung Urug dengan tujuan agar tidak diketahui, di Kampung Adat

Urug inilah dikembangkan ilmu-ilmu pertanian oleh para tokoh tadi

tadi sampai mereka memiliki keturunan yang sekarang menjadi para

ketua Adat. Kemudian ada juga keturunanya di yang di Cipatat Kolot,

Kecamatan Sukajaya Kemudian ada yang di Lewi Catang desa Bantar

Karet Kecamatan Nanggung dan cipta-gelar cisolok sukabumi.16

Sedangkan juga ada yang menyatakan asal muasal Kampung Adat Urug

di mulai dari di utusnya para inohong atau tokoh dari wetan (sumedang) lalu

singgah di panjaungan di sini mereka membuat perkakas pertanian yang di

sebuat Gasali atau tempat pandai besi, dari panyaungan terus singgah ke

cilame ciasahan kemudian ke parung sapi ka Urug ciapus ngolah tanah di

sini membuat batas yabg sekarang terkenal dengan nama Batu Tapak yang

merupakan situs yang ada hingga sekarang letaknya sebelum Kampung

Adat Urug.

Jadi asal mula adanya kampung Adat Urug atau kampung guru, hasil dari

perintah Prabu Siliwangi untuk mengutus beberapa tokoh yang ahli dalam

bidang pertanian yang subur untuk meningkatkan kesejahteraan negara dan

masyarakatnya. Dari hasil penelusuran para tokoh yang ahli dalam bidang

16

Ade Eka Komara. Wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 14 November 2013

Pukul 13:00.

Page 48: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

36

pertanian tadi untuk daerah subur, maka singgah dan menjadikan kampung

panyaungan tempat pembuatan perkakas pertanian seperti cangkul, arit,

golok, kored dan sebagainya. Terus dari di Parung Sapi mereka menulusuri

sungai Ciduriat yang sekarang menjadi Cidurian, kemudian mereka

bermukim di Cipatat, di sini mereka kemudian sebuah tempat Guru, tempat

memberikan petunjuk dalam tata-cara pertanian.

Karena zaman dulu zaman peperangan maka untuk menghindarkan

gangguan dari musuh tempat pemukiman tadi dipindahkan dari cipatat ke

mura sungai Ciapus dan nama Guru di sembunyikan atau sandi asma

menjadi Urug diberi tanda berupa Batu Gudang dan Batu Tapak (semacam

padatala, cap telapak kaki pada batu) di kaki gunung Manapa, di tepi sungai

Cidurian dan Pasir Jambu.itulah cirinya.

2. Upacara Adat Kampung Adat Urug

Masyarakat Kampung Adat Urug hingga kini masih melaksanakan

berbagai upacara/ritual adat yaitu diantaranya:

a. muludan, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW (tanggal 12

Rabbi’ul Awal). Dalam acara ini ketua Adat bersama warga khusus

mengirim do’a untuk nabi Muhammad karena sudah berjasa

membawa agam islam. Biasanya dalam acara tersebut dihidangkan

makanan-makanan khas daerah dan olahan lauk-pauk yang akan di

bagikan kepada warga setelah di doakan.

b. seren taun (Sukuran hasil panen) dilaksanakan sebagai ungkapan

rasa sukur dari petani yang dipimpin oleh ketua Adat, rasa sukur ini

ditujukan kepada yang pertama telah memberikan bibit pokok dalam

masalah pangan kepada manusia, yaitu yang maha kuasa pertama,

karena pada hakekatnya bumi tempat tumbuh berbagai macam

tanaman yang bermanfaat bagi manusia, maka ketika akan

mengambilnya harus meminta izin kepada yang punya. Kegiatan ini

dilakukan setelah setelah semua warga selesai panen, dalam proses

Page 49: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

37

Seren Taun di tandai dengan peyembelihan kerbau yang dagingnya

di masak dan dijadikan untuk selametan, selanjutnya warga dan

ketua adat melakukan ziarah ke makam leluhur ketua adat, dan

selanjutnya masyarakat pun melakukan ziarah ke makam kerabatnya.

Sepulang ziarah mengadakan selametan lagi sebagai tanda telah

mengadakan ziarah kemakam leluhur setelah itu warga

mempersiapkan hidangan buat warga dan juga tamu yang sengaja

datang dari luar baik tamu dari instansi pemerintah, mahasiswa, dan

juga pedagang. Selanjutnya mengadakan selametan yang d pimpin

oleh ketua adat, setelah selesai selametan baru hiburan dimulai

seperti jaipongan, golek dan sebagainya, dan kesokan harinya warga

mengadakan selametan kembali dengan membawa pangang ayam

dan nasi sebakul, ayam yang di pangang di sembelihnya dekat rumah

adat.

c. sedekah rowahan tanggal 12 bulan Rowah (Bulan sya’ ban),

dilaksanakan pada bulan (sya’ban), pagi hari masyarakat membawa

ayam satu ekor per-keluarga, dan disembelih dihalaman rumah adat,

setelah selesai dimasak, dibawah lagi ke rumah adat, selametannya

di lakukan bada dhuhur, acara ini dan doa yang dikirim sebagai

wujud bakti kepada nabi adam alaihi salam karena menjadi induk

semua umat manusia.

d. sedekah bumi, lewat beberapa bulan setelah selesai bulan Rowah

(syaban), puasa (Ramadhan), syawal. Acara ini diadakan sebelum

menanam padi. Semua warga makan bersama di halaman rumah

adat, sebelum makan bareng warga memanjat Doa agar ketika

selama menanam padi selamat dari hama dan tanpa kendala, pada

tahun ini sedekah bumi ini berlangsung pada tanggal 1-3 oktober .17

e. Seren pataunan. Adalah sebuah acara adat pentup tahun. acara ini

bertujuan agar bisa di selamatkan tahun yang sudah dijalani, ritual

17

Herli. Wawancara. Urug-bogor, 11 September 2013 Pukul 15:30.

Page 50: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

38

adat hampir sama dengan seren tahun, untuk tahun sekarang acara

adat ini di lakukan pada tanggal 13-14 November 2013.”18

Demikianlah, lima upacara adat yang ada di Kampung Adat Urug,

melalui lima upacara adat tersebut, nilai-nilai adat yang sudah turun

menurun itu di lestarikan. Selain itu, Ketua Kampung Adat Urug juga

menjalin kerjasama dengan pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata baik tingkat kabupaten Bogor maupun Provinsi jawa barat,

hingga pada tahun 2010, “kampung Adat Urug di tetapkan sebagai cagar

Budaya dan setiap tahun dianggarkan dana dalam rangka membantu acara-

acara adat di Kampung Adat Urug”19

.

Selain masih mempertahankan berbagai upacara adat, masyarakat

Kampung Adat Urug mengenal berbagai kesenian, baik kesenian tradisional

maupun kesenian modern, diantaranya: angklung tagoni, dongdang

krampak, jaipongan Wayang Golek, kesenian dangdut, kesenian tersebut

dipertunjukkan pada saat hajatan perkawinan atau pada saat upacara-upacara

adat, “kelompok kesenian yang terdapat di Kampung Adat Urug yaitu:

Degung dan dongdang.”20

3. Sumber Hukum Kampung Adat Urug

Berkaitan dengan hukum, warga Kampung Adat Urug memakai tiga

hukum yaitu hukum kasepuhan, hukum agama dan hukum negara yang

mereka lambangkan dalam tiga bangunan adat yaitu:

a. Gedong Gede

Gedong Gede adalah bangunan yang mempunyai pungsi sebagai

tempat musyawarah dan juga balai pertemuan warga ketika ada

permasalahan berkaitan dengan adat, pertanian dan tempat penerimaan

tamu dan penginapan tamu.

b. Gedong atas ( paniisan)

18

Abah Ukat, Wawancara, Gedong Gede Urug-bogor, 6 September 2013 Pukul 17:00. 19

Ibid 20

Agus. Wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 9 September 2013 Pukul 13:00.

Page 51: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

39

Depan gedung Gede terdapat sebuah bangunan pangung namun lebih

tinggi dan jauh lebih kecil, hanya ada satu ruangan, disebut gedung luhur

(gedung paniisan), panisan berarti tempat berteduh, tetapi bukan tempat

berteduh warga. Tempat ini di pergunakan sebagai tempat bersemedi

abah kolot.

c. Gedong Alit

Terdapat bangunan kecil yang di sebut gedung alit yaitu merupakan

tempat makam leluhur, makam ini sering di jarahi warga ketika ada acara

adat misalnya acara seren tahun dan seren patahun.

Tiga gedung tersebut merupakan simbol dari berlakunya hukum yang

ada di masyarakat Kampung Adat Urug. Hukum tersebut adalah hukum

kasepuhan, hukum agama/sarat dan juga hukum negara, hukum negara atau

hukum formal berlaku untuk mengatur yang berhubungan dengan

kehidupan sosial masyarakat miasalnya terkait dengan proses jual-beli,

sedangkan hukum sareat atau agama adalah seperangkat nilai nilai yang

bersumber dari agama yang di anut yaitu agama islam yang mengatur

masalah peribadatan, sedangkan hukum kasepuhan adalah hukum yang

terbentuk dalam ajaran konsep Ngaji Diri, budaya Pamali dan budaya

gotong-oyong adalah seperangkat hukum yang mengatur dan di aplikasikan

dalam pandangan hidup, ritual-ritual adat dan juga di gunakan untuk

kebutuhan kehidupan sosial, budaya. Misalnya dalam ketahanan pangan

dihubungkan dengan penanaman padi.

4. Biografi Tokoh Kampung Adat Urug

Ada beberapa tokoh yang menjadi pemimpin dan menjadi pelaksanaan

tugas dalam rangka menjalankan segala kegiatan kebutuhan adat dan juga

menggurus segala kebutuhan dan pengembangan Kampung Adat Urug dan

mereka disebut tokoh kasepuhan yang mempunyai peran dan juga

kewajiban yang telah diamanatkan oleh leluhur untuk menjaga dan

menjalankan segala apa yang telah diturunkan dan juga amanatkan. Berikut

Page 52: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

40

adalah biograpi tokoh yang yang menurut peneliti mempunyai peranan

terhadap bertahannya kebudayaan, adat-istiadat dan kearifan lokal dan

pengembangan Kampung Adat Urug kearah yang lebih baik. Berikut adalah

biografi dari dua tokoh kasepuhan tersebut:

a. Abah Ukat

Abah Ukat adalah ketua adat Kampung Adat Urug Lebak dan juga

menjadi pusat pimpinan Kampung Adat Urug juga meupakan salah satu

induk dari kampung adat yang ada di Jawa Barat. Abah ukat menjadi

Ketua Adat di Urug lebak pada tahun 2004 M atau 1425 H tanggal 1

Mulud, “beliau adalah generasi ke-11. Sebelumnya ketua Adat dijabat oleh

paman Abah Ukat, sebelumnya pamannya, ayahnya dan sebelumnya

ayahnya, kakeknya, tapi seperti kata Abah Ukat, nama-nama dari ketus

adat sebelumnya tidak ditulis.”21

Sebelum menjabat sebagai ketua adat,

“abah ukat adalah seseorang pedagang ikan air laut dalam sekala besar di

pasar Leuwiliang,”22

namun karena ketua Adat sebelumnya (pamannya)

meninggal dan menurut wangsit, Abah Ukatlah yang harus menjadi ketua

Adat berikutnya, maka beliaupun meninggalkan propesinya.

Setelah menduduki jabatan ketua Adat, Abah Ukat jarang bahkan tidak

pernah kemana-mana, 24 jam ada di rumah. Beliau bukan tidak mau

menyaksikan kegiatan di mana-mana tapi harus melayani masyarakat dan

juga sering banyak tamu yang datang. Seperti yang disaksikan peneliti

hampir tiap hari abah diam di rumah dan melayani masyarakat dan juga

banyak menerima tamu dari luar yang berkunjung dengan tujuan masing-

masing misalnya meminta nasehat, doa dan meminta keterangan untuk

kepentingan penelitian seperti keterangan yang peneliti terima dari Abah

Ukat, “menyatakan beberapa bulan ke belakang ada peneliti dari negara

yang abah tidak tahu asalnya namun akhirnya abah tahu negaranya adalah

negara Denmark”.23

Dalam menerima tamu abah tidak melihat latar

belakang agama dan suku dan budaya karena mereka adalah saudara yang

21

Abah Ukat. Wawancara. Gedong Gede Urug-bogor, 12 September 2013 Pukul 19:30. 22

Ibid 23

Abah Ukat. Wawancara. Gedong Gede Urug-bogor, 12 September 2013 Pukul 19:30.

Page 53: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

41

harus dihormati”.24

Seperti yang disaksikan oleh peneliti ketika melakukan

penelitian dan menghadiri acara adat banyak tamu yang datang dari luar

daerah dengan suku, agama dan budaya yang beda dengan agama, budaya

dengan warga Kampung Adat Urug.

Di mata peneliti, Abah Ukat adalah orang yang ramah dan bersahaja,

walaupun terkadang menjadi dingin”dan pendiam, tapi satu hal yang pasti,

abah ukat sebagai pusat pimpinan dan sebagai tokoh kasepuhan yang

selalu menjalankan tugas dan kewajibanya, dan bagi peneliti Abah Ukat

adalah pimpinan informal yang berhasil membangun insfratruktur jalan

misalnya dalam membangun jalan adat.

b. Bapak Eka Komara.

Bapak Ade Eka Komara adalah, “salah-satu tokoh kasepuhan dan juga

tokoh masyarakat yang aktip mengabdi kepada masyarakat beliau lahir di

bogor 24 febuari 1970.”25

Jika Abah Ukat pemimpin informal sebagai

ketua adat maka beliau adalah tokoh yang pernah menjadi, “pimpinan

formal yaitu sebagai wakil ketua BPD dari tahun 2000-2006 dan sebagai

sekdes 2007-2012.”26

Di mata peneliti, Bapak Ade Komara adalah orang yang ramah,

bersahaja, dan keritis, beliau adalah tempat bersandar bagi para peneliti

ketika ada persoalan yang berkaitan dengan penelitian. Bapak Ade Eka

Komara adalah tempat mencari keterangan bagi setiap peneliti yang

melakukan penelitian di Kampung Adat Urug, seperti yang dialami oleh

peneliti sendiri ketika mencari penjelasan mengenai suatu masalah terkait

penelitian, peneliti langsung datang kepada beliau. Alasan peneliti

menjadikan beliau sebagai salah-satu informan penelitian dikarenakan

beliau mempunyai pengetahuan tentang apa yang dibutuhkan oleh peneliti.

24

Ibid 25

Ade Eka Komara, wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 1 Desember 2013

Pukul 14:00 26

Ibid

Page 54: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

42

C. Kearifan Lokal Kampung Adat Urug

Dalam bahasa setempat istilah kearifan lokal sama dengan Talek (aturan),

yang menjadi pedoman warga Adat Urug dalam menjalani kehidupanya. Talek

di wariskan secara turun-menurun secara lisan dan masih ada sampai sekarang.

Talek adalah, “wujud kebudayaan abstrak tidak bisa dilihat tapi dirasakan dan

dihayati serta diamalkan.”27

Dalam istilah ilmu bahasa sunda adalah Talek juga di istilah dengan, “elmu

buhun (ilmu papaku, ilmu karuhun, ilmu leluhur, ilmu kasepuhan, yang

tersembunyi karena letaknya dalam hati). Tidak ada caret atau tulisanya tapi

hanya carek atau ucapan dan amanat.”28

Kearifan lokal yang ada di Kampung Adat Urug mempunyai tiga fungsi

yaitu mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan

perbuatan manusia baik dalam bermasyarakat, hubunganya dengan alam dan

juga hubunganya dengan sang pencipta.”29

Ada beberapa kearifan lokal yang ada di Kampung Adat Urug diantaranya

adalah konsep ajaran Ngaji Diri yang merupakan falsafah atau pandangan

hidup warga kasepuhan Adat Urug yang diturunkan oleh leluhur dan dijalankan

dan dipakai dalam rutinitas kehidupan. Selanjutnya ialah budaya Pamali yang

merupakan talek atau aturan, misalnya aturan dalam pengelolaan pertanian ,

bahan pangan (padi) dan penggunan bahan bangunan rumah adat dan juga

rumah warga kasepuhan, Selanjutnya ialah budaya Gotong-royong.

1. Konsep Ngaji Diri

Konsep Ngaji Diri (memahami diri sendiri atau mawas diri) adalah

suatu ajaran pembinaan moral yang didalamnya tercermin pengertian

koreksi diri. Di Kampung Adat Urug, ajaran Ngaji Diri di sebut juga Tapa

27

Ade Eka Komara, wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 1 Desember 2013

Pukul 14:00 28

Yayan, Wawancara, Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 9 September 2013 Pukul

14:00. 29

Ibid

Page 55: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

43

manusia. (memahami siapa sebenarnya jati diri manusia, hakekat manusia)

seperti penuturan Bapak Yayan, “manusia di wajibkan untuk Ngaji Diri

agar mengetahui dirinya sendiri, manusia yang sudah mengenal dirinya

sendiri akan dekat dengan tuhan. Maka hidupnya tak akan sombong dan

angkuh. Berikut adalah ajaran dalam konsep Ngaji Diri:

Tabel 4.5

Prinsip-prinsip dalam konsep Ngaji Diri

No Prinsip-prinsip utama dalam Ngaji Diri Terjemahan dalam bahasa Indonesia

1 Mipit kudu amit, Ngala kudu menta Mengambil atau memetik itu harus meminta ijin

kepada yang mempunyainya, dengan kata lain

jangan mencuri.

2. Murah Bacot Murah concot Sikap ramah tamah kepada tamu dan harus

menjamu tamu dengan hidangan sekedarnya.

3 Ulah hareup teuing bisi tijongklok, ulah

tukang teuing besi tijengkang

Jangan terlalu depan, nanti tersungkur, jangan

terlalu belakang nanti terlentang.

4 Nafsu kasasarnya lampah badan anu

katempuhan

Bila kita terbawa nafsu, maka badan yang akan

menanggung akibatnya.

Sumber: Abah Ukat dan Bapak Yayan 2013.

Ajaran konsep Ngaji Diri atau Tapa Manusia tersebut diuraikan lagi

dan melahirkan beberapa larangan atau anjuran yang yang di sebut talek

(aturan hidup) baik untuk pribadinya sendiri maupun untuk hidup

bermasyarakat. Di bawah ini, peneliti jelaskan aturan atau ajaran yang ada

dalam ajaran konsep Ngaji Diri.

a. Larangan Untuk Mengambil Yang Bukan Haknya

Larangan untuk mengambil yang bukan haknya ini tergambar

dalam ungkapan, “Mipit Kudu Amit, Ngala Kudu Menta.”30

artinya

mengambil atau memetik itu harus meminta izin kepada yang

mempunyainya, dengan kata lain jangan mencuri. Para Ketu Adat di

30

Abah Ukat. Wawancara. Gedong Gede Urug-bogor, 14 September 2013 Pukul 20:00.

Page 56: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

44

Kampung Adat Urug dan warga umumnya juga mengatakan hal

yang sama, bahkan ada istilah, “jika kita melewati kebun seseorang,

tangan itu harus dikepalkan.”31

Artinya jangan memetik buah-

buahan di kebun orang, jika kita mau, ya harus meminta izin kepada

si pemilik kebun. Di lingkungan Kampung Adat atau kasepuhan hal

semacam inilah yang disebut pamali.

Pada masyarakat Kampung Adat Urug, ungkapan Mipit kudu amit

ngala kudu menta tidak hanya berarti secara Harfiah saja, yaitu

larangan jangan mencuri, dibalik arti itu terdapat makna yang dalam

mengenai rasa sukur mereka terhadap yang maha kuasa. Pada

hakekatnya bumi beserta isinya ini adalah milik Tuhan yang

dianugrahkan kepada segenap mahluknya, tanaman padi yang

menjadi bahan pokok mereka dan tanaman lainya, tumbuh di atas

bumi-nya atas izin-nya pula, maka ketika akan mengambil atau

memanen hasil dari tanaman itu, harus memohon izin dulu kepada

pemilik bumi dan harus disukuri segala yang telah diberikan oleh

pemilik bumi.

Ungkapan rasa sukur ini mereka wujudkan dalam acara adat

Seren Taun, sukuran hasil panen, dalam acara ini adat ini diadakan

selametan dan doa, berterimakasih kepada sang pencipta atas hasil

panen tahun ini dan semoga panen pada tahun-tahun berikutnya juga

bagus.

b. Murah Bacot Murah Congcot

Murah Bacot artinya senang menyapa orang lain dengan ramah

dan sopan santun, sedangkan murah congcot, baik hati suka memberi

atau berbagi makanan, murah bacot murah congcot secara harfiah

adalah sikap ramah tamah yang harus ditunjukan seorang pribumi

kepada tamu. Murah congcot berarti si pribumi harus menjamu tamu

dengan hidangan sekedarnya, jika hidangan disuguhkan maka harus

murah bacot, si pribumi harus menawari tamu untuk mencicipinya,

31

Ibid

Page 57: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

45

karena jika tidak di tawari, kemungkinan tamunya akan sungkan

padahal sebenarya mau”.32

Anjuran ini sepertinya lahir karena Kampung Adat Urug sering

dikunjungi tamu baik pada hari-hari biasa maupun pada upacara

adat, dan untuk bahan pangan sebagai hidangan sang tamu, warga

Kampung Adat Urug selalu tersedia, karena mereka belum pernah

kekurangan bahan pokok makanan terutama beras, ternyata murah

bacot murah congcot tidak hanya sikap ramah tamah kepada kamu,

murah dalam perkataan tidak hanya dikhususkan kepada tamu, tapi

umum untuk semua orang, maksudnya kita harus menyapa orang

lain terlebih dahulu, bertutur kata dengan baik dan sopan, perrmisi

jika melewati orang lain di jalan karena dengan begitu kita pasti akur

dan akrab dengan orang lain, begitupun dengan sebaliknya jika kita

adigung (sombong), tidak akan yang mau akrab dengan kita.”33

c. Hidup Sederhana dan Mandiri

Hidup sederhana mempunyai pengertian jangan berlebihan dalam

segala sesuatu. Misalnya makan hanya sekedar penghilang lapar,

minum sekedar menghilangkan haus dan tidur hanya untuk

menghilangkan kantuk, jangan berlebihan, dan jangan pula

kekurangan asal berkecukupan.

Makan hanya penghilang lapar tujuanaya untuk menghindari sifat

rakus, kareana manusia sudah nemilki sifat rakus, tamak dan

serakah. Kemudian tidur hanya penghilang kantuk, manusia itu

hidup punya kewajiban baik masalah maupun akhirat, jangan siang

dan malam tidur, siang untuk bekerja mencari nafkah untuk

keluaraga, malam untuk istirahat, segala sesuatu juga harus pada

waktu dan tempatnya. Juga bisa menimbulkan penyakit jika tidur

dan makan berlebihan, dalam masyarakat kasepuhan hidup

32

Abah Ukat. Wawancara. Gedong Gede Urug-bogor, 14 September 2013 Pukul 20:00. 33

Abah Ukat. Wawancara. Gedong Gede Urug-bogor, 14 September 2013 Pukul 20:00.

Page 58: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

46

berkucukupan ini, tidak berlebihan dan tidak kekurangan disebut Sri

(ditengah-tengah)."34

Hidup mandiri seperti itulah yang penulis saksikan pada

kehidupan masyarakat Kampung Adat Urug. Mereka memilki sawah

yang luas (50.000 m2) bahkan sampai masuk ke Desa lain, tapi hasil

panen itu sama sekali tidak dijual, panen satu tahun sekali cukup

untuk persedian, minimal dua tahun.

Air melimpah, tidak kekeringan pada musim kemarau, karena

mereka mereka merawat alam, menjaga hutan larangan, yang

dijadikan kayu bakar hanya batang pohon yang sudah kering atau

mati, lauk pauk mereka sediakan sendiri, seperti ayam, itik, kecuali

ikan asin mereka membeli begitu juga dengan pakaian.

d. Pengendalian Alat Tubuh

Salah satu jalur Pamali di Kampung Adat Urug yaitu

mengendalikan alat tubuh. Alat tubuh atau indera kita jangan sampai

di salahgunakan untuk hal-hal yang tidak baik. Indra kitapun sudah

tau haknya masing-masing sekarang misalnya hidung hanya untuk

bisa mencium, sukanya wewangian, telinga hanya bisa mendengar,

mata hanya bisa melihat, makan sariatnya hanya dilakukan oleh

mulut, lidah yang merasakan, tapi mata, telinga dan hidung tidak

pernah protes ingin merasakan makanan yang di makan mulut,

karena mereka sadar akan haknya masing-masing.”35

Begitupun manusia harus konsisten dengan tugasnya masing-

masing. Jadi Pamali itu banyak jalurnya bila kita melanggar pasti

badan merasakan akibatnya ada pribahasa nafsu kasasarnya lampah

badan anu katempuhan (bila kita terbawa nafsu, maka badan yang

menanggung akibatanya). Bicara jangan sembarangan, melangkah

34

Yayan, Wawancara, Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 9 September 2013 Pukul

14:00. 35

Abah Ukat. Wawancara. Gedong Gede Urug-bogor, 14 September 2013 Pukul 20:00.

Page 59: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

47

jangan salah. Kata orang tua jaman dulu, lebok mah ulah ditincak

(jangan berlubang jangan dilewati), nanti celaka.36

Seperti yang sudah dijelaskan di awal. Semua alat tubuh manusia

itu hakekatnya pemberian Sang Pencipta, maka harus dimanfaatkan

untuk hal-hal yang baik saja karena akan dimintai

pertanggungjawabannya kelak, terutama yang harus di pelihara itu

lisan.

Demikianlah nilai-nilai budaya atau kearifan lokal yang menjadi adat

istiadat di Kampung Adat Urug dalam ajaran konsep Ngaji Diri atau Tapa

Manusia beserta bagian-bagianya bukan milik khusus warga Kampung

Adat atau kasepuhan saja, tetapi merupakan pandangan hidup orang sunda

umunya pada masa lampau, hanya saja pada masyarakat kasepuhan, adat-

istiadat tersebut masih banyak yang bertahan, berbeda dengan masyarakat

sunda di luar kasepuhan, walaupun ada yang mengetahui dan

mengamalkanya itu hanya beberapa kalangan saja.

2. Budaya Pamali

Pamali (tabu) adalah suatu aturan atau norma yang mengikat kehidupan

masyarakat adat, dan merupakan turunan ajaran konsep Ngaji Diri berikut

adalah kearifan lokal terkait dengan peraturan yang terkandung dalam

budaya Pamali dalam hubunganya dengan pangan:

Tabel 4.6

Bentuk Kearifan Lokal yang Ditekankan di Kampung Adat Urug

Kearifan

Lokal

Budaya Pamali

Nilai Talek (aturan)

36

Ibid

Page 60: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

48

Norma 1. Larangan untuk mejual beras dan padi.

2. Larangan untuk memakai mesin dalam menjadikan

gabah menjadi beras

3. Masa Tanam yang dibolehkan hanya satu kali

dalam satu tahun yang mana waktu tanamnya

selama 6- 7 bulan.

4. Masa tanamnya serempak

Actor Seluruh Masyarakat Kampung Adat Urug

Sanksi Seluruh pelanggaran terhadap aturan/talek dipercaya akan

mendatangkan bala/ganjaran.

Sumber: Bapak Suganda dan Bapak Ade Eka Komara 2013.

Larangan menjual beras dan padi di Kampung Adat Urug berlaku dalam

kehidupan masyarakat Kampung Adat Urug, tetapi warga diperbolehkan

untuk membeli beras dari luar.

Alasan beras tidak di perbolehkan untuk dijual menurut keterangan

Bapak Ade Eka Komara, “ketika beras dimasak oleh satu keluarga maka

beras yang menjadi nasi tersebut akan bisa dimakan oleh semua anggota

keluarga dan sebaliknya jika beras tersebut dijual maka uangnya akan di

nikmati oleh segelintir orang seperti misalnya seseorang membeli rokok

yang mana uangnya hasil dari menjual beras maka rokok tersebut hanya

akan dinikmati oleh para perokok saja sedangkan yang lain tidak”.37

Larangan pemakaian mesin dalam menjadikan padi menjadi beras.

Menurut keterangan Bapak Ade Eka Komara, “peraturan tersebut ada di

sebabakan pada waktu itu tidak ada mesin sehinga yang dipakai waktu itu

hanya alat Lesung, Lulumpang sebagai alat penumbuk padi, dan peraturan

tersebut terus berlaku walaupun sekarang mesin pembuat padi menjadi

beras sudah ada tapi kebiasaan yang sudah menjadi peraturan tersebut

masih tetap dipakai”.38

37

Ade Eka Komara. Wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 14 November 2013

Pukul 13:00. 38

Abah Ukat. Wawancara. Gedong Gede Urug-bogor, 14 September 2013 Pukul 20:00.

Page 61: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

49

Masa tanam satu kali dalam satu tahun. Menurut keterangan Bapak Ade

Eka Komara, “peraturan ini lahir karena melihat dalam waktu satu tahun

ada dua musim cuaca yaitu musim hujan dan musim kemarau, maka dari

itu pertanian padi yang memang membutuhkan air, diperbolehkan hanya

satu kali tanamnya dalam satu tahun yaitu pada musim hujan.”39

Masa

tanam serempak. Menurut keterangan Bapak Ade Eka Komara, “peraturan

tersebut lahir karena melihat Gejala ketika masa tanam tidak serempak

akan mendatangkan hama yang silih berganti datang menganggu tanaman

padi misalnya hama burung”.40

Aturan tersebut adalah seperangkat aturan yang ditaati dan dipakai oleh

masyarakat Kampung Adat Urug dalam hubunganya dengan padi. Setiap

orang yang melangar peraturan tersebut akan mendatangkan bala atau

ganjaran, ganjaran tersebut ialah penyakit gatal, hama tanaman atau dalam

istilah warga setempat yaitu Bendoaan.”41

Kampung Adat Urug mempunyai peraturan dalam bagian atap

bangunan rumah yaitu rumah di Kampung Adat Urug tidak diperbolehkan

memakang genteng. Peraturan tersebut tetap dipertahankan karena

peraturan adalah aturan dan warisan dari leluhur dan merupakan salah satu

bagian dari peraturan budaya Pamali.

Bentuk rumah adat di Kampung Adat Urug terikat oleh suatu aturan

dalam bentuk dan bahan bangunaan yang digunakan. kriteria dari rumah

adat tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7

Kriteria Rumah Adat Kampung Adat Urug Tahun 2013

No Kriteria Keterangan

1 Model Rumah Pangung tanpa Tembok

2 Bentuk

3 Atap Terbuat dari Kirai dan Injuk

39

Ibid 40

Abah Ukat. Wawancara. Gedong Gede Urug-bogor, 14 September 2013 Pukul 20:00. 41

Ibid

Page 62: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

50

4 Plafon/langit langitan Plafon terbuat dari anyaman bambo/bilik dan juga

kayu

5 Dinding Seluruh dinding terbuat dari kayu.

6 Tiang Tiang dari kayu yang mendukung rangka Atap

7 Pintu Memiliki enam pintu yang tiga di depan dan yang dua

di dapur.

8 Jendela Jendela berbentuk persegi panjang dengan daun

jendela kayu sebagai penutupnya.

9 Lantai Terbuat dari papan kayu.

10 Warna Warna Rumah dominan warga kuning dan hijau.

11 Tempat Masak Menggunakan tungku (hawu) dan juga terdapat

paraseneu.

Sumber: Hasil Observasi dan pengamatan 2013.

Bangunan Adat di Kampung Adat Urug ada tiga bangunan yang

mewakili tiga bentuk hukum yang berlaku di kampung Adat Urug yaitu

hukum Sareat atau agama, buhun atau kesepuhan, dan hukum negara,

nama gedung itu ialah “gedong Gede , gedong paniisan dan gedong alit.”42

Gedong Gede adalah gedung yang mempunyai fungsi sebagai tempat

musawarah dan juga balai pertemuan warga ketika ada permasalahan

berkaitan dengan adat, dan masalah-masalah yang masih mempunyai

hubungan dengan masalah sosial salah satunya ialah masalah pangan.

Ciri dan bentuk bangunan ini mempunyai makna, “atap bangunan

berjumlah tujuh, menandakan jumlah hari dalam satu minggu yang terus

berputar dalam kehidupan, panjangnya 30 meter menandakan hitungan

hari dalam satu bulan, sedangkan lebar 12 meter adalah jumlah bulan

dalam satu tahun”43

.

42

Yayan. Wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 9 September 2013 Pukul

14:00. 43

Abah Ukat. Wawancara. Gedong Gede Urug-bogor, 14 September 2013 Pukul 20:00.

Page 63: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

51

Sementara warna dinding yaitu warna kuning dan hijau seperti warna

dalam lampu lalu-lintas warna kuning muncul sebagai pertanda hati-hati

sama halnya dengan warna kuning pada Gedong Gede, setelah warna

kuning apakah akan hijau atau merah, jika warna hijau maju terus artinya

masih berlangsung jika merah berhenti. Jadi warna hijau pada “Gedong

Gede menandakan keberlangsungan Kampung Adat Urug.”44

Rumah di Kampung Adat Urug tidak dibolehkan memakai genteng

seperti penuturan bapak suganda “warga sini tidak akan memakai genteng

bahkan di kasih sekalipun bagi yang tau tidak akan menerima genteng

tersebut peraturan ini sudah jadi peraturan dari kokolot yang harus

dijalankan dan dipatuhi”.45

Sedangkan menurut Bapak Alek Komara, “alasan masyarakat tidak

memakai genteng untuk rumahnya ada dua alasan yang menyebabkannya,

pertama alasannya ialah karena masyarakat tidak memakai genteng untuk

rumahnya karena genteng terbuat dari tanah mereka menyatakan bahwa

sesuatu yang ditutupi oleh tanah adalah sesuatu yang sudah meninggal,

sedanga alasan kedua ialah supaya masyarakat rajin menanam tanaman

rumbiak, tanaman rumbiak adalah tanaman yang bisa digunakan untu

membuat atap, anyaman bilik, buat konsumsi, penahan air, rajin bekerja

dan suasana sejuk.”46

3. Budaya Gotong-royong

Gotong-royong adalah budaya dan kearifan lokal yang ada di setiap

suku-suku bangsa di Indonesia, tak terkecuali di Kampung Adat Urug,

nilai gotong royong bisa kita lihat dalam falsafah sunda yaitu, “silih

asuh, silih asah, silih asih silih elingan bejan, ilmu pangempuh

44

Abah Ukat. Wawancara. Gedong Gede Urug-bogor, 8 September 2013 Pukul 20:00. 45

Suganda. Wawancara. Persawahan Urug-bogor, 9 September 2013 Pukul 08:30. 46

Ade Eka Komara,Wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 1 Desember 2013

Pukul 14:00.

Page 64: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

52

kadagelan.”47

Istilah tersebut mempunyai nilai untuk saling melindungi,

membantu, mengayomi, membantu, dan menasehati. Nilai yang

terkandung dalam falsafah tersebut adalah seperangkat nilai dan

pegangan dalam perilaku masyarakat, seperti perilaku gotong- royong

yang ada di Kampung Adat Urug. Perilaku gotong-royong tersebut ialah

dalam melakukan proses pertanian yang dilakukan secara bersama-sama

seperti penanaman padi bareng, pengurusan irigasi secara bersama-sama,

dan panen padi bersama-sama.

D. Kearifan Lokal Upaya Dalam Upaya Ketahanan Pangan

Sebelum menjelaskan tentang ketahanan pangan pengelolaan bahan

pangan, dan implikasi dalam pengelolaan bahan pangan. Peneliti akan

mendeskripsikan tentang mitologi Dwi Sri yang mempunyai hubungan dengan

padi berikut adalah deskripsinya:

1. Sejarah Mitologi Dewi Sri

Berkaitan denga pertanian (padi), di kampung Adat Urug di kenal

cerita tentang Dewi Sri yang disebut Nyai Sri, Nyai berarti perempuan

Dwi Sri dikenal oleh masyarakat sebagai dewi kemakmuran yang

mempunyai sejarah yang berkaitan dengan padi berikut adalah ceritanya:

Menurut keterangan Abah Ukat (Ketua Kampung Adat Urug)

yang di sebut Nyai Sri, berarti perempuan. Jensinya merah, putih,

hitam, hijau dan kuning gelarnya di pajajaran-bogor oleh Prabu

Siliwangi kiriman dari Sorga Maniloka dari Kahyangan Jagad

Suralaya dari Para Dewa. Wujud awalnya berupa telur yang di jaga

oleh Dewa Anta selama 40 hari sampai menetasnya. Awalnya

selama 39 hari tidak menetas, dewa Anta memanggil Prabu

Siliwangi, oleh Prabu Siliwangi dicipta menjadi seorang manusia,

perempuan di kenal dengan Dewi Sri, umur sekian tahun tanpa

dikubur digeletakan begitu saja. Dari kedua mata Dewi Sri tanaman

berupa padi, tiga ikat dan dua ikat, jadi ada lima jenis, akhirnya

yang hijau dan yang kuning menyatu ke dalam Raga Prabu

Siliwangi. Jenis yang merah, putih dan hitam gelar ke dunia

menjadi padi seperti yang kita kenal sekarang. Kelima jenis padi

47

Yayan, Wawancara, Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 9 September 2013 Pukul

14:00.

Page 65: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

53

tersebut tadinya di turunkan di Pajajaran Bogor, berhubung Prabu

Siliwangi menghilang dan menuju Kampung Adat Urug, dan

dibawa oleh Prabu Siliwangi termasuk bibit yang lima itu.

Sareatnya yang ditanam hanya tiga, yang merah, putih dan hitam,

hakekatnya bibit yang lima tadi disimpan di suhunan (atap) rumah

adat Urug lebak yang berjumlah lima, satu atap satu warna. Tiga

yang digelar tadi, hakekatnya Gedong Gede (Rumah Adat Urug

Lebak), Gedong luhur atau paniisan (tempat berteduh), berupa

bangunan panggung tinggi tapi tidak terlalu besar dan Gedong

Leutik bangunan sangat kecil.48

Mengenai kisah Dewi Sri, ditambahkan oleh bapak Yayan, “Sri

adalah identifikasi dari sebuah kecintaan seseorang akan padi yang

dijadikan beras, seseorang tidak akan bisa hidup tanpa padi yang

menghasilkan tenaga dan juga kekuatan maka dari itu masyarakat begitu

mencintainya dan mengasihinya seperti cintanya sesorang lelaki terhadap

perempuan yang di cintainya.”49

2. Tata Cara Pengelolaan Bahan Pangan

Kegiatan Sumber daya pangan di Kampung Adat Urug adalah

pertanian padi. Padi yang terdapat di Kampung Adat Urug digunakan

dalam dua fungsi yaitu untuk pangan dan kebutuhan adat dan acara

pernikahan, dalam pengelolaan bahan padi masyarakat Kampung Adat

Urug masih menjalankan cara-cara tradisional yang berasal dari kearifan

lokal yaitu budaya Pamali.

Menurut Abah Ukat (Ketua Kampung Adat Urug) kegiatan yang

dilaksanakan di sini ada beberapa kegiatan salah satunya dalam

pertanian sebagai jalan kehidupan masyarakat di sini khusunya

menanam padi wajibnya setahun sekali, warga menanam padi itu

satu tahun sekali, bahan pokok pagi dan sore. Prabu siliwangi

sebagai leluhur kami menguatkan kegiatanya pada pertanian,

senjatanya juga kujang, itu alat pertanian. Maka kegiatan yang

digarap oleh masyarakat tidak lewat dari pertanian, sebab tani itu

tidak bisa berbohong, yang dilaksanakan dalam urusan padi yang

sangat dimulyakan sebagai tanda penghormatan karena sebenarnya

apa padi itu? Secara sareat, kita tidak akan punya tenaga jika tidak

48

Abah Ukat. Wawancara. Geong Gede Urug-bogor, 10 September 2013 Pukul 15:30. 49

Yayan, Wawancara, Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 9 September 2013Pukul 14:00.

Page 66: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

54

ada padi, di antarnya acara sukuran sebanyak lima kali sebagai

ketuanya adalah abah.50

Dalam perkara menanam padi masyarakat kampung Adat Urug

menggunakan padi yang di lakukan satu tahun sekali menanamnya.

dalam menanam padi menurut keterangan dari Ibu Enas, “bibit padi

masih mengunakan bibit padi masa lalu seperti rajawesi, gadong, sri

kemuning, jalupang, bebek, gadog, jidah, carci kunig, carci markati”.51

Dan terdapat adat-istiadat dalam masa tanam dan setelah selesai

menanam yang harus di jalankan.

Menurut Bapak Suganda (Petani Kampung Adat Urug) dalam

perkara menanam Padi. Masyarakat masih mengunakan padi yang

tujuh bulan, jadi satu tahun sekali menanamnya. Awalnya dijemur

sampai kering (dilantaian) dalam waktu beberapa minggu pokonya

sampai kering kemudian diangkut ke lumbung, selanjutnya

menentukan kapan untuk menumbuk padi yang baru di panen.

Setelah waktunya di tentukan kemudian beras ditumbuk, dalam

proses penumbukan padi yang baru di panen itu, para penumbuk

padi tidak akan bicara sampai padi menjadi beras, baik di antara

penumbuk padi maupun dengan orang lain.

Apabila melanggar ada hukumannya, tidak akan dikeluarkan peraturan

seperti itu jika tidak ada hukumanya bagi yang melanggar. Dalam hukum

adat di sebut kawalat, akibatnya bisa langsung terasa di dunia atau pun di

akherat,

Setelah selesai jadi beras, kemudian menentukan juga waktu

yang tepat untuk memasak beras ini menjadi nasi, dari mulai

mengambil beras di pendaringan (tempat menyimpan beras)

kemudian di cuci dan sampai di masak mereka tidak akan bicara

(proses nganyaran, mengunakan pertama hasil panen) baru setelah

itu menentukan waktu untuk Seren Taun, sukuran akan hasil panen,

dan ketika akan menanam kembali padi (tandur) di tunggu

waktunya sampai 40 hari setelah acara Seren Taun, wajibnya

menunggu sampai 40 hari lebih tidak apa-apa asal jangan kurag

dari 40 hari, di ibaratkan seorang istri kita yang baru melahirkan

sebelum 40 hari setelah melahirkan jangan di dulu dicampuri,

peraturan itu harus, wajib diikuti. Selesai tandur atau menanam

50

Abah Ukat, Wawancara, Gedong Gededi Urug-bogor, 10 September 2013 Pukul 15:30. 51

Enas. Wawancara. Rumah Pribadi Urug-bogor, 7 september 2013 Pukul 10:00.

Page 67: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

55

semua, kembali mengadakan selametan. Setelah beberapa minggu

ketika padi mulai muncul nyiram atau reuneuh (padi berisi),

kembali selametan lagi, minta kepada yang kuasa agar padi ini

beukah (mengembang) selamat keluarnya, setelah padi beukah

mekar, selametan lagi agar padi beuneur (berisi) sampai matang,

dan ketika akan memanennya, mengadakan selametan lagi.52

Dalam penanaman padi masyarakat Kampung Adat Urug

menyediakan sendiri pupuknya untuk pupuk penanaman padi pupuk

tersebut hasil dari perilaku masyarakat di samping menggunakan pupuk

kimia.

Menurut Bapak Ade Eka Komara surubuk (pupuk) untuk penanaman

padi adalah, “pupuk yang dihasilkan dari sampah rumah tangga seperi

cangkang bekas dari buah-buahan misalnya dari bekas buah rambutan

dan buah-buahan lainya dan bekas sisa-sisa makanan.”53

Bekas makanan

tersebut mereka bawa ke persawahan untuk dibuang di persawahan

supaya bisa jadi pupuk bagi padi yang akan di tanam, dan jerami bekas

dari panen itu tidak di boleh di bakar dan itu sengaja dibiarkan dan

akhirnya menjadi surubuk (pupuk) bagi padi yang akan ditanam

selanjutnya.

Selanjutnya dalam pengunaan padi dan beras ada aturan yang dipakai

berikut adalah peraturanya. Dalam dalam menumbuk dan menjemur padi

tidak boleh pada hari senin dan jum’at, dan ketika akan mengambil beras

dari pandaringan (tempat menyimpan beras) harus rapih dalam

berpakaian dalam tata-cara mengambil beras tersebut jangan asal, pada

saat mau menyimpan padi ke lumbung padi ada peraturanya, tidak asal

menumpuk begitupun jika akan mengeluarkan padi dari lumbung, pada

saat akan menyimpan padi di lumbung ini disebut entep seureuh (entep

sereh adalah aturan dalam mengambil beras dan padi agar tidak

sembarangan) dan padi ketika di panen di potong menggunakan ketam

52

Suganda, Wawancara, Persawahan Urug-bogor, 9 September 2013 Pukul 08:30. 53

Ade Eka Komara, Wawancara, Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 14 November 2013 Pukul

13:0

Page 68: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

56

atau ani-ani, selanjutnya dalam menanam padi orang tua dulu sebelum

menanm padi melihat resi bintang terlebih dahulu, ketika bintang waluku

sudah terlihat atau keluar maka itu waktu untuk menanam padi, di Urug

mengenai waktu penanaman padi ini masih dipakai.”54

Jadi padi di kampung Adat Urug digunakan dalam dua fungsi yaitu

kebutuhan pangan sehari-hari dan digunakan untuk ritual adat seperti

acara seren tahun, seren patahaun dan acara pernikahan, ada beberapa

adat-istiadat atau kearifan lokal yang berkaitan dengan padi disaat padi

mulai di tanam, proses penanaman, panen dan ketika padi akan disimpan

di lumbung padi, dan ketika akan mengambil padi dari lumbung padi dan

mengambil beras dari tempat penyimpanan, adat-istiadat tersebut ialah

selametan seren tahun dan aturan entep sereh, dalam penanaman padi

untuk pupuknya masyarakat Kampung Adat Urug mengandalkan pupuk

yang mereka hasilkan dari perilaku mereka sendiri seperti bekas dan sisa-

sisa makanan yang mereka dapatkan dari rumah mereka sendiri.

3. Kearifan Lokal Dalam Upaya Ketahanan Pangan

Ada beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketahanan pangan

berikut adalah beberapa pengertian terkait dengan ketahanan pangan:

a. Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya

kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya

pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman,

merata dan terjangkau.

b. USAID (1992: kondisi ketika semua orang pada setiap saat

mempunyai aksessecara fisik dan ekonomi untuk memperoleh

kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif.

c. FAO (1997) : situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses

baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh

54

Ade Eka Komara, Wawancara, Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 14 November

2013 Pukul 13:00

Page 69: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

57

anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami

kehilangan kedua akses tersebut.

d. FIVIMS 2005: kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara

fisik,social dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup,

aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai

dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan

sehat.

e. Mercy Corps (2007) : keadaan ketika semua orang pada setiap saat

mempunyaiakses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap

kecukupan pangan, amandan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai

dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.55

Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan

pangan memiliki lima unsur yang harus dipenuhi yaitu berorientasi pada

rumah tangga dan individu, dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan

dapat diakses, menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu,

baik fisik, ekonomi dan sosial, berorientasi pada pemenuhan gizi dan

diitujukan untuk hidup sehat dan produktif.

Sedangkan pengertian ketahanan pangan dari kampung Adat Urug,

ketahanan pangan adalah menjaga, mengawasi didalam kehidupan dalam

diri seseorang agar jangan meninggalkan kebudayaan misalnya pertanian,

pertanian adalah mengolah tanah agar kita bisa memenuhi kebutuhan sehari-

hari, bukan pertanian yang hanya mengejar keuntungan.”56

Masayarakat Kampung Adat Urug dalam upaya ketahanan pangan ialah

dengan cara memenuhi ketahanan panganya dengan tetap bertani dan

pengelolaan bahan pangan secara tradsional sesuai yang diwariskan oleh

para leluhur mereka, seperti atuaran tidak menjual beras atau padi.

55

Nuhfil Hanani Akhir, Pengertian Ketahanan pangan (tt.p. tp) 56

Ade Eka Komara, wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 1 Desember 2013

Pukul 14:00.

Page 70: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

58

Seperti sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, kearifan lokal yang

bertahan di Kampung Adat Urug yang dijadikan fokus pembahasan yaitu

pandangan hidup dari sebuah kebudayaan berupa nilai-nilai kehidupan

mengenai tata-kelakuan yang diwariskan leluhur, hal ini dalam lingkungan

kasepuhan terangkum dalam ajaran konsep Ngaji Diri (memahami diri

sendiri) budaya pamali (peraturan dalam pengelolaan pertanian dan bahan

pangan) dan budaya gotong-royong. Upaya-upaya yang dilakukan oleh

masyarakat dalam upaya ketahanan pangan di sini untuk sementara ialah

dengan tetap menjalankan tata-cara pertanian, pengelolaan bahan pangan

dengan tetap mengikuti para leluhu.

Tinggal di kasepuhan masyarakatnya harus menjalankan kearifan lokal

yang sudah menjadi norma, peraturan sejak dahulu, segala peraturan

tersebut di wariskan oleh leluhur agar tetap dijalankan oleh masyarakat,tidak

sedikit yang melanggar dan ketika mereka mendapat akibatnya, mereka

kembali ke tata-cara adat.

Jadi seperti sudah dijelaskan sebelumnya, sejauh ini hasil pengamatan

peneliti untuk sementara usaha masyarakat dalam upaya ketahanan pangan

di Kampung Adat Urug, ialah dengan tetap menjalankan ajaran konsep

Ngaji Diri, budaya Pamali dan budaya gotong-royong.

4. Implikasi Kearifan Lokal

Kearifan lokal yang berupa konsep Ngaji Diri, budaya Pamali yang di

dalamnya ada peraturan pertanian, pengelolaan bahan pangan, pandangan

tentang ketahanan pangan dan budaya Gotong-royong berhasil menjaga

kelestarian hutan, tanah, dan ketahanan pangan di Kampung Adat Urug.

Dalam Kearifan lokal tersebut ada tata-cara pengelolaan bahan pangan,

pandangan ketahanan pangan, dan pandangan hidup. Masyarakat tetap

melakukan pemenuhan pangan dengan berlandaskan pada konsep ajaran

Ngaji Diri budaya Pamali dan budaya gotong-royong yang telah dilakukan

secara turun-temurun. Keberhasilan Kampung Adat Urug dalam

Page 71: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

59

Melestarikan konsep Ngaji Diri budaya pamali dan budaya gotong-royong

yaitu:

a. Melestarikan rumah adat Urug.

b. Melestarikan hutan lindung (Hutan Keramat).

c. Melestarikan kesenian setempat seperti jaipongan, angklung

tagonik, dan degung.

d. Melestarikan upacara adat setempat yaitu Seren Tahun, Sedekah

Bumi, Seren Patahun dan lainya.

e. Melestarikan tata-cara pertanian tradisional yaitu: pemakaian bibit

padi masih memakai bibit warisan leluhur, pemakaian pupuk

tradisonal, penanaman padi setahun sekali dan masa tanam

serempak.

f. Melestarikan tata-cara pengelolaan padi yaitu: menyimpan padi di

leuit (tempat penyimpanan beras), penggunaan lesung untuk

menumbuk padi, dan aturan dalam aturan pengelolaan padi yang

terdapat dalam aturan entep sereh (aturan dalam mengambil beras

dan padi agar tidak sembarangan)."57

Kearifan lokal yang masih dipertahankan oleh masyakat Kampung Adat

Urug memberikan hasil dampak untuk kehidupan mereka. Keberhasilan

tersebut telah membawa masyarakat Kampung Adat Urug di kenal di dunia

internasional dengan adanya peneliti luar yang datang ke Kampung Adat

Urug untuk melakukan penelitian, terbukti dengan 18 negara telah

melakukan penelitian ke Kampung Adat Urug, dan juga menjadi Gebyar

budaya setiap tahunya. Manpaat yang dapat dirasakan dari keberhasilan

masyarakat Kampung Adat Urug dalam melestarikan kebudayaan,

kebudayaan dan adat-istiadat yang diturunkan dari leluhurnya yaitu:

a. Biaya pembuatan/perbaikan rumah lebih murah.

b. Menumbuhkan pola hidup sederhana.

57

Ade Eka Komara, wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 1 Desember 2013

Pukul 14:00

Page 72: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

60

c. Kerusakan lingkungan dapat ditekan/dikendalikan.

d. Lestarinya sumber-sumber mata air, meskipun musim kemarau

airnya tetap tersedia.

e. Tumbuhnya sikap kebersamaan dan gotong royong.

f. Memiliki potensi hiburan tradisional khas Kampung Adat Urug.

g. Kebutuhan Pangan yang selalu terpenuhi.”58

5. Dinamika Kearifan Lokal

Konsep ajaran Ngaji Diri, budaya Pamali yang didalamnya ada peraturan

pertanian, pengelolaan bahan pangan dan pandangan terhadap ketahanan

pandangan kebudayaan gotong-royong di Kampung Adat Urug tidak

mengalami perubahan dan peluruhan kearifan lokal. Hal ini dikarenakan

masyarakat masih memegang teguh amanah yang disampaikan oleh leluhur.

Pergeseran memang terlihat dari adanya dua pengilingan padi di Kampung

Adat Urug, namun hal ini tidak menjadi alasan dikatakanya perubahan

kearifan lokal. segenap kearifan lokal, adat istiadat dan kebudayaan tetap

dipertahankan dan tetap efektif dalam mengatur kehidupan masyarakat,

salah satunya ialah pemenuhan pangan.

Adanya pergeseran perilaku masyarakat dalam pengelolaan bahan,

pertanian, dan cara pandang tentang ketahanan pangan muncul akibat oleh

faktor masuknya budaya luar, perpindahan atau masuknya penduduk lain ke

Kampung Adat Urug dan Kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK) dan mulai terbukanya masyarakat terhadap dunia luar.

Adanya pergeseran perilaku masyarakat merupakan salah satu ancaman

terhadap kelestarian kearifan lokal dalam pemenuhan pangan di Kampung

Adat Urug, selain itu pengunaan pupuk plestisida dalam pertanian yang

akan membawa dampak pada hancurnya kelestarian lingkungan dan

ruksaknya tanah.”59

58

Ade Eka Komara, wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 1 Desember 2013

Pukul 14:00 59

Ade Eka Komara, wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 1 Desember 2013

Pukul 14:00

Page 73: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

61

Perubahan dalam kehidupan masyarakat Kampung Adat Urug sudah

mulai terlihat seperti mulai adanya pabrik penggilingan padi, mulai adanya

penggunaan genteng untuk atap rumah walaupan masih minim dan adanya

perubahan perilaku masyarakat seperti penerimaan teknologi seperti alat

komunikasi telepon gengam, parabola, “perubahan dalam pertanian mulai

terlihat dari adanya kelompok warga yang menama padinya setahun dua kali

dengan bibit padi yang ada sekarang.”60

E. Analis dan Pembahasan

Berdasarkan analisa data hasil penelitian, dengan langkah menghimpun

data, mentabulasikan kemudian menginterpretasikan, mengenai Kearifan lokal

Kampung Adat Urug dalam upaya ketahanan yang mengambil lokasi penelitian

di Kampung Adat Urug, maka penelitian ini dapat dianalisis sebagai berikut:

1. Komunitas Kampung Adat Urug berada di Desa Urug Kecamatan

Sukajaya Kabupaten Bogor adalah situs cagar budaya yang mempunyai

hubungan dengan sejarah Kerajaan Padjajaran dan yang di resmikan

sebagai cagar budaya oleh pada 2010 oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan.

2. Penghasilan komunitas Kampung Adat Urug adalah mengabdi pada adat-

istiadat, dimana Prabu Siliwangi memberikan warisan tentang pertanian

sebagai jalan penghidupan maka sebagian besar mata pencaharian

komunitas Kampung Adat Urug adalah petani. Pekerjaan tersebut

memberikan peranan terhadap ketahanan pangan, hasil setiap penanaman

padi yang satu tahun sekali mampu mencukupi kebutuhan pangan selama

dua tahun.

3. Komunitas Kampung Adat Urug mempunyai kearifan lokal yaitu ajaran

konsep Ngaji Diri, budaya Pamali dan budaya Gotong-royong.

60

Ade Eka Komara, wawancara. Rumah Pribadi Kiarapandak-bogor, 1 Desember 2013

Pukul 14:00

Page 74: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

62

4. Komunitas Kampung Adat Urug memakai tiga sumber hukum untuk

bekal dalam kehidupan yaitu hukum kasepuhan, hukum agama/sareat dan

hukum negara.

5. Dalam pengelolaan pertanian, pengelolaan bahan pangan yaitu padi dan

upaya ketahanan pangan masyarakat Kampung Adat Urug masih

memakai dan melaksanakan tata-cara warisan masa lalu.

6. Perubahan kebudayaan mulai terjadi di Kampung Adat Urug seperti

mulai di terimanya gagasan Pariwisata dan di temukannya dua mesin

penggiling padi.

Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan berdasarkn hasil analisis melalui

data observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi bahwa

kearifan lokal dalam upaya ketahanan pangan di Kampung Adat Urug.

Ketahanan pangan di Kampung Adat Urug disebabkan masyarakat masih

melaksanakan ajaran konsep Ngaji Diri dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya ialah budaya Pamali dalam budaya pamali ada berbagai macam

peraturan, salah-satunya ialah yaitu aturan dalam pengelolaan bahan pangan,

pertanian pengelolaan hasil panen dan pandangan tentang ketahanan pangan,

selanjutnya ialah budaya gotong-royong. Berdasarkan wawancara mendalan

observasi partisipan dan dokumentasi kearifan lokal tersebutlah yang

memberikan dampak terhadap ketahanan pangan di Kampung Adat Urug.

Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran konsep Ngaji Diri menjadi salah-

satu bagian yang memberikan peranaan dalam ketahanan pangan di Kampung

Adat Urug. Misalnya perilaku sikap hidup hemat dan mandiri yang terkandung

dalam ungkapan Ulah hareup teuing bisi tijongklok, ulah tukang teuing besi

tijengkang, ungkapan ini merupakan pemahaman akan sebuah perilaku bahwa

seseorang dalam berperilaku harus selalu dalam batasan yang normal,

contohnya pemakaian padi sebagai bahan pangan. padi adalah sumber pangan

dan sumber energi, keterkaitan antara perilaku hidup hemat dan mandiri

dengan ketahanan pangan ialah dalam pemakaian padi, agar masyarakat

terhindar dari kerisis pangan dan juga permasalahan lainya terkait pangan,

Page 75: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

63

maka masyarakat harus hidup sederhana dengan tidak membuang dan

menggunakan padi secara berlebihan, contohnya adalah pemakaian untuk

konsumsi, seperti dalam ungkapan makan hanya untuk menghilangkan lapar,

mempunyai pemahaman bahwa makan jangan berlebih-lebihan karena makan

hanya sekedar untuk menghilangkan lapar, selain dalam ajaran hidup hemat

dan mandiri, ajaran yang ada dalam konsep Ngaji Diri lainnya juga

memberikan peranan dalam ketahanan pangan di Kampung Adat Urug

walaupun tidak berhubungan secara langsung dikarenakan ajaran konsep Ngaji

Diri adalah adalah pandangan hidup yang berkaitan dengan norma untuk

kehidupan sehari-hari.

Aturan dalam budaya Pamali memgenai aturan dalam penaganan bahan

pangan di Kampung Adat Urug, seperti larangan memakai mesin dalam

menjadikan padi menjadi beras, penanaman padi setahun sekali, larangan

menjual padi dan beras, dan masa tanam yang serempak adalah atuaran yang

memberikan peranan terhadap ketahanan pangan di kampung. Di antaranya

dalam aturan penanaman padi bersama, perilaku tersebut mempunyai

perananan dalam melindungi padi dari hama, dikarenakan jika padi ditanam

tidak bersama maka hama akan silih berganti datang menghampiri tanaman

padi, berbeda jika padi ditanam bersama maka akan menghindarkan padi dari

hama misalnya hama burung.

Selanjutnya ialah pelarangan menjual padi dan beras aturan ini sebenarnya

aturan yang dianggap tidak relevan pada waktu sekarang untuk sebagain orang

tapi jika dilihat dari alasan adanya aturan tersebut menjadikan aturan tersebut

adalah sebuah langkah yang baik untuk ketahanan pangan dan juga keadilan

dalam satuan keluarga maksudnya ialah agar padi dipakai untuk yang

semestinya yaitu buat kebutuhan pangan.

Selanjutnya ialah aturan penanaman padi setahun sekali atuaran ini

mempunyai tujuan dan tujuannya adalah melindungi padi dari kekurangan air,

maka dari itu masa tanam padi di Kampung Adat Urug diwajibkan setahun

Page 76: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

64

sekali yaitu terjadi pada musim hujan dan selanjutnya ialah aturan larangan

memakai mesin dalam menjadikan padi menjadi beras.

Jika dilihat dari ilmu kesehatan padi yang di tumbuk pakai lesung bagus

untuk kesehatan, makan nasi beras tumbuk seperti yang dirasakan peneliti rasa

keyang cepat datang dikarenakan dalam nasi tumbuk kadar karbohidratnya

masih tinggi sehinga menghemat pengunaan padi, dan beras tumbuk jauh lebih

sehat karena bersih dari campuran bahan kimia seperi beras yang memakai

mesin.

Budaya gotong-royong meruapakan kebudayaan asli Indonesia dan

memberikan peranan terhadap ketahanan pangan di Kampung Adat Urug.

Contoh perilaku gotong-royong yang dikerjakan bersama-sama ialah

penanaman padi, perbaikan irigasi, dan panen padi bersama. jika cermati secara

seksama, perilaku tersabut tidak hanya mengandung nilai kerbergantungan

dengan sesamanya, kebersamaan, musawarah, tetapi juga kerjasama. Nilai-nilai

tersebut sangat mendukung kehidupan bersama dalam suatu masyarakat, oleh

karena itu gotong-royong perlu dilestarikan. Mengingat kandungan nilainya

sangat berarti dalam kehidupan bersama, maka pelaksanaan gotong-royong

dalam mewujudkan kepentingan bersama tersebut, secara tidak langsung,

merupakan wahana dalam pendidikan budaya (penanaman nilai-nilai), dan

mempunyai peranan dengan ketahanan pangan, adanya sikap saling pengertian

dan memahami akan pentingnya perilaku kerjasama dalam rangka melindungi

sumber ketahanaan pangan seperti penanaman padi bersama agar terhindar dari

hama dan juga gagal panen dan perbaikan irigasi agar air selalu mengalir ke

persawahan memberikan peranan ketahanan pangan di Kampung Adat Urug.

Yang dimaksud ketahanan pangan di Kampung Adat Urug bukan hanya

banyaknya padi, tapi yang dimaksud ketahanan pangan adalah

mempertahankan budaya agar jangan samapai di tinggalkan salah satu ialah

kebudayaan, adat-istiadat dan kearifan lokal terkait dengan pengelolaan

pertanian, bahan pangan (padi) dan perilaku ketahanan pangan.

Page 77: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

65

ketahanan pangan tidak hanya sekedar program untuk mengatasi kelaparan

atau kekuranga pangan, lebih dari itu ketahanan pangan bagi pembangunan

manusia yang merupakan tujuan akhir dari pembangunan nasional dan untuk

itu harus ada solusi atau cara agar ketahanan pangan bisa selalu terjaga seperti

yang di cita-citakan Prabu Siliwangi yang menyuruh para inohong untuk

mencari lahan subur agar dapat di tanami padi untuk memunuhi kebutuhan

negara, dan kearifan lokal, kebudayaan dan adat-istiadat yang ada dalam ajaran

konsep Ngaji Diri, budaya Pamali dan gotong-royong memberikan manpaat

bagi ketahanan pangan di Kampung Adat Urug dan juga memberikan implikasi

terhadap bidang sosial, budaya dan ekonomi.

Dalam buku kebudayaan sosialis karya Soedjatmiko yang menyatakan

bahwa kebudayaan adalah asas dalam mengambil kebijakan seperti dalam

bidang ekonomi, sastra, dan teknologi. Di contohkan tindakan-tindakan

ekonomi yang tidak disertai semangat kebudayaan seperti keputusan ekonomi

kita yang tidak menyertakan kebudayaan melainkan selalu atas dasar keputusan

politik padahal diketahui bahwa keputusan politik selalu berwatak totaliter

yang selalu berwatak totaliter yang mengharamkan etika dan budaya.”61

Dihubungkan dalam upaya ketahanan pangan bahwa dalam memenuhi

kebutuhan pangan harus disesuaikan dengan semangat kebudayaan daerah

masing-masing karena jika tidak menyesuaikan dengan semangat kebudayaan

hanya akan menghilangkan perilaku yang selama ini menjadi adat istiadat,

kearifan lokal, yang selama ini menjadi tata-cara memenuhi kebutuhan akan

pangan.

Di Kampung Adat Urug dalam upaya ketahanan `pangan masyarakat masih

tetap memegang tradisi, kearifan lokal adat istiadat telah menjadi amanat yang

harus dijalankan dan masih tetap dipakai dan masih relevan dan berguna bagi

kehidupan sekarang.

61

Soedjatmiko, Kebudayaan Sosialia, (Jakarta:Melibas 2001),h.22)

Page 78: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kampung Adat Urug adalah salah satu kampung adat yang diakui

keberadaannya yang terletak di Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten

Bogor Provinsi Jawa Barat. Latar belakang keberadaanya kampung adat ini

adalah dari di utusnya para inohong ( ahli pertanian ) untuk mencari tempat

pengolahan pertanian padi untuk memenuhi kebutuhan negara.

Kearifan lokal yang ada di Kampung Adat Urug adalah ajaran konsp Ngaji

Diri, budaya Pamali, dan budaya gotong-royong yang di pakai secara turun

menurun. Kearifan lokal ini merupakan suatu keyakinan masyarakat Kampung

Adat Urug mengenai kepercayaan spiritual terhadap leluhur mereka dan

menjadi norma yang mengatur perilaku masyarakat.

Konsep ajaran Ngaji Diri adalah pandangan hidup, budaya Pamali adalah

seperangkat aturan dalam berperilaku diantaranya aturan pemenuhan akan

pangan, budaya gotong-royong adalah budaya komunal yang menjadi sarana

memperkuat persaudaraan terdapat empat hal dalam konsep Ngaji Diri yaitu

larangan mengambil yang bukan haknya, murah bacot murah congcot, hidup

sederhana dan mandiri dan pengendalian alat tubuh, selanjutnya ialah budaya

Pamali terdapat peraturan terkait pertanian yaitu, pelarangan pemakaian mesin

giling padi, pelarangan penanaman padi tidak bareng, pelarangan menjual

beras dan gabah, dan penanaman padi yang satu tahun sekali. Selanjutnya ialah

budaya gotong-royong yang mempunyai anjuran untuk hidup saling

berdampingan dan membantu. Kearifan lokal tersebut menjadi norma adat

yang mengikat masyarakat karena bersumber dari peraturan para leluhur,

kearifam lokal tersebutlah yang mempunyai peranan terhdap ketahanan

pangan.

Jadi konsep ajaran Ngaji Diri, budaya Pamali dan budaya gotong royong

yang mempunyai peranan dalam ketahanan pangan di Kampung Adat Urug.

Page 79: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

67

B. Saran

1. Konsep ajaran Ngaji-Diri budaya Pamali dan budaya gotong royong perlu

dilestariakn dan dipelihara dalam masyarakat Kampung Adat Urug dan juga

masyarakat umum mengigat pentingnya bagi ketahanan panga, dan

persaudaran.

2. Masyarakat Kampung Adat Urug harus waspada dengan gejala masuknya

budaya luar yang mempengaruhi dan juga menghilangkan kearifan lokal

yang selama ini di pakai dalam upaya ketahanan pangan.

3. Bagi pembelajaran Antropologi, sebagai bahan pengayaan terutama

mengenai kearifal lokal yang dihubungkan dengan ketahana pangan.

4. Di perolehnya status sebagai cagar budaya dalam kategori kampung adat

dari dinas Pariwisata dan Kebudayaan, ada kecenderungan Kampung Adat

Urug seperti dijadikan daerah tujuan wisata budaya dan alam. Oleh karena

itu, masyarakat dengan dibantu oleh Pemerintah Pusat dan Daerah lebih

selektif dalam menerima tamu atau pihak-pihak yang ingin mengunjungi

Kampung Adat Urug.

Page 80: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

68

DAFTAR PUSTAKA

A Mappadjantji Amien: Kemandirian Lokal konsepsi pembangunan, organisasi,

dan pendidikan dalam prespektif Sains Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2005.

Ajip Rosidi : kearifan lokal dalam perspektif budaya sunda. Bandung: kiblat

utama, 2011.

Anthoni Giddent: Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikiranya. Yogyakarta:

Kreasi Wacana,2004.

Ade Makmur, et.al: kearipan lokal di tengah modernisasi. Jakarta: Kementrian

kebudayaan dan Parawisata Republik Indonesia, 2011.

Ade Saptomo: HUKUM DAN KEARIPAN LOKAL Revatalisasi Hukum Adat

Nusantara. Jakarta: Grasindo , 2005.

Deddy Mulyana: Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004.

Gatot Winoto, et. Al: Kearifan Tradisional masyarakat pedesaan dalam upaya

pemeliharaan lingkungan hidup di daerah riau. Kepulauan Riau: Departemen

Pendidikan dan kebudayaan, 1992.

Gatoet S. Hartono dkk: Libealisasi Perdagangan:Sisi Teori, Dampak Empiris dan

Prespektif Ketahanan Pangan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan

Sosial Ekonomi Pertanian, 2004.

Ikhtisar budaya : Bandar Sri Begawan: Dewan bahasa dan kebudayan kementian

kebudayaan, 1976

Jamal Ma’ mur Asmani: pendidikan Berbasis Keunggulan lokal. Jakarta: DIVA

Press, 2012.

Joseph E. Stiglitz, Dekade era’90-an dan awal mula petaka ekonomi dunia

keserakahan. Indonesia: PT Cipta Lintas Wacana, 2006.

Koentjararaningrat: Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka cipta, 2009.

------- kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarata: PT Gramedia, 1947.

Lexy J. Moeloeng: Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007

Mahsun: Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Page 81: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

69

M. Nazir: Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985.

Monograpi Kampung Adat Urug (Bogor: Kantor Desa Urug Kecamatan Sukajaya,

2013

Nurul Zuriah: Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2006.

Nuhfil Hanani Akhir, Pengertian Ketahanan pangan (tt.p. tp)

Noeng Muhadjir: Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin,

1996.

Soerjono Soekanto: Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2005.

Suharso, et.al.: Kearifan Tradisional dalam upaya pemeliharaan lingkungan

hidup di jawa tengah. jawa Tengah: Departemen Pendidikan dan kebudayaan,

1991.

Suharsimi Arikunto: Prosedur Penelitian Untuk Pendekatan Praktek, Jakarta:

Bumi Aksara, 2002.

Soedjatmiko: Kebudayaan Sosialis Jakarta: Melibas, 2001.

Suwardi Endaswara, Metode Teori, Teknik Penelitian kebudayaan Idiologi,

Epistimolgi dan Aplikasi, Yongyakarta:Pusaka Widayatama 2006

Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed., kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta:

Balai Pustaka, 2007.

Tim Penyusun. Pedoman Skripsi 2013. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Joseph E. Stiglitz, Dekade era’90-an dan awal mula petaka ekonomi dunia

keserakahan, (Indonesia:PT Cipta Lintas Wacana, 2006), h. 5.

Wawancara:

Aspar, Asep. Wawancara, Bogor 7 September, 2013.

Ade Eka Komara, Wawancara, Bogor 14 November, 2013.

Ade Eka Komara, Wawancara, Bogor 1 Desember, 2013.

Adita. Wawancara, Bogor, 15 September 2013.

Page 82: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

70

Wardu. Wawancara, Bogor, 9 september 2013.

Abah, Ukat. Wawancara, Bogor, 6, 9, 12, 8 September 2013.

Yayan, Wawancara. Bogor, 9 September 2013.

.

Agus. Wawancara. Bogor, 9 September 2013.

Enas. Wawncara. Bogor, 7 september 2013.

Suganda. Wawancara. Bogor, 9 September 2013.

Jurnal :

Tia Oktaviani, et.al. Kearifan Lokal dalam Pengelolan Sumber Daya Air

Kampung Kuta. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi

Manusia. 04, 2010.

Haidlor Ali ahmad, kearifan lokal sebagai landasan pembangunan bangsa,

Harmoni Jurnal Multicultural dan Multireligius. 9. 2010

Internet:

Dinas kebudayaan Dan pariwisata Kabupaten Bogor, Situs Kampung Adat Urug,.

www.disparbudjabarprov.go.id, 20 September 2013.

Pasopati Media Group Bondowoso, Kearifan Lokal dan Pembangunan Indonesia,

www.passopatifm.com, 24 September 2013.

Detik Finace, Negara-Negara Rawan Pangan, http. Finace Detik.com, 20

November 2013.

Haryanto, “Pengertian Perubahan Sosial,” http//belajarpsikologi.com 20

November 2013.

Bulog, Bulog Sebelum Menjadi Perum,. 10,

(tp://bulog.co.id/old_Website/sejarah.php). 10, 2013

MAKALAH

Budi Sucahyo, “Bulog dari masa kemasa”, Makalah Disampaikan pada Media

Komunikasi Petani, Tani Merdeka, Jakarta, 1 Desember 2013.

Budi Sucahyo, “ Memperkuat Peranan Bulog”, Makalah Disampaikan pada Media

Komunikasi Petani, Tani Merdeka, Jakarta, 1 Desember 2013.

Page 83: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

71

Ginanjar Kartasasmita, “Ketahanan Pangan dan ketahanan Bangsa,” Makalah

disampakan pada Seminar Pengembangan Ketahanan Pangan Berbasis

Kearifan Lokal, , 26 November, Bandung : Universitas Pasundaan 2005.

Suhartini. “ Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Alam

dan Lingkunga,” Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan

dan Penerapan MIPA 16 Mei. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri

Yogyakarta, 2009.

Page 84: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

72

Lampiran 1

DAFTAR WAWANCARA

(Wawancara Dengan Abah Ukat,Pimpinan Kampung Adat Urug)

1. Kapan Kampung Adat Urug di resmikan sebagai cagar budaya dari Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan?

Jawab:

Di resmikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan pada tahun 2010.

2. Ada berapa upacara adat dan bagaimana pelaksanaan?

Jawab:

Berikut adalah acara-acara adat dan pelaksananya:

a. muludan, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW (tanggal 12

Rabbi’ul Awal). Dalam acara ini ketua Adat bersama warga khusus

mengirim do’a untuk nabi Muhammad karena sudah berjasa

membawa agam islam. Biasanya dalam acara tersebut di hidangkan

makanan –makanan khas daerah dan olahan lauk pauk yang akan di

bagikan kepada warga setelah di doakan.

b. seren taun (Syukuran hasil panen), di laksanakan sebagai ungkapan

rasa syukur dari petani yang di pimpin oleh ketua Adat, rasa syukur

ini ditujukan kepada kepada yang pertama kali telah memberikan bibit

pokok dalam masalah pangan kepada manusia, yaitu yang maha kuasa

pertama, karena pada hakekatnya bumi tempat tumbuh berbagai

macam tanaman yang bermanfaat bagi manusia, maka ketika akan

mengambilnya harus meminta izin kepada yang punya. Kegiatan ini

dilakukan setelah setelah semua warga selesai panen, dalam proses

seren tahun di tandai dengan peyembelihan kerbau yang dagingnya di

masak dan dijadikan untuk selametan, selanjutnya warga dan ketua

adat melakukan ziarah ke leluhur ketua adat dan selanjutnya

masyarakat pun melakukan ziarah ke makam kerabatnya. Sepulang

ziarah menggadakan selametan lagi sebagai tanda telah menggadakan

Page 85: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

73

ziarah kemakam leluhur setelah itu warga mempersiapkan hidangan

buat warga dan juga tamu yang sengaja datang dari luar baik tamu

dari instansi pemerintah, mahasiswa, dan juga pedagang. Selanjutnya

menggadakan selametan yang di pimpin oleh ketua adat, setelah

selesai selametan baru hiburan dimulai seperti jaipongan, golek dan

sebagainya, dan kesokan harinya warga menggadakan selametan

kembali dengan membawa panggang ayam dan nasi sebakul, ayam

yang di panggang di sembelihnya dekat rumah adat.

c. sedekah rowahan tanggal 12 bulan Rowah (Bulan sya’ ban),

dilaksanakan pada bulan (sya’ban), pagi hari masyarakat membawa

ayam satu ekor per-keluarga, dan disembelih dihalaman rumah adat,

setelah selesai dimasak, dibawah lagi ke rumah adat, selametanya di

lakukan bada dhuhur, acara ini dan doa yang dikirim sebagai wujud

bakti kepada nabi adam alaihi salam karena menjadi induk semua

umat manusia.

d. sedekah bumi, lewat beberapa bulan setelah selesai bulan Rowah

(syaban), puasa (Ramadhan), syawal. Acara ini diadakan sebelum

menanam padi. Semua warga makan bersama di halaman rumah adat,

sebelum makan bareng warga memanjat Doa agar ketika selama

menanam padi selamat dari hama dan tanpa kendala, pada tahun ini

sedekah bumi ini berlangsung pada tanggal 1-3 oktober .

e. seren pataunan. Adalah sebuah acara adat pentup tahun. acara ini

bertujuan agar bisa di selamatkan tahun yang sudah di jalani, ritual

adat hampir sama dengan seren tahun, untuk tahun sekarang acara

adat ini di lakukan pada tanggal 13-14 November 2013.

3. Bagaimana sejarah Dwi Sri?

Jawab:

Menurut keterangan Abah Ukat (Ketua Kampung Adat Urug) yang di

sebut Nyai Sri, berarti perempuan. Jensinya merah, putih, hitam, hijau dan

kuning gelarnya di pajajaran-bogor oleh Prabu Siliwangi kiriman dari Sorga

Maniloka dari Kahyangan Jagad Suralaya dari Para Dewa. Wujud awalnya

Page 86: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

74

berupa telur yang di jaga oleh Dewa Anta selama 40 hari sampai menetasnya.

Awalnya selama 39 hari tidak menetas, dewa Anta memanggil Prabu

Siliwangi, oleh Prabu Siliwangi dicipta menjadi seorang manusia, perempuan

di kenal dengan Dewi Sri, umur sekian tahun tanpa dikubur digeletakan begitu

saja. Dari kedua mata Dewi Sri tanaman berupa padi, tiga ikat dan dua ikat,

jadi ada lima jenis, akhirnya yang hijau dan yang kuning menyatu ke dalam

Raga Prabu Siliwangi. Jenis yang merah, putih dan hitam gelar ke dunia

menjadi padi seperti yang kita kenal sekarang. Kelima jenis padi tersebut

tadinya di turunkan di Pajajaran Bogor, berhubung Prabu Siliwangi

menghilang dan menuju Kampung Adat Urug, dan dibawa oleh Prabu

Siliwangi termasuk bibit yang lima itu. Sareatnya yang ditanam hanya tiga,

yang merah, putih dan hitam, hakekatnya bibit yang lima tadi disimpan di

suhunan (atap) rumah adat Urug lebak yang berjumlah lima, satu atap satu

warna. Tiga yang digelar tadi, hakekatnya Gedong Gede (Rumah Adat Urug

Lebak), Gedong luhur atau paniisan (tempat berteduh), berupa bangunan

panggung tinggi tapi tidak terlalu besar dan Gedong Leutik bangunan sangat

kecil

4. Kenapa kegiatan di Kampung Adat ini pertanian?

Jawab:

Menurut Abah Ukat (Ketua Kampung Adat Urug) kegiatan yang

dilaksanakan di sini ada beberapa kegiatan salah satunya dalam pertanian

sebagai jalan kehidupan masyarakat di sini khusunya menanam padi

wajibnya setahun sekali, warga menanam padi itu satu tahun sekali, bahan

pokok pagi dan sore. Prabu siliwangi sebagai leluhur kami menguatkan

kegiatanya pada pertanian, senjatanya juga kujang, itu alat pertanian.

Maka kegiatan yang digarap oleh masyarakat tidak lewat dari pertanian,

sebab tani itu tidak bisa berbohong, yang dilaksanakan dalam urusan padi

yang sangat dimulyakan sebagai tanda penghormatan karena sebenarnya

apa padi itu? Secara sareat, kita tidak akan punya tenaga jika tidak ada

padi, di antarnya acara sukuran sebanyak lima kali sebagai ketuanya

adalah abah.

Page 87: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

75

5. Kearifan Lokal di Kampung Adat Urug?

Jawab:

Konsep Ngaji Diri, Budaya Pamali, dan Gotong-royong

6. Sejak Kapan Abah jadi Ketua dan bagaimana prosesnya?

Jawab:

Abah Ukat adalah ketua adat Kampung Adat Urug Lebak dan

juga menjadi pusat pimpinan Kampung Adat Urug juga meupakan salah

satu induk dari kampung adat yang ada di Jawa Barat. Abah ukat

menjadi Ketua Adat di Urug lebak pada tahun 2004 M atau 1425 H

tanggal 1 Mulud, “beliau adalah generasi ke-11. Sebelumnya ketua

Adat dijabat oleh paman Abah Ukat, sebelumnya pamannya, ayahnya

dan sebelumnya ayahnya, kakeknya, tapi seperti kata Abah Ukat, nama-

nama dari ketus adat sebelumnya tidak ditulis. Sebelum menjabat

sebagai ketua adat, “abah ukat adalah seseorang pedagang ikan air laut

dalam sekala besar di pasar Leuwiliang, namun karena ketua Adat

sebelumnya (pamannya) meninggal dan menurut wangsit, Abah

Ukatlah yang harus menjadi ketua Adat berikutnya, maka beliaupun

meninggalkan propesinya.

Setelah menduduki jabatan ketua Adat, Abah Ukat jarang bahkan

tidak pernah kemana-mana, 24 jam ada di rumah. Beliau bukan tidak

mau menyaksikan kegiatan di mana-mana tapi harus melayani

masyarakat dan juga sering banyak tamu yang datang. Seperti yang

disaksikan peneliti hampir tiap hari abah diam di rumah dan melayani

masyarakat dan juga banyak menerima tamu dari luar yang berkunjung

dengan tujuan masing-masing misalnya meminta nasehat, doa dan

meminta keterangan untuk kepentingan penelitian seperti keterangan

yang peneliti terima dari Abah Ukat, menyatakan beberapa bulan ke

belakang ada peneliti dari negara yang abah tidak tahu asalnya namun

akhirnya abah tahu negaranya adalah negara Denmark Dalam menerima

tamu abah tidak melihat latar belakang agama dan suku dan budaya

karena mereka adalah saudara yang harus dihormati.

Page 88: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

76

7. Penjelasan mengenai larangan yang ada dalam budaya pamali:

Jawab:

Larangan untuk mengambil yang bukan haknya ini tergambar dalam

ungkapan, Mipit Kudu Amit, Ngala Kudu Menta artinya mengambil atau memetik

itu harus meminta izin kepada yang mempunyainya, dengan kata lain jangan

mencuri. Para Ketu Adat di Kampung Adat Urug dan warga umumnya juga

mengatakan hal yang sama, bahkan ada istilah, “jika kita melewati kebun

seseorang, tangan itu harus dikepalkan Artinya jangan memetik buah-buahan di

kebun orang, jika kita mau, ya harus meminta izin kepada si pemilik kebun. Di

lingkungan Kampung Adat atau kasepuhan hal semacam inilah yang disebut

pamali.

Pada masyarakat Kampung Adat Urug, ungkapan Mipit kudu amit ngala

kudu menta tidak hanya berarti secara Harfiah saja, yaitu larangan jangan

mencuri, dibalik arti itu terdapat makna yang dalam mengenai rasa sukur mereka

terhadap yang maha kuasa. Pada hakekatnya bumi beserta isinya ini adalah milik

Tuhan yang dianugrahkan kepada segenap mahluknya, tanaman padi yang

menjadi bahan pokok mereka dan tanaman lainya, tumbuh di atas bumi-nya atas

izin-nya pula, maka ketika akan mengambil atau memanen hasil dari tanaman itu,

harus memohon izin dulu kepada pemilik bumi dan harus disukuri segala yang

telah diberikan oleh pemilik bumi.

Ungkapan rasa sukur ini mereka wujudkan dalam acara adat Seren Taun,

sukuran hasil panen, dalam acara ini adat ini diadakan selametan dan doa,

berterimakasih kepada sang pencipta atas hasil panen tahun ini dan semoga panen

pada tahun-tahun berikutnya juga bagus.

Murah Bacot artinya senang menyapa orang lain dengan ramah dan sopan

santun, sedangkan murah congcot, baik hati suka memberi atau berbagi makanan,

murah bacot murah congcot secara harfiah adalah sikap ramah tamah yang harus

ditunjukan seorang pribumi kepada tamu. Murah congcot berarti si pribumi harus

menjamu tamu dengan hidangan sekedarnya, jika hidangan disuguhkan maka

Page 89: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

77

harus murah bacot, si pribumi harus menawari tamu untuk mencicipinya, karena

jika tidak di tawari, kemungkinan tamunya akan sungkan padahal sebenarya mau.

Anjuran ini sepertinya lahir karena Kampung Adat Urug sering dikunjungi tamu

baik pada hari-hari biasa maupun pada upacara adat, dan untuk bahan pangan

sebagai hidangan sang tamu, warga Kampung Adat Urug selalu tersedia, karena

mereka belum pernah kekurangan bahan pokok makanan terutama beras, ternyata

murah bacot murah congcot tidak hanya sikap ramah tamah kepada kamu, murah

dalam perkataan tidak hanya dikhususkan kepada tamu, tapi umum untuk semua

orang, maksudnya kita harus menyapa orang lain terlebih dahulu, bertutur kata

dengan baik dan sopan, perrmisi jika melewati orang lain di jalan karena dengan

begitu kita pasti akur dan akrab dengan orang lain, begitupun dengan sebaliknya

jika kita adigung (sombong), tidak akan yang mau akrab dengan kita.

Hidup sederhana mempunyai pengertian jangan berlebihan dalam segala

sesuatu. Misalnya makan hanya sekedar penghilang lapar, minum sekedar

menghilangkan haus dan tidur hanya untuk menghilangkan kantuk, jangan

berlebihan, dan jangan pula kekurangan asal berkecukupan.

Makan hanya penghilang lapar tujuanaya untuk menghindari sifat rakus,

kareana manusia sudah nemilki sifat rakus, tamak dan serakah. Kemudian tidur

hanya penghilang kantuk, manusia itu hidup punya kewajiban baik masalah

maupun akhirat, jangan siang dan malam tidur, siang untuk bekerja mencari

nafkah untuk keluaraga, malam untuk istirahat, segala sesuatu juga harus pada

waktu dan tempatnya. Juga bisa menimbulkan penyakit jika tidur dan makan

berlebihan, dalam masyarakat kasepuhan hidup berkucukupan ini, tidak

berlebihan dan tidak kekurangan disebut Sri (ditengah-tengah).

Hidup mandiri seperti itulah yang penulis saksikan pada kehidupan

masyarakat Kampung Adat Urug. Mereka memilki sawah yang luas (50.000 m2)

bahkan sampai masuk ke Desa lain, tapi hasil panen itu sama sekali tidak dijual,

panen satu tahun sekali cukup untuk persedian, minimal dua tahun.

Air melimpah, tidak kekeringan pada musim kemarau, karena mereka

mereka merawat alam, menjaga hutan larangan, yang dijadikan kayu bakar hanya

Page 90: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

78

batang pohon yang sudah kering atau mati, lauk pauk mereka sediakan sendiri,

seperti ayam, itik, kecuali ikan asin mereka membeli begitu juga dengan pakaian.

Salah satu jalur Pamali di Kampung Adat Urug yaitu mengendalikan alat

tubuh. Alat tubuh atau indera kita jangan sampai di salahgunakan untuk hal-hal

yang tidak baik. Indra kitapun sudah tau haknya masing-masing sekarang

misalnya hidung hanya untuk bisa mencium, sukanya wewangian, telinga hanya

bisa mendengar, mata hanya bisa melihat, makan sariatnya hanya dilakukan oleh

mulut, lidah yang merasakan, tapi mata, telinga dan hidung tidak pernah protes

ingin merasakan makanan yang di makan mulut, karena mereka sadar akan

haknya masing-masing

Begitupun manusia harus konsisten dengan tugasnya masing-masing. Jadi

Pamali itu banyak jalurnya bila kita melanggar pasti badan merasakan akibatnya

ada pribahasa nafsu kasasarnya lampah badan anu katempuhan (bila kita terbawa

nafsu, maka badan yang menanggung akibatanya). Bicara jangan sembarangan,

melangkah jangan salah. Kata orang tua jaman dulu, lebok mah ulah ditincak

(jangan berlubang jangan dilewati), nanti celaka.

Seperti yang sudah dijelaskan di awal. Semua alat tubuh manusia itu

hakekatnya pemberian Sang Pencipta, maka harus dimanfaatkan untuk hal-hal

yang baik saja karena akan dimintai pertanggungjawabannya kelak, terutama yang

harus di pelihara itu lisan.

8. Apa makna dan juga bentuk dalam bangunan gedong gede?

Jawab:

Ciri dan bentuk bangunan ini mempunyai makna, “atap bangunan

berjumlah tujuh, menandakan jumlah hari dalam satu minggu yang terus berputar

dalam kehidupan, panjangnya 30 meter menandakan hitungan hari dalam satu

bulan, sedangkan lebar 12 meter adalah jumlah bulan dalam satu tahun.

Sementara warna dinding yaitu warna kuning dan hijau seperti warna

dalam lampu lalu-lintas warna kuning muncul sebagai pertanda hati-hati sama

halnya dengan warna kuning pada Gedong Gede, setelah warna kuning apakah

akan hijau atau merah, jika warna hijau maju terus artinya masih berlangsung jika

Page 91: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

79

merah berhenti. Jadi warna hijau pada “Gedong Gede menandakan

keberlangsungan Kampung Adat Urug.

Page 92: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

80

Lampiran 2

DAFTAR WAWANCARA

(Wawancara dengan Bapak Ade Eka Komara Tokoh Kasepuhan Adat Urug)

1. Bagaimana Sejarah Kampung Adat Urug?

Jawab:

Menurut keterangan yang diperoleh dari Bapak Ade Eka Komara,

keberadaan kasepuhan Kampung Adat Urug berawal dari di utusnya Para

Inohong (tokoh) di Pajajaran(1482-1579 M) yang ahli dalam bidang

pertanian oleh untuk mencaru daerah yang subur sebagai lahan pertanian.

Para tokoh ini berangkar dari pusat, di kota Bogor sekarang, singgah di

Kampung Panyaungan, di sinilah mereka mendirikan tempat untuk

membuat perkakas pertanian yang di sebut Gosali atau tempat pandai besi.

Dari panyaungan terus ke Parung Sapi kemudian menulusri sungai

Cidurian dan sampai di Kampung Adat Urug, pada saat itu kampung Adat

Urug masih hutan, ditemukanlah lahan yang cocok oleh mereka dan di

kampung inilah mereka mengajarkan ilmu-ilmu pertanian, maka

sebenarnya Kampung Adat Urug ini awalnya disebut kampung

Guru.untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan maka para inohong

atau tokoh tadi disembunyikan di muara sungai di Ciapus Leutik, dan

kampung Guru dibalik namanya menjadi Kampung Urug dengan tujuan

agar tidak diketahui,di Kampung Adat Urug inilah dikembangkan ilmu-

ilmu pertanian oleh para tokoh tadi tadi sampai mereka memiliki

keturunan yang sekarang menjadi para ketua Adat. Kemudian ada juga

keturunanya di yang di Cipatat Kolot, Kecamatan Sukajaya Kemudian ada

yang di Lewi Catang desa Bantar Karet Kecamatan Nanggung dan cipta-

gelar cisolok sukabumi.

2. Kenapa ada peraturan beras atau padi tidak di jual?

Jawab:

Page 93: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

81

Larangan menjual beras dan padi di Kampung Adat Urug berlaku dalam

kehidupan masyarakat Kampung Adat Urug, tetapi warga di perbolehkan

untuk membeli beras dari luar. alasan beras tidak di perbolehkan untuk di

jual menurut keterangan Bapak Ade Eka Komara, “ketika beras di masak

oleh satu keluarga maka beras yang menjadi nasi tersebut akan bisa di

makan oleh semua anggota keluarga dan sebaliknya jika beras tersebut di

jual maka uangnya akan di nikmati oleh segelintir orang, misalnya jika

seorang menjual beras dan uangnya di belikan rokok, maka rokok tersebut

hanya akan di nikmati segelintir orang saja.

3. Kenapa ada peraturan padi tidak boleh di giling pakai mesin?

Jawab:

peraturan tersebut ada di sebabakan pada waktu itu tidak ada mesin

sehinga yang dipakai waktu itu hanya alat Lesung, Lulumpang sebagai alat

penumbuk padi maka peraturan tersebut terus berlaku walaupun sekarang

mesin pembuat padi menjadi beras sudah ada tapi kebiasaan yang sudah

menjadi peraturan tersebut masih tetap berlaku.

4. Kenapa ada peraturan masa tanam satu kali dalam satu tahun?

Jawab:

peraturan ini lahir karena melihat dalam waktu satu tahun ada dua musim

cuaca yaitu musim hujan dan musim kemarau, maka dari itu pertanian padi

yang memang membutuhkan air maka masa tanam padi di perbolehkan

hanya satu kali dalam satu tahun yaitu pada musim hujan.

5. Kenapa ada peraturan penanaman padi serempak?

Jawab:

peraturan tersebut lahir karena melihat gejala ketika masa tanam tidak

serempak akan mendatangkan hama yang silih berganti datang menganggu

tanaman padi misalnya hama burung.

6. Apakah benara kalau misalnya meninggal peraturan tersebut akan

mendatangkan hukuman

Jawab:

Page 94: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

82

Aturan tersebut adalah seperangkat aturan yang ditaati dan dipakai oleh

masyarakat Kampung Adat Urug dalam hubunganya dengan padi. Setiap

orang yang melangar peraturan tersebut akan mendatangkan bala atau

ganjaran, ganjaran tersebut ialah penyakit gatal, hama tanaman atau dalam

istilah warga setempat yaitu Bendoaan

7. Apakah ada hutan lindung di Kampung Adat Urug?

Jawab:

Ada letaknya di Urug Lebak luasnya sekitar 10.000 m2 hutan ini warga

tidak boleh menebang sembarangan kecuali mengambil ranting-ranting

yang sudah mati.

8. Kenapa rumah di sini di larang pakai genteng?

Jawab:

alasan masyarakat tidak memakai genteng untuk rumahnya ada dua alasan

yang menyebabkannya, pertama alasannya ialah karena masyarakat tidak

memakai genteng untuk rumahnya karena genteng terbuat dari tanah

mereka menyatakan bahwa sesuatu yang ditutupi oleh tanah adalah sesuatu

yang sudah meninggal, sedanga alasan kedua ialah supaya masyarakat

rajin menanam tanaman rumbiak, tanaman rumbiak adalah tanaman yang

bisa digunakan untu membuat atap, anyaman bilik, buat konsumsi,

penahan air, rajin bekerja dan suasana sejuk.

9. Bagaimana aturan dalam penggunaan beras atau padi dan Surbuk?

Jawab?

surubuk (pupuk) untuk penanaman padi adalah, pupuk yang dihasilkan

dari sampah rumah tangga seperi cangkang bekas dari buah-buahan

misalnya dari bekas buah rambutan dan buah-buahan lainya dan bekas

sisa-sisa makanan. Bekas makanan tersebut mereka bawa ke persawahan

untuk dibuang di persawahan supaya bisa jadi pupuk bagi padi yang akan

di tanam, dan jerami bekas dari panen itu tidak di boleh di bakar dan itu

sengaja dibiarkan dan akhirnya menjadi surubuk (pupuk)bagi padi yang

akan di tanam selanjutnya

Page 95: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

83

Selanjutnya dalam pengunaan padi dan beras ada aturan yang dipakai

berikut adalah peraturanya. Dalam dalam menumbuk dan menjemur padi

tidak boleh pada hari senin dan jum’at, dan ketika akan mengambil beras

dari pandaringan (tempat menyimpan beras) harus rapih dalam berpakaian

dalam tata-cara mengambil beras tersebut jangan asal, pada saat mau

menyimpan padi ke lumbung padi ada peraturanya, tidak asal menumpuk

begitupun jika akan mengeluarkan padi dari lumbung, pada saat akan

menyimpan padi di lumbung ini disebut entep seureuh (entep sereh adalah

aturan dalam mengambil beras dan padi agar tidak sembarangan) dan padi

ketika di panen di potong menggunakan ketam atau ani-ani, selanjutnya

dalam menanam padi orang tua dulu sebelum menanm padi melihat resi

bintang terlebih dahulu, ketika bintang waluku sudah terlihat atau keluar

maka itu waktu untuk menanam padi, di Urug mengenai waktu penanaman

padi ini masih dipakai

10. Apa yang dimaksud dengan ketahanan pangan?

Jawab:

ketahanan pangan dari kampung Adat Urug, ketahanan pangan adalah

menjaga, mengawasi didalam kehidupan dalam diri seseorang agar jangan

meninggalkan kebudayaan misalnya pertanian, pertanian adalah mengolah

tanah agar kita bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, bukan pertanian

yang hanya mengejar keuntungan.

11. Keberhasilan dan implikasi apa yang dihasilkan dari kearifan local di

Kampung Adat Urug?

Jawab :

Keberhasilan Kampung Adat Urug dalam Melestarikan konsep Ngaji Diri

budaya pamali dan budaya gotong-royong yaitu:

a. Melestarikan rumah adat Urug.

b. Melestarikan hutan lindung (Hutan Keramat).

c. Melestarikan kesenian setempat seperti jaipongan, angklung

tagonik, dan degung.

Page 96: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

84

d. Melestarikan upacara adat setempat yaitu Seren Tahun, Sedekah

Bumi, Seren Patahun dan lainya.

e. Melestarikan tata-cara pertanian tradisional yaitu: pemakaian bibit

padi masih memakai bibit warisan leluhur, pemakaian pupuk

tradisonal, penanaman padi setahun sekali dan masa tanam

serempak.

f. Melestarikan tata-cara pengelolaan padi yaitu: menyimpan padi di

leuit (tempat penyimpanan beras), penggunaan lesung untuk

menumbuk padi, dan aturan dalam aturan pengelolaan padi yang

terdapat dalam aturan entep sereh (aturan dalam mengambil beras

dan padi agar tidak sembarangan).

Kearifan lokal yang masih dipertahankan oleh masyakat Kampung

Adat Urug memberikan hasil dampak untuk kehidupan mereka.

Keberhasilan tersebut telah membawa masyarakat Kampung Adat Urug di

kenal di dunia internasional dengan adanya peneliti luar yang datang ke

Kampung Adat Urug untuk melakukan penelitian, terbukti dengan 18

negara telah melakukan penelitian ke Kampung Adat Urug, dan juga

menjadi Gebyar budaya setiap tahunya. Manpaat yang dapat dirasakan dari

keberhasilan masyarakat Kampung Adat Urug dalam melestarikan

kebudayaan, kebudayaan dan adat-istiadat yang diturunkan dari leluhurnya

yaitu:

a. Biaya pembuatan/perbaikan rumah lebih murah.

b. Menumbuhkan pola hidup sederhana.

c. Kerusakan lingkungan dapat ditekan/dikendalikan.

d. Lestarinya sumber-sumber mata air, meskipun musim kemarau

airnya tetap tersedia.

e. Tumbuhnya sikap kebersamaan dan gotong royong.

f. Memiliki potensi hiburan tradisional khas Kampung Adat Urug.

g. Kebutuhan Pangan yang selalu terpenuhi.

12. Bapak lahir tahun berapa ?

Page 97: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

85

Jawab:

Lahir di Bogor 24 Februari 1970

13. Bagaimana riwayat pendidikan anda?

Jawab:

SDN 01 Kiarapandak SMP 01 CIBUNGBULANG SMA 01 Negeri

leuwiliang.

14. Bagaimana riwayat pekerjaan anda?

Jawab:

Pekerjaan bapak sebenarnya wirasawasta dalam perjalanya saya aktif

dalam pemerintahan desa maupun social jabatan yang pernah saya

jalankan yaitu ketua BPD (Badan Permusyawaraktan Desa 2000-2006)

sekdes (sekertaris Desa 2007-2012) dan pernah menjadi pengurus

muhammadiyah.

Page 98: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

86

Lampiran 3

DAFTAR WAWANCARA

(Wawacara dengan Pengurus Kasepuhan Urug, BapakYayan)

1. Bagaimana sejarah Kampung Adat Urug?

Jawab:

menurut keterangan dari Bapak Yayan Menyatakan Asal Muasal

Kampung Adat Urug di mulai dari di utusanya para inohong atau tokoh

dari wetan (sumedang) lalu singgah di panjaungan di sini mererka

kemudian membuat perkakas pertanian yang disebut Gasali atau tempat

pandai besi, dari panyaungan terus singgah ke cilame ciasahan kemudian

ke parung sapi ka urug ciapus ngolah tanah di situlah membuat batas yang

sekarang terkenal dengan nama Batu Tapak yang merupakan situs yang

ada hingga sekarang letakanya sebelum Kampung Adat Urug. Dan juga

merupakan proses pengislaman oleh Sunan Gunung Djati di tanah sunda.

2. Apa yang di maksud dengan kebudayaan sunda?

Jawab:

Kebudayaan sunda ada yang di Parahiyangan, Pakuan Padjajaran, galuh

pakuana semuanya

3. Apa makna budaya?

Jawab:

Yusunkeun dimana-mana singkatan-singkatan akar permasalahan baik di

negara lingkungan dina agama, contohna (depe-depe handap ashor ulah

adigung ulah jumeneng) ngajaga ngariksa dina hiji kahirupan urang, silih

asuh silih asih silih asah, silih sengitaan, silih elingan, silih bejaan, ilmu

pangempuh kadageulan.

4. Apa yang di maksud dengan ketahanan pangan?

Jawab :

Ketahanan pangan adalah Cuma istilah pemerintah tapi yang di maksud

dengan ketahanan pangan adalah pertahankan budaya jangan sampai di

Page 99: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

87

tinggalkan, pertanian itu identik dengan ngolah sawah , ngisi kabutuhan

urang sapoe-poe. Tani tinggal daki lain ngahasilkun.

5. Apa yang di maksud dengan pertanian?

Jawab :

Kata pertanian berasal dari gunung maratani nu aya di gunung maratani.

Yang menanam secara bersama-sama supaya ulah kahakan nu di luhur.

6. Kenapa sentral Pertanian di urug?

Di karenakan urug mempunyai tugas untuk mempertahankan ketahanan

pangan oleh para inohong.

7. Hukum yang berlaku dikampung Adat Urug?

Jawab:

8. Hiji ilmu buhun, ilmu negara dan ilmu agama.tiga hukum ini jika bersatu

maka rakyat akan sadar.

9. Apa yang di maksud dengan padi (pare))?

Jawab:

Yang di maksud dengan pare adalah parele, dina rukun, susunan, jajaran

(padjajaran)

10. Apa yang di maksud dengan Dwi Sri?

Jawab:

Sri itu bukan wanita itumah dongeng, di karenakan setiap orang suka ama

pare makanya istilah Dwi sri itu Cuma perumpamaan.

11. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal?

Jawab:

Dalam bahasa setempat istilah kearifan lokal sama dengan Talek (aturan),

yang menjadi pedoman warga Adat Urug dalam menjalani kehidupanya.

Talek di wariskan secara turun-menurun secara lisan dan masih ada sampai

sekarang. Talek adalah, wujud kebudayaan abstrak tidak bisa dilihat tapi

dirasakan dan dihayati serta diamalkan.

Dalam istilah ilmu bahasa sunda adalah Talek juga di istilah dengan, elmu

buhun (ilmu papaku, ilmu karuhun, ilmu leluhur, ilmu kasepuhan, yang

Page 100: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

88

tersembunyi karena letaknya dalam hati). Tidak ada caret atau tulisanya

tapi hanya carek atau ucapan dan amanat.

12. Kearifan Lokal di Kampung Adat Urug?

Jawab:

Ngaji Diri, Budaya Pamali dan Gotong Royong.

13. Apa yang dimaksud dengan ajaran ngaji diri?

Jawab:

Konsep Ngaji Diri (memahami diri sendiri atau mawas diri) adalah suatu

ajaran pembinaan moral yang didalamnya tercermin pengertian koreksi

diri. Di Kampung Adat Urug, ajaran Ngaji Diri di sebut juga Tapa

manusia. (memahami siapa sebenarnya jati diri manusia, hakekat manusia)

manusia di wajibkan untuk Ngaji Diri agar mengetahui dirinya sendiri,

manusia yang sudah mengenal dirinya sendiri akan dekat dengan tuhan.

Maka hidupnya tak akan sombong dan angkuh.

14. Bagaimana dengan budaya gotong royong?

Jawab:

Gotong-royong adalah budaya dan kearifan lokal yang ada di setiap suku-

suku bangsa di Indonesia, tak terkecuali di Kampung Adat Urug, nilai

gotong royong bisa kita lihat dalam falsafah sunda yaitu, silih asuh, silih

asah, silih asih silih elingan bejan, ilmu pangempuh kadagelan. Istilah

tersebut mempunyai nilai untuk saling melindungi, membantu,

mengayomi, membantu, dan menasehati.

Page 101: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

89

Lampiran 4

DAFTAR WAWANCARA

(Wawancara dengan Bapak Wawan Aparat Desa Urug)

1. Sejak kapan Desa Urug menjadi Desa?

Jawab:

Sejak bulan Febuari dimana desa Urug di Mekarkan dari desa induk yaitu

desa Kiarapandak di tandai dengan pemelihan kepala desa untuk pertama

kali, dan terpilihlah Jaro Tata sukandar.

2. Berapa Jumlah Penduduk?

Jawab:

Belum ada catatan yang pasti di sebabkan desa kami masih baru di

perkirakan penduduk desa Urug semenjak Lepas dari desa induknya desa

Kiarapandak 4627 jiwa.

3. Berapa Kampung yang ada di desa Urug?

Jawab:

Di desa Urug ada tujuh kampung yaitu kampung Urug Kidul, Tonggoh,

Lebak dan Tengah. Kampung Anyar, Kiraycucuk dan Pabuaraan.

4. Berapa jumlah Daftar Pemilih Tetap di Desa Urug?

Jawab:

3091 hak pilih dengan jumlah 1636 laki-laki dan 1455 perempuan.

5. Ada berapa RW dan RT di Desa Urug?

Jawab:

Di desa Urug ada 8 RW dan 24 RT.

6. Apa mata pencaharian warga desa Urug?

Jawab:

Mata pencaharaian warga Urug adalah petani, pedagang ikan basah dan

penambang liar di gunung pongkor khususnya anak muda.

Page 102: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

90

Lampiran 5

DAFTAR WAWANCARA

(Wawancara dengan Bapak Aditia Guru SDN 02 Kiarapandak)

1. Sudah berapa tahun anda mengajar?

Jawab:

Saya mengajar sudah hampir lima tahun tugas saya di sini sebagai guru

dan juga sebagai operator sekolah.

2. Ada berapa lembaga pendidikan di Kampung Adat Urug?

Jawab:

Kampung adat ini memeilki satu pendidikan Formal yaitu SDN

Kiarapandak 02 dan dua pesantren .

3. Bagaimana tangapan warga terhadap pendidikan?

Jawab:

Butuh waktu lama untuk menyadarkan warga terhadap pendidikan, dan

menurut saya hanya inisiatif dari warga yang bisa merubah sikap

masyarakat terhadap pendidikan. Dan itu terjadi ketika pemilihan kepala

desa yang mengharuskan mempunyai ijasah sebagai sarat administrasi

maka perubahan sikap terhadap pendidikan mulai berubah dan sedikit ada

kemajuan.

4. Bagaimana tingkat pendiikan ?

Tingkat pendidikan ada yang sudah mencapai sarjana walaupun hanya

beberapa orang saja, tingkat SMA dan SMP dan juga sekolah dasar, ada

juga yang tidak sekolah.

Page 103: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

91

Lampiran 6

DAFTAR WAWANCARA

(Wawancara Dengan Bapak Suganda Petani Kampung Adat Urug)

1. Kenapa rumah di sini kagak pakai genteng?

Jawab:

Leluhur kami tidak membolehkan, dan itu udah jadi aturan adat yang harus

di patuhi dan di jalani.

2. Bagaimana pertanian kampung adat ini?

Jawab :

Menurut Suganda (Petani Kampung Adat Urug) dalam hal menanam Padi.

Masyarakat masih mengunakan padi yang tujuh bulan, satu tahun sekali

menanamnya. Selanjutnya setelah padi di panen, awalnya padi dijemur

sampai kering (dilantaian) dalam waktu beberapa minggu di sawah

kemudian diangkut ke lumbung, selanjutnya menentukan kapan untuk

menumbuk padi yang baru di Panen. Setelah waktunya di tentukan

kemudian beras ditumbuk, dalam penumbukan padi yang baru di panen

itu, para penumbuk padi tidak akan bicara sampai padi menjadi beras, baik

di antara penumbuk padi maupun dengan orang lain. Apabila melanggar

ada hukumannya, tidak akan dikeluarkan peraturan seperti itu jika tidak

ada hukumanya bagi yang melanggar. Dalam hukum adat di sebut

kawalat, akibatnya bisa langsung terasa di dunia atau pun di akherat padi

di sini untuk menjadi beras tidak boleh di giling tapi di tumbuk pakai

lesung. Setelah selesai jadi beras, kemudian menentukan juga waktu yang

tepat untuk memasak beras ini menjadi nasi, dari mulai mengambil beras

di pendaringan (tempat menyimpan beras) kemudian di cuci dan sampai di

masak mereka tidak akan bicara (proses nganyaran, mengunakan pertama

hasil panen) baru setelah itu menentukan waktu untuk Seren Taun,

suukuran akan hasil panen, dan ketika akan menanam kembali padi

(tandur) di tunggu waktunya sampai 40 hari setelah acara Seren Taun,

Page 104: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

92

wajibnya menunggu sampai 40 hari lebih tidak apa-apa asal jangan kurag

dari 40 hari, di ibaratkan seorang istri kita yang baru melahirkan sebelum

40 hari setelah melahirkan jangan di dulu dicampuri, peraturan itu harus,

wajib diikuti. Selesai tandur atau menanam semua, kembali mengadakan

selametan. Setelah beberapa minggu ketika padi mulai muncul nyiram atau

reuneuh (padi berisi), kembali selametan lagi, minta kepada yang kuasa

agar padi ini beukah (mengembang) selamat keluarnya, setelah padi

beukah mekar, selametan lagi agar padi beuneur (berisi) sampai matang,

dan ketika akan memanennya, mengadakan selametan lagi.

Page 105: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

93

Lampiran 7

GAMBARAN UMUM DESA URUG

LETAK DAN KEADAAN GEOGRAFIS

Desa Urug adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor, dengan

Luas wilayah 583.000 Ha, terdiri dari 253.474 Ha Darat dan 259.570 Ha Sawah, serta terbagi 5

Dusun , 14 RW dan 50 RT. Desa kiarapandak memiliki wilayah dengan batas- batas sebagai

berikut :

1. Sebelah Utara : Desa Harkat Jaya Kecamatan Sukajaya

2. Sebelah Timur : Desa Nanngung Kecamatan Nanggung

3. Sebelah selatan : Desa Kiarasari Kecamatan Sukajaya

4. Sebelah Barat : Desa Pasir Madang dan Desa Cisarua Kecamatan Sukajaya

Jalan Ibu Kota ke Kecamatan, Ibukota Kabupaten , Ibu Kota Propinsi dan Ibu Kota Negara

sebagai berikut:

1. Ibu Kota Ke Kantor Kecamatan : 7 Km

2. Ibu Kota ke Kabupaten Bogor :60 Km

3. Ibu Kota Ke Propinsi Jawa Barat : 180 Km

4. Ibu Kota Negara : 100 Km

Pemanpaat lahan atau pengguna tanah Desa Kiarapandak Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor

sebagai berikut :

1. Hutan Negara : Ha

2. Perkebunan Negara ( PTPN ) : 100 Ha

3. Perkebunan PT. SAP : 200 Ha

4. Persawahan Milik Masyarakat : 259.570 Ha

5. Ladang Kering Milik Masyarakat : 583.000 Ha

6. Kuburan : 0,450 Ha

7. Jalan Desa : 12 Km

8. Jalan Kabupaten : 7 Km

MONOGRAFI KP.URUG DESA URUG

KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR

- Luas wilayah Kp.Urug : 10 Ha

- Luas Tanah sawah : 6.200 Ha

- Luas Tanah Darat/Kering : 3.800 Ha

- Hutan Lindung/Larangan : 20.000 M2

- Luas Pemakaman Keramat : 10.000 M

- Jumlah KK : 1.821

- Jumlah penduduk : 5.125 Orang

Page 106: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

94

- Laki-laki : 2.875 Orang

- Perempuan : 2.250 Orang

- Jumlah sarana Pendidikan : 2 Buah

- Sekolah Dasar Negri : 1 Unit SDN.Karapandak l

- Ponpes : 1 Unit

- Jumlah sarana Keagamaan : 7 Unit

- Mesjid : 3 Buah

- Mushola : 4 Buah

- Jumlah Rumah Adat/Kasepuhan : 3 Rumah

- Urug tonggoh : 1 Rumah ( Abah sukardi)

- Urug Tengah : 1 Rumah ( Abah Amat )

- Urug Leubak : 1 Rumah ( Abah Ukat )

- Mata Pencaharian Masyarakat:

- Pertanian Sawah : 4.320 Orang

- Perdagangan : 1.279 Orang

- Peternakan : 6 Orang

- Pendidikan Warga masyarakat :

- SD : 3780 Orang

- SLTP / Mts : 235 Orang

- SLTA / MAN : 30 Orang

- Perguruan Tinggi : 2 Orang

- Jumlah Perangkat Desa :

- Kepala Dusun : 1 Orang

- Ketua RW : 4 Orang

- Ketua RT : 15 Orang

- Anggota BPD : 3 Orang

- Guru Ngaji : 6 Orang

- Petugas P3N / Amil : 3 Orang

- Alat Transportasi :

- Kendaraan Roda Empat : 15 Buah

- Kendaraan roda dua : 200 Buah

DAFTAR NAMA KETUA RT DAN JUMLAH KK DESA URUG

KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR

NO KETUA SLS NAMA SLS BLOK

SENSUS

JUMLAH

KK

A L A M A T

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

ATING

IRJA

SARNATA

ACANG

USTIB

ASPIN

ARTIM

EMEN

SALMAN

ADUL

E D I

SAHI

UNDA

MUDI

N A D I

YUNUS

MOMON

ATIM

NARAN

RW.13 RT. 01

RW.13 RT. 02

RW.12 RT. 01

RW.12 RT.02

RW.09 RT. 03

RW.08 RT. 01

RW.09 RT. 01

RW.09 RT.02

RW.09 RT.04

RW.11 RT.01

RW.11 RT. 02

RW.10 RT.01

RW.10 RT.02

RW.10 RT.03

RW.07 RT. 01

RW.07 RT.02

RW.07 RT.03

RW.08 RT.02

RW.08 RT.03

001 B

001 B

002 B

002 B

004 B

004 B

005 B

005 B

005 B

006 B

006 B

007 B

007 B

007 B

008 B

008 B

009 B

009 B

009 B

46 KK

37 KK

91 KK

53 KK

48 KK

81 KK

67 KK

75 KK

50 KK

77 KK

43 KK

63 KK

61 KK

75 KK

87 KK

65 KK

41 KK

64 KK

78 KK

KP.CIJAMBU

KP.CIJAMBU

KP.SATU

KP.SATU

KP.KIRAY CUCUK

KP.PABUARAN

KP.CIPATAT

KOLOT

KP.CIPATAT

KOLOT

KP.PASIR EURIH

KP.SUKAMANAH

KP.SUKAMANAH

KP.PASIR

GOMBONG

KP.PASIR

MANGGU

KP.NANGKA

BEURIT

KP.KIARAPANDAK

Page 107: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

95

KP.PASIR DEGUL

KP.LEUGOK CAU

KP.PABUARAN

KP.PABUARAN

DAFTAR NAMA KETUA RT DAN JUMLAH KK DESA URUG

KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR TAHUN

NO KETUA SLS NAMA SLS BLOK

SENSUS

JUMLAH

KK

A L A M A T

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

AHMAD

ACONG

ROHI

SUKARDI

ATNA

ASKA

SARTA

NATA

AMRI

SARHAM

PENDI

JASIM

LAPI

SUANDI

MARTAM

UDIS

AHEN

MOMON

IDIS

UTOM

SAHI

AMAN

OMO

HENDRI S.

ARSIM

ADIH.S

NADI

YUNUS

MOMON

ASPIN

ATIM

NARAN

ARTIM

EMEN

USTIB

SALMAN

SAHI

UNDA

MUDI

ADUL

EDI

SARNATA

ACANG

ATING

IRJA

SANA

MAAN

AAT

NAMIN

RT. O01 / 001

RT, 002 / 001

RT. 003 / 001

RT. 004 / 001

RT. 005 / 001

RT, 006 / 001

RT. 001 / 002

RT. 002 / 002

RT. O03 / 002

RT, 004 / 002

RT. 005 / 002

RT. 006 / 002

RT. 001 / 003

RT, 002 / 003

RT. 003 / 003

RT. 004 / 003

RT. O01 / 004

RT, 002 / 004

RT. 003 / 004

RT. 004 / 004

RT. 001 / 005

RT, 002 / 005

RT. 001 / 006

RT. 002 / 006

RT. 003 / 006

RT, 004 / 006

RT. 001 / 007

RT. 002 / 007

RT. 002 / 007

RT, 001 / 008

RT. 002 / 008

RT. 003 / 008

RT. 001 / 009

RT, 002 / 009

RT. 003/ 009

RT. 001 / 009

RT. 002 / 010

RT, 003 / 010

RT. 001 / 010

RT. 002 / 011

RT. 001 / 011

RT, 002 / 012

RT. 001 / 012

RT. 002 / 013

RT. 005 / 013

RT, 006 / 014

RT. 001 / 014

RT. 002 / 014

RT. 003 / 014

46 KK

55 KK

48 KK

44 KK

38 KK

45 KK

50 KK

37 KK

44 KK

47 KK

46 KK

48 KK

48 KK

46 KK

54 KK

57 KK

69 KK

62 KK

84 KK

71 KK

56 KK

54 KK

69 KK

57 KK

36 KK

48 KK

87 KK

65 KK

41 KK

81 KK

67 KK

78 KK

67 KK

75 KK

48 KK

50 KK

63 KK

61 KK

75 KK

77 KK

43 KK

91 KK

53 KK

46 KK

37 KK

33 KK

52 KK

44 KK

48 KK

Kp, Pasir Walang I

Kp, Pasir Walang I

Kp, Pasir Sake

Kp, Pasir Sake

Kp, Pasir Sake

Kp, Pasir Sake

Kp, Cirempug

Kp, Pasir Walang II

Kp, Pasir Walang II

Kp, Pasir Walang II

Kp, Katulampa

Kp, Nyomplong

Kp, Urug Tonggoh

Kp, Urug Tonggoh

Kp, Urug Tengah

Kp, Urug Tengah

Kp, Urug Gardu

Kp, Urug Gardu

Kp, Urug Lebak

Kp, Urug Lebak

Kp, Urug Kidul

Kp, Urug Kidul

Kp, Cipatat

Kp, Cipatat

Kp, Wates

Kp, Cipatat

Kp, Karapandak

Kp, Pasir Degul

Kp, Legok Cau

Kp, Pabuaran

Kp, Pabuaran

Kp, Pabuaran

Kp, Cipatat Kolot

Kp, Cipatat Kolot

Kp, Kiaray Cucuk

Kp, Pasir Erih

Kp, Pasir Gombong

Kp, Pasir Manggu

Kp, Nangka Berit

Kp, Sukamanah

Kp, Sukamanah

Kp, Satu

Kp, Satu

Kp, Cijambu

Kp, Cijambu

Kp, Urug Tonggoh

Kp, Urug Tonggoh

Kp, Anyar

Kp, Anyar

Page 108: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

96

50 HATA RT. 005 / 014

39 KK Kp, Urug Tonggoh

Peta Kampung Adat Urug

Page 109: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

97

Lampiran 8

Poto Hasil Penelitian.

1. Peneliti dengan Abah Ukat (Pimpinan Kampung Adat Urug)

2. Peneliti dengan Bapak Ade Alek komara (Tokoh Kasepuhan Kampung Adat Urug)

Page 110: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

98

3. Keterangan dari Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan.

4. ritual numbuk padi

5. Padi

Kampung Adat Urug.

6. Warga Menyimpan Di Padi leuit (Tempat Penyimpanan Padi.

Page 111: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24931/3/HALIMI... · Lempiran 6 D aftar Wawancara d engan Bapak Suganda Petani

99

7. sesuguhan selametan seren tahun.

8. Sedekah bumi

9. Batu tapak