implementasi peraturan daerah kabupaten …repository.fisip-untirta.ac.id/1156/1/implementasi...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH
KABUPATEN SERANG NOMOR 11 TAHUN 2006
TENTANG PAJAK RESTORAN
(Studi Kasus Pada Restoran Jenis Official Asessment di
Kabupaten Serang)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Ujian Sarjana Strata-1
Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Afrila Lisniaty
NIM 050022
PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG 2010
Alhammdulillahirobbil ‘ alammiin……
Akhirnya Skripsi Ku Ini Dapat Terselesaikan……
Skripsi ini Ku Persembahkan Secara Khusus Kepada Kedua
Orang Tua Ku Tercinta ( Babeh dan Mama ), Kakak dan Adik
Ku Tersayang (Ucie dan Karin), Serta Semua Orang Yang
Telah Menyayangi dan Memotivasi Ku Sehingga
Terselesaikannya Skripsi ini.
ABSTRAK
Afrila Lisniaty. NIM. 050022. Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran (studi kasus pada
restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang).
Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Pajak Restoran Official Assessment.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh upaya mengubah sistem perpajakkan
daerah yang banyak menimbulkan kendala baik dalam penetapan maupun
pemungutannya. Pemungutan pajak restoran di Kabupaten Serang diatur oleh
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran. Secara umum peraturan daerah ini berisi tentang segala hal yang
berhubungan dengan proses pemungutan pajak restoran di Kabupaten Serang.
Pelaksanaan kegiatan pajak restoran ini dilaksanakan oleh negara dan pemerintah
dengan berbagai kebijakan mulai dari kebijakan yang berupa perundang-undangan
sampai dengan keputusan presiden dan atau keputusan menteri. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, khususnya restoran jenis official
assessment di Kabupaten Serang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, dari orang atau
perilaku yang diamati dan kenyataan sosial yang terjadi pada masyarakat.
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri dengan membuat kisi-
kisi pertanyaan yang didasarkan pada dimensi keberhasilan implementasi
kebijakan menurut teori Merilee S. Grindle yaitu, dimensi isi kebijakan dan
konteks kebijakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive
sampling. Teknik analisis data penelitian ini menggunakkan teknik analisis
interaktif dari Miles dan Huberman. Sedangkan untuk menguji validitas data
dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, khususnya restoran jenis official
assessment di Kabupaten Serang belum optimal karena masih banyak hambatan-
hambatan dalam pelaksanaanya. Pertama, kurangnya sosialisasi dan dana. Dimana
dana untuk merealisasikan program tersebut sangat sulit karena berbagai kendala
yang ada pada dinas maupun lingkungannya. Kedua, kurangnya sumber daya ahli.
Ketiga, kurangnya aksesbilitas untuk membantu atau mempermudah wajib pajak
restoran membayarkan pajaknya. Dari penelitian ini, peneliti juga mencoba
memberikan saran atau masukan yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
dinas yakni pertama, untuk meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak atau
masyarakat, kiranya perlu ditingkatkan penyuluhan atau sosialisasi. Kedua,
kurangnya sumber daya ahli dinas perlu mengadakan pelatihan-pelatihan baik
dalam bidang komputer maupun dalam kegiatan pemungutan pajak, sehingga
dapat meningkatkan kemampuan petugas baik secara kuantitas maupun kualitas.
Dan ketiga, untuk mempermudah wajib pajak restoran membayarkan pajaknya,
kiranya dinas membuka cabang kas daerah pembantu.
ABSTRACT
Afrila Lisniaty, NIM 050022. Implementation of Provincial Regulation No. 11 of
2006 on Tax Restaurants (case studies on the restaurant type of assessment
official at Serang Regency)
Keywords: Implementation, Policy, Restaurant tax assessment official
This research is motivated by efforts to change the local taxation system
which causes a lot of obstacles both in the determination or collection. Restaurant
tax collection in Serang district governed by the laws of Serang Regency number
11 of 2006 regarding the restaurant tax. In general, this area contains rules on all
matters relating to the process of tax collection restaurant in Serang District.
Implementation of this restaurant tax activities conducted by state and
government with a variety of policies ranging from policies in the form of
legislation until a presidential decree and ministerial decrees. The purpose of this
study is to determine the implementation of local regulations Serang Regency
number 11 of 2006 regarding the restaurant tax, especially a restaurant type of
assessment official in Serang District. The method used in this research is to use a
qualitative approach, namely the research procedures that produce descriptive
data in the form of words written or oral, of persons or behaviors were observed
and social realities that occur in society. Instruments in this research is the
researcher's own by making the lattice of questions based on the dimensions of
successful implementation of policies according to the theory of Merilee S.
Grindle is, the dimension of the policy content and policy context. Data collection
techniques used were interviews, observation and documentation. The sampling
technique used is purposive sampling. This study data analysis techniques using
the interactive analysis techniques of Miles and Huberman. Meanwhile, to test the
validity of the data using triangulation of sources and techniques. The results of
this study indicate that the implementation of Serang district regulations number
11 of 2006 about restaurant taxes, especially the restaurant's official assessment
of Serang Regency is not optimal because there are still many obstacles to its
implementation. First, lack of socialization and funds. Where the funds to realize
the program was very difficult because of various constraints that existed at the
agency and its environment. Second, the lack of skilled resources both in quantity
and quality. Third, the lack of accessibility to assist or facilitate the tax payers
pay the restaurant tax. From this study, researchers also tried to give suggestions
or input that can be taken into consideration for the service: first, to raise
awareness of the law or society taxpayers would need to be increased education
or socialization. Second, the lack of skilled resources department needs to
conduct training both in the field of computers as well as in tax collection
activities, thus increasing the ability of officers both in quantity and quality. And
third, to facilitate the taxpayers pay their tax restaurant, presumably to open a
branch office assistant regional cash.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirobbil’alamiin, segala puji dan puja syukur peneliti ucapkan
kehadirat Allah SWT atas karunia dan kasih sayang-Nya. Peneliti dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Implementasi
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis Official Assessment di Kabupaten
Serang). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program
pendidikan Strata 1 (satu), pada program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Selesainya penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa
tulus dan pengertian serta kesabaran dari semua pihak. Pada kesempatan ini,
peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc. selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Ibu Dra. Rahmi Winangsih, M.si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Idi Dimyati, S.Ikom. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Rina Yulianti, S.IP, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Ibu Listyaningsih, S.Sos, M.Si. selaku Pembimbing I skripsi bagi penulis
yang senantiasa memberikan masukan materi dan pengarahan dengan
kesabarannya dalam setiap bimbingan yang pernah dilakukan sampai
tersusunnya skripsi ini.
9. Ibu Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II bagi penulis yang
senantiasa memberikan masukan materi, motivasi dan semangat bagi
penulis dalam setiap tahapan bimbingan yang dilakukan sampai
tersusunnya skripsi ini.
10. Bapak Kristian Widya Wicaksono, S.Sos, M.Si. selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan motivasi dan
masukan kepada penulis dalam setiap bimbingannya.
11. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama diperkuliahan.
12. Bapak Drs. E. M. Rudi Affandi. MM. selaku Seksi Pendaftaran &
Pendapatan Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Serang yang telah memberikan banyak informasi kepada peneliti selama
melakukan penelitian.
13. Bapak Yanto E. Halimi. selaku Staf Bagian Penetapan dan Penagihan
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan informasi pada penulis
14. Ibu Hanifah. selaku Pelaksana Seksi Penetapan dan Penagihan Dinas
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang yang tidak
bosan-bosannya membantu penulis untuk melakukan penelitian dan
pencarian data di instansinya.
15. Bapak Toto Sunarto. SE. selaku Seksi Dana Perimbangan dan Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Serang yang bersedia memberikan informasi pada penulis.
16. Para Pengusaha restoran, Bapak Nugroho, Bapak Ace, Bapak Sustira,
Bapak Ian, Bapak Tb. Alam terima kasih makan gratisnya, Ibu Suwarsih,
dan Ibu Tuti terima kasih es teh manisnya. Terima kasih sudah membantu
dalam mencari data dan informasi pada peneliti.
17. Kedua Orangtua aku tercinta. Babeh dan Mama yang selama ini telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil dan doa’nya yang tulus
serta kasih sayang. Aku sayang kalian.
18. Kakak, Adik serta Keponakan ku satu-satunya tercinta, Ucie, Karina, dan
Arya yang telah memberikan dukungan dan semangat ketika mengerjakan
skripsi ini. Terima kasih I love you.
19. Sahabat-sahabatku yang sudah duluan lulus Armina, Anggun, Atun, Resti
yang tak akan pernah kulupakan dalam perjalanan kuliah di Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Terima kasih buat dukungan dan masukan yang
kalian berikan serta telah berbagi cerita dalam penyelesaian skripsi untuk
menjadi seorang sarjana. Motivasi kalian sangat berarti sampai sekarang.
20. Sahabatku Irfan ”penyek” yang selama ini selalu bareng setiap berangkat
kuliah dan terimakasih buat antar jemputnya.
21. Deddy Wirahadibrata yang telah memberikan semangat, cinta dan kasih
sayangnya pada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
22. Seluruh Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa khususnya Program Studi Ilmu
Administrasi Negara angkatan 2005 baik kelas A maupun B yang telah
memberikan warna dalam perjalanan hidup yang dilalui oleh penulis
dibangku perkuliahan ini.
23. Si Buncit terimakasih atas nasehat dan dukungannya yang diberikan
selama ini. Semoga apa yang dicita-citakan dikabulkan oleh Allah SWT.
24. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu terselesaikannya laporan tugas akhir ini, hanya Allah SWT
yang akan membalas semua kebaikan yang telah penulis rasakan.
Akhirnya penulis tidak berhenti mengucapkan syukur kepada Allah SWT
karena atas ridhonya skripsi ini dapat terselesaikan. Tentunya penulis menyadari
bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu
dengan tangan terbuka peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Cilegon, Agustus 2010
Penulis
Afrila Lisniaty
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK .......................................................................................... v
ABSTRACT .......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 7
1.3 Batasan Masalah ....................................................................... 8
1.4 Perumusan Masalah .................................................................. 8
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................... 9
1.6 Kegunaan Penelitian .................................................................. 9
1.7 Sistematika Penelitian ................................................................ 10
BAB II DESKRIPSI TEORI ................................................................... 15
2.1 Deskripsi Teori ......................................................................... 15
2.1.1 Pengertian Kebijakan ................................................. 15
2.1.2 Pengertian Publik ....................................................... 19
2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik ...................................... 20
2.1.4 Implementasi Kebijakan ............................................. 25
2.1.5 Pendekatan Implementasi Kebijakan .......................... 28
2.1.5.1 Pendekatan Top Down ................................. 28
2.1.5.2 Pendekatan Bottom Up ................................ 29
2.1.6 Implementasi Kebijakan Model Merilee S. Grindle ... 30
2.1.7 Pengertian Pajak .......................................................... 33
2.1.7.1 Fungsi Pajak ................................................. 36
2.1.7.2 Penggolongan Pajak ..................................... 38
2.1.8 Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Restoran .............. 40
2.2 Deskripsi Kebijakan .................................................................... 46
2.2.1 Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pajak Restoran ........................... 46
2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................... 48
BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................... 52
3.1 Metodelogi Penelitian ............................................................... 52
3.2 Instrumen Penelitian .................................................................. 53
3.3 Sumber Data .............................................................................. 53
3.4 Teknik Sampling ........................................................................ 59
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................. 59
3.6 Pengujian Validitas Data dan Realibitas Data ........................... 62
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 67
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................................ 67
4.1.1 Deskripsi Kabupaten Serang ...................................... 67
4.1.2 Deskripsi Dinas Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Serang ........................................ 70
4.2 Deskripsi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11
Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran ....................................... 77
4.2.1 Objek dan Subjek Pajak ............................................. 78
4.2.2 Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran ...................... 79
4.2.3 Sanksi Administrasi .................................................... 79
4.2.4 Tata Cara Pembayaran Pajak ...................................... 80
4.2.5 Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pajak ..... 80
4.3 Informan Penelitian .................................................................... 81
4.4 Deskripsi Data dan Analisis Data .............................................. 82
4.4.1 Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran
Khususnya Restoran Jenis Official Assessment di
Kabupaten Serang ...................................................... 87
1. Dimensi Isi Kebijakan ....................................... 87
2. Dimensi Konteks Kebijakan .............................. 102
4.4.2 Faktor Yang Menjadi Penghambat Implementasi
Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 11 Tahun
2006 Tentang Pajak Restoran, khususnya restoran
jenis official assessment di Kabupaten Serang.......... 103
4.4.3 Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi
hambatan dalam implementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pajak Restoran, khususnya restoran
jenis official assessment di Kabupaten Serang........... 109
4.3 Interprestasi Hasil Penelitian ..................................................... 114
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 118
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 118
5.2 Saran .......................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Table 1.1 Kategori Restoran Official Assessment ………………….. 5
Table 2.1 Jenis dan Tarif Pajak Daerah …………………………….. 42
Table 3.1 Data Primer Pegawai Dinas Keuangan dan Aset Daerah… 54
Tabel 3.2 Data Primer Pengusaha Restoran Official Assessment ….. 55
Tabel 3.3 Waktu Penelitian …………………………………………. 66
Table 4.1 Daftar Informan …………………………………….. 82
Table 4.2 Transkip Matrik Triangulasi ................................….. 86
Tabel 4.3 Jabatan, Status, dan Latar Belakang Pendidikan Pegawai
Pelaksana Peraturan Daerah Pajak Restoran
di Kabupaten Serang ........................................................... 97
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ……………………………………… 50
Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman …………... 60
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Serang .................................................... 70
Gambar 4.2 Kantor Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Serang ............................................................. 71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti
Lampiran 2 Daftar Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas FISIP
Lampiran 4 Surat Keterangan Pemberian Ijin dari Kesbang Politik, Linmas dan
Pol PP Kabupaten Serang
Lampiran 5 Surat Keterangan Pemberian Ijin dari Dinas Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Serang
Lampiran 6 Bagan Stuktur Jabatan Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Lampiran 7 Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pajak Restoran
Lampiran 8 Lembar Dokumentasi Penelitian
Lampiran 9 Lembaran Catatan Bimbingan Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, saat ini sedang
melaksanakan pembangunan di berbagai bidang untuk mencapai tujuan negara,
khususnya di bidang ekonomi. Perkembangan perekonomian di Indonesia ikut
memacu pemerintahan dalam membenahi semua sektor, terutama sektor pajak.
Dalam membenahi sektor tersebut, suatu negara memerlukan dana atau modal
untuk menjalankan fungsinya. Sumber penerimaan dana atau modal dalam suatu
negara yang sangat penting disamping migas dan non migas adalah pajak. Pajak
merupakan pembiayaan pengeluaran kegiatan suatu negara.1
Berkembangnya sektor pajak sebagai sumber penerimaan negara, otonomi
daerah yang diberikan di Indonesia memungkinkan setiap daerah provinsi atau
kabupaten/kota mengatur daerahnya sendiri yang termasuk dalam bidang sektor
pajak daerah. Pajak daerah terdiri dari berbagai jenis pajak yang terkait dengan
berbagai sendi kehidupan masyarakat. Dalam peningkatan pelaksanaan
pembangunan dan pemberi pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan
pertumbuhan perekonomian di daerah di perlukan penyediaan sumber-sumber
pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai. Pajak daerah yang ditetapkan oleh
1 http:/www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?p=766398&sid. Diunduh pada tanggal 02 Mei
2009. pukul : 20:58 wib.
pemerintah daerah dengan peraturan daerah sebagai pembiayaan pengeluaran
daerah dan pembangunan daerah, memberikan wewenang untuk melaksanakan
otonomi daerah. Penetapan pajak daerah sebagai sumber penerimaan daerah
ditetapkan dengan dasar hukum yang kuat. Pajak daerah terdiri atas (1) pajak
provinsi, contohnya : pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, (2) pajak kabupaten/kota, contohnya : pajak hotel, pajak restoran, dan
pajak hiburan.2
Seiring dengan pembangunan sektor pajak daerah, sumber penerimaan
pajak daerah dapat di peroleh di berbagai sektor, salah satunya penerimaan pajak
dari sektor jasa. Sektor jasa mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring
dengan berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah, termasuk kabupaten
serang. Kabupaten Serang sebagai wilayah induk memiliki peranan yang cukup
penting dalam pengelolaan pajak. Kabupaten Serang memiliki sumber penerimaan
pajak yaitu sektor pariwisata. Sektor pariwisata membutuhkan pelayanan yang
cukup beragam seperti hotel dan restoran. Hotel dan restoran merupakan sumber
penerimaan pajak yang cukup potensial, yang harus dikelola dengan baik dan
dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
Semakin pesatnya perkembangan pembangunan kabupaten Serang di
sektor pariwisata khususnya restoran. Sesuai dengan Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran
direvisi menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006
2 Tunggal, Amin Widjaja. 1991. Pelaksanaan Pajak Penghasilan Perseorangan. Jakarta : Rineka
Cipta. Hal : 15.
tentang Pajak Restoran. Pajak restoran merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yang potensial untuk digali dan dikembangkan bagi peningkatan
pendapatan asli daerah. Jenis restoran yang dikenakan pajak meliputi rumah
makan, cafe, bar dan sejenisnya. Restoran yang dijadikan wajib pajak restoran di
Kabupaten Serang di bagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu :
1. Self Assessment
2. Official Assessment
Adapun Jumlah wajib pajak restoran yang tercatat di Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang sampai tanggal 22 Juni 2009
berdasarkan pengelompokannya yakni : (1) Restoran kategori self assessment ada
29 restoran dan (2) Restoran kategori official assessment ada 21 restoran.3
Beberapa restoran yang berada di kawasan pariwisata pantai Anyer, karena Anyer
merupakan daerah yang memiliki potensi pariwisata untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah Kabupaten Serang. Namun dilihat dari wilayah restoran
tersebut adanya wajib pajak atau pemilik restoran yang merasa keberatan dalam
melakukan pembayaran pajak yang hanya dilakukan di satu kas daerah saja.
Sehingga belum meratanya sarana akses pembayaran atau kas pembantu untuk
membayar pajak dikarenakan bagi mereka faktor jarak tempuh, waktu dan biaya
transportasi.
3 Sumber data Kantor Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang, Tahun
2009.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu informan I14
di Kantor Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, bahwa Ada 3 (tiga) tingkatan wajib
pajak yang dibedakan yakni : (1) wajib pajak yang sadar tanpa disuruh atau di
himbau untuk membayar pajak, (2) wajib pajak yang memang perlu dikejar-kejar
atau ditagih baru mau membayar, dan (3) wajib pajak yang tidak sadar pajak. Hal
ini dikarenakan kurangnya informasi mengenai pajak yang diberikan petugas
terhadap wajib pajak atau pemilik restoran tentang adanya pidana atau sanksi
dalam hukum pajak dan manfaat atau fungsi pajak, Dimana dalam pelaksanaan
program atau implementasi peraturan daerah tentang pajak restoran ini tidak
adanya sosialisasi mengenai undang-undang perpajakkan dan peraturan daerah
kepada masyarakat serta wajib pajak restoran. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa
rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat atau wajib pajak restoran akan
peraturan daerah mengenai apa itu pajak, manfaat atau fungsi pajak restoran,
tujuan dan kegunaan pajak serta sanksi pajak yang diberikan kepada masyarakat
atau wajib pajak restoran yang melakukan pelanggaran atau tidak patuh. Dimana
kebanyakan wajib pajak awam memiliki pandangan negatif mengenai pajak, yaitu
adanya penyalahgunaan kegunaan dana pajak.
Berdasarkan wawancara pada tanggal 26 Juli 2009 dengan informan I25,
bahwa kategori restoran official assessment memiliki 2 (dua) jenis pembayaran
4 Wawancara dengan Staf Bagian Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten Serang. Tanggal
24 Juni 2009. pukul : 10.00-11.30 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD Kabupaten
Serang. 5 Wawancara dengan Selaku Pelaksana Seksi Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten
Serang. Tanggal 26 Juli 2009. pukul : 09.30-11.00 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD
Kabupaten Serang.
yaitu rajin dalam pembayaran dan tidak rajin dalam pembayaran. Dapat dilihat
dari tabel dibawah ini :
Tabel 1.1
Kategori Restoran Official Assessment
Rajin dalam
Pembayaran
Tidak Rajin dalam
Pembayaran
Pondok Cirebone RM Valentine RM
Pondok Kembang Sari Kios 9
Bakmi Tebet Anyer Pondok Sanghyang
Family Sakato I Mbok Sarikah
Family Sakato II Fajar Center Rest
Hanje Makasar II
Pondok Karang Bolong Ujung Pandang
Sudi Mampir
Makasar RM
Makasar I
Mayasari
Bakmi Tebet Serdang
Nasi Uduk Tempo Dulu
Saung Paramita
14 restoran 7 restoran Sumber: DPKAD Kabupaten Serang, 2009
Berdasarkan tabel 1.1 kategori restoran official assessment dapat dilihat
pada wajib pajak yang tidak rajin membayar pajak sebanyak 7 restoran, akan
tetapi ketika peneliti mewawancarai wajib pajak restoran official assessment yang
rajin dalam pembayaran ternyata mereka pernah melakukan ketidakdisiplinan atau
ketidakpatuhan dalam pembayaran pajaknya, diantaranya wajib pajak yang
menunggak, wajib pajak yang mengangsur dalam pembayaran pajak dan wajib
pajak yang tidak membayar pajak. Dari data yang peneliti peroleh hal ini
menunjukkan rendahnya kesadaran hukum wajib pajak dalam melaksanakan
kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang merupakan negara hukum dan
wajib pajak.
Peneliti melakukan penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran (studi kasus
pada restoran jenis Official Assessment di Kabupaten Serang) . Pajak Restoran
yang semula menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Pajak atas Hotel
disamakan dengan restoran dengan nama Pajak Hotel dan Restoran. Akan tetapi,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pajak tersebut dipisahkan
menjadi dua jenis pajak yang berdiri sendiri, yaitu Pajak Hotel dan Pajak
Restoran. Pengenaan Pajak Restoran tidak mutlak ada pada seluruh daerah
Kabupaten atau Kota. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan
pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu
jenis pajak kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu
daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan
peraturan daerah tentang pajak restoran yang akan menjadi landasan hukum
opersional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak restoran di
daerah Kabupaten atau Kota.
Dalam peraturan daerah yang baru ini selain memuat ketentuan tentang
obyek pajak, bertujuan juga untuk obyek pajak yang dikenakan pajak cukup
transparan, dasar pengenaan pajak dan sistem pemungutan pajak yang lebih
efektif dan efisien. Namun pada pelaksanaan atau implementasi kegiatan program
ini tidak sepenuhnya didukung oleh dinas kabupaten, karena masih lemahnya sisi
sumber daya manusia (SDM) yang ada di dinas. Salah satunya belum adanya
sumber daya ahli seperti operator komputer dan tenaga analis keuangan
perusahaan dan kurangnya petugas pajak daerah yang hanya 14 orang dalam
melaksanakan penyelenggaraan program, pendataan dan penagihan terhadap
wajib pajak restoran official assessment di Kabupaten Serang. Karena
bagaimanapun jelas sumber daya mempunyai peranan penting dalam
implementasi. Jika para personil yang bertanggung jawab mengimplementasikan
peraturan tersebut kurang mempunyai sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan
secara efektif dan efisien, maka implementasi peraturan tersebut tidak akan bisa
efektif dan efisien.
Bertitik tolak dari hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dan mendalam dan dituangkan kedalam skripsi dengan
judul : ” Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang) ”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan studi pendahuluan yang
telah dilaksanakan sebelumnya, maka peneliti mencoba mengidentifikasi
permasalahan yang terkait dengan Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran pada restoran jenis official
assessment di Kabupaten serang. Identifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Kurangnya sosialisasi atau informasi mengenai peraturan daerah
tentang perpajakan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat atau
wajib pajak.
2. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) baik dalam kualitas maupun
kuantitas sehingga dapat memperlambat pelaksanaan implementasi
peraturan daerah.
3. Belum meratanya sarana dan prasarana yang mendukung sebagai
aksesbilitas wajib pajak restoran.
4. Kesadaran hukum wajib pajak masih rendah.
1.3 Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga serta penelitian dapat
dilakukan lebih mendalam, maka peneliti memberi batasan pada penelitian ini,
yaitu tentang Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pajak Restoran pada restoran jenis official assessment. Sedangkan
lokus penelitian adalah di Kabupaten Serang.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini, adalah :
1. Bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor
11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran ?
2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan usaha untuk mengatasi
hambatan dalam Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran ?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan
diteliti adalah :
1. Mengetahui bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran.
2. Mengetahui faktor penghambat maupun usaha untuk mengatasi
hambatan dalam Implementasi Peraturan daearah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran.
1.6 Kegunaan Penelitian
Menguraikan apa yang menjadi kegunaan penelitian ini, pada dasarnya
kegunaan penelitian ini ada dua, yaitu :
1. Secara Teoritis
1) Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan
sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu
administrasi Negara khususnya.
2) Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun
mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih
mendalam mengenai pelaksanaan implementasi perda tentang pajak
restoran.
2. Secara Praktis
1) Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti
dalam hal mempelajari tentang implementasi perda tentang pajak
restoran pada khususnya dan khasanah ilmu pengetahuan yang lain
selama mengikuti Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Hal ini
juga sebagai salah satu syarat utama pada Ujian Sarjana Strata-1 untuk
Program Studi Ilmu Administrasi Negara dan penelitian ini digunakan
untuk menambah pengalaman ketika terjun langsung dalam melakukan
penelitian ini.
2) Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pemerintah dalam
meningkatkan pendapatan daerah dari sektor perpajakan khususnya
sektor pajak restoran serta diharapkan dapat menggugah para peneliti
lain untuk mengadakan penelitian tentang objek penelitian ini,
sehingga hasil yang diperoleh semakin sempurna.
1.7 Sistematika Penulisan
Berdasarkan sistematika penulisan skripsi terdiri atas beberapa bab pokok,
yaitu bab I pendahuluan, bab II deskripsi teori, bab III metodologi penelitian, bab
IV hasil penelitian dan bab V penutup. Kelima bab tersebut akan dijelaskan pada
uraian berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah merupakan gambaran tentang ruang lingkup
masalah yang akan diteliti dan alasan peneliti yang dilakukan.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah menyebutkan tentang permasalahan yang muncul dan
berkaitan dengan obyek penelitian. Identifikasi masalah ini dilakukan pada
saat melakukan studi pendahuluan tentang permasalahanyang akan diteliti.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian, maka peneliti
membatasi pemasalahan pada masalah yang paling urgen yang berkaitan
dengan judul penelitian. Pembatasan masalah dilakukan pada lokus dan
fokus penelitian.
1.4 Perumusan Masalah
Perumusan masalah menjelaskan tentang pertanyaan atau pernyataan yang
akan dibahas dalam penelitian.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian, sesuai dengan perumusan masalah
yang telah ditetapkan.
1.6 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini menjelaskan baik secara teoritis maupun praktis
tentang temuan penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menguraikan tentang isi bab per bab secara singkat
dan jelas dari keseluruhan penelitian.
BAB II DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi teori
Deskripsi teori menguraikan dan mengkaji berbagai teori yang relevan
dengan permasalahna dan variabel penelitian, sehingga akan memperoleh
konsep penelitian yang jelas. Kemudian teori tersebut digunakan untuk
merumuskan asumsi dasar penelitian.
2.2 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai
kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca
tentang proses pemikiran dari penelitian yang dilakukan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pada sub bab ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam
penelitian.
3.2 Instrumen Penelitian
Pada sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat
pengumpul data yang digunakan dalam penelitian.
3.3 Sumber Data
Pada sub bab ini menjelaskan situasi sosial atau objek penelitian ini,
peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada
pada tempat tertentu.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data menjelaskan uraian alasan metode yang dipilih
untuk menggunakan data
3.5 Teknik Analisis Data
Menjelaskan bagaimana peneliti menganalisis data-data yang sudah
terkumpul dengan menggunakan metode tertentu.
3.6 Validitas Data
Menjelaskan bagaimana hasil data tersebut di uji kredibilitasnya.
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian menjelaskan tentang tempat dan waktu
penelitian dilaksanakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Menjelaskan tentang deskripsi obyek penelitian meliputi lokasi penelitian,
populasi dan sampel serta hal lain yang berhubungan dengan obyek
penelitian.
4.2 Hasil Penelitian
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
mengunakan teknik analisis data yang relevan dengan penelitian.
4.3 Pembahasan
Dalam sub bab pembahasan ini, peneliti melakukan pembahasan lebih
lanjut terhadap hasil analisis data.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapakan secara singkat, jelas
dan mudah dipahami serta sejalan dengan permasalahan penelitian.
5.2 Saran
Dalam sub bab saran ini berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitaian
terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang dipergunakan dalam
penelitian.
LAMPIRAN
Menyajikan lampiran-lampiran yang dianggap perlu oleh peneliti, yang
berhubungan dengan data penelitian, dan tersusun secara berurutan.
BAB II
DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran lahir dengan dilatar belakangi upaya untuk mengubah sistem perpajakan
daerah yang banyak menimbulkan kendala baik dalam penetapan maupun
pemungutannya. Peraturan daerah tentang pajak restoran diperlukan guna
memberikan pelayanan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pelaksana kegiatan
pajak restoran ini dilaksanakan oleh negara dan pemerintah, dengan berbagai
kebijakan mulai dari kebijakan yang berupa perundang-undangan sampai dengan
keputusan presiden dan atau keputusan menteri. Maka dibutuhkan teori yang tentu
saja berhubungan dengan masalah yang diteliti. Maka teori-teori yang digunakan
dalam membahas penelitian yang berjudul ” Implementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran (studi kasus
pada restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang) ” ini adalah teori
yang berhubungan dengan teori implementasi peraturan daerah khususnya pajak
restoran pada jenis restoran official assessment.
2.1.1 Pengertian Kebijakan
Kata kebijakan atau policy dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
diartikan dengan beberapa makna, diataranya adalah pimpinan dan cara bertindak
mengenai pemerintahan, kepandaian, kemahiran dan kebijaksanaan. Berdasarkan
definisi yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kebijakan diartikan
sebagai berikut:
"kebijakan adalah sebagai berikut: “Kebijakan adalah rangkaian konsep
dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (pemerintah,
organisasi dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau
maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai
sasaran"6
Sedangkan makna kebijakan dalam Bahasa Inggris modern adalah " a
courseof action or plan, a set of political purposes as opposed to administration"
(seperangkat aksi atau rencana yang mengandung tujuan politik yang berbeda dengan
makna administrasi).7
Menurut Udoji (1981) mendefinisikan kebijaksanaan publik sebagai : “ An
sanctioned course of action addressed to a particular problem or group of related
problems that affect society at large.” Maksudnya ialah suatu pelanggaran yang
mengarah pada suatu tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah atau
6 Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Hal : 138.
7 Widya Wicaksono, Kristian. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta : Graha
Ilmu. Hal : 53.
sekelompok masalah tertentu yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian
besar warga masyarakat. Semakin pemerintah memperhatikan kepentingan
rakyatnya (dalam usaha pemerintah menuju sistem yang demokratis), maka
semakin banyak hal-hal yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah. Maka dari
itu, suatu tindakan bersanksi pun akhirnya muncul di dalamnya, artinya jika
pemerintah salah dalam mengambil suatu keputusan maka rakyat banyaklah yang
jadi taruhannya.8
Berbeda dengan pendapat lainnya yang dikemukakan oleh Dunn dalam
bukunya Pengantar Analisis Kebijakan Publik, beliau mendefinisikan kata
kebijakan dari asal katanya. Secara etimologis, istilah policy atau kebijakan
berasal dari bahasa Yunani, Sanksekerta dan Latin, akar kata dalam bahasa
Yunani, Sanksekerta yaitu polis (Negara-Kota) dan pur (Kota).9
Sedangkan menurut Hogwood dan Gunn menyebutkan 10 (sepuluh)
penggunaan istilah kebijakan dalam pengertian modern yakni :
1) Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for field of
activity). Contohnya: statement umum pemerintah tentang
kebijakan ekonomi, kebijakan industri atau kebijakan hukum dan
ketertiban.
2) Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas Negara yang
diharapakan (as expression of general purpose or desired state of
affairs). Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas
mungkin atau perkembangan demokrasi melalu desentralisasi.
3) Sebagai proposal spesifik (as specific proposals). Contohnya:
membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau
menggratiskan pendidikan dasar.
4) Sebagai keputusan pemerintah (as decisions of goverment).
Contohnya: keputusan kebijakan yang sebagaimana yang
8 Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung : Aipi-Puslit KP2W Lemlit Unpad.
Hal : 8 9 Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press. Hal : 51.
diumumkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atau oleh
Presiden.
5) Sebagai otorisasi formal (as formal authorization). Contohnya:
tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga
pembuat kebijakan lainnya.
6) Sebagai sebuah program (as a programe). Contohnya: sebagai
ruang aktivitas pemerintah yang sudah didefinisikan, seperti
program reformasi agrarian.
7) Sebagai output (as output). Contohnya: apa yang secara aktual
tengah disediakan seperti jumlah lahan yang diredistribusikan
dalam program reformasi agrarian dan jumlah penyewa yang
terkena dampaknya.
8) Sebagai hasil (as outcome). Contohnya: apa yang secara aktual
tercapai seperti dampak terhadap pendapatan petani dan standar
hidup.
9) Sebagai teori atau model (as theory or modeli). Contohnya apabila
kita meningkatkan insentifnterhadap industri manufaktur maka
output industri akan bertumbuh.
10) Sebagai sebuah proses (as process). Sebagai sebuah proses yang
panjang yang dimulai dengan issues lalu bergerak melalui tujuan
yang sudah di(setting), pengambilan keputusan untuk implementasi
dan evaluasi.10
Kebijakan dan politik menjadi istilah yang sama sekali berbeda. Bahasan
serta retorika kebijakan menjadi instrumen utama rasionalitas publik. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Laswell sebagai berikut:
"The word policy commonly use to designate the most important choices
made either in organized or in private life... policy is free for many
undesirable connotation clustered about the word political, which is often
beleived to imply partisanship or corruption"
(kata "kebijakan" pada umumnya dipakai untuk menunjukan pilihan
terpenting yang diambil baik dalam kehidupan organisasi atau privat...
"kebijakan" bebas dari konotasi yang dicakup dalam kata politis yang
diyakini mengandung makna "keberpihakan" dan "korupsi") 11
Dari beberapa pengertian tentang kebijakan yang telah dikemukakan oleh
para ilmuan tersebut, kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakekatnya
studi tentang kebijakan (policy) mencakup pertanyaan : what, why, who, where,
10
Wicaksono, Loc. Cit. 11
Wicaksono, Op. Cit. h. 57
and how. Semua pertanyaan itu menyangkut tentang masalah yang dihadapi
lembaga-lembaga yang mengambil keputusan yang menyangkut; isi, cara atau
prosedur yang ditentukan, strategi, waktu keputusan itu diambil dan dilaksanakan.
Disamping kesimpulan tentang pengertian kebijakan dimaksud, pada dewasa ini
istilah kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam kaitannya
dengan tindakan-tindakan pemerintah serta perilaku negara pada umumnya.
2.1.2 Pengertian Publik
Dalam bahasa Yunani, istilah public seringkali dipadankan pula dengan
istilah Koinon atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan kata common yang
bermakna hubungan antar individu.12
Oleh karenanya public seringkali
dikonsepkan sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia yang dipandang
perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial atau
setidaknya oleh tindakan bersama.
Istilah "publik" dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia didefinisikan
sebagai orang banyak, sekalian orang atau umum.13
Sedangkan dalam istilah
sehari-hari di Indonesia, kata publik lebih dipahami sebagai "negara" atau umum."
Hal ini dapat dilihat dalam menterjemahkan istilah-istilah public goods sebagai
barang barang umum, public transportation sebagai kendaraan umum atau public
administration sebagai administrasi negara. Publik itu sendiri berisi aktivitas
manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau di intervensi oleh pemerintah
atau aturan sosial, atau setidaknya oleh aturan bersama.
12
Wicaksono. Op. Cit. 13
Poerwadarminta, Op. Cit. h. 771
Menurut W.F. Baber sebagaimana telah (dikutip oleh Massey, 1993)
dalam Parsons berpendapat bahwa sektor publik memiliki 10 ciri penting yang
membedakan dari sektor swasta, diantaranya adalah :14
a. Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yang lebih
ambigu,
b. Sektor publik lebih banyak menghadapi problem dalam
mengimplementasikan keputusan-keputusannya,
c. Sektor publik lebih memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki
motivasi yang sangat beragam,
d. Sektor publik lebih banyak memperhatikan usaha mempertahankan
peuang dan kapasitas,
e. Sektor publik lebih banyak memperhatikan kompensasi atas keegagalan
pasar,
f. Sektor publik lebih banyak melakukan aktivitas yang memiliki signifikasi
simbolik,
g. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dan legalitas,
h. Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar dalam merspon isuisu
keadilan dan kejujuran,
i. Sektor publik harus beroperasi demi kepentingan publik, dan
j. Sektor publik harus mempertahankan level dukungan publik minimal di
atas level yang dibutuhkan dalam industri swasta.
2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik
14
Parsons, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta :
Prenada Media. Hal : 10.
Sebelum menjelaskan tentang implementasi kebijakan publik terlebih
dahulu harus dimengerti apa yang dimaksud dengan kebijakan publik, dan
bagaimana langkah-langkah untuk mengimplementasikannya. Dari berbagai
kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik dalam kepustakaan
Internasional disebut sebagai public policy, yang dipahami oleh Nugroho sebagai :
“Suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan
berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi
sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan
didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan
sanksi”15
Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai
kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum. Akan
tetapi tidak hanya sekedar hukum namun kita harus memahaminya secara utuh
dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang
perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik harus
dilakukan dan disusun dan disepakati oleh para pejabat yang berwenang dan
ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik;
apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan Pemerintah atau
Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah maka kebijakan publik tersebut
berubah menjadi hukum yang harus ditaati.
Kebijakan publik merupakan denyut nadi dari proses pemerintahan. Secara
sederhana kebijakan seringkali diartikan sebagai sebuah tindakan yang dilakukan
oleh pemegang kewenangan untuk memastikan tujuan-tujuan yang sudah
dirumuskan dan disepakati oleh publik bisa tercapai. Oleh karena itu, harus
15
Nugroho, Riant D. 2004. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo. Hal: 3.
dipastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil semestinya benar-benar mampu
mewujudkan seluruh hasrat kepentingan dan tujuan-tujuan publik tersebut secara
optimal.
Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para pakar kebijakan mengenai
pengertian kebijakan publik, dan kesemuanya tidak ada yang keliru dan saling
melengkapi. Dye mengatakan bahwa Public policy is whats government do, why
they do it, and what different it make (Kebijakan publik adalah segala sesuatu
yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan dan apa perbedaan yang
dihasilkan).16
Dalam bukunya yang lain, Understanding Public Policy beliau
menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan dan tidak dilakukan.17
Menurut Santoso beliau mengemukakan pandangannya mengenai
kebijakan publik yakni :
”Pertama adalah pendapat para ahli yang menyamakan kebijaksanaan
publik dengan tindakan-tindakan pemerintah. Mereka cenderung untuk
menganggap bahwa semua tindakan pemerintah dapat disebut sebagai
kebijaksanaan publik. Kedua adalah pendapat dari para ahli yang
memberikan perhatian khusus pada pelaksanaan kebijaksanaan.”18
Sedangkan konsep kebijaksanaan publik menurut Easton dalam Thoha
mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :
”Alokasi nilai yang otoritatif untuk seluruh masyarakat akan tetapi hanya
pemerintahlah yang dapat berbuat secara otoritatif untuk seluruh
masyarakat, dan semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan
16
Wicaksono, Op. Cit. h. 63 17
Ibid. 18
Santoso, Amir. 1992. Analisis Kebijakan Publik: Suatu Pengantar, Jurnal Ilmu Politik Nomor 3.
Jakarta : Gramedia. Hal : 4.
atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil-hasil dari alokasi nilai-nilai
tersebut.”19
Masih menurut Easton dalam Agustino kebijakan publik merupakan
keputusan politik yang dikembangkan oleh badan dan pejabat pemerintah. Karena
itu, kebijakan publik memiliki karakteristik yang khusus yaitu keputusan politik
tersebut dirumuskan oleh aktor yang memiliki otoritas atau wewenang dalam
sistem politik.20
18 Hal itu dapat diartikan bahwa mereka-mereka yang berotoritas
dalam sistem politik dalam rangka memformulasikan kebijakan politik itu adalah
orang-orang yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai
tanggung jawab dalam suatu masalah tertentu dimana disatu titik mereka diminta
untuk mengambil suatu keputusan yang diterima dan mengikat sebagian besar
masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
Selanjutnya Laswell salah seorang pakar kebijakan yang telah mendirikan
think-tank awal di Amerika yang dikenal dengan nama American Policy
Commission mendefinisikan Public policy is a projected program of goals, values
and practices (kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan
dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu dan praktek-praktek tertentu).21
Sedangkan Dunn dalam Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi kedua
berpendapat bahwa kebijakan publik adalah pola ketergantungan yang kompleks
dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusankeputusan
untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah.22
19
Thoha, Miftah. 2005. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Hal : 60. 20
Agustino, Op. Cit. h. 8. 21
Nugroho, Op.Cit. h. 4 22
Dunn, Op.Cit. h. 44
Di sisi lain, kebijakan publik sangat berkait dengan administasi Negara
ketika public actor mengkoordinasi seluruh kegiatan berkaitan dengan tugas
dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat melalui berbagai
kebijakan publik/umum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan negara.
Untuk itu diperlukan suatu administrasi yang dikenal dengan “administrasi
negara.” Kebutuhan masyarakat tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh individu
atau kelompoknya melainkan diperlukan keterlibatan pihak lain yang dibentuk
oleh masyarakat itu sendiri. Pihak lain inilah yang kemudian disebut dengan
administrasi negara.
Selain itu juga Jenkins dalam Wahab merumuskan kebijakan publik
sebagai :
“A set of interlated decision taken by a political actor or groups of actors
concerning the selection of goal and the means of achieving thems within
the specified situasion where these decisions should, in principle be within
the power of these actors to achieve.”
(Serangkaian kegiatan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang
aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang
telah dipilih beserta cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana
keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas
kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut).23
Dari penjelasan ini membawa implikasi tertentu terhadap konsep
kebijakan publik. Dimana kebijakan pada hakikatnya terdiri dari tindakan-
tindakan yang saling berkaitan dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu
yang dilakukan pejabat-pejabat pemerintah dan bukan berdiri sendiri. Misalnya
kebijakan tidak hanya mencakup keputusan untuk membuat undang-undang
23
Abdul Wahab, Solichin. 1997. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
Negara. Malang : Bumi Aksara. Hal : 4.
dalam bidang itu, melainkan pula diikuti dengan keputusan-keputusan yang
bersangkut paut dengan implementasi dan pemaksaan pemberlakuannya.
Dari beberapa pengertian kebijakan publik yang telah diuraikan di atas dan
dengan mengikuti paham bahwa kebijakan itu harus mengabdi pada kepentingan
umum atau masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
merupakan serangkaian keputusan yang ditetapkan oleh badan atau penjabat
pemerintah, dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan dan
berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.
Adapun Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pajak Restoran adalah bentuk kebijakan publik yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang. Tujuan pembentukan peraturan daerah
tersebut adalah sebagai salah satu ketentuan, tata cara dan landasan hukum dalam
segala hal yang berkaitan dengan pajak restoran khususnya jenis restoran official
assessment di wilayah Kabupaten Serang.
2.1.4 Implementasi Kebijakan
Kajian implementasi merupakan suatu proses merubah gagasan atau
program mengenai tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan
perubahan tersebut. Implementasi kebijakan juga merupakan suatu proses dalam
kebijakan publik yang mengarah pada pelaksanaan dari kebijakan yang telah
dibuat. Dalam praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang
begitu kompleks, bahkan tidak jarang bermuatan politis karena adanya intervensi
dari berbagai kepentingan. Eugene mengungkapkan kerumitan dalam proses
implementasi sebagai berikut:
“adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijaksanaan umum
yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya
dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi
telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendegarkannya. Dan lebih
sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk yang memuaskan semua
orang”.24
Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana
dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada
kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Mazmanian dan Sabatier dalam bukunya Implementation and
Public Policy yang diterbitkan pada tahun 1983 mendefinisikan implementasi
kebijakan sebagai :
“Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-
undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-
keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.
Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang akan
diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai,
dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses
implementasinya”.25
Van Meter dan Van Horn mendefinisikan Implementasi Kebijakan sebagai
berikut :
“Policy implementation encompasses those actions by public and private
individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and
objectives set forth in prior policy decisions.”
(Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijaksanaan).26
Sementara Grindle merumuskan definisi yang berbeda dari beberapa
definisi-definisi di atas, beliau memandang implementasi sebagai berikut :
24
Agustino, Leo. 2006. Politik & Kebijakan Publik. Bandung : Aipi – Puslit KP2W Lemlit
Unpad. Hal: 153. 25
Ibid 26
Ibid
“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya,
dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang
telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual project
dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”.27
Dari definisi-definisi di atas dapat diketahui bahwa implementasi
kebijakan membicarakan (minimal) 3 hal, yaitu:
a. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan yang akan dicapai dengan adanya
penerapan kebijakan tersebut;
b. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan yang diejawantahkan
dalam proses implementasi;
c. Adanya hasil kegiatan, idealnya adalah tercapainya tujuan dari kebijakan
tersebut.
Berdasarkan uraian ini, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan
merupakan suatu proses yang dinamis, di mana pelaksana kebijakan
melaksanakan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan
suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Selain itu
perlu di ingat, bahwa implementasi kebijakan merupakan hal yang sangat penting
dalam keseluruhan tahapan kebijakan, karena melalui tahap ini keseluruhan
prosedur kebijakan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya
pencapaian tujuan kebijakan tersebut. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan
oleh Udoji yaitu:
“the execution of policies is as important if not more important that
policy-making. Policies will remain dreams or blue prints file jackets
unless they are implemented”
(pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh
lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan
27
Ibid
berupa impian atau rencana yang bagus, yang tersimpan rapi dalam arsip
kalau tidak diimplementasikan).28
Dengan demikian implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami
apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta apa yang timbul dari
program kebijakan itu. Disamping itu implementasi kebijakan tidak hanya terkait
dengan persoalan administratif, melainkan juga mengkaji faktor-faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan.
2.1.5 Pendekatan Implementasi Kebijakan
2.1.5.1 Pendekatan Top Down
Dalam pendekatan Top Down, implementasi kebijakan yang dilakukan
tersentralisir dan dimulai dari aktor tingkat pusat, dan keputusannya pun
diambil dari tingkat pusat. Pendekatan top down betitik tolak dari perspektif
bahwa keputusan-keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh
pembuat kebijakan harus dilaksanakan oleh administrator-administrator atau
birokrat-birokrat pada level bawahnya. Jadi inti pendekatan top down adalah
sejauhmana tindakan para pelaksana (administrator dan birokrat) sesuai
dengan prosedur serta tujuan yang telah digariskan oleh para pembuat
kebijakan ditingkat pusat.29
Sedangkan pendekatan top-down menurut Parsons, model
implementasi inilah yang paling pertama muncul. Pendekatan top-down
memiliki pandangan tentang hubungan kebijakan implementasi seperti yang
tercakup dalam Emile karya Rousseau : ”Segala sesuatu adalah baik jika
28
Solichin, Abdul Wahab. 1997. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
Negara. Malang. Hal: 59. 29
Agustino. Op. Cit. h : 140.
diserahkan ke tangan Sang Pencipta. Segala sesuatu adalah buruk di tangan
manusia.”30
Masih menurut Parsons, model rasional ini berisi gagasan bahwa
implementasi adalah menjadikan orang melakukan apa-apa yang
diperintahkan dan mengontrol urutan tahapan dalam sebuah sistem.31
Beberapa scholar yang menganut aliran top-down diantaranya :
Donald Van Metter dan Carl Van Horn, Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier,
George C. Edward III, serta Merilee S. Grindle.
2.1.5.2 Pendekatan Bottom Up
Dalam pendekatan ini memandang bahwa implementasi kebijakan
tidak dirumuskan oleh lembaga yang tersentralisir dari pusat, akan tetapi
berpangkal dari keputusan-keputusan yang telah ditetapkan pada level warga
atau masyarakat yang merasakan sendiri persoalan dan permasalahan yang
dialami oleh masyarakat tersebut. Intinya pendekatan ini adalah model
implementasi kebijakan dimana formulasi kebijakan berada di tingkat warga,
sehingga mereka dapat lebih memahami dan mampu menganalisis kebijakan-
kebijakan apa yang cocok dengan sumberdaya yang tersedia di daerahnya,
sistem sosio-kultur yang mengada agar kebijakan tersebuut tidak
kontraproduktif, yang dapat menunjang keberhasilan kebijakan itu sendiri.32
Dalam penelitian ini model implementasi kebijakan yang peneliti
gunakan ialah pendekatan top down. Alasan peneliti mengunakan pendekatan
top down adalah karena hampir seluruh kebijakan publik yang di
30
Parsons. OP. Cit. h : 465. 31
Ibid. h : 468. 32
Agustino. Op. Cit. h : 156.
implementasikan di indonesia menggunakan pendekatan top down yakni dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
2.1.6 Implementasi Kebijakan Model Merilee S. Grindle
Berdasarkan beberapa teori dan model pendekatan implementasi kebijakan
publik yang ada, maka peneliti menggunakan salah satu teori dan model
pendekatan implementasi kebijakan yang diungkapkan oleh Merilee S. Grindle
yang beraliran top-down sebagai landasan teori dalam penelitian ini. Peneliti
memilih model Grindle berdasarkan sub variabel yang ada dalam teori tersebut.
Yang mampu menjawab permasalahan yang terjadi dalam implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran,
khususnya pada restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang.
Pendekatan implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Grindle
dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process. Beliau
mendefinisikan implementasi kebijakan publik adalah, pengukuran keberhasilan
implementasi kebijakan dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan
apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat
pada action program dari individual projects dan yang kedua apakah tujuan
program tersebut tercapai. Berdasarkan model pendekatan yang diungkapkan oleh
Grindle, dijelaskan bahwa keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik
ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri yang terdiri dari 2
(dua) sub-variabel, yaitu :33
A. Content of Policy, yaitu :
33
Agustino. Op.Cit. h : 167.
a. Interest affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)
Interest affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang
mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini beragumen
bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak
kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa
pengaruh terhadap implementasinya, hal inilah yang akan diketahui lebih
lanjut.
b. Type of Benefits (jenis manfaat yang akan dihasilkan dari implementasi
kebijakan)
Pada poin ini menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat
beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan
oleh pengimplementasian kebijakan yang akan dilaksanakan.
c. Extent of Change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)
Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai.
Content of Policy yang ingin dijelaskan pada indikator ini adalah bahwa
seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu
implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.
d. Site of Decision Making (Letak pengambilan keputusan dari suatu
kebijakan yang akan diimplementasikan)
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting
dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus dijelaskan
dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan
diimplementasikan.
e. Program Implementer (pelaksana program yang kompeten dan kapabel
demi keberhasilan kebijakan)
Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan
adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi
keberhasilan suatu kebijakan.
f. Resources Committed (sumber daya yang digunakan agar pelaksanaannya
berjalan dengan baik)
Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumberdaya-
sumberdaya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.
B. Context of Policy, yaitu :
a. Power, Interest, and Strategy of Actor Involved (kekuasaan, kepentingan
dan strategi dari aktor yang terlibat)
Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau
kekuasaan, kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para actor yang
terlibat guna memperlancarkan jalannya pelaksanaan suatu implementasi
kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang, sangat besar
kemungkinan program yang hendak diimplementasikan tidak berjalan
dengan baik.
b. Institution and Regime Characteristic (karakteristik lembaga dan rezim
yang berkuasa)
Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dapat dilaksanakan juga
berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini akan
dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi
suatu kebijakan.
c. Compliance and Responsiveness (tingkat kepatuhan dan adanya respon
dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan).
Yang penting dalam proses pelakasanaan suatu kebijakan adalah
kepatuhan dan respon dari para pelaksana dalam menanggapi suatu
kebijakan.
Setelah pelaksanaan kebijakan yang dipengaruhi oleh isi atau konten dan
lingkungan atau konteks yang diterapkan, maka akan dapat diketahui apakah para
pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan sesuai dengan apa yang
diharapkan, juga dapat diketahui apakah suatu kebijakan dipengaruhi oleh suatu
lingkungan, sehingga tingkat perubahan yang diharapkan terjadi.
2.1.7 Pengertian Pajak
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus
dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
baik materil maupun spiritual, untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu
memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk
mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan
pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa
pajak.
Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P.J.A.Adriani dalam
Brotodiharjo yakni, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi/kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan
tugas negara yang menyelengarakan pemerintahan.34
Sedangkan pajak menurut Djaja Diningrat dalam Waluyo adalah sebagai
berikut :
“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaaan ke
kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perebutan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak
ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan secara umum”.35
Sedangkan menurut Soemitro dalam pajak didefiniskan sebagai iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.36
Dari beberapa definisi dan unsur yang telah dikemukakan diatas dapat
ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri atau unsur pokok yang terdapat pada
pengertian pajak, yaitu :37
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
Merupakan hal yang sangat mendasar dalam pemungutan pajak, yang
harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan. Pada hakikatnya yang
memikul beban pajak adalah rakyat, masalah tax base dan taxe rate harus
melalui persetujuan rakyat yang diwakili oleh lembaga perwakilan rakyat.
34
Brotodiharjo, R. Santoso. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung : PT. Refika Aditama.
Hal : 21. 35
Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia Edisi Keenam. Jakarta : Salemba Empat. Hal : 3. 36
Soemitro, Rochmat. 1991. Pajak Ditinjau Dari Segi Hukum. Bandung : Eresco. Hal : 5. 37
Devano, Sony. Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu. Jakarta : Prenada
Media Group. Hal : 23-25.
Hasil persetujuan tersebut dituangkan dalam suatu undang-undang yang harus
dipatuhi oleh setiap pihak yang dikenakan kewajiban perpajakan.
2. Pajak dapat dipaksakan
Jika tidak dipenuhinya kewajiban perpajakkan maka wajib pajak dapat
dikenakan tindakan hukum oleh pemerintah berdasarkan undang-undang.
Fiskus selaku pemungut pajak dapat memaksakan wajib pajak untuk
mematuhi dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.
3. Diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah
Pemerintah dalam menjalankan fungsinya, seperti melaksanakan
ketertiban, mengusahakan kesejahteraan, melaksanakan fungsi pertahanan,
dan fungsi penegakan keadilan, membutuhkan dana untuk pembiayaannya.
Dana yang diperoleh dari rakyat dalam bentuk pajak, yang digunakan untuk
memenuhi biaya atas fungsi-fungsi yang harus dilakukan pemerintah tersebut.
4. Tidak dapat ditunjukkannya kontraprestasi secara langsung
Wajib pajak tidak mendapatka imbalan secara langsung dengan apa yang
telah dibayarkannya kepada pemerintah. Wajib pajak hanya dapat merasakan
secara tidak langsung bentuk-bentuk kontraprestasi dari pemerintah. Seperti
melihat banyak dibangunnya fasilitas umum dan prasarana yang dibiayai dari
APBN atau APBD.
5. Berfungsi sebagai budgeter dan regulerend
Fungsi budgertair (anggaran), pajak berfungsi mengisi kas negara atau
anggaran pendapatan negara, yang digunakan untuk keperluan pembiayaan
umum pemerintah baik rutin maupun untuk pembangunan. Fungsi regulerend
adalah pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau alat untuk
melaksanakan kebijakan yang ditetapkan negara dalam bidang ekonomi sosial
untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.7.1 Fungsi Pajak
Pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan
kesejahteraan umum. Ada 2 (dua) macam fungsi pajak, yaitu :38
1. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber keuangan negara untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya baik pengeluaran yang bersifat rutin maupun untuk
pembangunan. Faktor-faktor yang berperan penting dalam
memengaruhi dan menentukan optimalisasi pemasukan dana ke kas
negara melalui pemungutan pajak kepada warga negara antara lain:
a. Kejelasan dan kepastian peraturan perundang-undangan
perpajakan. Undang-undang yang jelas, sederhana, mudah
dimengerti akan memberi penafsiran yang sama bagi wajib pajak
dan fiskus. Kesadaran dan kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan akan terbentuk dengan peraturan yang tidak berbelit-
belit, serta lokasi kantor penerima pajak yang mudah dicapai akan
mengurangi beban pajak bagi wajib pajak.
b. Tingkat intelektual masyarakat. Dengan tingkat intelektual yang
cukup baik, secara umum maka akan makin mudah bagi wajib
pajak untuk memahami peraturan perundang-undangan perpajakan
38
Devano. Op. Cit. h : 26-28.
yang berlaku dan tentunya akan dapat melaksanakan administrasi
perpajakan, seperti menghitung pajak terutang atau mengisi surat
pemberitahuan. Dengan pengetahuan yang cukup dan pendidikan
yang tinggi tentunya juga akan dapat memahami bahwa dengan
tidak memenuhi peraturan maka akan menerima sanksi, baik sanksi
administrasi maupun pidana fiskal. Maka, akan diwujudkan
masyarakat yang sadar pajak dan mau memenuhi kewajiban
perpajakannya.
c. Kualitas petugas pajak (intelektual, keterampilan, integritas, moral
tinggi). Kualitas petugas pajak sangat menentukan efektivitas
undang-undang dan peraturan perpajakan. Petugas pajak
hendaknya menyadari bahwa semua tindakan yang dilakukan serta
sikap terhadap wajib pajak dalam rangka pelaksanaan tugasnya
mempunyai pengaruh langsung terhadap kepercayaan masyarakat
akan sistem perpajakan secara keseluruhan.
d. Sistem administrasi perpajakan yang tepat. Administrasi
perpajakan hendaklah merupakan prioritas tertinggi karena
kemampuan pemerintah untuk menjalankan fungsinya secara
efektif bergantung kepada jumlah uang yang dapat diperolehnya
melalui pemungutan pajak. Unit-unit penting sebagai kunci
strategis dalam organisasi pengadministrasian (Kantor Pelayanan
Pajak) sebagai operating arms dari pemerintah, harus memiliki
sistem administrasi pajak yang tepat.
2. Fungsi Regulerend
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Disamping usaha untuk
memasukkan uang untuk kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan
pula sebagai usaha pemerintah untuk andil dalam hal mengatur dan
bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam
sektor swasta. Contoh: Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-
barang mewah maksudnya untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
Dalam hal ini pajak restoran memiliki fungsi sebagai salah satu sumber
pemasukan kas negara atau dengan kata lain fungsi budgetair. Dalam
penelitian ini lebih khususnya restoran-restoran yang ada di Kabupaten Serang
ini memberi pemasukan terhadap pendapatan asli daerah (PAD).
2.1.7.2 Penggolongan Jenis Pajak
Berdasarkan lembaga pemungutannya pajak di Indonesia terbagi atas 2
(dua) yakni :39
a. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
dikelola oleh Departemen Keuangan (Direktorat Jenderal Pajak).
Penerimaannya masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), antara lain:
a) Pajak Penghasilan
b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM)
39
Devano. Op.Cit. h : 45.
c) Pajak Bumi dan Bangunan
d) Pajak/Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
e) Bea Meterai
Sebagian dari pajak pusat tersebut hasil penerimaannya dibagikan
kepada pemerintah daerah yakni:
a) Hasil penerimaan PPh Orang Pribadi dalam negeri dan PPh pasal 21
dibagi dengan imbangan 80% untuk pemerintah pusat dan 20% untuk
pemerintah daerah.
b) Hasil penerimaan PBB dibagi dengan imbangan 10% untuk
pemerintah pusat dan 90% untuk pemerintah daerah.
c) Hasil Penerimaan BPHTB dibagi dengan imbangan 20% untuk
pemerintah pusat dan 80% untuk pemerintah daerah.
b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda). Hasil penerimaannya
masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Jenis-jenis
Pajak Daerah antara lain:
a. Jenis Pajak Propinsi, terdiri dari:
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan.
b. Jenis Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Parkir
Pemerintah daerah selain memungut pajak juga melakukan
pemungutan retribusi yang terdiri dari:
1. Retribusi Jasa Umum
2. Retribusi Jasa Usaha
3. Retribusi Perizinan Tertentu
Sistem pemungutan pajak suatu negara menganut 2 (dua) sistem yakni : 40
1. Official Assesment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh wajib pajak.
2. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
2.1.8 Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Restoran
Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 1,41
Pajak daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
40
Devano. Op. Cit. h : 80. 41
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pasal 1 angka 6.
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Beberapa ahli keuangan daerah mengusulkan beberapa tolak ukur untuk
menilai keberhasilan pajak daerah. Suparmoko (2001: 57-58) menjelaskan bahwa
masing-masing tolak ukur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Hasil Pemungutan Pajak (yield) harus cukup memadai dalam kaitannya
dengan pelayanan jasa yang diberikan pemerintah. Demikian pula
harus diperkirakan dampak pajak tersebut terhadap timbulnya kenaikan
harga atau inflasi, pertumbuhan penduduk, serta apakah hasil atau
pendapatan dari pajak yang bersangkutan sebanding dengan biaya
pemungutannya.
2. Agar terdapat keadilan (equity), maka pemungutan pajak harus disertai
dengan dasar pajak dan tarif pajak yang jelas, serta tidak sewenag-
wenang. Pajak tersebut harus dirasakan adil baik itu secara horisontal
ataupun vertikal. Adil secara horisontal artinya pajak dirasakan sama
bebannya bagi bernagai kelompok yang berbeda tetapi dengan
kekuatan ekonomi yang sama. Sedangkan adil secara vertikal artinya
kelompok yang mempunyai sumber daya ekonomi yang lebih kuat
wajib membayar pajak yang lebih besar dibanding dengan kelompok
yang berpenghasilan lebih lemah (rendah).
3. Pajak hendaknya menimbulkan semangat untuk bekerja, menabung
maupun menginvestasi, atau minmal tidak menghambat kegiatan
ekonomi di daerah yang bersangkutan (Economic effisiency).
4. Pajak yang dikenakan pada wajib pajak harus dapat dilaksanakan oleh
pemerintah daerah. Jangan sampai pajak yang sudah ditetapkan tidak
dapat dilaksanakan secara politik maupun administratif (Ability to
implement).
5. Pajak harus cocok (suitability) sebagai sumber pendapatan di daerah
yang bersangkutan. Artinya adalah pajak tersebut harus jelas, tidak
mudah dihindari pembayarannya, beban pajak tidak mudah digeserkan
kepada pihak lain, tidak mendorong berpindahnya objek pajak ke
daerah lain, sedapat mungkin tidak mempertajam perbedaan antar
daerah, dan pajak tidak menciptakan beban yang terlalu besar pada
keuangan daerah.
Adapun tarif maksimal dari pajak-pajak daerah tersebut disajikan di dalam
tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1
Jenis dan Tarif Pajak Daerah
Jenis Pajak
Tarif
Pajak
(%)
Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
Air 5
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air 10
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5
Pajak Pengambilan dan Pemamfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan 20
Pajak hotel 10
Pajak Restoran 10
Pajak Hiburan 35
Pajak Reklame 25
Pajak Penerangan Jalan 10
Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20
Pajak Parkir 20 Sumber : Diolah dari Pasal 3 Ayat 1 UU No.34 Th 2000
Walaupun ditetapkan batasan tarif pajak yang paling tinggi, terdapat
pengaturan yang berbeda tentang penetapan tarif pajak oleh pemerintah daerah
antara pajak Provinsi dengan pajak Kabupaten/Kota. Saat ini penetapan tarif pajak
Provinsi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah, yang menetapkan tarif pajak tertentu yang berlaku sama untuk semua
provinsi. Sementara itu, untuk tarif pajak Kabupaten/Kota Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2001 menetapkan tarif pajak paling tinggi, yang ditetapkan
dengan peraturan daerah (Perda).42
Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota juga diperkenankan untuk
membuat jenis Pajak Daerah yang baru selain daripada pajak-pajak yang
disebutkan dalam undang-undang tersebut sesuai dengan keadaan dan potensi
daerahnya masing-masing, sepanjang jenis pajak baru tersebut memenuhi kriteria
sebagai berikut :43
1. bersifat pajak dan bukan retribusi
2. objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah Kabupaten/Kota
yang bersangkutan dan menpunyai mobilitas yang cukup rendah serta
hanya melayani masyarakat di wilayah daerah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.
3. objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan
umum
4. objek pajak bukan merupakan objek pajak Propinsi dan/atau objek pajak
pusat.
5. potensinya memadai.
6. tidak memberikan dampak ekonomi yang negative
7. memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan
8. menjaga kelestarian lingkungan.
42
Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. hal : 62. 43
Siahaan. Loc. Cit
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran.44
Selain itu, pajak
restoran dapat pula diartikan sebagai pungutan daerah atas dasar pelayanan
restoran.45
Dalam pemungutan pajak restoran terdapat beberapa terminologi yang
perlu diketahui. Terminologi tersebut dapat dilihat berikut ini :46
1. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang
disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga dan
catering.
2. Pengusaha restoran adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun,
yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaanya melakukan usaha di
bidang rumah makan.
3. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai
imbalan atas penyerahan barang atau pelayanan, sebagai pembayaran
kepada pemilik rumah makan.
4. Bon penjualan (bill) adalah bukti pembayaran, yang sekaligus sebagai
bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat mengajukan
pembayaran atas pembelian makanan dan atau minuman kepada subjek
pajak.
Pemungutan pajak restoran di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar
hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak
44
Didasarkan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. 45
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran. Pasal 1
angka 6. 46
Siahaan. Op.Cit. h : 272.
yang terkait. Dasar hukum pemungutan pajak restoran pada suatu Kabupaten atau
Kota adalah sebagaimana di bawah ini :47
1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan
atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
2. Peratutran Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
3. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur tentang Pajak
Restoran.
4. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran
sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Restoran
pada kabupaten/kota dimaksud.
Adapun Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran
dengan pembayaran. Adapun yang termasuk dalam objek pajak restoran menurut
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran yaitu; rumah makan, cafe, bar, dan sejenisnya. Pelayanan di restoran
atau rumah makan meliputi penjualan makanan dan atas minuman di restoran/
rumah makan, termasuk penyediaan penjualan makanan/minuman yang
diantar/dibawa pulang. Sedangkan, Pada pajak restoran tidak semua pelayanan
yang diberikan oleh restoran/rumah makan dikenakan pajak. Ada beberapa
pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu :48
a. Pelayanan usaha jasa boga atau catering, dan
b. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang
peredarannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan
47
Ibid 48
Siahaan. Op. Cit. h : 274
peraturan daerah, misalnya saja tidak melebihi Rp 30.000.000,00 per
tahun.
Pada pajak restoran yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pembayaran kepada restoran. Secara sederhana yang
menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan
yang diberikan oleh pengusaha restoran. Sementara itu, yang menjadi wajib pajak
adalah pengusaha restoran, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun
yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang
rumah makan.
2.2 Deskripsi Kebijakan
2.2.1 Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pajak Restoran.
Dalam teori kebijakan dikatakan, bahwa setiap kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah haruslah memiliki landasan hukum yang digunakan sebagai dasar
acuan dalam bertindak. Selain itu, dengan adanya landasan hukum tersebut
menunjukan adanya legitimasi dari masyarakat kepada pemerintah untuk dapat
melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pemerintahan. Tujuan dari
adanya landasan hukum dalam kegiatan pemerintahan adalah agar tidak terjadi
tindakan menyimpang yang dapat merugikan masyarakat.
Demikian juga halnya dalam pemungutan pajak restoran di Kabupaten
Serang. Pemungutan pajak restoran di Kabupaten Serang diatur oleh Peraturan
Daerah Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran. Secara umum peraturan
daerah ini berisi tentang segala hal yang berhubungan dengan proses pemungutan
pajak restoran di Kabupaten Serang. Peraturan daerah yang digunakan saat ini
merupakan peraturan perubahan pertama dalam peraturan pajak restoran di
Kabupaten Serang. Awalnya adalah Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5
Tahun 2002 yang kemudian mengalami perubahan pertama menjadi Peraturan
Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006. Karena perlu disesuaikan
dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah,
maka Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pajak
Restoran perlu disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan saat ini. Oleh
karena itu peraturan daerah tersebut menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 dan sampai saat ini masih digunakan.
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran ini mengatur segala kegiatan pemungutan pajak restoran di wilayah
Kabupaten Serang. Hal-hal yang diatur dalam peraturan daerah ini diantaranya
adalah mengenai:
a. Obyek dan subyek pajak restoran,
b. Struktur dan besarnya tarif yang dikenakan kepada wajib pajak restoran,
c. Tata cara pemungutan pajak restoran,
d. Tata cara perhitungan dan penetapan pajak restoran,
e. Sanksi yang dikenakan kepada subyek pajak restoran yang tidak
membayar,
f. Tata cara pembayaran pajak restoran dan;
g. Pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini merupakan suatu gambaran alur
berpikir peneliti dalam penelitian untuk mengetahui bagaimana alur berpikir
peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian.
Penelitian tentang Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor
11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis Official
Assessment di Kabupaten Serang) ini menggunakan model implementasi
kebijakan yang diungkapkan oleh Merilee S. Grindle Yaitu Implementation as A
Political and Administrative Process. Berdasarkan metode pendekatan
implementasi kebijakan publik yang dikembangkan oleh Grindle dikatakan bahwa
terdapat dua sub variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik,
yaitu isi kebijakan (content of policy) dan konteks implementasinya (context of
policy) yang harus diperhatikan dengan berbagai dimensi yang terdapat pada
kedua sub variabel.
Namun dalam penelitian ini, peneliti menelaah dari dimensi Content of policy
(isi kebijakan); Extent of Change Envision berkaitan dengan seberapa besar
perubahan yang ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan, Site of
decision making berkaitan dengan letak pengambilan keputusan dari suatu
kebijakan yang akan diimplementasikan, Program implementer berkaitan dengan
pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu
kebijakan, Resources committed berkaitan dengan sumber daya yang mendukung
agar pelaksanaanya berjalan dengan baik. Kemudian dari segi Context of policy
yakni dilihat dari Compliance and responsiveness berkaitan dengan kepatuhan dan
respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan. Untuk lebih jelasnya,
kerangka berpikir penulis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut
ini :
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Feedback
Teori Merilee S. Grindle :
Content of Policy
a. Extent of Change Envision
(derajat perubahan yang ingin
dicapai)
b. Site of Decision Making (letak
pengambilan keputusan)
c. Program Implementer
(pelaksana program)
d. Resource Commited (sumber
daya yang digunakan)
Context of Policy
f. Compliance and responsiveness
(tingkat kepatuhan dan adanya
respon dari pelaksana)
(Agustino, 2006 : 168)
Masalah-masalah
1. Kurangnya informasi atau
sosialisasi mengenai peraturan
daerah tentang perpajakan
belum sepenuhnya menyentuh
masyarakat atau wajib pajak.
Sehingga tingkat pengetahuan
masyarakat atau wajib pajak
mengenai perda pajak masih
rendah.
2. Kurangnya sumber daya
manusia (SDM) baik dalam
kualitas maupun kuantitas
sehingga dapat memperlambat
pelaksanaan implementasi
peraturan daerah.
3. Belum meratanya sarana dan
prasarana yang mendukung
sebagai aksesbilitas wajib pajak
restoran.
4. Kesadaran hukum wajib pajak
masih rendah.
Kontribusi Pajak Restoran
semakin signifikan / baik
terhadap PAD
Implemetasi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pajak Restoran , khususnya restoran
jenis official assessment
Dari gambaran tersebut, dapat dilihat alur pemikiran penulis yang dimulai
dengan merumuskan masalah-masalah yang ditemukan pada saat observasi pra
penelitian dalam implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, khususnya pada restoran jenis official
assessment di Kabupaten Serang. Kemudian dalam penelitian ini peneliti akan
mengkaitkan sub variabel yang terdapat pada teori Grindle, dengan berbagai
kejadian atau peristiwa yang terjadi dilapangan.
Apabila variabel-variabel yang terdapat pada teori tersebut tidak dapat
mendukung satu sama lain, maka dari itu, pelaksanaan implementasi yang baik
adalah melaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terkandung di
dalam peraturan tersebut serta relevan dengan penelitian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penelitian dalam
mengumpulkan data penelitiannya.49
Sedangkan menurut Sugiyono, metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.50
Pendekatan masalah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang dilakukan untuk mengetahui
bagaimana implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pajak Restoran khususnya restoran jenis official assessment di
Kabupaten Serang.
Pendekatan ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data yang
dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi
pengamatan dan wawancara, mencakup dokumen, buku catatan, tape-recorder
dan kamera. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
suatu data yang mengandung makna atau data yang sebenarnya. Penelitian
kualitatif ini juga tidak semata-mata mencari kebenaran, tetapi pada pemahaman
peneliti terhadap apa yang diteliti.51
49
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta. Hal : 136. 50
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Hal. 2 51
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Hal : 3.
3.2 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian tentang Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang) yang menjadi instrumen utama atau alat
penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong, pencari tahu alamiah
(peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai
alat pengumpul data.52
Sedangkan Irawan mengatakan bahwa dalam sebuah
penelitian kualitatif yang menjadi instrumen terpenting adalah peneliti sendiri.53
Namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan
akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang ditemukan melalui
observasi dan wawancara yang dilakukan dengan cara peneliti terjun sendiri
kelapangan.
3.3 Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif tidak mengunakan istilah populasi, tetapi oleh
Spadley dinamakan ”social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga
elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut terdapat dirumah berikut
keluarga dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut jalan yang sedang bercakap-
cakap, atau ditempat kerja, di kota, desa, atau wilayah suatu negara. Sampel dalam
52
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Hal. 19 53
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta :
DIA FISIP Universitas Indonesia. Hal : 17.
penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber,
partisipan atau informan.54
Dilihat dari sumber data, pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder yang
berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Adapun sumber-sumber data
tersebut sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada peneliti. Data ini berupa jawaban dari hasil wawancara dengan
pegawai dinas pengelola keuangan dan aset daerah, pengusaha restoran
sebagai wajib pajak restoran official assessment di Kabupaten Serang.
Tabel 3.1
Data Primer
Pegawai Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
No Nama Pangkat/Gol Jabatan Deskripsi Tugas
1 Drs. E.M. Rudi
Affandi. MM. 4a
Seksi
Pendaftaran &
Penagihan.
Berperan dalam pendataan wajib
pajak restoran di kantor DPKAD
2
Toto Sunarto. SE. 3a
Seksi Dana
Perimbangan
dll Pendapatan
Daerah Yang
Sah
Bertugas memonitoring
penerimaan dana yang masuk
3 Yanto. E. Halimi 2a
Staf Bagian
Penetapan &
Penagihan
Berperan dalam penagihan pajak
restoran yang turun langsung ke
lapangan
4 Hanifah 2a
Pelaksana
Seksi
Penetapan &
Penagihan
Berperan mengurusi data-data
penerimaan pajak yang masuk
dan yang dilaporkan. Sumber : Data Primer Penelitian 2009.
54
Sugiyono. Op. Cit. h : 49-50.
Tabel 3.2
Data Primer
Pengusaha Restoran Official Assessment
No Nama Nama Restoran
Lama
Usaha Alamat Restoran
1 Ace
Restoran Pondok
Karang Bolong 10 th
Jl. Raya Anyer Km. 35 Karang
Suraga Cinangka
2
Ian
Rahmat
Firdaus
Restoran Nasi
Uduk Tempo
Doeloe 6 th Jl. Raya Anyer Bandulu Anyar
3 Nugroho S
Restoran Pondok
Kembang Sari 20 th Jl. Raya Anyer Cikoneng Anyar
4 Sustira
Restoran Pondok
Sanghyang 16 th Jl. Raya Anyer Cikoneng Anyar
5 Suwarsih RM. Mbok Sarikah 25 th Jl. Raya Anyer Cikoneng Anyar
6 Tb. Alam
Nirmala
Bakmi Tebet
Cabang Anyer 5 th
Jl. Raya Kr. Bolong Anyer No.
60 Ds. Anyer
7 Tuti
Sugiarti
Restoran Ujung
Pandang 8 th
Jl. Raya Sirih Ds. Cikoneng
Anyar Sumber : Data Primer Penelitian 2009.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada peneliti. Seperti, studi kepustakaan yang berguna untuk
memperoleh data yang akurat dari literatur, jurnal ilmiah dan artikel
yang ada sebelumnya serta ada hubnungannya dengan yang diteliti.
Selain itu dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan berbagai teknik, antara lain :
a. Wawancara (interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti. Menurut Esterberg (2002) dalam
Sugiyono, wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.55
Percakapan dalam wawancara itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee).
Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (indept
interview). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi
menyangkut masalah yang diajukan di dalam penelitian. Wawancara
dilakukan kepada informan yang dianggap menguasai masalah penelitian.
Esterberg dalam Sugiyono, mengemukakan beberapa macam
wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur dan
terstruktur.56
Dalam wawancara terstruktur, pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Maka
wawancara tak terstruktur sangat berbeda dalam hal waktu bertanya dan
memberikan respon, yaitu cara ini lebih bebas iramanya. Pertanyaan
biasanya tidak disusun terlebih dahulu, tetapi disesuaikan dengan keadaan
dan ciri yang unik dari informan, pelaksanaan tanya jawab mengalir
seperti dalam percakapan sehari-hari.
55
Ibid. h : 72 56
Ibid. h : 73
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tak terstruktur
dan terbuka dalam melakukan wawancara. Pada penelitian ini disusun
bukan berupa daftar pertanyaan, akan tetapi hanya berupa poin-poin pokok
yang akan ditanyakan pada informan dan dikembangkan pada saat
wawancara berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara
berlangsung secara alami dan mendalam seperti yang diharapkan dalam
penelitian kualitatif. Berikut beberapa poin-poin pokok tersebut
diantaranya :
1) Mengenai implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, khususnya
restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang.
2) Mengenai faktor penghambat dalam pengimplementasian Perda
Kabupaten Serang No. 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran
di Kabupaten Serang.
3) Mengenai usaha untuk mengatasi hambatan dalam
pengimplementasian Perda Kabupaten Serang No. 11 Tahun
2006 tentang Pajak Restoran di Kabupaten Serang.
b. Observasi (observation)
Observasi atau yang lebih umum dikenal dengan pengamatan menurut
Moleong adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari
segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan
sebagainya.57
Dalam penelitian ini yang digunakan ialah teknik observasi
nonpartisipan (nonparticipant observation). Menurut Sugiyono observasi
nonpartisipan ialah peneliti tidak terlibat langsung didalam aktivitas orang-
orang yang sedang diamati dan peneliti disini hanya sebagai pengamat
independen.58
Dalam observasi ini, peneliti tidak terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian.
Observasi ini dilakukan bertujuan untuk melakukan pembuktian
terhadap informasi yang diberikan dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode ilmiah
dan bukan melakukan pengamatan biasa. Maka dari itu, dengan observasi
peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi informan, sehingga
peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
c. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan salah satu sumber data sekunder yang diperlukan
dalam sebuah penelitian. Menurut Guba & Lincoln dokumen adalah setiap
bahan tertulis ataupun film, gambar dan foto-foto yang dipersiapkan
karena adanya permintaan seorang penyidik.59
Selanjutnya studi
dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui
bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi
obyek penelitian, baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar,
57
Moleong, Op. Cit. h : 126. 58
Sugiyono, Op. Cit. h : 166. 59
Ibid. h : 126
laporan hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen elektronik
(rekaman).
3.4 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive
sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel sumber data, dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai
pengusaha sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial
yang diteliti.60
Sehingga dalam penelitian ini informan yang saya ambil adalah pegawai dinas
pengelola keuangan dan aset daerah Kabupaten Serang sebagai informan kunci
dalam implementasi perda pajak restoran khususnya restoran official assessment
dan Pengusaha restoran sebagai wajib pajak yang sistem pemungutan pajaknya
official assessment.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data dilakukan pada saat pengumpulan
data langsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Menurut Bogdan & Biklen analisis data kualitatif adalah:
”upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
60
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Hal : 53-54.
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.”61
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti
melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya penelitian. Analisis
data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat50
jenuh. Dalam prosesnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles & Huberman, yaitu selama proses
pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi data
(data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi (verification).
Apabila proses tersebut digambarkan nampak sebagai berikut :
Gambar 3.1
Analisis data menurut Miles & Huberman62
61
Moleong. Op. Cit. h : 248. 62
Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Hal. 16
Data Collection
Data Display
Data Reduction
Conclusions
drawing/verification
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan
melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal utama itu
tersebut merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan
sesudah pengumpulan data. Ketiga kegiatan di atas dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.63
Data yang
diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks dan rumit.
Untuk itu perlu dicatat secara rinci dan teliti. Kemudian segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data. Reduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penelitian
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari kembali bila
diperlukan. Reduksi data ini membantu untuk memberikan kode-kode
pada aspek tertentu.
2. Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Display data merupakan cara memaparkan hasil
temuan dari penelitian. Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian data
63
Ibid
dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau teks naratif selain itu
dapat berupa grafik, matriks, network (jaringan kerja) dan chart.64
Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification)
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu
menyimpulkan dari temuan-temuan penelitian untuk dijadikan suatu
kesimpulan penelitian untuk dijadikan suatu kesimpulan. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang kredibel.65
Oleh karena itu kesimpulan harus diverifikasi
selama penelitian berlangsung.
3.6 Pengujian Validitas Data dan Reliabilitas Data
Menurut Sugiono, validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.66
Dengan
demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang
64
Ibid. 65
Sugiyono. Op. Cit. h : 252. 66
Ibid.
dilaporkan oleh peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.
Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal yang berkenaan
dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, dan validitas
eksternal yang berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
Sedangkan reliabilitas dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan
yang terdapat pada penelitian kuantitatif. Bila dalam penelitian
kuantitatifreliabilitas berkenaan dengan konsistensi data, dimana bila terdapat
peneliti yang melakukan penelitian pada obyek yang sama, maka akan
mendapatkan data yang sama. Maka dalam penelitian kualitatif tidak demikian,
suatu realitas (social situation) bersifat majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada
data yang bersifat konsisten dan berulang seperti semula.
Untuk menguji validasi data pada penelitian ini dilakukan melalui teknik
triangulasi. Triangulasi dalam pengujian ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
waktu.67
a. Triangulasi Sumber
Pengujian Kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini untuk
menguji kreadibilitasi data tentang implementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran
67
Ibid. h : 125
khususnya restoran official assessment, maka pengumpulan dan
pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke pegawai dinas
pengelola keuangan dan aset daerah Kabupaten Serang, pengusaha
restoran khususnya restoran official assessment dan masyarakat sebagai
pengunjung.
Data dari ketiga sumber tersebut tidak bisa dirata-ratakan seperti
dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan,
mana pandangan yang sama, yang berbeda dan mana spesifik. Hal itu
dapat dicapai dengan cara : membandingkan data hasil pengamatan
dengan cara hasil wawancara; membandingkan apa yang dikatakan
orang didepan umum dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang pemerintah;
membandingkan hasil wawancara dengan is suatu dokumen ynag
berkaitan. Setelah data dianalisis oleh peneliti maka akan menghasilkan
suatu kesimpulan dan selanjuntya meminta kesepakatan dari ketiga
sumber data tersebut.
b. Triangulasi Teknik
Dalam menguji kreatibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber ynag sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner.
Menurut Patton dalam Maleong terdapat dua strategi yaitu : (1)
pengecekan derajat kepercayaan penemua hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data dan (2). Pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.68
Bila dengan semua
teknik pengujian kredibilatas data tersebut menghasilkan data yang
berbeda-beda, maka penelitian melakukan diskusi lebih lanjut kepada
sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data
mana yang dianggap benar.
c. Triangulasi Waktu
Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat informan
masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih
valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam pengujian kredibelitas
data dapat dilakukan denga cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang
berbeda.
3.7 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada restoran jenis official asessment di Kabupaten
Serang, Provinsi Banten sebagai bentuk dari Imlpementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran. Adapun waktu
68
Moleong, Lexy J. 2005 Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Hal :
330-331.
penelitian dimulai dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Oktober 2010, dan
untuk perinciannya dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3
Waktu Penelitian
Sumber : Penelitian, 2009-2010
No
Kegiatan
Pelaksanaan
Juni 2009 - Oktober 2010
Juni Juli Agust Okt Des Jan Feb Mart Sept Okt
1 Pengajuan
Judul
2 Perizinan dan
observasi awal
3 Pengumpulan
data
4 Pengolahan dan
analisis data
5 Penyusunan
hasil penelitian
6 Ujian seminar
7 Revisi seminar
8 Ujian skripsi
9 Revisi skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Serang
Kabupaten Serang merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam
wilayah Provinsi Banten. Luas wilayahnya 1.734,09 km2. secara geografis letak
Kabupaten Serang sangat strategis yang menjadikannya memiliki banyak
keuntungan. Kabupaten Serang merupakan pintu gerbang atau transit
perhubungan darat antar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, juga sebagai daerah
alternative dan penyangga (hinterland) ibu kota negara, karena dari kota Jakarta
hanya berjarak sekitar 70 km. Adapun batas-batas wilayahnya adalah : 69
a. Sebelah Utara : Laut Jawa
b. Sebelah Timur : Kabupaten Tanggerang
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang
d. Sebelah Barat : Kota Cilegon dan Selat Sunda
Kabupaten Serang terdiri dari 34 kecamatan, 353 desa dan 20 kelurahan.
Kecamatan-kecamatan tersebut adalah : 70
1. Kecamatan Cinangka
2. Kecamatan Padarincang
69
Sumber : Pemutakhiran Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, 2006 70
Dokumen Kantor DPKAD Kabupaten Serang, 2005
3. Kecamatan Ciomas
4. Kecamatan Pabuaran
5. Kecamatan Gunung sari
6. Kecamatan Baros
7. Kecamatan Petir
8. Kecamatan Tunjung Teja
9. Kecamatan Curug
10. Kecamatan Cikeusal
11. Kecamatan Pamarayan
12. Kecamatan Bandung
13. Kecamatan Jawilan
14. Kecamatan Kopo
15. kecamatan Cikande
16. Kecamatan Kibin
17. Kecamatan Kragilan
18. Kecamatan Walantaka
19. Kecamatan Cipocok Jaya
20. Kecamatan Serang
21. Kecamatan Taktakan
22. Kecamatan Waringin Kurung
23. Kecamatan Mancak
24. Kecamatan Anyar
25. Kecamatan Bojonegara
26. Kecamatan Pulo Ampel
27. Kecamatan Kramatwatu
28. Kecamatan Kasemen
29. Kecamatan Ciruas
30. Kecamatan Pontang
31. Kecamatan Carenang
32. Kecamatan Binuang
33. Kecamatan Tirtayasa
34. Kecamatan Tanara
Setelah adanya pemekaran wilayah dari Kabupaten Serang menjadi Kabupaten
dan Kota Serang pada tanggal 10 agustus 2007, Kabupaten Serang secara
administratif kini memiliki jumlah kecamatan sebanyak 28 kecamatan, 314 desa
dan tidak ada kelurahan. Sedangkan 6 (enam) kecamatan lainnya yaitu Kecamatan
Curug, Walantaka, Cipocok Jaya, Serang, Taktakan dan Kasemen termasuk ke
dalam wilayah Kota Serang.
Gambar 4.1
Peta Kabupaten Serang
Sumber : Dokumen Kantor DPKAD Kabupaten Serang, 2005
4.1.2 Deskripsi Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Serang
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Serang
secara resmi terbentuk pada awal tahun 2009 dengan payung hukum Peraturan
Daerah Kabupaten Serang Nomor : 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Organisasi Dinas Kabupaten Serang tanggal 11 Desember 2008 dengan Lembaran
Daerah Nomor : 776 Tahun 2008, merupakan perubahan nama dari Badan
Pengelola Keuangan Daerah (BPKD). Dinas Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Serang berada di Jalan Diponegoro No. 5 Kabupaten Serang
Provinsi Banten terletak sangat strategis berdekatan dengan alun-alun Kota Serang
dan Kantor Gubenur Provinsi Banten.
Gambar 4.2
Kantor Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang
Sumber : Penelitian 2009
Struktur Organisasi Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah terdiri dari
1 (satu) Kepala Dinas, 1 (satu) Sekretaris dengan 3 (tiga) Sub. Bagian, 4 (empat)
Kepala Bidang terdiri dari Bidang Pendapatan, Bidang Anggaran dan
Perbendaharaan, Bidang Akuntansi, Bidang Aset Daerah.
Dalam melaksanakan tugasnya struktur organisasi Dinas Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah memiliki uraian tugas sesuai dengan jabatannya. Hal ini
berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Serang Nomor 64 Tahun 2009 tentang
Uraian Tugas Jabatan Dilingkungan Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Serang sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah mempunyai uraian
tugas jabatan merumuskan perencanaan kebijakan teknis operasional dan
administratif; Penyelenggaraan, pengkoordinasian, pengendalian kegiatan
operasional dan administratif; Penyelenggaraan dan pembinaan aparatur;
Pengkoordinasian dengan satuan kerja perangkat daerah dan instansi
terkait; Serta penyelenggara evaluasi pelaporan pertanggungjawaban
kinerja dinas.
2. Sekretaris
Sekretaris mempunyai uraian tugas menyusun program kerja, rencana
kerja, mengkoordinasikan, evaluasi dan pelaporan kinerja dinas serta
menetapkan kebijakan teknis di bidang administrasi umum, kepegawaian
dan keuangan dinas. Terdiri dari 3 (tiga) sub bagian yakni :
a. Sub Bagian Program dan Evaluasi
Tugasnya menyusun rencana kegiatan sub bagian program dan
evaluasi, rencana strategis dinas; penghimpun rencana kerja sekretaris;
pengumpul laporan keuangan dan aset daerah; laporan hasil kegiatan
dinas; laporan pertanggungjawaban kinerja dinas; laporan keterangan
pertanggungjawaban bupati bidang pengelola keuangan dan aset
daerah; serta evaluasi dan pelaporan sub bagian program dan evaluasi.
b. Sub Bagian Umum
Mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan sub bagian umum;
pengelolaan administrasi umum dan tata usaha dinas; kepegawaian
dinas; kerumahtanggaan, dokumentasi dan kepustakaan dinas;
pengadaan kebutuhan peralatan, perlengkapan dan jasa dinas;
pendistribusian barang keperluan dinas; pemeliharaan dan
pemanfaatan barang inventaris dinas; serta evaluasi dan pelaporan sub
bagian umum.
c. Sub Bagian Keuangan
Mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan sub bagian keuangan;
pengelola administrasi gaji pegawai dinas; penyusun anggaran,
pendapatan dan belanja dinas; verifikasi atas surat
pertanggungjawaban keuangan dinas, pelaksana administrasi keuangan
dinas dan alur kas keuangan dinas; serta evaluasi dan pelaporan
keuangan dinas.
3. Bidang Pendapatan
Kepala Bidang Pendapatan mempunyai uraian tugas menyusun program
kegiatan, penyelenggara perumusan kebijakan, mengkoordinasi, pembina
dan pengawas kegiatan tiap-tiap seksi pada bidang pendapatan daerah.
Bidang Pendapatan ini terdiri dari 3 (tiga) seksi antara lain :
a. Seksi Pendaftaran dan Penagihan
Seksi pendaftaran dan penagihan mempunyai uraian tugas menyusun
rencana target penerimaan pajak daerah; pelaksana pendaftaran dan
pendataan wajib pajak/objek pajak daerah; penguji dan pemeriksa
laporan wajib pajak daerah; serta evaluasi dan pelaporan pendaftran
dan pendapatan pajak daerah.
b. Seksi Penetapan dan Penagihan
Seksi penetapan dan penagihan mempunyai uraian tugas penyusun
rencana penerimaan pajak dan pendataan pajak daerah, pengumpul,
pengolah, penganalisis data pajak dan pendapatan daerah; pelaksana
sosialisasi pajak daerah dan pendapatan daerah; penetapan dan
penagihan pajak daerah; pembina dan pengendalian pajak daerah dan
pendapatan daerah; serta evaluasi dan pelaporan pajak daerah dan
pendapatan daerah.
c. Seksi Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Seksi dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
mempunyai tugas perencana penerimaan dana perimbangan, penyusun
bentuk petunjuk teknis penerimaan dana perimbangan; pelaksana
koordinasi dengan satuan kerja dan monitoring penerimaan dana
perimbangan; penginventarisasian bahan/data penerimaan dana
perimbangan dan rekonsiliasi; serta evaluasi dan pelaporan dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
4. Bidang Anggaran dan Pembendaharaan
Kepala Bidang Anggaran dan Pembendaharaan mempunyai tugas
menyusun rencana program bidang anggaran dan pembendaharaan;
penyusun pedoman dan teknis pengelolaan anggaran; pembendaharaan,
belanja dan pembiayaan daerah; penyiapan rancangan kebijakan
pemerintah daerah, rancangan APBD, rencana perubahan APBD,
penatausahaan APBD, nota keuangan dan surat penyediaan dana; serta
evaluasi dan pelaporan anggaran dan pembendaharaan. Bidang Anggaran
dan Pembendaharaan ini terdiri 3 (tiga) seksi antara lain :
a. Seksi Anggaran
Seksi anggaran mempunyai tugas menyusun rencana APBD,
rancangan PERDA dan PERBUB tentang APBD, perubahan APBD
dan nota keuangan; Penginventarisasian, pengolahan, penganalisaan
data APBD; serta evaluasi dan pelaporan APBD.
b. Seksi Perbendaharaan
Seksi perbendaharaan mempunyai tugas menyusun perencanaan
perbendaharaan; meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran; penguji restitusi;
penatausahaan surat perintah pencairan dana (SP2D); serta evaluasi
dan pelaporan perbendaharaan.
c. Seksi Kas Daerah
Seksi kas daerah mempunyai tugas menyusun rencana kas daerah;
meneliti kelengkapan SP2D dan kelengkapan bukti penyetoran; serta
evaluasi dan pelaporan kas daerah.
5. Bidang Akuntansi
Kepala Bidang Akuntansi mempunyai uraian tugas menyusun program
kegiatan bidang akuntansi; menyusun laporan keuangan pemerintah
daerah; serta evaluasi dan pelaporan bidang akuntansi. Bidang akuntansi
ini terdiri dari 2 (dua) seksi antara lain :
a. Seksi Pembukuan dan Pelaporan
Seksi pembukuan dan pelaporan tugasnya menyusun rencana kegiatan
pembukuan dan pelaporan; rekonsiliasi laporan keuangan satuan kerja
perangkat daerah; serta evaluasi dan pelaporan bidang pembukuan dan
pelaporan.
b. Seksi Analisis Keuangan Daerah
Seksi analisis keuangan daerah tugasnya menyusun rencana kegiatan
analisis keuangan daerah; pelayanan data dan menyimpan dokumentasi
keuangan daerah; serta evaluasi dan pelaporan keuangan daerah.
6. Bidang Aset Daerah
Kepala Bidang Aset daerah mempunyai uraian tugas sebagai
penyelenggara program, kegiatan, pemanfaatan dan pengendalian aset
daerah; serta evaluasi dan pelaporan bidang aset daerah. Bidang aset
daerah ini terdiri dari 3 (tiga) seksi antara lain :
a. Seksi Penatausahaan dan Inventarisasi
Seksi penatausahaan dan inventarisasi tugasnya menyusun rencana
penatausahaan, inventarisasi, penghapusan aset, menganalisa data aset,
serta evaluasi dan pelaporan penatausahaan dan inventarisasi.
b. Seksi Pengamanan dan Pengawasan
Seksi pengamanan dan pengawasan tugasnya menyusun rencana ,
pembinaan, dan koordinasi pengamanan dan pengawasan aset; serta
evaluasi dan pelaporan pengamanan dan pengawasan aset.
c. Seksi Pemanfaatan
Seksi pemanfaatan tugasnya menyusun perencanaan pemanfaatan aset;
pengolah dan penganalisa data; koordinasi dengan instansi yang terkait
dalam hal pemanfaatan aset; serta evaluasi dan pelaporan pemanfaatan
aset.
4.2 Deskripsi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pajak Restoran.
Pajak adalah salah satu sarana yang digunakan oleh pemerintah daerah dalam
rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), demikian juga dengan
Kabupaten Serang. Salah satu jenis pajak yang cukup berperan dalam peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Serang adalah pajak restoran.
Adapun dalam rangka melegalkan pemungutan pajak restorannya, Pemerintah
Daerah Kabupaten Serang menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran.
Sebenarnya, Pajak restoran yang semula menurut Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1997 pajak atas hotel disamakan dengan restoran dengan nama Pajak
Hotel dan Restoran. Akan tetapi mengingat telah diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Pajak tersebut dipisahakan menjadi dua jenis pajak yang berdiri sendiri,
yaitu Pajak Hotel dan Pajak Restoran. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor
11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran ini merupakan peraturan perubahan yang
pertama di Kabupaten Serang. Pada awalnya adalah Peraturan Daerah Kabupaten
Daerah Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran, yang kemudian mengalami
penyesuaian mengingat kondisi dan perkembangan saat ini, maka peraturan
daerah tersebut menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pajak Restoran, selain memuat ketentuan tentang obyek pajak yang
dapat dikenai pajak cukup transparan, juga mengenai dasar pengenaan pajak
terhadap wajib pajak, serta sistem pemungutan pajak yang lebih efektif dan
efesien. Peraturan tersebut sampai saat ini masih digunakan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lembar daftar lampiran.
4.2.1 Obyek dan Subyek Pajak
Pajak restoran dimaksudkan untuk melakukan pemungutan pajak atas
dasar pelayanan restoran. Dimana restoran adalah tempat menyantap makan atau
minuman yang disediakan dengan di pungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa
boga atau katering. Oleh karena itu, yang dimaksud obyek pajak rsetoran adalah
setiap pelayanan yang disediakan dengan pemabayaran termasuk rumah makan,
cafe, bar dan sejenisnya. Pelayanan yang disediakan restoran tersebut meliputi
penjualan makanan dan atau minuman di restoran, termasuk penyediaan penjualan
makanan dan atau minuman yang diantar atau di bawa pulang. Sedangkan subyek
pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas
pelayanan restoran.
Adapun sasaran dalam pengenaan pajak dan besarnya tarif pajak
ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dimaksudkan untuk meningkatkan
pendapatan daerah, pembangunan daerah dan sumber penerimaan daerah yang
dapat meningkatkan di daerah Kabupaten Serang.
4.2.2 Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran
Pemungutan pajak restoran, sesuai dengan yang tercantum dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran besarnya pajak yang terutang dipungut di wilayah daerah dengan dasar
pengenaan pajak dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak sebesar 10%
(sepuluh persen). Dalam pemungutan pajak restoran, pemerintah daerah
menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).
4.2.3 Sanksi Administrasi
Apabila wajib pajak tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang dari
jumlah tagihan sebenarnya atau dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak SKPD diterima, maka wajib pajak akan dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari besarnya pajak
yang terutang atau yang kurang dibayar, dan penagihannya dengan menerbitkan
Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) yaitu surat yang digunakan untuk melakukan
tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Selain
sanksi administrasi, ada juga ketentuan pidana dalam pajak daerah. Apabila wajib
pajak karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD) atau mengisi tidak benar atau melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah, maka dapat dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali
dari jumlah pajak yang terutang.
4.2.4 Tata Cara Pembayaran Pajak
Adakalanya dalam pemungutan pajak, pengusaha restoran sebagai wajib
pajak menyatakan untuk tidak membayar dikarenakan sedang sepi atau belum
mendapat penghasilan. Namun demikian, dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Serang Nomor 11 Tahun 2006 telah dinyatakan dalam pasal 13 bahwa
pembayaran pajak yang terutang harus dibayar atau dilunasi sekaligus, dengan
demikian wajib pajak tidak dibenarkan untuk mencicil atau tidak melunasi pajak
yang terutang sekaligus. Adapun tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat
pembayaran pajak diatur dengan Keputusan Kepala Daerah.
4.2.5 Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pajak
Adapun dalam beberapa hal, Bupati sebagai Kepala Daerah dapat
memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak kepada wajib pajak.
Pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak diberikan dengan
memperhatikan kemampuan wajib pajak yang bersangkutan, misalnya saja seperti
yang terjadi di lapangan saat proses pemungutan pajak, masih banyak diantara
pengusaha restoran yang tidak membayar pajaknya dikarenakan dagangan mereka
sedang sepi, selain itu banyak juga yang membayar tapi hanya separuh dari tarif
pajak yang ditetapkan. Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak
ditetapkan oleh Kepala Daerah.
4.3 Informan Penelitian
Seperti yang sudah dikemukakan di bab 3, bahwa dalam penelitian mengenai
Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006
Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis Official Assessment di
Kabupaten Serang) ini, dalam pemilihan informan penelitiannya, peneliti
menggunakan teknik Purposive sampling (sampel bertujuan). Adapun informan-
informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang menurut peneliti
memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena mereka
(informan) dalam kesehariannya senantiasa berurusan dengan permasalahan yang
sedang peneliti teliti.
Selanjutnya perlu diketahui, adapun informan yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 11 orang, diantaranya sebagai berikut :
Tabel 4.1
Daftar Informan
Sumber : Data Primer Penelitian, 2009.
4.4 Deskripsi Data dan Analisis Data
Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis Official
Assessment di Kabupaten Serang) ini, data yang peneliti dapat dilapangan lebih
banyak didapat melalui proses wawancara dan observasi. Kata-kata dan tindakan
No
Kode
Informan
(i) Jabatan/Status Informan
1 I1
Staf Bagian Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten
Serang
2 I2
Selaku Pelaksana Seksi Penetapan dan Penagihan DPKAD
Kabupaten Serang
3 I3
Seksi Pendaftaran dan Pendapatan DPKAD Kabupaten
Serang
4 I4
Seksi Dana Perimbangan Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah
Yang Sah DPKAD Kabupaten Serang
5 I5 Pimpinan Restoran Nasi Uduk Tempo Doeloe Anyer
6 I6 Pengurus Restoran Pondok Karang Bolong Anyer
7 I7 Pemilik Restoran RM. Mbok Sarikah
8 I8 Pemilik Restoran Kembang Sari Anyer
9 I9 Pemilik Restoran Ujung Pandang Anyer
10 I10 Pengurus Restoran Pondok Sanghiang Anyer
11 I11 Pengelola Restoran Bakmi Tebet Cabang Anyer
dari orang-orang yang diwawancara adalah sebagai sumber data utama. Sumber
data utama dicatat dalam buku catatan kecil atau melalui alat perekam yang
digunakan selama wawancara berlangsung.
Selain wawancara dan observasi peneliti juga menggunakan data dari hasil
dokumentasi. Dokumentasi yang peneliti ambil pada saat peneliti mengadakan
pengamatan ke Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang.
Dokumentasi tersebut memiliki bermacam-macam bentuk, diantaranya adalah;
Draft Implementasi Peraturan Daerah, Draft Uraian Tugas Jabatan Dinas
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang, Draft Laporan Realisasi
Pendapatan, Draft Buku Kendali Wajib Pajak Official Assessment, Draft Profil
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang dan lain-lain.
Adapun dokumentasi yang peneliti ambil pada saat melakukan
pengamatan adalah berupa catatan lapangan peneliti dan foto aktivitas orang-
orang yang peneliti amati. Alasan peneliti menggunakan data berupa foto adalah
karena foto cukup berharga untuk dapat membantu menganalisis suatu objek yang
sedang diteliti, selain itu foto juga dapat membantu untuk membuktikan bahwa
peneliti turun ke lapangan.
Selanjutnya, karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka
dalam proses pengumpulan datanya peneliti juga melakukan aktivitas
menganalisis data secara bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, bahwa dalam prosesnya, analisis data dalam penelitian ini
menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles & Huberman,
yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan empat kegiatan penting,
diantaranya; koleksi data (data collection), reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display) dan verifikasi (verification).71
Koleksi data (data collection), data yang berhasil dikumpulkan melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi dicatat dalam bentuk catatan lapangan
(field notes). Catatan lapangan tersebut berisi apa yang dikemukan oleh informan
dan juga catatan tentang tafsiran peneliti terhadap informasi yang diberikan oleh
responden.
Reduksi data (data reduction), mereduksi data dengan kata lainnya adalah
merangkum. Memilih hal-hal yang dianggap pokok dan penting untuk penelitian.
Setelah memfokuskan pada hal-hal yang penting maka dapat dicari dan diketahui
tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data
berlangsung selama proses pengumpulan data masih berlangsung.
Penyajian data (data display), langkah penting selanjutnya yang dilakukan
dalam menganalisis data penelitian ini setelah mereduksi data ialah melakukan
penyajian data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat atau teks naratif, bagan, matrik, hubungan antar kategori,
network, flowchart dan sejenisnya. Namun pada penelitian ini, penyajian data
yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah betuk teks narasi. Dengan
melakukan pendisplay-an data. Hal ini bertujuan agar mempermudah memahami
71
Miles & Huberman, Loc. Cit.
apa yang terjadi dan merencanakan kegiatan selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami.
Conlusions drawing/verifying, kesimpulan awal yang dikemukan masih
bersifat sementara dan akan berubah bila peneliti tidak menemukan bukti-bukti
kuat dan mendukung untuk ketahap selanjutnya. Maka dari itu, kesimpulan apada
tahap awal harus didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten agar
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.
Selain itu untuk menjaga validitas data yang telah didapatkan setelah
peneletian berlangsung, maka peneliti menggunakan sistem triangulasi sumber,
teknik dan waktu.
Tabel 4.2
Transkrip Matrik Triangulasi
Sumber : Data Primer Penelitian, 2009
Item Data Wawancara Observasi Dokumentasi Validasi
Implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 tahun 2006
tentang Pajak Restoran
Dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Faktor-faktor yang
menjadi penghambat dan
usaha untuk mengatasi
hambatan dalam
implementasi Peraturan
Daerah No. 11 tahun 2006
tentang Pajak Restoran
Dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
4.4.1 Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun
2006 Tentang Pajak Restoran Khususnya Restoran Jenis Official
Assessment di Kabupaten Serang.
1. Dimensi Isi Kebijakan (Context Of policy)
Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pajak Restoran telah dilaksanakan diwilayah Kabupaten Serang sejak
tanggal disahkannya oleh Menteri Dalam Negeri, yaitu pada tanggal 31 Juli 2006.
Bentuk kegiatan pengimplementasiannya adalah dengan melakukan pemungutan
pajak restoran di wilayah-wilayah yang telah ditetapkan sebagai restoran cakupan
wilayah Kabupaten Serang. Salah satu jenis restoran yang perlu dikelola adalah
restoran jenis official assessment.
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran dirumuskan atas dasar pertimbangan bahwa dengan semakin pesatnya
perkembangan pembangunan di Kabupaten Serang, demikian pula halnya dalam
bidang kepariwisataan yaitu dengan tumbuh dan berkembangnya restoran dan
rumah makan di Kabupaten Serang dengan fasilitas yang ada didalamnya.
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran yang semula Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 2002
tentang Pajak Restoran perlu disesuaikan, mengingat telah diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Karena dalam
perda yang baru ini, selain memuat ketentuan tentang objek pajak yang dapat
dikenakan pajak cukup transparan, juga mengenai dasar pengenaan pajak terhadap
wajib pajak serta sistem pemungutan pajak yang lebih efektif dan efisien.
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran merupakan suatu dasar hukum pemerintah daerah agar seluruh wajib
pajak restoran untuk melaksanakan pembayaran pajak restorannya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ada di dalam perda tersebut. Berdasarkan isi peraturan
daerah tersebut, dijelaskan pula mengenai sanksi bagi wajib pajak. Apabila dalam
pembayaran dan penagihan pajak, wajib pajak melakukan pelanggaran atau
ketidakpatuhan dalam pembayarannya akan dikenakan sanksi, baik sanksi
administratif maupun pidana. Bagaimanapun juga pajak restoran merupakan salah
satu sumber pendapatan daerah, karena hal ini sesuai dengan kedudukan dengan
peran pemerintah daerah, dimana diperlukan pembangunan melalui efektifitas
pajak daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat dalam
pembangunan sesuai harkat dan martabat manusia.
a. Derajat perubahan yang ingin dicapai (Extent of Change Envision)
Setiap kebijakan termasuk Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, memiliki target yang hendak dan ingin
dicapai. Pada dasarnya pajak restoran merupakan salah satu sumber
pendapatan yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang nyata. Pertama, tujuan yang
ingin dicapai dari pelaksanaan perda ini adalah dapat meningkatkan
pendapatan daerah karena pajak restoran di Kabupaten Serang merupakan
sumber pendapatan yang cukup potensial untuk digali atau dikembangkan.
Pernyataan ini diperkuat oleh I4QA1 sebagai berikut :
”Tujuan yang ingin dicapai tentunya dengan adanya perda ini membawa
peningkatan dalam hal penerimaan pajak restoran ini. Dan dengan
adanya perda ini juga diharapkan wajib pajak restoran patuh dalam hal
membayar pajak.”72
Hal senadapun diungkapkan oleh I1QA1 yang menyatakan bahwa :
”Tujuan yang ingin dicapai khususnya bagi wajib pajak restoran adalah
sesuai dengan peraturan tersebut agar para wajib pajak tepat waktu,
disiplin dalam membayarkan pajaknya. Karena hasilnya untuk bersama
dalam pembangunan daerah ini.”73
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada empat orang
informan sebagai pelaksana kebijakan yaitu dari dinas atau petugas pajak
restoran, mengenai pemahaman terhadap tujuan dari pelaksanaan peraturan
daerah Kabupaten Serang tentang pajak restoran khususnya restoran jenis
official assessment di Kabupaten Serang, secara umum seluruh pelaksana
kebijakan mengetahui dan memahami tujuan pelaksanaan peraturan daerah
tentang pajak restoran.
Kedua, implementasi kebijakan publik termasuk didalamnya adalah
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran, menginginkan adanya perubahan kearah yang lebih baik sesuai
dengan tujuan yang telah dituangkan dalam isi perda tersebut. Untuk wajib
pajak restoran atau pengusaha restoran official assessment di Kabupaten
72
Wawancara dengan Selaku Seksi Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang
Sah DPKAD Kabupaten Serang. Tanggal 01 Februari 2010. pukul 10.30-12.00 wib. Wawancara
dilakukan di Kantor DPKAD Kabupaten Serang. 73
Wawancara dengan Selaku Staf Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten Serang. Tanggal
05 Januari 2010. pukul : 10.00-12.30 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD Kabupaten
Serang.
Serang, perubahan yang ingin dicapai dengan adanya implementasi perda ini
adalah kesadaran hukum wajib pajak restoran semakin tinggi. Dimana wajib
pajak dapat mematuhi atau patuh terhadap peraturan yang telah ditetapkan
pemerintah di dalam peraturan daerah tersebut. Hal ini diungkapkan oleh
I2QA2 sebagai berikut :
”Kesadaran wajib pajak restoran semakin tinggi, sehingga gak ada lagi
yang menunggak dan gak ada lagi yang susah klo dipungut pajaknya.”74
Kesadaran hukum wajib pajak restoran official assessment di Kabupaten
Serang untuk saat ini masih rendah. Hal ini dikarenakan masih banyak wajib
pajak restoran official assessment yang tidak mengetahui dan tidak paham
bahwa ada perda pajak restoran yang memuat ketentuan-ketentuan sampai
dengan sanksi apabila wajib pajak tidak patuh atau berbuat nakal dalam
pembayaran pajaknya. Rendahnya kesadaran hukum wajib pajak restoran
official assessment dapat dilihat dari masih saja ada wajib pajak restoran yang
menunggak dalam pembayaran pajaknya. Kemudian wajib pajak yang
mengangsur dan wajib pajak yang sama sekali tidak membayar pajaknya.
Seperti yang diungkapkan oleh I7QC3 yaitu :
” Sering, pernah nyicil juga sih. Ya, peringatan melalui surat tegoran
yang dikirim oleh pihak pajak..”75
Penyebab wajib pajak tidak patuh itu bervariasi. Hal paling utama adalah
penghasilan yang diperoleh wajib pajak ditunjukkan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kemudian pada saat telah memenuhi kebutuhannya
74
Wawancara dengan Selaku Pelaksana Seksi Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten
Serang. Tanggal 18 Januari 2010. pukul : 09.30-11.00 wib. Wawancara dilakukan di Kantor
DPKAD Kabupaten Serang. 75
Wawancara dengan Pemilik Restoran RM. Mbok Sarikah. Tanggal 26 Januari 2010. pukul :
14.37-15.00 wib. Wawancara dilakukan di Restoran RM. Mbok Sarikah Anyer Kabupaten Serang.
tersebut timbul suatu ketentuan perpajakan yang mengharuskan kewajiban
pembayaran pajak kepada pemerintah. Dimana terjadi konflik antara
kepentingan pribadi atau diri sendiri dan kepentingan negara. Yang pada
umumnya kepentingan pribadilah yang selalu unggul. Kemudian penyebab
lainnya adalah masalah pendapatan wajib pajak restoran yang kurang.
Kurangnya pendapatan wajib pajak restoran ini dikarenakan berbagai macam
hal di dalamnya. Seperti yang diungkapkan oleh I6QA2 yaitu :
” Pendapatan gitu aja gimana keramaiannya, kalau sekarang ini menurun
karena musim barat. Trus isu tsunami kemaren juga kan bikin takut
pengunjung klo ke pantai..”76
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat, bahwa karena isu-isu tsunami dapat
pula menyebabkan pendapatan para pengusaha restoran sebagai wajib pajak
restoran official assessment berkurang. Dimana para pengunjung enggan
untuk datang ke restoran yang letaknya di kawasan parisiwisata yakni pantai
anyer karena takut akan hal tsunami.
Bedasarkan pernyataan diatas dapat peneliti analisis, bahwa perubahan
yang ingin dicapai dari adanya implementasi perda ini salah satunya ialah
meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak. Namun, berdasarkan hasil
penelitian yang peneliti peroleh dari informan dilapangan, didapatkan suatu
jawaban mengenai rendahnya kesadaran hukum wajib pajak dalam
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara (membayar pajak) adalah
karena tidak adanya sosialisasi yang diberikan petugas mengenai peraturan
tersebut. Padahal di dalam perda tersebut dijelaskan ketentuan-ketentuan
76
Wawancara dengan Pemilik Restoran Pondok Karang Bolong Anyer. Tanggal 26 Januari 2010.
Pukul 14.08- 14.25 wib. Wawancara dilakukan di Restoran Pondok Karang Bolong Anyer.
Tanggal 26 Januari 2010.
pajak, yang mana pembayaran pajak restoran harus dibayarkan secara lunas
atau sekaligus. Disini peran serta petugas dalam hal pemberian informasi
sangat penting sehingga wajib pajak akan taat dan sadar hukum.
Ketiga, perubahan yang terjadi setelah perda di implementasikan.
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran, merupakan suatu kebijakan pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk
memantapkan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung
jawab. Untuk melaksanakan apa yang diamanatkan dalam implementasi
peraturan daerah ini, tentunya diperlukan adanya suatu kegiatan atau program
yang menunjang, termasuk sosialisasi kepada para pengusaha restoran sebagai
wajib pajak. Akan tetapi pada kenyataannya untuk merealisasikan program
tersebut sangat sulit, karena berbagai kendala yang ada pada dinas, lingkungan
maupun program-program pemerintah daerah yang bersifat parsial, artinya
pelaksanaan program atau kegiatan sosialisasi yang dilakukan belum efektif
dan belum menyentuh seluruh wajib pajak restoran official assessment. Seperti
apa yang dikatakan oleh informan bahwa selama ini perubahan yang terjadi
belum optimal, karena masih saja ada wajib pajak restoran yang tidak patuh,
serta wajib pajak yang menunggak apabila petugas melakukan pemungutan
kepada wajib pajak restoran. Hal ini diungkapkan oleh I4QC2 yakni :
” Kalau menurut saya sih belum optimal, karna masih saja ada wajib
pajak yang tidak patuh membayar pajaknya, jadi perubahan yang terjadi
belum optimal.”77
77
Wawancara dengan Selaku Seksi Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang
Sah DPKAD Kabupaten Serang. Tanggal 01 Februari 2010. pukul 10.30-12.00 wib. Wawancara
dilakukan di Kantor DPKAD Kabupaten Serang.
Bertolak dari kategori perubahan yang terjadi setelah perda di
implementasikan ke wajib pajak retsoran official assessment, secara umum
seluruh informan menyatakan bahwa perubahan yang terjadi sampai saat ini
belum optimal, artinya belum menunjukan hasil yang besar sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai dari pelaksanaan perda ini khususnya bagi wajib
pajak restoran official assessment, yaitu meningkatkan kesadaran wajib pajak
agar patuh dan tepat waktu dalam membayar kewajibannya yakni pajak.
Karena pada sebagian besar masyarakat di negara kita ini, tidak akan pernah
menikmati kewajibannya membayar pajak. Sehingga memenuhinya tidak ada
yang tanpa menggerutu, sedikit saja masyarakat yang merasa benar-benar rela
dan merasa ikut bertanggung jawab membiayai pembangunan negara maupun
daerahnya.
b. Letak pengambilan keputusan (Site of Decision Making)
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan, memegang peranan
penting pada tahap implementasinya, agar suatu program dapat tercapai. letak
pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran implementasi
peraturan daerah pada wajib pajak restoran atau pengusaha restoran official
assessment di Kabupaten Serang, yaitu apabila wajib pajak restoran melanggar
sesuai dengan isi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pajak Restoran maka dapat dikenakan sanksi baik itu sanksi
administrasi maupun pidana. Seperti yang tertuang di dalam pasal 10 ayat 2,
wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan dari besarnya pajak yang terutang atau yang kurang dibayar,
dan penagihannya dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah.
Sedangkan pada pasal 30 ayat 1 dan 2 yakni pada pasal (1) Apabila wajib
pajak karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD) atau mengisi tidak benar atau melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah, maka dapat dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
2 (dua) kali dari jumlah pajak yang terutang. Kemudian pasal (2) Apabila
wajib pajak dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD dengan tidak benar
atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga
merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama
2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang
terutang.
Pemberian sanksi yang dilakukan oleh dinas sendiri kepada wajib pajak
restoran official assessment yang melanggar karena keterlambatan
membayarkan pajaknya dinas memberikan surat teguran dan sesuai perda
pajak restoran wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda
atau bunga sebesar 2% (dua persen). Dari keempat orang informan
I1,I2,I3,I4QC3 semua menyatakan hal yang sama mengenai sanksi atas
pelanggaran yang dilakukan wajib pajak restoran official assessment.
Hal ini juga diperkuat ketika peneliti mewawancarai 7 (tujuah) orang
informan dari pengusaha restoran sebagai wajib pajak official assessment di
Kabupaten Serang, baik yang rajin dalam membayar pajak maupun yang tidak
rajin. Temuan yang peneliti peroleh dari hasil wawancara tersebut didapatkan
5 (lima) dari 7 (tujuh) orang informan diantaranya baik dari wajib pajak
restoran yang rajin maupun yang tidak rajin. Sering mendapatkan surat
teguran dari dinas karena keterlambatan mereka dalam membayar pajaknya,
dengan berbagai macam alasan yang diutarakannya. Sehingga dari
keterlambatan tersebut wajib pajak restoran mau tidak mau sesuai dengan
peraturan daerah tersebut di kenakan sanksi administrasi berupa denda 2%
(persen). Hal ini diungkapkan oleh salah satu informan dari I6QB1 sebagai
berikut :
”Sering, kadang klo kita telat dinas datang kesini ngasih surat peringatan
gtu hehe...udah 3x ini dapat panggilan lagi.”78
Penuturan lainnya juga diungkapkan oleh I9QC3 yakni :
”Penah sih, ini aja menunggak hehe...berkali-kali. Diberi surat
peringatan dan denda.”79
Dari pernyataan tersebut diatas dapat dilihat bahwa sistem pemungutan
pajak rsetoran official assessment kerap mengalami berbagai tindak kenakalan
dalam pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak. Seperti masih
banyak wajib pajak restoran yang melanggar, tidak patuh dalam membayarkan
pajaknya. Hal ini berkenaan dengan tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih
rendah.
78
Wawancara dengan Selaku Pengurus Restoran Pondok Karang Bolong Anyer. Tanggal 26
Januari 2010. pukul : 14.08- 14.25 wib. Wawancara dilakukan di Restoran Pondok Karang Bolong
Anyer Kabupaten Serang. 79
Wawancara dengan Selaku Pemilik Restoran Ujung Pandang Anyer. Tanggal 26 Januari 2010.
pukul : 15.20- 15.50 wib. Wawancara dilakukan di Restoran Ujung Pandang Anyer Kabupaten
Serang.
c. Pelaksana program (Program Implementer)
Pelaksana program yang dimaksud ialah pelaksana kebijakan dalam hal ini
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah sebagai pemungut pajak. Dalam
menjalankan suatu kebijakan harus didukung dengan adanya pelaksana yang
kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan tersebut. Artinya,
kemampuan pelaksana kebijakan harus ditunjang oleh kuantitas dan kualitas
serta keahlian yang memadai.
Berdasarkan implementasi peraturan daerah tentang pajak restoran
pelaksana kebijakan adalah semua pihak yang terkait, baik pemerintah
maupun masyarakat. Pemerintah daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang terkait dengan penyelenggaraan perda pajak restoran adalah
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang karena sesuai
dengan uraian tugasnya yang tertera dalam Peraturan Bupati Kabupaten
Serang Nomor 69 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas Jabatan Dilingkungan
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang.
Dalam hal pelaksana program peraturan daerah yang memiliki tanggung
jawab dalam penyelenggaraan perda pajak restoran adalah para petugas pajak
daerah yang berjumlah 14 orang. Dari pernyataan dan data yang diperoleh
melalui wawancara dengan informan hal tersebut menimbulkan pertanyaan,
yaitu apakah jumlah petugas yang hanya 14 orang mampu bekerja secara
maksimal dalam penyelenggaraan program perda pajak restoran, mengingat
Kabupaten Serang memiliki wilayah yang cukup luas. Pertanyaan tersebut
dijawab oleh informan I1QB1 sbagai berikut :
”...untuk jumlah petugas yang cuma segitu, cukup sih enggak. Karena luas
wilayah dengan personil tidak terjangkau.”80
Mengenai kompetensi pegawai atau petugas, berikut ini merupakan data
pegawai berdasarkan jabatan, status dan latar belakang pendidikannya, yaitu :
Tabel 4.3
Jabatan, Status, dan Latar Belakang Pendidikan Pegawai Pelaksana
Peraturan Daerah Pajak Restoran di Kabupaten Serang
No Jabatan Status Pendidikan
1 Kepala Dinas PNS Gol. IV B Pasca Sarjana
2 Kepala Bidang Pendaptan PNS Gol. IV B Pasca Sarjana
3
Kepala Seksi Pendaftaran &
Pendapatan PNS Gol. IV B Pasca Sarjana
4 Pelaksana PNS Gol III A Sarjana
5 Pelaksana PNS Gol. II A SMA (Sumber : Daftar Urut Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil Dinas Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Serang, 2009)
Dengan keterbatasan petugas pelaksana program implementasi perda ini
juga dapat membawa dampak pada proses program implementasi tersebut.
Seperti yang sudah dipaparkan di bab awal, ada 3 tingkatan wajib pajak yang
dibedakan yakni ; 1) wajib pajak yang sadar tanpa di suruh untuk membayar
pajak, 2) wajib pajak yang harus di kejar-kejar atau ditagih baru mau
membayar, dan 3) wajib pajak yang tidak sadar pajak. Dari ketiga tingkatan
wajib pajak tersebut, tentunya tersebar di wilayah Kabupaten Serang.
80
Wawancara dengan Selaku Staf Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten Serang. Tanggal
05 Januari 2010. pukul : 10.00-12.30 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD Kabupaten
Serang.
Mengapa hal ini bisa terjadi, salah satunya pada pelaksana program
implementasi perda ini. Kurangnya sosialisai atau informasi yang diberikan
oleh petugas pelaksana program mengenai perda pajak restoran atau undang-
undang perpajakkan kepada wajib pajak restoran atau masyarakat. Kurangnya
sosialisasi tersebut membuat rendahnya tingkat pengetahuan wajib pajak atau
masyarakat akan adanya perda tersebut. Oleh karena itu pelaksana program
dituntut agar dapat menjalankan program yang sudah ditetapkan untuk di
informasikan kepada wajib pajak restoran atau masyarakat.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, pada 7 (tujuh) orang
informan dari pengusaha restoran sebagai wajib pajak restoran official
assessment di Kabupaten Serang, 5 (lima) diantaranya menyatakan bahwa
tidak ada sosialisai dari pelaksana program implementasi perda tersebut. Hal
ini diperkuat oleh pernyataan informan I5QC3 sebagai berikut :
”tidak pernah ada sosialisasi dari dinas, makanya saya kadang ikut
seminar yang ada dikampus kapling itu loh jadi sedikit tau lah...”81
Peraturan yang tidak disosialisasikan dengan baik akan terjadi
ketidakefektifan dan ketidakefesienan. Sehingga masyarakat atau wajib pajak
tidak paham dan mengerti isi dari peraturan daerah tersebut dan kesadaran
hukum wajib pajak atau masyarakat rendah.
d. Sumber-sumber daya yang digunakan (Resources Committed)
81
Wawancara dengan Selaku Pimpinan Restoran Nasi Uduk Tempo Doeloe Anyer. Tanggal 26
Januari 2010. Pukul : 11.00-12.24 wib. Wawancara dilakukan di Restoran Nasi Uduk Tempo
Doeloe Anyer Kabupaten Serang.
Pelaksanaan suatu kebijakan harus di dukung oleh sumber daya - sumber
daya yang dapat memberikan pengaruh yang signifikan agar pelaksanaannya
dapat berjalan dengan baik. Jika tidak ada sumber daya yang memadai maka
pelaksanaan kebijakan akan terhambat. Sumber daya yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan implementasi peraturan daerah tentang pajak restoran, khususnya
restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang diantaranya :
Pertama, sumber dana berupa anggaran atau biaya operasional merupakan
sumber daya penting untuk melaksanakan program kebijakan. Namun dalam
implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pajak Restoran, sumber dana yang tersedia masih sangat minim hal
tersebut berdampak pada kegiatan sosialisasi perda pajak restoran. Minimnya
sosialisasi menyebabkan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat sebagai
wajib pajak mengenai apa itu pajak restoran, fungsinya, tujuannya,
kegunaannya, dan manfaat serta sanksinya. Seperti salah satu penuturan wajib
pajak sebagai pengusaha restoran official assessment, ketika ditanyai manfaat
atau fungsi pajak yang mereka bayarkan untuk apa, berikut penuturan I7QD2 :
”Sejujurnya saya gak tahu apa manfaat dari pajak yang selama ini saya
bayarkan kepada pemerintah daerah melalui petugas pemungut pajak.
Karena ada surat resminya maka saya bayarkan saja.”82
Tidak tersedianya dana dari pemerintah untuk mengadakan sosialisasi
mengenai peraturan daerah tersebut, merupakan suatu kendala yang dihadapi
oleh dinas. Sehingga sosialisasi mengenai peraturan daerah tentang pajak
restoran ini belum sepenuhnya menyentuh baik masyarakat maupun wajib
82
Wawancara dengan Selaku Pemilik Restoran RM. Mbok Sarikah Anyer. Tanggal 26 Januari
2010. pukul : 14.37-15.00 wib. Wawancara dilakukan di RM. Mbok Sarikah Anyer Kabupaten
Serang.
pajak restoran official assessment. Sehingga dapat kita ketahui sumber dana
untuk pelaksanaan kebijakan belum memadai secara keseluruhan. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan informan I3QD1 sebagai berikut :
“Sumber daya yang dibutuhkan diantaranya adalah dana. Akan tetapi
disini dana untuk kegiatan sosialisasi ke wajib pajak tidak tersedia.
Karena pemerintah daerah tidak menyediakan anggaran untuk
melaksanakan kegiatan sosialisasi, sehingga sumber dana belum dapat
mencukupi kebutuhan pelaksanaan implementasi peraturan daerah
khususnya dalam sosialisasi ke para pengusaha restoran sebagai wajib
pajak.”83
Pada dasarnya seperti yang telah diungkapkan oleh seluruh informan,
sumber dana yang selama ini belum secara optimal dapat mencukupi
kebutuhan pelaksanaan program implementasi perda pajak restoran khususnya
dalam sosialisasi kepada wajib pajak restoran official assessmet. Dimana dana
yang belum mencukupi untuk program tersebut.
Kedua, sumber daya manusia (human resources) dan petugas baik dalam
kualitas maupun kuantitas. implementasi Perda pajak restoran akan berhasil
jika ditunjang oleh sumber daya ahli dan profesional. Sumber daya
mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan. Karena
bagaimanapun jelas dan konsistennya ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan
suatu kebijakan, jika para personil yang bertanggung jawab
mengimplementasikan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber untuk
melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut
tidak akan bisa efektif. Seperti salah satu penuturan informan I2QD2 sebagai
berikut :
83
Wawancara dengan Selaku Seksi Pendaftaran dan Pendapatan DPKAD Kabupaten Serang.
Tanggal 20 Januari 2010. pukul : 09.00-12.00 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD
Kabupaten Serang.
” Pada dasarnya sumber daya untuk menunjang kebutuhan pelaksanaan
implementasi ini belum mencukupi, masih kurang tenaga analis keuangan
perusahaan, petugas yang berkompeten dan berdidikasi.”84
Ketiga, sarana dan prasarana sebagai aksesbilitas wajib pajak belum
merata. Sumber daya peralatan merupakan sarana yang digunakan untuk
operasionalisasi implementasi suatu kebijakan sebagai contoh aksesbilitas
berupa cabang pembantu kas daerah yang semuanya akan memudahkan dalam
memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan.
Berdasarkan penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
ketika hal mengapa telat membayarakan pajaknya ke para pengusaha restoran,
beberapa wajib pajak merasa keberatan membayarkan pajaknya yang hanya
dilakukan di kas daerah dikarenakan baginya faktor jarak tempuh, waktu dan
biaya transportasi. Berikut salah satu penuturan oleh I8QD2 sebagai berikut :
”Karena jauh, kadang saya juga suka lupa mau bayar pajaknya, inginnya
ada cabang kas daerah yang bisa membantu, jadi kita ga perlu jauh-jauh
kesana.”85
Terbatasnya aksesbilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan
akan menyebabkan gagalnya pelaksanaan kebijakan. Kurang tersedianya
infrastruktur sebagai akses pembayaran untuk membayar pajak seperti kas
pembantu atau cabang pembantu yang dapat memudahkan wajib pajak dalam
membayarkan pajaknya.
84
Wawancara dengan Selaku Pelaksana Seksi Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten
Serang. Tanggal 18 Januari 2010. pukul : 09.30-11.00 wib. Wawancara dilakukan di Kantor
DPKAD Kabupaten Serang. 85
Wawancara dengan Selaku Pemilik Restoran Kembang Sari Anyer. Tanggal 26 Januari 2010.
pukul : 15.02-15.15 wib. Wawancara dilakukan di Restoran Kembang Sari Anyer Kabupaten
Serang.
2. Dimensi Konteks Kebijakan (Context of Policy)
e. Tingkat kepatuhan dan respon dari pelaksana (Compliance and
Responsiveness)
Hal lain yang penting dalam proses pelaksanaan kebijakan adalah
kepatuhan dan respon dari pelaksana kebijakan. Berkaitan dengan hal tersebut,
pada dimensi ini peneliti mempertanyakan kepada informan respon atau daya
tanggap pelaksana kebijakan terhadap wajib pajak restoran official assessment
yang membandel atau tidak patuh dalam membayar pajaknya. Masalah
ketidakpatuhan wajib pajak adalah masalah penting yang dihadapi petugas
dalam hal pemungutan. Karena jika wajib pajak tidak patuh maka akan
menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan
dan pelalaian pajak yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan
penerimaan pajak daerah berkurang. Dari tindakan yang dilakukan wajib
pajak, respon atau daya tanggap petugas sangat diperlukan guna untuk
menyadarkan atau meminimalisir wajib pajak untuk taat dan patuh
membayarkan kewajibannya. Adanya respon dari pelaksana kebijakan dalam
menanggapi wajib pajak restoran yang membandel atau tidak patuh ini sangat
membantu dalam proses pelaksanaan perda pajak daerah yakni pajak restoran
ini. Seperti yang diutarakan oleh informan I3QE1 sebagai berikut :
”Respon dari pelaksana kebijakan dalam menanggapi permasalahan
wajib pajak restoran yang tidak patuh dalam membayar pajaknya ini
sangat baik, kita disini tetap berusaha untuk memungut pajak yang banyak
menunggak.”86
86
Wawancara dengan Selaku Seksi Pendaftaran dan Pendapatan DPKAD Kabupaten Serang.
Tanggal 20 Januari 2010. pukul : 09.00-12.00 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD
Kabupaten Serang.
Di dalam peraturan daerah tentang pajak restoran terdapat pasal yang
menjelaskan tentang sanksi apabila wajib pajak restoran tidak patuh atau
membandel atau melakukan kelalaian dalam hal membayar pajaknya. Hal
tersebut seperti yang diungkapkan oleh I4QE1 yakni :
”Seperti yang sudah dijelaskan diawal yah, tindakan untuk wajib pajak
yang tidak patuh dalam membayar pajaknya, kita memberikan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% dari pajak yang telat
dibayarkannya.”87
Pemberian sanksi terhadap wajib pajak yang tidak patuh sudah cukup jelas
karena landasan hukum mengenai sanksi pajak restoran diatur dalam masing-
masing pasal perda pajak restoran. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bapak
Yanto selaku Staf Bagian Penetapan dan Penagihan, beliau menyatakan :
”......tindakan tersebut sudah sesuai karena berdasarkan ketentuan dalam
perda ini mengenai sanksi-sanksinya, dengan adanya UU nomor berapa
yah saya lupa nomorny, pokoknya dijelaskan juga dulu perdata sekarang
bagi mereka yang tidak bayar dikenakan pidana.”88
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada 4 (empat) orang informan
yaitu dari Dinas mengenai tindakan untuk menangani wajib pajak yang tidak
patuh dalam membayarkan pajaknya, sudah cukup jelas karena berdasarkan
peraturan daerah tentang pajak restoran.
4.2.2 Faktor-faktor yang menjadi penghambat implementasi peraturan
daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
87
Wawancara dengan Selaku Seksi Pendaftaran dan Pendapatan DPKAD Kabupaten Serang.
Tanggal 20 Januari 2010. pukul : 09.00-12.00 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD
Kabupaten Serang. 88
Wawancara dengan Selaku Staf Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten Serang. Tanggal
05 Januari 2010. pukul : 10.00-12.30 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD Kabupaten
Serang.
Restoran, khususnya restoran jenis official assessment di Kabupaten
Serang.
Dalam pelaksanaan program implementasi peraturan daerah Kabupaten
Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, khususnya restoran
jenis official assessment di Kabupaten Serang, bukanlah pekerjaan yang
mudah. Berbagai persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi cukup
banyak dari mulai kesiapan sumber daya manusia baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, pemberian informasi atau sosialisasi, sarana dan prasarana
serta infrastruktur lain yang merupakan komponen yang mutlak dibutuhakan
dalam mengimplementasikan peraturan daerah tersebut.
Namun demikian implementasi perda tersebut dalam perjalanannya
banyak mengalami kendala dan hambatan. Munculnya hambatan dan kendala
dalam implementasi perda nomor 11 tahun 2006 tentang pajak restoran,
khususnya restoran official assessment di Kabupaten Serang tidak terlepas dari
berbagai faktor yang muncul baik dari dalam (internal) maupun dari luar
(eksternal). Hambatan dan kendala yang muncul tersebut sangat berpengaruh
pada upaya mengimplementasikan Perda Kabupaten Serang No. 11 Tahun
2006 tentang Pajak Restoran, khususnya restoran jenis official assessment di
Kabupaten Serang.
Beberapa faktor yang menjadi penghambat implementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, khususnya
Restoran Jenis Official Assessment di Kabupaten Serang diantaranya sebagai
berikut :
Pertama, yang menjadi penghambat implementasi perda pajak restoran,
khususnya restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang adalah
kurangnya sumber daya manusia dan petugas baik dalam kualitas maupun
kuantitas. Faktor sumber daya manusia yang ada di Dinas Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Serang kurang mencukupi untuk memenuhi dan
menunjang pelaksanaan yang kurang menguasai teknologi serta jumlah
petugas yang tidak seimbang dengan luas wilayah tidak terjangkau, akan
menghambat implementasi peraturan sehingga dalam pelaksanaanya tidak
berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
informan I2QF2 yakni :
” Pada dasarnya sumber daya untuk menunjang kebutuhan pelaksanaan
implementasi ini belum mencukupi, masih kurang tenaga analis keuangan
perusahaan, petugas yang berkompeten dan berdidikasi.”89
Senada juga dengan apa yang diungkapkan oleh Informan I4QE2 selaku
Seksi Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebagai
berikut :
”...... belum sesuai jumlah petugas pajak dengan luas daerah yang kita
datangi, karena kan kabupaten serang itu cukup luas dengan 28
kecamatan di dalamnya.”90
Sumber daya yang kurang memiliki kemampuan terhadap teknologi juga
dapat menghambat pekerjaan. Kurangnya sumber daya dapat mengakibatkan
89
Wawancara dengan Selaku Pelaksana Seksi Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten
Serang. Tanggal 18 Januari 2010. pukul : 09.30-11.00 wib. Wawancara dilakukan di Kantor
DPKAD Kabupaten Serang. 90
Wawancara dengan Selaku Seksi Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang
Sah DPKAD Kabupaten Serang. Tanggal 01 Februari 2010. pukul 10.30-12.00 wib. Wawancara
dilakukan di Kantor DPKAD Kabupaten Serang.
terhambatnya implementasi suatu peraturan. Oleh karena itu pelaksanaan
program yang dilakukan belum optimal.
Kedua, yang menjadi penghambat implementasi perda pajak restoran,
khususnya restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang adalah
kurangnya informasi atau sosialisasi mengenai peraturan daerah tentang
perpajakan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat atau wajib pajak.
Sosialisasi sangat dibutuhkan dalam pelakasanaan suatu peraturan. Karena
dengan pemberian informasi atau sosialisasi peraturan tersebut dapat
dilaksanakan dengan maksimal. Sosialisasi tidak hanya dilakukan
dilingkungan dinas saja atau tidak hanya kepada petugas saja, tetapi dilakukan
juga sosialisasi kepada masyarakat atau wajib pajak restoran agar mereka
mengerti dan bertambah tingkat kepercayaan dan kepatuhan terhadap dinas
dalam melakukan semua aktivitas pembayaran pajak oleh wajib pajak
restoran. Banyak masyarakat atau wajib pajak wajib pajak restoran yang tidak
mengetahui apa itu pajak, fungsi pajak, manfaat pajak yang mereka bayarkan,
serta sanksi pajak yang dikenakan apabila mereka tidak patuh dalam
membayarkan pajaknya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan
I5QE4 beliau mengatakan bahwa :
”...tidak pernah ada sosialisasi dari dinas, makanya saya kadang ikut
seminar yang ada dikampus kapling itu loh jadi sedikit tau lah...”91
Beliau juga menambahkan bahwa :
91
Wawancara dengan Selaku Pimpinan Restoran Nasi Uduk Tempo Doeloe Anyer. Tanggal 26
Januari 2010. Pukul : 11.00-12.24 wib. Wawancara dilakukan di Restoran Nasi Uduk Tempo
Doeloe Anyer Kabupaten Serang.
”...ya saya sih berharap dari dinas ada acara seminar atau kursus pajak
untuk orang yang dikenakan pajak.”92
Peraturan yang tidak disosialisasikan dengan baik akan terjadi
ketidakefektifan dan ketidakefesienan. Sehingga masyarakat atau wajib pajak
tidak paham dan mengerti isi dari peraturan daerah tersebut dan kesadaran
hukum wajib pajak atau masyarakat rendah.
Kurangnya sosialisasi ini berkaitan dengan dana, dimana dana untuk
merealisasikan program tersebut sangat sulit, karena berbagai kendala yang
ada pada dinas, lingkungan maupun program-program pemerintah daerah yang
bersifat parsial, artinya pelaksanaan program atau kegiatan sosialisasi yang
dilakukan belum efektif dan belum menyentuh seluruh wajib pajak restoran
official assessment. Seperti yang diungkapkan oleh I1QC3 sebagai berikut :
”Di bilang efektif sih belum yah, ya karena itu tadi dalam hal sosialisasi
kita tidak dapat dana untuk mengadakan sosialisasi kepada para wajib
pajak.”93
Kemudian beliau menambahkan bahwa :
”......karena pemerintah tidak memberikan dana untuk program sosialisasi
peraturan tersebut ke wajib pajak.”94
Ketiga, yang menjadi penghambat implementasi perda pajak restoran,
khususnya restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang adalah
rendahnya kesadaran hukum wajib pajak ini dapat dilihat dari banyaknya
wajib pajak restoran yang tidak patuh dan membandel dalam hal pembayaran
92
Ibid 93
Wawancara dengan Selaku Staf Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten Serang. Tanggal
05 Januari 2010. pukul : 10.00-12.30 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD Kabupaten
Serang. 94
Ibid
pajaknya. Masih ditemukannya wajib pajak yang menunggak bahkan sampai
tidak bayar pun ada. Rendahnya kesadaran hukum wajib pajak ini juga
berkaitan dengan kurangnya sosialisasi dinas kepada wajib pajak bahwa
apabila wajib pajak yang tidak patuh akan dikenakan sanksi yang dijelaskan di
dalam peraturan daerah tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Informan I6QC2,
ketika diwawancarai apakah pernah beri sanksi oleh petugas apabila
melakukan penunggakan atau keterlambatan membayar pajaknya, yaitu
sebagai berikut :
”Sering,kadang klo kita telat dinas datang kesini ngasih surat peringatan
gtu hehe...udah 3x ini dapat panggilan lagi.”95
Keempat. yang menjadi penghambat implementasi perda pajak restoran,
khususnya restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang adalah
belum meratanya sarana dan prasarana yang mendukung sebagai aksesbilitas
wajib pajak restoran. Kurang tersedianya infrastruktur sebagai akses
pembayaran untuk membayar pajak seperti kas pembantu atau cabang
pembantu yang dapat memudahkan wajib pajak dalam membayarkan pajaknya
dapat mengakibatkan terhambatnya implementasi suatu peraturan. Dimana hal
ini juga dapat menyebabkan wajib pajak merasa malas sehingga rendahnya
kesadaran wajib pajak dalam membayarkan kewajibannya. Seperti yang
diungkapkan oleh salah satu informan wajib pajak restoran official assessment
I8, sebagai berikut :
95
Wawancara dengan Selaku Pengurus Restoran Pondok Karang Bolong Anyer. Tanggal 26
Januari 2010. pukul : 14.08- 14.25 wib. Wawancara dilakukan di Restoran Pondok Karang Bolong
Anyer Kabupaten Serang.
” Karena jauh, kadang saya juga suka lupa mau bayar pajaknya, inginnya
ada cabang kas daerah yang bisa membantu, jadi kita ga perlu jauh-jauh
kesana.”96
Dari pernyataan diatas dapat ditarik suatu garis besar dari berbagai kendala
dan hambatan yang muncul dalam implementasi Perda Kabupaten Serang No.
11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, khususnya restoran jenis official
assessment di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut :
a. Sumber daya manusia yang belum memadai
b. Kurangnya sosialisasi atau informasi kepada wajib pajak dan
masyarakat mengenai peraturan pajak.
c. Kesadaran hukum wajib pajak masih rendah
d. Belum meratanya sarana dan prasarana yang mendukung sebagai
aksesbilitas wajib pajak restoran.
4.2.3 Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pajak Restoran, khususnya restoran jenis official
assessment di Kabupaten Serang.
Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pajak Restoran, khususnya restoran jenis official assessment di
Kabupaten Serang merupakan salah satu bentuk kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah daerah. Bentuk pengimplementasiannya adalah dengan melakukan
96
Wawancara dengan Selaku Pemilik Restoran Kembang Sari Anyer. Tanggal 26 Januari 2010.
pukul : 15.02-15.15 wib. Wawancara dilakukan di Restoran Kembang Sari Anyer Kabupaten
Serang.
pemungutan pajak restoran di wilayah-wilayah yang telah ditetapkan sebagai
restoran dalam cakupan wilayah Kabupaten Serang. Salah satu jenis restoran
yang perlu dikelola adalah jenis restoran official assessment. Namun pada
pelaksanaan pengimplementasiannya kerap mengalami hambatan atau
kendala.
Dalam mengatasi kendala dan hambatan yang muncul tersebut berbagai
upaya telah dilakukan, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan.
Berikut upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut antara lain :
Pertama, seperti yang kita ketahui Dinas Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Serang mengalami kekurangan sumber daya manusia dan
petugas baik secara kuantitas dan kualitas. Maka usaha yang dilakukan guna
meminimalisir hambatan yang terjadi yaitu dengan melakukan sosialisasi,
training atau bintek terhadap para petugas di lingkungan dinas pengelola
keuangan dan aset daerah Kabupaten Serang. Harapan dari upaya yang
dilakukan ini adalah sumber daya manusia yaitu para petugas terhadap
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Seperti yang diungkapkan
oleh informan I1, sebagai berikut :
” pernah mengadakan sosialisasi, penataran atau bintek kepada SKPD-
SKPD yang ada di Kabupaten Serang. Karena petugas pajak harus punya
sertifikasi. DPKAD ini sebagai koordinator pelaksana. Tetapi disini juga
tergantung bagaimana mereka meningkatkan skill mereka jadi tergantung
SKPD masing-masing.”97
97
Wawancara dengan Selaku Staf Bagian Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten Serang.
Tanggal 05 Januari 2010. Pukul : 10.00-12.30 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD
Kabupaten Serang.
Sumber daya manusia yang tidak memadai (jumlah dan kemampuan)
berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena
mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah petugas
pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan
skill atau kemampuan para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu
perlu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja
program.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, peneliti dapat memahami
bahwa Dinas DPKAD Kabupaten Serang telah melakukan usaha-usaha yang
dapat membantu meningkatkan skill atau kemampuan sumber daya
manusianya yaitu dengan melakukan sosialisasi, penataran maupun training
atau bintek walaupun belum maksimal. Namun usaha tersebut sangat
membantu mereka dalam melaksanakan tugasnya.
Kedua, usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan mengenai
kurangnya sosialisasi atau informasi terhadap wajib pajak restoran dan
masyarakat mengenai implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran adalah petugas berusaha
melakukan sosialisasi secara langsung atau face to face ketika petugas datang
untuk melakukan pemungutan pajak restoran kepada wajib pajak. Wajib pajak
atau masyarakat diberitahu bahwa telah ada peraturan daerah mengenai pajak
restoran. Seperti yang diutarakan oleh informan I2, selaku Pelaksana Seksi
Penetapan dan Penagihan, yang mengatakan :
” Klo untuk masalah sosialisasi besar-besaran ke para pengusaha
restoran sepertinya tidak pernah. Tetapi kita juga berusaha
mensosialisasikan ke pengusaha restoran tersebut dengan cara face to
face ketika kita datang untuk memungut pajak atau memberikan surat
peringatan. Bahwa ini loh di dalam perda ini ada ketentuan-ketentuan
apabila wajib pajak melanggar.”98
Dengan adanya sosialisasi yang tetap sasaran diharapkan akan
mengefektifkan pelaksanaan peraturan tersebut. Sehingga pekerjaan yang
dilakukan oleh petugas tidak akan terhambat. Walaupun dengan usaha
sosialisasi yang sederhana ini diharapkan mampu menyadarkan masyarakat
atau wajib pajak untuk taat pajak dan kesadaran hukum wajib pajak sedikit
meningkat.
Ketiga, dalam mengatasi hambatan mengenai kurang tersedianya
infrastruktur sebagai akses pembayaran untuk membayar pajak seperti kas
pembantu atau cabang pembantu yang dapat memudahkan wajib pajak dalam
membayarkan pajaknya, usaha yang dilakukan adalah bekerja sama dengan
bank-bank yang dapat mendukung pelaksanaan pemungutan pajak daerah
khususnya pajak restoran. Adanya kerjasama ini merubah sistem pemungutan
pajak yang dalunya menggunakan sistem jemput bola, jadi selain wajib pajak
membayarkan pajaknya ke kas daerah, wajib pajak juga bisa langsung
membayarkan pajaknya melalui bank-bank yang ditunjuk oleh pemerintah
daerah tersebut. Pernyataan ini dipaparkan oleh informan I1, sebagai berikut :
98
Wawancara dengan Selaku Pelaksana Seksi Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten
Serang. Tanggal 18 Januari 2010. pukul : 09.30-11.00 wib. Wawancara dilakukan di Kantor
DPKAD Kabupaten Serang.
”Klo masalah pembayaran pajaknya bisa juga di Bank yang ditunjuk oleh
pemerintah daerah. Jadi pemerintah daerah bekerja sama dengan bank
tersebut.”99
Keempat, untuk mengatasi permasalahan dalam pemungutan pajak yang
kerap mengalami hambatan seperti wajib pajak restoran menunggak, tidak
tepat waktu membayarkan pajaknya, bahkan sampai tidak membayarkan
pajaknya. Petugas pemungut pajak DPKAD berupaya melakukan penagihan
terus-menerus kepada wajib pajak restoran official assessment yang
membandel.
Dari uraian diatas, dapat ditarik suatu gambaran bahwa usaha-usaha yang
telah dilakukan oleh Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Serang dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran,
khususnya restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Melakukan sosialisasi, penataran maupun training atau bintek terhadap
petugas agar dapat meningkatkan kinerja program.
b. Sosialisasi secara langsung atau face to face ketika petugas datang
untuk melakukan pemungutan pajak restoran kepada wajib pajak yang
diharapkan mampu menyadarkan masyarakat atau wajib pajak untuk
taat pajak dan kesadaran hukum wajib pajak sedikit meningkat.
99
Wawancara dengan Selaku Staf Bagian Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten Serang.
Tanggal 05 Januari 2010. Pukul : 10.00-12.30 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD
Kabupaten Serang.
c. Melakukan kerjasama dengan bank-bank yang dapat mendukung
pelaksanaan pemungutan pajak daerah khususnya pajak restoran.
d. Adanya tanggung jawab (responsibility) dari pelaksana kebijakan yang
selalu melakukan upaya penagihan secara terus-menerus kepada wajib
pajak yang tidak patuh, baik wajib pajak yang menunggak, wajib pajak
yang mengangsur, serta wajib pajak yang tidak membayar pajaknya.
4.3 Interpretasi Hasil Penelitian
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang sebagai
lembaga pemerintah daerah yang banyak membantu melayani publik atau
masyarakat. Salah satunya pada bidang pendapatan yang membantu masyarakat
dalam hal pendaftaran, penetapan, dan penagihan pajak, khususnya pajak restoran
official assessment. Peraturan yang dipakai oleh dinas dalam mengeluarkan
ketentuan pengenaan pajak pada restoran yaitu Peraturan Daerah Kabupaten
Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran sebagai landasan
operasional. Namun demikian implementasi Perda Kabupaten Serang No. 11
Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, khususnya restoran jenis official assessment
tersebut, dalam perjalanannya banyak mengalami kendala dan hambatan.
Munculnya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan implementasi Perda tentang
pajak restoran khususnya restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang
tidak terlepas dari berbagai faktor yang muncul baik dari dalam (internal) maupun
dari luar (external). Hambatan dan kendala yang muncul tersebut sangat
berpengaruh pada pelaksanaan implementasi Perda Kabupaten Serang No. 11
Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, khususnya restoran jenis official assessment
di Kabupaten Serang.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui wawancara
dengan pihak-pihak yang kompeten dalam masalah ini diperoleh gambaran bahwa
faktor yang menjadi penghambat implementasi Perda Kabupaten Serang No. 11
Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, khususnya restoran jenis official assessment
di Kabupaten Serang adalah : sumber daya manusia atau petugas, kurangnya
sosialisasi kepada wajib pajak mengenai peraturan pajak, kesadaran hukum wajib
pajak rendah, belum meratanya sarana dan prasarana yang mendukung sebagai
aksesbilitas wajib pajak restoran.
Dalam isi kebijakan ini terdapat sub variabel kategori pertama, Extent of
Change Envision. Setiap kebijakan yang dibuat memiliki target yang hendak dan
ingin dicapai. Dengan adanya perda ini diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan daerah khususnya dari pajak restoran official assessment di Kabupaten
Serang. Kemudian perubahan yang ingin dicapai dari perda ini adalah agar
kesadaran hukum wajib pajak semakin tinggi. Namun pada derajat perubahan ini
menunjukkan hasil yang belum optimal. Keempat, Site of Decision Making.
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting dalam
pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini dimana letak pengambilan
keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran implementasi perda pajak restoran.
Dalam hal ini sistem pemungutan pajak restoran official assessment kerap
mengalami berbagai tindak kenakalan dalam pembayaran pajak yang dilakukan
oleh wajib pajak. Keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran perda yang
dilakukan oleh wajib pajak restoran tertuang dalam pasal-pasal yang ada di dalam
peraturan daerah tersebut. Dari masalah yang terjadi diatas berkenaan dengan
tingkat kepatuhan wajib pajak restoran official assessment di Kabupaten Serang
masih rendah. Kelima, Program implementer. Suatu kebijakan harus didukung
oleh pelaksana program yang kompeten dan kapabel dari keberhasilan suatu
kebijakan tersebut. Pada Dinas Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Serang terdapat 14 orang petugas pajak daerah. Bila dilihat dari jumlah tersebut
dirasa sangat tidak cukup untuk melakukan implementasi perda pajak restoran ke
semua wajib pajak restoran official assessment di Kabupaten Serang. Mengingat
Kabupaten Serang memiliki wilayah yang cukup luas. Hal inilah yang
menyebabkan sosialisasi atau informasi yang diberikan petugas pelaksana
program mengenai perda pajak restoran kepada wajib pajak restoran masih sangat
kurang atau tidak efektif. Hal inilah yang menjadi tingkat pengetahuan wajib
pajak atau masyarakat rendah. Keenam, Resources committed. Pelaksanaan suatu
kebijakan harus didukung oleh sumber daya – sumber daya yang dapat
memberikan pengaruh signifikan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.
Dalam implementasi Perda Kabupaten Serang No. 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran ini sumber daya yang dibutuhkan antara lain : 1) Dana, dalam
implementasi Perda pajak restoran ini sumber daya yang tersedia masih sangat
minim. Hal ini berdampak pada kegiatan sosialisasi perda pajak restoran, tidak
tersedianya dana dari pemerintah untuk mengadakan sosialisasi merupakan
kendala yang dihadapi dinas, sehingga sosialisasi mengenai perda pajak restoran
ini belum sepenuhnya menyentuh masyarakat maupun wajib pajak restoran
official assessment di Kabupaten Serang. 2) Sumber daya manusia (SDM) dan
petugas baik kuantitas maupun kualitas masih sangat kurang dalam hal
pelaksanaan program implementasi perda. 3) sarana dan prasarana sebagai
aksesbilitas dalam pelaksanaan program ini adalah akses pembayaran untuk
membayar pajak seperti cabang pembantu kas daerah yang dapat memudahkan
wajib pajak restoran official assessment dalam membayar pajaknya. Karena
terbatasnya sarana dan prasarana tersebut banyak wajib pajak yang mengeluhkan
karena jauh membayar pajaknya jadi malas membayarkannya ke kas daerah. Hal
tersebut dapat menghambat penerimaan pajak restoran di Kabupaten Serang.
Kemudian dari dimensi konteks kebijakan ini adalah Compliance and
Responsiveness. Hal lain yang penting dalam proses pelaksanaan kebijakan
adalah kepatuhan dan respon dari pelaksana kebijakan. Masalah ketidakpatuhan
wajib pajak adalah masalah penting yang dihadapi petugas dalam hal pemungutan.
Adanya respon dari pelaksana kebijakan dalam menanggapi wajib pajak restoran
yang membandel atau tidak patuh ini sangat membantu dalam proses pelaksanaan
perda pajak daerah yakni pajak restoran ini. Petugas berusaha melakukan
penagihan secara terus menerus kepada wajib pajak yang menunggak atau tidak
membayar pajaknya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian mengenai implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, (studi kasus pada restoran jenis
official assessment di Kabupaten Serang) ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan konsep implementasi kebijakan yang diperkenalkan oleh
Merilee S. Grindle yaitu Implementations as A Political and
Administrative Process, maka pelaksanaan implementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran,
khususnya pada restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang
adalah belum berjalan dengan baik, karena masih terdapat banyaknya
faktor-faktor yang menghambat dalam penerapan implementasi perda
tersebut, yaitu dilihat dari segi pelaksanaan program implementasi perda
pajak restoran ini, sumber daya manusia atau petugas belum baik, karena
kurang mencukupi untuk memenuhi dan menunjang pelaksanaan yang
kurang menguasai teknologi serta jumlah petugas yang tidak seimbang
dengan luas wilayah tidak terjangkau. Sosialisasi mengenai implementasi
Perda Kabupaten Serang No. 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran ini
belum efektif dan belum menyentuh seluruh wajib pajak restoran official
assessment.
2. Sistem pemungutan pajak restoran official assessment di Kabupaten
Serang sampai saat ini selesai disusun, apabila dilihat dari pelaksanaanya
masih saja terdapat wajib pajak yang tidak patuh dan ditemukannya wajib
pajak yang menunggak bahkan sampai tidak bayar pun ada. Hal ini
berkenaan dengan rendahnya kesadaran hukum wajib pajak ini juga
berkaitan dengan kurangnya sosialisasi dinas kepada wajib pajak bahwa
apabila wajib pajak yang tidak patuh akan dikenakan sanksi yang
dijelaskan di dalam peraturan daerah tersebut. Terakhir dari segi sumber
daya kurang tersedianya infrastruktur sebagai akses pembayaran untuk
membayar pajak seperti kas pembantu atau cabang pembantu yang dapat
memudahkan wajib pajak dalam membayarkan pajaknya dapat
mengakibatkan terhambatnya implementasi suatu peraturan.
3. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pajak Restoran, khususny pada restoran jenis official
assessment di Kabupaten Serang yaitu melakukan sosialisasi secara
sederhana yaitu secara face to face yang dilakukan petugas ketika
memungut pajak ke wajib pajak restoran official assessment di Kabupaten
Serang; serta sudah mengadakan penataran maupun training atau bintek
untuk petugas di lingkungan dinas pengelola keuangan dan aset daerah
Kabupaten Serang; mengadakan kerjasama dengan bank-bank yang
ditunjuk oleh pemerintah daerah; Adanya tanggung jawab (responsibility)
dari petugas pajak untuk menagih pajak restoran yang menunggak.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan mengenai impelementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (studi kasus
pada jenis restoran official assessment di Kabupaten Serang) yang diuraikan
diatas, pelaksanaannya belum cukup baik. Untuk itu peneliti memberikan saran
sebagai berikut :
1. Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran,
khususnya pada restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang,
hendaknya dilakukan oleh orang-orang yang kompeten
mengimplementasikannya, jumlah implementor juga harus sesuai dengan
luasnya wilayah implementasi kebijakan.
2. Melakukan pelatihan-pelatihan kepada petugas untuk itu perlu adanya
manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program.
3. Untuk meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak restoran official
assessment, kiranya perlu ditingkatkan penyuluhan mengenai peraturan
perpajakan khususnya peraturan daerah tentang pajak restoran ini secara
insentif dan secara berkala dalam rangka meningkatkan pengetahuan wajib
pajak restoran official assessment di Kabupaten serang. Sehingga dapat
meminimalisir wajib pajak yang membandel dalam pembayaran pajaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin. 1997. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan Negara. Malang : Bumi Aksara.
Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung : Aipi-Puslit KP2W
Lemlit Unpad.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Brotodiharjo, R. Santoso. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Devano, Sony. Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu.
Jakarta : Prenada Media Group.
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta : DIA FISIP Universitas Indonesia.
Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Press:
Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2005 Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nugroho, Riant D. 2004. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Parsons, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar dan Praktik Analisis Kebijakan.
Jakarta : Prenada Media.
Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Santoso, Amir. 1992. Analisis Kebijakan Publik: Suatu Pengantar, Jurnal Ilmu
Politik Nomor 3. Jakarta : Gramedia.
Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Soemitro, Rochmat. 1991. Pajak Ditinjau Dari Segi Hukum. Bandung : Eresco.
Solichin, Abdul Wahab. 1997. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan Negara. Malang.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.
Thoha, Miftah. 2005. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Tunggal, Amin Widjaja. 1991. Pelaksanaan Pajak Penghasilan Perseorangan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia Edisi Keenam. Jakarta : Salemba Empat.
Widya Wicaksono, Kristian. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sumber Lain :
http:/www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?p=766398&sid. Diunduh pada
tanggal 02 Mei 2009. pukul : 20:58 wib.
Dokumen :
Buku kendali wajib pajak Official Asessment.
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pajak
Restoran.
Peraturan Bupati Kabupaten Serang Nomor 64 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas
Jabatan Dilingkungan Dinas Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Serang.
Profil Kantor Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang.
Sumber data Kantor Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Serang, Tahun 2009.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
lampiran
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Peneliti dilahirkan di Serang, pada tanggal 27 April 1987
sebagai anak ke- 2 dari 3 bersaudara dari keluarga pasangan
Bapak Deddy Suhara dan Ibu Yati Sumaryati. Sebelum
menempuh pendidikan di Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, peneliti telah menempuh pendidikan pertama di
Taman Kanak-kanak (TK) Tirtayasa Cilegon mulai tahun
1991 – 1993. Menempuh pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri (SDN) Kedaleman I Cilegon mulai tahun 1993 –
1999. Menempuh Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) Negeri 5 Cilegon mulai tahun 1999 – 2002. dan
menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Umum
(SMU) Negeri 3 Cilegon mulai tahun 2002 – 2005.
Selanjutnya peneliti mengikuti Penelusuran Minat dan
Kemampuan (PMDK) pada tahun 2005 dan berhasil
terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara.
Pada tahun 2009 – 2010, peneliti melakukan penelitian
guna menyusun skripsi sebagai tugas akhir dan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata – 1 pada jurusan Ilmu
Adminstrasi Negara.
Hasil Wawancara
Keterangan : Peneliti = (P)
: Informan = (I)
Transkip hasil wawancara Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang).
Nama Informan : I1
Jabatan/Pekerjaan : Staf Bagian Penetapan dan Penagihan DPKAD Kabupaten
Serang.
Wawancara : 24 Juni 2009 dan 05 Januari 2010
Pukul : 10.00-11.30 wib dan 10.00-12.30 wib
Tempat : Kantor DPKAD Kabupaten Serang.
(P) : Assalammualaikum, permisi bapak. Saya afrila dari untirta mau
bertanya-tanya mengenai implementasi perda tentang pajak restoran
karena tugas akhir saya mengenai hal tersebut.
(I) : Waalaikumsalam, ya mari-mari masuk neng. Ia insyallah bapak bantu
karna anak saya juga sama kaya kalian lagi mengerjakan tugas
akhirnya, hee..
(P) : Terimakasih pak, maaf dengan bapak siapa yah ?
(I) : Oia, nama saya pak Yanto.
(P) : Disini Bapak tugas di bagian apa ?
(I) : Kalau saya, Staf bagian penetapan dan penagihan.
(P) : Langsung saja ya pak, pertama mengenai implementasi Perda No 11
Tahun 2006 tentang Pajak Restoran ini sudah mengalami berapa kali
perubahan ?
(I) : Dulu pajak restoran itu di gabung dengan pajak hotel akan tetapi
setelah adanya perubahan Atas UU No. 34 Tahun 2000 pajak hotel dan
restoran dipisahkan. Dulu kan namanya Perda No. 5 Tahun 2002 tetapi
setelah ada perubahan karena disesuaikan dengan perkembangannya
menjadi Perda No. 11 Tahun 2006 sampai sekarang. Jadi bisa diliat yah
perda ini mengalami dua kali perubahan.
(P) : Ada berapa kelompok restoran di dinas Kabupaten Serang ini ?
(I) : Kita disini membaginya menjadi 2 (dua) kelompok restoran yakni
restoran self assessment dan official assessment. Kalo self disini artinya
wajib pajak dipercaya oleh pemerintah untuk menghitung sendiri
pajaknya sedangkan official kebalikannya yakni pajaknya ditentukan
oleh dinas daerah.
(P) : Berapa jumlah restoran self dan official yang tercatat di dinas ini ?
(I) : Dulu sih banyak sebelum adanya pemekaran menjadi kota serang,
sekarang restorannya dibagi menjadi dua wilayah yakni kota serang dan
kabupaten serang. Self sendiri ada 29 restoran dan official 21 restoran,
bisa diliat yah di daftarnya yang saya kasih.
(P) : Oia pak dasar hukum implementasi ini perda atau bukan ?
(I) : Ya...Perda
(P) : Ada hambatan gak pak dalam implementasi perda ini ?
(I) : Oh..banyak, salah satunya cara mensosialisaikannya karena apa? Ya
kesulitanya karena dana dalam mensosialisasikannya, kemudian
masyarakatnya yang tidak proaktif sehingga kesadarannya masih
kurang.
(P) : Menurut bapak, apakah implementasi ini sudah efektif atau sesuai
dengan apa yang diharapkan ?
(I) : Di bilang efektif sih belum yah, ya karena itu tadi dalam hal sosialisasi
kita tidak dapat dana untuk mengadakan sosialisasi kepada para wajib
pajak.
(P) : Dalam pembayaran pajak restoran ini, pembayaranya pertahun atau
perbulan ?
(I) : Ya...pembayaranya perbulan dong tiap tanggal 15 bulan sebelumnya,
lebih dari itu dikenakan denda 2% perbulan.
(P) : Dinas sendiri sebagai pengelola atau pemungut ?
(I) : Yang mengelola daerah, pemerintah bersama dewan. Kita sebagai
petugas pemungut. Ya sesuai dengan peraturan yang ada dulu, kita dulu
yang namanya pemungutannya itu kita bisa jemput bola, jadi kita
datangi restorannya. Dia bayar kita ambil setorannya trus kita setorkan.
Sekarang setoranya mereka langsung bayarkan ke kas daerah dengan
SKPD.
(P) : Selain pembayarannya dilakukan di kas daerah adakah cabang pembantu
untuk wajib pajak bisa melakukan pembayaran selain harus ke kas
daerah ?
(I) : Klo masalah pembayaran pajaknya bisa juga di Bank yang ditunjuk oleh
pemerintah daerah. Jadi pemerintah daerah bekerja sama dengan bank
tersebut.
(P) : Apa itu SKPD ?
(I) : SKPD adalah Surat Ketetapan Pajak Daerah, SKPD setiap bulan
dikeluarkan, dikirim ke masing-masing wajib pajak restoran. Kalau ini
sudah dikeluarkan oleh pemerintah daerah ini merupakan pajak
terutang wajib pajak. Dengan SKPD ini sebagai media stornya. Setelah
itu baru dikeluarkan SSPD (surat setoran pajak daerah) sebagai bukti
stor.
(P) : Ada gak sih pak wajib pajak yang telat membayar pajaknya ?
(I) : Uuh...banyak, ada 3 tingkatan wajib pajak yakni pertama, wajib pajak
yang sadar tanpa disuruh atau di himbau untuk membayar pajak, kedua
wajib pajak yang memang perlu dikejar-kejar atau ditagih baru mau
membayar, ketiga wajib pajak yang tidak sadar pajak. namanya juga
wajib pajak, setiap di tagih pasti ada saja alasannya mah, sepi
pengunjung pak, belum ada pemasukan, kita kan mana tau alhasil
mereka jadi menunggak pajaknya.
(P) : Menurut Bapak perubahan yang ingin dicapai dari implementasi perda
ini apa ?
(I) : Kalo perubahan pastinya meningkatkan PAD, minimalnya dengan
adanya perda ini memberikan kesadaran bagi wajib pajak bahwa ada
pidana dalam hukum pajak apabila wajib pajak melanggar atau berbuat
nakal dalam pembayaranya.
(P) : Apa ada perubahan setelah perda ini diimplementasikan ?
(I) : Belum yah, karena masih ada saja wajib pajak yang tak patuh, alasanya
karena berbagai hal tadi seperti yang sudah saja jelaskan diawal.
(P) : Bagaimana letak pengambilan keputusan terhadap sanksi atas
pelanggaran implementasi peraturan daerah pada pengusaha restoran
atau wajib pajak restoran official assessment ?
(I) : Untuk wajib pajak yang tidak membayarkan pajaknya tepat waktu kita
dari dinas memberikan surat teguran atau peringatan yang sekaligus
denda sebesar 2%. Tetapi masih kurangnya mental pegawai dalam
menegaskan kepada pemilik restoran untuk membayar pajak setelah
surat peringatan paksa diedarkan
(P) : Ada berapa petugas yang ada di dinas ini ?
(I) : Kurang lebih 14 orang petugas.
(P) : Menurut bapak sendiri apakah dengan jumlah 14 orang sudah cukup
memadai dalam melaksanakan tugasnya ?
(I) : Untuk jumlah petugas yang cuma segitu, cukup sih enggak. Karena luas
wilayah dengan personil tidak terjangkau.
(P) : Apakah program yang ada selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan
wajib pajak atau pemilik restoran official assessment di Kabupaten
Serang?
(I) : Disini program yang sudah kita lakukan sesuai dengan kebutuhan wajib
pajak restoran, akan tetapi program-program yang dilakukan itu belum
dapat meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak restoran.
(P) : Memangnya dari dinas tidak merekrut pegawai untuk tambahan pak ?
(I) : Ya kita sih mau nya begitu, kita sudah mngajukan surat ke atasan tapi
belum ada kabarnya sih. Jadi yah kita menjalankan tugas kita dengan
semampunya aja.
(P) : Apakah dinas penah melakukan pelatihan-pelatihan khusus untuk
petugas-petugas seperti sosialisasi kepada petugas mengenai perda
ini,training atau bintek kepada petugas bgtu ?
(I) : Ya ada, pernah mengadakan sosialisasi, penataran atau bintek kepada
SKPD-SKPD yang ada di Kabupaten Serang. Karena petugas pajak
harus punya sertifikasi. DPKAD ini sebagai koordinator pelaksana.
Tetapi disini juga tergantung bagaimana mereka meningkatkan skill
mereka jadi tergantung SKPD masing-masing.
(P) : Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam melaksanakan
implementasi perda ini ?
(I) : Klo sumber daya yang dibutuhkan itu banyak yah, salah satunya kita
kesulitan dana untuk sosialisasi karna pemerintah tidak menganggarkan
untuk itu, kemudian SDM yakni jumlah personil yang belum mencukupi
sehingga tidak terjangkau dengan luas wilayah.
(P) : Apakah sumber daya yang ada sudah mencukupi ?
(I) : Ya itu tadi sumber daya yang ada belum mencukupi kebutuhan
pelaksanaan implmentasi perda.
(P) : Bagaimana respon atau daya tanggap pelaksana kebijakan terhadap
wajib pajak restoran official assessment yang membandel atau tidak
patuh dalam membayar pajak ?
(I) : Kita sebagai petugas dalam hal menangapi wajib pajak yang
membandel ya kita melakukan penagihan secara terus menerus ke wajib
pajak yang tidak patuh itu.
(P) : Tindakan yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan untuk menangani
wajib pajak yang tidak patuh, apakah sudah sesuai ?
(I) : Tindakan tersebut sudah sesuai karena berdasarkan ketentuan dalam
perda ini mengenai sanksi-sanksinya, dengan adanya UU nomor berapa
yah saya lupa nomorny, pokoknya dijelaskan juga dulu perdata
sekarang bagi mereka yang tidak bayar dikenakan pidana.
(P) : Baiklah pak, kalau begitu terimakasih atas wawancaranya selebihnya
saya mohon maaf klo ada pertanyaan saya yang tidak berkenan, permisi.
(I) : Oya sama-sama, klo ada yang kurang datang aja kesini lagi, silakan.
Transkip hasil wawancara Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang).
Nama Informan : I2
Jabatan/Pekerjaan : Selaku Pelaksana Seksi Penetapan dan Penagihan
DPKAD Kabupaten Serang
Wawancara : 26 Juli 2009 dan 18 Januari 2010
Pukul : 09.30-11.00 wib
Tempat : Kantor DPKAD Kabupaten Serang.
(P) : Assalamualaikum ibu, permisi saya afrila mau sedikit berwawancara
dengan ibu mengenai tugas akhir saya tentang implementasi perda pajak
restoran ini ?
(I) : Waalaikumsalam, haduh kenapa sama saya, sama pak yanto aja yah,
saya nya takut gak bisa jawabnya hehe...
(P) : Ya gpp lah, sedikit aja yang ibu tau untuk data saya, sama pak yanto
mah saya udah wawancara, tinggal sama ibu yang belum.
(I) : Ywdah saya coba yah sebisa saya.
(P) : Apa tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan perda ini khususnya bagi
restoran official assessment ?
(I) : Adanya peningkatan penerimaan dari pajak restoran sesuai dengan
dasar pengenaan pajak restoran tersebut sehingga meningkatkan PAD.
(P) : Menurut ibu perubahan yang ingin dicapai dari implementasi perda ini
bagi pengusaha restoran ?
(I) : Kesadaran wajib pajak restoran semakin tinggi, sehingga gak ada lagi
yang menunggak dan gak ada lagi yang susah klo dipungut pajaknya.
(P) : Apakah ada perubahan yang terjadi setelah peraturan tersebut
diimplementasikan ?
(I) : Tidak ada.
(P) : Dimana letak pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran
perda ?
(I) : Pada tahap mekanisme pemungutannya yah, klo telat yah dikenakan
denda 2 %.
(P) : Siapa saja pelaksana perda tersebut dan berapa jumlahnya ?
(I) : Pelaksana perda adalah para petugas pajak daerah dengan jumlah 14
orang.
(P) : Apakah pelaksana perda sudah sesuai atau cukup memadai untuk
melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan ?
(I) : Belum sesuai atau memadai jumlah petugas pajak daerah.
(P) : Apakah program yang ada selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan
wajib pajak atau pemilik restoran official assessment di Kabupaten
Serang?
(I) : Sudah sesuai namun implementasinya masih saja terhambat misalnya
kurangnya petugas pelaksana program implemtasi perda ini.
(P) : Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam melaksanakan
implementasi perda ini ?
(I) : Pada dasarnya sumber daya untuk menunjang kebutuhan pelaksanaan
implementasi ini belum mencukupi, masih kurang tenaga analis
keuangan perusahaan, petugas yang berkompeten dan berdidikasi.
(P) : Apakah sumber daya yang ada sudah mencukupi ?
(I) : Belum yah.
(P) : Oia bu, dinas pernah melakukan sosialisasi mengenai perda pajak
restoran ini ke para pengusaha restoran ?
(I) : Klo untuk masalah sosialisasi besar-besaran ke para pengusaha
restoran sepertinya tidak pernah. Tetapi kita juga berusaha
mensosialisasikan ke pengusaha restoran tersebut dengan cara face to
face ketika kita datang untuk memungut pajak atau memberikan surat
peringatan. Bahwa ini loh di dalam perda ini ada ketentuan-ketentuan
apabila wajib pajak melanggar.
(P) : Bagaimana respon atau daya tanggap pelaksana kebijakan terhadap
wajib pajak restoran official assessment yang membandel atau tidak
patuh dalam membayar pajak ?
(I) : Melakukan penagihan secara terus-menurus ke wajib pajak yang
membandel dan menunggak.
(P) : Tindakan apa saja yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan untuk
menangani wajib pajak yang tidak patuh, apakah sudah sesuai ?
(I) : Kita memberi sanksi administrasi berupa denda, tindakan tersebut
sudah sesuai karena berdasarkan perda yang telah ada.
(P) : Oke deh bu, cukup segini dulu wawancaranya, saya ucapakan
terimakasih klo kurang saya datang lagi deh, permisi ya bu.
(I) : Maap yah neng, klo ibu kurang memuaskan jawabannya, ia datang aja
tar dibantu lagi. Silakan.
Transkip hasil wawancara Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang).
Nama Informan : I3
Jabatan/Pekerjaan : Seksi Pendaftaran dan Pendapatan DPKAD Kabupaten
Serang.
Wawancara : 14 Juli 2009 dan 20 Januari 2010
Pukul : 09.00-12.00 wib.
Tempat : Kantor DPKAD Kabupaten Serang.
(P) : Selamat pagi pak, boleh saya minta waktunya sebentar. Saya akan
melakukan penelitian di Kantor DPKAD ini mengenai implementasi
Perda No 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran khususnya pada jenis
restoran official assessment di Kabupaten Serang. Kemarin saya sudah
mendapatkan ijin ke bagian ini.
(I) : Oh..silakan duduk.
(P) : Apa sih tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan perda ini khususnya
bagi restoran official assessment ?
(I) : Tujuan yang ingin dicapai sih pastinya meningkatkan penerimaan pajak
restoran untuk membiayai pembangunan daerah. Karena dari pajak
semua masyarakat bisa menikmati sarana dan prasarana umum yang
ada di daerah ini.
(P) : Menurut Bapak perubahan yang ingin dicapai dari implementasi perda
ini apa sih ?
(I) : Seperti yang sudah saya katakan tadi dengan adanya perda ini dapat
meningkatkan penerimaan daerah khususnya dari pajak restoran ini.
(P) : Apakah ada perubahan yang terjadi setelah perda tersebut di
implementasikan ?
(I) : Alhamdulilah sih ada, yah perubahan seperti adanya peningkatan
penerimaan pendapatan daerah dari sektor pajak restoran.
(P) : Mengenai letak pengambilan keputusan terhadap sanksi atas pelanggaran
implementasi peraturan daerah pada pengusaha restoran atau wajib pajak
restoran official assessment itu bagaimana ?
(I) : Dalam hal mengenai pemberian sanksi untuk wajib pajak yang tidak
membayarkan pajaknya kita memberikan sanksi administrasi berupa
denda sebesar 2%.
(P) : Siapa saja pelaksana program perda ini ?
(I) : Semua pegawai atau petugas pajak daerah yang ada di dinas ini.
(P) : Apakah pelaksana perda ini sudah sesuai untuk melaksanakan tugas
yang harus dilaksanakannya ?
(I) : Sudah
(P) : Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam melaksanakan
implementasi perda ini ?
(I) : Sumber daya yang dibutuhkan diantaranya adalah dana. Akan tetapi
disini dana untuk kegiatan sosialisasi ke wajib pajak tidak tersedia.
Karena pemerintah daerah tidak menyediakan anggaran untuk
melaksanakan kegiatan sosialisasi, sehingga sumber dana belum dapat
mencukupi kebutuhan pelaksanaan implementasi peraturan daerah
khususnya dalam sosialisasi ke para pengusaha restoran sebagai wajib
pajak.
(P) : Apakah sumber daya tersebut sudah mencukupi ?
(I) : Seperti yang sudah saya katakan sumber daya yang ada belum
mencukupi dalam pelaksanaan ini.
(P) : Bagaimana respon atau daya tanggap pelaksana kebijakan terhadap
wajib pajak restoran official assessment yang membandel atau tidak
patuh dalam membayar pajak ?
(I) : Respon dari pelaksana kebijakan dalam menanggapi permasalahan
wajib pajak restoran yang tidak patuh dalam membayar pajaknya ini
sangat baik, kita disini tetap berusaha untuk memungut pajak yang
banyak menunggak. Walaupun juru sita yang dibentuk belum
dilaksanakan, karena tingkat keberanian dari petugas masih kurang.
(P) : Menanggapi jawaban bapak pada permasalahan wajib pajak yang
menunggak, kan seharusnya wajib pajak restoran harus sekaligus lunas
dalam membayarakan pajaknya karena di dalam perda sudah ada
ketentuannya, menurut bapak bagaimana ?
(I) : Memang benar di dalam perda dijelaskan bahwa pembayaran pajak
harus dilakukan sekaligus atau lunas, tetapi ya masih saja ada wajib
pajak yang menyicil pembayarannya. Alasannya ya karena
pendapatannya kurang.
(P) : Tindakan yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan untuk menangani
wajib pajak yang tidak patuh ?
(I) : Seperti yang sudah dijelaskan diawal yah, tindakan untuk wajib pajak
yang tidak patuh dalam membayar pajaknya, kita memberikan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% dari pajak yang telat
dibayarkannya.
(P) : Apakah pelaksana kebijakan patuh dalam menjalankan implementasi
tersebut khususnya dalam menangani wajib pajak restoran yang
membandel ?
(I) : Selama ini kita menjalankan tugas sesuai dengan apa yang telah di
rencanakan dan dilaksanakan.
(P) : Mungkin cukup segini dulu pak wawancara yang saya lakukan, jika ada
data yang kurang boleh kan saya kesini lagi ?
(I) : Oh...tentu saja insyallah semampu saya bisa menjelaskannya.
(P) : Yasudah pak, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk melakukan
wawancara ini, permisi.
(I) : Silakan.
Transkip hasil wawancara Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang).
Nama Informan : I4
Jabatan/Pekerjaan : Seksi Dana Perimbangan Dan Lain-Lain Pendapatan
Daerah Yang Sah DPKAD Kabupaten Serang.
Wawancara : 01 Februari 2010
Pukul : 10.30-12.00 wib
Tempat : Kantor DPKAD Kabupaten Serang.
(P) : Permisi selamat siang pak, boleh saya minta waktunya sebentar. Saya
akan melakukan penelitian di Kantor DPKAD ini mengenai
implementasi Perda No 11 Tahun 2006 tentang Pajak Restoran
khususnya pada restoran jenis official assessment di Kabupaten Serang.
Kemarin saya sudah mendapatkan ijin ke bagian ini. Maaf dengan bapak
siapa yah, saya afrila, pak.
(I) : Siang, mari silakan duduk. Saya pak toto.
(P) : Terimakasih pak, oia...bapak jabatannya di bagian apa yah ?
(I) : Kalau saya, bagian seksi dana perimbangan dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah.
(P) : Apa tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan perda ini khususnya bagi
restoran official assessment ?
(I) : Tujuan yang ingin dicapai tentunya dengan adanya perda ini membawa
peningkatan dalam hal penerimaan pajak restoran ini. Dan dengan
adanya perda ini juga diharapkan wajib pajak restoran patuh dalam hal
membayar pajak.
(P) : Menurut Bapak perubahan yang ingin dicapai dari implementasi perda
ini apa ?
(I) : Pastinya perubahan yang lebih baik, baik itu dari peningkatan pajaknya,
wajib pajaknya dan petugasnya juga dalam menjalankan tugasnya.
(P) : Apakah ada perubahan yang terjadi setelah perda tersebut di
implementasikan ?
(I) : Kalau menurut saya sih belum optimal, karna masih saja ada wajib
pajak yang tidak patuh membayar pajaknya, jadi perubahan yang
terjadi belum optimal.
(P) : Bagaimana letak pengambilan keputusan terhadap sanksi atas
pelanggaran implementasi peraturan daerah pada pengusaha restoran
atau wajib pajak restoran official assessment ?
(I) : Kita memberi sanksi adminstrasi berupa denda sebesar 2%, tetapi di
dalam buku perda ini juga dijelaskan terdapat sanksi pidana, bisa
dibaca yah lebih jelasnya dibuku perda ini.
(P) : Siapa saja pelaksana program perda ini ?
(I) : Para petugas pajak daerah.
(P) : Oia pak, ada berapa petugas dari dinas bagian pendapatan ini ?
(I) : Kira-kira 14 orang petugas.
(P) : Dari jumlah petugas yang hanya 14 orang tersebut apakah mampu
bekerja secara maksimal dalam memungut pajak restoran di Kabupaten
serang ?
(I) : Menurut saya belum sesuai jumlah petugas pajak dengan luas daerah
yang kita datangi, karena kan kabupaten serang itu cukup luas dengan
28 kecamatan di dalamnya.
(P) : Apakah pelaksana perda ini sudah sesuai untuk melaksanakan tugas
yang harus dilaksanakannya ?
(I) : Klo dibilang sudah sesuai ya sesuai, dibilang belum ya belum, karna itu
tadi kurangnya petugas pajak.
(P) : Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam melaksanakan
implementasi perda ini ?
(I) : Seperti yang pernah saya bilang kita memang kurang petugas pajak,
dalam pelaksanaan ini, akan tetapi kita juga berusaha untuk
memonitoring permasalahan yang terjadi dilapangan.
(P) : Bagaimana respon atau daya tanggap pelaksana kebijakan terhadap
wajib pajak restoran official assessment yang membandel atau tidak
patuh dalam membayar pajak ?
(I) : Respon dari kita sih baik yah, apabila wajib pajak tidak patuh telat
membayarkan pajaknya, kita (petugas) memberikan surat peringatan
kepada wajib pajak.
(P) : Tindakan yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan untuk menangani
wajib pajak yang tidak patuh ?
(I) : Seperti tadi petugas memberikan surat peringatan kepada wajib pajak,
jika telat membayarkan pajaknya, kemudian di kenakan denda sebesar
2%.
(P) : Apakah pelaksana kebijakan patuh dalam menjalankan implementasi
tersebut khususnya dalam menangani wajib pajak restoran yang
membandel ?
(I) : Kita (petugas) merasa sudah cukup sesuai dalam menangani wajib
pajak yang tidak patuh.
(P) : Oke deh pak, klo begitu saya rasa cukup segini saja dulu informasi yang
telah bapak jelaskan ke saya. Terimkasih sudah meluangkan waktunya.
(I) : Ia, sama-sama.
Transkip hasil wawancara Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang).
Nama Informan : I5
Nama Restoran : Nasi Uduk Tempo Doeloe
Jabatan/Pekerjaan : Pimpinan Restoran Nasi Uduk Tempo Doeloe Anyer
Wawancara : 26 Januari 2010
Pukul : 11.00-12.24 wib
Tempat : Restoran Nasi Uduk Tempo Doeloe Anyer
(P) : Permisi, selamat siang bapak, perkenalkan nama saya afrila, begini saya
dari untirta sedang mengerjakan tugas akhir saya mengenai implementasi
pajak restoran, saya ingin mewawancarai bapak karena berhubungan
dengan tugas saya ini, apakah bapak berkenan ?
(I) : Ya, siang. Oke silakan duduk, maap ada suratnya gak ?
(P) : Oh..ada pak ini surat ijin dari dinas dan kampus saya, silakan dibaca
saja.
(I) : Oke. Silakan mau bertanya apa.
(P) : Langsung saja yah pak, maaf dengan bapak sapa namanya ?
(I) : Pak Ian.
(P) : Kalau boleh tau sudah berapa lama restoran yang anda kelola ini berdiri?
(I) : Mulai berdiri dari tahun 2004.
(P) : Bagaimana pendapatannya pak, lancar atau tidak ?
(I) : Pendapatan dalam 3 (tiga) bulan ini agak menurun.
(P) : Jumlah pengunjungnya makin ramai atau tidak ?
(I) : Tergantung yah kadang ramai kadang tidak.
(P) : Biasanya hari apa saja yang paling ramai dikunjungi ?
(I) : Biasanya sih sabtu dan minggu, libur sekolah, tahun baru, lebaran,
hari-hari besar biasanya ramai dikunjungi.
(P) : Dalam membayar pajak, apakah ditentukan oleh petugas atau
menghitung sendiri pajaknya ?
(I) : Ditentukan oleh petugas dapat surat SKPD ya kita bayarkan.
(P) : Pernah menemui kendala pada saat pembayaranya ?
(I) : Gak ada kendala.
(P) : Apakah bapak tahu mengenai perda pajak restoran ?
(I) : Yap tau.
(P) : Apakah dinas pernah melakukan sosialisasi sebelum mengenai perda
pajak restoran tersebut ?
(I) : Tidak pernah ada sosialisasi dari dinas, makanya saya kadang ikut
seminar yang ada dikampus kapling itu loh jadi sedikit tau lah mengenai
pajak.
(P) : Jadi bapak tau dong manfaat atau fungsi pajak yang bapak bayarkan
untuk apa ?
(I) : Ya untuk membiayai negara, membiayai operasional pemerintah.
(P) : Sebelumnya pernah gak bapak tidak sengaja gtu melakukan kesalahan,
misalnya telat bayar pajaknya, terus dari petugas sendiri memberikan
sanksi gak ?
(I) : Alhamdulilah sih kita tidak telat bayar pajaknya.
(P) : Harapan bapak untuk dinas sendiri apa ? keinginan bapak gtu apa ?
(I) : Ya saya sih berharap dari dinas ada acara seminar atau kursus pajak
untuk orang yang dikenakan pajak. Jadi saya bisa lebih tau dan
mengerti tentang pajak.
(P) : Yap terimakasih yah pak atas waktunya, maaf klo sudah merepotkan,
permisi.
(I) : Tidak apa-apa, silakan.
Transkip hasil wawancara Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang).
Nama Informan : I6
Nama Restoran : Restoran Pondok Karang Bolong Anyer.
Jabatan/Pekerjaan : Pengurus Restoran Pondok Karang Bolong Anyer.
Wawancara : 26 Januari 2010
Pukul : 14.08- 14.25 wib
Tempat : Restoran Pondok Karang Bolong Anyer.
(P) : Selamat sore bapak, ini saya afrila dari untirta sedang mengerjakan tugas
akhir mengenai perda tentang pajak restoran. Saya ingin sedikit
berwawancara dengan bapak untuk tambahan data saya. Boleh ?
(I) : Hmm.. ya boleh, silakan duduk, ya..ya saya bantu.
(P) : Terimaksih sebelumnya, langsung saja ya pak, restoran ini sudah berapa
lama berdiri ?
(I) : Sudah 10 tahun
(P) : Bagaimana pendapatannya apa ada peningkatan ?
(I) : Pendapatan gitu aja gimana keramaiannya, kalau sekarang ini menurun
karena musim barat, kalo bulan desember tu rame.
(P) : Jumlah pengunjung ramai atau tidak tiap harinya, biasanya hari apa aja ?
(I) : Ya rame gak rame sih tergantung hari nya aja, hari sabtu rame tapi
khususnya hari minggu ramenya. Trus isu tsunami kemaren juga kan
bikin takut pengunjung klo ke pantai.
(P) : Dalam pembayaran pajaknya restoran ini ditentukan oleh dinas atau
dihitung sendiri besaranya pajaknya ?
(I) : Klo ga salah dari petugas, tapi kurang tau juga sih itu ada lagi dalam
pembayarannya bukan saya yang ngurus.
(P) : Oia pak pernah dapat surat peringatan gak dari dinas terkait dengan
keterlambatan membayar pajaknya ?
(I) : Sering, kadang klo kita telat, dinas datang kesini ngasih surat
peringatan gtu.
(P) : Berapa kali ?
(I) : 3x (tiga kali )dapat panggilan.
(P) : Bapak tau tidak mengenai perda pajak restoran ?
(I) : Duh kurang tau saya. Saya sendiri baru tau nya pas dari surat
peringatan.
(P) : Apa dari dinas tidak pernah melakukan sosialisasi sebelumnya mengenai
perda tersebut ?
(I) : Duh...kurang tau ya mba, gak ada sosialisasi untuk pajak.
(P) : Bapak tau tidak manfaat atau fungsi pajak yang bapak bayarkan itu
untuk apa ?
(I) : Kurang tau yah hmm..hehe..
(P) : Harapan bapak untuk dinas apa ?
(I) : Saya rasa saya pengen gtu ada sosialisasi, tapi ga ada gtu.
Transkip hasil wawancara Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang).
Nama Informan : I7
Nama Restoran : Restoran RM. Mbok Sarikah
Jabatan/Pekerjaan : Pemilik Restoran RM. Mbok Sarikah
Wawancara : 26 Januari 2010
Pukul : 14.37-15.00 wib
Tempat : Restoran RM. Mbok Sarikah
(P) : Permisi Ibu, saya afrila dari untirta sedang melakukan tugas akhir
mengenai perda pajak restoran, bisa saya minta waktunya untuk
wawancara dengan pemilik atau pengelola restoran ini ?
(I) : Ya boleh, silakan duduk neng, ngobrolnya sama anak perempuan saya
aja ya neng.
(P) : Iyah. Ibu ga apa-apa ko, ini untuk melengkapi data saya saja.
(P) : Langsung saja yah, udah berapa lama restoran ini berdiri ?
(I) : sudah 25 tahun.
(P) : Bagaimana pendapatanya apa ada peningkatan ?
(I) : Menurut kami kalo soal pendapatannya semua tergantung pada
pengunjung restoran. Kalo pada hari-hari libur mungkin lancar. Tapi
kalo pada hari-hari biasa cukup boleh dibilang buat kami mencukupi
keluarga. Untuk peningkatan masih sama seperti dulu saja.
(P) : Jumlah pengunjung makin ramai tidak tiap harinya ?
(I) : Ramai bila tidak ada isu soal tsunami dan gempa. Hari raya atau hari
libur anak sekolah termasuk minggu yang biasanya ramai pengunjung.
(P) : Pembayaran pajaknya ditentukan oleh petugas atau menghitung sendiri
pajak nya ?
(I) : Oleh petugas pemda, bayarnya di Bank kas negara.
(P) : Apakah ada kendala dalam pembayarannya ?
(I) : Ada, sulit karena terlalu banyak yang harus dibayar oleh kami bukan
cuma pajak saja.
(P) : Apa mbak tau tentang perda mengenai pajak restoran ?
(I) : Tau
(P) : Kalau begitu tau dong manfaat atau fungsi pajak yang mbak bayarkan
untuk apa ?
(I) : Tidak tau, Sejujurnya saya gak tahu apa manfaat dari pajak yang
selama ini saya bayarkan kepada pemerintah daerah melalui petugas
pemungut pajak. Karena ada surat resminya maka saya bayarkan saja.
(P) : Loh, trus tau tentang perda pajak restoran dari mana, apa petugas pernah
melakukan sosialisasi mengenai perda tersebut ?
(I) : Ya tau pernah denger aja hehe..
(P) : Kalo dalam pembayaran pajak pernah telat atau menunggak gak ?
(I) : Sering, pernah nyicil juga sih.
(P) : Petugas memberikan sanksi tidak ?
(I) : Ya, peringatan melalui surat tegoran yang dikirim oleh pihak pajak.
(P) : Harapan mbak untuk dinas ada gak ?
(I) : Minta penegtiannya aja, klo kena denda jangan terlalu banyaklah,
soalnya pajaknya berapa dendanya jadi lebih dari pajak.
Transkip hasil wawancara Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang).
Nama Informan : I8
Nama Restoran : Restoran Kembang Sari Anyer
Jabatan/Pekerjaan : Pemilik Restoran Kembang Sari Anyer
Wawancara : 26 Januari 2010
Pukul : 15.02-15.15 wib
Tempat : Restoran Kembang Sari Anyer
(P) : Permisi mbak, maaf bisa saya bertemu dengan pemilik atau pengelola
restoran ini ?
(I) : Ya, nanti ya mbak saya panggilkan beliaunya.
(P) : Iyah.
(I) : Mbak, ini Pak Nugroho Owner restoran ini.
(P) : Oh iyah, terimakasih mbak. Selamat siang bapak saya afrila dari untirta.
Saya sedang mengerjakan tugas akhir saya mengenai perda pajak
restoran, saya harap bapak mau membantu saya dalam mencari data ini.
(I) : Selamat siang, Ooh...iyah silakan duduk, mau minum apa nih.
(P) : Oh gak usah repot-repot pak, terimakasih. Langsung aja yah pak saya
wawancaranya.
(I) : Ok silakan.
(P) : Sudah berapa lama restoran ini berdiri ?
(I) : Sudah 20 tahun.
(P) : Bagaimana pendapatanya apa ada peningkatan ?
(I) : Ya Lumayan ada.
(P) : Tiap harinya apa selalu ramai pengunjung pak sehingga pendapatannya
meningkat ?
(I) : Tergantung situasi dan kondisi sih, karena di daerah wisata kunjungan
sangat tergantung pada hari libur untuk sekarang-sekarang ini seperti
hari sabtu dan minggu.
(P) : Dalam pembayaran pajaknya restoran ini ditentukan oleh petugas atau
menghitung sendiri pajaknya ?
(I) : Ditentukan petugas dari DPKAD. Karena memakai sistem flat dan
ditinjau ulang atau di revisi setiap tahun.
(P) : Apa ada kendala dalam pembayarannya ?
(I) : Tidak ada.
(P) : Bapak tau tidak bahwa ada perda tentang pajak restoran ?
(I) : Tahu
(P) : Dinas pernah melakukan sosialisasi tidak tentang perda tersebut ?
(I) : Pernah sih tapi lewat omongan aja, pas petugasnya datang kesini.
(P) : Kalau begitu bapak tahu tidak manfaat atau fungsi pajak yang bapak
bayarkan itu untuk apa ?
(I) : Untuk menyumbang pemda dalam membangun wilayahnya.
(P) : Ngomong-ngomong bapak pernah menunggak gak nih hehe..?
(I) : Sering, sampe dapat surat peringatan. Karena jauh, kadang saya juga
suka lupa mau bayar pajaknya, inginnya ada cabang kas daerah yang
bisa membantu, jadi kita ga perlu jauh-jauh kesana.
(P) : Sanksi apa yang diberikan oleh petugas ?
(I) : Kami dikenakan denda bertingkat atau dihitung per hari keterlambatan.
(P) : Pertanyaan terakhir harapan bapak untuk dinas apa ?
(I) : Ya untuk dinas, saya ingin ada cabang kas daerah yang bisa membantu,
jadi kita gak perlu jauh-jauh kesana, itu saja.
(P) : Oke deh pak, terimakasih banyak atas waktunya, maaf sudah
menggangu. Saya permisi dulu.
(I) : Oh..tidak apa-apa, silakan hati-hati dijalan.
Transkip hasil wawancara Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang).
Nama Informan : I9
Nama Restoran : Restoran Ujung Pandang Anyer
Jabatan/Pekerjaan : Pemilik Restoran Ujung Pandang Anyer
Wawancara : 26 Januari 2010
Pukul : 15.20- 15.50 wib
Tempat : Restoran Ujung Pandang Anyer.
(P) : Permisi Ibu, saya afrila dari untirta sedang melakukan tugas akhir
mengenai perda pajak restoran, boleh saya wawancara sebentar untuk
melengkapi data-data saya ?
(I) : Oo..begitu ya boleh, silakan duduk De, Ibu ganti baju dulu yah baru
beres mandi.
(P) : Ia, Ibu terimakasih.
(I) : Maaf ya de lama.
(P) : Ia, gak apa-apa bu, langsung aja yah saya nanya nya.
(I) : Ok.
(P) : Restoran ini sudah berapa lama berdiri
(I) : Sudah 8 tahun.
(P) : Bagaimana pendapatannya, apa ada peningkatan ?
(I) : Gak ini sih de, gak stabil, pendapatan berkurang, sepi pengunjung.
kadang-kadang ada bahkan ga ada sama sekali. Truz bayar pajaknya
berapa eh jauh kesananya jadi males.
(P) : Jumlah pengunjung makin ramai atau tidak tiap hari nya ?
(I) : Berkurang ya de, semenjak ada isu tsunami itu.
(P) : Biasanya hari apa aja yang ramai dikunjungi ?
(I) : Paling pas hari-hari besar baru rame, kaya tahun baru, hari raya, sabtu
dan minggu juga jarang ada pengunjung sepi.
(P) : Pembayaran pajaknya ditentukan oleh dinas atau dihitung sendiri ?
(I) : Ditentukan oleh dinas, dibayar ke dinas.
(P) : Apa ada kendala dalam pembayaranya ?
(I) : Ada, klo lagi sepi, kadang ga bisa bayar. Tapi namanya kewajiban ya
harus di bayar.
(P) : ada berapa karyawan di restoran ini ?
(I) : Ada 4 orang
(P) : Ibu tahu ngak mengenai perda tentang pajak restoran ?
(I) : Ya pernah denger sih tapi gak tau jelasnya.
(P) : Oia ibu tahu manfaat atau fungsi pajak yang ibu bayarkan untuk apa ?
(I) : Aduh, kurang ngerti sih de, ibu mah manfaatnya apa hehe.
(P) : Dinas pernah melakukan sosialisasi gak bu tentang perda pajak, manfaat
pajak dll ?
(I) : Belum pernah.
(P) : Maaf, Ibu pernah menunggak tidak ?
(I) : Penah sih, ini aja menunggak hehe...berkali-kali.
(P) : Diberi sanksi apa oleh petugas karena menunggak itu ?
(I) : Diberi surat peringatan dan denda. Pernah sih kita datang untuk minta
keringanan gitu bayar pajaknya, bikin surat pengajuan baru yang
tadinya bayar pajaknya 200 ribu minta jadi 100 ribu aja, katanya nanti
disurvei tapi sampai sekarang belum datang petugas surveinya.
(P) : Harapan Ibu terhadap dinas apa, inginnya apa gtu ?
(I) : Ingin ajuan kita ditanggapi atau dikabuli gtu, ingin ada sosialisasi juga
biar saya jadi tau manfaat atau fungsi pajak.
(P) : Baiklah klo begitu Ibu wawancaranya saya cukupkan, terimakasih atas
informasinya, maaf sudah menggangu waktunya, saya permisi dulu.
(I) : Oh iya de, gak apa-apa, maap cuma disuguhin aer doank. Silakan.
Transkip hasil wawancara Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang).
Nama Informan : I10
Nama Restoran : Restoran Pondok Sanghiang Anyer
Jabatan/Pekerjaan : Pengurus Restoran Pondok Sanghiang Anyer.
Wawancara : 26 Januari 2010
Pukul : 16.08-16.20 wib
Tempat : Restoran Pondok Sanghiang Anyer.
(P) : Selamat sore bapak, saya afrila dari untirta sedang mengerjakan tugas
akhir mengenai perda tentang pajak restoran. Saya ingin sedikit
berwawancara dengan bapak untuk tambahan data saya. Boleh ?
(I) : silakan.
(P) : Langsung saja ya pak, restoran ini sudah berapa lama berdiri ?
(I) : Sudah 16 tahun
(P) : Lama juga yah pak, bagaimana pendapatanya, adakah peningkatan ?
(I) : Pendapatan berkurang klo akhir-akhir ini, karna ada isu gempa tsunami
orang-orang kan, jadi pada takut pergi berliburnya.
(P) : Jumlah pengunjungnya makin rame apa tidak, biasanya hari apa yang
rame pengunjung ?
(I) : Rame ga rame sih yah, biasanya hari minggu perhari 8 orang.
(P) : Ada berapa pegawai disini ?
(I) : Ada 9 pegawai.
(P) : Pembayaran pajaknya ditentukan oleh petugas atau dihitung sendiri ?
(I) : Dari petugas, kita tinggal bayar saja.
(P) : Apa ada kendala dalam pembayaranya ?
(I) : Kendalanya klo ga ada uang yah kita mau ga mau menunggak dulu.
(P) : Bapak tau tidak mengenai perda pajak restoran ?
(I) : Kurang ngerti yah.
(P) : Dari dinas pernah mengadakan sosialisai mengenai perda itu ga ?
(I) : Gak ada.
(P) : Bapak tau manfaat atau fungsi pajak yang bapak bayar untuk apa ?
(I) : Hmm...kurang tau yah..
(P) : Jika dalam pembayaran pajak bapak telat petugas memberikan sanksi ga,
berupa apa sanksinya ?
(I) : Ya, klo telat bayar di denda gtu dan ada surat peringatannya dari
petugas.
(P) : Harapan bapak apa untuk dinas ?
(I) : Ya ada sosialisasi juga boleh trus klo telat bayar yah maklumi aja
namanya lagi sepi pengunjung sepi juga pendapatan kita.
(P) : Oke deh pak. Terimakasih atas waktunya. Saya permisi dulu.
(I) : Oh sama-sama, mari silakan.
Transkip hasil wawancara Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran (Studi Kasus Pada Restoran Jenis
Official Assessment di Kabupaten Serang).
Nama Informan : I11
Nama Restoran : Restoran Bakmi Tebet Cabang Anyer.
Jabatan/Pekerjaan : Pengelola Restoran Bakmi Tebet Cabang Anyer.
Wawancara : 26 Januari 2010
Pukul : 17.00-17.30 wib
Tempat : Restoran Bakmi Tebet Cabang Anyer.
(P) : Selamat sore bapak, ini saya afrila dari untirta sedang mengerjakan tugas
akhir mengenai perda tentang pajak restoran. Saya ingin sedikit
berwawancara dengan bapak untuk tambahan data saya, boleh kah ?
(I) : Hmm.. ya boleh, silakan duduk, ya..ya saya bantu.
(P) : Terimaksih sebelumnya, langsung saja ya pak, restoran ini sudah berapa
lama berdiri ?
(I) : Kurang lebih 5 tahun (14 September s.d sekarang).
(P) : Bagaimana dengan pendapatannya lancar atau tidak, ada peningkatan
kah ?
(I) : Alhamdulilah lancar, peningkatannya fluktuatif tiap bulannya.
(P) : Jumlah pengunjung tiap harinya ramai atau tidak ?
(I) : Pengunjung tiap hari rata-rata kurang lebih 25 orang lah.
(P) : Biasanya hari apa aja yang ramai ?
(I) : Selasa, sabtu dan minggu.
(P) : Membayar besaran pajaknya ini ditentukan oleh petugas atau dihitung
sendiri oleh bapak ?
(I) : Pembayarannya ditentukan oleh petugas.
(P) : Apakah ada kendala dalam pembayarannya ?
(I) : Tidak ada kendala.
(P) : Bapak tahu tentang perda mengenai pajak restoran ?
(I) : Tahu.
(P) : Dinas pernah melakukan sosialisai mengenai perda ini ?
(I) : Pernah
(P) : Bapak tahu tidak manfaat atau fungsi pajak yang dibayarkan untuk apa ?
(I) : Tahu, Manfaat dari pajak yang saya bayar ialah adanya pembanguan
daerah yang semakin meningkat dari tahun-ketahun, jika saya tidak
membayar pajak maka mustahil saya dapat menggunakan fasilitas
umum seperti jalan raya, jembatan dan lain-lain.
(P) : Dalam pembayaran pajak bapak tidak sengaja telat dalam membayar
pajaknya apakah petugas memberikan sanksi ?
(I) : Sampai saat ini tidak pernah telat dan tidak ada panggilan.
(P) : Harapan bapak untuk dinas apa ?
(I) : Dari fasilitas ingin alat untuk menghitung seperti kasir, ya dinas
menfasilitasi hal itu.
(P) : Terimakasih atas waktunya pak, permisi.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
I I1 Q
Q1 Apakah tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan Perda Kabupaten Serang No 11 Tahun
2006 tentang Pajak Restoran, khususnya bagi restoran official Asessment? Tujuan yang
ingin dicapai khususnya bagi wajib pajak restoran adalah sesuai dengan peraturan
tersebut agar para wajib pajak tepat waktu, disiplin dalam membayarkan pajaknya.
Karena hasilnya untuk bersama dalam pembangunan daerah ini.
Q2 Perubahan yang ingin dicapai dari implementasi Perda Kabupaten Serang No 11 Tahun
2006 tentang Pajak Restoran, khususnya bagi pengusaha restoran official assessment? Kalo
perubahan pastinya meningkatkan PAD, minimalnya dengan adanya perda ini memberikan
kesadaran bagi wajib pajak bahwa ada pidana dalam hukum pajak apabila wajib pajak
melanggar atau berbuat nakal dalam pembayaranya.
Q3 Apakah ada perubahan yang terjadi setelah Perda tersebut di implementasikan?jika ada,
perubahan seperti apa yang terjadi? Belum yah, karena masih ada saja wajib pajak yang
tak patuh, alasanya karena berbagai hal tadi seperti yang sudah saja jelaskan diawal.
Q4 Dimanakah letak pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran Perda pada
pengusaha restoran atau wajib pajak? Untuk wajib pajak yang tidak membayarkan
pajaknya tepat waktu kita dari dinas memberikan surat teguran atau peringatan yang
sekaligus denda sebesar 2%. Tetapi masih kurangnya mental pegawai dalam menegaskan
kepada pemilik restoran untuk membayar pajak setelah surat peringatan paksa diedarkan.
Q5 Siapa saja pelaksana Perda tersebut dan berapa jumlahnya? Ya petugas pajak. Kurang lebih
14 orang petugas.
Q6 Apakah pelaksana Perda sudah sesuai atau cukup memadai untuk melaksanakan tugas yang
harus dilaksanakannya dalam menangani pengusaha restoran atau wajib pajak yang
membandel membayar pajak? Untuk jumlah petugas yang cuma segitu, cukup sih enggak.
Karena luas wilayah dengan personil tidak terjangkau.
Q7 Apakah program yang ada selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan wajib pajak atau
pemilik restoran official assessment di Kabupaten Serang? Disini program yang sudah kita
lakukan sesuai dengan kebutuhan wajib pajak restoran, akan tetapi program-program
yang dilakukan itu belum dapat meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak restoran.
Q8 Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam melaksanakan implementasi peraturan
daerah khususnya dalam kegiatan sosialisasi ke restoran-restoran official assessment? Klo
sumber daya yang dibutuhkan itu banyak yah, salah satunya kita kesulitan dana untuk
sosialisasi karna pemerintah tidak menganggarkan untuk itu, kemudian SDM yakni jumlah
personil yang belum mencukupi sehingga tidak terjangkau dengan luas wilayah.
Q9 Apakah sumber daya yang ada sudah mencukupi kebutuhan pelaksanaan implementasi
peraturan daerah ini? Jika belum, sumber daya apa saja yang belum dapat terpenuhi dalam
menunjang pelaksanaan implementasi peraturan daerah ini? Ya itu tadi sumber daya yang
ada belum mencukupi kebutuhan pelaksanaan implmentasi perda.
Q10 Bagaimanakah respon dari pelaksana kebijakan terhadap wajib pajak restoran yang
membandel atau tidak patuh dalam membayar pajaknya di Kabupaten Serang? Kita sebagai
petugas dalam hal menangapi wajib pajak yang membandel ya kita melakukan penagihan
secara terus menerus ke wajib pajak yang tidak patuh itu.
Q11 Tindakan apa saja yang telah dilakukan untuk menangani wajib pajak restoran khususnya
restoran official assessment yang membandel atau tidak patuh dalam membayar pajaknya
dan apakah tindakan tersebut sudah sesuai dengan program yang telah ditetapkan?
Tindakan tersebut sudah sesuai karena berdasarkan ketentuan dalam perda ini mengenai
sanksi-sanksinya, dengan adanya UU nomor berapa yah saya lupa nomorny, pokoknya
dijelaskan juga dulu perdata sekarang bagi mereka yang tidak bayar dikenakan pidana.
Keterangan : I1 = Wawancara dengan Selaku Pelaksana Seksi Penetapan dan Penagihan DPKAD
Kabupaten Serang. Tanggal 24 Juni 2009 dan 05 Januari 2010. pukul : 09.30-
11.00 wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD Kabupaten Serang. Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara
I I2
Q
Q1 Apakah tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan peraturan daerah tersebut, khususnya
bagi restoran official assessment? Adanya peningkatan penerimaan dari pajak restoran
sesuai dengan dasar pengenaan pajak restoran tersebut sehingga meningkatkan PAD.
Q2 Perubahan apa yang ingin dicapai dari implementasi peraturan daerah tersebut khususnya
bagi pengusaha restoran jenis official assessment? Kesadaran wajib pajak restoran
semakin tinggi, sehingga gak ada lagi yang menunggak dan gak ada lagi yang susah klo
dipungut pajaknya.
Q3 Apakah ada perubahan yang terjadi setelah peraturan daerah di implementasikan? Jika
ada, perubahan seperti apa yang terjadi? Tidak ada.
Q4 Dimanakah letak pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran peraturan
daerah? Pada tahap mekanisme pemungutannya yah, klo telat yah dikenakan denda 2 %.
Q5 Siapa saja pelaksana peraturan daerah tersebut dan berapa jumlahnya? Pelaksana perda
adalah para petugas pajak daerah dengan jumlah 14 orang.
Q6 Apakah pelaksana peraturan daerah sudah sesuai atau cukup memadai untuk
melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan? Belum sesuai atau memadai jumlah
petugas pajak daerah.
Q7 Apakah program yang ada selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan wajib pajak atau
pemilik restoran official assessment di Kabupaten Serang? Sudah sesuai namun
implementasinya masih saja terhambat misalnya kurangnya petugas pelaksana program
implemtasi perda ini.
Q8 Apakah ada koordinasi yang dilaksanakan oleh para pelaksana perda ?
Koordinasi sudah berjalan tapi belum optimal.
Q9 Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam melaksanakan implementasi peraturan
daerah khususnya dalam kegiatan sosialisasi ke restoran-restoran official assessment?
Pada dasarnya sumber daya untuk menunjang kebutuhan pelaksanaan implementasi ini
belum mencukupi, masih kurang tenaga analis keuangan perusahaan, petugas yang
berkompeten dan berdidikasi.
Q10 Apakah sumber daya yang ada sudah mencukupi kebutuhan pelaksanaan implementasi
peraturan daerah ini? Belum yah.
Q11 Bagaimanakah respon dari pelaksana kebijakan terhadap wajib pajak restoran yang
membandel atau tidak patuh dalam membayar pajaknya di Kabupaten Serang? Melakukan
penagihan secara terus-menurus ke wajib pajak yang membandel dan menunggak.
Q12 Tindakan apa saja yang telah dilakukan untuk menangani wajib pajak restoran khususnya
restoran official assessment yang membandel atau tidak patuh dalam membayar pajaknya
dan apakah tindakan tersebut sudah sesuai dengan program yang telah ditetapkan? Kita
memberi sanksi administrasi berupa denda, tindakan tersebut sudah sesuai karena
berdasarkan perda yang telah ada.
Keterangan : I2 = Wawancara dengan Selaku Pelaksana Seksi Penetapan dan Penagihan
DPKAD Kabupaten Serang. Tanggal 26 Juli 2009 dan 18 Januari
2010. pukul : 09.30-11.00 wib. Wawancara dilakukan di Kantor
DPKAD Kabupaten Serang.
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara
I I3
Q
Q1 Apakah tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan peraturan daerah tersebut, khususnya
bagi restoran official assessment? Tujuan yang ingin dicapai sih pastinya meningkatkan
penerimaan pajak restoran untuk membiayai pembangunan daerah. Karena dari pajak
semua masyarakat bisa menikmati sarana dan prasarana umum yang ada di daerah ini.
Q2 Perubahan apa yang ingin dicapai dari implementasi peraturan daerah tersebut khususnya
bagi pengusaha restoran jenis official assessment? Seperti yang sudah saya katakan tadi
dengan adanya perda ini dapat meningkatkan penerimaan daerah khususnya dari pajak
restoran ini.
Q3 Apakah ada perubahan yang terjadi setelah peraturan daerah di implementasikan? Jika
ada, perubahan seperti apa yang terjadi? Alhamdulilah sih ada, yah perubahan seperti
adanya peningkatan penerimaan pendapatan daerah dari sektor pajak restoran.
Q4 Dimanakah letak pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran peraturan
daerah? Dalam hal mengenai pemberian sanksi untuk wajib pajak yang tidak
membayarkan pajaknya kita memberikan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2%.
Q5 Siapa saja pelaksana peraturan daerah tersebut dan berapa jumlahnya? Semua pegawai
atau petugas pajak daerah yang ada di dinas ini.
Q6 Apakah pelaksana peraturan daerah sudah sesuai atau cukup memadai untuk
melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan? Belum.
Q7 Apakah program yang ada selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan wajib pajak atau
pemilik restoran official assessment di Kabupaten Serang? Sudah sesuai, namun
kenyataan dilapangan banyak kendala yang menyebabkan wajib pajak tidak patuh pada
aturan perda tersebut.
Q8 Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam melaksanakan implementasi peraturan
daerah khususnya dalam kegiatan sosialisasi ke restoran-restoran official assessment?
Sumber daya yang dibutuhkan diantaranya adalah dana. Akan tetapi disini dana untuk
kegiatan sosialisasi ke wajib pajak tidak tersedia. Karena pemerintah daerah tidak
menyediakan anggaran untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi, sehingga sumber dana
belum dapat mencukupi kebutuhan pelaksanaan implementasi peraturan daerah
khususnya dalam sosialisasi ke para pengusaha restoran sebagai wajib pajak.
Q9 Apakah sumber daya yang ada sudah mencukupi kebutuhan pelaksanaan implementasi
peraturan daerah ini? Seperti yang sudah saya katakan sumber daya yang ada belum
mencukupi dalam pelaksanaan ini.
Q10 Bagaimanakah respon dari pelaksana kebijakan terhadap wajib pajak restoran yang
membandel atau tidak patuh dalam membayar pajaknya di Kabupaten Serang? Respon
dari pelaksana kebijakan dalam menanggapi permasalahan wajib pajak restoran yang
tidak patuh dalam membayar pajaknya ini sangat baik, kita disini tetap berusaha untuk
memungut pajak yang banyak menunggak. Walaupun juru sita yang dibentuk belum
dilaksanakan, karena tingkat keberanian dari petugas masih kurang.
Q11 Tindakan apa saja yang telah dilakukan untuk menangani wajib pajak restoran khususnya
restoran official assessment yang membandel atau tidak patuh dalam membayar pajaknya
dan apakah tindakan tersebut sudah sesuai dengan program yang telah ditetapkan? Seperti
yang sudah dijelaskan diawal yah, tindakan untuk wajib pajak yang tidak patuh dalam
membayar pajaknya, kita memberikan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari
pajak yang telat dibayarkannya. Hal ini sesuai dengan isi perda pajak restoran ini.
Q12 Apakah pelaksana kebijakan patuh dalam menjalankan implementasi tersebut khususnya
dalam menangani wajib pajak restoran yang membandel ? Selama ini kita menjalankan
tugas sesuai dengan apa yang telah di rencanakan dan dilaksanakan.
Keterangan : I3 = Wawancara dengan Selaku Seksi Pendaftaran dan Pendapatan DPKAD
Kabupaten Serang. Tanggal 20 Januari 2010. pukul : 09.00-12.00
wib. Wawancara dilakukan di Kantor DPKAD Kabupaten Serang.
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara
I I4
Q
Q1 Apakah tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan peraturan daerah tersebut, khususnya
bagi restoran official assessment? Tujuan yang ingin dicapai tentunya dengan adanya
perda ini membawa peningkatan dalam hal penerimaan pajak restoran ini. Dan dengan
adanya perda ini juga diharapkan wajib pajak restoran patuh dalam hal membayar
pajak.
Q2 Perubahan apa yang ingin dicapai dari implementasi peraturan daerah tersebut khususnya
bagi pengusaha restoran jenis official assessment? Pastinya perubahan yang lebih baik,
baik itu dari peningkatan pajaknya, wajib pajaknya dan petugasnya juga dalam
menjalankan tugasnya.
Q3 Apakah ada perubahan yang terjadi setelah peraturan daerah di implementasikan? Jika
ada, perubahan seperti apa yang terjadi? Kalau menurut saya sih belum optimal, karna
masih saja ada wajib pajak yang tidak patuh membayar pajaknya, jadi perubahan yang
terjadi belum optimal.
Q4 Dimanakah letak pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran peraturan
daerah? Kita memberi sanksi adminstrasi berupa denda sebesar 2%, tetapi di dalam buku
perda ini juga dijelaskan terdapat sanksi pidana, bisa dibaca yah lebih jelasnya dibuku
perda ini.
Q5 Siapa saja pelaksana peraturan daerah tersebut dan berapa jumlahnya? Para petugas
pajak daerah., Kira-kira 14 orang petugas.
Q6 Apakah pelaksana peraturan daerah sudah sesuai atau cukup memadai untuk
melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan? Menurut saya belum sesuai jumlah
petugas pajak dengan luas daerah yang kita datangi, karena kan kabupaten serang itu
cukup luas dengan 28 kecamatan di dalamnya.
Q7 Apakah program yang ada selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan wajib pajak atau
pemilik restoran official assessment di Kabupaten Serang? Sudah sesuai namun
implementasinya masih saja terhambat misalnya kurangnya petugas pelaksana program
implemtasi perda ini.
Q8 Apakah ada koordinasi yang dilaksanakan oleh para pelaksana perda ?
Ada, kita sesama petugas bersama-sama mengkordinasikan pelaksanaan perda tersebut
ketika turun kelapangan.
Q9 Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam melaksanakan implementasi peraturan
daerah khususnya dalam kegiatan sosialisasi ke restoran-restoran official assessment?
Seperti yang pernah saya bilang kita memang kurang petugas pajak, dalam pelaksanaan
ini, akan tetapi kita juga berusaha untuk memonitoring permasalahan yang terjadi
dilapangan.
Q10 Apakah sumber daya yang ada sudah mencukupi kebutuhan pelaksanaan implementasi
peraturan daerah ini? Bicara mengenai memadai atau tidak memadai itu relatif, karena
keahlian kita sebagai petugs juga terbatas.
Q17 Bagaimanakah respon dari pelaksana kebijakan terhadap wajib pajak restoran yang
membandel atau tidak patuh dalam membayar pajaknya di Kabupaten Serang? Respon
dari kita sih baik yah, apabila wajib pajak tidak patuh telat membayarkan pajaknya, kita
(petugas) memberikan surat peringatan kepada wajib pajak.
Q18 Tindakan apa saja yang telah dilakukan untuk menangani wajib pajak restoran khususnya
restoran official assessment yang membandel atau tidak patuh dalam membayar pajaknya
dan apakah tindakan tersebut sudah sesuai dengan program yang telah ditetapkan? Seperti
tadi petugas memberikan surat peringatan kepada wajib pajak, jika telat membayarkan
pajaknya, kemudian di kenakan denda sebesar 2%.
Keterangan : I4 = Wawancara dengan Seksi Dana Perimbangan dan Lain-Lain
Pendapatan Daerah Yang Sah DPKAD Kabupaten Serang. Tanggal
01 Februari 2010. pukul 10.30-12.00 wib. Wawancara dilakukan di
Kantor DPKAD Kabupaten Serang.
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara.
I I5
Q
Q1 Sudah berapa lama restoran yang anda kelola ini berdiri? Mulai berdiri dari tahun 2004.
Q2 Bagaimana pendapatannya pak, lancar atau tidak ? Pendapatan dalam 3 (tiga) bulan ini
agak menurun.
Q3 Jumlah pengunjungnya makin ramai atau tidak ? Biasanya hari apa saja yang paling ramai
dikunjungi ? Tergantung yah kadang ramai kadang tidak. Biasanya sih sabtu dan
minggu, libur sekolah, tahun baru, lebaran, hari-hari besar biasanya ramai dikunjungi.
Q4 Dalam membayar pajak, apakah ditentukan oleh petugas atau menghitung sendiri
pajaknya ? Ditentukan oleh petugas dapat surat SKPD ya kita bayarkan.
Q5 Apakah bapak tahu mengenai perda pajak restoran ? Apakah dinas pernah melakukan
sosialisasi sebelum mengenai perda pajak restoran tersebut ? Yap tau. Tidak pernah ada
sosialisasi dari dinas, makanya saya kadang ikut seminar yang ada dikampus kapling itu
loh jadi sedikit tau lah mengenai pajak.
Q6 Jadi bapak tau dong manfaat atau fungsi pajak yang bapak bayarkan untuk apa ?
Ya untuk membiayai negara, membiayai operasional pemerintah.
Q7 Sebelumnya pernah gak bapak tidak sengaja gtu melakukan kesalahan, misalnya telat
bayar pajaknya, terus dari petugas sendiri memberikan sanksi gak ?
Alhamdulilah sih kita tidak telat bayar pajaknya.
Q8 Harapan bapak untuk dinas sendiri apa ? keinginan bapak gtu apa ?
Ya saya sih berharap dari dinas ada acara seminar atau kursus pajak untuk orang yang
dikenakan pajak. Jadi saya bisa lebih tau dan mengerti tentang pajak.
Keterangan : I5 = Wawancara dengan Selaku Pimpinan Restoran Nasi Uduk Tempo
Doeloe Anyer. Tanggal 26 Januari 2010. Pukul : 11.00-12.24 wib.
Wawancara dilakukan di Restoran Nasi Uduk Tempo Doeloe Anyer
Kabupaten Serang.
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara.
I I6
Q
Q1 Sudah berapa lama restoran yang anda kelola ini berdiri? Sudah 10 tahun
Q2 Bagaimana pendapatannya pak, lancar atau tidak ? Pendapatan gitu aja gimana
keramaiannya, kalau sekarang ini menurun karena musim barat, kalo bulan desember tu
rame.
Q3 Jumlah pengunjungnya makin ramai atau tidak ? Biasanya hari apa saja yang paling ramai
dikunjungi ? Ya rame gak rame sih tergantung hari nya aja, hari sabtu rame tapi
khususnya hari minggu ramenya. Trus isu tsunami kemaren juga kan bikin takut
pengunjung klo ke pantai.
Q4 Dalam membayar pajak, apakah ditentukan oleh petugas atau menghitung sendiri
pajaknya ? Klo ga salah dari petugas, tapi kurang tau juga sih itu ada lagi dalam
pembayarannya bukan saya yang ngurus..
Q5 Apakah bapak tahu mengenai perda pajak restoran ? Apakah dinas pernah melakukan
sosialisasi sebelum mengenai perda pajak restoran tersebut ? Duh kurang tau saya. Saya
sendiri baru tau nya pas dari surat peringatan. Duh...kurang tau ya mba, gak ada
sosialisasi untuk pajak.
Q6 Jadi bapak tau dong manfaat atau fungsi pajak yang bapak bayarkan untuk apa ?
Kurang tau yah hmm..hehe..
Q7 Sebelumnya pernah gak bapak tidak sengaja gtu melakukan kesalahan, misalnya telat
bayar pajaknya, terus dari petugas sendiri memberikan sanksi gak ? berapa kali? Sering,
kadang klo kita telat, dinas datang kesini ngasih surat peringatan gtu. 3x (tiga kali )dapat
panggilan.
Q8 Harapan bapak untuk dinas sendiri apa ? keinginan bapak gtu apa ?
Saya rasa saya pengen gtu ada sosialisasi, tapi ga ada gtu.
Keterangan : I6 = Wawancara dengan Pengurus Restoran Pondok Karang Bolong
Anyer. Tanggal 26 Januari 2010. Pukul : 14.08- 14.25 wib
Wawancara dilakukan di Restoran Pondok Karang Bolong Anyer
Kabupaten Serang.
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara.
I I7
Q
Q1 Sudah berapa lama restoran yang anda kelola ini berdiri? sudah 25 tahun
Q2 Bagaimana pendapatannya bu, lancar atau tidak ? Menurut kami kalo soal pendapatannya
semua tergantung pada pengunjung restoran. Kalo pada hari-hari libur mungkin lancar.
Tapi kalo pada hari-hari biasa cukup boleh dibilang buat kami mencukupi keluarga.
Untuk peningkatan masih sama seperti dulu saja.
Q3 Jumlah pengunjungnya makin ramai atau tidak ? Biasanya hari apa saja yang paling ramai
dikunjungi ? Ramai bila tidak ada isu soal tsunami dan gempa. Hari raya atau hari libur
anak sekolah termasuk minggu yang biasanya ramai pengunjung.
Q4 Dalam membayar pajak, apakah ditentukan oleh petugas atau menghitung sendiri
pajaknya ? Oleh petugas pemda, bayarnya di Bank kas negara.
Q5 Apakah ibu tahu mengenai perda pajak restoran ? Apakah dinas pernah melakukan
sosialisasi sebelum mengenai perda pajak restoran tersebut ? Ya tau aja, pernah dikasih
tau. Kalo sosialisasi gak ada deh paling pas petugas nagih aja dikasih tau nya.
Q6 Jadi ibu tau dong manfaat atau fungsi pajak yang ibu bayarkan untuk apa ?
Tidak tau, Sejujurnya saya gak tahu apa manfaat dari pajak yang selama ini saya
bayarkan kepada pemerintah daerah melalui petugas pemungut pajak. Karena ada surat
resminya maka saya bayarkan saja.
Q7 Kalo dalam pembayaran pajak pernah telat atau menunggak gak ? Petugas memberikan
sanksi tidak ? Sering, pernah nyicil juga sih. Ya, peringatan melalui surat tegoran yang
dikirim oleh pihak pajak.
Q8 Harapan ibu untuk dinas sendiri apa ? Minta penegtiannya aja, klo kena denda jangan
terlalu banyaklah, soalnya pajaknya berapa dendanya jadi lebih dari pajak.
Keterangan : I7 = Wawancara dengan Pemilik Restoran RM. Mbok Sarikah Anyer.
Tanggal 26 Januari 2010. Pukul : 14.37-15.00 wib Wawancara
dilakukan di Restoran RM. Mbok Sarikah Anyer Kabupaten
Serang.
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara.
I I8
Q
Q1 Sudah berapa lama restoran yang anda kelola ini berdiri? Sudah 20 tahun.
Q2 Bagaimana pendapatannya pak, lancar atau tidak ? Ya Lumayan ada.
Q3 Jumlah pengunjungnya makin ramai atau tidak ? Biasanya hari apa saja yang paling ramai
dikunjungi ? Tergantung situasi dan kondisi sih, karena di daerah wisata kunjungan
sangat tergantung pada hari libur untuk sekarang-sekarang ini seperti hari sabtu dan
minggu.
Q4 Dalam membayar pajak, apakah ditentukan oleh petugas atau menghitung sendiri
pajaknya ? Ditentukan petugas dari DPKAD. Karena memakai sistem flat dan ditinjau
ulang atau di revisi setiap tahun.
Q5 Apakah bapak tahu mengenai perda pajak restoran ? Apakah dinas pernah melakukan
sosialisasi sebelum mengenai perda pajak restoran tersebut ? Tahu. Pernah sih tapi lewat
omongan aja, pas petugasnya datang kesini.
Q6 Jadi bapak tau dong manfaat atau fungsi pajak yang bapak bayarkan untuk apa ? Untuk
menyumbang pemda dalam membangun wilayahnya.
Q7 Kalo dalam pembayaran pajak pernah telat atau menunggak gak ? Petugas memberikan
sanksi tidak ? Sering, sampe dapat surat peringatan. Karena jauh, kadang saya juga suka
lupa mau bayar pajaknya, inginnya ada cabang kas daerah yang bisa membantu, jadi
kita ga perlu jauh-jauh kesana. Kami dikenakan denda bertingkat atau dihitung per hari
keterlambatan
Q8 Harapan bapak untuk dinas sendiri apa ? Ya untuk dinas, saya ingin ada cabang kas
daerah yang bisa membantu, jadi kita gak perlu jauh-jauh kesana, itu saja.
Keterangan : I8 = Wawancara dengan Pemilik Restoran Kembang Sari Anyer. Tanggal
26 Januari 2010. Pukul : 15.02-15.15 wib Wawancara dilakukan di
Restoran Kembang Sari Anyer Kabupaten Serang.
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara.
I I9
Q
Q1 Sudah berapa lama restoran yang anda kelola ini berdiri? Sudah 8 tahun.
Q2 Bagaimana pendapatannya bu, lancar atau tidak ? Gak ini sih de, gak stabil, pendapatan
berkurang, sepi pengunjung. kadang-kadang ada bahkan ga ada sama sekali. Truz bayar
pajaknya berapa eh jauh kesananya jadi males.
Q3 Jumlah pengunjungnya makin ramai atau tidak ? Biasanya hari apa saja yang paling ramai
dikunjungi ? Berkurang ya de, semenjak ada isu tsunami itu. Paling pas hari-hari besar
baru rame, kaya tahun baru, hari raya, sabtu dan minggu juga jarang ada pengunjung
sepi.
Q4 Dalam membayar pajak, apakah ditentukan oleh petugas atau menghitung sendiri
pajaknya ? Ditentukan oleh dinas, dibayar ke dinas.
Q5 Apakah ibu tahu mengenai perda pajak restoran ? Apakah dinas pernah melakukan
sosialisasi sebelum mengenai perda pajak restoran tersebut ? Ya pernah denger sih tapi
gak tau jelasnya. Belum pernah.
Q6 Jadi ibu tau dong manfaat atau fungsi pajak yang ibu bayarkan untuk apa ? Aduh, kurang
ngerti sih de, ibu mah manfaatnya apa hehe.
Q7 Kalo dalam pembayaran pajak pernah telat atau menunggak gak ? Petugas memberikan
sanksi tidak ? Penah sih, ini aja menunggak hehe...berkali-kali. Diberi surat peringatan
dan denda. Pernah sih kita datang untuk minta keringanan gitu bayar pajaknya, bikin
surat pengajuan baru yang tadinya bayar pajaknya 200 ribu minta jadi 100 ribu aja,
katanya nanti disurvei tapi sampai sekarang belum datang petugas surveinya.
Q8 Harapan ibu untuk dinas sendiri apa ? Ingin ajuan kita ditanggapi atau dikabuli gtu, ingin
ada sosialisasi juga biar saya jadi tau manfaat atau fungsi pajak.
Keterangan : I9 = Wawancara dengan Pemilik Restoran Ujung Pandang Anyer.
Tanggal 26 Januari 2010. Pukul : 15.20- 15.50 wib Wawancara
dilakukan di Restoran Ujung Pandang Anyer Kabupaten Serang.
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara.
I I10
Q
Q1 Sudah berapa lama restoran yang anda kelola ini berdiri? Sudah 16 tahun
Q2 Bagaimana pendapatannya pak, lancar atau tidak ? Pendapatan berkurang klo akhir-akhir
ini, karna ada isu gempa tsunami orang-orang kan, jadi pada takut pergi berliburnya.
Q3 Jumlah pengunjungnya makin ramai atau tidak ? Biasanya hari apa saja yang paling ramai
dikunjungi ? Rame ga rame sih yah, biasanya hari minggu perhari 8 orang.
Q4 Dalam membayar pajak, apakah ditentukan oleh petugas atau menghitung sendiri
pajaknya ? Dari petugas, kita tinggal bayar saja.
Q5 Apakah bapak tahu mengenai perda pajak restoran ? Apakah dinas pernah melakukan
sosialisasi sebelum mengenai perda pajak restoran tersebut ? Kurang ngerti yah. Gak ada.
Q6 Jadi bapak tau dong manfaat atau fungsi pajak yang bapak bayarkan untuk apa ?
Hmm...kurang tau yah..
Q7 Kalo dalam pembayaran pajak pernah telat atau menunggak gak ? Petugas memberikan
sanksi tidak ? Ya, klo telat bayar di denda gtu dan ada surat peringatannya dari petugas.
Q8 Harapan bapak untuk dinas sendiri apa ? Ya ada sosialisasi juga boleh trus klo telat bayar
yah maklumi aja namanya lagi sepi pengunjung sepi juga pendapatan kita.
Keterangan : I10 = Wawancara dengan Pengurus Restoran Pondok Sanghiang Anyer.
Tanggal 26 Januari 2010. Pukul : 16.08-16.20 wib Wawancara
dilakukan di Restoran Pondok Sanghiang Anyer Kabupaten
Serang.
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara.
I I11
Q
Q1 Sudah berapa lama restoran yang anda kelola ini berdiri? Kurang lebih 5 tahun (14
September s.d sekarang).
Q2 Bagaimana pendapatannya pak, lancar atau tidak ? Alhamdulilah lancar, peningkatannya
fluktuatif tiap bulannya.
Q3 Jumlah pengunjungnya makin ramai atau tidak ? Biasanya hari apa saja yang paling ramai
dikunjungi ? Pengunjung tiap hari rata-rata kurang lebih 25 orang lah. Selasa, sabtu dan
minggu.
Q4 Dalam membayar pajak, apakah ditentukan oleh petugas atau menghitung sendiri
pajaknya ? Pembayarannya ditentukan oleh petugas.
Q5 Apakah bapak tahu mengenai perda pajak restoran ? Apakah dinas pernah melakukan
sosialisasi sebelum mengenai perda pajak restoran tersebut ? Tahu. Pernah.
Q6 Jadi bapak tau dong manfaat atau fungsi pajak yang bapak bayarkan untuk apa ? Tahu,
Manfaat dari pajak yang saya bayar ialah adanya pembanguan daerah yang semakin
meningkat dari tahun-ketahun, jika saya tidak membayar pajak maka mustahil saya dapat
menggunakan fasilitas umum seperti jalan raya, jembatan dan lain-lain.
Q7 Kalo dalam pembayaran pajak pernah telat atau menunggak gak ? Petugas memberikan
sanksi tidak ? Sampai saat ini tidak pernah telat dan tidak ada panggilan.
Q8 Harapan bapak untuk dinas sendiri apa ? Dari fasilitas ingin alat untuk menghitung
seperti kasir, ya dinas menfasilitasi hal itu.
Keterangan : I11 = Wawancara dengan Pengelola Restoran Bakmi Tebet Cabang
Anyer. Tanggal 26 Januari 2010. Pukul : 17.00-17.30 wib
Wawancara dilakukan di Restoran Bakmi Tebet Cabang Anyer
Kabupaten Serang.
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SETELAH REDUKSI DATA
N
O
Q
I
A B C
1 2 3 1 1 2 3
1 I1
Tujuan
yang
ingin
dicapai
khususny
a bagi
wajib
pajak
restoran
adalah
sesuai
dengan
peraturan
tersebut
agar para
wajib
pajak
tepat
waktu,
disiplin
dalam
membaya
rkan
pajaknya.
Karena
hasilnya
untuk
bersama
dalam
pembangu
nan
daerah
ini.
Kalo
perubahan
pastinya
meningkat
kan PAD,
minimalny
a dengan
adanya
perda ini
memberik
an
kesadaran
bagi wajib
pajak
bahwa ada
pidana
dalam
hukum
pajak
apabila
wajib
pajak
melanggar
atau
berbuat
nakal
dalam
pembayara
nya.
Ya
petuga
s
pajak.
Kuran
g lebih
14
orang
petuga
s.
Untuk
jumlah
petugas
yang
cuma
segitu,
cukup
sih
enggak.
Karena
luas
wilayah
dengan
personil
tidak
terjangk
au.
Disini
program
yang sudah
kita lakukan
sesuai
dengan
kebutuhan
wajib pajak
restoran,
akan tetapi
program-
program
yang
dilakukan
itu belum
dapat
meningkatk
an
kesadaran
hukum
wajib pajak
restoran.
Belum
yah,
karena
masih ada
saja wajib
pajak
yang tak
patuh,
alasanya
karena
berbagai
hal tadi
seperti
yang
sudah
saja
jelaskan
diawal.
Untuk
wajib pajak
yang tidak
membayar
kan
pajaknya
tepat waktu
kita dari
dinas
memberika
n surat
teguran
atau
peringatan
yang
sekaligus
denda
sebesar
2%. Tetapi
masih
kurangnya
mental
pegawai
dalam
menegaska
n kepada
pemilik
restoran
untuk
membayar
pajak
setelah
surat
peringatan
paksa
diedarkan.
2 I2 tujuan
yang
ingin
dicapai
dari
pelaksana
an
peraturan
daerah
adalah
Adanya
peningkat
an
Perubahan
apa yang
ingin
dicapai
dari
implement
asi
peraturan
daerah
adalah
Kesadaran
wajib
pajak
Pelaks
ana
perda
adalah
para
petuga
s pajak
daerah
dengan
jumlah
14
orang.
Belum
sesuai
atau
memad
ai
jumlah
petugas
pajak
daerah.
Sudah
sesuai
namun
implementa
sinya masih
saja
terhambat
misalnya
kurangnya
petugas
pelaksana
program
implemtasi
Tidak
ada.
Pada tahap
mekanisme
pemunguta
nnya yah,
klo telat
yah
dikenakan
denda 2 %.
penerimaa
n dari
pajak
restoran
sesuai
dengan
dasar
pengenaa
n pajak
restoran
tersebut
sehingga
meningka
tkan
PAD.
restoran
semakin
tinggi,
sehingga
gak ada
lagi yang
menungga
k dan gak
ada lagi
yang susah
klo
dipungut
pajaknya.
perda ini.
3 I3 Tujuan
yang
ingin
dicapai
sih
pastinya
meningka
tkan
penerimaa
n pajak
restoran
untuk
membiaya
i
pembangu
nan
daerah.
Karena
dari pajak
semua
masyarak
at bisa
menikmat
i sarana
dan
prasarana
umum
yang ada
di daerah
ini.
Perubahan
apa yang
ingin
dicapai
Seperti
yang
sudah saya
katakan
tadi
dengan
adanya
perda ini
dapat
meningkat
kan
penerimaa
n daerah
khususnya
dari pajak
restoran
ini.
Semua
pegaw
ai atau
petuga
s pajak
daerah
yang
ada di
dinas
ini.
Belum. Sudah
sesuai,
namun
kenyataan
dilapangan
banyak
kendala
yang
menyebabk
an wajib
pajak tidak
patuh pada
aturan perda
tersebut.
Alhamdul
ilah sih
ada, yah
perubaha
n seperti
adanya
peningkat
an
penerima
an
pendapata
n daerah
dari
sektor
pajak
restoran.
Dalam hal
mengenai
pemberian
sanksi
untuk
wajib pajak
yang tidak
membayar
kan
pajaknya
kita
memberika
n sanksi
administras
i berupa
denda
sebesar
2%.
4 I4 Tujuan
yang
ingin
dicapai
tentunya
dengan
adanya
perda ini
membawa
peningkat
Perubahan
apa yang
ingin
dicapai
Pastinya
perubahan
yang lebih
baik, baik
itu dari
peningkata
Para
petuga
s pajak
daerah.
, Kira-
kira 14
orang
petuga
s.
Menuru
t saya
belum
sesuai
jumlah
petugas
pajak
dengan
luas
daerah
Sudah
sesuai
namun
implementa
sinya masih
saja
terhambat
misalnya
kurangnya
petugas
Kalau
menurut
saya sih
belum
optimal,
karna
masih
saja ada
wajib
pajak
Kita
memberi
sanksi
adminstrasi
berupa
denda
sebesar
2%, tetapi
di dalam
buku perda
an dalam
hal
penerimaa
n pajak
restoran
ini. Dan
dengan
adanya
perda ini
juga
diharapka
n wajib
pajak
restoran
patuh
dalam hal
membaya
r pajak.
n
pajaknya,
wajib
pajaknya
dan
petugasny
a juga
dalam
menjalank
an
tugasnya.
yang
kita
datangi,
karena
kan
kabupat
en
serang
itu
cukup
luas
dengan
28
kecama
tan di
dalamn
ya.
pelaksana
program
implemtasi
perda ini.
yang
tidak
patuh
membaya
r
pajaknya,
jadi
perubaha
n yang
terjadi
belum
optimal.
ini juga
dijelaskan
terdapat
sanksi
pidana,
bisa dibaca
yah lebih
jelasnya
dibuku
perda ini.
5 I5 Alhamdulil
ah sih kita
tidak telat
bayar
pajaknya.
6 I6 Sering,
kadang klo
kita telat,
dinas
datang
kesini
ngasih
surat
peringatan
gtu. 3x
(tiga kali
)dapat
panggilan.
7 I7 Sering,
pernah
nyicil juga
sih. Ya,
peringatan
melalui
surat
tegoran
yang
dikirim
oleh pihak
pajak.
8 I8 Sering,
sampe
dapat surat
peringatan.
Karena
jauh,
kadang
saya juga
suka lupa
mau bayar
pajaknya,
inginnya
ada cabang
kas daerah
yang bisa
membantu,
jadi kita ga
perlu jauh-
jauh
kesana.
Kami
dikenakan
denda
bertingkat
atau
dihitung
per hari
keterlambat
an
9 I9 Penah sih,
ini aja
menunggak
hehe...berk
ali-kali.
Diberi
surat
peringatan
dan denda.
Pernah sih
kita datang
untuk
minta
keringanan
gitu bayar
pajaknya,
bikin surat
pengajuan
baru yang
tadinya
bayar
pajaknya
200 ribu
minta jadi
100 ribu
aja,
katanya
nanti
disurvei
tapi sampai
sekarang
belum
datang
petugas
surveinya.
10 I1
0 Ya, klo
telat bayar
di denda
gtu dan ada
surat
peringatan
nya dari
petugas.
11 I1
1 Sampai
saat ini
tidak
pernah telat
dan tidak
ada
panggilan.
N
O
Q
I
D E F
1 2 1 2 1
1 I1
Klo sumber
daya yang
dibutuhkan itu
banyak yah,
salah satunya
kita kesulitan
dana untuk
sosialisasi
karna
pemerintah
tidak
menganggarka
n untuk itu,
kemudian
SDM yakni
jumlah personil
yang belum
mencukupi
sehingga tidak
terjangkau
dengan luas
wilayah.
Struktur
organisasi
yang ada saat
ini sudah
dibuat
berdasarkan
struktur
organisasi
tata kerja
sehingga
petugas
masing-
masing sesuai
bidangnya
melaksanaka
n tugasnya
dengan baik.
Kita sebagai
petugas
dalam hal
menangapi
wajib pajak
yang
membandel
ya kita
melakukan
penagihan
secara terus
menerus ke
wajib pajak
yang tidak
patuh itu.
Tindakan tersebut
sudah sesuai
karena berdasarkan
ketentuan dalam
perda ini mengenai
sanksi-sanksinya,
dengan adanya UU
nomor berapa yah
saya lupa
nomorny,
pokoknya
dijelaskan juga
dulu perdata
sekarang bagi
mereka yang tidak
bayar dikenakan
pidana.
Ya itu tadi
sumber
daya yang
ada belum
mencukupi
kebutuhan
pelaksanaan
implmentas
i perda.
2 I2 Pada dasarnya
sumber daya
untuk
menunjang
kebutuhan
pelaksanaan
implementasi
ini belum
mencukupi,
Sudah
memadai,
karena
struktur
organisasi itu
sendiri dibuat
berdasarkan
ketentuan
tupoksinya.
Melakukan
penagihan
secara terus-
menurus ke
wajib pajak
yang
membandel
dan
menunggak.
Kita
memberi
sanksi
administras
i berupa
denda,
tindakan
tersebut
sudah
Belum yah.
masih kurang
tenaga analis
keuangan
perusahaan,
petugas yang
berkompeten
dan
berdidikasi.
sesuai
karena
berdasarkan
perda yang
telah ada.
3 I3 Sumber daya
yang
dibutuhkan
diantaranya
adalah dana.
Akan tetapi
disini dana
untuk kegiatan
sosialisasi ke
wajib pajak
tidak tersedia.
Karena
pemerintah
daerah tidak
menyediakan
anggaran untuk
melaksanakan
kegiatan
sosialisasi,
sehingga
sumber dana
belum dapat
mencukupi
kebutuhan
pelaksanaan
implementasi
peraturan
daerah
khususnya
dalam
sosialisasi ke
para pengusaha
restoran
sebagai wajib
pajak.
Dinas
DPKAD ini
merupakan
salah satu
dinas yang
melaksanaka
n tugas di
bidang
ekonomi,
salah satunya
di sektor
pajak ini
pajak
restoran.
Struktur
organisasi
yang ada
memang
ditentukan
berdasarkan
deskripsi
kerja
dilingkungan
dinas.
Respon dari
pelaksana
kebijakan
dalam
menanggapi
permasalahan
wajib pajak
restoran yang
tidak patuh
dalam
membayar
pajaknya ini
sangat baik,
kita disini
tetap
berusaha
untuk
memungut
pajak yang
banyak
menunggak.
Walaupun
juru sita yang
dibentuk
belum
dilaksanakan,
karena
tingkat
keberanian
dari petugas
masih
kurang.
Seperti yang sudah
dijelaskan diawal
yah, tindakan
untuk wajib pajak
yang tidak patuh
dalam membayar
pajaknya, kita
memberikan sanksi
administrasi
berupa denda
sebesar 2% dari
pajak yang telat
dibayarkannya. Hal
ini sesuai dengan
isi perda pajak
restoran ini.
Seperti
yang sudah
saya
katakan
sumber
daya yang
ada belum
mencukupi
dalam
pelaksanaan
ini.
4 I4 Seperti yang
pernah saya
bilang kita
memang
kurang petugas
pajak, dalam
pelaksanaan
ini, akan tetapi
kita juga
berusaha untuk
memonitoring
permasalahan
yang terjadi
dilapangan.
Normatif yah,
petugas
melaksanaka
n tugasnya
sesuai dengan
tupoksinya.
Respon dari
kita sih baik
yah, apabila
wajib pajak
tidak patuh
telat
membayarka
n pajaknya,
kita (petugas)
memberikan
surat
peringatan
kepada wajib
pajak.
Seperti tadi
petugas
memberikan
surat peringatan
kepada wajib
pajak, jika telat
membayarkan
pajaknya,
kemudian di
kenakan denda
sebesar 2%.
Bicara
mengenai
memadai
atau tidak
memadai itu
relatif,
karena
keahlian
kita sebagai
petugs juga
terbatas.
DOKUMENTASI PENELITIAN