suara ungu oktober 2011

16
BULETIN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Bahasa dan Budaya Fenomena kultur global perlu dikontrol agar sesuai dengan budaya Indonesia . Hal 4 OKTOBER 2011 VOLUME 1 NOMOR 5 BAHASA SASTRA SENI SUARA UNGU Segudang Prestasi Ada di FBS Prestasi yang telah dicapai dapat dijadikan modal pengembangan untuk pencapaian prestasi yang lebih baik pada masa yang akan datang. Batik, Pelabuhan untuk Berkarya Berawal dari “salah jurusan”, Rinik justru mene- mukan potensinya dalam batik. Menjadi kampiun di Lomba Desain Batik Nasional. Hal 11 Oleh Azwar Anas J umat 07 Oktober 2011 di- gelar rapat senat dan Rapat Kerja Fakultas (RKF). Salah satu agendanya adalah membacakan laporan akhir ma- sa jabatan Dekan Fakultas Baha- sa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Ini menunjukkan akan segera berakhirnya masa ja- batan dekan serta para wakilnya periode 2007-2011. Ditemui di kantornya, Prof. Dr Zamzani yang menjabat sebagai dekan mencoba merefleksikan kinerjanya dalam periode ini. De- kan yang telah terpilih kembali untuk memmipin FBS pada peri- ode mendatang mengapresiasi prestasi yang telah dicapai FBS. “Ini berkat kesungguhan dan ha- sil kinerja yang sinergis dari se- mua pihak untuk menuju pe- ngembangan fakultas yang lebih baik,” ujarnya. Apa yang divisi-misikan FBS pada periode ini memang terbi- lang berhasil. Mulai dari bidang 1, bidang 2, dan bidang 3. Bidang Dekan FBS beserta para wakilnya. Peningkatan di bidang akademik tampak dalam antusiasme belajar yang ditunjukkan mahasiswa. FOTO-FOTO: DOKUMEN HUMAS FBS UNY

Upload: virga-renitasari

Post on 06-Apr-2016

247 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Segudang Prestasi Ada di FBS

TRANSCRIPT

Page 1: Suara Ungu Oktober 2011

Buletin Fakultas Bahasa dan seni universitas negeri YogYakarta

Bahasa dan BudayaFenomena kultur global perlu dikontrol agar sesuai dengan budaya Indonesia . Hal 4

oktober 2011 volume 1 nomor 5

Bahasa sastra seni

suara ungusegudang Prestasi ada di FBsPrestasi yang telah dicapai dapat dijadikan modal pengembangan untuk pencapaian prestasi yang lebih baik pada masa yang akan datang.

Batik, Pelabuhan untuk BerkaryaBerawal dari “salah jurusan”, Rinik justru mene­mukan potensinya dalam batik. Menjadi kampiun di Lomba Desain Batik Nasional. Hal 11

Oleh Azwar Anas

Jumat 07 Oktober 2011 di­gelar rapat senat dan rapat Kerja Fakultas (rKF). salah satu agendanya adalah

membacakan laporan akhir ma­sa jabatan Dekan Fakultas Baha­sa dan seni universitas negeri Yogyakarta. Ini menunjukkan akan segera berakhirnya masa ja­batan dekan serta para wakilnya periode 2007­2011.

Ditemui di kantornya, Prof. Dr Zamzani yang menjabat sebagai dekan mencoba merefleksikan kinerjanya dalam periode ini. De­kan yang telah terpilih kembali untuk memmipin FBs pada peri­ode mendatang mengapresiasi prestasi yang telah dicapai FBs. “Ini berkat kesungguhan dan ha­sil kinerja yang sinergis dari se­mua pihak untuk menuju pe­ngembangan fakultas yang lebih baik,” ujarnya.

apa yang divisi­misikan FBs pada periode ini memang terbi­lang berhasil. Mulai dari bidang 1, bidang 2, dan bidang 3. Bidang

Dekan FbS beserta para wakilnya. Peningkatan di bidang akademik tampak dalam antusiasme belajar yang ditunjukkan mahasiswa.

Foto

-Fo

to: d

ok

um

en

hu

ma

s F

Bs

un

Y

Page 2: Suara Ungu Oktober 2011

2 suara ungu oktoBer 2011

Pelindung: Prof. dr. Zamzani, m.Pd. (dekan FBs unY) Penasihat: drs. suhaini m saleh, m.a. (Wakil dekan i), dra. sri harti Widyastuti, m.hum. (Wakil dekan ii), drs. herwin Yogo Wicaksono, m.Pd. (Wakil dekan iii) Pengarah: drs. Yudi sutama, m.Pd. (kabag tu) Pemimpin Umum: drs. Wien Pudji Priyanto, m.Pd. (ketua humas) Pemimpin redaksi: sismono la ode Sekretaris redaksi: virga renitasari, s.Pd. redaktur Pelaksana: azwar anas Staf redaksi: Febi Puspitasari, scholastica Wahyu Pribadi, diyan Fatimatuz Zahro, nunggal seralati Perwajahan: ms lubis Fotografer: Pairin Distri­busi dan Sirkulasi: djumari, tukija, a.md.

Alamat redaksi: kantor humas, gedung Pusat layanan akademik lantai ii Fakultas Bahasa dan seni, kampus unY karang­malang telepon: 0274­550583 Faks: 0274­548207 e­mail: [email protected] Penerbit: humas FBs unY.

BERITA UTAMA

1 misalnya, Wakil Dekan I suhai­ni M. saleh, M.a yang mengam­pu Tridharma Perguruan Tinggi mengaku kinerjanya cukup mak­simal. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan baik kua­litas maupun kuantitas dalam bi­dang pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

“Jika dibandingkan secara di­akronis dari tahun sebelumnya, selama periode ini mengalami pe­ningkatan. Katakanlah standar kelulusan dengan indeks prestasi lebih tinggi dan masa studi yang makin pendek,” ujar suhaini.

Pada tahun 2007, standar kelu­lusan rata­rata memperoleh IPK 3,15 dengan masa studi 5.07 ta­hun. sedangkan pada tahun 2011 rata­rata IPK dalam kelulusan mencapai 3,17 dengan masa stu­di 5.03 tahun. selain itu, bidang peneltian dan pengabdian masya­rakat juga meningkat.

“untuk penelitian, agaknya me­mang fluktuatif. Perkembangan­nya naik turun. Pasalnya peneliti­

an itu kan tergantung alokasi da­nanya. Tahun 2009, alokasi dana­nya lumayan besar dan hasil pe­nelitiannya secara kuantitas juga meningkat,” kata suhaini.

Bidang 2 juga turut mengan­tongi prestasi yang lumayan sig­nifi­kan. Bidang yang diampu Wa­kil Dekan II sri Harti Widyastuti, M.Hum, ini berkaitan dengan sa­rana dan prasarana, keuangan, sumber daya manusia, pengelo­laan, serta ketatalaksanaan.

Di bidang sarana, pembangun­an gedung mengalami peningkat­an yang siginifi­kan. Pada tahun 2007 FBs membangun gedung

Laboratorium dan Layanan aka­demik (PLa) serta gedung Kuli­ah 1 atau yang sebelumnya dike­nal dengan gedung IKM. Pada­hal dalam masterplan gedung ini akan rampung tahun 2015 pasal­nya berkendala dengan pendana­an. akan tetapi, berkat kegigihan mengelola pendanaan yang di­peroleh dari aPBn gedung Kuli­ah 1 mampu diselesaikan di ta­hun 2011.

Prof. Dr. Zamzani selaku de­kan cukup mengapresiasi hal tersebut. “Dulu itu memang ren­cananya, membangun satu ting­kat dalam satu periode. namun, karena FBs Timur harus segera dipindah maka mau tidak mau gedung IKM harus segera diram­pungkan,” kenang Zamzani.

Tak hanya itu, pembangunan di FBs pun terus berlanjut. Di ta­hun 2011 ini misalnya, FBs me­rencanakan pembangunan ge­dung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) baru yang rencananya ba­kal selesai tanggal 15 Desember 2011. selain itu, pembangunan gedung galeri seni rupa dan Ke­rajinan, dan pembangunan gapu­ra rencananya akan selesai pada 12 nopember 2011.

sementara itu, tidak kalah berprestasinya adalah bidang 3 yang dijabat oleh atau Wakil De­kan III Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd. Bidang yang fokus pada pembinaan kemahasiswaan ini meliputi pembinaan mahasiswa

Dekan FbS beserta para wakilnya. Peningkatan di bidang akademik tampak dalam antusiasme belajar yang ditunjukkan mahasiswa.

Page 3: Suara Ungu Oktober 2011

3suara ungu oktoBer 2011

badan Eksekutif Mahasiswa, diwakili oleh Ketua Divisi Orsen­bud Aditya Rahman, mencoba memberi pendapat terkait ki­nerja dekanat periode ini. Selama menjadi mahasiswa di FBS,

ia mengaku telah menyaksikan banyak perubahan. “Yang terlihat jelas itu penambahan gedung. Banyak gedung­gedung baru dibangun un­tuk pemenuhan sarana dan prasarana kampus,” kata mahasiwa PBI 2008 ini. Sebagai aktivis kampus di FBS, ia mengaku dekat dengan dekanat. “Urusan BEM tidak dipersulit. Terus kalau Ormawa ngadain acara juga sering datang,” tambahnya.

Sama halnya dengan Dian Hanung, mahasiswa sastra Indonesia 2008. Ia bicara tentang ruang kuliah yang tidak kekurangan lagi. “Be­da mas waktu FBS masih jadi dua bagian. Kita harus ke sana kemari buat nyari ruang kuliah.” Meskipun kurang begitu tahu dengan deka­nat, Dian berharap ke depan seluruh aspek kualitas dapat dikembang­kan. “Tak hanya bangunanannya yang bagus, tapi mutu pengajaran dan kegiatan mahasiswa juga ditingkatkan,” tuturnya. Azwar

pada kegiatan akademis (kegiat­an kurikuler) yang bertujuan un­tuk pencapaian kecerdasan inte­lektual dan pembinaan kegiatan kemahasiswaan (ekstrakuliku­ler) yang bertujuan untuk penca­paian kecerdasan emosional­spi­ritual. Hal ini diwadahi dalam bentuk kegiatan serta Ormawa tingkat fakultas, yang terdiri dari BEMF, DPMF, dan HIMa.

“untuk capaian, saya kira da­ri tahun ke tahun meningkat. Da­lam OrMaWa tahun 2009 BEM FBs unY telah menjadi sekjen IL­

MIPsI dan di akhir tahun 2009 kemudian dipercaya menjadi tu­an rumah kongres nasional ILM­PIsI yang sekaligus mengadakan seminar, dan parade budaya yang bekerja sama dengan sekolah in­ternasional,” tutur Herwin.

Tak hanya itu, dalam pemilih­an mahasiswa berprestasi Ting­kat universitas tahun 2007­2011,

FBs selalu mendapatkan juara, baik juara I, II, maupun III. Ma­hasiswa FBs juga mampu meme­nangkan kompetisi penelitian student union grand sebanyak empat proposal tiap tahun.

“sebenarnya, masih banyak prestasi yang telah diraih maha­siswa. Kelemahannya terkadang

mereka tidak melaporkannya ke dekanat. Jadi yang tidak terdata juga sangat banyak. Misalnya da­lam bidang seni, program kreati­vitas mahasiswa, pekan ilmiah, dan lainnya,” kata Herwin.

Herwin Yogo Wicaksono me­mang dikenal dengan kebijakan­nya yang unik. Misalnya, dalam penerimaan beasiswa, Herwin

memberlakukan kebijakan un­tuk memberikan beasiswa bagi aktivis­aktivis kampus, seperti ke­tua BEMF, ketua Ormawa, serta ketua HIMa.

“Mereka­mereka ini memang wajib mendapatkan apresiasi. sa­ya paham betapa beratnya ber­ada di posisi ketua­ketua itu. program beasiswa ini bukan ber­maksud untuk membayar peng­abdian, tapi sedikit memberi im­balan. Itung­itung buat beli pul­sa,” candanya.

Herwin sangat memegang te­guh prinsipnya. Yakni, dalam menjabat Wakil Dekan III, ia be­nar­benar berusaha menjadi ba­pak dari kegiatan mahasiswa. “siapa pun nantinya yang menja­bat Wakil Dekan III, tolong jaga kultur ini, selalu hadir saat ma­hasiswa berkegiatan. Tak pedu­li hanya sebentar. Walau tampak sepele, tapi nyatanya ini mem­bangun hubungan tersendiri an­tara mahasiswa dan pihak deka­nat,” tambahnya.

Pendapat Mahasiswa FBs

Dekan FbS beserta para wakilnya. Peningkatan di bidang akademik tampak dalam antusiasme belajar yang ditunjukkan mahasiswa.

FBs selalu mendapatkan juara dalam pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat universitas tahun 2007-2011, baik pertama, kedua, atau ketiga.

Foto

-Fo

to: d

ok

um

en

hu

ma

s F

Bs

un

Y

Page 4: Suara Ungu Oktober 2011

� suara ungu oktoBer 2011

EVENT

Oleh Febi Puspitasari

sEBanYaK 200 peserta dari ber­bagai daerah mengikuti seminar nasional bertema Cultural Iden­ti­ty i­n Language, Li­terature, and Translati­on di ruang seminar ge­dung Kuliah I FBs unY, Kamis (20/10). seminar ini menghadir­kan pembicara Dr. Wang Xin da­ri national university of singa­pore, Dr. Junaidi dari universitas Indonesia, dan Dr. asruddin B. Tou dari universitas negeri Yog­yakarta, serta dibuka oleh rektor unY Prof. Dr. rochmat Wahab, M.Pd., M.a. dan dihadiri Dekan FBs Prof. Dr. Zamzani, M.Pd.

Dr. Wang, Xin menyambut ba­ik adanya dialog dan diskusi me­lalui seminar ini. “Fenomena adanya masyarakat bi­li­ngual me­mang selalu menjadi kajian yang menarik,” ungkapnya. Dalam ma­kalahnya yang berjudul Langu­age Acqui­si­ti­on i­n Bi­li­ngual Soci­­

Kajian Bahasa dan Budaya sebagai identitas Kultural

ety, Doktor lulusan universitas arizona ini menjelaskan bahwa masuknya bahasa asing yang mendampingi bahasa Ibu seba­gai alat komunikasi memuncul­kan adanya fenomena di­glosi­a dan bi­li­nguali­sm. “namun, kajian bi­li­nguali­sme dan di­glosi­a ini ma­sih prematur dalam second langu­age acqui­si­ti­on, sehingga dunia akademik membutuhkan banyak peneliti yang melakukan riset­ri­set tentang isu­isu penting ini, ter­utama melalui pendekatan kon­struksivisme sosial,” tandas Dr. Wang, Xin.

Hal senada disampaikan Dr. Ju­naidi tentang pendekatan sosial dalam kajian bahasa di bidang sastra. Ia mengatakan, sastra se­patutnya tidak hanya dikaji dari segi estetika namun juga dikaji melalui segi psikologi, sosiologi, formal, dan bibliografi­. “Dalam sastra, terdapat nilai­nilai kultur­al yang memberikan data ten­

tang pemahaman makna suatu informasi budaya, sehingga kita bisa mengontrol pengaruh buda­ya dan seberapa banyak kontrol yang dibatasi agar disesuaikan dengan budaya Indonesia,” jelas­nya. Dr. Junaidi menambahkan, karena pada kenyataannya, kita tidak bisa keseluruhannya meng­gunakan bahasa Inggris sebagai bagian dalam mengekspresikan budaya kita. “Kita sangat berpe­gang teguh dengan Bahasa Indo­nesia, yang memiliki konsep ba­hasa dengan nilai budaya dan ideologi yang berbeda dengan bangsa barat,” jelasnya.

seperti mengiyakan apa yang disampaikan pengajar sastra Ing­gris uI ini, Dr. asruddin B. Tou ju­ga mengungkapkan perlunya ke­hati­hatian menerjemahkan ko­sakata bahasa asing ke dalam ba­hasa Indonesia. “Perlu disadari bahwa dalam tiap kata ada iden­titas kultural dan ideologi yang dibawanya,” tegasnya. agar ba­hasa asing tetap menjadi ekspre­si identitas bahasa Indonesia, as­ruddin B. Tou mengajak untuk memperhatikan segi transaksio­nal nilai budaya dalam proses menerjemahkan bahasa lain yang memiliki budaya dan ideologi berbeda.

asruddin mencontohkan pe­nerjemahan kata sex commerci­al worker dalam bahasa Inggris de­ngan ‘pekerja seks komersial’ da­lam bahasa Indonesia. Menurut­nya, defi­nisi worker menyiratkan ideologi dan nilai bangsa Barat yang menyejajarkan kelompok tersebut dengan pekerja indus­tri. Ini jelas berbeda dalam buda­ya Indonesia. “Jadi penerjemah­an harus disesuaikan dengan konteks sosial, situasional, dan budaya tertentu, inilah yang dise­but pengekspresian identitas bu­daya sendiri melalui bahasa.”

Fenomena bilingual hampir tidak terhindarkan dalam kultur global seperti sekarang. Diperlukan kontrol agar sesuai dengan budaya Indonesia.

Dari kiri: Junaidi dari Universitas Indonesia dan Wang, Xin dari National University of Singapore.

Page 5: Suara Ungu Oktober 2011

5suara ungu oktoBer 2011

FBs turut memeriahkan Padma­naba Faculty Expo, sabtu­Ming­gu, 15­16 Oktober 2011. Menurut panitia, kegiatan yang diselengga­rakan sMa 3 Yogyakarta ini ber­tujuan untuk membuka wawa­san siswa sMa/sederajat tentang pilihan jurusan yang ada di per­guruan tinggi terkemuka.

FBs unY bersama fakultas­fakultas lain dari ugM, ITB, uI, uns, dan unDIP menghadirkan pameran hasil karya, dokumenta­si kegiatan, dan juga pelayanan informasi bagi para siswa sMa. Panitia stan FBs dan Duta FBs, anggita Laras Pratama, dengan sigap melayani setiap pertanya­an pengunjung. Informasi sepu­tar proses perkuliahan dan selek­si masuk memang seringkali di­tanyakan selama pameran.

Tak hanya pelayanan informa­si, stan yang dikoordinasi BEM FBs ini juga menunjukkan demo permainan alat gamelan saron. Banyak peserta mencoba berma­in saron mengikuti dentingan na­da yang dimainkan mahasiswa FBs. seorang siswa dari Jepang pun terlihat antusias ikut mema­inkan lagu­lagu Jawa dengan alat musik ini.

Di sesi presentasi (16/10), FBs sekali lagi menunjukan permain­an musik gamelan kontemporer karya grup musik Plenthong Kon­slet dan pertunjukan tari dari HIMa seni Tari. Febi

LOKaKarYa Percepatan Tugas akhir menjadi titik awal maha­siswa untuk mempercepat stu­di. “Lulus tepat waktu”, demiki­an ungkapan sekaligus harapan Ketua Jurusan Pendidikan seni Tari FBs unY, ni nyoman seri­ati, M.Hum. agar sebagian be­sar mahasiswanya dapat lulus tepat waktu.

Lokakarya ini dihadiri seki­tar �5 mahasiswa Pendidikan seni Tari angkatan 2008 dan do­sen pendamping yang nantinya

akan membimbing mahasiswa me­nempuh tugas akhir. selama tujuh jam maha­siswa di­cekoki­ ti­

ga model peneliti­

an di ruang seminar gedung Ku­liah I lantai 2, sabtu, (1/10).

ada tiga narasumber yang ha­dir. Mereka adalah sri Harti Wi­dyastuti, M.Hum. (Dosen Pendi­dikan Bahasa Jawa dan Wakil Dekan II FBs) dengan topik “Pe­nelitian Kualitatif naturalistik seni dan Budaya”, Prof. suwar­sih Madya, Ph.D. (Dosen Jurus­an Pendidikan Bahasa Inggris), yang mempresentasikan model Penelitian dan Pengembangan, serta Drs. sumaryadi, M.Pd. (Dosen Pendidikan seni Tari) dengan model Acti­on Research dan Penelitian Kualitatif.

“Lokakarya ini setiap tahun pasti diadakan karena kegiatan semacam ini dapat percepatan mahasiswa untuk menyelesai­kan studinya,” ungkap Kusnadi, M.Pd., dosen Pendidikan seni Tari yang juga menjadi modera­tor dalam lokakarya. Tica

BuKTI bahwa suatu karya me­miliki kualitas baik mencakup tiga hal berikut: dapat dipubli­kasikan, banyak dibaca, dan dapat dijadikan bahan rujuk­an. untuk itulah Badan Pertim­bangan Penelitian FBs unY mengadakan acara bertajuk seminar Hasil Penelitian Do­sen FBs Tahun 2011.

seminar yang berlangsung Jumat, (21/10) di gedung Kuli­ah I ini adalah program di ba­wah naungan Wakil Dekan I dan digelar tiap tahun. acara yang digelar mulai 08.00 hing­ga 15.00 tersebut dihadiri oleh Dekan FBs, para wakil dekan, peneliti, pembahas, serta per­wakilan dari BPP FBs.

acar ini harusnya dihadiri 37 peneliti, namun tiga di an­taranya tak bisa hadir dikare­nakan tugas lain. Peserta yang hadir kemudian dibagi menja­di 2 kelompok agar menghe­mat waktu presentasi. Presen­tasi dilakukan 10­15 menit un­tuk setiap peneliti dilanjutkan dengan revisi oleh pembahas, serta saran, masukan, dan pe­san dari peneliti lain.

Dalam sambutan di awal acara, Dekan FBs Prof. Dr. Zam­zani, M.Pd. mengungkapkan bahwa sudah waktunya meng­arahkan komitmen untuk me­ningkatkan kualitas peneliti­an, baik secara teknis maupun metodologis. Fitri

seminar Penelitian Dosen 2011

Lokarkarya Percepatan tugas akhir Pendidikan seni tari

FBs Unjuk Gigi di Padmanaba Faculty expo

Sri H Wid­yastuti

Foto-Foto: dokumen humas FBs unY

Page 6: Suara Ungu Oktober 2011

6 suara ungu oktoBer 2011

EVENT

Oleh Febi Puspitasari dan Scholastica W Pribadi

KOMunITas studi Budaya (KsB) Fakultas Bahasa dan seni unY di auditorium universitas nege­ri Yogyakarta (unY) menyeleng­garakan seminar nasional Kebu­dayaan dengan tema “Menemu­kan Kembali Esensi Kebudayaan Indonesia dalam Membentuk Karakter Kebangsaan” dengan menghadirkan Sastrawan Taufi­q Ismail dan Endri nugraha Laksa­na, Wakil Ketua DPrD sleman. seminar dihadiri 650 peserta di auditorium unY.

Ketua panitia, Tomi syafasyah, mengatakan bahwa terselengga­ranya seminar ini berangkat dari kegelisahan mahasiswa akan pe­nurunan asistensi kebudayaan Indonesia. Dengan kata senada, Ketua Komunitas studi Budaya menjelaskan, “seminar nasional kebudayaan ini diselenggarakan dengan maksud menyadarkan kembali kepada bangsa Indone­sia akan esensi budaya Indonesia

serta mendefi­nisikan dan meles­tarikan budaya sebagai wujud karakter kebangsaan sedangkan bagi intektual muda dan masya­rakat untuk memaknai dan me­manfaatkan kebudayaan sebagai­mana mestinya.”

Prof Dr. Zamzani, Dekan Fakul­tas Bahasa dan seni, juga mene­gaskan dalam pidato sambutan

Kebudayaan Membentuk Karakter Bangsa

perlunya kesadaran intelektual muda dalam menumbuhkan ke­pedulian masyarakat untuk men­cintai kebudayaan Indonesia su­paya tak diklaim negara lain.

seminar nasional ini diawali penjelasan Taufi­q Ismail tentang format pembentukan karakter bangsa yang harus segera di­ubah. Beliau membandingkan

pembentukan karakter yang dilakukan pemerin­tah Indonesia dan nega­ra lain dalam upaya pem­bentukan karakter bang­sa melalui budaya mem­baca buku wajib bagi sis­wa. “negara yang ber­adab akan mewajibkan siswanya untuk memba­

ca, mendiskusikan dan menulis­kan buku,” tegasnya.

Menurut Taufi­q Ismail, budaya ini harus digalakkan dengan seri­us agar Indonesia dapat memben­tuk karakter yang berkualitas se­jak ketertinggalan Indonesia di umur kemerdekaan 61 tahun ini. Berdasarkan hasil survei yang Taufi­q tunjukan, perbandingan

kewajiban membaca buku sastra sMa di 13 negara adalah 0 buku wajib baca dibandingkan dengan sMa Malaysia 6 Judul buku wa­jib dan sMa Belanda 30 Judul. Dari kategori jumlah karangan yang dihasilkan di sMa, kepro­duktifan siswa Indonesia adalah 1 halaman dalam setahun diban­dingkan sMa Malaysia 50� ha­laman/tahun dan amerika seri­kat 158� halaman/tahun.

Wakil Ketua DPrD sleman En­dri nugraha Laksana berbicara tentang kebudayaan sebagai pembentuk karakter bangsa. En­dri memaparkan pemerintah te­lah berupaya sepenuhnya dalam melestarikan dan memberdaya­kan seni dan budaya Indonesia namun pemerintah membutuh­kan kontribusi setiap elemen ba­ik dari LsM maupun masyarakat dalam menghadapi tantangan budaya di dunia global.

Format pembentukan karakter bangsa harus segera diubah. Kita mampu mengejar ketertinggalan dengan menggalakkan budaya membaca.

negara yang beradab akan mewajibkan siswanya untuk membaca, mendiskusikan dan menuliskan buku.

taufiq Ismail dan endri Nugraha Laksana dalam Seminar Nasional kebudayaan di FbS UNY.

Foto

-Fo

to: d

ok

um

en

hu

ma

s F

Bs

un

Y

Page 7: Suara Ungu Oktober 2011

7suara ungu oktoBer 2011

BELuM banyak tersorot presta­si seni musik mahasiswa FBs. si­apa sangka bahwa gitaris­gitaris muda telah membawa nama ha­rum unY di kancah nasional de­ngan prestasi gemilang secara berturut­turut di 2011. salah sa­tunya di ajang Open Gui­tar Com­peti­ti­on (11/9/2011). Kompetisi ini diselenggarakan oleh Duatone, perkumpulan guru­guru gitar di surabaya, yang diiikuti peserta dari seluruh Indonesia.

Berbeda dengan sebelumnya, para peserta kini bermain solo. gitaris­gitaris dari unY akhirnya berhasil memboyong semua pia­la penghargaan kategori solo Kla­sik ke Yogyakarta. Juara I diraih Birul Walidaini yang membawa­kan lagu Coyunbaba karya Carlo Domenicani. Juara II Mardian Ba­gus dengan lagu klasik Chaccone

karya J.s Bach, dan Juara III men­jadi milik pemain Grand Over­ture karya Mauro guillani, Yanu­ar Pamungkas. Permainan mere­ka dinilai oleh para gitaris juara nasional dan asia yang diketuai Bambang Leman.

Ditanya tentang kunci sukses­nya, Birul Walidaini membuka rahasia, “Kata juri, saya bisa me­mainkan gitar dengan lebih te­nang dibandingkan lainnya.” Hal ini tak lepas dari porsi latihan

yang dilakukan Birul bersama te­man­temannya, terutama ketika mendekati hari H.

Tak berpuas diri, laskar gitaris muda unY ini akan berkompetisi kembali dalam Kompetisi gitar Klasik nasional di Jakarta pada Desember depan. “Kami sudah mulai latihan sejak sekarang, ja­di mohon doanya agar kami ber­hasil,” ajak Birul Walidaini dan kawan­kawan demi dukungan dari sivitas unY. Febi

FBs patut berbangga hati, pa­salnya mahasiswa Kampus ungu ini tidak hanya pandai dalam bidang akademik namun juga bidang non akademik. seperti yang sudah diketahui, banyak kompetisi yang berhasil dime­nangkan oleh mahasiswa FBs. Contohnya, lomba penelitian, lomba musik, lomba kreasi ta­ri, dan lomba desain batik.

Begitu halnya dengan Tulus angga Wijaya, mahasiswa sas­tra Inggris 2009 yang baru saja berhasil meraih gelar Juara I Putra Bantul dalam ajang Pemi­lihan Putra Putri Bantul 2011. setelah melewati empat kali wawancara yang terdiri dari wawancara psikologi­bahasa

asing, media, pariwisata, dan bakat. Tulus berhasil lolos ke tahap 50 besar dan menyisih­kan setidaknya 190 peserta la­in. Dengan itu pula ia dipasti­kan mengikuti grand final yang dilakukan pada senin (16/10) di Pendopo “Parasamya” Kabu­paten Bantul. selain Tulus ada beberapa mahasiswa yang maju ke­50 besar, di antaranya Zyah rohmad Ja­elani, mahasiswa Pendidik­an Bahasa Inggris 2009 dan anisa Wulandari, ma­hasiswi Pendidikan Bahasa Jerman 2009.

Pada malam grand final, 50 fi­nalis masing­masing melaku­kan fashi­on show dan kemudi­an barulah ditentukan 10 besar fi­nalis yang terdiri dari 5 putra dan 5 putri. Kesepuluh fi­nalis terpilih tersebut diwajibkan un­tuk menjawab pertanyaan dari

para dewan juri. Fitri anan­da, wartawan Suara Ungu yang kebetulan ikut me­nyaksikan acara terse­but kemudian mewawan­carai pengunjung. Bebe­

rapa di antara mereka mengatakan bahwa Tulus mampu menja­wab pertanyaan de­ngan jelas, baik dan menarik. Fitri

Ketenangan, Kunci Prestasi Gitaris Muda UnY

Mahasiswa sasing raih Gelar Putra Bantul 2011

tulus Angga Wijaya

birul Walidaini dan kawan­kawan di Open Guitar Competition.

Page 8: Suara Ungu Oktober 2011

8 suara ungu oktoBer 2011

Studi banding di Universitas Udayana dan Studi tour bali­Lombok Jurusan Pendidikan bahasa Daerah, 3­7 Oktober raker Senat dan Fakul­tas (Laporan Akhir Masa Jabatan Dekan FbS UNY), 7­9 Oktober, Malang Seminar Internasional Le Français en Indonésie Face À La Mondi­alisation, 8 Oktober, Gedung Kuliah I FBS Lokakarya

Metodologi Penelitian Seni Musik, 10 Oktober, Gedung Kuliah I FBS Makrab Jurusan Pendidikan bahasa Prancis, 15 Oktober, Wisma Hanoman Parangtritis Arisan Jurusan Pendidikan bahasa Prancis, 16 Oktober Pelatihan Metode Penelitian Linguistik dan Pengajaran bahasa Prancis, 17 Oktober, Gedung PLA FBS Workshop

Sosialisasi topik tugas Akhir, Strategi dan kiat Penulisan tugas Akhir Mahasiswa Pb Jerman, 20 Oktober, Gedung C13 FBS Seminar Nasional Cultural Identity in Language, Literature, and translation, 20 Oktober, Gedung Kuliah I FBS Workshop Pangkalan Data Akademik FbS UNY, 21 Oktober, Dream Lab Gedung C15 FBS Seminar Hasil

Penelitian Dosen FbS 2011, 21 Oktober, Gedung Kuliah I FBS Seminar Nasional Menemukan kembali esensi kebudayaan Indonesia dalam rangka Membentuk karakter kebangsaan, 27 Oktober, Auditorium UNY kunjungan Universitas Negeri Surabaya, 27 Oktober Yudisium Peri­ode oktober 2011, 31 Oktober 2011, Gedung PLA FBS.

EVENT

AgendA

Oleh Febi Puspitasari

saBTu (22/10), 30 mahasiswa FBs bertolak ke Desa Kasongan Bantul untuk melakukan eksplo­rasi penelitian. Ketua uKMF Pe­nelitian Limlarts, Zasqia Damai, menjelaskan, kegiatan tersebut bertujuan mengajak mahasiswa mendekatkan diri dengan masya­rakat demi menemukan perma­salahan dan potensi daerah. se­telah eksplorasi, kata Zasqia, ma­hasiswa akan dipandu untuk me­wujudkan solusi dan ide­ide me­reka melalui pembuatan prog­ram penelitian.

sesampainya di lokasi, rom­bongan mendengarkan presenta­si riwayat desa Kasongan dari se­orang pengurus desa wisata, se­lanjutnya acara berakhir dengan tanya jawab. Proses Pengelolaan usaha Kasongan dan pembuatan

eksplorasi Penelitian ke Desa Kasongan

gerabah menjadi topik yang ba­nyak ditanyakan. Kegiatan ber­lanjut dengan praktik membuat gerabah kreasi sendiri. Berawal dengan demo yang dilakukan se­orang pengrajin, peserta kemu­dian mencoba membuat gerabah menggunakan teknik cetak dan manual.

Para pengrajin industri gera­bah menyambut baik kegiatan ini. selama eksplorasi ke ‘dapur­dapur industri’, mereka mela­yani setiap pertanyaan peserta tentang usaha gerabah, peman­faatan bahan dasar, dan kendala proses. seorang pekerja di dapur industri Pak Temu mengemuka­kan, “Karena masih mengguna­kan alat pembakaran tradisional, terkadang susah menentukan su­hu yang tepat selama pembakar­an dan pengeringan,” keluhnya, “akibatnya beberapa gerabah re­

tak dan biasanya tak bisa dipa­kai lagi.” Di tempat lain, seorang pekerja juga berkomentar, “Buy­er produk Kasongan kebanyakan dari luar negeri, tapi orang lokal malah membeli produk kita di negeri orang itu,” Kelakarnya di­sambut tawa peserta dan peker­ja­pekerja lain.

Hasil observasi dan wawanca­ra dengan para pengrajin ini la­lu menjadi bahan diskusi peser­ta dalam penemuan solusi per­masalahan dan potensi usaha da­erah. Peserta dipandu mewujud­kan ide melalui penelitian dalam bentuk PKM­P (Penelitian), PKM­M (Program Pengabdian Masya­rakat), PKM­T (Penciptaan Tekno­logi) dan PKM­K (Program Kewi­rausahaan). Hasil diskusi setiap kelompok lalu dipresentasikan dan diapresiasi dengan berbagai bingkisan hadiah.

anggota uKMF Penelitian Limlarts terjun ke tengah para pengrajin gerabah. Mengasah kemampuan meneliti.

Anggota Limlarts mengamati dan mencoba membuat gerabah di Desa kasongan.

Foto-Foto: dokumen humas FBs unY

Page 9: Suara Ungu Oktober 2011

9suara ungu oktoBer 2011

LintAs

raBu (5/10), FBs unY kedatang­an tamu istimewa dari mahasis­wa Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia Fakultas sastra dan Budaya (FsB) universitas nege­ri gorontalo (ung), guna menja­lin persaudaraan dengan Jurus­an Pendidikan Bahasa dan sas­tra Indonesia (PBsI) unY.

acara diawali dengan sam­butan Dekan FBs unY, Prof. Dr. Zamzani, M.Pd., lalu dilanjut­kan sambutan Ketua Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia ung, Dr. Fatmah umar, M.Pd, yang merasa tersanjung atas ke­sediaan FBs unY menyambut kedatangan mereka. “Ini meru­pakan kebanggaan yang tidak ternilai,” tegasnya. setelah itu,

kedua jurusan saling bertukar cinderamata sebagai simbol tali persaudaraan yang akan berja­lan selama­lamanya.

untuk memeriahkan acara pertemuan yang jarang terjadi ini, segudang kreativitas dari mahasiswa jurusan PBsI dipen­taskan, seperti pembacaan tiga puisi oleh aushi, mahasiswa sastra Indonesia dan pemen­tasan Teater Misbah yang diba­lut dengan akustik musik kola­borasi kesenian Jawa yang di­buat dengan bahasa Indonesia. Demikian halnya, presentasi ke­budayaan gorontalo, Tumbelo­tohe turut didiskusikan dalam kegiatan ini, di samping tarian dari gorontalo. Tica

unIvErsITas udayana (unud) memiliki sistem tata kelola kegi­atan kebudayaan yang baik ser­ta memiliki kesamaan dengan beberapa jurusan dan program studi di FBs unY. Karena itu, rombongan BEM dan Perwakil­an Ormawa FBs unY melaku­kan studi Banding ke Fakultas sastra unud, Jumat (30/9).

acara dibuka dengan sam­butan penerimaan rombongan oleh Putu Eka gunayasa selaku Ketua senat Fakultas sastra, di­lanjutkan Ketua BEM FBs (Ikh­wanul Habibi), dan diakhiri Do­

sen Pendamping FBs unY (Wi­

en Pudji Pri­yanto, M. Pd.). Presentasi dan Tanya Ja­

wab adalah acara inti studi

Banding. Presentasi mengenai Program Kerja serta bagaimana merealisasikannya diawali da­ri Pihak unud dan dilanjutkan FBs. Dari situ, ada beberapa hal yang selaras dengan visi­misi Fakultas, salah satunya “Bersa­tu dalam spirit Keanekaragam­an,” terang guna.

Yang paling mencolok perbe­daan antara kedua fakultas ada­lah sistem kerja ormawa. Dije­laskan bahwa tata kelola kepe­mimpinan unud menggunakan sistem garis komando, yang ar­tinya senat membawahi semua HMJ (Himpunan Mahasiswa Ju­rusan) yang ada di Fakultas sas­tra. Ini berbeda dengan FBs yang menggunakan sistem ga­ris koordinat yang artinya se­mua organisasi mahasiswa ber­kedudukan sejajar. sesi tanya jawab dibuka dua termin. Dari situ pulalah kedua belah pihak saling berbagi dan memotivasi untuk melakukan suatu prog­ram kerja. Fitri

seni yang Mempersatukan Bangsa

Menimba ilmu ke Pulau seberang

Ikhwanul Habibi

alunan Musik Kamis MalamSiapa yang tak suka musik? Apa­lagi jika pertunjukan seni ini dilang­sungkan secara gratis. Inilah yang ditawarkan Hima Seni Musik FBS UNY. Acara Kalem, singkatan dari Kamis Malem, dihelat untuk shar­ing kreativitas dan penyaluran mi­nat musik. Kalem menampilkan ber­bagai perfomer dari Seni Musik dan Seni Tari. Kegiatan yang sudah berlangsung tiga kali (Februari, Ap­ril, dan Oktober) selama 2011 ini merupakan panggung bagi siapa saja yang berminat untuk tampil dan ikut serta di dalamnya. Kalem meraup antusiasme tiap kali diada­kan. Ini terbukti dari penuhnya Al­tar Seni Musik di hampir semua area. Para penikmat musik pun di­jamu dengan sebuah gerobak ang­kringan. Nunggal

seminar Bahasa asingPada 10 November 2011, Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY akan menyelenggarakan semi­nar yang bertajuk “Pengajaran Ba­hasa Asing dan Pendidikan Karak­ter” di Ruang Seminar Lantai III Ge­dung Pusat Layanan Akademik FBS UNY. Tema ini diambil karena isu pendidikan karakter telah men­jadi isu utama dalam dunia pendi­dikan. sebagai pembicara, panitia akan menghadirkan Prof. Dr. Putu Wijana (UGM), Dr. Manneke Budi­man (UI), dan Prof. Dr. Chaedar Al­wasilah (UPI). Kontribusi pendaftar­an sebesar 75 ribu rupiah untuk ma­hasiswa, peserta umum 100 ribu, dan pemakalah dikenakan 150.000 ribu. Jika Anda berminat, silakan segera mendaftar di sekretariat panitia. Diyan

Page 10: Suara Ungu Oktober 2011

10 suara ungu oktoBer 2011

KABAR PLA

Oleh Diyan F Zahro

BEraWaL dari meningkatnya kebutuhan akan ketersediaan dan keamanan data akademik, tim IT FBs unY menggagas se­buah program yang tidak ha­nya mampu menyediakan data akademik, tapi juga bermacam data yang berkaitan kepenting­an jurusan maupun fakultas.

Program yang dijuluki seba­gai Pangkalan Data akademik ini dibuat sejak Juli 2011. selain berfungsi sebagai back­up data dari sistem Informasi akade­mik (sIaKaD), program ini juga mengintegrasikan semua data jurusan dan fakultas secara di­gital, semisal data dosen, karya­wan, atau profi­l jurusan. Peng­integrasian ini sangat penting, terutama untuk kepentingan ak­reditasi maupun untuk pengaju­an hibah kompetisi.

Oleh karena itu, demi kelan­caran pengembangan program di masa depan, Jumat (21/10) di Dream Lab diadakan workshop yang berkaitan dengan Pangkal­an Data akademik FBs unY. se­

banyak 25 orang admin jurus­an dan fakultas mengikuti work­shop ini. Mereka melakukan brai­nstormi­ng dan mengumpul­kan usulan­usulan agar prog­ram ini dapat bekerja lebih opti­mal. Para admin tampak antusi­as menyambut program baru ini, mereka berharap Pangkal­an Data akademik dapat mem­permudah kinerja dalam mem­beri layanan terbaik kepada si­vitas akademika FBs unY.

Penangggung Jawab program, ardi ariyanto, s.Pd. menjelas­kan bahwa sementara ini Pang­kalan Data akademik hanya da­pat diakses oleh admin jurusan dan fakultas, sehingga tingkat keamanan datanya lebih terja­min. “Kami terus berupaya memperbaiki konten sekali­gus tampilan program, sebe­lum meng­onli­ne­kan program ini,” ungkapnya. Masih dari ar­di, “Tahap selanjutnya kami ba­kal mengundang para sekreta­ris jurusan untuk mendapatkan masukan yang lebih mendalam tentang berbagi aspek Pangkal­an Data akademik ini.”

Workshop Pangkalan DataPangkalan data mengintegrasikan seluruh data secara digital. Mempermudah pelayanan.

“JurnaL penelitian adalah ruh dari eksistensi sebuah perguruan tinggi”, ungkap Prof. Dr. Burhan nurgiyantoro. Lebih lanjut Ketua redaksi Li­tera ini menjelaskan bahwa jurnal penelitian adalah media bergengsi bagi universitas dan berperan penting bagi para dosen yang ingin meraih gelar guru Besar. Ini tak dapat dipung­kiri karena jurnal memuat karya­karya terpilih yang merupakan cermin keilmuan penulisnya.

Karena itulah keberdaan jur­nal penelitian sangat penting, ter­lebih jurnal yang diakreditasi Dikti. Dari sekian banyak jurnal yang ada di unY, FBs memiliki Li­­tera, jurnal istimewa yang pada Oktober lalu mendapat pengesah­an atas kualitasnya. sesuai sK Dikti nomor 66b/DIKTI/Kep.2011, Li­tera resmi menyandang akredi­tasi B. Dengan demikian, Li­tera menjadi satu dari tiga jurnal ter­akreditasi di unY.

seleksi yang ketat dalam pro­ses akreditasi dikarenakan Dikti ingin membatasi jumlah jurnal terakreditasi agar kualitas tetap terjaga. selain itu, agar terjadi ‘wira­wiri’ naskah sehingga ter­jadi pertukaran ilmu dan komu­

nikasi keilmuan yang erat. Bidang humaniora men­jadi ruang ling­kup dalam Li­te­ra, yang berfokus pada bahasa, sas­tra, serta peng­ajarannya.

“Ini prestasi, karena sekarang

sistem seleksi Dikti sangat ketat,” ujar Drs. anwar Efendi, M.si., sekretaris redaksi Li­tera semba­ri tersenyum bangga. Kegembira­an juga dirasakan Prof. Burhan, yang terus berjuang hingga Li­­tera akhirnya diakui sebagai jur­nal berkualitas. Diyan

Jurnal “Litera” FBs terakreditasi B

Foto

-Fo

to: d

ok

um

en

hu

ma

s F

Bs

un

Y

Page 11: Suara Ungu Oktober 2011

11suara ungu oktoBer 2011

tian juri dan Bapak Presiden, su­silo Bambang Yudhoyono yang ju­ga hadir di acara tersebut.

Batik buatan tangan rinik ber­beda dengan batik di pasaran pa­da umumnya. Ia menjelaskan bahwa batiknya memiliki motif dan komposisi berbeda. Terka­dang ia mencampurkan motif tra­disional dengan motif modern, terkadang juga ia menggunakan

riniK

FIGUR

Oleh Nunggal Selarati

kecintaan terhadap sesu­atu tidak selalu datang langsung begitu saja. Ini­lah yang terjadi pada ri­

nik, Mahasiswi Pendidikan seni Kerajinan FBs unY. Batik adalah minatnya. Tapi ternyata ini ber­awal dari ketidaksengajaan.

“Tadinya saya senang sekali de­ngan akuntansi, tapi begitu ma­suk sMa saya malah didaftarkan di sekolah Kejuruan. Kebetulan jurusannya tekstil dan yang dida­lami adalah batik. Nah, sejak itu­lah saya mulai senang dengan ba­tik,” terangnya.

rinik yang kedua orang tuanya bukan pembatik atau orang yang berkecimpung dalam dunia ba­tik mulai merintis kecintaan pa­da warisan asli Indonesia ini. Wa­lau bukan pembatik, ia mengaku bahwa dukungan dari kedua orang tuanya sangat berpenga­ruh. Keluarga serta kedua orang tua rinik menjadi motivator bagi dirinya untuk mengembangkan potensi dan kecintaannya terha­dap batik tulis.

saat ditanya mengapa memilih batik, mahasiswi semester IX ini menjawab, “Dari salah jurusan itu, batik semacam pelabuhan sa­ya untuk berkarya. Di sMK dan di jurusan pun diajari membatik. Jadilah saya makin suka batik.”

Hal ini berbuah manis. Tang­gal 29 september 2011 lalu, rinik berhasil menyabet Juara I Lom­ba Desain Batik nasional. Dalam acara yang bertema “Batik Wari­san Budaya Indonesia untuk Du­nia” itu ia memperoleh segudang hadiah, teman, dan pengalaman. Buah karyanya yang berjudul Ja­gad Punokawan menarik perha­

Batik, Pelabuhan untuk Berkarya

komposisi berbeda untuk motif tradisional buatannya. namun, secara pribadi, gadis yang lahir di sleman ini menyukai motif Se­kar Jagad. Motif ini memiliki be­ragam bentuk. Ia merasa bahwa motif ini lain dari yang lain kare­na mempersatukan semua motif tradisi yang ada.

“Buat saya batik itu adalah ke­senangan dan hobi. saya punya cita­cita untuk melestarikan ba­tik sebagai warisan budaya,” ung­kapnya. Ia menambahkan, “apa­lagi batik Indonesia sudah dike­nal di kancah mancanegara dan memiliki keunikan yakni motif­nya yang lebih detail dan kom­pleks dari batik­batik lain.”

rencana ke depannya adalah lulus dan membuka butik bersa­ma sang adik. “Pertama si­h saya ingin lulus dulu. Lalu saya juga berencana membuat butik atau semacam galeri bersama adik. Hitung­hitung sebagai tempat berkarya,” pungkasnya.

Berawal dari “salah jurusan”, rinik justru menemukan potensinya dalam batik. Karyanya menjadi kampiun di Lomba Desain Batik nasional.

rinik

Lahir: Sleman, 20 Desember 1988 Program Studi/Jurusan: Pendidikan Seni Kerajinan/Pendidikan Seni Rupa Semester: IX Pendidikan: SMK 5 Yogyakarta Prestasi: Juara 1 Lomba Desain Batik Nasional 2011 orang tua: Yariman dan Sariyem.

Page 12: Suara Ungu Oktober 2011

12 suara ungu oktoBer 2011

anggapan demikian karena kita tahu sebelumnya ada hubungan kekerabatan antara budaya dan bahasa.

Tak semua hal dalam bahasa hanya perlu dianalisis secara dangkal, sehingga dalam hal ini kita tidak sekadar berkutat de­ngan ribuan arti dari setiap ka­ta, yang ternyata belum tentu se­luruhnya memiliki arti yang sa­ma persis bila diterjemahkan se­suai kamus. apabila sudah bel­

ajar tentang budaya Jerman, ba­rangkali kita tak akan dibuat ber­tanya­tanya bahwa terjemahan ke dalam bahasa Indonesia dari kalimat wi­e spät i­st es adalah pu­kul berapa atau jam berapa.

adapun terjemahan sebenar­nya yang sesuai kamus mende­kati arti “seberapa telatkah?” Ber­beda bukan jika kita menerje­mahkannya secara bebas sehing­ga berbunyi “jam berapa?” Da­lam terjemahan yang sesungguh­nya, wi­e spät i­st es seakan meng­

APRESIASI

Budaya Bersemi karena Bahasa

Oleh Ira Lukiyanti

budaya manusia dengan segala kerumitannya tidak akan berkembang dan tidak dapat dipikir­

kan tanpa bantuan bahasa (salz­mann). Pernyataan tersebut se­makin menegaskan bahwa baha­sa merupakan dasar suatu buda­ya. Bahasa dan budaya merupa­kan dua hal tak terpisahkan, ti­dak bersifat substitusi melainkan komplementer. Kita barangkali paham betul hubungan bahasa dan budaya. Mengapa bahasa menjadi cermin dari budaya? Ja­wabannya mungkin sudah lama ada dibenak kita, yakni karena budaya membentuk bahasa.

aspek­aspek budaya yang pen­ting bagi anggota masyarakat bi­sa digarisbawahi. Di Jerman, mi­salnya, ada sebuah kalimat wi­e spät i­st es. Kalimat ini digu­nakan untuk mena­nyakan waktu, dan jika diterjemahkan dalam bahasa Indo­nesia berarti “jam berapa”. Padahal, padanan sesungguh­nya untuk kata spät adalah “terlambat”. Di sinilah persoalan­nya, kenapa orang Jerman lebih menggu­nakan kata spät untuk menanya­kan waktu?

Mungkin bagi yang mengenal bahasa Jerman sempat dibuat bertanya­tanya mengenai kali­mat tersebut. salah satu analisis sederhana yang dapat kita guna­kan adalah: terlambat identik de­ngan jam karet atau molor. su­dah umum diketahui bahwa ma­syarakat Jerman merupakan ti­pe onti­me. Kemungkinan kata spät diambil dari budaya Jerman yang tepat waktu. Kita bisa ber­

ilustrasikan bahwa orang Jerman selalu mengatakan “sudah sebe­rapa telatkah aku?” untuk mena­nyakan waktu. Padahal, belum tentu mereka datang terlambat. Mereka amat menghindari keter­lambatan, yang mungkin sama artinya dengan membuang wak­tu sia­sia. Waktu yang terbuang seharusnya bisa digunakan un­tuk melakukan start, tapi harus tertunda karena terlambat. Mes­ki cuma beberapa menit, itu bi­sa sangat berpengaruh. Start yang tidak onti­me menyebabkan segala hal dalam proses pekerja­an memakan waktu yang lebih lama, sehingga berdampak pada mundurnya finish­ing.

Waktu memang sangat penting bagi masyarakat Jerman. Wajar

jika salah satu nega­ra yang terletak di benua Eropa ini me­miliki sumber daya manusia yang mem­punyai disiplin wak­tu cukup tinggi. Mungkin juga buda­ya tepat waktu itu turut melatarbela­kangi kesuksesan Jer­man sebagai pengha­sil penemuan besar terbanyak di dunia. sekadar informasi,

pada tahun 2002, hasil paten ter­banyak di benua Eropa berasal dari Jerman, yakni mencapai 23 ribu, kemudian diikuti amerika serikat dan Jepang. Hasil pene­muannya pun beragam, di anta­ranya di bidang teknologi, trans­portasi, dan kesehatan. Beberapa contohnya adalah penemuan for­mat MP3 oleh Fraunhofer Insti­tut yang kemudian diproduksi pertama kali oleh Jepang, televisi oleh Otto von guericke, rel kere­ta api oleh Werner von klemens,

tanpa bahasa, bisa jadi tak akan ada yang namanya warisan budaya. Budaya mampu mengatur pribadi

yang berlainan ke dalam kelompok, sehingga kepercayaan, nilai, perilaku, dan aktivitas yang diyakini membawa

kebaikan akan terbangun.

Page 13: Suara Ungu Oktober 2011

13suara ungu oktoBer 2011

kirimkan esai anda tentang bahasa, sastra, dan seni ke [email protected] berikut foto dan identitas diri.

aspirin oleh Felix Hoffmann, ser­ta masih banyak lagi penemuan yang telah ditelurkan oleh nega­ra yang hampir tidak kenal de­ngan istilah terlambat itu.

apakah kebanyakan negara yang masuk dalam klasifi­kasi ne­gara maju memang memiliki bu­daya tepat waktu? ataukah itu se­kadar kebetulan? Mari kembali sejenak pada contoh negara ma­ju seperti yang telah disebut di atas. Budaya tepat waktu sudah menjadi nilai luhur di Jerman. Ki­ta tahu, yang namanya budaya itu telah menjadi suatu kebiasa­an yang diwarisan secara turun­temurun melaui bahasa. sehing­ga, karena bahasalah budaya te­pat waktu di Jerman, amerika, dan Jepang senantiasa lestari.

Tanpa bahasa, bisa jadi tidak akan ada yang namanya warisan budaya. Budaya mampu meng­atur pribadi yang berlainan ke dalam kelompok, sehingga keper­cayaan, nilai, perilaku, dan aktivi­tas yang diyakini membawa keba­ikan akan terbangun. Lantas ba­gaimana dengan istilah budaya telat? Istilah ini seakan dibenar­kan karena ada unsur pembiasa­an. Lalu benarkah telat merupa­kan budaya atau sekadar ajang ikut­ikutan kebiasaan beberapa individu yang dibudidayakan ba­nyak individu waktu itu?

Pertanyaan tersebut terkait hu­bungan antara kesuksessan ne­gara maju dan budaya tepat wak­tu. adakah hubungannya? Kalau begitu, apakah tepat waktu itu penting? Terkadang karena hal itu banyak juga yang dibuat ma­rah dan ketinggalan informasi, bahkan bodoh karena sering tak bisa ikut pelajaran di kelas, mi­salnya. Coba bayangkan sejenak sembari kita mengulas bayangan tentang keistimewaan Jerman, amerika serikat, dan Jepang. Me­reka mungkin sering membuat decak kagum kita dengan keber­hasilannya yang cemerlang. se­olah­olah mereka dilahirkan de­ngan perlakuan yang berbeda da­

ri sang Pencipta. Padahal, secara alamiah sifat manusia sama, tapi kebiasaan dan tradisilah yang membuat mereka jauh terpisah (Confucius).

Pernyataan tersebut bila disa­rikan adalah berupa: kebiasaan yang membuat setiap individu suatu daerah atau negara sama dan begitu dekat dengan kelom­poknya serta berbeda dari indivi­du lain yang berbeda kelompok. Jadi, mungkin budaya tepat wak­tu itu pula yang membuat kita ja­uh berbeda dengan mereka. Lalu apakah kita dapat semaju mere­ka selama ada anggapan telat adalah budaya?

Budaya onti­me akan berdam­pak paralel pada kehidupan. Ber­awal dari budaya tepat waktu, mereka dapat mengorganisasi waktu secara apik. sebagai buk­ti, sesibuk apa pun, mereka te­tap punya jatah waktu untuk

membaca berita, buku, meneliti, bahkan sekadar membaca peng­umuman. secara keseluruhan da­pat disarikan bahwa budaya te­pat waktu orang Jerman telah tercermin dalam bahasanya, se­hingga sebaiknya jika kita mem­pelajari bahasanya alangkah ba­iknya mengenal budayanya pula. Keberadaan budaya mampu memperjelas terjemahan di ba­lik makna bahasa. Begitu pula, bahasa mampu menjaga budaya sehingga menjadi suatu warisan atau tradisi.

ira lukiyanti, mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman angkatan

2009 FBs unY.

na

tio

na

litY

inW

or

ldh

isto

rY.

ne

t

Page 14: Suara Ungu Oktober 2011

1� suara ungu oktoBer 2011

SASTRA

Cerpen Mutayasaroh

akbar

Akbar, anak tunggalku, ku­besarkan seorang diri se­jak dia baru berumur de­lapan tahun. Ibunya me­

ninggal. akbar memilih tidak me­lanjutkan sekolah. Dia memilih melukis, bidang yang juga aku te­kuni. Tapi nasibku selama ini tak seberuntung dirinya. aku tidak pernah membuahkan karya yang bisa disebut “master”.

akbar lebih tekun dari yang ku­kira. Tiap hari dia bereksplorasi dengan warna. gelap, terang, sendu, lembut, kasar. Dia menca­tat tiap penemuannya dalam se­buah buku agenda. Dia melarang­ku melihatnya. sebenarnya aku ingin tahu apa yang ia tulis.

Beberapa waktu lalu kudengar dari mulutnya dia baru saja me­ngunjungi Museum affandi. “apa yang kamu dapat?” tanyaku. sa­ngat banyak, katanya. ada ba­nyak warna yang bisa ia dapat dan bahkan dicuri. Begitu ma­suk, dia mendapat banyak ide dan menuliskannya di buku cata­tan. Kalau hari ini dia sedang me­ngurung diri di studio, artinya dia sedang mengerjakan yang su­dah lama dipikirkannya.

Entah bagaimana dia melihat yang tidak bisa aku lihat itu. sua­tu kali, dia melihat semut berja­lan berbaris, yang membawa se­suatu berwarna putih. akbar me­nyebutnya makanan semut atau nasi. selama berjam­jam, kejadi­an itu berada di halaman. aku se­ngaja membiarkannya, karena aku melihat diriku di dalam diri­nya ketika itu. aku mengamati diriku sendiri lewat dia.

aku lihat dia tersenyum, meng­gumamkan sesuatu dan sesaat kemudian masuk ke dalam ru­mah. Wajahnya berseri­seri, ter­senyum puas karena telah mene­mukan harta karunnya. apa itu? aku juga tidak tahu, aku hanya

menyadari dia telah menemukan yang tak pernah aku sadari. Dua hari kemudian dia menunjukkan padaku sebuah lukisan setum­puk semut berwarna hitam. awal­nya aku diam saja, sampai dia menanyakan apakah dia jenius? aku mengangguk, dia memang jenius. sejak itu, dia lebih sering berkunjung ke studio, tempat aku juga mengurung diri bila mene­mukan harta karun.

akbar terlalu sering ke studio daripada ke sekolah, membuatku ditegur berkali­kali oleh kepala sekolah. Tapi aku juga tak bisa menghentikan kesenangannya. aku katakan padanya mengenai telepon dari kepala sekolah, dia hanya menjawab, “Besok aku akan menemuinya.”

Bukan hal yang mengejutkan bila keesokan harinya sepulang dari sekolah akbar mengatakan, “aku keluar, Kepala sekolah min­ta persetujuan Bapak.”

Pagi harinya, aku ikut dengan­nya menghadap kepala sekolah dan minta maaf atas kelakuan­nya, walaupun sebenarnya aku akui dia benar. Para petani tak semuanya lulus sekolah atau bah­kan mungkin tak pernah seko­lah. Pedagang dan orang­orang lain juga ada yang tak menge­nyam bangku sekolah. asalkan mereka mengusai bidangnya, il­mu berhitung dan mampu berne­gosiasi dengan sedikit akal dan kejujuran—mungkin bila itu ma­sih ada—mereka sudah bisa hi­dup dan mengolah kebutuhan hi­dupnya. akbar hanya ingin me­mupuk kemampuannya, mem­fokuskan diri pada apa yang di­inginkannya.

aku iri padanya karena di usia yang masih muda dia sudah menyadari potensinya. Bereks­perimen dan menertawakan kar­yanya sendiri. Bertemu dengan orang­orang yang sama dengan­

Jes

sic

aW

on

ka

.de

via

nta

rt.

co

m

Page 15: Suara Ungu Oktober 2011

15suara ungu oktoBer 2011

kirimkan cerpen dan puisi anda ke [email protected] berikut identitas diri.

PUisi

ecoute le Cri de Mon CœurOleh Arum

arum, mahasiswa Pendidikan Bahasa Prancis.

Je suis silence sans voixJe suis muette sans motQuand tu es devant moiJe n’ose que regarder ton dos

Tu entends? Mon Cœur qui crie l’amourC’est pour toi, la propriétaire de mon CœurAvec cet amour, j’espère qu’un jour,Je peux déclarer le cri de mon cœur

nya semakin membuatnya per­caya kalau dirinya jenius dan ha­nya ini tujuan hidupnya.

Tapi, bagiku akbar tetap anak kecilku yang tak tahu apa­apa.

“Warna merah tak selamanya berarti darah,” kataku, ketika ka­mi sama­sama duduk di dalam studio menghadapi kanvas.

“aku tahu, Pak” jawab akbar,“Dan tidak selamanya abu­abu

juga berarti abu­abu,” ujarku.“aku tahu, tak perlu khawatir.”aku tidak mengkhawatirkan­

nya. aku mengkhawatirkan war­na yang dia campur.

“aku memang sering salah, ta­pi aku tak membuangnya, aku terus menggunakannya dan me­nyimpannya, itu akan memban­tuku mengingat kesalahan dan kekurangan,” ujarnya.

“Bukan itu masalahnya, warna­warna itu sulit dibeli kembali.”

“apa maksud Bapak? Bapak ta­kut kehabisan uang?”

“Tidak,”Ku dengar dia menggerutu.“Kau bisa terjebak pada warna

yang kau inginkan,”

semua itu terjadi 10 tahun la­lu. seperti baru tadi pagi, aku me­mejamkan mata lalu tiba­tiba sa­ja sudah menjadi hari ini. aku

memandangi lukisan yang ukur­annya cukup besar milik akbar, tak kusangka dia melukis potret­ku. rupanya aku terlihat sangat tua dimatanya.

aku bisa melihat tangannya yang sedang menyapukan warna di atas kanvas di wajahku. Wajah­nya dan mataku menjadi satu da­lam kerutan­kerutan masa tua. aku ada dalam dirinya, dia pun terlukis di sana. atau mungkin dia melihat dirinya sendiri?

“Tidak ada yang bisa menya­mai Bapak,”

suaranya terdengar lebih be­rat dari sepuluh tahun yang lalu. Dia memang bagian dari diriku dan ibunya. Melihatnya membu­atku bisa melihat istriku.

“sudah peyot­peyot rupanya,”“Itu hanya penglihatan Bapak

saja,” ujarnya.“aku tahu kau hanya menghi­

burku,” kataku, disambut tawa yang berderai dari mulutnya, “se­lamat atas pameran tunggalmu.” aku menjabat tangannya, sebagi­an darahku yang mengalir ke da­lam dirinya menyatu sesaat de­ngan dagingku.

Yang ingin aku kalahkan ada­lah Bapak. Dialah rivalku yang sebenarnya... Juli 1991

aku menemukan agendanya beberapa waktu lalu. Tak kusang­ka isinya hanyalah sejumlah ba­hasa dunia yang ia temukan. En­tah sudah sejauh mana dia sebe­narnya melangkah. Dia sudah bukan anak kecilku lagi yang ha­rus aku khawatirkan. Yang ingin dia kalahkan sudah terkalahkan sejak awal.

“aku kembalikan bukumu,” ku­sodorkan buku berwarna cokelat itu kepadanya. Dia menerimanya dengan keheranan.

“Kupikir sudah hilang, di ma­na Bapak temukan ini?”

“sepertinya terjatuh di lantai, waktu kau datang ke rumah me­ngantarkan undangan pameran­mu ini, kau pasti tidak sadar.”

“Mungkin… umm tapi, apa Ba­pak membaca isinya?”

“Ya, sedikit, aku selalu ingin tahu apa yang kau tulis.”

Dia tertawa, lebih bahagia da­ri 10 tahun yang lalu. Tawa keme­nangan atas musuh abadinya.

mutayasaroh, mahasiswa Fakultas Bahasa dan seni unY

angkatan 2009.

morninglorYsunrise.BlogsPot.com

Page 16: Suara Ungu Oktober 2011

IMagEsUara UnGU

Ukiran arif tirtahana

Sejenis mainan yang bentuknya bisa bermacam­macam, terutama manusia atau hewan serta tokoh­tokoh fiksi, ialah boneka (dari bahasa Por­

tugal boneca). Boneka merupakan salah satu mainan paling tua, karena pada zaman Yunani, Romawi atau Mesir kuno, boneka sudah ada. Namun fungsi, bentuk, maupun bahan pembuatnya ternyata berbeda sekali antara dulu dan sekarang.

Pada Umumnya boneka dibuat sebagai mainan anak­anak, namun kadang­kadang digunakan untuk fungsi­fungsi ritual yang berhubungan dengan alam atau hal­hal yang bersifat gaib ataupun mistik, misal­nya berupa upacara­upacara ritual keagamaan pada zaman dulu, permainan jelangkung, sihir ataupun upa­cara pemanggilan roh. Seringkali boneka ditemukan pada makam­makam kuno atau situs­situs sejarah maupun prasejarah. Dan boneka pun berkembang dari zaman ke zaman.

Ketertarikanku pada bentuk anak tampil dalam ber­bagai aspek, baik proses cara berfikir, keagresifan, bentuk tubuh, gaya bicara, tingkah laku, dan per­soalannya. Walau begitu, istilah ini juga sering meru­juk pada perkembangan mental seseorang. Meski usia­nya secara biologis dan kronologis sudah termasuk de­wasa, namun bila dilihat dari perkembangan mental­nya atau urutan umurnya, siapa pun bisa diasosiasikan dengan istilah “anak”. Arif tirtahana, mahasiswa Seni rupa angkatan 2005

Judul : Anak bonekaUkuran : P x L x t (26 cm x 18 cm x 75 cm)Media : kayu Sengontahun : 2009