sosialisasi dan pembentukan kepribadian

Upload: rios

Post on 08-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

adadasd

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang ada dalam masyarakat.

    Dalam keluarga proses sosialisasi pertama kali dilakukan. Apa yang di

    anggap baik dan benar dalam sebuah masyarakat akan di ajarkan oleh orang

    tua kepada anaknya sehingga akan mempengaruhi kepribadiannya di masa

    mendatang.

    Proses pembentukan kepribadian seseorang akan berbeda satu sama

    lain tergantung dari pola sosialisasi yang di anut oleh masyarakatnya.

    Walaupun demikian, setiap masyarakat mempunyai pola-pola prilaku umum

    yang membatasi prilaku individu berdasarkan kepribadiannya.

    1.2. Rumusan Masalah

    a. Apa pengertian sosialisasi, dan apa saja yang terkait dengannya ?

    b. Apa pengertian kepribadian, dan apa saja yang terkait dengannya ?

    1.3. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui dan

    memperoleh gambaran mengenai rumusan masalah di atas.

  • 2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Sosialisasi

    2.1.1. Pengertian Sosialisasi

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosialisasi berarti suatu

    proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan

    menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya.

    Mengenai definisi sosialisasi ini dapat pula dikutip pendapat

    beberapa ahli:

    a. Menurut Bruce J Cohen: Sosialisasi yaitu proses dimana

    manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakatnya,

    untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitas untuk

    berfungsi, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat,

    b. Menurut David Gaslin: Sosialisasi adalah proses belajar yang

    dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai

    dan norma, agar dapat berpartisipasi sebagai anggota

    masyarakat.

    c. Menurut Soerjono Soekanto: Sosialisasi merupakan proses

    mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga yang baru.

    Berdasarkan pengertian sosialisasi di atas, dapat kesimpulan:

    a. Sosialisasi ditempuh seorang individu melalui proses belajar

    untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan

    suatu tindakan social yang sesuai dengan pola prilaku

    masyarakatnya.

    b. Sosialisasi ditempuh seorang individu secara bertahap dan

    berkesinambungan, sejak ia lahir sampai wafat.

    c. Sosialisasi erat kaitannya dengan enkulturasi atau proses

    pembudayaan, yaitu suatu proses belajar seorang individu untuk

    belajar mengenal, menghayati dan menyesuaikan alam pikiran

    serta sikapnya terhadap sistem adat dan norma, serta semua

  • 3

    peraturan dan pendirian yang hidup dalam lingkungan

    kebudayaan masyarakatnya.

    2.1.2. Media/Agen Sosialisasi

    a. Keluarga

    Keluarga merupakan media awal dari suatu proses

    sosialisasi. Begitu anggota keluarga baru lahir, ia sangat

    bergantung pada perlindungan dan bantuan anggota

    keluarganya. Proses sosialisasi awal ini dimulai dengan proses

    belajar menyesuaikan diri dan mengikuti setiap apa yang di

    ajarkan oleh orang-orang dilingkungan keluarganya. Oleh

    karena itu, orang tua sangat berperan untuk:

    1) Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar

    sehingga anak tidak merasa tertekan jiwanya;

    2) Mendorong agar anak dapat membedakan antara prilaku

    benar dan salah, baik dan buruk, dan sebagainya;

    3) Memberi contoh prilaku yang baik dan pantas bagi anaknya.

    Dalam lingkungan keluarga, kita mengenal dua macam

    pola sosialisasi, yaitu; dengan cara represif (repressive

    socialization) yang mengutamakan adanya ketaatan anak kepada

    orang tua, dan cara partisipasi (participatory socialization) yang

    mengutamakan adanya partisipasi dari anak.

    b. Kelompok Bermain (peer group)

    Setelah anak dapat berjalan, berbicara, dan berpergian, ia

    mulai bertemu dan berinteraksi dengan teman sebayanya, yang

    biasanya berasal dari keluarga lain. pada tahap ini, anak

    memasuki game stage , fase dimana ia mulai mempelajari

    berbagai aturan tentang peranan orang-orang yang

    kedudukannya sederajat. Dengan bermain ia mulai mengenal

    nilai-nilai kepemimpinan, keadilan, kebenaran, toleransi, atau

    solidaritas, patriotisme dan lain-lain.

  • 4

    c. Lingkungan Sekolah

    Disini seseorang akan mempelajari hal baru yang tidak

    diajarkan di dalam keluarga maupun kelompok sepermainan.

    Sekolah mempersiapkannya untuk peran-peran baru di masa

    mendatang saat ia tidak tergantung lagi pada orang tua. Sekolah

    tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan yang

    bertujuan memengaruhi perkembangan intelektual anak, tetapi

    juga mempengaruhi hal lain seperti kemandirian,

    tanggungjawab, dan tata tertib.

    Menurut Horton, fungsi nyata dari pendidikan antara lain:

    1) Sebagai modal penting dalam menentukan mata

    pencaharian.

    2) Dapat mengembangkan potensi demi pemenuhan kebutuhan

    pribadi dan pengembangan masyarakat.

    3) Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu

    generasi ke generasi berikutnya.

    4) Membentuk kepribadian.

    d. Lingkungan Kerja

    Lingkungan kerja juga berpengaruh besar pada

    pembentukan kepribadian. Pengaruh dari lingkungan kerja

    tersebut pada umumnya mengendap dalam diri seseorang dan

    sulit untuk di ubah, apalagi jika yang bersangkutan telah lama

    bekerja dilingkungan tersebut.

    Sebagai contoh, seorang anggota tentara akan

    bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan militer dengan garis

    komando yang tegas, sedangkan dosen atau guru lebih banyak

    bersosialisasi dengan iklim kerja yang lebih demokratis.

    e. Media Massa

    Para ilmuwan sosial telah banyak membuktikan bahwa

    pesan-pesan yang disampaikanmelalui media massa (televisi,

    radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku,

  • 5

    dst.)memberikan pengaruh bagi perkembangan diri seseorang,

    terutama anak-anak.

    Beberapa hasil penelian menyatakan bahwa sebagaian

    besar waktu anak-anak dan remaja dihabiskan untuk menonton

    televisi, bermain game online dan berkomunikasi

    melaluiinternet, seperti yahoo messenger, google talk,

    friendster, facebook, dll.

    Diakui oleh banyak pihak bahwa media massa telah

    berperan dalam proses homogenisasi, bahwa akhirnya

    masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dan

    kecenderungan cara hidup yang sama.

    2.1.3. Bentuk-Bentuk Sosialisasi

    Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu sosialisasi

    primer dan sekunder.

    a. Sosialisasi Primer

    Sosialisasi Primer adalah sosialisasi pada tahap-tahap awal

    kehidupan seseorang sebagai manusia. Berger dan Luckman

    menjelaskan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang

    dijalani individu semasa kecil, dimana ia belajar menjadi

    anggota masyarakat. Hal itu dipelajarinya dalam keluarga.

    b. Sosialisasi Sekunder

    Sosialisasi Sekunder adalah proses berikutnya yang

    memperkenalkan individu ke dalam lingkungan di luar

    keluarganya, seperti sekolah, lingkungan bermain dan

    lingkungan kerja

    2.1.4. Tahap-Tahap Sosialisasi

    a. Masa Anak-Anak

    Ketika seorang anak baru dilahirkan, hidupnya sangat

    bergantung kepada perlindungan dan bantuan dari orang tua dan

    saudara-saudara dekat dilingkungan keluarganya. Ia belajar

    menirukan apa yang di ajarkan keluarganya. George Herbert

  • 6

    Mead menyebutkan proses meniru pada usia awal ini dikenal

    dengan istilah preparatory stage.

    Setelah anak-anak mulai mengenal lingkungan yang lebih

    luas, yakni lingkungan teman sepermainannya, tahapan ini

    oleh George Herbert Mead disebut play stage.

    b. Masa Remaja

    Tahapan ini merupakan lanjutan dari tehnik bermain peran

    pada masa anak-anak. Seorang remaja tidak hanya meniru peran

    seseorang yang di idolakannya, tetapi sudah mengidentikkan

    dirinya, seolah-olah ia sudah menyamakan (identik) dirinya

    dengan tokoh idolanya. Ia akan mengikuti model rambut, mode

    pakaian, bahkan akan berprilaku sama seperti idolanya tersebut.

    Tahapan ini oleh George Herbert Mead disebut game stage.

    Para ahli psikologi menyebutkan usia remaja sebagai masa

    puber, yakni suatu periode awal tumbuh dan berkembangnya

    ciri-ciri fisik dan seksualitas seorang individu. Dalam masa

    puber ini, seorang remaja seringkali mengalami krisis dengan

    gejala-gejala antara lain sebagai berikut:

    1) Bertemperamen keras dan agresif, atau sebaliknya murung

    dan suka menyendiri.

    2) Berkepribadian labil karena masih mencari identitsa diri.

    3) Mudah tersinggung dan sukar mengendalikan emosi.

    4) Mudah terpengaruh oleh hal-hal tertentu, baik yang bersifat

    positif maupun negatif.

    5) Memiliki rasa ingin tahu dan mencoba hal-hal baru, yang

    sebeblumnya belum pernah ia alami.

    Dampak yang sangat tidak di inginkan dari situasi krisis

    tersebut adalah munculnya prilaku menyimpang dikalangan

    remaja. Gejalanya muncul dalam berbagai bentuk masalah

    sosial, seperti dekadensi (kemerosotan) moral, pergaulan seks

  • 7

    bebas, kriminalitas, mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkoba

    dan tawuran antar pelajar.

    c. Masa Dewasa

    Proses sosialisasi pada tahap ini merupakan titik kulminasi

    yang paling optimal bagi seorang individu. Proses belajar tidak

    semata-mata melalui pola meniru, tetapi lebih kepada pola

    menyesuaikan diri. George Herbert Mead menyebutkan

    sebagai tahap generalized other.

    2.2. Kepribadian

    2.2.1. Pengertian Kepribadian

    Ada beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kepribadian,

    di antaranya yakni:

    a. Theodore M. Newcomb berpendapat kepribadian merupakan

    organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang

    dari prilakunya. Hal ini berarti kepribadian menunjuk pada

    organisasi dari sikap-sikap seorang individu untuk berbuat,

    mengetahui, berpikir, dan merasakan secara khusus apabila ia

    berhubungan dengan orang lain atau ketika ia menanggapi suatu

    masalah atau keadaan.

    b. Roucek dan Warren dalam buku mereka yang berjudul

    Sociology an Introduction mendefenisikan kepribadian

    sebagai organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan

    sosiologis yang mendasari prilaku seorang individu. Faktor-

    faktor itu meliputi keadaan fisik, system syaraf, watak seksual,

    proses pendewasaan individu yang bersangkutan, dan kelainan-

    kelainan biologis lainnya. Adapun factor psikologis meliputi

    unsur temperamen, perasaan, keterampilan, kemampuan belajar

    dan sebagainya. Sedangkan factor sosiologis dapat berupa

    proses sosialisasi yang ia peroleh sejak kecil.

  • 8

    c. Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi Indonesia

    menyatakan kepribadian sebagai susunan dari unsur-unsur akal

    dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang

    individu.

    2.2.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

    Kepribadian

    a. Warisan Biologis

    Semua manusia normal dan sehat mempunyai persamaan

    biologis tertentu, persamaan biologis ini membantu menjelaskan

    beberapa persamaan dalam kepribadian dan prilaku semua

    orang.

    b. Faktor Lingkungan Fisik

    Faktor lingkungan fisik akan mempengaruhi kepribadian

    seseorang. Misalnya, masyarakat yang tinggal didaerah subur

    cenderung memiliki kepribadian yang ramah, tenang dan sabar.

    Sebaliknya, mereka yang tinggal didaerah tandus cenderung

    rakus, tamak dan egois karena pengaruh lingkungan fisik yang

    keras.

    c. Faktor Kelompok

    Sebuah kelompok dapat mempengaruhi kepribadian

    anggotanya, baik yang sifatnya positif maupun negatif.

    d. Faktor Kebudayaan Khusus

    Setiap daerah memiliki karakteristik yang khas karena

    pengaruh kebudayaan yang di anut. Misalnya, kepribadian

    masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa atau

    masyarakat industry berbeda dengan masyarakat tradisional.

    Begitu juga menyangkut kepribadian suku bangsa, ras dan kelas

    sosial tertentu akan berbeda satu sama lain.

    e. Faktor Pengalaman Unik

    Kepribadian seseorang akan dipengaruhi oleh sejumlah

    pengalaman yang dilalui dalam hidupnya. Karena pengalaman

  • 9

    setiap individu itu berbeda, maka kepribadian satu individu

    berbeda pula dengan individu lainnya.

    2.2.3. Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian sebagai Hasil

    Sosialisasi

    a. Fase Pertama

    Menurut Charles H. Cooley (1864-1929), proses

    perkembangan kepribadian seseorang dimulai kurang lebih pada

    usia 1-2 tahun yang ditandai dengan saat-saat anak mengenal

    dirinya sendiri yang dibantu oleh orang-orang dewasa

    dilingkungannya.

    Kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi

    dua bagian penting, yaitu:

    1) Basic Personality Structure, yaitu unsur-unsur dasar atas

    berbagai sikap yang disebut attitude. Unsur ini bersifat

    permanen dan tidak mudah berubah.

    2) Capital Personality, yaitu unsur-unsur yang terdiri atas

    keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang

    sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali

    (fleksibel). Ini diperoleh berdasarkan pengalaman melalui

    pergaulan dengan orang lain.

    b. Fase Kedua

    Ini merupakan fase perkembangan dimana rasa ego yang

    dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai

    dengan tipe pergaulan yang ada dilingkungannya.

    Fase kedua ini berlangsung relatif panjang hingga

    menjelang masa dewasa. Kepribadian tersebut mulai tampak

    dengan tipe prilaku khas yang tampak dari perangai, kegemaran,

    IQ serta bakat-bakatnya.

    c. Fase Ketiga

    Kepribadian seseorang pada akhirnya mengalami suatu

    perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya

  • 10

    prilaku-prilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang

    bersifat abstrak. Fase ketiga ini disebut juga fase kedewasaan,

    yang berlangsung kurang lebih pada usia antar 25-28 tahun.

    2.2.4. Hubungan antara Kepribadian, Sosialisasi dan Kebudayaan

    Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, kebudayaan

    merupakan perangkat yang dihasilkan oleh suatu bentuk kehidupan

    bersama. Selanjutnya, kebudayaan digunakan sebagai pedoman

    hidup, artinya sebagai sarana untuk menyelenggarakan seluruh tata

    kehidupan warga masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, kebudayaan

    senantiasa dirombak dan disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi

    yang ada didalam masyarakat. Bagi generasi baru, kebudayaan

    berfungsi membentuk atau mencetak pola-pola prilaku yang

    selanjutnya akan membentuk suatu kepribadian yang tetap dank has.

    Jadi jelaslah bahwa kebudayaan merupakan mesin atau komponen

    yang akan menentukan bagaiman corak kepribadian dari warga

    masyarakat. Proses ini dinamak social determinism.

    Pada masyarakat pedesaan kehidupannya masih kental dengan

    sifat gotong royong, budaya ini akan mempengaruhi dan membentuk

    kepribadian masyarakat pedesaan dengan karakter solidaritas tinggi,

    rela berkorban, peka terhadap masalah dilingkungan sosialnya.

    Adapun masyarakat kota dengan struktur budaya yang lebih

    majemuk dan maju, mempunyai karakteristik berbeda dengan

    masyarakat pedesaan. Masyarakat kota mempunyai suatu system tata

    nilai yang memberikan penghargaan terhadap harkat dan martabat

    seseorang tidak lagi berdasarkan baik buruknya prilaku seperti pada

    masyarakat pedesaan, melainkan ditentukan oleh kemampuan kerja

    atau prestasi kerja serta kepemilikan harta benda. System tata nilai

    ini mempengaruhi pribadi-pribadi masyarakat kota dengan

    karakteristik menghargai waktu, giat menuntu kemajuan dan kurang

    menghargai kebersamaan dengan orang lain.

  • 11

    Dari uraian di atas terlihatlah bahwa kepribadian individu

    sangat dipengaruhi oleh corak budaya yang ada dalam

    masyarakatnya. Struktur budaya yang ada memang tidak semuanya

    diserap dan diterima oleh individu, tetapi setidak-tidaknya nilai-nilai

    tertentu yang dipedomani dan dijadikan dasar untuk menentukan

    sikap atau prilaku dalam bertindak sehari-hari sehingga membentuk

    prilaku khas yang disebut kepribadian (personality).

    2.2.5. Tipe Kebudayaan Khusus yang Mempengaruhi Kepribadian

    a. Kebudayaan Khusus Berdasarkan Faktor Kedaerahan

    Sebagai contoh, terdapat perbedaan antara system

    kekerabatan di Tapanuli dengan di Minangkabau.

    Orang batak memperhitungkan hubungan keturunan

    secara ptrilineal (garis keturunan dihitung dari garis keturunan

    pria), sedangkan di Minangkabau garis keturunan

    diperhitungkan dari pihak perempuan (matrilineal).

    b. Cara Hidup di Kota dan di Desa yang Berbeda

    Pola hidup masyarakat desa umumnya lebih homogeny

    dan kolektif berbeda denga pola hidup masyarakat kota yang

    lebih heterogen dan individualis. Pola-pola hidup tersebut akan

    mempengaruhi kepribadian masyarakat.

    c. Kebudayaan Khusus Kelas Sosial

    Golongan kelas atas sangat berbeda dengan kelas bawah

    dalam cara berpakaian, etika, pergaulan, cara mengisi waktu

    luang dan sebagainya.

    d. Kebudayaan Khusus Atas Dasar Agama

    Faktor agama juga memiliki pengaruh dalam membentuk

    kepribadian seorang individu. Pola hidup antar penganut agama

    akan berbeda satu sama lain. Pola hidup dan budaya mereka

    disesuaikan dengan ajaran agamanya masing-masing.

  • 12

    e. Kebudayaan Khusus Berdasarkan Profesi

    Profesi seseorang akan berpengaruh besar pada

    kepribadiannya. Misalnya, kepribadian seorang petani berbeda

    dengan pola hidup seorang dokter. Hal ini berpengaruh juga

    pada cara-cara bergaul maupun gaya hidup mereka.

  • 13

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Sosialisasi adalah suatu proses belajar seorang anggota masyarakat

    untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya.

    Kepribadian merupakan organisasi sikap yang dimiliki seseorang

    sebagai latar belakang dari prilakunya. Hal ini berarti kepribadian menunjuk

    pada organisasi dari sikap-sikap seorang individu untuk berbuat,

    mengetahui, berpikir, dan merasakan secara khusus apabila ia berhubungan

    dengan orang lain atau ketika ia menanggapi suatu masalah atau keadaan.

    Setiap manusia dilahirkan dengan kepribadian yang berbeda.

    Kepribadian seseorang erat kaitannya dengan proses sosialisasi yang

    berlangsung dalam masyarakat.

    3.2. Saran

    Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

    untuk itu kami menyarankan kepada teman-teman yang ingin lebih

    memahami tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian untuk mencari

    referensi tambahan melalui buku-buku yang sekarang mudah didapat.

  • 14

    DAFTAR PUSTAKA

    Fritz, Damanik. 2006. Seribupena Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta:

    Erlangga.

    Kun Maryati. 2004. Sosiologi SMA Kelas X. Jakarta: Esis.

    Tim Sosiologi. 2007. Sosiologi SMA kelas X (cet-3). Jakarta: Yudhistira