standardisasi, sertifikasi, dan lisensi profesi pendidik … · web viewjurusan/program studi...

34
STANDARDISASI PROFESI KONSELING Prof.Dr.Mungin Eddy Wibowo,M.Pd,Kons. (Universitas Negeri Semarang) Pengantar Dalam waktu dekat Indonesia akan memasuki era pasar bebas secara terbatas di kawasan Asia Tenggara,kemudian berlanjut di kawasan Asia Pasifik dan dunia. Dalam konteks pasar bebas ini, terjadi kompetisi bahkan suatu mega-kompetisi di dalam seluruh kehidupan manusia. Mega kompetisi tersebut adalah dorongan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, dengan kualitas tersebut orang saling bersaing satu dengan yang lain. Keadaan seperti ini memungkinkan tenaga kerja pada umumnya dan pendidik pada khususnya yang berasal dari luar negeri akan masuk ke Indonesia dengan kesempatan yang lebih luas,karena mereka akan memiliki hak pasar yang sama dengan pendidik dalam negeri. Kemungkinan munculnya konselor dari luar negeri yang mencari kerja sebagai konselor di Indonesia akan mengurangi kesempatan kerja para konselor yang berasal dari Indonesia. Menurut data dari Balitbang Depdiknas Tahun 2002, jumlah lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Tahun 2002 sebanyak 166.230 orang. Dengan asumsi bahwa lulusan LPTK setiap tahun adalah sama,maka tenaga kerja LPTK yang memerlukan pekerjaan sebagai pendidik (termasuk konselor) cukup banyak. Oleh sebab itu,para pendidik atau calon pendidik yang berasal dari Indonesia sebaiknya mendapat perlindungan profesi pendidik. Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 1

Upload: lythien

Post on 21-Apr-2018

270 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

STANDARDISASI PROFESI KONSELING

  Prof.Dr.Mungin Eddy Wibowo,M.Pd,Kons.

(Universitas Negeri Semarang)

 Pengantar

Dalam waktu dekat Indonesia akan memasuki era pasar bebas secara terbatas di kawasan Asia Tenggara,kemudian berlanjut di kawasan Asia Pasifik dan dunia. Dalam konteks pasar bebas ini, terjadi kompetisi bahkan suatu mega-kompetisi di dalam seluruh kehidupan manusia. Mega kompetisi tersebut adalah dorongan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, dengan kualitas tersebut orang saling bersaing satu dengan yang lain. Keadaan seperti ini memungkinkan tenaga kerja pada umumnya dan pendidik pada khususnya yang berasal dari luar negeri akan masuk ke Indonesia dengan kesempatan yang lebih luas,karena mereka akan memiliki hak pasar yang sama dengan pendidik dalam negeri.

Kemungkinan munculnya konselor dari luar negeri yang mencari kerja sebagai konselor di Indonesia akan mengurangi kesempatan kerja para konselor yang berasal dari Indonesia. Menurut data dari Balitbang Depdiknas Tahun 2002, jumlah lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Tahun 2002 sebanyak 166.230 orang. Dengan asumsi bahwa lulusan LPTK setiap tahun adalah sama,maka tenaga kerja LPTK yang memerlukan pekerjaan sebagai pendidik (termasuk konselor) cukup banyak. Oleh sebab itu,para pendidik atau calon pendidik yang berasal dari Indonesia sebaiknya mendapat perlindungan profesi pendidik.

Keberadaan pelayanan konseling dalam sistem pendidikan di Indonesia dijalani melalui proses yang panjang sejak kurang lebih 40 tahun yang lalu. Pada saat ini keberadaan pelayanan konseling dalam setting pendidikan, khususnya persekolahan, telah memiliki legalitas yang kuat dan menjadi bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional. Pelayanan konseling telah mendapat tempat di semua jenjang pendidikan mulai dari jenjang Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi.

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 1

Page 2: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

Pengakuan semacam ini terus mendorong perlunya tenaga profesional konseling yang secara khusus dipersiapkan untuk penyelenggaraan pelayanan konseling. Penyiapan tenaga konseling oleh jurusan/program studi Bimbingan dan Konseling di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) telah memperkuat eksistensi pelayanan konseling di dalam sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini lebih penting dan mendesak lagi dengan ditetapkannnya secara eksplisit konselor sebagai salah satu jenis tenaga kependidikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (6) yang menyatakan bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, diwyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

Seiring dengan berkembangnya profesionalisme konseling, profesi  konselor menuntut akuntabilitas, tuntutan dunia kerja yang sadar mutu, dan perkembangan wacana serta praksis penjaminan mutu tenaga bimbingan dan konseling di berbagai negara, upaya dan semangat untuk memberikan penjaminan mutu tenaga konseling terasa semakin mendesak. Hal tersebut dapat dipahami karena pelayanan konseling tanpa penjaminan mutu konselor akan memberikan dampak tidak menguntungkan bagi peningkatan mutu konseling di Indonesia. Tenaga konseling merupakan masukan instrumental yang berada di lini terdepan bagi terciptanya proses dan hasil konseling yang berkualitas.

Pengembangan standardisasi profesi konseling yang meliputi standar kompetensi konselor, standar pendidikan konselor, srtifikasi,akreditasi dan lisensi konselor, serta kode etik profesi konselor dan implementasinya merupakan langkah strategis dalam rangka profesionalisasi dan proteksi profesi konselor di Indonesia. Langkah ini dimaksudkan untuk memantapkan rumusan standard profesi konseling yang meliputi standar kompetensi konselor, standar pendidikan konselor, sertifikasi, akreditasi dan lisensi konselor, serta kode etik profesi konselor, dan sistem pengawasan praktik tenaga kependidikan, serta

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 2

Page 3: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

layanan advokasi baik bagi masyarakat pengguna maupun tenaga konseling.Tuntutan dan Arah Standardisasi Profesi Konseling

Perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan kebutuhan masyarakat berkenaan dengan pelayanan konseling menuntut adanya standardisasi profesi konseling di Indonesia. Kondisi yang sedang berkembang pada saat ini yang menjadi dasar perlunya stnadardisasi profesi konseling antara lain sebagai berikut:

1. Perkembangan pendidikan dan kehidupan masyarakat semkain mendunia yang diringi dengan berbagai perubahan dan kemajuan serta masalah-masalah yang melekat di dalamnya menimbulkan berbagai tantangan dan sekaligus menumbuhkan harapan bagi seluruh warga masyarakat. Tantangan, harapan, kesenjangan, dan persaingan yang terus- menerus sebagai suatu kenyataan yang dihadapi manusia dalam berbagai setting kehidupan, yaitu keluarga, sekolah, lembaga formal dan non formal, dunia usaha dan industri, organisasi pemuda dan kemasyarakatan, menjadi potensi timbulnya berbagai permasalahan. Kondisi semacam ini menjadikan fokus, perhatian serta medan pelayanan konseling semakin melebar, tidak hanya terbatas pada lingkungan persekolahan, melainkan juga memasuki lingkungan masyarakat luas. Konseling untuk semua (counseling for all) dan konseling sepanjang hayat (lifelong counseling) menjadi sangat relevan dengan dan sangat diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan dan peningkatan kondisi kehidupan masyarakat yang mendunia. Dalam lingkup yang lebih luas itu, profesi konseling di Indonesia tidak hanya terkait dengan berbagai aspek yang bersifat nasional, melainkan juga bersifat internasional.

2. Pelayanan konseling yang diarahkan untuk membantu pengembangan individu dalam setting sekolah dan masyarakat luas itu harus diselenggarakan oleh tenaga ahli profesional. Pendidikan tenaga profesi konseling yang selama ini dilakukan di

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 3

Page 4: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

LPTK, pada jenjang Sarjana (S1), Magister (S2), dan Doktor (S3), perlu dikaji ulang sesuai dengan arah profesi konseling yang dapat diakses untuk setting persekolahan maupun setting masyarakat luas. Kompetensi tenaga konseling profesional perlu dirumuskan dalam kaitannya standar profesi konseling. Kompetensi ini menjadi acuan atau dasar pengembangan program dan penyelenggaraan pendidikan tenaga konseling dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Program Pendidikan Magister dan doktor memiliki fungsi menyaipkan tenaga ahli atau akademisi untuk memperkuat bidang akademik, penelitian, dan pengembangan keilmuan konseling. Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) lebih terfokus kepada penyiapan praktisi konselor profesional yang berkewenangan menyelenggarakan pelayanan profesi konseling dimasyarakat luas.

3. Jurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling profesional perlu memenuhi standar profesi konseling yang diharapkan. Hal ini mencakup kurikulum, dosen, sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya sehingga memenuhi standar minimum bagi terselenggaranya pendidikan profesional konseling. Pemenuhan standar profesi oleh para dosen akan dapat secara langsung meningkatkan keprofesionalan konseling dengan dampak yang berganda,terhadap: (a) mutu pendidikan program Sarjana (S1) Konseling; (b) mutu pelayanan konseling yang dipraktikan para lulusan S1 Konseling; (c) mutu perkembangan peserta didik di sekolah yang mendapat pelayanan konseling dari lulusan S1 Konseling; dan (d) mutu perkembangan dan perilaku individu/kelompok warga masyarakat yang telah mendapat pelayanan konseling, termasuk dari konselor yang berpraktik secara mandiri (privat).

4. Pelayanan konseling yang mendunia menuntut standar profesi yang memenuhi persyaratan nasional dan internasional. Dalam hal ini, pelayanan dan program-program pendidikan tenaga profesi

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 4

Page 5: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

konseling harus didasarkan pada standar profesi konseling yang tidak hanya mendapat pengakuan nasional tetapi juga internasional. Profesi konseling di Indonesia dituntut untuk memenuhi satndar persayaratan konseling nasional, dan internasional, dan para tenaga profesionalnya dapat bersaing dengan tenaga profesional konseling di negara-negara lain.

Konselor sebagai Profesi Konselor adalah tenaga profesi yang menuntut keahlian khusus

dalam bidang konseling. Profesi merupakan pekerjaan atau karir yang bersifat pelayanan bantuan keahlian dengan tingkat ketepatan yang tinggi untuk kebahagiaan pengguna berdasarkan norma-norma yang berlaku. Profesi konseling merupakan keahlian pelayanan pengembangan pribadi dan pemecahan masalah yang mementingkan pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan pengguna sesuai dengan martabat,nilai, potensi, dan keunikan individu berdasarkan kajian dan penerapan ilmu dan teknologi dengan acuan dasar ilmu pendidikan dan psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan konseling yang diwarnai oleh budaya pihak-pihak yang terkait. Dengan demikian paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya.

Konseling sebagai ilmu dan profesi harus memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan nasional serta kehidupan masyarakat dan bangsa pada umumnya. Dari sudut pandang profesi bantuan (helping profession) pelayanan konseling diabdikan bagi peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan dengan cara menfasilitasi perkembangan individu atau kelompok individu sesuai dengan kekuatan,kemampuan potensial dan aktual serta peluang-peluang yang dimilikinya, dan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta kendalam yang dihadapi dalam perkembangan dirinya. Pandangan terhadap manusia dari segi potensinya yang positif adalah sesuatu yang memberikan ciri pelayanan konseling dalam konteks pendidikan yang membedakannya dari perspektif pelayanan medis/klinis yang cenderung melihat dari sudut patologi.

Konseling tidak lagi hanya dipelajari sebagai seperangkat teknik,

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 5

Page 6: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

melainkan sebagai kerangka berpikir dan bertindak yang bernuansa kemanusiaan dan keindividuan. Nuanasa yang dimaksud akan lebih tampak dalam masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society) yang menempatkan orientasi kemanusiaan dan belajar sepanjang hayat sebagai central featur kehidupan masyarakat masa kini dan yang akan datang. Proses konseling tidak lagi sebagai proses parsial, melainkan sebagai proses holistik yang memadukan persiapan hidup dan dunia kerja yang mencakupi seluruh domain belajar, yang memadukan pengetahuan, nilai, kompetensi, dan keterampilan. Dalam perspektif ini, konseling memiliki peran membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan belajar baru dan memberdayakan mereka dalam memperoleh keseimbangan hidup, belajar, dan bekerja. Konseling menjadi proses belajar sepanjang hayat (lifelong counseling) yang dapat diakses secara berkelanjutan oleh seluruh lapisan masyarakat, berorientasi holistik, mampu menyediakan layanan dalam rentang yang lebar dan bervariasi, termasuk kelompok masyarakat yang beruntung. Kerangka konseling seperti ini bersifat holistik yang menyatukan hakikat kemanusiaan, wawasan dan keilmuan, keterampilan, nilai serta sikap dalam pelayanan.

Kekuatan dan eksistensi profesi muncul sebagai akibat interaksi timbal balik antara kinerja tenaga profesional dengan kepercayaan publik Brigg & Blocher,1986). Masyarakat percaya bahwa pelayanan yang diperlukannya itu hanya dapat diperoleh dari orang yang dipersepsikan sebagai seorang yang berkompeten untuk memberikan pelayanan yang dimaksudkan. Public trust akan mempengaruhi konsep profesi dan memungkinkan anggota profesi berfungsi dalam cara-cara profesional. Public trust akan menumbuhkan dan melanggengkan profesi, karena dalam public trust terkandung keyakinan bahwa profesi dan para anggota profesi berada dalam kondisi: (a) memiliki kompetensi dan keahlian yang disiapkan melalui pendidikan dan latihan khusus dalam standar kecakapan yang tinggi; (b) memiliki perangkat ketentuan yang mengatur perilaku profesional dan melindungi kesejahteraan publik, yaitu adanya kodifikasi perilaku profesional sebagai aturan perilaku profesional, dan anggota perofesi

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 6

Page 7: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

bekerja berdasarkan standar perilaku profesional; (c) anggota profesi dimotivasi untuk melayani pengguna dan pihak-pihak terkait dengan cara terbaik, dengan komitmen untuk mengutamakan kepentingan pengguna dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi dan finansial.

Profesionalisasi konseling di Indonesia harus dilihat dalam konteks upaya untuk: (a) mengokohkan dan mempromosikan identitas, kelayakan, dan akuntabilitas pendidik dan tenaga kependidikan secara nasional maupun internasional;(b) menegaskan identitas profesi pendidikan dan masyarakat pendidik dan tenaga kependidikan yang secara nasional telah memenuhi standard; (c)  memantapkan kerjasama antara Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan dengan organisasi profesi dalam mendidik dan menyiapkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan profesional; (d)   mendorong perkembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan dengan tuntutan dinamika perkembangan masyarakat; (e)memberikan perlindungan kepada pendidik dan tenaga kependidikan serta para penggunanya.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi (pasal 19 ayat 3). Sebelumnya, ditetapkan bahwa kurikulum perguruan tinggi disusun oleh kalangan perguruan tinggi bersama masyarakat profesi dan pengguna (Kepmendiknas nomor 045/U/2002). Disini tampak bahwa organisasi profesi memiliki peran yang cukup signifikan untuk berkontribusi di dalam merencanakan kurikulum pendidikan tinggi. Hal ini dapat dimaknai bahwa pendidikan tenaga konseling profesional menjadi tanggungjawab perguruan tinggi (LPTK) bersama masyarakat profesi dan pengguna.

Kredensialisasi profesi konseling, yang meliputi sertifikasi,lisensi dan akreditasi menjadi tanggung jawab bersama antara perguruan tinggi dan organisasi profesi berdasarkan standar profesi yang telah dirumuskan dan ditetapkan. Hal ini penting untuk berkembangnya public trust terhadap profesi pendidikan,baik dalam konteks kehidupan keprofesional nasional maupun internasional.

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 7

Page 8: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

Pengertian  Pendidik, Standardisasi, Sertifikasi, Akreditasi,  dan LisensiPendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai

guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan (Bab I, pasal 1 ayat 6 Sisdiknas 2003). Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (Bab XI pasal 32, ayat2 Sisdiknas 2003). Tugas tersebut memerlukan pengembangan kompetensi yang terus menerus sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman sehingga standardisasi, sertifikasi dan lisensi sangat diperlukan bagi pendidik dan tenaga kependidikan.

Kompetensi merupakan komponen utama minimal dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi dan kredensi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis, dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencaai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong process).

Standardisasi kompetensi adalah proses pencapaian tingkat minimal kompetensi standar yang dipersyaratkan oleh suatu profesi. Pelayanan pendidikan yang mendunia menuntut standar profesi yang memenuhi persyaratan nasional dan internasional. Standar kompetensi dalam program sertifikasi dan lisensi kependidikan lebih menekankan pada pemberian kompetensi minimal yang dipersyaratkan untuk melakukan unjuk kerja yang efektif ditempat tugas. Tempat tugas dalam

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 8

Page 9: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

program ini adalah tugas kependidikan. Konsep kredensialiasi dan akreditasi berkaitan dengan kata kredit,

yang berasal dari  bahasa Latin –credere, berarti kepercayaan. Suatu kepercayaan dapat diberikan karena sesuatu itu benar adanya atau karena seseorang atau sesuatu organisasi telah melakukan sesuatu yang patut dihargai atau telah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Sesuai dengan makna ini, maka dikenal istilah kredit dalam dunia perbankan, sistem kredit semester dalam dunia pendidikan, angka kredit dalam kenaikan jabatan fungsional kependidikan dan sebagainya.  Dalam dunia profesi,kemampuan seseorang tenaga profesi atau lembaga yang bersangkut paut dengan profesi diuji dan kepadanya diberikan tanda bukti bahwa yang bersangkutan benar-benar diyakini dan dapat diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas dalam bidang profesi yang dimaksudkan. Pengujian dan pemberian tanda bukti yang dimaksudkan itu dilakukan berdasarkan aturan kredensial yang dikeluarkan oleh pihak-pihak yang berwenang. Aturan kredensial itu meliputi pemberian sertifikasi,akreditasi,dan lisensi.

Sertifikasi adalah proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada jenjang dan jenis setting tertentu,setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tenaga profesi pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Dengan perkataan lain, sertifikasi profesional adalah proses pemberian pengakuan terhadap tingkat kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang.

Akreditasi adalah proses penentuan status yang dilakukan oleh organisasi profesi atau suatu badan khusus yang dipandang kompeten dan independen terhadap lembaga penyelenggara program kependidikan dalam pencapaian standar mutu yang dipersyaratkan.  UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 60 secara tegas disebutkan bahwa akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 9

Page 10: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

Lisensi adalah pemberian izin kewenangan kepada tenaga profesi kependidikan untuk melakukan praktik dalam bidang profesi kependidikan setelah mengikuti uji kompetensi. Lisensi hanya dapat diperoleh jika yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh lembaga lisensi berdasarkan uji kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu. Landasan Pengembangan Profesi  Konselor

Mengacu kepada keyakinan bahwa  profesi konselor mempunyai peranan penting dalam pendidikan dan kehidupan manusia pada khususnya, maka profesi konselor hendaknya mendapatkan perhatian untuk pengembangan berkelanjutan. Pengembangan profesi konselor secara berkelanjutan berpijak pada landasan filosofis, sosiologis, psikologis, yuridis, dan pendidikan.

1.  Landasan Filosofis

Konselor adalah mahluk Tuhan, mahluk individu, dan mahluk sosial yang mempunyai tanggungjawab atas kebaikan masyarakat lingkungannya. Sebagai mahluk Tuhan, konselor perlu mengembangkan diri menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai mahluk individu, konselor perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensi dirinya. Sebagai mahluk sosial, konselor perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosialnya agar mampu hidup secara harmonis dengan sesamanya dalam berbagai kehidupan. Dengan demikian, konselor perlu diberi kesempatan seluas-luasnya, dengan berbagai kemudahan untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang utuh sesuai dengan tuntutan profesinya sebagai konselor.

2.  Landasan Sosiologis

Manusia hidup dalam berbagai lingkungan kehidupan, mulai dari lingkungan keluarga,masyarakat lokal, nasional, dan internasional atau global. Dalam berbagai lingkungan tersebut terjadi interaksi sosial yang mempengaruhi ppendidikan. Pendidikan menentukan kualitas lingkungan sosial demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, konselor sebagai

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 10

Page 11: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

tenaga pendidik selalu dituntut untuk mengikuti perkembangan dan perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan tantangan,harapan, dan kesenjangan yang menuntut perubahan dalam dunia pendidikan pada umumnya dan profesi konseling pada khususnya. Perubahan kehidupan sosial di tanah air telah terjadi dari sentralisasi ke desentralisasi. Dalam menghadapi tuntutan desentralisasi pendidikan di era otonomi, kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan agar mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan yang ada. Lingkungan sosial berubah terus menerus sesuai dengan dinamika kehidupan manusia sehingga menuntut tenaga profesi konseling memperbaharui pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara berkelanjutan. Berdasarkan keadaan tersebut perlu upaya kendali mutu melalui standardisasi, sertifikasi, dan lisensi konselor.

3.  Landasan Psikologis

Hakikat pendidikan adalah mengubah perilaku individu peserta didik. Konseling merupakan proses yang menunjang pelaksanaan program pendidikan di sekolah, karena program-program konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya menyangkut kawasan kematangan pendidikan dan karir, kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial. Hasil konseling pada kawasan ini menunjang keberhasilan pendidikan umumnya (Mungin Eddy Wibowo, 2001:9). Peran konselor dalam menjalankan proses konseling perlu memahami dasar-dasar perubahan perilaku yang mengikuti perkembangan psikologis peserta didik atau individu sebagai sasaran pelayanan konseling.. Oleh karena itu, konselor perlu mengembangkan diri untuk memahami azas-azas perkembangan psikologis. Perkembangan yang dicapai konselor pada saat memasuki alam dewasa akan makin mantap dan mengkristal sesuai dengan pengalaman hidup dan profesi yang diperolehnya. Pengalaman hidup yang diperoleh berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki akan mengendap dan mengkristal nyaris tanpa perubahan. Untuk menjamin agar mutu konseling tetap terandalkan maka diperlukan adanya upaya untuk mengawasi dirinya (self regulation) terhadap kompetensi dirinya.

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 11

Page 12: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

Aspek penting dari self regulation adalah komitmen terhadap kode etik, standar kompetensi, yang diwujudkan dalam bentuk sertifikasi dan lisensi.

4.    Landasan Yuridis

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan landasan hukum penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Semua pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk secara berkelanjutan mengembangkan diri agar selalu mampu memenuhi tuntutan akan kualitas yang dibutuhkan. Bab IX pasal 35  tentang standar pendidikan nasional menyatakan sebagai berikut.

(1)   Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.

(2)   Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.

(3)   Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.

(4)  Ketentuan mengenai standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Ayat (1) di atas secara eksplisit berisi mandat untuk mengembangkan tenaga pendidik (dalam hal ini konselor) secara berencana dengan mengacu pada standar nasional tenaga pendidik. Selanjutnya standar nasional perlu dipantau dan ditingkatkan secara berkala sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman.

5.  Landasan Pendidikan

Proses pendidikan melandasi pendidikan profesi konselor.

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 12

Page 13: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

Sasaran proses pendidikan adalah pencapaian kedewasaan profesional konselor,kedewasaan profesional akan tercermin dalam kemampuan melaksanakan pelayanan konseling. Kemajuan teknologi telah menuntut pembaharuan pendidikan, yang menempatan peserta didik sebagai pusat proses pendidikan. Pendidik harus mampu menyesuaikan hubungannya dengan peserta didik atau pengguna layanan, mengubah peran dari “soloist” ke “accompanist”, dan menggeser tekanan dari penyampaian informasi kearah membantu peserta didik mencari,mengatur dan mengelola pengetahuan,menuntun mereka dari pada sekedar menjejalinya (UNESCO, 1966:144).

Dengan tuntutan yang harus dipenuhi oleh konselor seperti itu,pengembangan konselor secara berkelanjutan merupakan kebutuhan mendasar dalam konteks reformasi pendidikan. Bahkan pelaku pembaharu pendidikan menghadapi tantangan ganda untuk menyediakan lebih banyak pelatihan dalam jabatan untuk meningkatkan konselor yang ada dan secara radikal mereformasi pendidikan konselor prajabatan untuk meningkatkan standar yang dituntut dari pendidik yang baru (Carnoy & De Moura Castro, dalam Torres,1996).

Pendidikan sepanjang hayat bagi konselor perlu dilaksanakan agar mereka dapat tetap melaksanakan tugasnya secara efektif sesuai dengan tuntutan zaman. Sementara pemerolehan keterampilan baru dan pembaharuan keterampilan yang telah dimiliki konselor merupakan keharusan, penilaian terhadap kinerja pendidik harus tetap merupakan prakondisi bagi peningkatan efektivitas proses konseling (Rajput,1994).

 Standardisasi, sertifikasi, dan lisensi bagi konselor diperlukan karena tuntutan kompetensi mutakhir yang relevan dengan perkembangan zaman. Ketika lulus dari LPTK, yang programnya dikembangkan secara terus menerus dengan landasan filosofis, psikologis, sosiologis, yuridis, dan pendidikan yang berlaku bagi konselor telah memiliki kompetensi dasar yang membekalinya untuk tujuan profesinya. Tugas profesional seorang konselor dilaksanakan dalam konteks dinamis dengan segala perubahan zaman yang terjadi karena kemajuan ilmu dan teknologi.

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 13

Page 14: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

Dalam hal ini kompetensi dasar seorang konselor dapat mengalami kondisi berikut: (a) perlu dimantapkan, (b) perlu dimodifikasi dan/atau (c) perlu dikembangkan. Untuk menjamin terjadinya penyesuaian kompetensi dengan tuntutan perubahan zaman, diperlukan standardisasi, sertifikasi, dan lisensi konselor secara berkala. Dengan demikian, kompetensi konselor akan terjaga relevansinya dengan tuntutan efektivitas pendidikan dan pembelajaran dalam konteks yang baru. Begitu terus dilaksanakan sehingga mutu konselor dapat dikendalikan dan dijamin. Standar Kompetensi Profesi Konseling

Tuntutan dan arah standardisasi profesi konseling di Indonesia mengacu kepada perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan kebutuhan masyarakat berkenaan dengan pelayanan konseling. Standar kompetensi, merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup kemampuan,pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai,diketahui, dan mahir dilakukan oleh tenaga konselor.

Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi dan kredensi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi,menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong learning process).

Kompetensi  profesi konselor merupakan keterpaduan kemampuan personal,keilmuan dan teknologi, serta sosial yang secara menyeluruh membentuk kemampuan standar profesi konselor.

Profil kompetensi Konselor meliputi komponen berikut.

1. Kompetensi pengembangan kepribadian (KPK), yaitu kompetensi berkenaan dengan pengembangan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 14

Page 15: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

pekerti luhur,berkepribadian mantap, mandiri dan mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.a. Menampilkan kepribadian beriman dan bertakwa, bermoral,

terintegritas, mandiri.b. Menghargai dan meninggikan hakikat, harkat dan kehidupan kemanusiaan.

2. Kompetensi landasan keilmuan dan keterampilan (KKK), yaitu kompetensi berkenaan dengan bidang keilmuan sebagai landasan keterampilan yang hendak dibangun. Kompetensi ini meliputi substansi dalam bidang pendidikan, psikologi, dan budaya.

3. Kompetensi keahlian berkarya (KKB), yaitu kompetensi berkenaan dengan kemampuan keahlian berkarya dengan penguasaan keterampilan yang tinggi.

a. Hakikat pelayanan konseling.b. Paradigma,visi dan misi konseling.c. Dasar keilmuan konselingd. Bentuk/format pelayanan konselinge. Pendekatan pelayanan konseling.f. Teknik konseling.g. Instrumentasi konseling.h. Sumber dan media dalam konseling.i. Jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling.j. Pengelolaan pelayanan konseling.

4. Kompetensi perilaku berkarya (KPB), yaitu kompetensi berkenaan dengan perilaku berkarya berlandaskan dasar-dasar keilmuan dan profesi sesuai dengan pilihan karir dan profesi.

a. Etika profesional konselingb. Riset dalam konselingc. Organisasi profesi konseling

5. Kompetensi berkehidupan bermasyarakat  (KBB), yaitu kompetensi berkenaan dengan pemahaman kaidah berkehidupan dalam masyarakat profesi sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

a. Hubungan antar-individu dan berhubungan dengan lingkungan.

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 15

Page 16: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

b. Hubungan kolaboratif dengan tenaga profesi lain: pembentukan tim kerjasama, pelaksanan kerjasama, dan tanggung jawab bersama.

Sertifikasi Kompetensi Konselor

Sertifikasi kompetensi sebagai upaya penjamin mutu konselor dan di Indonesia mempunyai arti strategis dan mendasar dalam upaya peningkatan mutu konseling. Sertifikasi merupakan jawaban terhadap adanya kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional konselor. Oleh karena itu proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam memperoleh sertifikat kompetensi yang diperlukan.

Di luar negeri, sertifikasi profesional (professional certification) adalah suatu proses sukarela yang biasanya dilakukan oleh organisasi profesi atau badan khusus untuk mengukur dan melaporkan tingkat kompetensi praktisi individual. Dengan kata lain, sertifikasi profesional adalah proses pemberian pengakuan terhadap tingkat kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang. Sertifikat adalah surat bukti pengakuan atas kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang. Jadi berbeda dengan pemberian lisensi, sertifikasi profesional dipandang sebagai pendorong utama untuk peningkatan kompetensi.

 Sertifikasi kompetensi adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat kompetensi konselor. National Commission on Educational Services (NCES) di Amerika Serikat memberikan pengertian sertifikasi secara lebih umum. Certification is a procedure whereby the state evaluates and reviews a teacher candidate’s credentials and provides him or her a license to teach. Jadi negara bagian di Amerika Serikat,melalui badan independen, yang disebut The American Association of Colleges for Teacher Education (AACTE) menilai ijazah yang dimiliki oleh calon guru untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberikan izin untuk menjadi guru atau tidak. Hal ini diperlukan karena model pendidikan tenaga keguruan antar lembaga penyelenggara pendidikan sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 16

Page 17: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. Oleh karena itu pemerolehan sertifikat dalam pertemuan ilmiah, seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, simposium, dan lain-lain bukanlah sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Ketentuan ini bersifat umum, baik untuk tenaga kependidikan maupun non-kependidikan. Khusus untuk tenaga kependidikan, Pasal 42 ayat (2) menyatakan bahwa pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar,pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi. Pasal 43 ayat (2) menegaskan bahwa sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Jadi peran lembaga penyelenggara program pendidikan tenaga kependidikan yang terakreditasi sudah jelas dan tegas berwenang menyelenggarakan sertifikasi pendidik untuk TK,SD,SMP,SMA, dan SMK. Ijazah merupakan pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan yang diberikan kepada peserta didik setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.

Tujuan sertifikasi secara substantif adalah untuk mengaudit kompetensi konselor. Secara fungsional tujuan sertifikasi adalah sebagai berikut: (1)   Melindungi profesi konselor; (2)   Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra konselor; (3)   Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara konseling, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten;(4)   Membangun citra masyarakat terhadap profesi konselor; (5)   Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu konselor.Sertifikasi konselor mempunyai manfaat sebagai berikut.

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 17

Page 18: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

1) Pengawasan Mutu1. Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan

seperangkat kompetensi yang bersifat unik.2. Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk

mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan.3. Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik

pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya.

4. Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme.

2) Penjaminan Mutu1. Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi

terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya. Dengan demikian pihak berkepentingan,khususnya para pelanggan/pengguna akan makin menghargai organisasi profesi dan sebaliknya organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan/pengguna.

2. Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/ pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.

Akreditasi Lembaga Pendidikan  Tenaga kependidikan

Lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) perlu diakreditasi untuk menjamin mutu lulusannya. Akreditasi dikenakan terhadap lembaga pendidikan, baik milik pemerintah maupun swasta. Penyelenggara akreditasi ialah pemerintah dengan bantuan organisasi profesi. Akreditasi merupakan prosedur yang secara resmi diakui bagi profesi untuk mempengaruhi jenis dan mutu anggota profesi tersebut (Steinhauser & Bradley,1983).

Akreditasi itu meliputi penilaian terhadap visi,misi,tujuan, struktur

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 18

Page 19: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

dan isi program, jumlah dan mutu pengajar,prosedur, seleksi, mutu penyelenggaraan program,penilaian keberhasilan peserta didik dan keberhasilan program, potensi pengembangan lembaga, unsur-unsur penunjang, dan hubungan masyarakat. Untuk dapat diselenggarakan akreditasi secara baik perlu terlebih dahulu ditetapkan standar pendidikan profesi konselor yang berlaku secara nasional. Penyusunan standar ini menjadi tugas bersama organisasi profesi dan pemerintah.

Tujuan pokok akreditasi ialah untuk memantapkan kredibilitas profesi. Tujuan ini lebih lanjut dirumuskan sebagai berikut.

1) Untuk menilai bahwa program yang ada memenuhi standar yang ditetapkan oleh profesi.

2) Untuk menegaskan visi, misi dan tujuan program.3) Untuk menarik calon dan tenaga konselor yang bermutu tinggi.4) Untuk membantu para lulusan memenuhi tuntutan kredensial,

seperti lisensi.5) Untuk meningkatkan kemampuan program dan pengakuan

terhadap program tersebut.6) Untuk meningkatkan program dari penampilan dan penutupan.7) Untuk membantu mahasiswa yang berpotensi dalam seleksi

memakai program pendidikan tenaga kependidikan (konselor).8) Memungkinkan mahasiwa dan staf pengajar berperan serta

dalam evaluasi  program secara intensif.9) Membantu para pemakai lulusan untuk mengetahui program

mana yang telah terstandar.10)Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pendidikan,

masyarakat profesi dan masyarakat pada umumnya tentang kemantapan pelayanan pendidikan.

 Lisensi Konselor

Dalam dunia profesi, kemampuan seseorang tenaga profesi atau lembaga yang bersangkut paut dengan profesi diuji dan kepadanya diberikan tanda bukti bahwa yang bersangkutan benar-benar diyakini dan dapat diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas dalam bidang

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 19

Page 20: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

profesi. Oleh karena itu, untuk mencapai standar mutu konselor dan perlindungan profesi diperlukan konselor yang memiliki kualifikasi dan sertifikasi sesuai dengan kewenangan serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk mewujudkannya diperlukan pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi dan ijin melaksanakan tugas sebagai konselor atau lisensi konselor .

Lisensi merupakan ijin yang diberikan oleh lembaga pemerintah atau lembaga lisensi kepada individu untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah dibuktikan bahwa individu yang bersangkutan memenuhi persyaratan kompetensi sehingga keamanan, kesejahteraan, atau kesehatan masyarakat terlindungi (Shimberg,1987). Di Amerika Serikat, undang-undang lisensi diberlakukan pada akhir tahun1800-an, diawali oleh profesi kesehatan (dokter, dokter gigi, farmasi). Pada saat itu, masyarakat mulai cemas karena siapapun boleh berpraktik dalam bidang tersebut, tanpa persyaratan pendidikan atau pelatihan tertentu. Para profesi terkait, bersama-sama dengan masyarakat, kemudian memperjuangkan peraturan perundangan lisensi sehingga memungkinkan aparat keamanan mencegah individu yang tidak berkualifikasi untuk berpraktik. Dengan demikian lisensi berfungsi ganda, kecuali untuk penjaminan mutu juga untuk proteksi profesi.

Di beberapa negara, lisensi pendidik diselenggarakan oleh pemerintah, dalam hal ini departemen pendidikan. Di negara bagian New Jersey, penyelenggaraan lisensi ditangani oleh The Office of Licencing and Academics Credentials (OLAC). Untuk dapat memperoleh lisensi, seseorang harus memiliki ijazah dari program pendidikan tenaga kependidikan perguruan tinggi terakreditasi di negara bagian tersebut dan lulus uji kompetensi. Kerjasama antara OLAC dengan perguruan tinggi terakreditasi sangat erat, sehingga lembaga ini menunjuk perguruan tinggi terakreditasi untuk menyelenggarakan mata kuliah tertentu yang mendukung proses lisensi. Untuk mendapat lisensi pendidik di negara bagian New Jersey, kecuali tes kemampuan umum, pendidik juga harus menempuh tes khusus berkaitan dengan substansi yang

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 20

Page 21: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

ditangani, misalnya guru matematika tentang matematika, kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah, konselor tentang konseling. Di negara Arizona para pemohon harus menempuh dua jenis tes yaitu Professional Knowledge dan Subject Knowledge dari the Arizona Educator Proficiency Assessment, sedangkan administrator harus menempuh the Arizona Administrator Proficiency Test.

Dalam mengkaji lisensi konselor dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut. (1) apakah yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan dan menjamin kualitas konselor sehingga lulusannya dapat lebih berkualitas? (2) apakah yang harus dilakukan pemerintah untuk melindungi konselor Indonesia karena persaingan dengan konselor asing (luar negeri) yang masuk ke Indonesia? (3) apakah yang harus dilakukan pemerintah agar konselor Indonesia mampu bertindak sebagai konselor yang dinamis dan bukan statis terhadap perubahan jaman? Untuk menjawab permasalahan tersebut perlu segera dirumuskan program lisensi konselor. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IX pasal 35 tentang Standar Nasional pendidikan yang menyatakan bahwa tenaga kependidikan harus memenuhi standar nasional, sebagai penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.

Tujuan program lisensi konselor, adalah untuk mencapai:1) Penjaminan mutu konseling. Profesi konseling merupakan

proses layanan publik, artinya setiap warganegara berhak memperolehnya. Konseling diperuntukan bagi semua individu yang sedang berkembang tanpa memandang usia,sekolah, suku,bangsa, jenis kelamin,agama,dsb. Orang tua harus mendapat jaminan bahwa anak-anaknya memperoleh pelayanan konseling sebagai bagian dari pendidikan yang bermutu oleh konselor, yang secara khusus mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan.

2) Perlindungan profesi konselor. Profesi konselor perlu dilindungi dengan kekuatan hukum untuk menghindarkan praktik oleh pihak yang tidak berhak.

3) Peningkatan Profesi konselor. Profesi konseling perlu

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 21

Page 22: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

ditegakkan, konselor harus selalu meningkatkan diri melalui berbagai kegiatan profesional, dan peningkatan itu harus dapat dievaluasi secara obyektif.

Program lisensi konselor dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu konselor, LPTK, pemerintah, dan masyarakat.1) Bagi Konselor. Lisensi bermanfaat untuk meningkatkan kualitas

kinerja, memberikan kemungkinan mengikuti perkembangan IPTEK yang mutakhir, melindungi profesinya sebagai konselor serta meningkatkan penghargaan dan kepercayaan dari masyarakat.

2) Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Memudahkan LPTK menetapkan relevansi dan mutu programnya serta mengendalikan mutu pendidikan konseling sesuai standar nasional sebagai bentuk akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pendidikan.

3) Bagi Pemerintah. Akan lebih mudah menetapkan penghargaan kepada konselor karena standar kinerja konselor dapat diketahui secara transparan dan sistematik untuk pencapaian standar nasional.

4) Bagi Masyarakat. Dengan adanya lisensi kepentingan orang tua dan masyarakat dapat terlindungi selain itu masyarakat memperoleh jaminan bahwa mutu pelayanan konseling sebagai bagian program pendidikan yang diikuti oleh anak-anaknya memenuhi standar nasional sehingga kompetensi lulusan sesuai dengan standar tersebut.

Lisensi konselor diharapkan berlaku untuk rentang waktu tertentu, baik bagi yang tidak langsung memparktekannya di dunia profesi maupun yang langsung berpraktek. Bagi konselor yang berlisensi tetapi tidak mempratekannya, masa berlakunya lebih pendek dari yang berpraktek. Maksudnya, agar keterampilan dan kompetensi profesi konseling dapat tetap terjaga dan kelayakannya dapat tetap dipertanggungjawabkan. Bagi konselor berlisensi dan bekerja pada profesinya, yang masa berlakunya lisensi berakhir, diwajibkan untuk memperbaharui lisensinya kembali untuk memenuhi tuntutan perkembangan zaman sesuai dengan standar

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 22

Page 23: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

kompetensi mutakhir  kompetensi konselor.Pada dasarnya yang menjadi sasaran penyelenggaraan lisensi

konselor adalah semua konselor atau yang ingin memilih karir sebagai konselor di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik sebagai WNI maupun WNA. Tujuannya untuk menjamin mutu layanan konselor, sehingga standar nasional pendidikan dapat dipertahankan, dan bahkan ditingkatkan. Uji kompetensi dalam proses lisensi dapat dilaksanakan, secara konvensional (paper and pencil tests) dan/atau secara audit kompetensi (portofolio, performance based assessment, atau authentic assessment).

 

Masa BerlakuSuatu tanda bukti sertifikasi, akreditasi, dan lisensi hanya berlaku

untuk kurun waktu tertentu, hal ini berarti bahwa tanda bukti tersebut setiap kali harus diperbaharui. Tuntutan untuk diperbaharuinya bukti kemampuan ini mengarah kepada penyegaran dan peningkatan kemampuan tenaga profesi yang sekaligus menjaga dan meningkatkan keprofesian profesi yang dimaksud. Dengan cara demikian, belajar sepanjang hayat (lifelong learning) bagi tenaga profesi dapat terus-menerus dirangsang, yang semuanya itu seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang konseling.

Untuk penilaian kembali kemampuan tenaga profesi konselor perlu diperhatikan dua hal pokok berikut:

(1)   Asesmen dan pertimbangan ulang dilakukan untuk memperoleh tanda bukti sertifikasi, akreditasi, dan lisensi yang baru. Asesmen dan pertimbangan ulang ini terfokus kepada data tentang perkembangan dan peningkatan kemampuan tenaga profesi konseling yang bersangkutan, seperti peningkatan kualifikasi pendidikan, penelitian dan akses kepada jurnal profesi, kegiatan kreatif dan dinamis dalam profesi, kegiatan kolaboratif profesi, partisipasi aktif dalam

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 23

Page 24: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

organisasi profesi, dan ketaatan kepada kode etik profesi.(2)   Masa berlakunya suatu tanda bukti sertifikasi, akreditasi, dan

lisensi serta cara memperolehnya kembali diatur oleh pihak berwenang bersama organisasi profesi. Untuk itu dibentuk lembaga yang representatif dan kuat.

Otoritas yang dapat melakukan kegiatan sertifikasi, akreditasi, dan lisensi adalah sesuai dengan arah dan sifat kemampuan dan kewenangan yang melekat pada sertifikasi, akreditasi, dan lisensi itu. Sesuai dengan arah dan sifat substansi yang dimaksudkan itu otoritas yang mungkin adalah: (1) Departemen Pendidkan Nasional beserta perangkat struktur organisasinya. (2) Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Lembaga Sertifikasi yang terakreditasi. (3) Organisasi/ asosiasi profesi konseling (ABKIN). (4) Tim yang diberi kewenangan khusus

Pengakuan secara formal atas kompetensi yang dimiliki oleh seseorang yang dinyatakan lulus uji kompetensi  dan diijinkan untuk menjalankan praktik adalah sertifikat kompetensi dan lisensi. Pemegang sertifikat kompetensi dan lisensi memiliki kewenangan dan diijinkan untuk melakukan pekerjaan sebagaimana dinyatakan dalam sertifikat kompetensi dan lisensi yang dimilikinya. Pengakuan masyarakat terhadap kompetensi yang dimiliki oleh pemegang sertifikat kompetensi dan lisensi, diberikan berdasarkan unjuk kerja nyata di lapangan yang manfaatnya dapat diamati dan diukur oleh masyarakat pengguna. Penutup

Berbagai upaya pengembangan profesi konseling memerlukan kegiatan evaluasi dan tindak lanjut yang mengarah kepada terwujudnya standardisasi profesi, sertifikasi kompetensi, lisensi, dan akreditasi lembaga penyelenggara pendidikan.. Kegiatan ini dapat berupa program-program pengembangan yang secara langsung diimplementasikan berdasarkan otoritas dan kebijakan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang berwenang,kolaborasi dengan stakeholders dan pihak-pihak  pengguna layanan profesi konseling, validasi standardisasi profesi yang berbasis kebutuhan lapangan baik secara nasional maupun internasional, dan

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 24

Page 25: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

kredensialisasi. Upaya dan tindak lanjut tersebut dilakukan baik oleh LPTK,Depdiknas, maupun asosiasi profesi konseling (ABKIN) dalam porsi kewenangan dan tanggungjawab masing-masing.

Pengembangan kredensialisasi profesi konseling meliputi (1) validasi standardisasi profesi melalui studi empirik-komparatif. (2) studi kelayakan tentang  sasaran yang kepadanya diberlakukan aturan kredensial (sertifikasi, akreditasi, dan lisensi), termasuk warga negara asing; dan substansi masing-masing obyek sertifikasi, akreditasi, dan lisensi. (3) penyusunan instrumen,kriteria, dan prosedur pemberian sertifikasi,akreditasi, dan lisensi. (4) pembentukan perangkat pelaksana sertifikasi,akreditasi, dan lisensi, serta kerjasama dengan pihak-pihak terkait. (5) proses pelaksanaan sertifikasi, akreditasi, dan lisensi termasuk untuk praktik mandiri bagi para konselor. 

Daftar PustakaASCA (1984). Ethical Standars for School Counselor.Journal of The

School Counselor, 32,84-87.American School Counselor Association (1979). Developmental

Guidance,ASCA Counselor, 16,pp.2-3;11-12.Arizona Departemen of Education. 2003. Teacher Certification.

Manajement Information System.Briggs,Donald A. & Blocher,Donald H. (1986). The Cognitive Approach

to Ethical Counseling. SUNY at Albany.Blocher,Donal.H. (1987). The Professional Counselor. New York:

Macmillan Publishing Company.Bullough, R.V., et al. 2003. Getting in step: accountability accreditation

and the standardization of teacher education in the United States. Journal of Education for Teaching, Vol 29, No.1 pp.34-35

Depdiknas. 2003. Higher Education Long-Term Strategy. Jakarta:

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 25

Page 26: Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik … · Web viewJurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.Depdiknas. 2003. Lisensi Pendidik. Depdiknas. 2003. Naskah Akademik Sertifikasi Kompetensi Pendidik

dan Tenaga KependidikanDepdiknas. 2002. Standar Kompetensi Guru Kelas SD-MI. Jakarta:

DepdiknasDirektorat PPTK dan KPT. 2003. Dasar Standardisasi Profesi

Konseling. Jakarta: Bagpro. PPTA Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.

 Gilley,J., Geis, G., & Seyfer C. 1987. Let’s Talk Certification. Performance and Instruction Journal, February 1987.

Mungin Eddy Wibowo (2002). Konseling Perkembangan: Paradigma Baru dan Relevansinya di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Bimbingan dan Konseling pada FIP Universitas Negeri Semarang.

 New Jersey Departemen of Education. 2003. Lisencing.      http://www, state. nj.us.njded/educatorrs/lisence. Prayitno. 1987. Profesionalisme Konseling dan Pendidikan

Konselor. Jakarta: Depdiknas. Republik Indonesia.2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

 Shimberg,B.1987. Lisensing and Certification. Dalam H.E.Mitzel (Ed),Encyclopedia of Education Research, Vol.3. New York: Free Press.

 Torres, R.M. 1996. Without the reform of teacher education there will be no reform of education. Prospects, Vol. XXIV, No. 3, pp.447-467.

Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN di Semarang 13 - 16 April 2005 26