spondillolitesis
DESCRIPTION
d;aqdokTRANSCRIPT
Laporan Kasus Neurologi
Spondilolisthesis
Pembimbing: dr. Sesmi Betris
Oleh:
Kharisma Prasetya A. 070100083
Benny Harmoko 070100097
Marintan A. Sitio 070100165
Vitri Alya 070100143
Ivan C. Pasaribu 070100367
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR
DEPARTEMEN SMF NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP HAM
MEDAN
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian pembelajaran
dalam kepaniteraan klinik senior Departemen Ilmu Saraf di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara terutama mengenai spondilolisthesis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Departemen Ilmu Saraf dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun, untuk kesempurnaan makalah ini.
Medan, 24 November 2011
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Tujuan............................................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS...............................................................................................2
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................32
3.1. Definisi........................................................................................................32
3.2. Etiopatofisiologi..........................................................................................32
3.3. Epidemiologi...............................................................................................33
3.4. Gejala Klinis................................................................................................33
3.5. Diagnosis.....................................................................................................34
3.6. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................36
3.7. Penatalaksanaan...........................................................................................36
3.8. Komplikasi..................................................................................................38
3.9. Prognosis.....................................................................................................38
BAB 4 DISKUSI KASUS.................................................................................................39
BAB 5 PERMASALAHAN.............................................................................................41
BAB 6 KESIMPULAN....................................................................................................42
BAB 7 SARAN..................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................44
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Spondilolistesis merupakan pergeseran kedepan korpus vertebra dalam
hubungannya dengan sacrum, atau kadang dihubungan dengan vertebra lain. Kelainan
terjadi akibat hilangnya kontinuitas-pars intervertebralis sehingga menjadi kurang
kuat untuk menahan pergeseran tulang berakang. Dikenali beberapa tipe yaitu;
Spondilolistesis spondilolitik. Degenerative, congenital, traumatic dan patologik.
Biasanya juga ditemukan tanda spondilisis.1
Gejalanya berupa nyeri pinggang yang semakin hebat bila berdiri, berjalan,
atau berlari, dan berkurang bila beristirahat. Biasanya otot biceps femur,
semitrendinosus, semimembranosis dan grasilis tegang sehingga ekstensi tungkai
terbatas. Foto rontgen memberikan gambaran yang jelas menunjukkan kelainan
vertebra. Kelainan ini mngkin tidak bergejala sehingga perlu pemeriksaan klinis dan
radiologis berkala. Adanya pergeseran yang progresif. Adanya pergeseran yang
progresif merupakan indikasi untuk melakukan stabilisasi. Nyeri pinggang yang
ringan biasanya dapat dilatusi dengan pemakaian alat penguat lumbosacral.1
Pada spondilolistesis tipe kongenital, pergeseran mungkin demikian berat
sehingga mempersempit panggul dan tidak memungkinkan persalinan pervaginam.1
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik senior Departemen Neurologi Rumah Sakit Umum Puat Haji Adam Malik
Medan dan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai penyakit stroke iskemik.
1
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Asiah Usma
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 54 tahun
Suku Bangsa : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Lk.Melati Kab Aceh Kec Langsa
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 15 November 2011
Tanggal Keluar : 23 November 2011
ANAMNESA
Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah
Telaah : Hal ini dialami OS sejak 1 tahun lalu namun memberat dalam
2 bulan sebelum masuk rumah sakit, nyeri menjalar (-). Nyeri
terutama muncul jika os berubah posisi. Riwayat mengangkat
beban berat sebelumnya (-).
Riwayat trauma (-), riwayat batuk lama (-), batuk darah dan
keringat malam (-).
Kebas-kebas pada kedua tungkai (+) dialami sejak 1 tahun
yang lalu.
Riwayat DM (+), sejak 3 tahun yang lalu, minum obat teratur.
Hipertensi (+), sejak 5 tahun lalu, minum obat teratur. Riwayat
penyakit jantung (+), namun deskripsi penyakit kurang jelas.
Riwayat BAK berpasir dan berwarna keruh (-).
BAK dan BAB (+) normal.
Riwayat Penyakit Terdahulu : Penyakit Jantung, DM, Hipertensi.
Riwayat Penggunaan Obat : Obat-obatan DM dan Hipertensi
2
ANAMNESE TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius : penyakit jantung, hipertensi
Traktus Respiratorius : tidak ada kelainan
Traktus Digestivus : tidak ada kelainan
Traktus Urogenitalis : tidak ada kelainan
Penyakit Terdahulu dan Kecelakaan : DM, Penyakit Jantung, Hipertensi
Intoksikasi dan obat-obatan : (-)
ANAMNESE KELUARGA
Faktor Herediter : tidak jelas
Faktor Familier : tidak jelas
ANAMNESE SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan : dalam batas normal
Imunisasi : tidak jelas
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Perkawinan dan anak : menikah dan memiliki 8 orang anak
PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 160/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36.5 °C
Kulit dan Selaput Lendir : dalam batas normal
Kelenjar dan Getah Bening : dalam batas normal
Persendian : dalam batas normal
Kepala dan Leher
Bentuk dan Posisi : bulat dan medial
Pergerakan : dalam batas normal
3
Kelainan Panca Indra : (-)
Rongga Mulut dan Gigi : dalam batas normal
Kelenjar Parotis : dalam batas normal
Desah : (-)
Rongga Dada dan Abdomen Rongga Dada Rongga Abdomen
Inspeksi : simetris fusiformis simetris
Perkusi : sonor timpani
Palpasi : SF normal soepel
Auskultasi : SP: vesikuler peristaltik (+)
ST: - Normal
Genitalia
Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Kranium
Bentuk : Bulat
Fontanella : UUB tertutup rata
Palpasi : Teraba pulsasi a.karotis dan a.temporalis
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
Transiluminasi : tidak dilakukan
Perangsangan Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Tanda Kerniq : (-)
Tanda Brudzinski I : (-)
Tanda Brudzinski II : (-)
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Muntah : (-)
Sakit Kepala : (-)
4
Kejang : (-)
SARAF OTAK/NERVUS KRANIALIS
Nervus I Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra
Normosmia : + +
Anosmia : - -
Parosmia : - -
Hiposmia : - -
Nervus II Oculi Dextra Oculi Sinistra
Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
Lapangan Pandang
Normal : + +
Menyempit : - -
Hemianopsia : - -
Scotoma : - -
Refleks Ancaman : + +
Fundus Okuli
Warna : tidak dilakukan pemeriksaan
Batas : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekskavasio : tidak dilakukan pemeriksaan
Arteri : tidak dilakukan pemeriksaan
Vena : tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus III, IV, VI Oculi Dextra Oculi Sinistra
Gerakan Bola Mata : + +
Nistagmus : (-) (-)
Pupil
Lebar : 3 mm 3 mm
Bentuk : isokor isokor
Refleks Cahaya Langsung : (+) (+)
Refleks Cahaya tidak langsung : (+) (+)
Rima Palpebra : 7 mm 7 mm
Deviasi conjugate : (-) (-)
5
Fenomena Doll’s eye : tidak dilakukan tidak dilakukan
Strabismus : (-) (-)
Nervus V Kanan Kiri
Motorik
Membuka dan Menutup mulut : normal normal
Palpasi otot masseter & temporalis : normal normal
Kekuatan Gigitan : normal normal
Sensorik
Kulit : normal normal
Selaput Lendir : normal normal
Refleks Kornea
Langsung : (+) (+)
Tidak Langsung : (+) (+)
Refleks Masseter : normal normal
Refleks Bersin : normal normal
Nervus VII Kanan Kiri
Motorik
Mimik : + +
Kerut Kening : + +
Menutup Mata : + +
Meniup Sekuatnya : + +
Memperlihatkan gigi : + +
Tertawa : + +
Sensorik
Pengecapan 2/3 Depan Lidah : +
Produksi Kelenjar Ludah : dalam batas normal
Hiperakusis : -
Refleks Stapedial : -
Nervus VIII
Auditorius Kanan Kiri
Pendengaran : + +
6
Test Rinne : tidak dilakukan pemeriksaan
Test Weber : tidak dilakukan pemeriksaan
Test Schwabach : tidak dilakukan pemeriksaan
Vestibularis
Nistagmus : (-) (-)
Reaksi Kalori : tidak dilakukan pemeriksaan
Vertigo : (-) (-)
Tinnitus : (-) (-)
Nervus IX,X
Pallatum Mole : medial
Uvula : medial
Disfagia : (-)
Disartria : (-)
Disfonia : (-)
Refleks Muntah : (+)
Pengecapan 1/3 Belakang Lidah : (+)
Nervus XI Kanan Kiri
Mengangkat Bahu : (+) (+)
Fungsi Otot Sternocleidomastoideus : normal normal
Nervus XII
Lidah
Tremor : (-)
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat : medial
Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan : medial
SISTEM MOTORIK
Trofi : eutrofi
Tonus Otot : normal
Kekuatan Otot :
7
ESD : 55555/55555 EID: 55555/55555
EIS : 55555/55555 ESS:55555/55555
GERAKAN SPONTAN ABNORMAL
Tremor : (-)
Khorea : (-)
Ballismus : (-)
Mioklonus : (-)
Atetotis : (-)
Distonia : (-)
Spasme : (-)
Tic : (-)
TES SENSIBILITAS
Eksteroseptif : Dalam Batas Normal
Propioseptif : Dalam Batas Normal
Fungsi Kortikal Untuk Sensibilitas
Stereognosis : (+)
Pengenalan Dua titik : (+)
Grafestesia : (+)
REFLEKS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps : (+) (+)
Triceps : (+) (+)
Radioperiost : (+) (+)
APR : (+) (+)
KPR : (+) (+)
Strumple : (+) (+)
Refleks Patologis
Babinski : (-) (-)
Oppenheim : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
8
Gordon : (-) (-)
Schaefer : (-) (-)
Hoffman-Tromner : (-) (-)
Klonus Lutut : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)
Refleks Primitif : (-) (-)
KOORDINASI
Lenggang : Dalam Batas Normal
Bicara : Dalam Batas Normal
Menulis : Dalam Batas Normal
Percobaan Apraksia : Dalam Batas Normal
Mimik : Dalam Batas Normal
Test Telunjuk-Telunjuk : Dalam Batas Normal
Test Telunjuk-Hidung : Dalam Batas Normal
Diadokhokinesia : Dalam Batas Normal
Test Tumit-Lutut : Dalam Batas Normal
Test Romberg : Dalam Batas Normal
VEGETATIF
Vasomotorik : dalam batas normal
Sudomotorik : dalam batas normal
Pilo-Erektor : dalam batas normal
Miksi : dalam batas normal
Defekasi : dalam batas normal
Potens dan Libido : tidak dilakukan pemeriksaan
VERTEBRA
Bentuk
Normal : (+)
Scoliosis : (-)
Hiperlordosis : (-)
Pergerakan
Leher : dalam batas normal
9
Pinggang : gerakan terbatas
TANDA PERANGSANGAN RADIKULER
Laseque : (-)
Cross Laseque : (-)
Lhermitte : (-)
Naffziger : (-)
GEJALA-GEJALA SEREBELAR
Ataksia : (-)
Disartria : (-)
Tremor : (-)
Nistagmus : (-)
Fenomena Rebound : (-)
Vertigo : (-)
GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor : (-)
Rigiditas : (-)
Bradikinesia : (-)
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif : Compos Mentis
Ingatan Lama : baik
Ingatan Baru : baik
Orientasi
Diri : baik
Tempat : baik
Waktu : baik
Situasi : baik
Intelegensia : baik
Daya pertimbangan : baik
Reaksi emosi : baik
Afasia
10
Ekspresif : (-)
Represif : (-)
Apraksia : (-)
Agnosia
Agnosia Visual : (-)
Agnosia jari-jari : (-)
Akalkulia : (-)
Disorientasi Kanan-Kiri : (-)
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah
Telaah : seorang wanita, usia 54 tahun, datang ke RSUP HAM dengan
keluhan nyeri punggung bawah. Hal ini sudah dialami sejak
kurang lebih 1 tahun yang lalu namun memberat dalam 2
bulan sebelum masuk rumah sakit. Nyeri menjalar (-), nyeri
muncul terutama jika os berubah posisi. Riwayat mengangkat
beban berat sebelumnya (-). Kebas-kebas pada kedua tungkai
juga dialami sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Riwayat
DM sejak 3 tahun yang lalu, minum obat teratur. Riwayat
hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu, minum obat teratur.
Penyakit jantung (+), namun deskripsi os kurang jelas.
Status Presens
Sens : Compos Mentis
Tekanan Darah : 160/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36,5 °C
Nervus Kranialis
N.I : normosmia
N.II, III : RC +/+, pupil isokor Ø 3mm
N.III,IV,VI : gerak bola mata (+)
11
N.V : buka tutup mulut (+)
N.VII : sudut mulut simetris
N.VIII : pendengaran(+)
N.IX,X : uvula medial
N.XI : angkat bahu(+)
N.XII : lidah dijulurkan medial
Status Neurologis
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : sakit kepala (-), muntah (-),kejang (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : +/+ +/+
KPR/APR : +/+ +/+
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
EID: 55555/55555 EIS: 55555/55555
Diagnosa
Diagnosa Fungsional : LBP
Diagnosa Etiologik : Spondilolithesis
Diagnosa Anatomik : Lumbal
Diagnosa Kerja : LBP ec Spondilolithesis + DM tipe 2 + HT stage 2
Penatalaksanaan
- IVFD Rsol 20gtt/i
- Inj Ketorolac 1 amp (k/p)
- Inj. Ranitidin 1 amp/12jam
- Na Diclofenac 2 x 50 mg
- B Complex 3 x 1
- Captopril 2 x 25 mg
12
HASIL LABORATORIUM IGD 15 November 2011
Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Nilai Normal
Darah Lengkap
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Hematrokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
gr%
106/mm3
103/mm3
%
106/mm3
fL
pg
gr%
8.90
3.73
8.20
27.70
422
74.30
23.90
32.10
11.7-15.5
4.2 – 4.87
4.5 – 11.0
38 – 44
150 – 450
85 – 95
28 – 32
33 – 35
Diftel
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
%
%
%
%
%
53.50
34.90
3.60
2.20
0.100
37 – 80
20 – 40
2 – 8
1 – 6
0 – 1
Faal Hemostasis
PT
Kontrol
Pasien
INR
aPTT
Kontrol
Pasien
TT
Kontrol
Pasien
detik
detik
detik
detik
detik
detik
detik
12.90
13.2
1.06
29.9
29.3
12.0
13.0
Faal Hati
13
SGOT
SGPT
IU/L
IU/L
11
4
< 32
< 31
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa Darahmg/dL 179.50 < 200
Ginjal
Ureum
Kreatinin
mg/dL
mg/dL
48.30
1.32
< 50
0.50 – 0.90
Elektrolit Serum
Natrium (Na)
Kalium (K)
Chloride (Cl)
mEq/L
mEq/L
mEq/L
136
4.1
103
135 – 155
3.6 – 5.5
96 – 106
Jawaban Konsultasi Kardiologi atas Pembacaan EKG 15 November 2011:
EKG:
SR, QRS rate 68 x/i, axis N, Gelombang P normal, PR int 0,16”, ST-T changes (-),
LVH (-), VES (-)
Kesan: Sinus rhytm
Follow Up
Follow Up 16 November 2011S: nyeri punggung bawahO:
14
Status Presens
Sens : CM
Tekanan Darah : 190/70 mmHg
Nadi : 74 x/i
Frekuensi nafas : 20 x/i
Temperatur : 36,5 C
Nervus Kranialis
N.I : normosmia
N.II, III : RC +/+, pupil isokor Ø 3mm
N.III,IV,VI : gerak bola mata (+)
N.V : buka tutup mulut (+)
N.VII : sudut mulut simetris
N.VIII : pendengaran(+)
N.IX,X : uvula medial
N.XI : angkat bahu(+)
N.XII : lidah dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : sakit kepala (-), muntah (-),kejang (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : +/+ +/+
KPR/APR : +/+ +/+
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
EID: 55555/55555 EIS: 55555/55555
Laseque test (-)
Sensibilitas dalam batas normal
A: LBP ec Spondilolisthesis gr.I + DM tipe 2 + HT stg 2
15
P: - IVFD Rsol 20gtt/i
- Inj Ketorolac 1 amp (k/p)
- Inj. Ranitidin 1 amp/12jam
- Na Diclofenac 2 x 50 mg
- B Complex 3 x 1
- Captopril 2 x 25 mgR/T Amitriptilin 1x12,5 mg
HASIL LABORATORIUM 16 November 2011
Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Nilai Normal
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa darah
Glukosa 2jPP
Lemak
Kolesterol Total
Trigliserida
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
153
167
195
140
51
138
70-120
<200
<200
40-200
>65
<150
Jawaban Konsultasi Radiologi atas Pembacaan Foto Thoraks 16 November
2011:
16
Jantung membesar, CTR 54%, aorta dilatasi kalsifikasi, trakea medial, kedua hilus
tidak dapat dievaluasi, corakan bronkovaskular sedikit meningkat, diafragma dan
kedua sudut costofrenicus baik, tulang-tulang intak.
Kesan: Kardiomegali, aorta dilatasi dd: aneurysma aorta
Jawaban Konsultasi Radiologi atas Pembacaan Foto Lumbosakral AP/L 16
November 2011:
Kedudukan tulang-tulang vertebra baik,, densitas tulang terlihat menurun, tampak
penyempitan diskus intervertebralis L5/S1. Tampak listesis L5 terhadap S1 ke
anterior. Tampak kompresi dari corpus L5. Jaringan lunak paravertebra baik. Tampak
osteofit dan sklerotik pada kedua sacroileo joint.
Kesan: Spondilolistesis grade I dan spondiloartrosis, penyempitan diskus L5/S1
Follow Up 17 November 2011S: nyeri punggung bawahO:
17
Status Presens
Sens : CM
Tekanan Darah : 180/70 mmHg
Nadi : 61 x/i
Frekuensi nafas : 19 x/i
Temperatur : 37,6 °C
Nervus Kranialis
N.I : normosmia
N.II, III : RC +/+, pupil isokor Ø 3mm
N.III,IV,VI : gerak bola mata (+)
N.V : buka tutup mulut (+)
N.VII : sudut mulut simetris
N.VIII : pendengaran(+)
N.IX,X : uvula medial
N.XI : angkat bahu(+)
N.XII : lidah dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : sakit kepala (-), muntah (-),kejang (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : +/+ +/+
KPR/APR : +/+ +/+
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
EID: 55555/55555 EIS: 55555/55555
Laseque test (-)
Sensibilitas dalam batas normal
A: LBP ec Spondilolisthesis gr.I + DM tipe 2 + HT stg 2
18
P: - Tirah baring
- IVFD Rsol 20gtt/i
- Inj Ketorolac 1 amp (k/p)
- Inj. Ranitidin 1 amp/12jam
- Na Diclofenac 2 x 50 mg
- B Complex 3 x 1
- Captopril 2 x 50 mg- Amitriptilin 1x12,5 mg
19
Follow Up 18 November 2011S: nyeri punggung bawahO:
Status Presens
Sens : CM
Tekanan Darah : 150/70 mmHg
Nadi : 72 x/i
Frekuensi nafas : 20 x/i
Temperatur : 36, C
Nervus Kranialis
N.I : normosmia
N.II, III : RC +/+, pupil isokor Ø 3mm
N.III,IV,VI : gerak bola mata (+)
N.V : buka tutup mulut (+)
N.VII : sudut mulut simetris
N.VIII : pendengaran(+)
N.IX,X : uvula medial
N.XI : angkat bahu(+)
N.XII : lidah dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : sakit kepala (-), muntah (-),kejang (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : +/+ +/+
KPR/APR : +/+ +/+
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
EID: 55555/55555 EIS: 55555/55555
Laseque test (-)
20
Sensibilitas dalam batas normal
A: LBP ec Spondilolisthesis gr.I + DM tipe 2 + HT stg 2
P: - Tirah baring
- IVFD Rsol 20gtt/i
- Inj Ketorolac 1 amp (k/p)
- Inj. Ranitidin 1 amp/12jam
- Na Diclofenac 2 x 50 mg
- Captopril 2 x 50 mg- Amitriptilin 1x12,5 mg- B Complex 3 x 1
- Pemasangan Korset
21
Follow Up 19 November 2011S: nyeri punggung bawahO:
Status Presens
Sens : CM
Tekanan Darah : 160/80 mmHg
Nadi : 64 x/i
Frekuensi nafas : 16 x/i
Temperatur : 37 C
Nervus Kranialis
N.I : normosmia
N.II, III : RC +/+, pupil isokor Ø 3mm
N.III,IV,VI : gerak bola mata (+)
N.V : buka tutup mulut (+)
N.VII : sudut mulut simetris
N.VIII : pendengaran(+)
N.IX,X : uvula medial
N.XI : angkat bahu(+)
N.XII : lidah dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : sakit kepala (-), muntah (-),kejang (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : +/+ +/+
KPR/APR : +/+ +/+
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
EID: 55555/55555 EIS: 55555/55555
Laseque test (-)
22
Sensibilitas dalam batas normal
A: LBP ec Spondilolisthesis gr.I + DM tipe 2 + HT stg 2
P: - Tirah baring
- IVFD Rsol 20gtt/i
- Inj Ketorolac 1 amp (k/p)
- Inj. Ranitidin 1 amp/12jam
- Na Diclofenac 2 x 50 mg
- Amitriptilin 1x 25 mg
- Captopril 2 x 50 mg- Vit B Complex 3 x 1
- Dulcolax Supp (k/p)
23
Follow Up 20 November 2011S: nyeri punggung bawahO:
Status Presens
Sens : CM
Tekanan Darah : 190/70 mmHg
Nadi : 66 x/i
Frekuensi nafas : 19 x/i
Temperatur : 36,9 C
Nervus Kranialis
N.I : normosmia
N.II, III : RC +/+, pupil isokor Ø 3mm
N.III,IV,VI : gerak bola mata (+)
N.V : buka tutup mulut (+)
N.VII : sudut mulut simetris
N.VIII : pendengaran(+)
N.IX,X : uvula medial
N.XI : angkat bahu(+)
N.XII : lidah dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : sakit kepala (-), muntah (-),kejang (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : +/+ +/+
KPR/APR : +/+ +/+
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
EID: 55555/55555 EIS: 55555/55555
Laseque test (-)
24
Sensibilitas dalam batas normal
A: LBP ec Spondilolisthesis gr.I + DM tipe 2 + HT stg 2
P: - Tirah baring
- IVFD Rsol 20gtt/i
- Inj Ketorolac 1 amp (k/p)
- Inj. Ranitidin 1 amp/12jam
- Na Diclofenac 2 x 50 mg
- Amitriptilin 1 x 25 mg
- Captopril 2 x 50 mg- Vit B Complex 3x1- Dulcolax Supp (k/p)
25
Follow Up 21 November 2011S: nyeri punggung bawahO:
Status Presens
Sens : CM
Tekanan Darah : 190/90 mmHg
Nadi : 64 x/i
Frekuensi nafas : 17 x/i
Temperatur : 35,5 C
Nervus Kranialis
N.I : normosmia
N.II, III : RC +/+, pupil isokor Ø 3mm
N.III,IV,VI : gerak bola mata (+)
N.V : buka tutup mulut (+)
N.VII : sudut mulut simetris
N.VIII : pendengaran(+)
N.IX,X : uvula medial
N.XI : angkat bahu(+)
N.XII : lidah dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : sakit kepala (-), muntah (-),kejang (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : +/+ +/+
KPR/APR : +/+ +/+
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
EID: 55555/55555 EIS: 55555/55555
Laseque test (-)
26
Sensibilitas dalam batas normal
A: LBP ec Spondilolisthesis gr.I + DM tipe 2 + HT stg 2
P: - Tirah Baring
- IVFD Rsol 20gtt/i
- Inj Ketorolac 1 amp (k/p)
- Inj. Ranitidin 1 amp/12jam
- Na Diclofenac 2 x 50 mg
- Amitriptilin 1x25 mg
- Captopril 3 x 50 mg- Vit B Complex 3x1- Fisiotherapy
27
Follow Up 22 November 2011S: nyeri punggung bawahO:
Status Presens
Sens : CM
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 76 x/i
Frekuensi nafas : 20 x/i
Temperatur : 36,0 C
Nervus Kranialis
N.I : normosmia
N.II, III : RC +/+, pupil isokor Ø 3mm
N.III,IV,VI : gerak bola mata (+)
N.V : buka tutup mulut (+)
N.VII : sudut mulut simetris
N.VIII : pendengaran(+)
N.IX,X : uvula medial
N.XI : angkat bahu(+)
N.XII : lidah dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : sakit kepala (-), muntah (-),kejang (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : +/+ +/+
KPR/APR : +/+ +/+
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
EID: 55555/55555 EIS: 55555/55555
Laseque test (-)
28
Sensibilitas dalam batas normal
A: LBP ec Spondilolisthesis gr.I + DM tipe 2 + HT stg 2 + DM tipe 2 + HT stg 2
P: - IVFD Rsol 20gtt/i
- Inj Ketorolac 1 amp (k/p)
- Ranitidin 2 x 150 mg
- Na Diclofenac 2 x 50 mg
- Amitriptilin 1 x 25 mg
- B Complex 3 x 1
- Captopril 3 x 50 mg- Fisioterapi
29
Follow Up 23 November 2011S: nyeri punggung bawahO:
Status Presens
Sens : CM
Tekanan Darah : 190/90 mmHg
Nadi : 80 x/i
Frekuensi nafas : 20 x/i
Temperatur : 36,6 C
Nervus Kranialis
N.I : normosmia
N.II, III : RC +/+, pupil isokor Ø 3mm
N.III,IV,VI : gerak bola mata (+)
N.V : buka tutup mulut (+)
N.VII : sudut mulut simetris
N.VIII : pendengaran(+)
N.IX,X : uvula medial
N.XI : angkat bahu(+)
N.XII : lidah dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : sakit kepala (-), muntah (-),kejang (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : +/+ +/+
KPR/APR : +/+ +/+
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
EID: 55555/55555 EIS: 55555/55555
Laseque test (-)
30
Sensibilitas dalam batas normal
A: LBP ec Spondilolisthesis gr.I + DM tipe 2 + HT stg 2
P:
- Ranitidin 2 x 150 mg
- Na Diclofenac 2 x 50 mg
- Amitriptilin 1 x 25 mg
- Captopril 3 x 50 mg
- B Complex 3 x 1
31
BAB 3TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kata spondylolisthesis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata
spondylo yang berarti “tulang belakang (vertebra)”, dan listhesis yang berarti
“bergeser”. Maka spondilolistesis merupakan istilah deskriptif untuk pergeseran
(biasanya ke anterior) dari vertebra relatif terhadap vertebra yang dibawahnya.1,4,5,9
3.2 Etiopatofisiologi
Penyebab dari sindrom ini adalah malformasi persimpangan lumbosakral
(kecil bagian belakang dan bagian belakang panggul) yang kecil, sendi facet tidak
kompeten, yang dapat bersifat kongenital (bawaan), disebut sebagai spondilolisthesis
displastik, atau mungkin terjadi selama masa remaja karena patah tulang atau cedera
pada salah satu tulang-tulang belakang dari kegiatan olahraga terkait seperti angkat
berat, berlari, berenang, atau sepak bola yang menyebabkan seseorang memiliki
spondilolisthesis isthmic.1,9
Ada lima jenis utama dari Spondilolisthesis dikategorikan oleh sistem
klasifikasi Wiltse:
1. Displatik.
- Sendi facet memungkinkan pergeseran kedepan.
- Lengkungan neural biasanya masih utuh.2
2. Isthmic.
- Lesi dari pars.
- Terdapat 3 subtipe: fraktur stress, pemanjangan dari pars, dan fraktur pars
akut.2
3. Degeratif.
Spondilolisthesis bisa disebabkan oleh penuaan, umum, dan keausan tulang,
jaringan, otot-otot, dan ligamen tulang belakang disebut sebagai
spondilolisthesis degeneratif.2
4. Trauma.
Setelah kecelakaan besar atau trauma untuk kembali menghasilkan
kondisi yang disebut spondilolisthesis trauma.2
5. Patologis.
32
Jenis terakhir Spondilolisthesis, yang juga yang paling langka,
disebut spondilolisthesis patologis. Jenis Spondilolisthesis terjadi karena
kerusakan pada elemen posterior dari metastasis (kanker sel-sel yang
menyebar ke bagian lain dari tubuh dan menyebabkan tumor) atau penyakit
tulang metabolik. Jenis ini telah dilaporkan dalam kasus-kasus penyakit Paget
tulang (dinamai Sir James Paget, seorang ahli bedah Inggris yang
menggambarkan gangguan kronis yang biasanya menghasilkan tulang
membesar dan cacat), tuberkulosis (penyakit menular mematikan yang
biasanya menyerang paru-paru tetapi dapat menyebar ke bagian lain dari
tubuh), tumor sel raksasa, dan metastasis tumor.2
Diagnosis yang tepat dan identifikasi jenis atau kategori Spondilolisthesis
adalah penting untuk memahami serta keparahan dari pergeseran yang terbagi
menjadi 5 kelas sebelum pengobatan yang tepat untuk kondisi tersebut dapat
disarankan.2
3.3 Epidemiologi
Insidensi spondilolisthesis tipe ismik berkisar 5% berdasarkan studi otopsi.
Spondilolisthesis degeneratif memiliki frekuensi tersering karena secara umum
populasi pastinya akan mengalami penuaan. Paling sering melibatkan level L4-L5.
Sampai 5,8% pria dan 9,1% wanita memiliki listhesis tipe ini.1,2,8
3.4 Gejala klinis
Presentasi klinis dapat bermacam-macam, tergantung pada jenis pergeseran
dan usia pasien. Selama tahun-tahun awal kehidupan, presentasi klinis dapat berupa
nyeri punggung bawah ringan yang sesekali dirasakan pada panggul dan paha
posterior, terutama saat beraktivitas. Gejala jarang berkorelasi dengan tingkat
pergeseran, meskipun mereka disebabkan ketidakstabilan segmental. Tanda
neurologis seringkali berkorelasi dengan tingkat selip dan melibatkan motorik,
sensorik, dan perubahan refleks yang sesuai untuk pelampiasan akar saraf (biasanya
S1).3
Gejala yang paling umum dari spondylolisthesis adalah:
1. Nyeri punggung bawah.
33
Hal ini sering lebih memberat dengan latihan terutama dengan ekstensi tulang
belakang lumbal.4
2. Beberapa pasien dapat mengeluhkan nyeri, mati rasa, kesemutan, atau
kelemahan pada kaki karena kompresi saraf. Kompresi parah dari saraf dapat
menyebabkan hilangnya kontrol dari usus atau fungsi kandung kemih.4
3. Keketatan dari paha belakang dan penurunan jangkauan gerak dari punggung
bawah.4
Pasien dengan spondilolistesis degeneratif biasanya lebih tua dan datang
dengan nyeri punggung, radikulopati, klaudikasio neurogenik, atau kombinasi dari
gejala-gejala tersebut. Pergeseran yang paling umum adalah di L4-5 dan kurang
umum di L3-4. Gejala-gejala radikuler sering hasil dari stenosis recessus lateral dari
facet dan ligamen hipertrofi dan/ atau disk herniasi. Akar saraf L5 dipengaruhi paling
sering dan menyebabkan kelemahan ekstensor halusis longus. Stenosis pusat dan
klaudikasio neurogenik bersamaan mungkin atau mungkin tidak ada.4
Penyebab gejala klaudikasio selama ambulasi adalah multifaktorial. Rasa sakit
ini berkurang ketika pasien memfleksikan tulang belakang dengan duduk atau
bersandar. Fleksi memperbesar ukuran kanal oleh peregangan ligamentum flavum
menonjol, pengurangan lamina utama dan aspek, dan pembesaran foramen tersebut.
Hal ini mengurangi tekanan pada akar saraf keluar dan, dengan demikian, mengurangi
rasa sakit.4
3.5 Diagnosis
Pada kebanyakan kasus, jarang ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik pasien
spondilolistesis. Pasien biasanya mengeluh nyeri di bagian punggung yang disertai
dengan nyeri intermitten pada tungkai. Spondilolistesis sering menyebabkan spasme
otot, atau kekakuan pada betis.
Spondilolistesis mudah didiagnosis dengan menggunakan foto polos tulang
belakang. X-ray lateral akan menunjukkan kelainan apabila terdapat vertebra yang
bergeser ke depan dibandingkan dengan vertebra di dekatnya. Spondilolistesis dibagi
berdasarkan derajatnya berdasarkan persentase pergeseran vertebra dibandingkan
dengan vertebra di dekatnya, yaitu:
34
1. Derajat I: pergeseran kurang dari 25%
2. Derajat II diantara 26-50%
3. Derajat III diantara 51-75%
4. Derajat IV diantara 76-100%
5. Derajat V, atau spondiloptosis terjadi ketika vertebra telah terlepas dari
tempatnya
Gambar 1. Pengukuran Derajat Spondilolisthesis
Gambar 2. Spondilolisthesis Grade I
35
Gambar 3. Spondilolisthesis Traumatik Grade IV.
Jika pasien mengeluh nyeri, kebas-kebas, kelemahan pada tungkai, pemeriksaan
penunjang tambahan mungkin diperlukan. Gejala-gejala ini dapat disebabkan stenosis
atau penyempitan ruang tempat lewatnya saraf pada tungkai. CT scan atau MRI dapat
membantu mengidentifikasi kompresi saraf yang berhubungan dengan
spondilolistesis. Pada keadaan tertentu, PET scan dapat membantu menentukan
adanya proses akftif pada tulang yang mengalami kelainan. Pemeriksaan ini juga
berperan dalam menentuskan terapi pilihan untuk spondilolistesis.6
3.6 Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah pemeriksaan-pemeriksaan yang menunjang diagnosis
spondilolisthesis:
a. X-ray
Pemeriksaan awal untuk spondilolistesis yaitu foto AP, lateral, dan
spot view radiograffi dari lumbal dan lumbosacral junction. Foto oblik
dapat memberikan informasi tambahan, namun tidak rutin dilakukan. Foto
lumbal dapat memberikan gambaran dan derajat spondilolistesis tetapi
tidak selalu membuktikan adanya isolated spondilolistesis.
b. SPECT
SPECT dapat membantu dalam pengobatan. Jika SPECT positif
maka lesi tersebut aktif secra metabolik.
36
c. Computed tomography (CT) scan
CT scan dengan potongan 1 mm, koronal ataupun sagital, dapat
memeberikan gambaran yang lebih baik dari spondilolistesis. CT scan juga
dapat membantu menegakkan penyebab spondilolistesis yang lebih serius.
d. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dapat memperlihatkan adanya edema pada lesi yang akut.
MRI juga dapat menentukan adanya kompresi saraf spinal akibat stenosis
dadri kanalis sentralis.
e. EMG
EMG dapat mengidentifikasi radikulopati lainnya atau
poliradikulopati (stenosis), yang dapat timbul pada spondilolistesis.7
3.7 Penatalaksanaan
3.7.1 Nonoperatif
Pengobatan untuk spondilolistesis umumnya konservative. Pengobatan non
operative diindikasikan untuk semua pasien tanpa defisit neurologis atau defisit
neurologis yang stabil. Hal ini dapat merupakan pengurangan berat badan, stretching
exercise, pemakaian brace, pemakain obat anti inflamasi. Hal terpenting dalam
manajemen pengobatan spondilolistesis adalah motivasi pasien.6
3.7.2 Operatif
Pasien dengan defisit neurologis atau nyeri yang mengganggu aktifitas, yang
gagal dengan non operative manajemen diindikasikan untuk operasi. Bila radiologis
tidak stabil atau terjadi progresivitas slip dengan serial x-ray disarankan untuk operasi
stabilisasi. Jika progresivitas slip menjadi lebih 50% atau jika slip 50% pada waktu
diagnosis, ini indikasi untuk fusi. Pada high grade spondilolistesis walaupun tanpa
gejala, fusi tetap harus dilakukan. Dekompresi tanpa fusi adalah logis pada pasien
dengan simptom oleh karena neural kompresi. Bila manajemen operative dilakukan
pada dewasa muda maka fusi harus dilakukan karena akan terjadi peningkatan slip
37
yang bermakna bila dilakukan operasi tanpa fusi. Jadi indikasi fusi antara lain: usia
muda, progresivitas slip lebih besar 25%, pekerja yang sangat aktif, pergeseran 3mm
pada fleksi/ekstensi lateral x-ray. Fusi tidak dilakukan bila multi level disease,
motivasi rendah, aktivitas rendah, osteoporosis, habitual tobacco abuse. Pada habitual
tobacco abuse angka kesuksesan fusi menurun. Brown dkk mencatat pseudoarthrosis
(surgical non union) rate 40% pada perokok dan 8% pada tidak perokok. Fusi insitu
dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan:6
1. anterior approach
2. posterior approach (yang paling sering dilakukan)
3. posterior lateral approach
3.8 Komplikasi
Progresifitas dari pergeseran dengan peningkatan tekanan ataupun penarikan
(traction) pada saraf spinal, bisa menyebabkan komplikasi. Pada pasien yang
membutuhkan penanganan dengan pembedahan untuk menstabilkan spondilolistesis,
dapat terjadi komplikasi seperti nerve root injury (<1%), kebocoran cairan
serebrospinal (2%-10%), kegagalan melakukan fusi (5%-25%), infeksi dan
perdarahan dari prosedur pembedahan (1%-5%). Pada pasien yang perokok,
kemungkinan untuk terjadinya kegagalan pada saat melakukan fusi ialah (>50%).
Pasien yang berusia lebih muda memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita
spondilolistesis isthmic atau congenital yang lebih progresif. Radiografi serial dengan
posisi lateral harus dilakukan setiap 6 bulan untuk mengetahui perkembangan pasien
ini.8
3.9 Prognosis
Pasien dengan fraktur akut dan pergeseran tulang yang minimal kemungkinan
akan kembali normal apabila fraktur tersebut membaik. Pasien dengan perubahan
vertebra yang progresif dan degenerative kemungkinan akan mengalami gejala yang
sifatnya intermiten. Resiko untuk terjadinya spondilolistesis degenerative meningkat
seiring dengan bertambahnya usia, dan pergeseran vertebra yang progresif terjadi
pada 30% pasien. Bila pergeseran vertebra semakin progresif, foramen neural akan
semakin dekat dan menyebabkan penekanan pada saraf (nerve compression) atau
sciatica hal ini akan membutuhkan pembedahan dekompresi.8
38
BAB 4
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Spondilolisthesis degeneratif memiliki
frekuensi tersering karena secara umum
populasi pastinya akan mengalami penuaan.
Paling sering melibatkan level L4-L5.
Sampai 5,8% pria dan 9,1% wanita
memiliki listhesis tipe ini.
Pasien seorang wanita berusia 54 tahun.
Nyeri dirasakan sejak 2 bulan yang lalu,
kebas-kebas sejak setahun yang lalu.
Mengalami listhesis pada L5.
Faktor risiko spondilolistesis adalah umur,
trauma, mengangkat beban berat,
berlari,penyakit kanker.
Pasien berusia 54 tahun, faktor risiko lain
disangkal os.
Gejala yang paling umum dari
spondylolisthesis adalah nyeri punggung
bawah yang memberat dengan latihan
terutama dengan ekstensi tulang belakang
lumbal, mati rasa, kesemutan, atau
kelemahan pada kaki karena kompresi saraf
(kompresi parah dari saraf dapat
menyebabkan hilangnya kontrol dari usus
atau fungsi kandung kemih), keketatan dari
paha belakang dan penurunan jangkauan
gerak dari punggung bawah.
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan
nyeri punggung bawah yang memberat
dengan perubahan posisi dan aktivitas,
kebas dirasakan os, kelemahan kaki tidak
dijumpai, keketatan paha belakang dan
penurunan jangkauan gerak punggung
bawah dijumpai pada os, hilangnya kontrol
usus dan kandung kemih tidak dijumpai.
Spondilolistesis mudah didiagnosis dengan
menggunakan foto polos tulang belakang.
X-ray lateral akan menunjukkan kelainan
apabila terdapat vertebra yang bergeser ke
depan dibandingkan dengan vertebra di
Pada pasien telah dilakukan foto
lumbosakral AP/L. Pada hasil foto tampak
listesis L5 terhadap S1 ke anterior.
39
dekatnya. Selain itu, gejala klinis,
perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan
fisik juga dapat membantu diagnosis
sementara pasien sebelum ada hasil X-ray
lateral.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan:
- SPECT
- CT-Scan
- MRI
Pengobatan untuk spondilolistesis
umumnya konservatif. Hal ini dapat
merupakan pengurangan berat badan,
stretching exercise, pemakaian brace,
pemakain obat anti inflamasi. Hal
terpenting dalam manajemen pengobatan
spondilolistesis adalah motivasi pasien.
Pasien dengan defisit neurologis atau nyeri
yang mengganggu aktifitas, yang gagal
dengan non operative manajemen
diindikasikan untuk operasi.
Penatalaksanaan yang diberikan pada
pasien adalah:
P: - IVFD Rsol 20gtt/i
- Inj Ketorolac 1 amp (k/p)
- Inj. Ranitidin 1 amp/12jam
- Na Diclofenac 2 x 50 mg
- B Complex 3 x 1
- Captopril 2 x 25 mg- Amitriptilin 1x12,5 mg
Prognosis dengan fraktur akut dan
pergeseran tulang yang minimal
kemungkinan akan kembali normal apabila
fraktur tersebut membaik. Pasien dengan
perubahan vertebra yang progresif dan
degenerative kemungkinan akan mengalami
gejala yang sifatnya intermiten.
Prognosis pada kasus ini:
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia ad bonam
40
BAB 5
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah benar?
Menurut penulis, diagnosis kasus ini sudah benar. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan neurologis,
didukung dengan hasil pada foto lumbosakral AP/L tampak listesis L5
terhadap S1 ke anterior.
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah benar?
Prinsip penanganan pada pasien ini sudah benar, yaitu dengan prinsip
konservatif. Untuk penanganan secara operatif masih harus dipertimbangkan
lebih lanjut dikarenakan oleh faktor usia dan komplikasi.
3. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Prognosis pada kasus ini:
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia ad bonam
41
BAB 6
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologi, pasien wanita berusia
54 tahun didiagnosis dengan spondilolistesis. Pada kasus ini, pasien yang
mengeluhkan nyeri punggung bawah. Pada pasien ini telah dilakukan foto
lumbosakral AP/L dengan hasil foto tampak listesis L5 terhadap S1 ke anterior.
Terapi pada kasus ini adalah pengobatan umum (suportif) untuk mencegah
peningkatan grade spondilolistesis ke arah yang lebih berat, stabilisasi nyeri, cairan
dan hidrasi, serta nutrisi. Untuk penanganan secara operatif masih harus
dipertimbangkan lebih lanjut dikarenakan oleh faktor usia dan komplikasi.
42
BAB 7
SARAN
Nasehat yang perlu diberikan pada pasien dengan spondilolistesis adalah:
1. Pasien dianjurkan mengatur pola hidup yang sehat, harus seimbang antara asupan
nutrisi dengan aktivitas.
2. Melatih anggota gerak, dengan cara fisioterapi atau gerakan-gerakan yang
bertujuan melatih.
3. Pemakaian brace.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, Jong Wd.2005. Spondilolistesis. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Bedah Edisi ke-2. Jakarta: EGC. 835
2. Word press. 2011. Spondylolisthesis. Diunduh dari
http://www.spondylolisthesis.org/ [Diakses tanggal 22 November 2011].
3. Syaanin, Syaiful. Neurosurgery of Spondylolisthesis. Padang: RSUP. Dr. M.
Djamil/FK-UNAND Padang.
4. Nicrovic, Peter. A. 2009. Back pain in children and adolescents: Overview of
causes. UpToDate Systematic review ver. 17.3
5. Lee, Dennis, 2011. Spondylolisthesis Symptoms. Diunduh dari
http://www.medicinenet.com/spondylolisthesis/page2.htm#symptoms
[Diakses tanggal 22 November 2011].
6. Irani, Z. Spondylolisthesis Imaging. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/396016-overview#showall [Diakses
tanggal 22 November 2011]
7. Shiel Jr, William C. Spondylolisthesis. MedicineNet.com . Diunduh dari :
http://www.medicinenet.com/spondylolisthesis/page2.htm [Diakses tanggal
22 November 2011]
8. Japardi, I.2002, Spondilolistesis. Dalam USU digital Library. Fakultas
Kedokteran, Bagian Bedah, Universitas Sumatera Utara.
9. Medical Disability Guidelines, 2009. Spondylolisthesis. Didapat dari :
http://www.mdguidelines.com/spondylolisthesis/definition
44