stainpress-11111-yunikurnia-137-2-babi-v (1).pdf
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak manusia lahir usaha mendidik anak-anaknya pastilah akan
melakukan proses penilaian. Kendatipun dalam bentuk dan cara yang sangat
sederhana. Memang tindakan tersebut adalah wajar dan tidak dapat dipastikan
hasilnya, karena sebenarnya penilaian hasil-hasil pendidikan itu tidak dapat
dipisah-pisahkan dengan usaha pendidikan itu sendiri.
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.1
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu kegiatan pendidikan yang
telah direncanakan sebelumnya maka diperlukan rangkaian kegiatan lanjutan
yaitu mengadakan evaluasi.2 Oleh sebab itu evaluasi pendidikan mutlak di
lakukan, karena dengan evaluasi akan diketahui perkembangan dan kemajuan
kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan dari pendidikan tersebut dapat
tercapai.
Dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam selalu
ditentukan adanya interaksi yaitu hubungan aktif dua arah (timbal balik)
1 Abdul Majid dan Dian Ardayani, Pendidikan Agam Islam Berbasis Kompetensi
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 130-132. 2 Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat (Jakarta: Gema Insani, 1998), 96.
1
-
2
antara guru dengan anak didik. Pendidikan agama Islam tidak saja
menyampaikan science tentang Islam kepada anak didik, tetapi yang lebih
penting ialah menyampaikan aspek pendidikannya, yakni menanamkan dan
meningkatkan keimanan anak didik kepada agama Islam agar menjadi
penganut Islam yang taat dalam kehidupan sehari-hari.3
Dalam mengetahui keberhasilan pendidikan, Benyamin Bloom secara
garis besar membagi penilaian menjadi tiga ranah yang berkelanjutan yakni:4
Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari 6 aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi
Ranah afektif, berkenaan dengan sikap, terdiri dari 5 aspek yakni
penerimaan, tanggapan (responding), penilaian, organisasi dan
karakterisasi
Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Aspek-aspek ranah psikomotorik yaitu gerakan
refleks, keterampilan, gerakan dasar, dll.5
Dengan demikian, lengkaplah siklus belajar mengajar sebagai interaksi
edukatif, mulai dari perumusan sampai kepada penyediaan sarana pendukung
dan rencana evaluasi yang akan dipergunakan sebagai umpan balik (feed back
evaluation).
3 Mahfudh Shalahuddin, dkk., Metodologi Pendidikan Agama (Surabaya: PT Bina Ilmu,
1987) 10-11. 4 Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi: Teori dan Praktek (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2007), 21-22. 5 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), 23-32.
-
3
Anas Sudjana dalam bukunya Pengantar Evaluasi Pendidikan
mengatakan bahwa dari tiga aspek (kognitif, afektif dan psikomotorik) jika
dikaitkan dengan proses pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam), maka
bukan mengungkap pemahaman peserta didik terhadap ajaran-ajaran Islam,
melainkan harus dapat mengungkapkan sejauh mana peserta didik dapat
menghargai dan mengenalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.6
Evaluasi dalam pendidikan merupakan cara atau teknik penilaian
terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yang
bersifat komprehensif dari seluruh kehidupan mental, psikologis dan spiritual
religius peserta didik. Karena sosok pribadi yang diinginkan pendidikan Islam
bukan hanya pribadi yang bersifat religius, tetapi juga memiliki ilmu dan
keterampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan
masyarakat.7
Dalam PERMENDIKNAS No. 20 tahun 2007 dikatakan bahwa:
Dalam rangka mengendalikan mutu hasil pendidikan sesuai standar nasional
pendidikan yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan,
perlu menetapkan Standar Penilaian Pendidikan dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional.
Standar penilaian yang dimaksud dalam Permendiknas No. 20 yaitu
standar penilaian pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan
6 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996), 32. 7 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), 53.
-
4
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik melalui proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian tujuan pendidikan.8
Dalam penilaian hasil belajar terdapat prinsip penilaian yaitu sahih,
objektif, berkeadilan, akuntabel adalah penilaian yang dapat dipertanggung-
jawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya. Teknik dan
prosedur penilaian di sini menunjuk pada bagaimana guru membuat instrumen
soal dalam proses evaluasi sehingga mengacu pada tercapainya tujuan
pembelajaran yang berlangsung, yang mencakup 3 ranah (kognitif, afektif dan
psikomotorik), bagaimana daya kreatif guru dalam memilih teknik dan strategi
penilaian serta langkah apa saja yang diambil GPAI (Guru Pendidikan Agama
Islam) dalam mengatasi permasalahan kesulitan belajar siswa sehingga dapat
memperoleh prestasi sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan.
Berdasarkan penjajakan awal yang telah dilakukan, peneliti
menemukan bahwa 35 % siswa siswi kelas X SMK Negeri 1 Ponorogo kurang
bisa memahami materi PAI dengan cepat dan penilaian masih menggunakan
sistem klasik yaitu mengerjakan soal LKS, untuk instrumen penilaian yang
digunakan yaitu soal uraian.9
Dari permasalahan yang muncul tersebut, GPAI kelas X SMK Negeri
1 Ponorogo mempunyai inisiatif untuk melakukan pendalaman materi secara
khusus yaitu dengan bantuan teman sejawat (teman se-bangku) untuk
membantu siswi yang kurang bisa memahami materi dan membantu
8 H.A.R Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006), 170. 9 Hasil wawancara dengan Bapak Moh. Ansor Hidayatulloh, S.Pd.I (Guru PAI SMK
Negeri 1 Ponorogo) pada tanggal 2 Februari 2009 di Mushola sekolah pada Pukul 09.00-10.00
WIB.
-
5
memotivasinya agar berkonsentrasi belajar. Langkah ini dirasa cukup bisa
membantu GPAI dalam mengatasi kesulitan belajar siswa sehingga semua
siswa dapat mencapai standar penilaian yang telah ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai permasalahan yang dihadapi oleh GPAI SMK Negeri 1
Ponorogo dalam menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang
Standar Penilaian dan apa langkah-langkah yang dilakukan oleh GPAI SMK
Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007
tentang Standar Penilaian dengan judul IMPLEMENTASI
PERMENDIKNAS NO. 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR
PENILAIAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK NEGERI 1 PONOROGO.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada sistem penilaian yang digunakan GPAI
dalam mengetahui sejauhmana keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang
telah berlangsung yaitu melakukan penilaian yang mencakup 3 ranah yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik dengan menggunakan beberapa pendekatan
dalam proses penilaian diantaranya mengacu pada kriteria dan norma dan
langkah-langkah yang dilakukan oleh GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam
menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian.
-
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apa permasalahan yang dihadapi oleh GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo
dalam menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian?
2. Apa langkah-langkah yang dilakukan oleh GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo
dalam menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 1 Ponorogo ini mempunyai
tujuan :
1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan permasalahan yang dihadapi oleh
GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan Permendiknas No. 20
tahun 2007 tentang Standar Penilaian.
2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan
oleh GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan Permendiknas
No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian.
-
7
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran dalam memecahkan pendidikan yang dapat dikembangkan lebih
lanjut oleh para pemerhati pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi sumbangan keilmuan
untuk kemudian dijadikan sumber data bagi penelitian lebih lanjut
b. Bagi lembaga sekolah yang bersangkutan, sebagai bahan pertimbangan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
c. Bagi GPAI, sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan ber-
pikir dan pengalaman tentang permasalahan dan bagaimana
pemecahan yang diambil dalam hal penilaian sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di sekolah.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
-
8
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok.10
Peneliti menggunakan pendekatan ini karena peneliti ingin
mendeskripsikan dan menganalisis permasalahan dan langkah-
langkah yang diambil oleh GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam
menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang standar
penilaian.
b. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan bersifat
deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mengungkapkan gambaran
fenomena-fenomena yang ada di lapangan dan menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku
yang dapat diamati.11
2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitian yang menentukan
keseluruhan skenarionya.12 Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti
bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus
pengumpul data sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang.
Peneliti melakukan interaksi sosial dengan subyek dalam waktu yang
10 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), 60. 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995), 3. 12 Sukmadinata, Metode Penelitian, 64.
-
9
lama dan selama itu, data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan
secara sistematis.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih SMK Negeri 1 Ponorogo sebagai tempat
(obyek) penelitian. Pemilihan lembaga ini karena ada kesesuaian
dengan topik yang peneliti pilih.
4. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.13
Dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, Moloeng mengutip
pendapat dari Lofland dan Lofland bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data
utama. Sedangkan sumber data tertulis foto dan statistik adalah sebagai
sumber data tambahan.14
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti
memanfaatkan 2 sumber data, yaiti:
a. Manusia, meliputi:
- Wawancara dengan kepala sekolah
- Wawancara dengan ketua program sekolah
- Wawancara dengan guru pendidikan agama islam
- Wawancara dengan siswa
13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 113. 14 Moloeng, Metodologi Penelitian., 112.
-
10
b. Non manusia, meliputi dokumentasi yang berkaitan dengan
penelitian, misalnya: foto, catatan tertulis, bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif
fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan
interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi
pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu
untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistemik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.15 Melalui teknik ini, peneliti dapat melihat langsung
situasi dan kondisi di lapangan.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada saat proses
belajar mengajar dan pelaksanaan penilaian dengan tujuan untuk
mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh GPAI dalam
menerapkan Permendiknas dan bagaimana langkah yang diambil
dapat mengatasi pemasalahan tersebut sehingga sesuai dengan isi
Permendiknas No. 20 tentang standar penilaian.
15 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 158.
-
11
b. Wawancara
Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh 2 pihak yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.16
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada :
1. Kepala sekolah SMK Negeri 1 Ponorogo, yaitu untuk
mendapatkan informasi tentang data umum sekolah
2. GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo yaitu untuk mendapatkan
informasi tentang kegiatan pembelajaran PAI dan bagaimana
permasalahan yang dihadapi dalam pemberian nilai atau
prestasi siswa dan langkah apa saja yang diambil dalam
mengatasi permasalahan tersebut
3. Siswa atau siswi SMK Negeri 1 Ponorogo yaitu untuk
mendapatkan informasi tentang kegiatan belajar mengajar PAI
dan bagaimana prestasi belajar PAI.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisa dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar, maupun elektrronik17 Metode ini
digunakan untuk mencari data-data yang berupa catatan struktur
organisasi sekolah, keadaan guru, keadaan murid, kurikulum, dll.
16 Moloeng, Metodologi Penelitian.., 135.
17 Sukmadinata, Metode Penelitian., 221.
-
12
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk
mendapatkan data berupa :
- Sejarah berdiri letak geografi SMK Negeri 1 Ponorogo
- Visi dan misi SMK Negeri 1 Ponorogo
- Struktur organisasi SMK Negeri 1 Ponorogo
- Keadaan guru dan murid SMK Negeri 1 Ponorogo
- Sarana dan prasarana SMK Negeri 1 Ponorogo
- Kurikulum SMK Negeri 1 Ponorogo
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.18 Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik deskriptif kualitatif dengan alur analisis model Miles dan
Hiberman yang meliputi reduksi data, data display dan conclution.19
Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut:
18 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2006), 334. 19 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman terj. Tjetjep Rohini, Analisis Data
Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (Jakarta: UI-Press, 1992), 16.
-
13
a. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilahan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.20
Dalam penelitian ini setelah seluruh data yang berkaitan
dengan permasalahan dan langkah-langkah yang diambil GPAI
SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapakan Permendiknas No.
20 tentang Standar Penilaian terkumpul seluruhnya, maka akan
memudahkan melakukan analisis data-data yang masih komplek
tersebut dipilih dan difokuskan sehingga menjadi lebih sederhana.
b. Display Data
Yaitu menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik dan chart.21
Setelah seluruh data tentang permasalahan dan langkah-
langkah yang diambil GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam
20
Ibid, 16. 21
Ibid, 17.
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Reduksi
Data
Kesimpulan
-
14
menerapkan Permendiknas No. 20 tentang Standar Penilaian
terkumpul dan melalui proses reduksi data, maka data tersebut
disusun secara sistematis agar lebih mudah dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan. Setelah melalui proses reduksi data dan
display data, peneliti kemudian membuat kesimpulan. Kesimpulan
tersebut masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung tahap
pengumpulan data berikutnya. Bila kesimpulan tersebut didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan tersebut merupakan
kesimpulan yang kredibel.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui
dari konsep kesahihan dan keandalan.22 Derajat kepercayaan
keabsahan data (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan
teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi.
Ketekunan pengmatan adalah menemukan cirri-ciri dan unsur-
unsur dalm situasi yang relevan dengan persoalan dan isu yang sedang
dicari.23 Ketekunan ini dilaksanakan peneliti dengan cara mengadakan
pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi GPAI
SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan Permendikanas no. 20
22 Moloeng, Metodologi Penelitian, 171.
23 Ibid., 177.
-
15
tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan dan bagaimana
langkah-langkah yang diambil untuk menghadapi permasalaahn
tersebut.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.24
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, karena
dengan keikutsertaan yang diperpanjang, peneliti akan lebih
memahami kondisi di lokasi penelitian dan dapat menguji
ketidakbenaran informasi yang ada.
8. Tahapan-Tahapan Penelitian
Dalam proses pelaksanaan penelitian peneliti melalui tahapan-
tahapan penelitian sebagai berikut :
a. Tahap Pra Lapangan
Dalam tahap ini peneliti melakukan serangkaian kegiatan
yaitu :
1. Menyusun rancangan penelitian yang terdiri dari latar
belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah,
landasan teori, rancangan pengumpulan data, rancangan
analisa data dan rancangan pengecekan keabsahan data.
2. Memilih lapangan penelitian
24 Ibid., 178
-
16
3. Mengurus perizinan
4. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
5. Memilih informan
6. Menyiapkan perlengkapan penelitian
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini yang dilakukan peneliti ialah memahami latar
penelitian dan mempersiapkan diri dan memasuki lapangan
c. Tahap Analisa Data
Dalam tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap data-
data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi. Pekerjaan analisis ini meliputi: mengatur,
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, memilih mana yang penting dan membuat
kesimpulan.
d. Tahap Penelitian Lapangan
Pada tahap ini peneliti menuangkan hasil penelitian ke dalam
suatu bentuk laporan penelitian yang sistematis sehingga dapat
dipahami dan diikuti alurnya oleh pembaca.
9. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah penafsiran dalam penelitian yang
berjudul IMPLEMENTASI PERMENDIKNAS NO. 20 TAHUN 2007
TENTANG STANDAR PENILAIAN DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK
-
17
NEGERI 1 PONOROGO maka penulis memberikan pemahaman dari
judul tersebut yaitu:
a. Implementasi
Pelaksanaan, penerapan.25
b. Permendiknas No. 20 Tahun 2007
Permendiknas No. 20 tahun 2007 merupakan peraturan menteri
pendidikan nasional untuk mengendalikan mutu hasil pendidikan
berupa standar penilaian pendidikan sesuai standar nasional pendidikan
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.26
c. Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam
Kegiatan yaitu aktivitas, usaha, pekerjaan.27 Pembelajaran
merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar.28 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam evaluasi
merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan agama Islam
yang harus dilaksanakan secara sistematis dan terencana untuk
mengetahui sejauh mana kebehasilan ata target yang diinginkan setelah
melakukan proses pembelajaran, mencakup 3 proses yaitu:
1. Perencanaan, dalam hal ini perencanaan merupakan strategi
penilaian oleh pendidik yang dilakukan pada saat penyusunan
25 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), 427. 26 Tim Penyusun Naskah Prodi Tarbiyah, Modul Materi Pembekalan Bagi Mahasiswa
Peserta PPLK II (Ponorogo: STAIN Po Pres, 2008), 2-3. 27 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar, 236.
28 Ibid., 17.
-
18
silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Pelaksanaan, merupakan proses melaksanakaan tes dan
pengamatan secara langsung kegiatan penilaian sesuai dengan apa
yang telah direncanakan dalam RPP
3. Evaluasi, proses ini sangat penting sebagai bahan umpan balik bagi
guru dalam mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan
hasil belajar dan mengetahui kesulitan belajar siswa yang
selanjutnya digunakan untuk perbaikan pembelajaran.
Dapat disimpulkan skripsi ini membahas tentang penerapan
Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang standar penilaian dalam
kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yang mencakup
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi, maka pembahasan dalam
laporan penelitian yang akan disusun dikelompokkan menjadi lima bab yang
masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan dengan sistematika
sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan. Pada bab ini diberikan penjelasan tentang
gambaran umum penelitian. Sedang penyusunannya terdiri dari latar belakang
masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian (pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi
-
19
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, definisi
judul) dan sistematika pembahasan.
Bab II berisi landasan teori sebagai pedoman umum yang digunakan
untuk landasan dalam melakukan penelitian yang terdiri dari kajian tentang
Permendiknas No. 20 tahun 2007 meliputi: definisi standar penilaian, prinsip-
prinsip pembelajaran PAI, fungsi penilaian PAI, tujuan penilaian kelas, teknik
dan instrumen penilaian dan pembelajaran PAI (definisi pembelajaran PAI dan
azas-azas pembelajaran PAI).
Bab III berisi paparan data umum mengenai pembelajaran pendidikan
SMK Negeri 1 Ponorogo, letak geografis SMK Negeri 1 Ponorogo, visi dan
misi SMK Negeri 1 Ponorogo, serta data khusus berupa hasil penilaian atau
prestasi belajar siswa, permasalahan dan langkah-langkah yang diambil GPAI
SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan Permendiknas No. 20 tentang
standar penilaian.
Bab IV berisi analisa data mengenai permasalahan dan langkah-
langkah yang diambil GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan
Permendiknas No. 20 tentang standar penilaian.
Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
-
20
BAB II
PERMENDIKNAS NO. 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR
PENILAIAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
A. Permendiknas No. 20 Tahun 2007
Dalam rangka pengembangan, pemantauan, pelaporan pencapaian
standar nasional pendidikan dan mengendalikan mutu hasil pendidikan sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan perlu adanya Standar Penilaian.29 Karena
pentingnya hal tersebut Badan Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) No. 20 tahun
2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
1. Pengertian Standar Penilaian
Ada empat istilah yang berkaitan dengan konsep penilaian dan
seringkali digunakan untuk mengetahui hasil belajar dari peserta didik
yaitu pengukuran, pengujian/tes, penilaian dan evaluasi. Keempat istilah
tersebut pengertiannya masih dicampuradukkan, padahal keempat istilah
tersebut memiliki pengertian yang berbeda.30
Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang
29 Redaksi Sinar Grafika, Permendiknas 2006 Tentang SI dan SKL (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), 209. 30 Haryati, Sistem Penilaian Berbasis, 15.
20
-
21
peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.31 Pengujian (tes) adalah
cara penilaian yang dirancang dan dilakukan kepada peserta didik pada
waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-
syarat tertentu yang jelas.
Yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan agama ialah suatu
kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam
pendidikan agama.32 Sedangkan evaluasi adalah alat untuk mengukur atau
menilai sampai dimana tujuan pengajaran telah dicapai, baik dari sudut
murid maupun dari sudut guru.33 Ruang lingkup kegiatan evaluasi ini
mencakup penilaian terhadap kemajuan atau hasil belajar siswa dalam
aspek pengetahuan, keterampilan serta sikap setelah mengikuti program
pengajaran.
Penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu obyek.34
Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu obyek diperlukan
adanya ukuran atau kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa ciri penilaian adalah adanya obyek atau program yang dinilai dan
adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau
apa adanya dengan kriteria atau apa harusnya.
Dari keempat pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan,
standar penilaian yaitu standar pendidikan yang berkaitan dengan
31 Ibid, 16. 32 Zuhairini, dkk., Methodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usana Offset Printing,
1981), 154. 33 Imansjah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, tt),
38. 34 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1995), 3.
-
22
mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik
melalui proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian tujuan pendidikan.35
Dalam dunia pendidikan kita semua mengetahui bahwa setiap anak
mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Atas dasar keadaannya yang
demikian secara ideal perlakuan untuk setiap anakpun harus berbeda
seutuhnya, 36 karena seorang anak dapat dilihat dari banyak aspek, mulai
dari aspek biologis, aspek intelektual dan aspek psikologis.
Dalam pasal 64 Permendiknas no. 20 tahun 2007 disebutkan bahwa
penilaian hasil belajar dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan
perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi
psikomotor siswa.37 Berkaitan dengan hal ini, untuk menilai ke-unikan
siswa guru harus menguasai aspek psikologis diantaranya:
a. Minat dan perhatian
Secara umum perhatian menunjuk pada kecenderungan
manusia untuk mencari atau menolak sesuatu kegiatan.38 Minat dan
perhatian siswa terhadap sesuatu merupakan hal yang sangat penting
diketahui oleh guru, karena dengan adnya perhatian siswa kepada
pelajaran yang kita berikan maka isi dari materi pelajaran akan diserap
dengan baik. Sebaliknya tanpa adanya perhatian terhadap apa yang kita
berikan dengan susah payah tidak akan didengar, apalagi dikuasai oleh
35 Redaksi Sinar Grafika, Permendiknas 2006, 204-206.
36 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1993), 91. 37 Redaksi Sinar Grafika, Permendiknas 2006, 204.
38 Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, 103.
-
23
siswa. Untuk mengarahkan siswa menemukan minat dan perhatian
terhadap pelajaran yang diberikan dibutuhkan beberapa unsur,
diantaranya:
1. Bahan pelajaran yang menarik minat
Bahan pelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam
kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah
yang diupayakan untuk dikuasai siswa. Oleh karena itu, guru atau
pengembang kurikulum umumnya tidak boleh lupa harus
memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera di
dalam silabus berkaitan dengan kebutuhan siswa pada usia tertentu
dan dalam lingkungan tertentu pula.
2. Alat-alat pelajaran yng menarik minat
Unsur lain yang berfungsi mendukung penyampaian materi
pelajaran adalah alat-alat pelajaran dan atau media pendidikan.
Alat pelajaran hendaknya dipilih sesuai dengan usia siswa.
3. Keadaan atau situasi yang menarik minat
Keadaan atau suasana lebih banyak merupakan faktor
pendukung, tetapi situasi belajar adalah obyek perhatian, dengan
ruangan yang luas, udara bebas dan segar tidak akan menjadikan
bosan dan membuat siswa tidak cepat lelah.
4. Guru yang menarik perhatian
Guru yang bergaya, suara yang cukup keras dengan
intonasi yang naik turun dengan teratur, pandangan mata yng
-
24
menunjukkan kegairahan belajar, selain itu guru yang mempunyai
ketermpilan dalm melibatkan siswa-siswa yang diajar, akan dapat
menimbulkan situasi yang memukau terhadap pelajaran. Jika hal
ini dipenuhi, siswa akan merasakan bahwa pelajaran berlangsung
dalam waktu singkat dan tidak merasakan lelah.
Guru yang progresif dan inovatif bersikap tanggap terhadap
gagasan pembaharuan pendidikan dan pengajaran di sekolah, ia
menempatkan diri sebagai agen perubahan yang tangguh dan
melibatkannya dalam setiap usaha pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan pengajaran.39 Ia memiliki rasa tanggung
jawab penuh dalam mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa,
memprediksi cara-cara penyembuhannya dan sekaligus
mengajarkan bagian-bagian tertentu pengetahuan yang belum
dikuasainya sehingga nanti guru dapat menempatkan kembali
siswa itu ke dalam kelas yang sejajar dengan teman sebaya lainnya.
b. Kemandirian
Membantu siswa untuk mandiri berarti menolong mereka agar
menjadi anak yang bebas dari bantuan orang lain. Tingkat kemandirian
siswa sangat ditentukan oleh bagaimana keluarga mendidik mereka
untuk itu perlakuan yang terlalu menunjukkan rasa sayang kepada
sehingga tidak diperbolehkan melakukan apapun, justru akan
merugikan anak itu sendiri.
39 Cece Wijaya, Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), 17.
-
25
Berdasarkan hal tersebut di atas, Benyamin Bloom secara garis
besar mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga aspek yakni:
a. Penilaian Aspek Kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir
termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghapal,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesa dan kemampuan
mengevaluasi.40 Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan
berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana
yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut.
Aspek kognitif terdiri atas 6 tingkatan, tingkatan tersebut yaitu:41
- Tingkat pengetahuan (knowledge), tahap ini menuntut siswa untuk
mampu mengingat berbagai informasi yang telah diterima
sebelumnya
- Tingkat pemahaman (comprehension), tahap ini siswa diharapkan
menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar
dengan kata-kata sendiri
- Tingkat penerapan (application)
- Tingkat analisis (analysis), tahap ini siswa diharapkan
menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara
40 Haryati, Sistem Penilaian, 22-23. 41 W. James Popham dan Eva L. Baker terj. Amirul Hadi, dkk., Teknik Mengajar Secara
Sistematis (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 29-30.
-
26
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau
prosedur yang telah dipelajari
- Tingkat sintesis (synthesis), yaitu kemampuan mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada
sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh
- Tingkat evaluasi (evaluation), merupakan level tertinggi yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda
menggunakan kriteria tertentu.
b. Penilaian Aspek Psikomotor
Mimin Haryati dalam bukunya Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi: Teori dan Praktek, mengutip pendapat beberapa ahli
diantaranya:
- Menurut Singer, mata ajar yang termasuk kelompok mata ajar
psikomotor adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan
dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik
- Menurut Mager, mata ajar yang termasuk kelompok mata ajar
psikomotor adalah mata ajar yang mencakup gerakan fisik dan
keterampilan tangan
-
27
- Menurut Dave, mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat
dibedakan menjadi lima peringkat yaitu imitasi, manipulasi,
presisi, artikulasi dan naturalisasi.42
Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa
penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup
persiapan, proses dan produk. Tidak jauh berbeda dengan penilaian
kognitif, penilaian psikomotor-pun dimulai dengan pengukuran hasil
belajar, perbedaannya adalah pengukuran hasil belajar ranah kognitif
dilakukan dengan tes tertulis, sedangkan pengukuran hasil belajar
ranah psikomotor dilakukan dengan menggunakan tes unjuk kerja,
lembar tugas atau lembar pengamatan.
c. Penilaian Aspek Afektif
Pada ranah afektif peringkat tertinggi adalah characterization
(karakterisasi) nilai. Pada peringkat ini peserta didik memiliki sistem
nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada suatu waktu tertentu
hingga terbentuk pola hidup. Hasil belajar pada peringkat ini adalah
berkaitan dengan pribadi, emosi dan rasa sosialis.43
42 Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang
dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan
sederhana yang belum pernah dilihatnya tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.
Presisi yaitu kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk
kerja yang presisi. Artikulasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan komplek dan ketepatan
sehingga produk kerjanya utuh. Naturalisasi merupakan kemampuan melakukan kegiatan secara
reflek yaitu kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. 43 Haryati, Sistem Penilaian, 40.
-
28
2. Jenis dan fungsi penilaian
Proses penilaian tidak hanya mengikuti satu prosedur tetapi
berbagai prosedur sesuai dengan fungsi atau peranan penilaian yang
dilaksanakan. Misalnya prosedur untuk melaksanakan tes awal tidak sama
dengan prosedur untuk melaksanakan tes formatif, tes sumatif, tes seleksi,
tes diagnostik, dan sebagainya. Prosedur tersebut dimulai dari
pengembangan tes, pelaksanaannya dan pemanfaatan hasilnya.44
Dengan cara mengajar yang biasa, guru tidak akan mencapai
penguasaan tuntas oleh siswa. Usaha guru itu harus dibantu dengan
kegiatan tambahan yang terutama terdiri atas (1) feedback atau umpan
balik yang terperinci kepada guru maupun siswa, (2) Sumber dan metode-
metode pengajaran tambahan di mana saja diperlukan.45 Usaha tambahan
ini dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pengajaran dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami apa yang diajarkan dan dengan
demikian mengurangi jumlah waktu untuk menguasai bahan pelajaran
sepenuhnya.
Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam yaitu:46
a. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk
mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu
program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan
sebelum menilai kegiatan belajar untuk program itu.
44 Noehi Nasoetion, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar IPA (Jakarta: Universitas Terbuka,
1993), 22. 45 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003), 53. 46 Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), 12-14.
-
29
b. Penilaian formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir
program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses
belajar mengajar itu sendiri
c. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat
kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini
dilakukan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial
(remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dll.
d. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada akhir unit
program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester dan akhir tahun.
e. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan
seleksi, misal ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2
yaitu:47
a. Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau
salah. Tes ini ada yang diberikan secara lisan, ada tes tulisan dan ada
tes tindakan
b. Non tes adalah pertanyaan maupun pernyataan yang tidak memiliki
jawaban benar atau salah tetapi berbentuk kuesioner atau inventori.
Kuesioner berisi pertanyaan atau pernyataan yang diajukan. Inventori
merupakan instrument yang berisi tentang laporan diri pada keadaan
peserta didik.
47 Sudjana, Penilaian Hasil, 5.
-
30
Pada akhir penggal waktu proses pembelajaran, antara lain akhir
caturwulan, akhir semester, akhir tahun pelajaran, akhir jenjang
persekolahan diperlukan suatu laporan kemajuan peserta didik, yang
selanjutnya merupakan laporan kemajuan sekolah. Laporan ini akan
memberikan bukti sejauh mana tujuan pendidikan yang diharapkan oleh
anggota masyarakat khususnya orang tua siswa dapat dicapai. 48
Evaluasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran mempunyai
beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui taraf kesiapan dari siswa untuk menempuh suatu
pendidikan tertentu
2. Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam
proses pendidikan yang telah dilaksanakan
3. Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan
dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus
mengulangi kembali bahan-bahan pelajaran yang telah lampau
4. Untuk menentukan apakah siswa dapat dinaikkan ke dalam kelas
yang lebih tinggi ataukah harus mengulang
5. Untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh siswa
sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum
6. Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang dipergunakan dalam
proses pembelajaran.49
48 Nasoetion, Evaluasi Proses, 206. 49 Wayan Nurkancana dan Sunartana, Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usana Offset
Printing, 1986), 3-6.
-
31
3. Prinsip Penilaian
Di dalam kehidupan sekolah khususnya dalam interaksi di kelas,
guru yang berpengalaman dengan cepat dapat mengenali kemampuan
siswa walaupun tidak melalui pengamatan ataupun informasi tentang
siswa tersebut dari orang lain. Pengenalan kemampuan siswa tersebut
diketahui dari penampilan siswa, misalnya melalui pertanyaan yang
diajukan, jawaban yang diberikan ataupun proses dan hasil pengerjaan
tugas.50
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka penilaian hasil belajar
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan
pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur
b. Obyektif berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subyektivitas penilai
c. Adil, berarti penialain tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi dan gender
d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran
50 Arikunto, Manajemen Pengajaran, 94-95.
-
32
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian diasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan
i. Akuntabel berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi teknik, prosedur maupun hasilnya.51
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Berkaitan dengan hal tersebut dibutuhkan beberapa pendekatan dalam
penilaian yang umum dan sering digunakan di lembaga pendidikan yaitu
sebagai berikut:52
a) Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced Evaluation)
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang
membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lain
dalam kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai
pendekatan apa adanya dalam arti bahwa patokan semata-mata
51 Tim Penyusun Naskah Prodi Trabiyah, Modul Materi Pembekalan, 4. 52 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek, Jurnal Pendidikan Profesionalisasi
Tenaga Kependidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), 106-108.
-
33
diambil dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh pada saat
pengukuran dan penilaian itu berlangsung yaitu hasil belajar siswa
yang diukur itu beserta pengolahannya.
b) Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced Evaluation)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) ialah penilaian yang
membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum
usaha penilaian dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan patokan
yang akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil
pengukuran agar hasil itu mempunyai makna atau arti tertentu.
Patokan yang telah ditetapkan terlebih dahulu itu biasanya
disebut dengan batas lulus (BL) atau tingkat penguasaan
minimum. Patokan yang dipakai di dalam PAP bersifat tetap.
4. Teknik dan Instrumen Penilaian
a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik
penilaian berupa tes, observasi, penugasan dan bentuk lain yang
sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan
peserta didik.
b) Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan dan tes praktek atau tes
kinerja
c) Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran
-
34
d) Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat
berbentuk tugas rumah dan/atau proyek
e) Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik
memenuhi persyaratan (1) substansi, adalah mempresentasikan
kompetensi yang dinilai, (2) konstruksi adalah memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan,
dan (3) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar
serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.53
5. Kajian tentang Penilaian Kelas
a. Pengertian Penilaian Kelas
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses
pengumpulan, pelaporan, penggunaan informasi tentang hasil belajar
siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten.54
Dalam pelaksanaan PBK, peranan guru sangat penting dalam
menentukan ketepatan jenis penilaian untuk menilai keberhasilan dan
kegagalan siswa. Jenis penilaian yang dibuat guru harus memenuhi
standar validitas dan reliabilitas, agar hasil yang dicapai sesuai dengan
apa yang diharapkan. Untuk itu, kompetensi profesional bagi guru
merupakan persyaratan penting dalam melakukan penilaian.
b. Orientasi Penilaian Kelas
1. Tujuan Penilaian Berbasis Kelas
53 Ibid., 5. 54 Darwyan Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta:
Gaung Persada, 2007), 199.
-
35
Secara umum tujuan penilaian adalah untuk mengetahui
apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi
lulusan.55 Tujuan penilaian di kelas guru hendaknya diarahkan
pada empat tujuan, sebagai berikut:
Penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar
proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana
Pengecekan (cheching-up), yaitu untuk mengecek adakah
kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses
pembelajaran
Pencarian (finding out), yaitu untuk mencari dan menemukan
hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan
dalam proses pembelajaran
Penyimpulan (summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah
anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang
ditetapkan dalam kurikulum atau belum.56
2. Fungsi Penilaian Kelas
Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan
sistematis oleh guru memiliki fungsi yaitu:
o Fungsi motivasi, penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas
harus mendorong motivasi siswa untuk belajar
o Fungsi belajar tuntas, penilaian di kelas harus diarahkan untuk
memantau ketuntasan belajar siswa
55 Ibid. 56 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 187-188.
-
36
o Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran, disamping
untuk memantau kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga
dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar
mengajar telah berhasil. Apabila guru menemukan hanya
sebagian siswa saja yang menguasai kemampuan maka guru
perlu melakukan analisis dan refleksi apa penyebabnya dan
berupaya mengatasi masalah tersebut
o Fungsi umpan balik. Hasil penilaian harus dianalisis oleh guru
sebagai bahan umpan balik bagi siswa karena sangat
bermanfaat bagi siswa agar mengetahui kelemahan yang
dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan.57
3. Peranan Penilaian Kelas
Menurut Departemen Pendidikan Nasional peranan
penilaian kelas adalah
a. Grading, membandingkan kedudukan seorang siswa terhadap
siswa lainnya
b. Seleksi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah seorang siswa
masuk ke dalam kategori tertentu atau tidak
c. Penguasaan kompetensi, penilaian bertujuan untuk mengetahui
apakah seorang siswa telah menguasai standar kompetensi
kelulusan yang dipersyaratkan pada jenis dan jenjang
pendidikan tertentu
57 R. Ibrahim, dkk., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT IMPIMA, 2007), 250-251.
-
37
d. Bimbingan, penilaian berperan mengevaluasi hasil belajar yang
telah dicapai oleh siswa
e. Alat diagnosis, sebagai alat untuk mengetahui kesulitan atau
kelemahan belajar siswa dan kemungkinan untuk
mengembangkan prestasi yang mungkin dicapai oleh siswa
f. Alat prediksi, dari hasil penilaian dapat diprediksi tingkat
keberhasilan belajar siswa pada jenjang berikutnya serta dalam
pekerjaan yang sesuai.58
6. Penerapan Standar Penilaian
Sebelum melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil belajar
peserta didik terlebih dahulu harus dibuat peringkat-peringkatnya agar
penilaian yang dilakukan benar-benar sesuai dengan kompetensi yang
hendak diuji. Setiap indikator dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan
dianalisis terlebih dahulu untuk menentukan patokan atau Standar
Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).59
Dalam menerapkan proses penilaian, lembaga atau instansi
pendidikan seringkali melakukan prosedur penilaian secara berkelanjutan
yaitu ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ulangan kenaikan kelas dan ujian sekolah atau madrasah.
Penerapan penilaian itu terdapat kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
harus dikuasai siswa, dengan demikian keberhasilan peserta didik dalam
58 Syah, Perencanaan Sistem, 202.
59 Haryati, Sistem Penilaian, 19.
-
38
pembelajaran diperoleh setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
Proses penilaian dapat dilakukan dengan langkah-langkah:
a. Perencanaan penilaian
b. Pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan
perencanaan hasil belajar
c. Pelaporan
d. Penggunaan informasi tentang hasil belajar.60
Untuk menunjang keberhasilan kegiatan belajar-mengajar ada
beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam melaksanakan proses
penilaian, diantaranya:
- Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu
- Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat
penilaian sebagai cermin diri
- Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran
untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar
siswa
- Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus siswa
- Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang
bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar siswa
- Menggunakan penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi
untuk membuat keputusan tentang tingkat kepercayaan siswa.61
60 Ibid, 18.
-
39
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa pendapat dari para ahli pendidikan mengenai
pengertian pendidikan agama Islam antara lain adalah:
a. Menurut Al-Syaibaniy
Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu
peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya.
Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran.62
b. Menurut Ahmad D. Marimba
Pendidikan Islam yaitu bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam.63
c. Menurut Burlian Somad
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk
individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi
menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah mewujudkan
tujuan itu yaitu ajaran Allah.64
d. Menurut Abd. Rochman Saleh
Pendidikan agama yaitu usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikannya dapat
61 Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran, 212-213.
62 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 31. 63 Ibid., 32. 64 Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka
Setia, 1998), 9.
-
40
memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai way of life (jalan kehidupan).65
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendidikan agama Islam yaitu usaha atau bimbingan yang diarahkan
kepada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan ajaran
agama Islam, supaya kelak menjadi manusia yang cakap dalam
menyelesaikan tugas kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya
yang diridhoi oleh Allah swt sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan
akhirat.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha
atau kegiatan selesai.66 Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha
dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan,
tujuannya bertahap dan bertingkat.
Ada beberapa tujuan pendidikan yaitu:67
- Tujuan Umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu
meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku,
penampilan, kebiasaan dan pandangan.
- Tujuan Sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah siswa diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal.
65 Shalahuddin, Metodologi Pendidikan, 9. 66 Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1996), 28.
67 Ibid, 29-32.
-
41
- Tujuan Operasional yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam tujuan operasional ini
siswa dituntut menguasai suatu kemampuan dan keterampilan tertentu.
Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang ditonjolkan yaitu berbuat,
terampil melakukan, lancar mengucapkan, mengerti, memahami,
meyakini dan menghayati.
Tujuan-tujuan tersebut di atas terdapat prinsip yang dijadikan dasar
pijakan dalam mengembangkan tujuan pendidikan Islam, yaitu:68
a. Prinsip universal (menyeluruh), prinsip ini harus memperhatikan
seluruh aspek kehidupan yang mengitari kehidupan manusia, baik
aspek agama, budaya, sosial kemasyarakatan, ibadah, akhlak dan
muamalah
b. Prinsip kejelasan yaitu prinsip yang mengandung ajaran dan hukum
yang memberi kejelasan terhadap aspek spiritual dan aspek
intelektual manusia
c. Prinsip tak ada pertentangan, prinsip ini sebuah sistem di dalamnya
terdapat berbagai komponen yang saling menunjang dan membantu
antara satu sama lain
d. Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan adalah sebuah prinsip yang
selalu menunjang tinggi realitas atau kenyataan dalam kehidupan
68 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), 17-18.
-
42
e. Prinsip perubahan yang diinginkan yaitu prinsip perubahan
jasmaniyah, spiritual, intelektual, sosial, psikologis dan nilai-nilai
menuju ke arah kesempurnaan
f. Prinsip menjaga perbedaan antar individu adalah prinsip yang
concern terhadap perbedaan antar individu, baik dari segi kehidupan,
emosi, tingkat kematangan berpikir dan bertindak atau sikap dan
mental siswa
g. Prinsip dinamisme dan menerima perubahan serta perkembangan
dalam rangka memperbaharui metode-metode yang terdapat dalam
pendidikan agama.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam69
a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa
kepada Allah yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam
diri siswa melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan
dan ketaqwaan secara optimal
b. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan siswa yang memiliki bakat
khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara
optimal
c. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan
dan kelemahan siswa dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
69 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), 103-104.
-
43
d. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan
yang dapat membahayakan diri dan menghambat perkembangan
e. Penyesuaian yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baik
fisik atau sosial dan dapat mengubah lingkungan sesuai dengan ajaran
Islam
f. Sumber nilai yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
4. Azas-Azas Pembelajaran
Azas pembelajaran harus dikuasai oleh guru dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar.70 Azas-azas pembelajaran tersebut yaitu:
a. Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud
memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang
disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para
siswa. Dengan peragaan, diharapkan proses pengajaran terhindar
dari verbilisme yaitu siswa hanya tahu kata-kata yang diucapkan oleh
guru tetapi tidak mengerti maksudnya.
b. Minat dan Perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu bertalian.
Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul
perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut.
c. Motivasi yaitu dorongan yang timbul dalam diri seseorang, dimana
seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinamakan
70 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press,
2002), 4-5.
-
44
motivasi intrinsik. Sedangkan dorongan yang timbul yang
disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik.
d. Apersepsi yaitu bersatunya memori yang lama dengan yang baru
pada saat tertentu. Seorang guru akan memberikan pelajaran kepada
muridnya terlebih dahulu mengetahui pelajaran yang telah mereka
pelajari sebelumnya, sehingga setiap pengajaran dimulai akan terjadi
keterkaitan antara bahan pelajaran yang lama dengan yang baru.
e. Korelasi dan Konsentrasi
Korelasi adalah hubungan antara satu mata pelajaran dengan
pelajaran yang lain yang berfungsi dapat menambah kematangan
pengetahuan yang dimiliki siswa. Dengan azas korelasi maka
pelajaran yang satu dengan yang lain diharapkan dapat menimbulkan
konsentrasi siswa sehingga dapat membangkitkan minat dan
perhatian mereka dalam belajar.
f. Kooperasi adalah belajar atau bekerja sama (kelompok). Azas
kooperasi itu sangat diutamakan dalam proses belajar mengajar
seperti belajar bersama/kelompok, membuat alat secara kelompok.
g. Individualisasi, azas ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan
siswa baik dalam menerima, memahami, mengahayati, menganalisis
dan kecepatan mereka dalam mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh seorang guru. Oleh karena itu setiap proses belajar mengajar
-
45
hendaknya guru berusaha menyesuaikan materi yang disajikan
dengan kondisi siswanya. 71
h. Evaluasi yaitu penilaian seorang guru terhadap proses atau kegiatan
belajar mengajar. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui
sejauhmana tujuan pengajaran yang ditetapkan dapat tercapai,
disamping itu juga hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses
belajar mengajar tersebut.
5. Penilaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Proses pembelajaran PAI bukan mengungkap pemahaman peserta
didik terhadap ajaran-ajaran Islam, melainkan harus dapat mengungkapkan
sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-
ajaran Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari.72
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester dan ulangan kenaikan kelas.73 Hasil ulangan harian
diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian
berikutnya, peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti
pembelajaran remidi.74 Penilaian aspek kognitif materi agama diperoleh
guru dari pemahaman siswa terhadap materi ajar, penilaian akhlak mulia
71 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996), 25-26. 72 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), 32. 73 Redaksi Sinar Grafika, Permendiknas 2006 Tentang SI dan SKL, 204.
74 Tim penyusun naskah prodi tarbiyah, Modul Mteri Pembekalan, 6.
-
46
merupakan aspek afektif sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh GPAI dengan
memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain
yang relevan.
Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum
diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai
KKM harus mengikuti pembelajaran remidi.
-
47
BAB III
DATA TENTANG IMPLEMENTASI PERMENDIKNAS NO. 20 TAHUN
2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK
NEGERI 1 PONOROGO
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 1 Ponorogo
SMK Negeri 1 Ponorogo awalnya bernama SMEA atau Sekolah
Menengah Ekonomi Atas, berdiri pada tanggal 1 Januari 1969 dan masih
berstatus filial Madiun namun milik daerah. Seiring dengan
perkembangannya nama SMEA berubah menjadi SMK atau Sekolah
Menengah Kejuruan yang mulai berdiri sendiri dan terpisah dengan filial
Madiun.75
SMEA ini diresmikan pada tanggal 4 Mei 1974 oleh Kepala
Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan JATIM yaitu Bapak
JW. Sulandra, SH., dan pembangunan gedung SMK pada awalnya dengan
biaya swadaya masyarakat, lalu pada tahun berikutnya mendapat
sumbangan proyek atas biaya pemerintah.
Tahap-tahap jurusan di SMKN 1 Ponorogo adalah sebagai berikut:
a) Pada awal berdiri mempunyai 3 jurusan, yakni Tata Niaga, Tata Usaha
dan Tata Buku.
75 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
47
-
48
b) Sekitar tahun 1999 berubah nama jurusan Administrasi menjadi
Sekretaris (Skr).
c) Pada tahun 2004 mulai ada Akuntansi dan Multi Media (MM) dan
kelas informasi.
Adapun Kepala Sekolah yang ikut berperan penting dalam
perkembangan dan kemajuan SMK Negeri 1 Ponorogo sebagai berikut:
a. Muhammad Sudarman Tahun, 1969 1989.
b. Drs. Muhammad Solekhan, tahun 1989 1992.
c. Moesono Sarbini, tahun 1992 1998.
d. Subandi BA., tahun 1998 2000.
e. Drs. Luluk Nugroho WL., tahun 2000 2006.
f. Drs. Dwikorahadi Meinanda, MM., tahun 2006 2007.
g. Drs. Mustari, MM., tahun 2007 sekarang.
2. Letak Geografis
SMK Negeri 1 Ponorogo secara geografis terletak di tengah Kota
Ponorogo tepatnya di Jl. Jendral Sudirman No. 10 Ponorogo, atau tepatnya
di sebelah timur Aloon-aloon kota Ponorogo. SMK Negeri 1 Ponorogo
didirikan di atas sebidang tanah seluas + 5.400 m2.76
3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Setiap organisasi atau institusi dalam melaksanakan aktifitasnya
selalu bertumpu pada garis-garis besar kebijakan yang telah ditetapkan.
Salah satu garis-garis besar yang dijadikan acuan dalam setiap usaha yang
76 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
49
dilaksanakan adalah visi, misi dan tujuan yang diemban oleh organisasi
atau institusi tersebut.
Adapun visi, misi dan tujuan SMK Negeri 1 Ponorogo sebagai
berikut:
a. Visi
Visi dari SMK Negeri 1 Ponorogo adalah menjadi lembaga
pendidikan dan pelatihan kejuruan berstandar nasional/internasional,
berwawasan unggul, kompetitif dan professional dengan berdasarkan
IMTAQ.
b. Misi
Misi dari SMK Negeri 1 Ponorogo adalah sebagai berikut:
1) Membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu
mengembangkan diri dengan berlandaskan IMTAQ.
2) Menyiapkan calon wirausahawan.
3) Menjadi SMK yang mandiri dan professional.
4) Menjadi SMK sebagai sumber informasi.
c. Tujuan
Tujuan SMK Negeri 1 Ponorogo diantaranya adalah sebagai
berikut:77
1) Meningkatkan keterserapan tamatan SMK
2) Meningkatkan kualitas tamatan SMK sesuai tuntutan dunia kerja
(DU/DI)
77 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
50
3) Menyiapkan tamatan SMK yang mampu mengembangkan sikap
profesional.
4) Menyiapkan tamatan SMK yang unggul dan kompetitif
5) Mewujudkan etos kerja dan kualitas kinerja tenaga kependidikan
sesuai dengan tugas dan fungsinya secara konsisten.
Untuk menjalankan visi dan misi di atas diperlukan kerjasama
antar personal terkait. Begitu pula SMK Negeri 1 Ponorogo, juga
melakukan kerja sama yang baik antar personel guna menciptakan atau
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
4. Struktur Organisasi Sekolah
Untuk menjalin kerjasama yang baik dalam menjalankan visi dan
misi serta mencapai tujuan pendidikan di SMK Negeri 1 Ponorogo,
dibutuhkan struktur organisasi yang nantinya memiliki fungsi dan peran
masing-masing. Karena struktur organisasi dalam suatu lembaga sangat
penting keberadaannya, dengan melihat dan membaca struktur organisasi
orang akan dengan mudah mengetahui jumlah personil yang menduduki
jabatan tertentu dalam lembaga tersebut. Di samping itu pihak sekolah
juga akan lebih mudah melaksanakan program yang telah direncanakan,
mekanisme kerja, tanggung jawab serta tugas dapat berjalan dengan
mudah karena dalam struktur organisasi biasanya ditampilkan garis
komando (instruksi) dan garis koordinasi antar posisi.78
78 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
51
STRUKTUR ORGANISASI
SMK NEGERI 1 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Keterangan :
------------------------- : Garis koordinasi
: Garis komando
KOMITE SEKOLAH
Wardoyo
KEPALA SEKOLAH
Drs. Mustari, MM
KEPALA SEKOLAH
WMM
Dra. Susilowati
Kepala Tata Usaha
Bambang Sudibyo
Waka
Kurikulum
Dra. Siti Amirah
Waka
Kesiswaan
Munawar Cholil
Waka
Sarpras
Drs. Agus Supriono
Waka
Humas
Drs. Dawam Suhada
Kaprog
Akuntansi
Dra Mulyatin
Kaprog Adm
Perkantoran Dra.Sri Agustiani
Kaprog Penjualan
Sri Mujiati, S.Pd Kaprog
Multimedia
Kusbudi S. S.Pd
Koordinator
Normatif
Dra. Siti Aminah
Koordinator BP/BK
Dra. Hariani Ngerti
Utami
-
52
5. Keadaan Guru dan Siswa SMK Negeri 1 Ponorogo
a. Keadaan Guru
Tenaga pendidik dan kependidikan di SMK Negeri 1 Ponorogo
berjumlah 79 orang yang terdiri dari staf pengajar dan staf karyawan.79
Dalam pengangkatan atau rekrutmen pegawai berasal dari Pemerintah
Daerah, namun apabila sekolah sangat membutuhkan tenaga pengajar
maka bisa mengambil PTT maupun GTT demi proses kelancaran
program pendidikan.80
Pengaturan kesejahteraan pegawai, pegawai mendapat imbalan
jasa secara intern dari sekolah, selain itu pegawai juga mendapat honor
dari pemerintah daerah Ponorogo. Sedangkan pembinaan dan
pengembangan pegawai dilakukan dengan mengadakan seminar-
seminar dan mengadakan rapat sebulan sekali dengan diselingi
pembinaan bagi pegawai. Pengangkatan menjadi pegawai negeri
diutamakan bagi guru yang sudah lama masa pengabdiannya.
b. Keadaan Siswa
Penerimaan siswa baru dilaksanakan oleh sekolah dengan
memperhatikan kalender pendidikan melalui tahapan pemberitahuan
kepada masyarakat tentang pendaftaran, pengumuman siswa yang
diterima dan pendaftaran ulang. Penerimaan siswa baru juga
menggunakan kriteria rangking terbuka yaitu kriteria PSB dengan
79 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/1-W/F-1/14-IV/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini. 80 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
53
menggunakan kriteria peringkat NUN (Nilai Ujian Nasional), yang
terdiri dari 3 mata pelajaran,yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
dan Matematika secara komputerisasi.
Jumlah siswa SMKN 1 Ponorogo pada tahun pelajaran
2008/2009 secara keseluruhan adalah 1027 siswa dengan perincian
sebagai berikut kelas X berjumlah 480 siswa, kelas XI berjumlah 314
siswa dan kelas XII 233 siswa.
Data Siswa SMK Negeri 1 Ponorogo
Tahun Pelajaran 2008/2009
Kelas Admntrsi
Perkantoran
(AP)
Akuntansi
(Ak)
Penjualan
(Pj)
Multi
media
(Mm)
Rekayasa
Perangkat
Lunak
(Rpl)
Jumlah
X 80 120 80 80 120 480
XI 80 79 75 80 - 314
XII 80 79 39 35 - 233
Jumlah Keseluruhan 1027 Keterangan: data diambil dari buku induk SMK Negeri 1 Ponorogo
6. Kurikulum SMK Negeri 1 Ponorogo81
Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting bagi
pendidikan, oleh karenanya kurikulum tidak bisa dipisahkan dari
pendidikan, sehingga setiap satuan pendidikan harus mengelola kurikulum
dengan baik demi tercapainya tujuan pendidikan yang dilaksanakan.
SMK menyelenggarakan pendidikan dan penelitian berbagai
program keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja.
Program keahlian tersebut dikelompokkan menjadi bidang keahlian sesuai
81 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 04/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
54
dengan bidang industri usaha/profesi. Jenis bidang dan program keahlian
ditetapkan oleh direktur jendral pendidikan dasar dan menengah.
SMK Negeri 1 Ponorogo sudah mencoba menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), selama 2 tahun dan diterapkan di
kelas X dan XI semua jurusan adapun kelas XII masih belum maksimal.
Adapun manajemen yang telah digunakan adalah manajemen
9001-2001 dengan penyebutan sistem manajemen mutu dengan adanya
sertifikat yang diberikan, yaitu sertifikat ISO (International Standarization
for Organization ) dan ini sangat diperlukan untuk kemajuan pendidikan di
SMKN 1 Ponorogo.
Sistem ISO (International Standarization for Organization ) yang
ada di SMKN 1 Ponorogo sudah dilaksanakan sejak tahun 2007,walaupun
banyak keluhan dari guru sekolah tetap berkomitmen untuk mewujudkan
sekolah berstandar internasional (SBI).
Implikasi dari diterapkannya ISO diantaranya: 1). Pembelajaran
menggunakan modul 2 bahasa (bilingual) 2). Audit setiap 3 bulan sekali
oleh tim ISO 3). Pengecekan keaktifan guru dalam mengajar setiap 1 bulan
sekali.
-
55
B. Deskripsi Data
1. Permasalahan yang dihadapi GPAI dalam Menerapkan Permendiknas No.
20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Dalam mengendalikan mutu hasil pendidikan, Badan Standar
Nasional Pendidikan telah menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (PERMENDIKNAS) No. 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Standar penilaian yang dimaksud yaitu standar
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik melalui proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian tujuan pendidikan.
Berkaitan dengan hal itu peneliti mencoba menelusuri sejauh
mana pengetahuan dan persepsi GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo akan
adanya Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang standar penilaian.
Dari hasil wawancara kepada beberapa GPAI SMK Negeri 1
Ponorogo dapat diketahui bahwa persepsi mereka tentang adanya
Permendiknas tersebut sangat bermacam-macam.
Ada guru yang mengatakan bahwa sudah mengetahuinya dan menurutnya sangat bagus untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar,
karena dengan adanya standar penilaian itu dapat membantu siswa
dalam meningkatkan cara belajarnya82
Informasi tersebut diperoleh dari kegaiatan MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) di Slahung yang diadakan secara rutin tiap bulannya.
Tetapi adapula GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo mengatakan bahwa
82 Lihat transkrip wawancara nomor: 03/3-W/F-1/30-IV/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
-
56
Saya sama sekali belum mengetahui akan adanya Permendiknas
tentang adanya standar penilaian pendidikan.83
Dari persepsi yang bermacam-macam tersebut dapat diketahui
bahwa proses sosialisasi Permendiknas No. 20 tahun 2007 kepada GPAI
belum menyeluruh.
Proses pembelajaran PAI bukan mengungkap pemahaman
peserta didik terhadap ajaran-ajaran Islam, melainkan harus dapat
mengungkapkan sejauh mana peserta didik dapat menghargai dan
mengenalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan membiasakan mengenalkan ajaran tersebut kepada
siswa, maka mereka akan menyadari sejauh mana peran pengetahuan
agama dalam kehidupan sehari-hari, lain halnya apabila siswa tidak secara
intensif diberikan pengetahuan agama, maka mereka tidak mengerti
bagaimana menghargai dan memanfaatkan kehidupan. Seperti yang
diutarakan oleh Jumini siswi kelas XI Ap 1 SMK Negeri 1 Ponorogo
berikut:
Menurut saya pelajaran agama itu sangat penting, karena dengan pelajaran agama yang diperoleh di sekolah dapat menambah wawasan
kita tentang bagaimana kehidupan yang sesuai dengan kaidah Islam,
tidak itu saja dengan pelajaran tersebut yang sebelumnya saya belum begitu paham tentang sholat misalnya, saya lebih paham lagi dan
bisa menjalankannya lebih baik lagi.84
83 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/4-W/F-1/1-V/2009dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 84 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/10-W/F-1/9-V/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
-
57
Hal senada juga diungkapkan oleh informan yang lain seperti
Nurul Aprilia Hidayatulloh,85 Chornia Luckitasari,
86 dan Indah
Permatasari.87
Ada pula yang mengatakan bahwa pelajaran agama itu tidak
begitu penting, karena menurutnya pelajaran agama itu dari dulu sampai
sekarang yang dipelajari cuma itu saja tidak ada bedanya, walaupun tanpa
diajarkan kita sudah mengetahuinya. Hal tersebut seperti yang
diungkapkan oleh Ervina Wulandari siswi kelas X Pj 1 SMK Negeri 1
Ponorogo berikut:
Pelajaran agama itu tidak begitu penting karena dari SD-SMA ini
hanya itu saja yang dipelajari dan tidak ada bedanya, sedangkan kita
juga sudah paham tentang hal itu dan sudah melakukannya walaupun
sebisanya.88
Pendapat dari beberapa siswa tersebut di atas mengungkapkan
bahwa pelajaran agama itu sebenarnya penting hanya saja dari sekian
siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam menerapkan pelajaran
yang diterimanya dalam kehidupan sehari-hari.
Peran GPAI yang pokok adalah menyediakan dan memberikan
fasilitas untuk memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa. Guru
harus dapat membangkitkan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa
meningkatkan cara dan hasil belajarnya, namun di samping itu kadang-
85 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/11-W/F-1/9-V/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini. 86 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/7-W/F-1/4-V/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 87 Lihat transkrip wawancara nomor: 06/6-W/F-1/2-V/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 88 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/5-W/F-1/2-V/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
58
kadang guru merasa bahwa evaluasi itu merupakan sesuatu yang
bertentangan dengan pengajaran. Hal ini timbul karena seringkali terlihat
bahwa adanya kegiatan evaluasi justru merisaukan dan menurunkan gairah
belajar pada siswa.
Penilaian hasil belajar peserta didik sesuai jenjang pendidikan
dasar dan menengah sesuai Permendiknas No. 20 tahun 2007 idealnya
didasarkan pada prinsip obyektif yaitu penilaian hasil belajar siswa
berdasar pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai.
Berdasarkan hasil wawancara kepada GPAI SMK Negeri 1
Ponorogo khsususnya mengenai problema yang dihadapi GPAI dalam
menerapkan Permendiknas No. 20 tentang standar penilaian yaitu dari
prinsip tersebut permasalahan yang utama yaitu guru tidak bisa menilai
mata pelajaran agama secara obyektif karena penilaian agama itu lebih
dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sehari-hari siswa, hal tersebut
sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Nuzul Nalini berikut:
Penilaian agama itu tidak bisa diukur secara obyektif tetapi hanya bisa di ukur secara subyektif, karena penilaian agama dipengaruhi oleh
kondisi keseharian siswa dalam menjalankan dan mengaplikasikan
pelajaran yang diperoleh di sekolah dalam kehidupan sehari-hari, walaupun dari segi kognitif siswa bagus tetapi afektif dan psikomotor
tidak mendukung, tidak mungkin guru menilainya bagus.89
Hal tersebut terjadi karena guru tidak bisa mengukur
keberhasilan belajar siswa dalam aspek kognitif saja tetapi aspek afektif
89 Lihat transkrip wawancara nomor: 03/3-W/F-1/30-IV/2009 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
-
59
dan psikomotor sangat mempengaruhi guru dalam menilai hasil belajar
siswa. Pembelajaran PAI tidak hanya mementingkan hasil nilai siswa
aspek pengetahuan saja tetapi harus dapat menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Penilaian individu terhadap siswa seringkali diperdebatkan
karena penilaian merupakan identifikasi masalah atau bahkan memberi cap
kepada siswa yang bisa membuat anak menjadi lebih buruk dan bisa
mempengaruhi rasa percaya diri dan harga diri mereka. Hal ini merupakan
salah satu permasalahan yang terjadi di SMK Negeri 1 Ponorogo
berkenaan dengan proses evaluasi terhadap siswa yang mempunyai
kemampuan berbeda, hal tersebut diungkapkan oleh Bpk Moh. Ansor
Hidayatullah, S.Pd.I, bahwa:
Permasalahan utama melakukan penilaian hasil belajar siswa yaitu bahwa dalam menilai itu tidak bisa disama-ratakan karena kemampuan
dan keterbatasan pengetahuan siswa itu berbeda-beda, untuk itu ukuran
atau acuan penilaian yang digunakan yaitu berdasarkan pada norma yang ada di sekolah dengan menggunakan standar penilaian yang telah
ditetapkan sesuai dengan tingkat kemampuan atau penguasaan siswa
secara umum di sekolah. 90
Norma penilaian yang dilaksanakan itu berupa kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang merupakan nilai batas ambang kompetensi.
Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan apa adanya
dalam arti bahwa patokan semata-mata diambil dari kenyataan-kenyataan
yang diperoleh pada saat pengukuran dan penilaian itu berlangsung yaitu
hasil belajar siswa yang diukur itu beserta pengolahannya.
90 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/4-W/F-1/1-V/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
-
60
SMK Negeri 1 Ponorogo menentukan nilai KKM 7,50 untuk
pelajaran pendidikan agama Islam. Nilai batas ambang tersebut dirasa sulit
diterapkan karena pendidikan agama tidak hanya mengukur aspek kognitif
saja tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik sangat menentukan
penilaian. Apabila siswa kurang memenuhi kriteria ketuntasan tersebut
guru melakukan pengujian remedial.
Permasalahan lain yang berasal dari siswa yaitu ke-acuhan dalam
menerima pelajaran agama di sekolah, mereka menganggap materi agama
itu tidak ikut perkembangan zaman, dari dulu itu-itu saja, walaupun pada
saat diajar senantiasa akan melaksanakannya tetapi kenyataannya setelah
guru agama keluar kelas, pelajaran tersebut seakan-akan tidak ada gunanya
lagi, hilang entah kemana. Hal tersebut diungkapkan oleh Chornia
Luckitasari siswi kelas X PJ 1 SMK Negeri 1 Ponorogo yaitu
Dalam menerima pelajaran agama rata-rata anak-anak itu pada acuh,
kebanyakan mereka kurang menyadari pentingnya pendidikan agama,
apalagi jika setiap selesai pelajaran dikasih tugas pasti pada cerewet
dan gak terima.91
Hal senada juga diungkapkan oleh Fani Triyani yaitu:
Setiapkali diajar materi agama seolah-olah saya akan melaksanakan
apa yang diajarkan, tetapi setelah guru keluar kelas pelajaran tersebut juga keluar dari pikiran juga dan seakan-akan tidak ada gunanya lagi.92
Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Pengumpulan
91 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/7-W/F-1/4-V/2009dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini 92 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/8-W/F-1/4-V/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
-
61
data yang sesuai dengan Permendiknas No. 20 tahun 2007 diperoleh dari
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan
kenaikan kelas dan ujian sekolah. SMK Negeri 1 Ponorogo belum ada
jadwal ulangan tengah semester, hal ini diungkapkan oleh karyawan TU,
Elia yaitu:
Sampai saat ini SMK Negeri 1 Ponorogo belum ada jadwal ulangan
tengah semes