skenario 2 kedokteran komunitas

30
Haya Farah Khansa 1102012110 LI.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KLB 1.1. DEFINISI KLB Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang sring kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4 Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Wabah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah Sementara itu, perbedaan wabah dengan KLB adalah bahwa Wabah haruslah mencakup 4 hal : 1. Jumlah kasus yang besar 2. Daerah yang luas 3. Waktu yang lama 4. Dampak yang berat Epidemi Kenaikkan kejadian suatu penyakit yang berlangsung cepat dan dalam jumlah insidens yang di perkirakan.Contohnya : Filariasis jenis epidemic yang di kenal: Common sours(exposure) epidemics,karena adanya satu sumber penularan. Propagated(progressive)epidemic,karena adanya banyak sumber penularan akibat person to person transmission. Pandemi Pandemi adalah Penyakit yang berjangkit menjalar ke beberapa Negara atau seluruh benua.Contohnya :H1N1 2009 (Flu Babi) 1.2. KRITERIA KLB 1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal 2. Peningkatan kerjadian penyakit terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut penyakitnya (jam,hari,minggu) 3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya Peraturan Menteri Kesehatan RI No . 949/ MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa (KLB) : timbulnya atau meningkatnya kejadian Kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Penetapan KLB dapat dilakukan oleh Kepala Daerah setempat. Harus pula ditentukan KLB dalam aspek tempat, waktu dan orang nya, supaya program penanggulangannya berjalan baik. 1) Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu. Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB berlangsung), yang digambarkan dalam suatu kurva epidemik. Kurva epidemik adalah suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah. Kurva ini digambarkan dengan axs horizontal adalah saat mulainya sakit dan sebagai axis vertikal adalah jumlah kasus. 1

Upload: haya-farah

Post on 15-Jan-2016

108 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

LI.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KLB1.1. DEFINISI KLB Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang sring kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4 Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.Wabah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabahSementara itu, perbedaan wabah dengan KLB adalah bahwa Wabah haruslah mencakup 4 hal :1. Jumlah kasus yang besar2. Daerah yang luas3. Waktu yang lama4. Dampak yang beratEpidemiKenaikkan kejadian suatu penyakit yang berlangsung cepat dan dalam jumlah insidens yang di perkirakan.Contohnya : Filariasisjenis epidemic yang di kenal:• Common sours(exposure) epidemics,karena adanya satu sumber penularan.• Propagated(progressive)epidemic,karena adanya banyak sumber penularan akibat person to person transmission.Pandemi

Pandemi adalah Penyakit yang berjangkit menjalar ke beberapa Negara atau seluruh benua.Contohnya :H1N1 2009 (Flu Babi)

1.2. KRITERIA KLB

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal2. Peningkatan kerjadian penyakit terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut penyakitnya

(jam,hari,minggu)3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka

rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya

Peraturan Menteri Kesehatan RI No . 949/ MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa (KLB) : timbulnya atau meningkatnya kejadian Kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.      Penetapan KLB dapat dilakukan oleh Kepala Daerah setempat. Harus pula ditentukan KLB dalam aspek tempat, waktu dan orang nya, supaya program penanggulangannya berjalan baik.1) Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu.Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB berlangsung), yang digambarkan dalam suatu kurva epidemik.Kurva epidemik adalah suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah. Kurva ini digambarkan dengan axs horizontal adalah saat mulainya sakit dan sebagai axis vertikal adalah jumlah kasus.Kurva epidemik dapat digunakan untuk tujuan :

a. Menentukan / memprakirakan sumber atau cara penularan penyakit dengan melihat tipe kurva epidemik tersebut (common source atau propagated).

b. Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus awal (index case). Dengan cara menghitung berdasarkan masa inkubasi rata-rata atau masa inkubasi maksimum dan minimum.

2) Deskripsi Kasus Berdasarkan TempatTujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat pekerjaan). Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber penularan. Agar tujuan tercapai, maka kasus dapat dikelompokan menurut daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus), tempat pekerjaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan (kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau melalui vektor (CDC, 1979; Friedman, 1980).

3) Deskripsi KLB Berdasarkan OrangTeknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan atau etiologi penyakit. Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat. Pada tahap dini kadang hubungan kasus dengan variabel orang ini tampak jelas. Keadaan ini memungkinkan memusatkan perhatian pada satu atau beberapa variabel di atas. Analisis kasus berdasarkan umur harus selalu dikerjakan, karena dari age spscific rate dengan frekuensi dan beratnya penyakit. Analisis ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis mengenai penyebab penyakit atau sebagai kunci yang digunakan untuk menentukan sumber penyakit

1

Page 2: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

1.3. KLASIFIKASI KLBa. Menurut Penyebab:

Entero toxin : misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella.Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens.Endotoxin : Infeksi, Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing, Toksin Biologis, Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan, Toksin Kimia.Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), cyanide, nitrit, pestisida.Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN.

b. Menurut Sumber KLBManusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus,Protozoa, Virus Hepatitis.Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/planktonSerangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

c. Menurut Penyakit wabahBeberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah:Kholera, Pes, Demam kuning, Demam bolak-balik, Tifus bercak wabah, DBD, Campak, Polio, DPT, Rabies, Malaria, Influensa, Hepatitis, Tipus perut, Meningitis, Encephalitis, SARS, Anthrax

3.1. PENANGGULANGANPenanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002). 

Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).

Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)

Pencegahan terjadinya wabah/KLBa. Pencegahan tingkat pertama

Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin dengan cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit dan menghilangkan sumner penularan.

Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan lingkungan biologis seperti pemberntasan serangga dan binatang pengerat serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga.

Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status gizi,kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan status psikologis.

b. Pencegahan tingkat keduaSasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas) dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.

2

Page 3: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

c. Pencegahan tingkat ketigaBertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya rehabilitasi.

d. Strategi pencegahan penyakitDilakukan usaha peningkatan derajad kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan serta rehabilitasi lingkungan.

Faktor penyebab KLB

1. Herd Immunity yang rendahYang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak kebal lagi, atau antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.

2. PatogenesitiKemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.

3. Lingkungan Yang BurukSeluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut.

Wabah terjadi karena 2 keadaan : Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu

populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.

Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara.

LI.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FREKUENSI MORDIBILITAS DAN MORTALITAS

Insidensi

Adalah gambaran tentang frekwensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang data tentang jumlah penderita baru. Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru (Population at Risk ). Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

1. Incidence Rate

Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan. Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat menjadi sakit. Periode waktu adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat hingga menjadi sakit.Rumus incidence rate:

Manfaat Incidence Rate adalah :a. Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapib. Mengetahui resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapic. Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Insidens kumulatif (Incidence Risk)

Probabilitas individu berisiko berkembang menjadi penyakit dalam periode waktu tertentu. Berarti rata-rata risiko seorang individu terkena penyakit Denominator haruslah terbebas dari penyakit pada permulaan periode (observasi atau tindak lanjut)a. Subyek bebas dari penyakit pada awal studib. Subyek potensial untuk sakitc. Sedikit atau tidak ada kasus yang lolos dari pengamatan karena kematian, tidak lama berisiko, hilang dari pengamatan.d. Tidak berdimensi, dinilai dari nol sampai satue. Merujuk pada individuf. Mempunyai periode rujukan waktu yang ditentukan dengan baik

Rumus incidence risk

3

Jumlah penderita baru x K (100%/ 1000‰)Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit

Jumlah kasus insidens selama periode waktu tertentu . Jumlah penduduk yang berisiko pada permulaan waktu

Page 4: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

3. Attack Rate

Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.Manfaat Attack Rate adalah memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit. Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan Penularan Penyakit tersebut.Rumus attack rate:

4. Secondary Attack Rate

Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan pertama. Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi yang kecil ( misalnya dalam Satu Keluarga ).Rumus secondary attack rate:

Prevalensi

Adalah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka prevalensi digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang / penduduk yang kebal atau penduduk dengan resiko (Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa angka prevalensi sebenarnya bukan suatu rate yang murni, karena penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan. Prevalens tergantung pada 2 faktor :

1. Berapa banyak orang jumlah orang yang telah sakit2. Durasi/lamanya penyakit

Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Period Prevalen Rate

Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan. Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.Rumus period prevalen rate

2. Point Prevalen Rate

Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Rumus point prevalen rate:

Hubungan Antara Insidensi Dan PrevalensiAngka Prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit/durasi penyakit. lamanya sakit/durasi penyakit adalah periode mulai didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit tersebut yaitu : sembuh, mati ataupun kronis.Hubungan ketiga hal tersebut dabat dinyatakan dengan rumus: P = I x D

4

Jumlah penderita baru dalam satu saat x K (100%/ 1000‰)Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tsb pada saat yang sama

Jumlah penderita baru pada serangan kedua x K (100%/ 1000‰)Jumlah penduduk2 yg terkena serangan pertama

Jumlah penderita lama & baru x K (100%/ 1000‰) Jumlah penduduk pertengahan

Jumlah penderita lama & baru saat itu x K (100%/ 1000‰) Jumlah penduduk saat itu

Page 5: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

P = Prevalensi I = Insidensi L= Lamanya Sakit

Rumus hubungan insidensi dan prevalensi tersebut hanya berlaku jika dipenuhi 2 syarat, yaitu 1. Nilai insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan, tidak menunjukkan perubahan yang

mencolok.2. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil : Tidak menunjukkan perubahan yang terlalu

mencolok.

Untuk Mengukur Masalah Kematian ( Angka Kematian/ Mortalitas )

Dewasa ini di seluruh dunia mulai muncul kepedulian terhadap ukuran kesehatan masyarakat yang mencakup penggunaan bidang epidemiologi dalam menelusuri penyakit dan mengkaji data populasi. Penelusuran terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi status kesehatan penduduk paling baik dilakukan dengan menggunakan ukuran dan statistik yang distandardisasi, yang hasilnya kemudian juga disajikan dalam tampilan yang distandardisasi.Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk Kematian. Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang menyebabkan kematian, yaitu :a. Degenerasi organ vital & kondisi terkait.b. Status penyakit.c. Kematian akibat lingkungan atau masyarakat ( bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan, bencana alam, dsb.)Macam – macam / jenis angka kematian (Mortality Rate/Mortality Ratio) dalam Epidemiologi antara lain :

Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )

Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu ( umumnya 1 tahun ) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan.Istilah crude digunakan karena setiap aspek kematian tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variabel lain.Rumus : CDR/AKK=jml seluruh kematian : jml penduduk pertengahan x XK

Perinatal Mortality Rate (PMR) / Angka Kematian Perinatal (AKP)

PMR adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. ( WHO, 1981 ).Manfaat PMR adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya PMR adalah :a. Banyaknya Bayi BBLRb. Status gizi ibu dan bayic. Keadaan social ekonomid. Penyakit infeksi, terutama ISPAe. Pertolongan persalinan

Rumus : PMR/AKP=jml kematian janin yg dilahirkan pd usia kehamilan 28 minggu+dg jml kematian bayi yg berumur kurang dr 7 hari yg di catat selama 1tahun : jml bayi lahir hidup pd tahun yg sama x XK

Neonatal Mortality Rate ( NMR ) = Angka Kematian Neonatal (AKN)

Adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.Manfaat NMR adalah untuk mengetahui :a. Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal.b. Program imunisasi.c. Pertolongan persalinan.d. Penyakit infeksi, terutama saluran napas bagian atas.

Rumus :NMRAKN=jml kematian bayi umur kurang dr 28 hari : jml lahir hidup pd tahun yg sama x XK

Infant Mortality Rate (IMR) / Angka Kematian Bayi ( AKB)

Adalah jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.Manfaat IMR adalah sebagai indikator yg sensitive terhadap derajat kesehatan masyarakat.Rumus :IMR/AKB=jml kematian bayi umur 0-1 th : jml kelahiran hidup pd th yg sama x XK

5

Page 6: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

Under Five Mortality Rate ( Ufmr ) / Angka Kematian Balita

Adalah jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama. Manfaat UFMR adalah untuk mengukur status kesehatan bayi.Rumus :UFMR=jml kematian balita yg cacat dlm 1 thn : jml penduduk balita pd thn yg sama x XK

Angka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)

Angka kematian pascaneonatal diperlukan untuk menelusuri kematian di Negara belum berkembang , terutama pada wilayah tempat bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya akibat malnutrisi, defisiensi nutrisi, dan penyakit infeksi. Postneonatal Mortality Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 28 hari sampai 1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun. Rumus : pasca-neonatal mortality rate=jml kematian bayi usia 28 hari-1 thn : jml kelahiran hidup pd thn yg sama x XK

Angka Kematian Janin / Angka Lahir Mati (Fetal Death Rate)

Istilah kematian janin penggunaannya sama dengan istilah lahir mati. Kematian janin adalah kematian yang terjadi akibat keluar atau dikeluarkannya janin dari rahim, terlepas dari durasi kehamilannya. Jika bayi tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda – tanda kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan meninggal. Tanda –tanda kehidupan biasanya ditentukan dari Pernapasan, Detak Jantung, Detak Tali Pusat atau Gerakan Otot Volunter.Angka Kematian Janin adalah proporsi jumlah kematian janin yang dikaitkan dengan jumlah kelahiran pada periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun.Rumus :Angka kematian janin=jml kematian janin dlm periode tertentu : total kematian janin+janin lahir hidup periode yg samax XK

Maternal Mortality Rate ( Mmr ) / Angka Kematian

Adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan :

a. Sosial ekonomib. Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifasc. Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamild. Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas

Rumus : MMR=jml kematian ibu hamil, persalinan&dan nifas dlm 1 thn : jml lahir hidup pd thn yg samax XK

Age Spesific Mortality Rate ( ASMR / ASDR )

Manfaat ASMR/ASDR adalah :a. Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan melihat kematian tertinggi

pada golongan umur.b. Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah.c. Untuk menghitung rata – rata harapan hidup.

Cause Spesific Mortality Rate ( CSMR )

Yaitu jumlah seluruh kematian karena satu sebab penyakit dalam satu jangka waktu tertentu (1tahun ) dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut.Rumus : CSMR=jml seluruh kematian karena sebab penyakit tertentu : jml penduduk yg mungkin terkenapenyakit pd pertengahan tahunx XK

Case Fatality Rate ( CFR )

Adalah perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu penyebab penyakit tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama. Digunakan untuk mengetahui penyakit –penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi.Rumus : CFR=jml kematian karena penyakit tertentu : jml seluruh penderita penyakit tersebutx XK

LI.3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PERILAKU KESEHATAN INDIVIDU/ MASYARAKAT DALAM MENCARI PENGOBATAN

Menurut Levey dan Loomba dalam Ilyas (2003), yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (1993), perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun

6

Page 7: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat bervariasi (Ilyas, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut:

a. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Dengan alasan antara lain : (a) bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari, (b) bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya,

(c) fasilitas kesehatan yang dibutuhkan tempatnya sangat jauh, petugas kesehatan

kurang ramah kepada pasien, (d) takut disuntik dokter dan karena biaya mahal.b. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan

kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian obat keluar tidak diperlukan.c. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional

remedy), seperti dukun.d. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist

shop) dan sejenisnya, termasuk tukang-tukang jamu.e. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang diadakan oleh pemerintah

atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai

pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.f. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan khusus yang diselenggarakan oleh

dokter praktek (private medicine).Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2007), ada tiga faktor-faktor

penting dalam mencari pelayanan kesehatan yaitu : (1) mudahnya menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia, (2) adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada dan (3) adanya kebutuhan pelayanan kesehatan.

Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Andersen dalam Notoatmodjo (2007) mendeskripsikan model sistem kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (behaviour model of health service utilization). Andersen mengelompokkan faktor determinan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan ke dalam tiga kategori utama, yaitu :1. Karakteristik predisposisi (Predisposing Characteristics)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok :

a. Ciri-ciri demografi, seperti : jenis kelamin, umur, dan status perkawinan.b. Struktur sosial, seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan

sebagainya.c. Kepercayaan kesehatan (health belief), seperti pengetahuan dan sikap serta

keyakinan penyembuhan penyakit.2. Karakteristik kemampuan (Enabling Characteristics)

7

Page 8: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

Karakteristik kemampuan adalah sebagai keadaan atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Andersen membaginya ke dalam 2 golongan, yaitu :

a. Sumber daya keluarga, seperti : penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk. Menurut Andersen semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.

3. Karakteristik kebutuhan (Need Characteristics)Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling langsung

berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen dalam Notoatmodjo (2007) menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari kebutuhan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu :

a. Penilaian individu (perceived need), merupakan penilaian keadaan kesehatan yang paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang diderita.

b. Penilaian klinik (evaluated need), merupakan penilaian beratnya penyakit dari dokter yang merawatnya, yang tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter (Ilyas, 2003)

Menurut Dever (1984) faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan adalah :

a. Faktor Sosiokultural yang terdiri dari : (1) norma dan nilai sosial yang ada di masyarakat, dan (2) teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.

b. Faktor Organisasi yang terdiri dari : (1) ketersediaan sumber daya. Yaitu sumber daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. (2) keterjangkauan lokasi. Keterjangkauan lokasi berkaitan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan. (3) keterjangkauan sosial. Dimana konsumen memperhitungkan sikap petugas kesehatan terhadap konsumen. (4) karakteristik struktur organisasi formal dan cara pemberian pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai struktur organisasi yang formal misalnya rumah sakit.

c. Faktor Interaksi Konsumen-Petugas Kesehatan (1) Faktor yang berhubungan dengan konsumen

Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan pelayanan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh : (a) faktor sosiodemografi, yaitu umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga dan status sosial ekonomi, (b) faktor sosio psikologis, yaitu persepsi sakit, gejala sakit, dan

keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter, (c) faktor epidemiologis,

yaitu mortalitas, morbiditas, dan faktor resiko.(2) Faktor yang berhubungan dengan petugas kesehatan yang terdiri dari :

(a) faktor ekonomi, yaitu adanya barang substitusi, serta adanya keterbatasan pengetahuan konsumen tentang penyakit yang dideritanya, (b) karakteristik dari petugas kesehatan yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas dan fasilitas yang dipunyai pelayanan kesehatan tersebut.

LI. 4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN IMUNITAS

MUTU PELAYANAN KESEHATAN

"Mutu” adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasen ditingkatkan mendekati hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan (JCAHO 1993). Definisi tersebut semula melahirkan 12 faktor-

8

Page 9: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan, belakangan dikonversi menjadi dimensi ‘mutu kinerja’ (performance) yang dituangkan dengan spesifikasi seperti dibawah ini:

1. Kelayakan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang dilakukan relevan terhadap kebutuhan klinis pasen dan memperoleh pengetahuan yang berhubungan dengan keadaannya.

2. Kesiapan adalah tingkat dimana kesiapan perawatan atau tindakan yang layak dapat memenuhi kebutuhan pasen sesuai keperluannya.

3. Kesinambungan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan bagi pasen terkoordinasi dengan baik setiap saat, diantara tim kesehatan dalam organisasi

4. Efektifitas adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan terhadap pasen dilakukan dengan benar, serta mendapat penjelasan dan pengetahuan sesuai dengan keadaannya, dalam rangka memenuhi harapan pasien.

5. Kemanjuran adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang diterima pasen dapat diwujudkan atau ditunjukkan untuk menyempurnakan hasil sesuai harapan pasen.

6. Efisiensi adalah ratio hasil pelayanan atau tindakan bagi pasen terhadap sumber-sumber yang dipergunakan dalam memberikan layanan bagi pasien.

7. Penghormatan dan perhatian adalah tingkat dimana pasen dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang perawatan dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan pasen serta harapan-harapannya dihargai.

8. Keamanan adalah tingkat dimana bahaya lingkungan perawatan diminimalisasi untuk melindungi pasen dan orang lain, termasuk petugas kesehatan.

9. Ketepatan waktu adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan diberikan kepada pasen tepat waktu sangat penting dan bermanfaat.

Program Pokok Puskesmas

1. Promosi Kesehatan (Promkes)

a. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

b. Sosialisasi Program Kesehatan

c. Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :

a. Surveilens Epidemiologi

b. Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS (Infeksi Menular Seksual), Rabies

3. Program Pengobatan :

a. Rawat Jalan Poli Umum

b. Rawat Jalan Poli Gigi

c. Unit Rawat Inap : Keperawatan, Kebidanan

d. Unit Gawat Darurat (UGD)

e. Puskesmas Keliling (Puskel)

4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),

b. Persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun

5. Upaya Peningkatan Gizi

a. Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi

6. Kesehatan Lingkungan :

a. Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi pemerintah

b. Survey Jentik Nyamuk

7. Pencatatan dan Pelaporan :

a. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

Program Tambahan/Penunjang Puskesmas :Program penunjang ini biasanya dilaksanakan sebagai kegiatan tambahan, sesuai kemampuan sumber daya manusia dan material puskesmas dalam melakukan pelayanan

1. Kesehatan Mata : pelacakan kasus, rujukan2. Kesehatan Jiwa : pendataan kasus, rujukan kasus3. Kesehatan Lansia (Lanjut Usia) : pemeriksaan, penjaringan4. Kesehatan Reproduksi Remaja : penyuluhan, konseling5. Kesehatan Sekolah : pembinaan sekolah sehat, pelatihan dokter kecil6. Kesehatan Olahraga : senam kesegaran jasmani

9

Page 10: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

Target Indikator Pelayanan Minimal Puskesmas Pelayanan Kesehatan Dasar :

a. Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 95 % pada Tahun 2015;b. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80 % pada Tahun 2015;c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

kebidanan 90% pada Tahun 2015;d. Cakupan pelayanan nifas 90% pada Tahun 2015;e. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% pada Tahun 2010;f. Cakupan kunjungan bayi 90%, pada Tahun 2010;g. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100% pada Tahun 2010;h. Cakupan pelayanan anak balita 90% pada Tahun 2010;i. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga

miskin 100 % pada Tahun 2010;j. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100% pada Tahun 2010;k. Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100 % pada Tahun 2010;l. Cakupan peserta KB aktif 70% pada Tahun 2010;m. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100% pada Tahun 2010;n. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100% pada Tahun 2015.

Pelayanan Kesehatan Rujukan

1. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 100% pada Tahun 2015;

2. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota 100 % pada Tahun 2015.

Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa /KLB

1. Cakupan Desa/ Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam 100% pada Tahun 2015.

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 1. Cakupan Desa Siaga Aktif 80% pada Tahun 2015.

KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatanderajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :

• Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.

• Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.

• Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.

• Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.• Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi

masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.Target Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat pada tahun 2014 dalam program gizi serta kesehatan ibu dan anak yaitu : 

• Ibu hamil mendapat pelayanan Ante Natal Care (K1) sebesar 100%.• Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih sebesar 90%.• Cakupan peserta KB aktif sebesar 65%.• Pelayanan kesehatan bayi sehingga kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 90% dan KN Lengkap (KN1,

KN2, dan KN3) sebesar 88%.• Pelayanan kesehatan anak Balita sebesar 85%.

10

Page 11: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

• Balita ditimbang berat badannya (jumlah balita ditimbang/balita seluruhnya (D/S) sebesar 85%).• ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 80%.• Rumah Tangga yang mengonsumsi Garam Beryodium sebesar 90%.• Ibu hamil mendapat 90 Tablet Tambah Darah sebesar 85% dan Balita usia 6-59 bulan mendapatkan Kapsul

Vitamin A sebanyak 85%.• Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap kepada bayi 0-11 bulan sebesar 90 %.• Penguatan Imunisasi Rutin melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional (GAIN) UCI, sehingga desa dan

kelurahan dapat mencapai Universal Child Immunization (UCI) sebanyak 100%.

Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung terwujudnya Desa dan Kelurahan Siaga aktif sebesar 80%

P2M (Pemberantasan Penyakit Menular)

Berkaitan dengan penanggulangan penyakit menular, maka Dinas Kesehatan bertugas mengembangkan segala potensi yang ada untuk menjalin kemitraan dan kerja sama semua pihak yang terkait serta memfasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam pelaksanaan manajemen program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta mengupayakan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).Selain itu dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dan dengan menyesuaikan tugas pokok dan fungsi serta uraian kegiatan program P2M, maka strategi operasional yang dilakukan dalam penanggulangan pemberantasan penyakit menular  diantaranya melalui :1.      Pemantapan kelembagaan unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dalam penanggulangan penyakit menular  dengan strategi DOTS;2.      Peningkatan mutu pelayanan di semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta;3.    Penggalangan kemitraan dengan organisasi profesi, lintas sektoral,  Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), institusi pendidikan, dan lain-lain;4.    Pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendorong kemandiriannya untuk mengatasi masalah TBC;5.     Penelitian dan pengembangan melalui penelitian lapangan atau kerja sama dengan institusi pendidikan, LSM, organisasi profesi dan lain-lain dalam upaya penanggulangan penyakit menular.Sedangkan kegiatan yang dilakukan program P2M di Dinas Kesehatan Propinsi adalah :1.      Meningkatkan upaya penemuan penderita di RS;2.      Meningkatkan peran PKD dalam penemuan tersangka penderita;3.      Meningkatkan upaya penemuan penderita melalui pesantren;4.      Meningkatkan penemuan penderita di tempat kerja;5.      Meningkatkan peran Lapas dalam penemuan penderita; Meningkatkan peran serta PKK, Muhammadiyah/ Aisyiah/ Fatayat/ NU dan6.      Meningkatkan petugas PTO dan pengelola Program TBC.

Seksi Yang Terkait Dengan Program P2MSalah satu misi program penanggulangan penyakit menular  dan merupakan tugas pokok dan fungsi pelaksana program P2M adalah meningkatkan kemitraan dan melakukan koordinasi lintas program maupun lintas sektor yang terkait dengan program P2M.Seksi Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular (Seksi P2M) adalah yang bertanggung jawab dan mempunyai tugas menyediakan bahan rencana dan program kerja, pelaksanaan, pelayanan, fasilitasi teknis, pemantauan dan evaluasi, pelaporan bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Pemutusan Mata Rantai Penularan melalui Pemberantasan Vektor.10 Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular yang dilaksanakan oleh seksi P2M meliputi beberapa program yaitu program HIV/ AIDS, TBC, Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Kusta, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Diare, dan Kecacingan (filariasis).Pada struktur organisasi Dinas Kesehatan, lintas program yang terkait dengan program P2M adalah :Seksi Penyehatan Lingkungan (PL)-        Seksi Upaya Kesehatan Khusus dan Penunjang Medik (UKK)-        Seksi Upaya Kesehatan Rujukan (UKR)-        Seksi Pengembangan Promosi Kesehatan (Promkes)-        Seksi Pengembangan Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat (PKPM), dan-        Seksi Kesehatan Kerja dan Kesehatan Institusi (K3I).Selain itu program P2M juga terkait dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan dan Laboratorium Kesehatan.Berikut Uraian Tugas dan Rincian Kegiatan Program P2M seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menulara.       Uraian Tugas :-        Menyediakan bahan rencana dan program Kerja bidang P2M-        Melaksanakan Koordinasi pelaksanaan dan pelayanan bidang P2M-        Melaksanakan fasilitasi teknis bidang P2M-        Melaksanakan pemantauan dan evaluasi bidang P2M-        Menyediakan bahan pelaporan bidang P2Mb.      Rincian Kegiatan :

11

Page 12: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

-        Menghimpun, mengolah dan menganalisa data program salah satu jenis penyakit menular dari Kabupaten/ Kota, RS, dan BP4-        Menghimpun, mengolah dan menganalisa serta merencanakan kebutuhan Obat-obatan, Membuat perencanaan kegiatan program tahunan-        Menyiapakan bahan rencana renstra program P2M-        Melakukan koordinasi dengan Labkesda/ Lintas program/ Lintas sektor/ LSM yang terkait dengan program P2M-        Menyelenggarakan pertemuan dengan lintas program / Lintas Sektor dan LSM untuk mendukung program P2M-        Melaksanakan fasilitasi teknis program P2M ke puskesmas, kabupaten/ kota, BP4 dan RS.-        Monitoring & evaluasi (monev) pelaksanaan program P2M di daerah-        Menyelenggarakan pertemuan monev dengan kabupaten/ kota-        Monev hasil pertemuan dengan lintas sektor/ lintas program-        Melaksanakan kajian pencapaian program P2M-        Membuat laporan kegiatan program

Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas, sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Visi, misi dan strategi tersebut sejalan dan bersama program kesehatan lainnya mengisi pembangunan kesehatan dalam kerangka Paradigma Sehat menuju visi Indonesia Sehat. Bilamana ditengok kembali hal ini sejalan dengan visi global.Visi Promosi Kesehatan adalah: “PHBS 2010”, yang mengindikasikan tentang terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut adalah benar-benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian, tetapi bukannya tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan dinamika atau gerak maju dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana baru (yang ingin dicapai). Visi tersebut juga menunjukkan bahwa bidang garapan Promosi kesehatan adalah aspek budaya (kultur), yang menjanjikan perubahan dari dalam diri manusia dalam interaksinya dengan lingkungannya dan karenanya bersifat lebih lestari.Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah: (1) Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat; (2) Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya phbs di masyarakat; (3) Melakukan advokasi kepada para pengambil keputusan dan penentu kebijakan. Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga menjelaskan fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Dari misi tersebut jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan serempak.

LI.5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SISTEM PERUJUKAN PUSKESMAS

Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat wal afiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentangan tersebut. Demikian pula sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. Secara umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe). Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik. Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan

perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat

ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan B.

12

Page 13: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan.

Secara lengkap dapat dirumuskan sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).

Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat. Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni :a. Rujukan medik

Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan.

b. Rujukan kesehatan masyarakatRujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,sarana dan operasional.

KriteriaPasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi.3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien

yang bersangkutan.4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana

kesehatan yang lebih mampu.

Sistem lintas program dan sektoralKerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara beberapa program dalam

bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa program terkait yangada di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program adalah untuk menggalangkerja sama dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja sama lintas sektoral.

Kerja sama lintas sektor melibatkan dinas dan orang- orang di luar sektor kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara langsungatau tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Kerja sama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikkut serta mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interpretasi informasi serta mengevaluasi. Lintas sektor kesehatanmerupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau bagian-bagian dari sektor yang berbeda, dibentuk utnuk mengambil tindakan pada suatu masalah agar hasil yang tercapaidengan cara yang lebih efektif, berkelanjutan atau efisien disbanding sektor kesehatan bertindak sendiri (WHO 1998). Prinsip kerja sama lintas sektor melalui pertalian dengan program di dalam dan di luar sektor kesehatan untuk mencapai kesadaran yang lebih besar terhadap konsekuensi kesehatan dari keputusan kebijakan dan praktek organisasisektor-sektor yang berbeda

Alur Rujukan

13

Page 14: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

Rumah sakit tipe A : Specialis dan sub specialis lebih luas, Top referral hospital Rumah sakit tipe B :  Specialis dan sub specialis terbatas, pelayanan rujukan dari kabupaten Rumah sakit tipe C : Spesialis terbatas, Pelayanan rujukan dari Puskesmas Rumah sakit tipe D : Pelayanan rujukan dari Puskesmas Rumah sakit tipe E : (rumah sakit khusus) : RS Jiwa, RS Jantung, RS Paru, kanker, Kusta.

LI.6. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ASPEK SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DALAM MENGAKSES PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

a. Perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

14

Page 15: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

b. Perilaku terbuka (overt behavior).Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKATPrinsip pendidikan kesehatan masyarakata. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja

dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikanb. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain karena pada

akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu keluarga, kelompok dan

masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.d. Penddikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan ( individu),keluarga, kelompok, dan

masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat.Dimensi sasaran

Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas

Dimensi tempat pelaksanaan Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja

Dimensi tingkat pelayanan kesehhatan Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ; Peningkatan gizi, perbaikan

sanitasi lingkungan , gaya hidup dan sebagainya Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection) missal : imunisasi Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnostic and promt

treatment ) missal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan

Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan latihan tertentu

METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKATa. Metode pendidikan individual ( perorangan)

Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan bedasarkan kesadaran penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut ( mengubah prilaku)

Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dan menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubhan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pngertian dan kesadara yang kuat apabila belum maka peru penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

b. Metode pendidikan kelompok Kelompok Besar : Ceramah, seminar kelompok Kecil : diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain storming), Bola salju ( snow

balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan peranan ( role play), Permainan simulasi ( simulation game ).

c. Metode pendidikan massa Ceramah umum ( public speaking) Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada

hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit

atau masalah kesehatan melalui tv atau radio Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun Tanya jawab / konsultasi

tentang kesehatan Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan poster

d. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan

pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu pendidikan : - Alat bantu lihat ( visual body) seperti Slide , film, film strip

Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita suara Alat bantu lihat dengar seperti : Televisi

e. Media Pendidikan KesehatanMedia pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan ( audio visual aids) disebut media pendidikan karena alat alat tersebut merupakan alat saluran ( channel) untuk menyampaikan

15

Page 16: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

kesehatan karena alat alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan pesa kesehatan ( media) media ini dibagi menjadi 3 : Cetak , elektronik. Media papan ( billboard)

ILMU PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATANKonsep perilakuSkinner ( 1938 ) seorang ahli perilaku mengemukakakn bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang ( stimulus) dan tanggapan ( respon) ia membagi menjadi 2 yaitu ;a. Respondent respons reflexive respons ialah yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu .perangsangan

semacam ini disebut elicting stimuli, karena menimbulkan respon respons yang relative tetap misalnya : makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur , cahaya yang kuat akan menimbulkan mata tertutup dll. Respondent respons ini mencakup juga emosi respons atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakan organism yang ersangkutan. Misalnya menangis karena sedih / sakit . muka merah sebaliknya hal hal yang mengenakan pun dapat menimbulkan perilaku emosinal misalnya tertawa, berjingkat jingkat karena senang.

b. Operant respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsangan perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organism. Oleh karena itu perangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan . Contoh : apabila memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain respons nya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

PERILAKU KESEHATANYaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit , system pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan mencangkup 4 yaitu :a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik pasif maupun aktif

perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan tingkatan pencegahan penyakit misalnya : Perilaku pencegahan penyakit ( health prevention behavior) respon utuk melaakukan pencegahan penyakit misalnya tidur dengan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasi

b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam pengetahuan , persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas ,petugas dan obat obatan

c. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung didalamnya

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri dengan bersih , pembuangan air kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat dengan pembersihan sarang saranng nyamuk ( vector) dll.

KLASIFIKASI PERILAKU a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan memelihara , meningkatkan dan

mencegah penyakit dengan tindakan tindakan perorangan seperti sanitasi, memilih makanan dn kebersihanb. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit dan kemampuan individu

untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut.c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang sakit untuk memperoleh

kesembuhan . perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan /kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap orang lain terutama anak anak yang belm mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatanya.

RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKITa. Bentuk pasif : respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat

oleh orang lain missal tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.b. Bentuk Aktif : yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung misalnya pada kedua contoh diatas

si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHIa. Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dllb. Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas peraturan peraturanc. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh masyarakat.

PERUBAHAN PERILAKUa. Teori Stimulus dan Transformasib. Teori teori belajar social ( social searching )

Tingkah laku sama ( same behavior )

16

Page 17: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior 0 Tingkah laku salinan ( copying behavior )

e. Teori belajar social dari bandara dan walter Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru melalui asosiasi sehingga

sesuai dengan tingkah laku model Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition ) dimana tingkah laku yang tidak

sesuai dengaan model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata

Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku MengobatiMayoritas masyarakat dengan pengetahuan kurang dan sedang (78%), sikap yang sedang (8%)

cenderung akan berobat ke puskesmas jika mereka telah menderita atau merasakan matanya sakit seperti gatal, mata merah, belekan, jika telah mengalami kebutaan, bila sudah tidak dapat bekerja , tidak dapat mengenali seseorang dalam jarak dekat maupun jauh, dan tidak bisa berjalan dengan baik. Mereka biasanya akan mengeluh sakit pada matanya sehingga mereka baru memeriksakan sakitnya ke puskesmas. Berdasarkan teori perilaku pencarian pelayanan kesehatan disebutkan bahwa perilaku orang yang sakit untuk memperoleh penyembuhan mencakup tindakan- tindakan seperti perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas/tempat pelayanan kesehatan (baik tradisional maupun modern). Tindakan ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan di luar negeri

Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih dahulu dengan membeli obat di warung seperti tetes mata, salep di apotik tanpa resep dari dokter, mereka hanya menanyakan kepada penjaga apotik obat mana yang biasa digunakan untuk mata merah, padahal dengan mereka membeli obat tanpa resep dokter belum tentu itu baik buat kesehatan mata, dan belum tentu obat tersebut tidak menimbulkan efek samping jika mengabaikan aturan pemakaian. Dan ada juga yang mengobati secara tradisional yaitu dengan mengompres mata dengan air hangat, air sirih, air teh, daun kelor dan air bambu. Di sisi lain masyarakat dengan pengetahuan baik (22%) dan bersikap baik (92%) berperilaku langsung mengobati ke puskesmas atau rumah sakit. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui apa yang akan terjadi jika terlambat dalam melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki dasar pengetahuan yang baik tentang kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika mengalami gangguan pada mata mereka langsung mengobati dengan rasional.

Pelayanan Kesehatan Modern1. Polindes.

Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI bidang kesehatan yang berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu karena hamil dan bersalin. Program ini merupakan program penyediaan fasilitas layanan kesehatan di desa yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Tiga tujuan utama program adalah:

sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB. sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan. sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, dukun bayi dan

kader kesehatan.Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim medis modern yang dalam proses

intervensi di masyarakat sasaran akan bertemu dengan sistim medis lokal tradisional. Dinamika dan proses komunikasi yang terjadi antara keduanya menghasilkan adopsi parsial program oleh masyarakat sasaran. Hal yang menarik dari data temuan lapangan adalah terdapat perbedaan perspektif antara program dan nilai-nilai lokal dalam menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan etiologi tentang sehat sakit. Program beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis dan model-model biomedis serta bekerja atas diktum preventif.

Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini program KIA di polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bagi pengetahuah lokal, kehamilan dan persalinan lebih dijelaskan dalam kerangka religius dan transendental sehingga campur tangan manusia dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks pemikiran ini, pemeliharaan dan perawatan dengan makna mencegah resiko sebalum terjadi tidak dikenal dan dianggap mendahului takdir yang memberi rasionalisasi rendahnya angka kunjungan konsultasi ibu selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada gilirannya hal ini menghambat deteksi dini resiko pada kehamilan ibu dan menghalangi upaya-upaya untuk mengatasinya. Pendekatan program yang cendrung tekhnikal medis membuat program menjadi keras dan impersonal bagi ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi setempat dan pola keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial setempat kedalam program dapat memberi keuntungan pada program dalam jangka panjang hingga program dapat menyediakan layanan yang lebih sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya memahami nilai-nilai budaya dan sistim sosial setempat memberi pemahaman tentang faktor- faktor yang menghambat diadopsinya program dan merancang strategi yang dapat mendukung program. Kata kunci: Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil bersalin, faklor sosial budaya.

2. Holistik ModernSudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan “holistik modern”. Dalam situasi

biaya pelayanan kesehatan umum sekarang ini sangat tinggi dan kadang-kadang terasa mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka untuk mendapatkan konsultasi dan pengobatan berbagai

17

Page 18: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

penyakit secara maksimum dengan akurat dan hemat, sudah saatnya masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan “Holistik Modern”.  

DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan pengembang layanan kesehatan holistik modern itu di Indonesia sejak tahun 1997, menjelaskan. Di bawah ini, kami tampilkan wawancara Kris Sadipun dari Bekasi Ekspres (BE) dengan DR.ASVIAL RIVAI (AR) di Kantor Pusat Holistik Moderen, Mall Belannova, Sentul City, Bogor, dalam bentuk tanya-jawab menyangkut keunggulan layanan kesehatan Holistik Moderen

BE: Apa yang dimaksud dengan layanan kesehatan “Holistik Modern”? AR: Itu hanya sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, banyak orang berkata begitu. Tapi

sebenarnya  “holistik modern” merupakan sebuah sebutan terhadap satu sistem pelayanan “terpadu” dalam memenuhi berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan  dan perbaikan tingkat kesehatan yang mungkin sudah rusak yang disebut sakit-sakitan. Layanan kesehatan “holistik modern” dalam arti yang sangat dalam, meliputi berbagai pelayanan termasuk layanan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, konsultasi kesehatan secara menyeluruh (baik fisik, emosional dan juga kejiwaan), perawatan / pengobatan penyakit-penyakit secara menyeluruh (juga fisik, emosional dan kejiwaan), pemberian nasehat dan anjuran-anjuran kesehatan secara menyeluruh (berlaku juga untuk kesehatan fisik, emosional dan kejiwaan), kontrol ulang serta bimbingan / tuntunan selama penyakit-penyakitnya belum sembuh atau selama masih dibutuhkan oleh sipenderita. Itu dilakukan secara terpadu oleh satu tenaga praktisi yang sudah dilatih untuk menekuni profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini, tanpa harus ambil darah, tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa buka-buka pakaian sangat etis.

Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan berbagai metode yang megacu pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan benar, sebagai satu pandangan lain nonmedis, yang merupakan terobosan baru dalam bidang kesehatan yang sangat sederhana tapi sangat efektif, yaitu ilmu iridology yang berasal atau ditemukan oleh seorang dokter medis di Eropa (yaitu satu ilmu pengetahuan bagaimana mendeteksi penyakit malalui tanda-tanda yang terjadi pada mata akibat adanya gangguan penyakit itu), Ilmu kinesiology yang berasal atau ditemukan oleh seorang ahli saraf  di Amerika (yaitu ilmu pengetahuan bagaimana mengetahui tingkat kesehatan organ-organ dan sistem tubuh melalui kelemahan yang terjadi pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal atau ditemukan oleh seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui dan memperbaiki tingkat penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui perobahan energy yang terjadi pada tubuh yang ditest dengan energy bunga-bungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara pendeteksian dan perawatan yang lain, seperti “heart lock”, “jump leading”, “universal energy”, “podorachidian” dan lain-lain.

3. Pelayanan Kesehatan TradisionalSekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah masyarakat yang

memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara pengobatan.

Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya  masyarakat menguntungkan

pengobatan tradisional.3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit tertentu.5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang berasal dari alam (back to

nature).6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional.

Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen tersebut.

Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai “traditional medicine” atau pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai “traditional

18

Page 19: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

healding”. Adapula yang menyebutkan“alternatif medicine”. Ada juga yang menyebutkan dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992;59).Dalam sehari-hari kita menyebutnya “pengobatan dukun”. Untuk memudahkan penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena dengan istilah ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan pengobatan di luarnya dan jugadapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang khas satu etnis (etno medicine).Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh pemerintah. Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun agama. Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa yang dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio dan batin.

Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan. Doa atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan pantangan.Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai dengan cepat.

Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.

LI.7. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HUKUM MENJAGA KESEHATAN DAN BEROBAT DALAM PANDANGAN ISLAM

Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut berkaitan dengankesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kayadengan tuntunan kesehatan.

Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;2. Afiat.

Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan "sehat". Afiat diartikan sehat dan kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi

Muhammad Saw.:Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.

Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip:Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.

Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222:

Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada orang yang membersihkan diri. Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw.adalah: “ Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS Al-Muddatstsir [74]: 4-5)”.

ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBAT

Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syari’at islam ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;

1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

19

Page 20: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

بالحرام تتداووا وال ، فتداووا ، دواء داء لكل وجعل ، والدواء الداء أنزل الله إن

‘’Sesungguhnya  Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram.’’ (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dha’if al-Jami’ 2643)

2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

قالوا : ( ) : واحد داء إال شفاء له وضع إال داء يضع لم الله فإن ، تداووا قال ؟ نتداوى أال الله رسول ياالهرم : ( ) قال ؟ هو وما الله رسول يا

‘’Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,’’berobatlah, karena sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya),’’ mereka bertanya,’’apa itu’’ ? Nabi bersabda,’’penyakit tua.’’ (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436)

1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:a.Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan jiwa adalah wajib.

b.Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.

c.Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.

d.Jika penyakit diduga kuat  mengakibatkan kelumpuhan total, atau  memperburuk penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.

2.  Berobat menjadi sunnah/ mustahab

Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular , maka berobat menjadi sunnah baginya.

3. Berobat menjadi mubah/ boleh

Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat

4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi

a. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.

b.Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah ini.

c.Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim  menjadi sadar dengan penyakit yang diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik tidak berobat.

d.Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan sebab kesabarannya.

Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat menjadi wajib.

5. Berobat menjadi haram

20

Page 21: Skenario 2 Kedokteran Komunitas

Haya Farah Khansa 1102012110

Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnyaKLB DALAM ISLAMDan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. As-Syura: 30)Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya dengan dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia pendurhaka.Bencana alam berupa letusan gunung api, banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena alam. Al-Qur’an menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang menimpa umat manusia itu disebabkan oleh “perbuatan tangan mereka sendiri”. Tentu saja kata ‘tangan’ sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat melibatkan panca indera, dan juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak, kehendak dan hawa nafsu manusia. Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang tasyri’ Allah seperti melanggar perkara yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin Allah (sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam lingkungan

Bahkan sebelum dunia mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkandalam salah satu sabdanya,

Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya

21