studi awal konsep pengembangan desain alat...
TRANSCRIPT
STUDI AWAL KONSEP PENGEMBANGAN DESAIN ALAT
MESIN PEMANGKAS DAN PEMANEN SAWIT
Yazid Ismi Intara1, Muchlis Rachmat
2, M. Atta Bary
3 dan
Andi E. Febrinda3
1Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Unmul, [email protected].
2Laboratorium
Rekayasa Pemanenan Hasil Hutan, Fahutan Unmul, [email protected]. 3Laboratorium Teknologi Hasil Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda,
ABSTRACT. Early Study of Development Concept of Oil Palm Pruner and
Harvester Tool-Machinery Design. Oil palm fruits harvesting in Indonesia at
this time have been conducted with effortless tools called "dodos" and "egrek".
Harvesting method by manual traditional tools require many labors and times,
also decrease of crop results. Purposeful that oil palm harvesting process in
plantation must trouble-shooting to get improve development of pruner and
harvester tools design more effective and efficient. Development of oil palm
pruner and harvester tools design as effective, efficient and ergonomic must be
done to anticipate future global competition. One of implementable effort is
passed by making of oil palm pruner-harvester prototype as the effort early
development of tools modernization. Hereinafter research of development design
concept of tool-machinery to make its equipment part of oil palm pruner-
harvester prototype and that continued by performance test of tool-machinery at
site. Research of development design of tool-machinery is compiled based on
early study about maintenance and harvesting aspect, field survey and study
literature. The research scope is to possess of technology election of concept
designing, prototype making and performance testing to get recommend of tool-
machinery mass production. Development design of pruner-harvester machinery
comprising of modernization improvement effort of oil palm maintenance and
harvest that at this time have the character of manually (traditional). Result of the
research is design concept of development cutter tool-machinery for cutting
process of oil palm frond and stem fruits. Research of development concept was
concerning to pruner-harvester still less that can be opportunity to advanced
research which more innovative.
Kata kunci: mesin, pemangkas, pemanen, sawit, pelepah, tandan
Sektor pertanian sebagai sistem agribisnis secara keseluruhan masih tetap memiliki
peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Salah satu sub sektor
perkebunan (non migas) yang dapat diharapkan untuk dapat meningkatkan
kontribusinya dalam perekonomian Indonesia adalah sub sektor perkebunan. Salah
satu hasil perkebunan Indonesia yang dipandang sangat potensial dan strategis untuk
dikembangkan adalah komoditi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Sebagai
produk andalan nasional, minyak sawit mempunyai prospek yang cukup cerah untuk
pertumbuhan ekspor komoditi perkebunan bila dibandingkan dengan produk minyak
nabati lainnya. Usaha untuk meningkatkan produksi masih terus diusahakan, di
207
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011 208
antaranya dengan perluasan areal perkebunan kelapa sawit oleh perkebunan besar
negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar rakyat (Anonim, 2001)
Pemanenan tandan kelapa sawit di Indonesia saat ini masih dilakukan dengan
alat-alat sederhana, yaitu alat yang dinamakan dodos dan egrek. Dodos adalah pisau
yang digunakan untuk memotong pelepah maupun tandan dengan cara disodok.
Egrek adalah pisau berbentuk sabit digunakan untuk memotong pelepah maupun
tandan dengan cara ditarik. Cara pemanenan ini membutuhkan tenaga kerja dan
waktu kerja yang lama, juga mengakibatkan susut panen yang cukup tinggi. Namun
penggunaan alat tradisional yang bersifat manual masih dianggap lebih efisien oleh
pihak masyarakat perkebunan dewasa ini.
Penggunaan alat tradisional yang bersifat manual yang dianggap lebih efisien
seperti tampak pada Gambar 1.
Mata pisau egrek
Mata pisau dodos
Gambar 1. Mata Pisau yang Digunakan untuk Pemanenan Tandan Buah Segar dan Pruner
Pelepah Daun Kelapa Sawit. a) Egrek, b) Dodos
Panen sawit adalah pengambilan buah sawit yang yang telah memenuhi kriteria
matang panen dengan menggunakan alat panen dari pohonnya, selanjutnya bersama
sama brondolannya untuk diangkut ke pabrik. Panen merupakan kegiatan inti dari
operasional kebun kelapa sawit. Tujuan panen sawit menurut Anonim (1996)
adalah:
a. Mendapatkan tujuan TBS yang tinggi.
b. Mendapatkan jumlah minyak dan kernel (rendemen) yang tinggi.
c. Mendapatkan mutu minyak yang tinggi.
d. Biaya panen efisien.
e. Exploitasi berjalan dengan baik sehingga mencapai umur produktif yang lama.
Hasil pengamatan di lapangan teknik pemanenan kelapa sawit pada saat ini
terdapat permasalahan, yaitu kapasitas lapang pemanenan yang rendah dengan hasil
rata-rata per hari bervariasi antara 90200 tandan per operator pemanen, tergantung
kondisi pemanen dan jumlah tandan masak, sedangkan bila saat musim panen
tertentu rata-rata buah yang harus dipanen adalah 200300 tandan buah masak per
hari oleh satu operator pemanen kelapa sawit. Setiap harinya melakukan operasi
pemanenan kelapa sawit dengan luas 2143 m3
areal perkebunan dengan berat tandan
buah rata-rata 618 kg per tandan. Kesulitan lainnya pada waktu hilang untuk
aktivitas memungut (mengutip) buah sawit yang memberondol atau terhambur saat
a b
209 Intara dkk. (2011). Studi Awal Konsep Pengembangan Desain Alat
jatuh ketika dipanen, diperkirakan lama waktu yang digunakan (hilang) untuk
memungut tersebut ekuivalen dengan 35 kali proses pemotongan tandan buah dan
pelepah itu sendiri. Menimbang hal tersebut disimpulkan, bahwa proses pemanenan
kelapa sawit di perkebunan perlu pemecahan masalah untuk mendapatkan
pengembangan suatu desain alat pruner dan harvester tanaman kelapa sawit yang
lebih efektif dan efisien.
Pengembangan desain alat pruner dan harvester tanaman kelapa sawit sebagai
alat mesin panen yang efektif, efisien dan ergonomis harus dilakukan untuk
mengantisipasi persaingan global di masa mendatang. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah melalui pembuatan prototipe mekanisme alat serta mesin
pemotong pelepah dan tandan kelapa sawit sebagai upaya awal pengembangan
modernisasi mesin panen sawit. Penelitian yang mendekati ke arah pengembangan
masih kurang dan sangat berpeluang sebagai bahan penelitian pengembangan yang
inovatif untuk inovasi dari alat panen sawit yang lebih efektif dan efisien dalam
sistem manajemen pemanenan kelapa sawit ke arah lebih menguntungkan.
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi perkembangan modernisasi
teknologi pemanenan sawit dan perawatan tanaman sawit yang sangat dibutuhkan
pada perkebunan besar milik pemerintah dan swasta, karena akan sangat membantu
dan mengurangi biaya pengeluaran.
Tujuan dari pengembangan teknologi pemotongan pelepah dan pemanenan
kelapa sawit adalah modernisasi alat mesin dalam perawatan dan pemanenan kebun
kelapa sawit melalui upaya pengembangan desain pembuatan mesin pruner dan
harvester kelapa sawit yang lebih efektif, efisien dan inovatif.
Sasaran pengembangan teknologi pruner dan harvester kelapa sawit adalah:
a. Tersusunnya upaya pengembangan alat mesin pruner dan harvester kelapa sawit
menuju modernisasi sebagai capaian-capaian yang harus direalisasikan dalam
peningkatan pengembangan selanjutnya.
b. Integrasi bidang ilmu dan teknologi yang strategis (layak, perlu dan harus
dilakukan) yang diperlukan penguasaannya untuk meningkatkan kemandirian
dan keunggulan dalam pengembangan modernisasi alat mesin pruner dan
harvester kelapa sawit.
c. Menciptakan sarana pendukung dalam pengembangan dan implementasi
modernisasi teknologi alat mesin pruner dan harvester kelapa sawit.
Kelayakan Teknis
Kesesuaian dan keselarasan perencanaan teknologi/kegiatan penelitian dengan
kebutuhan
Penelitian pengembangan teknologi pruner dan harvester kelapa sawit ini
disusun berdasarkan hasil studi awal terhadap aspek perawatan dan pemanenan
kelapa sawit, survei lapangan dan studi pustaka. Pengembangan teknologi
pemotongan pelepah dan pemanenan kelapa sawit ini berisikan upaya peningkatan
modernisasi sarana alat perawatan tanaman dan pemanen kelapa sawit yang saat ini
masih bersifat manual (tradisional). Bidang ilmu dan teknologi yang dipilih untuk
pengembangan mesin pemotongan pelepah dan pemanenan kelapa sawit merupakan
teknologi yang strategis yang diperlukan penguasaannya untuk modernisasi aspek
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011 210
perawatan dan pemanenan kelapa sawit di perkebunan-perkebunan rakyat, BUMN
maupun swasta di Indonesia. Teknologi mesin pemotong untuk pemotong pelepah
dan pemanen kelapa sawit termasuk di dalamnya desain mesin dan alat
pemotongnya, aplikasi mesin (motor penggerak) dan aspek ergonomika merupakan
pilihan yang tepat, optimal dan efektif untuk acuan pengembangan ke arah
modernisasi selanjutnya. Teknologi mesin pemotong untuk pruner dan harvester
kelapa sawit merupakan suatu teknologi multi disipliner yang merupakan gabungan
beberapa ilmu pengetahuan yang berkaitan.
Ruang lingkup pengembangan teknologi pemotongan pelepah dan pemanenan
kelapa sawit adalah: studi sifat fisik mekanik pelepah dan tandan buah sawit, aspek
perawatan tanaman yaitu pemotongan pelepah dan aspek pemanenan kelapa sawit,
teknologi alat mesin pemotongan pelepah dan pemanenan kelapa sawit, pemilihan
teknologi dalam pengembangan dan pembuatan desain mesin pemotongan pelepah
dan pemanenan kelapa sawit serta kerja sama antar instansi terkait.
Tabel 1. Tahapan dan Rute Penelitian
No Tahapan
Rute Tahap inisiasi
Tahap pengembangan dan
pembuatan
1 Studi sifat fisik dan
mekanik pelepah dan
tandan kelapa sawit
Pengumpulan data agronomis
tanaman, sifat-fisik bahan tanaman,
dan sifat mekanik dari bagian
tanaman kelapa sawit yang menjadi
fokus penelitian
Perumusan aspek penting dalam
mekanisme pemotongan oleh alat
mesin dalam aplikasi di lapangan
2 Kajian teknik pera-
watan pemotongan
pelepah dan pemanen-
an kelapa sawit
Mempelajari kelemahan dan
keunggulan alat manual atau
tradisional (dodos dan egrek) yang
saat ini masih menjadi andalan di
perkebunan sawit
Pengembangan desain menjadi
bentuk mekanik dan peningkatannya
ke arah penggunaan mesin dan motor
penggerak agar lebih efektif dan
efisien
3 Teknologi alat mesin
pemotong pelepah dan
tandan kelapa sawit
Rancangan mata pisau atau cutter
disc dan mekanisme aplikasi alat
mesin dalam proses pemotongan
serta pemilihan jenis motor
penggerak mesin pemotong
Modifikasi dan pengujian aspek-
aspek perancangan dalam pendekat-
an aplikasi di lapangan
4 Pemilihan teknologi
dan pengembangan
serta pembuatan me-
sin
Pembuatan prototipe mesin pemo-
tong pelepah dan tandan kelapa
sawit
Integrasi hasil pengamatan dan
pengujian aplikasi alat mesin di
lapangan, terdiri dari: aspek efekti-
vitas dan efisiensi, ergonomika dan
rekomendasi perbaikan prototipe
serta produksi massal
Kesinambungan dan pemanfaatan produk iptek yang dihasilkan
Hasil rancangan prototipe alat mesin pemotong pelepah dan pemanen sawit
selanjutnya dibuat dan diuji untuk mendapatkan prospek pengembangan selanjutnya
dan kelebihan-kelebihannya dibandingkanp alat manual yang ada sekarang ini. Hasil
yang positif tersebut menjadi penguatan rekomendasi produksi massal alsin
pemotong dan pemanen sawit. Terkait dengan produksi massal, maka beberapa
komponen spesifik pembentuk rancangan alsin dapat diproduksi dalam bentuk
pembukaan lapangan-lapangan usaha dari komponen tersebut. Pengembangan yang
211 Intara dkk. (2011). Studi Awal Konsep Pengembangan Desain Alat
lebih modernisasi terhadap rancangan alsin tersebut dalam bentuk penambahan ke
arah kontrol otomatisasi, robotik dan suatu traktor pemanen dapat dilakukan oleh
para peneliti dan institusi-institusi yang ingin melanjutkannya. Dengan demikian
kesinambungan pemanfaatan produk iptek dapat terus berjalan searah modernisasi
perkembangan jaman. Pada masa mendatang diharapkan juga Indonesia sebagai
negara penghasil sawit terbesar sekaligus juga menjadi pusat pengembangan
teknologi alsin perkebunan sawit.
Metode dan Mekanisme Alih Teknologi
Teknologi alat mesin pruner dan harvester kelapa sawit
Pemanenan tandan kelapa sawit dilakukan terhadap semua tandan buah yang
telah matang. Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum,
tingginya 2–5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan
tanaman dengan ketinggian 5–10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan
dodos. Cara egrek digunakan untuk pemanenan tanaman dengan tinggi di atas 10 m,
dengan arit bergagang panjang (egrek). Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya
pelepah daun yang menyanggah buah dipotong terlebih dahulu (Anonim, 1994).
Alat egrek
Alat
dodos
Gambar 2. Alat Panen Sawit yang Sekarang Umum Digunakan dalam Perkebunan Kelapa Sawit
Delmastro dan Francesco (1998) dalam hasil penelitiannya mengenai
pembuatan mekanisasi pemanen sawit menunjukkan perbandingan waktu kerja
(working times) antara pemanenan secara manual dan pemanenan secara mekanisasi
pada kelapa sawit terlihat pada Gambar 3. Pengujian yang dilaksanakan di Malaysia
menunjukkan pengurangan besar pada working times 58% terhadap pemanenan
manual.
Ahmad dkk. (2000) melakukan evaluasi desain dari parameter desain sicle
cutter dan claw cutter untuk pemotongan pelepah sawit. Penelitian tersebut diadakan
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari desain pemotong, sudut pemotong
dan kemasakan pelepah pada gaya pemotongan spesifik dan keperluan energi per
unit area untuk pemotongan pelepah daun kelapa sawit. Dua desain telah dites, yaitu
sicle cutter dan claw cutter. Sudut pemotongan diuji pada 90o, 60
o dan 45
o
(Gambar 4).
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011 212
Gambar 3. Gambaran Fungsional dari Pemanenan Secara Mekanik dan Pneumatic Tool Outfit
(Delmastro dan Francesco, 1998)
Gambar 4. Sicle Cutter dan Claw Cutter, Analisis Gaya-gaya pada Pisau Potong Sicle Cutter
dan Claw Cutter (Ahmad dkk., 2000)
Hasil eksperimen dan simulasi model matematik menunjukkan gaya maksimum
terendah pada pisau dua sisi ketajaman dengan θ = 30o dan β = 10
o, gaya maksimum
tertinggi pada pisau satu sisi ketajaman dengan θ = 0o dan β = 20
o. Kecendrungan
dari hasil perhitungan dan pengukuran adalah semakin besar β maka gaya spesifik
maksimum pemotongan akan semakin besar dan semakin besar θ maka semakin
kecil gaya spesifik maksimum pemotongannya (Gambar 5). Parameter bentuk sisi
pisau dua sisi menunjukkan gaya maksimum yang lebih (Yazid dkk., 2005a).
213 Intara dkk. (2011). Studi Awal Konsep Pengembangan Desain Alat
Gambar 5. Proses Pemotongan Bahan (Yazid dkk., 2005a)
Perencanaan Konsep Desain Alat Mesin Pruner dan Harvester Kelapa Sawit
Sesuai dengan filosofi perencanaan desain alat bersifat engineering bahwa
proses desain dalam bidang teknik engineering desain adalah suatu proses kerja tim,
maka pada perencanaan desain prototipe alat pruner dan harvester tanaman kelapa
sawit diharapkan merupakan kajian dari beberapa pakar di bidang mekanisasi
pertanian dan agronomi, yang mana guna mencetak persoalan desain alat yang
jawabannya selalu terbuka (tidak pernah selesai) selalu ada bentuk-bentuk baru ke
arah modernisasi pertanian. Walaupun dalam tahap awal ini banyak atau ada suatu
persoalan desain yang mempunyai banyak jawaban, sehingga diharapkan dapat
mensintesis meramu spesifikasi yang berhubungan dengan fungsi, bentuk, perilaku,
kinerja, pembuatan operasi dan pemeliharaan dari desain alat pruner dan harvester
tanaman kelapa sawit tersebut.
Mengikuti konsep 5 tingkat dasar pemecahan masalah, maka pada pemecahan
masalah desain alat pruner dan harvester tanaman kelapa sawit didasarkan pada:
0
4
8
12
16
20
24
28
32
36
40
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (s)
Ga
ya
(d
aN
/cm
)
Gaya pemotongan spesifik parenkhim pelepahGrafik perbandingan
gaya pemotongan
spesifik
pisau datar = 0o
satu sisi Kurva
perhitungan
Mata
pis
au
Parenkhim
pelepah sawit
arah pemotongan
Kurva
pengukuran
gaya m
aksim
um
Grafik perbandingan
gaya pemotongan
spesifik
pisau datar = 0o
satu sisi Kurva
perhitungan
Mata pisau satu sisi
Mata
pis
au
Parenkhim
pelepah sawit
arah pemotongan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 (cm)
Kurva
pengukuran
gaya m
aksim
um
Ket. :
0
4
8
12
16
20
24
28
32
36
40
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (s)
Gaya (
daN
/cm
)
Gaya pemotongan
spesifik parenkhim
pelepah
Grafik perbandingan
gaya pemotongan spesifik
pisau miring = 30o
ketajaman dua sisi
Kurva
perhitungan
Mata
pis
au
Parenkhim
pelepah
sawit
arah pemotongan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 (cm)
Kurva
pengukuran
gaya m
aksim
um
Grafik perbandingan
gaya pemotongan spesifik
pisau miring = 30o
ketajaman dua sisi
Kurva
perhitungan
Mata pisau satu sisi
Mata
pis
au
Parenkhim
pelepah
sawit
arah pemotongan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 (cm)
Kurva
pengukuran
gaya m
aksim
um
θ
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011 214
1. Untuk apa, siapa yang perlu, yang diuntungkan dari pembuatan desain alat pruner dan harvester tanaman kelapa sawit ini: bahwa konsep desain alat pruner dan harvester tanaman kelapa sawit diperuntukan sebagai modernisasi dan upaya pengembangan penelitian yang akan terus berlanjut, yang mana aplikasinya diharapkan dapat sama atau lebih efektif dan efisien daripada alat manual yang masih digunakan saat ini (Tabel 2)
Tabel 2. Permasalahan Umum
No Permasalahan Bahan pertimbangan
1 Panen adalah kegiatan mengambil hasil dari suatu usaha penanaman (budidaya)
a. Memotong tandan matang b. Memungut/ mengutip hasil panen c. Mengangkut hasil panen ke pabrik
2 Alat yang digunakan dalam pemanenan kelapa sawit telah sejak lama masih menggunakan alat panen manual berupa dodos dan egrek
a. Masih dinyatakan effesien untuk perkebunan besar
b. Harga buruh masih murah di Asia c. Alat tradisional yang mudah dibuat dan harga terjangkau
Sumber: Yazid dkk. (2005b)
Desain alat ini akan sangat diperlukan oleh kalangan masyarakat perkebunan kelapa sawit, karena diharapkan akan lebih menarik dan nyaman serta mudah diaplikasikan, sehingga dengan demikian yang diuntungkan adalah para peneliti pengembang alat tersebut dan masyarakat perkebunan kelapa sawit pada umumnya.
2. Dengan memahami persoalan desain alat pruner dan harvester kelapa sawit (mengacu pada alat yang telah ada sebelumnya), apa kelemahan untuk diperbaiki spesifikasinya (komitmen bahwa semua alat yang ada (apapun) tidak ada yang baru) maka didapat persoalan untuk perbaikan (Tabel 3).
3. Potensial secara umum dari desain alat pruner dan harvester tanaman kelapa
sawit yaitu:
a. Diharapkan dapat menggantikan alat pemanen tradisional yang bersifat
manual.
b. Memiliki aspek pengembangan secara terus menerus ke arah modernisasi.
c. Dapat menjawab tantangan perubahan dinamika sosial (kenaikan upah,
manajemen kebun).
d. Konsep desain yang akan dibuat diupayakan dapat menyelesaikan
permasalahan pemeliharaan/pemanenan kelapa sawit di lapangan.
Tabel 3. Permasalahan Khusus
No Permasalahan Bahan pertimbangan dari alat yang telah ada
1 Dalam teknik pemanenan tan-dan kelapa sawit perlu diper-hatikan pemotongan pelepah sebelumnya.
a. Perawatan pemotongan pelepah sebelum pemanenan sawit sangat penting dilakukan, contoh bila tandan buah sawit akan membesar, maka pelepah kursi harus dipotong (sisa satu pelepah), agar tandan buah mudah lebih membesar dan menekan pelepah di bawahnya sehingga mudah dipanen.
b. Sebelum pemanenan tandan buah sawit didahului dengan pemotongan pelepah daun.
215 Intara dkk. (2011). Studi Awal Konsep Pengembangan Desain Alat
Tabel 3 (lanjutan)
No Permasalahan Bahan pertimbangan dari alat yang telah ada
c. Arah pemotongan pelepah dari samping pelepah (dodos).
d. Bagian dodos yang sangat berperan dalam pemotongan
pelepah keras (lebih dari satu kali pukulan dodos) adalah pada
bagian pinggir sudut dodos.
e. Dalam pemotongan tandan buah sawit dengan dodos sulit
mendapatkan batang tandan yang tersisa dalam ketentuan 2
cm.
f. Untuk egrek merupakan galah panjang yang ditarik,
pemotongan pelepah dari samping atas pelepah, mata pisau di
atas.
g. Untuk pemotongan tandan dengan egrek sekali tarik putus.
2 Untuk buah sawit yang
membrondol atau terhambur
ketika jatuh setelah
pemotongan ketentuannya
harus dipungut (kutip) dan
dikumpulkan dalam wadah.
a. Waktu lebih banyak tersita untuk pemungutan sehingga
kurang efisien.
b. Bila pada lahan berlereng/bukit tandan buah cendrung
menggelinding, sehingga buah yang lepas terhambur.
c. Karung dan engkong untuk wadah buah sawit yang dipungut
bersifat sementara.
3 Ukuran alat panen yang juga
digunakan sebagai alat
perawatan adalah bervariasi.
a. Tanaman berumur 5 tahun menggunakan mata dodos 3 inchi.
b. Tanaman berumur 7 tahun ke atas menggunakan dodos 7
inchi.
4 Keluhan para pengguna alat
panen di lapangan.
a. Alat panen dodos dan egrek rata-rata panjang >2,5 m, utk
dodos dengan kayu ulin beratnya ±3,5 kg.
b. Memerlukan energi yang besar dalam melakukan pemotongan
tandan maupun pelepah daun.
c. Pemungutan buah yang berhamburan sekitar piringan
memakan waktu, sehingga dalam pengejaran target agak
terhambat.
d. Bila tidak ada engkong/gerobak roda satu pekerjaan menjadi
tambah berat.
4. Evaluasi di antara solusi-solusi tersebut yang akan dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang diberikan oleh tim.
5. Dokumentasi, konsep-konsep desain alat pruner dan harvester tanaman kelapa
sawit dapat dilihat sebagai berikut:
a. Desain alat mekanik pruner dan harvester kelapa sawit. Berdasarkan
keadaan dan kondisi di lapangan, perawatan tanaman dan pemanenan sawit
telah ada, maka beberapa ide awal mengenai rancangan alat pruner dan
harvester sawit yang muncul adalah suatu brain storming, di antaranya
adalah:
i. Pisau pemotong harus dapat diganti, dilepas dari unit pemotong pada
desain alat pruner dan harvester sawit.
ii. Unit pemotongan menggunakan countershare sebagai penahan
mekanisme proses pemotongan.
iii. Aplikasi gerak pemotongan alat pruner dan harvester sawit secara
mekanik.
iv. Bentuk alat pruner dan harvester sawit mekanik masih pendekatan
manual sebelumnya, guna memudahkan pemahaman pasar.
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011 216
v. Mata pisau (disc cutter) yang digunakan khusus untuk salah satu unit
pemotongan alat pruner dan harvester sawit mekanik.
vi. Batang/galah alat pruner dan harvester sawit mekanik dapat
diperpanjang.
vii. Aplikasi pemegang alat pruner dan harvester sawit mekanik dibuat
stang khusus guna kelancaran proses mekanik.
viii. Pembuatan kelengkapan dari alat pruner dan harvester sawit mekanik
berupa lorong penadah ke gerobak khusus dibuat.
Konsep-konsep yang lolos tersebut, lebih lanjut dibuatkan kriteria penilaian
yang kemudian dianalisis dalam sebuah matriks keputusan (Ullman, 1992),
guna didapatkan suatu konsep yang lebih unggul. Beberapa konsep alat
mekanik yang dipilih tersebut dibuatkan sketsa gambar rancangan alatnya.
b. Desain alat mesin pruner dan harvester kelapa sawit. Kegiatan awal dari
suatu penelitian pengembangan konsep desain alat mesin dimulai dari
merumuskan kembali informasi awal (sifat fisik mekanik pelepah dan tandan
sawit serta aspek agronomi dan fisiologi pasca panen buah/tandan sawit)
guna perancangan mesin pemotong pelepah dan pemanenan kelapa sawit.
Kedua melakukan evaluasi dan pemilihan teknologi dalam pengembangan
dan pembuatan desain mesin pemotongan pelepah dan pemanenan kelapa
sawit. Ketiga membuat konsep desain fungsional dari alat mesin yang terpilih
untuk pembentukkan prototipe mesin pruner dan harvester kelapa sawit.
Pemilihan teknologi pengembangan desain mesin pemotongan pelepah dan
pemanenan kelapa sawit difokuskan pada mekanisme pemotongan oleh
mesin cutter disc. Teknologi mesin pemotong (cutter disc) untuk pemotong
pelepah dan pemanen kelapa sawit termasuk di dalamnya desain mesin dan
alat pemotongnya, aplikasi mesin (motor penggerak) dan aspek ergonomika
merupakan pilihan yang tepat, optimal dan efektif untuk acuan
pengembangan ke arah modernisasi selanjutnya. Teknologi mesin pemotong
(cutter disc) untuk pemotong pelepah dan pemanen kelapa sawit merupakan
suatu teknologi multidisipliner yang merupakan gabungan beberapa ilmu
pengetahuan yang berkaitan. Sebagai inti pengembangan teknologi pruner
dan harvester kelapa sawit adalah konsep bagian pemotong pada alsin.
c. Analisis keputusan pemilihan konsep. Pengembangan ide awal
dilanjutkan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria perancangan.
Kriteria perancangan egrek mekanik ini dibuat sedemikian rupa, sehingga
nantinya dapat memenuhi keinginan pengguna dalam mengaplikasikan egrek
mekanik yang efektif, efisien dan ekonomis. Kriteria-kriteria tersebut harus
selalu menjadi bahan pertimbangan dalam menciptakan atau membangun
konsep ide rancangan alat pemotong dan pemanen sawit tersebut.
Selanjutnya digunakan dalam pengambilan keputusan pemilihan konsep
desain, dengan memberikan pembobotan dan menghitung bobot masing-
masing konsep, dibandingkan dengan sebuah datum desain yang diketahui
sebelumnya (Tabel 4). Dari ide awal tersebut dapat dipertimbangkan untuk
penelitian lanjutan ke arah modernisasi dari alat manual ke mekanis lalu
menjadi mesin pruner dan harvester kelapa sawit. Setelah prototipe mesin
217 Intara dkk. (2011). Studi Awal Konsep Pengembangan Desain Alat
pruner dan harvester kelapa sawit dapat dibuat, maka selanjutnya adalah
pengembangan jaringan kemitraan dan promosi yang baik dan sistematis
dengan pengguna, baik pihak industri, perusahaan perkebunan maupun
masyarakat umumnya. Selanjutnya, pengembangan teknologi yang
dihasilkan dapat lebih cepat dikenal, diadopsi dan digunakan oleh
masyarakat.
Tabel 4. Kriteria-kriteria Pertimbangan Perancangan
No. Kriteria perancangan Bahan pertimbangan
1 Kemudahan dibawa
ke lapangan
Lebih ringkas, lebih ringan dibawa, lebih menarik.
2 Kinerja Lebih mudah aplikasinya, lebih mudah pengoperasiannya, lebih nyaman,
mata pisau lebih menguntungkan posisinya, dapat menggunakan satu
tangan, posisi operator tidak berubah, lebih sedikit energi yang
dikeluarkan, hasil pemotongan lebih rapi.
3 Perawatan alat Mata pisau mudah dilepas, mudah diasah, mudah diurai, mudah
dibersihkan.
4 Konstruksi alat Mudah pembuatannya, mudah perawatannya, lebih kokoh, lebih
sederhana, sistem mekanik lebih sederhana, pemegang mata pisau lebih
kencang, bahan komponen mudah didapat.
5 Operator Tidak perlu keterampilan khusus, tidak perlu pelatihan, tidak perlu tingkat
pendidikan tertentu, lebih mudah mengoperasikan alat.
6 Biaya Murah pembuatannya, murah pengoperasiannya, murah perawatannya,
murah suku cadangnya.
Kegiatan-kegiatan promosi dan sosialisasi dapat meliputi:
a. Menyebarkan informasi masyarakat mengenai hasil pengembangan teknologi
yang dihasilkan melalui kegiatan-kegiatan seminar, pameran dan demonstrasi
serta presentasi di perusahaan.
b. Meningkatkan pilot projek penelitian bersama dengan industri atau institusi
berupa pembuatan pengembangan pototipe alsin pruner dan harvester sawit ke
arah bentuk yang lebih moderen.
Pemanfaatan Hasil Penelitian
Pembuatan produk dari prototipe alsin pruner dan harvester kelapa sawit
dirumuskan dalam bentuk rekomendasi kelayakan untuk produksi massal. Dalam
upaya produksi massal tersebut dapat memunculkan peluang lapangan kerja dalam
bentuk unit-unit usaha pembuatan komponen alsin yang akan diterima oleh pabrik
pembuatan untuk produksi alsin yang utuh siap dipasarkan.
Prospek pemasaran dari hasil kegiatan ini sangat jelas, karena tuntutan
modernisasi terhadap manajemen kebun dan kinerja operator terkait di perkebunan
kecil maupun besar menuju efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi. Hasil kegiatan
ini juga merupakan pemecahan permasalahan di lapangan terhadap kemudahan
pemeliharaan tanaman dan peningkatan mutu panen serta profesionalisme buruh
/operator kerja di lapangan. Penerimaan pasar terhadap alsin pemotong pelepah
kelapa sawit merpakan hal yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat perkebunan
sawit guna efektivitas dan efisiensi dalam hal pemeliharaan tanaman serta
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (2), OKTOBER 2011 218
pemanenannya. Permasalahan kenaikan upah buruh yang meningkat setiap tahun
akan dapat teratasi, selain itu dengan modernisasi alsin akan membuka peluang
operator wanita dalam pemanenan sawit. Kelayakan komersial akan dirumuskan
setelah dapat direkomendasikan untuk produksi massal (Gambar 6).
Gambar 6. Bagan Kelayakan dan Tahapan Pembentukan Bisnis Produk Alsin Pemotong Pelepah
dan Pemanen Kelapa Sawit
Analisis terhadap kelayakan komersial untuk peluang investasi bisnis produk ini
disusun dalam alur tahapan mencapai realisasi pembangunan unit-unit usaha
komponen alsin serta pabrikasi untuk produksi massal.
219 Intara dkk. (2011). Studi Awal Konsep Pengembangan Desain Alat
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa proses konsep pengembangan
desain alsin pruner dan harvester sawit diperlukan perencanaan matang dimulai dari
studi awal sifat fisik mekanik bahan tanaman sawit yang menjadi objek.
Perencanaan desain prototipe alat pruner dan harvester tanaman kelapa sawit
diharapkan merupakan kajian dari beberapa pakar di bidang mekanisasi pertanian
dan agronomi, guna mencetak persoalan desain alat yang jawabannya selalu terbuka
(tidak pernah selesai), selalu ada bentuk-bentuk baru ke arah modernisasi pertanian.
Pembuatan produk dari prototipe alsin pruner dan harvester kelapa sawit
dirumuskan dalam bentuk rekomendasi kelayakan untuk produksi massal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, D.; S.K. Roy and A.R. Jaelani. 2000. Evaluation of Design Parameters of Sicle
Cutter and Claw Cutter for Cutting Oil Palm Frond. AMA – Agricultural Mechanization
in Asia, Africa and Latin America 31 (2): 55–60.
Anonim. 1994. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran.
Tim Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonim. 1996. Pedoman Brevet Dasar II Tanaman. Modul 1: Pengembangan. Astra Agro
Niaga.
Anonim. 2001. Statistik Perkebunan Indonesia: Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal
Perkebunan Indonesia, Jakarta.
Delmastro, R. and C. Di Francesco. 1998. Mechanized Harvesting of Palm Fruits. AMA –
Agricultural Mechanization in Asia, Africa and Latin America 29 (4): 53–55.
Ulman, D.G. 1992. The Mechanical Design Process. McGraw-Hill Companies Inc., New
York.
Yazid, I.I.; I.N. Suastawa dan P.A.S. Radite. 2005a. Analisis Gaya Pemotongan Spesifik
Parenkim Pelepah dan Batang Tandan Sawit. Jurnal Ilmu Keteknikan Pertanian 19 (1).
Yazid I.I.; I.N. Suastawa dan P.A.S. Radite. 2005b. Sifat Fisik dan Mekanik Parenkim
Pelepah dan Batang Tandan Sawit. Jurnal Ilmu Keteknikan Pertanian 19 (2).