implementasi peraturan daerah kota tangerang …

323
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA TANGERANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh RIDWAN HAPIPI NIM 6661110964 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, JANUARI 2016

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

1

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA

TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA

TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada

Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

RIDWAN HAPIPI

NIM 6661110964

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, JANUARI 2016

Page 2: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

2

Page 3: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

3

Page 4: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

4

Page 5: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

5

Raihlah ilmu, dan untuk meraih

ilmu belajarlah untuk tenang dan

sabar.

(Sayidina Umar bin Khattab RA)

“Proposal Skripsi ini ku persembahkan untuk

kedua Orangtuaku (Muhasim dan Muiyah),

Kakakku (Megawati dan Khoirunnisa)

serta teman-teman seperjuangan yang tidak henti

memberikan doa dan dukungannya”

Page 6: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

6

ABSTRAK

Ridwan Hapipi. NIM. 6661110964. 2015. Implementasi Peraturan Daerah

Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang. Program Studi Ilmu

Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Dr. Agus Sjafari, M.Si; Dosen

Pembimbing II, Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si.

Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bertujuan untuk

memelihara ketersediaan air pada sumber-sumber air agar memenuhi kriteria

mutu air menurut peruntukkannya secara berkelanjutan. Dalam upaya pelaksanaan

perda, pemerintah kota Tangerang dihadapkan dengan berbagai permasalahan,

seperti belum optimalnya koordinasi pengawasan pencemaran, kurangnya

koordinasi dalam pemberian izin pembuangan limbah, sosialisasi perda belum

berjalan optimal, masih banyak industri yang melanggar perda, serta belum belum

memiliki peraturan walikota. Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana

pelaksanaan peraturan daerah ini, dengan lokus penelitian di kota Tangerang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan peraturan

daerah ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif

yang dianalisis dengan menggunakan teori model implementasi kebijakan dari

Merille S. Grindle. Hasil penelitian menunjukkan belum optimalnya pelaksanaan

peraturan daerah ini karena empat dari sembilan indikator implementasi kebijakan

menurut Merille S. Grindle belum dilaksanakan secara maksimal, diantaranya

kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, pelaksana program, kekuasaan,

kepentingan-kepentingan dan strategi para aktor yang terlibat, serta tingkat

kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Saran peneliti agar implementasi

perda ini lebih optimal adalah dengan meningkatkan pengawasan terhadap sektor

industri skala besar, jenis usaha atau kegiatan skala kecil dan menengah serta

melakukan sosialisasi secara menyeluruh kepada semua stakeholders yang terlibat

dalam implementasi perda.

Kata kunci: Implementasi, Peraturan Daerah, Air

Page 7: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

7

ABSTRACT

Ridwan Hapipi. NIM 6661110964. 2015.Implementation of Local Regulation

of Tangerang District Number 2 Year 2013 about Water Quality Management

and Water Pollution Control. Major of Public Administration Science. The

Faculty of Social Science and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa

University. 1st Advisor, Dr. Agus Sjafari, M.Si; 2

nd Advisor,Ipah Ema Jumiati,

S.IP., M.Si.

Water quality management and water pollution control aims to maintain the

availability of water at the sources of water to meet the water quality criteria

according to their distribution in a sustainable manner. In the implementation of

local regulation,government district of Tangerang faced with various problems,

such as not optimal coordination of monitoring pollution,lack of coordination in

granting discharge permit, socialization local regulation not optimal, there are

still many industries that violete local regulation and not have mayor regulation.

The research focused on how the regulation implemented in the district of

Tangerang. The purpose of the research was to how to implementation of these

local regulation.The methods that used on this research is qualitative descriptive

whichanalyzed by model of policy implementation theory from Merille S.

Grindle.The research result showed that implementation of these local regulation

is not optimalbecause four of nine indicator policy implementation from Merille

S. Grindle has not been implemented maximally, including interests affected,

program implementer, power, interest and strategy of actor involved, compliance

and responsiveness from implementer. Research suggest that local regulationto

be more optimal increase oversight of large scale industry, types of small and

medium scale enterprise, as well as conduct through socialization to the whole of

stakeholders involved in the implementation of local regulation.

Keywords: Implementation, Local Regulation, Water

Page 8: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat,

rahmat dan hidayah-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua, termasuk pada

nikmat Iman, Islam dan sehat wal‟afiat. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya

pula, maka peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,

sahabatnya serta tak lupa juga kita yang senantiasa selalu istiqomah dan ikhlas

sebagai umatnya hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

mana judul penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu “Implementasi Peraturan

Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang.” Penyusunan skripsi ini

tidak akan selesai dengan baik, tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak

yang selalu membimbing serta mendukung peneliti secara moril dan materil.

Maka pada kesempatan yang luar biasa ini, peneliti ingin menyampaikan

ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak, sebagai berikut:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,sekaligus dosen Pembimbing I yang

i

Page 9: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

9

telah banyak membimbing dan memberikan arahan kepada peneliti sejak awal

hingga saat menyelesaikan skripsi ini.

3. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Iman Mukhroman., M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Riswanda, Ph.D., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,

Anis Fuad, S.Sos., M.Si., dosen pembimbing akademik peneliti selama

menempuh jenjang SI di Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

8. Ipah Ema Jumiati, M.Si, dosen pembimbing II peneliti yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi.

9. Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si., ketua penguji penelitian yang dilakukan

peneliti yang telah banyak memberikan masukkan demi kesempurnaan

penelitian yang dilakukan peneliti.

10. Leo Agustino, Ph.D., dosen yang telah banyak memberikan inspirasi dan

motivasi peneliti.

ii

Page 10: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

10

11. Dosen-Dosen Ilmu Administrasi Negara yang selalu saya banggakan, Titi

Setiawati, S.Sos,, M.Si., Dr. Ayuning Budiati, S.IP., MPPM., Listyaningsih,

S.Sos., M.Si., Rini Handayani, S.Si., M.Si., Arenawati, S.Sos,, M.Si., Ima

Maisyaroh, S.Ag., M.Si., Andi Apriany Fatmawaty, Ir., MP., Dr. Abdul Apip,

M.Si., Abdul Hamid, M.Si., Ph.D., Drs. H. Oman Supriyadi., M.Si., Dr.

Suwaib Amirudin, M.Si., Drs. Hasuri, SE., M.Si., Kristian Widya Wicaksana,

S.Sos., M.Si., Deden M. Haris, S.Sos,, M.Si., Juliannes Cadith, S.Sos., M.Si.,

Atoullah, S.Sos., M.Si., serta dosen-dosen lainnya tidak bisa saya sebutkan

satu per satu, terimakasih untuk semua ilmu yang telah kalian berikan kepada

peneliti selama menempuh studi pada jenjang S1 ini.

12. Orang Tua tercinta, Muhasim dan Muiyah yang selalu memberikan dukungan

secara moril dan materil serta doa mereka yang tidak pernah henti untuk

kesuksesan anak-anaknya di masa depan. Kemudian kakak kandung peneliti,

Megawati, SE dan Khoirunnisa, S.Pd yang selalu memberikan dukungan dan

doa mereka untuk kelancaran penyusunan skripsi ini. Serta saudara-saudara

peneliti, yaitu kakek, nenek, sepupu, dan keponakan terdekat yang tidak bisa

peneliti sebutkan satu per satu yang juga banyak memberikan dukungan dan

doa mereka.

13. Puji Enggar Rahayu, S.Pd., orang terdekat peneliti yang telah memberikan

banyak inspirasi dan motivasi.

14. Iskandar, S.Ag., paman peneliti yang juga telah banyak memberikan inspirasi

dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

iii

Page 11: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

11

15. Sahabat terdekat peneliti di kelas A Program Studi Ilmu Administrasi Negara

2011, Rahmat Ikbal, Besar Hariyadi, Suhendar, Ade Mulyadi, Kevin Ray

Pratama, Indra Yanus, Aulia Rahim, Gilang Sahudi Ekayatna, Yandi Supandi,

Merdi Zulkarnaen, dan Muhammad Adriansyah yang selalu setia menemani

peneliti sejak awal masuk di kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

hingga saat ini serta selalu memberikan dukungan dan doa mereka dalam

menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman-teman khususnya kelas A Program Studi Ilmu Administrasi Negara

2011, serta kelas B, C, dan Non-Regular lainnya yang tidak bisa peneliti

sebutkan satu persatu dan saat ini sedang bersama-sama berjuang untuk

meraih gelar sarjana. Dan secara umum, peneliti juga mengucapkan

terimakasih kepada seluruh teman-teman terdekat peneliti di angkatan 2011

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

17. Keluarga BEM FISIP UNTIRTA 2014, HIMANE FISIP UNTIRTA 2012

serta HMI Komisariat Pertanian-FISIP yang banyak memberikan motivasi

dan canda tawa sehingga peneliti dapat menghilangkan kejenuhan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

18. Keluarga besar tim Futsal Fisip Untirta yang selalu setia menemani dan

menghibur peneliti.

19. Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Staf Perpustakaan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah banyak membantu peneliti

iv

Page 12: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

12

dalam mengurus segala perijinan, surat-menyurat dan urusan akademik

lainnya.

20. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh

pihak-pihak yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan

selesainya penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang

membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti

sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.

Serang, 26 Januari 2016

Ridwan Hapipi

NIM. 6661110964

v

Page 13: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

13

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. x

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah ……………………………....................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ……………………………………………….. 19

1.3. Batasan Masalah ………………………………………………….... 19

1.4. Rumusan Masalah …………………………………………………. 20

1.5. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 20

1.6. Manfaat Penelitian ……………………………………………….... 20

1.7. Sistematika Penulisan …………………………………………….. 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

vi

Page 14: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

14

2.1. Tinjauan Pustaka …………………………………………………. 24

2.2. Penelitian Terdahulu …………………………………………….... 64

2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian …………………………………. 67

2.4. Asumsi Dasar …………………………………………………….. 71

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ………………………………. 72

3.2. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………... 74

3.3. Lokasi Penelitian …………………………………………………. 75

3.4. Variabel Penelitian ……………………………………………….. 75

3.5. Instrumen Penelitian …………………………………………….. 78

3.6.Informan Penelitian ……………………………………………... 84

3.7. Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data ……………………….. 87

3.8. Jadwal Penelitian ………………………………………………… 91

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ……………………………………….. 93

4.2. Deskripsi Data …………………………………………………… 101

4.3. Pembahasan ……………………………………………………… 159

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ……………………………………………………….. 184

5.2. Saran ……………………………………………………………… 186

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Page 15: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

15

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Data Jumlah Penghargaan Lingkungan Hidup Kota Tangerang Tahun

2012 ......................................................................................................... 4

1.2 Status Mutu Air Sungai Cisadane November 2014 ................................ 7

1.3 Status Mutu Air Situ di Kota Tangerang …………………………….. . 9

1.4 Status Mutu Air Tanah di Kota Tangerang ……………………… ........ 10

1.5 Status Pengaduan Masyarakat tentang Pencemaran Air Tahun 2013 ..... 8

1.6 Rata-rata Beban Pencemaran Air Tahun 2014 ………………………. .. 13

1.7 Usaha atau Kegiatan yang Mendapatkan Sanksi Administratif ............. 16

3.1 Pedoman Wawancara Penelitian ............................................................ 77

3.2 Deskripsi Informan Penelitian ............................................................... 86

3.3 Jadwal Penelitian ................................................................................... 92

4.1 Kode Penelitian ……………………………………………………. ...... 103

4.2 Daftar Spesifikasi Informan ………………………………………….. .. 105

4.3 Jumlah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Kota Tangerang …. ... 123

4.4 Personil Pengelola Lingkungan BLH Kota Tangerang ………………... 137

4.5 Realisasi APBD Kota Tangerang untuk lingkungan 2008-2014 ……… 141

4.6 Rekapitulasi Hasil Pembahasan Penelitian ……………………………. . 175

viii

Page 16: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

16

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 70

3.1 Analisis Data Miles dan Huberman .......................................................... 87

4.1 IPAL Tanah Tinggi …………………………………………………… 132

ix

Page 17: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

17

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian

LAMPIRAN III Pedoman Wawancara

LAMPIRAN IV Catatan Lapangan dan Membercheck

LAMPIRAN V Kategorisasi Data Penelitian

LAMPIRAN VI Matriks Hasil Penelitian

LAMPIRAN VII Dokumentasi Penelitian

LAMPIRAN VIII Data Pendukung Penelitian

x

Page 18: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangMasalah

Indonesia dikenal sebagai negara dengan perairan yang sangat luas, oleh

karena itu, penduduk Indonesia juga mempunyai tanggungjawab yang besar

dalam melakukan usaha pelestarian fungsi air terutama pemerintah pusatmaupun

daerah yang dalam hal ini sebagai instansi yang berwenang melakukan

pengawasan atau pemantauan terhadap seluruh kegiatan yang menggunakan air

sebagai sarana transportasi, perindustrian, aktivitas rumah tangga, dan lain

sebagainya. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33

Ayat 3 yang berbunyi : “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”. Berdasarkan bunyi pasal 33 ayat 3 UUD 1945 tersebut

bahwasanya negara harus menjamin sumber daya air agar memenuhi kebutuhan

masyarakat baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat

penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia. Air juga sebagai faktor utama

pembangunan dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya sehingga

diperlukan suatu usaha pelestarian fungsi air dalam bentuk pengelolaan kualitas

air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan

kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis.

Page 19: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

2

Sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air sebagai berikut;

Bahwa untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas

airdan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan

memperhatikan kepentingan generasisekarang dan mendatang serta

keseimbangan ekologis.

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi

kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat

dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan

industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air,

antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan

gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung

pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan

sumber daya air secara seksama. Kegiatan yang dilakukan oleh manusia dari hari

ke hari semakin meningkat. Begitu juga dengan penggunaan air dalam

hubungannya denganmenjalankan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup manusia.

Sungai sebagai sumberair merupakan salah satu sumber daya alam yang

mempunyai fungsi sederhana bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Fungsi

sungai yaitu sebagai sumber air minum, sarana transportasi, sumber irigasi,

perikanan, dan lain sebagainya. Berbagai aktivitas manusia menyebabkan sungai

menjadi rentan terhadap pencemaran.

Page 20: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

3

Sungai sebagai sumber air saat ini sudah tidak lagi dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Keadaan air yang tercemar mengakibatkan sungai sudah

tidak dapat lagi dimanfaatkan masyarakat sebagai penyedia air bersih. Air bersih

merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal yang wajar jika

sektor air bersih mendapat prioritas dalam penanganan dan pemenuhannya.

Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang penting

dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai

peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang

berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau kualitas

hidup masyarakat. Penanganan akan penyediaan kebutuhanair bersih dapat

dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang

ada oleh Pemerintah Daerah setempat.

Dalam era otonomi daerah, peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan

untuk mengatur, mengelola serta mengendalikan aktivitas masyarakat terhadap

lingkungan terutama dalam hal pemanfaatan air sebagai sumber pemenuhan

kebutuhan.Otonomi daerah saat ini memberikan keleluasaan penuh terhadap

daerah untuk mengelola sumber daya yang ada termasuk sumber daya air.

Kota Tangerang merupakan salah satu daerah otonom tingkat II atau

kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Banten. Dasar pembentukan kota

Tangerang adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan

Kotamadya Tingkat II Tangerang. Secara geografis kota Tangerang berbatasan

langsung dengan Provinsi DKI Jakarta dan termasuk dalam wilayah

JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) yang

Page 21: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

4

merupakan daerah sub urban dan menjadi skala prioritas pembangunan. Sebagai

kota metropolitan yang berdekatan dengan daerah ibukota sekaligus sebagai kota

industri, kota Tangerang berhasil mendapatkan berbagai penghargaan tingkat

nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup. Berikut merupakan berbagai

penghargaan yang berhasil diraih oleh kota Tangerang dalam bidang lingkungan

hidup diantaranya;

Tabel 1.1.

Jumlah Penghargaan Lingkungan Hidup Kota Tangerang Tahun 2012-2014

No. Nama Penghargaan

1. Peringkat pertama kategori Kota Metropolitan Terbersih dalam Adipura tahun 2012 dari Kementerian

Lingkungan Hidup

2. Penghargaan terbaik Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) dari

Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2012

3. Penghargaan Inovasi Manajemen Perkotaan Bidang Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga dari

Kementerian Dalam Negeri tahun 2012

4. Penghargaan Adipura Kencana 2013 sebagai Kota Metropolitan Terbersih Nasional

5. Penghargaan Adipura Kencana 2014 sebagai Kota Metropolitan Terbersih Nasional

6. Penghargaan Government Award dari Sindo Weekly 2014 karena kepedulian kota Tangerang

terhadap lingkungan

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2014

Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwasanya Kota Tangerang sebagai kota

metropolitan dan kota industri sampai dengan tahun 2014 mampu mewujudkan

sebagai kota yang mempunyai prestasi di bidang lingkungan hidup. Penghargaan-

penghargaan tersebut membuktikan bahwa kota Tangerang telah mampu

mengelola tata ruang kota dan lingkungan. Akan tetapi saat ini belum terlihat

kembali upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Kota Tangerang untuk menata

Page 22: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

5

kembali lingkungan hidup bukan hanya sekedar untuk mengejar prestasi atau

penghargaan tetapi sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan dan pelestarian

sumber daya terutama sumber daya air yang menjadi indikator terpenting dalam

pembangunan perkotaan.

Disamping keberhasilan tersebut, perludisadari bahwa usaha pelestarian

lingkungan hidup perlu dilakukan oleh semua stakeholders, baik pemerintah,

pelaku usaha atau kegiatan, serta masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan

hidup.Untuk melaksanakan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran

air, pemerintah daerah Kota Tangerang berupaya mengeluarkan kebijakan yang

dijadikan pedoman atau acuan.Kebijakan yang dikeluarkan oleh

PemerintahDaerah Kota Tangerang yaitu Peraturan Daerah Kota TangerangNo. 2

Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

sebagai produk hukum di tingkat daerah otonomi kabupaten/kota yang mengacu

pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Mengingat bahwa pemenuhan air menjadi salah satu indikator pencapaian

terpenting dari suatu daerah dalam menjaga kuantitas dan kualitas lingkungan

hidup, air merupakan sektor terpenting yang harus diperhatikan oleh semua pihak

agar keberlangsungan kualitasnya dapat dirasakan oleh generasi yang

akandatang.Sumber air merupakan sektor terpenting yang harus dijaga

keberadaannya untuk memenuhi kebutuhan.

Pengendalian pencemaran air harus terus diupayakan mengingat sejalan

dengan pembangunan-pembangunan yang menghasilkan limbah. Bentuk

Page 23: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

6

pengendalian pencemaran air dapat dilakukan dengan memberikan sanksi

terhadap industri atau badan usaha yang tidak memiliki Instansi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) dan membuang limbah langsung ke sumber air (sungai) sehingga

menyebabkan adanya pencemaran.

Salah satu sumber air di Kota Tangerang adalah sungai Cisadane yang

mengalir di sepanjang kota tersebut. Sungai Cisadane merupakan sungai terbesar

yang ada di Kota Tangerang. Hulu sungai Cisadane berada di Gunung Salak

Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, melintasi Kota Tangerang Selatan, Kota

Tangerang dan Kabupaten Tangerang serta bermuara di Laut Jawa. Panjang aliran

sungai Cisadane yang melintasi Kota Tangerang adalah 17 Km.

Sumber pemenuhan air bersih di Kota Tangerang berasal dari sungai

Cisadane. Secara kuantitas, sungai Cisadane mampu memenuhi kebutuhan air

bersih di Kota Tangerang, namun, secara kualitas sungai ini sudah

tercemarberbagai limbah industri dan limbah rumah tangga.

Sungai Cisadane sebagai sumber pemenuhan air bersih masyarakat kota

Tangerang saat ini sudah tidak dapat lagi dipergunakan atau dimanfaatkan secara

langsung oleh masyarakat. Sejalan dengan makin bertambahnya jumlah penduduk

dan berkembangnya berbagai industri di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)

telah berdampak pada terjadinya perubahan fungsi sungai sebagai sumber daya

air. Pada tahun 2014, sungai Cisadane sudah tercemar dalam kategori sedang, dan

status baku mutu air sungai Cisadane hanya dapat dimanfaatkan sebagai air baku

dalam instalasi pengelolaan air yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air

Minum Kota Tangerang. Berikut merupakan data terakhir mengenai Status Mutu

Page 24: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

7

sungai Cisadane bulan November 2014 yang diambil dari 16 Saluran Pembuang

(SP).

Tabel 1.2.

Status Mutu Air Sungai Cisadane November 2014

Sumber : BLH Kota Tangerang, 2014

Keterangan tabel:

Tercemar Ringan: nilai Indeks Pencemaran berkisar 0,1 sampai dengan 4,7

Tercemar Sedang: nilai Indeks Pencemaran berkisar 4,7 sampai dengan 10

Tercemar Berat:nilai Indeks Pencemaran diatas 10

Berdasarkan tabel 1.2, bahwa secara keseluruhan kondisi air sungai

Cisadane telahtercemar dengan tingkatan sedang. Tingkat pencemaran tersebut

mengakibatkan saat ini sungai cisadane tidak dapat dipergunakan secara langsung

No. Lokasi Indeks Pencemaran Tingkat Pencemaran

1. Jemb. Gading Serpong 6,4 Cemar Sedang

2. Eretan Panunggangan 3,4 Cemar Ringan

3. SP. Cicayur 5,3 Cemar Sedang

4. Jembatan Cikokol 6,7 Cemar Sedang

5. SP. Rawa Besar 9,0 Cemar Sedang

6. SP. Cisarung 8,2 Cemar Sedang

7. Jembatan Robinson 9,3 Cemar Sedang

8. SP. Letda Dadang 9,1 Cemar Sedang

9. SP. Benteng Jaya 8,1 Cemar Sedang

10. Jembatan Satria 8,7 Cemar Sedang

11. Pintu Air Sepuluh 8,8 Cemar Sedang

12. Eretan III Sewan 9,4 Cemar Sedang

13.. Cicayur Hulu 8,2 Cemar Sedang

14. Cicayur Hilir 7,7 Cemar Sedang

15. SP. Cisarung Hulu 9,2 Cemar Sedang

16. SP. Cisarung Hilir 8,9 Cemar Sedang

Page 25: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

8

oleh masyarakat. Sumber pencemaran air terbesar di Kota Tangerang berasal dari

limbah domestik (rumah tangga) dan industri.Berdasarkan hasil penelitian Japan

International Cooperation Agency (JICA), bekerja sama dengan Badan

Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Tangerang tahun 2012, 84 persen air

sungai Cisadane tercemar limbah domestik. Adapun 14 persen lainnya tercemar

limbah dari industri yang tidak pempunyai instalasi pengelolaan air limbah

(IPAL). Sisanya, sekitar 2 persen, berasal dari pencemaran limbah lainnya.

(Kajian Tim Proyek JICA dan BLHD Kota Tangerang pada tanggal 26 September

2011 diakses pada hari Kamis, tanggal 9 Juli 2015 pukul 11.15 WIB).

Berdasarkan observasi dilapangan, kondisi juga diperparah dengan banyaknya

sampah yang menumpuk disekitar saluran pembuang sungai Cisadane serta masih

ada masyarakat yang menggunakan sungai Cisadane untuk mencuci dan mandi.

Selain sungai, sumber air di kota Tangerang berasal dari air situ dan air

tanah. Situ atau danau buatan dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai sumber air

dan penampungan air. Ada sekitar empat situ yang terdapat di kota Tangerang,

diantaranya Situ Cangkring, Situ Bulakan, Situ Cipondoh dan Situ Gede.

Sedangkan Air tanah dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai sumber

pemenuhan air bersih dengan sistem non-perpipaan atau jenis pemenuhan air

bersih yang tidak menggunakan sistem perpipaan yang disediakan oleh PDAM

(Perusahaan Daerah Air Minum) kota Tangerang. Saat ini, kualitas air situ dan air

tanah dibeberapa daerah di kota Tangerang sudah tercemar dalam kategori cemar

ringan sampai dengan sedang. Berikut merupakan status mutu air situ di kota

Tangerang.

Page 26: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

9

Tabel 1.3.

Status Mutu Air Situ di Kota Tangerang

Nama Situ Indeks Pencemaran Keterangan

Situ Cangkring 6.2-9.26 Cemar Sedang

Situ Bulakan 4.02-4.72 Cemar Sedang

Situ Cipondoh 3.06-4.75 Cemar Sedang

Situ Gede 4.14-5.0 Cemar Sedang

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2014

Keterangan tabel:

Tercemar Ringan: nilai Indeks Pencemaran berkisar 0,1 sampai dengan 4,7

Tercemar Sedang: nilai Indeks Pencemaran berkisar 4,7 sampai dengan 10

Tercemar Berat:nilai Indeks Pencemaran diatas 10

Berdasarkan tabel 1.3, secara umum kualitas air situ di Kota Tangerang

menunjukkan status cemar ringan sampai dengan sedang, dengan rata-rata

statusnya adalah cemar ringan. Situ dengan indeks pencemaran terbesar adalah

situ Cangkring dengan IP 9.26 dan nilai IP terendah adalah situ Cipondoh sebesar

3.06. Status mutu air situ-situ di Kota Tangerang pada tahun 2014 secara umum

mengalami peningkatan indeks (semakin tercemar), namun masih berkisar pada

kondisi cemar ringan.

Selain sungai dan situ, air tanah juga merupakan salah satu sumber air di

Kota Tangerang. Air tanah didapatkan masyarakat kota Tangerang sebagai

pemenuhan air bersih dengan menggunakan sistem non-perpipaan atau dengan

melakukan pengeboran secara langsung ke tanah. Secara umum kondisi air tanah

menunjukkan kondisi baik sampai dengan cemar sedang. Berikut merupakan hasil

pemantauan air tanah penduduk yang diambil dari 6 sampel di kota Tangerang.

Page 27: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

10

Tabel 1.4.

Status Mutu Air Tanah di Kota Tangerang

Nama Daerah Indeks Pencemaran Keterangan

Gg. Jaka 0.83 Baik

Kp. Cikahuripan 1.31 Baik

Kedaung Baru 0.65 Baik

Jl. Block 0.18 Baik

Kp. Rawa Kucing 2.05 Cemar Ringan

Kedaung Wetan 3,14 Cemar Ringan

Sumber : BLH Kota Tangerang, 2014

Keterangan tabel:

Baik : nilai Indeks Pencemaran berkisar 0 sampai dengan 1.5

Tercemar Ringan: nilai Indeks Pencemaran berkisar 1.5 sampai dengan 3.5

Tercemar Sedang: nilai Indeks Pencemaran berkisar 3.5 sampai dengan 7.5 Tercemar Berat:nilai Indeks Pencemaran diatas 7.5

Berdasarkan Tabel 1.4, hasil pemantauan yang diambil dari 6 sampel di

Kota Tangerang menunjukkan kondisi baik sampai dengan cemar ringan. Kualitas

air tanah pada Kp. Rawa Kucing dan Kedaung Wetan sudah tercemar meskipun

dalam kategori cemar ringan, Pencemaran tersebut disebabkan oleh kadar

parameter kimia tertentu yang melebihi batas atau kadar aman. Jika hal ini

dibiarkan dan tidak adanya penanganan yang dilakukan oleh pemerintah

setempat,maka tingkat pencemaran akan meningkat sehingga air tanah tidak dapat

lagi digunakan oleh masyarakat sekitar.

Permasalahan yang terjadi saat ini terkait pengelolaan kualitas air dan

pengendalian pencemaran air di kota Tangerang meliputi;

Pertama, kurangnyakoordinasi pengawasan yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Kota Tangerang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup dan

Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP)

Page 28: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

11

dalammemberikan izin pembuangan limbah serta mengawasi keberadaan usaha

atau kegiatan skala kecil dan menengah terutama dalam pembuangan limbah

tanpa proses pengolahan. Pengaduan yang dilakukan oleh masyarakat merupakan

bukti bahwa pemerintah daerah hanya terfokus pada sektor industri skala atas dan

kurang memperhatikan pengawasan pada jenis usaha atau kegiatan dalam skala

kecil dan menengah.Berikut merupakan data status pengaduan masyarakat tentang

pencemaran air di Kota Tangerang.

Tabel 1.5.

Status Pengaduan Masyarakat tentang Pencemaran Air Tahun 2013-2014

No. Masalah yang diadukan Status

1. Pengaduan warga Kelurahan Sudimara Pinang

Kecamatan Pinang mengenai pencemaran udara

dan air dari usaha ternak sapi

Perbaikan pengolahan limbah cair dan limbah

padat.

2. Pengaduan warga Kelurahan Uwung Kecamatan

Cibodas mengenai pencemaran limbah B3.

Limbah B3 yang dibuang sudah dibersihkan

(clean up)

3. Pengaduan warga Kelurahan Keroncong

Kecamatan Jatiuwung mengenai pencemaran air

dan udara dari usaha Plating

Pemberian sanksi administratif dan pengajuan

izin lingkungan.

4. Gangguan abu sisa pembakaran batubara dan

kebauan dari air limbah di Kelurahan Uwung

Jaya

Perbaikan IPAL dan pemasangan alat

pengendalian cerobong batubara

5. Gangguan kebauan dari air limbah dari kotoran

ternak di Kelurahan Kreo Selatan

Air limbah berupa limbah domestik dari kotoran

sapi diolah dalam bak penampungan dan IPAL

sederhana

6. Gangguan kebisingan, pencemaran air tanah dari

abu batubara dari usaha tekstil di Kelurahan

Pabuaran

Memperbaiki genset, memperbaiki saluran air

limbah domestik dan menghentikan pembakaran

sampah domestik

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2013

Page 29: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

12

Berdasarkan Tabel 1.5, terlihat bahwasanya pengaduan masyarakat

mengenai adanya upaya pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh jenis

usaha/kegiatan skala kecil dan menengah. Pengawasan pemerintah daerah hanya

terfokus pada industri skala besar. Dengan kata lain, pemerintah kota Tangerang

melalui instansi terkait kurang memperhatikan jenis usaha atau kegiatan skala

kecil dan menengah terutama pada pengelolaan limbah hasil proses produksi.

Padahal jenis usaha atau kegiatan dengan skala kecil dan menengah tersebut yang

biasanya membuang ;imbah hasil produksi langsung ke sumber air atau saluran

pembuang.

Kedua, dalam pemberian izin tentang pembuangan air limbah ke sumber

air kurang memperhatikan penetapan daya tampung beban pencemaran air. Izin

pembuangan limbah merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi dari Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kota

Tangerang melalui Bidang Pelayanan Perizinan Pemerintahan dan Kesejahteraan

Rakyat. Kurangnya koordinasi antara BPMPTSP dan BLH Kota Tangerang

mengenai pemberian izin pembuangan limbah hasil usaha atau kegiatan tanpa

memperhatikan daya tampung beban pencemaran yang semakin meningkat.

Apabila daya tampung beban pencemaran melebihi kapasistas baku mutu

lingkungan, maka akan mengakibatkan tercemarnya kualitas air. Berikut

merupakan hasil laboratorium yang menunjukkan rata-rata beban pencemaran air

tahun 2014 sebagai berikut:

Page 30: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

13

Tabel 1.6.

Rata-rata Beban Pencemaran AirTahun 2014 (ton/hari)

Beban TSS Beban BOD Beban COD

September November September November September November

14.4-145.9 201.2-692.2 14.9-167.3 20.9-285.3 32.4-545.3 31.4-424.1

Sumber : BLH Kota Tangerang, 2014

Keterangan:

TSS : Total Suspended Solids

BOD : Biological Oxygen Demand COD : Chemical Oxygen Demand

Berdasarkan Tabel 1.6, saat ini beban pencemaran air sungai Cisadane

cukup tinggi disebabkan karena kadar parameter beban TSS, BOD dan COD

tersebut sudah melebihi baku mutu lingkungan. Pemberian izin pembuangan air

limbah ke saluran pembuang kurang memperhatikan daya tampung beban

pencemaran terutama limbah hasil produksi dari usaha atau kegiatan yang tidak

memiliki IPAL. Jika hal ini dibiarkan, sungai Cisadane akan tercemar dengan

tingkat pencemaran tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Maman

Faturahman, S.Sos sebagai Kepala Sub Bidang Pemulihan Kualitas Lingkungan

BLH Kota Tangerang yang diwawancarai peneliti pada tanggal 26 Agustus 2015

yang dilakukan di kantor BLH Kota Tangerang dapat diketahui bahwa beban

pencemaran air sungai Cisadane saat ini cukup tinggi, tetapi masih dalam kategori

sedang, jika dibiarkan maka akan melebihi daya tampung beban pencemaran air

sungai tersebut dan akan menyebabkan sungai tercemar dalam kategori cemar

berat. Hal ini disebabkan kapasitas IPAL sudah tidak memenuhi kebutuhan

limbah yang dihasilkan.

Page 31: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

14

Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwasanya saat ini kondisi daya

tampung beban pencemaran air sungai Cisadane dan saluran pembuang dari

limbah domestik maupun limbah lainnya sudah dalam kategori sedang. Fungsi

IPAL yang ada saat ini sudah tidak dapat memenuhi kapasitas limbah saluran

pembuang. Perawatan dan pembuatan IPAL merupakan tugas pokok dan fungsi

dari Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air. Jika hal ini dibiarkan terjadi dan

jika tidak adanya penanganan dari pemerintah daerah melalui Dinas Bina Marga

dan Sumber Daya Air Kota Tangerang, maka akan melebihi daya tampung beban

pencemaran dan akan menyebabkan sumber air di kota Tangerang tercemar dalam

kategori cemar berat.

Ketiga, Sosialisasi Perda belum berjalan optimal. Sosialisasi peraturan

secara langsung ataupun melalui media dalam bentuk papan reklame sangat

dibutuhkan terutama pada lokasi-lokasi rawan pembuangan limbah baik limbah

cair maupun limbah padat pada bantaran sungai dan pada lokasi pinggir

sungai.Sosialisasi ini dapat berbentuk larangan atau himbauan serta ajakan sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan

Bapak Muhammad Jarkasih, ST sebagai Kepala Sub Bidang Pemantauan Kualitas

Lingkungan Hidup BLH Kota Tangerang yang diwawancarai peneliti pada

tanggal 24 Juli 2015 dapat diketahui bahwa saat ini sosialisasi Perda tersebut

belum berjalan dengan baik, karena di bantaran sungai atau saluran pembuangan

pun belum banyak dipasang papan reklame ajakan untuk tidak membuang sampah

atau mengotori sungai..Hal ini dijadikan rekomendasi kebijakankepada instansi

terkait.

Page 32: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

15

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, terlihat bahwasanya pemerintah

daerah belum melakukan sosialisasi menyeluruh terhadap masyarakat. Sehingga

implementasi Perda ini belum bisa berjalan optimal kepada masyarakat ataupun

pemilik usaha. Dengan kata lain, implementasi Perda ini baru hanya diterapkan

kepada industri-industri di kota Tangerang. Himbauan melalui papan reklame

yang berisi kalimat larangan dan sindiran untuk tidak membuang apapun ke

sungai dan mengotori sungai sangat diperlukan guna meningkatkan kesadaran

semua stakeholders agar menjaga kelestarian fungsi sungai sebagai penyeimbang

ekosistem lingkungan hidup.

Keempat, dalam upaya penegakan hukum, masih banyaknya perusahaan

atau usaha kegiatan/industri skala besar di Kota Tangerang yang melanggar perda

tersebut.Sehingga Pemerintah Daerah memberikan sanksi yang berupa

administrasi, denda, pembekuan, hingga pencabutan izin terhadap perusahaan

yang melakukan pencemaran lingkungan. Selain melakukan pencemaran dengan

membuang limbah hasil produksi ke sungai, sanksi juga diberikan karena

perusahaan tersebut tidak memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

Menurut Agus Prasetyo sebagai Kepala Bidang Pengawasan dan Penegakan

Hukum BPLH Kota Tangerang yang dikutip dalam situs republika.co.id (http://m.

republika. co. id / berita/ nasional/ jabodetabek/ nasional/ 14/ 09/ 30 /ncq223-180-

pabrik-di-kota-tangerang-tak-miliki-ipal, 30 September 2014) disebutkan bahwa

sebanyak 600 pabrik yang berpotensi menghasilkan limbah cair. Dari 600 pabrik

tersebut, 30 persennya (Sekitar 180 pabrik) tidak memiliki Instalasi Pengolahan

Air Limbah (IPAL), 600 perusahaan penghasil limbah cair itu terdiri mulai dari

Page 33: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

16

perusahaan besar, menengah hingga kecil. 30 perusahaan diantaranya berlokasi

dipinggir sungai Cisadane.

Berdasarkan informasi tersebut terlihat bahwasanya masih banyak

perusahaan di Kota Tangerang yang belum mematuhi Perda tersebut, yang

disebabkan karena kurangnya pengawasan serta sosialisasi Perda yang belum

optimal dan menyeluruh terhadap perusahaan-perusahaan yang terdapat di kota

Tangerang. Jika hal ini dibiarkan, maka akan menyebabkan semakin banyaknya

perusahaan yang menghiraukan himbauan pemerintah daerah agar memiliki IPAL

tersendiri dan tidak membuang limbah langsung ke sungai.

Berikut merupakan data mengenai jumlah perusahaan yang diberikan

sanksi administratif oleh Pemerintah Kota Tangerang.

Tabel 1.7.

Usaha atau Kegiatan yang mendapatkan sanksi administratif

No. No. Sanksi Tanggal Sanksi Nama Usaha/Kegiatan Jenis Usaha

1. 862.1/ Kep.012-BPLH 15-Jan-13 PT. Tonikitex MFG Industri Tekstil

2. 862.1/ Kep.013-BPLH 15-Jan-13 PT. Makmur Jaya Saputra Industri Almunium

3. 862.1/ Kep.020-BPLH 21-Jan-13 PT. Permata Era Dua Satu Industri Tekstil

4. 862.1/ Kep.036-BPLH 28-Feb-13 PT. Angkasa Pura Industri Penerbangan

5. 862.1/ Kep.037-BPLH 28-Feb-13 PT. Alam Kaca Prabawa I Indutri Kaca

6. 862.1/ Kep.038-BPLH 28-Feb-13 PT. Sumber Graha Sejahtera Industri Kayu

7. 862.1/ Kep.059-BPLH 05-Apr-13 PT. Wihadil Chemical Industri Kimia

8. 862.1/ Kep.060-BPLH 05-Apr-13 PT. Broco Mutiara Electrical Industri Alat Listrik

9. 862.1/ Kep.061-BPLH 05-Apr-13 PD. Sari Wangi Industri Makanan

10. 862.1/ Kep.062-BPLH 05-Apr-13 PT. Asia Papercon Indonesia Industri Kertas

11. 862.1/ Kep.090-BPLH 21-Jun-13 PT. Mudita Karunia Industri Farmasi

12. 862.1/ Kep.091-BPLH 21-Jun-13 PT. Berkat Indah Gemilang Industri Tepung

13. 862.1/ Kep.092-BPLH 21-Jun-13 PT. Anugrah Citra Boga Industri Olahan Daging

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2013

Page 34: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

17

Berdasarkan tabel 1.7, terlihat bahwasanya beberapa industri yang terdapat

di Kota Tangerang masih belum mematuhi pelaksanaan peraturan daerah tersebut,

terutama dalam hal pembuangan limbah industri sehingga Pemerintah kota

Tangerang memberikan sanksi. Sanksi yang dikeluarkan yaitu sanksi administratif

berupa surat teguran, denda dan sanksi pidana (kurungan). Ketegasan dalam

penegakkan hukum serta pengawasan sangat diperlukan mengingat banyaknya

industri yang terdapat di Kota Tangerang dan banyaknya industri yang terdapat

pada bantaran sungai Cisadane yang berpotensi melakukan pencemaran.

Kelima, belum memiliki peraturan walikota. Kebijakan publik dalam

bentuk Undang-undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang

memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering diistilahkan sebagai

peraturan pelaksanaan (Nugroho, 2012:675). Sebagaimana mestinya berbagai

peraturan daerah yang terdapat di Indonesia masih bersifat umum, sehingga masih

membutuhkan peraturan yang lebih teknis diarahkan sebagai penjabaran Peraturan

Daerah tersebut Peraturan Daerah diikuti dengan Peraturan Gubernur di tingkat

Provinsi ataupun Peraturan Bupati/Peraturan Walikota di tingkat Kabupaten/Kota.

Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ini belum memiliki Peraturan

Walikota (Perwal) sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sehingga

masih menggunakan acuan peraturan di tingkat pusat yaitu Peraturan Pemerintah

Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air. Peraturan daerah tersebut masih menggunakan standarisasi yang

lama sehingga belum mengikuti perkembangan yang terdapat di lapangan.Oleh

Page 35: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

18

sebab itu, Peraturan Walikota harus dibuat untuk memperjelas pelaksanaan

Peraturan Daerah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak

Muhammad Jarkasih, ST sebagai Kepala Sub Bidang Pemantauan Kualitas

Lingkungan Hidup BLH Kota Tangerang yang diwawancarai peneliti pada

tanggal 28 Agustus 2015 dapat diketahui bahwa Perda ini memang belum

memiliki Peraturan Walikota sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis,

sehingga kami kesulitan untuk mengidentifikasi hasil temuan lapangan, karena

peraturan teknis yang digunakan masih peraturan lama, yaitu Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 yang belum diperbaharui dan belum merujuk

pada perkembangan kondisi saat ini. Namun tahun ini, pemkot Tangerang akan

membuat Perwal untuk Perda ini.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, terlihat bahwasanya pemerintah

daerah terlihat kurang memperhatikan peraturan yang bersifat teknis dalam bidang

lingkungan hidup terbukti dengan belum dibuatnya Perwal untuk pelaksanaan

Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 2 tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentangImplementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 2 tahun

2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Tangerang.

Page 36: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

19

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan

beberapa permasalahan yang muncul antara lain:

1. Belum optimalnya koordinasi pengawasan terhadap keberadaan sektor

usaha kecil dan menengah dalam pembuangan limbah tanpa proses

pengolahan.

2. Kurangnya koordinasi dalam pemberian izin pembuangan air limbah ke

sumber air.

3. Sosialisasi tentang Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 2 Tahun 2013

belum berjalan optimal.

4. Masih banyak industri skala besar di Kota Tangerang yang melanggar

Perda dan belum memiliki IPAL.

5. Belum memiliki Peraturan Walikota (Perwal) sebagai dasar acuan

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang jelas.

1.3. Batasan Masalah

Karena banyaknya masalah yang muncul dalam proses pengolahan

kualitas airdanpengendalianpencemaran air seperti yang telah diuraikan diatas,

maka peneliti secara keseluruhan mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana

implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang.

Page 37: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

20

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan

masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Bagaimana implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 2 Tahun

2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

di Kota Tangerang?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:

Untuk mengetahui bagaimana implementasi Peraturan Daerah Kota

Tangerang No. 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:

a) Manfaat Teoritis

1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan bagi perkembangan ilmu administrasi negara khususnya

mengenai implementasi kebijakan publik.

Page 38: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

21

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang

lainnya.

b) Manfaat Praktis

1. Untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan mengenai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah

Daerah Kota Tangerang melalui kepala SKPD dalam mengelola

kualitas air dan mengendalikan pencemaran air.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak

sebagai bahan pemikiran untuk mengevaluasi implementasi Peraturan

Daerah Kota Tangerang No. 2 Tahun 2013 tentang pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dalam rangka menjaga

kualitas air dan mengendalikan pencemaran air.

3. Untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana S-1 pada

Program Studi Ilmu Administrasi negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini yang

berujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi dari

penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian mengenai

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Tangerang”, tersusun atas sistematika sebagai berikut:

BAB IPENDAHULUAN

Page 39: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

22

Bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan secara jelas mengenai

ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif

(dari umum ke khusus). Kemudian bab ini membahas tentang identifikasi masalah

untuk mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul

penelitian atau dengan masalah penelitian. Pembatasan dan perumusan masalah

ditetapkan sebagai fokus dari penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil

penelitian yang diharapkan dalam tujuan penelitian. Dan selanjutnya, bab ini juga

membahas mengenai manfaat penelitian, baik manfaat teoritis dan praktis yang

berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta sistematika penulisan

yang digunakan untuk mempermudah pembaca mengetahui isi dari penelitian

secara keseluruhan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan untuk

mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.

Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian

yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui

kesamaan atau perbedaan dari masing-masing penelitian yang dilakukan.

Selanjutnya, kerangka berpikir menggambarkan alur penelitian yang dikaji

dengan teori yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan

kesimpulan penelitian sementara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Page 40: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

23

Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan.

Fokus penelitian dan lokasi dilakukannya penelitian. Definisi variabel penelitian

yang menjelaskan mengenai variabel penelitian itu sendiri. Instrumen penelitian

menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data.

Informan penelitian menjelaskan orang-orang yang terkait dengan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengolahan dan uji keabsahan data yang

menjelaskan tentang teknik dan rasionalisasinya. Serta tentang jadwal yang

memaparkan waktu penelitian ini dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi

penelitiansecara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian yang

diolah daridata mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan

sebagaimanadengan penggunaan teori dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang

sudah dianalisis,peneliti uji validitas dengan menggunakan teknik triangulasi

untuk mendapatkan hasilpenelitian yang diharapkan. Kemudian melakukan

pembahasan lebih lanjut terhadappersoalan dan pada akhir pembahasan peneliti

dapat mengemukakan berbagaiketerbatasan pelaksanaan penelitian, terutama

untuk penelitian eksperimen danketebatasan ini dapat dijadikan rekomendasi

terhadap penelitian lebih lanjut dalambidang yang menjadi obyek penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan secara jelas mengenai jawaban dari tujuan

penelitian.Kesimpulan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan secara singkat,

jelas dan

Page 41: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

24

mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti memberikan saran yaitu

berisitindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti secara

praktisagar dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka adalah dasar berpijak dari sisi kajian teori dan kerangka

konseptual. Tinjauan pustaka dibuat dengan cukup lengkap agar seluruh bagian

dari karya ilmiah terdukung oleh konsep teoritis. Jadi dapat disimpulkan tinjuan

pustaka yaitu peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait serta membuktikan

kesesuaian dalam penelitian.

2.1.1. Pengertian Kebijakan Publik

2.1.1.1. Pengertian Kebijakan

Makna kebijakan dalam bahasa inggris modern sebagaimana dikutip

oleh Wicaksono (2006:53) adalah “A course of action or plan, a set of

political purposes as opposed to administration” (seperangkat aksi atau

Page 42: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

25

rencana yang mengandung tujuan politik yang berbeda dengan

administrasi).

Berbeda dengan pandangan tersebut, Dunn (2003:53) dalam

bukunya Pengantar Analisis Kebijakan Publik, beliau mendefinisikan kata

kebijakan dari asal katanya. Secara etimologis, istilah policy (kebijakan)

berasal dari bahasa Yunani, Sansekerta, dan Latin, akar kata dalam bahasa

Yunani dan Sansekerta yaitu polis (Negara-Kota) dan pur (Kota).

Dalam buku Policy Analysis for the Real World yang diterbitkan

tahun 1984 dan telah direvisi pada tahun 1990, Hogwood dan Gunn dalam

Wicaksono (2006:53) menyebutkan 10 (sepuluh) penggunaan istilah

kebijakan dalam pengertian modern, diantaranya:

a. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for a field of

activity)

Contohnya: statement umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi,

kebijakan industri, atau kebijakan hukum dan ketertiban.

b. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan

(as expression of general purpose or desired state of affairs)

Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja yang seluas mungkin

atau pengembangan demokrasi melalui desentralisasi.

c. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal)

Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau

menggratiskan pendidikan dasar.

Page 43: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

26

d. Sebagai keputusan pemerintah (as decisions of government)

Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewan

Perwakilan Rakyat atau Presiden.

e. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization)

Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau

lembaga-lembaga pembuat kebijakan lainnya.

f. Sebagai sebuah program (as a programe)

Contohnya: sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah

didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau program

peningkatan kesehatan perempuan.

g. Sebagai output (as output)

Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti sejumlah

lahan yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan

jumlah penyewa yang terkena dampaknya.

h. Sebagai hasil (as outcome)

Contohnya: apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak terhadap

pendapatan petani dan standar hidup dan output agricultural dari

program reformasi agraria.

i. Sebagai teori atau model (as a theory or model)

Contohnya: apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y, misalnya

apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka

output industri akan berkembang.

j. Sebagai sebuah proses (as a process)

Page 44: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

27

Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan issues lalu

bergerak melalui tujuan yang sudah di setting, pengambilan keputusan

untuk implementasi dan evaluasi.

Kebijakan dan politik menjadi istilah yang sama sekali berbeda.

Bahasan serta retorika kebijakan menjadi instrumen utama rasionalitas

publik. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Laswell dalam Wicaksono

(2006:57) sebagai berikut:

“The word policy commonly use to designate the most important

choices made either in organized in private life. Policy is free for

many undesirable connotation clustered about the word political,

which is often believed to imply partisanship or corruption”.

Dengan demikian, kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asa

yang menjadi garis pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara

bertindak. Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara

matang dan hati-hati oleh para pengambil keputusan dan bukan merupakan

kegiatan-kegiatan berulang yang rutin dan terprogram atau terkait dengan

aturan-aturan keputusan.

2.1.1.2. Pengertian Publik

Dalam istilah sehari-hari di Indonesia, kata publik lebih dipahami

sebagai “negara” atau “umum”. Hal ini dapat dilihat dalam

menterjemahkan istilah-istilah public goods sebagai barang-barang umum,

Page 45: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

28

public transportation sebagai kendaraan umum atau public administration

sebagai administrasi negara.

Dalam bahasa Yunani, istilah public seringkali dipadankan pula

dengan istilah Koinon atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata

common yang bermakna hubungan antar individu. Oleh karenanya, public

seringkali dikonsepkan sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia

yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau

aturan sosial atau setidaknya oleh tindakan bersama.

W.F. Baber sebagaimana telah dikutip oleh Wicaksono (2006:30)

berpendapat bahwa sektor publik memiliki 10 (sepuluh) ciri yang

membedakan dengan sektor swasta, diantaranya adalah:

a. Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yang lebih

ambigu;

b. Sektor publik lebih banyak menghadapi problem dalam

mengimplementasikan keputusan-keputusannya;

c. Sektor publik lebih memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki

motivasi yang sangat beragam;

d. Sektor publik lebih banyak memperhatikan usaha mempertahankan

peluang dan kapasitas;

e. Sektor publik lebih banyak memperhatikan kompensasi atas kegagalan

pasar;

Page 46: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

29

f. Sektor publik lebih banyak melakukan aktivitas yang memiliki

signifikasi simbolik;

g. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dan

legalitas;

h. Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar dalam merespon

isu-isu keadilan dan kejujuran;

i. Sektor publik harus beroperasi demi kepentingan publik, dan;

j. Sektor publik harus mempertahankan level dukungan publik minimal di

atas level yang dibutuhkan dalam industri swasta.

2.1.1.3. Pengertian Kebijakan Publik

Sebelum menjelaskan tentang implementasi kebijakan publik,

terlebih dahulu harus dimengerti apa yang dimaksud dengan kebijakan

publik, dan bagaimana langkah-langkah untuk mengimplementasikannya.

Kebijakan Publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang

banyak pada tatanan strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh

pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik,

maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka

yang menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya melalui

suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak.

Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan olehadministrasi negara

yang dijalankan oleh birokrasi pemerintah.

Page 47: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

30

Dari berbagai kepustakaan internasional disebut sebagai public

policy, yang dipahami oleh Nugroho (2012:143) adalah sebagai berikut:

“Keputusan yang dibuat oleh negara, sebagai startegi untuk

merealisasikan tujuan dari negara. Kebijakan publik adalah strategi

untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki

masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat yang

dicita-citakan”.

Dengan demikian, kebijakan publik adalah sebuah fakta strategis

daripada sebuah fakta politis ataupun teknis. Sebagai sebuah strategi,

dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-preferensi politis dari

para aktor yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya pada proses

perumusan. Fokus utama kebijakan publik dalam negara modern adalah

pelayanan publik.

Dalam rangka menyeimbangkan peran negara yang mempunyai

kewajiban menyediakan pelayanan publik dengan hak untuk menarik

pajak dan retribusi, dan pada sisi lain menyeimbangkan berbagai

kelompok dalam masyarakat dengan berbagai kepentingan serta

mencapai amanat konstitusi. Dimana pemerintah yang baik (good

governance) sangat penting dibutuhkan untuk membuat kebijakan-

kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber daya alam yang adil.

Intervensi negara harus lebih difokuskan pada bidang pelayanan umum,

seperti pemberian pelayanan kesehatan. Adapun definisi kebijakan publik

adalah sebagai berikut menurut Chief J.Odalam Abdul Wahab (2005:5).

Page 48: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

31

“Suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada tujuan tertentu yang

diarahkan pada suatu masalah tertentu yang saling berkaitan yang

mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat”.

Kebijakan publik adalah fakta strategis daripada fakta politis

ataupun teknis. Sebagai sebuah strategi, dalam kebijakan publik sudah

terangkum preferensi-preferensi politik dari para aktor yang terlibat

dalam proses kebijakan, khususnya pada proses perumusan

Kebijakan publik merupakan keputusan politis yang dikembangkan

oleh badan dan pejabat pemerintah. Karena itu karakteristik khusus dari

kebijakan publik adalah bahwa keputusan politik tersebut dirumuskan

oleh apa yang disebut Easton dalam Agustino (2006:42) sebagai

“otoritas” dalam sistem politik yaitu; “para senior, kepala tertinggi,

eksekutif, legislatif, para hakim, administrator, penasehat raja, dan

sebagainya”. Selanjutnya Easton menyebutkan bahwa mereka-mereka

yang berotoritas dalam sistem politik dalam rangka memformulasikan

kebijakan publik itu adalah:

“Orang-orang yang terlibat dalam urusan politik sehari-hari dan

mempunyai tanggung jawab dalam suatu masalah tertentu dimana

pada satu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan di

kemudian hari yang diterima serta mengikat sebagian besar anggota

masyarakat selama waktu tertentu”.

Sebuah kebijakan memiliki beberapa tahap dimulai dari formulasi

kebijakan, implementasi, sampai pada evaluasi kebijakan. Dimana dalam

penelitian ini, peneliti akan mengangkat mengenai masalah implementasi

suatu kebijakan dari pada Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2

Page 49: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

32

Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air yang merupakan produk hukum terbaru di Kota

Tangerang dan sudah berjalan kurang lebih selama 2 tahun.

2.1.1.4. Pengertian Implementasi Kebijakan

Suatu implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar

sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang

digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan publik. Perlu

kiranya disadari bahwa mempelajari masalah implementasi kebijakan

berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi setelah

program diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa dan kegiatan

yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan publik.

Guna memperoleh pemahaman yang baik mengenai implementasi

kebijakan publik, kita jangan hanya menyoroti perilaku lembaga-lembaga

administrasi atau badan-badan yang bertanggung jawab atas suatu

program beserta pelaksanaannya terhadap kelompok-kelompok sasaran,

tetapi juga perlu memperhatikan berbagai jaringan kekuatan politik ,

ekonomi, dan sosial yang langsung atau tidak langsung berpengaruh

terhadap perilaku dari berbagai pihak yang terlibat dalam suatu program

yang pada akhirnya membawa dampak pada program tersebut. Eugene

dalam Agustino (2006:153) mengungkapkan kerumitan dalam proses

implementasi sebagai berikut:

Page 50: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

33

“Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijaksanaan

umum yang kelihatannya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi

merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang

kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para

pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk

melaksanakannya dalam bentuk yang memuaskan semua orang”.

Kebijakan-kebijakan dapat dimodifikasi untuk menyesuaikan diri

dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok dan individu, yang dengan

demikian tujuan umum dari kebijakan tersebut dapat saja dibelokkan.

Mengingat bahwa, dalam banyak kasus para pelaksana kebijakan-

kebijakan publik tersebut adalah administrator publik, maka tridak heran

apabila kemudian mereka pulalah yang paling sibuk memodifikasi

kebijakan itu sendiri demi kepentingan rezim. Grindle dalam Abdul

Wahab (2008:221) mengikhtisarkan keadaan tersebut dengan menyatakan

sebagai berikut:

“Hingga derajat yang paling besar bila dibandingkan dengan sistem

sistem politik di Amerika Serikat dan Eropa Barat, proses

implementasi kebijakan publik di negara-negara Asia, Afrika dan

Amerika Latin adalah merupakan pusat partisipasi politik dan

persaingan politik”.

Beberapa definisi implementasi kebijakan dari para tokoh adalah:

Bardach dalam Agustino (2006:54) mengemukakan bahwa

implementasi kebijakan sebagai: “Adalah cukup untuk membuat

sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus

diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata dan

slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para

pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit

lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk yang memuaskan

orang”.

Page 51: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

34

Metter dan Horn dalam Agustino (2006:139) “Implementasi

kebijakan ialah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-

tujuan yang digariskan dalam keputusan kebijakan”.

Mazmanian dan Sabatierdalam Agustino (2006:139) implementasi

kebijakan adalah: “Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar,

biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula

berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif

yang penting atau keputusan badan peradilan. Keputusan tersebut

mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan

secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai

cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”.

Jenkinsdalam Persons (2006:463) “Studi implementasi adalah studi

perubahan, bagaimana perubahan terjadi, bagaimana kemungkinan

perubahan bisa dimunculkan”.

Dari definisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa implementasi

kebijakan menyangkut (minimal) tiga hal yaitu: (1) adanya tujuan atau

sasaran kebijakan, (2) adanya aktifitas atau kegiatan pencapaian tujuan

dan (3) adanya hasil kegiatan. Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan

bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis,

dimana pelaksana kegiatan melakukan suatu kegiatan.Sehingga pada

akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau

sasaran kebijakan itu sendiri.

Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan

Stewart dalam Agustino (2006:139) menyatakan bahwa:

“Implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output)

keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat

dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output) yaitu tercapai

atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih”.

Page 52: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

35

Sama halnya dengan apa yang diutarakan oleh Grindle dalam

Agustino (2006:154), yaitu:

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari

prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program

sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action

program dari individual projects dan yang kedua apakah tujuan

program tersebut tercapai”.

Dari beberapa definisi implementasi, dapat disimpulkan bahwa

implementasi diartikan sebagai proses pelaksanaan dari kebijakan yang

telah dirumuskan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perlu pula dijelaskan bahwa proses implementasi untuk sebagian besar

dipengaruhi oleh adanya tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dan oleh cara

tujuan-tujuan itu dirumuskan. Dengan demikian, implementasi kebijakan

merupakan hal yang sangat penting dalam keseluruhan tahapan

kebijakan, karena melalui tahap ini, keseluruhan prosedur kebijakan dapat

dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan

kebijakan tersebut.

2.1.1.5. Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik

Dalam sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan,

dijelaskan tentang adanya dua pendekatan guna memahami implementasi

kebijakan, yakni: Pendekatan top down dan bottom up. Dalam bahasa

Lester dan Stewart (2008:108) istilah itu dinamakan dengan the command

and control approach (pendekatan kontrol dan komando, yang mirip

Page 53: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

36

dengan top down approach) dan the market approach (pendekatan pasar,

yang mirip dengan bottom up approach). Masing-masing pendekatan

mengajukan model-model kerangka kerja dalam membentuk keterkaitan

antara kebijakan dan hasilnya.

Sedangkan pendekatan top down, misalnya dapat disebut sebagai

pendekatan yang mendominasi awal perkembangan studi implementasi

kebijakan, walaupun diantara pengikut pendekatan ini terdapat

perbedaan-perbedaan, sehingga meneruskan pendekatan bottom up,

namun pada dasarnya mereka bertitik-tolak pada asumsi-asumsi yang

sama dalam mengembangkan kerangka analisis tentang studi

implementasi.

Dalam pendekatan top down, implementasi kebijakan yang

dilakukan tersentralisir dan dimulai dari aktor tingkat pusat, dan

keputusannya pun diambil dari tingkat pasar. Pendekatan top down

bertitik-tolak dari perspektif bahwa keputusan-keputusan politik

(kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus

dilaksanakan oleh administratur-administratur atau birokrat-birokrat pada

level bawahnya. Jadi, pendekatan top down ini adalah sejauhmana

tindakan para pelaksana (administratur dan birokrat) sesuai dengan

prosedur serta tujuan yang telah digariskan oleh para pembuat kebijakan

di tingkat pusat.

Page 54: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

37

Fokus analisis implementasi kebijakan berkisar pada masalah-

masalah pencapaian tujuan formal kebijakan yang telah ditentukan. Hal

ini sangat mungkin terjadi oleh karena street-level-bureaucrats tidak

dilibatkan dalam formulasi kebijakan. Sehingga intinya mengarah pada

sejauhmana tindakan para pelaksana sesuai dengan prosedur dan tujuan

kebijakan yang telah digariskan para pembuat kebijakan dilevel pusat.

Fokus tersebut membawa konsentrasi pada perhatian terhadap aspek

organisasi atau birokrasi sebagai ukuran efesiensi dan efektifitas

pelaksanaan kebijakan.

2.1.1.6. Model-model Implementasi Kebijakan

Dalam literatur ilmu kebijakan, terdapat beberapa model

implementasi kebijakan publik yang lazim dipergunakan. Dalam

beberapa model implementasi kebijakandisumbangkan oleh para ahli

diantaranya model implementasi kebijakan disumbangkan dari pemikiran

George C. Edward III dengan Direct and Indirect Impact on

Implementation, Donald Van Meter dan Carl Van Horn dengan A Model

of The Policy Implementation, Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

dengan A Framework for Policy Implementation Analysis, dan Merille S.

Grindle dengan Implementation as A Political and Administration

Process.

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan teori model

implementasi kebijakan publik yang dikembangkan oleh Merille S.

Page 55: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

38

Grindle karena dianggap relevan dengan materi pembahasan dari objek

yang diteliti.Hal ini bukan berarti bahwa peneliti menjustifikasi teori-teori

lain tidak lagi relevan dengan perkembangan teori implementasi kebijakan

publik, melainkan lebih kepada mengarahkan peneliti agar lebih fokus

terhadap variabel-variabel yang dikaji melalui penelitian ini. Identifikasi

masalah yang ditemukan sesuai jika dikaji dengan menggunakan

pendekatan model implementasi kebijakan Merille S. Grindle.

1. Implementasi Kebijakan Model George C. Edward III

Model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward III

disebut dengan Direct and Indirect Impact on Implementation. Menurut

model yang dikembangkan oleh Edward III, ada empat faktor yang

berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu

kebijakan, yaitu faktor sumber daya, birokrasi, komunikasi dan disposisi.

(Agustino, 2006:156)

a. Faktor Sumber Daya

Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam

implementasi kebijakan, karena bagaimanapun dibutuhkan kejelasan dan

konsistensi dalam menjalankan suatu kebijakan dari pelaksana kebijakan.

Jika para personil yang mengimplementasikan kebijakan kurang

bertanggung jawab dan kurang mempunyai sumber-sumber untuk

melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan

tersebut tidak akan bisa efektif.

b. Faktor Komunikasi

Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk menyampaikan

apa yang menjadi pemikiran dan perasaannya. Harapan atau pengalamannya kepada orang lain. Faktor komunikasi dianggap sebagai

Page 56: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

39

faktor yang amat penting, karena menjembatani antara masyarakat

dengan pemerintah dalam pelaksana kebijakan. Sehingga dapat diketahui

apakah pelaksanaan kebijakan berjalan dengan efektif dan efisien tanpa

ada yang dirugikan. Implementasi yang efektif baru akan terjadi apabila

para pembuat kebijakan atau implementor mengetahui apa yang akan

mereka kerjakan, dan hal itu hanya dapat diperoleh melalui komunikasi

yang baik.

c. Faktor Disposisi (Sikap)

Disposisi ini diartikan sebagai sikap para pelaksana untuk

mengimplementasikan kebijakan. Dalam implementasi kebijakan

menurut Edward III, jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, para

implementator tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka

lakukan dan mempunyai kemampuan untuk mengimplementasikan

kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk

mengimplementasikan kebijakan tersebut.

d. Faktor Struktur Birokrasi

Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu

kebijakan sudah mencukupi dan para implementator mengetahui apa dan

bagaimana cara melakukannya, serta mereka mempunyai keinginan untuk

melakukannya, implementasi kebijakan bisa jadi masih belum efektif,

karena terdapat ketidakefisienan struktur birokrasi yang ada. Kebijakan

yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang.

Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung

kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan

koordinasi yang baik.

Menurut Edward III terdapat dua karakteristik yang dapat

mendongkrak kinerja struktur birokrasi ke arah yang lebih baik, yaitu

dengan melakukan Standard Operating Procedures (SOPs) dan

melakukan fragmentasi.

1) Standard Operating Procedures (SOPs); adalah suatu kegiatan rutin

yang memungkinkan para pegawai atau pelaksana kebijakan untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatannya setiap hari sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan.

2) Fragmentasi; adalah upaya penyebaran tanggung jawab kegiatan-

kegiatan dan aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit.

Page 57: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

40

2. Implementasi Kebijakan Model Donald Van Meter dan Carl Van

Horn

Model pendekatan top-down yang dirumuskan oleh Donald Van

Meter dan Carl Van Horn disebut dengan A Model of The Policy

Implementation. Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi

atau permormansi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya

secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan

publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel.

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara

linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja

kebijakan publik.

Ada enam variabel, menurut Van Meter dan Van Horn yang

mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut, adalah:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat

keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan

memang realistis dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksana

kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal

(bahkan terlalu utopsi) untuk dilaksanakan dilevel warga, maka agak sulit

merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan

berhasil.

2. Sumber Daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia

merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu

keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan

proses implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang

berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan

yang telah ditetapkan secara politik. Tetapi ketika kompetensi dan

kapabilitas dari sumber-sumbernya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan. Tetapi diluar sumber daya manusia,

Page 58: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

41

sumber-sumber daya lain yang perlu diperhitungkan juga, ialah: Sumber

daya finansial dan sumber daya waktu. Karena mau tidak mau, ketika

sumber daya manusia yang berkompeten dan kapabel telah tersedia, maka

memang menjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa yang hendak

dituju oleh tujuan kebijakan publik. Demikian pula halnya dengan sumber

daya waktu. Saat sumber daya manusia giat bekerja dan kucuran dana

berjalan dengan baik, tetapi terbentur dengan persoalan waktu yang

terlalu ketat, maka hali ini pun menjadi penyebab ketidakberhasilan

implementasi kebijakan. Karena ini, sumber daya yang diminta dan

dimaksud oleh Van Meter dan Van Horn adalah ketiga bentuk sumber

daya tersebut.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan

publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan

publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta

cocok dengan agen pelaksananya. Misalnya, implementasi kebijakan

publik yang berusaha untuk merubah perilaku atau tingkah laku manusia

secara radikal, maka agen pelaksana projek itu haruslah berkarakteristik

keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum. Sedangkan bila

kebijakan publik itu tidak terlalu merubah perilaku dasar manusia, maka

dapat saja agen pelaksana yang diturunkan tidak sekeras dan tidak setegas

gambaran yang pertama. Selain itu, cakupan atau luas wilayah

implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak

menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi

kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

4. Sikap/Kecenderungan (Disposisi) para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat

banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi

kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan

yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang

mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tatpi

kebijakan yang dilaksanakan bukanlah akan implementor laksanakan

adalah kebijakan “dari atas” (top down) yang sangat mungkin para

pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu

menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin

selesaikan.

5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam

implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi

diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi.

Dan begitu pula sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Page 59: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

42

Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja

implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Meter

dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong

keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial,

ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari

kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk

mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan

kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

3. Implementasi Kebijakan Model Daniel Mazmanian dan Paul

Sabatier

Model implementasi kebijakan publik yang lain ditawarkan oleh

Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier. Model implementasi yang

ditawarkan mereka disebut dengan A Framework for Policy

Implementation Analysis. Kedua ahli kebijakan ini berpendapat bahwa

peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya

dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi

tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi.

Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga

kategori besar, yaitu:

1. Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi:

a. Kesukaran-kesukaran Teknis.

Tercapai atau tidaknya tujuan suatu kebijakan akan tergantung

pada sejumlah pernyataan teknis, termasuk diantaranya:

kemampuan untuk mengembangkan indikator-indikator pengukur

prestasi kerja yang tidak terlalu mahal serta pemahaman mengenai

prinsip-prinsip hubungan kausual yang mempengaruhi masalah.

Disamping itu, tingkat keberhasilan suatu kebijakan dipengaruhi

juga oleh tersedianya atau telah dikembangkannya teknik-teknik

tertentu.

b. Keberagaman Perilaku yang Diatur.

Semakin beragam perilaku yang diatur, maka asumsinya semakin beragam pelayanan yang diberikan, sehingga semakin sulit

Page 60: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

43

untuk membuat peraturan yang tegas dan jelas. Dengan demikian

semakin besar kebebasan bertindak yang harus dikontrol oleh para

pejabat dan pelaksana (administratur atau birokrat) di lapangan.

c. Persentase Totalitas Penduduk yang Tercangkup dalam Kelompok

Sasaran.

Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang

perilakunya akan diubah (melalui implementasi kebijakan), maka

akan semakin besar peluang untuk memobilisasikan dukungan

politik terhadap sebuah kebijakan dan dengannya akan lebih terbuka

peluang bagi pencapaian tujuan kebijakan.

d. Tingkat dan Ruang Lingkup Perubahan Perilaku yang

Dikehendaki.

Semakin besar jumlah perubahan perilaku yang dikehendaki

oleh kebijakan, maka semakin sukar/sulit para pelaksana

memperoleh implementasi yang berhasil. Artinya ada sejumlah

masalah yang jauh lebih dapat kita kendalikan bila tingkat dan

ruang lingkup perubahan yang dikehendaki tidaklah terlalu besar.

2. Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara

Tepat.

Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang

dimilikinya untuk menstruktur proses implementasi secara tepat

melalui beberapa cara:

a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang

akan dicapai.

Semakin mampu suatu peraturan memberikan petunjuk-

petunjuk secara cermat dan disusun secara jelas skala

prioritas/urutan kepentingan bagi para pejabat-pejabat pelaksana

dan aktor lainnya. Maka semakin besar pula kemungkinan bahwa

output kebijakan dari badan-badan pelaksana akan sejalan dengan

petunjuk tersebut.

b. Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan.

Memuat suatu teori kausalitas yang menjelaskan bagaimana

kira-kira tujuan usaha pembaharuan yang akan dicapai melalui

implementasi kebijakan.

c. Ketetapan alokasi sumber dana

Tersedianya dana pada tingkat batas ambang tertentu sangat

diperlukan agar terbuka peluang untuk mencapai tujuan-tujuan

formal.

d. Keterpaduan hierarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-

lembaga atau instansi-instansi pelaksana.

Salah satu ciri penting yang perlu dimiliki oleh peraturan

perundang yang baik ialah kemampuannya untuk menyatupadukan dinas, badan, dan lembaga dapat dilaksanakan, maka koordinasi

antara instansi yang bertujuan mempermudah jalannya implementasi

Page 61: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

44

kebijakan justru akan membuyarkan tujuan dari kebijakan yang telah

ditetapkan.

e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana.

Selain dapat memberikan kejelasan dan konsistensi tujuan,

memperkecil jumlah titik-titik veto dan intensif yang memadai bagi

kepatuhan kelompok sasaran, suatu undang-undang harus pula dapat

mempengaruhi lebih lanjut proses implementasi kebijakan dengan

cara menggariskan secara formal aturan-aturan pembuat keputusan

dari badan-badan pelaksana.

f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termasuk dalam

undang-undang.

Para pejabat pelaksana memiliki kesepakatan yang

diisyaratkan demi tercapainya tujuan. Hal ini sangat signifikan

halnya, oleh karena itu, top down policy bukanlah perkara yang

mudah untuk diimplementasikan pada para pejabat pelaksana di level

lokal.

g. Akses formal pihak-pihak luar.

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi implementasi

kebijakan adalah sejauhmana peluang-peluang yang terbuka bagi

partisipasi para aktor di luar badan pelaksana dapat mendukung tujuan

resmi. Ini maksudnya agar kontrol pada para pejabat pelaksana yang

ditunjuk oleh pemerintah pusat dapat berjalan sebagaimana mestinya.

3. Variabel-variabel diluar Undang-undang yang Mempengaruhi

Implementasi.

a. Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi

Perbedaan waktu dan perbedaan diantara wilayah-wilayah

hukum pemerintah dalam hal kondisi sosial, ekonomi, dan teknologi

sangat signifikan berpengaruh terhadap upaya pencapaian tujuan yang

digariskan dalam suatu undang-undang. Karena itu, eksternal faktor

juga menjadi hal penting untuk diperhatikan guna keberhasilan suatu

upaya pengejawantahan suatu kebijakan publik.

b. Dukungan publik.

Hakekat perhatian publik yang bersifat sesaat menimbulkan

kesukaran-kesukaran tertentu, karena untuk mendorong tingkat

keberhasilan suatu implementasi kebijakan sangat dibutuhkan adanya

sentuhakn dukungan dari warga. Karena itu, mekanisme partisipasi

publik sangat penting artinya dalam proses pelaksanaan kebijakan

publik di lapangan.

c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat.

Perubahan-perubahan yang hendak dicapai oleh suatu

kebijakan publik akan sangat berhasil apabila di tingkat masyarakat,

warga memiliki sumber-sumber dan sikap-sikap masyarakat yang

kondusif terhadap kebijakan yang ditawarkan pada mereka. Ada semacam local genius (kearifan lokal) yang dimiliki oleh warga yang

dapat mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan

Page 62: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

45

implementasi kebijakn publik. Dan, hal tersebut sangat dipengaruhi

oleh sikap dan sumber yang dimiliki oleh warga masyarakat.

d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat

pelaksana.

Kesepakatan para pejabat instansi merupakan fungsi dari

kemampuan undang-undang untuk melembagakan pengaruhnya pada

badan-badan pelaksana melalui penyeleksian institusi-institusi dan

pejabat-pejabat terasnya. Selain itu pula, kemampuan berinteraksi

antarlembaga dan individu di dalam lembaga untuk menyukseskan

implementasi kinerja kebijakan publik.

4. Implementasi Kebijakan Model Merille S. Grindle

Model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks

implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan

ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan hasilnya ditentukan

oleh implementabilitydari kebijakan tersebut(Nugroho, 2012: 690).

Menurutnya, keberhasilan implementasi kebijakan dapat dilihat dari dua

hal, yaitu:

1) Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan

kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk

pada aksi kebijakannya.

2) Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan melihat

dua faktor, yaitu:

a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan

kelompok.

b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok

sasaran dan perubahan yang terjadi.

Keberhasilan implementasi kebijakan juga sangat ditentukan oleh

tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yaitu yang terdiri dari

Content of Policy dan Context of Policy, Grindle (1980) dalam Agustino

(2006:168).

Page 63: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

46

1) Content of Policy menurut Grindle adalah:

a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi. Berkaitan

dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu

implementasi kebijakan. Indikator ini berargumen bahwa suatu

kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak

kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan

tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya.

b. Jenis manfaat yang bisa diperoleh. Pada poin ini Content of

Policy berupaya untuk menunjukkan atau menjelaskan bahwa

dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat

yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh

pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

c. Derajat perubahan yang ingin dicapai. Setiap kebijakan

mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Adapun

yang ingin dijelaskan pada pola ini adalah bahwa seberapa

besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu

implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

d. Letak pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam

suatu kebijakan mempunyai peranan penting dalam

pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini, harus

dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu

kebijakan yang hendak diimplementasikan.

e. Pelaksana program. Dalam menjalankan suatu kebijakan atau

program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan

yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan.

Hal ini harus terdata atau terpapar dengan baik pada bagian ini.

f. Sumber-sumber daya yang digunakan. Pelaksanaan suatu

kebijakan juga harus didukung oleh sumber-sumber daya yang

mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.

2) Context of Policy menurut Grindle adalah:

a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor

yang terlibat. Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula

kekuatan atau kekuasaan, kepentingan-kepentingan serta

strategi yang digunakan oleh para aktor guna memperlancar

jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal

ini tidak diperhitungkan dengan matang, besar kemungkinan

program yang hendak diimplementasikan akan jauh panggang

dari api.

b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa. Lingkungan

dimana suatu kebijakan dilaksanakan juga berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin

dijelaskan karakteristik dari lembaga yang akan turut

mempengaruhi suatu kebijakan.

Page 64: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

47

c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Hal ini

yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan

adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana, maka yang

hendak dijelaskan pada pola ini adalah sejauhmana kepatuhan

dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.

Setelah pelaksanaan kebijakan yang dipengaruhi oleh isi atau

konten dan lingkungan atau konteks yang diterapkan, maka akan dapat

diketahui apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah

kebijakan sesuai dengan apa yang diharapkan, juga diketahui apakah

suatu kebijakan dipengaruhi oleh suatu lingkungan, sehingga tingkat

perubahan yang diharapkan dapat terjadi.

2.1.1.7. Faktor Penentu Pelaksanaan Kebijakan

Ada beberapa faktor yang menentukan sebuah kebijakan dapat

dilaksanakan dengan baik, antara lain adalah:

1. Respek Anggota Masyarakat terhadap Otoritas dan Keputusan

Pemerintah; Dalam filsafat John Locke dikatakan bahwa manusia

memiliki keadaan ilmiah (state of nature) yang bersifat positif, pada

dasarnya manusia adalah baik. Manusia dapat saling memberi, saling

hormat-menghormati dan saling tolong menolong. Ketika relasi ini

berjalan dengan baik, ada sistem sosial yang menggerakkan

masyarakat untuk saling menghormati dan memberikan respek yang

baik pada otoritas negara, undang-undang yang dibuat oleh para

politisi serta memberikan kepercayaan kepada pejabat pelaksana

kebijakan. Hal ini akan terus berlangsung selama msayarakat

Page 65: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

48

memiliki anggapan yang logis untuk menghormati persoalan-

persoalan ini. Konsekuensinya adalah manusia telah didik untuk

mematuhi peraturan yang dibuat oleh pemerintah sebagai sesuatu

yang membawa kebaikan bagi kepentingan bersama.

2. Adanya Kesadaran untuk Menerima Kebijakan; Pada kehidupan yang

semakin maju ini, dimana segala hal dinilai secara rasional oleh

masyarakat, semakin banyak dijumpai baik oleh individu, kelompok

masyarakat maupun organisasi yang beranggapan bahwa dalam

kehidupan bernegara, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah

adalah sesuatu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah sosial

di masyarakat. Seperti kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Daerah DKI Jakarta mengenai pelarangan merokok di tempat umum,

bagi masyarakat rasional hal ini dianggap perlu, karena berkaitan

dengan kebaikan bersama. Namun di lain pihak, masih saja ada yang

tidak mematuhi kebijakan yang telah dibuat tersebut, karena menurut

sebagian masyarakat harus dikaji ulang lagi.

3. Adanya Sanksi Hukum; Penerapan sanksi bagi individu atau

kelompok yang tidak melaksanakan kebijakan yang telah dibuat oleh

pemerintah merupakan cara yang cukup efektif untuk

pengimplementasian kebijakan. Alasannya kebanyakan dari

masyarakat tidak mau dan takut menerima sanksi yang berupa denda

yang cukup tinggi maupun berupa kurungan penjara, selain itu

Page 66: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

49

mereka tidak mau dianggap sebagai orang yang telah melanggar

peraturan.

4. Adanya Kepentingan Publik; Masyarakat berkeyakinan bahwa

kebijakan yang telah dibuat melalui proses yang sah. Pada dasarnya

kebijakan yang dibuat adalah sebagai solusi dari permasalahan publik,

sehingga mereka mau menerima kebijakan tersebut, karena berkaitan

dengan kepentingan bersama/publik.

5. Adanya Kepentingan Pribadi; Seseorang atau kelompok warga akan

menerima sebuah kebijakan dengan senang hati, karena dengan

demikian akan mendatangkan manfaat ataupun keuntungan secara

pribadi bagi mereka. Misalnya saja pada pembuatan peraturan

mengenai penggunaan internet, pemerintah akan membatasi situs-

situs tertentu untuk melindungi penyalahgunaan pemakaian internet.

Akan tetapi, dilain sisi pihak pengusaha multimedia akan merasa

dirugikan terhadap peraturan tersebut.

2.1.1.8. Faktor Penentu Penolakan atau Penundaan Kebijakan

Selain faktor penentu pelaksanaan kebijakan, pada pelaksanaannya

terdapat juga beberapa faktor penentu penolakan atau penundaan

kebijakan, antara lain:

1. Adanya Kebijakan yang Bertentangan dengan Sistem Nilai yang Ada;

Apabila suatu kebijakan dipandang bertentangan dengan sistem nilai

yang berlaku di masyarakat, maka pada pengimplementasiannya akan

Page 67: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

50

sulit untuk dilaksanakan. Misalnya pada pembuatan undang-undang

anti pornografi, dimana pemerintah mempunyai itikad baik untuk

mencegah terjadinya kebobrokan moral. Akan tetapi, dilain sisi

tentunya hal ini bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di

masyarakat khususnya kebudayaan bangsa, sehingga menimbulkan

penolakan-penolakan dari berbagai kalangan masyarakat.

2. Tidak Adanya Kepastian Hukum; Tidak adanya kepastian hukum,

ketidakjelasan kebijakan yang berlaku akan cenderung membuat

masyarakat melanggar dan tidak mematuhi peraturan tersebut. Karena

masyarakat akan beranggapan bahwa tidak mematuhi peraturan

tersebut juga tidak apa-apa, tidak akan mendapat sanksi dari

pemerintah. Seperti peraturan tentang pelarangan menjual

CD/VCD/DVD bajakan, tidak ada kepastian hukumnya, sehingga

banyak penjual di setiap sudut kota bahkan di mal-mal menjualnya

dengan bebas.

3. Adanya Keanggotaan Seseorang dalam Organisasi; Keanggotaan

seseorang dalam organisasi dapat menimbulkan penolakan terhadap

sebuah kebijakan, karena kemungkinan kebijakan tersebut dapat

mengganggu kepentingannya. Namun ada juga karena

keanggotaannya dalam sebuah organisasi, seseorang mendukung

kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Misalnya saja peraturan

mengenai perlindungan hak-hak lingkungan, bagi para aktivis

lingkungan hidup tentunya tanpa dimintapun akan sangat mendukung

Page 68: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

51

kebijakan tersebut, akan tetapi bagi kalangan industri akan sangat

mengganggu aktivitas produksi mereka, karena saat ini sangat sedikit

industri yang memiliki pengolahan limbah yang dapat dikatakan

layak, alasannya karena mahalnya biaya pembuatan tempat

pengolahan limbah. Kenyataannya untuk membuat tempat

pengolahan limbah sama saja dengan biaya mereka membangun satu

pabrik produksi lagi.

4. Adanya Konsep Ketidakpatuhan Selektif terhadap Hukum; Pada

prinsipnya, masyarakat terdiri dari berbagai suku bangsa dan latar

belakang yang berbeda. Ada masyarakat yang patuh pada suatu

kebijakan tertentu, akan tetapi pada saat yang bersamaan dia tidak

patuh pada kebijakan yang lainnya karena adanya ketidakpatuhan

selektif. Misalnya saja pada perusahaan yang patuh terhadap

peraturan pemungutan pajak, tetapi pada saat yang bersamaan

perusahaan tersebut tidak patuh terhadap jumlah pembayaran

pajak/manipulasi pembayaran pajak.

2.1.1.9. Lingkungan Hidup

Manusia bersama tumbuhan, hewan, dan jasad renik menempati

suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat

juga benda tak hidup, seperti misalnya udara, yang terdiri dari atas

bermacam gas, air, dalam bentuk uap, air dan padat, tanah dan batu.

Page 69: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

52

Ruang yang ditempati makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan

tak hidup di dalamnya disebut lingkungan hidup makhluk tersebut.

Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh bermacam-macam faktor.

Pertama, oleh jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan

hidup tersebut. Kedua, hubungan atau interaksi antara unsur dalam

lingkungan hidup itu. Ketiga, kelakuan atau kondisi unsur lingkungan

hidup. Keempat, faktor non-materiil, seperti suhu, cahaya dan kebisingan.

Tujuan hidup yang wajar bagi kita sebagai umat manusia adalah

menyesuaikan keseimbangan antara populasi manusia dengan

lingkungan. Tujuan berikutnya adalah secara sistematis menghindari

kegiatan yang memperbesar amplitudo ketidakmantapan dalam sistem

populasi lingkungan tadi. Program kerja untuk mencapai tujuan diatas,

ada enam sasaran, yaitu (Kristanto, 2004:31):

1. Menentukan jumlah optimum populasi di dunia untuk tiap negara dan

wilayah, disertai dengan penyebaran struktur umur dan penyebaran

geografis.

2. Menggunakan sumber daya alam secara cermat dan sebijaksana

mungkin, termasuk penggunaan energi, bahan makanan, hasil hutan,

tanah, bahan mineral dan waktu yang dimiliki manusia.

3. Mengembangkan teori ekonomi yang berdasarkan keseimbangan,

bukian yang berdasarkan pertumbuhan.

Page 70: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

53

4. Secara rutin mengadakan monitoring terhadap perubahan-perubahan

fisik dan kimia planet bumi, dan mengambil tindakan yang tegas

terhadap setiap kegiatan yang merusak lingkungan.

5. Mengeluarkan Undang-undang dan peraturan yang secara tegas

mencegah kegiatan yang dapat mengakibatkan bertambah lebarnya

amplitudo ketidakstabilan lingkungan hidup manusia.

6. Memberi jaminan kepada setiap warga negara untuk memiliki suatu

hak untuk hidup dalam lingkungan yang sehat dan sesuai.

Untuk menunjang kehidupan manusia, dibutuhkan berbagai macam

sumber daya alam, Berdasarkan potensi (penggunaannya), sumber daya

alam digolongkan menjadi :

1. Penghasil energi (air, matahari, gas bumi, batu bara, angin, dan

sebagainya)

2. Penghasil bahan baku (mineral, hutan, perairan, tanah)

3. Sumber alam lingkungan hidup (udara, air)

Selain itu, berdasarkan kemampuannya untuk memperbaharui diri

setalah mengalami gangguan, sumber daya alam digolongkan menjadi :

1. Sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui, misalnya mineral,

minyak bumi, gas bumi.

2. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui misalnya hutan, air,

udara.

Page 71: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

54

Sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui sangat penting bagi

perekonomian negara berkembang (sebagai pengadaan energi untuk

pembangunan). Sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui tersebut

merupakan tulang punggung pembangunan negara berkembang (untuk

meningkatkan devisa non minyak dan gas bumi).

2.1.1.9.1. Kualitas Lingkungan Hidup

Pengertian tentang kualitas lingkungan sangatlah penting karena

merupakan dasar dan pedoman untuk mencapai tujuan pengelolaan

lingkungan. Kualitas lingkungan dapat diartikan dalam kaitannya dengan

kualitas hidup, dimana dalam lingkungan yang baik kualitasnya terdapat

potensi untuk berkembangnya kualitas hidup yang tinggi. Ada 3 (tiga)

kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas lingkungan hidup umat

manusia yaitu (Kristanto, 2004:44) :

1. Derajat dipenuhinya kebutuhan hidup sebagai makhluk hayati.

Kebutuhan ini bersifat mutlak, yang didorong oleh keinginan manusia

untuk menjaga lingkungan hidup hayatinya. Kelangsungan hidup

hayati tidak hanya menyangkut dirinya, melainkan juga

masyarakatnya, dan terutama kelangsungan hidupnya sebagai jenis

melalui keturunannya. Kebutuhan dasar ini terdiri atas udara, air yang

bersih, pangan, kesempatan untuk mendapatkan keturunan serta

perlindungan terhadap serangan penyakit dan sesama manusia.

2. Derajat dipenuhinya kebutuhan hidup manusiawi. Berbeda dengan

makhluk hidup yang lain, manusia sebagai makhluk yang berbudaya

Page 72: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

55

tidak cukup hanya sekedar hidup secara hayati, melainkan karena

perkembangan kebudayaannya maka manusia baru hidup secara

manusiawi.

3. Derajat dipenuhinya kebebasan untuk memilih. Kemampuan memilih

merupakan sifat hakiki untuk dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya, baik pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Untuk dapat

memilih, harus ada keanekaragaman pilihan, karena itu

keanekaragaman merupakan unsur yang esensial dalam lingkungan.

Ketiga kriteria tersebut disebut dengan kebutuhan dasar umat

manusia. Dari ketiga kebutuhan tersebut, kebutuhan dasar untuk hidup

sebagai makhluk hayati adalah yang paling pokok dan mempunyai bobot

yang paling tinggi diantara ketiga golongan kebutuhan dasar di atas.

Dengan menghubungkan kualitas lingkungan dengan derajat

pemenuhan kebutuhan dasar manusia (sandang, papan, pangan) berarti

lingkungan merupakan sumber daya. Dari lingkungan didapatkan unsur-

unsur yang dibutuhkan untuk produksi dan konsumsi. Sebagian dari

sumber daya tersebut dimiliki oleh perorangan atau badan tertentu,

misalnya lahan, sepetak hutan. Sebagian lagi sumber daya itu milik

umum, misalnya udara, air, tanah, sungai, pantai dan lautnya. Air adalah

faktor lain yang kita butuhkan untuk produksi. Apabila sumber daya

tersebut dieksploitasi, lingkungan akan mampu melakukan regenerasi

selama materi yang dikonsumsi tidak melampaui kecepatan proses dari

regenerasi lingkungan. Jika percepatan konsumsi melampaui kecepatan

Page 73: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

56

regenerasi, akan terjadi apa yang disebut dengan pencemaran.

Sebaliknya, jika lingkungan mampu melakukan regenerasi sumber daya

ini disebut dengan sumber daya yang terperbaharui. Kemampuan

lingkungan untuk memasok sumber daya dan untuk mengasimilasi zat

pencemar adalah terbatas. Batas kemampuan ini disebut dengan daya

dukung lingkungan (kapasitas bawa). Kecenderungan yang nampak

sekarang adalah kenaikan kualitas hidup manusia disertai dengan

kenaikan tingkat konsumsi sumber daya dan pencemaran (Kristanto,

2004:40-41).

2.1.1.9.2. Pencemaran Lingkungan

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/1998 (Kristanto, 2004:71) yang

dimaksud pencemaran adalah:

Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau

komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan

(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam,

sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Pemahaman akan pencemaran sangat penting artinya, baik bagi

masyarakat maupun pengusaha. Seringkali pencemaran itu

diinterpretasikan secara sempit sehingga jangkauan pemahamannya pun

terbatas pada hal-hal yang sifatnya insidentil belaka. Padahal ada

pencemaran dan dampak yang ditimbulkannya baru dapat dideteksi

Page 74: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

57

setelah puluhan tahun berlangsung. Pengamatan terhadap berbagai

industri menunjukkan bahwa pencegahan dan pengendalian pencemaram

bukanlah pekerjaan yang mudah. Pendekatan secara teoritis sering

dipraktekan untuk mengesahkan ada atau tidaknya pencemaran,

sementara kenyataan membuktikan bahwa telah terjadi suatu perubahan

yang nyata dalam lingkungan tersebut, dan perubahan itu yang telah

mengundang terjadinya proses dari masyarakat yang merasa dirugikan

(Kristanto, 2004:2).

Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

transportasi, baik industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri sektor

kimia, industri logam dasar, industri jasa, dan jenis aktivitas manusia

lainnya, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan,

udara dan tanah akibat berbagai kegiatan tersebut. Untuk mencegah

terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai aktivitas tersebut, maka

perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan

menciptakan baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber

air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara

emisi, dan sebagainya. Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar

yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat didalam air,

tetapi air tersebut dapat digunakan sesuai dengan kriterianya.

Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan

menjadi keluaran. Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri

dapat dilaksanakan pada masukan, proses maupun pada keluarannya

Page 75: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

58

dengan melihat spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi. Pencemaran

yang ditimbulkan oleh indutri diakibatkan adanya limbah yang keluar

dari pabrik dan mengandung bahan beracun dan berbahaya (B-3).

Lingkungan sebagai wadah penerima akan menyerap bahan limbah

tersebut sesuai dengan kemampuan asimilasinya, dimana wadah penerima

(air, udara, tanah) masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda,

misalnya air pada suatu saat dan tempat tertentu akan berbeda

karakteristiknya dengan air pada tempat yang sama tetapi pada saat yang

berbeda.

Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena

interaksi pengaruh luar, disebut dengan daya dukung lingkungan. Bahan

pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan berinteraksi dengan

satu atau lebih komponen lingkungan. Perubahan komponen lingkungan

secara fisik, kimia, dan biologi sebagai akibat dari adanya bahan

pencemar akan mengakibatkan perubahan nilai lingkungan yang disebut

dengan perubahan kualitas lingkungan.

Menurut peruntukkannya, air pada sumber air dapat dikategorikan

menjadi 4 (empat) golongan, yaitu (Kristanto, 2004:71):

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung tanpa diolah terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk

diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya.

Page 76: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

59

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan

perikanan dan peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan

pertanian dan dapat digunakan untuk usaha perkotaan, industri, dan

listrik tenaga air.

Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperkenankan bagi

zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemar ke dalam

air pada sumber air sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku

mutu air.

2.1.1.9.3. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan

normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini

tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti semua air

sudah tercemar, misalnya walaupun di daerah pegunungan atau hutan

yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air

hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut,

serta mengandung bahan-bahan tersuspensi, misalnya debu dan partikel-

partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfer (Kristanto,

2004:72).

Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak

dapat digunakan sesuai dengan peruntukkannya secara normal disebut

dengan pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat

Page 77: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

60

bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda.

Aspek-aspek kimia-fisika pencemaran air adalah:

1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas

2. Suhu

3. Oksigen terlarut

4. Karbondioksida bebas

5. Warna dan kekeruhan

6. Jumlah padatan

7. Nitrat

8. Amoniak

9. Fosfat

10. Daya hantar listrik

11. Klorida

Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di

rawa-rawa berwarna kuning, cokelat atau kehijauan. Air sungai misalnya

berwarna kuning kecokelatan karena mengandung lumpur. Air limbah

yang mengandung besi (Fe) dalam jumlah tinggi berwarna cokelat

kemerahan. Warna air yang tidak normal biasanya merupakan indikasi

terjadinya pencemaran air.

Warna air dibedakan atas dua macam (Kristanto, 2004:80):

1. Warna sejati (true color) yang diakibatkan oleh bahan-bahan terlarut.

2. Warna semu (apparent color) yang selain diakibatkan oleh bahan-

bahan terlarut, juga karena bahan-bahan tersuspensi, termasuk

diantaranya yang bersifat koloid.

Aspek biokimia antara lain (Kristanto, 2004:87):

1. BOD (Biochemical Oxygen Demand), menunjukkan oksigen terlarut

yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau

mengoksidasi bahan-bahan buangan didalam air. Jadi nilai BOD tidak

Page 78: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

61

menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya

mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut.

2. COD (Chemical Oxygen Demand), untuk mengetahui jumlah bahan

organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat dari

uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji

ini disebut dengan uji COD, yaitu uji yang menentukan jumlah

oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium

dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di

dalam air.

2.1.1.9.4. Pengelolaan Lingkungan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi pengelolaan

lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan

untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan

penegakan hukum.

Pengelolaan lingkungan dapatlah kita artikan sebagai usaha dasar

untuk memelihara atau dan memperbaiki mutu lingkungan, agar

kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Untuk

mendapatkan mutu lingkungan yang baik, usaha kita ialah memperbesar

Page 79: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

62

manfaat lingkungan atau dan memperkecil lingkungan (Soemarwoto,

2004:76).

Dewasa ini tugas dan peranan pemerintah kita bukanlah untuk

melindungi alam terhadap kegiatan manusia yang membawa pengaruh

negatif pada kehidupan masyarakat. Mereka lebih mengutamakan pada

upaya-upaya untuk memperbaiki alam beserta pengaruh lingkungannya,

menciptakan keindahan dan peremajaan kota yang memberikan

kegairahan, kenyamanan dan kepuasan hidup bagi warga kotanya. Secara

teoritis, pihak yang menyebabkan terjadinya pencemaran harus dibebani

pajak jika pemerintah bermaksud memperbaiki efisiensi secara alokatif.

Akan tetapi, dalam praktek tidak mudah ditentukan secara tepat tingkat

dan kejadian pencemaran yang dimaksud (Adisasmita, 2005:155).

Investasi untuk mengendalikan pencemaran dapat dibedakan dalam

2 (dua) kategori (Adisasmita, 2005:155-156), yaitu:

1. Group treatment investment

2. Assimilation investment

Kategori yang pertama dilakukan oleh pihak yang menimbulkan

pencemaran, misalnya sekelompok pabrik tertentu yang berusaha untuk

mencegah pengaruh negatif dari asap atau barang cair lainnya. Sedangkan

kategori kedua biasanya dalam bentuk meningkatkan kapasitas sarana

kolektif ataupun oleh pemerintah.

Page 80: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

63

Salah satu kesulitan dalam hubungan investasi masyarakat yang

dilakukan untuk mengendalikan lingkungan hidup adalah sulitnya

mengatur manfaat penurunan tingkat pencemaran secara tangible atau

yang dapat dikonversi dalam uang. Sebagai konsekuensinya mungkin

lebih mudah untuk menjelaskan apa sasaran dalam pengendalian

lingkungan hidup dalam arti fisik yang hendak dicapai.

Menyadari besarnya dampak pembangunan terhadap lingkungan

hidup, maka pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun

1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan, yang

pelaksanaannya dituangkan dalam PP nomor 29 Tahun 1986. Undang-

undang beserta peraturan pelaksana tersebut dimaksudkan sebagai sarana

untuk melakukan pencegahan terhadap suatu rencana kegiatan, misalnya

proyek yang mungkin dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Dalam

Undang-undang tersebut, pengelolaan lingkungan hidup harus berpegang

pada asas pelestarian lingkungan yang serasi dan seimbang bagi

peningkatan kesejahteraan manusia. Hal ini berarti kegiatan

pembangunan proyek dan pengoperasian unit hasil proyek harus

berpatokan pada wawasan lingkungan. Maksud diatas dapat dicapai

dengan cara sebagai berikut (Soeharto,2002:197-198):

a. Memperbaiki kemampuan daya dukung lingkungan lokasi proyek dan

alam sekitarnya.

Page 81: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

64

b. Mengelola penggunaan sumber daya secara bijaksana dengan

merencanakan, memantau, dan mengendalikan penggunaan sumber

daya tersebut secara bijaksana.

c. Memperkecil dampak negatif dan memperbesar dampak positif.

Setelah semua cara dilaksanakan, diharapkan dapat menjamin

pembangunan yang berkesinambungan dengan tidak menurunkan potensi

sumber daya yang dapat diperbaharui.

Dalam usaha untuk mengubah keseimbangan lingkungan yang ada

pada mutu lingkungan yang rendah ke keseimbangan lingkungan baru

pada tingkat mutu lingkungan yang tinggi diusahakan agar lingkungan

tetap dapat mendukung mutu hidup yang lebih tinggi itu. Dengan

demikian jelaslah yang kita lestarikan bukanlah keserasian dan

keseimbangan lingkungan, melainkan kita ingin melestarikan daya

dukung lingkungan yang dapat menopang secara terlanjutkan

pertumbuhan dan perkembangan yang kita usahakan dalam pembangunan

(Soemarwoto, 2004:81). Di Indonesia, baik usahawan sebagai produsen

maupun masyarakat sebagai konsumen tidak atau sedikit usahanya untuk

mengurangi limbah karena kesadaran lingkungan, kesadaran hukum dan

komitmen untuk melindungi lingkungan masih rendah.

Pengelolaan lingkungan mempunyai ruang lingkup yang luas

dengan cara yang beraneka pula, seperti dapat dilihat berikut ini

(Soemarwoto, 2004:95):

Page 82: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

65

1. Pengelolaan lingkungan secara rutin.

2. Perencanaan dini pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi

dasar dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan.

3. Perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak

lingkungan yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek

pembangunan yang sedang direncanakan.

4. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan

yang mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun

karena tindakan manusia.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dijadikan sebagai penelitian terdahulu berkaitan dengan

penelitian peneliti tentang Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 2 tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air di Kota Tangerang adalah penelitian yang berjudul Pelaksanaan

kewenangan pemerintah Kota Denpasar dalam mengendalikan pemanfaatan air

tanah oleh hotel berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air oleh Ariestha Surya

Permana, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya

Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan

kewenangan Pemerintah Kota Denpasar dalam mengendalikan pemanfaatan air

tanah oleh hotel berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Page 83: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

66

Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif, dimana dalam penelitian yang dilakukan

bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari

kejadian yang diteliti.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa: pelaksanaaankewenangan Pemerintah Kota Denpasar dalam

mengendalikanpemanfaatan air tanah oleh Badan Lingkungan Hidup dan

DinasPekerjaan Umum secara umum sudah melaksanakan dengan baik namun

belum optimal. Badan Lingkungan Hidup telah melakukanupaya konservasi

dengan cara mewajibkan pengusaha hotel untuk melaksanakan upaya-upaya

pelestarian seperti membuat sumurresapan atau lubang biopori guna

meningkatkan potensi air tanah.Upaya ini masih mempunyai kendala karena

Badan LingkunganHidup tidak menfasilitasi hotel dengan menyediakan alat

untukmembuat sumur resapan atau lubang biopori. Dinas PekerjaanUmum bidang

pengairan sesuai dengan kewenangannyamemberikan rekomendasi teknis kepada

Walikota Kota Denpasarmengenai penyelenggaraan perijinan pemanfaatan air

tanah padacekungan air tanah di Kota Denpasar. Cekungan air tanah

KotaDenpasar termasuk dalam cekungan air tanah Denpasar-Tabanandan juga

memberikan rekomendasi teknis yang berisi persetujuanatau penolakan pemberian

ijin berdasarkan zona konservasi air tanah. Kendala yang dihadapi dalam

mengendalikan pemanfaatanair tanah oleh hotel di Kota Denpasar berupa

kurangnya intensifnyasosialisasi mengenai dampak negatif dari pemanfaatan air

tanah yang berlebihan. Tidak adanya regulasi dari Pemerintah KotaDenpasar yang

Page 84: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

67

memberikan sanksi yang tegas bagi yangmelanggar perijinan air tanah dan

kesadaran yang kurang darimasyarakat yang menggunakan air tanah karena air

tanah itudianggap gratis. Kendala lainnya seperti kurangnya sumber dayamanusia

yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Denpasar dalammengendalikan pemanfaatan

air tanah oleh hotel dan masih terjadinya pencurian air tanah yang dilakukan oleh

oknumpengusaha juga menjadi masalah yang sangat serius dan harussegera

diselesaikan.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian peneliti saat ini adalah

fokus penelitian yang tidak hanya meneliti tentang pemanfaatan air tanah oleh

Hotel, tetapi pengelolaan kualitas semua sumber daya air dalam rangka

mengendalikan pencemaran air. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini

merupakan salah satu produk hukum di tatanan pemerintah daerah. Sehingga

diharapkan dari hasil penelitian ini mampu memonitoring dan mengevaluasi

peraturan daerah tersebut.

Penelitian yang kedua adalah penelitian yang berjudul Efektifitas Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam Mengendalikan

Pencemaran Sungai Cisadane oleh Ratna Farly Adzani, Program Studi Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam mengendalikan

pencemaran sungai Cisadane. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan kuantitatif deskriptif.

Page 85: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

68

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa efektifitas Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam

mengendalikan pencemaran sungai Cisadane cukup tinggi/sedang karena hanya

mencapai angka 64,8% dari angka yang dihipotesiskan, yaitu minimal 70%.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian peneliti saat ini terletak

dari fokus penelitian yang dipilih, penelitian tersebut hanya mengambil fokus

penelitian mengenai efektifitas Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam

melakukan pengendalian pencemaran sungai Cisadane, sedangkan penelitian yang

dilakukan peneliti saat ini tidak hanya terfokus pada pengendalian pencemaran air

tetapi pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air di semua jenis

sumber daya air tidak hanya sungai Cisadane. Penelitian yang dilakukan peneliti

saat ini mempunyai pedoman hukum yaitu merupakan implementasi kebijakan

yang dibuat oleh pemerintah daerah kota Tangerang dalam upaya mengelola

kualitas air dan mengendalikan pencemaran air.

2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti dalam penelitian,

untuk mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan

permasalahan penelitian maka dibuatlah kerangka berpikir sebagai berikut:

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah “Implementasi

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang”. Sehingga

peneliti mendeskripsikan Implementasi Perda tersebut dengan apa yang

Page 86: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

69

senyatanya terjadi di lapangan dan peneliti menggambarkan kondisi riil di

lapangan dengan konsep yang dirancang oleh pemerintah. Sehingga peneliti

memperoleh banyak data dan informasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi

dalam implementasi perda tersebut. Ternyata masih ada hambatan-hambatan dan

permasalahan dalam implementasi perda tersebut diantaranya: belum optimalnya

koordinasi pengawasan terhadap sektor usaha kecil dan menengah dalam

pembuangan limbah tanpa proses pengolahan, kurangnya koordinasi dalam

pemberian izin pembuangan air limbah ke sumber air, sosialisasi tentang

Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 2 Tahun 2013 belum berjalan optimal,

masih banyak industri skala besar di Kota Tangerang yang melanggar Perda dan

belum memiliki IPAL serta belum memiliki Peraturan Walikota (Perwal) sebagai

dasar acuan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang jelas. Dari berbagai

permasalahan dalam implementasi Perda tersebut dikaji dengan pendekatan model

kebijakan publik yang dikemukakan oleh Merille S. Grindle. Pemilihan model

teori ini didasarkan bahwa temuan lapangan sangat relevan dan cocok dengan

model teori ini yang bersifat teknis untuk mengetahui isi dan pemahaman dari

kebijakan tersebut dan bagaimana konteks implementasi kebijakan tersebut.

Berdasarkan teori (Grindle, 1980) “Model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan

dan konteks implementasinya”. Berdasarkan model pendekatan implementasi

kebijakan publik yang dikemukakan oleh Grindle dikatakan bahwa isi kebijakan

yang mempengaruhi di dalamnya adalah kepentingan-kepentingan yang

mempengaruhi, jenis manfaat yang bisa diperoleh, derajat perubahan yang ingin

dicapai, letak pengambilan keputusan, pelaksana program, sumber-sumber daya

Page 87: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

70

yang digunakan. Sedangkan dalam konteks implementasinya adalah kekuasaan

kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat, karakteristik

lembaga dan rezim yang berkuasa, tingkat kepatuhan dan adanya respon dari

pelaksana. Sehingga apabila dikaji lebih mendalam permasalahan yang timbul

dalam implementasi Peraturan Daerah Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor

2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air dengan teori implementasi model Merille S. Grindle, output atau hasil yang

diharapkan adalah menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukkannya

agar tetap dalam kondisi alamiah serta memelihara ketersediaan air pada sumber-

sumber air agar memenuhi kriteria mutu air menurut peruntukkannya secara

berkelanjutan sesuai dengan tujuan yang terdapat padaPeraturan Daerah Peraturan

Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air.

. Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir tersebut dapat dilihat melalui

gambar bagan berikut ini:

Kerangka Berpikir

1. Belum optimalnya koordinasi pengawasan terhadap sektor usaha kecil dan menengah

dalam pembuangan limbah tanpa proses pengolahan.

2. Kurangnya koordinasi dalam pemberian izin pembuangan air limbah ke sumber air.

3. Sosialisasi tentang Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 2 Tahun 2013 belum berjalan

optimal.

4. Masih banyak industri skala besar di Kota Tangerang yang melanggar Perda dan belum

memiliki IPAL.

5. Belum memiliki Peraturan Walikota (Perwal) sebagai dasar acuan petunjuk pelaksanaan

dan petunjuk teknis yang jelas.

Page 88: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

71

Gambar 2.1.

Kerangka Berpikir

2.4.Asumsi Dasar

Asumsi merupakan dugaan sementara peneliti berkaitan dengan hal yang

ditelitinya. Penelitian ini meneliti tentang Implementasi Peraturan daerah Kota

Tangerang Nomor 2 tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Implementasi Kebijakan Model Merille S. Grindle

Content of Policy Context of Policy

1. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi 1. Kekuasaan, kepentingan-

2. Jenis manfaat yang bisa diperoleh kepentingan dan strategi aktor

3. Derajat perubahan yang ingin dicapai yang terlibat

4. Letak pengambilan keputusan 2. Karakteristik lembaga dan

5. Pelaksana program rezim yang berkuasa

6. Sumber-sumber daya yang digunakan 3. Tingkat kepatuhan dan adanya

Respon dari pelaksana

Hasil yang diharapkan (Output)

1. Menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukkannya agar tetap dalam

kondisi alamiah.

2. Memelihara ketersediaan air pada sumber-sumber air agar memenuhi kriteria mutu

air menurut peruntukkannya secara berkelanjutan.

Page 89: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

72

Pengendalian Pencemaran Air. Diketahui bahwa Peraturan Daerah ini sudah

berlaku sejak Tahun 2013 sebagai usaha untuk mengelola kualitas air dan

mengendalikan pencemaran air yang dilakukan oleh masyarakat atau pelaku

usaha. Namun, dalam pelaksanaan Perda tersebut masih menemui permasalahan-

permasalahan yang menyulitkan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan

tugasnya di bidang konservasi pelestarian lingkungan hidup.

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada dalam implementasi Peraturan

Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air, peneliti memiliki asumsi bahwa implementasi

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang belum berjalan

optimal.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Page 90: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

73

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan,

dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri

keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan

penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau

oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat

diamati oleh indera manusia. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam

penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis

(Sugiyono, 2010:2).

Penelitian yang dilakukan mengenai “Implementasi Peraturan Daerah

Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang”, menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif karena bermaksud untuk mendalami dan

menghayati suatu obyek. Menurut Bogdan & Taylor (dalam Moleong 2010:4),

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara holistik (utuh).Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan

Page 91: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

74

individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu

memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Penelitian kualitatif sendiri bersifat deskriptif.Langkah kerja untuk

mendeskripsikan suatu obyek, fenomena, atau setting social terjewantah dalam

suatu tulisan yang bersifat naratif.Artinya, data, fakta yang dihimpun berbentuk

kata atau gambar daripada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti

menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Dalam

menuangkan suatu tulisan, laporan penelitian kualitatif berisi kutipan, kutipan dari

data atau fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan ilustrasi yang utuh

dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan (Satori & Komariah

2010:28).

Idealisasi penelitian kualitatif pada praktiknya tidak senantiasa

terimplementasikan karena penelitian kualitatif itu sendiri selain bersifat fleksibel

juga menekankan pada penggunaan multi-prepectives dan multi-methods. Metode

penelitian digunakan peneliti dalam penelitian mengenai “Implementasi

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang”, yaitu

kualitatif deskriptif. Hal ini ditujukan untuk dapat memahami serta menghayati

segala kejadian yang terjadi dengan fokus penelitian, dan diharapkan hasil dari

penelitian dapat menjawab rumusan masalah yaitu mengetahui permasalahan yang

terjadi implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Page 92: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

75

Tangerangsecara lebih mendalam pada sasaran penelitian, serta mendapatkan

hasil penelitian yang akurat dan mendalam.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian merupakan bagian yang membatasi dan

menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Dalam hal

ini, ruang lingkup penelitian digunakan sebagai batasan penelitian agar terfokus

pada fokus penelitian. Dengan itu maka diharapkan dapat memudahkan peneliti

untuk lebih fokus pada penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Tangerang”.

Pembatasan ruang lingkup penelitian sendiri didasarkan pada penjabaran

yang terdapat pada latar belakang masalah yang mana dipaparkan secara ringkas

dalam identifikasi masalah. Adapun, ruang lingkup dalam penelitian ini adalah

mendeskripsikan fenomena terkait bagaimana implementasi Peraturan Daerah

Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang secara mendalam.

3.3. Lokasi Penelitian

Page 93: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

76

Lokasi Penelitian yaitu menjelaskan locus penelitian yang akan

dilaksanakan, termasuk dalam menjelaskan tempat, serta alasan memilihnya.

Penelitian yang berjudul “Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air di Kota Tangerang”.Lokasi Penelitian di seluruh kecamatan Kota

Tangerang sengaja dipilih karena peneliti ingin mengkaji secara mendalam

permasalahan di seluruh wilayah di Kota Tangerang terhadap pengelolaan kualitas

air dan pengendalian pencemaran air.Disamping itu, peneliti berharap

mendapatkan temuan yang berguna dalam pemecahan permasalahan yang terjadi

dalam pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.Sehingga Perda

tersebut dapat diterima dan diimplementasikan dengan baik.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Variabel

dalam penelitian tentang “Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air” dapat didefinisikan sebagai berikut:

3.4.1. Definisi Konsep

Page 94: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

77

Definisi konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-konsep yang

jelas, yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran antara penulis

dan pembaca. Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan pelaksanaan kegiatan /aktivitas yang

mengacu pada pedoman-pedoman yang telah disiapkan sehingga dari

kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan tersebut memberikan

akibat/dampak bagi masyarakat.

2) Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Merupakan sebuah kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kota

Tangerang yang dimaksudkan untuk menjamin kualitas air yang

diinginkan sesuai dengan peruntukkannya agar tetap dalam kondisi ilmiah

dan menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui

upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan

kualitas air.

3.4.2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau objek penelitian

dalam rincian yang terukur berdasarkan indikator penelitian.Definisi operasional

penelitian menjabarkan pedoman wawancara penelitian yang berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian sesuai dengan teori yang

digunakan.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori terkaitimplementasi

Page 95: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

78

kebijakan publik model Merille S. Grindleyang terdiri dari Content of Policy dan

Context of Policy. Peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan publik

model Merille S. Grindle tersebut karena paling tepat untuk menjawab pertanyaan

rumusan masalah penelitian Berikut adalah definisi operasional dalam penelitian

ini, yaitu:

Tabel 3.1

Pedoman Wawancara Penelitian

No. Indikator Sub Indikator Pertanyaan Informan

I1 I2 I3

1. Content Of

Policy

Kepentingan

yang

mempengaruhi

Apakah yang melatarbelakangi

diberlakukannya Perda tersebut?

Apa saja kepentingan yang mempengaruhi

baik pemerintah maupun pelaksana teknis

dalam mengimplementasikan Perda

tersebut?

Bagaimanakah pandangan para pilar

terhadap pelaksanaan Perda tersebut?

Jenis manfaat

yang bisa

diperoleh

Bagaimana manfaat yang dirasakan dari

diterapkannya Perda tersebut ?

Derajat

perubahan yang

ingin dicapai

Bagaimana perubahan yang terjadi setelah

diterapkannya Perda tersebut?

Apa perubahan yang diinginkan dari adanya

Perda tersebut?

Letak

pengambilan

keputusan

Siapakah yang berwenang dalam

memberikan sanksi terhadap pelanggaran

Perda tersebut?

Pelaksana

program

Siapa saja yang menjadi implementator

dalam pelaksanaan Perda tersebut?

Sumber-sumber

yang digunakan

Bagaimanakah ketersedian sarana dan

prasarana dalam pelaksanaan Perda

tersebut?

2. Context Of

Policy

Kekuasaan,

Kepentingan-

kepentingan dan

strategi dari

aktor yang

Bagaimana kekuasaan yang dimiliki oleh

para pelaksana kebijakan dalam

implementasi perda?

Page 96: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

79

terlibat Apa saja kepentingan yang diinginkan para

pelaksana perda dalam implementasi perda

tersebut?

Apakah strategi yang digunakan dalam

menghadapi hambatan pelaksanaan perda

tersebut?

Karakteristik

lembaga dan

rezim yang

berkuasa

Bagaimana karakteristik pemerintah kota

Tangerang saat ini terkait dalam

pelaksanaan perda?

Tingkat

kepatuhan dan

adanya respon

pelaksana

Apakah pelaksanaan teknis yang dilakukan

oleh para implementator sudah sesuai

dengan Perda tersebut?

Bagaimana kepatuhan para aktor yang

terlibat terhadap Perda tersebut?

Sumber: Peneliti, 2015

3.5. Instrumen Penelitian

Irawan (2006:15) menjelaskan bahwa satu-satunya instrumen terpenting

dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin

menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data, seperti tape recorder,

video kaset, atau kamera. Tetapi alat-alat ini benar-benar tergantung pada peneliti

untuk menggunakannya. Selain itu, konsep human instrument atau manusia

sebagai instrumen sendiri menurut Satori & Komariah (2010:61), dipahami

Page 97: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

80

sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta lapangan dan tidak ada alat yang

paling elastis dan tepat untuk mengungkapkan data kualitatif kecuali peneliti itu

sendiri.

Peneliti sebagai key instrumentjuga harus “divalidasi” seberapa jauh

peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya turun ke lapangan.Validasi

terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman

metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,

kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun

logistiknya.Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri

seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki

lapangan.Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas

temuannya (Sugiyono, 2010: 22).

Penelitian mengenai “Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air di Kota Tangerang”, instrumen yang digunakan adalah peneliti

sendiri. Dalam penelitian ini peneliti menempatkan diri sebagai observer.Adapun

jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data

sekunder.Peneliti sebagai key instrument dalam penelitian karena peneliti dapat

merasakan langsung, mengalami, melihat sendiri obyek atau subyek yang sedang

diteliti.Selain itu, peneliti juga mampu menentukan kapan penyimpulan data telah

Page 98: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

81

mencukupi, data telah jenuh, dan kapan penelitian dapat dihentikan. Peneliti juga

dapat langsung melakukan pengumpulan data, melakukan refleksi secara terus-

menerus dan secara gradual membangun pemahaman yang tuntas mengenai

sesuatu, dalam hal ini implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2

Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

di Kota Tangerang

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder.Data primer dalam penelitian ini yaitu data-data yang didapat

berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan

observasi lapangan. Sedangkan data-data sekunder yang didapatkan berupa

dokumen tertulis berupa catatan atau dokumentasi tentang Pemerintah Kota

Tangerang, seperti profil instansi, kepegawaian, struktur organisasi, dan data

lainnya yang diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tangerang

yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun alat-alat tambahan

yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah pedoman wawancara,

alat perekam, buku catatan dan kamera.

Teknik pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan masalah

penelitian yang ingin dipecahkan.Masalah memberi arah dan memengaruhi

penentuan teknik pengumpulan data.Banyak masalah yang telah dirumuskan tidak

dapat dipecahkan dengan baik, karena teknik untuk memperoleh data yang

diperlukan tidak dapat menghasilkan data yang diinginkan (Satori & Komariah,

2010:103). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian mengenai

Page 99: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

82

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Tangerang”, dengan menggunakan beberapa macam teknik, diantaranya:

1. Observasi

Observasi menurut Semiawan (2010:112) adalah bagian dalam

pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan.

Dalam tradisi kualitatif, data tidak akan diperoleh di belakang meja, tetapi harus

terjun ke lapangan, tetangga, organisasi, dan komunitas. Data yang diobservasi

dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, dan

keseluruhan interaksi antar manusia. Data observasi juga dapat berupa interaksi

dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam berorganisasi.

Metode observasi yang digunakan dalam penelitian mengenai

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Tangerang”, yaitu menggunakan metode observasi non-participant. Dalam hal ini

peneliti datang ke lokasi penelitian, namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang

dilakukan dari subyek penelitian. Artinya peneliti hanya melakukan pengamatan

terkait bagaimanaimplementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2

Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

di Kota Tangerang.

Tujuan penggunaan metode observasi dalam penelitian ini yakni peneliti

dapat mencatat hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, mendokumentasikan,

dan merefleksikannya secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi dari

Page 100: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

83

subyek penelitian. Dengan demikian, maka data-data yang dikumpulkan

berdasarkan hasil teknik pengumpulan data lainnya, dapat ditriangulasikan dengan

menggunakan metode ini. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang valid.

Validitas data sangat diperlukan dalam penelitian ini karena keabsahan data yang

didapat apakah sesuai dengan fakta yang ada di lapangan atau tidak.

2. Wawancara

Merupakan proses untuk memperoleh keterangan untuk mencapai tujuan

penelitian yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi verbal berupa percakapan.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan

yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln & Guba (dalam

Moleong 2010:186), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan;

merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu;

memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami

pada masa yang akan mendatang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas

informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia

(triangulasi); dan memverfikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang

dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Metode wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Tangerang”, yaitu wawancara mendalam yang mana peneliti melakukannya

Page 101: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

84

dengan sengaja untuk melakukan wawancara dengan informan dan peneliti tidak

sedang observasi partisipasi, ia bisa tidak terlibat intensif dalam kehidupan sosial

informan, tetapi dalam kurun waktu tertentu. Peneliti bisa datang berkali-kali

untuk melakukan wawancara.Sifat wawancaranya tetap mendalam tetapi dipandu

oleh pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara.Tujuannya yaitu untuk

memperoleh data secara jelas, konkret, dan lebih mendalam. Pada prinsipnya

metode ini merupakan usaha untuk menggali keterangan yang lebih dalam dari

sebuah kajian dari sumber yang relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman,

pikiran dan sebagainya yang berkaitan Implementasi Peraturan Daerah Kota

Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang.

1. Studi Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga

akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode

ini hanya mengambil data yang sudah ada terkait Pemerintah Kota Tangerang

Tangerang, seperti profil instansi, kepegawaian, struktur organisasi, dan data

lainnya yang diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tangerang

yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Metode ini juga digunakan

untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen.Dalam

penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak

digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang

diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam. Penggunaan metode

Page 102: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

85

dokumentasi dalam penelitian mengenai “Implementasi Peraturan Daerah Kota

Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang”, digunakan sebagai data

pendukung terkait masalah penelitian. Dengan adanya data pendukung tersebut

ditujukan sebagai penguat argumentasi dari data-data primer yang didapatkan dari

hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti sebelumnya.

3.6. Informan Penelitian

Menurut Denzin & Lincoln (dalam Fuad & Nugroho 2014: 57-58),

seorang peneliti harus bisa menemukan “orang dalam” (an insider), salah satu

anggota partisipan yang ingin menjadi informan dan berperan sebagai pengarah

dan penerjemah muatan-muatan budaya, dan pada saat yang lain, jargon dan

bahasa kelompok setempat.Meskipun wawancara dapat dilakukan tanpa bantuan

seorang informan, namun sebaiknya tetap menggunakan informan yang baik,

sebab dengan begitu maka peneliti dapat menghemat waktu lebih banyak dan

dapat menghindarkan kesalahan-kesalahan selama proses berlangsung. Penelitian

mengenai “Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun

2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendlian Pencemaran Air di Kota

Tangerang”, dalam pemilihan informannya menggunakan teknik Purposive

Sampling (sampel bertujuan) dan Snowball Sampling (sampel yang mula-mula

kecil kemudian membesar). Menurut Bungin (2011:107), purposive sampling

adalah strategi menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai

dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Key

Page 103: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

86

informant digunakan sebagai informan didasarkan pada penguasaan informasi dan

secara logika bahwa tokoh-tokoh kunci dalam proses sosial selalu langsung

menguasai informasi yang terjadi di dalam proses sosial itu. Sedangkan snowball

sampling digunakan untuk mencari dan merekrut “informan tersembunyi”, yaitu

kelompok yang tidak mudah diakses para peneliti melalui strategi pengambilan

informan lainnya yang memungkinkan peneliti menemukan informan baru, dari

satu informan ke informan lainnya, dan membentuk seperti bola salju yang

semakin membesar.

Pemilihan informan penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling

yaitu peneliti memilih Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tangerang pada Sub

Bidang Analisis dan Pengendalian Dampak Lingkungan, Sub Bidang Pengawasan

Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup serta Sub Bidang Hukum

Lingkungan Hidup , yang mana informan tersebut dipilih karena sangat relevan

terkait masalah penelitian. Selanjutnya, teknik Snowball Samplingdilakukan

menentukan secara garis besar kategori informan dalam penelitian ini.Kemudian,

peneliti mencari informan baru, dari satu informan ke informan selanjutnya untuk

mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat dan sesuai dengan tujuan

dari penelitian itu sendiri dan akan berhenti mencari informan apabila data yang

didapat sudah mencapai titik jenuh, artinya data berdasarkan hasil jawaban

informan sudah tidak bervariasi lagi atau cenderung sama. Berikut adalah

deskripsi informan dalam penelitian “Implementasi Peraturan Daerah Kota

Page 104: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

87

Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang”, yang diantaranya:

Tabel 3.2

Deskripsi Informan Penelitian

Kode

Informan Kategori Informan Spesifikasi Informan

Peran dan Fungsi

Informan dalam

Penelitian

I1 Pilar Pemerintah

1. Kepala Bidang Pemantauan dan

Pemulihan Kualitas Air Key Informant

2. Kepala Bidang Pengawasan dan

Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup BLH Kota Tangerang

Key Informant

3. Kepala Bidang Sumber Daya Air

Dinas Bina Marga dan Sumber

Daya Air Kota Tangerang

Key Informant

4. Kepala Sub Bidang Perizinan

Kesejahteraan Rakyat BPMPTSP

Kota Tangerang

Key Informant

5. Kepala Seksi Pengendalian Air

Limbah Dinas Cipta Karya dan

Penataan Ruang Kota Tangerang

I2 Pilar Sektor Swasta

1. Pemilik Industri (PT dan CV) Key Informant

2. Pemilik atau Pengelola Hotel Key Informant

3. Pemilik atau Pengelola Rumah

Sakit Key Informant

I3 Pilar Masyarakat

1. LSM Bidang Lingkungan Hidup

Kota Tangerang Secondary Informant

2. Pengamat Lingkungan Secondary Informant

Sumber: Peneliti, 2015

2.7. Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data

2.7.1. Teknik Pengolahan Data

Page 105: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

88

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong

2010:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain. Dalam menganalisis data penelitian yang diperoleh dari hasil

penelitian di lapangan, maka peneliti menggunakan analisis data model Miles &

Huberman. Model interaktif Miles & Huberman dapat dipahami dengan gambar

dibawah ini:

Gambar 3.1 Analisis Data Miles & Huberman

Berikut adalah penjelasan mengenai gambar analisis data menurut Miles &

Huberman (dalam Fuad & Nugroho 2014:16-18), yang diantaranya:

a. Reduksi Data (Data Reduction), dimaknai sebagai proses memilah dan

memilih, menyederhanakan data yang terkait dengan kepentingan penelitian

saja, abstraksi dan transformasi data-data kasar dari catatan lapangan. Reduksi

Data Collection

Data Reduction

Conclusion:

Drawing/ Verifying

Data Display

Page 106: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

89

data perlu dilakukan karena ketika peneliti semakin lama di kancah penelitian

akan semakin banyak data atau catatan lapangan yang peneliti kumpulkan.

Tahap dari reduksi adalah memilah dan memilih data yang pokok, fokus pada

hal-hal yang penting, mengelompokkan data sesuai dengan tema, membuat

ringkasan, member kode, membagi data dalam partisi-partisi dan akhirnya

dianalisis sehingga terlihat pola-pola tertentu.

b. Penyajian Data (Data Display) berupa uraian singkat, bagan, hubungan kausal

dengan kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data dapat membantu

peneliti dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan analisis selanjutnya

berdasarkan apa yang sudah dipahami sebelumnya.

c. Menarik kesimpulan/ verifikasi (Conclusion: Drawing/ Verifying), merupakan

langkah terakhir dalam analisis data menurut Miles dan Huberman.

Berdasarkan pola-pola yang sudah tergambarkan dalam penyajian data,

terdapat hubungan kausal atau interaktif antara data dan didukung dengan

teori-teori yang sesuai, peneliti kemudian mendapatkan gambaran utuh

tentang fenomena yang diteliti dan kemudian dapat menyimpulkan fenomena

tersebut sebagai temuan baru.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian mengenai “Implementasi

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance di Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang”, menggunakan teknik analisis data Miles & Huberman. Teknik

analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat langkah analisis data,

yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hal ini digunakan sebagai alat untuk mempermudah peneliti untuk menganalisis

Page 107: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

90

data yang didapat dari hasil penelitian lapangan dan mendapatkan kesimpulan

mengenai penelitian yang dilakukan peneliti.

2.7.2. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi pendekatan dengan

kemungkinan melakukan terobosan metodologis terhadap masalah-masalah

tertentu yang kemungkinan dapat dilakukan seperti seperti yang dikatakan Denzin

dengan “Triangulasi”. Istilah penggabungan metode ini dikenal lebih akrab di

kalangan pemula dengan istilah „meta-metode‟ atau „mix-method‟, yaitu metode

campuran, dimana metode kuantitatif dan kualitatif digunakan bersama-sama

dalam sebuah penelitian (dalam Bungin 2010:257).Metode ini digunakan sebagai

alat untuk menguji apakah data hasil penelitian yang telah dikumpulkan terdapat

perbedaan atau tidak, sehingga dapat diketahui data tersebut dianggap absah atau

tidak.Penelitian mengenai “Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendlian

Pencemaran Air di Kota Tangerang”, menggunakan dua teknik triangulasi

pendekatan untuk menguji keabsahan data dari hasil penelitian lapangan. Berikut

adalah teknik triangulasi pendekatan yang digunakan peneliti, yang di antaranya:

a. Triangulasi sumber, dapat dilakukan dengan mengecek data yang sudah

diperoleh dari berbagai sumber. Data dari berbagai sumber tersebut

kemudian dipilah dan dipilih dan disajikan dalam bentuk tabel matriks.

Data dari sumber yang berbeda dideskripsikan, dikategorisasikan, mana

pandangan yang sama, berbeda dan mana yang lebih spesifik.

b. Triangulasi teknik, dapat dilakukan dengan melakukan cek data dari

berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya dengan

menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan

dokumentasi. Data dari ketiga teknik tersebut dibandingkan, adakah konsistensi. Jika berbeda, maka dapat dijadikan catatan dan dilakukan

Page 108: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

91

pengecekkan selanjutnya mengapa data bisa berbeda (Fuad & Nugroho,

2014:19-20).

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam menguji keabsahan data, peneliti

menggunakan dua teknik triangulasi pendekatan.Dengan menggunakan teknik

triangulasi sumber, peneliti memperoleh dari sudut pandang pemerintah, sektor

swasta dan masyarakat.Sedangkan, teknik triangulasi teknik, peneliti melakukan

cek data dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan studi

dokumentasi.Hal ini dijadikan dasar oleh peneliti, untuk mengetahui apakah data

yang didapatkan terdapat perbedaan atau tidak.Dan jika terdapat perbedaan, maka

selanjutnya peneliti dapat melakukan pengecekkan ulang di lapangan, mengapa

data yang diterima berbeda, dan digunakan sebagai catatan penelitian.Selain itu,

peneliti juga menggunakan member check dalam menguji keabsahan data.Member

check dilakukan dengan melakukan pengecekkan data yang diperoleh kepada

informan penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh telah sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh informan penelitian,

sehingga data yang didapat merupakan data yang valid dan kredibel (dapat

dipercaya) sesuai dengan yang telah disesuaikan dan disepakati oleh informan

penelitian yang kemudian ditandatangani sebagai bukti autentik bahwa peneliti

telah melakukan member check.

2.8. Jadwal Penelitian

Page 109: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

92

Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan

dilakukan proses penelitian (Sugiyono, 2009:286). Berikut ini merupakan jadwal

penelitian Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Tangerang :

Tabel 3.3.

Page 110: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

93

Tabel Waktu Penelitian

No. Kegiatan

Tahun

2014 2015

Bulan Bulan

11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pengajuan Judul

2. Observasi Awal

3. Penyusunan Proposal

4. Seminar Proposal

5. Revisi dan Bimbingan

6. Pengumpulan Data

7. Pengolahan & Analisis Data

8. Sidang Skripsi

9. Revisi Skripsi

Keterangan Tabel :

1: Januari 4: April 7: Juli 10: Oktober

2: Februari 5: Mei 8: Agustus 11: November

3: Maret 6. Juni 9: September 12: Desember

BAB IV

Page 111: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

94

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Deskripsi obyek penelitian menggambarkan mengenai obyek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi, tugas pokok dan

fungsi pada lokasipenelitian, serta hal lainnya yang berhubungan dengan

penelitian yang dilakukan. Deskripsi obyek penelitian juga menjelaskan secara

umum terkait gambaran kependudukan, ketenagakerjaan, kondisi pendidikan dan

kesehatan masyarakat. Berikut merupakan deskripsi obyek penelitian

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Tangerang”.

4.2. Gambaran Umum Kota Tangerang

Kota Tangerang merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten,

Indonesia, tepat di sebelah barat Ibukota Negara Indonesia yaitu DKI Jakarta serta

dikelilingi oleh Kabupaten Tangerang di sebelah selatan, utara dan timur.

Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta terbesar ketiga di

kawasan perkotaan Jabodetabek. Kota Tangerang terdiri atas 13 kecamatan yang

dibagi lagi

atas sejumlah 104 kelurahan. Dahulu kota Tangerang merupakan bagian dari

wilayah kabupaten Tangerang, kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kota

Page 112: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

95

administratif dan akhirnya ditetapkan sebagai kotamadya pada tanggal 27

Februari 1993. Sebutan “kotamadya” diganti dengan “kota” pada tahun 2001.

Tangerang adalah pusat manufaktur dan industri di pulau Jawa dan

memiliki lebih dari 1.000 pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan internasional

yang memiliki pabrik di kota ini. Tangerang memiliki cuaca yang cenderung

panas dan lembab, dengan sedikit hutan atau bagian geografis lainnya. Kawasan-

kawasan tertentu terdiri atas rawa-rawa, termasuk kawasan di sekitar Bandara

Internasional Soekarno-Hatta.

a. Keadaan Geografi Kota Tangerang

Kota Tangerang secara geografis terletak pada. posisi 106°36' - 106°42'

Bujur Timur dan 6° 6' – 6° 13' Lintang Selatan. Batas-batas wilayahadministrasi

Kota Tangerang sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Sepatan (Kabupaten

Tangerang)

b. Sebelah selatan : Kecamatan Curug, Serpong dan Pondok Aren

(Kabupaten Tangerang).

c. Sebelah timur : DKI Jakarta

d. Sebelah barat : Kecamatan Pasar Kemis dan Cikupa (Kabupaten

Tangerang).

Kota Tangerang memiliki wilayah seluas 164,593 Km2 termasuk luas.

Bandara Soekarno-Hatta seluas 16,069 Km2 yang berjarak sekitar 60 Km dari

Ibukota Propinsi Banten dan sekitar 27 Km dari DKI Jakarta. Wilayah Kota

Page 113: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

96

Tangerang meliputi 13 Kecamatan yaitu Kecamatan Ciledug (8,769 Km2),

Larangan (9,397 Km2), Karang Tengah (10,474 Km

2), Cipondoh (17,91 Km

2),

Pinang (21,59 Km2), Tangerang (15,785 Km

2), Karawaci (13,475 Km

2),

Jatiuwung (14,406 Km2), Cibodas (9,611Km

2), Periuk (9,543 Km

2), Batuceper

(11,583 Km2), Neglasari (16,077 Km

2) dan Kecamatan Benda (5,919 Km

2).

Secara topografis, kota Tangerang sebagian besar berada pada ketinggian 10 - 30

m dpl (diatas permukaan laut), sedangkan bagian utaranya (meliputi sebagian

besar Kecamatan Benda) ketinggiannya berkisar antara 0 - 10 m dpl. Selain itu

pula di Kota Tangerang pun terdapat daerah-daerah yang mempunyai ketinggian

> 30 m dpl yaitu pada bagian selatan yaitu Kecamatan Ciledug yang meliputi

Kelurahan Cipadu Jaya, Larangan Selatan, Paninggalan Selatan, Paninggalan

Utara, Parung Serab, Tajur dan kelurahan Sudimara Pinang (Kecamatan

Cipondoh).

Dilihat dari kemiringan tanahnya, sebagian besar Kota Tangerang

mempunyai tingkat kemiringan tanah 0 - 30 % dan sebagian kecil (yaitu dibagian

selatan kota) kemiringan tanahnya antara 3 - 8% berada di Kelurahan Parung

Serab, Kelurahan Paninggalan Selatan dan Kelurahan Cipadu Jaya.

Wilayah Kota Tangerang dilintasi oleh Sungai Cisadane yang membagi

Kota Tangerang menjadi 2 bagian yaitu bagian timur sungai dan bagian barat

sungai. Kecamatan yang terletak di bagian barat Sungai Cisadane meliputi

Kecamatan Jatiuwung dan sebagian Kecamatan 'I'angerang. Selain Sungai

Cisadane, di Kota Tangerang terdapat pula sungai-sungai lain seperti Sungai

Cirarab yang merupakan batas sebelah barat, Kecamatan Jatiuwung dengan

Page 114: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

97

Kecamatan Pasar Kemis di Kabupaten Tangerang, Kali Ledug yang merupakan

anak Sungai Cirarab, Kali Sabi dan Kali Cimode, sungai-sungai tersebut berada di

sebelah Sungai Cisadane, sedangkan pada bagian timur sungai Cisadane terdapat

pula sungai/kali yang meliputi; Kali Pembuangan Cipondoh, Kali Angke, Kali

Wetan, Kali Pasanggrahan, Kali Cantiga, Kali Pondok Bahar. Selain sungai/kali di

Kota Tangerang terdapat pula saluran air yang meliputi Saluran Mokevart,

Saluran Irigasi Induk Tanah Tinggi, Saluran induk Cisadane Barat, Saluran Induk

Cisadane Timur dan Salutan Induk

Cisadane Utara.

Kota Tangerang memiliki luas wilayah 164,593 Km2. Dari luas wilayah

tersebut pertumbuhan fisik kota yang ditunjukkan oleh besarnya kawasan

terbangun kota, yaitu seluas 10.127,231 Ha ( 57,12 % dari luas seluruh kota ).

Data terakhir yang menunjukan bahwa pemanfaatan lahan di Kota Tangerang

meliputi :

1. Pemukiman (59,882 Km2)

2. Industri (13,671 Km2)

3. Perdagangan dan Jasa (6,081 Km2)

4. Pertanian (44,678 Km2)

5. Lain-lain (8,194 Km2)

6. Belum terpakai (2,664 Km2)

7. Bandara Soekarno - Hatta (16,069 Km2)

Pola penggunaan lahan di Kota Tangerang dapat dikelompokkan kedalam

dua katagori, yaitu kawasan budidaya dan kawasan lindung. Berdasarkan data,

Page 115: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

98

luas kawasan lindung di kota Tangerang seluas 2,78 Km2 atau 1,50% dari total

luas lahan. Kawasan lindung ini diantaranya meliputi kawasan Situ Cipondoh dan

kawasan sempadan sungai. Sedangkan untuk kawasan budidaya dapat dibagi

menjadi dua katagori, yaitu kawasan budidaya yang sudah terbangun dan kawasan

budidaya yang belum terbangun. Kawasan Kota Tangerang seluas 164,593 Km2

dengan perincian kawasan budidaya yang sudah terbangun sebesar 123,31 Km2

(69,55 %) dan kawasan budidaya yang belum terbangun seluas 53,98746 Km2

(30,45 %).

b. Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Tangerang tahun 2013 tercatat 1.952.396 jiwa

dengan jumlah rumah tangga sebanyak 509.764 rumah tangga dan sex rasio

sebesar 104,4 artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104,4 penduduk

laki-laki. Untuk Penduduk usia sekolah ada kecenderungan meningkat pada

tingkatan sekolah dasar yaitu usia sekolah SD (7-12 tahun) dan usia sekolah SMP

(13-15 tahun). Sedangkan untuk usia SMA (16-18 tahun). menurun dibanding

tahun sebelumnya, diperkirakan migran pada tamatan SMP berkurang.

Pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang tidak hanya disebabkan oleh

pertumbuhan secara alamiah, tetapi tidak lepas karena pengaruh migran yang

masuk yang disebabkan daya tarik Kota Tangerang dengan berkembangnya

potensi Industri, perdagangan dan jasa sehingga mengakibatkan tersedianya

lapangan kerja dan kondusifnya kesempatan berusaha. Disamping itu sebagai

daerah yang berbatasan dengan Ibukota Negara, Kota Tangerang mau tidak mau

Page 116: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

99

harus menampung pula penduduk yang aktifitas ekonomi kesehariannya di

wilayah DKI Jakarta .

Kota Tangerang merupakan daerah cukup padat, tiap kilometer persegi

rata-rata dihuni 9047.4 jiwa, dimana Kecamatan Cibodas merupakan Kecamatan

dengan kepadatan tertinggi (14.154 jiwa/ km2), sementara Kecamatan Jatiuwung

masih banyak terdapat lahan kosong sehingga kepadatan penduduknya merupakan

yang terendah (6.057 jiwa/Km2).

Berdasarkan kelompok umur ternyata jumlah penduduk terbanyak adalah

penduduk umur produktif (15-64) dengan rasio ketergantungan sebesar 38,42

artinya setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung 38,42 penduduk

non produk tif (0-14 dan 65 tahun keatas). Jumlah pencari kerja di Kota

Tangerang pada tahun 20013 adalah sebanyak 25.942 jiwa atau 1,96% dari

penduduk Kota Tangerang. Sejak tahun 1997, jumlah pencari kerja senantiasa

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sebagian besar pencari kerja tersebut

memiliki tingkat pendidikan SMU yakni sebanyak 17.222 jiwa atau 66,38% dari

seluruh pencari kerja di Kota Tangerang. Pencari kerja lainnya memiliki tingkat

pendidikan SLTP (1,414 jiwa atau 5,45% dari seluruh pencari kerja di Kota

Tangerang) dan Sarjana (7.165 jiwa atau 27,61% dari seluruh pencari kerja di

Kota Tangerang).

Jumlah tenaga kerja perusahaan industri besar/sedang di Kota Tangerang

pada tahun 2013 adalah sebanyak 193.966 jiwa. Sebagian besar tenaga kerja

perusahaan industri besar/sedang tersebut termasuk ke dalam kelompok industri

Tekstil, Pakaian dan Kulit sebanyak 64.576 jiwa atau 33,29% dari seluruh tenaga

Page 117: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

100

kerja perusahaan industri besar/sedang di Kota Tangerang. Tenaga kerja lainnya

bekerja pada perusahaan-perusahaan dalam kelompok industri Kimia, Barang

Kimia, Minyak, Batubara, dan Barang dari Plastik sebanyak 40.414 jiwa atau

20,86% dari seluruh tenaga kerja perusahaan industri besar/sedang di Kota

Tangerang dan kelompok industri Barang dari Logam, Mesin, dan

Perlengkapannya sebanyak 17.256 jiwa atau 8,89% dari seluruh tenaga kerja

perusahaan industri besar/sedang di Kota Tangerang.

c. Pemerintahan

Secara administrasi wilayah Kota Tangerang terbagi dalam 13 kecamatan.

Wilayah tersebut terdiri dari 104 kelurahan, 981 Rukun Warga (RW) dan 4.901

Rukun Tetangga (RT). Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah

Kota Tangerang pada tahun 2013 adalah sebanyak 9.607 orang yang tersebar di

43 instansi, dengan rincian menurut golongan sebagai berikut :

Golongan I : 161 orang ( 0,16 %)

Golongan II : 2.421 orang (25,2 %)

Golongan III : 4.069 orang (42,35 %)

Golongan IV : 2.921 orang ( 30,4 %)

d. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia

sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan merupakan

bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Jika pembangunan yang

dilakukan tidak dapat mengandalkan sumber daya alam yang keberadaannya

terbatas maka peningkatan sumber daya manusia yang hasilnya merupakan modal

Page 118: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

101

untuk penggerak pembangunan. Pemerataan kesempatan pendidikan sangat

dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung

sekolah, perpustakaan, dan buku- buku penunjang pelajaran serta tenaga pendidik

(guru).

Fasilitas pendidikan di Kota Tangerang tersedia dari tingkat TK sampai

Perguruan Tinggi dan rata-rata jumlahnya meningkat di setiap jenjang

dibandingkan tahun sebelumnya. Bagi anak-anak pra sekolah tersedia sekolah

taman kanak-kanak (TK) sebanyak 369 sekolah TK swasta dan 1 sekolah TK

negeri. Bagi anak-anak usia sekolah dasar (SD) terdapat 503 SD terdiri dari 377

SD Negeri dan 126 SD Swasta, mampu menampung 180.890 siswa SD, Murid SD

tersebut mendapat bimbingan 2.894 guru negeri dan 5.499 guru swasta. Banyak

SMP di Kota Tangerang selama tahun 2013 terdiri dari 24 sekolah negeri dan 154

SMP swasta. Dengan jumlah siswa 62.764 siswa dan jumlah guru yang

membimbing 4.280 Orang. Fasilitas pendidikan untuk tingkat SMA lebih sedikit

jika dibandingkan 2 jenjang sebelumnya terdapat 89 sekolah terdiri 15 SMA

Negeri dan 74 SMA Swasta dan dapat menampung 25.185 murid dengan

dibimbing oleh 2.400 guru. Jika dibandingkan tahun sebelumnya jumlah sekolah

mengalami kenaikan. Fasilitas pendidikan lainnya berupa sekolah dibawah binaan

Departemen Agama antara lain Madrasah Diniyah (MI), Madrasah Tsanawiyah

(MTs), dan Madrasah Aliyah (MA). Di Kota Tangerang terdapat 96 sekolah

Madrasah Ibtidaiyah (MI) terdiri dari 1 MI Negeri dan 102 MI Swasta. Madrasah

Ibtidaiyah ini dapat menampung 19.665 murid yang dibimbing oleh 1.332 guru

Jumlah Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 60 sekolah yang terdiri dari 3

Page 119: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

102

Madrasah Tsanawiyah Negeri dan 57 Madrasah Tsanawiyah swasta mendapat

bimbingan dari 1.206 guru dan mampu menampung murid sebanyak 10.326

orang. Sedangkan Madrasah Aliyah terdapat 23 sekolah yang menampung 2.613

murid dan dibimbing 437 guru.

e. Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan

masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan

murah. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan

masyarakat yang baik dimana pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas.

Untuk melayani masyarakat di Kota Tangerang tersedia fasilitas kesehatan berupa

30 rumah sakit, 32 puskesmas, 6 puskesmas pembantu dan 30 puskesmas keliling

roda empat juga tersedia 1.061 posyandu.

4.2. Deskripsi Data

Deskripsi data merupakan bagian untuk menjelaskan penelitian yang telah

diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data, baik data

kualitatif maupun kuantitatif. Peneliti dalam tahap ini akan melakukan analisis

data berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada 11 (sebelas)

informan penelitian, yang terdiri dari pilar pemerintah, pilar swasta, dan pilar

masyarakat dengan menggunakan teknik pengumpulan informan Purposive

Sampling dan Snowball Sampling. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil

penelitian, yaitu untuk mengetahui bagaimanaImplementasi Peraturan Daerah

Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Page 120: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

103

Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang. Analisis data hasil penelitian

dilakukan dengan menggunakan model teori implementasi kebijakan dari Merille

S. Grindle (1980). Model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks

implementasinya. Berdasarkan model pendekatan implementasi kebijakan publik

yang dikemukakan oleh Grindle dikatakan bahwa isi kebijakan yang

mempengaruhi di dalamnya adalah kepentingan-kepentingan yang

mempengaruhi, jenis manfaat yang bisa diperoleh, derajat perubahan yang ingin

dicapai, letak pengambilan keputusan, pelaksana program, sumber-sumber daya

yang digunakan. Sedangkan dalam konteks implementasinya adalah kekuasaan

kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat, karakteristik

lembaga dan rezim yang berkuasa, tingkat kepatuhan dan adanya respon dari

pelaksana. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka dalam proses

menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisa secara bersamaan. Seperti

yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, bahwa dalam prosesnya analisa

dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh

Miles dan Huberman, yaitu melakukan tiga kegiatan penting, yaitu reduksi data,

penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi hasil penelitian. Untuk

mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data hasil penelitian tersebut,

maka peneliti memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Kode-kode tersebut

ditentukan berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan

permasalahan penelitian, diantaranya:

Tabel 4.1

Kode Penelitian

Page 121: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

104

Kode Keterangan

I1-… Informan dari Pilar Pemerintah

I2-… Informan dari Pilar Swasta

I3-… Informan dari Pilar Masyarakat

Sumber: Peneliti, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat beberapa kode-kode penelitian,

yang terdiri dari Pertanyaan dan informan penelitian. Adapun kode informan

dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga bagian, yang mana kode informan I1-

1, I1-2, I1-3, I1-… merupakan kode untuk informan dari Pilar Pemerintah, kode

informan I2-1, I2-2, I2-3, I2-… merupakan kode untuk informan dari Pilar Swasta,

serta kode informan I3-1, I3-2, I3-3, I3-… merupakan kode untuk informan dari Pilar

Masyarakat. Kode informan tersebut ditujukan untuk memudahkan peneliti

menganalisis data hasil penelitian serta untuk mempermudah pembaca dalam

mengenali informan dalam penelitian mengenai “Implementasi Peraturan Daerah

Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang”.

4.2.1. Data Informan Penelitian

Data informan penelitian menjelaskan deskripsi informan yang menjadi

sumber data utama dalam penelitian mengenai “Implementasi Peraturan Daerah

Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang”. Deskripsi informan

penelitian meliputi nama informan, usia, dan pekerjaan atau jabatan dari informan

penelitian tersebut. Penjelasan mengenai data informan penelitian tersebut dapat

Page 122: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

105

menjelaskan bagaimana peran dari masing-masing informan dalam Implementasi

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang. Sesuai dengan

pemilihan informan penelitian ini menggunakan teknik purposive dan snowball,

hal ini dilakukan untuk mendapatkan informan penelitian yang tepat dan kredibel.

Adapun jumlah informan dalam penelitian ini adalah 9 (sembilan) informan yang

terdiri dari 5 informan dari pilar pemerintah, 4 informan dari pilar swasta dan 2

informan dari pilar masyarakat. Berikut adalah daftar deskripsi informan

penelitian mengenai “Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2

Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

di Kota Tangerang”, sebagai berikut:

Tabel 4.2

Daftar Spesifikasi Informan

No. Nama Informan Usia Pekerjaan/Jabatan Kode

Informan

1. M. Dadang Basuki, ST, M.Si 41

Kepala Bidang Pemantauan

dan Pemulihan Kualitas

Lingkungan Hidup BLH Kota

Tangerang

I1-1

2. Agus Prasetyo, SH 51

Kepala Bidang Pengawasan

dan Penegakkan Lingkungan

Hidup BLH Kota Tangerang

I1-2

3. Taufik Syahzaeni, ST, M.Si, M.Sc 37

Kepala Bidang Sumber Daya

Air Dinas Bina Marga dan

Sumber Daya Air Kota

I1-3

Page 123: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

106

Tangerang

4. Julia Hudori, S.Si, Apt 39

Staf Pelaksana Bidang

Perizinan Kesejahteraan

Rakyat BPMPTSP Kota

Tangerang

I1-4

5. Dody Ardiansyah, ST 31

Kepala Seksi Pengendalian

Air Limbah Dinas Cipta Karya

dan Penataan Ruang Kota

Tangerang

I1-5

6. Suryanto 38 Pemilik CV Mitra Karya I2-1

7. Hilman Sanjaya, ST 26 Officer Finishing Line PT.

Sinar Antjol I2-2

8. Hendra Tany 40 Manajer Hotel FM 3 I2-3

9. Deni Wahyudi 43 Staf Bidang Limbah RS. Sari

Asih Ar-Rahmah I2-4

10. Erwin Setiawan 23 Ketua Forum About TNG I3-1

11. Ir. Toto Suharto, MT 49 Pengamat Lingkungan Kota

Tangerang I3-2

Sumber: Peneliti, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui deskripsi dari masing-masing

informan dalam penelitian mengenai “Implementasi Peraturan Daerah Kota

Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang”. Adapun kode informan

menjelaskan perbedaan peran informan dari masing-masing pilar, yaitu I1-…

sebagai informan dari pilar pemerintah, I2-… sebagai informan dari pilar swasta,

dan I3-…. dari pilar masyarakat. Informan di atas merupakan informan peneliti

anggap paling tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait permasalahan

Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang.

Page 124: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

107

Hal ini ditujukan untuk dapat mencapai hasil penelitian yang sesuai dan kredibel

dalam mencapai hasil penelitian yang diharapkan.

4.2.2. Analisis Data Penelitian

Analisis data penelitian merupakan pemaparan hasil penelitian yang

didapatkan dengan melakukan wawancara dengan 9 (sembilan) informan

penelitian yang dianggap dapat mewakili dan memberikan data terhadap

Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang.

Adapun dalam menganalisis data hasil penelitian lapangan dengan menggunakan

teori model implementasi kebijakan dari Merille S. Grindle (1980) yang mana

terdiri dari isi kebijakan yang mempengaruhi di dalamnya adalah kepentingan-

kepentingan yang mempengaruhi, jenis manfaat yang bisa diperoleh, derajat

perubahan yang ingin dicapai, letak pengambilan keputusan, pelaksana program,

sumber-sumber daya yang digunakan. Sedangkan dalam konteks implementasinya

adalah kekuasaan kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat,

karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa, tingkat kepatuhan dan adanya

respon dari pelaksana. Berikut adalah analisis data penelitian mengenai

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Tangerang”. Adapun dalam menganalisis data hasil penelitian lapangan dengan

menggunakan teori implementasi kebijakan publik model implementasi Merille S.

Grindle. Adapun indikator dari teori implemetasi kebijakan publik Merille S.

Grindle, diantaranya:

Page 125: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

108

1. Content of Policy menurut Grindle adalah:

g. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi.

h. Jenis manfaat yang bisa diperoleh.

i. Derajat perubahan yang ingin dicapai.

j. Letak pengambilan keputusan.

k. Pelaksana program.

l. Sumber-sumber daya yang digunakan.

2. Context of Policy menurut Grindle adalah:

d. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat.

e. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa.

f. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana.

Page 126: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

109

4.2.2.1. Content of Policy

a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi

Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi berkaitan dengan berbagai

kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini

berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan

banyak kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut

membawa pengaruh terhadap implementasinya. Setiap pembentukan perda pasti

terdapat kepentingan-kepentingan di dalamnya. Hal itu juga terdapat pada Perda

Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air, dimana perda ini diciptakan adalah untuk

mencegah dan mengendalikan pencemaran air di Kota Tangerang.

Sebenarnya perda ini merupakan perda baru di lingkungan kota

Tangerang, perda ini diberlakukan pada saat ditetapkannya perda yaitu pada

tanggal 16 Mei 2013 pada masa kepemimpinan Bapak Wahidin Halim sebagai

walikota Tangerang. Perda ini merupakan peraturan di tingkat daerah

kabupaten/kota yang diturunkan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kota Tangerang dapat dikategorikan sebagai kota metropolitan karena

jaraknya yang dekat dan berbatasan langsung dengan ibukota negara. Sebagai

kota metropolitan tentunya Kota Tangerang dihadapkan pada permasalahan

lingkungan hidup yaitu tingginya tingkat pencemaran yang disebabkan karena

limbah rumah tangga dan limbah industri. Namun, dengan dikeluarkannya perda

ini, diharapkan tingkat pencemaran dapat dikendalikan dan dapat diminimalisir.

Page 127: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

110

Berdasarkan temuan peneliti bahwa Perda ini sebenarnya merupakan

inisiatif dari Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam membuat peraturan

di tingkat daerah didasarkan pada kajian secara umum dan isu yang menjadi

temuan penting yaitu kualitas air yang semakin memburuk di kota Tangerang.

Perda ini disetujui oleh Walikota Tangerang dan diajukan oleh Walikota kepada

DPRD kota Tangerang untuk ditetapkan. Dalam hal ini terlihat DPRD selaku

badan legislatif di kota Tangerang hanya mengesahkan rancangan perda ini untuk

selanjutnya perda ini di implementasikan oleh pemerintah. Dengan demikian,

tidak ada kepentingan dalam pembuatan perda ini serta tidak ada keterlibatan

stakeholders dalam pembuatan perda, karena perda ini hanya dibuat oleh

pemerintah sebagai aturan teknis mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

Pada tahap implementasi kebijakan, perda ini dilaksanakan oleh semua

stakeholders yang terdapat di kota Tangerang yang terdiri dari tiga pilar,

diantaranya pemerintah, swasta dan masyarakat. Pada pilar pemerintah,

implementasi perda ini dilakukan umumnya oleh semua SKPD, tetapi berkaitan

dengan implementasi di lapangan dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup

(BLH), Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) pada sub bidang perizinan pengolahan

limbah cair, dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang pada sub bidang

pengendalian limbah. Pada pilar swasta, implementasi perda ini dilakukan oleh

semua sektor swasta yang mengambil dan membuang air di lingkungan kota

Tangerang yaitu diantaranya, industri kelas atas, menengah dan kecil, hotel dan

apartemen, rumah sakit serta berbagai jenis usaha yang berpotensi menghasilkan

Page 128: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

111

limbah. Pada pilar masyarakat, implementasi perda ini dilihat dari pandangan

LSM sebagai organisasi masyarakat yang terorganisir dan pengamat lingkungan

kota Tangerang.

Pada tahap implementasi perda, terdapat berbagai kepentingan-

kepentingan yang mempengaruhi dalam pelaksanaan. Kepentingan yang

mempengaruhi ini nantinya akan menjadi peran yang dilakukan oleh masing-

masing pilar dalam pelaksanaan perda. Pada pilar pemerintah, kepentingan yang

mempengaruhi dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai

pilar pemerintah, sebagai berikut:

“Pelaksana perda ini semua stakeholders yang terdapat di kota Tangerang,

karena perda ini berlaku di kota Tangerang. Implementasi perda ini harus

dilakukan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab yaitu diantaranya

pemerintah daerah, masyarakat, dan badan usaha. Jika di level pemerintah

implementasi perda ini secara spesifik dilakukan oleh BLH, Dinas Bina

Marga dan Sumber Daya Air, Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang

serta Badan Perizinan. BLH dalam hal ini selaku sebagai badan yang

menyelenggarakan fungsi koordinasi implementasi perda ini.” (wawancara

di Ruang Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan

Hidup BLH Kota Tangerang, 19 November 2015 Pukul 11.05 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 dapat diketahui bahwa

pelaksanaan perda ini dilakukan oleh semua stakeholders yang terdapat di kota

Tangerang yaitu diantaranya pemerintah, swasta dan masyarakat. Masing-masing

pilar tersebut memiliki kewajiban tertentu dalam pelaksanaan perda ini. Pada pilar

pemerintah implementasi dilakukan oleh semua SKPD, namun SKPD yang

bertanggung jawab dalam hal pengelolaan kualitas air dan pengendalian

pencemaran air yaitu diantaranya Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Bina

Marga dan Sumber Daya Air, Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang serta Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP). Dalam

Page 129: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

112

implementasi perda ini, BLH merupakan instansi pemerintah yang menjalankan

fungsi koordinasi kepada semua SKPD.

Pada bidang perizinan, kepentingan yang mempengaruhi adanya

implementasi perda ini dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4

sebagai pilar pemerintah, sebagai berikut:

“Kalau di Perda itu, ada mengenai izin pembuangan limbah cair, kalau di

kami di BPMPTSP wewenang kami berdasarkan Perwal tentang

pelimpahan kewenangan dari walikota kepada Badan Perizinan yang

dilimpahkan dari SKPD teknis ke Bidang Perizinan, hanya terkait izin

pembuangan limbah cair.” (wawancara di Ruang Bidang Perizinan

Kesejahteraan Rakyat BPMPTSP kota Tangerang, 19 November 2015

Pukul 10.11 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4 sebagai pilar pemerintah di

bidang perizinan, bahwasanya BPMPTSP kota Tangerang selaku badan perizinan

hanya memiliki kewenangan berdasarkan Perwal tentang pelimpahan kewenangan

dari Walikota kepada badan perizinan yang dilimpahkan dari SKPD teknis ke

bidang perizinan hanya terkait izin pembuangan limbah cair.

Kepentingan yang mempengaruhi dalam pelaksanaan perda ini juga

melibatkan pilar swasta dan pilar masyarakat sebagai salah satu pihak yang

bertanggung jawab dan mematuhi perda ini. Pilar swasta yang terlibat dalam

pelaksanaan perda ini yaitu industri, jenis usaha atau kegiatan skala kecil dan

menengah, hotel, dan rumah sakit serta semua jenis kegiatan yang mengambil dan

membuang air di Kota Tangerang. Kepentingan yang mempengaruhi pada pilar

swasta dapat terlihat berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 sebagai pilar

swasta, sebagai berikut:

Page 130: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

113

“Dengan adanya perda tersebut, Pemerintah tidak terlalu berlebihan

sehingga mempersulit perusahaan dalam produksi.” (wawancara di Kantor

Finishing Line PT. Sinar Antjol, 18 November 2015 Pukul 12.00 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 dapat diketahui bahwa salah satu

kepentingan dari pilar swasta dari adanya implementasi perda ini agar pemerintah

selaku para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan tidak terlalu menerapkan

aturan yang berlebihan dalam pelaksanaan perda ini, sehingga tidak mempersulit

perusahaan dalam melakukan produksinya. Perusahaan mengharapkan pemerintah

agar lebih kooperatif dalam hal pelaksanaan perda.

Kepentingan yang mempengaruhi dari adanya implementasi perda ini juga

sangat berpengaruh apabila semua pilar yang terlibat dalam pelaksanaan perda

mengetahui adanya perda ini sebagai salah satu peraturan yang dibuat oleh

pemerintah kota Tangerang untuk mengelola kualitas air dan mengendalikan

pencemaran air, hal yang biasa dilakukan oleh pemerintah sebagai program

sebelum pelaksanaan perda yaitu dengan menggunakan pendekatan sosialisasi.

Namun kenyataannya, berdasarkan temuan lapangan, ada beberapa pilar swasta

yang belum mengetahui adanya perda tersebut. Berikut merupakan hasil

wawancara terkait kurang optimalnya sosialisasi perda yang dilakukan oleh

pemerintah sebagai pelaksana kebijakan, sebagai berikut:

I2-3:

“Saya tidak mengetahui tentang adanya perda ini, karena selama ini saya

kurang memperhatikan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

kota Tangerang.” (wawancara di Ruang Tamu Hotel FM 3, 25 November

2015 Pukul 09.00 WIB).

Page 131: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

114

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-3 sebagai pilar swasta terlihat

bahwa sosialisasi perda ini belum berjalan optimal. Sosialisasi perda yang

dilakukan pemerintah belum terlihat sampai kepada para pengelola usaha atau

kegiatan yang berpotensi membuang limbah dan melakukan pencemaran. Hal

tersebut juga diperkuat berdasarkan hasil wawancara dengan I2-4 sebagai pilar

swasta, yaitu:

I2-4:

“Kalau saya pribadi tidak mengetahui tentang perda tersebut, tetapi yang

saya tahu, kami selaku pihak rumah sakit tidak boleh membuang limbah

sembarangan.” (wawancara di Kantin RS. Sari Asih Ar-Rahmah, 30

November 2015 Pukul 14.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-4 sebagai pilar swasta terlihat

bahwasanya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah memang belum

menyeluruh dan belum sepenuhnya dilakukan. Sehingga banyak yang belum

mengetahui adanya perda tersebut. Dari kedua hasil wawancara tersebut, terlihat

bahwa sektor swasta belum bisa berperan optimal dalam implementasi perda, saat

ini sektor swasta hanya mengikuti aturan yang dibuat oleh pemerintah. Oleh

karenanya, pilar swasta sangat penting mengetahui adanya perda tersebut terutama

jenis usaha atau kegiatan skala kecil dan menengah yang berpotensi melakukan

pencemaran. Belum optimalnya sosialisasi yang dilakukan mengakibatkan

kurangnya pengetahuan para pelaku usaha terhadap perda tersebut.

Pilar masyarakat juga merupakan salah satu pilar yang dilibatkan dari

adanya implementasi perda ini. Dalam hal ini peneliti mengambil data penelitian

lapangan dengan mewawancarai LSM dan pengamat lingkungan sebagai pilar

Page 132: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

115

masyarakat yang berpengaruh terhadap implementasi perda tersebut. Adanya

kepentingan pilar masyarakat merupakan salah satu indikator penting apabila

implementasi perda ini ingin sesuai dengan harapan semua stakeholders. Peran

masyarakat dalam implementasi perda dapat terlihat hasil wawancara dengan I3-1

sebagai LSM dari pilar masyarakat, sebagai berikut:

“Tentunya saya selaku mitra pemerintah mengharapkan dengan adanya

perda ini, semua masyarakat baik masyarakat industri, pengusaha ataupun

masyarakat umum mematuhi perda tersebut dan pastinya saya

mengharapkan pemerintah konsisten untuk melaksanakan perda tersebut.”

(wawancara di Kediaman Erwin Setiawan, 22 November 2015 Pukul

16.00).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1 sebagai LSM dari pilar

masyarakat terlihat bahwasanya pilar masyarakat memiliki kepentingan agar

semua aktor yang terlibat dari implementasi perda ini konsisten untuk

melaksanakan dan mematuhi perda tersebut. Dengan demikian, dalam dimensi

Content of Policy yaitu indikator kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi,

terdapat berbagai kepentingan yang mempengaruhi dalam pelaksanaan perda,

kepentingan yang mempengaruhi tersebut diantaranya,

1. Pilar pemerintah, Walikota yang mengajukan rancangan perda, DPRD yang

menetapkan perda, BLH sebagai koordinator pelaksana teknis, BPMPTSP

sebagai pelaksana perizinan pembuangan limbah cair, Dinas Bina Marga dan

Sumber Daya Air sebagai pelaksana pembuatan dan perbaikan infrastruktur,

Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang sebagai pelaksana pengendalian

limbah.

Page 133: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

116

2. Pada pilar swasta, kepentingan yang mempengaruhi yaitu bahwa perusahaan,

hotel, rumah sakit, jenis usaha kecil dan menengah memiliki kepentingan

dalam pelaksanan perda ini tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas

produktivitas kerja.

3. Pilar masyarakat menginginkan dengan adanya perda ini, semua stakeholders

yang terdapat di kota Tangerang mematuhi perda dan pemerintah selaku

pengambil keputusan harus bertindak tegas dan konsisten dalam pelaksanaan

perda.

b. Jenis manfaat yang bisa diperoleh

Pada point ini Content of Policy berupaya untuk menunjukkan atau

menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat

yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian

kebijakan yang hendak dilaksanakan. Setiap perda yang dibuat diharapkan dapat

mendatangkan manfaat bagi semua pihak, sama halnya dengan

pengimplementasian Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Manfaat

yang bisa diperoleh dapat berupa manfaat secara langsung ataupun manfaat secara

tidak langsung dari adanya perda. Untuk membahas lebih lanjut mengenai

manfaat yang diperoleh dari adanya perda ini, berikut adalah hasil wawancara

dengan I1-1sebagai pilar pemerintah terkait, sebagai berikut:

“Dari segi perizinan sudah membaik, masyarakat sudah mulai sadar dan

peduli lingkungan karena persentase tingkat pencemar sumber air

dihasilkan paling banyak dari limbah domestik.” (wawancara di Ruang

Page 134: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

117

Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup

BLH Kota Tangerang, 19 November 2015 Pukul 11.05 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1sebagai pilar pemerintah terkait

manfaat yang telah dihasilkan dari adanya implementasi perda, sebagian besar

telah mendatangkan manfaat atau dampak positif sejak perda tersebut ditetapkan.

Dari segi perizinan lingkungan sudah membaik dan tingkat peran serta masyarakat

terhadap lingkungan telah meningkat. Di sisi lain, manfaat yang telah dihasilkan

dari adanya perda ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan I1-3 sebagai

pilar pemerintah, yaitu:

“Sejauh ini dengan adanya perda ini kualitas air baku yang terdapat pada

sumber air sudah pulih dan semakin membaik sehingga pencemaran yang

ada bisa dikendalikan dengan baik.” (wawancara di Ruang Kepala Bidang

Sumber Daya Air Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota

Tangerang, 23 November 2015 Pukul 10.11 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-3 sebagai pilar pemerintah terkait

manfaat yang telah dihasilkan dari adanya implementasi perda yaitu kualitas air

baku yang terdapat pada sumber air sudah membaik dan pencemaran yang

terdapat pada berbagai sumber air yang terdapat di kota Tangerang sudah

dikendalikan dengan baik.

Di lain pihak, manfaat dari adanya implementasi perda pada pilar swasta

dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 sebagai pilar swasta

sebagai berikut:

“Dengan adanya peraturan tersebut, pemilik perusahaan lebih berhati-hati

terutama dalam pengolahan limbah hasil produksi.” (wawancara di Kantor

Finishing Line PT. Sinar Antjol, 18 November 2015 Pukul 12.00 WIB).

Page 135: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

118

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 sebagai pilar swasta , manfaat

secara tidak langsung yang dihasilkan dari adanya perda tersebut terhadap pilar

swasta yaitu pemilik perusahaan selaku penanggung jawab operasional

perusahaan lebih berhati-hati dalam pengolahan limbah hasil produksi karena

disebabkan adanya pengawasan secara intensif pemerintah terhadap industri yang

beroperasi di kota Tangerang. Adanya perda menyebabkan pemilik perusahaan

harus mempunya tanggung jawab kepada lingkungan terlebih apabila perusahaan

yang dimilikinya terbukti melakukan pencemaran terhadap lingkungan. Oleh

karenanya, perda ini memberlakukan sanksi tegas terhadap seseorang atau badan

usaha yang melakukan pencemaran terhadap lingkungan.

Manfaat yang dihasilkan dari adanya implementasi perda ini tidak hanya

dirasakan oleh pilar pemerintah dan swasta, akan tetapi kenyataannya, LSM dan

pengamat lingkungan sebagai pilar masyarakat merasakan adanya manfaat yang

telah dihasilkan dari adanya perda ini di kota Tangerang. Sebagaimana diketahui

dari hasil wawancara dengan I3-1 sebagai pilar masyarakat, sebagai berikut:

I3-1:

“Jelas dengan adanya perda ini, terjadi perubahan dan perbaikan sarana

dan prasarana lingkungan, peningkatan pengawasan pemerintah terhadap

industri meskipun belum keseluruhan, salah satu manfaat dari perda ini

berhasil mengantarkan kota tangerang meraih penghargaan lingkungan

hidup.” (wawancara di Kediaman Erwin Setiawan, 22 November 2015

Pukul 16.00).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1 sebagai pilar masyarakat,

terdapat manfaat yang telah dirasakan setelah adanya pelaksanaan perda. Manfaat

yang bida diperoleh yaitu diantaranya, terjadi perubahan dan perbaikan sarana

Page 136: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

119

lingkungan, peningkatan pengawasan pemerintah terhadap industri, serta perda ini

merupakan salah satu indikator keberhasilan kota Tangerang memperoleh

penghargaan lingkungan hidup. Sebagaimana berdasarkan hasil wawancara I3-2

sebagai pilar masyarakat, yaitu:

I3-2:

“Bisa dikatakan perda tersebut merupakan perda baru yaitu tahun 2013,

tetapi perda tersebut harus disosialisasikan dan memang sudah berjalan

selama dua tahun, sosialisasipun belum berjalan efektif, tetapi pemerintah

kota Tangerang saat ini sudah terlihat menjalankan berbagai program

berkaitan dengan lingkungan hidup meski belum menjangkau seluruh

lapisan masyarakat.” (wawancara di Kediaman Ir. Toto Suharto, MT, 6

Desember 2015 Pukul 15.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-2 sebagai pilar masyarakat, terlihat

bahwasanya meskipun sosialisasi perda belum berjalan efektif, tetapi dampak

yang telah dihasilkan dari adanya perda tersebut di kota Tangerang yaitu

pemerintah kota Tangerang sudah terlihat menjalankan berbagai program-

program terkait kepedulian terhadap lingkungan, namun program-program yang

dibuat belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Dengan demikian, dalam dimensi Content of Policy yaitu indikator jenis

manfaat yang bisa diperoleh, terdapat berbagai manfaat yang bisa diperoleh dalam

pelaksanaan perda yaitu:

1. Manfaat secara langsung, diantaranya perizinan terkait izin lingkungan sudah

membaik, terjadi perubahan dan perbaikan sarana dan prasarana lingkungan,

dan kualitas air baku yang terdapat pada sumber air sudah pulih dan semakin

membaik sehingga pencemaran yang ada bisa dikendalikan dengan baik.

Page 137: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

120

2. Manfaat secara tidak langsung, diantaranya masyarakat sudah mulai sadar dan

peduli lingkungan, pemilik perusahaan lebih berhati-hati terutama dalam

pengolahan limbah hasil produksi, peningkatan pengawasan pemerintah

terhadap industri, dan salah satu manfaat secara tidak langsung dari perda ini

yaitu berhasil mengantarkan Kota Tangerang meraih penghargaan lingkungan

hidup.

c. Derajat perubahan yang ingin dicapai

Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai.

Adapun yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa besar

perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan.

Setiap perubahan pasti menginginkan kearah yang lebih baik, begitu pula harapan

pemerintah dan masyarakat mengharapkan perubahan yang lebih baik dari

pengimplementasian perda ini. Perubahan yang ingin dicapai dari adanya

pengimplementasian perda ini pada pilar pemerintah secara keseluruhan

mengharapkan adanya peningkatan kualitas lingkungan dan daya dukung

lingkungan. Berikut merupakan hasil wawancara terkait perubahan yang ingin

dicapai pilar pemerintah terkait adanya pengimplementasian perda, sebagai

berikut:

I1-2:

“Perubahan yang dikehendaki yaitu tingginya kesadaran masyarakat untuk

menjaga lingkungan dengan tidak membuang limbah berbahaya langsung

ke sumber air.” (wawancara di Ruang Kepala Bidang Pengawasan dan

Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup BLH Kota Tangerang, 30

November 2015 Pukul 10.31 WIB).

Page 138: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

121

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 sebagai pilar pemerintah,

perubahan yang diinginkan dari adanya implementasi perda berkaitan dengan

upaya menumbuhkan peran serta masyarakat yaitu meningkatnya kesadaran

masyarakat untuk menjaga lingkungan, hal yang harus dilakukan oleh masyarakat

yaitu tidak membuang limbah berbahaya langsung ke sumber air. Peran serta

masyarakat sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan perda, mengingat masyarakat

merupakan aktor penting dalam pelaksanaan perda ini. Sebagaimana berdasarkan

hasil wawancara dengan I1-3 sebagai pilar pemerintah terkait perubahan yang

diinginkan dari adanya pelaksanaan perda, yaitu:

I1-3:

“Perubahan yang diinginkan dengan adanya perda ini kuantitas air dan

kualitas air semakin membaik.” (wawancara di Ruang Kepala Bidang

Sumber Daya Air Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota

Tangerang, 23 November 2015 Pukul 10.11 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-3 sebagai pilar pemerintah yaitu

Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air terkait perubahan yang diinginkan dari

adanya implementasi perda yaitu secara keseluruhan terjadi perbaikan kuantitas

dan kualitasd air. Berbeda dengan hal itu, derajat perubahan yang ingin dicapai

oleh I1-5 sebagai pilar pemerintah, yaitu:

I1-5:

“Secara teknis, perubahan yang diharapkan yaitu rendahnya atau adanya

penurunan pencemaran air di Kota Tangerang serta masyarakat semakin

sadar terhadap lingkungannya.” (wawancara di Ruang Kepala Sub Bidang

Air Limbah Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang Kota Tangerang, 2

Desember 2015 Pukul 08.30 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah di

bidang pengendalian pencemaran air terlihat bahwasanya perubahan yang ingin

Page 139: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

122

diperoleh dari adanya pelaksanaan perda yaitu menurunnya tingkat pencemaran

air dan timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan. Perubahan

yang ingin dicapai pada dasarnya pilar pemerintah menginginkan implementasi

perda tersebut didukung oleh semua stakeholders dengan meningkatkan

kepedulian dan peran serta semua masyarakat baik pemerintah, swasta, dan

masyarakat yang ada di kota Tangerang terhadap lingkungan agar kuantitas dan

kualitas air semakin membaik serta pencemaran dapat diminimalisir.

Perubahan yang ingin dicapai oleh pilar pemerintah berkaitan dengan

upaya yang telah dilakukan untuk mencapai perubahan tersebut. Derajat

perubahan yang ingin dicapai dari adanya pengimplementasian perda ini sudah

seajauhmana dapat dirasakan. Perubahan yang telah dirasakan dari adanya

pengimplementasian perda ini dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara

dengan I3-2 sebagai pilar masyarakat, sebagai berikut:

“Banyak perubahan yang terjadi setelah adanya perda ini, jika dilihat dari

sisi internal pemerintah, saat ini para SKPD sudah mempunyai payung

hukum terutama BLH dalam melakukan tindakan yang berkaitan dengan

seseorang atau badan usaha yang membuang limbah langsung ke sumber

air, jika dilihat dari lingkungan saat ini banyak dibangun IPAL disekitar

lingkungan masyarakat, banyak program-program dari pemerintah yang

berkaitan dengan lingkungan, pemantauan kualitas sumber air, dan salah

satunya prestasi kota Tangerang dalam memenangkan piala Adipura.”

(wawancara di Kediaman Ir. Toto Suharto, MT, 6 Desember 2015 Pukul

15.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-2 sebagai pilar masyarakat, terlihat

perubahan-perubahan yang terjadi dan dirasakan dengan adanya

pengimplementasian perda ini yang dirasakan oleh pilar masyarakat yaitu Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui Badan Lingkungan Hidup Kota

Page 140: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

123

Tangerang telah mempunyai legitimasi hukum dalam melakukan penindakan

terhadap seseorang atau badan usaha yang membuang limbah langsung ke sumber

air atau melakukan kerusakan terhadap sumber daya air di Kota Tangerang.

Dengan adanya perda tersebut, saat ini kota Tangerang mempunyai peraturan di

tingkat daerah yang lebih spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan

semua stakeholders di kota Tangerang. Selain itu, perubahan yang telah dirasakan

dengan adanya pengimplementasian perda tentang pengelolaan kualitas air dan

pengendalian pencemaran air yaitu banyak dibangun sarana dan prasarana

lingkungan seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang banyak terdapat

di kota Tangerang, banyak program-program pemerintah yang berkaitan dengan

lingkungan dan pemanfaatan sumber daya air serta dengan adanya perda ini, kota

Tangerang mampu menjadi salah satu kabupaten/kota terbaik dalam pengelolaan

lingkungan hidup.

Tabel 4.3.

Jumlah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Kota Tangerang

No. Jenis IPAL Jumlah

1. IPAL Skala Kota 1

2. IPAL Skala Perumahan 7

3. IPLT 4

4. Kolam Oksidasi 8

Sumber: Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang, 2014

Berdasarkan Tabel 4.3. terlihat banyaknya IPAL yang terdapat di kota

Tangerang. Namun, IPAL skala kota yang terdapat di Kota Tangerang hanya satu

Page 141: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

124

dan belum dapat mampu menampung jumlah limbah yang dihasilkan dari semua

masyarakat yang terdapat di kota Tangerang.

Dengan demikian, terdapat berbagai perubahan yang ingin dicapai dan

perubahan-perubahan yang telah dihasilkan dari adanya perda ini, perubahan yang

telah dihasilkan dari adanya perda ini yaitu:

1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui Badan Lingkungan Hidup

Kota Tangerang telah mempunyai legitimasi hukum dalam melakukan

penindakan.

2. Kota Tangerang mempunyai peraturan di tingkat daerah yang lebih spesifik

dan disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan semua stakeholders di kota

Tangerang.

3. Terdapat sarana dan prasarana lingkungan seperti Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) yang banyak terdapat di kota Tangerang.

4. Terdapat program-program pemerintah yang berkaitan dengan lingkungan dan

pemanfaatan sumber daya air.

d. Letak pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan mempunyai peranan

penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus

dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang hendak

di implementasikan. Letak pengambilan keputusan berkaitan dengan siapa yang

Page 142: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

125

berhak untuk melakukan penindakan dan memberikan sanksi terhadap

pelanggaran perda ini.

Letak pengambilan keputusan dalam implementasi perda ini dilakukan

oleh pilar pemerintah. Sebagaimana peraturan daerah apapun, penegakkan

peraturan daerah dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja. Akan tetapi

penegakkan hukum dalam implementasi perda ini dilakukan oleh Badan

Lingkungan Hidup. Sebagaimana hal tersebut sesuai hasil wawancara dengan I1-1

sebagai pilar pemerintah, sebagai berikut:

“Penegakkan perda dilakukan oleh Satpol PP, tetapi khusus dalam

implementasi perda ini penegakkan perda dilakukan oleh PPNS (Pejabat

Penyidik Pegawai Negeri Sipil) khusus di bidang lingkungan hidup.”

(wawancara di Ruang Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan Kualitas

Lingkungan Hidup BLH Kota Tangerang, 19 November 2015 Pukul 11.05

WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah, dapat

diketahui bahwa secara umum letak pengambilan keputusan dalam implementasi

perda dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja, tetapi dalam perda ini, letak

pengambilan keputusan dilakukan oleh PPNS (Pejabat Penyidik Pegawai Negeri

Sipil) selaku penegak dan pengawas lingkungan hidup. Hal ini juga sesuai

berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 sebagai pilar pemerintah, yaitu:

“BLH Bidang pengawasan dan penegakkan hukum yang berwenang

melakukan tindakan hanya PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) yang

dilatih untuk memiliki keahlian tertentu di bidang lingkungan hidup dalam

melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran perda ini.”(wawancara di

Ruang Kepala Bidang Pengawasan dan Penegakkan Hukum Lingkungan

Hidup BLH Kota Tangerang, 30 November 2015 Pukul 10.31 WIB).

Page 143: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

126

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 sebagai pilar pemerintah,

penegakkan hukum dan pengawasan implementasi perda ini dilakukan oleh PPNS

(Penyidik Pegawai Negeri Sipil) yang dilatih untuk memiliki keahlian tertentu di

bidang lingkungan hidup dalam melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran

perda. Dengan kata lain, PPNS yang mempunyai kewenangan dalam pengambilan

keputusan dari adanya implementasi perda ini.

Berkaitan dengan letak pengambilan keputusan, penindakan yang

dilakukan oleh penegak hukum dilakukan dengan memberikan sanksi terhadap

siapapun yang melanggar perda ini. Sanksi yang diberikan penegak hukum dapat

berupa sanksi administrasi dan sanksi paksaan pemerintah jika terbukti melakukan

pencemaran air. Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1dan I1-2 sebagai pilar

pemerintah terkait sanksi yang dikeluarkan dalam pelanggaran perda ini, sebagai

berikut:

I1-1:

“Sanksi administrasi dan sanksi paksaan pemerintah. Sanksi administrasi

berupa surat teguran, saksi paksaan pemerintah berupa denda ganti rugi

kepada lingkungan.”(wawancara di Ruang Kepala Bidang Pemantauan dan

Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup BLH Kota Tangerang, 19

November 2015 Pukul 11.05 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah terkait

sanksi dalam pelanggaran perda ini, sanksi yang dikeluarkan berupa sanksi

admnistrasi dan sanksi paksaan pemerintah sampai dengan pencabutan izin

operasional, Sanksi administrasi berupa surat teguran yang dikeluarkan

pemerintah melalui BLH kepada seseorang atau badan usaha yang melakukan

Page 144: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

127

pencemaran terhadap lingkungan dan sanksi paksaan pemerintah yang berupa

denda ganti rugi kepada lingkungan bahkan izin operasional perusahaan atau jenis

usaha dicabut paksa oleh pemerintah.

Merujuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun

2013 BAB XI tentang Ketentuan Pidana Pasal 40 ayat (1) dinyatakan bahwa

“Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat

(1), Pasal 10 ayat (2), Pasal 26 ayat (1), Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 32, diancam

pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Dengan demikian, letak pengambilan keputusan dalam implementasi perda

ini terdapat pada Badan Lingkungan Hidup yaitu melalui PPNS (Penyidik

Pegawai Negeri Sipil) yang diberikan pembinaan dan pelatihan khusus di bidang

penyidikan pencemaran lingkungan hidup. Sanksi yang diberlakukan diantaranya,

sanksi administratif melalui surat teguran, sanksi paksaan pemerintah berupa

denda terhadap kerusakan lingkungan serta pencabutan izin operasional.

e. Pelaksana program

Menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya

pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu

kebijakan. Hal ini harus terdata atau terpapar dengan baik. Pelaksana program

berkaitan dengan siapa yang bertugas dalam menjalankan implementasi perda ini

di lapangan. Merujuk pada pelaksana program, berikut merupakan beberapa hasil

wawancara dari pilar pemerintah terkait pelaksana program di lapangan, yaitu:

Page 145: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

128

I1-1:

“BLH dalam hal ini membentuk tim khusus bidang pemantauan kualitas,

bidang pengawasan dan pemberdayaan masyarakat dan bidang

penindakan sebagai tim yang bertugas melakukan pemantauan dan

melaporkan temuan-temuan. Dalam hal pemantauan kualitas air, BLH juga

berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam

memantau kualitas air baku.” (wawancara di Ruang Kepala Bidang

Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup BLH Kota

Tangerang, 19 November 2015 Pukul 11.05 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1sebagai pilar pemerintah,

pelaksana program dilakukan oleh tim khusus yang terbagi atas, bidang

pemantauan kualitas lingkungan, bidang pengawasan dan pemberdayaan

masyarakat, serta bidang penindakan. Pada bidang pemantauan kualitas air baku,

BLH melakukan koordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Selain BLH, Dinas Bina Marga selaku SKPD yang terlibat juga mempunyi para

pelaksana program yang berkaitan dengan implementasi perda. Sebagaimana

berdasarkan hasil wawancara dengan I1-3 sebagai pilar pemerintah, yaitu:

I1-3:

“Mengenai perbaikan dan pembangunan infrastruktur kita mempunyai

pekerja-pekerja lapangan dan biasanya para kepala sub bidang yang

memantau perbaikan ataupun pembangunan infrastruktur

tersebut.”(wawancara di Ruang Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas

Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang, 23 November 2015

Pukul 10.11 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-3 sebagai pilar pemerintah yaitu

dalam hal ini bidang sumber daya air pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya

Air dapat diketahui bahwa pelaksana program dilakukan oleh para pekerja-pekerja

lapangan yang melakukan pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang

berkaitan dengan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Selain perbaikan infrastruktur, bidang perizinan juga merupakan salah satu SKPD

Page 146: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

129

penting yang berkaitan dengan pelaksanaan program pada implementasi perda.

Pelaksana program pada bidang perizinan dapat diketahui berdasarkan hasil

wawancara dengan I1-4 sebagai pilar pemerintah, sebagai berikut:

I1-4:

“Secara teknis yang bertugas adalah pegawai perizinan dan pegawai

khusus yang ditugaskan untuk berkoordinasi dengan BLH.” (wawancara di

Ruang Bidang Perizinan Kesejahteraan Rakyat BPMPTSP kota

Tangerang, 19 November 2015 Pukul 10.11 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4 sebagai pilar pemerintah pada

bidang perizinan, pelaksana program dilakukan oleh para pegawai perizinan dan

pegawai khusus yang melakukan koordinasi dengan BLH.

Terkait pengendalian pencemaran air, pelaksana program dapat diketahui

berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah, yaitu:

I1-5:

“Seksi Pengendalian Air Limbah Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang.”

(wawancara di Ruang Kepala Sub Bidang Air Limbah Dinas Cipta Karya

dan Penataan Ruang Kota Tangerang, 2 Desember 2015 Pukul 08.30

WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah terkait

pelaksana program di bidang pengendalian pencemaran air dilakukan oleh seksi

pengendalian limbah yang terdapat pada Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang.

Pelaksana program pada tiap aktor yang terlibat dalam implementasi perda

masing-masing berbeda karena disesuaikan dengan tupoksi yang dimiliki SKPD

tersebut. Namun, secara keseluruhan koordinator pelaksana program yaitu BLH

sebagai SKPD yang memiliki tupoksi dalam pengelolaan lingkungan hidup dan

pengendalian kerusakan lingkungan hidup.

Page 147: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

130

Agar keberhasilan program dapat dilakukan, pelaksana program harus

merujuk pada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang dijadikan acuan

atau pedoman untuk menjalankan program-program yang berkaitan dengan

implementasi perda ini. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang digunakan

para pelaksana program diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan I1-

1sebagai pilar pemerintah, sebagai berikut:

“Ada beberapa dan ada juga yang belum, tetapi secara keseluruhan masih

belum efektif di terapkan karena belum sempurnanya petunjuk

pelaksanaan yang lebih lengkap seperti Peraturan Walikota atau Surat

Keputusan.” (wawancara di Ruang Kepala Bidang Pemantauan dan

Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup BLH Kota Tangerang, 19

November 2015 Pukul 11.05 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1sebagai pilar pemerintah, dapat

diketahui bahwasanya petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam

pelaksanaan program masih belum efektif diterapkan dikarenakan perda ini belum

memiliki petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang lebih spesifik seperti

adanya peraturan walikota atau surat keputusan. Akan tetapi, di bidang

pengawasan dan penegakkan hukum ada petunjuk pelaksanaan khusus yaitu

Standar Operasional Prosedur (SOP), seperti berdasarkan hasil wawancara dengan

I1-2sebagai pilar pemerintah, yaitu:

“Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang digunakan di bidang

pengawasan dan penegakkan hukum kita menggunakan SOP khusus,

tetapi acuannya tetap Undang-undang Lingkungan Hidup yaitu UU No. 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.”

(wawancara di Ruang Kepala Bidang Pengawasan dan Penegakkan

Hukum Lingkungan Hidup BLH Kota Tangerang, 30 November 2015

Pukul 10.31 WIB).

Page 148: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

131

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2sebagai pilar pemerintah,

disebutkan bahwasanya ada Standar Operasional Prosedur (SOP) khusus yang

digunakan BLH pada bidang pengawasan dan penegakkan hukum dalam

implementasi perda yang mengacu pada peraturan perundang-undangan diatasnya

yaitu Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Dalam pelaksanaan program tentunya ada berbagai program yang telah

dilakukan oleh para pelaksana program. Program-program yang telah

dilaksanakan oleh pemerintah merupakan salah satu indikator untuk mencapai

keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan. Sama halnya dengan perda ini,

terdapat program yang dilakukan oleh pemerintah yang berkaitan dengan

implementasi perda. Program-program yang telah dilakukan pemerintah dalam

implementasi perda tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian

pencemaran air disebutkan sebagaimana berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5

sebagai pilar pemerintah, yaitu:

“Program-program yang telah dilakukan sudah banyak salah satunya yaitu

program seribu jamban di tahun 2008, sudah ada pusat pengolahan limbah

domestik skala kota, sudah adanya pengolahan lumpur tinja skala kota.

(wawancara di Ruang Kepala Sub Bidang Air Limbah Dinas Cipta Karya

dan Penataan Ruang Kota Tangerang, 2 Desember 2015 Pukul 08.30

WIB).

Page 149: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

132

Gambar 4.1.

IPAL Tanah Tinggi sebagai salah satu IPAL yang dibangun untuk

menampung limbah skala kota, diambil pada tanggal 30 November

2015

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah,

program-program yang telah dilakukan dalam implementasi perda yaitu program

seribu jamban di tahun 2008, pembangunan pusat pengolahan limbah domestik

skala kota, serta pembangunan pengolahan lumpur tinja skala kota. Di bidang

pengawasan dan penegakkan hukum, program yang dilakukan merujuk pada hasil

wawancara dengan I1-2 sebagai pilar pemerintah, sebagai berikut:

Upaya-upaya yang sudah dilakukan berkaitan dengan melakukan tindakan

persuasif yaitu sosialisasi perda ini ke semua msyarakat secara umum dan

bertahap, preventif yaitu melakukan pembinaan dan pengawasan, proaktif

yaitu meningkatkan peran serta masyarakat dan represif yaitu melakukan

tindakan terhadap pelanggaran.(wawancara di Ruang Kepala Bidang

Pengawasan dan Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup BLH Kota

Tangerang, 30 November 2015 Pukul 10.31 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 sebagai pilar pemerintah, upaya

yang dilakukan dalam pengawasan dan penegakkan hukum yaitu diantaranya

melakukan tindakan persuasif dengan melakukan sosialisasi ke semua

stakeholders secara keseluruhan dan bertahap, tindakan preventif dengan

Page 150: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

133

melakukan pembinaan dan pengwasan, tindakan proaktif yaitu dengan

meningkatkan peran serta masyarakat dalam menumbuhkan kepedulian terhadap

lingkungan serta tindakan re presif yaitu dengan melakukan penindakan terhadap

siapapun yang melakukan pelanggaran terhadap perda tersebut.

Pelaksanaan program apapun yang dilakukan oleh pemerintah harus dapat

dirasakan oleh semua stakeholders yang terdapat di kota Tangerang baik program-

program yang bersifat pembangunan secara fisik maupun non-fisik. Penilaian

terhadap pelaksanaan program sangat diperlukan sebagai bahan monitoring atau

evaluasi. Penilaian atau tanggapan para pilar mengenai program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah dalam implementasi perda, dapat diketahui

berdasarkan hasil wawancara dengan I2-1 sebagai pilar swasta, yaitu:

I2-1:

“Belum berjalan dengan baik. Saya hanya diberikan izin mendirikan

usaha, walaupun ada izin lingkungan tetapi saya pun tidak mengerti izin

lingkungan digunakan untuk apa karena sejauh ini belum ada sosialisasi

atau pembinaan apapun terkait perda itu.” (wawancara di kediaman Bapak

Suryanto, 29 November 2015 Pukul 15.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-1 sebagai pilar swasta, dapat

diketahui bahwasanya pelaksanaan program yang dilakukan oleh para pilar

pemerintah yang terlibat dalam implementasi perda belum berjalan optimal

dikarenakan focus pelaksanaan perda yang dilakukan oleh pemerintah hanya

terkait izin lingkungan. Hal yang dirasa belum dilakukan oleh para pilar

pemerintah yaitu berkaitan dengan sosialisasi dan pembinaan pada pelaksanaan

perda. Sebagaimana berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 sebagai pilar

swasta, yaitu:

Page 151: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

134

I2-2:

“Belum berjalan dengan baik, karena pemerintah tidak melakukan

program atau sosialisasi ataupun pembinaan terhadap pengolahan limbah

yang dilakukan oleh perusahaan. Hanya saja pemerintah terus

menghimbau untuk memperbaiki IPAL ketika terjadi kerusakan.”

(wawancara di Kantor Finishing Line PT. Sinar Antjol, 18 November 2015

Pukul 12.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 sebagai pilar swasta terkait

penilaian terhadap pelaksanaan program yang dilakukan pemerintah terkait

implementasi perda, terlihat bahwasanya penyebab belum optimalnya pelaksanaan

program yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sektor swasta yaitu kurangnya

pembinaan terhadap pengolahan limbah. Hal yang sejauh ini dilakukan oleh

pemerintah hanya menghimbau untuk memperbaiki IPAL jika terjadi kerusakan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kurangnya kepedulian pemerintah terhadap

sektor swasta dalam hal pembinaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan keseluruhan pilar swasta terkait

penilaian terhadap pelaksanaan program yang telah dilakukan pilar pemerintah

sebagai implementasi perda diketahui belum menunjukkan dampak yang nyata,

upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal, dikarenakan belum

menyeluruhnya sosialisasi terhadap para pelaku ataupun pengelola industri dan

usaha, belum adanya pembinaan pengelolaan limbah, serta belum optimalnya

pengawasan yang dilakukan pemerintah. Kurangnya optimalnya pelaksanaan

program yang dilakukan oleh pemerintah sesuai berdasarkan hasil wawancara

dengan I3-1 sebagai pilar masyarakat, yaitu:

Page 152: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

135

“Para pelaksana belum melaksanakan dengan baik, harusnya ada

sosialisasi terhadap masyarakat, minimalnya harus ada baliho atau

pemberitahuan yang dipasang sebagai media persuasif kepada masyarakat

dalam upaya meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat

terhadap lingkungan.” (wawancara di Kediaman Erwin Setiawan, 22

November 2015 Pukul 16.00).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1 sebagai pilar masyarakat dapat

diketahui bahwa kurangnya optimalisasi pelaksanaan program yang dilakukan

oleh pemerintah. Sosialisasi terhadap peraturan daerah tersebut belum dilakukan

secara persuasif dengan menggunakan media papan reklame. Sosialisasi dengan

menggunakan papan reklame sangat dibutuhkan dalam upaya untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan perda tersebut dan meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk tidak membuang limbah langsung ke sumber air.

f. Sumber-sumber daya yang digunakan

Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-sumber

daya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik. Sarana dan

prasarana merupakan salah satu faktor pendukung yang penting untuk menunjang

pelaksana teknis agar dapat melaksanakan perda dengan mudah dan lancar.

Sumber daya yang digunakan para pelaksana perda ini dapat terlihat berdasarkan

hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan perda ini, yaitu sebagai berikut:

I1-1:

“Manusia, Standar Operasional Prosedur (SOP), dan anggaran sebagai

modal utama dalam implementasi perda ini.” (wawancara di Ruang Kepala

Bidang Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup BLH

Kota Tangerang, 19 November 2015 Pukul 11.05 WIB).

Page 153: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

136

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah terkait

sumber daya yang digunakan dalam implementasi perda yaitu Sumber Daya

Manusia (SDM), Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai petunjuk teknis dan

pelaksanaan dan anggaran yang digunakan untuk membiayai pengelolaan

terhadap lingkungan. Dalam bidang pengendalian pencemaran air, sumber daya

yang digunakan dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai

pilar pemerintah, yaitu:

I1-5:

“Sumber daya yang kita gunakan banyak yaitu diantaranya pegawai,

anggaran, kendaraan operasional, tenaga ahli di bidang lingkungan.”

(wawancara di Ruang Kepala Sub Bidang Air Limbah Dinas Cipta Karya

dan Penataan Ruang Kota Tangerang, 2 Desember 2015 Pukul 08.30

WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah terkait

sumber daya yang digunakan dalam pengendalian pencemaran air yaitu Sumber

Daya Manusia (SDM) diantaranya para pegawai yang bertugas pada seksi

pengendalian limbah dan tenaga ahli di bidang lingkungan, anggaran untuk

pengendalian pencemaran dan kendaraan operasional yang digunakan untuk

mengangkut limbah rumah tangga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan semua pilar pemerintah sebagai

pelaksana perda, terlihat bahwa sumber-sumber daya yang digunakan dalam

implementasi perda ini diantaranya yaitu sumber daya manusia, anggaran,

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam bentuk standar operasional

prosedur, serta pendukung pelaksanaan kebijakan seperti kendaraan operasional,

Page 154: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

137

tenaga ahli, dan peralatan lainnya yang digunakan untuk pelaksanaan perda.

Sumber daya yang digunakan pada implementasi perda, yaitu sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang digunakan

dalam implementasi perda. Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan

kapabilitas yang sesuai dan menguasai di bidang lingkungan sangat diperlukan

guna menentukan keberhasilan implementasi perda. Terkait dengan sumber daya

manusia yang digunakan dalam implementasi perda, berikut merupakan personil

pengelola lingkungan pada BLH Kota Tangerang, sebagai berikut:

Tabel 4.4.

Personil Pengelola Lingkungan BLH Kota Tangerang

No. Jenjang Pendidikan Jumlah (Orang)

1. SMA sederajat 5

2. Diploma 3 dan 4 7

3. Strata 1 (S1) 21

4. Magister (S2) 7

Total Keseluruhan 40

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2014

Berdasarkan tabel 4.4. terlihat bahwasanya sumber daya manusia yang

terdapat pada BLH kota Tangerang berjumlah 40 orang yang terbagi atas

beberapa jenjang pendidikan yaitu SMA sederajat, Diploma 3 dan 4, Strata 1 (S1)

dan Magister (S2). Terlihat bahwasanya jumlah sumber daya manusia pada

jenjang Strata 1 (S1) yang memiliki jumlah terbanyak yaitu 21 orang diikuti

dengan jenjang pendidikan Diploma dan Magister yang berjumlah 7 orang, hal

tersebut menunujukkan bahwa secara kualitas, BLH kota Tangerang memiliki

Page 155: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

138

kualitas sumber daya manusia yang baik. Namun secara kuantitas jumlah sumber

daya manusia tersebut belum efektif untuk melakukan pengawasan terhadap

jumlah industri di kota Tangerang yang berjumlah lebih dari 1.000 industri besar.

Dengan demikian, rasio pengawasan terhadap industri yaitu 1:25, artinya setiap

satu orang sumber daya manusia yang dimiliki BLH kota Tangerang harus

mengawasi 25 industri di kota Tangerang.

2. Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis

Selain sumber daya manusia sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan

impelementasi perda yaitu petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis juga diperlukan sebagai acuan atau pedoman

dalam melaksanakan berbagai program pembinaan atau pengawasan yang

berkaitan dengan implementasi perda ini, saat ini, petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis di lingkungan pemerintah kota Tangerang hanya menggunakan

Standar Operasional Prosedur (SOP) dikarenakan memang peraturan walikota

sebagai peraturan teknis sekaligus petunjuk pelaksanaan dalam implementasi

perda ini belum selesai dibuat. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang

digunakan dalam implementasi perda ini yaitu, sebagai berikut:

1. BLH, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang digunakan yaitu

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, RPJMD Kota

Page 156: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

139

Tangerang 2014-2018, Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun

2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Keputusan Kepala BLH.

2. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis yang digunakan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,RPJMD

Kota Tangerang 2014-2018, serta Keputusan Kepala Dinas Bina Marga dan

Sumber Daya Air.

3. BPMPTSP pada sub bidang perizinan pembuangan limbah cair, petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis yang digunakan yaitu Standar Operasional

Prosedur (SOP) Perizinan Satu Pintu danPeraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

4. Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang pada sub bidang pengendalian limbah,

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang digunakan yaitu yaitu

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air, Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor

2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,RPJMD Kota

Tangerang 2014-2018, serta Keputusan Kepala Dinas Cipta Karya dan

Penataan Ruang.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa dalam implementasi perda ini,

SKPD yang terkait masih menggunakan peraturan teknis yang belum bersifat

operasional terhadap penjabaran perda ini. Peraturan yang digunakan sebagai

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis belum bersifat spesifik dalam

menggambarkan pedoman atau acuan dalam pelaksanaan perda terlihat bahwa

Page 157: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

140

dalam pelaksanaan perda, acuan yang digunakan yaitu Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD), peraturan teknis diatas perda yaitu Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, serta petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis yang berasal dari keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh

kepala SKPD.

3. Anggaran

Sumber daya yang digunakan dalam implementasi perda salah satunya

yaitu anggaran. Anggaran menjadi salah satu indikator terpenting dari sumber

daya yang digunakan dalam impelementasi perda. Anggaran yang dikeluarkan

pemerintah kota Tangerang setiap tahunnya dalam menjalankan program yang

berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup berasal dari Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kota Tangerang. Program-program

pemerintah yang berkaitan dengan perda pastinya membutuhkan anggaran sebagai

pembiayaan pelaksanaan program di lapangan. Berikut merupakan anggaran yang

digunakan pemerintah kota Tangerang dalam implementasi perda, sebagai

berikut:

Page 158: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

141

Tabel 4.5.

Realisasi APBD kota Tangerang untuk lingkungan dari tahun 2008

sampai dengan 2014 (dalam Rupiah)

No. Tahun Anggaran Jumlah Anggaran

1. 2008 6.000.000.000,-

2. 2009 7.000.000.000,-

3. 2010 8.900.000.000,-

4. 2011 8.000.000.000,-

5. 2012 100.000.000.000,-

6. 2013 98.000.000.000,-

7. 2014 120.000.000.000,-

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2014

Berdasarkan tabel 4.4, terlihat bahwasanya anggaran kota Tangerang

untuk lingkungan selalu mengalami kenaikan dari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2014. Anggaran yang dikeluarkan kota Tangerang dalam hal pengelolaan

lingkungan cukup besar terutama pada tahun 2014 hampir mencapai 120 milyar

rupiah yang dipergunakan untuk menjalankan program-program dan melakukan

pengawasan terhadap industri di Kota Tangerang yang berjumlah lebih dari 1.000

industri besar. Jika dilihat dari jumlah anggaran yang tersedia, jumlah anggaran

tersebut mampu dipergunakan untuk melaksanakan program dan melakukan

pengawasan lingkunga hidup.

Sumber daya yang ada harus dimanfaatkan secara optimal untuk

mendukung pelaksanaan perda. Tekait dengan pemanfaatan sumber-sumber daya

Page 159: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

142

yang digunakan, berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar

pemerintah terkait pemanfaatan sumber daya dalam implementasi perda yaitu:

“Sudah dilakukan secara maksimal misalnya anggaran yang digunakan

dalam pengelolaan lingkungan terutama pengendalian pencemaran itu

selalu habis tiap tahunnya.” (wawancara di Ruang Kepala Bidang

Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup BLH Kota

Tangerang, 19 November 2015 Pukul 11.05 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah terkait

pemanfaatan sumber daya dalam implementasi perda terlihat bahwasanya

anggaran yang digunakan dalam implementasi perda ini sudah digunakan

semaksimal mungkin untuk menjalankan program-program yang telah dirancang

dalam mengelola kualitas dan mengendalikan pencemaran air. Anggaran yang

dikeluarkan pemerintah kota Tangerang dalam melaksanakan perda selalu habis

tiap tahunnya. Namun, terkait dengan sumber daya yang digunakan pada

pelaksana lain yaitu Seksi Pengendalian Air limbah, pemanfaatan sumber daya

yang digunakan belum optimal, sebagaimana diketahui dari hasil wawancara

dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah, yaitu:

“Masih belum maksimal pemanfaatannya karena hanya baru sampai pada

tingkat kelurahan.” (wawancara di Ruang Kepala Sub Bidang Air Limbah

Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang Kota Tangerang, 2 Desember

2015 Pukul 08.30 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah terkait

pemanfaatan sumber daya yang digunakan, terlihat bahwasanya pemanfaatan

sumber daya belum dapat dioptimalkan terkait upaya-upaya yang dilakukan oleh

seksi pengendalian limbah terutama pengendalian limbah domestik, hambatan

yang terjadi dalam pemanfaatan sumber daya yang digunakan yaitu program-

Page 160: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

143

program untuk upayameningkatkan kesadaran masyarakat terkait pengolahan

limbah belum dilakukan secara menyeluruh dan hanya baru menjangkau sampai

pada tingkat kelurahan.

4.2.2.2.Context of Policy

a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang

terlibat

Suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaaan,

kepentingan-kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para aktor guna

memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini

tidak diperhitungkan dengan matang, besar kemungkinan program yang hendak di

implementasikan akan jauh dari yang diharapkan.

1) Kekuasaan para aktor yang terlibat

Pada dasarnya kekuasaan merupakan kemampuan seseorang untuk

memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang sehingga sesuai atau persis

dengan keinginan seseorang yang memiliki kekuasaan. Pada konteks

implementasi perda, terdapat kekuasaan yang dimiliki oleh para aktor yang

terlibat. Kekuasaan yang dimiliki oleh pilar pemerintah dalam kaitannya dengan

perda ini yaitu pemerintah hanya bertindak sebagai pembuat kebijakan dan

melaksanakan kebijakan tersebut. Selain sebagai pembuat dan pelaksana

kebijakan, pilar pemerintah juga berperan sebagai koordinator. Bentuk koordinasi

yang telah dilakukan pemerintah dalam pelaksanaan perda ini dapat terlihat

Page 161: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

144

berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah, sebagai

berikut:

“Kekuasaan pemerintah dalam hal ini yaitu BLH dalam pelaksanaan perda

hanya sebagai pelaksana program-program pembinaan lingkungan hidup

dan pengawasan” (wawancara di Ruang Kepala Bidang Pemantauan dan

Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup BLH Kota Tangerang, 19

November 2015 Pukul 11.05 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah dapat

diketahui bahwasanya dalam menjalankan kekuasaan terhadap implementasi

perda ini, pilar pemerintah hanya menjalankan kekuasaan sebagai pelaksana

program-program pembinaan lingkungan hidup dan pengawasan lingkungan.

Selain pemerintah, kekuasaan juga dimiliki oleh para pelaku usaha. Para

pelaku usaha merupakan salah satu aktor yang terlibat dari adanya implementasi

perda. Bentuk kekuasaan yang dimiliki para pelaku usaha dapat diketahui

berdasarkan hasil wawancara dengan I2-1 sebagai pilar swasta yaitu sebagai

berikut:

“Yang terpenting dengan adanya perda bukan dijadikan alasan pemerintah

untuk mempersulit masyarakat, jika memang perda diperuntukkan untuk

hal yang baik, saya mendukung pelaksanaan perda.” (wawancara di

kediaman Bapak Suryanto, 29 November 2015 Pukul 15.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-1 sebagai pilar swasta, dapat

terlihat bahwasanya kekuasaan yang dimiliki pelaku usaha yaitu para pelaku

usaha memiliki kekuasaan dalam bentuk hak untuk mendirikan usaha atau

kegiatan. Bentuk kekuasaan yang dimiliki oleh para pelaku usaha adalah

Page 162: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

145

meskipun terdapat peraturan daerah yang mengatur tentang lingkungan hidup,

tetapi para pelaku usaha tidak ingin pemerintah membatasi ruang gerak dalam

meningkatkan produktivitas usaha mereka. Tetapi mereka mendukung

pelaksanaan perda jika pemerintah tidak menerapkan aturan yang berlebihan.

Kekuasaan juga dimiliki masyarakat dalam konteks implementasi perda,

berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1 sebagai pilar masyarakat, yaitu:

“Koordinasi dalam hal teknis paling hanya pada saat ada program yang

dilakukan oleh pemerintah misalnya program pembinaan masyarakat

melalui kampung hijau, selebihnya kita diminta oleh pemerintah untuk

membantu dalam mengawasi siapapun yang berpotensi mencemari

lingkungan serta melakukan pengaduan jika terjadi pencemaran.”

(wawancara di Kediaman Erwin Setiawan, 22 November 2015 Pukul

16.00).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1 sebagai pilar masyarakat, dapat

terlihat bahwa pilar masyarakat mempunyai kekuasaan dalam pelaksanaan perda

yaitu, masyarakat mempunyai kekuasaan untuk melakukan pengawasan terhadap

sesorang ataupun pelaku usaha yang berpotensi melakukan pencemaran terhadap

lingkungan. Bentuk pengawasan yang dilakukan yaitu dengan melakukan

pengaduan kepada pemerintah terhadap seseorang atau pelaku usaha yang

melakukan tindak pencemaran lingkungan.

2) Kepentingan-kepentingan aktor yang terlibat

Pada konteks implementasi, terdapat berbagai kepentingan-kepentingan

baik dari pilar pemerintah, swasta dan masyarakat. Kepentingan yang diinginkan

oleh pilar pemerintah dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4

sebagai pilar pemerintah, yaitu sebagai berikut:

Page 163: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

146

“Perusahaan atau jenis usaha yang menghasilkan limbah cair harus

mempunyai izin pembuangan limbah.” (wawancara di Ruang Bidang

Perizinan Kesejahteraan Rakyat BPMPTSP kota Tangerang, 19 November

2015 Pukul 10.11 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4 sebagai pilar pemerintah, dapat

telihat bahwa kepentingan pemerintah terhadap adanya implementasi perda yaitu

agar semua pelaku usaha baik industri besar, menengah dan kecil di kota

Tangerang harus memiliki izin pembuangan limbah.

Terkait dengan adanya kepentingan-kepentingan dalam implementasi

perda ini dari pilar swasta, dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan

I2-2 yaitu:

“Jika memang pemerintah ingin meminimalisir pencemaran air,

pemerintah harus melakukan pembinaan terhadap industri.” (wawancara di

Kantor Finishing Line PT. Sinar Antjol, 18 November 2015 Pukul 12.00

WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-2 terkait kepentingan dari

implementasi perda yaitu terlihat bahwasanya pilar swasta menginginkan adanya

program tertentu yang dilakukan oleh pemerintah terkait pengolahan limbah agar

tidak mencemari lingkungan misalnya ada program pembinaan industri agar

implementasi perda ini dapat dirasakan oleh pihak swasta dan juga pihak swasta

dilibatkan secara langsung walaupun hanya dalam pengelolaan limbah untuk

meminimalisir pencemaran. Jadi, pemerintah dalam hal ini tidak hanya sebagai

pembuat dan pelaksana kebijakan tetapi juga menjadi mitra perusahaan dalam

melakukan pembinaan sesuai dengan masing-masing tupoksi dari para pilar

pemerintah yang terlibat dari implementasi perda ini.

Page 164: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

147

Kepentingan dalam pelaksanaan perda ini juga terdapat pada pilar

masyarakat, yaitu dalam hal ini adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

yang melakukan koordinasi dengan pemerintah Kekuasaan dan kepentingan

tersebut dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1 sebagai pilar

masyarakat, yaitu:

“Koordinasi dalam hal teknis paling hanya pada saat ada program yang

dilakukan oleh pemerintah misalnya program pembinaan masyarakat

melalui kampung hijau, selebihnya kita diminta oleh pemerintah untuk

membantu dalam mengawasi siapapun yang berpotensi mencemari

lingkungan serta melakukan pengaduan jika terjadi pencemaran.”

(wawancara di Kediaman Erwin Setiawan, 22 November 2015 Pukul

16.00).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1 sebagai pilar masyarakat terkait

kekuasaan dan kepentingan pada pilar masyarakat terhadap implementasi perda,

yaitu bahwa dalam hal pelaksanaan program yang berkaitan dengan perda, pilar

masyarakat yang diwakili oleh LSM merupakan mitra pemerintah dalam

koordinasi pelaksanaan program pembinaan masyarakat yaitu program kampung

hijau, selain menjadi mitra dalam pelaksanaan program, LSM juga diberikan

kekuasaan dan kewenangan dalam membantu pemerintah mengawasi industri

yang melakukan pencemaran. LSM diberikan kewenangan untuk melaporkan jika

terjadi tindakan pencemaran terhadap lingkungan.

3) Strategi-strategi para aktor yang terlibat

Indikator selanjutnya yaitu terkait strategi yang dilakukan oleh para aktor

yang terlibat dalam implementasi perda. Dalam implementasi perda, strategi

sangat dibutuhkan agar pelaksanaan perda sesuai dengan perencanaan. Strategi

Page 165: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

148

berkaitan dengan tingkat pencapaian dari adanya implementasi perda. Strategi

yang dilakukan oleh pemerintah dalam implementasi perda dalam hal ini yaitu

strategi yang dilakukan oleh BLH kota Tangerang dalam implementasi perda

dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah,

sebagai berikut:

I1-1:

“Pengawasan 100 industri per tahun, pengaduan masyarakat terhadap

pencemaran, penindakan secara langsung di lapangan.” (wawancara di

Ruang Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan

Hidup BLH Kota Tangerang, 19 November 2015 Pukul 11.05 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah terkait

strategi yang dilakukan oleh BLH pada bidang pemantauan dan pemulihan

kualitas air yaitu dengan melakukan pengawasan 100 industri per tahun,

menerima pengaduan masyarakat secara langsung terhadap pencemaran yang

dilakukan oleh seseorang atau badan usaha serta melakukan penindakan secara

langsung di lapangan. Strategi tersebut merupakan salah satu bentuk upaya yang

dilakukan oleh pilar pemerintah dalam melakukan pencegahan dan pengendalian

terhadap kerusakan lingkungan. Berbeda dengan hal tersebut, strategi yang

dilakukan pada bidang pengawasan dan penegakkan hukum dapat diketahui

berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 sebagai pilar pemerintah, yaitu:

I1-2:

“Dengan program pembinaan dan peran serta masyarakat untuk

meminimalisir terjadinya pelanggaran.” (wawancara di Ruang Kepala

Bidang Pengawasan dan Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup BLH

Kota Tangerang, 30 November 2015 Pukul 10.31 WIB).

Page 166: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

149

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 sebagai pilar pemerintah terkait

strategi yang dilakukan oleh pilar pemerintah yaitu dalam hal ini pada bidang

pengawasan dan penegakkan hukum yaitu melalui program pembinaan dalam

peningkatan peran serta masyarakat untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran

perda. Tindakan preventif tersebut dilakukan oleh pemerintah dalam upaya

mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

. Selanjutnya yaitu strategi yang dilakukan oleh bidang perizinan sebagai

pilar pemerintah yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab di bidang

perizinan pembuangan limbah cair, dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara

dengan I1-4 sebagai pilar pemerintah, yaitu:

“Strategi kita dalam upaya perizinan limbah cair yaitu mempermudah

akses perizinan dengan terpadu satu pintu, membantu masyarakat yang

belum mengerti dengan pemberkasan perizinan, memproses perizinan

dengan cepat sesuai prosedur.” (wawancara di Ruang Bidang Perizinan

Kesejahteraan Rakyat BPMPTSP kota Tangerang, 19 November 2015

Pukul 10.11 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4 sebagai pilar pemerintah terkait

strategi dalam implementasi perda di bidang perizinan pembuangan limbah cair

yaitu dengan mempermudah akses perizinan menggunakan pelayanan terpadu satu

pintu, sehingga dapat menjangkau semua masyarakat yang memiliki kepentingan

untuk mengurusi perizinan pembuangan limbah dan perizinan lingkungan lainnya

serta memproses perizinan tersebut dengan cepat namun sesuai prosedur yang

berlaku. Strategi yang dilakukan oleh badan perizinan dalam implementasi perda

hanya berkaitan dengan izin pembuangan limbah cair. Setiap jenis usaha atau

kegiatan baik industri atau usaha skala kecil dan menengah wajib memiliki izin

Page 167: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

150

pembuangan limbah cair, peneliti menganggap dengan adanya perizinan

pembuangan limbah cair tersebut dianggap perlu mengingat saat ini banyaknya

jumlah industri yang terdapat di kota Tangerang baik skala besar, kecil dan

menengah. Dengan adanya perizinan ini, dapat digunakan sebagai salah satu

indikator pengawasan pemerintah terhadap usaha atau kegiatan yang berpotensi

melakukan pencemaran dengan pembuangan limbah.

Selain dalam bidang perizinan, strategi di bidang pengendalian limbah

juga diperlukan guna untuk mengendalikan limbah yang dihasilkan baik limbah

domestik maupun limbah industri. Strategi yang dilakukan dalam bidang

pengendalian limbah dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5

sebagai pilar pemerintah, yaitu:

“Strategi yang dilakukan salah satunya dengan melakukan pembinaan

kepada masyarakat tetapi masih di tingkat kelurahan untuk melakukan

upaya daur ulang terhadap limbah-limbah rumah tangga agar tidak

langsung dibuang ke sumber air. Metodenya dengan menggunakan

pengolahan IPAL sederhana, agar limbah cair yang dikeluarkan bisa

dimanfaatkan lagi untuk menyiram tanaman, mencuci motor, dan

sebagainya.” (wawancara di Ruang Kepala Sub Bidang Air Limbah Dinas

Cipta Karya dan Penataan Ruang Kota Tangerang, 2 Desember 2015

Pukul 08.30 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah terkait

strategi yang dilakukan dalam upaya mengendalikan limbah yaitu melakukan

pembinaan kepada masyarakat melalui metode daur ulang limbah menggunakan

IPAL sederhana, sehingga limbah-limbah yang dikeluarkan oleh masyarakat

dengan menggunakan IPAL sederhana dapat didaur ulang dan dimanfaatkan

kembali. Strategi ini sangat diperlukan mengingat berdasarkan hasil penelitian

Japan International Cooperation Agency (JICA), bekerja sama dengan Badan

Page 168: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

151

Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Tangerang tahun 2012, 84 persen air

sungai Cisadane tercemar limbah domestik. Adapun 14 persen lainnya tercemar

limbah dari industri yang tidak pempunyai instalasi pengelolaan air limbah

(IPAL). Sisanya, sekitar 2 persen, berasal dari pencemaran limbah lainnya.

(Kajian Tim Proyek JICA dan BLHD Kota Tangerang pada tanggal 26 September

2011 diakses pada hari Kamis, tanggal 9 Juli 2015 pukul 11.15 WIB). Strategi ini

sangat tepat untuk dikembangkan dalam upaya mengendalikan limbah domestik

yang dihasilkan dari rumah tangga, melihat bahwa penghasil terbesar limbah yaitu

rumah tangga. Namun tidak hanya limbah domestik, pemerintah juga harus

memperhatikan industri karena 14% sumber pencemar dihasilkan dari industri.

b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa

Lingkungan dimana suatu kebijakan dilaksanakan juga berpengaruh

terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari

lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

Implementasi Peraturan Daerah kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013

tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dilakukan oleh

pemerintah kota Tangerang melalui SKPD yang terkait. Karakteristik lembaga

yang terdapat pada pemerintah kota Tangerang bersifat birokratis, artinya setiap

kebijakan yang diselenggarakan pihak eksekutif diterjemahkan kedalam bentuk

kebijakan administrasi negara dimana pelaksanaan dari administrasi tersebut

dilakukan oleh lembaga-lembaga birokrasi yaitu dalam implementasi perda ini,

lembaga-lembaga tersebut adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Page 169: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

152

diantaranya BLH, BPMPTSP, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air dan Dinas

Cipta Karya dan Penataan Ruang yang mengimplementasikan perda dan bersifat

langsung berhubungan dengan masyarakat.

Karakteristik lembaga yang terdapat pada pemerintah kota Tangerang

bersifat birokratis juga ditandai dengan terdapat rantai komando berupa hierarki

kewenangan dimana tanggung jawab setiap bagian-bagiannya mengalir dari

hierarki atas ke hierarki bawah. Dalam implementasi perda ini, para pelaksana

bertanggung jawab kepada para pimpinan SKPD terkait sebagai lembaga

eksekutif yang melaksanakan perda, dan para pimpinan SKPD tersebut

bertanggung jawab kepada Walikota sebagai penanggung jawab tertinggi

eksekutif. Hal tersebut mencirikan bahwa karakteristik lembaga pada

implementasi perda ini bersifat birokratis.

Karakteristik rezim yang berkuasa di kota Tangerang saat ini, Walikota

yang menjabat yaitu Arief Wismansyah, B.Sc., M.Kes dan didampingi oleh Drs.

Sachrudin sebagai wakil walikota. Walikota Tangerang yang menjabat saat ini

merupakan wakil walikota sebelumnya di era Dr. Wahidin Halim, M.Si yang

merupakan salah satu tokoh berpengaruh di kota Tangerang karena dikenal

merupakan pemimpin yang revolusioner berhasil mengubah kota Tangerang

dengan berbagai prestasi. Walikota Tangerang saat ini yaitu Arief Wismansyah

adalah seorang CEO (pemilik) dari RS. Sari Asih Group dan dikenal sebagai

pengusaha sukses. Pada saat pilkada kota Tangerang, pasangan Arief Wismansyah

dan Sachrudin diusung oleh tiga partai yaitu Partai Demokrat, Partai Kebangkitan

Page 170: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

153

Bangsa (PKB) dan Parta Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) berhasil

mengungguli empat pasangan lainnya. Karakteristik program-program yang

dijalankan saat ini di kota Tangerang tidak berbeda jauh dengan program-program

yang dijalankan oleh walikota sebelumnya. Dengan demikian, karakteristik rezim

yang berkuasa di kota Tangerang saat ini tidak jauh berbeda dengan karakteristik

rezim yang berkuasa sebelumnya.

c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan

adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana, maka yang hendak dijelaskan

pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam

menanggapi suatu kebijakan. Tingkat kepatuhan dari para pelaksana menjadi

salah satu indikator penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Tingkat

kepatuhan pelaksana terbagi atas tingkat kepatuhan terhadap aturan dan tingkat

kepatuhan terhadap organisasi. Tingkat kepatuhan pelaksana terhadap aturan

berkaitan dengan sejauhmana pelaksana mematuhi ketentuan dan peraturan dalam

pelaksanaan, sedangkat tingkat kepatuhan pelaksana terhadap organisasi berkaitan

dengan sejauhmana para pelaksana dalam melaksanakan program sesuai dengan

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang dibuat oleh organisasi. Tingkat

kepatuhan dari para pelaksana dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara dengan

I1-5 sebagai pilar pemerintah, yaitu sebagai berikut:

Page 171: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

154

“Adanya kendaraan yang mengatasnamakan pemerintah kota Tangerang

dengan plat dinas membuang langsung limbah hasil penyedotan dari septik

tank perumahanyang berpotensi melakukan pencemaran. Pada waktu itu

juga pernah terjadi salah satu pelaksana dari pemerintah yaitu mobil

operasional yang bertugas mengangkut limbah dari perumahan membuang

langsung limbah tersebut ke sungai, tetapi sudah kita lakukan tindakan dan

sejauh ini para pelaksana tersebut sudah patuh dan tidak berani lagi

melakukan tindakan tersebut.” (wawancara di Ruang Kepala Sub Bidang

Air Limbah Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang Kota Tangerang, 2

Desember 2015 Pukul 08.30 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah terkait

tingkat kepatuhan dari para pelaksana, jika dilihat dari temuan lapangan dan apa

yang disampaikan oleh I1-5 sebagai pilar pemerintah terkait tingkat kepatuhan dari

para pelaksana, terlihat bahwasanya tingkat kepatuhan para pelaksana terhadap

aturan dalam melakukan implementasi perda ini dapat dikatakan belum sesuai

dengan apa yang diharapkan. Hal tersebut terlihat bahwa justru para pelaksana di

lapangan yang seharusnya memiliki pemahaman terhadap aturan dalam pelaksaan

perda yang melanggarnya.

Selanjutnya yaitu tingkat kepatuhan pelaksana terhadap organisasi.

Tingkat kepatuhan pelaksana terhadap organisasi dapat terlihat dari sejauhmana

para pelaksana dalam melaksanakan program sesuai dengan petunjuk pelaksanaan

dan petunjuk teknis yang dibuat oleh organisasi. Tingkat kepatuhan pelaksana

terhadap organisasi dapat terlihat berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4

sebagai pilar pemerintah, yaitu:

“Sejauh ini pelaksanaan perda di bidang perizinan sudah sesuai dengan

apa yang diharapkan dan sudah sesuai dengan prosedurnya.” (wawancara

di Ruang Bidang Perizinan Kesejahteraan Rakyat BPMPTSP kota

Tangerang, 19 November 2015 Pukul 10.11 WIB).

Page 172: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

155

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4 sebagai pilar pemerintah terkait

tingkat kepatuhan pelaksana terhadap organisasi, terlihat bahwa kepatuhan

pelaksana pada bidang perizinan terhadap organisasi dapat dikatakan sudah baik,

karena pelaksanaan perda di bidang perizinan sudah sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP).

Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Tangerang sejauh ini pelaksanaan yang dilakukan di lapangan belum berjalan

optimal, selain tingkat kepatuhan pelaksana terhadap aturan belum sesuai dengan

harapan, adanya respon dari pelaksana menjadi salah satu indikator penting

apakah implementasi perda sudah berjalan dengan baik atau implementasi yang

dilakukan masih menemukan hambatan. Respons dari pelaksana dapat terlihat

sebagaimana berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah,

sebagai berikut:

”Belum semua sesuai dengan yang diharapkan dan memang masih jauh

dari apa yang diinginkan. Banyak kendala di lapangan yang memang

masih belum dilakukan intensifikasi penanggulangan.” (wawancara di

Ruang Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan

Hidup BLH Kota Tangerang, 19 November 2015 Pukul 11.05 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan I1-1 sebagai pilar pemerintah

terkait sudah sejauhmana implementasi perda yang dilakukan terlihat belum

sesuai dengan yang diharapkan dan masih jauh dari perencanaan yang dibuat.

Banyak kendala atau hambatan yang terjadi dalam intensifikasi penanggulangan

terhadap tingkat pencemaran yang cukup tinggi dari berbagai sumber air yang

Page 173: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

156

terdapat di kota Tangerang. Hal tersebut juga sesua dengan apa yang disampaikan

oleh I1-5 sebagai pilar pemerintah, yaitu sebagai berikut:

“Belum sesuai dengan apa yang diharapkan, masih terdapat beberapa

kekurangan-kekurangan terutama pola perilaku masyarakat yang tidak

mendukung program pemerintah dengan baik.” (wawancara di Ruang

Kepala Sub Bidang Air Limbah Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang

Kota Tangerang, 2 Desember 2015 Pukul 08.30 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah terkait

respon pelaksana terkait sudah sejauhmana pencapaian implementasi perda

terlihat bahwasanya memang implementasi perda belum sesuai dengan apa yang

diharapkan dan masih terdapat kendala atau hambatan di lapangan terutama pola

prilaku masyarakat yang tidak mendukung program-program yang dibuat

pemerintah dalam memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan.

Keberhasilan proses implementasi kebijakan juga ditentukan berdasarkan

seberapa besar kendala atau hambatan yang dihadapi. Kendala yang dihadapi

dapat berupa kendala secara teoritis yaitu terkait pemahaman terhadap kebijakan,

dan kendala secara teknis yang berkaitan dengan pelaksanaan di lapangan.

Kendala teknis juga menjadi salah satu permasalahan yang terjadi dalam

implementasi perda ini, kendala teknis yang terjadi dalam pelaksanaan perda

dapat terlihat berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah,

yaitu:

“Tidak ada permasalahan yang besar, hanya terdapat hambatan teknis

yaitu IPAL atau IPLT yang ada sudah tidak mampu mendukung sehingga

perlu dibangun IPAL tambahan dengan skala kecil dan menengah.”

(wawancara di Ruang Kepala Sub Bidang Air Limbah Dinas Cipta Karya

dan Penataan Ruang Kota Tangerang, 2 Desember 2015 Pukul 08.30

WIB).

Page 174: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

157

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 sebagai pilar pemerintah terkait

hambatan teknis dalam pelaksanaan perda yaitu saat ini IPAL dan IPLT yang

terdapat di kota Tangerang sudah tidak mampu mendukung dalam menampung

limbah karena jumlah kapasitas penampungan IPAL sudah tidak mampu

mengimbangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh semua stakeholders yang

terdapat di kota Tangerang. Jika hal ini dibiarkan, akan terjadi kebocoran IPAL

sehingga limbah akan mencemari lingkungan

4.3. Pembahasan

Pembahasan yakni mencakup pemaparan dari hasil analisis data yang

ditujukan untuk memaparkan lebih jauh lagi terkait masing-masing indikator

implementasi kebijakan dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data hasil

penelitian, peneliti menggunakan teori model implementasi kebijakan dari Merille

S. Grindle (1980) yang ditentukan oleh Content of Policy yaitu kepentingan-

kepentingan yang mempengaruhi, jenis manfaat yang bisa diperoleh, derajat

perubahan yang ingin dicapai, letak pengambilan keputusan, pelaksana program,

sumber-sumber daya yang digunakan dan Context of Policy yaitu Kekuasaaan,

kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat, karakteristik

lembaga atau rezim yang berkuasa, tingkat kepatuhan dan adanya respon dari para

pelaksana. Berikut adalah pembahasan dari masing-masing indikator

implementasi kebijakan dalam penelitian mengenai “Implementasi Peraturan

Page 175: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

158

Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota Tangerang”.

Page 176: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

159

4.3.1. Content of Policy

a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi

Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dikembangkan oleh

badan dan pejabat pemerintah. Politik merupakan serangkaian kegiatan yang

menyertakan interaksi antara keyakinan, struktur, individu serta kebijakan itu

sendiri. Tujuan dari interaksi ini adalah pencapaian kepentingan umum yang

berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan dan tuntutan-tuntutan mayoritas warga

dan berujung pada perubahan sosial kearah yang lebih baik. Berdasarkan hal

tersebut tidak dapat dipungkiri bahwasanya dalam suatu kebijakan pastinya

terdapat kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi baik dalam perumusan

kebijakan maupun pada tahap pelaksanaan kebijakan.

Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi berkaitan dengan berbagai

kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini

berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan

banyak kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut

membawa pengaruh terhadap implementasinya. Setiap pembentukan perda pasti

terdapat kepentingan-kepentingan di dalamnya.

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dalam

pelaksanaannya terdapat berbagai kepentingan yang mempengaruhi.

Pada tahap formulasi, tidak ada kepentingan yang mempengaruhi dalam

perumusan kebijakan ini. Karena kebijakan ini merupakan inisiatif dari BLH kota

Page 177: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

160

Tangerang berdasarkan kajian dan temuan kepada Walikota untuk membuat

peraturan daerah yang berkaitan dengan sumber daya air. Kemudian rancangan

perda tersebut diajukan oleh Walikota kepada DPRD kota Tangerang untuk

kemudian ditetapkan sebagai peraturan daerah kota Tangerang. Dalam hal ini

terlihat bahwa DPRD selaku badan legislatif di kota Tangerang hanya

mengesahkan rancangan perda ini untuk selanjutnya perda ini di implementasikan

oleh pemerintah.

Pada tahap implementasi, perda tersebut dilaksanakan oleh semua SKPD

di kota Tangerang dan perda tersebut mengatur untuk semua stakeholders yang

terdapat di kota Tangerang baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Namun,

SKPD yang memiliki tupoksi dalam melaksanakan perda ini di lapangan hanya

Badan Lingkungan Hidup, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu di bidang perizinan pembuangan limbah cair, Dinas Bina Marga dan

Sumber Daya Air dan Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang. Dalam hal ini,

BLH yang memjalankan fungsi koordinasi dalam pengelolaan kualitas air dan

pengendalian pencemaran air. Kepentingan yang mempengaruhi pada

implementasi perda ini berkaitan dengan peran dari masing-masing stakeholders

yang terlibat dalam pelaksanaan perda, karena perda ini mengatur ketentuan-

ketentuan yang harus dilakukan oleh para aktor yang teribat. Dalam implementasi

perda ini, kepentingan pemerintah yaitu hanya menjalankan tupoksinya dalam

bentuk program-program yang dibuat untuk melakukan pengelolaan kualitas air

dan pengendalian pencemaran air serta melakukan pengawasan dan penegakkan

hukum.

Page 178: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

161

Kepentingan yang mempengaruhi dalam pelaksanaan perda ini juga

melibatkan pilar swasta dan pilar masyarakat sebagai salah satu pihak yang

bertanggung jawab. Pilar swasta yang terlibat dalam pelaksanaan perda ini yaitu

industri, jenis usaha atau kegiatan skala kecil dan menengah, hotel, dan rumah

sakit serta semua jenis kegiatan yang mengambil dan membuang air di Kota

Tangerang. Kepentingan yang mempengaruhi pihak swasta dalam implementasi

perda ini yaitu berkaitan dengan izin pembuangan limbah dan pengelolaan

limbah. Keinginan pihak swasta dalam implementasi perda ini yaitu dengan

adanya perda ini, tidak dijadikan alasan pemerintah untuk mempersulit industri

dalam melakukan produksi ataupun berkaitan dengan kewajiban perusahaan

terhadap lingkungan. Berdasarkan temuan lapangan, sosialisasi perda ini belum

menjangkau secara keseluruhan. Sosialisasi perda belum sampai pada masyarakat

yang mempunyai atau mengelola jenis usaha tertentu seperti pengelola industri,

jenis usaha skala kecil dan menengah, pengelola hotel dan pengelola rumah sakit

sebagai para aktor yang terlibat dari implementasi perda ini. Sehingga

kepentingan-kepentingan dari para pihak yang terlibat dapat dikatakan belum

mempengaruhi implementasi perda secara keseluruhan. Kurang optimalnya

sosialisasi perda kepada pihak swasta mengakibatkan kurangnya pemahaman

mereka terhadap maksud dan tujuan implementasi perda tersebut.

Pilar masyarakat juga merupakan salah satu pilar yang dilibatkan dari

adanya implementasi perda ini. Dalam hal ini peneliti mengambil data penelitian

lapangan dengan mewawancarai LSM dan pengamat lingkungan sebagai pilar

masyarakat yang berpengaruh terhadap implementasi perda tersebut. Dalam tahap

Page 179: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

162

pelaksanaan kebijakan, pilar masyarakat memiliki keinginan agar semua aktor

yang terlibat dari implementasi perda ini konsisten untuk melaksanakan dan

mematuhi perda tersebut.

b. Jenis manfaat yang bisa diperoleh

Pada point ini Content of Policy berupaya untuk menunjukkan atau

menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat

yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian

kebijakan yang hendak dilaksanakan. Manfaat dari adanya implementasi perda ini

diantaranya yaitu:

1. Dari segi perizinan sudah membaik, karena dengan adanya perda ini mengatur

bagaimana setiap orang yang ingin mendirikan usaha atau kegiatan harus

menyertakan dokumen izin lingkungan.

2. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan meningkat melalui

program pembinaan peran serta masyarakat “kampung hijau” sebagai salah

satu program yang dirancang untuk mengelola lingkungan.

3. Kualitas air baku sudah membaik dan tingkat pencemaran dapat dikendalikan

karena adanya pemantauan kualitas air secara berkala.

4. Perbaikan sarana dan prasarana lingkungan yang dilakukan dengan

membangun IPAL di beberapa lokasi.

5. Dengan adanya perda ini, para pemilik atau pengelola industri lebih berhati-

hati dalam membuang limbah hasil produksi karena pemerintah melakukan

pengawasan.

Page 180: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

163

Berdasarkan hasil temuan lapangan, implementasi perda sudah

memberikan manfaat atau dampak positif terhadap lingkungan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Karena dengan adanya perda ini, terjadi

peningkatan kualitas lingkungan hidup di kota Tangerang.

c. Derajat perubahan yang ingin dicapai

Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai.

Adapun yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa besar

perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan.

Setiap perubahan pasti menginginkan kearah yang lebih baik, begitu pula harapan

pemerintah dan masyarakat mengharapkan perubahan yang lebih baik dari

pengimplementasian perda ini. Perubahan yang ingin dicapai dari adanya

pengimplementasian perda ini pada pilar pemerintah secara keseluruhan

mengharapkan adanya peningkatan kualitas lingkungan dan daya dukung

lingkungan. Berikut merupakan temuan lapangan yang berkaitan dengan derajat

perubahan yang ingin dicapai dari adanya implementasi perda ini, yaitu antara

lain:

1. Diharapkan sumber-sumber air sesuai dengan peruntukkannya.

Maksudnya sumber-sumber air yang terdapat dikota Tangerang baik air

sungai, situ, air tanah dan sumber air lainnya tidak tercemar sehingga dapat

digunakan sesuai dengan peruntukkannya berdasarkan klasifikasi dan kriteria

mutu air yaitu baku mutu air kelas satu yang dipergunakan untuk air baku air

minum, baku mutu air kelas dua yang dipergunakan untuk prasarana dan

Page 181: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

164

sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan, peternakan dan sebagainya, baku

mutu air kelas tiga dan empat yang digunakan untuk mengairi pertanaman

2. Tingginya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan

tidakmembuang limbah berbahaya langsung ke sumber air.

3. Kuantitas air dan kualitas air semakin membaik.

4. Pencemaran bisa diminimalisir sebaik mungkin dengan pemberlakuan

berbagai izin lingkungan dan ketentuan-ketentuan yang diatur didalam perda

tersebut.

Berdasarkan hasil temuan lapangan, derajat perubahan yang ingin dicapai

dari adanya implementasi perda secara keseluruhan menginginkan perubahan

yang lebih baik. Harapan dari adanya implementasi perda ini harus diimbangi

dengan perubahan yang terjadi. Perubahan yang dirasakan dengan adanya

implementasi perda ini yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui

Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang telah mempunyai legitimasi hukum

dalam melakukan penindakan terhadap seseorang atau badan usaha yang

membuang limbah langsung ke sumber air atau melakukan kerusakan terhadap

sumber daya air di Kota Tangerang. Dengan adanya perda tersebut, saat ini kota

Tangerang mempunyai peraturan di tingkat daerah yang lebih spesifik dan

disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan semua stakeholders di kota

Tangerang. Selain itu, perubahan yang telah dirasakan dengan adanya

pengimplementasian perda tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian

pencemaran air yaitu banyak dibangun sarana dan prasarana lingkungan seperti

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang banyak terdapat di kota Tangerang.

Page 182: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

165

d. Letak pengambilan keputusan

Letak pengambilan keputusan dalam penelitian ini berkaitan dengan

kewenangan dalam pengambilan tindakan jika terjadi pelanggaran terhadap perda.

Letak pengambilan keputusan dalam implementasi perda ini dilakukan oleh pilar

pemerintah. Sebagaimana peraturan daerah apapun, penegakkan peraturan daerah

dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja. Akan tetapi penegakkan hukum

dalam implementasi perda ini dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup melalui

Bidang Pengawasan dan Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup. Pelaksana yang

melakukan penyidikan dan penindakan yaitu Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS) yang dilatih dan dilakukan pembinaan untuk memiliki keahlian serta

pengetahuan di bidang lingkungan hidup. Letak pengambilan keputusan sudah

tepat mengingat perda ini tidak hanya memerlukan penindakan secara teknis

seperti apa yang dilakukan oleh Satpol PP, tetapi memerlukan penyidikan secara

intensif dan memerlukan keahlian tertentu. Dengan adanya PPNS ini, letak

pengambilan keputusan dapat dikatakan sudah tepat, namun tetap harus diberikan

pengawasan terhadap PPNS ini untuk menghindari kecurangan-kecurangan yang

kemungkinan terjadi pada saat penyidikan. Jenis sanksi yang ditetapkan jika

terbukti melanggar perda ini yaitu sanksi administrasi berupa surat teguran, sanksi

paksaan pemerintah berupa paksaan pemerintah untuk memperbaiki IPAL apabila

IPAL mengalami kerusakan atau tidak berfungsi. Jika terbukti membuang limbah

langsung ke sumber air maka akan diberlakukan denda ganti rugi terhadap

lingkungan yang diperhitungkan berdasarkan volume limbah yang dikeluarkan

dan berapa lama melakukan pembuangan limbah langsung ke sumber air, sanksi

Page 183: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

166

selanjutnya jika terbukti tidak memiliki izin lingkungan dalam pendirian

perusahaan, maka izin operasional perusahaan tersebut akan dicabut paksa oleh

pemerintah.

e. Pelaksana program

Pelaksana program dalam penelitian ini berkaitan dengan siapa yang

melaksanakan program dari implementasi perda ini di lapangan. Pelaksana

program dilakukan oleh para SKPD yang terlibat dalam implementasi perda ini.

Pelaksana program disesuaikan dengan tupoksi yang dimiliki oleh masing-masing

SKPD. Pada Badan Lingkungan Hidup pelaksana program dari implementasi

perda ini dilakukan oleh tim khusus bidang pemantauan kualitas, bidang

pengawasan dan pemberdayaan masyarakat dan bidang penindakan sebagai tim

yang bertugas melakukan pemantauan dan melaporkan temuan-temuan. Dalam

menjalankan fungsi koordinasi, BLH juga berkoordinasi dengan Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) untuk memantau kualitas air baku. Pada Dinas Bina

Marga dan Sumber Daya Air sebagai pelaksana teknis di bidang infrastruktur,

pelaksana program dilakukan oleh pekerja-pekerja lapangan atau pegawai teknis

perbaikan sarana umum dengan dipantau oleh Kepala Sub Bidang. Selanjutnya

pada BPMPTSP di bidang perizinan pembuangan limbah cair, pelaksana program

dilakukan oleh pegawai perizinan dan pegawai khusus yang ditugaskan untuk

melaksanakan koordinasi dengan BLH. Dan yang terakhir adalah Dinas Cipta

Karya dan Penataan Ruang, pelaksana program dilakukan oleh seksi pengendalian

air limbah yang menjalankan fungsi dalam pengendalian berbagai limbah yang

dihasilkan di kota Tangerang.

Page 184: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

167

Agar implementasi perda ini sesuai dengan apa yang diharapkanharus

didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel.

Berdasarkan hasil temuan lapangan, kendala yang ada dalam pelaksanaan

program yaitu, kurangnya pemahaman dan pengetahuan para pelaksana program

karena kurangnya pembinaan dan pelatihan serta petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis masih menggunakan peraturan teknis diatas perda seperti

peraturan pemerintah dan undang-undang karena belum ada peraturan walikota

sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sehingga para pelaksana sulit

untuk menyesuaikan dengan perda tersebut karena peraturan teknis yang

digunakan belum spesifik atau masih mengatur secara umum. Para pelaksana

program dinilai belum optimal karena upaya sosialisasi terhadap peraturan daerah

tersebut belum dilakukan secara persuasif dengan menggunakan media papan

reklame.

f. Sumber-sumber daya yang digunakan

Pelaksanaan suatu kebijakan harus didukung oleh sumber-sumber yang

memadai agar pelaksanaan perda tersebut tidak terhambat. Dalam implementasi

perda ini, sumber daya yang digunakan yaitu sumber daya manusia, anggaran,

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang digunakan sebagai petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis serta sarana dan prasarana yang mendukung

seperti kendaraan operasional yang digunakan untuk mengangkut limbah dari

septik tank. Anggaran menjadi salah satu indikator terpenting sumber daya yang

digunakan dalam implementasi perda. Pemanfaatan sumber daya sudah dilakukan

seoptimal mungkin, seperti anggaran yang dikeluarkan pemerintah kota

Page 185: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

168

Tangerang untuk lingkungan selalu habis digunakan setiap tahunnya. Namun,

dalam pelaksanaan program, pemanfaatan sumber daya belum dilakukan

seoptimal mungkin, karena program-program yang dilakukan terkait dengan

implementasi perda ini belum menyeluruh dan baru hanya pada tingkat kelurahan.

Selain itu, dari indikator kuantitas sumber daya manusia, pengawasan terhadap

industri belum efektif dilakukan karena kurangnya jumlah sumber daya manusia

yang diperlukan untuk mengelola lingkungan.

Page 186: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

169

4.3.2. Context of Policy

a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang

terlibat

Suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaaan,

kepentingan-kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para aktor guna

memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Kekuasaan

yang dimiliki para aktor yang terlibat diantaranya yaitu kekuasaan yang dimiliki

oleh pilar pemerintah, swasta dan masyarakat dalam konteks implementasi perda.

Kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah dalam konteks implementasi perda,

pemerintah hanya bertindak sebagai pelaksana program-program pembinaan

lingkungan dan pengawasan. Bentuk program yang dibuat oleh pemerintah

disesuaikan dengan penjabaran visi dan misi dari dinas atau badan terkait

lingkungan. Dengan demikian, pemerintah dalam pelaksanaan perda hanya

sebagai pihak yang menjalankan kekuasaan untuk mengatur para pelaku usaha

dan masyarakat agar tidak mencemari lingkungan serta melakukan tindakan

preventif, persuasif dan represif dalam pelaksanaan perda.. Kekuasaan yang

dimiliki oleh pilar swasta dalam konteks implementasi perda yaitu pilar swasta

tidak menginginkan pemerintah membuat aturan yang berlebihan sehingga

mempersulit para pelaku usaha dalam mengelola usahanya. Kekuasaan yang

dimiliki oleh masyarakat yaitu kekuasssan untuk melakukan pengawasan dan

pengaduan terhadap seseorang atau pelaku usaha yang melakukan tindak

pencemaran lingkungan. Selain kekuasaan, terdapat berbagai kepentingan-

kepentingan dalam konteks implementasi perda diantaranya yaitu, pemerintah

Page 187: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

170

memeiliki kepentingan agar semua para pelaku usaha baik industri kecil,

menengah dan besar yang terdapat di kota Tangerang secara keseluruhan memiliki

izin pembuangan limbah guna meminimalisir dampak pencemaran air. Pilar

swasta memiliki kepentingan agar pemerintah melakukan pembinaan terhadap

pembuangan limbah dan pilar masyarakat memiliki kepentingan dilibatkan dalam

koordinasi pelaksaan program dan pengawasan lingkungan. Strategi yang

dilakukan oleh para aktor yang telibat diantaranya yaitu pengawasan terhadap

industri, pengaduan masyarakat terhadap pencemaran, penindakan secara

langsung jika terjadi pelanggaran terhadap perda, serta dengan program

pembinaan dan peran serta masyarakat untuk meminimalisir terjadinya

pelanggaran, mempermudah akses perizinan menggunakan pelayanan terpadu satu

pintu, sehingga dapat menjangkau semua masyarakat yang memiliki kepentingan

untuk mengurusi perizinan pembuangan limbah dan perizinan lingkungan lainnya

serta memproses perizinan tersebut dengan cepat namun sesuai prosedur yang

berlaku dan melakukan pembinaan kepada masyarakat melalui metode daur ulang

limbah menggunakan IPAL sederhana, sehingga limbah-limbah yang dikeluarkan

oleh masyarakat dengan menggunakan IPAL sederhana dapat didaur ulang dan

dimanfaatkan kembali. Hal yang tidak terlihat terkait strategi yang dilakukan

yaitu pembinaan terhadap para pelaku atau pengelola industri atau usaha skala

kecil dan menengah dalam mengelola limbah yang dikeluarkan untuk

meminimalisir pencemaran.

Page 188: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

171

b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa

Lingkungan dimana suatu kebijakan dilaksanakan juga berpengaruh

terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dibahas mengenai

karakteristik dari lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

Karakteristik lembaga yang terdapat pada pemerintah kota Tangerang bersifat

birokratis juga ditandai dengan terdapat rantai komando berupa hierarki

kewenangan dimana tanggung jawab setiap bagian-bagiannya mengalir dari

hierarki atas ke hierarki bawah. Dalam implementasi perda ini, para pelaksana

bertanggung jawab kepada para pimpinan SKPD terkait sebagai lembaga

eksekutif yang melaksanakan perda, dan para pimpinan SKPD tersebut

bertanggung jawab kepada Walikota sebagai penanggung jawab tertinggi

eksekutif. Hal tersebut mencirikan bahwa karakteristik lembaga pada

implementasi perda ini bersifat birokratis. Karakteristik rezim yang berkuasa di

kota Tangerang saat ini tidak berbeda jauh dengan karakteristik rezim yang

berkuasa sebelumnya di kota Tangerang, karena Walikota yang saat ini berkuasa

merupakan Wakil Walikota sebelumnya, Dengan demikian program-program

yang dijalankan memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda.

Karakteristik walikota yang memimpin saat ini di kota Tangerang jika

dilihat dari biografinya, beliau merupakan seorang pengusaha dan pemiliki dari

Rumah Sakit Sari Asih. Setelah sukses sebelumnya mendampingi Wahidin Halim

sebagai wakil walikota Tangerang, kemudian beliau terpilih menjadi Walikota

Tangerang pada periode 2013-2018, diusung oleh partai-partai yang memiliki

Page 189: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

172

pengaruh besar di kota Tangerang yaitu Partai Demokrat, Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) mendapatkan

perolehan suara sebanyak 340.810 suara atau sebesar 49,05 % dari total suara

keseluruhan. Selain sebagai pengusaha, beliau juga aktif di berbagai organisasi

baik organisasi kemasyarakatan dan organisasi formal pemerintahan seperti

pernah menjadi anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Ketua

Badan Narkotika Nasional Kota Tangerang (BNNKT), Ketua Satuan Pelaksana

(SATLAK) Penanggulangan Bencana Kota Tangerang. Beliau dikenal masyarakat

sebagai pemimpin yang jujur, tegas dan dekat dengan masyarakat. Jika dilihat dari

visi dan misi beliau memimpin kota Tangerang, sejauh ini program-program yang

dijalankan terutama dalam bidang lingkungan hidup tidak jauh berbeda dengan

pemimpin atau walikota sebelumnya yaitu Wahidin Halim yang dikenal

masyarakat sebagai pemimpin revolusioner dalam membangun kota Tangerang

dan memiliki pengaruh besar di kota Tangerang.

c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

Tingkat kepatuhan dari para pelaksana menjadi salah satu indikator

penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Tingkat kepatuhan pelaksana terbagi

atas tingkat kepatuhan terhadap aturan dan tingkat kepatuhan terhadap organisasi.

Berdasarkan hasil temuan lapangan, tingkat kepatuhan para pelaksana terhadap

aturan dalam melakukan implementasi perda ini dapat dikatakan belum sesuai

dengan apa yang diharapkan. Karena pada pelaksanaannya, masih terdapat

pelaksana yang tidak mematuhi ketentuan perda tersebut. Bentuk pelanggaran

Page 190: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

173

yang dilakukan oleh pelaksana yaitu terkait pembuangan limbah hasil

pengangkutan langsung ke sumber air. Sangat disayangkan apabila justru

pelanggaran dilakukan oleh oknum pelaksana tertentu yang tidak mematuhi perda

ini. Selanjutnya terkait tingkat kepatuhan pelaksana terhadap organisasi,

berdasarkan temuan lapangan, kepatuhan pelaksana pada bidang perizinan

terhadap organisasi dapat dikatakan sudah baik, karena pelaksanaan perda di

bidang perizinan sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Respon dari pelaksana terkait implementasi perda ini yaitu terdapat

kendala-kendala yang terjadi di lapangan seperti kurangnya dukungan dan

partisipasi masyarakat terhadap program-program yang dibuat oleh pemerintah

dan kendala teknis yaitu saat ini IPAL dan IPLT yang terdapat di kota Tangerang

sudah tidak mampu mendukung dalam menampung limbah karena jumlah

kapasitas penampungan IPAL sudah tidak mampu mengimbangi jumlah limbah

yang dihasilkan oleh semua stakeholders yang terdapat di kota Tangerang.

Page 191: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

174

Tabel 4.6.

Rekapitulasi Hasil Pembahasan Penelitian

DimensiContent of Policy

Indikator Temuan Lapangan Kategori

Kepentingan-

kepentingan yang

mempengaruhi

Peraturan daerah dibuat oleh pilar

pemerintah dan DPRD hanya

mengesahkan. Dengan kata lain, pada

tahap formulasi tidak ada keterlibatan

dari pilar swasta dan masyarakat.

Belum optimal

Pada tahap implementasi perda,

terdapat kepentingan yang

mempengaruhi dari pilar pemerintah,

swasta dan masyarakat.

Baik

Kurang optimalnya sosialisasi perda

yang dilakukan oleh pilar pemerintah

terhadap sektor swasta.

Belum optimal

Jenis manfaat yang

bisa diperoleh

Implementasi perda telah memberikan

manfaat atau dampak positif terhadap

lingkungan baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Baik

Page 192: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

175

Derajat perubahan

yang ingin dicapai

Derajat perubahan yang ingin dicapai

dari adanya implementasi perda secara

keseluruhan menginginkan perubahan

yang lebih baik.

Baik

Terdapat perubahan yang dapat

dirasakan secara langsung dari adanya

implementasi perda.

Baik

Letak pengambilan

keputusan

Letak pengambilan keputusan

terhadap pelanggaran perda dilakukan

oleh BLH melalui Bidang

Pengawasan dan Penegakkan Hukum,

sebagai pelaksananya yaitu Penyidik

Pegawai Negeri Sipil (PPNS).

Baik

Sanksi yang diberikan berupa sanksi

administratif, sanksi paksaan

pemerintah dan pencabutan izin

operasional.

Baik

Pelaksana program

Pelaksana program dilakukan oleh

para SKPD yang terlibat dalam

implementasi perda dan disesuaikan

dengan tupoksi yang dimiliki oleh

masing-masing SKPD.

Baik

Para pelaksana program kurang Belum optimal

Page 193: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

176

memiliki pemahaman dan

pengetahuan dikarenakan kurangnya

pembinaan dan pelatihan.

Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis yang digunakan pelaksana

program masih bersifat umum dan

belum spesifik karena belum adanya

peraturan teknis sebagai penjabaran

ketentuan perda.

Belum optimal

Sumber-sumber daya

yang digunakan

Sumber daya yang digunakan dalam

implementasi perda ini yaitu sumber

daya manusia, anggaran, Standar

Operasional Prosedur (SOP) dan

sumber daya pendukung lainnya.

Baik

Pemanfaatan sumber daya terutama

anggaran sudah dioptimalkan untuk

membiayai program-program yang

telah dirancang sebagai implementasi

perda.

Baik

Pemanfaatan sumber daya dalam

pelaksanaan program pada bidang

pengendalian limbah belum

menyeluruh, baru hanya menjangkau

Belum optimal

Page 194: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

177

pada tingkat kelurahan.

Dimensi Context of Policy

Kekuasaan,

kepentingan-

kepentingan dan

strategi para aktor

yang terlibat

Kepentingan dalam implementasi

perda pada pilar pemerintah yang

mengalami kendala yaitu kurangnya

intensitas koordinasi dengan SKPD

yang terkait.

Belum optimal

Adanya keinginan dari pilar swasta

kepada pemerintah terkait pembinaan

dan pelatihan pengolahan limbah

karena selama ini program tersebut

belum terlihat.

Belum optimal

Terdapat strategi-strategi yang

dilakukan oleh masing-masing SKPD

pada pilar pemerintah dalam

implementasi perda.

Baik

Karakteristik

lembaga dan rezim

yang berkuasa

Karakteristik lembaga yang terdapat

pada pemerintah kota Tangerang

bersifat birokratis.

Baik

Tingkat kepatuhan

dan adanya respon

dari pelaksana

Tingkat kepatuhan pelaksana terhadap

aturan belum sesuai dengan harapan

karena terdapat oknum pelaksana

Belum optimal

Page 195: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

178

yang melakukan pembuangan limbah

langsung ke sumber air.

Terdapat respon dari pelaksana terkait

implementasi perda ini yaitu terdapat

kendala-kendala yang terjadi di

lapangan seperti kurangnya dukungan

dan partisipasi masyarakat terhadap

program-program yang dibuat oleh

pemerintah dan kendala teknis yaitu

saat ini IPAL dan IPLT yang terdapat

di kota Tangerang sudah tidak mampu

mendukung dalam menampung

limbah

Belum optimal

Sumber: Peneliti, 2015

Berdasarkan hasil pembahasan dari masing-masing indikator implementasi

kebijakan menurut Merille S. Grindle diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan

bahwa implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Kota

Tangerang belum optimal. Belum optimalnya implementasi perda tersebut

dikarenakan masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh masing-masing

pilar untuk dapat berkontribusi dalam pelaksanaan kebijakan atau program-

program dari implementasi perda. Hal ini dapat dilihat dari belum optimalnya

pelaksanaan empat dari sembilan indikator menurut model implementasi

Page 196: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

179

kebijakan dari Merille S. Grindle, yaitu kepentingan-kepentingan yang

mempengaruhi, pelaksana program, kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan

strategi para aktor yang terlibat, serta tingkat kepatuhan dan adanya respon dari

pelaksana.

Peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan

untuk membahas persoalan implementasi perda tentang pengelolaan kualitas air

dan pengendalian pencemaran air. Merujuk pada penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Ariestha Surya Permana pada tahun 2011 dengan judul penelitian

“Pelaksanaan kewenangan pemerintah Kota Denpasar dalam mengendalikan

pemanfaatan air tanah oleh hotel berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82

Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air” dapat diketahui bahwa pelaksanaaankewenangan Pemerintah Kota Denpasar

dalam mengendalikanpemanfaatan air tanah oleh Badan Lingkungan Hidup dan

DinasPekerjaan Umum secara umum sudah melaksanakan dengan baik namun

belum optimal. Badan Lingkungan Hidup telah melakukanupaya konservasi

dengan cara mewajibkan pengusaha hotel untuk melaksanakan upaya-upaya

pelestarian seperti membuat sumurresapan atau lubang biopori guna

meningkatkan potensi air tanah.Upaya ini masih mempunyai kendala karena

Badan LingkunganHidup tidak menfasilitasi hotel dengan menyediakan alat

untukmembuat sumur resapan atau lubang biopori. Dinas PekerjaanUmum bidang

pengairan sesuai dengan kewenangannyamemberikan rekomendasi teknis kepada

Walikota Kota Denpasarmengenai penyelenggaraan perijinan pemanfaatan air

tanah padacekungan air tanah di Kota Denpasar. Cekungan air tanah

Page 197: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

180

KotaDenpasar termasuk dalam cekungan air tanah Denpasar-Tabanandan juga

memberikan rekomendasi teknis yang berisi persetujuanatau penolakan pemberian

ijin berdasarkan zona konservasi air tanah. Kendala yang dihadapi dalam

mengendalikan pemanfaatanair tanah oleh hotel di Kota Denpasar berupa

kurangnya intensifnyasosialisasi mengenai dampak negatif dari pemanfaatan air

tanah yang berlebihan. Tidak adanya regulasi dari Pemerintah KotaDenpasar yang

memberikan sanksi yang tegas bagi yangmelanggar perijinan air tanah dan

kesadaran yang kurang darimasyarakat yang menggunakan air tanah karena air

tanah itudianggap gratis. Kendala lainnya seperti kurangnya sumber dayamanusia

yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Denpasar dalammengendalikan pemanfaatan

air tanah oleh hotel dan masih terjadinya pencurian air tanah yang dilakukan oleh

oknumpengusaha juga menjadi masalah yang sangat serius dan harussegera

diselesaikan.

Penelitian terdahulu selanjutnya dilakukan oleh Ratna Farly Adzani pada

tahun 2012 dengan judul penelitian “Efektifitas Badan Pengendalian Lingkungan

Hidup Kota Tangerang dalam Mengendalikan Pencemaran Sungai Cisadane”

diketahui bahwa efektivitas Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang dalam

mengendalikan pencemaran sungai Cisadane cukup tinggi/sedang karena hanya

mencapai angka 64,8% dari angka yang dihipotesiskan, yaitu minimal 70%.

Berdasarkan perbandingan hasil penelitian dari kedua penelitian terdahulu

dengan yang dilakukan oleh peneliti, terdapat permasalahan yang serupa pada

salah satu penelitian sebelumnya yang menyebabkan belum optimalnya

pelaksanaan kewenangan dalam melakukan pengelolaan kualitas air dan

Page 198: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

181

pengendalian pencemaran air, seperti permasalahan sosialisasi yang belum

optimal, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, serta kualitas

sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan masih belum sesuai harapan.

Pada dasarnya setiap penelitian memiliki permasalahan-permasalahan yang

berbeda, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa persoalan yang

ditemukan di lapangan ternyata memiliki persamaan dengan penelitian

sebelumnya, seperti halnya permasalahan dalam penelitian tentang pelaksanaan

kebijakan dalam pengelolaan kualitas air dan pengendalian air yang dilakukan

peneliti dan salah satu peneliti terdahulu padapenelitian ini. Untuk itu,

permasalahan yang kemudian banyak munculdalam penelitian serupa perlu

mendapat perhatian lebih agar hal tersebut tidak terus-menerus menjadi

permasalahan dalam penelitian yang sama.Peneliti dalam pembahasan ini juga

ingin menyampaikan keterbatasan dalampenelitian ini. Keterbatasan penelitian

yang dilakukan peneliti yakni informanpenelitian yang dilakukan peneliti belum

mencakup keseluruhan stakeholders yangterlibat dalam pelaksanaan kebijakan.

seperti para pemilik perusahaan, pemilik jenis usaha atau kegiatan seperti CV,

rumah sakit, apartemen, hotel, LSM di bidang lingkungan hidup serta para

pengamat lingkungan yang terdapat di kota Tangerang serta informan lain yang

terlibat dalam pelaksanaan kebijakan atau program tersebut. Halini tidak terlepas

dari keterbatasan peneliti untuk mendapatkan data dari beberapapihak tersebut.

Peneliti berharap untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik lagiuntuk dapat

menyempurnakan penelitian yang dilakukan peneliti.

Page 199: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

182

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penelitian mengenai “Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air di Kota Tangerang” dianalisis peneliti dengan menggunakan

teori model implementasi kebijakan dari Grindle (1980) yang ditentukan oleh

Content of Policy dan Context of Policy dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi dalam implementasi perda

ini yaitu diantaranya pilar pemerintah sebagai pilar yang menjalankan tupoksinya

dalam bentuk program-program yang dibuat untuk melakukan pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air serta melakukan pengawasan dan

penegakkan hukum. Kepentingan yang mempengaruhi pada pilar swasta yaitu

pada pelaksanaan perda tidak mempersulit dalam aktivitas industri. Kepentingan

yang mempengaruhi pada pilar masyarakat yaitu keinginan agar semua aktor yang

terlibat konsisten melaksanakan implementasi perda.

Manfaat yang diperoleh dari perda ini yaitu dari segi perizinan sudah

membaik, tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan meningkat, kualitas

air baku sudah membaik, tingkat pencemaran dapat dikendalikan, perbaikan

Page 200: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

183

sarana dan prasarana lingkungan dan meningkatnya pengawasan terhadap

industri.

Derajat perubahan yang ingin dicapai dari implementasi perda yaitu

sumber-sumber air yang terdapat di kota Tangerang sesuai dengan

peruntukkannya, tingginya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan,

kuantitas dan kualitas air semakin membaik, serta pencemaran bisa diminimalisir

sebaik mungkin.

Letak pengambilan keputusan mengenai sanksi terhadap pelanggaran

perda dilakukan oleh PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil). Jenis sanksi yang

diberikan yaitu sanksi administratif berupa surat teguran, dan sanksi paksaan

pemerintah berupa denda dan pencabutan izin operasional.

Pelaksana program pada implementasi perda ini dilakukan oleh para

SKPD yang terlibat dalam implementasi perda dan disesuaikan dengan tupoksi

yang dimiliki oleh masing-masing SKPD. Sumber daya yang digunakan dalam

implementasi perda yaitu sumber daya manusia, anggaran, Standar Operasional

Prosedur (SOP).

Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi para aktor yang terlibat

pada implementasi perda yaitu pilar pemerintah sebagai pembuat dan pelaksana

perda sekaligus sebagai pilar yang melakukan koordinasi terhadap pilar swasta

dan masyarakat, strategi yang dilakukan para aktor yang terlibat, pilar swasta

menginginkan adanya program tertentu yang dilakukan oleh pemerintah terkait

pengolahan limbah.serta terdapat tartegi yang dilakukan para aktor yang terlibat.

Page 201: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

184

Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa pada implementasi perda

bersifat birokratis. Tingkat kepatuhan pelaksana terhadap aturan dalam melakukan

implementasi perda belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Respon dari

pelaksana terkait implementasi perda yaitu terdapat kendala-kendala yang terjadi

di lapangan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan, serta kesimpulan penelitian,

dapat diketahui bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2

Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

di Kota Tangerang belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari belum optimalnya

pelaksanaan empat dari sembilan indikator menurut model implementasi

kebijakan dari Grindle, yaitu kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi,

pelaksana program, karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa, serta tingkat

kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Oleh karenanya, maka peneliti

memberikan saran mengenai “Implementasi Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air di Kota Tangerang”, sebagai berikut:

1. Pengawasan terhadap sektor usaha kecil dan menengah harus ditingkatkan,

mengingat di Kota Tangerang industri didominasi oleh sektor usaha kecil dan

menengah. Peningkatan pengawasan terhadap industri skala kecil dan

menengah dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi secara intensif

kepada SKPD terkait yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam

Page 202: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

185

melakukan pembinaan pengelolaan limbah cair pada industri skala kecil dan

menengah.

2. Peningkatan koordinasi antara BLH dengan BPMPTSP pada bidang perizinan

terkait pemberian izin pembuangan limbah cair dengan memperhatikan beban

pencemaran air. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan

sektor usaha skala kecil atau menengah yang telah diberikan izin pembuangan

limbah cair agar tidak melakukan pembuangan limbah yang berlebihan dan

berpotensi melakukan pencemaran.

3. Melakukan sosialisasi kebijakan dan program secara menyeluruh dan bertahap

kepada semua stakeholders yang terlibat dalam implementasi perda tersebut.

Peningkatan sosialisasi dapat dilakukan dengan sosialisasi peraturan secara

terbuka misalnya melakukan sosialisasi dalam bentuk papan reklame pada

lokasi-lokasi rawan pembuangan limbah, sosialisasi melalui media massa atau

media elektronik dan media sosial yang dapat secara cepat,serta peningkatan

sosialisasi dengan kerjasama masyarakat dilakukan dengan melakukan

kerjasama dengan orang-orang tertentu yang memiliki pengaruh besar di

masyarakat,

4. Melakukan pengawasan secara intensif terhadap industri-industri skala besar

yang berpotensi melakukan pencemaran. Bentuk pengawasan yang dilakukan

dapat berupa pengawasan secara langsung dengan melakukan inspeksi

mendadak terhadap industri skala besar yang tidak memiliki dokumen izin

lingkungan, tidak memiliki IPAL, mendirikan perusahaan di Daerah Aliran

Page 203: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

186

Sungai (DAS) bahkan industri besar yang membuang limbah langsung ke

sumber air.

5. Dalam perencanaan program yang berkaitan dengan pengelolaan kualitas air

dan pengendalian pencemaran air harus melibatkan semua stakeholders yang

terdapat di kota Tangerang agar semua stakeholders yang terlibat dalam

implementasi peraturan daerah dapat memberikan rekomendasi terkait

program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini dapat dilakukan

dengan FGD (Forum Group Discussion) kepada para pemilik industri, rumah

sakit, hotel, apartemen, atau jenis usaha kecil dan menengah. FGD ini bisa

dilaksanakan secara langsung dalam bentuk dialog publik atau bisa

menggunakan media aspirasi lain seperti media elektronik dan media sosial.

6. Peningkatan kompetensi para pelaksana kebijakan dengan memberikan

pelatihan-pelatihan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini dapat

dilakukan dengan mengadakan koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah

pusat dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup untuk memberikan

program pembekalan dan pelatihan dalam mengelola kualitas lingkungan dan

melakukan pengendalian pencemaran.

7. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam bentuk Peraturan Walikota

harus segera diselesaikan. Mengingat perkembangan yang terjadi di lapangan,

makadibutuhkan peraturan yang lebih spesifik agar tidak menjadi kendala para

pelaksana dalam mengimplementasikan perda.

Page 204: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

187

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang.

Adisasmita, H. Rahardjo. 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI.

Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka

Cipta.

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Pernada Media Group.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Fuad, Anis & Kandung Sapto Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian

Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta; Departemen

Ilmu Administrasi FISIP UI.

Kristanto, Philip. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi.

Lincoln, Denzim. 2009. Handbook Of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakaya Offsett.

Nugroho, Riant D. 2012. Public Policy. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Parsons, Weynes. 2006. Public Policy “Pengantar Teori dan Praktik Analisis

Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Satori, Djam‟an & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta.

Semiawan, Conny R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo.

Page 205: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

188

Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta: Erlangga.

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:

Djambatan.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV.Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Widya Wicaksono, Kristian. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah.

Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Jurnal Penelitian :

Adzani, Ratna Farly. 2013. Efektifitas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup

Kota Tangerang dalam Mengendalikan Pencemaran Sungai Cisadane.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang: Skripsi yang tidak

dipublikasikan.

Permana, Ariestha Surya. 2011. Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah Kota

Denpasar dalam Mengendalikan Pemanfaatan Air Tanah oleh Hotel

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Universitas

Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta: FH UAJY.

Ruvilia, Rhylisia. 2011. Pengendalian Pencemaran Air Berkenaan dengan Usaha

Jasa Pencucian Sepeda Motor di Selokan Mataram Kabupaten Sleman.

Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta: FH UAJY.

Dokumen/Peraturan :

BLHD Kota Tangerang. 2014. Laporan Akhir Pemantauan Kualitas Air Sungai

dan Keadaan Ekologis. Tangerang: BLHD Kota Tangerang.

BPS Kota Tangerang. 2014. Buku Putih Sanitasi. Tangerang: BPS Kota

Tangerang

Kajian Tim Proyek JICA dan BLHD Kota Tangerang pada tanggal 26 September

2011.

BPS Kota Tangerang. 2014. Kota Tangerang dalam Angka Tahun 2014.

Tangerang: BPS Kota Tangerang.

Page 206: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

189

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kota Tangerang

Tahun 2013

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

Status Lingkungan Hidup (SLHD) Kota Tangerang Tahun 2014

Page 207: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

190

LAMPIRAN

Page 208: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

191

LAMPIRAN I

(Surat Ijin Penelitian)

Page 209: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

192

Page 210: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

193

Page 211: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

194

Page 212: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

195

LAMPIRAN II

(Surat Keterangan Penelitian)

Page 213: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

196

Page 214: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

197

Page 215: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

198

Page 216: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

199

Page 217: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

200

Page 218: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

201

Page 219: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

202

Page 220: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

203

Page 221: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

204

Page 222: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

205

Page 223: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

206

Page 224: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

207

LAMPIRAN III

(Pedoman Wawancara)

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

Page 225: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

208

Dalam upaya memperoleh data, penelitian tentang “Implementasi Penerapan

Prinsip- Prinsip Good Governance di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang”

denganmenggunakan wawancara sebagai metode utama dalam melakukan

pengkajian datasecara mendalam. Berikut merupakan pedoman wawancara yang

ditujukan kepadainforman pada pilar pemerintah (I1) sesuai dengan indikator dari

teori yang digunakan

dalam penelitian ini.

1. Content of Policy

1.1. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi

a. Siapa saja yang memiliki wewenang dalam mengimplementasikan

perda ini dan apa tupoksinya?

b. Sudah sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait

dalam upaya implementasi perda ini?

c. Kendala apa yang menjadi penghambat dalam implementasi perda ini?

1.2. Jenis manfaat yang bisa diperoleh

a. Apakah hasil yang diharapkan dari adanya perda ini?

b. Manfaat apa yang sudah dihasilkan dari adanya implementasi perda

ini?

1.3. Derajat perubahan yang ingin dicapai

a. Perubahan apakah yang dikehendaki dari adanya implementasi perda

ini?

b. Sudah sejauhmana upaya yang dilakukan?

1.4. Letak pengambilan keputusan

a. Siapa yang berwenang dalam melakukan tindakan dari adanya

pelanggaran perda ini ?

b. Jenis sanksi apa yang diberikan dari adanya pelanggaran terhadap

perda ini?

1.5. Pelaksana program

Page 226: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

209

a. Siapa yang bertugas dalam melaksanakan implementasi perda ini di

lapangan (dilihat dari masing-masing SKPD yang bertanggung

jawab)?

b. Adakah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya? Jika ada, apa

yang digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis?

c. Adakah hambatan di lapangan dalam pelaksanaan implementasinya?

1.6. Sumber-sumber daya yang digunakan

a. Sumber daya apa saja yang digunakan dalam implementasi perda ini?

b. Bagaimana pemanfaatan sumber daya yang ada dalam upaya

mengimplementasikan perda ini?

2. Context of Policy

2.1. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat

a. Upaya-upaya apa yang telah dilakukan oleh para pelaksana perda agar

implementasi perda ini sesuai dengan harapan?

b. Strategi apa yang telah dilakukan dalam melaksanakan implementasi

perda ini?

2.2. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa

a. Bagaimana pengaruh dari adanya pergantian kepemimpinan terhadap

implementasi perda ini?

2.3. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

a. Apakah implementasi perda yang dilakukan di lapangan sudah sesuai

dengan apa yang diharapkan?

b. Apakah ada keluhan atau hambatan dari para pelaksana terkait

implementasi perda ini?

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

Page 227: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

210

Dalam upaya memperoleh data, penelitian tentang “Implementasi Penerapan

Prinsip- Prinsip Good Governance di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang”

denganmenggunakan wawancara sebagai metode utama dalam melakukan

pengkajian datasecara mendalam. Berikut merupakan pedoman wawancara yang

ditujukan kepadainforman pada pilar sektor swasta (I2) dan pilar masyarakat (I3)

sesuai dengan indikator dari teori yang digunakandalam penelitian ini.

1. Content of Policy

1.1. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi

a. Apakah masyarakat dan stakeholders mengetahui adanya perda ini

sebagai suatu bentuk peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah

daerah?

b. Kepentingan apa yang diharapkan dari adanya implementasi perda ini?

c. Apakah perda ini telah disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan

masyarakat dan stakeholders?

1.2. Jenis manfaat yang bisa diperoleh

a. Manfaat apa yang diperoleh masyarakat dan stakeholders dari adanya

perda ini?

1.3. Derajat perubahan yang ingin dicapai

a. Perubahan apa yang diharapkan masyarakat dan stakeholders dari

adanya perda ini?

b. Perubahan apa yang telah dirasakan masyarakat dan stakeholders

dari adanya pelaksanaan perda ini?

1.4. Letak pengambilan keputusan

a. Apakah pemerintah selaku pengambil keputusan sudah

melaksanakan perda ini dengan baik?

1.5. Pelaksana program

a. Apakah para pelaksana perda ini telah melakukan tupoksinya dengan

baik?

1.6. Sumber-sumber daya yang digunakan

Page 228: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

211

a. Apakah sumber-sumber daya yang digunakan sudah sesuai dengan

derajat perubahan yang terjadi dilapangan?

2. Context of Policy

2.1. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang

terlibat

a. Apakah strategi yang dilakukan para aktor yang terlibat dalam

implementasi perda ini telah sesuai dengan harapan masyarakat dan

stakeholders?

2.2. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa

a. Apakah pemerintah kota Tangerang saat ini telah melaksanakan

perda tersebut dengan baik?

2.3. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

a. Bagaimana tanggapan masyarakat dan stakeholders terhadap para

pelaksana perda ini di lapangan? Apakah sudah berjalan sesuai

dengan apa yang diharapkan?

Page 229: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

212

LAMPIRAN IV

(Catatan Lapangan dan

Membercheck)

MEMBER CHECK

Page 230: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

213

Hari/Tanggal : Kamis, 19 November 2015

Waktu : Pukul 11.05 WIB

Tempat : Ruang Kabid Pemantauan & Pemulihan Kualitas LH

Nama Informan : M. Dadang Basuki, ST., M.Si

Usia : 41 Tahun

Pekerjaan/Jabatan :Kepala Bidang Pemantauan & Pemulihan Kualitas LH

Q1 Siapa saja yang memiliki wewenang dalam mengimplementasikan

perda ini dan apa tupoksinya ?

A1 Pelaksana perda ini semua stakeholders yang terdapat di kota

Tangerang, karena perda ini berlaku di kota Tangerang. Implementasi

perda ini harus dilakukan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab

yaitu diantaranya pemerintah daerah, masyarakat, dan badan usaha.

Kekuasaan pemerintah dalam hal ini yaitu BLH dalam pelaksanaan

perda hanya sebagai pelaksana program-program pembinaan

lingkungan hidup dan pengawasan. Jika di level pemerintah

implementasi perda ini secara spesifik dilakukan oleh BLH, Dinas

Bina Marga dan Sumber Daya Air, Dinas Cipta Karya dan Penataan

Ruang serta Badan Perizinan. BLH dalam hal ini selaku sebagai badan

yang menyelenggarakan fungsi koordinasi implementasi perda ini.

Q2 Sudah sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait

dalam upaya implementasi perda ini?

A2 Koordinasi yang dilakukan ada yang rutin tetapi ada yang insidentil,

ada koordinasi formal (rapat) ada juga koordinasi yang informal

Page 231: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

214

(lapangan). Koordinasi yang dilakukan saat ini sudah baik dalam

penanggulangan masalah lingkungan hanya saja masih sulit untuk

berkoordinasi secara rutin dengan SKPD yang terkait.

Q3 Kendala apa yang menjadi penghambat dalam implementasi perda

ini?

A3 Sejauh ini kendala yang ada dalam implementasi perda ini adalah

masalah kewenangan terkait penanggulangan sumber air. Perlu

diketahui bahwa sumber-sumber air yang terdapat di Kota Tangerang

ini bukan aset daerah kota Tangerang sehingga sulit untuk pemerintah

kota Tangerang melakukan perbaikan sarana dan prasarana sumber air

karena tumpang tindihnya kewenangan pusat, provinsi dan daerah

tingkat kabupaten/kota.

Q4 Apakah hasil yang diharapkan dari adanya perda ini?

A4 Diharapkan kualitas airnya semakin membaik, karena adanya

pengaturan khususnya pengendalian pencemaran air lebih kepada

sumber-sumber air dikendalikan, contoh pengendalian dalam

pengolahan air limbah yang sesuai standar baku mutu air dan

perizinan pembuangan limbah cair.

Q5 Manfaat apa yang sudah dihasilkan dari adanya implementasi perda

ini?

A5 Dari segi perizinan sudah membaik, masyarakat sudah mulai sadar

dan peduli lingkungan karena persentase tingkat pencemar sumber air

dihasilkan paling banyak dari limbah domestik.

Page 232: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

215

Q6 Perubahan apa yang dikehendaki dari adanya implementasi perda ini?

A6 Diharapkan sumber sumber air sesuai dengan peruntukkannya,

sumber air di kota Tangerang belum dapat ditentukan baku mutu

airnya, karena masih menggunakan Peraturan Pemerintah sebagai

peraturan pelaksananya.

Q7 Sudah sejauhmana upaya yang dilakukan?

A7 Banyak, SKPD sudah menerapkan penghematan sumber daya air, di

masyarakat dilaksanakan program kampung hijau, terhadap industri

sudah dilakukan pengawasan secara intensif.

Q8 Siapa saja yang berwenang dalam melakukan tindakan dari adanya

pelanggaran perda ini?

A8 Penegakkan perda dilakukan oleh Satpol PP, tetapi khusus dalam

implementasi perda ini penegakkan perda dilakukan oleh PPNS

(Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil) khusus di bidang lingkungan

hidup.

Q9 Jenis sanksi apa yang diberikan dari adanya pelanggaran terhadap

perda ini?

A9 Sanksi administrasi dan saksi paksaan pemerintah. Sanksi

administrasi berupa surat teguran, saksi paksaan pemerintah berupa

denda ganti rugi kepada lingkungan.

Q10 Siapa yang bertugas dalam melaksanakan perda ini di lapangan

(dilihat dari masing-masing SKPD yang bertanggung jawab)?

A10 BLH dalam hal ini membentuk tim khusus bidang pemantauan

Page 233: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

216

kualitas, bidang pengawasan dan pemberdayaan masyarakat dan

bidang penindakan sebagai tim yang bertugas melakukan pemantauan

dan melaporkan temuan-temuan. Dalam hal pemantauan kualitas air,

BLH juga berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) dalam memantau kualitas air baku.

Q11 Adakah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya? Jika ada, apa

yang digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis?

A11 Ada beberapa dan ada juga yang belum, tetapi secara keseluruhan

masih belum efektif di terapkan karena belum sempurnanya petunjuk

pelaksanaan yang lebih lengkap seperti Peraturan Walikota atau Surat

Keputusan.

Q12 Adakah hambatan di lapangan dalam pelaksanaan implementasinya?

A12 Ada, hambatan yang berupa pemahaman yang kurang dari petugas

lapangan. Karena petugas lapangan yang terdapat dalam BLH masih

harus dilakukan pembinaan dan pelatihan oleh Kementerian

Lingkungan Hidup.

Q13 Sumber daya apa saja yang digunakan dalam implementasi perda ini?

A13 Manusia, Standar Operasional Prosedur (SOP), dan anggaran sebagai

modal utama dalam implementasiperda ini.

Q14 Bagaimana pemanfaatan sumber daya yang ada dalam upaya

mengimplementasikan perda ini?

A14 Sudah dilakukan secara maksimal misalnya anggaran yang digunakan

dalam pengelolaan lingkungan terutama pengendalian pencemaran itu

Page 234: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

217

selalu habis tiap tahunnya.

Q15 Upaya-upaya apa yang telah dilakukan oleh para pelaksana perda agar

implementasi perda ini sesuai dengan harapan?

A15 Pelaksanaan berbagai program peran serta masyarakat dalam

memperbaiki dan menjaga lingkungan, sosialisasi perda ini ke instansi

pemerintah, pelaku usaha, perusahaan dan masyarakat umum,

pengawasan terhadap kegiatan atau usaha apapun yang berpotensi

mengeluarkan limbah berbahaya, serta bekerja sama dengan LSM

ataupun kelompok masyarakat untuk mengadakan penghijauan dan

program-program lingkungan sehat.

Q16 Strategi apa yang digunakan dalam melakukan pengawasan

implementasi perda ini?

A16 Pengawasan 100 industri per tahun, pengaduan masyarakat terhadap

pencemaran, penindakan secara langsung di lapangan.

Q17 Bagaimana pengaruh dari adanya pergantian kepemimpinan terhadap

implementasi perda ini?

A17 Ada pengaruh dalam pergantian kepemimpinan tetapi tidak

berpengaruh banyak, setiap pemimpin pasti punya prioritas dalam

pembangunan, namun pelaksanaan perda harus konsisten terus

dilakukan.

Q18 Apakah implementasi perda yang dilakukan di lapangan sudah sesuai

dengan apa yang diharapkan?

A18 Belum semua sesuai dengan yang diharapkan dan memang masih jauh

Page 235: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

218

dari apa yang diinginkan. Banyak kendala di lapangan yang memang

masih belum dilakukan intensifikasi penanggulangan.

Q19 Apakah ada keluhan atau hambatan dari para pelaksana terkait

implementasi perda ini?

A19 Sejauh ini belum ada keluhan dari pelaksana terkait implementasi

perda ini, karena disamping ada perda ini, Undang-undang dan

Peraturan Pemerintah tetap digunakan. Perwal sedang disusun dan

rencananya tahun ini bisa selesai tetapi perwalnya lebih kepada action

plan atau sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program

kepada seluruh stakeholders baik pemerintah, pengusaha, maupun

masyarakat.

MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Senin, 30 November 2015

Page 236: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

219

Waktu : Pukul 10.31 WIB

Tempat : Ruang Kabid Pengawasan & Penegakkan Hukum LH

Nama Informan : Agus Prasetyo, SH

Usia : 51 Tahun

Pekerjaan/Jabatan :Kepala Bidang Pengawasan & Penegakkan Hukum LH

Q1 Siapa saja yang memiliki wewenang dalam mengimplementasikan

perda ini dan apa tupoksinya ?

A1 Perda ini di implementasikan oleh semua SKPD di pemerintah kota

Tangerang. Tetapi BLH adalah sebagai aktor terpenting yag berkaitan

dengan sumber daya air dan lingkungan hidup. Khusus BLH dalam

bidang pengawasan dan penegakkan hukum memiliki tupoksi dalam

melakukan pengawasan, penyelidikan dan penindakan lapangan

dalam upaya penegakkan hukum, dengan melakukan tindakan

persuasif, preventif, proaktif dan represif.

Q2 Sudah sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait

dalam upaya implementasi perda ini?

A2 Koordinasi sejauh ini sudah dilakukan terutama dalam penegakkan

hukum dengan menggunakan peraturan daerah dan peraturan

diatasnya baik dalam bentuk peraturan pemerintah maupun Undang-

undang. Karena apalah arti sebuah peraturan jika peraturan tersebut

tidak dikoordinasikan dengan baik.

Q3 Kendala apa yang menjadi penghambat dalam implementasi perda

ini?

Page 237: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

220

A3 Kendala yang menjadi penghambat yaitu penindakan di masyarakat,

karena limbah domestik justru yang lebih dominan dalam pencemaran

di Kota Tangerang. Saat ini kita terus melakukan penekanan agar

masyarakat koperatif terhadap pemerintah dalam menjaga lingkungan.

Q4 Apakah hasil yang diharapkan dari adanya perda ini?

A4 Pastinya kita mengharapkan kepada semua stakeholders baik

pemerintah, masyarakat ataupun industri mentaati perda ini dan

menjaga kualitas lingkungan hidup.

Q5 Manfaat apa yang sudah dihasilkan dari adanya implementasi perda

ini?

A5 Sejauh ini kualitas lingkungan hidup sudah mulai membaik terutama

sejak adanya perda ini sebagai regulator di tingkat daerah kota

Tangerang.

Q6 Perubahan apa yang dikehendaki dari adanya implementasi perda ini?

A6 Perubahan yang dikehendaki yaitu tingginya kesadaran masyarakat

untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang limbah berbahaya

langsung ke sumber air.

Q7 Sudah sejauhmana upaya yang dilakukan?

A7 Upaya-upaya yang sudah dilakukan berkaitan dengan melakukan

tindakan persuasif yaitu sosialisasi perda ini ke semua msyarakat

secara umum dan bertahap, preventif yaitu melakukan pembinaan dan

pengawasan, proaktif yaitu meningkatkan peran serta masyarakat dan

represif yaitu melakukan tindakan terhadap pelanggaran.

Page 238: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

221

Q8 Siapa saja yang berwenang dalam melakukan tindakan dari adanya

pelanggaran perda ini?

A8 BLH Bidang pengawasan dan penegakkan hukum yang berwenang

melakukan tindakan hanya PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil)

yang dilatih untuk memiliki keahlian tertentu di bidang lingkungan

hidup dalam melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran perda ini.

Q9 Jenis sanksi apa yang diberikan dari adanya pelanggaran terhadap

perda ini?

A9 Sanksi yang dikeluarkan bisa dalam bentuk teguran atau sanksi

administratif, denda kerusakan lingkungan dan yang paling terakhir

adalah pemaksaan pencabutan izin operasional.

Q10 Siapa yang bertugas dalam melaksanakan perda ini di lapangan

(dilihat dari masing-masing SKPD yang bertanggung jawab)?

A10 Kalau di bidang pengawasan dan penegakkan hukum kita baru akan

melakukan penindakan lapangan jika temuan-temuan sudah

memenuhi proses penyidikan dan sudah sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP).

Q11 Adakah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya? Jika ada, apa

yang digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis?

A11 Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang digunakan di bidang

pengawasan dan penegakkan hukum kita menggunakan SOP khusus,

tetapi acuannya tetap Undang-undang Lingkungan Hidup yaitu UU

No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Page 239: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

222

Lingkungan Hidup.

Q12 Adakah hambatan di lapangan dalam pelaksanaan implementasinya?

A12 Hambatan pasti ada, hambatan yang paling dominan dalam upaya

pengawasan dan penegakkan hukum yaitu kurangnya kesadaran

masyarakat, meski sudah dilakukan sosialisasi tetapi belum optimal

hasilnya.

Q13 Sumber daya apa saja yang digunakan dalam implementasi perda ini?

A13 Terkait dengan sumber daya yang digunakan dalam pengawasan dan

penegakkan hukum yang terpenting kita harus memiliki tim khusus

dan ahli dalam bidang lingkungan hidup karena nantinya sangat

diperlukan dalam upaya penindakan terhadap pencemaran yang terjadi

di lapangan.

Q14 Bagaimana pemanfaatan sumber daya yang ada dalam upaya

mengimplementasikan perda ini?

A14 Sudah dimanfaatkan secara optimal, dengan adanya PPNS tersebut

kita sudah ada tim khusus dalam melakukan penindakan secara

impresif.

Q15 Upaya-upaya apa yang telah dilakukan oleh para pelaksana perda agar

implementasi perda ini sesuai dengan harapan?

A15 Upaya-upaya yang saat ini sudah dilakukan dalam penindakan dan

pengawasan yaitu sosialisasi ke masyarakat, melakukan penindakan

lapangan terhadap jenis usaha atau kegiatan yang melakukan

pencemaran, serta melakukan treatment ke permukiman masyarakat

Page 240: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

223

yang buruk sanitasi lingkungannya dengan program kampung hijau.

Q16 Strategi apa yang digunakan dalam melakukan pengawasan

implementasi perda ini?

A16 Dengan program pembinaan dan peran serta masyarakat untuk

meminimalisir terjadinya pelanggaran.

Q17 Bagaimana pengaruh dari adanya pergantian kepemimpinan terhadap

implementasi perda ini?

A17 Tidak berpengaruh karena perda harus tetap dilaksanakan, hanya saja

mungkin upaya-upaya yang dilakukan akan berbeda dengan apa yang

dilakukan pemimpin sebelumnya.

Q18 Apakah implementasi perda yang dilakukan di lapangan sudah sesuai

dengan apa yang diharapkan?

A18 Dapat dikatakan belum sesuai dengan apa yang diharapkan karena

kondisi lingkungan kota Tangerang saat ini belum dapat dikatakan

sesuai dengan output pembangunan kota yang berwawasan

lingkungan, namun tetap dilakukan upaya-upaya penanggulangan dan

pencegahan kerusakan lingkungan serta pengawasan dan penegakkan

hukum.

Q19 Apakah ada keluhan atau hambatan dari para pelaksana terkait

implementasi perda ini?

A19 Sejauh ini tidak ada keluhan atau hambatan tetapi upaya konsistensi

pengawasan dan penegakkan hukum terus dilakukan sejalan dengan

pembangunan-pembangunan yang terdapat di Kota Tangerang.

Page 241: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

224

MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Senin, 23 November 2015

Waktu : Pukul 10.11 WIB

Page 242: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

225

Tempat : Ruang Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Bina

Marga dan Sumber Daya Air

Nama Informan : Taufik Syahzaeni, ST, M.Si, M.Sc

Usia : 37 Tahun

Pekerjaan/Jabatan :Kepala Bidang Sumber Daya Air

Q1 Siapa saja yang memiliki wewenang dalam mengimplementasikan

perda ini dan apa tupoksinya ?

A1 Kami Dinas Bina marga dan Sumber Daya Air keterkaitannya hanya

ketersediaan atau kauntitas air, Perda ini berbicara mengenai kualitas

air jadi sepenuhnya pengelolaan dan pengendalian itu dilakukan oleh

BLH dan Bidang Perizinan.

Q2 Sudah sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait

dalam upaya implementasi perda ini?

A2 Koordinasi yang dilakukan kita hanya menerima kualitas air baku dan

air bersih. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air hanya sebagai

penyedia infrastruktur.

Q3 Kendala apa yang menjadi penghambat dalam implementasi perda

ini?

A3 Kendala hanya pada kewenangan saja, karena sekarang sudah terdapat

Dnas Cipta Karya dan Penataan Ruang sebagai pemecahan dari Dinas

Bina Marga dan Sumber Daya Air sebagian kewenangan mengenai

Sumber Daya Air sudah dilimpahkan ke dinas tersebut.

Q4 Apakah hasil yang diharapkan dari adanya perda ini?

Page 243: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

226

A4 Harapan dari adanya perda ini adalah baku mutu air sesuai dengan

peruntukkannya dan kualitas air semakin membaik.

Q5 Manfaat apa yang sudah dihasilkan dari adanya implementasi perda

ini?

A5 Sejauh ini dengan adanya perda ini kualitas air baku yang terdapat

pada sumber air sudah pulih dan semakin membaik sehingga

pencemaran yang ada bisa dikendalikan dengan baik.

Q6 Perubahan apa yang dikehendaki dari adanya implementasi perda ini?

A6 Perubahan yang diinginkan dengan adanya perda ini kuantitas air dan

kualitas air semakin membaik.

Q7 Sudah sejauhmana upaya yang dilakukan?

A7 Kalo mengenai upaya yang kami lakukan yaitu memperbaiki dan

memantau infrastruktur, mengevaluasi pembangunan IPAL,

membangun sarana dan prasarana yang berhubungan dengan air.

Q8 Siapa saja yang berwenang dalam melakukan tindakan dari adanya

pelanggaran perda ini?

A8 Kita tidak melakukan penindakan dan hanya menerima rekomendasi

atsa perbaikan infrastruktur.

Q9 Jenis sanksi apa yang diberikan dari adanya pelanggaran terhadap

perda ini?

A9 Karena tidak melakukan penindakan, jadi kita tidak berhak untuk

mengeluarkan sanksi.

Page 244: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

227

Q10 Siapa yang bertugas dalam melaksanakan perda ini di lapangan

(dilihat dari masing-masing SKPD yang bertanggung jawab)?

A10 Mengenai perbaikan dan pembangunan infrastruktur kita mempunyai

pekerja-pekerja lapangan dan biasanya para kepala sub bidang yang

memantau perbaikan ataupun pembangunan infrastruktur tersebut.

Q11 Adakah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya? Jika ada, apa

yang digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis?

A11 Hanya memakai SOP atau Surat Perintah dari Kepala Dinas saja.

Q12 Adakah hambatan di lapangan dalam pelaksanaan implementasinya?

A12 Hambatan di lapangan hanya hambatan teknis seperti jangka waktu

perbaikan atau pembangunan yang kadang telat dan tidak sesuai

dengan perencanaan.

Q13 Sumber daya apa saja yang digunakan dalam implementasi perda ini?

A13 Pastinya sumber daya manusia dan anggaran yang paling

berpengaruh, artinya jika anggaran sudah tersedia, proses perbaikan

dan pembangunan akan secapat mungkin dilakukan.

Q14 Bagaimana pemanfaatan sumber daya yang ada dalam upaya

mengimplementasikan perda ini?

A14 Dimanfaatkan secara maksimal apapun sumber daya yang digunakan.

Q15 Upaya-upaya apa yang telah dilakukan oleh para pelaksana perda agar

implementasi perda ini sesuai dengan harapan?

A15 Upaya-upaya yang sudah dilakukan lebih kepada pembangunan dan

Page 245: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

228

perbaikan infrastruktur untuk menunjang implementasi perda ini.

Q16 Apa saja strategi yang dilakukan oleh SKPD ini terkait implementasi

perda tersebut?

A16 Strategi yang kita gunakan lebih bersifat teknis, diantaranya

melakukan perbaikan secara berkala terhadap infrastruktur yang

berkenaan dengan sumber daya air misalnya jembatan, memperbaiki

bendungan air, berkoordinasi dengan dinas cipta karya dan penataan

ruang untuk memperbaiki IPAL, pada intinya jika berbicara mengenai

strategi, kita secara teknis namun tetap harus berkoordinasi dengan

SKPD lainnya.

Q17 Bagaimana pengaruh dari adanya pergantian kepemimpinan terhadap

implementasi perda ini?

A17 Tidak berpengaruh, artinya pelaksanaan perda ini harus tetap

dilakukan walaupun terjadi pergantian Kepala Dinas Bina Marga dan

Sumber Daya Air bahkan mungkin pergantian Walikota.

Q18 Apakah implementasi perda yang dilakukan di lapangan sudah sesuai

dengan apa yang diharapkan?

A18 Sejauh ini kita sudah memfasilitasi infrastruktur dengan baik, hanya

saja pemeliharaan infrastruktur yang harus diutamakan.

Q19 Apakah ada keluhan atau hambatan dari para pelaksana terkait

implementasi perda ini?

A19 Keluhan atau hambatan pasti ada, tapi lebih kepada hambatan teknis

di lapangan saja.

Page 246: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

229

MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Kamis, 19 November 2015

Waktu : Pukul 10.11 WIB

Tempat : Ruang Bidang Perizinan Kesejahteraan Rakyat BPMPTSP

Page 247: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

230

Nama Informan : Julia Hudori, S.Si, Apt

Usia : 39 Tahun

Pekerjaan/Jabatan :Pelaksana Bidang Perizinan Kesejahteraan Rakyat

BPMPTSP

Q1 Siapa saja yang memiliki wewenang dalam mengimplementasikan

perda ini dan apa tupoksinya ?

A1 Kalau di Perda itu, ada mengenai izin pembuangan limbah cair, kalau

di kami di BPMPTSP wewenang kami berdasarkan Perwal tentang

pelimpahan kewenangan dari walikota kepada Badan Perizinan yang

dilimpahkan dari SKPD teknis ke Bidang Perizinan, hanya terkait izin

pembuangan limbah cair.

Q2 Sudah sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait

dalam upaya implementasi perda ini?

A2 Koordinasi lebih kepada BLH secara teknis, koordinasi yang

dilakukan kami selama ini jika ada kunjungan lapangan biasanya kami

berkirim surat ke BLH untuk mengirimkan personil untuk bersama-

sama melakukan survei lapangan, jika ada suatu permasalahan yng

perlu dikoordinasikan biasanya kami melakukan rapat koordinasi

dengan BLH, Biro Hukum dan Inspektorat.

Q3 Kendala apa yang menjadi penghambat dalam implementasi perda

ini?

A3 Kami prinsipnya hanya menerima bola atau menunggu pengajuan izin

saja, kalau masalah teknis itu lebih ke BLH, jika ada usaha atau

Page 248: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

231

kegiatan yang menghasilkan limbah cair biasanya dari BLH

menyarankan untuk mengurusi perizinannya. BPMPTSP hanya

bersifat pasif.

Q4 Apakah hasil yang diharapkan dari adanya perda ini?

A4 Perusahaan atau jenis usaha yang menghasilkan limbah cair harus

mempunyai izin pembuangan limbah.

Q5 Manfaat apa yang sudah dihasilkan dari adanya implementasi perda

ini?

A5 Dengan adanya perda tersebut, semua jenis usaha atau industri di Kota

Tangerang harus mempunyai izin lingkungan termasuk izin

pembuangan limbah cair jika perusahaan tersebut tidak mematuhi

akan ditindak secara hukum dan izin operasional tidak akan diberikan.

Q6 Perubahan apa yang dikehendaki dari adanya implementasi perda ini?

A6 Pastinya dengan diberlakukannya perda ini, pencemaran bisa

diminimalisir sebaik mungkin dengan pemberlakuan berbagai izin

lingkungan.

Q7 Sudah sejauhmana upaya yang dilakukan?

A7 Sejauh ini kami terus berkoordinasi dengan BLH terutama terkait

dengan industri-industri yang telah diberikan izin operasional agar

dilakukan pengawasan terhadap pembuangan limbah hasil produksi.

Q8 Siapa saja yang berwenang dalam melakukan tindakan dari adanya

pelanggaran perda ini?

Page 249: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

232

A8 BPMPTSP tidak berwenang dalam melakukan tindakan dari adanya

pelanggaran perda. Tetapi dalam bidang perizinan kami selaku bidang

perizinan kesejahteraan rakyat termasuk izin pembuangan limbah cair

memiliki kewenangan untuk memberikan atau tidak memberikan izin

tersebut.

Q9 Jenis sanksi apa yang diberikan dari adanya pelanggaran terhadap

perda ini?

A9 Jika ada perusahaan yang belum melengkapi dokumen lingkungan

hidup tidak kami keluarkan izin operasioanalnya.

Q10 Siapa yang bertugas dalam melaksanakan perda ini di lapangan

(dilihat dari masing-masing SKPD yang bertanggung jawab)?

A10 Secara teknis yang bertugas adalah pegawai perizinan dan pegawai

khusus yang ditugaskan untuk berkoordinasi dengan BLH.

Q11 Adakah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya? Jika ada, apa

yang digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis?

A11 Kita hanya menggunakan Perwal pelimpahan wewenang Walikota

terhadap Bidang Perizinan dan SOP dari Bidang Perizinan.

Q12 Adakah hambatan di lapangan dalam pelaksanaan implementasinya?

A12 Tidak ada hambatan, karena kita bersifat pasif dan hanya menerima

perizinan.

Q13 Sumber daya apa saja yang digunakan dalam implementasi perda ini?

A13 Sumber daya apapun yang terdapat di BPMPTSP kita gunakan dalam

Page 250: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

233

mengimplementasikan perda ini.

Q14 Bagaimana pemanfaatan sumber daya yang ada dalam upaya

mengimplementasikan perda ini?

A14 Sumber daya yang ada dimanfaatkan seoptimal mungkin.

Q15 Upaya-upaya apa yang telah dilakukan oleh para pelaksana perda agar

implementasi perda ini sesuai dengan harapan?

A15 Tentunya memberikan izin sesuai dengan prosedurnya dan tidak

memberikan izin kepada siapapun yang tidak mau mematuhi

ketentuan yang diberikan.

Q16 Apa saja strategi yang dilakukan oleh SKPD ini terkait implementasi

perda tersebut?

A16 Strategi kita dalam upaya perizinan limbah cair yaitu mempermudah

akses perizinan dengan terpadu satu pintu, membantu masyarakat

yang belum mengerti dengan pemberkasan perizinan, memproses

perizinan dengan cepat sesuai prosedur.

Q17 Bagaimana pengaruh dari adanya pergantian kepemimpinan terhadap

implementasi perda ini?

A17 Tidak mempengaruhi, karena sistemnya kan telah terbentuk, jadi kita

hanya menjalankan sistem yang ada.

Q18 Apakah implementasi perda yang dilakukan di lapangan sudah sesuai

dengan apa yang diharapkan?

A18 Sejauh ini pelaksanaan perda di bidang perizinan sudah sesuai dengan

Page 251: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

234

apa yang diharapkan dan sudah sesuai dengan prosedurnya.

Q19 Apakah ada keluhan atau hambatan dari para pelaksana terkait

implementasi perda ini?

A19 Tidak ada hambatan atau keluhan dari bidang perizinan terkait

implementasi perda ini.

MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Rabu, 02 Desember 2015

Waktu : Pukul 08.30 WIB

Page 252: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

235

Tempat : Ruang Kepala Sub Bidang Air Limbah Dinas Cipta Karya

dan Penataan Ruang

Nama Informan : Dody Ardiansyah, ST

Usia : 31 Tahun

Pekerjaan/Jabatan :Kepala Seksi Pengendalian Air Limbah Domestik

Q1 Siapa saja yang memiliki wewenang dalam mengimplementasikan

perda ini dan apa tupoksinya ?

A1 Seluruh SKPD terkait, salah satunya Dinas Cipta Karya dan Penataan

Ruang dibawah seksi pengendalian limbah domestik yang mempunyai

tupoksi yaitu mengendalikan/mengelola limbah domestik se-kota

Tangerang.

Q2 Sudah sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait

dalam upaya implementasi perda ini?

A2 Secara tugas koordinasi telah dilakukan sesuai tanggung jawab dan

tupoksi masing-masing.

Q3 Kendala apa yang menjadi penghambat dalam implementasi perda

ini?

A3 Sosialisasi ke masyarakat atau instansi yang masih kurang.

Q4 Apakah hasil yang diharapkan dari adanya perda ini?

A4 Kualitas air baku memenuhi standar baku mutu air yang telah

ditetapkan sehingga bisa dimanfaatkan sesuai peruntukkannya.

Q5 Manfaat apa yang sudah dihasilkan dari adanya implementasi perda

ini?

Page 253: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

236

A5 Salah satunya yaitu rendahnya tingkat pencemaran air.

Q6 Perubahan apa yang dikehendaki dari adanya implementasi perda ini?

A6 Secara teknis, perubahan yang diharapkan yaitu rendahnya atau

adanya penurunan pencemaran air di Kota Tangerang serta

masyarakat semakin sadar terhadap lingkungannya.

Q7 Sudah sejauhmana upaya yang dilakukan?

A7 Program-program yang telah dilakukan sudah banyak salah satunya

yaitu:

1. Program seribu jamban di tahun 2008

2. Sudah ada pusat pengolahan limbah domestik skala kota

3. Sudah adanya pengolahan lumpur tinja skala kota

Q8 Siapa saja yang berwenang dalam melakukan tindakan dari adanya

pelanggaran perda ini?

A8 Dalam hal ini, Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang tidak

melakukan tindakan apapun dari adanya pelanggaran perda.

Q9 Jenis sanksi apa yang diberikan dari adanya pelanggaran terhadap

perda ini?

A9 Karena tidak melakukan tindakan apapun dari adanya pelanggaran

perda, maka tidak berwenang untuk memberikan sanksi.

Q10 Siapa yang bertugas dalam melaksanakan perda ini di lapangan

(dilihat dari masing-masing SKPD yang bertanggung jawab)?

A10 Seksi Pengendalian Air Limbah Dinas Cipta Karya dan Penataan

Page 254: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

237

Ruang.

Q11 Adakah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya? Jika ada, apa

yang digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis?

A11 Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang digunakan hanya

Perwal tentang izin pembuangan limbah dan SOP dari Dinas Cipta

Karya dan Penataan Ruang.

Q12 Adakah hambatan di lapangan dalam pelaksanaan implementasinya?

A12 Kurang sosialisasi, IPAL dan IPLT seringkali rusak dan tidak

berfungsi, adanya kendaraan yang mengatasnamakan pemerintah kota

Tangerang dengan plat dinas membuang langsung limbah hasil

penyedotan dari septik tank perumahan.yang berpotensi melakukan

pencemaran. Pada waktu itu juga pernah terjadi salah satu pelaksana

dari pemerintah yaitu mobil operasional yang bertugas mengangkut

limbah dari perumahan membuang langsung limbah tersebut ke

sungai, tetapi sudah kita lakukan tindakan dan sejauh ini para

pelaksana tersebut sudah patuh dan tidak berani lagi melakukan

tindakan tersebut.

Q13 Sumber daya apa saja yang digunakan dalam implementasi perda ini?

A13 Sumber daya yang kita gunakan banyak yaitu diantaranya pegawai,

anggaran, kendaraan operasional, tenaga ahli di bidang lingkungan.

Q14 Bagaimana pemanfaatan sumber daya yang ada dalam upaya

mengimplementasikan perda ini?

A14 Masih belum maksimal pemanfaatannya karena hanya baru sampai

Page 255: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

238

pada tingkat kelurahan.

Q15 Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh para pelaksana perda agar

implementasi perda ini sesuai dengan harapan?

A15 Sejauh ini kami dari seksi pengendalian limbah akan memantau secara

berkala para pelaksana di lapangan agar sesuai dengan perencanaan.

Q16 Apa saja strategi yang dilakukan oleh SKPD ini terkait implementasi

perda tersebut?

A16 Strategi yang dilakukan salah satunya dengan melakukan pembinaan

kepada masyarakat tetapi masih di tingkat kelurahan untuk melakukan

upaya daur ulang terhadap limbah-limbah rumah tangga agar tidak

langsung dibuang ke sumber air. Metodenya dengan menggunakan

pengolahan IPAL sederhana, agar limbah cair yang dikeluarkan bisa

dimanfaatkan lagi untuk menyiram tanaman, mencuci motor, dan

sebagainya.

Q17 Bagaimana pengaruh dari adanya pergantian kepemimpinan terhadap

implementasi perda ini?

A17 Tidak terlalu banyak perubahan karena proses pelaksanaan sudah

berdasarkan SOPyang dibuat dan saat ini hanya melaksanakan

program-program yang telah dibuat oleh Walikota sebelumnya.

Q18 Apakah implementasi perda yang dilakukan di lapangan sudah sesuai

dengan apa yang diharapkan?

A18 Belum sesuai dengan apa yang diharapkan, masih terdapat beberapa

kekurangan-kekurangan terutama pola prilaku masyarakat yang tidak

Page 256: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

239

mendukung program pemerintah dengan baik.

Q19 Apakah ada keluhan atau hambatan dari para pelaksana terkait

implementasi perda ini?

A19 Tidak ada permasalahan yang besar, hanya terdapat hambatan teknis

yaitu IPAL atau IPLT yang ada sudah tidak mampu mendukung

sehingga perlu dibangun IPAL tambahan dengan skala kecil dan

menengah.

MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Minggu, 29 November 2015

Waktu : Pukul 15.00 WIB

Page 257: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

240

Tempat : Kediaman Bapak Suryanto

Nama Informan : Suryanto

Usia : 38 Tahun

Pekerjaan/Jabatan :Pemilik CV. Mitra Karya (Usaha Marbel Kayu)

Q1 Apakah Anda mengetahui adanya perda ini sebagai suatu bentuk

peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Tangerang?

A1 Saya tidak mengetahui secara rinci tentang perda itu. Jika memang

ada perda seperti itu, saya mendukung demi kepentingan orang

banyak.

Q2 Kepentingan apa yang Anda harapkan dari adanya perda ini yang

berkaitan dengan usaha Anda?

A2 Saya tidak mengharapkan apapun dari perda itu, tetapi yang saya tahu

ketika mendirikan usaha ini, sebagai prasyarat saya harus mengurusi

perizinannya. Perizinan akan saya urus, yang terpenting usaha saya ini

dilegalkan oleh pemerintah.

Q3 Apakah perda yang telah disusun ini telah disesuaikan dengan

kebutuhan dan harapan masyarakat terutama pemilik usaha seperti

Anda?

A3 Belum sesuai, karena saya belum melihat secara langsung

pelaksanaan perda ini.

Q4 Apakah ada manfaat dari adanya perda ini terhadap usaha Anda?

A4 Tidak ada manfaat apa-apa karena saya belum melihat dan belum

mengetahui perda tersebut.

Page 258: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

241

Q5 Dengan adanya perda ini, perubahan apa yang Anda harapkan?

A5 Pastinya perubahan yang lebih baik, saya sebagai masyarakat hanya

mendukung saja apa yang dilakukan oleh pemerintah.

Q6 Dengan adanya perda ini, perubahan apa yang Anda rasakan?

A6 Belum ada perubahan yang baik karena saya masih melihat sungai

ataupun situ airnya berwarna keruh, masih banyak sampah dan air

tanahpun masih berbau dan keruh.

Q7 Menurut Anda, apakah pemerintah selaku pengambil keputusan sudah

melaksanakan perda ini dengan baik?

A7 Menurut saya, pemerintah hanya melakukan tindakan apabila sudah

terjadi kerusakan, belum terlihat upaya dalam bentuk pencegahan.

Q8 Apakah para pelaksana program atau pelaksana perda ini sudah

melaksanakan dengan baik?

A8 Belum berjalan dengan baik. Saya hanya diberikan izin mendirikan

usaha, walaupun ada izin lingkungan tetapi saya pun tidak mengerti

izin lingkungan digunakan untuk apa karena sejauh ini belum ada

sosialisasi atau pembinaan apapun terkait perda itu.

Q9 Apakah sumber-sumber daya yang dikerahkan oleh pemerintah sudah

sesuai dengan perubahan yang terjadi di lapangan?

A9 Saya tidak tahu secara pasti, namun saya melihat pemerintah saat ini

sudah melaksanakan program-program yang berkaitan dengan

lingkungan.

Page 259: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

242

Q10 Apakah ada pengawasan tertentu terhadap usaha Anda sebagai bentuk

strategi yang dilakukan pemerintah dalam implementasi perda ini?

A10 Sejak berdirinya CV. Mitra Karya belum pernah ada pengawasan

apapun yang dilakukan oleh pemerintah ataupun program apapun

yang melibatkan saya.

Q11 Apakah Walikota Tangerang ataupun SKPD yang terdapat di Kota

Tangerang telah melaksanakan program yang berkaitan dengan perda

ini dengan baik?

A11 Saya melihat pemerintah Kota Tangerang saat ini tidak jauh berbeda

dengan yang sebelumnya karena belum ada program-program baru

terutama berkaitan dengan lingkungan.

Q12 Bagaimana tanggapan anda selaku pemilik usaha terhadap

pelaksanaan perda ini di lapangan terutama berkaitan dengan

pembuangan limbah?

A12 Yang terpenting dengan adanya perda bukan dijadikan alasan

pemerintah untuk mempersulit masyarakat, jika memang perda

diperuntukkan untuk hal yang baik, saya mendukung pelaksanaan

perda.

Q13 Apakah para pelaksana berkoordinasi dalam pelaksanaan perda ini di

lapangan?

A13 Tidak ada koordinasi apapun yang dilakukan oleh pemerintah, saya

hanya mengurusi perizinan, jika memang perizinan telah dikeluarkan,

tidak ada apapun ketentuan dari pemerintah menyangkut usaha saya.

Page 260: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

243

MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Rabu, 18 November 2015

Waktu : Pukul 12.00 WIB

Tempat : Kantor Finishing Line PT. Sinar Antjol

Page 261: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

244

Nama Informan : Himan Sanjaya, ST

Usia : 26 Tahun

Pekerjaan/Jabatan :Manajer Officer Finishing Line PT Sinar Antjol

(Industri Kimia)

Q1 Apakah Anda mengetahui adanya perda ini sebagai suatu bentuk

peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Tangerang?

A1 Saya mengetahui adanya perda ini karena ini perda terbaru yang

dikeluarkan oleh pemerintah kota Tangerang tetapi saya tidak

mengetahui secara rinci isi perda tersebut.

Q2 Kepentingan apa yang Anda harapkan dari adanya perda ini yang

berkaitan dengan PT Sinar Antjol ini?

A2 Dengan adanya perda tersebut, Pemerintah tidak terlalu berlebihan

sehingga mempersulit perusahaan dalam produksi.

Q3 Apakah perda tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan dan

harapan perusahaan ini?

A3 Apabila perda tersebut dikeluarkan untuk mengatur pembuangan

limbah industri agar tidak mencemari lingkungan, saya kira

perusahaan akan mendukungnya. Karena perusahaan sebagai investor

hanya mematuhi peraturan yang ada.

Q4 Apakah ada manfaat dari adanya perda ini terhadap perusahaan?

A4 Dengan adanya peraturan tersebut, pemilik perusahaan lebih berhati-

hati terutama dalam pengolahan limbah hasil produksi.

Q5 Dengan adanya perda ini, perubahan apa yang diharapkan

Page 262: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

245

perusahaan?

A5 Tidak hanya PT. Sinar Antjol ini tetapi semua perusahaan yang

terdapat di Kota Tangerang patuh terhadap perda tersebut.

Q6 Dengan adanya perda ini, perubahan apa yang dirasakan perusahaan?

A6 Perusahaan saat ini memiliki IPAL komunal sebagai untuk mengelola

limbah hasil produksi. Karena setiap perusahaan diwajibkan memiliki

IPAL dan tidak membuang langsung limbah ke sungai atau sumber

air.

Q7 Menurut Anda, apakah pemerintah selaku pengambil keputusan sudah

melaksanakan perda ini dengan baik?

A7 Saya tidak tahu secara pasti. Karena tidak ada pengawasan secara

langsung dari pemerintah karena sejauh ini PT. Sinar Antjol belum

mendapatkan sanksi ataupun teguran atas kerusakan lingkungan.

Q8 Apakah para pelaksana program atau pelaksana perda ini sudah

melaksanakan dengan baik?

A8 Belum berjalan dengan baik, karena pemerintah tidak melakukan

program atau sosialisasi ataupun pembinaan terhadap pengolahan

limbah yang dilakukan oleh perusahaan. Hanya saja pemerintah terus

menghimbau untuk memperbaiki IPAL ketika terjadi kerusakan.

Q9 Apakah sumber-sumber daya yang dikerahkan oleh pemerintah dalam

implementasi perda ini sudah sesuai dengan perubahan yang terjadi di

perusahaan?

A9 Bisa dikatakan sudah sesuai karena dengan adanya perda ini,

Page 263: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

246

perusahaan diatur pembuangan limbahnya agar tidak mencemari

lingkungan.

Q10 Apakah ada program tertentu yang dilakukan pemerintah terhadap

perusahaan sebagai bentuk implementasi perda ini?

A10 Tidak ada program apapun yang dilakukan pemerintah terhadap

perusahaan.

Q11 Apakah Walikota Tangerang ataupun SKPD yang terdapat di Kota

Tangerang telah melaksanakan program yang berkaitan dengan perda

ini dengan baik?

A11 Saya tidak tahu pasti, karena tidak ada program apapun dari

pemerintah terhadap perusahaan.

Q12 Bagaimana tanggapan anda pengelola produksi dan limbah

perusahaan terhadap pelaksanaan perda ini terutama berkaitan dengan

pembuangan limbah?

A12 Jika memang pemerintah ingin meminimalisir pencemaran air,

pemerintah harus melakukan pembinaan terhadap industri.

Q13 Apakah para pelaksana berkoordinasi dalam pelaksanaan perda ini di

lapangan?

A13 Tidak ada koordinasi apapun di lapangan, saya hanya melaporkan

pengolahan limbah kepada pemerintah melalui SIL (Sistem Informasi

Lingkungan).

Page 264: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

247

MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Rabu, 25 November 2015

Waktu : Pukul 09.00 WIB

Tempat : Ruang Tamu Hotel FM 3

Nama Informan : Hendra Tany

Usia : 40 Tahun

Pekerjaan/Jabatan :Manajer Hotel FM 3

Page 265: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

248

Q1 Apakah Anda mengetahui adanya perda ini sebagai suatu bentuk

peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Tangerang?

A1 Saya tidak mengetahui tentang adanya perda ini, karena selama ini

saya kurang memperhatikan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah kota Tangerang.

Q2 Kepentingan apa yang Anda harapkan dari adanya perda tersebut yang

berkaitan dengan Hotel ini?

A2 Yang saya inginkan pemerintah jangan mempersulit kami dalam hal

peraturan.

Q3 Apakah perda tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan dan

harapan hotel ini?

A3 Secara hukum memang pemerintah berhak untuk membuat peraturan,

namun peraturan apapun yang dibuat oleh pemerintah harus fleksibel

artinya tidak terlalu menyulitkan masyarakat terutam masyarakat-

masyarakat yang memiliki usaha/kegiatan.

Q4 Apakah ada manfaat dari adanya perda ini terhadap hotel?

A4 Tidak ada manfaat apapun, yang terjadi saat ini kita harus

memberikan laporan pembuangan limbah ke selokan karena hotel ini

tidak memiliki IPAL sendiri.

Q5 Dengan adanya perda tersebut, perubahan apa yang diharapkan hotel

ini?

A5 Harapan saya selaku pengelola hotel apabila pemerintah konsisten

untuk menegakkan perda ini, harus ada sosialisasi terlebih dahulu,

Page 266: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

249

karena saya selaku pengelola hotel tidak mengerti tentang perda

apapun yang dibuat oleh pemerintah kota Tangerang ini.

Q6 Dengan adanya perda tersebut, perubahan apa yang dirasakan hotel

ini?

A6 Dengan adanya perda tersebut, otomatis kita akan diawasi dalam

pembuangan limbah, karena saat ini pihak hotel sedang mengurusi

sertifikat izin lingkungan ke BLH.

Q7 Menurut Anda, apakah pemerintah selaku pengambil keputusan sudah

melaksanakan perda ini dengan baik?

A7 Sejak tahun 2013, ketika kepemimpinan Bapak Wahidin Halim

sebagai walikota Tangerang, mulai dilakukan kebijakan yang ketat

mengenai perizinan apapun, dan kita mau tidak mau harus mengurusi

semua perizinan tersebut demi keberlangsungan hotel.

Q8 Apakah para pelaksana program atau pelaksana perda ini sudah

melaksanakan dengan baik?

A8 Sejauh ini menurut saya belum berjalan dengan baik. Karena saya

belum mengetahui perda tersebut karena upaya pemerintah untuk

mengenalkan perda tersebut belum ada secara nyata.

Q9 Apakah sumber-sumber daya yang dikerahkan oleh pemerintah dalam

implementasi perda tersebut sudah sesuai dengan perubahan yang

terjadi di hotel ini?

A9 Sudah sesuai. Walaupun mungkin dengan adanya perda ini muncul

berbagai perizinan terutama izin lingkungan tetapi kita diberikan

Page 267: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

250

kemudahan akses dalam mengurusi perizinan tersebut.

Q10 Apakah ada program tertentu yang dilakukan pemerintah terhadap

hotel sebagai bentuk implementasi perda ini?

A10 Mungkin dengan adanya perda tersebut hotel harus mengurusi izin

lingkungan dan izin pembuangan limbah cair, karena sebelumnya

tidak ada.

Q11 Apakah Walikota Tangerang ataupun SKPD yang terdapat di Kota

Tangerang telah melaksanakan program yang berkaitan dengan perda

ini dengan baik?

A11 Sejauh ini menurut saya telah melaksanakan dengan baik, tetapi saran

saya jika memang ada perda yang mengatur tentang hotel harusnya

diberikan sosialisasi terlebih dahulu atau dalam arti kami dilibatkan.

Q12 Bagaimana tanggapan anda sebagai pengelola hotel terhadap

pelaksanaan perda ini terutama berkaitan dengan pembuangan

limbah?

A12 Menurut saya, jika memang pemerintah mengeluarkan perda

mengenai pembuangan limbah, pemerintah harusnya tidak hanya

mengatur dan menjadi pengawas, tetapi pemerintah harus

mengenalkan perda yang dibuat agar semua masyarakat mengetahui

perda tersebut.

Q13 Apakah para pelaksana berkoordinasi dalam pelaksanaan perda ini di

lapangan?

A13 Tidak ada koordinasi dengan pemerintah terkait dengan pengolahan

Page 268: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

251

limbah, hanya memberikan laporan saja.

MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Senin, 30 November 2015

Waktu : Pukul 14.00 WIB

Tempat : Kantin RS. Sari Asih Ar-Rahmah

Nama Informan : Deni Wahyudi

Usia : 43 Tahun

Pekerjaan/Jabatan :Staf Bidang Pengelolaan Limbah RS. Sari Asih Ar-

Rahmah

Page 269: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

252

Q1 Apakah Anda mengetahui adanya perda ini sebagai suatu bentuk

peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Tangerang?

A1 Kalau saya pribadi tidak mengetahui tentang perda tersebut, tetapi

yang saya tahu, kami selaku pihak rumah sakit tidak boleh membuang

limbah sembarangan.

Q2 Kepentingan apa yang Anda harapkan dari adanya perda tersebut yang

berkaitan dengan rumah sakit ini?

A2 Pemerintah kota Tangerang harus membantu kami dalam hal

pembuangan limbah, minimalnya kita harus diberikan arahan

bagaimana cara membuang limbah agar tidak mencemari lingkungan.

Q3 Apakah perda tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan dan

harapan rumah sakit ini?

A3 Tentunya regulasi apapun yang dibuat oleh pemerintah kota

Tangerang demi kepentingan umum pasti kami selaku pihak rumah

sakit swasta mendukung karena kami juga merupakan bagian yang

terkena dampak jika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan.

Q4 Apakah ada manfaat dari adanya perda ini terhadap rumah sakit?

A4 Manfaatnya terhadap keselurahan tidak begitu terlihat, tetapi terhadap

pembuangan limbah rumah sakit saat ini sudah mulai diawasi oleh

pemerintah.

Q5 Dengan adanya perda ini, perubahan apa yang diharapkan pihak

rumah sakit?

A5 Harapan kami pemerintah harus konsisten untuk melakukan

Page 270: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

253

pembinaan serta pengawasan terhadap limbah apapun yang berpotensi

mencemari lingkungan sehingga tingkat pencemaran dapat

dikendalikan.

Q6 Dengan adanya perda ini, perubahan apa yang dirasakan pihak rumah

sakit?

A6 Sekarang lebih ada pengawasan pembuangan limbah.

Q7 Menurut Anda, apakah pemerintah selaku pengambil keputusan sudah

melaksanakan perda ini dengan baik?

A7 Sejauh ini pemerintah sudah baik kepeduliannya terhadap lingkungan,

hanya saja menurut saya perlu adanya sosialisasi atau pembinaan.

Q8 Apakah para pelaksana program atau pelaksana perda ini sudah

melaksanakan dengan baik?

A8 Para pelaksana terutama BLH selalu berkoordinasi dengan baik

karena setiap tahunnya kami harus melaporkan pembuangan limbah.

Namun pelaksana program secara keseluruhan dapat dikatakan belum

berjalan sesuai dengan harapan.

Q9 Apakah sumber-sumber daya yang dikerahkan oleh pemerintah dalam

implementasi perda ini sudah sesuai dengan perubahan yang terjadi di

rumah sakit?

A9 Menurut saya sejauh ini peran pemerintah sudah baik.

Q10 Apakah ada program tertentu yang dilakukan pemerintah terhadap

rumah sakit sebagai bentuk implementasi perda ini?

Page 271: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

254

A10 Program tertentu tidak ada, paling itu saja pihak rumah sakit harus

memberikan laporan pembuangan limbah.

Q11 Apakah Walikota Tangerang ataupun SKPD yang terdapat di Kota

Tangerang telah melaksanakan program yang berkaitan dengan perda

ini dengan baik?

A11 Pemerintah saat ini telah baik dalam melaksanakan perda tersebut

tetapi perlu adanya sosialisasi dalam bentuk apapun agar semua

masyarakat mengetahui dan tidak melanggar perda tersebut.

Q12 Bagaimana tanggapan anda pengelola limbah rumah sakit terhadap

pelaksanaan perda ini terutama berkaitan dengan pembuangan

limbah?

A12 Perda ini menurut saya perlu ada, sebab kota Tangerang kan banyak

terdapat industri, rumah sakit ataupun apartemen, jika dibiarkan

membuang limbah sembarangan, maka dampak yang pasti dirasakan

akan menimbulkan kerusakan yang berkepanjangan.

Q13 Apakah para pelaksana berkoordinasi dalam pelaksanaan perda ini di

lapangan?

A13 Selalu ada koordinasi yang dilakukan oleh rumah sakit dengan

pemerintah terutama dalam pemantauan limbah, dan kami setaip

tahunnya wajib menyerahkan laporan pengolahan limbah.

Page 272: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

255

MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Minggu, 22 November 2015

Waktu : Pukul 16.00 WIB

Tempat : Kediaman Erwin Setiawan

Nama Informan : Erwin Setiawan

Usia : 23 Tahun

Pekerjaan/Jabatan : Ketua Forum AboutTNG (LSM)

Q1 Apakah Anda mengetahui adanya perda ini sebagai suatu bentuk

Page 273: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

256

peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Tangerang?

A1 Saya mengetahui tentang perda ini, karena menurut saya perda ini

memang penting dan harus ada.

Q2 Kepentingan apa yang Anda harapkan dari adanya perda ini?

A2 Tentunya saya selaku mitra pemerintah mengharapkan dengan adanya

perda ini, semua masyarakat baik masyarakat industri, pengusaha

ataupun masyarakat umum mematuhi perda tersebut dan pastinya saya

mengharapkan pemerintah konsisten untuk melaksanakan perda

tersebut.

Q3 Apakah perda tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan dan

harapan Anda?

A3 Perda ini telah sesuai dengan kebutuhan dan harapan kota Tangerang

karena saya melihat pemerintah kurang mempedulikan lingkungan

terutama berkaitan dengan sanitasi dan limbah.

Q4 Apakah ada manfaat dari adanya perda ini?

A4 Jelas dengan adanya perda ini, terjadi perubahan dan perbaikan sarana

dan prasarana lingkungan, peningkatan pengawasan pemerintah

terhadap industri meskipun belum keseluruhan, salah satu manfaat

dari perda ini berhasil mengantarkan kota tangerang meraih

penghargaan lingkungan hidup.

Q5 Dengan adanya perda ini, perubahan apa yang anda harapkan?

A5 Tangerang semakin baik dalam pengelolaan lingkungan serta sumber-

sumber air yang terdapat di Kota Tangerang berkurang

Page 274: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

257

pencemarannya.

Q6 Dengan adanya perda ini, perubahan apa yang anda rasakan?

A6 Dengan adanya perda ini, banyak perubahan yang terjadi di Kota

Tangerang.

Q7 Menurut Anda, apakah pemerintah selaku pengambil keputusan sudah

melaksanakan perda ini dengan baik?

A7 Sejauh ini sudah baik tetapi perlu ditingkatkan pengawasan dan

pengendalian terhadap lingkungan.

Q8 Apakah para pelaksana program atau pelaksana perda ini sudah

melaksanakan dengan baik?

A8 Para pelaksana belum melaksanakan dengan baik, harusnya ada

sosialisasi terhadap masyarakat, minimalnya harus ada baliho atau

pemberitahuan yang dipasang sebagai media persuasif kepada

masyarakat dalam upaya meningkatkan peran serta dan kepedulian

masyarakat terhadap lingkungan.

Q9 Apakah sumber-sumber daya yang dikerahkan oleh pemerintah dalam

implementasi perda ini sudah sesuai dengan perubahan yang terjadi di

kota Tangerang?

A9 Sudah sesuai namun perlu di optimalkan pemanfaatannya.

Q10 Apakah ada program tertentu yang dilakukan pemerintahsebagai

bentuk implementasi perda ini?

A10 Paling program rutin yang melibatkan masyarakat atau LSM itu

Page 275: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

258

program kampung hijau dan program penghijauan dan kami selaku

mitra pemerintah selalu diikut sertakan secara langsung membantu

program-program pemerintah yang berkaitan dengan lingkungan

Q11 Apakah Walikota Tangerang ataupun SKPD yang terdapat di Kota

Tangerang telah melaksanakan program yang berkaitan dengan perda

ini dengan baik?

A11 Program pengendalian dan pengawasan yang dilakukan pemerintah

kota Tangerang saat ini sudah baik namun perlu ditingkatkan.

Q12 Bagaimana tanggapan anda sebagai LSM lingkungan hidup terhadap

pelaksanaan perda ini terutama berkaitan dengan pembuangan

limbah?

A12 Semua masyarakat yang terdapat di kota Tangerang harus

memperhatikan pembuangan limbah, jika memang pemerintah sudah

memberikan fasilitas pembuangan limbah harus sama-sama kita jaga,

demi menyelamatkan keberlangsungan lingkungan. Meskipun

beberapa penghargaan telah diraih kota Tangerang di bidang

lingkungan hidup, upaya peningkatan pengelolaan lingkungan hidup

harus terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang maupun

seluruh komponen masyarakat Kota Tangerang.

Q13 Apakah para pelaksana berkoordinasi dalam pelaksanaan perda ini di

lapangan?

A13 Koordinasi dalam hal teknis paling hanya pada saat ada program yang

dilakukan oleh pemerintah misalnya program pembinaan masyarakat

Page 276: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

259

melalui kampung hijau, selebihnya kita diminta oleh pemerintah

untuk membantu dalam mengawasi siapapun yang berpotensi

mencemari lingkungan serta melakukan pengaduan jika terjadi

pencemaran.

MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Minggu, 06 Desember 2015

Waktu : Pukul 15.00 WIB

Tempat : Kediaman Bpk. Ir. Toto Suharto, MT

Nama Informan : Ir. Toto Suharto, MT

Usia : 49 Tahun

Pekerjaan/Jabatan : Pengamat Lingkungan Kota Tangerang

Q1 Apakah kepentingan yang melatarbelakangi dibuatnya perda ini

Page 277: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

260

sebagai salah satu regulasi lingkungan hidup ?

A1 Di Kota Tangerang saat ini, memang harus dilakukan pemulihan

kualitas lingkungan, mengingat kondisi lingkungan kota Tangerang

saat ini merupakan kesalahan masa lalu terutama pada tata ruang dan

zona industri yang tidak diatur oleh pemerintah, pada akhirnya

industri tersebut bisa bebas mendirikan lokasi pabriknya dimanapun

termasuk di DAS Sungai bahkan di pinggir situ dan yang lebih parah

lagi adalah di sekitar permukiman warga. Dengan adanya perda ini,

pemerintah, swasta maupun masyarakat diatur kegiatannya agar tidak

menurunkan kualitas lingkungan hidup.

Q2 Apakah perda ini telah disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan

masyarakat dan stakeholders yang terdapat di kota Tangerang?

A2 Tentunya apapun regulasi yang dibuat pemerintah saat ini, baik perda

mengenai lingkungan ataupun perda mengenai apapun telah

disesuaikan dengan kepentingan orang banyak khususnya masyarakat

kota Tangerang secara keseluruhan. Perda ini memang penting dan

harus disusun bahkan mungkin harus ada regulasi teknis lainnya

supaya semua lapisan masyarakat tidak berlaku seenaknya terhadap

lingkungan terutama dari sektor pembuangan limbah.

Q3 Manfaat dari adanya perda tersebut sejauh ini apakah sudah

dirasakan?

A3 Bisa dikatakan perda tersebut merupakan perda baru yaitu tahun 2013,

tetapi perda tersebut harus disosialisasikan dan memang sudah

Page 278: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

261

berjalan selama dua tahun, sosialisasipun belum berjalan efektif,

tetapi pemerintah kota Tangerang saat ini sudah terlihat menjalankan

berbagai program berkaitan dengan lingkungan hidup meski belum

menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Q4 Perubahan apa yang diharapkan dengan adanya perda ini?

A4 Pastinya dengan adanya perda ini, saya ataupun mungkin semua

lapisan masyarakat menginginkan sumber daya alam yang terdapat di

Kota Tangerang ini dapat dilestarikan dan tingkat pencemaran

menurun serta kerusakan lingkungan hidup dapat diminimalisir.

Q5 Perubahan apa yang telah dirasakan dari adanya perda ini?

A5 Banyak perubahan yang terjadi setelah adanya perda ini, jika dilihat

dari sisi internal pemerintah, saat ini para SKPD sudah mempunyai

payung hukum terutama BLH dalam melakukan tindakan yang

berkaitan dengan seseorang atau badan usaha yang membuang limbah

langsung ke sumber air, jika dilihat dari lingkungan saat ini banyak

dibangun IPAL disekitar lingkungan masyarakat, banyak program-

program dari pemerintah yang berkaitan dengan lingkungan,

pemantauan kualitas sumber air, dan salah satunya prestasi kota

Tangerang dalam memenangkan piala Adipura.

Q6 Bagaimana ketegasan pihak-pihak pengambil keputusan dalam

melakukan tindakan terhadap pelanggaran perda ini?

A6 Secara pasti saya tidak mengetahui banyak ketika pemerintah

mungkin melakukan tindakan ataupun memberikan sanksi terhadap

Page 279: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

262

seseorang atau badan usaha yang melakukan pencemaran, namun

sejauh ini saya memperhatikan baik di media massa maupun media

elektronik kota Tangerang, ada beberapa tindakan yang dilakukan

pemerintah kepada industri terkait pelanggaran terhadap perda ini.

Q7 Apakah para pelaksana perda ini sudah melakukan tupoksinya dengan

baik?

A7 Dapat dikatakan sudah baik, karena program-program yang dilakukan

pemerintah terhadap lingkungan sudah terlihat, namun perlu

ditingkatkan program-program yang berkaitan dengan peran serta

masyarakat misalnya sosialisasi ataupun tindakan secara langsung

turun ke masyarakat dalam upaya penyadaran akan pentingnya

menjaga lingkungan dan harus dilakukan secara menyeluruh dan

berkala, tidak hanya program-program hasil kerja sama dengan

kelurahan ataupun perusahaan yang berkewajiban melaksanakan CSR,

artinya perlu dilakukan aksi langsung ke masyarakat dari SKPD yang

terkait dari perda ini.

Q8 Apakah sumber-sumber daya yang digunakan oleh pemerintah sudah

sesuai dengan perubahan yang terjadi di lapangan?

A8 Ketika berbicara sumber daya, jika anggaran, mungkin pemerintah

sudah mempunyai anggaran tertentu dan sudah disusun untuk

pelaksanaan program, tetapi yang harus diperhatikan adalah para

pelaksana yang ada di lapangan yang harus diberikan pemahaman

yang lebih dan harus dilakukan pengawasan agar pelaksanaannya

Page 280: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

263

sesuai dengan perencanaan.

Q9 Strategi yang dilakukan oleh para aktor yang terlibat dalam

implementasi perda ini apakah telah sesuai dengan apayang terjadi di

lapangan?

A9 Kalau strategi saya tidak mengetahui karena pastinya strategi itu yang

menyusun adalah pemerintah selaku pelaksana kebijakan, tetapi

berdasarkan pengamatan saya di lapangan, belum ada strategi khusus

yang dilakukan pemerintah, hanya program-program yang memang

dirancang untuk perbaikan.

Q10 Apakah karakteristik lembaga atau rezim yang berkuasa saat ini di

kota Tangerang telah melaksanakan perda ini dengan baik?

A10 Bisa dikatakan pemimpin saat ini masih menjalankan program-

program pemimpin sebelumnya, karena memang saya melihat belum

ada terobosan terbaru, visi-misi beliau pun sepertinta tidak berbeda

jauh dengan pemimpin seblumnya, tetapi saya berharap ada inovasi

yang dilakukan oleh pemerintah kota Tangerang saat ini terlebih

dengan upaya-upaya perbaikan kualitas lingkungan.

Q11 Apakah ada respon tertentu dari para pelaksana perda ini di lapangan

mungkin terkait dengan adanya hambatan sehingga para pelaksana

melibatkan masyarakat atau LSM untuk memberikan solusi terhadap

hambatan tersebut?

A11 Ada beberapa program yang dilakukan oleh pemerintah kota

Tangerang yang memang melibatkan LSM ataupun kelompok

Page 281: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

264

masyarakat tertentu seperti misalnya program kampung hijau yang

tercatat sudah sekitar tiga kali dilaksanakan dalam kurun waktu 2013-

2015 tetapi sayangnya program itu hanya dilakukan sekali dan tidak

ada keberlanjutan dari program tersebut.

Q12 Apakah para pelaksana berkoordinasi dengan Anda dalam

pelaksanaan perda ini di lapangan?

A12 Tidak ada koordinasi apapun dari para pelaksana kebijakan ketika

perda tersebut sudah di implementasikan.

LAMPIRAN V

Page 282: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

265

(Kategorisasi Data Penelitian)

KATEGORISASI DATA

No. Kategori Rincian Isi Kategori

1. Kepentingan-kepentingan

yang mempengaruhi

a. Pilar pemerintah yang memiliki

wewenang penuh dalam penyusunan,

pengendalian serta pengawasan dalam

pelaksanaan perda ini melalui SKPD

yang terkait di dalamnya yaitu BLH,

Dinas Bina Marga dan Sumber Daya

Air, Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Terpadu Satu Pintu

(BPMPTSP) dan Dinar Cipta Karya dan

Page 283: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

266

Tata Ruang kota Tangerang.

b. Pilar swasta hanya memiliki

kepentingan dalam perizinan

pembuangan limbah dan pelaporan

pengolahan limbah.

c. Pilar masyarakat hanya dilibatkan dalam

program peran serta masyarakat

terhadap lingkungan.

2. Jenis manfaat yang bisa

diperoleh

a. Semua pilar pemerintah yang terlibat

dalam implementasi perda ini

mengharapkan manfaat dari adanya

perda ini yaitu kualitas airnya membaik,

tingkat pencemaran air berkurang serta

kesadaran masyarakat terhadap

lingkungan meningkat.

b. Pemilik usaha sektor menengah,

pengelola hotel dan pengelola limbah

rumah sakit belum merasakan manfaat

secara keseluruhan dari adanya perda

ini.

c. Pengelola limbah perusahaan menerima

manfaat dari adanya perda ini yaitu lebih

berhati-hati dalam mengelola limbah

hasil produksi.

d. LSM dan pengamat lingkungan kota

Tangerang sudah merasakan adanya

manfaat dari pelaksanaan perda ini yaitu

terjadi perubahan dan perbaikan sarana

dan prasarana lingkungan, peningkatan

pengawasan pemerintah terhadap

Page 284: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

267

industri meskipun belum keseluruhan,

serta salah satu manfaat dari perda ini

berhasil mengantarkan kota tangerang

meraih penghargaan lingkungan hidup.

3. Derajat perubahan yang

dicapai

a. Pilar pemerintah mengharapkan dengan

adanya perda ini perubahan yang ingin

dicapai yaitu tingginya kesadaran semua

lapisan masyarakat terhadap lingkungan,

kualitas dan kuantitas air membaik,

tingkat pencemaran dapat diminimalisir

sehingga sumber-sumber air dapat

dipergunakan sesuai dengan

peruntukkannya.

b. Pihak swasta menginginkan adanya

sosialisasi ataupun pembinaan yang

dilakukan oleh pemerintah sehingga

para pelaku usaha ataupun pengelola

usaha memahami maksud dan tujuan

dari adanya perda tersebut.

c. Pilar masyarakat menginginkan kota

Tangerang semakin baik pengelolaan

lingkungannya serta pencemaran dan

keruskan yang terjadi pada sumber air

dapat diminimalisir.

4. Letak pengambilan

keputusan

a. Pilar pemerintah melakukan

pengawasan dan tindakan terhadap

pelaksanaan perda melalui Satuan Polisi

Pamong Praja (Satpol PP) sebagai

penindakan umum terhadap pelanggaran

perda tetapi khusus mengenai perda

Page 285: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

268

lingkungan hidup, ada kewenangan

tertentu yang diberikan kepada BLH

melalui Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS) untuk melakukan pengawasan

dan penindakan terhadap adanya

indikasi pelanggaran perda ini.

b. Pelaku usaha menilai letak pengambilan

keputusan pada implementasi belum

berjalan optimal karena belum adanya

pengawasan secara langsung yang

dilakukan oleh pemerintah.

c. LSM dan pengamat lingkungan menilai

pemerintah saat ini sudah baik dalam

upaya penegakkan hukum.

5. Pelaksana program

a. Pelaksana program pada masing-masing

pilar pemerintah dilakukan oleh

pelaksana teknis lapangan diantaranya

yaitu BLH dilakukan oleh tim pemantau

kualitas lingkungan, tim penggerak

peran serta masyarakat serta PPNS

sebagai tim pengawas dan penindak,

Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air

dilakukan oleh pelaksana teknis

lapangan bidang pembangunan dan

perbaikan infrastruktur, BPMPTSP

dilakukan oleh pelaksana teknis bidang

perizinan kesejahteraan rakyat pada

bagian izin pembuangan limbah cair,

Dinas Cipta Karta dan Penataan Ruang

dilakukan oleh bidang drainase dan air

Page 286: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

269

limbah pada seksi pengendalian air

limbah. BLH memegang peranan

sebagai koordinator dari pelaksanaan

perda ini.

b. Pelaku usaha menilai pelaksanaan

program perda ini belum berjalan sesuai

harapan dikarenakan sosialisasi dan

pembinaan yang dilakukan oleh

pemerintah belum berjalan optimal.

c. Pilar masyarakat menilai para pelaksana

program belum optimal dalam

pelaksanaan program-program yang

berkaitan dengan implementasi perda.

6. Sumber-sumber daya yang

digunakan

a. Sumber-sumber daya yang digunakan

pilar pemerintah dalam pelaksanaan

perda ini meliputi, sumber daya manusia

yaitu para pelaksana teknis SKPD

ataupun semua lapisan masyarakat

terlibat dalam implementasi perda ini,

uang digunakan sebagai anggaran

pembiayaan program, Standar

Operasional Prosedur (SOP) yang

digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan

dan petunjuk teknis,

b. Pilar swasta menilai sumber daya yang

digunakan dalam implementasi perda

tersebut sudah optimal.

c. Pilar masyarakat menilai sumber-

sumber daya yang digunakan dalam

pelaksanaan perda sudah sesuai dengan

Page 287: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

270

pemanfaatannya.

7.

Kekuasaan, kepentingan-

kepentingan dan strategi

dari aktor yang terlibat

a. Pilar pemerintah konsisten

melaksanakan perda ini dengan

melakukan berbagai strategi diantaranya

sebagai berikut:

1. Sosialisasi perda ke semua lapisan

masyarakat ditiap kelurahan.

2. melakukan pengawasan terhadap 100

industri per tahun.

3. Melakukan pemantauan IPAL skala

kota dan IPLT.

4. Membangun infrastruktur.

5. Mempermudah akses perizinan.

b. Pelaku usaha menilai pemerintah kurang

melakukan pembinaan dan sosialisasi.

c. Pengelola hotel dan rumah sakit menilai

pemerintah hanya memantau

pengelolaan limbah secara tidak

langsung.

d. Pilar masyarakat menilai implementasi

perda ini belum melibatkan secara

keseluruhan dan belum adanya strategi-

strategi khusus yang dilakukan

pemerintah dalam upaya meningkatkan

peran serta masyarakat terhadap

lingkungan.

8. Karakteristik lembaga dan

rezim yang berkuasa

a. Karakteristik pemerintah kota

Tangerang saat ini mendukung

pembangunan yang berwawasan

lingkungan serta konsisten dalam

Page 288: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

271

pengelolaan lingkungan dan

pengendalian pencemaran.

b. Pilar swasta dan pilar masyarakat

menilai karakteristik pemerintahan kota

Tangerang saat ini tidak jauh berbeda

dengan lembaga atau rezim yang

berkuasa sebelumnya serta dari

pelaksanaan program-programnya.

9.

Tingkat kepatuhan dan

adanya respon dari para

pelaksana

a. Pilar pemerintah menilai para pelaksana

sudah melakukan implementasi perda

sesuai dengan isi perda dan sesuai

dengan perencanaannya akan tetapi

respon dari pelaksana terkait

implementasi perda ini yaitu masih

menemukan kesulitan adalah

implementasi perda di masyarakat.

b. Pelaku usaha melihat tidak ada respon

tertentu dari pelaksana implementasi

perda, karena kurangnya sosialisasi

perda tersebut.

c. Pengelola hotel dan rumah sakit hanya

merespon para pelaksana dengan

memberikan laporan pengelolaan

limbah.

d. LSM menilai para pelaksana program

telah sesuai melakukan implementasi

sesuai isi perda namun para pelaksana

kurang melibatkan LSM atau

masyarakat dalam melakukan

pengawasan pelaksanaan perda tersebut.

Page 289: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

272

e. Pengamat lingkungan melihat para

pelaksana perda belum menunjukkan

optimalisasi pelaksanaan program

pengawasan menyeluruh terhadap

semua sektor usaha ataupun pola

prilaku masyarakat yang berpotensi

menghasilkan limbah.

Page 290: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

273

LAMPIRAN VI

(Matriks Hasil Penelitian)

MATRIKS HASIL WAWANCARA

1. Content of Policy (Isi Kebijakan)

a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi

I

Q1

Siapa saja yang memiliki wewenang dalam mengimplementasikan

perda ini dan apa tupoksinya ?

I1-1 Pelaksana perda ini semua stakeholders yang terdapat di kota

Page 291: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

274

Tangerang, karena perda ini berlaku di kota Tangerang. Implementasi

perda ini harus dilakukan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab

yaitu diantaranya pemerintah daerah, masyarakat, dan badan usaha.

Jika di level pemerintah implementasi perda ini secara spesifik

dilakukan oleh BLH, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, Dinas

Cipta Karya dan Penataan Ruang serta Badan Perizinan. BLH dalam

hal ini selaku sebagai badan yang menyelenggarakan fungsi koordinasi

implementasi perda ini.

I1-2

Perda ini di implementasikan oleh semua SKPD di pemerintah kota

Tangerang. Tetapi BLH adalah sebagai aktor terpenting yag berkaitan

dengan sumber daya air dan lingkungan hidup. Khusus BLH dalam

bidang pengawasan dan penegakkan hukum memiliki tupoksi dalam

melakukan pengawasan, penyelidikan dan penindakan lapangan dalam

upaya penegakkan hukum, dengan melakukan tindakan persuasif,

preventif, proaktif dan represif.

I1-3

Kami Dinas Bina marga dan Sumber Daya Air keterkaitannya hanya

ketersediaan atau kauntitas air, Perda ini berbicara mengenai kualitas

air jadi sepenuhnya pengelolaan dan pengendalian itu dilakukan oleh

BLH dan Bidang Perizinan.

I1-4

Kalau di Perda itu, ada mengenai izin pembuangan limbah cair, kalau

di kami di BPMPTSP wewenang kami berdasarkan Perwal tentang

pelimpahan kewenangan dari walikota kepada Badan Perizinan yang

dilimpahkan dari SKPD teknis ke Bidang Perizinan, hanya terkait izin

Page 292: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

275

pembuangan limbah cair.

I1-5

Seluruh SKPD terkait, salah satunya Dinas Cipta Karya dan Penataan

Ruang dibawah seksi pengendalian limbah domestik yang mempunyai

tupoksi yaitu mengendalikan/mengelola limbah domestik se-kota

Tangerang.

I

Q2

Sudah sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak

yang terkait dalam upaya implementasi perda ini?

I1-1

Koordinasi yang dilakukan ada yang rutin tetapi ada yang insidentil,

ada koordinasi formal (rapat) ada juga koordinasi yang informal

(lapangan).koordinasi yang dilakukan saat ini sudah baik dalam

penanggulangan masalah lingkungan hanya saja masih sulit untuk

berkoordinasi secara rutin dengan SKPD yang terkait.

I1-2

Koordinasi sejauh ini sudah dilakukan terutama dalam penegakkan

hukum dengan menggunakan peraturan daerah dan peraturan diatasnya

baik dalam bentuk peraturan pemerintah maupun Undang-undang.

Karena apalah arti sebuah peraturan jika peraturan tersebut tidak

dikoordinasikan dengan baik.

I1-3

Koordinasi yang dilakukan kita hanya menerima kualitas air baku dan

air bersih. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air hanya sebagai

penyedia infrastruktur.

Page 293: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

276

I1-4

Koordinasi lebih kepada BLH secara teknis, koordinasi yang dilakukan

kami selama ini jika ada kunjungan lapangan biasanya kami berkirim

surat ke BLH untuk mengirimkan personil untuk bersama-sama

melakukan survei lapangan, jika ada suatu permasalahan yng perlu

dikoordinasikan biasanya kami melakukan rapat koordinasi dengan

BLH, Biro Hukum dan Inspektorat.

I1-5

Secara tugas koordinasi telah dilakukan sesuai tanggung jawab dan

tupoksi masing-masing.

I

Q3

Kepentingan apa yang anda harapkan dari para pelaksana perda

ini?

I2-1

Saya tidak mengharapkan apapun dari perda itu, tetapi yang saya tahu

ketika mendirikan usaha ini, saya harus mengurusi perizinannya.

I2-2

Dengan adanya perda tersebut, Pemerintah tidak terlalu berlebihan

sehingga mempersulit perusahaan dalam produksi.

I2-3

Yang saya inginkan pemerintah jangan mempersulit kami dalam hal

peraturan.

I2-4

Pemerintah kota Tangerang harus membantu kami dalam hal

pembuangan limbah, minimalnya kita harus diberikan arahan

bagaimana cara membuang limbah agar tidak mencemari lingkungan.

I3-1

Tentunya saya selaku mitra pemerintah mengharapkan dengan adanya

perda ini, semua masyarakat baik masyarakat industri, pengusaha

Page 294: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

277

ataupun masyarakat umum mematuhi perda tersebut dan pastinya saya

mengharapkan pemerintah konsisten untuk melaksanakan perda

tersebut.

I3-2

Dengan adanya perda ini, pemerintah, swasta maupun masyarakat

diatur kegiatannya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup.

b. Jenis manfaat yang bisa diperoleh

I

Q4

Manfaat apa yang sudah dihasilkan dari adanya perda ini?

I1-1

Dari segi perizinan sudah membaik, masyarakat sudah mulai sadar dan

peduli lingkungan karena persentase tingkat pencemar sumber air

dihasilkan paling banyak dari limbah domestik.

I1-2

Sejauh ini kualitas lingkungan hidup sudah mulai membaik terutama

sejak adanya perda ini sebagai regulator di tingkat daerah kota

Tangerang.

I1-3

Sejauh ini dengan adanya perda ini kualitas air baku yang terdapat

pada sumber air sudah pulih dan semakin membaik sehingga

pencemaran yang ada bisa dikendalikan dengan baik.

I1-4

Dengan adanya perda tersebut, semua jenis usaha atau industri di Kota

Tangerang harus mempunyai izin lingkungan termasuk izin

pembuangan limbah cair jika perusahaan tersebut tidak mematuhi akan

ditindak secara hukum dan izin operasional tidak akan diberikan.

Page 295: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

278

I1-5 Salah satunya yaitu rendahnya tingkat pencemaran air.

I2-2

Dengan adanya peraturan tersebut, pemilik perusahaan lebih berhati-

hati terutama dalam pengolahan limbah hasil produksi.

I2-4

Manfaatnya terhadap keselurahan tidak begitu terlihat, tetapi terhadap

pembuangan limbah rumah sakit saat ini sudah mulai diawasi oleh

pemerintah.

I3-1

Jelas dengan adanya perda ini, terjadi perubahan dan perbaikan sarana

dan prasarana lingkungan, peningkatan pengawasan pemerintah

terhadap industri meskipun belum keseluruhan, salah satu manfaat dari

perda ini berhasil mengantarkan kota tangerang meraih penghargaan

lingkungan hidup.

I3-2

Bisa dikatakan perda tersebut merupakan perda baru yaitu tahun 2013,

tetapi perda tersebut harus disosialisasikan dan memang sudah berjalan

selama dua tahun, sosialisasipun belum berjalan efektif, tetapi

pemerintah kota Tangerang saat ini sudah terlihat menjalankan

berbagai program berkaitan dengan lingkungan hidup meski belum

menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

c. Derajat perubahan yang ingin dicapai

I

Q4

Perubahan apa yang ingin dicapai dari adanya perda ini?

Page 296: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

279

I1-1

Diharapkan sumber sumber air sesuai dengan peruntukkannya, sumber

air di kota Tangerang belum dapat ditentukan baku mutu airnya,

karena masih menggunakan Peraturan Pemerintah sebagai peraturan

pelaksananya.

I1-2

Perubahan yang dikehendaki yaitu tingginya kesadaran masyarakat

untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang limbah berbahaya

langsung ke sumber air.

I1-3

Perubahan yang diinginkan dengan adanya perda ini kuantitas air dan

kualitas air semakin membaik.

I1-4

Pastinya dengan diberlakukannya perda ini, pencemaran bisa

diminimalisir sebaik mungkin dengan pemberlakuan berbagai izin

lingkungan.

I1-5

Secara teknis, perubahan yang diharapkan yaitu rendahnya atau adanya

penurunan pencemaran air di Kota Tangerang serta masyarakat

semakin sadar terhadap lingkungannya.

d. Letak pengambilan keputusan

I

Q5

Siapa yang berwenang dalam melakukan tindakan dari adanya

pelanggaran terhadap perda ini?

I1-1

Penegakkan perda dilakukan oleh Satpol PP, tetapi khusus dalam

implementasi perda ini penegakkan perda dilakukan oleh PPNS

(Penyidik Pegawai Negeri Sipil) khusus di bidang lingkungan hidup.

Page 297: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

280

I1-2

BLH Bidang pengawasan dan penegakkan hukum yang berwenang

melakukan tindakan hanya PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil)

yang dilatih untuk memiliki keahlian tertentu di bidang lingkungan

hidup dalam melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran perda ini.

I

Q6

Jenis sanksi apa yang diberikan dari pelanggaran terhadap perda

ini?

I1-1

Sanksi administrasi dan saksi paksaan pemerintah. Sanksi administrasi

berupa surat teguran, saksi paksaan pemerintah berupa denda ganti

rugi kepada lingkungan.

I1-2

Sanksi yang dikeluarkan bisa dalam bentuk teguran atau sanksi

administratif, denda kerusakan lingkungan dan yang paling terakhir

adalah pemaksaan pencabutan izin operasional.

e. Pelaksana program

I

Q7

Siapa yang bertugas dalam melaksanakan program-program dari

implementasi perda ini di lapangan?

I1-1

BLH dalam hal ini membentuk tim khusus bidang pemantauan

kualitas, bidang pengawasan dan pemberdayaan masyarakat dan

Page 298: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

281

bidang penindakan sebagai tim yang bertugas melakukan pemantauan

dan melaporkan temuan-temuan. Dalam hal pemantauan kualitas air,

BLH juga berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) dalam memantau kualitas air baku.

I1-2

Kalau di bidang pengawasan dan penegakkan hukum kita baru akan

melakukan penindakan lapangan jika temuan-temuan sudah memenuhi

proses penyidikan dan sudah sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur (SOP).

I1-3

Mengenai perbaikan dan pembangunan infrastruktur kita mempunyai

pekerja-pekerja lapangan dan biasanya para kepala sub bidang yang

memantau perbaikan ataupun pembangunan infrastruktur tersebut.

I1-4

Secara teknis yang bertugas adalah pegawai perizinan dan pegawai

khusus yang ditugaskan untuk berkoordinasi dengan BLH.

I1-5

Seksi Pengendalian Air Limbah Dinas Cipta Karya dan Penataan

Ruang.

I

Q8

Apa yang digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis dalam melaksanakan program implementasi perda ini?

I1-1

Ada beberapa dan ada juga yang belum, tetapi secara keseluruhan

masih belum efektif di terapkan karena belum sempurnanya petunjuk

pelaksanaan yang lebih lengkap seperti Peraturan Walikota atau Surat

Keputusan.

Page 299: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

282

I1-2

Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang digunakan di bidang

pengawasan dan penegakkan hukum kita menggunakan SOP khusus,

tetapi acuannya tetap Undang-undang Lingkungan Hidup yaitu UU

No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

I1-3 Hanya memakai SOP atau Surat Perintah dari Kepala Dinas saja.

I1-4

Kita hanya menggunakan Perwal pelimpahan wewenang Walikota

terhadap Bidang Perizinan dan SOP dari Bidang Perizinan.

I1-5

Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang digunakan hanya

Perwal tentang izin pembuangan limbah dan SOP dari Dinas Cipta

Karya dan Penataan Ruang.

I

Q9

Apakah para pelaksana program telah melakukan tupoksinya

dengan baik?

I2-1

Belum berjalan dengan baik. Saya hanya diberikan izin mendirikan

usaha, walaupun ada izin lingkungan tetapi saya pun tidak mengerti

izin lingkungan digunakan untuk apa karena sejauh ini belum ada

sosialisasi atau pembinaan apapun terkait perda itu.

I2-2

Belum berjalan dengan baik, karena pemerintah tidak melakukan

program atau sosialisasi ataupun pembinaan terhadap pengolahan

limbah yang dilakukan oleh perusahaan. Hanya saja pemerintah terus

menghimbau untuk memperbaiki IPAL ketika terjadi kerusakan.

Page 300: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

283

I2-3

Sejauh ini menurut saya belum berjalan dengan baik. Karena saya

belum mengetahui perda tersebut karena upaya pemerintah untuk

mengenalkan perda tersebut belum ada secara nyata.

I2-4

Para pelaksana terutama BLH selalu berkoordinasi dengan baik karena

setiap tahunnya kami harus melaporkan pembuangan limbah. Namun

pelaksana program secara keseluruhan dapat dikatakan belum berjalan

sesuai dengan harapan.

I3-1

Para pelaksana belum melaksanakan dengan baik, harusnya ada

sosialisasi terhadap masyarakat, minimalnya harus ada baliho atau

pemberitahuan yang dipasang sebagai media persuasif kepada

masyarakat dalam upaya meningkatkan peran serta dan kepedulian

masyarakat terhadap lingkungan.

I3-2

Dapat dikatakan sudah baik, karena program-program yang dilakukan

pemerintah terhadap lingkungan sudah terlihat, namun perlu

ditingkatkan program-program yang berkaitan dengan peran serta

masyarakat misalnya sosialisasi ataupun tindakan secara langsung

turun ke masyarakat dalam upaya penyadaran akan pentingnya

menjaga lingkungan dan harus dilakukan secara menyeluruh dan

berkala, tidak hanya program-program hasil kerja sama dengan

kelurahan ataupun perusahaan yang berkewajiban melaksanakan CSR,

artinya perlu dilakukan aksi langsung ke masyarakat dari SKPD yang

terkait dari perda ini.

Page 301: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

284

f. Sumber-sumber daya yang digunakan

I

Q10

Apa saja sumber daya yang digunakan dalam implementasi

perda ini?

I1-1

Manusia, Standar Operasional Prosedur (SOP), dan anggaran sebagai

modal utama dalam implementasi perda ini.

I1-2

Terkait dengan sumber daya yang digunakan dalam pengawasan dan

penegakkan hukum yang terpenting kita harus memiliki tim khusus

dan ahli dalam bidang lingkungan hidup karena nantinya sangat

diperlukan dalam upaya penindakan terhadap pencemaran yang

terjadi di lapangan.

I1-3

Pastinya sumber daya manusia dan anggaran yang paling

berpengaruh, artinya jika anggaran sudah tersedia, proses perbaikan

dan pembangunan akan secapat mungkin dilakukan.

I1-4

Sumber daya apapun yang terdapat di BPMPTSP kita gunakan dalam

mengimplementasikan perda ini.

I1-5

Sumber daya yang kita gunakan banyak yaitu diantaranya pegawai,

anggaran, kendaraan operasional, tenaga ahli di bidang lingkungan.

I

Q11

Apakah sumber-sumber daya yang digunakan para pelaksana

perda ini sudah sesuai dengan perubahan yang terjadi di

lapangan?

I2-1 Saya tidak tahu secara pasti, namun saya melihat pemerintah saat ini

Page 302: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

285

sudah melaksanakan program-program yang berkaitan dengan

lingkungan.

I2-2

Bisa dikatakan sudah sesuai karena dengan adanya perda ini,

perusahaan diatur pembuangan limbahnya agar tidak mencemari

lingkungan.

I2-3

Sudah sesuai. Walaupun mungkin dengan adanya perda ini muncul

berbagai perizinan terutama izin lingkungan tetapi kita diberikan

kemudahan akses dalam mengurusi perizinan tersebut.

I2-4 Menurut saya sejauh ini peran pemerintah sudah baik.

I3-1 Sudah sesuai namun perlu di optimalkan pemanfaatannya.

I3-2

Ketika berbicara sumber daya, jika anggaran, mungkin pemerintah

sudah mempunyai anggaran tertentu dan sudah disusun untuk

pelaksanaan program, tetapi yang harus diperhatikan adalah para

pelaksana yang ada di lapangan yang harus diberikan pemahaman

yang lebih dan harus dilakukan pengawasan agar pelaksanaannya

sesuai dengan perencanaan.

2. Context of Policy (Konteks Implementasi Kebijakan)

a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang

terlibat

I

Q12

Upaya-upaya apa yang telah dilakukan oleh para aktor yang

terlibat dalam pelaksanaan perda ini?

Page 303: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

286

I1-1

Pelaksanaan berbagai program peran serta masyarakat dalam

memperbaiki dan menjaga lingkungan, sosialisasi perda ini ke instansi

pemerintah, pelaku usaha, perusahaan dan masyarakat umum,

pengawasan terhadap kegiatan atau usaha apapun yang berpotensi

mengeluarkan limbah berbahaya, serta bekerja sama dengan LSM

ataupun kelompok masyarakat untuk mengadakan penghijauan dan

program-program lingkungan sehat.

I1-2

Upaya-upaya yang saat ini sudah dilakukan dalam penindakan dan

pengawasan yaitu sosialisasi ke masyarakat, melakukan penindakan

lapangan terhadap jenis usaha atau kegiatan yang melakukan

pencemaran, serta melakukan treatment ke permukiman masyarakat

yang buruk sanitasi lingkungannya dengan program kampung hijau.

I1-3

Upaya-upaya yang sudah dilakukan lebih kepada pembangunan dan

perbaikan infrastruktur untuk menunjang implementasi perda ini.

I1-4

Tentunya memberikan izin sesuai dengan prosedurnya dan tidak

memberikan izin kepada siapapun yang tidak mau mematuhi

ketentuan yang diberikan.

I1-5

Sejauh ini kami dari seksi pengendalian limbah akan memantau

secara berkala para pelaksana di lapangan agar sesuai dengan

perencanaan.

I2-1

Mengurusi perizinan saja, sebab perizinan harus diurus sebagai

prasyarat mendirikan usaha.

I2-2 Perusahaan saat ini memiliki IPAL komunal sebagai untuk mengelola

Page 304: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

287

limbah hasil produksi. Karena setiap perusahaan diwajibkan memiliki

IPAL dan tidak membuang langsung limbah ke sungai atau sumber

air.

I2-3

Memberikan laporan pembuangan limbah ke selokan karena hotel ini

tidak memiliki IPAL sendiri.

I2-4

Setiap tahunnya kami harus melaporkan pengelolaan limbah rumah

sakit.

I3-1

Mendukung dan ikut serta secara langsung membantu program-

program pemerintah yang berkaitan dengan lingkungan.

I

Q13

Apa saja strategi yang digunakan dalam melaksanakan perda ini

baik pengawasan maupun secara teknis di lapangan?

I1-1

Pengawasan 100 indutsri per tahun, pengaduan masyarakat terhadap

pencemaran, penindakan secara langsung di lapangan.

I1-2

Dengan program pembinaan dan peran serta masyarakat untuk

meminimalisir terjadinya pelanggaran.

I1-3

Strategi yang kita gunakan lebih bersifat teknis, diantaranya

melakukan perbaikan secara berkala terhadap infrastruktur yang

berkenaan dengan sumber daya air misalnya jembatan, memperbaiki

bendungan air, berkoordinasi dengan dinas cipta karya dan penataan

ruang untuk memperbaiki IPAL, pada intinya jika berbicara mengenai

strategi, kita secara teknis namun tetap harus berkoordinasi dengan

Page 305: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

288

SKPD lainnya.

I1-4

Strategi kita dalam upaya perizinan limbah cair yaitu mempermudah

akses perizinan dengan terpadu satu pintu, membantu masyarakat

yang belum mengerti dengan pemberkasan perizinan, memproses

perizinan dengan cepat sesuai prosedur.

I1-5

Strategi yang dilakukan salah satunya dengan melakukan pembinaan

kepada masyarakat tetapi masih di tingkat kelurahan untuk melakukan

upaya daur ulang terhadap limbah-limbah rumah tangga agar tidak

langsung dibuang ke sumber air. Metodenya dengan menggunakan

pengolahan IPAL sederhana, agar limbah cair yang dikeluarkan bisa

dimanfaatkan lagi untuk menyiram tanaman, mencuci motor, dan

sebagainya.

b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa

I

Q14

Bagaimana pengaruh dari adanya pergantian kepemimpinan

terhadap implementasi perda ini?

I1-1

Ada pengaruh dalam pergantian kepemimpinan tetapi tidah

berpengaruh banyak, setiap pemimpin pasti punya prioritas dalam

pembangunan, namun pelaksanaan perda harus konsisten terus

dilakukan.

I1-2

Tidak berpengaruh karena perda harus tetap dilaksanakan, hanya saja

mungkin upaya-upaya yang dilakukan akan berbeda dengan apa yang

Page 306: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

289

dilakukan pemimpin sebelumnya.

I1-3

Tidak berpengaruh, artinya pelaksanaan perda ini harus tetap

dilakukan walaupun terjadi pergantian Kepala Dinas Bina Marga dan

Sumber Daya Air bahkan mungkin pergantian Walikota.

I1-4

Tidak mempengaruhi, karena sistemnya kan telah terbentuk, jadi kita

hanya menjalankan sistem yang ada.

I1-5

Tidak terlalu banyak perubahan karena proses pelaksanaan sudah

berdasarkan SOP yang dibuat dan saat ini hanya melaksanakan

program-program yang telah dibuat oleh Walikota sebelumnya.

I

Q15

Apakah Walikota Tangerang ataupun SKPD yang terdapat di

Kota Tangerang telah melaksanakan program yang berkaitan

dengan perda ini dengan baik?

I2-1

Saya melihat pemerintah Kota Tangerang saat ini tidak jauh berbeda

dengan yang sebelumnya karena belum ada program-program baru

terutama berkaitan dengan lingkungan.

I2-2

Saya tidak tahu pasti, karena tidak ada program apapun dari

pemerintah terhadap perusahaan.

I2-3

Sejauh ini menurut saya telah melaksanakan dengan baik, tetapi saran

saya jika memang ada perda yang mengatur tentang hotel harusnya

diberikan sosialisasi terlebih dahulu atau dalam arti kami dilibatkan.

I2-4 Pemerintah saat ini telah baik dalam melaksanakan perda tersebut

Page 307: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

290

tetapi perlu adanya sosialisasi dalam bentuk apapun agar semua

masyarakat mengetahui dan tidak melanggar perda tersebut.

I3-1

Program pengendalian dan pengawasan yang dilakukan pemerintah

kota Tangerang saat ini sudah baik namun perlu ditingkatkan.

I3-2

Bisa dikatakan pemimpin saat ini masih menjalankan program-

program pemimpin sebelumnya, karena memang saya melihat belum

ada terobosan terbaru, visi-misi beliau pun sepertinta tidak berbeda

jauh dengan pemimpin seblumnya, tetapi saya berharap ada inovasi

yang dilakukan oleh pemerintah kota Tangerang saat ini terlebih

dengan upaya-upaya perbaikan kualitas lingkungan.

c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari para pelaksana

I

Q16

Apakah ada keluhan atau hambatan dari para pelaksana terkait

implementasi perda ini?

I1-1

Sejauh ini belum ada keluhan dari pelaksana terkait implementasi

perda ini, karena disamping ada perda ini, Undang-undang dan

Peraturan Pemerintah tetap digunakan. Perwal sedang disusun dan

rencananya tahun ini bisa selesai tetapi perwalnya lebih kepada action

plan atau sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program

kepada seluruh stakeholders baik pemerintah, pengusaha, maupun

Page 308: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

291

masyarakat.

I1-2

Sejauh ini tidak ada keluhan atau hambatan tetapi upaya konsistensi

pengawasan dan penegakkan hukum terus dilakukan sejalan dengan

pembangunan-pembangunan yang terdapat di Kota Tangerang.

I1-3

Keluhan atau hambatan pasti ada, tapi lebih kepada hambatan teknis

di lapangan saja.

I1-4

Tidak ada hambatan atau keluhan dari bidang perizinan terkait

implementasi perda ini.

I1-5

Tidak ada permasalahan yang besar, hanya terdapat hambatan teknis

yaitu IPAL atau IPLT yang ada sudah tidak mampu mendukung

sehingga perlu dibangun IPAL tambahan dengan skala kecil dan

menengah.

I

Q17

Apakah para pelaksana berkoordinasi dalam pelaksanaan perda

ini di lapangan?

I2-1

Tidak ada koordinasi apapun yang dilakukan oleh pemerintah, saya

hanya mengurusi perizinan, jika memang perizinan telah dikeluarkan,

tidak ada apapun ketentuan dari pemerintah menyangkut usaha saya.

I2-2

Tidak ada koordinasi apapun di lapangan, saya hanya melaporkan

pengolahan limbah kepada pemerintah melalui SIL (Sistem Informasi

Lingkungan).

I2-3

Tidak ada koordinasi dengan pemerintah terkait dengan pengolahan

limbah, hanya memberikan laporan saja.

Page 309: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

292

I2-4

Selalu ada koordinasi yang dilakukan oleh rumah sakit dengan

pemerintah terutama dalam pemantauan limbah, dan kami setaip

tahunnya wajib menyerahkan laporan pengolahan limbah.

I3-1

Koordinasi dalam hal teknis paling hanya pada saat ada program yang

dilakukan oleh pemerintah misalnya program pembinaan masyarakat

melalui kampung hijau, selebihnya kita diminta oleh pemerintah

untuk membantu dalam mengawasi siapapun yang berpotensi

mencemari lingkungan serta melakukan pengaduan jika terjadi

pencemaran.

I3-2

Tidak ada koordinasi apapun dari para pelaksana kebijakan ketika

perda tersebut sudah di implementasikan, namun pada saat perumusan

perda tersebut ada musrenbang di tingkat kelurahan dan melibatkan

para akademisi, para tokoh masyarakat, LSM dan para pengamat

lingkungan se-kota Tangerang.

Page 310: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

293

LAMPIRAN VII

(Dokumentasi Penelitian)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 311: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

294

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Air BLH Kota

Tangerang (diambil pada Kamis, 19 November 2015)

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal yang terdapat pada perumahan poris

merupakan salah satu program pengendalian air limbah (diambil pada Senin, 30

November 2015)

Page 312: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

295

Wawancara dengan Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Bina Marga dan Sumber

Daya Air kota Tangerang (diambil pada Senin, 23 November 2015)

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) produksi PT Sinar Antjol merupakan salah satu

syarat perusahaan memperoleh ijin lingkungan (diambil pada Rabu, 18 November 2015)

Page 313: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

296

Salah satu upaya pemantauan kualitas air baku yang dilakukan oleh PDAM Kota

Tangerang (diambil pada Rabu, 20 Mei 2015)

Program pembuatan IPAL domestik sederhana cluster perumahan (diambil pada Kamis,

12 November 2015)

Page 314: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

297

Aplikasi Sistem Informasi Lingkungan (SIL) sebagai salah satu media yang digunakan

pemerintah kota Tangerang dalam menerima laporan pengolahan limbah oleh sektor

swasta (sumber: SLHD Kota Tangerang, diakses pada 7 Desember 2015)

Wawancara dengan Manajer Officer Finishing Line PT Sinar Antjol (diambil pada

Rabu, 18 November 2015)

Page 315: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

298

Wawancara dengan Pelaksana Bidang Izin Pembuangan Limbah Cair BPMPTSP Kota

Tangerang (diambil pada Kamis, 19 November 2015)

Wawancara dengan Kepala Bidang Pengawasan dan Penegakkan Hukum BLH Kota

Tangerang (diambil pada Senin, 30 November 2015)

Page 316: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

299

LAMPIRAN VIII

(Data Pendukung Penelitian)

Page 317: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

300

Daftar Lokasi Program Pembinaan Lingkungan Kampung Hijau

Tahun 2011-2014

No. Lokasi Kecamatan

1. Perumnas I, Jalan Cibodas-Ciliwung Karawaci

2. Perumahan Bugel Mas Indah Karawaci

3. Perumahan Batu Ceper Indah Batuceper

4. Perumahan Buana Permai Cipondoh

5. Perumahan P dan K Cipondoh

6. Komplek Kehakiman Tangerang

7. Perumahan DAS Cisadane Karawaci

8. Perumahan Pinang Griya Pinang

9. Perumahan Ciledug Indah 1 Karang Tengah

10. Perumahan Ciledug Indah 2 Karang Tengah

11. Perumahan Pondok Surya Karang Tengah

12. Perumahan Benua Indah Karawaci

13. Perumahan Cipondoh Makmur RW.8 Cipondoh

14. Perumahan Cipadu RW.8 Larangan

15. Perumahan Cibodas RW.3 Cibodas

16. Perumahan Pabuaran Tumpeng RW.10 Karawaci

17. Perumahan Cimone Mas Permai Karawaci

18. Perumahan Pengayoman Tangerang

19. Perumahan Pondok Bahar RW.3 Karang Tengah

20. Perumahan Griya Ciledug Ciledug

21. Perumahan Puri Megah RW.11 Ciledug

22. Perumahan Kunciran Mas Permai Pinang

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2014

Page 318: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

301

Jumlah Industri di Kota Tangerang Berdasarkan Skala Kegiatan

Sumber: SLHD Kota Tangerang, 2014

Potensi Sumber Pencemar yang Dihasilkan oleh Usaha atau

Kegiatan

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2014

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Kecil Menengah Besar

1276

359

665

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Air Limbah Emisi SumberTidak Bergerak

Limbah B3

54% 52%

81%

Page 319: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

302

Data Kepemilikan Dokumen Lingkungan pada Industri di Kota

Tangerang

Kegiatan Jumlah

Jenis Dokumen Lingkungan

AMDAL DELH UKL-UPL DPLH SPPL

Memiliki

Dokumen

1193 49 3 585 70 486

Tidak Memiliki

Dokumen

508 - 4 - 243 261

Jumlah 1701 44 7 585 313 747

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2014

Pengaduan Masalah Lingkungan Selama Tahun 2014

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2014

0

1

2

3

4

5

6

Pengaduan tentangPencemaran Air

Pengaduan tentangPencemaran Udara

Pengaduan tentangPencemaran Limbah

B3

Pengaduan tentangPencemaranLingkungan

Page 320: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

303

Rekapitulasi Hasil Penanganan Kasus Lingkungan Hidup

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2014

Lokasi IPAL Domestik Sederhana Tahun 2011-2014

No. Lokasi Kecamatan

1. Perumahan Bugel Mas Indah Karawaci

2. Perumahan P dan K Cipondoh

3. Perumahan Pondok Surya Karang Tengah

4. Perumahan Pinang Griya Pinang

5. Perumahan Ciledug Indah 1 Karang Tengah

6. Perumahan Benua Indah Karawaci

7. Perumahan Buana Permai Cipondoh

8. Perumahan Cipondoh Makmur Cipondoh

9. Perumahan Pondok Bahar RW.3 Karang Tengah

10. Perumahan Puri Megah RW.11 Cipondoh

11. Perumahan Kunciran Mas Permai Pinang

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2014

28

20

4 3

TINDAK LANJUT PENANGANAN KASUS

Peringatan

Sanksi Administrasi

Mediasi

Penyelesaian SengketaLingkungan Hidup

Page 321: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

304

Daftar Nama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bidang

Lingkungan Hidup Kota Tangerang

No. Nama LSM

1. YAPELH

2. GEMPITA

3. Binary Penta

4. Tunas Kalpataru

5. Komunitas Pemuda Peduli Lingkungan (KP2L)

6. Pelangi Nusantara

7. Pusat Kajian Lingkungan Hidup dan Infrastruktur Bangsa

8. Forum Kota Tangerang Sehat

9. Forum Kompos

10. Gema Pelikan Foundation

11. About TNG

Sumber: BLH Kota Tangerang, 2014

Page 322: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

305

Daftar Riwayat Hidup

DATA DIRI

Nama : Ridwan Hapipi

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 23 April 1993

Alamat : Jalan Kp. Gaga RT 001 RW 03 Kelurahan Semanan

Kecamatan Kalideres Kotamadya Jakarta Barat

Provinsi DKI Jakarta Kode Pos. 11850

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Moto Hidup : “Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah

untuk tenang dan sabar”

Hobi : Sepakbola dan Futsal

Page 323: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG …

306

KONTAK

No. Kontak/HP : 085781032193

E-mail : [email protected]

Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

NIM : 6661110964

Riwayat Pendidikan

Tahun Jenjang Pendidikan Nama Institusi Pendidikan

Sedang di tempuh Strata 1 (S1) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

2008-2011 Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 94 Jakarta

2005-2008 Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 187 Jakarta

1999-2005 Sekolah Dasar SD Negeri 05 Semanan

Organisasi

Tahun Jenis/Nama Organisasi

2006-2007 OSIS SMP Negeri 187

2009-2010 OSIS SMA Negeri 94 Jakarta

2012-2013 Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara

2013-2014 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UNTIRTA

2014-2015 Pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UNTIRTA

2014-Sekarang Asosiasi Futsal Fisip Untirta

2013-Sekarang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Pertanian-Fisip

2013-Sekarang Komunitas Mahasiswa Kebangsaan (KOMABA) UNTIRTA

2014-2015 Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Sosial Politik Indonesia (ILMISPI) Wilayah I

2014-Sekarang Komunitas Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Cabang Serang