bab ii skripsi
DESCRIPTION
coklatTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enamel
Enamel berasal dari jaringan ektoderm yang penuh dengan garam kalsium.
Bila dibandingkan dengan jaringan-jaringan gigi yang lain, enamel merupakan
jaringan yang paling keras ditubuh manusia. Oleh karena itu, enamel adalah
pelindung gigi yang paling kuat terhadap rangsangan pada waktu pengunyahan.14
Enamel tidak mempunyai sel, pembuluh darah, saraf, dan limf sehingga
jika patah atau sakit, enamel tidak dapat mengadakan regenerasi atau tidak
mempunyai daya reparatif. Jadi, pencegahan kerusakan enamel dari proses karies
ataupun fraktur sangat penting.15
Gambar 2.1 EnamelSumber : Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi
7
2.1.1 Sifat Fisik Enamel
Enamel mengalami proses remineralisasi yang sangat tinggi, sehingga
memiliki sifat fisik yang paling keras dari seluruh jaringan tubuh manusia.16
Meskipun enamel sangat keras, namun elastisitasnya rendah. Kekuatan tariknya
mencapai ±100kg/cm2 dan kekuatan kompresinya mencapai 2100-3500 kg/cm2.
Elastisitas yang rendah tersebut dapat membuat enamel bersifat getas (mudah
patah).17
Enamel pada gigi mempunyai ketebalan yang berbeda pada tiap bagian
dan bervariasi antara jenis gigi. Enamel yang lebih tebal terdapat pada bagian
incisal dan tonjol gigi dan menjadi semakin tipis pada bagian servikal.16 Ketebalan
pada daerah incisal ridge pada gigi insisif rata-rata 2 mm, 2,3-2,5 mm pada tonjol
premolar, dan 2,5-3 mm pada tonjol molar.18
Warna alami enamel putih translusen atau biru keputih-putihan. Warna ini
dapat terlihat pada enamel bagian incisal dan cusp tips (puncak tonjol gigi) yang
tidak terdapat dentin dibawahnya. Warna enamel tergantung pada ketebalan
enamel dalam kombinasi dengan derajat mineralisasi. Daerah yang
hipomineralisasi (hypo-mineralized) tampak lebih opaque daripada yang
termineralisasi dengan baik (well-mineralized) yang terlihat translusen.16
2.1.2 Sifat Kimia Enamel
Secara kimiawi, 97% bahan yang terdapat dalam enamel adalah bahan
anorganik yang terdiri atas kristal hidroksi apatit yang memiliki senyawa kimia
Ca10(PO4)6(OH)2. Kristal ini tersusun dari calcium hydroxyapatite yang
8
merupakan zat utama penyusun enamel dan berfungsi menambah resistensi
enamel terhadap asam.15
Satu persen kandungan enamel merupakan bahan organik yang terdiri dari
protein (58%), beberapa ikat lipida (42%) dan karotin. Protein pada enamel
disebut amelogenin yang mengandung konsentrasi tinggi dari proline, glutamine,
leucine dan histidine.19 Ikatan lipida terdiri dari sejumlah kecil kolesterol dan
fosfolip. Mineral lain seperti magnesium, potassium, sodium, karbonat dan fluor
juga terdapat pada lapisan enamel namun dalam jumlah kecil.20 Sisanya, 2% dari
komposisi enamel adalah air.15
2.1.3 Struktur Mikroskopis Enamel
Secara mikrosopik, struktur dasar enamel adalah enamel rod atau prisma
enamel. Enamel rod tersusun pada enamel dengan dasarnya yang tegak lurus pada
bidang DEJ (Dentino Enamel Junction) dan puncaknya pada permukaan luar gigi.
Pada potongan melintang, enamel rod berbentuk heksagonal tidak
sempurna dengan bentuk penampang seperti lubang kunci dengan kepala dan
ekor. Panjang kepala 5 µm dan panjang ekor 4 µm. Enamel rod terdiri dari jutaan
kristal apatit yang bervariasi dalam ukuran dan bentuk.15
Gambar 2.2 Enamel RodSumber : Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi
9
Kristal hidroksi apatit tersusun padat dalam suatu pola berbeda yang dapat
memberikan kekuatan ciri khas enamel rod. Pada pola ini, bagian kepala sejajar
dengan sumbu panjang enamel rod sehingga kepala terletak lebih ke arah oklusal
dari bagain ekornya. Letak kristal apatit pada bagian ekor membentuk sudut 70º
dengan sumbu panjangnya sehingga mudah dimasuki asam. Daerah ekor enamel
rod yang lebih mudah dimasuki asam merupakan daerah tempat permulaan
terjadinya karies.15
2.1.4 Demineralisasi dan Remineralisasi Enamel
Demineralisasi enamel adalah proses hilangnya unsur mineral pada enamel
karena adanya asam. Komponen terbesar enamel adalah hidroksi apatit (HA) yang
terdiri dari Ca10(PO4)6(OH2). Dalam lingkungan normal HA berada dalam keadaan
seimbang dengan lingkungan rongga mulut (saliva) yang tersaturasi dengan Ca2+
dan PO43-. HA reaktif dengan ion H+ dibawah pH 5,5 yang dikenal sebagai pH
krisis untuk HA. Apabila terpapar asam, H+ akan segera bereaksi dengan fosfat di
dekat permukaan kristal dan kristal HA akan terlarut. Berikut ini reaksi
demineralisasi yang terjadi pada enamel:
Ca10(PO4)6(OH)2 + 8H+ 10Ca2+ + 6HPO42- + 2H2O
Proses demineralisasi dapat dikembalikan apabila pH menjadi netral dan
terdapat cukup ion Ca2+ dan PO43+ disekitarnya. Kemampuan membangun
kembali kristal apatit yang larut ini disebut dengan remineralisasi. Remineralisasi
dapat ditingkatkan dengan adanya ion fluor. Ion fluor akan bereaksi dengan ion-
ion Ca2+ dan PO43+ yang ada, membentuk fluoroapatit (FA) maupun
hidroksifluoroapatit.21
10
2.1.5 Kekerasan Enamel Gigi
Kekerasan adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima tekanan
benda keras. Kekerasan merupakan sifat ketahanan suatu bahan terhadap
deformasi plastis karena pembebanan setempat pada permukaan berupa goresan
(scatch hardness), pantulan (dynamic hardness) dan lekukan (indentation
hardness).22 Deformasi plastis adalah suatu keadaan dari material ketika material
tersebut diberikan gaya maka struktur mikro dari material tersebut sudah tidak
bisa kembali ke bentuk asal artinya material tersebut tidak dapat kembali lagi ke
bentuk semula.23
Kandungan mineral yang tinggi membuat enamel mempunyai sifat yang
keras, bahkan merupakan jaringan yang paling keras pada tubuh manusia. Tetapi
semakin ke arah dentin kekerasan enamel semakin berkurang. Hal ini disebabkan
karena kadungkan mineral anorganik pada dentin dan sementum lebih rendah dari
enamel.16
Metode yang sering digunakan untuk melihat kekerasan enamel adalah
indentasi mikro (micro indentation).24 Vickers Hardness Tester merupakan salah
satu alat uji kekerasan enamel dengan menerapkan indentasi mikro dengan satuan
vickers-hardness-number (VHN). Alat ini dilengkapi sebuah mata uji berupa intan
dalam bentuk square di dasar piramida dan bekas yang ditimbulkan berupa
cekungan trapesium dengan garis diagonal pada cekungan.25
Cekungan tersebut diperoleh dengan menekan indentor atau alat penguji
kekerasan kesuatu bahan pada besar beban yang diketahui dan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan.22 Penekanan piramida intan mempunyai sudut
11
puncak 136º. Nilai kekerasan dinyatakan dalam HV yakni perbandingan antara
beban tekan P (kg) dengan luas tapak tekan A (mm2) dengan rumus:
HV = P kg A mm2
= 2 P sin α / 2 kgd2 mm2
= 2 P sin 136 / 2 kgd2 mm2
HV = 1,8544 P kg d2 mm2
Keterangan:
P = beban tekan (5, 10, 20, 30, 50, 100 atau 200 kg)
α = sudut antara sisi-sisi piramida puncak 136º
d = panjang rata-rata kedua diagonal penekanan
A = luas tapak tekan (mm2)
HV = kekerasan
Gambar 2.3 Indentasi VickersSumber :
http://www.twi-global.com/technical-knowledge/job-knowledge/hardness-testing-part-1-074/
12
Beban tekan tergantung dari jenis dan tebal bahan. Semakin tipis bahan
yang akan diuji maka semakin kecil beban tekan yang akan dipakai. Prinsip dari
pengukuran kekerasan tersebut didasarkan pada penekanan masuk ke dalam
bahan. Makin lunak bahan, makin dalam masuknya intan ke dalam suatu bahan,
begitu sebaliknya makin keras bahan maka makin dangkal masuknya intan.26
2.2 Fluor
Fluor adalah mineral alami yang terdapat di semua sumber air termasuk air
laut. Fluor tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas di alam. Ia bergabung
dengan unsur lain membentuk senyawa fluoride. Fluor yang berikatan dengan
dengan kation monovalen, misalnya NaF, AgF, dan KF bersifat mudah larut,
sedangkan fluor yang berikatan dengan kation divalen, misalnya CaF2 dan
PbF2,bersifat tidak larut dalam air.2,27
Dalam kedokteran gigi, fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah
karies. Penggunaan fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi
dan obat yang kumur mengandung fluor, pemberian tablet fluor dan topikal
varnis. Tujuan penggunaan fluor dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk
melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme
bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksi
apatit pada enamel menjadi fluor apatit. Reaksi kimianya: Ca10(PO4)6(OH)2 + F
→ Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam
sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi yang merangsang perbaikan dan penghentian karies.28
13
2.2.1 Peranan Fluor pada Gigi
Tubuh kita sangat membutuhkan berbagai macam nutrisi yang cukup
untuk menjaga stamina di dalam tubuh. Salah satunya adalah vitamin. Vitamin
banyak terdapat pada buah-buahan. Buah-buhan dikonsumsi oleh hampir setiap
orang karena menyegarkan dan banyak manfaatnya. Tetapi kandungan asam dan
gula pada buah dapat menyebabkan kerusakan gigi. Jenis minuman atau makanan
seperti ini akan mempengaruhi pH pada mulut dalam suasan asam.4 Fluor
berperan dalam pembentukan enamel gigi dan membuat struktur gigi lebih kuat
sehingga gigi lebih tahan terhadap pengikisan karena asam. Asam dibentuk ketika
bakteri pada plak memecah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan.
Serangan asam yang berulang akan merusak gigi sehingga menyebabkan
terjadinya karies. Peran fluor disini adalah mengurangi kemampuan bakteri untuk
membentuk asam. Fluor juga berfungsi merangsang pembentukkan mineral
kembali yang akan menghentikan proses terjadinya karies.2,29
Gigi terdiri dari enamel dan dentin. Dentin merupakan lapisan yang berada
di bawah enamel, sehingga struktur enamel sangat menentukan proses terjadinya
karies. Struktur enamel gigi terdiri dari susunan kimia kompleks dengan gugus
kristal penting yaitu hidroksi apatit, dengan rumus kimia Ca10(PO4)6.(OH)2.
Permukaan enamel lebih banyak mengandung mineral anorganik daripada bahan-
bahan organik dan air. Dengan adanya penambahan fluor, hidroksi apatit akan
berubah menjadi fluoroapatit. Fluoroapatit ini lebih tahan terhadap asam sehingga
gigi akan lebih tahan terhadap proses demineralisasi.30
14
2.2.2 Penggunaan Fluor Dalam Kedokteran Gigi
Penggunaan fluor dalam kedokteran gigi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
secara sistemik dan topikal.
2.2.2.1 Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan
dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan
perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi
gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian
makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun
di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor
yang kemudian dibedakan menjadi metode perorangan dan kolektif.
Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu :
1. Fluoridasi air minum
Banyak penelitian membuktikan apabila dalam air minum yang
dikonsumsi oleh suatu daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka
penduduk tersebut akan terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air
minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain dapat
mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang negatif yaitu dengan
adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’. Pada mottled enamel, permukaan gigi
nampak kelihatan berbintik-bintik kecoklatan dan bila fluor yang masuk dalam
tubuh terlalu banyak, dapat menyebabkan keracunan. Menurut penelitian Murray
15
and Rugg-guncit konsentrasi optimum fluoride yang dianjurkan dalam air minum
adalah 0,7–1,2 ppm.28,30,31
2. Pemberian fluor melalui makanan
Beberapa makanan yang kita makan banyak yang sudah mengandung fluor
yang cukup tinggi sehingga dengan makanan tersebut kebutuhan akan kadar fluor
untuk tubuh sudah terpenuhi. Makanan tambahan fluoride hanya dianjurkan untuk
mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah yang sumber airnya rendah
fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi secara
berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak disiplin, maka
tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya
adalah fluorosis. 29,30
3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu
dikombinasikan dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri.
Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan
air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF,
yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari).Tablet fluor dapat diberikan
sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu sampai 2
tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16
tahun sebanyak 1 mg.29
2.2.2.2 Pemberian Fluor Secara Topikal
Penggunaan fluor secara topikal adalah mengaplikasikan fluor langsung
pada gigi, ditujukan untuk gigi yang sudah erupsi. Menurut Angela, tujuan
16
penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan
cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi
karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit
yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam.
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak
lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan
mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
mempertahankan permukaan gigi dari proses karies.
Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan
dengan beberapa cara: 16
1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor
Merupakan fluoride yang diaplikasikan langsung ke gigi, misalnya pasta
gigi dan aplikasi topikal. Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah
dilakukan sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan
pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang
signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Yang
dimaksud dengan topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada
enamel.32 Fluor topikal dapat berupa larutan, gel atau varnish. Setelah gigi
dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 4 menit. Setelah 4 menit, bersihkan
fluor dari permukaan gigi. Pada akhir perawatan instruksikan agar pasien tidak
makan atau minum selama 30 menit setelah perawatan untuk memperpanjang
kontak fluor.15
17
Macam-macam larutan aplikasi topikal fluor yang dipakai di bidang
kedokteran gigi untuk pencegahan karies adalah sebagai berikut :
1) Natrium Fluoride (NaF)
Natrium fluoride (NaF) digunakan dalam bentuk larutan yang
dicampur air dengan konsentrasi 2% (2 mg NaF dalam 100 ml air).
Aplikasi topikal dengan larutan NaF ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya diantara lain rasanya cukup enak, tidak
pahit mesikipun ada sedikit rasa asin, tidak menimbulkan pewarnaan
ekstrinsik pada gigi dan tidak mengiritasi jaringan gingiva. Sedangkan
kekurangan larutan NaF adalah larutan ini tidak tahan lama, kecuali
jika disimpan dalam botol polietilen yang berwarna gelap sehingga
tidak tembus cahaya matahari. Jika larutan NaF disimpan dalam wadah
tembus cahaya maka sinar matahari akan merangsang reaksi kimia
dengan ion fluor bebas.
2) Acidulated-phosphat-fluoride atau Fl3PO4 (APF)
Larutan fluor adalah larutan fluor yang telah diasamkan yang terdiri
dari larutan fluor 1,2% di dalam asam Fosfat 0,1 mg. topikal aplikasi
ini biasanya digunakan pada kasus karies rampan. Kelebihan
pemakaian larutan ini adalah larutan stabil jika disimpan dalam botol
polietilen, sedangkan kekurangannya dapat menimbulkan pewarnaan
ekstrinsik pada gigi.
3) Stanous Fluoride (SnF2)
18
Aplikasi topikal larutan SnF2 digunkan dalam konsentrasi 8-10%.
Larutan SnF2 sangat aktif sehingga akan cepat kehilangan
kekuatannya. Oleh sebab itu harus dibuat larutan yang baru untuk
setiap kali pemakaian. Pemakaian SnF2 biasanya diberikan kepada
anak-anak dimulai pada usia 3 tahun. Larutan SnF2 juga efektif pada
orang dewasa dan lebih efektif dari NaF. Penggunaan SnF2 8% sekali
setahun sudah dapat melindungi gigi dari karies. Tetapi larutan SnF2
juga memiliki kekurangan diantanya bau dan rasanya yang tidak enak,
dapat meinumbulkan pigmentasi pada gigi, dapat mengiritasi gingiva
dan mudah teroksidasi.2,15
2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak
20-50%.2 Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies
tinggi. Berkumur dengan bahan fluor diindikasikan untuk anak yang berumur
diatas enam tahun karena telah mampu berkumur dengan baik serta orang dewasa
yang rentan terhadap karies, serta bagi pasien-pasien yang memakai alat
orthodontik.32
3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies. Akan tetapi pemakaiannya
pada anak pra sekolah harus diawasi karena pada umunya mereka masih belum
mampu berkumur dengan baik sehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan.
19
Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di pasaran mengandung sekitar 1 mg
F/g ( 1 gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat gigi).28
2.3 Kakao
Theobroma cacao Linneaus adalah nama biologis yang diberikan pada
pohon kakao oleh Linnaeus pada tahun 1753. Tempat alamiah dari genus
Theobroma adalah di bagian hutan tropis dengan banyak curah hujan, tingkat
kelembaban tinggi, dan teduh. Tumbuhan ini termasuk tanaman yang tumbuh
tahunan (perennial) dan tingginya dapat mencapai 10m.33
Tanaman kakao termasuk kedalam kelompok tanaman caulofloris, yaitu
tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian vegetative yang meliputi akar, batang
serta daun dan bagain generative yang meliputi bunga dan buah.34
Gambar 2.4 KakaoSumber : http://www.the-marketeers.com/archives/optimisme-indonesia-jadi-poros-
industri-kakao-asean-.html
Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis genus Theobroma, famili
Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Bijinya diolah menjadi produk
20
makanan seperti coklat, bubuk kakao dan lemaknya diambil untuk dibuat
mentega. Kulit buahnya dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak dan sebagai
sumber pectin dibidang farmasi yang digunakan untuk pembuatan kapsul. Di
bidang pangan, dapat digunakan sebagai pembentuk gel dalam pembuatan selai,
jeli dan kembang gula. Pulp dapat digunakan untuk jus kakao, bahan produksi
gula, bahan pembuatan nata dan bahan pembekuan biologi atau kimiawi pada
lateks.35
Menurut Susanto (1994), jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi
coklat hanya 3 jenis, yaitu :
1. Jenis Criollo
Jenis Criollo terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika
Selatan. Jenis ini menghasilkan biji coklat yang mutunya sangat baik dan dikenal
sebagai coklat mulia. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis dan
berbintil – bintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan
berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah.
2. Jenis Forastero
Jenis ini menghasilkan biji coklat yang memiliki mutu sedang atau dikenal
juga sebagai Ordinary cocoa. Buahnya berwarna hijau, kulitnya tebal, biji
buahnya tipis atau gepeng dan kotiledon berwarna ungu pada waktu basah.
3. Jenis Trinitario
Merupakan campuran dari jenis Criollo dengan jenis Forastero. Coklat
Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa dan ada yang
termasuk bulk cocoa. Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya
21
bermacam – macam. Biji buahnya juga bermacam – macam dengan kotiledon
berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah.36
2.3.1 Taksonomi
Taksonomi dari tanaman ini sebagai berikut:35
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Species : Theobroma cacao Linneaus
2.3.2 Pengolahan Kakao
Suatu produk cokelat yang dihasilkan berawal dari buah tanaman kakao
kemudian diproses melalui beberapa tahapan yang relatif panjang. Tanaman
kakao akan meghasilkan buah kakao yang di dalamnya terdapat biji-biji kakao.
Melalui proses pascapanen yang meliputi proses pengolahan dan pengeringan,
akan dihasilkan biji-biji kakao kering yang siap dikirim ke pabrik pengolah. Oleh
pengolah, biji kakao kemudian diolah menjadi produk-produk setengah jadi atau
produk-produk yang sudah jadi. Proses pengolahannya adalah senagai berikut:37
1. Pemanenan dan Pengupasan
22
Pemanenan terdiri dari pengambilan buah yang matang dari pohon dan
membukanya untuk mengekstrak biji yang basah. Buah dipanen secara
manual dengan pisau yang diasah dengan baik. Untuk buah yang tinggi,
digunakan tongkat pengait. Lalu, buah akan dibuka dan diambil bijinya
setelah semnggu sampai 10 hari setelah panen. Buah kakao yang sudah
dipetik juga dapat langsung dibawa ke tempat pengolahan sebelum
dibelah.
2. Fermentasi
Tahap selanjutnya dilakukan fermentasi. Biji kakao yang dikeringkan
tanpa fermentasi akan bermutu rendah karena tidak mempunyai calon cita
rasa cokelat. Fermentasi dapat dilakukan dengan berabagai cara. Salah
satunya dengan cara menumpuk biji-biji tersebut atau dimasukkan ke
dalam kotak untuk memungkinkan mikrorganisme berkembang dan
memulai fermentasi. Tumpukan biji tersebut ditutupi daun pisang. Lama
proses fermentasi bervariasi berdasarkan jenis biji. Forastero
memmerlukan waktu 5 hari dan Chiollo 2-3 hari.
3. Pengeringan
Setelah proses fermentasi, langkah selanjutnya adalah pengeringan. Ada
dua metode untuk mengeringkat biji, yaitu dengan matahari dan
pengeringan buatan. Pada proses pengeringan dengan penjemuran, biji
dihamparkan di atas alas seperti terpal plastik, tikar, sesek bambu, atau
lantai semen. Tebal lapisan biji mencapai 5 cm (2 - 3 lapis biji) dengan
lama penjemuran pada cuaca panas dan cerah selama 7 - 8 jam sehari.
23
Selama penjemuran, dilakukan pembalikan 1 - 2 kali . Lama penjemuran
bisa berlangsung lebih dari 10 hari, tergantung keadaan cuaca dan
lingkungannya. Tujuan utama pengeringan adalah mengurangi kadar air
biji dari sekitar 60% menjadi 6 - 7% sehingga aman selama pengangkutan
menuju pabrikan. Pengeringan harus dilakukan secara hati-hati. Jika
dikeringkan terlalu cepat, beberapa reaksi kimia yang dimulai pada proses
fermentasi tidak selesai sempurna dan biji menjadi asam dengan rasa pahit.
Namun, apabila dikeringkan terlalu lambat, jamur dan rasa yang tidak
dinginkan dapat muncul. Berbagai penelitian menyatakan bahwa
temperature ketika pengeringan tidak boleh melebihi 65º C.
4. Pengolahan lebih lanjut
Biji kakao yang telah difermentasi dan dikeringkan selanjutnya
dibersihkan, dipanggang, dihilangkan kulitnya dan akhirnya menghasilkan
cocoa nibs. Selanjutnya nibs dapat diolah lagi untuk membuat produk
coklat.
2.3.3 Kandungan dan Manfaat Kakao
2.3.3.1 Polifenol
Kakao banyak mengandung antioksidan seperti polifenol. Biji kakao
mengandung polifenol sekitar 6-8% dari berat biji kakao. Diantara semua produk
yang terbuat dari biji kakao, bubuk kakao (cocoa powder) mengandung jumlah
polifenol yang paling tinggi diikuti dengan dark chocolate lalu milky chocolate.
Polivenol sama seperti antioksidan lainnya. Antioksidan dalam aliran darah dapat
24
membantu mengeliminasi radikal bebas sehingga dapat mencegah terjadinya
penyakit ganas seperti kanker.38
2.3.3.2 Kafein
Kafein yang terdapat dalam biji kakao sekitar 0,005%-0,36%. Kafein
adalah alkaloid yang tergolong dalam famili methylxanthine bersama dengan
senyawa teofilin dan teobromin. Kafein adalah serbuk putih yang pahit memiliki
berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9.38
Kafein memiliki daya kerja sebagai stimulant sistem saraf pusat, stimulant
otot jantung, meningkatkan aliran darah melalui arteri coroner, relaksasi otot
polos bronki dan aktif sebagai diuretika dengan tingkatan yang berbeda.11
2.3.3.3 Teobromin
Teobromin (3,7 dimetil xantin) juga dikenal dengan nama xantose
merupakan komponen alkaloid utama pada kakao dengan rumus molekul
C7H8N4O2. Teobromin inilah yang berkontribusi dalam rasa pahit kakao.
Teobromin termasuk dalam senyawa kimia jenis metil xantin bersama dengan
teofilin dan kafein, dimana hanya berbeda satu kelompok metal dengan molekul
kafein (1,3,7 dimetil xantin).39
25
Gambar 2.5 3,7 dimetil xantinSumber : www.sigmaaldrich.com/catalog/product/aldrich/705357?lang=en®ion=ID
Teobromin sedikit larut dalam air, berbentuk kristal dan berwarna putih
hingga tidak berwarna. Selain itu teobromin bersifat nontoksik, alami, lebih
efektif dan dapat menjadi alternatif pengganti fluor untuk pasta gigi.8 Teobromin
banyak ditemukan dalam biji kakao (Theobroma cacao. L) dalam konsentrasi dari
1,5%-3% dan pada kulit kakao sekitar 0,7%-1,2% atau sekitar 15-30 g/kg. Dalam
satu batang coklat pahit dengan berat 1 ons mengandung sekitar 130 mg
teobromin sedangkan satu batang coklat putih susu mengandung 44 mg
teobromin.39
2.4 Efek Teobromin Terhadap Enamel
Arman Sadeghpour melakukan penelitian dimana ia melanjutkan
penelitian dari Tetsuo Nakamoto mengenai metil xantin. Nakamoto menemukan
senyawa yang masih satu golongan dengan kafein yaitu teobromin, tetapi
pengaruhnya berlawan dengan kafein terhadap enamel gigi. Kafein dapat
mengurangi ukuran kristal apatit sedangkan teobromin meningkatkan ukuran
kristal apatit pada enamel sehingga dapat menguatkan enamel.
Penelitian yang dilakukan oleh Sadeghpour, terbukti bahwa teobromin
menstimulasi pertumbuhan enamel baru. Hal ini dikarenakan teobromin membuat
kalsium dan fosfat dari saliva bergabung menjadi unit kritsal yang ukurannya
lebih besar dari hidroksi apatit10.
Kargul dan Nakamoto juga melakukan penelitian menggunakan gigi
premolar manusia yang direndam dalam larutan teobromin dalam dua konsentrasi
26
yang berbeda. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa terjadi
peningkatan nilai kekerasan enamel gigi pada kedua konsentrasi larutan teobromin
tersebut. Hal ini mendukung pernyataan bahwa teobromin dapat melindungi gigi
dan meningkatkan kekerasan permukaan enamel gigi manusia.12 Namun,
mekanisme teobromin yang dapat menginduksi peningkatan deposisi mineral dan
peningkatan ukuran kristal enamel masih belum diketahui dan perlu diteliti lebih
lanjut.10
2.5 Kerangka Teori
27
Teobromin
Agen remineralisasi
Fluor
Alternatif agen remineralisasi
Gambar 2.6 Kerangka Teori
28
Enamel
Tersusun atas mineral
Demineralisasi Remineralisasi
Memperbesar ukuran kristal
apatit
Perubahan nilai kekerasan permukaan
enamel
Fluoroapatit