studi tentang pengembangan pembelajaran tahun …eprints.uns.ac.id/6410/1/176731702201110051.pdf ·...
TRANSCRIPT
STUDI TENTANG PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
PENJASORKES PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
LUARBIASA SE-KOTA SURAKARTA
TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
TOTOK SUGIYANTO
K4606056
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
STUDI TENTANG PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
PENJASORKES PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
LUARBIASA SE-KOTA SURAKARTA
TAHUN 2010
Oleh:
TOTOK SUGIYANTO
K4606056
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I
Drs. H. Wahyu Sulistyo, M.Kes. NIP. 19490505 198503 1 001
Pembimbing II
Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or. NIP.19760129 200312 2 001
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Jum’at
Tanggal : 29 Oktober 2010
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. Agus Mukholid, M.Pd.
Sekretaris : Singgih Hendarto, S.Pd, M.Pd.
Anggota I : Drs. H. Wahyu Sulistyo, M.Kes.
Anggota II : Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or.
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Totok Sugiyanto. STUDI TENTANG PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUARBIASA SE-KOTA SURAKARTA TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, September. 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengembangan
Pembelajaran Penjasorkes pada Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota
Surakarta Tahun 2010.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan teknik
survey. Subyek penelitian ini adalah seluruh guru penjasorkes di Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta sejumlah 10 orang. Teknik
pengumpulan data menggunakan angket dan observasi. Teknik analisis data
menggunakan uji validitas, uji reliabilitas dan persentase untuk mengetahui
besarnya presentase jawaban pada setiap butir soal.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa secara
keseluruhan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta Tahun
2010 dalam Pengembangan Pembelajaran Penjasorkes sudah cukup baik, Hal ini
ditunjukkan dari masing-masing komponen : (1) Komponen Pedagogis di Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta tergolong cukup baik dengan
persentase 42%. Ini ditunjukkan pada masing-masing indikatornya (a) Indikator
berkaitan dengan tugas mengajar dengan prersentase 45%, (b) Akan tetapi
Indikator berkaitan dengan penyusunan silabus masih kurang baik dengan
persentase 37%, (c) Indikator berkaitan dengan penyusunan RPP tergolong baik
dengan persentase 40%, (d) berkaitan dengan pemahaman dan penyusunan
program semester cukup baik dengan persentase 40%, (e) Indikator berkaitan
dengan penyusunan program tahunan tergolong cukup baik dengan persentase
65%. Hasil tersebut sesuai dengan observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
dimana komponen pedagogis sudah berjalan dengan cukup baik. (2) Komponen
Kurikulum di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta tergolong
cukup baik dengan persentase 52%. Hal ini ditunjukkan pada masing-masing
indikator, (a) Indikator berkaitan dengan penerapan KTSP dengan persentase
vi
57%, (b) Akan tetapi Indikator berkaitan dengan pelatihan dan pemantapan KTSP
tergolong kurang baik dengan presentase 47%, (c) Indikator berkaitan dengan
kesiapan mengajar dengan persentase 60%, (d) Indikator berkaitan dengan buku
pegangan dengan persentase 50%, (e) Indikator berkaitan dengan kendala
pembelajaran dengan persentase 87%, (f) Indikator berkaitan dengan metode
mengajar dengan persentase 50%. Hasil ini sesuai dengan observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini dimana komponen Kurikulum sudah berjalan
dengan cukup baik. Hal ini juga diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan
di lapangan. (3) Komponen Sarana Prasarana di Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa se-Kota Surakarta tergolong cukup baik dengan persentase 40%. Hal ini di
ditunjukkan pada masing-masing indikator, (a) Indikator penggunaan sarana dan
prasarana dengan persentase 36%, (b) Indikator berkaitan dengan pengaplikasian
sarana dan prasarana dengan persentase 60%. Hal ini juga diperkuat dengan hasil
observasi yang dilakukan di lapangan. (4) Komponen pengembangan
pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta
Komponen pengembangan pembelajaran Hal ini ditunjukkan pada Indikator
pengembangan pembelajaran dalam memodifikasi dan inovasi pembelajaran
penjasorkes dengan presentase 48%. Hasil tersebut sesuai dengan observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini dimana komponen pengembangan pembelajaran
sudah berjalan dengan cukup baik. (5) Komponen kedisiplinan di Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta tergolong cukup baik dengan
presentase 60%.
vii
MOTTO
� Setiap detik, Setiap menit pasti ada masalah, apapun yang terjadi
kita harus menghadapinya, selalu optimis dan jangan pernah
menyerah, semua itu ada jalan keluarnya.
� Sesuatu yang dihitung belum tentu bisa dihitung, sesuatu yang
tidak dihitung belum tentu bisa dihitung.
(Albert Enstein)
� Ketika senang janganlah terlalu berlebihan karena masih banyak
saudara-saudara kita yang dalam kesusahan, kesedihan, masalah,
musibah dsb, banyak instropeksi diri, selalu ingat dan dekatkanlah
diri kita kepadaNYA, dan semoga kita diberi kemudahan untuk
melakukan sesuatu yang bermanfaat.
� Seringkali kita menghargai sesuatu yang sukar diperoleh, tetapi
lebih mudah melupakan nikmat yang telah tersedia.
( Penulis)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Bapak dan Ibu tercinta…
2. Umi, Abbah, Bu Ida dan Ade” tersayang
3. Best freind forever : Tim Futsal The
Gaw Brother
4. Teman-teman Penjaskesrek angkatan
”2006”
5. Almamater
ix
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini saya sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Agus Margono, M. Kes selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Drs. H. Sunardi, M Kes selaku Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan
dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. H. Wahyu Sulistyo, M.Kes sebagai pembimbing I yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or sebagai pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Kepala Dinas KESBANG POL LINMAS, BAPPEDA dan DIS DIKPORA
Kota Surakartayang telah memberikan ijinnya.
7. Kepala Sekolah SMP LB Se-Kota Surakarta.
8. Bapak/ Ibu guru mata pelajaran Penjasorkes SMMP LB Se-Kota Surakarta
atas keikhlasannya membantu penelitian ini.
9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian.
Semoga semua amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Oktober 2010
Totok Sugiyanto
x
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................... i
PENGAJUAN................................................................................................ ii
PERSETUJUAN............................................................................................ iii
PENGESAHAN............................................................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN.......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah..................................................................... 7
D. Pumusan Masalah......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian.......................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian........................................................................ 8
BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 9
A. Tinjauan Pustaka............................................................................ 9
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ............................. 9
2. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Adaptif ................. 11
3. Ruang Lingkup Peserta Penjasorkes Adaptif............................... 13
4. Prasarana dan Sarana Penjasorkes Adaptif .................................. 19
5. Pengembangan Pembelajaran Penjasorkes .................................. 21
6. Proses Pembelajaran Penjasorkes Adaptif ................................... 29
7. Kurikulum Penjasorkes pada Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa .......................................................................................... 29
B. Kerangka Berpikir.......................................................................... 41
xi
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 43
1. Tempat Penelitian .................................................................. 43
2. Waktu Penelitian .................................................................... 43
B. Metode Penelitian ......................................................................... 43
C. Subjek Penelitian ........................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 44
1. Jenis Data .............................................................................. 44
2. Alat Pengumpul Data ............................................................. 44
E. Teknik Analisis Data...................................................................... 45
1. Uji Validitas ........................................................................... 45
2. Uji Reliabilitas ....................................................................... 46
3. Analisis Data ......................................................................... 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN..................................................................... 49
A. Deskripsi Data .............................................................................. 49
1. Mencari Validitas ...................................................................... 49
2. Mencari Reliabilitas ................................................................... 49
3. Hasil Penelitian .......................................................................... 50
B. Pembahasan .................................................................................. 61
BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ......................................... 62
A. Simpulan ....................................................................................... 62
B. Implikasi ....................................................................................... 63
C. Saran ............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65
LAMPIRAN .................................................................................................. 67
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penjasorkes Semester
Ganjil untuk kelas VII, semester 1................................................... 34
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penjasorkes Semester
Ganjil untuk kelas VIII, semester 1 .................................................. 37
Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penjasorkes Semester
Ganjil untuk kelas IX, semester 1 ..................................................... 38
Tabel 4. Rage Katagori Reliabelitas ............................................................... 48
Tabel 5. Contoh Hasil Uji Validitas Butir Soal No 1...................................... 49
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 50
Tabel 7. Data Berkaitan dengan Pedagogis..................................................... 51
Tabel 8. Data Berkaitan dengan Tugas Mengajar ........................................... 51
Tabel 9. Data Berkaitan dengan Pemahaman dan Penyusunan Silabus ........... 52
Tabel 10. Data Berkaitan dengan Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran................................................................................... 52
Tabel 11. Data Berkaitan dengan Penyusunan Program Semester................... 53
Tabel 12. Data Berkaitan dengan Penyusunan Program Tahunan ................... 55
Tabel 13. Data Berkaitan dengan Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ....................................................................................... 54
Tabel 14. Data Berkaitan dengan Pemahaman dan Penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan............................................................... 55
Tabel 15. Data Berkaitan dengan Pelatihan dan Kemantapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan............................................................... 55
Tabel 16. Data Berkaitan dengan Kesiapan Mengajar .................................... 56
Tabel 17. Data Berkaitan dengan Buku Pegangan Mengajar........................... 56
Tabel 18. Data Berkaitan dengan Kendala dalam Pembelajaran ..................... 57
Tabel 19. Data Berkaitan dengan Metode Mengajar......................................... 57
Tabel 20. Data Berkaitan dengan Sarana dan Prasarana.................................... 58
Tabel 21. Data Berkaitan dengan Penggunaan Sarana dan Prasarana................ 58
Tabel 22. Data Berkaitan dengan Pengaplikasian Sarana dan Prasarana
xiii
dalam Silabus, RPP, Program Semester, Program Tahunan............... 59
Tabel 23. Data Berkaitan dengan Pengembangan Pembelajaran dalam
Memodifikasi dan Inovasi Pembelajaran Penjasorkes..................... 60
Tabel 24. Data Berkaitan dengan Kedisiplinan Siswa...................................... 60
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi–Kisi Instrumen Angket Penelitian ...................................... 67
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Angket Try out ............................................. 69
Lampiran 3. Daftar Perhitungan Uji Validitas .............................................. 80
Lampiran 4. Daftar Tabel Value Of r Product Moment .................................. 88
Lampiran 5. Daftar Perhitungan Uji Reliabilitas ............................................ 89
Lampiran 6. Daftar Pertanyaan Angket Penelitian ......................................... 94
Lampiran 7. Jadwal Penelitian ....................................................................... 103
Lampiran 8. Data Hasil Penelitian ................................................................. 104
Lampiran 9. Dokumentasi ............................................................................ 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia,
sehingga mampu mengembangkan dan merealisasikan gagasan dalam masyarakat
adil dan makmur. Pendidikan pada dasarnya diberikan kepada siapa saja, bukan
hanya individu yang normal tetapi juga untuk individu dengan berkebutuhan khusus.
Oleh karena itu pendidikan merupakan kebutuhan yang pokok bagi setiap individu
yang maju, sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 1
dan 2 menyatakan bahwa: “(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu, (2) Warga Negara yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus”. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa:
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Dari penjelasan diatas, pendidikan merupakan wadah untuk membangun
potensi-potensi yang ada pada setiap diri peserta didik. Diperlukan tenaga pendidik
atau guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan disekolah. Sesuai dengan kebijakan
pemerintah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 diatas,
pendidikan tidak hanya diberikan kepada anak yang normal saja, tetapi bagi anak
yang berkelainan atau anak berkebutuhan khusus juga layak untuk mendapatkan
2
pendidikan yang sama. Dengan adanya pendidikan khusus atau inklusi, mereka dapat
mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam proses
belajar mengajar bagi siswa anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan tenaga
pengajar yang mempunyai latar belakang pendidikan luar biasa, yang mampu
menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga peserta didik merasa nyaman di
lingkungan sekolah dan mampu mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Oleh
karena itu, dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar merupakan pekerjaan yang
menyangkut beberapa aspek dan menuntut kesungguhan guru.
Sehubungan dengan pelaksanaan tersebut diatas, seorang guru membutuhkan
dasar pengetahuan yang baik mengenai Devolepmentally Appropriate Practice
(DAP), yaitu pengembangan pendekatan strategi belajar mengajar, menurut Mulyani
Sumantri & Johar Permana (2001 : 1) menyatakan bahwa pendekatan ini didasarkan
atas:
1. Pengetahuan yang jelas mengenai perkembangan anak baik fisiknya, kognisinya, sosial-emosional dan moralnya.
2. Perhatian yang kuat atas keunikan setiap peserta didik, baik dalam konteks latar belakang kehidupan keluarganya maupun kebiasaan budaya yang mengerti hidupnya
3. Suatu pengertian yang mendalam megenai bagaimana sesungguhnya peserta didik itu berpikir dan belajar.
Dengan pendekatan strategi belajar mengajar seorang guru harus membuat
program pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebelum seorang guru
menetapkan suatu program pengajaran, guru harus mempelajari dan menguasai GBPP
(Garis-garis Besar Program Pengajaran) terlebih dahulu untuk berbagai bidang studi
dalam kurikulum yang berlaku pada kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya guru tersebut harus menetapkan sejumlah satuan bahasan (pokok
bahasan) yang dimuat dalam GBPP itu kedalam satuan-satuan pelajaran / rencana
pelaksanaan pembelajaran yang merupakan salah satu bentuk penyampain materi.
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum, karena
kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan
3
pendidikan, baik pengelola maupun penyelenggara; khususnya guru dan kepala
sekolah. Kurikulum pada pendidikan luar biasa pada dasarnya sama dengan yang ada
pada pendidikan normal. Kurikulum pendidikan perlu didesantralisasikan terutama
dalam pengembangan silabus dan pelaksanaan yang disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan
demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan
menentukan materi ajar, kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar kebijakan
yang berkaitan dengan implementasi Standar Pendidikan Nasional Pendidikan
dilaksanakan sekolah, maka sekolah harus menyusun Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) atau silabus dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian
standar isi dan standar kompetensi lulusan yang ditetapkan dengan pemendiknas no.
23 tahun 2006.
Penjasorkes merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani,
ketrampilan gerak, ketrampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan
sosial, penalaran, dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani. Di dalam
intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia
yang berlangsung seumur hidup, peranan penjasorkes adalah sangat penting, yaitu
memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam pengalaman
belajar melalui aktivitas jasmani yang secara sistematik. Pembekalan pengalaman
belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus mementuk gaya hidup sehat dan aktif
sepanjang hayat.
Berkaitan dengan penjasorkes adaptif, individu dengan berkebutuhan khusus
akan memperoleh pembinaan melalui penjasorkes yang diberikan di sekolah.
Layanan tersebut diberikan secara elegan kepada mereka yang kurang beruntung dan
memiliki kekhususan sebab mereka juga merupakan anak-anak bangsa yang menjadi
harapan orang tua, masyarakat, bangsa dan negara mereka juga dapat tumbuh dan
berkembang menjadi dewasa yang mempunyai percaya diri dan harga diri yang tinggi
4
dalam memimpin dan mengabdikan dirinya untuk pembangunan bangsa indonesia
pada masa yang akan datang.
Menurut Sri Widati & Murtadlo (2007: 03) menyatakan bahwa: ”Penjas
adaptif adalah suatu program individual yang berhubungan dengan pengembangan,
aktivitas jasmani, latihan, permainan, ritma, dan olahraga yang dirancang untuk
memenuhi pendidikan jasmani khusus sesuai kebutuhan individu”. Oleh karena itu,
guru penjasorkes sebaiknya membantu peserta didiknya agar tidak merasa rendah diri
dan terisolasi dari lingkunganya. Dalam pembelajaran penjasorkes anak berkebutuhan
khusus membutuhkan prasarana dan sarana yang sesuai dengan karekteristiknya.
Penyediaan prasaran dan sarana yang sesuai akan memudahkan peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Prasarana dan sarana penjasorkes bagi peserta didik dengan berkebutuhan
khusus pada dasarnya sama dengan prasarana dan sarana penjasorkes peserta didik
normal. Agar pelaksanaan program pembelajaran penjasorkes bagi peserta didik
berkebutuhan khusus dapat berjalan dengan baik, maka prasarana dan sarana
penjasorkes bagi peserta didik kebutuhan khusus perlu dimodifikasi dan disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik sehingga memudahkan peserta didik mengikuti
kegiatan penjasorkes disekolahanya.
Penjasorkes bagi individu dengan berkebutuhan khusus mempunyai tujuan
yang sama dengan penjasorkes untuk individu normal, yaitu mencakup tujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, keterampilan gerak dan
intelektual. Dalam merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran
penjasorkes bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus memerlukan pemikiran,
ketelitian dan pengembangan pembelajaran yang baik. Program pembelajaran
penjasorkes akan berhasil apabila fokus kegiatan di tujukan pada perbaikan tingkat
kemampuan dan meminimalkan hambatan-hambatan yang dihadapi peserta didik.
Dalam proses pengembangan pembelajaran penjasorkes, guru penjasorkes diharapkan
mampu memberikan pengajaran yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa
5
anak berkebutuhan khusus yang memerlukan adaptasi dalam pendidikan jasmani
untuk keselamatan, kesenangan, kepuasan, dan partisipasi yang sukses.
Di kota surakarta terdapat 10 Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa baik
negeri maupun swasta, adapun ruang lingkupnya sebagai berikut :
1. Bagian A adalah sekolahan bagi penyandang Tuna Netra / kelainan pada
penglihatan.
2. Bagian B adalah sekolahan bagi penyandang Tuna Rungu Wicara / gangguan pada
pendengaran dan berbicara
3. Bagian C adalah sekolahan bagi Penyandang Tuna Grahita / gangguan intelegensi
4. Bagian D adalah sekolah bagi penyandang Tuna Daksa / gangguan bentuk atau
hambatan pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsi normal.
5. Bagian E adalah sekolahan bagi penyandang Tuna Laras / gangguan pada tingkah
lakunya / nakal.
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa yang ada di kota surakarta antara lain :
1. Yayasan Kesejahteraan Anak-anak Buta / gangguan penglihatan (SMPLB / A
YKAB)
2. Yayasan Anak-anak Tuna Rungu Wicara / gangguan pendengaran dan berbicara
(SMPLB / B YAAT )
3. Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara / gangguan pendengaran dan berbicara (
SMPLB /B YRT RW )
4. Yayasan Setia Dharma (Tuna Grahita / gangguan intelegensi) SLTP LB / SMLB-C
5. Yayasan Pendidikan Sosial Luar Biasa (Tuna Grahita / gangguan intelegensi)
SMPLB / C - YP SMPLB
6. Yayasan Bhina Putra, SMPLB E (Cacat Tuna Laras / gangguan tingkah laku)
7. Yayasan Prayuna, SMPLB E (Cacat Tuna Laras / gangguan tingkah laku)
8. Panca Bukti Mulia / SMPLB C (Tuna Grahita / gangguan intelegensi)
9. SMPLB C G. YPPCG (Tuna Grahita/ gangguan intelegensi
10 SMPLB Negeri Surakarta Bagian B dan C ( Tuna Rungu Wicara dan Tuna
Grahita)
6
Permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakakan di atas melatar
belakangi judul penelitian ”Studi Tentang Pengembangan Pembelajaran Penjasorkes
Pada Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta Tahun 2010”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Belum semua guru penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota
Surakarta, berlatar belakang sarjana pendidikan jasmani.
2. Perlunya guru penjasorkes yang memahami karekteristik anak berkebutuhan
khusus.
3. Perlunya strategi dan model pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan bagi individu dengan kebutuhan khusus yang disesuaikan dengan
karakteristiknya.
4. Penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan bidang studi pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan pada Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota
Surakarta Tahun 2010, belum terlaksana secara menyeluruh.
5. Belum di ketahui bagaimana pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta,
dibutuhkannya prasarana dan sarana yang sesuai.
6. Belum diketahuinya pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan pada Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-kota Surakarta
Tahun 2010.
7
C. Pembatasan Masalah
Banyak masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar tidak
menyimpang dan lebih terarah karena keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan
kemampuan, maka dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Pedagogis guru penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-
Kota Surakarta tahun 2010.
2. Penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan bidang studi penjasorkes pada
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta tahun 2010.
3. Prasarana dan sarana penjasorkes pada sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
se-Kota Surakarta tahun 2010.
4. Pegembangan pembelajaran penjasorkes pada Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa se-Kota Surakarta tahun 2010
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada dalam latar belakang diatas,
maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pedagogis guru penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa se-Kota Surakarta tahun 2010?
2. Bagaimana penerapan kurikulum satuan pendidikan pada Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta tahun 2010?
3. Apakah prasarana dan sarana penjasorkes pada Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa se-Kota Surakarta tahun 2010 sudah sesuai?
4. Bagaimana pengembangan pembelajaran penjasorkes pada Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta tahun 2010?
8
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pedagogis guru penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota
Surakarta tahun 2010.
2. Penerapan kurikulum satuan pendidikan bidang studi penjasorkes pada Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta tahun 2010.
3. Prasarana dan sarana penjasorkes pada sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-
Kota Surakarta tahun 2010.
4. Pengembangan pembelajaran penjasorkes pada Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa se-Kota Surakarta tahun 2010.
F. Manfaat Penelitian
Setelah hasil penelitian ini selesai, diharapkan mempunyai manfaat sebagai
berikut:
1. Dapat dijadikan informasi, bahwa pendidikan jasmani sangat dibutuhkan anak,
khusus untuk pengembangan diri baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Dapat dijadikan masukan bagi guru penjasorkes pada sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa se-kota Surakarta untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pengembangan
pembelajaran penjasorkes.
3. Memberikan informasi dan hasil penelitian kepada PEMKOT Surakarta agar
dijadikan bahan pertimbang guna meningkatkan mutu pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan.
4. Bagi peneliti dapat menambah penetahuan dan pengalaman dalam penelitian
ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Menurut para ahli diantaranya Toho Cholik & Rusli Lutan (2001: 2)
menyatakan bpahwa: “Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu
proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui
gerakan fisik”.
Menurut Samsudin (2008:2) menyatakan bahwa: “Pendidikan jasmani
adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan kebuagaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan
emosi”. Menurut Abdul Kadir Ateng (1989:1) menyatakan bahwa:
Pendidikan jasmani dilakukan dengan sarana jasmani, yakni aktivitas jasmani yang pada umumnya (meskipun tidak selalu) dilakukan dengan tempat yang cukup tinggi dan terutama gerakan-gerakan besar ketangkasan dan keterampilan, yang tidak perlu terlalu tepat, terlalu halus dan sempurna atau berkualitas tinggi, agar dipeoleh manfaat bagi anak-anak didik.
Sedangkan menurut Toho Cholik & Rusli lutan menyatakan bahwa: “Pendidikan
jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk
mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik”.
Pendidikan jasmani adalah terjemahan dari physical education yang di
gunakan di Amerika. Makna dari pendidikan jasmani adalah pendidikan mengenai
fisik dan mental seseorang. Jadi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha untuk mendewasakan anak
melalui pengajaran dan pelatihan. Dengan demikian pendidikan jasmani adalah
adalah suatu proses aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusun secara
sistematik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan
kemampuan dan ketrampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta
10
nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga Negara dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan (Aip Syarifuddin & Muhadi, 1992:04).
Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diserahkan
pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan
aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui
aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani dapat diartikan suatu proses sosialisasi dan
transformasi nilai-nilai melalui aktivitas jasmani yang terseleksi, terencana,
terprogram, dan bertujuan.
Program pengajaran pendidikan jasmani yang diselenggarakan di sekolah
apabila dapat terorganisir dengan baik, akan dapat memberikan sumbangan yang
sangat berarti dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa baik pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani yang harmonis maupun dalam rangka
menyiapkan siswa scara fisiologis yang mengarah kepada usaha-usaha keras yang
sangat berguna untuk meningkatkan kemantapan jasmani dan rohani dalam
membantu mengembangkan kemampuan dan kepribadian yang sangat besar
pengaruhnya terhadap penyesuaian diri di dalam lingkungan.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan yang dilakukan seumur
hidup. Pendidikan jasmani di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat secara langsung dalam
berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan,
yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan
untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik,
sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hidup.
Pendidikan jasmani tidak semata-mata mengembangkan ketrampilan
jasmani, tetapi masih banyak mereka yang tidak memahami bahwa pendidikan
jasmani juga mengembangkan ketrampilan sosial (social Skill), emosional dan
intelektual. Pendidikan jasmani lebih disoroti dari sisi kelemahan dan
kekuranganya dibandingkan dengan sisi-sisi positif dan keunggulannya.
Pemahaman dan penilaian yang demikian sudah barang tentu tidaklah benar. Bila
11
dicermati, pengajaran yang baik dalam pendidikan jasmani lebih dari sekedar
mengembangkan ketrampilan berolahraga.
Pengajaran yang baik harus melibatkan aspek-aspek yang berhubungan
dengan apa yang sebenarnya dipelajari oleh siswa melalui partisipasinya, apakah
itu neuromuskuler, intelektual, emosional, dan bukan aktivitasnya olahraga
semata. Pendidikan jasmani yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan pada
hakikatnya adalah proses pendidikan dimana terjadi interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik
menuju pembentukan manusia seutuhnya.
2. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Adaptif
Anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang
yang memiliki ciri-ciri penyimpang mental, fisik, emosi atau tingkah laku yang
membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang secara
maksimal semua potensi yang dimilikinya. Anak luar biasa ini meliputi anak yang
gangguan fisik, gangguan mata, termasuk buta atau setengah buta gangguan pada
tulang, termasuk lumpuh karena gangguan otak, tuli, termasuk tuli total dan tuli
sebagian, gangguan pada alat bicara, epilepsi, gangguan emosi, dan gangguan
bawaan.
Perbedaan utama anak dengan kebutuhan khusus dan anak normal
terletak pada keadaan atau kondisi fisik termasuk alat-alat fisik yang tidak
lengkap, sehingga ia tidak dapat melakukan tugas dan fungsinya seperti yang
dilakukan anak normal. Ketidaklengkapan alat-alat tubuh tersebut menyebabkan
ia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar, sehingga tidak dapat
disamakan dengan anak-anak normal atau orang dewasa normal.
Arma Abdoellah (1996: 3) menyatakan bahwa:
Pendidikan jasmani disesuaikan ( Adapted physical education ) adalah pendidikan melalui program aktifitas jasmani tradisional yang dimodifikasi untuk memungkinkan individu dengan kelainan memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan.
12
Aip Syarifuddin & Muhadi (1992: 4) menyatakan bahwa:
Pendidikan jasmani adaptif adalah suatu proses mendidik melalui aktifitas gerak untuk laju pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis dalam rangka pengoptimal-kan seluruh potensi: kemampuan dan keterbatasan anak, kecerdasan, kesegaran jasmani, sosial, kultural, emosional, dan rasa keindahan demi tercapainya tujuan pendidikan yaitu terbentknya manusia seutuhnya. Dari beberapa teori diatas jelas bahwa terdapat pendidikan yang di
tujukan kepada anak yang memiliki kebutuhan khusus sama dengan penjasorkes
untuk anak-anak normal yaitu mencakup tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, ketrampilan gerak, sosial, dan intelektual. Disamping
itu, proses pendidikan itu penting untuk menanamkan nilai-nilai dan sikap positif
terhadap keterbatasan kemampuan baik dari segi fisik maupun mentalnya
sehingga mereka mampu bersosialisasi dengan lingkungan dan memiliki rasa
percaya diri dan harga diri.
Arma Abdoellah (1996: 4) menyatakan bahwa: Tujuan pendidikan jasmani bagi yang berkelainan adalah untuk membantu mereka mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang sepadan dengan potensi mereka melalui program aktifitas pendidikan jasmani biasa dan khusus yang dirancang dengan hati-hati. Menurut Aip Syarifuddin & Muhadi (1992: 4) menyatakan bahwa:
“Tujuan pendidikan jasmani adalah memperoleh peningkatan kemampuan dan
ketrampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan, dan pembentukan watak untuk
menjadi manusia seutuhnya”.
Dari penjelasan di atas seorang guru penjasorkes sebaiknya membantu
peserta didiknya agar tidak mersa rendah diri dan terisolasi dari lingkungannya.
Kepada mereka peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan aktifitas
jasmani melalui berbagai macam olahraga dan permainan. Pemberian kesempatan
itu merupakan pengakuan bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama
dengan anak-anak normal. Melalui aktifitas pendidikan jasmani dan kesehatan
13
adaptif yang mengandung unsur kegembiraan dan kesenangan, anak-anak dapat
memahami dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupanya.
3. Ruang Lingkup Peserta Penjasorkes Adaptif
Siapa saja yang termasuk peserta penjasorkes adaptif, perlu di
identifikasikan dan dikatagorikan sesuai dengan kekhususannya. Prinsip
pengajaran yang sesuai dengan karakteristiknya peserta didik juga berlaku dalam
penjasorkes adaptif. Adapun jenis-jenis kekhususannya peserta didik penjasorkes
adaptif sebagai berikut:
a. Tuna Netra
Kerusakan penglihatan dapat mempengaruhi berbagai penampilan anak.
Oleh sebab itu anak yang mengalami kerusakan penglihatan harus mendapat
perhatian dari guru penjasorkes, termasuk penggunaan metode pendekatan
spesifik sesuai karakteristiknya yang cukup unik itu.
Menurut Tien Supartinah (1995: 16) menyatakan bahwa: ”Anak tuna
netra tidak hanya anak yang mampu melihat sama sekali (buta), tetapi juga anak
yang yang hanya mampu melihat dalam keterbatasan (low vision)”.
Gangguan penglihatan atau kebutaan artinnya adalah adanya kerusakan
pada mata, sehingga tidak dapat melihat dan dampaknya merugikan terhadap
penampilan anak selama masa pendidikan. Terdapat istilah yang berbeda
mengenai kebutaan atau gangguan peglihatan. Namun secara umum, gangguan
penglihatan dapat dilihat dari ketajaman penglihatan berdasarkan “snellen chart”.
Seseorang yang memiliki penglihatan normal maupun membaca deretan huruf
tentu dari jarak 20 kaki. Kemampuan penglihatan seperti ini disebut penglihatan
20/20, semakin besar bilangan penyebut berarti semakin berkurang
penglihatannya.
Sebagai contoh seseorang memperoleh skor 20/70 (dari hasil tes snellen)
maka hasil ini dapat diartikan bahwa anak tersebut baru bisa membaca pada jarak
70 kaki (1 kaki= 30cm). Bagi orang yang buta legal skor yang paling baik 20/200,
14
artinya dia harus berada pada jarak 20 kaki untuk membaca huruf, sedangkan
mata normal dapat membaca dari jarak 20 kaki.
Demikian beberapa contah klasifikasi penglihatan yang dapat diketahui
berdasarkan “Tes Snellen”. Paparan ini sekedar sebagai pengetahuan, sebab yang
paling penting bagi guru penjasorkes adalah bagaimana menyikapi dan
memperlakukan siswa penderita gangguan penlihatan agar dapat berpartisipasi
aktif dalam proses belajar penjasorkes sehingga pertumbuhan dan perkembangan
fisiknya berjalan dengan baik.
Gangguan penglihatan secara langsung memperendah mutu gerak dan
kemampuan perseptual motorik karena seseorang tidak mampu mempersepsi
rangsangan visual secara normal. Tugas guru pendidikan jasmani adaptif adalah
membangkitkan sikap positif dan motivasi siswa untuk tetap berpartisipasi secara
aktif sesuai dengan kemampuannya.
Oleh karena itu seseorang guru penjasorkes, seharusnya memiliki
kemampuan untuk melakukan komunikasi dan interaksi secara baik dengan siswa
yang mengalami gangguan penglihatan. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah
guru penjasorkes memiliki sifat positif terhadap mereka yang tidak dapat
dikompensasikan.
Jenis olahraga yang cocok bagi penderita gangguan penglihatan adalah
olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan daya tahan jantung paru. Hal ini
sesuai kebutuhan dan kebiasaan hidup sehari-hari yang memerlukan tingkat
kesegaran jasmani yang lebih baik dibandingkan dengan anak normal. Sebab
dalam tugas sehari-hari, mereka yang mengalami gangguan penglihatan
memerlukan usaha-usaha yang lebih banyak dan kompleks, serta mereka
memerlukan energi yang lebih besar pula. Oleh karena itu olahraga yang
disarankan adalah olahraga yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani,
misalnya lari ditempat, atau menempuh jarak tertentu melalui berbagai
penyesuaian alat bantu.
15
b.Tuna Rungu
Gangguan pendengaran merupakan salah satu hambatan yang sangat
berarti untuk melakukan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
dampak gangguan pendengaran adalah sering terjadi salah paham sehingga
berpengaruh terhadap penyesuaian diri. Beltasar Tarigan (2000: 20) menyatakan
bahwa:
Ada dua katagori gangguan pendengaran yaitu: pertama disebut “tuli” dan yang kedua sulit mendengar, artinya seseorang bisa mendengar apabila suara kita keras. “Tuli” berarti ada kerusakan pada alat pendengaran yang cukup berat sehingga tidak dapat menerima informasi bahasa termasuk memprosesnya . Sedangkan “sulit mendengar” berati ada kerusakan pada alat pendengaran yang sifatnya bisa tetap dan tidak tetap, namun tidak sama dengan tuli.
Bagaimana proses terjadinya kerusakan pendengaran dengan cara
memberikan diagnosis, bukanlah tugas seorang guru penjasorkes, namun ciri-ciri
dan tanda-tandayang ditunjukan oleh anak yang mengarah kepada kelainan
pendengaran perlu mendapat perhatian sehingga kerusakan lebih parah dapat
dicegah dan menyuruh anak ke dokter THT ( Tenggorokan Hidung dan Telinga ).
Masalah dasar yang dihadapi oleh guru penjasorkes terhadap anak yang
mengalami gangguan pendengaran adalah bagaimana melakukan komunikasi
seefektif mungkin. Bila kemudian tidak lancar, maka program pembelajaran tidak
berjalan lancar.
Untuk Memperlancar komunikasi dengan siswa, para guru penjasorkes
dapat melakukan dengan cara memberikan isyarat-isyarat melalui tangan.
Disamping itu pula dilakukan dengan cara menempelkan materi pembelajaran
dipapan pengumuman, misalnya konsep melalui kualitas gerak, kesadaran tubuh
dan ruang, serta lebih baik lagi disertai lagi dengan gambar-gambar yang dapat
menarik perhatian.
Olahraga yang cocok untuk anak yang mengalami gangguan
pendengaran, kelihatannya hampir sama dengan ganguan penglihatan.
Karakteristik dan kebiasaan hidup mereka sehari-hari adalah lebih banyak duduk
16
dan diam. Oleh sebab itu aktifitas lebih ditentukan pada aspek peningkatan
kebugaran jasmani.
c. Tuna wicara
Beltasar Tarigan (2000: 22) menyatakan bahwa:
Tidak mampu bicara atau sering disebut dengan “bisu” berarti tidak mampu melakukan komunikasi melalui kata-kata seperti, gagap, artikulasi tidak jelas ataupun suara tidak terdengar, seorang yang mengalami tuna wicara mengerti apa yang dibicarakan orang tetapi tidak mampu mengutarakan pikiranya secara verbal.
Berbicara merupakan perilaku untuk menyusun dan mengatur suara
melalui bahasa lisan. Seorang anak yangmengalami kesulitan dalam melakukan
komunikasi atau mengalami kesulitan dalam mengeluarkan dan mengatur
suaranya disebut tidak mampu berbicara atau berbahasa.
Untuk menghadapi anak yang mengalami gangguan berbicara, para guru
penjasorkes harus mampu mengkomunikasikan program dengan baik melalui
pendekatan yang sering dilakukan oleh anak-anak normal. Tingkat kesulitan
berkomunikasi lebih baik dibandingkan dengan anak yang mengalami gangguan
pendengaran.
Aktifitas jasmani yang cocok untuk anak yang mengalami gangguan
berbicara, dititik beratkan pada upaya-upaya peningkatan kebugaran jasmani dan
ketrampilan gerak dasar. Umumnya semua jenis olahraga dapat diberikan, dan
tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhannya.
Semua anak memiliki seperangkat kebutuhan, ketrampilan, dan
keterbatasan-keterbatsan dalam penjasorkes. Yang jelas, guru penjasorkes harus
mampu menerjemahkan informasi yang berkaitan dengan keunikan-keunikan
setiap anak kedalam pembelajaran yang berorientasi pada perbaikan dan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan intelektual anak menuju masa depan yang
lebih cerah.
17
d. Tuna Grahita
Mohammad Amin (1995: 34) menyatakan bahwa: “Anak tuna grahita
adalah anak yang mengalami hambatan dalam fungsi kecerdasan, sosial, emosi,
kepribadian, dan fungsi mental lain sehingga anak tidak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya”
Tjutju Sutjihati Soemantri (1996: 38) menyatakan bahwa: “Anak tuna
grahita merupakan kondisi anak yang kecerdasannya dibawah rata-rata, yang
ditandai keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial”.
Munzayanah (2000: 13) menyatakan bahwa: “Anak tuna grahita adalah anak yang
mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya,
sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri didalam
masyarakat”.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa anak tuna grahita
adalah kondisi anak yang abnormal dimana mereka memiliki ketidakmampuan
atau hambatan fungsi intelektual, sosial, emosional, dan kepribadiannya, sehingga
mereka mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan
sekitarnya.
Ada 2 faktor dominan yang dianggap sebagai penyebab keterbelakangan
mental. Katagori yang pertama adalah kerusakan otak dan katagori kedua adalah
keluarga dan budaya. Kerusakan otak yang mengacu pada keterbelakangan mental
disebabkan kecelakaan atau bisa juga mengalami kerusakan sebelumnya, selama
atau setelah kelahiran. Sedangkan katagori keluarga dan budaya disebabkan oleh
kingkungan genetik.
Siswa keterbelakangan mental ini tidak bisa memadukan informasi
seperti rata-rata yang dapat dilakukan siswa normal pada umumnya. Oleh karena
itu guru penjasorkes harus memberikan materi pembelajaran secara bagian dan
disederhanakan. Waktu partisipasi dalam suatu aktifitas lebih lama, instruksi
harus sering diulang-ulang, dengan menggunakan kalimat pendek. Apabila
berhasil dalam suatu ketrampilan, berikan pujian atas usaha yang dia lakukan.
Dalam memantapkan persepsi tentang suatu teknik atau aktifitas, lakukan
demonstrasi sehingga para siswa dapat melihat secara jelas, teknik yang benar dan
18
melakukannya dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang mengalami
keterbelakangan mental yang ringan dan sedang, tetap dapat mengikuti aktifitas
penjasorkes. Sehingga seorang guru penjasorkes harus hati-hati terhadap
perubahan-perubahan tingkah laku, yang sering berubah secara cepat dan dapat
mengganggu kenyamanan siswa lainnya.
Olahraga yang cocok bagi mereka adalah olahraga yang lebih banyak
ditekankan pada permainan yang dapat menimbulkan kesenangan dan perkecil
aktifitas yang bersifat kompetisi.
e. Tuna Daksa
Tuna Daksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu sebagian akibat
gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsinya
yang normal. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan, atau dapat
juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir. (White House Conference, 1931).
Gangguan fisik dapat terjadi akibat kecelakaan, adanya penyakit tertentu,
gangguan selama dalam kandungan,atau gangguan pada saat lahir dan setelah
lahir. Secara umum, anak yang memiliki gangguan fisik dapat dilibatkan dalam
aktifitas penjasorkes, namun perlu dilakukan penyesuaian baik jenis maupun
intensitasnya yang termasuk juga peralatan yang digunakan harus disesuaikan
Sekarang ini kita melihat banyak anak-anak atau orang dewasa kurang
sempurna yang berprestasi dalam bidang olahraga. Organisasi yang membina
olahraga bagi orang yang kurang sempurna disebut BPOC (Badan Pembinaan
Orang Cacat) dan anggotanya dalam KONI adalah mewakili badan fungsional.
e. Tuna Laras
Tjutju Sutjihati Soemantri (1996:115) menyatakan bahwa: “Anak tuna
laras juga sering disebut anak tuna sosial, karena tingkah laku anak ini
menunjukan penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat yang
berwujud seperti mencuri, menganggu, menyakiti orang lain.
Berdasarkan ciri-ciri yang dikemukakan, dapat digambarkan bahwa
ganguan emosional berkaitan dengan ketidakmampuan menjalin komunikasi dan
19
menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Gangguan emosional sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan keberhasilan
pendidikan jasmani. Oleh karena, itu guru penjasorkes harus sabar dalam
menghadapi perilaku-perilaku yang diperlihatkan.
Aktifitas yang berorientasi pada peningkatan kebugaran jasmani, selain
itu bentuk-bentuk olahraga yang dapat mempengaruhi ketrampilan gerak dasar
dan pembentukan sikap, perlu dilatih secara terus-menerus. Ada kecenderungan
bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa yang mengalami gangguan emosional
lebih tinggi dengan anak normal. Mencari prestasi tinggi bukan hal yang mustahil,
penderita gangguan emosional, kadang-kadang menekuni olahraga prestatif, dapat
merupakan salah satu cara untuk melampiaskan kelemahannya yang berlebihan,
namun pada sisi lain harus berhati-hati dan selalu dalam pengawasan sehinggaa
tidak menimbulkan bahaya, baik bagi diri-sendiri maupun orang lain.
4. Prasarana dan Sarana Penjasorkes Adaptif
a. Prasarana Penjasorkes
Kelangsungan proses belajar mengajar penjasorkes tidak lepas dari
prasarana yang baik dan memadai. Prasarana yang memadai baik berkualitas dan
kuantitasnya mempengaruhi proses pembelajaran penjasorkes sehingga berjalan
dengan baik.
Ratal Wirjosantoso (1984: 112) menyatakan bahwa: “Prasarana atau
fasilitas olahraga adalah suatu bentuk yang tetap maupun permanen, baik untuk
ruangan-ruangan di dalam (indoor) maupun ruangan di luar (outdoor), misalnya
gymnasium, kolam renang, lapangan-lapangan permainan dan sebagainya”.
Mulyadi dkk. (1992: 113) menyatakan bahwa: “secara etimologi atau arti
kata prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam
pendidikan misalnya lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapang olahraga, uang
dan sebagainya”.
Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 893) menyatakan
bahwa: “prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
20
terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dan lain
sebagainya)”.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa,
prasarana merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan olahraga
dan sebagai faktor utama terselenggaranya kegiatan olahraga yang sifatnya
permanen seperti gedung, lapangan, kolam renang, aula, dan lain sebagainya.
Prasarana tidak dapat dipindah-pindahkan dari suatu tempat ketempat lain.
Tersedianya prasarana yang baik dan ideal maka kegiatan penjasorkes dapat
berjalan dengan baik.
b. Sarana Penjasorkes
Sarana pendidikan jasmani merupakan terjemahan dari “ Facilities “,
sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan
olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu :
1. Peralatan (apparatus)
Peralatan adalah sesuatu yang digunakan, sebagai contoh : palang tunggal, gelang-
gelang, dan lain-lain.
2. Perlengkapan (device), terdiri dari : pertama, sesuatu yang melengkapi
kebutuhan prasarana, misalnya; net, bendera untuk tanda, garis batas dan lain-lain.
Kedua, sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki,
misalnya; bola, raket, pemukul dan lain-lain.
Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 999) menyatakan
bahwa: “Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud dan tujuan”.
Berdasarkan pendapat diatas sarana penjasorkes merupakan
perlengkapan-perlengkapan yang mendukung kegiatan pembelajaran penjasorkes
yang sifatnya dinamis dapat berpindah-pindah tempat dari satu tempat ke tempat
lainnya. Sarana penjasorkes merupakan media atau alat peraga dalam penjasorkes.
Tersedianya sarana yang ideal dan sesuai dengan peserta didik, maka proses
pembelajaran akan berjalan secara baik.
21
c. Prasarana dan Sarana Penjasorkes Adaptif
Beltasar Tarigan (2000: 63) menyatan bahwa: “secara umum, peralatan
yang digunakan dalam pelaksanaan program pendidikan jasmani, perlu
dimodifikasi, bahkan dibutuhkan peralatan khusus”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, prasarana dan sarana
penjasorkes bagi anak berkebutuhan khusus pada dasarnya sama dengan
penjasorkes bagi anak normal. Agar pelaksanaan program pengembangan
penjasorkes dapat berjalan dengan baik, maka prasarana dan sarana penjasorkes
perlu dimodifikasi dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik sehingga
dapat memudahkan peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolahnya.
5. Pengembangan Pembelajaran Penjasorkes
Pengembangan Pembelajaran adalah usaha seorang guru dalam
memberikan pembelajaran terhadap siswanya dengan inovasi dan modifikasi
pembelajaran agar tercipta suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan. Proses pembelajaran dilakukan dengan sistematis,
dengan sistem pembelajaran yang sistematis maka akan menyebabkan mekanisme
susunan syaraf bertambah baik. Adapun strategi pengelolaan dan pengembangan
pembelajaran penjasorkes adaptif dapat dilakukan melalui usaha-usaha sebagai
berikut:
a. Modifikasi Pembelajaran penjasorkes.
Penyelenggaraan program penjasorkes hendaknya mencerminkan
karakteristik program penjasorkes iti sendiri yaitu, Developmentally Appropriate
Practice (DAP). Artinya adalah tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan
perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut.
Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan
dan karakteristik anak didik yang sedang belajar. Beberapa aspek analisis
22
modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang; tujuan, karakteristik
materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para siswa berkebutuhan khusus
dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, para guru
sebaiknya melakukan modifikasi dan penyesuaian-penyesuaian terutama
mengenai sifat-sifat (perilaku) yang berkaitan dengan suasana dan kondisi yang
dihadapi dalam pembelajaran.
Guru penjas yang kreatif dan sensitif harus menyadari kapasitas dan
keterbatasan anak-anak penyandang cacat, yang kemungkinan tidak dapat
berpartisipasi secara penuh dalam aktivitas pendidikan jasmani. Tanpa adanya
adaptasi dan modifikasi agar tercapai kepuasan atau kesenangan dalam partisipasi
pendidikan jasmani, maka tujuan pendidikan jasmani tidak berjalan efektif dan
efisien.
Jenis dan taraf modifikasi yang dapat dilakukan dapat bervariasi dan
disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbatasan yang dimiliki anak berkebutuhan
khusus. Sebagai dampak penyesuaian tersebut akan terjadi berbagai variasi yang
menambah semarak suasana pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan adaptif.
Kelihatanya masalah ini erat hubungannya dengan metode yang telah
bahas sebelumnya, namun teknik-teknik yang dapat digunakan dalam
pembelajaran sering tidak diperhatikan guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan. Apabila seorang guru telah melaksanakan teknik-teknik penguraian
pembelajaran, maka sangat bermanfaat dalam meningatkan kualitas pembelajaran.
Faktor-faktor yang perlu dimodifikasi dan disesuaikan para guru dalam
meningkatkan komunikasi dengan siswa adalah sebagai berikut:
1. penggunaan bahasa
2. membuat konsep yang kongkret
3. membuat urutan tugas
4. ketersediaan waktu belajar
5. pendekatan “multisensori”
23
b. Modifikasi Lingkungan belajar
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan bagi siswa yang memungkinkan mengalami kesulitan belajar, tidak
mampu berkonsentrasi dalam waktu lama, atau mengalami keterbelakangan
mental, maka suasana dan lingkungan belajar perlu diubah sehingga kebutuhan-
kebutuhan anak dapat dipenuhi secara baik untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Beberapa teknik memodifikasi lingkungan belajar siswa sehingga
tercipta suasana belajar yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan siwa adalah
sebagai berikut:
1) modifikasi fasilitas dan peralatan
2) memanfaatkan ruangan secara maksimal
3) menghindarkan gangguan dan pemusatan konsentrasi
4) melaksanakan pengajaran individual
c. Modifikasi Aktifitas Belajar
Pada umumnya setiap aktifitas fisik dapat dimodifikasi, namun perlu
diingatkan bahwa tujuan modifikasi adalah menciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif sehingga anak-anak dengan kebutuhan khusus berpartisipasi secara
aktif. Modifikasi-modifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan adaptif perlu dilakukan dengan mempertimbangkan partisipasi aktif
dan pengalaman belajaran siswa.
Teknik memodifikasi aktifitas belajar adalah sebagai berikut:
a) pengaturan posisi dan waktu berpartisipasi
b) modifikasi peralatan dan peraturan
d. Pemilihan Program Pembelajaran
Program pembelajaran merupakan gambaran tentang apa yang akan
dikerjakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Pengajaran pendidikan jasmani seharusnya menempatkan siswa sebagai pusat
kegiatan mengingat kegiatan tersebut melibatkan potensi anak secara fisik, mental
dan emosional.
24
Menurut Sri Widati & Murtalado (2007: 209) menyatakan bahwa:
Untuk meningkatkan keefektifan pendidikan jasmani perlu penerapan: a) model pengajaran reflektif, b) olahraga sekolah sebagai kegiatan suplemen pendidikan jasmani, c) pendidikan jasmani secara menyeluruh (multilateral) yang dimodifikasi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Pengajaran reflektif mengharapkan agar guru penjas secara kreatif
mampu menggunakan berbagai ketrampilan mengajar yang berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan pembelajaran khusus, mampu memanfaatkan
lingkungan yang ada secara optimal sehingga dapat menimbulkan situasi yang
kondisi dimana anak untuk terangsang untuk belajar.
Menurut Rusli Lutan, (1988: 322) menyatakan bahwa:
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar motorik: 1) Kondisi internal mencakup karakteristik yang melekat pada individu seperti tipe tubuh, motivasi atau atribut lainnya pada diri siswa, 2) Kondisi eksternal mencakup faktor-faktor dari luar individu yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap penampilan gerak seseorang yaitu lingkungan pengajaran dan lingkungan sosial budaya. Agar program pembelajaran dapat memenuhi kebutuhan setiap individu,
guru penjasorkes sebaiknya memperhatikan beberapa faktor yang meliputi:
pemahaman terhadap individu, kebutuhan-kebutuhan individu, keterbatasan-
keterbatasan individu dan kemampuan individu serta pengembangan strategi yang
tepat, sangat menentukan dalam mencapai tujuan.
Dalam suatu kelas, seluruh siswa dapat dilibatkan secara keseluruhan,
namun tingkat kebutuhan, kualitas latihan, intensitas latihan, bahasa yang
digunakan serta kinerja yang diharapkan dari setiap siswa berbeda.
Kita mengenal berbagai gaya mengajar, teknik-teknik, dan metode
pengajaran materi dalam proses pembelajaran. Biasanya setiap guru memiliki
kecenderungan untuk mengembangkan suatu gaya yang berkaitan dengan setiap
pribadinya. Akan tetapi perlu dipahami bahwa seorang guru penjasorkes
sebaiknya mampu menggunakan berbagai metode dalam proses pembelajaran.
Yang dimaksud metode pembelajaran adalah cara-cara mengajar yang
dilakukan oleh guru dalam menyajikan materi dan tugas-tugas belajar secara
25
sistematis sehingga siswa dapat menyerap dan menguasai isi pembelajaran dengan
mudah. Oleh karena itu pemilihan materi yang tepat sangat berkaitan dengan
materi dan tujuan pembelajaran.
Sedangkan strategi pembelajaran adalah suatu kerangka instruksional
yang diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga siswa memperoleh
kesempatan melakukan pengalaman belajar secara maksimal.
Strategi pembelajaran yang digunakan dapat merubah dari sesuatu
kegiatan kepada kegiatan berikutnya, dari seorang siswa kesiswa lainya. Karena
keanekaragaman dan tingkat jenis kebutuhan siswa, maka guru penjasorkes harus
memiliki strategi kehgiatan pembelajaran dapat berlangsung secara dinamis.
Berkaitan dengan materi pembelajaran harus direncanakan dengan
sebaik-baiknya termasuk susunan dan rangkanya yang didesain secara sistematis,
yaitu mulai dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang
kompleks dan yang ringan ke yang berat. Hal ini berarti bahan dan pemberian
materi pembelajaran diusahakan secara bertahap, semakin lama semakin
meningkat.
Pengetahuan mengenai hasil yang telah dicapai siswa dalam pelaksanaan
tugas sangat penting dalam upaya menegaskan tujuan yang telah digariskan.
Informasi mengenai hasil atau penampilan siswa dalam setiap tugas yang
diberikan, sangat berguna dalam mengambil keputusan dalam upaya mengubah
strategi dan lingkungan belajar yang efektif dan efisien.
Penyampaian informasi umpan balik dan hasil evaluasi dapat
disampaikan dengan berbagai strategi misalnya melalui pengajaran interaktif yaitu
proses pembelajaran dengan respon yang dilakukan siswa dengan belajar secara
bersama-sama dengan temannya. Strategi itu berguna untuk memberikan
tanggunag jawab pengajar kepada siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator.
e. Metode Pembelajaran
Beltasar Tarigan (2000: 42) menyatakan bahwa: “Untuk membantu para
guru mengembangkan strategi pembelajaran, ada tiga metode yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran penjas bagi siswa-siswa dengan kebutuhan
26
khusus, yaitu: 1) metode bagian, 2) metode keseluruhan, dan 3) metode
gabungan”.
Selain tiga metode yang terdapat diatas, ada juga metode yang sering
digunakan dalam proses pembelajaran penjasorkes, yaitu metode dengan
penyampaian penjelasan dan peragaan. Adapun penjelasan dari metode-metode
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Metode Bagian dan Keseluruhan
Dalam metode bagian, tugas-tugas gerak dipelajari dan dilatih bagian
demi bagian. Biasanya metode ini diterapkan apabila struktur gerak cukup
kompleks sehingga diharapkan dengan mempelajari bagian demi bagian akan
memberikan hasil yang optimal.
Misalnya untuk menguasai suatu gerak yang rumit dan kompleks dalam
olahraga senam, dapat dilakukan dengan pendekatan bagian dan parsial. Contoh
lain dalam pembelajaran ketrampilan menggiring, menembak dan mengoper
dalam bola basket, dilakukan pendekatan bagian perbagian sebelum diberikan
pengalaman permainan basket secara utuh. Artinya setelah siswa mempelajari dan
menguasai bagian-bagian dari suatu aktifitas gerak dalam olahraga permaianan,
maka selanjutnya bagian-bagian tersebut digolongkan kembali menjadi aktifitas
yang lengkap dan menyeluruh.
Prosedur pelaksanaan metode keseluruhan adalah melatih seluruh tugas
gerak yang diinstruksikan oleh seorang guru dengan frekuensi pengulangan yang
disesuaikan dengan kebutuhan, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
berdasarkan kriteria-kreteria tertentu.
2) Kombinasi Bagian-Keseluruhan
Memodifikasi metode dengan cara mengubahnya menjadi kombinasi
keseluruhan-bagian-keseluruhan, umumnya memberikan kemudahan dan
keuntungan bagi siswa dengan kebutuhan khusus.
Semakin mudah langkah-langkah pembelajaran yang ditetapkan pada
anak-anak dengan kebutuhan khusus, semakin besar peluangnya untuk menguasai
27
tugas-tugas gerak yang diajarkan. Kecepatan laju instruksi dan jumlah
pengulangan yang diberikan dalam proses pembelajaran, berbanding terbalik
antara satu dengan yang lainnya terhadap kemajuan dan keberhasilan yang dicapai
siswa dengan kebutuhan khusus.
Hal ini semakin lambat penyampaian instruksi yang dilakukan guru, dan
semkin banyak frekuensi pengulangan oleh siswa, maka semakin baik kemajuan
yang dicapai oleh siswa dengan kebutuhan khusus.
3) Penyampaian Penjelasan dan Peragaan
Metode ini sering dipergunakan dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan. Namun faktor penting dalam penerapanya adalah
penekanan pada kombinasi (baik secara verbal, tertulis, maupun manual) yang
dilanjutkan dengan peragaan atau demonstrasi tugas gerak sebenarnya.
Sebagai contoh guru penjasorkes dapat menguraikan dan menjelaskan
konsep servis bawah dalam permainan bola voli, (dapat dilakukan secara lisan
atau tertulis). Untuk memperkuat pemahaman siswa tentang konsep servis
tersebut, maka guru melakukan demonstrasi atau peragaan teknik gerakan servis
bawah. Peragaan dapat juga dilakukan oleh siswa lainnya yang diperkirakan dapat
memberikan contoh gerakan teknik servis yang lebih baik.
Disamping itu, guru dapat membuat variasi dengan cara memberikan
penjelasan-penjelasan seperlunya selama melakukan demonstrasi sehingga para
siswa lebih mudah memahami dan menguasai tugas gerak yang diajarkan
f. Sumber Daya Manusia
Suatu program yang bermutu dalam pendidikan jasmani dan olahraga
adaptif bergantung sampai batas signifikansi pada ketersediaan sumber daya yang
bermutu dan kemampuan personil yang terlibat untuk beraksi secara efektif
sebagai anggota satu kelompok. Orang-orang dibutuhkan untuk mengkoordinir
dan menyelenggarakan pelayanan, memenuhi fungsi teknis dan advokasi, dan
memberikan pengajaran. Banyak fungsi ini dijalankan dalam komite-komite
penting. Untuk memberikan pelayanan yang bermutu tinggi untuk pendidikan
28
jasmani dan olahraga adaptif, guru harus bekerjasama dengan beragam komite
IEP (Individualized Education Program) dan sekolahan.
Pendidikan memiliki peran dan pengaruh positif terhadap segala bidang
kehidupan dan perkembangan manusia dengan berbagai aspek kepribadiannya.
Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam
perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan
individu. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam meneterjemahkan pesan-
pesan konstitusi, serta sarana dalam membangun watak bangsa (National
character building). Masyarakat yang cerdas akan memberi nuansa kehidupan
yang cerdas pula, dan secara progresif akan membentuk kemandirian, dan
kreativitas. Pendidikan yang dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu
menumbuhkan kemauan, serta membangkitkan nafsu generasi bangsa untuk
menggali berbagai potensi, dan mengembangkannya secara optimal bagi
kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan
demikianlah yang mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas
serta memiliki visi, transparasi, dan pandangan jauh ke depan yang tidak hanya
mementingkan diri dan kelompoknya, tetapi senantiasa mengedepankan
kepentingan bangsa dan negara dalam aspek kehidupan.
Untuk meningkatkan kualitas SDM maka diperlukan tenaga pendidikan
atau guru yang mampu menciptakan pembelajaran yang berkualitas untuk
mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Semua orang yakin bahwa guru
memiliki peran andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran
disekolah. Guru sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Guru juga harus berpacu dalam
pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik,
agar dapat mengembangkan potensinya secara maksimal.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan
berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, Guru penjasorkes di
harapkan untuk bisa menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan,
agar peserta didik antusias untuk mengikutinya.
29
6. Proses Pembelajaran Penjasorkes Adaptif
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
yang telah dirumuskan. Dipandang dari sudut kepentingannya, belajar bukannya
upaya guru dalam menyampaikan bahan ajar, akan tetapi bagaimana siswa dapat
mempelajari bahan sesuai tujuan. Menurut Sri widati & Murtadlo (2007: 211)
menyatakan bahwa: “Proses belajar mengajar (PBM) adalah suatu ketrampilan
yang mencakup ketrampilan proses mengajar yang dilaksanakan oleh guru, dan
ketrampilan proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa sesuai model
pembelajaran”.
Selama proses pembelajaran penjas melalui gerak, guru harus berusaha
memunculkan perasaan gembira dan senang siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran penjas. Selanjutnya siswa menghayati dengan gembira, senang, dan
merasakan manfaat gerak, serta motivasi belajar tumbuh semakin meningkat
secara berkesinambungan, dengan demikian belajar gerak mengacu pada tujuan
jangka panjang. Tujuan jangka panjang tersebut memfokuskan kepada tumbuh
kembangnya motivasi belajar siswa secara berkelanjutan, dilaksanakan melalui
penghayatan agar siswa dapat memetik hikmah dan manfaat dari belajar gerak.
Tujuan ini akan dapat dicapai bila pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah
luar biasa dilaksanakan dengan efektif. Pembelajaran efektif yang dimaksudkan
bahwa semua siswa mengikuti pembelajaran dengan perasaan tertarik, senang, dan
gembira mengikuti pembelajaran tersebut. Disamping itu segala tugas gerak yang
diberikan kepada mereka dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan dan
dilakukan dengan motivasiyang tinggi.
7. Kurikulum Penjasorkes pada Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata curir artinya
pelari. kata curee artinya tempat berpacu. Kurikulum diartikan jarak yang
30
ditempuh oleh seorang pelari. Pada saat itu kurikulum diartikan sejumlah
pelajaran yang harus oleh ditempuh siswa/murid untuk mencapai ijazah. Rumusan
kurikulum tersebut mengandung makna bahwa isi kuriukulum tidak lain adalah
sejumlah mata pelajaran (subyek matter) yang harus dikuasai oleh siswa, agar
siwa memperoleh ijazah. Itulah sebabnya kurikulum sering dipandang sebagai
rencana pengajaran untuk siswa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah
kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat,
dan karakteristik peserta didik.
Kurikulum yang semula dipandang sebagai sejumlah mata pelajaran,
kemudian beralih makna menjadi semua kegiatan dan semua pengalaman belajar
yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu
didesantralisasikan dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang sesuai
dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, kondisi sekolah atau daerah.
Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk
merancang dan menentukan materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian
hasil pembelajaran.
Untuk itu, banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena
sebagian besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional
Pendidikan dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau silabusnya dengan cara
melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan yang ditetapkan dengan pemdiknas No.23 tahun 2006. Didalam
pereraturan pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dijelaskan:
1 Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang
sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran
membaca dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan
berkomunikasi (pasal 6 ayat 6)
31
2 Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah
supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota yang bertanggungjawab
teerhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta
departemen yang menangani urusan pemerintahan dibidang agama
untuk MI, MTs, MA, danMKA (pasal 17 ayat 2)
3 Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar (pasal 20)
Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak
yang seluas-luasnya untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi-
variasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan
kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan di atas, perlu adanya
panduan pengembangan silabus untuk setiap mata pelajaran, agar daerah atau
sekolah tidak mengalami kesulitan.
b. Mata Pelajaran Penjasorkes
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral
dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan mengembangkan aspek kebugaran
jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan sosial,
penalaran, stabilitas emosional, tindakan normal, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan yang bersih melalui aktifitas pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan terpilih yang direncanakan sesuai sistematis dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan Nasional.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia berlangsung seumur
hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan disekolah
memiliki peranan sangat penting yaitu memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktifitas
jasmani, olahraga kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.
32
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik
dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup yang
sehat dan bugar sepanjang hayat.
Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran pedagogis, dan
tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan, karena gerak sebagai aktifitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk
mengenal dunia dan secara alami berkembang searah dengan perkembangan
zaman.
Selama ini terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu.
Pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan
ini telah membawa akibat terabaikanya aspek-aspek moral, aklak, budi pekerti,
seni, psikomotor, life skill. Dengan diterbitkan Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional dan peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan Peluang
untuk menyempurnakan kurikulum yang komperhensif dalam rangkai mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk
mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan fisik, ketrampilan motorik,
pengethuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-
spiritual-sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untung
merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang
seimbang.
c. Tujuan Mata Pelajaran Penjasorkes.
Mata pelajaran penjasorkes bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan ketrampilan pengelolan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani
dan olahraga yang terpilih.
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dan gerak dasar.
33
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai
yang terkandung di dalam pendidikan jasmanni olahraga dan kesehatan.
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama,
percaya diri dan demokratis.
6. Mengembangkan ketrampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang
lain dan
7. Memahami konsep aktifitas jasmani dan olahraga dilingkungan yang bersih
sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna pola
hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
d. Ruang Lingkup Penjasorkes
Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan (Penjasorkes) untuk jenjang SMP / MTs sesuai Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) tahun 2006 sebagai berikut:
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan.
Eksplorasi gerak, ketrampilan lokomotor non-lokomotor, manipulatif,
atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli,
tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, beladiri, serta aktivitas
lainnya.
2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa
alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas
lainnya.
4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam
aerobik serta aktivitas lainnya.
5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, ketrampilan
gerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan
lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.
34
7. Kesehatan meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar
tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan
minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatyr waktu
istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS.
Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit
masuk kedalam semua aspek.
e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Dasar dan Kompetensi Dasar bagi pendidikan luar
biasa di sesuaikan dengan kondisi anak berkebutuhan khusus, Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
harus dipelajari, dikembangkan, dilatihkan dan dimahirkan kepada peserta didik
disetiap kelas dan jenjang Sekolah Menengah Pertama luar biasa.Pembelajaran
penjasorkes dikemas dalam bentuk yang sesuai dengan kekhususan peserta didik.
Contoh : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Semester Ganjil
1) Kelas VII, Semester 1
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penjasorkes Semester Ganjil
untuk kelas VII, Semester 1
Sandar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mempratikkan berbagai teknik
dasar permainan dan olahraga,
dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya.
1.1 Mempratikkan variasi dan kombinasi
teknik dasr salah satu permainan dan
olahraga beregu bola besar lanjutan
dengan koordinasi yang baik, serta nilai
kerjasama yang, toleransi, percaya diri,
keberanian, menghargai lawan, bersedia
berbagi tempat dan peralatan**)
1.2 Mempratikkan variasi dan kombinasi
teknik dasar dan salah satu permainan
dan olahraga beregu bola kecil lanjutan
dengan koordinasi yang baik, serta nilai
35
kerjasama, toleransi, percaya diri,
keberanian, menghargai lawan, bersedia
berbagi tempat dan peralatan**)
1.3 Mempratikkan variasi dan kombinasi
teknik dasar atletik serta nilai
kerjasama yang, toleransi, percaya diri,
keberanian, keselamatan diri dan orang
lain, bersedia berbagi tempat dan
peralatan**)
2. Mempraktikkan latihan
kebugaran jasmani, dan nilai-
nilai yang terkandung di
dalamnya.
2.1 Mempraktikkan jenis latihan kekuatan
dan daya tahan otot serta nilai disiplin
dan tanggung jawab.
2.2 Mempraktikkan latihan daya tahan
jantung dan paru-paru, serta nilai
disiplin dan tanggung jawab.
3. Mempraktikkan senam dasar
dengan teknik dan nilai-nilai
yang terkandung didalamnya.
3.1 Mempraktikkan senam dasar dan
bentuk latihan keseimbangan bertumpu
pada kaki, serta nilai disiplin,
keberanian dan tanggung jawab.
3.2 Mempraktikkan senam dasar dan
bentuk latihan keseimbangan bertumpu
selain kaki, serta nilai disiplin,
keberanian dan tanggung jawab
4. Mempraktikkan senam irama
tanpa alat, dan nilai-mnilai
terkandung didalamnya.
4.1 Mempraktikkan teknik dasar senam
irama tanpa alat, gerakan lankah kaki
mengikuti irama, serta nilai disiplin,
estetika, toleransi dan keluwesan.
4.2 Mempraktikkan teknik dasar senam
36
irama tanpa alat, gerak mengayun satu
lenganmengikuti irama, serta nilai
kedisiplinan, estetika, toleransi dan
keluwesan.
5. Mempraktikkan teknik dasar
renang gaya dada, dan nilai-nilai
yang terkandung didalamnya*)
5.1 Mempraktikkan teknik dasar gerakan
kakirenang gaya dada, serta nilai
disiplin, keberanian dan kebersihan
5.2 Mempraktikkan teknik dasar gerakan
lengan gaya dada pernafasan serta nilai
disiplin, keberanian dan kebersihan
6. Mempraktikkan perkemahan dan
dasar-dasar penyelamatan di
lingkungan sekolah, dan nilai-
nilai yang terkandung
didalamnya***)
6.1 Mempraktikkan pemilihan tempat yang
tepat untuk mendirikan tenda
perkemahan, mempraktikkan teknik
dasar pemasangan tenda untuk
perkemahan di lingkungan sekolah
secara beregu, serta nilai-nilai
kerjasama, tanggung jawab, dan
tenggang rasa
6.2 Mempraktikkan penyelamatan dan P3K
terhadap jenis lingkungan, serta nilai
kerjasama, tanggung jawab dan
tenggang rasa
7. Menerapkan budaya hidup sehat 7.1 Memahami pola makan sehat
7.2 Memahami perlunya keseimbangan gizi
37
2) Kelas VIII, Semester 1
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penjasorkes Semester Ganjil
untuk kelas VIII, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mempratikkan berbagai teknik
dasar permainan dan olahraga,
dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya.
1.1 Mempraktikkan teknik dasar salah satu
permainan olahraga beregu bola besar
lanjutan dengan koordinasi yang baik
serta niali kerjasama, toleransi, percaya
diri, keberanian, menghargai lawan,
bersedia berbagi tempat dan peralatan**)
1.2 Mempraktikkan teknik dasar salah satu
permainan dan olahraga bola kecil
lanjutan dengan koordinasi yang baik
serta nilai kerjasama, toleransi, percaya
diri, keberanian, menghargai lawan,
bersedia berbagi tempat dan peralatan**)
1.3 Mempraktikkan teknik dasar salah satu
permainan olahraga atletik lanjutan
dengan koordinasi yang baik serta nilai
kerjasama, toleransi, percaya diri,
keberanian, menghargai lawan, bersedia
berbagi tempat dan peralatan**)
2. Mempraktikkan teknik dasar
senam lantai dan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya
2.1 Mempraktikkan teknik dasar senam lantai
meroda berdasarkan konsep yang serta
nilai kedisiplinan, keberanian dan
tanggung jawab
2.2 Mempraktikkan teknik dasar senam lantai
guling lenting serta nilai kedisiplinan,
keberanian dan tanggung jawab
38
3. Mempraktikkan senam irama
dengan alat dan nilai-nilai
terkandung didalamnya
3.1 Mempraktikkan teknik dasar senam
irama menggunakan tongkat atau simpai
dengan gerakan mengayun dan memutar
ke berbagai arah serta nilai disiplin,
toleransi dan estetika
3.2 Mempraktikkan kombinasi gerakan
mengayun/memutar ke berbagai arah
dengan gerakan melangkah serta nilai
disiplin, toleransi, keluwesan gerak, dan
estetika
4. Mempraktikkan teknik dasar
renang gaya bebas dan nilai-
nilai yang terkandung
didalamnya
4.1 Mempraktikkan teknik dasar gerakan
kaki renang gaya bebas serta nilai
disiplin, keberanian dan dan kebersihan
4.2 Mempraktikkan teknik dasar gerakan
lengan renang gaya bebas serta nilai
disiplin, keberanian dan kebersihan
4.3 Mempraktikkan teknik dasar pernafasan
renang gaya bebas serta nilai disiplin,
keberanian dan kebersihan
5. Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Mengenal bahaya seks bebas
5.2 Menolak budaya seks bebas
3) Kelas IX, Semester 1
Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penjasorkes Semester Ganjil
untuk kelas IX, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mempratikkan berbagai teknik
dasar permainan dan olahraga,
dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya.
1.1 mempraktikkan variasi dan kombinasi
teknik dasar salah satu permainan dan
olahraga beregu bola besar lanjutan
dengan konsisten serta nilai kerjasama,
39
toleransi, percaya diri, keberanian,
menghargai lawan, bersedia berbagi
tempat dan peralatan**)
1.2 mempraktikkan variasi dan kombinasi
teknik dasar salah satu permainan dan
olahraga beregu bola kecil lanjutan
dengan konsisten serta nilai kerjasama,
toleransi, percaya diri, keberanian,
menghargai lawan, bersedia berbagi
tempat dan peralatan**)
1.3 Mempratikkan berbagai teknik dasar
atletik lanjutan serta nilai toleransi,
percaya diri, keberanian, menjaga
keselamatan diri dan orang lain bersedia
berbagi tempat dan peralatan**)
2. Mempraktikkan jenis latihan
beban dengan alat sederhana
untuk meningkatkan kebugaran
jasmani serta nilai-nilai yang
terkandung didalamnya
2.1 Mengidentifikasi jenis-jenis latihan
sesuai dengan kebutuhan
2.2 Mempraktikkan latihan kekuatan
kecepatan, daya tahan, dan kelentukan
untuk kebugaran jasmani sesuai
kebutuhan dengan menggunakan alat
sederhana serta nilai semangat, tanggung
jawab, disiplin dan percaya diri
3. Mempraktikkan rangkaian gerak
senam lantai dengan gerakan
yang benar serta nilai-nilai yang
terkandung didalamnya
3.1 Mempraktikkan rangkaian senam lantai
tanpa alat serta nilai percaya diri,
kerjasama, disiplin, keberanian dan
keselamatan
3.2 Mempraktikkan beberapa rangkaian
senam lantai serta nilai keberanian,
kedisiplinan, keluwesan ddan estetika
40
4. Mempraktikkan senam irama
tanpa alat dan dengan alat serta
nilai-nilai yang terkandung
didalamnya
4.1 Mempraktikkan rangkaian aktivitas
ritmik tanpa alat dengan koordinasi
gerakan yang baik serta nilai disiplin,
toleransi, keluwesan, dan estetika
4.2 Mempraktikkan rangkaian aktivitas
ritmik berirama menggunakan alat
dengan koordinasi gerak serta nilai
disiplin, toleransi, keluwesan dan estetika
5. Mempraktikkan dasar-dasar
renang gaya punggun dan nilai-
nilai yang terkandung
didalamnya*)
5.1 Mempraktikkkan teknik dasar gerakan
kaki renang gaya punggung serta nilai
disiplin, keberanian dan kebersihan
5.2 Mempraktikkan teknik dasar gerakan
lengan gaya punggung serta nilai disiplin,
keberanian dan kebersihan
5.3 Mempraktikkan teknik dasar pernafasan
renang gaya punggung serta nilai disiplin,
keberanian dan kebersihan
6. Mempraktikkan dasar-dasar
penjelajah di alam bebas dan
nilai-nilai yang terkandung
didalamnya
6.1 mempraktikkan rencana kegiatan
penjelajahan
6.2 Mempraktikkkan berbagai keterampilan
untuk memecahkan masalah yang
ditemukan dalam aktivitas penjelajahan
di alam bebas serta nilai kerjasama,
disiplin, keselamatan, kebersihan dan
etika
7. Menerapkan budaya hidup sehat 7.1 Memahami berbagai bahaya kebakaran
7.2 Memahami cara menghindari kebakaran
Keterangan:
1. *) Diajarkansebagai kegiatan pilihan, disesuaikan dengan situasi dan
kondisi sekolahan.
41
2. **) Materi pilihan, disesuaikan dengan fasilitas dan peralatan yang
tersedia.
3. ***) Diajarkan sebagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam semester 1
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah suatu proses
pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan
kebuagaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan
perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Penjasorkes
yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai
pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani. Pembekalan pengalaman belajar itu
diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih
baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Dalam pembelajaran penjasorkes bagi anak berkebutuhan khusus
membutuhkan program, materi atau bahan ajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik berdasarkan ketunaannya. Dalam menentukan program
dan materi ajar, menuntut guru penjasorkes harus tahu dan paham dengan
program dan materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta didiknya. Untuk
menentukan program dan materi ajar diperlukan suatu acuan dalam
menentukannya. Acuan tersebut adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan
komponen penting dalam pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan
pendidikan, baik pengelola maupun penyelenggara; khususnya guru dan kepala
sekolah. Maka kurikulum pendidikan perlu didesantralisasikan terutama dalam
pengembangan silabus dan pelaksanaan yang disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan
demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan
menentukan materi ajar, kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.
Dalam pembelajaran penjarorkes ketersediaan prasaran dan sarana yang memadai
42
sangat menunjang keberhasilan dan memudahkan peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal.
Keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran ditentukan oleh jelas tidaknya
tujuan yang hendak dicapai seseorang atau lembaga yang melakukan serangkaian
program kegiatan. Diperlukan pengembangan pembelajaran yang bertujuan untuk
mempermudah peserta didik berkebutuhan khusus dapat menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan gerak dalam aktivitas jasmani. Dengan adanya
pengembangan pembelajaran, peserta didik berkebutuhan khusus dapat
membantu kekurangannya di dalam ranah kognif, afektif, dan psikomotornya.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tampat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-
Kota surakarta.
2. Waktu penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan september 2010
B. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif dengan teknik survey.
Menurut Sugiyanto ( 1995 : 52 ) “ Survey adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan data yang relative terbatas dari sejumlah kasus yang
jumlahnya relative banyak”
C. Subyek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian populasi sehingga seluruh guru
penjasorkes Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta yang
berjumlah 10 orang dari 10 Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota
surakarta sebagai subyek penelitian.
44
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh langsung dari responden berupa
informasi yang diberikan dalam pertanyaan-pertanyaan yang dimuat dalam
angket.
2. Alat Pengumpulan Data
1. Angket
Menurut Anwar Sutoyo (2009: 167) menyatakan bahwa: “Angket atau
kuesioner didefinisikan sebagai sejumlah pertanyaan tertulis tentang data faktual
atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta atau
kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden”.
Dan menurut Sanapiah Faisal (1981: 09) Menyatakan bahwa: “Alat
pengumpulan data (angket) berfungsi mewakili peneliti untuk menanyakan dan
merekam jawaban responden, sehubungan dengan informasi atau keterangan yang
hendak dikumpulkannya”.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan angket ini adalah
dengan menentukan indikator-indikator variabel yaitu terdiri dari aspek
psikologis, pedagogis, sarana dan prasarana, kebijakan-kebijakan, Kedisiplinan
siswa. Kemudian membuat butir-butir pertanyaan instrumen selanjutnya diuji
cobakan pada guru penjasorkes Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa.
2. Langkah-langkah membuat angket sebagai berikut :
1) Menentukan tujuan angket
Dengan menentukan tujuan angket terlebih dahulu akan memberikan arahan
dalam penelitian ini, serta mendapatkan item-item pertanyaan sesuai dengan
komponen yang ada pada angket. Tujuan angket dalam penelitian ini adalah
untuk memperoleh data tentang Pengembangan Pembeljaran Penjasorkes Pada
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Se-Kota Surakarta Tahun 2010.
2) Menyusun matrik / spesifik data atau menyusun indikator
45
Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan permasalahan yang dituangkan dalam
angket termasuk batasan konsep yang akan diteliti.
3) Menyusun kisi-kisi angket
Penyusunan kisi-kisi angket dengan tujuan agar dalam penyusunan butir-butir
item angket dapat menyebar pada seluruh variabel maupun indikator yang telah
ditetapkan.
4) Merumuskan item angket
Pada saat merumuskan item angket yang menggunakan kata-kata yang
menunjukkan tindakan sesuai dengan alternatif jawaban.
5) Menentukan skala nilai setiap alternatif jawaban
Skala nilai untuk alternatif jawaban dengan menggunakan skala nilai 4 untuk
kategori baik, nilai 3 untuk kategori cukup baik, nilai 2 untuk kategori kurang
baik dan nilai 1 untuk kategori tidak baik.
6) Uji coba angket ( Try Out )
Uji coba ( try out ) angket dilaksanakan untuk mengetahui kelemahan angket
yang dibuat dengan tingkat kesulitan yang ada serta mengetahui validitas dan
reliabilitas.
7) Revisi angket
Dasar dari revisi angket adalah hasil daripada try out yang telah dilaksanakan.
Revisi angket dilaksanakan dengan cara menghitung item pertanyaan yang
tidak valid tersebut didrop selama ada instrumen yang mewakili.
8) Memperbanyak angket
Setelah item yang tidak valid tersebut dihilangkan atau di revisi, maka langkah
selanjutnya adalah memperbanyak angket sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan.
3. Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas
Data dianalisis secara kuantitatif dengan bantuan analisis statistik
deskriptif . Instrumen diujicobakan (try out) untuk keperluan validitas instrumen
46
itu sendiri. Setelah didapatkan instrumen yang valid, baru digunakan untuk
memperoleh data langsung di lapangan atau subyek penelitian.
Metode analisis data yang dipergunakan untuk menguji validitas tiap
butir soal menggunakan korelasi dari product moment person (Suharsimi
Arikunto, 2000: 72).
Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing
butir dengan skor total, menggunakan rumus Product moment person sebagai
berikut:
( Suharsimi Arikunto, 2000:72)
di mana :
rxy = Koefisien kolerasi X dan Y
X = Nilai masing-masing item
Y = Nilai total
ΣXY = Jumlah perkalian
ΣX2 = Jumlah kuadrat X
ΣY2 = Jumlah kuadrat Y
N = Jumlah subyek
Dari hasil perhitungan rhitung dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf
signifikansi 5% jika rhitung > rtabel maka butir tersebut valid. Sebaliknya jika rhitung <
rtabel maka butir soal tersebut tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji reliabilitas dalam
penilitian dilakukan dengan formula belah dua dengan panjang sama
Pengujian Reliabilitas instrument dengan panjang sama digunakan
formula belah dua Spearman Brown. Skor dijumlah menjadi dua, yaitu belah
47
ganjil dan genap kemudian dihitung dengan menggunakan rumus product moment
person sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2000:72)
Keterangan :
rxy = Korelasi antara X dan Y
X = Belahan ganjil
Y = Belahan genap
N = Jumlah ampel
Σ = Jumlah
Hasil penghitungan koefisien korelasi kemudian dimasukkan kedalam
fornula reliabilitas dari Spearman Brown sebagai berikut:
Keterangan :
r11 = Koefisien kolerasi
rxy = Koefisien kolerasi
48
Untuk mengetahui katagori koefisien reliabilitas test tersebut
menggunakan pedoman tabel koefisien reliabilitas dari standart B.N & Wuilson.
R (1993: 11), yaitu:
Tabel 4. Range Katagori Reliabilitas.
Katagori Reliabelitas
Excellent
Very Good
Accepteble
Poor
Quisonable
0,95-0,99
0,90-0,94
0,80-0,89
0,70-0,79
0,60-0,69
3. Analisis
Data
Teknik analisis data diperlukan untuk mendeskripsikan hasil penelitian
tentang pengembangan pembelajaran penjasokes Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa se-Kota Surakarta, maka teknik analisis data yang dipakai adalah
teknik presente, menurut (Suryatna, 1979 : 29), bahwa: “bila suatu penelitian
bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau menemukan sebagai mana adanya
tentang suatu obyek yang diteliti, maka teknik anaisis data akan dilakukan dengan
perhitungan prosentase (%)”
Data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan dan
pertanyaan penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengecek
kelengkapan data
2. Menstabulasi
kan masing-masing item
3. Menghitung
prosentase jawaban dengan formula sebagai berikut:
49
Keterangan:
P =Presentase jawaban
F =Frekuensi
N =Jumlah sample
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Tujuan penelitian dapat dicapai melalui pengambilan data terhadap
responden yang telah ditentukan. Data yang diperoleh dari hasil jawaban
Quesioner guru-guru Penjasorkes SMP Luar Biasa Se-Kota Surakarta tahun 2010.
Namun sebelum alat ukur diajukan dan dijawab responden penelitian, alat ukur
diujicobakan (try out). Try out dimaksudkan untuk mengetahui alat ukur yang
digunakan valid atau tidak sebagai alat ukur penelitian. Adapun hasil uji validitas
sebagai berikut:
1. Mencari Validitas
Untuk mengetahui valid atau tidaknya angket dilakukan uji validitas.
Hasil uji validitas data dalam penelitian sebagai berikut:
Tabel 5. Contoh Hasil Uji Validitas Butir Soal No 1
Bentuk Tes Hasil Perhitungan r tabel 5% Kategori
Quesioner 0,81226 0,632 Valid
Berdasarkan perhitungan validitas diperoleh r hitung 0,81226 dengan N =
31 dan pada taraf signifikansi 5%, harga r tabel 0,632. Ternyata hasil r hitung
0,81226 >0,632 r tabel hal ini menunjukkan bahwa butir soal nomor satu valid.
2. Mencari Reliabilitas
Dalam perhitungan Quesioner (angket) selain mencari validitas juga
reliabilitas, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keajegan dari Quesioner
50
tersebut sebagai alat dalam penelitian. Adapun hasil uji reliabilitas data dalam
penelitian sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas
Hasil tes Reliabilitas kategori
Quesioner 0,976 Very Good
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini
diperoleh nilai 0,976 hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat reliabilitasnya
Very Good.
3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh melalui angket disajikan dalam bentuk
tabel yang berisi frekuensi dan prosentase dari setiap butir instrumen serta
dilengkapi dengan uraian deskriptif. Dalam penyajian data tersebut, meskipun
data setiap butir diusahakan ditampilkan secara berurutan berdasarkan jenis
instrumen lain. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan kontekstual
dalam uraian deskriptif. Dalam masing-masing kawasan tersebut masih dipilih
lagi berdasarkan 5 komponen utama (1) Pedagogis. (2) Kurikulum. (3) Sarana dan
Prasaran. (4) Kebijakan Sekolah. (5) Kedisiplinan Siswa. Dalam setiap pertanyaan
dibagi atas 4 pilihan jawaban yaitu jawaban A atau nilai 4 ( baik), jawaban B atau
nilai 2 (Cukup) dan jawaban C atau nilai 2 (Kurang), jawaban D atau nilai 1
(Kurang sekali). Data disajikan dalam bentuk tabel yang berisi frekuensi dan
persentase dari setiap butir instrumen serta dilengkapi dan uraian deskriptif .
a. Komponen Pedagogis
Komponen masukan yang diamati dalam Pedagogis dalam pembelajaran
penjasorkes di Sekolah Mengah Luar Biasa se-Kota Surakarta ada 14 butir soal
51
yang diajukan kepada responden sebanyak 10 guru Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan Sekolah disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Data Berkaitan dengan Pedagogis
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 46 59 33 2 140
% 33% 42% 24% 1% 100 %
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal Pedagogis
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Menengah Atas Negeri se-
Kabupaten Karanganyar dari butir soal yang diajukan kepada 24 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 46 atau 33 %, jawaban indikator
b (nilai 3) sebanyak 59 atau 42%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 33 atau 24%, dan
jawaban indikator d (nilai 1) sebanyak 2 atau 1 %.
Komponen Pedagogis tersebut masih dibagi menjadi 5 indikator :
1) Berkaitan dengan Tugas Mengajar
Indikator ini terdapat 2 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 8. Data Berkaitan dengan Tugas Mengajar
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 8 9 3 0 20
% 40% 45 % 15 % 0 % 100 %
Dari data tersebut bahwa butir soal yang menyangkut dengan penyusunan
Silabus dan RPP ( soal no 1, 2, ) yang di isi oleh 10 responden hasilnya, jawaban a
(nilai 4) sebanyak 8 atau 40%, jawaban b (nilai 3) sebanyak 9 atau 45%, jawaban
c (nilai 2) sebanyak 3 atau 15% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 0 atau 0%.
52
2) Berkaitan dengan Pemahaman dan Penyusunan Silabus
Indikator ini terdapat 4 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Data Berkaitan dengan Pemahaman dan Penyusunan Silabus
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 10 9 11 0 30
% 33 % 30 % 37 % 0% 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari butir soal yang berkaitan
dengan Pemahaman dan Penyusunan Silabus (3, 4, 5) yang di isi oleh 10
responden hasilnya, jawaban a (nilai 4) sebanyak 10 atau 33%, jawaban b (nilai 3)
sebanyak 9 atau 30%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 11 atau 37% dan jawaban d
(nilai 1) sebanyak 0 atau 0%.
3) Berkaitan dengan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Indikator ini terdapat 2 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 10. Data Berkaitan dengan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 12 12 6 0 30
% 40 % 40 % 20 % 0 % 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang berkaitan dengan
Penyusunan dan Keyakinan Penerapan program Tahunan (6, 7, 8) yang di isi oleh
10 responden hasilnya, jawaban a (nilai 4) sebanyak 12 atau 40%, jawaban b (nilai
53
3) sebanyak 12 atau 40%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 6 atau 20% dan jawaban d
(nilai 1) sebanyak 0 atau 0%.
4) Berkaitan dengan Penyusunan Program Semester
Indikator ini terdapat 4 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 11. Data Berkaitan dengan Penyusunan Program Semester
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 12 16 10 2 40
% 30 % 40 % 25 % 5 % 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang berkaitan dengan
Penyusunan dan Keyakinan Penerapan program Tahunan (9, 10, 11, 12) yang di
isi oleh 10 responden hasilnya, jawaban a (nilai 4) sebanyak 12 atau 30%,
jawaban b (nilai 3) sebanyak 16 atau 40%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 10 atau
25% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 2 atau 5%.
5) Berkaitan dengan Penyusunan Program Tahunan
Indikator ini terdapat 2 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 12. Data Berkaitan dengan Penyusunan Program Tahunan
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 4 13 3 0 20
% 20 % 60 % 15 % 0 % 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang berkaitan dengan
Penyusunan dan Keyakinan Penerapan program Tahunan (13, 14 ) yang di isi oleh
54
10 responden hasilnya, jawaban a (nilai 4) sebanyak 4 atau 20%, jawaban b (nilai
3) sebanyak 13 atau 60%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 3atau 15% dan jawaban d
(nilai 1) sebanyak 0 atau 0%.
b. Komponen Kurikulum
Komponen masukan yang diamati dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan di Sekolah Menengah Luar Biasa Se-Kota Surakarta ada 14
butir soal yang diajukan kepada responden sebanyak 10 guru Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Sekolah disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 13. Data Berkaitan dengan Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 29 73 30 8 140
% 21 % 52 % 21 % 6 % 100 %
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal yang
berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa Se-Kota Surakarta dari 14 butir soal yang diajukan
kepada 10 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 29
atau 21 %, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 73 atau 52%, jawaban c (nilai 2)
sebanyak 30 atau 21%, dan jawaban indikator d (nilai 1) sebanyak 8 atau 6 %.
Komponen pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tersebut
masih dibagi menjadi 6 indikator:
1) Berkaitan dengan Pemahaman dan Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Indikator ini terdapat 3 butir soal, adapun hasil penelitian
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
55
Tabel 14. Data Berkaitan dengan Pemahaman dan Penerapan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 9 17 4 0 30
% 30 % 57 % 13 % 0 % 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang berkaitan dengan
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (15, 16, 17) yang di isi oleh 10
responden hasilnya, jawaban a (nilai 4) sebanyak 9 atau 30%, jawaban b (nilai 3)
sebanyak 17 atau 57%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 4 atau 13% dan jawaban d
(nilai 1) sebanyak 0 atau 0%.
2) Berkaitan dengan Pelatihan dan Kemantapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Indikator ini terdapat 4 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 15. Data Berkaitan dengan Pelatihan dan Kemantapan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 4 9 19 8 40
% 10 % 23 % 47 % 20 % 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang berkaitan dengan
pelatihan dan kemantapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( 18, 19, 20, 21
) yang di isi oleh 10 responden hasilnya, jawaban a (nilai 4) sebanyak 4 atau 10%,
jawaban b (nilai 3) sebanyak 9 atau 23%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 19 atau
47% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 8 atau 20%.
56
3) Berkaitan dengan Kesiapan Mengajar
Indikator ini terdapat 1 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 16. Data Berkaitan dengan Kesiapan Mengajar
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 3 6 1 0 10
% 30 % 60 % 10 % 0 % 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang berkaitan dengan
Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif (22) yang di isi oleh 10 responden hasilnya,
jawaban a (nilai 4) sebanyak 3 atau 30%, jawaban b (nilai 3) sebanyak 6 atau
60%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 1 atau 10% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 0
atau 0%.
4) Berkaitan dengan Buku Pegangan Mengajar
Indikator ini terdapat 1 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 17. Data Berkaitan dengan Buku Pegangan Mengajar
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 2 5 3 0 10
% 20 % 50 % 30 % 0 % 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang berkaitan dengan
buku pegangan mengajar (30) yang di isi oleh 10 responden hasilnya, jawaban a
(nilai 4) sebanyak 2 atau 20%, jawaban b (nilai 3) sebanyak 5 atau 50%, jawaban
c (nilai 2) sebanyak 3 atau 3% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 0 atau 0%.
57
5) Berkaitan dengan Kendala dalam Pembelajaran
Indikator ini terdapat 3 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 18. Data Berkaitan dengan Kendala dalam Pembelajaran
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 4 26 0 0 30
% 13 % 87 % 0 % 0 % 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang berkaitan dengan
Kendala dalam Pembelajaran ( 31, 32, 33) yang di isi oleh 10 responden hasilnya,
jawaban a (nilai 4) sebanyak 4 atau 13%, jawaban b (nilai 3) sebanyak 26 atau
87%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 0 atau 0% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 0
atau 0%.
6) Berkaitan dengan Metode Mengajar
Indikator ini terdapat 2 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 19. Data Berkaitan dengan Metode Mengajar
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 7 10 3 0 20
% 35 % 50 % 15 % 0 % 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang berkaitan dengan
Metode Mengajar (34, 35) yang di isi oleh 10 responden hasilnya, jawaban a (nilai
4) sebanyak 7 atau 35%, jawaban b (nilai 3) sebanyak 10 atau 50%, jawaban c
(nilai 2) sebanyak 3 atau 15% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 0 atau 0%.
58
c. Komponen Sarana dan Prasarana
Komponen masukan yang diamati adalah Sarana dan Prasarana Olahraga
di Sekolah Menengah Pertama se-Kota Surakarta ada 7 butir soal yang diajukan
kepada responden sebanyak 10 guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Sekolah disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 20. Data Berkaitan dengan Sarana dan Prasarana
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 21 28 21 0 70
% 30 % 40 % 30 % 0 % 100 %
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal yang
berkaitan dengan Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota surakarta dari 7 butir
soal yang diajukan kepada 10 responden yang menjawab indikator jawaban a
(nilai 4) sebanyak 33 atau 23 %, jawaban indikator b (nilai 3) sebanyak 81 atau
56%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 29 atau 20 %, dan jawaban indikator d (nilai 1)
sebanyak 1 atau 1 %.
Komponen Sarana dan Prasarana tersebut masih dibagi menjadi 2
indikator :
1) Berkaitan dengan Penggunaan Sarana dan Prasarana
Indikator ini terdapat 2 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 21. Data Berkaitan dengan Penggunaan Sarana dan Prasarana
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 18 16 16 0 50
% 36 % 32 % 32 % 0 % 100 %
59
Dari data tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang berkaitan dengan
penggunaan Sarana dan Prasarana (23, 24, 25, 26, 27) yang di isi oleh 10
responden hasilnya, jawaban a (nilai 4) sebanyak 18 atau 36%, jawaban b (nilai 3)
sebanyak 16 atau 32%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 16 atau 32% dan jawaban d
(nilai 1) sebanyak 0 atau 0%.
2) Berkaitan dengan Pengaplikasian Saran dan Prasarana dalam Silabus, RPP,
Program Semester, Program Tahunan
Indikator ini terdapat 2 butir soal, adapun hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 22. Data Berkaitan dengan Pengaplikasian Sarana dan Prasarana dalam
Silabus, RPP, Program Semester, Program Tahunan
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 3 12 5 0 20
% 15 % 60 % 25 % 0 % 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang berkaitan dengan
Pengaplikasian Saran dan Prasarana dalam Silabus, RPP, Program Semester,
Program Tahunan (28, 29) yang di isi oleh 10 responden hasilnya, jawaban a (nilai
4) sebanyak 3 atau 15%, jawaban b (nilai 3) sebanyak 12 atau 60%, jawaban c
(nilai 2) sebanyak 5 atau 25% dan jawaban d (nilai 1) sebanyak 0 atau 0%
d. Komponen Pengembangan Pembelajaran
Komponen masukan yang diamati adalah Kebijakan sekolah dalam
Mengembangkan Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama se-
Kota Surakarta ada 4 butir soal yang diajukan kepada responden sebanyak 10 guru
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
60
Tabel 23. Data Berkaitan dengan Pengembangan Pembelajaran dalam
Memodifikasi dan Inovasi Pembelajaran Penjasorkes
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 10 19 7 4 40
% 25 % 48 % 17 % 10 % 100 %
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal yang
berkaitan dengan Kebijakan sekolah dalam Mengembangkan Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa se-Kota surakarta dari 4 butir soal yang diajukan kepada 10 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 10 atau 25 %, jawaban indikator
b (nilai 3) sebanyak 19 atau 48%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 7 atau 17%, dan
jawaban indikator d (nilai 1) sebanyak 4 atau 10 %.
e. Komponen Kedisiplinan
Komponen masukan yang diamati adalah Kedisiplinan siswa di Sekolah
Menengah Pertama se-Kota Surakarta ada 1 butir soal yang diajukan kepada
responden sebanyak 10 guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Sekolah disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 24. Data Berkaitan dengan Kedisiplinan Siswa
Rentang Nilai F dan %
4 3 2 1 Jumlah
F 2 6 2 0 10
% 20 % 60 % 20 % 0 % 100 %
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal yang berkaitan
dengan Kedisiplinan Siswa di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota
surakarta dari 1 butir soal yang diajukan kepada 10 responden yang menjawab
61
indikator jawaban a (nilai 4) sebanyak 2 atau 20 %, jawaban indikator b (nilai 3)
sebanyak 6 atau 60%, jawaban c (nilai 2) sebanyak 2 atau 20%, dan jawaban
indikator d (nilai 1) sebanyak 0 atau 0 %.
B. Pembahasan
Komponen masukan yang menyangkut Pedagogis, Kurikulum, Sarana
dan Prasarana, Kebijakan Sekolah, dan Kedisiplinan Siswa sangat berpengaruh
dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran Penjasorkes di Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta Tahun 2010, secara keseluruhan
menunjukkan persentase sebagai berikut :
1. Komponen pedagogis di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota
Surakarta tergolong cukup baik dengan jumlah 59 atau persentase 42% pada
jawaban b (nilai 3). Tetapi dalam indikator mengenai penyusunan Silabus
masih kurang dengan jumlah 11 atau prosentase 37%
2. Komponen Kurikulum KTSP di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-
Kota Surakarta tergolong cukup baik dengan jumlah 73 atau persentase 52%
pada jawaban b (nilai 3). Tetapi dalam indikator mengenai pelatihan dan
kemantapan KTSP masih kurang dengan jumlah 19 atau persentase 47% pada
jawaban c (nilai 2).
3. Komponen Sarana dan Prasarana di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
se-Kota Surakarta tergolong cukup baik dengan jumlah 28 atau persentase
40% pada jawaban b (nilai 3)
4. Komponen Kebijakan Sekolah dalam mengembangkan Pembelajaran
Penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta
tergolong cukup baik dengan jumlah 19 atau persentase 4% pada jawaban b
(nilai 3)
5. Komponen Kedisiplinan Siswa di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa se-
Kota Surakarta tergolong cukup baik dengan jumlah 6 atau persentase 60%
pada jawaban b (nilai 3)
62
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang
telah diungkapkan pada BAB IV, maka dapat ditarik suatu simpulan dari 5
komponen utama sebagai berikut:
1. Dari komponen Pedagogis, dilihat secara keseluruhan berkaitan dengan tugas
mengajar, penyusunan RPP, penyusunan silabus, penyusunan program
semester, dan penyusunan program tahunan. SMPLB se-Kota surakarta tahun
2010 berjalan cukup baik dengan prosentase 42%.
2. Dari komponen Kurikulum, dilihat secara keseluruhan berkaitan dengan
penerapan KTSP, pelatihan dan kemantapan KTSP, kesiapan mengajar, buku
pegangan, kesiapan mengajar, kendala dalam pembelajaran, dan metode
mengaja. Di SMPLB se-Kota Surakarta Sudah terlaksana cukup baik dengan
prosentase 52%.
3. Dari komponen Sarana dan Prasarana, di lihat secara keseluruhan cukup
memadai dengan prosentase 40%, sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar, selain itu pengembangan pembelajaran penjasorkes di
SMPLB se-Kota Surakarta dapat berjalan dengan baik yang di dukung sarana
prasarana yang cukup memadai.
4. Dari komponen Pengembangan Pembelajaran, dilihat secara keseluruhan
SMPLB se-Kota Surakarta sudah cukup baik dalam mengembangkan
pembelajaran penjasorkes dengan prosentase 48%
5. Dari komponen Kedisiplinan Siswa dengan prosentase 60%, SMPLB se-Kota
Surakarta berusaha untuk mendidik peserta didiknya untuk disiplin, meskipun
penuh dengan keterbatasan.
63
B. Implikasi
Pendidikan berkualitas bisa dicapai dengan cara meningkatkan kualitas
tenaga pendidiknya, yaitu dengan sosialisasi pemahaman model pembelajaran.
Sosialisasi tersebut hendaknya menjadi agenda utama pemerintah untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Banyaknya kendala dalam
pelaksanaan pembelajaran hendaknya menjadi pelajaran tentang pentingnya
proses guna mencapai hasil yang maksimal. Dalam hal pengembangan
pembelajaran penjasorkes adaptif diperlukan pemikiran yang ekstra, dukungan
dan peran dari pemerintah dalam mengimplementasikan pedidikan jasmani pada
peserta didik yang berkebutuhan khusus. Secara mendasar pendidikan jasmani
adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani adaptif
merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh dan
dirancang untuk memenuhi, mengetahui, dan memecahkan masalah dalam ranah
psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan
sensormotorik dan keterbatasan dalam kemampuan belajar.
Penjasorkes pada hakekatnya bukan sekedar untuk kepentingan siswa
tertentu, tetapi merupakan kebutuhan siswa. Pada umumnya siswa sekolah senang
melakukan gerak dan berolahraga. Kesenangan tersebut perlu dibina dengan
penambahan prasarana dan sarana atau alat yang menunjang proses pembelajaran,
sehingga akan muncul berbagai pola gerak yang menunjang kegiatan penjasorkes.
Tentu saja pembinaan ini harus terpacu kepada model pembelajaran sesuai, Dari
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai motivasi bagi instansi pendidikan
khususnya guru penjasorkes untuk dapat mengembangakan pembelajaran
penjasorkes yang lebih baik dan bermanfaat sehingga memperlancar proses
pembelajaran penjasorkes yang pada akhirnya tujuan pendidikan dapat tercapai.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka saran yang dapat
dikemukakan antara lain :
64
1. Para guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa se-Kota Surakarta, diharapkan selalu berinisiatif dalam
mengembangkan pembelajaran agar peserta didik antusias untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran penjasorkes.
2. Diharapkan adanya perkumpulan MGMP untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan dalam pembelajaran penjasorkes adaptif yang dapat dibahas dan
dipecahkan, serta mencari solusi terbaik secara bersama, sehingga kedepannya
nanti kualitas pendidikan khususnya di SMPLB se-Kota Surakarta menjadi
lebik baik.
3. Hasil penelitian ini merupakan gambaran secara umum kondisi pembelajaran
Penjasorkes di SMPLB se-Kota Surakarta, sehingga diperlukan penelitian
yang lain untuk mencari pemecahan dari berbagai permasalahan yang telah
diuraikan di atas.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Ateng. 1989. Pengantar Asas-asas Dan Landasan Pendidikan
Jasmani Olahraga Dan Rekreasi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Aip Syarifuddin & Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Bandung:
Depdikbud Dirjen Dikti.
Anwar Sutoyo. 2009. Pemahaman Individu. Semarang : CV Widya Karya.
Arma Abdoelah. 1996. Penjas Adaptif. Jakarta: Depdikbud. Direktorat jendral
Pendidikan Tinggi.
Beltasar Tarigan. 2000. Penjaskes Adaptif. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah bagian proyek penataran guru SLTP
setara D-III
Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : balai Pustaka
Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan . Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta
UNS Press.
Mohammad Amin. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mulyadi dkk. 1992. Administrasi Pendidikan. Surakarta: UNS Press
Mulyani Sumantri & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Dirjen
Dikti. Press.
Munzayanah. 2000. Tuna Grahita. Surakarta: UNS Press
Rusli Lutan. 1988. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Dirjen Dikti Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik.
Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan
SMA/MA. Jakarta : Litera Prenada Media Group.
66
Sanapiah Faisal. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya : Usaha
Nasional
Sri Widati & Murtadlo. 2007. Penjas Adaptif. Jakarta: Depdikbud. Direktorat
jendral Pendidikan Tinggi.
B N & Wuilson. 1993. Assesing Sport Skill Champaign. Human Kinetics
Publisher.
Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta : UNS Press.
Suharsimi Arikunto. 2000. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Bina Aksara.
Suryatna. 1979. Teknik Evaluasi. Bandung : Angkasa Bandung.
Tien Supartinah. 1995. Psikologi Anak Luar Biasa. Surakarta : UNS Press
Tjutju Sutjihati Soemantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Toho cholik, Rusli Lutan. 2001. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung,
CV Maulana.
67
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian.
Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian
Komponen Utama Indikator Nnomor soal
1. Pedagogis • Tugas pengajar.
• Penyusunan Silabus.
• Penyusunan Rencana program
pembelajaran.
• Penyusunan Program semesteran.
• Penyusunan Program Tahunan.
1,2
3,4,5
6,7,8
9,10,11,12
13,14
2. Kurikulum • Berkaitan dengan Penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
• Pelatihan-pelatihan yang mendukung
KTSP dan keyakinan penerapan KTSP.
• Kesiapan guru dalam mengajar.
• Berkaitan dengan buku pegangan
pengajaran.
• Berkaitan dengan kendala dalam
pembelajaran.
• Berkaitan dengan metode mengajar
15,16,17,
18, 19,20,21
22
30
31,32,33
34,35
3. Sarana dan
Prasarana
• Berkaitan dengan keadaan dan
penggunaan sarana dan prasarana
pendukung proses pembelajaran.
• Berkaitan dengan keadaan sarana dalam
hubungannya dengan penyusunan
Silabus, RPP, Promes, Prota.
23,24,25,26,27
28,29
4. Pengembangan
Pembelajaran
• Pengembangan dalam memodifikasi
dan inovasi pembelajaran penjasorkes
36,37,38, 39
5. Kedisiplinan • Kedisiplinan siswa 40
68
Surakarta, 2 Agustus 2010
Kepada :
Yth. Bapak/Ibu Guru Bidang Studi Penjasorkes
Di tempat
Surat Permohonan
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
Dengan hormat
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : TOTOK SUGIYANTO
Nim : K4606056
Program/semester : Penjaskesrek/ IX
Jurusan/Fakultas : POK/KIP
Kampus : Universitas Sebelas Maret
Alamat Rumah : Soko Brangkal Karanganom Klaten
Dengan ini saya bermaksud mengadakan penitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “STUDI TENTANG PENGEMBANGAN PENJASORKES PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA SE-KOTA SUTAKARTA TAHUN 2010”. Untuk itu saya mohon dengan sangat hormat Bapak/Ibu mengisi angket penelitian. Angket penelitian terlampir. Adapun jawaban Bapak/Ibu dijamin Kerahasiaannya.
Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh
Hormat saya,
TOTOK SUGIYANTO K4606056
69
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Angket Try Out
Try Out Angket Tentang Pengembangan Pembelajaran Penjasorkes Pada Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa tahun 2010
A. Petunjuk
1) Baca dengan teliti setiap item sebelum saudara menjawab
2) Identitas serta rahasia Bapak/ Ibu/ saudara dijamin penulis
3) Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban (a, b, c, d) yang saudara
anggap tepat
4) Penilaian setiap jawaban memiliki nilai masing-masing berikut :
• Jawaban a nilainya 4
• Jawaban b nilainya 3
• Jawaban c nilainya 2 dan
• Jawaban d nilainya 1
B. Identitas Responden
1. Nama :.......................................................................
2. Nama sekolahan :.......................................................................
3. Pendidikan terakhir :.......................................................................
4. Prog / Jurusan :.......................................................................
Soal Angket Try Out
1. Apakah Bapak/Ibu sebagai guru penjasorkes paham, dengan tugas bapak
sebagai guru penjasorkes bagi siswa berkebutuhan khusus?
a. Paham c. Kurang paham
b. Cukup paham d. Tidak paham
70
2.Apakah bapak/ibu guru sudah sesuai menjalankan tugas sebagai guru
penjasorkes bagi siswa berkebutuhan khusus?
a.Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
3. Apakah Bapak/Ibu Paham tentang penyusunan silabus penjasorkes?
a. Paham c. Kurang paham
b. Cukup paham d. Tidak paham
4. Apakah Bapak/Ibu sering membuat silabus sebelum proses pembelajaran?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
5. Apakah Penyusunan Silabus sudah sesuai dengan keadaan dan kemampuan dari
sekolah?
a. sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
6. Apakah Bapak/Ibu juga paham pembuatan Rencana Program Pembelajaran?
a. Paham c. Kurang paham
b. Cukup paham d. Tidak paham
7. Apakah Bapak/Ibu sering membuat Rencana Program Pembelajaran?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
71
8. Bagaimana Pelaksanaan RPP yang telah dibuat dalam pembelajaran
penjasorkes?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup Baik d. Tidak baik
9. Apakah Bapak/Ibu sering membuat Program Semester?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
10. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami pembuatan program semester?
a.Paham c. Kurang paham
b. cukup paham d. Tidak paham
11. Apakah Program Semester yang telah dibuat sesuai dengan kemampuan
sekolah?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
12. Apakah Bapak/Ibu sering bekerja sama dengan sekolahan lain dalam
merencanakan Program Semester?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
13. Apakah Bapak/Ibu sering membuat Program Tahunan?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
72
14. Bagaimana Bapak/Ibu Menyusun Program Tahunan Penjarorkes?
a. baik c. Kurang baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
15. Bagaimana pelaksanaan praktek penjasorkes yang sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
16. Apakah Bapak/Ibu sudah siap dalam penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Penjasorkes?
a. Siap c. Kurang siap
b. Cukup siap d. Tidak siap
17. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami Standar Isi Penjasorkes yang sesuai
KTSP?
a. Paham c. Kurang Paham
b. Cukup paham d. Tidak paham
18. Bagaimana tanggapan siswa dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan?
a. Baik c. Kurang Baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
Apa kendala yang dihadai siswa dalam pelaksanaan KTSP?
Jawab :…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
73
19. Apakah di sekolahan Bapak/Ibu sering diadakan pelatihan penyusunan KTSP?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Apakah Bapak/Ibu sering mengikuti pelatihan menyusun KTSP?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
21. Apakah Bapak/Ibu sering mengikuti pelatihan atau pembekalan pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan adaptif di luar sekolah?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
Berapa kali dan apa nama lembaga pembekalan khusus yang pernah Bapak/Ibu
ikuti/
Jawab :…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
22. Apakah Bapak/Ibu sering mengadakan pertemuan dengan sesama guru
penjasorkes untuk mencari permasalahan tentang KTSP?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
23. Apakah Bapak/Ibu yakin, bahwa penerapan KTSP ini dapat meningkatkan
hasil pembelajaran penjasorkes?
a. Yakin c. Kurang yakin
b. Cukup yakin d. Tidak yakin
74
24. Bagaimana persiapan Bapak/Ibu guru sebelum mengajar mata pelajaran
penjasorkes?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
25.Apakah prasarana dan sarana penjasorkes di sekolah sudah dapat mendukung
pelaksanaan penjasorkes?
a. Mendukung c. Kurang mendukung
b. Cukup mendukung d. Tidak mendukung
26. Apakah Prasarana dan sarana penjasorkes di sekolah sudah sesuai dengan
keadaan siswa?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
27. Apakah pelaksanaan pembelajaran penjasorkes dilihat dari keadaan alat dan
prasarana sudah sesuai?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
28. Apakah prasarana dan sarana yang ada, berpengaruh terhadap pelaksanaan
pembelajaran penjasorkes?
a. Ya, sangat berpengaruh c. Kurang berpengaruh
b. Cukup berpengaruh d. Yidak berpengaruh
29. Apakah dalam mengajar Bapak/Ibu sering menggunakan sarana/alat, Pada saat
pembelajaran?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
75
b. Sering d. Tidak pernah
30. Apakah penyusunan perangkat pengajaran ( Silabus, Program Semester,
Program Tahunan, RPP ) dilakukan menyesuaikan sarana yang ada?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
31. Apakah Bapak/Ibu sering mengalami kesulitan dalam menyusun silabus, RPP,
Program Semester, Program Tahunan yang sesuai dengan sarana yang
dimiliki?
a. Tidak Pernah c. Sering
b. Kadang-kadang d. Sangat sering
Solusi apa yang dilakukan Bapak/Ibu bila mengalami kesulitan tersebut?
Jawab :………………………………………………………………….
…………………………………………………………………..
32. Apakah dalam menentukan materi Bapak/Ibu sering menggunakan buku
panduan penjasorkes?
a. Sangat sering c. Kadana-kadang
b.Sering d. Tidak pernah
33. Apakah Bapak/Ibu sering memakai buku pegangan untuk mengajar
penjasorkes?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
34. Apakah buku pegangan yang digunakan sudah sesuai dengan keadaan siswa?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
76
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
Buku apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses belajar mengajar/
Jawab :………………………………………………………………………
. ………………………………………………………………………
35. Apakah Bapak/Ibu sering mengalami kesulitan dalam menentukan materi
pembelajaran?
a. Tidak Pernah c. . Sering
b. Kadang-kadang d. Sangat sering
36. Apakah Bapak/Ibu guru sering mengalami kesulitan dalam berinteraksi
dengan siswa dalam pembelajaran penjasorkes?
a. Tidak Pernah c. . Sering
b. Kadang-kadang d. Sangat sering
Kesulitan apa yang Bapak/Ibu alami dalam berinteraksi dengan siswa/
Jawab : …………………………………………………………………….
……………………………………………………………………..
37. Apakah Bapak/Ibu sering menghadapi kendala dalam penyampaian materi
pelajaran penjasorkes kepada siswa?
a. Tidak Pernah c. . Sering
b. Kadang-kadang d. Sangat sering
Apa saja kesulitan atau kendala yang pernah dihadapi oleh Bapak/Ibu guru/?
Jawab :……………………………………………………………………...
……………………………………………………………………....
77
38. Apakah Bapak/Ibu sering mengalami kesulitan dalam penggunaan metode
mengajar penjasorkes yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan?
a. Tidak Pernah c. . Sering
b. Kadang-kadang d. Sangat sering
39. Apakah Bapak/Ibu sering menggunakan teknik mengajar yang sama?
a.Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
40. Apakah metode mengajar Bp/Ibu sering memberikan perbedaan perlakuan
berdasarkan karakteristi siswa?
a. Ya,sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
41. Bagaimana usaha dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga pada umumnya siswa dapat merasa senang?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup Baik d. Tidak baik
42. Apakah Bapak/Ibu sering mengembangkan pembelajaran penjasorkes dengan
memodifikasi pembelajaran, baik dari segi sarana prasarana maupun materi-
materi yang akan diajarkan?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
78
43. Apakah peserta didik tertarik dengan pembelajaran penjasorkes yang sudah
dimodifikasi sesuai dengan karekteristik siswa?
.a. Sangat tertarik c. Kurang tertarik
b. Tertarik d. Tidak tertarik
44. Apakah Bapak/Ibu yakin dengan memodifikasi pembelajaran dapat
meningkatkan pembelajaran penjasorkes/
a. Ya, sangat yakin c. Kurang yakin
b. Yakin d. Tidak yakin
45. Apakah Bapak/Ibu sering mengalami kendala dalam mengembangkan
pembelajaran tersebut?
a. Tidak Pernah c. . Sering
b. Kadang-kadang d. Sangat sering
46. Apakah di sekolahan Bapak/Ibu sering mengadakan pertemuan dengan sesama
guru penjasokes untuk mencari pengembangan dan inovasi pembelajaran
penjasorkes?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
47. Apakah di sekolahan Bapak/Ibu sering diadakan pelatihan tentang inovasi
pembelajaran?
a. Sangat seing c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
79
48. Bagaimana tata tertib (secara tertulis) tentang kedisiplinan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes ( misalnya tertib waktu, pakaian )?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
49. Apakah tata siswa terpasang jelas disetiap kelas?
a. Sangat jelas c. Kurang jelas.
b. jelas d. Tidak jelas
50. Bagaimana tindakan atau sangsi yang diberikan kepada siswa yang tidak
disiplin?
a. Tegas c. Kurang tegas
b. Cukup tegas d. Tidak tegas
80
Lampiran 3. Daftar Perhitungan Uji Validitas
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 1 Marsanto, S.Pd 4 2 3 3 3 4 3 2 Rohmaji 3 4 2 2 2 3 2 3 Purwanto, S.Pd 4 4 4 4 4 4 3 4 Wardiyono 4 4 4 4 4 4 3 5 Sujianto, S.Pd 4 4 4 4 3 4 3 6 Suratmin, S.Pd 4 4 4 3 3 4 3 7 Tawar, S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 8 Kristianadi 2 2 2 2 2 2 2 9 Wardoyo, S.Pd 4 4 3 3 3 4 3 10 Bejo Sukardi 4 3 2 2 2 4 2 ∑ X 37 35 32 31 30 37 28
(∑ X)2 1369 1225 1024 961 900 1369 784
∑ X2 141 129 110 103 96 141 82 ∑ XY 5714 5421 5026 4855 4685 5714 4350
N 10 10 10 10 10 10 10 r hitung 0,81226 0,68639 0,88957 0,8395 0,80434 0,81226 0,82298 r tabel 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Skor Atas 1344 1430 2004 1802 1610 1344 1276 41 65 76 69 60 41 36 66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 2737816 4340440 5074976 4607544 4006560 2737816 2403936 Skor Bawah 1654,63 2083,37 2252,77 2146,52 2001,64 1654,63 1550,46
81
8 9 10 11 12 13 14 15 16 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 4 28 27 32 35 31 28 30 30 35
784 729 1024 1225 961 784 900 900 1225
84 79 108 129 99 84 96 96 125 4351 4234 5008 5464 4783 4390 4703 4691 5366 10 10 10 10 10 10 10 10 10
0,66502 0,80466 0,94324 0,89278 0,77753 0,8667 0,89427 0,83432 0,68109 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
1286 1624 1824 1860 1082 1676 1790 1670 880 56 61 56 65 29 56 60 60 25
66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 3739456 4073336 3739456 4340440 1936504 3739456 4006560 4006560 1669400 1933,77 2018,25 1933,77 2083,37 1391,58 1933,77 2001,64 2001,64 1292,05
82
17 18 19 20 21 22 23 24 25 2 3 2 2 2 1 4 3 2 2 3 2 2 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 2 3 2 4 2 4 3 4 29 30 26 26 29 20 37 33 30
841 900 676 676 841 400 1369 1089 900
91 94 72 70 89 44 139 113 96 4563 4642 4011 4032 4498 3128 5602 5112 4660 10 10 10 10 10 10 10 10 10
0,88422 0,72201 0,52622 0,87839 0,68993 0,6853 0,18916 0,81952 0,67944 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 Valid Valid Drop Valid Valid Valid Drop Valid Valid
1898 1180 902 1112 1248 1120 224 1356 1360 69 40 44 24 49 40 21 41 60
66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 4607544 2671040 2938144 1602624 3272024 2671040 1402296 2737816 4006560 2146,52 1634,33 1714,1 1265,95 1808,87 1634,33 1184,19 1654,63 2001,64
83
26 27 28 29 30 31 32 33 34 2 2 4 2 4 3 3 2 2 2 2 4 3 3 2 2 1 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 32 30 38 31 34 32 29 27 27
1024 900 1444 961 1156 1024 841 729 729
110 96 148 101 120 108 87 79 79 5015 4703 5830 4799 5258 5008 4491 4155 4195 10 10 10 10 10 10 10 10 10
0,84074 0,89427 0,64239 0,68662 0,76308 0,94324 0,84652 0,41323 0,61142 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Drop
1894 1790 996 1242 1308 1824 1178 834 1234 76 60 36 49 44 56 29 61 61
66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 5074976 4006560 2403936 3272024 2938144 3739456 1936504 4073336 4073336 2252,77 2001,64 1550,46 1808,87 1714,1 1933,77 1391,58 2018,25 2018,25
84
35 36 37 38 39 40 41 42 43 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 29 29 34 28 28 30 32 31 32
841 841 1156 784 784 900 1024 961 1024
85 89 118 86 82 98 108 103 106 4408 4520 5225 4407 4269 4721 4968 4835 4936 10 10 10 10 10 10 10 10 10
0,4489 0,81155 0,77254 0,81944 0,30056 0,85234 0,73639 0,74632 0,71205 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 Drop Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid
348 1468 978 1846 466 1970 1424 1602 1104 9 49 24 76 36 80 56 69 36
66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 600984 3272024 1602624 5074976 2403936 5342080 3739456 4607544 2403936 775,232 1808,87 1265,95 2252,77 1550,46 2311,29 1933,77 2146,52 1550,46
85
44 45 46 47 48 49 50 ∑ Y ∑ Y2 3 2 1 1 3 3 3 134 17956 2 2 1 1 4 1 2 116 13456 3 3 2 2 4 3 3 159 25281 3 3 2 3 4 3 4 176 30976 3 2 2 2 4 3 4 170 28900 3 2 3 3 4 4 4 171 29241 3 4 2 3 2 4 4 184 33856 2 2 1 1 2 3 2 101 10201 3 2 3 3 3 3 3 156 24336 3 3 3 2 3 3 3 141 19881 28 25 20 21 33 30 32 1508 234084
784 625 400 441 1089 900 1024 2274064
80 67 46 51 115 96 108 4307 3860 3133 3352 5031 4647 5008 10 10 10 10 10 10 10
0,81847 0,51919 0,58452 0,86279 0,27053 0,6145 0,94324 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 Valid Drop Drop Valid Drop Drop Valid
846 900 1170 1852 546 1230 1824 16 45 60 69 61 60 56
66776 66776 66776 66776 66776 66776 66776 1068416 3004920 4006560 4607544 4073336 4006560 3739456 1033,64 1733,47 2001,64 2146,52 2018,25 2001,64 1933,77
86
Contoh Perhitungan Uji Validitas Butir Soal No. 1
Untuk mengetahui butir tersebut dikatakan valid atau tidak, digunakan rumus
korelasi product moment sebagai berikut :
Butir soal dikatakan valid bila rhitung > rtabel , untuk jumlah responden 31 dengan
taraf signifikansi 5% diperoleh harga rtabel = 0,632
Dari tabel uji validitas try out angket diperoleh harga-harga sebagai berikut :
N = 10 ∑ Y = 1508
∑ X = 37 ∑ XY = 5714
∑ X2 = 141 ∑ Y2 = 234084
Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus product moment
sebagai berikut :
10.5714 - (37).(1508) .
√{(10.141)-(37)2}.{(10. 234084)-(1508)2}
87
57140-55796
{1410-1369}.{2340840-2274064}
1344
41.66776
1334
2737816
1344
1654,63
0,81226
rhitung > rtabel atau 0,81226 > 0,632 maka dapat dikatakan bahwa butir soal no 1
valid atau dapat digunakan.
Untuk butir soal yang lain dengan cara yang sama akan didapatkan seperti pada
tabel tersebut.
88
Lampiran 4. Daftar Tabel Values Of r product moment
The Level of Significant The Level of Significant
N 5 % 1 %
N 5 % 1 %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 45 46
1.000 0.999 0.997 0.950 0.878 0.811 0.754 0.707 0.666 0.632 0.602 0.576 0.553 0.532 0.514 0.497 0.482 0.468 0.456 0.444 0.433 0.432 0.413 0.404 0.396 0.388 0.381 0.374 0.367 0.361 0.355 0.349 0.344 0.339 0.334 0.329
1.000 0.997 0.995 0.992 0.959 0.917 0.874 0.834 0.798 0.765 0.735 0.708 0.684 0.661 0.641 0.623 0.606 0.590 0.575 0.561 0.549 0.537 0.526 0.515 0.505 0.496 0.487 0.478 0.470 0.463 0.456 0.449 0.442 0.4366 0.430 0.424
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 125 150 175 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
0.325 0.320 0.316 0.312 0.308 0.304 0.301 0.297 0.294 0.291 0.288 0.284 0.281 0.279 0.266 0.254 0.244 0.235 0.227 0.220 0.213 0.207 0.202 0.195 0.176 0.159 0.148 0.138 0.113 0.098 0.088 0.080 0.074 0.070 0.065 0.062
0.418 0.413 0.408 0.403 0.398 0.393 0.389 0.384 0.380 0.376 0.372 0.368 0.364 0.361 0.345 0.330 0.317 0.306 0.296 0.286 0.278 0.267 0.263 0.256 0.230 0.210 0.194 0.181 0.148 0.128 0.115 0.105 0.097 0.091 0.086 0.081
Source : from E.S Pearson and H.O. Hartley, eds., Biometrika Tables for Statiscians, vol. 1,3d ed., table 12, Cambridge university Press, New York, 1966. reproduced by permission of the editors and trustees of Biometrika.
89
Lampiran 5. Daftar Perhitungan Uji Reliabilitas
Nomor Butir Soal No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Marsanto, S.Pd 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 Rohmaji 3 4 2 2 2 3 2 2 1 2 3 Purwanto, S.Pd 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 Wardiyono 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 5 Sujianto, S.Pd 4 4 4 4 3 4 3 2 3 4 6 Suratmin, S.Pd 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 7 Tawar, S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 8 Kristianadi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 9 Wardoyo, S.Pd 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 10 Bejo Sukardi 4 3 2 2 2 4 2 2 2 3 ∑ X 37 35 32 31 30 37 28 28 27 32
Nomor Butir Soal
11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 24 25 26 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 4 2 2 2 4 2 3 4 4 35 31 28 30 30 35 29 30 26 29 20 33 30 32
90
Nomor Butir Soal
27 28 29 30 31 32 36 37 38 40 41 42 43 44 2 4 2 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 4 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 30 38 31 34 32 29 29 34 28 30 32 31 32 28
Nomar soal
47 50 Total X Y X2 Y2 XY
1 3 109 51 58 2601 3364 2958 ATAS 12897
1 2 94 42 52 1764 2704 2184 1 14661
2 3 130 63 67 3969 4489 4221 2 11909
3 4 145 70 75 4900 5625 5250 3 174597849
2 4 142 69 73 4761 5329 5037 BAWAH 13213,5479
3 4 137 67 70 4489 4900 4690 0,97604368
3 4 154 75 79 5625 6241 5925
1 2 78 37 41 1369 1681 1517
3 3 125 62 63 3844 3969 3906
2 3 112 51 61 2601 3721 3111
21 32 1226 587 639 35923 42023 38799
344569 408321
91
Perhitungan Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui suatu instrumen dikatakan reliabel, terlebih dahulu kita hitung
dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
Dari tabel uji reliabilitas angket diperoleh harga-harga sebagai berikut :
N = 10 ∑ Y = 693
∑ X = 587 ∑ XY = 38799
∑ X2 = 35923 ∑ Y2 = 42023
Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus product moment
sebagai berikut :
10.38799 – (578).(693) .
√ {(10.35923)-(587)2}.{(10.42023)-(639)2}
387990-375093 .
√{ 359230-344569}.{420230-408321}
12897 .
√14661 . 11909
12897 .
√174597849
92
12897 .
13213,5479
0,976
Dari hasil tersebut kemudian dihitung nilai reliabilitas dengan rumus Spearman
Brown (Ganjil-Genap) sebagai berikut :
2 x 0,976
1 + 0,976
0,987
Maka dapat dikatakan bahwa instrumen mempunyai nilai reliabel Very Good dan
dapat digunakan untuk penelitian.
93
Surakarta, 22 September 2010
Kepada :
Yth. Bapak/Ibu Guru Bidang Studi Penjasorkes
Di tempat
Surat Permohonan
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
Dengan hormat
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : TOTOK SUGIYANTO
Nim : K4606056
Program/semester : Penjaskesrek/ IX
Jurusan/Fakultas : POK/KIP
Kampus : Universitas Sebelas Maret
Alamat Rumah : Soko Brangkal Karanganom Klaten
Dengan ini saya bermaksud mengadakan penitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “STUDI TENTANG PENGEMBANGAN PENJASORKES PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA SE-KOTA SUTAKARTA TAHUN 2010”. Untuk itu saya mohon dengan sangat hormat Bapak/Ibu mengisi angket penelitian. Angket penelitian terlampir. Adapun jawaban Bapak/Ibu dijamin Kerahasiaannya.
Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh
Hormat saya,
TOTOK SUGIYANTO K4606056
94
Lampiran 6. Daftar Pertanyaan Angket Penelitian
Angket Penelitian Tentang Pengembangan Pembelajaran Penjasorkes Pada
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tahun 2010
A. Petunjuk
1) Baca dengan teliti setiap item sebelum saudara menjawab
2) Identitas serta rahasia Bapak/ Ibu/ saudara dijamin penulis
3) Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban (a, b, c, d) yang saudara
anggap tepat
4) Penilaian setiap jawaban memiliki nilai masing-masing berikut :
• Jawaban a nilainya 4
• Jawaban b nilainya 3
• Jawaban c nilainya 2 dan
• Jawaban d nilainya 1
B. Identitas Responden
5. Nama :.......................................................................
6. Nama sekolahan :.......................................................................
7. Pendidikan terakhir :.......................................................................
8. Prog / Jurusan :.......................................................................
C. Soal Angket Penelitian
1. Apakah Bapak/Ibu sebagai guru penjasorkes paham, dengan tugas bapak
sebagai guru penjasorkes bagi siswa berkebutuhan khusus?
a. Paham c. Kurang paham
b. Cukup paham d. Tidak paham
95
2.Apakah bapak/ibu guru sudah sesuai menjalankan tugas sebagai guru
penjasorkes bagi siswa berkebutuhan khusus?
a.Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
3. Apakah Bapak/Ibu Paham tentang penyusunan silabus penjasorkes?
a. Paham c. Kurang paham
b. Cukup paham d. Tidak paham
4. Apakah Bapak/Ibu sering membuat silabus sebelum proses pembelajaran?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
5. Apakah Penyusunan Silabus sudah sesuai dengan keadaan dan kemampuan dari
sekolah?
a. sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
6. Apakah Bapak/Ibu juga paham pembuatan Rencana Program Pembelajaran?
a. Paham c. Kurang paham
b. Cukup paham d. Tidak paham
7. Apakah Bapak/Ibu sering membuat Rencana Program Pembelajaran?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
96
8.Bagaimana Pelaksanaan RPP yang telah dibuat dalam pembelajaran
penjasorkes?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup Baik d. Tidak baik
9. Apakah Bapak/Ibu sering membuat Program Semester?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
10. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami pembuatan program semester?
a.Paham c. Kurang paham
b. cukup paham d. Tidak paham
11. Apakah Program Semester yang telah dibuat sesuai dengan kemampuan
sekolah?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
12. Apakah Bapak/Ibu sering bekerja sama dengan sekolahan lain dalam
merencanakan Program Semester?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
13. Apakah Bapak/Ibu sering membuat Program Tahunan?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
97
14. Bagaimana Bapak/Ibu Menyusun Program Tahunan Penjarorkes/
a. baik c. Kurang baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
15. Bagaimana pelaksanaan praktek penjasorkes yang sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
16. Apakah Bapak/Ibu sudah siap dalam penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Penjasorkes?
a. Siap c. Kurang siap
b. Cukup siap d. Tidak siap
17. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami Standar Isi Penjasorkes yang sesuai
KTSP?
a. Paham c. Kurang Paham
b. Cukup paham d. Tidak paham
18. Bagaimana tanggapan siswa dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan?
a. Baik c. Kurang Baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
Apa kendala yang dihadai siswa dalam pelaksanaan KTSP?
Jawab :…………………………………………………………………………
.........................................................................................................……
98
19. Apakah Bapak/Ibu sering mengikuti pelatihan menyusun KTSP?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Apakah Bapak/Ibu sering mengikuti pelatihan atau pembekalan pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan adaptif di luar sekolah?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
Berapa kali dan apa nama lembaga pembekalan khusus yang pernah Bapak/Ibu
ikuti?
Jawab :…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
21. Apakah Bapak/Ibu sering mengadakan pertemuan dengan sesama guru
penjasorkes untuk mencari permasalahan tentang KTSP?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
22. Bagaimana persiapan Bapak/Ibu guru sebelum mengajar mata pelajaran
penjasorkes?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup baik d. Tidak baik
23.Apakah prasarana dan sarana penjasorkes di sekolah sudah dapat mendukung
pelaksanaan penjasorkes?
a. Mendukung c. Kurang mendukung
b. Cukup mendukung d. Tidak mendukung
99
24. Apakah Prasarana dan sarana penjasorkes di sekolah sudah sesuai dengan
keadaan siswa?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
25. Apakah pelaksanaan pembelajaran penjasorkes dilihat dari keadaan alat dan
prasarana sudah sesuai?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
26. Apakah prasarana dan sarana yang ada, berpengaruh terhadap pelaksanaan
pembelajaran penjasorkes?
a. Ya, sangat berpengaruh c. Kurang berpengaruh
b. Cukup berpengaruh d. Yidak berpengaruh
27. Apakah dalam mengajar Bapak/Ibu sering menggunakan sarana/alat, Pada saat
pembelajaran?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
28. Apakah penyusunan perangkat pengajaran ( Silabus, Program Semester,
Program Tahunan, RPP ) dilakukan menyesuaikan sarana yang ada?
a. Sesuai c. Kurang sesuai
b. Cukup sesuai d. Tidak sesuai
100
29. Apakah Bapak/Ibu sering mengalami kesulitan dalam menyusun silabus, RPP,
Program Semester, Program Tahunan yang sesuai dengan sarana yang
dimiliki?
a. Tidak Pernah c. . Sering
b. Kadang-kadang d. Sangat sering
Solusi apa yang dilakukan Bapak/Ibu bila mengalami kesulitan tersebut?
Jawab :………………………………………………………………….
.................................................................................................................
30. Apakah dalam menentukan materi Bapak/Ibu sering menggunakan buku
panduan penjasorkes?
a. Sangat sering c. Kadana-kadang
b.Sering d. Tidak pernah
31. Apakah Bapak/Ibu guru sering mengalami kesulitan dalam berinteraksi
dengan siswa dalam pembelajaran penjasorkes?
a. Tidak Pernah c. . Sering
b. Kadang-kadang d. Sangat sering
Kesulitan apa yang Bapak/Ibu alami dalam berinteraksi dengan siswa/
Jawab : …………………………………………………………………….
……………………………………………………………………..
32. Apakah Bapak/Ibu sering menghadapi kendala dalam penyampaian materi
pelajaran penjasorkes kepada siswa?
a. Tidak Pernah c. . Sering
b. Kadang-kadang d. Sangat sering
101
Apa saja kesulitan atau kendala yang pernah dihadapi oleh Bapak/Ibu guru/?
Jawab :……………………………………………………………………...
……………………………………………………………………....
33. Apakah Bapak/Ibu sering mengalami kesulitan dalam penggunaan metode
mengajar penjasorkes yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan?
a. Tidak Pernah c. . Sering
b. Kadang-kadang d. Sangat sering
34. Apakah metode mengajar Bp/Ibu sering memberikan perbedaan perlakuan
berdasarkan karakteristi siswa?
a. Ya,sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
35. Bagaimana usaha dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga pada umumnya siswa dapat merasa senang?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup Baik d. Tidak baik
36. Apakah Bapak/Ibu sering mengembangkan pembelajaran penjasorkes dengan
memodifikasi pembelajaran, baik dari segi sarana prasarana maupun materi-
materi yang akan diajarkan?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
102
37. Apakah peserta didik tertarik dengan pembelajaran penjasorkes yang sudah
dimodifikasi sesuai dengan karekteristik siswa?
a. Sangat tertarik c. Kurang tertarik
b. Tertarik d. Tidak tertarik
38. Apakah Bapak/Ibu yakin dengan memodifikasi pembelajaran dapat
meningkatkan pembelajaran penjasorkes/
a. Ya, sangat yakin c. Kurang yakin
b. Yakin d. Tidak yakin
39. Apakah di sekolahan Bapak/Ibu sering diadakan pelatihan tentang inovasi
pembelajaran?
a. Sangat seing c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
40. Adakah tindakan atau sangsi yang diberikan kepada siswa yang tidak disiplin?
Kalau ada apakah dilaksanakan dengan.....
a. Tegas c. Kurang tegas
b. Cukup tegas d. Tidak tegas
103
Tabel 7. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian
Hari / Tgl/Waktu Nama Sekolahan Alamat Sekolahan Kecamatan
Selasa, 21-09-2010 SMPLB C YSSD Jl. Mr. Sartono No. 32 Bibis Baru Jebres
Jam 08.00 WIB SMPLB E Bina Putra Jl. Bibis Baru No. 3 Cengklik Jebres
SMPLB E Prayuna Nayu Utara RT 01 Banjarsari
Rabau, 22-09-2010 SMPLB C G. YPPCG Badran RT2/ XI Mojosongo Mojosongo
Jam 08.00 WIB SMPLB C Panca Bakti Mulia Jl. Sumbing VI No. 65 Mojosongo Mojosongo
SMPLB A YKAB Jl. HOS. Ckroaminoto No. 04 Jebres
Kamis, 23-09-2010 SMPLB Negeri Jl. Cocak X sidorejo Banjarsari
Jam 08.00 WIB SMPLB C YPSLB Jl. A. Yani No. 374 A Kreten Laweyan
Jumat, 24-09-2010 SMPLB YRTRW Gumunggung RT 01/II Banjarsari
Jam 08.00 WIB SMPLB B YAAT Jl. Wisanggeni Serengan
104
Lampiran 8. Data Hasil Penelitian
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 Adam zuraidi S.Pd 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3
2 Cipto sri Harjono S.Pd 3 3 4 3 2 4 3 2 3 4 2 1 3 3 2
3 Setyawan Uma S.Pd 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3
4 Wijianto 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3
5 Ariyanto Yuli K 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4
6 Tri Sayekti S.Pd 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3
7 Sutandi S.Pd 4 2 2 2 4 3 2 3 2 3 4 2 2 3 3
8 Johar Rochayati S.Pd 4 3 3 2 2 2 3 3 4 4 3 2 4 3 3
9 Wardoyo 4 2 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4
10 Danang Sulestyawan 3 3 2 2 3 4 3 3 2 3 3 2 2 3 3
(nilai 4) 5 3 3 2 5 5 4 3 3 5 4 0 1 3 2
(nilai 3) 5 4 4 3 2 4 3 5 4 5 5 2 6 7 7
(nilai 2) 0 3 3 5 3 1 3 2 3 0 1 6 3 0 1
(nilai 1) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4
2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3
3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3
4 3 3 2 2 2 3 2 2 2 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3
4 3 4 2 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4
3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 1 2 1 3 2 2 2 4 2 3 2 2 4 3 4 2 3
3 2 2 3 1 2 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3
4 4 4 1 2 2 4 2 2 2 4 4 4 2 3 4 4 3 2 4
4 3 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4
5 2 3 0 1 0 3 2 2 2 8 4 2 1 2 2 1 1 3 4
4 6 5 3 1 0 6 2 4 4 2 4 7 5 5 8 9 9 4 6
1 2 2 4 6 7 1 6 4 4 0 2 1 4 3 0 0 0 3 0
0 0 0 3 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
105
36 37 38 39 40
3 4 3 3 4
3 4 4 1 2
2 3 2 2 2
3 3 3 2 3
4 4 4 1 4
2 3 2 1 3
3 3 3 1 3
3 4 4 3 3
4 4 3 2 3
3 3 3 3 3
2 5 3 0 2 108 0,27 27%
6 5 5 3 6 185 0,4625 46%
2 0 2 3 2 93 0,2325 24%
0 0 0 4 0 14 0,035 3%
400
Komponen 1. Pedagogis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
a 5 3 3 2 5 5 4 3 3 5 4 0 1 3 46 0,329 33%
b 5 4 4 3 2 4 3 5 4 5 5 2 6 7 59 0,421 42%
c 0 3 3 5 3 1 3 2 3 0 1 6 3 0 33 0,236 24%
d 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0,014 1%
140
a. Tugas mengajar
1 2
a 5 3 8 0,4 40%
b 5 4 9 0,45 45%
c 0 3 3 0,15 15%
d 0 0 0 0 0%
20
106
b. Penyusunan silabus
3 4 5
a 3 2 5 10 0,333 33%
b 4 3 2 9 0,3 30%
c 3 5 3 11 0,367 37%
d 0 0 0 0 0 0%
30
c.Penyusunan RPP 6 7 8 a 5 4 3 12 0,4 40% b 4 3 5 12 0,4 40% c 1 3 2 6 0,2 20% d 0 0 0 0 0 0% 30
d. Penyusuan progran Smester 9 10 11 12 a 3 5 4 0 12 0,3 30% b 4 5 5 2 16 0,4 40% c 3 0 1 6 10 0,25 25% d 0 0 0 2 2 0,05 5% 40
e.penyusunan program tahunan 13 14 a 1 3 4 0,2 20% b 6 7 13 0,65 65% c 3 0 3 0,15 15% d 0 0 0 0 0% 20
107
Komponaen 2 Kurikulum
15 16 17 18 19 20 21 22 30 31 32 33 34 35 a 2 5 2 3 0 1 0 3 2 2 1 1 3 4 29 0,21 21% b 7 4 6 5 3 1 0 6 5 8 9 9 4 6 73 0,52 52% c 1 1 2 2 4 6 7 1 3 0 0 0 3 0 30 0,21 21% d 0 0 0 0 3 2 3 0 0 0 0 0 0 0 8 0,06 6% 140
a.Penerapan KTSP 15 16 17 a 2 5 2 9 0,3 30% b 7 4 6 17 0,5667 57% c 1 1 2 4 0,1333 13% d 0 0 0 0 0 0%
30
b.Pelatihan dan kemantapan KTSP 18 19 20 21 a 3 0 1 0 4 0,1 10% b 5 3 1 0 9 0,225 23% c 2 4 6 7 19 0,475 47% d 0 3 2 3 8 0,2 20%
40
c. Kesiapan Mengajar 22 a 3 3 0,3 30% b 6 6 0,6 60% c 1 1 0,1 10% d 0 0 0 0% 10
108
d. Berkaitan Buku pegangan 30 a 2 2 0,2 20% b 5 5 0,5 50% c 3 3 0,3 30% d 0 0 0 0%
10
e. Kendala Dalam Pembelajaran 31 32 33 a 2 1 1 4 0,1333 13% b 8 9 9 26 0,8667 87% c 0 0 0 0 0 0% d 0 0 0 0 0 0%
30
f. Berkaitan dengan Metode mengajar 34 35 a 3 4 7 0,35 35% b 4 6 10 0,5 50% c 3 0 3 0,15 15% d 0 0 0 0 0% 20
Komponen 3 Sarana dan Prasarana
23 24 25 26 27 28 29
a 2 2 2 8 4 2 1 21 0,3 30% b 2 4 4 2 4 7 5 28 0,4 40% c 6 4 4 0 2 1 4 21 0,3 30% d 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0% 70
109
a. Penggunaan sarana dan prasaran
23 24 25 26 27
a 2 2 2 8 4 18 0,36 36%
b 2 4 4 2 4 16 0,32 32%
c 6 4 4 0 2 16 0,32 32%
d 0 0 0 0 0 0 0 0%
50
b. Berkaitan dengan sarana prasarana dalam RPP 28 29 a 2 1 3 0,15 15% b 7 5 12 0,6 60% c 1 4 5 0,25 25% d 0 0 0 0 0% 20
komponen 4 Pengembangan Pembelajaran
36 37 38 39
a 2 5 3 0 10 0,25 25% b 6 5 5 3 19 0,475 48% c 2 0 2 3 7 0,175 17% d 0 0 0 4 4 0,1 10%
40
komponen 5 kedisiplinan siswa 40
a 2 2 0,2 20% b 6 6 0,6 60% c 2 2 0,2 20% d 0 0 0 0%
10
110
Lampiran 9. Dokumentasi
Pengisian Angket oleh Responden
Pengisian Angket oleh Responden
111
Pengisian Angket oleh Responden
Pembelajaran Lompat Jauh
112
Kegiatan Olahraga Badminton
Sarana Olahraga Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa