skripsi - digital library uwplibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--ilisinawen-421-1... · 1 1...
TRANSCRIPT
1
1
PENGARUH REFORMASI BIROKRASI TERHADAP
KINERJA PELAYANAN KELURAHAN LIDAH WETAN
KOTA SURABAYA
SKRIPSI
OLEH :
ILISINA WENDA
NPM: 13141045
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2014
2
2
PENGARUH REFORMASI BIROKRASI TERHADAP KINERJA
PELAYANAN KELURAHAN LIDAH WETAN
KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Negara
Universitas Wijaya Putra Surabaya
OLEH :
ILISINA WENDA
NPM: 13141045
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2014
ii
ii
Lembar Persetujuan
PENGARUH REFORMASI BIROKRASI TERHADAP KINERJA
PELAYANAN KELURAHAN LIDAH WETAN
KOTA SURABAYA
NAMA : ILISINA WENDA
NPM : 13141045
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Disetujui oleh
Dosen pembimbing
Scholastika Elisabeth Igon, S.Sos M.Si
iii
iii
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi Mahasiswa yang tersebut di bawah ini ;
Nama : ILISINA WENDA
NPM : 13141045
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Judul Skripsi : Pengaruh Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja
Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya
Telah dinyatakan LULUS, serta diterima dan disetujui olah komisi Penguji.
Dengan demikian, Skripsi ini dinyatakan Sah untuk melengkapi syarat-syarat
memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara dari Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Surabaya, 16 Agustus 2014
Komisi Penguji Skripsi
Ketua Penguji
Dwi Hardaningtyas, S.PSi, M.Si
Tim Penguji I Tim Penguji II
.
Drs. Agus Wahono, M.Si. Drs. M. Nadjib, M.Si
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Supriyanto, S.Sos, M.Si
iv
iv
5. Orang-orang yang menabur dengan Mencucurkan air mata,
Akan menuai dengan bersorak-sorak
6. Orang yang berjalan menuju Dengan menangis,Sambil menabur benih,
Pasti pulang bersorak-sorai Sambil membawa berkas-berkasNya.
2. Tetapi yang kesukaannya ialah taurat Tuahan, dan yang merenungkan
taurat itu siang dan malam.
3. Ia seperti pohon, yang di tanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa
saja yang diperbuatnya berhasil.
18. Dia mengajarkan peganglah perintahKU, Dan bacalah kitab cuci, itu siang dan
malam, Karana masa depan mu sungguh ada, Dan harapan mu tidak akan
hilang.
7. Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah,maka kamu akan mendapat;
Ketoklah, maka pintu akan di bukakan bagimu;
8. karena setiap orang yang meminta,menerima Dan setiap orang yang mencari,
mendapat dan Setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia bagi Dialah kemuliaan
Sampai selama-lamaNya.
iv
iv
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan puji dan syukur kehadiran Tuhan YME, atas segala berkat
Anugerah yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan tepat waktu. Yang berjudu: “Pengaruh Reformasi
Birokrasi Terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota
Surabaya” penyusunan skripsi ini merupakan terapan dari teori-teori yang
berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi dan merupakan alat untuk
membandingkan teori-teori yang penulis peroleh pada masa mengikuti
perkuliahan dengan kenyataan yang ada dalam Akademik, Organisasi dan
Masyarakat. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik / Ilmu Administrasi Negara Universitas Wijaya Putra
Surabaya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini, tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak manapun. untuk itu pada kesempatan yang berbahagia
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. H. Budi Endarto, SH.M.Hum selaku Rektor Universitas Wijaya Putra
Surabaya;
2. Dr. Taufiqurrrahman, SH. M. Hum selaku wakil Rektor 1 (satu)
Universitas Wijaya Putra;
3. Dr. Esa Wahyu Endarti, SH.M.Si selaku wakil Rektor 2 (dua) Universitas
Wijaya Putra Surabaya;
4. Dr. Sri Juni Woro Astuti,M.Com selaku Dekan Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (prodi Ilmu Administrasi Negara);
v
v
5. Supriyanto,S.Sos.M.Si selaku ketua program studi Ilmu Administrasi
Negara;
6. Scholastika Elisabeth Igon, S.Sos M.Si selaku Dosen pembimbing atas
segala bimbingan dan arahan dari awal hingga akhir penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik;
7. H. Mulus Sugiharto, S.Sos. M.Si selaku KA. Biro kemahasiswaan:
8. H. Suprayoga, SE.M.Si selaku kepala BAA memberikan saran dan
motivasi dalam Akademik;
9. Segenap Dosen staf karyawan pengajar Universitas Wijaya Putra, telah
membantu dan memberikan informasi ilmu bagi penulis yang butuhkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini;
10. Bapak Ikar Wenda dan Ibu Ogejalekwe Tabuni yang tercinta sebagai
orangtua kandung yang membantu biaya kuliah dari awal sampai selesai;
11. Bapak Olotius Kogoya,SE sebagai suami yang tercint membiayai selama
saya kuliah;
12. Bapak Manasye Wenda, A.Md dan Ibu Desmina Kogoya beserta 4 anak
bersaudara selalu memberikan motivasi dalam studi, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini;
13. Saudara Toni Kogoya,S.Pd, Nuken Kogoya, Paulus Kogoya, Ketron
Kogoya,A.Md dan Ondius Kogoya,S.Sos selalu memberikan motivasi dan
bantuan secara materi maupun moral, sehingga penulis dapat penyusunan
skripsi ini:
vi
vi
14. Segenap Mahasiswa Universitas Wijaya Putra serta kampus lain, yang
telah membantu penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan
sesuai dengan harapan;
15. Segenap Senior Alumni Universitas Wijaya Putra, serta Alumni Kampus
lain yang telah membantu melalui sumbangan pikiran serta dorongan
sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini;
Demikian akhir kata dengan segala kerendahan hati dan pikiran penulis menyadari
segala kekurangan baik penyusunan dan penempatan Kalimat dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, guna penyempurnaan saran dan kritik yang bersifat
membangun penulis sangat harapkan . semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi
yang ingin mempergunakan.
Penulis
Serabaya, 20 Juli 2014
Ilisina Wenda
v
v
ABSTRAK
Birokrasididalammenyelenggarakantugas pemerintahan dan pembangunan
(termasuk penyelenggaraan pelayanan publik) diberi kesan adanya proses panjang dan berbelit-belit apabila masyarakat menyelesaikan urusannya berkaitan dengan pelayanan
aparatur pemerintahan. Akibatnya, birokrasi selalu mendapatkan citra negatif yang tidak
menguntungkan bagi perkembangan birokrasi itu sendiri (khususnya dalam hal pelayanan publik). Tuntutan masyarakat mengenai perlunya dilakukannya perbaikan kualitas
pelayanan publik telah menjadi wacana publik. Kinerja pelayanan mempunyai peran
yang strategis di dalam organisasi baik organisasi publik maupun organisasi privat.
Apalagi dengan kondisi yang senantiasa berubah cepat dari waktu ke waktu, serta tuntutan perubahan global dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan tak
terhindarkan. Berdasarkan berbagai permasalahannya yang terjadi sebelum timbulnya
reformasi birokrasi maka penulis ingin mengkaji yaitu seberapa besar pengaruh Reformasi Birokrasi Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya, dengan judul: “Pengaruh
Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota
Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui upaya- upaya
dalam mereformasi Birokrasi pada Kantor Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya, (2)
pengaruh reformasi birokrasi kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya.
Sampel yang diambil pada penelitian ini sebesar 40 orang. Sedangkan analisisnya menggunakan statistik regresi sederhana. Hasil penelian ini menunjukkan bahwa:
Upaya- upaya mereformasi Birokrasi pada Kantor Kelurahan Lidah Wetan Kota
Surabaya: (1) Dalam melaksanakan Tugas,Pokok dan Fungsinya Walikota Surabaya no.18 tahun 2007 Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya berpedoman pada Peraturan
Walikota Surabaya No.18 tahun 2007 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Kelurahan
Kota Surabaya. (2) Dalam Pelayanannya seperti KTP, KSK, Syarat-syarat pernikahan,
dan lain-lain, sebelum adanya Reformasi Birokrasi harus menunggu satu minggu bahkan satu bulan, tetapi setelah Reformasi Birokrasi bisa satu hari paling lama satu minggu. (3)
Dalam kedisiplinan pegawai sebelum adanya Reformasi Birokrasi sering datang
terlambat, tetapi setelah Reformasi Birokrasi datang tepat waktu sesuai dengan jam datang dan pulang Kantor. (4) Semua program yang ada pada Kantor Kelurahan Lidah
Wetan Surabaya dilaksanakan sesuai tujuan dan sasaran: Hal-hal tersebut diatas
merupakan pelaksanaan perubahan posisi dan peran (revitalisasi),artinya bahwa dengan revitalisasi tersebut pegawai Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara professional dengan demikian hasil kerja
mereka akan menjadi baik dan terpercaya . (5) SDM yang dimilikipun cukup baik
terbukti 50% lebih pegawai lulusan S1 dan S2,begitu juga dalam Kepangkatan dan golongan 63% terdiri dari golongan III , artinya bahwa dalam menjalankan tugas pokok
dan fungsinya mereka dapat melakukannya sesuai dengan bekal pengetahuan,pengalaman
dan kemampuan mereka, dengan demikian akan tercipta pegawai yang berkualitas. Ada pengaruh yang signifikan antara reformasi birokrasi terhadap kinerja pelayanan
Kelurahan.Artinya bahwa reformasi birokrasi dapat dijadikan sebagai dasar untuk
memprediksi terhadap kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, Kontribusi yang diberikan oleh variabel reformasi birokrasi terhadap kinerja pelayanan sebesar
33,20%, sedangkan sisanya 66,80% merupakan variabel-variabel yang tidak terprediksi
dalam penelitian ini.
KATA KUNCI: Reformasi Birokrasi dan Kinerja Pelayanan:
vi
vi
ABSTRACT
Bureaucracy in carrying the task of governance and development
(including public service) was given the impression of a long process and
convoluted when it came to completing community service government officers.
As a result, the bureaucracy always get a negative image which is not favorable
for the development of the bureaucracy itself (particularly in terms of public
services). The demands of the public about the need to do public service quality
improvement has become public discourse. Service performance has a strategic
role in the organization of both public organizations and private organizations.
Moreover, with the rapidly changing conditions from time to time, as well as the
demands of global change and the needs of an increasingly complex society and
inevitable. Based on the various problems that occur before the onset of the
reform of the bureaucracy, the authors wanted to examine is how much influence
Reforms Tongue Wetan Village of Surabaya, with the title: "Reforms Effect on
Performance Care tongue Wetan Village of Surabaya".
This study aimed to determine: (1) To determine what efforts in reforming
bureaucracy at the Village Office Tongue Wetan Surabaya, (2) the effect of
service performance bureaucratic reform Tongue Wetan Surabaya village.
Samples were taken in this study of 40 people. While statistical analysis using
simple regression. The results of this recent research shows that:
Bureaucratic reform efforts at the Village Office Tongue Wetan Surabaya;
(1) In carrying out the task, Principles and Functions of Surabaya Mayor No.18 of
2007 Village Office Tongue Wetan Surabaya Surabaya Mayor guided by the Rule
no.18 of 2007 on Duties and Functions Village Translation of Surabaya. (2) In the
ministry such as ID cards, KSK, Terms marriage, and others, before the presence
Reforms have to wait a week even a month, but after the Reforms to the longest
day of the week. (3) In the discipline of employees prior to the Reforms often
comes too late, but after Reforms arrive on time according to the clock coming
and home office. (4) All the existing programs at the Village Office Tongue
Wetan Surabaya conducted in accordance goals and objectives : In the matters
above is the implementation of changes in the position and role (revitalization),
meaning that with the revitalization of the Village Office employees Wetan
Surabaya tongue can carry out their duties and functions in a professional manner
so their work will be good and reliable. (5) HR dimilikipun pretty well proven
50% more graduate employees S1 and S2, as well as in the Ranks and group
comprises 63% of group III, meaning that in carrying out their duties and
functions they can do so in accordance with the stock of knowledge, experience
and their ability , thus creating qualified personnel. There is significant
relationship between bureaucratic reforms on the performance of services
Kelurahan.Artinya that bureaucratic reform can serve as the basis for predicting
the performance of services Wetan Tongue Village of Surabaya, (2) contributions
that the bureaucratic reform variables on the performance of service equal to
33.20 %, while the remaining 66.80% is a variable that is not predictable in this
research.
KEYWORDS: Reforms and Performance Service:
v
vi
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ...................................................................... ii
Halaman Pengesahan ......................................................................................... iii
Kata Pengantar .................................................................................................... v
Abstrak ......................................................................................................... vi
Daftar Isi ........................................................................................................ vii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiii
Daftar Gambar .................................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 10
2.2. Landasan Teori ............................................................................ 11
2.2.1. Konsep Reformasi Birokrasi.............................................. 11
2.2.1.1. Pengertian Birokrasi ............................................. 11
2.2.1.2. Reformasi Birokrasi .............................................. 21
2.2.1.3. Indikator Reformasi Birokrasi ............................... 26
2.2.1.4. Strategi Terwujudnya Reformasi Birokrasi .......... 28
2.2.1.5. Kebijakan Reformasi Birokrasi dan
Good Governance ................................................. 30
2.2.2. Konsep Kinerja Pelayanan ................................................ 30
2.2.2.1. Pengertian Kinerja Pelayanan ............................... 30
2.2.2.2. Kinerja Pelayanan ................................................. 37
2.2.2.3. Unsur-Unsur Penilaian Kinerja Pelayanan ............ 40
2.2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja .......... 43
2.2.3. Hubungan Reformasi Birokrasi dengan Kinerja pelayanan .. 44
2.3. Kerangka Konseptual Penelitian .................................................. 45
2.4. Hipotesis ..................................................................................... 46
vi
vi
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 47
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 47
3.2. Jenis Data .................................................................................... 47
3.3. Definisi Variabel dan Definisi Operasional .................................. 48
3.4. Populasi dan Sampel ................................................................... 49
3.5. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 50
3.6 Pengukuran Instrumen ................................................................. 52
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 52
3.8 Teknik Analisis Data .................................................................. 54
BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Profil Kelurahan Lidah Wetan Surabaya ...................................... 56
4.1.1. Keadaan Geografis ............................................................ 56
4.1.2. Pertanahan ........................................................................ 57
4.1.3. Administrasi Kependudukan ............................................. 58
4.1.4. Karakteristik Pegawai ....................................................... 60
4.1.5. Visi dan Misi..................................................................... 63
4.1.6. program Rutin ................................................................... 64
4.1.7. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ............................... 64
4.1.8. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................. 67
4.1.9. Deskripsi Responden ......................................................... 70
4.2. Analisis dan Interpretasi .............................................................. 85
4.2.1. Analisis ............................................................................. 85
4.2.2. Interpretasi ........................................................................ 87
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 90
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 90
5.2 Saran ............................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 93
vii
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Agama .............................. 58
4.2 Kelompok Usia, tenaga Kerja dan Pendidikan .......................................... 59
4.3 Jumlah Penduduk menurut Pekerjaan, Purnawiraman dan Pensiun ........... 60
4.4 Jumlah Mobilisasi Penduduk .................................................................... 60
4.5. Jumlah Pegawai menurut Golongan.......................................................... 61
4.6. Distribusi Pegawai menurut Usia ............................................................. 62
4.7. Distribusi Pegawai menurut Pendidikan ................................................... 62
4.8. Hasil Uji Validitas Reformasi Birokrasi ................................................... 68
4.9. Hasil Uji Validitas Kinerja Pelayanan ...................................................... 69
4.10. Hasil Uji reliabilitas ................................................................................. 70
4.11. Tanggapan Responden tentang Transformasi Nilai .................................. 71
4.12. Tanggapan Responden tentang Penataan Organisasi & Tata Kerja ............ 73
4.13. Tanggapan Responden tentang Sistem Manajemen ................................... 74
4.14. Tanggapan Responden tentang Kompetensi SDM .................................... 76
4.15. Tanggapan Responden tentang Kesetiaan ................................................. 77
4.16. Tanggapan Responden tentang Prestasi Kerja ........................................... 79
4.17. Tanggapan Responden tentang Kedisiplinn .............................................. 80
4.18. Tanggapan Responden tentang Kerja Sama .............................................. 81
4.19. Tanggapan Responden tentang Kecakapan ............................................... 83
4.20. Tanggapan Responden tentang Tanggung Jawab ...................................... 84
4.21. Hasil Uji t................................................................................................. 85
4.22. Hasil Uji Determinasi ............................................................................... 86
viii
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kerangka berfikir ...................................................................................... 46
4.1. Struktur Organisasi.................................................................................... 65
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Proses demokratisasi yang sedang berlangsung di Indonesia memberikan
pelajaran yang berharga bagi birokrasi di satu pihak, dan warga negara di pihak
lain. Wajah dan sosok birokrasi sudah sepantasnya mengalami perubahan dari
birokrasi otoriter ke arah birokrasi yang lebih demokratis, responsif, transparan,
dan non partisipan. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan,
birokrasi sebagai ujung tombak pelaksana pelayanan publik mencakup berbagai
program pembangunan dan kebijaksanaan pemerintah. Akan tetapi dalam
kenyataan pelaksanannya, birokrasi yang dimaksudkan untuk melaksanakan
tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan tersebut, seringkali
mendapatkan kesan berbeda dari pandangan masyarakat.
Birokrasi di dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan
pembangunan (termasuk penyelenggaraan pelayanan publik) diberi kesan adanya
proses panjang dan berbelit-belit apabila masyarakat menyelesaikan urusannya
berkaitan dengan pelayanan aparatur pemerintahan. Akibatnya, birokrasi selalu
mendapatkan citra negatif yang tidak menguntungkan bagi perkembangan
birokrasi itu sendiri (khususnya dalam hal pelayanan publik). Birokrasi tidak
dapat lagi menempatkan diri sebagai sosok institusi yang angkuh dan tak
tersentuh oleh kritik dari pihak luar birokrasi. Tuntutan masyarakat mengenai
perlunya dilakukannya perbaikan kualitas pelayanan publik telah menjadi wacana
publik sampai dengan saat ini. Disamping itu, semakin isu demokratisas
1
2
2
memperkuat posisi masyarakat untuk menuntut hak-hak mereka ketika
berhubungan dengan birokrasi. Dalam konteks yang demikian, birokrasi publik
perlu merevitalisasi diri agar mampu meningkatkan kinerja pegawai.
Kinerja berhubungan dengan hasil kerja dan peran yang telah dilaksanakan
oleh pengelola organisasi. Kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat
berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya.
Setiap harapan mengenai bagaimana seseorang harus berperilaku dalam
melaksanakan tugas, berarti menunjukkan suatu peran dalam organisasi. Suatu
organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam
bentuk organisasi yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif
sebagai pelaku (actors) dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Kinerja pelayanan mempunyai peran yang strategis di dalam organisasi
baik organisasi publik maupun organisasi privat. Apalagi dengan kondisi yang
senantiasa berubah cepat dari waktu ke waktu, serta tuntutan perubahan global
dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan tak terhindarkan.
Organisasi publik sebagai alat dalam menyelenggarakan aktivitas organisasi dan
pelayanan kepada para pengguna jasa dituntut lebih meningkatkan kinerjanya,
serta memahami keinginan pelanggan. Kiranya harapan ini sulit terwujudkan,
manakala pegawai negeri sipil tidak memiliki kemampuan dalam melaksanakan
aktivitas kerja.
McGill, Cushway (dalam Ruky, 2003: 57) menyatakan bahwa kinerja
pelayanan harus dinilai atas dasar tujuan organisasi secara keseluruhan yang
mungkin telah dipecah menjadi beberapa target terpisah yang secara bersama-
sama akan memberikan kontribusi bagi tujuan keseluruhan organisasi.
3
3
Ditambahkannya, bahwa kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan
proses pelayanan yang telah dilakukan meliputi tingkat ketelitian dan disiplin.
Disamping itu juga kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar
pelayanan publik yang telah ditetapkan. Apabila terjadi penyimpangan dalam hal
pencapaian standar harus dilakukan upaya perbaikan.
Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas
serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja
dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik
(Donnely, Gibson and Ivancevich, 1994: 98). Pada dasarnya kinerja pelayanan
merupakan sesuatu hal yang bersifat individual, karena setiap pegawai memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda dalam mengerjakan tugasnya. Kinerja
pelayanan tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan
yang diperoleh.
Hal ini berarti bahwa kinerja pelayanan merupakan hasil kerja pegawai
dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan penekanannya pada hasil kerja
yang diselesaikan karyawan dalam periode waktu tertentu. Keberhasilan
organisasi tergantung pada kinerja para pelaku organisasi bersangkutan. Oleh
karena itu, setiap unit kerja dalam suatu organisasi harus dinilai kinerjanya, agar
kinerja pegawai yang terdapat dalam unit-unit dalam suatu organisasi tersebut
dapat dinilai secara obyektif. Pada prinsipnya kinerja unit-unit organisasi baik
secara individual maupun kelompok orang yang berada di dalamnya merupakan
pencerminan dari kinerja sumber daya manusia bersangkutan.
Dengan demikian, kinerja pelayanan adalah kesediaan seseorang atau
kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya
4
4
sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika
dikaitkan dengan performance sebagai kata benda dimana salah satu entrinya
adalah hasil dari sesuatu pekerjaan, pengertian performance atau kinerja adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
upaya pencapaian tujuan organisasi.
Untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik pemerintah kelurahan
memang bukanlah suatu hal yang mudah untuk diwujudkan, hal ini dapat
diketahui dari beberapa bukti empirik seperti adanya keluhan masyarakat yang
terkait dengan kualitas pelayanan, dam mekanisme pelayanan yang panjang. Pada
penelitian ini kinerja pelayanan dipengaruhi oleh reformasi birokrasi yang ada di
institusi kelurahan Lidah Wetan Surabaya. Misi reformasi birokrasi adalah
membangun, menata ulang, menyempurnakan, membina, dan menertibkan
birokrasi pemerintahan, agar mampu dan komunikatif dalam menjalankan peranan
dan fungsinya.Target dan sasaran reformasi birokrasi ada lima hal.
Pertama, terbentuknya, birokrasi yang bersih, yaitu birokrasi yang anti
KKN dan berkurangnya perilaku koruptif pegawai negeri. Kedua, birokrasi yang
efisien dan hemat dalam menggunakan sumber daya yang terbatas (man, money,
material, methode, and time). Ketiga, birokrasi yang transparan, yakni birokrasi
yang seluruh kebijakan dan aktivitasnya diketahui masyarakat dan masyarakat
dapat mengaksesnya dengan mudah. Keempat, birokrasi yang melayani, yaitu
birokrasi yang tidak minta dilayani, tetapi birokrasi yang melayani masyarakat.
Kelima, birokrasi yang terdesentralisasi, yaitu kewenangan pengambilan
keputusan terdesentralisasi kepada pimpinan unit kerja terdepan.
5
5
Mewujudkan reformasi birokrasi di Indonesia adalah tuntutan politik dan
sosial budaya. Ada empat bidang Pemberdayaan Aparatur Negara (PAN) yang
mengalami proses reformasi birokrasi untuk mencapai lompatan peningkatan
kualitas kinerja aparat pemerintahan yaitu pertama, penataan kelembagaan dan
penyederhanaan ketatalaksanaan. Diadakan langkah penyesuaian “ukuran” secara
tepat, antara kebutuhan organisasi dengan jumlah dan kualifikasi SDM yang
semakin berdaya saing tinggi.
Kedua, peningkatan kapasitas SDM aparatur melalui perbaikan jumlah,
komposisi, distribusi PNS yang ada pada setiap intansi pemerintah. Di samping
itu, juga diupayakan penyusunan dan penyempurnaan pola karier, sistem
pendidikan dan pelatihan, dan perbaikan sistem penggajian yang lebih adil, layak
dan mendorong peningkatan kinerja. Ketiga, pencegahan dan pemberantasan
KKN. Melalui akuntabilitas dan kepatuhan kepada aturan dan perundang-
undangan yang berlaku, keteladanan dalam arti luas serta budaya malu.
.Sedangkan pemberantasan KKN diupayakan secara konsisten, konsekuen,
dengan sanksi hukum seberat-beratnya. Keempat, Pengembangan pelayanan prima
yang lebih cepat, tepat, murah, memuaskan, tidak diskriminatif, bebas pungutan
liar dengan berdasarkan hukum dan aturan yang berlaku melalui paradigma
mengedepankan hak dasar warga negara.
Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem
penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan
berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbaharui. Reformasi birokrasi
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
6
6
(good governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah strategis
untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna
dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional.
Reformasi birokrasi, pada tataran struktural, dilakukan melalui penataan
kembali organisasi pemerintahan agar lebih tanggap terhadap tuntutan
kepentingan masyarakat. Sementara reformasi birokrasi pada tataran kultural, di
lakukan melalui pengembangan profesionalitas dan penguatan etos kerja aparatur
pemerintahan.
Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi
informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut
birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika
tuntutan masyarakat. Oleh karena itu harus segera diambil langkah-langkah yang
bersifat mendasar, komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Reformasi di sini
merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan, sehingga tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat
radikal dan revolusioner. Reformasi birokrasi secara sederhana dapat diberikan
pengertian sebagai langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan
dan pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kinerja pelayanan yang
tinggi.
Reformasi birokrasi menjadi bagian penting dalam mewujudkan
kepemerintahan yang baik. Titik berat dari pemerintahan yang baik adalah pada
upaya peningkatan kualitas pelayanan publik dan pemberantasan korupsi secara
7
7
terarah, sistematis, dan terpadu. Reformasi birokrasi, mustahil akan terwujud jika
tata pemerintahan masih memberikan peluang terhadap praktik-praktik Kolusi,
Korupsi, dan Nepotisme (KKN). Para pegawai negeri harus didorong untuk
meningkatkan budaya kerja yang efektif efisien, dan profesional dalam melayani
kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
Reformasi Birokrasi merupakan perubahan signifikan elemen-elemen
birokrasi, antara lain kelembagaan, sumber daya manusia aparatur,
ketatalaksanaan, akuntabilitas aparatur, pengawasan, dan pelayanan publik.
Beberapa contoh reformas birokrasi adalah reformasi kelembagaan dan
kepegawaian, keuangan, perbendaharaan, perencanaan dan penganggaran,
perizinan, dsb. Hal yang penting dalam reformasi birokrasi adalah perubahan
mind-set dan culture-set serta pengembangan budaya kerja. Reformasi Birokrasi
diarahkan pada upaya-upaya mencegah dan mempercepat pemberantasan korupsi
secara berkelanjutan, dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik, bersih, dan
berwibawa (good governance), pemerintah yang bersih (clean government), dan
bebas KKN.
Seperti halnya institusi Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya, yang
diberi wewenang oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas umum Pemerintahan
Daerah di bidang kesejahteraan sosial sesuai dengan peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku. Sedangkan fungsi Kelurahan Lidah Wetan meliputi : (1)
pelayanan dan rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, bantuan dan perlindungan
sosial; (2) rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, bantuan dan perlindungan
sosial dan (3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas tugas sosial meliputi pembinaan
sosial, pelayanan dan rehabilitasi sosial, dan pemberdayaan.
8
8
Permasalahannya kinerja pelayanan di Institusi Kelurahan Lidah Wetan
Surabaya belum optimal. Untuk itu peneliti ingin mengetahui tinggi atau
rendahnya kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya. Karena tinggi
atau rendahnya kinerja pelayanan sangat dipengaruhi oleh reformasi birokrasi
yang ada di Keluarahan Lidah Wetan Surabaya.
Dengan adanya berbagai permasalahan yang terjadi sebelum timbulnya
reformasi birokrasi maka peneliti ingin meneliti dengan judul: ”Pengaruh
Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan
Kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Bagaimana upaya mereformasi Birokarasi pada Kantor Kelurahan Lidah
Wetan Kota Surabaya?
b. Bagaaimana pengaruh Reformasi Birokrasi terhadap Kinerja Pelayanan
Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. Untuk mengetahui upaya – upaya apa dalam mereformasi Birokrasi pada
Kantor Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Reformasi Birokrasi
terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya.
9
9
1.4. Manafaat Penelitian
1. Manfaat Akademis, diharapkan melalui penelitian ini, hasilnya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lanjut, yang
bertujuan untuk pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya
ilmu manajemen publik.
2. Manfaat Praktis, diharapkan melalui temuan penelitian ini, dapat
dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya untuk memecahkan
suatu permasalahan Reformasi Birokrasi dan Kinerja Pelayanan
Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya.
3. Bagi peneliti sendiri, melalui penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan wawasan serta pengetahuan, khususnya mengenai
Reformasi Birokrasi dan Kinerja Pelayanan.
10
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian Sumaedi (2010) Model Reformasi Birokrasi Pelayanan ublik
Dengan Pendekatan ISO 9001 (Studi Kasus Pada Puskesmas). Hasil penelitiannya
menunjukkan ada hubungan antara proses-proses dan karakter khas Puskesmas
dengan penerapan ISO 9001 dengan pencapaian reformasi birokrasi..
Berikutnya penelitian Sumaryanto (2011), tentang Reformasi Birokrasi
dalam meningkatkan Kualitas Pelayanan publik ( Studi Pelayanan KTP Pada
Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Malang ). Hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara reformasi birokrasi terhadap
peningkatkan kualitas pelayanan publik pada Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil telah dilakukan dengan baik dan reformasi birokrasi tersebut
telah sesuai dengan Perda No.61 Tahun 2008, namun tetap saja masih ada kinerja
pegawai yang belum memuaskan dalam praktek kerjanya dalam memberikan
pelayanan maupun sikap pegawai terhadap masyarakat Kota Malang selaku
pengguna layanan.
Selanjutnya Penelitian Hermawan, Eko (2011) Studi Evaluasi Reformasi
Birokrasi Pada Sektor Pelayanan Di Kabupaten Kudus (Studi Pada Pelayanan
Sertifikasi Kelaikan Kendaraan Di Dinas Perhubungan Komunikasi Dan
Informatika Kabupaten Kudus). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pelayanan yang prima dalam mewujudkan reformasi birokrasi pada pelayanan
10
11
11
sertifikasi kendaraan belum terlalu terwujud dengan baik. Hal ini ditunjukkan
dengan kurangnya konsistensi waktu penyelenggara layanan, kurang optimalnya
sarana penampung keluhan, rendahnya partisipasi masyarakat dalam mendukung
pelayanan yang prima, dan kurang terpenuhinya sumber daya pendukung (sumber
daya manusia dan anggaran). Sehingga perlu dilakukan beberapa pembenahan
dalam mewujudkan reformasi birokrasi pada sektor pelayanan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Konsep Reformasi Birokrasi
2.2.1.1. Pengertian Birokrasi
Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat yang
kehadirannya tak mungkin terelakkan. Birokrasi adalah sebuah keonsekuensi
logis dari diterimanya bahwa negara mempunyai misi suci yaitu untuk
mensejahterakan rakyatnya. Birokrasi masih belum efisien, ditandai dengan
adanya tumpang tindih kegiatan antar instansi masih tidak jelas, tetapi masih
ditangani pemerintah. Karena itu negara harus terlibat langsung dalam
memproduksi barang dan jasa publik yang diperlukan oleh rakyatnya. Negara
secara aktif terlibat dalam kehidupan sosial rakyatnya, bahkan jika perlu negara
yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk itu negara membangun
sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan rakyatnya yang
disebut dengan istilah birokrasi.
Terminologi birokrasi dalam literatur ilmu administrasi publik dan ilmu
politik, sering digunakan dalam beberapa pengertian. Dari berbagai macam
12
12
pengertian yang sering muncul dalam teori birokrasi, dapat di sistematisasikan
menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:
a. Birokrasi dalam pengertian yang baik atau rasional;
b. Birokrasi sebagai suatu penyakit;
c. Birokrasi dalam pengertian yang netral artinya tidak terkait dengan
pengertian buruk.
Birokrasi dalam pengertian yang netral diartikan sebagai keseluruhan
pejabat di bawah pejabat politik atau keseluruhan pejabat Negara pada cabang
eksekutif atau suatu organisasi yang berskala besar. Menurut Kristiadi (1994),
Pada hakikatnya birokrasi merupakan struktur organisasi di sekitar pemerintahan
yang memiliki ruang lingkup tugas sangat luas serta memerlukan organisasi besar
dengan sumber daya manusia yang besar pula jumlahnya.
Birokrasi selalu menjadi perhatian masyarakat kita. Dan tiap kali
mendengar kata “birokrasi”, kita langsung terpikir mengenai berbagai urusan
prosedural penyelesaian surat-surat yang berkaitan dengan pemerintahan.
Birokrasi kini dipandang sebagai sebuah sistem dan alat manajemen
pemerintahan yang amat buruk. Dikatakan demikian karena kita mencium bahwa
aroma birokrasi sudah melenceng dari tujuan semula sebagai medium
penyelenggaraan tugas-tugas kemanusiaan, yaitu melayani masyarakat (public
service) dengan sebaik-baiknya.
Lagi-lagi, yang terpampang birokrasi kini identik dengan peralihan dari
meja ke meja, proses yang berbelit-belit, dan tidak efisien. Urusan-urusan
birokrasi selalu menjengkelkan karena selalu berurusan dengan pengisian
13
13
formulir-formulir, proses perolehan izin yang melalui banyak kontrol secara
berantai, aturan-aturan yang ketat yang mengharuskan seseorang melewati banyak
sekat-sekat formalitas dan sebagainya. Citra buruk yang melekat dalam tubuh
birokrasi dikarenakan sistem ini telah dianggap sebagai “tujuan” bukan lagi
sekadar “alat” untuk mempermudah jalannya penyelenggaraan pemerintahan.
Kenyataannya, birokrasi telah lama menjadi bagian penting dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan negara. Terkesan, mustahil negara tanpa birokrasi.
Tapi, birokrasi seperti apa yang sangat menjanjikan bagi kita kalau sudah
demikian parahnya penyakit yang melekat dalam tubuh birokrasi tersebut.
Dalam pengertian birokrasi yang buruk menurut Crozier (dalam Santoso,
1993) mendefinisikan birokrasi sebagai suatu organisasi yang tidak dapat
mengoreksi tingkah lakunya dengan cara belajar dari kesalahan-kesalahan.
Birokrasi menurut teori Webber (dalam Kristiadi, 1994) pada hakikatnya
mengandung makna pengorganisasian yang tertib, tertata dan teratur dalam
hubungann kerja yang berjenjang serta mempunyai prosedur dalam suatu tatanan
organisasi. Dengan demikian, ciri sentral dari model birokrasi adalah pembagian
kerja yang sistematis. Bahkan Albrow (dalam Santoso, 1993) memberikan ciri-ciri
utama birokrasi ideal sebagaimana digambarkan Webber, yaitu:
a. Adanya suatu struktur hirarkhi, termasuk pendelegasian wewenang dari
atas ke bawah dalam organisasi;
b. Adanya serangkaian porsi-porsi jabatan yang masing-masing memiliki
tugas dan tanggungjawab yang tegas;
14
14
c. Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi dan standar-standar formal yang
mengatur tata kerja organisasi dan tingkah laku para anggotanya;
d. Adanya personal yang secara teknis memenuhi syarat yang diperkerjakan
atas dasar karier dengan promosi yang didasarkan atas dasar kualifikasi
dan penampilan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan
birokrasi dalam penelitian ini, adalah keseluruhan organisasi pemerintah yang
menjalankan tugas-tugas Negara dalam berbagai unit organisasi pemerintah di
bawah departemen dan lembaga non departemen, baik di pusat maupun di daerah,
seperti di tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan, maupun desa atau kelurahan.
Secara teori, suatu birokrasi mempunyai berbagai sifat yang dapat
dibedakan dan ketentuan lain dari suatu organisasi. Beberapa sifat yang amat
penting sebagaimana dikemukakan Thoha (1993) adalah sebagai berikut:
a. Adanya spesialisasi atau pembagian kerja;
b. Adanya hirarkhi yang berkembang;
c. Adanya suatu sistem dari suatu prosedur dan aturan-aturan;
d. Adanya hubungan-hubungan kelompok yang bersifat inpersonalitas;
e. Adanya promosi dan jabatan yang didasarkan atas kecakapan.
Dalam kenyataan, birokrasi menurut pemahaman Kristiadi (1994)
dimaksudkan untuk melaksanakan penyelenggaraan bernegara, penyelenggaraan
pemerintahan termasuk di dalam penyelenggaraan pelayanan umum dan
pembangunan. Karena birokrasi pemerintah merupakan suatu kekuasaan yang
besar dimana kegiatannya hamper menyentuh setiap kegiatan manusia, sehingga
15
15
banyak kesan yang dilontarkan kepada birokrasi dalam terminology yang baik.
Birokrasi pemerintah terkesan kurang baik, dan sering menyulitkan orang, bahkan
Kristiadi (1994) menjelaskan birokrasi seolah-olah memiliki kesan adanya suatu
proses panjang yang berbelit-belit, apabila masyarakat akan menyelesaikan suatu
urusan dengan aparatur pemerintah.
Kencangnya kritik yang tertuju pada organisasi birokrasi ini, bisa diartikan
bahwa tipe organisasi yang ideal sebagaimana digambarkan Webber, sulit
dijumpai dalam tatanan realitas. Selain itu pula, pemahaman terhadap birokrasi
akan sangat bergantung kepada pengertian birokrasi dalam arti yang baik dan
rasional, birokrasi sebagai suatu penyakit atau birokrasi dalam pengertian netral.
Dalam pengertian yang terbatas atau tidak terkait dengan pengertian baik dan
buruk adalah birokrasi dalam pengertian governmental bureaucracy, seperti
dikemukakan oleh Almond dan Powel (dalam Santoso, 1993), yaitu bahwa
birokrasi pemerintah adalah sekalipun tugas dan jabatan yang terorganisasi secara
formal, berkaitan dengan jenjang yang kompleks dan tunduk pada pembuat peran.
Fridrich (dalam Riggs, 1989) mengidentifikasikan birokrasi sebagai suatu
bentuk organisasi yang ditandai oleh hirarkhi, spesialisasi peranan dan tingkat
kompetisi yang tinggi yang ditujukan oleh para pejabat yang terlatih untuk
mengisi peran tersebut. Birokrasi pemerintah merupakan sesuatu kekuatan besar
sekali, lebih-lebih birokrasi bagi suatu negara yang sedang membangun.
Kegiatannya menyentuh setiap kehidupan manusia. Hal senada dikemukakan pula
oleh Heady (dalam Riggs, 1989) yang menyatakan bahwa birokrasi negara
merupakan suatu bentuk organisasi berskala besar yang saat ini ada di semua atau
16
16
hampir semua negara kebangsaan di dunia, mempunyai karakteristik structural
yang sama, menunjukkan aneka ragam perilaku yang mencerminkan adaptasi
terhadap lingkungan politik di tempat birokrasi itu berfungsi.
Sebagai organisasi modern yang konsep dasarnya dikembangkan oleh Max
Weber (dalam Sulistiyani, 2004), birokrasi adalah bentuk organisasi kekuasaan
yang sepenuhnya diserahkan kepada para pejabat resmi atau aparat pemerintah
yang memiliki syarat technical skill (berkemampuan secara teknis melaksanakan
tugas yang dipercayakan kepadanya) bagi bekerjanya system administrasi
pemerintahan.
Aparatur pemerintah dalam birokrasi publik di Indonesia bekerja atas
dasar wewenang yang sudah ditentukan. Untuk itu ada tiga elemen pokok yang
mendasari pengaturan wewenang tersebut, antara lain:
a. Kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin tiap-tiap satuan organisasi
ditetapkan sebagai tugas-tugas resmi.
b. tugas-tugas ini relative stabil artinya tidak mengalami perubahan-
perubahan yang berarti dan wewenang untuk melaksanakan itu
sepenuhnya terikat pada aturan yang berlaku.
c. Ada keteraturan baik dalam mekanisme maupun prosedur, cara-cara yang
sudah baku untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan tugas-tugas oleh
pegawai-pegawai yang memenui kualifikasi menurut ketentuan-ketentuan
yang berlaku.
Birokrasi bekerja atas dasar prinsip hirarkhi jabatan, yang diperlihatkan
oleh garis komando yang sangat kaku dari atasan kepada bawahan. Atasan
17
17
mengawasi bawahan, berdasarkan pembagian taggung jawab yang sepenuhnya
menjadi tanggung jawab bawahan. Kelebihan model birokrasi semacam ini adalah
adanya kejelasan tugas, wewenang, tanggung jawab, termasuk kejelasan kepada
siapa segala tugas tersebut harus dipertanggungjawabkan.
Menurut Peter M. Blau (2000:4), birokrasi adalah “tipe organisasi yang
dirancang untuk menyelesaikan tugas-tugas administratif dalam skala besar
dengan cara mengkoordinasi pekerjaan banyak orang secara sistematis”. Poin
pikiran penting dari definisi di atas adalah bahwa birokrasi merupakan alat untuk
memuluskan atau mempermudah jalannya penerapan kebijakan pemerintah dalam
upaya melayani masyarakat.
Thoha (1992) mengatakan bahwa pada hakikatnya birokrasi pemerintah
membatasi pada lingkungan “executive branch’ birokrasi yang berada di lembaga
executive atau menurut ideal type Max Webber bukanlah merupakan kekuatan
politik, melainkan lebih banyak penekanan pada aspek teknis adminsitratif.
Jika demikian halnya, maka seharusnya birokrasi itu, dibebaskan dari
pengaruh dan keterlibatan ikatan politik dengan kekuatan-kekuatan politik yang
sewaktu-waktu bisa masuk ke birokrasi. Hal senada dimaksudkan, agar birokrasi
dalam melaksanakan fungsi pelayanan bisa bersikap adil, tidak memihak dan
objektif. Santoso (1993) menyatakan bahwa model birokrasi yang diinginkankan
untuk menjawab tantangan sekarang dan yang akan datang haruslah mempunyai
karakteristik yang organis adaptif, harmonis, politis, netral, berorientasi pada
pelayanan.
18
18
Persoalannya adalah, dapatkah birokrasi pemerintah bisa bersikap netral.
Secara teknis, seharusnya birokrasi itu bersikap netral, karena ideal type birokrasi
yang diperkenalkan oleh Webber, bukanlah birokrasi pemerintah sebagai suatu
kekuatan politik atau setidaknya telah menjelma menjadi suatu kekuatan politik,
melainkan sebagai instrumen politik.
Thoha (1992) memberi penjelasan birokrasi harus berfungsi sebagai agen
bukanlah sebagai master. Birokrasi lebih banyak menekankan pada aspek teknis
administratif dan teknis operasional dari politik, kalau terpaksa memihak, maka
alternatifnya hanya memihak kepada pemerintah untuk meningkatkan pemberian
pelayanan kepada seluruh rakyat dan objektif.
Dalam pandangan Mas’oed (1994) birokrasi dianggap sebagai aktor yang
sekedar menerapkan kebijakan yang telah diputusakan di tempat lain. Walaupun
dalam prakteknya, ternyata birokrasi tidak hanya sekedar mendominasi kegiatan
administrasi pemerintahan, tetapi juga kehidupan berpolitik masyarakat secara
keseluruhan. Hal ini menurut pemahaman murdiono (1993) disebut “office
politics” atau bureaucracy polities, karena memang birokrasi itu tidaklah bebas
politik, khususnya jika politik itu dipahami dalam arti yang luas sebagai
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Munculnya birokrasi, bukan hanya untuk menjalankan tapi
mengkoordinasikan berbagai unsur dalam prosaes pemerintahan, fenomena yang
lebih penting adalah bahwa birokrasi sebenarnya diciptakan untuk menjalankan
fungsi pendisiplinan dan pengendalian. Dalam pandangan ini, Negara yang selalu
aktif mengusahakan agar masyrakatnya bekerja lebih giat dan menghasilkan
19
19
output yang lebih dari sekedar cukup untuk hidup. Dengan kata lain birokrasi
berfungsi mendorong masyarakat menciptakan surplus. Sistem administrasi
diperlukan untuk menjamin agar surplus itu diinvestasikan kembali dan untuk
menyediakan mekanisme pengelolaan kalau timbul konflik akibat penentangan
terhadap proses alih surplus itu (Beetham, 1987).
Fungsi dan peran birokrasi yang dinahkodai oleh para aparatur pemerintah
sangatlah penting di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Didalam
birokrasi, sumber daya manusia yang berupa aparatur pemerintah sebagai faktor
kunci terhadap proses perubahan yang meliputi segenap aspek baik itu sosial,
politik, ekonomi, manajemen, organisasi. Aparatur menjadi penentu utama dalam
penyelenggaraan pelayanan yang hakekat sesungguhnya adalah untuk melayani
kebutuhan dan kepentingan manusia itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan yag mulia dari birokrasi, diperlukan kiranya
aparatur pemerintah yang andal dan cekatan dalam menyikapi kebutuhan yang
semakin kompleks dewasa ini. Aparatur pemerintah yang mempunyai kejujuran,
bisa menjadi suri tuladan bagi publik, memiliki kapasitas intelektual,
keterampilan, penguasaan teknologi dan lain-lain.
Kenyataan yang terjadi hingga detik ini, birokrasi hanya sebagai
“perpanjangan tangan” pemerintah untuk dilayani masyarakat. Atau dengan
birokrasi pejabat pemerintahan ingin mencari keuntungan lewat birokrasi.
Seharusnya birokrasi adalah alat untuk melayani masyarakat dengan berbagai
macam bentuk kebijakan yang dihasilkan pemerintah.
20
20
Berbicara soal birokrasi, kita pasti teringat konsep yang digagas Max
Weber, sosiolog ternama asal Jerman, yang dikenal melalui ideal type (tipe ideal)
birokrasi modern. Model itulah yang sering diadopsi dalam berbagai rujukan
birokrasi negara kita, walaupun dalam penerapan tidak sepenuhnya bisa
dilakukan. Tipe ideal itu melekat dalam struktur organisasi rasional dengan
prinsip “rasionalitas”, yang bercirikan pembagian kerja, pelimpahan wewenang,
impersonalitas, kualifikasi teknis, dan efisiensi.
Pada dasarnya, tipe ideal birokrasi yang diusung oleh Weber bertujuan
ingin menghasilkan efisiensi dalam pengaturan negara. Tapi, kenyataan dalam
praktik konsep Weber sudah tidak lagi sepenuhnya tepat disesuaikan dengan
keadaan saat ini, apalagi dalam konteks Indonesia. Perlu ada pembaharuan makna
dan kandungan birokrasi.
Secara filosofis dalam paradigma Weberian, birokrasi merupakan
organisasi yang rasional dengan mengedepankan mekanisme sosial yang
“memaksimumkan efisiensi”. Pengertian efisiensi digunakan secara netral untuk
mengacu pada aspek-aspek administrasi dan organisasi. Dalam pandangan ini,
birokrasi dimaknai sebagai institusi formal yang memerankan fungsi pengaturan,
pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.
2.2.1.2. Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi publik pada pemerintah daerah dilaksanakan tidak
hanya mencakup pembenahan jika tidak disebut perombakan struktural menuju
perampingan ukuran dan komponen birokrasi, sebagaimana diamanatkan dalam
21
21
PP No. 8 Tahun 2003. Lebih dari itu, reformasi birokrasi publik juga mencakup
perubahan secara gradual terhadap nilai (public value) dan budaya aparat
pemerintah daerah yang berimplikasi pada etos kerja, kualitas pelayanan publik,
hingga perubahan perilaku sebagai penguasa menjadi pelayanan & pengayoman.
Sejarah birokrasi di Indonesia memiliki rapor buruk, khususnya semasa
orde baru, yang menjadikan birokrasi sebagai mesin politik. Imbas dari itu semua,
masyarakat harus membayar biaya yang mahal. Ketidakpastian waktu,
ketidakpastian biaya, dan ketidakpastian siapa yang bertanggung jawab adalah
beberapa fakta empiris rusaknya layanan birokrasi. Lebih dari itu, layanan
birokrasi justru menjadi salah satu penyebab utama terhadap maraknya Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Reformasi Birokrasi diartikan sebagai proses perubahan dari kondisi baru
menuju kondisi yang dikehendaki, karena itu Reformasi Birokrasi merupakan
upaya perubahan-perubahan untuk merespon kondisi Birokrasi saat ini dan
tuntutan perbaikan kinerja
Pejabat politik yang mengisi birokrasi pemerintahan sangat dominan.
Kondisi ini cukup lama terbangun sehingga membentuk sikap, perilaku, dan opini
bahwa pejabat politik dan pejabat birokrat tidak dapat dibedakan. Ramlan
Surbakti (Santoso, 2008: 116) mengatakan, kewenangan besar dimiliki birokrat
sehingga hampir semua aspek kehidupan masyarakat ditangani birokrasi.
Kewenangan yang terlalu besar itu, bahkan akhirnya menonjolkan peran birokrasi
sebagai pembuat kebijakan ketimbang pelaksana kebijakan, lebih bersifat
menguasai daripada melayani masyarakat. Akhirnya, wajar saja jika kemudian
22
22
birokrasi dianggap sebagai sumber masalah atau beban masyarakat ketimbang
sumber solusi bagi masalah yang dihadapi masyarakat. Fenomena itu terjadi
karena tradisi birokrasi yang dibentuk lebih sebagai alat penguasa untuk
menguasai masyarakat dan segala sumber dayanya. Dengan kata lain, birokrasi
lebih bertindak sebagai pangreh praja daripada pamong praja.
Reformasi birokrasi pemerintahan saat ini memang belum sepenuhnya
terlihat. Birokrasi pemerintahan masih kental dengan nuansa klasik, yaitu
kekuasaan tunggal ada di tangan pemerintah. Selain itu, rancangan besar yang
lengkap dan tuntas mengenai penyelenggaraan birokrasi pemerintah belum
terlihat. Struktur organisasi pemerintahan bahkan tergolong gemuk, sehingga
kegiatan yang dilakukan cenderung boros.
Reformasi Birokrasi merupakan upaya sistematis, terpadu dan
komprehensif untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance),
meliputi aspek kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan,
akuntabilitas, pengawasan, dan pelayanan publik
Reformasi birokrasi pada prinsipnya merupakan upaya pemerintah untuk
membenahi ketiga aspek di atas. Diharapkan dengan adanya pembaruan dalam
ketatalaksanaan, sumber daya manusia, dan kelembagaan akan diperoleh beberapa
manfaat yaitu jaminan kepada masyarakat bahwa mereka akan mendapat
pelayanan dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan, perbaikan kinerja
pelayanan publik, dan peningkatkan mutu layanan (Sutopo dan Suryanto Adi,
2009).
23
23
Menurut Thoha (2008), Reformasi birokrasi yang mendasar semestinya
memberikan perspektif rancangan besar yang akan dilakukan. Perbaikan di satu
bidang harus menunjukkan kaitannya dengan bidang yang lain. Apalagi dengan
menganut sistem pemerintahan yang demokratis, maka setiap kebijakan publik
harus mengakomodasi setiap kebutuhan rakyat. Miftah menegaskan, pemimpin
daerah seharusnya mengenal warganya secara baik, sehingga pelayanan publik
tidak lagi berorientasi pada kepentingan penguasa, tetapi lebih kepada
kepentingan publik. Antrian panjang dalam memperoleh bantuan, padahal sudah
ditimpa bencana, masih dipersulit dengan birokrasi yang panjang, adalah contoh
bahwa pelayanan publik belum berorietasi pada kepentingan publik. Kelemahan
lain birokrasi di Indonesia antara lain karena banyak kegiatan yang tidak perlu
dilakukan, tetapi tetap dipaksakan untuk dijalankan oleh pemerintah.
Bila kita kembali menyimak perkataan Max Weber, birokrasi merupakan
organisasi formal bersifat hirarki, yang ditetapkan oleh aturan-aturan legal
rasional untuk mengoordinasikan pekerjaan orang-orang untuk kepentingan
pelaksanaan tugas administrasi agar mencapai tujuan dengan lebih efektif dan
efisien. Birokrasi ditandai dengan hirarki, tugas-tugas, wewenang, tanggung
jawab, sistem reward dan system kontrol. Birokrasi diperlukan kehadirannya
dalam suatu negara modern sebagai penghubung antara pemerintah dengan rakyat,
untuk memberikan layanan terbaik kepada publik. Dalam kenyataannya, tidak ada
organisasi yang menyerupai tipe birokrasi ideal. Sedikit sekali organisasi yang
mendekati tipe birokrasi ideal, sedangkan sebagian besar organisasi jauh dari tipe
ideal birokrasi Weber.
24
24
Weber pernah membuat delapan proposisi tentang birokrasi, salah satunya
adalah “administrasi didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis dan hal ini
cenderung menjadikan kantor (biro) sebagai pusat organisasi modern”.
Berdasarkan proposisi ini dapat diketahui bahwa budaya tulis menjadi ciri utama
birokrasi. Sesuai prisip impersonal dari birokrasi, budaya tulis merupakan
perwujudan tanggung jawab dalam rangka pelaksanaan tugas sehari-hari. Dengan
dokumentasi secara tertulis, juga akan memperjelas tanggung jawab setiap eselon
organisasi dalam menjalankan fungsinya.
Berangkat dari asumsi tersebut, maka kentalnya budaya lisan di kalangan
birokrasi merupakan salah satu bentuk patologi birokrasi. Patologi birokrasi
semacam ini sangat berbahaya jika dibiarkan terlalu lama. Karena budaya ini akan
menjadi senjata utama untuk menghindar dari tanggung jawab.
Setelah sekian lama reformasi bergulir, diperoleh data dari penelitian Agus
Dwiyanto, bahwa kinerja pelayanan birokrasi pemerintah pada masa reformasi
tidak banyak mengalami perubahan signifikan. Para aparatur negara atau birokrat
masih tetap menunjukkan derajat rendah pada akuntabilitas, responsivitas, dan
efisiensi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Bahkan secara empirik di era
reformasi tampak sekali KKN di kalangan birokrat lebih berani dan transparan.
Kualitas layanan publik juga diperparah oleh suatu kenyataan bahwa birokrasi
sering mengedepankan fungsi lain daripada fungsi layanan publik (Santoso, 2008:
120).
Terlebih lagi karena birokrasi pemerintah Indonesia telah memberikan
sumbangsih yang sangat besar terhadap kondisi keterpurukan bangsa Indonesia
25
25
dalam krisis multidimensi yang berkepanjangan. Birokrasi yang telah dibangun
oleh pemerintah sebelum era reformasi telah membangun budaya birokrasi yang
kental dengan KKN. Tetapi, pemerintahan pasca reformasi pun tidak menjamin
keberlangsungan reformasi birokrasi terealisasi secara baik. Kurangnya komitmen
pemerintah pasca reformasi terhadap reformasi birokrasi ini cenderung
berbanding lurus dengan kurangnya komitmen pemerintah terhadap
pemberantasan KKN yang sudah menjadi penyakit akut dalam birokrasi
pemerintah di Indonesia.
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, tuntutan mendasar
dari reformasi salah satunya adalah memperbaiki pelayanan publik yang selama
ini dinilai kurang baik dan terdapat banyak diskriminasi di dalamnya yang terjadi
pada saat dalam melaksanakan pelayanan kepada public. Dengan adanya tuntutan
reformasi inilah kemudian birokrasi diharuskan untuk mengubah posisi dan
perannya (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan publik. Dulu birokrasi
dikenal suka mengatur dan memerintah, kini harus diubah menjadi suka melayani,
dulu yang menggunakan pendekatan kekuasaan harus diubah menjadi suka
menolong menuju kearah yang lebih fleksibel kolaboratis dan dialogis serta yang
dulu dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang lebih realistis
pragmatis.
Melalui revitalisasi ini, birokrasi publik diharapkan lebih baik dalam
memberikan pelayanan publik serta menjadi lebih profesional dalam menjalankan
tugasnya serta kewenangannya. Guna mencapai suatu pelayanan publik yang baik
memang banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan salah satunya melakukan
26
26
pembaharuan birokrasi. Birokrasi harus bisa mengurangi bebannya dalam
pengambilan keputusan dengan membaginya kepada lebih banyak orang yang
mana memungkinkannya lebih banyak keputusan dibuat ke bawah atau kepada
pinggiran ketimbang mengkonsentrasikannya pada pusat yang akhirnya menjadi
tidak berfungsi baik dalam memberikan pelayanan publik. Konsep desentralisasi
kemudian yang akan menciptakan birokrasi yang lebih fleksibel, efektif, inovatif,
serta menumbuhkan motivasi kerja daripada yang tersentralisasi, dan untuk
menjalankan fungsi pelayanan publik yang baik maka dibutuhkan birokrasi yang
rasional, yaitu yang terwujud dalam bentuk reformasi birokrasi.
Jadi dapat disimpulkan reformasi birokrasi adalah adalah upaya untuk
mengubah atau memperbaiki kondisi/keadaan suatu tatanan pemerintahan
sehingga pelaksanaan urusan pemerintahan menjadi lebih baik.
2.2.1.3. Indikator Reformasi Birokrasi
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: 15 Tahun 2008, indikator Reformasi Birokrasi adalah sebagai berikut:
a. Transformasi Nilai
Tata nilai dalam suatu sistem berperan melandasi, memberikan acuan,
menjadi pedoman perilaku, dan menghikmati eksistensi dan dinamika
unsur-unsur lainnya dalam sistem administrasi negara termasuk birokrasi.
Reformasi birokrasi yang hendak dilakukan pertama-tama harus menjaga
konsistensinya dengan berbagai dimensi nilai yang terkandung dalam
27
27
konstitusi negara yang menjadi dasar eksistensi dan acuan perilaku sistem
dan proses administrasi negara bangsa ini.
b. Penataan Organisasi dan Tata Kerja
Penataan organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah didasarkan pada
visi, misi, sasaran, strategi, agenda kebijakan, program, dan kinerja
kegiatan yang terencana; dan diarahkan pada terbangunnya sosok birokrasi
dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas, ramping, desentralistik,
efisien, efektif, berpertanggung jawaban, terbuka, dan aksesif; serta terjalin
dengan jelas satu, sama lain sebagai satu kesatuan birokrasi nasional.
c. Pemantapan Sistem Manajemen
Mengadakan restrukturisasi organisasi (kelembagaan) pemerintahan;
Mengadakan relokasi dan menyederhanakan sistem kerja, prosedur &
mekanisme kerja.
d. Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur
Sosok birokrat –ataupun SDM aparatur (pegawai negeri) pada umumnya-
haruslah profesional sekaligus taat hukum, netral, rasional, demokratik,
inovatif, mandiri, memiliki integritas yang tinggi serta menjunjung tinggi
etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2.2.1.4. Strategi Terwujudnya Reformasi Birokrasi
Menurut Prasojo, guru besar sekaligus ahli administrasi negara dari FISIP
UI, untuk terwujudnya reformasi birokrasi, maka diperlukan strategi-strategi
reformasi birokrasi, yaitu :
28
28
1. Level kebijakan, harus diciptakan berbagai kebijakan yang mendorong
Birokrasi yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak sipil warga
(kepastian hukum, batas waktu, prosedur, partisipasi, pengaduan,
gugatan).
2. Level organisational, dilakukan melalui perbaikan proses rekrutmen
berbasis kompetensi, pendidikan dan latihan yang sensitif terhadap
kepentingan masyarakat, penciptaan Standar Kinerja Individu, Standar
Kinerja Tim dan Standar Kinerja Instansi Pemerintah.
3. Level operasional, dilakukan perbaikan melalui peningkatan service
quality meliputi dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance
dan emphaty.
4. Instansi Pemerintah secara periodik melakukan pengukuran kepuasan
pelanggan dan melakukan perbaikan.
Selain memerlukan strategi-strategi, dipelukan pula tahapan-tahapan
reformasi birokrasi, yaitu meningkatkan pelayanan publik guna mendapatkan
kembali kepercayaan rakyat, pelayanan publik yang berorientasi pada
pemberdayaan masyarakat, serta perbaikan tingkat kesejahteraan pegawai.
Adapun reformasi birokrasi yang konsisten dan berkelanjutan yang
diarahkan pada upaya-upaya untuk:
1. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk
KKN dengan menerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik
(good governance);
2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi negara; dan
29
29
3. Meningkatkan kualitas pelayanan publik terutama pelayanan dasar untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Upaya-upaya tersebut difokuskan kepada beberapa isu-isu yang dianggap
paling dominan dan strategis untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan
reformasi birokrasi yaitu:
a) pemerintahan yang bersih (clean government),
b) aktualisasi prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance);
c) kompetensi sumber daya manusia aparatur;
d) pelayanan publik
e) desentralisasi kewenangan.
Kemudian, untuk lebih fokus melaksanakan reformasi birokrasi terhadap
berbagai isu strategis tersebut, terdapat tiga aspek mendasar yang dapat
digunakan sebagai pendekatan dalam menyusun rencana tindak reformasi
birokrasi, yakni pada aspek:
a) kelembagaan;
b) manajemen; dan
c) sumber daya manusia aparatur.
2.2.1.5. Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Good Governance
Untuk mewujudkan goog governance melalui Reformasi Birokrasi dan
upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan (Sedardamayanti,2007:329) antara
lain:
30
30
1. Penyiapan Perundang-undangan berkaitan dengan pembaharuan pola pikir
dan budaya;
2. Penyiapan Peratutan Perundang-undangan berkaitan dengan pembaharuan
sistem manajemen pemerintahan (dari sistem manajemen birokratik ke
manajemen wirausaha);
3. Mengadakan inventarisasi pendataan,deregulasi, kaji ulang dan penyiapan
perundang-undangan;
4. Mengadakan Reformasi sistem pelayanan peradilan khususnya kriminal;
5. Mengadakan percontohan pelayanan primayang telah dilakukan oleh
Pemda Provinsi, Pemda Kota/Kabupaten dan pada percontohan tingkat
dinas/instansi pelayanan publik yang telah berhasil menerapkan prinsip
tata kepemerintahan yang baik dalam praktek penyelenggaraan
pemerintahan.
2.2.2. Konsep Kinerja Pelayanan
2.2.2.1. Pengertian Kinerja
Kinerja sebenarnya meupakan konsep yang sangat kompleks, baik definisi
maupun pengukurannya yang sering menjadi tantangan bagi peneliti teori
manajemen dan perilaku organisasi, karena bersifat multidimensional. Sehingga
pengukuran kinerja hendaknya menginteraksikan dimensi pengukuran yang
beragam.
Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang
31
31
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu”.
Kinerja seorang pada dasarnya adalah hasil kerja seorang pegawai selama
periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target atau
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Kinerja adalah
suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
kesungguhan serta waktu (Alwi, 2001). Dengan kata lain, kinerja adalah hasil
kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Selanjutnya As’ad (2001) mengemukakan bahwa kinerja seseorang
merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan seseorang dalam melakukan tugas
pekerjaannya. Ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu
(a) individu (kemampuan bekerja), (b) usaha kerja (keinginan untuk bekerja), dan
(c) dukungan organisasional (kesempatan untuk bekerja). Menurut Handoko
(2000) pengukuran kinerja didasarkan pada mutu (kehalusan, kebersihan dan
ketelitian), jumlah waktu (kecepatan), jumlah macam kerja (banyak keahlian),
jumlah jenis alat (ketrampilan dalam menggunakan macam-macam alat) dan
pengetahuan tentang pekerjaan. Kinerja juga dapat dilihat dari individu dalam
bekerja, misalnya prestasi seseorang pekerja ditunjukkan oleh kemandiriannya,
kreativitas serta adanya rasa percaya diri.
Pada umumnya kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler dan Porter
32
32
(1967:211), yang menyatakan bahwa kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam
melaksanakan tugas. Prawirosentono (1999: 45) mengemukakan kinerja adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam
rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Miner (1990:178), kinerja adalah bagaimana seseorang
diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah
dibebankan kepadanya. Setiap harapan mengenai bagaimana seseorang harus
berperilaku dalam melaksanakan tugas, berarti menunjukkan suatu peran dalam
organisasi. Suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi privat
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk
organisasi yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai
pelaku (actors) dalam upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi
bersangkutan (Prawirosentono, 1999:47).
Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya para
pelaku yang terdapat pada organisasi tersebut. Dalam hal ini sebenarnya terdapat
hubungan yang erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan
kinerja organisasi. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan baik maka
kemungkinan besar kinerja organisasi juga baik. Kinerja seorang karyawan akan
baik bila dia mempunyai keahlian yang tinggi, bersedia bekerja keras, diberi gaji
sesuai dengan perjanjian, mempunyai harapan masa depan lebih baik.
33
33
Irianto (2001:45) mengemukakan kinerja karyawan adalah prestasi yang
diperoleh seseorang dalam melakukan tugas. Keberhasilan organisasi tergantung
pada kinerja para pelaku organisasi bersangkutan. Oleh karena itu, setiap unit
kerja dalam suatu organisasi harus dinilai kinerjanya, agar kinerja sumber daya
manusia yang terdapat dalam unit-unit dalam suatu organisasi tersebut dapat
dinilai secara obyektif.
Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan
dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil
suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau
perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan
operasional. Mink (1993) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang
memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya:
(a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berperngendalian diri,
(d) kompetensi.
Mangkunegara (2001) menulis bahwa kinerja adalah Hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yng dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan padanya
Menurut Rivai (2005:157), kata kinerja merupakan terjemahan dari kata
performance yang berasal dari kata to perform dengan beberapa entries yaitu :
1. Melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute);
2. Memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to
discharge of fulfi as vow);
34
34
3. Melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or
complete an understanding) dan
4. Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh orang atau mesin (to do what is
expected of a person machine).selanjutnya Rivai mengungkapkan bahwa
(2005) kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selamperiode tertentu di dalam melaksanakan tugas,s
Irawan (2000: 65) menyatakan bahwa kinerja adalah terjemahan dari kata
performance. Pengertian kinerja atau performance sebagai output seorang pekerja,
sebuah output proses manajemen, atau suatu organisasi secara keseluruhan,
dimana output tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkret dan dapat
diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).
Cormick & Tiffin (1980), mengemukakan kinerja adalah kuantitas,
kualitas dan waktu yang digunakan dalam menjalankan tugas. Kuantitas adalah
hasil yang dapat dihitung sejauh mana seseorang dapat berhasil mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kualitas adalah bagaimana seseorang dalam menjalankan
tugasnya, yaitu mengenai banyaknya kesalahan yang dibuat, kedisiplinan dan
ketepatan. Waktu kerja adalah mengenai jumlah absen yang dilakukan,
keterlambatan dan lamanya masa kerja dalam tahun yang telah dijalani. Dari
definisi-definisi tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud
kinerja karyawan adalah hasil kerja karyawan dilihat pada aspek kualitas, kuan-
titas, waktu kerja dan kerja sama untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
oleh organisasi.
35
35
Menurut Byars (dalam Suharto dan Cahyono, 2005), kinerja diartikan
sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan
perbuatan dalam situasi tertentu. Pada dasarnya kinerja menekankan apa yang
dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar (out-come).
Bila disimak lebih lanjut apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atan jabatan
adalah suatu proses yang mengolah in-put menjadi out-put (hasil kerja).
Penggunaan indikator kunci untuk mengukur hasil kinerja individu, bersumber
dari fungsi-fungsi yang diterjemahkan dalam kegiatan/tindakan dengan landasan
standar yang jelas dan tertulis. Mengingat kinerja mengandung komponen
kompetensi dan produktifitas hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada
tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya.
Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan
kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu
instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui
dampak positif dan negatif suatu kebijakan operasional yang diambil. Dengan
adanya informasi mengenai kinerja suatu instansi pemerintah, akan dapat diambil
tindakan yang diperlukan seperti koreksi atas kebijakan, meluruskan kegiatan-
kegiatan utama, dan tugas pokok instansi, bahan untuk perencanaan, menentukan
tingkat keberhasilan instansi untuk memutuskan suatu tindakan, dan lain-lain.
Sependapat dengan pendapat McGill, Cushway (dalam Ruky, 2003)
menyatakan bahwa kinerja harus dinilai atas dasar tujuan organisasi secara
keseluruhan yang mungkin telah dipecah menjadi beberapa target terpisah yang
secara bersama-sama akan memberikan kontribusi bagi tujuan keseluruhan
36
36
organisasi. Ditambahkannya, bahwa manajemen kinerja merupakan suatu proses
yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu,
sehingga kedua tujuan tersebut bertemu. Kinerja juga merupakan tindakan atau
pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan oleh sesorang dalam kurun waktu
tertentu dan dapat diukur (Swasto dalam Irianto, 2001: 57).
Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat individual,
karena setiap karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam
mengerjakan tugasnya. Kinerja tergantung pada kombinasi antara kemampuan,
usaha, dan kesempatan yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan
hasil kerja karyawan dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan
penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan dalam periode waktu
tertentu
Menurut Gibson (2006: 189) ada 3 (tiga) faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja : (1) Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang
keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. (2) aktor
psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja (3)
aktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan (reward system).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat pula diartikan bahwa kinerja adalah
sebagai seluruh hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau aktivitas khusus
selama periode khusus. Kinerja keseluruhan pada pekerjaan adalah sama dengan
jumlah atau rata-rata kinerja pada fungsi pekerjaan yang penting. Fungsi yang
37
37
berkaitan dengan pekerjaan tersebut akan dilakukan dan tidak dilakukan dengan
karakteristik kinerja individu.
Gilbert (1978), berpendapat sebaliknya, bahwa kinerja pada dasarnya
adalah produk waktu dan peluang. Peluang tanpa waktu untuk mengejar peluang
tersebut bukan apa-apa. Dan waktu, yang tidak kita miliki, yang tidak memberi
peluang, bahkan memiliki sedikit nilai Perbaikan kinerja untuk individu
maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam menunjang peningkatan kinerja
organisasi. Hasil penilaian kinerja merupakan bagian penting dalam perencanaan
strategis manajemen. Sekali pun penekanannya ditekankan pada kinerja individu
dan kelompok. Dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara
kinerja perorangan dengan kinerja lembaga atau kinerja organisasi.
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan hasil kerja yang dapat dicapai pegawai dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan organisasi dalam upaya
mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
2.2.2.2. Kinerja Pelayanan
Birokrasi memiliki peran yang strategis untuk menjalankan roda
pemerintahan dan pembangunan. Ironisnya selama ini birokrasi pemerintah belum
menunjukkan kinerja pelayanan yang diharapkan. Masyarakat menilai bahwa
kinerja pelayanan masih buruk, tidak profesional dan masih sarat dengan
tindakan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk praktik korupsi, dan belum
38
38
menjadi pelayanan masyarakat melainkan melainkan pihak yang dilayani,
padahal di era otonomi daerah ini seharusnya birokrasi adalah sebagai pelayanan
masyarakat. Citra negatif dalam birokrasi tersebut, menurut Toha (2002), masih
tertanam bahkan setelah lima tahun reformasi itu bergulir. Perbaikan birokrasi
yang dicanangkan permerintah selama ini belum berjalan secara optimal.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2010, dikatakan bahwa
Kinerja Pelayanan Publik adalah tingkat keberhasilan unit pelayanan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Ketidakpuasan terhadap kinerja pelayanan publik dapat dilihat dari
keengganan masyarakat berhubungan dengan birokrasi pemerintah atau dengan
kata lain adanya kesan untuk sejauh mungkin menghindari birokrasi pemerintah.
Fenomena “high cost”, kurang responsif, kurang informatif, kurang accessible,
kurang koordinasi, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat,
inefisiensi dan birokratis, merupakan kondisi pelayanan publik yang dirasakan
oleh masyarakat selama ini. Fenomena pelayanan publik tersebut disebabkan
antara lain oleh masih banyaknya fungsi dan peran kelembagaan yang tumpang
tindih, pemerintahan yang dirasakan masih sentralistik, kurangnya infrastruktur e-
Government, masih menguatnya budaya dilayani bukan melayani, transparansi
biaya dan prosedur pelayanan yang belum jelas; serta sistem insentif,
penghargaan dan sanksi belum memadai.
Kinerja penyelenggaraan pelayanan publik pada tingkat yang paling
mendasar sekalipun masih belum dapat memberikan pelayanan yang sesuai
39
39
dengan harapan warga masyarakat. Secara nasional, kinerja lembaga-lembaga
pelayanan publik pada tingkat paling bawah, seperti kantor kepolisian, kantor
kecamatan, kelurahan, dan sebagainya, masih mengembangkan sistem pelayanan
yang belum berpihak pada kepentingan warga pengguna layanan. Belum banyak
terlihat tumbuhnya suatu kesadaran dan komitmen di kalangan birokrasi bahwa
kepentingan dan kepuasan warga pengguna adalah orientasi utama dalam setiap
pemberian pelayanan publik.
Sedangkan Kinerja bila ditinjau dari segi pelayanan publik, masih
menerapkan pelayanan klasik. Dimana petugas dan pejabat pemerintah masih
melaksanakan pelayananan secara arogan yaitu pelayan yang masih selalu
berorientasi kepada kepentingan pejabat, penguasa dan dari sudut kepentingan
pemerintah. Bukan berdasarkan atas kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat
yang dilayani. Sehingga kinerja pegawai birokrasi masih sebagai “simbol
kekuasaan dari penguasa” bukan sebagai “simbol pelayanaan masyarakat”.
Menurut Thomson menyebutkan birokrasi tidak mengenal belas kasihan,
tidak pula mengenal belas kasih. Birokrasi itu tidak bersifat “Impersonal” semua
hal yang berhubungan dengan masalah pribadi tidak berlaku dalam birokrasi.
Dengan demikian disimpulkan bahwa kinerja dari birokrasi tidak memandang
kepentingan pribadi melainkan kepentingan publik.
Untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik maka perlu memperhatikan
terpenuhinya kriteria akuntabilitas moral dalam implementasi pelayanan publik
yang diberikan oleh aparat birokrasi pemerintah kepada masyarakat sebagai
pelanggan. Apabila dikaitkan dengan pelayanan publik yang berkualitas, maka
40
40
perlu jugaa memperhatikan terpenuhinya kriteria pelayanan yang memperhatikan
penerapan prinsip-prinsip pelayanan prima.
Dengan demikian kinerja pelayanan birokasi mempunyai peran yang besar
dalam menjalankan sebuah organisasi. Pengukuran kinerja pelayanan menjadi
penting dilaksanakan secara berkala dengan standar prosedur yang jelas. Pada
dasarnya pengukuran kinerja pelayanan birokrasi digunakan untuk menilai sejauh
mana keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan, program, yang telah
dibuat dalam sebuah kebijakan publik yang sesuai dengan sasaran dan tujuan yang
telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan “MISI dan VISI” Pemerintah.
2.2.2.3. Unsur-unsur Penilaian Kinerja Pegawai
Berbicara tentang masalah kinerja yang menyangkut kinerja personil atau
aparatur,maka erat hubungannya dengan mengadakan penilaian terhadap kinerja
tersebut. Hal ini juga dapat berkaitan erat dengan jumlah kuantitas dan kualitas
pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh individu dalamkurun waktu tertentu
berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan.
Menurut Swasto (1996:30) kinerja: merupakan tindakan atau pelaksanaan
tugas yang telah diselesaikan oleh sesorang dalam kurun waktu tertentu dan dapat
diukur mengemukakan adanya 7 elemen kunci suatu system penilaian kinerja
sebagai berikut:
1.Kuantitas kerja
2. Kualitas kerja
3. Pengetahuan tentang pekerjaan
41
41
4. Pendapat atau pernyataan yang disampaikan
5. Keputusan yang diambil
6. Perencanaan Kerja
7. Daerah Organisasi Kerja
Melalui pengukuran kinerja maka instansi pemerintah dapat mengetahui
kinerja dalam periode tertentu. Melalui pengukuran kinerja tersebut akan dapat
diketahui apakah pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah meningkat dan
seberapa besar peningkatan kinerja.
Penilaian akan kinerja aparat pemerintah umunya lebvih tertuju pada
penilaian atas usaha aparat pemerintah dalam meningkatkan pemberian pelayanan
kepada masyarakat melalui tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan..Untuk dapat mengatur kinerja
aparat secara obyektif dan akurat , maka diperlukan indicator yang menjadi tolak
ukur tingkat kinerja aparat. Indikator sendiri menurut Badrul Munir(2002: 112)
adalah uraian ringkas yang menggambarkan tentang suatu yang akan diukur”
LAN (2003:259-260) mengemukakan agar dapat menghasilkan penilaian
kinerja yang valid dan realiabel, maka system penilaian kinerja harus
berlandaskan prinsip-prinsip dasar:
1. Keadilan: merupakan prinsip yang penting dalam penilaian kinerja.
Penilaian kinerja harus mencerminkan keadilan bagi semua pegawai yang
dinilai kerjanya. Pegawai yang kerjanya bagus harus diberi nilai
bagus,demikian sebaliknya
42
42
2. Transparansi : Proses penilaian kinerja harus dilakukan secara terbuka,
artinya setiap pegawai kinerjanya dinilai berhak atas informasi atas
nilainya, alasan pemberian nilai tersebut juga lain-lainya penerapan prinsip
transparansi ini dapat meminimalisir penyalahgunaan informasi untuk
kepentingan-kepentingan lain yang tidak semestinya
3. Indenpendensi: Penilaian kinerja tahun tertentu harus terlepas dari
pengaruh hasil penilaian kinerja tahun sebelumnya.penilaian kinerja harus
independen antara tahun yang satu dengan tahun yang lain,karena ini
terkait dengan kemandirian penilai dari tekanan pihak manapun sehingga
dapat dihidari bias dalam penilaian kinerja.
4. Pemberdayaan: Penilaian kinerja harus dapat memberdayakan dan
memotivasi pegawai, dimana pegawai yang kinerjanya tinggi diharapkan
dapat memfasilitasi dan mendorong pegawai lain yang kinerjanya masih
rendah untuk mampu berkinerja tinggi.
5. Non Diskriminasi: Proses pengukuran kinerja harus mampu mendorong
kompetisi diantara pegawai untuk berlomba-lomba dalammeningkatkan
kinerja secara sehat.
Hasibuan (2002:56) dalam bukunya mengungkapkan bahwa kinerja
pelayanan dapat dikataka baik atau dinilai baik dari beberapa hal:
1. Kesetiaan diukur dari kesetiaan pegawai terhadap pelaksanaan tugas
secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab terhadap amanah
yang diberikan organisasi;
43
43
2. Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya baik kualitas maupun
kuantitas menjadi tolak ukur.Pada umumnya prestasi kerja seorang
pegawai dipengaruhi oleh,kecakapan,ketrampilan, pengalaman dan
kesanggupan pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya;
3. Kedisiplinan berarti sejauh mana pegawai dapat mematuhi peraturan –
peraturan yang ada dan melaksanakan instruksi yang diberikan
kepadanya.;
4. Kerja sama diukur dari kemampuan pegawai untukbekerja sama dengan
pegawai lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan sehingga
hasil pekejaannnya akan semakin baik;
5. Kecakapan diukur dari ketrampilan dan kecakapan pegawai dalam
menyelesaikan tugas ;
6. Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang pegawai menyelesaikan
pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat
pada waktunya serta berani memikul resiko pekerjaan yang dilakukan
2.2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Mangkunegaran (2001) ada dua faktor yang mempengaruhi
kinerja yaitu:
1.Faktor individu:
Secara psikologis,individu yang normaladalah individu yang memiliki
integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani)dan fungsi fisiknya
44
44
(jasmaniah)dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik
maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik,karena hal ini
merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan
mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan
atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi
2. Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor Lingkungan kerja sangat menunjang bagi individu dalam mencapai
kinerja. Faktor lingkungan oragnisasi yang dimaksud anatara lain uraian jabatan
yang jelas,otoritas memadai,target kerja yang menantang,pola komunikasi yang
efektif, hubungankerja yang harmonis, iklimkerja yang respek,dan
dinamis,peluang berkarirdan fasilitas kerja yang relative memadai. Menurut
Mathis dan Jackson (2001) factor-faktor yang mempengaruhi kenerja individu
tenaga kerja: yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima,
keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka dengan
organisasi
2.2.3. Hubungan Reformasi Birokrasi dengan Kinerja Pelayanan
Tinggi atau rendahnya kinerja pegawai dipengaruhi oleh reformasi
birokrasi di lembaga. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya
untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan
(organisasi) ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur. Reformasi
45
45
aparatur negara adalah prasyarat mutlak yang diperlukan untuk menjamin
berlangsungnya pengelolaan pemerintahan yang demokratis.
Tujuan Reformasi Birokrasi adalah membentuk birokrasi profesional,
dengan karakteristik: adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih
KKN, mampu melayani publik, netral, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-
nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Sehingga sasaran Reformasi Birokrasi
yaitu membangun birokrasi yang berorientasi pada hasil (outcomes) melalui
perubahan secara terencana, bertahap, dan terintegrasi dari berbagai aspek
strategis birokrasi. Oleh karena itu reformasi sangat di perlukan untuk
membangun atau meningkatkan kinerja pegawai. Apabila kinerja pelayanan
kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya tinggi, diharapkan akan mampu
melaksanakan aktivitas pelayanan pada masyarakat pengguna layanan.
2.3. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir adalah suatu tinjauan mengenai apa yang diteliti dan
yang dituangkan dalam sebuah bagan yang menjadi alur pemikiran penelitian.
Gambar 2.1. Kerangka konseptual Penelitian “Pengaruh Reformasi Birokrasi
Terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya”.
46
46
Tabel 2.1
Kerangka Berfikir
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sementara yang menghubungkan dua variable
atau lebih. Kesimpulan yang tarafnya rendah karena masih membutuhkan
pengujian secara empiris (Sugiono, 2004:70). Berdasarkan uraian pada kerangka
pemikiran diatas dan untuk menjawab identifikasi masalah, maka penulis
merumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
“Terdapat pengaruh yang signifikan antara Reformasi Birokrasi terhadap
Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya”
Ho: Tidak ada pengaruh antara “Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja Pelayanan
Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya”.
Reformasi Birokrasi (X)
(Menpan no 15 tahun 2008)
1. Transformasi Nilai
2. Penataan Org. & Tata Kerja
3. Pemantapan Sistem
manajemen
4. Kompetensi SDM Aparatur
Kinerja Pelananan (Y)
Hasibuan (2002:56);
1.Kesetiaan
2.Prestasi kerja
3. Kedisiplinan
4. Kerja sama
5.Kecakapan
6.Tanggung jawab
47
47
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan dapat digolongkan pada jenis penelitian survai.
Namun, ditinjau dari sisi tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini, menurut
Singarimbun dan Effendi (2001: 125), dapat digolongkan dalam tipe penelitian
explanatory (penjelasan), sebab, melalui penelitian ini, temuan yang diperoleh
akan dijadikan sebagai dasar untuk menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel
yang diteliti, melalui pengujian hipotesis.
3.2. Jenis Data
Guna mendukung penelitian maka jenis data yang digunakan sebagai
berikut:
a. Data kuantitatif: data yang berupa angka-angka yang diperoleh dari
Kantor Kelurahan Lidah Wetan,seperti jumlah pegawai,jumlah
penduduk dan lain-lain.
b. Data kualitatif: data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Lidah
Wetan, yang tidak berbentuk angka,seperti gambaran umum
instansi,hasil kuesioner, hasil wawancara dan data-data lain yang
menunjang penelitian
48
48
3.3. Definisi Variabel dan Definisi Operasional
3.3.1. Definisi Variabel
Menurut Singaribuan dan Effendi (1995:33) variabel adalah dimensi
konsep yang mempunyai variasi nilai.Dari variabel – variabel yang ada, maka
dapat dibuat definisioperasional yang merupakan suatu unsur penelitianyang
memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.
a. Variabel Reformasi Birokrasi
Merupakan upaya sistematis, terpadu dan komprehensif untuk
mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), meliputi
aspek kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan,
akuntabilitas, pengawasan, dan pelayanan publik (Thoha, 2005).
b. Variabel Kinerja Pelayanan
Merupakan hasil yang dicapai oleh Kelurahan dalam melaksanakan
aktivitas pelayanan kepada masyarakat pengguna pelayanan.
3.3.2. Definisi Operasional
a. Reformasi Birokrasi (X)
Reformasi Birokrasi adalah suatu perubahan yang dilakukan pemerintah,
yang merupakan upaya sistematis, terpadu dan komprehensif untuk
mewujudkan kepemerintahan yang baik. Sedangkan indikator yang diukur
menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: 15 Tahun 2008, adalah:
49
49
1. Transformasi Nilai
2. Penataan Org. & Tata Kerja
3. Pemantapan Sistem manajemen
4. Kompetensi SDM Aparat
b. Kinerja Pelayanan (Y)
Kinerja pelayanan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yg
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Sedangkan indikator yang diukur menurut Hasibuan (2002:56):
1. Kesetiaan
2. Prestasi Kerja
3. Kedisiplinan
4. Kerjasama
5. Kecakapan
6. Tanggung jawab
3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan
diduga (Singarimbun dan Effendi, 2000). Berdasarkan pemahaman tersebut maka
populasi dalam penelitian ini adalah RT, RW dan masyarakat di wilayah
Kelurahan Lidah Wetan Surabaya.
50
50
3.4.2. Sampel
Sampel yang baik harus mengandung dua kriteria (Hadi, 1989) pertama
cermat yaitu sampel yang diambil tidak akan liar, dimana sampel tersebut tidak
akan memberikan reaksi yang terlalu berlebihan yang dapat mewakili populasi
secara wajar. Kedua tepat yaitu sampel yang diambil dapat meneliti populasi
dengan wajar dengan meneliti sampel yang tepat dan sesuai dengan
mempertimbangkan tujuan penelitian.
Agar penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi populasi, maka sampel
yang diambil haruslah cukup representatif, yaitu dapat mewakili populasi dalam
arti semua ciri-ciri atau karakteristik yang ada pada populasi dapat dicerminkan
dari sampel yang diambil.
Metode pengambilan sampel menggunakan sampel acak distratifikasi
yakni mengelompokkan beberapa unsur-unsur yang menjadi subyek penelitian
(Singarimbun dan efendi, 2001). Sampel yang diambil pada peneltian ini sebesar
40 orang, yang rinciannya sebagai berikut:
- RT = 28 orang
- RW = 7 orang
- Masyaraakat = 5 orang
3.5. Metode Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
51
51
1. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan dengan
cara melihat, mencatat dari sumber-sumber tertulis baik yang berupa laporan,
buku notulen rapat, dan gambar kondisi fisik yang sebenarnya dengan
menggunakan alat tulis. Menurut Arikunto (2002 : 135) menjelaskan bahwa:
”Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian, dan sebagainya, majalah, agenda dan lain sebagainya.
2. Kuesioner
Pengujian ini dilakukan dengan cara mengolah data yang terkumpul dan
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: Persiapan data yaitu untuk mengumpulkan
data dan memeriksa kelengkapan lembar kuesioner yang diikuti dengan langkah
pemeriksaan kebenaran lembar yang diikuti dengan langkah pemeriksaan
kebenaran dengan cara pengisian. Melakukan tabulasi dari hasil kuesioner dan
memberikan penilaian sesuai dengan yang telah ditentukan.Pengolahan data yaitu
mengolah data-data yang telah didapatkan dari kuesioner.
3. Penelitian Kepustakaan:
Data yang diperoleh dengan cara membaca literatur-literatur bahan
referensi, bahan kulian dan hasil penelitian lainnya yang ada hubungannya dengan
obyek yang diteliti.Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan
mengenai masalah yang sedang dibahas.
52
52
3.6. Pengukuran Instrumen Penelitian
Menurut Singarimbun dan Effendi (2001) bahwa instrumen penelitian
adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dengan menggunakan angket yang
disebarkan pada responden untuk menggali informasi yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Dalam penelitian menggunakan skala Likert, yaitu metode
alat untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Pernyataan sikap dengan menggunakan respon
subyek sebagai dasar penentuan nilai skala (Azwar, 2000). Untuk pemilihan
jawaban atas variabel yang disediakan maka skala pengukuran atau pembobotan
nilai angket menggunakan skala likert dengan kriteria sebagai berikut :
1. Skor 5 = sangat setuju
2. Skor 4 = setuju
3. Skor 3 = Cukup Setuju
4. Skor 2 = tidak setuju
5. Skor 1 = sangat tidak setuju
3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas
3.7.1. Uji Validitas
Uji validitas data untuk menguji keakuratan pertanyaan yang digunakan
dalam suatu instrumen dalam pengukuran variabel Kuesioner dikatakan valid
apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mampu mengungkap sesuatu yang
akan diukur oleh kuesioner sendiri(Imam Ghozali:2006)
53
53
Perhitungannya dilakukan dengan bantuan program Statistical Program
for Social Science (SPSS) versi 11. Rumus Koefisien korelasi product moment
adalah sebagai berikut :
2
2
2
2N
yy
N
xx
N
yxxy
rxy
Keterangan :
Rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y
N = Jumlah subyek yang di teliti
X = Skor total tiap subyek pada variabel X
Y = Skor total tiap subyek pada variabel Y
3.7.2. Uji Realibilitas
Uji reliabilitas yang digunakan untuk melihat apakah suatu alat ukur
mempunyai keandalan ketika digunakan untuk mengukur pada lain waktu.
Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam
mengukur gejala yang sama.
Suatu konstruk variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,60 (Imam Ghozali 2005 :41-42). Perhitungannya dilakukan
dengan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 11.
Rumus teknik Alpha adalah :
ral = Vt
V
n
n i1
1
Keterangan :
ral = Koefisien korelasi keandalan Alpha
54
54
Vi = Jumlah variansi bagian i
Vrt = Variansi total
n = Jumlah Responden
3.8. Tekhnik Analisa Data
Tekhnik analisa data yang digunakan adalah analisa data kuantitatif
dengan bantuan statistik, sedangkan hipotesis yang digunakan diuji dengan
menggunakan tekhnik analisa regresi linier sederhana, koefisien determinasi dan
uji hipotesis (uji t)
3.8.1. Regresi Linier Sederhana
Dalam penelitian ini, menggunakan model analisis persamaan regresi
liniar berganda. Sifat dari hubungan antara variabel tergantung kinerja pelayanan
(Y) dengan variabel bebas reformasi birokrasi(X), hal ini dapat dilihat pada
koefisien regresi bila positif berarti perubahan X searah dengan perubahan Y,
namun apabila negatif maka antara X dan Y berubah secara berlawanan. Menurut
Santoso & Tjiptono (2002:203) rumusnya sebagai berikut :
Y = a+ ßX
Dimana :
Y = Variabel bebas (Kinerja Pelayanan)
a = Konstanta
ß = Koefisien Regresi Reformasi birokrasi (X)
55
55
3.8.2. Koefisien Determinasi:
Koefisien determinasi (R2) adalah perbandingan antara variasi variabel
dependen yang dijelaskan oleh variabel independen secara bersama-sama
dibandingkan dengan variasi total variabel dependen. Untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi dari Reformasi Birokrasi (X) terhadap kinerja pelayanan (Y),
dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan Koefisien Determinasi
(Ridwan,2004:136):
3.8.3. Uji t
Uji t untuk mengetahui pengaruh Variabel Independen refdormasi
birokrasi (X) terhadap Variabel Dependen kinerja pelayanan (Y). Menurut
Santoso & Tjiptono (2002:225) dengan menggunakan rumus:
t =Sbi
bi
Keterangan:
Sbi: Standar deviasi bi
Adapun menentukan hipotesis adalah sebagai berikut:
Hi: Variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat bilamana
probabilitas ≤ 0,05 berarti H0 ditolak sehingga H1 dapat diterima.
H0: Variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat bilamana
probabilitas ≥ 0,05 maka H0 diterima sehingga H1 ditolak.
56
56
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN INTERPRETASI
4.1. Profil Kelurahan Lidah Wetan Surabaya
Dalam diskripsi data ini akan menguraikan gambaran umum sejarah
singkat visi, misi dan tugas pokok dan fungsi di kelurahan Lidah Wetan sebagai
berikut:
4.1.1. Keadaan Geografis
Kelurahan Lidah Wetan adalah salah satu kelurahan di wilayah kecamatan
Lakarsantri dengan luas keseluruhan sebesar 27.793 Ha berada 30 meter diatas
permukaan laut, suhu rata-rata harian (0 C) 23 – 32o C derajat celcius, banyaknya
curah hujan 9.000 mm/tahun,
a. Orbita (dalam Km):
1. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan 5 Km
2. Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa 20 Km
3. Jarak dari Pusat Pemerintahan Propinsi 24 Km
4. Jarak dari Ibu Kota Negara 2.500 Km
b. Batas Wilayah
1. Batas wilayah sebelah Utara Kelurahan Lontar: Kecamatan Sambi Kerep
2. Batas wilayah sebelah Timur Kelurahan Babatan:Kecamatan Wiyung
56
57
57
3. Batas wilayah sebelah Selatan Keluarahan Bangkingan Kecamatan
Lakarsantri
4. Batas wilayah sebelah Barat Kelurahan Lidah Kulon Kecamatan
Lakarsantri
c. Status Gedung/Kantor
1. Luas Tanah 9.000 M2
2. Luas Bangunan 6.29 M
3. Status Kepemilikan:
a. Asset pemerintah Surabaya (asset/bukan) asset
b. Dibangun tahun 1977
d. Kondisi Bangunan
1. Sedang
2. Tidak Bertingkat
3. Memiliki balai Kelurahan
4.1.2. Pertanahan
1. Status Tanah:
a. Sertifikat Hak Milik
1.Bidang 297,93 Ha
** 148,965 Ha
b. Sertifikat Hak Guna Bangunan : 1340,485 Ha
58
58
c. Bekas Tanah Desa 7 Ha, Bidang 34,66
2. Penggunaan (dalam Ha)
a. Kepala Kelurahan Terisi
b. Sekretaris Kelurahan Terisi
c. Kepala Seksi :Belum Definitif : 1
d. Staf PNS :1
e. Staf Honorarium Local:1
4.1.3. Administrasi Kendudukan
a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Agama
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Agama
No. Jenis Kelamin Agama
Laki
Laki
Perempuan Islam Kristen Katolik Budha Penganut
KT
Tuhan
YME
Hindu
1. 4.780 4.709 8.195 535 375 225 10 75
Jumlah: 9.489 Jumlah : 9.415
Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 2014
59
59
c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2
Kelompok Usia, Tenaga Kerja & Pendidikan
N
o.
Kel.Pendidkan Kel.Tenaga
Kerja
Pendidikan
Usia Jml
Usia Jml Pend.
Formal
Jml Pend.Non
Formal
Jml
1. 00-03 468 10-14 235 TKK 555 Pondok
Pesantren
190
2. 04-06 395 15-19 335 SD 3.065 Madrasah 260
3. 07-12 1.405 20-26 395 SMP/SLTP 2.478 Pend.Kea
gamaan
85
4. 13-15 562 27-40 462 SMU/SLTA 1.110 Sek.Luar
Biasa
21
5. 16-18 3.715 41-56 305 Akademi
(D1-D3)
157 Kursus
Ketrampilan
21
6. 19-
Keatas
4.382 57
Keatas
160 Sarjana
(S1 – S3)
73 - -
Jumlah 10.927 Jumlah 1892 Jumlah 7438 Jumlah 577
Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 2014
60
60
c. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan, Purnawirawan/Pensiunan
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan, Pernawiraaman/Pensiunan
Uraian Juml
Pekerjaan TNI 22
POLRI 18
Wiraswasta 165
Buruh 325
Tukang 415
Pedagang 285
PNS/BUMN/BUMD 48
Purnawirawan TNI 8
POLRI 20
Pensiunan PNS/BUMN/BUMD 22
Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 2014
d. Jumlah Mobilitas Penduduk
Tabel 4.4
Jumlah Mobilitas Penduduk
No. Jenis Kelamin Mobilitas Penduduk Penduduk
Musiman Lahir Mati Datang Pindah
1. Laki-laki 27 19 31 19 2
2. Perempuan 19 7 23 12 125
3. Jumlah 46 26 54 31 127
Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya Mulai Januari s/d Maret, 2014
4.1.4. Karakteristik Pegawai
Karakteristik pegawai adalah penjelasan tentang keberadaan Pegawai
Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya yang dibutuhkan sebagai bahan
61
61
informasi untuk mengetahui identitas pegawai dalam penelitian. Pegawai sebagai
obyek penelitian yang memberikan interpretasi terhadap karakteristik pegawai
untuk menganalisis pengaruh variabel reformasi birokrasi terhadap kinerja
pelayanan pada Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya.
a. Jumlah Pegawai Menurut Golongan
Tabel 4.5
Jumlah pegawai Menurut Golongan pada
Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya
No. Golongan Laki-laki Perempuan Presentase
1. II - 1 12
2. III 3 2 63
3. Honorer 1 1 25
4. Jumlah 4 4 100
Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 2014
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti telah didapatkan data
jumlah pegawai menurut golongan yaitu 8 orang dengan hasil golongan II jumlah
1 orang perempuan dengan presentasi 12% , golongan III berjumlah 2 orang
berjenis kelamin perempuan dan laki-laki 3 dengan presentasi 63%, sedangkan
1orang perempuan dan 1orang laki-laki Honorer dengan presentasi 25%
62
62
b. Klasifikasi Pegawai Menurut Usia
Tabel 4.6
Distribusi Pegawai menurut Usia
No. Usia Responden Persentase
1. < 40 tahun 1 13
2. 41-50 tahun 7 87
Total 8 100
Sumber peneliti: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 20014
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti telah didapatkan data
jumlah pegawai menurut usia yaitu usia < 40 tahun,berjumlah 1orang dengan
presentase 13%, 41-50 tahun berjumlah 7 orang dengan presentasi 87 %.
c. Klasifikasi Pegawai menurut Pendidikan
Tabel 4.7
Distribusi Pegawai menurut Pendidikan Terakhir
No. Pendidikan Responden Presentasi
1. SMA 3 38
2. Strata 1 4 50
3. Strata 2 1 12
4. Jumlah 8 100
Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Suerrabaya, 2014
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti telah didapatkan data
jumlah pegawai menurut Pendidkan Terakhir, SMA berjumlah 3 orang dengan
63
63
presentase 38%, Strata 1 berjumlah 4 orang dengan presentasi 50 %,sedangkan
Strata 2 berjumlah 1 orang dengan presentasi 12 %,
4.1.5. Visi misi
Sebagaimana diketahui bahwa titik berat otonomi daeraah diharapkan
akan mendorong timbulnya dan partisipasi aktif masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Bertitik tolak dari
pemikiran tersebut dan berdasarkan tugas serta fungsi kelurahan Lidah Wetan
Surabaya, maka ditetapkan Visi Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya sebagai
berikut:
” Terdepan dalam pelayanan prima”
Sedangkan misi Kelurahan Lidah Wetam Surabaya terdiri dari:
1. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat;
2. Meningkatkan kemampuan aparatur pemerintahan (PNS) agar
memiliki daya saing dalam melaksanakan tugas;
3. Membangun citra Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya.
4.1.6. Program Rutin:
a. Untuk PKK adalah pembuatan Kue, menempatan sampah basah dan kering
b. Untuk Tingkat RW:
64
64
1. Pertemuan Rutin
2. Posyandu Balita
3. Posyandu Lansia
4. Paud
c. Taman Posyandu
f. Pemberian makanan bagi lansia miskin
g. Pemberian makanan bagi penyandang cacat
4.1.7. Struktur Organisasi dan PembagianTugas
Dengan adanya struktur organisasi ini masing-masing bagian dapat
mengetahui secara jelas akan tugas yang dibebankan dan mengetahui kemana ia
harus bertanggungjawab atas hasil kerjanya. Kelurahan terdiri dari lurah dan
perangkat kelurahan. Perangkat kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari Sekretaris Kelurahan dan Seksi sebanyak-banyaknya 4 (empat) Seksi
serta jabatan fungsional. Dalam melaksanakan tugasnya, perangkat kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada Lurah.
Adapun skema dari struktur organisasi Kelurahan Sememi Surabaya dapat
dilihat pada gambar 4.1. Sedangkan mengenai tugas dan tanggung jawab dari
masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
65
65
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Kelurahan Manukan Kulon Surabaya
````
Sumber : Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 2014
Uraian Tugas :
1. Kepala KelurahanTugasnya:
a. Mennyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan yang disesuaikan dengan kebutuhan Kelurahan dengan
memperhatikan prinsip efesiensi dan akuntabilitas.
b. Melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan Kepala Daerah
yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah.yang dilakukan secara bertahap
dengan memperhatikan tata cara yang berlaku dan disertai pembiayaan
sebanding dengan besarnya urusan yang dilimpahkan
Fungsi Lurah:
a. Melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan
LURAH
M.Syaifudin, S.Sos.MM
Seksi Transtib
M. Purwanto, SE
SEKRETARIS
Mulyadi, S.Sos
Seksi Kesra
Tusik,SH
Seksi Pemerintahan
Sutrianingsih, S.Sos
Seksi Pembangunan
Rusdi Saleh, A.Md
66
66
b. Pemberdayaan masyarakat
c. Penyelenggaraan ketentraman danketertiban umum
d. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum
e. Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan
f. Penyusunan program pembinaan administrasi dan ketatausahaan
4. Sekretaris Kelurahan
a. Membantu Lurah dalam mengadakan perencanaan, pengendalian dan
pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan institusi kelurahan;
b. Membantu pimpinan dalam melaksanakan tugas sehari-hari, baik
menyangkut masalah penyampaian kebijakan secara tertulis kepada
bawahan maupun penyampaian informasi kepada pihak ekstern yang
berhubungan dengan institusi kelurahan;
c. Membantu pimpinan membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
d. Membantu Lurah dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan
dan kemasyarakatan.
5. Seksi Pemerintahan mempunyai wewenang dan tugas :
a. Melaksanakan urusan adminsitrasi pemerintahan;
b. Pengaturan kehidupan masyarakat yang dilimpahkan kepada lurah.
c. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah.
67
67
6. Seksi Pembangunan
a. Pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana,
fasilitas umum, sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan kepada
Lurah;
b. Peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan;
c. Peningkatan kegiatan lainnya sesuai kebutuhan dan konsisi setempat.
d. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah
7. Seksi Kemasyarakatan
a. Peningkatan dan percepatan pelayanan masyarakat;
b. Pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial, budaya
seperti bidang kesehatan, sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan
kepada Lurah.
c. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah
4.1.8. Upaya – upaya dalam Mereformasi Birokrasi Kantor Kelurahan Lidah
Wetan Surabaya:
1. Dalam melaksanakan Tugas,Pokok dan Fungsinya Kantor Kelurahan
Lidah Wetan Surabaya berpedoman pada Peraturan Walikota Surabaya
No.18 tahun 2007 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Kelurahan Kota
Surabaya;
2. Dalam Pelayanannya seperti KTP, KSK, Syarat-syarat pernikahan, dan
lain-lain, sebelum adanya Reformasi Birokrasi harus menunggu satu
68
68
minggu bahkan satu bulan, tetapi setelah Reformasi Birokrasi bisa satu
hari, paling lama satu minggu;
3. Dalam kedisiplinan pegawai sebelum adanya Reformasi Birokrasi
sering datang terlambat, tetapi setelah Reformasi Birokrasi datang tepat
waktu sesuai dengan jam datang dan pulang Kantor;
4. Semua program yang ada pada Kantor Kelurahan Lidah Wetan
Surabaya dilaksanakan sesuai tujuan dan sasaran;
5. SDM yang dimilikipun cukup baik terbukti 50% lebih pegawai lulusan
S1 dan S2,begitu juga dalam kepangkatan dan golongan 63% terdiri dari
golongan III.
4.1.8. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Sebelum dilakukan analisis data, dilakukan terlebih dahulu uji validitas
dan uji reliabilitas. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada tabel berikut.
69
69
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Reformasi Birokrasi
ANGKET
KOEFISIEN
KORELASI
( r )
PROBABILTAS
( P ) KET.
Insedntif
X1 0,323 0,042 Valid
X2 0,486 0,001 Valid
X3 0,540 0,000 Valid
X4 0,667 0,000 Valid
X5 0,613 0,000 Valid
X6 0,619 0,000 Valid
X7 0,706 0,000 Valid
X8 0,704 0,000 Valid
Sumber : Hasil Olahan, 2014
Hasil uji validitas untuk angket reformasi birokrasi jumlah angketnya
sebanyak 8 butir, setelah diuji validitas internalnya, dengan korelasi product
moment, diperoleh koefisien korelasi yang memuaskan untuk semua butir. dan
nilai kecenderungan P =0,000 sampai P= 0,042 atau < P= 0,05, sehingga butir-
butir instrumen untuk reformasi birokrasi dapat dikatakan valid. Berikutnya
dapat disajikan uji validitas kinerja pelayanan.
Hasil uji validitas untuk angket reformasi birokrasi jumlah angketnya
sebanyak 11 butir, setelah diuji validitas internalnya, dengan korelasi product
moment, diperoleh koefisien korelasi yang memuaskan untuk semua butir. dan
nilai kecenderungan P =0,000 sampai P= 0,039 atau < P= 0,05, sehingga butir-
70
70
butir instrumen untuk reformasi birokrasi dapat dikatakan valid. Berikutnya
dapat disajikan uji reliabilitas.
b. Uji Reliabilitas
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel
Alpha
1 Reformasi Birokrasi 0,7235
2 Kinerja Pelayanan 0,7159
Sumber: Hasil Olahan, 2014
Dari hasil uji keandalan reformasi birokrasi menunjukkan bahwa alpha
( ) = 0,7235. Ini menunjukkan bahwa harga alpha untuk variabel insentif >
0,60. artinya alat yang dipakai reliabel atau andal. Hasil uji keandalan kinerja
pelayanan diperoleh harga alpha ( ) = 0,7159.. Ini menunjukkan bahwa harga
alpha untuk variabel kinerja pelayanan > 0,60. artinya alat yang dipakai reliabel
atau andal.
4.1.9. Deskripsi Tanggapan Responden
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menginterpretasikan distribusi
jawaban responden, yang bertujuan untuk mendeskripsikan reformasi birokrasi
dan kinerja pelayanan berdasarkan jawaban para responden.
1. Reformasi Birokrasi
Bahwa reformasi birokrasi yang dilaksanakan oleh Kelurahan Lidah
Wetan Surabaya diduga berpengaruh terhadap kinerja pelayanan Kelurahan Lidah
Wetan Surabaya. Untuk mengetahui seberapa tinggi reformasi birokrasi kelurahan
Lidah Wetan Surabaya dalam menimplikasikan nilai nilai yang ditetapkan. Di
ukur melalui indikator yaitu sebagai berikut: (a) transformasi nilai, (b) penataan
71
71
organisasi dan tata kerja, (c) pemantapan system manajemen dan (d) kompetensi
SDM aparat.
a. Transformasi Nilai
Tata nilai dalam suatu sistem berperan melandasi, memberikan acuan,
menjadi pedoman perilaku, dan menghikmati eksistensi dan dinamika unsur-unsur
lainnya dalam sistem administrasi negara termasuk birokrasi. Pertama-tama
disajikan data mengenai pernyataan transformasi nilai.
Tabel 4.11.
Tanggapaan Responden tentang Transformasi Nilai
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Institusi Kelurahan Lidah
Wetan mampu merubah
pola pikir pegawai dalam
pelaksanaan tugas.
-
1
(2,5%
13
(32,5%
26
(65)
-
2 Pegawai Kelurahan dalam
melaksanakan pelayanan
selalu berpedoman pada
nilai-nilai budaya yang
ditetapkan oleh institusi.
-
-
14
(35%
26
(65%)
-
Total - 1 27 52 -[
Rata-Rata - 0,5
(1,2%)
13,5
(33,8%)
26
(65%)
-
Sumber: Data diolah, tahun 2014
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Institusi
Kelurahan Lidah Wetan mampu merubah pola pikir pegawai dalam pelaksanaan
tugas, yang menilai tidak setuju sebanyak 1 orang (2,5%), yang menilai cukup
setuju sebanyak 13 orang (32,5%), sedangkan yang menilai setuju 26 orang
(65%), sehingga daapat disimpulkan sebagian besar menilai setuju bahwa Institusi
72
72
Kelurahan Lidah Wetan mampu merubah pola pikir pegawai dalam pelaksanaan
tugas.
Berikutnya dapat diketahui Pegawai Kelurahan dalam melaksanakan
pelayanan selalu berpedoman pada nilai-nilai budaya yang ditetapkan oleh
institusi, yang menilai cukup setuju sebanyak 14 orang (35%), yang menilai
setuju sebanyak 26 orang (65%), sehingga dapat disimpulkan sebagian responden
mengatakan Pegawai Kelurahan dalam melaksanakan pelayanan selalu
berpedoman pada nilai-nilai budaya yang ditetapkan oleh institusi.
Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan mampu merubah pola pikir
dan menetapkan nilai-nilai budaya kerja memberikan kontribusi dalam
membangun indikator transformasi nilai. Berikutnya menjelaskan tentang
indikator keterampilan. Selanjutnya disajikan data tentang penataan organisasi dan
tata kerja.
b. Penataan Organisasi dan Tata Kerja
Penataan organisasi Kelurahan Lidah Wetan Surabaya didasarkan pada
visi, misi, sasaran, strategi, agenda kebijakan, program, dan kinerja kegiatan yang
terencana; dan diarahkan pada terbangunnya sosok birokrasi dengan tugas dan
tanggung jawab yang jelas, ramping, desentralistik, efisien, efektif,
berpertanggung jawaban, terbuka, serta terjalin dengan jelas satu. Untuk itu
disajikan data penataan organisasi dan tata kerja.
73
73
Tabel 4.12
Tanggapan Responden tentang Penataan Organisasi dan Tata Kerja
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Pemerintah Kota
mengadakan perubahan
organisasi kelurahan demi
wewujudkan pelayanan
prima.
-
-
14
(35%)
25
(62,5%)
1
(2,5%)
2 Pemerintah Kota
mengadakan perubahan
tata kerja kelurahan agar
mampu meningkatkan
pelayanan prima
-
-
22
(55%)
18
(45%)
-
Total - - 36 43 1
Rata-Rata - - 18
(45%)
21,5
(53,8%)
0,5
(1,2%)
Sumber :Data diolah, tahun 2014
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Pemerintah
Kota mengadakan perubahan organisasi kelurahan demi wewujudkan pelayanan
prima, yang menilai cukup setuju sebanyak 14 orang (35%), yang menilai setuju
sebanyak 25 orang (62,5%), sedangkan yang menilai sangat setuju 1 orang
(2,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai setuju bahwa
Pemerintah Kota mengadakan perubahan organisasi kelurahan demi wewujudkan
pelayanan prima.
Berikutnya dapat diketahui Pemerintah Kota mengadakan perubahan tata
kerja kelurahan agar mampu meningkatkan pelayanan prima, yang menilai cukup
setuju sebanyak 22 orang (55%), yang menilai setuju sebanyak 18 orang (45%),
sehingga dapat disimpulkan sebagian responden mengatakan Pemerintah Kota
mengadakan perubahan tata kerja kelurahan agar mampu meningkatkan pelayanan
prima. Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan Pemerintah Kota
mengadakan
74
74
perubahan organisasi kelurahan dan tata kerja memberikan kontribusi dalam
membangun indikator penatataan organisasi dan tata kerja. Selanjutnya disajikan
data tentang pemantaapan system manajemen.
c. Pemantapan Sistem Manajemen
Mengadakan restrukturisasi organisasi (kelembagaan) pemerintahan;
Mengadakan relokasi dan menyederhanakan sistem kerja, prosedur & mekanisme
kerja. Untuk lebih jelasnya disajikan data Pemantapan sisitem manajemen.
Tabel 4.13
Tanggapan Responden tentang Pemantapan Sistem Manajemen
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Istitusi Kelurahan mampu
memangkas system dan
prosedur kerja agar
memperpendek proses
pelayanan kepada
pengguna jasa.
-
-
17
(42,5%)
23
(57,5%)
-
2 Institusi Kelurahan selalu
mengevalausi hasil kerja
para pegawai yang
berkaitan dengan
pelayanan kepada
masyarakat.
-
-
20
(50%)
20
(50%)
-
Total - - 37 43 -
Rata-Rata - - 18,5
(46,2%)
21,5
(53,8%)
-
Sumber: Data diolah, tahun 2014
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Istitusi
Kelurahan mampu memangkas system dan prosedur kerja agar memperpendek
proses pelayanan kepada pengguna jasa, yang menilai cukup setuju sebanyak 17
75
75
orang (42,5%), sedangkan yang menilai setuju sebanyak 23 orang (57,5%),
sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai setuju bahwa Istitusi
Kelurahan mampu memangkas system dan prosedur kerja agar memperpendek
proses pelayanan kepada pengguna jasa.
Berikutnya dapat diketahui Institusi Kelurahan selalu mengevalausi hasil
kerja para pegawai yang berkaitan dengan pelayanan kepada masyarakat, yang
menilai cukup setuju sebanyak 20 orang (50%), yang menilai setuju sebanyak
20 orang (50%), sehingga dapat disimpulkan sebagian responden mengatakan
cukup setuju Institusi Kelurahan selalu mengevalausi hasil kerja para pegawai
yang berkaitan dengan pelayanan kepada masyarakat.
Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan mampu memangkas system
dan prosedur kerja dan mengevalausi hasil kerja para pegawai memberikan
kontribusi dalam membangun indikator pemantapan system manajemen.
Selanjutnya disajikan data tentang kompetensi SDM.
c. Kompetensi SDM.
Sosok birokrat (pegawai negeri) harus profesional sekaligus taat hukum,
netral, rasional, demokratik, inovatif, mandiri, memiliki integritas yang tinggi
serta menjunjung tinggi etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Untuk lebih jelasnya disajikan data kompetensi SDM.
76
76
Tabel 4.14
Tanggapan Responden tentang Kompetensi SDM
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Pemerintah Kota dalam
menempatkan pegawai
yang menduduki jabatan
struktural di Kelurahan
berdasarkan kompetensi
dan analisis jabatan
-
-
20
(50%)
20
(50%)
-
2 Kelurahan dalam
menempatkan petugas
pelayanan berdasarkan
kemapuan dan keahlian
-
-
21
(52,5%)
18
(45%)
1
(2,5%)
Total - - 41 38 1
Rata-Rata - - 20,5
(61,3%)
19
(47,5%)
0,5
(1,2%)
Sumber:Data diolah, tahun 2014
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Pemerintah
Kota dalam menempatkan pegawai yang menduduki jabatan struktural di
Kelurahan berdasarkan kompetensi dan analisis jabatan, yang menilai cukup
setuju sebanyak 20 orang (50%), sedangkan yang menilai setuju sebanyak 20
orang (50%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai cukup setuju
menempatkan pegawai yang menduduki jabatan struktural di Kelurahan
berdasarkan kompetensi dan analisis jabatan.
Berikutnya dapat diketahui Kelurahan dalam menempatkan petugas
pelayanan berdasarkan kemapuan dan keahlian, yang menilai cukup setuju
sebanyak 21 orang (52,5%), yang menilai setuju sebanyak 18 orang (45%),
sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak 1 orang (2,5%), sehingga dapat
disimpulkan sebagian responden mengatakan cukup setuju Kelurahan dalam
menempatkan petugas pelayanan berdasarkan kemapuan dan keahlian.
77
77
Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan pemerintah dalam
menempatkan pegawai yang menduduki jabatan struktural dan menempatkan
petugas pelayanan berdasarkan kemapuan dan keahlian, memberikan kontribusi
dalam membangun indikator kompetensi SDM.
2. Kinerja Pelayanan
Kinerja Pelayanan yaitu hasil yang dicapai institusi dalam melaksanakan
aktivitas pelayanan. Indikator Kinerja pelayanan diukur adalah: kesetiaan, prestasi
kerja, kedisiplinan, kerjasama, dan tanggung jawab.
a. Kesetiaan
Kesetiaan diukur dari kesetiaan pegawai terhadap pelaksanaan tugas
secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab terhadap amanah yang
diberikan organisasi. Untuk lebih jelasnya disajikan data kesetiaan.
Tabel 4.15
Tanggapan Responden tentang Kesetiaan
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Pegawai kelurahan dalam
melaksanakan aktivitas
pelayanan dilakukan
secara sungguh-sungguh
-
-
4
(10%)
34
(85%)
2
(5%)
2 Pegawai kelurahan dalam
melaksanakan aktivitas
pelayanan selalu
mementingkan penggua
jasa.
-
-
2
(5%)
37
(92,5%)
1
(2,5%)
Total - - 6 71 3
Rata-Rata - - 3
(7,5%)
35,5
(88,7%)
1,5
(3,8%)
Sumber: Data diolah, tahun 2014
78
78
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Pegawai
kelurahan dalam melaksanakan aktivitas pelayanan dilakukan secara sungguh-
sungguh, yang menilai cukup setuju sebanyak 4 orang (10%), yang menilai
setuju sebanyak 34 orang (85%), sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak
2 orang (5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai baik terhadap
Pegawai dalam melaksanakan aktivitas pelayanan dilakukan secara sungguh-
sungguh.
Berikutnya dapat diketahui Pegawai kelurahan dalam melaksanakan
aktivitas pelayanan selalu mementingkan penggua jasa, yang menilai cukup setuju
sebanyak 2 orang (5%), yang menilai setuju sebanyak 18 orang (45%),
sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak 37 orang (92,5%), yang menilai
sangat setuju sebanyak 1 orang (2,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian
responden mengatakan baik Pegawai kelurahan dalam melaksanakan aktivitas
pelayanan selalu mementingkan penggua jasa.
Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan aktivitas pelayanan
dilakukan secara sungguh-sungguh dan selalu mementingkan pengguna jasa,
memberikan kontribusi dalam membangun indikator kesetiaan. Selanjutnya
disajikan data tentang prestasi kerja.
b. Prestasi Kerja
Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya baik kualitas maupun kuantitas.
Untuk lebih jelasnya disajikan data prestasi kerja.
79
79
Tabel 4.16
Tanggapan Responden tentang Prestasi Kerja
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Proses pelayanan kepada
masyarakat pengguna jasa
sesuai standar yang
ditetapkan oleh Kelurahan.
-
-
5
(12,5%)
34
(85%)
1
(2,5%)
2 Dalam melaksanakan
pelayanan kepada
masyarakat selalu
mementingkan kualitas
-
-
1
(2,5%)
38
(95%)
1
(2,5%)
Total - - 6 72 2
Rata-Rata - - 3
(7,5%)
36
(90%)
1
(2,5%)
Sumber: Data diolah, tahun 2014
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Proses
pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa sesuai standar yang ditetapkan oleh
Kelurahan, yang menilai cukup setuju sebanyak 1 orang (2,5%), yang menilai
setuju sebanyak 38 orang (95%), sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak
1 orang (2,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai baik terhadap
Proses pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa sesuai standar yang
ditetapkan.
Berikutnya dapat diketahui Dalam melaksanakan pelayanan kepada
masyarakat selalu mementingkan kualitas, yang menilai cukup setuju sebanyak 2
orang (5%), yang menilai setuju sebanyak 18 orang (45%), sedangkan yang
menilai sangat setuju sebanyak 37 orang (92,5%), yang menilai sangat setuju
sebanyak 1 orang (2,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian responden
mengatakan baik, karena pelayanan kepada masyarakat selalu mementingkan
kualitas
80
80
Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan proses pelayanan kepada
masyarakat pengguna jasa sesuai standar yang ditetapkan dan selalu
mementingkan kualitas, memberikan kontribusi dalam membangun indikator
prestasi kerja. Selanjutnya disajikan data tentang kedisiplinan.
c. Kedisiplinan
Kedisiplinan berarti sejauh mana pegawai dapat mematuhi peraturan-
peraturan yang ada dan melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya. Untuk
lebih jelasnya disajikan data disiplin.
Tabel 4.17
Tanggapan Responden menurut Kedisiplin
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Dalam menjalankan tugas
pelayanan berdasarkan
prosedur kerja.
-
-
11
(27,5%)
29
(72,5%)
-
2 Pegawai kelurahan dalam
melayani masyarakat
pengguna jasa tepat
waktu.
-
-
8
(20%)
32
(80%)
-
Total - - 19 59 -
Rata-Rata - - 53,3
(66,6%)
23
(28,6%)
-
Sumber: Data diolah, tahun 2014
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dalam
menjalankan tugas pelayanan berdasarkan prosedur kerja, yang menilai cukup
setuju sebanyak 11 orang (27,5%), sedangkan yang menilai setuju sebanyak 29
orang (72,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai baik dalam
menjalankan tugas pelayanan berdasarkan prosedur kerja.
81
81
Berikutnya dapat diketahui Pegawai kelurahan dalam melayani masyarakat
pengguna jasa tepat waktu, yang menilai cukup setuju sebanyak 2 orang (5%),
yang menilai setuju sebanyak 8 orang (20%), sedangkan yang menilai sangat
setuju sebanyak 32 orang (80%), sehingga dapat disimpulkan sebagian responden
mengatakan baik, karena pegawai kelurahan dalam melayani masyarakat
pengguna jasa tepat waktu. Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan proses
dalam menjalankan tugas pelayanan berdasarkan prosedur kerja dan melayani
masyarakat pengguna jasa tepat waktu, memberikan kontribusi dalam membangun
indikator kedisiplinan. Selanjutnya disajikan data tentang kerja sama.
d. Kerja Sama
Kerja sama diukur dari kemampuan pegawai untukbekerja sama dengan
pegawai lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan sehingga hasil
pekejaannnya akan semakin baik. Untuk lebih jelasnya disajikan data kerja sama.
Tabel 4.18
Tanggapan Responden tentang Kerja Sama
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Koordinasi yang
dilakukan pegawai
kelurahan baik.
-
-
9
(22,5%)
31
(77,5%)
-
2 Dalam melaksanakan
aktivitas pelayanan
selalu bekerja sama
dengan rekan kerja
-
-
7
(17,5%)
31
(77,5%)
2
(5%)
Total 16 62 2
Rata-Rata 1
(1,2%)
3
(3,6%)
53,3
(66,6%)
23
(28,6%)
100
(100%)
Sumbert: Data diolah, tahun 2014
82
82
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa koordinasi
yang dilakukan pegawai kelurahan baik, yang menilai cukup setuju sebanyak 9
orang (22,5%), sedangkan yang menilai setuju sebanyak 31 orang (77%),
sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai baik dalam koordinasi yang
dilakukan pegawai kelurahan baik.
Berikutnya dapat diketahui Pegawai kelurahan dalam melaksanakan
aktivitas pelayanan selalu bekerja sama dengan rekan kerja, yang menilai cukup
setuju sebanyak 7 orang (17,5%), yang menilai setuju sebanyak 31 orang
(77,5%), sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak 2 orang (5%), sehingga
dapat disimpulkan sebagian responden mengatakan baik, karena pegawai dalam
melaksanakan aktivitas pelayanan selalu bekerja sama dengan rekan kerja.
Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan koordinasi yang dilakukan
pegawai dan bekerja sama dengan rekan kerja, memberikan kontribusi dalam
membangun indikator kerja sama. Selanjutnya disajikan data tentang kecakapan.
e. Kecakapan
Kecakapan diukur dari ketrampilan dan kecakapan pegawai dalam
menyelesaikan tugas. Untuk lebih jelasnya disajikan data kecakapan pegawai.
83
83
Tabel 4.19
Data Responden berdasarkan Kecakapan Pegawai
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Setiap ada permasalahan
pegawai kelurahan cepat
penaganannya.
-
-
8
(20%)
32
(80%)
2 Pegawai kelurahan selalu
merespon kebutuhan
masyarakat pengguna jasa
-
-
6
(15%)
23
(82,5%)
1
(2,5%)
Total 14 55 6
Rata-Rata - - 7
(17,5%)
22,5
(56,2%)
3
(7,5%)
Sumber:Data diolah, tahun 2014
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui setiap ada
permasalahan pegawai kelurahan cepat penaganannya, yang menilai cukup setuju
sebanyak 8 orang (20%), sedangkan yang menilai setuju sebanyak 32 orang
(80%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai baik karena setiap
ada permasalahan pegawai kelurahan cepat penaganannya.
Berikutnya dapat diketahui pegawai kelurahan selalu merespon kebutuhan
masyarakat pengguna jasa, yang menilai cukup setuju sebanyak 6 orang (15%),
yang menilai setuju sebanyak 23 orang (82,5%), sedangkan yang menilai sangat
setuju sebanyak 1 orang (2,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian responden
mengatakan baik, karena pegawai kelurahan selalu merespon kebutuhan
masyarakat pengguna jasa.
Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan setiap ada permasalahan
pegawai kelurahan cepat penaganannya dan merespon kebutuhan masyarakat
pengguna jasa, memberikan kontribusi dalam membangun indikator kecakapan
pegawai. Selanjutnya disajikan data tentang tanggung jawab.
84
84
f. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang pegawai menyelesaikan
pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada
waktunya serta berani memikul resiko pekerjaan yang dilakukan. Untuk lebih
jelasnya disajikan data tanggung jawab.
Tabel 4.20
Data Responden berdasarkan Tanggung Jawab
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Pegawai selalu
bertanggung jawab
terhadap tugas telah telah
dibebankan.
-
-
6
(15%)
33
(82,%)
1
(2,5%)
Sumber: Data diolah, tahun 2014
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui Pegawai selalu
bertanggung jawab terhadap tugas telah telah dibebankan, yang menilai cukup
setuju sebanyak 6 orang (15%), yang menilai setuju sebanyak 33 orang (82%),
sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak 1 orang (2,5%), sehingga dapat
disimpulkan sebagian besar menilai baik karena Pegawai selalu bertanggung
jawab terhadap tugas telah telah dibebankan.
Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan pegawai selalu bertanggung
jawab terhadap tugas telah telah dibebankan, memberikan kontribusi dalam
membangun indikator tanggung jawab.
85
85
4.2. Analisis dan Interpretasi
4.2.1. Analisis
a. Analisis Persamaan Regresi
Analisis regresi sederhana bertujuan untuk mengukur pengaruh variabel
bebas reformasi terhadap variabel tergantung kinerja pelayasnan. Dari hasil
perhitungan analisis regresi sederhana didapat hasil sebagai berikut :
Y = a+ ß.X
Y = 27,990 + 0,511 X
a = Nilai 27,990 berarti bahwa apabila reformasi birokrasi tidak dilaksanakan
dengan baik oleh Kelurahan Lidah Wetan Surabaya maka kinerja pelayanan
nilainya tetap sebesar 27,990.
B = 0,511, nilai ini mengandung pengertian bahwa apabila Kelurahan Lidah
Wetan Surabaya melaksanakan reformasi birokrasi di institusinya dengan
baik dan benar, akan memperoleh kenaikan sebesar satu satuan, maka akan
diikuti kenaikan kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya
sebesar 0,790.
c. Uji t
Tabel 4.21
Hasil Uji t
Coefficients a
27.990 3.361 8.327 .000
.511 .118 .576 4.347 .000
(Constant)
REFORMASI BIROKRASI
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: KINERJA PELAYANANa.
86
86
Uji t digunakan untuk menghitung koefisien regresi dengan bantuan
Statistical Program for Sosial Science (SPSS). Dari hasil analisis menunjukkan
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel reformasi birokrasi terhadap
variabel kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya. Ini terbukti t =
4,347 pada Sig sebesar 0,000. atau ( sig. < 0,05) Artinya bahwa variabel
reformasi birokrasi dapat dipakai sebagai dasar untuk memprediksi kinerja
pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya. Ini menunjukkan bahwa hipotesis
yang dikemukakan didukung oleh data.
b. Uji Determinan
Tabel 4.22
Uji Determinan
Model Summary
.576a .332 .315 1.76825
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), REFORMASI BIROKRASIa.
Sedangkan untuk mengetahui kontribusi yang diberikan variabel reformasi
birokrasi terhadap kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, dapat
dilihat di bawah ini.
RSguare = 0,332 atu 33,20%
Artinya bahwa variabel reformasi birokrasi memberikan kontribusi
kepada variabel kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya sebesar
33,20%, sedangkan sisanya 66,80% merupakan variabel-variabel yang tidak
terprediksi dalam penelitian ini.
87
87
4.2.2. Interpretasi
Pengaruh Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan
Berdasarkan hasil penelitian terlihat ada pengaruh signifikan antara
reformasi birokrasi terhadap kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya.
Ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya kinerja pelayanan kelurahan Lidah
Wetan Surabaya sangat dipengaruhi oleh reformasi birokrasi yang di Kelurahan
tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dwiyanto,dkk, (2002) terlihat
bahwa dari segi kinerja pelayanan, birokrasi yang ada cenderung tidak
sepenuhnya mencurahkan waktu dan tenaga untuk menjalankan tugasnya. Hampir
40% birokrat yang menjadi responden dalam penelitian menyatakan bahwa
mereka memiliki pekerjaan lain di luar pekerjaannya sebagai aparatur negara.
Kondisi ini otomatis mengurangi konsentrasi mereka dalam bekerja.
Pengertian reformasi ini sesungguhnya mencakup dua hal yaitu reformasi
dan transformasi. Menurut Istianto (2013:70), reformasi mempunyai arti filosofis
bahwa segala persoalan kehidupan manusia dilihat dari sudut pandang
manusianya sebagai akar persoalan, sedang tarnsformasi dari sudut pandang
bahwa suatu perubahan mampu sampai pada perombakan sistem dan struktur.
Reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur
negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis
menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan
88
88
dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu harus segera diambil langkah-
langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
Reformasi di sini merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap
dan berkelanjutan, sehingga tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat
radikal dan revolusioner.
Sesungguhnya kalangan birokrasi sendiri tidak menutup mata dan telinga
terhadap ketidakpuasan masyarakat berkait dengan performance dan kinerja
mereka, sehingga kemudian lahir kesadaran dari internal diri mereka untuk
melakukan perubahan paradigma dari berorientasi penguasa menjadi pelayanan
masyarakat. Akan tetapi perubahan yang dilakukan mereka ini, oleh masyarakat
dirasa tidak cukup signifikan dan tidak cukup cepat.
Berkaitan dengan hal tersebut Widodo (2012) mengatakan bahwa
reformasi birokrasi merupakan perubahan signifikan elemen-elemen birokrasi,
antara lain kelembagaan, sumberdaya manusia aparatur, ketatalaksanaan,
akuntabilitas aparatur, pengawasan, dan pelayanan publik. Pada aspek
kelembagaan perlu dibangun agar dicapai lembaga yang efektif dan efisien dalam
melaksanakan aktivitas kerja. Pada aspek sumber daya manusia, mengembangkan
profesional kerja dan kompeten merupakan salah satu faktor penentu birokrasi
dalam mencapai tataran kinerja secara optimal. Karena itu sumber daya manusia
dalam birokrasi juga perlu dibangun, dalam arti ditingkatkan kompetensinya. Pada
aspek ketatalaksanaan juga perlu dibangun agar seluruh unsur lembaga dapat
bekerja sesuai dengan mekanisme, prosedur, metode yang telah ditetapkan.
89
89
Berdasarkan perubahan paradigma seperti di atas, maka pengelolaan
kewenangan di bidang pemerintahan perlu menyesuaikan terhadap hal tersebut. Di
bidang pengelolaan kewenangan pemerintahan harus dilakukan repositioning
bagaimana sebaiknya kewenangan pemerintah itu dikelola. Upaya melakukan
repositioning ini sama halnya dengan melakukan dan menentukan strategi
perubahan dan pembaharuan administrasi pemerintahan.
Dengan melakukan perubahan-perubahan pada semua aspek diharapkan
akan mampu meningkatkan kinerja pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa.
Dari penjelasan tersebut di atas terlihat ada keterkaitan antara reformasi dengan
kinerja pelayanan kelurahan Lidah Wetan Surabaya.
90
90
BAB V
P E N U T U P
Berdasarkan uraian yang disajikan dalam bab-bab sebelumnya, terutama
mengenai hasil penelitian dan Interpretasi, peneliti mencoba untuk menarik
beberapa kesimpulan dan saran.
5.1. Kesimpulan
a. Upaya-upaya reformasi birokrasi yang telah dilaksanakan pada Kantor
Kelurahan Lidah Wetan Surabaya:
- Telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya berpendoman pada
peraturan Wali Kota Surabaya No 18 tahun 2007;
- Dalam hal pelayanan surat seperti: KTP, KSK dan syarat lain-lain
hanya satu hari selesai;
- Dalam kedisiplinan pegawai hadir tepat waktu (datang dan pulang
sesuai dengan jam kerja);
- Semua program yang ada pada Kantor Kelurahan Lidah Wetan
dilaksanakan sesuai tujuan dan sasaran;
- Hal-hal tersebut di atas merupakan pelaksanaan perubahan posisi dan
peran (revitalisasi), artinya bahwa dengan revitalisasi tersebut pegawai
Kantor Keluraha Lidah Wetan Surabaya dapat melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya secara professional dengan demikian hasil kerja
mereka akan menjadi baik dan terpercaya;
90
91
91
- 5. SDM yang dimilikipun cukup baik terbukti 50% lebih pegawai
lulusan S1 dan S2, begitu juga dalam kepangkatan dan golongan 63%
terdiri dari golongan III, artinya bahwa dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya mereka dapat melakukannya sesuai dengan bekal
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan mereka, dengan demikian
akan tercipta pegawai yang berkualitas.
b. Diperoleh hasil analisis yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara reformasi birokrasi terhadap kinerja pelayanan
Kelurahan. Artinya bahwa reformasi birokrasi dapat dijadikan sebagai
dasar untuk memprediksi terhadap kinerja pelayanan Kelurahan Lidah
Wetan Surabaya.
c. Kontribusi yang diberikan oleh variabel reformasi birokrasi terhadap
kinerja pelayanan sebesar 33,20%, sedangkan sisanya 66,80%
merupakan variabel-variabel yang tidak terprediksi dalam penelitian ini.
5.2. Saran
a. Bagi Keluarahan Lidah Wetan Surabaya
Upaya yang harus dilakukan Institusi Kelurahan Lidah Wetan Surabaya
dalam rangka peningkatkan kinerja pelayanan, perlu peningkatan
kompetensi sumber daya manusia, sedangkan dalam meningkatkan
sumber dayha manusia perlu melaksanakan pengembangan SDM dengan
melalui pelatihan dan pendidikani pegawai sesuai dengan bidang
pekerjaannya.
92
92
b. Bagi Pegawai
Perlu memperbaiki diri, khususnya memperbaiki pola pikir, memperbaiki
sikap dan tingkalu dalam melaksanakan aktivitas pelayanan kepada
masyarakat pengguna jasa. Dengan memperbaiki atau mengadakan
perubahan pada aspek sumber daya manusia diharapkan alkan mampu
meningkatkan kinerja pelayanan.
c. Bagi Peneliti
Hasil Penelitian hendaklah dapat dipergunakan sebagai bahan untuk
penelitian berikutnya dengan mempertimbangkan keterbatasan-
keterbatasan dalam penelitian ini.
93
93
DAFTAR PUSTAKA
Albrow, Martin, 2005, Birokrasi (terj.), Yogyakarta: Tiara Wacana, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. PT Rineka Cipta, Jakarta
Ashari, Edy Topo, 2010, Reformasi Birokrasi Badan Kepegawaian Negara:
Rencana Dan Strategi Implementasi, Jurnal Kebijakan dan Manajemen
PNS VOL. 4, No.1, Juni 2010
Beetham, D. 1990. Birokrasi. Jakarta: Bumi Aksara
Benveniste, G. 1991. Birokrasi. Jakarta. Rajawali
Bertens, K (2001), Etika. Seri Filsafat Atmajaya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Blau, M.P. dan Meyer, M.W. 2000. Birokrasi dalam Masyarakat Modern. Jakarta.
Prestasi Pustakaraya.
Blau, Peter M, 2000, Bureaucracy in Modern Society (terj), Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Dwiyanto, Agus. dkk., 2001. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Laporan
Penelitian, Kerjasama Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gadjah Mada dan Ford Foundation., Yogyakarta
_________________, 2006. Reformasi Birokrasi Publik Di Indonesia ,Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
__________________, 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Cet. III,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
Erwan Agus Purwanto, 2009. Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan dan Pelayanan
Publik: Kajian tentang pelaksanaan pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia. Gava Media, JIAN-UGM, MAP-UGM, Yogyakarta
Hadi, Sutrisno.2001. Metodologi Research. Fakultas Psikologi Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.
Hasibuan S.P Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi
Aksara, Jakarta.
Mahmudi. 2005. Manajemen kinerja sektor publik. Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN.
94
94
Mahsun, Mohamad.2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:
Penerbit BPFE.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Evaluasi Kinerja. PT. Refika Aditama.
Bandung.
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publ . Alfabeta, Bandung.
Prasojo, Eko, Nugroho, Asad, Hardjapamekas, Nursahid, Fajar, 2006, Mengurai
benang Kusut Birokrasi, Piramedia, Jakarta.
Prasojo, Eko dan Kurniawan, 2008, Reformasi dan Good Governance: Kasus Best
Practices dari sejumlah Daerah di Indonesia, Jurnal Antropologi Indonesia,
Internasional Simposium, Banjarmasin, 22-25 Juli 2008.
Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerj. PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
Siagian, Sondang P. 2002. Teori Pengembangan Organisasi. Bumi Aksara.
Jakarta.
Siegel, Sidney. 1988. Statistik Non Paramentrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
PT.Gramnedia, Jakarta.
Sinambela, Lijan Poltak. Dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori,
Kebijakan dan Implementasi. Bumi Aksara, Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2000. Metode Penelitian Survei.
Yogyakarta: LP3ES.
Sugiyono.2003. Metode Penelitian Administratif. CV. Alfabeta. Bandung.
Suprapto. 2002. Standarisasi Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Menuju Era
Global. Pusat Penelitian dan Pengenbangan BKN. Jakarta.
Thoha, M. 2002. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Rajawali Pers, Jakarta.
_____________, 2004, Birokrasi Politik di Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
Tjokrowinoto, dkk, 2001. Birokrasi dalam Polemik, Pustaka Pelajar, Unismuh,
Malang
_______________, 2004, Birokrasi Dalam Polemik , Pusataka Pelajar, Malang.
95
95
DATA PENGISIAN ANGKET
Jenis Kelamin : …………………………………….
U m u r : …………………………………….
Jenis Kelamin : …………………………………….
Pendidikan : ……………………………………..
Masa kerja : …………………………………….
Petunjuk : Pililah salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai dan
berilah tanda silang pada jawaban pertanyaan yang telah tersedia.
Adapun maksud dari kriteria jawaban, dalam angket ini adalah :
1 = sangat tidak setuju (STS)
2 = tidak setuju (TS)
3 = cukup (C)
4 = setuju (S)
5 = sangat setuju (SS)
REFORMASI BIROKRASI (X)
NO.
ANGKET SS S CS TS STS
1 Institusi Kelurahan Lidah Wetan mampu
merubah pola pikir pegawai dalam
pelaksanaan tugas..
2 Pegawai Kelurahan dalam melaksanakan
pelayanan selalu berpedoman pada nilai-
nilai budaya yang ditetapkan oleh
institusi
3 Pemerintah Kota mengadakan perubahan
organisasi kelurahan demi wewujudkan
pelayanan prima
4 Pemerintah Kota mengadakan
perubahan tata kerja kelurahan agar
mampu meningkatkan pelayanan prima
5 Istitusi Kelurahan mampu memangkas
system dan prosedur kerja agar
memperpendek proses pelayanan kepada
96
96
pengguna jasa
6 Institusi Kelurahan selalu mengevalausi
hasil kerja para pegawai yang berkaitan
dengan pelayanan kepada masyarakat.
7 Pemerintah Kota dalam menempatkan
pegawai yang menduduki jabatan
struktural di Kelurahan berdasarkan
kompetensi dan analisis jabatan
8 Kelurahan dalam menempatkan petugas
pelayanan berdasarkan kemapuan dan
keahlian
KINERJA PELAYANAN (Y)
NO.
DAFTAR PERNYATAAN SS S CS TS STS
1 Pegawai kelurahan dalam melaksanakan
aktivitas pelayanan dilakukan secara
sungguh-sungguh.
2 Pegawai kelurahan dalam melaksanakan
aktivitas pelayanan selalu mementingkan
penggua jasa.
3 Proses pelayanan kepada masyarakat
pengguna jasa sesuai standar yang
ditetapkan oleh Kelurahan..
4 Dalam melaksanakan pelayanan kepada
masyarakat selalu mementingkan
kualitas.
5 Dalam menjalankan tugas pelayanan
berdasarkan prosedur kerja.
6 Pegawai kelurahan dalam melayani
masyarakat pengguna jasa tepat waktu.
97
97
7 Koordinasi yang dilakukan pegawai
kelurahan baik.
8 Dalam melaksanakan aktivitas pelayanan
selalu bekerja sama dengan rekan kerja.
9 Setiap ada permasalahan pegawai
kelurahan cepat penaganannya.
10 Pegawai kelurahan selalu merespon
kebutuhan masyarakat pengguna jasa.
11 Pegawai saya selalu bertanggung jawab
terhadap tugas telah telah dibebankan.
DATA TABULASI
REFORMASI BIROKRASI
No 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL
1 3 3 4 3 3 3 3 3 25
2 4 4 3 3 3 3 3 3 26
3 4 4 4 3 4 3 3 3 28
4 3 3 4 3 3 3 3 3 25
5 4 4 3 3 4 4 4 3 29
6 4 4 4 4 4 4 3 4 31
7 3 3 5 3 4 3 3 3 27
8 4 4 4 3 4 3 4 4 30
9 4 4 4 4 3 4 4 3 30
10 3 3 3 3 3 3 3 3 24
11 4 4 3 4 4 4 4 4 31
12 4 4 4 3 3 4 3 3 28
13 3 4 4 4 4 4 4 4 31
14 4 3 3 4 3 3 3 4 27
15 4 4 4 4 4 4 4 4 32
16 3 4 4 4 3 4 4 4 30
17 4 3 3 3 3 3 3 3 25
18 4 4 4 4 3 4 3 4 30
19 3 3 3 4 4 3 3 4 27
20 4 4 4 3 3 4 4 3 29
21 4 3 3 3 3 3 3 3 25
22 4 4 4 4 4 3 4 4 31
23 3 4 3 3 3 3 3 3 25
98
98
24 4 3 3 3 3 3 3 3 25
25 3 4 4 4 4 3 3 4 29
26 4 4 3 3 3 3 4 3 27
27 4 4 4 4 4 3 4 4 31
28 3 3 4 4 4 4 4 4 30
29 4 4 4 4 4 3 4 4 31
30 4 3 4 4 3 4 4 4 30
31 4 3 4 3 4 4 3 3 28
32 3 4 4 4 4 4 3 4 30
33 4 4 4 3 4 4 4 3 30
34 4 4 3 3 4 3 4 3 28
35 4 3 4 3 4 4 4 3 29
36 3 4 4 4 4 4 4 4 31
37 3 4 3 3 4 4 3 3 27
38 4 4 4 4 4 4 4 4 32
39 4 3 4 3 4 4 4 5 31
40 4 4 3 3 3 3 3 3 26
DATATABULASI
KINERJA PELAYANAN
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 TOTAL
1 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 40
2 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 40
3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 40
4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 41
5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 46
6 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 46
7 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
10 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
12 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 41
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 42
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
15 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 46
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
17 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 43
18 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 43
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
20 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 43
21 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
22 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
23 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 40
24 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 40
25 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 40
26 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 43
99
99
Correlations
1 .172 -.079 -.024 .059 .141 .328* .043 .323*
. .289 .628 .885 .716 .387 .039 .793 .042
40 40 40 40 40 40 40 40 40
.172 1 .045 .242 .217 .210 .314* .096 .486**
.289 . .781 .132 .178 .194 .048 .557 .001
40 40 40 40 40 40 40 40 40
-.079 .045 1 .276 .339* .337* .241 .308 .540**
.628 .781 . .085 .033 .033 .134 .053 .000
40 40 40 40 40 40 40 40 40
-.024 .242 .276 1 .269 .302 .302 .734** .667**
.885 .132 .085 . .093 .059 .059 .000 .000
40 40 40 40 40 40 40 40 40
.059 .217 .339* .269 1 .253 .354* .415** .613**
.716 .178 .033 .093 . .115 .025 .008 .000
40 40 40 40 40 40 40 40 40
.141 .210 .337* .302 .253 1 .400* .274 .619**
.387 .194 .033 .059 .115 . .011 .087 .000
40 40 40 40 40 40 40 40 40
.328* .314* .241 .302 .354* .400* 1 .365* .706**
.039 .048 .134 .059 .025 .011 . .021 .000
40 40 40 40 40 40 40 40 40
.043 .096 .308 .734** .415** .274 .365* 1 .704**
.793 .557 .053 .000 .008 .087 .021 . .000
40 40 40 40 40 40 40 40 40
.323* .486** .540** .667** .613** .619** .706** .704** 1
.042 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .
40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
X18
REFORMASI BIROKRASI
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18
REFORMASI
BIROKRASI
Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed).**.
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
30 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 43
31 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 41
32 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 41
33 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
34 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 41
35 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 41
36 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 43
37 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 40
38 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 46
39 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45
40 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 36
Correlations Reformasi Birokrasi
100
100
Correlations
1 -.012 -.035 .000 .211 .098 .242 .818** -.065 .122 .122 .497**
. .942 .831 1.000 .190 .549 .133 .000 .690 .452 .452 .001
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
-.012 1 .220 .000 -.056 .183 .170 -.025 .413** .201 -.029 .328*
.942 . .172 1.000 .729 .257 .294 .878 .008 .214 .860 .039
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
-.035 .220 1 .299 .284 .535** .016 -.073 .367* .586** .084 .577**
.831 .172 . .061 .075 .000 .922 .654 .020 .000 .608 .000
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
.000 .000 .299 1 .250 .280 .268 .000 .280 .280 .560** .530**
1.000 1.000 .061 . .119 .081 .095 1.000 .081 .080 .000 .000
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
.211 -.056 .284 .250 1 .112 .204 .199 -.028 .088 -.053 .426**
.190 .729 .075 .119 . .491 .206 .219 .864 .591 .747 .006
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
.098 .183 .535** .280 .112 1 .030 .000 .375* .157 .157 .516**
.549 .257 .000 .081 .491 . .855 1.000 .017 .335 .335 .001
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
.242 .170 .016 .268 .204 .030 1 .245 .329* -.019 .131 .481**
.133 .294 .922 .095 .206 .855 . .127 .038 .909 .420 .002
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
.818** -.025 -.073 .000 .199 .000 .245 1 .000 .051 .051 .460**
.000 .878 .654 1.000 .219 1.000 .127 . 1.000 .753 .753 .003
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
-.065 .413** .367* .280 -.028 .375* .329* .000 1 .313* .470** .605**
.690 .008 .020 .081 .864 .017 .038 1.000 . .049 .002 .000
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
.122 .201 .586** .280 .088 .157 -.019 .051 .313* 1 .529** .586**
.452 .214 .000 .080 .591 .335 .909 .753 .049 . .000 .000
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
.122 -.029 .084 .560** -.053 .157 .131 .051 .470** .529** 1 .527**
.452 .860 .608 .000 .747 .335 .420 .753 .002 .000 . .000
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
.497** .328* .577** .530** .426** .516** .481** .460** .605** .586** .527** 1
.001 .039 .000 .000 .006 .001 .002 .003 .000 .000 .000 .
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
KINERJA PELAYANAN
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11
KINERJA
PELAYANAN
Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Correlations Kinerja Pelayanan
101
101
Statistics
40 40 40 40 40 40 40 40
0 0 0 0 0 0 0 0
Valid
Missing
N
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18
Frequencies Reformasi Birokrasi
Frequency Table
X11
1 2.5 2.5 2.5
13 32.5 32.5 35.0
26 65.0 65.0 100.0
40 100.0 100.0
2.00
3.00
4.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
X12
14 35.0 35.0 35.0
26 65.0 65.0 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
X13
14 35.0 35.0 35.0
25 62.5 62.5 97.5
1 2.5 2.5 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
5.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
X14
22 55.0 55.0 55.0
18 45.0 45.0 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
102
102
X15
17 42.5 42.5 42.5
23 57.5 57.5 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
X16
20 50.0 50.0 50.0
20 50.0 50.0 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
X17
20 50.0 50.0 50.0
20 50.0 50.0 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
X18
21 52.5 52.5 52.5
18 45.0 45.0 97.5
1 2.5 2.5 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
5.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
103
103
Statistics
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Valid
Missing
N
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11
Frequencies Kinerja Pelayanan
Frequency Table
Y1
4 10.0 10.0 10.0
34 85.0 85.0 95.0
2 5.0 5.0 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
5.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Y2
2 5.0 5.0 5.0
37 92.5 92.5 97.5
1 2.5 2.5 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
5.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Y3
5 12.5 12.5 12.5
34 85.0 85.0 97.5
1 2.5 2.5 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
5.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Y4
1 2.5 2.5 2.5
38 95.0 95.0 97.5
1 2.5 2.5 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
5.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
104
104
Y5
11 27.5 27.5 27.5
29 72.5 72.5 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Y6
8 20.0 20.0 20.0
32 80.0 80.0 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Y7
9 22.5 22.5 22.5
31 77.5 77.5 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Y8
7 17.5 17.5 17.5
31 77.5 77.5 95.0
2 5.0 5.0 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
5.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Y9
8 20.0 20.0 20.0
32 80.0 80.0 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Y10
6 15.0 15.0 15.0
33 82.5 82.5 97.5
1 2.5 2.5 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
5.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
105
105
Y11
6 15.0 15.0 15.0
33 82.5 82.5 97.5
1 2.5 2.5 100.0
40 100.0 100.0
3.00
4.00
5.00
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Reliability Reformasi Birokrasi
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis
******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P
H A)
Reliability Coefficients
N of Cases = 40.0 N of Items = 8
Alpha = .7235
Reliability Kinerja Pelayanan ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis
******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P
H A)
Reliability Coefficients
N of Cases = 40.0 N of Items = 11
Alpha = .7159
106
106
Coefficients a
27.990 3.361 8.327 .000
.511 .118 .576 4.347 .000
(Constant)
REFORMASI BIROKRASI
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: KINERJA PELAYANANa.
Regression
Variables Entered/Removed b
REFORMA
SI
BIROKRAS
Ia
. Enter
Model
1
Variables
Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: KINERJA PELAYANANb.
Model Summary
.576a .332 .315 1.76825
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), REFORMASI BIROKRASIa.
ANOVA b
59.085 1 59.085 18.897 .000a
118.815 38 3.127
177.900 39
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), REFORMASI BIROKRASIa.
Dependent Variable: KINERJA PELAYANANb.