skripsi jupita, kuantitatif

96
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PRAKTIK PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI POSTPARTUM DENGAN PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DR. ABDUL AZIZ SINGKAWANG KALIMANTAN BARAT Skripsi Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan Disusun Oleh: JUPITA SURIA NINGSIH G2B205021 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG, FEBRUARI 2007

Upload: ucy-cianggun

Post on 26-Dec-2015

199 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kuantitatif

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Jupita, kuantitatif

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

TERHADAP PRAKTIK PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI

POSTPARTUM DENGAN PERSALINAN NORMAL

DI RUMAH SAKIT UMUM DR. ABDUL AZIZ

SINGKAWANG KALIMANTAN BARAT

Skripsi

Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh:

JUPITA SURIA NINGSIH

G2B205021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG, FEBRUARI 2007

Page 2: Skripsi Jupita, kuantitatif

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah karena ridhanya buah fikir ini dapat terselesaikan,

dengan penuh rasa ikhlas dan kesabaran.

Hiasilah diri dengan kesabaran bila ingin meraih keperluan karna orang yang

suka mengetuk pintu pasti akan masuk kedalamnya.

Ayahanda tersayang H. M. Salehun Hidjrat Ibunda tersayang Rustina

Suami tercinta Agus Mulyanto Anak terkasih Fithryyah Mulyaningsih

Saudaraku tersayang Joni, Jemmy dan Henny

Page 3: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 4: Skripsi Jupita, kuantitatif

KATA PENGANTAR Alhamduliiiahirabbil’alamin, segala puji syukur kepada Allah SWT yang

senantiasa mengiringi hari-hari kita dengan kasih sayang-Nya, melimpahkan

nikmat yang tak terhitung jumlahnya hingga saya mampu menyelesaikan skripsi

penelitian sebagai persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan. Sholawat dan salam semoga senatiasa tercurah kepada Rosullullah

SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa istiqomah.

Skripsi yang berjudul “Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu

terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan

normal di Rumah Sakit Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat” ini

disusun bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu

terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal

di Rumah Sakit Dr. Abdul Azis Singkawang Kalimantan Barat.

Selama proses penyusunan proposal ini banyak pihak yang telah membantu

dan memberikan kemudahan kepada saya, oleh karena itu saya sangat berterima

kasih kepada:

1. Ibu Setyowati, SKp,M.App.Sc,PhD selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

2. Ibu Anggorowati, S.Kp,M Kep selaku Pembimbing I yang telah sabar dan

meluangkan waktu untuk membimbing saya dan mengarahkan saya dalam

penyusunan proposal ini.

Page 5: Skripsi Jupita, kuantitatif

3. Ibu Megah Andriany, S.Kp selaku pembimbing II yang selalu sabar dan

memberikan semangat untuk belajar kepada saya selama proses penyusunan

proposal

4. Kepala RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat

5. Kepala Keperawatan dan Kebidanan RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang

Kalimantan Barat

6. Segenap staf PSIK FK UNDIP yang telah membantu peneliti melengkapi

persyaratan kesekretariatan

7. Teman-teman sejawat Akper Poltekkes Singkawang Kalimantan Barat

8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal ini yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu

Atas segala bantuan dan kebaikan yang diberikan, saya mengucapkan terima

kasih dan semoga Allah S. W. T memberikan sebaik-baiknya balasan bagi

semuanya.

Tentunya proposal ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu

kritik saran saya harapkan agar bisa melengkapinya. Semoga proses penelitian

dan penyusunan proposal ini bisa membawa manfaat bagi saya pribadi dan juga

pembaca.

Semarang, Febuari 2007

Peneliti

Page 6: Skripsi Jupita, kuantitatif

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………iii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………v

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….vii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………viii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………...ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….1

B. Perumusan Masalah……………………………………………………….4

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….4

D. Manfaat Penelitian………………………………………………………...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan ibu tentang perawatan luka episiotom………………………7

B. Sikap……………………………………………………………………....9

C. Praktik Perawatan Luka Episiotomi……..………………………………14

D. Perilaku…………………………………………………………………..17

E. Kerangka Teori Penelitian……………………………………………….22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep………………………………………………………...23

B. Hipoteis…………………………………………………………………..22

C. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………….24

Page 7: Skripsi Jupita, kuantitatif

D. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………….…24

E. Tempat Penelitia dan Waktu……………………………………………..26

F. Definisi Operasional……………………………………………………..27

G. Alat dan Cara Pengumpulan Data……………………………………….29

H. Teknik Pengolahan Dan Pengumpulan…………………………………..32

I. Etika Penelitian…………………………………………………………..36

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden…………………………………………..……39

B. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktik Ibu Terhadap Praktik Perawatan

Luka Episiotomi postpartum dengan Persalinan Normal………………...41

C. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap Praktik

Perawatan Luka Episiotomi Postpartum dengan persalinan normal……..42

BAB V PEMBAHASAN

A. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Praktik Perawatan Luka Episiotomi

Postpartum dengan Persalinan Norma…………………………………...44

B. Sikap Ibu terhadap Praktik Perawatan Luka Episiotomi Postpartum dengan

Persalinan Normal………………………………………….…………….45

C. Praktik Perawatan Luka episiotomi Poatpartum dengan Persalianan

Normal…………………………………………………...………………46

D. Hubungan antara Antara tingkat pengetahuan terhadap Praktik Perawtan

Episiotomi Postpartum dengan Persalinan Normal………………………47

E. Hubungan Sikap terhadap Praktik Perawatan Luka Episiotomi…………49

Page 8: Skripsi Jupita, kuantitatif

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………………………………………51

B. Saran……………………………………………………………………..52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 9: Skripsi Jupita, kuantitatif

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka teori penelitian………………………………………………...21

2. Kerangka konsep penelitian……………………………………………...22

Page 10: Skripsi Jupita, kuantitatif

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Surat Permohonan menjadi responden

2. Lampiran 2. Surat Persetujuan menjadi responden

3. Lampiran 3. Kuesioner

4. Lampiran permohonan ijin uji validitas dan reliabilitas

5. Surat permohonan ijin penelitian

6. Data Hasil Penelitian

7. Hasil uji validitas dan reabilitas

8. Hasil uji statistik frekuensi penelitian

9. Hasil uji Chi Squer

Page 11: Skripsi Jupita, kuantitatif

DAFTAR TABEL

halaman

1. Tabel definisi operasional……………………….…………………………28

2. Tabel karakteristik responden……………………………………………...40

3. Tabel distribusi tingkat pengetahuan,sikap dan praktik perawatan luka

episiotimi postpartum dengan persalinan normal….……………………....42

4. Tabel Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap praktik

perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal…………43

Page 12: Skripsi Jupita, kuantitatif

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoteran

Universitas Diponegoro Skripsi, Febuari 2007

ABSTRAK

Jupita Suria Ningsih “Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat” xii+ 53 halaman + 4 tabel + 9 lampiran Infeksi luka episiotomi pada ibu postpartum akan dicegah sedini mungkin bila ibu melakukan perawatan luka secara benar. Faktor yang mempengaruhi praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang adalah pengetahuan dan sikap.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan korelasi cross sectional dan menggunakan uji Chi Square. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dengan luka episiotomi postpartum pada persalinan normal, pengambilan sampel dengan teknik total sampling dan jumlah sampel sebesar 31 responden. Data mengenai tingkat pengetahuan dan sikap diperoleh dengan kuesioner dan observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan (P value= 0,049), sikap (P value= 0,020) terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal, nilai signifikan (α= 0,05). Perlunya dilanjutkan penelitian eksperimen tentang efektifitas perawatan luka episiotomi. Kata kunci: tingkat pengetahuan, sikap, praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal, kuantitatif. Daftar pustaka: 27 (1995-2006)

Page 13: Skripsi Jupita, kuantitatif

Nursing Program faculty of medicine

Diponegoro University Paper, February 2007

ABSTRACT

Jupita Suria Ningsih “The relationship between mother’s knowledge level and attitude to practice of postpartum episiotomy wound dressing in normal delivery in RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat. Xii + 53 pages + 4 tables + 9 enclosures Infection episiotomy wound can be prevented as soon as possible if mother’s dressing wound correctly. The factors influencing at episiotomy wound dressing practice in RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang are knowledge and attitude. The research aim was to know the relationship between mother’s level and attitude to practice of postpartum episiotomy wound dressing in normal delivery. This research are quantitative research by cross sectional correlation method and Chi Square Test. The respondents in this research were mother’s with postpartum episiotomy wound in normal delivery. The samples were taken by total sampling technique and the numbers of samples are 31 respondents. Data of knowledge and attitude level were obtained by direct questioner and observation. The research result indicated that there was a significant relation she between knowledge level (P value= 0,049) and attitude (P value= 0,020) to practice of postpartum episiotomy wound dressing in normal delivery, (α= 0,05). It needs to be continued to experimental research about effectiveness of episiotomy wound dressy. Key words: knowledge level, attitude, practice of postpartum episiotomy wound dressing in normal delivery, quantitative. Bibliography: 27 (1995-2006)

Page 14: Skripsi Jupita, kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Visi Indonesia sehat 2010 ditetapkan berdasarkan pembangunan yaitu

bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat

dengan pola hidup yang sehat serta kemampuan untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Dalam rencana

strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010

yang mana tujuan akhir dan sistem pelayanan kesehatan ibu hamil adalah hasil

persalinan dengan bayi sehat dan ibu selamat (1). Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) tahun 1999 terbesar 80% kematian maternal merupakan akibat

meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah

melahirkan (2).

Pada periode post partum terdapat perawatan masa nifas yaitu perawatan

terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai organ-organ

reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil, lamanya kira-kira 6

minggu (4). Pada perawatan masa nifas terjadi perubahan fisiologis, yaitu:

perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lokea, laktasi/pengeluaran air

susu ibu, perubahan sistem tubuh lain, dan perubahan psikis.

Asuhan perawatan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

masa kritis baik ibu maupun bayinya (4).

Page 15: Skripsi Jupita, kuantitatif

Setelah melahirkan, terdapat respon fisiologis tubuh terhadap perubahan

organ reproduksi yang dapat mengakibatkan timbulnya nyeri pada ibu post

partum. Nyeri ini disebabkan karena beberapa hal antara lain timbulnya

kontraksi uterus karena pengaruh oksitoksin, pembengkakan payudara

(engorgement) sebagai persiapan proses menyusui dan juga karena adanya

luka episiotomi yang dilakukan pada saat pertolongan persalinan (4). Nyeri

pada luka episiotomi, biasanya dijadikan alasan bagi ibu-ibu postpartum untuk

mengurangi aktivitas kegiatannya sehari-hari, seperti aktivitas pemenuhan

kebutuhan diri, merawat bayi, menyusui, termasuk aktivitas perawatan luka

episiotomi (6).

Ibu-ibu berpendapat bahwa luka episiotomi merupakan suatu istilah

digunting yang sering sekali menjadi sebab kesakitan bagi ibu bersalin untuk

melakukan aktivitas, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu

tentang perawatan luka episiotomi. Perawatan luka episiotomi sangat penting

untuk dilakukan karena apabila tidak dilakukan akan mengakibatkan

komplikasi misalnya infeksi, bengkak dan nyeri semakin bertambah. Infeksi

bisa terjadi karena ibu takut menyentuh luka sehingga memilih untuk tidak

membersihkan luka. Oleh karena itu para ibu selain mereka harus memiliki

pengetahuan, mereka juga harus memberikan respon atau menentukan sikap

dari pengetahuan yang mereka dapat, apakah melaksanakan perawatan luka

episiotomi sesuai dengan pengetahuan yang ada atau tidak mau melakukan

perawatan luka episiotomi (4, 5, 6, 7).

Page 16: Skripsi Jupita, kuantitatif

Data persalinan pervaginam yang didapat di ruang kebidanan Rumah

Sakit Umum Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat pada bulan

Oktober 2006 terdapat 198 kasus persalinan normal, dengan 69 kasus

dilakukan episiotomi atau sekitar 34,8% dari seluruh persalinan pervaginam.

Dari 69 terdapat 2 orang yang terkena gejala infeksi pada luka episiotomi

karena tidak melakukan perawatan luka episiotomi sesuai dengan praktik

perawatan yang ada di Rumah Sakit tersebut. Perawatan luka episiotomi

bukan hanya tanggung jawab perawat, namun juga menjadi tanggung jawab

klien sendiri, maka klien juga harus memahami cara perawatan luka

episiotomi di rumah agar proses pemulihan seperti yang di harapkan (4, 5, 6).

Dari hasil wawancara belum semua ibu-ibu mempraktikkan perawatan

luka episiotomi, sehingga mudah terinfeksi (4, 5, 6). Sebagian ibu belum

mengerti tentang perawatan luka episiotomi, tetapi tetap melakukan

perawatan, dan sebagian lagi sudah mengetahui tentang perawatan luka

episiotomi tetapi tidak melakukannya.

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti ingin mengetahui apakah ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pratik perawatan

luka episiotomi postpartum pada persalinan normal di Rumah Sakit Umum

Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat.

Page 17: Skripsi Jupita, kuantitatif

B. Rumusan Masalah

Merawat luka episiotomi setelah persalinan merupakan suatu hal penting

untuk mencegah infeksi dan memberikan kesejahteraan psikologis. Selama ini

perawatan luka episiotomi sering diabaikan oleh ibu-ibu. Hasil wawancara di

RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang didapat data bahwa belum semua ibu

mempraktikan perawatan luka episiotomi. Sebagian dari ibu-ibu belum

mengerti tentang perawatan luka episiotomi, tetapi tetap melakukan

perawatan, dan sebagian lagi sudah mengetahui tentang perawatan tetapi tidak

melakukanya, oleh karena itu klien harus memahami cara perawatan luka

episiotomi. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat

dirumuskan sebagai berikut “Adakah hubungan antara tingkat

pengetahuan dan sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi

postpartum pada persalinan normal di ruang kebidanan Rumah Sakit

Umum Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat

pengetahuan dan sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi

postpartum persalinan normal di Rumah Sakit Dr. Abdul Aziz Singkawang

Kalimantan Barat.

Page 18: Skripsi Jupita, kuantitatif

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang praktik perawatan luka

episiotomi di ruang obstetri Rumah Sakit Umum Dr. Abdul Azis

Singkawang Kalimantan Barat.

b. Mengidentifikasi sikap ibu terhadap perawatan luka episiotomi

postparum pada persalinan normal di ruang obstertri Rumah Sakit

Umum Dr. Abdul Azis Singkawang Kalimantan Barat.

c. Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan terhadap praktik

perawatan luka episiotomi di ruang obstetri Rumah Sakit Umum Dr.

Abdul Azis Singkawang Kalimantan Barat.

d. Mengidentifikasi hubungan sikap ibu terhadap praktik perawatan luka

episiotomi di ruang obstertri Rumah Sakit Umum Dr. abdul Azis

Singkawang Kalimantan Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk

meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada ibu dengan luka episiotomi

postpartum pada persalinan normal.

2. Bagi pelayanan keperawatan

Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan cara melaksanakan

proses standar asuhan keperawatan (SAK) pada praktik perawatan luka

episiotomi.

Page 19: Skripsi Jupita, kuantitatif

3. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi lebih lanjut

dibidang keperawatan maternitas khususnya tentang pengetahuan dan

sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum pada

persalinan normal.

4. Bagi peneliti

Menambah wawasan mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap

terhadap perawatan luka episiotomi.

Page 20: Skripsi Jupita, kuantitatif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI

Pengetahuan merupakan kumpulan kesan-kesan dan penerangan yang

terhimpun dari pengalaman yang siap untuk digunakan. Adapun pengetahuan

tersebut dapat diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain. Pengetahuan

adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (8).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (perilaku) dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru

dalam diri seseorang akan terjadi proses yang berurutan, yaitu (7):

1. Awareness (kesadaran)

Dimana orang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus.

2. Interest (tertarik)

Subjek mulai tertarik terhadap stimulus/objek tersebut. Di sini sikap

subjek sudah mulai timbul.

Page 21: Skripsi Jupita, kuantitatif

3. Evaluation

Pada tahap ini subjek mulai menimbang-nimbang baik buruknya stimulus

terhadap dirinya.

4. Trial

Dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption

Dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan ibu tentang perawatan luka episiotomi sangatlah penting,

untuk menambah pengetahuan ibu tentang perawatan luka episiotomi perawat

atau petugas kesehatan lainnya memberikan penyuluhan kesehatan tentang

perawatan luka episiotomi tujuannya untuk pencegahan infeksi dan

meningkatkan proses penyembuhan pada ibu. Perawat memberi perawatan

yang berfokus pada pemulihan, kesejahteraan psikologis, kemampuan ibu

untuk merawat diri sendiri dan bayinya (4, 7, 8). Perawatan luka episiotomi

dan setiap laserasi perineum yang dilakukan dengan baik mencegah infeksi

pada daerah genitourinaria dan mempercepat proses penyembuhan (4).

Perawat sebaiknya mengajari ibu membersihkan perineum dari arah

depan kebelakang (uretra ke anus) setelah buang air besar dan buang air kecil.

Hal ini merupakan langkah pertama yang sederhana, tetapi sangat efektif. Di

beberapa Rumah Sakit sudah banyak memakai botol percik yang diisi air

hangat atau larutan antiseptik untuk membersihkan daerah perineum setiap

Page 22: Skripsi Jupita, kuantitatif

selesai berkemih. Pasien perlu juga diajari mengganti pelapis perineum dari

arah depan ke belakang setiap kali berkemih atau defekasi dan untuk mencuci

tangannya sampai bersih sebelum dan sesudah melakukan hal tersebut di atas

(4).

Sesuai dengan teori Rogers (1974) bahwa dalam diri seseorang akan

terjadi proses dimana seseorang menyadari arti dari tindakan yang

dilakukannya, begitu juga dengan seorang ibu yang melakukan perawatan

luka episiotomi dia akan merasakan hasil dari perawatan luka episiotomi pada

dirinya dengan pengetahuan yang ibu dapat dari penyuluhan kesehatan dan

kemudian membuat ibu sadar akan pentingnya perawatan luka episiotomi

(4, 8).

B. SIKAP

Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara

sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan. Salah seorang ahli psikologi sosial Newcomb (1957), dikutip

Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

“predisposisi” tindakan atau perilaku/peran. Sikap masih merupakan reaksi

tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka, merupakan reaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (7, 8, 9).

Page 23: Skripsi Jupita, kuantitatif

Dalam bagian lain Allport dikutip Notoatmodjo (1997:131) menyatakan

bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu: kepercayaan

(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau

evaluasi emosional terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak

(tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan,

berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

1. Tingkatan Sikap

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi

dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-

ceramah.

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau

salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

Page 24: Skripsi Jupita, kuantitatif

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap

mungkin terarah terhadap benda, orang tetapi juga peristiwa,

pandangan, lembaga, norma dan nilai.

2. Ciri sikap

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.

Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti

lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan syarat tertentu

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan terhadap suatu

objek. Sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan

dengan suatu objek yang dapat dirumuskan secara jelas.

d. Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

Page 25: Skripsi Jupita, kuantitatif

e. Sikap mempunyai segi motivasi dan perasaan. Sifat inilah yang

membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki

orang.

Menurut Purwanto (1999) pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja,

melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus

antara individu dengan individu lain di sekitarnya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi terbentuknya sikap adalah: (1) faktor intern: yaitu faktor-faktor

yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan seperti selektifitas dan (2)

faktor ekstern yang merupakan faktor di luar manusia yaitu:

1. Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.

2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap.

3. Sikap orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut.

4. Media komunikasi yang digunakan dalam penyampaian sikap.

5. Situasi pada saat sikap terbentuk.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulasi atau objek. Notoatmodjo (1997) menjelaskan bahwa

sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yakni kepercayaan (keyakinan), ide dan

konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu

objek dan kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Sikap merupakan

respon seseorang yang berhubungan dengan nilai, interest (perhatian), apresiasi

(penghargaan) persepsi (perasaan). Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-

hari merupakan reaksi yang bersifat emosional.

Page 26: Skripsi Jupita, kuantitatif

New Comb pada tahun 1967 menyatakan sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap sebelum merupakan suatu tindakan atau, akan tetapi predisposisi melalui

suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Notobroto, Hari Basuki dari

JIPTUNAIR/2004 tentang pengetahuan dan sikap masyarakat pedesaan terhadap

perawatan episiotomi menunjukkan hasil pengetahuan dan sikap masyarakat

masih kurang, dari hasil responden bidan desa sendiri ternyata sebagian besar

(70%) memiliki pengetahuan yang kurang mengenai episiotomi dan perawatan

luka episiotomi (10). Hasil penelitian tentang episiotomi pada tahun 2003 oleh

Norhayati Asnawi FK UNAIR di RSUD Zalecha Martapura Penelitian Cross

Sectional yang berjudul Hubungan antara Pengetahuan Perawat dan Pelaksanaan

Perawatan Luka Episiotomi pada Persalinan Normal, menunjukkan hasil

pelaksanaan perawatan luka episiotomi yang benar sesuai dengan standar pratik

perawatan oleh perawat. 28 orang (93%), sedangkan yang tidak trampil 2 orang

(7%).

Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara

pengetahuan perawat dan pelaksanaan perawatan luka episiotomi terhadap praktik

perawatan luka episiotomi. Pelaksanan praktik yang benar dapat mencegah dan

mengurangi terjadinya infeksi. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu: penelitian ini akan meneliti hubungan tingkat pengetahuan dan

sikap ibu terhadap perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan

Page 27: Skripsi Jupita, kuantitatif

normal, jadi fokus penelitian pada pengetahuan dan sikap ibu yang melakukan

pratik perawatan luka episiotomi sesuai dengan stantar asuhan keperawatan yang

ada di RSUD Dr. Abdul Azis Singkawang Kalimantan Barat.

C. PRATIK PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI

Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina

dan merupakan suatu tindakan insisi yang disengaja pada perineum dan

vagina yang sedang dalam keadaan teregang (4,11).

1. Manfaat Episiotomi

Manfaat tindakan episiotomi yaitu: Mencegah robekan perineum,

Kemungkinan mengurangi tegangan otot penyangga kandung kemih

atau rectum yang terlalu kuat dan berkepanjangan, yang kemudian hari

menyebabkan inkontinensia urine atau prolaps vagina, Mengurangi lama

tahap kedua yang mungkin penting mengingat keadaan ibu, misalnya:

bradikardia yang menetap, memperbesar vagina jika diperlukan

manipulasi untuk melahirkan bayi (4, 11)

Hasil penelitian The American College of Obstetricians and

Gynecologists (ACOG) pada tahun 2004 diperkirakan 35% persalinan

pervagina berlangsung disertai episiotomi, tindakan episiotomi di lakukan

untuk mencegah robekan vagina yang berat atau mengurangi rasa sakit

(16).

Page 28: Skripsi Jupita, kuantitatif

2. Kontraindikasi

Adapun kontra indikasi dari tindakkan episiotomi yaitu: bila

persalinan tidak berlangsung pervaginam, bila terdapat kondisi untuk

terjadinya perdarahan yang banyak, seperti penyakit kelainan darah

maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina (4, 5).

3. Komplikasi

Komplikasi dari tindakan episiotomi yaitu: perluasan atau sobekan ke

dalam otot rektum ataupun rektum itu sendiri, perdarahan, infeksi,

bengkak, nyeri lokal (17).

4. Luka Episiotomi

Luka episiotomi dikategorikan jenis luka terbuka karena luka

episiotomi rusak kulit melampaui tebalnya kulit yang disebabkan oleh

suatu tindakan insisi pada mulut rahim untuk memperbesar mulut vagina

sehingga terjadi diskontinuitas suatu jaringan (4,12,13). Proses

penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain, kecepatan

penyembuhan tergantung pada letak dan kedalaman insisi. Kebanyakan

episiotomi sembuh pada minggu keenam postpartum (4, 14). Tanda-tanda

infeksi sama dengan (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian

insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung

dalam dua sampai tiga minggu (4).

Page 29: Skripsi Jupita, kuantitatif

5. Perawatan Luka Episiotomi

Ada beberapa tindakan untuk perawatan luka episiotomi yang dapat

dilakukan oleh ibu postpartum dengan prinsip bersih, yang bertujuan

untuk mengurangi nyeri, memberikan rasa nyaman dan mencegah infeksi,

yaitu (4, 11):

a. Membersihkan perineum dengan sabun ringan dan air hangat.

Bersihkan dari arah simpisis pubis sampai anus, kemudian keringkan

luka dengan handuk halus. Setelah itu gunakan pembalut dari arah

depan ke balakang untuk melindungi permukaan dalam pembalut dari

kontaminasi. Mengganti pembalut sebaiknya setiap kali buang air

besar dan buang air kecil, atau empat kali sehari. Cuci tangan sebelum

dan sesudah mengganti pembalut. Kaji jumlah dan tanda lokia pada

setiap penggantian pembalut.

b. Kompres es yang di kemas atau es kemasan.

Tindakan ini dilakukan setelah dua jam melahirkan tujuannya untuk

mengurangi pembentukan edema dan meningkatkan rasa nyaman,

caranya adalah tempatkan bungkusan es pada perineum dari bagian

depan ke belakang.

Page 30: Skripsi Jupita, kuantitatif

c. Botol percik.

Isi botol percik dengan air yang di hangatkan dengan suhu 38ºC.

Letakkan mulut botol pada pergelangan tangan atau antara kedua

tungkai lengan, sehingga percikan air sampai mencapai perineum saat

duduk di toilet. Setelah itu keringkan dengan tisu atau lap bersih. Ingat

kan ibu untuk menghindari kontaminasi dari daerah anus.

d. Duduk berendam.

Siapkan tempat berendam atau baskom yang bersih. Isi dengan air

hangat kira-kira 38ºC, berendam dengan mengencangkan otot gluteus,

pertahankan sejenak kemudian merelaksasinya setelah berendam.

Cara ini di gunakan sekurang-kurangnya dua kali sehari selama dua

puluh menit.

D. PERILAKU

Perilaku ibu saat akan dilakukan perawatan luka episiotomi menurut

Bobak (2004) yaitu ibu takut dan biasanya menolak untuk menyentuh lukanya

karena nyeri pada daerah perineum, tapi bagaimanapun perawat harus

melakukan perawatan luka episiotomi dengan cara memberikan pengertian

dan penjelasan tentang perawatan dan tujuan dari perawatan luka episiotomi

sehingga ibu bersedia untuk melakukan perawatan luka episiotomi dan

merubah perilakunya dari kurang baik menjadi baik (4, 5).

Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat

diamati atau bahkan dapat dipelajari. Adapun dalam pengertian yang lain

Page 31: Skripsi Jupita, kuantitatif

disebut sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya (8).

Dalam proses pembentukannya perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri, faktor-faktor

tersebut antara lain: susunan saraf pusat, persepsi, emosi, proses belajar,

lingkungan dan sebagainya.

Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi.

Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera.

Motivasi yang diartikan sebagai dorongan dalam diri untuk bertindak untuk

mencapai tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku dapat

juga timbul akibat emosi (8).

Perilaku dapat berubah dalam individu dengan melalui berbagai

mekanisme dan diakibatkan oleh banyak faktor. Menurut teori Hosland (1953)

proses perubahan perilaku sama dengan proses belajar, yang terdiri dari (8):

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau

ditolak, Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti

stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti

sampai di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada

perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka

ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya

(bersikap).

Page 32: Skripsi Jupita, kuantitatif

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu (perubahan

perilaku).

Perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai ruang lingkup

yang sangat luas. Benjamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan,

membagi perilaku itu dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-

kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Ketiga

domain/ranah perilaku tersebut meliputi ranah kognitif (cognitive domain),

ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain).

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa, dimulai

pada domain kognitif, dalam arti dari subjek tahu terlebih dahulu terhadap

stimulus yang berupa materi atau objek yang di luarnya sehingga

menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya

menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang

diketahuinya itu. Akhirnya rangsangan, yakni objek yang telah diketahui dan

disadari sepenuhnya tersebut, akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu

berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau

objek tadi, namun demikian di dalam kenyataannya stimulus yang diterima

oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat

bertindak atau berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui makanan

dari stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan (action) seseorang

tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap.

Page 33: Skripsi Jupita, kuantitatif

Model pendekatan perilaku dari Lowrence Green (1980) menyebutkan

bahwa perilaku individu atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu (7):

1. Faktor predisposisi (Predisposing Factors) adalah faktor yang mendahului

perilaku yang menjelaskan alasan atau motivasi untuk berperilaku, berupa

pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, dan faktor demografi (status

ekonomi, umur, jenis kelamin, besar keluarga).

1. Faktor pendukung (enabling factors) adalah faktor yang memungkinkan

motivasi atau keinginan terlaksana termasuk lingkungan fisik (ada atau

tidaknya fasilitas/sumberdaya).

2. Faktor pendorong (Reinforcing Factors) adalah faktor yang memperkuat

perubahan perilaku seseorang yang dapat diakibatkan adanya sikap,

perilaku petugas, maupun tokoh masyarakat.

Model lain untuk mempelajari sikap individu terhadap suatu hal yang

baru adalah teori Innovation Decision Process yang terdiri dari 4 tahap, yaitu:

1. Tahap pengertian (Knowledge)

Pada tahap ini individu memperkenalkan akan adanya sesuatu yang baru

(inovasi) dan individu lalu memperoleh pengertian tentang inovasi

tersebut.

2. Tahap persuasi (Persuasion)

Setelah mengenal dan mempunyai sedikit pengertian tentang inovasi yang

diperkenalkan kepadanya, maka dalam individu tersebut akan tumbuh

sikap positif atau negatif terhadap inovasi tersebut.

Page 34: Skripsi Jupita, kuantitatif

3. Tahap pengambilan keputusan (decision making)

Sesudah individu mempunyai sikap positif atau negatif, tertarik atau tidak

tertarik, maka pada individu tersebut sampai pada tahap ini harus

memutuskan apakah ia menolak atau menerima inovasi tersebut.

4. Tahap pemantapan

Pada tahap ini individu mencari informasi-informasi lebih lanjut

sehubungan dengan keputusan yang telah diambil.

Kalau misalnya pada tahap pengambilan keputusan ia telah memutuskan

untuk menerima inovasi tersebut, maka pada tahap ini ia akan masih bertanya-

tanya kepada orang-orang yang mempunyai pengalaman tentang inovasi tersebut

untuk meyakinkan dirinya, apakah keputusan yang diambil sudah tepat. Jadi tahap

ini adalah tahap pemantapan keputusan yang diambil.

Page 35: Skripsi Jupita, kuantitatif

E. KERANGKA TEORI PENELITIAN

Gambar 1. Kerangka teori (5, 7, 8, 9)

Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Motivasi

Faktor Pendukung : 1. Sikap pasien 2. Pendidikan 3. Perilaku

pasien 4. Fasilitas 5 Lingkungan

Faktor Pendorong : 1. Waktu 2. Program-

program kesehatan

3. Perilaku petugas kesehatan

Perilaku Merawat Luka

Page 36: Skripsi Jupita, kuantitatif

BAB III

METODE PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

= Area yang diteliti

Gambar 2. Konsep Penelitian

B. HIPOTESIS

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap praktik perawatan

luka episiotomi postpartum pada persalinan normal di Rumah Sakit Dr.

Abdul Azis Singkawang Kalimantan Barat

2. Ada hubungan antara sikap ibu terhadap praktik perawatan luka

episiotomi postpartum pada persalinan normal dengan cara perawatan

Variabel Independen

Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap Ibu

Perilaku : Cara Merawat

Luka Episiotomi

Tingkat Pendidikan

Keluarga Sosial

ekonomi Pengalama

n

Variabel Pengganggu

Page 37: Skripsi Jupita, kuantitatif

episiotomi setelah persalinan di Rumah Sakit Dr. Abdul Azis Singkawang

Kalimantan Barat.

C. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan metode

deskriptif yang mengarah pada korelasi (19, 20). Berdasarkan hal tersebut,

peneliti bertujuan untuk menyajikan suatu fakta dan menunjukkan hubungan

antara satu variabel dengan variabel yang lain. Pengumpulan data

menggunakan teknik survei, serta tidak diberi perlakuan (19).

Dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional atau dapat juga

disebut dengan studi potong lintang, dengan maksud bahwa pada penelitian ini

waktu pengukuran atau observasi data variabel independen hanya satu kali dan

pada satu saat (19, 20). Dengan pengertian kedua variabel tersebut hanya

dilakukan pengukuran satu kali, walaupun kemungkinan tidak dalam hari dan

waktu yang sama.

D. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Sugiyono (2002) dalam Ridwan (2005) menyatakan bahwa populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang

menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (21). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh ibu dengan episiotomi postpartum pada persalinan

Page 38: Skripsi Jupita, kuantitatif

normal di rumah sakit Abdul Azis Singkawang Kalimantan Barat dengan

jumlah populasi 69 orang pada bulan april tahun 2006.

2. Sampel

Arikunto (1998) dalam Ridwan (2005) mengatakan bahwa sampel

adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)

yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

Pengambilan sampel menggunakan teknik total populasi yaitu

pengambilan sampel dari keseluruhan populasi yang ada untuk dijadikan

sampel atau responden sehingga diharapkan penelian ini lebih akurat (22),

yaitu dengan menggunakan data yang didapat dari Rumah Sakit Abdul

Azis Singkawang Kalimantan Barat sebagai daftar calon responden.

Sampel dipilih dengan menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi

a. Kriteria Inklusi

Nursalam (2003) menyebutkan kriteria inklusi adalah karakteristik

umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau

yang akan diteliti, sedangkan Azis (2003) mengatakan bahwa kriteria

inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat dijadikan sampel

penelitian karena memenuhi syarat sebagai sample (19, 20).

Dalam penelitian ini kriteria inklusi dari responden yaitu:

1) Ibu dengan episiotomi pada postpartum persalinan normal.

2) Ibu tercatat sebagai pasien rumah sakit Abdul Azis Singkawang.

3) Ibu pendidikan sekolah dasar minimal bisa membaca dan menulis.

4) Ibu bersedia menjadi responden.

Page 39: Skripsi Jupita, kuantitatif

5) Ibu dengan tindakkan episiotomi yang pertama.

6) Ibu yang mampu menyediakan alat untuk perawatan.

b. Kriteria Eksklusi

Azis (2003) mendefinisikan kriteria eksklusi sebagai kriteria dimana

subjek penelitian tidak dapat dijadikan sampel karena tidak memenuhi

syarat sebagai sampel penelitian karena berbagai sebab, kriteria

eksklusi adalah sebagai berikut (21):

1) Ibu bersalin yang dirawat di ruang kebidanan tapi tidak di

episiotomi.

2) Ibu melahirkan dengan luka perineum tanpa episiotomi seperti

ruptur.

3) Ibu bersalin dengan tidak normal.

4) Ibu yang dirawat di ruang kebidanan tanpa episiotomi seperti

ruptur (menderita penyakit lain).

5) Ibu yang tidak mampu menyediakan alat untuk perawatan

episiotomi.

E. TEMPAT PENELITIAN DAN WAKTU

Penelitian dilakukan di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Abdul Aziz

Singkawang Kalimantan Barat selama minggu ketiga Desember 2006 sampai

Januari 2007.

Page 40: Skripsi Jupita, kuantitatif

F. DEFINISI OPERASIONAL, VARIABEL PENELITIAN, DAN SKALA

PENGUKURAN

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap

perawatan luka episiotomi pada persalinan normal post partum.

Tingkat pengetahuan meliputi perawatan luka episiotomi setelah

melahirkan, tujuan perawatan luka episiotomi, cara melakukan

perawatan luka episiotomi. Sikap meliputi sikap ibu terhadap

perawatan luka episiotomi setelah melahirkan. Motivasi meliputi

motivasi ibu untuk melakukan perawatan luka episiotomi setelah

melahirkan (21, 22, 23, 24).

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (24). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah praktik ibu mengenai cara perawatan luka

episiotomi pada ibu persalinan normal post partum.

Page 41: Skripsi Jupita, kuantitatif

2. Table definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara dan Hasil

Ukur

Skala

1. Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan luka episiotomi pada persalinan normal postpartum

Pengetahuan ibu tentang perawatan luka episiotomi pada persalinan normal post partum meliputi pengertian luka episiotomi, tujuan perawatan, manfaat, cara perawatan luka episiotomi setelah persalinan.

Variabel ini diukur dengan kuesioner II yang terbagi menjadi: - pengetahuan tinggi

skor 20 – 25 - pengetahuan

rendah skor 14-19

Nominal

2. Sikap ibu terhadap perawatan luka episiotomi setelah persalinan normal

Jawaban dari pertanyaan responden tentang perawatan luka episiotomi setelah persalinan dengan menggunakan data Likert yang terbagi menjadi: - Sikap baik - Sikap tidak baik

Variabel diukur dengan cara kuesioner III, dengan menggunakan skala Likert yang terbagi menjadi: - Sikap baik

Skor 34-68 - Sikap tidak baik

Skor 0-33

Nominal

3 Praktik Ibu dalam melakukan perawatan luka episiotomi setelah melahirkan

Tindakan nyata yang pernah dilakukan ibu dalam melakukan perawatan luka episiotomi setelah persalinan yang terdiri dari kegiatan ibu dalam merawat luka episiotomi setelah persalinan.

Variabel ini diukur dengan lembar observasi yang terbagi menjadi : - Praktik benar skor 20-38 - Praktik salah skor 0-19

Nominal

Page 42: Skripsi Jupita, kuantitatif

G. ALAT DAN CARA PENGUMPULAN DATA

1. Alat Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah

kuesioner yang disampaikan langsung kepada responden untuk

mengetahui tingkat pengetahuan, sikap terhadap praktik perawatan luka

episiotomi pasca persalinan, selain kuesioner inti juga disertakan

kuesioner untuk karakteristik demografi dari responde (25, 26):

Kuesioner akan digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini

disusun oleh peneliti dengan pengembangan dari teori yang ada dengan

persetujuan ekspert dari tiga penguji yang ahli di bidang maternitas,

sehingga diperlukan uji validitas dan reabilitas untuk mengetahui

kevalidan dari instrumen tersebut (27).

a. Uji validitas

Penelitian ini menggunakan uji validitas isi (content validiti)

dimana para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah

disusun. Mungkin para ahli memberi pendapat bahwa instrumen dapat

langsung digunakan tanpa ada perbaikan atau mungkin dirombak total

(24).

Setelah mengetahui hasil dari uji validitas tersebut dilakukan

analisis product moment untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi pengukurannya

(27).

Page 43: Skripsi Jupita, kuantitatif

Dengan rumus sebagai berikut :

r = ( ) ( ) ( )( ){ } ( ){ }2222 Y Y .NX X . N

Y X XY N

Σ−ΣΣ−Σ

ΣΣΣ

Keterangan:

r : r hitung

ΣX : jumlah skor tiap pertanyaan

Kuesioner diuji kepada 10 responden ibu hamil dengan perawatan

luka episiotomi postpartum persalinan normal. Kuesioner dinyatakan

valid jika korelasi yang diperoleh lebih dari nilai r kritis (25). Untuk

jumlah (N) 10 maka nilai r kritisnya adalah 0,614. dari hasil uji

validitas kepada 10 orang sampel dari 25 pertanyaan tentang

pengetahuan dan pertanyaan tentang sikap ada 17 pertanyaan, semua

dinyatakan valid karena korelasi yang diperoleh lebih dari koefisien,

di tabel nilai-nilai kritis r yaitu 0,614 pada taraf signifikansi 0,05

(5%).

b. Uji Reliabilitas

Penelitian ini menggunakan pengujian reliabilitas dengan internal

consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instumen tertentu

yaitu alfa cronbach.

Page 44: Skripsi Jupita, kuantitatif

Rumus alfa cronbach:

Σ−

−= 2

2

11 St

Sik

kri

Keterangan :

R1 : reabilitas

K : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.

∑ : Jumlah varian butir

σ : Varian

Dari hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa untuk kuesioner

tingkat pengetahuan dinyatakan reliabel dengan koefisien r = 0,970

dan untuk kuesioner sikap r = 0,958 didapatkan juga hasil bahwa

kuesioner tersebut reliabel. Nilai reliabilitas tersebut lebih besar dari

nilai alpha tabel yaitu > 0,968 sehingga kuesioner dikatakan valid dan

relialibel (24).

2. Cara Pengumpulan Data

a. Prosedur pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

kuesioner secara langsung kepada responden dengan prosedur sebagai

berikut (26):

1) Peneliti mengajukan permohonan ijin dari Kepala Rumah Sakit Dr.

Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat.

Page 45: Skripsi Jupita, kuantitatif

2) Peneliti menjelasan, maksud, dan tujuan penelitian kepada petugas

pelayan kesehatan Rumah Sakit Dr. Abdul Aziz Singkawang

Kalimantan Barat.

3) Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Rumah Sakit Dr. Abdul Aziz

Singkawang Kalimantan Barat peneliti menghubungi Petugas

Pelayanan Kesehatan untuk teknis pengambilan sampel yang akan

dilakukan.

4) Peneliti akan berdiskusi dengan Petugas Pelayanan Kesehatan

untuk pengambilan sampel tentang perawatan luka episiotomi

dengan memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian terlebih

dahulu pada awal kegiatan.

5) Kepada ibu yang bersedia menjadi responden maka diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan

mengisi kuesioner yang telah disediakan peneliti dan setelah

selesai mengisi kuesioner langsung dikumpulkan kepada peneliti.

6) Calon responden yang menolak untuk dijadikan responden tidak

dipaksa untuk menjadi responden karena peneliti harus menghargai

sikap dan keputusan calon responden.

Page 46: Skripsi Jupita, kuantitatif

H. TEKNIK PENGOLAHAN DAN PENGUMPULAN 1. Teknik Pengolahan Data

Sutanto (2001) mengatakan agar data yang telah didapatkan

menghasilkan informasi yang benar, dilakukan pengolahan dengan 4

(empat) tahap pengolahan data (27), yaitu:

a. Editing

Pada tahap ini dilakukan pengecekan isian kuesioner apakah jawaban

yang ada di kuesioner sudah lengkap (semua jawaban berisi jawaban),

jelas (jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas), relevan

(jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan), dan

konsisten.

b. Coding

Pada tahap ini dilakukan kegiatan merubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari koding adalah

untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat

pada saat entry data.

c. Processing

Pada tahan ini dilakukan pemrosesan data agar dapat dianalisis.

Pemrosesan ini dilakukan dengan meng-entry data dari kuesioner ke

dalam program komputer. Dalam penelitian ini dilakukan

menggunakan komputer.

Page 47: Skripsi Jupita, kuantitatif

d. Cleaning

Tahap terakhir dari pengolahan data ini adalah pengecekan kembali

data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Pada tahap

ini ada beberapa cara meng-cleaning data yaitu: mengetahui missing

data, mengetahui variasi data, mengetahui konsistensi data, dan

membuat tabel silang.

2. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah dengan (27)

a. Univariat

Pada analisis univariat ini dilakukan pada tiap variable dari hasil

penelitian, untuk melihat distribusi dengan melihat prosentase masing-

masing variabel.

Dalam penelitian ini analisis univariat digunakan untuk mengetahui

proporsi dari masing-masing variabel penelitian meliputi data

demografi, tingkat pengetahuan, sikap dan praktik perawatan luka

episiotomi.

b. Bivariat

Untuk mendapatkan korelasi antara pengetahuan ibu tentang

perawatan luka episiotomi pasca persalinan dengan praktik cara

Page 48: Skripsi Jupita, kuantitatif

merawat luka, antara sikap ibu tentang perawatan luka episiotomi

pasca persalinan dengan praktik cara merawat luka episiotomi pasca

persalinan, dan korelasi antara motivasi ibu dengan praktek perawatan

luka episiotomi setelah melahirkan serta data yang dimiliki ordinal

dengan nominal, maka menggunakan uji Chi Square (X2).

Rumus:

X2 = ( )

fhfhfo 2−

Keterangan :

X2 : Chi kuadrat

fo : Frekuensi yang diobservasi

fh : Frekuensi yang diharapkan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang praktik

perawatan luka episiotomi setelah persalinan dengan menggunakan

pertanyaan benar dan salah. Adapun jumlah pertanyaan sebanyak 25 item

dan jumlah skor tertinggi 25, dengan ketentuan skor 1 apabila jawaban

benar dan skor 0 apabila jawaban salah.

Kuesioner untuk mengetahui sikap responden terhadap praktik

perawatan luka episiotomi setelah persalinan, kuesioner ini berisi

pertanyaan sebanyak 17 dengan total skor tertinggi 68, dengan

menggunakan skala likert dan kategorinya adalah: Sangat Setuju (SS),

Page 49: Skripsi Jupita, kuantitatif

Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS), Skor

jawaban dan pernyataan responden adalah: SS=4, S=3, TS=2, STS=1.

sikap ibu dikatakan baik apabila skor total dari jawaban pertanyaan lebih

dari atau sama dengan 51, sikap ibu dikatakan tidak baik apabila skor total

dari jawaban pertanyaan kurang dari 51. Lembar observasi digunakan

untuk mengetahui praktik responden dalam melakukan perawatan luka

episiotomi postpartum dengan persalinan normal. Kuesioner ini berisi 2

item hal yang perlu di observasi untuk mengukur kemampuan ibu dalam

melakukan praktik perawatan luka episiotomi postpartun persalinan

normal dengan skor tiap item 6 dengan total skor 30. Dengan rincian skor

per item: nomor 1 point a sampai f skornya adalah 3 jumlah skor 18,

sedangkan nomor 2 point a sampai d skornya 5 jumlah skor 20 jadi total

skor 38. Praktik perawatan luka episiotomi dikatakann benar apabila skor

total lebih dari atau sama dengan 20, dan skor salah apabila skor total

kurang dari 20.

H. ETIKA PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan

rekomendasi dari institusi untuk mengajukan permohonan ijin kepada

Kepala Rumah Sakit Dr. Abdul Azis Singkawang Kalimantan Barat.

Masalah etika dalam keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

untuk diperhatikan mengingat ilmu keperawatan berhubungan langsung

Page 50: Skripsi Jupita, kuantitatif

dengan manusia. Oleh karena itu segi etika harus diperhatikan karena

manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Masalah etika

dalam penelitian meliputi (25):

1. Informed consent

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika subyek bersedia maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden

tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak subjek.

2. Anonimity

Anonimity atau tanpa nama merupakan masalah dalam penelitian

keperawatan dengan cara tidak memberikan nama responden pada

lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data.

3. Confidentiality

Confidentiality atau kerahasiaan merupakan masalah etika dengan

menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lain, semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil riset.

Page 51: Skripsi Jupita, kuantitatif

BAB IV

HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan membahas hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan

dan sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan

persalinan normal diruang Kebidanan RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang.

Adapun penyajian hasil meliputi, karakteristik tingkat pengetahuan, sikap, dan

hubungan antara pengetahuan ibu terhadap praktik, sikap ibu terhadap praktik

perawatan luka episiotomi postpartum pada persalinan normal.

Data persalinan yang didapat dari ruang Kebidanan RSUD Dr. Abdul Aziz

Singkawang Kalimantan Barat pada tanggal 23 Desember 2006 sampai dengan 7

Januari 2007 terdapat 100 kasus persalinan, diantaranya peneliti mendapatkan 31

sampel ibu dengan perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan

normal.

Tingkat signifikan ditentukan dengan menggunakan uji statistik

menggunakan nilai alpha 5% (0,05) dengan tingkat kemaknaan dalam penelitian

ini P<0,05 maka Hο ditolak berarti ada hubungan yang bermakna antara dua

variabel yang diukur, bila P>0,05 maka Hı diterima artinya tidak ada hubungan

yang bermakna antara variabel yang diukur.

Page 52: Skripsi Jupita, kuantitatif

A. Karakteristik responden

Ibu dengan perawatan luka episiotomi postpartum pada persalinan normal di

Ruang Kebidanan RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang, yang terdiri dari:

karakteristik responden, jumlah responden dan prosentase

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden pada bulan Desember 2006-Januari 2007

(N=31). o Karakteristik responden Jumlah responden Prosentase (%)

1. Umur (tahun) <20

21-25 26-30 >30

8 16 5 2

25,8 51,6 16,1 6,5

Total 31 100 2. Tingkat pendidikan

SD SLTP SLTA

AKADEMI/PT

7 12 9 3

22,6 38,7 29 9,7

Total 31 100 3. Pendidikan kesehatan

pernah

31

100 Total 31 100

4. Pendapatan keluarga perbulan(rupiah)

<500.000 500.000-1 jt 1,1 jt-1,5 jt 1,6 jt-2 jt

>2jt

5 7 3 6 10

16,1 22,6 9,7 19,4 32,3

Total 31 100 5. Persalinan

Pertama Kedua

26 5

83,9 16,1

Total 31 100 6. Pengalaman episiotomi

Pertama Kedua

26 5

83,9 16,1

Total 31 100

Page 53: Skripsi Jupita, kuantitatif

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar umur respon

berada pada umur antara 21-25 tahun, yaitu sejumlah 51,6%, frekuensi terbesar

kedua pada umur <20 tahun berjumlah 25,8%. frekuensi terbesar ketiga pada

umur 26-30 tahun yaitu 16,1% dan yang paling kecil pada umur >30 tahun

berjumlah 6,5%.

Frekuensi terbesar tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan SLTP sebesar

38%, frekuensi terbesar kedua yaitu pendidikan SLTA sebesar 29%, yang ketiga

pendidikan SD yaitu sebesar 22,6% yang paling kecil adalah pendidikan

AKADEMI/PT sebesar 9,7%. Frekuensi pendidikan kesehatan tentang praktik

perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal berjumlah 100%.

Frekuensi terbesar pendapatan keluarga adalah 32% yang penghasilannya

lebih dari dua juta rupiah, peringkat kedua terbesar 22,6% penghasilannya antara

lima ratus sampai satu juta rupiah, peringkat tiga yaitu 19,4% penghasilannya

antara satu koma enam juta sampai dua juta rupiah, peringkat empat 16,1%

penghasilannya kurang dari lima ratus ribu rupiah dan yamg terakhir 9,7%

penghasilannya satu koma satu juta sampai satu koma lima.

Frekuensi persalinan ibu dengan perawatan luka episiotomi postpartum

persalinan normal yang pertama, sebanyak 26 orang (83,9%) sedangkan yang

persalinan kedua hanya 5 orang (16,1%). Begitu juga dengan pengalaman

persalinan pertama berjumlah 83% dan pengalaman yang kedua berjumlah 16,1%.

Page 54: Skripsi Jupita, kuantitatif

B. Tingkat pengetahuan, sikap dan praktik ibu terhadap praktik perawatan

luka episiotomi pospartum dengan persalinan normal di Ruang

Kebidanan RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden,

pada bulan Desember 2006 – januari 2007 (N=31). No Kategori Jumlah Prosertase (%)

1. Pengetahuan Tinggi

Rendah

24

7

77,4

22.6

Total 31 100 2. Sikap

Baik Tidak baik

25

6

80,6

29,4

Total 31 100 3. Praktik

Benar Salah

24

7

77,4

22,6

Total 31 100

Dari tabel dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki

tingkat pengetahuan yang tinggi tentang perawatan luka episiotomi

adalah sejumlah 24 orang (77,4%). Sedangkan ibu yang memiliki

tingkat pengetahuan rendah sejumlah 7 orang (22,6%). Frekuensi sikap

ibu yang baik terhadap praktik perawatan luka episiotomi sejumlah 25

orang (80,6%) dan sikap yang tidak baik berjumlah 6 orang (29,4%).

Frekuensi yang melakukan praktik perawatan luka episiotomi secara

benar adalah 24 orang (77,4%) dan yang melakukan praktik perawatan

luka episiotomi secara salah adalah 7 orang (22,6%).

Page 55: Skripsi Jupita, kuantitatif

C. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap praktik

perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan norma di RSUD

Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat

Tabel 4.3. Hubungan antara tingkat pegetahuan dan sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi dengan

persalinan normal pada bulan Desember 2006- Januari 2007 (N=31).

Praktik perawatan Luka episiotomi

No Kategori

Benar Salah

Total P value

1. Pengetahuan Tinggi Rendah

21 (87,5%)

3 (42,9%)

3 (12,5%)

4 (57,1%)

24 (100%) 7 (100%)

Total 24 (77,4%) 7 (22,6%) 31 (100%)

0,049

2. Sikap Baik Tidak baik

22 (88,0%)

2 (33,3%)

3 (12,0%) 4 (66,7%)

25 (100%) 6 (100%)

Total 24 (77,4%) 7 (22,6%) 31 (100%)

0,020

α = 0,05

Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui bahwa ibu yang memiliki

tingkat pengetahuan tinggi, melakukan praktik perawatan luka

episiotomi secara benar yaitu 21 orang (87,5%) yang melakukan secara

salah 3 orang (12,5%). Sedangkan yang memiliki pengetahuan rendah

yang dapat melakukan praktik keperawatan secara benar ada 3 orang

(42,9%), secara salah ada 4 orang (57,1%). Dari hasil perhitungan

statistik dengan menggunakan rumus Chi Square didapatkan nilai P

value= 0,049. nilai tersebut lebih kecil jika dibanding dengan nilai

signifikan yaitu 0,05. Ini berati P value lebih kecil daripada nilai

signifikan maka Hο ditolak dan Hı diterima, dengan demikian dapat

dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu

Page 56: Skripsi Jupita, kuantitatif

terhadap praktik perawatan. Pada tabel 4.3. menunjukkan bahwa ibu

yang memiliki sikap yang baik terhadap praktik perawatan luka

episiotomi yang dapat melakukan praktik secara benar ada 22 orang

(88,0%) diantaranya melakukan praktik salah ada 3 orang (12,0%). Jika

dibanding dengan ibu yang memiliki sikap tidak baik dan melakukan

praktik secara benar terdapat 2 orang (33,3%) yang melakukan praktik

salah ada 4 orang (66,7%). Dari perhitungan statistik dengan

menggunakan rumus Chi Square didapatkan nilai P value=0,020. Nilai

tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai signifikan yaitu

0,05 karena P value lebih kecil daripada nilai signifikan, maka ada

hubungan yang signifikan antara sikap ibu terhadap praktik perawatan

luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal.

Page 57: Skripsi Jupita, kuantitatif

BAB V

PEMBAHASAN

Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang terkait dengan hasil

penelitian antara lain tentang: tingkat pengetahuan, sikap, praktik perawatan luka

episiotomi postpartum dengan persalinan normal serta hubungan antara tingkat

pengetahuan ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan

persalinan normal, hubungan antara sikap ibu terhadap praktik perawatan luka

episiotomi postpartum dengan persalinan normal.

A. Tingkat pengetahuan ibu tentang praktik perawatan luka episiotomi

dengan persalinan normal

Berdasarkan hasil penelitian perolehan data dapat diketahui bahwa tingkat

pengetahuan ibu tentang praktik perawatan luka episiotomi sebagian besar

(77,4%) berpengetahuan tinggi dan sebagian kecil (22,6%) berpengetahuan

rendah. Apabila dikaitkan dengan pendidikan responen yang paling banyak

adalah tingkat SLTP yaitu 38,7% sebanyak 12 orang, ini berarti tingkat

pendidikan rendah, walaupun demikian bukan berarti bahwa tingkat

pendidikan yang rendah akan selalu diikuti dengan tingkat pengetahuan dan

perilakunya tetapi bagaimana cara pola fikir responden dalam menerima dan

mencari wawasan untuk mendapatkan pengetahuan (8). Notoatmojo

berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu” setelah melakukan

pengindraan terhadap suatu subjek. Hal ini berarti bahwa pengetahuan tentang

Page 58: Skripsi Jupita, kuantitatif

praktik perawatan episiotomi didapatkan baik dari pendidikan kesehatan

berupa penyuluhan dari petugas kesehatan dan pengalaman yang diperoleh

oleh responden (8).

Dari segi pengalaman misalnya ibu dengan perawatan episiotomi

pospartum dengan persalinan normal yang kedua, dimana ibu pernah

mengalami persalinan pertama dan pernah mengalami gejala infeksi pada luka

episiotomi, tentunya ibu akan lebih berhati-hati menjaga kebersihan luka

episiotomi. Dari pengalaman tersebut mungkin ibu bisa berbagi cerita dengan

ibu postpartum lain supaya mau menjaga kebersihan diri terutama di daerah

luka episiotomi. Pengetahuan juga bisa diperoleh melalui media masa seperti

koran, radio, TV dan internet.

Dengan demikian dari hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu

tentang praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan

normal menunjukkan bahwa ibu sudah mengetahui atau sudah memiliki

pengetahuan tentang praktik perawatan luka episiotomi.

B. Sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum

dengan persalinan normal

Hasil penelitian tentang sikap ibu terhadap praktik perawatan luka

episiotomi postpartum dengan persalinan normal menyebutkan bahwa

sebagian besar responden (80,6%) memiliki sikap yang baik. Menurut Alport

(1945) dalam Notoatmojo 2003 menyebutkan bahwa sikap merupakan

pernyataan kesiapan secara fisik dan mental yang terorganisasi tentang suatu

Page 59: Skripsi Jupita, kuantitatif

keahlian dan kesediaan mengusahakan untuk melakukan suatu hal (8).

Menurut Newcomb (1957) sikap merupakan predisposisi suatu tindakan yang

dilakukan seseorang dan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek (7), teori ini sesuai dengan hasil penelitian

sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan

persalinan normal dapat diartikan bahwa ibu memiliki konsep berfikir yang

baik karena ibu memiliki kesiapan dan kesediaan secara mental dan fisik

untuk melakukan perawatan luka episiotomi secara benar.

Hasil penelitian tentang sikap tidak baik berjumlah 6 oramg yaitu 29,4%.

Menurut Purwanto pembentukan sikap tidak demikian saja, melainkan melalui

suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu lain

dan sekitarnya misalnya ada faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat

dalam diri orang yang bersangkutan, dan faktor ekstern yaitu faktor yang di

luar manusia (7). Bila dilihat kondisi pasien pada saat melakukan pengisian

kuesioner perawatan luka kurang efisien dan kurang teliti dalam membaca

karena mengingat kondisi fisik dan psikologis kurang baik sehingga tidak bisa

berkonsentrasi penuh dalam pengisian kuesioner. Hal ini terjadi hanya pada

sebagian kecil ibu postpartum saja, sedangkan sebagian besar bisa melakukan

pengisian kuesioner dengan baik.

Page 60: Skripsi Jupita, kuantitatif

C. Praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan

normal.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah ibu yang melakukan

praktik perawatan luka episiotomi secara benar lebih banyak yaitu 24

responden (77,4%) yang melakukan praktik secara salah sebanyak 7

responden (22,6%). Untuk bisa melakukan praktik secara benar dalam hal ini

masuk dalam domain psikomotor (praktik) diperlukan adanya faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas (8).

Selain itu psikomotor juga memiliki beberapa tingkatan yaitu persepsi, respon

terpimpin, mekanisme, dan adopsi (8). Hal ini berhubungan dengan hasil

penelitian, karena di ruang kebidanan RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang

sudah mulai menerapkan perawatan luka episiotomi langsung kepada ibu

postpartum dengan episiotomi, setelah ibu kembali ke ruang nifas perawat

kembali memberi penyuluhan tentang perawatan luka episiotomi kepada

pasiennya dengan menyediakan fasilitas langsung, misalnya alat peraga yang

berhubungan dengan perawatan luka episiotomi. Setelah itu pasien diminta

untuk mengulanginya kembali tentunya dengan bimbingan perawat atau

bidan. Adapun standar prosedur operasional (SOP) pada asuhan keperawatan

yang digunakan diruang bersalin RSUD Dr. Abdul Azis adalah menggunakan

teknik membersihkan, sayangnya SOP tersebut belum bisa dilihat karena

masih dalam tahap revisi. Dari hasil wawancara dengan kepala kebidanan,

beliau mengatakan bahwa intinya praktik perawatan luka episiotomi sama

dengan kuesioner observasi yang dibuat oleh teori bobak yaitu teknik

Page 61: Skripsi Jupita, kuantitatif

membersihkan, berdasarkan observasi langsung cara melakukan praktik

perawatan luka episiotomi memang sesuai dengan teori bobak dan sesuai

dengan lembar observasi yang peneliti buat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik perawatan luka

episiotomi postpartum dengan persalinan normal dilakukan secara benar, ada

faktor pendukung yaitu kesediaan petugas kesehatan dalam memberikan

penyuluhan kesehatan kepada semua responden, setelah itu dipraktekkan

secara langsung kepada responden atau pasien, sehingga tingkat pengetahuan

pasien bertambah dan prilaku menjadi baik karena mulai menyadari

pentingnya perawatan luka episiotomi bagi ibu (4, 8).

D. Hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap praktik perawatan

episiotomi postpartum dengan persalinan normal

Hasil penelitian antara tingkat pengetahuan ibu tentang praktik perawatan

luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal yang dilakukan ibu

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna P value = 0,029, hal

ini berarti bahwa tingkat pengetahuan yang tinggi dapat mempengaruhi cara

praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal

dilakukan secara benar, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (perilaku) dan perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada prilaku yang tidak

didasari pengetahuan (7). Sesuai dengan hasil penelitian bahwa pasien tertarik

dengan perawatan luka episiotomi karena sering diberikan penyuluhan secara

Page 62: Skripsi Jupita, kuantitatif

langsung, selain caranya yang mudah dan ekonomis, bagi yang tidak mampu

akan ditanggung biaya sesuai dengan ketentuan rumah sakit.

Di Rumah Sakit Dr. Abdul Aziz Singkawang di ruang Kebidanan

melakukan tehnik membersihkan dengan sabun ringan dan air hangat kepada

semua pasien dengan luka epsiotomi dengan cara melakukan penyuluhan

langsung ke pasien setelah persalinan kemudian pasien dibantu untuk

mengulangi kembali, teknik ini mudah untuk dilakukan oleh pasien dan

biayanyapun ringan dan bisa dilakukan oleh semua golongan, dari tingkat

pendidikan SD sampai perguruan tinggi. Menurut peneliti dengan

diadakannya penyuluhan yang sering kemudian dipraktikkan langsung secara

terus menerus kepada pasien akan dapat membantu atau menambah

pengetahuan pasien sehingga pasien sadar untuk melakukan praktik secara

benar.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Norhayati Asnawi FK

UNAIR di RSUD Zalecha Martapura tahun 2003 yang berjudul hubungan

antara pengetahuan perawat dan pelaksanaan perawatan luka episiotomi pada

persalinan normal, menunjukkan hasil 24 orang (80%) memiliki tingkat

pengetahuan tinggi dan tingkat pengetahuan rendah ada 6 orang (20%) hasil

uji statistik hasil P=0,002 maka H0 ditolak berarti ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan terhadap praktik perawatan luka episiotomi.

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru

dalam diri seseorang akan terjadi proses yang berurutan, yaitu kesadaran,

dimana pasien mulai menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

Page 63: Skripsi Jupita, kuantitatif

terhadap stimulus, tertarik dimana subjek mulai tertarik terhadap

stimulus/objek tersebut disini sikap subjek sudah mulai timbul, evaluasi, pada

tahap ini mulai menimbang-nimbang baik buruknya stimulus terhadap dirinya,

setelah itu subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus (trial), adaption adalah dimana subjek telah

berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus (7).

E. Hubungan sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi

Berdasarkan hasil penelitian antara sikap ibu terhadap praktik perawatan

luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal yang dilakukan ibu

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna P value= 0,014.

Sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Allen, Guy, dan Edgley (1980)

yang mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau

kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dengan situasi

sosial. Hal ini juga selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Secord

Bacman (1964) yang memiliki kerangka penelitian bahwa sikap merupakan

konstelasi komponen-komponen kognitif, dan afektif dan konatif yang saling

berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu

objek. Salah seorang ahli psikologi sosial Newcom (1957), dikutip

Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu

(7, 8). Teori ini sesuai dengan hasil penelitian karena setelah pasien

Page 64: Skripsi Jupita, kuantitatif

mendapatkan penyuluhan maka pengetahuan pasien akan bertambah, hal ini

akan meimbulkan kesadaran bagi pasien untuk berfikir dan menentukan sikap

sehingga siap untuk melakukan perawatan episiotomi.

Terbentuknya perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada

domain kognitif, dalam arti dari subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus

yang berupa materi atau objek yang diluarnya sehingga menimbulkan

pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon

batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya itu.

Akhirnya rangsangan, yakni penyuluhan kesehatan tentang praktik perawatan

luka episiotomi yang diberikan telah diketahui dan disadari akan

menimbulkan respon lebih jauh lagi dalam mengambil sikap, yaitu berupa

tindakan yaitu berupa melakukan praktik perawatan luka episiotomi (7).

Menurut peneliti sikap merupakan faktor penting dalam pembentukan

prilaku seseorang karena dengan memiliki sikap yang baik kemungkinan

besar praktik yang dilakukan secara benar akan lebih banyak. Adanya

hubungan yang signifikan antara sikap terhadap praktik perawatan luka

episiotomi postpartum dengan persalinan normal dalam hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa responden sudah memperhatikan stimulus yang diterima

dan memiliki kecendrungan untuk berperilaku sesuai stimulus yang pernah

didapatnya.

Ada beberapa faktor yang mendukung perubahan prilaku salah satunya

adalah dengan memberi keterangan atau informasi dengan cara

memperlihatkan standar operasional praktik di setiap ruangan nifas dan ruang

Page 65: Skripsi Jupita, kuantitatif

perawat, misalnya dengan menempelkan prosedur praktik perawatan luka

episiotomi didinding ruangan nifas, disamping tempat tidur atau diruang

keperawatan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pasien melihat dan

mengingat kemudian mencatatnya untuk perawatan dirumah, dengan

demikian perilaku pasien akan terbentuk dan menyadari pentingnya perawatan

luka episiotomi.

Page 66: Skripsi Jupita, kuantitatif

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat peneliti sampaikan dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan ibu di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan

Barat tentang praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan

normal sebagian besar tinggi yaitu sebanyak 24 orang (77,4%).

2. Sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan

persalinan normal sebagian besar tinggi yaitu sebanyak 25 orang (80,6%).

3. Praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal yang

dilakukan ibu secara benar sebanyak 24 orang (77,4%).

4. Ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang perawatan luka

episiotomi dengan persalinan normal terhadap praktik perawatan luka

episiotomi nilai P= 0,049.

5. Ada hubungan bermakna antara sikap terhadap praktik perawatan luka

episiotomi dengan persalinan normal, sesuai hasil uji statistik menunjukkan

nilai P=0,020.

Page 67: Skripsi Jupita, kuantitatif

B. SARAN

1. Bagi petugas kesehatan

Perlu dilanjutkan pemberian penyuluhan tentang perawatan luka

episiotomi, dan lebih baik jika penyuluhan yang diberikan dengan

menggunakan metode baru misalnya dengan teknik menggunakan botol

percik.

2. Bagi institusi pendidikan

Perlu adanya praktik modifikasi pada perawatan luka episiotomi

misalnya melakukan kerja sama dengan pihak rumah sakit untuk

perawatan rumah (home care).

3. Bagi ibu postpartum

Bagi ibu atau responden sebaiknya berusaha bertanya dan mencari

informasi yang benar tentang perawatan luka episiotomi sehingga bisa

mendapatkan informasi yang benar, misalnya dengan meminta lembar

prosedur perawatan luka episiotomi untuk perawatan rumah kepada

perawat ruangan atau dengan mencari informasi lewat internet dan masih

banyak lagi cara mencari informasi.

4. Bagi peneliti berikutnya

Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian eksperimen tentang

praktik perawatan luka episiotomi. Misalnya tentang efektifitas perawatan

luka episiotomi dengan menggunakan salap bethadin.

Page 68: Skripsi Jupita, kuantitatif

DAFTAR PUSTAKA 1. Ardhive. Karakeristik Kematian Maternal. http://www.mail.ardhive.com/2003.

Diakses tanggal 15 September 2006.

2. Wikipedia. Episiotomi. http://www.en.wikipedia.com/2005

Diakses tanggal 20 September 2006.

3. Edu. Make Every Mother And Child Count. http://www.ui.edu.com/2005

Diakses tanggal 20 September 2006.

4. Bobak, Lowdermik and Jensen. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.

Edisi 4. EGC. Jakarta. 2004.

5. Hanafiah. Puerperuim. http://www.hanafiah.com/file/2004

Diakses tanggal 21 september. 2006.

6. Iman. Pasca Bersalin. http://www.tabloid-nakita.com/khasnah/2006

diaskes tanggal 27 septemner 2006.

7. Notoatmodjo, S. Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan.Rineka Persada.

Jakarta. 2002.

8. Notoatmidjo, S. Prinsip-prinnsip Dasar Ilmu Kesehatan. Masyarakat. Edisi 3.

Rineka Cipta. Jakarta. 2003.

9. Azwar, Azrul. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi 3.

Bina Rupa Aksara Jakarta. 1996.

10. Notobroto, Hari Basuki. Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Pedesaan

Terhadap Episiotomi. http://www.JIPTUNAIR.com/file/2004.

11. Liewellyn, Jones. D. Dasar-dasar Obstertri Dan Ginekologi. Edisi 6.

Hipokrates. Jakarta. 2001.

12. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obtertri. Jilid 1. EGC. Jakarta. 1998.

13. Black M, Joyce And Jacob Mattasarin Esther. Medical Surgical Nursing:

Clinical Management ForCompany. Philadelphia. 1997.

Page 69: Skripsi Jupita, kuantitatif

14. Hamilto, Persis Mary. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6.

EGC. Jakarta. 1995

15. Azwar. Saifudin. Sikap manusia: Teori Dan Pelaksanaannya. Edisi Dua.

Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2002.

16. Hartman. Episiotomi. http://www.kalbe.co.id.com/file/2004.

Diaskes tanggal 25 Nopember 2006.

17. Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. 1998.

18. Norhayati Asnawi. Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Dan

Pelaksanaan Perawatan Lika Episiotomi Pada Persalinan Normal.

PSIK FK UNAIR. 2003.

19. Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. 1998.

20. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodelogi Penelitian Klinis.

Jakarta: FKUI 1995.

21. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodelogi Penelitian Klinis.

Jakarta: FKUI 1995.

22. Riduwan. Belajar Mudah Penelitian: Untuk Guru – Karyawan dan Pemula

Cetakan 1. Alfabeta Bandung. 2005.

23. Subana M. Surajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. CV Pustaka.

Bandung. 2001.

24. Sugiono. Statistik Untuk penelitian. Cetakan Ke Empat. CV Alfabeta. 2002.

Page 70: Skripsi Jupita, kuantitatif

25. Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmi Keperawatan

Pedolam Skripsi, tesis, Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi Pertama

Salemba Medika. Jakarta. 2003.

26. Pariani S, Nursalam. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.

CV Info Medika. Jakarta. 2001.

27. Purwanto, N. Psikologi Pendidikan.CV Remaja Rosdakarya

Bandung. 1999.

Page 71: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 72: Skripsi Jupita, kuantitatif

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI PADA PERSALINAN

NORMAL POSTPARTUM DIRUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DR.ABDUL AZIS SINGKAWANG KALIMANTAN BARAT

KUESIONER 1

IDENTITAS RESPONDEN

Petunjuk pengisian:

Isilah pertanyan di bawah ini dengan mengisi titik atau mengisi kotak yang

tersedia dengan jawaban yang dipilih dari pilihan jawaban yang tersedia.

Pertanyaan:

1. Kode responden :…………………………

2. Umur :…………………………

3. Pendidikan terakhir:

1. SD

2. SLTP

3. SLTA

4. AKADEMI/Perguruan tinggi

4. Pernah mengikuti penyuluhan tentang perawatan luka episiotomi

bekas pengguntingan luka untuk memperlebar jalan lahir setelah

melahirkan:

1. Pernah

2. Tidak pernah

Page 73: Skripsi Jupita, kuantitatif

5. Pendapatan keluarga perbulan:

1. Kurang dari Rp. 5.00.000,00 perbulan

2. Antara Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00 perbulan

3. Antara Rp. 1,1 juta-1,5 juta

4. Antara Rp. 1,6 juta- 2 juta

5. > 2 juta

6. Persalinan keberapa:

1. Pertama

2. Kedua

3. Ketiga

7. Pengalaman episiotomi yang …

1. pertama

2. Kedua

3. ketiga

Page 74: Skripsi Jupita, kuantitatif

KUESIONER II

Petunjuk Pengisian: Isilah kolom disamping kanan pertanyaan dengan menggunakan tanda cek (√) pada: Kolom B jika pernyataan benar Kolom S jika pernyataan salah NO PERNYATAAN B

(BENAR) S

(SALAH) 1. Episiotomi atau digunting merupakan

suatu tindakan untuk memperlebar jalan lahir

2. Manfaat episiotomi atau digunting adalah mencegah robekan

3. Luka jahitan sebaiknya dilakukan perawatan setelah melahirkan

4. Tujuan perawatan luka jahitan untuk mencegah terjadinya infeksi

5. Akibat dari tindakan pengguntingan pada jalan lahir akan terasa nyeri/sakit

6. Cara membersihkan luka jahitan yaitu dari arah depan ke belakang

7. Membersihkan luka jahitan sebaiknya dengan air hangat

8. Melakukan perawatan luka jahitan minimal sekali sehari

9. Sebelum melakukan perawatan luka jahitan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan air bersih

10. Mengganti pembalut atau softek pada ibu dengan luka jahitan sebaiknya empat kali sehari

11. Mengganti pembalut atau softek sebaiknya setiap kali buang air besar

12. Cara menggunakan pembalut adalah dari bagian depan ke bagian belakang

13. Tujuanya dari pemasangan pembalut adalah untuk melindungi permukaan dalam pembalut dari kotoran yang berada diluar supaya tidak terkena luka jahitan

14. Pemberian bungkusan es pada daerah luka jahitan adalah untuk mengurangi pembengkakan

Page 75: Skripsi Jupita, kuantitatif

15. Pemberian bungkusan es pada daerah luka jahitan dari bagian depan ke belakang setelah dua jam pertama setelah melahirkan

16. Episiotomi atau digunting pada daerah jalan lahir adalah tindakan untuk memperbasar mulut vagina supaya memudahkan kelahiran bayi

17. Manfaat episiotomi adalah untuk mencegah rasa sakit

18. Tujuan perawatan luka jahitan adalah supaya luka bersih

19. Cara membersihkan luka jahitan adalah dari dubur ke jalan lahir

20. Membersihkan luka jahitan sebaiknya setelah buang air kecil

21. Membersihkan luka jahitan sebaiknya setelah buang air besar

22. Untuk membersihkan luka jahitan dapat menggunakan air dingin

23. Mengganti pembalut atau softek sebaiknya setiap kali buang air kecil

24. Pemberian bungkusan es pada daaerah luka jahitan adalah memberikan rasa nyaman pada ibu

25. Setelah membersihkan luka jahitan sebaiknya luka di keringkan dengan handuk halus

Page 76: Skripsi Jupita, kuantitatif

KUESIONER III Petunjuk pengisian: Isilah kolom disamping kanan pertanyaan dengan menggunakan tanda cek ( √ ) pada: Kolom SS apabila ibu sangat setuju dengan pernyataan yang telah tersedia Kolom S apabila ibu setuju dengan pernyataan yang tersedia Kolom TS apabila ibu tidak setuju dengan pernyataan yang tersedia Kolom STS apabila ibu sangat tidak setuju dengan pernyataan yang tersedia Pertanyaan NO PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya perlu merawat luka

jahitan

2. Perawatan luka jahitan saya hanya boleh dilakukan perawat

3. Saya harus merawat luka jahitan untuk mencegah infeksi

4. Saya merawat luka jahitan setiap kali mandi

5. Saya merawat luka jahitan setelah buang air kecil

6. Saya tahu tentang perawatan luka tapi saya tidak mau melakukannya

7. Saya ingin melakukan perawatan luka tapi saya tidak tau caranya merawat luka jahitan

8. Saya perlu dukungan keluarga untuk merawat luka

9. Saya akan menjaga kebersihan diri saya

10. Saya akan menjaga kebersihan pada luka jahitan

11. Saya akan membersihkan luka jahitan saya dari arah depan kebelakang setelah buang air besar

12. Saya belum pernah mendapatkan informasi tentang perawatan luka

13. Saya membersihkan luka jahitan dengan air hangat minimal sekali sehari

Page 77: Skripsi Jupita, kuantitatif

14. Saya membersihkan luka jahitan dengan sabun ringan

15. Saya gunakan pembalut dari bagian depan ke bagian belakang untuk melindungi permukaan dalam pembalut dari kontaminasi

16. Bungkus pembalut yang kotor saya buang ke tempat sampah

17.

Saya tempatkan bungkus es pada luka jahitan supaya terasa nyaman

Page 78: Skripsi Jupita, kuantitatif

KUESIONER IV ( Bobak, 2004)

Petunjuk pengisian: Lembar ini akan diisi oleh peneliti dengan memberi tanda check list pada praktik yang bisa dilakukan oleh ibu dan tanda silang praktik yang tidak dapat dilakukan ibu. Nomor Kode Responden : Waktu Observasi : NO PRAKTIK PERAWATAN LUKA YA TIDAK1. Kemampuan ibu dalam menyiapkan alat untuk

praktik perawatan luka episiotomi: a. Air hangat b. Sabun ringan c. Handuk halus d. Softek/pembalut e. Botol percik f. Tisu atau lap bersih

2. Kemampuan ibu dalam melakukan perawatan luka episiotomi: a. Cara membersihkan: membersihkan perineum dengan sabun ringan dan air hangat, dari simpisis pubis sampai daerah anus, kemudian luka dikering kan dengan handuk halus. b. Cara menggunakan pembalut: mencuci tangan sebelum mengganti pembalut dengan air bersih. Menggunakan pembalut dari bagian depan Kebelakang, setelah itu mencuci tangan. c. Menggunakan botol percik: mengisi air hangat sampai sepertiganya, meletakkan mulut botol di antara kedua tungkainya sehingga percikkan air dapat mencapai perineum saat duduk di toilet. Mengeringkan perineum dengan tisu atau handuk halus. d. Duduk berendam: duduk berendam di dalam tempat yang sudah di sediakan dengan air hangat selama 20 menit, sambil mengencangkan otot gluteus dan mempertahankannya sejenak, kemudian merelaksasikannya setelah berendam, kemudian keringkan dengan handuk halus

Page 79: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 80: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 81: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 82: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 83: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 84: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 85: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 86: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 87: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 88: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 89: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 90: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 91: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 92: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 93: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 94: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 95: Skripsi Jupita, kuantitatif
Page 96: Skripsi Jupita, kuantitatif