strategi jembatan risk priority number (rpn)

105
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TESIS Judul : Analisis Penentuan Prioritas Kerusakan Jembatan Studi Kasus Ruas Jalan Muara Tembesi–Muara Bulian–Mandalo Darat Provinsi Jambi Oleh : Jaja NRP : 3111 207 819 Telah diseminarkan pada : Hari : Kamis Tanggal :7 Februari 2013 Tempat : Kelas MPK, PPs Sipil FTSP-ITS Mengetahui/menyetujui: Dosen Penguji : Calon Dosen Pembimbing : 1.Ir. Putu Artama Wiguna, MT, PhD NIP. 19691125 199903 1 001 1.Ir. Putu Artama Wiguna, MT, PhD NIP. 19691125 199903 1 001 2. Ir. Sumino, MMT NIP. - 2. Ir. Sumino, MMT NIP. - i

Upload: hadyamrullah-sudahengineer

Post on 28-Dec-2015

72 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Tentang: ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KERUSAKAN JEMBATANSTUDI KASUS RUAS JALAN MUARA TEMBESI–MUARA BULIAN–MANDALO DARATPROVINSI JAMBI

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL TESIS

Judul : Analisis Penentuan Prioritas Kerusakan Jembatan

Studi Kasus Ruas Jalan Muara Tembesi–Muara Bulian–Mandalo

Darat Provinsi Jambi

Oleh : Jaja

NRP : 3111 207 819

Telah diseminarkan pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 7 Februari 2013

Tempat : Kelas MPK, PPs Sipil FTSP-ITS

Mengetahui/menyetujui:

Dosen Penguji : Calon Dosen Pembimbing :

1. Ir. Putu Artama Wiguna, MT, PhD NIP. 19691125 199903 1 001

1. Ir. Putu Artama Wiguna, MT, PhD NIP. 19691125 199903 1 001

2. Ir. Sumino, MMT NIP. -

2. Ir. Sumino, MMT NIP. -

3. Ir. Wahyu Herijanto, MT NIP. 19620906 198903 1 012

4. A. Agung Gde Kartika, ST, MSc NIP. 19720201 199801 1 001

i

Page 2: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Halaman ini sengaja dikosongkan

ii

Page 3: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KERUSAKAN JEMBATAN

STUDI KASUS RUAS JALAN MUARA TEMBESI–MUARA BULIAN–MANDALO DARAT

PROVINSI JAMBI

Nama Mahasiswa : JajaNRP : 3111 207 819Pembimbing : Ir. Putu Artama W., MT, PhDCo-Pembimbing : Ir. Sumino, MMT

ABSTRAK

Ruas Jalan Muara Tembesi–Muara Bulian–Mandalo Darat merupakan ruas jalan yang masuk di jaringan jalan arteri primer Lintas Tengah Sumatera. Ruas ini memiliki lima belas jembatan yakni Jembatan Lubuk Kuari, Jembatan Melintang, Jembatan Sentilan, Jembatan Anak Sentilan, Jembatan Badak Mati, Jembatan Lubuk Serasah, Jembatan Payo Perupuk, Jembatan Bemban, Jembatan Payo Lebar, Jembatan Peneradan, Jembatan Penghidupan, Jembatan Sungai Buluh, Jembatan Sungai Deras, Jembatan Bajubang, dan Jembatan Bulian.

Idealnya kelima belas jembatan tersebut mampu mendukung lalu lintas yang lewat diatasnya sampai umur rencana yang telah ditetapkan, namun selama masa pengoperasiannya jembatan ini sering mengalami kerusakan sehingga umur rencana jembatan tidak tercapai, padahal ruas jalan ini merupakan ruas jalan utama Lintas Tengah Sumatera yang merupakan jalur fital bagi distribusi barang dan jasa di pulau Sumatera dan tidak ada alternatif ruas jalan lain.

Oleh karena itu untuk menyelesaikan kendala yang dihadapi maka diperlukan sebuah kajian/analisis penentuan prioritas kerusakan jembatan. Analisis tersebut bisa dihasilkan dengan menggunakan pendekatan/metode Risk Priority Number (RPN) dimana dilakukan identifikasi seberapa besar tingkat keparahan yang akan dialami/dirasakan akibat terjadinya kerusakan jembatan, perkiraan penyebab kerusakan jembatan yang akan menghasilkan kegagalan dan akan menyebabkan akibat tertentu, serta kemungkinan mode kegagalan dapat dideteksi dengan mengaplikasikan suatu metode deteksi atau dengan melakukan tindakan pengendalian (current control). Selain itu dilakukan juga perumusan strategi penanganan kerusakan jembatan yakni dengan mengaplikasikan tindakan yang direkomendasikan serta langkah yang diambil guna mengatasi risiko kerusakan yang lebih besar pada jembatan.

Diharapkan dengan menggunakan metode Risk Priority Number (RPN) ini didapatkan identifikasi kerusakan paling dominan pada jembatan, untuk kemudian memberikan rekomendasi perbaikan dan melaksanakan langkah-langkah penanganan.

Kata kunci : analisis penentuan prioritas, Risk Priority Number (RPN), Ruas Jalan Muara Tembesi–Muara Bulian–Mandalo Darat

iii

Page 4: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Halaman ini sengaja dikosongkan

iv

Page 5: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

DETERMINATION PRIORITY ANALYSIS OF BRIDGE DAMAGE

CASE STUDY MUARA TEMBESI–MUARA BULIAN– MANDALO DARAT ROAD SECTIONS

IN JAMBI PROVINCE

By : JajaStudent Identify Number : 3111 207 819Supervisor : Ir. Putu Artama W., MT, PhDCo-Supervisor : Ir. Sumino, MMT

ABSTRACT

Muara Tembesi-Muara Bulian–Mandalo Darat road sections is a road that goes in the primary arterial road network across central Sumatra. This sections has fifteen bridges which is Lubuk Kuari Bridge, Melintang Bridge, Sentilan Bridge, Anak Sentilan Bridge, Badak Mati Bridge, Lubuk Serasah Bridge, Payo Perupuk Bridge, Bemban Bridge, Payo Lebar Bridge, Peneradan Bridge, Penghidupan Bridge, Sungai Buluh Bridge, Sungai Deras Bridge, Bajubang Bridges and Bulian Bridge.

Ideally fifteenth bridge able to support the traffic passing on it until it is a plan that has been set, but during the operation is often damaged bridge so the bridge design life is not achieved, but this road is the main road across central Sumatra, which is the vital point for the distribution of goods and services on the island of Sumatra and there is no other alternative roads.

Therefore, to resolve the problems faced will require an assessment/analysis prioritization bridge damage. The analysis can be generated by using the approach/method Risk Priority Number (RPN) which identified the extent of the severity of damage to the bridge, the possibility of such damages and the possibility of a failure mode can be detected by applying a method of detection or to implement control (current control). Besides handling strategy formulation also done damage to the bridge or the recommended actions and the action taken to address the potential risk of failure on the bridge.

Expected by using the Risk Priority Number (RPN) is obtained identifying the most dominant damage on the bridge, and then provide recommendations for improvement and implement management measures.

Key words : determination priority analysis, Muara Tembesi–Muara Bulian–Mandalo Darat road sections, Risk Priority Number (RPN)

v

Page 6: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Halaman ini sengaja dikosongkan

vi

Page 7: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i

ABSTRAK .........................................................................................................iii

ABSTRACT ..........................................................................................................v

DAFTAR ISI ........................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................1

1.2 Perumusan Masalah...................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian.........................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infrastruktur Jembatan...............................................................5

2.2 Tools Penelitian (Risk Priority Number).................................19

2.3 Cakupan Objek Penelitian.......................................................24

2.4 Penelitian Terdahulu dan Posisi Penelitian.............................24

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................27

3.2 Rancangan Penelitian..............................................................27

3.3 Tahapan Penelitian..................................................................27

Page 8: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

3.4 Sumber Data Penelitian...........................................................29

3.5 Objek Penelitian......................................................................31

3.6 Identifikasi Kegagalan Potensial.............................................32

3.7 Analisis Penelitian dengan Risk Priority Number (RPN).......33

3.8 Strategi Penanganan Kerusakan Jembatan..............................36

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

Page 9: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jembatan lengkung..............................................................................8

Gambar 2.2 Jembatan gelagar.................................................................................9

Gambar 2.3 Jembatan cable-stayed........................................................................9

Gambar 2.4 Jembatan gantung..............................................................................10

Gambar 2.5 Jembatan beton prategang.................................................................11

Gambar 2.6 Jembatan rangka................................................................................12

Gambar 2.7 Jembatan box girder..........................................................................13

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.2 Grafik assessment risk level

Gambar 3.3 Contoh grafik hubungan RPN dan risk

Page 10: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Bagian Jembatan yang Sering Mengalami Kerusakan........................14

Tabel 2.2 Kerusakan Pada Jembatan Beton (Concrete Bridge)..........................16

Tabel 2.3 Kerusakan Pada Jembatan Rangka Baja (Truss Bridge).....................18

Tabel 2.4 Nilai Severity.......................................................................................21

Tabel 2.5 Nilai Occurrence.................................................................................21

Tabel 2.6 Nilai Detection....................................................................................22

Tabel 2.7 Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)......................................23

Tabel 2.8 Action Planning for Failure Modes....................................................23

Tabel 3.1 Identifikasi Kegagalan Potensial

Tabel 3.2 Tahapan Analisis Kerusakan Jembatan Menggunakan Risk Priority

Number (RPN)

Page 12: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 13: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 ............................................................................................................41

Lampiran 2 43

Lampiran 3 45

Lampiran 4 47

xiii

Page 14: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Halaman ini sengaja dikosongkan

xiv

Page 15: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka memantapkan kestabilan sarana perhubungan lalu-lintas

angkutan darat yang sangat penting bagi pembangunan nasional sebagai

perwujudan nyata terhadap pelayanan jasa distribusi yang meliputi jasa angkutan

dan jasa perdangangan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, jaringan jalan

dan jembatan merupakan hal yang utama untuk dijaga kemampuan daya layannya.

Pemerintah memiliki wewenang untuk mengupayakan sistem jaringan jalan dan

jembatan yang mantap sesuai dengan tuntutan zaman dalam rangka mewujudkan

sasaran pembangunan nasional dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan

sejahtera. Untuk mendorong struktur ruang yang lebih berkesinambungan sesuai

dengan konsep hirarki pelayanan, maka diciptakan jaringan aksesibilitas jalan dan

jembatan yang merata di seluruh wilayah provinsi khususnya menuju sentra

produksi dari masing-masing pusat pelayanan serta antar pusat pelayanan.

Berdasarkan hal tersebut maka jaringan jalan dan jembatan yang membentuk

struktur ruang wilayah Provinsi Jambi diarahkan menjadi Lintas Timur Sumatera,

Lintas Tengah Sumatera, dan lintas penghubung feeder road (Kementerian

Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, 2009).

Menurut Arahan Struktur Ruang Provinsi Jambi tahun 2006-2020, ada

beberapa jaringan jalan arteri primer sebagai jalur utama lintas regional yang

menghubungkan ibukota provinsi ke setiap ibukota kabupaten dan ke wilayah

provinsi lain, antara lain Lintas Timur Sumatera menghubungkan Provinsi

Sumatera Selatan dan Riau yang dimulai dari Batas Sumsel-Tempino-Kota Jambi

Sengeti-Merlung-Pelabuhan Dagang-batas Riau. Jalur ini merupakan konsentrasi

pergerakan mobilitas terbesar terutama pergerakan antar provinsi di Provinsi

Jambi Bagian Timur. Lintas Tengah Sumatera yang menghubungkan Provinsi

Sumatera Selatan-Jambi-Sumatera Barat, yang dimulai dari Singkut-Sarolangun

Bangko-Bungo-Batas Sumatera Barat.

1

Page 16: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Jalur ini menghubungkan daerah Selatan Sumatera dengan wilayah Barat

Sumatera dengan konsentrasi pergerakan besar terutama untuk pergerakan antar

provinsi di bagian Barat Provinsi Jambi. Sedangkan lintas penghubung (feeder

road) menghubungkan wilayah-wilayah dalam Provinsi Jambi. Jalur ini terdiri

dari Sarolangun-Pauh-Muara Tembesi dan jalur Bungo-Tebo-Muara Tembesi-

Jambi-Muara Sabak. Konsentrasi pergerakan dalam kategori tinggi karena

menghubungkan wilayah Barat Sumatera menuju wilayah Timur Sumatera dan

pada akhirnya menuju Pelabuhan Muara Sabak sebagai outlet utama Provinsi

Jambi.

Ruas Jalan Muara Tembesi-Muara Bulian-Mandalo Darat merupakan

ruas jalan yang masuk di jaringan jalan arteri primer Lintas Tengah Sumatera.

Ruas ini memiliki lima belas jembatan yakni Jembatan Lubuk Kuari, Jembatan

Melintang, Jembatan Sentilan, Jembatan Anak Sentilan, Jembatan Badak Mati,

Jembatan Lubuk Serasah, Jembatan Payo Perupuk, Jembatan Bemban, Jembatan

Payo Lebar, Jembatan Peneradan, Jembatan Penghidupan, Jembatan Sungai

Buluh, Jembatan Sungai Deras, Jembatan Bajubang, dan Jembatan Bulian.

Idealnya kelima belas jembatan tersebut mampu mendukung lalu lintas

yang lewat diatasnya sampai umur rencana yang telah ditetapkan, namun selama

masa pengoperasiannya jembatan ini sering mengalami kerusakan antara lain lapis

permukaan yang berlubang pada Jembatan Sentilan, retak gelagar beton akibat

beban berlebih pada Jembatan Badak Mati, landasan yang cacat (sobek) pada

Jembatan Badak Mati, dan penurunan mutu cat atau galvanis hampir pada semua

jembatan, serta kerusakan lainnya.

Penanganan yang pernah dilakukan selama masa tahun anggaran 2012

terhadap kerusakan jembatan tersebut yakni perawatan secara rutin dan berkala

dimana perawatan rutin meliputi pekerjaan perbaikan jembatan yang dilakukan

untuk menanggulangi kerusakan jembatan sebelum kerusakan terjadi secara

meluas dan bersifat ringan, setempat, biaya perbaikan kerusakan relatif rendah

serta cara perbaikannya relatif mudah/ringan seperti pengecatan ulang pada pipa

sandaran semua jembatan, pembersihan utilitas bangunan atas dan bawah pada

semua jembatan, pembersihan pipa drainase kotoran yang menyumbat aliran air,

dan perbaikan expantion joint pada semua jembatan.

2

Page 17: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Sedangkan penanganan secara berkala meliputi semua pekerjaan dengan

skala kerusakan besar, biaya perbaikan relatif besar dan cara perbaikan cukup

kompleks seperti grouting semen pada gelagar jembatan yang mengalami retak

akibat beban berlebih pada Jembatan Badak Mati, dan penggantian

landasan/perletakan yang sobek pada Jembatan Badak Mati.

Deteksi kerusakan yang pernah dilakukan yakni pengukuran lebar retak

yang terjadi pada gelagar Jembatan Badak Mati dengan menggunakan crackmeter.

Sehingga bisa didapatkan data lebar dan panjang retakan untuk kemudian bisa

dilakukan langkah penanganan kerusakan.

Namun kerusakan yang muncul tidak diimbangi dengan kesiapan sumber

daya yang tersedia atau biaya perbaikan dan tenaga ahli sangat terbatas sehingga

umur rencana jembatan yang sudah ditetapkan tidak tercapai, padahal ruas jalan

ini merupakan ruas jalan utama Lintas Tengah Sumatera dan tidak ada alternatif

ruas jalan lain.

Oleh karena itu penelitian ini penting untuk dilakukan guna menganalisis

penentuan prioritas kerusakan jembatan dan strategi penanganan apa saja atau

langkah apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan kerusakan

jembatan tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kerusakan jembatan yang paling dominan

2. Strategi penanganan apa saja yang paling tepat dilakukan untuk

menyelesaikan permasalahan kerusakan jembatan

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis prioritas kerusakan jembatan yang paling dominan

2. Merumuskan strategi penanganan apa yang paling tepat dilakukan untuk

menyelesaikan permasalahan kerusakan jembatan

3

Page 18: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memperoleh Risk Priority Number (RPN) kerusakan jembatan guna

ketepatan pengalokasian sumber daya pada komponen jembatan yang

memiliki kerusakan paling dominan.

2. Pengembangan keilmuan dalam bidang manajemen aset infrastruktur.

3. Rujukan dalam penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilaksanakan pada semua jembatan yang berada pada ruas jalan

Muara Tembesi-Muara Bulian-Mandalo Darat, Provinsi Jambi.

2. Penelitian ini tidak mensyaratkan pemeriksaan dan pengujian kerusakan

jembatan di laboratorium.

4

Page 19: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infrastruktur Jembatan

Jembatan merupakan bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai

penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, selat atau

laut, jalan raya dan jalan kereta api.

Jembatan juga bisa didefinisikan sebagai suatu struktur konstruksi yang

memungkinkan rute transportasi melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan

kereta api dan lain–lain yang menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh

adanya rintangan–rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi

dan pembuang. Selain itu jembatan merupakan bangunan buatan yang berfungsi

mengalirkan lalu lintas di atasnya melewati suatu rintangan, sungai atau laut

(Direktorat Jenderal Bina Marga 2009).

Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya

hubungan komunikasi/transportasi antara sesama manusia dan antar manusia

dengan alam lingkungannya. Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan

mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari

yang sederhana sekali sampai pada konstruksi yang mutakhir.

Mengingat fungsi dari jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas jalan

yang dilalui rintangan, maka jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari

suatu jalan, baik jalan raya maupun jalan rel kereta api.

1. Tinjauan Jembatan Dari Berbagai Aspek

Bila ditinjau dari berbagai aspek maka jembatan dapat diklasifikasikan

berdasarkan perletakannya, jenis bahan bangunannya, fungsi dan sistem

strukturnya. Berdasarkan perletakannya, jembatan diklasifikasikan menjadi :

a. Jembatan diatas sungai (aquaduct)

b. Jembatan diatas saluran sungai irigasi/drainase

5

Page 20: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

c. Jembatan diatas lembah

d. Jembatan diatas jalan yang ada (viaduct)

Berdasar bahan bangunannya sendiri jembatan dapat dikelompokan

sebagi berikut :

1. Jembatan kayu

Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana yang mempunyai bentang

relatif pendek dengan beban yang diterima relatif ringan. Meskipun

pembuatannya menggunakan bahan utama kayu, struktur dalam perencanaan atau

pembuatannya harus memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu gaya

(mekanika).

2. Jembatan pasangan batu dan batu bata

Jembatan pasangan batu dan bata merupakan jembatan yang konstruksi

utamanya terbuat dari batu dan bata. Untuk membuat jembatan dengan batu dan

bata umumnya konstruksi jembatan harus dibuat melengkung. Seiring

perkembangan jaman jembatan ini sudah tidak digunakan lagi.

3. Jembatan beton bertulang dan jembatan beton prategang (prestressed

concrete bridge)

Jembatan dengan beton bertulang pada umumnya hanya digunakan untuk

bentang jembatan yang pendek. Untuk bentang yang panjang seiring dengan

perkembangan jaman ditemukan beton prategang. Dengan beton prategang

bentang jembatan yang panjang dapat dibuat dengan mudah. Pada prinsipnya pada

struktur beton bertulang, baja mengalami tegangan tarik yang cukup besar akibat

adanya gaya-gaya luar. Tegangan tarik yang ditimbulkan oleh gaya-gaya luar

tersebut ditahan oleh tulangan tarik yang ada pada struktur beton bertulang atau

ditahan oleh suatu kabel yang disebut tendon, yakni sekelompok strand yang

diberi tegangan awal guna menahan tarik yang akan terjadi (Direktorat Bina

Program Jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga 1993).

4. Jembatan baja

Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang

yang panjang dengan beban yang diterima cukup besar. Seperti halnya beton

prategang, penggunaan jembatan baja banyak digunakan dan bentuknya lebih

6

Page 21: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

bervariasi, karena dengan jembatan baja bentang yang panjang biayanya lebih

ekonomis.

5. Jembatan komposit

Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang sama

atau berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masing–masing

bahan tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan elemen struktur yang

lebih efisien.

Ditinjau dari fungsinya maka jembatan dapat dibedakan menjadi :

a. Jembatan jalan raya (highway bridge)

Jembatan yang direncanakan untuk memikul beban lalu lintas kendaraan

baik kendaraan berat maupun ringan. Jembatan jalan raya ini menghubungkan

antara jalan satu ke jalan lainnya.

b. Jembatan penyeberangan (foot bridge)

Jembatan yang digunakan untuk penyeberangan jalan. Fungsi dari

jembatan ini yaitu untuk memberikan ketertiban pada jalan yang dilewati

jembatan penyeberangan tersebut dan memberikan keamanan serta mengurangi

faktor kecelakaan bagi penyeberang jalan.

c. Jembatan kereta api (railway bridge)

Jembatan yang dirancang khusus untuk dapat dilintasi kereta api.

Perencanaan jembatan ini dari jalan rel kereta api, ruang bebas jembatan, hingga

beban yang diterima oleh jembatan disesuaikan dengan kereta api yang melewati

jembatan tersebut.

d. Jembatan darurat

Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk

kepentingan darurat dan biasanya dibuat hanya sementara. Umumnya jembatan

darurat dibuat pada saat pembuatan jembatan baru dimana jembatan lama harus

dilakukan pembongkaran, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah jembatan

baru dapat berfungsi.

7

Page 22: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Ditinjau dari sistem strukturnya maka jembatan dapat dibedakan menjadi :

a. Jembatan lengkung (arch bridge)

Pelengkung adalah bentuk struktur non linier yang mempunyai

kemampuan sangat tinggi terhadap respon momen lengkung. Yang membedakan

bentuk pelengkung dengan bentuk–bentuk lainnya adalah bahwa kedua perletakan

ujungnya berupa sendi sehingga pada perletakan tidak diijinkan adanya

pergerakan kearah horisontal. Bentuk Jembatan lengkung hanya bisa dipakai

apabila tanah pendukung kuat dan stabil. Jembatan tipe lengkung lebih efisien

digunakan untuk jembatan dengan panjang bentang 100–300 meter. Contoh

jembatan lengkung ditunjukan pada gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1 Jembatan lengkung (http://www.infovisual.info /05/029_en.html)

b. Jembatan gelagar (beam bridge)

Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu gelagar tunggal yang

terbuat dari beton, baja atau beton prategang. Jembatan jenis ini dirangkai dengan

menggunakan diafragma, dan umumnya menyatu secara kaku dengan pelat yang

merupakan lantai lalu lintas. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang

bentang 5–40 meter. Contoh jembatan gelagar ditunjukan pada gambar 2.2

dibawah ini.

8

Page 23: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Gambar 2.2 Jembatan gelagar (http://www.infovisual.info/05/030_en.html)

c. Jembatan cable-stayed

Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen pemikul

lantai lalu lintas. Pada cable-stayed kabel langsung ditumpu oleh tower.

Jembatan cable-stayed merupakan gelagar menerus dengan tower satu atau lebih

yang terpasang diatas pilar–pilar jembatan ditengah bentang. Jembatan cable-

stayed memiliki titik pusat massa yang relatif rendah posisinya sehingga jembatan

tipe ini sangat baik digunakan pada daerah dengan resiko gempa dan digunakan

untuk variasi panjang bentang 100-600 meter. Contoh jembatan cable-stayed

ditunjukan pada gambar 2.3 dibawah ini.

Gambar 2.3 Jembatan cable-stayed (http://visual.merriam-webster.com/transport-machinery/road-transport/fixed-bridges/cable-stayed-bridges.php)

9

Page 24: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

d. Jembatan gantung (suspension bridge)

Sistem struktur dasar jembatan gantung berupa kabel utama (main cable)

yang memikul kabel gantung (suspension bridge). Lantai perkerasan jembatan

biasanya tidak terhubung langsung dengan pilar, karena prinsip pemikulan gelagar

terletak pada kabel. Apabila terjadi beban angin dengan intensitas tinggi jembatan

dapat ditutup dan arus lalu lintas dihentikan. Hal ini untuk mencegah sulitnya

mengemudi kendaraan dalam goyangan yang tinggi. Pemasangan gelagar

jembatan gantung dilaksanakan setelah sistem kabel terpasang, dan kabel

sekaligus merupakan bagian dari struktur launching jembatan. Jembatan ini

umumnya digunakan untuk panjang bentang sampai 1.400 meter. Contoh

jembatan suspension bridge ditunjukan pada gambar 2.4 dibawah ini.

Gambar 2.4 Jembatan gantung (http://www.infovisual.info/05/028_en.html)

e. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)

Jembatan beton prategang merupakan suatu perkembangan mutakhir dari

bahan beton. Pada Jembatan beton prategang diberikan gaya prategang awal yang

dimaksudkan untuk mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban. Jembatan

beton prategang dapat dilaksanakan dengan dua sistem yaitu post tensioning dan

pre tensioning. Pada sistem post tensioning tendon prategang ditempatkan di

dalam duct setelah beton mengeras dan transfer gaya prategang dari tendon pada

beton dilakukan dengan penjangkaran di ujung gelagar. Pada pre tensioning beton

10

Page 25: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

dituang mengelilingi tendon prategang yang sudah ditegangkan terlebih dahulu

dan transfer gaya prategang terlaksana karena adanya ikatan antara beton dengan

tendon. Jembatan beton prategang sangat efisien karena analisa penampang

berdasarkan penampang utuh. Jembatan jenis ini digunakan untuk variasi bentang

jembatan 20-40 meter. Contoh jembatan beton prategang ditunjukan pada gambar

2.5 dibawah ini.

Gambar 2.5 Jembatan beton prategang (http://www.martinsongroup.com)

f. Jembatan rangka (truss bridge)

Jembatan rangka umumnya terbuat dari baja, dengan bentuk dasar berupa

segitiga. Elemen rangka dianggap bersendi pada kedua ujungnya sehingga setiap

batang hanya menerima gaya aksial tekan atau tarik saja. Jembatan rangka

merupakan salah satu jembatan tertua dan dapat dibuat dalam beragam variasi

bentuk, sebagai gelagar sederhana, lengkung atau kantilever. Jembatan ini

digunakan untuk variasi panjang bentang 50–100 meter. Contoh jembatan rangka

ditunjukan pada gambar 2.6 dibawah ini.

11

Page 26: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Gambar 2.6 Jembatan rangka (http://okbridges.wkinsler.com)

g. Jembatan box girder

Jembatan box girder umumnya terbuat dari baja atau beton konvensional

maupun prategang. box girder terutama digunakan sebagai gelagar jembatan, dan

dapat dikombinasikan dengan sistem jembatan gantung, cable-stayed maupun

bentuk pelengkung. Manfaat utama dari box girder adalah momen inersia yang

tinggi dalam kombinasi dengan berat sendiri yang relatif ringan karena adanya

rongga ditengah penampang. box girder dapat diproduksi dalam berbagai bentuk,

tetapi bentuk trapesium adalah yang paling banyak digunakan. Rongga di tengah

box memungkinkan pemasangan tendon prategang diluar penampang beton. Jenis

gelagar ini biasanya dipakai sebagai bagian dari gelagar segmental, yang

kemudian disatukan dengan sistem prategang post tensioning. Analisa full

prestressing suatu desain dimana pada penampang tidak diperkenankan adanya

gaya tarik, menjamin kontinuitas dari gelagar pada pertemuan segmen. Jembatan

ini digunakan untuk variasi panjang bentang 20–40 meter. Contoh jembatan box

girder ditunjukan pada gambar 2.7 dibawah ini.

12

Page 27: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Gambar 2.7 Jembatan box girder (http://www.fgg.uni-lj.si/kmk/esdep/media)

2. Komponen Jembatan

Jembatan terdiri atas beberapa komponen penting yang dikategorikan

kedalam dua bagian penting yakni konstruksi bangunan atas (superstructure) dan

konstruksi bangunan bawah (substructure).

Bangunan atas berada pada bagian atas jembatan yang berfungsi menampung

beban yang ditimbulkan oleh lintasan kendaraan untuk kemudian menyalurkannya

pada bangunan bawah. Sedangkan bangunan bawah jembatan yakni bangunan

yang pada umumnya terletak dibagian bawah dari suatu jembatan yang berfungsi

menerima beban yang diberikan dari bangunan atas untuk kemudian beban

tersebut akan diteruskan ke pondasi dan ke tanah. Tabel 2.1 dibawah ini

menjelaskan mengenai bagian dari bangunan atas dan bawah jembatan yang

sering mengalami kerusakan.

13

Page 28: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Tabel 2.1 Bagian Jembatan yang Sering Mengalami Kerusakan

3. Kerusakan Jembatan

Menurut Sistem Manajemen Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga

(1992), ada beberapa kasus kerusakan yang sering terjadi pada jembatan yakni :

a. Kondisi rangka baja

Hampir seluruh komponen rangka baja telah berkarat yang kemungkinan

besar diakibatkan oleh korosi atmosfir dengan ciri lapisan cat galvanis terkelupas

yang dapat dilihat dengan mata/visual.

Kemungkinan penyebab korosi :

- Tidak adanya perawatan atau pemeliharaan pada jembatan, misalnya

pengecatan pada rangka baja, membuat jembatan lebih cepat terkena korosi

atmosfir.

- Pembuangan sampah sembarangan di sekitar abutmen jembatan membuat

udara sekitar jembatan menjadi bersifat asam.

- Air hujan atau embun yang tidak cepat mengering, terutama pada bagian-

bagian baja yang tersembunyi (pada sambungan baja) membuat baja lebih

cepat terserang karat.

b. Kondisi permukaan perkerasan jalan

Permukaan perkerasan tidak rata dan terjadi retak kulit buaya pada

beberapa penampang serta terdapat lubang pada lantai perkerasan dan oprit

jembatan. Bila tidak segera diperbaiki, maka air yang masuk dalam timbunan akan

14

Bangunan Atas Bangunan Bawah1. Gelagar beton Abutmen2. Rangka baja Pier3. Pelat dan lantai Pondasi4. Sambungan/siar muai Oprit5. Pipa drainase, pipa cucuran Dinding Penahan Tanah

dan drainase lantai Wingwall6. Lapis permukaan7. Trotoar/kerb8. Tiang sandaran

JEMBATANNo.

Page 29: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

membuat penurunan timbunan lebih cepat, dan hal ini tentu akan membahayakan

abutmen jembatan.

c. Drainase jembatan

Jika tidak tersedia drainase pada jembatan, air turun melalui lubang yang

ada pada perkerasan maupun pada sambungan baja. Air meresap dalam

perkerasan, menyebabkan kerusakan pada perkerasan jalan jembatan. Sangat

diperlukan pengembalian kondisi drainase sesuai dengan desain/perencanaan yang

telah dibuat (Depertemen Pekerjaan Umum, 1993).

d. Kondisi lantai perkerasan jembatan (jembatan kayu)

Lantai perkerasan jembatan yang berbahan dasar kayu mulai mengalami

pelapukan akibat dari air yang meresap melalui perkerasan maupun rembesan dari

permukaan perkerasan.

e. Kondisi gelagar

Kondisi gelagar memanjang ataupun melintang mulai berkarat, dan

meluas pada hampir semua luas penampangnya. Kemungkinan penyebabnya sama

dengan rangka atas jembatan.

f. Kondisi perletakan (bearing)

Kondisi perletakan (bearing) tidak sesuai penempatannya dan korosi juga

telah menyerang komponen jembatan ini.

g. Kondisi abutmen

Kondisi Abutmen tanpa adanya perawatan dan pemeliharaan pada

jembatan. Sampah dan tumbuhan tidak dibersihkan dari sekitar abutmen.

Dibawah ini merupakan rincian jenis kerusakan jembatan pada Tabel 2.2 dan 2.3 :

15

Page 30: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Tabel 2.2 Kerusakan Pada Jembatan Beton (Concrete Bridge)

16

BANGUNAN ATAS JEMBATAN1. GELAGAR BETON Retak akibat korosi tulangan baja

Kebocoran sambungan siar muaiBeton yang gompalRetak akibat penyusutanRetak zona external momen lenturRetak yang dihasilkan oleh tegangan tarik utama di sekitar zona pendukungRetak dalam cetakan balokRetak akibat beban berlebih

2. PELAT DAN LANTAI Pergerakan yang berlebihan pada sambungan lantai arah memanjangKebocoran pada bagian bawah lantaiKorosi pada tulangan pelat lantai dan gelagar

3. SAMBUNGAN/SIAR MUAI Kerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggiKerusakan akibat terisinya sambunganBagian yang longgarBagian yang hilangRetak aspal karena pergerakan pada sambungan

4. PIPA DRAINASE, Pipa cucuran dan drainase lantai yang tersumbatPIPA CUCURAN Elemen hilang atau tidak adaDAN DRAINASE LANTAI

5. LAPISAN PERMUKAAN Permukaan yang licinPermukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapis permukaanLapisan permukaan yang bergelombangLapisan permukaan yang berlebihan

6. TROTOAR/KERB Permukaan trotoar yang licinLubang/retak/kasar pada trotoarBagian hilang

7. TIANG SANDARAN Korosi pada pipa sandaranTertabrak kendaraan (bengkok)

NO. KOMPONEN JEMBATAN JENIS KERUSAKAN

Page 31: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga 2009

17

BANGUNAN BAWAH JEMBATAN8. ABUTMEN Korosi pada baja tulangan

Kerusakan pada penahan gerusan

9. PIER Korosi pada baja tulanganBeton keropos

10. PONDASI Korosi tiang pancang pipa bajaGerusan air sungai

11. OPRIT Penurunan/settlementPumping

12. DINDING PENAHAN TANAH Pasangan batu hancurDinding mengalami retakan

13. WINGWALL Pasangan batu hancurDinding mengalami retakan

NO. KOMPONEN JEMBATAN JENIS KERUSAKAN

Page 32: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Tabel 2.3 Kerusakan Pada Jembatan Rangka Baja (Truss Bridge)

Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga 2009

18

BANGUNAN ATAS JEMBATAN1. RANGKA BAJA Penurunan mutu cat atau galvanis

Korosi pada elemen bajaPerubahan bentuk komponenPecah atau hilangnya bahanElemen yang tidak benarKabel jembatan yang ausDeformasi akibat tabrakan lalu lintasDeformasi akibat kebakaranDeformasi permanen dan keruntuhan akibatbeban berlebihKerusakan fatik pada sambungan jembatan(baik las maupun baut)Retak dan rongga pada sambungan lasSambungan yang longgar

2. PELAT DAN LANTAI Pergerakan yang berlebihan pada sambungan lantai arah memanjangKebocoran pada bagian bawah lantaiKorosi pada tulangan pelat lantai dan gelagarLendutan yang berlebihan

3. SAMBUNGAN/SIAR MUAI Kerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggiKerusakan akibat terisinya sambunganBagian yang longgarBagian yang hilangRetak aspal karena pergerakan pada sambungan

4. PIPA DRAINASE, Pipa cucuran dan drainase lantai yang tersumbatPIPA CUCURAN Elemen hilang atau tidak adaDAN DRAINASE LANTAI

5. LAPISAN PERMUKAAN Permukaan yang licinPermukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapis permukaanLapisan permukaan yang bergelombangLapisan permukaan yang berlebihan

6. TROTOAR/KERB Permukaan trotoar yang licinLubang/retak/kasar pada trotoarBagian hilang

7. TIANG SANDARAN Korosi pada pipa sandaranTertabrak kendaraan (bengkok)

NO. KOMPONEN JEMBATAN JENIS KERUSAKAN

Page 33: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga 2009

2.2 Tools Penelitian (Risk Priority Number)

Risk Priority Number (RPN) adalah sebuah teknik yang digunakan untuk

menganalisis resiko dengan menghubungkan potensial masalah yang

diidentifikasi dalam Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dalam analisis

RPN hasil akhir yang didapat adalah skala severity, occurrence dan detection

untuk kemudian dilakukan prioritas penanganan dalam sebuah sistem yang

memiliki angka RPN paling tinggi. Hal ini tidak berarti bahwa nilai RPN rendah

tidak memerlukan fokus penanganan, nilai RPN rendah akan mendapat fokus

penanganan tinggi ketika nilai severity yang dimiliki tinggi (Stamatis, 2003).

Metode RPN ini selanjutnya akan digunakan oleh analis untuk dapat

menggunakan pengalaman yang dimilikinya untuk memberikan keputusan dalam

menentukan tingkat potensi masalah sesuai dengan tiga rating skala RPN. Tiga

rating skala ini menurut potential failure mode and effects analysis (FMEA),

reference manual fourth edition, yakni :

19

BANGUNAN BAWAH JEMBATAN8. ABUTMEN Korosi pada baja tulangan

Kerusakan pada penahan gerusan

9. PIER Korosi pada baja tulanganBeton keropos

10. PONDASI Korosi tiang pancang pipa bajaGerusan air sungai

11. OPRIT Penurunan/settlementPumping

12. DINDING PENAHAN TANAH Pasangan batu hancurDinding mengalami retakan

13. WINGWALL Pasangan batu hancurDinding mengalami retakan

NO. KOMPONEN JEMBATAN JENIS KERUSAKAN

Page 34: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

1. Severity merupakan tingkat keparahan dari efek potensial bentuk dari

kegagalan (potential failure mode) yang dialami atau penilaian tingkat

dampak kegagalan pada pengguna jembatan.

2. Occurrence merupakan tingkat yang menyatakan kemungkinan suatu

kegagalan akan terjadi. Occurrence ini bisa juga didefinisikan seberapa sering

penyebab kegagalan dapat terjadi.

3. Detection merupakan tingkat yang menyatakan kemungkinan sebuah failure

mode dapat dideteksi dengan mengaplikasikan suatu metode deteksi atau

dengan melakukan tindakan pengendalian (current control), atau sebuah

penilaian tentang seberapa baik pengendalian produk/proses mendeteksi

penyebab kegagalan atau mode kegagalan.

Penentuan rating skala dilakukan oleh sebuah tim dengan menggunakan metode

brainstorming, diagram alir, atau diagram pareto (Sematech, 1992).

Setelah rating ditentukan selanjutnya tiap pokok persoalan dikalkulasi dengan

mengalikan Severity x Occurrence x Detection

RPN = Severity x Occurrence x Detection

Nilai RPN yang muncul menunjukan tingkat kepentingan terhadap perhatian yang

diberikan untuk area/komponen yang terdapat dalam sistem. Tabel 2.4, Tabel 2.5

dan Tabel 2.6 dibawah ini menunjukan nilai severity, occurrence dan detection.

20

Page 35: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Tabel 2.4 Nilai Severity

Sumber : Total Quality Management, 3rd edition. Dale H. Besterfield

Tabel 2.5 Nilai Occurrence

Sumber : Total Quality Management, 3rd edition. Dale H. Besterfield

21

Kriteria SkalaJauh terjadiTidak mungkin penyebab ini mengakibatkan kegagalanKemungkinan kecil terjadiKegagalan akan jarang terjadi

Kegagalan akan mungkin terjadi 3

Kegagalan sangat mungkin terjadi 4

Mendekati kepastian terjadiHampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan terjadi

Occurrence (O)

5

2

1

Kriteria Skala

Negligible severity , tidak ada dampak apa-apa 1

Mild severityAkibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringanPengguna akhir tidak merasakan perubahan kinerja

Moderate severityPengguna akhir akan merasakan akibat penurunankinerja namun masih berada dalam batas toleransi

High severityPengguna akhir akan merasakan akibat buruk yang tidakdapat diterima, berada di luar batas toleransi

Potential safety problemAkibat yang ditimbulkan adalah sangat berbahayadan bertentangan dengan hukumTidak bisa mencapai sasaran utama

Memberikan beberapa dampak

2

Cukup memberikan dampak

3

SeverityDampak

Berdampak besar 4

Tidak ada dampak

Tidak dapat diterima

5

Page 36: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Tabel 2.6 Nilai Detection

Sumber : Total Quality Management, 3rd edition. Dale H. Besterfield

Tabel 2.7 dan Tabel 2.8 dibawah ini menunjukan Failure Modes and Effect

Analysis (FMEA) dan Action Planning for Failure Modes

22

Skala

terjadi lagi

Detection (D)Kriteria

Metode pencegahan atau deteksi sangat efektif

Tidak ada kesempatan bahwa penyebab akan muncul lagi

1

Jelas bagi indera manusia

Inspeksi hati-hati menggunakan indera manusia

Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat rendah

Memerlukan bantuan dan/atau pembongkaran sederhana

2

Kemungkinan penyebab bersifat moderat

Metode deteksi masih memungkinkan kadang-kadang penyebab itu3

Diperlukan inspeksi dan/atau pembongkaran yang kompleks

Kemungkinan penyebab itu masih tinggi

Metode pencegahan kurang efektif, penyebab masih berulang lagi

Tidak dapat dideteksi

4

Kemungkinan penyebab itu terjadi sangat tinggi

Metode deteksi tidak efektif5

Penyebab akan selalu terjadi

Page 37: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Tabel 2.7 Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)

Sumber : Total Quality Management, 3rd edition. Dale H. Besterfield

Setelah menentukan nilai RPN maka dilanjutkan dengan implementasi dari

recomended action, dilanjutkan dengan membuat strategi penanganan kerusakan

jembatan. Tabel 2.8 dibawah ini menunjukan action planning untuk failure mode.

Tabel 2.8 Action Planning for Failure Modes

Sumber : Total Quality Management, 3rd edition. Dale H. Besterfield

23

DesignAction/Potential

SolutionsFailure ModeRank Actionable Cause Design Validation

Frequency Degree Chanceof of of

Occurrence Severity Detection(1-5) (1-5) (1-5) 5x6x7

1 2 3 4 5 6 7 8 9

RankJenis CacatMode of Failure

Cause of Failure

Effect of Failure

Risk Priority

Page 38: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

2.3 Cakupan Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah seluruh jembatan yang ada pada ruas jalan

Muara Tembesi–Muara Bulian–Mandalo Darat, di Provinsi Jambi yakni :

1. Jembatan Lubuk Kuari

2. Jembatan Melintang

3. Jembatan Sentilan

4. Jembatan Anak Sentilan

5. Jembatan Badak Mati

6. Jembatan Lubuk Serasah

7. Jembatan Payo Perupuk

8. Jembatan Bemban

9. Jembatan Payo Lebar

10. Jembatan Peneradan

11. Jembatan Penghidupan

12. Jembatan Sungai Buluh

13. Jembatan Sungai Deras

14. Jembatan Bajubang

15. Jembatan Bulian

2.4 Penelitian Terdahulu dan Posisi Penelitian

1. Penelitian terdahulu antara lain :

Ompusunggu (2009), Penentuan Skala Prioritas Pemeliharaan Jembatan

di Jalan Pantura Jawa Timur. Studi kasus penelitian ini yakni tiga jembatan di

Jawa Timur yaitu Jembatan Sabrang, Jembatan Klompret, dan Jembatan

Sangrahan. Dalam penentuan prioritas pemeliharaan jembatan, dilakukan dengan

menggunakan tools AHP (Analytic Hierarchy Process) dan dilanjutkan dengan

analisis sensitifitas untuk mengetahui kemapanan kriteria yang digunakan dalam

penelitian guna menentukan alternatif jembatan dalam program pemeliharaan.

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini yakni urutan prioritas

pemeliharaan jembatan dimana Jembatan Sabrang merupakan urutan pertama

dengan persentase 54,7%, Jembatan Klompret urutan kedua dengan persentase

26,3% dan Jembatan Sangrahan di urutan ketiga dengan persentase 19%.

24

Page 39: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

2. Posisi Penelitian

Posisi penelitian dengan penelitian terdahulu yakni adanya analisis

penentuan prioritas kerusakan jembatan menggunakan tools Risk Priority Number

(RPN) yang tidak dilakukan di penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini yang

dicari merupakan tingkat kerusakan jembatan yang paling dominan yang

ditampilkan dalam grafik risk level serta hubungan RPN dan risk. Dimana resiko

kerusakan jembatan yang mempunyai nilai RPN paling dominan merupakan

jembatan yang memerlukan penanganan dan konsentrasi alokasi sumber daya

terlebih dahulu. Dalam penelitian ini tingkat kerusakan jembatan yang paling

dominan yang dicari, sementara pemeliharaan dan penanganan jembatan

merupakan impact yang harus dilakukan setelah dihasilkan tingkat kerusakan

jembatan paling dominan.

Penelitian ini juga merumuskan tindakan penanganan/perbaikan kerusakan

jembatan, sedangkan penelitian terdahulu hanya menentukan skala prioritas

pemeliharaan jembatan saja.

25

Page 40: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Halaman ini sengaja dikosongkan

26

Page 41: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kelima belas jembatan yang menjadi objek penelitian berada pada ruas

Jalan Muara Tembesi (Km 79+426 Jambi)–Muara Bulian (Km 63+601 Jambi)–

Mandalo Darat (Km 13+443 Jambi) di Provinsi Jambi. Berdasarkan data

Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pelaksana

Kegiatan 05 Pelaksanaan Jalan Muara Tembesi–Muara Bulian–Mandalo Darat

2012 panjang ruas jalan ini mencapai 65,983 Km. Lokasi penelitian disini

difokuskan khusus pada seluruh jembatan yang berada di ruas jalan tersebut.

Waktu penelitian kurang lebih enam bulan yang akan dilaksanakan pada bulan

Januari 2013 sampai Juni 2013.

3.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini secara garis besar terdiri dari studi Norma,

Standar, Peraturan dan Manual (NSPM), pengumpulan data (data primer dan data

sekunder), identifikasi kegagalan potensial (bangunan atas jembatan dan

bangunan bawah jembatan), plot grafik risk level, menghitung Risk Priority

Number (RPN), plot grafik RPN dengan risk, merumuskan strategi penanganan

kerusakan jembatan, dan kesimpulan.

3.3 Tahapan Penelitian

Tujuan akhir yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah hasil analisis

penentuan prioritas kerusakan jembatan serta langkah penanganan kerusakan pada

semua jembatan yang ada di ruas jalan Muara Tembesi–Muara Bulian–Mandalo

Darat. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut, maka ada beberapa

tahapan yang harus dilakukan yakni :

Gambar 3.1 di bawah ini menjelaskan mengenai tahapan penelitian/diagram alir

penelitian

27

Page 42: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

28

MULAI

LATAR BELAKANG

PERUMUSAN MASALAH

TUJUAN PENELITIAN

STUDI NORMA, STANDAR, PERATURAN DAN MANUAL (NSPM)

PENGUMPULAN DATA

DATA SEKUNDERDATA PRIMER

A

IDENTIFIKASI KEGAGALAN POTENSIAL

BANGUNAN BAWAH(SUBSTRUCTURE)

BANGUNAN ATAS JEMBATAN (SUPERSTRUCTURE)

Page 43: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

3.4 Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yakni data primer dan

data sekunder.

Data primer didapatkan secara langsung dari sumber datanya, teknik yang

digunakan :

1. Survei lapangan

Survei terhadap semua kerusakan yang terjadi pada kelima belas

jembatan yang ada pada ruas Jalan Muara Tembesi-Muara Bulian-Mandalo Darat

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan

pengelolaan maupun pelaksanaan jembatan yang ada di ruas tersebut, yakni :

29

A

MENGHITUNG RISK PRIORITY NUMBER (RPN)

SELESAI

MERUMUSKAN STRATEGI PENANGANANKERUSAKAN JEMBATAN

Berdasar pada :a. Literatur b. Focus Group Discussion (FGD)c. Analisis perhitungan RPN

KESIMPULAN

PLOT GRAFIK RISK LEVEL

PLOT GRAFIK RPN - risk

Page 44: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

a. Pejabat Pembuat Komitmen 05 Pelaksanaan Jalan Muara Tembesi-Muara

Bulian-Mandalo Darat Provinsi Jambi

b. Asisten Teknik Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Jambi

c. Kontraktor Pelaksana (Project Manager dan Senior Engineer Manager)

d. Konsultan Pengawas (Chief Inspector dan Senior Engineer)

Data primer juga dibantu dengan penyebaran kuisioner kepada pihak

pengelola jembatan diatas. Kuisioner dibagi dalam dua tahap yaitu :

1. Kuisioner tahap 1 : Kuisioner identifikasi kegagalan potensial pada jembatan

Maksud dari kuisioner pada tahap satu ini bertujuan untuk mengidentifikasi

potensi kegagalan apa saja yang terjadi akibat dari berbagai jenis kerusakan

jembatan yang ada atau mode kegagalan yang ada (failure mode).

Contoh kuisioner :

Arti dari jawaban tersebut bahwa :

untuk item retak akibat korosi tulangan baja pada gelagar beton, akan

berpotensi menghasilkan suatu kegagalan struktur jembatan seperti hancurnya

gelagar beton atau lendutan pada gelagar yang sangat berbahaya bagi lalu lintas

yang melewati jembatan tersebut.

2. Kuisioner tahap 2 : assessment (penilaian) akhir pada jembatan

Maksud dari kuisioner pada tahap dua ini bertujuan untuk melakukan penilaian

rating skala severity, occurrence, dan detection pada jembatan.

Contoh kuisioner :

Arti dari jawaban tersebut bahwa :

Severity : Retakan yang terjadi pada gelagar beton jembatan akan

berdampak besar, pengguna jalan yang melalui jembatan akan

merasakan dampak buruk dari retakan tersebut.

30

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 51. Retak pada gelagar beton √ √ √

Skala SeverityKriteria Kerusakan Jembatan

Skala Occurrence Skala DetectionNo.

Berpengaruh Tidak Berpengaruh1. GELAGAR BETON

Retak akibat korosi tulangan baja √

No. Identifikasi Kegagalan Potensial JembatanTingkat Pengaruh dalam Sistem

Page 45: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Occurrence : Retak pada gelagar beton sangat mungkin menyebabkan

kegagalan pada sistem struktur jembatan.

Detection : Metode yang diterapkan untuk mendeteksi retakan pada

gelagar beton masih memungkinkan kadang-kadang retak

tersebut terjadi lagi.

Hasil penilaian tersebut nantinya akan dihitung menjadi nilai Risk Priority

Number (RPN) dimana untuk contoh diatas RPN nya yakni :

RPN = severity x occurrence x detection

= 4 x 4 x 3

= 48

Sedangkan data sekunder didapatkan dari instansi-instansi terkait seperti :

1. SNVT Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Jambi

2. Pelaksana Kegiatan 05 Pelaksanaan Jalan Muara Tembesi–Muara Bulian-

Mandalo Darat

3. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi

3.5 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah seluruh jembatan yang ada pada ruas jalan

Muara Tembesi–Muara Bulian–Mandalo Darat, di Provinsi Jambi yakni :

1. Jembatan Lubuk Kuari

2. Jembatan Melintang

3. Jembatan Sentilan

4. Jembatan Anak Sentilan

5. Jembatan Badak Mati

6. Jembatan Lubuk Serasah

7. Jembatan Payo Perupuk

8. Jembatan Bemban

9. Jembatan Payo Lebar

10. Jembatan Peneradan

11. Jembatan Penghidupan

12. Jembatan Sungai Buluh

13. Jembatan Sungai Deras

31

Page 46: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

14. Jembatan Bajubang

15. Jembatan Bulian

3.6 Identifikasi Kegagalan Potensial

Bentuk Kegagalan Potensial ( Potencial Failure Mode ) Merupakan suatu

kejadian dimana proses dapat dikatakan secara potensial gagal untuk memenuhi

kebutuhan proses atau tujuan akhir dari suatu jembatan. Dalam penelitian ini

identifikasi kegagalan potensial dilakukan dengan cara :

a. Studi literatur

b. Wawancara dengan expert person yang terkait dengan pengelolaan jembatan,

sehingga akan diperoleh expert judgement mengenai kerusakan jembatan

c. Studi dokumen kerusakan jembatan hasil dari survei kerusakan jembatan ke

lapangan langsung.

Berikut ini merupakan tahapan survei kerusakan jembatan yang dilakukan yani :

1. Mengklasifikasikan jembatan berdasarkan komponen-komponen bangunan

atas jembatan (superstructure) dan komponen-komponen bangunan bawah

jembatan (substructure).

2. Tinjauan lapangan dan melakukan pendataan kerusakan pada seluruh struktur

jembatan.

3. Mengklasifikasikan jenis kerusakan berdasarkan pada kerusakan bangunan

atas jembatan (superstructure) dan kerusakan bangunan bawah jembatan

(substructure).

4. Menganalisis tipe kerusakan yang diperoleh dari survei lapangan.

5. Menganalisis akibat yang timbul dari kerusakan tersebut.

6. Menganalisis dampak yang dihasilkan dari kerusakan yang ada.

Tabel 3.1 dibawah ini menjelaskan lebih rinci tahapan jenis kegiatan, input,

proses dan output dari identifikasi kegagalan potensial pada jembatan.

32

Page 47: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Tabel 3.1 Identifikasi Kegagalan Potensial

3.7 Analisis Penelitian dengan Risk Priority Number (RPN)

Secara umum penentuan nilai RPN yakni severity, occurrence, dan

detection dilakukan oleh satu tim ahli yang dianggap berkompeten dibidang

jembatan. Metode yang dilakukan yakni brainstorming tentang tiga rating skala

RPN tersebut. Setiap orang dalam tim harus memahami seluruh komponen dan

cara kerja dari jembatan, kemudian menganalisis setiap mode kegagalan yang

mungkin menyebabkan kerusakan yang fatal pada jembatan (McDermott,

Mikulak, Beauregard 2009).

Tim tersebut terdiri atas beberapa orang pengelola yakni :

a. Pejabat Pembuat Komitmen 05 Pelaksanaan Jalan Muara Tembesi-Muara

Bulian-Mandalo Darat Provinsi Jambi

b. Asisten Teknik Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Jambi

c. Kontraktor Pelaksana (Project Manager dan Senior Engineer Manager)

d. Konsultan Pengawas (Chief Inspector dan Senior Engineer)

33

No. JENIS KEGIATAN INPUT PROSES OUTPUT1. Tahap persiapan survei Studi literatur jembatan Mengklasifikasikan bangunan Hasil klasifikasi bangunan

dan NSPM atas jembatan dan bangunan atas jembatan dan bawah jembatan bangunan bawah

jembatan2. Pelaksanaan survei lapangan - Pelaksanaan survei lapangan Data survei kerusakan jembatan

3. Klasifikasi kerusakan Data survei lapangan Melakukan klasifikasi/pemisahan Data klasifikasi kerusakanbangunan atas dan bawah kerusakan jembatan kerusakan pada bangunan pada bangunan atas danjembatan atas dan bangunan bawah bangunan bawah jembatan

jembatan

4. Analisis tipe kerusakan Data kerusakan Mengkaji kerusakan yang Data tipe kerusakan jembatanbangunan atas dan ada dan mengkategorikan tipebangunan bawah jembatan kerusakan tersebut sesuai

dengan literatur yang ada (BridgeManagement System )

5. Analisis akibat kerusakan Data tipe kerusakan Menganalisis akibat yang Data akibat kerusakan yangjembatan akan terjadi dari tipe kerusakan akan terjadi pada jembatan

jembatan

6. Analisis dampak dari Data akibat kerusakan Menganalisis dampak yang Data dampak kerusakan akibatkerusakan jembatan ditimbulkan dari kerusakan tipe kerusakan jembatan yang

jembatan ada

Page 48: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Penentuan tiga rating skala tersebut dilakukan dengan menggunakan kuisioner

jembatan yang ditinjau dari segi severity, occurrence, dan detection.

Proses pelaksanaan secara detail dari proses penentuan nilai RPN bisa

dijelaskan seperti berikut :

1. Identifikasi kerusakan jembatan, dampak dan frekuensi kerusakan jembatan

dengan cara :

a. Mengelompokan kerusakan jembatan berdasarkan kerusakan pada

bangunan atas jembatan (superstructure) dan bangunan bawah jembatan

(substructure) berdasarkan data survei lapangan dan data sekunder yang

didapat dari SNVT Perencanaan dan Pengawasan Provinsi Jambi.

b. Menghitung frekuensi kerusakan jembatan berdasarkan data kerusakan

jembatan, serta dampak akibat kejadian kerusakan jembatan tersebut.

2. Menentukan nilai severity (tingkat keparahan yang akan dialami/dirasakan

akibat terjadinya kerusakan jembatan)

3. Menentukan nilai occurrence (perkiraan penyebab kerusakan jembatan yang

akan menghasilkan kegagalan dan menyebabkan akibat tertentu)

4. Menentukan nilai detection (kemungkinan sebuah failure mode dapat

dideteksi dengan mengaplikasikan suatu metode deteksi atau dengan

melakukan tindakan pengendalian)

5. Menggambarkan grafik risk level

6. Menentukan nilai RPN (Risk Priority Number) dimana :

RPN = Severity x Occurance x Detection

7. Menggambarkan grafik hubungan RPN dan risk

8. Menentukan tindakan penanganan/perbaikan untuk semua komponen

jembatan yang memiliki nilai RPN tinggi.

9. Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian guna perkembangan penelitian selanjutnya.

Tabel 3.2 dibawah ini menjelaskan lebih rinci mengenai tahapan analisis

penentuan prioritas kerusakan jembatan menggunakan Risk Priority Number

(RPN).

34

Page 49: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Tabel 3.2 Tahapan Analisis Kerusakan Jembatan Menggunakan Risk Priority Number (RPN)

35

No. JENIS KEGIATAN INPUT PROSES OUTPUT1. Penentuan nilai severity Data kerusakan bangunan Menganalisis tingkat keparahan yang akan dialami Nilai severity dalam bentuk skala,

(tingkat keparahan yang akan dialami atas dan bangunan bawah akibat kerusakan jembatan yang terjadi 1 - 5 (lihat Tabel 2.3)/dirasakan akibat terjadinya kerusakan jembatan dan mengonversi tingkat keparahan tersebut jembatan) kedalam bentuk digit angka/skala keparahan

kerusakan jembatan skala 1 - 5 (lihat Tabel 2.3)2. Penentuan nilai occurrence Data penyebab kerusakan pada Menganalisis penyebab kerusakan jembatan Nilai occurrence dalam bentuk skala,

(perkiraan penyebab kerusakan jembatan baik pada bangunan atas serta mencari hubungan antara penyebab dengan 1 - 5 (lihat Tabel 2.4)jembatan yang akan menghasilkan maupun pada bangunan bawah kemungkinan kegagalan dan akibat yang akan kegagalan dan menyebabkan akibat dihasilkan serta mengonversi kedalam bentuk digittertentu) angka/skala occurrence skala 1 -5 (lihat Tabel 2.4)

3. Penentuan nilai detection Pendekatan data tahun sebelumnya Menganalisis kemungkinan sebuah kerusakan Nilai detection dalam bentuk skala,(kemungkinan failure mode dapat untuk kerusakan yang terdeteksi pada jembatan bisa terdeteksi atau tidak dengan 1 - 5 (lihat Tabel 2.5)dideteksi) dan tidak terdeteksi mengaplikasikan suatu metode tertentu pada jembatan

dan mengonversi deteksi kerusakan tersebutkedalam bentuk skala 1 - 5 (lihat Tabel 2.5)

4. Plot grafik risk level Nilai severity dan occurrence Plot dalam grafik cartesius, yakni severity pada Klasifikasi mode kegagalan apa saja yangsumbu x dan occurrence pada sumbu y mempunyai severity dan occurrence

sangat tinggi yang ditunjukan pada grafikdaerah risk level sangat tinggi

5. Penentuan nilai Risk Priority Number Nilai severity , occurrence dan RPN = severity x occurrence x detection Nilai RPN (Risk Priority Number )(RPN) detection yang didapat dari yang menunjukan tingkat kepentingan

klasifikasi grafik risk level terhadap perhatian yang diberikan(hanya risk level yang sangat tinggi) pada kerusakan jembatan

6. Plot grafik hubungan RPN dan risk Nilai RPN dan risk Plot dalam grafik cartesius, yakni risk pada Grafik hubungan RPN dan risk yangsumbu x dan RPN pada sumbu y menunjukan rangking RPN dari

nilai tertinggi sampai terendah7. Perumusan tindakan penanganan Grafik hubungan RPN dan risk Merumuskan strategi penanganan kerusakan Strategi penanganan kerusakan

kerusakan jembatan jembatan dengan melihat grafik RPN-risk jembatan/solusi kerusakan jembatandimana risiko yang mempunyai angka RPN paling yang adatinggi merupakan jembatan yang harus mendapatkan penanganan terlebih dahulu

Page 50: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

3.8 Strategi Penanganan Kerusakan Jembatan

Perumusan strategi penanganan kerusakan jembatan dalam penelitian ini

dilakukan juga dengan tiga cara, yaitu :

1. Studi literatur

Perumusan strategi penanganan kerusakan jembatan mengacu pada beberapa

literatur dari Kementerian Pekerjaan Umum seperti Panduan Penanganan

Preservasi Jembatan dimana secara garis besar strategi penanganan

diklasifikasikan kedalam tiga kategori penanganan yakni penanganan rutin,

berkala dan rehabilitasi serta perbaikan dasar.

2. Focus Group Discussion (FGD)

FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang

dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah

tertentu, dalam penelitian ini yakni masalah penanganan kerusakan jembatan.

Perumusan strategi dilakukan dengan diskusi grup terarah dengan pihak-pihak

pengelola jembatan seperti Pelaksana Kegiatan 05 Pelaksanaan Jalan Muara

Tembesi-Muara Bulian-Mandalo Darat Provinsi Jambi, Asisten Teknik

Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Jambi, Kontraktor

Pelaksana Pekerjaan, dan Konsultan Pengawas.

3. Analisis dari hasil perhitungan RPN

Cara untuk mendapatkan strategi penanganan kerusakan jembatan, salah

satunya didapat dengan analisis perhitungan nilai RPN dan tinjauan grafik

hubungan RPN dan risk dimana tahapannya yakni :

a. Tahap awal, melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap level risiko dari

jembatan yang menjadi objek penelitian. Dalam grafik penilaian risk level

ditunjukan hubungan antara severity di sumbu x-aksis dan occurrence di

sumbu y-ordinat. Tujuan dari penilaian level risiko ini untuk menentukan

item mana saja dari mode kegagalan yang mempunyai severity dan

occurrence sangat tinggi yang akan ditunjukan dalam grafik assessment

risk level dimana akan terlihat daerah dengan level risiko rendah, sedang,

tinggi dan sangat tinggi. Mode kegagalan yang mempunyai severity dan

occurrence sangat tinggi dan secara otomatis terletak pada daerah level

risiko sangat tinggi pula yang akan menjadi prioritas utama untuk diproses

36

Page 51: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

kedalam perhitungan Risk Priority Number (RPN). Daerah dengan level

risiko rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi bisa dilihat pada gambar 3.2

dibawah ini.

Gambar 3.2 Grafik assessmet risk level (http://www.nap.edu/openbook.php)

b. Lakukan perhitungan RPN dengan kriteria item yang dihitung adalah item

severity dan occurrence yang masuk dalam kategori risiko sangat tinggi.

Sehingga dari proses ini sudah tereleminasi sejumlah mode kegagalan yang

tidak masuk pada daerah level risiko sangat tinggi. Atau mode kegagalan

yang mempunyai nilai severity dan occurrence masuk pada daerah rendah,

sedang, dan tinggi tidak menjadi prioritas utama dan hanya yang masuk pada

daerah level risiko sangat tinggi yang akan mendapatkan prioritas penanganan

terlebih dahulu mengingat keterbatasan sumber daya.

c. Plot kedalam grafik hubungan Risk Priority Number (RPN) dan risk dimana

hanya mode kegagalan pada jembatan yang masuk kategori level risiko

sangat tinggi saja yang akan diplot kedalam grafik.

Item-item terpilih inilah yang nantinya akan dicarikan strategi penanganan

kerusakan jembatan. Strategi disini tidak terlepas dari kajian studi literatur

(penanganan rutin, berkala, rehabilitasi sertaperbaikan dasar) dan Focus Group

Discussion (FGD) dengan expert person.

37

Page 52: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Pada Tabel 3.3 di bawah ini ditunjukan contoh grafik hubungan antara RPN dan

Risk :

Gambar 3.3 Contoh grafik hubungan RPN dan risk (Cliff Welborn, 2007)

Dari contoh grafik hubungan antara RPN dan risk diatas bisa dijelaskan bahwa

untuk mendapatkan RPN yakni harus melalui tahapan :

1. Mencari item-item risiko yang masuk dalam kategori risiko sangat tinggi

dengan menggunakan grafik risk level.

2. Lakukan perhitungan nilai RPN pada semua item terpilih, yakni item risiko

yang masuk dalam kategori risiko sangat tinggi. Perhitungan RPN didapat

dengan mengalikan severity x occurrence x detection.

3. Setelah didapat nilai RPN masing-masing item terpilih dari risiko yang masuk

dalam kategori risiko sangat tinggi maka dilanjutkan dengan penggambaran

grafik hubungan RPN dan risk dimana risk disumbu x-aksis dan RPN di

sumbu y-ordinat.

4. Dari penggambaran tersebut terlihat item risiko mana saja yang menempati

prioritas utama untuk dilakukan penanganan.

38

Page 53: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

DAFTAR PUSTAKA

Besterfield, D H (2008), “Total Quality Management 3rd edition”, Pearson

Education

Cable-stayed bridges. (2013), “Cable-stayed Bridges” http://visual.merriam-

webster.com/transport-machinery/road-transport/fixed-bridges/cable-stayed-

bridges/(12, 01, 2013)

Direktorat Jenderal Bina Marga, (2009), Pemeriksaan Jembatan Rangka Baja,

Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga, (2009), Rehabilitasi Jembatan, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga, (1993), Inspeksi dan Pemeliharaan Drainase

Jalan, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga, (1993), Standar Bangunan Atas Jembatan

Gelagar Beton Pratekan Tipe T-Kelas A, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga, (1992), Pemeliharaan Rutin Bangunan Atas

Jembatan, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga, (1992), Sistem Manajemen Jembatan, Jakarta.

http://www.martinsongroup.com/(12,01,2013)

http://okbridges.wkinsler.com/(12,01,2013)

http://www.fgg.uni-lj.si/kmk/esdep/media/(12,01,2013)

http://www.jambiprov.go.id/pages/jaip/laporan_antara_mp_jaip/(14,01,2013)

http://www.nap.edu/openbook.php/(20,02,2013)

International Sematech (1992), “Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) : A

Guide for Continous Improvement for the Semiconductor Equipment

Industry”, International Sematech

Membrane structures. (2013), “Suspension Bridges”

http://www.infovisual.info/suspension bridge/(12, 01, 2013)

McDermott, Robin E., dkk (2009), “The Basics of FMEA”, CRC Press Taylor and

Francis Group

Ompusunggu, (2009), “Penentuan Skala Prioritas Pemeliharaan Jembatan di Jalan Pantura Jawa Timur”Manajemen Proyek Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

39

Page 54: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Stamatis, D.H., (2003), “Failure Mode and Effect Analysis : FMEA from Theory

to Execution”, ASQ Quality Press

Welborn, Cliff, (2007), “Using FMEA to Assess Outsourcing Risk”, Quality Press

40

Page 55: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Lampiran 1

41

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan Proposal

1. Penyusunan Proposal

2. Konsultasi Dosen

3. Seminar Proposal

4. Perbaikan Proposal

5. Persetujuan Proposal

Persiapan Penelitian

1. Pengurusan Administrasi dan Perijinan

Pelaksanaan Penelitian

1. Identifikasi Kondisi Eksisting/Survei Lapangan

2. Pengumpulan Data Primer

3. Pengumpulan Data Sekunder

4. Analisis Data

5. Penyusunan Laporan

6. Konsultasi Dosen Pembimbing

7. Persetujan Laporan

Seminar/Sidang Tesis

1. Seminar/Sidang Tesis

2. Perbaikan Tesis

3. Persetujuan Tesis

4. Penjilidan Tesis

BULAN DAN MINGGU TAHUN 2013

RENCANA DAN JADWAL PENELITIAN

I

II

III

IV

JuniNo. URAIAN KEGIATAN Januari Februari Maret April Mei

Page 56: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Halaman ini sengaja dikosongkan

42

Page 57: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Lampiran 2

43

PETA LOKASI KEGIATAN 05PELAKSANAAN JALAN MA. TEMBESI - MA. BULIAN - MANDALO DARAT

SNVT PELAKS. JALAN NASIONALWILAYAH I PROVINSI JAMBI

Ma. TembesiKM 79 + 426 JMB

Mandalo DaratKM 13 + 443 JMB

Ma. BulianKM 63 + 601 JMB

Lokasi Kegiatan

PK 05

Page 58: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Halaman ini sengaja dikosongkan

44

Page 59: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Lampiran 3

45

4. Jbt. Anak Sentilan KM 26+500 P = 6,00 M

5. Jbt. Badak Mati KM 28+300 P = 21,50 M

6. Jbt. Lubuk Serasah KM 35+500 P = 24,70 M

7. Jbt. Payo Perupuak KM 37+020 P = 5,00 M 1. Jbt. Lubuk Kuari KM 23+280 P = 60,00 M

8. Jbt. Bemban KM 38+090 P = 5,00 M 2. Jbt. Melintang KM 24+200 P = 13,00 M

9. Jbt. Payo Lebar KM 40 +410 P = 11,00 M 3. Jbt. Sentilan KM 26+200 P = 19,00 M

10. Jbt. Peneradan KM 44+700 P = 42,00 M

11. Jbt. Penghidupan KM 48+300 P = 35,00 M

12. Jbt. Sungai Buluh KM 53+090 P = 12,70 M

15. Jbt. Bulian B KM 64+400 P = 60,00 M 13. Jbt. Sungai Deras KM 55+000 P = 8,50 M

14. Jbt. Bajubang KM 56+770 P = 25,60 M

PETA LOKASI OBJEK PENELITIAN

BTS. KAB. MA. JBI / KAB. BT.HARIKM 26+200 JMB

Sp. Ness KM 54+600

Sp. Ness KM 17+400

MUARA BULIANKM 63+601 JMB

MUARA TEMBESIKM 79+426 JMB

SP. MENDALO DARATKM 13+443 JMB

BATAS KOTA MA. BULIANSP. ARO KM 58+598

BTS. KOTA MA. BULIANSP. SRIDADI KM 68+624

Jalan Gajah MadaJalan Ma. Tembesi

Sp. Tebing Tinggi KM 42+600

Sp. Lb. Ruso KM 35+400

Sp. Setiti KM 19+800

Sp. TerusanKM 75+900

1

3

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

2

4

PANJANG JALAN65,983 Km

Page 60: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Halaman ini sengaja dikosongkan

46

Page 61: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Lampiran 4 : Kuisioner Survei

Lampiran : 1 (Satu) berkas Surabaya, 12 Februari 2013

Perihal : Permohonan Pengisian

Kuisioner Penelitian

Kepada Yth.

Bapak/Ibu Responden

di -

Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penelitian tesis yang sedang dilaksanakan dengan

judul “Analisis Penentuan Prioritas Kerusakan Jembatan Studi Kasus Ruas Jalan

Muara Tembesi-Muara Bulian-Mandalo Darat Provinsi Jambi”, maka saya yang

bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Jaja

NRP : 3111207819

Program Studi : Magister Manajemen Aset Infrastruktur, Fakultas Teknik Sipil

dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Surabaya

Mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu guna

mengisi kuisioner ini sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu terhadap setiap

pertanyaan yang diajukan. Setiap jawaban yang diberikan oleh Bapak/Ibu sangat

bermanfaat bagi pelaksanaan penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi dan kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuisioner

penelitian ini.

47

Hormat Saya,

Jaja

Page 62: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Halaman ini sengaja dikosongkan

48

Page 63: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

KUISIONER

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KERUSAKAN

JEMBATAN STUDI KASUS RUAS JALAN MUARA TEMBESI-

MUARA BULIAN-MANDALO DARAT PROVINSI JAMBI

I. Identitas Responden

Nama : ...............................................................................................

Instansi : ...............................................................................................

Alamat : ...............................................................................................

Jabatan : ...............................................................................................

II. Petunjuk Pengisian

Kuisioner dalam penelitan ini dibagi menjadi dua tahap yakni kuisioner tahap

1 (identifikasi kegagalan potensial pada jembatan) dan kuisioner tahap 2

(assessment severity, occurrence, dan detection).

Pada kuisioner tahap 1 :

Bapak/Ibu diminta untuk menentukan apakah dari daftar jenis kerusakan

(mode kegagalan) yang ada, item mana saja yang berpotensi menghasilkan

kegagalan dalam suatu sistem struktur jembatan secara keseluruhan.

Untuk mengisi kuisioner tahap 1 ini, berilah tanda √ pada tempat yang telah

disediakan untuk menunjukan pilihan Bapak/Ibu

Contoh :

Arti dari jawaban tersebut bahwa :

untuk item retak akibat korosi tulangan baja pada gelagar beton, akan

berpotensi menghasilkan suatu kegagalan struktur jembatan seperti hancurnya

49

Berpengaruh Tidak Berpengaruh1. GELAGAR BETON

Retak akibat korosi tulangan baja √

No. Identifikasi Kegagalan Potensial JembatanTingkat Pengaruh dalam Sistem

Page 64: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

gelagar beton atau lendutan pada gelagar yang sangat berbahaya bagi lalu

lintas yang melewati jembatan tersebut.

Pada kuisioner tahap 2 :

Bapak/Ibu diminta untuk menentukan nilai rating skala severity, occurrence,

dan detection dari jembatan. Skala yang dipakai yakni dari 1 sampai dengan 5

yang menunjukan tingkat keparahan yang akan dialami/dirasakan akibat

terjadinya kerusakan jembatan (severity), perkiraan penyebab kerusakan

jembatan yang akan menghasilkan kegagalan dan menyebabkan akibat

tertentu (occurrence), dan kemungkinan mode kegagalan dapat dideteksi

dengan mengaplikasikan suatu metode tertentu (detection). Berikut ini

merupakan penjelasan mengenai rating skala severity, occurrence, dan

detection :

50

Kriteria Skala

Negligible severity , tidak ada dampak apa-apa 1

Mild severityAkibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringanPengguna akhir tidak merasakan perubahan kinerja

Moderate severityPengguna akhir akan merasakan akibat penurunankinerja namun masih berada dalam batas toleransi

High severityPengguna akhir akan merasakan akibat buruk yang tidakdapat diterima, berada di luar batas toleransi

Potential safety problemAkibat yang ditimbulkan adalah sangat berbahayadan bertentangan dengan hukumTidak bisa mencapai sasaran utama

Memberikan beberapa dampak

2

Cukup memberikan dampak

3

SeverityDampak

Berdampak besar 4

Tidak ada dampak

Tidak dapat diterima

5

Page 65: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

51

Kriteria SkalaJauh terjadiTidak mungkin penyebab ini mengakibatkan kegagalanKemungkinan kecil terjadiKegagalan akan jarang terjadi

Kegagalan akan mungkin terjadi 3

Kegagalan sangat mungkin terjadi 4

Mendekati kepastian terjadiHampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan terjadi

Occurrence (O)

5

2

1

Skala

terjadi lagi

Detection (D)Kriteria

Metode pencegahan atau deteksi sangat efektif

Tidak ada kesempatan bahwa penyebab akan muncul lagi

1

Jelas bagi indera manusia

Inspeksi hati-hati menggunakan indera manusia

Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat rendah

Memerlukan bantuan dan/atau pembongkaran sederhana

2

Kemungkinan penyebab bersifat moderat

Metode deteksi masih memungkinkan kadang-kadang penyebab itu3

Diperlukan inspeksi dan/atau pembongkaran yang kompleks

Kemungkinan penyebab itu masih tinggi

Metode pencegahan kurang efektif, penyebab masih berulang lagi

Tidak dapat dideteksi

4

Kemungkinan penyebab itu terjadi sangat tinggi

Metode deteksi tidak efektif5

Penyebab akan selalu terjadi

Page 66: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Untuk mengisi penilaian rating skala severity, occurrence dan detection tersebut

perlu diperhatikan berdasarkan pengalaman yang Bapak/Ibu alami di lapangan

mengenai semua jenis kerusakan jembatan, penyebab, dan dampak yang akan

ditimbulkan dari penyebab kerusakan jembatan. (Petunjuk : berilah tanda √ pada

tempat yang telah disediakan untuk menunjukan pilihan Bapak/Ibu).

Contoh :

Arti dari jawaban tersebut bahwa :

Severity : Retakan yang terjadi pada gelagar beton jembatan akan berdampak

besar, pengguna jalan yang melalui jembatan akan merasakan

dampak buruk dari retakan tersebut.

Occurrence : Retak pada gelagar beton sangat mungkin menyebabkan kegagalan

pada sistem struktur jembatan.

Detection : Metode yang diterapkan untuk mendeteksi retakan pada gelagar

beton masih memungkinkan kadang-kadang retak tersebut terjadi

lagi.

52

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 51. Retak pada gelagar beton √ √ √

Skala SeverityKriteria Kerusakan Jembatan

Skala Occurrence Skala DetectionNo.

Page 67: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

III. Penjelasan Kriteria Kerusakan Jembatan

Dari studi literatur ada beberapa kriteria kerusakan jembatan yang digunakan

baik pada bangunan atas maupun pada bangunan bawah jembatan yakni :

A. JEMBATAN GELAGAR BETON

53

BANGUNAN ATAS JEMBATAN1. GELAGAR BETON Retak akibat korosi tulangan baja

Kebocoran sambungan siar muaiBeton yang gompalRetak akibat penyusutanRetak zona external momen lenturRetak yang dihasilkan oleh tegangan tarik utama di sekitar zona pendukungRetak dalam cetakan balokRetak akibat beban berlebih

2. PELAT DAN LANTAI Pergerakan yang berlebihan pada sambungan lantai arah memanjangKebocoran pada bagian bawah lantaiKorosi pada tulangan pelat lantai dan gelagar

3. SAMBUNGAN/SIAR MUAI Kerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggiKerusakan akibat terisinya sambunganBagian yang longgarBagian yang hilangRetak aspal karena pergerakan pada sambungan

4. PIPA DRAINASE, Pipa cucuran dan drainase lantai yang tersumbatPIPA CUCURAN Elemen hilang atau tidak adaDAN DRAINASE LANTAI

5. LAPISAN PERMUKAAN Permukaan yang licinPermukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapis permukaanLapisan permukaan yang bergelombangLapisan permukaan yang berlebihan

6. TROTOAR/KERB Permukaan trotoar yang licinLubang/retak/kasar pada trotoarBagian hilang

7. TIANG SANDARAN Korosi pada pipa sandaranTertabrak kendaraan (bengkok)

NO. KOMPONEN JEMBATAN JENIS KERUSAKAN

Page 68: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

54

BANGUNAN BAWAH JEMBATAN8. ABUTMEN Korosi pada baja tulangan

Kerusakan pada penahan gerusan

9. PIER Korosi pada baja tulanganBeton keropos

10. PONDASI Korosi tiang pancang pipa bajaGerusan air sungai

11. OPRIT Penurunan/settlementPumping

12. DINDING PENAHAN TANAH Pasangan batu hancurDinding mengalami retakan

13. WINGWALL Pasangan batu hancurDinding mengalami retakan

NO. KOMPONEN JEMBATAN JENIS KERUSAKAN

Page 69: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

B. JEMBATAN RANGKA BAJA

55

BANGUNAN ATAS JEMBATAN1. RANGKA BAJA Penurunan mutu cat atau galvanis

Korosi pada elemen bajaPerubahan bentuk komponenPecah atau hilangnya bahanElemen yang tidak benarKabel jembatan yang ausDeformasi akibat tabrakan lalu lintasDeformasi akibat kebakaranDeformasi permanen dan keruntuhan akibatbeban berlebihKerusakan fatik pada sambungan jembatan(baik las maupun baut)Retak dan rongga pada sambungan lasSambungan yang longgar

2. PELAT DAN LANTAI Pergerakan yang berlebihan pada sambungan lantai arah memanjangKebocoran pada bagian bawah lantaiKorosi pada tulangan pelat lantai dan gelagarLendutan yang berlebihan

3. SAMBUNGAN/SIAR MUAI Kerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggiKerusakan akibat terisinya sambunganBagian yang longgarBagian yang hilangRetak aspal karena pergerakan pada sambungan

4. PIPA DRAINASE, Pipa cucuran dan drainase lantai yang tersumbatPIPA CUCURAN Elemen hilang atau tidak adaDAN DRAINASE LANTAI

5. LAPISAN PERMUKAAN Permukaan yang licinPermukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapis permukaanLapisan permukaan yang bergelombangLapisan permukaan yang berlebihan

6. TROTOAR/KERB Permukaan trotoar yang licinLubang/retak/kasar pada trotoarBagian hilang

7. TIANG SANDARAN Korosi pada pipa sandaranTertabrak kendaraan (bengkok)

NO. KOMPONEN JEMBATAN JENIS KERUSAKAN

Page 70: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

56

BANGUNAN BAWAH JEMBATAN8. ABUTMEN Korosi pada baja tulangan

Kerusakan pada penahan gerusan

9. PIER Korosi pada baja tulanganBeton keropos

10. PONDASI Korosi tiang pancang pipa bajaGerusan air sungai

11. OPRIT Penurunan/settlementPumping

12. DINDING PENAHAN TANAH Pasangan batu hancurDinding mengalami retakan

13. WINGWALL Pasangan batu hancurDinding mengalami retakan

NO. KOMPONEN JEMBATAN JENIS KERUSAKAN

Page 71: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

IV. Materi Kuisioner

Materi kuisioner ini dilakukan pada 15 (lima belas) jembatan yang ada.

Kuisioner tahap 1 (Identifikasi Kegagalan Potensial Jembatan)

a. Jembatan Gelagar Beton

57

Berpengaruh Tidak BerpengaruhBANGUNAN ATAS JEMBATAN

1. GELAGAR BETONRetak akibat korosi tulangan bajaKebocoran sambungan siar muaiBeton yang gompalRetak akibat penyusutanRetak zona external momen lenturRetak yang dihasilkan oleh tegangan tarik utama di sekitar zona pendukungRetak dalam cetakan balokRetak akibat beban berlebih..............................................................................................

2. PELAT DAN LANTAIPergerakan yang berlebihan pada sambungan lantai arah memanjangKebocoran pada bagian bawah lantaiKorosi pada tulangan pelat lantai dan gelagarLendutan yang berlebihan..............................................................................................

3. SAMBUNGAN/SIAR MUAIKerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggiKerusakan akibat terisinya sambunganBagian yang longgarBagian yang hilangRetak aspal karena pergerakan pada sambungan..............................................................................................

4. PIPA DRAINASE, PIPA CUCURAN DANDRAINASE LANTAIPipa cucuran dan drainase lantai yang tersumbatElemen hilang atau tidak ada..............................................................................................

5. LAPIS PERMUKAANPermukaan yang licinPermukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapis permukaanLapisan permukaan yang bergelombangLapisan permukaan yang berlebihan..............................................................................................

No. Identifikasi Kegagalan Potensial JembatanTingkat Pengaruh dalam Sistem

Page 72: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

58

Berpengaruh Tidak Berpengaruh6. TROTOAR/KERB

Permukaan trotoar yang licinLubang/retak/kasar pada trotoarBagian hilang..............................................................................................

7. TIANG SANDARANKorosi pada pipa sandaranTertabrak kendaraan (bengkok)..............................................................................................BANGUNAN BAWAH JEMBATAN

8. ABUTMENKorosi pada baja tulanganKerusakan pada penahan gerusan..............................................................................................

9. PIERKorosi pada baja tulanganBeton keropos..............................................................................................

10. PONDASI Korosi tiang pancang pipa bajaGerusan air sungai..............................................................................................

11. OPRIT Penurunan/settlementPumping..............................................................................................

12. DINDING PENAHAN TANAHPasangan batu hancurDinding mengalami retakan..............................................................................................

13. WINGWALLPasangan batu hancurDinding mengalami retakan..............................................................................................

No. Identifikasi Kegagalan Potensial JembatanTingkat Pengaruh dalam Sistem

Page 73: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

b. Jembatan Rangka Baja

59

Berpengaruh Tidak BerpengaruhBANGUNAN ATAS JEMBATAN

1. RANGKA BAJAPenurunan mutu cat atau galvanisKorosi pada elemen bajaPerubahan bentuk komponenPecah atau hilangnya bahanElemen yang tidak benarKabel jembatan yang ausDeformasi akibat tabrakan lalu lintasDeformasi akibat kebakaranDeformasi permanen dan keruntuhan akibatbeban berlebihKerusakan fatik pada sambungan jembatan(baik las maupun baut)Retak dan rongga pada sambungan lasSambungan yang longgar..............................................................................................

2. PELAT DAN LANTAIPergerakan yang berlebihan pada sambungan lantai arah memanjangKebocoran pada bagian bawah lantaiKorosi pada tulangan pelat lantai dan gelagarLendutan yang berlebihan..............................................................................................

3. SAMBUNGAN/SIAR MUAIKerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggiKerusakan akibat terisinya sambunganBagian yang longgarBagian yang hilangRetak aspal karena pergerakan pada sambungan..............................................................................................

4. PIPA DRAINASE, PIPA CUCURAN DANDRAINASE LANTAIPipa cucuran dan drainase lantai yang tersumbatElemen hilang atau tidak ada..............................................................................................

5. LAPIS PERMUKAANPermukaan yang licinPermukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapis permukaanLapisan permukaan yang bergelombangLapisan permukaan yang berlebihan..............................................................................................

No. Kriteria Kerusakan Jembatan Rangka BajaTingkat Pengaruh dalam Sistem

Page 74: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

60

Berpengaruh Tidak Berpengaruh6. TROTOAR/KERB

Permukaan trotoar yang licinLubang/retak/kasar pada trotoarBagian hilang..............................................................................................

7. TIANG SANDARANKorosi pada pipa sandaranTertabrak kendaraan (bengkok)..............................................................................................BANGUNAN BAWAH JEMBATAN

8. ABUTMENKorosi pada baja tulanganKerusakan pada penahan gerusan..............................................................................................

9. PIERKorosi pada baja tulanganBeton keropos..............................................................................................

10. PONDASI Korosi tiang pancang pipa bajaGerusan air sungai..............................................................................................

11. OPRIT Penurunan/settlementPumping..............................................................................................

12. DINDING PENAHAN TANAHPasangan batu hancurDinding mengalami retakan..............................................................................................

13. WINGWALLPasangan batu hancurDinding mengalami retakan..............................................................................................

No. Kriteria Kerusakan Jembatan Rangka BajaTingkat Pengaruh dalam Sistem

Page 75: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

Kuisioner tahap 2 ( assessment severity , occurrence dan detection pada jembatan)

a. Jembatan Gelagar Beton

61

Kerusakan yang Ada Pada JembatanGelagar Beton 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

BANGUNAN ATAS JEMBATAN1. GELAGAR BETON

Retak akibat korosi tulangan bajaKebocoran sambungan siar muaiBeton yang gompalRetak akibat penyusutanRetak zona external momen lenturRetak yang dihasilkan oleh tegangan tarik utama di sekitar zona pendukungRetak dalam cetakan balokRetak akibat beban berlebih

2. PELAT DAN LANTAIPergerakan yang berlebihan pada sambungan lantai arah memanjangKebocoran pada bagian bawah lantaiKorosi pada tulangan pelat lantai dan gelagarLendutan yang berlebihan

3. SAMBUNGAN/SIAR MUAIKerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggiKerusakan akibat terisinya sambunganBagian yang longgarBagian yang hilangRetak aspal karena pergerakan pada sambungan

4. PIPA DRAINASE, PIPA CUCURAN DANDRAINASE LANTAIPipa cucuran dan drainase lantai yang tersumbatElemen hilang atau tidak ada

5. LAPIS PERMUKAANPermukaan yang licinPermukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapis permukaanLapisan permukaan yang bergelombangLapisan permukaan yang berlebihan

6. TROTOAR/KERBPermukaan trotoar yang licinLubang/retak/kasar pada trotoarBagian hilang

7. TIANG SANDARANKorosi pada pipa sandaranTertabrak kendaraan (bengkok)

No.Skala Severity Skala Occurrence Skala Detection

Page 76: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

62

Kerusakan yang Ada Pada JembatanGelagar Beton 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

BANGUNAN BAWAH JEMBATAN8. ABUTMEN

Korosi pada baja tulanganKerusakan pada penahan gerusan

9. PIERKorosi pada baja tulanganBeton keropos

10. PONDASI Korosi tiang pancang pipa bajaGerusan air sungai

11. OPRIT Penurunan/settlementPumping

12. DINDING PENAHAN TANAHPasangan batu hancurDinding mengalami retakan

13. WINGWALLPasangan batu hancurDinding mengalami retakan

No.Skala Severity Skala Occurrence Skala Detection

Page 77: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

b. Jembatan Rangka Baja

63

Kerusakan yang Ada Pada JembatanRangka Baja 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

BANGUNAN ATAS JEMBATAN1. RANGKA BAJA

Penurunan mutu cat atau galvanisKorosi pada elemen bajaPerubahan bentuk komponenPecah atau hilangnya bahanElemen yang tidak benarKabel jembatan yang ausDeformasi akibat tabrakan lalu lintasDeformasi akibat kebakaranDeformasi permanen dan keruntuhan akibatbeban berlebihKerusakan fatik pada sambungan jembatan(baik las maupun baut)Retak dan rongga pada sambungan lasSambungan yang longgar

2. PELAT DAN LANTAIPergerakan yang berlebihan pada sambungan lantai arah memanjangKebocoran pada bagian bawah lantaiKorosi pada tulangan pelat lantai dan gelagarLendutan yang berlebihan

3. SAMBUNGAN/SIAR MUAIKerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggiKerusakan akibat terisinya sambunganBagian yang longgarBagian yang hilangRetak aspal karena pergerakan pada sambungan

4. PIPA DRAINASE, PIPA CUCURAN DANDRAINASE LANTAIPipa cucuran dan drainase lantai yang tersumbatElemen hilang atau tidak ada

5. LAPIS PERMUKAANPermukaan yang licinPermukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapis permukaanLapisan permukaan yang bergelombangLapisan permukaan yang berlebihan

6. TROTOAR/KERBPermukaan trotoar yang licinLubang/retak/kasar pada trotoarBagian hilang

7. TIANG SANDARANKorosi pada pipa sandaranTertabrak kendaraan (bengkok)

No.Skala Severity Skala Occurrence Skala Detection

Page 78: Strategi Jembatan Risk Priority Number (Rpn)

64

Kerusakan yang Ada Pada JembatanRangka Baja 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

BANGUNAN BAWAH JEMBATAN8. ABUTMEN

Korosi pada baja tulanganKerusakan pada penahan gerusan

9. PIERKorosi pada baja tulanganBeton keropos

10. PONDASI Korosi tiang pancang pipa bajaGerusan air sungai

11. OPRIT Penurunan/settlementPumping

12. DINDING PENAHAN TANAHPasangan batu hancurDinding mengalami retakan

13. WINGWALLPasangan batu hancurDinding mengalami retakan

No.Skala Severity Skala Occurrence Skala Detection