spkd_sleman
DESCRIPTION
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten SlemanTRANSCRIPT
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN
SLEMAN 2005
iiiSPKD Kabupaten Sleman
SAMBUTAN BUPATI KEPALA DAERAH KABUPATEN SLEMAN
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Sleman dapat diselesaikan. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan SPKD ini. Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan upaya bersama, bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah saja. Artinya,
penanggulangan kemiskinan adalah program seluruh masyarakat Kabupaten Sleman, seluruh pelaku harus bersatu padu dan bersinergi menanggulangi kemiskinan.
Upaya penanggulangan kemiskinan harus berani belajar dari pengalaman. Banyak contoh pembelajaran yang diperoleh selama menjalankan program penanggulangan kemiskinan, namun usaha untuk memanfaatkan bahan pe- lajaran itu belum optimal. Hal ini ditunjukkan oleh masih tingginya jumlah keluarga miskin di Sleman, walaupun berbagai upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) ini disusun melalui ber-bagai proses agar program penanggulangan kemiskinan dilakukan pada arah yang benar. Beberapa catatan yang harus diperhatikan :
1. Dalam penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan dengan acara-acara seremonial saja. Prinsip yang dipakai adalah bertindak dan berbuat. Program yang ada harus sesuai dengan kebijakan pemerintah dan harus lebih luas spektrumnya.
2. Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang tidak tepat hanya mem-berikan bantuan konsumtif harus segera dikoreksi. Pemerintah Kabupaten Sleman tidak setuju dengan pola tersebut karena akan menciptakan masyara-kat yang krido lumahing asto. Oleh karena itu, cara yang dipakai seharusnya adalah memberi pancing. Karena pancing merupakan aset fisik (tangible) dan aset intagible (know-how), management, ketrampilan dan sebagainya.
vSPKD Kabupaten Sleman
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rachmat dan hidayah Nya, hingga dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Sleman dapat tersusun.
Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Sleman ini merupakan salah satu hasil partisipasi semua partisipan Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah. Proses panjang yang telah dilaksanakan dalam penyusunan dokumen ini memberi bukti bahwa semangat kebersamaan semua pelaku telah terbangun. Semoga semangat ini dapat dijaga secara konsisten dan berlanjut dalam menjalankan program bersama.
Atas tersusunnya dokumen ini ijinkan kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bupati Kepala Daerah Kabupaten Sleman Drs. Ibnu Subiyanto, Akt yang telah memberikan perhatian dan dorongan yang sangat serius hingga dokumen ini dapat disusun dengan baik dan penuh makna.
2. Direktorat Jendral Perumahan dan Permukiman Departemen Pekerjaan Umum, yang telah memberikan fasilitas komunitas belajar perkotaan dan pendampingan ahli yang mengawal proses penyusunan dokumen ini.
3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman, khususnya Bidang Sosial dan Ekonomi serta Bidang Sumber Daya Manusia yang telah memberi fasilitas nara sumber dan Tim Penyusun serta proses partisipatif dalam penyusunan dokumen ini
4. Pengurus Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah yang telah mengkri-tisi substansi dan kerangka alur pikir yang logis dari dokumen ini.
5. Partisipan Kelompok Kerja yang telah memberikan sumbangan pemikiran hingga memperkaya isi dan substansi dokumen ini.
6. Sekretariat Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah yang telah mem-persiapkan bahan dan sarana lainnya dalam proses penyusunan dokumen ini
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi-kan sumbangsih terhadap penyusunan dokumen ini.
viiSPKD Kabupaten Sleman
DAFTAR SINGKATAN
AKU Arah Kebijakan Umum
Amdal Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara
ATM Anjungan Tunai Mandiri, Automatic Teller Machine
Balita Bayi umur dibawah Lima Tahun
Bangda Pembangunan Daerah
BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BAPPUK Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan
BBM Bahan Bakar Minyak
BI Bank Indonesia
BKD Badan Kepegawaian Daerah
BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BPKKD Badan Pengelola Kekayaan Keuangan Daerah
BKM Badan Keswadayaan Masyarakat
BLK Balai Latihan Kerja
BLM Bantuan Langsung Masyarakat
BMT Bank Muamalat Ta’mil
BNI 46 Bank Negara Indonesia 46
BOP Biaya Operasional Proyek
BPD Bank Pembangunan Daerah
BPD Badan Perwakilan Desa
BPKB Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor
BPKP Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
BPKD Badan Pemeriksa Keuangan Daerah
BPN Badan Pertanahan Nasional
BPPD Badan Pengendalian PertanahanDaerah
BPS Badan Pusat Statistik
BRI Bank Rakyat Indonesia
BTN Bank Tabungan Negara
Bukopin Bank Koperasi Indonesia
Bumil Ibu Hamil
CBD Community Based Development
CBO Community Based Organization
CLC City Learning Community
CRP Community Recovery Program
CSS Community Self Survey (Pemetaan Swadaya)
D II Diploma Dua
viii SPKD Kabupaten Sleman
DB Demam Berdarah
DIK Daftar Isian Kegiatan
Diklat Pendidikan dan Latihan
Diknas Pendidikan Nasional
Dinkes Dinas Kesehatan
DIY Daerah Istimewa Yogyakarta
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
FGD Focus Group Discussion/ Diskusi Kelompok Terarah
GAKIN Keluarga Miskin
GNOTA Gerakan Nasional Orang Tua Asuh
Ha Hektar
HAM Hak Azasi Manusia
HDI Human Development Index
IDT Instruksi presiden Desa Tertinggal
Inkesra Indikator Kesejahteraan Rakyat
IPM Indeks Pembangunan Manusia
JPS Jaring Pengaman Sosial
Kades Kepala Desa
Kadus Kepala Dusun
KB Keluarga Berencana
KBP Komunitas Belajar Perkotaan
KBU Kelompok Belajar Usaha
KIKM Kredit Investasi Kegiatan Mikro
Kimpraswilhub Permukiman, Prasarana Wilayah dan Perhubungan
KK Kepala Keluarga
KKN Kuliah Kerja Nyata
Km Kilometer
Km2 Kilometer persegi
KPDL Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan
KPK Komite Pemberantasan Korupsi
KPKD Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah
KS Keluarga Sejahtera
KSM Kelompok Swadaya Masyarakat
LPK Lembaga Pendidikan Kejuruan
MI Madrasah Ibtidakiyah
MLP Musyawarah Lintas Pelaku
mm Milimeter
MTA Makanan Tambahan Anak
Nakersos KB Tenaga Kerja Sosial Keluarga Berencana
Ormas Organisasi Masyarakat
ixSPKD Kabupaten Sleman
Orsospol Organisasi Sosial Politik
P2BA Pengairan, Pertambangan dan Penaggulangan Bencana Alam
P2KPM Perindustrian Perdagangan Koperasi Penanaman Modal
P2MPD Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah
PAD Pendapatan Asli Daerah
PBB Perserikatan Bangsa Bangsa
Pemda Pemerintah Daerah
Petahanan Pertanian dan Kehutanan
PJM Perencanaan Jangka Menengah
PJP Perencanaan Jangka Panjang
PKK Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
PKL Pedagang Kakilima
PKM Program Keberdayaan Masyarakat
PNS Pegawai Negeri Sipil
POKJA Kelompok Kerja
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
PPKP Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
Pronangkis Program Penanggulangan Kemiskinan
PT Perseroan Terbatas
PT Perguruan Tinggi
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
Renstrada Rencana Strategis Daerah
RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RS Rumah Sakit
RSKPD Rencana Startegis Satuan Kerja Pemerintah Daerah
RT Rukun Tetangga
RW Rukun Warga
S1 Sarjana tingkat satu
SAR Searc And Resque
SD Sekolah Dasar
SDA Sumber Daya Alam
SDM Sumber Daya Manusia
Sekda Sekretaris Daerah
SHU Sisa Hasil Usaha
SIM Surat Ijin Mengemudi
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
SMP Sekolah Menengah Pertama
SMU Sekolah Menengah Umum
SPKD Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
SPT Surat Pajak Tahunan
x SPKD Kabupaten Sleman
SSN Social Safety Net
STNK Surat Tanda Nomor Kendaraan
TA Tenaga Ahli
Triple A Atlas Agenda Aturan main
TTG Teknologi Tepat Guna
UED-IRT Unit Ekonomi Desa Ibu Rumah Tangga
UED-SP Unit Ekonomi Desa Simpan Pinjam
UKM Unit Kegiatan Mikro
UUD Undang-Undang Dasar
WC Water Closed
xiSPKD Kabupaten Sleman
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Sambutan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Sleman iii
Kata Pengantar v
Daftar Singkatan vii
Daftar Isi xi
Daftar Tabel dan Diagram xiii
Daftar Lampiran xv
RINGKASAN EKSEKUTIF xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Metodologi 3
1.3.1. Kerangka Berpikir 3
1.3.1.1. Konsep Kemiskinan 4
1.3.1.2. Pemilihan Data 6
1.3.2. Proses Penyusunan 6
1.4. Ruang Lingkup 7
1.5. Sistematika 8
BAB II GEOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN 11
2.1. Geografi 11
2.2. Kependudukan 12
2.3. Indikator Kesejahteraan 15
2.3.1. Kesehatan 16
2.3.2. Pendidikan 17
2.3.3. Ketenagakerjaan 17
2.3.4. Perumahan dan Lingkungan 19
2.3.5. Fasilitas Sosial 20
BAB III KONDISI DAN PENYEBAB KEMISKINAN 21
3.1. Data Keluarga Miskin. 21
3.2. Kondisi Kemiskinan 25
3.2.1. Indikator Kemiskinan 25
3.2.2. Penyebab Kemiskinan 29
BAB IV KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN PROGRAM 31
4.1. Kebijakan Pemerintah Pusat 31
4.2. Arah Kebijakan Umum Tahun 2004 33
4.3. Program Penanggulangan Kemiskinan Prakarsa Pemda 35
4.4 Insiatif Masyarakat dan Swasta 37
4. 5. Analisis Lingkungan Internal 38
4. 6. Analisis Lingkungan Eksternal 39
xii SPKD Kabupaten Sleman
4. 7. Analisis SWOT 41
4. 8. Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan 45
BAB V STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN 47
5.1. Visi 47
5.2. Misi 47
5.3. Tujuan Strategi Penanggulangan Kemiskinan 47
5.4. Strategi dan Pendekatan 47
5.5. Kebijakan dan Program Perluasan Kesempatan 49
5.6. Kebijakan dan Program Pemberdayaan Masyarakat 53
5.7. Kebijakan dan Program Peningkatan Kapasitas dan Sumberdaya Manusia 56
5.8. Kebijakan dan Program Perlindungan Sosial 60
5.9. Peran KPKD 62
BAB VI SISTEM PEMANTAUAN DAN PENILAIAN 65
6.1. Pemantauan 65
6.2. Penilaian 66
6.3. Peran KPKD 67
BAB VII PENUTUP 69
xiiiSPKD Kabupaten Sleman
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM
Tabel 2.1. Luas Wilayah, Banyaknya Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Rasio jenis Kelamin di Kabupaten Sleman Pertengahan Tahun 2004
13
Tabel 2.2. Banyaknya Rumah tangga, Penduduk dan Rata-rata Jiwa per Rumah Tangga menurut Kecamatan di Kabupaten Sleman Pertengahan Tahun 2004
13
Tabel 2.3. Banyaknya Kelahiran, Kematian dan Perpindahan Penduduk Kabupaten Sleman pertengahan tahun 2004
14
Tabel 2.4. Jenis Pengobatan yang dilakukan Penduduk di Kabupaten Sleman tahun 2003 17
Tabel 2.5. Pendidikan yang ditamatkan Penduduk berusia 10 tahun keatas tahun 2003 17
Tabel 2.6. Status Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Sleman tahun 2003 18
Tabel 2.7. Bidang Pekerjaan Penduduk KabupatenSleman tahun 2003 .. 18
Tabel 2.8. Pekerjaan Utama Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2003 . 19
Tabel 2.9. Jumlah Fasilitas Sosial di Kabupaten Sleman 20
Tabel 3.1. Keluarga Miskin per Kecamatan di Kabupaten Sleman tahun 2003 .. 21
Tabel 3.2. Keluarga Miskin per Desa per Kecamatan di Kabupaten Sleman Tahun 2003 22
Tabel 3.3. Daftar Indikator Kemiskinan 26
Tabel 3.4. Pekerjaan Kepala Keluarga Miskin di 32 Desa 28
Tabel 4.1. Program Penanggulangan Kemiskinan Atas Prakarsa Pusat .. 32
Tabel 4.2. Rekapitulasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman 2004 34
Tabel 4.3. Program Penanggulangan Kemiskinan Atas Prakarsa Pemerintah Daerah 35
Tabel 4.4. Program Penanggulangan Kemiskinan Atas Prakarsa Pemerintah Daerah 36
Tabel 4.5. Program PenanggulanganKemskinan Atas Prakarsa Masyarakat, Perguruan Tinggi, LSM dan Swasta
41
Tabel 4.6. Memperbaiki Kelemahan untuk menangkap Peluang 42
Tabel 4.7. Memanfaatkan kekuatan untuk menekan Ancaman 43
Tabel 5.1. Peran Unsur-unsur KPKD dalam Program Penanggulangan Kemiskinan 46
Tabel 5.2. Unsur Pemerintah Daerah 48
Tabel 5.3. Unsur Swasta 49
Tabel 5.4. Unsur Masyarakat 49
Tabel 5.5. Unsur Pemerintah Daerah 51
Tabel 5.6. Unsur Swasta 52
Tabel 5.7. Unsur Masyarakat 53
Tabel 5.8. Unsur Pemerintah daerah 55
Tabel 5.9. Unsur Swasta 56
Tabel 5.10. Unsur Masyarakat 56
Tabel 5.11. Unsur Pemerintah Daerah 58
Tabel 5.12. Unsur Swasta 59
Tabel 5.13. Unsur Masyarakat 59
Tabel 6.1. Peran Unsur-unsur KPKD dalam Program Penanggulangan Kemiskinan 67
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Alur Perencanaan dan Anggaran Daerah 8
xiv SPKD Kabupaten Sleman
xvSPKD Kabupaten Sleman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kebijakan dan Program yang berpotensi mendukung upaya penanggulangan kemiskinan
71
Lampiran 2 Indikator Tingkat kesejahteraan Keluarga 83
xvi SPKD Kabupaten Sleman
xviiSPKD Kabupaten Sleman
RINGKASAN EKSEKUTIF
Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan pembangunan dan merupakan tanggung jawab semua pihak. Akan tetapi kenyataan selama ini memperlihatkan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan masih dipandang merupakan urusan pemerintah saja. Akibatnya keterlibatan masyarakat luas sangat kecil. Dengan dibentuknya Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) diharapkan terdapat koordinasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan Kabupaten Sleman yang melibatkan berbagai sektor dan pelaku pembangunan (stakeholders) lainnya.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPKD) merupakan instrumen yang dikembangkan oleh KPKD dalam bentuk rekomendasi kebijakan dan program. SPKD ini disusun dalam tujuh bab, dengan uraian sebagai berikut:
Bab pertama mengetengahkan pendahuluan yang berisi penjelasan tentang latar belakang pemikiran beserta tujuan disusunnya SPKD, metodologi yang digunakan, posisi SPKD serta jangkauan dokumen ini.
Bab dua menyajikan gambaran geografi dan kependudukan Kabupaten Sleman secara umum. Selain itu disajikan pula Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra). Sajian ini dimaksudkan untuk meletakkan masalah kemiskinan dalam konteks kependudukan secara luas.
Bab tiga berisi data tentang kemiskinan penduduk disertai informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengannya, termasuk analisis tentang penyebab kemiskinan.
Bab empat membahas kajian ulang terhadap kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang pernah ada di Kabupaten Sleman. Kajian ini meliputi apakah program tersebut berdampak perluasan kesempatan, peningkatan partisipasi, perlindungan sosial dan apa pembelajaran yang diperoleh. Selain itu ada pula analisis lingkungan eksternal serta analisis lingkungan internal pada upaya penanggulangan kemiskinan di Sleman.
Bab lima mengetengahkan strategi dan pendekatan yang hendak digunakan dalam menanggulangi kemiskinan. Strategi ini disusun berdasar hasil kaji ulang kebijakan dan program sebagaimana disajikan pada bab sebelumnya. Perumusan kebijakan dan program yang diperlukan untuk penanggulangan kemiskinan tersebut berasal dari masing-masing pelaku, yang di kooordinasikan dan dirumuskan bersama.
Selanjutnya bab enam berisi kegiatan pemantauan dan penilaian. Pemantauan dilakukan oleh semua pelaku menggunakan metode dan sarana yang dimiliki
xviii SPKD Kabupaten Sleman
oleh masing-masing untuk kemudian dibahas melalui FGD dan MLP. Sedangkan penilaian mencakup output, outcome dan impact.
Terakhir bab tujuh yaitu penutup, berisi penekanan tentang pentingnya suatu sinergi program dan kepatuhan untuk mengacu pada kesepakatan yang sudah menjadi komitmen bersama.
Upaya penanggulangan kemiskian di Kabupaten Sleman selama ini belum sepenuhnya membuahkan hasil. Penyebabnya adalah tidak tersedianya data-basis yang akurat serta metode penanggulanan kemiskinan oleh masing-masing instansi tidak sama sehingga terjadi tumpang-tindih program dan sasaran kegiatan. Selain itu, banyak dijumpai indikasi penyimpangan. Oleh karena itu SPKD ini disusun dengan tujuan agar:
1. Terdapat data-basis yang akurat dan sistematis tentang penduduk miskin.
2. Tersedia arah dan pedoman upaya penanggulangan kemiskinan yang dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan.
3. Tercapai keselarasan, koordinasi, dan sinergi antar semua pelaku upaya penanggulangan kemiskinan.
4. Terdapat pengarus-utamaan penanggulangan kemiskinan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah), Rencana Strategis Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra SKPD), RKP Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Renja KPD) Kabupaten Sleman.
Dokumen SPKD ini menggunakan konsep kemiskinan absolut, dalam hal ini memakai ukuran yang biasa digunakan oleh Bidang Keluarga Berencana (KB). Pertimbangannya adalah bahwa konsep tersebut bisa berlaku menyeluruh di semua wilayah Kabupaten Sleman.
Sedangkan kedudukan SPKD dalam tata kebijakan pemerintah Kabupaten Sleman adalah sebagai masukan untuk diarus-utamakan dalam RPJP Daerah dan RPJM Daerah, dijabarkan dalam Renja SKPD, dijadikan pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD, serta dijalankan melalui Renja SKPD.
Data kependudukan dan indikator kesejahteraan rakyat (Inkesra) disajikan dalam SPKD ini agar dapat menjadi petunjuk awal untuk mengetahui kemajuan upaya penanggulangan kemiskinan. Isinya mencakup data tentang kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, perumahan dan lingkungan.
Jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sleman pada tahun 2004 sebanyak 53.875 atau 23,13% dari total 232.904 kepala keluarga (KK). Agar lebih dekat dengan realita dan agar upaya penanggulangan kemiskinan menjadi lebih tepat sasaran maka data kemiskinan di atas dilihat lebih mendalam yaitu per desa. Dengan
xixSPKD Kabupaten Sleman
cara demikian bisa diketahui di mana letak kantung-kantung kemiskinan di Kabupaten Sleman.
Kondisi kemiskinan dilihat setidaknya dari tiga dimensi, yaitu dimensi ekonomi, sosial, dan fisik. Masing-masing dimensi terdiri atas beberapa aspek. Dari tiap-tiap aspek tersebut didapat indikasi kemiskinannya.
Gambaran lain tentang kondisi keluarga miskin di Kabupaten Sleman dapat dilihat dari pekerjaan kepala keluarga. Dari Kelompok Belajar Perkotaan(KBP) di 32 desa diketahui bahwa yang terbanyak adalah bekerja sebagai buruh (11.172) disusul pedagang (1.501) dan terkecil adalah petani (850).
Kebijakan nasional untuk penanggulangan kemiskinan terdiri atas banyak jenis. Akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan pada masa lalu memperlihatkan ciri-ciri: (a) Kebijakan terpusat dan seragam; (b) Lebih bersifat karitatif; (c) Memposisikan masyarakat sebagai obyek, yaitu tidak melibatkan mereka dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan; (d) Memandang masalah kemiskinan hanya dari segi ekonomi; (e) Menganggap bahwa permasalahan dan penanggulangan kemiskinan bersifat sama (one-fit-for-all); (f) Kurang memperhatikan keragaman budaya; (g) Pendekatannya top down; (h) Terdapat tumpang-tindih (overlapping) kelompok sasaran antara program yang satu dengan program lainnya; dan (i) Kebijakannya bersifat sektoral.
Sementara itu, kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Sleman yang terkait dengan upaya penanggulangan kemiskinan tercatat antara lain : bantuan pelayanan kesehatan, beras miskin, gaduh ternak, bantuan susu untuk Ibu hamil, bantuan susu untuk murid, dana gotong-royong, bantuan dana bergulir, bantuan aspal, bantuan organisasi sosial, koperasi UKM, dan beasiswa. Sekalipun demikian kenyataan menunjukkan bahwa setiap tahun jumlah KK miskin masih terus bertambah. Dari kajian terhadap Arah Kebijakan Umum (AKU) Kabupaten Sleman tahun 2004 diketahui bahwa secara umum kebijakan lembaga-lembaga pemerintah belum mengarus-utamakan penanggulangan kemiskinan.
Adapun kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh kalangan swasta dan masyarakat di Kabupaten Sleman baru dapat ditelaah secara sederhana karena belum tersedia data secara menyeluruh. Hal ini tidak berarti bahwa kalangan swasta dan masyarakat belum melakukan kegiatan penanggulangan kemiskinan. Mereka melakukan kegiatan tersebut namun belum terkoordinasi sehingga datanya disimpan oleh masing-masing pihak.
Agar penanggulangan kemiskinan dapat berhasil guna secara optimal dibutuhkan strategi untuk menjalanan kebijakan dan program. Strategi yang diterapkan adalah:
xx SPKD Kabupaten Sleman
1. Mengintregasikan program masyarakat, pemerintah, dan swasta
2. Mendudukkan keluarga miskin sebagai pelaku utama dalam program pe-nanggulangan kemiskinan
3. Mensenyawakan SPKD dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan Ren-cana Strategi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra – SKPD).
Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan publik yang berpihak kepada orang miskin (pro poor policy). Kebijakan ini harus diterjemahkan dalam pembangunan yang berpihak kepada kaum miskin (pro poor development) dan pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada orang miskin (pro poor growth).
Secara operasional arah penanggulangan kemiskinan dapat dikelompokkan dalam empat kebijakan dan program, yaitu perluasan kesempatan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, dan perlindungan sosial. Keempat kebijakan dan program tersebut harus dilaksanakan secara sinergis oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Sistem pemantauan dan penilaian (monitoring and evaluation system) dalam program penanggulangan kemiskinan tidak lain merupakan kesepakatan bersama untuk saling terbuka dan bersedia menerima masukan dari segenap pemangku kepentingan. Hal ini karena: (a) Upaya penanggulangan kemiskinan tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah saja, melainkan harus melibatkan semua pemangku kepentingan. (b) Karena melibatkan banyak pihak maka harus partisipatif. Untuk benar-benar partisipatif diperlukan transparansi. (c) Meskipun semua pihak telah mengambil peran dalam penanggulangan kemiskinan, mereka seharusnya tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan harus dalam koordinasi. Koordinasi dapat dicapai antara lain melalui pemantauan dan keterbukaan semua pelaku.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pemantuan dan penilaian ini meliputi: Pelaporan kegiatan oleh masing-masing pelaku melalui; dialog dan diskusi insidental antara Pengurus KPKD dengan para pelaku atau pemangku kepentingan; Musyawarah Lintas Pelaku (MLP); dan Pemberitaan media massa.
Upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mendidik masyarakat miskin untuk terus-menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu, keluarga maupun lingkungan masyarakatnya. Material, sumberdaya dan ketrampilan selalu diarahkan sebagai modal dasar untuk kesejahteraan hidup. Oleh karena itu didorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran
xxiSPKD Kabupaten Sleman
bahwa tidak akan ada individu, kelompok yang dapat keluar dari belenggu kemiskinan selain atas usaha individu, keluarga dan lingkungan itu sendiri.
1SPKD Kabupaten Sleman
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangAcuan dasar penanggulangan kemiskinan secara filosofi terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menegaskan bahwa negara berkewajiban untuk mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, serta setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Dengan demikian jelas bahwa negara, yang berarti semua pelaku dan bukan hanya pemerintah, termasuk Kabupaten Sleman mendapat mandat untuk menanggulangi kemiskinan.
Kenyataan selama ini memperlihatkan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan masih dipandang merupakan urusan pemerintah saja. Pandangan demikian itu bukan hanya datang dari masyarakat melainkan juga dari kalangan pemerintah sendiri. Akibatnya keterlibatan masyarakat luas sangat kecil. Salah satunya karena peluang partisipasi belum dibuka, sedangkan kenyataan menunjukkan bahwa persoalan kemiskinan tak kunjung teratasi. Jumlah penduduk miskin semakin bertambah dari waktu ke waktu. Hasil pendataan Bidang KB selama kurun waktu lima tahun 1998 – 2004 menunjukkan bahwa jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan cukup berarti. Pada tahun 1998 jumlahnya 8.294 KK. Tahun 1999 naik menjadi 33.157 KK, kemudian tahun 2000; 39.406 KK, tahun 2001; 46.619 KK, tahun 2002; 49.669 KK, tahun 2003; 53.567 KK dan terakhir tahun 2004 sebanyak 53.875 KK.
Bertambahnya penduduk miskin itu dapat terjadi karena setidaknya dua masalah. Masalah pertama karena tidak tersedianya data-basis yang akurat yang dapat dirujuk semua pihak. Padahal akurasi data basis sangat penting untuk mengetahui secara pasti jumlah awal dan jumlah akhir sehingga dapat diketahui pengurangan atau peningkatannya. Masalah kedua metode pendataan yang digunakan oleh masing-masing instansi tidak sama. Akibatnya tidak ada koordinasi antar pelaku sehingga terjadi tumpang-tindih program dan tumpang-tindih sasaran kegiatan, bahkan dalam pelaksanaan di lapangan banyak dijumpai indikasi penyimpangan.
2 SPKD Kabupaten Sleman
Untuk mengatasi permasalahan di atas dibutuhkan sebuah strategi penanggulangan kemiskinan daerah (SPKD) yang handal yang bisa dijadikan dasar dan rujukan semua pihak yang hendak melakukan upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sleman. SPKD dapat handal jika dibangun melalui mekanisme penyusunan yang cermat, mendalam dan partisipatif.
Kebijakan tersebut diharapkan menjadi acuan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, swasta, organisasi non-pemerintah dan komponen masyarakat lainnya. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan dalam SPKD ini berciri:
1.1.1. Mengutamakan kepentingan rakyat, memihak dan mendahulukan rakyat miskin.
1.1.2. Menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, keadilan dan kemartabatan.
1.1.3. Menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat menuju keswadayaan dan kemandirian.
1.1.4. Aspirasi masyarakat miskin disalurkan untuk ditransformasikan dalam kebijakan sosial, ekonomi dan politik yang dilandasi semangat kemitraan dan kesetaraan.
1.1.5. Menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM), demokratisasi, desentralisasi dan good governance.
1.1.6. Penanggulangan kemiskinan sebagai arus utama pembangunan berkelanjutan.
1.1.7. Transformasi masyarakat menuju masyarakat Kabupaten Sleman yang sejahtera, adil dan makmur.
1.1.8. Pengembangan hubungan antara masyarakat dan pemerintah melalui interaksi untuk menumbuhkan hubungan interdependensi antar pelaku pembangunan.
Dengan keterlibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam penyusunan SPKD diharapkan ada ketepatan dalam menangkap esensi persoalan, perumusan target dan sasaran, serta dayaguna dan hasil guna yang optimal.
1.2. Tujuan Dokumen SPKD ini disusun dengan tujuan agar:
1.2.1. Terdapat data-basis yang akurat dan sistematis tentang penduduk miskin di Kabupaten Sleman.
3SPKD Kabupaten Sleman
1.2.2. Tersedia arah dan pedoman upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sleman yang dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan.
1.2.3. Tercapai keselarasan, koordinasi dan sinergi antar semua pelaku dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sleman.
1.2.4. Terdapat pengarus-utamaan penanggulangan kemiskinan dalam RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra SKPD, RKP Daerah dan Renja SKPD Kabupaten Sleman.
1.3. MetodologiMetodologi dalam SPKD ini mencakup dua pokok bahasan, yaitu kerangka berfikir yang terkait dengan upaya penanggulangan kemiskinan; dan proses penyusunannya. Kedua pokok bahasan tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan alur pikir yang runtut dalam dokumen ini.
1.3.1. Kerangka Berfikir
Menurut ahli, setidaknya ada tiga macam konsep kemiskinan yang sering dipakai, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan subyektif. Konsep kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkret dan lazimnya berorientasi pada kebutuhan hidup dasar minimum anggota masyarakat yaitu sandang, pangan dan papan. Konsep kemiskinan relatif dirumuskan dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Dasar asumsinya adalah kemiskinan di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu berbeda dengan waktu yang lain. Tolok ukur yang digunakan adalah berdasar pertimbangan anggota masyarakat tertentu, dengan berorientasi pada derajat kelayakan hidup. Sedang konsep kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok miskin itu sendiri. Oleh karena itu dimungkinkan bahwa kelompok yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan, boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri miskin, dan demikian pula sebaliknya. Sementara kelompok yang dalam penilaian kita tergolong hidup layak, boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri semacam itu, demikian pula sebaliknya.
Untuk mendekati masalah kemiskinan terdapat dua macam perspektif, yaitu kultural dan struktural atau situasional. Perspektif kultural mendekati masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis, yaitu individual, keluarga dan masyarakat. Pada tingkat individual, kemiskinan ditandai sifat-sifat seperti: sikap parochial, apatisme, fatalisme atau pasrah pada nasib, boros, tergantung dan inferior. Pada tingkat keluarga, kemiskinan ditandai dengan jumlah keluarga yang besar. Sedang pada tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditunjukkan oleh tidak
4 SPKD Kabupaten Sleman
terintegrasinya kaum miskin dengan institusi-insttitusi masyarakat yang efektif. Kaum miskin sering kali memperoleh perlakuan sebagai obyek yang perlu digarap daripada sebagai subyek yang perlu diberi peluang untuk berkembang.
Sementara itu perspektif situasional melihat masalah kemiskinan sebagai dampak dari sistem ekonomi yang mengutamakan akumulasi kapital dan produk-produk teknologi modern. Penetrasi kapital antara lain terwujud dalam program-progam pembangunan yang terlalu mengutamakan pertumbuhan ekonomi semata dan kurang memperhatikan pemerataan. Program pembangunan semacam ini hanya menguntungkan kelompok masyarakat yang kaya karena: (a) Terkait dengan akumulasi modal, kelompok masyarakat kaya mendapat kesempatan lebih banyak untuk mendapat aset-aset tambahan sehingga dapat lebih cepat berkembang. (b) Terkait dengan fungsi lembaga khususnya lembaga ekonomi yang memang sangat dibutuhkan dalam menghadapi kemajuan jaman, ternyata juga hanya kelompok kaya yang dapat menikmatinya.
1.3.1. 1. Konsep Kemiskinan
Konsep kemiskinan yang digunakan dalam dokumen SPKD ini adalah konsep kemiskinan absolut, yaitu dengan memakai ukuran yang biasa digunakan oleh Bidang Keluarga Berencana (KB). Pertimbangannya adalah bahwa konsep tersebut bisa berlaku menyeluruh di semua wilayah Kabupaten Sleman. Hal ini berbeda dengan konsep kemiskinan subyektif sebagaimana diterapkan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) yang difasilitasi oleh Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) yang hanya berlaku pada masing-masing wilayah setempat. Namun data yang dikumpulkan KBP dengan konsep kemiskinan subyektif tersebut tetap digunakan sebagai pembanding. Pertimbangan lainnya adalah kenyataan bahwa data dari Bidang KB tersedia secara lengkap, menyeluruh dan senantiasa diperbaharui setiap tahun. Sebaliknya data dari KBP sampai saat ini hanya tersedia pada 32 desa, padahal jumlah desa di Kabupaten Sleman sebanyak 86 desa.
Uraian mengenai konsep kemiskinan diawali dengan memaparkan ide dasar atau klasifikasi awal yang digunakan, disusul penjelasan tentang indikator yang digunakan berikut argumentasinya, kemudian menunjukkan metode penggolongan keluarga miskin.
Sudah sejak lama Bidang KB secara rutin melakukan pendataan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan (bahasa halus dari ”tingkat kemiskinan”)1 keluarga di Kabupaten Sleman. Dari hasil pendataan tersebut kemudian dibuat 5 kategori, yaitu: Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, dan Keluarga Sejahtera III Plus. 1 Patut ditelusuri apakah frasa “tingkat kesejahteraan” hanya merupakan penghalusan dari frasa “tingkat kemiskinan” berhubung pada esensinya ketidak-sejahteraan sama dengan kemiskinan.
5SPKD Kabupaten Sleman
Terdapat 23 indikator yang digunakan dalam pendataan tersebut. Semakin banyak indikator yang dapat dipenuhi oleh sebuah keluarga, semakin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga tersebut. Sebaliknya, semakin sedikit indikator yang dapat dipenuhi oleh sebuah keluarga, semakin rendah tingkat kesejahteraan keluarga tersebut. Ke-23 indikator tersebut sebenarnya bersumber dari 5 (lima) variabel, yaitu: kerohanian, pangan, sandang, papan dan lingkungan sosial. Masing-masing dari kelima variabel tersebut diberi nilai bertingkat atau berjenjang dalam lima tingkat. Jumlah indikator tiap-tiap variabel pada tingkat yang berbeda tidak selalu sama. Kombinasi dari semua itu menghasilkan lima kategori keluarga mulai dari pra-sejahtera hingga keluarga sejahtera III plus. Gambaran lebih rinci mengenai variabel dan indikator kesejahteraan keluarga dapat diperiksa pada lampiran 1.
Terkait dengan variabel dan indikator-indikator tersebut terdapat beberapa hal yang perlu dicatat. Pertama, selama ini terdapat penilaian oleh sebagian kalangan bahwa indikator yang digunakan Bidang KB tidak tepat karena mengukur kemiskinan hanya dari lantai rumah sebuah keluarga. Dalam kaitan ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa lantai rumah bukan merupakan satu-satunya indikator yang digunakan. Letak kekeliruan utamanya adalah pada tindakan intervensinya, bukan pada indikatornya. Maksudnya, lantai rumah yang masih berupa tanah memang merupakan salah satu indikasi kemiskinan keluarga. Tetapi upaya menanggulangi kemiskinan dengan cara menghilangkan indikator jelas merupakan langkah yang tidak tepat apabila soal kemiskinannya sendiri tidak ditangani. Contoh, proyek pemberian semen untuk membangun lantai (lantainisasi) berasumsi bahwa jika indikatornya dihilangkan maka keluarga tersebut tidak lagi disebut miskin.
Kedua, dalam perkembangan belakangan ini pendataan keluarga miskin sering mendapat intervensi dari berbagai kepentingan lain sehingga data yang didapat tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, perlu ada pemeriksaan silang (crosscheck) dan kehati-hatian dalam menggunakan data.
Ketika fokus pendataan bergeser dari mengukur kesejahteraan menjadi mengukur kemiskinan, metode yang ditempuh ialah dengan mengambil data jumlah keluarga pra-sejahtera ditambah keluarga sejahtera I. Dari jumlah tersebut kemudian diteliti ulang dengan memisahkan faktor ekonomi (pangan, sandang, papan) dari faktor non-ekonomi (rohani & lingkungan sosial). Keluarga yang masuk kategori pra-sejahtera karena alasan ekonomi, digolongkan sebagai keluarga miskin sekali. Sedang keluarga yang masuk kategori sejahtera I karena alasan ekonomi digolongkan sebagai keluarga miskin. Kriteria keluarga miskin yang sekarang dipakai adalah hasil penggabungan keluarga miskin sekali (pra-sejahtera karena alasan ekonomi) dan keluarga miskin (keluarga sejahtera I karena alasan ekonomi). Dalam kaitan ini perlu dicatat bahwa, jika dirunut asal-muasal
6 SPKD Kabupaten Sleman
penetapannya, data dari Bidang KB merupakan ”angka-angka taksiran tinggi”. Hal itu karena tidak semua keluarga yang selama ini digolongkan Pra Keluarga Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dengan sendirinya tergolong miskin.
1.3.1. 2. Pemilihan Data
Telah menjadi pengetahuan umum bahwa data kemiskinan tersedia dalam berbagai versi, dengan dasar penghitungan berbeda dan jumlah akhir yang beragam. Badan Pusat Statistik (BPS), misalnya, menggunakan individu sebagai dasar penghitungan. Hal ini kurang-lebih sama dengan cara penghitungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Sementara itu Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggunakan keluarga sebagai satuan penghitungan. Ada pula lembaga lain yang menghitung kemiskinan dengan satuan desa, dengan indikator berupa sarana dan prasarana yang terdapat di tiap-tiap desa, seperti yang dilakukan dalam program Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Prasarana Desa (P2MPD). Karena satuan hitungan dan tolok ukurnya berbeda, maka berbeda pula hasil penghitungan akhir. Sehingga banyak pihak kemudian menjumpai data kemiskinan yang berlainan untuk satuan wilayah yang sama.
Dalam SPKD ini data kemiskinan yang digunakan adalah data Bidang KB yang dilengkapi dengan data pembanding yaitu data KBP yang difasilitasi oleh P2KP. Jadi dalam hal ini digunakan konsep kemiskinan absolut, didampingi konsep kemiskinan relatif. Keduanya menggunakan unit analisis yang sama, yaitu keluarga.
Adapun pertimbangannya adalah: (i) sesuai dengan nilai-nilai sosial pada masyarakat kabupaten Sleman, kemiskinan atau kekayaan seseorang selalu dikaitkan dengan keluarga. (ii) program-program pembangunan masyarakat selama ini juga banyak yang menggunakan keluarga sebagai satuan hitungan. (iii) data Bidang KB merupakan data yang rinci, yang mencakup nama orang per orang (by name) berikut lokasi tempat tinggalnya. Selain itu, data Bidang KB tersedia merata di semua desa dengan pola yang konsisten. Konsistensi pola dan ketersediaan data secara merata merupakan hal yang penting untuk dapat digunakan sebagai acuan. (iv) data KBP yang dilaksanakan di 32 desa di Sleman juga menggunakan data Bidang KB pada awal penentuan lokasinya.
1.3.2. Proses Penyusunan
Proses penyusunan SPKD ini tidak semata-mata hanya mementingkan output yaitu berupa sebuah dokumen, melainkan juga sangat mempertimbangkan proses partisipatif, yaitu melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) di Kabupaten Sleman. Hal ini dimaksudkan agar terdapat kepedulian dan rasa
7SPKD Kabupaten Sleman
tanggung jawab bersama untuk melaksanakan kesepakatan dalam dokumen ini.
Proses penyusunan SPKD ini dimulai dengan rangkaian lokakarya pertama yang menitikberatkan pada penyamaan persepsi terhadap kemiskinan dan menciptakan wahana untuk saling mengenal antar pelaku. Dalam rangkaian lokakarya itu dilakukan diskusi kelompok terarah di dalam Komunitas Belajar Perkotaan (City Learning Community; CLC) yang dimaksudkan untuk merefleksi kemiskinan dan memahami aspirasi masyarakat miskin. Simultan dengan kegiatan tersebut mulai dapat diidentifikasi sosok-sosok yang diharapkan dapat bertindak sebagai motor penggerak program penanggulangan kemiskinan selanjutnya. Pada akhir tahapan inilah orang - orang pemeduli sebagai penggerak dipilih sebagai pengurus KPKD.
Selanjutnya dilakukan diskusi tematik melalui kelompok-kelompok berdasarkan minat (interes) masing-masing pelaku dalam sebuah Kelompok Kerja (Pokja). Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengakomodasi kegiatan yang selama ini di-tekuni oleh para pelaku agar dapat diakomodasikan dalam dokumen startegi penanggulangan kemiskinan sehingga tercipta program dan kegiatan yang sin-ergis.
Kebijakan dan Program yang tersusun dalam SPKD merupakan kompilasi hasil diskusi tematik yang dilakukan oleh masing-masing kelompok kerja secara partisipatif. Metaplan disepakati sebagai proses partisipatif untuk menggali permasalahan mendasar, kebutuhan dan potensi yag dimiliki oleh masyarakat setempat. Metaplan merupakan metoda yang berciri:
1.3.2.1. Menekankan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan.
1.3.2.2. Menekankan pendekatan program yang berorientasi pada dampak.
1.3.2.3. Memperhatikan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam meny-etujui sebuah rencana.
1.3.2.4. Menekankan identitas anonim dan teknik visualisasi dalam sebuah diskusi secara berkelompok.
1.4. Ruang LingkupSampai saat ini Kabupaten Sleman belum memiliki data yang pasti dan bersifat resmi mengenai jumlah penduduk miskin. Di samping data khusus menyangkut kemiskinan, data yang disajikan dalam SPKD adalah data umum dari BPS dan Bappeda Kabupaten Sleman yang diolah sesuai kebutuhan. Mengenai aktualitasnya, semua data yang digunakan di sini adalah data terakhir yang tersedia yakni pada tahun 2002 – 2004.
8 SPKD Kabupaten Sleman
Terkait adanya rencana Pemerintah Kabupaten Sleman untuk melakukan pendataan keluarga miskin pada tahun 2005, hasilnya kelak juga akan digunakan untuk menyempurnakan SPKD ini.
Kedudukan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dalam tata kebijakan pemerintah daerah diharapkan akan diserap dan diarus-utamakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah), dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra SKPD), serta dijalankan melalui Rencana Kerja pada tiap-tiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renja – SKPD).
Undang-Undang nomor 25 Tahun 2004 menetapkan bahwa Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah) harus mengacu pada RPJP Nasional, dan memuat Visi, Misi, serta arah pembangunan daerah. Kemudian Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah. RPJM Daerah berpedoman pada Rencana Pembangunan jangka Panjang (RPJP) Daerah dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional. Isi RPJM Daerah meliputi: (i) Strategi Pembangunan Daerah; (ii) Kebijakan Umum; (iii) Arah Kebijakan Keuangan Daerah; dan (iv) Program Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), program lintas SKPD, program kewilayahan, dan program lintas kewilayahan yang memuat kegiatan dalam kerangka regulasi dan kerangka anggaran.
Diagram1.1. Kedudukan SPKD dalam tata kebijakan pemerintah Daerah.
ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH
�����������
�������
���������
�����������
����������
����������
���������
����� ����
����
Sumber: diolah dari UU 25/2004
9SPKD Kabupaten Sleman
1.5. SistematikaDokumen SPKD ini disusun dalam tujuh bab yang terdiri:
Bab pertama mengetengahkan pendahuluan yang berisi penjelasan tentang latar belakang pemikiran beserta tujuan disusunnya SPKD, metodologi yang digunakan, posisi SPKD serta jangkauan dokumen ini.
Bab dua menyajikan gambaran geografi dan kependudukan Kabupaten Sleman secara umum. Sajian ini dimaksudkan untuk meletakkan masalah kemiskinan dalam konteks kependudukan secara luas.
Bab tiga berisi data tentang kemiskinan penduduk disertai informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengannya, termasuk analisis tentang penyebab kemiskinan.
Bab empat membahas kajian ulang terhadap kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang pernah ada di Kabupaten Sleman. Kajian ini meliputi apakah program tersebut berdampak perluasan kesempatan, peningkatan partisipasi, perlindungan sosial dan apa pembelajaran yang diperoleh. Disajikan pula analisis lingkungan eksternal serta analisis lingkungan internal pada upaya penanggulangan kemiskinan di Sleman.
Bab lima mengetengahkan strategi dan pendekatan yang hendak digunakan dalam menanggulangi kemiskinan. Strategi ini disusun berdasar hasil kaji ulang kebijakan dan program sebagaimana disajikan pada bab sebelumnya. Disajikan pula perumusan kebijakan dan program yang diperlukan untuk penanggulangan kemiskinan. Kebijakan dan program tersebut berasal dari masing-masing pelaku, yang di koordinasikan dan dirumuskan bersama.
Selanjutnya bab enam berisi kegiatan pemantauan dan penilaian. Pemantauan dilakukan oleh semua pelaku menggunakan metode dan sarana yang dimiliki oleh masing-masing untuk kemudian dibahas melalui FGD dan MLP. Sedangkan penilaian mencakup output, outcome dan impact.
Terakhir bab tujuh, yaitu penutup, berisi penekanan tentang pentingnya suatu sinergi program dan kepatuhan untuk mengacu pada kesepakatan yang sudah menjadi komitmen bersama.
10 SPKD Kabupaten Sleman
11SPKD Kabupaten Sleman
BAB II GEOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN
2.1. GeografiWilayah Kabupaten Sleman terbentang pada 107° 15’ 03’’ hingga 100° 29’ 30’’ Bujur Timur dan 7° 34’ 51’’ hingga 7° 47’ 03’’ Lintang Selatan, dengan ketinggian 100 – 2500 meter di atas permukaan laut. Jarak terjauh Utara – Selatan lebih-kurang 32 km dan Timur – Barat lebih-kurang 35 km, dengan luas 574,82 km2 (= 57.482 ha). Secara administratif terdiri dari 17 kecamatan, 86 desa dan 1212 dusun. Bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta, Propinsi DIY dan bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Keadaan tanah di kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar kecuali di sebagian wilayah kecamatan Prambanan dan kecamatan Gamping. Semakin ke utara keadaan tanah relatif semakin miring dan menjadi terjal di sekitar Gunung Merapi. Dapat dikatakan bahwa wilayah bagian Selatan merupakan dataran rendah yang subur, sedang bagian utara umumnya merupakan tanah kering yang berupa ladang dan pekarangan. Di lereng Selatan Gunung Merapi terdapat dua buah bukit, yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian dari kawasan wisata Kaliurang. Beberapa sungai yang mengalir melalui Kabupaten Sleman menuju Pantai Selatan antara lain Sungai Progo, Krasak, Sempor, Nyoho, Kuning dan Boyong.
Ketinggian wilayah dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu: (a) wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 meter seluas 6.203 ha (10,79%); (b) wilayah dengan ketinggian 100 – 499 meter seluas 43.246 ha (75,32%); (c) wilayah dengan ketinggian 500 – 999 meter seluas 6.538 ha (11,38%); dan (d) wilayah dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter seluas 1.495 ha (2,60%). Jadi, sebagian terbesar wilayah Kabupaten Sleman berada pada ketinggian 100 – 500 meter di atas permukaan laut.
Kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman termasuk tropis basah, dengan curah hujan rata-rata 2.206,6 mm/tahun, sedang jumlah hari hujan pada tahun 2003 rata-rata 83 hari.
Dari segi tata guna tanah, hampir separo dari luas wilayah adalah tanah pertanian yang subur dengan irigasi teknis di bagian barat dan selatan. Proporsi
12 SPKD Kabupaten Sleman
penggunaan lahan pada tahun 2003 meliputi: sawah (23.361 ha), tegalan (6.440 ha), pekarangan (18.832 ha), dan lain-lain (8.849 ha).
2.2. KependudukanBerdasarkan data yang dihimpun Badan Pusat Statistik bersama Bappeda Kabupaten Sleman menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Sleman pada pertengahan tahun 2004 berjumlah 889.639 jiwa, terdiri atas 440.466 laki-laki dan 449.173 perempuan. Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah 98,06, yakni untuk setiap 100 orang perempuan terdapat penduduk laki-laki sebanyak 98 orang. Penyebarannya bervariasi antar kecamatan, dengan jumlah terbesar di kecamatan Depok sebanyak 115.930 (13,03%), diikuti kecamatan Gamping, Mlati, dan Ngaglik. Sedang kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Cangkringan, yakni 27.310 jiwa.
Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Sleman pada pertengahan tahun 2003 adalah 1.547 jiwa per km2. Kecamatan-kecamatan yang kepadatannya di atas rata-rata meliputi Depok (3.261 jiwa/km2), Mlati (2.485 jiwa/km2), dan Gam- ping (2.426 jiwa/km2). Sedang kecamatan-kecamatan yang kepadatannya ren-dah meliputi Cangkringan (569 jiwa/km2), Pakem (731 jiwa/km2), dan Turi (787 jiwa/km2). Data rinci mengenai hal tersebut dapat diperiksa pada tabel 2.1.
13SPKD Kabupaten Sleman
Tabel 2.1 Luas Wilayah, Banyaknya Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Sleman, Pertengahan Tahun 2004
No Kecamatan Luas km2Jumlah
PendudukKepadatan per
km2Sex ratio
1 Moyudan 27,62 34.277 1.241 95,87
2 Minggir 27,27 35.081 1.286 94,57
3 Seyegan 26,63 43.020 1.615 95,10
4 Godean 26,84 59.617 2.221 98,90
5 Gamping 29,25 70.970 2.426 99,39
6 Mlati 28,52 70.885 2.485 101,09
7 Depok 35,55 115.930 3.261 107,37
8 Berbah 22,99 41.778 1.817 95,12
9 Prambanan 41,35 45.008 1.088 91,49
10 Kalasan 35,84 56.360 1.572 94,41
11 Ngemplak 35,71 47.036 1.317 95,36
12 Ngaglik 38,52 70.687 1.835 97,78
13 Sleman 31,32 58.049 1.853 98,09
14 Tempel 32,49 47.643 1.466 98,03
15 Turi 43,09 33.925 787 97,07
16 Pakem 43,84 32.053 731 94,84
17 Cangkringan 47,99 27.310 569 93,54
Kabupaten 574,82 889.629 1.547 98,06
Sumber: BPS & Bappeda Kabupaten Sleman, Penduduk Kabupaten Sleman, Hasil Registrasi Penduduk Pertengahan Tahun 2004. Sleman, BPS Kabupaten Sleman, 2004, hlm.7
Seluruh penduduk Kabupaten Sleman yang pada pertengahan tahun 2004 berjumlah 889.629 jiwa, berhimpun dalam keluarga (rumah tangga) yang jumlahnya 232.519. Dengan demikian rata-rata jiwa per rumah tangga adalah 3,83, yang artinya setiap rumah tangga dihuni 4 orang. Data rinci mengenai hal tersebut dapat diperiksa pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Banyaknya Rumahtangga, Penduduk, dan Rata-rata Jiwa per Rumah tangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Sleman, Pertengahan Tahun 2004
No Kecamatan Rumah tangga PendudukRerata Jiwa
per Rumah tangga
1 Moyudan 8.590 34.277 3,99
2 Minggir 7.799 35.081 4,50
3 Seyegan 11.257 43.020 3,82
4 Godean 15.584 59.617 3,83
5 Gamping 14.006 70.970 5,07
6 Mlati 22.859 70.885 3,10
7 Depok 30.028 115.930 3,86
14 SPKD Kabupaten Sleman
8 Berbah 10.744 41.778 3,89
9 Prambanan 12.572 45.008 3,58
10 Kalasan 16.307 56.360 3,46
11 Ngemplak 11.303 47.036 4,16
12 Ngaglik 18.877 70.687 3,74
13 Sleman 15.367 58.049 3,78
14 Tempel 12.913 47.643 3,69
15 Turi 8.144 33.925 4,17
16 Pakem 8.516 32.053 3,76
17 Cangkringan 7.653 27.310 3,57
Kabupaten 232.519 889.629 3,83
Sumber: BPS & Bappeda Kabupaten Sleman, Penduduk Kabupaten Sleman, Hasil Registrasi Penduduk Per-tengahan Tahun 2004. Sleman, BPS Kabupaten Sleman, 2004, hlm.19
Jumlah penduduk di Kabupaten Sleman dari tahun ke tahun cenderung meningkat, seperti terlihat pada tabel 2.3. Kondisi demikian dapat menambah kesulitan upaya penanggulangan kemiskinan karena: (a) Pertambahan penduduk dengan sendirinya mengubah jumlah absolut maupun komposisi penduduk sehingga menambah ketidakpastian jumlah sasaran program penanggulangan kemiskinan. (b) Pertambahan yang drastis berpotensi menimbulkan penilaian bahwa dari waktu ke waktu tidak ada perubahan yang signifikan atas hasil penanggulangan kemiskinan. (c) Apabila pertambahan penduduk karena migrasi didominasi oleh mereka yang berkategori miskin, maka dengan sendirinya angka kemiskinan menjadi semakin bertambah dari waktu ke waktu.
Tabel 2.3 Banyaknya Kelahiran, Kematian, dan Perpindahan Penduduk Kabupaten Sleman, Keadaan Pertengahan Tahun 2004
No Kecamatan Lahir Mati Datang Pergi Selisih
1 Moyudan 188 108 115 61 134
2 Minggir 168 103 99 73 91
3 Seyegan 203 88 122 78 159
4 Godean 311 147 340 207 297
5 Gamping 387 144 529 237 535
6 Mlati 435 127 542 368 482
7 Depok 567 279 1,276 743 821
8 Berbah 215 78 169 88 218
9 Prambanan 196 76 140 81 179
10 Kalasan 284 129 170 152 173
11 Ngemplak 256 97 320 104 375
12 Ngaglik 353 147 778 347 637
13 Sleman 461 164 292 192 397
14 Tempel 329 217 417 637 (108)
15SPKD Kabupaten Sleman
15 Turi 253 85 63 48 183
16 Pakem 187 104 184 82 185
17 Cangkringan 159 70 85 35 139
Kabupaten 4,952 2,163 5,641 3,533 4,897
Sumber: Diolah dari BPS & Bappeda Kabupaten Sleman, Penduduk Kabupaten Sleman, Hasil Registrasi Penduduk Pertengahan Tahun 2004. Sleman, BPS Kabupaten Sleman, 2004
Tabel di atas menunjukkan bahwa keadaan pada pertengahan tahun 2004 hanya satu dari 17 kecamatan yang tidak mengalami pertambahan penduduk, yaitu kecamatan Tempel. Di kecamatan Tempel justru terjadi pengurangan sebanyak 108 orang. Sementara itu kecamatan yang mengalami pertambahan terbanyak adalah kecamatan Depok bertambah sebesar 821 orang, disusul kecamatan Ngaglik dan Gamping, masing-masing dengan pertambahan 637 dan 535 orang.
Di samping daya dukung lingkungan tempat tinggal, struktur umur penduduk juga berperan memberi corak pada pola kehidupan penduduk. Struktur umur membagi penduduk menjadi dua kelompok besar, yaitu usia produktif dan usia tidak produktif. Dengan membandingkan kedua kelompok tersebut dapat diperoleh rasio ketergantungan (dependency ratio). Rasio ini menjelaskan besarnya tanggungan yang menjadi beban bagi penduduk usia produktif. Kelompok yang menjadi tanggungan (tertanggung) dapat dipilah dalam dua sub-kelompok, yaitu penduduk usia muda (0 – 14 tahun) dan penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas). Dengan demikian didapat rasio ketergantungan anak (child dependency ratio) dan rasio ketergantungan lanjut usia (old dependency ratio).
Rasio ketergantungan anak di kabupaten Sleman pada tahun 2003 sebesar 29. Artinya, setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung beban 29 orang anak berusia 0 – 14 tahun. Sedang rasio ketergantungan lanjut usia adalah 11. Dengan demikian total rasio ketergantungan di Kabupaten Sleman adalah 40, yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung beban 40 orang usia tidak produktif.
2.3. Indikator Kesejahteraan RakyatGambaran tentang kesejahteraan rakyat dapat dipahami dari dua arah yang berkebalikan, yaitu satu sisi gambaran kesejahteraan menunjukkan tingkat kemajuan kehidupan rakyat dan di sisi lain dapat dilihat tingkat ketertinggalan dari mereka yang tersisa, yaitu yang belum sejahtera, yang secara sederhana bisa disebut dalam kondisi miskin. Makna kesejahteraan mengandung dua sisi, yakni lahiriah dan spiritual, demikian pula dengan makna kemiskinan.
16 SPKD Kabupaten Sleman
Dengan pemahaman seperti di atas dapat dikatakan bahwa indikator kesejahteraan rakyat dapat menjadi petunjuk awal untuk mengetahui kemajuan upaya penanggulangan kemiskinan. Caranya ialah dengan membandingkan kondisi kesejahteraan rakyat antara tahun lalu dengan tahun ini, dan antara tahun ini dengan tahun mendatang, dan seterusnya. Beberapa contoh indikator misalnya: apakah angka kesakitan naik atau turun; apakah prosentase penduduk yang berpendidikan tertinggi SLTP berkurang; apakah jumlah penganggur berkurang; apakah kondisi permukiman penduduk semakin baik; serta apakah fasilitas umum semakin banyak dan merata.
Dengan demikian komponen-komponen yang perlu diperhatikan meliputi: kependudukan secara umum, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, serta perumahan dan lingkungan. Komponen kependudukan secara umum telah dikupas relatif mendetail pada bagian sebelumnya, Pada bagian berikut akan dibahas empat komponen lainnya.
2.3. 1. Kesehatan
Kesehatan adalah hak setiap orang dan merupakan aset yang amat penting bagi masa depan bangsa. Salah satu cara untuk mengukur status kesehatan masyarakat adalah mencermati angka kesakitan. Data Inkesra Kabupaten Sleman tahun 2003 menunjukkan angka kesakitan yang relatif tinggi yang antara lain disebabkan oleh pilek dan batuk dengan angka kesakitan masing-masing 155 dan 154, yang artinya dalam setiap 1000 penduduk terdapat 155 orang yang mengeluh sakit pilek dan sebanyak 154 orang sakit batuk. Keluhan sakit lainnya yang relatif besar adalah panas dan sakit kepala yang berulang-ulang dengan angka kesakitan masing-masing 100 dan 43. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang bersifat musiman. Umumnya penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang kurang sehat.
Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Sleman meliputi: Rumah Sakit (23 unit), Puskesma (24 unit), Puskesmas Pembantu (72 unit), serta Posyandu sebanyak 1.344 yang tersebar di 17 kecamatan sampai dengan tahun 2003. Sekalipun telah tersedia fasilitas, masih banyak penduduk yang tidak memanfaatkan, seperti terlihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Jenis Pengobatan yang dilakukan Penduduk Di Kabupaten Sleman, tahun 2003
Metode Pengobatan Jumlah
Diobati Sendiri 185.649
Berobat Jalan 125.192
Sumber: Inkesra Kabupaten Sleman 2003
17SPKD Kabupaten Sleman
2.3. 2. Pendidikan
Salah satu cara mengukur kualitas sumber daya manusia ialah dengan mengamati jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh penduduk berumur 10 tahun ke atas. Semakin besar proporsi penduduk yang dapat menamatkan pendidikan menengah dan tinggi secara teoritis semakin baik kualitas sumber daya manusianya.
Data dari BPS Kabupaten Sleman menyebutkan bahwa sampai dengan tahun 2003 sebagian besar penduduk Kabupaten Sleman (51,85%) menamatkan pendidikan tertingginya setingkat SMP. Selanjutnya sebanyak 36,82% menamatkan SMA dan SMK, dan selebihnya 11,34% penduduk yang menamatkan pendidikan tinggi dengan berbagai strata, mulai dari Diploma I hingga S-3. Data lengkapnya dapat diperiksa pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk Berusia 10 Tahun Keatas Tahun 2003
No Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Laki-laki Perempuan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Tdk / belum pernah sekolah
27.032 3,61 40.344 5,39 67.376 9,01
2 Tidak / belum tamat SD 17.875 2,39 16.741 2,24 34.616 4,63
3 SD / MI 73.441 9,82 73.431 9,82 146.872 19,64
4 SLTP 71.141 9,51 67.716 9,05 138.857 18,57
5 SMU / MA / sederajat 104.955 14,03 81.013 10,83 185.968 24,86
6 S M Kejuruan 48.694 6,51 40.720 5,44 89.414 11,96
7 Diploma I / II 2.284 0,31 9.894 1,32 12.178 1,63
8 Diploma III / Sarjana Muda 10.645 1,42 6.842 0,19 17.487 2,34
9 D IV / S1 / S2 / S3 33.846 4,53 21.297 2,85 55.143 7,37
Jumlah 389.913 52,13 357.998 47,87 747.911 100
Sumber: Inkesra Kabupaten Sleman 2003
2.3. 3. Ketenagakerjaan
Di Kabupaten Sleman terdapat 808.015 penduduk usia kerja pada tahun 2003. Dari jumlah tersebut, sebanyak 486.995 merupakan angkatan kerja, yaitu mereka yang siap masuk atau telah berkecimpung dalam kerja ditandai dengan aktivitas mencari pekerjaan. Dengan kata lain, terdapat 321.020 penduduk yang termasuk usia kerja namun bukan merupakan angkatan kerja, karena masih sekolah, karena mengurus rumahtangga, atau karena hal-hal lainnya. Tabel 2.6. menunjukkan rincian data tersebut.
18 SPKD Kabupaten Sleman
Tabel 2.6. Status Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2003
Status KetenagakerjaanLaki-laki Perempuan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Angkatan Kerja 266.691 33,01 220.304 27,26 486.995 60,27
a. Bekerja 245.394 30,37 189.096 23,40 434.490 53,77
b. Mencari Pekerjaan 21.297 2,64 31.208 3,86 52.505 6,50
Bukan Angkatan Kerja 139.579 17,27 181.441 22,46 321.020 39,73
a. Sekolah 110.287 13,65 87.098 10,78 197.385 24,43
b. Mengurus Rumah Tangga
7.611 0,94 81.030 10,03 88.641 10,97
c. Lainnya 21.681 2,68 13.313 1,65 34.994 4,33
Total Usia Kerja 406.270 50,28 401.745 49,72 808.015 100
Sumber: Inkesra Kabupaten Selman 2003
Selanjutnya, dari sejumlah 434.4990 penduduk yang bekerja sebagian besar bekerja dalam bidang pertanian (28,99%), jasa (22,77%), dan perdagangan (22,00%). Selebihnya tersebar dalam berbagai bidang seperti terlihat pada tabel 2.7.
Tabel 2.7. Bidang Pekerjaan Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2003
No Bidang PekerjaanLaki-laki Perempuan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Pertanian 70.408 16,20 55.568 12,79 125.976 28,99
2 Pertambangan & Penggalian
5.335 1,23 3.052 0,70 8.387 1,93
3 Industri 27.773 6,39 23.583 5,43 51.356 11,82
4 Listrik, Gas, dan Air 761 0,18 380 0,09 1.141 0,20
5 Bangunan 18.641 4,29 380 0,09 19.021 4,38
6 Perdagangan 39.179 9,02 56.676 13,04 95.855 22,00
7 Angkutan dan Komunikasi 15.588 3,59 760 0,17 16.348 3,76
8 Keuangan 11.027 2,54 6.087 1,40 17.114 3,94
9 Jasa-jasa 56.302 12,96 42.610 9,81 98.912 22,77
10 Lainnya 380 0,09 - - 380 0,09
Jumlah 245.39 56,48 189.09 43,52 434.490 100
Sumber: Inkesra Kabupaten Selman 2003
Dari jumlah 434.490 penduduk yang bekerja, apabila dirinci menurut jenis pekerjaan utamanya dapat diketahui bahwa sebagian terbesar (82,50%) bekerja sebagai tenaga (bukan menejer) dalam empat bidang pekerjaan, yaitu: tenaga usaha pertanian (termasuk perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perburuan) sebesar 28,56%, tenaga produksi, operator dan tenaga kasar lainnya sebesar
19SPKD Kabupaten Sleman
23,02%, tenaga usaha penjualan sebesar 20,84%, serta tenaga usaha jasa sebesar 10,07%. Hanya sebesar 16,73% penduduk yang bekerja sebagai ahli dan tenaga profesional (9,02%), tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan (1,23%), dan pejabat pelaksana dan tenaga tata usaha (6,48%). Rincian mengenai hal tersebut dapat diperiksa pada tabel 2.8.
Tabel 2.8. Pekerjaan Utama Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2003
No Pekerjaan UtamaLaki-laki Perempuan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Ahli & Tenaga Profesional 22.059 5,08 17.121 3,94 39.180 9,02
2Tenaga Kepemimpinan dan ketatalaksanaan
4.945 1,14 380 0,09 5.325 1,23
3Pejabat Pelakasana dan Tata Usaha
20.929 4,82 7.231 1,66 28.160 6,48
4 Tenaga Usaha Penjualan 34.235 7,88 56.294 12,9 90.529 20,84
5 Tenaga Usaha Jasa 20.535 4,73 23.199 5,34 43.734 10,07
6
Tenaga Usaha Pertanian (juga perkebunan, peternakan, kehutanan, & perburuan)
69.268 15,9 54.808 12,6 124.076 28,56
7Tenaga Produksi, operator dan tenaga kasar lainnya
70.002 16,1 30.063 6,92 100.065 23,03
8 Lainnya 3.421 0,79 - - 3.421 0,79
Jumlah 245.394 56,4 189.096 43,5 434.490 100
Sumber: Inkesra Kabupaten Sleman 2003
2.3.4. Perumahan dan Lingkungan
Data dari BPS Kabupaten Sleman menyatakan bahwa dilihat dari luas bangunan, pada tahun 2003 sebagian (22,80%) rumah penduduk luasnya kurang dari 20 m2. Dilihat dari segi lain, hampir semua (91,96%) rumah berdinding tembok, hanya 4,40% rumah berdinding bambu dan 3,38% berdinding kayu.
Terkait dengan ketersediaan air bersih, sebagian besar (59,64%) rumah tangga di Kabupaten Sleman memanfaatkan sumur terlindung sebagai sumber air minum. Selanjutnya sebesar 15,45% menggunakan sumur pompa, 9,97% menggunakan ledeng, dan 9,90% menggunakan sumur tak terlindung.
Sarana untuk tempat buang air besar, sebagian besar (66,27%) rumah tangga di Kabupaten Sleman menggunakan WC dengan tempat pembuangan berupa tangki. Sebesar 8,52% rumahtangga membuat tempat buang air besar dengan menggali lubang di tanah, sementara 4,27% memanfaatkan kolam/sawah. Sisanya sebesar 20,69% rumahtangga masih memanfaatkan sungai sebagai tempat buang air besar.
20 SPKD Kabupaten Sleman
2.3. 5. Fasilitas Sosial
Adapun fasilitas sosial yang tersedia adalah sebagai berikut:
Tabel 2.9. Jumlah Fasilitas Sosial di Kabupaten Sleman
No Nama Fasilitas Jumlah
1 Tempat Penitipan Anak 10
2 Panti Asuhan Anak 20
3 Panti Sosial Bina Remaja 1
4 Panti Sosial Trens Werdha 1
5 Panti Sosial Bina Netra 1
6 Panti Sosial Bina Daksa 2
7 Panti Sosial Bina Grahita 4
8 Panti Sosial Bina Rungu Wicara 3
9 Panti Sosial Karya Wanita 1
Sumber: Disnakertrans Kabupaten Sleman 2003
No Kecamatan Jumlah KK KK Miskin %
1 Prambanan 12.538 4.900 39,082 Tempel 13.953 5.294 37,943 Sleman 16.673 6.078 36,454 Cangkringan 8,085 2.862 35,405 Seyegan 12.162 4.270 35,116 Minggir 8.775 2.584 29,457 Mlati 19.143 4.709 24,608 Berbah 11.526 2.814 24,419 Ngemplak 13.239 2.981 22,5210 Turi 8.787 1.798 20,4611 Moyudan 9.182 1.669 18,1812 Godean 15.797 2.598 16,4513 Pakem 9.335 1.509 16,1614 Kalasan 15.482 2.399 15,5015 Ngaglik 17.502 2.404 13,7416 Gamping 19.222 2.491 12,9617 Depok 21.503 2.515 11,70
Total 232.904 53.875 23,13
22 SPKD Kabupaten Sleman
jawaban atas pertanyaan di mana letak kantung-kantung kemiskinan di Kabupaten Sleman.
Dengan dicermatinya data per desa selanjutnya dapat ditelusuri karakteristik desa tersebut berikut keadaan penduduknya. Dari kajian itu kemudian dapat dirumuskan strategi penanggulangan kemiskinan yang sesuai dengan penduduk desa yang bersangkutan.
Tabel 3.2. Keluarga Miskin per Desa per Kecamatan Di Kabupaten Sleman Tahun 2004
NoKecamatan Desa
Jumlah KK KK Miskin %
1 Prambanan 12.538 4,900 39.08
Wukirharjo 765 426 55.69
Sambirejo 1,480 696 47.03
Gayamharjo 1,260 524 41.59
Sumberharjo 3,486 1,430 41.02
Bokoharjo 2,560 883 34.49
Madurejo 2,987 941 31.50
2 Tempel 13.953 5,294 37.94
Sumberrejo 1,286 720 55.99
Mororejo 1,395 608 43.58
Pondokrejo 1,592 685 43.03
Banyurejo 2,175 890 40.92
Merdikorejo 1,732 686 39.61
Lumbungrejo 1,767 605 34.24
Tambakrejo 1,391 399 28.68
Margorejo 2,615 701 26.81
3 Sleman 16.673 6,078 36.45
Caturharjo 3,878 1,706 43.99
Trimulyo 2,455 907 36.95
Tridadi 3,338 1,218 36.49
Triharjo 4,244 1,392 32.80
Pandowoharjo 2,758 855 31.00
4 Cangkringan 8.085 2,862 35.40
Glagaharjo 1,052 547 52.00
Wukirsari 2,841 1,064 37.45
Umbulharjo 1,164 384 32.99
Kepuharjo 873 276 31.62
Argomulyo 2,155 591 27.42
23SPKD Kabupaten Sleman
5 Seyegan 12.162 4,270 35.11
Margomulyo 3,084 1,547 50.16
Margoagung 2,532 1,084 42.81
Margodadi 2,264 652 28.80
Margokaton 1,936 477 24.64
Margoluwih 2,346 510 21.74
6 Minggir 8.775 2,584 29.45
Sendangagung 2,164 860 39.74
Sendangsari 1,395 549 39.35
Sendangrejo 2,288 588 25.70
Sendangarum 1,050 217 20.67
Sendangmulyo 1,878 370 19.70
7 Mlati 19.143 4,709 24.60
Tirtoadi 2,354 699 29.69
Sendangadi 3,603 1,068 29.64
Sumberadi 3,541 1,239 34.99
Tlogoadi 3,073 774 25.19
Sinduadi 6,572 929 14.14
8 Berbah 11.526 2,814 24.41
KalItirto 2,941 763 25.94
Tegaltirto 2,609 666 25.53
Sendangtirto 3,628 870 23.98
Jogotirto 2,348 515 21.93
9 Ngemplak 13.239 2,981 22.52
Widodomartani 2,034 639 31.42
Bimomartani 1,743 544 31.21
Sindumartani 1,972 492 24.95
Umbulmartani 2,016 479 23.76
Wedomartani 5,474 827 15.11
10 Turi 8.787 1,798 20.46
Girikerto 2,076 544 26.20
Donokerto 2,155 538 24.97
Wonokerto 2,405 488 20.29
Bangunkerto 2,151 228 10.60
11 Moyudan 9.182 1,669 18.18
Sumberarum 1,991 420 21.09
Sumbersari 2,232 403 18.06
Sumberahayu 1,853 331 17.86
Sumberagung 3,106 515 16.58
24 SPKD Kabupaten Sleman
12 Godean 15.797 2,598 16.45
Sidomulyo 1,607 421 26.20
Sidomoyo 1,987 406 20.43
Sidoagung 2,131 392 18.40
Sidokarto 2,477 399 16.11
Sidorejo 1,839 284 15.44
Sidoluhur 2,597 329 12.67
Sidoarum 3,159 367 11.62
13 Pakem 9.335 1,509 16.16
Harjobinangun 1,448 369 25.48
Candibinangun 1,568 306 19.52
Purwobinangun 2,404 420 17.47
Pakembinangun 1,571 235 14.96
Hargobinangun 2,344 179 7.64
14 Kalasan 15.482 2,399 15.50
Selomartani 2,788 811 29.09
Tamanmartani 3,375 624 18.49
Tirtomartani 3,541 391 11.04
Purwomartani 5,778 573 9.92
15 Ngaglik 17.502 2,404 13.74
Sukoharjo 2,673 529 19.79
Donoharjo 1,987 373 18.77
Sardonoharjo 3,448 573 16.62
Sariharjo 3,545 390 11.00
Sinduharjo 3,232 333 10.30
Minomartani 2,617 206 7.87
16 Gamping 19.222 2,491 12.96
Nogotirto 3,478 493 14.17
Banyuraden 3,317 455 13.72
Trihanggo 3,388 450 13.28
Ambarketawang 4,594 585 12.73
Balecatur 4,445 508 11.43
17 Depok 21.503 2,515 11.70
Maguwoharjo 6,016 899 14.94
Condongcatur 7,223 896 12.40
Caturtunggal 8,264 720 8.71
Kabupaten Sleman 232.904 53,875 23.13
Telah disebutkan di depan bahwa konsep kemiskinan yang digunakan dalam menyusun SPKD ini adalah konsep kemiskinan absolut, yaitu menggunakan data dari Bidang KB. Sebagai pembanding telah dikaji pula data dari KBP yang
25SPKD Kabupaten Sleman
difasilitasi P2KP. Konsep kemiskinan yang digunakan KBP adalah konsep kemiskinan subyektif dan hanya tersedia di 32 desa.
Untuk kepentingan uji petik, pembandingan data keluarga miskin dilakukan di 13 desa pada 13 kecamatan yang telah melaksanakan KBP. Beberapa hal yang dapat dicatat dari pemeriksaan silang tersebut adalah : pertama, terdapat selisih yang mencolok di antara kedua sumber data. Selisihnya ada yang lebih besar pada data Bidang KB ada pula yang lebih besar pada data KBP. Kedua, terdapat perbedaan penggunaan satuan wilayah. Bidang KB menggunakan satuan wilayah dusun, sedang KBP satuan wilayahnya tidak konsisten. Ada data KBP yang berdasar dusun, pedukuhan, ada pula yang per RT. Ketiga, terdapat perbedaan dalam penyebutan nama dusun atau dukuh sehingga satuannya semakin sulit disejajarkan. Keempat, baik data Bidang KB maupun data KBP masing-masing terdapat ketidak-lengkapan sehingga tidak bisa diperiksa silang.
Catatan tambahan yang sangat penting terkait dengan pemeriksaan secara silang terhadap kedua data adalah bahwa Bidang KB dan KBP menggunakan dasar yang berbeda ketika menentukan jumlah keluarga. Bidang KB menggunakan data perkawinan, yaitu setiap pasangan yang telah menikah dihitung sebagai satu keluarga. Sementara itu KBP mendasarkan diri pada kartu keluarga (kartu C-1) sehingga sangat mungkin dalam satu keluarga (kartu C-1) terdapat lebih dari satu pasang suami-istri dan anak-anaknya.
3.2. Kondisi KemiskinanDi atas telah dipaparkan jumlah dan sebaran keluarga miskin di Kabupaten Sleman. Pada bagian ini akan diuraikan gambaran kondisi keluarga miskin tersebut. Gambaran ini belum mencakup seluruh desa yang berjumlah 86 melainkan baru dari 32 desa dari hasil analisis yang dilakukan oleh Komunitas Balajar Perkotaan (KBP) yang difasilitasi P2KP. Sekalipun demikian, karena sebaran ke-32 desa tersebut merata di hampir semua kecamatan maka diharapkan dapat merepresentasikan seluruh wilayah di Kabupaten Sleman.
Gambaran kondisi kemiskinan tersebut berisi dua aspek, yaitu ciri-ciri atau indikator kemiskinan dan penyebab kemiskinan. Ciri-ciri atau indikasi kemiskinan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri melainkan harus dilihat secara kumulatif.
3.2.1. Indikator Kemiskinan
Indikator kemiskinan dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu dimensi ekonomi, sosial, dan fisik. Masing-masing dimensi terdiri atas beberapa aspek. Dari tiap-tiap aspek tersebut terdapat indikator kemiskinan, seperti terlihat pada daftar tabel 3.3. berikut ini.
26 SPKD Kabupaten Sleman
Table 3.3. Daftar Indikator Kemiskinan
No Dimensi Aspek Indikator
1 Ekonomi
Pekerjaan
Penganggur
Buruh serabutan / tidak tetap (buruh tani, buruh bangunan)
Buruh Gendong
Tukang becak
Kernet
Tukang cuci
Tukang sampah
Pembantu Rumah Tangga
Penjaga / pelayan Toko
Pemulung
Petani Penggarap
Petani Gurem
Pedagang kecil-kecilan
Pedagang asongan
Pensiunan Golongan I
Pegawai honorer
Penghasilan Kurang dari Rp. 500.000,- per bulan
Tanggungan Lebih dari 4 (empat) orang
PendidikanPendidikan tertinggi Kepala Keluarga SLTP
Tidak ada anggota KK yang tamat SLTA
KompetensiKurang / Tidak memiliki ketrampilan kerja
Tidak memiliki jiwa kewirausahaan
ModalTidak memiliki modal
Modal sangat kecil
Akses
Tidak bisa memperoleh informasi yang dibutuhkan
Tidak mampu berurusan dengan birokrasi
Tidak ada tempat untuk ”mengadu”/ berbagi
27SPKD Kabupaten Sleman
2 Sosial
Kesehatan
Jompo
Sakit menahun
Cacat
Tidak bisa dan tidak mampu memanfaatkan layanan kesehatan modern
Pola makan tidak menentu
Kurang gizi
Tempat tinggal tidak higienis
Lingkungan tidak higienis
Sikap hidup
Mudah putus asa (dalam mengahadapi masalah)
Mudah menyerah / Tidak ulet
Boros
Suka jaga gengsi
Rendah diri / mider
LingkunganTradisi ”nyumbang”
Banyak penjudi
3 Fisik
Rumah
Kontrak
Ngindung
Milik sendiri: tidak higienis
Milik sendiri: terbuat dari gedhek sederhana
Milik sendiri: kualitas buruk
Pakaian
Beli baru sekali setahun
Beli bekas
Tidak punya ganti untuk berbeda-beda kepentingan
Sumber : FGD Kelompok Belajar Perkotaan-P2KP
Gambaran lain tentang kondisi keluarga miskin di Kabupaten Sleman dapat dilihat dari pekerjaan kepala keluarga seperti terlihat pada daftar pada halaman berikut. Daftar tersebut memperlihatkan bahwa:
3.2.1.1. Pada tingkat kabupaten, yang terbanyak adalah bekerja sebagai buruh (11.172), disusul pedagang (1.501), dan terkecil adalah petani (850). Jumlah terbesar kedua sebenarnya adalah ”lain-lain” (11.058). Namun belum diketahui secara pasti apakah ”lain-lain” itu berarti penganggur atau setengah penganggur atau pekerja lain.
3.2.1.2. Pada masing-masing desa, jumlah terbesar adalah bekerja sebagai buruh.
3.2.1.3. Terdapat 6 desa dimana KK miskinnya tidak satu pun bekerja di bidang pertanian. Selanjutnya yang KK miskinnya bekerja di bidang pertanian namun jumlahnya kurang dari 10 ada di 7 desa. Namun yang mencapai angka di atas 50 juga hanya 4 desa.
28 SPKD Kabupaten Sleman
3.2.1.4 Gambaran di atas merupakan gambaran khas daerah perkotaan.
Tabel 3.4. Pekerjaan Kepala Keluarga Miskin di 32 Desa
NO DESAPEKERJAAN
Lain-lain Pedagang Buruh Petani Pensiunan PNS
1 CATURHARJO 330 10 139 0 0 0
2 DONOKERTO 380 22 192 34 0 0
3 MARGOAGUNG 378 40 728 34 1 0
4 MARGODADI 362 50 603 104 0 0
5 SENDANGADI 330 9 504 0 0 0
6 SIDOARUM 332 18 398 3 0 0
7 SIDOLUHUR 350 41 230 18 1 0
8 SUMBERAGUNG 360 26 188 95 1 0
9 TIRTOADI 332 27 219 30 0 0
10 TRIDADI 395 73 376 46 19 1
11 TRIHARJO 330 9 526 0 0 0
12 BALECATUR 330 16 344 49 0 0
13 BANYURADEN 367 42 328 7 0 0
14 BOKOHARJO 365 31 240 8 1 0
15 CATURTUNGGAL 335 143 302 2 0 0
16 CONDONGCATUR 394 129 442 18 34 0
17 MINOMARTANI 345 30 165 0 4 0
18 NOGOTIRTO 336 13 557 0 0 0
19 SINDUHARJO 339 19 368 62 0 0
20 TAMANMARTANI 339 25 568 30 0 0
21 TIRTOMARTANI 330 15 206 4 0 0
22 TRIHANGGO 353 31 531 6 0 0
23 SINDUMARTANI 332 26 182 141 1 0
24 SINDUADI 350 149 394 20 13 0
25 SIDOMOYO 335 58 447 22 0 0
26 SIDOKARTO 331 53 206 40 1 0
27 SIDOAGUNG 333 73 271 24 0 0
28 LUMBUNGREJO 330 17 302 19 1 0
29 MARGOKATON 330 14 393 23 1 0
30 BANYUREJO 330 13 299 1 0 0
31 AMBARKETAWANG 344 112 354 10 22 1
32 SARIHARJO 331 167 170 0 3 3
JUMLAH 11058 1501 11172 850 103 5
Sumber: FGD Kelompok Belajar Perkotaan – P2KP
29SPKD Kabupaten Sleman
3.2.2. Penyebab Kemiskinan
Analisis penyebab kemiskinan dalam dokumen SPKD ini menggunakan pendekatan kombinasi kultural dan struktural. Untuk pendekatan kultural digunakan tingkat analisis masyarakat, yakni dengan mengkaji integrasi penduduk miskin dengan lembaga lokal masyarakat. Sedang untuk pendekatan struktural dilihat dari proporsionalitas atau keberpihakan terhadap penduduk miskin terkait kebijakan dan program pembangunan yang dijalankan selama ini.
Dari pendataan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 faktor penyebab timbulnya kemiskinan, yaitu faktor individu yang bersangkutan, faktor kebijakan pemerintah, dan faktor alamiah. Masing-masing adalah sebagai berikut :
3.2.2.1. Faktor Individu yang bersangkutan, mencakup:
3.2.2.1.1. Malas
3.2.2.1.2. Kurang Pergaulan
3.2.2.1.3. Tidak memiliki pengalaman
3.2.2.1.4. Minder
3.2.2.1.5. Tidak mempunyai modal
3.2.2.1.6. Ketrampilannya rendah
3.2.2.1.7. Boros
3.2.2.2. Faktor Kebijakan Pemerintah, meliputi:
3.2.2.2.1. Pendapatan rendah
3.2.2.2.2. Tidak ada lapangan kerja
3.2.2.2.3. Harga sembako tinggi
3.2.2.2.4. Pendidikan mahal
3.2.2.2.5. Sarana dasar kurang
3.2.2.2.6. Biaya jasa mahal
3.2.2.3.Faktor alamiah (perjalanan waktu), meliputi:
3.2.2.3.1. Bencana Keluarga
3.2.2.3.2. Jompo
3.2.2.3.3. Bencana Alam
30 SPKD Kabupaten Sleman
31SPKD Kabupaten Sleman
BAB IV KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN PROGRAM
Kaji ulang terhadap kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang telah ada dimaksudkan untuk mengambil pelajaran demi perbaikan penyusunan SPKD ini. Lebih dari itu diharapkan bahwa pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di masa mendatang tidak mengulang kesalahan yang sama.
Dalam SPKD ini dikaji empat kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Kajian pertama dilakukan terhadap kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang diprakarsai pemerintah pusat. Kedua, kajian terhadap Arah Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (AKU-APBD) Kabupaten Sleman tahun 2004. Ketiga, kajian terhadap kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang diprakarsai Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Terakhir, kajian terhadap kegiatan penanggulangan kemiskinan yang secara nyata dilakukan masyarakat maupun kalangan swasta.
Metode pengkajiannya ialah dengan cara menelaah berbagai dokumen apakah di dalam kebijakan dan program-program tersebut terdapat pilar penanggulangan kemiskinan. Pilar-pilar tersebut adalah: perluasan kesempatan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, serta perlindungan sosial.
Semua kajian terhadap kebijakan dan program pemerintah pusat digunakan dokumen ini sebagai dasar melakukan analisis lingkungan eksternal (ALE). Se-dangkan kebijakan dan program yang ada pada pemerintah daerah, swasta dan masyarakat digunakan sebagai dasar melakukan analisis lingkungan internal (ALI).
4.1. Kebijakan dan Program Pemerintah PusatBeberapa kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang diprakarsai pemerintah pusat yang dilaksanakan di kabupaten Sleman, masing-masing memiliki sasaran dan metode yang beragam. Oleh karena itu ketika dikaji menggunakan empat pilar sebagaimana disebut di atas terlihat bahwa belum semua program mangandung keempat pilar sekaligus, kecuali JPS, PKM/CRP, UED-SP, KBU dan P2KP. Gambaran lengkapnya disajikan dalam tabel 4.1.
32 SPKD Kabupaten Sleman
Tabel 4.1. Matriks Beberapa Program Penanggulangan Kemiskinan Atas Prakarsa Pemerintah Pusat
No ProgramPerluasan
Kesem-patan
Pember-dayaan
Masyarakat
Peningk. Kpasitas SDM
Perlind. Sosial
1 IDT √ √
2 JPS √ √ √ √
3. PKM/CRP √ √ √ √
4. UED-SP √ √ √ √
5. UKM √ √
6. KBU (Klompok Belajar Usaha) √ √ √ √
7. P2MPD √ √
8. P2KP √ √ √ √
9. Subsidi BBM √ √ √ √
10 Sejuta Rumah √ √ √
11 P2LDT √ √
Secara umum dapat dikatakan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan yang diprakarsai pemerintah pusat pada masa lalu memperlihatkan ciri-ciri: (a) Kebijakan terpusat dan seragam; (b) Lebih bersifat karitatif; (c) Memposisikan masyarakat sebagai obyek, yaitu tidak melibatkan mereka dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan; (d) Memandang masalah kemiskinan hanya dari segi ekonomi; (e) Menganggap bahwa permasalahan dan penanggulangan kemiskinan bersifat sama (one-fit-for-all); (f) Kurang memperhatikan keragaman budaya; (g) Pendekatannya top down; (h) Terdapat tumpang-tindih (overlapping) kelompok sasaran antara program yang satu dan program lainnya; dan (i) Kebijakannya bersifat sektoral.
Harus diakui bahwa kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di bidang ekonomi telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Dalam upaya mengembangkan usaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi telah dilakukan agenda penyelesaian hutang UKM. Disamping itu, kapasitas perbankan dalam penyaluran kredit kepada UKM dan fasilitasi pembiayaan dari pemerintah dalam bentuk dana bergulir dan penjaminan kredit bagi UKM juga meningkat. Sementara itu, perkembangan akses UKM terhadap sumberdaya produktif non finansial ditandai dengan adanya peningkatan keberadaan penyedia jasa layanan pengembangan usaha (business development services-BDS), dan berkembangnya klaster / sentra UKM di berbagai daerah. Meskipun demikian, secara umum pencapaian hasil keseluruhan belum maksimal.
Kebijakan perlindungan sosial khususnya bantuan sosial belum bersifat menyeluruh dan berkelanjutan. Karena kurang koordinasi, kurang transparan, diskriminatif serta kurang didukung akuntabilitas yang memadai maka kebijakan tersebut belum sepenuhnya dapat menjawab kebutuhan sosial masyarakat.
33SPKD Kabupaten Sleman
Pelaksanaan bantuan sosial (stimulan, JPS, dan PKPS-BBM) justru menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada bantuan tersebut. Kebijakan tersebut justru melumpuhkan inisiatif lokal. Masalah lain terkait dengan kebijakan tersebut adalah: kurang tepat sasaran, tidak tepat waktu, tidak tepat jumlah, serta tidak memberdayakan masyarakat.
4.2. Arah Kebijakan Umum (AKU) Tahun 2004Arah Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (AKU–APBD) 2004 tertuang dalam Nota Kesepakatan Pemkab dengan DPRD nomor 7/PK.KDH/A/2003 dan nomor 2/N.Kes DPRD/2003 tanggal 26 Juni 2003. Dalam nota kesepakatan tersebut dinyatakan bahwa AKU-APBD 2004 dimaksudkan sebagai pedoman dalam menyusun APBD 2004 dengan titik berat pembentukan sistem, peningkatan sumberdaya manusia, peningkatan kelembagaan, dan peningkatan prasarana dan sarana. AKU-APBD 2004 disusun dalam rangka mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana strategis. Arah kebijakan yang tercakup di dalamnya meliputi empat hal, yaitu: (a) mewujudkan pemerintahan daerah yang baik; (b) meningkatkan kegiatan ekonomi daerah; (c) meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan (d) meningkatkan kapasitas pengembangan potensi wilayah.
AKU-APBD 2004 berisi 100 butir kebijakan yang dijabarkan ke dalam 221 butir program yang kemudian dirinci dalam 1008 butir rencana kegiatan. Dari seluruh butir tersebut terdapat sejumlah butir yang mengandung potensi untuk mendukung upaya penanggulangan kemiskinan (“nangkis”), dengan rincian: 59 butir (59%) kebijakan, 105 butir (47,5%) program, dan 254 butir (25,2%) kegiatan. Dari total 254 butir rencana kegiatan yang berpotensi mendukung program “nangkis”), 158 butir (15,7%) bersifat tidak langsung dan hanya 96 butir (9,5%) bersifat langsung. seperti terlihat pada Tabel 4.2. dan lampiran 2.
34 SPKD Kabupaten Sleman
Tabel 4.2. Rekapitulasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman 2004
No Bidang
Berdasar AKU 2004 Berpotensi Pro-poor
Kebi
jak
an
Prog
ram
Kegi
atan
Kebi
jak
an
Prog
ram Kegiatan
Tidak Langsung
Langsung
1 Bidang Umum Pemerintahan
12 90 384 8 36 65 33
2 Pertanian 5 7 52 5 7 13 1
3 Perikanan 4 6 14 2 2 4 2
4 Pertambangan dan Energi
4 6 15 4 5 5 2
5 Kehutanan dan Perkebunan
7 8 35 6 6 6 4
6 Perindustrian & Perdagangan
6 16 62 4 10 13 15
7 Perkoperasian 3 4 14 3 4 9 4
8 Penanaman Modal
4 6 10 1 1 2 0
9 Ketenagakerjaan 8 9 46 6 7 12 13
10 Kesehatan 3 7 92 3 5 4 6
11 Pendidikan dan Kebudayaan
7 7 72 1 1 1 1
12 Sosial 5 8 30 4 6 8 4
13 Penataan Ruang 2 3 8 1 2 4 0
14 Permukiman 5 6 16 4 4 6 1
15 Pekerjaan Umum 4 7 24 2 2 1 2
16 Perhubungan 2 4 19 0 0 0 0
17 Lingkungan Hidup
4 8 31 1 2 2 0
18 Kependudukan 4 7 40 2 3 3 8
19 Pemuda dan Olah Raga
4 4 24 0 0 0 0
20 Kepariwisataan 3 4 14 2 2 2 0
21 Pertanahan 4 4 6 0 0 0 0
Total 100 221 1008 59 105 158 96
Data tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat kebijakan dan program telah terdapat orientasi/kecenderungan yang besar untuk berpihak kepada kaum miskin. Sedang pada tataran kegiatan, baru seperempat yang berorientasi pada keberpihakan kepada kaum miskin.
Meskipun dari jumlah butir kebijakan, program dan kegiatan dalam AKU-APBD 2004 telah terdapat kecenderungan berpihak kepada kaum miskin, belum jelas apakah semua itu benar - benar diarahkan untuk menanggulangi masalah
35SPKD Kabupaten Sleman
kemiskinan. Jumlah butir-butir di atas baru menunjukkan kebijakan, program atau kegiatan yang bisa diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan. Jadi sama sekali belum menunjukkan bahwa pada kenyataannya telah dirancang untuk menanggulangi kemiskinan.
Data tersebut masih sebatas kategorisasi di atas kertas pada tahap perencanaan. Dengan demikian masih diperlukan setidaknya tiga langkah lanjut, yaitu:
4.2.1. Pemeriksaan laporan kegiatan,
4.2.2. Pemeriksaan bukti di lapangan, dan
4.2.3. Pengkajian terhadap kesesuaian kegiatan dengan tujuan penanggulangan kemiskinan.
Pemeriksaan laporan kegiatan dilakukan untuk meneliti kesesuaian rencana dengan realisasi. Pemeriksaan bukti di lapangan dimaksudkan untuk menilai kesesuaian kegiatan dengan kebutuhan daerah, khususnya daerah-daerah yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi; apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan bisa mempercepat penanggulangan kemiskinan. Sedang pengkajian mengenai kesesuaian kegiatan dengan upaya penanggulangan kemiskinan dimaksudkan untuk menentukan apakah diperlukan perubahan, pengurangan atau penambahan kegiatan (juga kebijakan dan program) agar dapat memperlancar upaya penanggulangan kemiskinan.
4.3. Program Penanggulangan Kemiskinan Prakarsa PemdaPemerintah Kabupaten Sleman telah melaksanakan berbagai program yang pada akhirnya mengarah pada penanggulangan kemiskinan sekalipun tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai program penanggulangan kemiskinan. Karena pelaksanan program-program tersebut adalah dinas atau kantor yang berbeda-beda sedang nama dan tujuan programnya tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai program penanggulangan kemiskinan, akibatnya arah program tidak padu dan hasilnya belum optimal.Tabel 4.3. Beberapa Program Penanggulangan Kemiskinan Atas Prakarsa Pemerintah Daerah
No ProgramPerluasan Kesempatan
Pemberdayaan Masyarakat
Peningk. Kpasitas SDM
Perlind. Sosial
1. Gaduh Ternak √ √
2. Bantuan Susu Ibu Hamil √ √
3 Dana Gotong Royong √ √
4. Bantuan Dana Bergulir √ √
5. Bantuan Aspal √ √
6. Bantuan Organisasi Sosial √ √ √
7 Koperasi UKM √ √
36 SPKD Kabupaten Sleman
8. Beasiswa √ √
9 Bantuan Susu untuk Murid √ √
10 P2WKSS √ √
Dari delapan program yang dikaji pada tabel 4.3. ternyata tidak ada yang mengandung sekaligus empat pilar penanggulangan kemiskinan seperti diuraikan di depan. Oleh karena itu pada masa mendatang yang diperlukan adalah upaya memadukan dan mensikronkan berbagai program tersebut sehingga arahnya lebih fokus dan hasilnya lebih optimal.
4.4. Inisiatif Masyarakat dan SwastaInisiatif masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di daerah masing-masing telah lama ada. Sekalipun demikian kegiatan penanggulangan kemiskinan tersebut tidak merata dan tidak sama intensitas serta kualitasnya. Karena masing-masing berskala lokal/mikro maka belum terdapat kesatu-paduan arah dan sasaran.
Inisiatif dan peran kalangan swasta untuk membantu penanggulangan kemiskinan juga telah lama ada. Yang paling jelas adalah dalam penyediaan lapangan kerja yang dengan sendirinya memberi pendapatan kepada para pekerja yang direkrutnya. Disamping itu ada pula program dana hibah, sumbangan-sumbangan, dan santunan sosial.
Masing-masing program baik dari masyarakat maupun dari kalangan swasta dalam kaitan dengan empat pilar penanggulangan kemiskinan terlihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Beberapa Program Penanggulangan Kemiskinan Atas Prakarsa Masyarakt dan Swasta
No Bidang
Berdasar AKU 2004 Berpotensi Pro-poor
Kebi
jaka
n
Prog
ram
Kegi
atan
Kebi
jaka
n
Prog
ram Ke
giat
an
Tida
k La
ngsu
ng
Lang
sung
1 Bidang UmumPemerintahan
12 90 384 8 36 65 33
2 Pertanian 5 7 52 5 7 13 1
3 Perikanan 4 6 14 2 2 4 2
4 Pertambangan dan Energi
4 6 15 4 5 5 2
37SPKD Kabupaten Sleman
5 Kehutanan dan Perkebunan
7 8 35 6 6 6 4
6 Perindustrian & Perdagangan
6 16 62 4 10 13 15
7 Perkoperasian 3 4 14 3 4 9 4
8 Penanaman Modal
4 6 10 1 1 2 0
9 Ketenagakerjaan 8 9 46 6 7 12 13
10 Kesehatan 3 7 92 3 5 4 6
11 Pendidikan dan Kebudayaan
7 7 72 1 1 1 1
12 Sosial 5 8 30 4 6 8 4
13 Penataan Ruang 2 3 8 1 2 4 0
14 Permukiman 5 6 16 4 4 6 1
15 Pekerjaan Umum 4 7 24 2 2 1 2
16 Perhubungan 2 4 19 0 0 0 0
17 Lingkungan Hidup
4 8 31 1 2 2 0
18 Kependudukan 4 7 40 2 3 3 8
19 Pemuda dan Olah Raga
4 4 24 0 0 0 0
20 Kepariwisataan 3 4 14 2 2 2 0
21 Pertanahan 4 4 6 0 0 0 0
Total 100 221 1008 59 105 158 96
Kelemahan utama dari kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh masyarakat maupun kalangan swasta secara umum antara lain:
4.4.1. Belum terdapat sinergi
4.4.2. Belum sepenuhnya dikelola oleh penduduk setempat dan menjadi milik mereka.
4.4.3. Belum terdapat kesatuan arah dan tahapan.
4.4.4. Tidak berkelanjutan.
4.4.5. Kurang mendapat kemudahan pemerintah.
4.5. Analisis Lingkungan Internal (ALI)
4.5.1. Kekuatan4.5.1.1. Kebijakan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan
kemiskinan semakin mantap.
4.5.1.2. Dukungan politik menuju kepemerintahan yang baik telah berjalan
38 SPKD Kabupaten Sleman
4.5.1.3. Sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan merata. Budaya gotong royong tinggi.
4.5.1.4. Pertumbuhan ekonomi daerah cukup tinggi.
4.5.1.5. Stabilitas keamanan daerah terkendali.
4.5.1.6. Masyarakat dapat mengikuti perkembangan teknologi.
4.5.1.7. Masyarakat dapat mengikuti perkembangan informasi.
4.5.1.8. Terdapat kesempatan kerja secara merata.
4.5.1.9. Adanya alokasi pendanaan untuk program penanggulangan kemiskinan.
4.5.1.10. Potensi konstribusi peran serta LSM, Perguruan Tinggi dan Swasta di Sleman cukup besar.
4.5.1.11. Kualitas SDM Kabupaten Sleman memiliki daya saing kuat.
4.5.1.12. Lokasi Kabupaten Sleman strategis, alam subur dan sumber daya alam tersedia.
4.5.2. Kelemahan
4.5.1. Masih terdapat ego sektoral dalam pelaksanaan pembangunan.
4.5.2. Masih banyak peraturan daerah yang tidak mendukung program “Nangkis”.
4.5.3. Kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan belum baik.
4.5.4. Distribusi pendapatan masyarakat timpang cukup tinggi.
4.5.5. Masih terjadi praktek kekerasan terhadap anak dan perempuan.
4.5.6. Perkembangan teknologi tidak belum dimanfaatkan bagi keluarga miskin.
4.5.7. Keluarga miskin kesulitan mengakses perkembangan informasi
4.5.8. Keluarga miskin tidak mampu menangkap peluang kerja
4.5.9. Program penanggulangan kemiskinan tidak dipantau dan dinilai secara konsisten
4.5.10. Kerjasama antar pelaku di Sleman belum terealisasi dengan baik.
4.5.11. Daya saing tenaga kerja bagi keluarga miskin untuk mengisi peluang kerja rendah.
39SPKD Kabupaten Sleman
4.5.12. Potensi sumberdaya alam tidak berpihak pada perluasan kesempatan bagi keluarga miskin.
4.6. Analisis Lingkungan Eksternal (ALE)
4.6.1. Peluang
4.6.1.1. Pemerintah pusat secara konsisten memperkuat dan memperbaiki kebijakan otonomi daerah.
4.6.1.2. Penegakan hukum, HAM dan pemberantasan korupsi diperkuat.
4.6.1.3. Gerakan kesetiakawan sosial nasional diperkuat, alokasi dana pendidikan dan kesehatan diperbesar.
4.6.1.4. Pemerintah pusat mendorong pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh.
4.6.1.5. Keamanan nasional mantap dan terkendali.
4.6.1.6. Pemerintah pusat mendorong perkembangan teknologi dan inovasi.
4.6.1.7. Pemerintah pusat berperan dalam kesepakatan kerjasama global.
4.6.1.8. Peraturan investasi dipermudah dan penyaluran tenaga kerja keluar negeri diperbaiki.
4.6.1.9. Alokasi pendanaan dari pusat untuk penanggulangan kemiskinan tetap tinggi.
4.6.1.10. Adanya kerjasama dengan pihak asing secara langsung dalam penanggulangan kemiskinan dan pelestarian lingkungan terbuka luas.
4.6.1.11. Pemerintah pusat memperbaiki peraturan perlindungan tenaga kerja di dalam dan luar negeri.
4.6.1.12. Pemerintah komitmen memerangi praktek eksploatasi sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan.
4.6.2. Ancaman
4.6.2.1. Kebijakan pemerintah pusat menaikkan harga BBM.
4.6.2.2. Penegakan hukum, HAM dan pemberantasan korupsi tidak kunjung menampakkan hasil.
4.6.2.3. Terjadi bencana alam dan kekeringan di mana-mana.
4.6.2.4. Nilai tukar rupiah terhadap uang asing merosot tajam.
40 SPKD Kabupaten Sleman
4.6.2.5. Konflik antar suku dan golongan muncul di mana-mana.
4.6.2.6. Teknologi modern dikuasai pihak asing dan masyarakat hanya sebagai penonton
4.6.2.7. Informasi dikuasai oleh swasta , hanya untuk tujuan komersial dan tidak dapat diakses keluarga miskin
4.6.2.8. Banyak perusahaan tutup dan melakukan PHK
4.6.2.9. Terjadi penyimpangan penyaluran dana bagi keluarga miskin
4.6.2.10. Bantuan bersifat sedekah, tidak berkelanjutan dan tidak mendidik
4.6.2.11. Tenaga ahli asing mendominasi pasaran tenaga kerja nasional .
4.6.2.12. Pemerintah mencabut hak-hak perolehan masyarakat untuk meman-faatkan sumberdaya alam.
41SPKD Kabupaten Sleman
4.7. Analisis SWOTTabel 4.5. Pemanfaatan kekuatan untuk menangkap Peluang
Kekuatan Peluang S vs O
Kebijakan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan semakin mantap
Pemerintah pusat secara konsisten memperkuat dan memperbaiki kebijakan otonomi daerah
Pemerintah daerah terus memperbaiki kinerja untuk pelayanan masyarakat
Dukungan politik menuju keperintahan yang baik telah berjalan
Penegakan hukum, HAM dan pemberantasan korupsi diperkuat
Pemerintah daerah konsisten dalam menjalankan praktek tata kepemerintahan yang baik
Sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan merata
Gerakan kesetiakawan sosial nasional diperkuat, alokasi dana pendidikan dan kesehatan diperbesar.
Pemerintah daerah meningkatkan pelayanan kesehatan dan pemerataan kesempatan pendidikan
Pertumbuhan ekonomi daerah cukup tinggi
Pemerintah pusat mendorong pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh
Pemerintah daerah memperbaiki peraturan daerah untuk penanaman investasi
Stabilitas keamanan daerah terkendali
Keamanan nasional mantap dan terkendali
Pemerintah daerah terus mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan.
Masyarakat dapat mengikuti perkembangan teknologi
Pemerintah pusat mendorong perkembangan teknologi dan inovasi
Pemerintah daerah memfasilitasi penelitian dan pengembangan teknologi
Masyarakat dapat mengikuti perkembangan informasi
Pemerintah pusat berperan dalam kesepakatan kerjasama global
Pemerintah daerah memfasilitasi kemudahan akses informasi
Terdapat kesempatan kerja secara merata
Peraturan investasi dipermudah dan penyaluran tenaga kerja ke luar negeri diperbaiki
Pemerintah daerah memberi kemudahan dalam menangkap kesempatan kerja antar daerah
Adanya alokasi pendanaan untuk program penanggulangan kemiskinan
Alokasi pendanaan dari pusat untuk penanggulangan kemiskinan tetap tinggi
Pemerintah daerah dapat mengkoordinaskan pemanfaatan dana secara efektif dan tepat sasaran
Potensi konstribusi peran serta LSM, Perguruan Tinggi dan Swasta di Sleman cukup besar
Adanya kerjasama dengan pihak asing secara langsung dalam penanggulangan kemiskinan dan pelestarian lingkungan terbuka luas
Pemerintah daerah dapat memfasilitasi sinergi program penanggulangan kemiskinan secara terpadu
Kualitas SDM Kabupaten Sleman memiliki daya saing kuat
Pemerintah pusat memperbaiki peraturan perlindungan tenaga kerja di luar negeri.
Pemerintah memberi jaminan keamanan terhadap tenaga kerja di luar daerah
Lokasi Kabupaten Sleman strategis, alam subur dan sumber daya alam tersedia
Pemerintah komitmen memerangi praktek eksploatasi sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan.
Pemerintah membuka investasi usaha eksploitasi sumberdaya alam secara ramah lingkungan
42 SPKD Kabupaten Sleman
Tabel 4.6. Memperbaiki Kelemahan untuk menangkap Peluang
Kelemahan Peluang W vs O
Masih terdapat ego sektoral dalam pelaksanaan pembangunan
Pemerintah pusat secara konsisten memperkuat dan memperbaiki kebijakan otonomi daerah
Pemerintah daerah memfasilitasi koordinasi lintas sektoral untuk keterpaduan program
Masih banyak peraturan daerah yang tidak berpihak pada kemiskinan
Penegakan hukum, HAM dan pemberantasan korupsi diperkuat
Langkah pemerintah daerah untuk membuat annual report dimantapkan
Kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan belum baik
Gerakan kesetiakawan sosial nasional diperkuat, alokasi dana pendidikan dan kesehatan diperbesar.
Pemerintah daerah memfokuskan pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi keluarga miskin dan keluarga menengah.
Distribusi pendapatan masyarakat timpang cukup tinggi
Pemerintah pusat mendorong pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh
Pemerintah daerah menghimbau investor baru untuk mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja keluarga miskin
Masih terjadi praktek kekerasan terhadap anak dan perempuan
Keamanan nasional mantap dan terkendali
Pemerintah daerah melindungi dan memberi kesempatan luas bagi perempuan dalam pembangunan
Perkembangan teknologi tidak dapat dimanfaatkan bagi keluarga miskin
Pemerintah pusat mendorong perkembangan teknologi dan inovasi
Pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan TTG untuk mendorong produktifitas keluarga miskin
Keluarga miskin kesulitan mengakses perkembangan informasi
Pemerintah pusat berperan dalam kesepakatan kerjasama global
Pemerintah memfasilitasi keluarga miskin untuk dapat mengakses perkembangan informasi
Keluarga miskin tidak mampu menangkap peluang kerja
Peraturan investasi dipermudah dan penyaluran tenaga kerja keluar negeri diperbaiki
Pemerintah Daerah memberi kemudahan dan membantu pinjaman dana murah untuk menangkap peluang kerja di luar negeri
Program penanggulangan kemiskinan tidak dipantau dan dinilai secara konsisten
Alokasi pendanaan dari pusat untuk penanggulangan kemiskinan tetap tinggi
Pemerintah Daerah memfasilitasi Pemantauan dan penilaian program penanggulangan kemiskinan secara konsisten
Kerjasama antar pelaku di Sleman belum terintegrasi dengan baik
Adanya kerjasama dengan pihak asing secara langsung dalam penanggulangan kemiskinan dan pelestarian lingkungan terbuka luas
Pemerintah Daerah memfasilitasi Sinergi program antar pelaku
Daya saing tenaga kerja bagi keluarga miskin untuk mengisi peluang kerja rendah.
Pemerintah pusat memperbaiki peraturan perlindungan tenaga kerja di luar negeri.
Pemerintah daerah memberi pelatihan dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja bagi keluarga miskin
Potensi sumberdaya alam tidak berpihak bagi kesempatan usaha keluarga miskin
Pemerintah komitmen memerangi praktek eksploatasi sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan.
Pemerintah Daerah memberi kesempatan pertama bagi keluarga miskin untuk berusaha eksploitasi sumberdaya alam
43SPKD Kabupaten Sleman
Tabel 4.7. Memanfaatkan kekuatan untuk menekan Ancaman
Kekuatan Ancaman S vs T
Kebijakan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan semakin mantap
Kebijakan pemerintah pusat menaikkan harga BBM.
Pemerintah Daerah mengambil inisiatif untuk memberi perlindungan bagi keluarga miskin
Dukungan politik menuju keperintahan yang baik telah berjalan
Penegakan hukum, HAM dan pemberantasan korupsi tidak kunjung menampakkan hasil
Partisipasi masyarakat untuk berperan menuju tata kepemerintahan yang baik terus didorong
Sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan merata
Terjadi bencana alam dan kekeringan dimana-mana.
Pemerintah daerah terus memfasilitasi peningkatan peranserta masyarakat
Pertumbuhan ekonomi daerah cukup tinggi
Nilai tukar rupaih terhadap uang asing merosot tajam
Pemerintah Daerah terus mendorong sector riil yang bertumpu pada usaha kecil dan menengah
Stabilitas keamanan daerah terkendali
Konflik antar suku dan golongan muncul dimana-mana
Pemerintah daerah selalu berkoordinasi dengan TNI dan Polri dalam menjaga keamanan daerah
Masyarakat dapat mengikuti perkembangan teknologi
Teknologi modern yang dikuasai pihak asing dan masyarakat hanya sebagai penonton
Pemerintah Daerah memfasilitasi penelitian dan pengembangan teknologi bagi pelaku lokal
Masyarakat dapat mengikuti perkembangan informasi
Informasi dikuasai oleh swasta , hanya untuk tujuan komersialisasi dan tidak dapat diakses keluarga miskin
Pemerintah daerah memfasilitasi sarana teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi kelaurga miskin
Terdapat kesempatan kerja secara merata
Banyak perusahaan tutup dan melakukan PHK
Pemerintah daerah memfasilitasi Usaha Kecil Menegah untuk memperluas usaha
Adanya alokasi pendanaan untuk program penanggulangan kemiskinan
Terjadi penyimpangan penyaluran dana bagi keluarga miskin
Pemerintah Daerah memfasilitasi system pengawasan program secara partisipatif
Potensi konstribusi peranserta LSM, Perguruan Tinggi dan Swasta di Sleman cukup besar
Bantuan bersifat sedekah, tidak berkelanjutan dan tidak mendidik
Pemerintah memfasilitasi koordinasi program antar pelaku
Kualitas SDM Kabupaten Sleman memiliki daya saing kuat.
Tenaga ahli asing mendominasi pasaran tenaga kerja nasional .
Pemerintah Daerah terus memfasilitasi peningkatan kualitas tegana kerja melalui pelatihan dan magang
Lokasi Kabupaten Sleman strategis, alam subur dan sumber daya alam tersedia
Pemerintah mencabut hak-hak perolehan masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya alam.
Pemerintah Daerah memfasilitasi usaha kemitraan antara masyarakat lokal dengan investor luar
44 SPKD Kabupaten Sleman
4.8. Faktor Penentu KeberhasilanFaktor-faktor penentu keberhasilan dalam dokumen ini adalah pilihan strategis yang diharapkan mendukung tercapainya visi dan misi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sleman, yaitu:
4.8.1. Adanya kesepakatan untuk penentuan data sasaran secara akurat dan mutakir.
4.8.2. Anggaran yang disediakan untuk program penanggulangan kemiskinan diperbesar.
4.8.3.. Kebijakan pusat dan daerah tidak tumpang tindih
4.8.4. Program penanggulangan kemiskinan antar sector dan antar pelaku dapat terpadu.
4.8.5. Prosedur investasi jelas, sederhana dan tidak berbelit sehingga minat investasi usaha meningkat
4.8.6. Terdapat kepastian hukum
4.8.7. Keamanan kondusif dan terjamin
4.8.8. Modal sosial dalam masyarakat dapat ditingkatkan.
4.8.9. Organisasi masyarakat warga di tingkat lokal dapat memperjuangkan hak bagi keluarga miskin.
4.8.10. Program Penanggulangan kemiskinan dapat tepat sasaran dan dipantau secara konsisten.
45SPKD Kabupaten Sleman
BAB V STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
5.1. Visi Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Sleman menetapkan visi, yang merupakan hasil perumusan bersama dalam Musyawarah Lintas Pelaku (MLP), yaitu: Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sleman melalui penanggulangan kemiskinan.
5.2. MisiMisi yang akan dijalankan untuk mencapai visi tersebut di atas adalah:
1.1.1. Menyusun suatu tatanan penyelenggaraan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sleman secara partisipatif, gotong royong, bertanggung jawab dan berkelanjutan.
5.2.2. Melakukan artikulasi, agregasi dan evaluasi terhadap kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sleman.
5.2.3. Melakukan sinergi program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sleman.
5.2.4. Memperkuat kemandirian masyarakat menuju masyarakat sejahtera.
5.3. Tujuan Startegi Penanggulangan KemiskinanTujuan umum dari strategi penanggulangan kemiskinan daerah Kabupaten Sleman ini adalah terjadinya sinergi program antar stakeholders sehingga tercapai hasil berupa jumlah penduduk miskin berkurang dan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat.
5.4. Strategi dan Pendekatan
5.4.1. Strategi
Strategi penanggulangan kemiskinan yang diterapkan dalam SPKD ini meliputi:
5.4.1.1. Mengintregasikan program masyarakat, pemerintah, dan swasta
5.4.1.2. Mendudukkan keluarga miskin sebagai pelaku utama dalam penanggulangan kemiskinan
5.4.1.3. Mensenyawakan SPKD dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
46 SPKD Kabupaten Sleman
(RPJM) Daerah dan Rencana Strategi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra – SKPD).
5.4.1.4. Menyebarluaskan program penanggulangan kemiskinan secara merata.
5.4.2. PendekatanPendekatan yang diterapkan dalam SPKD ini meliputi dua hal, penting yaitu:
5.4..2. Meningkatkan pendapatan keluarga miskin; Pendapatan keluarga dapat meningkat apabila keluarga miskin mendapat kesempatan yang luas melakukan usaha produktif.
5.4..3. Menurunkan pengeluaran keluarga; Pengeluaran yang dapat ditekan adalah biaya kesehatan, pendidikan dan pemenuhan kebutuhan makan (beras).
Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan pada hakekatnya merupakan kebijakan publik yang berpihak kepada orang miskin (pro poor policy). Oleh karena itu kebijakan tersebut harus diterjemahkan dalam pembangunan yang berpihak kepada kaum miskin (pro poor development) dan pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada orang miskin (pro poor growth).
Secara operasional arah penanggulangan kemiskinan dapat dikelompokkan dalam empat kebijakan dan program, yaitu: perluasan kesempatan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, serta perlindungan sosial. Keempat kebijakan dan program tersebut dilaksanakan secara sinergis oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat. Peran masing-masing unsur pelaku dalam keempat kebijakan dan program yang merupakan pilar penanggulangan kemiskinan tersebut ditampilkan dalam matriks berikut ini.
Tabel 5.1. Peran Unsur-unsur KPKD dalam Program Penanggulangan Kemiskinan
Pilar Pelaku Perluasan kesempatan
Pemberdayaan Masyarakat
Peningkatan kapasitas & SDM
Perlindungan sosial
SWASTALembaga Keuangan
Menyediakan layanan
Menyediakan kredit cepat, mudah, dan murah
Melakukan pelatihan pengelolaan dana mikro
Menyediakan santunan
Industri Menyediakan fasilitas
Mejalin kemitraan dengan keluarga miskin
Menyediakan tempat magang
Menyediakan santunan
Asosiasi Memberi bimbingan
Memberi perlindungan usaha
Mendorong perkembangan dan menyalurkan
Menyediakan santunan
47SPKD Kabupaten Sleman
Pers Menjadi wahana komunikasi
Melakukan promosi pemberdayaan
Menyediakan informasi yang relevan
Menumbuhkan solidaritas
MASYARAKATLSM Melakukan
advokasiMelakukan pendampingan
Melakukan pendampingan
Melakukan pendampingan
Perguruan Tinggi Menyediakan kajian dan alternatif solusi
Melakukan pendampingan
Memberi pelatihan Melakukan pemantauan
Ormas Mengorganisir Memperkuat organisasi
Menghimpun anggota
Menampung dan memelihara
PEMDAEksekutif Menciptakan iklim
yang kondusif dan bertidak sebagai Regulator
Menciptakan good governance
Melakukan pembinaan dan berfungsi sebagai dinamisator
Menyediakan layanan umum dan membuat budget
Legislatif Menyetujui aturan dan mengawasi
Melakukan pengawasan
Mendorong eksekutif mengusulkan program
Menyetujui peraturan yang pro poor.
Dalam matriks tersebut terlihat bahwa pilar kegiatan penanggulangan kemiskinan akan bersinergi (saling melengkapi dan menguatkan) antar pelaku. Setiap baris menunjukkan kebijakan dan program sebuah unsur dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan.
Terkait dengan hal di atas perlu dicatat bahwa tidak semua pelaku bisa mengisi semua pilar dengan kegiatan yang secara langsung membawa dampak penanggulangan kemiskinan. Misalnya, perguruan tinggi akan sulit mengisi pilar perlindungan sosial, sehingga dalam kegiatan ini perannya lebih pada monitoring dan evaluasi. Sebaliknya organisasi kemasyarakatan justru sangat potensial mengisi pilar tersebut. Demikian pula dengan pelaku-pelaku yang lain untuk pilar-pilar yang lain. Sekalipun demikian, dengan sinergi semua pelaku maka semua pilar akan dapat diisi.
Isi kebijakan dan program telah ditentukan oleh masing-masing pelaku dalam MLP. Rangkuman isian tersebut disajikan pada sub-bab berikut.
5.5. Kebijakan dan Program Perluasan KesempatanKebijakan dan program perluasan kesempatan dimaksudkan untuk memberi peluang yang seluas-luasnya kepada kaum miskin agar dapat mengentaskan diri dari kemiskinannya. Kesempatan tersebut dapat berupa kesempatan kerja, menambah modal usaha, memasarkan hasil produksi, membangun jaringan
48 SPKD Kabupaten Sleman
kerja, dan seterusnya. Sumbangan tiap-tiap unsur pelaku penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2. Unsur Pemerintah Daerah
No Nama Lembaga
Kebijakan Program
1. Dinas Tenaga Kerja, Sosial, Transmigrasi dan Keluarga Berencana
Meningkatkan dan menumbuhkembangkan minat bertransmigrasi
Menumbuhkan minat masyarakat untuk mengikuti program transmigrasi
Mengembangkan kompetensi dan profesionalisme tenaga kerja dan mendorong terciptanya iklim berwira usaha
Memperluas lapangan kerja dengan perluasan dan pengembangan kesempatan kerja
Pengembangan Kewirausahaan dan Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja
Perlindungan dan Pengembangan Ketenagakerjaan
Memantapkan hubungan kerjasama dengan dunia usaha
Pemantauan Hubungan Kerjasama dengan Dunia Usaha
2 Dinas P3BA Mengembangkan Energi Alternatif selain BBM
Pembangkit Listrik Tenaga Surya
3 Dinas Pertanian & Kehutanan
Mengembangkan diversifikasi pangan
Pengembangan Usaha Tani Non Padi
4 Dinas P2KPM Mengembangkan Industri Kecil dan Menengah terutama yang ada di Sentra Rumah Tangga & Pedesaan
Peningkatan Pelayanan Perindustrian dan Perdagangan
Pengembangan SDM Perindustrian dan Perdagangan
Meningkatkan Manajemen Usaha Perdagangan
Pengembangan Kemampuan Usaha Industri
Monitoring dan Evaluasi Perindustrian dan Perdagangan
Mengembangkan Penanaman Modal
Promosi Investasi
Pelayanan Penanaman Modal
Meningkatkan Penataan Kelembagan Koperasi UKM
Penyediaan Data Koperasi & UKM
Mengembangkan Penanaman Modal
Penciptaan Iklim dan Peluang Investasi yang kondusif
5 Bagian Perekonomian Setda
Penataan dan Pemberdayaan Usaha Informal
Pengkajian dan Penyiapan Rencana Kebijakan Daerah
Mengembangkan Perekonomian Daerah
Pengkoordinasian Kegiatan Bidang Perekonomian
Pemberdayaan Usaha Masyarakat Khususnya UMKM
Kemitraan Usaha Koperasi dan UMKM
6. Dinas Pendidikan Nasional
Meningkatkan upaya Pemerataan Pendidikan
Peningkatan Kualitas Pendidikan
7. Dinas Kesehatan
Meningkatkan Derajat Kesehatan
Peningkatan Pelayanan Kesehatan
49SPKD Kabupaten Sleman
Tabel 5.3. Unsur Swasta
No Nama Lembaga Kebijakan Program
1. BPR Panca Arta Monjali Penyediaan Dana Murah Pengelolaan Dana untuk UKM
2. BKPK DIY Promosi Kesehatan Koordinasikan Promosi Kesehatan
3. PT Kepurun Meningkatkan Penghasilan Petani
Peningkatan Usaha Tani Non Padi
4. PT. Prambanan Boko Meningkatkan Penghasilan Pengrajin Cindera mata
Membina Pengrajin Cindera Mata Berbasis Usaha pariwisata
Tabel 5.4. Unsur Masyarakat
No Nama Lembaga Kebijakan Program
1. Yayasan PATRA-PALA Meningkatkan Sumberdaya Kepariwisataan
Inventarisasi dan Klasifikasi Usaha Jasa Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pengembangan Obyek dan daya Tarik Wisata Berbasis Masyarakat
Pengembangan Pariwisata yang Bertumpu pada Pemberdayaan Masyarakat serta Kemitraan Usaha dengan tetap memliharan nilai-nilai budaya bangsa dan agama serta Kelestarian Lingkungan
Peningkatan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Berbasis Masyarakat lewat (a). Pemeliharaan/ Penataan Sarana dan Prasaran Obyek Wisata, (b). Peningkatan/ Pembangunan Sarana dan Prasarana Obyek Wisata (c). Penyusunan Identifikasi Kebutuhan Prasarana Pendukung bagi Pemngembangan ODTW dan Jaringan Wisata, (d). Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan/ Karidor Wisata Berbasis Masyarakat.
2. Yayasan SHOREA Pembuatan Pembibitan
Mengembangkan Hasil Hutan Non-Kayu
3. Yayasan Forum Studi Transformasi (FOSTA)
Penyediaan Dana Pinjaman Pengelolaan dana Bergulir
Pendampingan Usaha Keluarga
Pembinaan Ekonomi Rumah Tangga
4. Yayasan Mitra Mandiri Peningkatan Penghasilan Masyarakat (Income Generating)
Pengembangan Usaha Kecil & Koperasi
Peningkatan Penghasilan Keluarga Binaan
Pengembangan Koperasi Kredit
50 SPKD Kabupaten Sleman
5 Yayasan Dian Desa Menyediakan Block Dana untuk pinjaman usaha kecil & menengah
Pengelolaan Pinjaman Dana Bergulir untuk usaha rumah tangga
Meningkatkan Pendapatan Sampingan bagi Masyarakat Miskin
Usaha Agri Bisnis (Jamur, Anggrek, Rempon-rempon) dengan Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Mengelola Sampah Rumah Tangga Berbasis Kelompok Masyarakat
Peningkatan Pendapatan melalui Swadaya Pengelolaan Sampah
Membuka Usaha Kerajinan Menengah dan Kecil
Peningkatan Jaringan Pemasaran Kerajinan Tangan berbahan baku kayu, kepompong liar dan kulir pari
6. Yayasan Griya Mandiri Meningkatkan Pendapatan Keluarga bertumpu pada Usaha Kelompok.
Pembinaan Usaha Kelompok.(khususnya bagi Ibu Rumah Tangga)
Pelayanan Pengembangan Usaha (Bussines Development Services).
7 Yayasan GAIA Life Skill Pendampingan Pemuda Untuk Kegiatan Produktif
8. Instiper Peningkatan Usaha Kecil Pengembangan Industri Kecil Jamur dan Nata De Coco
9. Yayasan Kutilang Indonesia Penyelamatan Burung Promosi Hobi Birdwatching
Inventarisasi Kawasan Penting untuk Birdwacting
Pengembangan Usaha Pembibitan Pohon
Penanaman Pohon yang digemari Burung
10. Lembaga Study Kesehatan (LESSAN)
Pengembangan Pengobatan Alternatif
Mengembangkan Pengobatan Tradisional
11. Universitas Islam Indonesia (UII)
Meningkatkan Peran Lembaga Keuangan Umat
Mendorong Pendirian Bank Muamalat
12 Forum Komunikasi Badan Keswasdayaan Masyarakat (FK BKM)
Menyediakan dana untuk pinjaman usaha kecil
Pengelolaan dana bergulir untuk usaha kecil dan menengah
Meningkatkan penghasilan masyarakat
Pengembangan kelompok usaha bersama
Membuka Peluang usaha bagi generasi muda
Pelatihan Motivasi kewirausahaan
Penumbuhan kerjasama antar BKM se Kabupaten Sleman
51SPKD Kabupaten Sleman
5.6. Kebijakan dan Program Pemberdayaan MasyarakatKebijakan dan program pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk membuat masyarakat, khususnya kaum miskin, mendapatkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sesuai kehendaknya dalam upaya mengentaskan diri dari kemiskinan. Bentuknya antara lain berupa kemampuan membangun usaha yang mandiri, mempu memperjuangkan hak-haknya (semisal buruh), mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi, dan lain-lain. Sumbangan tiap-tiap unsur pelaku penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.5. Unsur Pemerintah Daerah
No Nama Lembaga Kebijakan Program
1. Dinas Tenaga Kerja, Sosial, Transmigrasi dan Keluarga Berencana
Mengembangkan kopensi dan Profesionalisme Tenaga Kerja
Meningkatkan kualitas Tenaga Kerja dengan pendayagunaan tenaga kerja
Meningkatkan Partisipasi Sosial Masyarakat
Memberdayakan Potensi dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Meningkatkan Pembinaan Ketahanan Keluarga
Memberdayakan Fungsi Keluarga
Meningkatkan dan menumbuh-kembangkan minta bertransmigrasi
Peningkatan Kemampuan Petugas Ketransmigrasian, Penyuluh, Pendaftar dan Seleksi Calon Transmigran
Meningkatkan Srana & Prasarana Bertransmigrasi
Peningkatan Sarana & Prasarana Transmigrasi
Kerjasama Mitra makarya Muktitama
2 Dinas P3BA Melindungi Korban Bencana Alam Bantuan Korban Akibat Bencana
3 Dinas pertanian & Kehutanan
Meningkat Usaha Tani Non Padi Penguatan Modal Usaha Tani Sayuran
4 Dinas Kimpraswilhub Pemberdayaan masyarakat Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Pembangunan Lingkungan Perumahan
Meningkatkan Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan
Peningkatan dan Pemeliharaan Kwalitas Jalan dan Jembatan
52 SPKD Kabupaten Sleman
5 Bagian Perekonomian Setda
Mewujudkan Sistem Ketahana Pangan yang berbasis pada Sumberdaya Pangan, Kelembagaan dan Budaya Pangan Lokal
Peningkatan Ketahanan Pangan
Mengurangi Beban Pengeluaran Masyarakat Miskin
Penanggulangan Kemiskinan melalui Pendampingan Disteribusi Beras Miskin
Meningkatkan Kualitas Sarana dan Prasarana Ekonomi
Pengkoordinasian Kegiatan Bidang Perekonomian
6. Dinas Pendidikan Nasional Memeratakan Pendidikan Pra Sekolah, SD, Menengah dan PLS
Pemerataan Pendidikan
Meningkatkan Kualitas Sarana dan Prasarana Pendidikan
Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana Pendidikan
Tabel 5.6. Unsur Swasta
No Nama Lembaga Kebijakan Program
1 AKPPI Cab. DIY Memperluas Jaringan Kerja Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Mendampingi Masyarakat Miskin dalam mengakses Sumberdaya Kunci Perumahan dan Permukiman
2 PT Astra Honda Internasional
Menyisihkan Sebagian Keuntungan Perusahaan
Pemberian Santunan Beasiswa
3. BPE Panca Arta Monjali Penguatan Pemanfaatan dana Pendampingan Lapangan
4. BKPK DIY Promosi Kesehatan Promosi Kesehatan Terpadu
53SPKD Kabupaten Sleman
Tabel 5.7. Unsur Masyarakat
No Nama Lembaga Kebijakan Program
1 Yayasan PATRA-PALA Peningkatan promosi dan Pemasaran Produk Wisata Berbasis Masyarakat
Pengiriman Duta Seni ke Berbagai Event
Pembuatan Film Pariwisata Dokumenter Pesona Wisata SEMBADA
Penyusunan Buku Kepariwisataan dan Pembuatan Paket Wisata Berbasis Masyarakat
Kemitraan Usaha Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pelaksanaan Event-event Kepariwisataan Berbasis Masyarakat
Pemilihan Duta Wisata SEMBADA
Pelatihan Usaha Jasa Pariwisata Bertumpu pada Masyarakat
Peningkatan Peran dan fungsi Anggota HPI, PHRI, ASITA dalam pengembangan pariwisata berbasis Masyarakat
2 Yayasan SHOREA Mengelola Hutan rakyat dengan Manajemen Kelompok
Peningkat Kapasitas Masyarakat untuk Mengelola Hutan
3. Yayasan Mitra Mandiri Pendampingan Desa Binaan Pembinaan Kegiatan Ekonomi Keluarga
Kemandirian Ekonomi Rakyat Miskin
Peningkatan Ketrampilan Kewirausahaan
4 Yayasan Dian Desa Peningkatan pemasaran Kerajinan tangan
Membentuk Jaringan Kerja Pasar Kerajinan Tangan
Pengembangan TTG Bidang Pertanian (Perontok Padi & Pemipil Jagung).
Penelitian dan Pengembangan Tungku Hemat Energi & TTG untuk peningkatan penghasilan keluarga.
Meningkatkan Keberdayaan Masyarakat melalui Pendampingan Penghematan Kayu Bakar
Survey pasar dan Pengembangan Desain/ModelMemberi Dana Talangan untuk usaha kerajinan rumah tangga
54 SPKD Kabupaten Sleman
5 Yayasan Griya Mandiri Meningkatkan Keberdayaan Masyarakat melalui Pendampingan
Penguatan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
Mempercepat Perbaikan Rumah Sehat
Membentuk Jaringan Kerja Pembangunan Perumahan & permukiman
Pengelolaan Dana Mikro untuk Perbaikan Rumah
6 Yayasan GAIA Life Skill Pemberdayaan Organisasi Masyarakat
7. UPN ”Veteran” Penguatan Pemberdayaan Masyarakat
Desa Binaan
Stimulan Pengabdian Oleh Dosen
KKN Tematik
8. INSTIPER Peningkatan Keberdayaan masyarakat
Pemberdayaan Kelompok Tani
9. Yayasan Kutilang Indonesia Penyelamatan Satwa Pengelolaan Habitat Satwa liar di sekitar Permukiman
Penyelesaian Konflik antar stwa liar dengan masyarakat
10. LESSAN Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Gerakan Advokasi Perlindungan Tanaman Obat
11. UII Desa Binaan KKN Mandiri
12. FK BKM Peningkatan Keberdayaan masyarakat untuk mengembangkan potensi Lokal
Penguatan Kelembagaan Kelompok usaha kecil
Pembinaan kegiatan ekonomi rumah tangga
Perubahan sikap mental dan perilaku masyarakat terutama masyarakat miskin
Pendampingan manajemen usaha kecil
Pendampingan menejemen ekonomi rumah tangga
5.7. Kebijakan dan Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya ManusiaKebijakan dan program peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dimaksudkan untuk memperbesar kemampuan masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dalam menangani persoalan-perosalan yang dihadapinya. Di samping itu kebijakan dan program tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, khususnya kaum miskin, agar dapat mengentaskan diri mereka dari kemiskinan. Bentuknya antara lain berupa ketrampilan, pengetahuan, wawasan, dan sebagainya. Sumbangan tiap-tiap unsur pelaku penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut:
55SPKD Kabupaten Sleman
Tabel 5.8. Unsur Pemerintah daerah
No Nama Lembaga Kebijakan Program
1. Dinas Tenaga Kerja, Sosial, Transmigrasi dan Keluarga Berencana
Meningkatkan Kualitas hidup Keluarga miskin
Penanggulangan Kemiskinan
Meningkatkan Kualitas Keluarga dan Pelayanan KB
Meningkatkan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak
Melaksanakan Program Keluarga Berencana
Meningkatkan Peran dan Perlindungan Perempuan
Meningkatkan kualitas data dan informasi Program KB
Menyelenggarakan Pendaftaran Penduduk dan Pendataan Keluarga Miskin
Meningkatkan Pembinaan Ketahanan Keluarga
Peningkatan Pemberdayaan Keluarga
Meningkatkan Kualitas Pelayanan KB, Kesehatan Reproduksi dan Jaminan Perlindungan Pemakaian Konstrasepsi
Peningkatan Kualitas Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi
Peningkatan Pengayoman Peserta KB, Perlindungan Hak dan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja
Meningkatkan Penyusunan Data dan Informasi Program KB
Peningkatan Kualitas Pencatatan, Pelaporan, Pengolahan dan Analisis data
2. Dinas Pertanian & Kehutanan Meningkatkan Kualitas Petani Menyelenggarakan Kursus, Latihan dan Magang bagi Petani Agri Bisnis
3. Dinas P2KPM Meningkatkan Kemampuan SDM Bidang Koperasi dan UKM
Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Pemanfaatan Kualitas Data
Penguatan Modal Koperasi dan UKM
Pengembangan Kemitraan
4. Dinas Kesehatan Peningkatan Kualitas SDM, Lingkungan, Prasarana dan Sarana Hidup Sehat
Upaya Kesehatan
Perbaikan Gizi
Peningkatan Pemahaman dan Penerapan Perilaku Hidup Sehat
5. Dinas Peternakan Meningkatkan Kwalitas SDM Bidang Tanaman Pangan dan Peternakan
Peningkatan Kwalitas SDM
56 SPKD Kabupaten Sleman
6. Dinas Kimpraswil Hub Meningkatkan Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Bidang Pekerjaan Umum
Peningkatan Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Bidang PU
Tabel 5.9. Unsur Swasta
No Nama Lembaga Kebijakan Program
1. AKPPI Cab. DIY Meningkatkan Kapasitas Pendamping Masyarakat
Pelatihan untuk Pendamping Masyarakat (Pelatihan untuk Pelatih
Memperbanyak Jumlah Pendamping Masyarakat
Pendampingan Masyarakat untuk Pemetaan Swadaya
2. Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman
Meningkatkan Efektifitas Pelayanan Dana Mikro KBP
Pelatihan Pengelolaan Dana Mikro
3. BKPK DIY Promosi Kesehatan Monitoring dan Evaluasi Promkes
4. PT Kepurun Mengoptimalkan Lahan Pertanian Pembinaan Petani Muda berbasis Agro Bisnis
Tabel 5.10. Unsur Masyarakat
No Nama Lembaga Kebijakan Program
1. Yayasan PATRA-PALA Peningkatan Sumberdaya Manusia Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pendampingan, Penyuluhan dan Pelatihan Kepariwisataan Masyarakat sekitar Obyek Wisata secara terintegritas
Pemagangan Masyarakat ke tempat-tempat Potensi pariwisata
Pengembangan Masyarakat menuju multiplier effect
Mobilisasi dan Perpaduan Sumberdaya melalui Mekanisme Usaha Pariwisata
Tourism Impact Management
2 Yayasan SHOREA Pengembangan Kemampuan Masyarakat
Pelatihan Organisasi
Pelatihan Pembuatan Kompos
Belajar Antar Petani
3. Yayasan Mitra Mandiri Perubahan Sikap Mental & Perilaku Pelatihan Menggali Potensi Positif
Pemberdayaan Keluarga Binaan dalam Mengelola Usaha Kecil sesuai Bakat Alam (Talenta)
Pendampingan Intensif Desa Binaan
57SPKD Kabupaten Sleman
4 Yayasan Dian Desa Pengembangan Jasa berbasis Eko Wisata
Pelatihan Bagi Pemandu untuk tracking dan wisata alam
Meningkatkan Kapasitas Pendamping Masyarakat
Pelatihan untuk Pendamping Masyarakat (Pelatihan untuk Pelatih)
Memperbanyak Jumlah Pendamping Masyarakat
Penerimaan Magang untuk Kerajinan Tangan dan Penguasaan TTG Pengolahan Limbah Cair
5. Yayasan Griya Mandiri Meningkatkan Kapasitas Pendamping Masyarakat
Pelatihan untuk Pendamping Masyarakat (Pelatihan untuk Pelatih)
Memperbanyak Jumlah Pendamping Masyarakat
Pendampingan Masyarakat untuk Perencanaan Partisipatif
6. Yayasan GAIA Life Skill Training Kewirausahaan, Home industry
7. UPN ”Veteran” Pendampingan KKN Pelatihan Kewirausahaan
Teknologi Tepat Guna
8. INSTIPER Penigkatan kapasitas Masyarakat Pelatihan Agroindustri di pedesaan
Pelatihan Pemanfaatan Limbah Pertanian
9. UNWAMA Pendampingan KKN Tematik Pelatihan untuk Tenaga Pendamping Masyarakat
Penyediaan Tenaga Peneliti Lapangan
10. UII Pendampingan KKN Pembangunan Bank Muamalat
11. Yayasan Kutilang Indonesia Pelatihan kepemanduan Wisata Pengamat Burung
Pendampingan
12. LESSAN Pendidikan dan Pelatihan bagi Masyarakat
Pelatihan dg Pemagangan (learning by doing)
13. Yayasan Ghifari Pemerataan Pendidikan Anak yatim dan terlantar
Pendidikan dan pelatihan bagi anak yatim dan terlantar
14. FK BKM Pemerataan kesempatan pendidikan
Basiswa
Perlindungan Keluarga Miskin Santunan warga miskin
Santunan Kesehatan untuk warga miskin
15. PD Muhammadiyah Cabang Sleman
Pembinaan Keluarga terutama Perempuan danAnak
Melatih Anak Yatim untuk usaha produktif
16. Fatayat NU Sleman Pembinaan dan Pelatihan Perempuan
Meningkatkan Penghasilan Perempuan lewat usaha keluarga
58 SPKD Kabupaten Sleman
5.8. Kebijakan dan Program Perlindungan SosialKebijakan dan program perlindungan sosial dimaksudkan untuk menjaga kaum miskin dan kaum lemah pada umumnya dari dampak buruk kapitalisme, liberalisme dan egoisme kehidupan. Kebijakan dan program tersebut dapat berupa pertolongan sementara kepada kaum miskin agar mereka dapat tetap bertahan hidup. Bentuk lainnya adalah pemberian berbagai jaminan dan penetapan aturan yang memihak kepada mereka. Sumbangan tiap-tiap unsur pelaku penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.11. Unsur Pemerintah Daerah
No Nama Lembaga Kebijakan Program
1. Dinas Tenaga Kerja, Sosial, Transmigrasi dan Keluarga Berencana
Mengembangkan kompetensi dan Profesionalisme Tenaga Kerja
Meningkatkan Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja
Mengembangkan koordinasi dan Jalinan kerja dengan Perusahaan dan Lembaga Terkait
Meningkatkan Pembinaan Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja
Menetapkan Standard Pelayanan Minimal Penanganan PMKS, meningkatkan sarana dan prasarana Pelayanan PMKS dan Menyelenggarakan Bimbingan Teknis Pekerjaan Sosial
Meningkatkan jaminan Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi dan Perlindungan Sosial
Peningkatan Sarana & Prasarana Pelayanan PMKS
Profesi Pekerja Sosial
Meningkatkan Partisipasi Sosial Masyarakat
Peletakan dasar Kesetiakawanan Sosial Masyarakat
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat
Mengembangkan Kegiatan USEP Kemitraan Relawan Sosial
Meningkatkan Kualitas Hidup Keluarga Miskin
Penanggulangan Keluarga Miskin
Mengintensifkan Bimbingan Sosial, Mental dan Ketrampilan bagi Penyandang Masalah Ketunaan, keterlantaran dan perilaku menyimpang
Perlindungan Penyandang Cacat
Pendampingan Korban Kekerasan, Ketunaan, Keterlantaran dan Perilaku Menyimpang
Penyantunan Penyandang Ketunaan, Keterlantaran dan Perilaku Menyimpang
Membangun Fasilitas pelayanan korban bencana dan kedaruratan
Pelayanan Bantuan Korban Bencana dan Kedaruratan
Meningkatkan Sosialisasi dan Motivasi Masalah Bencana
Sosialisasi dan Motivasi Masalah Bencana
59SPKD Kabupaten Sleman
2. Dinas P3BA Melindungi Masyarakat dari Ancaman Bencana Alam
Penanggulangan Bencana Kekeringan
Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) untuk Supply Air Pengairan
Rehabilitasi Bangunan Air Paska Bencana
Penanganan Tanggap Darurat Paska Bencana
3. Dinas Pertanian & Kehutanan
Melindungi Ketersediaan Prasaran Usaha Tani
Monitoring Peredaran & Ketersediaan Pupuk dan Pestisida
Tabel 5.12. Unsur Swasta
No Nama Lembaga Kebijakan Program
1. AKPPI Cab. DIY Meningkatkan Peranserta Masyarakat dalam Penyehatan Lingkungan Permukiman
Mendampingi Perbaikan Rumah Bagi Keluarga Miskin
2. PT Kepurun Menjalin Kerjasama Kemitraan Agro Industri
Pemasaran Bersama Hasil Pertanian Agro Industri
3. PT Candi Prambanan Boko Membina Pengrajin Cindera Mata
Penataan Pedagang Asongan Di Lokasi Wisata
4. PT. Honda Internasional TBK Membina Tenaga Kerja berbasis K3
Memberi Jaminan Keselamatan Kesehatan Kerja
Tabel 5.13. Unsur Masyarakat
No Nama Lembaga Kebijakan Program
1 Yayasan PATRA-PALA Penggalian Sumber PAD sector pariwisata berbasis Masyarakat
Identifikasi peningkatan Pendapatan pariwisata berbasis Masyarakat
Penyusunan Modul/buku Peningkatan Pendapatan pariwisata berbasis masyarakat
Pengembangan Produk melalui modul/buku hasil identifikasi
2 Yayasan SHOREA Advokasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Pendampingan Masyarakat
3. Yayasan Mitra Mandiri Memfasilitasi anggota Kop Dit untuk terdaftar sebagai anggota DAPERMA
Memberdayakan anggota Kopdit
Peningkatan Solidaritas & Kepedulian antar sesama pelaku ekonomi terhadap rakyat miskin
Menghimpun dana Perlindungan Bersama (DAPERMA)
60 SPKD Kabupaten Sleman
4 Yayasan Dian Desa Meningkatkan Peranserta Masyarakat dalam penyediaan air bersih dan sanitasi
Penyediaan Air Bersih dan Jamban Keluarga untuk masyarakat berpenghasilan rendah (Water Supply & Sanitation for Low Income Community /WSS LIC)
Pengolahan Limbah Rumah Tangga & Industri Kecil
Pengembangan TTG Pengolahan Limbah Cair
5 Yayasan Griya Mandiri Meningkatkan Peranserta Masyarakat dalam Penyehatan Lingkungan Permukiman
Perbaikan Rumah Bagi Keluarga Miskin
Penyediaan Air bersih
Promosi Kesehatan
Dapur Sehat
6. Yayasan GAIA Pemerataan Pendidikan dan Perlindungan
Ayo Sekolah (Bantuan bagi anak tak mampu)
Mobil Klinik untuk Pelayanan Kesehatan dasar bagi anak-anak jalanan dan urban poor
Promosi Kesehatan
7. Yayasan Kutilang Indonesia Advokasi Penerapan pajak progresif bagi upaya konservasi satwa liar
Kampanye Dampak Kesehatan bagi Pemeliharaan Satwa Liar
8. LESSAN Adanya Legal Drafting Participatory Public
5.9. Peran Pengurus KPKDPengurus KPKD bertugas membangun kemitraan antar-unsur pelaku penanggulangan kemiskinan. Kemitraan antar-unsur dalam penanggulangan kemiskinan dimaksudkan untuk membangun kesadaran dan sikap baru dalam memandang masalah-masalah kemiskinan. Kemitraan diawali dengan kesadaran bahwa penanggulangan kemiskinan tidak akan efektif dan efisien jika hanya dikelola secara sendiri atau secara sektoral. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang harmonis antar pihak dalam mensinergikan kegiatan secara terpadu. Harmoni dapat tercipta apabila semua pihak bersedia saling belajar, bekerjasama, memahami perbedaan dan saling percaya. Dengan demikian akan terwujud suatu kemitraan yang setara, yang mengedepankan prinsip-prinsip keadilan sosial, transparansi, partisipatif dan akuntabel.
Di samping itu, pengurus KPKD bertugas mengatasi persoalan-persoalan seperti: (a) Belum memadainya jaringan kerjasama antara pemerintah, swasta dan
61SPKD Kabupaten Sleman
masyarakat. (b) Terbatasnya kapasitas pemerintah dalam mobilisasi sumberdaya. (c) Terbatasnya kemampuan masyarakat dalam menggali dan memanfaatkan sumberdaya lokal. (d) Lemahnya jaringan kelembagaan dalam upaya akselerasi pengembangan masyarakat pada tingkat lokal.
62 SPKD Kabupaten Sleman
63SPKD Kabupaten Sleman
BAB VI SISTEM PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
Sistem pemantauan dan penilaian (monitoring and evaluation system) dalam program penanggulangan kemiskinan tidak lain merupakan kesepakatan bersama untuk saling terbuka dan bersedia menerima masukan dari segenap pemangku kepentingan (stakeholders). Hal ini karena: (a) Upaya penanggulangan kemiskinan tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah saja, melainkan harus melibatkan semua pemangku kepentingan. (b) Karena melibatkan banyak pihak maka harus partisipatif. Untuk benar-benar partisipatif diperlukan transparansi. (c) Meskipun semua pihak telah mengambil peran dalam penanggulangan kemiskinan, mereka seharusnya tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan dalam satu koordinasi. Koordinasi dapat dicapai antara lain melalui pemantauan dan keterbukaan semua pelaku.
6.1. PemantauanUntuk mencapai maksud di atas, pemantauan kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sleman dilakukan dengan metode sebagai berikut.
6.1.1. Pelaku
Pelaku pengawasan adalah semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam penanggulangan kemiskinan. Dengan kata lain, semua pelaku kegiatan penanggulangan kemiskinan adalah pemantau bagi dirinya sendiri dan bagi pelaku lain. Dengan demikian maka prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif dapat diwujudkan.
6.1.2. Obyek
Obyek yang dipantau adalah semua kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sleman. Dari segi tahapan, pemantauan dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan. Dari sisi unsur pelaku, pemantauan dilakukan terhadap kegiatan unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat. Sedang dari segi kewilayahan, pemantauan dilakukan mulai dari tingkat dusun hingga tingkat kabupaten.
6.1.3. Sarana
Sarana pemantuan kegiatan penanggulangan kemiskinan adalah sarana yang dimiliki dan dioperasikan oleh masing-masing pelaku. Maksudnya, selaras dengan semangat kerelawanan dan partisipatori maka masing-masing pelaku pemantuan diharapkan menggunakan alat-alat mereka sendiri.
64 SPKD Kabupaten Sleman
6.1.4. Metode
Metode pemantuan, yaitu cara memantau kegiatan penanggulangan kemiskinan, ditentukan oleh masing-masing pemantau sesuai dengan mekanisme kerja lembaga pemantau tersebut. Misalnya kalangan jurnalis menggunakan metode atau kaidah jurnalistik, kalangan perguruan tinggi menggunakan metode penelitian, pihak pemerintah menggunakan mekanisme pelaporan, dan seterusnya.
6.1.5. Pelaporan
Hasil pemantuan secara formal dilaporan pada pertemuan rutin pengurus KPKD atau pada forum lintas pelaku, yakni dalam acara Musyawarah Lintas Pelaku (MLP). Sedang secara informal dapat disampaikan langsung kepada masing-masing pelaku atau disampaikan dalam kelompok diskusi (Focus Group Discussion; FGD).
6.2. Penilaian
Penilaian ditujukan untuk mengetahui apakah program penanggulangan kemiskinan mencapai sasaran yang diharapkan. Penilaian dapat dilakukan sejak perencanaan, persiapan, pelaksanaan, hingga hasilnya. Sekalipun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa penilaian terutama menekankan pada aspek hasil. Oleh karena itu kegiatan penilaian baru dapat dilakukan jika program penanggulangan kemiskinan sudah berjalan dalam kurun waktu tertentu.
Kata “hasil” mencakup setidaknya tiga pengertian, yaitu keluaran (output), hasil (outcome), dan dampak (impact). Terkait dengan SPKD ini yang dimaksud keluaran mencakup rumusan kebijakan dan program yang dimaksudkan untuk menanggulangi kemiskinan atau mengarus-utamakan kemiskinan. Rumusan kebijakan dan program tersebut berasal dari pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Tolok ukurnya adalah: perluasan kesempatan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas dan SDM, serta perlindungan sosial. Dengan kata lain setiap rumusan kebijakan dan program dinilai kesesuaiannya dengan salah satu dari empat tolok ukur tersebut.
Yang dimaksud dengan hasil (outcome) dalam SPKD ini adalah membaiknya kondisi sebagai akibat langsung dari kebijakan dan program yang dikeluarkan. Oleh karena itu yang dinilai adalah: apakah terdapat perluasan kesempatan, apakah masyarakat semakin berdaya, apakah terdapat peningkatan kapasitas dan SDM, dan apakah terdapat perlindungan sosial.
Adapun yang dimaksud dengan dampak (impact) dalam SPKD ini adalah dampak positif, yaitu perbaikan keadaan, setelah terwujud hasil seperti tersebut
65SPKD Kabupaten Sleman
di atas. Dengan demikian yang dinilai adalah: apakah terjadi pengurangan jumlah keluarga miskin dan apakah terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu tolok ukur yang bisa digunakan dalam hal ini adalah indeks pembangunan manusia (Human Development Index; HDI).
Secara ringkas metode penilaian seperti diuraikan di atas dapat dilihat pada matrik di bawah ini.
Tabel 6.1. Matriks Metode Penilaian Kegiatan Pronangkis
Hasil Tolok Ukur Keluaran (Output) Hasil (Outcomes) Dampak (Impact)
Perluasan Kesempatan Terumuskannya kebijakan dan program perluasan kesempatan pada setiap pelaku Pronangkis
Kesempatan semakin luas
1.Jumlah keluarga miskin berkurang.
2.Indeks Pembangunan Manusia (IPM (HDI) meningkat
Pemberdayaan Masyarakat
Terumuskannya kebijakan dan program pemberdayaan masyarakat pada setiap pelaku Pronangkis
Masyarakat semakin berdaya
Peningkatan Kapasitas SDM
Terumuskannya kebijakan dan program peningkatan kapasitas SDM pada seatiap pelaku Pronangkis
Kapasitas SDM meningkat
Perlindungan Sosial Terumuskannya kebijakan dan program perlindungan sosial pada setiap pelaku Pronangkis
Masyarakat terlindungi
6.3. Peran Pengurus KPKD Peran pengurus KPKD dalam pemantuan dan penilaian kegiatan penanggulangan kemiskinan secara umum adalah sebagai fasilitator, mediator, dan pemberi rekomendasi.
6.3.1. Sebagai fasilitator, pengurus KPKD menyediakan data dan informasi kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh setiap pemangku kepentingan sehingga dapat membukakan jalan bagi siapa saja yang hendak melakukan pemantauan.
6.3.2. Sebagai mediator, pengurus KPKD dapat meneruskan temuan, masu-kan, dan saran yang disampaikan oleh pemantau kepada pelaku terkait. Pengurus KPKD juga dapat mempertemukan pemantau dengan pelaku
66 SPKD Kabupaten Sleman
penanggulangan kemiskinan untuk permintaan informasi lebih lanjut, konfirmasi, diskusi, kerjasama, dan sejenisnya.
6.3.3. Sebagai pemberi rekomendasi, Pengurus KPKD dapat memberi saran dan masukan kepada semua pelaku terkait dengan tindak lanjut penang-gulangan kemiskinan.
Untuk mengoptimalkan peran tersebut masing-masing pengurus KPKD dapat melakukan koordinasi dengan komunitas yang diwakilinya. Ada-pun kegiatan yang dapat dilakukan pengurus KPKD antara lain meli-puti:
1. Penyajian kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui situs inter-net.
2. Dialog dan diskusi insidental antara Pengurus KPKD dengan para pelaku atau pemangku kepentingan.
3. Sosialisasi melalui media massa.
67SPKD Kabupaten Sleman
BAB VII PENUTUP
Pemerintah Pusat telah mencanangkan penanggulangan kemiskinan merupakan prioritas utama seperti tertuang didalam UU 25/2000 tentang PROPENAS, Oleh karena itu Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah daerah Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta menindaklanjuti program tersebut dengan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD).
SPKD berisi : (1) Uraian tentang strategi penanggulangan kemiskinan jangka Panjang yang bersifat holistic dan terintegrasi di semua sektor, (2) Upaya sinkronisasi kebijakan-kebijakan daerah dalam penanggulangan kemiskinan baik secara makro-mikro dan strategis, (3) Proses penyaringan stategi terpilih berdasarkan kemampuan dan kompetensi daerah dalam tindak penanggulangan kemiskinan oleh Komite Penangggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) Kabupaten Sleman, (4) Proses penyusunan SPKD melalui Musyawarah Lintas Pelaku (MLP) yang dilakukan beberapa tahap bersama stakeholders Kabupaten Sleman melalui prinsip partisipatif, transparan dan dapat dipertanggunggugatkan.
Langkah kebijakan yang digunakan untuk Penanggulangan Kemiskinan Daerah berasaskan pada: (1) Menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin, (2) Memberdayakan masyarakat miskin agar mampu dan mau mengakses informasi, perekonomian, sosial dan politik , serta dapat menyampaikan aspirasi dan kebutuhannya, (3) Meningkatkan kapasitas atau kemampuan masyarakat miskin agar bekerja dan berusaha produktif, dan (4) Memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.
Untuk mensinergikan ragam kebijakan, program atau aturan terhadap 4 asas tersebut, maka dibutuhkan mainstreaming penanggulangan kemiskinan secara konstruktif dan berkelanjutan.
Strategi penanggulangan kemiskinan yang menyeluruh sangat penting maknanya bagi kabupaten Sleman. Strategi tersebut akan menjadi arahan bagi seluruh pelaku pembangunan di kabupaten Sleman baik masyarakat luas, swasta dan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara sistematik dan konsisten dalam jangka panjang.
Strategi Penanggulanagn Kemiskinan Daerah merupakan sebuah kebutuhan sesuai dengan kondisi spesifik daerah Sleman dan semua pelaku diharapkan menyepakati dan mematuhi. Sinergitas program dan kegiatan dalam penanggulangan kemiskinan terus dijalin dan ditingkatkan melalui koordinasi intensif. Koordinasi antar stakeholders dalam penanggulangan kemiskinan juga perlu dijalin dan ditingkatkan melalui forum komunikasi dan jaringan kerja.
68 SPKD Kabupaten Sleman
Permasalahan kemiskinan merupakan persoalan holistik yang harus menjadi tanggung jawab semua pihak.
Upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu, keluarga maupun lingkungan masyarakatnya. Material, sumberdaya dan ketrampilan selalu diarahkan sebagai modal dasar untuk kesejahteraan hidup. Oleh karena itu didorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran bahwa tidak akan ada individu, kelompok yang dapat keluar dari belenggu kemiskinan selain atas usaha individu, keluarga dan lingkungan itu sendiri.
Dengan demikian, diharapkan SPKD ini dapat menjadi acuan awal sebuah sistem penanggulangan kemiskinan jangka menengah hingga jangka panjang yang efektif dan efisien bagi seluruh pelaku pembangunan di Kabupaten Sleman. Semua stakeholders baik perangkat daerah, sektor bisnis, LSM, organisasi profesi, perguruan tinggi, media massa, orsospol, dan komponen lainnya perlu bersama-sama bertekat untuk menanggulangi kemiskinan dalam sebuah sistem yang terpadu dan konsisten dalam jangka panjang.
69SPKD Kabupaten Slem
an
LAMPIRAN 1
Rekapitulasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman 2004
No Bidang
Berdasar AKU 2004 Kegiatan yang Berpotensi mendukung Pronangkis
Kebijakan Program Kegiatan Kebijakan ProgramKegiatan
Tdk Langsung Langsung
1 Bidang Umum Pemerintahan 12 90 384 8 36 65 33
2 Pertanian 5 7 52 5 7 13 1
3 Perikanan 4 6 14 2 2 4 2
4 Pertambangan dan Energi 4 6 15 4 5 5 2
5 Kehutanan dan Perkebunan 7 8 35 6 6 6 4
6 Perindustrian & Perdagangan 6 16 62 4 10 13 15
7 Perkoperasian 3 4 14 3 4 9 4
8 Penanaman Modal 4 6 10 1 1 2 0
9 Ketenagakerjaan 8 9 46 6 7 12 13
10 Kesehatan 3 7 92 3 5 4 6
11 Pendidikan dan Kebudayaan 7 7 72 1 1 1 1
12 Sosial 5 8 30 4 6 8 4
13 Penataan Ruang 2 3 8 1 2 4 0
14 Permukiman 5 6 16 4 4 6 1
15 Pekerjaan Umum 4 7 24 2 2 1 2
16 Perhubungan 2 4 19 0 0 0 0
17 Lingkungan Hidup 4 8 31 1 2 2 0
18 Kependudukan 4 7 40 2 3 3 8
19 Pemuda dan Olah Raga 4 4 24 0 0 0 0
20 Kepariwisataan 3 4 14 2 2 2 0
21 Pertanahan 4 4 6 0 0 0 0Total 100 221 1008 59 105 158 96
70SPKD Kabupaten Slem
an
01. BIDANG UMUM PEMERINTAHAN
Kebijakan (sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm
AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
a. Mengembangkan budaya hukum untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran & kepatuhan hukum bagi masyarakat
1. Penyusunan produk hukum daerah.
(1). Evaluasi & pengkajian peraturan ttg pemerintahan Desa…
Peraturan perundangan tentang desa sebaiknya bersifat pro poor
(3). Penyusunan juklak 12 perda: Pemdes =7, perijinan bd industri =1, dst.
b. Meningkatkan pendidikan politik, etika dan moral politik secara demokratis
1. Pengembangan etika Moral & budaya politik
(3). Monitoring kondisi sospol (Kegiatan KKN, ….)
Didorong melakukan kegiatan yang ber-orientasi penang-gulangan kemiskinan
2. Peningkatan orpol & ormas
(1) Pemberdayaan orkesmas, orsospol, & LSM.
e. Memantapkan kelembagaan dan tatalaksana organisasi Pemda
2. Pembinaan pemerintah, kelembagaan, dan pendapatan desa
(1) RKTL pengaturan lbg-2 desa (2) Pemberdayaan RT, RW, BPD
Ini merupakan inti kegiatan pembangunan masyarakat, khususnya dlm penanggulangan kemiskinan karena langsung terkait dg masy desa, tempat mayoritas KK miskin berada.
(4) Penelitian siklus tahunan desa
(3) Penataan adm-pem desa
(7) Pembinaan pengelolaan kekayaan desa.
(5) Pembekalan Pamong Desa dan BPD, dst.
(8) Inventarisasi & pensertifikatan tanah kas desa
(6) Pemb.monitoring & pemberian bantuan ke desa (DAD, TPAD, tunj.desa minus, RT/RW, BPD, & penyeimbang desa)
(9) Audit tanah kas desa (11) Pembinaan adm pertnahan kas desa dan pembinaan APB desa
71SPKD Kabupaten Slem
an
f. Meningkatkan kapasitas birokrasi yang efektif, efisien, responsive, transparan, dan akuntabel
1. Pembinaan admministrasi pemerintah daerah
(6) Pembinaan penyelenggaraan pemerintah Kecamatan
Kecamatan merupakan lingkungan penyangga / fasilitator pembangunan pedesaan.
(7) Koordinasi penyelenggaraan Pememerintah daerah
(8) Evaluasi & pengemb. Otonomi daerah
2. Pengembangan aparatur daerah
Peningkatan orientasi menejemen pemerintah Daerah
Diarahkan unt penang-gulangan kemiskinan
6. Pengembangan & penyusunan kebijakan daerah
Pengelolaan dokumen Kebijakan, kegiatan, & hasil pemerintah, pembangunan, & kemasyarakatan.
Penting untuk koordinasi dan perencanaan menyeluruh
7. Peningkatan sistem perpajakan
(1) Penerbitan penghitungan & penetapan pajak daerah;
(4) Pendaftaran & pendataan wajib pajak
Kalau bisa, masyarakat miskin tidak wajib bayar pajak
(2) Fasilitasi pemungutan pajak penerangan jalan
8. Swakelola penguatan modal
Bantuan dana unt.ormas, orpol & LSM
Sebaiknya diutamakan bg yg bergerak dlm “pronangkis”
22. Penyelenggaraan pemerintahan desa yg makin baik, dinamis, & bertanggung jawab
(1) Pembinaan kelembagaan desa
(2) Pemb. Penyelengg. Pem desa
Lbg & perangkat desa punya peran strategis dlm pronangkis, tp blm dioptimalkan / justru ada yg menghambat
(5) Pemb. Administrasi pem desa
(4) Pemb. sumber pendapatan desa
g. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pemerintah, swasta, Perguruan Tinggi, dan LSM
1. Pengkajian, pengembangan, dan penyusunan kebijakan daerah
(1) Peningkatan koord & fasilitasi perumusan kebijakan pengembangan desa wisata & agropolitan
(8) Identifikasi usaha informal (PKL) di 5 kecamatan
Bisa diarahkan untuk memberi kesempatan KK miskin untuk medapat lapangan kerja atau lapangan usaha
(2) Inventarisasi & identifikasi lembaga keuangan di Sleman
(3) Inventarisasi & indentifikasi potensi ekonomi di Sleman
72SPKD Kabupaten Slem
an
(4)Peningk koord pengemb ekonomi
(5) Penyiapan rumusan kebijakan sarana ekonomi
(6) Penyusunan & pengelolaan data investasi & non-fasilitas invetasi
(7) Peningkatan koordinasi & fasilitasi pengembangan bisnis plan & terminal agribisnis
2. Pendayagunaan potensi swasta & masyarakat
(1) Fasilitasi pengemb promosi daerah (houseware, agro & food)
(3) Fasilitasi pokja gardu taskin
Bisa diarahkan untuk memberi kesempatan KK miskin untuk medapat lapangan kerja atau lapangan usaha
(2) Fasilitasi pola kemitraan investasi bagi pemberdayaan ekonomi daerah
(4) Peningk koord DKP & pendampingan DPM LUEP
(6) Pengemb potensi usaha daerah
(5) Fasilitasi kemitraan usaha swasta & masyarakat
(8) Fasilitasi peringatan Harganas Pertasikencana
(7) Pendampingan / monitoring BUKP
3. Kemitraan dengan swasta & Masyarakat
(1) Peningkatan koord, fasilitasi penyelengaraan pasar lebaran
(2) Pendampingan distribusi Raskin
(3) Monitoring pemantauan kelangkaan BBM
(4) Peningkatan koord Panjatapda
4. Penguatan modal masyarakat
Penguatan modal DPM LUEP
5. Pengemb kerjasama dg Perguruan Tinggi
Bantuan penunjang kgy KKN, pemb KKN kec, & pemetaan lokasi KKN
Diselaraskan dg “pronangkis”
6. Kemitraan dengan organisasi masyarakat
Bantuan kpd PCYL GN-OTA, dll GN-OTA diefektifkan untuk “nangkis”
73SPKD Kabupaten Slem
an
7. Pengembangan partisipasi masyarakat
(1) Pembinaan program UKS, penanggulangan kanker & bantuan premi JPKM
(2) Membantu penyantunan sosial, mengadakan kegiatan sosial, forkom pekerja sosial masyarakat
(9) Pemberian bantuan susu siswa SD
h. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengawasan, pengendalian & evaluasi
1. Peningk kualitas perencanaan pemba- ngunan daerah
(1,2,6) Penyusunan Poldas, Propeda, & Repetada
(3) Penyusunan Renstrada 2005 – 2009
Program penanggulangan kemisinan semestinya mendapat perhatian tersendiri
(7) Identifikasi & klasifikasi arah kebijakan umum, strategi prioritas, program dan kegiatan berdasar sumber dana 2005
2. Peningkatan kualitas perencanaan bidang ekonomi
(2) Menyusun rencana pengembangn investasi kabupaten Sleman
(4) Menyusun rencana pengemb UMKM berbasis kemitraan
Arus-utamakanlah penanggulangan kemiskinan
(3) Studi potensi kesesuaian lahan pertanian
(7) Menyusun tripel A pedesaan
(8) Menyusun rencana implementasi pemberdayaan ekonomi berbasis kerakyatan di 86 desa tahun 2005
3. Peningkatan kualitas perenc bidang sosbud
(2) Perencanaan penataan SMK (4) Pemetaan kemiskinan SMK leboh pro-poor dibanding SMA
(5) Perencanaan Sleman Sehat ‘05
4. Peningkatan kualitas perencanaan bidang fisik dan prasarana
(4) Menyusun rencana jaringan trayek angkutan umum & barang di kab Sleman
Daerah-2 miskin perlu perluasan akses ke luar daerah
5. Peningkatan koordinasi
(7) Pendampingan P2MPD
Sangat jelas
(8) Pendampingan P2KP
(9) Pendampingan PKPS-BBM
74SPKD Kabupaten Slem
an
9. Peningk monitoring & evaluasi pembngunn
(12) Monitoring & evaluasi sarana pend. (SD/MI, SLTP, & SMU/K)
Utamakan daerah-2 miskin
10. Penyusunan data & analisis pembangunan
(1,2,3, 10, 11, 13) Menyusun buku: PDRB Kab & kec, Sleman dlm angka, bk saku, statistik industri, kec dlm angka, & profil daerah.
(4,5) Menyusun buku: indicator kesra, Penghitungan IPM
Perlu dipikirkan sinkronisasi antar-lbg agar “pronangkis” lebih terpadu
11. Peningk sistem perencanaan informasi pembangunan daerah
(2) Pengembangan data Perenc & Pengendalian Pemb Daerah (PDP3D)
Semestinya pro poor
12. Pemeriksaan reguler, khusus & kasus
(2) Pemeriksaan khusus (PAD, penguatan modal, pelayanan masyarakat, pengelolaan barang, tanah kas desa, kebijakan pemda)
Perlu didalami apakah semua itu untuk “pronangkis” atau tidak
13. Optimalisasi kode etik dan standar audit
(3) Menyusus juknis pemeriksaan 6 instansi (Dinas Kesmas, RSUD, Trantib, Perekonomian, Pertanian, dan Setwan).
Perlu dilihat apakah mereka sudah pro-poor
16. Pemerikasaan dan pengawasan jalannya pemerintahan desa
(1) Evaluasi tahunan tugas lurah desa dan akhir masa jabatan lurah desa.
Perlu dikaitkan dg naik-turunnya jumlah penduduk miskin
18. Peningkatan partisipasi masy dalam pengambilan keputusan publik
(2) Koordinasi pelaksanaan perencanaan wilayah
(1) Pembinaan dan pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa
Jika lembaga desa berdaya, “pronangkis” pasti berhasil
i. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan yg menyangkut kepentingan publik
1. Peningkatan pelayanan informasi dan pengembangan komunikasi
(2) Penjaringan aspirasi masyarakat
Berikan kesempatan kpd rakyat miskin, jangan cuma pejabat atau tokoh
(3) Peningkatan komunikasi dialogis dengan masyarakat
(4) Pelayanan informasi / data kepada masyarakat
75SPKD Kabupaten Slem
an
2. Peningkatan partisipasi masy dlm pengambilan keputusan publik
(1) Operasional bantuan gotong-royong
Perlu dilihat apakah sudah pro-poor?
(2) Transfer bantuan dana gotong-royong
3. Fasilitasi komunikasi DPRD dengan masy.
(1) Fasilitasi penjaringan aspirasi masyarakat oleh DPRD
Berikan kesempatan kpd rakyat miskin, jangan cuma pejabat atau tokoh
(2) Fasilitasi pelaksanaan public hearing
k. Mendukung pengembangan jaringan komunikasi dan teknologi informasi
2. Peningkatan pelayanan informasi
(1) Pembuatan dan penyusunan data wilayah kecamatan
Beri perhatian untuk daeah miskin
3. Pengembangan komunikasi organisasi
(1) Penerangan melalui radio Selipkan pesan tentang upaya / cara penanggulangan kemiskinan
(6) Memperkuat jaringan komunikasi antar pemerintah, swasta & masy
(7) Fasilitasi pengembangan KIKM
4. Peningkatan kualitas pengelolaan informasi, arsip & perpustakaan
(1) Pembinaan & sosialisasi perpustakaan
Buku-2 teknologi tepat guna & Koran
6. Peningkatan pelayanan informasi, arsip & perpustakaan
(1) Peningkatan minat baca masyarakat
(2) Menyelenggarakan workshop dan dialog interaktif masyarakat dengan pejabat
Ini adalah perluasan pengetahuan dan akses
76SPKD Kabupaten Slem
an
02. BIDANG PERTANIAN
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Mengembangkan ketahanan pangan melalui penganeka-ragaman sumber daya pangan, peningkatan produksi hasil tanaman dan peternakan dengan penerapan TTG
1. Peningkatan ketahanan pangan
(8) Pengamanan harga gabah Ini krusial / dilematis
2. Peningkatan produksi peternakan
(1) Pengembangan ternak besar, kecil dan unggas
Potensial untuk “Pronangkis”
3. Diversifikasi usaha pangan dan gizi
(1) Pengambangan sayuran dan tanaman hias
Bisa membuka lapangan kerja / menambah pendapatan
(8) Peningkatan pengembangan tanaman pangan alternatif
2. Mengembangkan usaha agribisnis tanaman pangan & peternakan di bidang perbenihan produksi maupun pemasaran hasil
Pengembangan agribisnis (2) Pengembangan forkom agribisnis
Berpotensi menyerap tenaga kerja
(3) Pengembangan kemitraan
(5) Penguatan modal tanaman pangan dan peternakan.
(6) Penunjangan penguatan modal tanaman pangan dan peternakan
3. Meningkatkan kualitas SDM bidang tanaman pangan dan peternakan
Peningkatan SDM (1) Magang dan kunjungan ke sumber teknologi
Pastikan bahwa tujuan akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan petani(2) Kursus petani / klp tani &
petugas
(3) Pelatihan petani/klp tani&petugas
4. Memantapkan kelembagaan petani yg kuat, dinamis&mandiri
Pemantapan kelembagaan kelompok tani
(1) Fasilitasi forum komunikasi pertanian
(2) Pemberdayaan kelompok tani Berpotensi menyerap tenaga kerja
5. Meningkatkan prasarana & sarana
Peningkatan prasarana dan sarana pertanian
(5) Rehab Poskeswan (Sleman, Prambanan, Ngemplak)
Tingkatkan pemanfaatannya.
03. BIDANG PERIKANAN
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Mengembangkan usaha agribisnis perikanan…
2. Pengembangan usaha (3) Penyusunan, analisis dan informasi data pertanian
(1) Penguatan modal(2) Penunjangan penguatan modal
Prioritaskan masyarakan miskin
77SPKD Kabupaten Slem
an
3. Memantapkan kelembagaan petani yg kuat, dinamis&mandiri
Pemantapan kelembagaan kelompok tani perikanan
(1)Pemberdayaan kelembagaan dan pemantapan klp tani(2)Forkom klp tani(3)Stimulan klp berprestasi
Berpotensi menyerap tenaga kerja
04. BIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Meningkatkn peman-faatan potensi energi & sumberdaya mineral2. Meningkatkan peran masy dlm pengelolaan pertambangan
1. Pengelolaan usaha pertambangan dan energi
(1) Pengelolaan perijinan bidang pertambangan dan energi
(4) Operasional dan inventarisasi penambang bahan galian gol C
Berpotensi menyerap tenaga kerja
1. Pengawasan dan pengendalian kegiatan penambangan
(1) Pengendalian dampak lingkungan akibat penambangan tanpa ijin
Berikan akses bagi penduduk miskin
2. Peningkatan pemahaman thdp aturan bd tamben
(2) Sosialisasi potensi usaha dan peraturan bidang pertambangan dan energi
Menarik investor, ciptakan lapangan kerja
3. Memperluas pembangunan jaringan listrik pedesaan
Perencanaan dan pembangunan listrik pedesaan
(1) Pembuatan listrik pedesaan Pemerataan fasilitas bagi kaum miskin
4. Meningkatkan peng-anekaragaman pengelolaan hasil pertambambangan
Penerapan terknologi baru dan diversifikasi bahan olahan
(1) Inovasi teknologi pendayagunaan bahan galian(2) Diversifikasi hasil olahan bahan galian
Tujukan untuk penduduk miskin
78SPKD Kabupaten Slem
an
05. BIDANG KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya hutan kebun
Optimalisasi fungsi pemantaan hutan dan kebun
(1) Pembinaan pengolahan pasca panen dan pemasaran kopi, mendong, dan kakao
Bisa meningkatkan pendapatan
2. Meningkatkan perlin-dungan, pengamanan & konservasi hutan-kebun
2. Peningkatan pengembangan tanaman perkebunan
(2) Pengembangan teknologi terapan
Bisa menciptakan lapangan kerja
3. Mengembangkan usaha agribisnis, agroindustri, dan agroforestry
Pengembangan usaha
(2) Penumbuhan pasar produk perkebunan (3) Pengembangan usaha perlebahan(4) Penguatan modal & penun-jangan kehutanan & perkebunan
Bisa menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan
4. Memberdayakan masy & swasta dlm pelestarian SDA
Peningkatan peran masy & swasta (2) Pengembangan hutan bamboo sbg hutan industri(3) Pengembangan hutan rakyat
Bisa menciptakan lapangan kerja
5. Meningkatkan kualitas SDM bidang kehutanan dan perkebunan
Peningkatan SDM(1) Magang petani, klp tani &petugas(2) Kursus petani lada, tebu, panili
Berpotensi menyerap tenaga kerja
6. Memantapkan kelembagaan petani
Pemantapan kelembagaan petani (2) Pemberdayaan kelompok tani kehutanan dan perkebunan
Bisa meningkatkan pendapatan
06. BIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Mengembangkan industri kecil dan menengah, serta industri rumah tangga dan pedesaan
1. Peningkatan pelayanan perindustrian
(2) Sosialisasi dan penerapan manajemen mutu bagi IKM
Bisa meningkatkan pendapatan
2. Penyediaan data perindustrian (1) Pembuatan data basis perindustrian
(2) Inventarisasi dan identifikasi sentra industri kecil
Berpotensi menyerap tenaga kerja
3. Evaluasi perindustrian(2) Pemantauan perkembangan usaha industri dan pengelolaan limbah industri
(1) Monitoring penguatan modal dana bergulir perindustrian
Berpotensi membuka lapangan kerja
79SPKD Kabupaten Slem
an
4. Penguatan modal perindustrian
(1)Pinjaman modal dana bergulir perindustrian(2)Penunjangan penguatan modal dana bergulir perindustrian
Berpotensi membuka lapangan kerja
2. Mengembangkan kemitraan industri3. Meningkatkan SDM bidang Industri dan perdagangan dengan peningkatan manajemen usaha yang memanfaatkan dan mengolah bahan baku lokal dengan rekayasa Teknologi Tepat Guna
Kemitraan usaha perindustrian (1) Temu pengusaha IKM dg penyedia bahan baku
(2) Temu pengusaha industri kecil, menengah, dan besar
Bisa memperluas lapangan kerja
1. Peningkatan SDM Perindustrian
(4) Pelatihan pengembangan desain produk dari bamboo di kec.Mlati(6) Pelatihan total motivation training (TMT) bg pengusaha IKM
(1) Pelatihan ketrampilan dan teknologi bagi calon pengrajin 100 orang, 5 angkatan(2) Pelatihan ketrampilan produk aneka dr bahan serat & kain di kecamatan Moyudan dan Minggir(3) Pelatihan ketrampilan produk kayu di kec. Mlati(5) Pelatihan dan pendampingan manajemen usaha bg IKM(7) Pelatihan pengolahan limbah plastik di kec.Gamping
Berpotensi membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan
3. Peningkatan SDM perdagangan(3) Pembinaan pengusaha ekspor pemula
(1) Pembinaan & Pelatihan manajemen pemasaran sentra industri(2) Bimbingan teknis usaha perdagangan (pasca produk)(4) Bimbingan teknis pedagang makanan jajanan(6) Pembinaan pedagang umum (kelontong)
Berpotensi menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan
4. Meningkatkan Manajemen usaha perdagangan
4. Peningkatan SDM Pedagang pasar
(1)Pembinaan pedagang pasar (2)Pembinaan petugas pasar
(3) Pembinaan pengelola dan pedagang pasar desa
Membuka akses bagi kaum miskin
2. Peningkatn pela-yanan pedagang pasar
(3) Penataan pedagang pasar Membuka akses bagi kaum miskin
3. Penyediaan data perdagangan
(1) Pembuatan database perdagangan(2) Pendataan usaha perdagangan(3) Pendataan potensi usaha dan potensi komoditi perdagangan
Berpotensi menyerap tenaga kerja
80SPKD Kabupaten Slem
an
07. BIDANG PERKOPERASIAN
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Meningkatkan penataan kelembagaan koperasi & UKM
1. Penyediaan data koperasi & UKM
(1)Pendataan dan klasifikasi koperasi & UKM(2)Pembuatan data base koperasi & UKM
Berpotensi menyerap tenaga kerja
2. Evaluasi koperasi
(1)Monitoring penguatan modal dana bergulir koperasi(2)Penilaian kesehatan koperasi simpan-pinjam(3)Monitoring koperasi(4)Penilaian koperasi dan pengusaha kecil
Berpotensi: membuka akses, membuka lapangan kerja, & meningkatkan pendapatan
2. Meningkatkan kemampuan SDM bidang koperasi & UKM
Peningkatan SDM koperasi & UKM
(1) Pelatihan kewirausahaan, pengelolaan, pembukuan, pengawas, kelambagaan koperasi(3) Bimbingan teknis koperasi pengusaha kecil(4) Pemberdayaan Badan Pembimbing dan Pelindung (BPP) Koperasi
(5) Bimbingan teknis pra koperasi PKK desa
Berpotensi: membuka akses, membuka lapangan kerja, & meningkatkan pendapatan
3. Mengembangkan kemitraan antara koperasi dan UKM dg swasta, BUMD&BUMN
Penguatan modal koperasi
(1) Penunjangan pelaksanaan penguatan modal koperasi(2) Pinjaman modal dana bergulir koperasi (subsidi BBM)(3) Pinjaman modal dana bergulir koperasi
Berpotensi: membuka akses, membuka lapangan kerja, & meningkatkan pendapatan
08. BIDANG PENANAMAN MODAL
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi Pro PoorArgumen
Tidak Langsung Langsung
2. Mengemb penanaman modal guna menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja
Penciptaan peluang investasi
(1)Penyusunan buku investor guide(2)Penyusunan potensi investasi
Berpotensi membuka lapangan kerja baru
81SPKD Kabupaten Slem
an
09. BIDANG KETENAGA-KERJAAN
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Memperluas kesempatan kerja dan pendayagunaan tenaga kerja
1. Perluasan & pengembangan kesempatan kerja
(4) Workshop kurikulum LPK dan PT
(1) Peningkatan pelatihan ketrampilan tenaga kerja (10 ketrampilan institusional, 10 non institusional)(5) Monitoring dan evaluasi lulusan BLK
Berpotensi: membuka usaha, & tenaga kerja cepat terserap di dunia kerja
2. Penyebaran dan pendayagunaan tenaga penganggur
(1) Penempatan AKL, AKAD, dan AKAN(3) Latihan usaha mandiri untuk karyawan ter-PHK(8) Pembinaan PJTKI/BPP(9) Pembinaan & pembentukan TKMT
(2) Penerapan Teknologi Tepat Guna(4) Investasi bantuan TKI ke luar negeri(6) Membentuk jaringan informasi ketenagakerjaan di 17 kecamatan(7) Perluasan kerja sistem padat karya
Berpotensi: membuka usaha, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pelayanan (akses) bagi tenaga kerja
2. Meningkatkan perlindungan terhadap lembaga tenaga kerja
Perlindungan dan pengembangan lembaga tenaga kerja
(5) Monitoring UMP / UMR Mencegah “pemiskinan” secara terstruktur
4. Meningkatkan kualitas tenaga kerja
1. Peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga kerja dan calon tenaga kerja
(1) Pelatihan kewirausahaan, AMT, produktivitas terpadu
Berpotensi: membuka usaha, & tenaga kerja cepat terserap di dunia kerja
5. Meningkatkan kualitas calon transmigran
Peningkatan pelak-sanaan transmigrasi
(4) Bantuan transmigran asal dan penerima
(1) Penyuluhan transmigrasi “Pengurangan” jumlah rakyat miskin
7. Meningkatkan kelancaran tugas-tugas kesejahteraan masyarakat
1. Pemberdayaan masyarakat dan lembaga
(3) Pembinaan usaha ekonomi produktif (UED-SP)(4) Bantuan P2LDT(7) Pembinaan dan bantuan P2WKSS(9) Penerapan teknologi tepat guna
(5) Stimulan lumbung pangan masyarakat desa(6) Stimulan pasar desa(8) Penunjangan komite penanggulangan kemiskinan /KPK(10) Evaluasi pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa(12) Pemberdayaan masyarakat pengguna air dan klp masy. IDT
Sangat jelas
8. Meningkatkan peran lembaga sosial
Peningkatan kerjasama antar lembaga
Monitoring pelaksanaan UDKP Beri akses kaum miskin
82SPKD Kabupaten Slem
an
10. BIDANG KESEHATAN
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Peningkatan pemahaman dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat2. Meningkatkan kualitas SDM, lingk, prasarana, & sarana unt hidup sehat
Perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat
(1) Pembinaan dan sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perlindungan kaum miskin
1. Lingkungan sehat
(1) Pemutakhiran data kesehatan lingkungan unt penyehatan makanan(3) Pelayanan pemeriksaan air(4) Pengendalian kepadatan lalat
(2) Penyehatan perumahan dan lingkungan sehat
Perlindungan kaum miskin
2. Upaya sehat
(14) Penerapan yanklinis dan yankesmas di puskesmas(16) Monev penerapan yanklinis dan yankesmas(26) Pembinaan TOGA, posyandu, UKK, Battra, dan SBH
Perlindungan kaum miskin
3. Perbaikan gizi masyarakat (6) Pemutakhiran dan pemetaan gizi
Perlindungan kaum miskin
3. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan
2. Kebijk &Manajemen Pemb kesehatan
(9) Bantuan untuk keluarga miskin
Sangat jelas
11. BIDANG PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Memeratakan pend. Pra-sekolah, SD, menengah & PLS
Pemerataan pendidikan(3) Pembinaan & bantuan pendidikan masyarakat
(2) Penyelenggaraan kejar paket A/B/C
Perluasan akses bagi kaum miskin
83SPKD Kabupaten Slem
an
12. BIDANG SOSIAL
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Meningkatkan iman dan taqwa serta kerukunan antarumat beragama2. Meningkatakan ketahanan dan pember-dayaan thdp penyandang masalah sosial
1. Peningkatan pelayanan kehidupan beragama
(6) Pembinaan pondok pesantren(7) Pembinaan desa binaan keluarga sakinah
Arus-utamakanlah kaum miskin
1. Pemberdayaan potensi kesejahteraan sosial
(1) Fasilitasi dan evaluasi forum karang taruna, panti asuhan dan pekerja sosial masyarakat.(4) Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) sosial
(3) Updating data kesejahteraan sosial
Arus-utamakanlah kaum miskin
2. Peningkatan kualitas pelayanan sosial
(1) Bimbingan sosial dan pendampingan penyandang cacat mental dan cacat tubuh(3) Peningkatan kualitas pelayanan organisasi sosial(4) Pembinaan lansia aktif
Arus-utamakanlah kaum miskin
3. Pengentasan kemiskinan
(1) Pendampingan klp USEP/USEP LU/USEP KT dan usaha Kesos dan USEP Anak jalanan(2) Fasilitasi KPK dan koordinasi pelaksanaan penanggulangan kemiskinan
Sangat jelas
3. Meningkatkan kepe-dulian thdp penyandang masalah sosial dan kesejahteraan sosial
Peningkatan kepedulian penyandang masalah sosial
(2) Pemberdayaan tenaga kerja penyandang cacat dan panti, orang tua anak jalanan(3) Pelayanan adopsi anak terlantar
Sangat jelas
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat therhadap kesatuan bangsa & nilai kepahlawanan
Peningkatan wawasan nilai-nilai kepahlawanan
(4) Pendataan keluarga pahlawan, sarasehan nilai-nilai kepahlawanan dan kepeloporan
Kaum miskin dari keluarga pahlawan sepatutnya menerima perhatian lebih
84SPKD Kabupaten Slem
an
13. BIDANG PENATAAN RUANG
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas rencana tata ruang secara partisipatif
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dlm perencanaan pengembangan wilayah
(2) Perencanaan lokasi sector informal anglomerasi kota Yogyakarta
Berikan akses kepada masyarakat miskin
2. Penyusunan Rencana Tata Ruang
(1) Review RDTR kawasan tumbuh cepat Jombor-Pelemgurih(2) Penyusunan RDTR kawasan Ambarketawang dan Balecatur(3) Review RDTR kawasan Monumen Yogya Kembali dan sekitarnya
14. BIDANG PERMUKIMAN
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Memfasilitasi pembangunan perumahan berstandar rumah sehat di daerah perdesaan dan perkotaan
Pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman di daerah
(1) Pengembangan perumahan dan permukiman di perkotaan dan desa (P4D)(2) Perbaikan perumahan dan permukiman (P2P)
Jangan sampai kaum miskin “tersingkir” di wilayahnya sendiri
2. Membangun rumah susun sederhana sewa
Fasilitasi pengembangan rumah susun sederhana sewa
(1) Pembangunan student housing
(2) Pembangunan rumah susun sederhana sewa
Sangat jelas
3. Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana lingkungan permukiman
Peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman
(1) Penyehatan lingkungan perumahan dan permukiman (PLP)(2) Peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman
Arus-utamakanlah kaum miskin
5. Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana umum
1. Penyediaan air bersih (1) Penyediaan air bersih perdesaan
Arus-utamakanlah kaum miskin
85SPKD Kabupaten Slem
an
15. BIDANG PEKERJAAN UMUM
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Meningkatkan peran serta masyarakat dlm pemb bidang pekerjaan umum
1. Peningkatan peran serta masyarakat dlm pembangunan bidang pekerjaan umum
(1) Bantuan pemeliharaan jaringan irigasi desa(2) Bantuan aspal
Sebaiknya daerah-2 miskin diberi prioritas
2. Meningkatkan pengetahuan & kemampuan SDM
Peningkatan kualitas SDM (2) Sosialisasi pembangunan jalan swadaya
Jangan abaikan daerah-2 miskin
16. BIDANG PERHUBUNGAN
---kosong---
17. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
3. Meningkatkan pelestarian fungsi lingkungan hidup
1. Pengemb IPTEK dlm pengelolaan SDA & pe- lestarian fungsi LH
(2) Inventarisasi Teknologi Tepat Guna dan ramah lingkungan
Berikanlah kepada kaum miskin
2. Peningkatan efekti-fitas pengelolaan & pelestarian SDA & LH
(3) Pembinaan kearifan lokal Kemiskinan bukan Cuma soal ekonomi
86SPKD Kabupaten Slem
an
18. BIDANG KEPENDUDUKAN
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Meningkatkan kualitas sistem administrasi kependudukan2. Meningkatkan peran serta masy dlm pemb kependudukan
Peningkatan sistem administrasi kependudukan
(1) Penyusunan data base kependudukan
Dapatkan data fix tentang penduduk miskin
1. Penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan catatan sipil
(6) Pencatatan, pelaporan, pengolahan dan analisa data pengendalian lapangan KB
(5) Pendataan keluarga(9) Penetapan profil keluarga miskin dan factor penyebabnya(11) Penyiapan kader, pengadaan sarana dan pelaksanaan pendataan keluarga(12) Analisa profil keluarga dan sarasehn hasil pendataan keluarga
Amat sangat jelas
2. Pemberdayaan keluarga
(5) Dukungan operasional Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) pelaksana KB
(1)Pembinaan ketahanan keluarga sejahtera(2)Pembinaan, pengembangan dan pemantapan Pos Yandu Plus(3)Peningkatan manajemen ketrampilan wirausaha keluarga miskin(4)Fasilitasi lelang kepedulian mays miskin
Amat sangat jelas
19. BIDANG PEMUDA DAN OLAH RAGA
----kosong----
20. BIDANG KEPARIWISATAAN
Kebijakan(sesuai nomor dlm AKU)
Program(sesuai nomor dlm AKU)
Kegiatan yang Berpotensi mendukung PronangkisArgumen
Tidak Langsung Langsung
1. Meningkatkan sumberdaya kepariwisataan
1. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata
(4) Inventarisasi dan klasifikasi usaha jasa pariwisata
Membuka peluang kerja bg penduduk miskin
3. Meningkatkan peran serta masyarakat
Peningkatan SDM(1) Pembinaan petugas di obyek wisata, pokdarwis, pelaku wisata dan masyarakat
Berpotensi membuka lapangan kerja atau menyerap tenaga kerja
87SPKD Kabupaten Slem
an
21. BIDANG PERTANAHAN
----kosong----
88SPKD Kabupaten Slem
an
89SPKD Kabupaten Slem
an
LAMPIRAN 2
Variabel dan Indikator Keluarga Sejahtera
No VariabelIndikator
Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejahtera II Keluarga Sejahtera III Keluarga Sejahtera III Plus
1 Rohani Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai agamanya
Anggota kel melaksanakan ibadah secara teratur
Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama
2 Pangan Pada umumnya anggota kel makan 2x sehari
Paling kurang 1x seminggu keluarga makan daging/ikan/telur
Kebiasaan kelg makan bersama paling kurang 1 x sehari dan dimanfaatkan untuk berkomunikasi
3 Sandang Anggota kel punya pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah, dan bepergian
Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru
45
PapanSosial/Lingk
Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah
Luas lantai rumah paling kurang 8 m persegi untuk setiap penghuni
Anak askit dibawa ke sarana kesehatan modern
Anggota kelg dalam 3 bln terakhir dlm keadaan sehat & dpt melaks tugas / fungsi masing-2
Sebagian penghasilan keluarga ditabung
Keluarga secara teratur dg sukarela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial
Ada anggota keluarga umur 15 tahun ke atas yang berpenghasilan tetap
Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal
Ada anggota kelg yang aktif sebagai pengurus perkumpulan / majelis / institusi masyarakat
Anggota keluarga umur 10 – 60 tahun bisa membaca tulisan latin
Keluarga berekreasi di luar rumah paling kurang sekali dalam 6 bulan
Anak umur 7 – 15 tahun bersekolah
Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah
PUS dengan anak hidup 2 tahun atau lebih saat ini memakai kontrasepsi
Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi setempat
90SPKD Kabupaten Slem
an
Indikator Tingkat Kesejahteraan Keluarga
No Indikator PS KSI KS II KS III KS III+
1 Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai agamanya
√ √ √ √ √
2 Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih
√ √ √ √ √
3 Anggota kelg memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah, dan bepergian
√ √ √ √ √
4 Baigan lantai rumah yang terluas bukan dari tanah √ √ √ √ √
5 Anak sakit atau PUS yang ingin ber-KB dibawa ke sarana kesehatan
√ √ √ √ √
6 Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur - √ √ √ √
7 Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telur
- √ √ √ √
8 Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru
- √ √ √ √
9 Luas lantai rumah paling kurang 8 m persegi untuk setiap penghuni
- √ √ √ √
10 Anggota kelg dalam 3 bln terakhir dlm keadaan sehat & dpt melaks tugas / fungsi masing-2
- - √ √ √
11 Ada anggota keluarga umur 15 tahun ke atas yang berpenghasilan tetap
- - √ √ √
12 Anggota keluarga umur 10 – 60 tahun bisa membaca tulisan latin
- - √ √ √
13 Anak umur 7 – 15 tahun bersekolah - - √ √ √
14 PUS dengan anak hidup 2 tahun atau lebih saat ini memakai kontrasepsi
- - √ √ √
15 Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama - - - √ √
16 Sebagian penghasilan keluarga ditabung - - - √ √
17 Kebiasaan kelg makan bersama paling kurang 1 x sehari dan dimanfaatkan untuk berkomunikasi
- - - √ √
18 Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal
- - - √ √
19 Keluarga berekreasi di luar rumah paling kurang sekali dalam 6 bulan
- - - √ √
91SPKD Kabupaten Slem
an
20 Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah
- - - √ √
21 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi setempat
- - - √ √
22 Keluarga secara teratur dg sukarela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial
- - - - √
23 Ada anggota kelg yang aktif sebagai pengurus perkumpulan / majelis / institusi masyarakat
- - - - √