studi pembuatan brownies kukus dengan...

70
STUDI PEMBUATAN BROWNIES KUKUS DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG DAUN SINGKONG (Mannihot utilissima) The Making Of Brownies Subtituted With Cassava (Mannihot utilissima) Leaf Flour OLEH : RAHMATIAH G311 13006 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • STUDI PEMBUATAN BROWNIES KUKUS DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG

    DAUN SINGKONG (Mannihot utilissima)

    The Making Of Brownies Subtituted With Cassava (Mannihot utilissima) Leaf Flour

    OLEH :

    RAHMATIAH

    G311 13006

    PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2018

  • ii

    STUDI PEMBUATAN BROWNIES KUKUS DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG

    DAUN SINGKONG (Mannihot utilissima)

    OLEH

    RAHMATIAH

    G311 13 006

    SKRIPSI

    Sebagai \Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada

    Departemen Teknologi Pertanian

    PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2018

  • iv

    RAHMATIAH (G31113006). Studi Pembuatan Brownies Kukus Dengan Substitusi

    Tepung Daun Singkong (Mannihot utilissima)

    Dibawah bimbingan: Zainal dan Amran Laga

    RINGKASAN

    Brownies adalah salah satu jenis cake yang berwarna coklat kehitaman dengan tekstur

    sedikit lebih keras karena brownies tidak membutuhkan pengembang. Daun singkong

    merupakan daun hijau yang murah dan dapat dijumpai dimana saja. Penelitian ini

    menggunakan daun singkong jenis semaian (semen) yang bertangkai merah muda

    keputihan dengan warna daun hijau muda dibuat menjadi tepung untuk dijadikan produk

    olahan makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sifat fisik dan kandungan

    kimiawi brownies kukus dengan penambahan tepung daun singkong berdasarkan uji

    mineral (Ca, P, Fe), kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat dan

    kadar serat kasar, menganalisis tingkat penilaian panelis terhadap brownies kukus

    berdasarkan hasil uji organoleptik dan menentukan formulasi produk kue brownies yang

    baik dari perbandingan tepung terigu dan tepung daun singkong yang digunakan.

    Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

    tiga kali ulangan yaitu A0 (100% Tepung terigu : 0 (kontrol)), A1 (85% Tepung terigu :

    15% Tepung daun singkong), A2 (70% Tepung terigu : 30% Tepung daun singkong) dan

    A3 (55% Tepung terigu : 45% Tepung daun singkong). Parameter yang diamati adalah uji

    proksimat yang meliputi (kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar

    karbohidrat), uji mineral (Ca, P, Fe), kadar serat kasar, uji organoleptik. Hasil penelitian

    terbaik adalah perlakuan A3 yang memiliki kadar air 20,83%, kadar abu 2,88%, kadar

    protein 9,48%, kadar lemak 23,68%, kadar karbohidrat 42,13% dan kadar serat 1,12%,

    kandungan mineral kalsium 12,56 mg/g, fosfor 2,06 mg/g, zat besi 61,06 ppm. Hasil

    penilaian panelis terhadap tingkat kesukaan terhadap brownies kukus adalah pada

    perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu 100%) dengan nilai rata-rata tekstur 4,08

    (suka), warna 4,1 (suka), rasa 4,04 (suka), dan aroma 4 (suka).

    Kata kunci: Brownies, Daun singkong, Tepung Daun Singkong.

  • v

    RAHMATIAH (G31113006). The Making Of Brownies Subtituted With Cassava

    (Mannihot utilissima) Leaf Flour Supervised by : Zainal dan Amran Laga

    ABSTRACT

    Brownies is one of type cake which is colored blackish brown with a texture little harder

    because brownies does not require the developer. Cassava leaves are abundant green

    leaves and affordable. This research uses cassava leaves of sleedlings type with white, pink

    stalk with light green leaf colour made into flour to be processed food products. The

    purpose of this research was to analyze the physical properties and chemical content of

    steamed brownies by the addition of cassava leaf flour based on a mineral test (Ca, P, Fe),

    water content, ash content, protein content, fat content, carbohydrate and crude fibre

    content. A panellist assessment of steamed brownies based on organoleptic test results and

    determining the formulation of good brownies cake products from the ratio of wheat flour

    and cassava flour used. This research was designed using Completely Randomized Design

    (RAL) with three replications such as A0 (100% wheat flour: 0 (control)), A1 (85% wheat

    flour: 15% cassava flour), A2 (70% wheat flour: 30% cassava flour) and A3 (55% wheat

    flour: 45% cassava flour). The parameters observed were proximate tests which included

    (water content, ash content, protein content, fat content, carbohydrate content), mineral

    tests (Ca, P, Fe), crude fibrecontent, organoleptic test. The best treatment was A3 which

    has water content 20,83%, ash content 2,88%, protein content 9,48%, fat content 23,68%,

    carbohydrate 42,13% and fiber content 1,12%, content mineral calcium 12.56 mg/g,

    phosphorus 2.06 mg/g, iron 61.06 ppm. The result of the panellist's assessment of the level

    of preference to steamed brownies was A0 with the average value of organoleptic score is

    texture 4.08 (like), colour 4,1 (like), taste 4.04 (like), and flavour 4 (like).

    Keywords: Brownies, Cassava (Mannihot utilissima), Cassava Leaves Flour.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…..

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat,

    karunia dan kemudahan yang selalu diberikan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Teknologi Pertanian (STP) judul “Studi Pembuatan Brownies Kukus Dengan Substitusi

    Tepung Daun Singkong (Mannihot utilissima). Tak lupa pula shalawat dan salam atas

    junjungan Nabi besar Muhammad Shallallaahu „alayhi wasallam, para sahabat dan

    keluarga serta seluruh ummat muslim sebagai pengikut beliau.

    Penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Rer. Nat.

    Zainal, STP., M.foodTech dan Prof. Dr. Ir. Amran Laga, MS selaku pembimbing yang

    telah banyak memberikan bimbingan, kritikan, arahan, saran serta motivasi kepada penulis

    selama penyusunan skripsi ini.

    Melalui kesempatan yang berharga ini, penulis tak lupa pula mengucapkan terima

    kasih kepada :

    1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A Selaku Rektor Universitas Hasanuddin

    (UNHAS) Makassar.

    2. Bapak Prof. Dr. Ir. Baharuddin selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas

    Hasanuddin Makassar.

    3. Bapak Dr. Ir. H. Mahmud Achmad, MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian,

    Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

    4. Bapak Dr. Rer. Nat. Zainal, STP, M.FoodTech selaku Ketua Program Studi Ilmu dan

    Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

    5. Ketua Panitia Seminar, Bapak Muhammad Asfar, STP., M.Si atas bantuannya dalam

    penyelenggaraan seminar proposal dan seminar hasil.

    6. Ketua Panitia Ujian Sarjana bapak Dr. Andi Dirpan, STP., M.Si, PhD atas bantuannya

    dalam penyelesaian berkas-berkas ujian sarjana dan dukungannya yang luar biasa.

    7. Segenap dosen pengajar dan semua pihak, termasuk laboran ibu Yuli, ibu Nurhayati,

    Kak Nana, Kak Hasmi, yang terlibat dalam membantu penyelesaian skripsi ini mulai

    dari awal penelitian hingga skripsi ini selesai ditulis.

    8. Teman-teman RANTAI 2013 dan terkhusus kepada ITP 2013 yang selalu memberikan

    dukungan, semangat perjuangan serta pengalaman kebersamaan yang tak ternilai.

  • vii

    9. Khusus kepada temanku zulfikar, silvi, dilla, kak tiwi, kurni dan diah yang selalu

    memberi keceriaan, motivasi, dan membatu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

    Teristimewa penulis persembahkan kepada keluarga tercinta terutama orang tua

    penulis ibunda Rohani, Ayahanda Mansur, semua keluarga besar dan kak Akbar terima

    kasih atas semua doa, perhatian, kasih sayang, motivasi, bantuan dan dukungan baik materi

    maupun moril yang tak pernah henti-hentinya diberikan sehingga penulis bisa

    menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Semuanya itu

    tak akan pernah dapat tergantikan, semoga Allah membalas semuanya dengan berlipat

    ganda. Amin Ya Rabbal Alamin.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk

    itu penulis sangat menanti saran dan kritik yang membangun agar skripsi ini dapat menjadi

    lebih baik. Semoga skripsi ini dapat membantu bagi pengembangan ilmu pengetahuan

    khususnya dalam bidang pangan.

    Makassar, Mei 2018

    Penulis

  • viii

    RIWAYAT HIDUP PENULIS

    Rahmatiah lahir di Bulukumba pada tanggal 25 oktober 1995.

    Merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara hasil pernikahan

    pasangan Mansur dan Rohani. Pendidikan formal yang pernah

    dijalani yaitu

    1. Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah BR. Ganjeng (2001-2007)

    2. Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah BR. Ganjeng (2007-2010)

    3. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bulukumba (2010-2013)

    Tahun 2013 penulis diterima dengan Jalur SNMPTN di Perguruan Tinggi Negeri

    Universitas Hasanuddin Program Strata Satu (S1) dan tercatat sebagai mahasiswa Program

    Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,

    Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif

    diorganisasi HIMATEPA UH (Himpunan Teknologi Pertanian) Universitas Hasanuddin.

    `

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    RINGKASAN .................................................................................................................. iv

    ABSTRACT ..................................................................................................................... v

    KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vi

    RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................xii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiii

    I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

    I.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1

    I.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

    I.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................................... 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 4

    II.1 Brownies ................................................................................................................. 4

    II.2 Botani Daun singkong Kayu/Daun Singkong ........................................................... 4

    II.3 Tepung Daun singkong Kayu / Daun Singkong ....................................................... 6

    II.4 Tepung Terigu ......................................................................................................... 6

    II.5 Gula ........................................................................................................................ 8

    II.6 Telur ....................................................................................................................... 8

    II.7 Margarin ................................................................................................................. 9

    II.8 Coklat Batang ......................................................................................................... 9

    II.9 Coklat Bubuk ........................................................................................................ 10

    II.10 Baking Powder .................................................................................................... 10

    II.11 Uji Organoleptik.................................................................................................. 11

    II.12 Uji Organoleptik Metode Hedonik ....................................................................... 11

    III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 12

    III.1 Waktu dan Tempat .............................................................................................. 12

    III.2 Alat dan Bahan ................................................................................................... 12

    III.3 Prosedur Penelitian .............................................................................................. 12

    III.4 Desain Penelitian ................................................................................................. 15

    III.5 Parameter Pengamatan ......................................................................................... 15

  • x

    III.6 Pengolahan Data .................................................................................................. 18

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................. 19

    IV.1 Analisa Tepung Daun Singkong ........................................................................... 19

    IV.1.1 Kadar Air .......................................................................................................... 19

    IV.1.2 Kadar Mineral (Fe, P, Ca) ................................................................................. 19

    IV.1.3 Kadar Serat ....................................................................................................... 20

    IV.2 Analisa Produk Brownies Kukus.......................................................................... 20

    IV.2.1 Kadar Air .......................................................................................................... 20

    IV.2.2 Protein .............................................................................................................. 21

    IV.2.3 Kadar Abu ........................................................................................................ 22

    IV.2.4 Kadar Lemak .................................................................................................... 23

    IV.2.5 Karbohidrat ....................................................................................................... 24

    IV.2.6 Kadar Serat Kasar ............................................................................................. 26

    IV.2.7 Analisa Mineral (Kalsium (Ca) ......................................................................... 27

    IV.2.8 Analisa Mineral Fosfor (P) ................................................................................ 28

    IV.2.9 Analisa Mineral Zat Besi (Fe) ........................................................................... 29

    IV.3 Uji Organoleptik Produk Brownies Kukus ........................................................... 30

    IV.3.1 Tekstur ............................................................................................................. 30

    IV.3.2 Warna ............................................................................................................... 32

    IV.3.3 Rasa .................................................................................................................. 33

    IV.3.4 Aroma............................................................................................................... 34

    V. PENUTUP ................................................................................................................. 36

    V.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 36

    V.2 Saran ..................................................................................................................... 36

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 37

    LAMPIRAN ................................................................................................................... 40

  • xi

    DAFTAR TABEL

    No. Judul Hamalan

    1. Kandungan zat gizi daun singkong per 100 gram. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

    2. Kandungan gizi tepung per 100 gram tepung terigu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

    3. Kandungan Kimia (Komposisi) Rata-Rata Telur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    No. Judul Hamalan

    1. Diagram Alir Pembuatan Tepung Daun Singkong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

    2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

    3. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Kadar Air Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

    4. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Protein Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

    5. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Kadar Abu Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23

    6. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Kadar Lemak Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

    7. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Karbohidrat Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

    8 Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Protein Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26

    9. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Kadar Mineral Kalsium Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

    10. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Kadar Mineral Fosfor Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28

    11. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Kadar Mineral Besi Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

    12. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Tekstur Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

    13. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Warna Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32

    14. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Rasa Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33

    15 Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong

    Terhadap Aroma Brownies Kukus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    No. Judul Hamalan

    1. Rerata Hasil Uji PROKSIMAT Brownies Kukus dengan 3 Kali Ulangan.. . . . . . 40

    2. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Kadar Air Brownies Kukus. . . . . . . . . . . . . 40

    3. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Protein Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . 41

    4. Hasil Uji Duncan Terhadap Protein Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41

    5. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Kadar Abu Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . 41

    6. Hasil Uji Duncan Terhadap Kadar Abu Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42

    7. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Lemak Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . 42

    8 Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Karbohidrat Brownies Kukus . . . . . . . . . . . 42

    9. Hasil Uji Duncan Terhadap Karbohidrat Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43

    10. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Kadar Serat Brownies Kukus . . . . . . . . . . . 43

    11. Hasil Uji Duncan Terhadap Kadar Serat Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43

    12. Rerata Hasil Uji Mineral Brownies Kukus dengan 3 Kali Ulangan . . . . . . . . . . . 44

    13. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Kalsium Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . 44

    14. Hasil Uji Duncan Terhadap Kalsium Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44

    15. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Fosfor Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . 45

    16. Hasil Uji Duncan Terhadap Fosfor Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45

    17. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Besi Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . 45

    18. Hasil Uji Duncan Terhadap Besi Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45

    19. Rerata Hasil Uji Organoleptik Parameter Tekstur Brownies Kukus Dengan 3

    Kali Ulangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46

    20. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Tekstur Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . 47

    21. Hasil Uji Duncan Terhadap Tekstur Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47

    22. Rerata Hasil Uji Organoleptik Parameter Warna Brownies Kukus Dengan 3 Kali

    Ulangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    48

  • xiv

    No. Judul Hamalan

    23. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Warna Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . 49

    24. Rerata Hasil Uji Organoleptik Parameter Rasa Brownies Kukus Dengan 3 Kali

    Ulangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50

    25. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Rasa Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . 51

    26. Hasil Uji Duncan Terhadap Rasa Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51

    27. Rerata Hasil Uji Organoleptik Parameter Aroma Brownies Kukus Dengan 3

    Kali Ulangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52

    28. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Aroma Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . 53

    29. Hasil Uji Duncan Terhadap Aroma Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53

    30. Kuesioner Pengujian Metode Hedonik Terhadap Brownies Kukus. . . . . . . . . . . . 54

    30. Dokumentasi Kegiatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55

  • I. PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan sumber daya alam. Salah satu

    hasilnya adalah umbi-umbian seperti singkong. Singkong mempunyai potensi besar untuk

    dikembangkan sebagai produk olahan makanan, seperti yang kita ketahui singkong

    merupakan salah satu sumber kalori pangan yang paling murah di dunia. Tanaman ini

    dikonsumsi sebagai tanaman pokok oleh kira-kira 400 juta orang di daerah-daerah tropik

    yang lembab.

    Menurut Badan Pusat Statistik tanaman singkong di Indonesia pada tahun 2015,

    Indonesia menghasilkan lebih 24 juta ton singkong per tahun. Tahun 2016, diperkirakan

    produksi nasional sekitar 27 juta ton (BPS). Tingginya produksi tanaman singkong ini

    sebanding dengan pemanfaatannya yang bisa dijadikan sebagai bahan makanan. Hampir

    semua bagian dari pohon singkong bisa dimanfaatkan mulai dari umbinya hingga daunnya.

    Tanaman singkong biasanya hanya diambil dagingnya saja untuk digoreng atau direbus

    serta dijadikan tepung tapioka, bagian daunnya dijadikan sebagai sayuran dan bagian

    kulitnya bisa dijadikan sebagai makanan ternak.

    Tanaman singkong umumnya sangat cocok digunakan sebagai tanaman pagar. Daun

    singkong merupakan daun hijau yang paling murah dan umum di Indonesia. Daunnya juga

    dapat digunakan sebagai lalapan, akan tetapi pada daun singkong mengandung asam

    hidrosianat yang beracun, racun itu akan hilang sesudah direbus selama 5 menit.

    Pengolahan daun singkong saat ini sudah berkembang. Umumnya daun singkong hanya

    diolah sebagai sayuran saja kini daunnya dapat dijadikan tepung untuk dibuat kue, seperti

    kue brownies, dengan dibuatnya tepung daun singkong, maka makanan olahan dari bahan

    tepung semakin beragam. Jenis daun singkong yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    jenis daun singkong semaian (semen) yang bertangkai merah muda keputihan dengan

    warna daun hijau muda. Daun singkong muda dipetik sebanyak lima tangkai dari bagian

    pucuk batang.

    Brownies merupakan salah satu produk yang dibuat dari tepung-tepungan, selain itu,

    brownies juga merupakan makanan jajanan yang disukai anak-anak. Produk brownies saat

    ini menjadi trend dan favorit banyak orang. Brownies sudah sejak lama dikenal masyarakat

    sebagai jajanan yang cukup mengenyangkan dan juga sering menggantikan menu sarapan

    pagi dan bekal sekolah anak. Tidak seperti jajanan atau kue tradisional yang rata-rata

  • 2

    hanya mampu bertahan sehari dan kemudian basi, brownies dapat bertahan dua sampai tiga

    hari tanpa bahan pengawet.

    Produk kue brownies saat ini sudah banyak variasi rasanya seperti rasa keju, pandan,

    durian dan ubi jalar. Makanan yang beranekaragam dapat diciptakan dengan

    memvariasikan penggunaan berbagai bahan pokok dengan berbagai teknologi pengolahan

    pangan. Penganekaragaman pangan juga berguna untuk mengurangi ketergantungan pada

    satu jenis pangan tertentu misalnya tepung terigu. Oleh karena itu, dengan adanya

    teknologi modifikasi diharapkan brownies tidak lagi sekedar makanan ringan saja, tetapi

    melalui penambahan tepung daun singkong dalam pembuatan brownies dapat

    meningkatkan kandungan gizi brownies, terlebih terhadap kandungan mineral seperti zat

    besi, kalsium dan fosfor.

    Mengingat cukup tingginya nilai gizi dari daun singkong serta melimpahnya hasil

    produksi, hal ini merupakan suatu peluang bagi masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan

    daun singkong yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai sayuran dan banyak juga yang

    dibuang begitu saja menjadi limbah, sehingga perlu dilakukan pengolahan yang dapat

    meningkatkan nilai guna dari daun singkong sebagai bahan tambahan pangan dalam

    pembuatan makanan dan diharapkan dapat membantu meningkatkan mutu gizi dalam

    penyediaan makanan jajanan yang disukai. Selain sayuran ini mudah tumbuh dan dapat

    dibeli dengan harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat, sayuran ini juga mengandung

    protein dan karoten yang tinggi dan bermutu baik. Dengan dibuatnya tepung daun

    singkong, maka diversifikasi makanan olahan dari bahan tepung daun singkong semakin

    beragam. Pengenalan penggunaan tepung daun singkong kepada masyarakat akan lebih

    efektif bila diterapkan sebagai bahan baku atau bahan tambahan dalam pembuatan

    makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat, salah satunya adalah brownies. Dalam hal

    ini, penambahan tepung daun singkong merupakan salah satu bentuk pengolahan makanan

    tambahan atau jajanan yang dimana dapat memberi tambahan zat gizi yang dibutuhkan.

    Berdasarkan hal tersebut peneliti mencoba memanfaatkan tepung daun singkong dalam

    pembuatan brownies kukus.

    I.2 Rumusan Masalah

    Kebutuhan penggunaan tepung terigu dalam pengolahan makanan semakin

    meningkat. Oleh karena itu, upaya untuk menekan kebutuhan penggunaan tepung terigu

    yaitu meningkatkan potensi komoditas yang ada. Bahan pangan lokal yang dapat dijadikan

    alternatif adalah daun singkong. Salah satu upaya pemanfaatan daun singkong adalah

  • 3

    membuat tepung yang kemudian dijadikan produk makanan, seperti brownies. Namun,

    belum diketahui berapa banyak perbandingan tepung terigu dan tepung daun singkong

    untuk menghasilkan kue brownies yang baik dan dapat diterima panelis/konsumen.

    I.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dari peneliatian ini adalah sebagai berikut :

    1. Menentukan formulasi produk brownies kukus yang baik dari perbandingan tepung

    terigu dan tepung daun singkong yang digunakan.

    2. Menganalisis tingkat penilaian panelis terhadap brownies kukus dengan penambahan

    tepung daun singkong berdasarkan hasil uji organoleptik.

    3. Menganalisis pengaruh penggunaan tepung daun singkong terhadap brownies kukus.

    Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dan acuan bagi

    masyarakat, industri pangan, maupun penelitian tentang cara pemanfaatan daun singkong

    dalam produk pangan, serta memberi alternatif varian produk brownies dengan kandungan

    gizi yang tinggi.

  • 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Brownies

    Brownies merupakan suatu cake yang terbuat dari empat bahan dasar yaitu, tepung

    terigu, lemak, gula dan telur yang membedakan hanya dengan ditambahkan coklat batang

    yang dicairkan dan coklat bubuk. Brownies juga termasuk makanan yang sangat disukai

    dan digemari oleh kalangan anak-anak, dewasa sampai orang tua. Dengan proses

    pembuatannya yang relatif mudah.

    Menurut (Ismayani, 2007) brownies adalah jenis cake coklat yang padat awalnya

    merupakan adonan terbuat dari tepung terigu, telur, lemak, gula pasir dan coklat masak

    dengan cara dipanggang atau dioven. Brownies termasuk kedalam jenis family cake yang

    berwarna coklat dan tidak mengembang, namun mempunyai tekstur dalam yang moist

    (lembab), dan bagian atas brownies bertektur kering. memiliki rasa yang manis khas aroma

    khas coklat. Sedangkan menurut (Astawan, 2009) Brownies adalah salah satu jenis cake

    yang berwarna coklat kehitaman dengan tekstur sedikit lebih keras dari pada cake karena

    brownies tidak membutuhkan pengembang atau gluten.

    II.2. Botani Daun Ubi Kayu / Daun Singkong

    Singkong atau ubi kayu (Manihot esculenta Cranz atau Manihot utilissima Pohl)

    termasuk ke dalam family Euphorbiaceae, mempunyai daun berbentuk tangan, batang

    beruas-ruas dan bercabang, tumbuh tegak, serta ketinggiannya dapat mencapai tiga meter.

    Daunnya menjari dengan variasi panjang, elip dan melebar, dengan warna hijau kuning dan

    hijau ungu serta warna tangkai hijau, merah, kuning atau kombinasi dari ketiga warna

    tersebut (Mahmud, 1990).

    Daun singkong mempunyai susunan berurat menjari dengan canggap 5-9 helai. Daun

    singkong juga memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan,

    dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna

    kuning, hijau atau merah (Rukman, 1997).

    Daun-daun singkong yang dimakan sebagai sayuran atau sebagai ramuan, merupakan

    sumber protein yang baik. Daun-daun itu juga menyediakan vitamin dan mineral per 100

    gram (Amerika Serikat dan FAO,1972), yaitu: kalsium 144,0 mg , zat besi 2,8 mg , thiamin

    0,16 mg, riboflavin 0,32 mg, beta-carotin 0,08 mg, niasin 1,8 mg, dan asam askorbin 82,0

    mg (Scott R. Pearson ,dkk, 1986). Kandungan zat gizi yang terdapat pada daun singkong

    per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 01.

  • 5

    Tabel 01. Kandungan zat gizi daun singkong per 100 gram

    Zat Gizi Jumlah

    Energi (kal) 73,00

    Protein (g) 6,80

    Lemak (g) 1,20

    Karbohidrat (g) 13,00

    Kalsium (mg) 165,00

    Fosfor (mg) 54,00

    Zat besi (mg) 2,00

    Vitamin A (SI) 11000,00

    Vitamin B1 (mg) 0,12

    Vitamin C (mg) 275,00

    Air (g) 77,20

    Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1992)

    Kandungan protein tertinggi pada daun singkong dijumpai pada daun yang masih

    muda, umur enam bulan. Makin tua daun, makin berkurang kandungan proteinnya.

    Konsumsi daun singkong mempunyai kandungan protein 7%, rata-rata sebanyak 150 gram

    per orang per hari dapat mencukupi kebutuhan protein sebanyak 10 gram. Selain itu daun

    singkong juga mengandung karoten yang berguna bagi kesehatan mata, terutama beta-

    karoten. Untuk memenuhi kebutuhan 750 μg retinol tiap orang diperlukan 7-10 gram daun

    singkong setiap hari (Mahmud, 1990).

    Daun singkong biasanya mengandung racun asam sianida atau asam biru terutama

    daun yang masih muda (pucuk). Daun singkong mengandung racun sianida yang dalam

    jumlah besar cukup berbahaya. Oleh karena itu, perebusan atau pengukusan perlu

    dilakukan dalam panci terbuka agar HCN keluar bersama uap air. Bila akan disajikan

    sebagai sayuran sebaiknya air yang terkandung pada daun singkong dibuang dengan cara

    ditekan-tekan dengan sendok (Novary, 1997).

    Racun ini apabila dikonsumsi pada jumlah besar akan mengakibatkan kepala

    pening-pening, mual, perut terasa perih, badan gemetar, bahkan pingsan. Namun

    keberadaan zat kimia ini pada jumlah yang membahayakan hanya terdapat pada ketela-

    ketela yang memang termasuk ketela beracun saja. Ada beberapa cara yang dapat

    dilakukan untuk mengurangi kandungan HCN yang terdapat dalam daun singkong, yaitu

    dengan cara perendaman, pencucian, perebusan, pengukusan atau pengolahan lain. Dengan

    adanya pengolahan dimungkinkan dapat mengurangi kadar HCN sehingga bila daun

    singkong dikonsumsi tidak akan membahayakan bagi tubuh (Rukman, 1997).

    Menurut Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM, meskipun sejumlah kecil

    sianida masih dapat ditoleransi oleh tubuh, jumlah sianida yang masuk ke tubuh tidak

  • 6

    boleh melebihi 1 mg per kilogram berat badan per hari. Gejala keracunan sianida antara

    lain meliputi penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala, bahkan pada kasus

    berat dapat menimbulkan kematian.

    II.3 Tepung Daun Ubi Kayu / Daun Singkong

    Tepung daun singkong yang dikeringkan di dalam oven pada suhu 45oC mengandung

    protein 27,51 gram, lemak 12,98 gram, serat kasar 15,12 gram, pati 12,75 gram, abu 7,60

    gram dan karoten 101,15 ppm (berdasarkan bobot kering). Sedangkan tepung daun

    singkong kayu yang dikeringkan dengan sinar matahari mengandung protein 27,56 gram,

    lemak 10,25 gram, serat kasar 15,55 gram, pati 12,91 gram, abu 8,28 gram dan karoten

    71,64 ppm (berdasarkan bobot kering) (Soetanto, 1981).

    Menurut hasil penelitian Almasyhuri, dkk (1996), daun singkong segar sebanyak 100

    gram dapat menghasilkan daun kering sekitar 27,4 - 28,3 gram atau sekitar seperempat dari

    bahan segar. Daun singkong yang telah dijadikan tepung masih mengandung β-karoten

    cukup tinggi. Tepung daun singkong tua kering mengandung β-karoten sebesar 13.834 μg

    per 100 gr dengan kadar air sebesar 6,1%, sedangkan tepung daun singkong muda kering

    mengandung β-karoten sebesar 13.442 μg per 100 gr dengan kadar air sebesar 5,8%. Bila

    masing-masing dihitung dalam 100 gram bahan, maka tepung daun singkong mengandung

    β-karoten sekitar 3 kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan β-karoten dalam daun

    singkong segar. Bertambah tingginya kandungan β-karoten dalam tepung daun singkong

    disebabkan terjadinya penguapan air.

    Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan b. Daun singkong mempunyai

    kandungan klorofil yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis daun lainnya, pad daun

    singkong memiliki klorofil a 2853.2 µg/g dan klorofil b 1114.3 µg/g. Salah satu sifat kimia

    klorofil yang penting adalah kelabilan yang ekstrim, seperti sensitif terhadap cahaya, pana,

    oksigen dan degradasi kimia (Gross, 1991).

    Pembuatan tepung daun singkong dilakukan dengan memberikan perlakuan

    pendahuluan yaitu perendaman dalam air selama 6 (enam) jam, dengan maksud untuk

    menghilangkan atau mengurangi senyawa sianida. Kemudian diblansir uap selama 3 (tiga)

    menit, pengeringan pada suhu 45oC, penggilingan dan pengayakan (Soetanto, 1981).

    II.4 Tepung Terigu

    Tepung terigu merupakan hasil olahan biji gandum yang biasanya digunakan untuk

    bahan baku produk pangan, seperti mi (mi instan, mi kering, mi basah), biskuit, roti, serta

  • 7

    cake. Tepung terigu mempunyai karakteristik yang berbeda dengan tepung lainnya yaitu

    memilki gluten didalamnya. Gluten merupakan campuran antara dua jenis protein gandum

    yaitu glutenin dan gliadin. Glutenin memberikan sifat yang tegar dan gliadin memberikan

    sifat yang lengket, sehingga mampu memerangkap gas yang terbentuk selama proses

    pengembangan adonan. Gluten merupakan protein yang tidak larut dalam air

    (Winarno,2002). Penurunan kadar air pada adonan disebabkan oleh berkurangnya

    penggunaan tepung terigu (Hartati dan Prana, 2003).

    Berdasarkan kandungan glutennya tepung terigu dibedakan menjadi 3 kategori,

    kategoti tersebut adalah:

    1. Tepung terigu dengan kandungan protein tinggi (hard flour)

    Hard flour memiliki kandungan protein antara 12%-14%. Tepung jenis ini merupakan

    tepung yang sangat baik untuk membuat berbagai jenis roti.

    2. Tepung terigu dengan kandungan protein sedang (medium flour)

    Medium flour memilki kandungan protein antara 10%-11.5%. tepung jenis ini

    merupakan tepung yang digunakan untuk berbagai jenis aplikasi produk, seperti untuk

    membuat aneka cake, mie basah, bolu dan aneka pastry

    3. Tepung terigu dengan kandungan protein rendah (soft flour)

    Soft flour meilki kandungan protein antara 8%-9,5%.Produk-produk yang cocok

    manggunakan bahan dasar tepung soft adalah cookies atau biskuit, wafer, goreng-

    gorengan, mie kering (Syarbini, 2013). Kandungan zat gizi yang terdapat pada tepung

    terigu per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 02.

    Tabel 02. Kandungan gizi tepung per 100 gram tepung terigu

    No. Kandunagn gizi Jumlah Jumlah

    1. Protein (g) 13

    2. Lemak (g) 0,9

    3. Karbohidrat (g) 70

    4. Energi (kkal) 340

    Sumber : Astawan, 2009.

    Dalam pembuatan brownies tepung yang digunakan adalah tepung terigu jenis

    medium karena brownies tidak memerlukan volume yang besar atau mengembang, jadi

    tepung terigu yang cocok untuk membuat brownies menggunakan tepung terigu medium.

    Fungsi dari tepung terigu dalam pembuatan brownies adalah sebagai pembentuk struktur

    dan tekstur brownies, pengikat bahan-bahan lain dan mendistribusikannya secara merata,

    serta berperan dalam membentuk cita rasa (Syarbini, 2013).

  • 8

    II.5 Gula

    Gula merupakan bahan yang digunakan untuk memberikan rasa manis pada sebuah

    produk. Pemberian gula pada pembuatan brownies berfungsi untuk memberikan rasa juga

    berpengaruh terhadap pembentukan struktur brownies, memperbaiki tekstur dan

    keempukan, memperpanjang kesegaran dengan cara mengikat air, serta merangsang

    pembentukan warna yang baik. Selain itu, gula yang ditambahkan juga dapat berfungsi

    sebagai pengawet karena gula dapat mengurangi kadar air bahan pangan, sehingga dapat

    menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Astawan, 2009). Dalam pembuatan brownies

    gula yang digunakan adalah gula pasir. Adapun Jenis- jenis gula berdasarkan bentuk fisik

    diantaranya :

    1. Gula pasir adalah gula yang dihasilkan dari tebu atau bid (sukrosa), mempunyai kristal

    yang besar, derajat kemanisan 100%.

    2. Gula kastor adalah gula pasir yang butirannya lebih halus, tingkat kemanisannya 100%.

    3. Gula bubuk (icing sugar) adalah gula pasir yang digiling halus seperti tepung.

    4. Fondant adalah gula yang dimasak (sirup berwarna coklat yang ditambah 10% glukosa

    untuk mencegah pengkristalan pada permukaannya).

    5. Brown sugar (farin): merupakan gula glukosa (tebu/bid) yang proses pembuatannya

    belum selesai atau belum sempurna. Gula yang kristalnya masih mengandung molases

    (sirup yang berwarna coklat yang muncul dalam pembuatan gula) tingkat kemanisannya

    65% dari gula kastor. Gula ini digunakan jika ingin memberikan rasa dan warna pada

    kue atau roti (Syarbini, 2013).

    Gula merupakan bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan kue kering atau

    basah. Jumlah gula yang ditambahkan biasanya berpengaruh terhadap tekstur dan

    kenmpakan kue tersebut. semakin tinggi jumlah gula yang ditambahkan dalam adonan

    maka semakin keras pula produk yang dihasilkan (Matz dan Matz, 1978).

    II.6 Telur

    Telur adalah bahan tambahan dalam proses pembuatan produk-produk bakery,

    terutama untuk proses pembutan cake dan adonan manis. Telur terdiri dari 3 bagian utama,

    yaitu: telur utuh, kuning telur, dan putih telur. Fungsi telur dalam pembuatan brownies

    adalah untuk menambah nilai gizi, yaitu protein sebanyak 13.3 (%) serta memperbaiki

    tekstur, cita rasa dan meningkatkan keempukan brownies (Pyler, 1979). Selain itu telur

    juga berfungsi sebagai emulsifer, sebagai pengembang adonan, pemberi warna, sebagai

    bahan pengikat dalam adonan, pengempukan dan melembabkan serta mengkilapkan

  • 9

    permukaan kue bila digunakan sebagai bahan pengoles (Nuraini, 2010). Kandungan kimia

    (komposisi) rata-rata telur ditampilkan pada Tabel 03.

    Tabel 03. Kandungan Kimia (Komposisi) Rata-Rata Telur

    Komposisi Telur Utuh (%) Kuning Telur (%) Putih Telur (%)

    Kadar Air 73 49 86

    Protein 13,3 17,7 11,6

    Lemak 11,5 31,6 0,2

    Kadar Abu 1,0 1,5 0,8

    Sumber : Pyler, 1979.

    II.7 Margarin

    Margarin merupakan emulsi air dalam minyak dengan fase kontinyu berupa lemak

    yang terdispersi dalam cairan. Margarine menganandung lemak kurang lebih 80% dan

    kadar air maksimal 16% dengan bahan-bahan lain seperti garam, perasa, emilsier, pewarna

    makanan, dan vitamin. Dalam pembuatan brownies lemak yang digunakan adalah

    margarin (Susanty, 2012).

    Fungsi margarin dalam pembuatan brownies adalah sebagai pelumas adonan,

    meningkatkan kelembutan dan keempukan, meningkatkan cita rasa dan meningkatkan nilai

    gizi atau nutrisi. Tetapi jika lemak yang digunakan terlalu banyak akan mengakibatkan

    brownies lembek dan memiliki daya simpan yang kurang lama.

    II.8 Coklat Batang

    Coklat merupakan makanan yang diolah dari biji kakao. Kata cokelat berasal dari

    xocoatl (bahasa nasional suku Aztec) yang kemudian kata tersebut berkembang menjadi

    kata chocolat yang berarti minuman pahit. Coklat memiliki beberapa jenis adalah sebagai

    berikut :

    1. Couverture Chocolate

    Jenis couverture adalah cokelat asli yang biasanya mengandung lemak cokelat, Secara

    garis besar kandungan di dalam cokelat couverture adalah cocoa mass dan cocoa butter

    dan gula (untuk tipe dark chocolate).

    2. Compound Chocolate

    Compound Chocolate komposisinya hampir sama dengan couverture chocolate tetapi

    cocoa butter yang ada digantikan oleh lemak nabati lainnya. Secara rasa compound

    chocolate cenderung manis. Compound chocolate lebih banyak digunakan untuk cokelat

    dekorasi dan aneka cake. Ada 3 jenis coholate compound yaitu :

  • 10

    a. Dark chocolate compound : yaitu cokelat batangan yang berwarna pekat, rasa

    cokelatnya lebih terasa dan tidak mengandung susu. Cokelat jenis ini baik digunakan

    untuk kue, cake, dan aneka makanan ringan lainnya.

    b. Milk chocolate compound : yaitu cokelat batangan yang berwarna cokelat yang

    merupakan campuran gula, kakao, cokelat cair, susu, dan vanila.

    c. White chocolate compound : yaitu cokelat batangan yang berwarna putih,

    mengandung cokelat batangan yang berwarna putih, mengandung cokelat dan caco

    butter.

    Dalam pembutan brownies coklat yang digunakan adalah dark chocolate

    compuound. Fungsi coklat dalam pembuatan brownies adalah sebagai pemberi rasa dan

    warna (Maulida, 2014).

    II.9 Coklat Bubuk

    Coklat bubuk adalah cokelat yang mempunyai aroma yang kuat, tidak tengik, tidak

    bulukan, dan tidak berjamur. Ada beberapa jenis coklat bubuk yaitu coklat bubuk yang

    berwarna pekat dan beraroma pahit yang sangat berguna karena mempunyait sifat

    mengeringkan adonan kue.

    Jenis lainnya yaitu coklat bubuk yang mempunyai kepekatan sedang, atau coklat

    bubuk yang sedang yang mudah ditemukan di swalayan atau pasar. Coklat bubuk atau

    cocoa powder terbuat dari bungkil/ampas biji coklat yang telah dipisahkan lemak

    coklatnya. Bungkil ini dikeringkan dan digiling halus sehingga terbentuk tepung

    coklat (Prasetyaningsih, 2010).

    II.10 Baking Powder

    Baking Powder merupakan Sodium Bikarbonat (soda kue) yang sudah dicampur

    dengan asam (cream of tartar) dan bahan pengering (pati). Baking Powder ada 2 jenis,

    yaitu single acting dan double acting. Single Acting diaktifasi pada saat terkena cairan

    (saat pencampuran) karena itu setelah pencampuran adonan harus segera dipanggang.

    Sedangkan Double Acting pada saat pencampuran adonan, gas yang terbentuk mulai

    muncul tetapi mayoritas gas terbentuk pada saat suhu adonan meningkat yaitu waktu

    dipanggang. Karenanya adonan tidak masalah jika harus menunggu sebelum

    dioven (Bahalwan, 2011).

  • 11

    II.11 Uji organoleptik

    Penilaian organoleptik disebut juga penilaian dengan indera atau penilain sensorik

    merupakan suatu cara penilaian yang paling sederhana. Penilaian organoleptik banyak

    digunakan untuk menilai mutu komoditi hasil pertanian dan makanan. Penilaian dengan

    cara ini banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. kadang-

    kadang penilaian ini dapat memberikan hasil penelitian yang sangat teliti, sifat subjektif

    pangan lebih umum disebut organoleptik atau sifat inderawi karena penilaian didasarkan

    pada rangsangan sensorik pada organ indera (Soekarto dan Hubeis, 2000).

    II.12 Uji Organoleptik Metode Hedonik (Soekarto 1985)

    Uji organoleptik yang digunakan adalah uji rating hedonik (kesukaan). Dalam uji

    rating hedonik, panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau

    ketidaksukaannya terhadap empat formula brownies kukus. Pengujian ini menggunakan

    skor skala kesukaan yaitu : 5 (sangat suka), 4 (suka), 3 (agak suka), 2 (tidak suka), 1

    (sangat tidak suka). Parameter yang diuji secara sensori adalah aroma, rasa, tekstur dan

    warna. Dalam uji ranking hedonik, panelis diminta untuk mengurutkan empat sampel yang

    disajikan menurut tingkat kesukaannya. Sampel yang sangat disukai diberi nilai 5 (lima)

    sedangkan sampel yang sangat tidak disukai diberi 1 (satu). Sampel dengan nilai rata-rata

    terendah adalah sampel yang paling tidak disukai. Panelis yang digunakan dalam uji rating

    hedonik merupakan panelis semi terlatih sejumlah 25 orang panelis dilakukan secara acak.

  • 12

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    III.1 Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Desember 2017, di Laboratorium

    Pengolahan Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi

    Pertanian, Fakultas Pertanian dan Laboratorium Terpadu, Fakultas Peternakan, Universitas

    Hasanuddin, Makassar.

    III.2 Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom, sendok, ayakan

    tepung, timbangan analitik, mixer, grinder, oven, cetakan, panci, pengaduk, pisau, cawan,

    gelas kimia, desikator, labu kjedahl, soxhlet.

    Bahan-bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah tepung daun

    singkong, tepung terigu, gula pasir, telur, susu bubuk, vanili, margarin, baking powder,

    dark coklat, coklat batang, minyak sayur. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk

    analisa adalah H2SO4, NaOH, H2BO3, HCl, H2O2, HNO3. serta bahan pendukung lainnya

    label, aluminium foil, dan aquadest.

    III.3 Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian ini terdiri dari dua tahap sebagai berikut :

    Tahap I. Pembuatan tepung daun singkong

    Pembuatan tepung daun singkong dilakukan dengan menyiapkan daun singkong

    yang masih muda sebagai bahan baku. Selanjutnya direndam dalam air selama 6 (enam)

    jam dengan maksud untuk menghilangkan atau mengurangi senyawa sianida, daun

    singkong dibilas untuk menghilangkan kotoran. Kemudian diblansir uap selama 3 (tiga)

    menit, setelah itu, dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC (Vacum drying), setelah daun

    singkong dikeringkan maka selanjutnya dilakukan penepungan dengan cara digiling

    menggunakan grinder. Selanjutnya diayak dengan ukuran ayakan 100 mesh. Proses

    pembuatan tepung daun singkong dapat dilihat pada Gambar 01.

    Tahap II. Pembuatan Brownies Kukus

    Pembuatan brownies dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan. Langkah awal

    dimulai dengan menimbang gula pasir sebanyak 20% dan telur sebanyak 22% dikocok

    menggunakan mixer hingga mengembang. Kemudian ditambahkan susu skim sebanyak

    3,2%, vanili 0,4 %, dan baking powder 0,4 %. Selanjutnya ditambahkan dengan bahan

  • 13

    pengisi yaitu tepung terigu dan tepung daun singkong berdasarkan perlakuan. Setelah itu,

    ditambahkan coklat bubuk sebanyak 5%, mixer hingga adonan tercampur merata.

    Masukkan coklat batang 14% yang telah disteam dengan minyak sayur sebanyak 10%,

    kocok hingga homogen. Selanjutnya masukkan adonan kedalam loyang yang telah diolesi

    margarin, kemudian dilakukan pengukusan adonan selama ± 30 menit dengan suhu 100oC.

    Proses pembuatan tepung daun singkong dapat dilihat pada Gambar 01.

    Pembilasan daun singkong dengan

    menggunakan air

    Perendaman selama 6 jam dengan

    menggunakan air

    Daun Singkong Muda

    Pemblansiran dengan metode uap

    selama 3 menit

    Pengeringan dengan vacum drying pada

    suhu 60oC

    hingga kering

    Penepungan daun singkong dengan

    menggunakan grinder

    Tepung daun singkong

    Pengayakan 100 mesh

    Analisa:

    - Analisa Kadar Serat

    - Analisa Mineral (Fe, P, Ca)

    - Kadar air

    Gambar 01. Diagram Alir Pembuatan Tepung Daun Singkong

  • 14

    Perlakuan:

    A0 = 100% Tepung terigu : 0 (Kontrol)

    A1 = 85% Tepung terigu : Tepung daun singkong 15%

    A2 = 70% Tepung terigu : Tepung daun singkong 30%

    A3 = 55% Tepung terigu : Tepung daun singkong 45%

    Pengocokan dengan mixer

    hingga mengembang

    - Gula 20%

    - Telur 22%

    - Susu skim 3,2%

    - Vanili 0,4%

    - Baking powder 0,4%

    Pencampuran

    - Coklat bubuk 5%

    - Dark Coklat 14% yang telah disteam

    - Minyak sayur 10%

    Pengocokan hingga

    homogen

    Adonan

    Pengukusan selama ± 30

    menit pada suhu 1000C

    Brownies

    Analisa:

    - PROKSIMAT

    - Analisa Mineral (Fe, P, Ca)

    - Analisa Kadar Serat

    - Uji Organoleptik

    Pencetakan ke dalam

    loyang

    Gambar 02. Diagram Alir Pembuatan Brownies Kukus

  • 15

    III.4 Desain Penelitian

    Penelitan ini dilakukan dengan perlakuan penambahan tepung terigu dan tepung

    daun singkong pada pembuatan brownies dengan perbandingan :

    A0 = 100% Tepung terigu : 0 (kontrol)

    A1 = 85% Tepung terigu : 15% Tepung daun singkong

    A2 = 70% Tepung terigu : 30% Tepung daun singkong

    A3 = 55% Tepung terigu : 45% Tepung daun singkong

    III.5 Parameter Pengamatan

    Parameter pengamatan pada penelitian ini yaitu uji organoleptik (rasa, warna, aroma,

    tekstur), uji kadar abu, kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, serta uji

    mineral (Ca, P, Fe)

    a. Uji organoleptik (Rampengan dkk., 1985)

    Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaaan atau kelayakan suatu

    produk agar dapat diterima oleh panelis. Metode pengujian yang dilakukan adalah metode

    uji hedonik yang meliputi rasa, warna, aroma dan tekstur. Metode uji hedonik ini, panelis

    diminta memberi penilaian berdasarkan tingkat kesukaan terhadap sampel dengan beberapa

    perlakuan. Skor yang digunakan adalah 5 (sangat suka), 4 (suka), 3 (agak suka), 2 (tidak

    suka), 1 (sangat tidak suka).

    b. Kadar Air (Sudarmadji dkk., 1997)

    Cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit. Sampel dihaluskan dan

    ditimbang sebanyak 2- 5 gr dalam cawan yang telah diketahui beratnya, kemudian

    dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 4 jam, kemudian di dinginkan dalam

    desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Selanjutnya dipanaskan kembali selama 30

    menit kemudian didinginkan kembali kedalam desikator dan ditimbang. Perlakuan ini

    diulangi sampai tercapai berat konstan, kemudian dihitung kadar air dengan rumus :

    % 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

    𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 100%

    c. Kadar Abu (AOAC, 1990)

    Cawan pengabuan dikeringkan dalam oven selama 20 menit kemudian didinginkan

    dalam desikator 3-5 menit lalu ditimbang. Sampel ditimbang kurang lebih 5 gram dalam

    cawan. Kemudian cawan pengabuan dimasukkan kedalam tanur dengan suhu yang

  • 16

    digunakan 400oC-600

    oC dan dibakar sampai didapat abu berwarna abu-abu atau sampai

    beratnya tetap. Selanjutnya bahan didinginkan lalu ditimbang. Kemudian dihitung

    menggunakan rumus :

    % 𝐴𝑏𝑢 =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 𝑔𝑟

    𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟) 𝑥 100%

    d. Kadar Lemak (Sudarmadji dkk., 1997)

    Ditimbang dengan teliti 1 g sampel, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi berskala

    10 ml, ditambahkan kloroform mendekati skala. Kemudian ditutup rapat, dikocok dan

    dibiarkan semalam, lalu dikocok hingga homogen kemudian disaring dengan kertas saring

    ke dalam tabung reaksi Dipipet 5 ml ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya (a

    gram) lalu diovenkan suhu 100oC selama tiga jam. Dimasukkan kedalam desikator ± 30

    menit kemudian ditimbang (b gram). Dihitung kadar lemak kasar dengan rumus sebagai

    berikut :

    % Lemak =p a − b

    berat sampelx 100%

    Keterangan : P = pengenceran (10/5 = 2)

    e. Kadar Protein (Sudarmadji dkk.,1997)

    Sampel ditimbang dengan teliti ± 0,5 gram sampel, Masukkan kedalam labu

    khjedhal, Tambahkan ± 1 gram campuran selenium dan 25 ml H2SO4 pekat, labu khjedhal

    bersama isinya di goyangkan sampai semua sampel terbasahi dengan H2SO4, Destruksi

    dalam lemari asam sampai jernih dan biarkan dingin kemudian tuang kedalam labu ukur

    100 ml dan bilas dengan air suling. Biarkan dingin kemudian impitkan hingga tanda garis

    dengan air suling lalu kocok hingga homogen. Siapkan panampungan yang terdiri dari 10

    ml H3BO3 2% + 4 tetes larutan indicator campuran dalam erlenmeyer. Pipit 5 ml larutan

    sampel kedalam labu destilasi. Tambahkan 10 ml NaOH 30% dan 100 ml air suling.

    Kamudian suling hingga volume penampung menjadi ± 50 ml. Bilas ujung penyuling

    dengan air suling kemudian penampung bersama isinya di titrasi dengan larutan H2SO4

    0,0171 N.

    % Kadar Protein =V x N x 14 x 6,25 x P

    berat sampel (mgr)X 100%

    Keterangan : V=Volume Titrasi contoh, N=Normalitas Larutan H2SO4, P=Faktor

    Pengenceran.

  • 17

    f. Kadar Karbohidrat (Winarno, 2004)

    Ada beberapa cara analisis yang dapat digunakan untuk diperkirakan kandungan

    karbohidrat dalam bahan makanan, yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan

    kasar (proximate Analisys). proximate Analisys melalui perhitungan sebagai berikut :

    % Karbohidrat = 100% - % (protein + lemak + abu + air).

    g. Uji Kadar Mineral Dengan Metode AAS (Atomic Absorption Spectroscopy)

    (Syahputra, 2004)

    - Persiapan sampel ( Besi (Fe), Phosfor (P), Kalsium (Ca) )

    Siapkan Cawan porselin yang telah dibersih lalu di ovenkan pada suhu 105oC selama

    2 jam. Dinginkan dalam desikator selama ½ jam kemudian di timbang (a gram), Kedalam

    cawan porselin di timbang ± 1 gram contoh (cawan porselin + contoh = b gram). Cawan

    porselin bersama contoh dalam penetapan kadar air di masukkan kedalam tanur listrik.

    Suhu tanur di atur hingga 600oC, kemudian di biarkan 3 jam sampai menjadi abu (untuk

    mempercepat proses pengabuan sekali-kali tanur di buka) Biarkan agak dingin kemudian

    masukkan kedalam desikator selama ½ jam. Abu dalam cawan porselin pada penetapan

    kadar abu ditambahkan 3 – 5 ml HNO3 dan H2O2. Encerkan dengan air suling hingga

    volume mendekati bibir cawan dan biarkan bermalam. Tuang kedalam labu ukur 100 ml,

    bilas dengan air suling hingga tanda garis lalu kocok hingga homogen (siap untuk

    penetapan mineral). Saring menggunakan kertas saring. Injekkan ke alat AAS. Buat kurva

    standar sesuai logam yang akan di analisis.

    - Menentukan Kadar ( Besi (Fe), Phosfor (P), Kalsium (Ca) )

    a) Membuat larutan standar 100 ppm

    Dipipet larutan induk 1000 ppm sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan akuades dalam

    labu takar 100 ml yang volumenya ditepatkan sampai tanda batas.

    b) Membuat deret standar (Fe, P, Ca) dan kurva kalibrasi

    Dari larutan standar (Fe, P, Ca) 100 ppm dibuat deret standar sebagai berikut: 1 ppm, 2

    ppm, 3 ppm, dan 4 ppm. Dengan cara mengisi masing-masing labu takar dengan larutan

    standar (Fe, P, Ca) sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, dan 4 ml, kemudian volumenya

    ditepatkan sampai tanda batas. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang

    422,7 nm. Setelah itu dibuat kurva kalibrasi.

  • 18

    c) Menentukan kadar (Fe, P, Ca) dalam sampel dengan menggunakan AAS

    Kadar (Fe, P, Ca) dalam larutan sampel ditentukan dengan cara mengukur serapannya

    dengan panjang gelombang 422,7 nm. Data serapan sampel yang diperoleh dianalisis

    untuk mendapatkan konsentrasi sampel dengan menggunakan persamaan kurva

    kalibrasi.

    - Analisis data

    Dari hasil pengukuran deret larutan standar dibuatkan grafik untuk mineral (Fe, P, Ca).

    Data yang diperoleh dianalisis untuk mendapatkan konsentrasi sampel dengan

    menggunakan persamaan kurva kalibrasi, yaitu:

    Y = a + bX

    Dimana : Y = Nilai absorbans (A)

    a = Tetapan (Konstanta)

    b = kemiringan garis

    X = konsentrasi larutan sampel

    i. Analisis Serat kasar (Sudarmadji dkk., 1997)

    Prosedur pengujian kadar serat kasar yaitu bahan ditimbang 0,5 gram lalu

    dimasukkan kedalam tabung reaksi tertutup. Ditambahkan 30 ml H2SO4 0,3 N. Diekstraksi

    dalam air mendidih selama 30 menit. Ditambahkan 15 ml NaOH 1,5 N. Diekstraksi dalam

    air mendidih selama 30 menit. Disaring kedalam sintered glass nomor 1. Dihisap dengan

    pompa vakum. Dilakukan pencucian berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4

    0,3 N, 50 ml air panas dan 50 ml aseton. Dikeringkan selama 8 jam atau dibiarkan

    bermalam. Didinginkan dalam desikator ±30 menit lalu ditimbang (a gr). Selanjutnya

    diabukan dalam tanur listrik selama 3 jam pada suhu 5000C. Lalu dibiarkan agak dingin

    kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (b gr).

    Selanjutnya tahap terakhir dilakukan perhitungan kadar serat dengan rumus berikut.

    % Kadar Serat =a − b

    berat sampel x 100%

    Keterangan: a = berat bahan sebelum diabukan, b = berat bahan setelah diabukan.

    II.6 Pengolahan Data

    Data yang diperoleh dari penelitian ini akan diolah dengan menggunakan metode

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan uji organoleptik menggunakan metode deskriptif

    kuantitatif dengan tiga kali ulangan. Jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji lanjut

    Duncan untuk mengetahui data yang berbeda nyata.

  • 19

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Brownies merupakan produk bakery yang termasuk dalam kategori cake. Produk

    bakery meliputi roti, cookies dan cake merupakan produk yang banyak dikonsumsi.

    Perbedaan brownies dengan cake adalah brownies memiliki tekstur yang lebih padat dan

    eras dibandingkan dengan cake. Hal ini dikarenakan bownis tidak memerlukan

    penembangan yang dihasilkan oleh gluten (Cauvain dan Young, 2006).

    IV.1 Analisa Tepung Daun singkong

    IV.1.1 Kadar Air ( Dry Basis)

    Analisa kadar air dilakukan untuk mengetahui tingkat kadar air yang ada pada tepung

    daun singkong tersebut. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan

    acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan tersebut. Kadar air dalam bahan pangan

    juga dapat mempengaruhi terhadap kenampakan, tekstur dan cita rasa dari suatu makanan.

    Hal ini sesuai dengan Winarno (2002) yang menyatakan bahwa air merupakan komponen

    terpenting dalam bahan makanan, karena air mempengaruhi penampakan tekstur, serta cita

    rasa makanan. Kandungan beberapa bahan makanan tidak dapat ditentukan dari keadaan

    fisik bahan tersebut, misalnya saja tepung seakan akan tidak mengandung air. Semua

    bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan

    hewani maupun nabati.

    Hasil pengujian kadar air tepung daun singkong yang diperoleh adalah 5,6 %. Kadar

    air tepung daun singkong masih memenuhi SNI kadar air tepung pada umumnya yaitu

    berkisar maksimal 14,5%. Hal ini sesuai dengan Almasyhuri (1996) yang menyatakan

    bahwa tepung daun singkong muda kering mengandung kadar air sebesar 5,8%. Hal ini di

    dukung oleh Winarno (2002), yang menyatakan bahwa semakin meningkatnya suhu dan

    lama pengeringan maka rendemen yang dihasilkan akan semakin menurun, hal ini karena

    terkait dengan jumlah air yang menguap dari bahan semakin tinggi.

    IV.1.2 Kadar Mineral (Fe, P, Ca)

    Mineral merupakan komponen inorganik yang terdapat dalam tubuh manusia.

    Mineral merupakan unsur isensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting

    dalam pengendalian komposisi cairan tubuh 65% adalah air dalam bobot tubuh. Menurut

    Whitten dan Brooks (1972) mineral merupakan bahan padat dengan struktur homogen

    mempunyai kompisisi kimia tertentu, di bentuk oleh proses alam yg anorganik. Mineral-

  • 20

    mineral yang dibutuhkan tubuh akan memiliki fungsi khasnya masing-masing seperti

    kalsium yang berperan dalam pembentukan struktur tulang & gigi, natrium berfungsi

    dalam menjaga kesimbangan cairan tubuh atau juga kalsium yang berfungsi untuk

    memperlancar kontraksi otot. Hasil analisa mineral yang diperoleh yaitu Kalsium (Ca) 16

    mg/g, Fosfor (P) 3,9 mg/g, Besi (Fe) 36,85 ppm.

    IV.1.3 Kadar Serat Kasar

    Serat makanan sering juga disebut sebagai ”unavailable carbohydrate” sedangkan

    yang tergolong sebagai ”available carbohydrate” adalah gula, pati dan dekstrin, karena zat-

    zat tersebut dapat dihidrolisa dan diabsorpsi manusia, yang kemudian di dalam tubuh

    diubah menjadi glukosa dan akhirnya menjadi energi atau disimpan dalam bentuk lemak.

    Serat makanan ini terdiri dari dinding sel tanaman yang sebagian besar mengandung 3

    macam polisakarida yaitu sellulosa, zat pektin dan hemisellulosa. Selain itu juga

    mengandung zat yang bukan karbohidrat yakni lignin (Piliang dan Djojosoebagio, 2002).

    Hasil analisa kadar serat tepung daun singkong yaitu 8,69%. Kelebihan tepung daun

    singkong lainnya adalah memiliki serat kasar yang tinggi.

    IV.2 Analisa Produk Brownies Kukus

    IV.2.1 Kadar Air

    Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan

    pemanasan, persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan

    berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Air merupakan

    kandungan penting dalam bahan pangan karena salah satu karakteristik yang sangat

    penting dalam bahan pangan. Kandungan air dapat menentukan tingkat kesegaran dan

    keawetan bahan pangan yang disimpan. penentuan kadar air dari suatu bahan pangan

    sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat

    penanganan yang tepat sehingga penting dilakukan pengeluaran sebagian kandungan air

    pada bahan agar dapat mencegah terjadinya kecepatan kerusakan. Hal ini sesuai dengan

    Ishak (2006) yang menyatakan bahwa penurunan kadar air dapat dilakukan dengan

    beberapa cara yaitu pengeringan, evaporasi konsentrat atau pembekuan. Penentuan kadar

    air terhadap brownies tersebut menggunakan metode berat kering (dry basis). Hasil

    pengujian kadar air brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 03.

  • 21

    Gambar 03. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun

    Singkong Terhadap Kadar Air Brownies Kukus.

    Hasil analisa kadar air menunjukkan bahwa kadar air menurun dari 22,52 %

    (penggunaan tepung terigu 100%) ke 20,83% (penggunaan tepung daun singkong 45%).

    Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan tidak

    berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap kadar air brownies kukus yang dihasilkan. Hal

    ini disebabkan karena jumlah konsentrasi tepung daun singkong yang ditambahkan sedikit.

    Selain itu, kadar air awal tepung daun singkong yang digunakan dalam pembuatan

    brownies kukus memiliki kadar air yang rendah yaitu sekitar 5,6%. Kadar air yang rendah

    pada tepung daun singkong dipengaruhi oleh proses pengeringan dalam waktu yang lama.

    Semakin lama proses pengeringan, maka kadar air yang dihasilkan akan semakin rendah.

    Hal ini didukung oleh penelitian Taib et al. (1997) dalam Fitriani (2008), yang menyatakan

    bahwa kemampuan bahan untuk melepaskan air dari permukaannya akan semakin besar

    dengan meningkatnya suhu udara pengering yang digunakan dan makin lamanya proses

    pengeringan, sehingga kadar air yang dihasilkan semakin rendah.

    IV.2.2 Protein

    Protein merupakan zat gizi yang amat penting bagi tubuh , karena zat ini disamping

    berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan

    pengatur (Winarno, 2004). molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,

    nitrogen dan kadang kala sulfur dan fosfor. Protein pada umumnya berfungsi sebagai zat

    pembangun tubuh dan pelindung tubuh, pendorong metabolisme dan penyokong organ

    tubuh dalam berbagai aktivitasnya. Hasil pengujian kadar protein terhadap brownies kukus

    dapat dilihat pada Gambar 04.

    22,52 (a) 22,32 (a) 21,64 (a) 20,83 (a)

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%

    Kad

    ar A

    ir

    (%)

    Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung

    Daun singkong (TDS)

  • 22

    Gambar 04. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun

    Singkong Terhadap Protein Brownies Kukus.

    Hasil analisa kadar protein brownies kukus menunjukkan bahwa kadar protein

    meningkat dari 7,89% (penggunaan tepung terigu 100%) ke 9,48% (penggunaan tepung

    daun singkong 45%). Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya

    pengaruh nyata pada taraf 5% terhadap protein brownies kukus yang dihasilkan sehingga

    dilakukan uji lanjut duncan. Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0

    (penggunaan tepung terigu 100%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 85% tepung

    terigu : 15% tepung daun singkong akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan 70%

    tepung terigu : 30% tepung daun singkong dan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung

    daun singkong. Sedangkan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong tidak

    berbeda nyata dengan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tetapi berbeda nyata dengan

    perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu 100%) dan perlakuan 85% tepung terigu :

    15% tepung daun singkong. Hal ini disebabkan oleh pengaruh protein yang terdapat dalam

    tepung daun singkong tersebut yaitu sebesar >20%. Penambahan tepung daun singkong

    yang semakin meningkat akan menyebabkan kadar protein brownies kukus meningkat.

    Peningkatan protein disamping dari penggunaan tepung daun singkong juga dari

    penambahan tepung terigu yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan Marhaeniyanto (2007),

    yang menyatakan bahwa daun singkong pada umumnya memiliki kandungan protein

    berkisar antara 20-27% dari bahan kering. Dilihat dari tingginya kandungan protein kasar

    daun singkong sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein alternatif.

    IV.2.3 Kadar Abu

    Menurut Winarno (2004), kadar abu dalam makanan berasal dari zat anorganik sisa

    pembakaran yang terdiri dari bagan mineral seperti fosfor, kalsium, belerang, sodium dan

    7,89 (a) 8,21 (a)8,92 (b)

    9,48 (b)

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%

    Prote

    in(%

    )

    Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung

    Daun Singkong (TDS)

  • 23

    bahan lainnya. Selanjutnya Widrial (2005) kadar abu juga ditimbulkan oleh banyaknya

    kadar garam, pengawet dan bahan mentah. Dalam proses pembakaran bahan organik

    terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, hal itulah yang disebut abu. Hasil pengujan kadar

    abu pada brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 05.

    Gambar 05. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun

    Singkong Terhadap Kadar Abu Brownies Kukus.

    Hasil analisa kadar abu terhadap brownies kukus menunjukkan bahwa kadar abu

    meningkat dari 1,8% (penggunaan tepung terigu 100%) ke 2,88% (penggunaan tepung

    daun singkong 45%). Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya

    pengaruh nyata pada taraf 5% terhadap kadar abu brownies kukus yang dihasilkan,

    sehingga dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan

    100% : 0 (penggunaan tepung terigu 100%), perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung

    daun singkong dan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong tidak

    berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung

    daun singkong. Hal ini dipengaruhi oleh penambahan tepung daun singkong yang telah

    melalui proses pengeringan. Semakin banyak penambahan tepung daun singkong yang

    pada brownies kukus, maka semakin meningkat pula kadar abu yang terkandung di

    dalamnya. Hal ini sesuai dengan Susanto (2011) yang menyatakan bahwa kadar abu pada

    suatu bahan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya substitusi bahan tambahan.

    IV.2.4 Kadar Lemak

    Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan

    yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak seringkali ditambakan dengan sengaja ke

    bahan makanan dengan berbagai tujuan (Winarno, 2004). Lemak merupakan sumber

    energi selain karbohidrat yang dibutuhkan oleh manusia. Lemak terbagi dari lemak nabati

    1,8 (a) 1,96 (a)2,08 (a)

    2,88 (b)

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%

    Kad

    ar A

    bu

    (%

    )

    Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung

    Daun Singkong (TDS)

  • 24

    dan hewani yang tersedia di alam. Lemak juga merupakan salah satu unsur yang penting

    dalam bahan pangan, karena lemak berfungsi untuk memperbaiki bentuk struktur fisik

    bahan pangan, menambah nilai gizi dan kalori, serta memberikan cita rasa yang gurih pada

    bahan pangan. Hasil pengujian kadar lemak brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 06.

    Gambar 06. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun

    Singkong Terhadap Kadar Lemak Brownies Kukus.

    Hasil analisa kadar lemak terhadap brownies kukus menunjukkan bahwa kadar

    lemak meningkat dari 20,15% (penggunaan tepung terigu 100%) ke 23,68% (penggunaan

    tepung daun singkong 45%). Berdasarkan hasil analisa sidik ragam, menunjukkan bahwa

    pada setiap perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap kadar lemak

    brownies kukus yang dihasilkan. Hal ini dipengaruhi kadar lemak pada tepung daun

    singkong yang rendah yaitu 12,9%. Hal ini sesuai dengan Soetanto (1981) yang

    menyatakan bahwa kandungan lemak pada tepung daun singkong per 100 gram yaitu

    12,9 gram.

    IV.2.5 Karbohidrat

    Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia.

    Khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang. Karbohidrat juga mempunyai

    peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan pangan misalnya rasa, warna,

    tekstur, dan lain-lain (Winarno, 2004). Hasil pengujian kadar karbohidrat brownies kukus

    dapat dilihat pada Gambar 07.

    20,15 (a) 20,4 (a) 21,26 (a)23,68 (a)

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%

    Lem

    ak

    (%

    )

    Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun

    Singkong (TDS)

  • 25

    Gambar 07. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun

    Singkong Terhadap Karbohidrat Brownies Kukus.

    Hasil analisa karbohidrat brownies kukus menunjukkan bahwa karbohidrat menurun

    dari 47,55% (penggunaan tepung terigu 100%) ke 42,13% (penggunaan tepung daun

    singkong 45%). Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa jika persentasi

    penambahan tepung daun singkong makin besar maka kandungan karbohidrat yang

    dihasilkan semakin rendah. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata

    pada taraf 5% terhadap kadar karbohidrat brownies kukus, sehingga dilakukan uji lanjut

    duncan.

    Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu

    100%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun

    singkong dan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong, akan tetapi

    berbeda nyata dengan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong.

    Sedangkan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong tidak berbeda nyata

    dengan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong tetapi berbeda nyata

    dengan perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu 100%) dan perlakuan 85% tepung

    terigu : 15% tepung daun singkong. Hal ini disebabkan karena kadar karbohidrat pada

    tepung daun singkong lebih rendah dibandingkan dengan tepung terigu. Pada tepung daun

    singkong per 100 gram kandungan karbohidratnya mencapai 13 gram, sedangkan pada

    tepung terigu kandungan karbohidratnya sebesar 70 gram. Tingginya kandungan

    karbohidrat pada tepung terigu ini karena karbohidrat merupakan komponen penyusun

    terbesar pada tepung terigu. Hal ini sesuai dengan Astawan (2009), yang menyatakan

    bahwa komponen terbesar dalam 100 gram tepung terigu adalah karbohidrat sebesar 70

    gram per 100 gram tepung terigu.

    47,55 (a) 47,15 (a) 45,14 (ab)42,13 (b)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%

    Karb

    oh

    idrat

    (%)

    Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun

    Singkong (TDS)

  • 26

    IV.2.6 Kadar Serat Kasar

    Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena angka

    ini merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu,

    kandungan serat kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan,

    pada serat pangan memiliki 0,2-0,5 gram dari serat kasar. Serat kasar mempunyai peran

    yang penting bagi kesehatan tubuh. Almatsier (2009) menyatakan bahwa serat sangat

    penting dalam proses pencernaan makanan dalam tubuh. Kekurangan serat dapat

    menyebabkan diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan batu ginjal. Hasil pengujian

    kadar serat brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 08.

    Gambar 08. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun

    Singkong Terhadap Kadar serat Brownies Kukus.

    Hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata pada taraf 5%

    terhadap kadar serat brownies kukus yang dihasilkan, sehingga dilakukan uji lanjut

    duncan. Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung

    terigu 100%) berbeda nyata pada setiap perlakuan tetapi perlakuan 70% tepung terigu :

    30% tepung daun singkong tidak berbeda nyata dengan perlakuan 55% tepung terigu : 45%

    tepung daun singkong. Hal ini dikarenakan penambahan tepung daun singkong, semakin

    banyak penambahan tepung daun singkong pada brownies kukus, maka semakin

    meningkat pula kadar serat yang terkandung di dalamnya. Hal ini sesuai dengan Ardiyanti

    (2001), yang menyatakan bahwa peningkatan kadar serat kasar terjadi karena pada kadar

    serat daun singkong mempunyai nilai cukup tinggi sebesar 15,12 gram per 100 gram

    tepung daun singkong, sehingga semakin besar substitusi tepung daun singkong maka

    kadar serat kasar brownies akan meningkat.

    0,25 (a)

    0,54 (b)

    0,94 (c)

    1,12 (c)

    0

    0,2

    0,4

    0,6

    0,8

    1

    1,2

    100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%

    Sera

    t K

    asa

    r (

    %)

    Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun

    Singkong (TDS)

  • 27

    IV.2.7 Kadar Mineral Kalsium (Ca)

    Mineral merupakan bahan padat dengan struktur homogen mempunyai komposisi

    kimia tertentu, seperti kalsium yang berperan dalam pembentukan struktur tulang dan gigi.

    Hasil penelitian ini menghasilkan produk brownies kukus yang mengandung kalsium yang

    cukup memadai untuk konsumen usia pertumbuhan. Hasil analisa kadar kalsium terhadap

    brownies kukus menunjukkan bahwa kadar kalsium meningkat dari 6,46 mg/g

    (penggunaan tepung terigu 100%) ke 12,56 mg/g (penggunaan tepung daun singkong

    45%). Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata pada

    taraf 5% terhadap kalsium brownies kukus yang dihasilkan, sehingga dilakukan uji lanjut

    duncan. Hasil pengujian mineral kalsium brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 09.

    Gambar 09. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun

    Singkong Terhadap Kadar Mineral Kalsium Brownies Kukus.

    Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu

    100%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun

    singkong tapi berbeda nyata pada perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun

    singkong dan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong. Perlakuan 85%

    tepung terigu : 15% tepung daun singkong tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100% : 0

    (penggunaan tepung terigu 100%) dan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun

    singkong, tapi berbeda nyata dengan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun

    singkong. Sedangkan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong tidak

    berbeda nyata dengan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong tapi

    berbeda nyata dengan perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu 100%) dan perlakuan

    85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong. Hal ini dipengaruhi oleh penambahan

    tepung daun singkong yang semakin meningkat akan menyebabkan kadar kalsium

    6,46 (a)

    8,83 (ab)

    11,4 (bc)12,56 (c)

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%

    Ca

    (m

    g/g

    )

    Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun

    Singkong (TDS)

  • 28

    brownies kukus meningkat. Adonan brownies juga mengandung bahan tambahan seperti

    susu bubuk, dan telur. Bahan-bahan tambahan tersebut mengandung kalsium yang cukup

    tinggi, sehingga semakin banyak penambahannya maka akan menyebabkan akumulasi

    kadar kalsium meningkat. Hal ini sesuai dengan Sukarman (2012) yang menyatakan bahwa

    kandungan kalsium yang terdapat pada daun singkong berkisar 1,4%.

    IV.2.8 Kadar Mineral Fosfor (P)

    Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh, sekitar 1 % dari berat

    badan. Hasil penelitian ini menghasilkan produk brownies kukus yang mengandung fosfor

    yang cukup memadai untuk konsumen usia pertumbuhan. Hasil analisa kadar fosfor

    terhadap brownies kukus menunjukkan bahwa kadar fosfor meningkat dari 1,66 mgkg

    (penggunaan tepung terigu 100%) ke 2,06 mg/g (penggunaan tepung daun singkong 45%).

    Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata pada taraf 5%

    terhadap kadar fosfor brownies kukus yang dihasilkan, sehingga dilakukan uji lanjut

    duncan. Hasil pengujian mineral kalsium brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 10.

    Gambar 10. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun

    Singkong Terhadap Kadar Mineral Fosfor Brownies Kukus.

    Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu

    100%) tidak berbeda nyata pada perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong

    dan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong tapi berbeda nyata pada

    perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong. Perlakuan 55% tepung terigu :

    45% tepung daun singkong tidak berbeda nyata dengan perlakuan 70% tepung terigu : 30%

    tepung daun singkong, tapi berbeda nyata dengan perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung

    terigu 100%) dan perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong. Hal ini

    dikarenakan pengaruh penambahan tepung daun singkong yang semakin meningkat akan

    1,66(a) 1,7 (a)1,86 (ab)

    2,06 (b)

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%

    P (

    mg

    /g)

    Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun

    Singkong (TDS)

  • 29

    menyebabkan kadar fosfor brownies kukus meningkat. Hal ini sesuai dengan Sukarman

    (2012) yang menyatakan bahwa kandungan fosfor yang terdapat pada daun singkong

    berkisar 0,3%.

    IV.2.9 Kadar Mineral Besi (Fe)

    Hasil analisa kadar zat besi terhadap brownies kukus menunjukkan bahwa kadar zat

    besi meningkat dari 48,23 ppm (penggunaan tepung terigu 100%) ke 61,06 ppm

    (penggunaan tepung daun singkong 45%). Berdasarkan hasil analisa sidik ragam

    menunjukkan adanya pengaruh nyata pada taraf 5% terhadap kadar zat besi brownies

    kukus yang dihasilkan, sehingga dilakukan uji lanjut duncan. Hasil pengujian kadar

    mineral kalsium brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 11.

    Gambar 11. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun

    Singkong Terhadap Kadar Mineral Besi Brownies Kukus.

    Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu

    100%) tidak berbeda nyata pada perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong

    tapi berbeda nyata pada perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong dan

    perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong. Perlakuan 70% tepung terigu :

    30% tepung daun singkong berbeda nyata dengan perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung

    terigu 100%), perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong dan perlakuan

    55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong. Begitu pun perlakuan 55% tepung terigu :

    45% tepung daun singkong berbeda nyata dengan perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung

    terigu 100%), perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong dan perlakuan

    70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong. Hal ini disebabkan karena pengaruh

    penambahan tepung daun singkong yang semakin meningkat akan menyebabkan kadar zat

    48,23 (a) 50,29 (a)54,11 (b)

    61,06 (c)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%

    Fe (

    pp

    m)

    Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun

    Singkong (TDS)

  • 30

    besi brownies kukus meningkat. Selain itu, pengaruh pengolahan dengan pengukusan

    merupakan metode pengolahan terbaik. Hal ini sesuai dengan Hidayat (2006) yang

    menyatakan bahwa sumber zat besi salah satunya berasal dari daun singkong. Hal ini

    didukung oleh Musaiger dan D‟Souza (2008), yang menyatakan bahwa proses pengukusan

    adalah metode pengolahan dengan uap panas dimana bahan pangan tidak bersentuhan

    langsung dengan air melainkan dengan uap air, sehingga menghasilkan zat mineral larut air

    tidak berkurang secara berlebih.

    IV.3 Uji Organoleptik Produk Brownies Kukus

    IV.3.1 Tekstur

    Tekstur merupakan satu sifat fisik dari bahan pangan yang penting. Hal ini

    mempunyai hubungan tekstur dengan rasa pada waktu mengunyah bahan tersebut. salah

    satu cara penentuan tekstur suatu bahan adalah dengan memberikan beban terhadap bahan

    misalnya dengan pemeriksaan bekas jari (Rampengan dkk., 1985). Hasil uji organoleptik

    tekstur terhadap brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 12.

    Gambar 12. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun

    Singkong Terhadap Tekstur Brownies Kukus.

    Hasil uji organoleptik parameter tekstur pada perbandingan tepung terigu dan

    tepung daun singkong terhadap brownies kukus yaitu pada perlakuan 100% : 0

    (penggunaan tepung terigu 100%) yakni 4,08 (suka), perlakuan 85% tepung terigu : 15%

    tepung daun singkong yaitu 3,72 (agak suka), perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung

    daun singkong yaitu 3,4 (agak suka) dan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun

    singkong yaitu 3,28 (agak suka). Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan

    4,08 (a)3,72 (b)

    3,4 (c) 3,28 (c)

    1

    2

    3

    4

    5

    100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%

    Ra

    ta-r

    ata

    Sk

    or T

    ek

    stu

    r (

    Sk

    ala

    1-5

    )

    Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun

    Singkong (TDS)

  • 31

    bahwa semakin tinggi penambahan tepung daun singkong maka tekstur dari produk

    brownies kukus semakin tidak disukai.

    Hasil analisa sidik r