pendidikan politik skripsi bab ii

21
BAB II PENDIDIKAN POLITIK A. Pengertian Pendidikan dan Politik Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atai paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 1 Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara essensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli pendidikan. 1. Langeveld 1 Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2006), h. 1. 1

Upload: erwinprayogi

Post on 05-Jul-2015

905 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

BAB II

PENDIDIKAN POLITIK

A. Pengertian Pendidikan dan Politik

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk

membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atai paedagogie berarti bimbingan atau

pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.

Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seorang atau

kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan

yang lebih tinggi dalam arti mental.1

Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan,

meskipun secara essensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukakan sejumlah

pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli pendidikan.

1. Langeveld

Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang

diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat

membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang

dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan

dilanjutkan kepada orang yang belum dewasa.

2. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental

secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesame manusia.

1 Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2006), h. 1.

1

Page 2: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

3. Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama.

4. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapu

maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada

anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat

dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.2

Selanjutnya tentang pengertian politik, politik memiliki beberapa definisi. Antara

lain, ia adalah seni pemerintahan dan pengadilan negara, atau ia adalah kekuatam

(kemampuan) untuk mencapai apa yang diinginkan, atau ia adalah seni pergantian

kepemimpinan dan kompromi.3

jika kita melihat Ensiklopedi “Al-Ulum Al-Ijtima’iyah” secara eksplisit dikatakan

bahwa politik adalah “segala aktifitas manusia yang berkaitan dengan penyelesaian

berbagai konflik dan menciptakan keamanan bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan

tersebut, politik tidak bisa dipisahkan dengan kekuatan ataupun usaha lain yang bersifat

keras”.4

Ibnul qoyyim mendefinisikan dalam As-Siyasah Al-Hakimah “Politik adalah suatu

kegiatan yang menjadikan umat manusia mendekat kepada hidup maslahat dan menjauh

2 Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidika, h. 2-4.3Abdul Hamid Al-Ghazali, Meretas Jalan Kebangkitan Islam: Peta Pemikiran Hasan Al-Banna. (Solo: Era Intermedia,2001), h.187.4 Dr.Yusuf Al-Qaradhawi, Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik. Pent. Khoirul Amru Harahap, Lc. (Jakarta: Al-Kautsar, 2008), h. 19.

2

Page 3: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

dari kerusakan, meskipun Rosulullah tidak meletakkannya dan wahyu tidak

menurunkannya. Jalan apa pun yang ditempuh untuk menciptakan keadilan, maka ia

adalah agama”5

Ibnul Qoyyim dia juga berkata, “Politik yang adil tidak bertentangan dengan

bunyi ketentuan syari’at, justru politik yang demikian sesuai dengan ajaran yang

terkandung di dalamnya. Bahkan politik yang adil adalah bagian dari syari’at, karena itu

kami menyebutnya as-siyasah agar sama dengan idiom yang biasa kalian gunakan. Tetapi

jika dilihat dari karakter dan tanda-tanda lainnya, politik juga bisa disebut sebagai

keadilan Allah dam Rasul-Nya” 6

Menurut Ibnul Miskawaih dalam pembicaraannya tentang al-mulk

(kekuasaan/politik) : “Seorang yang bertugas menjaga sunah dan segala perangkat syariat

agar tidak bergeser dari posisinya yang benar adalah pemimpin. Seorang pemimpin yang

mempunyai wewenang untuk menjalankan kekuasaan atau politiknya. Orang-orang

zaman dulu tidak menyebut politik, kecuali untuk menjaga agamanya, memperhatikan

ajaran perintah dan larangan agama. Sedangkan politik yang tidak dapat digunakan

sebagai sarana untuk menjaga agamanya, mereka sebut sebagai mutaghallib (yang

berkuasa dengan kekerasan), dan sama sekali tidak layak disebut dengan politik. Hal ini

disebabkan agama merupakan hokum Allah yang dapat mengantarkan manusia untuk

mencapai puncak kebahagiaan, dan politik adalah penjaga hukum Tuhan tersebut

sekaligus menjaga ajaran agama yang menjadi pegangan manusia”.7

5 Abdul Hamid Al-Ghazali, Meretas Jalan Kebangkitan Islam: Peta Pemikiran Hasan Al-Banna, h. 187.6 Dr.Yusuf Al-Qaradhawi, Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik, h. 41.7Dr.Yusuf Al-Qaradhawi, Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik, h. 50.

3

Page 4: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

B. Pengertian Tarbiyah Siyasiyah (Pendidikan Politik)

Pendidikan politik sering disebut istilah political forming atau politische bildung.

Disebut forming karena didalamnya terkandung intensitas untuk membentuk insane

politik yang menyadari status, kedudukan politiknya ditengah masyarakat. Disebut

bildung (pendidikan diri sendiri) karena istilah ini menyangkut aktivitas membentuk diri

sendiri dengan kesadaran penuh tanggungjawab untuk menjadi insane politik. Pendidikan

politik pada hakekatnya adalah sebagai bagian dari pendidikan orang dewasa, karena hal

ini menyangkut relasi antar individu, antar individu dengan masyarakatdi tengah medan

sosial, dalam situasi-situasi konflik yang ditimbulkan oleh bermacam-macam perbedaan

kemajemukan masyarakat.

Singkatnya, pendidikan politik bagi warga negara adalah penyadaran warga

negara untuk sampai pada pemahaman politik atau aspek-aspek politik dari setiap

permasalahan sehingga dapat mempengaruhi dan ikut mengambil keputusan di tengah

medan politik dan pertarungan konflik-konflik. Pendidikan politik ini diselenggarakan

sebagai upaya edukatif yang sistematis dan intensif untuk memantapkan kesadaran

bernegara.8

Setiap gerakan yang memasuki wilayah politik. Apakah ia wujud dalam bentuk

partai politik, ormas, jama’ah, atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tidak akan

pernah melupakan pendidikan politik. Hal tersebut disebabkan kedudukannya dalam jagat

politik sangat penting dan tidak dapat dipisahkan, yaitu sebagai sarana pembentukan

kader yang berperan aktif dalam bidang politik dan pembentukan kesadaran politik bagi

warga umumnya, sehingga mereka mampu mandiri secara politik, tidak mudah dipatron

8 M. Nur Khoiron, dkk, Pendidikan Politik Bagi Warga Negara (Tawaran Konseptual dan Kerangka Kerja), (Yogyakarta: LKiS, 1999), h. 4.

4

Page 5: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

oleh kekuasaan yang ada, selanjutnya mampu berpartisipasi dalam segala kegiatan

politik.

Secara umum, pendidikan politik dipandang sebagai aktivitas pendidikan yang

terlembagakan, yang secara teratur, sistematik, dan intensional melakukan berbagai

upaya mendorong warga di sebuah Negara atau pendukung di sebuah pergerakan untuk

berpartisipasi lebih aktif dalam membangun institusi kemasyarakatan dan politik. Dalam

kaitan ini, pendidikan politik tidak dapat lepas dari proses pembinaan masyarakat, agar

mereka menyadari hak dan kewajiban politiknya terhadap tanah air atau terhadap

gerakannya. 9

Kalangan ahli pendidikan umumnya menilai pendidikan politik sebagai bagian

pendidikan orang dewasa. Dalam jagat politik, masalah kekuasaan menjadi focus gerakan

yang karenanya sangat luas dibicarakan. Sementara itu, dalam Islam, hierarki kekuasaan

dipandang sebagai salah satu batasan utama dalam kristalisasi kepribadian anak dan

perilaku politiknya kelak. Oleh karena itu, menurut Rauf ‘Izzat, institusi keluarga

merupakan Negara mini bagi anak-anak. Pengetahuan tentang kekuasaan yang ada dalam

institusi keluarganya merupakan awal pengetahuannnya terhadap kekuasaan dan

kedudukan dirinya dalam Negara.

Secara umum, kalangan ahli menilai bahwa proses pendidikan politik tidak

diarahkan untuk menjadi intelektual di bidang politik, akan tetapi lebih diarahkan pada

kemampuan hubungan antra individu dan individu lain, atau individu dengan

masyarakatnya di tengah medan sosial; dalam satu konteks politik, dengan kaitannya

pada aspek sosial-ekonomi-budaya; di tengah berbagai situasi konflik yang ditimbulkan

oleh bermacam perbedaan atau pluralitas masyarakat.

9 Abu Ridha, Pengantar Tarbiyah Siyasiyah. (Bandung: PT Syaamil Cipta Mesia, 2002), h..39, 40.

5

Page 6: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

Dr. Kartini Kartono mengutip beberapa definisi pendidikan politik yang telah

dikemukakan para ahli:

1. Bentuk pendidikan orang dewasa dengan menyiapkan kader-kader untuk

pertarungan politik dan mendapatkan penyelesaian politik, agar menang

dalam perjuangan politik.

2. Upaya edukatif yang internasional, disengaja dan sistematik untuk

membentuk individu sadar politik, dan mampu menjadi pelaku politik yang

bertanggungjawab secara etis/moral dalam mencapai tujuan politik.

3. Usaha membentuk manusia menjadi partisan yang bertanggungjawab dalam

politik.10

Namum dalam pengertian yang sangat umum, pendidikan politik didefinisikan

sebagai proses belajar, bukan hanya untuk menambah informasi dan pengetahuan,

melainkan juga melatih kecakapan dalam melakukan berbagai aksi. Selain itu, pendidikan

politik juga lebih menekankan kemampuan dalam memahami eksistensi dirinya ditengah-

tengah masyarakat dan menilai segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya secara kritis,

untuk selanjutnya menentukan sikap yang benar terhadapnya. Akhirnya, ia mampu

memberikan kontibusi pada penentuan kebijakan dalam pemecahan masalahyang ada di

masyarakatnnya.

Penjabaran pendidikan politik dalam bahasa edukatif dapat dinyatakan sebagai

upaya belajar dan latihan mensistematikakan aktivitas sosial dan membangun berbagai

kebijakan terhadap sesama manusia di suatu wilayah negara. Juga sebagai pembentukan

hati nurani politik, yang di dalamnya secara implisit mencakup rasa tanggungjawab etik

10 Abu Ridha, Pengantar Tarbiyah Siyasiyah, h.41-42.

6

Page 7: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

terhadap sesama warganya, selain sebuah upaya penumbuhan wawasan kearifan politik

sehubungan dengan peristiwa politik dengan segala jaringannya.11

C. Tujuan dan Sasaran

Setiap gerakan, lebih-lebih gerakan politik, dalam pendidikan politik yang

dilakukannya pasti memiliki tujuannya yang khas, yang mencerminkan ideology yang

menjadi dasar pandangan dan pijakan politiknya. Tujuan pendidikan politik sebuah

gerakan tentu saja harus disesuaikan dengan cita-cita dantujuan gerakan itu sendiri. Oleh

karena itu, baik sistem atau metode pendidikan politik yang diterapkan oleh sebuah

gerakan, harus dapat memastikan untuk mengantarkan gerakan kepada pencapaian cita-

cita dan tujuannya, serta membentuk karakteristik para pendukungnya yang merupakan

cermin ideology yang diperjuangkannya.12

Pendidikan politik merupakan kegiatan yang bukan hanya bertujuan membangun

dan mengembangkan pengetahuan politik tertentu pada manusia, tetapi juga bertujuan

untuk membentuk dan mengembangkan orientasi-orientasi politik yang meliputi nilai-

nilai, keyakinan, arah, dan perasaan politik, yang menjadikan individu memiliki

kesadaran terhadap berbagai situasi politik,persoalan-persoalan regional, nasional

maupun internasional, dan menjadikannya mampu, secara sadar dan aktif, berpartisipasi

dalam kehidupan politik masyarakat pada khususnya, dan kehidupan social pada

umumnyapendidikan politik tidak bertujuan untuk menumbuhkan loyalitas pada individu

kepada penguasa sehingga membenarkan semua tindakannya, namun justru merupakan

proses kegiatan yang bertujuan untuk membentuk mentalitas yang kritis dan mampu

11 Abu Ridha, Pengantar Tarbiyah Siyasiyah, h.42,43,44.12 Abu Ridha, Pengantar Tarbiyah Siyasiyah, h.49.

7

Page 8: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

melakukan dialogyang konstuktif, dan bertindak dengan sesuatu yang membawa

perubahan ke arah yang lebih baik.

Pada intinya, pendidikan politik bertujuan menanamkan pemahaman politik dan

bermacam aspek yang muncul dari setiap permasalahan yang berkaitan dengan jagat

politik. Secara umum, pendidikan politik dilakukan untuk mempersiapkan kader politik

yang mampu berfungsi baik di tengah perjuangan politik, apakah perjuangan menuju

“kekuasaan” atau setelah memperoleh “kekuasaan”. Selanjtnya mereka mampu pula

menyelesaikan segala macam problematika politik yang mengepungnya, sesuai dengan

konsep dan dasar ideologinya dalam mengantarkan gerakan menuju tujuan politik yang

akan dicapai.13

Oleh karena itu, yang menjadi sasaran utamanya ialah terbentuknya pribadi

muslim dan ketersediaannya kader politik yang mampu mengembangkan kewajiban dan

misi politiknya, serta mampu menyebarkan fikrah. Selanjutnya, para kader tersebut

mampu memantapkan proyek kebangkitan dalam rangka memulai kehidupan yang mulia,

tegak atas dasar-dasar Islam. Tegasnya, munculnya kader yang menjadi representatif

fikrah dan ideologi Islam.

Selain mempersiapkan kader politik andal, pendidikan politik juga diarahkan agar

setiap warga memiliki keberdayaan politik. Dengan keberdayaan politik rakyat mampu

memahami situasi sosial dan politik yang terjadi di lingkungannya, berani bersikap tegas

dalam memberikan kritik, usulan, dan menyuarakan aspirasinya, aktif dalam proses

pembangunan politik, dan sanggup memperjuangkan kepentingan serta ideologinya.14

13 Utsman Abdul Mu’iz Ruslan, Tarbiyah Siyasiyah: Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, h.89.14 Ridha, Abu. 2002. Pengantar Tarbiyah Siyasiyah. Hal.50

8

Page 9: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

Pendidikan politik juga bertujuan membentuk dan mengembangkan bakat

individu dalam politik, termasuk aspek kognitif dan psikomotoriknya. Dalam kaitan ini,

termasuk pendidikan politik tetap menekankan proses penguatan orientasi politik

termasuk norma, kayakinan, aliran, dan berbagai kecenderungan politik. Dengan

wawasan, ideologi serta pengembangan orientasi tersebut, diharapkan setiap individu

mampu memahami berbagai isu, peristiwa, problematika, dan berbagai maneuver politik

yang yang mencuat ke permukaan, baik yang berskala lokal, regional, maupun

internasional. Dengan kemampuan itu pula, setiap individu dapat menentukan sikap, baik

yang bersifat normatif maupun responsif, dan sekaligus mengambil bagian dalam proses

politik secara positif, yang secara populer disebut partisipasi politik.15

D. Sarana Pendidikan Politik

Lembaga-lembaga pendidikan politik terdiri dari lembaga formal dan informal.

Keluarga, sekolah, partai-partai politik, dan media massa dengan segala jenisnya,

merupakan sarana-sarana pendidikan yang paling esensial. Peran yang dapat dimainkan

oleh lembaga-lembaga tersebut dalam pendidikan politik dapat diuraikan secara ringkas

sebagai berikut:

1. Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pendidikan politik yang paling utama dan paling

urgen selama masa kanak-kanak. Keluarga memainkan peran fundamental dalam hal ini.

Pengaruh yang paling nyata adalah bagaimana keluarga dapat membangun afiliasi dan

loyalitas politik dasar anak-anaknya; membentuk rambu-rambu dasar kepribadian yang

15Ridha, Abu. 2002. Pengantar Tarbiyah Siyasiyah. Hal.52

9

Page 10: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

nantinya akan memberikan kontribusi dalam menumbuhkan orientasi politik anak-anak,

dan mengembangkan kesadaran serta pemikiran politik mereka.

Keluarga juga berperan dalam membangun persepsi politik, seperti persepsi

tentang kekuasaan, yang nantinya akan berperan dalam membentuk kesadaran politiknya

sebagai warga Negara. Bahkan pengalaman-pengalaman individu dalam berinteraksi

dengan “kekuasaan” orang tuanya, secara parsial akan menentukan cara berinteraksinya

dengan kekuasaan di kemudian hari.

2. Sekolah

Sekolah berpengaruh besar dalam pendidikan politik generasi muda. Ia

memainkan peran tersebut melalui:

Pertama, pengajaran politik. Ini dilakukan melalui mata pelajaran tertentu, seperti

pendidikan kebangsaan, sejarah, qira’ah (pelajaran membaca), dan mahfudzat (hafalan),

tentang sejarah mesir, misalnya. Sementara itu, di Rusia kurikulum sejarah digunakan

untuk melakukan doktrin politik atau pengajaran dan penokohan ideology politik, di

samping berbagai mata pelajaran lain, seperti dasar-dasar konsepsi politik dan ekonomi

politik.

Kedua, karakter system sekolah. Suasana umum di sekolah dengan sistemnya,

memainkan peran penting dalam membentik sensitivitas siswa terhadap dinamika

kepribadian dan mengarahkan pandangan mereka terhadap bangunan politik yang ada.

Hal ini merupakan pengaruh dari:

a. Kualitas pengajar. Manakala ia benar-benar menguasai materi pelajarannya dan

dekatdi hati siswa, yakni dengan ideology yang dianut dan berkomitmen dalam

10

Page 11: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

perilakunya, ia akan lebih bisa menanamkan ideologi tersebut dalam akal murid-

muridnya.

b. Hubungan guru dengan muridnya. Terkadang ada guru yang otoriter, yang siswa

tidak berani memberikan kritik atau berbeda pendapat dengannya. Ini jelas

menghalangi pertumbuhan siswa untuk berdiskusi dan mendengar pendapat orang

lain. Yang terjadi adalah sebaliknya, jika iklim demokratis antar guru dengan para

siswanya dapat terbangun

c. Organisasi-organisasi sekolah, seperti ikatan, kelompok, dan asosiasi pelajar.

Sensitivitas siswa akan kemampian diri dan afiliasi komunalnya tergantung

kepada banyak tidaknya organisasi siswa semacam ini, dan tingkat kontribusi

siswa di dalamnya.16

3. Partai dan Pressure Group Politik

Partai-partai politik khususnya di negara-negara berkembang memainkan peran

penting dalam menciptakan dan mengubah kultur politik. Partai menjadi lebih besar dari

sekedar alat pemilu atau perkumpulan yang mengartikulasikan sikap politik bagi

sekelompok manusia, mengingat bahwa ia memainkan peran besar dalam pendidikan

politik. Berdirinya partai-partai dalam suatu masyarakat merupakan media pendidikan

politik yang sesungguhnya.

Partai dan pressure group politik, sampai batas tertentu memainkan perannya

dalam pendidikan politik melalui:

Pertama, pengajaran politik yang benar. Hal ini dilakukan dengan mengadakan

berbagai pertemuan, muktamar, resepsi, program pelatihan politik, pengajaran sejarah

nasional, serta publikasi program dan pandangan politik di berbagai jurnal dan

16Utsman Abdul Mu’iz Ruslan, Tarbiyah Siyasiyah: Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, h. 106-108.

11

Page 12: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

buletinnya. Partai termasuk lembaga pendidikan yang memberikan berbagai informasi

politik, ekonomi dan sosial kepada rakyat dengan cara sederhana, namun membangkitkan

kesadaran politik mereka. Di samping itu, partai bekerja untuk memobilisasi rakyat di

belakang berbagai pandangan politik, tujuan, dan program tertentu, melalui penyadaran

politik. Partai merupakan alat untuk menciptakan perubahan orientasi politik dan perilaku

masyarakat.

Kedua, pemberian kesempatan untuk partisipasi politik secara teratur dan dalam

bentuk yang lebih kontinu. Huntington menegaskan bahwa sarana institusional yang

utama untuk mengatur keluasan partisipasi politik adalah partai politik. Ia dapat dapat

member bingkai yang lebih penting dan serasi untuk mewujudkan partisipasi politik.

Partisipasi ini akan menyebabkan semakin kokohnya nilai-nilai yang sudah ada, atau bias

juga menyebabkan tertanamnya nilai-nilai baru. Munculnya partai-partai juga

menumbuhkan keinginan anggota masyarakat untuk melakukan praktek politik dan

berpartisipasi di dalamnya, jika mereka memiliki harapan atau optimisme bahwa

partisipasi tersebut tergantung kepada kemampuan dan kecakapan mereka.

Ketiga, kehidupan partai termasuk media penyiapan dan pelatihan bagi individu

untuk berani mengambil keputusan dan berpikir independen mengenai berbagai masalah

umum, serta kemampuan untuk bersikap kritis dan menentukan pilihan, yang merupakan

kemampuan-kemampuan dasar bagi sebuah partisipasi yang matang.

4. Media Informasi dan Komunikasi Publik

Yang dimaksud dengan informasi adalah berbagai berita, fakta, pemikiran, dan

pandangan, yang diungkapkan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

kerangka yang objektif, jauh dari ambisi dan interes tertentu, menggunakan instrumen

12

Page 13: Pendidikan Politik Skripsi BAB II

dan sarana-sarana yang netral dengan tujuan memberikan kesempatan kepada setiap

orang untuk menyikapi berbagai berita, fakta, pemikiran, dan pandangan itu, agar mampu

membangun pandangan yang khas baginya dan memungkinkan untuk mengambil sikap

yang ia anggap tepat. Media-media informasi yang mempunyai pengaruh kuat adalah

radio, televise, pers, bioskop, teater, buku, mimbar-mimbar masjid, lembaga-lembaga

ilmiah, gelanggang budaya, lembaga pendidikan, asosiasi-asosiasi moral, dan sebagainya.

Banyak studi yang menyatakan bahwa media-media informasi (khususnya radio,

media cetak, dan televisi) memberikan kontribusi peran yang besar dalam sosialisasi

(pendidikan) politik. Penggunaan media-media informasi tersebut mempermudah

sosialisasi berbagai pemikiran, prinsip, dan pengetahuan yang menjadikannya

berpengaruh terhadap orientasi dan pemikiran masyarakat, juga member bekal kepada

mereka dengan pengalaman-pengalaman politik, yang dengannya akan terbentuk opini

public dalam masyarakat. Selain itu, juga menciptakan rasa “ikut berpartisipasi secara

langsung” dalam aktivitas politik pada mereka yang menerima informasi tersebut. Di

samping itu, ia juga ikut andil dalam membentuk nilai-nilai politik mereka.17

17 Utsman Abdul Mu’iz Ruslan, Tarbiyah Siyasiyah: Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, h.108-111

13