spektrometri serapan atom
TRANSCRIPT
SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA)OLEH :
Imalia Nurrachma Ayuningtyas (0910753032)
Definisi Spektrometri Serapan Atom
Spektrometri adalah metode analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan banyaknya
radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian
dari spektrometri adalah Spektrometri Serapan Atom (SSA). SSA adalah metode analisis unsur
secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Sejarah SSA berkaitan erat dengan
observasi sinar matahari pada tahun 1802 oleh Wollaston yang menemukan garis hitam pada
spektrum cahaya matahari.
Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom
Prinsip kerja SSA adalah absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom dari sampel akan
menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom
terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom
tersebut. Dengan menyerap enargi, atom dalam keadaan dasar dapat mengalami eksitasi
ketingkat yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil, sehingga atom akan kembali ke tingkat
energi dasar sambil mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi.
Cara kerja SSA dimulai ketika sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen
yang sedang diukur, dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi,
kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Detektor dipakai untuk
mengukur intensitas cahaya, dimana akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan
hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel. Dari detektor menuju chopper
atau sistem penguat yang dipakai untuk membedakan kembali radiasi yang berasal dari sumber
radiasi dan radiasi yang berasal dari nyala api setelah radiasi tersebut keluar dari detektor.
Selanjutnya sinar masuk menuju readout yang merupakan alat pencatat hasil. Hasil pembacaan
dapat berupa angka atau kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi.
GAMBAR : SKEMA CARA KERJA ALAT SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM
Skema Atomisasi
Sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral dalam keadaan dasar.
Proses pengubahan ini dikenal dengan istilah atomisasi, pada proses ini sampel diuapkan dan
didekomposisi untuk bentuk atom menjadi uap. Berdasarkan sumber panas yang dipakai, ada dua
metode atomisasi dalam SSA :
a. Atomisasi menggunakan nyala (flame atomization)
Terdapat dua tahap utama, pertama tahap nebulisasi untuk menghasilkan suatu bentuk
aerosol yang halus dari larutan sampel. Kedua tahap disosiasi analit menjadi atom-atom
bebas dalam keadaan gas. Pada metode ini digunakan gas pembakar untuk memperoleh
energi kalor sehingga didapatkan atom bebas dalam keadaan gas. Sumber yang banyak
digunakan adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai
pengoksidasi. Cara atomisasi nyala ada dua, yaitu:
Cara langsung
Sampel dihembuskan ke dalam nyala secara langsung sampel masuk pembakar.
Variasi ukuran kabut sangat besar (20-40 mikron), sehingga nyala kurang stabil.
Cara tidak langsung
Sampel dicampur dengan bahan pembakar dan bahan pengoksidasi dalam kamar
pencampur tetesan-tetesan yang besar akan tertahan tidak masuk dalam nyala.
Ukuran kabut kecil (10 mikron) sehingga nyala lebih stabil.
b. Atomisasi tanpa nyala (flameless atomization)
Sedikit sampel padat (mg) dan cair (µL) diletakkan dalam tungku grafit (grafit furnace
atomization) dipanaskan dengan melewatkan arus listrik pada grafit sampel berubah
menjadi atom-atom netral. Sistem pemanasan ada tiga tahap, yaitu : pengeringan (drying)
sumber cahaya nyala
tempat sampel
monokromator detektor penguat
readout
bahan bakar udara
yang membutuhkan suhu rendah ; pengabuan (ashing) yang membutuhkan suhu tinggi untuk
menghilangkan matrix kimia ; dan pengatoman (atomizing).
Lampu atau Sumber Cahaya
Sumber cahaya yang digunakan dalam alat SSA adalah lampu katoda berongga (hollow cathode
lamp). Terdiri dari katoda dan anoda yang terletak dalam suatu silinder gelas tertutup. Elektroda
lampu katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram. Katoda berongga dilapisi dengan unsur
murni atau campuran dari unsur murni. Silinder gelas terbuat dari silika atau kuarsa, diisi dengan
gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi yang biasanya dipakai yaitu
Ne, Ar atau He bertekanan rendah. Ketika diberikan potensial listrik, muatan positif ion gas akan
menumbuk katoda sehingga tejadi pemancaran spektrum garis logam yang bersangkutan.
GAMBAR : LAMPU KATODA BERONGGA
Pembakar (Gas Pembakar)
Gas pembakar pada SSA menggunakan gas asetilen atau gas N2O. Gas asetilen pada SSA
memiliki kisaran suhu ± 20000 K. Sedangkan gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen
memiliki kisaran suhu ± 30000 K. Gas tersebut (gas asetilen atau gas N2O) dimasukkan dalam
suatu tabung gas yang pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat gas mudah
keluar. Regulator pada tabung gas berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan
dikeluarkan dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator
adalah pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Alat pembakar Buchner
Pada alat pembakar Buchner terdapat tempat pancampuran gas asetilen dan aquabides agar
tercampur merata dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lubang yang
berada pada alat pembakar, merupakan lubang pemantik api, dimana pada lubang inilah awal
dari proses pengatomisasian nyala api. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung
pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa
terlalu banyaknya gas. Bila warna api paling biru, merupakan warna api yang paling baik dan
paling panas. Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada SSA yang telah diolah sebelumnya sehingga tidak berbahaya.
Metoda Pengukuran Spektrometri Serapan Atom
Metode pengukuran dilakukan secara kuantitatif terhadap hasil analisis, yaitu dengan :
1. Teknik Kalibrasi (Kurva Kalibrasi)
Pemakaian teknik ini tergantung dari jumlah sampel, linieritas dari kurva kalibrasi, dan
adanya gangguan dari komponen lain dalam sampel tersebut. Kurva kalibrasi dibuat jika
sampel yang diperiksa banyak. Pembuatan kurva kalibrasi dengan cara memasukkan satu
seri larutan standart yang meliputi daerah konsentrasi larutan dalam sistem dilanjutkan
dengan pengukuran. Absorbansi sampel harus dikisaran absorbansi kurva kalibrasi, jika
tidak perlu dilakukan pemekatan atau pengenceran sampel. Pembacaan diluar kurva baku
(ekstrapolasi) tidak boleh karena kurang linier.
2. Internal Standart
Dilakukan dengan menambahakan sejumlah internal standart ke dalam setiap sampel.
Seingga kurva kalibrasi selanjutnya merupakan hubungan perbandingan intensitas emisi
absorbansi dari unsur yang ditetapkan dengan internal standart terhadap konsentrasi unsur
yang diperikasa. Sampel yang diperiksa harus bebas dari standar yang ditambahakan.
Standart yang dipilih memiliki spectral line dekat dengan unsur yang diperiksa dan
merupakan transisi serupa. Potensial ionnisasi tidak boleh jauh berbeda dengan unsur yang
diperiksa.
3. Perbandingan Langsung
Dilakukan jika kurva baku konsentrasi dan absorbansi adalah linier dan melewati titik nol.
Kadar sampel dapat dihitung dengan rumus :
Cs= AsAb
xCb
Ab = absorbansi baku ; As = absorbansi sampel ; Cb = konsentrasi baku ; Cs = konsentrasi
sampel.
4. Metode Adisi (Penambahan Baku)
Dilakukan bila unsur lain pada matrix tidak bisa dihindarkan atau jika matrix tidak diketahui
dan bervariasi, syaratnya kurva kalibrasi harus linier dan melewati titik nol. Dengan metode
ini konsentrasi unsur yang diperiksa juga dapat ditetapkan. Bila serapan larutan konsentrasi
x adalah Ax dan serapan setalah ditambah standart dengan konsentrasi a adalah Xy, maka
konsentrasi x dihitung dengan cara :
xx+a
= AxAy
Skala konsentrasi adalah jumlah standart yang ditambahkan. Konsentrasi unsur yang
diperikasa adalah perpotongan dari ekstrapolasi garis dengan aksis konsentrasi. Penambahan
baku dilakukan sekitar setengah sampai dua kali konsentrasi unsur yang diperiksa, semua
larutan diencerkan sampai diperoleh volume yang sama. Proses penambahan baku disebut
spiking.
Sumber Kesalahan
Sumber kesalahan pada SSA dapat disebabkan adanya gangguan-ganguan yang menyebabkan
pembacaan absorbansi unsur yang dianalisa menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang
sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel. Sumber kesalahan dalam SSA ada tiga, yaitu :
1. Gangguan Fisika
Gangguan fisika berasala dari sifat-sifat fisika dari larutan yang diperiksa, sehingga bisa
mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala. Sifat-sifat fisika akan menentukan
intensitas serapan atau emisi dari larutan yang diperiksa. Sifat-sifat tersebut antara lain
adalah viskositas, tegangan permukaan, berat jenis, dan tekanan uap. Sifat-sifat tersebut
dapat mempengaruhi laju alir penyemprotan bahan bakar atau gas pengoksidasi ke dalam
nyala (viskositas) dan dapat menentukan besar butir tetesan. Sifat-sifat fisika zat yang
diperiksa dan larutan pembanding harus sama. Gangguan ini dapat diatasi dengan :
absorbansi
GAMBAR : KURVA STANDART ADISI
konsentrasi unsur yg diperiksa
sampel yg di spiking
banyaknya sampel konsentrasi
Menggunakan pelarut organik, sehingga sensitivitas dapat dinaikkan. Hal ini karena
pelarut organik mempercepat penyemprotan sehingga kekentalan menjadi rendah, selain
itu pelarut organik cepat menguap, bisa mengurangi penurunan suhu nyala, menaikkan
kondisi, dan mereduksi nyala.
2. Gangguan Kimia
Gangguan kimia dapat mengganggu terbentuknya atom-atom netral yang masih dalam
keadaan dasar di dalam nyala. Gangguan kimia dapat dibagi menjadi dua yaitu, gangguan
bentuk uap (ionisasi atom-atom di dalam nyala) dan gangguan bentuk padat (disosiasi
senyawa yang tidak sempurna).
Gangguan bentuk uap
Gangguan ini bisa memperkecil jumlah atom pada level energi terendah, karena dalam
nyala, atom dalam bentuk uap akan berkurang akibat senyawa seperti oksida, klorida
atau terbentuknya ion. Gangguan ini dapat diatasi dengan :
- Memakai nyala yang cocok.
- Menambahkan unsur yang lebih mudah terionisasi dalam jumlah berlebih. Sebagai
deionizer dapat memakai logam alkali (kalium dengan konsentrasi 2000 ppm).
Gangguan bentuk padat (condensed phase)
Gangguan ini disebabkan karena terbentuknya senyawa yang sulit menguap atau sulit
terdisosiasi sempurna dalam nyala (refraktonik). Contoh senyawa refraktonik adalah
oksida-oksida dan garam-garam fosfat, silikat, aluminat, dan kalium fuorotantalat.
Gangguan bentuk padat terjadi ketika pelarut menguap meninggalkan partikel-partikel
padat, misalnya gangguan fosfor pada penetapan kalsium karena terbentuknya garam
kalsium fosfat. Gangguan ini dapat diatasi dengan :
- Mengubah kondisi nyala (menambah aliran bahan bakar agar mendapatkan nyala
reduksi sehingga memperkecil pembentukan oksida yang stabil).
- Memakai nyala dengan suhu tinggi (misal, nyala C2H2 – N2O).
- Memisahkan sampel dengan penggangu malalui penyari selektif atau
menambahakan releasing agent (misal, La atau Sr) sehingga mencegah
pembentukan garam-garam.
3. Gangguan Spektra
Gangguan spektra terjadi jika panjang gelombang (atomic line) dari unsur yang
diperiksa berhimpit dengan panjang gelombang dari atom atau molekul lain yang terdapat
dalam larutan yang diperiksa. Sebenarnya gangguan karena berhimpitnya panjang
gelombang atom (atomic line overlap) dalam SSA hampir tidak ada, karena SSA
menggunakan sumber cahaya yang spesifik untuk unsur tersebut. Gangguan ini dapat diatasi
dengan :
Memodulasi sumber cahaya, sehingga efek dari emisi nyala pada AAS dapat dicegah.
Menggunakan nyala dengan suhu yang lebih tinggi, sehingga senyawa bereaksi
sempurna.
Pengukuran pada panjang gelombang dimana tidak terjadi peresapan atom, yaitu dekat
dengan resonance line (daerah 190-320 nm), sehingga koreksi resapan molekuler (SrO
dan Ca(OH)2) yang mengganggu pada panjang gelombang yang lebih pendek dapat
dilakukan.
Menggunakan sumber cahaya kontinyu (lampu hydrogen atau deuterium), dengan
lampu tersebut dapat diukur resapan molekuler dan resapan atom unsur tersebut
sehingga didapat resapan atom yang sebenarnya.
Aplikasi dalam Farmasi
Spektrometri Serapan Atom (SSA) telah banyak digunakan untuk penelitian, didalam dunia
farmasi SSA sendiri banyak dipakai untuk meneliti sampel-sampel tertentu, antara lain adalah :
1. Makanan dan minuman (contoh, dalam penetapan kadar jenis-jenis kation logam yang ada
pada minuman komersial).
2. Organ tubuh (ginjal, liver).
3. Cairan tubuh (darah, urin, cairan lambung).
4. Air (termasuk air buangan).
5. Obat-obatan (misalkan untuk penetapan kadar bahan yang terkandung dalam suatu sediaan
obat).
6. Sediaan farmasi industri (dalam pembuatan kosmetik).