soon to be referat radiologi fix
DESCRIPTION
tesTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Saat ini penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah
menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan persendian. Masalah
pada tulang yang mengakibatkan keparahan disabilitas adalah fraktur. Fraktur
merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur dikenal dengan istilah
patah tulang, biasanya disebabkan karena trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut,
tenaga, keadaan tulang, dan jaringa lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi lengkap atau tidak.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,
misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius ulna,
dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang
bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung
atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengaan luka terbuka
sampai ke tulang yang disebut dengan patah tulang terbuka. Patah tulang yang
didedak sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi
sendi yang disebut fraktur dislokasi.1 Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas
baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah pemakai kendaraan, jumlah pemakai jasa
angkutan, bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas
terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma – trauma lain yang
dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja dan cedera
olah raga.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta
orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami
kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang cukup tinggi yakni insiden fraktur
ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi.
1
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma
tidak langsung.Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma yang berat, kadang-
kadang trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena
penyakit tertentu. Juga trauma ringan yang terus menerus dapat menimbulkan fraktur.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Di dalam tubuh manusia, tulang-tulang menyusun alat gerak pasif dalam
bentuk rangka. Susunan rangka dibangun dari gelang-gelang dan lebih dari 200
potong tulang. Tulang-tulang bertemu satu dengan yang lain pada sambungan
tertentu. Sambungan itulah yang dapat membantu kelancaran gerakan. Sejumlah
gerakan dapat terjadi karena adanya macam-macam hubungan antar tulang
(artikulasi). Namun, gerakan tak mungkin terjadi tanpa penggerak, yaitu otot. Oleh
karen itu, tualng disebut sebagai alat gerak pasif sedangkan otot yang berperan
sebagai penggerak tulang disebut alat gerak aktif.
Menurut bentuk dan ukurannya tulang dibedakan sebagai berikut:
1. Tulang pendek
Tulang pendek bentuknya seperti silider kecil, berfungsi agar tulang dapat
bergerak bebas. Tulang pendek terdapat pada pergelangan tangan dan kaki,
telapak tangan dan kaki.
2. Tulang panjang
Tulang panjang bentuknya seperti pipa, berfungsi untuk artikulasi, terdapat
pada tulang hasta, tulang paha dan tulang betis.
3. Tulang pipih
Tulang pipih berbentuk pipih dan lebar, berfungsi untuk melindungi struktur
dibawahnya, seperti pada pelvis, tulang belikat dan tempurung kepala.
4. Tulang tidak beraturan
Tulang tidak beraturan ini bentuknya kompleks dan berhubungan dengan
fungsi khusus. Contoh tulang tidak beraturan adalah tulang punggung dan
tulang rahang.
3
Gambar 1: Anatomi Tulang Manusia
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya.2
Fraktur merupakan setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan baik komplet ataupun inkomplet. Fraktur dapat terjadi
4
karena adanya trauma baik yang adekuat maupun yang tidak adekuat atau karena
adanya kelainan yang bersifat patologis.
Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur, yang beresiko tinggi untuk
terjadinya fraktur adalah orang yang lanjut usia, orang yang bekerja yang
membutuhkan kesimbangan, masalah gerakan, pekerjaan-pekerjaan yang beresiko
tinggi (tukang besi, supir, pembalap mobil, orang dengan penyakit degeneratif
atau neoplasma).3
2.2 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang
dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur
lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba)
ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang
lebih berat.
5
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru
tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling
terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan
pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah
tersebut.4
2.3 Etiologi
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan
pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan yang kuat langsung mengenai tulang,
besar kemungkinan dapat menyebabkan fraktur pada tempat yang terkena dan
jaringan lunak yang ada di sekitarnya pasti akan ikut rusak.
b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda
lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan pada
tibia, fibula atau metatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang
berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut
lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.
2.4 Klasifikasi
6
1. Menurut penyebab terjadinya:
a) Fraktur patologik
Adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami
proses patologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, myeloma
multiple, kista tulang, osteomyelitis, penyakit paget (kaki melengkung) dan
sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat menimbulkan fraktur.5
Gambar 2: Fraktur karena Osteochonfroma
b) Fraktur stress
Disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus, misalnya fraktur
march pada metatarsa, fraktur tibia pada penari balet, fraktur fibula pada pelari
jarak jauh, dan sebagainya
7
Gambar 3: Fraktur stress pada tulang metatarsal
2. Menurut hubungan dengan jaringan ikat disekitarnya:
a) Fraktur terbuka
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan
dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri
sehingga timbul komplikasi berupa infeksi
b) Fraktur tertutup
fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat
fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan
dunia luar.
8
Gambar 4: Fraktur terbuka dan tertutup
3. Menurut bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma
Gambar 5: Beberapa tipe fraktur
9
A. Fraktur transversal E. Fraktur greenstick
B. Fraktur oblik F.Fraktur epifisis dengan separasi
C. Fraktur komunitif G. Fraktur Kompresi
D. Fraktur avulsi H. Fraktur Impresi
Gambar 6: Beberapa tipe fraktur
a) Fraktur transversal
Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah
direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-
segmen tersebut akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai
gips.6
Gambar 6: Fraktur transversal
10
Gambar 7: Fraktur transversal
b) Fraktur oblik
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
Fraktur ini cenderung tidak stabil dan sulit untuk diperbaiki.
Gambar 8: Fraktur Oblik
11
c) Fraktur kominutif
Serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih
dari dua fragmen tulang.
d) Fraktur avulsi
Memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon
ataupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang
diperlukn untuk memulihkan fraktur ini. Namun, bila diduga akan terjadi
ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan kecacatan,
maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan
kembali fragmen tulang tersebut.
Gambar 9: Fraktur Avulsi
12
e) fraktur greenstick
Fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks
tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur
ini akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling ke bentuk dan
fungsi normal.7
Gambar 10: Fraktur Greenstick
f) Fraktur epifisis dengan separasi
Biasanya terjadi pada anak-anak. Pada fraktur ini ada kemungkinan
fusi epifisis tulang terjadi lebih awal (premature) sehingga tulang tersebut
menjadi lebih pendek. Pada lengan hanya timbul efek kosmetik, tetapi bila
terjadi pada tungkai bawah akan menyebabkan pincang.
13
Gambar 11: Fraktur epifisis dengan separasi
14
g) Fraktur kompresi
Terjadi ketika dua tulang menumbuk (akibat tubrukan) tulang ketiga
yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
Fraktur pada korpus vertebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pada
orang muda, fraktur kompresi ini dapat juga disertai dengan perdarahan
retroperitoneal yang cukup berat. Seperti pada fraktur pelvis, pasien dapat
secara cepat menjadi syok hipovolemik dan meninggal jika tidak dilakukan
pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan secara akurat dan
berulang selama 24 sampai 48 jam pertama setelah cedera.
Gambar 12: Fraktur kompresi
h) Fraktur impresi
Fraktur impresi adalah fraktur dengan penekanan ke rongga dalam
otak yang diakibatkan oleh adanya kontak bentur pada kepala. fraktur
impresi tulang kepala terjadi akibat benturan dengan tenaga besar yang
langsung mengenai tulang kepala pada area yang kecil. Fenomena kontak
15
bentur disini lebih terfokus dan lebih padat serta melebihi kapasitas
elastisitas tulang tengkorak.
Gambar 13 Fraktur impresi
2.6. Jenis Fraktur 6,10
o Fraktur pada tulang muka
Fraktur pada tulang muka dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Dapat terjadi pada satu tulang atau2. Dapat terjadi pada beberapa tulang (fraktur kompleks)
Fraktur-fraktur ini meliputi :
a. Fraktur tulang nasal, dimana terjadi gangguan aliran dari sinus ke kavum nasib. Fraktur tulang frontalis, dimana terdapat sinus frontalisc. Fraktur arkus zigomatikus, dimana terlibat sinus maksilarisd. Fraktur yang meliputi etmoid, maksilaris atau keduanya.e. Fraktur kompleks yaitu fraktur yang mengenai beberapa tulang, yang sering terjadi
adalah :a. Fraktur naso-orbitalb. Fraktur trimalarc. Fraktur Le Fort
16
Gambar 14. Fraktur os nasal
Gambar 15. Fraktur trimalar (tripod)
Gambar 16. Fraktur Le Fort
Fraktur tangan
1. Falangs
17
Fraktur dapat disebabkan oleh trauma pada regio manus. Hiperekstensi dari sendi interfalang dapat mengakibatkan avulsi dengan fragmen fraktur yang kecil.
2. MetakarpalFraktur dari metakarpal V disebut Boxer’s fracture, dengan gambaran angulasi volar dari fragmen bagian distal. Dasar metakarpal I juga dapat mengalami fraktur dan dislokasi yang disebut dengan Bennet’s fracture.
Gambar 17. Fraktur Bennet
Gambar 18. Fraktur Boxer
Fraktur pergelangan tangan
1. Fraktur Colles
18
Melibatkan daerah 2-3 cm proksimal dari pergelangan tangan pada radius distal dengan angulasi fragmen distal ke posterior.
Gambar 19. Fraktur colles
2. Fraktur SmithMelibatkan daerah 2-3 cm proksimal dari pergelangan tangan pada radius distal dengan angulasi fragmen distal ke anterior.
Gambar 20. Fraktur smith
Fraktur lengan bawah
1. Fraktur MoteggiaFraktur ulna proksimal dengan dislokasi proksimal radius relatif terhadap sendi siku.
19
2. Fraktur GalleazziFraktur pada radius distal dengan dislokasi ulna bagian distal.
3. Fraktur sikuPaling sering melibatkan kaput atau leher dari os radius. Fraktur siku memberikan gambaran fraktur vertikal sederhana dan terlihat dengan baik pada proyeksi AP atau oblik.
Gambar 21. Fraktur montegia (kiri), fraktur galeazi (kanan)
Fraktur regio bahu
1. Fraktur humerusPaling sering terjadi pada collum chirurgicum humerus dan kolum anatomik, tuberkulum majus, tuberkulum minus, dan gabungannya.
2. Fraktur klavikulaPaling sering terjadi pada sepertiga medial klavikula.
3. Fraktur scapulaSeringkali terjadi pada korpus dan kolum dari scapula.
Fraktur sternum dan kosta
1. Fraktur sternumLebih mudah dilihat pada proyeksi lateral.
2. Fraktus kostaFraktur kosta komplit dapat ditemukan dengan mudah, namun jika inkomplit lebih sulit dan harus disertai dengan informasi klinis seperti : hematom pada daerah trauma.
20
Fraktur pelvis
Pelvis merupakan suatu struktur berbentuk cincin. Umumnya, cincin pelvis dibagi menjadi arkus anterior yang meluas dari tulang pubis, dan arkus posterior dari asetabulum menuju asetabulum lain melewati artikulasio sakroiliaka dan sakrum. Fraktur pelvis sering melibatkan asetabulum dengan atau tanpa melibatkan dislokasi dari pelvis. Fraktur pelvis dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Fraktur stabilMelibatkan satu bagian dari cincin pelvis, atau tidak menyababkan terputusnya cincin tersebut.
2. Fraktur tidak stabilMelibatkan kedua bagian dari cincin pelvis, atau menyebabkan terputusnya cincin pelvis pada dua tempat atau lebih.
Fraktur femur
1. Fraktur femur proksimalUmum terjadi pada usia diatas 50 tahun
2. Fraktur kolum femurSering pada usia muda dan disebabkan trauma kuat. Sering disertai fraktur panggul.
3. Fraktur femur distal Biasa terjadi di antara dua kondilus
Fraktur patella
Sebagian besar adalah fraktur transversal dan dapat disertai penarikan oleh m.quadriseps femoris dari fragmen superior
2.7. Komplikasi Fraktur8
A. Osteomyelitis atau infeksi tulang terutama pada fraktur terbuka
B. Nekrosis avascular yaitu terputusnya supply darah pada suatu bagian
tulang sehingga menyebabkan kematian tulang tersebut
C. Non union: imombilisasi tidak sempurna, sklerosis pada ujung fragmen
dan garis patah menetap.
D. Delayed union: distraksi fragmen tulang
21
E. Malunion: deformitas tulang akibat reposisi yang kurang baki
F. Atrofi sudeck: adanya disuse osteoporosis yang berat pada tulang distal,
pembengkakan jaringan lunak dan nyeri.
2.8 Penanganan Fraktur
Penanganan fraktur disesuaikan dengan lokasi fraktur. Ada beberapa
penanganan fraktur, yaitu :
1. Reduksi
Meskipun terapi umum dan resusitasi harus selalu didahulukan, tidak
boleh ada keterlambatan Fraktur yang melibatkan permukaan sendi ini
harus di reduksi sempurna mungkin karna setiap ketidakberesan akan
memudahkan timbulnya arthritis degenerative. Terdapat dua metode
reduksi; tertutup dan terbuka.9
2. Mempertahankan reduksi
Metode yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah:
a. traksi terus-menerus
Gambar 22: Traksi terus-menerus
b. Pembebatan dengan gips
22
Gambar 23: Pembebatan dengan gips
c. Fiksasi Internal
Gambar 24: Fiksasi Internal
d. Fiksasi Eksternal
Gambar 25: Fiksasi Eksternal
2.9 Perawatan Lanjut dan Rehabilitasi Fraktur
Ada lima tujuan pengobatan fraktur:
1. Menghilangkan nyeri
2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dari
fragmen fraktur
3. Mengharapkan dan mengusahakan union
23
4. Mengembalikan fungsi secara optimal dengan cara mempertahankan
fungsi otot dan sendi,mencegah atrofi otot,adhesi dan kekakuan
sendi,mecegah terjadinya komplikasi seperti dekubitus,trombosis
vena,infeksi saluran kencing serta pembentukan batu ginjal.
5. Mengembalikan fungsi secara maksimal merupakan tujuan akhir
pengobatan fraktur. Sejak awal penderita harus dituntun secara
psikologis untuk membantu penyembuhan dan pemberian
fisioterapi untuk memperkuat otot-otot serta gerakan sendi baik
secara isometrik (latihan aktif statik) pada setiap otot yang berada
pada lingkup fraktur serta isotonik yaitu latihan aktif dinamik pada
otot-otot tungkai dan punggung. Diperlukan pula terapi okupasi.
2.10 Penatalaksanaan
Terapi Konservatif
1. Proteksi saja
Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan
baik
2. Immobilisasi saja tanpa reposisi
Misalnya dengan pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan
fraktur dengan kedudukan baik
3. Reposisi tertutup dan fiksasi gips
Fragmen distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen
proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips
4. Traksi
Dipakai untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau
dipasang gips setelah tidak sakit lagi
Terapi Operatif
24
Gambar 26. Pembidaian
Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis :
1. Reposisi tertutup-fiksasi eksterna
2. Reposisi tertutup-fiksasi interna
Terapi operatif dengan membuka frakturnya adalah dengan reposisi terbuka dan
fiksasi interna
Keuntungan :
• Reposisi anatomis
• Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar
Indikasi :
• Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskular nekrosisnya tinggi.
Misalnya fraktur talus dan fraktur collum femur
• Fraktur yang tidak bisa direposisi tetutup, misalnya fraktur avulse dan fraktur
dislokasi
• Fraktur yang dapat direposisi tetapi sullit dipertahankan
• Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi, misalnya fraktur femur
3.Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi
4.Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excise caput femur dan pemasangan endoprosthesis
25
Gambar 27. Fiksasi internal
Gambar 28. Fiksasi Eksternal
26
BAB III
KESIMPULAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsi.
Patah tulang umumnya digolongkan dalam 2 macam, yaitu fraktur terbuka dan tertutup. Pada
fraktur tertutup, tulang yang patah tidak sampai keluar melewati kulit. Sedangkan patah
tulang terbuka, sebagian atau keseluruhan tulang yang patah terlihat menembus kulit.
Fraktur dapat disebabkan karena peristiwa trauma, peristiwa kelelahan atau tekanan
kelemahan pada tulang. Klasifikasi fraktur terdiri dari fraktur complete yaitu Fraktur / patah
pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal,
fraktur incomplete yaitu fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang, fraktur tertutup dimana fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen
frakturnya tidak menembus jaringan kulit, fraktur terbuka adalah fraktur yang disertai
kerusakan kulit pada tempat fraktur (fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri
dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)
terdiri atas 3 grade dan terdapat jenis khusus fraktur seperti fraktur greenstick, transversal,
oblik, spiral, kominutif, depresi, kompresi, patologik, avulsi, dan impaksi.
Penanganan fraktur disesuaikan dengan lokasi fraktur. Ada beberapa penanganan
fraktur, yaitu reduksi, mempertahankan reduksi dengan metode traksi terus menerus,
pembebatan gips, fiksasi internal dan fiksasi eksternal.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC, 2005. 840-
841.
2. Smeltzer, Suzanne C, dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh AgungWaluyo. EGC ;
Jakarta.
3. Reeves CJ, Roux G and Lockhart R, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Buku I
(Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika.
4. Budiman, Icoel. Pemeriksaan Fisik Dan Radiologi Pada Fraktur (online). 2009. (Cited
2012 September 15) Available From: http://icoel.files.wordpress.com/2011/01/pem-
fisik-radiologi-fraktur.pdf
5. Patel, Pradip R. Fraktur . Lecture Notes: Radiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit
Erlangga: 2006. Hal: 222-34.
6. Rasad, Sjahriar. Tulang. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2005. Hal: 31-36
7. Delahay, Lauerman. Children Orthopaedic. Wiesel et al. Essentials of Orthopedic
Surgery. Washington : WB Saunders Co. 2007
8. Mansjoer, Arif.M. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. Hal: 346-60
9. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi,cetakan ke-V. Jakarta: Yarsif
Watampone, 2008. 332-334.
10. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Empat.
Jakarta : Media Aeculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2014. Hal
938-39.
28