stainpress 11111 roisamnan 271 2 babi v

57
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah shalat adalah rukun Islam yang ke dua, setelah mengucapkan dua kalimah syahadat, dimana hukum melaksanakannya adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan yang mukallaf. Melainkan perempuan yang kedatangan haid atau nifas maka tidak wajib shalat selama dia dalam halangan itu. 1 Shalat yang merupakan alat komunikasi antar Tuhan dengan manusia, dan tugasnya sebagai hamba (abdih) tempat sebagai naungan bagi seluruh alam semesta. Dalam yuridis formal, bahkan shalat yang merupakan bagian dari ibadah untuk menjalankan ajaran agama telah diatur dalam undang-undang negara yang mana menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing adalah dilindungi dan dijamin sepenuhnya oleh undang-undang dasar 1945 pasal 29 ayat 1 yang berbunyi: "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing". Selain itu juga merupakan butir-butir Pancasila, yakni sila ketuhanan Yang Maha Esa, yang lengkapnya berbunyi: Percaya dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 2 Karena sikap berkeyakinan dalam beragama yang bersifat individual, maka diperlukan sebuah sikap yang saling menghormati antar pemeluk agama untuk 1 A. Hasan, Pengajaran Shalat, (Bangil: Pustaka Tamaam), 7. 2 Bp. 7 Pusat, GBHN Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 Team BP.7 Pusat, 30.

Upload: fahd-hadin-najam-amalie

Post on 10-Feb-2016

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah shalat adalah rukun Islam yang ke dua, setelah mengucapkan dua

kalimah syahadat, dimana hukum melaksanakannya adalah wajib bagi setiap muslim

laki-laki dan perempuan yang mukallaf. Melainkan perempuan yang kedatangan haid

atau nifas maka tidak wajib shalat selama dia dalam halangan itu.1

Shalat yang merupakan alat komunikasi antar Tuhan dengan manusia, dan

tugasnya sebagai hamba (abdih) tempat sebagai naungan bagi seluruh alam semesta.

Dalam yuridis formal, bahkan shalat yang merupakan bagian dari ibadah

untuk menjalankan ajaran agama telah diatur dalam undang-undang negara yang

mana menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing adalah

dilindungi dan dijamin sepenuhnya oleh undang-undang dasar 1945 pasal 29 ayat 1

yang berbunyi: "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agama masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya

masing-masing".

Selain itu juga merupakan butir-butir Pancasila, yakni sila ketuhanan Yang

Maha Esa, yang lengkapnya berbunyi: Percaya dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing dasar kemanusiaan

yang adil dan beradab.2

Karena sikap berkeyakinan dalam beragama yang bersifat individual, maka

diperlukan sebuah sikap yang saling menghormati antar pemeluk agama untuk

1 A. Hasan, Pengajaran Shalat, (Bangil: Pustaka Tamaam), 7. 2 Bp. 7 Pusat, GBHN Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 Team BP.7 Pusat, 30.

Page 2: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

menciptakan perdamaian. Hal ini sangat penting karena adalah bagian dari mental

hidup,( way of life ) jalan hidup manusia yan mutlak.

Sehingga pengembangan dan memberikan tradisi yang saling menghormati

dan tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain sangat

diperlukan untuk menjaga agar tidak terjadi gejolak atas nama agama.

Maka untuk membentuk masyarakat yang agamis dan toleran,kemudian

agama dijadikan bagian dari materi pendidikan sekolah mulai Sekolah

Dasar(SD)sampai perguruan tinggi (PT)dimana pendidikan kaifiah sholat wajib

merupakan bagian tertentu dari pendidikan agama.

Pada hakekatnya, pendidikan islam adalah suatu proses yang berlangsung

secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi

yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah manusia seutuhnya dan

berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi

pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senamtiasa tumbuh dan

berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai hayatnya. Secara umum

tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupan sampai mencapai titik

kemampuan optimal. Menurut Ahmad D Marimba Pendidikan Islam yaitu bimbingan

yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan

ajaran Islam. Bila disingkat pendidkan Islam yaitu bimbingan terhadap agar ia

menjadi muslim semaksimal mungkin.

Secara umum, pendidikan adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk

mendidik. Sementara secara khusus, pendidikan dsalam prespektif pendidikan Islam

Page 3: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik

dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi

afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan ajaran Islam.

Pelaksanaan pendidikan sholat di Sekolah Dasar bertujuan untuk

mendidik,membimbing , melatih dan mengamalkan ajaran agama islam.Maka dari itu

peranan pendidik dalam rangka mendidik,membimbing,melatih anak didiknya agar

sholat wajb dapat dilaksaakan di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam firman

Allah Surat Al-Ankabut ayat 45:

Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan

dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-

perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)

adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan(Q.S al Ankabut :45).3

Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya, ia tidak hanya membekali

anak dengan pengetahuan agama atau mengembangkan intetelektual anak saja dan

tidak pula mengisi dan menyuburkan perasaan (sentiment) agama saja, akan tetapi ia

menyangkut kesluruhan dari perilaku pribadi anak, mulai dari latihan-latihan

(amaliah) sehari-hari, yang sesuai dengan ajaran agama sampai pengenalan dan

pengertian terhadap ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia

3 Alqur’an dan Terjemahan…

Page 4: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

denangan tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dan alam serta manusia

dengan dirinya sendiri.4

Mengingat pentingnya shalat itu diajarkan, maka perlu di tanamkan pada

siswa semenjak mereka masih kecil agar menjadi kebiasaan mereka. Dengan

demikikan merekan dapat melaksanakn dalam kedupan sehari-hari.

Sholat merupakan tugas manusia untuk meraih keberhasilan di dunia maupun

di akhirat. Melihat segi Sekolah Dasar (SD) jam pelajaran PAI sangat kurang hanya 2

jam seminggu sekali,jadi siswa-siswi SD masih kurang memahami tentang kesadaran

untuk melakukan shalat.

Menghadapi kenyataan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul: "PELAKSANAAN IBADAH SHALAT WAJIB PADA

SISWA KELAS IV, V, dan VI DI SDN BADER III,KECAMATAN DOLOPO,

KABUPATEN MADIUN TAHUN PELJARAN 2008/2009".

B. Fokus Penelitian

Latar belakang diatas maka peneliti mengfokuskan pada permasalahan tentang

pengajarn shalat fardlu, apa faktor pendorong dan penghambat pengajaran shalat

fardlu, bagaimana pelaksanaan ibadah shalat.

C. Rumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang diatas, untuk memudahkan arah kajian dan

pembahasan pada penelitian kali ini maka penulis, mencoba memformulasikan pokok

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang pengajaran shalat fardlu siswa kelas IV, V, dan VI di

SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2008/2009.

4 Zakiyah derajat, Ilmu Jiwa Agama, ()

Page 5: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

2 Apa factor pendorong dan penghambat pengajaran shalat fardlu siswa kelas IV,

V, dan VI di SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun

pelajaran 2008/2009.

3. Bagaimana pelaksanaan ibadah shalat wajib siswa kelas IV, V, dan VI di SDN

Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2008/2009.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendiskripsikan latar belakang pengajaran shalat fardlu siswa kelas VI,

V, dan VI di SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun

pelajaran 2008/2009.

2. Untuk mendiskripsikan faktor pendorong dan penghambat pengajaran shalat

fardlu siswa kelas IV, V, dan VI, di SDN Bader III Kecamatan Dolopo

Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2008/2009.

3. Untuk mesdiskripsikan pelaksanaan ibadah shalat wajib siswa kelas IV, V dan

IV di SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

dalam memecahkan masalah pendidikan yang dapat dikembangkan lebih lanjut

oleh para pemerhati Pendidikan Agama Islam

2. Manfaat praktis

a. Bagi lembaga terkait

Dapat digunakan bahan evaluasi untuk meningkatkan pembinaan keagamaan

di lingkungan sekolah terkait.

Page 6: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

b. Bagi STAIN

Dapat menjadi sumbangan keilmuan untuk kemudian sumber bagi peneliti

lebih lanjut

c. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan serta mengembangkan

pengetahuan kesadaran beragama dan untuk menempuh gelar sarjana S1.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan penelitian yang

berorientasi pada pengumpulan data dilapangan. Sedangkan pendekatan yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan besifat deskriptis, yaitu

penelitian yang memaparkan data secara sestematis dan factual dan akuarat

mengenai fakta-fakta serta hubungan dan fenomena yang diselidiki.5

2. Kehadiran Peneliti

Pada peneltian kualitatif, kehadiran peneliti sangat dipentingkan dan

bertindak sebagai instrumen kunci pengumpulan data, sedangkan instrumen lain

hanya sebagai penunjang. Penelitian kualitatif menghendaki peneliti atau dengan

bantuan orang lain sebagai alat utama pengumpulan data. Hal ini dimaksudakan

agar lebih mudah mudah mengadakan penyusuaian terhadap kenyataan-kenyataan

yang ada di lapangan.6

3. Lokasi penelitian

5Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2005), 60. 6 Margono, Metode Penilitian PendidikanI (Jakarta: PT Renika Cipta), 38.

Page 7: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Peneliti memilih SDN Bader 3 berada di desa Bader Kec. Dolopo Kab.

Madiun sebagai tempat penelitian. Pemilihan lembaga ini karena ada kesusaian

dengan topik yang peneliti pilih.

4. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.7 Dalam bukunya

Metodologi Penelitian Kualitatif. Moleong mengutip pendapat Lofland dan

Lofland, bahwa sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-

kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain-lain.8

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, memanfaatkan dua sumber,

yaitu :

a. Manusia, meliputi :

1. Wawancara dengan Kepala Sekolah

2. Wawancara dengan guru

3. Wawancara dengan murid/siswa

b. Non manusia, meliputi dokumentasi yaqng berkaitan dengan penelitian,

misalnya: Foto, catatan tertulis, dan bahan-bahan lain yang berhubungan

dengan penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan tiga (3) metode: metode

observasi, metode intervirew, metode dokumentasi.

7 Lexy J. Moleong Metodolgi Penenlitian Kualitatif (Banung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002)1

8Ibid., 17.

Page 8: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

a) Metode observasi, yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.9, metode tersebut penulis

menggunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan fasilitas baik

berupa fisik, sarana prasarana, serta administrasi sekolah pada umumnya

yang antara lain letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru dan

siswanya.

b) Metode interview, (wawancara) yaitu proses percakapan dengan maksud

mengontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi,

perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai

(interviewee)10. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data

yang berasal dari kepala sekolah, guru PAI dan pelaksanaan shalat siswa

dalam kehidupan sehari-hari.

c) Metode Dokumenter: cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,

seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat lemah

teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian disebut teknik dokumenter atau studi dokumenter.11

Dalam Penelitian ini dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data

tentang :

1) Sejarah berdirinya SDN Bader 03

2) Letak geografis SDN Bader 3

9 Ibid., 158

10Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada),143 11 Maman Rachman, M.Sc., Strategi dan Langkah-langkah Penelitian Pendidikan, IKIP

Semarang Pres, Semarang 1993,hal. 90.

Page 9: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

3) Visi dan Misi SDN Bader 03

4) Struktu Organisasi SDN Bader 03

5) Keadaan guru dan siswa SDN Bader 03

6) Sarana dan prasarana SDN Bader 03

7) Kurikulum SDN Bader 03

6. Teknik Analisis data

Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain.12 Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang dipelajari untuk membuat kesimpulan yang

dapat diceritakan kepada orang lain

Melis dan huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga

sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, meliputi

data reduction, data suplay dan conclusion. Langkah-langkah analisis ditunjukkan

pada gambar berikut:

12 Sugiono, metodologi Penelitian Pendekatan kuantitatif Kualitatif, dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2006),334

Page 10: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemokusan data abstraksi data.

Pelaksanaan data ini berupa pembuatan singkatan, penghadap, pemusatan tema,

pembangunan masalah selama pengumpulan data berlangsung.13

(a) Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting,

memuat kategori. Dengan demikian data yang telah direkdusikan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

gambarkan yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

(b) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data

atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, baganm grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang

ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut

13 Miles, Matthew & Huberman, A. Michael, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press, 1992), 20.

Kesimpulan

Reduksi data

Pengumpulan data

Penyajian data

Page 11: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada

laporan akhir penelitian.

(c) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Sedangkan menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan

tahapan dalam penelitian. Pada tahapan penjelajahan dengan teknik pengumpulan

data grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis dengan domain.

Pada tahap menentukan tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis

taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis

komponensial. Selanjutkan untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan

analisis tema.

7. Pengecekan keabsahan temuan

Bagian ini usaha-usaha untuk memperoleh keabsahan temuannya.

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep

keahlian (validitas) dan keadaan (solibilitas), derajat kepercayaan keabsahan data

(kredibilitas data). Dalam bagian ini peneliti harus mempertugas teknik apa yang

digunakan dalam mengadakan pengecekan keabsahan data yang dikemukan.

Berikut beberapa tekni pengecekan keabsahan data dalam proses penelitian

kualitatif.

a. Keikutsertaan yang diperpanjang

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah istrumen itu sendiri. Keikutsertaan

peneliti sanga menentukan dalam pengumpulan data. Dalam hal ini keikutsertaan

tersebut tidak hanya melakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan

Page 12: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam penelitian ini akan memungkinkan

peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Maksud dan tujuan

mempanjang keikutsertaan dalam penelitian ini adalah: (1) dapat menguji

ketidakbenaran informasi yang disebabkan oleh distorsi, baik yang berasal dari

diri sendiri, maupun dari responden dan selain itu dapat membangun kepercayaan

subyek, (2) dengan terjun ke lokasi dalam waktu yang cukup panjang, peneliti

dapar mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data,

pertama-tama dan yang terpenting adalah distorsi pribadi.

b. Pengamatan yang tekun

Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari. Jadi kalau perpanjangan keikutsertaan

menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.

c. Triangulasi

Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang laqin di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai

teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik

dan teori.

d. Pengecekan sejawat melalui diskusi

Teknik ini dilakukan peneliti dengan mengekspos hasil sementara atau hasil

akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekannya

sejawat. Hal ini dilakukan denga maksud; (1) untuk membuat agar peneliti tetap

Page 13: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, (b) diskusi denagan sejawat ini

memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan

menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti.

e. Kecukupan referensial.

Kecukupan referensial ini adalah sebagai alat untuk menampung dan

menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi, yaitu: dengan

menyimpan informasi yang tidak direncanakan, sebagai alternatif jika

berhalangan pengujian, informasi tersebut dimanfaatkan untuk keperluan

pengecekan keabsahan data.

f. Kajian kasus negatif

Teknik analisis kasus negatif dilakukan peneliti dengan jalan mengumpulkan

contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi

yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai pembading.

g. Pengecekan data

Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data

sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan

anggota yang terlibat meliputi: data , kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan

dan kesimpulan. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka

dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan situasi merka sendiri

terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.

a. H. Tahapan-tahapan penelitian

Page 14: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Tahapan-tahapan penelitian dalam tulisan ini ada tiga tahapan dan

ditambahkan terakhir dari penulis yaitu penulisan laporan hasil penelitian.

Tahapan-tahapan tersebut adalah:

a. Tahapan pralapangan: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan

penelitian, mengurus perizinan, menyiapkan perlengkapan dan yang

menyangkut persoalan etika penelitian.

b. Tahapan pekerjaan lapangan meliputi: memahami latar belakang

penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta

sambil mengumpulkan data.

c. Tahapan analisis data yang meliputi analisis selama setelah analisis data.

d. Tahapan penulisan hasil penelitian.

G. Sistematika Pemabahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh maka skripsi ini

disusun dengan sistematika sebagai berikut:

sebelum memasuki bab pertama adalah lembaran formal yang terdiri dari:

halaman judul, halaman nota dinas, halaman persetujuan, halaman pengesahan,

halaman mutu, halaman kata pengantar, daftar isi, dan abstraksi skripsi.

Pertama; bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

landasan teoridan atau telaah pustaka, (pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran

peneliti, lokasi penelitian,sumber data, teknik pengumpulan data) dan sistematika

pembahasan.

Page 15: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Kedua; bab II merupakan landasan dari yang terdiri dari, pengertian shalat dan

sholat wajib, pengajaran shalat fardlu, fakror- faktor yang mempengaruhi dalam

penajaran shalat fardlu, pelaksanaan ibadah shalat pada anak-anak umumnya, data

pelaksanaan kegiatan mengajar guru.

Ketiga; bab III laporan hasil penelitian yang mengenai gambaran umum lokasi

penelitian yang terdiri dari sejarah berdirinya SDN 03 Bader, letak geografis SDN 03

Bader, visi dan misi, srtuktur organisasi, keadaan guru dan murid, sarana prasarana,

dan kurikulum, data khusus yang berupa data pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar/guru, data lingkungan keluarga, pelaksanaan shlat pada anak.

Keempat; bab IV merupakan analisis data tentang linkungan keluargam,

analisis data tentang kegiatan belajar mengajar, analisis data tentang pelaksanaan

shalat pada anak umumnya.

Kelima: bab V merupakan penutup, pada bagian akhir ini terdiri dari

kesimpulan dan saran dan dilanjutkan daftar pustaka juga lampiran-lampiran sebagai

pelengkap dalam penyusunan skripsi ini.

Page 16: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

BAB I

PENGERTIAN SHALAT DAN PENGAJARAN SHALAT

A. Pengertian Shalat dan Shalat Wajib

1. Pengertian Shalat

Shalat menurut bahasa Arab adalah do’a kemudian menurut istilah (syara’) adalah ibadah

yanng tersususn dari beberapa perkataan dan beberapa perbutan yang dimulai dengan

takbir dan diakhiri dengan salam, menurut syara’ dan rukun tertentu.14Yang tercantum

didalam Al-qur an surat At-Taubat 9:103

Èe≅ |¹uρ öΝ Îγ ø‹n=tæ ( ¨β Î) y7 s?4θ n=|¹ Ö s3y™ öΝ çλ °; 3 ª! $# uρ ìì‹Ïϑy™ íΟŠÎ=tæ ∩⊇⊃⊂∪

Artinya : Dan doa’kanlah mereka, karena doa’mu merupakan ketrentaman bagi mereka

dan Allah mengetahui apa yang kamu perbuat (QS. aT-taubah 9:103)15

Adapun pendapat para ahli fiqih, shalat adalah ucapan-ucapan dan gerakan tubuh yang

dimulai dengan takbir, ditutup dengan salam, yang di maksudkan sebagai peribadatan

kepada Allah SWT, berdasakan syarat-syarat yang ditetapkan.16

Shalat merupakan perwujudan dari rasa kelemahan seorang manusia dan rasa

membutuhkan seorang hamba terhadap tuhan dalam bentuk perkataan dan perbuatan

sekaligus, sebagai perwujudan ketaatan seorang hamba terhadap perintah dan kewajiban

dari tuhan, dan sebagai sarana yang didalamnya.17

14 Moh. Rifa’i Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang, CV. TOHA PUTRA)I976

15 Departemen Agama RI, AL-Qura’an dan Terjemahannya (Bandung : PT. Syaamil Cipta Media, 2005)

16 Teuku Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat Edisi Ringkas (Semarang: PT. Pustaka Rizky Putra, 2001),3.

17 Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk- Beluk Ibadah…,175

Page 17: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Kewajiban shalat tidak boleh ditinggalkan, bagaimanapun dalam keadaan apapun, baik

keadaan sehat, sakit, senang, susah, dan lin-lai. Selagi kita masih diberi akal sehat,

kekuatan, serta kekuatan serta kemampuan untuk melaksanakannya. Sehingga dalam

keadaan apapun, bagaimanapun dan dimanapun shalat fardlu wajib dilakukan dan tidak

boleh ditinggalkan.

Shalat dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari lima waktu merupakan alat untuk

berkomunikasi antara mahkluk dengan tuhannya sebagai hamba tempat naungan

mencurahkan segala keluh kesah diantaranya shalat: dzuhur, ashar,maghrib, isyak, dan

subuh. Semua merupakan pekerjaan jasmani dan rohani. Umumnya oarang-orang yang

mendapat ganaguan jiwa akibat emosi yang tinggi dan otot syaraf yang tegang, hal ini

disebabkan betuympuknya fikiran-fikiran ruwet yang tidak terpecahkan. Peyakit

nieorosis (gangguan-gangguan badan yang disebabkan penyakit syaraf)juga bersumber

dari kehilangan keseimbangan dalam jiwa manusia. Menurut Bril, mengatakan : “Ayonis

is religius does not develop a neorosis” (tiap-tiap orang yang betul-betul menjalankan

agama tidak akan terkena penyakit neorosis) Maka sholat lah menjadi penawarnya bagi

kesehatan jiwa, rohani dan fisik manusia.

1. Shalat Wajib

bahwa sholat yang wajib dikerjakan oleh setiap orang Islam yang mukallaf dalam sehari

semalam ada lima yaitu : Dhuhur, ashar, Maghrib, Isya’dan subuh.

Shalat lima waktu sehari semalam dan waktu-waktunya dapat dibagi ditetapkan

sebagai berikut :

a. Shalat dhuhur awal waktunya ialah setelah tergelincir matahari, akhir waktunya apabila

bayang-bayangnya sesuatu telah menyamainya.

Page 18: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

b.Shalat ashar waktunya mulai habis waktunya sholat dhuhur (bayang-bayang sesuatu

lebih panjang dari bendanya) sampai terbenam matahari

c. Shalat maghrib waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafa’ merah.

Syafa’ yaitu :cahaya yanag terpancar ditepi langit sesudah terbenam matahari ada dua

rupa, mula-mula merah setelah hilang warna merah setelah hilang warna merah datang

warna putih, kedua cahaya ini disebut syafa’.

d.Shalat Isya’ waktunya mulai terbenam syafa’ (setelah habis waktu maghrib) sampai

terbit fajar kedua.

e. Shalat subuh waktunya mulaim dari terbit fajar keua sampai terbit matahari.18

d. Shalat Jum’at adalah dua rokaat yang wajib dilakukan secara berjamaah pada waktu

dhuhur hari jum’at dan dihului oleh dua khutbah. Hukum sholat Jum’at adalah : Wajib

atas setiap laki-laki yang dewasa, merdeka dan muqim. Dasar hukum Shalat Jum’at yaitu

firman Allah Surat Al-Jum’ah ayat ; 9

$ pκš‰r' ‾≈ tƒ tÏ%©!$# (# þθ ãΖtΒ# u # sŒ Î) š”ÏŠθ çΡ Íο4θ n=¢Á=Ï9 ÏΒ ÏΘöθ tƒ Ïπyè ßϑàf ø9 $# (# öθ yè ó™$$ sù 4’n<Î) Ì� ø. ÏŒ «!$#

(ρâ‘ sŒ uρ yì ø‹ t7 ø9$#

Artinya : Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,

maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli(Q.S al-

Jum’ah :9)

Sementara orang-orang yang boleh meninggalkan sholat jum’at diantranya ada empat

golongan yaitu : Hamba sahaya, perempuan, anak-anak, dan orang yang sakit.

3. Dasar hukum Pelaksanaan Shalat

18 Rahman Ritonga Fikih Ibadah.....

Page 19: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Dasar hukum pelaksanaan shalat dapat dilihat dalam berbagai al-Qur’an dan hadist di

bawah ini :

$ tΒ uρ àMø) n=yz £ Ågø: $# }§ΡM}$# uρ āω Î) Èβρ߉ç7 ÷è u‹Ï9

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepadKu (Q.S al-Bayyinah 51:56)19

Firman Allah SWT. Surat Al-Bayyinah ayat 5 berbunyi :

!$ tΒ uρ (# ÿρâ÷É∆ é& āω Î) (#ρ߉ç6 ÷è u‹ Ï9 ©!$# tÅÁ Î=øƒèΧ ã& s! tÏe$!$# u !$ x� uΖãm (#θ ßϑ‹É) ムuρ nο4θ n=¢Á9 $# (#θè?÷σ ムuρ nο4θ x. ¨“9 $# 4 y7 Ï9≡ sŒuρ ߃ϊ ÏπyϑÍhŠs) ø9 $#

Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan

memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus(QS.al-

Bayyinah:5).20

Firman Allah SWT. Surat Al-Baqarah ayat 43

(#θ ßϑŠÏ%r& uρ nο4θ n=¢Á9 $# (#θè?# u uρ nο4θ x. ¨“9 $# (#θãè x. ö‘ $# uρ yìtΒ t ÏèÏ.≡ §�9 $#

Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang

yang ruku' (Q.S. Al-Baqarah : 43)21

Bahwa amal manusia akan sempurna dengan berdirinya lima tiang agama yang salah

satunya shalat. Dan Aakan menjadi barometer amal manusia didalam penghisaban semua

amal perbuatan jika shalatnya baik maka semua amal perbuatan ikut baik sebailiknnya

19 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung : PT. Syaamil Cipta Media,

2005) 20 Ibid..,95

21 Ibid .,7

Page 20: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

jika shalat jelek maka semua amal ikut jelek.Sebagaimana yang tercantum dalam hadist

Nabi di bawah ini :

Tmن efg hiT` ]P jek laek[ وان : اول TaY TS `_ ^[ اP\]XY Zم اRSTUVP اNOPة

]efghiT` Znm تZnm)pqاh[rPا sرو(

Artinya : Yang Pertama hamba hisab tentangnya hari qiamat adalah shalat, maka kalau

ia baik baiklah baginya amal selebihnya dan kalau rusak rusaklah amal selebihnya. (H.R

Thabrani)22

2. Tijuan dan Hikmah Shalat

a. Tujuan Shalat

Dari beberapa ayat al-Qur’an di atas, dapat diambil pengertian bahwa Allah

memerintahkan hambanya untuk mendirikan shalat itu ada tujuan dan hikmahnya sangat

berguna bagi yang melaksanakan. Tujuan syara’ menetapkan kewajiban shalat atas

manusia yang terpenting diantaranya selalu mengingat Allah SAW.

Diantara tujuan mendirikan shalat sebagai berikut :

1. Supaya manusia menyembah hanya kepada Allah, tunduk dan sujud kepada-Nya,

sebagaimana firman Allah SQ.at- Thaha ayat 14.

û Í_‾ΡÎ) $tΡr& ª! $# Iω tµ≈s9 Î) Hω Î) O$ tΡr& ’ÎΤô‰ç6 ôã$$ sù ÉΟÏ%r& uρ nο4θ n=¢Á9 $# ü“Ì� ò2Ï%Î!

Artinya : Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tiada tuhan(yang hak) selain Aku, Maka

sembahlah aku dan dirikanlah shalat unuk mengingat aku.(SQ. at-Thaha : 14)

2. Supaya manusia selalu ingat kepada Allah yang memberikan hidup dan kehidupan.

22 Imam Jalaluddin Abdurahman Ibn Abi Bakr As-Suyuthi, Terjemahan Al- Jami’us Shagir 2,

(Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1995)224.

Page 21: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

3. Supaya manusia terhindar darimelakukan perbuatan keji dan mungkar, yang akan

mendatangkan kehancuran.

4. Supaya agama Allah tetap tegak dan kalimat Allah tetap berkumandang di muka bumi.

5. Untuk menjadi barometer antara orang Islam dan orang kafir.

b. Hikmah Shalat

Ada kiat untuk memahami sedalam-dalamnya tentang hikmah yang tersembunyi di dalam

ibadah shalat,adalah merupakan media untuk mengingat kebesaran dan kemaha kuasaan

Allah SWT. Sehingga setiap tindakan akan perbuatan kita selalu dipimpin dan diberi

petunjuk oleh Allah dan berhasillah cita-cita yang ditujukan krarah keadilan,

kemakmuran yang hakiki dan abadi.

Dari sudut religius shalat merupakan hubungan langsung hamba dan khaliqnya munajat,

pernyataan “ubudiyah” penyerahan segala urusan kepada Allah, keamanan dan

ketrentraman serta perolehan keuntungan. Di samping itu shalat merupakan suatu cara

untuk memperoleh kemenangan serta menahan seseorang dari perbuatan kejahatan dan

kesalahan.

B. Pengajaran Shalat Fardlu

Metodik umum atau metode pengajaran telah membicarakn berbagim kemungkinan

metode mengajar yang tepat digunakan guru fslm menyelenggarakan kegiatan belajar

mengajar. Telah disediakan mtode ceramah, tanya jawab, metode pemberian tugas dan

restisai, dan lain-lain. Guru dapat memilih metode yang paling tepat ia gunakan.

1. Metode Pengajaran Shalat

Dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan

tidak berhasil apabila tidak menggunakan metode. Maka dari itu guru di tuntut agar

Page 22: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

cermat memilih dan menetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan

materi pelajaran kepada siswa.Ada berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam

pendidikan Islam sebagai Berikut :

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara penyampian bahan pengajaran secara lesan oleh guru

dalam kelas atau kelompok. Dalam penggunaan metode ceramah ini peranan guru lebih

dominan karena disini guru lebih aktif dan siswa tampak aktif mendengarkan secara

cermat serata membuat catatan tentang pokok masalah yang diterangkan oleh guru.23

b. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab merupakan metode dalm pendidikan Islam yang mempunyai

pengertian penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan siswa

menjawab. Metode ini efektifitasnya lebih besar dibandingkan metode lain karena dengan

metode tanya jawab pengertian dan pemahaman dapat diperoleh lebih mantab sehingga

segala bentuk kesalah pahaman dapat dihindari semaksimal mungkin.24

c. Metode Diskusi

Secara Umum metode diskusi sebagai salah satu metode interaksi edukatif diartikan

sebagai metode di dalam mempelajari bahan atau penyampain bahan pelajaran dengan

jalan mendiskusikannya, sehingga menimbulkan pengertian, pemahaman serat perubahan

tingkah laku murid seperti yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional.

d. Metode Demontrasi

23 Ahmad Tafsir, Metodologi Penajaran Agama Islam, (Bandung : PT> Remaja Rosdakarya

1996)33-34 24 M. Basyirudin Usman, Metodologi Pengajaran Agama Islam,(PT.Ciputan Pres)43

Page 23: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Metode ini dalam penyampaian materi guru menggunakan peragaan untuk menjelasakan

suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada siswa.

Metode ini dapat digunakan dalam mengajarkan tata cara shalat yang baik dan benar.

e. Metode Drill

Metode Drill adalah suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dengan melatih anak

untuk trampil menggunakan bahan pelajaran yang dimiliki anak. Dalam pembelajaran

shalat mtode ini dimaksudkan agar anak mempuynyai hafalan dan ketrampilan gerak

secara mekanis atau otomatis.

f. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dengan cara

pemberian tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh masing-masing anak yang akhirnya

harus mempertanggung jawabkan hasilnya..

h. Metode Latihan Siap

Metode latihan siap sebagai sdalah satu metode intraksi edukatif dalam pendidikan dan

pengajaran dilaksnakn dengan jalan melatih anak-anak(murid)terhadap bahan-bahan

pelajaran yang diberika Penggunaannya biasanya pada bahan-bahan pelajaran yang

bersifat motoris dan ketrampilan. Dengan melakukan latihan berkali-kali, terus-menerus

secara tertib dan teratur, pengetahuan dan pemahaman dapat diperoleh dan

disempurnakan oleh murid.keluarga merupakn lingkungan sosial pertama yang

dikenalnya, sehingga keluarga merupakan fase awal bagi jiwa pembentukan jiwa

keamaan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak dalam Pengajaran Shalat Fardlu.

Page 24: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Sikap keagamaan merupkan sustu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang

mendorongnya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsisten antara

kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagi

unsur afektif, dan perilaku terhadap agama sebagai unsur psikomotorik. Jadi sikap

keagamaan merupakan integrasi secar kompleks antara pengetahuan agama, perasaan

agama serta tidak keagamaan dalam diri seseorang.

Beranjak dri kenyataan yang ada, maka sikap keagamaan yang ada, maka sikap

kegamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor interen dan faktor ekstern . Hal tersebut

di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :25

`1. Faktor Intern

Faktor intern yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antra lain

adalah faktor heriditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang.

a. Faktor Hereditas

Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan

secara turun temurun, melainkan terbentuk dari unsur kejiwaan lainnya yang mencakup

kognituf, afektif,. Dan psikomotorik.

b.Fator Usia

Dalam bukunya Development of relegius on Cildren, Ernes Harm mengungkapkan bahwa

perkembangan agama pada anak-anak ditentukan oleh tingkat usia mereka.

Perkembangan berbagai aspek kejiwaan termasuk perkembangan berfikir26. Selanjutnya

pada tingkat remaja saat mereka menginjak usia kematangan seksual, pengaruh itupun

menyertai perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat perkembangan usia dan

25 Jalaluddin, Psikologi Agama Edisi Revisi 2004 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)223

26 Ibid., 235.

Page 25: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

kondisi yang dialami para remaja menimbulkan konflik kejiwaan yang mempengaruhi

seseorang dalam hidup beragama dan akhirnya mempengaruhi juga terjadinya agama,

bahwasannya konversi cendeung dinilai sebagi produk sugesti dan bukan akibat

perkembangan kehidupan spiritual seseorang.

c. Kepribadian

Unsur kepribadian manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu unsur hereditas dan pengaruh

lingkungan27. Unsur akan membentuk jati diri seseorang yang sedikit banyaknya yang

menampilkan ciri-ciri pembeda dari individu luar dirinya, jati diri tersebut bersifat

permanen dan tidak dapat berubah. Pengaruh lingkungan akan membentuk karakter dan

sifnya dapat berubah karena adanya pengaruh dari luar dirinya.

d. Kondisi Kejiwaan

Kondisi kejiwaan manusia akan mempengaruhi jiwa keagamaan. Hal ini dapat

dicontohkan dari seorang pengidap Schizoprenia akan mengisolasi diri dari kehidupan

sosial serta persepsinysa tentang agama akan mempengaruhi oleh halusinasi.28

2. Faktor Ekstern

Manusia sering disebut dengan homo religius makhluk beragama yang menyatakan

bahwa manusia memilki potensi dasar yang dapat dikembangkan sebagi makhluk yang

beragama. Jadi manusia memiliki potensi berupa kesiapan untuk menerima pengaruh luar

sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi maklhuk yang memiliki rasa dan perilaku

agama. Pengaruh tersebut dapat berupa bimbingan, pembinaan, latihan pendidikan dan

sebagainya yang secara umum disebut sosialisasi.

27 Ibid.,236

28 Ibid.., 239

Page 26: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan seseorang

dapat dibagi menjadi lima, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan institusional atau

sekolah, ligkungan masyirakat, tempat ibadah dan teman sepermainan.

a. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan peletak dasar dari

pembentukan pribadi anak untuk masa-masa selanjutnya. Bagi anak-anak keluarga

merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalnya, sehingga keluarga

merupakanfase awal pembentukan jiwa keagmaan pada anak. Sigmund Freud dengan

koinsep Father imag (citra kebapaan) menyatakaan bahwa perkembangan jiwa

keagamaan pada anak dipengaruhi oleh citra bapak kepda anaknya29. Jika seorang bapak

memperlihatkan sikap dan tingkah laku yang baik, maka anak akan mengidentifikasi

sikap tingkah laku sang bapak pada dirinya. Begitu pula sebaliknya, jika bapak

menampilkan sikap yang buruk itu juga akan ikut berpengaruh terhadap pembentukan

kepribadian anak. Sebagai investasi terhadap perkembangan ang tua diberi tanggung

jawab untuk memelihara anak-anaknya agar menjadi anak yang shaleh taat terhadap

ajaran beragama.30

Pada dasarnya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam”satu atap”. Kesadaran untuk

hidup bersama dalam satu atap sebagi suami-istri dan saling interaksi dan berpotensi

punya anak akhirnya membentuk komunutas baru yang disebut keluarga.Karenanya

keluarga pun dapat diberi batasan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-

laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan

29 Ibid.., 240

30 Saiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua & Anak Dalam Keluarga, (Sebuah

Persepektif Pendidikan Isla) (Jakarta : PT Renika Cipta.)

Page 27: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

dan membeasarkan anak. Sebagaimana firman Allah dalal surat At-Tahrim ayat : 6

sebagai berikut :

$ pκš‰r' ‾≈ tƒ tÏ%©!$# (#θ ãΖtΒ# u (# þθ è% ö/ ä3|¡ à�Ρr& ö/ ä3‹ Î=÷δ r&uρ # Y‘$tΡ $ yδ ߊθ è%uρ â¨$̈Ζ9 $# äοu‘$ yf Ïtø: $# uρ $ pκö� n=tæ

îπ s3Í×‾≈ n=tΒ Ôâ ŸξÏî ׊# y‰Ï© āω tβθ ÝÁ÷è tƒ ©!$# !$ tΒ öΝ èδ t�tΒ r& tβθ è=yè ø� tƒ uρ $ tΒ tβρâ÷s∆ ÷σ ム.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(S.Q.At-Tahrim: 6)31

Seperti Luqman aL-Hakim adalah sosok pendidik yang patut kita contoh

keteladanannya.Untaian hikmah Luqman, sebagaimana di abadikan dalam al-Qur’an

sangat layak kita renungkan.

¢ o_ç6≈ tƒ ÉΟÏ%r& nο4θ n=¢Á9 $# ö� ãΒù& uρ Å∃ρã�÷è yϑø9 $$ Î/ tµ ÷Ρ$# uρ Ç tã Ì� s3Ζßϑø9 $# ÷�É9 ô¹$# uρ 4’n? tã !$ tΒ

y7 t/$ |¹r& ( ¨β Î) y7 Ï9≡ sŒ ôÏΒ ÇΠ ÷“ tã Í‘θ ãΒW{ $# ∩⊇∠∪

Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik

dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa

yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang

diwajibkanNya (Q.S.Al-Luqman:18) 32

b. Lingkungan Institusional atau Sekolah

31 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan tejemahan (Bandung : PT. Syamil Cipta Media, 2005),.

32 Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Yang Bijak (Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah

Anak ) Banduna : PT. Mizan Pustaka. 25

Page 28: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Lingkungan institusional yang ikut berpengaruh jiwa kegamaan dapat berupa institusi

formal seperti madrasah atau non formal seperi perkumpulan dan organisasi.33 Sekolah

sebagai institusi formal ikut memberi pengaruh dalam membentuk kepribadian anak.

Pengaruh itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurikulum anak,

hubungan antara anak, hubungan guru dengan murid. Tampaknya diantara ketiga hal ini

berpengaruh sekali dengan perkembangan jiwa keagamaan sebagai upaya untuk

membentuk kepribadian yang luhur. Hal ini tersirat dalam unsur-unsur seperti disiplin,

sabar, keadilan, ketakutan, kejujuran melalui perlakuan dan pembiasaan. Selain itu, guru

dituntut untuk menumbuhkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam

sehingga akan terbentuk yang erat dengan perkembangan jiwa keagamaan pada anak.

Guru sangat berpengaruh dalam pengajaran shalat agar anak-nak dapat mengert dan

faham dalam melaksanakan shalat dengan baik dana benar. Setiap guru ingin berhasil

dalam tugasnya mendidik anak-anak dipercayakan kepadanya, harus memahami

perkembangan jiwa anak yang dihadapinya itu, disamping keinginan ilmiah yang

dimilikinya.34

c. Lingkungan Masyarakat

Berbeda dengan situasi dirumah dan madrasah, umumnya pergaulan di masyarakat kurng

menekankan pada disiplin atau aturan yang harus dipatuhi secarar patuh. Namun

lingkungan masyarakat juga mempunyai tanggung jawab untik menumbuhkan jiwa

keagamaan pada anak.

Misalnya lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan

berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keagamaan anak, begitu pula sebaliknya

33 Jalaluddin, Psikologi Agama, 240-241.

34 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Anak-anak Didik dalam Interaksi, (Jakarta: PT.Renika Cipta)

Page 29: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

masyarakat yang lebih cair akan berpengaruh negatif bagi perkembangan jiwa keagamaan

anak.

d. Sarana dan Prasana Ibadah

Tempat ibadah yaitu masjid, mushalla dan sebagainya oleh umat Islam yang digunakan

untuk pendidikan dasar ke Islaman. Pendidikan ini merupakan kelanjutan dari

poendidikan dalam keluarga. Disilah merupakan tempat ibadah dilakukan setiap hari

shalat berjama’ah dan keislaman lainnya Di dalam pelaksanaan ibadah shalat wajib

sarana dan prasarana sering memnimbulkan masalah, karena di sekolah dasar kebanyakan

belum memadai sarana prasarananya. Seperti kurangnya alat-alat shalat yang sedianya

untuk murid, sehingga dengan masalah ini guru harus kreatif bagaimana pelaksanaan

ibadah shalat berjalan dengan tertib.Mungkin salah satunya solusinya adalah para murid

diwajibkan membawa peralatan ibadah sendiri, seperti masjid, mushalla harus dilengkapi

demi kelancaran pembelajaran agama.

e. Teman sepermainan

Perkembangan jiwa kegamaan pada anak sangat dipengaruhi oleh siapa-siapa saja yang

ada dilingkungannya. Teman-teman sepermainan memberikan pengaruh yang positif

terhadap jiwa keagamaan bagi anak, sikap dan akhlaknya. Karena saling meniru diantara

mereka sangat cepat dan kuat, maka hari depn dipengaruhi keadaan teman sepermainan

dimana dia bergaul.35

D. Pelaksanaan Ibadah shalat Pada Anak-anak.

Pelaksanaan shalat pada anak-anak umumnya masih tahap pembelajaran agar anak mau

menjalankan shalat dengan tertib. Adapun snak kecil bagi orang tua atau para wali murid

diwajibkan menagajarkan kapada mereka bagaimana tata cara shalat yang benar,

35 Futiati Rohmah dan Ahmad Zayadi, Ilmu Jiwa Agama Ponorogo : Al-Amin,

Page 30: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

kemudian mareka harus diperintahkan untuk menunaikannya apabila sudah menginjak

umur tyjuh tahun, dengan tujuan untuk mendidik dan membiasakan mereka dalam

menjalankan shalat. Lalu setelah itu berhak untuk dipukul apabila telah berusia sepuluh

tahun.

Pembinaan ketaatan beribadah pada anak, mulai dari keluarga, anak yang masih kecil,

kegiatan ibadah yang lebih menarik baginya dalah yang mengandung gerak, sedangkan

pengertian tentang ajaran agama belum dapat di pahami. Anak-anak suka melakukan

shalat, meniru orang tuanya, kendatipun tidak mengerti apa yang dilakukannya.

Pengalaman keagamaan yang menarik diantaranya shalat berjamaah, lebih-lebih lagi bila

ikut shalat di dalam shaf bersama orang dewasa. Disamping itu anak anak senang melihat

dan berada di dalam tempat ibadah (masjid, mushalla, surau dan sebagainya) yang bagus,

rapi dan dihiasi dengan lukisan atau tulisan indah.36

36 Zakiah Drajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama)64

Page 31: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

BAB III

PENGAJARAN IBADAH SHALAT WAJIB SDN BADER 03

KEC. DOLOPO KAB. MADIUN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Sekolah

SDN 3 Bader berdiri pada tahun 1978 adapun berdirinya SDN 3 Bader

bukanlah hasil dari gotong royong dari penduduk sekitar, melainkan dibiayai oleh

pemeritah (INPRES 3).

Dalam perkembangan lembaga ini telah mengalami kemajuan yang cukup

signifikan, terbukti dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat sekitar yang

memiliki animo untuk mempercayakan anak-anaknya di lembaga ini. Dan berkat

kerja sama yang baik antara sekolah dengan penduduk sekitar pendidik lembaga

ini berjalan dengan baik.37

2. Letak Geografis SDN 3 Bader

SDN 3 Bader adalah salah satu lembaga pendidikan nasional yang terletak

di kecamatan Dolopo kabupaten Madiun. Posisi tempatnya berada di 20 km dari

kabupaten madiun + 4 km sebelah timur kecamatan Dolopo.

Jumlah penduduk desa Bader adalah sebanyak jiwa dengan mayoritas

pendudukya bekerja sebagai petani. Dan mayoritas penduduknya beragama Islam

tapi masih tercatat sebagai minus agama.38

Adapun posisi tempat desa Bader adalah sebagai berikut:

1 Lihat trandkrip dokumentasi nomor: 01/D/19-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.

38 Lihat trandkrip Wawancara nomor: 01/1-W/1-I/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.

Page 32: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

� Sebelah Utara berbatasan dengan desa Candimulyo

� Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kradinan

� Sebelah Barat berbatasan dengan desa Glonggong

� Sebelah Timut berbatasan dengan desa Suluk

3. Visi dan Misi SDN 3 Bader

Visi yaitu penigkatan prestasi yang berdasarkan pada IMTAQ dan budaya

masyarakat.

Misi yaitu:

a) Membentuk siswa yang memiliki iman dan budi pekerti luhur.

b) Membentuk siswa yang patuh pada tata tertib dan mampu menggunakan

dalam kehidupan.

c) Meningkatkan pembelajaran berwawasan IPTEK sehingga prestasi

meningkat.39

4. Struktur Organisasi SDN 3 Bader

Struktur organisasi ini merupakan gagasan yang berhubungan dengan garis

kekuasaan serta tanggung jawab keseluruhan susunan organisasi.

Adapun struktur organisasi SDN Bader 03 Kec.Dolopo Kab. Madiun adalah

sebagai berikut:40

39 Lihat trandkrip dokumentasi nomor: 02/D/20-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.

40 Lihat transkip dokumentasi nomor: 03/D/21-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.

Page 33: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SDN BADER 3 DOLOPO MADIUN

Adapun uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing personalia diatas adalah

sebagai berikut :

a. Kepala Sekolah

1. Membuat program kerja

KEP SEK KOMITE

Guru KLS 1

Guru KL II Guru KL III

Guru Agama

Guru KL VI

Guru KL V Guru KL IV

. Guru BInggris

. Guru BDaerah

Guru Penjaskes

Guru Kertakes

Koperasi

Siswa Penjaga Sekolah

Masyarakat sekitar

Page 34: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

2. Merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengevaluasi seluruh

kegiatan

3. Melakukan pembinaan staf

b. Wali kelas

1. Mengenal pribadi, lingkungan keluarga dan masyarakat dari tiap-tiap siswa

yang berada di bawah asuhannya.

2. Mengajukan usul atau pendapat kepada kepala sekolah mengenai bakat siwa.

3. Melakukan koordinasi dengan guru dan kepala sekolah

5. Keadaan Guru dan Siswa SDN 3 Bader41

Keadaan guru secara keseluruhan jumlahnya 10 orang dan perincian guru

tetap tidak ada, guru tidak tetap 1, dan guru yang diangkat PNS 9 orang.

DATA GURU DAN PENJAGA

SD NEGERI BADER 03

NO NAMA NIP TGL

LAHIR L/P KET

1 SARONTO, S.Pd 130660163 29-04-1957 L Kepala Sekolah

2 SUTARTI 130310135 14-07-1951 P Guru Kelas 1

3 SUTRASNO, S.Pd 130586543 07-07-1955 L Guru Kelas VI

4 WASIS 130585235 07-05-1953 L Guru Kelas III

41 Lihat transkip dokumentasi nomor: 04/D/21-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

Page 35: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

5 BIBIT P, S.Pd 131037712 15-01-1961 P Guru Kelas IV

6 AH. MUHID, S.Pd.I 131086397 12-05-1954 L Guru PAI

7 SRI WINARNI, S.Pd 131971269 07-09-1963 P Guru Kelas II

8 KHOLIFATUN, S.Pd 132068433 03-03-1969 P Guru Kelas V

9 ERNA SUNARTI , S.Pd 132067986 03-08-1969 P Guru Penjaskes

10 KUSLAN 131191514 01-03-1952 L Penjaga Sekolah

11 RIA DWI K, S.Pd - 30-07-1982 P Guru B. Inggris

6. Keadaan Siswa SDN Bader 3.42

Keadaan siswa SDN 3 Bader. SDN 3 Bader adalah lembaga sekolah Negeri.

Letaknya di desa Bader, maka siswa-siswanya berasal dari lingkungan sekitar

desa Bader. Dengan jumlah keseluruhan siswa 157 siswa yang terdiri dari 88 laki-

laki dan 69 perempuan. Sebagaimana yang tertera di bawah ini :

DATA SISWA SDN 3 BADER NO KELAS L P JUMLAH

1 I 16 11 27 2 II 17 15 32 3 III 13 11 24 4 IV 14 14 28 5 V 10 10 20 6 VI 18 8 26

JUMLAH 88 69 157

7. Sarana dan Prasarana43

6 Lihat transkip dokumentasi nomor: 05/D/23-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian

ini.

Page 36: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Sarana dan Prasarana merupakan salah satu komponen yang ikut

menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran. Penyelenggaraan

pendidikan dan pengajaran yang ditunjang dengan sarana dan prasarana yang

memadai dan lengkap, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar.

NO JENIS SARANA JUMLAH KEADAAN

1 Ruang KS, Guru/TU 1 Baik

2 Kamar Mandi/WC 2 Baik

3 Computer 1 Baik

4 Sound Sistem 1 Baik

5 Almari 14 Baik

6 Meja/Kursi Guru 12 Baik

7 Perpustakaan 1 Perlu Renovasi

8. Kegiatan Ekstra Kurikuler

a. Pramuka, Pembina KS dan guru.

b. Kesenian, hadrah

c. Keagamaan, TPQ

9. Kurikulum SDN Bader III 44

Kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh

oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dan dituangkan dalam

kompetensi dimana peserta didik harus menguasainya sesuai dengan beban

belajar yanga ditentukan..Kurikulum yang digunakan SDN Bader III sesuai

dengan Kompetensi Satuan Pendidikan (KTSP) standar pendidikan nasional.

Kurikulum SDN Bader III pendidikan dasar sebagai berikut :

43 Lihat transkip dokumentasi nomor : 06/D/25-1II/2009 dalamlampiran hasil penelitian

44 Lihat transkip dokumentasi: 07/D/4-1/2009 dalam lampiran hasil [enelitian

Page 37: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

a) Pendidikan Agama

b) Pendidikan Kewarganegaraan

c) Bahasa, Bhs Indonesia, Bhs Inggris

d) Matematika

e) Ilmu Pengetahuan Alam

f) Ilmu Pengetahuan Sosial

g) Pendidikan Jasmani dan Olahraga

h) Seni dan Budaya

i) Ketrampilan / Kejujuran

j) Muatan Lokal

B. Data Khusus.

1. Pengajaran shalat Fardlu.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran agama islam

SDN Bader III Dolopo Madiun merupakan suatu rangkaian program yang

terencana secara sistematis dan searah dengan tujuan mencerminkan cita-cita

para pendidik sebagai norma dragger (Input Industri) agama Islam. Dengan

demikian pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam hanya guna

Pendidikan Agama Islam namun setelah itu juga bertanggung jawab atau

pengelolaannya.

Page 38: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Agus Ahmad

Muchid S.Pd.I, selaku guru Pendidikan Agama Islam dapat diketahui metode-

metode yang beliau pakai di SDN 03 Bader Dolopo Madiun khususnya kelas

IV, pada sistem pendidikannya antara lain: metode ceramah, tanya jawab, drill,

diskusi, dan problem solving serta penugasan atau resitasi.

Dan diantara latar belakang diterapkannya metode ceramah, demontrasi,

drill tanya jawab, diskusi, dan problem solving ini apabila ditinjau dari aspek

historisnya adalah sebagai penjelasan dari bapak Ahmad Muchid S.Pd.I sebagai

guru Pendidikan Agama Isalam.

Selama saya mengajar yang saya gunakan metode tersebut seperti ceramah, demontrasi, drill, tanya jawab, diskusi, dan problem solving ini sering saya jadikan sampel dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Alhamdulillah, berhasil secara maksimal, dan kompetensi yang ada

dapat dicapai pula. Nah, mulai saat itulah saya menggunakan metode itu.45

Sedangkan alasan ataupun tujuan digunakannya ceramah, demontrasi,

drill metode tanya jawab, diskusi ini adalah sebagaimana penjelasan bapak

Ahmad Muchid S.Pd.I sebagai berikut:

Alasan saya ya, bila dengan metode ceramah saja anak akan bosan. Dalam Pembelajaran Agama Islam guru harus lebih tau mana metode yang paling tepat dalam kegiatan belajar mengajar contohnya seperti pembelajaran shalat metode yang digunakan yang paling tepat ceramah, tanya jawab, demontrasi, dril untuk memudahkan siswa dapat memahami dan mengerti

cara shalat yang benar.46

Hasil wawancara dengan salah satu siswa kelas IV yang bernama Eka Lina

Budi Ariti, Niken Claudia, dan Maratus Solikah yang saya tanyakan terkait

45 Lihat Transkip Wawancara Nomor 01/ W/F-1/ 6-III/2009 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 46 Lihat Trankip wawancara nomor 02 /W/F-1/6-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.

Page 39: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

dengan bagaimana guru dalam menyampaikan mata pelajara agama di sekolah

baik apa tidak.

Guru dalam penyampaian mata pelajaran sangat baik dengan berbagai metode yang sering digunakan guru yaitu ceramah, tanya jawab, demontrasi, drill, sehingga siswa dapat memahami dan mengerti apa yang

disampaikan oleh guru. 47

Saya merasa senang kalau diajar guru yang bisa menyampaikan pelajaran dengan baik sehingga siswa dapat memahami pelajaran dengan mudah dan

mengerti siswa tidak merasa bosan.48

Guru saya kalau menyampaikan mata pelajaran malaui berbagai metode sehingga siswa tidak jenuh atau merasa bosan didalam kelas.49

2. Faktor Pendorong dan penghambat Siswa SDN Bader 03 dalam melaksanakan

Ibadah shalat Fardlu.

a. Keluarga

Keluarga mempunyai peranan yanga sangat penting dalam mendidik dan

membimbing dalam mengajarkan agama kepada anak agar anak menjadi anak

yang soleh dan taat menjalan perintah Allah dan mengetahui larangan Allah.

Orang tua wajib mendidik anak harus mengajarkan shalat walaupun masih kecil

supaya terbiasa menjalan shalat tanpa di suruh orang tua. Hasil wawancara

dengan beberapa siswa yang bernama Putri Dwi Handayani, Riko Setiawan dan

Endang Lestari.

Faktor pendorong dalam menjalakan shalat adalah keluarga yang agamis sehingga orang tuannya memerintahkan selalu menjalankan shalat.50

47 Lihat Transkip wawancara Nomor 03/05-W/F-1/7-I/2009 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 48 Lihat Traskip Wawancara Nomor 04/06-W/F-1/8-1/2009 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 49 Lihat Transkip Wawancara Nomor 05/W/F-2/15-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian

ini. 50 Lihat Transkip wawancara nomor 06/ W/F-2/ 5-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian

ini.

Page 40: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Orang tua saya selalu menyuruh untuk melaksanakan Shalat bahkan shalat

berjamaah di rumah kadang di mushalla.51

Kalau waktunya shalat orang tua saya selalu menyuruh saya untuk melaksanakan shalat kalau tidak melaksanakan saya terkena marah orang

tua saya 52

Hal ini di sampaikan salah satu wali murid SDN Bader 03 bahwa pengaruh

orang sanagat diperlukan untuk memdidik mereka agar mau menjalankan shalat

secara baik dan benar .Hasil wawancara dengan bpk Ibu Khotinah dan bpk

Hainur Rifqi.

Faktor yang menjadi pendorong siswa dalam menjalankan shalat keluarga yang agamis sehingga orang tuanya selalu memerintah anak untuk

melaksanakan shalat.53

Orang tua yang selalu mengajak anaknya untuk menjalankan ibadah shalat baik dirumah maupun masjid.54

b. Sekolah atau Madrasah.

Lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, sekolah mempunyai peranan

yang sangat penting untuk membentuk jiwa keagamaan pada siswa. Di

sokolah siswa mendapatkan pengajaran baik teori maupun praktek yang

nantinya akan diterapkan dalam kehidupannya. Hal ini seperi yang diutarakan

bpk Mochid selaku guru PAI.

Di dalam sekolah siswa mendapatkan pengajaran shalat secara teori dan praktek.55

51 Lihat Transkip wawancara nomor 07/ W/F-2/ 10-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

52 Lihat Transkip wawncara nomor.04/W/F-2/10-3/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini 53 Lihat Transkip Wawancara nomor 05/W/F-2/10-3/2009 dalam lampiran penelitan ini

54 Lihat Transkip Wawancara Nomor 06/W/F-2/15-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

55 Lihat Transkip Wawancara nomor 07/W/F-2/15-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian

ini.

Page 41: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

C. Tempat Ibadah

Tempat ibadah sangat mempengaruhi positif jiwa keagamaan siswa. Karena

siswa uang rumahnya dengan masjid akan rajin ke masjid berbeda siawa

yang jauh dari masjid. Di sekolah ada mushalla memberikan kemudahn

dalam mengerjakan shalat. Hal ini di sampaikan oleh Bpk Slamet.

Lingkungan tempat tinggal siawa yang dekat dengan masjid atau mushalla dapat mempermudah siswa untuk mengikuti kegiatan shalat berjam’aah.56

3. Pelaksanaan Shalat Pada Anak

Dalam pelaksanaan shalat pada anak-anak SDN Bader 03 msih kurang

maksimal, sebagian masih dalam lingkup sekolah saja. Dalam menjalankan

shalat beberapa siswa ada yang tertib melaksakan shalat wajib dan ada yang

masih kurang tertib.

Dari hasil observasi terhadap pelaksanaan ibadah shalat dalam kehidupan

sehari-hari di ketahui bahwa sisewa SDN Bader 03 secara umum sudah dapat

melaksanakan shalat dengan tertib. Dengan Diadakan shalat berjamaah shalat

dhuhur dan shalat dhuha.57

Dalam hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam

mengatakan bahwa siswa-siswi SDN bader masih memerlukan bimbingan guru

maupun orang tua .

Penanaman shalat sejak kecil merupkan kewajiban orang tua dan guru

merupakan hal yang berpengaruh bagi anak itu sendiri. Dengan mendapat

perhatian orang tua maupun guru bagimana mereka diperintah untuk

56 Lihat Transkip Wawancara nomo05/W/F-2/15-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian

ini. r

57 Lihat Transkip Observasi nomor 01/O/F-1/-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

Page 42: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

menjalankan shalat. Hasil wawancara dengan kelas 4 Machrus Alwi wahid,

Andrian Widiarto, Yeni Agustina, Endang Lestari, tiga pertanyaannya yaitu

sejak umur berapakah anda mengerjakan shalat, siapakah pertama kali

memberikan pendidikan shalat, apakah anda sudah mengerjakan shalat lima

waktu dengan tertib.

Saya pertama kali mengerjakan shalat sejak umur tujuh tahun, yang memberikan pendidikan shalat adalah orang tua, saya sudah menjalankan shalat dengan tertib.58

Saya pertama kali mengerjakan shalat sejak umur tujuh tahun, yang memberikan pendidikan shalat adalah bapak/ibu guru saya, saya sudah menjalankan shalat dengan baik walaupun terkadang lupa

atau lupa.59

Saya pertama kali mengerjakan shalat sejak umur tujuh tahun, yang memberikan pendidikan shalat adalah orang tua dan bapak guru, saya sudah menjalankan shalat dengan terib walaupun belum

dewasa.60

Dalam melaksanakan ibadah shalat fardlu/wajib suatu kewajiban bagi

anak walaupun belum baligh dengan menanyakan apakah anda sudah tertib

melaksanakan shalat lima waktu . Hasil wawancara kelas IV dengan Wahyu

Indah Lestari, Zainal , Dini Nur Fitriani, Alwi Nurkan, Yoga Zainal Aji

Nugroho, Siti Nur Fatimah61

Dalam kehidupan sehari saya melaksanakan shalat dengan tertib baik dirumah maupun disekolah.62

Saya melaksanakan shalat sudah tertib merupakan kewajiban seorang muslim menjalankan

shalat .63

58Lihat Transkip Wawancara Nomor 12/ W/F-1/17-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian

ini.

59 Lihat Transkip Wawancara Nonor 13/ W/F-1/ 20-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

60 Lihat Transkip Wawancara Nomor 14/ W/F-1/ 23-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

61 Lihat transkip wawancara nomor 15/ W/F-1/ 01-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

62 Lihat transkip wawancara nomor 16/ W/F-1/ 01-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

Page 43: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Saya melaksanakan shalat belum tertib karena belum baligh kadang mengerjakan shalat

kadang- kadang tidak.64

Saya melaksanakan shalat belum tertib karena belum bisa melaksanakan dengan benar.65

Saya belum terib dalam mengerjakan shalat asyik bermain kadang-kadang lupa. Saya dalam mengerjakan shalat belum tertib.66

Dalam melaksanakn shalat dalam kehidupan sehari-hari yang sering tepat

waktu . hasil wawancara Naiva Tri Hamdani, Nafik, dan ganesa.

Mereka menjawab yang sering melaksanakan shalat tepat waktu mahgrib, isya’ karena waktu itu menjalankan shalat berjamaah bersama-sama.67

Penanaman kebisaan shalat kepada anak sejak kecil merupakan hal yang

sangat berpengaruh bagi anak itu sendiri. Dengan membiasakan shalat maka

kelamaan anak seacar otomatis akan menjalankannya. Dengan kesadaran

sendiri tanpa disuruh orang tua maupun orang lain. seperti yang di utarakan

oleh Nurul Laili latifah, Rifqi Aditya Rismawan, Muhammad Syahir, M. Ihsan

F J siswa kelas V SDN Bader 03.

Saya sudah terbiasa untuk menjalankan shalat tanpa disuruh oleh orang tua maupun guru kalau sudah waktunya shalat ya shalat. 68

Saya setiap hari dalam menjalankan shalat tanpa di suruh orang tua maupun guru saya.69

63 Lihat transkip wawancara nomor 17/ W/F-1/ 03-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

64 Lihat transkip wawancara nomor 18/ W/F-1/ 03-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

65 Lihat transkip wawancara nomor 19/ W/F-1/ 05-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

66 Lihat transkip wawancara nomor 20/ W/F-1/ 10-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

Lihat Transkip wawancara nomor 21/ W/F-1/ 10-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

68 Lihat Transkip wawancara nomor 22/ W/F-1/ 12-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

Page 44: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Setiap hari saya mengerjakan shalat tanpa di suruh orang tua dengan kesadaran diri saya.70

Dalam kehdupan sehari-hari saya melaksanakan shalat tanpa disuruh oleh orang tua.71

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN IBADAH SHALAT FARDLU DI SDN BADER 03

KEC. DOLOPO KAB. MADIUN

A. Analisis Tentang Pengajaran Shalat Fardlu

Pada tahap pertama ini, orang tua mulai mengenalkan bentuk kewajiban dalam

syuariat Islam, yaitu melaksanakan ibadah shalat. Cara pembinaan yang baik adalah

dengan mengajak anaknya untuk melaksanakan shalat berjamaah. Perintah shalat

diberikan anak mulai dapat membedakan antara tangan kanan dan kirinya. Pada saat

itu anak sudah dianggap mampu melaksanakan salah satu bentuk perintah ajaran

Islam ini. Setelah anak mulai dikenalkan adanya kewajban dalam melaksanakan

shalat, orang tua selaku pendidik mulai memgajarkan praktek shalat itu sendiri. Anak

mulai dikenalkan syarat sahnya shalat, rukunmya dan larangan-larangannya.

Rasulullah SAW memberikan batasan umur tujuh tahunsebagi usia diajarkannya

praktek shalat.72

69 Lihat Transkip wawancara nomor 23/ W/F-1/ 12-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

70 Lihat Transkip wawancara nomor 24/ W/F-1/ 14-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

71 Lihat transkip wawancara nomor 25/F-3/18-III/2009 dalam lamiran laporan hasil penelitian ini.

72 M. Nur Abdul Hafizh Sawaid, Mendidik Bersama Rasulullah….

Page 45: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Dalam pengajaran shalat shalat di SDN Bader 03 telah menggunakan berbagai

metode bagimana guru cara mengajarkan shalat dengan baik danbenar sesuai dengan

pemahaman siswa. Dengan diadakan shalat dluha dan duhur berjamaah.

Untuk membiasakan siswa SDN Bader 03 dalam melaksanakan ibadah shalat

fardlu dengan diadakannya shalat dzuhur berjama’ah akan melatih kedisiplinan dalam

kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membisakan dan

mendisiplinkan shalat karena dengan adanya pembiasaan itulah akhirnya suatu

aktifitas akan menjadi milik anak dikemudian hari. Pembisaan yang baik akan

membentuk sosok manusia yang berkepribadian baik, begitu pula sebaliknya

pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian buruk.

Tujuan diadakannya kegiatan shalat dzuhur berjama’ah dai sekolah supaya

siswa mandapatkan pengajaran shalat dengan baik dan benar supaya siswa dalam

melaksankan shalat dalam kehidupan sehari-hari menjadi mudah.

B. Analisis Tentang Faktor Pendorong dan Penghambat Pengajaran shalat Fardlu

Meleksanakan ibadah shalat fardlu merupakan amalan ibadah yang harus

dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran untuk mencapai kekhusyu’an

dan kesempurnaan dalam menjalankannya. Ada beberapa faktor pendorong dan

penghambat siswa SDN Bader III dalam mnjalankan shalat faedlu. Adapun faktor

pendorong dan penghambat siswa SDN Bader III dalam melaksanakan ibadah

shalat fardlu sebagai brikut :

Faktor pertama yang menjadi pendorong dan penghambat siswa SDN Bader

III dalam menjalankan ibadah shalat adalah keluarga. Keadaan yang agamis dan

orang tua yang selalu melatih dan mengajak anaknya untuk menjalankan ibadah

50

Page 46: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

shalat fardlu dengan berjama’ah di rumah dapat mnjadi pendorong bagi anak.

Orang tua yang pertama mengenalkamn tentang agama tentunnya kewajiban orang

tua untuk mengajarkan agama terutama tentang shalat fardlu. Tugas orang tua tidak

hanya menafkahi saja tapi wajib mengajarkan tata cara mnjalankan shalat. Seorang

anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tua.

Faktor kedu adalah sekolah/madrasah dimana siswa mendapatkan pendidikan

mempunyai peranan yang sangat penting untuk menumbuhkan keimanan melalui

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui mata pelajaran shalat baik secara

teori maupun secara langsung. Sehingga siswa mampu menerapkan

dalamkehidupan sehari-hari. Dalam teori Empirisme John Locke beranggapan

bahwa perkembangan individu itu ditentukan oleh adanya pengalaman pengaruh

dari luar, termasuk pendidikan ajar, sedangkan dasar sama sekali tidak memainkan

peran. Berdasarkan pendapat diatas maka jiwa keagamaan pda nak dipengaruhi

oleh pengaruh dari luar dirinya, misalnya pengaruh pendidikan, tempat tinggal,

pengalaman dan bukan dari pembawaan atau keturunan. Peran guru dalam

mengajarkan Pendidikan Agama Islam terutama slat fardlu seorang guru wajib

menngajarkan anak diadiknya agar mau melaksanakan shalat dengan baik dan

benar. Seperti yang di utarakan oleh Bapak Mochid selaku guru PAI SDN Bader

03.

Faktor ketiga adalah Lingkungan masyarakat siswa akan mendapatkan

dorongan atau motivasi dari waraga masyarakat untuk mengikuti kegiatan

keagamaan yang ada diingkungannya. Memang pada umumnya di lingkungan

Page 47: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

masyarakat ini kuran menekankan kedisiplinan dan peraturan yang ketat. Namun

demikian lingkungan masyarakat juga ikut menumbuhkan jiwa keamaan pada anak.

Faktor keempat adalah tempat ibadah. Di dalam pelaksanaan ibadah shalat

wajib sarana dan prasarana sering memnimbulkan masalah, karena di sekolah

dasar kebanyakan belum memadai sarana prasarananya. Seperti kurangnya alat-

alat shalat yang sedianya untuk murid, sehingga dengan masalah ini guru harus

kreatif bagaimana pelaksanaan ibadah shalat berjalan dengan tertib.Mungkin

salah satunya solusinya adalah para murid diwajibkan membawa peralatan ibadah

sendiri, seperti masjid, mushalla harus dilengkapi demi kelancaran pembelajaran

agama.

Sedangkan faktor penghambat siswa SDN Bader III Dolopo Madun dalam

menjalankan ibadah shalat fardlu adalah :

Faktor pertama yang menjadi penghambat siswa SDN Bader III dalam

menjalankan ibdah shalat fardlu adalah adalah anggapan anak belum dewasa.

Siswa beranggapan bahwa mereka belum memepunyi kewajiban untuk

menjalankan ibadah shalat fardlu karena usia masih kecil. Daalam bukunya yang

berjudul Development of Religion on Children , Hames Harm mengungkapkan

bahwa perkembangan agama pda anak-anak ditntukan oleh tingkat usia

mereka.Perkembangan tersebut dipengaruhi pula oleh perkembangan aspek

kejiwaan termasuk perkembangan berfikir.

Rata-Rata siawa kelas lima, empat, dan enam SDN Bader III Berusia Sekitar

Sepuluh, sebelas sampai dengan duabelas. Pada usia itu siswa sudah mempunyai

kewajiban untuk menjalankan ibadah shalat fardlu, sebagaimana ajran Rasulullah.

Page 48: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Perintahkan anak-anakmu mengerjakan shalat dikala ia umur 7 tahun dan

pukullah mereka karena tidak mengerjakannya dikala mereka berumur sepuluh

tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya.

Berdasar hadist diatas persepsi siswa itu salah kalau mreka belum mempunyai

kewajiban melaksanakan ibadah shalat fardlu karena usia mereka masih kecil.

Anak yang berusia 10, 11 sampai 12 tahun suadah mempunyai kewajiban untuk

melaksanakan ibadah shalat fardlu dan apabila tidak maka orang tua mempunyai

kewjiban untuk memukul anaknya. Namun dalam pemukuilan tersebut harus

berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan bukan sembarang memukul yang

dapat melukai anak.

Faktor kedua adalah lupa dan malas. Yang membebankan siswa lupa dan

malas untuk menjalankan ibadah shalat fardlu adalah karena keasyikan nonton

TV, ketiduran dan terlalu asyik bermain. Hal tersebut diatas karena pengaruh dari

faktr lingkungan tempat tinggalnya. Jalaluddin dalam bukunya yang berjudul

Psikologi Agama Manyatakan bahwa pengaruh lingkungan akan membentuk

karakter dan sifatnya dapat berubah karena danya pengaruh dari luar. Jadi

lingkungan tempat tinggal anak juga akan mempunyai pengaruh terhadap

perkembangan jiwa keagamaan yang dapat berubah karakter dari diri siswa itu

sendiri, mislanya, seorang anak yang bertempat tinggal lingkungan yang agamis

kemungkinan anak tersebut akan memiliki karakter yang agamis. Begitu

sebaliknya, jika anak berada dalam dalam lingkungan kuarang agamis

kemungkinan anak tersebut akan memiliki karakter yang kurang agamis pula.

Page 49: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Faktor ketiga adalah teman sepermainan. Teman pergaulan siswa dalam

kehidupan sehri-harinya juga ikut berperan untuk menumbuhkan jiwa

keagamaan, karena mereka sering meniru apa yang dilakukan oleh temannya.

Misal ketika bermain apabila teman tidak menjalankan shalat maka yang lain

akan meniru juga tidak menjalankannya. Untuk itulah peranan siapa-siapa saja

yang ada di situ juga ikut mempengaruhinya.

C. Ansalisis Tentang Pelaksanaan Shalat

Berdasarkan hasil penelitian diproleh data tentang pelaksanaan ibadah

shalat wajib SDN Bader 03 dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

1. Kelonpok pertama

Kelompok itu merupakan kelompok yamg menjalankan ibadah shalat

fardlu dengan tertib. Lebih dari setengah siswa kelas 4, 5, dan 6 sudah

menjalankan ibadah shalat dengan tertib dan kesadaran mereka sendiri.

Terbukti dari hasil wawancara dengan salah satu siswa SDN Bader 03 Dolopo

Madiun.

2. Kelompok kedua

Kelompok kedua diperoleh data bahwa sebagian kecil dari siswa SDN

Bader 03 belun melaksanakan ibadah shalat fardlu dengan tertib. Penyebabnya

ada 2 (dua) hal :

a. Masih menuggu perintah orang tua

Dalam hal ini peranan orang tua sangat besar dalam pengaruh

keluarga apabila orang tua tidak menertintahnya maka anak tersebut tidak

Page 50: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

melakasanakannya. Terbukti dalam wawancara bahwa salah satu siswa

tidak menjalankan ibadah shalat fardlu jika perintah orang tua.

b. Lupa dan malas

Terkadang siswa merasa malas atau lupa dalam melaksanakan

ibasah shalat fardlu karena asik bermain atau nonton TV . Seperti apa yang

dikatakan salah satu siswa SDN Bader 03 kebiasaan bermain diluar

sehingga membuat mereka lalai dalam menjalamkam shalat.

Perlunya anak memerlukan pembinaan dan pengawasan dari orang tua

mengenai makana dan tujuan shalat sehingga anak akan mudah mengerti dan

tuajuan yang ia kerjakan. Selain itu perlu juga memberikan memberikan

pengawasan terhadap anak apakah anak-anakanya menjalankan dengan baik dan

benar sehingga kebiasaan menjalankan shalat dengan benar akan terus dilakukan

samapai usia tua.

Memberikan pembinaan dan pengawasan merupakan tanggung jawab orang

tua terhadap anak-anaknya terlebih dalam masalah shalat.

Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada orang tua

untuk melatih agar menjalankan ibadah shalat fardlu semenjak usia dini. Bahkan

dalam hadist Nabi menganjurkan kepada orang tua memberikan hukuman berupa

pukulan yang ringan dan mendidik kepada anak yang tiadak mau menjalankan

ibadah shalat fardlu ketika anak lebih dari usia 10 tahun.

Hal tersebut di atas sangat berbeda dengan apa yang dirasakan sekarang.

Dimasa sekarang ini orang tua telalu lunak dalam mendisipilnkan agama bagi

anak-anaknya, sehingga anak akan menjalankan agama dengan semaunya sendiri.

Page 51: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Kecuali bagi keluarga yang memperhatikan pendidikan bagi anaknya, maka akan

berusaha untuk mengajarkan agama dengan sebaik-baiknya khususnya tentang

ibadah shalat fardlu karena mngingat shalat adalah ibadah yang petama kali yang

akan dihisab.

Untuk membiasakan siswa dalam pelaksanaan ibadah shalat fardlu dalam

kehidupan sehari-hari dengan di adakannya shalat dhuhur berjamaah agar siswa

terbiasa melaksanakan shalat tanpa disuruh oleh orang tua maupun gurunya. Di

dalam pelaksanan ibadah shalat wajib, yang bisa menghambat tercapainya tujuan

yang diinginkan. Mengingat terbatasnya pengetahuan dan waktu serta sarana

yang tersedia, maka hanya menulis beberapa masalah yang sering dihadapi dalam

pelaksaan ibadah shalat pada umumnya diantaranya masalah-masalah tersebut .

Untuk menanamkan kebiasaan tersebut pada anak memang tidak mudah

dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama, secara berulang-ulang dalm

arti dilatih dengan tidak jemu-jemu sehingga akan terbentuk kebiasaan pada anak.

Maka dari itu supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya harus

memenhi syarat-syarat, yaitu :

1. .Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu

mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan

dibiasakan

2. Pembiasaan itu hendaknya terus menerus dijalankan secara teraturb sehingga

akhirnya menjadi kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan

Page 52: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

3. Pendidikan hendaknya konsekwen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap

pendirian yang telah diambilnya. Jangan memebri kesempatan kepada anak

melanggar pembiasaan yang disertai kata hati itu sendiri.

4. Pembiasaan yang mula-mula mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan

yang disertai kata hati anak itu sendiri.

Kegiatan shalat dzuhur berjama’ah uang dilaksanakan siswa SDN Bader 03

dapat dikatakan berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari antusiasnya para siswa

untuk mengikuti kegiatan tersebut. Seperti hasil observasi kelas 4 pada saat

menjalankan shalat dzuhur berjama’ah.

Ketika pelajaran telah usai para siswa kelas 4 berhamburan dari kelas untuk

menjalankan shalat dzuhur berjama’ah mereka terlihat bersemangat untuk

menjalankan kegiatan shalt berjama’ah

Page 53: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan uraian tertera dalam bab-bab tersebut diatas, maka

dapatlah sekarang di kemukakan sutu kesimpulan sebagai berikut

1. Latar belakang pengajaran shalat seorang guru agama Islam Sangat baik dengan

menggunakan berbagai metode .

2. Faktor pendorong dan penghambat pengajaran shalat siswa kelas IV, V, dan VI

SDN Bader 03 Penyebab adalah lingkungan keluarga, lingkungan

masyrakat, lingkungan Ssekolah, dan sarana dan Prasana Ibadah. Hal ini

termasuk faktor ekstern (di luar). Sedangkan faktor pengahambat terbagi menjadi

dua yaitu factor intern (dari diri sendiri) yang meliputi : Anak belum dewasa, lupa

dan malas. Dan faktor ekstern yaiu teman sepermainan.

3. Pelaksanaan ibadah shalat wajib SDN Bader 03 secara umumnya kurang baik.

B. Saran-saran

Pada akhirnya penulisan skripsi ini penulis bermaksud menyampaikan

beberapa yang mungkin berguna dan bernmanfaat bagi guru, murid maupun bagi

penulis sendiri. Saran ini penulis tujukan kepada :

1 Kepala Sekolah

59

Page 54: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

a) Hendaknya mengupayakan adanya peningkatan pengembangan pembinaan

ibadah shalat, sehingga nterdapat perpaduan antara lingkungan sekolah,

keluarga, dan madyarakat.

b) Sebaiknya mengadakan pengawasan dan koordinasi antara guru PAI dan

guru lainnya dalam memberikan bimbingan kepada siswa tentang peljaran

shalat wajib, sehingga dengan mempelajari dan memahami anak-anak akan

mampu melaksanakan shalat setiap hari dengan baik.

2. Guru Pendidikan Agama Islam

a. Sebaiknya guru mencari informasi penyebab timbulnya problematika tersebut

dan sebaliknya guru mengadakan koordinasi dengan orang tua\wali murid

serta masyarakat untuk menamkan shalat bagi anak –anak, sehingga dengan

adanya koordinasi anak dapat mempelajari shalat dan dengan mempelajari

shalat anak otomatis akan melaksanakan shalat dengan baik.

b. Guru hendaknya rajin mengadakan analisa terhadap hasil yang telah di capai

baik dalam masalah pealajaran shalat maupun pelaksanaan ibadah shalat.

c. Guru hendaknya rajin memberikan dorongan sekaligus memantau kegiatan

pelaksanaan ibadah shalat wajib yang dilakukan oleh siswa dilingkungan

sekolah maupun lingkungan keluarga.

d. Siswa diharapkan selalu mengikuti program dan latihan yang di adakan oleh

guru maupun sekolah, sehingga dalam pelaksanaan ibadah shalat wajib dapat

menjadi kebiasaan yang ringan dilaksanakan.

Page 55: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasby. Pedoman Shalat Edisi Ringkas Semarang: PT. Pustaka Rizky Putra, 2001.

Bp. 7 Pusat, GBHN Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 Team BP.7 Pusat.

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Bahri Djamarah Syaiful, Pola Komunikasi orang & Anak Dalam Keluarga (Sebuah

Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: PT Renika Cipta.

Departemen Agama RI, AL-Qura’an dan Terjemahannya. Bandung : PT. Syaamil Cipta Media, 2005.

Hasan, A. Pengajaran Shalat, Bangil: Pustaka Tamaam.

Imam Jalaluddin Abdurahman Ibn Abi Bakr As-Suyuthi, Terjemahan Al- Jami’us Shagir

2, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1995.

Jalaluddin, Psikologi Agama Edisi Revisi 2004. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2004)240

Lexy J. Moleong Metodolgi Penenlitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.

Maman Rachman, M.Sc., Strategi dan Langkah-langkah Penelitian Pendidikan, IKIP Semarang Pres, Semarang 1993.

Margono, Metode Penilitian PendidikanI, Jakarta: PT Renika Cipta.

Miles, Matthew & Huberman, Michael, A. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press,

1992.

Mustaqim Abdul, Menjadi Orang Tua Yang Bijak (Solusi Kreatif Menangani Pelbagai

Masalah Anak. Bandung : PT. Mizan Pustaka.

Muhammad Zein, Metode Penagajaran Agama, Yogyakarta, Sumbangsih, 1990.

Mawardi Labay Al-Shultoni, Dzikir dan Doa . Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2005.

Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Direkterut Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam 1984/1985.

Qodri Azizy, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial , (Semarang : Aneka Ilmu 2002.

Page 56: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V

Rifa’i, Moh. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang, CV. TOHA PUTRA, I976.

Rahman Ritonga dan Zainudin, Fiqih Ibadah Jakarta : Gaya Media Pratama 1997.

Romlah Futiati, Psikologi Belajar Pendidikan Agama Islam. Penerbit STAIN Ponorogo Press.

Sugiono, Metodologi Penelitian Pendekatan kuantitatif Kualitatif, dan R&D Bandung: Alfabeta, 2006.

Susanto, Ilmu Jiwa Umum.Seribu Satu 1974.

Tafsir. Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 1996.

Thib Raya Ahmad dan Musdah Mulia Siti. Menyelami Seluk- Beluk Ibadah…,175

Zakiah Drajat Ilmu Jiwa Agama. Jakarta:Bulan Bintang.

Zakiah Drajat, Pendidikan Islam Dalam Keluaraga Dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama.

Page 57: Stainpress 11111 Roisamnan 271 2 Babi V