strategi pengelolaan pakan yang efisien pada budidaya ... · pdf filepakan baik skala...

8
765 Strategi pengelolaan pakan yang efisien pada ... (Abdul Mansyur) STRATEGI PENGELOLAAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA SEMI-INTENSIF DI TAMBAK Abdul Mansyur dan Hidayat Suryanto Suwoyo Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Ketersediaan pakan udang vaname yang tepat, baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan syarat mutlak untuk mendukung pertumbuhannya yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi. Namun salah satu kendala di lapangan adalah masih tingginya biaya pakan yang dapat mencapai 60%-70% dari biaya produksi. Hasil penelitian strategi pengelolaan pakan melalui pengurangan ransum pakan secara periodik menunjukkan bahwa pengurangan ransum pakan secara periodik tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot biomassa, laju pertumbuhan harian, sintasan, produksi, dan rasio konversi pakan baik skala laboratorium maupun skala lapangan serta mampu meningkatkan efisiensi pakan sekitar 16,04%-21,97% sehingga penghematan penggunaan pakan untuk udang vaname pola semi-intensif dapat dilakukan dengan pengurangan ransum pakan hingga 60%-75% bobot badan/hari/minggu. Selanjutnya untuk kegitan pergiliran pakan protein tinggi dan protein rendah skala lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot rata-rata udang vaname adalah 13,35 g/ekor dan produksi udang mencapai 1.418 kg/ ha. Sedangkan sintasan udang relatif tinggi sekitar 97% serta efisiensi pakan dicapai sekitar 14%-25%. KATA KUNCI: pengelolaan pakan, efesien, semi-intensif, udang vaname PENDAHULUAN Rancangan strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada periode 2010-2014 adalah peningkatan produksi perikanan budidaya 353% pada tahun 2014. Dalam program revitalisasi perikanan budidaya, udang ditempatkan sebagai komoditas unggulan selain rumput laut dan tuna. Hal ini cukup beralasan karena komoditas tersebut merupakan komoditas ekspor dan teknologinya sudah berkembang di masyarakat (Anonim, 2005; Tangko & Pantjara, 2007). Puncak keberhasilan produksi udang budidaya di tambak terjadi pada tahun 1992 dengan volume ekspor mencapai lebih dari 100.000 MT atau senilai dari US$ 760.000. Setelah tahun 1992 produksi udang budidaya tambak cenderung terus menurun hingga mencapai titik datar sekitar 87.000 MT (Ditjenkan, 1995 dalam Ahmad, 1999) sedangkan Sugama (2002) melaporkan bahwa sejak tahun 1995 budidaya udang windu mengalami penurunan produksi dari 100.000 MT menjadi 80.000 MT pada tahun 2001. Penyebab utama menurunnya produksi udang adalah semakin berkembangnya penyakit terutama yang disebabkan oleh virus dan meledaknya populasi bakteri yang dipicu oleh merosotnya mutu air sumber (Atmomarsono et al., 1995), bahan cemaran dari lingkungan di sekitar tambak sebagai akibat dari kesalahan zonasi daerah pesisir (Atmomarsono & Mansyur, 1997) dan kesalahan dalam manajemen budidaya (Atmomarsono & Ahmad, 1998). Di sisi lain, jumlah kebutuhan konsumsi masyarakat internasional semakin meningkat. Keterbatasan jumlah pasokan dan peningkatan jumlah kebutuhan menyebabkan harga udang semakin naik. Kondisi ini merupakan peluang yang sangat baik bagi negara penghasil udang, khususnya Indonesia untuk dapat meningkatkan jumlah produksi udangnya (Ariyanto, 2004). Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah menetapkan beberapa langkah operasional yang kongkrit di antaranya adalah pengembangan udang vaname di samping udang windu, rostris, dan udang lokal lainnya (Tonnek et al., 2005). Kehadiran udang vaname diharapkan tidak hanya menambah pilihan bagi pembudidaya tambak tapi juga dapat membangkitkan usaha pertambakan nasional yang tadinya sudah lesu (Anonim, 2003). Ada beberapa keunggulan udang vaname antara lain relatif tahan penyakit, pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari),

Upload: ngominh

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENGELOLAAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA ... · PDF filepakan baik skala laboratorium maupun skala lapangan serta mampu meningkatkan efisiensi ... peningkatan produksi

765 Strategi pengelolaan pakan yang efisien pada ... (Abdul Mansyur)

STRATEGI PENGELOLAAN PAKAN YANG EFISIENPADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei

POLA SEMI-INTENSIF DI TAMBAK

Abdul Mansyur dan Hidayat Suryanto SuwoyoBalai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Ketersediaan pakan udang vaname yang tepat, baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan syaratmutlak untuk mendukung pertumbuhannya yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi. Namunsalah satu kendala di lapangan adalah masih tingginya biaya pakan yang dapat mencapai 60%-70% daribiaya produksi. Hasil penelitian strategi pengelolaan pakan melalui pengurangan ransum pakan secaraperiodik menunjukkan bahwa pengurangan ransum pakan secara periodik tidak berpengaruh nyata (P>0,05)terhadap pertambahan bobot biomassa, laju pertumbuhan harian, sintasan, produksi, dan rasio konversipakan baik skala laboratorium maupun skala lapangan serta mampu meningkatkan efisiensi pakan sekitar16,04%-21,97% sehingga penghematan penggunaan pakan untuk udang vaname pola semi-intensif dapatdilakukan dengan pengurangan ransum pakan hingga 60%-75% bobot badan/hari/minggu. Selanjutnyauntuk kegitan pergiliran pakan protein tinggi dan protein rendah skala lapangan menunjukkan bahwapertumbuhan bobot rata-rata udang vaname adalah 13,35 g/ekor dan produksi udang mencapai 1.418 kg/ha. Sedangkan sintasan udang relatif tinggi sekitar 97% serta efisiensi pakan dicapai sekitar 14%-25%.

KATA KUNCI: pengelolaan pakan, efesien, semi-intensif, udang vaname

PENDAHULUAN

Rancangan strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada periode 2010-2014 adalahpeningkatan produksi perikanan budidaya 353% pada tahun 2014. Dalam program revitalisasiperikanan budidaya, udang ditempatkan sebagai komoditas unggulan selain rumput laut dan tuna.Hal ini cukup beralasan karena komoditas tersebut merupakan komoditas ekspor dan teknologinyasudah berkembang di masyarakat (Anonim, 2005; Tangko & Pantjara, 2007). Puncak keberhasilanproduksi udang budidaya di tambak terjadi pada tahun 1992 dengan volume ekspor mencapai lebihdari 100.000 MT atau senilai dari US$ 760.000. Setelah tahun 1992 produksi udang budidaya tambakcenderung terus menurun hingga mencapai titik datar sekitar 87.000 MT (Ditjenkan, 1995 dalamAhmad, 1999) sedangkan Sugama (2002) melaporkan bahwa sejak tahun 1995 budidaya udangwindu mengalami penurunan produksi dari 100.000 MT menjadi 80.000 MT pada tahun 2001.

Penyebab utama menurunnya produksi udang adalah semakin berkembangnya penyakit terutamayang disebabkan oleh virus dan meledaknya populasi bakteri yang dipicu oleh merosotnya mutu airsumber (Atmomarsono et al., 1995), bahan cemaran dari lingkungan di sekitar tambak sebagai akibatdari kesalahan zonasi daerah pesisir (Atmomarsono & Mansyur, 1997) dan kesalahan dalam manajemenbudidaya (Atmomarsono & Ahmad, 1998). Di sisi lain, jumlah kebutuhan konsumsi masyarakatinternasional semakin meningkat. Keterbatasan jumlah pasokan dan peningkatan jumlah kebutuhanmenyebabkan harga udang semakin naik. Kondisi ini merupakan peluang yang sangat baik baginegara penghasil udang, khususnya Indonesia untuk dapat meningkatkan jumlah produksi udangnya(Ariyanto, 2004). Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah menetapkan beberapa langkahoperasional yang kongkrit di antaranya adalah pengembangan udang vaname di samping udangwindu, rostris, dan udang lokal lainnya (Tonnek et al., 2005). Kehadiran udang vaname diharapkantidak hanya menambah pilihan bagi pembudidaya tambak tapi juga dapat membangkitkan usahapertambakan nasional yang tadinya sudah lesu (Anonim, 2003). Ada beberapa keunggulan udangvaname antara lain relatif tahan penyakit, pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari),

Page 2: STRATEGI PENGELOLAAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA ... · PDF filepakan baik skala laboratorium maupun skala lapangan serta mampu meningkatkan efisiensi ... peningkatan produksi

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 766

sintasan selama pemeliharaan tinggi dan FCR rendah. Sejak diperkenalkannya udang vaname sebagaisalah satu komoditas budidaya tambak di Indonesia kinerja perudangan nasional tampak menunjukkanpeningkatan produksi yang signifikan.

Perkembangan udang vaname sudah menyebar di sentra-sentra budidaya udang nasional sepertidi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa TenggaraBarat, Bal, dan Sulawesi Selatan (Poernomo, 2002; Sugama, 2002). Saat ini teknologi budidaya udangvaname berkembang pesat karena didukung ketersediaan benih yang bebas dari patogen, specificpathogen free (SPF), dapat ditebar dengan kepadatan lebih tinggi, dan memiliki sintasan dan produksiyang tinggi (Anonim, 2003; Poernomo, 2004). Namun penerapannya terbatas pada golonganmasyarakat menengah. Di Indonesia kepadatan tebar udang vaname yang umum dilakukan di berbagaidaerah adalah berkisar 80-100 ind./m2 dan dapat ditingkatkan hingga 244 ind./m2, denganmenggunakan probiotik mampu menghasilkan panen 37,5 ton/ha/siklus (Poernomo, 2004). Produksiyang tinggi akan berdampak kepada beban limbah yang dihasilkan baik oleh sisa pakan apabilarasio konversi pakan (FCR) tinggi, maupun kotoran udang. Di samping itu, produksi yang tinggitidak selamanya diikuti dengan keuntungan yang tinggi pula.

POKOK-POKOK MASALAH

Pada kegiatan budidaya udang vaname, ketersediaan pakan yang tepat, baik secara kualitas maupunkuantitas merupakan syarat mutlak untuk mendukung pertumbuhannya yang pada akhirnya dapatmeningkatkan produksi. Dari hasil analisis usaha budidaya udang vaname secara intensif dan semi-intensif menunjukkan bahwa biaya produksi tertinggi adalah pakan yang berkisar 50%-60% dari totalbiaya produksi udang (Haliman & Adijaya, 2005; Akiyama & Chwang, 1989). Tingginya biaya pakanantara lain disebabkan karena rasio konversi pakan (FCR) cenderung meningkat. Menurut Akiyama &Chwang (1989), bahwa faktor yang mempengaruhi rasio konversi pakan pada budidaya udang winduadalah kualitas dan pengelolaan pakan selama pemeliharaan seperti pendugaan sintasan, dosis, danwaktu pemberian pakan. Dampak lain dari FCR yang tinggi menyebabkan air media dapat tercemarakibat akumulasi sisa pakan dan ekskresi amoniak dengan cepat sehingga perlu diupayakan untukselalu menekan biaya tersebut melalui penggunaan pakan secara efisien agar udang dapat tumbuhoptimal dan pakan yang terbuang seminimal mungkin. Pemberian pakan buatan/komersil baik ukurandan jumlahnya harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak mengalami kekuranganpakan (underfeeding) atau kelebihan pakan (overfeeding) karena hal ini bisa menyebabkanpertumbuhan udang lambat, tidak seragam, tubuh keropos, dan timbulnya kanibalisme sertamenurunnya kualitas air atau pencemaran ke lingkungan budidaya.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan strategi pengelolaan pakan yang baik sepertipengurangan ransum pakan secara periodik (pemuasaan) dan pergiliran pakan dengan kandunganprotein berbeda.

Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan budidayaudang vaname. Lokasi yang memenuhi persyaratan teknis dapat memberikan pertumbuhan udangvaname yang cepat. Di samping itu, aspek kesehatan, sosial, ekonomi, dan legal perlu dipertimbangkanuntuk memperlancar kegiatan usaha budidaya. Tambak yang akan digunakan untuk budidaya udangvaname pola semi-intensif hampir sama dengan pola intensif dan berbeda dengan tambak untukbudidaya udang vaname pola ekstensif (tradisional).

Menurut Haliman & Adijaya (2005) bahwa ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalamusaha budidaya udang vaname adalah sebagai berikut: 1) Terletak di daerah pantai dengan fluktuasiair pasang dan surut > 5 m, sebaiknya dasar pantai curam dan terbuka luas, sehingga pembuanganlimbah dari tambak lebih mudah masuk ke tandon limbah dan akhirnya dibuang ke laut lepas untukmenghindari merebaknya bakteri patogen pada air sumber, 2) Elevasi lahan tambak > 5 m dari garisair surut terendah sehingga kualitas air dari laut maupun sungai terjamin dan dapat menggunakanpompa. 3) Jenis tanah sebaiknya liat berpasir untuk menghindari kebocoran air. Jenis tanah gambutatau masam biasa menyebabkan pH air menjadi asam, 4) Mempunyai sumber air tawar dengan debit

Page 3: STRATEGI PENGELOLAAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA ... · PDF filepakan baik skala laboratorium maupun skala lapangan serta mampu meningkatkan efisiensi ... peningkatan produksi

767 Strategi pengelolaan pakan yang efisien pada ... (Abdul Mansyur)

atau kapasitas cukup besar sehingga kebutuhan air tawar dapat terpenuhi. Minimal 15% air kolamharus terganti dengan air baru setiap hari. Udang vaname tumbuh optimal pada salinitas 15-20 ppt,5) Lokasi tambak sebaiknya memiliki green-belt berupa hutan mangrove di antara lokasi tambak danpantai. Di samping itu, persyaratan non teknis antara lain: 1) Dekat dengan produsen benih udangvaname, 2) Dekat dengan sumber tenaga kerja, 3) Dekat dengan sentra perekonomian sehinggamudah mendapatkan berbagai bahan pokok untuk produksi udang, dan 4) Lokasi bisa dijangkauoleh saluran penerangan dan alat komunikasi.

Menurut Gunarto (2008), menyarankan bahwa untuk keberhasilan dalam budidaya udang vanameantara lain: persiapan tambak harus maksimal, pemilihan dan penanganan benur harus betul,konstruksi tambak didesain sedemikian rupa agar air yang masuk dan keluar lancar. Di sampingfaktor-faktor tadi harus juga memperhatikan penerapan probiotik sebagai salah satu tuntutan sebagaiupaya budidaya ramah lingkungan, monitoring kualitas air, monitoring bakteri, dan penerapanbiosekuritas.

Potensi Lahan Budidaya

Potensi lahan budidaya untuk pengembangan komoditas budidaya air payau sekitar 1,2 juta hadan tersebar di seluruh Indonesia (Nurdjana, 2005), Luasan ini terdiri atas lahan yang telah diusahakanseluas 450.333 ha dan lahan potensial yang belum dikembangkan seluas 773.743 ha. Data potensilahan budidaya air payau menurut provinsi dapat dilihat pada Tabel 1.

Dari luasan lahan yang telah diusahakan diperkirakan ada 80% digarap oleh petambak kurangmampu bahkan di Pulau Jawa, sampai tahun 1997, lahan tambak “bera” (tidak dioperasikan) sudahmencapai sekitar 70% (Cholik et al., 2008; Kordi, 2007).

Guna memanfaatkan tambak-tambak yang sedang terbengkalai tersebut, pengembangan udangvaname di tambak merupakan salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan.

STATUS BUDIDAYA UDANG VANAME

Kegiatan budidaya di Indonesia menerapkan berbagai jenis teknologi. Menurut tingkatketergantungannya kepada kondisi alam, teknologi budidaya dapat dibagi atas teknologi ekstensif,semi-intensif, intensif, dan super intensif (Cholik et al., 2005). Dari segi sistem pengelolaan, Kordi(2007) membagi atas 4 sistem pengelolaan berdasarkan padat tebar udang vaname yaitu tradisional,dengan padat tebar < 15 ekor/m2, tradisional plus 15-20 ekor/m2, semi-intensif 25-30 ekor/m2, danintensif 40-80 ekor/m2.

Tabel 1. Potensi lahan budidaya air payau menurut provinsi di In-donesia

Sumber: Nurdjana (2005)

Eksisting Potensial Total

Sumatera 104,120 324,438 428,558 24.30Jawa 151,227 15,513 166,740 90.70Bali-NTB-NTT 30,801 32,527 63,328 48.64Kalimantan 34,060 252,871 286,932 11.87Sulawesi 123,876 124,075 247,951 49.96Maluku-Papua 5,928 24,000 29,928 19.81

Jumlah 450,333 773,743 1,224,076 36.78

WilayahLuas lahan (ha) Tingkat

pemanfaatan (% )

Page 4: STRATEGI PENGELOLAAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA ... · PDF filepakan baik skala laboratorium maupun skala lapangan serta mampu meningkatkan efisiensi ... peningkatan produksi

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 768

Pengembangan budidaya udang vaname cukup potensial, karena memiliki lahan yang luas. Namundemikian, hingga saat ini baru sebagian kecil areal yang dimanfatkan disebabkan beberapa faktor, diantaranya ketersediaan benih, suplai pakan dan harga pasaran yang bervariasi misalnya di Jawa dandi Sulawesi.

STRATEGI PENGELOLAAN PAKAN

Pengurangan Ransum Pakan Secara Periodik

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengontrol pemberian pakan yang berlebihan adalahdengan cara pengelolaan pakan dengan pengaturan pemberian ransum pakan secara benar. Pemuasaan(starvasi) melalui pengurangan ransum pakan merupakan salah satu cara yang dapat digunakanuntuk menurunkan laju metabolisme maupun akumulasi sisa pakan. Dari hasil uji laboratoriummenggunakan 12 Akuarium berukuran 50 cm x 75 cm x 60 cm dan dilengkapi dengan sistem aerasimenggunakan hewan uji pasca larva udang vaname dengan bobot awal rata-rata 0,18 ± 0,02 g yangditebar dengan kepadatan 50 ekor/akuarium. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acaklengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan.Perlakuan yang diujikan adalah: a) Pengurangan ransum pakan 75% bobot badan/hari/minggu, b).Pengurangan ransum pakan 50% bobot badan/hari/minggu, c). Pengurangan ransum pakan 25% bobotbadan/hari/minggu, dan d) Kontrol (tanpa pengurangan ransum pakan). Hasil pengamatanpertambahan bobot udang selama 75 hari pemeliharaan bervariasi dan semakin meningkat seiringdengan meningkatnya waktu pemeliharaan untuk semua perlakuan (Gambar 2), pertambahan bobotbiomassa tertinggi diperoleh pada perlakuan C (pengurangan ransum 25%) sebesar 380,85 g, kemudiandisusul perlakuan B, D, dan A masing-masing sebesar 368,95 g; 339,28 g; dan 331,83 g. Dari hasilanalisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh pengurangan ransum pakan terhadap pertambahanbobot biomassa udang vaname dalam wadah terkontrol tidak memperlihatkan perbedaan yang nyataantar perlakuan (P>0,05). Dari uji laboratorium dilanjutkan di lapangan menggunakan 6 petak tambakpembesaran udang vaname masing-masing berukuran 4.000 m2. Hewan uji adalah pasca larva udangvaname dengan bobot awal rata-rata 0,017 g yang ditebar pada tambak dengan kepadatan 20 ekor/m2. Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dengan dua ulangan.Perlakuan yang diujicobakan adalah pengurangan ransum pakan (pemuasaan) secara periodik yaitu:A) pengurangan ransum pakan 30%, B) pengurangan ransum pakan 60%, dan C) kontrol (tanpapengurangan ransum pakan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan ransum pakan secaraperiodik berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot mutlak, laju pertumbuhanharian, sintasan, produksi, dan rasio konversi pakan (Tabel 2). Hasil yang diperoleh pada percobaaanini sesuai dengan hasil penelitian Chatakondi & Yant (2001) bahwa pemuasaan melalui menguranganransum pakan secara periodik merupakan cara untuk mengurangi asupan pakan tanpa mengurangiproduk budidaya. Bahkan pemuasaan dapat meningkatkan produksi ikan lele Ictalurus punctatus,

Gambar 1. Pertambahan bobot biomassa rata-rata udang vaname

Sumber: Tahe (2008)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Bob

ot U

dang

(g)

0 15 30 45 60 75

Waktu Pengamatan (hari)

Pengurangan Ransum 75 %Pengurangan Ransum 50 %Pengurangan Ransum 25 %Tanpa Pengurangan Ransum

Page 5: STRATEGI PENGELOLAAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA ... · PDF filepakan baik skala laboratorium maupun skala lapangan serta mampu meningkatkan efisiensi ... peningkatan produksi

769 Strategi pengelolaan pakan yang efisien pada ... (Abdul Mansyur)

karena ikan yang mengalami pemuasaan dapat tumbuh setara dengan ikan yang diberi pakan secaranormal (100%). Efek pemuasaan secara periodik terhadap pertumbuhan udang/ikan sangatmempengaruhi kebutuhan energinya. Pada udang yang mengalami pemuasaan atau penguranganransum pakan secara periodik (perlakuan A dan B) tidak dapat memperoleh pakan secara terus-menerus,sehingga udang tersebut akan kelaparan dan dalam beberapa kali daur pemuasaan diduga udangtersebut dapat menyesuaikan kondisi fisiologisnya terhadap berkurangnya asupan pakan, sehinggamampu menghemat energi yang diperolehnya, udang yang mengalami pemuasaan tersebutnampaknya menghemat energi dengan cara menurunkan aktivitas dan metabolisme rutin sebagaimanayang terjadi pada udang yang diberi pakan secara normal (perlakuan C).

Tabel 2. Pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan,efesiensi pakan, sintasan, dan produksi udang vaname pada masing-masing perlakuan

Nilai dalam baris yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata(P>0,05)

Sumber: Mansyur et al. (2009)

30 60 Kontrol

Kepadatan (ekor/ m2) 20 20 20Lama Pemeliharaan (hari) 96 96 96Berat Awal (g) 0.017 0.017 0.017Berat Akhir (g) 9,22 ± 0,424 10, 98 ± 3,917 14,25 ± 0,297Pertumbuhan Mutlak (g) 9,20 ± 0,424a 10,96± 3,917 a 14,23 ± 0,297a

Laju Pertumbuhan Harian (%) 7,49 ± 0,049a 7,66 ± 0,431 a 8,01 ± 0,028a

Sintasan (%) 82,64a 83,72a 87,07a

Rasio konversi pakan (FCR) 1,34 ± 0,127a 1,37± 0,148a 1,24± 0,092a

Efisiensi Pakan (%) 74,74 ± 8,138a 72,42 ± 1,223a 83,57 ± 1,322a

Produksi (kg ) 712,95 ± 120,42a 832,75± 307,24a 970,00 ± 327,39a

Peubah

Perlakuan pengurangan ransum pakan (persentasi bobot badan/hari/minggu)

Gambar 2. Grafik pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vannamei)sampai umur 112 hari yang diamati setiap 14 hari

Sumber: Tahe et al. (2010)

0 0.151.4

3.29 3.844.96

5.9

10.22

13.89

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 14 28 42 56 70 84 98 112

Umur (hari)

Bobo

t (g)

Pertumbuhan

Page 6: STRATEGI PENGELOLAAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA ... · PDF filepakan baik skala laboratorium maupun skala lapangan serta mampu meningkatkan efisiensi ... peningkatan produksi

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 770

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengurangan ransum pakan secara periodik selamapemeliharaan udang vaname di tambak (Tabel 2) tidak berpengaruh nyata terhadap rasio konversipakan dan nilai efisiensi pakan (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai rasio konversi pakanudang vaname yang dikurangi pakannya maupun tidak dikurangi pakannya relatif sama dan mampumeningkatkan efisiensi pakan sekitar 7,71%-22,39% dari perlakuan kontrol atau sekitar 72,42%-74,74%.Menurut Susilo et al. (2002), bahwa efisiensi pakan dapat dicapai bila pada pembesaran ikan/udangmemperhatikan manajemen pemberian pakan, sebab pakan yang dikonsumsi organisme budidayapada gilirannya akan digunakan untuk tumbuh. Oleh karena itu, pakan yang kurang dari kebutuhanminimal organisme budidaya untuk mempertahankan bobot badan akan berakibat penurunan bobotakibat cadangan makanan dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi akitivitasnya.

Pergiliran Pakan Protein Tinggi dan Protein Rendah

Salah satu alternatif mengurangi biaya produksi pada budidaya udang vaname semi-intensif adalahpergiliran pakan yaitu pakan yang berprotein tinggi digilir dengan pakan yang berprotein rendahkarena nilai protein yang terkandung dalam pakan merupakan salah satu komponen pakan yangpaling mahal. Pengurangan proporsi protein pada pakan tanpa mengurangi laju pertumbuhan padaspesies yang dibudidayakan dapat berpengaruh pada berkurangnya efiensi biaya produksi sehinggamarjin pendapatan yang didapat dari penjualan akan semakin tinggi. Dari hasil penelitian yangtelah dilakukan pada tambak percobaan Takalar menunjukkan bahwa pergiliran kualitas pakan (pro-tein tinggi dan rendah) sesuai hasil percobaan terbaik uji laboratorium (Tahe et al., 2010) yaitupergiliran pakan tiap 3 hari dalam 10 hari pemeliharan menunjukkan bahwa selama pemeliharan112 hari, udang yang diberi pakan dengan dosis 100%-2% dari total berat biomassa/hari pertumbuhanbobot rata-ratanya diperoleh 13,35 g/ekor (Gambar 2) dan produksinya mencapai 1.418 kg dengansintasan sekitar 97% dan efisiensi pakan dicapai sekitar 14%-25% (Tabel 3).

KESIMPULAN

Strategi pengelolaan pakan yang efisien dapat dilakukan melalui pengurangan ransum pakansecara periodik dan pergiliran pakan protein tinggi dan protein rendah. Pengurangan ransum pakansecara periodik mampu meningkatkan efisiensi pakan sekitar 16,04%-21,97% sehingga penghematanpenggunaan pakan untuk udang vaname pola semi-intensif dapat dilakukan dengan penguranganransum pakan hingga 60%-75% bobot badan/hari/minggu. Sedangkan untuk pergiliran pakan proteintinggi dan protein rendah tiap 3 hari dalam 10 hari, sintasan udang vanamei mencapai 97% sertaefisiensi pakan yang dicapai sekitar 14%-25%.

Tabel 3. Pertumbuhan, sintasan, laju pertumbuhanharian, produksi, serta rasio konversi pakanudang vaname pada akhir penelitian

PeubahPetakan tambak 4.000

m2

Kepadatan (ekor) 100,000Lama Pemeliharaan (hari) 112Bobot awal (g) 0.0012Bobot Akhir (g) 13.35Pertambahan Biomassa (g) 13.348Laju Pertumbuhan rata-rata (%/hari) 0.2Rasio konversi pakan 1.36Sintasan (%) 106Produksi (kg) 1,418Efisiensi pakan (%) 14-25

Sumber: Tahe et al. (2010)

Page 7: STRATEGI PENGELOLAAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA ... · PDF filepakan baik skala laboratorium maupun skala lapangan serta mampu meningkatkan efisiensi ... peningkatan produksi

771 Strategi pengelolaan pakan yang efisien pada ... (Abdul Mansyur)

DAFTAR ACUAN

Ahmad, T. 1999. Pemanfaatan mangrove sebagai biofilter dan bioremidiator budidaya udang. Makalahdisampaikan pada Rapat Kerja Teknis dan Pembahasan Hasil-Hasil Penelitian Tahun Anggaran1998/1999. Balai Penelitian Perikanan Pantai, Wisma Kinasih Gemilang Bogor, 16-17 Maret 1999,16 hlm.

Akiyama, D.M. & Cwang, N.L.M. 1989. Shrimp feed requirements and feed management. In Akiyama,D.M. (Ed.). Proceeding of the Southeast Asia Shrimp Farm Management Workshop. American Soy-bean Association, Singapore, p. 75-82.

Anonim. 2003. Usaha pertambakan udang vaname prospektif. [email protected]. 23 April 2003, 5hlm.

Anonim. 2005. Membangun kembali udang di Indonesia. Sinar Tani. Edisi Mei 2005, 3,098: 11-17.Ariyanto, D. 2004. Dinamika budidaya udang di Indonesia. Warta Penelitian Prikanan Indonesia, 1: 6-

10.Atmomarsono, M., Muliani, & Ismawati, S. 1995. Prospek penggunaan tandon dan biofilter pada

budidaya udang windu. Aplikasi paket teknologi. Aplikasi Paket Teknologi. Instalasi Penelitiandan Pengkajian Teknologi Pertanian, Wonocolo Surabaya, 2-4 Juli 1995, 10 hlm.

Atmomarsono, M. & Mansyur, A. 1997. Shrimp disease outbreak: A result of poor zonation in coastalarea. Proceeding, Internacional Seminar on The Sea and is Environment, Ujung Pandang, p. 81-86.

Atmomarsono, M. & Ahmad, T. 1998. Managemen Lingkungan Tambak Udang. Balai PenelitianPerikanan Pantai, Maros, 7 hlm.

Chatakondi, N.G. & Yant, R.D. 2001. Application of compestory growth to enchance production inchannel catfish, Ictalurus punctatus. J. of the World Aquaculture Society, 32: 278-285.

Cholik, F., Azwar, Z.I., & Sutarmat, T. 1998. Bertambak udang yang sehat. dalam Sudradjat et al.,1998. Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai,. Puslitbangkan, Loka Penelitian PerikananPantai Gondol-Bali bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency. Bali, 6-7 Agustus1998, hlm. 17-22.

Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P., & Fauzi, A. 2005. Akuakultur tumpuan harapan masa depanbangsa. Diterbitkan atas kerja sama Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman AkuariumNusantara Taman Mini Indonesia Indah. Jakarta, 415 hlm.

Gunarto. 2008. Beberapa aspek penting dalam budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengansistem pemupukan susulan di tambak (tradisional plus). Media Akuakultur, 3(2): 15-24.

Haliman, R.W. & Adijaya, D.S. 2005. Udang vaname, Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putihyang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta, 75 hlm.

Kordi, K.M.G.H. 2007. Pemeliharaan Udang Vanname. Penerbit Indah Surabaya, 100 hlm.Mansyur, A., Suwoyo, H.S., & Rachmansyah. 2009. Pengaruh pengurangan ransum pakan secara periodik

terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname (Litopenaeus vanamei) polasemiintensif di tambak. Laporan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, 15 hlm.

Nurdjana, M.L. 2005. Iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan akuakultur di Indonesia.Disampaikan pada Konferensi Nasional Akuakultur, kerja sama Masyarakat Akuakultur Indonesia,Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Balai Besar Perikanan Budidaya Laut. Makassar, 23-25 November 2005, 25 hlm.

Poernomo, A. 2002. Perkembangan udang putih vaname (Penaeus vannamei) di Jawa Timur.Disampaikan dalam Temu Bisnis Udang. Makassar, 19 Oktober 2002, 26 hlm.

Poernomo, A. 2004. Teknologi Probiotik Untuk Mengatasi Permasalahan Tambak udang dan LingkunganBudidaya. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Pengembangan Ilmu dan InovasiTeknologi dalam Budidaya. Semarang, 27-29 Januari 2004, 24 hlm.

Sugama, K. 2002. Status budidaya udang introduksi Litopenaeus vannamei dan Litopenaeus stylirostrisserta prospek pengembangannya dalam tambak air tawar. Disampaikan dalam Temu Bisnis Udang.Makassar, 19 Oktober 2002, 7 hlm.

Page 8: STRATEGI PENGELOLAAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA ... · PDF filepakan baik skala laboratorium maupun skala lapangan serta mampu meningkatkan efisiensi ... peningkatan produksi

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 772

Susilo, U., Hariyadi, B., & Rachmawati, F.N. 2002. Laju tumbuh harian, laju makan, pemeliharaantubuh dan efisiensi pakan ikan patin, Pangasius spp., pada frekuensi pemberian pakan berbeda.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah. Sains Akuatik. J. Ilmu-IlmuPerairan, 2(2): 33-37.

Tahe, S. 2008. Pengaruh starvasi ransum pakan terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udangvaname (Litopenaeus vannamei) dalam wadah terkontrol. J. Ris. Akuakultur, 3(3): 401-412.

Tahe, S., Nawang, A., & Mansyur, A. 2010. Aplikasi pergiliran pakan terhadap pertumbuhan, sintasandan produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei). Laporan Balai Riset Perikanan Budidaya AirPayau, Maros, 12 hlm.

Tangko, A.M. & Pantjara, B. 2007. Dinamika pertambakan perikanan di Sulawesi Selatan kurun waktu1990-2005. Media Akua kultur, 2(2).

Tonnek, S., Mangampa, M., Hendrajat, E.A., & Suwoyo, H.S. 2005. Kesiapan teknis dalam mendukungrevitalisasi perikanan dan kelautan Sulawesi Selatan. Makalah disampaikan dalam Pertemuan TeknisPetugas Inbud se-Sul-Sel di Makassar, 26 Oktober 2005, 10 hlm.