skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/abid...
TRANSCRIPT
SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF
IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA
DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Sarjana
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
ABID ABYAN
NIM 11150450000035
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M 1441 H
i
i
i
i
ABSTRAK
Abid Abyan NIM 11150450000035 SISTEM PEMILIHAN KEPALA
DAERAH PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA DI
INDONESIA Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H
2018 M Viii + 50 halaman
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Al-Mawardi tentang
sistem pemilihan kepala daerah Pemikiran Al-Mawardi dihubungkan dengan
konteks di Indonesia terutama dalam sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia
yang laksanakan secara langsung permasalahan dalam pemilihan ini adalah sistem
pemilihan kepala daerah dalam perspektif Al-Mawardi dan relevansinya di
Indonesia
Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian
hukum normative melalui pendekatan perundang ndash undangan dalam pendekatan
konseptual Sumber data yang digunakan adalah kitab Al-Ahkam As-Shultaniyah
karya Imam Al-Mawardi dan UU No 1 tahun 2015 tentang pemilihan kepala daerah
dengan analisis deskriptif
Penelitian ini membahas tentang Al-Mawardi berpendapat bahwa
kewenangan kepala daerah terbagi atas 6 (enam) kewenangan yakni mengenai
urusan militer menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan
hakim memungut zakat melindungi agama dan memurnikan ajarannya
menegakan hak ndash hak manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan
fasilitas kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat
melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk
membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca indranya tidak ada
kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk bergerak dan
i
bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian
dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya
memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan
kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih
secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal
syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-
Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana
saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi
juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan
pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga
implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama
banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala
daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan
yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan
terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya
diserahkan kepada kehendak Khalifah
Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah
Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg
i
حمن الل بسم حيم الر الر
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu
syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga
kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam
mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia
Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam
Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di
tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih
empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah
khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang
membaca skripsi ini
Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis
melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis
banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih terutama kepada yang terhormat
1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
i
2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan
Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik
5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi
masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik
6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang
telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah
SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan
mereka sebagai amal jariyah
7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini
8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik
yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan
pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah
memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar
skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh
keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga
yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri
penulis bersyukur telah memiliki kalian
9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash
Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap
i
penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis
anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri
10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi
serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah
untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah
awal yang lebih luar biasa
11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala
gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif
yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya
12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu
pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan
Strata 1 (S1)
13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan
sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak
pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis
14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas
kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini
15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak
sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin
Jakarta 5 Januari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHANii
LEMBAR PERNYATAANiii
ABSTRAKiv
KATA PENGANTARvi
DAFTAR ISIix
BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5
C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6
D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7
F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10
BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah
dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut
Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12
C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam
Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14
i
BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20
B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22
C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28
D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29
BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31
B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32
C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia
dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35
D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia
dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36
E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38
BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43
DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
i
i
i
i
ABSTRAK
Abid Abyan NIM 11150450000035 SISTEM PEMILIHAN KEPALA
DAERAH PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA DI
INDONESIA Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H
2018 M Viii + 50 halaman
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Al-Mawardi tentang
sistem pemilihan kepala daerah Pemikiran Al-Mawardi dihubungkan dengan
konteks di Indonesia terutama dalam sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia
yang laksanakan secara langsung permasalahan dalam pemilihan ini adalah sistem
pemilihan kepala daerah dalam perspektif Al-Mawardi dan relevansinya di
Indonesia
Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian
hukum normative melalui pendekatan perundang ndash undangan dalam pendekatan
konseptual Sumber data yang digunakan adalah kitab Al-Ahkam As-Shultaniyah
karya Imam Al-Mawardi dan UU No 1 tahun 2015 tentang pemilihan kepala daerah
dengan analisis deskriptif
Penelitian ini membahas tentang Al-Mawardi berpendapat bahwa
kewenangan kepala daerah terbagi atas 6 (enam) kewenangan yakni mengenai
urusan militer menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan
hakim memungut zakat melindungi agama dan memurnikan ajarannya
menegakan hak ndash hak manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan
fasilitas kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat
melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk
membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca indranya tidak ada
kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk bergerak dan
i
bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian
dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya
memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan
kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih
secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal
syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-
Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana
saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi
juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan
pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga
implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama
banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala
daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan
yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan
terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya
diserahkan kepada kehendak Khalifah
Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah
Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg
i
حمن الل بسم حيم الر الر
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu
syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga
kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam
mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia
Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam
Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di
tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih
empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah
khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang
membaca skripsi ini
Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis
melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis
banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih terutama kepada yang terhormat
1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
i
2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan
Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik
5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi
masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik
6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang
telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah
SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan
mereka sebagai amal jariyah
7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini
8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik
yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan
pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah
memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar
skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh
keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga
yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri
penulis bersyukur telah memiliki kalian
9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash
Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap
i
penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis
anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri
10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi
serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah
untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah
awal yang lebih luar biasa
11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala
gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif
yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya
12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu
pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan
Strata 1 (S1)
13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan
sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak
pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis
14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas
kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini
15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak
sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin
Jakarta 5 Januari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHANii
LEMBAR PERNYATAANiii
ABSTRAKiv
KATA PENGANTARvi
DAFTAR ISIix
BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5
C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6
D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7
F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10
BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah
dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut
Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12
C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam
Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14
i
BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20
B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22
C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28
D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29
BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31
B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32
C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia
dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35
D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia
dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36
E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38
BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43
DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
i
i
i
ABSTRAK
Abid Abyan NIM 11150450000035 SISTEM PEMILIHAN KEPALA
DAERAH PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA DI
INDONESIA Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H
2018 M Viii + 50 halaman
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Al-Mawardi tentang
sistem pemilihan kepala daerah Pemikiran Al-Mawardi dihubungkan dengan
konteks di Indonesia terutama dalam sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia
yang laksanakan secara langsung permasalahan dalam pemilihan ini adalah sistem
pemilihan kepala daerah dalam perspektif Al-Mawardi dan relevansinya di
Indonesia
Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian
hukum normative melalui pendekatan perundang ndash undangan dalam pendekatan
konseptual Sumber data yang digunakan adalah kitab Al-Ahkam As-Shultaniyah
karya Imam Al-Mawardi dan UU No 1 tahun 2015 tentang pemilihan kepala daerah
dengan analisis deskriptif
Penelitian ini membahas tentang Al-Mawardi berpendapat bahwa
kewenangan kepala daerah terbagi atas 6 (enam) kewenangan yakni mengenai
urusan militer menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan
hakim memungut zakat melindungi agama dan memurnikan ajarannya
menegakan hak ndash hak manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan
fasilitas kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat
melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk
membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca indranya tidak ada
kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk bergerak dan
i
bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian
dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya
memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan
kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih
secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal
syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-
Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana
saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi
juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan
pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga
implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama
banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala
daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan
yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan
terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya
diserahkan kepada kehendak Khalifah
Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah
Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg
i
حمن الل بسم حيم الر الر
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu
syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga
kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam
mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia
Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam
Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di
tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih
empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah
khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang
membaca skripsi ini
Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis
melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis
banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih terutama kepada yang terhormat
1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
i
2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan
Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik
5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi
masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik
6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang
telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah
SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan
mereka sebagai amal jariyah
7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini
8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik
yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan
pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah
memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar
skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh
keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga
yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri
penulis bersyukur telah memiliki kalian
9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash
Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap
i
penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis
anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri
10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi
serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah
untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah
awal yang lebih luar biasa
11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala
gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif
yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya
12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu
pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan
Strata 1 (S1)
13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan
sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak
pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis
14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas
kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini
15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak
sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin
Jakarta 5 Januari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHANii
LEMBAR PERNYATAANiii
ABSTRAKiv
KATA PENGANTARvi
DAFTAR ISIix
BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5
C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6
D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7
F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10
BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah
dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut
Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12
C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam
Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14
i
BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20
B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22
C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28
D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29
BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31
B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32
C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia
dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35
D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia
dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36
E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38
BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43
DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
i
i
ABSTRAK
Abid Abyan NIM 11150450000035 SISTEM PEMILIHAN KEPALA
DAERAH PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA DI
INDONESIA Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H
2018 M Viii + 50 halaman
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Al-Mawardi tentang
sistem pemilihan kepala daerah Pemikiran Al-Mawardi dihubungkan dengan
konteks di Indonesia terutama dalam sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia
yang laksanakan secara langsung permasalahan dalam pemilihan ini adalah sistem
pemilihan kepala daerah dalam perspektif Al-Mawardi dan relevansinya di
Indonesia
Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian
hukum normative melalui pendekatan perundang ndash undangan dalam pendekatan
konseptual Sumber data yang digunakan adalah kitab Al-Ahkam As-Shultaniyah
karya Imam Al-Mawardi dan UU No 1 tahun 2015 tentang pemilihan kepala daerah
dengan analisis deskriptif
Penelitian ini membahas tentang Al-Mawardi berpendapat bahwa
kewenangan kepala daerah terbagi atas 6 (enam) kewenangan yakni mengenai
urusan militer menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan
hakim memungut zakat melindungi agama dan memurnikan ajarannya
menegakan hak ndash hak manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan
fasilitas kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat
melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk
membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca indranya tidak ada
kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk bergerak dan
i
bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian
dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya
memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan
kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih
secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal
syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-
Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana
saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi
juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan
pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga
implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama
banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala
daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan
yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan
terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya
diserahkan kepada kehendak Khalifah
Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah
Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg
i
حمن الل بسم حيم الر الر
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu
syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga
kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam
mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia
Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam
Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di
tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih
empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah
khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang
membaca skripsi ini
Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis
melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis
banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih terutama kepada yang terhormat
1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
i
2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan
Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik
5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi
masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik
6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang
telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah
SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan
mereka sebagai amal jariyah
7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini
8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik
yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan
pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah
memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar
skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh
keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga
yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri
penulis bersyukur telah memiliki kalian
9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash
Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap
i
penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis
anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri
10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi
serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah
untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah
awal yang lebih luar biasa
11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala
gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif
yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya
12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu
pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan
Strata 1 (S1)
13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan
sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak
pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis
14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas
kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini
15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak
sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin
Jakarta 5 Januari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHANii
LEMBAR PERNYATAANiii
ABSTRAKiv
KATA PENGANTARvi
DAFTAR ISIix
BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5
C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6
D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7
F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10
BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah
dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut
Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12
C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam
Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14
i
BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20
B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22
C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28
D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29
BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31
B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32
C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia
dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35
D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia
dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36
E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38
BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43
DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
i
ABSTRAK
Abid Abyan NIM 11150450000035 SISTEM PEMILIHAN KEPALA
DAERAH PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA DI
INDONESIA Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H
2018 M Viii + 50 halaman
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Al-Mawardi tentang
sistem pemilihan kepala daerah Pemikiran Al-Mawardi dihubungkan dengan
konteks di Indonesia terutama dalam sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia
yang laksanakan secara langsung permasalahan dalam pemilihan ini adalah sistem
pemilihan kepala daerah dalam perspektif Al-Mawardi dan relevansinya di
Indonesia
Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian
hukum normative melalui pendekatan perundang ndash undangan dalam pendekatan
konseptual Sumber data yang digunakan adalah kitab Al-Ahkam As-Shultaniyah
karya Imam Al-Mawardi dan UU No 1 tahun 2015 tentang pemilihan kepala daerah
dengan analisis deskriptif
Penelitian ini membahas tentang Al-Mawardi berpendapat bahwa
kewenangan kepala daerah terbagi atas 6 (enam) kewenangan yakni mengenai
urusan militer menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan
hakim memungut zakat melindungi agama dan memurnikan ajarannya
menegakan hak ndash hak manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan
fasilitas kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat
melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk
membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca indranya tidak ada
kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk bergerak dan
i
bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian
dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya
memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan
kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih
secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal
syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-
Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana
saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi
juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan
pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga
implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama
banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala
daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan
yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan
terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya
diserahkan kepada kehendak Khalifah
Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah
Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg
i
حمن الل بسم حيم الر الر
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu
syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga
kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam
mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia
Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam
Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di
tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih
empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah
khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang
membaca skripsi ini
Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis
melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis
banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih terutama kepada yang terhormat
1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
i
2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan
Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik
5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi
masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik
6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang
telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah
SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan
mereka sebagai amal jariyah
7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini
8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik
yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan
pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah
memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar
skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh
keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga
yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri
penulis bersyukur telah memiliki kalian
9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash
Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap
i
penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis
anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri
10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi
serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah
untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah
awal yang lebih luar biasa
11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala
gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif
yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya
12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu
pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan
Strata 1 (S1)
13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan
sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak
pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis
14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas
kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini
15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak
sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin
Jakarta 5 Januari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHANii
LEMBAR PERNYATAANiii
ABSTRAKiv
KATA PENGANTARvi
DAFTAR ISIix
BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5
C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6
D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7
F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10
BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah
dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut
Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12
C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam
Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14
i
BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20
B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22
C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28
D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29
BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31
B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32
C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia
dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35
D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia
dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36
E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38
BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43
DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
i
bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian
dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya
memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan
kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih
secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal
syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-
Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana
saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi
juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan
pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga
implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama
banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala
daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan
yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan
terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya
diserahkan kepada kehendak Khalifah
Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah
Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg
i
حمن الل بسم حيم الر الر
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu
syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga
kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam
mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia
Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam
Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di
tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih
empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah
khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang
membaca skripsi ini
Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis
melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis
banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih terutama kepada yang terhormat
1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
i
2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan
Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik
5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi
masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik
6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang
telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah
SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan
mereka sebagai amal jariyah
7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini
8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik
yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan
pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah
memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar
skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh
keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga
yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri
penulis bersyukur telah memiliki kalian
9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash
Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap
i
penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis
anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri
10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi
serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah
untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah
awal yang lebih luar biasa
11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala
gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif
yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya
12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu
pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan
Strata 1 (S1)
13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan
sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak
pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis
14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas
kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini
15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak
sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin
Jakarta 5 Januari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHANii
LEMBAR PERNYATAANiii
ABSTRAKiv
KATA PENGANTARvi
DAFTAR ISIix
BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5
C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6
D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7
F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10
BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah
dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut
Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12
C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam
Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14
i
BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20
B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22
C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28
D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29
BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31
B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32
C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia
dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35
D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia
dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36
E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38
BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43
DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
i
حمن الل بسم حيم الر الر
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu
syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga
kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam
mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia
Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam
Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di
tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih
empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah
khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang
membaca skripsi ini
Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis
melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis
banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih terutama kepada yang terhormat
1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
i
2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan
Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik
5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi
masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik
6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang
telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah
SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan
mereka sebagai amal jariyah
7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini
8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik
yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan
pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah
memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar
skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh
keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga
yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri
penulis bersyukur telah memiliki kalian
9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash
Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap
i
penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis
anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri
10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi
serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah
untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah
awal yang lebih luar biasa
11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala
gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif
yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya
12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu
pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan
Strata 1 (S1)
13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan
sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak
pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis
14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas
kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini
15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak
sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin
Jakarta 5 Januari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHANii
LEMBAR PERNYATAANiii
ABSTRAKiv
KATA PENGANTARvi
DAFTAR ISIix
BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5
C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6
D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7
F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10
BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah
dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut
Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12
C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam
Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14
i
BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20
B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22
C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28
D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29
BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31
B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32
C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia
dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35
D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia
dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36
E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38
BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43
DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
i
2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan
Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik
5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi
masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik
6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang
telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah
SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan
mereka sebagai amal jariyah
7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini
8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik
yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan
pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah
memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar
skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh
keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga
yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri
penulis bersyukur telah memiliki kalian
9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash
Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap
i
penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis
anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri
10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi
serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah
untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah
awal yang lebih luar biasa
11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala
gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif
yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya
12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu
pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan
Strata 1 (S1)
13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan
sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak
pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis
14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas
kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini
15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak
sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin
Jakarta 5 Januari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHANii
LEMBAR PERNYATAANiii
ABSTRAKiv
KATA PENGANTARvi
DAFTAR ISIix
BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5
C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6
D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7
F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10
BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah
dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut
Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12
C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam
Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14
i
BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20
B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22
C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28
D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29
BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31
B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32
C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia
dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35
D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia
dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36
E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38
BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43
DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
i
penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis
anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri
10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi
serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah
untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah
awal yang lebih luar biasa
11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala
gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif
yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya
12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu
pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan
Strata 1 (S1)
13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan
sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak
pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis
14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas
kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini
15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak
sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin
Jakarta 5 Januari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHANii
LEMBAR PERNYATAANiii
ABSTRAKiv
KATA PENGANTARvi
DAFTAR ISIix
BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5
C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6
D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7
F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10
BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah
dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut
Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12
C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam
Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14
i
BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20
B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22
C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28
D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29
BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31
B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32
C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia
dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35
D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia
dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36
E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38
BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43
DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHANii
LEMBAR PERNYATAANiii
ABSTRAKiv
KATA PENGANTARvi
DAFTAR ISIix
BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1
B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5
C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6
D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7
F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10
BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah
dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11
B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut
Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12
C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam
Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14
i
BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20
B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22
C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28
D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29
BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31
B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32
C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia
dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35
D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia
dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36
E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38
BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43
DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
i
BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20
B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22
C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28
D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29
BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31
B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32
C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia
dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35
D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia
dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36
E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38
BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42
B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43
DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup
hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik
besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa
pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang
menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara
langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan
diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru
kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982
1987 1992 dan 19972
Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan
umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan
umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih
langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih
langsung presiden dan wakil presiden
Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan
1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di
Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37
2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)
h76
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
2
Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi
Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh
karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik
di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung
dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada
tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada
Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota
digelar di 18 kota
Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat
yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara
serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115
kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124
pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan
sebanyak 103243 pemilih
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka
sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam
menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat
ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi
Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut
dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara
madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh
3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
3
seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah
negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa
daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi
lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap
orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin
imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa
bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)
selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih
kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang
menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang
tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4
Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah
wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki
jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah
atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab
wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas
Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah
sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh
khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh
sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa
Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah
mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan
kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang
sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung
dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi
4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah
Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press
2006) h119
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
4
korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala
daerah cukup diangkat oleh khalifah
Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak
menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai
sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi
dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya
ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh
siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap
pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah
ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan
dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan
dengan politik dan ketatanegaraan
Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah
dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara
sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan
dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut
dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk
menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta
menatanya6
5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000
pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD
baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat
cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang
memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu
harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang
menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari
httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873
6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
5
B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah
1 Identifikasi Masalah
adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al
ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai
metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur
yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun
identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah
antara lain
a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia
b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan
serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di
banyak daerah yang mengimplementasikannya
c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan
keraguan terhadap kinerja kepemerintahan
d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak
dalam sejarah perdaban islam
2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut
a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi
b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia
apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-
Mawardi
3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus
membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
6
walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan
kepala daerah di Indonesia
C Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan penelitian
Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini bertujuan
a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah
menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di
Indonesia
b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di
Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut
pemikiran Al ndash Mawardi
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala
daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia
b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para
peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat
praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala
daerah
c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
7
D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari
pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas
tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak
langsung
2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara
serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik
hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak
3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas
hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan
kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash
tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah
E Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas
maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif
1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan
yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah
2 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan
data kualitatif
3 Jenis Penelitian
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
8
Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini
akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi
kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya
adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum
normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam
buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui
putusan pengadilan7
4 Pendekatan Penelitian
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute
approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical
approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan
sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual
5 Sumber Data
Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam
yaitu
a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang
yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo
Persada 2004) h14
8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
9
tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait
permasalahan ini
b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang
berkaitan dengan pokok penelitian
c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan
tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan
Ensiklopedia
6 Metode Pengumpulan Data9
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi
pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis
bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas
dengan dikorelasikan pada obyek penelitian
7 Teknik Analisis data
Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian
rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan
sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan
sebagaimana tergambar pada rumusan masalah
8 Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo
9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
10
F Rancangan Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi
Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan
(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan
BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas
Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah
pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur
dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat
dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya
- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi
BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash
Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash
Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash
Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi
BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta
Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang
Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019
11
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM
A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam
Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang
mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara
tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah
dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk
memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat
atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang
agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat
memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka
berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama
hal itu tidak keluar dari batas syariat
Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah
hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar
tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya
(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang
sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari
batas syariat
Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat
Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut
12
kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil
pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama
itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang
terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur
Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini
adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia
B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam
Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama
pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah
menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa
setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan
pemimpin dilakukan melalui beberapa cara
1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan
dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau
2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)
dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya
tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan
calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan
syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu
dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1
3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur
yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar
sebelum wafat
1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press
2014 h25
13
4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah
(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi
(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut
munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali
memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak
5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan
sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan
Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin
Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada
anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi
kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada
masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami
pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)
Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia
berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan
kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam
Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah
salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para
wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada
juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya
karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat
2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207
14
C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin
Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut
Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang
sesuai dengan syariat
1) Konsep syura (bermusyawarah)
Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo
bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau
pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan
permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula
mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui
pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan
pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau
nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak
dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian
sesuatu rumusan
Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan
Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya
syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep
syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka
system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik
3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-
Munawwir 1984 h802)
4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di
Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19
5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272
15
Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi
barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu
a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan
oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga
perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau
suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat
termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)
b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada
nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas
hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada
musyawarah lagi padanya
c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu
tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan
wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib
Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah
sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak
bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas
keberanarannya dari Allah
d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura
berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka
mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais
berpendapat negara demokratis harus dibangun dan
dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip
ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para
pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus
dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai
golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien
Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar
6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55
16
pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara
ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai
system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7
Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus
dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan
dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya
prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh
sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap
legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin
melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah
terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai
rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang
anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur
dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu
keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan
rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu
Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy
syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3
159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah
mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka
dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa
7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi
Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104
17
musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan
bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan
untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan
musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan
pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan
bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga
mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama
Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak
kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh
keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib
melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan
menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak
yang tidak boleh dihilangkan
Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung
atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan
rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik
mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal
teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan
dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala
daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi
sejauh mungkin terhindari
2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat
Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung
diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat
Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah
sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26
dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74
18
Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah
tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan
secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan
atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah
yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang
harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin
menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat
Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah
persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap
memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan
penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan
sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan
bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak
merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-
Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita
agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam
dari Afrika
Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala
Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-
orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-
Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi
Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan
perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka
sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin
yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu
19
Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu
keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih
pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan
didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut
untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung
walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima
musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud
sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi
maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah
20
BAB III
BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI
A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -
Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al
Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan
kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman
analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri
dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan
dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu
Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil
hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada
seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau
ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya
dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu
bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan
dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad
Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir
Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang
fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat
konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti
yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase
hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang
dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih
telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun
21
429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai
pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1
Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X
sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran
bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan
al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada
akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam
pemerintahan
Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang
kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan
pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi
kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia
karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus
tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara
Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara
yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya
adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau
Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan
menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari
bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut
mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya
bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat
sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan
pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan
salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut
Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di
bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap
1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI
Press 1990) h 58
22
perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun
Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori
politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang
politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang
sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo
Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad
menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak
masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-
teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi
dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu
keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad
B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi
Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu
Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu
pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad
Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad
bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak
guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping
mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah
Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh
Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka
dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut
mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang
bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang
menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara
ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada
Mursquotazilah
23
Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat
bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan
berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang
belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain
itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan
pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya
Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-
Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan
merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan
pendapat dan fatwanya
Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu
2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad
bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-
Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad
Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary
Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi
Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad
bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-
Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman
dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah
Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin
Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul
Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid
bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-
Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin
Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin
Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid
Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi
2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII
(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14
24
Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin
Umar bin Ibrahim bin Isa3
C Karya - Karya Al ndash Mawardi
Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan
pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak
melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya
sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak
membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan
dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu
1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul
An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah
diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college
lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india
kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil
ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan
Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian
Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo
yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40
halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah
2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-
Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-
zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut
termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam
Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-
Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman
prancis dan latin
3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
(Mindamadani 8 Oktober 2006
25
3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk
Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan
al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din
dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan
oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-
sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini
diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki
bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn
Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada
tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari
penelitian ini
4 Karir Politik Al-Mawardi
Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat
keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang
jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di
Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada
saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-
Iqrarsquo
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim
(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk
melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh
pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi
Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini
sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi
setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-
daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)
sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut
hanyalah yang maha kuasa Allah SWT
26
Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para
ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah
dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada
pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian
berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai
dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga
sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah
dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan
terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)
dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn
Qodisy
27
BAB IV
ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA DI INDONESIA
A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi
Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai
literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang
lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang
ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa
masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah
dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat
dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki
Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa
yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang
tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-
Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-
Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian
didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan
Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
28
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus1
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59
29
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud
kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
30
Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang
implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama
berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa
rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah
gubernur) sinonim dengan lsquoamir
Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah
pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama
Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin
ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara
keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib
dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah
Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala
daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu
yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah
hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban
kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum
baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo
ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat
(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo
ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103
B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia
1 Kewenangan Kepala Daerah
Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan
kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan
31
pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan
rumah tangganya3
Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur
merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada
jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan
dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur
bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai
wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota
cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar
Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat
dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota
terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan
bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat
dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi
pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin
luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka
semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah
partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4
Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil
3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII
Yogyakarta 2001 hlm 57
4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni
Bandung 2013 hlm 216
32
pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan
pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan
kepala pemerintahan
Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku
wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan
umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah
mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya
Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah
mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya
mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina
dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup
jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh
dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran
berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan
wewenang yaitu
bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota
bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupatenkota
bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah provinsi dan kabupatenkota
Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah
mempunyai tugas yaitu
bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi
bull Memelihara stabilitas politik
33
bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah
Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah
tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas
tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5
bull Mengenai urusan militer
bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim
bull Memungut zakat
bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya
bull Menegakan hak ndash hak manusia
bull Menjadi imam dalam sholat jumat
bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat
Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan
adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah
kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil
seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya
Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang
ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi
diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam
kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan
serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan
kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda
dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di
terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia
2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam
Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI
5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61
34
19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa
semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau
Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak
Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara
yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan
(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu
wilayah tersebut
Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah
yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan
amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan
sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan
legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala
daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan
perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan
pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi
tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7
ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut
bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat
bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahanrdquo
7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan
Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media
Pratama 1996) hlm 62
35
bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap
bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian
bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi
bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur
Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota
bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur
atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota
pada daerah yang sama
bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil
Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
sejak ditetapkan sebagai calon
bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat
Walikota
36
bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan
bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah
harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas
Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan
hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga
harus memiliki sifat-sifat khusus 8
Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat
oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As
Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang
diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah
dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat
wal kharaj)
Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh
berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin
tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi
secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala
negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit
dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun
8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52
37
Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak
(bukan orang merdeka)
Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika
khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak
mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau
memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap
orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu
Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan
ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran
mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab
Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan
melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan
kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara
dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9
Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10
1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria
2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad
untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat
kebijakan hukum
3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya
4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk
bergerak dan bertindak
5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi
kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat
9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20
38
6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya
mempertahankan rakyatnya memerangi musuh
7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy
Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi
politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada
masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat
formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para
panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta
penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar
jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan
Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin
mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat
untuk bisa menjadi seorang kepala Negara
Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat
modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi
dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi
Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti
itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang
menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin
sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan
pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan
bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan
kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat
afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)
Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca
Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon
tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut
39
dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan
pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi
suatu kelompok tertentu
Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al
- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia
seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di
dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang
terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya
maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh
apa pemahamannya mengenai agama Islam
Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran
politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum
atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada
realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang
memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti
pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi
kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan
keamanan
3 Bentuk Pemilihan
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan
konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur
dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan
kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap
tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan
40
adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni
2005 di Depok Jawa Barat
Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala
Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan
kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah diatur dengan Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam
pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis
berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil
Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah
merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar
beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian
dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian
11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
41
dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2017
Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam
sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam
dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam
beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin
Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses
pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak
memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan
tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka
kehendaki
Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih
pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-
perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin
Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan
yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun
dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi
pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah
SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena
Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai
pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah
perbedaan di kalangan ummat Islam
42
Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah
satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat
umum dan khusus13
Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian
3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela
4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa
Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)
mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam
(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh
rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah
Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu
melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan
kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi
penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya
Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola
wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)
Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju
keselamatan
Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar
dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat
maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan
syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala
jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh
maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki
perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala
daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas
mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-
13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39
43
tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah
Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -
gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat
sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah
SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai
gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam
pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan
lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah
menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia
yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh
Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah
atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat
khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela
(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula
Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala
daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam
(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk
mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik
dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama
atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari
kehancuran menuju keselamatan
Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan
Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya
persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun
dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang
disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih
untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah
44
untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati
dan untuk Kota disebut dengan Walikota15
15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40
45
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik
kesemipulan sebagai berikut
1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6
(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash
urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat
melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak
manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas
kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah
menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang
memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya
dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul
dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca
indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi
untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat
menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang
membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai
nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-
Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara
langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni
pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan
2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal
kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam
hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat
pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku
Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal
46
bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak
menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia
dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila
pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul
rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah
yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah
Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks
keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung
oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena
pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah
B Saran
Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal
sebagai berikut
1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang
diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam
terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian
tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut
pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan
penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan
referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam
bidang Undang - Undang
47
DAFTAR PUSTAKA
A Buku
Al-Qurrsquoan Al-Karim
Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat
dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-
Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj
Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016
Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum
Rajagrafindo Jakarta
Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994
Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan
2009
Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-
Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003
Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi
jakarta 8 Oktober 2006
Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005
Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media
Pratama Jakarta 2002
Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015
Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco
Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta
1993
48
Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri
Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996
Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo
Persada Jakarta 2008
Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999
Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014
--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam
terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul
Falah 2006
Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-
Munawwir 1984
Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan
di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005
Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 1997
Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001
Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran
Jakarata UI Press 1990
Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986
Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam Jakarta Erlangga 2008
49
------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka
Sinar harapan 2006
Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009
Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal
Malang In-Trans Publishing 2009
Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat
Madani Kencana Jakarta 2012
Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung
2002
B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum
Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014
Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015
Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan
walikota
Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota
Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah
50
C Jurnal
Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam
Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal
Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011
Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry
Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo
Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015
D Website
httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada
25122019
httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon
pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019
httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-
pertama Diakses pada 25122019
httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005
Diakses pada 25122019
httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 Diakses pada 25122019
httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak
korupsi1843873 Diakses pada 25122019