stroke non hemoragik disertai afasia motorik.pptx

Upload: fidamacix

Post on 10-Jan-2016

77 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

STROKE NON HEMORAGIK DISERTAI AFASIA MOTORIK

dr. Husni Mubarak

Pembimbing : dr. Ibnoe soedjarto, Msi Med, Sp.SSTROKE NON HEMORAGIK DISERTAI AFASIA MOTORIKFokus PresentasiLaporan KasusTinjauan Pustaka gambaran klinik SNH berdasakan lokasiPenegakkan diagnosa Stroke melalui KlinisJenis2 Afasia dan Pemeriksaan Afasia (TADIR)AnamnesisIdentitasNama: Tn. MNNo Register: RS6128Usia: 61 tahunMasuk Rumah Sakit : 22 Oktober 2014 pukul 20.45

Keluhan Utama : tidak bisa berbicara

Riwayat Penyakit Sekarang : (Alloanamnesa)Pasien mengeluhkan tidak dapat berbicara atau mengucapkan kata sejak sore harinya sebelum pasien dibawa ke IGD RS. A.M Parikesit. Hal tersebut dialami pasien mendadak saat pasien sedang berada di rumah dan pasien sadar saat kejadian tersebut, tidak ada mengeluhkan nyeri kepala serta mual dan muntah. Awalnya terlihat wajah pasien tidak simetris sisi kanan terlihat lebih datar dibandingkan sisi kiri dan kemudian pasien hanya dapat mengerang tidak dapat mengucapkan kata dari mulutnya. Sebelumnya pasien dapat mengucapkan kata dari mulutnyna namun pelafalannya kurang jelas. Pasien juga tidak dapat makan dan minum dikarenakan susah untuk mengunyah dan menelan makanan.

Riwayat Penyakit DahuluRiwayat kelemahan anggota gerak sebelah kiri 5 tahun yang lalu dan dirawat di rumah sakit. Riwayat Hipertensi dan pasien tidak rutin meminum obat anti HipertensiRiwayat Diabetes Melitus tidak diketahui Riwayat Trauma kepala (-)Pasien tidak mengkonsumsi alkohol

Pemeriksaan fisikKeadaan Umum Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6Keadaan sakit : sakit sedang Tanda Vital Pernafasan: 20 x/menitTekanan darah: 180/120 mmHgFrekuensi Nadi: 98 x/menitSuhu : 36,8 0C

Kepala dan Lehera. UmumBentuk kepala normal, tidak ada nyeri tekan atau benjolan pada kepala.b. MataAlis : normal, posisi sama tinggiKelopak : edema (-)Konjunktiva : anemis (-/-)Sclera : ikterik (-/-)Pupil : bulat, isokor 4mm/4mm, refleks cahaya (+/+)

c. TelingaBentuk normal, lubang telinga normal, tidak ada pus atau nyeri telinga atau pada prosesus mastoideusd. HidungKedua luabng tidak ada penyumbatan atau perdarahane. LeherUmum: simetrisKelenjar limfe: membesar (-)Trachea: di tengahTiroid: membesar (-)ThoraxParuInspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada retraksi ICSPalpasi : ICS tidak melebar, fremitus raba simetris (D=S), tidak ada nyeriPerkusi: Suara ketok sonor (+/+)Auskultasi : vesikuler, tidak ada ronkhi atau wheezing

JantungInspeksi :Ictus cordis tak tampakPalpasi : Ictus cordis tak terabaPerkusi :Batas kanan: parasternal line ICS III Dextra Batas kiri: midclavicular line ICS V Sinistra Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-)

AbdomenInspeksi : Bentuk flat, kulit normal, tidak ada hernia atau pembesaran kel limfe Palpasi : Turgor dan tonus normal, tidak ada nyeri tekan dan organomegaliPerkusi : Timpani, Shifting dullness (-)Auskultasi :Peristaltik usus : BU (+) normalEkstremitasSuperior : oedem (-/-), akral hangat, tremor (-)Inferior : oedem (-/-), akral hangat, tremor (-)

Status PsychicusCara Berpikir, tingkah laku, kecerdasan, perasaan hati, dan ingatan sulit di evaluasiStatus NeurologicusKepala : bentuk normal, bulat, simetris, nyeri tekan (-)Leher : Pergerakan (+) simetris, kaku kuduk (-)

Jenis NervusJenis PemeriksaanKananKiriN IOlfaktoriusSubjektifTDETDEN IOlfaktoriusSubjektifTDETDEObjektif TDETDEN IIOptikusTajam PenglihatanTDETDELapangan pandang (tes konfrontasi)TDETDEMelihat WarnaTDETDEN IIIokulomotoriusPergerakan bola mata++Strabismus--Nistagmus--Eksoftalmus--Besar pupil (diameter)4 mm4mmBentuk pupilbulatBulatRefleks cahaya++N IVTrochlearisPergerakan bola mata (lateral bawah)TDEMelihat KembarTDEN VTrigeminusMembuka mulut+--MengunyahMenggigitSensibilitas wajahTDEN VIAbducensPergerakan bola mata (ke lateral)TDEN VIIFacialisMengerutkan dahi+Menutup mata++Memperlihatkan gigi+Sudut bibirTertinggalNormalN VIIIOctavusDetik arlojiTDETDEN VIIIOctavusDetik arlojiTDETDESuara berbisikTDETDEN IXglossopharyngeusUvulaTDETDEPerasaan lidah bagian belakangN XVagusBicara-MenelanSukarN XIAccesoriusMengangkat bahu++Memalingkan kepalaN XIIhypoglossusMenjulurkan lidah+-Badan dan Anggota GerakBagian tubuhPemeriksaanKananKiriBadanSensibilitas taktilTDESensibilitas nyeriEkstremitas superiorPergerakan++KekuatanHumerusAntebrachiiManus 444444Refleks fisiologisRefleks bicepsRefleks triceps++++Refleks patologisRefleks TrommerRefleks Hoffman----Sensibilitas taktilTDESensibilitas nyeriEkstremitas inferiorPergerakan++KekuatanFemurCrurisPedis444444Refleks fisiologisRefleks patellaRefleks Achilles++++Refleks patologisRefleks BabinskiRefleks ChaddockRefleks Oppenheim------Sensibilitas taktilTDESensibilitas nyeriLasseque--Kernig--Koordinasi, Gait, dan KeseimbanganKoordinasi dan keseimbangan tidak valid untuk diperiksa Gerakan-gerakan abnormalTidak dijumpai gerakan abnormal.Alat vegetatifMiksi menggunakan Foley kateter, asupan nutrisi oral menggunakan Nasogastic tube, BAB normal

Kemampuan Komunikasi dan BahasaPasien memahami pembicaraan orang terlihat dari dapat diperintahkannya pasien untuk melakukan sesuatu, tetapi pasien tidak dapat berbicara (saat pemeriksa mengajak untuk melakukan komunikasi 2 arah, pasien tidak dapat berkomunikasi secara verbal namun non verbal mampu untuk mengungkapkan apa yang ditanya saat pemeriksa bertanya dan saat pemeriksa menyuruh pasien untuk mengangkat tangan, pasien dapat mengangkat tangannya sesuai perintah pemeriksa)

Parameter22/10/201424/10/201030/10/141/11/145/11/14Hb17,9 g/dl--13,512,5Ht48 %--3910.100Leukosit9.600 --11.30038Trombosit315.000--265.000196.000GDS88 mg/dl78mg/dl---Glukosa Puasa-101---Ureum27 mg/dl21 mg/dl---Creatinin0,8 mg/dl0,6 mg/dl---Uric acid-9.8 mg/dl---SGOT-26 U.L---SGPT-19 U.L---Cholesterol-178 mg/dl---Trigleserida-65 mg/dl---HDL-Cholesterol-42 mg/dl---LDL-Cholesterol-101 mg/dl---Na+149 q/L-142--K+2,9 q/L-3,1--Cl-110 q/L-106--Diagnosis Akhir :Diagnosis klinis: Paralisis N VII dekstra, N X& N XII + susp. afasia motorik Diagnosis topis : Hemisfer SinistraDiagnosis etiologis: Suspek Stroke Non hemmoragicDiagnosa lain : Gout Arthritis

Terapi1. Non farmakologisStabilisasi jalan nafas dan pernafasan, suplai oksigenBed rest, masuk rumah sakit dan istirahat di tempat tidurElevasi kepala 20-30oNutrisi per oral via NGTPemasangan Foley kateter2. FarmakologisIVFD RL 20 tpmAmlodipin 10 mg tab 1-0-0Ranitidin inj 2x1 ampCiticolin 1g/12 jamAspilet tab 1x1Allupurinol 30 mg 1x1KSR tab 3x1Meloxicam 1x1 tabParacetamol tab 4x1prn demam

Definisi strokeStroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau kematian. stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO). Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas).

KlasifikasiStroke non hemoragicStroke hemoragicKlasifikasi stroke non hemoragicBerdasarkan manifestasi klinik:Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA). Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND). Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation). Gejala neurologik makin lama makin berat.Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke). Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

Berdasarkan Kausal:Stroke Trombotik. Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.Stroke Emboli/Non Trombotik. Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

Gejala SNH berdasarkan lokasiGejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.Buta mendadak (amaurosis fugaks).Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila gangguan terletak pada sisi dominan.Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.

Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.Gangguan mental.Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.Bisa terjadi kejang-kejang.

Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan.Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.Meningkatnya refleks tendon.Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar (vertigo).Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit bicara (disatria).Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi).Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).Gangguan pendengaran.Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posteriorKomaHemiparesis kontra lateral.Ketidakmampuan membaca (aleksia).Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.Gejala akibat gangguan fungsi luhurAphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak. Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia.Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak.Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah terjadinya kerusakan otak.

Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita tidak boleh melihat jarinya).Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang menyebabkan terjadinya gangguan bicara.Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah kemampuan.

DiagnosaAnamnesisTerutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak. Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.Pemeriksaan FisikAdanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.

Pemeriksaan tambahan/LaboratoriumPemeriksaan Neuro-RadiologikComputerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan Pemeriksaan lain-lainPemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Elektrokardiografi (EKG).

Algoritma stroke gajah mada

Skor Menurut Prof. Djoenaidi WidjajaSKORTOTAL SKOR1.TIA sebelum serangan12.Permulaan serangan : - Sangat mendadak (1-2 menit) - Mendadak (beberapa menit 1 jam) - Pelan-pelan (beberapa jam)6,56,513.Waktu serangan : - Waktu kerja - Waktu istirahat / tidur - Waktu bangun tidur6,5114.Sakit kepala waktu serangan : - Sangat hebat - Hebat - Ringan - Tidak ada107,5105.Muntah : - Langsung habis serangan - Mendadak (beberapa menit beberapa jam) - Pelan (satu hari atau lebih) - Tak ada 107,5106.Kesadaran : - Hilang waktu serangan (langsung) - Hilang mendadak (beberapa menit beberapa jam) - Hilang pelan-pelan (satu hari atau lebih) - Hilang sementara kemudian sadar pula (sepintas) - Tidak ada10101107.Tekanan darah : - Waktu serangan sangat tinggi ( > 200 / 110 ) - Waktu MRS sangat tinggi ( > 200 / 110 ) - Waktu serangan tinggi ( > 140 / 110 ; < 200 / 110 ) - Waktu MRS tinggi (> 140 / 110 ; > 200 / 110 )7,57,5118.Tanda rangsangan selaput otak - Kaku kuduk hebat - Kaku kuduk ringan - Tidak ada10509.Fundus Okuli - Perdarahan subhyaloid - Perdarahan retina (flamed shaped) - Normal107,5010.Pupil - Isokor - Anisokor - Pin point kanan / kiri - Midriasis kanan / kiri - Kecil + reaksi lambat - Kecil + reaktif 051010101011.Darah - Leukositosis > 10.000/mm3 - CPK meningkat1112.Febris : - < 1 hari - > 1 hari10TOTAL SKORKeterangan :Bila skor menurut Prof. Djoenaidi Widjaja ini menunjukkan hasil : 20, maka ini tergolong stroke perdarahan< 20, maka ini termasuk infark Skor Siriraj HospitalSkor > 1 : Perdarahan otak< -1: Infark otakSensivitas: Untuk perdarahan: 89.3%.Untuk infark: 93.2%.Ketepatan diagnostik: 90.3%.Versi orisinal:= (0.80 x kesadaran) + (0.66 x muntah) + (0.33 x sakit kepala) + (0.33x tekanandarah diastolik) (0.99 x atheromal) 3.71.Versi disederhanakan:= (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan darahdiastolik) (3 x atheroma) 12.Kesadaran:Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2Muntah:tidak = 0 ; ya = 1Sakit kepala dalam 2 jam:tidak = 0 ; ya = 1Tanda-tanda ateroma:tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)Skor Siriraj Hospital

Terapi Fase Akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak yang menderita di daerah iskemik (ischemic penumbra), antara lain:Anti-edema otak:Gliserol 10% perinfus, 1gr/kgBB/hari dalam 6 jamKortikosteroid, yang banyak digunakan deksametason dengan bolus 10-20mg i.v., diikuti 4-5 mg/6jam selama beberapa hari, lalu tapering off, dan dihentikan setelah fase akut berlalu.Anti-Agregasi trombosit Asam asetil salisilat (ASA) seperti aspirin, aspilet dengan dosis rendah 80-300 mg/hariAntikoagulansia, misalnya aspirinLain-lain: Trombolisis (trombokinase) masih dalam uji cobaObat-obat baru seperti pentoksifilin, sitikolin, kodergokrin-mesilat, pirasetam, dan akhir-akhir ini calcium-entry-blocker selektifFase pasca akutSetelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan tindakan rehabilitasi penderita, dan pencegahan terulangnya stroke.

AfasiaAfasia adalah gangguan berbahasa akibat gangguan serebrovaskuler hemisfer dominan, trauma kepala, atau proses penyakit. Terdapat beberapa tipe afasia, biasanya digolongkan sesuai lokasi lesi. Semua penderita afasia memperlihatkan keterbatasan dalam pemahaman, membaca, ekspresi verbal, dan menulis dalam derajat berbeda-beda.

Etiologi Afasia adalah suatu tanda klinis dan bukan penyakit. Afasia dapat timbul akibat cedera otak atau proses patologis pada area lobus frontal, temporal atau parietal yang mengatur kemampuan berbahasa yaitu area broca, area Wernicke dan jalur yang menghubungkan antara keduanya. Pada dasarnya kerusakan otak yang menimbulkan afasia disebabkan oleh stroke, cedera otak traumatic, perdarahan otak, dan sebagainya. Sekitar 80% afasia disebabkan oleh infark iskemik, sedangkan hemoragik frekuensinya jarang terjadi dan lokasinya tidak dibatasi oleh kerusakan vaskularisasi. Afasia dapat muncul perlahan seperti pada kasus tumor otak. Afasia juga terdaftar sebagai efek samping yang langka dari fentanyl, yaitu suatu opioid untuk penanganan nyeri kronis.

Klasifikasi Afasia Wernicke (sensorik)Afasia Broca (motorik)Afasia globalAfasia AnomisAfasia KonduksiAfasia Transkortikal MotorikAfasia Transkortikal SensorikAfasia Transkortikal CampuranCiri klinik afasia Broca (motorik):bicara tidak lancartampak sulit memulai bicarakalimatnya pendek (5 kata atau kurang per kalimat)pengulangan (repetisi) burukkemampuan menamai burukKesalahan parafasiaPemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan memahami kalimat yang sintaktis kompleks)Gramatika bahasa kurang, tidak kompleksIrama kalimat dan irama bicara terganggu

Gambaran klinik afasia Wernicke (sensorik):Keluaran afasik yang lancarPanjang kalimat normalArtikulasi baikAnomia (tidak dapat menamai)Parafasia fonemik dan semantikKomprehensi auditif dan membaca burukRepetisi tergangguMenulis lancar tapi isinya "kosong"

Afasia global. Afasia global ialah bentuk afasia yang paling berat. ditandai oleh tidak adanya lagi bahasa spontan atau berkurang sekali dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara stereotip (itu-itu saja, berulang), misalnya : "iiya, iiya, iiya", atau: "baaah, baaaah, baaaaah" atau: "amaaang, amaaang, amaaang". Komprehensi menghilang atau sangat terbatas, misalnya hanya mengenal namanya saja atau satu atau dua patah kata. Repetisi (mengulangi) juga sama berat gangguannya seperti bicara spontan. Membaca dan menulis juga terganggu berat.Afasia global disebabkan oleh lesi luas yang merusak sebagian besar atau semua daerah bahasa. Penyebab lesi yang paling sering ialah oklusi arteri karotis interna atau arteri serebri media pada pangkalnya. Afasia global hampir selalu disertai hemiparese atau hemiplegia yang menyebabkan invaliditas kronis yang parah.Gambaran klinik afasia sensorik transkortikal:Pemahaman burukRepetisi baikEkholalia Komprehensi auditif dan membaca tergangguDefisit motorik dan sensorik jarang dijumpaiDidapatkan defisit lapangan pandang di sebelah kanan.

Gambaran klinik afasia motorik transkortikal:Keluaran tidak lancar (non fluent)Pemahaman (komprehensi) baikRepetisi baikUngkapan-ungkapan singkatParafasia semantikEkholalia

Gambaran klinik afasia transkortikal campuran:Tidak lancar (nonfluent)Komprehensi burukRepetisi baikEkholalia mencolok

Gambaran klinik afasia anomik:Keluaran lancarKomprehensi baikRepetisi baikGangguan (defisit) dalam menemukan kata.

Bentuk AfasiaEkspresiKomprehensi verbalRepetisiMenamaiKomprehensi membacaMenulisLesiEkspresi (Broca)Tak lancarRelatif terpeliharaTergangguTergangguBervariasiTergangguFrontal Inferior posteriorReseptif (Wermicke)LancarTergangguTergangguTergangguTergangguTergangguTemporal Superior Posterior (Area Wernicke)GlobalTak lancarTergangguTergangguTergangguTergangguTergangguFronto temporalKonduksiLancarRelatif terpeliharaTergangguTergangguBervariasiTergangguFasikulus arkualtus, girus supramarginalNominalLancar Relatif terpeliharaTerpeliharaTergangguBervariasiBervariasiGirus angular, temporal superior posteriorTranskortikal motorTak lancarRelatif terpeliharaTerpeliharaTergangguBervariasiTerganggu Peri sylvian anteriorTranskortikal sensorikLancarTergangguTerpeliharaTergangguTergangguTerganggu PerisylvianPosteriorBina wicara (speech therapy) Dimulai seawal mungkin. Segera diberikan bila keadaan umum pasien sudah memungkinkan pada fase akut penyakitnya.Dikatakan bahwa bina wicara yang diberikan pada bulanpertama sejak awal sakit mempunyai hasil yang paling baik.Hindarkan penggunaan komunikasi non-linguistik (seperti isyarat).Program terapi yang dibuat oleh terapis sangat individual dan tergantung dari latar belakang pendidikan, status sosial dan kebiasaan pasien.Program terapi berlandaskan pada penurnbuhan motivasi pasien untuk mau belajar (re-learning) bahasanya yang hilang. Memberikan stimulasi supaya pasien metnberikan tanggapan verbal. Stimuli dapat berupa verbal, tulisan atau pun taktil. Materi yang teiah dikuasai pasien perlu diulang-ulang(repetisi).Terapi dapat diberikan secara pribadi dan diseling dengan terapi kelompok dengan pasien afasi yang lain.Penyertaan keluarga dalam terapi sangat mutlak.

Pemeriksaan AfasiaTADIR (Tes Afasia untuk Diagnosis Informasi Rehabilitasi)TERIMA KASIH