staff.blog.ui.ac.id · web viewperusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia (bei) hingga tahun...

34
PENGARUH PENGHINDARAN PAJAK DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENGAMPUNAN PAJAK Abstract: The purpose of this study is to analyze the effect of tax avoidance and audit quality on probability of joinning tax amnesty. This study focuses on company joinning tax amnesty based on “Undang-Undang No. 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak”. The study used logistic regression method because the dependent variable, tax amnesty, is dummy variable. This study found companies with higher audit quality have lower probability of joinning tax amnesty; companies which is audited by Big Four have probability about 66% lower than non Big Four to joinning tax amnesty. We also found no significant effect of tax avoidance on probability of joinning tax amnesty. Keywords: Tax Amnesty, Tax Avoidance, Audit Quality, Big Four Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penghindaran pajak dan kualitas audit terhadap kemungkinan perusahaan mengikuti pengampunan pajak. Penelitian ini berfokus pada perusahaan yang mengikuti pengampunan pajak berdasarkan Undang-Undang No. 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak . Pengolahan data menggunakan regresi logistik karena variabel dependen yaitu pengampunan pajak merupakan variabel dummy. Penelitian ini menemukan perusahaan dengan kualitas audit yang lebih tinggi memiliki kemungkinan yang lebih rendah untuk mengikuti pengampunan pajak; yaitu perusahaan yang diaudit oleh Big Four memiliki kemungkinan 66% lebih rendah untuk mengikuti pengampunan pajak dibanding yang diaudit oleh non Big Four. Hasil regresi menunjukkan bahwa penghindaran pajak tidak mempengaruhi kemungkinan perusahaan mengikut pengampunan pajak. Kata Kunci: Pengampunan Pajak, Penghindaran Pajak, Kualitas Audit, Big Four 1

Upload: dokhuong

Post on 31-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

PENGARUH PENGHINDARAN PAJAK DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENGAMPUNAN PAJAK

Abstract: The purpose of this study is to analyze the effect of tax avoidance and audit quality on probability of joinning tax amnesty. This study focuses on company joinning tax amnesty based on “Undang-Undang No. 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak”. The study used logistic regression method because the dependent variable, tax amnesty, is dummy variable. This study found companies with higher audit quality have lower probability of joinning tax amnesty; companies which is audited by Big Four have probability about 66% lower than non Big Four to joinning tax amnesty. We also found no significant effect of tax avoidance on probability of joinning tax amnesty. Keywords: Tax Amnesty, Tax Avoidance, Audit Quality, Big Four

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penghindaran pajak dan kualitas audit terhadap kemungkinan perusahaan mengikuti pengampunan pajak. Penelitian ini berfokus pada perusahaan yang mengikuti pengampunan pajak berdasarkan Undang-Undang No. 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak . Pengolahan data menggunakan regresi logistik karena variabel dependen yaitu pengampunan pajak merupakan variabel dummy. Penelitian ini menemukan perusahaan dengan kualitas audit yang lebih tinggi memiliki kemungkinan yang lebih rendah untuk mengikuti pengampunan pajak; yaitu perusahaan yang diaudit oleh Big Four memiliki kemungkinan 66% lebih rendah untuk mengikuti pengampunan pajak dibanding yang diaudit oleh non Big Four. Hasil regresi menunjukkan bahwa penghindaran pajak tidak mempengaruhi kemungkinan perusahaan mengikut pengampunan pajak. Kata Kunci: Pengampunan Pajak, Penghindaran Pajak, Kualitas Audit, Big Four

1

Page 2: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

1. PENDAHULUANIndonesia dengan program pengampunan pajak tahun 2016 sampai 2017 berhasil

meraih pencapaian tertinggi di dunia. Menurut data dari Direktorat Jenderal Pajak (2017),

program pengampunan pajak Indonesia mencapai uang tebusan sebesar 0,9% dari PDB dan

jumlah harta deklarasi sebesar 34,4% dari PDB, yang mengantarkan Indonesia sebagai negara

dengan pencapaian program pengampunan pajak tertinggi di dunia. Program pengampunan

pajak memberikan fasilitas pengampunan kepada wajib pajak berupa penghapusan pajak yang

seharusnya terutang, sanksi administrasi, dan sanksi pidana di bidang perpajakan dengan cara

mengungkapkan harta dan membayar uang tebusan (Pasal 1 ayat 1 UU Pengampunan Pajak).

Perlakuan akuntansi atas dampak pengampunan pajak diatur dalam PSAK 70 terkait Akuntansi

Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa pengampunan pajak memberikan kesempatan

kepada pembayar pajak yang tidak patuh untuk membayar kembali pajak atas pendapatan yang

tidak dilaporkan sebelumnya tanpa takut hukuman atau tuntutan (Bayer et al., 2015; Sawyer,

2005; Alm et al., 1990). Hal ini sejalan dengan pandangan dari Baer dan LeBorgne (2008)

bahwa pengampunan pajak adalah bentuk undangan kepada penghindar pajak untuk masuk ke

daftar wajib pajak yang taat. Andreoni et al., (1998) menekankan bahwa alternatif informasi

ketidakpatuhan pajak dapat diperoleh dari data pengampunan pajak itu sendiri, karena pihak

yang ikut dalam pengampunan pajak secara sendiri menyatakan bahwa mereka telah melakukan

penghindaran pajak. Oleh karena itu, pengampunan pajak adalah salah satu cara untuk

membawa para penghindar pajak kembali ke jalur yang patuh (Leonard dan Zeckhauser, 1987).

Pengampunan pajak kemungkinan akan dilakukan oleh perusahaan yang melakukan

penghindaran pajak di masa lalu. Pengampunan pajak akan menutup kemungkinan penghindar

pajak di masa lalu akan diperiksa lagi oleh petugas pajak. Hanlon dan Heitzman (2010)

mendefinisikan penghindaran pajak sebagai tindakan pengurangan pajak secara eksplisit dan

merefleksikan semua transaksi yang berpengaruh terhadap hutang pajak perusahaan. Definisi

ini juga sejalan dengan Dyreng et al. (2010) yang menyatakan penghindaran pajak adalah

kemampuan untuk membayar hutang pajak secara rendah relatif terhadap laba sebelum pajak.

Oleh karena itu, salah satu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penghindaran

pajak terhadap kemungkinan perusahaan mengikuti pengampunan pajak.

Program pengampunan pajak tahun 2016 tentunya berbeda dengan tahun-tahun

sebelumnya, karena di tahun 2016 untuk mengikuti pengampunan pajak wajib melaporkan aset

dan liabilitas yang belum diungkapkan. Bagi perusahaan yang ikut serta dengan melaporkan

aset dan liabilitas yang belum diungkapkan, secara tidak langsung mengakui bahwa laporan

keuangan perusahaan belum lengkap. Dengan kondisi ini perusahaan tidak memenuhi kerangka

2

Page 3: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

konseptual kelengkapan (completeness) untuk mencapai keandalan laporan keuangan (Kieso et

al., 2014). Oleh karena itu, keikutsertaan dalam pengampunan pajak dapat menimbulkan risiko

terkait keandalan laporan keuangan perusahaan. Keandalan laporan keuangan dapat dinilai oleh

pihak eksternal yaitu auditor eksternal, karena tujuan dari audit adalah memberikan keyakinan

yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material (Gray et al ., 2015).

Menurut DeAngelo (1981), auditor Big Four memberikan keandalan laporan keuangan yang

lebih tinggi dengan kualitas audit yang lebih tinggi dibanding perusahaan audit lainnya karena

memiliki ukuran yang besar dan reputasi yang tinggi. Dengan laporan keuangan yang semakin

andal, maka terdapat potensi untuk tidak mengikuti pengampunan pajak.

Besarnya manfaat yang ditawarkan dalam program pengampunan pajak, tidak semata-

mata membuat perusahaan mengikuti program tersebut, khususnya yang diaudit oleh kantor

akuntan publik besar atau Big Four. Lawrence et al. (2011) menyatakan bahwa kantor akuntan

publik besar memberikan kualitas audit yang lebih tinggi karena memiliki reputasi yang harus

dilindungi serta modal yang lebih tinggi untuk pelatihan auditornya. Dengan laporan keuangan

yang semakin andal, maka kecenderungan aset atau liabilitas yang tidak tercatat akan rendah

sehingga perusahaan tidak perlu lagi melaporkan aset atau liabilitas yang belum tercatat pada

program pengampunan pajak. Oleh karena itu, salah satu tujuan dari penelitian ini adalah

menganalisis pengaruh kualitas audit terhadap kemungkinan perusahaan mengikuti

pengampunan pajak.

Penelitian terkait pengampunan pajak masih terbatas baik secara internasional maupun

nasional. Secara internasional penelitian mengenai pengampunan pajak lebih fokus terhadap

teori, arah, kepatuhan, dan penegakan pajak dari program pengampunan pajak, serta secara

spesifik banyak yang membahas pengampunan pajak di Amerika Serikat. Penelitian di

Indonesia lebih fokus pada implementasi, efektivitas, dan sejarah pelaksanaan pengampunan

pajak, serta penelitian terkait sunset policy. Penelitian terdahulu rata-rata menyatakan bahwa

pengampunan pajak memberikan kesempatan kepada penghindar pajak untuk membayar pajak

yang belum dibayar di masa lalu, namun belum ada yang secara spesifik meneliti hubungan

antara penghindaran pajak, kualitas audit, dan pengampunan pajak.

Dalam penelitian ini, akan berfokus pada studi empiris pengaruh penghindaran pajak

yang dilakukan di masa lalu dan kualitas audit terhadap kemungkinan perusahaan terbuka untuk

mengikuti progam pengampunan pajak di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya,

sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan pengujian secara empiris hubungan antara

penghindaran pajak, kualitas audit, dan kemungkinan perusahaan untuk mengikuti

pengampunan pajak. Dengan kondisi Indonesia baru saja menerapkan program pengampunan

pajak, maka menjadi momentum yang tepat untuk meneliti lebih lanjut hal ini.

3

Page 4: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

Selanjutnya penelitian ini akan dibagi menjadi lima bagian. Bagian 2 menyajikan tinjauan

literatur dan pengembangan hipotesa, bagian 3 menyajikan metodologi penelitian, bagian 4

menyajikan analisis dan pembahasan, serta bagian 5 membahas kesimpulan, keterbatasan, dan

saran.

2. TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS2.1 Pengampunan Pajak

Baer dan LeBorgne (2008) mendefinisikan pengampunan pajak sebagai sebuah

undangan kepada para penghindar pajak untuk ikut serta dalam daftar orang yang membayar

pajak. Beberapa peneliti juga menyatakan bahwa pengampunan pajak memberikan individu

sebuah peluang untuk membayar pajak yang belum dibayar tanpa ada hukuman atau tuntutan,

yang sebenarnya merupakan risiko dari para penghindar pajak (Bayer et al, 2015; Sawyer, 2005;

Alm et al., 1990). Secara spesifik, program pengampunan pajak memberikan fasilitas

pengampunan pajak kepada Wajib Pajak berupa penghapusan pajak yang seharusnya terutang,

sanksi administrasi, dan sanksi pidana di bidang perpajakan dengan cara mengungkap harta dan

membayar uang tebusan (Pasal 1 ayat 1 UU Pengampunan Pajak).

Dengan pengalaman pelaksanaan pengampunan pajak di tahun 1964 dan 1984 serta

pelaksanaan Sunset Policy, Indonesia kembali menerapkan pengampunan pajak di tahun 2016

yang didasarkan dengan Undang-Undang No. 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.

Tujuan pemerintah menerapkan pengampunan pajak adalah untuk mempercepat pertumbuhan

dan restrukturisasi ekonomi, mendorong reformasi perpajakan, dan meningkatkan penerimaan

pajak (Pasal 2 ayat 1 UU Pengampunan Pajak).

Tidak jauh berbeda dengan tahun 1964 dan 1984, setiap wajib pajak diberikan

kesempatan untuk mengungkapkan harta yang dimilikinya dalam Surat Pernyataan guna

mendapatkan pengampunan utang pajak, sanksi administrasi, dan sanksi pidana di bidang

perpajakan dengan membayar uang tebusan. Akan tetapi, bagi wajib pajak yang sedang

dilakukan penyidikan, dalam proses peradilan, dan menjalani hukuman pidana di bidang

perpajakan, tidak mendapatkan fasilitas pengampunan pajak. Pengampunan pajak meliputi

kewajiban perpajakan yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh wajib pajak sampai

dengan akhir tahun pajak terakhir. Kewajiban perpajakan yang dimaksud hanya kewajiban

Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Jangka

waktu pengampunan pajak dibagi menjadi tiga periode yaitu: periode pertama bulan Juli sampai

September 2016; periode kedua bulan Oktober sampai Desember 2016; dan periode ketiga

bulan Januari sampai Maret 2017.

Selain mengungkapkan hartanya, wajib pajak juga harus membayar uang tebusan yang

diperoleh dengan mengalikan tarif uang tebusan dengan nilai harta bersih yang diungkapkan.

4

Page 5: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

Tarif uang tebusan beragam berdasarkan wilayah keberadaan harta dan periode keikutsertaan

dalam pengampunan pajak. Ketika Surat Keterangan Pengampunan Pajak (SKPP) telah

diterbitkan, maka wajib pajak pajak memperoleh fasilitas pengampunan pajak berupa: (a)

penghapusan pajak terutang; (b) penghapusan sanksi administrasi; (c) tidak dilakukan

pemeriksaan pajak; dan (d) peghentian pemeriksaan pajak.

Atas fasilitas pengampunan yang diperoleh, maka wajib pajak tidak berhak: (a)

mengompensasi kerugian fiskal yang dikompensasi; (b) mengompensasikan kelebihan

pembayaran pajak; (c) mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak;

dan (d) melakukan pembetulan surat pemberitahuan atas PPh, PPN, dan PPnBM. Apabila wajib

pajak tidak memanfaatkan pengampunan pajak atau telah melakukan pengampunan pajak,

kemudian DJP menemukan harta yang belum dilaporkan, maka harta tersebut diperhitungkan

sebagai tambahan penghasilan dalam SPT dan dikenai pajak dengan tambahan sanksi

administrasi atau kenaikan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Konsekuensi setelah

masa pengampunan pajak ini hanya berlaku maksimal 3 tahun sejak berlakunya UU

Pengampunan Pajak.

Dari sisi akuntain, disahkan PSAK 70 sebagai landasan pengakuan, penyajian, dan

pengungkapan akuntansi dari aset dan liabilitas pengampunan pajak. PSAK 70 memberikan dua

opsi bagi entitas dalam pengukuran awal aset dan liabilitas pengampunan pajak. Pertama,

entitas dapat menerapkan pengukuran awal sesuai dengan SAK lain yang relevan dengan

masing-masing aset dan liabilitas. Kedua, entitas saat pengakuan awal untuk aset pengampunan

pajak sebesar biaya perolehannya sesuai dengan yang tercantum dalam surat keterangan, serta

mengukur liabilitas sebesar kewajiban kontraktual untuk menyelesaikan kewajiban yang

berkaitan langsung dengan perolehan aset pengampunan pajak. Aset dan liabilitas yang timbul

dari pengampunan pajak dianggap sebagai aset dan liabilitas baru.

2.2 Penghindaran PajakPembayaran pajak merupakan beban bagi perusahaan, sehingga secara sengaja atau

tidak sengaja akan dihindari untuk memaksimalkan laba perusahaan. Untuk meminimalisir

hutang pajak, maka perusahaan melakukan pengurangan laba kena pajak melalui perencanaan

pajak oleh manajemen (Richardson dan Taylor, 2012). Perusahaan akan berusaha

meminimalisir hutang pajak melalui perencanaan pajak (tax planning) yang bersifat legal

maupun ilegal (Rahayu, 2009). Menurut Hanlon dan Heitzman (2010) penghindaran pajak (tax

avoidance) merupakan perencanaan pajak yang legal dan penggelapan pajak (tax evasion)

merupakan perencanaan pajak yang illegal. Hanlon dan Heitzman (2010) mendefinisikan

penghindaran pajak sebagai tindakan pengurangan pajak secara eksplisit dan merefleksikan

semua transaksi yang berpengaruh terhadap hutang pajak perusahaan. Dyreng, Hanlon, dan

Maydew (2008) menekankan bahwa penghindaran pajak tidak menunjukkan perusahaan

5

Page 6: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

melakukan hal yang tidak benar, karena beberapa peraturan pajak mendorong perusahaan untuk

mengurangi pembayaran pajak dan masih banyak aturan perpajakan yang kurang jelas

khususnya untuk jenis transaksi yang rumit.

Menurut Hanlon dan Heitzman (2010) terdapat berbagai jenis pengukuran penghindaran

pajak yang digunakan dalam berbagai jenis penelitian perpajakan. Effective Tax Rate (ETR)

adalah pengukuran penghindaran pajak yang paling umum digunakan, yaitu membagi perkiraan

kewajiban pajak dengan laba sebelum pajak atau arus kas. Secara spesifik penghitungan ETR

dengan penyebut laba sebelum pajak dapat dibagi menjadi tiga metode yaitu: (1) GAAP ETR,

dihitung dengan total beban pajak dibagi dengan laba sebelum pajak; (2) Current ETR, dihitung

dengan beban pajak kini dibagi dengan laba sebelum pajak; dan (3) Cash ETR, dihitung dengan

pembayaran pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Lebih lanjut Dyreng et al. (2008)

mengembangkan long-run cash ETR untuk menghindari volatilitas dari ETR secara tahunan.

Selain ETR, pengukuran penghindaran pajak yang sering digunakan yaitu book-tax

difference (BTD). BTD menunjukkan perbedaan laba secara akuntansi dan laba yang diakui

menurut aturan perpajakan. BTD dapat diukur dengan mengurangi laba sebelum pajak dengan

penghasilan kena pajak, sementara penghasilan kena pajak diukur dengan beban pajak kini

dibagi tarif pajak atau statutory tax rate. Semakin besar BTD maka semakin besar peluang

perusahaan untuk diaudit oleh aparatur pajak dan menunjukkan semakin besar tax shelter yang

dilakukan (Hanlon & Heitzman, 2010). Metode selanjutnya untuk menghitung penghindaran

pajak yaitu abnormal book-tax difference (ABTD) yang dikembangkan oleh Desai dan

Dharmapala (2006, 2009). Menurut Tang dan Firth (2012), BTD menunjukkan perbedaan

regulasi antara akuntansi dan pajak, sedangkan ABTD lebih menunjukkan aktivitas manajemen

laba dan manajemen pajak. Hanlon & Heitzman (2010) juga menekankan bahwa ABTD

mampu menjelaskan perbedaan laba secara akuntansi dan pajak tidak dapat dijelaskan dalam

BTD.

2.3 Kualitas Audit dan Pengampunan PajakMenurut Lawrence et al. (2011), kantor akuntan publik besar memberikan kualitas audit

yang lebih tinggi karena memiliki reputasi yang harus dilindungi. Boone et al. (2010),

menyatakan dua pendorong kualitas audit adalah biaya litigasi dan kehilangan reputasi. Dengan

modal yang besar dan pengeluaran yang besar untuk membangun merek, kantor akuntan publik

besar memiliki insentif untuk merendahkan risiko litigasi dan melindungi reputasinya dengan

memberikan laporan keuangan yang lebih terpercaya. Ukuran kantor akuntan publik adalah

penentu yang penting dalam kualitas audit, karena ukuran yang besar (1) membuat pengeluaran

yang besar untuk pelatihan dan teknologi audit, dan (2) membuat kurang tergantung dengan

salah satu klien dan lebih bagus dalam menahan tekanan dari klien dalam menghasilkan opini

audit yang bersih (DeAngelo, 1981).

6

Page 7: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

Menurut DeAngelo (1981), auditor Big Four memberikan keandalan laporan keuangan

yang lebih tinggi dengan kualitas audit yang lebih tinggi dibanding perusahaan audit lainnya

karena memiliki ukuran yang besar dan reputasi yang tinggi. Big Four adalah perusahaan

akuntansi terbesar secara internasional, yang memiliki kualitas audit yang tinggi (Beasley et al.,

2005). Saat ini kantor akuntan publik yang tergolong dalam kantor akuntan publik besar atau

Big Four adalah Deloitte, PwC, EY, dan KPMG (ICAEW, 2017). Audit oleh Big Four secara

rata-rata memberian kualitas yang lebih tinggi dibanding perusahaan akuntansi lainnya (yang

lebih kecil), dengan bukti output dari auditor yaitu laporan audit dan laporan keuangan yang

diaudit (Francis, 2004). Menurut Khurana dan Raman, kepedulian terhadap reputasi

memberikan insentif yang cukup bagi auditor Big Four untuk menyediakan kualitas audit yang

lebih tinggi walaupun berada di lingkungan dengan tingkat proses pengadilan yang rendah.

Laporan keuangan yang andal tentunya telah memenuhi kerangka konseptual dalam

pelaporan keuangan, salah satunya adalah kelengkapan (completeness). Kelengkapan

menunjukkan semua informasi telah diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan

keadaan sebenarnya (Kieso et al., 2014), termasuk di dalamnya semua aset dan liabilitas yang

dimiliki harus disajikan dalam laporan keuangan. Akan tetapi, dengan adanya program

pengampunan pajak yang mewajibkan perusahaan untuk melaporan aset dan liabilitas yang

belum diungkapkan, memberikan risiko terkait keandalan laporan keuangan perusahaan.

2.4 HipotesisKesuksesan pengampunan pajak secara umum diukur dari pendapatan yang dihasilkan

dan meningkatnya basis pajak, khususnya menarik pembayar pajak dari sektor bawah tanah ke

sektor legal (Bose dan Jetter, 2012). Ross dan Buckwalter (2015) juga mempertegas bahwa

untuk menarik hutang pajak dari wajib pajak yang tidak patuh, pengampunan pajak dapat secara

potensial mendorong pembayar pajak tersebut secara sukarela untuk memenuhi kewajibannya.

Secara sederhana, pengampunan pajak bertujuan untuk mendorong wajib pajak yang melakukan

penghindaran pajak pada periode sebelumnya agar mengakui hutang pajaknya pada program

pengampunan pajak untuk memperoleh pangampunan pajak.

Program pengampunan pajak memberikan peluang bagi pembayar pajak yang tidak

patuh untuk membayar semua pajak yang belum dibayar tanpa adanya tuntutan dan hukuman

(Bayer et al., 2015). Hal ini karena pengampunan pajak adalah peluang yang sangat bagus untuk

menghindari penuntutan dan hukuman, karena pembayar pajak sadar bahwa tindakan di masa

lalu yang tidak patuh dapat menyebabkan dampak negatif di masa depan yaitu berupa denda

pajak (Bayer et al., 2015). DDTC (2016) juga menyatakan bahwa pengampunan pajak

memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak yang selama ini tidak patuh agar melaporkan

penghasilannya dan membayar pajak secara sukarela melalui pemberian insentif.

7

Page 8: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

Kebijakan pengampunan pajak dari pemerintah memberikan pengampunan atas

ketidaktaatan perusahaan dalam memenuhi ketentuan perpajakan. Pengampunan diberikan

dalam bentuk penghapusan pajak yang seharusnya terutang, sanksi administrasi, dan sanksi

pidana di bidang perpajakan dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan.

Berdasarkan hal tersebut, perusahaan yang memiliki penghindaran pajak tinggi di masa lalu

memiliki kemungkinan lebih tinggi melakukan pengampunan pajak.

H1: Perusahaan dengan penghindaran pajak tinggi memiliki kemungkinan yang lebih

tinggi untuk mengikuti pengampunan pajak.

Pengampunan pajak dapat diperoleh apabila perusahaan melaporkan aset dan liabilitas

yang belum diungkapkan pada tahun-tahun sebelumnya. Bagi perusahaan yang mengikuti

pengampunan pajak, secara tidak langsung mengakui bahwa laporan keuangan perusahaan

belum lengkap. Dengan kondisi ini perusahaan tidak memenuhi kerangka konseptual

kelengkapan (completeness) untuk mencapai keandalan laporan keuangan (Kieso et al., 2014).

Oleh karena itu, keikutsertaan dalam pengampunan pajak dapat menimbulkan risiko terkait

keandalan laporan keuangan perusahaan.

Keandalan laporan keuangan dapat dinilai oleh pihak eksternal yaitu auditor eksternal ,

karena tujuan dari audit adalah memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan

bebas dari kesalahan yang material (Gray et al., 2015). Menurut DeAngelo (1981), auditor Big

Four memberikan keandalan laporan keuangan yang lebih tinggi. Hal ini karena audit oleh Big

Four secara rata-rata memberikan kualitas yang lebih tinggi dibanding perusahaan akuntansi

lainnya (Lawrence et al., 2011; Beasley et al., 2005; Francis, 2004; DeAngelo, 1981). Bagi Big

Four, reputasi nama merek mereka adalah aset profesional yang sangat penting dalam

mempertahankan klien auditnya saat ini, menarik klien baru yang besar, dan mempertahankan

atau merekrut karyawan baru yang luar biasa (Khurana dan Raman, 2004). Oleh karena itu,

dengan kualitas audit yang semakin tinggi maka menghasilkan laporan keuangan yang lebih

andal.

Laporan keuangan yang semakin andal, menunjukkan kualitas laporan keuangan yang

semakin tinggi karena perusahaan telah memenuhi kerangka konseptual laporan keuangan.

Dengan kondisi ini maka potensi perusahaan untuk mengikuti pengampunan pajak menjadi

rendah karena potensi adanya aset dan liabilitas yang tidak diungkapkan rendah.

H2: Perusahaan dengan kualitas audit yang lebih tinggi memiliki kemungkinan yang

lebih rendah untuk mengikuti pengampunan pajak.

8

Page 9: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

3. METODOLOGI PENELITIAN3.1 Kerangka Penelitian

Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris pengaruh penghindaran pajak dan

kualitas audit terhadap kemungkinan perusahaan mengikuti pengampunan pajak. Berdasarkan

hipotesa yang telah dikembangkan sebelumnya, maka skema hubungan antara variabel

independen dan variabel kontrol terhadap variabel dependen ditunjukkan dalam kerangka

penelitian sebagaimana tergambar pada gambar 3.1.

Gambar 1 Kerangka Penelitian

3.2 Model PenelitianPenelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris pengaruh penghindaran pajak dan

kualitas audit terhadap keikutsertaan dalam pengampunan banyak sebagaimana telah dijelaskan

pada bab sebelumnya. Dalam penelitian sebelumnya, belum terdapat penelitian yang menguji

secara empiris hubungan antara penghindaran pajak, kualitas audit, dan pengampunan pajak.

Oleh karena itu, model yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

TAi = α0 + β1TAVi + β2AUDi + β3ROAi + β4LEVi + β5SIZEi + εi .................. (3.1)

Keterangan:

TA = pengampunan pajak (tax amnesty), yaitu keikutsertaan dalam pengampunan pajak menggunakan variabel dummy; “1” untuk perusahaan yang mengikuti pengampunan pajak; “0” untuk perusahaan yang tidak mengikuti pengampunan pajak;

TAV = penghindaran pajak (tax avoidance), diukur dengan abnormal book tax difference (ABTD), tingkat penghindaran pajak yaitu nilai absolut dari residual hasil regresi Book Tax Difference (BTD);

AUD = kualitas audit, menggunakan variabel dummy; “1” untuk perusahaan yang diaudit oleh Big Four; “0” untuk perusahaan yang tidak diaudit oleh Big Four;

ROA = tingkat profitabilitas perusahaan, diukur dengan laba sebelum pajak dibagi total aset;LEV = tingkat leverage perusahaan, diukur dengan total liabilitas dibagi total aset;SIZE = ukuran perusahaan, diukur dengan log natural dari total aset;

9

Variabel Control1. Profitabilitas2. Ukuran Perusahaan 3. Leverage

Variabel DependenPengampunan Pajak

Variabel Independen1. Penghindaran Pajak2. Kualitas Audit

Page 10: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

3.3 Operasionalisasi VariabelVariabel dependen dalam penelitian ini adalah pengampunan pajak, khususnya keputusan

perusahaan untuk mengikuti pengampunan pajak atau tidak. Oleh karena itu dalam pengukurannya

akan menggunakan variabel dummy, “1” untuk perusahaan yang mengikuti pengampunan pajak; “0”

untuk perusahaan yang tidak mengikuti pengampunan pajak. Perusahaan yang dinyatakan ikut

pengampunan pajak adalah perusahaan yang menyerahkan Surat Pernyataan Harta dalam salah satu

atau beberapa periode pengampunan pajak pada tahun 2016 hingga 2017 dan diungkapkan dalam

laporan keuangan.

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah penghindaran pajak dan kualitas audit.

Proksi yang digunakan untuk mengukur tingkat penghindaran pajak yaitu abnormal book tax

difference (ABTD) yang mengacu pada penelitian Tang dan Firth (2012). ABTD merupakan nilai

residual dari model regresi book tax difference (BTD) yang diabsolutkan, karena nilai positif atau

negatif tidak mempengaruhi posisi penghindaran pajak. Semakin tinggi tingkat ABTD menunjukkan

tingginya manipulasi manajemen terhadap laba akuntansi dan pajak yang mengarah pada tindakan

penghindaran pajak. Berikut adalah model BTD yang dikembangkan dari Tang dan Firth (2012).

BTDi = α0 + β1CapINTi + β2∆REV + β3LEVi + β4SIZEi + β5PrevBTDi + εi ............ (3.2)

Keterangan:BTD = book tax difference, diukur dengan laba sebelum pajak dikurangi laba kena pajak

dibagi total aset;CapINT = capital intensive, diukur dengan total aset tetap dibagi total aset;∆Rev = perubahan pendapatan dari tahun t-1 ke tahun t;LEV = tingkat leverage perusahaan, diukur dengan total liabilitas dibagi total aset;SIZE = ukuran perusahaan, diukur dengan log natural dari total aset;PrevBTD = book tax difference, diukur dengan laba sebelum pajak dikurangi laba kena pajak

dibagi total aset di tahun t-1;Dalam penelitian ini, semakin tinggi penghindaran pajak yang diukur dengan proksi ABTD

maka akan semakin besar keinginan perusahaan untuk mengikuti pengampunan pajak. Oleh karena

itu, hasil penelitian atas variabel ABTD diharapkan menghasilkan koefisien bernilai positif (+).

Variabel kualitas audit diukur menggunakan variabel dummy; “1” untuk perusahaan yang

diaudit oleh Big Four; “0” untuk perusahaan yang tidak diaudit oleh Big Four. Dalam penelitian ini,

apabila perusahaan diaudit oleh Big Four maka akan semakin rendah kemungkinan perusahaan untuk

mengikuti pengampunan pajak, karena memiliki kualitas audit yang lebih tinggi untuk menghasilkan

laporan keuangan yang lebih andal (Boone et al., 2010; DeAngelo, 1981) sehingga kemungkinan

adanya aset atau liabilitas yang tidak tercatat rendah. Oleh karena itu, hasil penelitian atas variabel Big

Four diharapkan menghasilkan koefisien bernilai negatif (-).

Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel kontrol yaitu.

1. Profitabilitas diukur dengan return on asset (ROA) yang dihitung dari laba sebelum pajak dibagi

total aset (Richardson dan Lanis, 2012). Variabel ROA digunakan untuk mengontrol variasi

profitabilitas dari perusahaan. De la Fuente Sabaté dan De Quevedo Puente (2003) menemukan

adanya hubungan kuat antara kinerja keuangan (profitabilitas) dan reputasi perusahaan.

10

Page 11: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

Perusahaan dengan reputasi tinggi, seharusnya memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk

ikut serta dalam pengampunan pajak, karena perusahaan mengakui adanya aset dan liabilitas

yang belum diungkapkan. Oleh karena itu, diharapkan hasil penelitian dari variabel ROA

memiliki koefisien negatif (-).

2. Ukuran perusahaan (size) diukur dengan log natural dari total aset (Richardson dan Lanis, 2012).

Ukuran perusahaan memiliki hubungan yang kuat dengan reputasi perusahaan (Schultz et al.,

2001; Roberts dan Dowling, 2002). Perusahaan dengan reputasi tinggi, seharusnya memiliki

kemungkinan yang lebih kecil untuk ikut serta dalam pengampunan pajak, karena perusahaan

mengakui adanya aset dan liabilitas yang belum diungkapkan. Oleh karena itu, diharapkan hasil

penelitian dari variabel SIZE memiliki koefisien negatif (-).

3. Tingkat leverage perusahaan menunjukkan seberapa besar pendanaan yang digunakan

perusahaan bersumber dari hutang, yang dihitung dari total liabilitas dibagi total aset perusahaan.

Perusahaan dengan leverage yang tingi cenderung melakukan penghindaran pajak atas beban

bunga dari hutang yang dapat dikurangkan dari laba dalam penghitungan pajak (Richardson dan

Lanis, 2012). Semakin tinggi penghindaran pajak maka perusahaan akan cenderung ikut serta

dalam program pengampunan pajak. Oleh karena itu, diharapkan hasil penelitian dari variabel

LEV memiliki koefisien positif (+).

3.4 Data dan Sampel Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu dari data laporan keuangan perusahaan yang

diunduh dari situs Indonesia Stock Exchange (IDX) dan Thomson Reuters Eikon. Data yang diambil

meliputi data kuantitatif dan kualitatif neraca, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan.

Penelitian ini menggunakan data yang tersedia pada tahun 2014 hingga 2017. Data pengampunan

pajak berdasarkan keikutsertaan perusahaan pada pengampunan pajak di tahun 2016-2017. Sedangkan

untuk data lainnya menggunakan tahun 2015 karena secara regulasi pengampunan pajak diterapkan di

tahun 2016. Oleh karena itu, penggunaan data 2015 lebih menunjukkan kondisi perusahaan sebelum

mengikuti pengampunan pajak.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu

terbatas pada kriteria tertentu yang relevan dengan penelitian. Kriteria pemilihan sampel adalah:

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017.

2. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan khusus, seperti

sektor keuangan, pertambangan, properti dan real estate, konstruksi, dan pelayaran.

3. Perusahaan dengan tahun fiskal yang berakhir pada 31 Desember, agar sampel dapat

diperbandingkan.

4. Perusahaan yang tidak memiliki saldo negatif untuk laba sebelum pajak, total beban pajak,

jumlah pajak kini, dan jumlah pajak yang dibayarkan.

11

Page 12: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

5. Perusahaan memiliki data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu tersedia dalam

laporan keuangan dari tahun 2015 hingga 2017.

3.5 Metode Pengolahan DataPenelitian ini melakukan analisis data kuantitatif yang berusaha membuktikan pengaruh dari

variabel independen terhadap variabel dependen yang diuji dalam penelitian. Variabel dependen yang

digunakan dalam penelitian ini bersifat binary (dummy) sehingga dalam menganalisis data

menggunakan model regresi logistik. Regresi logistik digunakan untuk melihat pengaruh variabel

independen terhadap kemungkinan terjadinya variabel dependen (Gujarati, 2004). Perangkat lunak

statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah STATA 13. Dalam penelitian ini akan dilakukan

analisis statistik deskriptif, analisis regresi logistik, uji multikolinieritas, uji kelayakan model, uji

pseudo r2, dan uji hipotesis

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN4.1 Pemilihan Sampel

Berdasarkan kriteria dari metode pemilihan sampel pada Bab 3, terdapat 149 perusahaan yang diambil untuk menjadi sampel penelitian. Tabel 1 menunjukkan proses pemilihan sampel pada penelitian ini.

Tabel 1 Pemilihan Sampel Penelitian

KriteriaJumla

hPerusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2017 556Dikurangi dengan:

Perusahaan di sektor keuangan 98Perusahaan di sektor pertambangan 42Perusahaan di sektor properti, real estate, dan konstruksi 67Perusahaan di sektor pelayaran 15Perusahaan dengan laba sebelum pajak negatif 107Perusahaan yang tidak menggunakan tahun fiskal 31 Desember 2Perusahaan yang datanya tidak berhasil diperoleh 14Perusahaan dengan ETR negatif, nol, lebih dari satu, atau tidak tersedia 47Perusahaan dengan informasi untuk penghitungan ABTD yang tidak tersedia 15

Jumlah sampel penghitungan 149

4.2 Statistik DeskriptifAnalisis statistik deskriptif menggambarkan karakteristik dan penyebaran dari setiap variabel

dalam penelitian. Tabel 2 menunjukkan ringkasan statistik deskriptif dalam penelitian ini.

Tabel 2 Statistik Deskriptif

Variabel N Rata-Rata Min Max Standar DeviasiTAV 149 0,0187 0,000139 0,1386 0,0222ROA 149 0,1025 0,000008 0,5779 0,0973LEV 149 0,4668 0,070742 0,8912 0,1949SIZE 149 28,5489 24,5877 33,1341 1,5949

Variabel dummy N Nilai 1 (%) Nilai 0 (%)TA 149 65 (44%) 84 (56%)AUD 149 60 (40%) 89 (60%)Keterangan: TA = tax amnesty (pengampunan pajak), variabel dummy, nilai 1 untuk perusahaan mengikuti pengampunan pajak dan 0 untuk sebaliknya; AUD = kualitas audit,

12

Page 13: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

variabel dummy, nilai 1 untuk perusahaan yang diaudit Big Four, dan 0 untuk sebaliknya; TAV = penghindaran pajak, diukur dengan abnormal book tax difference, nilai residual regresi dari book tax difference (BTD); ROA = profitabilitas, laba sebelum pajak dibagi total aset; LEV = leverage, total liabilitas dibagi total aset; SIZE = ukuran perusahaan, log natural dari total aset.

4.3 Hasil Regresi LogistikDalam penelitian ini, analisis logistik digunakan untuk melihat pengaruh penghindaran pajak

dan kualitas audit serta variabel kontrol terhadap kemungkinan keikutsertaan dalam pengampunan

pajak. Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan yang kuat antar variabel

independen dalam model regresi. Berdasarkan rule of thum pada bab 3, uji yang digunakan yaitu uji

korelasi pearson dan uji VIF. Merujuk pada tabel 4,6, hasil dari uji korelasi pearson menunjukkan

tidak ada variabel yang memiliki nilai di atas +/- 0,8. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi

yang kuat antar variabel, sehingga tidak terdapat masalah multikolinearitas dari variabel dalam model

penelitian. Hasil uji korelasi pearson juga sebagai indikasi awal hubungan dari setiap variabel

independen dan kontrol terhadap variabel dependen dalam model penelitian. Hasil pada tabel 5

menunjukkan bahwa semua variabel indepen dan kontrol yaitu ABTD, BIG4, ROA, LEV, SIZE

memiliki hubungan negatif terhadap variabel dependen yaitu TA.

Tabel 5 Hasil Uji Korelasi Pearson

TA ABTD BIG4 ROA LEV SIZETA 1ABTD -0,0954 1

BIG4 -0,3359 0,0328 1ROA -0,1290 0,2283 0,2892 1LEV -0,0146 -0,0712 -0,0153 -0,2473 1SIZE -0,2851 -0,0658 0,5081 0,0854 0,1274 1

Selain uji korelasi pearson, pengujian multikolinearitas juga dapat dilakukan dengan uji VIF.

Hasil uji VIF menunjukkan tidak ada variabel yang memiliki nilai di atas 8. Hasil ini menunjukkan

bahwa tidak ada masalah multikolinearitas dari variabel dalam model penelitian, sehingga model

penelitian ini cukup stabil untuk dilakukan uji regresi lebih lanjut. Tabel hasil uji VIF dapat dilihat

pada lampiran 2.

Uji regresi khususnya regresi logistik dilakukan untuk menguji hipotesis dalam penelitian

melalui uji global dan uji individual. Tabel 6 menunjukkan hasil regresi dari model penelitian.

Tabel 6 Hasil Regresi

Variabel Prediksi Tanda

Coef. Odds Ratio Signifikansi (P>|z|)

TAV + -11,16312 0,0000142 0,224AUD - -1,083248 0,3384944 0,013**ROA ? -0,6074991 0,5447114 0,779LEV + -0,1215265 0,8855676 0,900SIZE - -0,2555837 0,7744643 0,065*

Prob > chi2 = 0,0004Pseudo R2 = 0,1102N = 149Tingkat signifikansi, ***= 1%; ** = 5%; *=10%Keterangan: TA = tax amnesty (pengampunan pajak), variabel dummy, nilai 1 untuk perusahaan mengikuti pengampunan pajak dan 0 untuk sebaliknya; AUD = kualitas

13

Page 14: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

audit, variabel dummy, nilai 1 untuk perusahaan yang diaudit Big Four, dan 0 untuk sebaliknya; TAV = penghindaran pajak, diukur dengan abnormal book tax difference, nilai residual regresi dari book tax difference (BTD); ROA = profitabilitas, laba sebelum pajak dibagi total aset; LEV = leverage, total liabilitas dibagi total aset; SIZE = log natural dari total aset.

Uji global dalam penelitian ini menunjukkan nilai Prob > chi2 = 0,0004. Nilai 0,0004 ini

lebih kecil dari tingkat signifikansi 1% sehingga dapat disimpulkan bahwa model secara keseluruhan

sudah tepat. Dalam hal ini, secara keseluruhan variabel independen penelitian memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen penelitian. Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa

nilai Pseudo R2 dari penelitian sebesar 0,1102. Nilai Pseudo R2 menunjukkan bahwa variabel

independen penelitian secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen

sebesar 11,02% berdasarkan model penelitian yang digunakan.

4.4 Uji Hipotesis4.4.1 Pengaruh Penghindaran Pajak terhadap Kemungkinan Mengikuti Pengampunan Pajak

Tabel 6 menunjukkan menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan antara penghindaran

pajak, TAV, dengan kemungkinan mengikuti pengampunan pajak. Dapat diartikan bahwa

penghindaran pajak tidak mempengaruhi kemungkinan suatu perusahaan mengikuti pengampunan

pajak. Oleh karena itu, hasil uji regresi ini membuat hipotesis pertama penelitian yaitu perusahaan

dengan penghindaran pajak tinggi memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengikuti

pengampunan pajak, ditolak.

Berdasarkan landasan teori pada pembahasan sebelumnya, penghindaran pajak (tax

avoidance) merupakan tindakan meminimalisir pajak secara legal yang memanfaatkan celah-celah

dalam aturan perpajakan. Berbeda halnya dengan praktik penggelapan pajak (tax evasion) yang

tergolong illegal. Oleh karena itu, kemungkinan perusahaan tidak memerlukan pengampunan

melainkan untuk menghindari sengketa pajak atas tindakan penghindaran pajak sebelumnya. Selain

itu, terdapat kemungkinan bahwa tujuan mengikuti pengampunan pajak adalah untuk mendapatkan

kepastian pajak di masa depan. Pasal 13 ayat 4 UU Ketetapan Umum Perpajakan menyebutkan

bahwa wajib pajak baru mendapatkan kepastian hukum terkait besarnya pajak terutang yang

dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) setelah 5 tahun setelah saat terutangnya pajak. Dengan

mengikuti pengampunan pajak, maka kemungkinan kesalahan yang dilakukan sebelum tahun 2015

tidak akan diperiksa sehingga pajak perusahaan menjadi pasti tanpa harus menunggu periode

kepastian sebagaimana diatur dalam UU KUP.

4.4.2 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Kemungkinan Mengikuti Pengampunan Pajak

Tabel 6 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kualitas audit, AUD, dan

kemungkinan mengikuti pengampunan pajak pada tingkat signifikansi 5%. Koefisien hasil regresi

menunjukkan nilai negatif, sehingga kualitas audit memiliki pengaruh yang negatif terhadap

pengampunan pajak dengan tingkat perubahan odds sebesar -66% [(0,3384944 – 1) x 100]. Hasil ini

14

Page 15: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh Big Four memiliki kemungkinan 66% lebih rendah

untuk mengikuti pengampunan pajak dibanding yang diaudit oleh non Big Four. Oleh karena itu,

hipotesis kedua penelitian yaitu perusahaan dengan kualitas audit yang lebih tinggi memiliki

kemungkinan yang lebih rendah untuk mengikuti pengampunan pajak, diterima.

Perusahaan yang diaudit oleh Big Four, memiliki kualitas audit yang lebih tinggi untuk

menghasilkan laporan keuangan yang lebih andal (Lawrence, Meza, Zhang, 2011; Beasley, Clune,

dan Hermanson, 2005; Francis, 2004; DeAngelo, 1981). Menurut DeAngelo (1981) terdapat

hubungan yang kuat antara ukuran perusahaan akuntansi dengan kualitas audit yang dihasilkan,

karena terdapat reputasi yang harus dijaga oleh auditor tersebut. Semakin andal laporan keuangan

perusahaan, maka semakin kecil kemungkinan untuk mengikuti pengampunan pajak karena

kemungkinan adanya aset atau liabilitas yang belum diungkapkan rendah.

4.4.3 Pengaruh Variabel Kontrol terhadap Kemungkinan Mengikuti Pengampunan Pajak

Merujuk pada tabel 6, variabel ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kemungkinan mengikuti pengampunan pajak. Hal ini dapat dilihat dari nilai P>|z| ROA sebesar 0,779

yang lebih besar dari tingkat signifikansi 10%, sehingga tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Dapat diartikan bahwa tingkat profitabilitas tidak mempengaruhi kemungkinan mengikuti

pengampunan pajak suatu perusahaan.

Variabel LEV tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan mengikuti

pengampunan pajak. Hal ini dapat dilihat dari nilai P>|z| LEV sebesar 0,900 yang lebih besar dari

tingkat signifikansi 10%, sehingga tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Dapat diartikan bahwa

tingkat leverage tidak mempengaruhi kemungkinan mengikuti pengampunan pajak suatu perusahaan.

Variabel SIZE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan mengikuti

pengampunan pajak pada tingkat signifikansi 10%. Koefisien hasil regresi menunjukkan nilai negatif,

sehingga ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap pengampunan pajak dengan

tingkat perubahan odds sebesar -23% [(0,7744643 – 1) x 100]. Hasil regresi ini menunjukkan bahwa

peningkatan 1 unit pada SIZE menyebabkan kemungkinan mengikuti pengampunan pajak menurun

sebesar 23%.

4.5 Analisis Sensitivitas dari Variabel Penghindaran PajakPada pembahasan 4.4, hasil regresi menunjukkan bahwa penghindaran pajak tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap kemungkinan mengikuti pengampunan pajak. Analisis sensitivitas

variabel penghindaran pajak dilakukan untuk melihat konsistensi dari hasil regresi dengan mengganti

proksi penghindaran pajak. Pada model 3.1, penghindaran pajak diukur dengan ABTD, sedangkan

pada analisis sensitivitas digunakan tiga proksi yang berbeda yaitu Cash ETR, BTD, dan SKP. Berikut

adalah hasil regresi untuk analisis sensitivitas.

15

Page 16: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

Tabel 7 Hasil Analisis Sensitivitas

Merujuk pada tabel 4.9, tidak adanya pengaruh signifikan antara penghindaran pajak,

CashETR, BTD, dan SKP, terhadap kemungkinan mengikuti pengampunan pajak. Untuk variabel

AUD, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan mengikuti pengampunan pajak pada

tingkat signifikansi 5% dan memiliki hubungan negatif pada ketiga jenis model. Selain itu, untuk

variabel kontrol, hanya variabel SIZE yang signifikan pada tingkat 10% dan memiliki hubungan

negatif pada ketiga jenis model. Oleh karena itu, hasil analisis sensitivitas ini menunjukkan hasil yang

konsisten dengan hasil penelitian pada pembahasan 4.4.

5. KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARANPenelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh penghindaran pajak dan kualitas audit terhadap

kemungkinan perusahaan mengikuti pengampunan pajak. Hasil penelitian ini adalah penghindaran

pajak tidak mempengaruhi kemungkinan mengikuti pengampunan pajak suatu perusahaan. Hal ini

karena penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan tindakan yang legal, sehingga kemungkinan

perusahaan tidak membutuhkan pengampunan melainkan untuk terhindar dari sengketa pajak. Selain

itu, terdapat kemungkinan bahwa tujuan mengikuti pengampunan pajak adalah untuk mendapatkan

kepastian pajak di masa depan. Dengan mengikuti pengampunan pajak, maka potensi atas kesalahan

yang dilakukan sebelum tahun 2015 tidak akan diperiksa sehingga perpajakan perusahaan menjadi

pasti tanpa harus menunggu periode kepastian sebagaimana diatur dalam UU KUP.

Perusahaan yang diaudit kantor akuntan publik besar memiliki kemunginan lebih rendah

melakukan pengampunan pajak. Perusahaan yang diaudit oleh Big Four memiliki kemungkinan 66%

lebih rendah untuk mengikuti pengampunan pajak dibanding yang diaudit oleh non Big Four. Hal ini

karena perusahaan yang diaudit oleh Big Four memiliki kualitas audit yang lebih tinggi untuk

menghasilkan laporan keuangan yang lebih andal. Semakin andal laporan keuangan perusahaan, maka

16

Variabel Prediksi Tanda

CashETR BTD SKPOdds Ratio P>|z| Odds

Ratio P>|z| Odds Ratio P>|z|

CashETR + 0,507 0,519BTD + 0,003 0,287SKP + 1,048 0,908AUD - 0,326 0,012** 0,334 0,012** 0,343 0,014**ROA - 0,422 0,700 0,326 0,607 0,276 0,553LEV + 0,787 0,806 0,777 0,795 0,849 0,867SIZE - 0,790 0,085* 0,777 0,067* 0,788 0,086*Prob (%)=Probability percentage; P>|z| = tingkat signifikansi, ***= 1%; ** = 5%; *=10%Keterangan: CashETR = pajak yang dibayarkan dibagi dengan jumlah laba sebelum pajak; BTD = book tax difference, laba sebelum pajak dikurangi laba kena pajak dibagi total aset; SKP= Surat Ketetapan Pajak, berupa variabel dummy; “1” untuk perusahaan yang menerima SKP tahun 2012-2015; “0” untuk perusahaan yang tidak menerima SKP tahun 2012-2015. SKP berupa SKPKB atau SKPLB yang berbeda antara jumlah pengajuan dan ketetapan.

Page 17: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

semakin kecil kemungkinan untuk mengikuti pengampunan pajak karena kemungkinan adanya aset

atau liabilitas yang belum diungkapkan rendah

Penelitian ini tidak berhasil membuktikan penghindaran pajak mempengaruhi partisipasi

dalam pengampunan pajak. Implikasinya, dari sisi literatur perlu dikembangkan proksi penghindaran

pajak lain yang digunakan seperti Long Run ETR, DTAX, Tax Shelter, Surat Ketetapan Pajak, dan

lainnya. Dari sisi Dirjen Pajak (DJP), perlu diperhatikan bahwa keikutsertaan perusahaan dalam

pengampunan pajak tidak semata-mata untuk mendapatkan pengampunan atas tindakan tidak patuh

atau penghindaran pajak yang dilakukan di masa lalu, melainkan karena tujuan lain seperti

mendapatkan kepastian pajak di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi DJP untuk meningkatkan

kepastian pajak. Penelitian ini berhasil membuktikan kualitas audit mempengaruhi partisipasi dalam

pengampunan pajak. Bagi regulator dalam hal ini DJP dan OJK, perusahaan yang diaudit oleh non Big

Four perlu mendapat perhatian besar karena kemungkinan memiliki kualitas laporan keuangan yang

lebih rendah. Bagi investor, penelitian ini memberikan bahan pertimbangan dalam memilih

perusahaan, khususnya mempertimbangkan keandalan laporan keuangan perusahaan yang mengikuti

pengampunan pajak dan risiko reputasi yang dialami.

Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut. Untuk penelitian selanjutnya, dapat

menggunakan data penghindaran pajak jangka panjang seperti pada penelitian Dyreng et al. (2008)

sehingga diharapkan dapat lebih menggambarkan kondisi penghindaran pajak perusahaan sebelum

mengikuti pengampunan pajak. Selain itu, dapat melakukan analisis lebih dalam terkait pengampunan

pajak yang bersifat eksploratif, misalnya melalui studi kasus pada perusahaan tertentu yang mengikuti

pengampunan pajak.

17

Page 18: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

DAFTAR PUSTAKAAlm. J.. McKee. M.. & Beck. W. (1990). Amazing grace: tax amnesties and compliance. National Tax Journal.

23-37.

Andreoni. J.. Erard. B.. & Feinstein. J. (1998). Tax compliance. Journal Of Economic Literature. 36(2). 818-860.

Australian Taxation Officer. (2016). Tax planning vs tax avoidance. https://www.ato.gov. au/General/Tax- planning/Tax-planning-vs-tax-avoidance/. Diakses terakhir pada 30 April 2018

Bayer. R. C.. Oberhofer. H.. & Winner. H. (2015). The occurrence of tax amnesties: theory and evidence. Journal of Public Economics. 125. 70-82.

Beasley. M. S.. Clune. R.. & Hermanson. D. R. (2005). Enterprise risk management: An empirical analysis of factors associated with the extent of implementation. Journal of accounting and public policy. 24(6). 521-531.

Boone. J. P.. Khurana. I. K.. & Raman. K. K. (2010). Do the big 4 and the second-tier firms provide audits of similar quality?. Journal of Accounting and Public Policy. 29(4). 330-352.

Bose. P.. & Jetter. M. (2012). Liberalization and tax amnesty in a developing economy. Economic Modelling. 29(3). 761-765.

Buckwalter. N. D.. Sharp. N. Y.. Wilde. J. H.. & Wood. D. A. (2014). are state tax amnesty programs associated with financial reporting irregularities?. Public Finance Review. 42(6). 774-799.

Danny Darussalam Tax Center (DDTC). (2016). Pentingnya Peran Tax Amnesty di 2016. Inside Tax. edisi 37.

De la Fuente Sabaté, J. M., & De Quevedo Puente, E. (2003). Empirical analysis of the relationship between corporate reputation and financial performance: A survey of the literature. Corporate Reputation Review. 6(2), 161-177.

DeAngelo. L. E. (1981). Auditor size and audit quality. Journal Of Accounting And Economics. 3(3). 183-199.

Desai. M. A.. & Dharmapala. D. (2006). Corporate tax avoidance and high-powered incentives. Journal of Financial Economics. 79(1). 145-179.

Desai. M. A.. & Dharmapala. D. (2009). Corporate tax avoidance and firm value. The Review of Economics and Statistics. 91(3). 537-546.

Dewi, Mustia. (2017). The role of social capital on child stunting in Indonesia. Skripsi: Universitas Indonesia.

Direktorat Jenderal Pajak (2017). Reformasi fiskal: necessary condition untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkualitas.

Drèze. J.. & Stern. N. (1987). The theory of cost-benefit analysis. In Handbook Of Public Economics (Vol. 2. pp. 909-989). Elsevier.

Dubin. J. A.. Graetz. M. J.. & Wilde. L. L. (1992). State income tax amnesties: Causes. The Quarterly Journal of Economics. 107(3). 1057-1070.

Dubin. J. A.. Graetz. M. J.. & Wilde. L. L. (1992). State income tax pengampunanes: Causes. The Quarterly Journal of Economics. 107(3). 1057-1070.

Dyreng. S. D.. Hanlon. M.. & Maydew. E. L. (2008). Long-run corporate tax avoidance. The Accounting Review. 83(1). 61-82.

18

Page 19: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

Dyreng. S. D.. Hanlon. M.. & Maydew. E. L. (2010). The effects of executives on corporate tax avoidance. The Accounting Review. 85(4). 1163-1189

Elder, R. J., Beasley, M. S., & Arens, A. A. (2011). Auditing and assurance services. Peason Higher Ed.

Francis. J. R. (2004). What do we know about audit quality?. The British Accounting Review. 36(4). 345-368.

Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi analisis multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Graham. J. R.. Raedy. J. S.. & Shackelford. D. A. (2012). Research in accounting for income taxes. Journal of Accounting and Economics. 53(1-2). 412-434.)

Gray. I.. Manson. S.. Crawford. L. (2015). The Audit Process: Principles. Practice And Cases. Cengage Learning EMEA.

Gujarati, D. N. (2004). Basic econometrics (fourth edition). Tata McGraw-Hill Education.

Hanlon. M.. & Heitzman. S. (2010). A review of tax research. Journal of Accounting and Economics. 50(2-3). 127-178.

Jensen. M. C.. & Meckling. W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior. agency costs and ownership structure. Journal Of Financial Economics. 3(4). 305-360.

Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1984 tentang Pengampunan Pajak

Khurana. I. K.. & Raman. K. K. (2004). Are big four audits in ASEAN countries of higher quality than non-big four audits?. Asia-Pacific Journal of Accounting & Economics. 11(2). 139-165.

Kieso. D. E.. Weygandt. J. J.. & Warfield. T. D. (2010). Intermediate accounting: IFRS edition (Vol. 2). John Wiley & Sons.

Lanis. R.. & Richardson. G. (2012). Corporate social responsibility and tax aggressiveness: An empirical analysis. Journal of Accounting and Public Policy. 31(1). 86-108.

Lawrence. A.. Minutti-Meza. M.. & Zhang. P. (2011). Can Big 4 versus non-Big 4 differences in audit-quality proxies be attributed to client characteristics?. The Accounting Review. 86(1). 259-286.

Le Borgne. E.. & Baer. K. (2008). Tax amnesties: Theory. trends. and some alternatives. International Monetary Fund.

Leonard. H. B.. & Zeckhauser. R. J. (1987). Amnesty. enforcement. and tax policy. Tax Policy and The Economy. 1. 55-85.

Leonard. H. B.. & Zeckhauser. R. J. (1987). Amnesty. enforcement. and tax policy. Tax policy and the economy. 1. 55-85.

Leonard. H. B.. & Zeckhauser. R. J. (1987). Amnesty. enforcement. and tax policy. Tax policy and the economy. 1. 55-85.

Lietz, G. (2014). Tax avoidance vs. tax aggressiveness: a unifying conceptual framework. University of Munster: Institute of Accounting and Taxation.

Medistiara. (2016). RI pernah gelar tax amnesty 1964 dan 1984, tapi gagal. https:// finance.detik.com/berita- ekonomi-bisnis/d-3273242/ri-pernah-gelar-tax-amnesty-1964-dan-1984-tapi-gagal. Diakses terakhir pada 4 Mei 2018.

19

Page 20: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

Ngadiman. N.. & Huslin. D. (2015). Pengaruh sunset policy, tax amnesty, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak (studi empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan). Jurnal Akuntansi. 19(2). 225-241.

Parkin, Michael. (2012). Economics, 10th Edition. Pearson Education Ltd., Global Edition.

Parle. W. M.. & Hirlinger. M. W. (1986). Evaluating the use of tax amnesty by state governments. Public Administration Review. 246-255.

Penetapan Presiden Nomor 5 Tahun 1964 tentang Peraturan Pengampunan Pajak

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 70 tentang Akuntansi Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak.

Putra. Aditya Prayatna. 2014. analisis pengaruh faktor tekanan. peluang dan rasionalisasi terhadap tingkat accounting irregularities. Skripsi: Universitas Indonesia.

Ragimun. (2014). Analisis implementasi pengampunan pajak (tax amnesty) di Indonesia. https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/analisis%20implementasi%20tax20amnesty%20di%20indonesia.pdf. Diakses terakhir pada 30 April 2018.

Rahayu, Ning. (2009). Praktik penghindaran pajak (tax avoidance) pada foreign direct investment yang berbentuk subsidiary company (PT PMA) di indonesia (suatu kajian tentang kebijakan anti tax avoidance). Doctoral dissertation, Universitas Indonesia.

Roberts. P. W.. & Dowling. G. R. (2002). Corporate reputation and sustained superior financial performance. Strategic Management Journal. 23(12). 1077-1093.

Ross. J. M.. & Buckwalter. N. D. (2013). Strategic tax planning for state tax amnesties: evidence from eligibility period restrictions. Public Finance Review. 41(3). 275-301.

Sawyer. A. (2005). Targeting amnesties at ingrained evasion-a New Zealand initiative warranting wider consideration. J. Australasian Tax Tchrs. Ass'n. 1. 84.

Schultz. M.. Mouritsen. J.. & Gabrielsen. G. (2001). Sticky reputation: Analyzing a ranking system. Corporate Reputation Review. 4(1). 24-41.

Setyaningsih. T.. & Okfitasari. A. (2017). Mengapa wajib pajak mengikuti tax amnesty (studi kasus Di Solo). EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan). 20(4). 415-433.

Tang. T. Y.. & Firth. M. (2012). Earnings persistence and stock market reactions to the different information in book-tax differences: Evidence from China. The International Journal of Accounting. 47(3). 369-397.

Taylor. G.. & Richardson. G. (2012). International corporate tax avoidance practices: evidence from Australian firms. The International Journal of Accounting. 47(4). 469-496.

The Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW). (2017). Deloitte overtakes PwC as world's largest firm. https://economia.icaew.com/en/news/ february-2017/deloitte-overtakes-pwc-as- worlds-largest-firm. Diakses terakhir pada 29April 2018.

Tilman. B. A. (2006). Federal and State constitutional challenges to State tax amnesty programs: An evaluation of the state tax amnesty programs implemented by California, Illinois, North Carolina, and Mississippi. The State and Local Tax Lawyer. Vol. 11. 61-104

Tofan. M. (2017). Tax amnesty for social contribution in Romanian legal framework. Journal Of Public Administration. Finance And Law. 190.

20

Page 21: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

Undang-Undang Pengampunan Pajak Nomor 11 Tahaun 2016 tentang Pengampunan Pajak

Yustiari. S. H. (2016). Tax amnesty dalam perspektif good governance. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik. 2(4).

LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil Uji Regresi Model Penelitian 3.2 (ABTD)

. reg BTD CapInt DeltaREV LEV SIZE BTD2014

Source | SS df MS Number of obs = 149-------------+------------------------------ F( 5, 143) = 15.51 Model | .067898319 5 .013579664 Prob > F = 0.0000 Residual | .125199581 143 .000875522 R-squared = 0.3516-------------+------------------------------ Adj R-squared = 0.3290 Total | .1930979 148 .001304716 Root MSE = .02959

------------------------------------------------------------------------------ BTD | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]-------------+---------------------------------------------------------------- CapInt | .0273924 .0107064 2.56 0.012 .0062291 .0485556 DeltaREV | .0307984 .01245 2.47 0.015 .0061885 .0554083 LEV | -.0232883 .0127662 -1.82 0.070 -.0485233 .0019466 SIZE | -.0034534 .001636 -2.11 0.037 -.0066873 -.0002196 BTD2014 | .4076701 .057829 7.05 0.000 .29336 .5219803 _cons | .0932098 .0450401 2.07 0.040 .0041793 .1822402

Lampiran 2: Hasil Uji Regresi Model Penelitian 3.1

logistic TA ABTD BIG4 ROA LEV SIZELogistic regression Number of obs = 149 LR chi2(5) = 22.49 Prob > chi2 = 0.0004Log likelihood = -90.820965 Pseudo R2 = 0.1102

------------------------------------------------------------------------------ TA | Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]-------------+---------------------------------------------------------------- ABTD | .0000142 .0001302 -1.22 0.224 2.20e-13 914.6679 BIG4 | .3384944 .1472673 -2.49 0.013 .1442855 .794109 ROA | .5447114 1.178676 -0.28 0.779 .0078395 37.84791 LEV | .8855676 .8525321 -0.13 0.900 .1342066 5.843455 SIZE | .7744643 .1073447 -1.84 0.065 .590229 1.016207 _cons | 2293.543 8897.498 1.99 0.046 1.143887 4598655------------------------------------------------------------------------------

logit TA ABTD BIG4 ROA LEV SIZELogistic regression Number of obs = 149 LR chi2(5) = 22.49 Prob > chi2 = 0.0004Log likelihood = -90.820965 Pseudo R2 = 0.1102

------------------------------------------------------------------------------ TA | Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]-------------+---------------------------------------------------------------- ABTD | -11.16312 9.174495 -1.22 0.224 -29.1448 6.818561 BIG4 | -1.083248 .4350658 -2.49 0.013 -1.935961 -.2305345 ROA | -.6074991 2.163853 -0.28 0.779 -4.848574 3.633576 LEV | -.1215265 .9626956 -0.13 0.900 -2.008375 1.765322

21

Page 22: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

SIZE | -.2555837 .1386051 -1.84 0.065 -.5272446 .0160773 _cons | 7.737853 3.879368 1.99 0.046 .134432 15.34127------------------------------------------------------------------------------

Lampiran 3: Hasil Uji VIF

Variable | VIF 1/VIF -------------+---------------------- BIG4 | 1.47 0.680642 SIZE | 1.39 0.718019 ROA | 1.23 0.816214 LEV | 1.09 0.916273 ABTD | 1.06 0.940471-------------+---------------------- Mean VIF | 1.25

Lampiran 4: Hasil Regresi Proksi Cash ETR (Uji Sensitivitas)

Logistic regression Number of obs = 149 LR chi2(5) = 21.33 Prob > chi2 = 0.0007Log likelihood = -91.400051 Pseudo R2 = 0.1045

------------------------------------------------------------------------------ TA | Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]-------------+---------------------------------------------------------------- CashETR | .5074712 .5341965 -0.64 0.519 .0644737 3.994298 BIG4 | .3268141 .1446593 -2.53 0.012 .1372553 .7781662 ROA | .4219469 .9446904 -0.39 0.700 .0052422 33.96251 LEV | .7872981 .7647899 -0.25 0.806 .1172932 5.28452 SIZE | .7902195 .1081358 -1.72 0.085 .60432 1.033305 _cons | 932.3932 3567.526 1.79 0.074 .516094 1684494------------------------------------------------------------------------------

Lampiran 5: Hasil Regresi Proksi BTD (Uji Sensitivitas)

Logistic regression Number of obs = 149 LR chi2(5) = 22.10 Prob > chi2 = 0.0005Log likelihood = -91.014678 Pseudo R2 = 0.1083

------------------------------------------------------------------------------ TA | Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]-------------+---------------------------------------------------------------- BTD | .0027722 .0153163 -1.07 0.287 5.50e-08 139.8489 BIG4 | .3338089 .1459094 -2.51 0.012 .1417209 .7862522 ROA | .32635 .7099642 -0.51 0.607 .0045911 23.19775 LEV | .7772284 .7535022 -0.26 0.795 .1162335 5.197158 SIZE | .7774105 .1068882 -1.83 0.067 .5937676 1.017851 _cons | 1878.501 7222.685 1.96 0.050 1.002327 3520572------------------------------------------------------------------------------

Lampiran 6: Hasil Regresi Proksi SKP (Uji Sensitivitas)

Logistic regression Number of obs = 149 LR chi2(5) = 20.93 Prob > chi2 = 0.0008Log likelihood = -91.601248 Pseudo R2 = 0.1025

------------------------------------------------------------------------------

22

Page 23: staff.blog.ui.ac.id · Web viewPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2017. Perusahaan yang tidak bergerak di sektor yang memiliki peraturan perpajakan

TA | Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]-------------+---------------------------------------------------------------- SKP | 1.048274 .4272691 0.12 0.908 .4715536 2.330336 BIG4 | .3427705 .1487609 -2.47 0.014 .1464151 .8024558 ROA | .276076 .5995655 -0.59 0.553 .0039124 19.48129 LEV | .8493901 .8257821 -0.17 0.867 .1263467 5.710188 SIZE | .7875915 .1094029 -1.72 0.086 .599877 1.034046 _cons | 1222.205 4698.542 1.85 0.064 .6529161 2287868

23