stie-igi.ac.id · web viewnamun jika pertumbuhan ekonomi dihasilkan oleh banyak orang atau...
TRANSCRIPT
Bab IX
Kemiskinan, Ketimpangan, dan Pembangunan
Semua negara berkembang melaksanakan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan warga negara dan menghapus kemiskinan. Tetapi pada kenyataaannya, di
negara berkembang masih cukup signifikan persentase penduduk yang dikategorikan
penduduk miskin. Dan kemiskinan mencakup arti luas seperti menderita kurang gizi, tingkat
kesehatan buruk, tempat tinggal tidak layak, tingkat pendidikan rendah, keterwakilan politik
rendah, dan menjadi orang-orang termajinalkan atau selalu diabaikan eksistensinya.
Indikator pembangunan ekonomi konvensional memperlihatkan kemajuan pada
ekonomi adalah terjadi peningkatan jumlah dan nilai output atau GDP dan tingkat atau
persentase pertumbuhan tinggi. Disini masalahnya adalah siapa yang menumbuhkan GDP,
apakah hanya segelintir orang atau mayoritas orang di masyarakat. Jika yang
menumbuhkan hanya orang-orang kaya ( kapitalis ), maka manfaat pertumbuhan GDP,
secara signifikan hanya mereka yang menikmati, sehingga kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan tetap melekat pada mayoritas masyarakat. Namun jika pertumbuhan ekonomi
dihasilkan oleh banyak orang atau mayoritas masyarakat, maka merekalah yang
menikmati hasil pembangunan secara lebih merata dan ketimpangan semakin menyempit.
Dengan demikian, tidak ada jaminan pertumbuhan ekonomi tinggi yang dilakukan oleh
kaum kapitalis menetes ke masyarakat sesuai dengan pikiran paham (trickle-down effect).
Mengukur Ketimpangan dan KemiskinanKita akan mendefinisikan dimensi-dimensi ketimpangan pendapatan dan kemiskinan, dan
berusaha untuk membahas elemen umum tertentu yang mencirikan setiap permasalahan yang
terdapat dibanyak negara berkembang.
Mengukur Ketimpangan
1
Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok untuk distribusi pendapatan
yang keduanya digunakan untuk tujuan analisis kuantitatif: (1) distribusi pendapatan
perseorangan atau distribusi ukuran pendapatan dan (2) distribusi pendapatan fungsional atau
pangsa distribusi pendapatan per faktor produksi ( tenaga kerja, tanah, modal dan
kewiraswastaan )
Distribusi Pendapatan PeroranganDistribusi pendapatan perorangan ( personal distribution of income ) merupakan ukuran
penting yang paling sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung
menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh seorang individu atau rumahtangga. Para
ekonom tidak mempersoalkan cara individu mendapatkan penghasilannya ( dalam arti positif,
tentu hasil dari kejahatan tidak termasuk pendapatan perorangan ), sebagai contoh, jika A
adalah petani dan B adalah PNS, dan masing-masing berpendapatan US$ 3.500, dimasukan
ke dalam satu kelompok ( golongan menengah bawah ). Padahal lama kerja mereka per
minggu berbeda, waktu kerja PNS ( misal 40 jam per minggu ) dan Petani (misal 70 jam per
minggu).
Para ekonom dan ahli statistik cendrung mengurutkan semua individu tersebut hanya
berdasarkan pendapatan yang diterimanya, kemudian membagi total penduduk menjadi
sejumlah kelompok atau ukuran. Pada umumnya penduduk dibagi ke dalam lima kelompok
atau kuintil ( quintiles ), atau sepuluh kelompok yang disebut decil ( decile ) sesuai dengan
tingkat pendapataan mereka. kemudian menetapkan berapa proporsi yang diterima oleh
masing-masing kelompok dari pendapatan total nasional. Sebagai contoh, lihat tabel 8.1,
yang memperlihatkan distribusi pendapatan berdasarkaan hipotetis. Di dalam tabel, penduduk
negara diwwakili oleh 20 individu atau rumahtangga. Lalu keduapulu rumahtangga tersebut
diurutkan berdasarkan jumlah pendapatan per tahun, dari terendah ( 0.8 unit ) hingga yang
tertinggi ( 15 unit ). Sedangkan pendapatan total atau pendapatan nasional merupakan jumlah
pendapatan semua rumahtangga adalah 100 unit ( lihat pada kolom dua ). Di kolom 3, semua
rumahtangga digolongkan ke dalam 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 unit
rumah tangga. Kuintil pertama menunjukan 20 persen penduduk terbawah pada skala
pendapatan ( rumaahtangga 1-4 ). Kelompok ini hanya meneerima 5 persen dari pendapatan
nasional ( atau 5 unit uang ). Kelompok kedua ( rumahtangga 5-8 ) mendapat 9 persen dari
pendapatan nasional, dengan kata lain 40 persen dari total penduduk kategori terendah atau
kuitil 1 dan 2, menerima pendapatan nasional hanya sebesar 14 persen = ( 5 + 9 ), dari total
2
pendapatan nasional, sedangkan 20 persen teratas ( kuintil kelima ) dari populasi menerima
51 persen dari pendapatan nasional total.
3
Tabel: 9.1 Distribusi Ukuran Pendapatan Perseorangan di Sebuah Negara
Berkembang Berdasarkan pangsa pendapatan – Kuintil dan Desil ( Sebagai
hipotetis )
Pangsa (%) dari pendapatan total
Individu/RT Pendapatan Perorangan (unit uang ) Kuintil Desil
1. 0.8
2. 1.0 1.8
3. 1.4
4. 40 % 1.8 5 3.2
5. 1.9
6. 2.0 3.9
7. 2.4
8. 2.7 9 5.1
9. 2.8
10. 3.0 5.8
11. 3.4
12. 40 % 3.8 13 7.2
13. 4.2
14. 4.8 9.0
15. 5.9
16. 7.1 22 13.0
17. 10.5
18. 20 % 12.0 22,5
19. 13.5
20. 15.0 51 28.5
Pendapatan nasional total 100.0 100 100
Catatan: Ukuran ketimpangan = perbandingan 20 persen terkaya dibagi dengan 40 persen termiskin = 51/14 = 3.64
Ukuran umum yang memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan perseorangan dapat
dilihat pada kolom 3, yaitu rasio atau perbandingan antara pendapatan yang diterima oleh 20
persen anggota rumahtangga kelompok teratas dan 40 persen anggota kelompok terbawah.
Rasio ini sering disebut sebagai rasio Kuznets, yang sering dipakai sebagai ukuran tingkat
ketimpangan antara dua kelompok ekstrem, yaitu kelompok sangat miskin dengan kelompok
sangat kaya di suatu ekonomi atau negara. Jadi, rasio ketimpangan dalam contoh adalah 51
dengan 14 atau ssekitar 3.64.
Kurva Lorenz. Kurva Lorenz ( Lorenz curve ) digunakan untuk menganalisis pendapatan
perorangan. Kurva Lorenz juga merupakaan model yang ditemukan oleh ekonom Max
Lorenz pada tahun 1905, yang menjelaskan kemungkinan distribusi secara statistik, dan
sering dikaitkan dengan kalkulasi distribusi pendapatan di ekonomi. Sebagai contoh, kurva
Lorenz dapat memperlihatkan bahwa 40 persen rumahtangga terbawah di ekonomi hanya
menikmati 25 persen dari pendapatan nasional. Jika distribusi pendapatan adalah
sempurna, maka 40 persen rumahtangga terbawah di ekonomi menerima 40 persen dari
pendapatan nasional.
Dengan demikian, kurva Lorenz adalah pengungkapan secara grafik dari distribusi
kesejahteraan. Pada grafik, sebuah garis lurus diagonal menyatakan kesamaan atau
keadilan dari distribusi kemakmuran di ekonomi; kurva Lorenz terletak pada garis
diagonal tersebut, memperlihatkan realitas dari distribusi kemakmuran. Perbedaan atau
jarak antara garis diagonal dengan kurva lorenz membuktikan terjadi ketidakadilan atau
ketidaksamaan pada distribusi kemamkmuran, dan tampilan ( jarak atau perbedaan
tersebut dijelaskan oleh koefisien Gini ( Gini Coefficient ).
Kurva Lorenz dapat digunakan untuk memperlihatkan berapa persen dari penduduk di
ekonomi memiliki atau menguasai besar persentase dari pendapatan nasional. Sebagai
contoh, kurva Lorenz mungkin memperlihatkan bahwa penduduk termiskin di ekonomi
sebesar 10 persen hanya menikmati atau memiliki 2 persen dari pendapatan nasional. Selain
itu, kurva Lorenz adalah sangat sering digunakan untuk memperlihatkan ketidakadilan di
ekonomi, juga kurva Lorenz dapat digunakan untuk memperlihatkan ketidakadilan di setiap
sistem. Lebih jauh lagi, garis kurva dari dasar, dinyatakan oleh garis diagonal, semakin tinggi
tingkat ketidakadilan dibuktikan oleh kurva Lorenz. Ketika dikaitkan dengan ilmu ekonomi,
4
koefisien Gini digunakaan untuk menyatakan ketidakadilan dengan sebuah tampilan
numerikal. Koefisien Gini dapat terjadi dari nilai 0, menyatakan keadilan sempurna, sampai
dengan 1 yang menyatakan ketidakadilan sempurna.
Kurva Lorenz dalam Grafik. Tampilan 9.1, menunjukan mekanisme kerja
dari kurva Lorenz, jumlah penerima pendapatan dinyatakan oleh sumbu
horisontal ( dalam persentase ), tidak dalam arti absolut tetapi merupakan
persentase komulatif. Misalkan pada titik 20, kita memperoleh populasi
terendah ( penduduk paling miskin ) yang merupakan 20 persen dari total
penduduk di ekonomi. Pada titik 60, kita peroleh 60 persen penduduk bagian
bawah di ekonomi dan seterusnya sampai pada sumbu yang paling ujung di titik
100 yang berarti seluruh penduduk di ekonomi. Sedangkan sumbu vertikal
menyatakan bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing
persentase kelompok penduduk tersebut ( dinyatakan di garis horisontal ),
sumbu vertikal juga berakhir di titik 100 persen, hal tersebut berarti panjang
kedua sumbu ( vertikal dan horisontal ) adalah sama. Jadi, tampilan 9.1,
berbentuk bujursangkar, dan dibelah oleh sebuah garis diagonal yang ditarik
dari titik nol pada sudut kiri bawah menuju ke titik sudut kanan atas. Pada setiap
titik yang terdapat pada garis diagonal menyatakan persentase pendapatan yang
diterima yang persis sama dengan persentase jumlah penerimanya, misalnya
titik tengah garis diagonal melambangkan 50 persen pendapatan yang dapat
didistribusikan untuk 50 persen jumlah penduduk. Sedangkan titik tiga
perempat dari panjang diagonal melambangkan 75 persen pendapatan yang
dapat didistribusikan untuk 75 persen penduduk. Tampilan 9.1, melambangkan
keadilan atau pemerataan sempurna ( perfect equality ) dalam distribusi ukuran
pendapatan. masing-.pendapatan total yang sama besarnya: Contoh, berdasarkan
garis pemerataan, atau garis diagonal, 40 persen kelompok penduduk penerima
terbawah akan menerima 40 persen dari pendapatan nasional, sedangkan 5
persen kelompok teratas akan menerima 5 persen dari pendapatan nasional.
5
Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara persentase
penerima pendapatan dengan persentase pendapatan total yang secara aktual mereka terima
dala masa tertentu, misal satu tahun. Tampilan 9.1, merupakan kurva Lorenz yang
menggunakan data desil ( populasi dibagi ke dalam 10 kelompok atau golongan ) yang
termuat dalam tabel 8.1. Dengan kata lain, sumbu horisontal dan vertikal dibagi ke dalam 10
bagian yang sama, sesuai dengan 10 kelompok decil. Titik A menunjukan bahwa 10 persen
terbawah dari total penduduk ( termiskin ) hanya menerima 1.8 persen dari pendapatan
nasional, titik B menunjukan bahwa 20 persen penduduk miskin atau kelompok terbawah
menerima sebesar 5 persen dari pendapatan nasional, dan seterusnya bagi masing-masing 8
kelompok lainnya. Perhatikan bahwa titik tengah yang merupakan 50 persen penduduk,
hanya menerima 19,8 persen dari pendapatan nasional.
6
Tampilan: 9.1 Kurva Lorenz
Persentase Penapatan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Persentase penerima pendapatan
Garis Pemerataan
Kurva Lorenz
Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal ( yang merupakan garis
pemerataan distribusi pendapatan sempurna, semakin timpang keadilan pada distribusi
pendapatan di ekonomi. Kasus ekstrem dari ketidakmerataan distribussi pendapatan,
jika hanya satu orang saja yang menerima seluruh pendapatan nasional, dan orang lain
sama sekali tidak mendapat manfaat dari pendapatan nasional, akan diperlihatkan oleh
kurva Lorenz yang berhimpit dengan sumbu horisontal sebelah bawah dan sumbu
vertikal di sebelah kanan. Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal ( yang
merupakan garis pemerataan distribusi pendapatan sempurna ), semakin timpang
keadilan pada distribusi pendapatan di ekonomi.
Kasus ekstrem dari ketidakmerataan distribussi pendapatan, jika hanya satu orang
saja yang menerima seluruh pendapatan nasional, dan orang lain sama sekali tidak
mendapat manfaat dari pendapatan nasional, akan diperlihatkan oleh kurva Lorenz yang
berhimpit dengan sumbu horisontal sebelah bawah dan sumbu vertikal di sebelah kanan.
Karena tidak ada satu negara pun yang memperllihatkan pemerataan sempurna atau
ketidakmerataan sempurna di dalam distribusi pendapatan, semua kurva Lorenz akan
selalu berada di sebelah kanan garis diagonal seperti yang diperlihatkan oleh tampilan
9.1. Semakin parah ketidakadialn pada distribusi pendapatan, kurva Lorenz semakin
mendekati sumbu horisontal. pendapatan, kurva Lorenz semakin mendekati sumbu
horisontal.
Koefisien Gini Koefisien Gini adalah dihitung berdasarkan ketidaksesuaian atau
perbedaan ( discrepancy ) antara garis diagonal ( garis pemerataan ) dengan kurva Lorenz,
pembagian oleh diagonal atas bidang bujursangkar menggambarkan distribusi dari total
kemakmuran di sebuah ekonomi. Koefisien Gini memungkinkan beberapa ekonomi dapat
dibandingkan dengan satu sama lainnya ketika hasil perhitungan terhadap distribusi
kesejahteraan diantara individu di negara-negara yang dibandingkan. Rekam jejak koefisien
Gini dapat memperlihatkan kecendrungan distribusi kemakmuraan di sebuah ekonomi dari
waktu ke waktu. Sehingga dapat diketahui apakah distribusi kemakmuran semakin adil atau
semakin tidak adil.
Pada ekonomi dengan distribusi pendapatan merata dan adil, maka populasi miskin
sebesar 20 persen, juga menerima persentase pendapatan nasional sebesar 20 perseen, jadi,
jika nilai koefisien Gini sama dengan 1, di ekonomi terjadi distribusi pendapatan yang adil
7
dan merata. Tetapi hal tersebut tidak mungkin terjadi, yang penting setiap ekonomi harus
berusaha mempunyai nilai koefisien Gini mendekati angka 1.
Diistribusi Pendapatan Fungsional.
Ukuran distribusi kedua yang digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan di ekonomi
adalah distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi pendapatan per faktor
produksi ( functional or factor share distribution of income ). Juga distribusi pendapatan
fungsional merupakan pendekatan untuk mengetahui tentang bagaimana pendapatan di
ekonomi dibagi untuk para pemilik faktor produksi yang berbeda ke dalam bentuk upah,
sewa, bunga dan laba. metode ini fokus kepada bagian ( proporsi ) dari pendapatan nasional
total yang diterimaa oleh masing-masing faktor produksi ( pekerja, tanah, modal,
kewiraswastaan ). Teori distribusi pendapatan fungsional pada dasarnya mempersoalkan
persentase penghasilan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai unit-unit usaha
atau faktor produksi yang terpisah secara individual, dan membandingkannya dengan
persentase pendapatan total yang dibagikan dalam bentuk sewa untuk tanah, upah untuk
pekerja, bunga untuk modal dan laba untuk kewiraswastaan.
Walaupun individu tertentu mungkin saja menerima seluruh hasil dari segenap
sumber daya tersebut, tetapi hal tersebut tidak menjadi perhatian dari teori pendapatan
fungsional. Para ekonom telah berusaha menjelaskan sumbangan besar-kecilnya faktor
produksi terhadap pendapatan total di ekonomi. Kurva permintaan dan penawaran
diasumsikan sebagai sesuatu yang menentukan harga per satuan ( unit ) dari masing-masing
faktor produksi. Apabila harga per unit faktor produksi dikalikan dengan kuantitas atau
jumlah faktor produksi yang digunakan, yang bersumber dari asumsi utilisasi atau daya
manfaat faktor produksi secara efisien ( berarti biaya pada tingkat minimum ), maka kita
dapat menghitung total pembayaran atau pendapatan yang diterima oleh setiap faktor
produksi tersebut. Sebagai contoh penawaran dan permintaan tenaga kerja diasumsikan akan
menentukan tingkat upah. Lalu bila upah tersebut dikalikan dengan seluruh tenaga kerja yang
bekerja dan tersedia di pasar, maka akan didapat jumlah keseluruhan pembayaran upah ( total
wage bill ), begitu juga dengan sewa dari tanah, bunga dari modal dan laba dari
kewiraswastaan .
Tampilan 9.2, memberikan ilustrasi tentang teori distribusi fungsional. Dalam
tampilan tersebut, kita mengasumsikan bahwa hanya terdapat dua faktor produksi, yaitu:
8
pekerja sebagai faktor variabel ( kuantitas berubah setiap saat ) dan modal tetap atau konstan.
Berdasarkan asumsi pasar yang kompetitif, permintaan terhadap tenaga kerja akan ditentukan
oleh harga atau nilai produk marjinal tenaga kerja yang bersangkutan, artinya tambahan
tenaga kerja akan terus dilaksanakan sampai dengan nilai produk marjinal sama dengan
tingkat upah tenaga kerja ( MR = MC ). Tetapi karena produk marjinal semakin turun ( the
law of diminishing to marginal product ), permintaan terhadap tenaga kerja merupakan suatu
fungsi yang negatif terhadap jumlah tenaga kerja. Artinya semakin lama jumlah tenaga kerja
yang dimintaa semakin sedikit atau menurun. Kurva permintaan terhadap tenaga kerja
berbentuk kemiringan negatif diperlihatkan oleh kurva DL di tampilan 9.2. Kemudian, jika
digabungkan dengan kurva penawaran tenaga kerja tradisional neoklasik yang mempunyai
kemiringan positif, SL, maka akan didapat tingkaat upah keseimbangan sebesar W L,
pendapatan nasional total (GDP) diwakili oleh luas bidang ORE LL. Pendapatan nasional
tersebut akan dibagi dua bagian, yaitu: O W L E LL untuk tenaga kerja dalam bentuk upah, dan
sisanya W E ℜ yang merupakan laba untuk pemilik modal. Karena itu dalam perekonomian
dengan pasar kompetitif yang memiliki fungsi produksi dengan skala hasil tetap atau
konstan ( constant return to scale ) dimana jika semua input digandakan, maka output juga
berlipat dua, harga masing-masing faktor produksi akan ditentukan oleh kurva penawaran dan
permintaan terhadap faktor yang bersangkutan dan himpunan segenap faktor produksi itulah
yang akan membentuk produksi nasional total. Pendapatan didistribusikan menurut
fungsinya, sehingga tenaga kerja menerima upah, pemilik tanah menerima sewa, dan pemilik
modal menerima laba. Teori ini menyatakan bahwa setiap faktor produksi pendapatan sesuai
dengan konstribusi mereka pada GDP sebuah ekonomi.
Teori ini masih dapat dipandang kurang tajam, karena tidak memperhitungkan
pentingnya peranan dan pengaruh kekuatan di luar pasar yang menentukan harga faktor
produksi tersebut – misal peran kekuatan tawar-menawar secara kolektif antara pihak
pengusaha dengan serikat buruh dalam menentukan tingkat upah disektor modern, dan
kekuatan para monopolis serta para pemilik tanah yang kaya dan mampu memanipulasi harga
modal dan tanah, serta outputnya demi keuntungan pribadi.
9
Mengukur Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut ( absolute poverty ) sangat penting baik dari sudut pandang masyarakat
maupun pemerintah dinegara berkembang dan negara ekonomi maju. Cakupan kemiskinan
absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka ( elemen yang dibutuhkan manusia untuk dapat
tetap hidup dan kesehatan fisik dan jiwa normal, seperti makanan, air, tempat tinggal,
perlindungan dari ancaman lingkungan dan cinta ). Kemiskinan absolut juga dapat
dirumuskan sebagai kekurangan satu atau lebih kebutuhan dasar untuk periode tertentu yang
cukup panjang yang sangat membahayakan kehidupan seseorang atau yang dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan seseorang. Dengan demikian, kemiskinan absolut
seseorang atau kelompok masyarakat adalah mereka yang mempunyai pendapatan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum ( basic needs ) antara lain kebutuhan
pangan, sandang, tempat tinggal kesehatan dan pendidikan serta cinta yang diperlukan untuk
hidup dan bekerja.
Menurut Todaro dan Smith, penduduk yang masuk kategori kemiskinan absolut
adalah mereka yang hidup di bawah tingkat pendapatan ril minimum tertentu- atau di bawah
10
Tampulan: 9.2
Distribusi Pendapatan Fungsional dalam Sebuah Perekonomian Pasar:
Sebuah Ilustrasi
Tingkat Upah(R)
WE SL
Laba
Upah DL=MPL
0 LS
Kesempatan Kerja
garis kemiskinan internasional. Garis kemiskinan internasional adalah sebuah garis yang
tidak mengenal tapal batas antar negara, jadi berlaku di seluruh dunia dan tidak tergantung
dengan tingkat pendapatan per kapita di suatu negara, dan juga tidak memperhitungkan
tingkat harga antar negara, dan ukuran yang menyatakan penduduk miskin absolut sebagai
orang yang hidup kurang dari US$ 1 atau US$ 2 per hari di dalam dollar PPP ( purchasing
power parity ) atau keseimbangan kemampuan belanja. Kemiskinan absolut dapat dan benar-
benar terjadi di New York, Singapura, Hongkong, Tokyo, Beijing, London, Berlin, Milan,
Barcelona, dan Paris, walaupun kadarnya jauh lebih rendah dilihat dari dalam persentase
terhadap jumlah penduduk, tetapi untuk Lagos, Mexico City, Rio de Janeiro, Cairo, Jakarta,
Manila, Bangkok, persentasenya jauh lebih tinggi.
Kemiskinan absolut dapat diukur dengan angka atau hitungan per kepala (headcount),
H, untuk mengetahui berapa banyak orang yang penghasilannya berada di bawah garis
kemiskinan absolut, YP, ketika hitungan per kepala disebut dan dianggap sebagai bagian dari
total penduduk, N, kita peroleh indeks per kepala ( headacount index ), HN . Dimana: H
jumlah orang miskin di bawah garis kemiskinan, dan N jumlah penduduk.
Garis kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara ril, sehingga kita
dapat menelusuri kemajuan yang diperoleh dalam menanggulangi kemiskinan pada level
yang absolut di sepanjang waktu. Gagasan yang mendasari penetapan level tersebut adalah
suatu standar minimum dimana seseorang atau individu hidup “ dalam kesengsaraan absolut
manusia “.
Setiap negara jangan begitu saja menerima level kemiskinan internasional yang
sebesar US$ 1 per hari, ketika membuat program penanggulangan kemiskinan absolut di
negaranya. Salah satu strategi yang memadai dan mantap untuk menentukan garis kemiskinan
suatu negara atau daerah adalah dengan menetapkan sekelompok makanan yang cukup, yang
didasarkan atas persyaratan nutrisi dari penelitian medis tentang kalori, protein dan
mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kemudian, dengan menggunakan hasil
survai rumahtangga di daerah tertentu, kita dapat mengidentifikasi sekelompok makanan
yang biasa dibeli oleh rumahtangga yang hampir tidak memenuhi persyaratan nutrisi ini.
kemudian ditambahkan pengeluaran-pengeluaran untuk kebutuhan dasar yang lain seperti
pakaian, tempat tinggal, dan sarana kesehatan, untuk menentukan garis kemiskinan lokal.
Tergantung pada bagaimana kalkulasi itu dilakukan, garis kemiskinan yang dihasilkan
11
mungkin melebihi US$ 1 per hari pada paritas daya beli atau keseimbangan kemampuan
belanja (PPP).
Untuk lebih memperkuat kalkulasi penduduk yang masih hidup di bawah garis
kemiskinan, beberapa ekonom melakukan kalkulasi untuk indikator jurang kemiskinan total
atau total poverty gap = TPG ) yang mengukur pendapatan total yang diperlukan untuk
mengangkat mereka yang masih berada di bawah garis kemiskinan menjadi hidup di atas
garis kemiskinan, PV, serta angka pendapatan penduduk per kapita. Tampilan 9.3,
mengilustrasikan tentang bagaimana kita dapat mengukur jurang kemisknan dimasud.
Walaupun di negara A dan B, 50 persen penduduknya sama-sama masih berada di
bawah garis kemiskinan, namun jurang kemiskinan di negara A ternyata lebih lebar jika
dibandingkan dengan yang ada di negara B. Dengan demikian, negara A harus berusaha lebih
keras untuk membasmi kemiskinan absolut di negarannya.
TPG merupakan seberapa besar pendapatan kelompok miskin berada di bawah garis
kemiskinan, dan dapat dicari dengan menjumlahkan jumlah pendapatan orang miskin, Yi ,
yang berada di bawah garis kemiskinan absolut, YP, sebagai berikut:
TPG = ∑i=1
H
(Y P−Y i) (9.1)
Kita dapat mengartikan TPG secara sederhana ( dalam hal ini tidak diperhitungkan biaya
administrasi atau pengaruh equilibrium umum ) sebagai jumlah uang per hari yang diperlukan
untuk mengangkat perekonomian setiap orang miskin di negara itu sampai pada standar
pendapatan minimum yang telah ditentukan. Jika dihitung atas dasar per kapita, jurang
kemiskinan rata-rata ( average poverty gap atau APG ), dapat dicari dengan membagi
TPG dengan populasi total.
APG = TPG
N
(9.2)
Pada umumnya, kita juga tertarik untuk mempelajari ukuran jurang kemiskinan dalam
hubungannya dengan garis kemiskinan, sehingga kita dapat menggunakan jurang
kemiskinan yang dinormalisasi ( normalized poverty gap atau NPG ), dan formulanya:
12
NPG = APGY P
(9.3)
Formula 9.3, merupakan ukuran kekurangan pendapatan, ukuran ini berkisar antara 0 sampai
dengan 1, sehingga dapat bermanfaat jika kita menginginkan ukuran jurang kemiskinan tanpa
unit agar perbandingan antar negara atau antar waktu dapat lebih baik.
Pengukuran jurang kemiskinan penting lainnya adalah average income shortfall (AIS)
di mana jurang kemiskinan total dibagi dengan kaum miskin per kapita:
AIS = TPG
H
(9.4)
AIS menggambarkan jumlah rata-rata pendapatan kaum miskin yang berada di bawah garis
kemiskinan. Ukuran ini dapat juga dibagi dengan garis kemiskinan yang menghasilkan
ukuran fraksional, berupa normalized income shortfall atau NIS.
NIS = AISY P
(9.5)
Ukuran Foster-Greer-Thorbecke. Kita perlu untuk mengukur derajat ketimangan
pendapatan di antara kaum miskin, seperti koefisien Gini antar kaum miskin, GP, atau
koefisien variasi pendapatan ( CV ) antar kaum miskin, CV P. Koefisien Gini atau CV antar
kaum miskin tersebut penting diketahui karena dampak goncangan perekonomian terhadap
kemiskinan dapat sangat berbeda antar negara tergantung pada tingkat dan distribusi sumber
daya di antara kaum miskin. Sebagai contoh, di Indonesia, jika harga beras naik, maka petani
padi yang berpendapatan rendah yang menjual sedikit berasnya ke pasar lokal dan memiliki
pendapatan di bawah, tetapi tidak terlalu jauh dari garis kemiskinan absolut, akan
menemukan bahwa kenaikan harga beras tersebut meningkatkan pendapatannya, sehingga
mereka dapat terangkat ke luar dari kemiskinan absolut. Di sisi lain, bagi mereka yang
tanahnya sangat sempit, dan karena itu tidak mampu menjual sebagian hasil panen ( pertanian
subsistence ) kepada pembeli beras murni di pasar, kenaikan harga ini sangat memperparah
kemiskinan mereka. Karena itu, ukuran kemiskinan yang paling tepat seharusnya juga sensitif
terhadap distribusi pendapatan di antara kaum miskin.
13
Ukuran Foster-Greer-Thorbecke. Kita perlu untuk mengukur derajat ketimpangan
pendapatan di antara kaum miskin, seperti koefisien Gini antar kaum miskin, GP, atau
koefisien variasi pendapatan ( CV ) antar kaum miskin, CV P. Koefisien Gini atau CV antar
kaum miskin tersebut penting diketahui karena dampak goncangan perekonomian terhadap
kemiskinan dapat sangat berbeda antar negara tergantung pada tingkat dan distribusi sumber
daya di antara kaum miskin. Sebagai contoh, di Indonesia, jika harga beras naik, maka petani
padi yang berpendapatan rendah yang menjual sedikit berasnya ke pasar lokal dan memiliki
pendapatan di bawah, tetapi tidak terlalu jauh dari garis kemiskinan absolut, akan
menemukan bahwa kenaikan harga beras tersebut meningkatkan pendapatannya, sehingga
mereka dapat terangkat ke luar dari kemiskinan absolut. Di sisi lain, bagi mereka yang
tanahnya sangat sempit, dan karena itu tidak mampu menjual sebagian hasil panen ( pertanian
subsistence ) kepada pembeli beras murni di pasar ( seperti konsumen buruh, sopir, tukang
becak ) kenaikan harga ini sangat memperparah kemiskinan mereka. Karena itu, ukuran
14
Tampilan: 9.3 Mengukur Jurang Kemiskinan Total
Pendapatan tahunan Pendapatan tahunan
Negara A Negara B
P V P P
TPG TPG
0 50 100 0 50 100
Pendapatan Populasi Pendapatan Populasi
(a) Jurang kemiskinan relatif lebar (b) Jurang kemiskinan yang relatif kecil
kemiskinan yang paling tepat seharusnya juga sensitif terhadap distribusi pendapatan di
antara kaum miskin.
Para ekonom ekonomi pembangunan telah menciptakan beberapa ukuran kemiskinan
yang diinginkan yang telah diterima secara luas di seluruh dunia, terutama para pembuat
kebijakan pembangunan ekonomi di negara berkembang yang bertujuan membasmi
kemiskinan absolut. Ukuran kemiskinan dimaksud mempunyai beberapa prinsip (1)
anonimitas,(2) indepedensi populasi,(3) monotonistis dan(4) sensitivitas distribusional.
Dua prinsip yang pertama adalah sangat mirip karakteristiknya yang digunakan untuk
membahas indeks ketimpangan. Ukuran cakupan kemiskinan tidak boleh tergantung pada
siapa yang miskin atau pada apakah negara tersebut mempunyai jumlah penduduk banyak
atau sedikit. Prinsip monotonisitas berarti bahwa jika anda memberikan sejumlah uang
kepada seseorang yang berada di bawah garis kemiskinan, dan jika semua pendapatan yang
lain tetap ( ceteris paribus ), maka kemiskinan yang terjadi tidak mungkin lebih tinggi
daripada sebelumnya. Prinsip sensitivitas distribusional menyatakan bahwa dengan semua
hal lainnya sama, jika anda mentransfer pendapatan dari orang miskin ke orang kaya, maka
akibatnya perekonomian akan menjadi lebih banyak penduduk lebih miskin. Ukuran rasio
headcount atau per kepala memenuhi syarat anonimitas, independensi populasi, dan
monotonisitas, namun gagal memenuhi syarat sensitivitas distribusional ( dengan kata lain,
rasio ini tidak akan menghitung dampak diferensial dari kenaikan harga beras ). Sedangkan
headcount yang sederhana gagal, bahkan untuk memenuhi prinsip independensi populasi.
Dua indeks kemiskinan yang terkenal yaang memenuhi keempat kriteria itu adalah
indeks Sen dan bentuk tertentu dari indeks Foster-Greer-Thorbecke (FGT), yang sering
disebut sebagai kelas Pα dari ukuran kemiskinan. Formula indeks Pα adalah sebagai berikut:
Pα=1N ∑
i=1
H
¿¿ (9.6)
Dimana:
Y i = pendapatan orang miskin ke-i
Y P = garis kemiskinan ( poverty threshold )
N = Jumlah penduduk ( total populasi ).
H = Jumlah orang miskin yang berada di bawah garis kemiskinan.
Untuk selalu diingat bahwa indeks Pα mempunyai bentuk yang berbeda-beda,
tergantung pada nilai α . Jika nilai α = 0, maka pembilangnya sama dengan H ( karena semua
bilangan dengan pangkat 0 adalah bernilai pasti 1 ), dan kita peroleh nilai rasio headcount
15
adalah: HN . Jika nilai α = 1, maka kita akan memperoleh nilai jurang kemiskinan yang
dinormalisasi.
Sekarang, jika nilai α = 2, dampak terhadap tingkat kemiskinan yang diukur oleh
jumlah pendapatan kaum miskin meningkatkan proporsi jarak seseorang dari garis
kemiskinan, Y P. Sebagai contoh, kenaikan pendapatan seseorang yang hidup di setengah
garis kemiskinan per kapita, katakanlah, satu nilai uang atau currency per hari dapat memiliki
dampak 5 kali lipat terhadap penurunan tingkat kemiskinan dan meningkatkan dengan jumlah
yang sama, pendapatan orang yang hidup di 90 persen garis kemiskinan.
Jadi, jika α = 2, ukuran yang dihasilkannya, P2, dapat ditulis sebagai formula seperti
berikut:
P2=HN
¿ (9.7)
Sebagaimana yang ditunjukan oleh persamaan (5.7), P2 berisi ukuran CV P dan memenuhi
keempat aksioma kemiskinan. Secara pasti, nilai P2 meningkat jika nilai HN , NIS atau CV P,
meningkat. Perhatikan pada formula tersebut bahwa ada penekanan yang lebih besar pada
distribusi pendapatan di antara kaum miskin (CV P) jika nilai NIS kecil, dan penekanan yang
lebih kecil bila niilai NIS besar.
Ukuran P2 semakin banyak digunakan sebagai ukuran kemiskinan standar oleh Bank
Dunia, Bank pembangunan Asia, dan sebagian besar lembaga PBB, dan ukuran tersebut juga
digunakan dalaam sebagian besar penelitian empiris mengenai keemiskinan karena
sensitivitasnya terhadap kedalaman dan parahnya kemiskinan. Pada saat ini, termasuk
Indonesia, sudah meningkatkan anggaran pendidikan, kesehatan, dan anggaran untuk
program kesejahteraan sosial bagi kaum miskin. Lembaga keuangan bank dan non bank
menyalurkan dana dari pemerintah untuk UMKM.
Indeks Kemiskinan Manusia (human poverty index/HPI). Indeks ini dibuat sebagai reaksi
ketidakpuasan terhadap pendapatan per hari yang digunakan oleh Bank Dunia. UNDP
memperkenalkan indeks kemiskinan manusia pada tahun 1997. Indeks ini hampir dapat
disamakan dengan indeks pembangunan manusia (HDI). Pihak UNDP yakin
bahwa kemiskinan manusia harus diukur dalam satuan hilangnya tiga hal utama:
(1) kehidupan ( lebih dari 30 persen penduduk negara berkembang yang paling miskin
cendrung hidup kurang dari 40 tahun ), (2) pendidikan dasar ( diukur oleh persentase
penduduk dewasa yang buta huruf ), dan (3) keseluruhan ketetapan ekonomi ( economic
16
provisioning – diukur oleh persentase penduduk yang tidak memiliki akses terhadap
pelayanan kesehatan dan air bersih ditambah persentase anak-anak di bawah 5 tahun yang
kekurangan berat badan ). Setiap tahun UNDP menerbitkan laporan tentang kondisi atau nilai
HPI untuk setiap negara berkembang. Bagi negara berkembang yang mempunyai nilai HPI
rendah dan atau semakin rendah menunjukan negara tersebut semakin baik, sedangkn tinggi
dan semakin tinggi menunjukan negara tersebut buruk indeks kemiskinannya.
Fungsi Kesejahteraaan. Menurut Todaro dan Smith, Setiap negara mempunyai fungsi
kesejahteraan sama. Adapun formula atau fungsi kesejahteraan manusia adalah sebagai
berikut:
W = W(Y, I, P) (9.8)
Dimana Y adalah pendapatan per kapita dan mempunyai relasi positif dengan kesejahteraan
atau kemakmuran. I adalah ketimpangan yang berhubungan negatif dengan kesejahteraan,
dan P adalah kemiskinan absolut yang juga mempunyai relasi negatif dengan kemakmuran
atau kesejahteraan. Ketiga variabel bebas tersebut mempunyai signifikasi yang berbeda, dan
variabel tersebut berguna untuk mengukur kesejahteraan di negara berkembang. Di samping
itu, bagi pembuat kebijakan publik tujuan pembangunan ekonomi adalah variabel I dan P
harus dieliminasi dan variabel Y harus ditingkatkan.
Soal Latihan1. Jelaskan perbedaan antara distribusi fungsional dengan distribusi ukuran pendapatan atau
perorangan dari suatu negara. Menurut anda mana yang lebih cocok untuk Indonesia,
jelaskan jawaban anda.
2. Jelaskan yang dimaksud dengan kemiskinan absolut, garis kemiskinan dan jurang
kemiskinan.
3. Jelaskan perbedaan ukuran kemiskinan absolut menurut Bank Dunia dengan UNDP.
4. jelaskan fungsi kesejahteraan menurut Todaro dan Smith, dan jelaskan pula, apakah
pemerintah Indonesia sudah membuat kebijakan untuk mengeliminasi variabel yang
menghambat kesejahteraan, jelaskan jawaban anda.
5. Jelaskan mekanisme pengukuran kemiskinan menurut kurva Lorent.
17
BAB 10
KEMISKINAN DAN KETIDAK ADILAN
EKNOMI
Kemiskinan RelatifDi dalam memandang pada masalah pengukuran untuk kebutuhn fisik dan budaya, banyak
para ekonom telah meninggalkan konsep kemiskinan absolut dan fokus pada kemiskinan
relatif dengan menetapkan ukuran standar untuk kemiskinan relatif yang dikaitkan dengan
tempat dan waktu teertentu.
Untuk para ekonom yang mendukung gagasan kemiskinan relatif, yang merupakan
konsep yang fokus kepada gejala kehilangan atau pencabutan ( deprivation ) kemampuan
individu atau kelompok untuk dapat memenuhi hidup layak secara meterial dan non material.
Menurut kamus Oxford tentang Sosiologi ( 1994 ), kemiskinan relatif mengacu kepada
individu atau kelompok yang kekurangan atau memiliki keterbatasan sumber daya ketika
dibandingokan dengan individu dan kelompok di masyarakat yang lebih luas. Dengan kata
lain, dibandingkan dengan kondisi kehidupan mereka dengan standar kehidupan sejahtera
yang dianut masyarakat.
Konsep kemiskinan relatif telah digunakan untuk mengukur derajat atau tingkat
kemiskinan individu dan kelompok. Menurut konsep kemiskinan relatif, orang atau kelompok
masuk kategori miskin karena mereka telah tercabut atau tertutup untuk mendapat
kesempatan memilih dan memiliki sumber daya, kesenangan hidup, dan mempunyai harga
18
diri sebagaimana yang dimiliki oleh masyarakat normal terhadap semua kebutuhan dan
kesempatan tersebut.
Dengan demikian, untuk individu dan kelompok yang mempunyai sumber daya di
bawah rata-rata yang dimiliki oleh anggota dan kelompok masyarakat atau keluarga, secara
aktual tidak termasuk kelompok dengan taraf hidup pada tingkat rata-rata masyarakat,
sehingga pola, kebiasaan dan aktivitas kehidupan kelompok tersebut adalah miskin relatif.
Jadi, untuk mereka yang miskin relatif tidak mempunyai pola, kebiasaan dan aktivitas
sepeerti yang diterapkan oleh masyarakat secara umum atau rata-rata.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kemiskinan relatif eksis di masyarakat disebabkan
ketiadaan staandar hidup minimum secara sosial dan kultural sesuai kriteria yang berlaku di
masyarakat ( the absence of a minimum standard of living on socially or culturally ), dan
bukan kriteria untuk tetap dapat hidup atau bertahan hidup sebagaimana konsep dari
kemiskinan absolut.
Karena kemiskinan relatif adalah sebuah persoalan perbedaan dalam menguasai
sumber daya, maka kemiskinan relatif merrupakan sebuah penilaian tentang basis atau dasar
dari tercabutnya kesempatan individu dan kelompok untuk hidup sesuai standar rata-rata
masyarakat, daan orang-orang tergolong miskin relatif berada di bagian bawah dari
masyarakatnya, dan umumnya sebagai minoritas di masyarakat.
Kesimpulan yang dapat kita ambil tentang perbedaan antara kemiskinan absolut
dengan kemiskinan relatif adalah pencabutan kesempatan untuk meningkatkan taraf
hidup bagi golongan masyarakat miskin absolut sehingga tetap berada pada tingkat
subsistens ( hanya memiliki sumber daya terbatas yang hanya cukup untuk hidup ) dan secara
kultural di bawah taraf hidup di tingkat rata-rata masyarakat. Sekaarang, hampir semua
masyarakat di dunia daari sudut pandang kemiskinan relatif sudah mengalami kemajuan. Kita
sudah menggunakan ukuran kemiskinan relatif untuk menentukan garis kemiskinan nasional,
dengan memasukan perhitungan dan pertimbangan kondisi ekonomi dan sosial, kemiskinan
relatif diderita oleh sebagian masyarakat adalah sebagian masyarakat yang belum mampu
memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup layak, seperti: makanan, pakaian, tempat tinggal
untuk kebutuhan fisik minimal. Kemiskinan relatif juga termasuk pencabutan kesempatan
untuk mendapat pelayanan kesehatan, pendidikan, lapangan kerja, keterwakilan politik dan
lain-lainnya.
Kontroversial Ketidakadilan Ekonomi
19
Ketidakadilan ekonomi pada umumnya mengacu kepada ketidaksamaan atau
ketidakmerataan pendapatan atau kesejahteraan antara kelompok yang berbeda di
masyarakat. Dan sering dikarakteristikan dengan kalimat atau perkataan singkat ( the
aphorism ): “ si kaya semakin kaya, sedangkan si miskin semakin miskin, “ kalimat singkat
tersebut sering mengacu kepada lebih khusus lagi tentang terjadinya jurang atau perbedaan
pendapatan atau kekayaan antara segmen masyarakat paling miskin dengan segmen
masyarakat paling kaya di sebuah negara atau ekonomi.
Sekalipun konsep dasarnya sudah menjadi kesadaran dan keprihatinan publik, dampak
dari terjadinya konsentrasi kemakmuran atau kekayaan pada golongan atau segmen di
masyarakat tertentu, dan dampak dari terjadinya kondisi tersebut telah menjadi perdebatan
sengit dan sangat kurang dipahami oleh para pengamat dan politisi. Menurut Nicholas
Birdsong, seorang peneliti dari the University of Kansas, menyatakan bahwa penelitian telah
mengungkapkan adanya keunggulan dan kelemahan pada ketidakadilan ekonomi di suatu
negara. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ketidakadilan pendapatan adalah secara
sosial bermanfaat untuk masyarakat, walaupun juga memberikan kemungkinan terjadi
dampak negatif untuk masyarakat.
Kecendrungan global telah menunjukan terjadi konsentrasi peningkatan kemamuran
hanya kepada golongan kecil di masyarakat. Walaupun beberapa metode untuk penghitungan
atau kalkulasi ketidakadilan ekonomi global memperlihatkan perubahan kecil pada distribusi
kemakmuran, perbedaan kalkulasi terhadap pendapatan atau kemakmuran cendrung
menghasilkan atau mengedepankan hasil berbeda. Kesimpulan mayoritas dari analisis untuk
penelitian ketidakadilan ekonomi adalah telah terjadi peningkatan konsentrasi kekayaan
hanya pada segolongan kecil di masyarakat. Pada tahun 2013, hampir setengah jumlah
kekayaan global, dimiliki atau dinikmati oleh 1(satu ) persen dari penduduk dunia. Mengenai
kecendrungan tersebut, Oxfam ( sebuah konfederasi internasional dari organisasi sosial dan
amal yang fokus untuk mengurangi kemiskinan global ) menyatakan dan mengharapkan
pada tahun 2016 telah terwujud lebih satu persen penduduk dunia yang menguasai 50 persen
kekayaan dunia. Ketidakadilan ekonomi antar negara telah menjadi fokus perhatian para
politisi, pebisnis, dan akademisi, dan para pemimpin LSM di negara-negara, seperti di
Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa.
Secara hakiki konsekwensi dari pembagian negara kaya-miskin telah justru
meningkatkan perbedaan. Beberapa ekonom menyimpulkan ketidakadilan ekonomi adalah
mempunyai keunggulan atau bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
memperbaiki kualitas hidup untuk semua anggota masyarakat, atau ketidakadilan ekonomi
20
diperlukan sebagai bagian dari wujud kemajuan masyarakat. Sedangkan sebagian ekonom
lain berpendapat bahwa konsentrasi kekayaan dunia yang telah terjadi pada segolongan kecil
penduduk dunia, menciptakan penekanan atau penindasan kepada golongan minoritas,
mengeksploitasi kelemahan penduduk dunia, menghambat dan menahan pertumbuhan
ekonomi, dan menyebabkan banyak masalah sosial.
Manfaat Ketidakadilan EkonomiKetidakadilan ekonomi mempunyai manfaat bagi pertumbuhan ekonomi, dan hal ini tentu
cukup mengejutkan bagi sebagian besar masyarakat di negara berkembang, juga di negara
maju:
Ketidakadilan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan
ketidakadilan ekonomi sering mempunyai korelasi posistif dengan pertumbuhan
ekonomi. pada tahun 1979, pemerintah Tiongkok melaksanakan beberapa program
baru yang dirancang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Segera setelah
program tersebt dilaksanakan, pertumbuhan GDP Tiongkok per tahun meningkat
sangat tinggi dari rata-rata 5.3 persen di tahun 1979 menjadi di atas 15 persen pada
tahun 1984. Walaupun, tingkat pertumbuhan naik dan turun di tahun berikutnya,
tetapi Tiongkok secara umum telah dapat mempertahankan menjadi salah satu negara
di dunia yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi sejat tahun 1980an.
Selama periode yang sama bahwa pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi, juga
telah menciptakan peningkatan ketidakadilan ekonomi atau pendapatan di Tiongkok.
Sekarang, Tiongkok telah menjadi negara dimana tingkat ketidakadilan ekonomi atau
pendapatan sangat tinggi di dunia.
Contoh yang lain memperlihatkan korelasi antara pertumbuhan ekonomi
dengan ketidakadilan pada distribusi kemakmuran. Hal tersebut dibuktikan dari
ekspansi ekonomi yang dialami oleh Amerika Serikat pada sebelun tahun 2008. Pada
periode tersebut terjadi pertumbuhan ekonomi yang bersamaan dengan peningkatan
ketidakadilan distribusi pendapatan. Ketidakadilan distribusi pendapatan turun antara
tahun 2007-2008, selama terjadi resesi ( a recession ) – penurunan aktivitas ekonomi
secara signifikan yang menyebar keseluruh sektor ekonomi selama beberapa bulan,
secara normal GDP ril turun, pendapatan ril turun, pengangguran meningkat, produksi
perusahan turun dan penjualan perusahaan pengecer turun. Resesi dimulai sesaat
setelah ekonomi mencapai aktivitas puncak ( a peak of activity ) dan berakhir setelah
21
aktivitas ekonomi mencapai titik terendah ( its trough ). Antara titik trough dan peak,
ekonomi dalam kondisi ekspansi. Kemudian ketika ekonomi Amerika Serikat pulih
dari resesi, begitu juga dengan kembalinya tingkat ketidakadilan distribusi
pendapatan.
Beberapa pengamat berpendapat terdapat bukti tentang korelasi antara
ekonomi ketidakadilan telah mendorong pertumbuhan ekonomi dengan beberapa cara.
Pertama, insentif semakin besar untuk inovasi dan kewiraswastaan ketika terjadi
ketidakadilan ekonomi adalah merupakan fakta di ekonomi. Sebagai contoh, gaji
tinggi untuk para pekerja dengan posisi eksekutif telah menciptakan insentif untuk
para pekerja dengan gaji rendah untuk berusaha keras meningkatkan posisinya. Para
anggota masyarakat yang kurang makmur bekerja menjadi lebih keras lagi,
menciptakan perusahaan baru, atau berusaha keras untuk menemukan produk baru
dengan tujuan menjadi anggota pada kelompok masyarakat yang berpenghasilan
tinggi. Pada sisi lain, ketika jurang perbedaan tingkat pendapatan rendah atau kecil,
para anggota masyarakat yang berpendapatan rendah mempunyai insentif rendah atau
kurang untuk berusaha meningkatkan pendapatannya.
Karena itu, Beberapa ekonom berpendapat bahwa perbedaan atau kesenjangan
pendapatan dan kemakmuran adalah pada akhirnya adalah merupakan bagian dari
kesuksesan suatu ekonomi ( negara, masyarakat ) dalam melaksanakan pembangunan
ekonomi. Nicholas Kaldor berpendapat bahwa pola pasar jangka panjang
memperlihatkan tarikan menuju ( pulls toward ) konsentrasi kekayaan pada golongan
kecil di masyarakat.
Dia juga berpendapat bahwa pada jangka pendek, dimana ketidakadilan
ekonomi adalah pada kondisi minimum, terjadi tingkat investasi yang relatif rendah
dan menyebabkan tingkat laba semakin rendah, tingkat konsumsi semakin rendah,
penyediaan lapangan kerja semakin rendah, dan pendapatan total semakin rendah.
Sesudah itu, permintaan pasar semakin tinggi sebagai akibat investasi dan inovasi.
Hal tersebut menyebabkan peningkatan permintaan investasi dan kecendrungan
kemajuan teknologi memerlukan akumulasi modal untuk mengembangkan inovasi
dan penemuan baru. Proses pembangunan dan permintaan investasi menyebabkan
peningkatan konsentrasi modal pada segolongan kecil masyarakat ( kaum pemilik
modal atau kapitalis ). Konsentrasi kemakmuran menyebabkan peningkatan
perbedaan antara kelas masyarakat miskin atau menengah dengan kelas masyarakat
yang kaya dan melakukan investasi dan akumulasi modal.
22
Ketidakadilan Ekonomi Meningkatkan Keadilan. Sebagian ekonom berpendapat
bahwa sebuah masyarakat dengan kondisi ketidakadilan ekonomi adalah lebih adil
daripada sebuah masyarakat dengan secara umum sama atau equal terhadap
pendistribusian kemakmuran. Pasar yang tidak terbatas cendrung secara
alamiah membangun dengan nyata ketidakadilan ekonomi sebagaimana yang sudah
kita bahas. Maka kesetaraan atau kesejajaran ekonomi pada umumnya memerlukan
penerapan dan pemanfaatan kebijakan tegas tentang redistribusi kemakmuran, seperti
undang-undang pajak progresif. Secara mendasar, keadilan ekonomi memerlukan
tindakan mengambil kemakmuran dari si kaya dan menyerahkannya kepada si miskin.
Ide mendasar yang dikandung oleh hak milik pribadi ( property right )
hendaknya secara relatif berbentuk tidak menghambat atau tidak merusak, hal
tersebut merupakan sebagian dari dasar teori ekonomi neoliberal. Kaum neoliberal
memandang negara sebagai sekelompok hantu atau dedemit yang diperlukan ( a sort
of necessary evil ) untuk memfasilitasi operasi pasar bebas atau untuk mencegah dan
memperbaiki kondisi pasar yang terdistorsi.
Campurtangan politik terhadap proses ekonomi alamiah, seperti ketidakadilan
ekonomi, hendaknya dijaga untuk dapat tetap pada tingkat minimum, karena secara
hakiki atau mendasar keterlibatan pemerintah untuk urusan ekonomi merusak atau
paling tidak mengganggu hak asasi dan moral untuk kebebasan dan kemerdekaan
individu atau warga negara.
Pedistribusian kembali ( redistribution ) nampak tidak adil bagi sebagian
masyarakat, terutama dari perspektif kemakmuran. Kebijakan pajak dan kebijakan
pendistribusian kembali yang ditujukan atau diarahkan untuk mengurangi
ketidakadilan distribusi pendapatan secara paksa ( involuntarily ) dengan mengambil
secara paksa kekayaan individu tanpa pertukaran atau exchange manfaat secara adil.
Walaupun pendistribusian kembali kekayaan atau kemakmuran secara umum
bermanfaat untuk semua anggota masyarakat, tetapi mayoritas atau sebagian besar
dari biaya untuk tunjangan sosial ( social benefit ) adalah ditanggung oleh sebagian
kecil masyarakat yang berpendapatan tinggi dan makmur ( the wealthy segments of
society ).
Kelemahan Ketidakadilan Ekonomi
23
Secara intuitif, tentu ketidakadilan ekonomi memiliki kelemahan, dan untuk negara
berkembang, ketidakadilan ekonomi dapat memicu goncangan politik dan sosial yang dapat
memicu kerusuhan bahkan pemberontakan rakyat terhadap pemerintah sah yang dapat
berujung perang sipil dan disintegrasi bangsa dan negara.
Ketidakadilan Ekonomi Menghambat Pertumbuhan Ekonomi. Derajat atau
tingkat ketidakadilan ekonomi dapat berperan sebagai faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek. Walaupun demikian, beberapa ekonom
telah menemukan bukti empiris tentang adanya korelasi negatif antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketidakadilan ekonomi dengan angka sekitar 0.5 – 0.8 persen antara
tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dengan jangka pendek, artinya
ketidakadilan ekonomi yang berkelanjutan telah mengurangi tingkat pertumbuhan
ekonomi jangka panjang sekitar 0.5 – 0.8 persen per tahun.
Penjelasan yang berbeda telah disampaikan atau disebarluaskan untuk
menjelaskan bagaimana ketidakadilan ekonomi dapat menyebabkan terjadi
pelambatan pertumbuhan ekonomi. Tingkat ketidakadilan ekonomi tinggi berarti
semakin tinggi tingkat kemiskinan di masyarakat. Kemiskinan sangat mempunyai
keterkaitan dengan tingkat kriminalitas dan fasilitas kesehatan buruk untuk
masyarakat, yang menjadi beban atau penghalang bagi pertumbuhan ekonomi. Di
dalam menghadapi kenaikan pada harga makanan pokok dan pendapatan semakin
rendah, dukungan untuk kebijakan pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi oleh
masyarakat menjadi menurun. Golongan warga kaya di masyarakat mempertahankan
ketidakseimbangan atau ketidakmerataan kekuatan politik dibandingkan dengan
kekuatan politik kaum miskin, dengan berusaha mengembangkan struktur pajak yang
tidak efisien yang cendrung berpihak kepada kaum kaya. Pendistribusian pendapatan
tidak adil telah meningkatkan ketidakstabilan politik, yang dapat mengacam hak milik
( property rights ), meningkatkan risiko menolak untuk menerima kontrak dan ikatan
dari negara dan menghambat atau mengurangi akumulasi modal di ekonomi, semakin
lebar dan dalam jurang antara si kaya dengan si miskin akan cendrung meningkatkan
elite politik untuk mengejar rente dan sikap dan perilaku membunuh mekanisme
pasar, dan pasti menghambat pertumbuhan ekonomi.
Menurut salah satu teori pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah juga
berperan untuk menghentikan atau paling tidak menekan ketidakadilan ekonomi di
24
masyarakat, setelah periode peningkatan pertumbuhan ekonomi, melalui penurunan
dana investasi yang tersedia untuk modal manusia ( human capital ). Modal fisik
menjadi semakin terbatas, ketika semakin sedikit individu mempunyai dana untuk
diinvestasikan untuk pelatihan dan pendidikaan. Sebagai akibatnya, permintaan untuk
modal manusia adalah sulit atau bahkan tidak mungkin untuk diperoleh, dan
pertumbuhan ekonomi berhenti. Sebagai konsekwensi atau akibat tambahan dari
kondisi tersebut, kenaikan permintaan modal di pasar modal dan uang, telah
meningkatkan risiko pinjaman tidak mempunyai anggunan, yang pasti meningkatkan
risiko pemberi pinjaman ( kreditor ) untuk mempunyai peminjam ( debitur ) yang
gagal bayar. Semakin tinggi risiko di pasar modal dan pasar uang membuat semakin
rentan dan kemungkinan semakin besar para debitur gagal bayar seperti pada krisis
subprime mortgage di tahun 2008.
Ketidakadilan Ekonomi Meningkatkan Kriminalitas. Penelitian telah
membuktikan terdapat korelasi positif antara ketidakadilan ekonomi dengan tingkat
kriminalitas. Menurut sebuah penelitian yang dilaksanakan antara tahun 1968 sampai
dengan 2000, hampir semua hasil penelitian membuktikan bahwa ketidakadilan
ekonomi di masyarakat telah membuktikan bahwa tingkat kriminalitas di masyarakat
sangat tinggi. Penelitian menyimpulkan bahwa ketidakadilan ekonomi adalah faktor
utama yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan tingkat kriminalitas secara
konsisten.
Para peneliti menyarankan sejumlah penjelasan rasional tentang adanya
korelasi positif antara tingkat ketidakadilan dengan tingkat kriminalitas di masyarakat.
Pertama, anggota masyarakat yang tidak beruntung atau miskin mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk menderita atau mempunyai rasa marah atau tidak puas
serta kebencian sebagai akibat dari posisi ekonomi mereka atau persaingan untuk
mendapatkan sumber daya dan kesempatan kerja yang terbatas, menyebabkan
semakin tinggi tingkat kecendrungan untuk berperilaku kriminal.
Kedua, ketidakadilan ekonomi meningkatkan rangsangan atau insentif untuk
melaksanakan tindakan kejahatan. Semakin sedikit metode sesuai atau tidak
melanggar hukum untuk mendapatkan sumber daya tersedia, karena semakin
meningkat jumlah kaum miskin yang hidup dan tinggal di masyarakat dengan
ketidakadilan ekonomi. Sekalipun ketika risiko dihukum semakin tinggi untuk para
pelaku kriminal, metode melawan hukum untuk mendapatkan harta atau aset mungkin
25
memberikan penghasilan lebih baik dibandingkan dengan cara atau metode sesuai
hukum untuk mendapatkan sumber daya dan kekayaan..
Ketiga, semakin lebar dan dalam jurang antara si kaya dengan si miskin
cendrung meningkatkan kriminalitas dengan pengurangan dana untuk penerapan atau
penegakan hukum ( law enforcement ) kepada masyarakat miskin. Anggota
masyarakat yang hidup makmur di masyarakat, mempunyai kecendrungan untuk
berkumpul di wilayah permukiman tertentu ( dengan kondisi lingkungan hidup lebih
baik, bersih, aman dan nyaman ), terutama ketika perbedaan kekayaan dan
penghasilan antara si kaya dengan si miskin meningkat. Kaum kaya yang hidup
eksklusif di wilayah tertentu mempunyai dana lebih dari cukup untuk polisi dan
perusahaan jasa keamanan dibandingkan dengan wilayah tempat tinggal penduduk
kaum miskin, menyebabkan lembaga polisi menjadi kurang efektif atau semakin
banyak anggota polisi bersedia untuk menerima uang sogok untuk meningkatkan
jumlah anggota polisi bertugas di daerah kaum miskin. Peningkatan konsentrasi polisi
di wilayah tempat tinggal kaum kaya menyebabkan terjadi tingkat kriminalitas tinggi
di wilayah tempat tinggal kaum miskin yang umum terjadi di masyarakat dengan
ketidakadilan ekonomi atau ketidakseimbangan pendapatan. Pada masyarakat dengan
ketidakadilan ekonomi tinggi, investasi oleh pemerintah di dalamrangka mengurangi
ketidakseimbangan ekonomi adalah lebih efektif untuk mengurangi tingkat
kriminalitas daripada meningkatkan dana untuk polisi guna melaksanakan penegakan
hukum.
Ketidakadilan Ekonomi menurunkan Kesehatan. Bagian masyarakat yang miskin
di masyarakat adalah golongan terbesar penderita jenis penyakit tertentu
dimasyarakat. Akses atau untuk mendapatkan perawatan kesehatan dan makanan
sehat adalah kadang-kadang dibatasi atau tidak tersedia untuk orang miskin. Sebagai
akibatnya sebagian besar masyarakat miskin di masyarakat, memberkan gambaran
tentang terjadinya ketidak adilan ekonomi, adalah kurang efektif atau produktivitas
rendah pada para pekerja yang berpendapatan rendah yang berasal dari masyarakat
miskin, tingkat kesakitan tinggi dan tingkat kematian rata-rata tinggi, memerlukan
biaya perawatan kesehatan tingggi, dan secara progresif membuat tambah miskin
untuk kelompok masyarakat miskin yang memiliki tingkat kesakitan tinggi ( higher
disease ).
26
Food deserts adalah bagian makanan sehat yang sulit tersedia di wilayah
terpencil ( jauh dari kota ) seperti sayur dan buah segar dan makanan sehat lainnya
adalah mempunyai karakteristik unik pada masyarakat dengan ketidakadilan ekonomi,
food deserts dikarakteristikan dengan kekurangan ketersediaan makanan sehat dan
ketidakmampuan masyarakat untuk membelinya ( karena tidak ada yang
memproduksi dan menjualnya ). Food deserts terjadi di beberapa negara barat yang
maju ekonominya, termasuk the United Kingdom ( inggris, Wales, Skotlandia dan
Irlandia Utara ), Canada, Australia dan New Zealand. Pengertian food deserts berawal
dari Skotlandia selama awal tahun 1990an dalam konteks sebuah laporan dari sektor
perumahan publik ( perumahan yang dibangun oleh pemerintah di daerah terpencil ).
Walaupun terminologi berasal dari Skotlandia, kondisi tersebut sama dan sebangun
dengan peningkatan berkelanjutan sejak tahun 1990an di the United Kingdom, dan
pada akhirnya menjadi topik umum untuk penelitian yang mempengaruhi kebijakan
pemerintah di internasional. Pada tahun 2009, 2.2 persen dari semua rumahtangga di
Amerika Serikat adalah berlokasi di wilayah food deserts. Di Amerika Serikat dan di
negara industrial Barat lainnya, keterbatasan akses untuk makanan segar adalah
dikaitkan dengan ketidakseimbangan kelebihan berat badan ( obesitas ) dan diet yang
dikaitkan dengan tingkat kesakitan di antara rumahtangga yang berpenghasilan
rendah. Sekarang masalah food deserts sudah menjadi perhatian oleh pemerintah di
negara maju, karena tingkat obesitas dan tingkat kesakitan lainnya yang disebabkan
food deserts terus meningkat. Sesuatu yang cukup mengejutkan bahwa penderita
obesitas sebagian besar diderita oleh orang miskin dibandingkan dengan orang kaya.
Kesehatan kaum miskin berdampak terhadap kemakmuran sebuah masyarakat.
Kesehatan buruk memaksa masyarakat untuk mengatasi atau menanggulangi angkatan
kerja yang tidak efektif, semakin tinggi tingkat mortalitas atau tingkat kematian
karena kasus penyakit tertentu yang menular dan mematikan ( HIV dan AIDS, Flu
Burung, Virus Zika, Virus Ebola, Malaria, Demam beredarah, Corona), menyebabkan
jumlah premi asuransi menjadi mahal, dan menekan tingkat kemakmuran. Semakin
ekonomi memburuk, semakin kecil pajak yang dapat dikumpulkan oleh pemerintah,
dan semakin tinggi tingkat pajak dan semakin rendah tingkat pelayanan untuk
masyarakat. Food deserts juga menyebabkan ketidakmerataan tingkat keadilan
ekonomi di masyarakat. Orang dengan pendapaatan rendah pada lokasi food deserts
dan menghadapi biaya lebih tinggi untuk mendapatkan makanan sehat. Kaum miskin
menanggung beban yang tidak seimbang untuk menanggung biaya kesehatan yang
27
semakin tinggi, si miskin mempunyai kemampuan yang lemah untuk dapat bekerja
dengan efektif, dan sebagian besar dari waktu dihabiskan untuk mendapatkan
makanan. Sehingga kaum miskin sebagai manusia gagal untuk menjadi manusia
seutuhnya, karena bekerja bukan hanya untuk makan, juga untuk kehidupan yang lain.
Ketidakadilan Ekonomi Meningkatkan Ketidakadilan Politik. Ketika distribusi
kemakmuran menjadi terkonsentrasi kepada segolongan kecil di masyarakat,
kekuasaan politik cendrung menjadi berat atau berpusat ke arah golonan kecil
masyarakat yang makmur atau berpendapatan tinggi. Kelompok berpendapatan tinggi
mampu untuk berkeinginan memanipulasi pemerintah sesuai keinginannya melalui
proses hukum dan demokrasi, juga melalui praktik korupsi. Kaum miskin dan kelas
pekerja semakin miskin yang secara bersama-sama tidak mampu untuk menjadi kaum
terdidik atau berpartisipasi pada proses politik, dan juga kekuatan ekonomi dikuasai
kaum kaya yang menyebabkan sumber daya yang tersedia untuk si miskin menjadi
semakin terbatas. Kondisi tersebut menjadi insentif kaum miskin tidak berkeinginan
untuk mendapatkan kekuasaan politik, dan menjadi apatis.
Kaum kaya mendapatkan keunggulan secara politik dan ekonomi dengan
melalui beberapa cara. Di masyarakat dengan sistem politik demokratis konstitusional
yang kekurangan dana publik untuk kampanye politik, seperti Amerika Serikat, para
tokoh politik memerlukan dukungan dana privat untuk dapat melaksanakan kampanye
politik yang efektif. Para kandidat untuk lembaga politik Federal, seperti untuk
menjadi anggota Congress dan Senator, selama pemilihan umum tahun 2010 secara
bersamaan menghabiskan total dana sebesar enam milayar US Dollar. Para kandidat
yang sukses menjadi senator menghabiskan dana kampanye rata-rata $ 10.3 juta,
sedangkan kandidat yang menjadi anggota Congress menghabiskan dana kampanye
rata-rata $ 1.6 juta. Sementara lebih banyak lagi uang dihabiskan tidak selalu
menghasilkan suara pemilih semakin atau bertambah banyak, belanja kampanye
mempunyai korelasi positif dengan jumlah suara yang para peneliti sudah mampu
untuk membuat prediksi dengan tingkat kepercayaan tinggi bahwa untuk satu suara
diperlukan dana sebesar $ 5, agar bersedia memilih satu kandidat.
Para tokoh politik memerlukan sebuah lembaga yang beranggotakan orang
kaya untuk mendapatkan sumbangan dari donatur potensial yang menjadi anggota
dalam rangka untuk mendanai kampanye politik yang sukses. Setengah atau lebih
waktu dari para anggota Congress digunakan untuk berbicara dengan para donatur
potensial untuk mendapatkan dana kampanye. Menurut sebuah laporan, “ hal tersebut
28
merupakan bentuk aktivitas anggota Congress yang dipandang buruk – tidak layak
karena menggunakan waktu kerja untuk kepentingan sendiri – . Untuk seorang yang
pertama kali menjadi anggota Congress untuk duduk di sepanjang rapat dengar
pendapat atau rapat anggota merupakan waktu yang dihabiskan dengan biaya
oportuniti tidak dapat meningkatkan dana kampanye. Para donatur kaya adalah
memberikan akses utama kepada para anggota Congress yang terpilih. Para politisi
adalah kemungkinan menjadi enggan untuk mendukung Kebijakan atau Undang-
Undang yang tidak memberikan kemudahan bagi kepentingan kaum kaya yang
mendukungnya, karena mereka takut kehilangan dana politik yang utama dan besar
yang akan berakibat negatif untuk pemilihan umum yang akan datang.
Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah kurang mampu untuk
mempengaruhi para anggota Congress. Kepentingan politik dan keterlibatan politik
secara substansi ditekan di masyarakat dengan ketidakadilan ekonomi. Menurut
sebuah survai, para individu yang hidup di masyaarakat dengan hampir terdapat
keadilan ekonomi adalah 4 kali lebih mungkin untuk dapat melibatkan diri secara aktif
di dunia politik, dan 2.7 kali lebih mungkin untuk memberikan suara dibandingkan
dengan anggota masyarakat dengan ketidakadilan ekonomi. Kelompok lebih miskin di
masyarakat adalah secara politik tidak menguntungkan atau lemah, karena mereka
tidak mampu untuk menggunakan waktunya untuk aktivitas politik. Kelompok
masyarakat berpenghasilan lebih rendah cendrung menghabiskan waktunya lebih
banyak untuk bekerja atau guna menjamin mendapatkan kebutuhan dasar. Sebagai
akibatnya, mereka kurang mampu untuk menginvestasikan waktunya atau uang untuk
mendapatkan pengetahuan politik atau berpartisipasi pada proses politik. Di samping
itu, ketidakadilan ekonomi menurunkan partisipasi politik oleh kaum miskin karena
kaum miskin kurang mampu untuk mempengaruhi hasil dari proses politik. Hal
tersebut membuktikan bahwa kaum miskin sangat rentan untuk dieksploitasi dan
dimanipulasi kepentingan politiknya oleh kaum kaya.
Konsentrasi kekayan pada tangan kaum kaya, termasuk kekuasaan politik
dengan melalui peningkatan kemampuan kaum kaya untuk melakukan korupsi pada
proses politik. Beberapa ( mungkin cukup banyak ) pejabat pemerintah secara sadar,
mudah kena, bahkan senang menerima uang sogok, jika para pejabat berperan dalam
meningkatkan tekanan untuk kondisi ekonomi sekarang pada masyarakat dengan
tingkat ketidakadilan ekonomi tetap terjadi. Selanjutnya, secara ekstrem anggota
29
masyarakat kaya adalah lebih mampu untuk memberikan uang sogok di masyarakat
yang relatif terdapat di negara dengan ketidakadilan ekonomi.
Ketidakadilan Ekonomi Menurunkan Kesempatan Mendapatkan Pendidikan.
Hasil penelitian secara substansi mengungkapkan terdapat hubungan antara
pendidikan dengan kemiskinan. Negara-negara dengan tingkat keadilan ekonomi
tinggi dan memiliki penduduk miskin relatif kecil, cendrung mempunyai warga
negara dengan tingkat pendidikan tinggi. salah satu ukuran berupa peningkatan
koefisien Gini ( sebuah ukuran untuk ketidakadilan distribusi pendapatan ) mampu
menjelaskan bahwa 10 persen penurunan lulusan sekolah menengah atas dan kenaikan
40 persen lulusan perguruan tinggi ( strata satu ). Secara ekonomi di masyarakat
terjadi ketidakadilan ekonomi, di masyarakat umum dengan tingkat rata-rata
pendidikan turun, sementara tingkat pendidikan kaum kaya atau elite meningkat.
Sebuah pendapat yang menjelaskan adanya hubungan antara pendidikan
dengan ketidakadilan ekonomi adalah masyarakat dengan ketidakadilan ekonomi
cendrung melaksanakan investasi di bidang pendidikan rendah. Ketiadaan program
bea siswa swasta dan pemerintah, kaum miskin tidak mampu untuk membayar biaya
pendidikan atau menghabiskan waktunya di sekolah dan lebih banyak dihabiskan
untuk bekerja ( jumlah pekerja anak-anak signifikan ). Negara pembuat sepatu seperti
Bangladesh mempekerjakan pekerja muda bahkan anak-anak, guna mendukung
pendapatan keluarga yang tergolong keluarga miskin. Dengan demikian, anak-anak
yang bekerja di pabrik sepatu tidak mempunyai waktu untuk bersekolah untuk
mendapatkan pendidikan, karena kebutuhan ekonomi keluarga mereka. Pendapatan
potensial anak-anak di masa depan turun, dan kemungkinan meningkat pada
kehidupan anak dan keluarga untuk tetap hidup menjadi keluarga miskin.
Pada negara dengan ketidakadilan ekonomi, dukungan pemerintah cendrung
menurun untuk program pendidikan masyarakat miskin. Ketika kaum kaya semakin
kaya, kebijakan publik cendrung berpihak kepada kepentingan ekonomi kaum kaya
daripada kepentingan kaum miskin. Program pendidikan untuk si miskin cendrung
menjadi tidak popular untuk kaum kaya, karena program tersebut menggunakan dana
publik yang pada umumnya berasal dari pajak yang ditanggung atau dibebankan
kepada kaum kaya, dan hasilnya didistribusikan untuk kaum miskin.
Dampak positif dari kenaikan GDP mempunyai korelasi positif dengan
semakin tinggi ketidakadilan ekonomi. Dari perspektif kaum kaya atau teori ekonomi
liberal atau para penganut neoliberal, keadilan adalah dalam kondisi maksimum di
30
dalam masyarakat yang terdapat stratifikasi berdasarkan ekonomi yang menghindari
atau mencegah kebijakan redistributif. Walaupun demikian, kelemahan dari
ketidakadilan ekonomi adalah lebih besar atau lebih banyak dan dinyatakan lebih
signifikan dibandingkan dengan manfaatnya masyarakat dengan kondisi ketidakadilan
ekonomi akan mengalami pertumbuhan ekonomi rendah dalam jangka panjang,
tingkat kriminalitas tinggi, palayanan kesehatan untuk masyarakat buruk, peningkatan
ketidakadilan politik dan menyebabkan tingkat pendidkan rata-rata penduduk rendah.
Pertanyaan untuk Pendalaman Materi1. Jelaskan indeks kemiskinan manusia menurut UNDP.
2. Jelaskan perbedaan antara konsep kemiskinan absolut dengan kemiskinan relatif.
3. Sebutkan dan Jelaskan keunggulan dan kelemahan dari masyarakat yang mengalami
ketidakadilan ekonomi.
4. Diketahui:
GDP = 10.000.000 satuan currency
N = 10.000 jiwa
YP = 3.000 satuan currency
Yi = 1.500
α = 1.
Hitung besar nilai Pα.
31