sosper ga genah
DESCRIPTION
ini sosperTRANSCRIPT
Pertanyaan
1. Lembaga-lembaga sosial apakah yang dapat Saudara gali dari bacaan 1 dan 2,
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan warga masyarakat yang dipenuhinya!
Adakah persamaan atau perbedaannya?
2. Sebutkan norma-norma yang mengatur perilaku orang-orang itu sesuai dengan
kuat atau lemah ikatan norma itu: apakah itu berupa cara atau kebiasaan, tata
laku atau adat?
3. Dapatkah saudara tunjukkan dari bacaan 1 dan 2 bahwa lembaga-lembaga
sosial yang saudara temukan berfungsi sebagai Kontrol Sosial? Proses atau
cara apa yang berlaku?
Jawaban
1. A. Bacaan 1(Kehidupan Pemuda di Kota Besar)
Lembaga yang berpengaruh pada bacaan 1 antara lain lembaga
keluarga, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, lembaga hukum, dan
lembaga komunikasi. Lembaga-lembaga tersebut saling terkait sehingga jika
ada satu lembaga yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, maka akan
berpengaruh pada kehidupan masyarakat.
Bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia terutama di Pulau Jawa
dan Jakarta menyebabkan fungsi-fungsi lembaga tersebut sangat penting
dalam kehidupan masyarakat. Banyak penduduk yang melakukan urbanisasi
karena himpitan ekonomi. Sebagian dari mereka memilih untuk ke Jakarta
karena dianggap memiliki banyak peluang pekerjaan. Dengan bertambahnya
jumlah penduduk yang tidak terkendali dan kehidupan ekonomi yang tidak
sesuai dengan keinginan maka muncul istilah Kampung Miskin. Istilah
kampung miskin disini adalah kampung yang lingkungannya kumuh, keadaan
prasarana, kesehatan masyarakatnya rendah, sanitasi buruk, sampah
menumpuk, dan prasarana jalan yang sudah rusak dan jelek. Disini, peran
lembaga kesehatan, lembaga pendidikan dan peran pemerintah sangat penting.
Karena bagi mereka yang tinggal di kampong tersebut memiliki pikiran
bahwa kehidupan mereka adalah buruk tetapi tak kuasa merubah dan tidak
ada tempat lain yang lebih baik sehingga kebanyakan mereka hanya pasrah
terhadap apa yang diberikan oleh Tuhan.
Kebudayaan yang tercipta antara masyarakat di desa dan di kota juga
berbeda. Di kota, masyarakat bergotong royong dalam hal membangun jalan-
jalan dan sekolah. Sedangkan di desa gotong royong dilakukan dalam
kegiatan pemakaman, pengolahan lain dan lain-lain. Kehidupan masyarakat di
desa maupun di kota sangat bergantung dari kelompok sosialnya. Bagi mereka
yang berkelompok dengan orang kalangan penting akan berbeda denga
masyarakat yang berkelompk dengan kalangan biasa.
Peran masing-masing lembaga saling mempengaruhi. Yang pertama
adalah lembaga keluarga. Lembaga keluarga adalah lembaga yang paling
sederhana dan paling berperan dalam pembentukan karakter. Yang mana
pembentukan karakter ini akan mempengaruhi tingkah laku seseorang. Baik
buruknya tinglah laku seseorang tergantung dari lembaga kecil ini. Misalnya,
sewaktu kecil orang tua mengajarkan kepada anaknya makan menggunakan
tangan kanan. Hal ini aka terus terbawa sampai ia dewasa. Jadi, lembaga
keluarga berperan untuk membentuk kepribadian individu agar dapat diterima
oleh masyarakat luas.
Lembaga pendidikan disini merupakan lanjutan dari lembaga keluarga.
Seorang individu menerima pelajaran formal pertama di tingkat sekolah dasar
yang sangat penting untuk ke depannya. Kriteria kampung miskin dapat
dilihat dari tingkat pendidikan terakhir masyarakatnya. Semakin rendah
tingkat pendidikan akhir, maka masyaraktnya akan semakin sedikit
pengetahuan. Padahal, di zaman yang semakin modern ini, pendidikan sangat
penting. Banyak perusahaan dan pabrik yang merekrut pekerja dengan lulusan
minimal Sarjana. Bagi mereka yang hanya lulusan SMA, SMP atau SD
mayoritas bekerja sebagai penjaga toko, pemulung, buruh tani, dan pemungut
beling. Dengan mata pencaharian yang sedemikian rupa, sedikit kemungkinan
masyarakat dapat meningkatkan taraf hidupnya. Karena mayoritas dari
mereka hanya memikirkan kehidupan untuk hari ini. Hal ini dikarenakan
kurangnya pengetahuan. Jadi, pendidikan salah satu faktor penentu
kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, peran lembaga pendidikan harus
dioptimalkan supaya Indonesia memiliki generasi-generasi penerus yang
bermutu.
Selanjutnya yaitu lembaga kesehatan. Kriteria yang lain adalah dari
segi kesehatan. Lembaga kesehatan sudah semakin terjangkau saat ini.
Terutama di kota-kota besar yang banyak rumah sakit, klinik, dan lembaga
kesehatan lain. Sedangkan di desa, lembaga kesahatan yang ada adalah
polindes, puskesmas dan dukun. Tingkat kesadaran akan kesehatan
masyarakat di kota lebih tinggi daripada tingkat kesadaran kesehatan
masyarakat di desa. Hal ini dikarenakan kurangnya pendidikan di masyarakat
desa. Jadi, lembaga kesehatan dan lembaga pendidikan saling terkait satu
sama lain.
Lembaga lain yang berperan dalam bacaan 1 adalah lembaga hukum.
Hal ini banyak terjadi di daerah perkotaan. Biasanya masyarakat yang
melakukan urbanisasi ke Jakarta bermatapencaharian sebagai pedagang kaki
lima di tempat-tempat yang dilarang oleh pemerintah. Hal ini berarti sudah
termasuk dalam pelanggaran hukum. Sehingga perlu adanya lembaga hukum
yang berperan aktif. Selain itu, pemudah-pemuda di kota banyak yang
berkelompok di kelab-kelab malam yang terkadang tidak memperhatikan
norma dan etika. Disini peran lembaga hukum sangat penting dalam menjaga
dan menertibkan masyarakat.
Selain lembaga diatas, ada juga lembaga komunikasi dan informasi.
Pada bacaan 1, komunikasi sangat berperan penting bagi pemuda kota
maupun desa. yang membedakan adalah pada jenis komunikasinya. Pemuda
di kota cenderung menggunakan media sosial untuk berkomunikasi.
Sedangkan pemuda di desa mayoritas masih menggantungkan komunikasi dan
informasi dari radio. Meskipun demikian, penyerapan informasi melalui radio
oleh pemuda di desa juga disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan
kepentingan. Bagi masyarakat desa, siaran-siaran pengetahuan kurang mudah
dicerna karena tingkat pendidikannya. Selain itu, mereka menganggap bahwa
siaran tersebut tidak cocok dan lebih cocok bagi orang-orang terpelajar.
Sehingga dapat dikatakan komunikasi dan informasi di desa masih
paternalistik. Hal ini sangat berbeda dengan fenomena di kota yang
menggantungkan komunikasi dan informasi secara meluas dengan bantuan
media sosial. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan
kepentingan-kepentingan yang mengharuskan mereka memperoleh informasi
sebanyak mungkin. Jadi, lembaga komunikasi dan informasi pemuda di kota
lebih berkembang daripada pemuda di desa.
B. Bacaan 2 ( Pola Perdagangan dan keuangan dalam pemasaran tani di jawa)
Lembaga yang berpengaruh pada bacaan 2 diantaranya adalah
lembaga lembaga ekonomi dan lembanga keuangan serta lembaga
kebudayaan. lembaga ini saling mendukung untuk meningkatakan kegiatan
distribusi dan pemasaran hasil pertanian dalam bentang desa hingga
perkotaaan.
Dengan semakin meningkatnya produksi hasil pertanian, pemasaran
hasil pertanian dalam pasar menjadi semakin penting untuk diperhatikan.
Kebutuhan ini berakibat dengan berkembangnya rantai-rantai perdagangan
baru. Sistem perdagangan ini membentuk suatu peranan-peranan baru dalam
perdagangan produk-produk pertanian. Peranan tersebut akan diisi oleh suatu
lembaga sosial yang akan memfasilitasi kegiatan perdagangan dan kegiatan
ekonomi masyarakat. Lembaga inilah yang nantinya akan membentuk pola-
pola perdagangan dengan spesialisasi dan pembagian pekerjaan yang berbeda
serta mengatur sistem pemasaran produk pertanian masyarakat.
Kelembagaan yang diperlihatkan pada bacaan dua adalah lembaga
yang berkaitan dalam memberikan jasa pemasaran dan ekonomi pada
msayarakat. Lembaga yang dimaksud berupa lembaga produksi, distribusi dan
konsumsi. Pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa dipenuhi sesuai urutan
kelembagaan diatas. masing-masing lembaga memiliki fungsi-fungsi dasar
sebagai pembentuk sistem ekonomi masyarakat terutama di Jawa.
Lembaga produksi pada mulanya merupakan lembaga penghasil
produk-produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Lembaga-
lembaga ini dapat terdiri dari kelompok tani atau kumpulan-kumpulan orang
yang mehasilkan suatu barang untuk kosumen. Kelembagaa produksi ini
nantinya akan dibantu oleh lembaga distribusi sebgai penyalur sehingga
terbentuk mata rantai penyampaian jasa maupun baramg terhadap kosumen.
Para produsen ini tahu bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan jika
barang-barangnya diurus secara efisien. Para pedagang nantinya akan
mengadakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan di pasar.
Kosumen yang kali ini dideskripsikan sebagai lembaga keluarga,
memiliki fungsi untuk dapat memenuhi kebutuhan anggota keluarga tersebut.
Pemenuhan kebutuhan didapatkan dari penyalur-penyalur barang melalui
pedagang-pedagang yang membentuk suatu lembaga distribusi. Pedagang ini
terdiri dari pedagang tingkat pertama, pedagang tingkat kedua dan para
tengkulak yang merupakan agen distribusi barang kepada kosumen. Mereka
demikian memberikan jasa-jasanya kepada kosumen berupa penyaluran
kebutuhan keluarga dan membentuk sistem pasar.
Kebudayaan masyarakat jawa dapat mendefinisikan sistem pasar itu
sendiri. Mereka tidak menggambarkan sistem ini sebagai jasa-jasa para
lembaga distribusi sebagaimana yang dilakukan disini. Mereka
menggambarkannya melalui resiko-resiko yang ditempuh para distributor
dalam mengambil resiko. Sudah menjadi hal yang umum jika penilaian
keadaan pasar melalui lembaga distibusi dilakukan sejara tidak wajar untuk
mendapatkan keuntungan. Orang jawa secara umum tidak memberikan arti
secara jelas mengenai sistem pasar, tetapi mereka tahu akan sukar hidup tanpa
pasar. Oleh karena itu jasa-jasa para lembaga dstribusi akan selalu dianggap
kedudukan sah dalam mendapatkan pendapatan kecuali mengalami perubahan
yang drastis.
Masuknya pelaku-pelaku usaha sebagai lembaga distribusi di pasar
menjadi lebih mudah. Keuntungan yang bisa didapatkan menarik orang untuk
berkecimpung dan menjadi pedagang. Hal ini menimbulkan berbagai
persaingan yang terjadi antar lembaga.
Masing-masing pedagang membutuhkan modal untuk masuk kedalam
bidang ekonomi. Pemenuhan modal ini dapat dipenuhi melalui lembaga-
lembaga keuangan yang memberikan jasa peminjaman modal kepada
masyarakat. Lembaga ini dapat berupa pribadi seseorang seperti ceti-ceti
(money lenders) maupun suatu organisasi kompleks seperti bank pasar milik
pemerintah. Peminjaman modal ini hanya untuk para pedangang. Peminjaman
akan memnggunakan sistem bunga yang dibebankan kepada masing-masing
individu peminjam.
keberadaan lembaga-lembaga ekonomi ini tidak akan terpisah terhadap
lembaga keuangan. Kegiatan ekonomi pasar dibentuk atas kerjasama antar
lembaga yang saling membutuhkan. Pasar akan selalu berupa sistem
penyaluran kebutuhan kosumen akan produk produsen.
2. Norma memiliki 4 pengertian, mulai dari yang paling Lemah sampai yang
Terkuat, yakni :
1. Cara (Usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan
2. Kebiasaan (Folkways) adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam
bentuk yang sama
3. Tata Kelakuan (Mores) merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai
cara berperilaku
4. Adat Istiadat (Custom) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat
integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Ada sanksi
penderitaan bila dilanggar.
Dalam bacaan tersebut paling banyak membahas tentang norma yang
berupa cara dan kebiasaan, seperti yang terurai sebagai berikut.
Biasanya dalam melakukan pekerjana perdagangan kaum laki-laki
yang mengangkut hasil-hasilnya dengan sepeda, kelihatan mengerjakan secra
tetap selama waktu tertentu. Pada pedagang keliling lainnya adalah orang-
orang tani yang berdagang hanya untuk menambah pendapatan dikala terdapat
kekendoran dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Sedangkan wanitanya yang
membawa sayur dan buah-buahan, dari desanya sendiri atau desa tetangganya
ke pasar terdekat, atas dasar sambilan (part time), adalah orang yang paling
tidak memiliki suatu spesialisasi dari semua orang yang berhubungan dengan
pasaran.
Menurut pandangan orang Jawa, adalah suatu hal yang realistis, bahwa
jika para pedagang tidak menilai keadaan pasar dengan wajar, mereka tidak
akan beruntung, sekalipun mereka mengangkat barang-barangnya ke tempat-
tempat yang jauh letaknya atau berapa lamapun mereka menyimpannya atau
betapa mudahnya mereka membeli secara besar-besaran, menyusun sesuai
dengan mutu atau menstandarisasi dan memecahnya dalam satuan-satuan
yang kecil untuk dijual.
Adanya persaingan bebas antara pedagang, maka harga-harga yang
paling baik akan diteruskan kepada mereka. Para petani mungkin tidak akan
mengerti liku-likunya persaingan, tetapi mereka telah belajar selama bertahun-
tahun bahwa lebih baik menyuruh orang lain melakukan pemasaran barang-
barangnya.
Cara hidup yang mistik dan menarik diri dari keduniawian cenderung
untuk lebih mengurangi penghargaan terhadap kedudukan para pedagang
daripada terhadap kedudukan petani dan lain-lain produsen. Yang mendasarka
cara hidup yang demikian itu, adalah populer di Jawa. Sebaliknya kerena
orang Jawa tidak suka kepada ekstremitas, maka cita-cita mereka diselubungi
oleh penglihatan yang praktis. Oleh karena itu, maka mungkin sekali bagi
perdagangan akan selalu dianggap sebagai kedudukan yang sah, kecuali kalu
sikap orang Jawa tidak mengalami perubahan-perubahan yang drastis.