skripsi implementasi peraturan daerah no.63 …
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO.63 TAHUN 2015
TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR,
BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA)
DI KABUPATEN MAROS
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung)
LISA AFIQAH
K 111 13 006
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
iii
iv
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Skripsi, September 2017
LISA AFIQAH
“IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 63 TAHUN 2015
TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK
BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MAROS (Studi Kasus di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantimurung)”
(xxi + 91Halaman + 4 Tabel + 2 Gambar + 8 Lampiran)
Indonesia perlu memberikan prioritas utama pada upaya peningkatan
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) karena angka
kesakitan dan angka kematian kelompok umur penduduk tersebut masih tinggi.
Kematian dan kesakitan pada ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sebenarnya
bisa di cegah dan ditangani sedini mungkin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Kebijakan
Peraturan Daerah Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita
(KIBBLA) di Kabupaten Maros. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Pada penelitian ini ada 15 responden yang dipilih sebagai
sumber informasi.
Hasil penelitian ini adalah Implementasi Peraturan Daerah No. 63 Tahun
2015 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita
(KIBBLA) di Kabupaten Maros dari aspek input (kinerja petugas kesehatan,
biaya, prosedur kerja/ Standar Operasional Prosedur dan jadwal kegiatan/ layanan
kesehatan) telah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan yang di terapkan setiap
bagian.Aspek process (peningkatan kualitas pelayanan KIBBLA, kerja sama
antara stakeholder, peningkatan informasi pelayanan KIBBLA) terlaksana dengan
baik sesuai prosedur yang ada, walaupun masih ada kerjasama antara stakeholder
yang belum berjalan dengan baik dan fasilitas posyandu yang ada di desa masih
kurang. Aspek output (penurunan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi, dan
anak balita) sebenarnya kalau dilihat dari jumlahnya belum ada perubahan
siknifikan, tapi sistemnya dari petugas sudah mulai ada perubahan sedikit demi
sedikit dalam menurunkan angka kematian ibu,bayi dan anak balita. Faktor
penghambatnya kurang perhatian khusus dari pemerintah dan dibutuhkan
kerjasama Dinas Kesehatan, Bidan di desa, puskesmas, posyandu, lingkungan dan
kesadaran keluarga yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan Pemerintah lebih memperhatikan,
mengevaluasi dan memberi anggaran secara khusus dalam setiap peraturan
daerahnya, sehingga bisa berjalan dengan baik.Pihak puskesmas dan petugas
kesehatan sebaiknya mengontrol dan menfasilitasi posyandu yang ada di setiap
desa.
Kata Kunci: Implementasi kebijakan, Kesehatan Ibu, Bayi, Anak Balita
Daftas Pustaka : (2006 – 2016)
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirbbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Peraturan
Daerah No. 63 Tahun 2015 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi
dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Maros (Studi Kasus di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantimurung)” sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin. Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW kepada keluarga, para sahabat dan ummatnya hingga akhir
zaman, amiin.
Penulis sadar dengan kekurangan dalam penulisan ini serta berbagai
kendala yang dihadapi dalam merampungkan skripsi ini. Alhamdulillah puji
syukur saya ucapkan terima kasih kepada semua orang yang terlibat membantu
baik moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini.
Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada keluarga
besar dan kepada keluarga kecil penulis yakni Ibunda tercinta Hasnawati Tayu
dan Ayahanda Sangker Siama serta saudariku Rezki Adelia dan Suci Nur
Maulidina yang telah mencurahkan cinta, kasih sayang, perhatian, pengorbanan,
semangat, nasehat, materi dan doa yang tiada henti-hentinya dipanjatkan untuk
vi
mengiringi langkah penulis demi kesehatan keselamatan daam menempuh jenjang
pendidikan.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang sangat membantu
penulis dalam hal. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan terima kasih sedalam
dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. drg. H. A. Zulkifli A, M.Kes. selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Dr. Darmawansyah, SE, MS. Selaku ketua Departemen Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.
3. Bapak Sukri Palutturi, SKM, M.Kes, M.Sc.PH, Ph.D selaku pembimbing I
dan Prof. Dr. H. Indar, SH, MPH selaku pembimbing II, yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan serta mitivasi selama menyusun skripsi
ini.
4. Bapak Dian Saputra Marzuki, SKM, M.Kes, Bapak Prof. Dr. Dr. H. Muh.
Syafar, MS, Bapak Dian Sidik A, SKM, MKM selaku penguji selama
proposal, hasil yang telah memberikan kritikan membangun serta masukan-
masukan yang sangat bermanfaat.
5. Ibu Ir., Nurhayani, Ms sebagai Penasehat Akademik yang memberikan
nasehat dari awal perkuliahan sampai sekarang kepada penulis.
6. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
berharga selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
vii
7. Seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin atas
segala arahan dan bantuan yang diberikan selama penulis mengikuti
pendidikan terkhusus kepada Departemen Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan yakni Pak Salim dan Kak Ros atas segala bantuannya.
8. Kepada Bupati Maros, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Maros,Kepala Dinas Kesehatan Maros, bagian Hukum dan HAM Kabupaten
Maros, penanggung jawab Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita (KIBBLA) Dinas Kesehatan Maros, Kepala Puskesmas Bantimurung,
bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA, bagian Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS), bagian Imunisasi, dan bidan-bidan desa di kecamatan
Bantimurung yang menjadi informan saya selama penelitian.
9. Kepada para pasien ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi, dan ibu yang
mempunyai balita di kecamatan bantimurung yang bersedia menjadi informan
penulis.
10. Teruntuk kanda-kandaku Khadijah Iskandar, Kiki Rizki Amalia, Ajeng Dyah
Pythaloka, Muh. Iqbal, Machsur Tunggaldan Andi Satriani Kadir yang telah
menjadi saudara(i) yang tak sedarahdari mahasiswa baru, di kader sama-sama
dan selesainya tidak sama-sama, tapi mereka selalu ada membantu dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Terima Kasih kepada Akhlan B.Rayu sekeluarga dan teman-temannya sudah
membatu ketika penulis menjalankan penelitiannya.
12. Teman-teman seperjuangan KesA (Kesmas A), keluarga besar HAPSC
(Health Administration and Police Student Communuty) angkatan 2013, dan
viii
seuruh saudara seperjuangan angkatan 2013 “REMPONG” Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Semoga kebersamaan kita selama 4 tahun ini menjadi
kenangan dan pelajaran yang tak terlupakan.
13. Semua Keluarga Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin terutama kakanda angkatan “KALASI” terima kasih atas segala
ilmu, arahan, binaan dan bimbingannya selama penulis bergabung di tubuh
KMFKM Unhas.
14. Teman-teman PBL Incan, Yusti, Nupits, Upic, Simpur, Eka, Upe, Dinda,
Fitra, Fira, dan Nuhu yang menjadi keluarga singkat selama di Desa
Bontotiro, Jeneponto.
15. Teman-teman KKN Desa Bontosunggu Kecamatan Ma’rang Kabupaten
Pangkep, Kak Azkar, Fauzan, Kak Lili, Yaomil, Ira, Maya, Hara, dan dua
orang ini Mustakina Sulaiman dan Mirnawati yang selalu ada, walaupun
berbeda fakultas dan punya kesibukan yang berbeda, tapi kami selalu
menyempatkan diri kumpul dan berbagi keluh kesah.
16. Teman-teman IKAB Unhas yang selalu welcome dalam berteman, dan
Organisasi ini yang mempertemukan penulis dengan Kak Suhaemi dari UIN
Makassar dan Anti dari PNUP sampai saat ini masih saling berkomunikasi
walaupun sibuk dengan urusan masing-masing.
17. Semua pihak yang tidak dapatpenilis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
segala dukungan dan bantuannya selama ini.
ix
Penulis menyadari bahwah dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima saran
maupun kritik yang sifatnya membangun untuk kearah yang lebih baik di masa
akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat Akhir kata, Semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Amiin.
Makassar, September 2017
Lisa Afiqah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ................. .............................................................................. vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................. ................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ................. ............................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B.Rumusan Masalah .................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ........... ....................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Peraturan Daerah ..................................................................... 11
1. Asas Pembentukan Peraturan Daerah .................................. 12
2. Proses Penyusunan Peraturan Daerah .................................. 15
3. Proses Pengesahan dan Pengundangan ................................ 16
B. Peraturan Daerah Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir,
Bayi, dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Maros .......... 17
C. Tinjauan Umum Implementasi Kebijakan ............................... 20
1. Implementasi ....................................................................... 20
xi
2. Implementasi Kebijakan ...................................................... 22
3. Model dan Fakor-Faktor yang Mempengaruhi
Implementasi Kebijakan ..................................................... 23
D. Tinjauan Umum Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan
AnakBalita (KIBBLA) ............................................................ 29
E. Tinjauan Umum Puskesmas ..................................................... 32
BAB III KERANGKA KONSEP
A.Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................................... 36
B.Kerangka Teori ........................................................................ 38
C.Kerangka Konsep ..................................................................... 39
D. Definisi Operasional ............................................................... 40
BAB IV METODE PENELITIAN
A.Jenis Penilitian ......................................................................... 43
B.Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................... 44
C.Informan Penelitian ................................................................... 44
D. Sumber Data ............................................................................ 45
E.Pengumpulan Data .................................................................... 46
F. Instumen Penelitian ................................................................. 49
G.Analisis Data ............................................................................. 50
H.P engelohan dan Penyajian Data .............................................. 50
I. Keabsahan Data ........................................................................ 51
xii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 52
B. Hasil Penelitian ....................................................................... 55
C. Pembahasan ........................................................................... 77
D. Keterbatasan penelitian ........................................................... 88
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 89
B. Saran ...................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Matriks Pengumpulan Data Primer ...................................... 49
Tabel 2 Luas Wilayah menurut Kelurahan/ Desa Kecamatan
Bantimurung ......................................................................... 53
Tabel 3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga
dan Sex Ratio Kecamatan Bantimurung ............................... 54
Tabel 4 Karakteristik Informan Menurut Jenis Kelamin,
Umur, dan Pendidikan dalam Implementasi Peraturan
Daerah No. 63 Tahun 2015 Tentang Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir, Bayi, dan Anak Balita (KIBBLA)
di Kabupate Maros ............................................................... 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka teori ........................................................................ 38
Gambar 2 Kerangka Konsep................. .................................................. 39
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Lembar Observasi
Lampiran 3 Matriks
Lampiran 4 Peraturan Daerah
Lampiran 5 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Lampiran 6 Persuratan
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi yang ada di indonesia masih sangat tinggi. Dari dulu hingga
sekarang maslah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang perlu
perhatiian lebih karena masalah itu mempengaruhi generasi muda yang akan
terbentuk.
Sesuai dengan Strategi utama dan salah satu program prioritas
Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu,
Bayi dan Balita di Indonesia perlu dilakukan upaya terfokus berdasarkan
perencanaan yang berbasis data melalui proses yang sistematis dan
partisipatif. Berbagai kajian menunjukkan bahwa Indonesia perlu
memberikan prioritas utama pada upaya peningkatan Kesehatan untuk Ibu,
Bayi Baru Lahir dan Anak balita (KIBBLA), karena angka kesakitan dan
angka kematian kelompok umur penduduk tersebut masih tinggi. Kematian
dan kesakitan pada ibu, bayi baru lahir dan anak balita sebenarnya dapat
dicegah dan ditangani sedini mungkin.
Saat ini angka kematian ibu sudah mengalami penurunan, namun
masih jauh dari target MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini
kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu
2
yang belum memadai, kontribusi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor
determinan lainya. Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN)
tetap sama yakni 19/100 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca
Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran
hidup, angka kematian anak balita juga turun 44/100 menjadi 40/1000
kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok perinatal dosebabka oleh
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) sebanyak 1,2%, ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan
selama kehamilan amat menetukan kondisi bayinya (Kemenkes RI, 2015).
Upaya pencegahan kematian ibu dapat dilakukan dengan pelayanan
pranikah untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan pelayanan antenatal
untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat
permasalahan dapat diketahui secepatya dan diatasi sedini mungkin serta
dipersiapakan rujukan yang sudah terencana (Sangadah, 2016).
Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan
angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan
anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB),
dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan
angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian
neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya
3
menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000
kelahiran hidup (Kemenkes, 2015).
Salah satu upaya Bupati Kabupaten Maros untuk menurunkan kasus
kematian ibu dan kematian bayi tersebut di atas diantaranya adalah dengan
membuat suatu kebijakan melalui peraturan daerah yaitu peraturan Nomor 16
Tahun 2012 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) dan peraturan daerah ini mengalami pembaharuan pada tahun 2015
(Bupati Maros, 2015).
Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Maros tahun 2015 sebanyak 5
kematian mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2014 sebanyak 7
kematian dan tahun 2013 sebanyak 9 kematian. Jumlah Kematian Bayi di
Kabupaten Maros pada tahun 2011 sebanyak 30 kasus, tahun 2012
sebanyak 29 kasus dari 5.491 kelahiran hidup, tahun 2013 sebanyakm 29
kasus dari 5.665 kelahiran hidup, tahun 2014 sebanyak 34 kasus dari
5.480 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 naik menjadi 52 kasus dari 5.632
kelahiran hidup.Jumlah kematian anak balita di Kabupaten Maros pada tahun
2015 sebanyak 9 kematian. jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun 2014 yaitu sebanyak 35 kematian(Dinkes Kabupaten Maros,
2016).
Angka kematian ibu atau AKI mencerminka resiko yang dihadapi
ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan.
Kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya
dan penggunanaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. Angka
4
kematian bayi merupakan salah satu inidikator yang paling sensitif untuk
menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Dari laporan jumlah kematian
bayi yang disampaikan dari masing-masing puskesmas, dapat diperkirakan
bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan (facility based) dan dari laporan
masyarakat atau kader (community based). Angka kematian balita merupakan
salah satu indikator kesehatan yang ikut mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Di Kecamatan Bantimurung hanya mempunyai satu puskesmas
dari 8 desa/kelurahan, maka dari itu pada tahun 2015 Puskesmas Bantimurung
dijadikan Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal dan Emergensi Dasar
(PONED) untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
(Puskesmas Bantimurung, 2015).
Setiap puskesmas memiliki program KIA untuk memantau kesehatan
ibu dan bayi disuatu wilayah,untuk memantau perkembangan kelahiran dan
kematian neonatal di masing-masing desa dalam suatu wilayah. Program
Kesehatan ibu dan anak seperti mengetahui jumlah kelahira dan kematian bayi
dan balita menurut kecamatan, mengetahui jumlah kematian maternal menurut
kecamatan, meningkatkan cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe, Fe3
serta imunisasi TTI dan TT2 menurut kecamatan dan puskesmas, mengetahui
jumlah PUS serta meningkatkan cakupan peserta KB, peserta KB baru dan
peserta KB aktif, mengetahui jumlah peserta KB aktif menurut jenis
kontrasepsi, meningkatkan cakupan pelayanan KB baru menurut kecamatan,
meningkatkan cakupan kunjungan Neonatus, bayi dan bayi BBLR yang di
tangani tenaga kesehatan, mengetahui jumlah dan prestasi ibu hamil dan
5
neonatal resiko tinggi/ komplikasi yang di tangani menurut kecamatan dan
puskesmas, meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pre usila dan usila,
dan meningkatkan cakupan jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif(Pukesmas
Bantimurung, 2015).
Kesehatan ibu persoalan utama pembangunan di Indonesia karena
merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan bangsa dan
seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu .
Diantara banyak target pencapaian Millenium Development Goalsdi
Indonesia, target kesehatan ibu masih jauh tertinggal dan perlu perhatian
khusus. Tiga indikator derajat kesehatan ibu adalah AKI, proporsi
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dan angka
pemakaian kontrasepsi . Begitu juga dengan kesehatan anak mencerminkan
derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa
memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa. Upaya peningkatan kesehatan anak diharapkan
mampu menurunkan angka kematian anak. Dalam menentukan derajat
kesehatan anak di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat
digunakan, antara lain AKB, Angka Kesakitan Bayi, status gizi dan Angka
harapan hidup waktu lahir(Putri, 2015).
untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan dilakukan evaluasi.
Salah satu tujuan dari evaluasi Program KIA adalah untuk memantau
perkembangan pelayanan KIA ditempat pelayanan. Evaluasi hasil program
KIA di Puskesmas dilakukan berdasarkan laporan bulanan KIA, kelahiran
6
dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per desa, penemuan kasus
tetanus neonatorum per desa, kematian ibu, register kematian perinatal (0-7)
hari, rekapitulasi pelacakan kematian neonatal, Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) KIA indikator ibu, PWS KIA indikator anak serta laporan
bulanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KIA. Laporan bulanan KIA untuk
memantau kegiatan kesehatan ibu dan bayi disuatu wilayah Puskesmas
(Nasir, 2008).
Laporan kelahiran dan kematian per desa untuk memantau
perkembangan kelahiran dan kematian neonatal di masing-masing desa dalam
suatu wilayah. Laporan penemuan kasus BBLR dan laporan penemuan kasus
tetanus neonatorum per desa digunakan memantau kasus BBLR dan tetanus
neonatorum di wilayah desa. Laporan kematian ibu untuk mengetahui riwayat
kematian ibu. Laporan register kematian perinatal (0-7) hari dan laporan
rekapitulasi pelacakan kematian neonatal untuk mengetahui riwayat kematian
bayi 0-7 hari dan bayi umur lebih dari 7 hari atau 7-28 hari. Sedangkan
kegiatan pelaporan Pemantauan Wilayah Setempat untuk mengevaluasi
peningkatan jangkauan dan mutu pelayanan pelayanan KIA di wilayah kerja
puskesmas melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara
terus menerus. SPM KIA yang salah satu fungsinya adalah sebagai alat
monitoring dan evaluasi serta tolok ukur untuk mengukur kinerja
penyelenggara kewenangan daerah berkaitan dengan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dibidang KIA meliputi : Cakupan kunjungan ibu hamil
K4, Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
7
memiliki kompetensi kebidanan, ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk,
cakupan kunjungan neonatus, cakupan kunjungan bayi, dan cakupan BBLR
yang ditangani (Nasir, 2008).
Implementasi kebijakan yang melakukan keputusan kebijakan dasar,
biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-
perintah atau keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
penelitian lazimnya, keputusan tersebut mengidenfikasi masalah yang ingin
diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin di capai, dan
bagaimana cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya
(Putra, 2014).
Kebijakan kesehatan menunjukan rasa kepuasan, rencana dan tindakan
yang diambil untuk mencapai beberapa tujuan kesehatansecara spesifik.
Menurut Hogwood and Gunn, 1989 kebijakan merupakan suatu ekspresi dari
tujuan umum atau kondisi yang diharapkan dan di umumkan. Selanjutnya
Stewart, 1999 mengatakan bahwa kebijakan adalah apa yang dikatakan oleh
pemerintah, apa yang dikerjakan oleh pemerintah, pernyataan posisi atau
maksud serta arahan untuk mengambil keputusan (Sidin, 2013).
Berdasarkan yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik meneliti
tentang “Implementasi Peraturan Daerah No. 63 Tahun 2015 Tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi Dan Anak Balita (KIBBLA) Di
Kabupaten Maros (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung)”
8
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Peraturan Daerah No. 63 Tahun 2015 Tentang
Kesehatan Ibu, Bayi, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA)
di Kabupaten Maros dariaspek input (kinerja petugas kesehatan, biaya,
prosedur kerja/ Standar Operasional Prosedur dan jadwal kegiatan/
layanan kesehatan)?
2. Bagaimana mengetahui implementasi Peraturan Daerah Tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Maros dari aspek proses (peningkatan kualitas pelayanan
KIBBLA, kerjasama antara stakeholder, dan peningkatan informasi
pelayanan KIBBLA)?
3. Bagaimana mengetahui implementasi Peraturan Daerah Tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Maros dari aspek output (penurunan angka kematian ibu, bayi
baru lahir, bayi, dan anak balita)?
4. Apa faktor penghambat pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Maros?
9
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini, untuk mengetahui
implementasi Peraturan Daerah Nomor 63 Tahun 2015 Tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Maros.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengkaji dari aspek input(kinerja petugas kesehatan, biaya,
prosedur kerja/ Standar Operasional Prosedur dan jadwal kegiatan/
layanan kesehatan)implementasi Peraturan Daerah No 63 Tahun
2015 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita (KIBBLA) di Kabupaten Maros.
b. Untuk mengkaji dari aspek proses(peningkatan kualitas pelayanan
KIBBLA, kerja sama antara stakeholder, dan peningkatan informasi
pelayanan KIBBLA) implementasi Peraturan Daerah Tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Maros.
c. Untuk mengkaji dari aspek output(penurunan angka kematian ibu,
bayi baru lahir, bayi, dan anak balita) implementasi Peraturan
Daerah Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) di Kabupaten Maros.
10
d. Untuk mengidentifikasi faktor penghambat implementasi Peraturan
Daerah Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) di Kabupaten Maros.
D. Manfaat Peneltian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
pengembangan teori serta menjadi salah satu sumber bacaan bagi para
peneliti untuk kedepannya.
2. Manfaat Bagi Instansi Terkait
Hasil dari penelitian ini akhirnya diharapkan dapat menjadi bahan
evaluasi bagi Dinas Kesehatan Maros dan puskesmas bantimurung untuk
lebih memperhatikan peraturan daerah No. 63 Tahun 2015 tentang
kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita (KIBBLA).
3. Manfaat Bagi Peneliti
Untuk mengetahui dan mendapatkan pengalaman yang nyata dalam
melakukan penelitian khususnya mengenai implementasi kebijakan
peraturan daerah dalam upaya menurunkan jumlah kematian ibu, bayi
baru lahir, bayi dan anak balita.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah
Ketentuan Undang-Undang No. 10Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Per Undang-Undangan, yang dimaksud dengan Peraturan Daerah
adalah “peraturan 30 perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah”.
Dasar Hukum Penyusunan Produk Hukum Daerah adalah sebagai berikut :
a. Undang-UndangNo.10Tahun2004 tentang Pembentukan Peraturan Per
Undang-Undangan:
b. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
(Pasa1136 - Pasa1147);
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah.
Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) maupun dari Bupati. Apabila dalam satu kali
masa sidang Bupati dan DPRD menyampaikan rancangan Peraturan
Daerah dengan materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan
Peraturan Daerahyang disampaikanoleh DPRD, sedangkan rancangan
Peraturan Daerah yang disampaikan oleh Bupati dipergunakan
sebagaibahan persandingan.Program penyusunanPeraturan Daerahdilakukan
12
dalam satuProgram Legislasi Daerah, sehingga diharapkan tidak terjadi
tumpang tindih dalam penyiapan satu materi Peraturan Daerah.
1. Asas Pembentukan Peraturan Daerah
Pembentukan Peraturan Daerah yang baik harus berdasarkan
pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan ketentuan
Pasal 5 Undang-Undang No.10 Tahun 2004 yaitu sebagai berikut:
a) Kejelasan tujuan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang
hendak dicapai.
b) Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah setiap
jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh
lembaga/pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang
berwenang dan dapat dibatalkan atau batal demi hukum bila
dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang.
c) Kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan
perundang-undangan.
d) Dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus memperhatikan efektifitas peraturan
perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara
filosofis, yuridis, maupun sosiologis.
13
e) Kedayagunaandan kehasilgunaan,yaitu setiap peraturan
perundangundangan dibuat karena memang benar benar
dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasayarakat, berbangsa dan bernegara.
f) Kejelasan rumusan adalah setiap peraturan perundang-undangan
harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan, sistematika, dan
pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan
mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya.
g) Keterbukaan adalah proses pembentukan peraturanperundang-
undanganmulaidariperencanaan,persiapan, penyusunandan
pembahasan bersifat transparan dan terbuka.
Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses
pembuatan peraturan perundang-undangan. Selain itu materi muatan
Peraturan Daerah harus mengandung asas-asas sebagai berikut :
1) Asas pengayoman, bahwa setiap materi muatan Peraturan Daerah
harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka
menciptakan ketentraman masyarakat.
2) Asas kemanusiaan, bahwa setiap materi muatan Peraturan Daerah
harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi.
3) Asas kebangsaan, bahwa setiap muatan Peraturan Daerah harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistic
14
(kebhinnekaan) dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
4) Asas kekeluargaan, bahwa setiap materi muatan Peraturan Daerah
harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
setiap pengambilan keputusan.
5) Asas kenusantaraan, bahwa setiap materi muatan Peraturan
Daerahsenantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah
Indonesia dan materi muatan Peraturan Daerah merupakan bagian
dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.
6) Asas bhinneka tunggal ika, bahwa setiap materi muatan
Peraturan Daerah harus memperhatikan keragaman penduduk,
agama, suku dan golongan, kondisi daerah dan budaya
khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
7) Asas keadilan, bahwa setiap materi muatan Peraturan Daerah
harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara tanpa kecuali.
8) Asas kesamaan dalam hukum dan pemerintahan, bahwa setiap
materi muatan Peraturan Daerah tidak boleh berisi hal-hal yang
bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain agama,
suku, ras, golongan, dan gender atau status sosial.
15
9) Asas ketertiban dan kepastian hukum, bahwa setiap materi
muatan Peraturan Daerah harus dapat menimbulkan ketertiban
dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
10) Asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan, bahwa setiap
materi muatan Peraturan Daerah harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara kepentingan
individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.
11) Asas lain sesuai substansi Peraturan Daerah yang bersangkutan.
Selain asas dan materi muatan di atas, DPRD dan Pemerintah
Daerah dalam menetapkan Peraturan Daerah harus
mempertimbangkankeunggulan lokal /daerah, sehingga mempunyai
daya saing dalam pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraanmasyarakat daerahnya.
2. Proses Penyusunan Peraturan Daerah
Prosedur penyusunan ini adalah rangkaian kegiatan penyusunan
produk hukum daerah sejak dari perencanaan sampai dengan
penetapannya. Proses pembentukan Peraturan Daerah terdiri dari 3 (tiga)
tahap, yaitu:
a) Proses penyiapan rancangan Peraturan Daerah yang merupakan
proses penyusunan dan perancangan di lingkungan DPRD atau
di lingkungan Pemda, terdiri penyusunan naskahakademik dan
naskah rancangan Peraturan Daerah.
16
b) Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan
di DPRD.
c) Proses pengesahan oleh Bupati dan pengundangan oleh
Sekretaris Daerah.
3. Proses Pengesahan dan Pengundangan
Apabila pembicaraan suatu rancangan Peraturan Daerah
dalam rapat akhir di DPRD telah selesai dan disetujui oleh DPRD,
Rancangan Peraturan Daerah akan dikirim oleh Pimpinan DPRD
kepada Bupati melalui Sekretariat Daerah dalam hal ini bagian
hukum untuk mendapatkan pengesahan. Selanjutnya Bupati
mengesahkan dengan menandatangani Peraturan Daerah tersebut dan
untuk pengundangandilakukanolehSekretarisDaerah.
SedangkanBagianHukumbertanggung jawab dalam penomoran
Peraturan Daerah, penggandaan, distribusi dan dokumentasi Peraturan
Daerah tersebut. Khusus untuk Peraturan Daerah yang terkait dengan
APBD, pajak daerah, retribusi daerah dan tata ruang sebelum ditetapkan
oleh Bupati, terlebih dahulu dikirimkan kepada Gubernur untuk
dilakukan evaluasi, dan apabila sudah disetujui baru ditetapkan oleh
Bupati dan dikirimkan kembali ke Provinsi(Haerul, 2014).
17
B. Peraturan Daerah Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan
Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Maros
Pemerintah Kabupaten Maros telah menerbitkan peraturan daerah atau
kebijakan nomor 16 tahun 2012 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA) dan telah diperbaharui pada nomor 63 tahun 2015,
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak serta
menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui peningkatan kualitas
pelayanan.Tujuan diterbitkan kebijakan ini dapat dilihat sesuai dengan pasal-
pasal berikut:
1. Penyelenggaraan pelayanan KIBBLA bertujuan untuk :
a) Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan KIBBLA;
b) Tercapainya peningkatan akses pelayanan KIBBLA sehingga tercapai
percepatan penurunan angka kesakitan dan kematian ibu, bayi baru
lahir,bayi dan anak balita;
c) Terjadinya perubahan perilaku masyarakat dalam penyelenggaraan
kesehatan yang mendukung terwujudnya penyelenggaraan KIBBLA
yang lebih baik;
d) Terciptanya kerjasama antara semua stakeholder (pemangku
kepentingan) dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu,
bayi baru lahir, bayi, dan anak balita;
e) Tercapainya peningkatan akses informasi tentang pelayanan KIBBLA;
18
f) Terwujudnya pelayanan KIBBLA yang berkualitas bagi kelompok
masyarakat miskin yang dibiayai oleh pemerintah dan pemerintah
daerah;
g) Tercapainya penurunan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan
anak balita; dan
h) Ketersedianya seluruh sumberdaya yang dibutuhkan dengan efektif
dan efisien untuk pelayanan KIBBLA.
2. Ruang lingkup ini dapat dilihat sesuai dengan pasal 4 dijelaskanyaitu :
a) Tanggung jawab Pemerintah Daerah;
b) Kewenangan dan peran;
c) Tata cara pelayana kehamilan;
d) Sumber daya manusia penyelenggara KIBLA;
e) Penempatan tenaga kesehatan KIBBLA;
f) Sarana pelayanan KIBBLA;
g) Sistem jaminan Asuransi Kesehatan; dan
h) Pelaporan dan pengaduan.
3. Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan
KIBBLA ini dapat dilihat sesuai dengan pasal 5 dijelaskanyaitu :
a) Penyediaan pelayanan KIBBLA yang terjangkau, efektif dan
berkualitas bagi ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita, secara
bertahap dan berkesinambungan;
19
b) Menyediakan data KIBBLA, melakukan koordinasi pelayanan
KIBBLA dengan lintas sektor dan konsultasi dengan pemerintah
provinsi maupun pemeritah pusat;
c) Menyediakan seluruh kebutuhan dan sarana prasarana beserta
pemeliharaannya sesuai dengan kebutuhan; dan
d) Mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan
penyelenggaraan KIBBLA.
4. Sasaran pelayanan KIBBLA ini dapat dilihat sesuai dengan pasal 21
dijelaskanyaitu :
a) Sasaran pelayanan KIBBLA diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah
dan Swasta.
b) Sarana pelayanan KIBBLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
1) RSU dan Rumah Sakit Swasta;
2) Puskesmas dan jajarannya;
3) Puskesmas PONED;
4) POSKESDES;
5) Posyandu;
6) Rumah Sakit Bersalin;
7) Rumah bersalin;
8) Balai pengobatan / klinik swasta;
9) Dokter praktek swasta; dan
10) Bidan praktek swasta.
20
c) Adapun kualifikasi dan standar sarana pelayanan KIBBLA
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
d) Pemerintahdaerah bertanggung jawab atas penyediaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana KIBBLA milik Pemerintah
daerah(Bupati Maros, 2015).
C. Tinjauan Umum Implementasi Kebjakan
1. Implementasi
Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti pelaksaan atau penerapan. Istilah
implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Kamus Webster,
merumuskan bahwa to implement (mengimplementasikan) berartito
provide the means for carryingout (menyediakan sarana untuk
melaksanakan sesuatu), to give practicia effect to (menimbulkan dampak
atau akibat terhadap sesuatu). Pengertian tersebut mempunyai arti
bahwa untuk mengimplementasikan sesuatu harus disertakan sarana
yang mendukung yang nantinya akan menimbulkan dampak atau akibat
terhadap sesuatu itu(Nurdin, 2013).
Implementasi sebagai suatu konsep tindak lanjut pelaksanaan
kegiatan cukup menarik untuk dikaji oleh cabang cabang ilmu. Hal
ini semakin mendorong perkembangan konsep implementasi itu sendiri,
disamping itu juga menyadari bahwa dalam mempelajari implementasi
21
sebagai suatu konsep akan dapat memberikan kemajuan dalam
upaya-upaya pencapaian tujuan yang telah diputuskan.Implementasi
merupakan tahap yang sangat menentukan dalamproses kebijakan
karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusanpembuat
kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan
merupakan aktivitas yang terlihat setelah adanya pengarahan yang
sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola input untuk
menghasilkanimplementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran
telah ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana
telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk
mencapai sasaran atau tujuan kebijakan yang diinginkan. Kebijakan
biasanya berisi suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai
yang dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah. Apabila
program atau kebijakan sudah dibuat maka program tersebut harus
dilakukan oleh para mobiliastor atau para aparat yang
berkepentingan.Suatu Kebijakan yang telah dirumuskan tentunya
memiliki tujuan- tujuan atau target-target yang ingin dicapai.
Pencapaian target baru akan terealisasi jika 11kebijakan tersebut telah
diimplementasikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
implementasi kebijakan adalah tahapan output atau outcomes
bagimasyarakat. Proses menghasilkan implementasi baru akan
dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, kemudian
program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap untuk proses
22
pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan
kebijakan yang diinginkan(Rukmana, 2013).
2. Implementasi Kebijakan
Pengertian implementasi di atas apabila dikaitkan dengan
kebijakan adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu hanya dirumuskan lalu
dibuat dalam suatu bentuk positif seperti undang-undang dan kemudian
didiamkan dan tidak dilaksanakan atau diimplementasikan, tetapi
sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar
mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi
kebijakan adalah hal yang paling- berat, karena disini masalahmasalah
yang kadang tidak dijumpai didalam konep, muncul dilapangan. Selain
itu, ancaman utama, adalah konsistensi implementasi. Di bawah ini
akan dijelaskan secara singkat beberapa teori implementasi kebijakan.
Implementasi kebijakan dapat dikatakan suatu proses yang dinamis,
dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan,
sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai
dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan suatu
implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan
pencapaian tujuan hasil akhir (output) yaitu : tercapai atau tidaknya
tujuan-tujuan yang ingin diraih. Berikut akan dijelaskan mengenai
konsep Implementasi yang di paparkan oleh beberapa ahli diantaranya :
Implementasi kebijakan dibatasi sebagai menjangkau tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh individu-individu pemerintah dan
23
individu -individu swasta (kelompok-kelompok) yang diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan
keputusan kebijaksanaan sebelumnya(Nurdin, 2013).
3. Model dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi
Kebijakan
Untuk memperkaya pemahaman kita tentang berbagai variabel
yang terlibat di dalam implementasi, maka akan dikolaborasi beberapa
model implementasi kebijakan di bawah ini :
a. Model Donal S. Van Meter & Carl E. Van Horn
Ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:
1. Standar dan sasaran kebijakan;
2. Sumberdaya implementasi;
3. Komunikasi antar organisasi;
4. Karakteristik agen pelaksana;
5. Disposisi implementor;
6. Lingkungan kondisi sosial, ekonomi dan politik.
b. Model Danielle A.Mazmanian & Paul A. Sabatier
Kebijakan publik dipengaruhi oleh tiga kelompok variabel, yaitu:
1. Karakteristik kebijakan / undang-undang;
2. Variabel lingkungan.
c. Model Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn
Model implementasi kebijakan berdasarkan konsep manajemen
strategis yang mengarah pada praktek manajemen yang sistematis
24
dan tidak meninggalkan kaidahkaidah pokok.Kelemahannya, konsep
ini tidak secara tegas menunjukkan mana yang bersifat politis,
strategis dan teknis atau operasional.
d. Model Malcom Goggin, Ann Bowman dan James Lester
Modelinimengembangkan apayang disebut sebagai“Communication
model” untuk implementasi kebijakan ini bertujuan mengembangkan
sebuah model implementasi kebijakan yang lebih ilmiah dengan
mengedepankan pendekatan metode penelitian dengan adanya
variabel independent,intervening dan dependent dan meletakkan
faktor komunikasi sebagai penggerak dalam implementasi kebijakan.
e. Model Marille S. Grindle
Ada dua variabel yang fundamental yang mempengaruhi, yakni isi
kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context
of implementation). Variabel tersebut mencakup hal sebagai berikut,
yaitu:
1. Sejauh mana kepentingan kelompok atau sasaran atau target
group termuat dalam isi kebijakan publik;
2. Jenis manfaat yang diterima target group;
3. Sejauh mana perubahan yang diinginkan oleh kebijakan.
25
f. Model Richard Elmore, Michael Lipsky dan Benny Hjern &
DavidO`Porter
Model ini dimulai dari mengidentifikasi jaringan aktor yang terlibat
dalam proses pelayanan dan menanyakan kepada mereka : tujuan,
strategi, aktivitas, dan kontak-kontak yang dimiliki.
g. Model G. Shabbir Cheema & Dennis A. Rondinelli
Menurut G. Shabbir Cheema dan Dennis A Rondinelli ada empat
kelompok variabel dapat mempengaruhi kinerja dan dampak suatu
program, yaitu:
1. Kondisi lingkungan;
2. Hubungan antar organisasi;
3. Sumber daya organisasi untuk implementasi program;
4. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana.
h. Model David L. Wiener & Aidan R. Vinning
Ada tiga kelompok variable besar yang dapat mempengaruhi
keberhasilan implementasi program kebijakan, yaitu:
1. Logika dari suatu kebijakan;
2. Sebuah kebijakan harus sesuai dengan tuntutan lingkungan;
3. Kemampuan implementor.
i. Model George C. Edwards III
Implementasi kebijakan publik dapat dilihat dari beberapa perspektif
atau pendekatan. Salah satunya ialah implementation problems
approach yang diperkenalkan oleh Edwards III (1980). Edwards III
26
mengajukan pendekatan masalah implementasi dengan terlebih
dahulu mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni: faktor apa
yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan? danfaktor
apa yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan?
Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut dirumuskan empat faktor
yang merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi,
yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan
struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi.Empat faktor
tersebut menjadi kriteria penting dalam implementasi suatu
kebijakan.Empat faktor yang mempengaruhi model implementasi
kebijakan yang berpekstif top down iniyaitu:
1. Komunikasi
Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus
diinformasikan kepada kelompok sasaran (target group)
sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.
2. Sumber Daya
Dalam implementasi kebijakan harus ditunjang oleh sumber
daya, baik sumber daya manusia, material dan metoda.
3. Disposisi
Karakteristik, sikap yang dimiliki oleh implementor kebijakan,
seperti komitmen, kejujuran, komunikatif, cerdik dan bersifat
demokratis.
27
4. Struktur Birokrasi
Organisasi menyediakan peta sederhana untuk menunjukkan
secara umum kegiatan-kegiatannya dan jarak dari puncak
menunjukkan status relatifnya.Garis-garis interaksi formal yang
ditetapkan(Supriady, 2015).
j. Model Pendekatan Sistem
Jika di tinjau dari sejarah perkembangan ilmu adminustrasi,
konsep sistem memng relatif masih baru. Konsep ini muncul
sebagai reaksi terhadap teori administrasi klasik yang terlalu
menekankan pentignya pembagian tugas (jop description) dalam
melaksanakan suatu program. Menyadari bahwa suatu organisasi
pada dasarnya di bentuk oleh sekelompok manusia yang saling
berinteraksi, maka munculnya teori hubungan manusia serta teori
perilaku yang merupakan dasar dari teori sistem. Teori ini pertama
kali diperkenakan oleh Chester I. Bernard dan kemusian
dikembangkan oleh Ludwing Von Bertalanffy. Sistem terbentuk
dari bagian atau elemen yan saling berhubungan dan
mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau
elemen tersebut ialah suatu yang mutlak harus ditentukan, yang
jika tidak halnya maka tidak ada yang disebut dengan sistem
tersebut.
28
Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya yang jika di
sederhanakan dapat dikelompokkan dalam enam unsur sebagai
berkut:
1. Masukan (input)
Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat
berfungsinya siste tersebut.
2. Proses (process)
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah
masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3. Keluaran (output)
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen
yangdihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Umpan Balik (feed back)
Umpan balik (feed back) adalah kumpualan bagian atau
elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus
sebagai masukan bagi sstem tersebut.
5. Dampak (impact)
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh
keluaran suatu sistem.
6. Lingkungan (environment)
29
Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang
tidak dikelola oleh sistem terapi mempunyai pengaruh besar
terhadap sistem.
Dibentuknya suatu sistem padadasarnya untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem tersebut perlu
dirangkaikan brtbagai unsur untuk elemen sedemikian rupa sehingga secara
keseluruhan suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk
mencapai tujuan kesatuan (Azwar, 2010).
D. Tinjauan Umum Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita
(KIBBLA)
1. Pengertian Program KIA
Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
2. Tujuan Program KIA
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan
khusus program KIA adalah :
30
a) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku),
dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan
menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan
keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
b) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga,
Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak
atau TK.
c) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
d) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.
e) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,
anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan
keluarganya.
3. Prinsip Pengelolaan Program KIA
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan
KIA diutamakan pada kegiatan pokok :
a) Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan
mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
31
b) Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada
peningkatan pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
c) Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga
kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta
penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.
d) Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan)
dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.
4. Pelayanan dan jenis Indikator KIA
1) Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar
pelayanan antenatal. Standar minimal “5T’’ untuk pelayanan antenatal
terdiri dari :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Ukur Tekanan darah
3) Pemberian Imunisasi TT lengkap
4) Ukur Tinggi fundus uteri
5) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilanFrekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali
selama kehamilan dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada
triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan
minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
32
2) Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada
masyarakat:
1) Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum,
bidan, pembantu bidan dan perawat.
2) Dukun bayi
Terlatih : Dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
Tidak terlatih : Dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus(Nasir, 2008).
E. Tinjauan Umum Puskesmas
Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan
yangmenjadi andalan atau tolak ukur dari pembangunan kesehatan,
sarana peran masyarakat, dan pusat pelayanan pertama yang menyeluruh
dari suatu wilayah. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
mendefinisikan Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya(Respati, 2015).
33
Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima
danterjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat
danmenggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat
guna,dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah
danmasyarakat.Upayakesehatantersebutdiselenggarakandengan
menitikberatkan kepadapelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai
derajad kesehatan yangoptimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
kepada perorangan.Puskesmasmerupakan unit pelaksana teknis kesehatan di
bawah supervisi DinasKesehatanKabupaten/Kota. Secara umum, mereka
harus memberikanpelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan
rehabilitatif baikmelalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya
kesehatan masyarakat (UKM).Puskesmas dapat memberikanpelayanan
rawat inap selain pelayananrawat jalan. Untuk memberikan pelayanan yang
baik tentunya selaludiusahakan adanya peningkatan kualitas pelayanan
guna mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat.
Keberadaan Puskesmas sangat bermanfaat bagi keluarga tidak mampu.
Dengan adanya puskesmas, setidaknya dapat menjawab kebutuhan
pelayanan masyarakat yang memadai yakni pelayanan kesehatan yang
mudah dijangkau.Puskesmas ini berfungsi sebagai Pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama(Budiarto, 2015).
34
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas
tersbut, puskesmas memiliki empat fungsi yang berfokus pada
pembangunankesehatan, yakni:
a. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan puskesmas sebagai
pusat pembangunan kesehatan yaitu sebagai pusat pembangunan wilayah
berwawasan kesehatan.Upayapuskesmas menjalankanfungsi ini dilakukan
dengan menjalankan, menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor masyarakat di wilayah kerjanya sehingga
dapat mendukung pembangunan kesehatan. Fokus upaya yang dilakukan
puskesmas terkait pembangunan kesehatan adalah mengutamakan
preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.Puskesmas harus memantau dan melaporkan hasil atau
dampak dari program yang telah diselenggarakan di wilayahkerjanya;
b. Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat Lyonset
almendefinisikan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya
yang dilakukan agar masyarakat mandiri dan mampu mengatasi
masalahnya serta mampu meningkatkan inisiatif yang berhubungan
dengan keadaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diharapkan
mampu meningkatkan pemahaman dalam mengidentifikasi masalah,
merencanakan dan memecahkan masalah dalam masyarakat dengan
memanfaatkan potensi dan fasilitas yang terdapat di masyarakat.
35
Sedangkan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah upaya
meningkatkan kemampuan masyarakat agar masyarakat memiliki
kemampuan untuk hidup mandiri dalam rangka meningkatkan status
kesehatannya.Kesimpulannya bahwa Puskesmas dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat bertujuan agar masyarakat dapat meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat;
c. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang ditujukan untuk
perorangan dan masyarakat. Puskesmas bertanggung jawab pada
pelayanankesehatan yang menyeluruh, terpadu
danberkesinambungan(Desimawati, 2013).
36
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Berdasarkan teori pendekatan sistem (Azwar, 2010), Sistem terbentuk
dari bagian atau elemen yan saling berhubungan dan mempengaruhi. Adapun
yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut ialah suatu yang mutlak
harus ditentukan, yang jika tidak halnya maka tidak ada yang disebut dengan
sistem tersebut. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya yang jika di
sederhanakan dapat dikelompokkan dalam enam unsur sebagai berkut:
1. Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
2. Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3. Keluaran (output)
Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses
dalam sistem.
4. Umpan Balik (feed back)
Kumpualan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan
sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5. Dampak (impact)
Akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
37
6. Lingkungan (environment)
Dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem terapi mempunyai
pengaruh besar terhadap sistem.
Dibentuknya suatu sistem padadasarnya untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem tersebut perlu
dirangkaikan brtbagai unsur untuk elemen sedemikian rupa sehingga secara
keseluruhan suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk
mencapai tujuan kesatuan.
38
B. Kerangka Teori
Sesuai dengan dasar pemikiran variabel yang diteliti bahwa sistem
terbentuknya dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan
mempengaruhi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melihat
keberhasilan atau masalah tersebut terdiri dari berbagai elemen-
eemen/bagian-bagian, dimana antara satu bagian dengan bagian lainnya
saling terkait dan secara keseluruhan bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan.
Gambar 1 Kerangka Teori
Sumber : Disusun berdasarkan teori pendekatan sistem
(Azwar,2010: 28-29)
Lingkungan
Masukan:
Tenaga
Dana
Sarana
Metode
Proses:
Perencanaan
Pengorganisasian
pelaksanaaan
Penilaian
Dampak:
Akibat yang
di timbulkan
oleh keluaran
Keluaran:
Yang akan
dimanfaatkan
oleh
masyarakat
Umpan Balik
39
C. Kerangka Konsep
Gambar 2 Kerangka Konsep
Masukan (Input)
- Petugas kesehatan (Dinas
Kesehatan, Kepala Puskesmas,
Dokter, Bidan, Kesehatan Ibu
dan Anak, Imunisasi)
- Biaya
- Prosedur kerja/ Standar
Operasional Prosedur (SOP)
- Jadwal kegiatan/ layanan
kesehatan
Proses (Process)
- Peningkatan kualitas
pelayanan Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir, Bayi dan
Anak Balita (KIBBLA)
- Kerja sama antara stakeholder
- Peningkatan informasi
pelayanan Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir, Bayi dan
Anak Balita (KIBBLA)
Keluaran (Output)
- Penurunan angka kematian
ibu, bayi baru lahir, bayi dan
anak balita.
Implementasi
Peraturan Daerah
No 63 Tahun 2015
Tentang Kesehatan
Ibu, Bayi Baru
Lahir, Bayi dan
Anak Balita
(KIBBLA) di
Kabupaten Maros.
40
D. DefinisiOperasional
1. Masukan (Input)
a) Petugas kesehatan
Kinerja petugas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Bagaimana tenaga kesehatan (Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas,
Dokter, Bidan, bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)bagian
Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) dan bagian Imunisasi
dalam mewujudkan/ menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir,
bayi dan anak balita. Disini dilihat kinerja petugas kesehatan dari
kemampuan dan kedipsiplinan petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Dalam programnya seperti pelayanan kesehatan
ibu hamil, pertolongan persalinan, cakupan pelayanan kesehatan ibu
nifas (KF3), penanganan komplikasi obstetri dan neonatal, cakupan
neonatal, pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan balita,
imunisasi dasar pada bayi, dan imunisasi dasar pada ibu hamil.
b) Biaya
Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Sumber-sumber
pembiayaan dari pemerintah untuk menjalankan program-program
kesehatan dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir,
bayi dan anak balita. Seperti Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten/ Kota, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), dan sumber biaya lainnya.
41
c) Prosedur kerja/ Standar Operasional Prosedur (SOP)
Prosedur kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Bagaimana suatu program sesuai dengan target yang di buat oleh
pemerintah, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas itu sendiri. Standar
Operasional Prosedur (SOP) juga sebagai pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsinya.
d) Jadwal kegiatan/ layanan kesehatan
Jadwal kegiatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Bagaimana pembagian jadwal kegiatan setiap program-program dan
layanan kesehatan di Dinas Kesehatan maupun di Puskesmas apakah
sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah
dibuat atau belum.
2. Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
Sesuai dengan kerangka konsep penelitian ini yang termasuk dalam
komponen proses yaitu:
a) Kualitas pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi, dan Anak
Balita (KIBBLA)
Kualitas pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Bagaimana melihat tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
ada. Seperti sisi fisik tapilan bangunan, fasilitas, dan perlengkapa
kesehatan, kecepatan dalam melayani, ketepatan waktu, melayani
42
pasien dengan baik, pesan yang di sampaikan jelas dan di mengerti
pasien.
b) Kerja sama stakeholder
Kerja sama stakeholder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Bagaimana sistem komunikasi dan kerjasama yang ada di Pemerintah,
Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam program-program
menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
Hambatan apasaja yang dihadapi Pemerintah, Dinas Kesehatan, dan
Puskesmas dalam menjalankan program-programnya.
c) Informasi pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi, dan Anak
Balita(KIBBLA)
Informasi pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Bagaimana cara mendapatkan dan memberikan berbagai informasi
kepada masyarakat tentang program-program dari Dinas Kesehatan
dan Puskesmas.
3. Keluaran (Output)
Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses
dalam sistem. Sesuai dengan kerangka konsep penelitian ini yang
termasuk dalam komponen output yaitu:
Menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
Dalam penelitian ini adalah melihat keberhasilan suatu program dalam
menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
Apakah sudah tercapai sesuai dengan harapan atau belum.
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Artinya data yang
dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari
naska wawancara,catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan
dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitan
kualitatif ini adalah ingin menggambarkan reaita empirik di balik fenomena
secara mendalam, rinci, dan tuntas(Moleong, 2001).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk
penyelidikan, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau
keistiewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan metode
penyelidikan untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan, mengumpulkan
fakta, menghasilkan suatu penemuan yang dapat dipakai melebihi batasan-
batasan penelitian yang ada pada penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif
efektif digunakan untuk memperoleh informasi yang spesifik mengenai nilai,
perilaku dan konteks sosial menurut keterangan populasi (Saryono and
Anggraeni, 2011).
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapat informasi mengenai
penerapan Peraturan Daerah No 63 Tahun 2015 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Maros (Studi
Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung). Desain penelitian ini
44
menggunakan fenomenologi mereka akan bercerita mengenai pendapat
informan terhadap aturan tersebut dan mereka sudah mengikuti aturan tersebut
atau belum.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di bagian Hukum dan HAM Kabupaten
Maros, Dinas Kesehatan Kabupaten Maros, Puskesmas Bantimurung dan
posyandu di desa.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2017.
C. Informan Penelitian
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Perkembangan tertentu ini
misalnya orang tersebut yang dianggap tahu tentang apa yang kita harapkan
atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi obyek atau situasi yang diteliti. Atau dengan kata lain
pengambilan sampel diambil berdasarkan kebutuhan penelitian. Penentuan
informan tidak berdasarkan pada perhitungan statistik karena peneliti
kualitatif mengacu pada perolehan informasi dengan variasi, bukan pada
banyaknya informan. Informan dalam penelitian ini dipilih dengan
pertimbangan dianggap paling mengerti dengan kondisi kasus pada penelitian
ini.Kriteria yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan semua pihak yang
45
terkait dalam implementasi Perda No 63 Tahun 2015 Tentang Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten
Maros.Informan atau narasumber dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. 2 Orang dari Pemerintah daerah (Bagian Hukum/ HAM dan Dinas
Kesehatan) yang mengetahui peraturan daerah tentang kesehatan ibu, bayi
baru lahir, bayi dan anak balita.
2. Petugas Kesehatan Puskesmas Bantimurung
a. Kepala Puskesmas Bantimurung.
b. Petugas Kesehatan Puskesmas Bantimurung yang bekerja di bagian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
c. Petugas Kesehatan Bantimurung yang bekerja di bagian Manajemen
Terpadu Balita Sehat (MTBS).
d. Petugas Kesehatan Puskesmas Bantimurung yang bekerja di bagian
Imunisasi.
e. 2 Orang dari Bidan desa yang memeriksa keluhan ibu hamil, ibu
menyusui, ibu melahirkan, ibu yangmempunyai bayi dan anak balita.
3. 5 Orang dari ibu yang sedang hamil, mempunyai bayi dan anak balita yang
sering berkunjung untuk memeriksakan kesehatannya.
D. Sumber Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder:
1. Data primer adalah data yang diperoleh denagan cara wawancara dalam
(In-Depth Interview) dan observasi pada informan secara langsung kepada
pengumpul data,data-data yang diperoleh dari lapangan bersumber dari
46
pegawai Dinas Kesehatan Maros, Petugas Kesehatan Puskesmas
Bantimurung, dan ibu yang hamil, memiliki bayi dan balita.
2. Data sekunder adalah data-data yang siap pakai dan dapat membantu
menganalisa serta memahami data primer. Data sekunder merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh dengan berpedoman pada literatur
sehingga dinamakan penelitian kepustakaan. Data sekunder juga berfungsi
untuk menguatkan data primer biasanya diperoleh dari data-data
penunjang, seperti profil Dinas Kesehatan Kabupaten Maros, profil
puskesmas Bantimurung, laporan kunjungan ibu hamil, bayi dan anak
balita, dan laporan tahunan Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros.
E. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting
dalam penelitian karena bertujuan untuk memperoleh data agar dapat
dianalisis. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi adalah pencatatan dan pengamatan secara sistematis
terhadap sesuatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan
tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu
mengadakan pengamatan saja. Sedangkan pengamatan berperanserta
melakukukan duan peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan
sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati (Meleong,
2006).
47
Observasi dilakukan dengan melihat lingkungan sikitar untuk
melihat serta membandingkan informan satu sengan informan yang lain.
Observasi juga dilakukan terhadap informan itu sendiri untuk
mengklarifikasi pelaksanaan peraturan daerah itu sendiri. Selain itu
observasi juga dilakukan untuk melihat tenaga kerja yang melaksanakan
peraturan daerah tersebut, melihat fasilitas penunjang yang digunakan
dalam pelaksanaan peraturan daerah tersebut dan juga observasi
dilakukan dengan mengetahui pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
dengan puskesmas dan masyarakat. Hasil observasi tersebut kemudian
dibandingkan dengan hasil wawancara yang dilakukan.
2. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan atau metode pengumpulan data yang
dikukan dengan bertatap langsung dengan resposden,sama seperti
penggunaan daftar pertanyaan. Wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap
muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat
atau tidak yaitu panduan wawancara. Dan juga wawancara adalah suatu
proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka.
(Abdullah, 2014).
Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara yang telah dibuat. Sebelum wawancara dilakukan, peneliti
melakukan observasi dilokasi penelitian untuk mencari informan yang
sesuai dengan pertimbangan yang dianggap paling mengerti dengan
48
kondisi kasus pada penelitian ini. Sebelum mewawancarai informan
peneliti meminta persetujuan informan untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Ketika informan setuju, peneliti menjadikannya informan
dan dimulailah wawancara mendalam pada waktu dan tempat sesuai
kesepakatan.
3. Dokumentasi
Telah dokumentasi adalah cara mengumpulkan informasi yang
didapatkan dari dokumen yakni, peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta
ijazah, rapor, peraturan perundang-undangan, buku harian, surat-surat
pribadi, catatan biografi, dan lain-lainnya yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti (Prastowo, 2011). Pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar,
maupun elektronik. (Murdiningsih, 2012).
Dokumentasi dilakukan agar peneiti bisa membandingkan apa
yang di dapat dari seperti profil Dinas Kesehatan Kabupaten Maros,
profil puskesmas Bantimurung, laporan kunjungan ibu hamil, bayi dan
anak balita, dan laporan tahunan Puskesmas Bantimurung Kabupaten
Maros dengan hasil wawancara mendalam setiap informan. Peneliti juga
mengambil gambar informan dan merekam informan ketika di
wawancarai.
F. Instumen Penelitian
49
Intrumen yang akan digunakan pada pengumpulan data yaitu
pedoman wawancara, rekaman dan catatan lapangan.
Matriks Pengumpulan Data Primer
No
Informan
Variabel yang Diteliti
Metode
Pengumpulan
Data
Instrumen
Penelitian
1 Pemerintah
daerah (Hukum
& HAM dan
Dinas
Kesehatan)
Apakah sesuai dengan
apa yang diharapkan
pemerintah daerah dan
bagaimana peran
pemerintah dalam
peraturan ini.
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
2 Petugas
kesehatan
(Kepala
Puskesmas,
Dokter, Bidan,
KIA, dan
Imunisasi)
a. Peningkatan kualitas
pelayanan KIBBLA
b. Kerja sama antara
stakeholder
c. peningkatan informasi
pelayanan KIBBLA
d. penurunan angka
kematian ibu, bayi
dan anak balita
e. prosedur kerja/
Standar Operasional
Prosedur (SOP)
f. jadwal
kegiatan/layanan
kesehatannya
g. Biaya
Wawancara
mendalam dan
observasi
Pedoman
wawancara dan
lembar
observasi
3 Ibu yang
sedang hamil,
mempunyai bayi
dan anak balita
a. Kepuasan terhadap
pelayanan yang ada di
Puskesmas
Bantimurung
b. Kendala yang
dirasakan oleh pasien
c. Kesesuaian keinginan
pasien dalam
pelayanan kesehatan
d. harapan pasien
Wawancara
mendalam dan
observasi
Pedoman
wawancara dan
lembar
observasi
50
terhadap layanan
kesehatan
e. Biaya yang di
keluarkan pasien
G. Analisis Data
Analisis data disajikan dalam bentuk naskah (content analysis),
penelitian ini bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi
tertulis atau tercetak dalam media massa. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini, guna membahas permasalahan uang dirumuskan
menggunakan teknik analisis kualitatif.
Secara kualitatif dengan memberikan interpretasi/penafsiran atas
fakta-fakta tersebut. Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan teknik
analisis data yang bersifat deskriptif kualitatif,dengan tujuan memberikan
gambaran mengenai situasi dan kondisi yang terjadi dengan di lakukan secara
induktif berdasarkan data yang di peroleh, yang selanjutnya penulis akan
mengembangkan melalui suatu hubungan untuk mendapatkan
kesimpulannya(Moleong, 2006).
H. Pengolahan dan Penyajian Data
Setelah data dari lapangan terkumpul, maka penelitian akan mengolah
dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secra deskriptif-
kualitatif, tanpa menggunakan teknik kualitatif. Analisis deskriptif-kualitatif
merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti
data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam
sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga
51
memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan
sebenarnya (Meleong, 2006).
Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan abservasi
merupakan data yang bukan angka sehingga analisa data dimulai dengan
menuliskan hasil pengamatan dan hasil wawancara dalam bentuk transkrip
lalu direduksi dan diolah menjadi abstraksi dibuat dalam matriks dan
akhirnya disajikan dalam bentuk narasi.
I. Keabsahaan Data
Peningkatan keabsahaan data hasil penelitian ini dilakukan dengan
cek dan ricek pada prosedur penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini
menggunakan teknik trianggulasi, yang berfungsi untuk mencek kebenaran
data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain
dan untuk mempertajam tilikan peneliti terhadap hubungan sejumlah
data(Komariah, 2011).
Dalam penelitian kualitatif, jumlah informan biasanya sedikit.Oleh
karena itu,agar validitas data tetap terjaga perlu dilakukan beberapa
strategi.Uji validitas yang digunakan dalam penelitian kualitatif disebut
triagulasi yang meliputi triagulasi sumber,metode dan data.Untuk menetapkan
keabsahan dalam penelitian ini hanya digunakan triagulasi sumber yaitu
membandingkan informasi informan (Cross check) yang satu dengan yang
lainnya.Triagulasi sumber yang diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara.
BAB V
52
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Puskesmas Bantimurung
1. Keadaan Geografis
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bantimurung yang secara
geografis merupakan daerah bukan pantai dan sebagian besar daratan.
Dari delapan daerah wilayah administrasi yang ada, mempunyai
topografi daratan rendah dengan ketinggian rata-rata 500 meter diatas
permukaan laut yang mana berbatasan dengan wilayah yang meliputu :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Pagkep dan Kecamatan Maros Baru
b. Sebelah Timur : Kecamatan Cenrana
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Simbang
d. Sebelah Barat : Kecamatan Turikale
Jarak antara ibukota kecamatan dengan ibuota sekitar 15 kilometer.
Wilayah kerja Puskesmas Bantimurung Terdiri dari 6 desa dan 2
kelurahan dengan luas 173,70 km2.
Tabel 5.1.
53
Luas Wilayah Menurut Kelurahan/ Desa
Kecamatan Bantimurung
Tahun 2016
No Kelurahan/ Desa Luas Wilayah
(km2)
Presentase (%)
1 Kalabbirang 7,25 4,17
2 Leang-Leang 10,70 6,16
3 Tukamasea 23,68 13,62
4 Baruga 52,51 30,23
5 Mangeloreng 872 5,02
6 Mattoangin 20,14 16,20
7 Alatengae 45,47 26,17
8 Minasabaji 523 3,01
TOTAL 173,70 100
Sumber: Profil Puskesmas Bantimurung 2016
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang paling luas
mencapai 20,23 % dari luas wilayah Kecamatan Bantimurung (173,70
km2) berada diwilayah desa baruga, dan daerah yang paling kecil adalah
minasabaji yang hanya memiliki 3,01 % dari luas wilayah Kecamatan
Bantimurung.
2. Keadaan Demografis
54
Taber 5.2.
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga
Dan Sex Ratio Kecamatan Bantimurung
Tahun 2016
No
Kelurahan/
Desa
Luas
Wilayah
(km2)
Jumlah Penduduk
Jumlah
Rumah
Tannga
Sex
ratio Laki-
laki
perempuan Total
1 Kalabbirang 7,25 2.091 2.340 4.431 1.015 95
2 Leang-Leang 10,70 2.029 2.140 4.169 983 96
3 Tukamasea 23,68 2.127 2.162 4.289 990 94
4 Baruga 52,51 1.105 1.164 2.269 609 96
5 Mangeloreng 872 1.557 1.631 3.188 710 90
6 Mattoangin 20,14 1.731 1.862 3.593 743 92
7 Alatengae 45,47 2.124 2.159 4.283 958 92
8 Minasabaji 523 1.847 1.931 3.778 872 89
TOTAL 173,70 14.611 15.389 30.000 6.880 94
Sumber: Profil Puskesmas Bantimurung 2016
Penduduk Kecamatan Bantimurung yang terbesar di dua
kelurahan dan enam desa adalah 29.288 jiwa, yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 14.100 jiwa dan perempuan sebanayak 15.188 jiwa. Rasio jenis
kelami (Sex Ratio) sekitar 92,84 atau dibulatkan menjadi 93, hal ini
menunjukan bahwa dari setiap 100 orang perempuan terdapat 93 laki-
laki. Hal ini menggambarkan walaupun jumlah penduduk perempuan
lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
hampir seimbang di tiap kelurahan dan desa. Penduduk terbanyak berada
di desa Alatengae sebanyak 4.483 jiwa dan terkecil 2.288 jiwa
55
beradapada kelurahan Leang-leang, dengan total rumah tangga 6.816
kepala keluarga dan kepadatan penduduk sekitar 169 jiwa/km2.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di bagian Hukum dan HAM Kabupaten
Maros, Dinas Kesehatan Kabupaten Maros, Puskesmas Bantimurung, dan
Posyandu pada bulan Juli- Agustus 2017. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
pengimplementasian kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam pelayanan
kesehatan di Kabupaten Maros. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
teknik wawancara mendalam (Indept Interview), telaah dokumen, dan
observasi.
Informan yang terlibat dalam penelitian ini yaitu bagian Hukum dan
HAM Kabupaten Maros, penanggung jawab Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir,
Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) Dinas Kesehatan Maros, Kepala Puskesmas
Bantimurung, bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA, bagian Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS), bagian Imunisasi, bidan-bidan desa, dan pasien
ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi, dan ibu yang mempunyai balita di
kecamatan bantimurung.
56
Tabel 5.3.
Karakteristik Informan Menurut Jenis Kelamin, Umur, dan Pendidikan
dalam Implementasi Peraturan Daerah No. 63 Tahun 2015 Tentang
Kesehatan Ibu, BAYI Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Maros.
No
Kode
Informan
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Pendidikan
Terakhir
Tanggal
wawancara
1 BY P 45 S1 30 Agustus 2017
2 MR L 29 S1 1 Agustus 2017
3 MI L 40 S3 7 Agustus 2017
4 DT P 41 S2 10 Agustus 2017
5 FS P 38 S1 10 Agustus 2017
6 SM P 35 D3 3 Agustus 2017
7 BH P 36 D3 16 Agustus 2017
8 SK P 27 D3 24 Agustus 2017
9 HM P 35 SD 16 Agustus 2017
10 LF P 26 SMA 16 Agustus 2017
11 HS P 30 SMP 16 Agustus 2017
12 YL P 29 SMA 24 Agustus 2017
13 FD P 27 SMA 24 Agustus 2017
Sumber: data primer, 2017
57
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (Indept Interview). Telaah dokumen
dan observasi tentang dimensi dan indikator penelitian maka di peroleh hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Masukan (Input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.sesuai dengan penelitian
ini yang termasuk dalam komponen masukan yaitu:
a. Petugas Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (Indepeth Interview) di
Pemerintah/ Dinas Kesehtan, Kepala Puskesmas, Bidan, bagian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dan imunisasi mengenai kinerja dan jumlah petugas
kinerjayang ada di setiap bagian, di peroleh informasi sebagai berikut:
“Sesuai ji SOPnya semua. cuman di KIBBLA itu banyak orang yang
terlibat misalnya di setiap desa sasarannya. Terus banyak yang
dibahas di dalam KIBBLA itu dengan prosedur kerjanya yah sesuai
ji.”
“Sudah Sesuai dengan SOP. Tapi di bagian KIBBLA ini banyak
yang terlibat di dalamnya dan siapa saja sasarannya. Di dalam
KIBBLA juga banyak yang dibahas.”
(BY, 45 Tahun, 30 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh:
“Enam puluh PNS, Magang tiga puluan. Insya Allah kami berusaha
semampu kami dalam menyukseskan program-program yang ada di
Puskesmas Bantimurung.”
58
“Di Puskesmas memiliki enam puluh Pegawai Negri Sipil (PNS) dan
magang tiga puluh. Kami juga berusaha dalam menyukseskan
program-program kami.”
(MI, 40 Tahun, 7 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) :
“Dua Pegawai Negri Sipil, magang tujuh orang.Mampuji dan di
siplin ketika ada di kerjakan.”
“Petugas kesehatan dibagian ini ada dua Pegawai Negri Sipil (PNS),
magang tujuh orang. Semuanya disiplin dalam tugas yang
dikerjakan.”
(DT, 41 Tahun, 10 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS):
“Tiga orang. Satu koordinator, satu bidan, satu perawat. Saya rasa
sesuai ji, semua kerja ji sesuai bagiannya.”
“Petugas kesehatan dibagian ini ada tiga orang. Ada koordinator,
bidan dan perawat. Bekerja sesuai dengan bagiannya.”
(FS, 38 Tahun, 10 Agustus)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Imunisasi:
“Petugas ada dua, satu koordinator dan satunya pelaksana. Semua
jalan ji dengan semestinya.”
“Petugas kesehatan dibagian ini dua orang. Ada koordinator dan
bagian pelaksanaan. Berjalan sesuai dengan bagaimana mestinya. “
(SM, 35 Tahun, 3 Agustus 2017)
59
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari Bidan desa:
“Tenaga kesehatannya empat orang bidan dan satu mantri. Semua
kerjaji, di siplin ji.”
“Petugas kesehatan dibagian ini ada empat orang bidan, dan mantri
satu orang. Semua kerja dan disiplin dalam bekerja.”
(BH, 36 Tahun, 16 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari Bidan desa:
“Tenaga kesehatannya tiga bidan dan satu mantri. Kerjaji pas ada
kegiatan.”
“Petugas kesehatan dibagian ini ada tiga orang bidan dan satu orang
mantri. Bekerja ketika kegiatan berlangsung.”
(SK, 27 Tahun, 24 Agustus 2017)
b. Biaya
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (Indepeth Interview) di
Pemerintah/ Dinas Kesehtan, Kepala Puskesmas, Bidan, bagian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dan imunisasi mengenai sumber-sumber pembiaya yang ada di
setiap bagian, di peroleh informasi sebagai berikut:
“Belum ada untuk khusus perda ini. Tapi ada dari LSM yang urus
sampai selesai. LSM juga membantu, menfasilitasi, dan mediasi kita
menyelesaikan perda ini. Kalau biaya dari pemerintah sendri belum
ada. Tapi program-program peraturan ini berjalan ji dengan
adanya jaminan kesehatan dari pemerintah.”
“Dalam pembentukan perda ini ada campur tangan dar pihak lain
yaitu LSM yang membantu, menfasilitasi dan mediasi dalam
menyelesaikan perda ini sehingga bisa dilaksanakan. Tapi program-
60
program peraturan ini berjalan dengan adanya jaminan kesehatan
dari pemerintah kepada masyarakat.”
(BY, 45 Tahun, 30 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh:
“Dari JKN, biaya oprasional kesehatan dan BOP/ BOK”
“Biaya ada dari JKN, BOP dan BOK.”
(MI, 40 Tahun, 7 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari ibu sedang hamil,
mempunyai bayi dan anak balita :
“Tidak membayar ji, karna ada jaminan kesehatan dari pemerintah”
“Tidak membayar ketika memeriksa karena ada jaminan dari
pemerintah.”
(HM, 37 Tahun, 16 Agustus 2017)
“Tidak ji, cuman kalau melahirkan di rumah membayar”
“Tidak Membayar ketika memeriksa dan melahirkan di Puskesmas
kecuali kalau melahirkan di rumah”
(HS, 30 Tahun, 16 Agustus 2017)
c. Prosedur kerja/ Standar Operasional Prosedur (SOP)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (Indepeth Interview) di
Pemerintah/ Dinas Kesehtan, Kepala Puskesmas, Bidan, bagian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dan imunisasi mengenai Prosedur kerja/ Standar Operasional
61
Prosedur (SOP) yang ada di setiap bagian, di peroleh informasi sebagai
berikut:
“Untuk Meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, meningkatkan pembangunan wilayah
kesehatan dan kawasan sehat, dan meningkatkan kuaitas sumber
daya kesehatan ituji.”
“Untuk Meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, meningkatkan pembangunan wilayah
kesehatan dan kawasan sehat, dan meningkatkan kuaitas sumber
daya kesehatan.”
(BY, 45 Tahun, 30 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh:
“Kita bisa melihat di visi misi puskesmas.”
“Sesuai dengan visi misi puskesmas.”
(MI, 40 Tahun, 7 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) :
“Melayani dengan sepenuh hati dan mendengarkan semua keluhan
pasien.”
“Melayani dengan baik dan mendengar semua keluhan pasien.”
(DT, 41 Tahun, 10 Agustus 2017)
62
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) :
“Pasien datang ke kartu baru ke bagian MTBS terus dibagikan
formulir yang di suruh isi yang didalamnyadi suruh ukur tingginya,
berat badannya, apa keluhannya di tanya sudah berapa lama sakit
apa sudah minum obat atau sudah di bawa kebidan desa, sudah itu
klafikasikan lalu di kasih obat untuk anak. Trus dilakukan konseling
cara minum obatnya dan lain-lainnya. Kami juga memberikan
pengertian kepada ibunya cara kasih minum obatnya.”
“Melayani dengan baik dan memberikan pengertian kepada pasien
dengan baik dan mudah dimengerti.”
(FS, 38 Tahun, 10 Agustus)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Imunisasi:
“Dari pengambilan vaksin di Dinas Kesehatan di simpan di
puskesmas, dari sini di distribusikan kesetiap posyandu yang ada di
desa masing-masing 2 kelurahan 6 desa.”
“Bagian ini bertanggung jawabmengambil vaksin di simpan di
puskesmas dan ditribusikan ke posyandu-posyandu yang ada di
desa.“
(SM, 35 Tahun, 3 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari Bidan desa:
“Meayani pasien dengan baik ji.”
“Melayani pasien dengan baik.”
(BH, 36 Tahun, 16 Agustus 2017)
d. Jadwal Kegiatan/ Layanan Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (Indepeth Interview) di
Pemerintah/ Dinas Kesehtan, Kepala Puskesmas, Bidan, bagian
63
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dan imunisasi mengenai jadwal kegiatan/ layanan kesehatan
yang ada di setiap bagian, di peroleh informasi sebagai berikut:
“Tergantung kesepakatan kita bersama karna banyak yang terlibat
di dalamnya. Entah itu dari puskesmas, posyandu, disetiap desa,
kecamatannya dan lain-lainnya. “
“Tergantung kesepakatan kita bersama karna banyak yang terlibat di
dalamnya. Seperti puskesmas, posyandu, disetiap desa,
kecamatannya dan lain-lainnya. ”
(BY, 45 Tahun, 30 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh:
“Sebaiknya adek menanyakan di setiap bagian yang lebih tau.
Seperti bagian KIA, MTBS, dan Imunisasi.”
“yang lebih tau adalah bagian KIA, MTBS, dan Imunisasi.”
(MI, 40 Tahun, 7 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) :
“Kegiatan posyandu ada, kita juga ada kegiatan, tergantung ada
pembiayaan ada kegiatan. Diluar jadwal pasien juga ada karna
kegiatan KIA banyak. Seperti ada kegiatan sosialisasi, kelas ibu
hamil, itu kita tidak samakan sama kegiatan posyandu. Kegiatan
kelas ibu hamil tergantung kesepakatan antara bidan desa dan
masyarakat kapan bisa, tinggal menginfokan ke kita. Sebulan cuman
empat desa kita datangi. Kita juga ada kegiatan pemeriksaan
golongan darah, HB, bagi ibu hamil dan pendamping ibu hamil
(suami/ keluarga). Karena sekarang programnya semua ibu hamil
minimal memiliki empat calon pendonor pada saat nanti
melahirkan.”
64
“Kegiatan didalam puskesmas maupun diluar puskesmas. Karna
kegiatan KIA banyak. Kegiatan yang diluar gedung seperti sosialisai
masalah ibu hamil, kelas ibu hamil, dan donor darah.”
(DT, 41 Tahun, 10 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) :
“Setiap hari kami melayani ji. Di bidan desa juga melayani.”
“setiap hari melayani. Bidan desa juga melayani.”
(FS, 38 Tahun, 10 Agustus)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Imunisasi:
“Sudah ada setiap jadwalnya empat puluh posyandu satu bulan.
Satu desa itu ada lima posyandunya ada satu saja posyandu. “
“ada jadwal posyandu setiap bulannya.”
(SM, 35 Tahun, 3 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari Bidan desa:
“Sebulan sekali ji posyandu di buka. Biasa juga kalau ada kegiatan
diluar posyandu dari puskesmas baru ada kegiatan lagi.”
“sebulan sekali. Kecuali ada kegiatan puskesmas lagi di luar waktu
posyandu baru ada kegiatan.”
(BH, 36 Tahun, 16 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari Bidan desa:
“Sebulan sekali ji mbak.”
65
“sebulan sekali kegiatan posyandu.”
(SK, 27 Tahun, 24 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari ibu sedang hamil,
mempunyai bayi dan anak balita :
“Sekali sebulan ji kalau di puskesmas buka terus ji”
“Posyandu sekali sebulan, puskesmas setiap hari melayani”
(LF, 26 Tahun, 16 Agustus 2017)
“Banyak ji kegiatannya, cuman kadang sebulan sekali kalau di
posyandu, ada juga kegiatan kelas ibu hamil, ada jugasosialisasi
dari Puskesmas”
“Banyak kegiatan dari puskesmas seperti kelas ibu hamis dan
sosialisasi, tapi kalau posyandu buka sebulan sekali”
(FD, 27 Tahun, 24 Agustus 2017)
2. Proses (Process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. .
sesuai dengan penelitian ini yang termasuk dalam komponen proses yaitu:
a. Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita (KIBBLA)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (Indepeth Interview) di
Pemerintah/ Dinas Kesehtan, Kepala Puskesmas, Bidan, bagian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dan imunisasi mengenai kualitas pelayanan (fasilitas dan
66
peralatan) yang ada di setiap bagian, di peroleh informasi sebagai
berikut:
“Kalau didalam KIBBLA selama berjalan belum ada apa yang
diberikan pemerintah. Perhatian khusus pemerintah kurang dalam
perda ini. Tapi kalau dari kita sendiri Dinas Kesehatan kalau ada
pelatihan-pelatihan kita liat bidan yang bagus itu biasanya di
usulkan dalam memberikan suport dam penghargaan kepada dia.”
“Selama KIBBLA berjalan belum ada apa yang diberikan
pemerintah. Tapi kalau dari kita sendiri Dinas Kesehatan kalau ada
pelatihan-pelatihan kita liat bidan yang bagus kami berikan
pernghargaan kepada dia.”
(BY, 45 Tahun, 30 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh:
“Saya rasa sudah lengkap. Saya mau buat area ramah anak jadi
semua anak yang ada dipuskesmas biar anak pasien pegawai bisa
bermain di area itu. Bagian lorong itu sudah diukir entah itu ada
beberapa informasi supaya menarik juga untuk dilihat.”
“Sudah lengkap. Tapi dari pihak puskesmas akan menambahkan area
ramah anak, jadi anak petugas dan pasien bisa bermain di area
tersebut."
(MI, 40 Tahun, 7 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) :
“Ruangan ada, Alkes ada, menurut saya lengkap”
“Ruangan dan alat kesehatan. Sudah lengkap.”
(DT, 41 Tahun, 10 Agustus 2017)
67
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) :
“Ruangan ada, dokter ada, obat ada.”
“Ruangan, Dokter umum, dan persediaan obat”
(FS, 38 Tahun, 10 Agustus)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Imunisasi:
“Ruangan ada, kendaraan dinas ada. Kita tidak melayani imunisasi
di dalam gedung hanya pemberian imunisasi untuk calon pengantin.
Kalau imunisasi dasar dan rutin dilaksanakan di desa masing-
masing.“
“Ruangan, ruangan obat, dan kendaraan dinas.”
(SM, 35 Tahun, 3 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari Bidan desa:
“Masih kurang. Seharusnya ada lima meja cuman disini tidak
cukup, jadi langsung di data lalu ditimbang.”
“Masih kurang fasilitasnya yang ada di posyandu.”
(BH, 36 Tahun, 16 Agustus 2017)
“Yah begini ji kondisinya. Kita mi saja bahasakan bagaimana.”
“Masih kurang fasilitasnya”
(SK, 27 Tahun, 24 Agustus 2017)
68
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari ibu sedang hamil,
mempunyai bayi dan anak balita :
“Yah kalau di
Puskesmas pasti bagus dan sudah lengkap, kalau di posyandu
begini. Mungkin karna sebulan sekali jadi kurang di rawat
tempatnya”
“Pusekesmas sudah bagus dan fasilitasnya lengkap. Tapi
posyandunya masih kurang fasilitasnya”
(LF, 26 Tahun, 16 Agustus 2017)
“Bagus ji, begini semua ji posyandu saya lihat”
“Di Puskesmas Sudah Bagus, kalau posyandunya masih kurang
fasilitas”
(YL, 29 Tahun, 24 Agustus 2017)
b. Kerjasama stakeholder
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (Indepeth Interview) di
Pemerintah/ Dinas Kesehtan, Kepala Puskesmas, Bidan, bagian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dan imunisasi mengenai kerjasama stakeholder yang ada di
setiap bagian, di peroleh informasi sebagai berikut:
“Cukup baik. Kita komunikasi ada pertemuan tiga bulan sekali, dan
biasa kita menyurati semua puskesmas.”
69
“puskesmas dan dinas kesehatan sistem komunikasinya berjalan
dengan baik. Setiap tiga bulan kami mengadakan pertemuan.”
(BY, 45 Tahun, 30 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh:
“Pasti ada persuratan, penyampaian kedinas kesehatan Dinas
Kesehatan dan melihat setiap laporan tahunan.”
“Persuratan, penyampaian langsung, dan ada laporan tahunan.”
(MI, 40 Tahun, 7 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) :
“Mungkin secara surat menyurat itu hanya Tata Usaha bagian atas
yang tau. Tapi biasanya ada persuratan.”
“Ada Persuratan.”
(DT, 41 Tahun, 10 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) :
“Persuratan, tpi biasa juga ada yang dari Dinkes datang untuk
memantau ke puskesmas.”
“Persuratan dan biasa Dinkes memantau semua kegiatan
puskesmas.”
(FS, 38 Tahun, 10 Agustus)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Imunisasi:
70
“Biasanya menyurat ke puskesmas dan disampaikan kepala
puskesmas kepada kami. Ketika ada pertemuan setiap perwakilan
puskesmas menyampaikan ke petugas yang ada di puskesmas. “
“Ada persuratan. Ketika ada pertemuan setiap perwakilan puskesmas
menyampaikan ke petugas yang ada di puskesmas.”
(SM, 35 Tahun, 3 Agustus 2017)
c. Peningkatan Informasi pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi
dan Anak Balita (KIBBLA)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (Indepeth Interview) di
Pemerintah/ Dinas Kesehtan, Kepala Puskesmas, Bidan, bagian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dan imunisasi mengenai peningkatan informasi yang ada di
setiap bagian, di peroleh informasi sebagai berikut:
“pastinya ada penyuratan di setiap puskesmas, bidan desa, dan
instansi-instansi lainnya. Setiap ada kegiatan, kita juga biasanya
menyampaikan informasi ketika pertemuan tiga bulan sekali dan
biasa juga dalam pelatihan-pelatihan tenaga kesehatan.”
“Setiap ada kegiatan di Dinas Kesehatan, mereka akan membagian
surat di setiap puskesmas bidan desa, dan instalasi-instalasilainnya.
Biasa juga di sampaikan informasinya secara langsung ketika
pertemuan tiga bulan sekali dan ketika ada pelatihan-pelatihan
tenaga kesehatan.”
(BY, 45 Tahun, 30 Agustus 2017)
71
Adapun informasi lainnya yang di peroleh:
“Persuratan dan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi apa-
apa saja yang akan dilaksanakan dipuskesmas, pelayanan diluar
gedung maupun didalam gedung itu harus di sosialisasikan keluar.
Memang sudah ada jadwalnya tiap tahun sudah di kirim ke kantor
desa, kecamatan, ke lingkungan- lingkungan, dan posyandu-
posyandu. Jadi mereka tahu ada kegiatan seperti ini.”
“Ada sosialisasi. Setiap kegiatan sudah ada dibuat puskesmas dan
dibagikan ke posyandu, kantor desa, kecamatan, lingkungan-
lingkungan dan posyandu-posyandu.”
(MI, 40 Tahun, 7 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) :
“Pas kegiatan posyandu atau lansung ke pasien ketika datang
memeriksa.”
“ketika kegiatan posyandu, bisa juga langsung dengan pasien ketika
datang memeriksa.”
(DT, 41 Tahun, 10 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) :
“Pas kegiatan posyandu dan di puskesmas langsung di sampaikan
biasanya.”
“ketika kegiatan posyandu dan di sampaikan secara langsung kepada
pasien.”
(FS, 38 Tahun, 10 Agustus)
72
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Imunisasi:
“Ketika ada kegiatan posyandu dan di puskesmas langsung.“
“kegiatan posyandu dan puskesmas.”
(SM, 35 Tahun, 3 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari Bidan desa:
“Setiap posyandu kami selalu kasih ingat ibu-ibu yang datang.”
“posyandu dan ketika ketemu dengan pasien”
(BH, 36 Tahun, 16 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari ibu sedang hamil,
mempunyai bayi dan anak balita :
“Dari petugas Puskesmas dan posyandunya ji”
“Dari petugas Puskesmas dan posyandu”
(LF, 26 Tahun, 16 Agustus 2017)
“Dari bidan ji”
“Dari bidan di posyandu”
(YL, 29 Tahun, 24 Agustus 2017)
3. Keluaran (Output)
Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya roses
dalam sistem. sesuai dengan penelitian ini yang termasuk dalam komponen
keluaran yaitu:
a. Penurunan angka kematian ibu, bsyi baru lahir, bayi dan anak balita.
73
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (Indepeth Interview) di
Pemerintah/ Dinas Kesehtan, Kepala Puskesmas, Bidan, bagian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dan imunisasi mengenai penurunan angka kematian ibu, bayi
dan anak balita yang ada di setiap bagian, di peroleh informasi sebagai
berikut:
“Kalau dari tahun 2015-2017 sebenarnya sih kalau dilihat
jumlahnya belum ada perubahan yang signifikan, tapi sitemnya itu
mulai lah dari teman-teman ada perubahan dalam menurunkan
angka kematian ibu, bayi dan anak balita.”
“Dari tahun 2015-2017 dilihat dari jumlahnya belum ada perubahan
yang signifikan, tapi sistem program-programnya sudah ada
perubahan dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak
balita.”
(BY, 45 Tahun, 30 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh:
“Karna saya baru satu bulan menjabat di sini. Saya juga belum
melihat laporan tahunannya dan membandingkannya. Tapi kalau
secara fisik puskesmas saya sedikit demi sedikit merenovasi dan
menata puskesmas ini.”
“masih baru menjabat jadi belu banyak tau. Tapi kalau secara fisik
puskesmas sudah banyak yang berubah.”
(MI, 40 Tahun, 7 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) :
74
“Ada ji Penurunan.”
“Ada Penurunan”
(DT, 41 Tahun, 10 Agustus 2017)
Berdasarkan wawancara mendalam dan telaah dokumen di puskesmas
bantimurung memang ada penurunan dalam angka kematian ibu, bayi
dan anak balita ketika membandingkan dari tahun sebelumnya.
b. Faktor penghambat pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang Kesehatan
Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (Indepeth Interview) di
Pemerintah/ Dinas Kesehtan, Kepala Puskesmas, Bidan, bagian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dan imunisasi mengenai penghambat pelaksanaan program
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) yang
ada di setiap bagian, di peroleh informasi sebagai berikut:
“Kalau mau melihat kendalanya bukan hanya satu pihak bukan
hanya bidan to’ banyak orang yang terlibat disitu. Keluarga ibu
hamil itu sendiri. Kalau menurunkan angka kematian ini bukan
hanya dari bidan itu sendiri tapi banyak yang terlibat di dalamnya.
Pihak keluarga, pemerintah setempat, dari progra lainjuga. Jadi
bukan hanya bagian KIA semata menurunkan angka kematian.”
“Disini juga bukan cuman satu yang bertanggung jawab tapi semua
terlibat seperti Dinas Kesehatan, Bidan yang di puskesmas maupun
di desa, bagian KIA yang menangani dan kesadaran keluarga yang
bersangkutan sehingga bisa berjalan lancar peraturan tersebut dan
menurukan angka kematian ibu bayi dan anak balita.”
(BY, 45 Tahun, 30 Agustus 2017)
75
Adapun informasi lainnya yang di peroleh:
“Tidak ada, apa pi yang di kendalakan. Kendaraan oprasional ada,
biaya oprasional ada, tenaga ada, sasaran jelas, walaupun cakupan
rendah tapi tidak ada alasan buat rendah. Letak geografis juga
aman nda ada perbukitan, pabrik, pertambangan yang sulit
dijangkau.”
“Sudah tidak ada kendala walaupun cakupan rendah tapi tidak ada
alasan buat rendah karna semua fasilitas lengkap, tenaga ada, biaya
oprasional dan sasaran juga jelas.”
(MI, 40 Tahun, 7 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) :
“Kalau kendala biasanya kegiatan diluar gedung karena banyak
masyarakat tidak banyak datang itu juga mempengaruhi kesuksesan
kegiatan kita.”
“kendalanya ketika ada kegiatan diluar puskesmas, masyarakatnya
banyak yang tidak bisa datang itu juga mempengaruhi kesuksesan
kegiatan kita.”
(DT, 41 Tahun, 10 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) :
“Kendala tidak ada ji”
“Tidak ada kendala”
(FS, 38 Tahun, 10 Agustus)
76
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari bagian Imunisasi:
“Masih ada masyarakat pahamnya isinya vaksin itu mengandung
unsur babi jadi masih ada beberapa KK yang di desa Leang-Leang
pantang dengan imunisasi. Karna masyarakat disina masih mengira
imunisasi mengandung babi makanya tidak mau di imunisasi.“
“masih masarakan masih kurang paham dengan masalah imunisasi.
Karna ada desa yang tidak mau di imunisasi mengira vaksin
imunisasi masih mengandung unsur babi.”
(SM, 35 Tahun, 3 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari Bidan desa:
“Yah fasilitasnya kurang lengkap”
“Fasilitas di posyandu kurang lengkap”
(BH, 36 Tahun, 16 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari Bidan desa:
“Masih ada masyarakat yang tidak mau di imunisasi anaknya. Dan
fasilitasnya kurang lengkap di posyandu.”
“masih ada masyarakat yang tidak mau di imunisasi anaknya dan
fasilitas di posyandu masih kurang.”
(SK, 27 Tahun, 24 Agustus 2017)
Adapun informasi lainnya yang di peroleh dari ibu sedang hamil,
mempunyai bayi dan anak balita :
“Tidak adaji. Mungkin kalau ke Puskesmasnya susahkendaraan
umum terus jauh”
77
“Tidak ada kedala dalam pemeriksaan, cuman kendara umum yang
susah kalau mau ke Puskesmas”
(HM, 37 Tahun, 16 Agustus 2017)
“Tempat duduk untuk menunggu, terus kalau daerah sini ke
puskesmas pakai kendaraan pribadi pi, karna tidak ada pete-pete ”
“Tempat duduk untuk menunggu di posyandu, fasilitasnya masih
kurang dan kendaraan umumnya susah”
(YL, 29 Tahun, 24 Agustus 2017)
C. Pembahasan
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak balita (KIBBLA)
adalah Upaya pencegahan kematian ibu dapat dilakukan dengan pelayanan
pranikah untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan pelayanan
antenatal untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila
terdapat permasalahan dapat diketahui secepatya dan diatasi sedini mungkin
serta dipersiapakan rujukan yang sudah terencana.Upaya kesehatan anak
antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator
angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian
Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita
(AKABA). Kemudian dibuatlah Peraturan Daerah No. 63 Tahun 2012
Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA)
dan baru dilaksanakan mulai tahun 2015 sampai sekarang. Dalam tujuan
meningkatkan kualitas pelayanan KIBBA, peningkatan akses pelayanan
78
KIBBLA, terciptanya kerjasama antara semua stakeholder yang berperan
dalah peraturan ini, meningkatkan akses informasi, meningkatkan pelayanan
KIBBLA yang berkualitas, dan menurunkan angka kematian ibu, bayi baru
lahir, bayi dan anak balita.
Implementasi kebijakan diatas apabila dikaitkan dengan kebijakan
adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu hanya dirimuskan lalu dibuat dalam
suatu positif seperti undang-undang dan kemudian didiamkan dantidak
dilaksanakan atau diimplementasikan, tetapi sebuah kebijakan harus
dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan
yang dinginkan.
Berdasarkan teori pendekatan sistem (Azwar, 2010), Sistem terbentuk
dari bagian atau elemen yan saling berhubungan dan mempengaruhi. Adapun
yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut ialah suatu yang mutlak
harus ditentukan, yang jika tidak halnya maka tidak ada yang disebut dengan
sistem tersebut. Elemen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Masukan
(Input), Proses (Process) dan Keluaran (Output).
1) Masukan (Input)
a. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan yang dimaksud adalah petugas kesehatan
yang terlibat dalam menyukseskan perda tersebut. Dilihat dari
kinerja petugas kesehatan (Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas,
Dokter, Bidan, bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Manajemen
Terpadu Balita Sehat (MTBS) dan Imunisasi) dalam mewujudkan/
79
menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak
balita. Kinerja disini dilihat dari kemampuan dan kedipsiplinan
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Dalam
programnya seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan
persalinan, cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (KF3),
penanganan komplikasi obstetri dan neonatal, cakupan neonatal,
pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan balita, imunisasi
dasar pada bayi, dan imunisasi dasar pada ibu hamil.
Berdasarkan hasil penelitian, tenaga kesehatan yang ada di
Dinas Kesehatan, Puskesmas dan posyandu sudah cukup banyak dan
bekerja sesuai dengan bagian dan tanggungjawab masing-masing.
Program-program kesehatan yang ada di Puskesmas pun sesuai
dengan yang di keluarkan Dinas Kesehatatan. Program yang di
Puskesmas berjalan dengan baik, sesuai dengan hasil wawancara dan
observasi.
b. Biaya
Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Biaya dari
pemerintah untuk menjalankan program-program kesehatan dalam
menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak
balita.
Berdasarkan hasil penelitian, pembentukan perda ini bukan
dari permrintah tetapi ada campur tangan dari pihak lain yaitu LSM
yang membantu, menfasilitasi dan mediasi dalam menyelesaikan
80
perda ini sehingga bisa dilaksanakan. Tapi program-program
peraturan ini berjalan dengan baik karena adanya jaminan kesehatan
dari pemerintah kepada masyarakat. Dari pihak puskesmas pun
mengatakan berjalannya suatu program atau kegiatan di puskesmas
baik itu didalam gedung maupun diluar gedung biaya ada dari JKN,
BOP dan BOK.
c. Prosedur kerja/ Standar Operasional Prosedur (SOP)
Prosedur kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Bagaimana suatu program sesuai dengan target yang di buat oleh
pemerintah, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas itu sendiri. Standar
Operasional Prosedur (SOP) juga sebagai pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsinya.
Berdasarkan hasil penelitian, Dinas Kesehatan Standar
Operasional Prosedur (SOP) Meningkatkan kualitas hidup,
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan
pembangunan wilayah kesehatan dan kawasan sehat, dan
meningkatkan kuaitas sumber daya kesehatan. Sedangkan pihak
puskesmas setiap bagian memiliki Standar Operasional Prosedur
(SOP) dalam bekerja dan menyukseskan semua kegiatan yang ada
dibagian tersebut. Setiap bagian yang dimaksud yaitu dari puskesmas
sendiri pasti perpatokan dengan visi misi puskesmas, bagian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dan Imunisasi mempunyai standar pelayanan tersendiri
81
yang isinya melayani dengan baik dan mendengarkan keluhan
pasien.
d. Jadwal Kegiatan/ Layanan Kesehatan
Jadwal kegiatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Bagaimana pembagian jadwal kegiatan setiap program-program dan
layanan kesehatan di Dinas Kesehatan maupun di Puskesmas.
Berdasarkan hasil penelitian, dari bagian Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) ada kegiatan didalam puskesmas maupun diluar
puskesmas. Karna kegiatan KIA itu banyak, Kegiatan yang diluar
gedung seperti sosialisai masalah ibu hamil, kelas ibu hamil,
penyuluhan dan donor darah. Sedangkan kegiatan di dalam gedung
seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan,
cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (KF3), penanganan
komplikasi obstetri dan neonatal, cakupan neonatal, imunisasi dasar
pada ibu hamil dan imunisasi calon pengantin. Bagian Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) setiap hari melayani di puskesamas.
Pasien datang ke kartu baru ke bagian MTBS terus dibagikan
formulir yang di suruh isi yang didalamnyadisuruh ukur tingginya,
berat badannya, apa keluhannya di tanya sudah berapa lama sakit apa
sudah minum obat atau sudah di bawa kebidan desa, sudah itu
klafikasikan lalu di kasih obat untuk anak. Trus dilakukan konseling
cara minum obatnya dan lain-lainnya. Kami juga memberikan
pengertian kepada ibunya cara kasih minum obatnya. Bagian
82
imunisasi tidak melayani di puskesmas, bagian ini bergabung dengan
KIA yaitu imunisasi pada calon pengantin dan ibu hamil.
Kegiatannya lebih banyak di posyandu mengontros setiap posyandu
yang ada di desa-desa kecamatan bantimurung. Ada 39 posyandu
yang benyebar di setiap desa yaitu sebagai berikut :
1. Desa Kalabbirang, ada tiga posyandu.
2. Desa Leang-Leang, ada tiga posyandu.
3. Desa Tukamasea, ada lima posyandu.
4. Desa Baruga, ada lima posyandu.
5. Desa Mangeloreng, ada empat posyandu.
6. Desa Mattoanging, ada lima posyandu.
7. Desa Minasa Baji, ada enam posyandu.
8. Desa Alatengae, ada delapan posyandu.
Kegiatan di posyandu adalah kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, imunisasi, peningkatan gizi, penimbangan berat badan,
dan pengukuran tinggi badan.
2) Proses (Process)
a. Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita (KIBBLA)
Kualitas pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Bagaimana melihat tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
ada. Seperti sisi fisik tapilan bangunan, fasilitas, dan perlengkapa
kesehatan, kecepatan dalam melayani, ketepatan waktu, melayani
83
pasien dengan baik, pesan yang di sampaikan jelas dan di mengerti
pasien.
Berdasarkan hasil penelitian, selama KIBBLA berjalan belum
ada apa yang diberikan pemerintah. Tapi kalau dari kita sendiri
Dinas Kesehatan kalau ada pelatihan-pelatihan kita lihat bidan yang
bagus dan kami berikan pernghargaan kepada petugas kesehatan.
Dari pihak puskesmas sudah lengkap dari fasilitasnya, peralatannya,
kecepatan dalam melayani sudah mendukung dalam meningkatkan
kesehatan ibu, bayi dan anak balita. sedangkan dari pihak posyandu
masih kurang fasilitas dan peralatannya. Sehingga pelayanan
kesehatan disana kurang mendukung di karenakan kursi untuk
menunggu tidak ada dan meja untuk petugas kesehatan untuk
mendata pasien masih kurang.
b. Kerjasama stakeholder
Kerjasama stakeholder yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah Bagaimana sistem komunikasi dan kerjasama yang ada di
Pemerintah, Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam program-
program menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan
anak balita.
Berdasarkan hasil penelitian, kerjasama dan sistem
komunikasinya sudah berjalan dengan baik, dari Dinas Kesehatan ke
puskesmas, Puskesmas ke Dinas Kesehatan, Puskesmas ke
masyarakat yang bersangkutan. Karena Dinas Kesehatan dan
84
Puskesmas mempunyai jadwal pertemuan setiap tiga bulan sekali
dan semua dibahas di sana. Petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan
juga biasa memantau di setiap puskesamas melihat apakah semua
berjalan dengan baik atau tidak.
c. Informasi pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita (KIBBLA)
Informasi pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah Bagaimana cara mendapatkan dan memberikan berbagai
informasi kepada masyarakat tentang program-program dari Dinas
Kesehatan dan Puskesmas.
Berdasarkan hasil penelitian, pihak puskesmas menyampaikan
informasi tentang kegiatannya dengan cara sosialisasi. Setiap
kegiatan sudah ada dibuat puskesmas dan dibagikan ke posyandu,
kantor desa, kecamatan, lingkungan-lingkungan dan posyandu-
posyandu. Biasa juga petugas kesehatan menyampaikan langsung
ketika bertemu dengan pasien. Pasien yang bersangkutan juga
mengatakan informasi yang dia dapatkan dari petugas kesehatan
yang bertugas dan memeriksa mereka.
3) Keluaran (Output)
Menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak
balita. Dalam penelitian ini adalah melihat keberhasilan suatu program
dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak
balita.
85
Berdasarkan hasil penelitian, sebenarnya kalau dilihat dari
jumlahnya belum ada perubahan siknifikan, tapi sistemnya dari petugas
sudah mulai ada perubahan sedikit demi sedikit dalam menurunkan angka
kematian ibu,bayi dan anak balita.
4) Pendukung dan penghambat pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Maros yaitu:
a) Faktor pendukung
1. Kerjasama antara stakeholder berjalan dengan baik maupun
dari Dinas Kesehatan dengan puskesmas
2. Adanya rasa tanggungjawab petugas kesehatan dalam
menjalankan kegiatan-kegiatannya dan wilayah kerjanya.
3. Adanya bantuan dari pihak lain yaitu LSM Kesehatan dalam
menyelesaikan dan memediasi sampai bisa terlaksananya perda
ini.
4. Adanya jaminan kesehatan sehingga bisa berjalan semua
kegiatan-kegiatan yang ada.
b) Faktor penghambat
1. Kurangnya antusiasnya masarakat dalam kegiatan puskesmas
yang di laksanakan diluar gedung.
2. Kurangnya perhatian khusus dari pemerintah
86
3. Fasilitas yang ada di posyandu setiap desa masih kurang
lengkap, sehingga kurang mendukung saat berlangsungnya
kegiatan.
4. Masih kurangnya transportasi umum di desa-desa terpencil
untuk ke puskesmas.
Dalam hal ini menggunakan teknik trianggulasi, yang berfungsi untuk
mengecek kebenaran data dengan membandingkannya dengan data yang
diperoleh dari sumber lain(Komariah, 2011). Penelitian ini melihat dari
peraturan daerah yang ada dan mewawancarai beberapa sumber yang sudah
tentukan oleh peneliti. Peneliti juga memandingkan informasi yang di
dapatkan dari informan agar mengetahui apakah peraturan daerah ini sesuai
dengan yang ada dilapangan atau tidak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peraturan ini sudah di terapkan
diPuskesmas walaupun masih banyak hambatan dan fasilitas yang kurang memadai
di posyandu-posyandu desa yang ada di kecamatan bantimurung. Seharusnya dengan
adanya puskesmas, setidaknya dapat menjawab kebutuhan pelayanan masyarakat
yang memadai yakni pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau.
Berdasarkan penelitian Asrul Nurdin bahwa dalam mengimplementasikan
sesuatu harus disertakan sarana yang mendukung yang nantinya akan
menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu itu (Nurdin, 2013).
Kurangnya perhatian khusus dari pemerintah. Dalam penyukseskan
peraturan daerah ini bukan hanya satu orang yang bertanggung jawab di
dalamnya, melainkan hampir semua instansi kesehatan seperti Dinas
87
Kesehaatan, petugas kesehatan yang ada di puskesmas terutama bagian KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) dan kesadaran dari keluarga yang bersangkutan
sehingga bisa berjalan lancar peraturan tersebut dan menurunkan angka
kematian ibu, bayi dan anak balita.
Berdasarkan penelitian Supriady tentang Analisis Implementasi
Kebijakan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 17 Tahun 2011 Tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita di Kota Banda Aceh bahwa
salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan dalam peraturan daerah
ini yaitu adanya kerja sama antara semua pihak yang terkait dan
mengevaluasi program-program yang belum berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian, sebenarnya kalau dilihat dari jumlahnya
belum ada perubahan siknifikan, tapi sistemnya dari petugas sudah mulai ada
perubahan sedikit demi sedikit dalam menurunkan angka kematian ibu,bayi
dan anak balita. Dilihat dari laporan bulanan dan tahunan dari Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) di puskesmas, dan kelahiran dan kematian per desa.
Hal ini juga didukung dari hasil penelitian Muhammad Nasir
tentang Pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
untuk Mendukung Evaluasi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di
Puskesmas Kabupaten Lamongan bahwa Evaluasi hasil program KIA di
Puskesmas dilakukan berdasarkan laporan bulanan KIA, kelahiran dan
kematian per desa, penemuan kasus BBLR per desa, penemuan kasus tetanus
neonatorum per desa, kematian ibu, register kematian perinatal (0-7) hari,
rekapitulasi pelacakan kematian neonatal, Pemantauan Wilayah Setempat
88
(PWS) KIA indikator ibu, PWS KIA indikator anak serta laporan bulanan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) KIA (Nasir, 2008).
D. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini diakukan dengan menggunakan kualitatif deskriptif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan denga cara wawancara
mendalam, observasi dan telaah dokumen. Adapun keterbatasan yang dialami
oleh peneliti dalam penelitian yang dilakukan yaitu :
1. Pedoman wawancara yang belum berstandarisasi sehingga hasil
penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan tetapi dapat digunakan
sebagai pembanding untuk Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
2. Kurangnya data diperoleh karena banyak informan yang tidak mau di
wawancara.
3. Kurangnya dokumen-dokumen yang di berikan kepada penulis yang
menyangkut penelitian ini.
89
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
serta mengacu pada tujuan khusus, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Implementasi Peraturan Daerah No. 63 Tahun 2015 Tentang Kesehatan
Ibu, Bayi, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Maros dari aspek input (kinerja petugas kesehatan, biaya,
prosedur kerja/ Standar Operasional Prosedur dan jadwal kegiatan/
layanan kesehatan) telah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan yang di
terapkan setiap bagian.
2. Implementasi Peraturan Daerah Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Maros dari aspek process
(peningkatan kualitas pelayanan KIBBLA, kerjasama antara stakeholder,
dan peningkatan informasi pelayanan KIBBLA)terlaksana dengan baik
sesuai prosedur yang ada, walaupun masih ada kerjasama antara
stakeholder yang belum berjalan dengan baik dan fasilitas disetiap
posyandu yang ada di desa masih kurang.
3. Implementasi Peraturan Daerah Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Maros dari aspek output
(penurunan angka kematian ibu, bayi baru lahir, bayi, dan anak balita)
sebenarnya kalau dilihat dari jumlahnya belum ada perubahan siknifikan,
90
tapi sistemnya dari petugas sudah mulai ada perubahan sedikit demi
sedikit dalam menurunkan angka kematian ibu,bayi dan anak balita.
4. Penghambat pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Maros yaitu:
a. Kurang perhatian khusus dari pemerintah.
b. Kurangnya fasilitas yang ada di posyandu sehingga kurang
mendukung saat berlangsungnya kegiatan.
c. Masih kurangnya antusias masyarakat dalam kegiatan diluar gedung
sepertisosialisasi, kelas ibu hamil, dan penyuluhan.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini
sebagai berikut:
1. Pemerintah lebih memperhatikan, mengavaluasidan memberi anggaran
secara khusus dalam setiap peraturan daerahnya, sehingga bisa berjalan
dengan baik.Karena dalam peraturan daerah ini sendiri masih kurang
bantuan dari pemerintah baik itu secara fisik dan non fisik, sedangkan
dalam menyelesaikan peraturan daerah ini sendiri dan bisa terlaksana di
bantu dari pihak lain bukan dari pemerintah itu sendiri.
2. Pihak puskesmas dan petugas kesehatan sebaiknya mengontrol dan
menfasilitasi perlengkapan posyandu yang ada di setiap desa atau
menyurat/melapor ke pemerintah. Agar posyandu di setiap desa layak
pakai dan perlengkapan yang memadai sehingga masyarakat yang ingin
91
memeriksakan kehamilannya dan imunisasi anaknya lebih antusias dalam
kegiata ini.
3. Masyarakat yang bersangkutan juga mesti antusias dalam kegiatan yang
di adakan Puskesmas, baik di dalam gedung maupun diluar gedung.
Seperti kelas ibu hamil, imunisasi, dan lain-lainnya. Karena masih
banyak masyarakat yang masa bodoh dan tidak peduli dengan kegiatan
yang di lakukan puskesmas. Pahadal kegiatan-kegiatan yang di lakukan
petugas puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat itu
sendiri dalam masalah-masalah kesehatan.
92
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T., 2014. Metode Penelitian Dalam Bidang Kesehatan, Makassar,
Masagena Press.
Azwar, Azrul., 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, Tangerang, Binarupa
Aksara.
Budiarto., 2015. Kualitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas di Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang. Universitas Hasanuddin.
Bupati Maros 2015. Peraturan Daerah Kabupaten Maros nomor 63 tahun 2015
tentang kesehatan ibu, bayi baru lahir,bayi dan anak balita. Maros.
Desimawati, Dian W., 2013. Hubungan Layanan Keperawatan Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas Sumbersari Kabupaten
Jember. Universitas Jember.
Dinas Kesehatan Kabupaten Maros 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Maros
Tahun 2015. Maros.
Haerul., 2014. Implementasi Kebijakan Tentang Pemeliharaan Hewan Ternak
Kabupaten Maros. Universitas Hasanuddin.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015. Rencana Strategis Kementrian
Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta.
Komariah, A, &Satori,D., 2011. Metodologi Peneliatian Kualitatif, Bandung,
Penerbit Alfabeta.
Moleong, Lexy J., 2006. Metode penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya.
93
Murdaningsih., 2012. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Persampahan Di
Dinas Kebersihan Kota Manado. Administrasi Publik.
Nasir, Muhammad., 2008. Pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Bayi untuk Mendukung Evaluasi Program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) di Puskesmas Kabupaten Lamongan. Universitas Diponegoro.
Nurdin, Asrul., 2013. Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2008 Tentang Pembinaan Anak Jalana, Gelandangan, Pengemis, dan
Pengamen di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin.
Prastowo, A. 2011., Metode Penelitian Kualitatif : Dalam Perspektif Rancangan
Penelitian, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media.
Puskesmas Bantimurung 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Bantimurung 2015.
Maros.
Putra, Wahyu M., 2014. Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan
Nasional di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 21014.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Putri, K. Kunthi Makayasa., 2015. Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Poli
KIA/ KB dengan Derajat Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas
Kabupaten Jember. Universitas Jember.
Respati, Shinta A., 2015. Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas Halmahera Kota Semarang
Tahun 2014. Universitas Negeri Semarang.
94
Rukmana, Novayanti S., 2013. Implementasi Program Jaminan Kesehatan Gratis
Daerah di Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio Enrekang. Universitas
Hasanuddin.
Sangadah, Rohmatu., 2016. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pelaksanaan Upaya Pencegahan Kematian Ibu di Kabupaten Klaten dan
Kota Surabaya. Universitas Airlangga Surabaya.
Saryono& Anggreani, D., 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang
Kesehatan, Yogyakarta, Nuha Medika.
Sidin, Indahwaty., 2013. Analisis Kebijakan Kesehatan UU No. 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit. Universitas Hasanuddin.
Supriady., 2015. Analisis Implementasi Kebijakan Qanun Kota Banda Aceh
Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Balita di Kota Banda Aceh Tahun 2015. Universitas Sumatra Utara
Medan.
Wardani, Diadjeng S., 2009. Kepatuhan Bidan Praktek Swasta dalam Pelaporan
Pencatatan Pelayanan KIA di Kabupaten Blitar Propinsi Jawa Timur
Tahun 2009. Universitas Diponegoro.
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO 63 TAHUN 2015
TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN
ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MAROS
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung)
1. Hari/ Tanggal Wawancara :
2. Tempat Wawancara :
3. Nama Informan :
4. Jenis Kelamin :
5. Umur :
6. Alamat :
7. Pedidikan Terakhir :
8. Pekerjaan :
Pertanyaan Penelitian untuk Pemerintah Daerah
A. Input
1. Apakah petugas kesehatan mampu dan disiplin dalam menjalankan
suatu kegiatan dalam menyukseskan program-program kesehatan yang
di buat oleh pemerintah?
2. Program-program apa saja yang dikeluarkan pemerintah/ Dinas
Kesehatan dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak
balita?
3. Berapa biaya yang dikeluarkan pemerintah/ Dinas Kesehatan dalam
menjalankan program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita (KIBBLA) ?
4. Bagaimana prosedur kerja/Standar Operasional Prosedur(SOP) yang
diterapkan Pemerinta/ Dinas Kesehatan dalam menyukseskan program
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA)?
5. Kapan jadwal kegiatan Pemerintah/Dinas Kesehatan dalam
melaksanaan program-programnya?
B. Proses
1. Apa saja yang diberikan Pemerintah/Dinas Kesehatan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir,
Bayi dan Anak Balita (KIBBLA)?
2. Bagaimana sistem komunikasi dan kerjasama yang ada di Pemerintah/
Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam menjalankan program
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA)?
3. Bagaimana cara pemerintah/ Dinas Kesehatan dalam memberikan
informasi kepada tenaga-tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit
dan Puskesmas tentang pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir,
Bayi dan Anak Balita (KIBBLA)?
C. Output
1. Pada tahun 2012 pembuatan peraturan daerah tentang Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) dan telah
dilaksanankan ditahun 2015. Apakah pemerintah sudah berhasil dalam
menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak balita?
2. Apa saja kendala yang dihadapi pemerintah/ Dinas Kesehatan dalam
menjalankan program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita (KIBBLA) ini?
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 63 TAHUN 2015
TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN
ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MAROS
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung)
1. Hari/ Tanggal Wawancara :
2. Tempat Wawancara :
3. Nama Informan :
4. Jenis Kelamin :
5. Umur :
6. Alamat :
7. Pedidikan Terakhir :
8. Pekerjaan :
Pertanyaan Penelitian untuk Petugas Kesehatan
A. Input
1. Apakah petugas kesehatan mampu dan disiplin dalam menjalankan
suatu kegiatan dalam menyukseskan program-program kesehatan yang
dibuat oleh puskesmas?
2. Apakah program kegiatan kesehatan ibu dan anak yang ada di
Puskesmas sesuai dengan proram kegiatan yang ada di Dinas
Kesehatan?
3. Darimana biaya yang di dapatkan puskesmas dalam menjalankan
program kesehatan ibu, bayi dan anak balita?
4. Bagaimana prosedur kerja/ Standar Operasional Prosedur (SOP) di
puskesmas, posyandu, bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Manajemen Terpadu Balita (MTBS) dan Imunisasi?
5. Kapan jadwal kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dilaksanakan
dipuskesmas mapun diluar puskesmas?
B. Proses
1. Fasilitas apa saja yang di sediakan puskesmas dalam pemeriksaan
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir,Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) ?
2. Apakah peralatan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita (KBBLA) ?
3. Bagaimana petugas kesehatan dalam melayani pasien?
4. Bagaimana sistem komunikasi dan kerjasama yang ada di puskesmas
dengan Dinas Kesehatan dalam menjalankan program Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir,Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) ?
5. Bagaimana cara puskesmas memberikan informasi tentang kegiatan-
kegiatan Kesehtan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita
(KIBBLA) kepada masyarakat?
C. Output
1. Apakah puskesmas sudah berhasil menurunkan angka kematian ibu,
bayi dan anak balita?
2. Apasaja kendala yang dihadapi puskesmas dan posyandu dalam
menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak balita?
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 63 TAHUN 2015
TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN
ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MAROS
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung)
1. Hari/ Tanggal Wawancara :
2. Tempat Wawancara :
3. Nama Informan :
4. Jenis Kelamin :
5. Umur :
6. Alamat :
7. Pedidikan Terakhir :
8. Pekerjaan :
Pertanyaan Penelitian untuk Ibu yang sedang hamil, mempunyai bayi, dan
anak balita.
A. Input
1. Kegiatan kesehatan ibu dan anak apa saja yang ibu ketahui?
2. Berapa biaya yang ibu keluarkan ketika diperiksa petugas kesehatan.
Misalnya Bidan, Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Imunisasi?
3. Kapan jadwal kegiatan kesehatan ibu dan anak dilakukan di Puskesmas
maupun diluar Puskesmas/ Posyandu yang ibu ketahui?
B. Proses
1. Bagaimana tampilan bangunan Puskesmas/ Posyandu?
2. Bagaimana peralatan kesehatan di Puskesmas/ Posyandu?
3. Apakah petugas kesehatan di Puskesmas/ Posyandu melayani ibu
dengan cepat dan baik?
4. Apakah petugas kesehatan di Puskesmas tepat waktu dalam
kegiatannya?
5. Bagaimana ibu mendapatkan informasi tentang kegiatan-kegiatan di
Puskesmas/ Posyandu?
C. Output
1. Apa yang ibu rasakan ketika sudah di periksa oleh petugas kesehatan
di Puskesmas/ Posyandu?
2. Bagaimana perasaan ibu ketika anaknya sudah di imunisasi?
3. Apa saja kendala yang ibu rasakan dalam pelayanan kesehatan yang
ada di puskesmas/ Posyandu?
LEMBAR OBSERVASI
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO 63 TAHUN 2015
TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN
ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MAROS
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung)
No
Fasilitas Puskesmas
Ya
Tidak
Hasil Observasi
1 Pelaksanaan P4K
- Mendata seluruh ibu hamil
- Memasang stiker P4K di
setiap rumah ibu hamil
- Membuat perencanaa
persalinan
Ada, dilaksanakan di setiap posyandu
dan yang bertanggung jawab setiap
bidan desa.
2 Penyuluhan KIA
- Pemeliharaan kesehatan ibu
hamil dan menyusui serta
bayi, anak balita dan anak
seklah
- Deteksi dini faktor resiko
ibu hamil
- Pemantauan tumbuh
kembang balita
- Imunisasi Tetabus Toxoid 2
kali pada ibu hamil serta
BCG, DPT, dan Polio 3
Ada, tergantung kesepakatan antara
bidan desa dengan masyarakat, kapan
bisa melaksanakan kegiatan ini dan
tinggal menginformasikan ke kami
yang ada di puskesmas.
3 Kelas Ibu Hamil
- Materi umum ibu hamil
- Perawatan kehamilan
- Materi persalinan dan
perawatan nifas
- Materi perawatan bayi
Ada, tergantung kesepakatan antara
bidan desa dengan masyarakat, kapan
bisa melaksanakan kegiatan ini dan
tinggal menginformasikan ke kami
yang ada di puskesmas. Biasanya
sebulan bisa empat desa.
4 Imunisasi
- Imunisasi dasar pada ibu
hamil
- Imunisasi dasar pada bayi
- Imunisasi dalam
Ada, dilaksanakan di Puskesmas dan
Posyandu setiap desa. Di Kecamatan
Bantimurung ini terdapat 39 Posyandu
dari enam desa dan dua kelurahan.
Setiap kegiatan posyandu di desa ada
penanggulangan kejadian
luar biasa (KLB)
- Imunisasi tambahan
(Backlog fighting dan
Crash program)
- Imunisasi calon pengantin
tanggalnya sehingga bisa di pantau
setiap kegiatannya.
5 Cakupan pelayanan kesehatan ibu
nifas (KF3)
- kunjungan pertama (KF1)
pada 6 jam setelah
persalinan sampai 3 hari
- kunjungan nifas (KF2)
dilakukan pada minggu
ke 2 setelah persalinan
- kunjungan nifas ke 3
(KF3) dilakukan pada
minggu ke 6 setelah
persalinan.
Ada, ketika pasien bersalin di
Puskesmas dan ketika pasien datang
lagi berkunjung setelah minggu ke-2
dan minggu ke-6 bersalin itu di periksa
dibagian Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA).
6 Pelayanan Posyandu (Pos
Pelayanan Terpadu)
- Kesehatan ibu dan anak
- Keluarga berencana
- Imunisasi
- Gizi
- Pencegahan dan
penanggulangan diare
Ada di setiap Desa.
1. Desa Kalabbirang, ada tiga
posyandu.
2. Desa Leang-Leang, ada tiga
posyandu.
3. Desa Tukamasea, ada lima
posyandu.
4. Desa Baruga, ada lima
posyandu.
5. Desa Mangeloreng, ada empat
posyandu.
6. Desa Mattoanging, ada lima
posyandu.
7. Desa Minasa Baji, ada enam
posyandu.
8. Desa Alatengae, ada delapan
posyandu.
7 Pemeriksaan Bayi dan Balita
- Penimbangan berat badan
- Pengukuran panjang badan
- Pengukuran lingkar kepala
- Pemeriksaan mata
- Peeriksaan mulut
- Pemeriksaan telinga
- Pemeriksaan leher
- Peeriksaan tangan
Ada, di bagian MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit) di Puskesmas
dan ada juga di Posyandu di setiap
desa.
- Pemeriksaan kaki
- Pemeriksaan genetalia
- Pemeriksaan anus dan
rectum
- Pemeriksaan laring
8 Buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA)
Ada, setiap ibu hamil, bayi dan balita
memiliki buku ini.
9 Dokter Ada, tiga dokter umum dan dua dokter
gigi.
10 Bidan Ada, sembilan belas orang.
11 Tenaga Kesehatan
- Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA)
- Imunisasi
- MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit)
Jumlah tenaga kesehatan di setiap
bagian:
1. Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), ada sembilan orang.
2. Imunisasi, ada tiga orang.
3. MTBS (Manajemen Terpadu
Balita Sakit), ada tiga orang.
12 Ruang Bersalin Ada, satu ruangan di bagian Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA)
13 Ruang Imunisasi Ada, satu ruangan.
14 Ruang MTBS (Manajemen Terpadu
Balita Sakit)
Ada, satu ruangan.
15 Ruangan Obat Ada, satu ruangan.
15 Bidan desa Ada, delapan orang.
16 Ambulan Ada, satu mobil.
Observasi dilakukan dengan melihat lingkungan sikitar untuk melihat
serta membandingkan informan satu sengan informan yang lain. Observasi juga
dilakukan terhadap informan itu sendiri untuk mengklarifikasi pelaksanaan
peraturan daerah itu sendiri. Selain itu observasi juga dilakukan untuk melihat
tenaga kerja yang melaksanakan peraturan daerah tersebut, melihat fasilitas
penunjang yang digunakan dalam pelaksanaan peraturan daerah tersebut dan juga
observasi dilakukan dengan mengetahui pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah dengan puskesmas dan masyarakat. Hasil observasi tersebut kemudian
dibandingkan dengan hasil wawancara yang dilakukan.
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO 63 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN
IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DANANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MAROS
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung)
1. Pemerintah Daerah
Masukan (Input)
Pertanyaan Informan Umur Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Apakah petugas
kesehatan mampu
dan disiplin dalam
menjalankan suatu
kegiatan dalam
menyukseskan
program-program
kesehatan yang
dibuat oleh
pemerintah ?
BY 45
Sesuai ji SOPnya semua. cuman di
KIBBLA itu banyak orang yang
terlibat misalnya di setiap desa
sasarannya. Terus banyak yang
dibahas di dalam KIBBLA itu
dengan prosedur kerjanya yah
sesuai ji.
Informan mengatakan sudah
Sesuai dengan SOP. Tapi di bagian
KIBBLA ini banyak yang terlibat
di dalamnya dan siapa saja
sasarannya. Di dalam KIBBLA
juga banyak yang dibahas.
Petugas kesehatan menjalankan
auatu program pasti sesuai dengan
Standar Oprasional Prosedur
(SOP). Ketika sudah di berukan
amanah petugas kesehatan harus
mampu dan siap disiplin dalam
bekerja. Karna di dalam suatu
element atau ibarat satu rumah
kita harus menyukseskan semua
kegiatan yang ada di rumah
tersebut.
MR 29
Karna kita di sini dinding sektor,
kita disini sebenarnya kan cuman
produk hukum yang mau di koreksi,
drafnya itu masuk kesini dulu baru
dikoreksi kemudian nanti dibahas
instalasi masing-masing dan
kemudian kalau sudah jadi didalam
bentuk produk hukum dikembalikan
ke diding sektornya (SKPD) untuk
melaksanakan. Jadi kita bukan
kapasitasnya untuk memantau
pelaksanaan.
Informan mengatakan bagian
hukum ini hanyadinding sektor.
Hanya mengoreksi draf yang
dimasuk dan kemudian di bahas
instalasi masing-masing
dalambentu produk hukum dan
dikembalikan kepada SKPD yang
membuat peraturan untuk
dilaksanakan dan memantau
pelaksanaan tersebut.
Program-program
apa saja yang
dikeluarkan
pemerintah/ Dinas
Kesehatan dalam
menurunkan angka
kematian ibu, bayi,
dan anak balita?
BY 45
Tentu banyak programnya. Contohnya saja seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan
persalinan, cakupan pelayanan
kesehatan ibu nifas (KF3),
penanganan komplikasi obstetri
dan neonatal, cakupan neonatal,
pelayanan kesehatan bayi,
pelayanan kesehatan balita,
imunisasi dasar pada bayi, dan
imunisasi dasar pada ibu hamil.
Informan mengatakan banyak program pemerintah dalam
menurunkan angka kematian ibu,
bayi dan anak balita. Seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan, cakupan
pelayanan kesehatan ibu nifas
(KF3), penanganan komplikasi
obstetri dan neonatal, cakupan
neonatal, pelayanan kesehatan bayi,
pelayanan kesehatan balita,
imunisasi dasar pada bayi, dan
imunisasi dasar pada ibu hamil.
Program yang di keluarka berupa pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan, cakupan
pelayanan kesehatan ibu nifas
(KF3), penanganan komplikasi
obstetri dan neonatal, cakupan
neonatal, pelayanan kesehatan
bayi, pelayanan kesehatan balita,
imunisasi dasar pada bayi, dan
imunisasi dasar pada ibu hamil.
MR 29
Itu juga kalau secara teknis kalau
begitu kita tidak terlalu tau yang
kita tau adalah keberadaan
peraturannya. Ada aturan seperti
ini dan ada perintahkan. Misalnya
peraturan mentri didelegasikan
dibuat bentuk perda atau perbuk,
nah kita punya tugas untuk
mengingatkan SKPD bahwa ini
harus dibuat perdanya atau perbuk
sebagai dasar dalam melaksanakan
kegiatan.
Informan mengatakan kami hanya
tau keberadaan peraturannya tapi
secara teknisnya tidak tau. Tugas
kami hanya mengingatkan kepada
SKPD bahwa harus dibuat menjadi
perda atau perbuk.
Berapa biaya
dikeluarkan
pemerintah/ Dinas
Kesehatan dalam
menjalankan
program Kesehatan
BY 45
Belum ada untuk khusus perda ini.
Tapi ada dari LSM yang urus
sampai selesai. LSM juga
membantu, menfasilitasi, dan
mediasi kita menyelesaikan perda
ini. Kalau biaya dari pemerintah
sendri belum ada. Tapi program-
Informan mengatakan dalam
pembentukan perda ini ada campur
tangan dar pihak lain yaitu LSM
yang membantu, menfasilitasi dan
mediasi dalam menyelesaikan
perda ini sehingga bisa
dilaksanakan. Tapi program-
Biaya yang dikeluarkan untuk
susatu program masih belum
teralisasi. Ketika peraturan ini
mau di bentuk bukan pemerintah
yang banyak andil di dalamnya
melainda ada orang lain/
organisasi lain membatu,
Ibu, Bayi Baru
Lahir, Bayi, dan
Anak Balita
(KIBBLA)?
program peraturan ini berjalan ji dengan adanya jaminan kesehatan
dari pemerintah.
program peraturan ini berjalan dengan adanya jaminan kesehatan
dari pemerintah kepada masyarakat.
menfasilitasi dan mediasi hingga terbentuknya ini perda.
MR 29
Untuk perda dibuat drafnya dulu.
Pertama sekali itu ada naskah
akademik. Setelah ada naskah
akademik baru dibikin drafnya,
drafnya dari SKPD pemuda karsa
dalam hal ini kalau KIBBLA Dinas
Kesehatan. Kemudian kalau sudah
ada draf kita koreksi disini artinya
kita sesuaikan dasar-dasar
Yuridisnya, undang-undang ini
yang diberlakukan menjadi dasar
masih berlaku atau tidak, kemudian
dasar sosioligisnya kenapa haus
ada perda ini? Kemudian
filisofinya untuk apa itu perda?
Kenapa harus berbentuk perda?
Itu saja sebenarnya untuk teknisnya
atau pelaksanaannya SKPD
masing- masing dantau berapa
anggarannya.
Informan mengatakan mereka
hanya tau proses pembentukan
perda tersebut. Sebenarnya yang
tau masalah anggaran dan
pelaksanaannya yaitu SKPDnya.
Bagaimana
prosedur kerja/
Standar
Operasional
Prosedur (SOP)
yang diterapkan
pemerintah/ Dinas
Kesehatan dalam
BY 45
Meningkatkan kualitas hidup,
meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan, meningkatkan
pembangunan wilayah kesehatan
dan kawasan sehat, dan
meningkatkan kuaitas sumber daya
kesehatan.
Informan mengatakan untuk
Meningkatkan kualitas hidup,
meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan, meningkatkan
pembangunan wilayah kesehatan
dan kawasan sehat, dan
meningkatkan kuaitas sumber daya
kesehatan.
Meningkatkan kualitas hidup,
meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan, meningkatkan
pembangunan wilayah kesehatan
dan kawasan sehat, dan
meningkatkan kuaitas sumber
daya kesehatan. Setiap intansi
pasti memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) biar
menyukseskan
program Kesehatan
Ibu, Bayi Baru
Lahir, Bayi, dan
Anak Balita
(KIBBLA)?
MR 29
Disini dapurnya produk hukum, disini kita mengolah draf menjadi
produk hukum yang jadi. Artinya
dari SKPD itu kita yang perbaiki
kemudian jadilah produk hukum
dan dikembalikan ke SKPDnya.
Informan mengatankan mereka adalah dapur hukum disini kita
mengolah draf menjadi produk
hukum. Kita hanya memperbaiki
dan mengoreksi dan di kembalikan
lagi ke SKPDnya.
kerjanya sesuai dengan yang di harapkan.
Kapan jadwal
kegiatan
pemeritah/ Dinas
Kesehatan dalam
melaksanakan
program-
programnya ?
BY 45
Tergantung kesepakatan kita
bersama karna banyak yang
terlibat di dalamnya. Entah itu dari
puskesmas, posyandu, disetiap
desa, kecamatannya dan lain-
lainnya.
Informan mengatakan kesepakatan
bersama karna banyak yang terlibat
dalam kegiatan ini. Baik dari
puskesmas, posyandu, setiap desa,
kecamatan dan lainnya.
Seiap ada kegiatan pasti ada
kesepakatan bersama supaya
kegiatan tersebut berjalan dengan
baik. Karna banyak yang terlibat
ketika ada kegiatan bukan hanya
bagian kami tapi kecamatan, desa-
desa, puskesmas, posyandu dan
instalasi lainnya. MR 29
Teknisnya yang tau (Dinas
Kesehatan)
Informan mengatakan teknis yang
tau (Dinas Kesehatan)
Proses (process)
Pertanyaan Informan Umur Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Apa saja yang
diberikan
pemerintah/ Dinas
Kesehatan dalam
meningkatkan
kualitas pelayanan
Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir,
Bayi, dan Anak
Balita (KIBBLA)?
BY 45
Kalau didalam KIBBLA selama
berjalan belum ada apa yang
diberikan pemerintah. Perhatian
khusus pemerintah kurang dalam
perda ini. Tapi kalau dari kita
sendiri Dinas Kesehatan kalau ada
pelatihan-pelatihan kita liat bidan
yang bagus itu biasanya di usulkan
dalam memberikan suport dam
penghargaan kepada dia.
Informan mengatakan selama
KIBBLA berjalan belum ada apa
yang diberikan pemerintah. Tapi
kalau dari kita sendiri Dinas
Kesehatan kalau ada pelatihan-
pelatihan kita liat bidan yang bagus
kami berikan pernghargaan kepada
dia.
Belum ada uluran tangan dari
pemerintah dalam peraturan
KIBBLA ini. Tapi Dinas
Kesehatan memberikan
penghargaan kepada petugas
kesehatan yang rajin dan teladan.
Sehingga meraka semangat dalam
bekerja.
MR 29
Teknisnya yang tau (Dinas
Kesehatan)
Informan mengatakan teknis yang
tau (Dinas Kesehatan)
Bagaimana sistem
komunikasi dan
kerja sama
Pemerinta/ Dinas
Kesehatan dan
Puskesmas dalam
menjalankan
program Kesehatan
Ibu, Bayi Baru
Lahir, Bayi dan
Anak Balita
(KIBBLA)?
BY 45
Cukup baik. Kita komunikasi ada pertemuan
tiga bulan sekali, dan biasa kita
menyurati semua puskesmas.
Informan mengatakan antara puskesmas dan dinas kesehatan
sistem komunikasinya berjalan
dengan baik. Setiap tiga bulan kami
mengadakan pertemuan.
Puskesmas dan dinas kesehatan komunikasinya berjalan dengan
baik. Tiga bulan sekali kami
mengadakan pertemuan untuk
membahas semuanya.
MR 29
Teknisnya yang tau (Dinas
Kesehatan)
Informan mengatakan teknis yang
tau (Dinas Kesehatan)
Bagaimana cara
pemerintah/ Dinas
Kesehatan dalam
memberikan
informasi kepada
tenaga-tenaga
kesehatan yang ada
di Rumah Sakit
dan Puskesmas
tentang pelayanan
Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir,
Bayi dan Anak
Balita (KIBBLA)?
BY 45
pastinya ada penyuratan di setiap
puskesmas, bidan desa, dan
instansi-instansi lainnya. Setiap
ada kegiatan, kita juga biasanya
menyampaikan informasi ketika
pertemuan tiga bulan sekali dan
biasa juga dalam pelatihan-
pelatihan tenaga kesehatan.
Informan mengatakan setiap ada
kegiatan di Dinas Kesehatan,
mereka akan membagian surat di
setiap puskesmas bidan desa, dan
instalasi-instalasilainnya. Biasa
juga di sampaikan informasinya
secara langsung ketika pertemuan
tiga bulan sekali dan ketika ada
pelatihan-pelatihan tenaga
kesehatan.
Setiap ada kegiatan pasti ada
persuratan dan di bagikan
puskesmas bidan desa, dan
instalasi-instalasilainnya.
informasinya juga disampaikan
secara langsung ketika pertemuan
tiga bulan sekali dan ketika ada
pelatihan-pelatihan tenaga
kesehatan.
MR 29
Teknisnya yang tau (Dinas
Kesehatan)
Informan mengatakan teknis yang
tau (Dinas Kesehatan)
Keluaran (Output)
Pertanyaan Informan Umur Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Apakah
pemerintah/ Dinas
Kesehatan berhasil
dalam menurunkan
angka kematian
ibu, bayi, dan anak
balita dengan
adanya perda ini?
BY 45
Kalau dari tahun 2015-2017
sebenarnya sih kalau dilihat
jumlahnya belum ada perubahan
yang signifikan, tapi sitemnya itu
mulai lah dari teman-teman ada
perubahan dalam menurunkan
angka kematian ibu, bayi dan anak
balita.
Informan mengatakan dari tahun
2015-2017 dilihat dari jumlahnya
belum ada perubahan yang
signifikan, tapi sistem program-
programnya sudah ada perubahan
dalam menurunkan angka kematian
ibu, bayi dan anak balita.
Dari tahun 2015-2017 belum ada
perubahan yang signifikan tapi
dari sistem program sudah ada
perubahan dalam menurunkan
angka kematian ibu, bayi dan
anak balita.
MR 29
Teknisnya yang tau (Dinas
Kesehatan)
Informan mengatakan teknis yang
tau (Dinas Kesehatan)
Apa saja kendala
yang dihadapi
pemerintah/ Dinas
Kesehatan dalam
menjalankan
program Kesehtan
Ibu, Bayi Baru
Lahir, Bayi dan
Anak Balita
(KIBBLA)?
BY 45
Kalau mau melihat kendalanya
bukan hanya satu pihak bukan
hanya bidan to’ banyak orang yang
terlibat disitu. Keluarga ibu hamil
itu sendiri. Kalau menurunkan
angka kematian ini bukan hanya
dari bidan itu sendiri tapi banyak
yang terlibat di dalamnya. Pihak
keluarga, pemerintah setempat,
dari progra lainjuga. Jadi bukan
hanya bagian KIA semata
menurunkan angka kematian.
Disini juga bukan cuman satu yang
bertanggung jawab tapi semua
terlibat seperti Dinas Kesehatan,
Bidan yang di puskesmas maupun
di desa, bagian KIA yang
menangani dan kesadaran keluarga
yang bersangkutan sehingga bisa
berjalan lancar peraturan tersebut
dan menurukan angka kematian ibu
bayi dan anak balita.
Kendala di sini bukan cuman satu
yang bertanggung jawab tapi
semua terlibat seperti Dinas
Kesehatan, Bidan yang di
puskesmas maupun di desa,
bagian KIA yang menangani dan
kesadaran keluarga yang
bersangkutan sehingga bisa
berjalan lancar peraturan tersebut
dan menurukan angka kematian
ibu bayi dan anak balita.
MR 29
Teknisnya yang tau (Dinas
Kesehatan)
Informan mengatakan teknis yang
tau (Dinas Kesehatan)
2. Petugas Kesehatan Puskesmas
Masukan (input)
Pertanyaan Informan Umur Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Apakah petugas
kesehatan mampu
dan disiplin dalam
menjalankan suatu
kegiatan dalam
menyukseskan
program-program
kesehatan yang
dibuat oleh
puskesmas?
MI 40
Enam puluh PNS, Magang tiga
puluan.
Insya Allah kami berusaha
semampu kami dalam
menyukseskan program-program
yang ada di Puskesmas
Bantimurung.
Informan mengatakan dipuskesmas
memiliki enam puluh Pegawai
Negri Sipil (PNS) dan magang tiga
puluh. Kami juga berusaha dalam
menyukseskan program-program
kami.
Petugas kesehatan setiap
bagian sudah memenuhi
standar. Semua berkerja
mampu dan disiplin dlam
mengerjakan semua tugas-
tugasnya di setiap bagiannya.
DT 41
Dua Pegawai Negri Sipil, magang
tujuh orang.
Mampuji dan di siplin ketika ada di
kerjakan.
Informan mengatakan petugas
kesehatan dibagian ini ada dua
Pegawai Negri Sipil (PNS),
magang tujuh orang. Semuanya
disiplin dalam tugas yang
dikerjakan.
FS 38
Tiga orang. Satu koordinator, satu
bidan, satu perawat.
Saya rasa sesuai ji, semua kerja ji
sesuai bagiannya.
Informan mengatakan petugas
kesehatan dibagian ini ada tiga
orang. Ada koordinator, bidan dan
perawat. Bekerja sesuai dengan
bagiannya.
SM 35
Petugas ada dua, satu koordinator
dan satunya pelaksana. Semua
jalan ji dengan semestinya.
Informat mengatakan petugas
kesehatan dibagian ini dua orang.
Ada koordinator dan bagian
pelaksanaan. Berjalan sesuai
dengan bagaimana mestinya.
HB 36
Tenaga kesehatannya empat orang
bidan dan satu mantri. Semua
kerjaji, di siplin ji.
Informan mengatakan petugas
kesehatan dibagian ini ada empat
orang bidan, dan mantri satu orang.
Semua kerja dan disiplin dalam
bekerja.
SK 27
Tenaga kesehatannya tiga bidan dan satu mantri. Kerjaji pas ada
kegiatan.
Informan mengatakan petugas kesehatan dibagian ini ada tiga
orang bidan dan satu orang mantri.
Bekerja ketika kegiatan
berlangsung.
Apakah program
kegiatan kesehatan
ibu, bayi dan anak
balita yang ada di
Puskesmas sesuai
dengan proram
kegiatan yang ada
di Dinas
Kesehatan?
MI 40
Semua program puskesmas dari
Dinas Kesehatan program
Nasional. Kalau mungkin ada
inovasi-inivasi itu tergantung dari
puskesmas itu sendiri.
Informan mengatakan program
yang ada di puskesmas sesuai
dengan yang di keluarkan Dinas
Kesehatan.
Semua program kegiatan yang
ada di puskesmas sesuai
dengan yang di keluarkan
Dinas Kesehatan. Karna
puskesmas hanya menjalankan
programnya sebagai mana
mestinya dalam menyukseskan
apa yang menjadi target di
suatu peraturan.
DT 41
Sesuai dengan Dinas Kesehatan
dan di sepakati Puskesmas.
Informan mengatakan sesuai
dengan Dinas Kesehatan yang di
sepakati Puskesmas.
FS 38
Ya pasti sesuai dengan yang di
keluarkan Dinas Kesehatan dan di
buat sama puskesmas.
Informan mengatakan program
yang di puskesmas sesuai dengan
Dinas Kesehatan.
SM 35
Sesuai dengan yang di keluarkan
Dinas Kesehatan. Kegiatan luar
gedung,dalam gedung, dan
distribusi sarana prasarana. Ada
suntik imunisasi, pelaksanaan BIAS
di sekolah spoit vaksin dan lain-
lain dan sesuai dengan dinas
kesehatan, sesuai dengan RUK
DAN RPK.
Informan mengatakan program
puskesmas sesuai dengan Dinas
Kesehatan. Tapi ada kegiatan di
luar gedung maupun didalam
gedung dari puskesmas.
HB 36
Sesuai ji. Karna kalo bagian itu
puskesmas yang tau. Yang kami tau
bagian posyandu ji.
Informan mengatakan puskesmas
yang mengetahui dan kami
menjalankan kegiatannya.
SK 27
Sesuai ji karna kita dinaungi oleh
puskesmas. Kita hanya
menjalankan kegiatannya.
Informan mengatakan puskesmas
yang mengetahui karna mereka
yang punya program mereka hanya
menjalankan kegiatannya.
MI 40 Dari JKN, biaya oprasional Informan mengatakan biaya ada Biaya ada dari JKN dan BOK.
Darimana biaya
yang di dapatkan
puskesmas dalam
menjalankan
program Kesehatan
Ibu, bayi dan anak
balita?
kesehatan dan BOP/ BOK dari JKN, BOP dan BOK.
DT 41
Sekarang kan sudah ada jaminan
kesehatan jadi pasien sudah tidak
susah-susah lagi membayar.
Informan mengatakan sudah ada
jaminan kesehatan bagi pasien.
FS 38
Saya rasa sekarang sudah tidak
keluarkan biaya yah karna sudah
ada jaminan kesehatan. Tapi kalau
yang tidak di tanggung mungkin d
bayar mugkin seperti obat.
Informan mengatakan sudah ada
jamina kesehatan dari pemerintah.
SM 35 Ada dari JKN dan BOK
Informan mengatakan biaya dari
JKN dan BOK.
HB 36
Kalo biaya sudah di tanggung
pemerintah, tapi kalau melahirkan
di rumah di denda, tapi kalau di
pus kesmas tidak ji.
Informan mengatakan memakai
jaminan kesehatan dari pemerintah.
Kecuali kalau bersalin di rumah
sendiri di kenakan denda pada ibu
melahirkan.
SK 27
Semuanya gratis kan sudah ada
jaminan kesehatan pemerintah.
Kita juga tinggal meneria dari
puskesmas.
Informan mengatakan sudah ada
jaminan kesehatan dari pemerintah
jadi tidak perlu membayar lagi.
Bagaimana
prosedur kerja/
Standar
Operasional
Prosedur (SOP) di
Puskesmas, Bagian
Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA),
Manajemen
Terpadu Balita
Sakit (MTBS) dan
MI 40 Semua sudah tertera di dalam visi
misi puskesmas.
Informan mengatakan kita bisa
melihat di visi misi puskesmas.
Semua bagian memiliki
Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang baik. Sehingga
ada patokan dalam
menyukseskan kegigiatan-
ketiatannya.
DT 41
Melayani dengan sepenuh hati dan
mendengarkan semua keluhan
pasien.
Informan mengatakan melayani
dengan baik dan mendengar semua
keluhan pasien.
FS 38
Pasien datang ke kartu baru ke
bagian MTBS terus dibagikan
formulir yang di suruh isi yang
didalamnyadi suruh ukur tingginya,
berat badannya, apa keluhannya di
tanya sudah berapa lama sakit apa
sudah minum obat atau sudah di
Informan mengatakan melayani
dengan baik dan memberikan
pengertian kepada pasien dengan
baik dan mudah dimengerti.
Imunisasi?
bawa kebidan desa, sudah itu klafikasikan lalu di kasih obat
untuk anak. Trus dilakukan
konseling cara minum obatnya dan
lain-lainnya. Kami juga
memberikan pengertian kepada
ibunya cara kasih minum obatnya.
SM 35
Dari pengambilan vaksin di Dinas
Kesehatan di simpan di puskesmas,
dari sini di distribusikan kesetiap
posyandu yang ada di desa masing-
masing 2 kelurahan 6 desa.
Informan mengatakan bagian ini
bertanggung jawabmengambil
vaksin di simpan di puskesmas dan
ditribusikan ke posyandu-posyandu
yang ada di desa.
HB 36 Kita harus melayani pasien dengan
baik.
Informan mengatakan melayani
pasien dengan baik.
SK 27 Kita melayani ji pasien dengan
baik dan sopan.
Informan mengatakan melayani
pasien dengan baik dan sopan.
Kapan jadwal
kegiatan Kesehatan
Ibu, Bayi Baru
Lahir,Bayi dan
Anak Balita
(KIBBLA)
dilaksanakan
dipuskesmas
mapun diluar
puskesmas?
MI 40
Sebaiknya adek menanyakan di
setiap bagian yang lebih tau.
Seperti bagian KIA, MTBS, dan
Imunisasi.
Informan mengatakan yang lebih
tau adalah bagian KIA, MTBS, dan
Imunisasi.
Semua bagian mempunyai
kegiatan. Seperti Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA),
Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS), Imunisasi di
posyandu.
DT 41
Kegiatan posyandu ada, kita juga
ada kegiatan, tergantung ada
pembiayaan ada kegiatan. Diluar
jadwal pasien juga ada karna
kegiatan KIA banyak. Seperti ada
kegiatan sosialisasi, kelas ibu
hamil, itu kita tidak samakan sama
kegiatan posyandu. Kegiatan kelas
ibu hamil tergantung kesepakatan
antara bidan desa dan masyarakat
kapan bisa, tinggal menginfokan ke
kita. Sebulan cuman empat desa
kita datangi. Kita juga ada
Informan mengatakan bagian ini
ada kegiatan didalam puskesmas
maupun diluar puskesmas. Karna
kegiatan KIA banyak. Kegiatan
yang diluar gedung seperti
sosialisai masalah ibu hamil, kelas
ibu hamil, dan donor darah.
kegiatan pemeriksaan golongan darah, HB, bagi ibu hamil dan
pendamping ibu hamil (suami/
keluarga). Karena sekarang
programnya semua ibu hamil
minimal memiliki empat calon
pendonor pada saat nanti
melahirkan.
FS 38
Setiap hari kami melayani ji. Di
bidan desa juga melayani.
Informan mengatakan setiap hari
melayani. Bidan desa juga
melayani.
SM 35
Sudah ada setiap jadwalnya empat
puluh posyandu satu bulan. Satu
desa itu ada lima posyandunya
ada satu saja posyandu.
Informan mengatakan ada jadwal
posyandu setiap bulannya.
HB 36
Sebulan sekali ji posyandu di buka.
Biasa juga kalau ada kegiatan
diluar posyandu dari puskesmas
baru ada kegiatan lagi.
Informan mengatakan sebulan
sekali. Kecuali ada kegiatan
puskesmas lagi di luar waktu
posyandu baru ada kegiatan.
SK 27 Sebulan sekali ji mbak. Informan mengatakan sebulan
sekali.
Proses (Process)
Pertanyaan Informan Umur Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Fasilitas apa saja
yang di sediakan
puskesmas dalam
pemeriksaan
Kesehatan Ibu,
Bayi Baru
MI 40
Saya rasa sudah lengkap. Saya mau
buat area ramah anak jadi semua
anak yang ada dipuskesmas biar
anak pasien pegawai bisa bermain
di area itu. Bagian lorong itu sudah
diukir entah itu ada beberapa
informasi supaya menarik juga
Informan mengatakan sudah
lengkap. Tapi dari pihak puskesmas
akan menambahkan area ramah
anak, jadi anak petugas dan pasien
bisa bermain di area tersebut.
Fasilitas yang ada di
puskesmas sudah lengkap.
Tetapi fasilitas di posyandu
kurang memadai.
Lahir,Bayi dan
Anak Balita
(KIBBLA) ?
untuk dilihat.
DT 41
Ruangan ada, Alkes ada, menurut
saya lengkap
Informan mengatakan bagian ini
mempunyai ruagan, alat kesehatan
dan lain-lainnya.
FS 38
Ruangan ada, dokter ada, obat ada. Informan mengatakan bagian ini
mempunyai ruangan dan obat-obat
juga ada.
SM 35
Ruangan ada, kendaraan dinas
ada. Kita tidak melayani imunisasi
di dalam gedung hanya pemberian
imunisasi untuk calon pengantin.
Kalau imunisasi dasar dan rutin
dilaksanakan di desa masing-
masing.
Informasi mengatakan bagian ini
mempunyai ruangan, ruangan obat,
dan kendaraan dinas
HB 36
Masih kurang. Seharusnya ada
lima meja cuman disini tidak
cukup, jadi langsung di data lalu
ditimbang.
Informan mengatakan masih
kurang fasilitasnya yang ada di
posyandu.
SK 27 Yah begini ji kondisiny. Kita mi
saja bahasakan bagaimana.
Informan mengatakan masih
kurang fasilitasnya.
Apakah peralatan
kesehatan bagian
Kesehatan Ibu,
Bayi Baru
Lahir,Bayi dan
Anak Balita
(KIBBLA) di
Puskesmas sudah
lengkap?
MI 40
Mungkin bisa ditanya disetiap
bagiannya masing-masing. Seperti
bagian KIA, MTBS, dan Imunisasi.
Informan mengatakan yang lebih
tau bagian KIA, MTBS, dan
imunisasi.
Peralatan yang ada di
puskesmas sudah lengkap.
Kecuali di posyandu masih
kurang peralatannya. DT 41
Sudah lengkap.
Informan mengatakan sudah
lengkap
FS 38
Alat-alat ukur tinggi badan,
peningbang berat badan dan alat
pemeriksaan untuk balita.
Informan mengatakan bagian ini
memiliki alat tinggi badn,
penimbang berat badan, dan alat
periksa untuk balita.
SM 35 Saya rasa sudah lengkap.
Infonman mengatakan sudah
lengkap.
HB 36 Belum lengkap. Informan mengatakan belum
lengkap
SK 27 Belum lengkap. Informan mengatakan belum
lengkap.
Bagaimana petugas
kesehatan dalam
melayani pasien?
MI 40 Pasti kita harus baik lah dan
melayani dengan baik juga.
Informan mengatakan petugas
harus baik dalam melayani pasien.
Semua bagian melayani sesuai
dengan bagiannya. Seperti
Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS),
Imunisasi di posyandu.
DT 41
Kalau bagian ini langsung saja
kesini tidak pake nomor antrian.
Tapi kalo masuk di sni di data dulu
baru di periksa.
Informan mengatakan langsung
keruangannya tidak usah
mengambil nomor antrian.
FS 38
Pasien datang ke kartu baru ke
bagian MTBS terus dibagikan
formulir yang di suruh isi yang
didalamnyadi suruh ukur tingginya,
berat badannya, apa keluhannya di
tanya sudah berapa lama sakit apa
sudah minum obat atau sudah di
bawa kebidan desa, sudah itu
klafikasikan lalu di kasih obat
untuk anak. Trus dilakukan
konseling cara minum obatnya dan
lain-lainnya. Kami juga
memberikan pengertian kepada
ibunya cara kasih minum obatnya.
Informan mengatakan pasien
datang ke kartu langsung keruangan
dan dibagikan formulis untuk di isi
pasien.
SM 35
Dari pendaftaran sebenarnya kami
tidak melayani dalam gedung, saya
bergabung di KIA yang program
Kbnya dan imunisasi ibu hamil.
Kalau posyandu biasa saya turun
dan membantu bidan desa. Saya
gilir kalau misalnya saya bulan ini
tidak keposyandu itu maka bulan
depannya saya keposyandu itu
Informan mengatakan tidak
melayani di dalam gedung, bagian
ini bergabung di bagian KIA. Kalau
diluar gedung bagian kami
membantu di posyandu.
tidak semua saya datangi karna saya kan koordinator, tugasnya
koordinator kan cuman membantu.
Dari pengambilan vaksin didinas
kesehatan di simpan di puskesmas,
dari sini di distribusikan kesetiap
posyandu yang ada di desa masing-
masing 2 kelurahan 6 desa.
HB 36
Ya yang saya bilang tadi mestinya
ada lima meja dan punya bagian
masing-masing mendata pasien
dan lain-lainnya.
Informan mengatakan di data terus
melakukan pemeriksaan, dan
imunisasi.
SK 27 Yah pasien datang kami data trus
ditimbang, imunisasi, dan lain-lain.
Informan mengatakan di data terus
imunisasi.
Bagaimana sistem
komunikasi dan
kerjasama yang
ada di puskesmas
dengan Dinas
Kesehatan dalam
menjalankan
program Kesehatan
Ibu, Bayi Baru
Lahir,Bayi dan
Anak Balita
(KIBBLA) ?
MI 40
Pasti ada persuratan, penyampaian
kedinas kesehatan Dinas Kesehatan
dan melihat setiap laporan
tahunan.
Informan mengatakan ada
persuratan, penyampaian langsung,
dan ada laporan tahunan.
Pastinya ada persuratan,
penyamaian langsung ketika
ada pertemuan, dan melihat
dari laporan-laporan yang
kami sampaikan.
DT 41
Mungkin secara surat menyurat itu
hanya Tata Usaha bagian atas
yang tau. Tapi biasanya ada
persuratan.
Informan mengatakan ada
persuratan.
FS 38
Persuratan, tpi biasa juga ada yang
dari Dinkes datang untuk
memantau ke puskesmas.
Informan mengatakan ada
persuratan dan biasa Dinkes
memantau semua kegiatan
puskesmas.
SM 35
Biasanya menyurat ke puskesmas
dan disampaikan kepala puskesmas
kepada kami. Ketika ada
pertemuan setiap perwakilan
puskesmas menyampaikan ke
petugas yang ada di puskesmas.
Informan mengatakan ada
persuratan. Ketika ada pertemuan
setiap perwakilan puskesmas
menyampaikan ke petugas yang ada
di puskesmas.
HB 36 Puskesmas yang tahu. Kita hanya Informan mengatakan puskesmas
menginformasikan ki ke puskesmas dan mengumpul data-data ibu
hamil, melahirka, dan anak
imunisasi di desa ini.
yang menginformasikan.
RN 10 Dari puskesmas. Tapi biasa ada
persuratan.
Informan mengatakan dari
puskesmas dan ada persuratan.
Bagaimana cara
puskesmas
memberikan
informasi tentang
kegiatan-kegiatan
Kesehtan Ibu, Bayi
Baru Lahir, Bayi
dan Anak Balita
(KIBBLA) kepada
masyarakat?
MI 40
Persuratan dan sosialisasi kepada
masyarakat. Sosialisasi apa-apa
saja yang akan dilaksanakan
dipuskesmas, pelayanan diluar
gedung maupun didalam gedung itu
harus di sosialisasikan keluar.
Memang sudah ada jadwalnya tiap
tahun sudah di kirim ke kantor
desa, kecamatan, ke lingkungan-
lingkungan, dan posyandu-
posyandu. Jadi mereka tahu ada
kegiatan seperti ini.
Informan mengatakan dengan cara
sosialisasi. Setiap kegiatan sudah
ada dibuat puskesmas dan
dibagikan ke posyandu, kantor
desa, kecamatan, lingkungan-
lingkungan dan posyandu-
posyandu.
Dengan cara sosialisasi. Setiap
kegiatan sudah ada dibuat
puskesmas dan dibagikan ke
posyandu, kantor desa,
kecamatan, lingkungan-
lingkungan dan posyandu-
posyandu. Biasa juga petugas
kesehatan menyampaikan
langsung ketika bertemu
dengan pasien.
DT 41
Pas kegiatan posyandu atau
lansung ke pasien ketika datang
memeriksa.
Informan menagatakan ketika
kegiatan posyandu, bisa juga
langsung dengan pasien ketika
datang memeriksa.
FS 38
Pas kegiatan posyandu dan di
puskesmas langsung di sampaikan
biasanya,
Informan mengatakan ketika
kegiatan posyandu dan di
sampaikan secara langsung kepada
pasien.
SM 35 Ketika ada kegiatan posyandu dan
di puskesmas langsung.
Informan mengatakan kegiatan
posyandu dan puskesmas
HB 36 Setiap posyandu kami selalu kasih
ingat ibu-ibu yang datang.
Informan mengatakan posyandu
dan ketika ketemu dengan pasien
SK 27 Di posyandu Informan mengatakan ketika
kegiatan posyandu.
Keluaran (Output)
Pertanyaan Informan Umur Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Apakah puskesmas
sudah berhasil
menurunkan angka
kematian ibu, bayi
dan anak balita?
MI 40
Karna saya baru satu bulan
menjabat di sini. Saya juga belum
melihat laporan tahunannya dan
membandingkannya. Tapi kalau
secara fisik puskesmas saya sedikit
demi sedikit merenovasi dan
menata puskesmas ini.
Informan mengatakan masih baru
menjabat jadi belu banyak tau. Tapi
kalau secara fisik puskesmas sudah
banyak yang berubah.
Ada penurunan angka
kematian ibu, bayi dan anak
balita. Karna itu yang di
harapkan dalam suatu program
dan dibuatkanlah kegiatan
sehingga ada perubahan dari
tahun sebelumnya.
DT 41 Adaji Penurunan. Informan mengatakan ada
penurunan.
FS 38 Adaji penurunan. Informan mengatakan ada
penurunan.
SM 35 Adaji penurunan. Informan mengatakan ada
penurunan.
HB 36 Mungkin ada. Informan mengatakan
kemungkinan ada.
SK 27 Ada penurunan. Karna tidak ada pi
kasus lagi.
Informan mengatakan ada
penurunan, karna belum ada kasus.
Apa saja kendala
yang dihadapi
puskesmas/
posyandu dalam
menurunkan angka
kematian ibu, bayi
dan anak balita?
MI 40
Tidak ada, apa pi yang di
kendalakan. Kendaraan oprasional
ada, biaya oprasional ada, tenaga
ada, sasaran jelas, walaupun
cakupan rendah tapi tidak ada
alasan buat rendah. Letak
geografis juga aman nda ada
perbukitan, pabrik, pertambangan
yang sulit dijangkau.
Informan mengatakan sudah tidak
ada kendala walaupun cakupan
rendah tapi tidak ada alasan buat
rendah karna semua fasilitas
lengkap, tenaga ada, biaya
oprasional dan sasaran juga jelas.
Di puskesmas sudah tidak
begitubanyak kendala yang di
hadapi petugas kesehatan
dalam kegiatan di dalam
gedungnya akan tetapi kegitan
di luar gedung mengalami
kendala dari masyarakat yang
kurang antusias dalam
kegiatan yang di adakan
puskesmas.
DT 38
Kalau kendala biasanya kegiatan
diluar gedung karena banyak
masyarakat tidak banayak datang
itu juga mempengaruhi kesuksesan
kegiatan kita.
Informan mengatakan kendalanya
ketika ada kegiatan diluar
puskesmas, masyarakatnya banyak
yang tidak bisa datang itu juga
mempengaruhi kesuksesan kegiatan
kita.
FS 35 Kendala tidak ada ji Informan mengatakan tidak ada
kendala
SM 36
Masih ada masyarakat pahamnya
isinya vaksin itu mengandung unsur
babi jadi masih ada beberapa KK
yang di desa Leang-Leang pantang
dengan imunisasi.
Karna masyarakat disina masih
mengira imunisasi mengandung
babi makanya tidak mau di
imunisasi.
Informan mengatakan masih
masarakan masih kurang paham
dengan masalah imunisasi. Karna
ada desa yang tidak mau di
imunisasi mengira vaksin imunisasi
masih mengandung unsur babi.
HB 27 Yah fasilitasnya kurang lengkap Informan mengatakan fasilitasnya
kurrang lengkap.
SK 27
Masih ada masyarakat yang tidak
mau di imunisasi anaknya. Dan
fasilitasnya kurang lengkap.
Informan mengatakan masih ada
masyarakat yang tidak mau di
imunisasi anaknya dan fasilitas d
posyandu masih kurang.
3. Ibu sedang hamil, mempunyai bayi, dan anak balita
Masukan (Input)
Pertanyaan Informan Umur Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Kegiatan kesehatan
ibu dan anak apa
saja yang ibu
ketahui?
HM 37 Imunisasi ji sama periksa kehamilan di
posyandu setiap satu bulan.
Satu orang mengatakan
imunisasi
Empat orang mengatakan
imunisasi, penimbangan, dan
KB
Sudah banyak orang yang
mengetahui dan paham apa
saja kegiatan puskesmas dan
posyandu. LF 26
Imunisasi, penimbangan, KB, pernah
juga ada kelas ibu hamil.
HS 30 Imunisasi menimbang anak sma KB
YL 29 Imunisasi, KB, penimbangan, dan
pemberian vitamin
FD 27 Imunisasi, pemeriksaan kehamilan, KB
Berapa biaya yang
ibu keluarkan
ketika diperiksa
petugas kesehatan.
Misalnya Bidan,
Petugas Kesehatan
Ibu dan Anak
(KIA) dan
Imunisasi?
HM 37 Tidak membayar ji Semua mengatakan tidak ada
biaya saat pemeriksaan. Tapi
kalau ada yang melahirkan di
rumah membayar.
Sudah tidak ada biaya saat
pemeriksaan. Tapi kalau ada
yang melahirkan di rumah
membayar.
LF 26 Tidak ada ji, karna ada mi jaminan
kesehatan dari pemerintah
HS 30 Tidak ji, cuman kalau melahirkan di
rumah membayar.
YL 29 Tidak ada ji, pake BPJS toh
FD 27
Tidak ada ji, ada mi jaminan
kesehatan toh BPJS, KIS dan lain-lain
Kapan jadwal
kegiatan kesehatan
ibu dan anak
dilakukan di
Puskesmas maupun
diluar Puskesmas
atau posyandu
yang ibu ketahui?
HM 37 Sekali sebulan di piosyandu Empat orang mengatakan
posyandu hanya satu kali
sebulan.
Satu orang mengatakan banyak
kegiatan bukan cuman di
posyandu saja.
Meraka mengetahui apa saja
kegiatan dan kapan kegiatan di
laksanakan. LF 26
Sekali sebulan ji, kalau di puskesmas
buka terus ji.
HS 30 Sebualan sekali
YL 29
Sebulan sekali kalau posyandu, kalau
di puskesmas melayani ji tapi sampe
siang ji
FD 27
Banyak ji kegiatannya, cuman kadang sebulan sekali kalau posyandu, ada
juga kelas ibu hamil, ada juga
sosialisasi dari puskesmas biasa.
Proses (Process)
Pertanyaan Informan Umur Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Bagaimana
tampilan bangunan
Puskesmas/
Posyandu?
HM 37
Yah kalau puskesmas bagusji, tapi
kalau posyanduyah kayak begini ji
cuman panas
Empat orang mengatakan
puskesmasnya bagus.
Satu orang mengatakan jarang
ke puskesmas
Semua mengatakan
posyandunya kurang dirawat.
Puskesmasnya sudah bagus,
tetapi posyandunya kurang
terawat.
LF 26
Yah kalau di puskesmas pasti bagus,
kalau di posyandu begini. Mungkin
karna sebulan sekali jadi kurang di
rawat tempatnya.
HS 30 Jarang kepuskesmas karna jauh,
palingan di bidan desa saja
YL 29 Bagusji, begini smua ji yang saya liat
posyandu
FD 27 Bagus ji
Bagaimana
peralatan
kesehatan di
Puskesmas/
Posyandu?
HM 37 Lengkap ji kayaknya Semua mengatakan kurang
lengkap peralatan yang ada di
posyandu.
Satu orang mengatakan
peralatan di puskesmas sudah
lengkap
Peralatan di puskesmas sudah
lengkap tapi di posyandu
masih kurang lengkap. LF 26
Kurang lengkap sih kalau menurut
saya
HS 30 Lengkap ji mungkin karna ada ji
penimbangnya
YL 29 Tidak lengkap, karna kurang kursi
untuk duduk
FD 27
Kalau di puskesmas lengkapmi, tapi
kalau di posyandu masih kurang
lengkap
Apakah petugas
kesehatan di
Puskesmas/
posyandu melayani
ibu dengan cepat
dan baik?
HM 37 Baik ji, cepat ji tapi antri Smua mengatakan pelayanannya baik dan cepat.
Pelayanan petugas kesehatan sudah baik dan cepet
melayani. LF 26
Baik ji, cuman kan harus mengantri
karna di data juga anaknya
HS 30 Baik ji tawwa
YL 29 Baik ji
FD 27
Baik semua ji
Apakah petugas
kesehatan di
Puskesmas/
Posyandu tepat
waktu dalam
kegiatannya?
HM 37 Sesuai ji kalau yang di posyandu,
karna sebulan sekali
Semua mengatakan petugas
kesehatannya tepat waktu dalam
kegiatannya.
Petugas kesehatannya tepat
waktu dalam kegiatannya.
LF 26
Tepat waktu ji kalau posyandu biasa
juga mereka ji yang duluan datang
bersih-bersih dulu baru melakukan
pelayanan
HS 30 Tepat waktu ji
YL 29 Iya tepat waktu ji
FD 27 Tepat paktu
Bagaimana ibu
mendapatkan
informasi tentang
kegiatan-kegiatan
di Puskesmas/
Posyandu?
HM 37 Dari petugas ji Dua orang mengatakan
informasi yang di dapat dari
petugas kesehatan.
Tiga orang mengatakan
informasi yang di dapat dari
bidan.
Semua informasi di dapatkan
dari petugas kesehatan. LF 26
Dari petugas puskesmas/ posyandunya
ji
HS 30 Bidan
YL 29 Bidan
FD 27 Bidan
Keluaran (Output)
Pertanyaan Informan Umur Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Apa yang ibu
rasakan ketika
sudah di periksa
oleh petugas
kesehatan di
Puskesmas/
Posyandu?
HM 37 Biasa ji. Biasa adaji juga perubahan. Semua mengatakan baik.
Kecuali kalau ada keluhan lagi
baru kembali lagi untuk
diperiksa.
Perasaan mereka baik. Akan
tetapi ketika ada keluhan lagi
baru kembali untuk diperiksa. LF 26 Yah begini ji
HS 30 Kalau sakit pergi ji periksa
YL 29
Baik ji, karna kalau ada keluhan
langsung ke bidan desa atau ke
puskesmas
FD 27 Bagitu ji kan nda langsung sembuh
kalau d periksa
Bagaimana
perasaan ibu ketika
anakanya sudah di
imunisasi?
HM 37 Biasaji cuman biasa menangis ki kalau
mau di periksa
Semua mengatakan ibunya baik
saja. Cuman anaknya menangis
gara-gara takut dan kesakitan.
Perasaan mereka baik. Akan
tetapi anaknya menangis
ketika diperiksa karna takut
dan kesakitan. LF 26 Menangis ki mungkin takut sama sakit
HS 30 Biasa kasian, karna menangis ki tapi
sebentar ji menangis
YL 29
Biasa ji, tapi kalau anakku menangis
karna masih bayi toh. Tapi ada juga
dulu keluarga nda mau dia imunisasi
anaknya karna na kira ada kandungan
babi di vaksin imunisasinya bede. Tp
sekarang sadarmi kana di kasih
pengertian sma petugasnya.
FD 27 Tidak ji. Ada pi lagi keluhan baru ke
bidan
Apa saja kendala
yang ibu rasakan
dalam pelayanan
kesehatan yang ada
di Puskesmas/
Posyandu?
HM 37
Tidak adaji. Mungkin kalau ke
puskesmas susah kendaraan umum
terus jauh
Dua orang mengatakan tidak
ada.
Dua orang juga mengatakan
kendaraan umum yang
susah.mesti pake kendaraan
pribadi karna lokasi puskesmas
Kebanyakan kendalanya ada
pada posyandu yang ada di
desa masing-masing. Masalah
fasilitas yang ada di sana.
LF 26
Mungkin kendala kalau mau ke
puskesmas ji, kalau ke posyandu tidak
ji
HS 30 Tidak ada ji tapi panas kalau siang di
sini baru tidak ada lindungi ini posyandu
jauh.
Satu orang mengatakan kurang
tempat duduk d posyandu. YL 29
Tempat duduk untuk menunggu, terus
kalau daerah sisni ke puskesmas pake
kendara pribadi pi karna tidak ada
pete-pete.
FD 27 Tidak ada ji.
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
DOKUMENTASI PENELITIAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Data Pribadi
1. Nama : Lisa Afiqah
2. Tempat/ Tgl Lahir : Gowa / 04 Desember 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Suku/ Bangsa : Makassar / Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Kapal Selam 1 RT.19 Loktuan, Bontang
7. Gmail : [email protected]
8. No. HP : 0813-5090-5833
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN No. 73 Mattekko Palopo, Sulawesi Selatan
b. SD Negeri Pao-Pao Gowa, Sulawesi Selatan
c. SMP YPL Bontang Utara, Kalimantan Timur
d. SMA IT YABIS Bontang, Kalimantan Timur
e. Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan.
2. Pendidikan Non Formal
a. Forum Health Administration and Policy Student Community (HAPSC) Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.
b. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin Makassar.
c. Keluarga Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Makassar.
d. IKAB Universitas Hasanuddin Makassar.