skenario 3 malaria ipt.docx

25
BELLA SYAHNARISSA AZIZA 1102010046 SKENARIO 3 I. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PLASMODIUM PENYEBAB MALARIA PADA MANUSIA I.1 Definisi Filum Protozoa, kelas Sporozoa (tidak memiliki alat gerak/amoeboid) Daur hidupnya Reproduksi Hospes I.2 Klasifikasi, morfologi dan daur hidup Terdapat 4 spesies: Plasmodium falciparum (menyebabkan Malaria tertiana maligna) Plasmodium Vivax (menyebabkan Malaria Tertiana) Plasmodium Malariae (menyebabkan Malaria kuartana) Plasmodium Ovale (Malaria tertiana) Aktif : Pasif : Aseksual (multiple Seksual : Perantara/ Reservoir Definitif: Nyamuk

Upload: ndha-nezz-woan

Post on 11-Feb-2016

265 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

BELLA SYAHNARISSA AZIZA1102010046

SKENARIO 3I. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PLASMODIUM PENYEBAB

MALARIA PADA MANUSIA

I.1 Definisi Filum Protozoa, kelas Sporozoa (tidak memiliki alat gerak/amoeboid) Daur hidupnya

Reproduksi

Hospes

I.2 Klasifikasi, morfologi dan daur hidupTerdapat 4 spesies:

Plasmodium falciparum (menyebabkan Malaria tertiana maligna) Plasmodium Vivax (menyebabkan Malaria Tertiana) Plasmodium Malariae (menyebabkan Malaria kuartana) Plasmodium Ovale (Malaria tertiana)

Aktif : trofozoit

Pasif : kista

Aseksual (multiple fission/schizogony)

Seksual : Syngami

Perantara/ Reservoir : Manusia

Definitif: Nyamuk Anopheles

Page 2: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

Plasmodium falciparum

Plasmodium vivax

Plasmodium ovale

Plasmodium Malariae

Daur preeritrositik 5,5 hari 8 hari 9 hari 10-15 hariJumlah Merozoit Hati 40.000 10.000 15.000 15.000

Hipnozoit + +Daur Eritrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jamSkizon Hati 60 mikron 45 mikron 50 mikron 72 mikronEritrosit yang dihinggapi

Muda dan normosit

Retikulosit dan normosit

Retikulosit dan normosit muda Normosit

Pembesaran eritrosit ++ +

Titik titik eritrosit Maurer Schuffner Schuffner (James) Ziemann

Pigmen Hitam Kuning tengguli Tengguli tua Tengguli hitamJumlah merozoit eritrosit 8-24 12-18 8-10 8

Daur dalam nyamuk pada 27°C

10 hari 8-9 hari 12-14 hari 26-28 hari

MORFOLOGI

Spesies-spesies Plasmodium yang terdapat didalam sel darah merah, dapat dibedakan Morfologi bentuk-bentuk stadiumnya yang khas bentuknya, yaitu bentuk trofozoit, skizon dan dan bentuk gametosit.

Trofozoit. Plasmodium mempunyai trofozoit yang berbeda bentuknya antara stadium yang masih baru terbentuk (trofozoit muda, early trophozoite) dan pada stadium yang lanjut (trofozoit lanjut, late trophozoite).

Trofozoit muda Plasmodium vivax mula mula berbentuk cincin yang mengandung bintik bintik basofil, kemudian berkembang menjadi trofozoit yang berbentuk amuboid yang mengandung bintik bintik schuffner. Pada trofozoit lanjut, selain tampak adanya pigmen parasit sering ditemukan lebih dari satu parasit (double infection) di dalam satu sel eritrositnya.

Plasmodium falciparum mempunya trofozoit muda yang berbentuk cincin yang mempunyai inti dan tampak sebagian dari sitoplasma parasit berada di bagian tepi eritrosit (bentuk ini disebut accole atau form applique). Sering juga ditemui satu sel eritrosit diinfeksi oleh lebih dari satu parasit yang mempunyai bintik kromatin ganda. Trofozoit lanjut mengandung bintik bintik Maurer.

Plasmodium malariae trofozoit muda berbentuk cincin dan eritrositnya tidak membesar. Trofozoit lanjut nya memiliki memiliki bentuk yang khas seperti pita (band-form) dan terdapat titik Ziemann.

Trofozoit Plasmodium ovale bentuknya mirip dengan trofozoit Pl. vivax, bentuk khas eritrosit yang terinfeksi parasit ini yaitu selain agak membesar ukurannya juga eritrosit mempunyai bentuk yang tidak teratur dan bergerigi.

Page 3: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

Skizon. Bentuk skizon setiap spesies Plasmodium mempunyai berbeda ukuran dan jumlahnya maupun susunan merozoitnya. Khusus pada Pl. malariae skizon berukuran sekitar 7 mikron, bentuknya teratur dan mengisi penuh eritrosit yang terinfeksi. Skizon mempunyai merozoit berjumlah 8 buah yang tersusun seperti bunga mawar (roset).

Gametosit.

Pl. vivax mempunyai bentuk gametosit yang lonjong atau bulat, dengan eritrosit yang membesar ukurannya dan mengandung bintik bintik Schuffner.

Gametosit Pl. falciparum mempunyai bentuk khas seperti pisang, dengan ukuran panjang gametosit lebih besar dari ukuran diameter eritrosit.

Pl. malariae mempunyai gametosit yang berbentuk bulat atau lonjong dengan eritrosit yang tidak membesar.

Gametosit Pl. ovale lonjong bentuknya, eritrosit yang terinfeksi parasit ini berukuran normal, agak membesar atau sama dengan ukuran gametosit. Terdapat bintik Schuffner pada eritrosit yang terinfeksi

Page 4: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

DAUR HIDUP

Daur hidup aseksual teridiri dari empat tahapan, yaitu tahap skizogon preeritorsitik, tahap skizogoni eksoeritrositik, tahap skizogoni eritrositik dan tahap gametogoni. Di dalam sel-sel hati berlangsung tahap skizogoni preeritrositik dan skizogoni eksoeritrositik, sedangkan di dalam sel-sel eritrosit berlangsung tahap skizogoni eritrositik dan tahap gametogoni.

Didalam jaringan hati siklus preeritrositik pada Pl. falciparum hanya berlangsung satu kali, sedangkan pada spesien lainnya siklus ini dapet berulang kali (local liver cell). Local liver cell disebut skizogoni eksoeritrositik yang merupakan sumber pembentukan stadium aseksual parasit yang menjadi penyebab terjadinya kekambuhan (relaps) pada malaria vivax, ovale dan malariae.

Skizogoni eritrositik, siklus ini terjadi di dalam sel darah merah (eritrosit) dengan waktu berlangsung bervariasi sesuai dengan spesies plasmodiumnya. Meningkatnya jumlah parasit malaria karena multiplikasi pada tahap skizogoni eritrositik yang mengakibatkan pecahnya sel eritrosit yang menyebabkan terjadinya demam yang khas pada gejala klinis malaria (overt malaria).

Tahap gametogoni. Sebagian dari merozoit yang terbentuk sesudah tahap skizogoni eritrositik berlangsung beberapa kali, akan berkembang menjadi gametosit. Pembentukan gametosit terjadi di dalam eritrosit yang terdapat di dalam kapiler-kapiler limpa dan sumsum tulang. Tahap gametogoni berlangsung selama 96 jam dan hanya gametosit yang sudah matang dapat ditemukan dalam darah tepi. Gametosit tidak menyebabkan gangguan klinik pada penderita malaria, sehingga penderita dapat bertindak sebagai karier malaria.

Nyamuk Anopheles sebagai hospes definitif, sedikitnya dibutuhkan 12 parasit gametosit Plasmodium per militer darah. Proses awal pematangan parasit terjadi di dalam lambung (midgut) nyamuk dengan terbentuknya 4-8 mikrogamet dari satu mikrogametosit, perkembangan dari satu makrogametosit menjadi satu makrogamet. Sesudahnya terjadi fusi menjadi zigot(24 jam) -ookinet (menembus dinding lambung) – ookista (didalamnya terdapat ribuan sporozoit) – ookista matang akan pecah – sporozoit keluar.

Didalam tubuh seekor nyamuk Anopheles betina, dapat hidup lebih dari satu spesies Plasmodium secara bersama sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi campuran (mixed infection).

Page 5: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

II. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG VEKTOR MALARIA DI INDONESIA

Page 6: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

II.1 Pendahuluan

Anopheles adalah genus nyamuk yang terpenting dalam subfamili Anopheline karena merupakan satu-satunya vektor penular malaria pada manusia. Terdapat sekitar 30 spesies Anopheles yang dapat menjadi vektor penular malaria. Penular malaria pada manusia adalah nyamuk Anopheles yang spesiesnya berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Anopheles penular malaria di Indonesia antara lain adalah Anopheles sundaicus, An. aconitus, An. barbirostris, dan An. subpictus.

II.2 Morfologi

Nyamuk jantan Anopheles mempunyai palpus yang ujungnya membesar (club-shaped) dan antenanya “plumose” (lebat). Nyamuk betinanya memiliki ujung palpus tidak membesar dan antenanya “pilose” (jarang). Berbeda dengan Aedes dan Culex, nyamuk ini baik nyamuk jantan maupun betinanya mempunyai palpus yang sama panjang dengan probosis. Scutellum toraks nyamuk dewasa ujungnya membulat, tidak mempunyai lobus. Kaki-kaki Anopheles panjang dan langsing. Sedangkan abdomennya tidak mempunyai bercak bercak sisik.

II.3 Daur Hidup

Metamorfosisnya sempurna dengan

TELUR -- LARVA -- PUPA Pelampung di kedua sisi 1- 2 hari

Berpelampung Siphon tdk ada/pendek Sejajar permukaan air 8-12 hari

Tabung pernapasan sempit terdapat sela pada 1 sisinya

48-72 jam

Page 7: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

DEWASAAnopheles aconitus Anopheles subpictus Anopheles maculatus Anopheles

balabacensisBercak pada

femur & tibia

√ √Ciri ciri

lain

Proboscis setengah terminal

putih

Tarsus kelima kaki belakang hitam

Tarsus kelima kaki belakang putih

Persambungan tarsus dan tibia dgn pita

putih panjang

Gambar

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG TATALAKSANA DAN OBAT ANTI MALARIA

Page 8: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

II.4 Obat obat Anti Malaria

Beberapa keadaan yang digolongkan sebagai malaria berat yaitu: Gangguan kesadaran ringan (GCS <15) Kelemahan otot (tidak bisa duduk atau berjalan tanpa kelainan neurologik) Hiperparasitemia >5% Ikterus (kadar bilirubin darah >3mg%) Hiperpireksia (temperatur rektal >40°C pada orang dewasa, 41°C pada anak

Obat anti malaria dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu golongan, yaitu alkaloid alami, misalnya kina dan antimalaria sintetik. Obat obat antimaleria sintetik yang sering digunakan adalah 9-aminoakridin (mepakrin) misalnya atabrin, kuinakrin, 4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin), 8-aminokuinolin (pamakuin, primakuin), biguanid (proguanil, klorproguani) dan paramidin (pirimetamin). Obat anti malaria lainnya adalah mefloquinine, halofantrin dan qinghaosu. Obat antimalaria yang dapat diberikan dalam bentuk kombinasi adalah pirimetamin dan sulfadoksin yang dipasarkan sebagai fansidar.

Klorokuin. Indikasi pemberiannya untuk mengobati malaria akut, malaria pada anak, malaria dengan koma atau muntah dan untuk pencegahan malaria. Untuk mengobati malaria falsiparum dan malaria malariae yang masih sensitif dapat diobati dengan klorokuin saja, sedangkan untuk mengobati malaria vivax dan malaria ovale pemberian klorokuin sebaiknya diikuti pemberian primakuin. Klorokuin per oral diberikan pada orang dewasa dengan dosis total 1500 mg (base) dalam waktu 3 hari, sedangkan untuk anak diberikan dosis total 25 mg (base)/kg berat badan dalam waktu 3 hari Klorokuin intravena hanya diberikan pada malaria berat atau penderita yang tidak dapat menelan obat. Obat diberikan dengan dosis 10 mg (base)/kg berat badan selama 8 jam infus, diikuti 15 mg (base)/kgBB selama 24 jam. Klorokuin intramuskuler atau subkutan diberikan dosis 2,5 mg(base)/kgBB/4 jam, sampai tercapai dosis total 25 mg/kgBB.

Amodiakuin. Obat ini bekerja terhadap bentuk skizon semua spesies Plasmodium, dengan dosis 600 mg yang diberikan dalam bentuk dosis tunggal. Untuk terapi pencegahan malaria amodiakuin diberikan 400 mg satu kali per minggu.

Pirimetamin. Obat ini hanya diberikan sebagai terapi pencegahan, dengan dosis 25 mg per oral satu kali per minggu. Tidak diajurkan untuk terapi radikal, karena lambat bekerja sehingga ditakutkan mengalami resistensi.

Pirimetamin. Obat ini hanya diberikan sebagai terapi pencegahan, dengan dosis 25 mg per oral satu kali per minggu. Tidak dianjurkan untuk terapi radikal, karena lambat bekerja sehingga ditakutkan terjadinya resistensi terhadap obat ini.

Pirimetamin-sulfadoksin (Fansidar). Kombinasi 500 mg sulfadoksin dan 25 mg pirimetamin (1 tablet Fansidar) digunakan untuk mengobati malaria falsiparum akut tanpa komplikasi. Penderita dewasa diberi 3 tablet Fansidar dosis tunggal, sedangkan dosis anak antara 0,5 tablet sampai 2 tablet sesuai dengan berat badan anak. Kombinasi obat ini tidak dianjurkan untuk pencegahan malaria karena adanya risiko alergi berat pada kulit juga tidak

Page 9: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

boleh diberikan pada ibu hamil dan ibu yang menyusui anak. Hati-hati pengunaan obat ini pada penderita gangguan berat pada fungsi ginjal dan hati.

Biguanid (proguanil). Proguanil hidroklorida digunakan untuk mencegah malaria falciparum dengan dosis 100 mg per hari selama 5 hari atau 300 mg sebagai dosis tunggal dengan dosis supresif 100 mg-300 mg perminggu. Dosis anak antara 50 mg/hari (umur dibawah 1 tahun) sampai 200 mg/hari (umur 9-12 tahun). Proguanil dapat digunakan untuk mencegah malaria pada perempuan hamil. Efek samping yang dapat terjadi adalah rasa lemah, muntah, nyeri punggung, diare dan urtikaria. Proguanil tidak dapat digunakan untuk mencegah kekambuhan pada malaria vivax.

Primakuin. Obat ini bekerja terhadap bentuk seksual dan bentuk eksoeritrositik sekunder plasmodium. Obat ini satu satunya obat antimalaria yang efektif terhadap bentuk hipnozoit Pl. vivax dan Pl ovale dengan dosis 2x7,5 mg(base) per hari selama 14 hari setelah mendapatkan pengobatan radikal dengan klorokuin. Dosis anak 0,25 mg(dose)/kg/BB per hari selama 14 hari. Primakuin juga ditunjukan untuk memberantas gametosit Pl. falciparum dengan dosis 45 mg(base) dosis tunggal, dan dosis anak 0,5-0,75 mg(base)/kgBB dosis tunggal. Primakuin merupakan 8-aminokuinolin yang paling efektif dan rendah efek sampingnya, berupa sakit perut atau anemia ringan. Pada penderita dengan difisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase, dapat menimbulkan anemia hemolitik akut. Penderita penyakit ginjal atau penyakit hemolitik merupakan kontranindikasi pemberian primakuin.

Kuinin. Adalah alkolid alami yang bersifat skisontosid terhadap semua spesies Plasmodium termasuk Plasmodium falciparum yang resisten terhadada klorokuin dan obat lainnya. Kuinin juga efektif mengobati gametosit Pl. vivax, Pl. ovale dan malariae. Kuinin parenteral merupakan obat pilihan utama untuk menghambat malaria falsiparum yang berat.

Didaerah malaria peka kuinin, kuinin sulfat diberikan pada orang dewas dan perempuan hamil dengan dosis 600 mg 3x1 selama 7 hari. Dosis pada anak 10 mg(base)/kgBB 3x1 selama 7 hari. Di daerah malaria yang resiten terhadap kuinin sulfat sebaiknya dikombinasi dengan tetrasiklin.

Efek samping kina disebut cinchonisme dengan gejala dan keluhan berupa tuliringan, tinnitus, pusing dan sakit kepala, gangguan penglihatan dengan jantung tak teratur dan gangguan lambung.

Kontraindikasi bagi pemberian kina adalah penderita hipersensitive dengan kuinin, penyakit ginjal dan malaria berat pada ibu hamil dan anak, penderita neuritis optika dan penderita dengan hemoglobulinuri.

Pemberian obat antimalaria pada penderita malaria berat

a) Pilihan utama derivat artemisin parenteral adalah artesunat intravena atau intramuskular dan artemeter intramuskular.

b) Artesunat parenteral direkomendasikan untuk digunakan di rumah sakit atau puskesmas perawatan, sedangkan arameter intramuskular untuk di lapangan atau puskesmas tanpa perawatan. Obat ini tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil trimester 1 dengan malaria berat

c) Artesunat parenteral tersedia dalam vial berisi 60 mg serbuk kering asam artesunat dan pelart dalam ampul berisi 0,6 ml, namun bikarbonat 5%. Larutan artesunat dibuat

Page 10: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

dengan mencampur serbuk dan pelarutnya, kemudian ditambah larutan dekstrosa 5% sebanyak 3-5 ml. Obat diberikan dengan loading dose secara bolus 2,4 mg/kgBB per IV, selama ±2 menit dan diulang setelah 12 jam dengan dosis yang sama. Selanjutnya artesunat diberikan 2,4 mg/kgBB per IV 1x sehari sampai penderita minum obat. Larutan artesunat bisa diberikan secara intramuskular dengan dosis yang sama. Bila penderita sudah bisa minum obat, dilanjutkan dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin, yaitu pengobatan lini pertama malaria falciparum tanpa komplikasi.

d) Artemeter IM tersedia dalam ampul berisi 80 mg artemeter dalam larutan minyak, diberikan dengan loading dose 3,2 mg/kgBB IM. Selanjutnya, artemeter diberikan 1,6 mg/kgBB IM, satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah bisa minum obat, dilanjutkan dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin yaitu pengobatan lini pertama malaria falciparum tanpa komplikasi

e) Obat alternatif malaria berat adalah kina dihidrokloria parenteral. Bila tidak tersedia derivat artemisin parenteral, obat ini dapat digunakan. Kina dihidroklorida parenteral dapat diberikan kepada ibu hamil dan trimester pertama. Obat ini dikemas dalam ampul berisi 500 mg/2 ml. Obat diberikan dengan loading dose 20 mg/kgBB dilarutkan dalam 500 ml dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%. Dosis pemeliharaan seperti diatas diberikan sampai pasien dapat mengonsumsi kina peroral. Bila pasien sudah sadar atau dapat minum obat, pemberian kina IV diganti dengan kina tablet peroral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali, pemberian 3x sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian kina per infus pertama)

f) Bila tidak memungkinkan pemberian kina melalui infus, dapat diberikan kina

dihidroklorida 10mg/kgBB IM dengan masing masing 12 dosis pada paha depan

kanan-kiri (jangan diberikan pada pantat). Untuk pemakaian IM kina diencerkan dengan 5-6 ml NaCl 0,9% untuk mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml. Kina tidak boleh diberikan secara bolus IV karena toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.

g) Penderita gagal ginjal, tidak dapat diberi loading dose dan doses pemeliharaan kina

diturunkan 12 nya

h) Pada hari pertama pemberian kina oral, diberikan primakuin dengan dosis 0,75 mg/kgBB

KEMOPROFILAKSIS

Bertujuan untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria, sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat

Ditunjukan bagi orang yang berpergian ke daerah endemik malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama seperti turis,peneliti, pegawai kehutanan dll

Untuk kelompok atau individu yang akan berpergian atau bertugas dalam jangka waktu lama sebaiknya menggunakan personal protection seperti memakai kelambu, repellnt, kawat kasa, dll

Karena Pl. falciparum merupakan spesies dengan virulensi tinggi, maka kemoprofilaksis ditunjukan pada infeksi ini.

Page 11: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

Kemoprofilaksis terhadap Pl. falciparum adalah pemberian doksisiklin setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu Doksisiklin tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil dan anak berusia <8 tahun

Kemoprofilaksis terhadap Pl. vivax adalah pemberian klorokuin dengan dosis 5mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemik sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin lebih dari 3-6 bulan

II.5Obat Malaria1. Malaria falciparum:

a) Klorokuin: 1x600 mg selama 2 hari. Pada hari ke3 diberika 1x300 mgb) Primakuin: dosis tunggal 15 mg sehari, diberikan selama 3 hari

2. Malaria lainnya:a) Klorokuin: hari ke1 dan 2 diberikan 600 mg dosis tunggal. Hari ke 3

diberikan 300 mgb) Primakuin: dosis 15 mg sehari diberikan selama 5 hari

3. Malaria falsiparum resisten klorokuin:a) Fansidar (sulfadoksin + primetamin): dosis tunggal 3 tablet, ditambah

Primakuin dosis tunggal 45 mg hari ke1b) Kina 3x400 mg sehari selama 7 hari, ditambah Primakuin dosis tunggal 45

mg pada hari ke1c) Amodiaquin: pada hari ke 1 diberikan 600 mg, diikuti 400 mg 6 jam

kemudian. Hari ke 2 dan 3 diberikan 400 mg, ditambah eritromisin 3x500 mg/hari selama 5 hari

d) Kina diberikan 3x400 mg selama 7 hari, ditambah Tetrasiklin 3x500 mg selama 5 hari

Untuk malaria falsiparum yang sudah resisten terhadap brbagai jenis obat dapat diberikan artesunate 200 mg diikuti dosis 100 mg/hari selama 4 hari.

4. Malaria pernisiosa (cerebral malariae)a) Infus kina dihidroklorid, 600 mg dalam 500 ml garam faali diberikan

selama 4 jam, yang dapat diulang setiap 8 jamb) Klorokuin sulfat, 300 mg dalam 200 ml garam faali, diberikan per infus

selama 30 menit, dapat diulang setiap 8 jam. Bila penderita sadar, obat-obat diberikan per oral sesuai dengan terapi radikal.

c) Artemeter dan artesunate yang merupakan turunan qinghaosu, diberikan dengan dosis 160 mg artemeter intramuskuler diikuti 80 mg per hari selama 4 hari atau 120 mg artesunate infus intravena diikuti 60 mg per hari selama 4 hari

Page 12: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

III. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN MALARIA

5.1 Pemberantasan

Tujuan

Umum: menekan morbiditas dan mortalitas, juga mempertahankan daerah bebas malaria

Khusus: morbiditas <0,08/1000 penduduk, jumlah kecamatan dengan insidensi kasus tinggi <10, kelurahan <100 \

Kebijaksanaan

1. Memperluas daerah bebas malaria2. Menanggulangi fokus3. Meningkatkan aspek manejerial petugas4. Meningkatkan kualitas surveilans5. Memberantas vektor6. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas vektor

Stratifikasi wilayah

1) Indikator statis HCI (High Case Incidence), API >5% MCI (Medium Case Incidence), API 1-5% LO (Low case Incidence), API <1%

2) Indikator dinamisa) Desa rawan (potential focus zone), yaitu:

Lingkungan yang cocok bagi vektor malaria seperti perbukitan dengan sawah berteras dan mata air yang alirannya lambat, hutan primer

Desa yang memiliki riwayat HCI Mobilitas penduduknya tinggi Daerah terpencil

b) Desa fokus rendah, yaitu: Desa MCI/LCI dengan kasus indogenous bulanan konstan atau menurun

Page 13: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

Desa HCI dengan kondisi lingkungan yang tidak kondusif dengan penularan

c) Desa fokus tinggi, yaitu: Desa rawan yang mulai ada kasus indogenous, atau Desa rawan yang tiga bulan berturut turut kasus indogenous nya konstan atau

naik dibandingkan bulan sebelumnya

d) Daerah bebas malaria yaitu daerah yang tidak ada penularan malarian dalam waktu 3 tahun terakhir

Kegiatan

1. Desa rawan Menemukan dan mengobati penderita Melakukan surveilans rutin (ACD/PCD/CE) Melakukan mass fever survey (MPS) terutama konfirmasi Mengendalikan vektor Memberi penyuluhan kepada masyarakat

2. Low focus zone Melakukan semua tindakan di desa rawan Melakukan ter resistensi terhadap klorokuin dan insektisida Mengendalikan vektor dengan antilarva BTI-H14 Menebar ikan Menanam pada secara serentak Memperbaiki konstruski pengairan

3. High focus zone Melakukan semua tindakan di LFZ Melakukan penyemprotan pada rumah rumah (bila memenuhi syarat)

Jenis kegiatan

A. Active case detection Sasarannya adalah semua penderita malaria klinis (HCI 20% penduduk MCI 10%

penduduk) Mengambil preparat darah tebal oleh juru malaria desa Waktu: HCI 2minggu/1x MCI 1 bulan/1x

B. Pasive case detection Sasarannya adalah semua penderita malaria klinis dan penderita gagal obat yang

datang (HCI 10% penduduk MCI/LCI 5% penduduk) Mengambil preparat darah tebal yang diambil oleh imd Dilakukan setiap hari kerja

Page 14: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

C. Mass fever survey Sasaranya adalah semua penderita demam pada daerah klinis malaria Mengambil preparat darah tebal oleh JMD, diikut mass fever treatment yang

dibagi menjadi MFT konfirmasi dan MFT khusus

D. Surveilans parasit SMPI (sebelum musim penularan) Untuk menemukan dan mengobati penderita Dilakukan selama 4 hari dan diulang 10 hari kemudian Sasarannya adalah desa HCI/MCI Dilakukan 1-2 bulan sebelum dan sesudah musim penularan

E. Surveilans migrasi Sasarannya adalah semua peduduk yang datang dari daerah endemik Preparat diambil oleh JMD, jika hasilnya (+) maka dilakukan pengobatan radikal

F. Survei penatalaksanaan penderita Sasarannya adalah kabupaten/kota/puskesmas endemik Metode: check list Dilakukan pada saat MP

Survei

Survei kualitas penyemprotan Surveilans pola vektor Surveilans sebelum musim penularan (SMP) Survei longitudinal entomologi Survei spot entomologi Surveilans status resistensi vektor Uji coba status resistensi klorokuin Audit program malaria

5.2 Pencegahan

I. Berbasis Masyarakat Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu

ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun kampanye masal untuk mengurangi sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk). Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, dengan mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan barang/wadah yang memungkinkan sebagai tempat air tergenang

Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah penularan

Page 15: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomik Anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang dan resistensi terhadap insektisida

II. Berbasis pribadi Pencegahan gigitan nyamuk antara lain

Tidak keluar rumah antara senja-malam hari, bila terpaksa keluar, sebaiknya menggunakan kemeja dan celana panjang berwarna terang karena nyamuk lebih menyukai warna gelap

Menggunakan repelan yang mengandung dimetilftalat atau zat anti-nyamuk lainnya

Membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi pintu dan jendela

Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide treated mosquito net)

Menyemprotkan kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat nyamuk bakar

Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemi meliputi Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitif terhadap klorokuin,

diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk org dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daerah sampai 4 minggu setelah meninggalkan tempat tersebut

Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan supresif, yaitu dengan meflokuin 5mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 100 mg/hari atau sulfadoksin 500 mg/pirimetamin 25 mg, 3 tablet sekali minum

Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil meliputi Klorokuin, bukan kontraindikasi Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/kgBB/minggu dan proguanil 3

mg/kgBB/hari untuk daerah yang masih sensitif klorokuin Meflokuin 5mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat kehamilan

untuk daerah dimana plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan

Informasi tentang donor darah. Calon donor darah yang datang ke daerah endemik dan berasal dari daerah nonendemik serta tidak menunjukkan keluhan dan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan darahnya selama 6 bulan sejak dia datang. Calon donor tersebut, apabila telah diberi pengobata profilaksis malaria dan telah menetap didaerah itu 6 bulan atau lebih serta tidak menunjukkan gejala klinis, diperbolehkan mendonorkan darahnya selama 3 tahun. Banyak penilitian melaporkan bahwa donor dari daerah daerah endemik malaria merupakan sumber infeksi

Page 16: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

III. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MALARIA

III.1 Definisi

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, mengigil, anemia dan splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun dengan komplikasi sistemik yang disebut malaria berat.

III.2 Etiologi dan Penularan

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi hewan seperti golongan burung, reptil dan mamalia. Termasuk genus plasmosdium dari famili plasmodidae.

Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami pembiakan aseksual pada hati dan di eritrosit. Pembiakan nyamuknya pada Anopheles betina. Sebagian besar nyamuk akan mengigit pada waktu senja-malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam-fajar.

Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya, Pl. Falciparum 7-14 hari, Pl. vivax dan ovale 8-14 hari, sedangkan Pl. malariae memerlukan waktu 7-30 hari. Masa inkubasi ini dapat memanjang karena berbagai faktor seperti pengobatan dan pemberian profilaksis dengan dosis yang tidak adekuat.

Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk, malaria daoat menjangkiti orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi vertikal. Metode penularan lainnya adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba jarum suntik yang sering bertukar jarum secara tdk steril. Model penularan yang terkhir adalah melalui tranfusi darah. Disebutkan dalam literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati

III.3 Patogenesis dan Patologi

Setelah melalui jaringan hati Pl. falciparum melepaskan 18-24 merozoit kedalam sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk dalam sel RES di limpa dan mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos dari filtrasi dan fagositosis di limpa akan menginvasi eritrosit. Selanjutnya parasit akan berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit. Bentuk asekseual parasit pada eritrosit inilah yang bertanggung jawab pada patogenesa terjadinya malaria pada manusia.

Page 17: SKENARIO 3 malaria IPT.docx

Patogenesa falsiparum dipengaruhi oleh faktor parasit (intensitas transmisi, densitas parasit dan virulensi parasit) dan faktor penjamu (tingkat endemisitas daerah tempat tinggal, genetik, usia, status nutrisi, dan status imunologi. Parasit dalam eritrosit secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jamI dan stadium matur pada 24 jam II. Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen RESA (Ring Erythrocyte Surgace Antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium matur. Permukaan membran EP stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk knob dengan Histidin Rich Protein-1 (HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila EP tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toksin malaria berupa GPI yaitu glikosilfosfatidilinositol yang merangsang pelepasan TNF α (IL-1) dari makrofag.