sosiologi dan antropologi gizirepository.poltekkes-kdi.ac.id/1371/1/buku... · a. variasi makanan...
TRANSCRIPT
1
2
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI GIZI
Penulis : La Banudi Imanuddin Penerbit: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES) Kendari, 2017
3
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI GIZI Penulis : La Banudi Imanuddin ISBN : 978-602-5913-18-1 Diterbitkan Oleh : Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES) 2017 Alamat: Jl. Cemara 25, RT. 001 RW. 002, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo E-mail: [email protected] Telepon: 085853252665 Editor: Purnomo Leksono Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya buku ini dapat terselesaikan dengan lancar. Buku yang berjudul Sosiologi dan Antropologi Gizi ini diharapkan dapat membawa manfaat, khususnya dalam lingkup bidang ilmu Gizi.
Dalam penulisan buku ilmiah ini penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran bagi tersusunnya buku ini.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak mengandung kekurangan, oleh karena itu masukan yang bersifat membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan buku ini pada masa yang akan datang. Semoga keberadaan buku ajar ini dapat menambah referensi bagi para mahasiswa, dosen maupun praktisi, khusus dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
Kendari, Agustus 2017 Penulis
La Banudi
5
DAFTAR ISI
Halaman judul --i Halaman judul --ii Kata pengantar--iii Daftar isi--iv SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI A. Pengertian Sosiologi dan antropologi Gizi --------1 B. Perkembangan Sosiologi dan Antropologi dari masa ke masa----3
KEBUDAYAAN A. Kebudayaan menurut Ilmu Antropologi2.1. Manusia, keragaman, dan
kesetaraan------ 7 B. Kebudayaan dan Culture ----- 7 C. Kebudayaan dan Peradaban -------7 D. Unsur Budaya ---------8 E. Unsur Kebudayaan ------- 9 F. Karakteristik Budaya ------ 9 G. Sisem Nilai Budaya dan Norma H. Nilai Budaya dan Sistem Religi, sistem pengetahuan dan sistem teknologi -----14
RAGAM BUDAYA MAKAN DI INDONESIA DILIHAT DARI UNSUR KEBUDAYAAN DAN NILAI BUDAYA A. Pola Budaya Terhadap Makanan ---- 17 B. Sistem Budaya terhadap Makanan ----- 17 C. Masalah Budaya dan Makanan Terhadap Gizi ----- 18 D. Alternatif Mengatasi Masalah Budaya dan Makanan ---- 19
RAGAM BUDAYA MAKAN DILIHAT DARI SUKU BANGSA DAN SISTEM BUDAYA DI INDONESIA A. Variasi Makanan Suku Bangsa di Indonesia -----20 B. Pola Budaya Terhadap Makanan ------- 20 C. Sistem Budaya Terhadap Makanan -------21
POLA PANGAN DAN BUDAYA A. Terbentuknya Pola Hidangan Makanan ---- 23 B. Pengaruh Sosial Budaya dan Kewajiban Terhadap Pola Pangan Masyarakat -23 C. Fungsi Sosial Makanan ---- 26 D. Pola Pangan sebagai Produk Budaya ------ 28
TERBENTUKNYA POLA HIDANGAN DI INDONESIA A. Terbentuknya Pola Hidangan di Indonesia ------- 29 B. Pola Hidangan Sebagai Produk Budaya ------ 30
NILAI SOSIAL PANGAN DAN MAKANAN A. Faktor Sosial Budaya Berhubungan dengan Makanan---- 33 B. Faktor-Faktor Budaya Rumah Tangga ------ 34 C. Fungsi Sosial Makanan -------- 35 D. Perubahan Sosial dan Kebudayaan Berkaitan dengan Pola Konsumsi Pangan
dan Gizi Penduduk ------ 37 MASALAH-MASALAH PEMBENTUKAN KEBIASAAN MAKAN 1. Pantangan -----41 2. Kepercayaan atau Agama dan Adat Istiadat ----- 43 3. Pola Konsumsi Pangan dan Gizi Penduduk ----- 46 4. Preferensi dan Timbulnya Tabu Makanan ------ 49
6
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM PANGAN DAN GIZI 1. Teknologi Pertanian ----- 60 2. Pengolahan Pangan ---- 66
TEKNOLOGI PANGAN DAN PERILAKU KONSUMEN A. Teknologi dan Kebiasaan Makan ---- 70 B. Pengolahan dan Penyimpanan Pangan ----- 76 C. Teknologi dan Perilaku Makan ---- 81
PERAN KELUARGA DALAM PEMBINAAN KEBIASAAN MAKAN ANAK DAN IBU MENYUSUI A. Bentuk Keluarga ---- 86 B. Perubahan-Perubahan dam Hidup Keluarga ---- 86 C. Fungsi Keluarga ----- 87 D. Kebutuhan dan Sumberdaya Keluarga ------- 87
Daftar Pustaka ----- 88
7
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI GIZI
A. Pengertian Sosiologi dan Antropologi Gizi
Secara etimologis istilah sosiologi berasal dari kata socius (bahasa Latin:
teman) dan logos (bahasa Yunani: kata, perkataan, pembicaraan). Jadi secara
harfiah, sosiologi adalah membicarakan atau memperbincangkan teman pergaulan.
Adapun pengertian sosiologi menurut para ahli adalah:
No. Nama Ahli Pengertian sosiologi
1. Auguste Comte Sosiologi adalah suatu studi positif tentang hukuk-hukum
dasar dari berbagai gejala sosial yang dibedakan
menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Istilah
sosiologi pertama kali digunakan oleh Auguste Comte
pada tahun 1839 sebagai ahli filsafat kebangsaan
Prancis. Istilah ini digunakan pertama kali digunakan
sebagai pendekatan khusus untuk mempelajari
masyarakat. Selain itu juga membei sumbangan yang
begitu penting terhadap sosiologi. Sehingga Augustin
Comte disepakati oleh para ahli disebut dengan Bapak
Sosiologi (Maulana, 2014).
2. Oucek dan Warren Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar
manusia dalam kelompok
3. Pitirin A Sorokin Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:
1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi
dengan agama, keluarga dengan moral, hukum
dengan ekonomi dsb.
2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala
sosial dengan gejala sosial (misalnya dengan gejala
geografis, biologis dsb)
3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
4. Emile Durkheim Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial
(cara bertindak, berfiki dan mampu melakukan
pemaksaan dari luar terhadap individu.
5. Wiliam F. Ogburn
dan Mayer F.
Nimkoff
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap
interaksi sosial dan hasilnya yakni organisasi sosial.
6. Paul B. Horton Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan kajian pada
kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok
tersebut.
7. Soerjono Soekanto Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada
segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan
berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum
kehidupan masyarakat.
8
8. Max Weber Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami
tindakan-tindakan sosial, Tindakan sosial adalah
tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan
dan beroriontasi pada perilaku orang lain.
9. Selo Soemardjan
dan Soelaeman
Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari
stuktur sosial dan proses-proses sosial termasuk
perubahan sosial.
10. J.A.A. Von Dorn
dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-
struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang
bersifat stabil.
11. Mayor Polak Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat secara keseluruhan yaitu hubungan antara
manusia satu dengan manusia lain, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik kelompok
formal maupun kelompok informal atau baik kelompok
statis maupun dinamis
12. Hassan Shandily Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup besama
dengan masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara
manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba
mengerti sifat dan maksud hidup besma cara terbentuk
dan tumbuh, serta berubahnya perserikatan-perserikatan
hidup serta kepercayaan.
Sedangkan pengetian antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti
manusia dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi istilah anthropologi berarti ilmu
tentang manusia,
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya.
Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan
bagaimana cara memandang dunia, bagaimana cara mengungkapkan
emosionalnya dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya.
Pada dasarnya perhatian antropologi yang paling awal adalah mengenai ciri-
ciri dan sifat masyarakat: bagaimana manusia berhubungan satu dengan yang lain,
dan bagaimana dan mengapa masyarakat berubah sepanjang waktu.
Kebanyakan antropolog sependapat bahwa antropologi muncul sebagai
cabang keilmuan yang jelas batasannya pada sekitar pertengahan abad ke-19,
tatkala perhatian orang pada evolusi manusia berkembang. Antropologi sebagai
disiplin akademik bau dimulai tidak lama setelah itu, ketika pengangkatan pertama
antropolog pofesional di universitas, museum dan kantor-kantor pemerintahan.
Namun tidak ada keraguan bahwa gagasan antropologi sudah jauh sebelumnya
(Herlina, 2017).
9
B. Perkembangan Sosiologi dan Antropologi dari Masa ke Masa
Ilmu sosiologi dan antropologi selalu berkembang dari masa ke masa sesuai
dengan perkembangan zaman. Adapun pekembangan sosiologi dapat diuraikan
sebagai beikut :
1. Perkembangan pada abad pencerahan
Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu seperti Sokrates, Plato
dan Aristoteles berangggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa
ada yang mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduruan
Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir diabad pertengahan
seperti Agustinus, Ibnu Sina dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa
sebagai mahluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi
menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan
pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan
pada masa ini. Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan
(Sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai
perubahan masyarakat harus berpedoman dengan akal budi manusia
2. Pengaruh Perubahan yang Terjadi di Abad Pencerahan
Perubahan-perubahan di abad pencerahan, terus berkembang secara
revolusioner sepanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama
beganti menjadi yang lebih baru. Hal ini terlihat jelas terutama dalam evolusi
industri dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga
revolusi ini terasa pengaruhnya diseluruh dunia. Para ilmuwan tergugah,
mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam
masyarakat.
3. Gejolak Abad revolusi
Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Stuktur-
struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangsawan dan
kaum rohaniawan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan disetarakan
haknya dengan dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini
harus memimpin berdasarkan undang-undang yang ditetapkan. Banyak
kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.
Gejo;ak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran
bahwa perubahan masyarakat harus dianalisis. Mereka telah membuat analisis
yang meyakinkan bahwa perubahan yang terjadi bada masyarakat telah
membawa banyak koban seperti perang, kemiskinan, pemberontakan dan
kerusuhan. Bencana itu bisa dirubah sendainya ada antisipasi sebelumnya.
Perubahan yang tejadi pada masa revolusi menguatkan pandangan betapa
perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar di masyarakat. Atinya:
- Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima
begitu saja melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
- Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu
untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti
10
yang kuat serta masuk akal.
- Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan
yang teliti dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan
masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial
yang parah dapat diatasi,
4. Kelahiran sosiologi Modern
Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat
dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene meupakan tempat
dimana sosiologi pertama kalinya). Pada pertengahan abad ke-20, gelombang
besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu beakibat pesatnya
pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya
kiminalitas dan lain-lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar
masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuan sosial untuk bepikir keras,
untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa
tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai
dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern
berbalikan dengan pendapat pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi
modern cenderung mikro (lebih sering disebut dengan pendekatan empiris).
Ertinya perubahan masyarakat dapat dipelajai mulai dari fakta sosial yang
muncul. Berdasarkan fakta sosial itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perubahanmasyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa
pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.
Sedangkan perubahan yang terjadi pada ilmu antropologi dari masa ke masa dapat
diuraikan pada penjelasan berkut:
1 Fase Pertama ( sebelum 1800 )
Kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika selama 4
abad memulai terkumpulnya tulisan–tulisan para musafir, pelaut, pendeta
penyiar agama nasrani, pengawai pemerintah jajahan dalam bentuk kisah
perjalanan, laporan, dan sebagainya yang berisi berbagai pengetahuan berupa
deskripsi (etnografi) tentang adat-istiadat, susunan Asia, Oseania maupun suku
bangsa Indian yang berbeda bagi bangsa Eropa Barat saat itu. Sehingga
menimbulkan tiga macam sikap dan pandangan dari kalangan terpelajar di
Eropa Barat.
Ada 3 macam sikap pertentangan antara Eropa Barat dengan Afrika, Asia
Oseania, dan orang-orang Indian di Amerika yaitu :
1. Ada yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia
sebenarnya, melainkan manusia liar, keturunan iblis dan sebagainya,
dengan demikian timbul istilah-istilah seperti, savages, primitives, untuk
menyebut bangsa-bangsa tadi .
2. Ada yang berpandangan bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalah
contoh masyarakat yang masih murni belum mengenal kejahatan seperti
11
yang ada pada masyarakat bangsa Eropa pada waktu itu.
3. Ada yang tertarik adat istiadat yang aneh dan mulai mengumpulkan benda-
benda , kebudayaan dari suku-suku bangsa di afrika, asia, oseania dan
amerika pribumi.
2. Fase Kedua ( Sekitar Petengahan Abad ke-19 )
Fase ini timbul pada pertengahan abad ke-19. Karangan etnografi tersebut
tersusun berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Secara singkat, cara
berfikir itu dapat dirumuskan: mayarakat dan kebudayaan manusia telah
berevolusi dengan sangat lambat, yakni dalam jangka waktu yang beribu tahun
lamanya dari tingkat rendah hingga ke tingkat yang tinggi.
Dengan timbulnya beberapa karangan sekitar tahun 1860, yang
mengklasifikasikan bahan tentang beragam kebudayaan tertentu, maka
timbullah ilmu antropologi yang saat itu menjadi ilmu akademikal dengan
tujuan: mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk
mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi
dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (Pada Abad ke-20 )
Ilmu antropologi sangat penting untuk dipelajari bangsa-bangsa diluar Eropa,
menjadi suatu ilmu yang praktis dengan tujuan: mempelajari masyarakat dan
kebudayaan suku-suku bangsa diluar Eropa guna kepentingan pemerintah
kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat yang kini
kompleks.
4. Fase Keempat (Sesudah Kira–kira 1930 )
Sekitar tahun 1930 (sesudah Perang Dunia II) hampir tidak ada lagi bangsa-
bangsa asli terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika. Ilmu
antropologi seolah menghilang, tetapi warisan dari fase sebelumnya
dikembangkan. Setelah tahun 1951, 60 orang ahli antropologi dari Amerika dan
Eropa mengadakan suatu simposium internasional untuk meninjau dan
merumuskan pokok tujuan dan ruang lingkup ilmu antropologi yang baru
(Husaini et al., 2017).
Pada perkembangan ilmu antropologi diuraikan menjadi beberapa fase,
tujuan dari pembagian ini dibagi menjadi dua:
1 Tujuan akademis, mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada
umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisiknya, masyarakat, serta
kebudayaannya.
2 Tujuan praktis, mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku
bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
Adapun persamaan dan perbedaan antara ilmu sosiologi dan antropologi
adalah: Ilmu sosialogi dan antropologi berusaha mencari unsur-unsur yang sama
dengan sosiologi, diantaranya beragam masyarakat dan kebudayaan manusia.
12
Tujuannya adalah untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat
dan kebudayaan manusia pada umumnya.
Sedangkan pebedaan antara ilmu sosiologi dan antropologi diuraikan sebagai
berikut:
a. kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal mula dan sejarah
perkembangan yang berbeda;
b. perbedaan pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu
itu;
c. metode dan masalah yang khusus dari kedua ilmu masing-masing
13
KEBUDAYAAN
A. Kebudayaan menurut Ilmu Antropologi
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat, dijadikan milik manusia dalam
masyarakat bersangkutan, yang diperoleh melalui proses belajar.
Kebudayaan berhubungan dengan kebudayaan manusia itu sendiri, segi-segi
tersebut masing-masing menjadi obyek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh
ilmu tertentu. Sedangkan manusia dengan segala seginya tersebut merupakan
obyek umum yang dipelajari atau diselidiki berbagai ilmu. Jadi yang membedakan
antara antropologi budaya dari ilmu lain yang juga mempelajari masalah manusia
adalah obyek khusus yang diselidikinya. Antropologi budaya yang obyek khusus
penyelidikannya ialah kebudayaan juga perlu mengetahui anak-anak cabang
ilmunya itu juga harus berhubungan dengan ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, sejarah,
ilmu hukum, geografi, ekologi dan sebagainya (Arifin, 2016).
Kegunaan antropologi budaya adalah untuk menunjukkan perbedaan dan
persamaan dalam berbagai hal yang terdapat pada berbagai suku bangsa atau
bangsa didunia ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat dengan mudah melihat
hal-hal yang berbeda sedangkan hal-hal yang sama atau bersamaan sulit atau
bahkan tidak dapat diketahui seperti itulah adanya budaya dalam mengatasi
masalah kesehatan dalam kehidupan kita sehari-hari semua terjadi akibat adanya
pengaruh budaya.
Gizi dan kesehatan adalah kebutuhan setiap individu dai berbagai kalangan
status kesehatan (sakit-sakitan), ekonomi (kaya-miskin), sosial (elit-wongalit),
geografik (desa-kota) dan psikologi perkembangan (bayi, anak, remaja, dewasa,
manula.
Pembangunan kesehatan adalah salah satu cara pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, keinginan, dan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap masyarakat supaya terwujudnya kesehatan yang optimal. Tetapi
munculnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak walaupun bisa dicegah
atau dihindari.
B. Kebudayaan dan Culture
Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk
jamak dari budddi yang berarti budi atau akal, sehingga kebudayaan dapat diartikan
hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Sedangkan culture adaloah kata asing yang sama artinya dengan
kebudayaan, berasal dari kata latin Colere yang berarti “mengolah, mengerjakan”,
terutama mengolah tanah atau bertani. Dari kata ini berkembang arti culture
sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk tanah dan perubahan
alam
C. Kebudayaan dan Peradaban
Kebudayaan biasanya digunakan untuk menyebut unsur-unsur dari
kebudayaan yang halus, maju dan indah, seperti kesenian, ilmu pengetahuan,
14
sopan santun dalam pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan dan
sebagainya. Istilah peradaban sering juga dipakai untuk menyebut suatu
kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan,
seni rupa, sistem kenegaraan, masyarakat kota yang maju dan kompleks (Maulana,
2014).
D. Unsur kebudayaan
Suatu kebudayaan tidak akan pernah ada tanpa adanya beberapa sistem
yang mendukung terbuntuknya suatu kebudayaan. Ada tujuh unsur kebudayaan
universal yaitu:
Adapun unsur-unsur budaya adalah
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi Sosial
4. Sistem Peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian.
Tiap unsur kebudayaan juga mempunyai tiga wujud, yaitu:
a. Wujud sistem budaya: wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide,
gagasan, norma-norma, peraturan dan sebainya
b. Wujud sistem sosial: wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
c. Wujud kebudayaan fisik: wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak
dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala atau dengan perkataan lain
dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup.
Namun demikian, lokasi kebudayaan ideal ini bisa juga berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan.
Ide-ide dan gagasan-gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu
masyarakat, memberi jiwa pada masyarakat itu. Gagasan-gagasan ini tidak berada
terlepas dari yang lain, melainkan selalu berkaitan menjadi suatu sistem. Para ahli
antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini sebagai sistem budaya atau cultural
sistem. Dalam bahasa Indonesia, wujud ideal dari kebudayaan ini dikenal dengan
sebutan adat, atau dalam bentuk jamaknya adalah adat istiadat.
Wujud kedua dari kebudayaan disebut juga dengan sistem sosial atau social
system, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri
dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu
dengan yang lainnya dari detik ke detik, hari ke hari, tahun ke tahun selalu menurut
polapola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktifitas
manusia-manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial ini bersifat konkrit terjadi di
sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan.
15
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik, berupa keseluruhan
dari hasil fisik, aktifitas, perbuatan karya manusia dalam masyarakat, wujud ini
merupakan wujud kebudayaan yang paling konklrit.
Ketiga wujud kebudayaan diatas dalam kenyataan kehidupan masyarakat
tidak terpisah satu dengan yang lainnya. Kebudayaan indeat atau adat istiadat
mengatur dan memberi arah tentang tindakan dan karya manusia. Baik pikiran-
pikiran atau ide-ide. Maupun tindakan dan karya manusia menghasilkan benda-
benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu
lingkungan hidup tententu yang makin lama makin menjauhkan manusia ndari
lingkungannya, sehingga mempengaruhi pola-pola perbuatan, bahkan juga cara
berfikirnya (Habsy, 2017).
Semua unsur kebudayaan dapat dipandang dari sudut ketiga wujud
kebudayaan. Sebagai contoh dapat kita ambil misalnya jurusan gizi poltekkes
Kendari. Jurusan gizi merupakan suatu unsur kebudayaan yang ideal, yang pada
khususnya terdiri dari visi dan misi, norma-norma untuk para karyawan, dosen atau
mahasiswanya, aturan ujian, pandangan-pandangan, baik yang bersifat ilmiah
maupun bersifat popular dan sebagainya. Sebaliknya jurusan gizi mempunyai suatu
rangkaian aktifitas dan tindakan, dimana manusia saling berhubungan dan
berinteraksi dalam hal melaksanakan berbagai macam hal. Ada dosen memberi
kuliah, ada yang mendengarkan dan mencatat materi kuliah, ada yang mengetik
surat-surat dan lain sebaginya. Lepas dari semua itu orang melihat jurusan gizi
poltekkes Kendari tanpa melihat hal-hal tersebut diatas. Ia hanya memperhatikan
jurusan gizi sebagai himpunan benda fisik berupa gedung-gedung, ruangan-ruangan
kuliah, deretan bangku, kumpulan meja, buku-buku dan sebagainya (Syamsuddin,
2018).
E. Unsur kebudayaan
Terdapat tujuh unsur kebudayaan universal yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
F. Karakteristik budaya
Setiap organisasi memiliki budaya tersendiri yang sifatnya spesifik karena
kenyataan bahwa setiap organisasi mempunyai kepribadian yang khas (unik) yang
dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain karakteristik dan struktur organisasinya
serta nilai dan norma yang dianut oleh anggotanya, kepercayaan, kebiasaan yang
berlaku dalam organisasi dan piosofi organisasi yang dianut. Hal ini mendorong
seseorang untuk berperilaku tertentu dalam organisasi, baik bekerja, cara
16
memandang pekerjaan, bekerja dengan kolega maupun melihat kemasa depan
mereka dan menjadi pembeda antara satu organisasi dengan yang lainnya.
Organisasi yang dianut dan yang cocok dengan semua kalangan masyarakat
dalam penerapannya. Organisasi yang sesuai ini perlu disosialisasikan kepada
masyarakat secara umum.
Terdapat lima karakteristik budaya yaitu:
a. Budaya adalah sesuatu yang dipelajari.
Pola perilaku yang menyusun suatu budaya tidak ditentukan oleh keturunan.
Setiap bayi normal mempunyai potensi untuk belajar sesuatu budaya. Oleh
karena budaya dapat dipelajari, maka pengetahuan yang lebih lanjut selalu
dapat ditambahkan
b. Budaya adalah hasil integrasi berbagai faktor yang merupakan satu kesatuan
utuh.
Budaya bukan kumpulan dari beragam adat dan kebudayaan yang berceceran,
akan tetapi masing-masing bagian berkaitan satu sama lain membentuk suatu
budaya yang utuh dan berfungsi normal didalam masyarakat.
c. Budaya senantiasa dapat diubah.
Perubahan suatu budaya merupakan hasil dari keterbukaan anggota dalam
menerima hal-hal yang baru, seperti alat-alat, teknik dan ide-ide dari kelompok
lainnya.
d. Setiap budaya mempunyai sistem nilai-nilai.
Sistem nilai adalah suatu perangkat preferensi yang diakui syahnya menurut
aturan yang ada. Orang cenderung merasa lebih aman kalau mereka
menyesuaikan diri dengan standar budayanya yang mereka pandang lebih baik
daripada yang lain.
e. Budaya menupakan wahana yang efisien bagi berlangsungnya proses interaksi
sosial antar individu.
Bahasa dan simbol-simbol yang lain akan memberikan peluang untuk
berkomunikasi, saling mengerti dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari
G. Sistem Nilai Budaya dan Norma
Sistem
Sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah
himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk
mencapai tujuan bersama.
Pengertian sistem menurut sejumlah para ahli :
1. James Havery: Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
2. John Mc Manama: Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien
17
3. C.W. Churchman.: Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan
4. J.C. Hinggins: Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan
5. Edgar F Huse dan James L. Bowdict: Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
Nilai Budaya
Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam
suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang
mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol,
dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai
acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi,
atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau
organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :
1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi
kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
Sistem Nilai Budaya
Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi. Sistem budaya
merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dalam adat
istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-
konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari
warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai,
berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu
pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga
masyarakat itu sendiri.
Nilai-nilai budaya ini bersifat umum, luas dan tak konkret maka nilai-nilai
budaya dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya
yang lain dalam waktu yang singkat.
Dalam masyarakat ada sejumlah nilai budaya yang satu dan yang lain
berkaitan satu sama lain sehingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu
sebagai suatu pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan
memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan masyarakat.
Menurut ahli antropologi terkenal C.Kluckhohn, tiap sistem nilai budaya dalam
tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia
yang menjadi landasan bagi kerangka variasi system nilai budaya adalah :
18
1. Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (disingkat MH)
Ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya
suatu hal yang buruk dan menyedihkan. Pada agama Budha misalnya,
pola-pola tindakan manusia akan mementingkan segala usaha untuk
menuju arah tujuan bersama dan memadamkan hidup baru. Adapun
kebudayaan-kebudayaan lain memandang hidup manusia dapat
mengusahakan untuk menjadikannya suatu hal yang indah dan
menggembirakan
2. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia (disingkat MK)
Ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya
suatu hal yang buruk dan menyedihkan. Pada agama Budha misalnya,
pola-pola tindakan manusia akan mementingkan segala usaha untuk
menuju arah tujuan bersama dan memadamkan hidup baru. Adapun
kebudayaan-kebudayaan lain memandang hidup manusia dapat
mengusahakan untuk menjadikannya suatu hal yang indah dan
menggembirakan
3. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu (disingkat MW)
Kebudayaan memandang bahwa karya manusia bertujuan untuk
memungkinkan hidup, kebudayaan lain menganggap hakekat karya
manusia itu untuk memberikannya kehormatan, ada juga kebudayaan lain
yang menganggap karya manusia sebagai suatu gerak hidup yang harus
menghasilkan lebih banyak karya lagi.
4. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu (disingkat MW).
Kebudayaan memandang penting dalam kehidupan manusia pada masa
lampau, keadaan serupa ini orang akan mengambil pedoman dalam
tindakannya contoh-contoh dan kejadian-kejadaian dalam masa lampau.
Sebaliknya ada kebudayaan dimana orang hanya mempunyai suatu
pandangan waktu yang sempit. Dalam kebudayaan ini perencanaan hidup
menjadi suatu hal yang sangat amat penting.
5. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya
(disingkat MA)
Kebudayaan yang memandang alam sebagai suatu hal yang begitu
dahsyat sehingga manusia hanya dapat bersifat menyerah tanpa dapat
berusaha banyak. Sebaliknya ,banyak pula kebudayaan lain yang
memandang alam sebagai lawan manusia dan mewajibkan manusia untuk
selalu berusaha menaklukan alam. Kebudayaan lain masih ada yang
menganggap bahwa manusia dapat berusaha mencari keselarasan
dengan alam.
6. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesamanya
(disingkat MM).
7. Ada kebudayaan yang mementingkan hubungan vertikal antara manusia
dengan sesamanya. Tingkah lakunya akan berpedoman pada tokoh-tokoh
19
pemimpin. Kebudayaan lain mementingkan hubungan horizontal antara
manusia dan sesamanya. Dan berusaha menjaga hubungan baik dengan
tetangga dan sesamanya merupakan suatu hal yang penting dalam hidup.
Kecuali pada kebudayaan lain yang tidak menganggap manusia
tergantung pada manusia lain, sifat ini akan menimbulkan individualisme.
Suatu sistem nilai budaya juga berupa pandangan hidup bagi manusia yang
menganutnya. Namun istilah “pandangan hidup” sebaiknya dipisahkan dari konsep
sistem budaya. Pandangan hidup biasanya mengandung sebagian dari nilai-nilai
yang di dianut oleh suatu masyarakat. Dengan demikian apabila “sistem nilai” itu
merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar warga masyarakat,
”pandangan hidup” itu merupakan suatu sistem pedoman dari golongan-golongan
lebih sempit lagi, individu-individu dalam masyarakat. Karena itu hanya ada
pandangan hidup golongan atau individu tertentu, tetapi tidak ada pandangan hidup
seluruh masyarakat.
Konsep ideologi merupakan suatu pedoman hidup atau cita-cita yang ingin
sekali dicapai oleh banyak individu dalam masyarakat, tetapi yang lebih khusus
sifatnya daripada sistem nilai budaya.
Dalam suatu sistem nilai budaya ada norma-norma yang mengatur kehidupan
manusia pada umumnya. Norma-norma itu antara lain norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan dan yang terakhir adalah norma hukum, norma
hukum ini yang biasanya dipakai manusia karena sifatnya memaksa dan sanksi
tegas bagi yang melanggar.
Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak
dari adat istiadat. Hal ini disebabkan karena nilai-nilai budaya merupakan konsep-
konsep mengenai apa yang hidup dan dalam alam pikiran sebagian besar warga
masyarakat, tentang hal yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam
hidup. Nilai-nilai budaya ini menjadi pedoman yang memberi arah dan orientasi
kepada kehidupan warga masyarakat bersangkutan.
Dalam masyarakat, nilai-nilai budaya telah ditanamkan sejak kanak-kanak,
sehimgga nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan tidak mudah diganti dengan
nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu singkat.
Sistem nilai budaya sering juga berupa pandangan hidup atau world view
bagi manusia yang menganutnya. Namun istilah “pandangan hidup” sebenarnya
berbeda dengan nilai budaya. Pandangan hidup hanya mengandung sebagian dari
nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, yang dipilih secara selektif oleh para
individu dan golongan-golongan dalam masyarakat. Dengan demikian, apabila
“sistem nilai” merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar warga
masyarakat “pandangan hidup” merupakan pedoman yang dianut oleh hanya
golongan-golongan atau individu-individu khusus dalam masyarakat. Karena itu,
hanya ada pandangan hidup golongan atau individu tertentu, tetapi tidak ada
pandangan hidup seluruh masyarakat.
Selain pandangan hidup, terdapat pula istilah idiologi. Konsep idiologi
merupakan suatu sistem pedoman hidup atau cita-cita yang ingin dicapai oleh
20
banyak individu atau masyarakat, tetapi lebih khusus sifatnya dari pada sistem nilai
budaya. Suatu idiologi dapat menyangkut sebagian besar dari warga masyarakat,
tetapi dapat juga menyangkut golongan-golongan tertentu dalam masyarakat.
Sebaliknya, istilah idiologi biasanya tidak dipakai dalam hubungan individu. Kita
bicara tentang idiologi negara, idiologi masyarakat, idiologi golongan tertentu, tetapi
tentang cita-cita seseorang dimaksud. Warga Negara atau masyarakat penganut
idiologi,biasanya berusaha untuk menyebarluaskan ideologinya kepada warganya.
Norma merupakan aturan-aturan yang mengarahkan masyarakat pada
tindakan yang bersifat khusus. Norma memiliki perumusan yang terperinci, jelas,
tegas, dan tidak meragukan. Hal berbeda dengan nilai-nilai budaya, dimana nilai-
nilai budaya sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi terhadap hidup,
bersifat sangat umum.
Norma-norma ini dapat digolongkan menurut pranata-pranata yang ada,
seperti pranata ilmiah, pranata pendidikan, pranata peradilan, pranata ekonomi,
pranata estetika dan kesenian, pranata keagamaan dan sebagainya. Sejajar dengan
pranata-pranata tersebut terdapatlah norma-norma ilmiah, norma-norma pendidikan,
norma-norma politik, norma-norma peradilan, norma-norma ekonomi, norma-norma
estetik dan keindahan, dan norma-norma keagamaan,
Dalam masyarakat, pelanggaran terhadap norma-norma mendapatkan
hukuman yang tidak sama beratnya. Ada norma yang dianggap sangat berat,
sehingga pelanggaran terhadap norma-norma tersebut aka nada akibatnya yabg
panjang, pelanggarannya akan dituntut, diadili, dan dihukum. Sebaliknya da juga
norma-norma yang dianggap kurang berat sehingga apabila dilanggar tidak akan
ada akibat panjang, melainkan hanya tertawaan, ejekan dan penggunjingan saja
oleh warga masyarakat lainnya. Norma-norma golongan pertama dikenal dengan
mores, dalam bahasa Indonesia diartiakan “adat istiadat dalam arti khusus”, dan
norma-norma golongan kedua disebut dengan istilah folkways, diartikan dalam “tata
cara” (Lubis, 2002).
H. Nilai budaya dan sistem religi, sistem sosial, sistem pengetahuan dan
sistem teknologi
Sistem religi dalam budaya suku-suku bangsa di dunia ditemukan kegiatan-
kegiatan yang bersifat religi atau keagamaan. kegiatan religi ini tampak pada
upacara-upacara keagamaan. Ahli antropologi khususnya ahli etnografi,
menganggap bahwa upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa
biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak paling jelas.
Semua aktifitas manusia yang berkaitan dengan religi didasari oleh getaran
jiwa yang disebut dengan emosi keagamaan atau religious emotion. Masyarakat
dalam kebudayaan tertentu selalu berusaha memelihara emosi keagamaannya
diantara pengikut-pengikutnya. Mereka membuat, melaksanakan, dan melindungi
sistem keyakinannya, termasuk didalamnya membuat ketentuan tentang upacara
keagamaan.
21
Dalam upacara keagamaan, aspek yang menjadi perhatian adalah tempat
upacara, waktu dan pelaksanaan upacara, benda-benda dan alat upacara, serta
orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.
Unsur-unsur yang terkait dengan upacara keagamaan biasanya meliputi:
bersaji, berkorban, berdoa, makan bersama makanan yang telah disucikan dengan
doa, menari tarian suci, berpawai, memainkan seni drama suci, berpuasa, bertapa,
bersemedi, dan lain-lain. Unsur-unsur upacara keagamaan ini ada yang dianggap
penting sekali dalam suatu agama, tetapi tidak dikenal dalam agama lain, demikian
juga sebaliknya.
Pada kebudayaan masyarakat tertentu, selain upacara yang bersifat religi,
biasa pula ditemukan upacara yang bersifat ilmu gaib. Perbedaan dasar dari
keduanya terletak dalam sikap yang dituinjukkan oleh manusia. Pada upacara
keagamaan, manusia bersikap menyerahkan diri seutuhnya kepada yang
disembahnya yaitu kepada Tuhan, kepada dewa-dewa, atau kepada roh nenek
moyang. Sedangkan pada waktu menjalankan ilmu gaib, manusia tidak didorong
oleh emosi keagamaan, ia berusaha memperlakukan kekuatan-kekuatan yang
dianggapnya tinggi dan gaib, agar menjalankan kehendaknya dan berbuat apa yang
ingin dicapainya.
Sistem Sosial. Kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adat
istiadat dan aturan-aturan dimana masyarakat hidup dan bergaul sehari-hari.
Kesatuan sosial yang ada di masyarakat berupa kesatuan kekerabatan (keluarga inti
dan kerabat lain) dan kesatuan-kesatuan di luar kerabat, tetapi masih dalam
lingkungan komunitasya.
Sistem Pengetahuan. Para ahli antropologi berpendapat bahwa kemajuan
peradaban dan kemampuan hidup suatu masyarakat, karena masyarakat
bersangkutan memiliki pengetahuan. Setiap kebudayaan memiliki suatu kumpulan
pengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman mereka yang
diabstraksikan menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan pendirian-pendirian.
Pengetahuan-pengetahuan pada suku-suku bangsa berupa pengetahuan tentang
alam sekitarnya, tumbuh-tumbuhan dan binatang di daerah tempat tinggalnya, zat-
zat, bahan mentah dan benda-benda di lingkungannya, tentang manusia, sifat-sifat
dan tingkah laku sesama manusia serta ruang dan waktu.
Pengetahuan tentang alam sekitarnya seperti tentang musim-musim dan
gejala alam. Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan seperti penggunaan tumbuh-
tumbuhan untuk rempah-rempah untuk penyembuhan penyakit, upacara
keagamaan, dan penggunaan lain untuk kehidupan. Pengetahuan tentang binatang
untuk menentukan binatang yang dapat dikonsumsi manusia, fungsi binatang untuk
membantu manusia seperti menjaga rumah atau kebun. Pengetahuan tentang tubuh
manusia seperti untuk membantu memahami ciri-ciri tubuh manusia, letak dan
susunan urat saat pengobatan dan sebagainya. Pengetahuan dan konsepsi ruang
dan waktu untuk membantu menghitung jumlah, besar, mengukur, menimbang dan
penanggalan.
Sistem Teknologi. Secara tradisional, teknologi dalam masyarakat meliputi
alat-alat produktif, senjata, wadah, alat menyalakan api, makanan, minuman,
22
pembangkit gairah dan jamu-jamuan. Ini merupakan sistem teknologi pada
masyarakat yang pada akhirnya akan menjadi perkembangan teknologi dan yang
lebih pentingnya lagi adalah akan menjadi suatu sistem teknologi (Ngafifi, 2014).
23
RAGAM BUDAYA MAKAN DI INDONESIA DILIHAT DARI UNSUR KEBUDAYAAN DAN NILAI BUDAYA
Pola Budaya Terhadap Makanan Kebudayaan adalah seluruh sistim gagasan dan ras, tindakan serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 2004). Selanjutnya dikatakan juga bahwa wujud dari budaya atau kebudayaan dapat berupa benda-benda fisik, sistim tingkah laku dan tindakan yang terpola/sistim sosial, sistim gagasan atau adat-istiadat serta kepribadian atau nilai-nilai budaya.
Berdasarkan atas batasan demikian maka dapat dikatakan bahwa makanan atau kebiasaan makan merupakan suatu produk budaya yang berhubungan dengan sistim tingkah laku dan tindakan yang terpola (sistim sosial) dari suatu komonitas masyarakat tertentu. Sedangkan makanan yang merupakan produk pangan sangat tergantung dari faktor pertanian di daerah tersebut dan merupakan produk dari budaya juga.
Dengan demikian pengaruh budaya terhadap pangan atau makanan sangat tergantung kepada sistim sosial kemasyarakatan dan merupakan hak asasi yang paling dasar, maka pangan/makanan harus berada di dalam kendali kebudayaan itu sendiri. Beberapa pengaruh budaya terhadap pangan/makanan adalah: Adanya bermacam jenis menu makanan dari setiap komunitas etnis masyarakat dalam mengolah suatu jenis hidangan makanan karena perbedaan bahan dasar/adonan dalam proses pembuatan; contoh: orang Jawa ada jenis menu makanan berasal dari kedele, orang Timor jenis menu makanan lebih banyak berasal dari jagung dan orang Ambon jenis menu makanan berasal dari sagu. Demikian juga orang Sulawesi menu makanan beragam yakni berasal dari beras, jagung dan sagu.
Adanya perbedaan pola makan/konsumsi/makanan pokok dari setiap suku/etnis ; Contoh : orang Timor pola makan lebih kepada jagung, orang Jawa pola makan lebih kepada beras. Adanya perbedaan cita-rasa, aroma, warna dan bentuk fisik makanan dari setiap suku-etnis; Contoh: makanan orang Padang cita rasanya pedis, orang Jawa makananya manis dan orang Timor makanannya selalu yang asin. Adanya bermacam jenis nama dari makanan tersebut atau makanan khas berbeda untuk setiap daerah; contoh: Soto Makasar berasal dari daerah Makasar- Sulawesi Selatan, Jagung ”Bose” dari daerah Timor-Nusa Tenggara Timur, contoh lain dari daerah Maluku adalah sagu lempe yang biasa digunakan untuk snack dan lebih umum biasa digunakan sebagai behan oleh-oleh.
B. Sistim Budaya Terhadap Makanan
Berbagai sistim budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda-beda terhadap makanan, misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dapat dianggap tabu atau bersifat pantangan untuk dikonsumsi karena alasan sakral tertentu atau sistim budaya yang terkait didalamnya. Disamping itu ada jenis makanan tertentu yang di nilai dari segi ekonomi maupun sosial sangat tinggi eksistensinya tetapi karena mempunyai peranan yang penting dalam hidangan makanan pada sesuatu perayaan yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat tertentu maka hidangan makanan itu tidak diperbolehkan untuk dikonsumsinya bagi golongan masyarakat tersebut.
Anggapan lain yang muncul dari sistim budaya seperti dalam mengkonsumsi hidangan makanan didalam keluarga, biasanya sang ayah sebagai kepala keluarga akan diprioritaskan mengkonsumsi lebih banyak dan pada bagian-bagian makanan
24
yang mengandung nilai cita rasa tinggi. Sedangkan anggota keluarga lainnya seperti sang ibu dan anak-anak mengkonsumsi pada bagian-bagian hidangan makanan yang secara cita-rasa maupun fisiknya rendah.
Sebagai contoh pada sistim budaya masyarakat di Timor yaitu: apabila dihidangkan makanan daging ayam, maka sang ayah akan mendapat bagian paha atau dada sedangkan sang ibu dan anak-anak akan mendapat bagian sayap atau lainnya. Hal ini menurut (Suhardjo, 1996) dapat menimbulkan distribusi konsumsi pangan yang tidak baik atau maldistribution diantara keluarga apalagi pengetahuan gizi belum dipahami oleh keluarga.
Kasus lain yang berhubungan dengan sistim budaya adalah sering terjadi juga pada masyarakat di perkotaan yang mempunyai gaya hidup budaya dengan tingkat kesibukan yang tinggi karena alasan pekerjaan. Contohnya; pada ibu-ibu di daerah perkotaan yang kurang dan tidak sering menyusui bayinya dengan Air Susu Ibu (ASI) setelah melahirkan tetapi hanya diberikan formula susu bayi instant. Padahal kita tahu bahwa ASI sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi. Selanjutnya gaya hidup mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas (masyarakat elite kota) ,dalam hal makanan sering mengkonsumsi makanan yang berasal dari produk luar negeri atau makanan instant lainnya karena soal “gengsi” .
Sedangkan makanan lokal kita hanya dikonsumsi oleh mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah karena ada anggapan bahwa makanan dari luar negeri kaya akan nilai gizi protein dan makanan instant lebih praktis untuk dikonsumsi sedangkan makanan lokal kita nilai gizinya lebih kepada karbohidrat. Sehubungan dengan soal gengsi maka ada kebiasaan masyarakat di Timor jika ada kunjungan tamu ke rumahnya maka tamu tersebut selalu di hidangkan dengan makanan yang berasal dari beras walaupun kesehariannya mereka selalu mengkonsumsi jagung, ubi kayu/singkong dan makanan lokal lainnya sehingga beras atau nasi telah dianggap sebagai suatu citra bahan makanan yang mempunyai nilai prestise” yang tinggi. Citra beras/nasi dibangun sebegitu kuatnya oleh masyarakat di Timor sehingga kondisi ini telah mempengaruhi sendi-sendi sosial budaya sedangkan pandangan mereka terhadap pangan di luar beras di tempatkan sebagai symbol lapisan masyarakat paling rendah. C. Masalah Budaya Dan Makanan Terhadap Gizi
Mencermati akan adanya budaya, kebiasaan dan sistim sosial masyarakat terhadap makanan seperti pola makan, tabu atau pantangan, gaya hidup, gengsi dalam mengkonsumsi jenis bahan makanan tertentu, ataupun prestise dari bahan makanan tersebut yang sering terjadi di kalangan masyarakat apabila keadaan tersebut berlangsung lama dan mereka juga belum memahami secara baik tentang pentingnya faktor gizi dalam mengkonsumsi makanan maka tidak mungkin dapat berakibat timbulnya masalah gizi atau gizi salah (Malnutrition).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Suhardjo, 1996 bahwa jika kalangan masyarakat yang terkena dampak dari sistim sosial atau budaya makan itu berasal dari golongan individu-individu yang termasuk rawan gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak balita serta orang lanjut usia maka kondisi ini akan lebih rentan terhadap timbulnya masalah gizi kurang.
Gizi salah (Malnutrition) dapat didefenisikan sebagai keadaan sakit atau penyakit yang disebabkan oleh kekurangan relative atau mutlak dan kelebihan satu atau lebih zat-zat makanan esensial yang berguna dalam tubuh manusia. Menurut bentuknya, gizi salah diklasifikasikan oleh (Supariasa et al., 2002) sebagai berikut :
25
1. Gizi kurang (undernutrition), kondisi ini sebagai akibat dari konsumsi makanan yang tidak memadai jumlahnya pada kurun waktu cukup lama. Contoh : Kekurangan Energi Protein (KEP) dapat menyebabkan penyakit marasmus dan kwashiorkor.
2. Gizi lebih (Overnutrition), keadaan ini diakibatkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan untuk jangka waktu yang cukup lama sebagai contoh kegemukan
3. Kurang Gizi spesifik (Specific Deficiency): keadaan ini disebabkan oleh kekurangan relative atau mutlak pada zat-zat makanan tertentu. Contohnya : kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan penyakit xeropthalmia dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) yang dapat menyebabkan penyakit gondok;
4. Gizi tak seimbang (inbalance): Kondisi yang merupakan akibat dari tidak seimbangnya jumlah antara zat-zat makanan esensial, dengan atau tanpa kekurangan zat makanan tertentu. Contoh; gangguan keseimbangan tubuh,sering loyo dll.
D. Alternatif Mengatasi Masalah Budaya dan Makanan Masalah budaya dan makanan kita ketahui dapat menyebabkan masalah gizi
yang berdampak pada kesehatan tubuh manusia, sehingga perlu secara cermat untuk memberdayakan masyarakat lokal dengan kearifan dan kecerdasan lokal (local wisdom and local genius) disamping terus melaksanakan penyuluhan gizi sebagai alternative mengatasi masalah budaya dan makanan.
Pendekatan yang paling utama adalah melalui perbaikan struktur sosial masyarakat tentang pandangan mereka terhadap bahan makanan walaupun lokal tetapi kaya akan nilai gizi. Langkah-langkah yang ditempuh seperti:
1. Perbaikan gizi keluarga dengan melakukan lomba menyiapkan hidangan makanan non beras (kasus budaya Timor),
2. Perbaikan budaya masyarakat dengan pengaruh utama gender terutama di tingkat keluarga.
3. Memperluas areal pertanian dengan menanam berbagai komoditi yang mempunyai nilai gizi tinggi sebagai bahan pangan/makanan seperti kedelai (kasus budaya Jawa).
4. Pemberian makanan tambahan yang bernilai gizi bagi anak-anak balita dan orang lanjut usia.
5. Penyuluhan gizi terpadu dan konsultasi gizi bagi masyarakat. 6. Melakukan pengkajian/penelitian dan riset untuk melihat pengaruh budaya
terhadap makanan itu sendiri dengan berbagai implikasi yang terkait didalamnya.
26
RAGAM BUDAYA MAKAN DILIHAT DARI SUKU BANGSA DAN SISTEM BUDAYA DI INDONESIA
A. Variasi Makanan Suku Bangsa di lndonesia Negara Indonesia memiliki beragam suku bangsa, perbedaan geografis.
Bila dianalisis rasa makanan bisa digunakan untuk menafsirkan, menganalisis dan melihat sifat dan budaya suku bangsa penganutnya, misalnya suku Jawa memiliki selera rasa manis, mencerminkan sifat orang Jawa yang manis, halus, lemah-lembut tapi menyimpan sesuatu dibelakang.
Banyaknya rumah makan padang di seluruh lndonesia menggambarkan bahwa masakan padang dapat diterima lidah secara umum. Selain itu juga menggambarkan penerimaan terhadap suku Minangkabau, dimana suku. Minangkabau relatif dapat bekerjasama dengan baik dan jarang berkonflik dengan suku bangsa lain. Orang Minangkabau yang merantau salah satunya menjadi pengusaha karena dorongan adat dalam budaya Minangkabau yang matrilineal dimana kekuasaan ada pada pihak perempuan, mendorong kaum lelaki untuk pergi keluar daerah. Banyaknya orang Minangkabau yang berdagang termasuk bidang restoran menggambarkan jiwa suku minang yang merdeka, bebas dan legaliter.
Pekerjaan orang Madura banyak yang berjualan sate, dimana sate adalah makanan yang dibakar sehingga tidak terlalu matang, menggambarkan suku madura yang cenderung keras dan tidak terlalu berpikir panjang dalam mela.
Makanan berkaitan erat dengan suku bangsa atau etnik, setiap etnik memiliki makanan khas. Indonesia memiliki beragam etnis, setiap etnis memiliki makanan khas. Beberapa makanan etnik cukup terkenal. Tidak semua makanan khas populer dan familiar, bahkan bagi etniknya sendiri.
Yogyakarta menjadi tujuan berbagai suku bangsa yang ada di lndonesia. Oleh karena itu banyak rumah makan yang menggunakan ciri khas daerah, seperti Aceh, Banjar, Makasar, Manado, Betawi, Cina, Bangka, dll. Rumah makan itu menggunakan ciri khas etnik, suku bangsa atau kedaerahan sebagai referensial, kekhasan dan sebagai cara menarik pengunjung. Pengunjung rumah makan beridentitas suku atau etnik ada yang berasal dari daerahnya sebagai nostalgia terhadap daerah asalnya dan ada juga yang ingin mencoba makanan dari etnik lain. Rumah makan etnik itu juga melakukan penyesuaian dimana bumbu dan resepnya tidak sebagaimana aslinya namun menyesuaikan dengan ketersediaan yang ada di Yogyakarta (Herlina, 2017).
B. Pola Budaya Terhadap Makanan Kebudayaan adalah seluruh sistim gagasan dan ras, tindakan serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat,1990). Selanjutnya dikatakan juga bahwa wujud dari budaya atau kebudayaan dapat berupa benda-benda fisik, sistim tingkah laku dan tindakan yang terpola/sistim sosial, sistim gagasan atau adat-istiadat serta kepribadian atau nilai-nilai budaya. Berdasarkan atas batasan demikian maka dapat dikatakan bahwa makanan atau kebiasaan makan merupakan suatu produk budaya yang berhubungan dengan sistim tingkah laku dan tindakan yang terpola (sistim sosial) dari suatu komonitas masyarakat tertentu. Sedangkan makanan yang merupakan produk pangan sangat tergantung dari faktor pertanian di daerah tersebut dan merupakan produk dari budaya juga. Dengan demikian pengaruh budaya terhadap pangan atau
27
makanan sangat tergantung kepada sistim sosial kemasyarakatan dan merupakan hak asasi yang paling dasar, maka pangan/makanan harus berada di dalam kendali kebudayaan itu sendiri.
Beberapa pengaruh budaya terhadap pangan/makanan adalah adanya bermacam jenis menu makanan dari setiap komunitas etnis masyarakat dalam mengolah suatu jenis hidangan makanan karena perbedaan bahan dasar/adonan dalam proses pembuatan, contoh: orang Jawa ada jenis menu makanan berasal dari kedele, orang Timor jenis menu makanan lebih banyak berasal dari jagung dan orang Ambon jenis menu makanan berasal dari sagu.
Adanya perbedaan pola makan/konsumsi/makanan pokok dari setiap suku/etnis, Contoh: orang Timor pola makan lebih kepada jagung, orang Jawa pola makan lebih kepada beras. Adanya perbedaan cita rasa, aroma, warna dan bentuk fisik makanan dari setiap suku-etnis; Contoh: makanan orang Padang cita rasanya pedis, orang Jawa makananya manis dan orang Timor makanannya selalu yang asin. Adanya bermacam jenis nama dari makanan tersebut atau makanan khas berbeda untuk setiap daerah, Contoh: Soto Makasar berasal dari daerah Makassar Sulawesi Selatan, Jagung ”Bose” dari daerah Timor-Nusa Tenggara Timur (Lubis, 2002).
C. Sistim Budaya Terhadap Makanan
Berbagai sistim budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda-beda terhadap makanan, misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dapat dianggap tabu atau bersifat pantangan untuk dikonsumsi karena alasasan sakral tertentu atau sistim budaya yang terkait di dalamnya. Disamping itu ada jenis makanan tertentu yang di nilai dari segi ekonomi maupun sosial sangat tinggi eksistensinya tetapi karena mempunyai peranan yang penting dalam hidangan makanan pada sesuatu perayaan yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat tertentu maka hidangan makanan itu tidak diperbolehkan untuk dikonsumsinya bagi golongan masyarakat tersebut.
Anggapan lain yang muncul dari sistim budaya seperti dalam mengkonsumsi hidangan makanan didalam keluarga, biasanya sang ayah sebagai kepala keluarga akan diprioritaskan mengkonsumsi lebih banyak dan pada bagian-bagian makanan yang mengandung nilai cita rasa tinggi. Sedangkan anggota keluarga lainnya seperti sang ibu dan anak-anak mengkonsumsi pada bagian-bagian hidangan makanan yang secara cita-rasa maupun fisiknya rendah. Sebagai contoh pada sistim budaya masyarakat di Timor yaitu apabila dihidangkan makanan daging ayam, maka sang ayah akan mendapat bagian paha atau dada sedangkan sang ibu dan anak-anak akan mendapat bagian sayap atau lainnya.
Hal ini menurut (Suhardjo, 1996) dapat menimbulkan distribusi konsumsi pangan yang tidak baik atau maldistribution diantara keluarga apalagi pengetahuan gizi belum dipahami oleh keluarga. Kasus lain yang berhubungan dengan sistim budaya adalah sering terjadi juga pada masyarakat di perkotaan yang mempunyai gaya hidup budaya dengan tingkat kesibukan yang tinggi karena alasan pekerjaan. Contohnya; pada ibu-ibu di daerah perkotaan yang kurang dan tidak sering menyusui bayinya dengan Air Susu Ibu (ASI) setelah melahirkan tetapi hanya diberikan formula susu bayi instant. Padahal kita tahu bahwa ASI sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi. Selanjutnya gaya hidup mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas
28
(masyarakat elite kota), dalam hal makanan sering mengkonsumsi makanan yang berasal dari produk luar negeri atau makanan instant lainnya karena soal “gengsi” .
Sedangkan makanan lokal kita hanya dikonsumsi oleh mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah karena ada anggapan bahwa makanan dari luar negeri kaya akan nilai gizi protein dan makanan instant lebih praktis untuk dikonsumsi sedangkan makanan lokal kita nilai gizinya lebih kepada karbohidrat. Sehubungan dengan soal gengsi maka ada kebiasaan masyarakat di Timor jika ada kunjungan tamu ke rumahnya maka tamu tersebut selalu di hidangkan dengan makanan yang berasal dari beras walaupun kesehariannya mereka selalu mengkonsumsi jagung, ubi kayu/singkong dan makanan lokal lainnya sehingga beras atau nasi telah dianggap sebagai suatu citra bahan makanan yang mempunyai nilai “prestise” yang tinggi. Citra beras/nasi dibangun sebegitu kuatnya oleh masyarakat di Timor sehingga kondisi ini telah mempengaruhi sendi-sendi sosial budaya sedangkan pandangan mereka terhadap pangan di luar beras di tempatkan sebagai simbol lapisan masyarakat paling rendah (Husaini et al., 2017).
29
POLA PANGAN DAN BUDAYA
A. Terbentuknya Pola Hidangan Makanan.
Susunan pola hidangan makanan terbentuk sejak manusia diciptakan,
sejak manusia makan sejak diciptakan. Ahli antropologi banyak mempelajari
pola hidangan makanan dan cara manusia mendapatkan makanan
(Sediaoetama, 2000) menjelaskan fase-fase manusia mendapatkan makanan
yang berhubungan dengan lingkungan hidupnya yaitu:
1. Fase ekstrasi, yang terdiri atas sub fase berburu dan memetik/memungut dan
sub fase berburu dan mengumpul/meramu
Fase ini, manusia hanya mengambil bahan pangan dari lingkungan hidupnya,
tanpa berusaha mengambilkan atau memperbaiki kekurangan bahan pangan
pada lingkungan yang telah diambil tersebut. Pada sub fase berburu dan
memungut, susunan makanan lebih banyak mengandung unsur hewani dari
binatang buruan berukuran besar. Ditambah bahan pangan nabati yang
dipungut dan langsung dimakan. Pada sub fase berburu dan meramu,
komposisi hidangan bergeser ke arah lebih banyak bahan makanan nabati,
karena binatang buruan semakin mengecil karena adaptasi pada lingkungan
hidupnya.
2. Fase ekstrasi dan rehabilitasi/regenerasi, yang terdiri atas fase mengembala
dan bercocok tanam primitive dan sub fase
3. Fase produksi dan sintesis teknokimia modern
Berdasarkan uraian tersebut dipahami bahwa (1) apa yang dimakan oleh
manusia, sangat dipengaruhi oleh sumber makanan apa yang ada dialam, (2)
susunan hidangan makanan manusia dapat berubah seiring dengan perubahan
letersediaan bahan makanan dilingkungannya
B. Pengaruh Sosial Budaya dan Kejiwaan Terhadap Pola Pangan Masyarakat
1. Pengaruh sosial
a. Kewibawaan, kewenangan, dan kekuasaan
Semua masyarakat membentuk suatu sistem kewibawaan
maupun kekuasaan yang mereka akui yang memungkinkan keputusan-
keputusan dibuat dan dilaksanakan. Mereka adalah orang-orang yang
selalu membuat kebijakan dan mampu mengawasi produksi,
perdagangan, pajak dan subsidi, yang dapat mendorong atau
menghambat konsumsi pangan masyarakat.
Kewibawaan/kekuasaan yang diakui oleh masyarakat timbul
karena ditetapkan, dipilih atau karena turun temurun. Kekuasaan atau
kewenangan dapat dicontohkan pada sistem pemerintahan (pusat dan
daerah), ataupun oleh orang-orang tertentu yang memang dapat
bertindak sebagai pemilik wewenang (misalnya tuan tanah, perangkat
desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, perkumpulan dagang, dan lain-
lain), dimana orang-orang atau wakilnya dapat memberi pengaruh atau
menentukan keberhasilan program gizi.
30
Pada keluarga dan juga masyarakat diakui adanya kewenangan
yang spesifik, walaupun keputusan yang kemudian diambil dapat
bermacam-macam dalam setiap kehidupan. Biasanya dalam keluarga,
kepala rumah tangga yang mempunyai kewenangan tersebut, tetapi
adapula yang dimiliki oleh ibu (istri) ataupun mertua. Dalam hal makanan,
ibulah yang berwenang, sedangkan bapak/suami memberikan control
secara tidak langsung mengenai rasa makanan yang akan dihidangkan
dalam keluarga. Pada kasus-kasus pemberian makanan untuk anak-
anak, ibu hamil, ibu menyusui, nenek mereka sering mempunyai
kekuasaan untuk menentukan jenis makanan apa yang harus
dimakannya. Ini sering kali terjadi pada ibu-ibu muda/keluarga muda dan
masih tinggal dalam satu rumah.
b. Pendapat tokoh-tokoh tidak resmi
Tokoh tidak resmi dapat muncul di masyarakat karena
popularitas, kekayaan, status sosial, kearifan atau pengalaman mereka
dalam bidang tertentu. Tokoh-tokoh tidak resmi ini cenderung untuk
memegang posisi penting dalam bidang kemasyarakatan, dan menjadi
panutan anggota-anggotanya. Tokoh tidak resmi yang berpengaruh kuat,
dapat mengalahkan pengaruh tokoh/pejabat resmi yang ada di
masyarakat. Pendapat atau pemikiran tokoh ini tentang pangan dapat
mempengaruhi pola pangan masyarakatnya.
c. Panutan dan kelompok sebaya
Tingkah laku seseorang termasuk dalam hal pemilihan makanan
dapat dipengaruhi oleh orang lain yang menjadi panutannya
ataukelompok sebayanya. Mereka merasa nyaman dan puas apabila
melakukan seperti apa yang ada pada kelompok referensi/panutan dan
sebayanya.
Keinginan untuk meniru tingkah sosial yang lebih tinggi dalam
hal kebiasaan makan semakin nampak. Hal ini dimaksudkan agar
seseorang dianggap termasuk dalam status sosial yang sama tingginya
(padahal sebenarnya status sosial orang tersebut masih lebih rendah).
Apikasi daripada keadaan yang demikian, antara lain dimanfaatkan oleh
perusahaan-perusahaan komersial untuk menjual produk-produknya agar
dibeli oleh masyarakat.
2. Pengaruh budaya dan kejiwaaan
Kebutuhan untuk makan bukan hanya didorong untuk mengatasi rasa
lapar, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan psikologis. Setiap kelompok
mempunyai satu pola tersendiri dalam memperoleh, menggunakan dan
menilai makanan yang merupakan ciri kebudayaan dari kelompok masing-
masing.
31
Di antara jenis-jenis pangan yang dapat diperoleh, orang melakukan
pilihan atas dasar pertimbangan rupa, bau, tekstur, dan cita rasa. Dan setiap
masyarakat memberi difinisi tertentu tentang arti makanan, dan dalam setiap
difinisi setiap jenis makanan mempunyai arti yang luas. Misalnya:
- Ada jenis makanan untuk orang kaya dan orang miskin.
- Ada untuk pesta, untuk wanita, anak-anak, untuk orang sakit atau orang
lanjut usia.
- Ada jenis makanan yang tidak diperbolehkan untuk orang-orang tertentu.
Pada beberapa masyarakat, makanan memegang peran penting
dalam peristiwa-peristiwa sosial keagamaan dalam kehidupan mereka.
Makanan tidak hanya memuaskan rasa lapar tetapi juga memberikan rasa
senang dan memberikan suatu ikatan tertentu antara anggota keluarga atau
kelompok dalam menikmati makanan.
Setiap masyarakat mempunyai aturan-aturan, pembatasan-
pembatasan, rasa suka atau tidak suka, dan kepercayaaan terhadap jenis
makanan tertentu, sehingga membatasi pilihannya terhadap jenis makanan
bersangkutan. Atas pengaruh dari faktor-faktor tersebut, suatu pola kebiasaan
makan tertentu kadang-kadang sulit diubah.
Pendidikan gizi tidak dapat berhasil kalau tidak disertai suatu
pengetahuan mengenai sikap, kepercayaan dan nilai dari masyarakat yang
dijadikan sasaran. Oleh karena itu penting untuk memahami ilmu-ilmu tertentu
seperti antropologi kebudayaan, sosiologi dan psikologi sosial.
3. Faktor sosio-budaya dan kewajiban yang mempengaruhi pola pangan
a. Status dan susunan makanan
Distribusi makanan seringkali dihubungkan dengan status yang terjalin
diantara anggota keluarga daripada kebutuhan akan gizinya.
- Anggota masyarakat pria yang lebih tua (senior) mendapatkan jumlah
dan mutu susunan makanan yang lebih daripada anak kecil dan
wanita muda.
- Anak laki-laki mendapat prioritas lebih tinggi daripada anak
perempuan.
b. Makanan sebagai symbol hubungan sosial
Makanan seringkali diberi nilai secara simbolis dalam agama dan dalam
mengutarakan suatu hubungan sosial. Menghidangkan makanan
merupakan suatu symbol persaudaraan, kekeluargaan, penerimaan dan
kepercayaan. Jumlah dan aneka ragam makanan yang dihidangkan pada
suatu peristiwa tertentu merupakan status di dalam masyarakat.
c. Hubungan antara kejiwaan dan perilaku makanan
Kebiasasan makan mempunyai hubungan dengan perasaan seseorang.
Sikapnya terhadap makanan dipengaruhi oleh pelajaran dan pengalaman
yang diperoleh sejak masa kanak-kanak tentang apa dan bagaimana
32
makan. Terbentuknya rasa suka terhadap makanan tertentu, merupakan
hasil dari kesenangan sebelumnya yang diperoleh pada saat mereka
makan untuk memenuhi rasa laparnya,serta dari hubungan emosional
antara anak-anak dengan memberi makan mereka. Bagi sebagian
masyarakat, jenis-jenis makanan yang biasa dikonsumsi dan disukainya
sejak masa kanak-kanak, akan berlanjut menjadi makanan kesukaannya
pada usia dewasanya. Sebagian besar masyarakat berdifat “menyukai
apa yang mereka makan” daripada “makan apa yang mereka suka”.
Mereka mempunyai perasaan yang kuat tentang kesetiaan dan kepekaan
terhadap susunan makanan tradisionalnya dan peka apabila ada kritik
tentang makanan mereka.
Contoh kesetiaan dan ketertarikan terhadap pola makanan sehari-hari
dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat tertentu. Mereka sering memasak
jenis makanan yang biasa mereka makan dan tidak berusaha
mengubahnya mengikuti susunanmakanan masyarakat lain, walaupun
biayanya dapat lebih murah.
C. Fungsi Sosial Makanan
Fungsi sosial makanan menurut (Almatsier, 2002), mengandung enam unsur
yaitu:
1. Berfungsi dalam perut besar (gastronomic function)
a. Sadar atau tidak, manusia makan sesuatu makanan, karena makanan itu
memenuhi kesenangannya.
b. Ciri-ciri organoleptik yang dimiliki oleh suatu makanan mempengaruhi
seseorang untuk menerima/menolak makanan tertentu.
Ciri-ciri organoleptik makanan tersebut adalah:
Rasa (taste)
Bau (odour)
Suhu
Penampilan (appearance)
Tekstur (keempukan)
Struktur
c. Kesenangan seseorang akan makanan, berdasarkan kepada dasar-dasar
psikologis dan budaya, yang berbeda antara suku/golongan etnik dan
bangsa:
Orang-orang Eropa menyukai makan-makanan yang lunak (soft foods)
Orang-orang Afrika bagian tropis menyukai makan-makanan yang
dikunyah, seperti daging.
Di daerah pemakan beras di Asia, bentuk tertentu dari struktur granula
beras, untuk dikukus atau di rebus.
2. Makanan sebagai arti budaya
Makanan dapat memberikan identitas suatu kelompok individu, perorangan
dan masyarakat. Sebagai contoh:
33
a. Individu atau kelompok individu yang beragama Hindu tidak makan daging
sapi.
b. Suku bangsa Eskimo dinamakan oleh suku bangsa tetangganya (suku
ALGON QUIN INDIANS) karena masyarakat Eskimo dikenal sebagai suku
bangsa yang makan daging mentah.
c. Individu atau kelompok individu yang beragama Islam tidak makan daging
babi.
3. Makanan sebagai fungsi religi dan magis
Banyak simbol-simbol keagamaan dan magis yang berkaitan dengan
makanan. Di Indonesia contoh-contoh mengenai hal ini banyak sekali,
misalnya selamatan menggunakan nasi kuning, nasi tumpeng, bubur merah-
putih, makanan-makanan upacara keagamaan di berbagai daerah, dst.
Dalam banyak masyarakat di Indonesia, terdapat sikap-sikap orang
terhadap makanan pokok, yang menempatkan makanan pokok itu sendiri
sebagai hal yang sakral (suci). Misalnya:
- Padi: sebagai lambang pemberian dari Dewi Sri (semboyan: ibarat padi,
makin berisi makin merunduk)
- Sagu: sebagai seorang wanita bernama “Agustina” tak boleh dipanen
oleh wanita, tetapi oleh laki-laki.
- Singkong: dapat ditanam dimana-mana, orang yang mengkonsumsi
singkong, udah dapat menyesuaikan diri dimana-mana
- Jagung; orang Madura memiliki ikatan keluarga (geinologis) yang sangat
kuat, sebagai cerminan bahan makanan pokok jagung yang butiran-
butirannya tersusun kuat dan rapi pada bonggolnya.
4. Fungsi komunikasi
Menyambut tamu di rumah atau dalam lingkungan masyarakat tertentu,
makanan memegang peranan penting sebagai symbol keramah-tamahan
(hospitality): „say it with foods‟.
Komunikasi non verbal yang dinyatakan dalam makanan-makanan tertentu
dapat ditemukan pada peristiwa-peristiwa khusus seperti:
- Dalam upacara perkawinan: „saling suap nasi‟ (lambang penyerahan diri
sepenuhnya satu sama lain)
- Kepada calon mertua: membawakan makanan yang disukai sang calon
mertua, supaya merelakan anaknya dipersunting.
- Makanan-makanan tertentu yang diberikan kepada orang-orang tertentu,
supaya lamarannya diterima, supaya tendernya diterima, supaya
pangkatnya dinaikkan.
- Makanan-makanan yang bersifat „nadzar‟: yang dipersembahkan kepada
„sang penguasa alam‟ (karena lulus ujian, karena dapat pacar, karena
dapat undian, dsb) (ini contoh komunikasi dengan yang maha kuasa).
34
5. Pernyataan status sosial
Semua budaya mengenal apa yang disebut sebagai „makanan berprestice‟
(yang dinilai berstatus sosial tinggi). Contoh:
- Roti putih di Eropa memberi makna bahwa konsumen berstatus/
mempunyai kedudukan ekonomi tinggi. Sedangkan roti yang berwarna
sawo matang (brown bread) dinilai cocok untuk golongan setara
ekonomi kurang mampu.
- Dalam masyarakat industri, orang lebih banyak mengkonsumsi
makan-makanan yang dimurnikan secara intensif (refined foods).
Menyebabkan orang kurang sering ke belakang, karena semua bahan
diserap. Sedangkan golongan kurang mampu, lebih banyak serat
kasar (fiber) sehingga ke belakang lebih teratur.
6. Makanan sebagai simbol kekuasaan dan kekuatan
a. Dalam konteks keluarga, makanan digunakan sebagai simbol kekuasaan:
- Makanan suami/ayah „harus‟ diutamakan, karena ia pencari nafkah
utama
- Makanan majikan dibedakan dengan makanan untuk pembantu
b. Dalam konteks hubungan antar bangsa-bangsa: Negara maju membantu
negara-negara miskin dengan makanan, agar Negara-negara miskin
tetap dapat dikuasai dan memberikan dukungan politik dan militer.
D. Pola Pangan Sebagai Produk Budaya
Pola susunan hidangan yang ada saat ini dalam keluarga, tidak diturunkan
dalam pengertian heriditer, akan tetapi hasil proses belajar dari leluhur orang tua,
terus kegenerasi yang lebih muda. Ini berarti bahwa susunan hidangan sesuatu
masyarakat dapat diubah dengan cara pendidikan gizi, penerangan dan penyuluhan,
meskipun harus diakui bahwa usaha mengubah suatu hidangan yang telah terjadi
sangat sulit dilakukan, karena sudah tertanam sebagai kebiasaan yang dijalankan
selama hidupnya.
Para ahli antropologi berpendapat bahwa kebiasaan makanan keluarga dan
susunan hidangannya merupakan salah satu manivestasi kebudayaan keluarga
yang disebut “lifestyle‟ (gaya hidup). Gaya hidup ini merupakan cerminan dari
interaksi berbagai faktor sosial, budaya dan lingkungan hidup. Gaya hidup dari
keluarga sekaligus merupakan cerminan dari kehidupan suatu masyarakat.
Faktor-faktor yang merupakan masukan (input) bagi terbentuknya suatu gaya
hidup keluarga yaitu: penghasilan, pendidikan, susunan keluarga, pekerjaan, suku
bangsa, kepercayaan dan agama, pengetahuan tentang kesehatan, pengetahuan
gizi, produksi pangan, sistem distribusi, dan faktor sosio politik.
Menurut Suhardjo (1989), melihat 3 faktor penyusun gaya hidup yang
berperan dominan dalam pembentukan pola konsumsi makanan
keluarga/masyarakat, yaitu:
1. Kondisi ekosistem yang mencangkup penyediaan bahan makanan alamiah
2. Kondisi ekonomi yang menentukan daya beli
35
3. Konsep kesehatan dan gizi masyarakat
TERBENTUKNYA POLA HIDANGAN DI INDONESIA A. Terbentuknya Pola hidangan di Indonesia
1. Makanan Indonesia Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan
tradisi berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang tempat penting dalam budaya nasional Indonesia secara umum dan hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan bumbu berasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan dan tradisi-adat yang terdapat pula pengaruh melalui perdagangan yang berasal seperti dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.
Pada dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal "masakan Indonesia", tetapi lebih kepada, keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh Kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing. Sebagai contoh, beras yang diolah menjadi nasi putih, ketupat atau lontong (beras yang dikukus) sebagai makanan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia namum untuk bagian timur lebih umum dipergunakan juga jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar dan Sagu. Bentuk lanskap penyajiannya umumnya disajikan di sebagian besar makanan Indonesia berupa makanan pokok dengan lauk-pauk berupa daging, ikan atau sayur disisi piring.
Sepanjang sejarahnya, Indonesia telah terlibat dalam perdagangan dunia berkat lokasi dan sumber daya alamnya. Teknik memasak dan bahan makanan asli Indonesia berkembang dan kemudian dipengaruhi oleh seni kuliner India, Timur Tengah, China, dan akhirnya Eropa. Para pedagang Spanyol dan Portugis membawa berbagai bahan makanan dari Benua Amerika jauh sebelum Belanda berhasil menguasai Indonesia. Pulau Maluku yang termahsyur sebagai "Kepulauan Rempah-rempah", juga menyumbangkan tanaman rempah asli Indonesia kepada seni kuliner dunia. Seni kuliner kawasan bagian timur Indonesia mirip dengan seni memasak Polinesia dan Melanesia.
Masakan Sumatera, sebagai contoh, seringkali menampilkan pengaruh Timur Tengah dan India, seperti penggunaan bumbu kari pada hidangan daging dan sayurannya, sementara masakan Jawa berkembang dari teknik memasak asli nusantara. Unsur budaya masakan China dapat dicermati pada beberapa masakan Indonesia. Masakan seperti bakmi, bakso, dan lumpia telah terserap dalam seni masakan Indonesia.
Beberapa jenis hidangan asli Indonesia juga kini dapat ditemukan di beberapa negara Asia. Masakan Indonesia populer seperti sate, rendang, dan sambal juga digemari di Malaysia dan Singapura. Bahan makanan berbahan dasar dari kedelai seperti variasi tahu dan tempe, juga sangat populer. Tempe dianggap sebagai penemuan asli Jawa, adaptasi lokal dari fermentasi kedelai. Jenis lainnya dari makanan fermentasi kedelai adalah oncom, mirip dengan tempe tapi menggunakan jenis jamur yang berbeda, oncom sangat populer di Jawa Barat.
2. Makanan Malaysia Makanan Malaysia sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan
makanan Indonesia. Kemungkinan besar karena satu rumpun, jadi
36
makanana tradisionalnya pun hampir mirip.Sama seperti orang Indonesia, nasi tetap menjadi primadona yang utama dalam setiaphidangan. Adapun lauk pauknya, nasi selalu ada sebagai pendamping hidangan utama. Makanan Malaysia kebanyakan dipengaruhi oleh tradisi Cina, India, dan Malaysia itu sendiri.
3. Makanan India Masakan India adalah masakan dari berbagai kawasan dianak benua
India.Ciri khas masakan India adalah penggunaan berbagai rempah-rempah khas India dan sayuran yang tumbuh di India, dan beraneka ragam hidangan vegetarian. Masakan India juga mencerminkan keanekaragaman iklim, demografi, dan agama.
Agama dan kebudayaan India berperan besar dalam perkembangan seni kuliner India. Walaupun demikian, interaksi antarbudaya dengan kawasan yang bertetangga seperti Timur Tengah, Asia Tengah, dan Laut Tengah menjadikan masakan India sebagai percampuran unik dari berbagai masakan Asia. Dominasi perdagangan rempah antara India dan Eropa oleh pedagang Arab menyebabkan Vasco da Gamadan Christopher Columbus berusaha menemukan rute pelayaran baru ke India, dan mengawali zaman penjelajahan di Eropa. Orang Eropa pada masa kolonial India memperkenalkan teknik memasak Eropa (terutama dari Inggris dan Perancis) kepada orang India, dan menambah keanekaragaman masakan India. Masakan India juga mempengaruhi masakan negara-negara di lain di dunia, terutama masakan Asia Tenggara, khususnya dalam pemakaian rempah-rempah untuk membuat hidangan berupa kari di Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
4. Makanan China Masakan Cina adalah kuliner yang dihasilkan oleh penduduk Republik
Rakyat Cina. Istilah masakan Cina di daratan Cina juga mengacu kepada variasi dari seluruh suku bangsa, agama dan tradisi yang berkembang di negara tersebut. Namun, masakan Cina yang diperkenalkan kepada banyak bangsa di dunia adalah masakan etnis Han (Tionghoa). Pengaruh masakan etnis Han ada di setiap kuliner negara-negara timur dan menyebar di luar komunitas-komunitasnya di seluruh dunia. Penyiapan masakan Cina untuk sehari-hari dapat singkat dan mudah, namun untuk acara formal bisa menjadi hidangan yang beragam dan meriah. Filosofi masakan Cina adalah makanan harus memuaskan selera dan melengkapi rasa, betapapun sederhana bahan- bahannya.
B. Pola Hidangan Sebagai Produk Budaya
Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan latar belakang etnis, suku dan tata kehidupan sosial yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini telah memberikan suatu formulasi struktur sosial masyarakat yang turut mempengaruhi menu makanan maupun pola makan. Banyak sekali penemuan para ahli sosialog dan ahli gizi menyatakan bahwa faktor budaya sangat berperan terhadap proses terjadinya kebiasaan makan dan bentuk makanan itu sendiri, sehingga tidak jarang menimbulkan berbagai masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak diperhatikan secara baik oleh kita yang mengkonsumsinya.
37
Kecendrungan yang muncul dari suatu budaya terhadap makanan sangat tergantung dari potensi alamnya atau faktor pertanian yang dominan. Sebagai contoh: bahwa orang Jawa makanan pokoknya akan berbeda dengan orang Timor atau pendek kata bahwa setiap suku-etnis yang ada pasti mempunyai makanan pokoknya tersediri. Keragaman dan keunikan budaya yang dimiliki oleh suatu identitas masyarakat tertentu merupakan wujud dari gagasan, rasa, tindakan dan karya sangat menjiwai aktivitas keseharian baik itu dalam tatanan sosial, teknis maupun ekonomi telah turut membentuk karakter fisik makanan (menu, pola dan bahan dasar).
Pengaruh budaya terhadap pangan atau makanan sangat tergantung kepada sistim sosial kemasyarakatan dan merupakan hak asasi yang paling dasar, maka pangan/makanan harus berada didalam kendali kebudayaan itu sendiri. Beberapa pengaruh budaya terhadap pangan/makanan adalah :
a. Adanya bermacam jenis menu makanan dari setiap komunitas dan etnis masyarakat dalam mengolah suatu jenis hidangan makanan karena perbedaan bahan dasar/adonan dalam proses pembuatan; contoh : orang Jawa ada jenis menu makanan berasal dari kedele, orang Timor jenis menu makanan lebih banyak berasal dari jagung dan orang Ambon jenis menu makanan berasal dari sagu.
b. Adanya perbedaan pola makan/konsumsi/makanan pokok dari setiap suku-etnis ; Contoh : orang Timor pola makan lebih kepada jagung, orang Jawa pola makan lebih kepada beras.
c. Adanya perbedaan cita - rasa, aroma, warna dan bentuk fisik makanan dari setiap suku-etnis; Contoh : makanan orang Padang cita rasanya pedis, orang Jawa makanannya manis dan orang Timor makanannya selalu yang asin.
d. Adanya bermacam jenis nama dari makanan tersebut atau makanan khas berbeda untuk setiap daerah; Contoh : Soto Makasar berasal dari daerah Makasar- Sulawesi Selatan, Jagung ”Bose” dari daerah Timor-Nusa Tenggara Timur.
C. Nilai Sosial Pangan dan Makanan Berbagai sistim budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda-
beda terhadap makanan, misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dapat dianggap tabu atau bersifat pantangan untuk dikonsumsi karena alasan sakral tertentu atau sistim budaya yang terkait di dalamnya. Disamping itu ada jenis makanan tertentu yang di nilai dari segi ekonomi maupun sosial sangat tinggi eksistensinya tetapi karena mempunyai peranan yang penting dalam hidangan makanan pada sesuatu perayaan yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat tertentu maka hidangan makanan itu tidak diperbolehkan untuk dikonsumsinya bagi golongan masyarakat tersebut.
Anggapan lain yang muncul dari sistim budaya seperti dalam mengkonsumsi hidangan makanan di dalam keluarga, biasanya sang ayah sebagai kepala keluarga akan diprioritaskan mengkonsumsi lebih banyak dan pada bagian-bagian makanan yang mengandung nilai cita rasa tinggi. Sedangkan anggota keluarga lainnya seperti sang ibu dan anak-anak mengkonsumsi pada bagian-bagian hidangan makanan yang secara cita-rasa maupun fisiknya rendah. Sebagai contoh pada sistim budaya masyarakat di
38
Timor yaitu : apabila dihidangkan makanan daging ayam, maka sang ayah akan mendapat bagian paha atau dada sedangkan sang ibu dan anak-anak akan mendapat bagian sayap atau lainnya. Hal ini menurut (Suhardjo, 1996) dapat menimbulkan distribusi konsumsi pangan yang tidak baik atau maldistribution diantara keluarga apalagi pengetahuan gizi belum dipahami oleh keluarga.
Kasus lain yang berhubungan dengan sistim budaya adalah sering terjadi juga pada masyarakat di perkotaan yang mempunyai gaya hidup budaya dengan tingkat kesibukan yang tinggi karena alasan pekerjaan. Contohnya; pada ibu-ibu di daerah perkotaan yang kurang dan tidak sering menyusui bayinya dengan Air Susu Ibu (ASI) setelah melahirkan tetapi hanya diberikan formula susu bayi instant. Padahal kita tahu bahwa ASI sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi. Selanjutnya gaya hidup mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas (masyarakat elite kota), dalam hal makanan sering mengkonsumsi makanan yang berasal dari produk luar negeri atau makanan instant lainnya karena soal “gengsi” . Sedangkan makanan lokal kita hanya dikonsumsi oleh mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah karena ada anggapan bahwa makanan dari luar negeri kaya akan nilai gizi protein dan makanan instant lebih praktis untuk dikonsumsi sedangkan makanan lokal kita nilai gizinya lebih kepada karbohidrat.
Sehubungan dengan soal gengsi maka ada kebiasaan masyarakat di Timor jika ada kunjungan tamu ke rumahnya maka tamu tersebut selalu di hidangkan dengan makanan yang berasal dari beras walaupun kesehariannya mereka selalu mengkonsumsi jagung, ubi kayu/singkong dan makanan lokal lainnya kuatnya oleh masyarakat di Timor sehingga kondisi ini telah mempengaruhi sendi-sendi sosial budaya sedangkan pandangan mereka terhadap pangan diluar beras di tempatkan sebagai simbol lapisan masyarakat paling rendah.
Mencermati akan adanya budaya, kebiasaan dan sistim sosial masyarakat terhadap makanan seperti pola makan, tabu atau pantangan, gaya hidup, gengsi dalam mengkonsumsi jenis bahan makanan tertentu, ataupun prestise dari bahan makanan tersebut yang sering terjadi di kalangan masyarakat apabila keadaan tersebut berlangsung lama dan mereka juga belum memahami secara baik tentang pentingnya faktor gizi dalam mengkonsumsi makanan maka tidak mungkin dapat berakibat timbulnya masalah gizi atau gizi salah (Malnutrition). Lebih lanjut dijelaskan oleh Suhardjo, 1996 bahwa jika kalangan masyarakat yang terkena danpak dari sistim sosial atau budaya makan itu berasal dari golongan individu-individu yang termasuk rawan gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak balita serta orang lanjut usia maka kondisi ini akan lebih rentant terhadap timbulnya masalah gizi kurang (Arifin, 2016).
39
NILAI SOSIAL PANGAN DAN MAKANAN
A. FAKTOR SOSIAL BUDAYA BERHUBUNGAN DENGAN MAKANAN 1. Faktor-Faktor Sosial Rumah Tangga
Kebutuhan makan bukanlah satu-satunya dorongan untuk mengatasi rasa lapar, di samping itu ada kebutuhan fisiologis, seperti pemenuhan gizi ikut mempengaruhi. Setiap strata atau kelompok sosial masyarakat mempunyai pola tersendiri dalam memperoleh, menggunakan, dan menilai makanan yang merupakan ciri dari strata atau kelompok sosial masing-masing (Suhardjo, 1989). Hal ini sesuai Hukum Bennet dengan adanya pembagian strata dalam masyarakat berdasarkan ekonomi, yaitu semakin tinggi pendapatan menyebabkan semakin beragam konsumsi jenis makanan pokok (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987).
Lingkungan sosial memberikan gambaran jelas tentang perbedaan pola makan. Setiap masyarakat atau suku mempunyai kebiasaan makan berbeda sesuai kebiasaan yang dianut. Masyarakat mengkonsumsi bahan makanan tertentu yang mempunyai nilai social sesuai dengan tingkat status sosial yang terdapat pada masyarakat tersebut. (Suhardjo, 1989).
2. Tingkat Pendidikan Rumah tangga Soekirman (2000) mengemukakan bahwa pada bagan penyebab
kekurangan gizi oleh Unicef 1998 tercantum bahwa. meski secara tidak langsung namun tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kekurangan gizi. Dari sudut sosial ekonomi, tingkat pendidikan ibu rumah tangga merupakan salah satu aspek yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga.
Tingkat pendidikan formal seorang ibu seringkali berhubungan positif dengan peningkatan pola konsumsi makanan rumah tangga. Hal ini termasuk upaya mencapai status gizi yang baik pada anak-anaknya (Koblinsky, et.al, 1997). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Atmarita, 2004).
3. Status Pekerjaan Orang Tua Perkawinan dan rumah tangga yang terbentuk diciptakan oleh fungsi
daripada perkawinan itu berupa dukungan ekonomis dan ikatan kasih sayang. Konsekuensinya adalah bapak didudukkan pada posisi dan peranan instrumental dalam arti kegiatan produktif managerial dan publik, sedangkan ibu didudukkan pada posisi mengelola dan mengurus pekerjaan rumah tangga. Hal tersebut berarti bahwa terdapat pembagian kerja antara bapak dan ibu dalam rumah tangga dan masyarakat bahwa kebiasaan bapak mencari nafkah di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga (Indrawasih, 1997).
Kesejahteraan rumah tangga tidak selalu bergantung pada penghasilan yang diperoleh, tetapi juga ditentukan oleh siapa yang mencari nafkah dan mengontrol pengeluaran rumah tangga. Ibu dibandingkan bapak ternyata cenderung mengalokasikan uang untuk belanja makanan rumah tangganya. Meningkatnya penghasilan rumah tangga yang berasal dari ibu
40
bekerja akan memperbaiki konsumsi makanan seluruh anggota rumah tangga (Khomsan, 2004).
4. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh
dari pendapatan semua anggota rumah tangga dari berbagai kegiatan ekonomi sehari-hari misalnya upah dan gaji, hasil produksi pertanian dikurangi biaya produksi, pendapatan dari usaha rumah tangga bukan pertanian dan pendapatan dari kekayaaan seperti sewa rumah, sewa alat, bunga, santunan asuransi, dan lain-lain (Surbakti, 1995).
Berbagai upaya perbaikan gizi biasanya berorientasi pada tingkat pendapatan. Seiring makin meningkatnya pendapatan, maka kecukupan akan makanan dapat terpenuhi. Dengan demikian pendapatan merupakan faktor utama dalam menentukan kualitas dan kuantitas bahan makanan. Besar kecilnya pendapatan rumah tangga tidak lepas dari jenis pekerjaan ayah dan ibu serta tingkat pendidikannya (Soekirman, 1991).
Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, 60-80 % dari pendapatannya dibelanjakan untuk makanan. Elastisitas pendapatan untuk makanan yang digambarkan dari persentase perubahan kebutuhan akan makanan untuk tiap 1 % perubahan pendapatan, lebih besar pada rumah tangga yang miskin dibandingkan pada rumah tangga kaya (Soekirman, 1991).
Upaya pemenuhan konsumsi makanan yang bergizi berkaitan erat dengan daya beli rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan terbatas, kurang mampu memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, setidaknya keanekaragaman bahan makan kurang bisa dijamin karena dengan uang yang terbatas tidak akan banyak pilihan. Akibatnya kebutuhan makanan untuk tubuh tidak terpenuhi (Apriadji, 1986).
5. Jumlah Anggota Rumah tangga Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat
tinggal di suatu rumah tangga, baik berada di rumahpada saat pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan pindah atau akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap anggota rumah tangga. Orang yang telah tinggal di suatu rumah tangga 6 bulan atau lebih, atau yang telah tinggal di suatu rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap di rumah tangga tersebut, dianggap sebagai anggota rumah tangga (BPS, 2004).
Pemantauan konsumsi gizi tingkat rumah tangga tahun 1995-1998 juga menyatakan bahwa jumlah anggota rumah tangga yang semakin banyak, akan semakin mengalami kecenderungan turunnya rata-rata asupan energi dan protein per kapita per hari yang ditunjukkan dengan prevalensi tertinggi pada rumah tangga yang beranggotakan diatas enam orang (Latief, dkk, 2000).
B. FAKTOR-FAKTOR BUDAYA RUMAH TANGGA Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan
kelompok manusia untuk waktu yang lama. Budaya dapat diartikan sebagai gabungan kompleks asumsi tingkah laku, cerita, mitos, metafora dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu. Pengertian lain budaya adalah sebagai suatu pola semua susunan baik
41
material maupun perilaku yang sudah diadposi masyarakat sebagai suatu cara tradisional dalam memecahkan masalah-masalah para anggotanya (Moeljono, 2003). Dalam budaya juga termasuk semua cara yang telah terorganisasi, kepercayaan, norma, nilai-nilai budaya implisit serta premis-premis yang mendasar dan mengandung suatu perintah serta tentang kandungan kimia makanan (Winarno, 2019) 1. Kepercayaan masyarakat
Pada masyarakat tertentu terdapat suatu pemeo artinya makin tinggi tingkat keprihatinan seseorang makin bahagia dan makin tinggi taraf sosial yang dapat dicapainya. Keprihatinan ini dapat dicapai dengan “tirakat” yaitu suatu kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan minum atau berpantang melakukan sesuatu. Upacara agama atau merupakan bagian dari bentuk-bentuk kebudayaan di daerah pedesaan, dan malahan juga di kota-kota. Misalnya pada permulaan mendirikan suatu bangunan baru ataupun sebuah rumah baru, selalu dirayakan sebagai upacara peletakan batu pertama yang diikuti dengan selamatan. Upacara selamatan lainnya dilakukan pada waktu pemasangan kasau yang pertama dan pada waktu bangunan selesai. Pada waktu upacara-upacara ini tergantung dari kemampuan tuan rumah, maka dipotong kambing, sapi atau kerbau dan kepalanya dikuburkan pada tempat yang khusus sebagai korban untuk menyenangkan roh-roh menurut kepercayaan berdiam di daerah tersebut (Suhardjo, 1989).
2. Pengetahuan Gizi Ibu Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya berisi materi yang ingin diukur dari responden. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya, bisa juga melalui proses pembelajaran seperti penyuluhan, pelatihan atau kursus. Pengetahuan dapat membantu menjelaskan aspek-aspek penting didunia dan meramalkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang akan terjadi.
Pengetahuan gizi memegang peranan sangat penting dalam menggunakan makanan yang baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup. Tingkat pengetahuan gizi ibu sebagai pengelola rumah tangga berpengaruh pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi rumah tangga sehari-hari. Pengetahuan gizi dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pengetahuan gizi memegang peranan sangat penting dalam menggunakan makanan dengan tepat, sehingga dapat tercapai keadaan dan status gizi yang baik (Husaini et al., 2017).
C. FUNGSI SOSIAL MAKANAN
1. Fungsi religi atau magis Banyak simbol religi atau magis yang dikaitkan pada makanan. Dalam agam Islam, kambing sering dikaitkan dengan upacara-upacara penting dalam kehidupan, seperti padaupacara selamatan bayi baru lahir, atau pada khitanan. Dalam agama Katolik, anggur diibaratkan darah Kristus dan roti tubuhnya. Pada masyarakat Jawa pada berbagai upacara selamatan dihidangkan nasi tumpeng atau nasi kuning (Almatsier, 2002).
42
2. Fungsi Komunikasi Makanan merupakan media penting dalam upaya manusia berhubungan satu sama lain. Di dalam rumah tangga kehangatan hubungan antar anggotanya terjadi pada waktu makan bersama. Begitupun di antara rumah tangga besar diupayakan pertemuan secara berkala dengan makan untuk memelihara dan mempererat hubungan silaturahmi. Antar tetangga, sering dilakukan tukar menukar makanan (Almatsier, 2002). Dalam bisnis, kesepakatan sering diperoleh dalam suatu jamuan makan di restoran atau di tempat makan lain. Pestapesta makan sering diselenggarakan untuk menghormati seseorang, sekelompok orang atau untuk merayakan suatu peristiwa penting. Banyak waktu dan uang digunakan untuk mengusahakan agar makanan yang disajikan memenuhi selera tamu yang diundang (Almatsier, 2002)
3. Preferensi Makanan Manusia makan untuk kenikmatan. Kesukaan akan makanan berbeda dari satu bangsa ke bangsa lain, dan dari daerah/suku ke daerah /suku lain. Di Indonesia, kesukaan makanan antar daerah/suku juga banyak berbeda. Makanan di Sumatra, khususnya di Sumatra Barat lebih pedas daripada makanan di Jawa, khususnya Jawa Tengah yang suka makanan manis. Secara umum makanan yang disukai adalah makanan yang memenuhi selera atau citarasa/inderawi, yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa, suhu dan tekstur (Almatsier, 2002). Hasil penelitian Drewnowski (1999) menyebutkan ada hubungan yang siginifikan preferensi makanan dengan frekuensi makan pada wanita. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi makanan, yaitu : karakteristik individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan. Suatu model atau kerangkan pemikiran diperlukan untuk menelaah konsumsi makanan kaitannya dengan berbagai karakteristik tersebut, serta hubungan antar karakteristik itu sendiri.
4. Ketersediaan Bahan Makanan
Ketersediaan makanan adalah suatu kondisi dalam penyediaan makanan yang mencakup makanan dan minuman tersebut berasal apakah dari tanaman, ternak atau ikan bagi rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Ketersediaan makanan dalam rumah tangga dipengaruhi antara lain oleh tingkat pendapatan . Ketersediaan makanan terkait dengan usaha produksi, distribusi dan perdagangan makanan. Ketahanan pangan di tingkat mikro dinilai dari ketersediaan dan konsumsi makanan dalam bentuk energi dan protein per kapita per hari Proses makan pada manusia sering kali dikaitkan dengan aspek sosial budaya. Urusan makan pada manusia tidaklah sesedarhana memasukkan makanan ke mulut, seperti yang dilakukan hewan dan makhluk hidup lain. Aspek sosial budaya makan adalah fungsi makanan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan, dan pendidikan masyarakat.
Ada beberapa kaitan makanan dengan fungsi sosial budaya.
1. Fungsi Kenikmatan
43
Salah satu tujuan manusia makan adalah untuk memperoleh kenikmatan. Kesukaan akan makanan bereda dari satu bangsa dengan bangsa lain dan dari satu daerah/suku dengan daerah/suku lain. Misalnya, makanan di Negara tropis biasanya lebih berbumbu dibanding dengan negara yang memiliki empat musim. Secara umum makanan yang disukai adalah makanan yang memenuhi selera atau cita rasa, yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa, suhu, dan tekstur (Almatsier, 2002).
2. Makanan untuk Menyatakan Jati Diri Makanan sering dianggap sebagai bagian penting untuk menyatakan jati diri seseorang atau sekelompok orang. Misalnya di Cina, teh dianggap sebagai minuman untuk menyambut tamu yang datang kerumah mereka. Dan mereka malu jika minuman tersebut tidak dapat dihidangkan kepada tamu.
3. Fungsi Religi dan Magis Banyak simbol religi dan magis yang dikaitkan pada makanan. Dalam agama islam, kambing sering dikaitkan dengan acara-acara penting dalam kehidupan. Di antaranya, kambing untuk akikah bayi baru lahir, sebagai hewan kurban, dan sebagainya. Dalam agama katolik, anggur diibaratkan sebagai darah Kristus, sementara roti adalah tubuhnya.
4. Fungsi Komunikasi Makanan merupakan media penting bagi manusia dalam berhubungan dengan manusia lainnya. Di dalam keluarga, kehangatan hubungan antaranggota terjadi pada waktu makan bersama.
5. Fungsi Status Ekonomi Saat ini orang yang biasanya memakan junk food berasal dari keluarga kaya dibanding dengan orang yang makan di warung biasa.
6. Simbol Kekuasaan Melaui makan juga, seseorang atau sekelompok masyarakat dapat menunjukkan kekuasaannya terhadap orang atau sekelompok masyarakat lain. Misalnya, majikan makan makanan yang berbeda dengan makanan yang dimakan pembantunya.
Keenam point tersebut diatas merupakan makanan dalam sisi budaya. Hal tersebut di atas biasanya tidak terlalu diperhatikan oleh semua orang dan lebih banyak orang yang tidak ingin memperhatikannya.
D. PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN BERKAITAN DENGAN POLA
KONSUMSI PANGAN DAN GIZI PENDUDUK
1. Makanan Sebagai Identitas Kelompok Nasi adalah satu komoditas makanan utama bagi masyarakat Sunda
dan Jawa. Semantara jagung menjadi komoditas makanan utama masyarakat Madura. Bagi orang barat mereka tidak membutuhkan nasi setelah mengkonsumsi roti karena roti merupakan makanan utama dalam budaya barat. Persepsi dan penilaian seperti ini merupakan makna makanan sebagai budaya utama sebuah masyarakat, oleh karena itu tidak mengherankan bila orang sunda, kendati sudah makan roti kadang kala masih berkata belum makan kerena dirinya belum makan nasi.
Karena ada kesangsian terhadap makanan hasil olahan atau makanan instan, banyak di antara masyarakat kota yang sudah mulai pidah ketradisi vegetarian. Bagi kelompok “gang‟‟, menghirup ganja, narkoba, dan merokok merupakan ciri kelompoknya. Kacang diidentikan sebagai makan yang biasa
44
menemani orang menonton sepak bola, merokok menjadi teman untuk menghadirkan inspirasi atau kreativitas. Pemahaman dan persepsi inilah lebih merupakan sebuah persepsi budaya tandingan (counter-cultulre) terhadap budaya dominan.
Selain mengandung budaya dominan dan budaya tandingan, makanan pun menjadi bagian dari budaya populer. Bakso merupakan makanan populer bagi perempuan. Terakhir makanan sebagai makanan khusus untuk kelompok tertentu. Makanan sub kultural misalnya daging babi bagi kalangan nasrani, ketupat bagi kalangan muslim di hari lebaran, dodol bagi Cina dihari imlek, coklat menjadi icon budaya dalam menunjukan rasa cinta dan kasih.
Berdasarkan talaahan ini, makanan mengandung makna sebagai: a) Identitas arus budaya utama (dominan culture), artinya harus ada dan
menjadi kebutuhan utama masyarakat. b) Budaya tandingan (counterculture), yaitu menghindari arus utama akibat
adanya kesangsian atau ketidak sepakatan dengan budaya arus utama, dan
c) Makanan sebagai identitas budaya bagi suatu kelompok tertentu (subculture)
2. Makanan sebagai keunggulan etnik
Bila orang mendengar kata gudek, maka akan terbayang kota Yogyakarta, mendengar kata pizza hat akan terbayang Italia, mendengar kata dodol dan jeruk terbayang kota Garut, tetapi bila mendengar jeruk bangkok atau ayam bangkok sudah tentu akan terbayang Bangkok-Thailand. Contoh tersebut menunjukan bahwa makanan merupakan unsur budaya yang membawa makna budaya komunitasnya. Di dalam makanan itu, orang tidak hanya mengkonsumsi material makananya melainkan mengkonsumsi kreativitas dan keagungan budaya. Tidak ada yang heran bila ada orang yang makan tahu sumedang terasa hampa makna bila tahu itu dibeli diluar sumedang dan dirinya pun tidak pegi kesumedang. Begitu pula sebaliknya, masyarakat akan memiliki kebanggaan tertentu bila mengkonsumsi moci yang dibeli asli dari Cianjur.
Makanan adalah icon keunggulan budaya masyarakat. Semakin variatif makanan itu dikenal publik semakin tinggi apresiasinya masyarakat daerah itu, semakin luas distribusi wilayah pasar dari makanan tersebut, menunjukan kualitas makanan tersebut diakui oleh masyarakat.
3. Perubahan Produksi pangan Secara tradisional, makanan diperoleh melalui pertanian. Dengan
meningkatnya perhatian dalam agribisnis atas perusahaan-perusahaan multinasional yang memiliki pasokan makanan dunia melalui paten pada makanan yang dimodifikasi secara genetis, telah terjadi tren yang sedang berkembang menuju pertanian berkelanjutan praktek. Pendekatan ini, sebagian didorong oleh permintaan konsumen, mendorong keanekaragaman hayati, daerah kemandirian dan pertanian organik metode.
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi pangan secara tradisional adalah alat yang sederhana. Contohnya adalah kompor tungku, pemanggang yang menggunakan bara api, piring yang terbuat dari tanah, dan sebagainya. Sedangkan produksi secara modern menggunakan teknologi yang canggih. Kelebihan menggunakan teknologi adalah dapat
45
mempermudah dan mempecepat proses produksi pangan. Contohnya adalah oven, kompor listrik, mikrowave, dan sebagainya.
Dalam budaya populer, produksi massal produksi pangan, khususnya daging seperti ayam dan daging sapi, mendapat kecaman dari berbagai dokumenter mendokumentasikan pembunuhan massal dan perlakuan buruk terhadap binatang, terutama pada perusahaan-perusahaan besar. Produksi serealia pun dilakukan secara massal dan menggunakan peralatan modern.
Produksi pangan yang dilakukan secara modern dapat mempermudah proses produksi. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi perubahan sosial dan kebudayaan. Contohnya adalah jika produksi pangan dilakukan secara tradisional maka masyarakat akan saling bekerja sama dan saling bergotong-royong, dan dapat meningkatkan hubungan sosial antar masyarakat. Sedangkan produksi pangan yang dilakukan secara modern menggunakan alat-alat canggih dapat meregangkan hubungan antar masyarakat. Karena dalam proses produksi hanya dibutuhkan tenaga kerja dengan jumlah yang relatif sedikit.
4. Perubahan Konsumsi Pangan Pola konsumsi pangan masyarakat di setiap daerah berbeda-beda,
yaitu perbedaan pola konsumsi pada masa pra-ASI, balita, anak-anak, remaja, dewasa, ibu hamil, dan lanjut usia (Banudi, 2013).
Pada masa sebelum adanya pengetahuan masyarakat tentang gizi, para orang tua mengambil peran penting dalam memperhatikan kebutuhan gizi keluarganya. Pengetahuan orang tua yang minim dapat mempengaruhi status gizi keluarganya.
Sebelum adanya panduan tentang gizi, makanan pra-ASI yang dikonsumsi bayi dibawah 6 bulan adalah madu, air tajin, pisang, air kelapa, dan kopi. Masyarakat belum mengetahui bahwa bayi berumur dibawah 6 bulan tidak boleh diberi makanan lain kecuali ASI. Setelah adanya panduan ilmu gizi yang menyebar di masyarakat, pemberian makanan pra-ASI yang salah semakin berkurang.
Pada kalangan anak-anak dan remaja, pola konsumsi makanan dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang menganggap bahwa makanan memiliki pantangan atau tabu untuk dimakan. Contohnya bagi anak-anak dan balita dilarang memakan makanan yang asam, pedas, anyir, karena dapat mengakibatkan perut menjadi panas bahkan sakit perut. Di era globalisasi, pola konsumsi anak-anak dan remaja beralih ke makanan cepat saji (fast food), snack, dan konsumsi gula yang berlebihan. Hal tersebut dapat memperburuk status gizi dan kesehatan.
Masyarakat beralih pada tempat-tempat yang menjual makanan cepat saji, yaitu restoran, cafe, pizza hut, dan outlet-outlet lainnya. Kepercayaan masyarakat terhadap makanan tertentu dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan pada setiap kalangan. Perubahan pola konsumsi pangan tersebut dapat menjadikan status gizi lebih baik ataupun menjadi semakin buruk.
5. Perubahan Distribusi Pangan Secara sederhana, proses distribusi pangan hanya menggunakan alat
transportasi sederhana, yaitu gerobak sapi, angkutan umum, truk, dan sebagainya. Di era modern, peralatan yang digunakan adalah teknologi canggih yang dapat mempermudah proses distribusi pangan. Bahkan, proses distribusi dapat melibatkan hubungan kerja antar negara. Alat
46
transportasi yang digunakan pun semakin modern, seperti pesawat, helikopter, paket kilat, dan sebagainya.
Pemasaran Makanan menyatukan produsen dan konsumen. Ini adalah rangkaian kegiatan yang membawa makanan dari petani ke piring. Pemasaran bahkan produk makanan tunggal dapat menjadi proses rumit yang melibatkan banyak produsen dan perusahaan. Sebagai contoh, lima puluh enam perusahaan yang terlibat dalam pembuatan satu dapat dari mie sup ayam. Usaha ini meliputi tidak hanya ayam dan prosesor sayuran tetapi juga perusahaan-perusahaan yang mengangkut bahan dan orang-orang yang mencetak label dan pembuatan kaleng. Sistem pemasaran pangan adalah tidak langsung terbesar langsung dan non-pemerintah majikan di Amerika Serikat.
Di era pra-modern, penjualan makanan surplus berlangsung seminggu sekali saat petani mengambil barang-barang mereka pada hari pasar, ke pasar desa setempat. Berikut makanan dijual ke grosir untuk dijual di toko-toko lokal mereka untuk membeli oleh konsumen lokal. Dengan terjadinya industrialisasi, dan pengembangan industri pengolahan makanan, yang lebih luas makanan dapat dijual dan didistribusikan di jauh lokasi. Biasanya toko-toko kelontong awal akan kontra didasarkan toko di mana pembeli kepada penjaga toko apa yang mereka inginkan, sehingga penjaga toko bisa mendapatkannya untuk mereka.
Pada abad ke-20 supermarket lahir. Supermarket membawa mereka self service pendekatan untuk belanja menggunakan shopping cart, dan mampu menawarkan makanan berkualitas dengan biaya yang lebih rendah melalui skala ekonomi dan mengurangi biaya staf. Di bagian akhir abad ke-20, ini telah lebih jauh merevolusi oleh perkembangan luas gudang berukuran, luar kota supermarket, menjual berbagai macam makanan dari seluruh dunia.
Tidak seperti pengolahan makanan, ritel makanan adalah pasar lapis dua di mana sejumlah kecil sangat besar perusahaan mengendalikan sebagian besar supermarket. Raksasa supermarket menggunakan daya beli yang besar atas petani dan prosesor, dan pengaruh yang kuat atas konsumen. Namun demikian, kurang dari sepuluh persen dari belanja konsumen pada makanan pergi ke petani, dengan persentase lebih besar akan iklan, transportasi, dan perusahaan menengah.
47
MASALAH-MASALAH PEMBENTUKAN KEBIASAAN MAKAN 1. PANTANGAN A. Pengetian Pantangan Pangan
Pantang atau tabu ialah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis, yaitu adanya kekuatan superpower yang berbau mistik yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan tersebut. Pada kenyataannya hukuman ini tidak selalu terjadi. Pantangan merupakan sesuatu yang diwariskan dari leluhur melalui orangtua, terus ke generasi-generasi di bawahnya. Hal ini menyebabkan orang tidak tau lagi kapan suatu pantangan atau tabu makanan dimulai dan apa sebabnya. Seringkali nilai sosial ini tidak sesuai dengan nilai gizi makanan (Mulia, 2013).
Suatu kelompok masyarakat yang mempunyai seperangkat pengetahuan, nilai, gagasan, norma dan aturan sebagai konsep dasar dari kebudayaanya, akan mewujudkan bentuk-bentuk perilaku dalam kehidupan sosial. Perilaku itu akan mewujudkan perbedaan persepsi masyarakat terhadap konsep makanan dan gizi, demikian halnya pada kasus tentang makanan dan gizi pada periode kehamilan, persalinan dan nifas. Dipandang dari aspek budaya, ada 7 hal pengaruh budaya terhadap perilaku kesehatan, yaitu tradisi, sikap fanatisme, etnosentris, perasaan bangga pada statusnya, norma, nilai dan unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal proses sosialisasi. Masalah gizi yang masih banyak terjadi ternyata bukan saja diakibatkan oleh keadaan sosial ekonomi suatu negara tetapi juga dipengaruhi adanya kepercayaan-kepercayaan yang keliru mengenai hubungan antara makanan dan kesehatan, pantangan-pantangan yang mencegah orang memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang tersedia bagi mereka (Husaini et al., 2017).
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan latar belakang budaya berbeda yang sangat mempengaruhi tingkah laku kehidupan masyarakat termasuk perilaku kesehatan. Banyak praktek-praktek budaya yang berpengaruh secara negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat, seperti kepercayaan untuk pantang terhadap suatu makanan tertentu (Herlina, 2017).
Sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan, takhayul dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia (Kristiyanti and Khuzaiyah, 2019). Klasifikasi makanan yang berkaitan dengan kesehatan yaitu “panas-dingin”. Seseorang yang sehat dianggap memiliki keseimbangan antara panas dan dingin. Bila faktor panas menguasai tubuh diatas faktor dingin, maka akan timbul penyakit dengan gejala panas badan, sedangkan jika faktor dingin yang menguasai maka penyakit itu berbentuk perasaan dingin. Faktor panas dan dingin dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Si sakit perlu diberi makanan yang bersifat berlawanan dengan sifat jenis sakitnya agar membantu mencapai kondisi keseimbangan antara faktor panas dan dingin dalam tubuhnya .
48
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pantangan Makan 1. Budaya
Secara sederhana kebuadayaan dapat diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Koentjaraningrat (2002) mendefinisikan kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Asalkan sesuatu yang dilakukan manusia memerlukan belajar maka hal itu bisa dikategorikan sebagai budaya. Taylor dalam bukunya Primitive Culture, memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan- kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Herskovits, Budaya sebagai hasil karya manusia sebagai bagian dari lingkungannya (culture is the human-made part of the environment). Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari perbuatan manusia, baik hasil itu abstrak maupun nyata, asalkan merupakan proses untuk terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka bisa disebut budaya.
2. Unsur Kebudayaan Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7 unsur : yakni sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur itulah yang membentuk budaya secara keseluruhan.
3. Aspek Sosial a. Umur : Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola
penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain.
b. Jenis Kelamin: Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.
c. Pekerjaan: Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri, misal dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.
d. Sosial Ekonomi: Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya
49
malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.
2. KEPERCAYAAN ATAU AGAMA DAN ADAT KEBIASAAN
a. Pengertian Antropologi tertarik pada kebudayaan dan pendekatan holistik.
Pendekatan holistik berarti cara melihat atau memandang sesuatu sebagai suatu kebulatan yang utuh. Semua konsep, generalisasi dan teori yang membentuk struktur antropologi berkaitan dengan aktivitas, peralatan dan sistem kepercayaan yang dalam antropologi disebut kebudayaan, sesuatu yang unik bagi manusia. Walaupun banyak jenis binatang hidup berkelompok, tetapi hanya manusialah yang memilki kebudayaan. Antropologi mirip seperti Sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Makanan mencerminkan karakteristik lingkungan. Makanan disiapkan oleh lingkungan. Misalnya ubi sebagai makanan pokok orang Papua karena banyak tersedia di wilayah tersebut. Pada umumnya makanan pokok orang Indonesia adalah nasi, karena itu apabila nasi tidak dikonsumsi dalam satu hari (meskipun tetap makan makanan lainnya) tetapi perasaan masih lapar. Karena lambung telah terbiasa diisi dengan nasi.
Nilai yang terkandung dalam suatu makanan tergantung dari proses pematangan atau kandungan alami yang ada pada bahan makanan. Makanan yang dikonsumsi (mentah atau diolah) merupakan bagian dari kebudayaan.
Makanan yang diolah dari bahan-bahan mentah (seperti rujak, lalapan, lawa‟) adalah sebuah bentuk kebudayaan. Lalapan: sayuran segar yang lazim disantap oleh orang Jawa. Lawa‟: jenis makanan mentah yang diolah dari ikan, cuka/jeruk, kelapa & bumbu tertentu adalah salah satu jenis makanan orang Bugis. Proses pematangan makanan adalah bagian dari kebudayaan. Meliputi cara, bahan, & alat yang digunakan. Makanan yang lazim dimakan oleh orang Jawa belum tentu lazim bagi orang Bugis. Misalnya ikan lele yang banyak dikonsumsi oleh orang Jawa, orang Bugis justru kurang menyukainya.
Para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak-memasak, masalah kesukaran dan ketidaksukaran, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan, dan takhayul-takhayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan, dan konsumsi makanan. Pendeknya, sebagai suatu kategori budaya yang penting, ahli-ahli antropologi melihat makanan mempengaruhi dan berkaitan dengan banyak kategori budaya lainnya.
Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih luas dari sekedar sumber nutrisi. Terkait dengan kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan dan ketentraman. Makanan memiliki banyak peranan dalam kehidupan sehari-hari suatu komunitas manusia. Makna ini selaras dengan nilai hidup, nilai karya, nilai ruang atau waktu, nilai relasi dengan alam sekitar; dan nilai relasi dengan sesama.
Setelah mengetahui betapa kuatnya kepercayaan-kepercayaan suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan makanan, sehingga terbukti sangat sukar untuk meyakinkan orang untuk menyesuaikan makanan tradisional mereka demi kepentingan gizi
50
yang baik. Karena pantangan agama, takhayul, kepercayaan tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang kebetulan dalam sejarah ada bahan-bahan yang bergizi baik yang tidak boleh dimakan, mereka diklasifikasikan sebagai “bukan makanan”. Dengan kata lain, makanan adalah suatu konsep budaya, suatu pernyataan yang sesungguhnya mengatakan “zat ini sesuai bagi kebutuhan gizi kita.” Dalam kebudayaan bukan hanya makanan saja yang dibatasi atau diatur, akan tetapi konsep tentang makanan, kapan dimakannya, terdiri dari apa dan etiket makan. Di antara masyarakat yang cukup makanan, kebudayaan mereka mendikte, kapan mereka merasa lapar dan apa, serta berapa banyak mereka harus makan agar memuaskan rasa lapar. Jadi dengan demikian, nafsu makan lapar adalah suatu gejala yang berhubungan namun berbeda.
Nafsu makan, dan apa yang diperlukan untuk memuaskan adalah suatu konsep budaya yang dapat sangat berbeda antara suatu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Sebaliknya, lapar menggambarkan suatu kekurangan gizi yang dasar dan merupakan suatu konsep fisiologis. Makanan selain penting bagi kelangsungan hidup kita, juga penting bagi pergaulan sosial, yang mempunyai simbolik antara lain sebagai berikut:
1. Makanan sebagai ungkapan ikatan sosial: Barangkali di setiap masyarakat, menawarkan makanan (dan kadang-kadang minuman) adalah menawarkan kasih sayang, perhatian, dan persahabatan. Menerima makanan yang ditawarkan adalah mengakui dan menerima perasaan yang diungkapkan dan untuk membalasnya.
2. Makanan sebagai ungkapan dari kesetia-kawanan kelompok: Makanan sering dihargai sebagai lambang-lambang identitas suatu bangsa atau nasional. Namun tidak semua makanan mempunyai nilai lambang seperti ini. Makanan yang mempunyai dampak yang besar adalah makanan yang berasal atau dianggap berasal dari kelompok itu sendiri dan bkan yang biasanya dimakan di banyak negara yang berlainan atau juga dimakan oleh banyak suku bangsa.
3. Simbolisme makanan dalam bahasa: Pada tingkatan yang berbeda, bahasa mencerminkan hubungan-hubungan psikologis yang sangat dalam di antara makanan, persepsi kepribadian, dan keadaan emosional. Dalam bahasa Inggris, yang pada ukuran tertentu mungkin tidak tertandingi oleh bahasa lain, kata-kata sifat dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan kualitas-kualitas makanan digunakan juga untuk menggambarkan kualitas-kualitas manusia. Kedudukan nilai-nilai budaya ini pada tiap komunitas adat tentu tidak sama, demikian pula orientasi dari nilai-nilai itu pada tiap komunitas. Makanan dalam konteks kultur nilai-nilai budaya meliputi, pilihan rasional terhadap jenis makanan, cara memasak, kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan kolektif, kepercayaan, dan pantangan-pantangan yang berkaitan dengan produksi, persiapan dan konsumsi makanan. Ini semua adalah sebagai kompleks kebiasaan makan.
Koentjaraningrat menyatakan sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakukan manusia. Sebagai bagian dari adat-istiadat dan wujud ideal dari kebudayaan. Sistem nilai-budaya seolah-
51
olah berada diluar dan di atas dari para individu yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan.
Para individu itu sejak kecil telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakatnya sehingga konsepsi-konsepsi itu sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah sebabanya nilai-nilai budaya tadi sukar diganti dengan nilai-nilai budaya lain dalam waktu singkat.
Clyde Kluckhohn mengatakan semua sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, mengalami lima masalah pokok dalam kehidupan manusia, yaitu:
a. Hakekat hidup b. Hakekat karya c. Hakekat kedudukan dalam ruang atau waktu; d. Hakekat hubungan dengan alam sekitar; dan e. Hakekat hubungan dengan sesamanya.
Peradaban dan budaya makan bagi pelbagai golongan etnik di dunia merupakan warisan tingkah laku jaman ke jaman. Bagi mereka, cara yang terbaik untuk menikmati hidangan makanan ialah dengan menggunakan cara yang dipraktekan oleh kelompok etnik masing-masing.
Budaya makan dengan menggunakan tangan biasanya diamalkan oleh masyarakat di Timur Tengah, India dan beberapa negara di Asia Tenggara. Lazimnya, tangan dibasuh sebelum dan seusai makan. Tangan lebih bersih jika dibandingkan dengan sendok ataupun garpu yang dibasuh oleh seseorang yang kemungkinan tidak dapat dipastikan kebersihannya. Masyarakat Islam dan Hindu menggunakan tangan kanan untuk menyuap makanan. Mereka biasanya makan bersila dengan hidangan makanan diletakkan di tengah-tengah tamu.
Misalnya, masyarakat yang menggunakan kayu sumpit biasanya menggunakan mangkuk sup dan mangkuk nasi masing-masing sewaktu menikmati hidangan. Mereka akan duduk di meja makan dan menggunakan kayu sumpit untuk mengambil lauk-pauk. Budaya makan seperti ini telah memungkinkan penggunaan mangkuk nasi dan kayu sumpit yang diperuntukkan bagi setiap keluarga.
Pada masyarakat Barat di awal kurun ke-17, sendok, garpu dan pisau digunakan di meja makan. Penggunaan kayu sumpit di masyarakat Cina berawal pada kurun kedua sebelum masehi. Budaya makan masyarakat Jepang, Korea dan Vietnam kuat dipengaruhi oleh budaya China yang juga menggunakan kayu sumpit untuk makan.
Makan menggunakan tangan umumnya digunakan masyarakat di Asia (terkecuali di China, Jepang, Korea dan Vietnam). Tangan adalah alat utama untuk mengambil dan menyuap makanan ke dalam mulut. Jika ada benda yang membahayakan, tanganlah yang akan memberi tanda seperti duri, tulang ikan atau tulang ayam. Soal kotoran pada tangan tidak akan timbul karena adat istiadat menyarankan sebelum makan diwajibkan terlebih dahulu mencuci tangan dan hanya tangan kanan saja yang diajarkan untuk menyentuh makanan. Hikmah tangan adalah bahwa jari-jemari manusia mengandungi sejenis kimia yang akan memudahkan mencernakan makanan didalam perut. Ini terbukti apabila orang tua di jaman dulu melarang kita menyentuh makanan yang mau disimpan dengan tangan karena akan menjadi basi.
52
3. Pola Konsumsi Pangan Dan Gizi Penduduk a. Makanan Sebagai Identitas Kelompok
Nasi adalah satu komoditas makanan utama bagi masyarakat Sunda-Jawa. Semantara jagung menjadi komoditas makanan utama masyarakat Madura. Bagi orang barat mereka tidak membutuhkan nasi setelah mengkonsumsi roti karena roti merupakan makanan utama dalam budaya barat. Persepsi dan penilaian seperti ini merupakan makna makanan sebagai budaya utama sebuah masyarakat, oleh karena itu tidak menghjerankan bila orang sunda, kendati sudah makan roti kadang kala masih berkata belum makan kerena dirinya belum makan nasi.
Karena ada kesangsian terhadap makanan hasil olahan atau makanan instan, banyak di antara masyarakat kota yang sudah mulai pidah ketradisi vegetarian. Bagi kelompok “gang‟‟, meenghirup ganja, narkoba, dan merokok merupakan ciri kelompoknya. Kacang diidentikan sebagai makan yang biasa menemani orang menonton sepak bola, merokok menjadi teman untuk menghadirkan inspirasi atau kreativitas. Pemahaman dan persepsi inilah lebih merupakan sebuah persepsi budaya tandingan (counter-cultulre) terhadap budaya domuinan.
Selain mengandung budaya dominan dan budaya tandingan, makanan pun menjadi bagian dari budaya populer. Bakso merupakan makanan populer bagi perempuan. Traktir makanan sebagai makanan khusus untuk kelompok tertentu. Makanan sub kultural misalnya daging babi bagi kalangan nasrani, ketupat bagi kalangan muslim di hari lebaran, dodol bagi Cina dihari imlek, coklat menjadi icon budaya dalam menunjukan rasa cinta dan kasih. Bardasarkan talaahan ini, makanan mengandung makna sebagai:
a. Identitas arus budaya utama (dominan culture), artinya harus ada dan menjadi kebutuhan utama masyarakat.
b. Budaya tandingan (counterculture), yaitu menghindari arus utama akibat adanya kesangsian atau ketidak sepakatan dengan budaya arus utama, dan
c. Makanan sebagai identitas budaya bagi suatu kelompok tertentu (subculture)
b. Makanan sebagai keunggulan etnik
Bila orang mendengar kata gudek, maka akan terbayang kota Yogyakarta, mendengar kata pizzahat akan terbayang Italia, mendengar kata dodol dan jeruk terbayang kota Garut, tetapi bila mendengar jeruk bangkok atau ayam bangkok sudah tentu akan terbayang Bangkok-Thailand.
Contoh tersebut menunjukan bahwa makanan merupakan unsur budaya yang membawa makna budaya komunitasnya. Di dalam makanan itu, orang tidak hanya mengkonsumsi material makananya melainkan mengkonsumsi kretivitas dan keagungan budaya. Tidak ada yang heran bila ada orang yang makan tahu sumedang terasa hampa makna bila tahu itu dibeli diluar sumedang dan dirinya pun tidak pegi kesumedang. Begitu pula sebaliknya, masyarakat akan memiliki kebanggaan tertentu bila mengkonsumsi moci yang dibeli asli dari Cianjur.
53
Makanan adalah icon keunggulan budaya masyarakat. Semakin variatif makanan itu dikenal publik semakin tinggi apresiasinya masyarakat daerah itu, semakin luas distribusi wilayah pasar dari makanan tersebut, menunjukan kualitas makanan tersebut diakui oleh masyarakat.
c. Perubahan Produksi pangan
Secara tradisional, makanan diperoleh melalui pertanian. Dengan meningkatnya perhatian dalam agribisnis atas perusahaan-perusahaan multinasional yang memiliki pasokan makanan dunia melalui paten pada makanan yang dimodifikasi secara genetis, telah terjadi tren yang sedang berkembang menuju pertanian berkelanjutan praktek. Pendekatan ini, sebagian didorong oleh permintaan konsumen, mendorong keanekaragaman hayati , daerah kemandirian dan pertanian organik metode.
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi pangan secara tradisional adalah alat yang sederhana. Contohnya adalah kompor tungku, pemanggang yang menggunakan bara api, piring yang terbuat dari tanah, dan sebagainya. Sedangkan produksi secara modern menggunakan teknologi yang canggih. Kelebihan menggunakan teknologi adalah dapat mempermudah dan mempecepat proses produksi pangan. Contohnya adalah oven, kompor listrik, mikrowave, dan sebagainya.
Dalam budaya populer, produksi massal produksi pangan, khususnya daging seperti ayam dan daging sapi, mendapat kecaman dari berbagai dokumenter mendokumentasikan pembunuhan massal dan perlakuan buruk terhadap binatang, terutama pada perusahaan-perusahaan besar. Produksi serealia pun dilakukan secara massal dan menggunakan peralatan modern.
Produksi pangan yang dilakukan secara modern dapat mempermudah proses produksi. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi perubahan sosial dan kebudayaan. Contohnya adalah jika produksi pangan dilakukan secara tradisional maka masyarakat akan saling bekerja sama dan saling bergotong-royong, dan dapat meningkatkan hubungan sosial antar masyarakat. Sedangkan produksi pangan yang dilakukan secara modern menggunakan alat-alat canggih dapat meregangkan hubungan antar masyarakat. Karena dalam proses produksi hanya dibutuhkan tenaga kerja dengan jumlah yang relatif sedikit.
d. Perubahan Konsumsi Pangan
Pola konsumsi pangan masyarakat di setiap daerah berbeda-beda, yaitu perbedaan pola konsumsi pada masa pra-ASI, balita, anak-anak, remaja, dewasa, ibu hamil, dan lanjut usia. Pada masa sebelum adanya pengetahuan masyarakat tentang gizi, para orang tua mengambil peran penting dalam memperhatikan kebutuhan gizi keluarganya. Pengetahuan orang tua yang minim dapat mempengaruhi status gizi keluarganya.
Sebelum adanya panduan tentang gizi, makanan pra-ASI yang dikonsumsi bayi dibawah 6 bulan adalah madu, air tajin, pisang, air kelapa, dan kopi. Masyarakat belum mengetahui bahwa bayi berumur dibawah 6 bulan tidak boleh diberi makanan lain kecuali ASI. Setelah adanya panduan
54
ilmu gizi yang menyebar di masyarakat, pemberian makanan pra-ASI yang salah semakin berkurang.
Pada kalangan anak-anak dan remaja, pola konsumsi makanan dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang menganggap bahwa makanan memiliki pantangan atau tabu untuk dimakan. Contohnya bagi anak-anak dan balita dilarang memakan makanan yang asam, pedas, anyir, karena dapat mengakibatkan perut menjadi panas bahkan sakit perut. Di era globalisasi, pola konsumsi anak-anak dan remaja beralih ke makanan cepat saji (fast food), snack, dan konsumsi gula yang berlebihan. Hal tersebut dapat memperburuk status gizi dan kesehatan.
Masyarakat beralih pada tempat-tempat yang menjual makanan cepat saji, yaitu restoran, cafe, pizza hut, dan outlet-outlet lainnya. Kepercayaan masyarakat terhadap makanan tertentu dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan pada setiap kalangan. Perubahan pola konsumsi pangan tersebut dapat menjadikan status gizi lebih baik ataupun menjadi semakin buruk.
e. Perubahan Distribusi Pangan
Secara sederhana, proses distribusi pangan hanya menggunakan alat transportasi sederhana, yaitu gerobak sapi, angkutan umum, truk, dan sebagainya. Di era modern, peralatan yang digunakan adalah teknologi canggih yang dapat mempermudah proses distribusi pangan. Bahkan, proses distribusi dapat melibatkan hubungan kerja antar negara. Alat transportasi yang digunakan pun semakin modern, seperti pesawat, helikopter, paket kilat, dan sebagainya.
Pemasaran Makanan menyatukan produsen dan konsumen. Ini adalah rangkaian kegiatan yang membawa makanan dari petani ke piring. Pemasaran bahkan produk makanan tunggal dapat menjadi proses rumit yang melibatkan banyak produsen dan perusahaan. Sebagai contoh, lima puluh enam perusahaan yang terlibat dalam pembuatan satu dapat dari mie sup ayam. Usaha ini meliputi tidak hanya ayam dan prosesor sayuran tetapi juga perusahaan-perusahaan yang mengangkut bahan dan orang-orang yang mencetak label dan pembuatan kaleng. Sistem pemasaran pangan adalah tidak langsung terbesar langsung dan non-pemerintah majikan di Amerika Serikat.
Di era pra-modern, penjualan makanan surplus berlangsung seminggu sekali saat petani mengambil barang-barang mereka pada hari pasar, ke pasar desa setempat. Berikut makanan dijual ke grosir untuk dijual di toko-toko lokal mereka untuk membeli oleh konsumen lokal. Dengan terjadinya industrialisasi, dan pengembangan industri pengolahan makanan, yang lebih luas makanan dapat dijual dan didistribusikan di jauh lokasi. Biasanya toko-toko kelontong awal akan kontra didasarkan toko di mana pembeli kepada toko-penjaga apa yang mereka inginkan, sehingga toko-penjaga bisa mendapatkannya untuk mereka.
Pada abad ke-20 supermarket lahir. Supermarket membawa mereka self service pendekatan untuk belanja menggunakan shopping cart, dan mampu menawarkan makanan berkualitas dengan biaya yang lebih rendah melalui skala ekonomi dan mengurangi biaya staf. Di bagian akhir abad ke-20, ini telah lebih jauh merevolusi oleh perkembangan luas gudang
55
berukuran, luar kota supermarket-, menjual berbagai macam makanan dari seluruh dunia.
Tidak seperti pengolahan makanan, ritel makanan adalah pasar lapis dua di mana sejumlah kecil sangat besar perusahaan mengendalikan sebagian besar supermarket. Raksasa supermarket menggunakan daya beli yang besar atas petani dan prosesor, dan pengaruh yang kuat atas konsumen. Namun demikian, kurang dari sepuluh persen dari belanja konsumen pada makanan pergi ke petani, dengan persentase lebih besar akan iklan, transportasi, dan perusahaan menengah.
4. Preferensi Dan Timbulnya Tabu Makanan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang, antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan, status sosial ekonomi, personal preference, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang, dan kesehatan.
Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka makan kai, begitu pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makanan kerang, begitu pula anak perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. Anak-anak yang suka mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena mereka sering dihidangkan acar. Lain lagi dengan anak yang suka dimarahi bibinya, akan tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya.
Makanan bergizi adalah makanan yang cukup kualitas dan kuantitasnya serta mengandung unsur yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Sebelum memilih menu makanan ada baiknya diketahui kandungan makanan tersebut bukan hanya sekedar membuat perut kenyang, akan tetapi makanan adalah dikatakan sehat jika makanan itu mengandung protein karbohidrat, miniral, lemak, dan bervitamin. Makanan yang sehat sangatlah berguna untuk membina tubuh bahkan mengganti sel-sel tubuh yang sudah rusak, di lain hal makanan juga akan menghasilkan panas dan energi didalam tubuh kita.
Contoh-contoh Makanan Pantangan yang Justru Adalah makanan bergizi dan baik untuk tubuh dan kesehatan
1. Kalkun: Ada mitos yang menyebutkan bahwa mengkonsumsi kalkun menyebabkan kantuk. Hal itu tidak benar, rasa kantuk seseorang disebabkan oleh kandungan tryptophan atau asam amino dalam tubuh. Daging kalkun tidak memiliki asam yang memungkinkan terciptanya zat-zat tersebut. Daging kalkun memiliki banyak kelebihan karena selain bergizi tinggi, dapat menyembuhkan penyakit. Di samping itu, daging kalkun membantu pertumbuhan dan kecerdasan anak. Masih banyak manfaat daging kalkun seperti mencegah penuaan dini. Daging kalkun diyakini memiliki kandungan protein 34,3 persen atau setara dengan dua kali daging sapi dan sangat baik
56
untuk mengganti sel tubuh yang rusak. Selain itu, daging kalkun memiliki kandungan asam amino dan lysine yang banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan otak dan kecerdasan anak mulai 3-6 tahun. Daging kalkun mempunyai kandungan rendah lemak yang bisa menghindari kelebihan kolesterol. Daging kalkun juga mengandung energi yang lebih tinggi dari ayam maupun telur ayam.
2. Kolostrum Pada mitos yang salah disebutkan bahwa ASI pertama atau kolostrum (yang berwarna kekuningan) tidak baik bagi bayi, karena ASI pertama atau kolostrum adalah susu basi. Mitos tersebut sangat tidak benar. Kolostrum adalah zat terbaik bagi bayi. Kolostrum adalah cairan yang kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi. Bayi menyusui langsung akan merangsang ASI cepat keluar.
3. Kedelai Mitos bahwa jika ingin hamil hindari kedelai.mitos ini tidak benar. Anak adalah dambaan tiap pasangan suami istri. Namun untuk memperoleh keturunan sangatlah salah apabila menghindari kedelai agar hamil. Kacang kedelai dikenal sebagai makanan terbaik kadar proteinnya, dapat mencapai 35 persen daripada beratnya. Dikatakan bahwa kacang kedelai dibandingkan dengan beratnya dapat menghasilkan dua kali protein daging, empat kali telur, empat kali gandum, lima atau enam kali roti dan dua belas kali susu. Ternyata protein kacang kedelai bukan saja jumlahnya yang banyak, tetapi juga mempunyai kualitas yang baik. Kedelai terkenal sebagai makanan antikanker. Dalam kedelai terdapat sejumlah zat yang secara bersama-sama saling menguatkan dalam menghabisi benih kanker. Senyawa inhibitor protease kedelai, yang punya nama khusus inhibitor Bowman-Birk, ampuh melumpuhkan berbagai jenis kanker. Daya bunuh kanker tersebut dibantu serat kasar kedelai, yang kadarnya lumayan tinggi (2 gram per 100 gram). Dalam hal melawan kanker, inhibitor protease dan serat kasar bekerja sama dengan genistein. Senyawa satu ini akan menghentikan pembentukan suatu enzim pemasok “makanan” bagi benih kanker dan merusak lintasan penyalurannya. Karena pasokan makanannya dihabisi, maka terhenti pulalah pertumbuhan kanker. Itulah sebabnya mengapa kedelai dipastikan mampu mencegah dan membantu penyembuhan segala jenis kanker. Dari kanker usus besar, kanker paru-paru, kanker kulit, kanker payudara, kanker prostat, hingga kanker darah (leukimia).
4. Es Krim
Ada kaliamat yang berbunyi “ Tidak boleh makan es krim ”. Pantangan ini
benar bagi anak yang alergi dingin. Pemicu alergi ada bermacam-macam,
antara lain udara / benda dingin, debu, bulu binatang, dan sebagainya. Pada
kasus di mana anak sedang pilek batuk karena alergi dingin, sebaiknya ia
dihindarkan dari es krim. Es krim itu sendiri sebetulnya bagus dan
bermanfaat. Selain enak, banyak susu dan proteinnya, juga segar. Kalau
anak dalam kondisi sehat sehat, tidak apa-apa asal jangan berlebihan.
Es krim kerapkali menjadi momok para orangtua yang tidak ingin anak-
anaknya pilek, gigi berlubang atau sakit tenggorokan gara -gara terlalu
dingin. Padahal es krim yang berkualitas tinggi sebenarnya tidak
57
menyebabkan pilek, kegemukan apalagi gigi berlubang selama dikonsumsi
dengan tepat. Pilek yang dialami anak-anak ketika makan es tidak ada
hubungannya dengan es yang dimakannya. Pilek terjadi karena adanya virus
yang menempel dan terbawa masuk ke saluran pernapasan atas. Sementara
gigi berlubang bisa dihindari bila setiap kali usai makan es, anak berkumur
atau menyikat giginya, sehingga sisa-sisa makan atau gula yang ada di
dalam es akan berkurang atau hilang. Kegemukan, tidak akan terjadi bila
kebutuhan menu gizi seimbang terpenuhi sebelum mengonsumsi es krim.
Jangan sampai belum makan, anak sudah diberi es krim. Susu meskipun
baik tidak dianjurkan sebagai makanan utama anak. Susu hanyalah
makanan pelengkap. Sekarang ini ada es krim yang disajikan mengandung
kalsium. Bahan ini sangat penting dalam pembentukan gigi dan tulang anak.
Bertumbuhnya gigi dan tulang akan mendukung kemampuan motorik anak.
Tentu saja, karena anak yang keropos tulangnya tidak akan mampu
melakukan banyak aktivitas. Padahal aktivitas yang banyak juga diperlukan
anak bagi berkembangnya otak mereka. Makin banyak aktivitas, jaringan
otak akan semakin berkembang dan tumbuh.
5. Kacang dan Coklat
Jangan sering makan kacang dalam jumlah yang banyak, nanti timbul
jerawat di wajah. Demikian mitos seputar jerawat yang kebenarannya masih
menjadi pro dan kontra di antara para pakar kecantikan. Selain kacang,
konon coklat juga menjadi musuh utama bagi para wanita yang wajahnya
mudah ditumbuhi jerawat. American Academy of Dermatology, sebuah
institusi untuk urusan kecantikan kulit, adalah salah satu badan yang
berpendapat bahwa jerawat tidak disebabkan oleh makanan seperti kacang,
coklat atau ice cream. Namun sebuah hasil riset, membuktikan hal yang
bertolak belakang. Colorado State University Department of Health and
Exercise, menyarankan untuk mengurangi gula dan makanan yang kadar
karbohiodratnya tinggi. Mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat
meningkatkan kadar insulin dalam darah, dimana hal tersebut memicu
produksi hormone androgen yang membuat kulit jadi berminyak.
Pada diet seseorang, coklat sangat dihindari. Dark chocolate sebetulnya
justru baik untuk kesehatan karena mengandung flavenol yang berperan
sebagai antioksidan dalam tubuh. Tetapi permen cokelat seringkali sarat
dengan gula untuk mengurangi rasa pahit flavenol tadi. Ini yang memicu
kegemukan. Menurut para ahli cokelat pekat baik untuk mencegah kepikunan
dan stres. Segenggam kacang-kacangan dan biji-bijian dapat meningkatkan
asupan vitamin B kompleks, zat besi, magnesium, kalsium, vitamin E,
selenium, potassium, seng, dan asam lemak Omega-6. Semua zat gizi
tersebut merupakan kunci utama untuk fungsi otak dan produksi energi.
Anak-anak yang kekurangan vitamin B kompleks akan merasa mudah lelah,
lesu, dan sulit mempertahankan konsentrasi. Kacang-kacangan dan biji-bijian
juga sumber protein tapi ada jenis tertentu yang kaya lemak jenuh, sehingga
hanya boleh dikonsumsi seperlunya.
58
6. Terong
Apakah benar terong menyebabkan loyo atau impotensi? Belum ada
pembuktian ilmiah mengenai hal ini. Mungkin lantaran orang begitu terpaku
pada persamaan bentuk terung dengan penis. Padahal, meski sepintas
terlihat sama, penis dipenuhi pembuluh-pembuluh darah yang otomatis akan
terisi penuh begitu terjadi peningkatan libido atau dalam keadaan
terangsang. Sementara terung, diapa-apakan pun akan tetap loyo karena
strukturnya memang berbeda.
Mengkonsumsi terong sebagai sayuran adalah tabu bagi para lelaki, karena
akan memperlemah kejantanan mereka. Hal inipun tidak tepat, karena di
dalam sayuran terong baik yang berkulit kehijauan maupun berwarna ungu
ditemukan banyak sekali khasiat positif bagi tubuh, al. tyrosine yang akan
membersihkan kulit yang hiperpigmentasi (flek hitam). Selain itu sebagai
sumber karbohidrat dan banyak trace elements yang dikandungnya dan
sangat penting untuk kesehatan.Terong bisa meningkatkan libido seksual
karena mengandung Fosfor dan Magnesium. Patut diketahui juga, terong
mengandung Saponin. Senyawa ini berperan dalam pembuatan hormon seks
pria.
Terong mempunyai nilai yang tinggi baik sebagai makanan maupun sebagai
obat. Vitamin B2 dalam teromg jauh lebih banyak daripada sayuran lain.
Terong diberikan untuk menangani keluhan liver dan meningkatkan
metabolisme kolesterol. Ekstrak cairnya membatasi aktivitas choline esterase
pada plasma manusia. Terong dapat dijadikan acar atau dikeringkan dan
disimpan. Akarnya merupakan obat antiasma dan stimulant umum. Jusnya
digunakan untuk mengobati autis. Akarnya yang ditumbuk dipakai untuk
mengobati borok di hidung. Bijinya mengandung lemak jenuh.
7. Nanas dan Pisang
Ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi pisang dan nanas. Mitos ini sangat
dipercaya oleh sebagian masyarakat di Jawa, karena bisa mengakibatkan
keputihan. Konsumsi pisang dan nanas justru disarankan karena kaya akan
vitamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan
melancarkan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan. Adapun keputihan
tidak selalu membahayakan. Saat hamil maupun setelah melahirkan adalah
normal apabila ibu mengalami keputihan. Kecuali jika keputihan tersebut
terinfeksi bakteri, jamur, dan virus yang biasanya dengan keluhan gatal, bau,
dan warnanya kekuningan atau kecoklatan.
Mungkin Anda pernah mendengar bahwa nanas dan pisang menyebabkan
becek ? Padahal, tak ada bukti ilmiahnya. Jadi, sama sekali tidak beralasan
karena takut dan membatasi diri untuk menyantapnya. Apalagi, tidak ada
kaitan jelas antara mengonsumsi buah-buahan tersebut dan kerja organ-
organ seksual, baik pria maupun wanita.
Nanas dan pisang justru mengandung zat-zat tertentu yang dibutuhkan
tubuh, terutama vitamin C dan kalium dalam pisang yang justru berkhasiat
menahan cairan tubuh. Lagi pula kondisi basah sebetulnya merupakan
59
pertanda alamiah bahwa pihak istri telah siap menerima kehangatan dari
suaminya. Sementara kondisi kering malah akan menimbulkan lecet dan
rasa sakit yang bakal menyiksa keduanya. Boleh dibilang yang paling
berperan dalam hal ini adalah sensitivitas dan kekencangan otot-otot tubuh,
terutama otot-otot dasar panggul yang melingkari tulang organ kelamin.
Kedua hal inilah yang amat berperan menentukan daya cengkeram sekaligus
meningkatkan kualitas hubungan suami-istri. Jadi, pada mereka yang
sensitivitasnya tidak mengalami gangguan, tersentuh sedikit saja sudah akan
terbangkitkan gairahnya. Jika pun menurun tingkat kepekaannya, entah pada
bagian-bagian tertentu atau justru seluruh tubuh, masih memungkinkan untuk
diterapi lewat pengobatan dan pelatihan. Sambil tak lupa menggali akar
permasalahannya kenapa bisa terjadi demikian, mengingat akibatnya
dirasakan secara fisik, meski awalnya bersifat psikis.
Pendapat lain adalah “Nanas mengakibatkan keguguran“. Pendapat ini
belum dibuktikan secara medis. Tetapi bagi beberapa orang, nanas bisa
menyebabkan gangguan lambung, terlebih asam lambung memang
meningkat dikala hamil. Tentu orang yang sensitive lambungnya terhadap
nanas, sebaiknya menghindari buah ini dikala hamil. Tetapi bagi mereka
yang aman-aman saja terhadap nanas justru baik menyantap buah ini. Tak
lain karena nanas mengandung vitamin A dan C serta mengandung enzim
bromelin yang baik untuk mencerna protein. Apalagi bila nanas ada pada
acar dan beberapa masakan dengan variasi olahan menggunakan nanas.
Pisang bisa membuat gemuk. Mungkin pernyataan ini sudah akrab di telinga
Anda. Tetapi, apakah pernyataan ini benar? Pisang merupakan buah yang
sarat gizi, hampir tidak mengandung lemak dan mudah dicerna. Karbohidrat
didalam pisang sekitar 23-35%, lemak 0,2% dan seperti bahan nabati
lainnya, pisang bebas kolesterol. Sebanyak 100 gram pisang akan
memberikan kalori sebesar 120 kalori. Buah ini juga kaya kalium dan
mengandung magnesium, selenium, besi dan vitamin-vitamin serta bebas
Natrium.
Pisang kaya dengan vitamin B-6 yang dibutuhkan untuk kesehatan mental
seseorang. Kekurangan vitamin B-6 ini dapat menyebabkan seseorang
mudah lelah dan marah serta susah tidur. Mengkonsumsi satu setengah
buah pisang setiap hari akan mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin
B-6 ini. Menyantap makanan kaya kalium dan vitamin B6, khususnya pisang
segar (bukan pisang rebus atau pisang goreng) juga dapat mengurangi rasa
nyeri, ngilu dan sakit pada persendian. Mengkonsumsi pisang 3-4 kali sehari
bahkan dipercaya dapat membantu mengurangi gejala radang sendi
(arthritis). Pisang merupakan makanan kaya kalium. Satu buah pisang
berukuran sedang mengandung 467 mg kalium, yang memberikan 13%
kebutuhan kalium harian. Data penelitian menunjukkan bahwa pengambilan
kalium oleh tubuh berhubungan dengan efek penurunan tekanan darah.
Pada tahun 2001, FDA (Food and Drug Administration; semacam Badan
POM di USA), menyetujui bahwa makanan yang merupakan sumber kalium
60
dan rendah natrium barangkali dapat mengurangi resiko terjadinya
peningkatan tekanan darah dan stroke. Sebagai sumber kalium, pisang
dapat membantu mengurangi resiko peningkatan tekanan darah.
Pada New England Journal of Medicine bahkan disebutkan, bahwa
mengkonsumsi satu buah pisang sehari dapat menurunkan resiko stroke
sampai 40%. Jika anda merasa lesu di antara waktu makan, ambil saja
pisang. Gula buah yang terkandung di dalamnya (yang tergolong karbohidrat
sederhana), akan mudah dicerna dan masuk ke aliran darah sehingga
menghasilkan energi instant. Selain itu, dengan pasokan kalium dari pisang,
jaringan otot akan bertenaga kembali selama beberapa saat sebelum tubuh
mendapatkan pasokan energi darurat dari makanan utama. Karena hal ini
pula, tidak heran jika para atlet terutama atlet tennis seringkali
mengkonsumsi pisang sebelum dan pada saat bertanding untuk pengusir
lelah dan pemberi tenaga.
The Food Pharmacy oleh Jean Carper, pisang bahkan disebut sebagai
makanan mujarab bagi penderita penyakit mag. Barangkali sifat spasmolitik
pisang, yang menurunkan kerja lambung dan mengurangi sekresi enzim
serta asam lambung, turut berperan dalam menghasilkan khasiat ini.
Kandungan pektin yang tinggi didalam pisang juga dapat melindungi selaput
lendir lambung terhadap pengaruh asam lambung dan enzim (pepsin).
Pisang juga kaya serat makanan atau karbohidrat kompleks yang akan
membantu memperlancar buang air besar dan sangat baik untuk mencegah
kanker usus besar.
8. Telur
Ibu hamil dilarang mengkonsumsi telur, karena dikhawatirkan ASI-nya bebau
amis. Mitos tersebut tidak benar. Telur mengandung protein hewani yang
sangat dibutuhkan ibu hamil. Selain itu, seiring dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akn bahaya kolesterol, selain daging, kuning telur kini
termasuk makanan yang dihindari. Padahal, para ahli kini menyimpulkan
bahwa telur tidak mempengaruhi kadar kolesterol secara signifikan. Bukan
kolesterol yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah, tetapi lemak
jenuh. Telur diketahui hanya mengandung sedikit lemak jenuh.
Mengkonsumsi telur bisa memperbaiki kadar lipid (kolesterol) seseorang
yang kolesterolnya naik saat mengkonsumsi makanan kaya kolesterol.
Ada begitu banyak nutrisi penting dalam sebutir telur. Sebut saja choline,
yang sangat penting untuk fungsi otak dan kesehatan. Satu buah kuning telur
mengandung lebih dari 25 persen kebutuhan choline setiap hari. Orang
dewasa membutuhkan 425 gram choline per hari, sedangkan anak balita
butuh 250 gram per hari. Sebuah penelitian mengungkapkan konsumsi
choline yang cukup bias menurunkan risiko kanker payudara.
Telur juga mengandung antioksidan serta lutein yang membantu mencegah
gangguan penglihatan akibat penuaan dan katarak. Kadar lutein dalam telur
bahkan lebih banyak dibanding pada sayuran berdaun hijau. Telur
mempunyai kandungan zat gizi yang cukup tinggi, antara lain mengandung
61
delapan asam amino esensial yang baik untuk pertumbuhan anak dan
kesehatan tubuh. Selain itu, telur juga mengandung mineral selenium (Se).
Pria membutuhkan asupan selenium untuk pembentukan kualitas dan
kuantitas sperma. Satu butir telur dapat menghasilkan 10 persen dari total
kebutuhan tubuh terhadap selenium. Telur juga mengandung vitamin D yang
dapat membantu penyerapan kalsium untuk pembentukan tulang. Selain itu,
telur juga mengandung vitamin E. Kombinasi antara selenium dan vitamin E
berperan sebagai antioksidan yang dapat mengurangi risiko kerusakan sel
tubuh akibat radikal bebas. Telur juga diketahui sebagai sumber vitamin B12,
vitamin B6, dan folat yang dibutuhkan untuk kesehatan tubuh dan melindungi
sel-sel saraf. Kekurangan vitamin B12 dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan sel-sel saraf. Wanita hamil yang kekurangan vitamin B12
mempunyai risiko anaknya akan mengalami kerusakan pada sistem saraf.
9. Jeruk
Ada mitos yang menyatakan bahwa jeruk menyebabkan meningkatkan lendir
pada paru bayi dan resiko kuning saat bayi lahir. Justru jeruk sumber vitamin
C yang tinggi. Kandungan jeruk bukan hanya vitamin C tinggi, tetapi juga
potasium, folat, kalsium, thiamin, niacin, vitamin B6, fosfor, dan lain
sebagainya.
Kelebihan jeruk, mengandung serat tinggi. Walau begitu, tidak mengandum
sodium, lemak, dan kolesterol, karena itu aman bagi yang berdiet. Serat
membantu menurunkan kadar kolesterol dalam plasma dengan cara
mengganggu proses reabsorpsi asam empedu.
Vitamin C dalam jeruk berperan menyerap zat besi non-organik (zat besi dari
makanan non-hewani), sehingga dapat mencegah dan membantu
penyembuhan penyakit. Vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan yang
dapat mencegah kerusakan sel serta penyakit jantung dan kanker. Vitamin C
berguna sekali bagi mereka yang menderita infeksi atau penyakit yang telah
berlarut-larut.
10. Makanan Laut
Mungkin kita sering mendengar ungkapan bahwa ibu hamil dilarang
mengkonsumsi ikan laut karena menyebabkan ASI berbau amis dan luka
jahitan sulit kering. Mitos tersebut tidak benar. Justru ikan laut mengandung
protein yang sangat dibutuhkan ibu hamil untuk mengganti sel-sel rusak.
Ada juga pernyataan bahwa salah satu cara menurunkan kolesterol dengan
pantang makanan laut. Tidak perlu menghindari makanan laut sama sekali.
Kuncinya adalah konsumsi dalam jumlah wajar karena makanan laut
memang mengandung kolesterol. Kadar kolesterol dalam tubuh sebagian
besar dipengaruhi oleh lemak jenuh dan trans fatty acid. Keduanya ini
terdapat dalam daging merah dan makanan kemasan olahan. Trans fatty
acid terdapat di snack kemasan, gorengan, atau margarin yang berisi minyak
hydro genated.
Protein, zat besi, serta asam lemak omega-3 dalam makanan laut bisa
membantu meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Menurut penelitian yang
62
dilakukan di Inggris, kekurangan konsumsi makanan laut selama masa
kehamilan bisa mengakibatkan lemahnya kemampuan verbal, gangguan
perilaku, serta masalah tumbuh kembang lain pada anak.
Ikan dan kerang-kerangan saat ini sudah terbukti merupakan makanan yang
baik untuk otak. Makanan-makanan tersebut mengandung asam lemak
esensial yang bermanfaat, yakni Omega-3, serta sejumlah vitamin,
mineral,dan asam amino. Asam lemak omega-3 jenin DHA dan EPA yang
banyak ditemukan dalam ikan berminyak terbukti berperan sangat penting
untuk kesehatan dan perkembangan fungsi saraf dan otak. Minyak hati ikan
cod yang menjadi favorit pada zaman dulu, ternyata bukanlah sumber utama
lemak esensial untuk anak-anak karena sisa polutan yang tersimpan dalam
hati ikan cod.
Asam lemak esensial tidak dihasilkan di dalam tubuh, karena itu kita harus
mendapatkannya dari luar, yaitu dari makanan. Ada kekhawatiran bahwa
makanan modern tidak mengandung cukup lemak Omega-3. Kekurangan zat
gizi ini dikaitkan dengan lemahnya konsentrasi dan memori, disleksia,
masalah perilaku, kesulitan belajar, juga hiperaktif pada beberapa anak yang
sensitive.
Ikan juga merupakan sumber kolin, yaitu nutrisi yang diperlukan (bersama
lesitin dan vitamin B kompleks) untuk menghasilkan bahan kimia asetilkolin di
otak, agar memori dapat bekerja cepat dan meningkatkan kemampuan
belajar. Kerang-kerangan merupakan sumber seng, mineral penting bagi
kemampuan memori dan konsentrasi otak. Penelitian menunjukkan bahwa
kekurangan sedikit saja seng dapat mengakibatkan ketidakseimbangan
fungsi mental. Akibatnya, anak menjadi sensitif, suasana hati mudah
berubah, dan hilang nafsu makan. Bila kekurangan tersebut teratasi,
biasanya kemampuan memori akan membaik kembali. Hidangan laut juga
mengandung asam amino tirosin, yang dikaitkan dengan peningkatan energi
mental dan kewaspadaan jika digunakan bersama vitamin B kompleks dalam
jumlah cukup, yang penting untuk produksi energi.
11. Nasi
Nasi adalah makanan pantangan bagi seseorang yang sedang menjalankan
diet. Karena nasi dianggap pemicu bertambahnya berat badan. Nasi adalah
karbohidrat yang sangat diperlukan tubuh sebagai sumber tenaga. Bila nasi
yang dikonsumsi dalam jumlah banyak memang dapat menyababkan
kegemukan. Tetapi nasi dikonsumsi sehari tiga kali dalam porsi normal,
sama sekali tidak menyebabkan gemuk. Olahraga dipadukan dengan diet
seimbang tetap merupakan cara terbaik menurunkan berat badan.
Nasi adalah salah satu sumber alami vitamin B5, yang telah dibuktikan oleh
penelitian berguna untuk meningkatkan daya ingat atau memori otak. Selain
itu, Vitamin B5 juga berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan juga
penting dalam proses biosintesa asam lemak, lemak, protein dan
karbohidrat.
63
12. Keju
Sebagian masyarakat meyakini bahwa keju menyebabkan kegemukan.
Sehingga tidak sedikit dari mereka yang menghindari konsumsi keju.
Sebenarnya tidak perlu menyingkirkan keju asalkan dikonsumsi secukupnya.
Keju pasti berbahan dasar susu segar. Tahap pemadatan dan fermentasi
selama proses pembuatan semakin meningkatkan nilai gizi keju. Kandungan
protein keju lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu segar. 100 gram keju
rata – rata mengandung 22,8 gram protein, sedangkan susu segar hanya 3,2
per 100 gram. Begitu juga dengan kandungan kalsium, Keju mengandung
777 mg kalsium dan susu segar hanya sekitar 143 mg kalsium setiap 100
gram berat bahan. Selain kandungan nutrisi di atas, keju juga tinggi
karbohidrat lemak, zat besi, lemak, dan fosfor.
Mengkonsumsi keju dapat mengurangi gejala sindrom pramenstruasi dan
memperkuat tulang. Kandungan beragam mineral yang tinggi pada keju
sangat baik untuk melindungi gigi dari karies, ini dikarenakan unsur tadi
dapat memperkuat mineralisasi email pada gigi.
13. Alpukat
Buah yang lezat ini jangan sering-sering dimakan karena kandungan
lemaknya tinggi. Memang ada benarnya juga, tapi lemak yang terkandung di
dalam buah lezat ini adalah lemak baik alias HDL. Di dalam alpukat juga
terdapat biotin, Magnesium, seng dan asam folat. Juga mengandung Vitamin
C dan E yang baik untuk kesehatan kulit kita dan membuat kita awet muda.
Dibanding lemak dalam french fries, gorengan, makanan hewani, jelas satu
gelas alpukat kocok atau jus alpukat jauh lebih baik.
Jenis lemak yang dikandung alpukat termasuk lemak tak jenuh, sehingga
mudah dicerna dan berguna bagi tubuh. Kandungan lemak ini memberikan
energi yang cukup tinggi dengan rasa yang gurih dan lezat serta tidak pahit.
Buah alpukat banyak mengandung mineral yang berguna untuk mengatur
fungsi tubuh dan menstimulasi pertumbuhannya. Zat besi dan tembaga yang
terkandung di dalamnya membantu proses regenerasi darah merah dan
mencegah anemia. Buah alpukat juga merupakan sumber Vitamin E dan
beberapa Vitamin B. Kandungan serta buah alpukat secara simultan juga
dapat membantu proses pencernaan. Buah alpukat juga dapat menurunkan
kadar kolesterol yang tinggi karena mengandung karbohidrat dan lemak tak
jenuh.
14. Daging Kambing
Benarkah ibu hamil dilarang mengkonsumsi daging kambing ? Jawabannya
adalah ibu hamil boleh saja mengkonsumsi daging kambing dengan porsi
yang wajar, kecuali ibu hamil yang menderita kelebihan kolesterol atau
penyakit jantung. Daging kambing mentah memiliki kandungan lemak 50
persen hingga 60 persen lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi,
akan tetapi kandungan proteinnya hampir sama. Daging kambing juga
memiliki kandungan lemak 42 persen hingga 59 persen lebih rendah jika
dibandingkan dengan daging domba.
64
Hal yang sama untuk daging kambing yang sudah dimasak, presentase
lemak jenuh daging kambing 40 persen lebih rendah jika dibandingkan
dengan daging ayam (tanpa kulit) dan masing-masing 850 persen, 1100
persen, dan 900 persen lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi,
babi, dan domba. Kandungan kolesterol daging kambing ternyata hampir
sama dengan daging sapi, domba, babi, dan ayam dan lebih rendah jika
dibandingkan dengan beberapa produk susu dan daging ayam olahan dan
makanan laut. Daging kambing mengandung kolesterol sebanyak 76 mg
persen, sedangkan untuk daging sapi, ikan, dan domba adalah 70 mg
persen. Kandungan kolesterol daging babi dan ayam adalah 60 mg persen.
Daging kambing juga sumber lemak yang sehat dengan risiko
mengkonsumsi kolesterol yang minimum. Di samping itu, daging kambing
mengandung lebih banyak zat besi, potasium dan tiamin yang berhubungan
dengan kandungan garam yang lebih rendah. Daging kambing mengandung
semua asam amino esensial dan mengandung lebih rendah kalori. Oleh
karena itu, daging kambing tergolong ke dalam bahan makanan yang
bersahabat dan sehat untuk dikonsumsi, asalkan saja tidak secara
berlebihan.
15. Yoghurt
Ibu hamil tidak boleh minum yoghurt. Tidak ada penelitian yang mendukung
pernyataan ini. Jadi pernyataan ini hanya mitos belaka. Lagipula yoghurt itu
baik untuk melancarkan pencernaan ibu hamil. Yang mana semenjak dalam
kehamilan tidak jarang ibu hamil mengalami namanya sembelit.
Yoghurt memiliki gizi yang lebih tinggi dibanding susu segar. Kandungan
lemaknya pun juga lebih rendah, sehingga cocok bagi mereka yang sedang
menjalankan diet rendah kalori. Yoghurt juga dapat membantu proses
penyembuhan lambung dan usus yang luka. Meminum yoghurt secara
teratur dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu juga
yoghurt diyakini baik untuk memperpanjang umur.
Yoghurt dapat membantu penderita lactose intolerance. Penyebabnya adalah
defisiensi/kekurangan enzim pencerna laktosa. Sehingga setiap kali minum
susu, butiran laktosanya akan tertinggal di permukaan lubang usus halus dan
menyerap air dari sekitarnya yang kemudian memunculkan diare. Dalam
yoghurt, laktosa susunya sudah dipecah oleh bakteri baik Lactobacillus
bulgaricus melalui proses fermentasi, hingga mudah diserap tubuh. Itulah
mengapa yoghurt sangat disarankan sebagai pengganti susu bagi orang /
anak yang tidak mampu mencerna laktosa dengan baik. Dengan minum
yoghurt, anda dan si kecil tidak akan diare lagi. Yoghurt dapat menghambat
pathogen flora usus pengonsumsi yoghurt terbukti sulit ditumbuhi kuman-
kuman patogen atau kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Dengan
terhambatnya pertumbuhan sekaligus matinya mikroba patogen dalam
lambung dan usus halus bisa menghindari munculnya berbagai penyakit
akibat infeksi atau intoksikasi mikroba. Dengan kata lain, mengonsumsi
yoghurt secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan saluran
65
pencernaan. Mengkonsumsi antibiotik memang berfungsi mematikan kuman,
namun ia tidak pandang bulu mana kuman yang perlu dibunuh dan mana
yang sebetulnya tidak perlu dimusnahkan.sebenarnya ada kuman yang
harus berada di saluran cerna guna menjaga keseimbangan flora usus.
Yoghurt dapat menetralisir efek samping antibiotik ini. Yoghurt sebagai
antikanker saluran cerna. Bakteri-bakteri yang berperan dalam yoghurt dapat
mengubah zat-zat prekarsinogenik (zat-zat pemicu kanker) yang ada dalam
saluran pencernaan, hingga mampu menghambat terjadinya kanker. Yoghurt
dapat mencegah jantung koroner. Bakteri baik yakni, Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococus yang terdapat dalam yoghurt, akan menghasilkan asam
folat dan vitamin B kompleks, kedua vitamin ini berguna mencegah
munculnya penyakit jantung koroner.
66
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM PANGAN DAN GIZI
1. TEKNOLOGI PERTANIAN a. Pengertian
Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh manfaatnya seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di antaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.
Sejarah teknologi pangan dimulai saat Nicolas Appert mengalengkan bahan pangan, sebuah proses yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah kerusakan mikroba pada proses fermentasi anggur setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal.
Sejarah Teknologi pangan di Indonesia menyangkut beberapa aspek, disamping aspek program pendidikan juga berhubungan erat dengan sejarah perkembangan institusi, bidang IPTEK, SDM (Staff, lulusan), prasarana dan fasilitas, juga menyangkut perkembangan lapangan kerja, industri dan perdagangan produk pangan serta dinamika masyarakat dan trend konsumsi pangan.
b. Manfaat Teknologi Pangan
Adanya teknologi pangan sangat mempengaruhi ketersediaan pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba. Oleh karena itu, terciptalah teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga memungkinkan untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh penjuru dunia. Dulu, orang-orang di Eropa tidak bisa menikmati makanan-makanan Asia. Tetapi sekarang karena teknologi pangan setiap bangsa dapat menikmati makanan khas bangsa lainnya.
c. Pengembangan di bidang teknologi pangan
Beberapa proses terkait pemrosesan bahan pangan telah memberikan kontribusinya di bidang teknologi pangan, terutama pada rantai produksi dan suplai pangan. Pengembangan tersebut misalnya: - Pembuatan susu bubuk telah menjadi dasar untuk pembuatan berbagai
produk baru dari benda cair dan semi cair yang dapat diseduh (dapat
67
direhidrasi kembali) setelah dikeringkan menjadi padatan berbentuk serbuk. Hal ini juga yang menjadikan proses distribusi susu menjadi lebih efisien dan cikal bakal berkembangnya industri susu formula.
- Dekafeinasi untuk kopi dan teh, namun lebih banyak digunakan pada biji kopi demi mengurangi kadar kafeina pada kopi. Biji kopi kering diproses menggunakan uap hingga kadar airnya menjadi sekitar 20%. Panas diberikan untuk memisahkan kafeina dari biji kopi ke permukaan kulitnya. Lalu pelarut diberikan untuk memindahkan kafeina dari biji kopi. Hingga tahun 1980-an, pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Karbon dioksida merupakan salah satu pelarut non organik yang digunakan untuk memisahkan kafeina di bawah kondisi super kritis.
d. Pengertian Teknologi Pertanian
Teknologi Pertanian adalah alat, cara atau metode yang digunakan dalam mengolah/memproses input pertanian sehingga menghasilkan otuput/hasil pertanian sehingga berdayaguna dan berhasilguna baik berupa produk bahan mentah, setengah jadi maupun siap pakai.
Teknologi memegang peranan penting dalam pengembangan potensi sumberdaya tanaman pangan, sumberdaya peternakan dan sumberdaya perikanan. Teknologi yang dihasilkan dari penelitian dan pengkajian (litkaji) akan menjadi sia-sia jika tidak diaplikasikan di lapangan, terutama dalam upaya pemberdayaan masyarakat tani. Kondisi di lapangan menunjukkan masih rendahnya/terbatasnya informasi teknologi yang diterima oleh petani/pengguna baik dari Balai Penelitian, Balai Pengkajian maupun Perguruan Tinggi. Keberhasilan diseminasi teknologi pertanian sangat tergantung pada kesesuaian antara informasi teknologi pertanian yang didiseminasikan dengan yang dibutuhkan serta memperhatikan kebutuhan pengguna. Hasil penelitian/pengkajian akan kurang bermanfaat apabila tidak diikuti dengan usaha penyebarluasan informasi baik melalui media cetak, elektronik dan pertemuan, salah satunya Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian.
e. Perkembangan Teknologi Pertanian
Indonesia merupakan Negara agraria dengan sumber daya alam yang tinggi, sehingga potensi pertanian di Indonesia sangat mendukung. Indonesia juga terbentang pada garis khatulistiwa yang memiliki iklim tropis, kelimpahan sinar matahari yang cukup, tingkat kelembaban udara yang ideal, serta budaya masyarakat yang mencintai keanekaragaman hayati. Indonesia pun menjadi lirikan bagi negara-negara asing terutama pada sektor pertanian.
Pertanian merupakan sebuah sektor yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena inilah yang menjadi dasar penyedia sandang, pangan, dan papan dalam menjalankan kehidupan. Selain itu di Indonesia, sektor pertanian menjadi tumpuan kehidupan masyarakat pada umumnya, karena Indonesia merupakan negara agraris. Akibatnya banyak warga negara Indonesia yang berprofesi sebagai petani.
68
Dalam sektor pertanian ini, peran teknologi sangat diperlukan untuk keberhasilan produktivitas usaha tani yang dihasilkan. Apalagi seiring bertambahnya jumlah penduduk, ototmatis kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan akan semakin meningkat. Terlebih kebutuhan akan pangan. Sebab tanpa pangan, masyarakat tidak akan dapat hidup. Serta bagus tidaknya ketahanan pangan suatu negara itu dapat menjadi indikator keberhasilan suatu negara. Hal ini membuat dunia pertanian harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia tersebut. Tahap demi tahap dilakukan supaya produksi yang dihasilkan dapat memuaskan.
Sekarang kita berada pada era informasi dimana semua informasi apapun dapat kita peroleh dengan mudah melalui media-media pendukung informasi seperti internet, televisi, media cetak, dan lain-lain. Dalam hal ini dunia pertanian pun menggunakan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan pembangunan pertanian berkelanjutan. Teknologi informasi dan komunikasi memiliki peranan penting dalam mewujudkan pertanian yang modern secara tepat waktu.
Pada saat ini penguasaan terhadap teknologi informasi semakin menguat. Kini teknologi informasi merupakan hal mutlak yang tidak bisa ditawar lagi. teknologi informasi diyakini sebagai alat pengubah untuk memperoleh kemudahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dan selanjutnya memperoleh manfaat yang sangat banyak dari teknologi informasi. Teknologi informasi mempunyai peranan yang vital dalam segala bidang, salah satunya pada bidang pertanian. Maka dengan memanfaatkan teknologi informasi dengan baik maka pertanian di Indonesia akan lebih maju.
Dunia pertanian pada zaman sekarang bergantung pada teknologi informasi baik dalam bentuk apapun. Petani Indonesia membutuhkan informasi yang berkaitan dengan dunia pertanian. Informasi-informasi tersebut dapat di peroleh dengan mudahnya pada era informasi ini melalui media-media yang sudah tersebar di masyarakat luas. Informasi-informasi hasil penelitian dan inovasi dalam bidang pertanian membantu upaya peningkatan produksi komoditas pertanian, sehingga tercapailah pembangunan pertanian yang diharapkan. Informasi dan pengetahuan tentang pertanian akan menjadi pemicu dalam menciptakan peluang untuk pembangunan pertanian dan ekonomi sehingga terjadi pengurangan angka kemiskinan. Teknologi informasi dan komunikasi membantu memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu sehingga memudahkan petani untuk mengambil keputusan dalam sebuah peluang dan menghasilkan produk yang maksimal.
Dalam dunia pertanian komunikasi sangatlah penting dalam membentuk jaringan antar petani maupun antar instansi yang mendukung pembangunan pertanian. Masalah produksi komoditas pertanian yang sama antar daerah yang menjadikan mutu harga dari komoditas hasil pertanian tersebut kini tidak lagi menjadi masalah karena adanya komunikasi yang terjalin antar petani di daerah lain. Sehingga petani dapat mengambil keputusan yang terbaik dalam pengelolaan lahan pertaniannya. Begitu pun juga dengan masalah-masalah lain yang dapat di atasi dengan berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya.
Maka dari itu, untuk mengelola usaha taninya, para petani memerlukan berbagai informasi di bidang pertanian, seperti: kebijakan
69
pemerintah, hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu, pengalaman petani lain, serta informasi terkini mengenai prospek pasar yang berkaitan dengan sarana produksi dan produk pertanian. Sumber-sumber informasi tersebut bisa mereka dapatkan salah satunya dengan mengakses internet. Dengan mengakses internet, para petani bisa mendapatkan berbagai informasi mengenai pertanian. Tidak hanya itu, mereka juga dapat mengetahui informasi terkini mengenai prospek pasar internasional yang berhubungan dengan sarana produksi dan produk pertanian. Namun, pemerintah wajib pula untuk memberikan penyuluhan kepada para petani dalam mewujudkan produksi serta produk-produk pertanian yang berkualitas.
Internet terdapat banyak sekali informasi-informasi yang tersedia. Baik dari berita, artikel, dan masih banyak lagi. Informasi yang tersedia berasal dari banyak sumber yang berbeda-beda. Begitu juga informasi tentang pertanian. Banyak informasi-informasi yang sudah tersedia di dunia maya ini. Internet memberikan infomasi kepada petani tentang cara penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman dan hewan, ramalan iklim, irigasi dan harga pasaran. Internet juga membantu petani dalam koperasi.
Internet memberi informasi kepada para petani dalam pemeliharaan tanaman dan hewan, pemberian pupuk, irigasi, ramalan cuaca dan harga pasaran. Manfaat internet menguntungkan para petani dalam hal kegiatan advokasi dan kerjasama
Internet juga bermanfaat untuk mengkoordinasikan penanaman agar selalu ada persediaan di pasar, lebih teratur dan harga jual normal. Jika para petani memerlukan informasi khusus yang tidak dapat segera dilayani para petugas penyuluh pertanian, maka mereka bisa mendapatkan informasi tersebut dari internet.
Teknologi Informasi juga berperan terhadap pemasaran hasil pertanian, berbagai macam bisnis saat ini sudah semakin adaptif terhadap kemajuan teknologi informasi. Pola bisnis konvensional sudah tidak terlalu sering dilakukan dan cenderung bergerak kearah bisnis dengan memasarkan produknya ke dunia maya seperti pemasaran melalui media web, transaksi online, bahkan pemasaran melalui jejaring sosial. Pemasaran produk pertanian melalui internet tentunya lebih ekonomis daripada secara konvensional. Para petani dapat dengan mudah mengetahui kebutuhan pasar. Petani dapat mengkoordinasikan penanaman sehingga ketersediaan di pasar selalu ada dan stabil serta harga jual normal. Dengan berkomunikasi secara cepat, petani dapat menjual hasil pertaniannya secara cepat pula.
Permintaan terhadap produk-produk pertanian tidak akan pernah berhenti selagi manusia masih membutuhkan pangan, dan akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat pula. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Korea sudah banyak petani-petani yang memasdarkan hasil pertaniannya melalui internet. Mereka dapat memantau pemasaran melalui website yang khusus dibuat untuk proses jual beli. Mereka dengan mudah memasarkan hasil pertaniannya ke seluruh dunia dan biasa melakukan transaksi dengan cara transfer, maka sangat canggih, praktis, dan tentunya lebih ekonomis, serta efisien. Tak hanya untuk produksi. Ponsel, tanpa dukungan koneksi internet sekalipun, juga bisa digunakan untuk memudahkan petani memasarkan hasil pertanian.
70
Dalam pertanian berskala besar, teknologi informasi dan komunikasi sangat membantu dalam proses pembangunannya. Salah satu diantara contohnya adalah menggunakan program untuk membantu pemetaan bidang lahan pertanian. Dengan begitu petani dapat dengan mudah memperkirakan atau menganalisis hasil produksi pertaniannya, mengetahui arah pengembangan, mengetahui denah penyabaran penyakit, dan lain-lain. Dalam contoh lain yaitu menggunakan pesawat untuk proses pemupukan dalam skala besar dan luas yang didalamnya menggunakan mesin otomasi penyemprot pupuk dan dirancang sesuai kebutuhan. Pesawat tersebut juga dilengkapi dengan kamera sensor untuk melihat kondisi lahan pertaniannya dan petani mengetahui informasi-informasi yang didapat melalui proses berlangsungnya pertanian tersebut tanpa harus terjun langsung di lapangan. Contoh tersebut juga salah satu manfaat dari berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi di dunia ini.
Teknologi informasi akan semakin penting peranannya dalam mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Meskipun biaya yang dibutuhkan untuk membangun infrastuktur Nasional yang besar, tetapi kerugian bila tidak melakukannya akan jauh lebih besar lagi.
Selain memberikan informasi, teknologi informasi juga dapat membantu jalannya penyuluhan pertanian. Karena pada zaman sekarang tidak ada kegiatan yang tidak menggunakan teknologi walaupun teknologi hanya sekedar mencari informasi untuk diri sendiri ataupun mencari informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.
Sejak menggunakan teknologi sebagai media informasi bagi petani, aktivitas penyuluhan pertanian menjadi berubah. Selain dari informasi yang disampaikan menarik yang dapat menumbuhkan motivasi juga kegiatan banyak dilakukan langsung oleh petani itu sendiri sehingga menimbulkan kedisiplinan terhadap diri petani itu sendiri. Kita perlu menentukan prioritas penerapan tekologi informasi di bidang pertanian agar memberikan hasil yang maksimal. Kita juga perlu membangun kemampuan untuk mengadaptasi, memelihara, melakukan penyesuaian dan mengkonfigurasi ulang solusi TIK yang ada agar menjawab kebutuhan di bidang pertanian.
Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya petani dan pelaku pertanian serta kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta pertimbangan efektivitas dan efisiensi penyeberluasan informasi, salah satu solusi ditawarkan dalam rangka mengatasi persoalan transfer teknologi dan pengetahuan pertanian adalah pemanfaatan information and communication technologies (ICTs) yang untuk penyuluhan pertanian dikenal dengan sebutan “cyber extension” yang merupakan penggunaan jaringan on-line, computer dan digital interactive multimedia untuk memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian. Model ini dipandang sangat strategis karena mampu meningkatkan akses informasi bagi petani, petugas penyuluh, peneliti baik di lembaga penelitian maupun maupun di universitas serta para manajer penyuluhan. Selain menggunakan “cyber extension” penyuluhan pertanian saat ini juga menggunakan multiple information system bagi masyarakat pedesaan untuk mendukung usaha dan bisnis pertanian serta perbaikan ekonomi rumahtangga pedesaan.
Dengan adanya teknologi yang digunakan dalam penyuluhan pertanian diharapkan dapat meningkatkan layanan penyuluhan pada aktivitas petani dalam menyediakan inovasi pertanian yang semakin
71
advance dan membantu petugas penyuluhan pertanian dengan memainkan peran yang mengkoordinasi unsur pertanian di daerah agar dapat menjalin kerjasama dengan pihak-pihak atau otoritas terkait.
Betapa berpengarunya teknologi informasi dan komunikasi yang dikembangkan didalam bidang pertanian khususnya supaya mepermudah proses berjalannya pertanian dan meningkatkan hasil yang bekualitas. Petani kini tidak lagi terpuruk kedalam keterbelakangan dalam pembangunan pertanian dunia, tetapi petani bisa menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mewujudkan pembangunan pertanian yang berkualitas dan modern.
Begitu banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dari berbagai aspek. Dalam dunia pertanian, teknologi informasi memberikan banyak manfaat yang sangat membantu dalam terbantuknya proses pembangunan pertanian. Harapan masyarakat luas dalam memenuhi kebutuhan pangan dapat terbantu dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dalam pertanian.
Dengan ini salah satu tujuan Negara Indonesia yaitu “Memajukan kesejahteraan umum” akan terealisasikan dengan masyarakat yang adil dan makmur. Kebutuhan pangan dapat terpenuhi dan berkembangnya sektor pertanian di Indonesia. Indonesia sebagai Negara agraria bisa menjadi panutan bagi Negara-Negara lain.
Harapannya teknologi informasi dan komunikasi ini dapat digunakan oleh sebanyak mungkin petani Indonesia atau bahkan para petani di dunia agar produktivitas tani mereka meningkat, dan dijadikan sebagai alat pengembangan pertanian, demikian pula untuk kesejahteraan hidupnya.
f. Dampak Positif dan Negatif Teknologi Pertanian
1. Dampak Positif
Pengolahan lahan yang luas membuat para petani memerlukan waktu yang lama tanpa adanya teknologi. Orang dapat menghabiskan waktu 1 hari dalam mengolah lahan pertanian seluas 3 hetar. Namun dengan adanya teknologi petani akan lebih mudah dan cepat dalam mengolah lahan mereka. Contohnya saja dengan mengunakan mesin traktor. Dulu belum ada mesin traktor yang ada hanyalah menggunakan bantuan hewan seperti kerbau dan sapi untuk menarik garuk atau yang lebih sederhana lagi hanya menggunakan cangkul. Itulah yang membuat mereka lama dalam mengolah lahan mereka. Selain dari segi waktu yang pastinya lebih hemat penggunaan teknologi juga hasil yang diperoleh oleh petani lebih beragam produk dan lebih melimpah. Dulu petani biasa menanam jagung biasa, sekarang dengan cara pengawinan tanaman (jagung) dapat menghasilkan jagung hibrida yang lebih banyak hasil dan lebih menarik bentuk fisik dari jagung tersebut. Dan masih banyak lagi tentunya keuntungan-keuntungan dari penggunaan teknologi. 2. Dampak Negatif
Buah yang alami merupakan sumber vitamin dan gizi yang sangat baik untuk tubuh. Ketika zaman dahulu nenek moyang kita menanam tanaman cabe maupun tomat dan sayuran lainya dengan cara menyiramnya setiap hari dan memberi pupuk kompos, sekarang karena kondisi tanah tidak sama seperti dulu maka harus menyiraminya dengan pompa dan
72
sekarang hama tanaman yang bermacam-macam maka digunakanlah pertisida guna mengusir serta membunuh hama tanaman. Penggunaan pestisida merupakan bukti kemajuaan teknologi, tapi tahukah anda bahwa pestisida yang menempel di buah lalu dimakan pastinya akan sangat berbahaya bila dikosumsi secara rutin. Selain itu penggunaan pestisida juga akan membuat hama yang belum jadi terbunuh menjadi lebih kuat. Dampak lain dari penggunaan teknologi ialah biaya yang relatif tinggi. Dengan biaya tinggi tentu nilai jual dari hasil panen akan tinggi dan hal ini tidak baik untuk para penduduk yang masih kurang mampu. Apalagi bila hasil panen yang mahal adalah bahan kebutuhan pokok dari penduduk seperti padi dan cabe. Penduduk kurang mampu akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok. Mengenai dampak negatif dari peran teknologi masih banyak lagi.
2. PENGOLAHAN PANGAN Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu
pengetahuan tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh manfaatnya seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisik, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di antaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.
Sejarah teknologi pangan dimulai ketika Nicolas Appert mengalengkan bahan pangan, sebuah proses yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah kerusakan akibat mikroba pada fasilitas fermentasi anggur setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal.
Sejarah Teknologi pangan di Indonesia menyangkut beberapa aspek, disamping aspek program pendidikan juga berhubungan erat dengan sejarah perkembangan institusi, bidang IPTEK, SDM (Staff, lulusan), prasarana dan fasilitas, juga menyangkut perkembangan lapangan kerja, industri dan perdagangan produk pangan serta dinamika masyarakat dan trend konsumsi pangan.
Selain pengawetan terdapat banyak penemuan dan perkembangan pada ilmu teknologi pangan yang sangat mendukung kebutuhan dan selera pangan masyarakat masa kini. Banyak pengembangan produk pangan yang telah di majukan oleh beberapa pengusaha di bidang industri pangan, baik pengusaha kecil maupun pengusaha skala besar. Pengusaha menengah ke bawah mulai mengembangkan beberapa hasil pertanian menjadi produk pangan yang lebih inovatif melalui teknik bioteknologi, misalnya kecap, tempe, oncom, yoghurt, terasi, tape, dan lain-lain. Sedangakan pengusaha skala besar (food manufacture), menerapkan suatu ilmu yang cukup komplek sehingga di butuhkan keahlian khusus dalam proses penerapannya.
Beberapa contoh produk pangan hasil industri skala besar ialah pembuatan susu bubuk, telah menjadi dasar untuk pembuatan berbagai produk
73
baru dari benda cair dan semi cair yang dapat diseduh (dapat direhidrasi kembali) setelah dikeringkan menjadi padatan berbentuk serbuk. Hal ini juga yang menjadikan proses distribusi susu menjadi lebih efisien dan cikal bakal berkembangnya industri susu formula.Selain itu ialah dekafeinasi untuk kopi dan teh, namun lebih banyak digunakan pada biji kopi demi mengurangi kadar kafein pada kopi. Biji kopi kering diproses menggunakan uap hingga kadar airnya menjadi sektar 20%. Panas diberikan untuk memisahkan kafein dari biji kopi ke permukaan kulitnya. Lalu pelarut diberikan untuk memindahkan kafein dari biji kopi. Hingga tahun 1980-an, pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Karbon dioksida merupakan salah satu pelarut non organik yang digunakan untuk memisahkan kafein di bawah kondisi super kritis.
Tak kalah populernya yaitu makanan kaleng, pengalengan merupakan cara pengawetan bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat dan disterilkan dengan panas. Cara pengawetan ini merupakan yang paling umum dilakukan karena bebas dari kebusukan, serta dapat mempertahankan nilai gizi, cita rasa dan daya tarik. Proses pemanasan kaleng yang dianggap aman adalah yang dapat menjamin bahan makanan tersebut telah bebas dari karena bakteri tersebut menghasilkan toksin yang mematikan dan paling tahan terhadap pemanasan. Contoh produk menggunakan kemasan kaleng yaitu cornet beef dan lain-lain. Selain teknik di atas terdapat pula teknik ekstruksi, ,teknologi ekstruksi memungkinkan kita untuk melakukan serangkaian pengolahan, seperti: mencampur, menggiling, memasak, mendinginkan, mengeringkan dan mencetak dalam satu rangkaian proses saja. Berbagai proses didalam satu mesin meupakan salah satu bentuk efisiensi yang dapat mengurangi biaya produksi bagi suatu industri. Selain itu, teknologi ekstruksi memiliki beragam modifikasi proses sehingga dapat menghasilkan produk yang diinginkan. Hal-hal tersebut yang mendasari teknologi ekstrusi diaplikasikan secara luas, termasuk dalam pengolahan pangan.
Mutu produk ekstrusi dipengaruhi oleh variable bebas dan variable tidak bebas di dalam suatu proses ekstrusi. Variable bebas merupakan parameter yang secara langsung dapat dikontrol oleh operator mesin ekstrusi, sedangkan variable tidak bebas merupakan parameter yang dapat berubah mengikuti perubahan variable bebas. Formula bahan baku, kadar air bahan baku, kecepatan masuk bahan, kecepatan ulir ekstruder, suhu barrel dan konfigurasi ekstruder merupakan contoh dari variable bebas. Energy mekanik, kadar air produk, suhu pada saat proses, waktu tunggu dan tekanan di dalam ekstruder merupakan contoh dari variable tidak bebas. Contoh produk pangan hasil ekstruksi adalah keripik kentang, kerupuk konvensional, dan lain-lain.
Sekian banyak produk inovasi hasil teknologi pangan menunjukkan suatu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terciptanya produk pertanian dengan kwalitas unggul dan ketahanan pangan yang baik serta pengolahan produk pertanian dengan kecanggihan teknologi pangan sehingga dapat dihasilkan suatu produk pangan yang inovatif dan kreatif. Disamping itu, perkembangan ilmu teknologi pangan memberikan peluang besar terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang berdampak pada kebahagiaan dan kesejahteraan hidup masyarakat tersebut.
Pangan menurut UUD. No 9 Tahun 1996 Pasal 1 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang
74
digunakan dalam proses penyiapan,pengolahan,dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Gizi adalah suatu proses yang terjadi pada makhluk hidup, untuk mengambil dan menggunakan zat yang ada dalam makanan dan minuman guna mempertahankan hidup, pertumbuhan, berproduksi dan untuk menghasilkan energi. Susunan pangan dalam makanan yang seimbang adalah susunan bahan pangan yang dapat menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa diatara zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi esensial, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan yang normal, jadi zat esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya dalah zat gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan diataranya adalah asam amino esensial semua zat esensial diperlukan untuk kesehatan yang baik.
Pada umumnya zat gizi dibagi dalam enam kelompok utama, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral,air. Sedangkan sejumlah pakar juga berpendapat bahwa air juga merupakan bagian dari zat gizi. Hal ini didasarkan kepada fungsi air dalam metabolisme makanan yang cukup penting walaupun air dapat disediakan di luar bahan pangan. Dalan konteks ini penulis lebih memilih memasukkan air dalam kelompok zat gizi, sehingga zat gizi terbagi kedalam enam kelompok yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Tiga golongan zat gizi yang dapat diubah menjadi energi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Akan tetapi vitamin, mineral dan air diperlukan untuk membantu mengubah zat gizi tersebut menjadi energi atau menjadi sesuatu dalam biosintesis.
Susunan pangan dalam makanan yang seimbang adalah susunan bahan pangan yang dapat menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh untuk tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan. Banyaknya gizi yang diperlukan, berbeda antara satu orang dengan orang lain disebabkan berbagai faktor yang dibicarakan kemudian, tetapi fungsi gizi pada pokoknya sama untuk semua orang. Berdasarkan asupan gizi tersebutlah seseorang akan mempunyai status gizi. Secara umum ada 3 status gizi yailtu status gizi kurang, status gizi baik (normal), dan status gizi lebih.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam mengalami krisis pangan tentunya menjadi hal yang aneh. Indonesia mempunyai 400 jenis tanaman penghasil buah, 370 jenis tanaman penghasil sayuran, 70 jenis tanaman berumbi, 60 jenis penyegar dan 55 jenis tanaman rempah-rempah (Ali Khomsan, 2004).
Krisis ekonomi, disusul krisis keuangan global, bermuara pada pertambahan jumlah warga miskin di Indonesia. Pemutusan hubungan kerja dan anjloknya daya beli adalah tsunami yang menghantam pilar kualitas gizi masyarakat. Kini anak balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk mencapai 4,1 juta jiwa (Anonymous, 2011-b).
Selain minimnya lapangan kerja Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia pada saat dapat dikatakan belum bisa bersaing dengan SDM dari negara lain.
75
Hal ini dikarenakan Indonesia masih memiliki problem dalam pembangunan manusia. Permasalahannya adalah adanya “celah” yang dimiliki oleh pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi. Pemenuhan kebutuhan pangan sangat penting untuk peningkatan SDM. Pangan sebagai basic need merupakan media bagi manusia untuk mempertahankan hidup mendapatkan energi pertumbuhan dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Pangan dapat juga dikatakan sebagai sumber gizi. Zat gizi tersebut sangat berguna bagi tubuh untuk mengatur segala proses dalam tubuh.
76
TEKNOLOGI PANGAN DAN PERILAKU KONSUMEN
A. TEKNOLOGI DAN KEBIASAAN MAKAN 1. Pengertian Teknologi Pangan
Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan tentang bahan pangan guna memperoleh manfaat seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam teknologi pangan dipelajari serta sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut.
2. Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990), perilaku konsumen diartikan “…. Those actions directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services, including the decision processes that precede and follow this action.”
Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut.
Menurut Mowen (1995), “ Consumer behavior is defined as the study of the buying units and the exchange processes involved in acquiring, consume, disposing of goods, services, experiences, and ideas.”
Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi. Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pelanggan. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi 2 bagian yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pribadi seorang konsumen dan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan sekitar seorang konsumen.
Individual Determinants of Consumer Behavior
a. Demografis, psikografis, dan kepribadian
77
Demografis berhubungan dengan ukuran, struktur, dan pendistribusian populasi. Demografis berperan penting dalam pemasaran. Demografis membantu peramalan trend suatu produk bertahun-tahun mendatang serta perubahan permintaan dan pola konsumsi. Psikografis adalah sebuah teknik operasional untuk mengukur gaya hidup. Dalam kata lain psikografis adalah penelitian mengenai profil psikologi dari konsumen. Psikografis memberikan pengukuran secara kuantitatif maupun kualitatif. Bila demografis menjelaskan siapa yang membeli suatu produk, psikografis menekankan pada penjelasan mengapa produk tersebut dibeli. Sangat penting untuk meneliti faktor psikografis termasuk kepercayaan dan nilai karena kesuksesan industri organik akan bergantung pada tingkat kemampuan memobilisasi konsumen untuk menerima produk organik. Kepribadian dalam bidang pemasaran memiliki arti sebagai respon yang konsisten terhadap pengaruh lingkungan. Kepribadian adalah tampilan psikologi individu yang unik dimana mempengaruhi secara konsisten bagaimana seseorang merespon lingkungannya.
b. Motivasi konsumen
Dalam menjawab pertanyaan mengenai mengapa seseorang membeli produk tertentu, hal ini berhubungan dengan motivasi seorang konsumen. Motivasi konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan penggunaan suatu produk.
c. Pengetahuan konsumen
Pengetahuan konsumen dapat diartikan sebagai himpunan dari jumlah total atas informasi yang dimemori yang relevan dengan pembelian produk dan penggunaan produk. Misalnya apakah makanan organik itu, kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya, manfaatnya bagi kesehatan, dan lain-lain.
d. Intensi, sikap, kepercayaan, dan perasaan konsumen
Intensi adalah pendapat subjektif mengenai bagaimana seseorang bersikap di masa depan. Ada beberapa jenis intensi konsumen. Intensi pembelian adalah pendapat mengenai apa yang akan dibeli. Intensi pembelian kembali adalah apakah akan membeli barang yang sama dengan sebelumnya. Intensi pembelanjaan adalah dimana konsumen akan merencanakan sebuah produk akan dibeli. Intensi pengeluaran adalah berapa banyak uang yang akan digunakan. Intensi pencarian mengindikasikan keinginan seseorang untuk melakukan pencarian. Intensi konsumsi adalah keinginan seseorang untuk terikat dalam aktifitas konsumsi. Sikap mewakili apa yang disukai maupun tidak disukai oleh seseorang. Sikap seorang konsumen mendorong konsumen untuk melakukan pemilihan terhadap beberapa produk. Sehingga sikap terkadang diukur dalam bentuk preferensi atau pilihan konsumen. Preferensi itu sendiri dapat dikatakan sebagai suatu sikap terhadap sebuah objek dan relasinya terhadap objek lain. Kepercayaan dapat didefinisikan sebagai penilaian subjektif mengenai hubungan antara dua atau lebih benda. Suatu kepercayaan dibentuk dari pengetahuan. Apa yang telah seseorang pelajari mengenai suatu produk mendorong timbulnya kepercayaan
78
tertentu mengenai produk tersebut. Perasaan adalah suatu keadaan yang memiliki pengaruh (seperti mood seseorang) atau reaksi. Perasaan dapat bersifat positif maupun negatif tergantung kepada setiap individu. Perasaan juga memiliki pengaruh terhadap penentuan sikap seorang konsumen.
Environmental Influences on Consumer Behavior
a. Budaya, etnisitas, dan kelas sosial
Budaya adalah kumpulan nilai, ide, artefak, dan simbol-simbol lain yang membantu seseorang untuk berkomunikasi, mengartikan, dan mengevaluasi sebagai bagian dari suatu lingkungan. Budaya terbagi menjadi dua yaitu abstrak dan elemen material yang memberikan kemampuan bagi seseorang untuk mendefinisikan, mengevaluasi, dan membedakan antarbudaya. Elemen abstrak terdiri atas nilai-nilai, sikap, ide, tipe kepribadian, dan kesimpulan gagasan seperti agama atau politik. Material komponen terdiri atas benda-benda seperti buku, komputer, gedung, peralatan, dan lain-lain. Etnisitas adalah suatu elemen penting dalam menentukan suatu budaya dan memprediksi keinginan dan perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah suatu fungsi dari perasaan etnisitas sebagaimana dengan identitas budaya, keadaan sosial, dan tipe produk. Kelas sosial dapat didefinisikan sebagai divisi yang bersifat relatif permanen dan homogenus dalam suatu kumpulan sosial dimana individual atau keluarga saling bertukar nilai, gaya hidup, ketertarikan, kekayaan, status, pendidikan, posisi ekonomi, dan perilaku yang sama. Penelitian pemasaran seringkali berfokus pada variabel-variabel kelas sosial karena penentuan produk apa yang akan dibeli oleh konsumen ditentukan oleh kelas sosial.
b. Keluarga dan pengaruh rumah tangga
Secara ilmiah keluarga dapat diartikan sebagai sekelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang berhubungan darah, pernikahan, atau adopsi yang tinggal berdampingan. Sedangkan rumah tangga adalah semua orang, baik yang berelasi maupun tidak berelasi yang menempati sebuah unit rumah. Keluarga maupun pengaruh rumah tangga mempengaruhi sikap pembelian konsumen. Misalnya kelahiran anak mempengaruhi suatu keluarga untuk menambah perabotan, bahan makanan bayi, dan lain-lain.
c. Kelompok dan pengaruh personal
Suatu perilaku konsumen tak lepas dari pengaruh kelompok dan personal yang dianutnya. Reference group adalah seseorang atau sekelompok orang yang mempengaruhi perilaku individu secara signifikan. Reference group dapat berupa artis, atlit, tokoh politik, kelompok musik, partai politik, dan lain-lain. Reference group mempengaruhi dalam beberapa cara. Pertama-tama reference group menciptakan sosialisasi atas individu. Kedua reference group berperan penting dalam membangun dan mengevaluasi konsep seseorang dan membandingkannya dengan orang lain. Ketiga, reference group menjadi alat untuk mendapatkan pemenuhan norma dalam sebuah kelompok sosial.
79
4. Perilaku Konsumen Tehadap Kemajuan Teknologi
Kemajuan TI (teknologi informasi) sekarang ini telah merubah perilaku konsumen. Teknologi informasi yang perkembangannya sangat pesat membuat perubahan yang sangat signifikan terhadap perilaku konsumen. Akibat perkembangan itu perilaku konsumen telah merubah ke arah modernisasi. Perkembangan-perkembangan tersebut secara otomatis mempengaruhi perilaku, kebiasaan, kegiatan masyarakat yang notabenenya adalah konsumen.
Pada zaman modern ini semua kalangan bisnis memanfaatkan perilaku konsumen untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Kecendrungan masyarakat dunia dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa sesuai dengan trend dimanfaatkan dengan sedemikian rupa oleh para pebisnis. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mengkonsumsi suatu barang atau jasa namun semua yang dilakukan tidak lain untuk memenuhi kepuasan mereka semata terutama untuk kalangan masyarakat menengah keatas. Para sosialita cendrung menghaburkan uang mereka demi mendapatkan apa yang mereka inginkan, bagaimanapun caranya. Kaum sosialita ini biasanya didominasi oleh kaum selebritas, pebisnis dan pejabat.
5. Pengertian Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan suatu kebiasaan yang mengacu pada mengapa dan bagaimana orang makan, apa saja yang mereka makan dan dengan siapa mereka makan, serta mereka memperoleh makanan tersebut. Dan dipengaruhi oleh individu itu sendiri, social, budaya, keagamaan, ekonomi, lingkungan, dan faktor politik. Kebiasaan sendiri berarti pola perilaku yang diperoleh dari praktik yang berulang-ulang. Sedangkan kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh karena terjadinya berulang-ulang.
Menurut Guthe and Mead (1945), kebiasaan makan adalah cara-cara individu atau kelompok individu dalam memilih, mengkonsumsi, dan menggunakan makanan yang tersediayang didasarkan kepada faktor-faktor social dan budaya dimana ia hidup.
Menurut Soedikaijati (2001) kebiasaan makan adalah berhubungan dengan tindakan untuk mengkonsumsi pangan dan mempertimbangkan dasar yang lebih terbuka dalam hubungannya dengan apa yang biasanya orang makan, juga berkaitan dengan kemungkinan kondisi perubahan kebiasaan pola pangan yang timbul dari dalam dan luarnya.
Sudirman dan kawan-kawan (1989) menyebutkan bahwa kebiasaan makan suatu keluarga akan terlepas dari kebiasaan makan yang ada di dalam masyarakat tempat keluarga tersebut berinteraksi.
6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan
a. Faktor Rumah dan Keluarga
Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan yaitu kalau setiap keluarga tiap hari ke luar rumah, misalnya ayah dan ibu pergi bekerja, anak-anak pergi kuliahdan sekolah, sudah dapat dipastikan pulangnya tidak akan sama
b. Faktor Masyarakat
80
Masyarakat yang bertempat tinggal di pegunungan umunya lebih menyukai sayuran dan kurang menyukai ikan. Sebaliknya orang-orang yang bertempat tinggal di pantai, karena ikan banyak sedangkan sayuran tidak ada.
c. Faktor Pribadi
Faktor pribadi ini kadang-kadang begitu kuatnya, sehingga berpengaruh sekali terhadap kebiasaan makan. Faktor pribadi ini ada yang berpengaruh baik, tetapi ada juga yang tidak baik.
Faktor-faktor lain yang dapat juga mempengaruhi kebiasaan makan adalah sebagai berikut :
a. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan merupakan susunan beragamanya pangan yang bisa dikonsumsi oleh suatu negara atau daerah tertentu meliputi jumlah yang dimakan, jenis bahan pangan dan waktu makan. Sebagian besar penduduk miskin di daerah pedesaan hanya mengkonsumsi satu kali makam sehari. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi masyarakat sangat lemah serta adanya kekurangan bahan pangan dan bahan bakar sebagai pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Kebiasaan makan yang salah ini sangat berpengaruh terhadap kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
b. Preferensi Pangan Kesukaan atau pilihan terhadap makanan akan menentukan jumlah konsumsi pangan seseorang. Faktor penting dalam pemilihan pangan meliputi aroma, suhu, warna, dan bentuk. Pemilihan bentuk dan tekstur makanan untuk anak-anak, remaja dan orang dewasa, harus dibedakan agar memperoleh kesan yang menyenangkan pada waktu mengunyah dan memakannya. Pengaruh reaksi panca indera, terhadap pangan, kesukaan pangan pribadi serta pendekatan melalui media massa (seperti radio, televisi, pamflet dan iklan) dapat merubah kebiasaan makan seseorang.
c. Ideologi Pangan Pengetahuan tentang pangan dan gizi penting dimiliki oleh seorang ibu, karena mempunyai peran besar dalam penyediaan pangan keluarga. Konsumsi pangan yang cukup akan sumber zat gizi adalah mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Pengetahuan ibu tentang gizi sangat berperan penting dalam memilih, menyusun, mengolah dan menyajikan makanan yang sehat dan kaya akan sumber gizi.
d. Frekuensi Makan Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan (Depkes, 1994). Menurut Willy (1991) bahwa bagi penduduk dunia kebiasaan makan tiga kali sehari adalah kebiasaan umum, sedangkan menurut Suhardjo (1990) frekuensi makan dikatakan baik apabila frekuensi makan tiap harinya tiga kali makan utama atau dua kali makan utama dengan satu kali makan selingan dan dinilai kurang apabila frekuensi makan setiap harinya dua kali makan atau kurang.
e. Sosial Budaya Pangan Kegiatan budaya suatu keluarga, kelompok masyarakat, negara atau bangsa mempunyai pengaruh yang kuat dan kekal terhadap apa, kapan dan bagaimana penduduk makan.
Konsep tentang faktor yang mempengaruhi kebiasaan pangan :
81
a. Model multi dimensi yang dikemukakan Sanjur dan Scoma (1997) : Kebiasaan makan dari empat sudut yang berbeda (functional way) terdiri dari : Konsumsi makan seperti kompleksitas harian (recall 24 jam) Preferensi seperti suka atau tidak suka, penolakan makanan Idiologi seperti kepercayaan masyarakat, apa yang orang anggap sebagai
makanan, dampak makanan bagi kesehatan, dan makanan yang cocok untuk umur mereka.
Sosial budaya seperti pendidikan, pekerjaan, pendapatan, budaya, dan lain-lain.
b. Children’s food consumption behavior model yang dikemukakan oleh Lund and Burk (1969) terdiri dari : Kebiasaan konsumsi anak tergantung adanya sikap, pengetahuan
dan tiga motivasi utama terhadap pangan yaitu : Kebutuhan biologis Kebutuhan psikologis Kebutuhan sosial
Dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan sekolah c. An ecology viewpoint of food consumption behavior atau model Welkam (1969)
: Model ini menekankan bahwa kebiasaan konsumsi dipengaruhi oleh faktor ekologi, terutama : Faktor fisik seperti produksi, pengawetan, distribusi, persiapan dan
peralatan yang terkait pangan. Faktor budaya seperti status sosial, peranan sosial/upacara, etika,
pembagian tugas. d. Kedua faktor ekologi tersebut berpengaruh terhadap struktur ekonomi yang
akhirnya mempengaruhi konsumsi pangan. Keterkaitan antara komponen ekosistem atau lingkungan dan penggunaan pangan yang dikemukakan oleh Hartog (1995) yaitu lingkungan budaya, lingkungan alam, penduduk mempengaruhi konsumsi pangan suatu penduduk.
5. Kaitan Teknologi Pangan dan Perilaku Konsumen Dilihat dari Kebiasaan
Makan
Perkembangan teknologi diantaranya teknologi pengolahan dan teknologi informasi telah mengakibatkan perubahan kebisaan makan, terutama di negara maju dan masyarakat kota besar di negara berkembang. Mereka mulai menyadari pentingnya makanan sehat, aman, bergizi dan halal. Trend perubahan pola makan ini berpengaruh pula pada teknologi pengolahan makanan di negara berkembang. Produsen termasuk Usaha Kecil Menengah (UKM) akhirnya berlomba-lomba untuk memenuhi harapan konsumen. Dengan jumlah penduduk mencapai 230 juta jiwa, maka Indonesia merupakan market besar berbagai produk makanan tersebut.
Konsumen kelas menengah keatas umumnya memiliki pilihan, diantaranya membeli produk impor yang aturan keamanan pangannya sangat ketat, bagi kalangan menengah kebawah yang daya belinya terbatas, tidak memiliki kesempatan untuk memilih sama sekali. mereka dihadapkan pada produk makanan murah meriah yang banyak mengandung bahan kimia sintetis. Untuk menimbulkan rasa gurih misalnya, produsen menggunakan Mono Sodium Glutamat (MSG) dengan dosis berlebihan. Padahal penggunaan MSG yang berlebihan dapat mengakibatkan Chinese Syndrome dengan beberapa gejala
82
seperti kaku pada leher dan bahu. Contoh lainnya adalah penggunaan sakarin dan aspartame pada hampir semua permen yang beredar di Indonesia.
Rantai penyediaan makanan masyarakat perdesaan umumnya sangat pendek sehingga pemakaian bahan kimia sangat jarang. Mereka biasanya memasak makanan yang diambil langsung dari kebun. Golongan masyarakat ini memiliki resiko kecil terhadap bahan kimia berbahaya. Yang mulai celaka adalah masyarakat urban yang memang tidak memiliki waktu untuk memasak, sehingga selalu beli makanan jadi. Apalagi konsumen yang berdaya beli rendah, mereka akan mencari makanan yang rentan bahan kimia sintetis berbahaya. Untuk kalangan masyarakat modern, mereka sebagai kaum berpendidikan dengan daya beli tinggi sehingga telah memiliki kesadaran untuk mengakses makanan sehat dan bergizi tinggi.
Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan bervariasi saat ini sudah semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan. Kesadaran ini dipengaruhi oleh semakin majunya teknologi informasi di bidang pangan, sehingga masyarakat atau konsumen lebih aware terhadap segala perubahan yang ada. Perubahan-perubahan ini ternyata secara tidak langsung mengubah selera dan kebiasaan masyarakat akan produk pangan yang dikonsumsinya.
Kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi produk pangan ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat yang sudah semakin dinamis dikarenakan tuntutan pekerjaan atau customer yang semakin tinggi. Kebutuhan hidup yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat melakukan upaya-upaya yang lebih keras untuk menutupi kebutuhannya tersebut. Kebutuhan-kebutuhan yang muncul, seperti kebutuhan konsumsi yang semakin tinggi dikarenakan keterbatasan waktu untuk keluarga tetapi dapat dipenuhi oleh keluarga tersebut. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi gaya atau cara konsumsi dari suatu keluarga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Tingginya aktivitas masyarakat yang didorong oleh semakin tingginya kebutuhan masyarakat ini menyebabkan pola konsumsi pangan masyarakat berubah. Perubahan pola atau gaya hidup, juga menjadi faktor pemicu terjadinya perubahan pola konsumsi. Misalnya, orang zaman sekarang semakin sibuk dengan jam kerja lebih panjang, mendorong mereka untuk memilih makanan yang penyajiannya lebih praktis tapi tetap beragam.
B. PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN PANGAN 1. Pengolahan Pangan
Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh manfaatnya seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di antaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, dan penyimpanan.
Adanya teknologi pangan sangat mempengaruhi ketersediaan pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara
83
kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba. Oleh karena itu, terciptalah teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga memungkinkan untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh penjuru dunia.
Dengan penggunaan teknologi pangan yang tepat maka bahan pangan akan memiliki manfaat seoptimal mungkin. Sesuai dengan yang diharapkan bahan pangan akan menjadi nilai tambah teresendiri bagi produk pangan tersebut pada masyarakat luas.
Beberapa proses terkait pemrosesan bahan pangan telah memberikan kontribusinya di bidang teknologi pangan, terutama pada rantai produksi dan suplai pangan. Pengembangan tersebut misalnya:
1. Pembuatan susu bubuk telah menjadi dasar untuk pembuatan berbagai produk baru dari benda cair dan semi cair yang dapat diseduh (dapat direhidrasi kembali) setelah dikeringkan menjadi padatan berbentuk serbuk. Hal ini juga yang menjadikan proses distribusi susu menjadi lebih efisien dan cikal bakal berkembangnya industri susu formula.
2. Tempe merupakan salah satu produk hasil teknologi pangan yang paling terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Makanan hasil bioteknologi konvensional itu dibuat melalui proses fermentasi kedelai oleh jamur dari genus Rhizoporus. Selain protein yang tinggi, dalam tempe terkandung enzim Lipase dan Protease. Enzim Lipase dapat mengubah lemak menjadi asam lemak, sedangkan enzim Protease mengubah protein menjadi Asam Amino. Kedua enzim tersebut sangat mudah dicerna oleh tubuh manusia.
3. Roti adalah makanan pokok sebagian besar negara ini juga dihasilkan oleh teknologi pangan melalui teknik fermentasi. Tambahan ragi yang didalamnya terkandung jamur Saccharomyce Cerevisiae. Jenis jamur ini memanfaatkan kandungan glukosa dalam tepung sehingga bisa menghasilkan karbondioksida. Karbondioksida tersebut akan tetap berada dalam adonan, membuat adonan roti mengembang dan memiliki tekstur yang ringan.
4. Yoghurt merupakan minuman yang menyegarkan dan baik untuk pencernaan ini dihasilkan dari fermentasi bakteri Streptococcus Termophilus, Streptococcus Lactis, dan Lactobacillus Bulgarius. Ketiga bakteri tersebut mengubah Laktosa dalam susu menjadi Asam Laktat. Bakteri baik atau probiotik yang dihaslkan akan membantu fungsi saluran cerna serta melawan bakteri pathogen dalam usus sehingga dapat mencegah kanker usus
5. Keju, tak terhitung berapa banyak pecinta kuliner satu ini, bahkan di Indonesia pun sangat banyak penikmat keju. Sama seperti Yoghurt, Keju juga merupakan turunan produk berbahan dasar susu yang mengalami proses fermentasi. Sebelum diolah sebagai keju, susu dipanaskan dahulu sampai semua bakteri mati. Nantinya susu bebas bakteri ini akan dicampurkan dengan enzim Renin yang berasal dari usus hewan mamalia. Efeknya, susu akan menggumpal. Gumpalan susu inilah yang diperas dan dipadatkan, yang hasilnya kita kenal dengan nama keju.
84
2. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan melalui pencarian, pembelian, penggunaan, pengevaluasian dan penentuan produk atau jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka. Konsumen memiliki keragaman yang menarik untuk dipelajari karena ia meliputi seluruh individu dari berbagai usia, latar belakang budaya, pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mempelajari bagaimana konsumen berperilaku dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi perilaku tersebut.
Ilmu perilaku konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu mengambil suatu keputusan dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya yaitu waktu, tenaga, dan uang untuk mengkonsumsi sesuatu, termasuk mempelajari apa, mengapa, kapan, dan dimana seseorang membeli, serta seberapa sering seseorang membeli dan menggunakan suatu produk dan jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen yaitu :
1. Faktor kebudayaan: Kebudayaan mempunyai penaruh paling luas dan mendalam terhadap prilaku konsumen. Terdiri dari budaya, sub budaya, dan kelas social. Budaya yang merupakan karakter paling penting dari suatu sosial yang membedakannya dari kelompok budaya lain menjadi penentu dan keinginan dan prilaku yang paling mendasar. Masing-masing budaya terdiri dari sub budaya yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi.Sub budaya adalah suatu kelompok homogeny atas sejumlah orang yang terbagi menjadi beberapa bagian dari keseluruhan suatu budaya. Masyarakat dalam suatu budaya dan sub budaya sesungguhnya terbagi dalam strata atau kelas sosial. Kelas sosial merupakan sekelompok orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan diantara mereka sendiri.
2. Faktor sosial: Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat dari orang sekitar dan lingkungannya tentang produk apa yang harus dibeli. Karena itulah lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen. Faktor Sosial terdiri dari 3 bagian, yaitu: kelompok acuan, keluarga, dan peran. Kelompok acuan adalah semua kelompok yang memilki pengaruh langsung terhadap sikap/prilaku seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok maka konsumen dapat membuat keputusan konsumsi. Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling penting juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari. Sedangkan peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau merk dapat menggambarkan peran dan status pamakainya.
3. Faktor pribadi: Mulai dari bayi hingga dewasa bahkan sampai menjadi tua, manusia selalu membutuhkan barang dan jasa. Pilihan barang yang dibeli secara otomatis dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan gaya hidup yang bersangkutan. Gaya hidup adalah cara hidup seseorang yang terlihat melalui aktivitas sehari-hari, minat dan pendapat seseorang. Seseorang dengan pendapatan yang tinggi dan gaya hidup mewah tentunya akan menentukan pilihan pada barang dan jasa yang berkualitas. Selain itu
85
kepribadian dan konsep diri juga mempengaruhi pilihan produk. Konsep diri adalah bagaimana konsumen mempresepsikan diri mereka sendiri, yang meliputi sikap, persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri. Karena sangat berguna dalam menganalisis prilaku sonsumen sehingga banyak perusahaan menggunakan konsep yang berhubungan dengan kepribadian seseorang.
4. Faktor psikologi: Sikap pembelian psikologis dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu: motivasi, persepsi, pembelajaran dan kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui motivasi proses pengamatan dan belajar seseorang memperoleh kepercayaan terhadap suatu produk yang secara otomatis mempengaruhi prilaku pembelian konsumen. Para konsumen mengembangkan beberapa kenyakinan mengenai ciri-ciri dari suatu produk dan selanjutnya akan membentuk suatu sikap konsumen terhadap produk tersebut. Selain empat faktor tersebut, perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi dari stimuli pemasaran berupa bauran pemasaran yang meliputi :
a. Produk: Kebijakan produk meliputi perencanaan dan pengembangan produk. Kegiatan ini penting terutama dalam lingkungan yang berubah-ubah. Oleh karenanya perusahaan dituntut untuk menghasilkan dan menawarkan produk yang bernilai dan sesuai dengan selera konsumen.
b. Harga: Harga suatu produk dapat dikatakan sebagai alat pemasaran yang cukup penting, dibandingkan dengan bauran pemasaran lainnya. Hal ini disebabkan misalnya karena perubahan harga suatu produk akan mengakibatkan perubahan kebijakan saluran distribusi, dan promosi. Meskipun disangkal bahwa suatu tingkat harga harus dapat menutup biaya bauran pemasaran.
c. Promosi: Usaha untuk mendorong peningkatan volume penjualan yang tampak paling agresif adalah dengan cara promosi. Dasar pengembangan promosi adalah komunikasi.
d. Saluran distribusi: Pendistribusian produk ke pasar merupakan sebagian dari proses pengembangan pemasaran, untuk mencapai pasar sasaran bagi perusahaan dan tujuan khususnya yang menyangkut perencanaan pemasaran strategis. Jauh sebelum produk selesai, manajemen harus menentukan metode apa yang akan didayagunakan untuk mengantarkan produk ke pasar.
3. Cara Pengolahan dan Penyimpanan Pangan Yang Baik dan Benar
Penyimpanan makanan merupakan aktivitas pengawetan makanan secara fisik untuk melindungi dari lingkungan dan bahaya dari luar (seperti hewan dan serangga) serta persiapan untuk dikonsumsi di waktu tertentu (termasuk untuk kondisi darurat). Penyimpanan makanan meski bertujuan mencegah masuknya penyakit, namun juga dapat menimbulkan penyakit terutama jika tidak dilakukan secara higienis. Bakteri penyebab botulisme dapat berkembang dengan baik pada kondisi tanpa oksigen yang biasanya tercipta pada wadah yang tertutup rapat.
Makanan yang disimpan dalam kondisi beku dapat mencegah pertumbuhan bakteri, namun tidak membunuhnya. Sehingga makanan yang
86
dikembalikan kondisinya dari pembekuan masih memiliki risiko pertumbuhan bakteri lebih besar dibandingkan sebelum dibekukan. Menurut Marotz, makanan yang akan dikembalikan dari kondisi beku tidak boleh dilakukan pada kondisi temperatur ruang. Makanan tersebut harus dipanaskan dengan oven atau microwave, dimasak langsung, atau secara perlahan dari temperatur dingin.
Lemak dan minyak nabati maupun hewani dapat menjadi rusak dengan cepat jika tidak disimpan dengan benar karena proses oksidasi. Semakin tinggi kadar lemak tak jenuh gandanya, semakin cepat oksidasi terjadi. Penyimpanan minyak dan lemak sebaiknya dilakukan dengan pendinginan segera setelah kemasan dibuka.
Rotasi makanan adalah mengutamakan pengolahan, penyajian, dan konsumsi makanan yang telah berada di ruang penyimpanan makanan paling lama sehingga mencegah makanan menjadi tidak layak dan menjadi sampah makanan. Makanan yang terlalu lama berada di dalam penyimpanan berpotensi menjadi rusak kualitasnya dan tidak aman dikonsumsi sehingga kemungkinan besar akan terbuang. Pemberian label pada kemasan merupakan cara yang termudah untuk dilakukan.
Cara Menyimpan Makanan tak dipungkiri, penyimpanan dan pengolahan makanan yang kurang baik dapat menyebabkan hilangnya zat gizi pada bahan makanan. Jadi jangan asal memasukkan bahan makanan ke dalam kulkas, cara pengolahannya pun akan berpengaruh pada kualitas nutrisinya. Demikian dengan cara pengolahannya, cara pengolahan yang kurang benar membuat nutrisi pada makanan mudah menguap.
Penyimpanan buah dan sayuran.
Buah yang paling baik dikonsumsi saat terlalu matang, buah yang terlalu matang akan membuat kadar Indeks Glikemik (IG) di dalamnya meningkat dan dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Ada baiknya buah dikonsumsi paling lama 3-4 hari setelah pembelian (kondisi segar). Penyimpanan buah, sayuran dan salad sebaiknya dalam kondisi dingin dan gelap, seperti lemari es maupun pantry. Cahaya dan panas dapat merusak kandungan vitamin B dan C. Namun untuk beberapa jenis buah seperti pisang, baiknya tidak dimasukkan ke dalam lemari es.
Berlawanan dengan anggapan pada umumnya, buah dan sayuran beku ternyata mengandung zat gizi yang sama saja dengan buah dan sayuran segar, malah bisa lebih tinggi. Terutama jika proses pembekuannya dilakukan sesaat setelah panen, sehingga buah dan sayuran tidak mudah layu. Bahkan asosiasi konsumen di Inggris melakukan pengujian terhadap sejumlah buah dan sayur-sayuran yang telah disiapkan seperti melon dan kol brussel dengan vitamin C sebagai indikator seberapa segar dan bergizinya makanan-makanan tersebut, mereka menemukan bahwa di antaranya mempunyai jumlah vitamin C kurang dari setengah dari kandungannya saat baru dipanen.
Selain membuat makanan terasa lebih enak, memasak bahan makanan juga membuat kandungan nutrisinya lebih mudah diserap tubuh serta meminimalisir resiko tercemarnya bakteri dan virus berbahaya. Namun seringkali pemasakan yang kurang benar justru merusak nilai gizi pada bahan makanan, sayur-sayuran misalnya. Sayuran yang dimasak terlalu matang
87
akan menyusut nilai gizinya. Sedangkan ikan atau daging yang digoreng mengandung lebih banyak lemak tak jenuh dan kolesterol, perebusan atau pengukusan sayur, ikan, daging maupun telur membuatnya lebih sehat. Tentu dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Tidak dipungkiri bahwa makanan yang digoreng rasanya lebih lezat daripada diolah dengan cara lain, namun sebaiknya untuk meminimalisir kandungan lemak tak jenuh, makanan sebaiknya di tumis atau digoreng dengan sedikit minyak. Menumis atau menggoreng dengan sedikit minyak akan menahan kandungan vitamin B dan C yang mudah larut dengan air.
Metode ini merupakan alternatif cara pengolahan makanan yang lebih sehat daripada digoreng dengan banyak minyak, terutama untuk ikan dan daging olahan. Namun yang perlu diingat, membakar terlalu lama hingga menyebabkan daging berwarna kehitaman atau gosong dapat mencetuskan zat karsinogen yaitu senyawa penyebab kanker. Jadi jangan panggang/bakar daging terlalu lama.
Ahli gizi meyakini bahwa mengonsumsi makanan mentah (raw food) seperti wortel atau buah bit akan memaksimalkan kandungan nutrisinya karena antioksidannya sensitif terhadap panas maupun air. Orang Jepang juga gemar memakan makanan mentah seperti Sushi dan Sashimi. Mereka meyakini bahwa beberapa makanan seperti ikan dan sayuran baik dikonsumsi secara mentah.
C. TEKNOLOGI DAN PERILAKU MAKAN 1. Aspek Gengsi Sosial
Bicara mengenai gengsi sosial, konsep ini memang sangat abstrak untuk diartikan, tetapi secara garis besar gengsi sosial adalah sesuatu yg terdapat pada diri kita sendiri yang terkadang membuat kita berbuat sesuatu yang tidak ingin kita lakukan, kita melakukannya hanya untuk mendapat pengakuan, atau mungkin sebaliknya, membuat kita tidak mau melakukan sesuatu karena dianggap bisa menurunkan gengsi.
Gengsi sosial ini memang sudah ada pada masyarakat Indonesia diseluruh kalangan, dari masyarakat yang kompleks yang hidup di perkotaan sampai pada masyarakat yang ada di pedesaan yang kuat sekali kultur kedaerahan, dalam artian gengsi sosial sekarang ini telah ada disetiap tatanan masyarakat. Gengsi sosial berkaitan erat dengan status sosial. Dia berusaha mempertahankan status sosial dan pengakuan sosial, kira-kira untuk membangkitkan keengganan orang lain atau mengangkat harkat dan martabatnya.
Rasa kepuasan hati karena merasa mendapatkan pujian dari lingkungan, seorang kaum sosialita yang hidup dilingkungan yang mewah dan terkenal seperti artis/aktor akan mempengaruhi pola makanan yang berhubungan dengan masalah gizi. Dia terbiasa hidup mewah dan makan di tempat-tempat mewah seperti di café-cafe yang makanannya siap saji, sehingga dia akan mendapatkan pujian dari orang-orang dilingkungan sosialitanya dan para pengemarnya. Sehingga makanan dicafe-cafe siap saji tersebut menjadi tren di kalangan pengemarnya. Jika dia tidak melakukan hal-hal tersebut maka dia merasa tidak mendapatkan pujian atau gengsi. Padahal
88
makanan siap saji tidak baik untuk tubuh karena kebanyakan makanan tersebut tidak baik dalam pengolahan dan penambahan zat–zat bebahaya di dalam makanan.
Kebijakan pemerintah untuk makan dengan singkong di suatu wilayah dibuat untuk seluruh masyarakat di wilayah tersebut, singkong juga dapat di jadikan makanan pokok. Namun ada sebagian pejabat dan isteri pejabat tersebut yang tetap makan nasi. Mereka merasa singkong adalah makanan kelas bawah dan merasa malu untuk memakannya. Dari segi nilai gizinya singkong sama dengan beras, akan tetapi harga singkong lebih murah dari beras, hal iniah yang menyebabkan isteri pejabat tersebut tidak mau mengkonsumsu singkong sebagai makanan pokok, karena mereka menganggap singkong adalah makanan kaum miskin.
Dalam suatu waktu negara Amarika Serikat mengimpor bahan makanan yang dinamakan dengan bulgur wheat yaitu bahan makanan pokok untuk menganti makanan pokok indonesia. Karena bahan makanan baru dan bahan makanan impor masyarakat dengan gengsi sosialnya cenderung mengkonsumsi makanan tersebut dan menganti nasi dengan makanan itu. Masyarakat mengkonsumsi bulgur wheat tanpa pengetahuan gizi sama sekali dan hanya karena gengsi saja
2. Faktor Pendukung Kekurangan Gizi dari Aspek Gengsi Sosial
Aspek gengsi sosial adalah aspek dimana seseorang mementingkan materi untuk bergaya atau modif dibandingkan untuk makan makanan yang bergizi dan beragam. Dimana prilaku ini merupakam penyakit bagi masyarakat di Indonesia di seluruh kalangan dan disetiap tatanan masyarakar. Orang yang bergengsi sosial biasanya erat dengan status sosial. Dia berusaha mempertahankan status sosial dan pengakuan sosial untuk membangkitkan keengganan orang lain untuk mengangkat harkat dan martabatnya.
Aspek sosial merupakan faktor pendukung terjadinya kekurangan gizi. Contohnya seseorang yang memiliki ekonomi cukup untuk makan, lebih mementingan membeli berpakaian yang bermotif mahal dibanding membeli makanan yang beragam kandungan gizi yang harganya terjangkau, kasus ini menyebabkan orang tersebut menjadi tidak tercukupi angka kecukupan gizinya.
3. Faktor Pendukung Kelebihan Gizi dari Aspek Gengsi Sosial
Aspek gengsi sosial hampir meracuni masyarakat indonesia dari berbagai kalangan, seseorang lebih sering menghabiskan uangnya untuk makan makanan direstoran mahal (junk food) yang tidak jelas kandungan gizinya karena hanya ingin dipandang sebagai orang kaya . Setelah memakan makanan tersebut tidur di hotel berbintang sehingga lemak tidak diproses menjadi energi. Terjadilah penumpukan lemak yang dapat menyebabkan obesitas.
Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan konsep kesehatan. Contohnya adalah orang bangga jika makan beras yang putih, makan lauk penuh dengan lemak seakan-akan sebagai
89
lambang kemakmuran. Orang akan bangga apabila makan Burger dibanding makan ikan kutuk/lele.
4. Dampak Ketidak Seimbangan Status Gizi
Kira-kira dampak apa yang akan terjadi apabila jumlah konsumsi makanan yang kurang dan asupan zat gizi yang tidak seimbang terus terjadi seperti pada temuan di atas? Berikut ini beberapa analisa risiko yang bisa terjadi: a. Menurunnya kemampuan belajar/berfikir
Asupan zat gizi anak sekolah masih sangat memprihatinkan. Padahal asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan supaya memiliki kemampuan intelektual yang baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang unggul. Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berfikir. Karena organ otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Apabila kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanent. Oleh karena itu, Kemampuan anak belajar atau prestasi anak di sekolah menjadi menurun. Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Sehingga kewajiban kita sebagai orang tua harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas asupan gizi anak. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan anak-anak saat ini.
b. Menurunnya pertumbuhan, kemampuan fisik dan ketahanan tubuh rentan Pada umumnya banyak keluarga yang masih tidak peduli terhadap asupan kandungan gizi yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. Mereka lebih banyak peduli bahwa “yang penting anak kenyang”, tanpa memperhatikan keseimbangan gizinya. Padahal akibat dari asupan gizi yang kurang diantaranya daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stress menjadi menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat bisa berbahaya dan bahkan bisa membawa kematian. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal juga tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar. Pada masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak-anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna sehingga dampak masalah gizi bagi anak sekolah dapat berupa gangguan pertumbuhan dan kesegaran jasmani yang rendah. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan anak harus diperhatikan sedini mungkin, agar terhindar dari ancaman berbagai penyakit yang bisa berujung pada kematian. Salah satu contoh yang bisa diambil adalah kasus-kasus di daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), akibatnya pertumbuhan penduduknya sangat terhambat seperti cebol atau kretinisme.
c. Ancaman malnutrisi dan penyakit Kurangnya asupan zat gizi yang seimbang dalam jangka panjang dapat menyebabkan ancaman malnutrisi bahkan dimulai pada saat kehamilan atau dalam kandungan ibu. Malnutrisi ini bisa menyebabkan kematian apabila tidak ditanggani sedini mungkin. Selain malnutrisi, ada ancaman penyakit lain yang disebabkan makanan atau jajanan anak sekolah. Jajanan yang mengadung zat kimia dan bersifat karsinogenik, seperti zat pengawet (formalin, borax), pewarna sintetik, penyedap (MSG) dapat terakumulasi
90
pada tubuh yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit kanker dan tumor. Apabila anak mengkonsumsi asupan gizi yang tidak seimbang, maka ancamannya berupa penyakit seperti anemia defisiensi zat besi, kekurangan vitamin A (KVA), bahkan gangguan akibat kekurangan yodium di suatu komunitas terutama daerah endemik.
5. Yang Harus Dilakukan Agar Masyarakat Mempunyai Gizi Seimbang
Penanggulangan kemiskinan membutuhkan upaya yang terus menerus karena kompleksnya permasalahan dan keterbatasan sumber daya. Karena itu harus melibatkan multi sektor dan lintas stakeholder terkait. Rendahnya kemampuan ekonomi sebuah rumah tangga sangat miskin membawa dampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi, serta menyebabkan banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pelajarannya di bangku sekolah. Sebagian di antaranya harus bekerja keras membantu orang tuanya mencari nafkah untuk keluarga.
Untuk itulah penting kiranya langkah sederhana dan mungkin dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, guna mendeteksi masalah gizi agar tidak sampai terjadi pada diri kita dengan cara:
Biasakan menimbang berat badan minimal satu bulan sekali, lebih biak lagi tiap minggu. Meski kelihatan sederhana, tetapi berat badan dapat menjadi suatu cara untuk mengetahui perubahan status gizi kita, terutama pada anak-anak. Kenaikan atau penurunan berat badan, harus dicari penyebabnya dengan mengevaluasi yang kita makan dan berapa banyaknya. Ketika kita makan banyak tetapi berat tidak naik atau makan sedikit berat malah naik, perlu diwasdai adanya gangguan penyakit tertentu. Hipertiroid, misalnya. Meski kita sudah makan banyak tetapi berat malah turun atau juga gejala kencing manis, makan banyak tetapi berat secara drastis merosot. Berat badan jika digabung dengan parameter lain, misalnya: tinggi badan, dapat digunakan untuk mengetahui massa tubuh kita dengan menggunakan Rumus IMT yaitu berat badan (kg): tinggi badan (m)
2 jika hasilnya 18,5
sampai 25, maka IMT kita tergolong normal. Tetapi jika nilainya lebih 25, berarti ada kelebihan gizi dan jika kurang 18,5 maka termasuk kurang.
a. Melakukan evaluasi yang telah kita makan satu hari lebih baik tiga hari, dapat dilakukan dengan mencatat (food record), atau mengingat yang telah dimakan food recall. Secara sederhana kita dapat mengevaluasi, apakah yang kita makan memenuhi gizi seimbang. Artinya, ada sumber zat tenaga, zat pembangunatau zat pengatur. Jika ingin lebih detil, dapat berkonsultasi untuk dianalisis zat gizinya. Hasil analisis dapat diketahui apakah cukup atau tidak konsumsi makanan kita. Bahkan dapat diketahui zat gizi apakah yang kelebihan dan yang kekurangan. Hasil analisis juga dapat dibuat semacam prediksi gangguan gizi, atau penyakit apa apa saja yang mungkin muncul di masa mendatang.
b. Makan secukupnya. Artinya: makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, makan dengan porsi kecil tapi sering lebih baik dibanding sekali makan dengan porsi banyak. Makan sekaligus banyak dalam satu waktu, selain dapat menjenuhkan siklus asam sitrat yaitu siklus yang menghasilkan ATP atau tenaga tubuh kita.
91
Jika terjadi kejenuhan maka makanan akan langsung ditimbun menjadi lemak. Selain itu, makan sekaligus dalam jumlah banyak akan mengakibatkan produksi radikal bebas yang banyak. Padahal kita tahu, radikal bebas adalah salah satu penyebab terjadinya kanker. Pemerintah harus mencari jalan atau cara yang lebih jitu, untuk memecahkan berbagai masalah gizi sesuai perkembangan iptek terbaru.
92
PERANAN KELUARGA DALAM PEMBINAAN KEBIASAAN MAKAN ANAK DAN IBU MENYUSUI
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, sangat menentukan kemajuan pembangunan bangsa dan Negara. Keberadaan keluarga tidak terlepas dari kondisi masyarakat sekitarnya, sebaliknya warna suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh peri kehidupan keluarga-keluarga sebagai pembentuk masyarakat. A. Bentuk Keluarga
Secara garis besar keluarga dibedakan kedalam dua bentuk, yaitu 1) keluarga inti dan 2) keluarga dalam arti luas. Keluarga inti terdiri dari suami-istri dan anak-anaknya, sedangkan keluarga dalam arti luas terdiri dari beberapa generasi, selain orang tua dan anak-anaknya terdpat pula nenek, kakek, paman, bibi, saudara sepupu, menantu dan cucu. Kebutuhan hidup ini ditanggung oleh kepala keluarga.
B. Perubahan-Perubahan dalam Hidup Keluarga Kehidupan anggota keluarga adalah dinamis, mereka kadang berpindah
dari satu lingkungan ke lingkungan lain oleh banyak tujuan, atau sekedar ketempat lain mencari nafkah dan kembali kerumah setiap hari. Keluarga yang dinamis ini, akan selalu bersentuhan dengan orang lain yang sebudaya atau bahkan dengan orang lain yang berlaianan budaya. Sentuhan bu8daya ini, dapat juga terjadi tanpa bersentuhan langsung secara fisik, tapi dalam bentuk yang lain melalui berbagai media, seperti media cetak dan media elektrionik. Sentuhan-sentuhan ini dapat menambah pengetahuan dan mengenal lebih banyak teknologi terkini/modern, yang kesemuanya dapat membawa perubahan dalam kehidupan keluarga, khususnya perubahan-perubahan sosial keluarga dan anggotanya.
Keluarga pedesaan menjadi keluarga perkotaan. Tata kehidupan keluarga pedesaan dapat berubah, ketika keluarga pedesaan banyak berinteraksi dengan keluarga-keluarga di perkotaan. Interaksi ini terjadi oleh banyak sebab seperti bekerja mencari nafkah atau menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi.
Keluarga dalam arti luas menjadi keluarga inti. Dengan berubahnya gaya hidup yang disertai dengan bertambahnya kebutuhan hidup anggota keluarga, seperti untuk biaya pendidikan, biaya sandang dan pangan yang lebih mahal, maka kepala keluarga merasa berat untuk menanggung biaya hidup untuk seluruh anggota keluarga dalam arti luas. Karena itu kepala keluarga berusaha untuk membangun keluarganya ke dalam bentuk keluarga inti, lepas dari anggota keluarga lainnya selainistri dan anak-anaknya.
Keluarga yang menetap menjadi keluarga yang berpindah-pindah karena tuntutan pekerjaan dan alasan menambah penghasilan keluarga, keluarga dapat berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lainnya. Perpindahan ini memberi pengaruh bagi tata kehidupan di dalam keluarga , seperti bila sebelumnya keluarga di pedesaan atau daerah asalnya menghasilkan sendiri beberapa jenis bahan makanan keluarga (swasembada), maka didaerah yang baru mereka menjadi keluarga yang konsumtif, semua kebutuhan makanannya diperoleh dengan cara membeli. Bila di daerah asalnya yang mencari nafkah hanya kepala keluarga, di daerah baru istri dan anak-anaknya mungkin juga turut bekerja untuk menambah penghasilan keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup yang lebih tinggi.
93
C. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menjadi bervariasi antara corak masyarakat satu
dengan masyarakat lainnya, dan antara buidaya yang satu dengan budaya lainnya. Secara garis besar, fungsi keluarga antara lain: 1. Fungsi biologis 2. Fungsi ekonomis 3. Fungsi sosial psikologis dan 4. Fungsi edukatif
D. Kebutuhan dan Sumber Daya Keluarga Kebutuhan antara keluarga satu dengan keluarga lainnya berbeda-beda,
dipengaruhi oleh 1. Pandangan hidup keluarga 2. Nilai-nilai hidup keluarga 3. Tujuan hidup keluarga 4. Tingkat kehidupan yang diinginkan
Pandangan hidup keluarga menjadi dasar utama dari aktivitas keluarga. Pandangan hidup ini akan menetukan nilai hidup, yang selanjutnya akan menentukantujuan hidup dan tingkat kehidupan keluarga. Nilai-nilai hidup setiap orang dan setiap keluarga tidak sama. Apa yang menjadi nilai hidup, merupakan cit-cita yang akan dicapai. Nilai hidup ini dapat berubah dengan perubahan pandangan hidup seseorang atau keluarga.
Tujuan hidup keluarga adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh keluarga dalam membina keluarganya. Tujuan hidup ini tidak terlepas dari nilai-nilai hidupnya, jadi merupakan akibat dari pandangan hidupnya. Tujuan hidupdapat berubah karena pengaruh lingkungan, pengalaman dan pertambahan usia. Penting bagi keluarga untuk menentukan tujuan hidup yang wajar, realistis dan dapat dicapai. Sedangkan tingkatan hidup atau “standart of living” merupakan patokan yang ingin dicapai dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Patokan tingkatan hidup keluarga tidak bersifat tetap, ia dapat berubah menjadi lebih tinggi, bila patokan hidup sebelumnya telah dicapai. Tingkatan hidup yang ingin dicapai ini merupakan manifestasi dan rangkaian pandangan hidup, nilai hidup dan tujuan hidup seseorang atau keluarga.
Bentuk-Bentuk Kebutuhan Keluarga Secara garis besar, terdapat dua macam kebutuhan keluarga yakni
1. Kebutuhan jasmaniah: meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan 2. Kebutuhan Rohaniah: Kebutuhan yang berhubungan dengan mental
intelektual meliputi kebutuhan emosional (rasa saling mencintai, saling mengasihi), kebutuhan sosial (saling menerima dan menghargai, saling mendengar dan merasakan, dll), kebutuhan religi/spiritual dan kebutuhan intelektual.
Sumberdaya Keluarga Sumberdaya yang dimiliki keluarga berupa sumberdaya manusia,
sumberdaya materi/alam dan sumberdaya antara. Sumberdaya pada diri manusia dalam keluarga berupa jumlah individu, umur dan jenis kelamin, keterampilan, pengetahuan, kreatifitas dan tingkat kesehatannya. Sumberdaya material berupa lahan yang dimiliki, pendapatan dan harta benda lainnya. Sedangkan sumberdaya antara berupa kesempatan waktu yang dimiliki, hubungan antar anggota dalam keluarga dan dengan keluarga lain yang saling memahami, saling membantu, gotong royong dan sebagainya.
94
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, EGC. Arifin, Z. 2016. Gambaran Pola Makan Anak Usia 3-5 Tahun Dengan Gizi Kurang Di Pondok Bersalin
Tri Sakti Balong Tani Kecamatan Jabon–Sidoarjo. Jurnal Kebidanan Midwiferia, 1, 16-29. Banudi, L. 2013. Gizi Kesehatan Reproduksi: Buku Saku Bidan, Jakarta, EGC. Habsy, B. A. 2017. Filosofi ilmu bimbingan dan konseling Indonesia. JP (Jurnal Pendidikan): Teori dan
Praktik, 2, 1-11. Herlina, M. 2017. SOSIOLOGI KESEHATAN (Paradigma Konstruksi Sosial Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dalam Perspektif Peter L. Berger & Thomas Luckmann). Husaini, H., Rahman, F., Lenie, M. & Rahayu, A. 2017. Buku Ajar Antropologi Sosial Kesehatan.
Universitas Lambung Mangkurat Press. Koentjaraningrat 2004. Pembangunan, Jakarta Kristiyanti, R. & Khuzaiyah, S. 2019. KARAKTERISTIK IBU NIFAS YANG BERPANTANG MAKANAN.
Proceeding of The URECOL, 355-359. Lubis, L. A. 2002. Komunikasi antar budaya. Maulana, N. 2014. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan, Yogyakarta, Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Perpustakaan Nasional RI. Mulia, A. 2013. Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Mahasiswa Pendidikan Teknologi
Kimia Industri (PTKI) Medan Tahun 2010. Ngafifi, M. 2014. Kemajuan teknologi dan pola hidup manusia dalam perspektif sosial budaya. Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 2. Sediaoetama, A. D. 2000. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Supariasa, I. D. N., Bakri, B. & Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta, EGC. Syamsuddin 2018. Dasar-Dasar Penerapan Antropologi Kesehatan, Jakarta, Wade Group. Winarno, F. G. 2019. Kimia pangan dan gizi.
95