strategi perbaikan pelayanan kefarmasian dan …repository.setiabudi.ac.id/954/2/tesis vio.pdf ·...

103
STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT BERBASIS STANDAR AKREDITASI DENGAN METODE MATRIKS DI INSTALASI FARMASI RSU AULIA LODOYO BLITAR Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Strata 2 Oleh : DESI ALVIOLINA SBF161640344 HALAMAN JUDUL PROGRAM STUDI S-2 ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2018

Upload: nguyendiep

Post on 15-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN

PENGGUNAAN OBAT BERBASIS STANDAR AKREDITASI

DENGAN METODE MATRIKS DI INSTALASI FARMASI

RSU AULIA LODOYO BLITAR

Tesis

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat Sarjana Strata 2

Oleh :

DESI ALVIOLINA

SBF161640344

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI S-2 ILMU FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2018

Page 2: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

ii

PENGESAHAN TESIS

Page 3: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

“In the world nothing is impossible, if you want something, you must do something,

believe your God, becauses GOD NEVER sleep”

“Pertemuan antara usaha dan doa akan menghasilkan keturunan yang bernama

kesuksesan”

“Saya percaya proses yang menentukan keberhasilan, bukan tinggi atau rendahnya

nilai akhir”

Aku persembahkan TESIS ini untuk :

Orang tuaku yang aku sayangi, bapak Tukimin dan ibu Tri

Minarsih, juga untuk orang tua keduaku bapak Teguh Puryadi dan

ibu Eni Wiji Astuti yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan

nasehat untuk kesuksesan masa depanku.

Adik mungilku Alfazeta Titan Ardiansyah dan adik gendutku Galuh

Hasna Era Paramesti, tak lupa untuk kakak kebanggaanku Al Kholik

Imawardi beserta kakak iparku Arindika Puspitaningtyas, dan

keponakan imutku Almahira Ajwa Mahaputri Alkharin, serta special

for Angga Purwi Hantoro. Keluarga kecilku tetapi semangat besarku.

Terima kasih atas doa-doa yang dikirimkan untuk kesuksesanku.

Partner kerjaku di Instalasi Farmasi terutama Kepala Instalasi

Farmasi dan rekan-rekan lain yang selalu memberikan semangat yang

luar biasa.

Rumah Sakit tempatku mengabdi sebagai Apoteker beserta jajaran

KARU, KANIT, KABID, Manajemen, Direksi, Direktur yang

mendukung penuh dalam penyelesaian tesis ini.

Gengs NERO adalah suporter terbaik selama perkuliahan S2 hingga

terciptanya tesis ini dan lulus dengan waktu genap 2 tahun.

Fakultas dan almamaterku tercinta, serta Negara kebanggaanku

Indonesia raya merdeka tanah air beta ^_^

Page 4: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

iv

PERNYATAAN

Page 5: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Strategi Perbaikan Pelayanan

Kefarmasian Dan Penggunaan Obat Berbasis Standar Akreditasi Dengan

Metode Matriks Di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar” tesis ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat S-2 Farmasi

(M.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi di Surakarta.

Penelitian dan penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak baik secara moril maupun materil. Sembah sujud serta syukur kepada Allah

SWT taburan cinta dan kasih sayang-MU telah memberikan kekuatan, membekali

dengan ilmu serta memperkenalkan dengan cinta, atas karunia serta kemudahan

yang Allah berikan akhirnya tesis yang sederhana ini dapat terselesaikan.

Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Rasullah Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih yang

terhormat kepada :

1. Dr. Djoni Tarigan,MBA selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta.

2. Prof. Dr. RA Oetari, SU, MM, M. Sc., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi Surakarta.

3. Dr. Jason Merari Peranginangin, MM.,M. Si., Apt selaku dosen pembimbing

utama, dan Dr. Chairun W, M.Kes, M.App.Sc, Apt selaku dosen pembimbing

pendamping.

4. Prof. Dr. Ediati Sasmito, SE., Apt dan Dr. Gunawan Pamudji Widodo, M.Si.,

Apt selaku penguji tesis.

5. Seluruh dosen Fakultas Farmasi terutama S-2 Manajemen Farmasi Universitas

Setia Budi Surakarta

6. Pihak Rumah Sakit tempatku mengabdi sebagai Apoteker beserta jajaran

KARU, KANIT, KABID, Manajemen, Direksi, Direktur yang mendukung

Page 6: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

vi

penuh dalam penyelesaian tesis ini yang memberikan kesempatan dan

kepercayaan sehingga memberikan ijin untuk melakukan penelitian tesis ini di

Rumah Sakit Umum Aulia Lodoyo Blitar.

7. Perpustakaan Universitas Setia Budi Surakarta khususnya Fakultas Farmasi

yang mendukung penyelesaian penelitian tesis ini.

8. Rekan-rekan seperjuangan terutama NERO sebagai suporter terbaik serta

teman-teman Manajemen Farmasi dan Sains angkatan 2016 Periode bulan

September.

9. Kedua orang tuaku yang aku sayangi, bapak Tukimin dan ibu Tri Minarsih,

juga untuk orang tua keduaku bapak Teguh Puryadi dan ibu Eni Wiji Astuti

yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan nasehat untuk kesuksesan

masa depanku.

10. Adik mungilku Alfazeta Titan Ardiansyah dan adik gendutku Galuh Hasna

Era Paramesti, tak lupa untuk kakak kebanggaanku Al Kholik Imawardi

beserta kakak iparku Arindika Puspitaningtyas, dan keponakan imutku

Almahira Ajwa Mahaputri Alkharin, serta special for Angga Purwi Hantoro.

Keluarga kecilku yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa yang

tiada hentinya untuk menyelesaikan tesis ini.

11. Kepada semua pihak yang telah melancarkan dalam penyusunan tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik pada mereka

semua dan semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan dilancarkan

semua urusannya.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini jauh dari sempurna, namun

penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak lain yang

berkepentingan

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Surakarta, 18 Agustus 2018

Penulis

Page 7: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PENGESAHAN TESIS .......................................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

INTISARI .............................................................................................................. xii

ABSTRACT ......................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

E. Keaslian Penelitian .......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8

A. Rumah Sakit .................................................................................... 8

1. Pengertian Rumah Sakit ........................................................... 8

2. Tugas dan fungsi Rumah Sakit ................................................. 9

3. Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................... 9

3.1 Klasifikasi Rumah Sakit berdasarkan Status Akreditasi. 9

3.2 Klasifikasi Rumah Sakit umum. ................................... 10

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit ...................................................... 10

1. Pengertian Instalasi Rumah Sakit ........................................... 10

2. Tujuan Instalasi Rumah Sakit ................................................. 11

3. Tugas dan Tanggung Jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit . 12

4. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................... 13

4.1 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan

medis habis pakai .......................................................... 13

4.2 Pelayanan farmasi klinik ............................................... 14

5. Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit .................. 14

5.1 Instalasi Farmasi ........................................................... 14

5.2 Tim Farmasi dan Terapi ................................................ 14

5.3 Tim lain yang terkait ..................................................... 15

6. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ............... 15

7. Ruang lingkup Instalasi Farmasi Rumah Sakit ...................... 15

C. Akreditasi ...................................................................................... 16

D. Tingkat Kelulusan Akreditasi ........................................................ 17

E. Standar Akreditasi ......................................................................... 19

F. Jenis Survei Akreditasi Rumah Sakit ............................................ 20

1. Survei Awal ............................................................................ 20

Page 8: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

viii

2. Survei Ulang atau Survei Remidial ........................................ 21

3. Survei Verifikasi ..................................................................... 21

4. Survei Terfokus ...................................................................... 21

G. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) ............... 21

1. PKPO 1 Pengorganisasian ...................................................... 23

2. PKPO 2 Seleksi dan Pengadaan ............................................. 24

3. PKPO 3 Penyimpanan ............................................................ 24

4. PKPO 4 Peresepan dan Penyalinan ........................................ 25

5. PKPO 5 Persiapan dan Penyerahan ........................................ 27

6. PKPO 6 Pemberian (Administration) Obat ............................ 28

7. PKPO 7 Pemantauan (Monitor) ............................................. 29

H. Profil RSU Aulia Lodoyo Blitar .................................................... 29

I. Metode Matriks ............................................................................. 30

J. Landasan Teori .............................................................................. 32

K. Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 36

L. Keterangan Empiris ....................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 38

A. Subyek Penelitian .......................................................................... 38

B. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................... 38

1. Jenis Data ............................................................................... 38

2. Rancangan Penelitian ............................................................. 38

3. Lokasi Penelitian .................................................................... 38

4. Waktu penelitian ..................................................................... 38

C. Bahan dan Alat .............................................................................. 39

D. Definisi Operasional ...................................................................... 41

E. Jalannya Penelitian ........................................................................ 42

F. Analisis Hasil................................................................................. 43

1. Pengelolaan data kuantitatif ................................................... 43

2. Pengelolaan data kualitatif ..................................................... 43

3. Perbaikan PKPO dengan metode matriks .............................. 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 45

A. Karakteristik Responden dan Penelitian ........................................ 45

B. Pencapaian Standar Akreditasi di RSU Aulia Lodoyo Blitar ........ 45

C. Strategi Perbaikan berdasarkan Skala prioritas Matriks ................ 50

D. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 55

A. Kesimpulan .................................................................................... 55

B. Saran .............................................................................................. 55

BAB VI RINGKASAN ......................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62

Page 9: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan kerangka konsep ....................................................................... 35

Gambar 2. Jalannya Penelitian .............................................................................. 43

Page 10: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Keaslian Penelitian .................................................................................... 6

Tabel 2. Standar masing-masing PKPO (KARS, 2017) ....................................... 40

Tabel 3. Karakteristik Responden dan Penelitian ................................................. 45

Tabel 4. Persentase hasil kuesioner ....................................................................... 46

Tabel 5. Metode matriks untuk penentuan prioritas masalah ............................... 50

Tabel 6. Saran strategi perbaikan .......................................................................... 52

Tabel 7. Persentase hasil kuesioner ....................................................................... 59

Tabel 8. Metode matriks untuk penentuan prioritas masalah ............................... 61

Page 11: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner ....................................................................................... 65

Lampiran 2. Pertanyaan wawancara .................................................................. 84

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian ..................................................................... 85

Lampiran 4. Metode Matriks (NACCHO, 2012) ............................................... 90

Page 12: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

xii

INTISARI

ALVIOLINA, D., 2018, STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN

KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT BERBASIS STANDAR

AKREDITASI DENGAN METODE MATRIKS DI INSTALASI FARMASI

RSU AULIA LODOYO BLITAR, THESIS, FAKULTAS FARMASI,

UNIVERSITAS SETIA BUDI, SURAKARTA.

Akreditasi merupakan penilaian KARS untuk meningkatkan keselamatan

dan mutu pelayanan Rumah Sakit. Penelitian dilakukan di IFRSU Aulia Lodoyo

Blitar yang merupakan Rumah Sakit tipe C, pada Maret 2017 lulus akreditasi

paripurna sesuai standar akreditasi KARS versi 2012, secara garis besar standar

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit belum sepenuhnya tercapai.

Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesesuaian tujuh standar PKPO

terhadap SNARS 2018 dan strategi perbaikan masalah menggunakan skala

prioritas dengan metode matriks. Penelitian dianalisis deskriptif kuantitatif dan

kualitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara kepada

Kepala IFRS serta observasi untuk mendukung kuesioner. Subyek penelitian yaitu

Apoteker, TTK, dan administrasi farmasi. Hasil data diolah dalam bentuk tabel

dan dilakukan perbaikan dengan skala prioritas masalah menggunakan metode

matriks.

Tingkat kesesuaian PKPO di IFRSU Aulia Lodoyo Blitar belum

sepenuhnya memenuhi SNARS. Persentase didapatkan : pengorganisasian 67,2%,

seleksi dan pengadaan 63,3%, penyimpanan 77,1%, peresepan dan penyalinan

74,7%, persiapan dan penyerahan 71,8%, pemberian obat 78,2%, pemantauan

62,2%. Strategi perbaikannya berdasarkan skala prioritas masalah menggunakan

metode matriks : PKPO 7 pemantauan efek obat, PKPO 2 seleksi dan pengadaan,

PKPO 1 pengorganisasian yang melakukan supervisi sesuai dengan

penugasannya, PKPO 5 persiapan dan penyerahan obat, PKPO 4 peresepan dan

penyalinan, PKPO 3 penyimpanan obat, dan PKPO 6 pemberian obat.

Kata kunci : standar akreditasi, SNARS, PKPO, metode matriks.

Page 13: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

xiii

ABSTRACT

ALVIOLINA, D., 2018, THE IMPROVEMENT STRATEGY OF

PHARMACEUTICAL SERVICES AND USES OF DRUGS BASED ON

ACCREDITATION STANDARDS WITH MATRIX METHOD IN

PHARMACEUTICAL INSTALLATION OF AULIA LODOYO BLITAR,

THESIS, FAKULTAS FARMASI, UNIVERSITAS SETIA BUDI,

SURAKARTA.

Accreditation is assessment of KARS to improve the safety and quality of

hospital services. The research was conducted at IFRSU Aulia Lodoyo Blitar

2018 which a type C hospital, March 2017 has passed accreditation of according

KARS 2012 accreditation standard, outline of pharmaceutical service in the

hospital hasn’t been fully achieved. This research to know compliance of seven

PKPO toward SNARS and improvement strategy uses prioritizing issues with

matrix method.

The research was analyzed descriptive quantitative and qualitative. Data

collection using questionnaires and interview instruments on Head IFRS as well

as observation to support the questionnaire. The subjects of were pharmacists,

assistants, and administrators. Data results processed in form of tables and

performed improvement strategy uses prioritizing issues with matrix method.

The compliance of PKPO hasn’t fulfilled SNARS. The percent organizing

67.2%, selection and procurement 63.3%, storage 77.1%, prescribing and copying

74.7%, preparation and delivery 71.8%, administration of drugs 78.2%,

monitoring 62.2%. Improvement strategy uses prioritizing issues with matrix

method is PKPO 7 monitoring of drug effects, PKPO 2 selection and

procurement, PKPO 1 organizing supervision according to its assignment, PKPO

5 preparation and delivery of drugs, PKPO 4 prescribing and copying, PKPO 3

drug storage, PKPO 6 drug administration.

Keywords : accreditation standards, SNARS, PKPO, matrix method.

Page 14: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes 72, 2016). Rumah Sakit

pada saat ini diakui sebagai entitas yang sangat rumit, kompleks dan beresiko

tinggi. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit, harus terlebih

dahulu lulus akreditasi nasional yang dilakukan oleh Komite Akreditasi Rumah

Sakit (KARS), dan dalam upaya meningkatkan daya saing, Rumah Sakit dapat

mengikuti akreditasi internasional sesuai kemampuan (Permenkes RI, 2012).

Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dilaksanakan untuk menilai kepatuhan

Rumah Sakit terhadap standar akreditasi (KARS, 2017).

Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen pengunaan

obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang- kurangnya

sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami

kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan

obat yang berkelanjutan (Permenkes 72, 2016). Melalui akreditasi Rumah Sakit

diharapkan Instalasi Farmasi terkait dengan pelayanan kefarmasian dan

penggunaan obat dikelola secara profesional sesuai dengan standar sehingga

fungsi sosial, bisnis dan iptek dapat dilaksanakan dengan baik.

Akreditasi merupakan proses asessment terhadap Rumah Sakit oleh suatu

lembaga yang independen (KARS) untuk menentukan pemenuhan standar yang

dirancang guna memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan, serta

menunjukkan komitmen nyata sebuah Rumah Sakit dalam meningkatkan kualitas

asuhan pasien, memastikan bahwa lingkungan pelayanannya aman dan Rumah

Sakit senantiasa berupaya mengurangi resiko bagi para pasien dan staf. Standar

akreditasi sifatnya berupa suatu persyaratan yang optimal dan dapat dicapai.

Dengan demikian akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk mengevaluasi

Page 15: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

2

mutu suatu Rumah Sakit, yang sekaligus berperan sebagai sarana manajemen

(Kemenkes RI, 2011).

Manajemen Penggunaan Obat (MPO) merupakan standar akreditasi

Rumah Sakit versi 2012 yang disusun oleh Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia Tahun 2011 dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yang

saat ini MPO berubah nama menjadi Pelayanan Kefarmasian Penggunaan Obat

(PKPO) pada standar baru. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS

Edisi 1) merupakan standar baru yang berfokus pada pelayanan pasien untuk

meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dengan pendekatan manajemen risiko

di Rumah Sakit. SNARS Edisi 1 disusun oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit

(KARS) yang efektif digunakan pada tanggal 1 Januari 2018. Dalam standar baru

tersebut dijelaskan bahwa hasil kajian elemen penilaian dan hasil survei dari

standar akreditasi Rumah Sakit versi 2012 sulit dipenuhi oleh Rumah Sakit di

Indonesia, sehingga disusun Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit oleh

KARS. Sebelum adanya SNARS akreditasi Rumah Sakit yang sudah mulai

dilaksanakan sejak tahun 1995 di Indonesia menggunakan standar akreditasi

berdasarkan tahun berapa standar tersebut mulai dipergunakan untuk penilaian,

sehingga selama ini belum pernah ada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit

di Indonesia, sedangkan status akreditasi saat ini ada status akreditasi nasional dan

status akreditasi internasional, maka di Indonesia perlu ada Standar Nasional

Akreditasi Rumah Sakit (KARS, 2017).

Dalam SNARS dijelaskan bahwa praktik penggunaan obat yang tidak

aman (unsafe medication practices) dan kesalahan penggunaan obat (medication

errors) adalah penyebab utama cedera dan bahaya yang dapat dihindari dalam

sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia (KARS, 2017). Menurut Susilo

(2004) sistem pengelolaan obat juga harus dipandang sebagai bagian dari

keseluruhan sistem pelayanan di Rumah Sakit dan diorganisasikan dengan suatu

cara yang dapat memberikan pelayanan berdasarkan aspek keamanan, efektif, dan

ekonomis dalam penggunaan obat sehingga dapat dicapai efektivitas dan efisiensi

pengelolaan obat. Selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan dan

keadaan sosial ekonomi masyarakat maka sistem nilai orientasinya mulai berubah.

Page 16: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

3

Mutu dan keamanan pelayanan obat dalam Instalasi Farmasi Rumah Sakit perlu

diperhatikan. Namun dalam pelaksanaannya bukanlah hal yang mudah. Oleh

karena itu, Rumah Sakit diminta untuk mematuhi peraturan perundang-undangan,

membuat sistem pelayanan kefarmasian, dan penggunaan obat yang lebih aman

yang senantiasa berupaya menurunkan kesalahan pemberian obat (KARS, 2017).

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar.

Rumah Sakit Umum Aulia Lodoyo Blitar merupakan Rumah Sakit tipe C yang

telah lulus akreditasi paripurna bintang 5 pada bulan Maret 2017 sesuai dengan

standar akreditasi versi 2012, secara garis besar Manajemen Penggunaan Obat

(MPO) dalam standar lama belum sepenuhnya tercapai khususnya pelayanan

kefarmasian di Rumah Sakit. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa gambaran

yang ada di Rumah Sakit misalnya kurangnya tenaga farmasis dan pengontrolan

efek samping obat pada pasien yang belum efektif. Adanya perubahan standar

akreditasi Rumah Sakit tersebut perlu penyesuaian dengan standar terbaru yaitu

SNARS Edisi 1. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian ini karena peneliti tertarik

untuk melihat kesesuaian pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSU Aulia

Lodoyo Blitar dengan standar akreditasi terbaru. Rumah Sakit tersebut bertekad

untuk memenuhi dan meningkatkan standar pelayanan kefarmasian agar sesuai

dengan SNARS Edisi 1, sehingga penelitian ini dapat digunakan untuk

meningkatkan mutu dan melihat perkembangan dengan meninjau dari segi

pelayanan yang berfokus pada keselamatan pasien. Salah satu strategi perbaikan

yang dapat dilakukan yaitu menggunakan skala prioritas masalah dengan metode

matriks.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diperoleh rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kesesuaian pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat

terhadap standar akreditasi di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar

tahun 2018 yang meliputi : pengorganisasian, seleksi dan pengadaan,

Page 17: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

4

penyimpanan, peresepan dan penyalinan, persiapan dan penyerahan,

pemberian (administration) obat, serta pemantauan (monitor)?

2. Bagaimana strategi perbaikan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di

Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar berdasarkan skala prioritas

masalah dengan menggunakan metode matriks?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui :

1. Tingkat kesesuaian pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat terhadap

standar akreditasi di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar tahun 2018

yang meliputi : pengorganisasian, seleksi dan pengadaan, penyimpanan,

peresepan dan penyalinan, persiapan dan penyerahan, pemberian

(administration) obat, serta pemantauan (monitor).

2. Strategi perbaikan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di Instalasi

Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar berdasarkan skala prioritas masalah

dengan menggunakan analisis matriks.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Bagi pendidikan digunakan sebagai bahan referensi dan pengetahuan bagi

mahasiswa tentang strategi perbaikan pelayanan kefarmasian dan penggunaan

obat berbasis Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit dengan metode

analisis matriks di Instalasi Farmasi.

2. Bagi pihak Rumah Sakit hasil penelitian ini sebagai evaluasi pelaksanaan

kegiatan pelayanan standar akreditasi yang diharapkan dapat memotivasi

profesi di unit pelayanan farmasi untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan Rumah Sakit melalui pemberian pelayanan sesuai dengan standar.

3. Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan,

menambah ilmu pengetahuan, dan merupakan pengalaman yang besar

manfaatnya bagi penulis mengenai akreditasi Rumah Sakit versi terbaru yaitu

SNARS Edisi 1 yang efektif digunakan pada tanggal 1 Januari 2018.

Page 18: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

5

4. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai

bahan pertimbangan atau sumber data dalam penelitian berikutnya yang

berkaitan dengan akreditasi Rumah Sakit.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang strategi perbaikanpelayanan kefarmasian dan

penggunaan obat berbasis standar akreditasi dengan metode matriks di Instalasi

Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar belum pernah dilakukan. Penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan tingkat kesesuaian standar akreditasi terhadap

strategi dan rencana perbaikan pelayanan adalah :

Page 19: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

6

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Peneliti Jumlah

sampel Tempat Waktu

Cara

analisis Perbedaan cara analisis

Indah

Tripujiati

50 resp. RSUD dr. Moewardi

Surakarta

2015 Matriks Mengambil topik/isu dan

bertanya apakah x

memberikan kontribusi

lebih dari y dalam

mencapai tujuan berupa

tabel

Sylvia

Puspita

23 resp. RS PKU

Muhammadiyah Unit

II PKU

2016 Hanlon Memberikan skors atas

serangkaian kriteria A, B,

C, dan D (PEARL) dan

menghitung BPR dan

OPR dengan rumus

tertentu

Wulan

Agustin

Ningrum

25 resp. RSUD Kraton

Pekalongan

2014 Matriks Mengambil topik/isu dan

bertanya apakah x

memberikan kontribusi

lebih dari y dalam

mencapai tujuan berupa

tabel

Mensie

Martha

Lovianie

28 resp. RSUD dr. Doris

Sylvanus

Palangkaraya

2015 Hanlon Memberikan skors atas

serangkaian kriteria A, B,

C, dan D (PEARL) dan

menghitung BPR dan

OPR dengan rumus

tertentu

Poppy Dwi

Citra Jaluri

28 resp. RSUD Sultan

Imanuddin Pangkalan

Bun Kalimantan

Tengah

2016 Hanlon Memberikan skors atas

serangkaian kriteria A, B,

C, dan D (PEARL) dan

menghitung BPR dan

OPR dengan rumus

tertentu

Noval 46 resp. RS PKU

Muhammadiyah

Surakarta

2016 Hanlon Memberikan skors atas

serangkaian kriteria A, B,

C, dan D (PEARL) dan

menghitung BPR dan

OPR dengan rumus

tertentu

Ade Sukma

Hamdani

30 resp. RSUD dr. Moewardi

Surakarta

2013 Hanlon Memberikan skors atas

serangkaian kriteria A, B,

C, dan D (PEARL) dan

menghitung BPR dan

OPR dengan rumus

tertentu

Reny

Febrianah

Resmy

29 resp. RSUP dr. Wahidin

Sudirohusodo

Makassar Sulawesi

Selatan

2014 Hanlon Memberikan skors atas

serangkaian kriteria A, B,

C, dan D (PEARL) dan

menghitung BPR dan

OPR dengan rumus

tertentu

Page 20: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

7

Peneliti Jumlah

sampel Tempat Waktu

Cara

analisis Perbedaan cara analisis

Harvey 19 resp. RSUD H. M.

Djafar Harun

Kabupaten Kolaka

Utara Sulawesi

Tenggara

2013 Hanlon Memberikan skors atas

serangkaian kriteria A, B, C,

dan D (PEARL) dan

menghitung BPR dan OPR

dengan rumus tertentu

Alfiranty

Yunita

17 resp. RS Benyamin

Guluh Kabupaten

Kolaka Provinsi

Sulawesi Tenggara

2013 Hanlon Memberikan skors atas

serangkaian kriteria A, B, C,

dan D (PEARL) dan

menghitung BPR dan OPR

dengan rumus tertentu

Perbedaan penelitian ini yaitu fokus penelitian tentang evaluasi tingkat

kesesuaian standar akreditasi pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat sesuai

dengan SNARS Edisi 1 yang efektif pada 1 Januari 2018. Penelitian ini dianalisis

dengan menggunakan metode matriks untuk menentukan skala prioritas

penanganan masalah. Lokasi dan waktu penelitian ini berbeda dari penelitian-

penelitian sebelumnya.

Page 21: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar &

Amalia, 2011).

Upaya kesehatan dilakukan dengan pendeketan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif),

yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan

(Siregar & Amalia, 2011).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 72

tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

pengertian dari Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

(Permenkes 72, 2016).

Menurut WHO (World Health Organization) Rumah Sakit adalah

suatu organisasi sosial terintegrasi yang berfungsi menyediakan pelayanan

kesehatan lengkap bagi masyarakat. Pelayanan tersebut dapat bersifat :

penyembuhan (kuratif), peningkatan (promotif), perbaikan (rehabilitatif),

maupun pencegahan (preventif) (WHO, 2009).

Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis

dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena

itu, Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai

dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan

Page 22: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

9

9

masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan

yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa layanan yang sesuai dengan

tingkat kepuasan ratarata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan

standart dan kode etik profesi yang telah ditetapkan (Siregar & Amalia,

2011).

2. Tugas dan fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan SK Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang

standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit, Rumah Sakit mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk

menjalankan tugas tersebut, Rumah Sakit mempunyai fungsi :

penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan Rumah Sakit, pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua

dan ketiga sesuai kebutuhan medis, penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan, penyelenggaraan penelitian dan

pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu

pengetahuan bidang kesehatan (Siregar & Amalia, 2011).

3. Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, Rumah Sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan

menjadi Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus. Rumah Sakit umum

adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada semua

bidang dan jenis penyakit. Sedangkan Rumah Sakit khusus adalah Rumah

Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis penyakit

tertentu berdasarkan disiplin ilmu golongan umur, organ, jenis penyakit, atau

kekhususan lainnya (Anonim, 2009).

3.1 Klasifikasi Rumah Sakit berdasarkan Status Akreditasi.

Rumah Sakit berdasarkan status akreditasi terdiri atas Rumah Sakit yang telah

Page 23: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

10

10

diakreditasi dan Rumah Sakit yang belum diakreditasi. Rumah Sakit yang

telah diakreditasi adalah Rumah Sakit yang telah diakui secara formal oleh

suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu Rumah

Sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu (Siregar

& Amalia, 2011).

3.2 Klasifikasi Rumah Sakit umum. Menurut Undang-Undang

Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dalam rangka penyelenggaraan

pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, Rumah Sakit

umum dan Rumah Sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan Rumah Sakit. Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri

atas : Rumah Sakit umum kelas A, mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik,

12 spesialis lainnya, dan 13 subspesialis dasar. Rumah Sakit umum tipe B,

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4

spesialis dasar, 4 spesialis penunjang medik, 8 spesialis lain, dan 2

subspesialis dasar. Rumah Sakit umum kelas C, mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar dan 4 spesialis

penunjang dasar. Rumah Sakit umum kelas D, mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 spesialis dasar (Anonim,

2009).

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

1. Pengertian Instalasi Rumah Sakit

Menurut PERMENKES RI No 9/MENKES/PER/1/2014 Instalasi

Farmasi adalah bagian dari Klinik yang bertugas menyelenggarakan,

mengoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan

farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Klinik

(Anonim, 2014).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah fasilitas penyelenggara

pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, kegiatan penelitian,

pengembangan, pendidikan, pelatihan, dan pemeliharaan sarana Rumah Sakit.

Page 24: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

11

11

Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan instalasi Rumah Sakit yang

mempunyai tugas menyediakan, mengelola memberi penerangan dan

melaksanakan penelitian tentang obat-obatan (Siregar & Amalia, 2011).

Farmasi Rumah Sakit adalah seluruh aspek kefarmasian yang

dilakukan di suatu Rumah Sakit, jadi Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah

suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di Rumah Sakit, tempat penyelenggara

semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan

Rumah Sakit itu sendiri (Siregar & Amalia, 2011).

Menurut Permenkes 72 tahun 2016 juga disebutkan bahwa Instalasi

Farmasi merupakan unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan

seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi di

Rumah Sakit harus memenuhi standar akreditasi dalam pelayanan

kefarmasian dan penggunaan obat yang meliputi tujuh standar akreditasi yaitu

: pengorganisasian, seleksi dan pengadaan, penyimpanan, peresepan dan

penyalinan, persiapan dan penyerahan, pemberian (administration) obat, serta

pemantauan (monitor). Masing-masing standar pelayanan kefarmasian dan

penggunaan obat tersebut memiliki maksud dan tujuan serta elemen penilaian

yang tercantum dalam standar nasional akreditasi Rumah Sakit edisi 1 yang

efektif pada 1 Januari 2018 (KARS, 2017).

2. Tujuan Instalasi Rumah Sakit

Tujuan dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit antara lain memberi

manfaat kepada penderita, Rumah Sakit, sejawat profesi kesehatan, dan

kepada profesi farmasi oleh apoteker Rumah Sakit yang kompeten dan

memenuhi syarat; membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai

oleh apoteker Rumah Sakit yang memenuhi syarat; menjamin praktek

profesional yang bermutu tinggi melalui penetapan dan pemeliharaan standar

etika profesional, pendidikan dan pencapaian, dan melalui peningkatan

kesejahteraan ekonomi; meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi

Rumah Sakit dan dalam ilmu farmasetik pada umumnya; menyebarkan

pengetahuan farmasi dengan mengadakan pertukaran informasi antara para

apoteker Rumah Sakit, anggota profesi, den spesialis yang serumpun;

Page 25: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

12

12

memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker Rumah Sakit untuk:

secara efektif mengelola suatu pelayanan farmasi yang terorganisasi,

mengembangkan dan memberikan pelayanan klinik; melakukan dan

berpartisipasi dalam penelitian klinik dalam farmasi dan dalam program

edukasi untuk partisi kesehatan, penderita, mahasiswa, dan masyarakat;

meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktek farmasi Rumah Sakit

kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industri farmasi, dan profesional

kesehatan lainnya; membantu menyediakan personel pendukung yang

bermutu untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit; membantu dalam

pengembangan dan kemajuan profesi kefarmasian (Siregar & Amalia, 2011).

3. Tugas dan Tanggung Jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah pengelolaan,

pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada

penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang

beredar dan digunakan dalam Rumah Sakit baik untuk penderita rawat

tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik Rumah

Sakit (Siregar & Amalia, 2011).

Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi

seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta

sesuai prosedur dan etik profesi.

b. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu, dan efisien.

c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi,

alat kesehatan, bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi

dan keamanan serta meminimalkan risiko.

d. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KIE) serta

memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat, dan pasien.

e. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi.

Page 26: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

13

13

f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan

kefarmasian.

g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit (Permenkes, 2014).

4. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2014 fungsi Instalasi

Farmasi Rumah Sakit dibagi menjadi dua yaitu pengelolaan sediaan farmasi,

alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik

(Permenkes, 2014).

4.1 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis

habis pakai, yaitu memilih sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis

habis pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit, merencanakan

kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai secara

efektif, efisien, dan optimal, mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan,

bahan medis habis pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat

sesuai ketentuan yang berlaku, memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan,

bahan medis habis pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit, menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis

pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku, menyimpan

sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai sesuai dengan

spesifikasi dan persyaratan kefarmasian, mendistribusikan sediaan farmasi,

alat kesehatan, bahan medis habis pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah

Sakit, melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu, melaksanakan pelayanan

obat “unit dose”/dosis sehari, melaksanakan komputerisasi pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai (apabila sudah

memungkinkan), mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang

terkait dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai,

melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan

medis habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan, mengendalikan

persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai,

Page 27: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

14

14

melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan

medis habis pakai (Permenkes, 2014).

4.2 Pelayanan farmasi klinik, yaitu mengkaji dan melaksanakan

pelayanan resep atau permintaan obat, melaksanakan penelusuran riwayat

penggunaan obat, melaksanakan rekonsiliasi obat, memberikan informasi dan

edukasi penggunaan obat baik berdasarkan resep maupun obat non resep

kepada pasien/keluarga pasien, mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi

masalah yang terkait dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis

habis pakai, melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan

lain, memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya, melaksanakan

Pemantauan Terapi Obat (PTO), melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat

(EPO), melaksanakan dispensing sediaan steril, melaksanakan Pelayanan

Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain, pasien/keluarga,

masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit, melaksanakan Penyuluhan

Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) (Permenkes, 2014).

5. Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Permenkes RI no 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit, pengorganisasian Intalasi Farmasi Rumah

Sakitharus mencakup penyelenggaraan pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan

manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan

dengan tetap menjaga mutu. Pengorganisasian juga harus dapat

menggambarkan pembagian tugas, koordinasi kewenangan, fungsi dan

tanggung jawab Rumah Sakit (Permenkes, 2014).

5.1 Instalasi Farmasi. Pengorganisasian IFRS harus mencakup

penyelenggaraan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis

habis pakai, pelayanan farmasi klinik, dan manajemen mutu, dan bersifat

dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu

(Permenkes, 2014).

5.2 Tim Farmasi dan Terapi. Dalam pengorganisasian Rumah Sakit

dibentuk Tim Farmasi Terapi yang merupakan unit kerja dalam memberikan

Page 28: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

15

15

rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan

obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili

semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, apoteker Instalasi Farmasi, serta

tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. Ketua Tim Farmasi Terapi dapat

diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh

dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai apoteker,

maka sekretarisnya adalah dokter (Permenkes, 2014).

5.3 Tim lain yang terkait. Tim lain yang terkait dengan tugas

Intalasi Farmasi Rumah Sakit dapat dibentuk sesuai dengan peran dan

kebutuhan. Adapun peran apoteker dalam tim lain yang terkait penggunaan

obat di Rumah Sakit antara lain yaitu : tim Pengendalian Infeksi Rumah

Sakit, tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, tim Mutu Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit, tim Perawatan Paliatif Dan Bebas Nyeri, tim Penanggulangan

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndromes), tim Direct Observed

Treatment Shortcourse (DOTS), tim Program Pengendalian Resistensi

Antimikroba (PPRA), tim transplantasi, tim PKMRS, tim Rumatan Metadon

(Permenkes, 2014).

6. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Berdasarkan undang-undang RI no 44 Tahun 2009 Pasal 33 tentang

Rumah Sakit, setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif,

efisien, dan akuntabel. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas

Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis,

unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan

pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan (Anonim,

2009).

7. Ruang lingkup Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Ruang lingkup Instalasi Farmasi Rumah Sakit meliputi : aspek

manajemen maupun klinik dengan orientasi kepada kepentingan pasien

sebagai individu, berwawasan lingkungan dan keselamatan kerja berdasarkan

kode etik, struktur organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, personalia

Page 29: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

16

16

Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan standar pelayanan farmasi Rumah Sakit

(Permenkes, 2014).

C. Akreditasi

Akreditasi Rumah Sakit adalah penilaian (assesment) atau pengakuan

terhadap Rumah Sakit yang diberikan oleh lembaga independen

penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, setelah

dinilai bahwa Rumah Sakit tersebut memenuhi standar pelayanan Rumah

Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara

berkesinambungan. Dalam standar ini, status akreditasi merupakan penetapan

yang diberikan oleh KARS sebagai lembaga yang diberi kewenangan untuk

menyelenggarakan akreditasi Rumah Sakit di Indonesia atas kepatuhan

Rumah Sakit tersebut dalam memenuhi standar nasional akreditasi Rumah

Sakit yang ditetapkan (KARS, 2017).

Tujuan akreditasi adalah menentukan apakah Rumah Sakit tersebut

memenuhi standar yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan mutu

pelayanan. Standar akreditasi sifatnya berupa suatu persyaratan yang optimal

dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah Rumah

Sakit untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien,

memastikan bahwa lingkungan pelayanannya aman dan Rumah Sakit

senantiasa berupaya mengurangi risiko bagi para pasien dan staf Rumah

Sakit. Dengan demikian akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk

mengevaluasi mutu suatu Rumah Sakit, yang sekaligus berperan sebagai

sarana manajemen (Kemenkes RI, 2011).

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1, merupakan standar

akreditasi baru yang bersifat nasional dan diberlakukan secara nasional di

Indonesia. Disebut dengan edisi 1, karena di Indonesia baru pertama kali

ditetapkan standar nasional untuk akreditasi Rumah Sakit. Standar Nasional

Akreditasi Rumah Sakit edisi 1 berisi 16 bab. Dalam Standar Nasional

Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (SNARS Edisi 1) juga dijelaskan bagaimana

proses penyusunan, penambahan bab penting, referensi dari setiap bab dan

Page 30: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

17

17

juga glosarium istilah-istilah penting, termasuk juga kebijakan pelaksanaan

akreditasi Rumah Sakit (KARS, 2017).

Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan

dan budaya kualitas di Rumah Sakit, sehingga senantiasa berusaha

meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya. Melalui proses akreditasi

Rumah Sakit dapat : meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa Rumah

Sakit menitik beratkan sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu

pelayanan, menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga

staf merasa puas, mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati

hak-hak mereka dan melibatkanmereka sebagai mitra dalam proses

pelayanan, menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan

pasien, serta membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama.

Kepemimpinan ini menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya

kepemimpinan yang berkelanjutan untuk meraih kualitas dan keselamatan

pasien pada semua tingkatan (Kemenkes RI, 2011).

Standar akreditasi Rumah Sakit ini merupakan upaya Kementerian

Kesehatan menyediakan suatu perangkat yang mendorong Rumah Sakit

senantiasa meningkatkan mutu dan keamanan pelayanan. Dengan penekanan

bahwa akreditasi adalah suatu proses belajar, maka Rumah Sakit distimulasi

melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan terus menerus (Kemenkes RI,

2011).

D. Tingkat Kelulusan Akreditasi

Menurut (KARS, 2017) proses akreditasi terdiri dari kegiatan survei

oleh Tim Surveior. KARS akan memberikan penghargaan kepada Rumah

Sakit sesuai dengan pemenuhan dan kepatuhan Rumah Sakit terhadap standar

akreditasi. Pengambilan keputusan oleh KARS tersebut yaitu sebagai berikut:

Page 31: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

18

18

1. Tipe Rumah Sakit berdasarkan Tingkat Pendidikan

1.1. Rumah Sakit Pendidikan

a. Tidak lulus akreditasi

Rumah Sakit tidak lulus akreditasi bila dari 16 bab yang disurvei

mendapat nilai kurang dari 60 %. Bila Rumah Sakit tidak lulus akreditasi

dapat mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi dari surveior

dilaksanakan.

b. Akreditasi tingkat dasar

Rumah Sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 16

babyang disurvei hanya 4 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi

pendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai minimal 80 % dan 12 bab

lainnya tidak ada yang mendapat nilai di bawah 20 % .

c. Akreditasi tingkat madya

Rumah Sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari

16bab yang disurvei ada 8 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi

pendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai minimal 80 % dan 8 bab

lainnya tidak ada yang mendapat nilai di bawah 20 %.

d. Akreditasi tingkat utama

Rumah Sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 16

babyang disurvei ada 12 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi

pendidikan pelayanan kesehatan mendapat nilai minimal 80 % dan 4 bab

lainnya tidak ada yang mendapat nilai di bawah 20 %.

e. Akreditasi tingkat paripurna

Rumah Sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari

16 bab yang disurvei semua bab mendapat nilai minimal 80 %.

1.2. Rumah Sakit Non Pendidikan

a. Tidak lulus akreditasi

Rumah Sakit tidak lulus akreditasi bila dari 15 bab yang disurvei,

semua mendapat nilai kurang dari 60 %. Bila Rumah Sakit tidak lulus

Page 32: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

19

19

akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi dari

surveior dilaksanakan.

b. Akreditasi tingkat dasar

Rumah Sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 15

bab yang disurvei hanya 4 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 12 bab

lainnya tidak ada yang mendapat nilai di bawah 20 %.

c. Akreditasi tingkat madya

Rumah Sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 15

bab yang disurvei ada 8 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 7 bab

lainnya tidak ada yang mendapat nilai di bawah 20 %.

d. Akreditasi tingkat utama

Rumah Sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 15 bab

yang disurvei ada 12 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 3 bab

lainnya tidak ada yang mendapat nilai di bawah 20 %.

e. Akreditasi tingkat paripurna

Rumah Sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari

15 bab yang disurvei semua bab mendapat nilai minimal 80 %. Bila Rumah

Sakit tidak mendapat status akreditasi paripurna dan ada bab nilainya di

bawah 80 % tetapi di atas 60 %, maka Rumah Sakit dapat mengajukan survei

remedial untuk bab tersebut (KARS, 2017).

2. Masa berlaku status Akreditasi

Status akreditasi berlaku selama tiga tahun kecuali ditarik oleh KARS.

Status akreditasi berlaku surut sejak hari pertama pelaksanaan survei Rumah

Sakit atau saat survei ulang. Pada akhir tiga tahun siklus akreditasi Rumah

Sakit, Rumah Sakit harus melaksanakan survei ulang untuk perpanjangan

status akreditasi (KARS, 2017).

E. Standar Akreditasi

Standar akreditasi yang dipergunakan mulai 1 Januari 2018 adalah

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 yang terdiri dari 16 bab

yaitu :

Page 33: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

20

20

1. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)

2. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)

3. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

4. Asesmen Pasien (AP)

5. Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)

6. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)

7. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)

8. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)

9. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)

10. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

11. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)

12. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

13. Kompetensi & Kewenangan Staf (KKS)

14. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)

15. Program Nasional (menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta

meningkatkan angka kesehatan ibu dan bayi, menurunkan angka

kesakitan HIV/AIDS, menurunkan angka kesakitan tuberkulosis,

pengendalian resistensi antimikroba dan pelayanan geriatri)

16. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)

Ketentuan penggunaan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit

Edisi I adalah Rumah Sakit Pendidikan 16 bab dan Rumah Sakit non

Pendidikan 15 bab (KARS, 2017).

F. Jenis Survei Akreditasi Rumah Sakit

Menurut (KARS, 2017) survei dilaksanakan sesuai dengan menilai

semua Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 di seluruh Rumah

Sakit. Bentuk survei meliputi sebagai berikut :

1. Survei Awal

Survei langsung penuh pertama pada Rumah Sakit yang telah

memenuhi syarat untuk melakukan akreditasi dengan jadwal yang telah

ditentukan oleh KARS. Proses survei tersebut dilakukan termasuk melalui

Page 34: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

21

21

laporan/pengaduan dari masyarakat atau sanksi dari pihak yang berwenang

pada seluruh fase akreditasi.

2. Survei Ulang atau Survei Remidial

Survei Rumah Sakit setelah siklus akreditasi tiga tahun. Evaluasi

langsung yang dijadwalkan paling lambat 6 bulan setelah survei awal untuk

mengevaluasi elemen penilaian (EP) yang mendapatkan nilai “tidak

terpenuhi” (“not met”) atau “terpenuhi sebagian” (“partially met”) yang

mengakibatkan Rumah Sakit gagal untuk memenuhi persyaratan kelulusan

akreditasi.

3. Survei Verifikasi

Survei verifikasi dilaksanakan satu tahun dan dua tahun setelah survei

akreditasi awal atau survei ulang untuk melakukan verifikasi terhadap

perencanaan perbaikan strategis (PPS). Kebijakan survei verifikasi 1

dilaksanakan satu tahun setelah tanggal survei yang sudah dilaksanakan.

Surveior mempunyai tugas melakukan verifikasi Perencanaan Perbaikan

Strategis (PPS) yang sudah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan

Survei verifikasi 2 dilaksanakan dua tahun setelah tanggal survei yang sudah

dilaksanakan. Surveior mempunyai tugas melakukan verifikasi PPS yang

sudah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan serta persiapan akreditasi

selanjutnya. Tanggal penetapan tanggal survei verifikasi dapat dirubah, bila

tanggal tersebut adalah hari minggu atau hari libur nasional. Bila Rumah

Sakit menunda atau tidak melaksanakan survei verifikasi, maka sertifikat

akreditasi ditarik kembali.

4. Survei Terfokus

Survei terfokus adalah survei langsung yang terbatas dalam lingkup,

konten, dan lamanya, dan dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang

suatu masalah, standar, atau elemen penilaian secara spesifik.

G. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)

Menurut KARS (2017) pelayanan kefarmasian adalah pelayanan

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan

Page 35: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

22

22

sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan maksud mencapai hasil yang pasti

untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian di

Rumah Sakit bertujuan untuk menjamin mutu, manfaat, keamanan, serta

khasiat sediaan farmasi dan alat kesehatan : menjamin kepastian hukum bagi

tenaga kefarmasian ; melindungi pasien, masyarakat, dan staf dari

penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien

(patient safety), menjamin sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan

obat yang lebih aman (medication safety), menurunkan angka kesalahan

penggunaan obat.

Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat merupakan komponen

yang penting dalam pengobatan simtomatik, preventif, kuratif, paliatif, dan

rehabilitatif terhadap penyakit dan berbagai kondisi, serta mencakup sistem

dan proses yang digunakan Rumah Sakit dalam memberikan farmakoterapi

kepada pasien. Pelayanan kefarmasian dilakukan secara multidisiplin dalam

koordinasi para staf di Rumah Sakit (KARS, 2017).

Rumah Sakit menerapkan prinsip rancang proses yang efektif,

implementasi dan peningkatan mutu terhadap seleksi, pengadaan,

penyimpanan, peresepan atau permintaan obat atau instruksi pengobatan,

penyalinan (transcribe), pendistribusian, penyiapan (dispensing), pemberian,

pendokumentasian, dan pemantauan terapi obat. Praktik penggunaan obat

yang tidak aman (unsafe medication practices) dan kesalahan penggunaan

obat (medication errors) adalah penyebab utama cedera dan bahaya yang

dapat dihindari dalam sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Oleh

karena itu, Rumah Sakit diminta untuk mematuhi peraturan perundang-

undangan, membuat sistem pelayanan kefarmasian, dan penggunaan obat

yang lebih aman yang senantiasa berupaya menurunkan kesalahan pemberian

obat (KARS, 2017).

Berikut ini ke tujuh standar PKPO berdasarkan SNARS Edisi 1 oleh

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi 2017, yaitu :

Page 36: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

23

23

1. PKPO 1 Pengorganisasian

Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat merupakan bagian

penting dalam pelayanan pasien sehingga organisasinya harus efektif dan

efisien, serta bukan hanya tanggung jawab apoteker, tetapi juga profesional

pemberi asuhan dan staf klinis pemberi asuhan lainnya. Pengaturan

pembagian tanggung jawab bergantung pada struktur organisasi dan staffing.

Struktur organisasi dan operasional sistem pelayanan kefarmasian serta

penggunaan obat di Rumah Sakit mengacu pada peraturan perundang-

undangan.

Pelayanan kefarmasian dilakukan oleh apoteker yang melakukan

pengawasan dan supervisi semua aktivitas pelayanan kefarmasian serta

penggunaan obat di Rumah Sakit. Untuk memastikan keefektifannya maka

Rumah Sakit melakukan kajian sekurang-kurangnya sekali setahun. Kajian

tahunan mengumpulkan semua informasi dan pengalaman yang berhubungan

dengan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat, termasuk angka

kesalahan penggunaan obat serta upaya untuk menurunkannya. Kajian

bertujuan membuat Rumah Sakit memahami kebutuhan dan prioritas

perbaikan sistem berkelanjutan dalam hal mutu, keamanan, manfaat, serta

khasiat obat dan alat kesehatan.

Kajian tahunan mengumpulkan semua data, informasi, dan

pengalaman yang berhubungan dengan pelayanan kefarmasian serta

penggunaan obat, termasuk antara lain seberapa baik sistem telah

bekerjaterkait dengan seleksi dan pengadaan obat, penyimpanan,

peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan, penyiapan dan

penyerahan, dan pemberian obat. Pendokumentasian dan pemantauan efek

obat, monitor seluruh angka kesalahan penggunaan obat (medication error)

meliputi kejadian tidak diharapkan, kejadian sentinel, kejadian nyaris cedera,

kejadian tidak cedera dan upaya mencegah dan menurunkannya, kebutuhan

pendidikan dan pelatihan, pertimbangan melakukan kegiatan baru berbasis

bukti (evidence based). Dengan kajian ini Rumah Sakit dapat memahami

kebutuhan dan prioritas peningkatan mutu serta keamanan penggunaan obat.

Page 37: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

24

24

Sumber informasi obat yang tepat harus tersedia di semua unit pelayanan

(KARS, 2017).

2. PKPO 2 Seleksi dan Pengadaan

Rumah Sakit harus menetapkan formularium obat yang mengacu pada

peraturan perundang-undangan. Formularium ini didasarkan atas misi Rumah

Sakit, kebutuhan pasien, dan jenis pelayanan yang diberikan. Seleksi obat

adalah suatu proses kerja sama yang mempertimbangkan baik kebutuhan dan

keselamatan pasien maupun kondisi ekonominya. Apabila terjadi kehabisan

obat karena keterlambatan pengiriman, stok nasional kurang, atau sebab lain

yang tidak diantisipasi sebelumnya maka tenaga kefarmasian harus

menginformasikan kepada profesional pemberi asuhan dan staf klinis pemberi

asuhan lainnya tentang kekosongan obat tersebut serta saran substitusinya

atau mengadakan perjanjian kerjasama dengan pihak luar (KARS, 2017).

Rumah Sakit menetapkan regulasi dan proses pengadaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Ada kalanya sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai tidak ada dalam stok atau tidak tersedia saat dibutuhkan.

Rumah Sakit harus menetapkan regulasi dan proses untuk pengadaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu,

bermanfaat, serta berkhasiat sesuai dengan peraturan perundang-undangan

(KARS, 2017).

3. PKPO 3 Penyimpanan

Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

disimpan di tempat yang sesuai, dapat di gudang logistik, di Instalasi Farmasi,

atau di satelit atau depo farmasi serta diharuskan memiliki pengawasan di

semua lokasi penyimpanan. Obat program pemerintah atau obat darurat

dimungkinkan ada kesempatan penyalahgunaan atau karena ada kandungan

khusus (misalnya nutrisi), memerlukan ketentuan khusus untuk menyimpan

dan mengawasi penggunaannya. Rumah Sakit menetapkan prosedur yang

mengatur tentang penerimaan, identifikasi, tempat penyimpanan, dan

distribusi macam obat-obat ini (KARS, 2017).

Page 38: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

25

25

Jika ada pasien emergency maka akses cepat ke tempat obat yang

diperlukan menjadi sangat penting dan obat harus siap pakai bila sewaktu-

waktu diperlukan. Setiap Rumah Sakit harus membuat rencana lokasi

penyimpanan obat emergency, contoh troli obat emergency yang tersedia di

berbagai unit pelayanan, obat untuk mengatasi syok anafilatik di tempat

penyuntikan, dan obat untuk pemulihan anestesi ada di kamar operasi. Obat

emergency dapat disimpan di lemari emergency, troli, tas/ransel, kotak, dan

lainnya sesuai dengan kebutuhan di tempat tersebut. Rumah Sakit diminta

menetapkan prosedur untuk memastikan ada kemudahan untuk mencapai

dengan cepat tempat penyimpanan obat emergency jika dibutuhkan, termasuk

obat selalu harus segera diganti kalau digunakan, bila rusak atau kadaluarsa,

selain itu keamanan obat emergency harus diperhatikan (KARS, 2017).

Rumah Sakit memiliki sistem penarikan kembali (recall), pemusnahan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tidak layak

digunakan karena rusak, mutu substandar, atau kadaluwarsa. Rumah Sakit

menetapkan dan melaksanakan identifikasi dalam proses penarikan kembali

(recall) oleh Pemerintah, pabrik, atau pemasok. Rumah Sakit juga harus

menjamin bahwa sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis yang

tidak layak pakai karena rusak, mutu substandard, atau kadaluwarsa tidak

digunakan serta dimusnahkan (KARS, 2017).

4. PKPO 4 Peresepan dan Penyalinan

Rumah Sakit menetapkan staf medis yang kompeten dan berwenang

untuk melakukan peresepan/permintaan obat serta instruksi pengobatan. Staf

medis dilatih untuk peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan

dengan benar. Peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan yang

tidak benar, tidak terbaca, dan tidak lengkap dapat membahayakan pasien

serta menunda kegiatan asuhan pasien. Rumah Sakit memiliki regulasi

peresepan/permintaan obat serta instruksi pengobatan dengan benar, lengkap,

dan terbaca tulisannya (KARS, 2017).

Rumah Sakit menetapkan proses rekonsiliasi obat, yaitu proses

membandingkan daftar obat yang dipergunakan oleh pasien sebelum dirawat

Page 39: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

26

26

inap dengan peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan yang dibuat

pertama kali sejakpasien masuk, saat pemindahan pasien antar unit pelayanan

(transfer), dan sebelum pasien pulang. Untuk menghindari keragaman dan

menjaga keselamatan pasien maka Rumah Sakit menetapkan persyaratan atau

elemen penting kelengkapan suatu resep atau permintaan obat dan instruksi

pengobatan. Persyaratan atau elemen kelengkapan paling sedikit meliputi data

identitas pasien secara akurat (dengan stiker), elemen pokok di semua resep

atau permintaan obat atau instruksi pengobatan, kapan diharuskan

menggunakan nama dagang atau generik, kapan diperlukan penggunaan

indikasi seperti pada prn (pro re nata atau “jika perlu”) atau instruksi

pengobatan lain, jenis instruksi pengobatan yang berdasar atas berat badan

seperti untuk anak anak, lansia yang rapuh, dan populasi khusus sejenis

lainnya, kecepatan pemberian (jika berupa infus); instruksi khusus, sebagai

contoh: titrasi, tapering, rentang dosis (KARS, 2017).

Ditetapkan proses untuk menangani atau mengelola hal-hal di bawah

ini : resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan yang tidak benar,

tidak lengkap, dan tidak terbaca, resep atau permintaan obat dan instruksi

pengobatan yang NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) atau LASA

(Look Alike Sound Alike), jenis resep khusus, seperti emergency, cito,

berhenti otomatis (automatic stop order), tapering, dan lainnya, instruksi

pengobatan secara lisan atau melalui telepon wajib dilakukan tulis lengkap,

baca ulang, dan meminta konfirmasi. Standar ini berlaku untuk resep atau

permintaan obat dan instruksi pengobatan di semua unit pelayanan di Rumah

Sakit. Rumah Sakit diminta memiliki proses untuk menjamin penulisan resep

atau permintaan obat dan instruksi pengobatan sesuai dengan kriteria (KARS,

2017).

Untuk memilih dan menentukan obat yang dibutuhkan pasien

diperlukan pengetahuan dan pengalaman spesifik. Rumah Sakit

bertanggungjawab menentukan staf medis dengan pengalaman cukup dan

pengetahuan spesifik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

diberi izin membuat/menulis resep atau membuat permintaan obat. Rumah

Page 40: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

27

27

Sakit membatasi penulisan resep meliputi jenis dan jumlah obat oleh staf

medis, misalnya resep obat berbahaya, obat kemoterapi, obat radioaktif, dan

obat untuk keperluan investigasi. Staf medis yang kompeten dan diberi

kewenangan membuat atau menulis resep harus dikenal dan diketahui oleh

unit layanan farmasi atau lainnya yang memberikan atau menyalurkan obat.

Dalam situasi darurat maka Rumah Sakit menentukan tambahan Profesional

Pemberi Asuhan (PPA) yang diberi izin untuk membuat atau menulis resep

atau permintaan obat dan instruksi pengobatan (KARS, 2017).

5. PKPO 5 Persiapan dan Penyerahan

Menurut KARS (2017) untuk menjamin keamanan, mutu, manfaat,

dan khasiat obat yang disiapkan dan diserahkan pada pasien maka Rumah

Sakit diminta menyiapkan dan menyerahkan obat dalam lingkungan yang

aman bagi pasien, petugas, dan lingkungan serta untuk mencegah

kontaminasi tempat penyiapan obat harus sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan praktik profesi seperti :

a. Pencampuran obat kemoterapi harus dilakukan di dalam ruang yang bersih

(clean room) yang dilengkapi dengan cytotoxic handling drug

safetycabinet dengan petugas sudah terlatih dengan teknik aseptik serta

menggunakan alat perlindung diri yang sesuai.

b. Pencampuran obat intravena, epidural, dan nutrisi parenteral serta

pengemasan kembali obat suntik harus dilakukan dalam ruang yang bersih

(clean room) yang dilengkapi dengan laminary airflow cabinet dan

petugas sudah terlatih dengan teknik aseptik serta menggunakan alat

perlindung diri yang sesuai.

c. Staf yang menyiapkan produk steril terlatih dengan prinsip penyiapan obat

dan teknik aseptik.

Manajemen obat yang baik melakukan dua hal untuk dinilai di setiap

resep atau setiap ada pesanan obat. Pengkajian resep untuk menilai ketepatan

baik administratif, klinis maupun farmasetik obat untuk pasien dan kebutuhan

kliniknya pada saat resep dibuat atau obat dipesan. Pengkajian resep

dilakukan oleh apoteker meliputi : ketepatan identitas pasien, obat, dosis,

Page 41: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

28

28

frekuensi, aturan minum/makan obat, dan waktu pemberian, duplikasi

pengobatan, potensi alergi atau sensitivitas, interaksi antara obat dan obat lain

atau dengan makanan, variasi kriteria penggunaan dari Rumah Sakit, berat

badan pasien dan atau informasi fisiologik lainnya, kontra indikasi. Telaah

obat dilakukan terhadap obat yang telah siap dan telaah dilakukan meliputi 5

informasi, yaitu identitas pasien, ketepatan obat, dosis, rute pemberian, dan

waktu pemberian (KARS, 2017).

6. PKPO 6 Pemberian (Administration) Obat

Pemberian obat untuk pengobatan pasien memerlukan pengetahuan

spesifik dan pengalaman. Rumah Sakit bertanggung jawab menetapkan staf

klinis dengan pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan, memiliki izin,

dan sertifikat berdasar atas peraturan perundang-undangan untuk memberikan

obat. Rumah Sakit dapat membatasi kewenangan individu dalam melakukan

pemberian obat, seperti pemberian obat narkotika dan psikotropika,

radioaktif, atau obat penelitian. Dalam keadaan darurat maka Rumah Sakit

dapat menetapkan tambahan staf klinis yang diberi izin memberikan obat

(KARS, 2017).

Agar obat diserahkan pada orang yang tepat, dosis yang tepat dan

waktu yang tepat maka sebelum pemberian obat kepada pasien dilakukan

verifikasi kesesuaian obat dengan instruksi pengobatan yang meliputi

identitas pasien, nama obat, dosis, rute pemberian, dan waktu pemberian.

Rumah Sakit menetapkan ketentuan yang digunakan untuk verifikasi

pemberian obat. Jika obat disiapkan dan diserahkan di unit rawat inap pasien

maka verifikasi harus juga dilakukan oleh orang yang kompeten. Terhadap

obat yang harus diwaspadai (high alert) harus dilakukan double check oleh

minimal 2 orang. Rumah Sakit harus mengetahui sumber dan penggunaan

obat yang tidak diadakan dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit seperti obat

yang dibawa oleh pasien dan keluarganya. Obat semacam ini harus diketahui

oleh dokter yang merawat dan dicatat di rekam medik. Pemberian obat oleh

pasien sendiri, baik yang dibawa sendiri atau yang diresepkan dari Rumah

Page 42: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

29

29

Sakit harus diketahui oleh dokter yang merawat dan dicatat di rekam medis

pasien (KARS, 2017).

7. PKPO 7 Pemantauan (Monitor)

Standar ini bertujuan agar apabila timbul efek samping obat dapat

dilaporkan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) kepada tim farmasi dan

terapi yang selanjutnya dilaporkan pada Pusat Meso Nasional. Apoteker

mengevaluasi efek obat untuk memantau secara ketat respons pasien dengan

melakukan pemantauan terapi obat (PTO). Apoteker bekerjasama dengan

pasien, dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memantau pasien

yang diberi obat. Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk efek samping obat

yang harus dicatat dan dilaporkan. Rumah Sakit menetapkan proses

identifikasi dan pelaporan bila terjadi kesalahan penggunaan obat (medication

error), kejadian yang tidak diharapkan (KTD) termasuk kejadian sentinel,

serta kejadian tidak cedera (KTC) maupun kejadian nyaris cedera (KNC).

Proses pelaporan kesalahan penggunaan obat (medication error) menjadi

bagian dari program kendali mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit.

Laporan ditujukan kepada tim keselamatan pasien Rumah Sakit dan laporan

ini digunakan untuk mencegah kesalahan di kemudian hari. Terdapat tindak

lanjut dan pelatihan dalam rangka upaya perbaikan untuk mencegah

kesalahan obat agar tidak terjadi di kemudian hari. PPA berpartisipasi dalam

pelatihan ini (KARS, 2017).

H. Profil RSU Aulia Lodoyo Blitar

Rumah Sakitumum Aulia merupakan Rumah Sakit tipe C milik

swasta yang terletak di Jalan Raya Utara Nomor 03 Lodoyo, Kelurahan

Kembangarum, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa timur. Visi

dari Rumah Sakit ini adalah menjadikan RSU Aulia Blitar sebagai pilihan

utama masyarakat dalam pelayanan Rumah Sakit yang profesional.

Sedangkan misinya adalah mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu,

mandiri, dan terjangkau, serta memberikan pelayanan berdasarkan

kemanusiaan dan kesetaraan. Rumah Sakit ini menerima pasien umum,

Page 43: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

30

30

pasien pemegang kartu Askes, Asabri, Jamsostek, pensiunan, BPJS mandiri,

Jamkesmas, dan pemegang kartu asuransi baik rawat jalan maupun rawat inap

dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Rumah Sakit umum Aulia Lodoyo

Blitar lulus akreditasi paripurna bintang 5 pada bulan Maret 2017.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Aulia Lodoyo Blitar

merupakan bagian dari Rumah Sakit yang menyelenggarakan seluruh

kegiatan pelayanan kefarmasian di RSU Aulia Lodoyo Blitar. Instalasi

Farmasi tersebut terdiri dari 6 Apoteker yang salah satu diantaranya menjabat

sebagai Kepala Instalasi Farmasi, 3 Tenaga Teknis Kefarmasian yang

berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi, dan 6 tenaga kerja non

farmasi atau administration yang membantu TTK dalam menjalankan tugas

kefarmasian untuk melayani pasien di Rumah Sakit.

I. Metode Matriks

Metode matriks adalah salah satu alat yang digunakan untuk

menentukan prioritas masalah dan sangat ideal bila digunakan dalam

menentukan prioritas masalah kesehatan yang dianggap dapat diperbaiki.

Keuntungan metode matriks tersebut yaitu lebih mudah digunakan untuk

mengambil keputusan yang lebih kompleks jika dibandingkan metode

alternatif yang lainnya, dimana metode alternatif lainnya menyediakan

metode visual untuk memprioritaskan masalah hanya dengan berbagai tingkat

kepentingannya (NACCHO, 2012).

Kerugian metode matriks yaitu hanya memberikan informasi terbatas

terhadap variabel-variabel yang diteliti, dan penentuan prioritas masalah

dengan menggunakan metode matriks berdasarkan nilai yang telah disepakati

untuk setiap masalah dengan menggunakan nilai/skor, dan timbal balik ke

masalah lain. Kesepakatan/penetapan keputusan nilai dipengaruhi oleh hasil

kuesioner (NACCHO, 2012).

Cara menggunakan metode matrik adalah mengambil topik/isu dan

bertanya apakah x memberikan kontribusi lebih dari y dalam mencapai

Page 44: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

31

31

tujuan, cara tersebut berdasarkan NACCHO 2012 tentang prioritizing issues.

Setelah memiliki perjanjian pada jawaban memutuskan apakah :

1 = sama pentingnya

5 = siginifikan lebih penting

10 = sangat lebih penting

1/5 = signifikan kurang penting

1/10 = sangat kurang penting

Menetapkan nilai yang telah disepakati untuk setiap masalah dengan

menggunakan nilai/skor, dan timbal balik ke masalah lain, lalu

memprioritaskan masalah dari tinggi ke rendah (NACCHO, 2012).

Selain metode matrik ada pula metode Hanlon yang merupakan alat

untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan yang berbeda-beda

dengan cara relative dan bukan absolute, framework, seadil mungkin dan

objektif. Cara yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah dengan

menggunakan 4 kelompok kriteria, yakni : besarnya masalah (magnitude),

kegawatan masalah (emergency), kemudahan penanggulangan masalah

(causability), faktor yang menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan

(PEAR factor) (Hanlon, 2010).

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah yang telah dibuat, maka

dipilih satu alternatif pemecahan masalah yang paling baik dan

memungkinkan untuk ditentukannya prioritas masalah. Pada umumnya

sebuah alternatif pemecahan masalah memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dan kekurangan dari alternatif pemecahan masalah yang telah

ditentukan yaitu :

a. Kelebihan : terdapatnya standar yang dapat dipakai untuk meningkatkan

kinerja petugas, meminimalisir kesalahan pada saat melakukan aktivitas

yang berhubungan dengan pasien secara langsung.

b. Kekurangan : standar operasional, petugas administrasi dan analis bisa

lupa sewaktu-waktu jika tidak dilakukannya evaluasi secara berkala

mengenai standar operasional, kurang menjelaskan detail penilaian untuk

Page 45: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

32

32

setiap kriteria pada standar jika dibandingkan dengan metode matriks,

sehingga kurang efektif jika digunakan.

J. Landasan Teori

Sistem pengelolaan obat harus dipandang sebagai bagian dari

keseluruhan sistem pelayanan di Rumah Sakit dan diorganisasikan dengan

suatu cara yang dapat memberikan pelayanan berdasarkan aspek keamanan,

efektif, dan ekonomis dalam penggunaan obat sehingga dapat dicapai

efektivitas dan efisiensi pengelolaan obat. Keduanya merupakan konsep

utama yang digunakan untuk mengukur prestasi kerja manajemen.

Pengelolaan obat di Rumah Sakit dibentuk di suatu Instalasi Farmasi Rumah

Sakit (Susilo, 2004).

Instalasi Farmasi di Rumah Sakit harus memenuhi standar akreditasi

dalam Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) yang terdapat

tujuh standar antara lain yaitu : organisasi dan manajemen, seleksi dan

pengadaan, penyimpanan, pemesanan dan pencatatan (ordering &

transcribing), persiapan dan penyaluran (dispensing), pemberian

(administration), serta pemantauan (monitoring). Masing-masing standar

PKPO tersebut memiliki maksud dan tujuan serta elemen penilaian yang

tercantum dalam standar akreditasi Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2011).

Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah Rumah Sakit untuk

meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa

lingkungan pelayanannya aman dan Rumah Sakit senantiasa berupaya

mengurangi resiko bagi para pasien dan staf Rumah Sakit. Dengan demikian

akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu

Rumah Sakit, yang sekaligus berperan sebagai sarana manajemen (Kemenkes

RI, 2011).

Reny Febrianah (2014) meneliti tentang strategi pengembangan

Instalasi Farmasi berbasis evaluasi akreditasi dengan metode Hanlon di

RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Provinsi Sulawesi Selatan dengan

29 responden yang terdiri dari Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian

Page 46: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

33

33

dengan deskripsi kuantitatif dan kualitatif, instrumen penelitian berupa

kuesioner dianalisis menggunakan metode matriks dengan hasil yaitu : perlu

meningkatkan kinerja sesuai dengan standar akreditasi, serta strategi dan

rencana pengembangan yaitu pengembangan staf dan program pendidikan,

meningkatkan evaluasi dan monitoring terhadap semua standar kinerja,

menempatkan apoteker penanggung jawab disetiap bangsal, pelaporan

kesalahan pengobatan, serta meningkatkan kerjasama dan komunikasi antara

dokter, apoteker perawat yang berada di bangsal untuk meningkatkan

keselamatan pasien. Dengan instrumen dan metode analisis yang sama pada

penelitian Ningrum (2015) berjudul strategi pengembangan Instalasi Farmasi

berbasis evaluasi akreditasi dengan metode matrik di RSUD Kraton

Pekalongan dengan responden 25 yang terdiri dari Apoteker dan Tenaga

Teknis Kefarmasian, dengan hasilperlu melakukan peningkatan kinerja sesuai

dengan standar akreditasi, upaya strategi dan rencana harus segera dilakukan

untuk mengarah ke akreditasi yang lebih tinggi (JCI).

Tripujiati (2015) juga meneliti peneltian yang sama dengan instrumen

dan metode analisis yang sama tetapi lokasi dan waktu penelitian berbeda,

judul penelitiannya yaitu strategi pengembangan Instalasi Farmasi berbasis

evaluasi akreditasi manajemen penggunaan obat dengan metode matrik di

RSUD Dr. Moewardi Surakartasebanyak 50 responden dengan kesimpulan

perlu identifikasi petugas yang berpengalaman dalam mensurvisi dan review

manajemen, informasi pelaporan kesalahan obat perlu ditentukan waktunya

untuk dimonitoring, pengawasan seleksi dan pengadaan, verifikasi pemberian

obat secara menyeluruh, perbaikan sistem penyaluran dan pendistribusian,

pengendalian produk nutrisi, pemusnahan obat kadaluwarsa, pemesanan dan

pencatatan sesuai dengan prosedur kebijakan pemerintah. Penelitian-

penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Rumah Sakit perlu melakukan

peningkatan kinerja sesuai dengan standar akreditasi, dan upaya strategi yang

dapat dilakukan untuk mengarah ke akreditasi versi terbaru yaitu SNARS

2018.

Page 47: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

34

34

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS Edisi 1)

merupakan standar pelayanan berfokus pada pasien untuk meningkatkan

mutu dan keselamatan pasien dengan pendekatan manajemen risiko di Rumah

Sakit. Praktik penggunaan obat yang tidak aman (unsafe medication

practices) dan kesalahan penggunaan obat (medication errors) adalah

penyebab utama cedera dan bahaya yang dapat dihindari dalam sistem

pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Oleh karena itu, Rumah Sakit diminta

untuk mematuhi peraturan perundang-undangan, membuat sistem pelayanan

kefarmasian, dan penggunaan obat yang lebih aman yang senantiasa berupaya

menurunkan kesalahan pemberian obat (KARS, 2017).

Akreditasi harus dilakukan proses evaluasidan ditinjau ulang

sekurang- kurangnya sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu

Rumah Sakit memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu

dan keselamatan penggunaan obat yang berkelanjutan sesuaidengan standar

akreditasi (Permenkes 72, 2016). Menurut WHO tahun 2009 selain sebagai

perbaikan dan pembelajaran, akreditasi harus mengutamakan pelayanan

kesehatan terhadap pasien di Rumah Sakit yang merupakan penyedia layanan

kesehatan.

Menurut Noval (2016) dengan penelitian strategi pengembangan

Instalasi Farmasi berbasis evaluasi akreditasi Manajemen Penggunaan Obat

(MPO) dengan metode Hanlon di Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Surakartadengan 46 responden terdiri dari Apoteker dan

Tenaga Teknis Kefarmasian deskripsi penelitian kuantitatif dan kualitatif, dari

24 elemen penilaian standar MPO yang dilakukan ada 7 yang masih belum

memenuhi standar maksimal dan memiliki sedikit kekurangan. Dengan

analisis prioritas masalah elemen penilaian menggunakan metode Hanlon,

menyimpulkan bahwa prioritas pertama elemen penilaian identifikasi petugas

untuk memberikan obat, kedua monitoring efek obat, ketiga identifikasi

petugas kompeten, keempat pelayanan penggunaan informasi obat, kelima

penyimpanan produk nutrisi, keenam penyiapan produk steril, dan yang

ketujuh pencatatan atau pelaporan obat yang tidak diharapkan dalam status

Page 48: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

35

35

pasien. Sehingga untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit perlu dilakukan salah satu strategi yaitu melibatkan lembaga eksternal

dalam hal mengambil bagian dalam kegiatan sertifikasi dan akreditasi di

Rumah Sakit (Shaw, 2001). Karena suatu pelayanan dikatakan baik oleh

pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa memenuhi

kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi pasien tentang pelayanan

yang diterima (memuaskan atau mengecewakan, juga termasuk lamanya

waktu pelayanan). Kepuasan dimulai dari penerimaan yaitu pasien pertama

kali datang sampai pasien meninggalkan Rumah Sakit (Anjaryani, 2009).

Page 49: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

36

36

K. Kerangka Konsep Penelitian

Bagan kerangka konsep dari penelitian ini pada gambar 1 sebagai

berikut:

Analisis

Matriks

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

Keterangan :

Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)

Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)

Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

Asesmen Pasien (AP)

Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)

Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)

Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)

Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)

Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)

Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

Kompetensi & Kewenangan Staf (KKS)

Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)

Program Nasional (PN) menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta

meningkatkan angka kesehatan ibu dan bayi, menurunkan angka kesakitan

HIV/AIDS, menurunkan angka kesakitan tuberkulosis, pengendalian resistensi

antimikroba dan pelayanan geriatrik.

Standar PKPO SNARS :

1. Pengorganisasian

2. Seleksi dan pengadaan

3. Penyimpanan

4. Peresepan dan

penyalinan

5. Persiapan dan

penyerahan

6. Pemberian

(administration) obat

7. Pemantauan (monitor)

Strategi

perbaikan

Pokja

Akreditasi RS

Non

Pendidikan:

1. SKP

2. ARK

3. HPK

4. AP

5. PAP

6. PAB

7. PKPO

8. MKE

9. PMKP

10. PPI

11. TKRS

12. MFK

13. KKS

14. MIRM

15. PN

Realisasi PKPO di Rumah

Sakit

Page 50: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

37

37

L. Keterangan Empiris

1. Tingkat kesesuaian Pelayanan Kefarmasian danPenggunaan Obat di

Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar tahun 2018 terhadap Standar

NasionalAkreditasiRumah Sakit yang terdiri dari 7 standar yaitu :

pengorganisasian, seleksi dan pengadaan, penyimpanan, peresepan dan

penyalinan, persiapan dan penyerahan, pemberian (administration) obat,

serta pemantauan (monitor).

2. Dapat disusun strategi perbaikan Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan

Obat berbasis Standar Nasional AkreditasiRumah Sakitdi Instalasi Farmasi

sesuai dengan skala prioritas masalah menggunakan salah satu metode

yaitu analisis matriks.

Page 51: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini terdiri dari 15 responden yaitu Apoteker

sejumlah 5 orang, Tenaga Teknis Kefarmasian dengan lulusan SMF sebanyak 3

orang, dan 7 orang petugas administrasi farmasi (administration) yang ada di

Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh

dari hasil pengisian kuesioner dan wawancara langsung.

2. Rancangan Penelitian

Data secara deskripsi kuantitatif dengan cara pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan bahan instrumen kuesioner kepada Apoteker, Tenaga

Teknis Kefarmasian dan administrasi farmasi (administration) yang terlibat dalam

proses akreditasi berupa hasil hitungan dari jawaban kuesioner. Data secara

deskripsi kualitatif dilakukan wawancara kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk

mendukung data kuantitatif yang berupa hasil dari jawaban kuesioner. Observasi

dilakukan untuk melihat keberadaan dan kelengkapan data/dokumen, literatur,

buku laporan, catatan dan laporan kasus digunakan untuk menggali hal-hal yang

berhubungan dengan standar akreditasi pelayanan farmasi, serta untuk menambah

dan melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan penelitian ini.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Aulia Lodoyo

Blitar yang beralamat di JI. Raya Utara, no 03, Kelurahan Kembangarum,

Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

4. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2018.

Page 52: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

39

39

C. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data hasil dari

kuesioner yang berisi daftar pertanyaan terstruktur sebanyak 74 pertanyaan untuk

mendapatkan informasi tentang tingkat kesesuaian pelaksanaan tujuh standar

nasional akreditasi Rumah Sakit tentang pelayanan kefarmasian dan penggunaan

obat di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas kuesioner yang

berisi daftar pertanyaan terstruktur sebanyak 74 pertanyaan yang diambil dari

elemen penilaian standar nasional akreditasi Rumah Sakit edisi 1 untuk

mendapatkan informasi tentang tingkat kesesuaian pelaksanaan tujuh standar

nasional akreditasi Rumah Sakit tentang pelayanan kefarmasian dan penggunaan

obat di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar terdapat dalam Lampiran 1.

Elemen yang tidak tersedia dalam Instalasi Farmasi Rumah Sakit tersebut tidak

diikut sertakan dalam daftar pertanyaan kuesioner.

Kuesioner penelitian ini tidak dilakukan lagi uji validitas dan reliabilitas

karena bersumber dari acuan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit oleh

Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi 2017. Kuesioner yang dibagikan

berisi 74 pertanyaan dari tujuh standar pelayanan farmasi berdasarkan SNARS

Edisi 1 tahun 2017 yaitu Pelayanan Kefarmasian Penggunaan Obat. Terdapat sub

bab standar dalam PKPO, dan ada 5 pilihan jawaban dengan skor antara 1 sampai

dengan 5 dalam masing-masing pertanyaan. Berikut ini standar dan sub bab

standar ke tujuh standar PKPO beserta jumlah pertanyaan dari masing-masing

Pelayanan Kefarmasian Penggunaan Obat (PKPO) sesuai dengan elemen

penilaian KARS 2017.

Page 53: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

40

40

Tabel 2. Standar masing-masing PKPO (KARS, 2017)

PKPO Standar Elemen

PKPO

1 Pengoraganisasian

Pengorganisasian pelayanan kefarmasian dan

penggunaan obat di Rumah Sakit harus

sesuai dengan peraturan perundangan-

undangan dan diorganisir untuk memenuhi

kebutuhan pasien

6

Pertanyaan

PKPO

2

Seleksi dan

Pengadaan

Ada proses seleksi obat dengan benar yang

menghasilkan formularium dan digunakan

untuk permintaan obat serta instruksi

pengobatan. Obat dalam formularium

senantiasa tersedia dalam stok di Rumah

Sakit atau sumber di dalam atau di luar

Rumah Sakit

4

Pertanyaan

PKPO

2.1

Rumah Sakit menetapkan proses pengadaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai yang aman, bermutu,

bermanfaat, dan berkhasiat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan

3

Pertanyaan

PKPO

2.2

Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk

mendapatkan obat bila sewaktu-waktu obat

tidak tersedia

3

Pertanyaan

PKPO

3

Penyimpanan

Rumah Sakit menetapkan tata laksana

pengaturan penyimpanan sediaan farmasi,

alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

yang baik, benar, serta aman

5

Pertanyaan

PKPO

3.1

Rumah Sakit mengatur tata kelola bahan

berbahaya, seta obat narkotika dan

psikotropika yang baik, benar, dan aman

sesuai dengan peraturan perundang-

undangan

4

Pertanyaan

PKPO

3.2

Rumah Sakit mengatur tata kelola

penyimpanan elektrolit konsentrat yang baik,

benar, dan aman sesuai dengan peraturan

perundang-undangan

3

Pertanyaan

PKPO

3.3

Rumah Sakit menetapkan pengaturan

penyimpanan dan pengawasan penggunaan

obat tertentu

3

Pertanyaan

PKPO

3.4

Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk

memastikan obat emergensi yang tersimpan

di dalam maupun di luar unit farmasi

tersedia,

tersimpan aman, dan dimonitor

3

Pertanyaan

PKPO

3.5

Rumah Sakit memiliki sistem penarikan

kembali (recall), pemusnahan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai tidak layak digunakan karena

rusak, mutu substandar, atau kadaluwarsa.

3

Pertanyaan

Page 54: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

41

41

PKPO Standar Elemen

PKPO

4

Peresepan dan

Penyalinan

Ada regulasi peresepan/permintaan obat dan

instruksi pengobatan

4

Pertanyaan

PKPO

4.1

Regulasi ditetapkan untuk menentukan

pengertian dan syarat kelengkapan resep

atau pemesanan

3

Pertanyaan

PKPO

4.2

Rumah Sakit menetapkan individu yang

kompeten yang diberi kewenangan untuk

menulis resep/permintaan obat atau instruksi

pengobatan

3

Pertanyaan

PKPO

4.3

Obat yang diresepkan dan diberikan tercatat

di rekam medis pasien

2

Pertanyaan

PKPO

5

Persiapan dan

Penyaluran

Obat disiapkan dan diserahkan di dalam

lingkungan aman dan bersih

3

Pertanyaan

PKPO

5.1

Rumah Sakit menetapkan regulasi yang

mengatur semua resep/permintaan obat dan

instruksi pengobatan obat ditelaah

ketepatannya

6

Pertanyaan

PKPO

6

Pemberian

(Administration)

Obat

Rumah Sakit menetapkan staf klinis yang

kompeten dan berwenang untuk

memberikan obat

2

Pertanyaan

PKPO

6.1

Proses pemberian obat termasuk proses

verifikasi apakah obat yang akan diberikan

telah sesuai resep/permintaan obat

3

Pertanyaan

PKPO

6.2

Ada regulasi tentang obat yang dibawa oleh

pasien ke Rumah Sakit untuk digunakan

sendiri

3

Pertanyaan

PKPO

7

Pemantauan

(Monitor)

Efek obat dan efek samping obat terhadap

pasien dipantau

3

Pertanyaan

PKPO

7.1

Rumah Sakit menetapkan dan menerapkan

proses pelaporan serta tindakan terhadap

kesalahan penggunaan obat (medication

error) serta upaya menurunkan angkanya

5

Pertanyaan

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Akreditasi Rumah Sakit adalah proses dimana suatu lembaga yang independen

yaitu KARS melakukan asessment terhadap Rumah Sakit di RSU Aulia

Lodoyo Blitar berdasarkan SNARS Edisi 1.

2. Instalasi Farmasi adalah bagian dari Rumah Sakit yang menyelenggarakan

pelayanan medik dan penunjang medik, mengkoordinasikan, mengatur, dan

mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi di RSU Aulia Lodoyo Blitar.

Page 55: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

42

42

3. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat adalah sistem dan proses yang

digunakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Aulia Lodoyo Blitar dalam

memberikan farmakoterapi kepada pasien meliputi implementasi dan

peningkatan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat terhadap seleksi,

pengadaan, penyimpanan, peresepan dan penyalinan, persiapan dan

penyerahan, pemberian (administration) obat, serta pemantauan (monitor)

terapi obat.

4. Metode matriks adalah metode yang digunakan untuk menentukan prioritas

masalah dalam upaya perbaikan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat

di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar

5. Srategi perbaikan adalah upaya yang digunakan untuk memperbaiki masalah

yang belum memenuhi standar akreditasi sesuai Standar Nasional Akreditasi

Rumah Sakit Edisi 1 di RSU Aulia Lodoyo Blitar.

E. Jalannya Penelitian

Gambar 2. Jalannya Penelitian

Tahap persiapan :

1. Penyusunan proposal penelitian

2. Pengurusan ijin penelitian

3. Penyusunan instrumen penelitian berupa kuesioner

Tahap pelaksanaan :

1. Pembagian kuesioner kepada responden

2. Penyeleksian data hasil kuesioner

3. Wawancara dan observasi

Tahap penyusunan laporan :

Data dianalisis dengan metode matriks, kemudian

disajikan berupa hasil pengelolaan data sesuai dengan

hasil temuan.

Page 56: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

43

43

F. Analisis Hasil

1. Pengelolaan data kuantitatif

Pengelolaan data dilakukan dengan melakukan tahapan sebagai berikut :

a. Editing yaitu melakukan pemeriksaan kelengkapan maupun kesalahan

jawaban pada kuesioner.

b. Koding yaitu melakukan pengelompokan dan perhitungan data sesuai

dengan variabel dan sub variabel.

c. Penyajian data yaitu menyajikan data yang telah ditabulasi ke dalam tabel.

2. Pengelolaan data kualitatif

Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan observasi dan wawancara

kepada Apoteker dan Kepala Instalasi Farmasi untuk mendukung data kuantitatif

dari hasil jawaban kuesioner. Wawancara dilakukan seputar pelaksanaan dan

proses yang dilakukan dalam pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit. Observasi dilakukan untuk melihat keberadaan dan kelengkapan

data/dokumen, literatur, buku laporan, catatan dan laporan kasus digunakan untuk

menggali hal-hal yang berhubungan dengan standar akreditasi pelayanan farmasi,

serta untuk menambah dan melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan

penelitian ini.

3. Perbaikan PKPO dengan metode matriks

Menurut NACCHO (2012) tentang prioritizing issues cara menggunakan

metode matriks adalah mengambil topik/isu dan bertanya apakah x memberikan

kontribusi lebih dari y dalam mencapai tujuan. X dan Y dalam penelitian ini

adalah skor kuesioner dari masing-masing PKPO 1 sampai dengan PKPO 7. Dari

hasil jawaban kuesioner dalam bentuk persentase tersebut dibandingkan dengan

PKPO lain, apakah PKPO 1 lebih penting dari PKPO 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan

seterusnya. Setelah itu hasil jawaban kuesioner dibandingkan dalam bentuk tabel

apakah :

1 = sama pentingnya

5 = siginifikan lebih penting

10 = sangat lebih penting

1/5 = signifikan kurang penting

Page 57: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

44

44

1/10 = sangat kurang penting

Menetapkan nilai yang telah disepakati untuk setiap masalah dengan

menggunakan nilai total skor dan memprioritaskan masalah dari tinggi ke rendah.

Total skor tertinggi merupakan prioritas utama dalam penanganan masalah. Dari

semua 7 PKPO masing-masing diperbaiki dengan beberapa solusi atau strategi

penanganan masalah atas temuan-temuan masalah yang ada di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Umum Aulia Lodoyo Blitar yang belum sesuai dengan standar

akreditasi terbaru yaitu SNARS Edisi 1 efektif pada 1 Januari 2018.

Page 58: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden dan Penelitian

Penelitian melibatkan 15 responden di Instalasi Farmasi RSU Aulia

Lodoyo Blitar. Dari karakteristik responden meliputi jenis kelamin, pendidikan

terakhir dan lama bekerja dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Karakteristik Responden dan Penelitian

No Karakteristik Responden

1

Jenis kelamin :

a. Laki-laki

b. Perempuan

3

12

2

Pendidikan :

a. Apoteker

b. S1 Farmasi

c. D3 Farmasi

d. SMF

e. Lain-lain

5

-

-

3

7

3

Lama bekerja :

a. < 1 tahun

b. 1-2 tahun

c. 2-3 tahun

d. 3-4 tahun

e. > 4 tahun

1

4

5

2

3

B. Pencapaian Standar Akreditasi di RSU Aulia Lodoyo Blitar

Penelitian dilakukan bulan April 2018 di Instalasi Farmasi RSU Aulia

Lodoyo Blitar dengan membagikan kuesinoer kepada 15 responden yang terdiri

dari 5 Apoteker, 3 Tenaga Teknis Kefarmasian, dan 7 tenaga administrasi farmasi

yang membantu dalam pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSU Aulia

Lodoyo Blitar.

Hasil persentase pencapaian hasil kuesioner akreditasi menurut SNARS

Edisi 1 tahun 2018 oleh semua staf di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar

dapat dilihat pada tabel 4.

Page 59: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

46

46

Tabel 4. Persentase hasil kuesioner

No Standar pelayanan farmasi Skor yang didapat IFRS (%)

1 Pengorganisasian 67,2

2 Seleksi dan pengadaan 63,3

3 Penyimpanan 77,1

4 Peresepan dan penyalinan 74,7

5 Persiapan dan penyerahan 71,8

6 Pemberian obat 78,2

7 Pemantauan 62,2

Skor akreditasi rata-rata pencapaian 70,7

Berdasarkan tabel 4 elemen PKPO yang terdiri dari 7 standar pelayanan

kefarmasian dan penggunaan obat belum memenuhi standar akreditasi menurut

SNARS Edisi 1 tahun 2018. Perhitungan skor yang didapat yaitu masing-masing

responden dengan hasil penilaian beberapa elemen pertanyaan kuesioner dari 7

PKPO ditotal, kemudian nilai terbaik dari masing-masing PKPO di bagi dengan

hasil kuesioner responden, selanjutnya dikalikan 100%, dan dari persentase 15

responden dirata-rata, sehingga mendapatkan persentase masing-masing PKPO

pada tabel 4. Total persentase dari 7 PKPO dirata-rata untuk mengetahui skor

akreditasi rata-rata pencapaian secara keseluruhan.

Persentase untuk poin pengorganisasian sebesar 67,2% sedangkan untuk

seleksi dan pengadaan yaitu 63,3%. Penyimpanan memiliki skor 77,1%

selanjutnya untuk peresepan dan penyalinan yaitu 74,7%. Skor 71,8% dimiliki

oleh persiapan dan penyerahan, lalu untuk pemberian obat yaitu 78,2%, dan

terakhir pemantauan sebesar 62,2%. Hasil yang didapat dari kuesioner tersebut

merupakan gambaran sehari-hari dari standar pelayanan kefarmasian di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit.

Menurut Noval (2016) tentang strategi pengembangan Instalasi Farmasi

berbasis evaluasi akreditasi Manajemen Penggunaan Obat (MPO) dengan metode

Hanlon di Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta untuk

elemen penilaiannya menggunakan analisis prioritas masalah dengan metode

Hanlon hasil penelitiannya yaitu tingkat kesesuaian pelayanan farmasi terhadap

standar akreditasi manajemn penggunaan obat adalah organisasi dan manajemen

sebesar 98,71%, seleksi dan pengadaan 98,26%, penyimpanan 98,37%,

pemesanan dan pencatatan 97,83%, persiapan dan penyaluran 96,37%, pemberian

Page 60: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

47

47

98,82%, dan pemantauan 94,10%. Penelitian Noval (2016) tersebut menggunakan

standar akreditasi versi 2012 yang saat ini sudah diperbarui menjadi Standar

Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 yang efektif pada tanggal 1 Januari

2018. Hasil dari data tersebut maka Rumah Sakit perlu melakukan peningkatan

kinerja sesuai dengan standar akreditasi, upaya strategi dan rencana yang dapat

dilakukan untuk mengarah ke akreditasi dengan versi terbaru.

Dalam PKPO 1 standar pengorganisasian disebutkan bahwa pelayanan

kefarmasian dilakukan oleh apoteker yang melakukan pengawasan dan supervisi

semua aktivitas pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat di Rumah Sakit.

Dari hasil kuesioner seluruh apoteker memiliki izin STRA dan SIPA tetapi belum

melakukan supervisi sesuai dengan penugasannya, diperkuat hasil wawancara

kepada Kepala Instalasi Farmasi yang menyebutkan jumlah Apoteker terdiri dari 5

orang, Tenaga Teknis Kefarmasian yang berpendidikan SMF sejumlah 3 orang,

dan lain-lain sebagai administrasi farmasi dengan lulusan bukan farmasi sejumlah

7 orang.

Seleksi dan pengadaan dalam standar PKPO 2 proses seleksi obat harus

dengan benar, dan obat senantiasa tersedia dalam stok di Rumah Sakit baik

bersumber dari dalam maupun luar Rumah Sakit. Tetapi Rumah Sakit belum

menerapkan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dengan

sistem satu pintu. Pelayanan farmasi dengan sistem satu pintu dapat

meminimalisir medication error, meningkatkan pelayanan asuhan kefarmasian

yang mengarah pada keamanan pasien. Kepala Instalasi Farmasi menjelaskan

pelayanan UDD (Unit Dose Dispensing) dan ODD (One Daily Dose) belum

sepenuhnya berjalan pada seluruh pasien rawat inap. Hal tersebut disampaikan

saat wawancara dan observasi langsung belum adanya kebijakan atau regulasi

yang diterbitkan dari Surat Keputusan Direktur dalam mengidentifikikasi petugas

yang berwenang untuk pengelolaan dengan sistem satu pintu.

Pada PKPO 3 yaitu standar penyimpanan dijelaskan bahwa pengaturan

penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ditata

secara baik, benar, serta aman. Dari hasil kuesioner penyimpanan dan

pemeliharaan sediaan farmasi dan alat kesehatan disimpan sesuai dengan regulasi,

Page 61: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

48

48

termasuk pengelolaan obat emergency yang tersedia di unit-unit perawatan, serta

pemusnahan yang tidak layak karena rusak. Pada poin penyimpanan narkotika dan

psikotropika dilakukan dengan baik dan benar, tetapi relatif kurang aman. Hal

tersebut diperkuat saat observasi langsung adanya tempat penyimpanan narkotika

dan psikotropika yang dapat dilihat oleh pasien. Kepala Instalasi menyampaikan

penyimpanan narkotika dan psikotropika dengan sistem alfabetis, FIFO dan

FEFO. Untuk yang harus disimpan dalam lemari es harus diberi penandaan

khusus, karena narkotika dan psikotropika merupakan bahan terkontrol.

Standar peresepan dan penyalinan pada PKPO 4 pelaksanaan pencatatan

obat yang diberikan pada pasien dalam rekam medis belum berjalan sesuai dengan

regulasi. Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala Instalasi Farmasi dalam wawancara

bahwa Rumah Sakit belum menetapkan individu yang kompeten dalam bidangnya

yang berfokus pada farmasi klinik, sehingga pelaksanaan apoteker melakukan

rekonsiliasi obat pada saat pasien masuk, pindah unit pelayanan, dan sebelum

pulang masih kurang maksimal.

PKPO 5 tentang standar persiapan dan penyerahan obat kepada pasien

dikaji sesuai dengan standar operasional prosedur Rumah Sakit meliputi identitas

pasien, nama obat, dosis atau konsentrasi, cara pemakaian, waktu pemberian,

tanggal disipakan dan tanggal kadaluarsa dalam lingkungan yang bersih dan

aman. Dalam penyerahan obat kepada pasien oleh tenaga administrasi farmasi

memiliki resiko medication error lebih besar. Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala

Instalasi Farmasi karena kurangnya tenaga farmasi baik Apoteker maupun Tenaga

Teknis Kefarmasian.

Dalam standar PKPO 6 yaitu pemberian obat untuk pengobatan pasien

memerlukan pengetahuan spesifik dan pengalaman. Rumah Sakit bertanggung

jawab menetapkan staf klinis dengan pengetahuan dan pengalaman yang

diperlukan, memiliki izin, dan sertifikat berdasar atas peraturan perundang-

undangan untuk memberikan obat. Wawancara dihasilkan bahwa ada batasan

kewenangan individu dalam melakukan pemberian obat, seperti pemberian obat

narkotika dan psikotropika, radioaktif, atau obat penelitian. Dalam keadaan

darurat ditetapkan penyerahan obat tersebut oleh staf klinis yang diberi izin. Hasil

Page 62: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

49

49

observasi langsung diketahui bahwa pengecekan ulang belum sepenuhnya

dilakukan untuk menghindari medication error, terutama untuk obat yang

memiliki resiko tinggi seperti obat high alert dan LASA (Look Alike Sound Alike).

Standar terakhir yaitu PKPO 7 tentang pemantauan obat terhadap efek

obat dan efek samping obat memiliki resiko yang besar. Kurangnya kerjasama

antara Apoteker dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya untuk

memantau pasien yang diberi obat. Rumah Sakit telah menetapkan regulasi untuk

efek samping obat yang harus dicatat dan dilaporkan. Penjelasan Kepala Instalasi

Farmasi dalam wawancara bahwa proses monitoring pada pasien belum bersifat

aktif karena Rumah Sakit belum menetapkan apoteker yang fokus dalam farmasi

klinik.

Melalui metode analisis Hanlon, Hasanuddin (2014) meneliti indikator

penilaian Instalasi Farmasi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar,

memerlukan strategi dan rencana pengembangan yang terdiri dari pengembangan

staf dan program pendidikan, meningkatkan evaluasi dan monitoring terhadap

semua standar kinerja, menempatkan apoteker penanggungjawab di setiap

bangsal, pelaporan kesalahan pengobatan, serta meningkatkan kerjasama dan

komunikasi antara dokter, apoteker, perawat yang berada di bangsal untuk

meningkatkan keselamatan pasien.

Penelitian Ningrum (2015) yaitu dengan judul strategi pengembangan

Instalasi Farmasi berbasis evaluasi akreditasi dengan metode matrik di RSUD

Kraton Pekalongan, Rumah Sakit perlu melakukan peningkatan pelayanan

kefarmasian dan penggunaan obat sesuai dengan standar akreditasi, serta upaya

strategi yang dapat dilakukan untuk mengarah ke akreditasi yang lebih tinggi

(JCI).

Hasil penelitian yang diperoleh dari kuesioner dan diperkuat oleh

wawancara kepada Kepala Instalasi Farmasi serta observasi langsung yang kurang

memenuhi standar baru tersebut, dapat diperbaiki dengan strategi perbaikan sesuai

skala prioritas metode matriks dari 7 PKPO dalam penanganan masalah untuk

peningkatan pelayanan kefarmasian penggunaan obat di Instalasi Farmasi Rumah

Page 63: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

50

50

Sakit Umum Aulia Lodoyo Blitar sesuai dengan standar akreditasi terbaru yaitu

SNARS Edisi 1 tahun 2018.

C. Strategi Perbaikan berdasarkan Skala prioritas Matriks

Berdasarkan hasil penilaian tentang strategi perbaikan akreditasi di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Aulia Lodoyo Blitar menunjukkan nilai di

bawah 80%. Semua standar yang terdiri dari 7 yaitu pengorganisasian, seleksi dan

pengadaan, penyimpanan, peresepan dan penyalinan, persiapan dan penyerahan,

pemberian (administration) obat, serta pemantauan (monitor) belum memenuhi

standar akreditasi sesuai dengan SNARS Edisi 1 Tahun 2018 yang ditetapkan oleh

KARS.

Untuk mencapai standar akreditasi perlu dilakukan perbaikan pada semua

standar yang belum terpenuhi. Dengan metode matriks dapat dilakukan untuk

menentukan prioritas masalah sesuai dengan urutan hasil dari total seperti tabel 5.

Tabel 5. Metode matriks untuk penentuan prioritas masalah

PKPO 1 2 3 4 5 6 7 Total Urutan

1 1/5 10 5 5 10 1/5 30,4 3

2 5 10 10 5 10 1 41 2

3 1/10 1/10 1 1/5 1 1/10 2,7 6

4 1/5 1/10 1 1 1 1/10 3,4 5

5 1/5 1/5 5 1 5 1/10 11,3 4

6 1/10 1/10 1 1 1/5 1/10 2,5 7

7 5 1 10 10 10 10 46 1

1 = sama pentingnya

5 = signifikan lebih penting

10 = sangat lebih penting

1/5 = siginifikan kurang penting

1/10 = sangat kurang penting

Pada tabel 5 prioritas masalah menurut metode matriks yaitu PKPO 7

dengan total yang diperoleh 46, sehingga perlu perbaikan yang utama. Selanjutnya

PKPO 2 sebagai prioritas kedua dengan total 41. Prioritas ketiga dengan total 30,4

yaitu PKPO 1. Dengan total 11,3 sebagai prioritas keempat yaitu PKPO 5.

Kemudian total 3,4 yaitu PKPO 4 sebagai prioritas kelima. Sedangkan PKPO 3

dengan total 2,7 sebagai prioritas keenam. Dan terakhir PKPO 6 menduduki

prioritas ketujuh dengan total 2,5. Dari urutan skala prioritas masalah tersebut

dapat diketahui standar PKPO yang memerlukan strategi perbaikan lebih dulu

Page 64: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

51

51

dalam pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di Instalasi Farmasi RSU

Aulia Lodoyo Blitar sesuai dengan standar akreditasi menurut SNARS Edisi 1.

Menurut (2016) dari 24 elemen penilaian standar manajemen penggunaan

obat yang telah ditelitinya ada 7 yang belum memenuhi standar maksimal dan

memiliki kekurangan. Analisis prioritas masalah elemen penilaian menggunakan

metode Hanlon yaitu prioritas secara berturut-turut pertama elemen penilaian

identifikasi petugas untuk memberikan obat, monitoring efek obat, identifikasi

petugas kompeten, pelayanan penggunaan informasi obat, penyimpanan produk

nutrisi, penyiapan produk steril, dan terakhir pencatatan atau pelaporan obat yang

tidak diharapkan dalam status pasien.

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa standar dalam akreditasi

di Instalasi Farmasi belum sepenuhnya terpenuhi sesuai penilaian yang ditetapkan

oleh KARS, maka Rumah Sakit perlu melakukan peningkatan pelayanan

kefarmasian dan penggunaan obat untuk patient safety dengan upaya strategi

mengikuti akreditasi versi SNARS Edisi 1 tahun 2018. Standar baru tersebut

merupakan standar akreditasi Rumah Sakit yang mudah dipahami sehingga

mudah diimplementasikan dibandingkan dengan standar versi lama. SNARS Edisi

1 lebih mendorong peningkatan mutu keselamatan pasien dan manajemen resiko,

serta mendukung program nasional bidang kesehatan (KARS, 2017).

Page 65: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

52

Beberapa masalah yang ditemukan dan saran strategi perbaikan yang dapat dilakukan di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo

Blitar untuk meningkatkan Pelayanan Kefarmasian Penggunaan Obat sesuai SNARS Edisi 1 tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 6

sebagai berikut :

Tabel 6. Saran strategi perbaikan

No Standar PKPO Masalah yang ditemukan Saran strategi perbaikan

1 PKPO

7

Pemantauan

(Monitor)

Pada proses monitoring yang dilakukan apoteker belum

bersifat aktif.

Diharapkan Rumah Sakit memiliki apoteker yang fokus

farmasi klinik untuk membantu proses pemberian dan

monitoring obat, sehingga efek obat dan efek samping obat

terhadap pasien dapat dipantau dengan baik.

2 PKPO

2

Seleksi dan

Pengadaan

Ada proses seleksi obat yang menghasilkan formularium

dan digunakan untuk permintaan obat serta instruksi

pengobatan. Obat dalam formularium senantiasa tersedia

dalam stok di Rumah Sakit atau sumber di dalam dan di

luar Rumah Sakit. Tetapi Rumah Sakit belum menerapkan

pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai

dengan sistem satu pintu.

Rumah Sakit diharapkan memiliki kebijakan atau regulasi

yang diterbitkan dari Surat Keputusan Direktur dalam

mengidentifikikasi petugas yang berwenang untuk

pengelolaan dengan sistem satu pintu.

3 PKPO

1 Pengorganisasian

Pengaturan pembagian tanggung jawab bergantung pada

struktur organisasi dan staffing. Pelayanan kefarmasian

dilakukan oleh apoteker yang melakukan pengawasan dan

supervisi semua aktivitas pelayanan kefarmasian serta

penggunaan obat di Rumah Sakit. Tenaga kefarmasian di

dalam IFRSU Auliaterdiri dari 5 Apoteker, dan 3 orang

TTK yang berpendidikan SMK Farmasi, serta 7 orang

karyawan non farmasi yang membantu dalam penyiapan

pelayanan kefarmasian untuk pasien.

Diharapkan tenaga kefarmasian Rumah Sakit sesuai dengan

PERMENKES RI No 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit untuk Rumah Sakit tipe C meliputi : 1

orang apoteker sebagai kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit,

2 apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh

paling sedikit 4 orang tenaga teknis kefarmasian, 4 orang

apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8

orang tenaga teknis kefarmasian, 1 orang apoteker sebagai

koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang dapat

merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap

atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian

yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan

kefarmasian Rumah Sakit. Sehingga seluruh tenaga

kefarmasian terutama apoteker memiliki izin dan melakukan

supervisi sesuai dengan penugasannya.

Page 66: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

53

No Standar PKPO Masalah yang ditemukan Saran strategi perbaikan

4 PKPO

5

Persiapan dan

Penyaluran

Kesalahan pengobatan dapat terjadi dimana saja dalam rantai

pelayanan obat kepada pasien mulai dari peresepan, pembacaan

resep, peracikan, penyerahan dan monitoring pasien. Di dalam

setiap mata rantai ada beberapa tindakan, sebab tindakan

mempunyai potensi sebagai sumber kesalahan. Setiap tenaga

kesehatan dalam mata rantai ini dapat memberikan kontribusi

terhadap kesalahan, terutama tenaga non farmasi yang membantu

dalam pelayanan kefarmasian di IFRSU Aulia.

Diharapkan persiapan dan penyaluran obat dan alat

kesehatan di IFRS dilakukan oleh Apoteker atau tenaga

farmasi yang berkompeten dalam bidangnya dan

diterapkan sistem double check untuk menghindari

medication error.

5 PKPO

4

Peresepan dan

Penyalinan

Ada regulasi peresepan/permintaan obat dan instruksi

pengobatan. Tetapi Rumah Sakit belum menetapkan individu

yang sesuai kompetensinya yang dapat diberikan kewenangan

untuk menulis rekonsiliasi obat yang diresepkan dan diberikan

pasien dalam catatan rekam medis.

Diharapkan Rumah Sakit menetapkan apoteker yang

memiliki izin melakukan supervisi sesuai dengan

penugasannya untuk melakukan rekonsiliasi pada pasien

rawat jalan dan rawat inap sesuai dengan tupoksi masing-

masing.

6 PKPO

3 Penyimpanan

Lemari narkotika dan psikotropika di IFRS terletak di bagian

farmasi dengan lokasi yang dapat dilihat pasien sehingga relatif

kurang aman dari jangkauan pengunjung Instalasi Farmasi.

Menurut PERMENKES No 3 tahun 2015, narkotika dan

psikotropika harus disimpan pada tempat yang baik, benar

dan aman sesuai dengan peraturan UU yang berlaku.

Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari

khusus yang memiliki dua pintu yang selalu terkunci dan

kunci dibawa oleh apoteker atau TTK yang diserahi tugas

dan tanggung jawab untuk mengelola kunci tersebut.

Narkotika dan psikotropika merupakan bahan terkontrol.

Bahan yang terkontrol dilaporkan secara akurat sesuai

dengan UU melalui SIPNAP.

7 PKPO

6 Pemberian

Proses pemberian obat termasuk proses verifikasi apakah obat

yang akan diberikan telah sesuai resep/permintaan obat sudah

sesuai dengan SOP, tetapi pengecekan ulang belum sepenuhnya

dilakukan untuk menghindari medication error.

Disarankan dilakukan double check untuk memastikan

keamanan pengobatan terutama pada obat LASA dan high

alert, karena obat dalam kategori LASA (Look Alike Sound

Alike) atau NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) dan

High Alert dapat beresiko mengalami medication error.

Page 67: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

54

54

Faktor yang mempengaruhi belum tercapainya kesesuaian terhadap standar

akreditasi terbaru yaitu SNARS Edisi 1 Tahun 2018 yang meliputi tujuh standar

yaitu : pengorganisasian, seleksi dan pengadaan, penyimpanan, peresepan dan

penyalinan, persiapan dan penyerahan, pemberian (administration) obat, serta

pemantauan (monitor), diantaranya yaitu :

Survei akreditasi dan verifikasi tahun pertama yang dilakukan oleh KARS pada

Rumah Sakit tersebut menggunakan standar akreditasi versi lama tahun 2012,

sehingga hasil yang didapatkan sedikit berbeda.

Pemahaman responden terhadap standar akreditasi yang baru yaitu SNARS

Edisi 1 Tahun 2018 masih kurang maksimal, sehingga jawaban kuesioner dari

responden kurang akurat, disarankan dilakukan sosialisasi terkait standar

terbaru.

SNARS Edisi 1 yang merupakan standar akreditasi Rumah Sakit yang

mudah dipahami sehingga mudah diimplementasikan dibandingkan dengan

standar versi lama. SNARS Edisi 1 lebih mendorong peningkatan mutu

keselamatan pasien dan manajemen resiko, serta mendukung program nasional

bidang kesehatan.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :

1. Pemahaman peneliti tentang akreditasi Rumah Sakit belum maksimal.

2. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan metode matriks

yang hanya memberikan informasi terbatas terhadap variabel-variabel yang

diteliti.

3. Penelitian ini menggunakan beberapa elemen pertanyaan yang dikutip dari

SNARS Edisi 1 Tahun 2018 dengan pilihan jawaban yang terbatas, sehingga

tidak dapat menyimpulkan secara umum keadaan yang sesuai dengan

akreditasi.

Page 68: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Tingkat kesesuaian PKPO di IFRS Aulia Lodoyo Blitartahun 2018 belum

sepenuhnya memenuhi standar akreditasi SNARS Edisi 1. Persentase yang

didapat sebagai berikut :

Pengorganisasian : 67,2%

Seleksi dan pengadaan : 63,3%

Penyimpanan : 77,1%

Peresepan dan penyalinan : 74,7%

Persiapan dan penyerahan : 71,8%

Pemberian obat : 78,2%

Pemantauan : 62,2%

2. Strategi perbaikan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di Instalasi

Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar berdasarkan skala prioritas masalah

menggunakan metode matriks yaitu :

PKPO 7 Pemantauan (monitor) efek obat

PKPO 2 Seleksi dan pengadaan, PKPO 1 Pengorganisasian yang melakukan

supervisi sesuai dengan penugasannya

PKPO 5 Persiapan dan penyerahan obat

PKPO 4 Peresepan dan penyalinan

PKPO 3 Penyimpanan obat

PKPO 6 Pemberian (administration) obat.

B. Saran

Beberapa saran untuk Rumah Sakit, peneliti lain dan untuk Instalasi

Farmasi dalam peningkatan mutu pelayanan kefarmasian penggunaan obat yang

sesuai dengan standar akreditasi, yaitu :

Page 69: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

56

56

1. Untuk Rumah Sakit :

Perlu mengikuti sosialisasi terhadap standar akreditasi terbaru yaitu SNARS

Edisi 1 Tahun 2018 kepada seluruh petugas di Rumah Sakit.

Direktur, komite medik, komite akreditasi perlu peningkatan komitmen

yang kuat dalam meningkatkan pelayanan dan keselamatan pasien sesuai

dengan standar akreditasi.

Perlu melengkapi setiap pelaporan dokumen dan selalu dilakukan evaluasi

secara rutin.

Perlu dilakukan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan terhadap

standar akreditasi agar dapat dipertahankan.

2. Untuk Instalasi Farmasi :

Perlu mengikuti sosialiasi standar PKPO terbaru yaitu SNARS Edisi 1

Tahun 2018.

Perlu dilakukan evaluasi secara berkala tentang pelayanan kefarmasian dan

penggunaan obat untuk pasien yang aman sesuai dengan undang-undang,

PERMENKES, dan standar akreditasi.

3. Untuk peneliti yang lain :

Disarankan untuk melakukan penelitian dengan yang sama tetapi dengan

metode perbaikan yang lain seperti CARL, SWOT, Hanlon, dan lain-lain.

Disarankan untuk mengolah pilihan jawaban kuesioner agar lebih dapat

menyimpulkan keadaan sesuai dengan standar yang digunakan untuk

menilai hasil akreditasi.

Page 70: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

57

BAB VI

RINGKASAN

Menurut PERMENKES No. 72 Tahun 2016, Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit, harus terlebih

dahulu lulus akreditasi nasional yang dilakukan oleh Komite Akreditasi Rumah

Sakit (KARS), dan dalam upaya meningkatkan daya saing, Rumah Sakit dapat

mengikuti akreditasi internasional sesuai kemampuan (Permenkes RI, 2016).

Akreditasi menurut KARS (2017) adalah proses dimana suatu lembaga,

yang independen, melakukan asessment terhadap Rumah Sakit. Manajemen

Penggunaan Obat (MPO) merupakan standar akreditasi Rumah Sakit versi 2012

yang disusun oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011

dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yang saat ini MPO berubah

nama menjadi Pelayanan Kefarmasian Penggunaan Obat (PKPO) pada standar

baru. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS Edisi 1) merupakan

standar baru yang berfokus pada pelayanan pasien untuk meningkatkan mutu dan

keselamatan pasien dengan pendekatan manajemen risiko di Rumah Sakit.

SNARS Edisi 1 disusun oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yang

efektif digunakan pada tanggal 1 Januari 2018. Dalam standar baru tersebut

dijelaskan bahwa hasil kajian elemen penilaian dan hasil survei dari standar

akreditasi Rumah Sakit versi 2012 sulit dipenuhi oleh Rumah Sakit di Indonesia,

sehingga disusun Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit oleh KARS. Sebelum

adanya SNARS akreditasi Rumah Sakit yang sudah mulai dilaksanakan sejak

tahun 1995 di Indonesia menggunakan standar akreditasi berdasarkan tahun

berapa standar tersebut mulai dipergunakan untuk penilaian, sehingga selama ini

belum pernah ada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia,

sedangkan status akreditasi saat ini ada status akreditasi nasional dan status

Page 71: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

58

58

akreditasi internasional, maka di Indonesia perlu ada Standar Nasional Akreditasi

Rumah Sakit (KARS, 2017).

Dalam SNARS dijelaskan bahwa praktik penggunaan obat yang tidak

aman (unsafe medication practices) dan kesalahan penggunaan obat (medication

errors) adalah penyebab utama cedera dan bahaya yang dapat dihindari dalam

sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia (KARS, 2017). Oleh karena itu,

Rumah Sakit diminta untuk mematuhi peraturan perundang-undangan, membuat

sistem pelayanan kefarmasian, dan penggunaan obat yang lebih aman yang

senantiasa berupaya menurunkan kesalahan pemberian obat (KARS, 2017).

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar.

Rumah Sakit Umum Aulia Lodoyo Blitar merupakan Rumah Sakit tipe C yang

lulus akreditasi paripurna bintang 5 pada bulan Maret 2017 sesuai dengan standar

akreditasi versi 2012, secara garis besar Manajemen Penggunaan Obat (MPO)

dalam standar lama belum sepenuhnya tercapai khususnya pelayanan kefarmasian

di Rumah Sakit. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa gambaran yang ada di

Rumah Sakit misalnya kurangnya tenaga farmasis dan pengontrolan efek samping

obat pada pasien yang belum efektif. Adanya perubahan standar akreditasi Rumah

Sakit tersebut perlu penyesuaian dengan standar terbaru yaitu SNARS Edisi 1.

Oleh sebab itu, dilakukan penelitian ini karena peneliti tertarik untuk melihat

kesesuaian pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar

dengan standar akreditasi terbaru. Rumah Sakit tersebut bertekad untuk memenuhi

dan meningkatkan standar pelayanan kefarmasian agar sesuai dengan SNARS

Edisi 1, sehingga penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dan

melihat perkembangan dengan meninjau dari segi pelayanan yang berfokus pada

keselamatan pasien. Salah satu strategi perbaikan yang dapat dilakukan yaitu

menggunakan skala prioritas masalah dengan metode matriks.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian

pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat terhadap standar akreditasi di

Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar tahun 2018 yang meliputi :

pengorganisasian, seleksi dan pengadaan, penyimpanan, peresepan dan

penyalinan, persiapan dan penyerahan, pemberian (administration) obat, serta

Page 72: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

59

59

pemantauan (monitor). Dan untuk menangani masalah atau strategi perbaikan

pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di Instalasi Farmasi RSU Aulia

Lodoyo Blitar berdasarkan skala prioritas masalah dengan menggunakan metode

matriks.

Penelitian ini dilakukan pada 15 responden yang terdiri dari Apoteker 5

orang, Tenaga Teknis Kefarmasian dengan pendidikan SMF sebanyak 3 orang

dan 7 orang administrasi farmasi (administration) dengan lulusan diluar farmasi.

Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data dianalis

secara deskripsi kuantitatif berupa hasil jawaban kuesioner responden, dan

deskripsi kualitatif yang dilakukan wawancara kepada Kepala Instalasi Farmasi

untuk mendukung data kuantitatif terserbut. Observasi dilakukan untuk melihat

keberadaan dan kelengkapan data/dokumen, literatur, buku laporan, catatan dan

laporan kasus digunakan untuk menggali hal-hal yang berhubungan dengan

standar akreditasi pelayanan farmasi, serta untuk menambah dan melengkapi data

yang diperlukan dalam penulisan penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan nilai di bawah 80% dapat dilihat pada tabel

7. Semua standar yang terdiri dari 7 standar belum memenuhi standar akreditasi

sesuai dengan SNARS Edisi 1 Tahun 2018 yang ditetapkan oleh KARS.

Tabel 7. Persentase hasil kuesioner

No Standar pelayanan farmasi Skor yang didapat IFRS (%)

1 Pengorganisasian 67,2

2 Seleksi dan pengadaan 63,3

3 Penyimpanan 77,1

4 Peresepan dan penyalinan 74,7

5 Persiapan dan penyerahan 71,8

6 Pemberian obat 78,2

7 Pemantauan 62,2

Skor akreditasi rata-rata pencapaian 70,7

Masing-masing responden dengan hasil penilaian beberapa elemen

pertanyaan kuesioner dari 7 PKPO tersebut ditotal, kemudian nilai terbaik dari

masing-masing PKPO di bagi dengan hasil kuesioner responden, selanjutnya

dikalikan 100%, dan dari persentase 15 responden dirata-rata, sehingga

mendapatkan persentase masing-masing PKPO pada tabel 7. Total persentase dari

7 PKPO dirata-rata untuk mengetahui skor akreditasi rata-rata pencapaian secara

keseluruhan.

Page 73: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

60

60

Persentase untuk pengorganisasian sebesar 67,2%, seleksi dan pengadaan

yaitu 63,3%, penyimpanan 77,1%, peresepan dan penyalinan 74,7%, persiapan

dan penyerahan 71,8%, pemberian obat 78,2%, dan pemantauan sebesar 62,2%.

Hasil yang didapat dari kuesioner tersebut merupakan gambaran sehari-hari dari

standar pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Melalui metode analisis Hanlon, Hasanuddin (2014) meneliti indikator

penilaian Instalasi Farmasi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar,

memerlukan strategi dan rencana pengembangan yang terdiri dari pengembangan

staf dan program pendidikan, meningkatkan evaluasi dan monitoring terhadap

semua standar kinerja, menempatkan apoteker penanggungjawab di setiap

bangsal, pelaporan kesalahan pengobatan, serta meningkatkan kerjasama dan

komunikasi antara dokter, apoteker, perawat yang berada di bangsal untuk

meningkatkan keselamatan pasien.

Penelitian Ningrum (2015) yaitu dengan judul strategi pengembangan

Instalasi Farmasi berbasis evaluasi akreditasi dengan metode matrik di RSUD

Kraton Pekalongan, Rumah Sakit perlu melakukan peningkatan pelayanan

kefarmasian dan penggunaan obat sesuai dengan standar akreditasi, serta upaya

strategi yang dapat dilakukan untuk mengarah ke akreditasi yang lebih tinggi

(JCI).

Hasil penelitian yang diperoleh dari kuesioner dan diperkuat oleh

wawancara kepada Kepala Instalasi Farmasi serta observasi langsung yang kurang

memenuhi standar baru tersebut, dapat diperbaiki dengan strategi perbaikan sesuai

skala prioritas metode matriks dari 7 PKPO dalam penanganan masalah untuk

peningkatan pelayanan kefarmasian penggunaan obat di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Umum Aulia Lodoyo Blitar sesuai dengan standar akreditasi terbaru yaitu

SNARS Edisi 1 tahun 2018.

Untuk mencapai standar akreditasi perlu dilakukan perbaikan pada semua

standar yang belum terpenuhi. Dengan metode matriks dapat dilakukan untuk

menentukan prioritas masalah sesuai dengan urutan hasil dari total seperti tabel 8.

Page 74: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

61

61

Tabel 8. Metode matriks untuk penentuan prioritas masalah

PKPO 1 2 3 4 5 6 7 Total Urutan

1 1/5 10 5 5 10 1/5 30,4 3

2 5 10 10 5 10 1 41 2

3 1/10 1/10 1 1/5 1 1/10 2,7 6

4 1/5 1/10 1 1 1 1/10 3,4 5

5 1/5 1/5 5 1 5 1/10 11,3 4

6 1/10 1/10 1 1 1/5 1/10 2,5 7

7 5 1 10 10 10 10 46 1

1 = sama pentingnya

5 = signifikan lebih penting

10 = sangat lebih penting

1/5 = siginifikan kurang penting

1/10 = sangat kurang penting

Pada tabel 8 prioritas masalah menurut metode matriks yaitu PKPO 7 total

46; PKPO 2 total 41; PKPO 1 total 30,4; PKPO 5 total 11,3; PKPO 4 total 3,4;

PKPO 3 total 2,7; PKPO 6 total 2,5. Dari urutan skala prioritas masalah tersebut

dapat diketahui standar PKPO yang memerlukan strategi perbaikan lebih dulu

dalam pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di IFRSU Aulia Lodoyo

Blitar sesuai SNARS Edisi 1.

Menurut Noval (2016) dari 24 elemen penilaian standar manajemen

penggunaan obat yang telah ditelitinya ada 7 yang belum memenuhi standar

maksimal dan memiliki kekurangan. Analisis prioritas masalah elemen penilaian

menggunakan metode Hanlon yaitu prioritas secara berturut-turut pertama elemen

penilaian identifikasi petugas untuk memberikan obat, monitoring efek obat,

identifikasi petugas kompeten, pelayanan penggunaan informasi obat,

penyimpanan produk nutrisi, penyiapan produk steril, dan terakhir pencatatan atau

pelaporan obat yang tidak diharapkan dalam status pasien.

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa standar dalam akreditasi

di Instalasi Farmasi belum sepenuhnya terpenuhi sesuai penilaian yang ditetapkan

oleh KARS, maka Rumah Sakit perlu melakukan peningkatan pelayanan

kefarmasian dan penggunaan obat untuk patient safety dengan upaya strategi

mengikuti standar akreditasi versi baru yaitu SNARS Edisi 1 yang merupakan

standar akreditasi Rumah Sakit yang mudah dipahami sehingga mudah

diimplementasikan dibandingkan dengan standar versi lama. Standar baru tersebut

lebih mendorong peningkatan mutu keselamatan pasien dan manajemen resiko,

serta mendukung program nasional bidang kesehatan (KARS, 2017).

Page 75: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

62

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal

Bina Upaya Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Anonim, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia no 44 Tahun 2009 Pasal 33

tentang Rumah Sakit, Jakarta.

Anonim, 2014, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014

Tentang Tenaga Kesehatan, Jakarta.

Anonim, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72

Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Hamdani. A.S., 2013, Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi berbasis

Evaluasi Akreditasi dengan Metode Hanlon di RSUD dr. Moewardi

Surakarta, tesis, Universitas Stia Budi, Surakarta.

Hanlon and Hyman (2010), Hanlon and Basic Priority Rating System (BPRS).

Public Health: Administrasion and Practive (Hanlon and Hyman, Aspen

Publishers).

Harvey, 2013, Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi berbasis Evaluasi

Akreditasi Rumah Sakit dengan Metode Hanlon di RSUD H. M. Djafar

Harun Kabupaten Kaloka Utara Sulawesi Tenggara, tesis, Universitas

Setia Budi, Surakarta.

Jaluri, 2016, Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi berbasis evaluasi

Akreditasi Manajemen Penggunaan Obat (MPO) dengan Metode Hanlon

di Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan BUN Kalimantan

Tengah, tesis, Universitas Setia Budi, Surakarta.

KARS, 2017, Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 Efektif 1 Januari

2018, Jakarta.

Kemenkes, 2011, Standar Akreditasi Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina

Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes, 2012, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012

tentang Akreditasi Rumah Sakit,Jakarta.

Lovianie. M.M., Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi berbasis Evaluasi

Akreditasi dengan Metode Hanlon di RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangkaraya, tesis, Universitas Setis Budi, Surakarta.

Page 76: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

63

63

National Association of Country & City Health Officials (NACCHO), 2012,

Prioritizing Issues.

Ningrum W.A., 2015, Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi berbasis

evaluasi Akreditasi dengan Metode Matrik di RSUD Kraton Pekalongan,

tesis, Universitas Setia Budi, Surakarta.

Noval, 2016, Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi berbasis evaluasi

Akreditasi Manajemen Penggunaan Obat (MPO) dengan Metode Hanlon

di Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, tesis,

Universitas Setia Budi, Surakarta.

Nurwahida, 2014, Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi berbasis evaluasi

Akreditasi dengan metode Hanlon di RSUD Kraton Pekalongan, tesis,

Universitas Setia Budi, Surakarta.

Puspita S., 2017, Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi berbasis akreditasi

Manajemen Penggunaan Obat (MPO) dengan metode Hanlon di Instalasi

Farmasi RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta, tesis, Universitas

Setia Budi, Surakarta.

Resmy. R.F., 2014, Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi berbasis Evaluasi

Akreditasi dengan Metode Hanlon di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, tesis, Universitas Setia Budi,

Surakarta

Shaw, C, D, et al, 2010, Sustainable healthcare acceditation : message from

Europe in 2009, International Journal for Quality in Health Care 2014

(22): 341-350.

Siregar & Amalia L., 2011, Farmasi Rumah Sakit dan Penerapan, EGC, Jakarta.

Tripujiati I., 2016, Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi berbasis evaluasi

Akreditasi Manajemen Penggunaan Obat dengan Metode Matrik di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta, tesis, Universitas Setia Budi, Surakarta.

(WHO) World Health Organization, 2009, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak

di Rumah Sakit,diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh Tim Adaptasi

Indonesia, WHOIndonesia, Jakarta.

Yunita, 2013, Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi berbasis Evaluasi

Akreditasi dengan metode Hanlon di Rumah Sakit Benyamin Guluh

Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, tesis, Universitas Setia

Budi, Surakarta.

Page 77: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

64

Page 78: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

65

Lampiran 1. Kuesioner

IDENTITAS RESPONDEN

Nomor Responden :

1. Jenis kelamin :

a. Laki-laki

b. Perempuan

2. Pendidikan terakhir :

a. SMF

b. D3 Farmasi

c. S1 Farmasi

d. Apoteker

e. Lain-lain

3. Lama bekerja di Instalasi Farmasi :

a. < 1 tahun

b. 1-2 tahun

c. 2-3 tahun

d. 3-5 tahun

e. > 5 tahun

4. Pelatihan kefarmasian yang pernah diikuti : (bisa dipilih lebih dari 1 jawaban)

a. Pelatihan pelayanan resep dan PIO

b. Pelatihan hand hygiene

c. Pelatihan bencana alam dan kebakaran

d. Pelatihan handling cytotatic

e. Lain-lain : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Page 79: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

66

KUESIONER PENELITIAN (KARS, 2017)

PKPO 1 (Pengorganisasian)

1. Apakah ada regulasi organisasi yang mengelola pelayanan kefarmasian dan

penggunaan obat yang menyeluruh atau mengarahkan semua tahapan

pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang aman sesuai dengan

peraturan perundang-undangan?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak sesuai undang-undang

c. Ada regulasi, sesuai undang-undang, penggunaan obat yang aman tidak

terjamin

d. Ada regulasi, sesuai undang-undang, penggunaan obat aman, mengarahkan

sebagian tahapan pelayanan kefarmasian

e. Ada regulasi, sesuai undang-undang, penggunaan obat aman, mengarahkan

semua tahapan pelayanan kefarmasian

2. Apakah seluruh apoteker memiliki izin dan melakukan supervisi sesuai dengan

penugasannya?

a. Apoteker tidak memiliki STRA dan SIPA

b. Apoteker memiliki STRA, tidak memiliki SIPA

c. Apoteker memiliki STRA dan SIPA, tidak berkompeten

d. Apoteker memiliki STRA dan SIPA, berkompeten, tidak semua Apoteker

melakukan supervisi sesuai tugas

e. Apoteker memiliki STRA dan SIPA, berkompeten dan melakukan

supervisi sesuai dengan tugas masing-masing

3. Apakah ada bukti pelaksanaan sekurang-kurangnya satu kajian pelayanan

kefarmasian dan penggunaan obat yang didokumentasikan selama 12 bulan

terakhir?

a. Tidak ada pelaksanaan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat

b. Ada pelaksanaan, tidak ada bukti

c. Ada bukti pelaksanaan, tetapi tidak semua staf memahami pelaksanaannya

d. Ada pelaksanaan dan ada bukti, didokumentasikan lebih dari 1 tahun

e. Ada pelaksanaan dan ada bukti, didokumentasikan selama 12 bulan terakhir

4. Apakah ada bukti sumber informasi obat yang tepat, terkini, dan selalu tersedia

bagi semua yang terlibat dalam penggunaan obat?

a. Tidak ada sumber informasi obat

b. Ada sumber informasi obat, tidak ada bukti penggunaan

c. Ada sumber informasi obat dan ada bukti penggunaan, tetapi kurang update

d. Ada sumber informasi obat yang tepat dan bukti penggunaan, tetapi tidak

selalu tersedia

e. Ada sumber informasi obat yang tepat dan ada bukti penggunaan, terkini

(update), dan selalu tersedia

Page 80: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

67

5. Apakah pelaporan kesalahan penggunaan obat terlaksana sesuai dengan

peraturan perundang-undangan?

a. Tidak ada kesalahan penggunaan obat

b. Ada kesalahan, tidak ada pelaporan

c. Ada pelaporan, tidak sesuai dengan undang-undang

d. Ada pelaporan, sesuai undang-undang, terlaksana hanya sebagian

e. Ada pelaporan, terlaksana sesuai dengan undang-undang

6. Apakah terlaksana tindak lanjut terhadap kesalahan penggunaan obat untuk

memperbaiki sistem manajemen dan penggunaan obat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan?

a. Tidak ada kesalahan penggunaan obat

b. Ada kesalahan penggunaan obat, tidak ada laporan

c. Ada pelaporan, tidak sesuai undang-undang, tidak memperbaiki sistem

d. Ada pelaporan, terlaksana sesuai undang, tidak memperbaiki sistem

e. Ada pelaporan, terlaksana sesuai undang-undang dan dapat memperbaiki

sistem manajemen serta penggunaan obat

PKPO 2 (Seleksi dan Pengadaan)

1. Apakah ada regulasi organisasi yang menyusun formularium Rumah Sakit

berdasar atas kriteria yang disusun secara kolaboratif sesuai dengan peraturan

perundang-undangan?

a. Tidak ada formularium

b. Ada formluarium, tidak ada regulasi organisasi

c. Ada regulasi, formularium Rumah Sakit hanya sebagian berdasarkan

kriteria sesuai undang-undang

d. Ada regulasi, formularium Rumah Sakit berdasarkan kriteria, tidak sesuai

undang-undang

e. Ada regulasi, formularium Rumah Sakit berdasarkan kriteria, sesuai

undang-undang

2. Apakah ada bukti pelaksanaan apabila ada obat yang baru ditambahkan dalam

formularium maka ada proses untuk memantau bagaimana penggunaan obat

tersebut dan bila terjadi efek obat yang tidak diharapkan, efek samping serta

medication error?

a. Tidak ada formularium

b. Ada formularium, tidak sesuai undang-undang

c. Ada formularium dan penambahan obat baru, tetapi tidak ada bukti

d. Ada formularium dan bukti penambahan obat baru, tetapi tidak dipantau

ESO

e. Ada formularium dan bukti penambahan obat baru, dan ESO dipantau

Page 81: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

68

3. Apakah ada bukti implementasi untuk memantau kepatuhan terhadap

formularium baik dari persediaan maupun penggunaannya?

a. Tidak ada formularium

b. Ada formularium, tidak sesuai undang-undang

c. Ada formularium, dipantau persediaan dan penggunaannya, tidak ada bukti

d. Ada formularium dan bukti pantauan kepatuhan, tetapi hanya sebagian

e. Ada formularium dan bukti pantauan kepatuhan dengan baik

4. Apakah ada bukti pelaksanaan formularium sekurang-kurangnya dikaji setahun

sekali berdasar atas informasi tentang keamanan dan efektivitas?

a. Tidak ada formularium

b. Ada formularium, tidak sesuai undang-undang

c. Ada formularium, sesuai undang-undang, tetapi tidak dikaji

d. Ada formularium, sesuai undang-undang, dikaji hanya apabila ada kejadian

e. Ada formularium, sesuai undang-undang, dikaji setahun sekali sesuai

kemanan dan efektivitas

PKPO 2.1

1. Apakah ada regulasi pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, serta berkhasiat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak sesuai undang-undang

c. Ada regulasi sesuai undang-undang, pelaksanaan pengadaan belum sesuai

d. Ada regulasi sesuai undang-undang, pelaksanaan pengadaan hanya

sebagian yang sesuai peraturan

e. Ada regulasi sesuai undang-undang, pelaksanaan pengadaan sesuai dengan

peraturan

2. Apakah ada bukti bahwa manajemen rantai pengadaan (supply chain

management) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan?

a. Tidak sesuai undang-undang

b. Tidak ada bukti, hanya sebagian sesuai undang-undang

c. Ada bukti, hanya sebagian sesuai undang-undang

d. Ada bukti, sesuai undang-undang, terlaksana hanya sebagian

e. Ada bukti, sesuai undang-undang, terlaksana dengan baik

3. Apakah ada bukti pengadaan obat berdasar atas kontrak?

a. Tidak ada pengadaan berdasar kontrak

Page 82: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

69

b. Ada pengadaan yang hanya sebagian berdasar kontrak

c. Ada pengadaan berdasar kontrak, tidak ada bukti

d. Ada pengadaan berdasar kontrak, bukti hanya sebagian

e. Ada pengadaan berdasar kontrak dan ada bukti

PKPO 2.1.1

1. Apakah ada regulasi pengadaan bila sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai tidak ada dalam stok atau tidak tersedia saat dibutuhkan?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dijalankan tidak sesuai SPO

d. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO, dipahami sebagian staf

e. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO, dipahami semua staf

2. Apakah ada bukti pemberitahuan kepada staf medis serta saran substitusinya?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak ada bukti

c. Ada regulasi dan bukti, tidak ada saran subtitusinya

d. Ada regulasi dan bukti serta saran subtitusinya, dipahami sebagian staf

e. Ada regulasi dan bukti serta saran subtitusinya, dipahami semua staf

3. Apakah ada bukti bahwa staf memahami dan mematuhi regulasi tersebut?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, staf tidak memahami

c. Ada regulasi, staf memahami sebagian

d. Ada regulasi, staf memahami, tapi tidak ada bukti

e. Ada regulasi, staf memahami, ada bukti

PKPO 3 (Penyimpanan)

1. Apakah ada regulasi tentang pengaturan penyimpanan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang baik, benar, dan aman?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi hanya sediaan farmasi

c. Ada regulasi sediaan farmasi dan alat kesehatan

d. Ada regulasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BHP, tapi tidak sesuai

SPO

e. Ada regulasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BHP sesuai SPO

Page 83: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

70

2. Apakah ada bukti obat dan zat kimia yang digunakan untuk mempersiapkan

obat diberi label yang terdiri atas isi/nama obat, tanggal kadaluarsa, dan

peringatan khusus?

a. Tidak ada label

b. Ada label dan bukti terdiri atas isi/nama obat

c. Ada label dan bukti terdiri atas isi/nama obat dan tanggal kadaluarsa

d. Ada label dan bukti terdiri atas isi/nama obat, tanggal kadaluarsa, dan

peringatan khusus, tetapi hanya sebagian obat/zat kimia

e. Ada label dan bukti obat dan zat kimia terdiri atas isi/nama obat, tanggal

kadaluarsa, dan peringatan khusus

3. Apakah ada bukti implementasi proses penyimpanan obat yang tepat agar

kondisi obat tetap stabil, termasuk obat yang disimpan di luar Instalasi

Farmasi?

a. Tidak ada

b. Ada bukti hanya sebagian

c. Ada bukti, tidak sesuai SPO

d. Ada bukti hanya sebagian obat yang disimpan sesuai SPO

e. Ada bukti semua penyimpanan obat yang stabil sesuai SPO

4. Apakah ada bukti pelaksanaan dilakukan supervisi secara teratur oleh apoteker

untuk memastikan penyimpanan obat dilakukan dengan baik?

a. Tidak ada supervisi

b. Ada supervisi, oleh semua staf farmasi, tidak ada bukti

c. Ada supervisi oleh Apoteker, bukti hanya sebagian

d. Ada supervisi oleh Apoteker dan bukti, tetapi tidak teratur

e. Ada supervisi oleh Apoteker secara teratur dan ada bukti

5. Apakah ada bukti pelaksanaan obat dilindungi dari kehilangan serta pencurian

di semua tempat penyimpanan dan pelayanan?

a. Tidak ada keamanan

b. Ada keamanan, tidak dilindungi

c. Ada keamanan, dilindungi sebagian, tidak ada bukti

d. Ada keamanan, dilindungi, tidak ada bukti

e. Ada keamanan, dilindungi, ada bukti

Page 84: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

71

PKPO 3.1

1. Apakah ada regulasi pengaturan tata kelola bahan berbahaya, serta obat

narkotika dan psikotropika yang baik, benar, dan aman sesuai dengan peraturan

perundang-undangan?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, hanya narkotika

c. Ada regulasi, narkotika dan psikotropika

d. Ada regulasi, narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya, tidak sesuai

undang-undang

e. Ada regulasi narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya, sesuai undang-

undang

2. Apakah ada bukti penyimpanan bahan berbahaya yang baik, benar, dan aman

sesuai dengan regulasi?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak sesuai peraturan

c. Ada regulasi secara baik

d. Ada regulasi secara baik dan aman tetapi tidak benar, tidak sesuai peraturan

e. Ada regulasi secara baik, benar, aman, sesuai peraturan

3. Apakah ada bukti penyimpanan obat narkotika serta psikotropika yang baik,

benar, dan aman sesuai dengan regulasi?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak sesuai peraturan

c. Ada regulasi secara baik

d. Ada regulasi secara baik dan aman tetapi tidak benar, tidak sesuai peraturan

e. Ada regulasi secara baik, benar, aman, sesuai peraturan

4. Apakah ada bukti pelaporan obat narkotika serta psikotropika secara akurat

sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan?

a. Tidak ada pelaporan

b. Ada pelaporan, tidak ada bukti

c. Ada pelaporan hanya sebagian

d. Ada pelaporan dan bukti, tidak sesuai peraturan undang-undang

e. Ada pelaporan dan bukti, sesuai undang-undang

Page 85: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

72

PKPO 3.2

1. Apakah ada regulasi Rumah Sakit tentang proses larangan menyimpan

elektrolit konsentrat di tempat rawat inap kecuali bila dibutuhkan secara klinik

dan apabila terpaksa disimpan di area rawat inap harus diatur keamanannya

untuk menghindari kesalahan?

a. Tidak ada elektrolit konsentrat

b. Ada regulasi elektrolit konsentrat, tidak sesuai undang-undang

c. Ada regulasi elektrolit konsentrat, sesuai undang-undang, tidak dijalankan

sesuai SPO

d. Ada regulasi elektrolit konsentrat, sesuai undang-undang, dijalankan sesuai

SPO kadang-kadang

e. Ada regulasi elektrolit konsentrat, sesuai undang-undang, dijalankan sesuai

SPO

2. Apakah ada bukti penyimpanan elektrolit konsentrat yang baik, benar, dan

aman sesuai dengan regulasi?

a. Tidak ada elektrolit konsentrat

b. Ada regulasi, penyimpanan tidak sesuai aturan

c. Ada regulasi penyimpanan yang baik dan aman

d. Ada regulasi penyimpanan yang baik dan aman, dan benar, tidak ada bukti

e. Ada regulasi dan bukti penyimpanan yang baik, aman dan benar sesuai

aturan

3. Apakah elektrolit konsentrat diberi label obat yang harus diwaspadai (high

alert) sesuai dengan regulasi?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak diberi label

c. Ada regulasi, diberi label high alert, tidak sesuai SPO

d. Ada regulasi, diberi label high alertsesuai SPO, tetapi hanya sebagian

e. Ada regulasi, semua elektrolit konsentrat diberi label high alertsesuai SPO

PKPO 3.3

1. Apakah ada regulasi pengaturan penyimpanan obat dengan ketentuan khusus?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi penyimpanan obat dengan ketentuan khusus, tetapi tidak

dijalankan

c. Ada regulasi penyimpanan obat dengan ketentuan khusus, dijalankan tetapi

tidak sesuai SPO

Page 86: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

73

d. Ada regulasi penyimpanan obat dengan ketentuan khusus, dijalankan sesuai

SPO hanya sebagian

e. Ada regulasi penyimpanan obat dengan ketentuan khusus, dijalankan sesuai

SPO

2. Apakah ada bukti penyimpanan obat yang dibawa pasien sebelum rawat inap

yang baik, benar, dan aman sesuai dengan regulasi?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dipahami staf, tidak ada bukti

d. Ada regulasi dan bukti pelaksanaan secara baik, benar dan aman, hanya

sebagian dipahami staf

e. Ada regulasi dan bukti pelaksanaan secara baik, benar dan aman, serta

dipahami staf

3. Apakah ada bukti penyimpanan obat program atau bantuan pemerintah/pihak

lain yang baik, benar, dan aman sesuai dengan regulasi?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan sesuai peraturan

c. Ada regulasi, dijalankan sesuai peraturan secara baik, benar dan aman,

tidak ada bukti

d. Ada regulasi dan bukti dijalankan sesuai peraturan secara baik dan aman

tetapi tidak benar sesuai peraturan

e. Ada regulasi dan bukti dijalankan sesuai peraturan secara baik, benar dan

aman

PKPO 3.4

1. Apakah ada regulasi pengelolaan obat emergency yang tersedia di unit-unit

layanan agar dapat segera dipakai untuk memenuhi kebutuhan darurat serta

upaya pemeliharaan dan pengamanan dari kemungkinan pencurian dan

kehilangan?

a. Tidak ada obat emergency dan tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tetapi tidak dijaga

c. Ada regulasi, dijaga tetapi tidak dilindungi

d. Ada regulasi, dijaga dan dilindungi tetapi tidak dirawat

e. Ada regulasi, dijaga, dilindungi dan dirawat

2. Apakah ada bukti persediaan obat emergency lengkap dan siap pakai?

a. Tidak ada obat emergency

Page 87: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

74

b. Ada obat emergency, tapi tidak ada regulasi

c. Ada regulasi, tidak dijalankan

d. Ada regulasi, dijalankan, tidak ada bukti

e. Ada regulasi, dijalankan sesuai aturan dan ada bukti

3. Apakah ada bukti pelaksanaan supervisi terhadap penyimpanan obat

emergencydan segera diganti apabila dipakai, kadaluwarsa, atau rusak?

a. Tidak ada obat emergency

b. Ada obat emergency, tapi tidak ada regulasi

c. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO, tidak ada bukti

d. Ada regulasi, dijalankan kadang-kadang, ada bukti pelaksanaan

e. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO, ada bukti

PKPO 3.5

1. Apakah ada regulasi penarikan kembali (recall) dan pemusnahan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak layak pakai

karena rusak, mutu substandard, atau kadaluwarsa?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO, tidak ada bukti

d. Ada regulasi, dijalankan kadang-kadang, ada bukti pelaksanaan

e. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO dan ada bukti

2. Apakah ada bukti pelaksanaan penarikan kembali (recall) sesuai dengan

regulasi yang ditetapkan?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO, tidak ada bukti

d. Ada regulasi, dijalankan kadang-kadang, ada bukti pelaksanaan

e. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO dan ada bukti

3. Apakah ada bukti pelaksanaan pemusnahan sesuai dengan regulasi yang

ditetapkan?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO, tidak ada bukti

d. Ada regulasi, dijalankan kadang-kadang, ada bukti pelaksanaan

e. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO dan ada bukti

Page 88: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

75

PKPO 4 (Peresepan dan Penyalinan)

1. Apakah ada regulasi peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan

secara benar, lengkap, dan terbaca, serta menetapkan staf medis yang

kompeten dan berwenang untuk melakukan peresepan/permintaan obat dan

instruksi pengobatan?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dijalankan, tidak sesuai SPO

d. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO, oleh staf medis yang kurang

berkompeten

e. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO oleh staf yang kompeten

2. Apakah ada bukti peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan

dilaksanakan oleh staf medis yang kompeten serta berwenang?

a. Tidak ada

b. Dilaksanakan oleh staf medis yang kurang kompeten, tidak ada bukti

c. Dilaksanakan oleh staf medis kompeten, tidak ada bukti

d. Dilaksanakan oleh staf medis yang kompeten, tapi tidak berwenang

e. Dilaksanakan oleh staf medis yang kompeten dan berwenang, ada bukti

3. Apakah ada bukti pelaksanaan apoteker melakukan rekonsiliasi obat pada saat

pasien masuk, pindah unit pelayanan, dan sebelum pulang?

a. Tidak dilakukan

b. Dilakukan oleh staf medis, bukan Apoteker

c. Dilakukan oleh Apoteker, hanya pada satu situasi

d. Dilakukan oleh Apoteker, pada dua situasi

e. Dilakukan oleh Apoteker dari tida situasi yaitu pasien masuk, pindah unit

dan sebelum pulang, ada bukti

4. Apakah rekam medis memuat riwayat penggunaan obat pasien?

a. Tidak memuat

b. Memuat sebagian obat pada sebagian pasien

c. Memuat semua obat tetapi hanya sebagian pasien

d. Memuat hanya sebagian obat pada semua pasien

e. Memuat semua riwayat penggunaan obat pada semua pasien

Page 89: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

76

PKPO 4.1

1. Apakah ada regulasi syarat elemen resep lengkapsertapenetapandan penerapan

langkah-langkah untuk pengelolaanperesepan/permintaan obat, instruksi

pengobatan yang tidak benar, tidak lengkap, dan tidak terbaca agar hal tersebut

tidak terulang kembali?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dijalankan kadang-kadang

d. Ada regulasi, dijalankan, dipahami sebagian staf

e. Ada regulasi, dijalankan dan dipahami semua staf

2. Apakah ada bukti pelaksanaan evaluasi syarat elemen resep lengkap?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan, tetapi hanya kadang-kadang

c. Ada pelaksanaan, dipahami semua staf staf, tidak ada bukti

d. Ada pelaksanaan dan ada bukti, dipahami sebagian staf

e. Ada pelaksanaan dan ada bukti, dipahami semua staf

3. Apakah ada bukti pelaksanaan proses pengelolaan resep yang tidak benar, tidak

lengkap, dan tidak terbaca?

a. Tidak ada proses

b. Ada proses, tidak sesuai SPO

c. Ada proses, sesuai SPO, tidak ada bukti

d. Ada proses, hanya pada resep tidak lengkap dan tidak terbaca, ada bukti

e. Ada proses, semua pelaksanaan sesuai SPO dan ada bukti

PKPO 4.2

1. Apakah ada daftar staf medis yang kompeten dan berwenang membuat atau

menulis resep yang tersedia di semua unit pelayanan?

a. Tidak ada

b. Ada daftar, tetapi kurang berkompeten

c. Ada daftar, staf berkompeten, tetapi tidak berwenang

d. Ada daftar, staf berkompeten, dan berwenang, belum mengkuti pelatihan

e. Ada daftar, staf berkompeten, berwenang, dan telah mengkuti pelatihan

2. Apakah ada bukti pelaksanaan Rumah Sakit menetapkan dan melaksanakan

proses untuk membatasi jika diperlukan jumlah resep atau jumlah pemesanan

obat yang dapat dilakukan oleh staf medis yang diberi kewenangan?

Page 90: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

77

a. Tidak ada proses

b. Ada proses, tidak ada bukti

c. Ada proses, staf tidak memahami

d. Ada proses dan bukti, dipahami sebagian staf

e. Ada proses dan bukti, dipahami semua staf

3. Apakah ada bukti staf medis yang kompeten dan berwenang membuat atau

menulis resep atau memesan obat dikenal dan diketahui oleh unit layanan

farmasi atau oleh lainnya yang menyalurkan obat?

a. Tidak ada proses

b. Ada proses, tidak ada bukti

c. Ada proses, staf farmasi tidak memahami

d. Ada proses dan bukti, diketahui semua staf, tetapi dipahami sebagian staf

farmasi

e. Ada proses dan bukti, dipahami dan diketahui semua staf farmasi

PKPO 4.3

1. Apakah ada bukti pelaksanaan obat yang diberikan dicatat dalam satu daftar di

rekam medis untuk setiap pasien berisi: identitas pasien, nama obat, dosis, rute

pemberian, waktu pemberian, nama dokter dan keterangan bila perlu

taperingoff, titrasi, dan rentang dosis?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan, hanya identitas pasien dan nama obat

c. Ada pelaksanaan meliputi identitas pasien, dokter dan nama obat

d. Ada pelaksanaan meliputi identitas pasien, dokter, nama obat, dan dosis

e. Ada pelaksanaan dan bukti semua elemen dicatat di rekam medis

2. Apakah ada bukti pelaksanaan daftar tersebut di atas disimpan dalam rekam

medis pasien dan menyertai pasien ketika pasien dipindahkan dan salinan

daftar tersebut diserahkan kepada pasien saat pulang?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan dan disimpan dalam rekam medis, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan dan bukti, disimpan dalam rekam medis

d. Ada pelaksanaan dan bukti, disimpan dalam rekam medis, salinan tidak

diserahkan pasien

e. Ada pelaksanaan dan disimpan dalam rekam medis, serta salinan

diserahkan pada pasien saat pulang

Page 91: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

78

PKPO 5 (Persiapan dan Penyerahan)

1. Apakah ada regulasi penyiapan dan penyerahan obat yang sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan praktik profesi?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dijalankan, tidak sesuai undang-undang

d. Ada regulasi, dijalankan hanya saat penyerahan obat, sesuai undang-

undang

e. Ada regulasi, dijalankan saat penyiapan dan penyerahan obat yang sesuai

undang-undang

2. Apakah ada bukti pelaksanaan staf yang menyiapkan produk steril dilatih,

memahami, serta mempraktikkan prinsip penyiapan obat dan teknik aseptic?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan, oleh staf yang belum terlatih

d. Ada pelaksanaan, oleh staf yang terlatih, tidak ada bukti

e. Ada pelaksanaan dan bukti oleh staf yang terlatih

3. Apakah ada bukti pencampuran obat intravena, epidural, dan nutrisi parenteral

serta pengemasan kembali obat suntik dilakukan sesuai dengan praktik profesi?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan, tidak sesuai praktik profesi

d. Ada pelaksanaan, sesuai praktik profesi, tidak ada bukti

e. Ada pelaksanaan dan bukti, sesuai praktik profesi, dipahami semua staf

PKPO 5.1

1. Apakah ada regulasi penetapan sistem yang seragam untuk penyiapan dan

penyerahan obat?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, hanya penyiapan obat

c. Ada regulasi, hanya penyerahan obat

d. Ada regulasi, penyiapan dan penyerahan obat tetapi tidak seragam

e. Ada regulasi, penyiapan dan penyerahan obat yang seragam

2. Apakah ada bukti pelaksanaan proses pengkajian resep?

a. Tidak ada pelaksanaan

Page 92: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

79

b. Ada pelaksanaan, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan, tidak sesuai SPO

d. Ada pelaksanaan, sesuai SPO, tidak ada bukti

e. Ada pelaksanaan dan bukti, sesuai SPO

3. Apakah setelah persiapan, obat diberi label meliputi identitas pasien, nama

obat, dosis atau konsentrasi, cara pemakaian, waktu pemberian, tanggal

disiapkan, dan tanggal kadaluarsa?

a. Label meliputi identitas pasien dan cara pemakaian

b. Label meliputi identitas pasien, nama obat dan cara pemakaian

c. Label meliputi identitas pasien, nama obat, cara pemakaian, dan tanggal

disiapkan

d. Label meliputi identitas pasien, nama obat, cara pemakaian, tanggal

disiapkan dan tanggal kadaluarsa

e. Label meliputi semua elemen

4. Apakah ada bukti pelaksanaan telaah obat?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan, hanya sampai administratif

d. Ada pelaksanaan, hanya administratif dan farmasetis

e. Ada pelaksanaan, administratif, farmasetis dan klinis

5. Apakah ada bukti pelaksanaan penyerahan obat dalam bentuk yang siap

diberikan?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan, tidak semua resep

d. Ada pelaksanaan pada semua resep, tidak ada bukti

e. Ada pelaksanaan dan bukti penyerahan yang siap diberikan pada semua

resep

6. Apakah ada bukti penyerahan obat tepat waktu?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan, tidak tepat waktu

d. Ada pelaksanaan dan ada bukti, tidak sesuai SPO

e. Ada pelaksanaan dan ada bukti, tepat waktu serta sesuai SPO

Page 93: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

80

PKPO 6 Pemberian (Administration) Obat

1. Apakah ada penetapan staf klinis yang kompeten dan berwenang untuk

memberikan obat termasuk pembatasannya?

a. Tidak ada

b. Ada staf klinis, tidak berkompeten

c. Ada staf klinis, berkompeten, tetapi tidak berwenang

d. Ada staf klinis, berkompeten dan berwenang, tidak sesuai SPO

e. Ada staf klinis berkompeten dan berwenang, sesuai SPO

2. Apakah ada bukti pelaksanaan pemberian obat oleh staf klinis yang kompeten

dan berwenang sesuai dengan surat izin terkait profesinya dan peraturan

perundang-undangan?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan, staf klinis tidak berkompeten

d. Ada pelaksanaan, staf klinis berkompeten tetapi tidak berwenang

e. Ada pelaksanaan dan bukti, staf klinis berkompeten dan berwenang

PKPO 6.1

1. Apakah ada regulasi verifikasi sebelum penyerahan obat kepada pasien?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi verifikasi tidak semua resep

d. Ada regulasi verifikasi resep, hanya sebagian pasien rawat jalan/rawat inap

e. Ada regulasi verifikasi semua resep pada setiap pasien

2. Apakah ada bukti pelaksanaan verifikasi sebelum obat diserahkan kepada

pasien?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dijalankan, tidak ada bukti

d. Ada regulasi, dijalankan dan ada bukti pada resep sebagian pasien rawat

jalan/rawat inap

e. Ada regulasi, dijalankan dan ada bukti pada semua resep pasien

3. Apakah ada bukti pelaksanaan double check untuk obat yang harus diwaspadai

(high alert)?

a. Tidak ada pelaksanaan

Page 94: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

81

b. Ada pelaksanaan kadang-kadang, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan, hanya pada sebagian obat high alert tertentu

d. Ada pelaksanaan sesuai SPO, tidak ada bukti

e. Ada pelaksanaan dan ada bukti pada semua obat high alert, sesuai SPO

PKPO 6.2

1. Apakah ada regulasi pengobatan oleh pasien sendiri?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dijalankan kadang-kadang

d. Ada regulasi, dijalankan, tetapi tidak sesuai SPO

e. Ada regulasi, dijalankan sesuai SPO

2. Apakah ada bukti pelaksanaan pengobatan obat oleh pasien sendiri sesuai

dengan regulasi?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak ada pelaksanaan

c. Ada regulasi dan pelaksanaan, tidak ada bukti

d. Ada regulasi dan bukti pelaksanaan, tidak sesuai SPO

e. Ada regulasi dan bukti pelaksanaan sesuai SPO

3. Apakah ada proses monitoring terhadap pengobatan oleh pasien sendiri?

a. Tidak ada proses

b. Ada proses, tidak dilakukan dengan baik

c. Ada proses monitoring, pada pasien rawat jalan

d. Ada proses monitoring, pada pasien rawat inap

e. Ada proses monitoring pada semua pasien

PKPO 7 Pemantauan (monitor)

1. Apakah ada regulasi pemantauan efek obat dan efek samping obat serta dicatat

dalam status pasien?

a. Tidak ada egulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dipantau hanya efek obat

d. Ada regulasi, dipantau efek obat dan ESO pada sebagian pasien

e. Ada regulasi, dipantau efek obat dan ESO pada semua pasien

Page 95: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

82

2. Apakah ada bukti pelaksanaan pemantauan terapi obat?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan, hanya sebagian

d. Ada pelaksanaan, tidak sesuai SPO

e. Ada pelaksanaan dan bukti, sesuai SPO

3. Apakah ada bukti pemantauan efek samping obat dan pelaporannya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan?

a. Tidak ada pemantauan

b. Ada pemantauan, tidak ada bukti

c. Ada pemantauan ESO, tidak dilaporkan

d. Ada pemantauan ESO, dan bukti pelaporan, tidak sesuai undang-undang

e. Ada pemantauan ESO, dan bukti pelaporan sesuai undang-undang

PKPO 7.1

1. Apakah ada regulasi medication safety yang bertujuan mengarahkan

penggunaan obat yang aman dan meminimalisasi kemungkinan terjadi

kesalahan penggunaan obat sesuai dengan peraturan perundang-undangan?

a. Tidak ada regulasi

b. Ada regulasi, tidak dijalankan

c. Ada regulasi, dijalankan kadang-kadang

d. Ada regulasi, dijalankan, tidak sesuai undang-undang

e. Ada regulasi, dijalankan sesuai undang-undang

2. Apakah ada bukti pelaksanaan Rumah Sakit mengumpulkan dan memonitor

seluruh angka kesalahan penggunaan obat termasuk kejadian tidak diharapkan,

kejadian sentinel, kejadian nyaris cedera, dan kejadian tidak cedera?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan, hanya pengumpulan data

d. Ada pelaksanaan, pengumpulan data dan memonitor, tidak sesuai SPO

e. Ada pelaksanaan, pengumpulan data dan memonitor, sesuai SPO

3. Apakah ada bukti Instalasi Farmasi mengirimkan laporan kesalahan

penggunaan obat (medication error) kepada tim keselamatan pasien Rumah

Sakit?

a. Tidak ada tim keselamatan Rumah Sakit

b. Tidak ada laporan kesalahan penggunaan obat (medication error)

Page 96: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

83

c. Ada pelaporan, tidak ada bukti

d. Ada pelaporan dan bukti kesalahan penggunaan obat (medication error),

tidak sesuai SPO

e. Ada pelaporan dan bukti kesalahan penggunaan obat (medication error),

sesuai SPO

4. Apakah ada bukti tim keselamatan pasien Rumah Sakit menerima laporan

kesalahan penggunaan obat (medication error) dan mencari akar masalah atau

investigasi sederhana, solusi dan tindak lanjutnya, serta melaporkan kepada

Komite Nasional Keselamatan Pasien?

a. Tidak ada tim keselamatan Rumah Sakit

b. Tidak ada laporan kesalahan penggunaan obat (medication error)

c. Ada bukti pelaporan tim keselamatan pasien Rumah Sakit, tidak mencari

akar masalah

d. Ada bukti pelaporan tim keselamatan pasien Rumah Sakit, mencari akar

masalah, tidak dilaporkan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien

e. Ada bukti pelaporan secara keseluruhan dan dilaporkan kepada Komite

Nasional Keselamatan Pasien

5. Apakah ada bukti pelaksanaan Rumah Sakit melakukan upaya mencegah dan

menurunkan kesalahan penggunaan obat (medication error)?

a. Tidak ada pelaksanaan

b. Ada pelaksanaan, tidak ada bukti

c. Ada pelaksanaan untuk mencegah dan menurunkan kesalahan penggunaan

obat (medication error), tetapi kadang-kadang

d. Ada pelaksanaan dan bukti untuk mencegah dan menurunkan kesalahan

penggunaan obat (medication error), tidak sesuai SPO

e. Ada pelaksanaan dan bukti untuk mencegah dan menurunkan kesalahan

penggunaan obat (medication error), sesuai SPO

Page 97: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

84

Lampiran 2. Pertanyaan wawancara

1. Bagaimana pelaksanaan pemberian obat yang dilaksanakan sesuai undang-

undang?

2. Bagaimana perencanaan dan penggunaan obat dalam Rumah Sakit?

3. Supervisi apa yang telah diberikan kepada petugas yang berada di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit?

4. Bagaimana proses pengadaan dan cara mengatasi bila obat tidak tersedia atau

persediaan habis di Rumah Sakit?

5. Bagaimana proses formulir usulan obat baru atau daftar obat baru yang

dilakukan di Rumah Sakit?

6. Bagimana proses penyimpanan obat yang sesuai dengan stabilitasnya?

7. Bagaimana tindakan medication safety yang bertujuan mengarahkan

penggunaan obat yang aman dan meminimalisasi kemungkinan terjadi

kesalahan penggunaan obat sesuai dengan peraturan perundang-undangan?

8. Bagaimana pelabelan obat high alert dan LASA atau NORUM?

9. Bagaimana proses penggantian obat emergency, kadaluarsa atau rusak?

10. Bagaimana penarikan kembali (recall) dan pemusnahan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak layak pakai karena rusak,

mutu substandard, atau kadaluwarsa?

11. Bagaimana rekam medis memuat riwayat penggunaan obat pasien?

12. Bagaimana Rumah Sakit melakukan upaya mencegah dan menurunkan

kesalahan penggunaan obat (medication error)?

13. Bagaimana proses mengidentifikasi kelengkapan resep bila ada masalah dan

pesanan atau resep tidak jelas?

14. Bagaimana cara mengatasi pesanan atau resep yang ditulis oleh dokter bila

resep tidak jelas dan bermasalah?

15. Bagaimana cara penyiapan dan penyaluran obat serta pendistribusian obat di

Rumah Sakit?

Page 98: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

85

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian

Skor dalam tabel merupakan hasil jawaban kuesioner dalam bentuk angka dari 74

elemen pertanyaan pada 7 PKPO.

PKPO NO SKOR KUESIONER RESPONDEN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

PKPO 1

1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2

2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1

3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2

4 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

5 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1

6 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2

PKPO 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

4 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2

PKPO 2.1

1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3

3 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1

PKPO 2.1.1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1

PKPO 3

1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2

2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2

3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

4 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

PKPO 3. 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2

4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1

PKPO 3.2

1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2

2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

PKPO 3.3

1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2

2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Page 99: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

86

PKPO NO SKOR KUESIONER RESPONDEN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

PKPO 3.4

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 2 3 3 1 3 1 3 2 1 3 1 2 1 3 1

PKPO 3.5

1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2

2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2

3 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2

PKPO 4

1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1

2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1

3 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1

4 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1

PKPO 4.1

1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2

2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2

3 3 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2

PKPO 4.2

1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1

2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2

3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

PKPO 4.3 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1

2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2

PKPO 5

1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2

2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1

3 1 3 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3 1 1 1

PKPO 5.1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3

4 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1

5 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 3 1 3

6 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1

PKPO 6 1 1 3 1 1 2 1 2 1 2 1 1 3 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

PKPO 6.1

1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1

PKPO 6.2

1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2

2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2

3 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2

Page 100: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

87

PKPO NO SKOR KUESIONER RESPONDEN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

PKPO 7

1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1

2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3

3 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2

PKPO 7.1

1 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2

2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1

4 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2

5 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1

Hasil penilaian dari kuesioner pada masing-masing responden tersebut kemudian

ditotal sesuai dengan PKPO 1 sampai dengan 7.

Page 101: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

88

TOTAL HASIL KUESINOER 7 PKPO DARI MASING-MASING RESPONDEN

PKPO JUMLAH SKOR KUESIONER RESPONDEN

Nilai terbaik Kuesioner 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

PKPO 1 9 10 8 10 9 8 9 8 10 10 8 9 10 8 9 6

PKPO 2 16 16 16 15 15 16 16 16 16 16 16 16 16 15 16 10

PKPO 3 31 31 32 30 30 32 31 32 28 32 31 29 33 33 33 21

PKPO 4 18 18 17 18 19 15 19 16 17 18 17 17 18 18 17 12

PKPO 5 14 14 13 14 14 15 14 13 14 14 14 14 14 14 14 9

PKPO 6 12 12 11 12 11 12 11 11 12 11 11 12 11 12 12 8

PKPO 7 14 13 11 13 13 13 14 13 14 13 13 12 14 11 13 8

Nilai terbaik dari masing-masing PKPO tersebut di bagi dengan hasil kuesioner responden, selanjutnya dikalikan 100%, dan dari

persentase 15 responden dirata-rata, sehingga mendapatkan persentase masing-masing PKPO. Total persentase dari 7 PKPO dirata-

rata untuk mengetahui nilai yang didapatkan secara keseluruhan.

Page 102: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

89

NILAI HASIL KUESIONER 7 PKPO DARI MASING-MASING RESPONDEN (DALAM %)

PKPO NILAI KUESIONER RESPONDEN (%)

RATA-RATA (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

PKPO 1 66,7 60 75 60 66,7 75 66,7 75 60 60 75 66,7 60 75 66,7 67,2

PKPO 2 62,5 62,5 62,5 66,7 66,7 62,5 62,5 62,5 62,5 62,5 62,5 62,5 62,5 66,7 62,5 63,3

PKPO 3 77,4 77,4 75 80 80 75 77,4 75 85,7 75 77,4 82,8 72,7 72,7 72,7 77,1

PKPO 4 72,2 72,2 76,5 72,2 68,4 86,7 68,4 81,3 76,5 72,2 76,5 76,5 72,2 72,2 76,5 74,7

PKPO 5 71,4 71,4 76,9 71,4 71,4 66,7 71,4 76,9 71,4 71,4 71,4 71,4 71,4 71,4 71,4 71,8

PKPO 6 75 75 81,8 75 81,8 75 81,8 81,8 75 81,8 81,8 75 81,8 75 75 78,2

PKPO 7 57,1 61,5 72,7 61,5 61,5 61,5 57,1 61,5 57,1 61,5 61,5 66,7 57,1 72,7 61,5 62,2

TOTAL 7 PKPO 494,6

NILAI KESELURUHAN 70,7

Page 103: STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN …repository.setiabudi.ac.id/954/2/TESIS VIO.pdf · Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

90

Lampiran 4. Metode Matriks (NACCHO, 2012)