studi pembuatan brownies kukus dengan...
TRANSCRIPT
-
STUDI PEMBUATAN BROWNIES KUKUS DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG
DAUN SINGKONG (Mannihot utilissima)
The Making Of Brownies Subtituted With Cassava (Mannihot utilissima) Leaf Flour
OLEH :
RAHMATIAH
G311 13006
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
-
ii
STUDI PEMBUATAN BROWNIES KUKUS DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG
DAUN SINGKONG (Mannihot utilissima)
OLEH
RAHMATIAH
G311 13 006
SKRIPSI
Sebagai \Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Departemen Teknologi Pertanian
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
-
iv
RAHMATIAH (G31113006). Studi Pembuatan Brownies Kukus Dengan Substitusi
Tepung Daun Singkong (Mannihot utilissima)
Dibawah bimbingan: Zainal dan Amran Laga
RINGKASAN
Brownies adalah salah satu jenis cake yang berwarna coklat kehitaman dengan tekstur
sedikit lebih keras karena brownies tidak membutuhkan pengembang. Daun singkong
merupakan daun hijau yang murah dan dapat dijumpai dimana saja. Penelitian ini
menggunakan daun singkong jenis semaian (semen) yang bertangkai merah muda
keputihan dengan warna daun hijau muda dibuat menjadi tepung untuk dijadikan produk
olahan makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sifat fisik dan kandungan
kimiawi brownies kukus dengan penambahan tepung daun singkong berdasarkan uji
mineral (Ca, P, Fe), kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat dan
kadar serat kasar, menganalisis tingkat penilaian panelis terhadap brownies kukus
berdasarkan hasil uji organoleptik dan menentukan formulasi produk kue brownies yang
baik dari perbandingan tepung terigu dan tepung daun singkong yang digunakan.
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
tiga kali ulangan yaitu A0 (100% Tepung terigu : 0 (kontrol)), A1 (85% Tepung terigu :
15% Tepung daun singkong), A2 (70% Tepung terigu : 30% Tepung daun singkong) dan
A3 (55% Tepung terigu : 45% Tepung daun singkong). Parameter yang diamati adalah uji
proksimat yang meliputi (kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar
karbohidrat), uji mineral (Ca, P, Fe), kadar serat kasar, uji organoleptik. Hasil penelitian
terbaik adalah perlakuan A3 yang memiliki kadar air 20,83%, kadar abu 2,88%, kadar
protein 9,48%, kadar lemak 23,68%, kadar karbohidrat 42,13% dan kadar serat 1,12%,
kandungan mineral kalsium 12,56 mg/g, fosfor 2,06 mg/g, zat besi 61,06 ppm. Hasil
penilaian panelis terhadap tingkat kesukaan terhadap brownies kukus adalah pada
perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu 100%) dengan nilai rata-rata tekstur 4,08
(suka), warna 4,1 (suka), rasa 4,04 (suka), dan aroma 4 (suka).
Kata kunci: Brownies, Daun singkong, Tepung Daun Singkong.
-
v
RAHMATIAH (G31113006). The Making Of Brownies Subtituted With Cassava
(Mannihot utilissima) Leaf Flour Supervised by : Zainal dan Amran Laga
ABSTRACT
Brownies is one of type cake which is colored blackish brown with a texture little harder
because brownies does not require the developer. Cassava leaves are abundant green
leaves and affordable. This research uses cassava leaves of sleedlings type with white, pink
stalk with light green leaf colour made into flour to be processed food products. The
purpose of this research was to analyze the physical properties and chemical content of
steamed brownies by the addition of cassava leaf flour based on a mineral test (Ca, P, Fe),
water content, ash content, protein content, fat content, carbohydrate and crude fibre
content. A panellist assessment of steamed brownies based on organoleptic test results and
determining the formulation of good brownies cake products from the ratio of wheat flour
and cassava flour used. This research was designed using Completely Randomized Design
(RAL) with three replications such as A0 (100% wheat flour: 0 (control)), A1 (85% wheat
flour: 15% cassava flour), A2 (70% wheat flour: 30% cassava flour) and A3 (55% wheat
flour: 45% cassava flour). The parameters observed were proximate tests which included
(water content, ash content, protein content, fat content, carbohydrate content), mineral
tests (Ca, P, Fe), crude fibrecontent, organoleptic test. The best treatment was A3 which
has water content 20,83%, ash content 2,88%, protein content 9,48%, fat content 23,68%,
carbohydrate 42,13% and fiber content 1,12%, content mineral calcium 12.56 mg/g,
phosphorus 2.06 mg/g, iron 61.06 ppm. The result of the panellist's assessment of the level
of preference to steamed brownies was A0 with the average value of organoleptic score is
texture 4.08 (like), colour 4,1 (like), taste 4.04 (like), and flavour 4 (like).
Keywords: Brownies, Cassava (Mannihot utilissima), Cassava Leaves Flour.
-
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…..
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat,
karunia dan kemudahan yang selalu diberikan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pertanian (STP) judul “Studi Pembuatan Brownies Kukus Dengan Substitusi
Tepung Daun Singkong (Mannihot utilissima). Tak lupa pula shalawat dan salam atas
junjungan Nabi besar Muhammad Shallallaahu „alayhi wasallam, para sahabat dan
keluarga serta seluruh ummat muslim sebagai pengikut beliau.
Penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Rer. Nat.
Zainal, STP., M.foodTech dan Prof. Dr. Ir. Amran Laga, MS selaku pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan, kritikan, arahan, saran serta motivasi kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini.
Melalui kesempatan yang berharga ini, penulis tak lupa pula mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A Selaku Rektor Universitas Hasanuddin
(UNHAS) Makassar.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Baharuddin selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin Makassar.
3. Bapak Dr. Ir. H. Mahmud Achmad, MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
4. Bapak Dr. Rer. Nat. Zainal, STP, M.FoodTech selaku Ketua Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
5. Ketua Panitia Seminar, Bapak Muhammad Asfar, STP., M.Si atas bantuannya dalam
penyelenggaraan seminar proposal dan seminar hasil.
6. Ketua Panitia Ujian Sarjana bapak Dr. Andi Dirpan, STP., M.Si, PhD atas bantuannya
dalam penyelesaian berkas-berkas ujian sarjana dan dukungannya yang luar biasa.
7. Segenap dosen pengajar dan semua pihak, termasuk laboran ibu Yuli, ibu Nurhayati,
Kak Nana, Kak Hasmi, yang terlibat dalam membantu penyelesaian skripsi ini mulai
dari awal penelitian hingga skripsi ini selesai ditulis.
8. Teman-teman RANTAI 2013 dan terkhusus kepada ITP 2013 yang selalu memberikan
dukungan, semangat perjuangan serta pengalaman kebersamaan yang tak ternilai.
-
vii
9. Khusus kepada temanku zulfikar, silvi, dilla, kak tiwi, kurni dan diah yang selalu
memberi keceriaan, motivasi, dan membatu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Teristimewa penulis persembahkan kepada keluarga tercinta terutama orang tua
penulis ibunda Rohani, Ayahanda Mansur, semua keluarga besar dan kak Akbar terima
kasih atas semua doa, perhatian, kasih sayang, motivasi, bantuan dan dukungan baik materi
maupun moril yang tak pernah henti-hentinya diberikan sehingga penulis bisa
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Semuanya itu
tak akan pernah dapat tergantikan, semoga Allah membalas semuanya dengan berlipat
ganda. Amin Ya Rabbal Alamin.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk
itu penulis sangat menanti saran dan kritik yang membangun agar skripsi ini dapat menjadi
lebih baik. Semoga skripsi ini dapat membantu bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang pangan.
Makassar, Mei 2018
Penulis
-
viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Rahmatiah lahir di Bulukumba pada tanggal 25 oktober 1995.
Merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara hasil pernikahan
pasangan Mansur dan Rohani. Pendidikan formal yang pernah
dijalani yaitu
1. Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah BR. Ganjeng (2001-2007)
2. Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah BR. Ganjeng (2007-2010)
3. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bulukumba (2010-2013)
Tahun 2013 penulis diterima dengan Jalur SNMPTN di Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Hasanuddin Program Strata Satu (S1) dan tercatat sebagai mahasiswa Program
Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif
diorganisasi HIMATEPA UH (Himpunan Teknologi Pertanian) Universitas Hasanuddin.
`
-
ix
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................................................. iv
ABSTRACT ..................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiii
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
I.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 4
II.1 Brownies ................................................................................................................. 4
II.2 Botani Daun singkong Kayu/Daun Singkong ........................................................... 4
II.3 Tepung Daun singkong Kayu / Daun Singkong ....................................................... 6
II.4 Tepung Terigu ......................................................................................................... 6
II.5 Gula ........................................................................................................................ 8
II.6 Telur ....................................................................................................................... 8
II.7 Margarin ................................................................................................................. 9
II.8 Coklat Batang ......................................................................................................... 9
II.9 Coklat Bubuk ........................................................................................................ 10
II.10 Baking Powder .................................................................................................... 10
II.11 Uji Organoleptik.................................................................................................. 11
II.12 Uji Organoleptik Metode Hedonik ....................................................................... 11
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 12
III.1 Waktu dan Tempat .............................................................................................. 12
III.2 Alat dan Bahan ................................................................................................... 12
III.3 Prosedur Penelitian .............................................................................................. 12
III.4 Desain Penelitian ................................................................................................. 15
III.5 Parameter Pengamatan ......................................................................................... 15
-
x
III.6 Pengolahan Data .................................................................................................. 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................. 19
IV.1 Analisa Tepung Daun Singkong ........................................................................... 19
IV.1.1 Kadar Air .......................................................................................................... 19
IV.1.2 Kadar Mineral (Fe, P, Ca) ................................................................................. 19
IV.1.3 Kadar Serat ....................................................................................................... 20
IV.2 Analisa Produk Brownies Kukus.......................................................................... 20
IV.2.1 Kadar Air .......................................................................................................... 20
IV.2.2 Protein .............................................................................................................. 21
IV.2.3 Kadar Abu ........................................................................................................ 22
IV.2.4 Kadar Lemak .................................................................................................... 23
IV.2.5 Karbohidrat ....................................................................................................... 24
IV.2.6 Kadar Serat Kasar ............................................................................................. 26
IV.2.7 Analisa Mineral (Kalsium (Ca) ......................................................................... 27
IV.2.8 Analisa Mineral Fosfor (P) ................................................................................ 28
IV.2.9 Analisa Mineral Zat Besi (Fe) ........................................................................... 29
IV.3 Uji Organoleptik Produk Brownies Kukus ........................................................... 30
IV.3.1 Tekstur ............................................................................................................. 30
IV.3.2 Warna ............................................................................................................... 32
IV.3.3 Rasa .................................................................................................................. 33
IV.3.4 Aroma............................................................................................................... 34
V. PENUTUP ................................................................................................................. 36
V.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 36
V.2 Saran ..................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 37
LAMPIRAN ................................................................................................................... 40
-
xi
DAFTAR TABEL
No. Judul Hamalan
1. Kandungan zat gizi daun singkong per 100 gram. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2. Kandungan gizi tepung per 100 gram tepung terigu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
3. Kandungan Kimia (Komposisi) Rata-Rata Telur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
-
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hamalan
1. Diagram Alir Pembuatan Tepung Daun Singkong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
3. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Kadar Air Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
4. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Protein Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
5. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Kadar Abu Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
6. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Kadar Lemak Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
7. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Karbohidrat Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
8 Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Protein Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
9. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Kadar Mineral Kalsium Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
10. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Kadar Mineral Fosfor Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
11. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Kadar Mineral Besi Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
12. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Tekstur Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
13. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Warna Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
14. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Rasa Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
15 Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun Singkong
Terhadap Aroma Brownies Kukus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hamalan
1. Rerata Hasil Uji PROKSIMAT Brownies Kukus dengan 3 Kali Ulangan.. . . . . . 40
2. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Kadar Air Brownies Kukus. . . . . . . . . . . . . 40
3. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Protein Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . 41
4. Hasil Uji Duncan Terhadap Protein Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
5. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Kadar Abu Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . 41
6. Hasil Uji Duncan Terhadap Kadar Abu Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
7. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Lemak Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . 42
8 Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Karbohidrat Brownies Kukus . . . . . . . . . . . 42
9. Hasil Uji Duncan Terhadap Karbohidrat Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
10. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Kadar Serat Brownies Kukus . . . . . . . . . . . 43
11. Hasil Uji Duncan Terhadap Kadar Serat Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
12. Rerata Hasil Uji Mineral Brownies Kukus dengan 3 Kali Ulangan . . . . . . . . . . . 44
13. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Kalsium Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . 44
14. Hasil Uji Duncan Terhadap Kalsium Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44
15. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Fosfor Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . 45
16. Hasil Uji Duncan Terhadap Fosfor Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
17. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Besi Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
18. Hasil Uji Duncan Terhadap Besi Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
19. Rerata Hasil Uji Organoleptik Parameter Tekstur Brownies Kukus Dengan 3
Kali Ulangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
20. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Tekstur Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . 47
21. Hasil Uji Duncan Terhadap Tekstur Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
22. Rerata Hasil Uji Organoleptik Parameter Warna Brownies Kukus Dengan 3 Kali
Ulangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
48
-
xiv
No. Judul Hamalan
23. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Warna Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . 49
24. Rerata Hasil Uji Organoleptik Parameter Rasa Brownies Kukus Dengan 3 Kali
Ulangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
25. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Rasa Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
26. Hasil Uji Duncan Terhadap Rasa Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
27. Rerata Hasil Uji Organoleptik Parameter Aroma Brownies Kukus Dengan 3
Kali Ulangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
28. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Aroma Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . 53
29. Hasil Uji Duncan Terhadap Aroma Brownies Kukus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
30. Kuesioner Pengujian Metode Hedonik Terhadap Brownies Kukus. . . . . . . . . . . . 54
30. Dokumentasi Kegiatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
-
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan sumber daya alam. Salah satu
hasilnya adalah umbi-umbian seperti singkong. Singkong mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan sebagai produk olahan makanan, seperti yang kita ketahui singkong
merupakan salah satu sumber kalori pangan yang paling murah di dunia. Tanaman ini
dikonsumsi sebagai tanaman pokok oleh kira-kira 400 juta orang di daerah-daerah tropik
yang lembab.
Menurut Badan Pusat Statistik tanaman singkong di Indonesia pada tahun 2015,
Indonesia menghasilkan lebih 24 juta ton singkong per tahun. Tahun 2016, diperkirakan
produksi nasional sekitar 27 juta ton (BPS). Tingginya produksi tanaman singkong ini
sebanding dengan pemanfaatannya yang bisa dijadikan sebagai bahan makanan. Hampir
semua bagian dari pohon singkong bisa dimanfaatkan mulai dari umbinya hingga daunnya.
Tanaman singkong biasanya hanya diambil dagingnya saja untuk digoreng atau direbus
serta dijadikan tepung tapioka, bagian daunnya dijadikan sebagai sayuran dan bagian
kulitnya bisa dijadikan sebagai makanan ternak.
Tanaman singkong umumnya sangat cocok digunakan sebagai tanaman pagar. Daun
singkong merupakan daun hijau yang paling murah dan umum di Indonesia. Daunnya juga
dapat digunakan sebagai lalapan, akan tetapi pada daun singkong mengandung asam
hidrosianat yang beracun, racun itu akan hilang sesudah direbus selama 5 menit.
Pengolahan daun singkong saat ini sudah berkembang. Umumnya daun singkong hanya
diolah sebagai sayuran saja kini daunnya dapat dijadikan tepung untuk dibuat kue, seperti
kue brownies, dengan dibuatnya tepung daun singkong, maka makanan olahan dari bahan
tepung semakin beragam. Jenis daun singkong yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis daun singkong semaian (semen) yang bertangkai merah muda keputihan dengan
warna daun hijau muda. Daun singkong muda dipetik sebanyak lima tangkai dari bagian
pucuk batang.
Brownies merupakan salah satu produk yang dibuat dari tepung-tepungan, selain itu,
brownies juga merupakan makanan jajanan yang disukai anak-anak. Produk brownies saat
ini menjadi trend dan favorit banyak orang. Brownies sudah sejak lama dikenal masyarakat
sebagai jajanan yang cukup mengenyangkan dan juga sering menggantikan menu sarapan
pagi dan bekal sekolah anak. Tidak seperti jajanan atau kue tradisional yang rata-rata
-
2
hanya mampu bertahan sehari dan kemudian basi, brownies dapat bertahan dua sampai tiga
hari tanpa bahan pengawet.
Produk kue brownies saat ini sudah banyak variasi rasanya seperti rasa keju, pandan,
durian dan ubi jalar. Makanan yang beranekaragam dapat diciptakan dengan
memvariasikan penggunaan berbagai bahan pokok dengan berbagai teknologi pengolahan
pangan. Penganekaragaman pangan juga berguna untuk mengurangi ketergantungan pada
satu jenis pangan tertentu misalnya tepung terigu. Oleh karena itu, dengan adanya
teknologi modifikasi diharapkan brownies tidak lagi sekedar makanan ringan saja, tetapi
melalui penambahan tepung daun singkong dalam pembuatan brownies dapat
meningkatkan kandungan gizi brownies, terlebih terhadap kandungan mineral seperti zat
besi, kalsium dan fosfor.
Mengingat cukup tingginya nilai gizi dari daun singkong serta melimpahnya hasil
produksi, hal ini merupakan suatu peluang bagi masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan
daun singkong yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai sayuran dan banyak juga yang
dibuang begitu saja menjadi limbah, sehingga perlu dilakukan pengolahan yang dapat
meningkatkan nilai guna dari daun singkong sebagai bahan tambahan pangan dalam
pembuatan makanan dan diharapkan dapat membantu meningkatkan mutu gizi dalam
penyediaan makanan jajanan yang disukai. Selain sayuran ini mudah tumbuh dan dapat
dibeli dengan harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat, sayuran ini juga mengandung
protein dan karoten yang tinggi dan bermutu baik. Dengan dibuatnya tepung daun
singkong, maka diversifikasi makanan olahan dari bahan tepung daun singkong semakin
beragam. Pengenalan penggunaan tepung daun singkong kepada masyarakat akan lebih
efektif bila diterapkan sebagai bahan baku atau bahan tambahan dalam pembuatan
makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat, salah satunya adalah brownies. Dalam hal
ini, penambahan tepung daun singkong merupakan salah satu bentuk pengolahan makanan
tambahan atau jajanan yang dimana dapat memberi tambahan zat gizi yang dibutuhkan.
Berdasarkan hal tersebut peneliti mencoba memanfaatkan tepung daun singkong dalam
pembuatan brownies kukus.
I.2 Rumusan Masalah
Kebutuhan penggunaan tepung terigu dalam pengolahan makanan semakin
meningkat. Oleh karena itu, upaya untuk menekan kebutuhan penggunaan tepung terigu
yaitu meningkatkan potensi komoditas yang ada. Bahan pangan lokal yang dapat dijadikan
alternatif adalah daun singkong. Salah satu upaya pemanfaatan daun singkong adalah
-
3
membuat tepung yang kemudian dijadikan produk makanan, seperti brownies. Namun,
belum diketahui berapa banyak perbandingan tepung terigu dan tepung daun singkong
untuk menghasilkan kue brownies yang baik dan dapat diterima panelis/konsumen.
I.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari peneliatian ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan formulasi produk brownies kukus yang baik dari perbandingan tepung
terigu dan tepung daun singkong yang digunakan.
2. Menganalisis tingkat penilaian panelis terhadap brownies kukus dengan penambahan
tepung daun singkong berdasarkan hasil uji organoleptik.
3. Menganalisis pengaruh penggunaan tepung daun singkong terhadap brownies kukus.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dan acuan bagi
masyarakat, industri pangan, maupun penelitian tentang cara pemanfaatan daun singkong
dalam produk pangan, serta memberi alternatif varian produk brownies dengan kandungan
gizi yang tinggi.
-
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Brownies
Brownies merupakan suatu cake yang terbuat dari empat bahan dasar yaitu, tepung
terigu, lemak, gula dan telur yang membedakan hanya dengan ditambahkan coklat batang
yang dicairkan dan coklat bubuk. Brownies juga termasuk makanan yang sangat disukai
dan digemari oleh kalangan anak-anak, dewasa sampai orang tua. Dengan proses
pembuatannya yang relatif mudah.
Menurut (Ismayani, 2007) brownies adalah jenis cake coklat yang padat awalnya
merupakan adonan terbuat dari tepung terigu, telur, lemak, gula pasir dan coklat masak
dengan cara dipanggang atau dioven. Brownies termasuk kedalam jenis family cake yang
berwarna coklat dan tidak mengembang, namun mempunyai tekstur dalam yang moist
(lembab), dan bagian atas brownies bertektur kering. memiliki rasa yang manis khas aroma
khas coklat. Sedangkan menurut (Astawan, 2009) Brownies adalah salah satu jenis cake
yang berwarna coklat kehitaman dengan tekstur sedikit lebih keras dari pada cake karena
brownies tidak membutuhkan pengembang atau gluten.
II.2. Botani Daun Ubi Kayu / Daun Singkong
Singkong atau ubi kayu (Manihot esculenta Cranz atau Manihot utilissima Pohl)
termasuk ke dalam family Euphorbiaceae, mempunyai daun berbentuk tangan, batang
beruas-ruas dan bercabang, tumbuh tegak, serta ketinggiannya dapat mencapai tiga meter.
Daunnya menjari dengan variasi panjang, elip dan melebar, dengan warna hijau kuning dan
hijau ungu serta warna tangkai hijau, merah, kuning atau kombinasi dari ketiga warna
tersebut (Mahmud, 1990).
Daun singkong mempunyai susunan berurat menjari dengan canggap 5-9 helai. Daun
singkong juga memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan,
dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna
kuning, hijau atau merah (Rukman, 1997).
Daun-daun singkong yang dimakan sebagai sayuran atau sebagai ramuan, merupakan
sumber protein yang baik. Daun-daun itu juga menyediakan vitamin dan mineral per 100
gram (Amerika Serikat dan FAO,1972), yaitu: kalsium 144,0 mg , zat besi 2,8 mg , thiamin
0,16 mg, riboflavin 0,32 mg, beta-carotin 0,08 mg, niasin 1,8 mg, dan asam askorbin 82,0
mg (Scott R. Pearson ,dkk, 1986). Kandungan zat gizi yang terdapat pada daun singkong
per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 01.
-
5
Tabel 01. Kandungan zat gizi daun singkong per 100 gram
Zat Gizi Jumlah
Energi (kal) 73,00
Protein (g) 6,80
Lemak (g) 1,20
Karbohidrat (g) 13,00
Kalsium (mg) 165,00
Fosfor (mg) 54,00
Zat besi (mg) 2,00
Vitamin A (SI) 11000,00
Vitamin B1 (mg) 0,12
Vitamin C (mg) 275,00
Air (g) 77,20
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1992)
Kandungan protein tertinggi pada daun singkong dijumpai pada daun yang masih
muda, umur enam bulan. Makin tua daun, makin berkurang kandungan proteinnya.
Konsumsi daun singkong mempunyai kandungan protein 7%, rata-rata sebanyak 150 gram
per orang per hari dapat mencukupi kebutuhan protein sebanyak 10 gram. Selain itu daun
singkong juga mengandung karoten yang berguna bagi kesehatan mata, terutama beta-
karoten. Untuk memenuhi kebutuhan 750 μg retinol tiap orang diperlukan 7-10 gram daun
singkong setiap hari (Mahmud, 1990).
Daun singkong biasanya mengandung racun asam sianida atau asam biru terutama
daun yang masih muda (pucuk). Daun singkong mengandung racun sianida yang dalam
jumlah besar cukup berbahaya. Oleh karena itu, perebusan atau pengukusan perlu
dilakukan dalam panci terbuka agar HCN keluar bersama uap air. Bila akan disajikan
sebagai sayuran sebaiknya air yang terkandung pada daun singkong dibuang dengan cara
ditekan-tekan dengan sendok (Novary, 1997).
Racun ini apabila dikonsumsi pada jumlah besar akan mengakibatkan kepala
pening-pening, mual, perut terasa perih, badan gemetar, bahkan pingsan. Namun
keberadaan zat kimia ini pada jumlah yang membahayakan hanya terdapat pada ketela-
ketela yang memang termasuk ketela beracun saja. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi kandungan HCN yang terdapat dalam daun singkong, yaitu
dengan cara perendaman, pencucian, perebusan, pengukusan atau pengolahan lain. Dengan
adanya pengolahan dimungkinkan dapat mengurangi kadar HCN sehingga bila daun
singkong dikonsumsi tidak akan membahayakan bagi tubuh (Rukman, 1997).
Menurut Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM, meskipun sejumlah kecil
sianida masih dapat ditoleransi oleh tubuh, jumlah sianida yang masuk ke tubuh tidak
-
6
boleh melebihi 1 mg per kilogram berat badan per hari. Gejala keracunan sianida antara
lain meliputi penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala, bahkan pada kasus
berat dapat menimbulkan kematian.
II.3 Tepung Daun Ubi Kayu / Daun Singkong
Tepung daun singkong yang dikeringkan di dalam oven pada suhu 45oC mengandung
protein 27,51 gram, lemak 12,98 gram, serat kasar 15,12 gram, pati 12,75 gram, abu 7,60
gram dan karoten 101,15 ppm (berdasarkan bobot kering). Sedangkan tepung daun
singkong kayu yang dikeringkan dengan sinar matahari mengandung protein 27,56 gram,
lemak 10,25 gram, serat kasar 15,55 gram, pati 12,91 gram, abu 8,28 gram dan karoten
71,64 ppm (berdasarkan bobot kering) (Soetanto, 1981).
Menurut hasil penelitian Almasyhuri, dkk (1996), daun singkong segar sebanyak 100
gram dapat menghasilkan daun kering sekitar 27,4 - 28,3 gram atau sekitar seperempat dari
bahan segar. Daun singkong yang telah dijadikan tepung masih mengandung β-karoten
cukup tinggi. Tepung daun singkong tua kering mengandung β-karoten sebesar 13.834 μg
per 100 gr dengan kadar air sebesar 6,1%, sedangkan tepung daun singkong muda kering
mengandung β-karoten sebesar 13.442 μg per 100 gr dengan kadar air sebesar 5,8%. Bila
masing-masing dihitung dalam 100 gram bahan, maka tepung daun singkong mengandung
β-karoten sekitar 3 kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan β-karoten dalam daun
singkong segar. Bertambah tingginya kandungan β-karoten dalam tepung daun singkong
disebabkan terjadinya penguapan air.
Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan b. Daun singkong mempunyai
kandungan klorofil yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis daun lainnya, pad daun
singkong memiliki klorofil a 2853.2 µg/g dan klorofil b 1114.3 µg/g. Salah satu sifat kimia
klorofil yang penting adalah kelabilan yang ekstrim, seperti sensitif terhadap cahaya, pana,
oksigen dan degradasi kimia (Gross, 1991).
Pembuatan tepung daun singkong dilakukan dengan memberikan perlakuan
pendahuluan yaitu perendaman dalam air selama 6 (enam) jam, dengan maksud untuk
menghilangkan atau mengurangi senyawa sianida. Kemudian diblansir uap selama 3 (tiga)
menit, pengeringan pada suhu 45oC, penggilingan dan pengayakan (Soetanto, 1981).
II.4 Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan hasil olahan biji gandum yang biasanya digunakan untuk
bahan baku produk pangan, seperti mi (mi instan, mi kering, mi basah), biskuit, roti, serta
-
7
cake. Tepung terigu mempunyai karakteristik yang berbeda dengan tepung lainnya yaitu
memilki gluten didalamnya. Gluten merupakan campuran antara dua jenis protein gandum
yaitu glutenin dan gliadin. Glutenin memberikan sifat yang tegar dan gliadin memberikan
sifat yang lengket, sehingga mampu memerangkap gas yang terbentuk selama proses
pengembangan adonan. Gluten merupakan protein yang tidak larut dalam air
(Winarno,2002). Penurunan kadar air pada adonan disebabkan oleh berkurangnya
penggunaan tepung terigu (Hartati dan Prana, 2003).
Berdasarkan kandungan glutennya tepung terigu dibedakan menjadi 3 kategori,
kategoti tersebut adalah:
1. Tepung terigu dengan kandungan protein tinggi (hard flour)
Hard flour memiliki kandungan protein antara 12%-14%. Tepung jenis ini merupakan
tepung yang sangat baik untuk membuat berbagai jenis roti.
2. Tepung terigu dengan kandungan protein sedang (medium flour)
Medium flour memilki kandungan protein antara 10%-11.5%. tepung jenis ini
merupakan tepung yang digunakan untuk berbagai jenis aplikasi produk, seperti untuk
membuat aneka cake, mie basah, bolu dan aneka pastry
3. Tepung terigu dengan kandungan protein rendah (soft flour)
Soft flour meilki kandungan protein antara 8%-9,5%.Produk-produk yang cocok
manggunakan bahan dasar tepung soft adalah cookies atau biskuit, wafer, goreng-
gorengan, mie kering (Syarbini, 2013). Kandungan zat gizi yang terdapat pada tepung
terigu per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 02.
Tabel 02. Kandungan gizi tepung per 100 gram tepung terigu
No. Kandunagn gizi Jumlah Jumlah
1. Protein (g) 13
2. Lemak (g) 0,9
3. Karbohidrat (g) 70
4. Energi (kkal) 340
Sumber : Astawan, 2009.
Dalam pembuatan brownies tepung yang digunakan adalah tepung terigu jenis
medium karena brownies tidak memerlukan volume yang besar atau mengembang, jadi
tepung terigu yang cocok untuk membuat brownies menggunakan tepung terigu medium.
Fungsi dari tepung terigu dalam pembuatan brownies adalah sebagai pembentuk struktur
dan tekstur brownies, pengikat bahan-bahan lain dan mendistribusikannya secara merata,
serta berperan dalam membentuk cita rasa (Syarbini, 2013).
-
8
II.5 Gula
Gula merupakan bahan yang digunakan untuk memberikan rasa manis pada sebuah
produk. Pemberian gula pada pembuatan brownies berfungsi untuk memberikan rasa juga
berpengaruh terhadap pembentukan struktur brownies, memperbaiki tekstur dan
keempukan, memperpanjang kesegaran dengan cara mengikat air, serta merangsang
pembentukan warna yang baik. Selain itu, gula yang ditambahkan juga dapat berfungsi
sebagai pengawet karena gula dapat mengurangi kadar air bahan pangan, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Astawan, 2009). Dalam pembuatan brownies
gula yang digunakan adalah gula pasir. Adapun Jenis- jenis gula berdasarkan bentuk fisik
diantaranya :
1. Gula pasir adalah gula yang dihasilkan dari tebu atau bid (sukrosa), mempunyai kristal
yang besar, derajat kemanisan 100%.
2. Gula kastor adalah gula pasir yang butirannya lebih halus, tingkat kemanisannya 100%.
3. Gula bubuk (icing sugar) adalah gula pasir yang digiling halus seperti tepung.
4. Fondant adalah gula yang dimasak (sirup berwarna coklat yang ditambah 10% glukosa
untuk mencegah pengkristalan pada permukaannya).
5. Brown sugar (farin): merupakan gula glukosa (tebu/bid) yang proses pembuatannya
belum selesai atau belum sempurna. Gula yang kristalnya masih mengandung molases
(sirup yang berwarna coklat yang muncul dalam pembuatan gula) tingkat kemanisannya
65% dari gula kastor. Gula ini digunakan jika ingin memberikan rasa dan warna pada
kue atau roti (Syarbini, 2013).
Gula merupakan bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan kue kering atau
basah. Jumlah gula yang ditambahkan biasanya berpengaruh terhadap tekstur dan
kenmpakan kue tersebut. semakin tinggi jumlah gula yang ditambahkan dalam adonan
maka semakin keras pula produk yang dihasilkan (Matz dan Matz, 1978).
II.6 Telur
Telur adalah bahan tambahan dalam proses pembuatan produk-produk bakery,
terutama untuk proses pembutan cake dan adonan manis. Telur terdiri dari 3 bagian utama,
yaitu: telur utuh, kuning telur, dan putih telur. Fungsi telur dalam pembuatan brownies
adalah untuk menambah nilai gizi, yaitu protein sebanyak 13.3 (%) serta memperbaiki
tekstur, cita rasa dan meningkatkan keempukan brownies (Pyler, 1979). Selain itu telur
juga berfungsi sebagai emulsifer, sebagai pengembang adonan, pemberi warna, sebagai
bahan pengikat dalam adonan, pengempukan dan melembabkan serta mengkilapkan
-
9
permukaan kue bila digunakan sebagai bahan pengoles (Nuraini, 2010). Kandungan kimia
(komposisi) rata-rata telur ditampilkan pada Tabel 03.
Tabel 03. Kandungan Kimia (Komposisi) Rata-Rata Telur
Komposisi Telur Utuh (%) Kuning Telur (%) Putih Telur (%)
Kadar Air 73 49 86
Protein 13,3 17,7 11,6
Lemak 11,5 31,6 0,2
Kadar Abu 1,0 1,5 0,8
Sumber : Pyler, 1979.
II.7 Margarin
Margarin merupakan emulsi air dalam minyak dengan fase kontinyu berupa lemak
yang terdispersi dalam cairan. Margarine menganandung lemak kurang lebih 80% dan
kadar air maksimal 16% dengan bahan-bahan lain seperti garam, perasa, emilsier, pewarna
makanan, dan vitamin. Dalam pembuatan brownies lemak yang digunakan adalah
margarin (Susanty, 2012).
Fungsi margarin dalam pembuatan brownies adalah sebagai pelumas adonan,
meningkatkan kelembutan dan keempukan, meningkatkan cita rasa dan meningkatkan nilai
gizi atau nutrisi. Tetapi jika lemak yang digunakan terlalu banyak akan mengakibatkan
brownies lembek dan memiliki daya simpan yang kurang lama.
II.8 Coklat Batang
Coklat merupakan makanan yang diolah dari biji kakao. Kata cokelat berasal dari
xocoatl (bahasa nasional suku Aztec) yang kemudian kata tersebut berkembang menjadi
kata chocolat yang berarti minuman pahit. Coklat memiliki beberapa jenis adalah sebagai
berikut :
1. Couverture Chocolate
Jenis couverture adalah cokelat asli yang biasanya mengandung lemak cokelat, Secara
garis besar kandungan di dalam cokelat couverture adalah cocoa mass dan cocoa butter
dan gula (untuk tipe dark chocolate).
2. Compound Chocolate
Compound Chocolate komposisinya hampir sama dengan couverture chocolate tetapi
cocoa butter yang ada digantikan oleh lemak nabati lainnya. Secara rasa compound
chocolate cenderung manis. Compound chocolate lebih banyak digunakan untuk cokelat
dekorasi dan aneka cake. Ada 3 jenis coholate compound yaitu :
-
10
a. Dark chocolate compound : yaitu cokelat batangan yang berwarna pekat, rasa
cokelatnya lebih terasa dan tidak mengandung susu. Cokelat jenis ini baik digunakan
untuk kue, cake, dan aneka makanan ringan lainnya.
b. Milk chocolate compound : yaitu cokelat batangan yang berwarna cokelat yang
merupakan campuran gula, kakao, cokelat cair, susu, dan vanila.
c. White chocolate compound : yaitu cokelat batangan yang berwarna putih,
mengandung cokelat batangan yang berwarna putih, mengandung cokelat dan caco
butter.
Dalam pembutan brownies coklat yang digunakan adalah dark chocolate
compuound. Fungsi coklat dalam pembuatan brownies adalah sebagai pemberi rasa dan
warna (Maulida, 2014).
II.9 Coklat Bubuk
Coklat bubuk adalah cokelat yang mempunyai aroma yang kuat, tidak tengik, tidak
bulukan, dan tidak berjamur. Ada beberapa jenis coklat bubuk yaitu coklat bubuk yang
berwarna pekat dan beraroma pahit yang sangat berguna karena mempunyait sifat
mengeringkan adonan kue.
Jenis lainnya yaitu coklat bubuk yang mempunyai kepekatan sedang, atau coklat
bubuk yang sedang yang mudah ditemukan di swalayan atau pasar. Coklat bubuk atau
cocoa powder terbuat dari bungkil/ampas biji coklat yang telah dipisahkan lemak
coklatnya. Bungkil ini dikeringkan dan digiling halus sehingga terbentuk tepung
coklat (Prasetyaningsih, 2010).
II.10 Baking Powder
Baking Powder merupakan Sodium Bikarbonat (soda kue) yang sudah dicampur
dengan asam (cream of tartar) dan bahan pengering (pati). Baking Powder ada 2 jenis,
yaitu single acting dan double acting. Single Acting diaktifasi pada saat terkena cairan
(saat pencampuran) karena itu setelah pencampuran adonan harus segera dipanggang.
Sedangkan Double Acting pada saat pencampuran adonan, gas yang terbentuk mulai
muncul tetapi mayoritas gas terbentuk pada saat suhu adonan meningkat yaitu waktu
dipanggang. Karenanya adonan tidak masalah jika harus menunggu sebelum
dioven (Bahalwan, 2011).
-
11
II.11 Uji organoleptik
Penilaian organoleptik disebut juga penilaian dengan indera atau penilain sensorik
merupakan suatu cara penilaian yang paling sederhana. Penilaian organoleptik banyak
digunakan untuk menilai mutu komoditi hasil pertanian dan makanan. Penilaian dengan
cara ini banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. kadang-
kadang penilaian ini dapat memberikan hasil penelitian yang sangat teliti, sifat subjektif
pangan lebih umum disebut organoleptik atau sifat inderawi karena penilaian didasarkan
pada rangsangan sensorik pada organ indera (Soekarto dan Hubeis, 2000).
II.12 Uji Organoleptik Metode Hedonik (Soekarto 1985)
Uji organoleptik yang digunakan adalah uji rating hedonik (kesukaan). Dalam uji
rating hedonik, panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
ketidaksukaannya terhadap empat formula brownies kukus. Pengujian ini menggunakan
skor skala kesukaan yaitu : 5 (sangat suka), 4 (suka), 3 (agak suka), 2 (tidak suka), 1
(sangat tidak suka). Parameter yang diuji secara sensori adalah aroma, rasa, tekstur dan
warna. Dalam uji ranking hedonik, panelis diminta untuk mengurutkan empat sampel yang
disajikan menurut tingkat kesukaannya. Sampel yang sangat disukai diberi nilai 5 (lima)
sedangkan sampel yang sangat tidak disukai diberi 1 (satu). Sampel dengan nilai rata-rata
terendah adalah sampel yang paling tidak disukai. Panelis yang digunakan dalam uji rating
hedonik merupakan panelis semi terlatih sejumlah 25 orang panelis dilakukan secara acak.
-
12
III. METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Desember 2017, di Laboratorium
Pengolahan Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian dan Laboratorium Terpadu, Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom, sendok, ayakan
tepung, timbangan analitik, mixer, grinder, oven, cetakan, panci, pengaduk, pisau, cawan,
gelas kimia, desikator, labu kjedahl, soxhlet.
Bahan-bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah tepung daun
singkong, tepung terigu, gula pasir, telur, susu bubuk, vanili, margarin, baking powder,
dark coklat, coklat batang, minyak sayur. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
analisa adalah H2SO4, NaOH, H2BO3, HCl, H2O2, HNO3. serta bahan pendukung lainnya
label, aluminium foil, dan aquadest.
III.3 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari dua tahap sebagai berikut :
Tahap I. Pembuatan tepung daun singkong
Pembuatan tepung daun singkong dilakukan dengan menyiapkan daun singkong
yang masih muda sebagai bahan baku. Selanjutnya direndam dalam air selama 6 (enam)
jam dengan maksud untuk menghilangkan atau mengurangi senyawa sianida, daun
singkong dibilas untuk menghilangkan kotoran. Kemudian diblansir uap selama 3 (tiga)
menit, setelah itu, dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC (Vacum drying), setelah daun
singkong dikeringkan maka selanjutnya dilakukan penepungan dengan cara digiling
menggunakan grinder. Selanjutnya diayak dengan ukuran ayakan 100 mesh. Proses
pembuatan tepung daun singkong dapat dilihat pada Gambar 01.
Tahap II. Pembuatan Brownies Kukus
Pembuatan brownies dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan. Langkah awal
dimulai dengan menimbang gula pasir sebanyak 20% dan telur sebanyak 22% dikocok
menggunakan mixer hingga mengembang. Kemudian ditambahkan susu skim sebanyak
3,2%, vanili 0,4 %, dan baking powder 0,4 %. Selanjutnya ditambahkan dengan bahan
-
13
pengisi yaitu tepung terigu dan tepung daun singkong berdasarkan perlakuan. Setelah itu,
ditambahkan coklat bubuk sebanyak 5%, mixer hingga adonan tercampur merata.
Masukkan coklat batang 14% yang telah disteam dengan minyak sayur sebanyak 10%,
kocok hingga homogen. Selanjutnya masukkan adonan kedalam loyang yang telah diolesi
margarin, kemudian dilakukan pengukusan adonan selama ± 30 menit dengan suhu 100oC.
Proses pembuatan tepung daun singkong dapat dilihat pada Gambar 01.
Pembilasan daun singkong dengan
menggunakan air
Perendaman selama 6 jam dengan
menggunakan air
Daun Singkong Muda
Pemblansiran dengan metode uap
selama 3 menit
Pengeringan dengan vacum drying pada
suhu 60oC
hingga kering
Penepungan daun singkong dengan
menggunakan grinder
Tepung daun singkong
Pengayakan 100 mesh
Analisa:
- Analisa Kadar Serat
- Analisa Mineral (Fe, P, Ca)
- Kadar air
Gambar 01. Diagram Alir Pembuatan Tepung Daun Singkong
-
14
Perlakuan:
A0 = 100% Tepung terigu : 0 (Kontrol)
A1 = 85% Tepung terigu : Tepung daun singkong 15%
A2 = 70% Tepung terigu : Tepung daun singkong 30%
A3 = 55% Tepung terigu : Tepung daun singkong 45%
Pengocokan dengan mixer
hingga mengembang
- Gula 20%
- Telur 22%
- Susu skim 3,2%
- Vanili 0,4%
- Baking powder 0,4%
Pencampuran
- Coklat bubuk 5%
- Dark Coklat 14% yang telah disteam
- Minyak sayur 10%
Pengocokan hingga
homogen
Adonan
Pengukusan selama ± 30
menit pada suhu 1000C
Brownies
Analisa:
- PROKSIMAT
- Analisa Mineral (Fe, P, Ca)
- Analisa Kadar Serat
- Uji Organoleptik
Pencetakan ke dalam
loyang
Gambar 02. Diagram Alir Pembuatan Brownies Kukus
-
15
III.4 Desain Penelitian
Penelitan ini dilakukan dengan perlakuan penambahan tepung terigu dan tepung
daun singkong pada pembuatan brownies dengan perbandingan :
A0 = 100% Tepung terigu : 0 (kontrol)
A1 = 85% Tepung terigu : 15% Tepung daun singkong
A2 = 70% Tepung terigu : 30% Tepung daun singkong
A3 = 55% Tepung terigu : 45% Tepung daun singkong
III.5 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada penelitian ini yaitu uji organoleptik (rasa, warna, aroma,
tekstur), uji kadar abu, kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, serta uji
mineral (Ca, P, Fe)
a. Uji organoleptik (Rampengan dkk., 1985)
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaaan atau kelayakan suatu
produk agar dapat diterima oleh panelis. Metode pengujian yang dilakukan adalah metode
uji hedonik yang meliputi rasa, warna, aroma dan tekstur. Metode uji hedonik ini, panelis
diminta memberi penilaian berdasarkan tingkat kesukaan terhadap sampel dengan beberapa
perlakuan. Skor yang digunakan adalah 5 (sangat suka), 4 (suka), 3 (agak suka), 2 (tidak
suka), 1 (sangat tidak suka).
b. Kadar Air (Sudarmadji dkk., 1997)
Cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit. Sampel dihaluskan dan
ditimbang sebanyak 2- 5 gr dalam cawan yang telah diketahui beratnya, kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 4 jam, kemudian di dinginkan dalam
desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Selanjutnya dipanaskan kembali selama 30
menit kemudian didinginkan kembali kedalam desikator dan ditimbang. Perlakuan ini
diulangi sampai tercapai berat konstan, kemudian dihitung kadar air dengan rumus :
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 100%
c. Kadar Abu (AOAC, 1990)
Cawan pengabuan dikeringkan dalam oven selama 20 menit kemudian didinginkan
dalam desikator 3-5 menit lalu ditimbang. Sampel ditimbang kurang lebih 5 gram dalam
cawan. Kemudian cawan pengabuan dimasukkan kedalam tanur dengan suhu yang
-
16
digunakan 400oC-600
oC dan dibakar sampai didapat abu berwarna abu-abu atau sampai
beratnya tetap. Selanjutnya bahan didinginkan lalu ditimbang. Kemudian dihitung
menggunakan rumus :
% 𝐴𝑏𝑢 =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 𝑔𝑟
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟) 𝑥 100%
d. Kadar Lemak (Sudarmadji dkk., 1997)
Ditimbang dengan teliti 1 g sampel, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi berskala
10 ml, ditambahkan kloroform mendekati skala. Kemudian ditutup rapat, dikocok dan
dibiarkan semalam, lalu dikocok hingga homogen kemudian disaring dengan kertas saring
ke dalam tabung reaksi Dipipet 5 ml ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya (a
gram) lalu diovenkan suhu 100oC selama tiga jam. Dimasukkan kedalam desikator ± 30
menit kemudian ditimbang (b gram). Dihitung kadar lemak kasar dengan rumus sebagai
berikut :
% Lemak =p a − b
berat sampelx 100%
Keterangan : P = pengenceran (10/5 = 2)
e. Kadar Protein (Sudarmadji dkk.,1997)
Sampel ditimbang dengan teliti ± 0,5 gram sampel, Masukkan kedalam labu
khjedhal, Tambahkan ± 1 gram campuran selenium dan 25 ml H2SO4 pekat, labu khjedhal
bersama isinya di goyangkan sampai semua sampel terbasahi dengan H2SO4, Destruksi
dalam lemari asam sampai jernih dan biarkan dingin kemudian tuang kedalam labu ukur
100 ml dan bilas dengan air suling. Biarkan dingin kemudian impitkan hingga tanda garis
dengan air suling lalu kocok hingga homogen. Siapkan panampungan yang terdiri dari 10
ml H3BO3 2% + 4 tetes larutan indicator campuran dalam erlenmeyer. Pipit 5 ml larutan
sampel kedalam labu destilasi. Tambahkan 10 ml NaOH 30% dan 100 ml air suling.
Kamudian suling hingga volume penampung menjadi ± 50 ml. Bilas ujung penyuling
dengan air suling kemudian penampung bersama isinya di titrasi dengan larutan H2SO4
0,0171 N.
% Kadar Protein =V x N x 14 x 6,25 x P
berat sampel (mgr)X 100%
Keterangan : V=Volume Titrasi contoh, N=Normalitas Larutan H2SO4, P=Faktor
Pengenceran.
-
17
f. Kadar Karbohidrat (Winarno, 2004)
Ada beberapa cara analisis yang dapat digunakan untuk diperkirakan kandungan
karbohidrat dalam bahan makanan, yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan
kasar (proximate Analisys). proximate Analisys melalui perhitungan sebagai berikut :
% Karbohidrat = 100% - % (protein + lemak + abu + air).
g. Uji Kadar Mineral Dengan Metode AAS (Atomic Absorption Spectroscopy)
(Syahputra, 2004)
- Persiapan sampel ( Besi (Fe), Phosfor (P), Kalsium (Ca) )
Siapkan Cawan porselin yang telah dibersih lalu di ovenkan pada suhu 105oC selama
2 jam. Dinginkan dalam desikator selama ½ jam kemudian di timbang (a gram), Kedalam
cawan porselin di timbang ± 1 gram contoh (cawan porselin + contoh = b gram). Cawan
porselin bersama contoh dalam penetapan kadar air di masukkan kedalam tanur listrik.
Suhu tanur di atur hingga 600oC, kemudian di biarkan 3 jam sampai menjadi abu (untuk
mempercepat proses pengabuan sekali-kali tanur di buka) Biarkan agak dingin kemudian
masukkan kedalam desikator selama ½ jam. Abu dalam cawan porselin pada penetapan
kadar abu ditambahkan 3 – 5 ml HNO3 dan H2O2. Encerkan dengan air suling hingga
volume mendekati bibir cawan dan biarkan bermalam. Tuang kedalam labu ukur 100 ml,
bilas dengan air suling hingga tanda garis lalu kocok hingga homogen (siap untuk
penetapan mineral). Saring menggunakan kertas saring. Injekkan ke alat AAS. Buat kurva
standar sesuai logam yang akan di analisis.
- Menentukan Kadar ( Besi (Fe), Phosfor (P), Kalsium (Ca) )
a) Membuat larutan standar 100 ppm
Dipipet larutan induk 1000 ppm sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan akuades dalam
labu takar 100 ml yang volumenya ditepatkan sampai tanda batas.
b) Membuat deret standar (Fe, P, Ca) dan kurva kalibrasi
Dari larutan standar (Fe, P, Ca) 100 ppm dibuat deret standar sebagai berikut: 1 ppm, 2
ppm, 3 ppm, dan 4 ppm. Dengan cara mengisi masing-masing labu takar dengan larutan
standar (Fe, P, Ca) sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, dan 4 ml, kemudian volumenya
ditepatkan sampai tanda batas. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang
422,7 nm. Setelah itu dibuat kurva kalibrasi.
-
18
c) Menentukan kadar (Fe, P, Ca) dalam sampel dengan menggunakan AAS
Kadar (Fe, P, Ca) dalam larutan sampel ditentukan dengan cara mengukur serapannya
dengan panjang gelombang 422,7 nm. Data serapan sampel yang diperoleh dianalisis
untuk mendapatkan konsentrasi sampel dengan menggunakan persamaan kurva
kalibrasi.
- Analisis data
Dari hasil pengukuran deret larutan standar dibuatkan grafik untuk mineral (Fe, P, Ca).
Data yang diperoleh dianalisis untuk mendapatkan konsentrasi sampel dengan
menggunakan persamaan kurva kalibrasi, yaitu:
Y = a + bX
Dimana : Y = Nilai absorbans (A)
a = Tetapan (Konstanta)
b = kemiringan garis
X = konsentrasi larutan sampel
i. Analisis Serat kasar (Sudarmadji dkk., 1997)
Prosedur pengujian kadar serat kasar yaitu bahan ditimbang 0,5 gram lalu
dimasukkan kedalam tabung reaksi tertutup. Ditambahkan 30 ml H2SO4 0,3 N. Diekstraksi
dalam air mendidih selama 30 menit. Ditambahkan 15 ml NaOH 1,5 N. Diekstraksi dalam
air mendidih selama 30 menit. Disaring kedalam sintered glass nomor 1. Dihisap dengan
pompa vakum. Dilakukan pencucian berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4
0,3 N, 50 ml air panas dan 50 ml aseton. Dikeringkan selama 8 jam atau dibiarkan
bermalam. Didinginkan dalam desikator ±30 menit lalu ditimbang (a gr). Selanjutnya
diabukan dalam tanur listrik selama 3 jam pada suhu 5000C. Lalu dibiarkan agak dingin
kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (b gr).
Selanjutnya tahap terakhir dilakukan perhitungan kadar serat dengan rumus berikut.
% Kadar Serat =a − b
berat sampel x 100%
Keterangan: a = berat bahan sebelum diabukan, b = berat bahan setelah diabukan.
II.6 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan diolah dengan menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan uji organoleptik menggunakan metode deskriptif
kuantitatif dengan tiga kali ulangan. Jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan untuk mengetahui data yang berbeda nyata.
-
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Brownies merupakan produk bakery yang termasuk dalam kategori cake. Produk
bakery meliputi roti, cookies dan cake merupakan produk yang banyak dikonsumsi.
Perbedaan brownies dengan cake adalah brownies memiliki tekstur yang lebih padat dan
eras dibandingkan dengan cake. Hal ini dikarenakan bownis tidak memerlukan
penembangan yang dihasilkan oleh gluten (Cauvain dan Young, 2006).
IV.1 Analisa Tepung Daun singkong
IV.1.1 Kadar Air ( Dry Basis)
Analisa kadar air dilakukan untuk mengetahui tingkat kadar air yang ada pada tepung
daun singkong tersebut. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan
acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan tersebut. Kadar air dalam bahan pangan
juga dapat mempengaruhi terhadap kenampakan, tekstur dan cita rasa dari suatu makanan.
Hal ini sesuai dengan Winarno (2002) yang menyatakan bahwa air merupakan komponen
terpenting dalam bahan makanan, karena air mempengaruhi penampakan tekstur, serta cita
rasa makanan. Kandungan beberapa bahan makanan tidak dapat ditentukan dari keadaan
fisik bahan tersebut, misalnya saja tepung seakan akan tidak mengandung air. Semua
bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan
hewani maupun nabati.
Hasil pengujian kadar air tepung daun singkong yang diperoleh adalah 5,6 %. Kadar
air tepung daun singkong masih memenuhi SNI kadar air tepung pada umumnya yaitu
berkisar maksimal 14,5%. Hal ini sesuai dengan Almasyhuri (1996) yang menyatakan
bahwa tepung daun singkong muda kering mengandung kadar air sebesar 5,8%. Hal ini di
dukung oleh Winarno (2002), yang menyatakan bahwa semakin meningkatnya suhu dan
lama pengeringan maka rendemen yang dihasilkan akan semakin menurun, hal ini karena
terkait dengan jumlah air yang menguap dari bahan semakin tinggi.
IV.1.2 Kadar Mineral (Fe, P, Ca)
Mineral merupakan komponen inorganik yang terdapat dalam tubuh manusia.
Mineral merupakan unsur isensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting
dalam pengendalian komposisi cairan tubuh 65% adalah air dalam bobot tubuh. Menurut
Whitten dan Brooks (1972) mineral merupakan bahan padat dengan struktur homogen
mempunyai kompisisi kimia tertentu, di bentuk oleh proses alam yg anorganik. Mineral-
-
20
mineral yang dibutuhkan tubuh akan memiliki fungsi khasnya masing-masing seperti
kalsium yang berperan dalam pembentukan struktur tulang & gigi, natrium berfungsi
dalam menjaga kesimbangan cairan tubuh atau juga kalsium yang berfungsi untuk
memperlancar kontraksi otot. Hasil analisa mineral yang diperoleh yaitu Kalsium (Ca) 16
mg/g, Fosfor (P) 3,9 mg/g, Besi (Fe) 36,85 ppm.
IV.1.3 Kadar Serat Kasar
Serat makanan sering juga disebut sebagai ”unavailable carbohydrate” sedangkan
yang tergolong sebagai ”available carbohydrate” adalah gula, pati dan dekstrin, karena zat-
zat tersebut dapat dihidrolisa dan diabsorpsi manusia, yang kemudian di dalam tubuh
diubah menjadi glukosa dan akhirnya menjadi energi atau disimpan dalam bentuk lemak.
Serat makanan ini terdiri dari dinding sel tanaman yang sebagian besar mengandung 3
macam polisakarida yaitu sellulosa, zat pektin dan hemisellulosa. Selain itu juga
mengandung zat yang bukan karbohidrat yakni lignin (Piliang dan Djojosoebagio, 2002).
Hasil analisa kadar serat tepung daun singkong yaitu 8,69%. Kelebihan tepung daun
singkong lainnya adalah memiliki serat kasar yang tinggi.
IV.2 Analisa Produk Brownies Kukus
IV.2.1 Kadar Air
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan, persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan
berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Air merupakan
kandungan penting dalam bahan pangan karena salah satu karakteristik yang sangat
penting dalam bahan pangan. Kandungan air dapat menentukan tingkat kesegaran dan
keawetan bahan pangan yang disimpan. penentuan kadar air dari suatu bahan pangan
sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat
penanganan yang tepat sehingga penting dilakukan pengeluaran sebagian kandungan air
pada bahan agar dapat mencegah terjadinya kecepatan kerusakan. Hal ini sesuai dengan
Ishak (2006) yang menyatakan bahwa penurunan kadar air dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu pengeringan, evaporasi konsentrat atau pembekuan. Penentuan kadar
air terhadap brownies tersebut menggunakan metode berat kering (dry basis). Hasil
pengujian kadar air brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 03.
-
21
Gambar 03. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun
Singkong Terhadap Kadar Air Brownies Kukus.
Hasil analisa kadar air menunjukkan bahwa kadar air menurun dari 22,52 %
(penggunaan tepung terigu 100%) ke 20,83% (penggunaan tepung daun singkong 45%).
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan tidak
berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap kadar air brownies kukus yang dihasilkan. Hal
ini disebabkan karena jumlah konsentrasi tepung daun singkong yang ditambahkan sedikit.
Selain itu, kadar air awal tepung daun singkong yang digunakan dalam pembuatan
brownies kukus memiliki kadar air yang rendah yaitu sekitar 5,6%. Kadar air yang rendah
pada tepung daun singkong dipengaruhi oleh proses pengeringan dalam waktu yang lama.
Semakin lama proses pengeringan, maka kadar air yang dihasilkan akan semakin rendah.
Hal ini didukung oleh penelitian Taib et al. (1997) dalam Fitriani (2008), yang menyatakan
bahwa kemampuan bahan untuk melepaskan air dari permukaannya akan semakin besar
dengan meningkatnya suhu udara pengering yang digunakan dan makin lamanya proses
pengeringan, sehingga kadar air yang dihasilkan semakin rendah.
IV.2.2 Protein
Protein merupakan zat gizi yang amat penting bagi tubuh , karena zat ini disamping
berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan
pengatur (Winarno, 2004). molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan kadang kala sulfur dan fosfor. Protein pada umumnya berfungsi sebagai zat
pembangun tubuh dan pelindung tubuh, pendorong metabolisme dan penyokong organ
tubuh dalam berbagai aktivitasnya. Hasil pengujian kadar protein terhadap brownies kukus
dapat dilihat pada Gambar 04.
22,52 (a) 22,32 (a) 21,64 (a) 20,83 (a)
0
5
10
15
20
25
30
100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%
Kad
ar A
ir
(%)
Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung
Daun singkong (TDS)
-
22
Gambar 04. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun
Singkong Terhadap Protein Brownies Kukus.
Hasil analisa kadar protein brownies kukus menunjukkan bahwa kadar protein
meningkat dari 7,89% (penggunaan tepung terigu 100%) ke 9,48% (penggunaan tepung
daun singkong 45%). Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya
pengaruh nyata pada taraf 5% terhadap protein brownies kukus yang dihasilkan sehingga
dilakukan uji lanjut duncan. Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0
(penggunaan tepung terigu 100%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 85% tepung
terigu : 15% tepung daun singkong akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan 70%
tepung terigu : 30% tepung daun singkong dan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung
daun singkong. Sedangkan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tetapi berbeda nyata dengan
perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu 100%) dan perlakuan 85% tepung terigu :
15% tepung daun singkong. Hal ini disebabkan oleh pengaruh protein yang terdapat dalam
tepung daun singkong tersebut yaitu sebesar >20%. Penambahan tepung daun singkong
yang semakin meningkat akan menyebabkan kadar protein brownies kukus meningkat.
Peningkatan protein disamping dari penggunaan tepung daun singkong juga dari
penambahan tepung terigu yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan Marhaeniyanto (2007),
yang menyatakan bahwa daun singkong pada umumnya memiliki kandungan protein
berkisar antara 20-27% dari bahan kering. Dilihat dari tingginya kandungan protein kasar
daun singkong sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein alternatif.
IV.2.3 Kadar Abu
Menurut Winarno (2004), kadar abu dalam makanan berasal dari zat anorganik sisa
pembakaran yang terdiri dari bagan mineral seperti fosfor, kalsium, belerang, sodium dan
7,89 (a) 8,21 (a)8,92 (b)
9,48 (b)
0
2
4
6
8
10
12
100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%
Prote
in(%
)
Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung
Daun Singkong (TDS)
-
23
bahan lainnya. Selanjutnya Widrial (2005) kadar abu juga ditimbulkan oleh banyaknya
kadar garam, pengawet dan bahan mentah. Dalam proses pembakaran bahan organik
terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, hal itulah yang disebut abu. Hasil pengujan kadar
abu pada brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 05.
Gambar 05. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun
Singkong Terhadap Kadar Abu Brownies Kukus.
Hasil analisa kadar abu terhadap brownies kukus menunjukkan bahwa kadar abu
meningkat dari 1,8% (penggunaan tepung terigu 100%) ke 2,88% (penggunaan tepung
daun singkong 45%). Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya
pengaruh nyata pada taraf 5% terhadap kadar abu brownies kukus yang dihasilkan,
sehingga dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan
100% : 0 (penggunaan tepung terigu 100%), perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung
daun singkong dan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong tidak
berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung
daun singkong. Hal ini dipengaruhi oleh penambahan tepung daun singkong yang telah
melalui proses pengeringan. Semakin banyak penambahan tepung daun singkong yang
pada brownies kukus, maka semakin meningkat pula kadar abu yang terkandung di
dalamnya. Hal ini sesuai dengan Susanto (2011) yang menyatakan bahwa kadar abu pada
suatu bahan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya substitusi bahan tambahan.
IV.2.4 Kadar Lemak
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan
yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak seringkali ditambakan dengan sengaja ke
bahan makanan dengan berbagai tujuan (Winarno, 2004). Lemak merupakan sumber
energi selain karbohidrat yang dibutuhkan oleh manusia. Lemak terbagi dari lemak nabati
1,8 (a) 1,96 (a)2,08 (a)
2,88 (b)
0
1
2
3
4
5
100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%
Kad
ar A
bu
(%
)
Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung
Daun Singkong (TDS)
-
24
dan hewani yang tersedia di alam. Lemak juga merupakan salah satu unsur yang penting
dalam bahan pangan, karena lemak berfungsi untuk memperbaiki bentuk struktur fisik
bahan pangan, menambah nilai gizi dan kalori, serta memberikan cita rasa yang gurih pada
bahan pangan. Hasil pengujian kadar lemak brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 06.
Gambar 06. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun
Singkong Terhadap Kadar Lemak Brownies Kukus.
Hasil analisa kadar lemak terhadap brownies kukus menunjukkan bahwa kadar
lemak meningkat dari 20,15% (penggunaan tepung terigu 100%) ke 23,68% (penggunaan
tepung daun singkong 45%). Berdasarkan hasil analisa sidik ragam, menunjukkan bahwa
pada setiap perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap kadar lemak
brownies kukus yang dihasilkan. Hal ini dipengaruhi kadar lemak pada tepung daun
singkong yang rendah yaitu 12,9%. Hal ini sesuai dengan Soetanto (1981) yang
menyatakan bahwa kandungan lemak pada tepung daun singkong per 100 gram yaitu
12,9 gram.
IV.2.5 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia.
Khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang. Karbohidrat juga mempunyai
peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan pangan misalnya rasa, warna,
tekstur, dan lain-lain (Winarno, 2004). Hasil pengujian kadar karbohidrat brownies kukus
dapat dilihat pada Gambar 07.
20,15 (a) 20,4 (a) 21,26 (a)23,68 (a)
0
5
10
15
20
25
30
100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%
Lem
ak
(%
)
Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun
Singkong (TDS)
-
25
Gambar 07. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun
Singkong Terhadap Karbohidrat Brownies Kukus.
Hasil analisa karbohidrat brownies kukus menunjukkan bahwa karbohidrat menurun
dari 47,55% (penggunaan tepung terigu 100%) ke 42,13% (penggunaan tepung daun
singkong 45%). Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa jika persentasi
penambahan tepung daun singkong makin besar maka kandungan karbohidrat yang
dihasilkan semakin rendah. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata
pada taraf 5% terhadap kadar karbohidrat brownies kukus, sehingga dilakukan uji lanjut
duncan.
Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu
100%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun
singkong dan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong, akan tetapi
berbeda nyata dengan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong.
Sedangkan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong tidak berbeda nyata
dengan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu 100%) dan perlakuan 85% tepung
terigu : 15% tepung daun singkong. Hal ini disebabkan karena kadar karbohidrat pada
tepung daun singkong lebih rendah dibandingkan dengan tepung terigu. Pada tepung daun
singkong per 100 gram kandungan karbohidratnya mencapai 13 gram, sedangkan pada
tepung terigu kandungan karbohidratnya sebesar 70 gram. Tingginya kandungan
karbohidrat pada tepung terigu ini karena karbohidrat merupakan komponen penyusun
terbesar pada tepung terigu. Hal ini sesuai dengan Astawan (2009), yang menyatakan
bahwa komponen terbesar dalam 100 gram tepung terigu adalah karbohidrat sebesar 70
gram per 100 gram tepung terigu.
47,55 (a) 47,15 (a) 45,14 (ab)42,13 (b)
0
10
20
30
40
50
60
100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%
Karb
oh
idrat
(%)
Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun
Singkong (TDS)
-
26
IV.2.6 Kadar Serat Kasar
Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena angka
ini merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu,
kandungan serat kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan,
pada serat pangan memiliki 0,2-0,5 gram dari serat kasar. Serat kasar mempunyai peran
yang penting bagi kesehatan tubuh. Almatsier (2009) menyatakan bahwa serat sangat
penting dalam proses pencernaan makanan dalam tubuh. Kekurangan serat dapat
menyebabkan diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan batu ginjal. Hasil pengujian
kadar serat brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 08.
Gambar 08. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun
Singkong Terhadap Kadar serat Brownies Kukus.
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata pada taraf 5%
terhadap kadar serat brownies kukus yang dihasilkan, sehingga dilakukan uji lanjut
duncan. Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung
terigu 100%) berbeda nyata pada setiap perlakuan tetapi perlakuan 70% tepung terigu :
30% tepung daun singkong tidak berbeda nyata dengan perlakuan 55% tepung terigu : 45%
tepung daun singkong. Hal ini dikarenakan penambahan tepung daun singkong, semakin
banyak penambahan tepung daun singkong pada brownies kukus, maka semakin
meningkat pula kadar serat yang terkandung di dalamnya. Hal ini sesuai dengan Ardiyanti
(2001), yang menyatakan bahwa peningkatan kadar serat kasar terjadi karena pada kadar
serat daun singkong mempunyai nilai cukup tinggi sebesar 15,12 gram per 100 gram
tepung daun singkong, sehingga semakin besar substitusi tepung daun singkong maka
kadar serat kasar brownies akan meningkat.
0,25 (a)
0,54 (b)
0,94 (c)
1,12 (c)
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%
Sera
t K
asa
r (
%)
Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun
Singkong (TDS)
-
27
IV.2.7 Kadar Mineral Kalsium (Ca)
Mineral merupakan bahan padat dengan struktur homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu, seperti kalsium yang berperan dalam pembentukan struktur tulang dan gigi.
Hasil penelitian ini menghasilkan produk brownies kukus yang mengandung kalsium yang
cukup memadai untuk konsumen usia pertumbuhan. Hasil analisa kadar kalsium terhadap
brownies kukus menunjukkan bahwa kadar kalsium meningkat dari 6,46 mg/g
(penggunaan tepung terigu 100%) ke 12,56 mg/g (penggunaan tepung daun singkong
45%). Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata pada
taraf 5% terhadap kalsium brownies kukus yang dihasilkan, sehingga dilakukan uji lanjut
duncan. Hasil pengujian mineral kalsium brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 09.
Gambar 09. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun
Singkong Terhadap Kadar Mineral Kalsium Brownies Kukus.
Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu
100%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun
singkong tapi berbeda nyata pada perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun
singkong dan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong. Perlakuan 85%
tepung terigu : 15% tepung daun singkong tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100% : 0
(penggunaan tepung terigu 100%) dan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun
singkong, tapi berbeda nyata dengan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun
singkong. Sedangkan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong tapi
berbeda nyata dengan perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu 100%) dan perlakuan
85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong. Hal ini dipengaruhi oleh penambahan
tepung daun singkong yang semakin meningkat akan menyebabkan kadar kalsium
6,46 (a)
8,83 (ab)
11,4 (bc)12,56 (c)
0
2
4
6
8
10
12
14
100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%
Ca
(m
g/g
)
Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun
Singkong (TDS)
-
28
brownies kukus meningkat. Adonan brownies juga mengandung bahan tambahan seperti
susu bubuk, dan telur. Bahan-bahan tambahan tersebut mengandung kalsium yang cukup
tinggi, sehingga semakin banyak penambahannya maka akan menyebabkan akumulasi
kadar kalsium meningkat. Hal ini sesuai dengan Sukarman (2012) yang menyatakan bahwa
kandungan kalsium yang terdapat pada daun singkong berkisar 1,4%.
IV.2.8 Kadar Mineral Fosfor (P)
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh, sekitar 1 % dari berat
badan. Hasil penelitian ini menghasilkan produk brownies kukus yang mengandung fosfor
yang cukup memadai untuk konsumen usia pertumbuhan. Hasil analisa kadar fosfor
terhadap brownies kukus menunjukkan bahwa kadar fosfor meningkat dari 1,66 mgkg
(penggunaan tepung terigu 100%) ke 2,06 mg/g (penggunaan tepung daun singkong 45%).
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata pada taraf 5%
terhadap kadar fosfor brownies kukus yang dihasilkan, sehingga dilakukan uji lanjut
duncan. Hasil pengujian mineral kalsium brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun
Singkong Terhadap Kadar Mineral Fosfor Brownies Kukus.
Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu
100%) tidak berbeda nyata pada perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong
dan perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong tapi berbeda nyata pada
perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong. Perlakuan 55% tepung terigu :
45% tepung daun singkong tidak berbeda nyata dengan perlakuan 70% tepung terigu : 30%
tepung daun singkong, tapi berbeda nyata dengan perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung
terigu 100%) dan perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong. Hal ini
dikarenakan pengaruh penambahan tepung daun singkong yang semakin meningkat akan
1,66(a) 1,7 (a)1,86 (ab)
2,06 (b)
0
0,5
1
1,5
2
2,5
100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%
P (
mg
/g)
Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun
Singkong (TDS)
-
29
menyebabkan kadar fosfor brownies kukus meningkat. Hal ini sesuai dengan Sukarman
(2012) yang menyatakan bahwa kandungan fosfor yang terdapat pada daun singkong
berkisar 0,3%.
IV.2.9 Kadar Mineral Besi (Fe)
Hasil analisa kadar zat besi terhadap brownies kukus menunjukkan bahwa kadar zat
besi meningkat dari 48,23 ppm (penggunaan tepung terigu 100%) ke 61,06 ppm
(penggunaan tepung daun singkong 45%). Berdasarkan hasil analisa sidik ragam
menunjukkan adanya pengaruh nyata pada taraf 5% terhadap kadar zat besi brownies
kukus yang dihasilkan, sehingga dilakukan uji lanjut duncan. Hasil pengujian kadar
mineral kalsium brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun
Singkong Terhadap Kadar Mineral Besi Brownies Kukus.
Hasil uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung terigu
100%) tidak berbeda nyata pada perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong
tapi berbeda nyata pada perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong dan
perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong. Perlakuan 70% tepung terigu :
30% tepung daun singkong berbeda nyata dengan perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung
terigu 100%), perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong dan perlakuan
55% tepung terigu : 45% tepung daun singkong. Begitu pun perlakuan 55% tepung terigu :
45% tepung daun singkong berbeda nyata dengan perlakuan 100% : 0 (penggunaan tepung
terigu 100%), perlakuan 85% tepung terigu : 15% tepung daun singkong dan perlakuan
70% tepung terigu : 30% tepung daun singkong. Hal ini disebabkan karena pengaruh
penambahan tepung daun singkong yang semakin meningkat akan menyebabkan kadar zat
48,23 (a) 50,29 (a)54,11 (b)
61,06 (c)
0
10
20
30
40
50
60
70
100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%
Fe (
pp
m)
Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun
Singkong (TDS)
-
30
besi brownies kukus meningkat. Selain itu, pengaruh pengolahan dengan pengukusan
merupakan metode pengolahan terbaik. Hal ini sesuai dengan Hidayat (2006) yang
menyatakan bahwa sumber zat besi salah satunya berasal dari daun singkong. Hal ini
didukung oleh Musaiger dan D‟Souza (2008), yang menyatakan bahwa proses pengukusan
adalah metode pengolahan dengan uap panas dimana bahan pangan tidak bersentuhan
langsung dengan air melainkan dengan uap air, sehingga menghasilkan zat mineral larut air
tidak berkurang secara berlebih.
IV.3 Uji Organoleptik Produk Brownies Kukus
IV.3.1 Tekstur
Tekstur merupakan satu sifat fisik dari bahan pangan yang penting. Hal ini
mempunyai hubungan tekstur dengan rasa pada waktu mengunyah bahan tersebut. salah
satu cara penentuan tekstur suatu bahan adalah dengan memberikan beban terhadap bahan
misalnya dengan pemeriksaan bekas jari (Rampengan dkk., 1985). Hasil uji organoleptik
tekstur terhadap brownies kukus dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Hubungan Antara Perbandingan Tepung Terigu Dengan Tepung Daun
Singkong Terhadap Tekstur Brownies Kukus.
Hasil uji organoleptik parameter tekstur pada perbandingan tepung terigu dan
tepung daun singkong terhadap brownies kukus yaitu pada perlakuan 100% : 0
(penggunaan tepung terigu 100%) yakni 4,08 (suka), perlakuan 85% tepung terigu : 15%
tepung daun singkong yaitu 3,72 (agak suka), perlakuan 70% tepung terigu : 30% tepung
daun singkong yaitu 3,4 (agak suka) dan perlakuan 55% tepung terigu : 45% tepung daun
singkong yaitu 3,28 (agak suka). Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan
4,08 (a)3,72 (b)
3,4 (c) 3,28 (c)
1
2
3
4
5
100% : 0 85% : 15% 70% : 30% 55% : 45%
Ra
ta-r
ata
Sk
or T
ek
stu
r (
Sk
ala
1-5
)
Perbandingan Tepung Terigu (TT) Dengan Tepung Daun
Singkong (TDS)
-
31
bahwa semakin tinggi penambahan tepung daun singkong maka tekstur dari produk
brownies kukus semakin tidak disukai.
Hasil analisa sidik r