stainpress-11111-yunikurnia-137-2-babi-v (1).pdf

87
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak manusia lahir usaha mendidik anak-anaknya pastilah akan melakukan proses penilaian. Kendatipun dalam bentuk dan cara yang sangat sederhana. Memang tindakan tersebut adalah wajar dan tidak dapat dipastikan hasilnya, karena sebenarnya penilaian hasil-hasil pendidikan itu tidak dapat dipisah-pisahkan dengan usaha pendidikan itu sendiri. Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 1 Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu kegiatan pendidikan yang telah direncanakan sebelumnya maka diperlukan rangkaian kegiatan lanjutan yaitu mengadakan evaluasi. 2 Oleh sebab itu evaluasi pendidikan mutlak di lakukan, karena dengan evaluasi akan diketahui perkembangan dan kemajuan kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan dari pendidikan tersebut dapat tercapai. Dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam selalu ditentukan adanya interaksi yaitu hubungan aktif dua arah (timbal balik) 1 Abdul Majid dan Dian Ardayani, Pendidikan Agam Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 130-132. 2 Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat (Jakarta: Gema Insani, 1998), 96. 1

Upload: saputrasiahaan

Post on 12-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Sejak manusia lahir usaha mendidik anak-anaknya pastilah akan

    melakukan proses penilaian. Kendatipun dalam bentuk dan cara yang sangat

    sederhana. Memang tindakan tersebut adalah wajar dan tidak dapat dipastikan

    hasilnya, karena sebenarnya penilaian hasil-hasil pendidikan itu tidak dapat

    dipisah-pisahkan dengan usaha pendidikan itu sendiri.

    Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan

    pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,

    memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,

    pengajaran atau pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.1

    Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu kegiatan pendidikan yang

    telah direncanakan sebelumnya maka diperlukan rangkaian kegiatan lanjutan

    yaitu mengadakan evaluasi.2 Oleh sebab itu evaluasi pendidikan mutlak di

    lakukan, karena dengan evaluasi akan diketahui perkembangan dan kemajuan

    kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan dari pendidikan tersebut dapat

    tercapai.

    Dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam selalu

    ditentukan adanya interaksi yaitu hubungan aktif dua arah (timbal balik)

    1 Abdul Majid dan Dian Ardayani, Pendidikan Agam Islam Berbasis Kompetensi

    (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 130-132. 2 Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat (Jakarta: Gema Insani, 1998), 96.

    1

  • 2

    antara guru dengan anak didik. Pendidikan agama Islam tidak saja

    menyampaikan science tentang Islam kepada anak didik, tetapi yang lebih

    penting ialah menyampaikan aspek pendidikannya, yakni menanamkan dan

    meningkatkan keimanan anak didik kepada agama Islam agar menjadi

    penganut Islam yang taat dalam kehidupan sehari-hari.3

    Dalam mengetahui keberhasilan pendidikan, Benyamin Bloom secara

    garis besar membagi penilaian menjadi tiga ranah yang berkelanjutan yakni:4

    Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

    dari 6 aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan,

    analisis, sintesis dan evaluasi

    Ranah afektif, berkenaan dengan sikap, terdiri dari 5 aspek yakni

    penerimaan, tanggapan (responding), penilaian, organisasi dan

    karakterisasi

    Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

    kemampuan bertindak. Aspek-aspek ranah psikomotorik yaitu gerakan

    refleks, keterampilan, gerakan dasar, dll.5

    Dengan demikian, lengkaplah siklus belajar mengajar sebagai interaksi

    edukatif, mulai dari perumusan sampai kepada penyediaan sarana pendukung

    dan rencana evaluasi yang akan dipergunakan sebagai umpan balik (feed back

    evaluation).

    3 Mahfudh Shalahuddin, dkk., Metodologi Pendidikan Agama (Surabaya: PT Bina Ilmu,

    1987) 10-11. 4 Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi: Teori dan Praktek (Jakarta:

    Gaung Persada Press, 2007), 21-22. 5 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 1995), 23-32.

  • 3

    Anas Sudjana dalam bukunya Pengantar Evaluasi Pendidikan

    mengatakan bahwa dari tiga aspek (kognitif, afektif dan psikomotorik) jika

    dikaitkan dengan proses pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam), maka

    bukan mengungkap pemahaman peserta didik terhadap ajaran-ajaran Islam,

    melainkan harus dapat mengungkapkan sejauh mana peserta didik dapat

    menghargai dan mengenalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.6

    Evaluasi dalam pendidikan merupakan cara atau teknik penilaian

    terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yang

    bersifat komprehensif dari seluruh kehidupan mental, psikologis dan spiritual

    religius peserta didik. Karena sosok pribadi yang diinginkan pendidikan Islam

    bukan hanya pribadi yang bersifat religius, tetapi juga memiliki ilmu dan

    keterampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan

    masyarakat.7

    Dalam PERMENDIKNAS No. 20 tahun 2007 dikatakan bahwa:

    Dalam rangka mengendalikan mutu hasil pendidikan sesuai standar nasional

    pendidikan yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan,

    perlu menetapkan Standar Penilaian Pendidikan dengan Peraturan Menteri

    Pendidikan Nasional.

    Standar penilaian yang dimaksud dalam Permendiknas No. 20 yaitu

    standar penilaian pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan

    6 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

    1996), 32. 7 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres,

    2002), 53.

  • 4

    instrumen penilaian hasil belajar peserta didik melalui proses pengumpulan

    dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian tujuan pendidikan.8

    Dalam penilaian hasil belajar terdapat prinsip penilaian yaitu sahih,

    objektif, berkeadilan, akuntabel adalah penilaian yang dapat dipertanggung-

    jawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya. Teknik dan

    prosedur penilaian di sini menunjuk pada bagaimana guru membuat instrumen

    soal dalam proses evaluasi sehingga mengacu pada tercapainya tujuan

    pembelajaran yang berlangsung, yang mencakup 3 ranah (kognitif, afektif dan

    psikomotorik), bagaimana daya kreatif guru dalam memilih teknik dan strategi

    penilaian serta langkah apa saja yang diambil GPAI (Guru Pendidikan Agama

    Islam) dalam mengatasi permasalahan kesulitan belajar siswa sehingga dapat

    memperoleh prestasi sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan.

    Berdasarkan penjajakan awal yang telah dilakukan, peneliti

    menemukan bahwa 35 % siswa siswi kelas X SMK Negeri 1 Ponorogo kurang

    bisa memahami materi PAI dengan cepat dan penilaian masih menggunakan

    sistem klasik yaitu mengerjakan soal LKS, untuk instrumen penilaian yang

    digunakan yaitu soal uraian.9

    Dari permasalahan yang muncul tersebut, GPAI kelas X SMK Negeri

    1 Ponorogo mempunyai inisiatif untuk melakukan pendalaman materi secara

    khusus yaitu dengan bantuan teman sejawat (teman se-bangku) untuk

    membantu siswi yang kurang bisa memahami materi dan membantu

    8 H.A.R Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis (Jakarta: PT

    Rineka Cipta, 2006), 170. 9 Hasil wawancara dengan Bapak Moh. Ansor Hidayatulloh, S.Pd.I (Guru PAI SMK

    Negeri 1 Ponorogo) pada tanggal 2 Februari 2009 di Mushola sekolah pada Pukul 09.00-10.00

    WIB.

  • 5

    memotivasinya agar berkonsentrasi belajar. Langkah ini dirasa cukup bisa

    membantu GPAI dalam mengatasi kesulitan belajar siswa sehingga semua

    siswa dapat mencapai standar penilaian yang telah ditetapkan.

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian mengenai permasalahan yang dihadapi oleh GPAI SMK Negeri 1

    Ponorogo dalam menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang

    Standar Penilaian dan apa langkah-langkah yang dilakukan oleh GPAI SMK

    Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007

    tentang Standar Penilaian dengan judul IMPLEMENTASI

    PERMENDIKNAS NO. 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR

    PENILAIAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

    AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK NEGERI 1 PONOROGO.

    B. Fokus Penelitian

    Penelitian ini difokuskan pada sistem penilaian yang digunakan GPAI

    dalam mengetahui sejauhmana keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang

    telah berlangsung yaitu melakukan penilaian yang mencakup 3 ranah yaitu

    kognitif, afektif dan psikomotorik dengan menggunakan beberapa pendekatan

    dalam proses penilaian diantaranya mengacu pada kriteria dan norma dan

    langkah-langkah yang dilakukan oleh GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam

    menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian.

  • 6

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka

    rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

    1. Apa permasalahan yang dihadapi oleh GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo

    dalam menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar

    Penilaian?

    2. Apa langkah-langkah yang dilakukan oleh GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo

    dalam menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar

    Penilaian?

    D. Tujuan Penelitian

    Penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 1 Ponorogo ini mempunyai

    tujuan :

    1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan permasalahan yang dihadapi oleh

    GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan Permendiknas No. 20

    tahun 2007 tentang Standar Penilaian.

    2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan

    oleh GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan Permendiknas

    No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian.

  • 7

    E. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

    pemikiran dalam memecahkan pendidikan yang dapat dikembangkan lebih

    lanjut oleh para pemerhati pendidikan.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi sumbangan keilmuan

    untuk kemudian dijadikan sumber data bagi penelitian lebih lanjut

    b. Bagi lembaga sekolah yang bersangkutan, sebagai bahan pertimbangan

    dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran

    c. Bagi GPAI, sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan ber-

    pikir dan pengalaman tentang permasalahan dan bagaimana

    pemecahan yang diambil dalam hal penilaian sehingga dapat

    meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di sekolah.

    F. Metode Penelitian

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    a. Pendekatan

    Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu

    penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

  • 8

    fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

    pemikiran orang secara individual maupun kelompok.10

    Peneliti menggunakan pendekatan ini karena peneliti ingin

    mendeskripsikan dan menganalisis permasalahan dan langkah-

    langkah yang diambil oleh GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam

    menerapkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang standar

    penilaian.

    b. Jenis Penelitian

    Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan bersifat

    deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mengungkapkan gambaran

    fenomena-fenomena yang ada di lapangan dan menghasilkan data

    deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku

    yang dapat diamati.11

    2. Kehadiran Peneliti

    Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari

    pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitian yang menentukan

    keseluruhan skenarionya.12 Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti

    bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus

    pengumpul data sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang.

    Peneliti melakukan interaksi sosial dengan subyek dalam waktu yang

    10 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2007), 60. 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    1995), 3. 12 Sukmadinata, Metode Penelitian, 64.

  • 9

    lama dan selama itu, data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan

    secara sistematis.

    3. Lokasi Penelitian

    Peneliti memilih SMK Negeri 1 Ponorogo sebagai tempat

    (obyek) penelitian. Pemilihan lembaga ini karena ada kesesuaian

    dengan topik yang peneliti pilih.

    4. Sumber Data

    Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.13

    Dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, Moloeng mengutip

    pendapat dari Lofland dan Lofland bahwa sumber data utama dalam

    penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data

    utama. Sedangkan sumber data tertulis foto dan statistik adalah sebagai

    sumber data tambahan.14

    Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti

    memanfaatkan 2 sumber data, yaiti:

    a. Manusia, meliputi:

    - Wawancara dengan kepala sekolah

    - Wawancara dengan ketua program sekolah

    - Wawancara dengan guru pendidikan agama islam

    - Wawancara dengan siswa

    13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV

    (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 113. 14 Moloeng, Metodologi Penelitian., 112.

  • 10

    b. Non manusia, meliputi dokumentasi yang berkaitan dengan

    penelitian, misalnya: foto, catatan tertulis, bahan-bahan lain yang

    berhubungan dengan penelitian.

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi

    wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif

    fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan

    interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi

    pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu

    untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi.

    a. Observasi

    Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

    secara sistemik terhadap gejala yang tampak pada objek

    penelitian.15 Melalui teknik ini, peneliti dapat melihat langsung

    situasi dan kondisi di lapangan.

    Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada saat proses

    belajar mengajar dan pelaksanaan penilaian dengan tujuan untuk

    mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh GPAI dalam

    menerapkan Permendiknas dan bagaimana langkah yang diambil

    dapat mengatasi pemasalahan tersebut sehingga sesuai dengan isi

    Permendiknas No. 20 tentang standar penilaian.

    15 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 158.

  • 11

    b. Wawancara

    Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu.

    Percakapan itu dilakukan oleh 2 pihak yaitu pewawancara yang

    mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan

    jawaban atas pertanyaan itu.16

    Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada :

    1. Kepala sekolah SMK Negeri 1 Ponorogo, yaitu untuk

    mendapatkan informasi tentang data umum sekolah

    2. GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo yaitu untuk mendapatkan

    informasi tentang kegiatan pembelajaran PAI dan bagaimana

    permasalahan yang dihadapi dalam pemberian nilai atau

    prestasi siswa dan langkah apa saja yang diambil dalam

    mengatasi permasalahan tersebut

    3. Siswa atau siswi SMK Negeri 1 Ponorogo yaitu untuk

    mendapatkan informasi tentang kegiatan belajar mengajar PAI

    dan bagaimana prestasi belajar PAI.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

    dengan menghimpun dan menganalisa dokumen-dokumen, baik

    dokumen tertulis, gambar, maupun elektrronik17 Metode ini

    digunakan untuk mencari data-data yang berupa catatan struktur

    organisasi sekolah, keadaan guru, keadaan murid, kurikulum, dll.

    16 Moloeng, Metodologi Penelitian.., 135.

    17 Sukmadinata, Metode Penelitian., 221.

  • 12

    Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk

    mendapatkan data berupa :

    - Sejarah berdiri letak geografi SMK Negeri 1 Ponorogo

    - Visi dan misi SMK Negeri 1 Ponorogo

    - Struktur organisasi SMK Negeri 1 Ponorogo

    - Keadaan guru dan murid SMK Negeri 1 Ponorogo

    - Sarana dan prasarana SMK Negeri 1 Ponorogo

    - Kurikulum SMK Negeri 1 Ponorogo

    6. Teknik Analisis Data

    Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

    sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan

    dan bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan

    temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.18 Analisis data

    dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam

    pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan

    membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah teknik deskriptif kualitatif dengan alur analisis model Miles dan

    Hiberman yang meliputi reduksi data, data display dan conclution.19

    Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut:

    18 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D

    (Bandung: Alfabeta, 2006), 334. 19 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman terj. Tjetjep Rohini, Analisis Data

    Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (Jakarta: UI-Press, 1992), 16.

  • 13

    a. Reduksi Data

    Reduksi data yaitu proses pemilahan, pemusatan perhatian

    pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

    kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.20

    Dalam penelitian ini setelah seluruh data yang berkaitan

    dengan permasalahan dan langkah-langkah yang diambil GPAI

    SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapakan Permendiknas No.

    20 tentang Standar Penilaian terkumpul seluruhnya, maka akan

    memudahkan melakukan analisis data-data yang masih komplek

    tersebut dipilih dan difokuskan sehingga menjadi lebih sederhana.

    b. Display Data

    Yaitu menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam

    bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik dan chart.21

    Setelah seluruh data tentang permasalahan dan langkah-

    langkah yang diambil GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam

    20

    Ibid, 16. 21

    Ibid, 17.

    Pengumpulan

    Data

    Penyajian

    Data

    Reduksi

    Data

    Kesimpulan

  • 14

    menerapkan Permendiknas No. 20 tentang Standar Penilaian

    terkumpul dan melalui proses reduksi data, maka data tersebut

    disusun secara sistematis agar lebih mudah dipahami.

    c. Penarikan Kesimpulan. Setelah melalui proses reduksi data dan

    display data, peneliti kemudian membuat kesimpulan. Kesimpulan

    tersebut masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

    ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung tahap

    pengumpulan data berikutnya. Bila kesimpulan tersebut didukung

    oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti ke lapangan

    mengumpulkan data, maka kesimpulan tersebut merupakan

    kesimpulan yang kredibel.

    7. Pengecekan Keabsahan Temuan

    Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui

    dari konsep kesahihan dan keandalan.22 Derajat kepercayaan

    keabsahan data (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan

    teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi.

    Ketekunan pengmatan adalah menemukan cirri-ciri dan unsur-

    unsur dalm situasi yang relevan dengan persoalan dan isu yang sedang

    dicari.23 Ketekunan ini dilaksanakan peneliti dengan cara mengadakan

    pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap

    hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi GPAI

    SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan Permendikanas no. 20

    22 Moloeng, Metodologi Penelitian, 171.

    23 Ibid., 177.

  • 15

    tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan dan bagaimana

    langkah-langkah yang diambil untuk menghadapi permasalaahn

    tersebut.

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

    pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.24

    Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan

    peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, karena

    dengan keikutsertaan yang diperpanjang, peneliti akan lebih

    memahami kondisi di lokasi penelitian dan dapat menguji

    ketidakbenaran informasi yang ada.

    8. Tahapan-Tahapan Penelitian

    Dalam proses pelaksanaan penelitian peneliti melalui tahapan-

    tahapan penelitian sebagai berikut :

    a. Tahap Pra Lapangan

    Dalam tahap ini peneliti melakukan serangkaian kegiatan

    yaitu :

    1. Menyusun rancangan penelitian yang terdiri dari latar

    belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah,

    landasan teori, rancangan pengumpulan data, rancangan

    analisa data dan rancangan pengecekan keabsahan data.

    2. Memilih lapangan penelitian

    24 Ibid., 178

  • 16

    3. Mengurus perizinan

    4. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

    5. Memilih informan

    6. Menyiapkan perlengkapan penelitian

    b. Tahap Pekerjaan Lapangan

    Tahap ini yang dilakukan peneliti ialah memahami latar

    penelitian dan mempersiapkan diri dan memasuki lapangan

    c. Tahap Analisa Data

    Dalam tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap data-

    data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan

    dokumentasi. Pekerjaan analisis ini meliputi: mengatur,

    mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,

    melakukan sintesa, memilih mana yang penting dan membuat

    kesimpulan.

    d. Tahap Penelitian Lapangan

    Pada tahap ini peneliti menuangkan hasil penelitian ke dalam

    suatu bentuk laporan penelitian yang sistematis sehingga dapat

    dipahami dan diikuti alurnya oleh pembaca.

    9. Definisi Operasional

    Untuk menghindari adanya salah penafsiran dalam penelitian yang

    berjudul IMPLEMENTASI PERMENDIKNAS NO. 20 TAHUN 2007

    TENTANG STANDAR PENILAIAN DALAM KEGIATAN

    PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK

  • 17

    NEGERI 1 PONOROGO maka penulis memberikan pemahaman dari

    judul tersebut yaitu:

    a. Implementasi

    Pelaksanaan, penerapan.25

    b. Permendiknas No. 20 Tahun 2007

    Permendiknas No. 20 tahun 2007 merupakan peraturan menteri

    pendidikan nasional untuk mengendalikan mutu hasil pendidikan

    berupa standar penilaian pendidikan sesuai standar nasional pendidikan

    yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.26

    c. Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam

    Kegiatan yaitu aktivitas, usaha, pekerjaan.27 Pembelajaran

    merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk

    hidup belajar.28 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

    dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam evaluasi

    merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan agama Islam

    yang harus dilaksanakan secara sistematis dan terencana untuk

    mengetahui sejauh mana kebehasilan ata target yang diinginkan setelah

    melakukan proses pembelajaran, mencakup 3 proses yaitu:

    1. Perencanaan, dalam hal ini perencanaan merupakan strategi

    penilaian oleh pendidik yang dilakukan pada saat penyusunan

    25 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

    Balai Pustaka, 2005), 427. 26 Tim Penyusun Naskah Prodi Tarbiyah, Modul Materi Pembekalan Bagi Mahasiswa

    Peserta PPLK II (Ponorogo: STAIN Po Pres, 2008), 2-3. 27 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar, 236.

    28 Ibid., 17.

  • 18

    silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana

    pelaksanaan pembelajaran (RPP).

    2. Pelaksanaan, merupakan proses melaksanakaan tes dan

    pengamatan secara langsung kegiatan penilaian sesuai dengan apa

    yang telah direncanakan dalam RPP

    3. Evaluasi, proses ini sangat penting sebagai bahan umpan balik bagi

    guru dalam mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan

    hasil belajar dan mengetahui kesulitan belajar siswa yang

    selanjutnya digunakan untuk perbaikan pembelajaran.

    Dapat disimpulkan skripsi ini membahas tentang penerapan

    Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang standar penilaian dalam

    kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yang mencakup

    perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

    G. Sistematika Pembahasan

    Untuk memudahkan penyusunan skripsi, maka pembahasan dalam

    laporan penelitian yang akan disusun dikelompokkan menjadi lima bab yang

    masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan dengan sistematika

    sebagai berikut:

    Bab I berisi pendahuluan. Pada bab ini diberikan penjelasan tentang

    gambaran umum penelitian. Sedang penyusunannya terdiri dari latar belakang

    masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

    metode penelitian (pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi

  • 19

    penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, definisi

    judul) dan sistematika pembahasan.

    Bab II berisi landasan teori sebagai pedoman umum yang digunakan

    untuk landasan dalam melakukan penelitian yang terdiri dari kajian tentang

    Permendiknas No. 20 tahun 2007 meliputi: definisi standar penilaian, prinsip-

    prinsip pembelajaran PAI, fungsi penilaian PAI, tujuan penilaian kelas, teknik

    dan instrumen penilaian dan pembelajaran PAI (definisi pembelajaran PAI dan

    azas-azas pembelajaran PAI).

    Bab III berisi paparan data umum mengenai pembelajaran pendidikan

    SMK Negeri 1 Ponorogo, letak geografis SMK Negeri 1 Ponorogo, visi dan

    misi SMK Negeri 1 Ponorogo, serta data khusus berupa hasil penilaian atau

    prestasi belajar siswa, permasalahan dan langkah-langkah yang diambil GPAI

    SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan Permendiknas No. 20 tentang

    standar penilaian.

    Bab IV berisi analisa data mengenai permasalahan dan langkah-

    langkah yang diambil GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo dalam menerapkan

    Permendiknas No. 20 tentang standar penilaian.

    Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

  • 20

    BAB II

    PERMENDIKNAS NO. 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR

    PENILAIAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

    PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

    A. Permendiknas No. 20 Tahun 2007

    Dalam rangka pengembangan, pemantauan, pelaporan pencapaian

    standar nasional pendidikan dan mengendalikan mutu hasil pendidikan sesuai

    dengan Standar Nasional Pendidikan perlu adanya Standar Penilaian.29 Karena

    pentingnya hal tersebut Badan Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) No. 20 tahun

    2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Ada beberapa hal yang perlu

    diperhatikan antara lain:

    1. Pengertian Standar Penilaian

    Ada empat istilah yang berkaitan dengan konsep penilaian dan

    seringkali digunakan untuk mengetahui hasil belajar dari peserta didik

    yaitu pengukuran, pengujian/tes, penilaian dan evaluasi. Keempat istilah

    tersebut pengertiannya masih dicampuradukkan, padahal keempat istilah

    tersebut memiliki pengertian yang berbeda.30

    Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha

    memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang

    29 Redaksi Sinar Grafika, Permendiknas 2006 Tentang SI dan SKL (Jakarta: Sinar Grafika,

    2006), 209. 30 Haryati, Sistem Penilaian Berbasis, 15.

    20

  • 21

    peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.31 Pengujian (tes) adalah

    cara penilaian yang dirancang dan dilakukan kepada peserta didik pada

    waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-

    syarat tertentu yang jelas.

    Yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan agama ialah suatu

    kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam

    pendidikan agama.32 Sedangkan evaluasi adalah alat untuk mengukur atau

    menilai sampai dimana tujuan pengajaran telah dicapai, baik dari sudut

    murid maupun dari sudut guru.33 Ruang lingkup kegiatan evaluasi ini

    mencakup penilaian terhadap kemajuan atau hasil belajar siswa dalam

    aspek pengetahuan, keterampilan serta sikap setelah mengikuti program

    pengajaran.

    Penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu obyek.34

    Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu obyek diperlukan

    adanya ukuran atau kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan

    bahwa ciri penilaian adalah adanya obyek atau program yang dinilai dan

    adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau

    apa adanya dengan kriteria atau apa harusnya.

    Dari keempat pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan,

    standar penilaian yaitu standar pendidikan yang berkaitan dengan

    31 Ibid, 16. 32 Zuhairini, dkk., Methodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usana Offset Printing,

    1981), 154. 33 Imansjah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, tt),

    38. 34 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 1995), 3.

  • 22

    mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik

    melalui proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan

    pencapaian tujuan pendidikan.35

    Dalam dunia pendidikan kita semua mengetahui bahwa setiap anak

    mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Atas dasar keadaannya yang

    demikian secara ideal perlakuan untuk setiap anakpun harus berbeda

    seutuhnya, 36 karena seorang anak dapat dilihat dari banyak aspek, mulai

    dari aspek biologis, aspek intelektual dan aspek psikologis.

    Dalam pasal 64 Permendiknas no. 20 tahun 2007 disebutkan bahwa

    penilaian hasil belajar dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan

    perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi

    psikomotor siswa.37 Berkaitan dengan hal ini, untuk menilai ke-unikan

    siswa guru harus menguasai aspek psikologis diantaranya:

    a. Minat dan perhatian

    Secara umum perhatian menunjuk pada kecenderungan

    manusia untuk mencari atau menolak sesuatu kegiatan.38 Minat dan

    perhatian siswa terhadap sesuatu merupakan hal yang sangat penting

    diketahui oleh guru, karena dengan adnya perhatian siswa kepada

    pelajaran yang kita berikan maka isi dari materi pelajaran akan diserap

    dengan baik. Sebaliknya tanpa adanya perhatian terhadap apa yang kita

    berikan dengan susah payah tidak akan didengar, apalagi dikuasai oleh

    35 Redaksi Sinar Grafika, Permendiknas 2006, 204-206.

    36 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi (Jakarta: PT Rineka

    Cipta, 1993), 91. 37 Redaksi Sinar Grafika, Permendiknas 2006, 204.

    38 Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, 103.

  • 23

    siswa. Untuk mengarahkan siswa menemukan minat dan perhatian

    terhadap pelajaran yang diberikan dibutuhkan beberapa unsur,

    diantaranya:

    1. Bahan pelajaran yang menarik minat

    Bahan pelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam

    kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah

    yang diupayakan untuk dikuasai siswa. Oleh karena itu, guru atau

    pengembang kurikulum umumnya tidak boleh lupa harus

    memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera di

    dalam silabus berkaitan dengan kebutuhan siswa pada usia tertentu

    dan dalam lingkungan tertentu pula.

    2. Alat-alat pelajaran yng menarik minat

    Unsur lain yang berfungsi mendukung penyampaian materi

    pelajaran adalah alat-alat pelajaran dan atau media pendidikan.

    Alat pelajaran hendaknya dipilih sesuai dengan usia siswa.

    3. Keadaan atau situasi yang menarik minat

    Keadaan atau suasana lebih banyak merupakan faktor

    pendukung, tetapi situasi belajar adalah obyek perhatian, dengan

    ruangan yang luas, udara bebas dan segar tidak akan menjadikan

    bosan dan membuat siswa tidak cepat lelah.

    4. Guru yang menarik perhatian

    Guru yang bergaya, suara yang cukup keras dengan

    intonasi yang naik turun dengan teratur, pandangan mata yng

  • 24

    menunjukkan kegairahan belajar, selain itu guru yang mempunyai

    ketermpilan dalm melibatkan siswa-siswa yang diajar, akan dapat

    menimbulkan situasi yang memukau terhadap pelajaran. Jika hal

    ini dipenuhi, siswa akan merasakan bahwa pelajaran berlangsung

    dalam waktu singkat dan tidak merasakan lelah.

    Guru yang progresif dan inovatif bersikap tanggap terhadap

    gagasan pembaharuan pendidikan dan pengajaran di sekolah, ia

    menempatkan diri sebagai agen perubahan yang tangguh dan

    melibatkannya dalam setiap usaha pemerintah untuk meningkatkan

    mutu pendidikan dan pengajaran.39 Ia memiliki rasa tanggung

    jawab penuh dalam mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa,

    memprediksi cara-cara penyembuhannya dan sekaligus

    mengajarkan bagian-bagian tertentu pengetahuan yang belum

    dikuasainya sehingga nanti guru dapat menempatkan kembali

    siswa itu ke dalam kelas yang sejajar dengan teman sebaya lainnya.

    b. Kemandirian

    Membantu siswa untuk mandiri berarti menolong mereka agar

    menjadi anak yang bebas dari bantuan orang lain. Tingkat kemandirian

    siswa sangat ditentukan oleh bagaimana keluarga mendidik mereka

    untuk itu perlakuan yang terlalu menunjukkan rasa sayang kepada

    sehingga tidak diperbolehkan melakukan apapun, justru akan

    merugikan anak itu sendiri.

    39 Cece Wijaya, Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia

    (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), 17.

  • 25

    Berdasarkan hal tersebut di atas, Benyamin Bloom secara garis

    besar mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga aspek yakni:

    a. Penilaian Aspek Kognitif

    Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir

    termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghapal,

    mengaplikasi, menganalisis, mensintesa dan kemampuan

    mengevaluasi.40 Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan

    berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana

    yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang

    menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa

    ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan

    masalah tersebut.

    Aspek kognitif terdiri atas 6 tingkatan, tingkatan tersebut yaitu:41

    - Tingkat pengetahuan (knowledge), tahap ini menuntut siswa untuk

    mampu mengingat berbagai informasi yang telah diterima

    sebelumnya

    - Tingkat pemahaman (comprehension), tahap ini siswa diharapkan

    menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar

    dengan kata-kata sendiri

    - Tingkat penerapan (application)

    - Tingkat analisis (analysis), tahap ini siswa diharapkan

    menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara

    40 Haryati, Sistem Penilaian, 22-23. 41 W. James Popham dan Eva L. Baker terj. Amirul Hadi, dkk., Teknik Mengajar Secara

    Sistematis (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 29-30.

  • 26

    membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau

    prosedur yang telah dipelajari

    - Tingkat sintesis (synthesis), yaitu kemampuan mengaitkan dan

    menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada

    sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh

    - Tingkat evaluasi (evaluation), merupakan level tertinggi yang

    mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan

    keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda

    menggunakan kriteria tertentu.

    b. Penilaian Aspek Psikomotor

    Mimin Haryati dalam bukunya Sistem Penilaian Berbasis

    Kompetensi: Teori dan Praktek, mengutip pendapat beberapa ahli

    diantaranya:

    - Menurut Singer, mata ajar yang termasuk kelompok mata ajar

    psikomotor adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan

    dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik

    - Menurut Mager, mata ajar yang termasuk kelompok mata ajar

    psikomotor adalah mata ajar yang mencakup gerakan fisik dan

    keterampilan tangan

  • 27

    - Menurut Dave, mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat

    dibedakan menjadi lima peringkat yaitu imitasi, manipulasi,

    presisi, artikulasi dan naturalisasi.42

    Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa

    penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup

    persiapan, proses dan produk. Tidak jauh berbeda dengan penilaian

    kognitif, penilaian psikomotor-pun dimulai dengan pengukuran hasil

    belajar, perbedaannya adalah pengukuran hasil belajar ranah kognitif

    dilakukan dengan tes tertulis, sedangkan pengukuran hasil belajar

    ranah psikomotor dilakukan dengan menggunakan tes unjuk kerja,

    lembar tugas atau lembar pengamatan.

    c. Penilaian Aspek Afektif

    Pada ranah afektif peringkat tertinggi adalah characterization

    (karakterisasi) nilai. Pada peringkat ini peserta didik memiliki sistem

    nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada suatu waktu tertentu

    hingga terbentuk pola hidup. Hasil belajar pada peringkat ini adalah

    berkaitan dengan pribadi, emosi dan rasa sosialis.43

    42 Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang

    dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan

    sederhana yang belum pernah dilihatnya tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.

    Presisi yaitu kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk

    kerja yang presisi. Artikulasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan komplek dan ketepatan

    sehingga produk kerjanya utuh. Naturalisasi merupakan kemampuan melakukan kegiatan secara

    reflek yaitu kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. 43 Haryati, Sistem Penilaian, 40.

  • 28

    2. Jenis dan fungsi penilaian

    Proses penilaian tidak hanya mengikuti satu prosedur tetapi

    berbagai prosedur sesuai dengan fungsi atau peranan penilaian yang

    dilaksanakan. Misalnya prosedur untuk melaksanakan tes awal tidak sama

    dengan prosedur untuk melaksanakan tes formatif, tes sumatif, tes seleksi,

    tes diagnostik, dan sebagainya. Prosedur tersebut dimulai dari

    pengembangan tes, pelaksanaannya dan pemanfaatan hasilnya.44

    Dengan cara mengajar yang biasa, guru tidak akan mencapai

    penguasaan tuntas oleh siswa. Usaha guru itu harus dibantu dengan

    kegiatan tambahan yang terutama terdiri atas (1) feedback atau umpan

    balik yang terperinci kepada guru maupun siswa, (2) Sumber dan metode-

    metode pengajaran tambahan di mana saja diperlukan.45 Usaha tambahan

    ini dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pengajaran dan meningkatkan

    kemampuan siswa dalam memahami apa yang diajarkan dan dengan

    demikian mengurangi jumlah waktu untuk menguasai bahan pelajaran

    sepenuhnya.

    Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam yaitu:46

    a. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk

    mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu

    program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan

    sebelum menilai kegiatan belajar untuk program itu.

    44 Noehi Nasoetion, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar IPA (Jakarta: Universitas Terbuka,

    1993), 22. 45 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi

    Aksara, 2003), 53. 46 Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), 12-14.

  • 29

    b. Penilaian formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir

    program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses

    belajar mengajar itu sendiri

    c. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat

    kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini

    dilakukan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial

    (remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dll.

    d. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada akhir unit

    program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester dan akhir tahun.

    e. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan

    seleksi, misal ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

    Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2

    yaitu:47

    a. Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau

    salah. Tes ini ada yang diberikan secara lisan, ada tes tulisan dan ada

    tes tindakan

    b. Non tes adalah pertanyaan maupun pernyataan yang tidak memiliki

    jawaban benar atau salah tetapi berbentuk kuesioner atau inventori.

    Kuesioner berisi pertanyaan atau pernyataan yang diajukan. Inventori

    merupakan instrument yang berisi tentang laporan diri pada keadaan

    peserta didik.

    47 Sudjana, Penilaian Hasil, 5.

  • 30

    Pada akhir penggal waktu proses pembelajaran, antara lain akhir

    caturwulan, akhir semester, akhir tahun pelajaran, akhir jenjang

    persekolahan diperlukan suatu laporan kemajuan peserta didik, yang

    selanjutnya merupakan laporan kemajuan sekolah. Laporan ini akan

    memberikan bukti sejauh mana tujuan pendidikan yang diharapkan oleh

    anggota masyarakat khususnya orang tua siswa dapat dicapai. 48

    Evaluasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran mempunyai

    beberapa fungsi sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui taraf kesiapan dari siswa untuk menempuh suatu

    pendidikan tertentu

    2. Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam

    proses pendidikan yang telah dilaksanakan

    3. Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan

    dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus

    mengulangi kembali bahan-bahan pelajaran yang telah lampau

    4. Untuk menentukan apakah siswa dapat dinaikkan ke dalam kelas

    yang lebih tinggi ataukah harus mengulang

    5. Untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh siswa

    sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum

    6. Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang dipergunakan dalam

    proses pembelajaran.49

    48 Nasoetion, Evaluasi Proses, 206. 49 Wayan Nurkancana dan Sunartana, Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usana Offset

    Printing, 1986), 3-6.

  • 31

    3. Prinsip Penilaian

    Di dalam kehidupan sekolah khususnya dalam interaksi di kelas,

    guru yang berpengalaman dengan cepat dapat mengenali kemampuan

    siswa walaupun tidak melalui pengamatan ataupun informasi tentang

    siswa tersebut dari orang lain. Pengenalan kemampuan siswa tersebut

    diketahui dari penampilan siswa, misalnya melalui pertanyaan yang

    diajukan, jawaban yang diberikan ataupun proses dan hasil pengerjaan

    tugas.50

    Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka penilaian hasil belajar

    peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan

    pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

    a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan

    kemampuan yang diukur

    b. Obyektif berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang

    jelas, tidak dipengaruhi subyektivitas penilai

    c. Adil, berarti penialain tidak menguntungkan atau merugikan peserta

    didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang

    agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi dan gender

    d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu

    komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran

    50 Arikunto, Manajemen Pengajaran, 94-95.

  • 32

    e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

    pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang

    berkepentingan

    f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik

    mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai

    teknik penilaian yang sesuai

    g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap

    dengan mengikuti langkah-langkah baku

    h. Beracuan kriteria, berarti penilaian diasarkan pada ukuran pencapaian

    kompetensi yang ditetapkan

    i. Akuntabel berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari

    segi teknik, prosedur maupun hasilnya.51

    Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan

    informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

    Berkaitan dengan hal tersebut dibutuhkan beberapa pendekatan dalam

    penilaian yang umum dan sering digunakan di lembaga pendidikan yaitu

    sebagai berikut:52

    a) Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced Evaluation)

    Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang

    membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lain

    dalam kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai

    pendekatan apa adanya dalam arti bahwa patokan semata-mata

    51 Tim Penyusun Naskah Prodi Trabiyah, Modul Materi Pembekalan, 4. 52 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek, Jurnal Pendidikan Profesionalisasi

    Tenaga Kependidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), 106-108.

  • 33

    diambil dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh pada saat

    pengukuran dan penilaian itu berlangsung yaitu hasil belajar siswa

    yang diukur itu beserta pengolahannya.

    b) Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced Evaluation)

    Penilaian Acuan Patokan (PAP) ialah penilaian yang

    membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah

    ditetapkan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum

    usaha penilaian dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan patokan

    yang akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil

    pengukuran agar hasil itu mempunyai makna atau arti tertentu.

    Patokan yang telah ditetapkan terlebih dahulu itu biasanya

    disebut dengan batas lulus (BL) atau tingkat penguasaan

    minimum. Patokan yang dipakai di dalam PAP bersifat tetap.

    4. Teknik dan Instrumen Penilaian

    a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik

    penilaian berupa tes, observasi, penugasan dan bentuk lain yang

    sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan

    peserta didik.

    b) Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan dan tes praktek atau tes

    kinerja

    c) Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran

    berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran

  • 34

    d) Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat

    berbentuk tugas rumah dan/atau proyek

    e) Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik

    memenuhi persyaratan (1) substansi, adalah mempresentasikan

    kompetensi yang dinilai, (2) konstruksi adalah memenuhi

    persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan,

    dan (3) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar

    serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.53

    5. Kajian tentang Penilaian Kelas

    a. Pengertian Penilaian Kelas

    Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses

    pengumpulan, pelaporan, penggunaan informasi tentang hasil belajar

    siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan

    berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten.54

    Dalam pelaksanaan PBK, peranan guru sangat penting dalam

    menentukan ketepatan jenis penilaian untuk menilai keberhasilan dan

    kegagalan siswa. Jenis penilaian yang dibuat guru harus memenuhi

    standar validitas dan reliabilitas, agar hasil yang dicapai sesuai dengan

    apa yang diharapkan. Untuk itu, kompetensi profesional bagi guru

    merupakan persyaratan penting dalam melakukan penilaian.

    b. Orientasi Penilaian Kelas

    1. Tujuan Penilaian Berbasis Kelas

    53 Ibid., 5. 54 Darwyan Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta:

    Gaung Persada, 2007), 199.

  • 35

    Secara umum tujuan penilaian adalah untuk mengetahui

    apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi

    lulusan.55 Tujuan penilaian di kelas guru hendaknya diarahkan

    pada empat tujuan, sebagai berikut:

    Penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar

    proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana

    Pengecekan (cheching-up), yaitu untuk mengecek adakah

    kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses

    pembelajaran

    Pencarian (finding out), yaitu untuk mencari dan menemukan

    hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan

    dalam proses pembelajaran

    Penyimpulan (summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah

    anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang

    ditetapkan dalam kurikulum atau belum.56

    2. Fungsi Penilaian Kelas

    Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan

    sistematis oleh guru memiliki fungsi yaitu:

    o Fungsi motivasi, penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas

    harus mendorong motivasi siswa untuk belajar

    o Fungsi belajar tuntas, penilaian di kelas harus diarahkan untuk

    memantau ketuntasan belajar siswa

    55 Ibid. 56 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru

    (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 187-188.

  • 36

    o Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran, disamping

    untuk memantau kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga

    dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar

    mengajar telah berhasil. Apabila guru menemukan hanya

    sebagian siswa saja yang menguasai kemampuan maka guru

    perlu melakukan analisis dan refleksi apa penyebabnya dan

    berupaya mengatasi masalah tersebut

    o Fungsi umpan balik. Hasil penilaian harus dianalisis oleh guru

    sebagai bahan umpan balik bagi siswa karena sangat

    bermanfaat bagi siswa agar mengetahui kelemahan yang

    dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan.57

    3. Peranan Penilaian Kelas

    Menurut Departemen Pendidikan Nasional peranan

    penilaian kelas adalah

    a. Grading, membandingkan kedudukan seorang siswa terhadap

    siswa lainnya

    b. Seleksi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah seorang siswa

    masuk ke dalam kategori tertentu atau tidak

    c. Penguasaan kompetensi, penilaian bertujuan untuk mengetahui

    apakah seorang siswa telah menguasai standar kompetensi

    kelulusan yang dipersyaratkan pada jenis dan jenjang

    pendidikan tertentu

    57 R. Ibrahim, dkk., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT IMPIMA, 2007), 250-251.

  • 37

    d. Bimbingan, penilaian berperan mengevaluasi hasil belajar yang

    telah dicapai oleh siswa

    e. Alat diagnosis, sebagai alat untuk mengetahui kesulitan atau

    kelemahan belajar siswa dan kemungkinan untuk

    mengembangkan prestasi yang mungkin dicapai oleh siswa

    f. Alat prediksi, dari hasil penilaian dapat diprediksi tingkat

    keberhasilan belajar siswa pada jenjang berikutnya serta dalam

    pekerjaan yang sesuai.58

    6. Penerapan Standar Penilaian

    Sebelum melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil belajar

    peserta didik terlebih dahulu harus dibuat peringkat-peringkatnya agar

    penilaian yang dilakukan benar-benar sesuai dengan kompetensi yang

    hendak diuji. Setiap indikator dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan

    dianalisis terlebih dahulu untuk menentukan patokan atau Standar

    Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).59

    Dalam menerapkan proses penilaian, lembaga atau instansi

    pendidikan seringkali melakukan prosedur penilaian secara berkelanjutan

    yaitu ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir

    semester, ulangan kenaikan kelas dan ujian sekolah atau madrasah.

    Penerapan penilaian itu terdapat kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

    harus dikuasai siswa, dengan demikian keberhasilan peserta didik dalam

    58 Syah, Perencanaan Sistem, 202.

    59 Haryati, Sistem Penilaian, 19.

  • 38

    pembelajaran diperoleh setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar bukan

    untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

    Proses penilaian dapat dilakukan dengan langkah-langkah:

    a. Perencanaan penilaian

    b. Pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan

    perencanaan hasil belajar

    c. Pelaporan

    d. Penggunaan informasi tentang hasil belajar.60

    Untuk menunjang keberhasilan kegiatan belajar-mengajar ada

    beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam melaksanakan proses

    penilaian, diantaranya:

    - Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu

    - Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat

    penilaian sebagai cermin diri

    - Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran

    untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar

    siswa

    - Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus siswa

    - Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang

    bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar siswa

    - Menggunakan penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi

    untuk membuat keputusan tentang tingkat kepercayaan siswa.61

    60 Ibid, 18.

  • 39

    B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

    1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

    Ada beberapa pendapat dari para ahli pendidikan mengenai

    pengertian pendidikan agama Islam antara lain adalah:

    a. Menurut Al-Syaibaniy

    Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu

    peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya.

    Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran.62

    b. Menurut Ahmad D. Marimba

    Pendidikan Islam yaitu bimbingan yang diberikan oleh seseorang

    kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan

    ajaran Islam.63

    c. Menurut Burlian Somad

    Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk

    individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi

    menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah mewujudkan

    tujuan itu yaitu ajaran Allah.64

    d. Menurut Abd. Rochman Saleh

    Pendidikan agama yaitu usaha berupa bimbingan dan asuhan

    terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikannya dapat

    61 Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran, 212-213.

    62 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis

    (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 31. 63 Ibid., 32. 64 Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka

    Setia, 1998), 9.

  • 40

    memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta

    menjadikannya sebagai way of life (jalan kehidupan).65

    Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

    pendidikan agama Islam yaitu usaha atau bimbingan yang diarahkan

    kepada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan ajaran

    agama Islam, supaya kelak menjadi manusia yang cakap dalam

    menyelesaikan tugas kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya

    yang diridhoi oleh Allah swt sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan

    akhirat.

    2. Tujuan Pendidikan Islam

    Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha

    atau kegiatan selesai.66 Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha

    dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan,

    tujuannya bertahap dan bertingkat.

    Ada beberapa tujuan pendidikan yaitu:67

    - Tujuan Umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

    pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu

    meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku,

    penampilan, kebiasaan dan pandangan.

    - Tujuan Sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah siswa diberi

    sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu

    kurikulum pendidikan formal.

    65 Shalahuddin, Metodologi Pendidikan, 9. 66 Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1996), 28.

    67 Ibid, 29-32.

  • 41

    - Tujuan Operasional yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan

    sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam tujuan operasional ini

    siswa dituntut menguasai suatu kemampuan dan keterampilan tertentu.

    Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang ditonjolkan yaitu berbuat,

    terampil melakukan, lancar mengucapkan, mengerti, memahami,

    meyakini dan menghayati.

    Tujuan-tujuan tersebut di atas terdapat prinsip yang dijadikan dasar

    pijakan dalam mengembangkan tujuan pendidikan Islam, yaitu:68

    a. Prinsip universal (menyeluruh), prinsip ini harus memperhatikan

    seluruh aspek kehidupan yang mengitari kehidupan manusia, baik

    aspek agama, budaya, sosial kemasyarakatan, ibadah, akhlak dan

    muamalah

    b. Prinsip kejelasan yaitu prinsip yang mengandung ajaran dan hukum

    yang memberi kejelasan terhadap aspek spiritual dan aspek

    intelektual manusia

    c. Prinsip tak ada pertentangan, prinsip ini sebuah sistem di dalamnya

    terdapat berbagai komponen yang saling menunjang dan membantu

    antara satu sama lain

    d. Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan adalah sebuah prinsip yang

    selalu menunjang tinggi realitas atau kenyataan dalam kehidupan

    68 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres,

    2002), 17-18.

  • 42

    e. Prinsip perubahan yang diinginkan yaitu prinsip perubahan

    jasmaniyah, spiritual, intelektual, sosial, psikologis dan nilai-nilai

    menuju ke arah kesempurnaan

    f. Prinsip menjaga perbedaan antar individu adalah prinsip yang

    concern terhadap perbedaan antar individu, baik dari segi kehidupan,

    emosi, tingkat kematangan berpikir dan bertindak atau sikap dan

    mental siswa

    g. Prinsip dinamisme dan menerima perubahan serta perkembangan

    dalam rangka memperbaharui metode-metode yang terdapat dalam

    pendidikan agama.

    3. Fungsi Pendidikan Agama Islam69

    a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa

    kepada Allah yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

    Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam

    diri siswa melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan

    dan ketaqwaan secara optimal

    b. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan siswa yang memiliki bakat

    khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara

    optimal

    c. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan

    dan kelemahan siswa dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan

    ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari

    69 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), 103-104.

  • 43

    d. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan

    yang dapat membahayakan diri dan menghambat perkembangan

    e. Penyesuaian yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baik

    fisik atau sosial dan dapat mengubah lingkungan sesuai dengan ajaran

    Islam

    f. Sumber nilai yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai

    kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

    4. Azas-Azas Pembelajaran

    Azas pembelajaran harus dikuasai oleh guru dalam melakukan

    kegiatan belajar mengajar.70 Azas-azas pembelajaran tersebut yaitu:

    a. Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud

    memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang

    disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para

    siswa. Dengan peragaan, diharapkan proses pengajaran terhindar

    dari verbilisme yaitu siswa hanya tahu kata-kata yang diucapkan oleh

    guru tetapi tidak mengerti maksudnya.

    b. Minat dan Perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu bertalian.

    Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul

    perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut.

    c. Motivasi yaitu dorongan yang timbul dalam diri seseorang, dimana

    seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk

    melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinamakan

    70 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press,

    2002), 4-5.

  • 44

    motivasi intrinsik. Sedangkan dorongan yang timbul yang

    disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik.

    d. Apersepsi yaitu bersatunya memori yang lama dengan yang baru

    pada saat tertentu. Seorang guru akan memberikan pelajaran kepada

    muridnya terlebih dahulu mengetahui pelajaran yang telah mereka

    pelajari sebelumnya, sehingga setiap pengajaran dimulai akan terjadi

    keterkaitan antara bahan pelajaran yang lama dengan yang baru.

    e. Korelasi dan Konsentrasi

    Korelasi adalah hubungan antara satu mata pelajaran dengan

    pelajaran yang lain yang berfungsi dapat menambah kematangan

    pengetahuan yang dimiliki siswa. Dengan azas korelasi maka

    pelajaran yang satu dengan yang lain diharapkan dapat menimbulkan

    konsentrasi siswa sehingga dapat membangkitkan minat dan

    perhatian mereka dalam belajar.

    f. Kooperasi adalah belajar atau bekerja sama (kelompok). Azas

    kooperasi itu sangat diutamakan dalam proses belajar mengajar

    seperti belajar bersama/kelompok, membuat alat secara kelompok.

    g. Individualisasi, azas ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan

    siswa baik dalam menerima, memahami, mengahayati, menganalisis

    dan kecepatan mereka dalam mengikuti pelajaran yang diberikan

    oleh seorang guru. Oleh karena itu setiap proses belajar mengajar

  • 45

    hendaknya guru berusaha menyesuaikan materi yang disajikan

    dengan kondisi siswanya. 71

    h. Evaluasi yaitu penilaian seorang guru terhadap proses atau kegiatan

    belajar mengajar. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui

    sejauhmana tujuan pengajaran yang ditetapkan dapat tercapai,

    disamping itu juga hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses

    belajar mengajar tersebut.

    5. Penilaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    Proses pembelajaran PAI bukan mengungkap pemahaman peserta

    didik terhadap ajaran-ajaran Islam, melainkan harus dapat mengungkapkan

    sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-

    ajaran Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari.72

    Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara

    berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil

    dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir

    semester dan ulangan kenaikan kelas.73 Hasil ulangan harian

    diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian

    berikutnya, peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti

    pembelajaran remidi.74 Penilaian aspek kognitif materi agama diperoleh

    guru dari pemahaman siswa terhadap materi ajar, penilaian akhlak mulia

    71 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    1996), 25-26. 72 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

    1996), 32. 73 Redaksi Sinar Grafika, Permendiknas 2006 Tentang SI dan SKL, 204.

    74 Tim penyusun naskah prodi tarbiyah, Modul Mteri Pembekalan, 6.

  • 46

    merupakan aspek afektif sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman

    dan bertaqwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh GPAI dengan

    memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain

    yang relevan.

    Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum

    diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai

    KKM harus mengikuti pembelajaran remidi.

  • 47

    BAB III

    DATA TENTANG IMPLEMENTASI PERMENDIKNAS NO. 20 TAHUN

    2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN DALAM KEGIATAN

    PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK

    NEGERI 1 PONOROGO

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 1 Ponorogo

    SMK Negeri 1 Ponorogo awalnya bernama SMEA atau Sekolah

    Menengah Ekonomi Atas, berdiri pada tanggal 1 Januari 1969 dan masih

    berstatus filial Madiun namun milik daerah. Seiring dengan

    perkembangannya nama SMEA berubah menjadi SMK atau Sekolah

    Menengah Kejuruan yang mulai berdiri sendiri dan terpisah dengan filial

    Madiun.75

    SMEA ini diresmikan pada tanggal 4 Mei 1974 oleh Kepala

    Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan JATIM yaitu Bapak

    JW. Sulandra, SH., dan pembangunan gedung SMK pada awalnya dengan

    biaya swadaya masyarakat, lalu pada tahun berikutnya mendapat

    sumbangan proyek atas biaya pemerintah.

    Tahap-tahap jurusan di SMKN 1 Ponorogo adalah sebagai berikut:

    a) Pada awal berdiri mempunyai 3 jurusan, yakni Tata Niaga, Tata Usaha

    dan Tata Buku.

    75 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

    47

  • 48

    b) Sekitar tahun 1999 berubah nama jurusan Administrasi menjadi

    Sekretaris (Skr).

    c) Pada tahun 2004 mulai ada Akuntansi dan Multi Media (MM) dan

    kelas informasi.

    Adapun Kepala Sekolah yang ikut berperan penting dalam

    perkembangan dan kemajuan SMK Negeri 1 Ponorogo sebagai berikut:

    a. Muhammad Sudarman Tahun, 1969 1989.

    b. Drs. Muhammad Solekhan, tahun 1989 1992.

    c. Moesono Sarbini, tahun 1992 1998.

    d. Subandi BA., tahun 1998 2000.

    e. Drs. Luluk Nugroho WL., tahun 2000 2006.

    f. Drs. Dwikorahadi Meinanda, MM., tahun 2006 2007.

    g. Drs. Mustari, MM., tahun 2007 sekarang.

    2. Letak Geografis

    SMK Negeri 1 Ponorogo secara geografis terletak di tengah Kota

    Ponorogo tepatnya di Jl. Jendral Sudirman No. 10 Ponorogo, atau tepatnya

    di sebelah timur Aloon-aloon kota Ponorogo. SMK Negeri 1 Ponorogo

    didirikan di atas sebidang tanah seluas + 5.400 m2.76

    3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

    Setiap organisasi atau institusi dalam melaksanakan aktifitasnya

    selalu bertumpu pada garis-garis besar kebijakan yang telah ditetapkan.

    Salah satu garis-garis besar yang dijadikan acuan dalam setiap usaha yang

    76 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 49

    dilaksanakan adalah visi, misi dan tujuan yang diemban oleh organisasi

    atau institusi tersebut.

    Adapun visi, misi dan tujuan SMK Negeri 1 Ponorogo sebagai

    berikut:

    a. Visi

    Visi dari SMK Negeri 1 Ponorogo adalah menjadi lembaga

    pendidikan dan pelatihan kejuruan berstandar nasional/internasional,

    berwawasan unggul, kompetitif dan professional dengan berdasarkan

    IMTAQ.

    b. Misi

    Misi dari SMK Negeri 1 Ponorogo adalah sebagai berikut:

    1) Membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu

    mengembangkan diri dengan berlandaskan IMTAQ.

    2) Menyiapkan calon wirausahawan.

    3) Menjadi SMK yang mandiri dan professional.

    4) Menjadi SMK sebagai sumber informasi.

    c. Tujuan

    Tujuan SMK Negeri 1 Ponorogo diantaranya adalah sebagai

    berikut:77

    1) Meningkatkan keterserapan tamatan SMK

    2) Meningkatkan kualitas tamatan SMK sesuai tuntutan dunia kerja

    (DU/DI)

    77 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 50

    3) Menyiapkan tamatan SMK yang mampu mengembangkan sikap

    profesional.

    4) Menyiapkan tamatan SMK yang unggul dan kompetitif

    5) Mewujudkan etos kerja dan kualitas kinerja tenaga kependidikan

    sesuai dengan tugas dan fungsinya secara konsisten.

    Untuk menjalankan visi dan misi di atas diperlukan kerjasama

    antar personal terkait. Begitu pula SMK Negeri 1 Ponorogo, juga

    melakukan kerja sama yang baik antar personel guna menciptakan atau

    mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

    4. Struktur Organisasi Sekolah

    Untuk menjalin kerjasama yang baik dalam menjalankan visi dan

    misi serta mencapai tujuan pendidikan di SMK Negeri 1 Ponorogo,

    dibutuhkan struktur organisasi yang nantinya memiliki fungsi dan peran

    masing-masing. Karena struktur organisasi dalam suatu lembaga sangat

    penting keberadaannya, dengan melihat dan membaca struktur organisasi

    orang akan dengan mudah mengetahui jumlah personil yang menduduki

    jabatan tertentu dalam lembaga tersebut. Di samping itu pihak sekolah

    juga akan lebih mudah melaksanakan program yang telah direncanakan,

    mekanisme kerja, tanggung jawab serta tugas dapat berjalan dengan

    mudah karena dalam struktur organisasi biasanya ditampilkan garis

    komando (instruksi) dan garis koordinasi antar posisi.78

    78 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 51

    STRUKTUR ORGANISASI

    SMK NEGERI 1 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008/2009

    Keterangan :

    ------------------------- : Garis koordinasi

    : Garis komando

    KOMITE SEKOLAH

    Wardoyo

    KEPALA SEKOLAH

    Drs. Mustari, MM

    KEPALA SEKOLAH

    WMM

    Dra. Susilowati

    Kepala Tata Usaha

    Bambang Sudibyo

    Waka

    Kurikulum

    Dra. Siti Amirah

    Waka

    Kesiswaan

    Munawar Cholil

    Waka

    Sarpras

    Drs. Agus Supriono

    Waka

    Humas

    Drs. Dawam Suhada

    Kaprog

    Akuntansi

    Dra Mulyatin

    Kaprog Adm

    Perkantoran Dra.Sri Agustiani

    Kaprog Penjualan

    Sri Mujiati, S.Pd Kaprog

    Multimedia

    Kusbudi S. S.Pd

    Koordinator

    Normatif

    Dra. Siti Aminah

    Koordinator BP/BK

    Dra. Hariani Ngerti

    Utami

  • 52

    5. Keadaan Guru dan Siswa SMK Negeri 1 Ponorogo

    a. Keadaan Guru

    Tenaga pendidik dan kependidikan di SMK Negeri 1 Ponorogo

    berjumlah 79 orang yang terdiri dari staf pengajar dan staf karyawan.79

    Dalam pengangkatan atau rekrutmen pegawai berasal dari Pemerintah

    Daerah, namun apabila sekolah sangat membutuhkan tenaga pengajar

    maka bisa mengambil PTT maupun GTT demi proses kelancaran

    program pendidikan.80

    Pengaturan kesejahteraan pegawai, pegawai mendapat imbalan

    jasa secara intern dari sekolah, selain itu pegawai juga mendapat honor

    dari pemerintah daerah Ponorogo. Sedangkan pembinaan dan

    pengembangan pegawai dilakukan dengan mengadakan seminar-

    seminar dan mengadakan rapat sebulan sekali dengan diselingi

    pembinaan bagi pegawai. Pengangkatan menjadi pegawai negeri

    diutamakan bagi guru yang sudah lama masa pengabdiannya.

    b. Keadaan Siswa

    Penerimaan siswa baru dilaksanakan oleh sekolah dengan

    memperhatikan kalender pendidikan melalui tahapan pemberitahuan

    kepada masyarakat tentang pendaftaran, pengumuman siswa yang

    diterima dan pendaftaran ulang. Penerimaan siswa baru juga

    menggunakan kriteria rangking terbuka yaitu kriteria PSB dengan

    79 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/1-W/F-1/14-IV/2009 dalam lampiran laporan

    hasil penelitian ini. 80 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 53

    menggunakan kriteria peringkat NUN (Nilai Ujian Nasional), yang

    terdiri dari 3 mata pelajaran,yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris

    dan Matematika secara komputerisasi.

    Jumlah siswa SMKN 1 Ponorogo pada tahun pelajaran

    2008/2009 secara keseluruhan adalah 1027 siswa dengan perincian

    sebagai berikut kelas X berjumlah 480 siswa, kelas XI berjumlah 314

    siswa dan kelas XII 233 siswa.

    Data Siswa SMK Negeri 1 Ponorogo

    Tahun Pelajaran 2008/2009

    Kelas Admntrsi

    Perkantoran

    (AP)

    Akuntansi

    (Ak)

    Penjualan

    (Pj)

    Multi

    media

    (Mm)

    Rekayasa

    Perangkat

    Lunak

    (Rpl)

    Jumlah

    X 80 120 80 80 120 480

    XI 80 79 75 80 - 314

    XII 80 79 39 35 - 233

    Jumlah Keseluruhan 1027 Keterangan: data diambil dari buku induk SMK Negeri 1 Ponorogo

    6. Kurikulum SMK Negeri 1 Ponorogo81

    Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting bagi

    pendidikan, oleh karenanya kurikulum tidak bisa dipisahkan dari

    pendidikan, sehingga setiap satuan pendidikan harus mengelola kurikulum

    dengan baik demi tercapainya tujuan pendidikan yang dilaksanakan.

    SMK menyelenggarakan pendidikan dan penelitian berbagai

    program keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja.

    Program keahlian tersebut dikelompokkan menjadi bidang keahlian sesuai

    81 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 04/D/1-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 54

    dengan bidang industri usaha/profesi. Jenis bidang dan program keahlian

    ditetapkan oleh direktur jendral pendidikan dasar dan menengah.

    SMK Negeri 1 Ponorogo sudah mencoba menerapkan Kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), selama 2 tahun dan diterapkan di

    kelas X dan XI semua jurusan adapun kelas XII masih belum maksimal.

    Adapun manajemen yang telah digunakan adalah manajemen

    9001-2001 dengan penyebutan sistem manajemen mutu dengan adanya

    sertifikat yang diberikan, yaitu sertifikat ISO (International Standarization

    for Organization ) dan ini sangat diperlukan untuk kemajuan pendidikan di

    SMKN 1 Ponorogo.

    Sistem ISO (International Standarization for Organization ) yang

    ada di SMKN 1 Ponorogo sudah dilaksanakan sejak tahun 2007,walaupun

    banyak keluhan dari guru sekolah tetap berkomitmen untuk mewujudkan

    sekolah berstandar internasional (SBI).

    Implikasi dari diterapkannya ISO diantaranya: 1). Pembelajaran

    menggunakan modul 2 bahasa (bilingual) 2). Audit setiap 3 bulan sekali

    oleh tim ISO 3). Pengecekan keaktifan guru dalam mengajar setiap 1 bulan

    sekali.

  • 55

    B. Deskripsi Data

    1. Permasalahan yang dihadapi GPAI dalam Menerapkan Permendiknas No.

    20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian

    Dalam mengendalikan mutu hasil pendidikan, Badan Standar

    Nasional Pendidikan telah menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan

    Nasional (PERMENDIKNAS) No. 20 tahun 2007 tentang Standar

    Penilaian Pendidikan. Standar penilaian yang dimaksud yaitu standar

    pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrumen

    penilaian hasil belajar peserta didik melalui proses pengumpulan dan

    pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian tujuan pendidikan.

    Berkaitan dengan hal itu peneliti mencoba menelusuri sejauh

    mana pengetahuan dan persepsi GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo akan

    adanya Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang standar penilaian.

    Dari hasil wawancara kepada beberapa GPAI SMK Negeri 1

    Ponorogo dapat diketahui bahwa persepsi mereka tentang adanya

    Permendiknas tersebut sangat bermacam-macam.

    Ada guru yang mengatakan bahwa sudah mengetahuinya dan menurutnya sangat bagus untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar,

    karena dengan adanya standar penilaian itu dapat membantu siswa

    dalam meningkatkan cara belajarnya82

    Informasi tersebut diperoleh dari kegaiatan MGMP (Musyawarah

    Guru Mata Pelajaran) di Slahung yang diadakan secara rutin tiap bulannya.

    Tetapi adapula GPAI SMK Negeri 1 Ponorogo mengatakan bahwa

    82 Lihat transkrip wawancara nomor: 03/3-W/F-1/30-IV/2009 dalam lampiran laporan

    hasil penelitian ini.

  • 56

    Saya sama sekali belum mengetahui akan adanya Permendiknas

    tentang adanya standar penilaian pendidikan.83

    Dari persepsi yang bermacam-macam tersebut dapat diketahui

    bahwa proses sosialisasi Permendiknas No. 20 tahun 2007 kepada GPAI

    belum menyeluruh.

    Proses pembelajaran PAI bukan mengungkap pemahaman

    peserta didik terhadap ajaran-ajaran Islam, melainkan harus dapat

    mengungkapkan sejauh mana peserta didik dapat menghargai dan

    mengenalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

    Dengan membiasakan mengenalkan ajaran tersebut kepada

    siswa, maka mereka akan menyadari sejauh mana peran pengetahuan

    agama dalam kehidupan sehari-hari, lain halnya apabila siswa tidak secara

    intensif diberikan pengetahuan agama, maka mereka tidak mengerti

    bagaimana menghargai dan memanfaatkan kehidupan. Seperti yang

    diutarakan oleh Jumini siswi kelas XI Ap 1 SMK Negeri 1 Ponorogo

    berikut:

    Menurut saya pelajaran agama itu sangat penting, karena dengan pelajaran agama yang diperoleh di sekolah dapat menambah wawasan

    kita tentang bagaimana kehidupan yang sesuai dengan kaidah Islam,

    tidak itu saja dengan pelajaran tersebut yang sebelumnya saya belum begitu paham tentang sholat misalnya, saya lebih paham lagi dan

    bisa menjalankannya lebih baik lagi.84

    83 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/4-W/F-1/1-V/2009dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 84 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/10-W/F-1/9-V/2009 dalam lampiran laporan

    hasil penelitian ini.

  • 57

    Hal senada juga diungkapkan oleh informan yang lain seperti

    Nurul Aprilia Hidayatulloh,85 Chornia Luckitasari,

    86 dan Indah

    Permatasari.87

    Ada pula yang mengatakan bahwa pelajaran agama itu tidak

    begitu penting, karena menurutnya pelajaran agama itu dari dulu sampai

    sekarang yang dipelajari cuma itu saja tidak ada bedanya, walaupun tanpa

    diajarkan kita sudah mengetahuinya. Hal tersebut seperti yang

    diungkapkan oleh Ervina Wulandari siswi kelas X Pj 1 SMK Negeri 1

    Ponorogo berikut:

    Pelajaran agama itu tidak begitu penting karena dari SD-SMA ini

    hanya itu saja yang dipelajari dan tidak ada bedanya, sedangkan kita

    juga sudah paham tentang hal itu dan sudah melakukannya walaupun

    sebisanya.88

    Pendapat dari beberapa siswa tersebut di atas mengungkapkan

    bahwa pelajaran agama itu sebenarnya penting hanya saja dari sekian

    siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam menerapkan pelajaran

    yang diterimanya dalam kehidupan sehari-hari.

    Peran GPAI yang pokok adalah menyediakan dan memberikan

    fasilitas untuk memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa. Guru

    harus dapat membangkitkan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa

    meningkatkan cara dan hasil belajarnya, namun di samping itu kadang-

    85 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/11-W/F-1/9-V/2009 dalam lampiran laporan

    hasil penelitian ini. 86 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/7-W/F-1/4-V/2009 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 87 Lihat transkrip wawancara nomor: 06/6-W/F-1/2-V/2009 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 88 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/5-W/F-1/2-V/2009 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 58

    kadang guru merasa bahwa evaluasi itu merupakan sesuatu yang

    bertentangan dengan pengajaran. Hal ini timbul karena seringkali terlihat

    bahwa adanya kegiatan evaluasi justru merisaukan dan menurunkan gairah

    belajar pada siswa.

    Penilaian hasil belajar peserta didik sesuai jenjang pendidikan

    dasar dan menengah sesuai Permendiknas No. 20 tahun 2007 idealnya

    didasarkan pada prinsip obyektif yaitu penilaian hasil belajar siswa

    berdasar pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi

    subjektivitas penilai.

    Berdasarkan hasil wawancara kepada GPAI SMK Negeri 1

    Ponorogo khsususnya mengenai problema yang dihadapi GPAI dalam

    menerapkan Permendiknas No. 20 tentang standar penilaian yaitu dari

    prinsip tersebut permasalahan yang utama yaitu guru tidak bisa menilai

    mata pelajaran agama secara obyektif karena penilaian agama itu lebih

    dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sehari-hari siswa, hal tersebut

    sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Nuzul Nalini berikut:

    Penilaian agama itu tidak bisa diukur secara obyektif tetapi hanya bisa di ukur secara subyektif, karena penilaian agama dipengaruhi oleh

    kondisi keseharian siswa dalam menjalankan dan mengaplikasikan

    pelajaran yang diperoleh di sekolah dalam kehidupan sehari-hari, walaupun dari segi kognitif siswa bagus tetapi afektif dan psikomotor

    tidak mendukung, tidak mungkin guru menilainya bagus.89

    Hal tersebut terjadi karena guru tidak bisa mengukur

    keberhasilan belajar siswa dalam aspek kognitif saja tetapi aspek afektif

    89 Lihat transkrip wawancara nomor: 03/3-W/F-1/30-IV/2009 dalam lampiran laporan

    hasil penelitian ini.

  • 59

    dan psikomotor sangat mempengaruhi guru dalam menilai hasil belajar

    siswa. Pembelajaran PAI tidak hanya mementingkan hasil nilai siswa

    aspek pengetahuan saja tetapi harus dapat menghayati dan mengamalkan

    ajaran-ajaran Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

    Penilaian individu terhadap siswa seringkali diperdebatkan

    karena penilaian merupakan identifikasi masalah atau bahkan memberi cap

    kepada siswa yang bisa membuat anak menjadi lebih buruk dan bisa

    mempengaruhi rasa percaya diri dan harga diri mereka. Hal ini merupakan

    salah satu permasalahan yang terjadi di SMK Negeri 1 Ponorogo

    berkenaan dengan proses evaluasi terhadap siswa yang mempunyai

    kemampuan berbeda, hal tersebut diungkapkan oleh Bpk Moh. Ansor

    Hidayatullah, S.Pd.I, bahwa:

    Permasalahan utama melakukan penilaian hasil belajar siswa yaitu bahwa dalam menilai itu tidak bisa disama-ratakan karena kemampuan

    dan keterbatasan pengetahuan siswa itu berbeda-beda, untuk itu ukuran

    atau acuan penilaian yang digunakan yaitu berdasarkan pada norma yang ada di sekolah dengan menggunakan standar penilaian yang telah

    ditetapkan sesuai dengan tingkat kemampuan atau penguasaan siswa

    secara umum di sekolah. 90

    Norma penilaian yang dilaksanakan itu berupa kriteria ketuntasan

    minimal (KKM) yang merupakan nilai batas ambang kompetensi.

    Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan apa adanya

    dalam arti bahwa patokan semata-mata diambil dari kenyataan-kenyataan

    yang diperoleh pada saat pengukuran dan penilaian itu berlangsung yaitu

    hasil belajar siswa yang diukur itu beserta pengolahannya.

    90 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/4-W/F-1/1-V/2009 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 60

    SMK Negeri 1 Ponorogo menentukan nilai KKM 7,50 untuk

    pelajaran pendidikan agama Islam. Nilai batas ambang tersebut dirasa sulit

    diterapkan karena pendidikan agama tidak hanya mengukur aspek kognitif

    saja tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik sangat menentukan

    penilaian. Apabila siswa kurang memenuhi kriteria ketuntasan tersebut

    guru melakukan pengujian remedial.

    Permasalahan lain yang berasal dari siswa yaitu ke-acuhan dalam

    menerima pelajaran agama di sekolah, mereka menganggap materi agama

    itu tidak ikut perkembangan zaman, dari dulu itu-itu saja, walaupun pada

    saat diajar senantiasa akan melaksanakannya tetapi kenyataannya setelah

    guru agama keluar kelas, pelajaran tersebut seakan-akan tidak ada gunanya

    lagi, hilang entah kemana. Hal tersebut diungkapkan oleh Chornia

    Luckitasari siswi kelas X PJ 1 SMK Negeri 1 Ponorogo yaitu

    Dalam menerima pelajaran agama rata-rata anak-anak itu pada acuh,

    kebanyakan mereka kurang menyadari pentingnya pendidikan agama,

    apalagi jika setiap selesai pelajaran dikasih tugas pasti pada cerewet

    dan gak terima.91

    Hal senada juga diungkapkan oleh Fani Triyani yaitu:

    Setiapkali diajar materi agama seolah-olah saya akan melaksanakan

    apa yang diajarkan, tetapi setelah guru keluar kelas pelajaran tersebut juga keluar dari pikiran juga dan seakan-akan tidak ada gunanya lagi.92

    Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan

    informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Pengumpulan

    91 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/7-W/F-1/4-V/2009dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini 92 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/8-W/F-1/4-V/2009 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini

  • 61

    data yang sesuai dengan Permendiknas No. 20 tahun 2007 diperoleh dari

    ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan

    kenaikan kelas dan ujian sekolah. SMK Negeri 1 Ponorogo belum ada

    jadwal ulangan tengah semester, hal ini diungkapkan oleh karyawan TU,

    Elia yaitu:

    Sampai saat ini SMK Negeri 1 Ponorogo belum ada jadwal ulangan

    tengah semes