makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

23
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena masih memberikan kita kesemaptan sehingga kita bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kedua kalinya sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Karena telah membawa kita dari alam kebodohan kealam yang modern seperti saat ini. Dalam kesempatan pada saat ini kami akan membahas sedikit ulasan tentang “PENGARUH SOSIALISASI, NILAI BUDAYA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN”. Dalam penyelesaian makalah ini kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya makalah kami tersebut. Kedua kalinya kami sampaikan terimakasih kepada Guru karena telah membimbing dan memberi arahan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kesalah, baik yang di sengaja maupun yang tidak disengaja. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran sehingga memberikan pembangunan kepada kami pada saat pembuatan makalah berikutnya. Raha, Februari 2014 Penulis

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 25-Jun-2015

4.852 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena masih memberikan kita kesemaptan sehingga kita

bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Kedua kalinya sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda

Rasulullah Muhammad SAW. Karena telah membawa kita dari alam kebodohan kealam yang

modern seperti saat ini.

Dalam kesempatan pada saat ini kami akan membahas sedikit ulasan tentang “PENGARUH

SOSIALISASI, NILAI BUDAYA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN”.

Dalam penyelesaian makalah ini kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu atas terselesaikannya makalah kami tersebut. Kedua kalinya kami

sampaikan terimakasih kepada Guru karena telah membimbing dan memberi arahan kepada

kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kesalah, baik yang di

sengaja maupun yang tidak disengaja. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran

sehingga memberikan pembangunan kepada kami pada saat pembuatan makalah berikutnya.

Raha, Februari 2014

Penulis

Page 2: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Setaiap manusia di dunia ini pasti memerlukan orang lain, oleh karena itu terjadi sosialisasi

antar sesama manusia tersebut, yang mana berfungsi sebagai sarana kedekatan antar

sesamanya.

Beberbicara masalah keperibadian, merupakan suatu cermin dan gambaran bagi setiap

manusia. Jika keperibadiannya bagus, maka akan bagus pula tingkah laku yang dimiliki oleh

orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika keperibadian orang tesebut buruk maka otomatis

akan di ikuti oleh perilakunya yang buruk tersebut.

Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Sosialisasi dan Pembentuk Keperibadian”.

Kami harap makalah ini bisa memberikan pengetahuan dan bisa diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

B.  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah kami tersebut adalah sebagai berikut :

1. Apakah definisi keperibadian itu ?

2. Ada berapakah unsur-unsur keperibadian tersebut ?

3. Apa yang mencangkup tujuh macam golongan naluri ?

4. Bagaimana materi dari unsur-unsur keperibadian ?

5. Ada berapakah jenis-jenis sosialisasi ?

6. Berapakah tipe-tipe sosialisasi ?

7. Apa yang dimaksud dengan pola sosialisasi ?

8. Bagaimana proses sosialisasi berlangsung ?

9. Apa sajakah agen/media sosialisasi itu ?

10. Apakah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan keperibadian ?

C.  Tujuan Penulisan

untuk mengetahui pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan keperibadian

Page 3: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Defenisi Kepribadian

Banyak para ahli yang memberikan perhatian dan mencurahkan penelitiannya untuk

mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang pola tingkah laku yang nantinya merunut

juga pada pola tingkah laku manusia sebagai bahan perbandingannya.

Pola-pola tingkah laku bagi semua Homo Sapiens hampir tidak ada, bahkan bagi semua

individu yang tergolong satu ras pun, tidak ada satu system pola tingkah laku yang seragam.

Sebabnya tingkah laku Homo Sapiens tidak hanya ditentukan oleh system organic biologinya

saja, melainkan juga akal dan pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku

Homo Sapiens sangat besar diversitasnya dan unik bagi setiap manusia.

Dengan pola tingkah laku dalam arti yang sangat khusus yang ditentukan oleh nalurinya,

dorongan-dorongan dan refleksnya.

Jadi “Kepribadian” dalam konteks yang lebih mendalam adalah “susunan unsur-unsur akal

dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu”.

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan

aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.

Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena

dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

B.  Unsur-unsur Kepribadian

Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai berikut :

v  Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang

sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimanya melalui panca

inderanya yang masuk kedalam berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Ddan

didalam otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan oleh individu

kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh proses

akal manusia yang sadar”.

Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran

berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus

secara lebih intensif yang terjadi karena pemustan secara lebih intensif di dalam pandangan

psikologi biasanya disebut dengan “Pengamatan”.

Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling menarik

perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses dalam aklanya yang menghubungkannya

dengan berbagai penggambaran lain yang sejenisnya yang sebelumnya pernah diterima dan

diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul kembali sebagai kenangan.

Page 4: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru dalam istilah psikologi disebut

“Apersepsi”.

Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran

dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis secara konsisten

berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk membentuk suatu

penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak mirip dengan salah satu dari

sekian macam bahan konkret dari penggambaran yang baru.

Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-tempat

tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat-tempat

tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut dengan “Konsep”.

Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mungkin ada

yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil

pada bagian-bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan penggambaran-

pengambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama sekali, yang sebenarnya

tidak nyata.

Dan penggambaran baru yang seringkali tidak realistic dalam Psikologi disebut dengan

“Fantasi”.

Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-unsur

pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu.

v  Perasaan

Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan.

Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yang buruk atau

mendengar suara yang tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan

dalam kesadaranya perasaan negatif.

“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam kesadaran

manusia setiap saat dalam hidupnya. “Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran

manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau negative.

v  Dorongan Naluri

Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi perasaan lain yang tidak

ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, tetapi karena memang sudah

terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan kemauan

yang sudah meruapakan naluri disebut “Dorongan”.

Page 5: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

C.  Tujuh Macam Dorongan naluri

Ada perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah dorongan naluri yang terkandung dalam

naluri manusia yaitu ;

1. Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu

kekutan biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk dapat bertahan hidup.

2. Dorongan seks. Dorongan ini telah banyak menarik perhatian para ahli antropolagi,

dan mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis yang

mendorong manusia untuk membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaanya di

dunia ini muncul pada setiap individu yang normal yang tidak dipengaruhi oleh

pengetahuan apapun.

3. Dorongan untuk berupaya mencari makan. Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan

sejak baru dilahirkan pun manusia telah menampakannya dengan mencari puting susu

ibunya atau botol susunya tanpa perlu dipelajari.

4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesame manusia, yang memang

merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai kolektif.

5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan ini merupakan asal-mula

dari adanya beragam kebudayaan manusia, yang menyebabkan bahwa manusia

mengembangkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam (conform)

dengan manusia-manusia di sekelilingnya.

6. Dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada karena manusia adalah makhluk

kolektif. Agar manusia dapat hidup secara bersama manusia lain diperlukan suatu

landasan biologi untuk mengembangkan Altruisme, Simpati, Cinta, dan sebagainya.

Dorongan itu kemudian lebih lanjut membentuk kekuatan-kekuatan yang oleh

perasaanya dianggap berada di luar akalnya sehingga timbul religi.

7. Dorongan untuk keindahan. Dorongan ini seringkali saudah tampak dimiliki bayi,

yang sudah mulai tertarik pada bentuk-bentuk, warna-warni, dan suara-suara, irama,

dan gerak-gerak, dan merupakan dasar dari unsur kesenian.

D.  Materi Dari Unsur-unsur Kepribadian

Dalam sebuah konsep kepribadian umum,makin dipertajam dengan terciptanya konsep basic

personality structure, atau “kepribadian dasar”, yaitu semua semua unsur kepribadian yang

dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat.

Kepribadian dasar ada karena semua individu warga masyarakat mengalami pengaruh

lingkungan kebudayaan yang sama selama pertumbuhan mereka. Metodologi untuk

mengumpulkan data mengenai kepribadian bangsa dapat dilakukan dengan mengumpulkan

sample dari warga masyarakat yang menjadi objek penelitian, yang kemudian diteliti

kepribadiannya dengan tes Psikologi.

Page 6: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

Selain ciri watak umum, seorang Individu memilki ciri-ciri wataknya sendiri, sementara

adaindividu-individu dalam sample yang tidak meliki unsur-unsur kepribadian umum.

Pendekatan dalam penelitian kepribadian suatu kebudaya juga dilaksanakan dengan metode

lain yang didasarkan pada ciri-ciri dan unsur watak seorang individu dewasa.

Pembentukan watak dan jiwa individu banyak dipengaruhi oleh pengalamannya di masa

kanak-kanak serta pola pengasuhan orang tua.

Berdasarkan konsepsi Psikologi tersebut, para ahli Antropologi berpendirian bahwa dengan

mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak yang khas akan dapat mengetahui adanya

berbagai unsur kepribadian pada sebagian besar warga yang merupakan akibat dari

pengalaman-pengalaman mereka sejak masa kanak-kanak.

Penelitian mengenai etos kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pertama-tama dilakukan

oleh tokoh Antroplogi R. Benedict, R. Linton, dan M. Mead. Sehingga menjadi bagian

khusus dalam antropologi yang dinamakan personality and culture.

             

E.  Jenis sosialisasi

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan

sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut

berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua

institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari

masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang

terkukung, dan diatur secara formal.

Keluarga sebagai perantara sosialisasi primer

1.            Sosialisasi primer

Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi

pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat

(keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum

masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara

bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.

Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab

seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak

akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan

anggota keluarga terdekatnya.

2. Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang

memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu

bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi

Page 7: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami

'pencabutan' identitas diri yang lama.

F.   Tipe sosialisasi

Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar

'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu

berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh

atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang

disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai

pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe

sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Formal

Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang

berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.

2. Informal

Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan,

seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada

di dalam masyarakat.

Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan

pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam

lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan

berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami

proses sosialisasi. dengan adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang

peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam

dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang baik dan

disukai teman atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak?

Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat

suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan

informal sekaligus.

G. Pola sosialisasi

Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris.

Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman

terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan

materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua.

Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah,

penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga

sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan

Page 8: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan

bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan

pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan

keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

H.  Proses sosialisasi

Macam – macam Proses Sosialisasi

1.      Proses Sosialisasi yang Terjadi Tanpa Disengaja melalui Proses Interaksi Sosial

Proses ini terjadi apabila individu yang disosialisasi maupun yang terisolasi menyaksikan

kegiatan yang dilakukan dan diperbuat oleh orang – orang disekitarnya dalam

berinteraksi. Misalnya sorang anak memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh orang

tuanya kemudian ia meniru dan mencontohkan perbuatan tersebut dalam pergaulan

sehari–hari.

2.      Proses Sosialaisasi yang Terjadi secara Sengaja melalui Pendidikan dan Pengajaran.

Proses ini terjadi apabila seorang individu mengikuti pengajaran dan pendidikan yang

sengaja dilakukan oleh pendidik – pendidik yang mewakili masyarakat. Dalam

pendidikan anak akan dikenalkan pada norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Menurut George Herbert Mead

George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan

menlalui tahap-tahap sebagai berikut.

1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk

mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap

ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan

"mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak

memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

2. Tahap meniru (Play Stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang

dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan

siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang

dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain,

kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap

ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk.

Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi

pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi

seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)

Page 9: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

3. Tahap siap bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara

langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri

pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain

secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan

bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan

hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di

luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai

dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang

berlaku di luar keluarganya.

4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada

posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya

dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia

dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang

lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap

ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

Menurut Charles H. Cooley

Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self

concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang

kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.

1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.

Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena

sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.

2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.

Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan

pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya

pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya,

gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu

memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang

anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada

apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari

orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.

3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.

Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga

dan penuh percaya diri.

Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan berusaha

memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak

Page 10: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai

dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.

I.     Agen/Media sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada

empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan

lembaga pendidikan sekolah.

Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu

sama lain. Apa ayng diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan

dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. MIsalnya, di sekolah anak-anak

diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan

terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya

atau media massa.

Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen

sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan

tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena

dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.

1. Keluarga (kinship)

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan

saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah.

Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family),

agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas

beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga

inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh

orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat

agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi

(baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga

pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya

terutama orang tuanya sendiri.

2. Teman pergaulan

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia

ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan

sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam

proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa

remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang

individu.

Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat

(berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan

Page 11: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya.

Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur

peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

3. Lembaga pendidikan formal (sekolah)

Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis,

dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian

(independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di

lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam

melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus

dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

4. Media massa

Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah,

tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat

tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

Contoh : Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan

penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus. Iklan produk-produk tertentu telah

meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya. Media

massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh

5. Agen-agen lain

Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh

institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan.

Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan

membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan.

Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

J.    Hubungan Antara Sosialisasi Dengan Pembentukan Kepribadian

Sosialisasi adalah sebuah proses mempelajari dan menghayati norma serta perilaku yang

selaras dengan peran peran sosial yang berlaku dalam suatu masyarakat. Kepribadian adalah

keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang

berinteraksi dengan serangkaian situasi. Jadi, pada saat terjadi sosialisasi saat itu pula sejalan

dengan proses pembentukan kepribadian.

Sosialisasi adalah suatu proses sosial yang terjadi bila seseorang individu menghayati

dan melaksanakan norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga akan merasa menjadi

bagian dari kelompoknya tadi. Kepribadian adalah abstraksi dari pola perilaku manusia

secara individual. Jadi, kepribadian merupakan ciri-ciri atau watak yang khas dari seorang

individu sehingga memberikan identitas yang khas bagi individu yang bersangkutan.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kepribadian merupakan abstraksi

atau pengorganisasian dari sikap-sikap seorang individu untuk berprilaku dalam rangka

berhubungan dengan orang lain (berinteraksi sosial) atau menanggapi suatu hal yang terjadi

Page 12: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

dalam lingkungan masyarakatnya. Dengan kata lain, pola prilaku yang merupakan

perwujudan dari kepribadian seorang individu akan disesuaikan dengan sistem nilai dan

norma yang berlaku dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya.

Akan tetapi nilai dan norma dalam kehidupan masyarakat akan sulit terwujud jika

tidak disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat. Dibutuhkan proses belajar atau

sosialisasi untuk mencapai kesesuaian antara kepribadian dan nilai atau norma tersebut.

Dengan demikian, kepribadian dapat menjadi acuan (blue print) bermasyarakat yang disebut

kebudayaan. Sebaliknya sifat kebudayaan yang dinamis akan memerlukan sosialisasi agar

sesuai dengan kepribadian masyarakat saling keterkaitan antara kehidupan tersebut

berlangsung terus dalam lingkaran kehidupan (life cycle).

K. Pembentukan Kepribadian Sebagai Hasil Sosialisasi

Setiap individu dalam masyarakat adalah pribadi yang unik, tetapi karena mereka

memperoleh tipe-tipe sosialisasi yang sangat mirip, baik yang berasal dari rumah maupun

sekolah, akan banyak ciri kepribadian yang hampir serupa. Seseorang akan mencari pola

perilaku atau sikap dan nilai-nilai yang ditekankan oleh kebudayaannya sebagai hal yang

penting untuk mencapai kebiasaan dan prestasi pribadi.

Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, nilai yang memengaruhi

seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yang diharapkan. Kepribadian merupakan

gabungan keseluruhan sifat-sifat yang tampak dan yang dapat dilihat seseorang. Dari

pengertian tersebut terlihat bahwa kepribadian tidak hanya terlihat dari ciri-ciri fisik, seperti

rambutnya keriting atau kulitnya yang hitam saja, tetapi juga ciri lainnya, seperti kebiasaan

dan sikapnya.

Kepribadian terbentuk, hidup, dan berubah sejalan dengan proses sosialisasi.

L.  Penerapan Pengetahuan Sosiologi di Masyarakat

Sosiologi adalah suatu kajian tentang masyarakat dan hubungannya dengan

lingkungan di mana masyarakat bertempat tinggal. Kajian tersebut memberikan pengetahuan

bagi siapa saja yang mempelajari. Pengetahuan sosiologi memberikan manfaat dan dapat

diaplikasikan (diterapkan) dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang keberhasilan

seseorang dalam kehidupannya di masyarakat. Pengatahuan sosiologi dapat diterapkan dalam

proses sosialisasi yang secara tidak langsung ikut berperan serta dalam pembentukan

kepribadian seorang individu. Oleh karena itu, peranan pengetahuan sosiologi dalam proses

sosialisasi yang secara tidak langsung ikut membentuk kepribadian seorang individu

mempunyai hubungan yang sangat erat, karena ilmu pengetahuan sosiologilah seorang

individu dapat dibentuk kepribadiannya sedemikian rupa hingga menjadi seorang individu

yang berprilaku sebagaimana di kalangan masyarakat tempat tinggalnya.

Page 13: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

M.     Penerapan Pengetahuan Sosiologi Tentang Proses Sosialisasi dan Pembentukan

Kepribadian

Pengetahuan sosiologi tentang proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian

membantu seseorang untuk memahami bagaimana ia harus bersosialisasi dalam masyarakat

agar mempunyai kepribadian yang baik.

= contoh : seorang ibu akan mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya, tidak melakukan

kekerasan fisik atau emosional memberikan teladan yang baik, menumbuhkan sikap tolong-

menolong, dan sikap saling menghargai sesama manusia.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang meberikan pemecahan atas berbagai masalah

dengan pendekatan kemasyarakatan. Sosiologi sangat berkaitan erat dalam pembentukan

kepribadian seseorang. Pengetahuan sosiologi dapat diterapkan di dalam masyarakat untuk

membantu dalam pembentukan kepribadian seseorang agar perilakunya sesuai dengan

norma-norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Pengetahuan sosiologi dapat membantu

dalam proses sosialisasi, maksudnya adalah apabila pengetahuan sosiologi yang dianut oleh

suatu masyarakat itu salah, maka akan menyebabkan proses sosialisasi itu akan membentuk

kepribadian seseorang pun mengikuti masyarakat sekitarnya yang memang sudah menganut

suatu pengetahuan sosiologi yang salah.

Page 14: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

             

Dari penjabaran para ahli bisa diambil kesimpulan bahwa, kepribadian manusia itu terbentuk

dari proses pembelajaran ataupun yang memang ada sejak lahir atau berupa naluri dan

dorongan yang bersifat alami.

Dan kadang-kadang pembentukan pribadi seseorang ada juga yang berdasarkan pengalaman

dimasa kanak-kanak, yang mana adanya pola pengasuhan oleh orang tua serta naluri alami

yang memang memberikan respon ketika mengalami dan mempelajari sesuatu.

Sebagaimana unsur-unsur pengetahuan yang terdapat dalam pembentukan kepribadian

manusia, yang dihimpun menjadi satu, juag tidak berasal dari naluri saja, tetapi juga

pembelajaran. Karena dalam alam bawah sadar manusia berbagai pengetahuan larut dan

terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang seringkali tercampur aduk tidak teratur.

Penerapan pengetahuan sosiologi berkaitan erat dengan proses sosialisasi dan

pembentukan kepribadian seorang individu.

Dengan penerapan pengetahuan sosiologi yang baik dalam kehidupan di masyarakat otomatis

akan membentuk proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian yang baik pula.

B.  Saran

Dalam pembentukan kepribadian pasti membutuhkan hasil sosialisasi. Oleh karena itu

marilah kita sama-sama melakukan sosialisasi yang baik antar sesama manusia sehingga

kepribadian yang kita miliki akan baik pula. Sehinnga kita menjadi insane yang berguna bagi

diri kita sendiri, begitu pula dengan orang lain.

Page 15: Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian

DAFTAR PUSTAKA

http://www.psychologymania.com/2011/09/pengaruh-Sosialisasi-terhadap-kepribadian.html

http://id.wikipedia.org/wiki/kepribadian#Pengaruh_sosialisasi

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi

http://www.psychologymania.co.cc/2010/05/pengaruh-sosialisasi-terhadap-kepribadian.html

Buku-panduan_Sosiologi

Lks. Sosiologi.