stainpress-11111-trililikli-261-2-babi-v.pdf
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan suatu
komponen kehidupan yang sangat urgen. Aktifitas ini telah berlanjut dari
masa ke masa, sejak manusia pertama yaitu Adam sampai sekarang. Dengan
perkembangan zaman yang sangat pesat, pendidikan pun mengalami
kemajuan yang sangat pesat juga, baik dari segi strategi, metode, maupun
hasil yang dicapai.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang.1 Selain itu pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.2
Sejalan dengan pengertian dan tujuan pendidikan di atas, maka untuk
meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan sebuah strategi pembelajaran yang
lebih inovatif, sehingga proses belajar mengajar lebih terarah. Karena dengan
pendidikan yang bermutu akan menghasilkan out put yang lebih berkwalitas,
1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 2.
2 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo, 2004), 42.
-
2
yang siap menghadapi masa depan. Oleh karena itu seorang pendidik, guru
senantiasa dituntut untuk mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang
kondusif serta dapat memotifasi siswa dalam belajar mengajar yang akan
berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal.3
Untuk mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif,
terdapat berbagai komponen yang sangat terkait, di antaranya penggunaan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan proses belajar mengajar. Untuk
menciptakan strategi pembelajaran yang efektif tergantung pada kondisi
masing-masing unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar secara
faktual, di antaranya: kemampuan siswa, kemampuan guru, sifat materi,
sumber belajar, media pengajaran, faktor logistik, tujuan yang ingin dicapai.4
Oleh karena itu strategi pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan di
dalam proses belajar mengajar.
Bahwasanya strategi-strategi dalam mengajar banyak sekali. Namun
tidak ada satu strategi belajar mengajar yang sama untuk satu mata pelajaran
yang sama di semua sekolah, bahkan untuk mata pelajaran yang sama di
sekolah yang sama dan di kelas yang sama pada semester yang berbeda.5
Untuk itu kreatifitas guru dalam mengajar sangat dibutuhkan. Dan guru
memerlukan wawasan yang mantab tentang kemungkinan-kemungkinan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.6
3 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan) (Semarang: Rasail Media Group, 2008), 25. 4 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, 83.
5 Ibid., 10-11. 6 Abu Ahmadi, JokoTri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia,
1997), 12.
-
3
Perlu difahami bahwa penguasaan strategi pembelajaran dalam
pelajaran matematika pada prinsipnya kehati-hatian. Karena matematika
merupakan ilmu yang mempunyai sifat khas, kalau dibandingkan disiplin ilmu
yang lain.7 Karena itu kegiatan belajar mengajar matematika seyogyanya juga
tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain. Karena peserta didik yang
belajar matematika itupun berbeda-beda pula kemampuannya, maka kegiatan
belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika harus diatur sedemikian
rupa.
Berdasarkan penjajakan awal di lapangan, bahwasanya lembaga
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Maarif Patihan Kidul Siman Ponorogo,
menerapkan strategi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM) dalam proses belajar mengajar di kelas V yang diterapkan pada
mata pelajaran matematika.8
Seperti halnya pelajaran matematika yang memiliki ciri khas tersendiri
dibanding mata pelajaran lainnya dan membutuhkan strategi yang menarik
pula. Di samping itu pula penggunaan strategi PAKEM di sini agar peserta
didik tidak mengalami kebosanan dalam proses belajar mengajar.
Selain itu juga proses pengelolaan pengondisian kelas sangat
diperhatikan, terlebih kelas V yang memiliki tingkat kemampuan berbeda-
beda. Hal ini yang menjadi sebab MI Maarif Patihan Kidul Siman Ponorogo
menerapkan sistem pembelajaran dengan menggunakan strategi PAKEM.
7 Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1998), 1. 8 Observasi di MI Maarif Patihan Kidul Siman Ponorogo, pada tanggal 30 Januari 2008.
-
4
Dengan latar belakang pembelajaran matematika yang mempunyai
sifat khas dan membutuhkan kehati-hatian, penggunaan strategi PAKEM
dalam mata pelajaran matematika akan sangat membantu pada siswa kelas V.
Para siswa akan lebih nyaman dengan suasana yang menyenangkan dalam
proses belajar mengajar, karena secara umum tujuan penerapan PAKEM
adalah agar proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat
merangsang aktifitas dan kreatifitas belajar peserta didik serta dilaksanakan
secara efektif dan menyenangkan. Selain memberikan bantuan kepada peserta
didik, strategi ini juga bermanfaat bagi para guru, karena di sini guru hanya
mengatur jalannya pembelajaran atau guru hanya bertindak sebagai fasilitator,
bukan sebagai pusat belajar.
Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya dalam proses belajar mengajar
diperlukan strategi pembelajaran yang sangat baik dan cocok untuk situasi dan
kondisi siswa. Strategi yang cocok dan menarik peserta didik dalam
pembelajaran sekarang ini dikenal dengan nama PAKEM (Pembelajaran,
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).9
Dengan adanya strategi PAKEM sangatlah cocok dan menarik untuk
diterapkan dalam pembelajaran matematika, dan diharapkan dapat
memperlancar proses belajar mengajar di kelas V pada mata pelajaran
matematika, serta mampu mengembangkan kreativitas siswa, sehingga selaras
dengan tujuan yang diharapkan.
9 http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/11/05/pembelajaran-pakem-ii
-
5
Berpijak pada latar belakang di atas penulis ingin mengetahui
bagaimana pelaksanaan strategi PAKEM pada mata pelajaran matematika,
sehubungan dengan hal ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian
dengan judul: Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
Dan Menyenangkan (Pakem) Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Di
Madrasah Ibtidaiyah Maarif Patihan Kidul Siman Ponorogo Tahun Pelajaran
2008-2009.
B. Fokus Penelitian
Untuk membatasi wilayah yang saya teliti agar tidak terlalu melebar,
dan berdasarkan atas fenomena yang terjadi di MI Ma'arif Patihan Kidul
Ponorogo, maka penulis memfokuskan penelitian ini hanya pada persiapan
guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM, pelaksanaan strategi PAKEM, dan
faktor pendukung serta faktor penghambat pelaksanaan strategi PAKEM
dalam pembelajaran matematika.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada mata
pelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo?
2. Bagaimana pelaksanaan strategi PAKEM pada mata pelajaran matematika
kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo?
-
6
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan strategi PAKEM
pada mata pelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman
Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan persiapan guru dalam
pelaksanaan strategi PAKEM pada mata pelajaran matematika V MI
Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo.
2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pelaksanaan strategi PAKEM
pada mata pelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman
Ponorogo.
3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan strategi PAKEM pada mata pelajaran
matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang matematika, khususnya
tentang penerapan strategi PAKEM dalam pembelajaran matematika di MI
Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo.
-
7
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan kepada pihak sekolah yang diteliti, semoga hasil
dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang
berharga dalam menerapkan strategi-strategi pembelajaran yang lebih
inovatif.
b. Sebagai masukan bagi guru matematika agar terus meningkatkan
pengajaran agar setiap anak didik menjadi manusia yang berakhlakul
karimah.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.10
Penelitian kualitatif memiliki karakteristik alami sebagai sumber
data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam
hal ini jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu
deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti
individu, kelompok, institusi, atau masyarakat.11 Dalam studi kasus
peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara
mendalam.
10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), 3. 11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), 314.
-
8
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti merupakan instrumen penting dalam penelitian
kualitatif. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan berperan serta, namun peranan penelitian yang menentukan
keseluruhan skenarionya.12 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti
bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul
data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang.
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di MI Ma'arif Patihan
Kidul Siman Ponorogo yang beralamatkan di Jln. Godang No. 24 Patihan
Kidul Siman Ponorogo dengan alasan bahwa sekolah tersebut
menggunakan strategi PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar, serta
belum ada yang meneliti tentang strategi PAKEM.
4. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain.13
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manusia, yang meliputi kepala sekolah, guru matematika, guru dan
siswa-siswi MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo serta semua
pihak yang terkait dengan penelitian ini.
12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112.
13 Ibid., 112.
-
9
b. Non manusia, meliputi dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
Misalnya foto, catatan tertulis dan bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa metode
yang relevan, yaitu:
a. Teknik wawancara atau interview
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.14 Dalam penelitian
ini wawancara dilakukan kepada: kepala sekolah, guru-guru, guru
matematika, guna mendapatkan informasi tentang persiapan guru
sebelum mengajar dengan menggunakan strategi PAKEM,
pelaksanaan PAKEM, serta faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan strategi PAKEM, serta kepada siswa kelas V guna
mendapat informasi tentang tanggapan setelah belajar dengan
menggunakan strategi PAKEM.
b. Teknik Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang
menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian.15 Dalam
14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 317.
15 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 1996), 77.
-
10
spenelitian ini observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran
matematika di sekolah.
c. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencatat
data-data atau dokumen-dokumen yang ada, yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Dengan metode ini penulis ingin memperoleh
data tentang sejarah berdirinya madrasah, letak geografis, visi, misi
dan motto madrasah, keadaan guru dan siswa madrasah, serta
kurikulum madrasah.
6. Analisa Data
Analisa data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperlukan dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain.16 Analisa dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan
dipelajari dan membantu kesimpulan yang akan dapat diceritakan kepada
orang lain.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik diskriptif kualitatif dengan alur analisis model Miles dan Hubermen
yang meliputi:17
16 Sugiyono, Metodologi Penelitian, 334.
17 Miles, A. Huberman, Analisa Data Kualitatif (Jakarta: UI-Press, 1992), 20.
-
11
a. Reduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah
direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Display data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network, dan
chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama
penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang baku yang
selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
c. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini
adalah penarikan kesimpulan (conclusion drawing).
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) serta derajat
kepercayaan dan keabsahan data (kredibilitas data).18 Dalam penelitian ini
penulis menggunakan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi.
Ketekunan pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.19
18 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171.
19 Ibid., 177.
-
12
Sedangkan teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.20
8. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan
ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu penulisan laporan
hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah:
a. Tahap pra lapangan, yang meliputi penyusunan rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan
menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan,
menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan
etika penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian
dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil
mengumpulkan data kemudian dicatat dengan cermat, menulis
peristiwa-peristiwa yang diamati kemudian menganalisa data lapangan
secara intensif yang dilakukan setelah pelaksanaan penelitian selesai.
c. Tahap analisis data, tahap ini dilakukan oleh penulis beriringan
dengan tahap pekerjaan lapangan. Dalam tahap ini penulis menyusun
hasil pengamatan, wawancara, serta data tertulis untuk selanjutnya
penulis segera melakukan analisa data dengan cara distributif, dan
selanjutnya dipaparkan dalam bentuk naratif.
20 Ibid., 178.
-
13
d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
G. Sistematika Pembahasan
Sebagai gambaran pola pemikiran penulis yang tertuang dalam karya
ilmiah ini maka penulis susun sistematika pembahasan yang dibagi dalam
lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan erat dan
merupakan kesatuan yang utuh, yaitu:
Bab I pendahuluan. Dalam pendahuluan ini dikemukakan latar
belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab II kajian teoritis, tentang strategi PAKEM dan pembelajaran
matematika. Pada bab ini merupakan landasan teori yang pertama sejarah
strategi PAKEM, pengertian strategi PAKEM, karakteristik strategi PAKEM,
tujuan strategi PAKEM dan kriteria anak didik sekolah dasar. Pembahasan
kedua tentang pembelajaran matematika, meliputi pengertian pembelajaran
matematika, tujuan pembelajaran matematika, karakteristik pembelajaran
matematika, serta pembelajaran matematika dengan strategi PAKEM.
Bab III berisi tentang penyajian data yang meliputi paparan data umum
yang ada kaitannya dengan lokasi penelitian yang terdiri visi, misi, dan tujuan
MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo, sejarah singkat berdirinya MI
Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo, letak geografis, struktur organisasi,
sarana dan prasarana dan paparan data khusus yang terdiri dari data tentang
pelaksanaan strategi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
-
14
(PAKEM) dalam pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul
Siman Ponorogo.
Bab IV berisi tentang analisis data tentang persiapan strategi PAKEM,
analisis data tentang pelaksanaan strategi PAKEM, dan analisis data tentang
faktor pendukung dan penghambat dilaksanakannya strategi PAKEM.
Bab V penutup. Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi
pembaca yang mengambil intisari dari skripsi, yang berisi dari kesimpulan
dan saran.
-
15
BAB II
LANDASAN TEORI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF,
EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
H. Strategi PAKEM
Sejarah PAKEM
Awal mula kata-kata PAKEM dikembangkan dari istilah AJEL
(Active Joyfull and Efective Learning), dan untuk pertama kali di
Indonesia pada tahun 1999 dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran
Efektif, Aktif, dan Menyenangkan), namun dengan perkembangan
pendidikan di Indonesia, pada tahun 2002 istilah PEAM diganti menjadi
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).21
Landasan-landasan teori yang digunakan di dalam PAKEM pada
hakekatnya adalah mengambil teori-teori tentang active learning atau
pembelajaran aktif. Pendekatan belajar siswa aktif sebenarnya sudah sejak
lama dikembangkan.22 Seperti penjelasan di atas PAKEM masuk ke
Indonesia pada tahun 2002.
Sebagaimana PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1
menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruangan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
21 Sunarto, PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan,
wordpress.com/2008/12/25. 22 Ibid.
-
16
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.23 Hal tersebut merupakan dasar bahwa Indonesia perlu
menyelenggarakan PAKEM.
Definisi Strategi PAKEM
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti
jendral atau panglima, sehingga strategi diartikan ilmu kejendralan atau
ilmu kepanglimaan. Pengertian strategi tersebut kemudian ditetapkan
dalam dunia pendidikan.24 Dalam kaitannya dengan belajar mengajar,
pemakaian istilah strategi dimaksudkan segala daya upaya guru dalam
menciptakan suatu sistem lingkaran yang memungkinkan terjadinya
proses mengajar.25
Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar, bahwa strategi mengajar merupakan tindakan guru
dalam melaksanakan rencana mengajar, artinya: usaha guru dalam
menggunakan beberapa variabel pengajaran seperti tujuan, bahan, metode
dan alat serta evaluasi, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.26
Strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru
atau merupakan praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara
23 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) (Semarang: Rasail Media Group, 2008), 49. 24 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo, 2004), 1.
25 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka
Setia, 1997), 11. 26 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching (Ciputat: Quantum Teaching,
2005), 2.
-
17
tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien.27 Dengan kata lain strategi
mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran di kelas.
Menurut W. Gulo dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar,
bahwa strategi diartikan a plan of operation actieving someting rencana
kegiatan untuk mencapai sesuatu.28
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan strategi belajar
mengajar adalah pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam catatan sejarah pendidikan nasional, telah dikenal beberapa
pendekatan atau strategi pembelajaran seperti SAS (Sintesis, Analisis,
sistematis), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CTL (Contextual Teaching
and Learning), life skills, education, PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dan paling dikenal terakhir adalah
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan).29
Menurut Drs. Anwar Fuady mengatakan bahwa strategi yang
sangat cocok dan menarik peserta didik dalam pembelajaran sekarang ini
dikenal dengan nama PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan).30
27 Ibid., 2.
28 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo, 2004), 3.
29 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam, 45. 30 Anwar Fuady, Pembelajaran PAKEM. Wordpress.com/2008/11/05/makalahku
makalahmu .
-
18
PAKEM adalah akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM) merupakan salah satu strategi pembelajaran
yang diinginkan dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di dalam kelas.31
PAKEM dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. P : Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun melalui
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.32 Menurut
Dimyati dan Mudjiana pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar
secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.33
UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.34
Pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa
yang dibangun sedemikian rupa oleh guru untuk mengembangkan
kreatifitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan penguasaan
terhadap materi pelajaran.
31 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Madrasah Education Development
Projeck (MEDP) Direktorat Pendidikan Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Departemen
Agama Republik Indonesia, 2008), 155. 32 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 57.
33 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2008), 62. 34 Ibid., 62.
-
19
b. A : Aktif
Dalam pembelajaran adalah sebuah proses aktif membangun
makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun
pengalaman oleh peserta didik sendiri.35
Pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi
dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di
kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan kompetensinya.36
Pembelajaran aktif memungkinkan siswa berinteraksi secara
aktif dengan lingkungan, dan siswalah yang lebih banyak melakukan
aktifitas belajar maupun mencari informasi, ketrampilan dalam rangka
membangun sebuah makna dari hasil proses pembelajaran.
c. K : Kreatif
Menurut Rogers (1962) kreatif adalah kecenderungan untuk
mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk
berkembang, dan menjadi matang, kecenderungan untuk
mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.37
Sedangkan menurut Clark Moustakis (1967) kreatif adalah
pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas
35 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam, 46.
36 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 155. 37 Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), 18.
-
20
individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri,
dengan alam, dan dengan orang lain.38
Kreatif juga dapat diartikan sebuah proses mental yang unik,
suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan suatu
yang baru, berbeda dan orisini.39
d. E : Efektif
Efektif artinya pembelajaran apapun yang dipilih harus
menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai secara
maksimal.40 Pembelajaran dapat dikatakan efektif karena peserta didik
mengalami berbagai pengalaman baru dan perilakunya menjadi
berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang diharapkan.41
Menurut Sunarto efektif adalah bahwa pembelajaran yang
dilakukan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.42
Efektif di sini bahwa pembelajaran harus menjamin
tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal dengan
diperolehnya pengalaman baru oleh peserta didik.
e. M : Menyenangkan
Menyenangkan maksudnya bahwa proses pembelajaran harus
berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan.43
Menyenangkan dapat diartikan pembelajaran yang di dalamnya
38 Ibid., 18. 39 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1999), 3.
40 Ismail SM, Strategi, 47.
41 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 156-157.
42 Sunarto, PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Wordpress.com/2008/12/25. 43 Ismail SM, Strategi, 47.
-
21
terdapat interaksi yang kuat antara pendidik dan peserta didik dengan
tanpa ada perasaan tekanan.44 Dengan kata lain pembelajaran
menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran.45
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
menyenangkan berarti tidak membelenggu, penataan situasi dan
kondisi belajar yang mendorong peserta didik untuk belajar secara
optimal serta nyaman dan tanpa ada paksaan atau tekanan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
PAKEM merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa
melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan
ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar
sambil bermain, guru menggunakan berbagai sumber belajar dan alat
bantu termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar agar
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.46
Karakteristik Strategi PAKEM
Dalam buku materi workshop PAKEM IA (guru kelas awal), ciri-
ciri atau karakteristik PAKEM dapat diidentifikasi dari beberapa segi, di
antaranya: Aktifitas siswa, Pengelolaan kelas, Proses pembelajaran dan
Sumber belajar.47 Berikut ini penjelasan dari masing-masing karakteristik:
44 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 166.
45 Ibid., 166.
46 edu.pakem.articles.com. 47 Materi Workshop PAKEM IA (Guru Kelas Awal) (Surabaya: Lapis Learning Assistance
Program For Islamic Schools, 2008), 1.
-
22
Aktifitas Siswa
Aktifitas siswa dalam pembelajaran PAKEM tidak terlepas dari
aktifitas guru dan aktifitas siswa itu sendiri. Berikut ini ciri-ciri aktif pada
guru dan siswa:
1) Segi Aktif
a) Aktif pada siswa
(1) Siswa aktif membaca, menulis, bekerja.
(2) Siswa aktif bertanya, menjawab pertanyaan.
(3) Siswa aktif berbagi pengetahuan dengan siswa lain.
(4) Siswa aktif menemukan dan memecahkan masalah.48
Menurut Nana Sudjana dalam bukunya cara belajar
siswa aktif dalam proses belajar mengajar mengatakan
indikator siswa aktif antara lain:49
(1) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan, dan
permasalahannya.
(2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses, dan
kelanjutan belajar.
(3) Penampilan berbagai usaha atau kekreatifan belajar dalam
menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar
sampai mencapai keberhasilannya.
48 Ibid., 1. 49 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 1989), 21.
-
23
(4) Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut di atas
tanpa tekanan guru atau pihak lainnya (kemandirian
belajar).
b) Aktif pada guru
(1) Guru aktif membantu kegiatan belajar siswa.
(2) Guru aktif memberi umpan balik.
(3) Guru aktif mengajukan pertanyaan yang menantang.
(4) Guru aktif mempertanyakan gagasan siswa.
(5) Guru bersahabat dan bersifat terbuka.
(6) Guru merespon dan menghargai semua pendapat siswa.50
2) Segi Kreatif
a) Kreatif pada siswa
(1) Siswa kreatif merancang sesuatu.
(2) Siswa kreatif menyusun sesuatu.
(3) Siswa kreatif menulis sesuatu.
(4) Siswa kreatif mengarang sesuatu.51
b) Kreatif pada guru
(1) Guru kreatif mengembangkan kegiatan yang menarik dan
beragam.
(2) Guru kreatif membuat alat bantu belajar.
(3) Guru kreatif memanfaatkan lingkungan.
50 Materi Workshop PAKEM IA, 1.
51 Materi Workshop PAKEM IA, 1.
-
24
(4) Guru kreatif mengelola kelas dan sumber belajar.
(5) Guru memberi kesempatan siswa untuk menghasilkan
karya atau menuangkan kreatifitas.52
3) Segi Efektif
a) Efektif pada siswa
- Siswa menguasai kompetensi yang diharapkan.53
b) Efektif pada guru
(1) Guru menyusun rencana pembelajaran dengan baik.
(2) Guru menyiapkan media, bahan, dan sumber belajar yang
dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran.
(3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.
(4) Guru berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang sudah
ditetapkan.
(5) Guru memperhatikan efisiensi waktu.
(6) Guru memberikan tugas-tugas dengan panduan yang jelas.
(7) Guru memanfaatkan sumber belajar dan media
pembelajaran dengan tepat.
(8) Guru mengelola kelas dengan baik.
(9) Kelas memiliki aturan main dan kesepakatan.54
Perbedaan antara Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) PAKEM dengan non PAKEM, pada RPP pakem setiap
52 Ibid., 2. 53 Ibid., 2.
54 Ibid., 2.
-
25
intrumen pembelajaran dicantumkan alokasi waktu, disertakan
kegiatan tindak lanjut pada akhir pembelajaran, serta
penyusunanya harus menggunakan tabel. Sedangkan RPP non
pakem penyusunanya tidak harus menggunakan tabel,
pengalokasian waktu hanya terdapat pada pokok kegiatan,
serta tidak ada kegiatan tindak lanjut.
Namun pada dasarnya, yang paling pokok, RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) harus memuat identitas
mata pelajaran, kompetensi dasar, indikotor, materi pokok,
metode serta media yang digunakan.
4) Segi Menyenangkan
a) Menyenangkan pada siswa
(1) Siswa berani mencoba atau berbuat.
(2) Siswa berani bertanya.
(3) Siswa berani mengemukakan pendapat atau gagasan.
(4) Siswa berani mempertanyakan gagasan orang lain.55
b) Menyenangkan pada guru
(1) Guru merancang kegiatan menarik, menantang dan
meningkatkan motivasi siswa.
(2) Guru merancang kegiatan pembelajaran yang membuat
siswa mendapat pengalaman secara langsung.
55 Ibid., 2.
-
26
(3) Guru merancang kegiatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan pemecahan
masalah.
(4) Guru tidak membuat anak takut.
(5) Guru tampil dengan semangat, antusias dan gembira.
(6) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
(7) Pembelajaran menyertakan humor dan dalam santai.56
Selain itu ciri-ciri menyenangkan menurut Rose dan
Nocholl (2003) secara umum adalah:57
(1) Menciptakan lingkungan tanpa stres (relaks), lingkungan
yang aman untuk melakukan kesalahan, namun harapan
untuk sukses tetap tinggi.
(2) Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan.
(3) Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif,
yang pada umumnya hal itu terjadi ketika belajar
dilakukan bersama orang lain, ketika ada humor dan
dorongan semangat, waktu istirahat dan jeda teratur serta
dukungan antusias.
(4) Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran
otak kiri dan otak kanan.
(5) Menantang peserta didik untuk dapat berfikir jauh ke
depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari
56 Ibid., 2. 57 Wahyufirmansyah, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
http://blogspot.com/2008/05.
-
27
dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk
memahami bahan ajar.
Dari beberapa karakteristik yang dijelaskan di atas, bahwa dalam
penerapan strategi PAKEM tidak lepas dari karakteristik guru dan siswa,
keduanya harus saling berperan sesuai karakternya agar pembelajaran berjalan
sesuai yang diharapkan.
Pengelolaan Kelas
Menurut Suharsimi Arikunto yang dikutip dari bukunya Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu
dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar seperti yang diharapkan.58
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
komponen pengelolaan kelas, di antaranya:
1) Kehangatan dan keantusiasan.
2) Menggunakan bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan
gairah belajar siswa.
3) Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar
dan pola interaksi.
4) Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi
pengajaran untuk mencegah gangguan-gangguan yang timbul.
58 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), 1998-1999.
-
28
5) Penekanan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan
perhatian siswa pada hal-hal negatif.
6) Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri
dengan cara memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari.59
Terkait pengelolaan kelas, dalam PAKEM ada 2 kategori pengelolaan
kelas, 1. Pengelolaan kelas fisik, dan 2. Pengelolaan kelas non fisik.60
1) Pengelolaan kelas fisik
Ada beberapa kategori pengelolaan kelas secara fisik, di
antaranya:
a) Pengelolaan tempat duduk (bangku).
b) Pengelolaan pajangan kelas.
c) Pengelolaan alat peraga.
d) Pengelolaan sudut baca atau perpustakaan kelas.
e) Pengelolaan alat bantu belajar.61
Kategori di atas dapat dijelaskan di bawah ini:
a) Pengelolaan tempat duduk
Ada beberapa macam bentuk penataan bangku di
antaranya:62
(1) Bentuk U
59 J.J. Hasibun, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya.,
1995), 83. 60 Materi Workshop PAKEM IA, 3. 61 Ibid., 3.
62 Ibid., 1-3.
-
29
Penataan bangku dengan model U ini memudahkan
siswa untuk berpasangan terutama jika terdapat 2 kursi
setiap bangku atau meja. Selain itu memudahkan guru
untuk membagikan lembar kerja siswa atau materi dengan
cepat, karena guru dapat bergerak ke setiap murid dengan
mudah. Berikut keterangan dalam bentuk gambar.
Gambar 1 : Bentuk U Ideal
Gambar 2 : Gambar U mirip setengah lingkaran
(2) Bentuk kelompok atau tim
Bentuk ini memudahkan interaksi antara anggota
dalam kelompok dan antar kelompok, namun kelemahan
bentuk ini adalah terdapat beberapa murid yang
membelakangi papan tulis, sehingga mereka harus
-
30
memutar kursi agar dapat melihat papan tulis. Berikut
keterangan dalam bentuk gambar.
Gambar 3. Penataan bangku dalam bentuk kelompok
(3) Bentuk konferensi
Bentuk ini mudah disusun jika bangku berbentuk 4
persegi. Penataan ini meminimkan peran guru dan
memaksimalkan peran kelas. Berikut keterangan dalam
bentuk gambar:
Gambar 4.
Bentuk konferensi dengan guru duduk di ujung meja
-
31
Gambar 5.
Bentuk konferensi dengan guru duduk di tengah-tengah
sisi panjang.
Gambar 6.
Bentuk konferensi dengan susunan meja sehingga
di tengah kosong.
(4) Bentuk lingkaran
Pengaturan tempat duduk siswa tanpa bangku atau
meja memungkinkan paling banyak tatap muka secara
langsung antara murid dan antara guru dan murid, bentuk
ini cocok untuk diskusi. Selain itu jika menginginkan
murid-murid dapat menulis maka meja atau bangku dapat
diletakkan di belakang kursi, sehingga mereka tinggal
memutar kursi. Berikut keterangan dalam bentuk gambar.
Gambar 7. Bentuk lingkaran tanpa bangku atau meja
-
32
Gambar 8.
Bentuk lingkaran dengan meja atau bangku di belakang.
Dari beberapa bentuk penataan bangku di atas,
diharapkan guru lebih kreatif lagi dalam menciptakan suasana
kelas yang kondusif, agar siswa nyaman dan senang belajar.
b) Pengelolaan pajangan kelas
Ruang kelas hendaknya merangsang secara visual,
tanpa mengganggu perhatian. Ruang kelas penuh dengan
berbagai produk hasil karya siswa yang beragam, seperti
lukisan, foto, karangan dan karya-karya lain. Siswa boleh
memilih karyanya yang mana akan dipamerkan, dan boleh
diganti sesuai keinginannya.63
Produk hasil karya siswa dapat dipajang atau ditempel
di dinding, di gantung pada langit-langit ruangan atau diatur
pada meja pamer.64
63 Utama Munandar, Pengembangan Kreatifitas, 112.
64 Materi Workshop PAKEM 1., 7.
-
33
Dengan adanya pajangan di kelas diharapkan siswa
akan lebih kreatif dalam mewujudkan ide-ide baru atau kreasi-
kreasi yang bagus.
c) Pengelolaan alat peraga
Alat peraga tidak harus dibeli tetapi dapat dibuat dari
bahan-bahan sederhana, guru dan siswa dapat bekerjasama
dalam membuatnya.
Beberapa hal yang terkait dengan pengelolaan alat
peraga:
(1) Berusaha untuk membuat alat peraga sebanyak mungkin
terutama untuk hal-hal yang abstrak, alat peraga dapat
dibuat dari bahan bekas atau sederhana.
(2) Alat peraga diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau
siswa tetapi tetap aman.
(3) Alat peraga diupayakan sering digunakan, di samping
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran juga
meningkatkan apresiasi siswa terhadap alat peraga.
(4) Aturan penggunaan alat peraga perlu dibuat dan ditaati.65
Dari beberapa hal terkait alat peraga di atas, bertujuan
untuk memudahkan guru dalam menjelaskan pelajaran kepada
siswa.
65 Ibid., 7.
-
34
d) Pengelolaan sudut baca atau perpustakaan kelas
Kelas perlu menyediakan banyak sumber belajar,
seperti buku, majalah, koran, baik baru maupun bekas (lama).
Guru dan siswa dapat mengumpulkan sumber belajar itu
dengan membawa dari rumah atau dari bantuan masyarakat.
Dan yang penting, perlunya aturan dalam penggunaannya.66
Kegiatan ini bertujuan agar siswa gemar membaca, siswa bisa
membaca sumber belajar ini ketika istirahat.
e) Pengelolaan alat bantu belajar
Kelas perlu menyediakan banyak alat belajar lain,
seperti jenis-jenis biji tanaman, berbagai jenis batuan, yang
dapat menunjang kegiatan PAKEM ini.67
Dari beberapa pemaparan tentang pengelolaan kelas
secara fisik bertujuan agar pembelajaran tidak menjenuhkan
dan tujuan pembelajaran dapat terwujud.
2) Pengelolaan kelas non fisik
Pengelolaan kelas yang bersifat non fisik di antaranya:
a) Menjalin hubungan baik dengan siswa.
b) Menyeimbangkan pujian dan kritik maupun hadiah.
c) Membangun energi kelas.
d) Menciptakan disiplin kelas.68
66 Ibid., 7. 67 Ibid., 8.
68 Ibid., 8.
-
35
Perlu diingat dalam memberikan hadiah yang terbaik
adalah yang tidak berupa materi (intangible), namun bisa seperti
senyuman atau anggukan.69
Dengan pemberian hadiah diharapkan siswa akan lebih
senang serta nyaman berlama-lama dalam pembelajaran.
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah suatu proses berlangsungnya
belajar mengajar di sekolah yang merupakan inti dari kegiatan
pendidikan.70 Adapun tahapan-tahapan yang harus ditempuh oleh guru
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah:71
1) Tahapan pra intruksional, yaitu tahapan pada saat memulai proses
pembelajaran.
2) Tahapan intruksional, yaitu tahapan pemberian bahan pelajaran.
3) Tahapan evaluasi, yaitu tahapan untuk mengetahui keberhasilan
tahapan intruksional.
Menurut Syaiful Sagala dalam bukunya konsep dan makna
pembelajaran untuk membantu memecahkan problematika belajar dan
mengajar, mengatakan secara umum ada tiga hal pokok yang harus
diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar yaitu:
69 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas, 114. 70 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, 120.
71 Ibid., 120-121.
-
36
1) tahap permulaan (pra intruksional), 2) tahap pengajaran
(intruksional), dan 3) tahap penilaian dan tindak lanjut.72
Tahapan pra intruksional adalah tahapan yang ditempuh guru
pada saat ia memulai proses belajar mengajar, tahapan intruksional
adalah tahapan pengajaran atau tahapan inti yakni tahapan di mana
guru memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru
sebelumnya. Tahapan evaluasi dan tindak lanjut tahapan ini tahapan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua
(intruksional).73
Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat
pelaksanaan pengajaran, jika satu tahapan ditinggalkan maka
sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi proses pengajaran.
Dalam penerapan strategi PAKEM seorang guru harus
menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Ciri-ciri belajar efektif
akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti
perhatiannya terhadap pelajaran etika dan moral yang akan
meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran lainnya di
sekolah.74
Faktor menumbuhkan pembelajaran efektif salah satunya
adalah motivasi dari seorang guru, tanpa motivasi hampir tidak
mungkin siswa melakukan kegiatan pembelajaran yang efektif.75 Ada
72 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, 225-226.
73 Ibid., 226-228. 74 Ibid., 158-159.
75 Ibid., 153.
-
37
beberapa perencanaan pengajaran yang dapat dilakukan guru untuk
memotivasi siswa, di antaranya:
1) Mempersiapkan untuk menggunakan cara atau metode dan media
mengajar yang bervariasi.
2) Merencanakan dan memilih bahan yang menarik minat dan
dibutuhkan siswa.
3) Memberikan sasaran akhir belajar, adalah lulus ujian atau naik
kelas.
4) Memberi kesempatan untuk sukses.
5) Diciptakan suasana belajar yang menyenangkan, suasana belajar
yang hangat berisi rasa persahabatan. Ada rasa humor, mengaku
akan keberadaan siswa, terhindar dari celaan dan makian, dapat
membangkitkan motivsi.
6) Adakan persaingan sehat, persaingan atau kompetisi yang sehat
dapat membangkitkan motivasi belajar.76
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru
harus bisa merangsang suasana proses pembelajaran yang seefisien
mungkin dengan memberikan beberapa motifasi pada proses
pembelajaran.
Sumber Belajar
Guru yang kreatif seharusnya memanfaatkan sumber belajar
sehingga guru selalu memiliki ketrampilan dalam pemanfaatan sumber
76 Ibid., 153.
-
38
belajar yang beraneka ragam. Ada 2 sumber belajar yaitu sumber
belajar yang dirancang dan sumber belajar yang dimanfaatkan.77
1) Sumber belajar yang dirancang, contohnya buku teks, buku paket,
foto-slide pembelajaran, vidio pendidikan, alat peraga educatif,
dan lain-lain.
2) Sumber belajar yang dimanfaatkan, contohnya pasar, toko,
museum, kantor pos, tempat ibadah, taman, dan lain-lain78
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sumber
belajar terdiri banyak sekali, di sekitar lingkungan bisa dimanfaatkan
sebagai sumber belajar.
Selain itu menurut Wahyu Firmansyah ciri-ciri PAKEM atau
karakteristik PAKEM antara lain:
1) Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan melalui perbuatan.
2) Peserta didik dapat menggunakan peralatan dan lingkungan
sebagai sumber belajar yang menarik dan menyenangkan.
3) Peserta didik merasa aman dan nyaman berlama-lama di sekolah.
4) Peserta didik kooperatif dalam pembelajaran.
5) Peserta didik termotivasi memecahkan masalah dan kreatif
mengungkapkan gagasan.79
77 Materi Workshop PAKEM IA, 4.
78 Ibid., 4. 79 Wahyu Firmansyah, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
http.blogspot.com/2008/05.
-
39
Dari uraian beberapa karakteristik di atas, secara umum
karakteristik PAKEM adalah pembelajarannya mengaktifkan peserta
didik, mendorong kreativitas peserta dan guru, pembelajarannya
efektif, dan menyenangkan utamanya bagi peserta didik.
Tujuan Strategi PAKEM
Secara umum tujuan penerapan PAKEM adalah agar proses
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat merangsang aktivitas dan
kreativitas belajar peserta didik serta dilaksanakan dengan efektif dan
menyenangkan.80
Tujuan PAKEM tidak terlepas pada proses pembelajaran yang
berlangsung, proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup.81 Adapun tujuan dari masing-masing kegiatan
adalah:
Kegiatan awal, bertujuan:
1) Mengaitkan kompetensi yang akan dicapai dengan latar belakang
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
2) Menarik dan memotivasi siswa terhadap pelajaran.
3) Mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa.
4) Mengantarkan siswa agar siap menerima pelajaran baru
80 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 155.
81 Ibid., 9-11.
-
40
Kegiatan inti, bertujuan:
1) Siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Siswa membangun konsep dalam pelajaran secara mandiri.
3) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Kegiatan penutup bertujuan untuk menguatkan kompetensi dasar yang
baru diperoleh.82
Dari uraian di atas dapat disimpulkan tujuan PAKEM adalah
pembelajaran yang efisien dalam suasana yang menyenangkan yang dapat
merangsang kreativitas siswa.
Kriteria Anak Didik Sekolah Dasar
Menurut Nasution yang dikutip dari bukunya Syaiful Bahri
Djamarah yang berjudul psikologi belajar mengatakan masa usia sekolah
sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun
sampai kira-kira sebelas atau dua belas tahun, usia ini ditandai dengan
mulainya anak masuk sekolah dasar.83
Disebut masa sekolah, karena anak sudah menamatkan taman
kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya.84
Kegiatan belajar pada fase ini berfungsi dalam mengembangkan
kemampuan sebagai berikut:85
82 Ibid., 9-11.
83 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 89.
84 Ibid., 69. 85 Endang Poerwanti, Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik (Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang, 2002), 44-45.
-
41
a. Belajar ketrampilan phisik yang diperlukan untuk bermain seperti kiri,
lompat dan sebagainya.
b. Membina sikap positif untuk dirinya sendiri.
c. Bergaul dengan teman sebayanya sesuai dengan etika moral yang
berlaku di masyarakat.
d. Belajar memainkan peran sesuai dengan jenis kelamin.
e. Mengembangkan dasar-dasar ketrampilan membaca, menulis dan
matematika.
f. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari.
g. Mengembangkan kata hari, moral dan skala nilai yang selaras dengan
keyakinan dan kebudayaan masyarakat.
h. Mengembangkan sikap obyektif terhadap kelompok dan lembaga
kemasyarakatan.
i. Belajar mencapai kemerdekaan dan kebebasan pribadi dan
bertanggung jawab.
Anak usia 6-12 tahun adalah fase di mana mulai sekolah dan juga
masa bermain. Untuk itu di saat anak usia 6-12 tahun sekolah, hendaknya
sekolah tersebut bisa juga dijadikan lahan bermain bagi anak, jadi sekolah
sambil bermain.
Ada beberapa kecakapan-kecakapan yang dapat diberikan oleh SD
kepada anak-anak ialah semua kecakapan yang diorganisasi di dalam
-
42
program pelajaran SD, sesuai dengan kurikulum yang berlaku, antara
lain:86
a. Berbahasa.
b. Bernyanyi.
c. Matematika.
d. Menggambar.
e. Beragama.
f. Berbuat susila.
g. Berketrampilan.
h. Olah raga.
i. Berpengetahuan tentang IPA.
j. Berpengetahuan tentang IPS.
Pada tahun-tahun sekolah dasar ini merupakan tahun-tahun di
mana masa ketika watak anak dibentuk dan dimantapkan, atau tidak
dibentuk dan tidak dimantapkan. Ini merupakan tahun-tahun di mana
sebuah dunia baru, yang berisi pengetahuan dan kemugkinan, berdatangan
dalam bentuk buku, musik, kesenian, atletik. Tentu saja para guru dan
pelatih yang menawarkan semuanya ini serta sesama murid yang saling
berbagi pengalaman dengan mereka, masuk dalam kehidupan mereka.87
Inilah sebabnya mengapa pelajaran-pelajaran di SD harus disajikan
86 Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Rineka Cipta, 1988), 91-92. 87 Robert Coles, Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak, Terj. T. Hermaya
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), 119.
-
43
kepada anak-anak dengan bentuk permainan dan aktivitas anak tersebut,
disebut dengan belajar sambil bermain.88
Masa ini (6-12 tahun) disebut juga masa bermain, dengan ciri-ciri
memiliki dorongan untuk keluar rumah dan memasuki kelompok sebaya.
Keadaan phisik yang memungkinkan anak memasuki dunia permainan
dan memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika,
simbol, dan sebagainya.89
Pembelajaran Matematika
Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam
pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi
dengan siswa.90 Untuk menentukan konsep, maka dalam pembelajaran
matematika dibutuhkan pendekatan, ada empat pendekatan yang
berpengaruh dalam pengajaran matematika: a. urutan belajar yang bersifat
perkembangan (development learning sequences), b. belajar tuntas
(matery learning), c. strategi belajar (learning strategres), d. pemecahan
masalah (problem solving).91
Pendekatan belajar yang bersifat perkembangan menekankan pada
pengukuran kesiapan belajar siswa, penyediaan pengalaman dasar, dan
pengajaran ketrampilan matematika.
88 Agus Sujanto, Psikologi, 91.
89 Endang Poerwanti, Nur Widodo, Perkembangan, 44.
90 TIM MKPBM Jurusan Matematika, Cammon Text Book Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer (Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), 2001), 7. 91 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), 225.
-
44
Pendekatan belajar tuntas menekankan pada pengajaran matematika
melalui pembelajaran langsung dan terstruktur.
Pendekatan strategi belajar memusatkan pada pengajaran bagaimana
belajar matematika.
Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk
berfikir tentang cara memecahkan masalah dan pemprosesan
informasi matematika.92
Pada hakekatnya pembelajaran matematika tidak bisa terlepas dari
ke empat pendekatan di atas.
Konsep, ketrampilan, dan pemecahan masalah matematika adalah
keseluruhan elemen esensial dari belajar matematika, dan karena itu harus
tergabung dalam kurikulum.93
Dewan nasional untuk pengajaran di Amerika Serikat seperti dikutip oleh Lerner (1988: 436) mengusulkan agar
kurikulum mencakup 10 ketrampilan dasar sebagai berikut:
a. Pemecahan masalah.
b. Penerapan matematika dalam situasi kehidupan sehari-hari.
c. Ketajaman perhatian terhadap kelayakan hasil.
d. Perkiraan.
e. Ketrampilan perhitungan yang sesuai.
f. Geometri.
g. Pengukuran.
h. Membaca, menginterprestasikan.
i. Menggunakan matematika untuk meramalkan.
92 Ibid., 255-257.
93 Ibid., 255.
-
45
j. Melek komputer (computer literacy).94
Kegiatan (pembelajaran) matematika perlu diajarkan kepada siswa
karena:
a. Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan.
b. Semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai.
c. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas.
d. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara.
e. Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan.
f. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.95
Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau
bagaimana membuat siswa lebih mampu memahami pelajaran yang
disampaikan oleh guru untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan
dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Karena itu
pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam
kurikulum yang menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi
bidang studi matematika yang terkandung dalam kurikulum sehingga hasil
terwujud dalam diri peserta didik.
Tujuan Pembelajaran Matematika
94 Ibid., 225.
95 Ibid., 253.
-
46
Tujuan pembelajaran matematika mengacu kepada tujuan
pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN). Dalam tujuan pembelajaran matematika ada 2,
tujuan secara umum dan khusus.96
Tujuan umum
Tujuan umum meliputi:
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara
logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.
2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.97
Tujuan khusus
1) Siswa memiliki kemampuan yang dapat diahligunakan melalui
kegiatan matematika.
2) Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk
melanjutkan ke pendidikan menengah.
3) Siswa memiliki ketrampilan matematika sebagai peningkatan dan
perluasan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
96 Tim MKPBM Jurusan Matematika, 56.
97 Ibid., 57.
-
47
4) Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap
logis, kritis, cermat dan disiplin serta menghargai kegunaan
matematika.98
Setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran
matematika pada dasarnya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai
hasil dari proses pembelajaran matematika tersebut. Karenanya sasaran
tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai bila siswanya
telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan di bidang
matematika yang dipelajarinya.
Karakteristik Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika tidak bisa terlepas dari sifat-sifat
matematika yang abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa yang
diajar. Oleh karena itu perlu memperhatikan beberapa sifat atau
karakteristik pembelajaran matematika.99
Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap)
Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap,
yaitu: dimulai dari hal yang kongkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal
yang sederhana ke hal yang kompleks, atau bisa dikatakan dari konsep yang
mudah menuju konsep yang lebih sukar.
98 Ibid., 57.
99 Ibid., 65.
-
48
Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral
Dalam setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu
memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya.
Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari dan
sekaligus untuk mengingatnya kembali.
Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif
Matematika adalah ilmu deduktif, matematika tersusun secara
deduktif aksiomatik.100
Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan
pemikiran yang berpangkal dari yang bersifat umum diterapkan atau
diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.101
Secara garis besar pola pikir
deduktif adalah memberikan contoh yang sesuai dengan objek yang diajarkan.
Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif
aksiomatiknya, kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya
merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran
atau konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila
didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima
kebenarannya.102
Dari penjelasan di atas diharapkan dalam setiap penyampaian
materi matematika perlu memperhatikan karakter matematika agar
matematika dapat tersampaikan secara terstruktur.
100
Ibid., 65. 101
R. Soedaji, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konsentrasi Keadaan Masa Kini
Menuju Tahapan Masa Depan (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional, 1999/2000), 16. 102
Tim MKPBM Jurusan Matematika, 65-66.
-
49
Pembelajaran Matematika dengan Strategi PAKEM
Banyak orang yang tidak menyukai matematika, termasuk anak-
anak yang masih duduk di bangku SD-MI, mereka menganggap bahwa
matematika sulit dipelajari, serta gurunya kebanyakan tidak
menyenangkan, membosankan, menakutkan, angker, kriller. Anggapan ini
menyebabkan mereka semakin takut untuk belajar matematika. Sikap ini
tentu saja mengakibatkan prestasi belajar matematika menjadi rendah.
Pada hakekatnya semua pelajaran tidak membosankan jika
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, untuk itu di dalam belajar,
anak diberi kesempatan merencanakan dan menggunakan cara belajar
yang mereka senangi. Pendapat ini juga berlaku bagi anak SD-MI yang
belajar matematika.
Belajar matematika akan efektif jika dilakukan dalam suasana
menyenangkan, agar dapat memenuhi kebutuhan untuk dapat belajar
matematika dalam suasana yang menyenangkan, maka guru harus
mengupayakan adanya situasi dan kondisi yang menyenangkan, strategi
belajar yang menyenangkan, maupun materi matematika yang
menyenangkan (tidak terlalu sulit bagi anak didik tetapi menantang).103
Untuk itu guru harus memahami tentang perkembangan anak didik
dalam belajar matematika, memahami teori pembelajaran matematika,
memahami materi matematika yang menyenangkan untuk dipelajari,
103
Pitadjeng, Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2006), 1.
-
50
maupun trik-trik yang menjadikan anak didik senang dan tidak bosan
belajar matematika.104
Ada beberapa macam cara yang dapat dilakukan oleh guru agar
anak menganggap matematika tidak sulit dan pembelajaran menjadi
menyenangkan, antara lain:105
Memusatkan kesiapan anak untuk belajar matematika
James Dreven (dalam Slameto, 2003: 59) berpendapat bahwa
kesiapan (readiness) adalah preparedness to respond or react
(persiapan untuk menanggapi atau bereaksi). Kesiapan harus
diperhatikan dalam belajar, karena tanpa kesiapan yang sungguh-
sungguh anak didik tidak akan dapat belajar dengan maksimal dan
tentu saja hasil belajarnya tidak optimal.
Pemakaian media belajar yang mempermudah pemahaman anak
Pemilihan media belajar, teristimewa alat peraga matematika,
dapat memudahkan anak untuk belajar jika tepat. Tetapi jika kurang
tepat dapat membingungkan anak atau mungkin dapat menimbulkan
salah konsep pada anak.
Permasalahan yang diberikan merupakan permasalahan dalam kehidupan
anak sehari-hari
104
Ibid., 1. 105
Ibid., 49-57.
-
51
Permasalahan yang diangkat dari kehidupan anak lebih mudah
dipahami oleh anak, karena nyata, terjangkau oleh imajinasinya dan
dapat dibayangkan. Sehingga lebih mudah baginya untuk mencari
kemungkinan selesaian dengan memungkinkan kemampuan matematis
yang telah dimiliki.
Tingkat kesulitan masalah sesuai dengan kemampuan anak
Masalah yang diberikan pada anak sedapat mungkin sesuai
dengan tingkat kemampuan anak, atau lebih sedikit di atas tingkat
kemampuan anak bagi anak yang senang menghadapi tantangan.
Peningkatan kesulitan masalah sedikit demi sedikit
Untuk menumbuhkan keberanian anak belajar matematika,
masalah yang diberikan sebaiknya dimulai dari yang mudah, kemudian
meningkatkan kesulitannya sedikit demi sedikit. Jika anak merasa
mampu menyelesaikan masalah pertama yang dihadapi, dia akan
bersemangat dan berani mencoba menyelesaikan masalah kedua.
Memberi kebebasan kepada anak untuk menyelesaikan masalah menurut
caranya, atau sesuai dengan kemampuannya
Pengalaman dan kemampuan matematis setiap anak untuk
menyelesaikan masalah berbeda-beda. Oleh karena itu cara mereka
mencari penyelesaian dari suatu masalah juga berbeda-beda pula sesuai
dengan pengalaman dan kemampuannya.
Menghilangkan rasa takut anak untuk belajar matematika
-
52
Anak yang tidak takut belajar matematika berani bertanya pada
guru tentang topik matematika yang belum difahami, berani
memaparkan gagasannya, berani menanyakan gagasan guru atau
teman, berani mencoba memecahkan masalah atau melakukan kegiatan
untuk menemukan (kreatif), dan berani mempertahankan gagasannya.
Dengan anak merasa mudah belajar matematika dan merasa
mampu menyelesaikan masalah matematika, anak mendapat kesan
matematika tidak sulit, dan anak akan merasa senang belajar
matematika.
-
53
BAB III
PAPARAN DATA IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN
AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM)
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V DI MADRASAH
IBTIDAIYAH MAARIF PATIHAN KIDUL SIMAN PONOROGO
TAHUN PELAJARAN 2008-2009
I. Data Umum
Sejarah Berdirinya MI Maarif Patihan Kidul106
Pada mulanya MI Maarif Patihan Kidul ini adalah diniyah sore yang
sebelum tahun 1949 yang dikelola oleh yayasan, kemudian diniyah ini
berkembang dan dijadikan madrasah yang masuknya pagi. Adapun ketua
yayasan tersebut adalah Bapak Mohammad Qosim. Djawatan Pendidikan
Agama menyatakan MI Maarif Patihan Kidul berdiri pada tanggal 1
Desember 1949 yang dikepalai oleh Bapak Mohammad Qosim sendiri.
Sedangkan pengurus lembaga pendidikan maarif cabang Ponorogo
mengesahkan berdirinya MI Maarif Patihan Kidul Siman Ponorogo disahkan
oleh Djawatan Pendidikan Agama pada tanggal 1 April 1949.
MI Maarif Patihan Kidul ini berstatus swasta dengan nomor identitas
sekolah 110060, bernomor statistik madrasah 112350209028 dan terakreditasi
B.
106
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/01-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
54
Adapun susunan kepala MI Maarif Patihan Kidul Siman Ponorogo,
dan tahun berdiri sampai sekarang adalah sebagai berikut:
a. Mohammad Qosim tahun 1969-1963.
b. Muhsin tahun 1963-1967.
c. Suyud tahun 1967-1998.
d. Mohammad Kurdi tahun 1998-2001.
e. Kontianah tahun 2001-sampai sekarang.
Letak Geografis MI Maarif Patihan Kidul107
MI Maarif Patihan Kidul merupakan salah satu lembaga pendidikan
Islam yang ada di Kecamatan Siman, tepatnya berlokasi di Jln. Godang No.
24 Patihan Kidul, Siman, Ponorogo, Jawa Timur. Luas tanah MI Maarif
Patihan Kidul adalah sekitar 574 m2. Batas wilayah sekitar MI Maarif Patihan
Kidul adalah sebagai berikut:
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Siman.
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tajuk.
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ronowijayan.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Manuk.
107
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/02-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
55
Visi, Misi. Dan Motto MI Maarif Patihan Kidul Ponorogo108
Visi, misi, dan motto MI Maarif Patihan Kidul Ponorogo adalah:
Visi
MI Maarif Patihan Kidul Siman Ponorogo membentuk anak
yang berakhlakul karimah, berkwalitas dalam IMTAQ (iman dan
takwa) dan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan
berwawasan ahlussunah wal jamaah.
Misi
Mengefektifkan pembelajaran dan mengoptimalkan kegiatan
ekstrakurikuler serta meningkatkan pendidikan ketrampilan dan
olah raga sejak dini.
Menghubungkan SDM (Sumber Daya Manusia) untuk meningkatkan
kualitas, profesionalisme guru karyawan.
Melaksanakan 6 K untuk menciptakan lingkungan madrasah yang
kondusif dan berwawasan ASWAJA.
Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana.
Memberdayakan potensi dan peran serta masyarakat.
Motto
MI Maarif Patihan Kidul mempunyai motto dalam
penyelenggaraan pendidikan yaitu: Madrasah adalah rumah dan
jiwaku.
108
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/03-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
56
Struktur Organisasi MI Maarif Patihan Kidul109
Struktur organisasi dalam suatu lembaga sangat penting keberadaannya
karena dengan melihat dan membaca struktur organisasi, memudahkan kita
untuk mengetahui sejauhmana personel yang menduduki jabatan tertentu di
dalam lembaga tersebut berjalan dengan baik. Adapun untuk sruktur
organisasi MI Maarif Patihan Kidul (lihat transkrip dokumentasi nomor
04/D/03-IV/2009).
Keadaan Guru dan Siswa MI Maarif Patihan Kidul Ponorogo110
Keadaan Guru
Secara keseluruhan guru MI Maarif Patihan Kidul berjumlah
10 orang dengan perincian: Pegawai Negeri Sipil diperbantukan
berjumlah 1 orang, Guru Tetap Yayasan (GTY) berjumlah 9 orang.
Guru MI Maarif Patihan Kidul mempunyai jenjang
pendidikan SI dan DII. Untuk data guru MI Maarif Patihan Kidul
(lihat transkrip dokumentasi nomor 05/D/04-IV/2009).
Keadaan Siswa
Karena MI Maarif Patihan Kidul adalah sekolah swasta yang
letaknya di desa, maka siswa-siswinya berasal dari Desa Patihan Kidul
dan sekitar. Dengan jumlah keseluruhan 132 siswa yang terdiri dari 67
109
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 04/D/03-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 110
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 05/D/04-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
57
laki-laki dan 65 perempuan (lihat transkrip dokumentasi nomor
05/D/04-IV/2009).
Sarana dan Prasarana
Yang dimaksud kondisi sarana prasarana di sini adalah: kondisi secara
fisik yang ada di MI Maarif Patihan Kidul ketika penulis mengadakan
penelitian.
Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki MI Maarif
Patihan Kidul Ponorogo meliputi: perlengkapan sekolah dan keadaan ruang.111
Keadaan Ruangan
MI Maarif Patihan Kidul memilki 5 ruang kelas, 1 ruang
tamu, 1 ruang kepala sekolah dan guru, 1 masjid, 2 ruang kamar
mandi, 1 ruang computer, 1 ruang UKS, dan 1 ruang koperasi (lihat
transkrip dokumentasi nomor 06/D/04-IV/2009).
Keadaan Perlengkapan
MI Maarif Patihan Kidul memiliki 4 buah komputer, 6 buah
almari, 3 buah rak buku, 10 meja guru, 10 kursi guru, 50 meja siswa,
dan 50 kursi siswa (lihat transkrip dokumentasi nomor 06/D/04-
IV/2009).
s
Kurikulum MI Maarif Patihan Kidul112
111
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 06/D/04-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 112
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 07/D/06-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
58
MI Maarif Patihan Kidul menggunakan kurikulum dari Depag yang
berupa kurikulum KTSP dan KBK. Untuk kelas 1 dan 4 menggunakan
kurikulum KTSP sedangkan kelas 2, 3, 5 dan 6 menggunakan kurikulum
KBK.
Kurikulum MI Maarif Patihan Kidul terdiri atas 3 komponen, yaitu:
Mata Pelajaran
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, meliputi: Al-
Qur'an hadist, aqidah akhlak, fiqih, dan SKI.
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, meliputi:
PPKn dan Bahasa Indonesia.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi meliputi:
matematika, IPA dan IPS.
Kelompok mata pelajaran estetika meliputi: pendidikan seni dan
budaya serta ketrampilan.
Kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan,
meliputi: olah raga dan kesehatan.
Muatan Lokal
Kelompok muatan lokal, meliputi bahasa jawa, bahasa Inggris,
bahasa Arab dan pendidikan komputer.
Mengembangkan Diri
Kelompok pengembangan diri meliputi: kepramukaan, drum
band dan kegiatan shalat dzuhur berjamaah.
-
59
Data Khusus
Data Tentang Persiapan Guru dalam Pelaksanaan Strategi PAKEM pada
Pembelajaran Matematika Kelas V MI Maarif Patihan Kidul Ponorogo
Seperti telah dijelaskan di dalam latar belakang di atas bahwasanya
lokasi penelitian adalah di MI Maarif Patihan Kidul Ponorogo, di mana
MI ini menggunakan strategi PAKEM dalam setiap pembelajaran,
termasuk matematika. Karena matematika adalah ilmu yang mempunyai
sifat khas kalau dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Selain itu,
matematika adalah pelajaran yang sangat menjenuhkan dan membosankan
bagi siswa.
Agar siswa senang dan tidak bosan dalam belajar matematika,
PAKEM digunakan dalam pembelajaran matematika. Karena tujuan
PAKEM sendiri adalah menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan
dan menarik.
Berdasarkan pemaparan penjelasan di atas penulis akan mencoba
menguraikan pelaksanaan strategi PAKEM dalam pembelajaran
matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo. Dalam
hal ini akan dijelaskan persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM
pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman
Ponorogo, sebagaimana hasil wawancara berikut:
Menurut Bapak Yusron Khoiri, S.Pd selaku guru bidang studi
matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo
menjelaskan bahwa persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM
-
60
pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman
Ponorogo, yaitu:
Seperti biasanya, saya membuat RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) selain itu saya membuat alat peraga agar siswa bisa langsung
faham pada materi, serta siswa lebih perhatian pada pelajaran. Sebelum ada
strategi PAKEM, pembelajaran hanya bersifat monoton. Siswa seperti males
untuk belajar, tapi setelah saya menggunakan strategi ini, dan setiap materi saya
buatkan alat peraga mereka lebih aktif, apalagi saya membuatnya dengan
berwarna-warni.113
Ibu Kontianah juga menjelaskan:
Guru-guru diharuskan membuat RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dulu, agar pembelajaran dapat terarah. PAKEM kan
mengharuskan guru maupun siswa dapat aktif dan kreatif, makanya guru harus
sistematis dalam menyusun RPP. Selain itu PAKEM kan harus menyenangkan.
Jadi agar tujuan pembelajaran tercapai dan menyenangkan seorang guru harus
menggunakan alat peraga agar siswa tidak bosan.114
Dari hasil wawancara tersebut di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada
pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo
adalah guru harus membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran),
guru membuat alat peraga, agar suasana saat pembelajaran benar-benar
menyenangkan dan siswa tidak mengalami kebosanan.
Data Tentang Pelaksanaan Strategi PAKEM dalam Pembelajaran Matematika
Kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo
Strategi adalah suatu pola yang terencana dan ditetapkan secara
sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan.
113
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/1-W/F-1/XIII-IV/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini. 114
Lihat transkrip wawancara nomor: 02/2-W/F-1/XIII-IV/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
-
61
Maka adapun pelaksanaan strategi PAKEM dalam pembelajaran
matematika dapat dijelaskan di bawah ini. Dari hasil wawancara dengan
Bapak Yusron Khoiri, S.Pd selaku guru matematika kelas V MI Ma'arif
Patihan Kidul Ponorogo yaitu:
Pelaksanaan sudah berjalan secara bagus, selain itu matematika kan
pelajaran yang membosankan, dengan adanya PAKEM saya lebih banyak
menggunakan metode-metode pembelajaran. Dari sinilah saya dituntut untuk
benar-benar kreatif dalam memilah dan memilih metode dan membuat alat
peraga. Kalau aktif, siswa juga bertambah aktif, karena pada saat pembelajaran
kadang saya buat kelompok, dan apa yang tidak mereka fahami mereka
tanyakan. Dari situ siswa akan aktif untuk bertanya, walaupun sekedar bertanya
itu sudah suatu yang membanggakan. Selain itu mereka juga kreatif, kadang
alat peraga saya suruh membuat dari rumah sendiri-sendiri, terus mereka juga
memajang hasil karya mereka di dinding. Tapi saya menggunakan strategi ini
siswa juga bermacam-macam komentarnya. Katanya saya mengajar terlalu
keenakan, kalau saya suruh buat kelompok, komentarnya kok tidak dijelaskan
pak, pokoknya dalam saya mengajar dengan PAKEM ada senangnya ada
susahnya.115
Selain itu ada beberapa hasil wawancara dengan murid kelas V
setelah mengikuti pelajaran matematika, yaitu:
a. Hasil wawancara dengan Khusnudan Hamdani, adalah:
Saya senang belajar matematika dan saya juga bertanya tentang pelajaran
yang belum faham.116
b. Hasil wawancara dengan Sukma Avira Zahra, adalah:
Saya senang belajar matematika dan saya juga bertanya dan faham, saya
senang duduknya berhadap-hadapan karena bisa diskusi sama teman-
teman.117
c. Hasil wawancara dengan Hudan Fahrul Azmi
Saya senang belajar matematika karena berkelompok dan bisa ngobrol
dengan teman yang di depan saya. Saya faham pelajaran matematika, tadi
saya juga bertanya tentang pelajaran yang belum faham.118
115
Lihat transkrip wawancara nomor: 03/3-W/F-2/XIV-IV/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini. 116
Lihat transkrip wawancara nomor: 04/4-W/F-2/XIV-IV/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini. 117
Lihat transkrip wawancara nomor: 05/5-W/F-2/XIV-IV/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini. 118
Lihat transkrip wawancara nomor: 06/6-W/F-2/XIV-IV/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
-
62
Dari pemaparan data hasil wawancara tersebut, penulis akan
memperkuat kembali data yang ada berdasarkan observasi yang telah
penulis amati pada kegiatan belajar matematika yaitu:
Sebelum guru menjelaskan guru menanyakan tentang perbandingan
kepada siswa, siswapun menjawab satu persatu dan jawaban siswa ditulis di
papan tulis oleh guru. Setelah itu guru menjelaskan apa yang dimaksud
perbandingan, dengan menggunakan alat peraga berupa denah yang dibuat oleh
guru dari rumah, disela-sela menjelaskan guru memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Kemudian siswa dibagi menjadi
4 kelompok, setiap kelompok membuat perbandingan dari skala yang telah
mereka bawa dari rumah. Dari saat mengerjakan guru tetap memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka temui
disela-sela mengerjakan. Setelah 25 menit salah satu kelompok diminta untuk
mengerjakan hasil diskusinya di papan tulis dan diminta untuk menjelaskan,
kegiatan itu berlangsung terus menerus sampai kelompok keempat. Setelah
semua kelompok menjelaskan hasil diskusinya, guru memberikan penguat atau
menjelaskan kembali hasil pekerjaan siswa, dan siswa diberi kesempatan
bertanya serta mengungkapkan pendapatnya masing-masing, kemudian ada
siswa yang bertanya dan mengemukakan pendapatnya, gurupun menjawab dan
menampung pendapat siswa.119
Dari beberapa wawancara dan observasi yang dilakukan terlihat
bahwa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi
PAKEM siswa lebih antusias dan terlihat aktif untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat mereka, serta pembelajaranpun lebih
menyenangkan.
Data Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Strategi
PAKEM pada Pembelajaran Matematika Kelas V MI Ma'arif Patihan
Kidul Ponorogo
Dalam setiap kegiatan apapun pasti ada faktor pendukung dan
faktor penghambat, tidak semua pekerjaan atau kegiatan berjalan lancar.
Dalam pembelajaranpun juga ada faktor pendukung dan penghambat.
119
Lihat transkrip observasi nomor: 01/O/F-2/07-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
63
Dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran
matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo terdapat beberapa
faktor pendukung dan penghambat, di antaranya dapat dijelaskan melalui
wawancara berikut ini:
Menurut Bapak Yusron Khoiri, S.Pd selaku guru bidang studi
matematika kelas V mengatakan:
Untuk faktor pendukung, dari pihak sekolah dan komite mendukung
dalam bentuk pengusahaan kelengkapan materi PAKEM, baik sarana maupun
prasarana. Untuk faktor penghambat yang pertama adalah menciptakan suasana
yang menyenangkan, karena kita tahu matematika adalah pelajaran yang dari
dulu menjadi momok bagi siswa, di sini saya berusaha bagaimana menciptakan
suasana yang menyenangkan dan matematika bisa disukai para siswa. Yang
kedua adalah waktu PAKEM itu kan menuntut siswa untuk aktif, untuk itu saya
membuat dan merancang pembelajaran dengan konsep PAKEM, alokasi waktu
yang seharusnya saya buat 3 x jam pelajaran, kadang bisa molor, tidak sesuai
dengan rencana pembelajaran awal. Yang ketiga adalah masalah biaya, dalam
setiap pembelajaran guru sebisa mungkin membuat alat peraga, dan alat peraga
sendiri membutuhkan biaya untuk membuatnya. Karena dari sekolahan, alat
peraga belum tersedia. Jadi guru harus membuatnya sendiri dengan biaya guru
sendiri. Dan yang terakhir adalah orang tua murid atau wali murid. Strategi
dengan bermodel apapun yang diterapkan oleh sekolah, jika orang tua atau
peran orang tua tidak mendukung, pembelajaran akan percuma, seperti halnya
PAKEM. MI Patihan Kidul kan rata-rata siswanya anak orang sederhana, bisa
dibilang menengah ke bawah, dengan pekerjaan orang tua, sebagai petani atau
srabutan. Untuk memperhatikan sekolah anaknya, mereka sampai-sampai tidak
ada waktu. Orang tua tahunya, anaknya sekolah. Semua tentang pendidikan
sudah diserahkan di sekolah. Padahal anak usia MI-SD masih membutuhkan
perhatian ekstra baik dari sekolah maupun orang tua.120
Ibu Kontianah juga menjelaskan:
Semuanya mendukung, dari pihak sekolah sendiri mengusahakan
kelengkapan sarana prasarana, karena PAKEM memberikan terobosan yang
baru dalam dunia pendidikan. Dengan tujuan PAKEM yang meningkatkan
keaktifan siswa dan kekreatifitas siswa dan agar prestasi siswa lebih meningkat.
Untuk faktor penghambat adalah masalah biaya, karena sekolah belum
menyediakan alat peraga, maka guru harus membuatnya dengan biaya sendiri.
Selain itu adalah waktu, guru yang semula merencanakan alokasi waktu sekian,
kadang-kadang molor, apa yang direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan.
PAKEM sendirikan membutuhkan waktu yang lama.121
120
Lihat transkrip wawancara nomor: 07/7-W/F-3/XVI-IV/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini. 121
Lihat transkrip wawancara nomor: 08/8-W/F-3/XVII-IV/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
-
64
Dari hasil wawancara tersebut di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan strategi PAKEM
pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul
Ponorogo adalah:
a) Faktor pendukung