skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/abid...

61
SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF IMAM AL MAWARDI DAN RELEVANSINYA DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Pada Program Sarjana Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: ABID ABYAN NIM: 11150450000035 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1441 H

Upload: others

Post on 03-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF

IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Sarjana

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

ABID ABYAN

NIM 11150450000035

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M 1441 H

i

i

i

i

ABSTRAK

Abid Abyan NIM 11150450000035 SISTEM PEMILIHAN KEPALA

DAERAH PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA DI

INDONESIA Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H

2018 M Viii + 50 halaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Al-Mawardi tentang

sistem pemilihan kepala daerah Pemikiran Al-Mawardi dihubungkan dengan

konteks di Indonesia terutama dalam sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia

yang laksanakan secara langsung permasalahan dalam pemilihan ini adalah sistem

pemilihan kepala daerah dalam perspektif Al-Mawardi dan relevansinya di

Indonesia

Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian

hukum normative melalui pendekatan perundang ndash undangan dalam pendekatan

konseptual Sumber data yang digunakan adalah kitab Al-Ahkam As-Shultaniyah

karya Imam Al-Mawardi dan UU No 1 tahun 2015 tentang pemilihan kepala daerah

dengan analisis deskriptif

Penelitian ini membahas tentang Al-Mawardi berpendapat bahwa

kewenangan kepala daerah terbagi atas 6 (enam) kewenangan yakni mengenai

urusan militer menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan

hakim memungut zakat melindungi agama dan memurnikan ajarannya

menegakan hak ndash hak manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan

fasilitas kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat

melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk

membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca indranya tidak ada

kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk bergerak dan

i

bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian

dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya

memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan

kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih

secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal

syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-

Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana

saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi

juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan

pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga

implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama

banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala

daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan

yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan

terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya

diserahkan kepada kehendak Khalifah

Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah

Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg

i

حمن الل بسم حيم الر الر

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu

syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita

dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga

kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam

mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia

Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam

Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di

tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih

empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah

khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang

membaca skripsi ini

Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis

melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis

banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak

sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih terutama kepada yang terhormat

1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

i

2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik

5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi

masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah

SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan

mereka sebagai amal jariyah

7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik

yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan

pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah

memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh

keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga

yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri

penulis bersyukur telah memiliki kalian

9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash

Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap

i

penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis

anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri

10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi

serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah

untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah

awal yang lebih luar biasa

11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala

gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif

yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya

12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu

pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan

Strata 1 (S1)

13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan

sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak

pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis

14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas

kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini

15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak

sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin

Jakarta 5 Januari 2020

Penulis

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi

LEMBAR PENGESAHANii

LEMBAR PERNYATAANiii

ABSTRAKiv

KATA PENGANTARvi

DAFTAR ISIix

BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5

C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6

D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10

BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah

dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut

Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12

C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam

Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14

i

BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20

B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22

C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28

D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29

BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31

B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32

C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia

dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35

D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia

dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36

E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38

BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 2: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

i

i

i

i

ABSTRAK

Abid Abyan NIM 11150450000035 SISTEM PEMILIHAN KEPALA

DAERAH PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA DI

INDONESIA Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H

2018 M Viii + 50 halaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Al-Mawardi tentang

sistem pemilihan kepala daerah Pemikiran Al-Mawardi dihubungkan dengan

konteks di Indonesia terutama dalam sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia

yang laksanakan secara langsung permasalahan dalam pemilihan ini adalah sistem

pemilihan kepala daerah dalam perspektif Al-Mawardi dan relevansinya di

Indonesia

Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian

hukum normative melalui pendekatan perundang ndash undangan dalam pendekatan

konseptual Sumber data yang digunakan adalah kitab Al-Ahkam As-Shultaniyah

karya Imam Al-Mawardi dan UU No 1 tahun 2015 tentang pemilihan kepala daerah

dengan analisis deskriptif

Penelitian ini membahas tentang Al-Mawardi berpendapat bahwa

kewenangan kepala daerah terbagi atas 6 (enam) kewenangan yakni mengenai

urusan militer menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan

hakim memungut zakat melindungi agama dan memurnikan ajarannya

menegakan hak ndash hak manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan

fasilitas kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat

melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk

membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca indranya tidak ada

kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk bergerak dan

i

bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian

dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya

memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan

kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih

secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal

syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-

Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana

saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi

juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan

pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga

implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama

banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala

daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan

yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan

terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya

diserahkan kepada kehendak Khalifah

Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah

Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg

i

حمن الل بسم حيم الر الر

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu

syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita

dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga

kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam

mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia

Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam

Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di

tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih

empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah

khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang

membaca skripsi ini

Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis

melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis

banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak

sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih terutama kepada yang terhormat

1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

i

2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik

5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi

masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah

SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan

mereka sebagai amal jariyah

7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik

yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan

pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah

memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh

keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga

yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri

penulis bersyukur telah memiliki kalian

9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash

Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap

i

penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis

anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri

10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi

serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah

untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah

awal yang lebih luar biasa

11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala

gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif

yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya

12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu

pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan

Strata 1 (S1)

13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan

sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak

pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis

14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas

kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini

15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak

sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin

Jakarta 5 Januari 2020

Penulis

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi

LEMBAR PENGESAHANii

LEMBAR PERNYATAANiii

ABSTRAKiv

KATA PENGANTARvi

DAFTAR ISIix

BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5

C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6

D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10

BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah

dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut

Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12

C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam

Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14

i

BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20

B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22

C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28

D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29

BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31

B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32

C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia

dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35

D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia

dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36

E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38

BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 3: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

i

i

i

ABSTRAK

Abid Abyan NIM 11150450000035 SISTEM PEMILIHAN KEPALA

DAERAH PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA DI

INDONESIA Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H

2018 M Viii + 50 halaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Al-Mawardi tentang

sistem pemilihan kepala daerah Pemikiran Al-Mawardi dihubungkan dengan

konteks di Indonesia terutama dalam sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia

yang laksanakan secara langsung permasalahan dalam pemilihan ini adalah sistem

pemilihan kepala daerah dalam perspektif Al-Mawardi dan relevansinya di

Indonesia

Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian

hukum normative melalui pendekatan perundang ndash undangan dalam pendekatan

konseptual Sumber data yang digunakan adalah kitab Al-Ahkam As-Shultaniyah

karya Imam Al-Mawardi dan UU No 1 tahun 2015 tentang pemilihan kepala daerah

dengan analisis deskriptif

Penelitian ini membahas tentang Al-Mawardi berpendapat bahwa

kewenangan kepala daerah terbagi atas 6 (enam) kewenangan yakni mengenai

urusan militer menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan

hakim memungut zakat melindungi agama dan memurnikan ajarannya

menegakan hak ndash hak manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan

fasilitas kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat

melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk

membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca indranya tidak ada

kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk bergerak dan

i

bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian

dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya

memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan

kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih

secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal

syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-

Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana

saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi

juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan

pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga

implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama

banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala

daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan

yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan

terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya

diserahkan kepada kehendak Khalifah

Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah

Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg

i

حمن الل بسم حيم الر الر

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu

syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita

dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga

kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam

mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia

Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam

Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di

tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih

empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah

khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang

membaca skripsi ini

Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis

melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis

banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak

sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih terutama kepada yang terhormat

1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

i

2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik

5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi

masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah

SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan

mereka sebagai amal jariyah

7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik

yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan

pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah

memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh

keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga

yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri

penulis bersyukur telah memiliki kalian

9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash

Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap

i

penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis

anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri

10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi

serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah

untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah

awal yang lebih luar biasa

11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala

gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif

yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya

12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu

pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan

Strata 1 (S1)

13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan

sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak

pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis

14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas

kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini

15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak

sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin

Jakarta 5 Januari 2020

Penulis

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi

LEMBAR PENGESAHANii

LEMBAR PERNYATAANiii

ABSTRAKiv

KATA PENGANTARvi

DAFTAR ISIix

BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5

C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6

D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10

BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah

dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut

Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12

C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam

Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14

i

BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20

B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22

C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28

D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29

BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31

B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32

C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia

dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35

D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia

dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36

E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38

BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 4: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

i

i

ABSTRAK

Abid Abyan NIM 11150450000035 SISTEM PEMILIHAN KEPALA

DAERAH PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA DI

INDONESIA Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H

2018 M Viii + 50 halaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Al-Mawardi tentang

sistem pemilihan kepala daerah Pemikiran Al-Mawardi dihubungkan dengan

konteks di Indonesia terutama dalam sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia

yang laksanakan secara langsung permasalahan dalam pemilihan ini adalah sistem

pemilihan kepala daerah dalam perspektif Al-Mawardi dan relevansinya di

Indonesia

Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian

hukum normative melalui pendekatan perundang ndash undangan dalam pendekatan

konseptual Sumber data yang digunakan adalah kitab Al-Ahkam As-Shultaniyah

karya Imam Al-Mawardi dan UU No 1 tahun 2015 tentang pemilihan kepala daerah

dengan analisis deskriptif

Penelitian ini membahas tentang Al-Mawardi berpendapat bahwa

kewenangan kepala daerah terbagi atas 6 (enam) kewenangan yakni mengenai

urusan militer menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan

hakim memungut zakat melindungi agama dan memurnikan ajarannya

menegakan hak ndash hak manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan

fasilitas kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat

melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk

membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca indranya tidak ada

kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk bergerak dan

i

bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian

dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya

memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan

kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih

secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal

syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-

Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana

saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi

juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan

pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga

implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama

banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala

daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan

yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan

terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya

diserahkan kepada kehendak Khalifah

Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah

Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg

i

حمن الل بسم حيم الر الر

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu

syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita

dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga

kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam

mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia

Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam

Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di

tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih

empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah

khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang

membaca skripsi ini

Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis

melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis

banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak

sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih terutama kepada yang terhormat

1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

i

2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik

5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi

masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah

SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan

mereka sebagai amal jariyah

7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik

yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan

pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah

memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh

keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga

yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri

penulis bersyukur telah memiliki kalian

9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash

Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap

i

penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis

anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri

10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi

serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah

untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah

awal yang lebih luar biasa

11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala

gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif

yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya

12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu

pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan

Strata 1 (S1)

13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan

sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak

pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis

14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas

kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini

15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak

sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin

Jakarta 5 Januari 2020

Penulis

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi

LEMBAR PENGESAHANii

LEMBAR PERNYATAANiii

ABSTRAKiv

KATA PENGANTARvi

DAFTAR ISIix

BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5

C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6

D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10

BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah

dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut

Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12

C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam

Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14

i

BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20

B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22

C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28

D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29

BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31

B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32

C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia

dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35

D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia

dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36

E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38

BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 5: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

i

ABSTRAK

Abid Abyan NIM 11150450000035 SISTEM PEMILIHAN KEPALA

DAERAH PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN RELEVANSINYA DI

INDONESIA Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H

2018 M Viii + 50 halaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Al-Mawardi tentang

sistem pemilihan kepala daerah Pemikiran Al-Mawardi dihubungkan dengan

konteks di Indonesia terutama dalam sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia

yang laksanakan secara langsung permasalahan dalam pemilihan ini adalah sistem

pemilihan kepala daerah dalam perspektif Al-Mawardi dan relevansinya di

Indonesia

Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian

hukum normative melalui pendekatan perundang ndash undangan dalam pendekatan

konseptual Sumber data yang digunakan adalah kitab Al-Ahkam As-Shultaniyah

karya Imam Al-Mawardi dan UU No 1 tahun 2015 tentang pemilihan kepala daerah

dengan analisis deskriptif

Penelitian ini membahas tentang Al-Mawardi berpendapat bahwa

kewenangan kepala daerah terbagi atas 6 (enam) kewenangan yakni mengenai

urusan militer menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan

hakim memungut zakat melindungi agama dan memurnikan ajarannya

menegakan hak ndash hak manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan

fasilitas kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat

melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk

membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca indranya tidak ada

kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk bergerak dan

i

bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian

dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya

memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan

kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih

secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal

syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-

Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana

saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi

juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan

pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga

implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama

banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala

daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan

yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan

terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya

diserahkan kepada kehendak Khalifah

Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah

Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg

i

حمن الل بسم حيم الر الر

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu

syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita

dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga

kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam

mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia

Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam

Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di

tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih

empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah

khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang

membaca skripsi ini

Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis

melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis

banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak

sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih terutama kepada yang terhormat

1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

i

2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik

5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi

masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah

SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan

mereka sebagai amal jariyah

7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik

yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan

pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah

memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh

keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga

yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri

penulis bersyukur telah memiliki kalian

9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash

Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap

i

penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis

anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri

10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi

serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah

untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah

awal yang lebih luar biasa

11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala

gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif

yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya

12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu

pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan

Strata 1 (S1)

13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan

sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak

pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis

14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas

kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini

15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak

sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin

Jakarta 5 Januari 2020

Penulis

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi

LEMBAR PENGESAHANii

LEMBAR PERNYATAANiii

ABSTRAKiv

KATA PENGANTARvi

DAFTAR ISIix

BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5

C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6

D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10

BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah

dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut

Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12

C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam

Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14

i

BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20

B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22

C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28

D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29

BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31

B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32

C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia

dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35

D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia

dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36

E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38

BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 6: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

i

bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat mempunyai keberanian

dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya mempertahankan rakyatnya

memerangi musuh mempunyai nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan

kepala daerah Al-Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih

secara langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam hal

syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat pemilihan Al-

Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku Quraisy yang mana

saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal bentuk pemilihan Al-Mawardi

juga tidak relevan karena tidak menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan

pemilihan di Indonesia dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga

implikasi apabila pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama

banyak timbul rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala

daerah yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks keindonesiaan

yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat Ketiga akan

terbuka peluang terjadinya nepotisme karena pemilihan kepala daerah sepenuhnya

diserahkan kepada kehendak Khalifah

Kata kunci Pilkada Undang ndash Undang Khalifah

Pembimbing Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg

i

حمن الل بسم حيم الر الر

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu

syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita

dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga

kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam

mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia

Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam

Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di

tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih

empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah

khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang

membaca skripsi ini

Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis

melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis

banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak

sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih terutama kepada yang terhormat

1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

i

2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik

5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi

masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah

SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan

mereka sebagai amal jariyah

7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik

yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan

pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah

memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh

keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga

yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri

penulis bersyukur telah memiliki kalian

9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash

Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap

i

penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis

anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri

10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi

serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah

untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah

awal yang lebih luar biasa

11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala

gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif

yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya

12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu

pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan

Strata 1 (S1)

13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan

sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak

pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis

14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas

kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini

15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak

sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin

Jakarta 5 Januari 2020

Penulis

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi

LEMBAR PENGESAHANii

LEMBAR PERNYATAANiii

ABSTRAKiv

KATA PENGANTARvi

DAFTAR ISIix

BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5

C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6

D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10

BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah

dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut

Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12

C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam

Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14

i

BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20

B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22

C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28

D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29

BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31

B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32

C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia

dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35

D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia

dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36

E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38

BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 7: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

i

حمن الل بسم حيم الر الر

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini sebagai salah satu

syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita

dari zaman jahiliyyah kepada zaman keilmuan seperti saat ini Tidak lupa juga

kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang tidak pernah lelah dalam

mengajarkan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia

Skripsi yang berjudul ldquoSistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam

Al ndash Mawardi dan Relevansinya di Indonesiardquo merupakan karya tulis penutup di

tingkat Strata 1 (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis tempuh di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih

empat tahun Penulis berharap dengan selesainya karya tulis ini dapat menambah

khazanah keilmuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya siapa saja yang

membaca skripsi ini

Selama proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai penulis

melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis

banyak mendapatkan bimbingan arahan serta bantuan dari berbagai pihak

sehingga skripsi ini dapat disempurnakan dengan baik

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih terutama kepada yang terhormat

1 Ibu Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc MA Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

i

2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik

5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi

masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah

SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan

mereka sebagai amal jariyah

7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik

yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan

pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah

memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh

keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga

yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri

penulis bersyukur telah memiliki kalian

9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash

Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap

i

penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis

anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri

10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi

serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah

untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah

awal yang lebih luar biasa

11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala

gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif

yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya

12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu

pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan

Strata 1 (S1)

13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan

sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak

pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis

14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas

kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini

15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak

sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin

Jakarta 5 Januari 2020

Penulis

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi

LEMBAR PENGESAHANii

LEMBAR PERNYATAANiii

ABSTRAKiv

KATA PENGANTARvi

DAFTAR ISIix

BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5

C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6

D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10

BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah

dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut

Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12

C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam

Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14

i

BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20

B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22

C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28

D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29

BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31

B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32

C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia

dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35

D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia

dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36

E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38

BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 8: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

i

2 Bapak Dr H Ahmad Tholabi Kharlie SAg SH MH MA Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Sri Hidayati MAg dan Ibu Dr Masyrofah SAg MSi Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

4 Bapak Prof Dr H Masykuri Abdillah Dosen Penasihat Akademik

5 Dr H Mujar Ibnu Syarif SH MAg Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran dengan memberi

masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan denga tulus dan ikhlas Semoga Allah

SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua kebaikan

mereka sebagai amal jariyah

7 Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jatmika dan Ibu Widyawati serta adik

yang telah tulus dan sabar mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan

pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan telah

memberikan semangat dan dukungan secara materil maupun moril agar

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar hingga selesai Dan juga seluruh

keluarga besar Bapak Parta bin Amar terima kasih sudah menjadi keluarga

yang luar biasa sehingga sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri

penulis bersyukur telah memiliki kalian

9 Segenap family DrsquoLegend dan keluarga besar Majelis Tarsquolim Remaja Al ndash

Ikhwan yang mana telah memberikan dukungan dan harapan besar terhadap

i

penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis

anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri

10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi

serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah

untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah

awal yang lebih luar biasa

11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala

gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif

yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya

12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu

pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan

Strata 1 (S1)

13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan

sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak

pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis

14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas

kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini

15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak

sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin

Jakarta 5 Januari 2020

Penulis

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi

LEMBAR PENGESAHANii

LEMBAR PERNYATAANiii

ABSTRAKiv

KATA PENGANTARvi

DAFTAR ISIix

BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5

C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6

D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10

BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah

dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut

Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12

C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam

Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14

i

BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20

B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22

C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28

D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29

BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31

B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32

C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia

dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35

D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia

dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36

E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38

BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 9: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

i

penulis sehingga bisa menyesaikan skripsi ini sehingga sudah penulis

anggap seperti kakak ndash kakak serta adik ndash adik sendiri

10 Kepada keluarga Only One Nine yang telah memberikan hiburan motivasi

serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak pernah menyerah

untuk mendorong penulis untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai langkah

awal yang lebih luar biasa

11 Yang terkasih Nadia Fitriani telah banyak memberi motivasi bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini Juga mampu menjadi penyejuk di kala

gersang penenang di kala gelisah dan selalu mendukung segala hal positif

yang penulis lakukan selama kurang lebih satu tahun ini dan seterusnya

12 Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2015 Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas ilmu

pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan

Strata 1 (S1)

13 Keluarga besar KMSGD Jabodetabek PERMAI AYU DKI JAKARTA dan

sahabat PMII Komfaksyahum Terima kasih sudah mengajarkan banyak

pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis

14 Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersinergi 2018 terima kasih atas

kebersamaan pengalaman dan dukungannya selama ini

15 Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu namun tidak

sedikit pun mengurangi rasa tarsquozim dan hormat penulis

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Amin

Jakarta 5 Januari 2020

Penulis

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi

LEMBAR PENGESAHANii

LEMBAR PERNYATAANiii

ABSTRAKiv

KATA PENGANTARvi

DAFTAR ISIix

BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5

C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6

D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10

BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah

dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut

Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12

C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam

Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14

i

BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20

B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22

C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28

D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29

BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31

B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32

C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia

dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35

D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia

dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36

E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38

BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 10: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi

LEMBAR PENGESAHANii

LEMBAR PERNYATAANiii

ABSTRAKiv

KATA PENGANTARvi

DAFTAR ISIix

BAB I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

A Latar Belakang Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Identifikasi Rumusan dan Batasan Masalah helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip5

C Tujuan dan manfaat penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip6

D Tinjauan (review) kajian terdahulu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

E Metode penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

F Sistematika Penulisan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10

BAB II PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF ISLAM helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah

dalam Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

B Sejarah pengangkatan Imam (Pemimpin) Menurut

Perspektif Islam helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip12

C Prinsip Dasar yang diatur Dalam Hukum Islam

Terkait Pemilihan Pemimpinhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip14

i

BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20

B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22

C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28

D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29

BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31

B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32

C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia

dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35

D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia

dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36

E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38

BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 11: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

i

BAB III BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip20

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi helliphelliphelliphellip20

B Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip22

C Karya - Karya Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip28

D Karir politik al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip29

BAB IV ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL ndash MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

A Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia helliphellip31

B Mekanisme Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip32

C Persamaan Antara Sistem Pemilihan di Indonesia

dengan Pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip35

D Perbedaan antara sistem pemilihan di Indonesia

dengan pendapat Al ndash Mawardi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip36

E Analisis Perbandingan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip38

BAB V PENUTUP helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

A Kesimpulan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip42

B Saran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip43

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 12: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan fenomena yang cukup

hangat menjadi bahan pembicaraan ditengah masyarakat Pilkada adalah sebuah

bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan menjadi momentum politik

besar untuk menuju demokratisasi Momentum ini ialah salah satu tujuan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Pelaksaaan pilkada di Indonesia pertama kali dilaksanakan sejak masa

pemerintahan kolonial Belanda dengan mekanisme yang berbeda-beda ada yang

menggunakan pola penunjukkan pilkada melalui DPRD dan pilkada secara

langsung1 Pelaksanaan pemilihan umum dengan sistem penunjukan

diselenggarakan pada tahun 1955 Rangkaian pemilihan umum selanjutnya baru

kembali dilaksanakan pada masa Orde Baru yaitu Pada Tahun 1971 1977 1982

1987 1992 dan 19972

Masuk pada tahun 2004 bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan

umum namun jauh berbeda dengan pemilihan umum yang sebelumnya Pemilihan

umum 2004 merupakan pemilihan umum yang pertama kali rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR DPD dan DPRD serta memilih

langsung presiden dan wakil presiden

Penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tersebut

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah dan

1 Joko J Prihatmoko Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan di

Indonesia (Semarang Pustaka Pelajar 2005) h 37

2 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak (Jakarta PT Mizan Republika 2015)

h76

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 13: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

2

Wakil Kepala Daerah (Pilkada) dengan secara langsung Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) namun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan

pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 di Kabupaten Depok Provinsi

Jawa barat dan selanjutnya di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Oleh

karena itu sejak 2005 pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung baik

di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota3

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah juga dilaksanakan secara langsung

dan serentak pada bulan Desember 2015 kemudian pemilihan selanjutnya pada

tanggal 15 Februari 2017 yang diikuti oleh 101 daerah dengan rincian Pilkada

Gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh Bangka Belitung Banten DKI Jakarta

Sulawesi Barat Gorontalo dan Papua Barat Sedangkan untuk Pilkada Bupati dan

Wakil Bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada Walikota dan Wakil Walikota

digelar di 18 kota

Pada tahun 2018 Indonesia kembali melaksanakan Pesta Demokrasi rakyat

yaitu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang digelar secara

serentak di 171 daerah di Indonesia Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi 115

kabupaten dan 39 kota dengan Jumlah daftar pemilih tetap nya sebanyak 233124

pemilih dengan rinciannya laki-laki sebanyak 129882 pemilih dan perempuan

sebanyak 103243 pemilih

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tersebut maka

sistem yang digunakan dalam Undang-Undang tersebut adanya peran rakyat dalam

menentukan pemimpin di daerahnya sehingga sistem ini dianggap yang sangat

ideal karena dinilai mengandung nilai demokrasi

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala daerah atau sering disebut

dengan wali diangkat oleh khalifah Pada masa Nabi Muhammad SAW negara

madinah terdiri dari sejumlah provinsi masing-masing provinsi dipimpin oleh

3 Tjahjo Kumolo Politik Hukum Pilkada Serentak hlm 80

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 14: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

3

seorang wali yang diangkat oleh Nabi sendiri Begitu juga pada masa khilafah

negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan khilafah juga dibagi dalam beberapa

daerah administratif yang disebut wilayah (daerah provinsi) Setiap wilayah dibagi

lagi dalam beberapa daerah administratif yang disebut ldquoimalah (Kabupaten) Setiap

orang yang memimpin wilayah disebut wali atau amir dan orang yang memimpin

imalah disebut lsquoamil atau hakim Kemudian setiap lsquoimalah dibagi dalam beberapa

bagian administratif yang disebut dengan qashabah (kota atau kecamatan)

selanjutnya setiap qashabah dibagi dalam beberapa bagian administratif yang lebih

kecil yang disebut dengan hayyu (dusun desa atau kampung) Orang yang

menguasai qashabah atau hayyu masing-masing disebut mudir (pengelola) yang

tugasnya adalah hanya untuk tugas-tugas administrasi saja4

Para wali adalah para penguasa (hukkam) karena wewenangnya adalah

wewenang pemerintahan Karena wali adalah penguasa maka untuk menduduki

jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari kepala negara atau khalifah

atau orang yang mewakili khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu Sebab

wali tidak diangkat kecuali oleh khalifah Hal ini didasarkan pada aktivitas

Rasulullah SAW pada masa pemerintahan di Madinah

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Rasulullah dan khalifah-khalifah

sesudahnya pemimpin wilayah yang disebut dengan wali atau amir diangkat oleh

khalifah Pada masa itu wali tidak dipilih langsung oleh rakyat apalagi oleh

sekelompok orang yang mewakili rakyat di daerah yang lazim disebut dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia karena jelas pada masa

Rasul dan khalifah-khalifah sesudahnya salah satu hak prerogatif mereka adalah

mengangkat wali atau amir Jika dibandingkan dengan Indonesia dalam pemilihan

kepala daerah yang saat ini dilakukan secara langsung atau melalui pemilu yang

sebelumnya dilakukan lembaga perwakilan (DPRD) oleh karena Pilkada langsung

dinilai banyak terdapat dampak negatifnya salah satunya yaitu banyaknya terjadi

4 Hizbut Tahrir Struktur Negara Khalifah (Pemerintahan dan Administrasi) penerjemah

Yahya AR judul asli Ajhizah Dawlah al-Khilacircfah fi al-Hukm wa al-Idacircrah (jakarta Tim HTI press

2006) h119

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 15: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

4

korupsi di tingkat daerah5 Sementara dalam sejarah ketatanegaraan Islam kepala

daerah cukup diangkat oleh khalifah

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam di masa lalu banyak

menghasilkan tokoh dan pemikir-pemikir besar yang nama dan karyanya sampai

sekarang masih dipakai dan dijadikan rujukan dalam menghadapi berbagai situasi

dan persoalan yang terjadi dalam konteks kehidupan umat Islam Salah satunya

ialah Al-Mawardi Ia adalah seorang ahli fiqh khususnya berkaitan dengan fiqh

siyasah dan termasuk salah seorang tokoh yang berpengaruh besar terhadap

pemikiran politik Islam Dalam kitabnya yang terkenal Al-Ahkam As-Sulthaniyah

ia banyak memberikan teori-teori politik yang sampai saat ini masih relevan dan

dipakai oleh sebagian umat Islam dalam mengatur berbagai masalah yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan

Seperti yang dikemukan oleh Al-Mawardi Pemilihan kepala daerah

dilakukan dengan dua cara pengangkatan Pertama Pengangkatan dengan cara

sukarela yaitu dilakukan melalui Pemilihan oleh khalifah Kedua Pengangkatan

dengan cara Paksaan yaitu seorang Kepala daerah menguasai wilayah tersebut

dengan menggunakan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk

menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola serta

menatanya6

5 Data Kementerian Dalam Negeri kata Djohermansyah menyebutkan hampir 2000

pegawai sipil terjerat kasus korupsi Efeknya juga kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dia mengatakan sejak pilkada langsung ada sekitar 3000 lebih anggota DPRD

baik di provinsi maupun kabupatenkota terkena kasus korupsi Hal ini disebabkan karena rakyat

cenderung minta dikasih apa-apa oleh kandidat ini akibatnya ada sponsor terhadap kandidat yang

memberikan keinginan masyarakat agar mau memilih kandidat yang disponsorinya dan uang itu

harus dikembalikan Beban APBD melalui mekanisme pengelolaan keuangan yang korup itu yang

menyebabkan timbulnya kasus-kasus kepala daerah yang terkena proses hukum itu (dikutup dari

httpwwwvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak-korupsi1843873

6 Al Mawardi Al-Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman) (Jakarta Al-Azhar Press 2015) h 59-60

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 16: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

5

B Identifikasi Rumusan Dan Batasan Masalah

1 Identifikasi Masalah

adanya perbandingan mengenai sistem pemilihan kepala daerah menurut Al

ndash Mawardi dengan pemilihan kepala daerah di negri ini yang kini memakai

metode pemilihan kepala daerah serentak banyak memiliki unsur ndash unsur

yang dapat di bandingkan maupun secara empiris serta historis Adapun

identifikasi masalah yang dapat penulis dapatkan dalam kajian ini ialah

antara lain

a Perlunya relevansi mengenai sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dan sistem pemilihan di Indonesia

b Sistem pemilihan kepala daerah dengan metode langsung dan

serentak mengakibatkan banyak sekali konflik yang timbul di

banyak daerah yang mengimplementasikannya

c Adanya dimensi kepentingan yang besar dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah serentak yang banyak menimbulkan

keraguan terhadap kinerja kepemerintahan

d Belum adanya sistem pemilihan kepala daerah secara seerentak

dalam sejarah perdaban islam

2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut

a Bagaimana sistem pemilihan kepala daerah menurut Al-Mawardi

b Bagaimana relevansi dari pemilihan kepala daerah di Indonesia

apabila mulai menggunakan pemilihan kepala daerah menurut Al-

Mawardi

3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini maka

permasalahan penelitian ini akan dibatasi Penelitian ini hanya fokus

membahas mengenai sistem pemilihan kepala daerah (gubernur bupati dan

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 17: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

6

walikota) pemikiran Al-Mawardi dan relevansinya dengan sistem pemilihan

kepala daerah di Indonesia

C Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan penelitian

Selanjutnya dangan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini bertujuan

a Untuk mengetahui relevansi sistem pemilihan kepala daerah

menurut Al ndash Mawardi dengan sistem pemilihan kepala daerah di

Indonesia

b Untuk mengetahui implikasi dari pemilihan kepala daerah di

Indonesia apabila menggunakan pemilhan kepala daerah menurut

pemikiran Al ndash Mawardi

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

a Secara teori Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah

memberikan penjelasan tentang relevansi sistem pemilihan kepala

daerah menurut Al ndash Mawardi dengan sistem di Indonesia

b Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada para

peminat dan pemangku kebijakan di pemerintahan dalam melihat

praktik arah kebijakan pemerintah dalam sistem pemilihan kepala

daerah

c Secara akademis penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar

Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Tata Negara Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 18: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

7

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1 Jurnal hukum islam di tulis oleh al ndash fajar nugraha dan atika mulyandari

pascasarjana IAIN Samarinda membahas tentang ldquo pilkada langsung dan

pilkada tidak langsung menurut perspektif siyasah ldquo Jurnal ini membahas

tentang hal ndash hal positif dalam analisis pilkada langsung dan pilkada tidak

langsung

2 Peneliti bernama Ferry kurniawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2016 yang berjudul ldquoImplikasi pemilihan kepala daerah secara

serentakrdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai implikasi secara politik

hukum ekonomi dari pemilihan kepala daerah serentak

3 Peneliti bernama andi muhammad giang gilland Fakultas Hukum universitas

hasanuddin makasar tahun 2013 yang berjudul ldquotinjauan yuridis pemilihan

kepala daerah menurut undang ndash undang dasar negara kesatuan republik

indonesia tahun 1945rdquo Skripsi ini fokus membahas mengenai tinjauan ndash

tinjauan yuridis mengenai pemilihan kepala daerah

E Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang sedang dibahas

maka metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif

1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah segala Peraturan Perundang-Undangan

yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah

2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu

dengan mengkaji dan menganalisis obyek penelitian dengan berdasarkan

data kualitatif

3 Jenis Penelitian

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 19: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

8

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif Penelitian ini

akan menkombinasikan pendekatan hukum normatif dengan studi

kepustakaan (library research) Pendekatan hukum normatif maksudnya

adalah penelitian yang menggunakan metode yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan sistem pemilihan kepala daerah penelitian hukum

normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research)

yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum yang tertulis dalam

buku (law is written in the book) Maupun hukum yang dibuat melalui

putusan pengadilan7

4 Pendekatan Penelitian

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan yakni pendekatan undang-undang (statute

approach) pendekatan kasus (case approach) pendekatan historis (historical

approach) pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

sistemtual (conseptual approach)8 Dari sudut pandang tersebut penelitian ini

merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual

5 Sumber Data

Sumber data yag digunakan penulis dalam skripsi ada tiga macam

yaitu

a) Sumber data Primer yaitu semua dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang

yakni berupa Undang-undang dan buku Al-Ahkam shultoniyah

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Jakarta Raja Grafindo

Persada 2004) h14

8 Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada2008) h 93

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 20: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

9

tentang pemilihan kepala daerah dan segala sesuatu yang terkait

permasalahan ini

b) Sumber data Sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya

menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

jurnal hasil penelitian terdahulu dan literatur lain yang

berkaitan dengan pokok penelitian

c) Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan

tentang bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia Kamus Istilah Hukum dan

Ensiklopedia

6 Metode Pengumpulan Data9

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi

pustaka Hal ini dilakukan dengan membaca merangkum dan menganalisis

bahan-bahan hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data di atas

dengan dikorelasikan pada obyek penelitian

7 Teknik Analisis data

Pada tahap analisis data data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa dengan mendeskripsikan bahan-bahan hukum yang telah didapatkan

sesuai dengan obyek penelitian untuk menjawab persoalan-persoalan

sebagaimana tergambar pada rumusan masalah

8 Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku

ldquoPedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017rdquo

9 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 1986) h21

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 21: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

10

F Rancangan Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas Latar Belakang Identifikasi

Perumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan

(review) Terdahulu Metodologi Penelitian Rancangan Sistematika Penulisan

BAB II Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Islam Dalam bab ini dibahas

Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah dalam Perspektif Islam Sejarah

pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam Prinsip Dasar yang diatur

dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

BAB III Biografi Imam Al ndash Mawardi Dalam bab ini dibahas Profil Singkat

dan Sejarah Kelahiran Al ndash Mawardi Guru dan Murid Imam Al ndash Mawardi Karya

- Karya Al ndash Mawardi Karir politik al ndash Mawardi

BAB IV Analisis Sistem Pemilihan Kepala Daerah Perspektif Imam Al ndash

Mawardi Dan Relevansinya di Indonesia Dalam bab ini dibahas Sistem Pemilihan

Kepala Daerah di Indonesia Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al ndash

Mawardi Persamaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Perbedaan antara Sistem Pemilihan di Indonesia dengan Pendapat Al ndash

Mawardi Analisis Perbandingan dan Relevansi

BAB V Penutup Bab ini meliputi Kesimpulan dari Pembahasan serta

Beberapa Saran-Saran Berdasarkan Hasil Analisis dari Penelitian ini yang

Diharapkan Dapat Dijadikan Bahan Masukan pada Pihak-Pihak Terkait

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 22: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,

11

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DAERAH PERSPEKTIF ISLAM

A Konsep Dasar Pemilihan Kepala Daerah Dalam Perspektif Islam

Dalam hukum Islam tidak ditemukan secara tekstual mengenai aturan yang

mengatur metode pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun secara

tidak langsung sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota sebagaimana telah

dicabut oleh UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan batasan untuk

memilih metode atau mekanisme atau cara tertentu dalam memilih wakil rakyat

atau pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan yang

agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat

memilih pemimpinnya (wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka

berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama

hal itu tidak keluar dari batas syariat

Dalam perspektif Islam mengenai mekanisme pemilihan kepala daerah

hanya merupakan suatu cara (uslub) atau metode memilih wakil rakyat atau

pemimpinnya karena dalam Islam (Hukum Islam) tujuan yang agung yaitu agar

tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin Umat dapat memilih pemimpinnya

(wakil rakyat kepala daerah maupun Presiden) mereka berdasarkan metode yang

sejalan dengan tuntutan zaman tempat dan waktu selama hal itu tidak keluar dari

batas syariat

Pemilu merupakan salah satu implementasi prinsip kedaulatan rakyat

Keterlibatan warga masyarakat dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut

12

kepentingan mereka termasuk siapa yang hendak dipilihdiangkat sebagai wakil

pemimpin mereka Sedangkan terkait tentang metodeprosedurnya apakah nama

itu ditetapkan melalui penunjukan langsung oleh seseorang atau beberapa orang

terkemuka lalu masyarakat meng-iyakan seperti yang terjadi di era Khulafaur

Rasyidin atau melalui pemungutan suara (vote) seperti yang berlaku dewasa ini

adalah soal teknis yang bisa ditanggani oleh akal pikiran manusia

B Sejarah Pengangkatan Pemimpin Menurut Perspektif Islam

Mekanisme pemilihan atau pengangkatan pemimpin dalam Islam terutama

pada sejarah awal perpolitikan berbeda-beda polanya Seperti halnya Rasulullah

menjadi pemimpin melalui kesepakatan yang alami Hal ini berbeda pada masa

setelah wafatnya Rasulullah yaitu pada masa Khulafa Al Rasyidin Bani Umayyah

dan Bani Abbasiyah Pada masa ini Mekanisme pemilihan atau pengangkatan

pemimpin dilakukan melalui beberapa cara

1) Pada masa Abu Bakar pengangkatannya sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pengangkatan langsung dan pembairsquoatan

dengan berlandaskan kesepakatan akan keutamaan beliau

2) Pada masa Umar Bin Khatab pengangkatan sebagai khalifah (pemimpin)

dilakukan melalui mekanisme pemberian wasiat oleh pendahulunya

tetapi terlebih dahulu dilakukan pertimbangan dan musyawarah akan

calon khalifah yang akan diberikan wasiat (al-Mawardi memberikan

syarat dalam proses pengangkatan dengan cara pemberian wasiat yaitu

dengan adanya kerelaan hati bagi sang penerima wasiat)1

3) Pada masa Utsman bin Affan pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh tim formatur

yang terdiri dari 6 (enam) anggota yang ditetapkan oleh khalifah Umar

sebelum wafat

1 Al-Mawardi Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terjemahan

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman dari Al ndash Ahkam Al ndash Sulthaniyyah Jakarta Qisthi Press

2014 h25

13

4) Pada Masa Ali bin Abi Thalib pengangkatan sebagai khalifah

(pemimpin) dilakukan melalui mekanisme pemilihan karena revolusi

(pemberontakan bersenjata) tetapi proses pemilihan itu menurut

munawir sjadzali jauh dari sempurna2 Semasa kepemimpinannya ali

memerintah selama lima tahun dan diakhiri kepemimpinannya ia pun

terbunuh oleh para pemberontak

5) Sedangkan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbas pengangkatan

sebagai khalifah (pemimpin) dilakukan melalui mekanisme peralihan

kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi Khalifah menggantikan

Ali Bin Abi Tholib melalui perebutan kekuasaan Sedangkan Yazid bin

Muawiyah suksesi kepemimpinan terjadi melalui pewarisan kepada

anak atau kerabat seperti lazimnya sistem monarki Suatu sistem suksesi

kepempinan yang sejatinya tidak sejalan dengan idealitas Islam Pada

masa pemerintahan tersebut sistem demokrasi Islam mengalami

pergantian menjadi system monarkis (kerajaan)

Pemilu adalah kreasi peradaban perpolitikan modern Karena itu ia

berpendapat bahwa Pemilu tidak bertentangan dengan Islam Sistem ini merupakan

kreasi peradaban modern yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam

Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di antara

ulama atau fuqaha dalam hal pemilu Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah

salah satu bukan satu-satunya cara (uslub) yang bisa digunakan untuk memilih para

wakil rakyat yang duduk di majelis perwakilan atau untuk memilih pemimpin Ada

juga yang menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakaan haram hukumnya

karena pemilu berasal dari Barat yang tidak sesuai dengan syariat

2 Mujar ibnu syarif dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Erlangga Jakarta h207

14

C Prinsip Dasar yang diatur dalam Hukum Islam Terkait Pemilihan Pemimpin

Prinsip dan konsep yang sejalan praktik politik dan ketatanegaraan menurut

Islam adalah konsep syura (bermusyawarah) dan konsep memilih Pemimpin yang

sesuai dengan syariat

1) Konsep syura (bermusyawarah)

Menurut bahasa kata syura (Arab syura) diambil dari ldquosyaawarardquo

bermakna ldquolil musyarakahrdquo artinya saling memberi pendapat saran atau

pandangan3 Menurut Abu Ali al-Tabarsi syura merupakan

permusyawaratan untuk mendapatkan kebenaran AlAsfahani pula

mendefinisikan syura sebagai merumuskan pendapat melalui

pembicaraan (permusyawaratan) Sementara Ibn al-Arabi memberikan

pengertian syura sebagai musyawarah untuk mencari kebenaran atau

nasihat dalam mencari kepastian4 Dari beberapa pengertian di atas dapat

diambil pandangan bahwa syura adalah pembicaraan dari berbagai pihak

dengan tujuan mengetahui berbagai buah pikiran ke arah pencapaian

sesuatu rumusan

Prinsip syura merupakan dasar kedua dalam sistem kenegaraan

Islam setelah prinsip keadilan5 Menurut syafirsquoI maarif pada dasarnya

syura merupakan gagasan politik utama dalam Al Quran Jika konsep

syura itu ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka

system politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik

3 AW Munawir Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta Al-

Munawwir 1984 h802)

4 Mohd Izani Mohd Zain Islam dan Demokrasi Cabaran politik Muslim Kontemporari di

Malaysia (kuala Lumpur Universiti Malaya 2005) h 19

5 M Dhiauddin Rais Teori Politik Islam (Jakarta Gema Insani Press 2001) h272

15

Qurrsquoani sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktek demokrasi

barat6 Pada dasarnya prinsip syura berkaitan dengan 4 (empat) hal yaitu

a) Syura berkaitan dengan perkara politik umat yang dilaksanakan

oleh ahlul halli wal aqdi Ahlul halli wal aqdi adalah lembaga

perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau

suara masyarakat Perkara yang berkaitan dengan politik umat

termasuk perkara pemilihan khalifah (pemimpin)

b) Syura dilaksanakan dalam perkara-perkara ijtihad yang tidak ada

nashnya atau ijmarsquo sedangkan perkara-perkara yang ada dan jelas

hukumnya dalam Al Quran dan Al Hadits maka tidak ada

musyawarah lagi padanya

c) Syura bukanlah kewajiban yang terus menerus setiap waktu

tetapi diterapkan bergantung keadaan dan kebutuhan diterapkan

wajib pada saat tertentu dan pada saat yang lain tidak wajib

Sebagai contoh Rasullullah pernah melakukan musyawarah

sebelum bergerak menuju peperangan dan beliau tidak

bermusyawarah pada perkara-perkara yang lain yang sudah jelas

keberanarannya dari Allah

d) Syura dilaksanakan menurut prinsip syariat Islam Syura

berkaitan dengan politik umat yaitu dengan adanya syura maka

mencegah terjadinya otoritarianisme dan kediktatoran Amin Rais

berpendapat negara demokratis harus dibangun dan

dikembangkan melalui mekanisme musyawarah (syura) Prinsip

ini menentang elitisme yang menganjurkan bahwa hanya para

pemimpin (elit) saja-lah yang paling tahu cara untuk mengurus

dan mengelola negara sedangkan rakyat tidak lebih sebagai

golongan yang harus mengikuti kemauan elit Lebih jauh Amien

Rais menguraikan bahwa musyawarah merupakan pagar

6 Ahmad Syafii Maarif ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco Carcallo

dan Dasrizal (editor) Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta 1993 h 47-55

16

pencegah bagi kemungkinan munculnya penyelewengan negara

ke arah otoritarianisme despotisme diktatorisme dan berbagai

system lain yang cenderung membunuh hak-hak politik rakyat7

Musyawarah atau mekanisme pengambilan keputusan melalui konsensus

dan dalam hal-hal tertentu bila tidak tercapai suatu konsensus bisa dilakukan

dengan voting yang merupakan salah satu manifestasi dan refleksi dari tegaknya

prinsip kedaulatan rakyat Meskipun secara faktual musyawarah dilakukan oleh

sebuah kelompok terbatas hal ini dalam sistem demokrasi modern tetap dianggap

legitimate dan bahkan rasional Karena secara faktual juga tidak mungkin

melibatkan seluruh warga negara dalam skala massif untuk melakukan musyawarah

terbuka dan mengambil keputusan yang berdaya jangkau nasional Sebagai

rasionalisasinya kemudian dibuat lembaga perwakilan rakyat (parlemen) yang

anggota-anggotanya dipilih oleh semua warga negara secara bebas langsung jujur

dan adil Institusi inilah yang akan bermusyawarah untuk mengambil suatu

keputusan politik dan ekonomi yang disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan

rakyat pada kurun waktu terbatas dan tertentu

Berkaitan dengan musyawarah ini termuat dalam Al-Quran dalam QS Asy

syuura 42 38 yang menyatakan bahwa ldquoDan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada merekardquo dan dalam QS Ali Imran3

159 yang menyatakan bahwa ldquoMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu Karena itu maafkanlah

mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah-lah dengan mereka

dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka

bertawakkal-lah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nyardquo Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa

7 Umaruddin Masdar membaca pikiran Gusdur dan Amien Rais Tentang Demokrasi

Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999 h 104

17

musyawarah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam Disamping merupakan

bentuk perintah dari Allah SWT musyawarah pada hakikatnya juga dimaksudkan

untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis Dengan

musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan

pendapat yang baik sehingga diperoleh pendapat yang dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi Di sisi lain pelaksanaan musyawarah juga merupakan

bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat sehingga

mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama

Bahkan pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada hak

kebebasan dalam mengemukakan pendapat hak persamaan dan hak memperoleh

keadilan bagi setiap individu Setiap pemimpin di setiap masa dan tempat wajib

melakukan musyawarah dengan rakyat dalam segala perkara umum dan

menetapkan hak partisipasi politik bagi rakyat di negaranya sebagai salah satu hak

yang tidak boleh dihilangkan

Dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung

atau tidak langsung di situlah peranan musyawarah oleh lembaga perwakilan

rakyat (parlemen) dengan bermusyawarah dapat menentukan keputusan politik

mana yang akan diambil mekanisme apa yang akan dipilih itu merupakan soal

teknis yang paling pokok adalah pelaksanaan prinsip syura yang dipertahankan dan

dihormati secara sadar sehingga dengan menentukan mekanisme pemilihan kepala

daerah seperti apa yang mereka inginkan maka kekakuan-kekakuan komunikasi

sejauh mungkin terhindari

2) Konsep Pemimpin Yang Sesuai Dengan Syariat

Dalam Islam Konsep pemilihan kepala daerah lebih cenderung

diperspektifkan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat

Pemimpin menurut Islam dijabarkan kedalam dua istilah yaitu khalifah

sebagaimana terdapat dalam QS Al - Baqarah2 30 dan QS Shaad38 26

dan Imamah (Imam) yang tercantum dalam QS Al - Furqaan25 74

18

Menjadi pemimpin menurut Islam adalah suatu amanah Amanah

tersebut harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah dan

secara horizontal kepada sesama manusia Dalam menjalankan kekuasaan

atau kepemimpinan harus berlandaskan pada kepentingan rakyat Amanah

yang diberikan rakyat kepada pemimpin adalah sebuah keniscayaan yang

harus dipertanggung jawabkan Oleh karena itu dalam memilih pemimpin

menurut Islam haruslah sesuai dengan syariat

Metode dalam memilih Imamah atau pemimpin hal itu adalah

persoalan pilihan rakyat dan dikembalikan kepada rakyat dengan tetap

memperhatikan kemaslahatan Hal itu karena Allah tidak memberikan

penegasan tentang siapa yang harus memimpin umat sepeninggal Nabi dan

sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Hujuraat49 13 yang mengatakan

bahwardquo yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamurdquo maka hak menjadi khalifah tidak

merupakan hak istimewa bagi satu keluarga atau suku tertentu Petunjuk Al-

Qurrsquoan tersebut diperkuat oleh sabda nabi yang memerintahkan kepada kita

agar tunduk kepada pemimpin meskipun dia seorang budak berkulit hitam

dari Afrika

Di dalam al-Quran Allah SWT memerintahkan untuk menaati segala

Perintah Allah Perintah Rasul dan Perintah Pemimpinnya ldquoHai orang-

orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri

di antara kamu Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunahnya) jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnyardquo (QS An-

Nisaa4 59) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Nabi

Muhammad SAW bersabda ldquoApabila ada tiga orang yang mengadakan

perjalanan maka hendaknya mereka menjadikan satu di antara mereka

sebagai pemimpinrdquo Dalam kaidah hukum Islam terpilihnya pemimpin

yang adil adalah tujuan sedangkan pemilu adalah alat (wasilah) Ibnu

19

Taimiyah mengatakan bahwa mengangkat seorang pemimpin adalah suatu

keharusan Pemilu merupakan satu cara yang ditempuh untuk memilih

pemimpin

Kepemimpinan adalah amanah dan bertanggung jawab bukan

didunianya saja akan tapi di akhirat juga maka orang-orang dulu takut

untuk dijadikan pemimpin karena banyak beban yang harus di tanggung

walapun pada akhirnya mereka mau menerima dia seperti menerima

musibah Sebagaimana yang teradapat dalam QS Shad38 26rdquo Hai Daud

sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi

maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah

20

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL ndash MAWARDI

A Profil Singkat dan Sejarah Kelahiran Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al -

Bashri Nama kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan populer dengan nama al

Mawardi Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan

kepandaiannya dalam berorasi berdebat berargumen dan memiliki ketajaman

analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya Sedangkan julukan al-Bashri

dinisbatkan pada tempat kelahirannya al-Mawardi dinisbatkan pada pembuatan

dan penjualan al-warad (air mawar) dan keluarganya populer dengan sebutan itu

Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H atau 972 M Sejak kecil

hingga menginjak remaja ia tinggal di Bashrah dan belajar fiqih Syafirsquoi kepada

seorang ahli fikih yang alim yaitu Abu Qasim ash-Shaimari Setelah itu ia merantau

ke Baghdad mendatangi para ulama disana untuk menyempurnakan keilmuanya

dibidang fikih kepada tokoh Syafirsquoiyah al-Isfirayini Disamping itu ia belajar ilmu

bahasa Arab hadis dan tafsir Ia wafat pada tahun 450 H atau 1059 M dan

dikebumikan di kota al-Manshur di daerah Bab Harb Baghdad

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah yaitu Al-Qadir

Billah (380-442 H) dan al-Qaim Biamrillah al-Mawardi merupakan salah seorang

fuqaha mazhab syafirsquoi yang sudah sampai pada level mujtahid Beliau sangat

konsisten mengikuti mazhab Syafirsquoi sepanjang hayatnya Belum ada satupun bukti

yang bisa digunakan untuk membuktikan kepindahanya dalam salah satu fase

hidupnya ke mazhab yang lain Hal ini tampak pada karyanya dibidang fikih yang

dihasilkannya Kesibukanya untuk mengajar dan menghasilkan karya-karya fikih

telah mengantarkanya pada jabatan Qadhi al-Qudhati (Hakim Agung) pada tahun

21

429 H Bahkan melalui karya-karya nya itu juga al-Mawardi mampu tampil sebagai

pemimpin mazhab Syafirsquoi pada zamannya1

Situasi politik dunia Islam pada masa al-Mawardi yakni sejak akhir abad X

sampai dengan pertengahan abad XI M Mengalami kekacauan dan kemunduran

bahkan lebih parah dibandingkan masa sebelumnya Yaitu pada masa kekhalifahan

al-Mursquotamid Al-Muqtadir dan puncaknya pada kekuasaan khalifah al-Mutirsquo pada

akhir abad IX M Di masa ini tidak ada stabilitas dan akuntabilitas dalam

pemerintahan

Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dan peradaban serta pemegang

kendali yang menjangkau seluruh penjuru dunia Islam lambat laun meredup dan

pindah ke kota-kota lain Kekuasaan khalifah mulai melemah dan harus membagi

kekuasaannya dengan para panglimanya yang berkebangasaan Turki atau Persia

karena tidak mungkin lagi kedaulatan Islam yang begitu luas wilayahnya harus

tunduk dan patuh kepada satu orang kepala negara

Pada masa itu kedudukan khalifah di Baghdad hanya sebagai kepala negara

yang bersifat formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya

adalah para penglima dan pejabat tinggi negara yang berkebangsaan Turki atau

Persia serta penguasa wilayah di beberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan

menuntut agar jabatan kepala negara bisa diisi oleh orang-orang yang bukan dari

bangsa Arab dan bukan dari keturunan suku Quraisy Namun tuntutan tersebut

mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin mempertahankan hegemoninya

bahwa keturunan suku Quraisy sebagai salah satu syarat untuk bisa menjabat

sebagai kepala negara dan keturunan Arab sebagai syarat menjadi penasehat dan

pembantu utama kepala negara dalam menyusun kebijakan Mawardi merupakan

salah satu tokoh yang mempertahankan syarat-syarat tersebut

Harus diakui bahwa al-Mawardi merupakan salah satu pemikir terkenal di

bidang ilmu politik pada abad pertengahan Karya aslinya berpengaruh terhadap

1 Munawir Sjadzali Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarata UI

Press 1990) h 58

22

perkembangan ilmu sosiologi dan selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Khaldun

Bahkan ia dikenal sebagai tokoh Islam pertama yang menggagas tentang teori

politik bernegara dalam bingkai Islam dan orang pertama yang menulis tentang

politik dan administrasi negara lewat buku karangannya dalam bidang politik yang

sangat prestisius yang berjudul ldquoAl-Ahkam al-Sulthaniyahrdquo

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad

menjadi pusat peradaban pendidikan dan ilmu pengetahuan Ia mulai belajar sejak

masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-

teman semasanya seperti Hasan bin Ali al-Jayili Muhammad bin Maali al-Azdi

dan Muhammad bin Udai al-Munqari Ia mempelajari dan mendalami berbagai ilmu

keislaman dari ulama-ulama besar di Baghdad

B Guru dan Murid Imam Al-Mawardi

Mawardi merupakan salah seorang yang tidak pernah puas terhadap ilmu

Ia selalu berpindah-pindah dari satu guru keguru lain untuk menimba ilmu

pengatahuan Kebanyakan guru Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad

Di antara guru gurunya adalah Ash- Shimari Al- Minqari Al-Jayili Muhammad

bin al-Maalli al Azdi Abu Hamid al-Isfiraini dan Al- Baqi dan masih banyak

guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya Disamping

mengajar Mawardi menekuni kegiatan ilmiah

Dalam catatan sejarah Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh

Abu Al-Hamid Al-Isfarayani sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka

dari madzhab Syafirsquoi Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut

mazhab SyafirsquoI namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang

bersifat rasional hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn sholah yang

menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara

ahli sunnah dan mursquotazilah Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada

Mursquotazilah

23

Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya yang jelas sejarah mencatat

bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar murah hati berwibawa dan

berakhlak mulia Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang

belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela Selain

itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan

pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantang dan dari ulamarsquo lainnya

Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada khalifah jalaluddin Al-

Buwaihi serta menetapkan berbagai persyaratan kekhlaifahan dan pemerintahan

merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan

pendapat dan fatwanya

Al-Mawardi pernah belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu

2diantaranya Qadi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syaimiri Muhammad

bin Adi Al-Munqari Jarsquofar bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-

Daqaq Syeikh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad

Al Isfarayni Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary

Adapun Murid-Murid Imam al-Mawardi diantaranya Khatib Al-Baghdadi

Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi Muhammad

bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi Abu Fadarsquoil Al-

Rabirsquoiyy Al-Mawsili Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman

dikenali Abu Hassan Al-Abdari Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah

Ibn Khairun Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu l-hujjah Abu Fadli Ahmad bin

Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al-Baqalani Abdul

Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri Abdul Wahid

bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al-Ustaz Abu Qassim al-

Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin

Hasan bin Yahya bin Shahi Al-Alwahi Abu Muhamad Al-Misri Ahmad bin Ali bin

Badran Abu Bakar Hulwani Syeikh Islam Imam Al-Hafiz Al-Mufidu musnid

Abu Ganarsquoim Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi Al-Kufi

2 Syamsuddin Muhammad bin Utsman Az-zahabi Siyaru Alam An-Nubala Cet VII

(Beirut Arrisalah 1990) XVII h14

24

Abu Izzu Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin

Umar bin Ibrahim bin Isa3

C Karya - Karya Al ndash Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan

pemerintah dan mengajar Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak

melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas Ditengah-tengah kesibukannya

sebagai Qodhi Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak

membuat karya tulisilmiah Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan

dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan yaitu

1 Kelompok pengetahuan agama antara lain kitab Tafsir yang berjudul

An-Nukatwa alrsquouyun kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah

diterbitkan naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college

lsquoAli di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india

kitab Al Hawi Al-Kabir kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil

ijtihad beliau dalam bidangang fikih Kitab ini disusun berdasarkan

Mazhab syafirsquoi memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqrarsquo

yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir ditulis dalam 40

halaman serta Adab Al-qodhi Al-Iqnarsquo dan lsquoAlam An-Nubuwah

2 Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain Al-

Ahkam as - Sulthoniyah Nasihat Al-Mulk Tshil an-Nazar Wa Tarsquojil Az-

zafar dan Qowanin A - Wizaroh Wa Siasat Al-Mulk Kitab-kitab tersebut

termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-

Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa jerman

prancis dan latin

3 Mohd Rumaizuddin Ghazali Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

(Mindamadani 8 Oktober 2006

25

3 Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk

Kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu al-Ausat warsquoalhikam dan

al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din

dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat Buku ini pernah ditetapkan

oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-

sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun Selain di Mesir buku ini

diterbitkan pula beberapa kali di Eropa sementara itu ulama Turki

bernama Hawais Wafa ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn

Dawud Al - Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada

tahun 1328 30 Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari

penelitian ini

4 Karir Politik Al-Mawardi

Dalam kiprah sosial kemasyarakatan sejarah mencatat bahwa berkat

keahliannya dalam bidang hukum Islam Al-Mawardi dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai hakim dibeberapa kota seperti di Utsuwa (daerah Iran) dan di

Baghdad Dalam hubungan ini Al-Mawardi pernah diminta oleh penguasa pada

saatitu untuk menyusun kompilasi hukum dalam madzhab syafirsquoI yang dinamai Al-

Iqrarsquo

Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qorsquoim

(10311074) Pada waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk

melakukan negosiasi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh

pemimpin dari kalangan bani buwaih Saljuk Iran Pada masa ini pula Al - Mawardi

Mendapat Gelar sebagai Afdhal Al - Qudhot (Hakim agung) Pemberian gelar ini

sempat menimbulkan protes dari para Fuqoharsquo pada masa itu Mereka berpendapat

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut Hal ini terjadi

setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibn Balau Ad-

daulal Ibn lsquoadud Ad-daulah menyandang gelaral Malik Al-Mulk (Rajanya Raja)

sesuai permintaan Menurut mereka bahwa yang boleh menyandang gelar tersebut

hanyalah yang maha kuasa Allah SWT

26

Adanya pertentangan tersebut memberi petunjuk bahwa dikalangan para

ulama fiqih terjadi semacam perpecahan antara ulama fiqih yang pro pemerintah

dengan ulama fiqih yang kontra pemerintah Disini agaknya Al-Mawardi berada

pada pihak ulama yang pro pemerintah Latar belakang sosiologis ini kemudian

berguna untuk menjelaskan pemikiran politik Al-Mawardi sebagaimana dijumpai

dalam karyanya yang berjudul Al-ahkam As-Sulthoniyah

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang Qodi Al-Mawardi juga

sempat menggunakan sebagian waktunya beberapa tahun untuk mengajar di Basrah

dan Baghdad Diantara muridnya sebagaimana telah disebutkan pada pemabahasan

terdahulu adalah seorang ulama terkenal yaitu Al-Khatib Al-baghdadi (392-463 H)

dan seorang Ahli hadits yang mashur yaitu Abu Al-Izz Ahmad ibn Ubaidillah Ibn

Qodisy

27

BAB IV

ANALISIS SISTEM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

PERSPEKTIF IMAM AL-MAWARDI DAN

RELEVANSINYA DI INDONESIA

A Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut Al-Mawardi

Menurut istilah definisi pemimpin banyak ditemukan dalam berbagai

literatur baik dalam kajian hukum sistem manajemen perekonomian dan bidang

lainnya Karena kata pemimpin ini secara umum dipahami sebagai orang yang

ditugaskan untuk memimpin baik dalam organisasi kecil seperti organisasi siswa

masyarakat maupun organisasi besar seperti negara Mengenai rumusannya telah

dijelaskan oleh beberapa kalangan ahli Berdasarkan definisi di atas dapat

dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai wewenang

untuk melakukan sesuatu berdasarkan kecakapan dan kelebihan yang ia miliki

Definisi dan tarsquorif tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang

disampaikan oleh al-Mawardi menurutnya kepemimpinan dapat saja dipahami apa

yang tidak dipahami dari kata keimamahan yang memiliki makna sederhana yang

tidak menunjukkan selain pada tugas memberi petunjuk dan bimbingan Al-

Mawardi lebih sering menggunakan istilah imam imamah Imamah menurut Al-

Mawardi merupakan suatu jabatan yang digunakan untuk mengganti tugas kenabian

didalam memelihara agama dan mengendalikan dunia Posisi imam ini mempunyai

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan

Dari uraian tentang pentingnya memilih pemimpin diatas maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

28

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus1

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

1 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

2 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

1 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59

29

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal2 Sedangkan yang dimaksud

kepala daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

2 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

30

Menurut Al-Mawardi kepemimpinan merupakan suatu jabatan yang

implikasi moral untuk berusaha menciptakan kesejahteran hidup bersama

berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan Pada awal pemeritahan Islam masa

rasul dan khulafaurrasyidin penguasa daerah diseut lsquoamil (pekerja pemerintah

gubernur) sinonim dengan lsquoamir

Tugas utama amir pada mulanya sebagai penguasa daerah adalah

pengelolaan adminitrasi politik pengumpulan pajak dan sebagai pemimpin agama

Kemudian pada masa pasca rasul tugasnya pertambahan meliputi pemimpin

ekspedisi-ekspedisi militer menandatangani perjanjian damai memelihara

keamanan daerah tahlukan Islam membangun masjid imam shalat dan khatib

dalam shalat jumrsquoat serta bertanggung jawab kepada khilafah Madinah

Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan landasan hukum pemilihan kepala

daerah menurut Al-Mawardi Menurutnya memilih pemimpin merupakan suatu

yang penting dan hukumnya wajib bagi masyarakat Setidaknya pemilihan tersebut

dilakukan oleh masyarakat yang menduduki suatu wilayah dalam satu wilayah

hukum Hal ini untuk menunjukkan hukum pemilihan tersebut sebagai kewajiban

kolektif Pentingnya memilih pemimpin ini didasari oleh beberapa dasar hukum

baik merujuk beberapa ayat Al-Quran riwayat hadis maupun ketentuan ijmarsquo

ulama dan dalam al-Qurrsquoan juga terdapat beberapa ayat yang secara tersirat

(inplisit) menunjukkan pentingnya memilih pemimpin seperti dalam Surat an-Nisarsquo

ayat 59 Surat al-Maidah ayat 48-49 dan Surat Ali- Imran ayat 103

B Analisis Relevansi Pemikiran Al-Mawardi terhadap Sistem Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia

1 Kewenangan Kepala Daerah

Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan kota Daerah provinsi dan

kabupatenkota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai pemerintahan

daerah Pemerintahan daerah menurut Bagir Manan merupakan satuan

31

pemerintahan teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan tertentu di bidang administrasi negara sebagai urusan

rumah tangganya3

Mengenai jabatan gubernur sendiri dapat dikatakan bahwa jabatan gubernur

merupakan jabatan publik dikarenakan kedudukan dan fungsinya sebab pada

jabatan gubernur meskipun ia berkedudukan sebagai wakil pusat namun terdapat

fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dalam pelaksanaannya diwujudkan

dengan bentuk pelayanan kepada publik terutama setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kedudukan gubernur

bertambah kuat baik itu dalam fungsinya sebagai kepala daerah maupun sebagai

wakil pusat dimana saat ini hubungan antara gubernur dengan bupatiwalikota

cenderung bersifat subordinasi berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dimana kedudukan gubernur dengan bupatiwalikota cenderung sejajar

Kuatnya kedudukan gubernur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat

dilihat dari tugas gubernur selain dapat mengawasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah di kabupatenkota juga dapat menjatuhkan sanksi kepada bupatiwalikota

terkait penyelenggaraan pemerintahan di kabupatenkota Hal itu menunjukkan

bahwa saat ini kedudukan gubernur sebagai wakil pusat semakin bertambah kuat

dan hal itu mempengaruhi fungsinya sebagai kepala daerah karena mempengaruhi

pelaksanaan pemerintahan daerah di kabupatenkota karena itulah dengan semakin

luasnya fungsi gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah maka

semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap publik dan diperlukanlah

partisipasi publik yang besar pula dalam pengisian jabatannya4

Tugas dan kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

secara umum adalah mewakili Kepala Negara dan Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan pemerintahan umum dan sektoral di wilayahnya Wakil

3 Bagir Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Pusat Studi Hukum FH UII

Yogyakarta 2001 hlm 57

4 I Gde Pantja Astawa Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia Alumni

Bandung 2013 hlm 216

32

pemerintah pusat karena kedudukan memiliki kekuasaan kenegaraan dan

pemerintahan dalam wilayahnya atas nama presiden selaku kepala negara dan

kepala pemerintahan

Sejalan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah gubernur selaku

wakil pemerintah adalah pejabat negara yang menyelenggarakan pemerintahan

umum dan sektoral di daerahwilayahnya Misi utama yang diemban adalah

mengamankan kepentingan negara dan pemerintah pusat di daerahwilayahnya

Dalam pelaksanaaan tugas dan kewenangannya gubernur selaku wakil pemerintah

mengatur sumber daya pemerintahan yang berada dalam tanggung jawabnya

mengkoordinir kepala instansi vertikal yang berada di wilayahnya serta membina

dan mengawasi pemerintahan daerah otonom yang berada dalam lingkup

jabatannya Sebagai kepala satuan wilayah pemerintahan gubernur memperoleh

dukungan berupa personil maupun alokasi dana dan sarana prasarana anggaran

berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan

Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah Gubernur memiliki tugas dan

wewenang yaitu

bull Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupatenkota

bull Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan

kabupatenkota

bull Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan

di daerah provinsi dan kabupatenkota

Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil pemerintah

mempunyai tugas yaitu

bull Menjaga kehidupan berbangsa bernegara dalam rangka memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Menjaga dan mengamalkan ideologi pancasila dan kehidupan demokrasi

bull Memelihara stabilitas politik

33

bull Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah di daerah

Al-Mawardi juga berpendapat dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah

tentang kewenangan kepala daerah yang mana memiliki wewenang yang luas

tetapi dengan tugas terbatas Tugas dan wewenangnya meliputi tujuh aspek5

bull Mengenai urusan militer

bull Menangani urusan ndash urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim

bull Memungut zakat

bull Melindungi agama dan memurnikan ajarannya

bull Menegakan hak ndash hak manusia

bull Menjadi imam dalam sholat jumat

bull Memberikan fasilitas kemudahan kepada rakyat

Jika daerah kekuasaannya berbatasan dengan daerah musuh diperlukan

adanya tugas kedelapan yaitu memerangi musuh ndash musuh disekitar daerah

kekuasaannya dan membagi ndash bagi harta rampasan perang serta mengambil

seperlimanya untuk dibagikan kepada orang ndash orang yang berhak menerimanya

Dari penjelasan di atas tentang kewenangan kepala daerah menurut undang

ndash undang dan Al-Mawardi maka sangat relevan apabia pemikiran Al-Mawardi

diterapkan dalam keketatangeraan di Indonesia karna secara garis besar dalam

kewenangannya kepala daerah bertanggung jawab penuh atas keamanan kemajuan

serta kemakmuran daerah tersebut Walaupun memang dalam penjelasan

kewenangan Al-Mawardi memang dipengaruhi oleh situasi politik yang berbeda

dengan situasi politik di Indonesia akan tetapi tetap masih relevan apabila di

terapkan dalam ketatanegaraan di Indonesia

2 Syarat ndash Syarat Kepala Daerah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam

Pemerintahan Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Pasal 28D ayat 3 UUD NRI

5 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 61

34

19456 Namun dalam kesempatan hak yang sama itu tidak dimaksudkan bahwa

semua warga negara untuk memimpin atau menjadi pemimpin di suatu daerah atau

Negara Menurut Rousseau7 bahwa dalam yang sedikitlah yang memimpin banyak

Kemudian terpilihnya pemimpin juga tergantung dari corak atau bentuk Negara

yang dianutnya Bisa karena keturunan (Monarki) bisa juga secara pemilihan

(Demokrasi) sehingga mereka dapat mewakili rakyat yang berdiam dalam suatu

wilayah tersebut

Kemudian syarat-syarat atau batas yang harus dimiliki seorang calon itulah

yang menjadi landasan dapat tidaknya seseorang memimpin untuk menjalankan

amanat orang banyak Syarat itu diatur dalam Peraturan perundang-undangan

sebagai legitimasi untuk terwujudnya kepemimpinan Dalam perjalanan

legitimasinya Undang-undang yang mengatur syarat pemilihan calon kepala

daerah sudah banyak namun terus mengalami pergantian Undang-Undang dan

perubahan terhadap Undang-Undang sebelumnya Sehingga syarat-syarat peraturan

pemilihan dibahas berdasarkan Undang-Undang kontemporer yang menjadi

tumpuan legitimasi pemilihan kepala daerah

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7

ayat (2) syarat calon kepala daerah adalah sebagai berikut

bull Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

bull Setia kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

bull Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat

bull Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) Tahun untuk Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

6 Bahwa ldquoSetiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahanrdquo

7 Bagir Manan Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Kumpulan

Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri Martosoewignjo SH (Jakarta Gaya Media

Pratama 1996) hlm 62

35

bull Mampu secara jasmani rohani dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim

bull Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana

bull Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyaikekuatan hukum tetap

bull Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian

bull Menyerahkan daftar kekayaan pribadi

bull Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

bull Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

bull Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur Calon Wakil Gubernur

Calon Bupati Calon Wakil Bupati Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota

bull Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur

atau BupatiWalikota untuk Calon Wakil BupatiCalon Wakil Walikota

pada daerah yang sama

bull Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur Wakil Gubernur Bupati Wakil

Bupati Walikota dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon

bull Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur penjabat Bupati dan penjabat

Walikota

36

bull Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat anggota Dewan Perwakilan Daerah dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai

anggota Tentara Nasional Indonesia Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain

sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan dan

bull Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Kepala Daerah

harus memenuhi syarat yang telah ditetapakan dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 Pasal 7 Ayat (2) sebagaimana yang sudah disebutkan diatas

Umum dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam

arti pemimpin yang bertugas melayani mengayomi mengatur dan menerapkan

hukum dalam masyarakat Karena di samping tugas-tugasnya sangat berat juga

harus memiliki sifat-sifat khusus 8

Di dalam Islam Kepala daerah tidak dipilih oleh rakyat Tetapi diangkat

oleh kepala negara (khalifah) Al-Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam As

Sulthaniyah membagi Kepala daerah menjadi dua Pertama Kepala daerah yang

diangkat dengan kewenangan khusus (imarah lsquoala as-shalat) Kedua Kepala daerah

dengan kewenangan secara umum mencakup seluruh perkara (rsquoimarah ala as-shalat

wal kharaj)

Menurut al-Mawardi syarat untuk menjadi Kepala daerah tidak jauh

berbeda dengan syarat yang ditetapkan untuk menjadi wakil khalifah (muawin

tafwidh) Sementara Muawin syaratnya sama dengan syarat menjadi Khalifah Jadi

secara umum syarat menjadi Kepala daerah sama dengan syarat menjadi kepala

negara Perbedaannya hanya pada kekuasaan Kepala daerah lebih sempit

dibandingkan kekuasaan (muawin tafwidh) Baik Kepala daerah Umum maupun

8 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 52

37

Kepala daerah Khusus keduanya tidak boleh dijabat oleh orang kafir dan budak

(bukan orang merdeka)

Pengangkatan Kepala daerah Provinsi harus dikaji dengan baik Jika

khalifah yang mengangkatnya maka menteri tafwidhi mempunyai hak

mengawasinya dan memantaunya menteri tafwidhi tidak boleh memecatnya atau

memutasinya dari provinsi satu ke provinsi yang lain Dalam hal syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin al-Mawardi memberikan kriteria terhadap

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin (imam) dengan tujuh syarat yaitu

Pertama adil dalam arti luas Kedua memiliki ilmu untuk dapat melakukan

ijtihad dalam menghadapi persoalahan dan hukum Ketiga sehat pendengaran

mata dan lisanya supaya dapat berurusan langsung dengan tanggung jawab

Keempat sehat badan sehingga tidak terhalang untuk melakukan gerak dan

melangkah cepat Kelima pandai dalam mengendalikan urusan rakyat dan

kemaslahatan umum Keenam berani dan tegas membela rakyat wilayah negara

dan menghadapi musuh Ketujuh keturunan Quraisy9

Ketujuh syarat- syarat terebut lebih jelasnya sebagai berikut10

1 Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang memenuhi semua kriteria

2 Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya dapat melakukan ijtihad

untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul dan untuk membuat

kebijakan hukum

3 Lengkap dan sehat fungsi panca indranya

4 Tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi untuk

bergerak dan bertindak

5 Visi pemikiranya baik sehingga ia da pat menciptakan kebijakan bagi

kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan umat

9 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 17-19 10 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah hlm 20

38

6 Mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang membuatnya

mempertahankan rakyatnya memerangi musuh

7 Mempunyai nasab dari suku Quraisy

Pendapat Al-Mawardi dalam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh situasi

politik pada masa itu seperti yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya Pada

masa itu kedudukan khalifah dibaghdad hanya sebagai kepala Negara yang bersifat

formal Sedangkan kekuasaan dan pelaksana pemerintah sebenarnya adalah para

panglima dan pejabat tinggi dari negara yang berkebangsaan Turki atau Persia serta

penguasa dibeberapa wilayah Bahkan dari sebagian golongan menuntut agar

jabatan kepala Negara diisi oleh orang-orang yang bukan keturunan Arab dan

Quraisy namun tuntutan tersebut mendapat reaksi dari golongan Arab yang ingin

mempertahankan hegemoninya bahwa keturunan Quraisy sebagai salah satu syarat

untuk bisa menjadi seorang kepala Negara

Persyaratan ini memang tampak rasialis dan sulit diterima masyarakat

modern karena itulah sebagian ulama menolaknya kendati demikian al-Mawardi

dan Ibn khaldun tetap membelanya karena menurut mereka pasti ada hikmah Nabi

Muhammad mengsyaratkan hal tersebut Menurut al-Mawardi disyaratkan seperti

itu untuk menjaga persatuan serta solidaritas kaum Quraisy Maka hadis yang

menyebutkan persyaratan nashab Quraisy bagi pemimpin kaum muslimin

sekalipun menunjukan bahwa manusia yang paling berhak memegang jabatan

pemimpin adalah kaum Quraisy namun hal itu tidak menunjukan pembatasan

bahwa kursi kepemimpinan hanya untuk orang Quraisy dan tidak sah jika diberikan

kepada orang lain oleh karena itu syarat nasab tersebut hanya termasuk syarat

afdhaliyah (keutamaan) bukan syarat inrsquoiqad (keharusan)

Jika dilihat dari segi syarat yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasca

Reformasi syarat Quraisy memang tidak ditemukan hanya saja syarat calon

tersebut sama hal nya dengan syarat seorang calon Kepala Daerah yang di usung

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

perolehan paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPRD atau 25 dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah tersebut

39

dengan tujuan sebagai kendaraan bagi seorang calon untuk memenangkan

pemilihan tersebut begitu juga dengan syarat kaum Quraisy yang disyaratkan bagi

suatu kelompok tertentu

Dari segi syarat dalam memilih seorang kepala daerah pemikiran politik al

- Mawardi memang tidak relevan jika diterapkan di Indonesia Meskipun Indonesia

seringkali di kenal sebagai Negara Islam namun tidak semua penduduk di

dalamnya menganut agama Islam karena Indoensia merupakan Negara yang

terkenal dengan negara yang kaya akan keberagamannya baik dari segi budaya

maupun agama maka kelayakan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari sejauh

apa pemahamannya mengenai agama Islam

Namun jika dilihat dari sisi lain terdapat kesinambungan antara pemikiran

politiknya dengan realita yang ada di Indonesia Karena meskipun tidak ada hukum

atau aturan yang mengharuskan seorang pemimpin harus beragama Islam pada

realitanya presiden kita sejak awal Indonesia merdeka hingga Presiden yang

memimpin saat ini merupakan seorang yang menganut agama Islam dan terbukti

pula selama masa kepemimpinan mereka telah memberi banyak sumbangsih bagi

kemajuan Indonesia hingga saat ini serta membawa rakyat pada kedamaian dan

keamanan

3 Bentuk Pemilihan

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada dasarnya merupakan

konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah Pemilihan kepala daerah diatur

dalam pasal 18 (4) UUD 1945 dan pada era reformasi dan seterusnya pemilihan

kepala daerah diatur lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 karena dianggap

tidak sepenuhnya aspiratif sehingga menimbulkan banyak kritikan Berdasarkan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala daerah

dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan

40

adil11 dan Pemilihan Kepala daerah pertama sekali dilakasanakan pada bulan Juni

2005 di Depok Jawa Barat

Peraturan lain yang menjadi Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang

termaktub dalam Pasal 59 Ayat (1) bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala

Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah Adapun untuk mengisi jabatan

kepala daerah diatur dalam Pasal 62 bahwa ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah diatur dengan Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang yang kemudian direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang dalam

pasal 2 disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis

berdasarkan asas lansung umum bebas rahasia jujur dan adil

Selanjutnya dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah

merupakan sarana pelaksanaan keadaulatan rakyat diwilayah Provinsi dan kota

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 memerintahkan agar

beberapa hal diatur dalam Peraturan Komisi Umum12 Oleh karena itu kemudian

dibentuklah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang

Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian

11 M Noor Aziz Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011 hlm 49 12 Konsideran Menimbang Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015

41

dilakukan perubahan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun

2015 Tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati danatau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

Dalam islam mayoritas ulama abad pertengahan dan pakar politik Islam

sepakat bahwa mengangkat pemimpin merupakan kewajiban bagi umat Islam

dalam komunitasnya Secara tersirat (inplisit) Allah banyak menyinggung dalam

beberapa ayat al-Qurrsquoan tentang pentingnya mengangkat seorang Pemimpin

Meskipun demikian Islam tidak memberikan aturan baku bagaimana proses

pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin dan Nabi SAW pun tidak

memberikan rambu-rambu yang jelas bagi pemimpin generasi sesudahnhya Akan

tetapi beliau menyerahkan kepada umatnya untuk memilih orang yang mereka

kehendaki

Apabila kita berkaca pada masa lalu khususnya dalam hal memilih

pemimpin pada masa Khulafaurrasyidin maka akan ditemukan perbedaan-

perbedaan dalam memilih Pemimpin ataupun Khalifah ataupun Amirul Mukminin

Perbedaan ini terjadi sebagai salah satu akibat langsung dari tidak adanya aturan

yang jelas dalam memilih dan mengangkat pimpinan baik dalam al-Quran maupun

dalam al-Hadis Rasulullah SAW Pada masa Rasulullah SAW karena yang menjadi

pemimpin itu adalah beliau sendiri dengan pengangkatan sebagai Rasul dari Allah

SWT maka tidak ada yang protes di antara kaum muslimin Akan tetapi karena

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa penggantinya sebagai

pimpinan ummat Islam dan bagaimana tata cara pemilihannya maka terjadilah

perbedaan di kalangan ummat Islam

42

Menurut al-Mawardi jika Imam mengangkat Kepala daerah untuk salah

satu wilayah atau daerah kekuasaannya terbagi kedalam dua bagian yaitu bersifat

umum dan khusus13

Jabatan bersifat umum terbagi menjadi dua bagian

3 Pengangkatan dengan akad atas dasar sukarela

4 Penugasan atas dasar akad atas daasar terpaksa

Gubernur yang diangkat dengan akad sukarela (gubernur mustakfi)

mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula Pengangkatannya ialah imam

(khalifah) menyerahkan kepemimpinan satu provinsi dan pengayoman seluruh

rakyat yang ada didalamnya kepada seseorang yang diangkat sebagai kepala daerah

Adapun yang dimaksud kekuasaan kepala daerah atas wilayah tertentu

melalui paksaan ialah seorang kepala daerah tersebut dengan menggunakan

kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam (khalifah) untuk menjadi

penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk mengelola dan menatanya

Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik dan kewenangan mengelola

wilayah serta memberlakukan aturan- aturan agama atas izin imam (khalifah)

Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari kehancuran menuju

keselamatan

Sebenarnya pengangkatan kepala daerah melalui jalur paksa ini telah keluar

dari tradisi pengangkatan kepala daerah yang berlaku baik dari syarat-syarat

maupun aturan-aturanya Namun dalam hal ini demi melindungi aturan-aturan

syariat dan hukum- hukum agama maka cara seperti ini dapat dibenarkan manakala

jalur damai tidak berhasil dilakukan Akan tetapi jika jalur damai dapat ditempuh

maka tidak dibenarkan menggunakan jalur paksa karena antara keduanya memiliki

perbedaan syarat baik yang ideal maupun tidak ideal14 Yang dimaksud kepala

daerah yang bersifat khusus ialah kepala daerah yang kewenanganya sebatas

mengatur militer memimpin rakyat dan melindungi wilayah daerah serta tempat-

13 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h59 14 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h39

43

tempat umum Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

bukanlah hasil pilihan rakyat melainkan diangkat oleh Khalifah

Dalam kitab-kitab hadits dan juga sirah dapat dibuktikan bahwa gubernur -

gubernur dalam provinsi provinsi pemerintahan Islam dulu selalu diangkat oleh

Rasulullah SAW sebagai kepala negara Misalnya Muadz bin Jabal yang diangkat

sebagai gubernur propinsi Yaman Juga Ziyad bin Labid yang diangkat Rasulullah

SAW sebagai gubernur provinsi Hadhramaut serta Abu Musa Al-Asyari sebagai

gubernur provinsi Zabid dan Aden jika diukur dengan timbangan Syariah Islam

pengangkatan gubernur itu hanyalah melalui pengangkatan oleh khalifah bukan

lewat cara pemilihan (pemilukada) oleh rakyat di propinsi yang bersangkutan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kepala daerah

menurut al-Mawardi tidaklah dipilih secara langsung seperti hal nya di Indonesia

yang memilih kepala daerah secara langsung namun Kepala Daerah diangkat oleh

Khalifah (kepala negara) Jika kepala daerah diangkat oleh Imam untuk satu daerah

atau wilayah maka kekuasaanya terbagi kedalam dua bagian yaitu yang bersifat

khusus dan bersifat umum Kepala daerah yang di angkat dengan akad sukarela

(gubernur mustakfi) mempunyai tugas tertentu dan otoritas tertentu pula

Sedangkan kepala daerah yang diangkat melalui paksaan ialah seorang kepala

daerah dengan menggunakan kekuatan senjata kemudian ia diangkat oleh imam

(khalifah) untuk menjadi penguasa diwilayah tersebut dan diberi wewenang untuk

mengelola dan menatanya Dengan wewenang itulah ia memiliki otoritas politik

dan kewenangan mengelola wilayah serta memberlakukan aturan-aturan agama

atas izin imam (khalifah) Dengan begitu wilayah tersebut dapat diangkat dari

kehancuran menuju keselamatan

Mencermati penjelasan pada bab sebelumnya mengenai pelaksanaan

Kepala daerah menurut Undang - Undang dan menurut Al - Mawardi adanya

persamaan serta perbedaan baik dari definisi kepala daerah itu sendiri atau pun

dalam mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah Dalam Undang - Undang

disebutkan bahwa dalam setiap daerah adanya seorang pemimpin yang dipilih

untuk memimpin suatu daerah yang disebut dengan kepala daerah Kepala Daerah

44

untuk Provinsi disebut dengan Gubernur untuk Kabupaten disebut dengan Bupati

dan untuk Kota disebut dengan Walikota15

15 Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah h 40

45

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam skripsi ini dapat ditarik

kesemipulan sebagai berikut

1 Al-Mawardi berpendapat bahwa kewenangan kepala daerah terbagi atas 6

(enam) kewenangan yakni mengenai urusan militer menangani urusan ndash

urusan hukum dan mengangkat jaksa dan hakim memungut zakat

melindungi agama dan memurnikan ajarannya menegakan hak ndash hak

manusia menjadi imam dalam sholat jumat memberikan fasilitas

kemudahan kepada rakyat Adapun dengan syarat ndash syarat kepala daerah

menurut Al-Mawardi ada 7 (tujuh) yakni Keseimbangan (al - lsquoadalah) yang

memenuhi semua kriteria Mempunyai ilmu pengetahuan yang membuatnya

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian- kejadian yang timbul

dan untuk membuat kebijakan hukum lengkap dan sehat fungsi panca

indranya tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya yang menghalangi

untuk bergerak dan bertindak visi pemikiranya baik sehingga ia da pat

menciptakan kebijakan bagi kepentingan rakyat dan mewujudkan

kemaslahatan umat mempunyai keberanian dan sifat menjaga rakyat yang

membuatnya mempertahankan rakyatnya memerangi musuh mempunyai

nasab dari suku Quraisy Dalam bentuk pemilhan kepala daerah Al-

Mawardi juga berpendapat bahwa kepala daerah tidak dipilih secara

langsung akan tetapi di pilih oleh khalifah dengan 2 (dua) cara yakni

pemilihan secara sukarela dan pemilihan dengan cara paksaan

2 Pendapat Al-Mawardi tentang sistem pemilihan kepala daerah dalam hal

kewenangan relevan dengan kodisi sosial politik di Indonesia tetapi dalam

hal syarat dan bentuk pemilihan tidak relevan karena dari segi syarat

pemilihan Al-Mawardi menyebutkan bahwa salah satu syaratnya yaitu suku

Quraisy yang mana saat ini kurang begitu relevan Kemudian dalam hal

46

bentuk pemilihan Al-Mawardi juga tidak relevan karena tidak

menggunakan pemilihan langsung berbeda dengan pemilihan di Indonesia

dengan menggunakan pemilihan langsung ada tiga implikasi apabila

pemilihan tidak langsung diterapkan di Indonesia Pertama banyak timbul

rasa kurang percaya rakyat kepada pemimpinnya karena kepala daerah

yang terpilih bukan yang dikehendaki rakyat tapi diinginkan oleh khalifah

Kedua kurang adanya penerapan sistem demokrasi dalam konteks

keindonesiaan yang saat ini meniscayakan kepala daerah dipilih langsung

oleh rakyat Ketiga akan terbuka peluang terjadinya nepotisme karena

pemilihan kepala daerah sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Khalifah

B Saran

Sebagai usulan follow up penulis skripsi ini direkomendasikan hal ndash hal

sebagai berikut

1 Kepada Legislator direkomendasikan hendaknya adanya peraturan yang

diundangkan mengadopsi pemikiran dari pemikir Islam terhadap

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

2 Kepada KPUD hendaknya melihat dan mengacu dari pemikir Islam

terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

3 Kepada Akademisi direkomendasikan hendaknya penilitian-penelitian

tentang pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang dan menurut

pemikiran Al - Mawardi secara terus menerus dilakukan pengkajian dan

penelitian Sehingga dapat menambah serta memperkaya wawasan dan

referensireferensi dalam bidang pemerintahan Islam maupun dalam

bidang Undang - Undang

47

DAFTAR PUSTAKA

A Buku

Al-Qurrsquoan Al-Karim

Abadi Faituz dan Majduddin Muhammad ibn Yarsquoqub Al-Qamūs al-Muhīṭ dimuat

dalam Abdullah al-Dumaiji al-Imāmah al - lsquoUzmā lsquoinda Ahl al Sunnah wa al-

Jamārsquoah ed In Imamah Uzhma Konsep Kepemimpinan dalam Islam terj

Umar Mujtahid Jakarta Ummul Qura 2016

Amiruddin dan Zainal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum

Rajagrafindo Jakarta

Baihaqi al Sunan Al-Kubra juz viii Bairut Dar Al-Kutub Al - lsquoUlumiyyah 1994

Departemen Agama RI Al-Qurrsquoan dan Terjemahnya Bandung Syamil Qurrsquoan

2009

Djazuli Ahmad Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat dalam Rambu-

Rambu Syarirsquoah Jakarta Kencana Prenada Media Group 2003

Ghazali Moh Rumaizuddin Pengenalan Terhadap sejarah Hidup Al-Mawardi

jakarta 8 Oktober 2006

Ilyas Yunahar Kuliah Akhlaq Pustaka Pelajar offset Yogyakarta 2005

Kamil Sukron Islam dan Demokrasi Telaah Sistemtual dan Historis Gaya Media

Pratama Jakarta 2002

Kumolo Tjahjo Politik Hukum Pilkada Serentak Mizan Republika Jakarta 2015

Maarif Ahmad Syafii ldquoIslam Politik dan Demokrasi di Indonesiardquo dalam Bosco

Carcallo dan Dasrizal Aspirasi Ummat Islam Indonesia Lappenas Jakarta

1993

48

Manan Bagir Kedaulatan Rakyat Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof DR R Sri Soemantri

Martosoewignjo SH Jakarta Gaya Media Pratama 1996

Marzuki Peter Mahmud Penelitian Hukum Kencana Prenada Jakarta Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji 2004 Penelitian Hukum Normatif Raja Grafindo

Persada Jakarta 2008

Masdar Umaruddin membaca pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 1999

Mawardi al Ahkam Sulthaniyah Sistem Pemerintahan Khalifah Islam terj

Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman Jakarta Qisthi Press 2014

--------- Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syarirsquoat Islam

terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al- ahkam sulthaniyyah Jakarta Darul

Falah 2006

Munawir Ahmad Warson Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Yogyakarta Al-

Munawwir 1984

Prihatmoko Joko J Pilkada Langsung Filosofi Sistem dan Problema Penerapan

di Indonesia Semarang Pustaka Pelajar 2005

Pulungan J Suyuti Fiqih Siyasah Ajaran dan Pemikiran Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 1997

Rais M Dhiauddin Teori Politik Islam Jakarta Gema Insani Press 2001

Sjadzali munawir Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Jakarata UI Press 1990

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum UI Press Jakarta 1986

Syarif Mujar Ibnu dan Khamami Zada Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam Jakarta Erlangga 2008

49

------- Presiden Non-Muslim di Negara Muslim Tinjauan dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia Jakarta Pustaka

Sinar harapan 2006

Syarifuddin Amir Ushul Fiqh Jakarta Kencana Prenada Media Group 2009

Tricahyo Ibnu Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional amp Lokal

Malang In-Trans Publishing 2009

Ubaedillah Abdul Rozak Pancasila Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani Kencana Jakarta 2012

Yamani Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam Mizan Bandung

2002

B Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumen Hukum

Konsideran Menimbang Perppu No 1 Tahun 2014

Republik Indonesia Undang-Undang No 8 Tahun 2015

Undang ndash undang No 8 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur bupati dan

walikota

Undang ndash undang No 1 tahun 2015 tentang pemilihan gubernur bupati dan walikota

Undang ndash undang No 12 2008 tentang pemerintahan daerah

50

C Jurnal

Amin dan Ferry Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam

Al-Qurrsquoanrdquo dalam Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

Aziz M Noor Pengkajian Hukum tentang Pemilihan Kepala Daerah dalam Jurnal

Perpustakaan Hukum Badan Pembinan Hukum Nasional Tahun 2011

Fāris Ibn Mursquojam Maqāyīs dimuat dalam Surahman Amin dan Ferry

Muhammadsyah Siregar ldquoPemimpin dan Kepemimpinan dalam al Qurrsquoanrdquo

Jurnal Studi Islam Vol 1 No 1 Oktober 2015

D Website

httpkajianpustakacom201611pemilihan-kepala-daerah-pilkada Diakses pada

25122019

httpnasionalkompascomread2018021209hari-ini-kpu-tetapkan-paslon

pilkada-serentak-2018 Diakses pada 25122019

httpsmerdekacompolitikpilkada-langsung-di-kutai-kartanegara-jadi yang-

pertama Diakses pada 25122019

httpsnewsdetikcomberitapilkada-langsung-akan-digelar-mulai-juni-2005

Diakses pada 25122019

httppilkadaliputan6comreadini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-

2017 Diakses pada 25122019

httpvoaindonesiacomcontenticw-pilkada-langsung-picu-banyak

korupsi1843873 Diakses pada 25122019

Page 23: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 24: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 25: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 26: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 27: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 28: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 29: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 30: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 31: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 32: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 33: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 34: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 35: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 36: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 37: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 38: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 39: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 40: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 41: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 42: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 43: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 44: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 45: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 46: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 47: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 48: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 49: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 50: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 51: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 52: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 53: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 54: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 55: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 56: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 57: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 58: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 59: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 60: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,
Page 61: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50561/1/ABID A… · Masuk pada tahun 2004, bangsa Indonesia kembali melaksanakanpemilihan umum,