skripsi bab ii

25
  10 BAB II LANDASAN TEORI A. Tata Tertib 1. Pengertian Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang didalamnya terdiri dari berbagai komponen yaitu siswa, guru, kepala sekolah, staff tata usaha, benda-benda dan lain sebagainya. Dan secara umum dapat dikatakan bahwa siswa, guru dan kepala sekolah secara bersama - sama  berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama pula mengatur dan membina serta menyelenggarakan program - program yang ditentukan dan diatur oleh Dinas Pendidikan yang dilaksanakan secara terus - menerus. Dalam upaya memudahkan pelaksanaan program yang sudah ada, maka sekolah membuat peraturan dan tata tertib sekolah. Tata tertib mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kedisplinan, karena kedisiplinan merupakan salah satu faktor penting di dalam penegakan peraturan dan tata tertib sekolah. Tingkat kesadaran akan kedisplinan yang dimiliki oleh siswa sangat berpengaruh terhadap tingkat  pelanggaran tata tertib sekolah. Menurut kamus b esar bahasa Indonesia ( Depdiknas,2002:1185) menyebutkan bahwa tata tertib mengandung kumpulan atau kaidah menurut peraturan.

Upload: ynavischa

Post on 11-Jul-2015

1.476 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 1/25

 

 

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A.  Tata Tertib

1.  Pengertian

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang didalamnya

terdiri dari berbagai komponen yaitu siswa, guru, kepala sekolah, staff tata

usaha, benda-benda dan lain sebagainya. Dan secara umum dapat

dikatakan bahwa siswa, guru dan kepala sekolah secara bersama - sama

berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama pula mengatur dan

membina serta menyelenggarakan program - program yang ditentukan dan

diatur oleh Dinas Pendidikan yang dilaksanakan secara terus - menerus.

Dalam upaya memudahkan pelaksanaan program yang sudah ada, maka

sekolah membuat peraturan dan tata tertib sekolah.

Tata tertib mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

kedisplinan, karena kedisiplinan merupakan salah satu faktor penting di

dalam penegakan peraturan dan tata tertib sekolah. Tingkat kesadaran akan

kedisplinan yang dimiliki oleh siswa sangat berpengaruh terhadap tingkat

pelanggaran tata tertib sekolah.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia ( Depdiknas,2002:1185)

menyebutkan bahwa tata tertib mengandung kumpulan atau kaidah

menurut peraturan.

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 2/25

 

11

Menurut Muchdarsyah Sinungan ( 2005:145 ), tata tertib adalah

sekumpulan aturan - aturan yang ditujukan oleh semua komponen di dalam

suatu lembaga atau organisasi agar selalu tunduk dan melaksanakan apa

yang telah ditetapkan.

Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau

aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya

proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat

berjalan dengan baik jika Guru, aparat sekolah dan siswa telah saling

mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan

dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang

diterapkan di sekolah. Peraturan sekolah yang berupa tata tertib sekolah

merupakan kumpulan aturan - aturan yang dibuat secara tertulis dan

mengikat di lingkungan sekolah.

Dari beberapa pengertian tentang tata tertib diatas, dapat

disimpulkan bahwa tata tertib adalah suatu aturan  –  aturan atau kaidah

yang dibuat berdasarkan nilai nilai yang dianut di sekolah dan masyarakat

dan harus dipatuhi oleh seluruh komponen yang berada didalamnya.

Dengan adanya peraturan tata tertib tersebut diharapkan dapat

dijadikan rambu - rambu dalam berperilaku bagi semua individu dalam

kegiatan proses pendidikan di sekolah, misalnya bagaimana siswa

berperilaku terhadap sesama teman, guru, kepala sekolah dan semua

komponen yang ada di dalamnya.

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 3/25

 

12

2.  Fungsi Dan Tujuan Tata Tertib

Secara umum dibuatnya tata tertib sekolah mempunyai tujuan

utama agar semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan

kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah

dapat berjalan dengan lancar. Prinsip tata tertib sekolah adalah diharuskan,

dianjurkan dan ada yang tidak boleh dilakukan dalam pergaulan

dilingkungan sekolah.

Tata tertib sekolah harus ada sanksi atau hukuman bagi yang

melanggarnya. Menjatuhkan hukuman sebagai jalan keluar terakhir,

harusdipertimbangkan sesuai dengan perkembangan siswa. Sehingga

perkembangan jiwa siswa tidak dan jangan sampai dirugikan. Tata tertib

sekolah dibuat dengan tujuan sebagai berikut:

a.  Agar siswa mengetahui tugas, hak dan kewajibannya.

b.  Agar siswa mengetahui hal - hal yang diperbolehkan dankreatifitas

meningkat serta terhindar dari masalah  –  masalah yang dapat

menyulitkan dirinya.

c.  Agar siswa mengetahui dan melaksanakan dengan baik dan

sungguh - sungguh seluruh kegiatan yang telah diprogramkan oleh

sekolah.

Sedangkan fungsi dari tata tertib sekolah menurut Hurlock 

(2001:85), adalah wujud dari peraturan sekolah yang mempunyai dua

fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk yang

bermoral:

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 4/25

 

13

1)  Fungsi yang pertama adalah bahwa peraturan mempunyai

nilai pendidikan sebab peraturan memperkenalkan pada anak 

perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut, misalnya

anak belajar dari peraturan tentang memberi dan menerima

dan mendapat bantuan dalam fungsi sekolahnya bahwa

menyerahkan tugas yang dibuatnya sendiri merupakan satu-

satunya metode yang dapat diterima sekolah untuk menilai

prestasinya.

2)  Fungsi yang kedua adalah peraturan membantu mengekang

perilaku yang tidak diinginkan. Bila peraturan keluarga

mengatur bahwa tidak seorang anakpun boleh mengambil

mainan milik saudaranya tanpa pengetahuan dan ijin si

pemilik, maka anak akan segera ditegur bahwa hal ini

dianggap perilaku yang tidak baik.

Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi tersebut di atas,

peraturan itu harus dimengerti, diingat dan diterima oleh si anak. Bila

peraturan diberikan dalam kata-kata yang tidak dimengerti atau hanya

sebagai pedoman perilaku sehingga gagal mengekang perilaku yang tidak 

diinginkan.

Sebagai pedoman perilaku belajar siswa dalam berhubungan

dengan semua lingkungan di sekolah. Begitu juga di SMP Negeri 7 Kota

Magelang telah memiliki tata tertib sekolah yang ditujukan kepada siswa

agar mereka selalu menunjukkan perilaku belajar di sekolah sesuai dengan

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 5/25

 

14

apa yang dirumuskan dalam tata tertib sekolah, berdasarkan pada pendapat

tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa tata tertib sekolah

berfungsi untuk mengintegrasikan anggota masyarakat sekolah dan untuk 

mengatur serta mengendalikan perilaku siswa di sekolah agar tercipta

keadaan yang tenang, tertib, terkendali sehingga proses penyelenggaraan

pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Setiap lembaga apapun namanya dalam mengendalikan segala

sesuatu tertentu pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai. Demikian

halnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dalam mengadakan

dan mengatur tata tertib juga ada tujuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

diadakan tata tertib sekolah adalah agar tercipta suasana sekolah yang

kondusif, guru mampu melaksanakan tugas pembelajaran secara optimal,

siswa mampu mengembangkan identitas keberhasilan sehingga

membentuk watak disiplin, mandiri, dan santun, serta membentuk rasa

hormat kepada kepala sekolah, guru, orang tua, maupun sesama teman.

3.  Bentuk Perilaku Pelanggaran Tata Tertib Sekolah

Menurut Willis (2004:31), klasifikasi pelanggaran yang dilakukan

oleh siswa dimulai dari pelanggaran kecil sampai pelanggaran berat.

Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

a.  Pelanggaran ringan seperti membolos, malas belajar, kesulitan

belajar bidang pelajaran tertentu, bertengkar, berkelahi, suka ramai

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 6/25

 

15

di dalam kelas, tidak mengerjakan tugas atau PR, terlambat datang

ke sekolah, tidak ikut upacara bendera tanpa alasan yang jelas.

b.  Pelanggaran sedang seperti berpacaran, berkelahi antar sekolah

lain, menyalah gunakan uang SPP, merokok.

c.  Pelanggaran berat seperti membawa minuman keras, narkoba,

membawa senjata tajam, hamil, menodong dan perilaku lainya

yang mengarah pada tindakan kriminal.

Djiwandono (2002:307), menjelaskan bahwa bentuk pelanggaran

atau gangguan tata tertib yang sering dilakukan oleh siswa antara lain :

bicara di kelas, keluar kelas tanpa ijin, gagal mengikuti aturan kelas dan

tidak ada perhatian.

Lebih lanjut Soesilowindrarini (2003:194), menyebutkan bahwa

sikap tidak perhatian adalah: mengganggu guru sehingga membuat guru

menjadi jengkel, tidak membuat PR, berbisik-bisik saat diterangkan,

merokok di toilet, mencontek, membolos dan lain sebagainya.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas diatas dapat disimpulkan

bahwa bentuk - bentuk perilaku pelanggaran terhadap tata tertib sekolah

adalah bentuk perilaku yang tidak diinginkan oleh penyelenggaraan

sekolah. Bentuk perilaku pelanggaran tata tertib sekolah seperti membolos,

berkelahi, terlambat, membuat gaduh di dalam kelas, tidak mengerjakan

PR, mencontek, membantah perintah guru, tidak membawa buku-buku

maupun alat-alat pelajaran sekolah, tidak mengikuti upacara, tidak 

mengerjakan tugas piket, merokok, merusak benda-benda milik sekolah,

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 7/25

 

16

pencurian, membawa barang-barang terlarang misalnya senjata tajam,

gambar gambar porno, dan lain sebagainya, semua itu termasuk jenis-jenis

pelanggaran tata tertib sekolah.

Penelitian ini mengubah bentuk perilaku melanggar tata tertib

sekolah menjadi perilaku yang mematuhi peraturan tata tertib sekolah.

Dengan kata lain siswa diharapkan mampu disiplin dalam mematuhi

peraturan tata tertib sekolah. Dengan demikian orang yang disiplin akan

berperilaku selalu mematuhi peraturan tata tertib yang berlaku di sekolah

sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi dari sekolah tersebut. Dalam

penelitian ini perilaku yang ingin dimunculkan adalah bentuk perilaku

tertib yang berupa tidak terlambat sekolah, selalu beratribut lengkap, tidak 

membolos, dan tidak gaduh baik di dalam maupun di luar lingkungan

sekolah, dan selalu mengerjakan segala bentuk tugas atau PR yang

diberikan dengan baik.

4.  Faktor - faktor yang Mempengaruhi Tata Tertib

Siswa SMP termasuk dalam remaja awal , masuk dalam usia 12-15

tahun yang disebut sebagai fase remaja ( Rochmah,2005:178).

Hurlock ( 2001:212 ) mengatakan bahwa secara tradisional masa

remaja dianggap sebagai periode “ badai dan tekanan “ suatu masa dimana

ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan

kelenjar. Hurlock juga menyebutkan bahwa perubahan awal pada remaja

yang bersifat universal :

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 8/25

 

17

a.  Meningginya emosi

Intensitas meningginya emosi tergantung pada tingkat perubahan

fisik dan psikologis yang terjadi karena perubahan emosi biasanya

terjadi lebih cepat selama masa awal remaja.

b.  Perubahan Tubuh

c.  Minat Dan Peran

Remaja akan merasa selalu banyak masalah dan masalah baru yang

timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit untuk diselesaikan.

Remaja akan tetap merasa mengalami banyak masalah sampai ia

sendiri yang menyelesaikanya menurut kepuasannya.

d.  Perubahan Minat Dan Pola Perilaku

Perubahan minat dan pola perilaku diharapkan tetap dipertahankan,

apa yang pada masa kanak - kanak dianggap penting sekarang

sudah tidak dianggap lagi. Misalnya, sebagian remaja tidak lagi

menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk 

popularitas yang lebih penting dari sifat  – sifat yang dikagumi dan

dihargai oleh teman - temanya sebaya.

e.  Sikap ambivalen terhadap setiap perubahan

Remaja menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi

mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan

meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung

 jawab tersebut.

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 9/25

 

18

Dari ciri - ciri karakteristik siswa SMP seperti tersebut maka

terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelanggaran terhadap

tata tertib sekolah, oleh siswa di sekolah menengah pertama itu. Hurlock 

mengatakan faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan

yaitu:

1)  Sikap teman sebaya

2)  Sikap Orang Tua

3)  Nilai-nilai yang menunjukan keberhasilan atau kegagalan

akademis

4)  Relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran

5)  Sikap terhadap guru dan seluruh komponen yang ada di sekolah

termasuk kebijakan akademis dan kedisplinan

6)  Keberhasilan dalam bernagai kegiatan ekstrakurikuler

7)  Derajat dukungan social di antara teman – teman sekelas

Dengan demikian jelas bahwa pelanggaran tata tertib sekolah yang

dilakukan oleh siswa SMP dipengaruhi oleh banyak faktor  –  faktor

tersebut di atas.

B.  Layanan Konseling Behavioral

1.  Pengertian

Bimbingan konseling dengan pendekatan behavior  adalah istilah

umum yang mencakup berbagai pendekatan yang spesifik. Kelompok 

pendekatan ini biasa juga disebut terapi behavior  dan modifikasi tingkah

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 10/25

 

19

laku (behavior modification). Terapi Behavioral atau disebut juga

konseling behavioral merupakan salah satu dari berbagai macam

pendekatan konseling. Konseling behavioral memberikan alternatif 

pelatihan suatu perilaku yang diinginkan untuk mengganti perilaku yang

tidak diinginkan.

Menurut Corey (2003:196) bahwa konseling behavioral adalah

penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada teknik 

belajar.

Menurut Latipun (2001:106) dalam pandangan Behavioral,

kepribadian manusia itu hakekatnya adalah perilaku.Perilaku dibentuk 

berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya berupa interaksi individu

dengan lingkungan sekitar.

2.  Tujuan Konseling Behavioral

Tujuan konseling behavioral adalah mengubah perilaku yang salah

dalam penyesuaian dengan cara memperkuat perilaku yang diharapkan dan

meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan

cara - cara berperilaku yang tepat.

Gerald Corey (2005:199), menyebutkan “ Tujuan umum terapi

tingkah laku atau behavioral adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi

 proses belajar ”. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah

dipelajari (learned) termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah

laku neurotik learned , maka ia bisa unlearned  (dihapus dari ingatan), dan

tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 11/25

 

20

hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif 

dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat

respon-respon yang layak, namun belum dipelajari.

Pendekatan behavioral memandang bahwa semua tingkah laku

adalah hasil belajar, termasuk tingkah laku yang menyimpang. Oleh

karena itu tingkah laku yang menyimpang dapat diubah melalui proses

belajar, sehingga tujuan umum konseling behavioral adalah menciptakan

kondisi - kondisi baru bagi klien.

3.  Langkah - Langkah Konseling Behavioral.

Demi keefektifan layanan konseling yang akan diberikan kepada

klien, maka diperluas suatu kerangka kerja untuk membimbing klien

dalam mengubah tingkah lakunya. Adapun kerangka kerja yang dapat

dipakai sebagai pedoman adalah sebagai berikut :

a.  Assesment ( Menilai / Memperkirakan )

Tujuannya adalah untuk memperkirakan apa yang diperbuat klien

pada waktu itu ( memperkirakan apa yang membebani klien ). Konselor

mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar

dialaminya pada waktu itu.  Assesment diperlukan untuk 

mengidentifikasi metode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai

dengan tingkah laku yang ingin diubah.

b. Goal Setting

Berdasarkan dari informasi yang dikumpulkan kemudian di

analisis, konselor dank lien menyusun dan merumuskan tujuanyang

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 12/25

 

21

ingin dicapai dalam konseling. Biasanya tujuan ini memberi motivasi

dalam mengubah tingkah laku klien dan menjadi pedoman teknik mana

yang akan dipakai. Adapun kriteria yang disarankan dalam

merumuskan tujuan adalah :

1) Tujuan itu harus diinginkan oleh klien

2) Konselor harus menolong klien dalam mencapai tujuan

3) Tujuan itu harus dan mungkin untuk dicapai

c. Techniques Implementation

Yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang

digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi

tujuan konseling.

d. Evaluation Termination

Yaitu untuk melihat apa yang telah diperbuat oleh klien. Apakah

konseling efektif, dan apakah teknik yang digunakan cocok. Bila tujuan

tidak tercapai, mungkin teknik yang digunakan tidak cocok, teknik 

tidak harus hanya satu yang dipakai, tetapi dapat beberapa teknik atau

diganti-ganti. Termination adalah berhenti untuk melihat apakah klien

bertindak.

e. Feedback 

Feedback  diperlukan untuk memperbaiki proses konseling.

Evaluasi terhadap pendekatan behavioral dilakukan tahap demi tahap

setelah diadakan konseling. Kemudian diadakan perbandingan hasil

antara tahap satu dengan tahap lainnya. Evaluasi juga dapat diberikan

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 13/25

 

22

dengan membandingkan hasil observasi sebelum dan sesudah

dilaksanakannya konseling.

Dengan demikian konselor dapat mengetahui ada tidaknya

perubahan tingkah laku yang dimunculkan oleh klien. Berdasarkan hasil

evaluasi tersebut konselor dapat menentukan tindak lanjut dari

pelaksanaan konseling yang telah dilaksanakan.

4.  Teknik  – Teknik Terapi Behavioral

Wolpe dalam Sayekti (2001:84) mengemukakan bahwa ada

beberapa teknik yang mungkin digunakan dalam Terapi Behavioral,

diantaranya adalah:

a.  Desensitisasi Systematic

Teknik ini bermaksud mengajarkan klien untuk memberikan respon

yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien. Klien

dilatih untuk tetap rileks disaat menghadapi stimulus yang

mencemaskan itu. Demikian seterusnya hingga ia dapat membayangkan

stimulus itu bebas dari kecemasan. Tujuan teknik ini adalah untuk 

menggantikan perasaan cemas terhadap stimulus tertentu dengan

perasaan rileks.

b. Assertive Training

Ini merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitik 

beratkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang

tidak sesuai dalam menyatakannya. Sebagai contoh ingin marah tapi

tetap berespon manis.

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 14/25

 

23

Klien dilatih untuk memelihara harga dirinya, terus berulang kali diberi

latihan mempertahankan diri.Latihan ini memungkinkan klien dapat

mengendalikan lingkungan.

c. Aversion Therapy

Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku negatif dan

memperkuat perilaku positif. Teknik ini dimaksudkan untuk 

meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus

yang disenanginnya dengan kebalikan stimulus tersebut.

d. Covert Sensitization

Teknik ini digunakan untuk merawat tingkah laku yang

menyenangkan klien tapi menyimpang, seperti homoseks, pecandu

narkoba, minuman keras dll.

Cara belajar yang disarankan adalah rileks dan diminta

membayangkan tingkah laku yang disenanginya itu. Kemudian disaat

yang sama klien diminta membayangkan sesuatu yang tidak disarankan.

e. Imitation atau Modelling 

Teknik ini dilakukan dengan cara seolah-olah klien mengalami atau

melihat orang lain dan ia mengikuti orang lain itu. Salah satu contoh

teknik ini Role Playing ( Permainan Peran ).

C.  Reinforcement

1.  Pengertian

Istilah  Reinforcement  berasal dari bahasa inggris yang artinya

penguatan. Makna lainya adalah yang diperkuat, dipergunakan, yang

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 15/25

 

24

selalu diingat kembali. Istilah Reinforcement ( peneguhan dan penguatan )

berasal dari Skinner salah satu ahli psikologi belajar behavioristik.

 Reinforcement  merupakan peristiwa khusus dari perilaku, yang

diikuti dengan konsekuensi, di mana konsekuensi tersebut akan

memperkuat perilaku. Seseorang yang mendapatkan reinforcement  akan

cenderung mengulang perilaku yang sama di masa mendatang. Operant 

 Behavior  yang terjadi dalam sebuah lingkungan akan menghasilkan

sebuah konsekuensi. Konsekuensi yang memperkuat operant behavior  

disebut reinforcer .

Menurut Norman D. Sundberg (dalam Suharsimi 2002:190),

menjelaskan bahwa  Reinforcement  sebagai penguat dari respon yang

dikehendaki, dengan tujuan hendaknya respon yang sudah sesuai dengan

tujuan itu tetap bertahan dan terus ditingkatkan.

Menurut Hasibuan ( 2003:58 ), Reinforcement  adalah tingkah laku

guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu murid

yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.

 Reinforcement  adalah cara yang efektif untuk mengubah dan

mengontrol perilaku dengan penguatan sebagai strategi kegiatan yang

membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya

berpeluang untuk tidak terjadi di masa mendatang.  Reinforcement  

merupakan suatu respon positif dari seorang guru kepada siswa yang

bertujuan untuk mengubah tingkah laku siswa.

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 16/25

 

25

 Reinforcement  merupakan suatu langkah tepat untuk 

mempertahankan tingkah laku positif, perlakuan tersebut dapat berbentuk 

penghargaan, hadiah, perhatian khusus dan penerimaan atas diri anak.

Penguatan yang sifatnya positif tersebut dapat dilakukan dengan kata-kata

bagus, baik, betul, atau juga dengan gerakan acungan jempol, tepuk 

tangan, menepuk bahu dan lain-lain.

Perbuatan yang menurut kita baik perlu kita beri reward dan

sesuatu yang menurut kita salah harus diberi  punishment  agar tidak 

terulang suatu saat nanti karena sesuatu yang menurut mereka

menyenangkan akan selalu diulangi dan sesuatu yang tidak menyenangkan

akan mereka hindari, konsep dasar reinforcement sangat sederhana yakni

bahwa semua tingkah laku dapat dikontrol oleh konsekuensi “dampak 

yang mengikuti “ tingkah laku itu. 

Menurut teori reinforcement : "sesuatu yang menyenangkan akan

selalu diulang, sesuatu yang tidak menyenangkan akan dihindari".

Perbuatan yang menurut kita baik perlu kita beri reward  (hadiah, pujian,

penghargaan, dll) dan sesuatu yang menurut kita salah harus diberi

 punishment  agar tidak diulang lagi suatu saat nanti, karena sesuatu yang

menurut mereka menyenangkan akan mereka ulangi tapi sesuatu yang

menurut mereka tidak enak akan selalu dihindari.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Reinforcement 

sebagai konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah

laku tertentu. Konsekuensi dari perilaku positif berupa perlakuan khusus

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 17/25

 

26

dapat berbentuk penerimaan diri atas diri siswa yang bisa berupa

penghargaan atau hadiah. Sedangkan perilaku yang negatif atau salah

harus diberi Punishment agar tidak diulangi suatu saat nanti

2.  Tujuan Reinforcement

Skinner dalam (Alwisol,2008:322) menjelaskan bahwa

reinforcement dalam terapi berarti penguat dari respon yang dikehendaki,

dengan tujuan hendaknya respon yang sudah sesuai dengan tujuan itu tetap

bertahan dan terus menerus ditingkatkan.

Hasibuan Dan Mujiono (2006:58) mengemukakan bahwa tujuan

pemberian reinforcement  yaitu untuk mempertahankan perilaku dan

mengubah perilaku. Pemberian  Reinforcement  pada hakekatnya bertujuan

untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku dengan melakukan

penguatan sebagai strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu

berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya berpeluang untuk tidak terjadi

pada masa yang akan datang.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

pemberian  Reinforcement adalah untuk mempertahankan perilaku dan

mengubah perilaku.

3. Jenis - jenis Reinforcement

Skinner menganggap reward dan reinforcement  merupakan faktor

penting dalambelajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah

meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 18/25

 

27

penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori

ini juga disebut dengan operant conditioning.

Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku

operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali

atau menghilang sesuai keinginan. Operant conditing menjamin respon

terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat

membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki

peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswadalam proses belajar

sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Skinner membagi penguatan ini

menjadi dua, yaitu

a.   Reinforcement Positif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat

meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan,

kejadian sebuah tingkah laku yang Diikuti oleh penambahan

stimulus atau peningkatan intensitas dari stimulus yang hasilnya

menguatkan tingkah laku tersebut. Bentuk-bentuk penguatan

positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll),

perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,

bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai

A, Juara 1 dan sebagainya).

b.   Reinforcement Negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang

atau menghilang. Kejadian sebuah tingkah laku yang Diikuti oleh

penghilangan stimulus atau penurunan intensitas stimulus yang

hasilnya menguatkan tingkah laku tersebut. Bentuk-bentuk 

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 19/25

 

28

penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi

penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan

perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka

kecewa dan lain lain). Stimulus yang tidak menyenangkan disebut

  juga dengan istilah aversive stimulus, perlu diketahui bahwa

dalam reinforcement negatif ini stimulus yang tidak 

menyenangkan akan dihilangkan sehingga orang melakukan

perilaku yang diinginkan.

Punishment  merupakan konsekuensi dari perilaku yang negatif,

tujuan pemberian Punishment  ini bermacam-macam, hal ini sangat

berhubungan erat dengan pendapat orang tentang teori hukuman yaitu :

1) Teori Pembalasan

Menurut teori ini hukuman diadakan sebagai pembalasan

dendam terhadap kelalaian dan pelanggaran yang telah

dilakukan seseorang.

2) Teori Perbaikan

Menurut teori ini hukuman diadakan untuk membasmi

kejahatan. Jadi maksud hukuman itu ialah untuk 

memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat kesalahan

semacam itu lagi. Teori inilah yang bersifat pedagogis

karena bermaksud memperbaiki si pelanggar baik lahiriah

dan batiniah.

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 20/25

 

29

3) Teori Ganti Kerugian

Hukuman diadakan untuk mengganti kerugian - kerugian

yang telah di derita akibat dari kejahatan atau pelanggaran

itu. Dalam proses pendidikan teori ini masih belum cukup,

sebab dengan hukuman semacam itu anak mungkin menjadi

tidak merasa bersalah karena kesalahan yang telah

diperbuat, karena kesalahan itu telah terbayar dengan

hukuman.

4) Teori Menakut-nakuti

Menurut teori ini hukuman diadakan untuk menimbulkan

perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat

perbuatannya yang melanggar itu sehingga ia akan selalu

merasa takut melakukan perbuatannya ini dan mau

meninggalkannya.Teori ini masih membutuhkan teori

perbaikan sebab dengan teori ini besar kemungkinan anak 

meninggalkan suatu perbuatan itu hanya karena takut,

bukan karena kesadaran dari dalam dirinya untuk merubah

sikap dan perilakunya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap teori yang ada

masih belum mencukupi dikarenakan masing-masing teori hanya

mencakup satu aspek saja, dan itu yang membuktikan bahwa antara teori

yang satu dengan teori yang lain masih harus saling melengkapi.

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 21/25

 

30

4. Penjadwalan Reinforcement  ( Schedule Of Reinforcement ) 

Skinner menjelaskan pembentukan perilaku dan daya tahan

perilaku sangat ditentukan oleh penjadwalan dalam pemberian

 Reinforcement  ( Fahrozin 2004:78 ). Schedule Of Reinforcement , berbagai

variasi dalam penjadwalan pemberian Reinforcement  dapat meningkatkan

perilaku namun dalam schedule menentukan waktu kapan dan frekuensi

pemberian konsekuensi dalam kaitan dengan perbuatan yang akan

diberikan konsekuensi.( http://www.prp.co.id ). Secara garis besar ada dua

kategori jadwal pemberian Reinforcement :

a.  Penguatan terus menerus ( Continuous ), yaitu pemberian

penguatan secara terus menerus setiap kali perilaku yang benar

diperbuat oleh individu.

b.  Pemberian tidak secara terus menerus (Intermitten

 Reinforcement), yaitu pemberian penguatan hanya pada saat-saat

tertentu ( yang diperhatikan hanya soal waktu ), dan hanya pada

  jumlah perilaku tertentu. Jadwal Reinforcement  menguraikan

tentang kapan dan bagaimana suatu respon diperbuat.

Berdasarkan unsur waktu dan unsur jumlah perilaku seperti

tersebut, dikenal beberapa penjadwalan (Fahrozin dan Fathiyah,

2004:78).

1)  Waktu Dan Jumlah Tetap (Fixed Schedule Reinforcement) 

a) Penguatan dalam waktu tetap (fixed interval schedule) 

yaitu merupakan penguatan dalam jangka waktu tertentu

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 22/25

 

31

secara tetap dan teratur ,misalnya seminggu sekali atau

sebulan sekali.

b) Penguatan dalam jumlah tetap (fixed ratio schedule) yaitu

pemberian penguatan setelah dilakukannya respon benar

dalam jumlah tertentu dan tetap.

2)  Waktu Dan Jumlah berubah-ubah (Variable Schedule Of 

 Reinforcement) 

a) Penguatan dalam waktu berubah-ubah (variable interval

schedule ) yaitu pemberian penguatan dalam jangka waktu

berubah-ubah.

b) Penguatan dalam jumlah berubah-ubah (variable ratio

schedule), yaitu pemberian penguatan setelah diberikanya

respon benar dalam jumlah yang berubah-ubah.

5. Penerapan Reinforcement Untuk Mengatasi Pelanggaran Tata Terib

SMP Negeri 7 Kota Magelang merupakan salah satu sebuah

lembaga pendidikan formal, dimana di dalamnya perlu adanya sebuah tata

tertib untuk para siswa agar dalam pelaksanaan pendidikan melalui

kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan tertib. Individu

yang melakukan pelanggaran perlu mendapatkan bantuan untuk mengatasi

masalah pelanggaran tata tertib sekolah, siswa yang melakukanya

diberikan bantuan berupa layanan dengan pendekatan  Reinforcement 

sehingga mereka dapat mengembangkan kekuatan psikologis yang

dimilikinya, kemudian perlahan dapat terbentuk kepribadian dengan

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 23/25

 

32

identitas yang berhasil dan muncul perilaku yang tepat yaitu mematuhi

segala bentuk peraturan dan tata tertib yang telah dibuat oleh sekolah

untuk lebih jelasnya kerangka berfikir digambarkan sebagai berikut :

Pembimbing dalam melakukan tindakan mendidik dengan teknik 

pemberian  Reinforcement  berarti menguatkan motivasi intrinsik dan

mendorong siswa untuk mentaati segala bentuk peraturan yang telah dibuat

oleh sekolah sebagai suatu motivasi ekstrinsik. Siswa patuh menaati

peraturan tata tertib karena ingin mendapat nilai yang baik dalam penilaian

kepribadiannya atau menghindari hukuman apabila melakukan pelanggaran

tata tertib. Dengan pemberian Reinforcement  secara langsung akan

memotivasi siswa menjadi lebih baik daripada tidak diberikan

 Reinforcement sama sekali.

Gambar 1

Kerangka Berfikir( Sumber : Suharsimi Dalam PTK )

Tata Tertib

SekolahMelanggar Tata

Tertib Sekolah

Siswa

Mematuhi Tata

Tertib Sekolah

Bantuan berupa layanan

teknik Reinforcement

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 24/25

 

33

Akan tetapi di dalam pemberian  Reinforcement  supaya mencapai

hasil yang optimal seperti yang diharapkan hendaknya pembimbing sebagai

penyelenggara kegiatan harus dapat memberikan bentuk, cara serta kapan

 Reinforcement  diberikan, tentunya dengan memperlihatkan karakteristik 

siswa baik berupa penguatan positif (menyenangkan/ reward ) maupun

penguatan negatif (tidak menyenangkan/  punishment )

Layanan konseling behavioral dengan penerapan teknik 

 Reinforcement  paling efektif diterapkan pada siswa SMP N 7 Kota

Magelang yang mengalami kesulitan dalam menaati peraturan tata tertib.

Dan diharapkan setelah diberikan layanan tersebut nantinya akan banyak 

membantu siswa di dalam mengurangi atau menghilangkan perilaku

melanggar tata tertib sekolah.

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Suryabrata ( 2003:21 ) menjelaskan bahwa hipotesis adalah sebuah

 jawaban sementara terhadap masalah penelitian, dimana kebenarannya masih

diuji secara empiris. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa hipotesis

dirumuskan berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka hipotesis tindakan

merupakan suatu pernyataan yang masih perlu diuji kebenaranya melalui

penelitian tindakan dan pernyataan tersebut dirumuskan kerangka pemikiran

yang telah disusun sebelumnya.

5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 25/25

 

34

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah layanan konseling

behavioral dengan penerapan teknik  reinforcement efektif untuk mengatasi

pelanggaran tata tertib siswa kelas VIII SMP N 7 Kota Magelang Tahun

Ajaran 2011/2012.