skripsi bab ii
TRANSCRIPT
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 1/25
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tata Tertib
1. Pengertian
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang didalamnya
terdiri dari berbagai komponen yaitu siswa, guru, kepala sekolah, staff tata
usaha, benda-benda dan lain sebagainya. Dan secara umum dapat
dikatakan bahwa siswa, guru dan kepala sekolah secara bersama - sama
berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama pula mengatur dan
membina serta menyelenggarakan program - program yang ditentukan dan
diatur oleh Dinas Pendidikan yang dilaksanakan secara terus - menerus.
Dalam upaya memudahkan pelaksanaan program yang sudah ada, maka
sekolah membuat peraturan dan tata tertib sekolah.
Tata tertib mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
kedisplinan, karena kedisiplinan merupakan salah satu faktor penting di
dalam penegakan peraturan dan tata tertib sekolah. Tingkat kesadaran akan
kedisplinan yang dimiliki oleh siswa sangat berpengaruh terhadap tingkat
pelanggaran tata tertib sekolah.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia ( Depdiknas,2002:1185)
menyebutkan bahwa tata tertib mengandung kumpulan atau kaidah
menurut peraturan.
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 2/25
11
Menurut Muchdarsyah Sinungan ( 2005:145 ), tata tertib adalah
sekumpulan aturan - aturan yang ditujukan oleh semua komponen di dalam
suatu lembaga atau organisasi agar selalu tunduk dan melaksanakan apa
yang telah ditetapkan.
Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau
aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya
proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat
berjalan dengan baik jika Guru, aparat sekolah dan siswa telah saling
mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan
dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang
diterapkan di sekolah. Peraturan sekolah yang berupa tata tertib sekolah
merupakan kumpulan aturan - aturan yang dibuat secara tertulis dan
mengikat di lingkungan sekolah.
Dari beberapa pengertian tentang tata tertib diatas, dapat
disimpulkan bahwa tata tertib adalah suatu aturan – aturan atau kaidah
yang dibuat berdasarkan nilai nilai yang dianut di sekolah dan masyarakat
dan harus dipatuhi oleh seluruh komponen yang berada didalamnya.
Dengan adanya peraturan tata tertib tersebut diharapkan dapat
dijadikan rambu - rambu dalam berperilaku bagi semua individu dalam
kegiatan proses pendidikan di sekolah, misalnya bagaimana siswa
berperilaku terhadap sesama teman, guru, kepala sekolah dan semua
komponen yang ada di dalamnya.
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 3/25
12
2. Fungsi Dan Tujuan Tata Tertib
Secara umum dibuatnya tata tertib sekolah mempunyai tujuan
utama agar semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan
kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah
dapat berjalan dengan lancar. Prinsip tata tertib sekolah adalah diharuskan,
dianjurkan dan ada yang tidak boleh dilakukan dalam pergaulan
dilingkungan sekolah.
Tata tertib sekolah harus ada sanksi atau hukuman bagi yang
melanggarnya. Menjatuhkan hukuman sebagai jalan keluar terakhir,
harusdipertimbangkan sesuai dengan perkembangan siswa. Sehingga
perkembangan jiwa siswa tidak dan jangan sampai dirugikan. Tata tertib
sekolah dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
a. Agar siswa mengetahui tugas, hak dan kewajibannya.
b. Agar siswa mengetahui hal - hal yang diperbolehkan dankreatifitas
meningkat serta terhindar dari masalah – masalah yang dapat
menyulitkan dirinya.
c. Agar siswa mengetahui dan melaksanakan dengan baik dan
sungguh - sungguh seluruh kegiatan yang telah diprogramkan oleh
sekolah.
Sedangkan fungsi dari tata tertib sekolah menurut Hurlock
(2001:85), adalah wujud dari peraturan sekolah yang mempunyai dua
fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk yang
bermoral:
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 4/25
13
1) Fungsi yang pertama adalah bahwa peraturan mempunyai
nilai pendidikan sebab peraturan memperkenalkan pada anak
perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut, misalnya
anak belajar dari peraturan tentang memberi dan menerima
dan mendapat bantuan dalam fungsi sekolahnya bahwa
menyerahkan tugas yang dibuatnya sendiri merupakan satu-
satunya metode yang dapat diterima sekolah untuk menilai
prestasinya.
2) Fungsi yang kedua adalah peraturan membantu mengekang
perilaku yang tidak diinginkan. Bila peraturan keluarga
mengatur bahwa tidak seorang anakpun boleh mengambil
mainan milik saudaranya tanpa pengetahuan dan ijin si
pemilik, maka anak akan segera ditegur bahwa hal ini
dianggap perilaku yang tidak baik.
Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi tersebut di atas,
peraturan itu harus dimengerti, diingat dan diterima oleh si anak. Bila
peraturan diberikan dalam kata-kata yang tidak dimengerti atau hanya
sebagai pedoman perilaku sehingga gagal mengekang perilaku yang tidak
diinginkan.
Sebagai pedoman perilaku belajar siswa dalam berhubungan
dengan semua lingkungan di sekolah. Begitu juga di SMP Negeri 7 Kota
Magelang telah memiliki tata tertib sekolah yang ditujukan kepada siswa
agar mereka selalu menunjukkan perilaku belajar di sekolah sesuai dengan
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 5/25
14
apa yang dirumuskan dalam tata tertib sekolah, berdasarkan pada pendapat
tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa tata tertib sekolah
berfungsi untuk mengintegrasikan anggota masyarakat sekolah dan untuk
mengatur serta mengendalikan perilaku siswa di sekolah agar tercipta
keadaan yang tenang, tertib, terkendali sehingga proses penyelenggaraan
pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Setiap lembaga apapun namanya dalam mengendalikan segala
sesuatu tertentu pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai. Demikian
halnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dalam mengadakan
dan mengatur tata tertib juga ada tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan
diadakan tata tertib sekolah adalah agar tercipta suasana sekolah yang
kondusif, guru mampu melaksanakan tugas pembelajaran secara optimal,
siswa mampu mengembangkan identitas keberhasilan sehingga
membentuk watak disiplin, mandiri, dan santun, serta membentuk rasa
hormat kepada kepala sekolah, guru, orang tua, maupun sesama teman.
3. Bentuk Perilaku Pelanggaran Tata Tertib Sekolah
Menurut Willis (2004:31), klasifikasi pelanggaran yang dilakukan
oleh siswa dimulai dari pelanggaran kecil sampai pelanggaran berat.
Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pelanggaran ringan seperti membolos, malas belajar, kesulitan
belajar bidang pelajaran tertentu, bertengkar, berkelahi, suka ramai
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 6/25
15
di dalam kelas, tidak mengerjakan tugas atau PR, terlambat datang
ke sekolah, tidak ikut upacara bendera tanpa alasan yang jelas.
b. Pelanggaran sedang seperti berpacaran, berkelahi antar sekolah
lain, menyalah gunakan uang SPP, merokok.
c. Pelanggaran berat seperti membawa minuman keras, narkoba,
membawa senjata tajam, hamil, menodong dan perilaku lainya
yang mengarah pada tindakan kriminal.
Djiwandono (2002:307), menjelaskan bahwa bentuk pelanggaran
atau gangguan tata tertib yang sering dilakukan oleh siswa antara lain :
bicara di kelas, keluar kelas tanpa ijin, gagal mengikuti aturan kelas dan
tidak ada perhatian.
Lebih lanjut Soesilowindrarini (2003:194), menyebutkan bahwa
sikap tidak perhatian adalah: mengganggu guru sehingga membuat guru
menjadi jengkel, tidak membuat PR, berbisik-bisik saat diterangkan,
merokok di toilet, mencontek, membolos dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas diatas dapat disimpulkan
bahwa bentuk - bentuk perilaku pelanggaran terhadap tata tertib sekolah
adalah bentuk perilaku yang tidak diinginkan oleh penyelenggaraan
sekolah. Bentuk perilaku pelanggaran tata tertib sekolah seperti membolos,
berkelahi, terlambat, membuat gaduh di dalam kelas, tidak mengerjakan
PR, mencontek, membantah perintah guru, tidak membawa buku-buku
maupun alat-alat pelajaran sekolah, tidak mengikuti upacara, tidak
mengerjakan tugas piket, merokok, merusak benda-benda milik sekolah,
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 7/25
16
pencurian, membawa barang-barang terlarang misalnya senjata tajam,
gambar gambar porno, dan lain sebagainya, semua itu termasuk jenis-jenis
pelanggaran tata tertib sekolah.
Penelitian ini mengubah bentuk perilaku melanggar tata tertib
sekolah menjadi perilaku yang mematuhi peraturan tata tertib sekolah.
Dengan kata lain siswa diharapkan mampu disiplin dalam mematuhi
peraturan tata tertib sekolah. Dengan demikian orang yang disiplin akan
berperilaku selalu mematuhi peraturan tata tertib yang berlaku di sekolah
sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi dari sekolah tersebut. Dalam
penelitian ini perilaku yang ingin dimunculkan adalah bentuk perilaku
tertib yang berupa tidak terlambat sekolah, selalu beratribut lengkap, tidak
membolos, dan tidak gaduh baik di dalam maupun di luar lingkungan
sekolah, dan selalu mengerjakan segala bentuk tugas atau PR yang
diberikan dengan baik.
4. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Tata Tertib
Siswa SMP termasuk dalam remaja awal , masuk dalam usia 12-15
tahun yang disebut sebagai fase remaja ( Rochmah,2005:178).
Hurlock ( 2001:212 ) mengatakan bahwa secara tradisional masa
remaja dianggap sebagai periode “ badai dan tekanan “ suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Hurlock juga menyebutkan bahwa perubahan awal pada remaja
yang bersifat universal :
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 8/25
17
a. Meningginya emosi
Intensitas meningginya emosi tergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi karena perubahan emosi biasanya
terjadi lebih cepat selama masa awal remaja.
b. Perubahan Tubuh
c. Minat Dan Peran
Remaja akan merasa selalu banyak masalah dan masalah baru yang
timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit untuk diselesaikan.
Remaja akan tetap merasa mengalami banyak masalah sampai ia
sendiri yang menyelesaikanya menurut kepuasannya.
d. Perubahan Minat Dan Pola Perilaku
Perubahan minat dan pola perilaku diharapkan tetap dipertahankan,
apa yang pada masa kanak - kanak dianggap penting sekarang
sudah tidak dianggap lagi. Misalnya, sebagian remaja tidak lagi
menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk
popularitas yang lebih penting dari sifat – sifat yang dikagumi dan
dihargai oleh teman - temanya sebaya.
e. Sikap ambivalen terhadap setiap perubahan
Remaja menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi
mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan
meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung
jawab tersebut.
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 9/25
18
Dari ciri - ciri karakteristik siswa SMP seperti tersebut maka
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelanggaran terhadap
tata tertib sekolah, oleh siswa di sekolah menengah pertama itu. Hurlock
mengatakan faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan
yaitu:
1) Sikap teman sebaya
2) Sikap Orang Tua
3) Nilai-nilai yang menunjukan keberhasilan atau kegagalan
akademis
4) Relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran
5) Sikap terhadap guru dan seluruh komponen yang ada di sekolah
termasuk kebijakan akademis dan kedisplinan
6) Keberhasilan dalam bernagai kegiatan ekstrakurikuler
7) Derajat dukungan social di antara teman – teman sekelas
Dengan demikian jelas bahwa pelanggaran tata tertib sekolah yang
dilakukan oleh siswa SMP dipengaruhi oleh banyak faktor – faktor
tersebut di atas.
B. Layanan Konseling Behavioral
1. Pengertian
Bimbingan konseling dengan pendekatan behavior adalah istilah
umum yang mencakup berbagai pendekatan yang spesifik. Kelompok
pendekatan ini biasa juga disebut terapi behavior dan modifikasi tingkah
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 10/25
19
laku (behavior modification). Terapi Behavioral atau disebut juga
konseling behavioral merupakan salah satu dari berbagai macam
pendekatan konseling. Konseling behavioral memberikan alternatif
pelatihan suatu perilaku yang diinginkan untuk mengganti perilaku yang
tidak diinginkan.
Menurut Corey (2003:196) bahwa konseling behavioral adalah
penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada teknik
belajar.
Menurut Latipun (2001:106) dalam pandangan Behavioral,
kepribadian manusia itu hakekatnya adalah perilaku.Perilaku dibentuk
berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya berupa interaksi individu
dengan lingkungan sekitar.
2. Tujuan Konseling Behavioral
Tujuan konseling behavioral adalah mengubah perilaku yang salah
dalam penyesuaian dengan cara memperkuat perilaku yang diharapkan dan
meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan
cara - cara berperilaku yang tepat.
Gerald Corey (2005:199), menyebutkan “ Tujuan umum terapi
tingkah laku atau behavioral adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi
proses belajar ”. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah
dipelajari (learned) termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah
laku neurotik learned , maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan
tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 11/25
20
hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif
dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat
respon-respon yang layak, namun belum dipelajari.
Pendekatan behavioral memandang bahwa semua tingkah laku
adalah hasil belajar, termasuk tingkah laku yang menyimpang. Oleh
karena itu tingkah laku yang menyimpang dapat diubah melalui proses
belajar, sehingga tujuan umum konseling behavioral adalah menciptakan
kondisi - kondisi baru bagi klien.
3. Langkah - Langkah Konseling Behavioral.
Demi keefektifan layanan konseling yang akan diberikan kepada
klien, maka diperluas suatu kerangka kerja untuk membimbing klien
dalam mengubah tingkah lakunya. Adapun kerangka kerja yang dapat
dipakai sebagai pedoman adalah sebagai berikut :
a. Assesment ( Menilai / Memperkirakan )
Tujuannya adalah untuk memperkirakan apa yang diperbuat klien
pada waktu itu ( memperkirakan apa yang membebani klien ). Konselor
mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar
dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk
mengidentifikasi metode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai
dengan tingkah laku yang ingin diubah.
b. Goal Setting
Berdasarkan dari informasi yang dikumpulkan kemudian di
analisis, konselor dank lien menyusun dan merumuskan tujuanyang
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 12/25
21
ingin dicapai dalam konseling. Biasanya tujuan ini memberi motivasi
dalam mengubah tingkah laku klien dan menjadi pedoman teknik mana
yang akan dipakai. Adapun kriteria yang disarankan dalam
merumuskan tujuan adalah :
1) Tujuan itu harus diinginkan oleh klien
2) Konselor harus menolong klien dalam mencapai tujuan
3) Tujuan itu harus dan mungkin untuk dicapai
c. Techniques Implementation
Yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang
digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi
tujuan konseling.
d. Evaluation Termination
Yaitu untuk melihat apa yang telah diperbuat oleh klien. Apakah
konseling efektif, dan apakah teknik yang digunakan cocok. Bila tujuan
tidak tercapai, mungkin teknik yang digunakan tidak cocok, teknik
tidak harus hanya satu yang dipakai, tetapi dapat beberapa teknik atau
diganti-ganti. Termination adalah berhenti untuk melihat apakah klien
bertindak.
e. Feedback
Feedback diperlukan untuk memperbaiki proses konseling.
Evaluasi terhadap pendekatan behavioral dilakukan tahap demi tahap
setelah diadakan konseling. Kemudian diadakan perbandingan hasil
antara tahap satu dengan tahap lainnya. Evaluasi juga dapat diberikan
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 13/25
22
dengan membandingkan hasil observasi sebelum dan sesudah
dilaksanakannya konseling.
Dengan demikian konselor dapat mengetahui ada tidaknya
perubahan tingkah laku yang dimunculkan oleh klien. Berdasarkan hasil
evaluasi tersebut konselor dapat menentukan tindak lanjut dari
pelaksanaan konseling yang telah dilaksanakan.
4. Teknik – Teknik Terapi Behavioral
Wolpe dalam Sayekti (2001:84) mengemukakan bahwa ada
beberapa teknik yang mungkin digunakan dalam Terapi Behavioral,
diantaranya adalah:
a. Desensitisasi Systematic
Teknik ini bermaksud mengajarkan klien untuk memberikan respon
yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien. Klien
dilatih untuk tetap rileks disaat menghadapi stimulus yang
mencemaskan itu. Demikian seterusnya hingga ia dapat membayangkan
stimulus itu bebas dari kecemasan. Tujuan teknik ini adalah untuk
menggantikan perasaan cemas terhadap stimulus tertentu dengan
perasaan rileks.
b. Assertive Training
Ini merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitik
beratkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang
tidak sesuai dalam menyatakannya. Sebagai contoh ingin marah tapi
tetap berespon manis.
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 14/25
23
Klien dilatih untuk memelihara harga dirinya, terus berulang kali diberi
latihan mempertahankan diri.Latihan ini memungkinkan klien dapat
mengendalikan lingkungan.
c. Aversion Therapy
Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku negatif dan
memperkuat perilaku positif. Teknik ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus
yang disenanginnya dengan kebalikan stimulus tersebut.
d. Covert Sensitization
Teknik ini digunakan untuk merawat tingkah laku yang
menyenangkan klien tapi menyimpang, seperti homoseks, pecandu
narkoba, minuman keras dll.
Cara belajar yang disarankan adalah rileks dan diminta
membayangkan tingkah laku yang disenanginya itu. Kemudian disaat
yang sama klien diminta membayangkan sesuatu yang tidak disarankan.
e. Imitation atau Modelling
Teknik ini dilakukan dengan cara seolah-olah klien mengalami atau
melihat orang lain dan ia mengikuti orang lain itu. Salah satu contoh
teknik ini Role Playing ( Permainan Peran ).
C. Reinforcement
1. Pengertian
Istilah Reinforcement berasal dari bahasa inggris yang artinya
penguatan. Makna lainya adalah yang diperkuat, dipergunakan, yang
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 15/25
24
selalu diingat kembali. Istilah Reinforcement ( peneguhan dan penguatan )
berasal dari Skinner salah satu ahli psikologi belajar behavioristik.
Reinforcement merupakan peristiwa khusus dari perilaku, yang
diikuti dengan konsekuensi, di mana konsekuensi tersebut akan
memperkuat perilaku. Seseorang yang mendapatkan reinforcement akan
cenderung mengulang perilaku yang sama di masa mendatang. Operant
Behavior yang terjadi dalam sebuah lingkungan akan menghasilkan
sebuah konsekuensi. Konsekuensi yang memperkuat operant behavior
disebut reinforcer .
Menurut Norman D. Sundberg (dalam Suharsimi 2002:190),
menjelaskan bahwa Reinforcement sebagai penguat dari respon yang
dikehendaki, dengan tujuan hendaknya respon yang sudah sesuai dengan
tujuan itu tetap bertahan dan terus ditingkatkan.
Menurut Hasibuan ( 2003:58 ), Reinforcement adalah tingkah laku
guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu murid
yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.
Reinforcement adalah cara yang efektif untuk mengubah dan
mengontrol perilaku dengan penguatan sebagai strategi kegiatan yang
membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya
berpeluang untuk tidak terjadi di masa mendatang. Reinforcement
merupakan suatu respon positif dari seorang guru kepada siswa yang
bertujuan untuk mengubah tingkah laku siswa.
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 16/25
25
Reinforcement merupakan suatu langkah tepat untuk
mempertahankan tingkah laku positif, perlakuan tersebut dapat berbentuk
penghargaan, hadiah, perhatian khusus dan penerimaan atas diri anak.
Penguatan yang sifatnya positif tersebut dapat dilakukan dengan kata-kata
bagus, baik, betul, atau juga dengan gerakan acungan jempol, tepuk
tangan, menepuk bahu dan lain-lain.
Perbuatan yang menurut kita baik perlu kita beri reward dan
sesuatu yang menurut kita salah harus diberi punishment agar tidak
terulang suatu saat nanti karena sesuatu yang menurut mereka
menyenangkan akan selalu diulangi dan sesuatu yang tidak menyenangkan
akan mereka hindari, konsep dasar reinforcement sangat sederhana yakni
bahwa semua tingkah laku dapat dikontrol oleh konsekuensi “dampak
yang mengikuti “ tingkah laku itu.
Menurut teori reinforcement : "sesuatu yang menyenangkan akan
selalu diulang, sesuatu yang tidak menyenangkan akan dihindari".
Perbuatan yang menurut kita baik perlu kita beri reward (hadiah, pujian,
penghargaan, dll) dan sesuatu yang menurut kita salah harus diberi
punishment agar tidak diulang lagi suatu saat nanti, karena sesuatu yang
menurut mereka menyenangkan akan mereka ulangi tapi sesuatu yang
menurut mereka tidak enak akan selalu dihindari.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Reinforcement
sebagai konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah
laku tertentu. Konsekuensi dari perilaku positif berupa perlakuan khusus
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 17/25
26
dapat berbentuk penerimaan diri atas diri siswa yang bisa berupa
penghargaan atau hadiah. Sedangkan perilaku yang negatif atau salah
harus diberi Punishment agar tidak diulangi suatu saat nanti
2. Tujuan Reinforcement
Skinner dalam (Alwisol,2008:322) menjelaskan bahwa
reinforcement dalam terapi berarti penguat dari respon yang dikehendaki,
dengan tujuan hendaknya respon yang sudah sesuai dengan tujuan itu tetap
bertahan dan terus menerus ditingkatkan.
Hasibuan Dan Mujiono (2006:58) mengemukakan bahwa tujuan
pemberian reinforcement yaitu untuk mempertahankan perilaku dan
mengubah perilaku. Pemberian Reinforcement pada hakekatnya bertujuan
untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku dengan melakukan
penguatan sebagai strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu
berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya berpeluang untuk tidak terjadi
pada masa yang akan datang.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan
pemberian Reinforcement adalah untuk mempertahankan perilaku dan
mengubah perilaku.
3. Jenis - jenis Reinforcement
Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor
penting dalambelajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah
meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 18/25
27
penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori
ini juga disebut dengan operant conditioning.
Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku
operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali
atau menghilang sesuai keinginan. Operant conditing menjamin respon
terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat
membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki
peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswadalam proses belajar
sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Skinner membagi penguatan ini
menjadi dua, yaitu
a. Reinforcement Positif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat
meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan,
kejadian sebuah tingkah laku yang Diikuti oleh penambahan
stimulus atau peningkatan intensitas dari stimulus yang hasilnya
menguatkan tingkah laku tersebut. Bentuk-bentuk penguatan
positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll),
perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,
bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai
A, Juara 1 dan sebagainya).
b. Reinforcement Negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang
atau menghilang. Kejadian sebuah tingkah laku yang Diikuti oleh
penghilangan stimulus atau penurunan intensitas stimulus yang
hasilnya menguatkan tingkah laku tersebut. Bentuk-bentuk
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 19/25
28
penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi
penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka
kecewa dan lain lain). Stimulus yang tidak menyenangkan disebut
juga dengan istilah aversive stimulus, perlu diketahui bahwa
dalam reinforcement negatif ini stimulus yang tidak
menyenangkan akan dihilangkan sehingga orang melakukan
perilaku yang diinginkan.
Punishment merupakan konsekuensi dari perilaku yang negatif,
tujuan pemberian Punishment ini bermacam-macam, hal ini sangat
berhubungan erat dengan pendapat orang tentang teori hukuman yaitu :
1) Teori Pembalasan
Menurut teori ini hukuman diadakan sebagai pembalasan
dendam terhadap kelalaian dan pelanggaran yang telah
dilakukan seseorang.
2) Teori Perbaikan
Menurut teori ini hukuman diadakan untuk membasmi
kejahatan. Jadi maksud hukuman itu ialah untuk
memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat kesalahan
semacam itu lagi. Teori inilah yang bersifat pedagogis
karena bermaksud memperbaiki si pelanggar baik lahiriah
dan batiniah.
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 20/25
29
3) Teori Ganti Kerugian
Hukuman diadakan untuk mengganti kerugian - kerugian
yang telah di derita akibat dari kejahatan atau pelanggaran
itu. Dalam proses pendidikan teori ini masih belum cukup,
sebab dengan hukuman semacam itu anak mungkin menjadi
tidak merasa bersalah karena kesalahan yang telah
diperbuat, karena kesalahan itu telah terbayar dengan
hukuman.
4) Teori Menakut-nakuti
Menurut teori ini hukuman diadakan untuk menimbulkan
perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat
perbuatannya yang melanggar itu sehingga ia akan selalu
merasa takut melakukan perbuatannya ini dan mau
meninggalkannya.Teori ini masih membutuhkan teori
perbaikan sebab dengan teori ini besar kemungkinan anak
meninggalkan suatu perbuatan itu hanya karena takut,
bukan karena kesadaran dari dalam dirinya untuk merubah
sikap dan perilakunya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap teori yang ada
masih belum mencukupi dikarenakan masing-masing teori hanya
mencakup satu aspek saja, dan itu yang membuktikan bahwa antara teori
yang satu dengan teori yang lain masih harus saling melengkapi.
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 21/25
30
4. Penjadwalan Reinforcement ( Schedule Of Reinforcement )
Skinner menjelaskan pembentukan perilaku dan daya tahan
perilaku sangat ditentukan oleh penjadwalan dalam pemberian
Reinforcement ( Fahrozin 2004:78 ). Schedule Of Reinforcement , berbagai
variasi dalam penjadwalan pemberian Reinforcement dapat meningkatkan
perilaku namun dalam schedule menentukan waktu kapan dan frekuensi
pemberian konsekuensi dalam kaitan dengan perbuatan yang akan
diberikan konsekuensi.( http://www.prp.co.id ). Secara garis besar ada dua
kategori jadwal pemberian Reinforcement :
a. Penguatan terus menerus ( Continuous ), yaitu pemberian
penguatan secara terus menerus setiap kali perilaku yang benar
diperbuat oleh individu.
b. Pemberian tidak secara terus menerus (Intermitten
Reinforcement), yaitu pemberian penguatan hanya pada saat-saat
tertentu ( yang diperhatikan hanya soal waktu ), dan hanya pada
jumlah perilaku tertentu. Jadwal Reinforcement menguraikan
tentang kapan dan bagaimana suatu respon diperbuat.
Berdasarkan unsur waktu dan unsur jumlah perilaku seperti
tersebut, dikenal beberapa penjadwalan (Fahrozin dan Fathiyah,
2004:78).
1) Waktu Dan Jumlah Tetap (Fixed Schedule Reinforcement)
a) Penguatan dalam waktu tetap (fixed interval schedule)
yaitu merupakan penguatan dalam jangka waktu tertentu
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 22/25
31
secara tetap dan teratur ,misalnya seminggu sekali atau
sebulan sekali.
b) Penguatan dalam jumlah tetap (fixed ratio schedule) yaitu
pemberian penguatan setelah dilakukannya respon benar
dalam jumlah tertentu dan tetap.
2) Waktu Dan Jumlah berubah-ubah (Variable Schedule Of
Reinforcement)
a) Penguatan dalam waktu berubah-ubah (variable interval
schedule ) yaitu pemberian penguatan dalam jangka waktu
berubah-ubah.
b) Penguatan dalam jumlah berubah-ubah (variable ratio
schedule), yaitu pemberian penguatan setelah diberikanya
respon benar dalam jumlah yang berubah-ubah.
5. Penerapan Reinforcement Untuk Mengatasi Pelanggaran Tata Terib
SMP Negeri 7 Kota Magelang merupakan salah satu sebuah
lembaga pendidikan formal, dimana di dalamnya perlu adanya sebuah tata
tertib untuk para siswa agar dalam pelaksanaan pendidikan melalui
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan tertib. Individu
yang melakukan pelanggaran perlu mendapatkan bantuan untuk mengatasi
masalah pelanggaran tata tertib sekolah, siswa yang melakukanya
diberikan bantuan berupa layanan dengan pendekatan Reinforcement
sehingga mereka dapat mengembangkan kekuatan psikologis yang
dimilikinya, kemudian perlahan dapat terbentuk kepribadian dengan
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 23/25
32
identitas yang berhasil dan muncul perilaku yang tepat yaitu mematuhi
segala bentuk peraturan dan tata tertib yang telah dibuat oleh sekolah
untuk lebih jelasnya kerangka berfikir digambarkan sebagai berikut :
Pembimbing dalam melakukan tindakan mendidik dengan teknik
pemberian Reinforcement berarti menguatkan motivasi intrinsik dan
mendorong siswa untuk mentaati segala bentuk peraturan yang telah dibuat
oleh sekolah sebagai suatu motivasi ekstrinsik. Siswa patuh menaati
peraturan tata tertib karena ingin mendapat nilai yang baik dalam penilaian
kepribadiannya atau menghindari hukuman apabila melakukan pelanggaran
tata tertib. Dengan pemberian Reinforcement secara langsung akan
memotivasi siswa menjadi lebih baik daripada tidak diberikan
Reinforcement sama sekali.
Gambar 1
Kerangka Berfikir( Sumber : Suharsimi Dalam PTK )
Tata Tertib
SekolahMelanggar Tata
Tertib Sekolah
Siswa
Mematuhi Tata
Tertib Sekolah
Bantuan berupa layanan
teknik Reinforcement
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 24/25
33
Akan tetapi di dalam pemberian Reinforcement supaya mencapai
hasil yang optimal seperti yang diharapkan hendaknya pembimbing sebagai
penyelenggara kegiatan harus dapat memberikan bentuk, cara serta kapan
Reinforcement diberikan, tentunya dengan memperlihatkan karakteristik
siswa baik berupa penguatan positif (menyenangkan/ reward ) maupun
penguatan negatif (tidak menyenangkan/ punishment )
Layanan konseling behavioral dengan penerapan teknik
Reinforcement paling efektif diterapkan pada siswa SMP N 7 Kota
Magelang yang mengalami kesulitan dalam menaati peraturan tata tertib.
Dan diharapkan setelah diberikan layanan tersebut nantinya akan banyak
membantu siswa di dalam mengurangi atau menghilangkan perilaku
melanggar tata tertib sekolah.
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Suryabrata ( 2003:21 ) menjelaskan bahwa hipotesis adalah sebuah
jawaban sementara terhadap masalah penelitian, dimana kebenarannya masih
diuji secara empiris. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa hipotesis
dirumuskan berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka hipotesis tindakan
merupakan suatu pernyataan yang masih perlu diuji kebenaranya melalui
penelitian tindakan dan pernyataan tersebut dirumuskan kerangka pemikiran
yang telah disusun sebelumnya.
5/11/2018 Skripsi BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-bab-ii-55a0d28a401d0 25/25
34
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah layanan konseling
behavioral dengan penerapan teknik reinforcement efektif untuk mengatasi
pelanggaran tata tertib siswa kelas VIII SMP N 7 Kota Magelang Tahun
Ajaran 2011/2012.