skripsi oleh : intan sarmanirepository.utu.ac.id/638/1/bab i_v.pdf1.1 latar belakang pembangunan...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANPENGGUNAAN JAMBAN DI GAMPONG PAWOH
KECAMATAN SUSOH KABUPATENACEH BARAT DAYA
SKRIPSI
OLEH :
INTAN SARMANINIM : O9C10104049
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH ACEH BARAT
2013
iv
ABSTRAK
Intan Sarmani. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan JambanDi Gampong Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya. Dibawahbimbingan Jun Musnadi Is, SKM dan dr. Nurdin, M.Sc.
Penggunaan jamban merupakan perbuatan atau kegiatan yang dilakukan olehmasyarakat dalam mengisolasikan tinja seperti menggunakan jamban disungai.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yangberhubungan dengan penggunaan jamban di Gampong Pawoh Kecamatan SusohKabupaten Aceh Barat Daya. Jenis penelitian yang digunakanadalah analitikdengan rancangancross sectional. Populasi berjumlah 250 yang memiliki jambansendiri, sampel penelitian sebanyak 71 KKdengan tekhnik pengambilan sampelsecararandom sampling.Dari hasil penelitianterdapat 53 responden yangberpendidikan rendah39 orang (73,6%) yang menggunakan jamban kurang dan 14orang (26,4%) yang menggunakan jamban baik. Dari 44 responden yangpengetahuannya kurang 35orang (79,5%) yang menggunakan jamban kurang dan9 orang (20,5%) yang menggunakan jamban baik. Dari 41 responden yangfasilitasnya kurang terdapat 22 orang (53,7%) yang menggunakan jamban kurangdan 19 orang (46,3%) yang menggunakan jamban baik. Hasil analisis statistikdengan menggunakan uji chi square pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05)diketahui bahwa p value < α artinya Ho ditolak berarti ada hubungan antarapendidikan, pengetahuan, dan fasilitas dengan penggunaan jamban yangbaik.Diharapkan bagi masyarakat gampong pawoh dapat menyadari pentingnyamenggunakan jamban yang baik dan sehat serta diharapkan memilikijambankeluarga serta memiliki persediaan air bersih
Kata Kunci : Penggunaan jamban, Pendidikan, Pengetahuan, Fasilitas
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan
nasional yang diarahkan guna tercapainya kesadaran,kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal,dalam perkembangannya terjadi orientasi dalam pembangunan kesehatan.
Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada upaya penyembuhan secara
bertahap berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh.
Indikator yang menunjukkan bahwa suatu desa atau wilayah memiliki kondisi
lingkungan yang sehat adalah memiliki dan digunakannya berbagai sarana
kesehatan lingkungan (Depkes RI, 2006).
Menurut Azwar (2003), pengelolaan jamban di pengaruhi oleh tingkat
pengetahuan,sikap dan partisipasi seseorang terhadap penyediaan sarana dan
prasarana. Didaerah pedesaan, dimana masyarakat yang belum mempunyai
jamban keluarga yang masih membuang tinja di sembarangan tempat,sedangkan
masyarakat yang mempunyai jamban keluarga belum semuanya memenuhi syarat
kesehatan. Hal ini disebabkan karena pengelolaan jamban keluarga belum
dilakukan dengan baik.
Untuk mencegah timbulnya pencemaran lingkungan penduduk akibat
tidak terkelolanya jamban keluarga, maka sangat perlu adanya perhatian
masyarakat setempat terhadap pengelolaan jamban yang tidak memenuhi syarat
kesehatan,sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit kulit dan penyakit
saluran pencernaan.
2
Menurut Depkes RI (2009), menyatakan bahwa di Indonesia
pembangunan kesehatan diarahkan untuk mendukung peningkatan derajat
kesehatan melalui peningkatan akses masyarakat, terutama pendududuk miskin
terhadap pelayanan kesehatan dasar. Beberapa alasan yang akan di capai antara
lain, meningkatnya keluarga yang berprilaku hidup bersih dan sehat,
meningkatnya cakupan persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan tertatih,
meningkatnya keluarga yang memiliki akses terhadap sanitasi air bersih,
meningkatnya pelayanan antenatal,postnatal dan neonatal, meningkatnya
kunjungan penduduk miskin ke puskesmas dan rumah sakit.
Selain itu, di Indonesia persentase rumah tangga menurut tempat buang air
besar yang menggunakan tempat buang air besar leher angsa 77,58%,
plengsengan 6,37%, cemplung 14,3%, tidak pakai 1,73% (Riskesdas, 2010).
Di Propinsi Aceh menurut data Riskesdas (2010), persentase rumah tangga
menurut tempat buang air besar yang menggunakan tempat buang air besar leher
angsa 80,21%, plengsengan 7,55%, cemplung 10,73%, tidak pakai 1,51%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Gampong Pawoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya jumlah penduduk 1.560 jiwa dan jumlah KK 355,
penduduk yang menggunakan jamban leher angsa mencapai 73,75%, plengsengan
6,25% dan cemplung 12,41%, penduduk yang memenuhi syarat kesehatan
berjumlah 66,88% dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah 33,12%
(Puskesmas Susoh 2012).
Untuk mengatasi buruknya sanitasi, masyarakat dituntut untuk berprilaku
hidup bersih dan sehat.Berdasarkan data yang diperoleh peniliti di Gampong
Pawoh menunjukkan bahwa masyarakat yang menggunakan jamban yang tidak
3
memenuhi syarat kesehatan berjumlah 33,12%. Sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang menyangkut dengan faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan penggunaan jamban di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan “Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan penggunaan
jamban di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
jamban di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk memperoleh data dan informasi tentang hubungan pendidikan
dengan penggunaan jamban di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya.
2. Untuk memperoleh data dan informasi tentang hubungan pengetahuan
dengan penggunaan jamban di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya.
3. Untuk memperoleh data dan informasi tentang hubungan ketersediaan
fasilitas dengan penggunaan jamban di Gampong Pawoh Kecamatan
Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
1. Memberikan masukan kepada pemerintah khususnya Dinas kesehatan
serta intansi-intansi terkait dalam hal menentukan kebijaksanaan
terhadap penggunaan jamban di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya
2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat penggunaan jamban di
Gampong Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. .Untuk mengaplikasi dan memperdalam ilmu pengetahuan yang telah
dipelajari dibangku kuliah dan mencoba menerapkan dalam bentuk
karya ilmiah.
2. Untuk dapat digunakan bagi yang membutuhkan sebagai bahan
informasi bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian.
3. Untuk fakultas kesehatan masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai
bahan inventaris di perpustakaan guna menambah bahan bacaan yang
berminat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Jamban
Jamban merupakan tempat buang air buangan yang domestik dan tinja
yang merupakan wadah penampungan atau penyimpanan sementara. Tinja atau
kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak di pakai lagi oleh tubuh
yang harus di keluarkan dari dalam tubuh,zat-zat yang harus di keluarkan di
dalam tubuh berbentuk tinja (faeces),air seni (urine) dan co2 sebagai hasil dan
proses pernapasan (Notoadmodjo, 2007).
Jamban adalah sebuah bangunan yang di pergunakan untuk membuang
kotoran manusia termasuk air seni, dimana dengan jamban yang sehat dapat
menghindari semaksimal mungkin akibat negatif yang di timbulkan oleh kotoran
manusia (Depkes RI, 2007).
Menurut Josep Soemardji (2009), arti buang tinja adalah pengumpulan
kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang
ada pada kotoran manusia dan menggangu estetika.
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area
pemukiman, maka masalah pembuangan kotoran manusia meningkat, dilihat dari
segi kesehatan masyarakat masalah pembuangan kotoran manusia merupakan
masalah yang pokok untuk sedini mungkin di atasi, karena kotoran manusia
(faeces) adalah sumber penyebaran penyakit (Notoadmodjo, 2003).
6
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang harus di perhatikan :
1. Bila daerahnya berlereng, jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak
sumber air, apabila terpaksa di atasnya maka jarak tidak boleh kurang dari
15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari sumur.
2. Bila daerahnya datar, jamban sedapat mungkin harus diluar lokasi yang
sering di genangi banjir, maka hendaknya lantai jamban (diatas lubang)
dibuat lebih tinggi dari permukaan air yan tertinggi pada waktu banjir.
3. Mudah dan tidaknya memperoleh air.
2.2 Persyaratan dan tipe sanitasi jamban keluarga
2.2.1 Persyaratan
Menurut Depkes RI (2008) adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan
dalam pembangunan jamban yang sehat antara lain :
1. Tidak mencemari air minum,letak lubang penanpungan paling sedikit
berjarak 10 meter dari sumber air bersih atau air minum,jika keadaan tanah
berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada saat musim kemarau maka
di usahakan jarak jamban tidak kurang dari 15 meter.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamak oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni tidak mencemari tanah sekitarnya,untuk lantai jamban harus
cukup luas paling sedikit berukuran 1x1 meter,dan di buat cukup landas
atau miring ke arah lubang jongkok.
4. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
5. Di lengkapi dinding dan atap pelindung,dinding kedap air dan berwarna
terang
7
6. Cukup penerangan sehingga tidak mudah berkembangbiak nya berbagai
jenis binatang atau serangga.
7. Ventilasi harus cukup baik sehinga sirkulasi udara dapat membuat ruang
jamban tidak berbau dan pemakai jamban lebih merasa nyaman.
8. Adanya air dalam jumlah yang cukup dan memiliki alat pembersih dalam
jamban.
2.2.2 Tipe jamban
Teknologi buang tinja manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda
dengan teknologi jamban di daerah perkotaan,oleh karena itu teknologi dapat di
bedakan beberapa jenis jamban,antara lain adalah :
1. Jamban leher angsa
Jamban ini ada 2 tipe, yaitu :
1) Tipe jongkok ini bentuknya melengkung mirip leher angsa yang banyak
digunakan diseluruh dunia,penampungannya berupa septik
kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian kotoran
manusia.
2) Tipe duduk istilah lain adalah toilet tuang siram, sistem ini mempunyai
unit air perapat ( water seal) yang di pasang dibawah pelat jongkok
sehingga dapat mencegah dari gangguan lalat dan serangga.
2. Jamban plengsengan
Plengsengan berasal dari bahasa jawa “melengseng” yang berarti miring.
Nama ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke tempat
penampungan kotoran di hubungkan oleh suatu saluran yang miring.
8
3. Jamban cemplung
Jamban cemplung sering kita jumpai di daerah pedesaan tetapi kurang
sempurna,misalnya tanpa di buat bangunan dan tidak tertutup sehingga
serangga mudah masuk dan bau tidak bisa dihindari.
4. Jamban cemplung berventilasi
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung bedanya lebih lengkap
yakni menggunakan ventilasi untuk pedesaan pipa ventilasi ini bisa di buat
dengan bambu.
5. Jamban empang
Jamban empang di bangun di atas empang ikan,dalam sistem jamban
empang ini terjadi daur ulang yakni tinja langsung di makan oleh ikan.
Jamban empang ini mempunyai fungsi yakni di samping mencegah
pencemaran lingkungan oleh tinja juga dapat menambah bagi nelayan
penghasil ikan ( Kumoro, 2008).
4. Jamban pupuk
Pada prinsipnya jamban pupuk seperti jamban cemplung,hanya lebih
dangkal galiannya. Di samping itu jamban ini juga untuk membuang
kotoran binatang dan sampah daun-daunan ( Kusnoputranto, 2005).
5. Septic tank
Jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan.
Oleh karena itu,cara pembuangan tinja seperti ini di anjurkan,septic tank
terdiri atas tangki sedi mentasi.
9
2.3 Peranan jamban dalam kehidupan
Manfaat jamban merupakan suatu upaya untuk mencegah terjadi nya
penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia yang merupakan salah
satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia
untuk memelihara kesehatan dan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat.
Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus di usahakan agar jamban tidak
menimbulkan bau yang tidak sedap,selain kontruksi yang kokoh dan biaya
terjangkau perlu di pikirka dalam pembuatan jamban (Sukarni, 1998).
2.4 Kebersihan dan kesehatan lingkungan
2.4.1 Kebersihan
Kebersihan lingkungan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan
lingkungan dari segala yang kotor dalam rangka mewujudkan dan melestarikan
kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat untuk
terwujwudnya kesehatan. Sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan
bahagian dan sebaliknya,kotor tidak saja merusak keindahan tetapi juga dapat
menyebabkan timbulnyapenyakit dan sakit merupakan salah satu faktor yang
dapat mengakibatkan penderitaan.
2.4.2 Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan salah satu displin ilmu kesehatan
masyarakat dan merupakan perluasan dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi.
Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat upaya mencegah timbulnya penyakit
karena pengaruh kesehatan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa
sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan yang merupakan upaya untuk
melindungi,memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia.
10
Suatu kondisi lingkungan yang mampu menompang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapai nya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia (Azwar,2003).
2.5 Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan jamban
Penggunaan jamban merupakan perbuatan atau kegiatan yang dilakukan
oleh responden dalam mengisolasikan tinja seperti menggunakan jamban di
sungai. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan jamban
adalah pendidikan, pengetahuan dan fasilitas yang berkaitan dengan penggunaan
jamban. Untuk pembuangan tinja manusia sebagian keluarga mempunyai jamban
keluarga,umumnya jamban tersebut terletak menyatu dengan penggunaan kamar
mandi.
2.5.1 Hubungan pendidikan dengan penggunaan jamban
Pendidikan adalah perubahan sikap dan prilaku serta penambahan ilmu
pengetahuan,pendidikan akan berhasil dengan baik bila di sertai dengan
tujuan,bila tidak maka pendidikan tidak akan terjadi melalui proses pendidikan
pengalaman dan wawasan bagi seseorang untuk perubahan tingkah laku dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari (Azwar, 2003).
Pendidikan masyarakat tentang penggunaan jamban keluarga juga
diperoleh melalui pendidikan dan pengetahuan serta berbagai informasi yang
digunakan dan di terapkan oleh masyarakat terhadap kegiatan pengelolaan dan
penggunaan jamban dengan baik dan memenuhi syarat sehat. Semakin tinggi
pendidikan masyarakat maka semakin baik tingkah laku serta bertambah wawasan
11
terhadap penggunaan jamban keluarga. Tanpa adanya pendidikan maka
masyarakat akan sulit untuk mengelola dan menggunakan jamban sesuai dengan
syarat sehat. Pendidikan kesehatan tentang penggunaan jamban yang baik perlu di
miliki atau diperoleh oleh seseorang sehingga dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari mampu memanfaatkan jamban keluarga dengan baik.
2.5.2 Hubungan pengetahuan dengan penggunaan jamban
Pengetahuan seseorang didapatkan dari pengalaman dan informasi baik
melalui penelitian,bimbingan,pembinaan maupun melalui pengamatan sehingga
dapat memberikan tanggapan atau respon terhadap apa yang di amatinya (Azwar,
2003).
Dengan demikian jelaslah bahwa pengetahuan merupakan faktor penting
dalam upaya peningkatan pengelolaan jamban keluarga,karena dengan baiknya
pengetahuan masyarakat maka semakin memahami dan mampu melaksanakan
upaya pengelolaan jamban keluarga, baik dalam pemeliharaan atau perbaikan
jamban jika rusak atau tersumbat serta menjaga kebersihan jamban dari berbagai
kotoran sehingga lingkugantempat tinggal bersih dan sehat dan dapat mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan.
2.5.3 Hubungan fasilitas dengan penggunaan jamban
Untuk menjaga jamban yang baik maka perlu menyediakan fasilitas
pengelolaan yang mencukupi, karena tanpa adanya fasilitas maka usaha
pengelolaan jamban keluarga tidak dapat terlaksana, untuk itu perlu di sediakan
alat pengelolaan jamban seperti alat pembersih,saluran pembuangan dan fasilitas
lainnya. Dengan tersedianya fasilitas yang mencukupi maka jamban kelurga dapat
12
terjaga dengan baik dan selanjutnya selanjutnya lakukuan perawatan rutin
(Munijaya, 1999).
Fasilitas merupakan suatu faktor pendukung pengelolaan jamban keluarga.
Oleh karena itu, perlu terjadinya fasilitas yang mencukupi, karena tanpa adanya
fasilitas maka usaha pengelolaanjmban keluarga tidak dapat di lakukan
masyarakat yang telah memiliki fasilitas atau sarana terhadap pengelolaan jamban
menonjang pelaksanaan kegiatan tersebut (Azwar, 2003).
2.6 Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis yang menjadi landasan dalam penelitian terhadap
penggunaan jamban antara lain :
Gambar 2.6 Kerangka Teoritis
2.7Kerangka Konsep
MenurAzwar (2003) menyatakan bahwa faktor pendidikan,pengetahuan
dan fasilitas kesehatan keluarga yang mempengaruhi penggunaan jamban, maka
dapat digambarkan kerangka konsepsional sebagai berikut :
Azwar, 2003
-Pendidikan
-Pengetahuan
-Fasilitas
Penggunaan Jamban
13
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.7 Kerangka Konsep
2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan
sementara tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan jamban
2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan jamban
3. Ada hubungan antara fasilitas dengan penggunaan jamban
Pendidikan
Fasilitas
PengetahuanPenggunaan
jamban
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional yaitu ingin
mencari hubungan antara pendidikan, pengetahuan dan fasilitas dengan
penggunaan jamban di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya.
3.2Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten
Aceh Barat Daya pada tanggal 10 Juni sampai 5 Juli 2013.
Alasan penulis mengambil penelitian di Gampong Pawoh Kecamatan
Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya, karena masih adawarga yang
menggunakanjamban yang tidakmemenuhisyaratkesehatan,sehingga penulis ingin
meneliti dengan 3 variabel penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga (KK) di
Gampong Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya yang memiliki
jamban sendiri berjumlah 250 kepala keluarga (KK).
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan rumus slovin
oleh Notoadmodjo (2003) sebagai berikut :
15
n = N1+ N (d)2
Keterangan :N : besarnya populasin : besarnya sampeld : tingkat kepercayaan / ketetapan yang diinginkan
Nn =
1 + N(d)2
250n =
1+ 250 (0.1)2
250n =
1 + 2,50
250n =
3,50
n = 71,4 = 71 KK
Dari hasil tersebut maka diperoleh sampel sebanyak 71KK dari 250
populasi.Teknik pengambilan sampelmenggunakan random sampling yaitu
pengambilan sampel secara acak (Notoatmodjo, 2005).
3.4 AnalisaData
Data yang di perlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan cara sebagai berikut :
1. Data primer : data yang di peroleh langsung dari responden dengan
menyebarkan kuesioner yang berisi lembaran pertanyaan.
2. Data sekunder : data yang diperoleh dari instansi – instansi terkait.
16
3.5 Definisi Operasion
Tabel 3.5. Definisi Operasional
No Variabel Independen1.Variabel : Pendidikan
Definisi : Jenjang pendidikan formal yang ditempuhrespondendengan memperoleh ijazah
Cara Ukur : WawancaraAlat Ukur : KuisonerHasil Ukur : - Tinggi
- RendahSkala Ukur : Ordinal2. Variabel : Pengetahuan
Definisi : Pemahaman terhadap penggunaan jamban serta penyakityang ditimbulkan oleh tinja, manfaat jamban, serta jenisjamban keluarga yang baik
Cara Ukur : WawancaraAlat Ukur : KuesionerHasil Ukur : -Baik
- KurangSkala Ukur : Ordinal
3.Variabel : FasilitasDefinisi : Segala sarana dan prasarana yang tersedia dalam
pengelolaan jamban keluarga termasuk ketersediaan air,alat pembersih serta sabun cuci tangan.
Cara Ukur : ObservasiAlat Ukur : CheklistHasil Ukur : -Baik
-KurangSkala Ukur : Ordinal
Variabel Dependen1. Variabel :Penggunaan Jamban
Definisi : Bangunanyang digunakanolehrespondenuntukmembuangkotorantermasukair seni, denganjamban yangsehatdapatmenghindariakibatnegatif yang ditimbulkanolehkotoran.
Cara Ukur : ObservasiAlat Ukur : ChecklistHasil Ukur : -Baik
-Kurang
17
Skala Ukur : Ordinal3.6 Aspek Pengukuran
3.6.2 Pendidikan
a. Tinggi : jika jawaban responden = 1
b. Rendah: jika jawaban responden = 0
3.6.3 Pengetahuan
a. Baik : jika responden menjawab >5jawabab yang benar dari total skor
b. Kurang : jika responden menjawab < 5jawabab yang benar dari total skor
3.6.4 Fasilitas
a. Baik : jika responden menjawab > 5jawabab yang benar dari total skor
b. Kurang : jika responden menjawab < 5jawaban yang benar dari total skor
3.6.1 Penggunaan jamban
a. Baik : jika jawaban responden > 4 dari total skor
b. Kurang : jika jawaban responden < 4 dari total skor
3.7Pengolahan Data
Pengolahan data dapat dilakukan secara manual dengan langkah berikut:
1. Editing
Memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan dari wawancara.
2. Coding
Menberikan tanda atau kode atas jawaban dari pertanyaan – pertanyaan
yang dilakukan dalam kuisioner.
3. Entry data
Menginput data-data kedalam komputer melalui program software
komputer.
18
4. Tabulating
Data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan
tampilan dalam bentuk tabel.
3.8 TehnikAnalisa Data
3.8.1 Analisa Univariat
Analisa yang di gunakan dengan menjabarkan secara deskriptif untuk
melihat distribusi frekuensi variabel-variabel yang di teliti baik variabel terikat
maupun variabel bebas. Tujannyaadalah untuk melihat beberapa besar proporsi
variabel yang di teliti.
3.8.2 Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel dependen
dan sebuah variabel independen. Untuk mengetahui hubungan antara variabel
indenpeden dan variabel dependen digunakan analisis statistik dengan uji chi
square (X2) dengan memakai nilai α = 0,05(Notoatmodjo, 2005). Dasar
pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan tingkat signifikan ( nilai p ), yaitu :
a. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian di tolak atau dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan, dan
fasilitas dengan penggunaan jamban.
b. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian diterima atau dapat
disimpulkan bahwa tidak adahubungan antara pendidikan, pengetahuan,
dan fasilitas dengan penggunaan jamban.
Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel
independen dan sebuah variabel dependen. Karena data berbentuk katagorik maka
untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dan dependen
19
digunakan analisis statistk Uji Chi-square dengan memakai nilai alpha 0,05. Jika
ada sel yang memiliki harapan kurang sama dengan 5, maka digunakan fisher
exact test (Notoatmodjo. 2005).
Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :
1. Bila table 2x2 dan nilai E>5, maka uji yang dipakai sebaliknya Continuity
Correction
Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini
digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-square.
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Keadaan Geografis
Gampong pawoh merupakan salah satu gampong yang berada dalam
wilayah kecamatan susoh kabupaten aceh barat daya provinsi Aceh yang
berbatasan II wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Gampong Kuta bahagia
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Baharu
3. Sebelah timur berbatasan dengan Gampong Durian Jangek
4. Sebelah barat berbatasan dengan Gampong Padang Baru
4.1.2 Keadaan Demografis
Penduduk Gampong Pawoh kecamatan susoh kabupaten aceh barat daya
terdiri dari 355 KK dengan jumlah penduduk sebesar 1.560 jiwa dan yang
memiliki jamban sendiri hanya 250 KK.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Laki-Laki Dan Perempuan Di Gampong
Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
No Frekuensi %1.2.
Laki-lakiPerempuan
750810
48,151,9
Total 1560 100
Dari tabel 4.1 maka dapat dilihat bahwa dari 1560 jiwa, penduduk laki-laki
berjumlah 750 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 810 jiwa. Rata-rata
tingkat pendidikan di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
21
Daya adalah lulusan SD, SMP, dan SMA. Sebagian besar penduduk Gampong
Pawoh bekerja pada bidang pertanian dan nelayan.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Gampong pawoh
kecamatan susoh kabupaten aceh barat daya tentang faktot-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan jamban yaitu pendidikan, pengetahuan dan
fasilitas.
4.2.1.1 Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Terhadap
Penggunaan Jamban Di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya
No Pendidikan Frekuensi %
1 Rendah 53 74,62 Tinggi 18 25,4
Total 71 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat dari 71 responden yang berpendidikan
rendah terdapat 53 orang (74,6%), yang pendidikannya tinggi terdapat 18 orang
(25,4%).
4.2.1.2 Pengetahuan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap
Penggunaan Jamban Di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Kurang 44 62,02 Baik 27 38,0
Total 71 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
22
Berdasarkan tabel 4.3 dapat di lihat dari 71 responden yang
pengetahuannya kurang terdapat 44 orang (62,0%) , yang pengetahuan baik
terdapat 27 orang (38,0%).
4.2.1.3 Fasilitas
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Fasilitas Responden Terhadap Penggunaan
Jamban Di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh
Barat Daya
No Fasilitas Frekuensi %
1 Kurang 41 57,72 Baik 30 42,3
Total 71 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat dari 71 responden yang fasilitasnya
kurang 41 orang (57,7%) dan fasilitasnya baik terdapat 30 orang (42,3%).
4.2.1.4 Penggunaan Jamban
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Penggunaan Jamban Di Gampong Pawoh
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
No Pengguna Jamban Frekuensi %
1 Kurang 46 64,82 Baik 25 35,2
Total 71 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa 71 responden yang menggunakan
jamban kurang terdapat 46 orang (64,8%) dan yang penggunaan jamban baik
adalah 25 orang (35,2%).
23
4.2.2 Analisis Bivariat
Untuk mengetahui tercapainya tujuan penelitian, maka pada penelitian ini
di uraikan hasil dalam bentuk tabulasi silang yang menunjukkan hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat sebagaimana tergambar pada tabel dibawah
ini :
4.2.2.1 Hubungan Pendidikan Dengan Penggunaan Jamban
Tabel 4.6 Hubungan Pendidikan Dengan Penggunaan Jamban Di Gampong
Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.6 hasil penelitian menunjukkan dari 53 responden yang
pendidikan rendah terdapat 39 orang (73,6%) penggunaan jamban kurang dan 14
orang (26,4%) penggunaan jamban baik. Dari 18 responden yang pendidikannya
tinggi terdapat 7 orang (38,9%) penggunaan jamban kurang dan 11 orang (61,1%)
penggunaan jamban yang baik.
Hasil uji statistik di peroleh P value 0,017 < α 0,05 berarti hipotesis nol
(Ho) di tolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan
dengan penggunaan jamban. Dengan OR 4,378 artinya keluarga yang
berpendidikan tinggi 5 kali berpeluang untuk menggunakan jamban baik
dibandingkan dengan keluarga yang berpendidikan rendah .
Pendidikan Pengunaan Jamban Total p OR
Kurang Baik
0,017 4,378n % n % n %
Rendah 39 73,6 14 26,4 53 100
Tinggi 7 38,9 11 61,1 18 100Jumlah 46 48,1 25 35,2 71 100
24
4.2.2.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Jamban
Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Jamban Di
Gampong Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.7 hasil penelitian menunjukkan dari 44 responden
yang pengetahuannya kurang terdapat 35 orang (79,5%) penggunaan jamban
kurang dan 9 orang (20,5%) penggunaan jamban baik. Dari 27 responden yang
pengetahuan baik terdapat 11 orang (40,7%) penggunaan jamban kurang dan 16
orang (59,3%) penggunaan jamban yang baik.
Hasil uji statistik di peroleh P value 0,002 < α 0,05 berarti hipotesis nol
(Ho) di tolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan penggunaan jamban. Dengan OR 5,657 artinya keluarga yang
berpengetahuan baik 6 kali berpeluang untuk menggunakan jamban baik
dibandingkan dengan keluarga yang berpengetahuan baik.
Pengetahuan Pengunaan Jamban Total p OR
Kurang Baik
0,002 5,657n % n % n %
Kurang 35 79,5 9 20,5 44 100
Baik 11 40,7 16 59,3 27 100Jumlah 46 64,8 25 35,2 71 100
25
4.2.2.3 Hubungan Fasilitas Dengan Penggunaan Jamban
Tabel 4.8 Hubungan fasilitas dengan penggunaan jamban di gampong
pawoh kecamatan susoh kabupaten aceh barat daya
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.8 hasil penelitian menunjukkan dari 41 responden yang
fasilitasnya kurang terdapat 22 orang (53,7%) penggunaan jamban kurang dan 19
orang (46,3%) penggunaan jamban baik. Dari 30 responden yang fasilitasnya baik
terdapat 24 orang (80,0%) penggunaan jamban kurang dan 6 orang (20,0%)
penggunaan jamban yang baik.
Hasil uji statistik di peroleh P value 0,041 < α 0,05 berarti hipotesis nol
(Ho) di tolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara fasilitas
dengan penggunaan jamban. Dengan OR 0,289 artinya keluarga yang memiliki
fasilitas baik 0,2 kali berpeluang untuk menggunakan jamban baik dibandingkan
dengan keluarga yang memiliki fasilitas kurang.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hubungan Pendidikan Dengan Penggunaan Jamban
Hasil uji chi-square diperoleh bahwa variabel pendidikan menunjukkan ada
hubungan yang bermakna dengan penggunaan jamban dengan P value 0,017. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rahma Ayu Pebriani (2012),
dalam penelitiannya yang berjudul faktor - faktor yang berhubungan dengan
Fasilitas Pengunaan Jamban Total p OR
Kurang Baik
0,041 0,289n % n % n %
Kurang 22 53,7 19 46,3 41 100
Baik 24 80,0 6 20,0 30 100Jumlah 46 64,8 25 35,2 71 100
26
penggunaan jamban keluarga dan kejadian diare di Desa Tualang Sembilar
Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012.
Pendidikan masyarakat tentang penggunaan jamban keluarga juga
diperoleh melalui pendidikan dan diterapkan oleh masyarakat terhadap kegiatan
pengelolaan dan penggunaan jamban dengan baik oleh masyarakat terhadap
kegiatan pengelolaan dan penggunaan jamban dengan baik dan memenuhi syarat.
Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka semakin baik tingkah laku serta
bertambah wawasan terhadap penggunaan jambanm keluarga, tanpa adanya
pendidikan maka masyarakat akan sulit untuk mengelola dan menggunakan
jamban sesuai dengan syarat kesehatan. Akan tetapi pendidikan tinggi juga belum
tentu baik dalam penggunaan jamban yang dikarenakan kurangnya kesadaran
terhadap hidup bersih dan sehat dan terlalu sibuk dengan aktivitas sehari-hari
sehingga kurang memperhatikan penggunaan jamban yang memenuhi syarat dan
baik.
Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan penggunaan jamban keluarga,
bagi yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan dan pengetahuan terhadap
pengelolaan dan penggunaan jamban, baik dalam pemeliharaan jamban, perbaikan
kerusakan serta menghindari dari pencemaran lingkungan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin tinggi kesadaran yang berperan serta dalam
upaya pencegahan penyakit. Kategori pendidikan berdasarkan keputusan menteri
pendidikan nasional adalah tingkat dasar yaitu pendidikan sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama, dan tingkat pendidikan tinggi yaitu sekolah menengah
keatas akademi dan perguruan tinggi ( Depdiknas RI, 2004).
27
4.3.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Jamban
Hasil uji chi-square diperoleh bahwa variabel pengetahuan menunjukkan
ada hubungan yang bermakna dengan penggunaan jamban dengan P value 0.002.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Elisabeth (2008) tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi partisipasi keluarga dalam penggunaan jamban di Kota
Kabanjahe tahun 2007 yang menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan
partisipasi keluarga dalam penggunaan jamban yaitu pengetahuan (p=0,000 <
α=0,05) dan sikap (p=0,002 < α=0,05). Dari uji chi-square diperoleh faktor yang
paling berpengaruh dominan yaitu pengetahuan.
Pengetahuan adalah penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia
tentang segala sesuatu, juga mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam
memecehkan berbagai persoalan hidup yang belum dibuktikan secara sistematis.
Makin baik pengetahuan seseorang tentang penggunaan jamban yang memenuhi
syarat maka semakin besar juga kesadaran orang tersebut dalam penggunaan
jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Akan tetapi walaupun pengetahuannya
baik belum tentu penggunaan jamban memenuhi syarat yang dikarenakan
kurangnya fasilitas dan faktor faktor ekonomi yang kurang mendukung.
Pengetahuan merupakan merupakan faktor penting dalam upaya
peningkatan pengelolaan jamban keluarga, karena dengan baiknya pengetahuan
maka semakim memahami dan mampu melaksanakan upaya pengelolaan jamban
keluarga yang baik, baik dalam pemeliharaan, pemeliharaan jamban jika rusak
atau tersumbat serta menjaga kebersihan jamban dari berbahai kotoran, sehingga
lingkungan tempat tinggal bersih dan sehat dan dapat mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan. Pengetahuan seseorang didapatkan dari pengalaman dan
informasi yang didapatkan, baik melalui pelatihan, bimbingan, pembinaan
28
maupun melalui pengamatan, sehingga dapat memberikan tanggapan atau respon
terhadap apa yang diamati ( Haryoto, 1998).
4.3.3 Hubungan Fasilitas Dengan Penggunaan Jamban
Hasil uji chi-square diperoleh bahwa variabel fasilitas menunjukkan ada
hubungan yang bermakna dengan penggunaan jamban dengan P value 0,041 <
α=0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arito, 2011. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Jamban Umum Bagi Rumah Tangga Yang
Belum Mempunyai Jamban Pribadi. Menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan praktek penggunaan jamban keluarga adalah faktor pengetahuan
tentang jamban, udara sekitar jamban, ketersediaan air, dan pembinaan tenaga
kesehatan.
Fasilitas merupakan suatu faktor pendukung pengelolaan jamban keluarga
yang baik. Oleh karena itu perlu tersedianya fasilitas yang mencukupi, karena
tanpa adanya fasilitas maka usaha pengelolaan jamban keluarga tidak dapat
dilakukan. Akan tetapi, kurangnya pendapatan keluarga menajdi faktor tidak
tersedianya fasilitas pendukung dalam penggunaan jamban yang memenuhi syarat
kesehatan, faktor pengetahuan juga merupakan faktor pendukung dalam
tersedianya fasilitas agar penggunaan jamban menjadi lebih baik. Dengan
penggunaan jamban yang memenuhi syarat maka masyarakat dapat terhindar dari
penyakit yang dapat ditimbulkan akibat jamban yang tidak sehat, karena
banyaknya faktor pembawa penyakit yang barada pada jamban yang tidak
memenuhi syarat.
Untuk terjaganya jamban yang baik maka perlu menyediakan fasilitas
peengelolaan yang mencukupi, karena tanpa adanya fasilitas maka usaha
29
pengelolaan jamban keluarga tidak dapat terlaksana. Untuk itu perlu disediakan
alat pengelolaan jamban seperti alat pembersih, saluran pembuangan dan fasilitas
lainnya. (Azwar, 2003).
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari 53 responden yang berpendidikan rendah terdapat 39 orang (73,6%) yang
menggunakan jamban kurang dan 14 orang (26,4%) yang menggunakan
jamban baik. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara pendidikan dengan penggunaan jamban dengan P value
0,017.
2. Dari 44 responden yang berpengetahuan kurang terdapat 35 orang (79,5%)
yang menggunakan jamban kurang dan 9 orang (20,5%) yang menggunakan
jamban baik. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara pengetahuan dengan penggunaan jamban dengan P
value 0,002.
3. Dari 41 responden yang fasilitasnya kurang terdapat 22 orang (53,7%) yang
menggunakan jamban kurang dan 19 orang (46,3%) yang menggunakan
jamban baik. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara fasilitas dengan penggunaan jamban dengan P value
0,041.
31
5.2 Saran
Berkaitan dengan kesimpulan penelitian sebagaimana yang telah
diuraikan, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menyadari pentingnya menggunakan jamban yang baik
dan sehat serta diharapkan memiliki jamban keluarga serta memiliki persediaan
air bersih.
2. Bagi Instansi Terkait
Diharapkan terus melakukan penyuluhan kepada seluruh masyarakat untuk
menggunakan jamban yang baik dan sehat.
3. Bagi Geuchik Gampong Pawoh
Diharapkan kepada geuchik untuk lebih mensosialisasikan kepada
masyarakat khususnya yang berpendidikan dan berpengetahuan kurang terhadap
pengunaan jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
4. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dalam skala yang lebih
besar guna kepentingan pengembangan pendidikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. 2003. Pengantar administrasi kesehatan. mutiara sumber widya. Jakarta
Arito. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Jamban Umum
Bagi Rumah Tangga Yang Belum Mempunyai Jamban Pribadi. Medan
Buku saku bidan poskesdes, 2006. Depkes RI.Jakarta
Depkes RI. 1998. hygiene sanitasi. Depkes RI. Jakarta
2006. hygiene sanitasi. Depkes RI. Jakarta
Depdiknas RI. 2004. Standar Pendidikan
Elisabeth. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Keluarga
Dalam Penggunaan Jamban. Medan
Depkes RI. Kesepakatan sanitasi nasional, 2007..Jakarta
Kumoro P. 2008. Jamban Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara Press
Kusnoputranto. 2005. Kesehatan Lingkungan. FKM UI. Jakarta
Metodelogi penelitian kesehatan, 2003. Rineka cipta.Jakarta
Munijaya. 1999. Petunjuk pelaksanaan pembangnan jamban keluarga dan
SPAL. Jakarta
Notoatmodjo, soekidjo. 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. Rineka cipta. Jakarta
. 2007. Metodelogi Penelitian. Rineka cipta. Jakarta
Puskesmas. 2012. Data laporan puskesmas.Puskesmas Susoh.
Rahma, Ayu, Pebriani. 2012, Faktor - faktor yang berhubungan dengan
penggunaan jamban Keluarga dan kejadian diare. Aceh tenggara
Riskesdas Nanggro Aceh Darussalam (NAD). 2010
Soemardji Y. 2009. Pembuangan Kotoran manusiadan air limbah. Jakarta
Sugandhy. 1998. Lingkungan hidup dan pembangunan. Mutiara. Jakarta
Sukarni. 1998. Kesehatan keluarga dan lingkungan. Kanisius. Yogjakarta