tentir pleno - modul ilmu kedokteran komunitas 2012

29
1 TENTIR PLENO MODUL ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS 2012 T-01 Studi Kasus Tika Ayu Pratiwi Venny Christina A. T-02 Evaluasi Program Anggi Puspita N. Pohan Fitriana Nur Rahmawati T-03 Plant Survey Herliani Dwi Putri H. Nila Purnama Sari T-04 Diagnosis Komunitas Karina Kalani Firdaus Sheli Azalea T-05 Sistem Kesehatan Nasional Ade Ilyas Mukmin Monika Besty Yolanda T-06 Kompetensi Budaya Dina Elita T-07 Perancangan Klinik Strategis Rido Prama Eled T-08 Community Development Kabisat Fabiachrulia Ratoe Suraya T-01 STUDI KASUS Apa yang dimaksud dengan sehat ? Sehat adalah kondisi di mana seseorang memiliki fisik, mental, dan sosial yang baik sehingga mampu produktif secara sosial dan ekonomi (Menurut UU No. 23 tahun 1992). Ketika kita ingin menilai status kesehatan seseorang, maka banyak sekali teori yang bisa digunakan. 1. Triad Epidemiology (Host-Agent-Environment) 2. Konsep Blum (Kesehatan dipengaruhi oleh Lingkungan, Perilaku, Pelayanan Kesehatan, dan Genetik) 3. Mandala of Health (Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh Ekosistem) Dalam pembahasan studi kasus ini, akan digunakan Mandala of Health untuk menilai kondisi kesehatannya. Nah, ini gambaran dari Mandala of Health... - Pertama, kita lihat pasien sebagai individu secara utuh. Kita lihat tiga hal yang menyusun dirinya, yaitu Body, Spirit, dan Mind.

Upload: jesse-estrada

Post on 23-Dec-2015

113 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

tentir

TRANSCRIPT

Page 1: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

1

TENTIR PLENO MODUL ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS 2012

T-01 Studi Kasus

Tika Ayu Pratiwi

Venny Christina A.

T-02 Evaluasi Program

Anggi Puspita N. Pohan

Fitriana Nur Rahmawati

T-03 Plant Survey

Herliani Dwi Putri H.

Nila Purnama Sari

T-04 Diagnosis Komunitas

Karina Kalani Firdaus

Sheli Azalea

T-05 Sistem Kesehatan Nasional

Ade Ilyas Mukmin

Monika Besty Yolanda

T-06 Kompetensi Budaya

Dina Elita

T-07 Perancangan Klinik Strategis

Rido Prama Eled

T-08 Community Development

Kabisat Fabiachrulia

Ratoe Suraya

T-01 STUDI KASUS

Apa yang dimaksud dengan sehat ?

Sehat adalah kondisi di mana seseorang memiliki fisik, mental, dan sosial yang baik

sehingga mampu produktif secara sosial dan ekonomi (Menurut UU No. 23 tahun 1992).

Ketika kita ingin menilai status kesehatan seseorang, maka banyak sekali teori yang bisa

digunakan.

1. Triad Epidemiology (Host-Agent-Environment)

2. Konsep Blum (Kesehatan dipengaruhi oleh Lingkungan, Perilaku, Pelayanan

Kesehatan, dan Genetik)

3. Mandala of Health (Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh Ekosistem)

Dalam pembahasan studi kasus ini, akan digunakan Mandala of Health untuk menilai

kondisi kesehatannya.

Nah, ini gambaran dari Mandala of Health...

- Pertama, kita lihat pasien sebagai individu secara utuh. Kita lihat tiga hal yang

menyusun dirinya, yaitu Body, Spirit, dan Mind.

Page 2: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

2

- Kemudian kita lihat dari keluarga dan komunitas. Ternyata terdapat hubungan antara

kedua komponen ini, sehingga membentuk empat hal yaitu Perilaku personal,

Lingkungan Fisik, Lingkungan Sosio-Ekonomi, dan Human Biology.

- Nah, untuk hal yang terbentuk dalam komunitas sendiri terbentuk dari kombinasi hal

sebelumnya, yaitu :

o Sick Care System = Human Biology + Personal Behavior

o Life style = Lingkungan Sosio-Ekonomi + Personal Behavior

o Lingkungan Kerja = Lingkungan Sosio-Ekonomi + Lingkungan Fisik

o Human Made Environment = Jumlah semua komponen

Kemudian dilanjutkan dengan Diagnosis Holistik di mana kita melihat pasien dari Bio-

Phsyco-Social nya. Kenapa? Kan biasanya yang sakit adalah fisiknya. Karena penyakit

tidak hanya disebabkan oleh kelainan fisik. Kadangkala dimensi psikologi dan sosial pasien

turut berperan dalam menimbulkan manifestasi penyakit fisik. Sehingga jika kita menilai

seluruh dimensi tersebut dan berusaha menyelesaikan masalah dilihat dari hal-hal tadi,

maka penyelesaian masalahnya juga akan lebih efektif.

Nah, dalam memudahkan kita melakukan diagnosis secara holistik, kita bisa menilai pasien

melalui lima aspek.

1. Aspek Personal Apa sih yang membuat pasien datang ke dokter ?

2. Aspek Klinis Tentukan apa penyakit yang dialami oleh pasien !

3. Aspek Internal Kok bisa pasien menderita penyakit itu ? So, lihat dari pribadi

pasien dulu. Bagaimanakah perilaku pasien ? Apakah ia punya masalah psikologi ?

4. Aspek Eksternal Apakah pasien punya masalah dengan lingkungan sekitarnya

(keluarga, tetangga, atau teman) ?

5. Status Fungsional Dalam memberikan terapi ke pasien, kita harus tahu, pasien

dalam tahap/kondisi seperti apa. Sehingga tatalaksana yang diberikan bisa sesuai.

Ada 5 kategori status fungsional :

Skala Fungsional Rincian

Skala 1 Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit; tidak ada kesulitan sama sekali dalam beraktivitas

Skala 2 Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari dan luar rumah (sedikit kesulitan)

Skala 3 Mampu melakukan perawatan diri dan mampu melakukan pekerjaan ringan (beberapa kesulitan)

Skala 4 Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat diri. Namun sebagian besar pekerjaan hanya duduk dan berbaring (banyak kesulitan

Skala 5 Perawatan diri dilakukan orang lain, tak mampu berbuat apa-apa, berbaring pasif

Yuk, sekarang kita lihat contoh kasusnya :

PEMICU: KECACINGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH

Ibu X datang ke Puskesmas bertemu dengan Anda yang sedang bekerja internship di

Puskesmas tersebut. Ibu X mengeluhkan anak laki-lakinya yang berusia 10 tahun, kelas 3

SD mengalami penurunan nilai pelajaran. Sebelumnya waktu di kelas 1 dan 2, anak ini

bintang pelajar dan masuk dalam 10 besar di kelasnya. Menurut walikelasnya, demikian

keterangan ibu, anak ini aktivitasnya baik di sekolah. Pada saat belajar, ia mencatat dengan

baik, meskipun harus seringkali maju ke depan untuk membaca tulisan di papan tulis. Pada

pemeriksaan fisik, status generalis anak ini normal. Berat badan 23,5 kg, tinggi badannya

124,4 cm. Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.

Data Tambahan

Visus OD:4/6, OS:4/6

Hb 11,5 gr/dl

Keluarga: tinggal dengan orangtua dan balita, imunisasi lengkap, jarang ke posyandu

setelah 2 tahun, tergolong ekonomi lemah, tergabung dalam JAMKESDA, mendapat

jaminan PKH

Rumah: desa, banyak tanah kosong, berlumpur saat hujan, tidak pakai sendal,

orangtua petani dan tamat SMP, tidak perhatian dengan pelajaran anak karena

dianggap dari sekolah sudah cukup

Sekolah: banyak tanah kosong, berlumpur saat hujan, dinding kelas rusak, jendela

terbuka membuat sinar matahari langsung masuk dan menyilaukan pandangan anak

yang duduk berlawanan, sedangkan anak yang lain harus menunduk karena gelap,

rotasi duduk tiap 6 bulan.

Diagnosis holistik

“Kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan dasar dan penyebab penyakit, luka,

serta kegawatan yang diperoleh dari keluhan, riwayat penyakit pasien, pemeriksaan, hasil

pemeriksaan penunjang, dan penilaian risiko internal dan eksternal dalam kehidupan pasien

dan keluarganya.”

1. Aspek personal

Subjektif: penurunan prestasi belajar

Kekhawatiran : takut ada gangguan kesehatan mata, takut keluar dari 10 besar

Harapan : nilai membaik dan sehat

2. Aspek klinis:

Miopia

tidak pakai sandal faktor risiko cacingan

suspek cacingan suspek anemia kognitif menurun

3. Aspek faktor risiko intrinsik individu: kebiasaan tidak menggunakan alas kaki

Page 3: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

3

4. Aspek faktor risiko eksternal: ekonomi lemah, pendidikan orang tua rendah,

kurang pengawasan orang tua terhadap proses belajar anaknya, rotasi duduk tiap 6

bulan, pencahayaan kelas kurang baik, dinding kelas rusak, lingkungan sekolah dan

rumah berlumpur jika hujan

5. Aspek skala penilaian fungsi sosial: aktivitas baik, main dengan teman-teman

(skor 1)

Diagnosis Keluarga

Keluarga

Suami istri dengan anak tertua usia > 6 tahun+balita keluarga inti

Interaksi dengan anggota keluarga kurang baik tidak perhatian terhadap

pendidikan

Analisis berdasarkan Mandala of health

1. Body, spirit, mind

keadaan tubuh pasien

status antropometri (TB 124,4/BB 23,5 kg), status generalis

2. Personal behavior (perilaku, kebiasaan)

Tidak menggunakan alas kaki berisiko terinfeksi cacing

Kebiasaan membaca di tempat yang redup atau terlalu terang; terlalu dekat, dalam

waktu yang lama akomodasi mata berlebihan; kelelahan otot mata gangguan

refraksi tidak jelas melihat tulisan di papan mengganggu kegiatan belajar di

kelas penurunan prestasi

3. Psycho-socio-economy environment

Pendidikan orang tua yang rendah

Ekonomi lemah

Orang tua memiliki anak yang masih bayi/balita perhatian lebih terfokus pada

bayi/balita

4. Lifestyle (gaya hidup)

Pola asuh orang tua yang kurang perhatian terhadap anak kurangnya

pengawasan terhadap aktivitas dan belajar anak di rumah

5. Human biology

Genetik → panjang bola mata

6. Sick-care system

pelayanan kesehatan (ketersediaan, letak, jarak dari rumah, transportasi, fasilitas),

pembiayaan kesehatan (asuransi, jamkesmas), ke RS hanya bila ada gejala

7.Physical environment

Rumah: berlumpur saat hujan

Sekolah: banyak tanah kosong, berlumpur saat hujan, dinding kelas rusak, jendela

terbuka sehingga pencahayaan ruang kelas tidak merata (ada yang silau ada yang

gelap)

Peran Dokter Keluarga

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menjalankan praktik dengan

menerapkan pendekatan keluarga.(IDI)

Dasar-dasar pelayanan dokter keluarga

o Pelayanan kesehatan lini pertama

o Pelayanan kesehatan/medis yang bersifat umum

o Bersifat holistik

o Bersifat komprehensif

o Pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan

o Pelayanan yang terpadu

o Peran Dokter Keluarga

Dalam kasus ini, peran dokter keluarga adalah:

Anamnesis (meninjau lingkungan dan keluarga), pemeriksaan fisik, diagnosis

membutuhkan pemeriksaan feses untuk memastikan anak tersebut kecacingan atau

tidak

Edukasi mengenai:

Nutrisi, kebiasaan penggunaan alas kaki, sekolah (fasilitas & rotasi), pola hidup bersih

dan sehat, anjuran supaya lebih sering ke posyandu, peningkatan pengawasan orang

tua terhadap belajar anak

Melakukan konseling keluarga

Menerapkan 5 Level Pencegahan

o Health promotion : penyuluhan kesehatan mata, penyuluhan mengenai nutrisi

dan kebersihan, serta pembuatan kartu sehat.

o Spesific protection: alas kaki pada seluruh aktivitas, minum obat cacing secara

teratur

o Early diagnosis and prompt treatment: pemeriksaan visus, skrining infeksi

cacing, pemberian obat cacing

o Disability limitation: kacamata bagi visus yang menurun, kunjungan ke rumah

bila banyak absen

o Rehabilitation: pada kasus ini tidak diperlukan

PEMICU : Penyakit Tidak Menular pada Usia Produktif

Seorang laki-laki 34 tahun, bekerja di sebuah perusahaan Garmen di bagian pemotongan

bahan sejak 15 tahun yang lalu, datang ke klinik dengan keluhan sakit kepala sejak 1

minggu yang lalu. Sejak 1 minggu yang lalu pasien merasa sakit bagian belakang kepala.

Sakit terasa seperti berat, tidak menjalar, dan tidak berdenyut-denyut. Pasien sudah minum

obat sakit kepala di warung (namanya lupa) tetapi sakit kepala hanya berkurang sedikit.

Page 4: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

4

Selain itu dirasakan juga kedua tangan terasa baal, seperti tidak berasa saat memegang

sesuatu. Rasa baal mulai timbul sejak 3 bulan yang lalu. Rasa baal hilang timbul, timbul

saat banyak pekerjaan di tempat kerja, dan agak membaik setelah libur di akhir pekan.

Paisen tidak minum apa-apa untuk keluhan ini, tetapi hanya memijat tangannya saja.

Pasien tidak rutin control ke puskesmas karena harus bekerja. Pasien juga terkadang

lupa minum obat. Saat ini pasien masih mengeluh sering lemas dan kesemutan serta baal

pada kedua tapak tangannya. Pasien juga masih terbangun malam hari untuk BAK namun

frekuensinya sudah berkurang yaitu 1-2 kali.

Satu tahun yang lalu pasien megeluh selalu merasa cepat haus dan lapar. Pasien

terbangun pada malam hari untuk BAK 4-5 kali. Pasien juga mengeluh berat badannya

menurun. Tidak didapatkan adanya gangguan penglihatan, baal, kesemutan, maupun

riwayat pingsan. Pasien saat itu tidak berobat.

Enam bulan yang lalu karena pasien merasa lemas, pasien berobat ke RS dan diperiksa

gula darah, dikatakan gula darah pasien 400 mg/dl. Pasien diberi obat suntik dan langsung

dipulangkan. Pasien tidak tahu obat yang disuntikkan. Sejak saat itu pasien control ke

puskesmas dan mendapatkan glibenclamid 1x5 mg. pasien sudah diterangkan mengenai

diet DM, namun masih belum mengerti sepenuhnya. Pasien makan nasi 3x/hari @ 1 porsi,

selebihnya pasien mengemil biscuit.

Pemeriksaan fisik

a. Nadi : 80x/menit, isi cukup, irama teratur

b. Pernapasan : 24 x/menit

c. Tekanan darah : 150/80 mmHg

d. Suhu tubuh : 36,4 oc

e. Status gizi : TB 162,5 cm lingkar perut 81 perut, BB 70,2

f. Bentuk badan : atletikus

Data tambahan

Keluarga: 1 istri (ibu rumah tangga), 4 anak (Rini 8 tahun, Rani 6 tahun, Rino 4 tahun,

Radi 1 tahun)

Antar keluarga tidak akrab, ayah sering pulang malam, anak segan bicara dengan ayah

Riwayat DM dan hipertensi dari keluarga ayah

Tinggal di Cakung, jalan kecil, padat hunian, ukuran 4 x 5 m, 2 tingkat, dinding

semipermanen

Lingkungan kerja bising, suhu panas, getaran lokal saat memotong, debu kain, gerakan

berulang pada tangan, tangan mengenggam, angkat angkut beban, berdiri lama, posisi

tubuh membungkuk, pencahayaan kurang

Merokok 2 batang/hari sejak 10 tahun yang lalu, futsal 1 x/minggu, alkohol (-), takur

gula darah naik

Istri tidak berKB, uang gaji hanya cukup untuk makan, di rumah ada perabot, tivi 12

inch, ibu memasak

Pemeriksaan:

Gula darah sewaktu = 250 mg/dL, masih minum obat

Pendengaran: gangguan sensorik ringan nada tinggi 4000 Hz telinga kiri dan kanan

Parestesi pada kedua tangan

Pemeriksaan urin: glukosa (+)

Pemeriksaan darah: Hb=13 g/dL; LED = 65 mm/jam; leukosit = 8000/ul

Profil lipid: kolesterol=300mg/dl; trigliserida = 175 mg/dl; LDL = 200; HDL = 20

Diagnosis Okupasi

a. Menentukan diagnosis klinisnya

Diagnosis klinis dari pasien : Diabetes Melitus dan Hipertensi, tuli sensorineural,

parestesia

b. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini

Pajanan yang dialami pasien : Bising , getaran lokal di tangan , debu kain , gerakan

repetitif,

c. Menentukanapakah pajanan tersebut memang penyebab penyakit tersebut (EBM)

Bising dapat mengakibatkan tuli sensorineural. Bising adaptasi, peningkatan

ambang dengar sementara, dan peningkatan ambang dengar menetap.

Peningkatan ambang dengar sementara terjadi akibat intensitas yang cukup tinggi.

Pemulihannya biasanya dalam menit atau jam. Peningkatan ambang dengar

menetap diakibatkan oleh bising dengan intensitas sangat tinggi yang berlangsung

singkat atau lama sehingga menyebabkan kerusakan struktur koklea.

Gerakan repetitif dapat menimbulkan peradangan pada sendi, otot, dan tendon.

Khusus pada gerakan tangan berulang, dapat terjadi di ganglion, radang sendi dan

pangkal tendon, dan Carpal tunnel syndrome sehingga terjadi penekanan nervus

Medianus terus menerus. Gejala carpal tunnel syndrome berupa nyeri dan

parestesia (kesemutan) pada tangan.

Getaran lokal dengan frekuensi 30-40 Hz dapat menyebabkan kelainan

neurovaskular sampai degenerasi otot dan jaringan ikat, pembentukan gelembung

nitrogen dalam jaringan atau terjadi koagulasi darah, obstruksi sirkulasi darah dan

hipoksia sendi yang juga berpengaruh terhadap parestesia.

d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat

mengakibatkan penyakit tersebut

Dilakukan pengukuran bising dengan nilai ambang batas 85 dB

e. Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi

Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah kebiasaan pasien yang jarang

menggunakan sarung tangan baja dan earplug sebagai APD pada perusahaan

tersebut.

f. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

Faktor lain yang dapat menjadi penyebab penyakit adalah kebiasaan merokok,

stres, kurang olahraga dan kebiasaan mengemil

Page 5: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

5

g. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

Tuli dan parestesia yang dialami oleh pasien merupakan occupational disease,

sedangkan hipertensi, DM, dan dislipidemia merupakan non-occupational disease

Diagnosis Holistik

1. Aspek personal : keluhan utama yang dirasakan pasien, rasa takut dan harapan

yang merupakan informasi subjektif.

Keluhan Utama: Sakit Kepala

Rasa Takut: Penyakit DM meningkat

Harapan: Pasien ingin sembuh

2. Aspek klinis : mencakup temuan klinis lengkap dengan diagnosis klinisnya.

Diabetes Mellitus , hipertensi Stadium 1, parestesia

3. Aspek faktor risiko intrinsik individu : terkait dengan penyakitnya, misalnya gaya

hidup atau perilaku sehat.

Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus pada keluarga, merokok, aktivitas fisik yang

rendah, diet tinggi kalori,

4. Aspek faktor risiko eksternal : Risiko kejadian penyakit, terutama berasal dari

pasien dalam keluarganya juga lingkungan kehidupannya

Perhatian keluarga yang belum maksimal terhadap pengawasan minum obat

Perilaku anggota keluarga dalam kebersihan lingkungan, kamar mandi, serta

perilaku keluarga pada lingkungan pemukimannya

Perencenaan keluarga dan pembagian tugas pada keluarga pasien yang masih

kurang optimal.

5. Aspek skala penilaian fungsi social : Aspek terakhir menilai fungsi sosial

seseorang terhadap kemampuannya untuk beraktivitas dan berproduksi

Skala Penilaian Fungsi Sosial: Skala 1, karena pasien masih memliki value yang tinggi

dan dapat beraktivitas normal dan tidak bergantung pada orang lain.

Diagnosis Keluarga

Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologi

Pasien memiliki empat orang anak dengan Rini 8 tahun, Rani 6 tahun, Rino 4 tahun,

Radi 1 tahun. Pasien memiliki riwayat hipertensi dari keluarga ayahnya.

2. Fungsi psikologi

Antar keluarga kurang harmonis karena tidak akrab satu sama lain. Pasien sering

pulang malam sehingga jarang berinteraksi dengan keluarga. Anak juga segan

bicara dengan ayah

3. Fungsi social

Kurang dijelaskan pada pemicu namun mungkin karena pasien sering pulang malam

jadi kurang berinteraksi dengan tetangga sekitar.

4. Fungsi ekonomi

Pasien bekerja sebagai buruh dan gajinya hanya cukup untuk makan.

5. Penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi

Pasien kurang mengetahui tentang penyakitnya dan tidak rutin kontrol ke dokter

karena harus bekerja.

Siklus kehidupan keluarga

Siklus kehidupan keluarga termasuk families with school children

Analisis berdasarkan Mandala of health

1. Body, spirit, mind

Body : Overweight, hipertensi, DM, FN meningkat, sakit kepala

Mind : pengetahuan DM minim

Spirit : kurangnya motivasi

2. Personal behavior (perilaku, kebiasaan)

Mengemil, membeli obat warung, kurang memperhatikan kesehatan, kebiasaan

merokok, olahraga futsal seminggu sekali

3. Human biology

Genetik → adanya riwayat DM dan hipertensi dari keluarga ayah

4. Psycho-socio-economy environment

Stress bekerja, ekonomi menengah ke bawah (buruh), uang gaji hanya cukup untuk

makan, jumlah keluarga yang banyak dengan 4 orang anak.

5. Physical environment

Gerakan repetisi

Panas mesin

Getaran mesin

Berdiri jangka waktu lama

Membungkuk

Bising

6. Lifestyle (gaya hidup)

Sibuk bekerja.

7. Sick-care system

Pelayanan kesehatan (ketersediaan, letak, jarak dari rumah, transportasi, fasilitas),

pembiayaan kesehatan (asuransi, jamkesmas)

Tidak rutin kontrol ke dokter

Pengaruh global yang berdampak pada pasien

Berada dalam lingkungan perokok

Anggapan banyak anak banyak rejeki

Kebiasaan minum obat warung/bebas

Stres sosial akibat tuntutan ekonomi dan tekanan pekerjaan

Page 6: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

6

Tata Laksana

1. Pasien

Non-medikamentosa : Diminta untuk berolahraga secara teratur jenis apapun,

hindari merokok dan minuman beralkohol, Cek gula darah teratur dengan target

KGD puasa 70-130 mg/dL dan post prandial 160-180 mg/dL serta HbA1c <7%.

Diingatkan untuk selalu menggunakan APD saat bekerja.

Medikamentosa : Diabetes Melitus (metformin, glibenklamid), Hipertensi (captopril)

Pada pasien ini tanyakan apakah pasien punya Jamkesmas jika ada maka biaya

pengobatan DM, hipertensi, dll bisa ditanggung Jamkesmas

2. Keluarga

Dilakukan konseling keluarga bertahap dengan:

Meningkatkan interaksi keluarga olahraga bersama

Ibu diminta memasak makanan yang sehat.

Keluarga mengingatkan masalah obat, diet, gaya hidup

Konseling penggunaan KB pada istri pasien

Yak sekian dari kami, smg tentir ini bermanfaat.. maaf jika ada kekurangan,.

Sukses sumatif IKK.. smg lulus smua.. bentar lgi kita klinik..hehe

#special thnx to: kel. 2, 7, 15

Salam sayang dari [DUO tika dan venny..] :D

[Tika Ayu Pratiwi & Venny Christina Anggraeni]

T-02 EVALUASI PROGRAM

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Yak, kembali lagi ke tentir modul terakhir di preklinik!!! Semoga

teman2 masih bersemangat untuk membacanya. Yaaa walopun, semua merasakan bahwa

di modul ini rasanya bener bener sesuatu banget.. tapi, TETAP SEMANGAT YAA!! Karena

walo bagaimanapun modul ini jumlah SKSnya setara dengan modul lainnya yang sulit. Jadi

sayang banget kan yaa, kalo nilainya sampe jelek. Hehehee... Nah, ini tentirnya

berdasarkan slide dan pleno evapro. Jadi kalo yang digaris miringin itu berarti contoh

evapronyaa. yukk, daripada lama2 mendingan langsung capcus baca ajaaaa.... :D

Evaluasi bermakna penilaian atau pembandingan pencapaian (hasil kerja) dengan target

(standar) dari keluaran suatu program. Program kesehatan sendiri didefinisikan sebagai

rangkaian kegiatan yang disusun secara logis dan sistematis untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan di bidang kesehatan. Sementara itu, sistem adalah tatanan yang akan

mengubah masukan menjadi keluaran melalui suatu proses. Dengan demikian, evaluasi

program berdasarkan pendekatan sistem dapat diartikan sebagai penilaian pencapaian

program dibandingkan target program pada unsur keluaran dari suatu sistem program

kesehatan. Jika ada kesenjangan, akan dicari penyebabnya sehingga masalah dapat diatasi.

Sesuai dengan definisi tersebut, unsur-unsur yang perlu diteliti meliputi target dan

pencapaian keluaran, masukan dan proses sistem, manajemen sumber daya, peran

lingkungan, serta umpan balik keluaran terhadap masukan. Tujuan dari adanya evaluasi

program adalah untuk menemukan masalah/prioritas masalah dari program tersebut,

menemukan penyebab dari masalah yang tadi ditemukan, menentukan penyelesaian

penyebab masalah (ingat ya kita menangani penyebab masalah, bukan masalahnya!!)

serta membuat rencana program penyelesaian penyebab masalah.

Bagaimana langkah-langkah untuk melakukan evapro?

1. Tentukan Judul/Topik Evapro

Judul dari evapro harus memiliki komponen berikut ini : nama program kesehatan,

pelaksana program, tempat, waktu. Contohnya:

“Evaluasi Program Pembentukan Kelompok Lansia Oleh Puskesmas Kecamatan Cakung

tahun 2011”

2. Cari Indikator Keluaran dan Nilai Keluaran

Kalau kita ingin mengevaluasi sesuatu tentunya kita harus punya dasar dong apakah

sesuatu yang kita evaluasi itu sudah bagus atau masih perlu ditingkatkan. Dasar

tersebutlah yang bernama indikator & nilai keluaran. Indikator & nilai keluaran ini bisa

kita temukan di:

a. Target/tujuan dari rencana program kesehatan (kalau ada rencana tertulis)

Page 7: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

7

b. Kalau ga ada rencana tertulis, cari di rencana institusi atasannya (misalnya di suku

dinas kesehatan)

c. Kalau ga ada lagi, kita cari di level yang lebih tinggi lagi yaitu dari buku Stratifikasi

Puskesmas yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan.

3. Temukan Pencapaian/Hasil dari masing-masing Indikator Keluaran

Setelah kita dapatkan indikatornya kita cari sesuatu yang mau dibandingkan dari

program ini. Kita bisa dapatkan dari laporan bulanan kegiaan program tersebut

atau laporan tahunan Puskesmas.

Kalau kita ga dapat data laporan bulanan atau tahunan gimana?? Tenang aja, kita

masih bisa menemukan daftar masalah dengan metode lain, yaitu kuisoner!

Contoh kuisionernya bisa dilihat di bawah ini :

Output Masalah Penyebab M Solusi Penyebab M

1. A

2. B

3. C

4. D

5. E

V

V

V

V

V

……..

………….

…………

……………….

………………

…………

…………………..

………………………

………………

………….

Kuisoner ini bisa kita berikan kepada orang yang terlibat dalam program tersebut

ataupun orang-orang di bagian lain yang terkait. Dari tabel tersebut kita pasti akan

mendapatkan banyak masalah. Yang terbanyak disebut sebagai masalah kita tetapkan

sebagai prioritas masalah. Begitu pula dengan penyebab masalahnya dan solusi

penyebab masalah.

4. Bandingkan Pencapaian Masing-masing Indikator & Nilai keluarannya

dengan Indikator & Nilai Targetnya

5. Kalau kita dapatkan kesenjangan antara pencapaian dengan tolak ukurnya

maka kita sebut itu sebagai suatu MASALAH

Ingat masalah itu cuma ada di hasil/output bukan di bagian input ataupun proses!

Nih ada contohnya : Evaluasi Program Pembentukan Kelompok Lansia Oleh Puskesmas

Kecamatan Cakung tahun 2011.

Dalam contoh ini, tolak ukur yang digunakan bukan didaptkan langsung dari

puskesmas, karena puskesmas tidak mempunyai tolak ukur tentang pembentukan

kelompok lansia. Hal ini dikarenakan, puskesmas tidak berfokus pada program

pembentukan lansia, sehingga mereka tidak membuat tolak ukurnya. Oleh karena itu,

pada evaluasi ini digunakan tolak ukur/indkator yang berasal dari buku “Pedoman

Pembinaan Kesehatan Di Kelompok Usia Lanjut” (sesuai dengan cara menemukan nilai

indikator yang ketiga di atas). Sesuai dengan laporan tahun 2011 puskesmas cakung,

maka didapatlah data mengenai berapa jumlah kelompok lansia, berapa jumlah lansia

yang dibina, dan berapa jumlah kader yang tersedia. Sebagai mana terdapat didalam

tabel

Tabel Daftar Masalah

No. Indikator

(Keluaran) Tolok Ukur

(Target/Standar) Pencapaian Kesenjangan

1

Jumlah kelompok lansia

Jumlah penduduk lansia / jumlah lansia ideal dalam satu kelompok = 32458 / 50-100 = 324-648 kelompok

31 kelompok

V

2 Jumlah lansia binaan

100% penduduk lansia kecamatan Cakung (32458 orang)

4.1% penduduk lansia kecamatan Cakung (1343 orang)

V

3 Jumlah lansia dalam satu kelompok

50-100 orang/kelompok 18-120 orang/kelompok V

Sumber: Laporan Akhir Tahun Program Lansia Puskesmas Kecamatan Cakung Tahun 2011

6. Kalau masalah yang kita temukan lebih dari satu, kita harus menetapkan

prioritas masalah.

Prioritas masalah bisa kita tentukan melalui dua cara yaitu Teknik Skoring dan

Teknik Non Skoring.

a. Teknik Skoring

Teknik skoring ini dilakukan dengan mengisi tabel di bawah ini.

P = Prevalence = besarnya masalah

S = Severity = akibat yang ditimbulkan masalah tersebut

RI = Rate of Increase = kenaikan besarnya masalah

DU = Degree of unmet need = derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi

SB= Social benefit = keuntungan social karena selesainya masalah

PB = Public concern = rasa prihatin masyarakat terhadap masalah

PC = Political Climate = suasana politik

Page 8: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

8

Sebenarnya point-point diatas kita tidak perlu isi semuanya, jadi kita isi aja yang

memang bener-bener ada datanya. Semua point di atas itu kita ringkas sebagai

Importancy. Setelah kita dapatkan nilai dari importancy, kita kalikan nilai tersebut

dengan T dan R.

T= Technical feasibility = kelayakan teknologi

R = Resources avaibility = ketersediaan sumber daya

Jadi rumus untuk menetapkan prioritas masalah adalah = I x T x R. Masalah

yang mendapatan nilai yang paling besar merupakan prioritas masalah.

b. Teknik Non Skoring

Sebenernya dari slide ga disebutkan bagaimana cara melakukan teknik non

scoring. Tapi dari kenyataan yang kemarin kita lakukan adalah menanyakan langsung

kepada pengurus programnya mana yang paling menjadi masalah dari program

tersebut.

Nah, sekarang kita kembali ke contoh yang di atas yaaaa:

Setelah tiga kesenjangan dirumuskan dan dikonfirmasi kepada petugas puskesmas,

ketiga kesenjangan tersebut dianggap sebagai masalah dalam program pembentukan

kelompok lansia di Puskesmas Kecamatan Cakung pada 2011. Berikutnya, penentuan

prioritas masalah dilakukan dengan skoring sebagai berikut.

Tabel. Skoring Prioritas Masalah

No. Daftar

Masalah

I (P x S x RI x DU x SB x PB x PC)

T R I x T x

R P S RI DU SB PB PC

1

Jumlah

kelompok

lansia

3 3 3 3 5 1 3 3 3 10935

2

Jumlah

lansia

binaan

5 5 5 5 5 3 3 3 3 253125

3

Jumlah

lansia

dalam satu

kelompok

1 1 1 3 3 3 3 5 3 1215

Berdasarkan observasi, wawancara dengan petugas puskesmas kecamatan, diskusi

internal kelompok, dan skoring di atas, masalah yang diprioritaskan adalah

kurangnya jumlah lansia binaan.

7. Setelah prioritas masalah ditetapkan, cari penyebab masalahnya.

Penyebab masalah bisa berasal dari dua bagian yaitu input dan proses. Untuk lebih

jelasnya terlebih dahulu kita gambarkan “proses terjadinya masalah” melalui bagan

tulang ikan (bisa diliat di slide).

Untuk itu, marilah kita kembali ke contoh:

Sebelum beranjak ke daftar penyebab masalah, terlebih dahulu perlu diketahui

hubungan antara sistem dan manajemen.

Berdasarkan diagram di atas, terlihat bahwa keluaran (output) yang bermasalah merupakan

muara dari penyebab masalah. Adapun penyebab masalah dapat berakar dari dua

aspek, yaitu aspek sistem (input dan proses) maupun aspek manajemen sumber

daya. Berdasarkan pengetahuan tersebut, daftar penyebab masalah kurangnya jumlah

lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Cakung tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut.

Tabel Daftar Penyebab Masalah dari Aspek Sistem

Input

Antusiasme penduduk lansia untuk mengikuti kegiatan

masih kurang karena kurangnya tingkat pendidikan,

ekonomi, dan jauhnya lokasi kegiatan

Proses Tidak ada masalah

Page 9: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

9

Selanjutnya, berikut daftar penyebab masalah dari aspek manajemen.

Daftar Penyebab Masalah dari Aspek Manajemen (seperti bagan tulang ikan)

Man - Hampir seluruh petugas puskesmas kecamatan Cakung mengurusi

lebih dari satu tanggung jawab sehingga sulit untuk berfokus pada

program lansia

- Kurangnya jumlah kader (jumlah ideal: 972 orang; jumlah kader

saat ini: 112 orang)

- Koordinator program lansia sedang sakit dan tidak ada wakil atau

stafnya, sedangkan pelaksana pengganti belum sepenuhnya

memahami program-program lansia

Minute Tidak ada masalah

Method Tidak ada masalah

Money Tidak ada masalah

Perencanaan - Tidak ada target jumlah kelompok lansia yang terbentuk dalam satu

kecamatan karena pembentukan kelompok lansia seyogyanya

dilaksanakan dari tingkat kelurahan yang memiliki wilayah kerja

- Tidak ada target jumlah lansia yang mengikuti masing-masing

kegiatan

- Pencatatan target masing-masing kegiatan dalam rencana awal

tahun kurang terperinci

Pengorganisasian Tidak ada sekelompok petugas puskesmas yang khusus menangani

program lansia

Pelaksanaan

Berbagai kegiatan lansia yang diadakan puskesmas kecamatan

terbuka untuk semua penduduk lansia kecamatan tanpa target jumlah

atau kelompok tertentu

Pengawasan Tidak ada masalah

Berdasarkan observasi, wawancara dengan petugas puskesmas kecamatan, Pedoman

Pembinaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut, dan diskusi internal kelompok, penyebab

masalah utama yang diprioritaskan adalah kurangnya jumlah kader.

8. Kalau penyebab masalahnya lebih dari satu, kita tentukan prioritas

penyebab masalah dengan menggunakan Diagram Pareto

Analisis pareto adalah proses dalam membuat peringkat kesempatan untuk menentuan

yang mana dari kesempatan potensial yang harus dikejar terlebih dahulu. Caranya

adalah mengurut peringkat dari penyebab masalah yang terbesar sampai terkecil, dan

kita lihat masalah mana yang harus diatasi duluan. Namun, pada contoh ini tidak

menggunakan diagram pareto, dan ini diperbolehkan oleh fasil. Cukup dengan

menanyakan kepada petugas puskesmas, kira2 penyebab masalah utamanya apa.

9. Setelah kita dapatkan prioritas penyebab masalah, kita buat alternatif jalan

keluarnya

Alternatif jalan keluar kita buat dengan melihat bagan tulang ikan tadi. Jadi dari setiap

unsur kita tentukan jalan keluarnya. Setiap alternative jalan keluar sebenarnya harus

dibuat programnya (kita ga disuruh bikin program sih kemarin). Di dalam program

tersebut harus tercantum :

a. Tujuan yang mencakup seberapa besar masalah bisa diselesaikan

b. Berapa cepat penyelesaian masalah

c. Berapa lama manfaat program

d. Berapa biaya untuk menjalankan program

Yuk, kembali ke contoh lagi :

Tabel Solusi Penyebab Masalah

Man - Advokasi ke pemerintah untuk memberikan pengobatan

gratis ke puskesmas dan rumah sakit bagi kader yang telah

mengabdi minimal selama 2 tahun (bukan 5 tahun)

- Setiap kelurahan mencari minimal 50 orang warga untuk

diikutkan dalam pelatihan dan dimotivasi menjadi kader

secara bertahap. Kemudian dari 50 orang yang dilatih,

ditargetkan minimal 25 orang per kelurahan per tahun yang

menjadi kader

- Menggalakkan promosi kegiatan-kegiatan program lansia kepada

penduduk lansia lewat puskesmas kelurahan

Perencanaan - Menargetkan jumlah kelompok lansia yang terbentuk per kelurahan

per satuan waktu sesuai potensi masing-masing kelurahan agar lebih

mudah dipantau

- Dibuat perencanaan yang matang dari awal tahun tentang semua

kegiatan yang akan dilaksanakan (baik dapat dana dari APBD,

Page 10: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

10

maupun dana tambahan dari swadaya). Perencanaan yang matang

bukan hanya terkait dana, melainkan juga tolok ukur jumlah peserta,

frekuensi, dan waktu pelaksanaannya

Pengorganisasian Membentuk kelompok petugas puskesmas kecamatan yang benar-benar

berfokus di kegiatan lansia

Pelaksanaan - Memantau jumlah kelompok lansia yang terbentuk di setiap kelurahan

secara berkala

- Membuat target jumlah anggota atau kelompok lansia yang harus

mengikuti kegiatan lansia

Di antara berbagai solusi yang diajukan terkait masalah di atas, dipilih dua solusi utama

yang langsung mengarah ke penyebab masalah utama. Kedua solusi tersebut dirumuskan

dari aspek “man”, menimbang penyebab masalah utama pun berasal dari kurangnya minat

sumber daya kader. Solusi pertama yang diajukan adalah mengadvokasi pemerintah untuk

memberikan pengobatan gratis di puskesmas dan rumah sakit bagi kader yang telah dua

tahun mengabdi. Solusi kedua yang diajukan adalah diberikannya pelatihan kader kepada

penduduk masing-masing kelurahan di Kecamatan Cakung, minimal lima puluh penduduk

setiap kelurahan per tahun.

10. Pilih alternatif jalan keluar yang paling mungkin dilakukan

Syarat jalan keluar terpilih adalah penyebab masalah kalau diselesaikan akan

menyelesaikan sebagian besar masalah, visible untuk dilakukan, dan orang yang

terlibat setuju dengan pilihan tersebut.

Dalam menentuka prioritas jalan keluar (lagi-lagi) kita isi tabel di bawah ini :

a. Efektivitas

1) M = Magnitude = besarnya masalah yang dapat diselesaikan

2) I = Improtancy = pentingnya masalah = kelanggengan selesainya masalah

3) V = Vulnerability = sensitivitas jalan keluar = kecepatan jalan keluar

mengatasi masalah

b. Efisiensi

C = Cost= besarnya biaya yang diperlukan, makin besar makin tidak efisien

c. Prioritas jalan keluar

P = (M x I x V) / C

Dan segera kembali ke contoh :

Setelah menetukan dua alternatif solusi, prioritas jalan keluar dipilih berdasarkan skoring

sebagai berikut.

Tabel Jalan Keluar Terpilih

No Daftar alternatif jalan keluar

Efektivitas Efisiensi Prioritas

M I V C

1 Advokasi ke pemerintah untuk memberikan pengobatan

pada kader yang sesudah mengabdi selama 2 tahun 3 3 3 5 5.4

2 Setiap kelurahan mencari minimal 50 orang

warga untuk diikutkan dalam pelatihan dan

dimotivasi menjadi kader secara bertahap.

Kemudian dari 50 orang yang dilatih, ditargetkan

minimal 25 orang per kelurahan per tahun yang

menjadi kader

5 3 3 3 15

Berdasarkan perhitungan di atas, solusi yang dipilih untuk mengatasi penyebab masalah

utama adalah pelatihan berkala bagi penduduk kelurahan yang dilanjutkan perekrutan

kader secara konsisten setiap tahun sampai kebutuhan kader di Kecamatan Cakung

terpenuhi.

11. Penyelesaian Jalan Keluar Terpilih

Nilai P yang paling besar merupakan jalan keluar terpilih

12. Kesimpulan

Tinggal isi format di bawah ini, hehehe..

1. Masalah dalam pelaksanaan program ………… di Puskesmas ………… tahun

………, adalah …………………………

2. Penyebab masalah nya adalah …………………………………………………

3. Alternatif pemecahan masalah bagi pelaksanaan program tsb adalah ………

……………………………………

4. Pemecahan masalah yang terpilih adalah ……………………………………………

Page 11: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

11

Ini contoh kesimpulannya :

Masalah utama dalam pelaksanaan program pembentukan kelompok lansia di Puskesmas

Kecamatan Cakung tahun 2011 adalah kurangnya jumlah lansia binaan, yaitu 1343 orang

atau 4.1% total penduduk lansia di Kecamatan Cakung. Penyebab masalah utamanya

adalah kurangnya jumlah kader (112 orang) dibandingkan jumlah ideal (972 orang).

Alternatif pemecahan masalah tersebut ada dua, yakni 1) advokasi ke pemerintah

untuk memberikan pengobatan gratis di puskesmas dan rumah sakit bagi kader yang telah

mengabdi selama dua tahun, dan 2) perekrutan kader secara konsisten setiap tahun sampai

kebutuhan kader di Kecamatan Cakung terpenuhi. Pemecahan masalah yang dipilih

adalah perekrutan kader secara konsisten setiap tahun (minimal 25 kader baru per

kelurahan per tahun) sampai kebutuhan kader di Kecamatan Cakung terpenuhi.

13. Saran

Saran bisa kita berikan dari hal-hal penting yang ditemukan pada analisa system dan

supaya saran tidak hanya berakhir sebagai ‘saran’ namun bisa diterapkan, saran

tersebut haruslah konkrit dan disusun dalam bentuk rencana intervensi dari jalan

keluar terpilih yang sudah ditetapkan. Bisa dibilang saran adalah suatu Rencana

Program Pemecahan Masalah Terpilih

14. Rencana Intervensi

Rencana intervensi harus memuat : Latar belakang, Tujuan Umum, Tujuan Khusus,

Pelaksanaan Intervensi, Cara Evaluasi

Alhamdulillahirabil’alamin. Akhirnya beres juga tentirnyaa. Terimakasih ke kelompok 1 atas

contoh evapronya. Semoga tentir ini bermanfaat, aaamin :””). Oh ya, walopun sibuk belajr

buat ujian sumatif dan OSCE, jangan lupa yaa amalan ibadah puasanya. Jangan sampe

bulan Ramadhan ini berlalu dengan sia-sia, tanpa amalan yang bisa mengampuni dosa-dosa

kita. Belum tentu kan kita bisa bertemu dengan ramdhan tahun depan. Jadi tetap semangat

puasa dan belajarnyaa !!! :D

Wassalamu’alaikum wr.wb

[Anggi Puspita NP & Fitriana Nur Rahmawati]

T-03 PLANT SURVEY

Seorang pekerja menghabiskan paling sedikit sepertiga dari kehidupan masa dewasanya di

tempat kerja. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui resiko dan bahaya potensial apa

saja yang terdapat pada lingkungan kerja agar seorang dokter dapat mengelola kesehatan

seorang pasien secara holistik.

Upaya pengenalan mengenai resiko dan potensi bahaya yang dihadapi komunitas

pekerja sehari-hari, sehingga diharapkan aspek lingkungan dan pekerjaan ini dapat

diperhatikan dalam masalah kesehatan disebut dengan Plant survey. Apa saja gambaran

yang bisa kita dapatkan dari plant survey ini??, diantaranya seperti : cara kerja pekerja,

bahaya potensial yang dihadapi, perlindungan yang telah diberikan perusahaan. Plant

survey ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara serta

pengukuran. Apabila dilakukan hanya pada satukali kunjungan dan tidak melakukan

pengukuran, juga sering disebut sebagai walk through survey.

Jadi, teman-teman udah tahu kan apa yang dimaksud plant survey? Yap

betul…plant survey merupakan kunjungan ke perusahaan baik formal maupun informal

untuk mendapatkan gambaran mengenai cara kerja pekerja identifikasi faktor risiko

dihubungkan dengan penyakit yang mungkin timbul akibat faktor risiko tersebut

merencanakan penggunaan APD atau pembuatan peraturan untuk menurunkan bahaya

potensial (hazard) yang mungkin terjadi.

Secara garis besar bahaya potensial dapat dibagi menjadi :

1. Fisika

2. Kimia

3. Biologi

4. Ergonomis

5. Psikososial

BAHAYA POTENSIAL FISIKA

a. Getaran (Vibration)

b. Kebisingan (Noise)

c. Tekanan Panas dan Dingin (Heat and Cold Stress)

d. Gelombang elektromagnetik dan Sinar (Non-ionization radiation)

e. Radiasi (Ionization radiation)

f. Tekanan udara (Hiepr atau hipobarik)

g. Pencahayaan

Contoh :

Di perusahaan mebel di bawah ini, apa saja hazard yang dapat kita temukan? Lalu, APD

apa yang seharusnya digunakan?

Page 12: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

12

APD : masker

Penyakit yang mungkin timbul : kekambuhan asma, PPOK

APD : sepatu boots sehingga dapat melindungi kaki dari benda tajam seperti paku, sarung

tangan kain untuk melindungi tangan dari serbuk kayu yang tajam. Sedangkan untuk

melindungi tangan agar tidak terluka oleh gergaji, tidak ada APD-nya. Oleh karena itu,

pekerja harus diedukasi untuk bekerja secara aman.

Penyakit yang mungkin timbul: trauma akibat benda tajam bisa cacat sementara

atau cacat seumur hidup.

BAHAYA POTENSIAL PSIKOLOGIS

Seperti stres di tempat kerja termasuk kekerasan atau pelecehan. Tapi tidak hanya itu, gaji

yang minim juga dapat menimbulkan hazard psikologis loohh… Misalnya di perusahaan

mebel di atas, gaji per hari hanya Rp 24.000-48.500,00. Klo hazard psikologis,

manifestasinya bisa ke biologis. Misalnya seseorang yang stress bisa mengeluhkan nyeri ulu

hati akibat gastritis, migrain, dan lain-lain.

BAHAYA POTENSIAL KIMIA

Penggunaan bahan kimia di hampir semua industry tidak dapat dihindari. Pemakaian bahan

kimia saat ini sudah mencapai >100.000 jenis, dan baru <10.000 yang telah diteliti efeknya

terhadap kesehatan. Bahan kimia terdapat dalam berbagai bentuk seperti gas, debu, uap,

asap, kabut, dsb. Absorpsi bahan kimia ke dalam tubuh tersering melalui : inhalasi (via

paru), kontak langsung dengan kulit/mata, dan kadang-kadang melalui saluran pencernaan

(ingesti). Sumber pajanan kimia ini dapat berasal dari kecalakaan saat kerja, kebocoran,

kerusakan pada alat ventilasi dan proses kerja yang tidak sesuai standar.

Sebelumnya, penting bagi kita untuk mengetahui istilah dibawah ini :

Toksistas : kemampuan suatu zat untuk menghasilkan efek yang tidak diinginkan

ketika zat tersebut mencapai konsentrasi yang tidak sesuai di dalam tubuh.

Hazard : kemungkinan (probabilias) konsentrasi zat tadi dapat masuk kedalam tubuh.

Nilai Ambang Batas : Rata-rata besarnya konsentrasi/kadar suatu substansi yang

diperbolehkan berada di lingkungan kerja tanpa menyebabkan gangguan kesehatan

pada sebagian besar pekerja.

Biologic Exposure Indeks : batas kadar suatu bahan kimia di dalam tubuh, dimana

harus dilakukan intervensi.

Bagaimana Asesmen terhadap pajanan?? Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara

seperti : memonitor lingkungan untuk mengukur kadar bahan kimia di udara lingkungan,

atau dengan monitoring biologis yaitu dengan mengukur kosentrasi bahan kimia atau

metabolitnya dalam tubuh. Cara lain dapat dengan monitoring medis yaitu dengan

mengukur perubahaan faali/biokimiawi akibat bahan kimia.

Pajanan bahan kimia ini dapat terjadi secara akut maupaun kronik.

Pajanan akut : pajama terhadap bahan kimia dalam jumlah yang besar dalam waktu

yang singkat, misalnya akibat kecelakaan atau terperangkap dalam ruang tertutup.

Contoh kasus yaitu ledakan gas Bhopal yang pernah terjadi di India. Walaupun dapat

mengakibatkan bencana yang cukup besar, umumnya pajanan akut jarang terjadi.

Pajanan kronik : pajanan bahan kimia dengan dosis yang lebih kecil namun berlangsung

untuk waktu lama, biasanya akibat lingkungan kerja dan/prosedur kerja yang tidak

memenuhi syarat. Efek sangat beraneka ragam, tergantung bahan kimia. Biasanya

mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh yang ireversibel.

Pajanan akut dan kronik dapa menyebabkan dampak yang berbeda, contohnya :

Pajanan terhadap Benzene : kalau terjadi akut dapat menyebabkan necrosis SSP,

sedangkan kalao kronik dapat menyebabkan kerusakan sum-sum tulang dan leukemia

Pajanan terhadap pestisida anticoagulant : walaupun secara akut dikatakan tidak

ada efeknya, tapi secara kronik dapat menyebabkan hilangnya kemampuan darah untuk

menggumpal.

Page 13: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

13

Pejanan terhadap asap rokok : yang satu ini pasti dah pada tau banged apa efeknya.

Kalau secara akut, kandungan nikotin yang ada di dalamnya dapat menyebabkan

stimulasi ssp, sedangkan kalau kronik dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti

kanker mulut, faring, laring, paru, esophagus, pancreas dan kantung kemih, serta

emfisema.

Apa saja bahan kimia berbahaya tersebut?? Didalam slide kuliah ada 5 , yaitu : pestisida,

pelarut organic, pupuk, debu, dan logam berat. Yuk bahas satu-satu

1. Pestisida

Pestisida ialah semua bahan baku atau bahan campuran yang digunakan untuk :

membunuh, mencegah atau mengusir hama serta merangsang. Mengatur,

mengawetkan dan mengendalikan tumbuhan. Ada 2 jenis pestisida, yaitu organofosfat

(ex:malation, parathion) dan carbamat (ex: aldicarb, propoxur/baygon). Sumber

pajanan: pekerja yang menggunakan pestisida(pertanian, dll), manusia yang

mengkonsumsi sayuran/buah yang menggunakan pestisida, penggunaan pestisida di

rumah tangga, atau rembesan melalui air. Jalur masuk pestisida kedalam tubuh

manusia dapat melalui inhalasi, kontak kulit, maupun ingesti/oral.

2. Pelarut organik dan zat korosif

Saat ini ada 30 ribuan jenis pelarut digunakan di industry. Pemakaian di industri

terbanyak sebagai : pembersih, penghilang minyak, tinner dan ekstrasi serta seabagai

bahan kimia intermedia dalam produksi suatu bahan kimia tertentu. Sedangkan dalam

rumah tangga biasanya digunakan sebagai pembersih.

Berikut ini dipaparkan berbagai golongan pelarut organik dan efeknya terhadap kesehatan :

Golongan pelarut

organik Efek terhadap kesehatan

Gol. Alifatik n-hexane, efek anesteti> iritan, neuropati perifer

Gol. Aromatik

Efek Anestes> iritan.

benzene Anemia aplastik, leukemia, toluene asidosis tubulus

renal, disfungsi otak kecil

Gol. Alkohol

Efek iritan>anestesi.

Metal alcohol asidosis, neuropatik optik, etil alcohol fetal

alcohol syndrome, n-butil alcoholinjury N vestibuler, auditory

Gol. Glikol Ekstrim : low volatyl

Atilin glikol asidosis, gagal ginjal.

Gol. Fenol Efek iritasi>anestesi

Bersifat sitotoksik, korosif, fenol absorpsi dari uap

Gol. Keton

Bersifat iritan, strong odor> anestesi

Metil format neuropati optic (dari as.format)

Metil asetat neuropati optic (dari methanol)

Gol. Glikol eter

Absorpsi kulit tanpa iritasi

2-metoksi etanol gangguan sistem reproduksi

2-butoksietanol anemia

Gol. Asam Efek iritan> anestesi

as.Formic, as.Asetat, as. Propionic

Gol. Amine Efek iritan.anestesi

Dapat menyebebkan edema kornea dan visual halo

Gol. Chlorinated

hydrocarbon

Efek hepar, renal, jantung

Trikloro etilen alcohol intolerance, dereasing flush

Carbon tetraklorida sirosis hepar, ca hepar

Chloroform kanker pada manusia

Terpentin Efek iritan>anestesi, dermatitis kontak alergi

Dimetilsulfoksida Efek Hepatoksik>anestesi, absorpsi lewat kulit

Tetra hidrofuran Anestesi, iritan.

3. Pupuk sumber pajanan : pekerjaan pertanian dan perkebunan, dapat juga akibat

rembesan melalui air tanah.

4. Debu jenis-jenis debu antara lain : Silica (bahan bangunan, keramik, besi baja,

tambang), Asbes ( bahan bangunan, campuran berbagai silikat) serta Debu kapas .

sumber pajanan dapat dari lingkungan (penggunaan bahan bangunan ex.silika & asbes)

atau dari temapt kerja (pabrik bahan bangunan ex.silika & asbes, pabrik tekstil,

perkebunan dan pengolahan kapas)

5. Logam berat sumber pajanan : dari industri , pencemaran melalui air(klorinasi,

fluorinasi, merkuri, dll), pencemaran melalui udara (bensin,dll). Dibawah ini disajikan

tabel berbagai logam berat dan bahaya potensialnya:

Chromium

Kromium dapat melekat secara kuat pada tanah dan hanya sejumlah

kecil yang dapat diserap air sehingga kromium tadi mengendap di tanah

dibawah permukaan air.

Sebagian besar kromium yang mencemari udara, air dan tanah adalah

kromium tipe III dan VI. Kromium tipe IV diketahui dapat menjadi

karsinogenik bagi manusia.

Arsenic

pada umumnya senyawa arsenic dapat diserap oleh air, oleh karena itu

arsenic dapat terbaru arus dan menuju ke danau, sungai dan air bawah

tanah akibat terlarut dalam hujan atau salju .Di lingkungan arsen tidak

dapat dirusak, ia hanya dapat diubah menjadi bentuk lain. Walaupun

sejumlah ikan dan kerang-kerangan dapat memakan arsenik yang

terlarut di air tadi dan tertumpuk di jaringannya, dikatakan bahwa hal

tersebut tidak membahayakan.

Mercury Merkuri mempunyai efek toksisitas yang tinggi yang menyebabkan

banyak efek. Dapat mensubstitusikan peran calcium dan masuk kedalam

Page 14: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

14

tulang. Selain itu dapat menyebabkan nefrotoksisitas, neurotoksisitas dan

hipertensi. Unggas air yang teracuni oleh merkuri ini menunjukan adanya

perubahan perilaku dan fisik seperti kehilangan keseimbangan, gasping ,

tremor dan gangguan kemampuan untuk terbang.

Pb (timbal)

Pajanan terhadap Pb telah terbukti dapat menurunkan kualitas sperma

pada polisis lalu lintas di Jakarta. Selain itu pajanan Pb dihubungkan juga

dengan peningkatan kekerasan remaja dan hiperaktivitas pada anak.

BAHAYA POTENSIAL BIOLOGI

Bahaya potensial biologi terdapat pada semua tempat kerja yang menggunakan bahan-

bahan biologi (ex: laboratorium) serta di tempat yang ada jasad renik/makhluk hidup (ex:

RS, kehutanan, pertanian, dapur, dan laundry,dll). Semua makhluk hidup mulai dari yang

bersel satu sampai bersel banyak, mulai dari mikroorganisme sampai dengan

makroorganisme dapat menjadi bahaya potensial biologi.

Adapun berbagai organism patogen : Bakteri (E.coli, Tuberkulosis, Strep. Grup A), jamur,

parasit(malaria), virus (HIV, HBV, HCV, Rotavirus, Ebola, dan papilomavirus). Berbagai

cairan dalam tubuh kita juga dapat menjadi bahaya potensial biologis bagi orang. Dibawah

ini ada tabel yang menunjukan cairan tubuh dan resiko terpercik.

Resiko infeksi akibat percikan darah (tak disengaja) yang mengandung HBV, setidaknya 10-

8 ml darah yang mengandung HBV dapat menularkan virus berbahaya ini ke tubuh manusia

yang rentan. Setiap tahun terjadi 800.000 kasus luka tusuk jarum bekas pada petugas

kesehatan di Amerika.

Berbagai tempat pelayanan kesehatan menjadi salah satu tempat yang paling sering

disoroti untuk masalah bahaya potensial biologi ini, seperti mulai dari pelayanan

primer(klinik, puskesmas), rujukan(RS), sampai penunjang(lab). Satu rumah sakit, dapat

memiliki karyawan sampai ribuan. Pekerja RS ternyata menghadapi potensi bahaya bagi

kesehatan dan keselamatannya yang lebih besar dari pekera sector lain. Berdasarkan data

WHO dari 35 juta pekerja kesehatan, 3 juta terpajan patogen darah ( 2 juta terpajan HBV,

0,9 juta terpajan HB, 170.000 terpajan HIV/AIDS). Lebih dari 90% terjadi di Negara

berkembang.

Potensi bahaya menurut area kerja di RS :

1. Pelayanan pasien

2. Penunjang pelayanan pasien

Page 15: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

15

3. Patogen penyebab infeksi saluran napas pada pekerja di fasilitas

kesehatan

UPAYA PERLINDUNGAN DENGAN BARIER PROTEKTIF (APD)

Universal precaution (CDC, 1985):

Mencuci tangan sesudah kontak dengan pasien

Tidak menutup jarum suntik dengan 2 tangan

Pembuangan benda tajam dalam tempat khusus

Sarung tangan bila akan kontak dengan darah, cairan tubuh, kulit luka &

mukosa

Memakai APD bila kemungkinan terciprat

Menutup semua luka sendiri

Langsung membersihkan darah dll

Sistem pembuangan sampah/limbah yang aman

Standar Precaution (CDC 1996):

Kewaspadaan baku:

- Diterapkan bagi semua klien/pasien

Kewaspadaan berdasarkan penularan:

- Hanya diterapkan bagi pasien rawat inap

Menggantikan Universal Precaution & Body substance Isolation

Berkembang terus sampai tahun 2001

Setiap orang berpotensi menularkan penyakit, oleh karena itu suci tangan dengan air

mengalir dan sabun setelah kontak dan segera setelah melepas sarung tangan. Jangan lupa

usap tangan dengan larutan alcohol gliserin (2 ml dalam 100 cc alcohol 60-90%)

Berbagai APD : gunakan Sarung tangan pada waktu melakukan prosedur, saat akan

menangani benda terkontaminasi dan sampah biologis. Gunakan Masker/pelindung

mata/muka, Apron/celemek, Alas/penutup kaki pada situasi apapun dimana

percikan dan tumpahan dari setiap cairan tubuh yang mungkin.

Bagi petugas kesehatan harus mampu mengelola jarum dan benda tajam dengan baik,

yaitu dengan:

Mencari tempat yang aman pada saat menggunakan benda tajam, tidak memegang jarum

langsung dengan tangan tapi menggunakan driver jarum/alat khusus untuk memegang

jarum (needle holder), membuang jarum suntik dan benda tajam pada tempat khusus yang

telah disediakan(container) atau dekontaminasi dengan 3x pembilasan dengan disinfektan

kemudian menyimpannya di dalam container. Tutup jarum menggunakan teknik satu

tangan.

Begitu juga pada saat pemrosesan peralatan medis. Setelah digunakan , instrument dan

item lainnya harus didekontaminasi dengan merendamnya ke dalam larutan pemutih 0,5%

selama 10 menit. Dekontaminasi yang dilakukan ini akan sangat membantu melindungi

orang yang akan membersihkan instrument itu nantinya (proses pencucian instrument

secara fisik sampai tampak bersih). Selanjutnya dilakukan sterilisasi (seperti dengan uang

tekanan tinggi, kimiawi dan panas kering) maupun disinfeksi tingkat tinggi (seperti

merebus, mengukus, dan dengan bahan kimia).

Apa yang harus dilakukan jika tertusuk jarum bekas pakai ?? pertama jangan panic, lalu

segera keluarkan darah dengan memijat bagian tubuh yang tertusuk dan cuci dengan air

mengalir menggunakan sabun atau cairan antiseptic. Terakhir lapor ke tim K3. Selain itu

perlu juga dilakukan tindakan lanjut seperti : 1) menentukan status pasien sebagai sumber

jarum/alat tajam bekas pakai terhadap status HIV, HBV, atau HCV, 2)Petugas yang

terpapar diperiksa status HIV, HBV HCV jika tidak diketahui sumber paparannya, 3) bila

status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam masa inkubasi maka tidak perlu

tindakan khusus untuk petugas, tetapi bila petugas khawatir dapat dilakukan konseling, 4)

bila status pasien HIV, HBV, HCV positif maka tentukan status HIV, HBV, HCV petugas

kesehatan tersebut, 5) konseling pre tes dan post tes, pre test untuk mengetahui apakah

petugas sudah terinfeksi sebelumnya, jika hasil pretest negative sementara sumber pasien

positif HBV maka diberikan immunisasi HBV, bila pasien positif HIV rujuk ke tim AIDS.

Sebagai kesimpulan pencegahan infeksi adalah tanggung jawab setiap orang. Kita dapat

mengurangi resiko tertular infeksi saat bekerja dalam perawatan kesehatan dengan

menggunakan APD.

Contoh Plant Survey di Industri Meubel:

Bahaya potensial kimia: pada proses plitur/pengecatan digunakan bahan dasar :

melamin mengandung formaldehid dampak bagi kesehatan : menyebabkan terikatnya

DNA dengan protein sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal pajanan Akut:

Page 16: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

16

iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar , sakit perut dan

pusing. Pajanan Kronik: karsinogen

Sayangnya pada industi tersebut pekerja tidak dilengkapi dengan APD yang memadai dan

ventilasi ruangan yang digunakan juga masih kurang. APD seperti apa yang harusnya

digunakan?? Tentunya yang harus memenuhi standard an benar-benar dapat melindungi

pekerjaanya dari bahaya potensial dari zat melamin ini baik paparan secara inhalasi, kontak

langsung, maupun ingesti.

Contoh APD untuk kasus ini :

o Proteksi mata: Gunakan kacamata pengaman dan/atau pelindung wajah penuh

dengan kombinasi pelindung pernapasan. Sediakan kran pencuci mata untuk keadaan

darurat serta semprotan air deras dekat dengan area kerja kran pencuci mata darurat

serta semprotan air deras dekat dengan tempat kerja.

o Pakaian: Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. Jenis pakaian

pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian

pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

o Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia seperti

sarung tangan vinil dan neoprene.

o Masker: berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel yang lebih

besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori

tertentu.

Masker penyaring debu, Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari asap

pembakaran,abu hasil pembakaran dan debu.

Masker berhidung, Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai ukuran 0,5

mikron.

Masker bertabung, Masker ini punya filter yang lebih baik daripada masker

berhidung. Masker ini tepat digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas

tertentu.

o Respirator: Gunakan respirator yang direkomendasikan NIOSH/MSHA atau disetujui

European Standard EN149 .Jika konsentrasi bahan melebihi batas paparan atau jika

timbul iritasi atau gejala keracunan lain.

BAHAYA POTENSIAL ERGONOMIS

UMPAN BALIK PLENO

Jenis usaha baik formal maupun informal akan memiliki faktor risiko atau bahaya potensial

yang berbeda. Dalam mengidentifikasi faktor risiko, kita harus mengetahui proses produksi

apa saja yang berisiko dan jumlah pekerja yang terpajan. Untuk selanjutnya, kita akan

memberikan APD sesuai proses produksi.

Sebagai contoh, masker diberikan kepada pekerja di bagian pemotongan fiber glass

yang memiliki pajanan debu yang tinggi. Dalam mengukur pajanan debu, kita dapat

mengukur secara obyektif yaitu dengan mengukur ukuran partikel debu atau secara

subyektif dengan menanyakan apakah ada batuk-batuk atau tidak. Batuk yang timbul

menandakan bahwa ukuran partikel debu >5 mikron sehingga tidak dapat memasuki alveoli

dan tersangkut pada trakea sehingga menimbulkan rangsang batuk untuk mengeluarkan

debu. Selanjutnya, jika ukuran partikel <5 mikron, tidak akan timbul rangsang batuk karena

debu langsung masuk ke alveoli sehingga lebih berisiko.

Selain peraturan penggunaan APD, perbedaan mendasar antara usaha formal dan

informal adalah housekeeping di usaha informal masih kurang baik. Di samping itu, belum

ada program kesehatan yang baik untuk pekerja. Dalam hal ini, pelayanan primer seperti

petugas puskesmas dapat memberikan penyuluhan dan melakukan pendekatan dengan

pemilik perusahaan sebagai pembuat kebijakan. Beralih ke RSKO, identifikasi faktor risiko

berbeda dengan yang dilakukan di usaha formal dan informal. Hal ini karena dalam

identifikasi faktor risiko di rumah sakit, kita harus meninjau dari tiga aspek yaitu petugas

kesehatan, pasien, dan pengunjung. Tiap aspek tersebut akan terpajan bahaya

potensial atau risiko yang berbeda sehingga APD yang direkomendasikan akan berbeda

pula.

[Herliani Dwi Putri Halim & Nila Purnama Sari]

- Posisi membungkuk untuk mengamplas bagian dalam furniture yang

cukup besar, seperti lemari

- Gerakan tangan yang mengamplas terus menerus(gerakan berulang-

ulang) dari pagi sampai sore

Keluhan: pegal-pegal pada lengan, bahu dan pungggung

Page 17: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

17

T-04 DIAGNOSIS KOMUNITAS

Definisi Komunitas

Sekelompok orang yang memiliki paling tidak satu kesamaan sifat (misal wilayah,

pekerjaan, suku, kondisi perumahan, dll) & dapat berfungsi baik karena adanya

keterkaitan di antara bagian atau subsistemnya. Contoh : Komunitas FKUI tercinta.

Inti Komunitas:

Sejarah komunitas tersebut

Karakteristik sosio-demografik

Kondisi kesehatan (statistik kesehatan)

Adat kebiasaan / agama

Subsistem Komunitas ada 8, antara lain:

o Lingkungan fisik

o Tingkat pendidikan

o Sarana transportasi

o Situasi politik

o Pelayanan kesehatan dan sosial

o Sarana komunikasi

o Sosial ekonomi

o Rekreasi

Definisi Diagnosis Komunitas

Berdasarkan slide “Diagnosis Komunitas”, diagnosis komunitas adalah “Langkah identifikasi

dan pengukuran masalah kesehatan di suatu masyarakat tertentu secara menyeluruh dalam

upaya mengidentifikasi kelompok yang rentan dan membutuhkan pelayanan kesehatan.”

Intinya: Diagnosis komunitas adalah suatu cara untuk mengidentifikasi dan mengukur

masalah kesehatan di masyarakat yang dalam prosesnya melakukan pengkajian data

statistik untuk melihat kebutuhan pelayanan kesehatan di masyarakat tersebut.

Tujuan dari Diagnosis Komunitas

1. Menganalisis status kesehatan masyarakat

2. Mengevaluasi sumber daya pelayanan kesehatan dan sistemnya yang tersedia

3. Menilai sikap masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang ada

4. Mengidentifikasi masalah prioritas, tujuan umum, menetapkan langkah upaya

peningkatan status kesehatan masyarakat

5. Menyusun data dasar epidemiologi untuk menilai perkembangan selanjutnya

Pelaksanaan Diagnosis Komunitas

1. Analisis Komunitas

Suatu proses pengkajian data untuk menetapkan kebutuhan, kekuatan, hambatan,

kesempatan, kesiapan, dan tersedianya sarana. HASIL DARI ANALISIS

KOMUNITAS: PROFIL KOMUNITAS.

Data yang didapatkan untuk Analisis komunitas :

o Demografik

o Lingkungan

o Sosio-ekonomi

o Sumber daya dan pelayanan kesehatan

o Kebijakan kesehatan

o Sifat khusus dari komunitas target

2. Indikator Kesehatan

Salah satu hal yang diperlukan dalam analisis komunitas adalah… INDIKATOR

KESEHATAN. Pernah liat profil kesehatan suatu provinsi/wilayah? Nah ada kan tuh

angka2 kematian, presentase pemanfaatkan puskesmas, penyakit tersering… nah

itu didapatkan dari analisa indicator kesehatan.

Definisi Indikator Kesehatan: variabel yang dipergunakan untuk menilai tingkat

kesehatan masyarakat

Klasifikasi Indikator Kesehatan:

o Indikator kematian

o Indikator kesakitan

o Indikator kecacatan

o Indikator nutrisi

o Indikator pelayanan kesehatan

o Angka pemanfaatan layanan kesehatan

BAHASA NORMAL:

Lo mau ngukur ada masalah kesehatan nih di suatu komunitas, nah lo kl mau tau masalahnya lo

mesti paham dulu dong ttg komunitasnya itu gimana sosialnya, gimana sifatnya, dan yg paling

utama kondisi kesehatannya. Nah kondisi kesehatan dilihat dari data statistic kesehatan komunitas

tersebut jadi itu harus dianalisis biar bisa nemu poin dimana masalah kesehatan timbul penyebab

masalah kesehatan yang akhirnya terlihat poin di mana bisa dilakukan intervensi untuk penyelesaian

masalah-masalah kesehatan tersebut

Page 18: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

18

Question of the day: Bedanya apa sih Diagnosis komunitas dan Evaluasi

Program?

Dalam melakukan evaluasi suatu program, kita akan berusaha mengidentifikasi masalah-

masalah yang ada. Dari masalah yang ada, kita kerucutkan ke satu masalah yang akan

menjadi masalah utama. Setelah mendapatkan masalah utamanya, kita tentukan penyebab-

penyebab dari masalah itu apakah dari Input, output, atau proses. Dengan menggunakan

rumus prioritas, kita tentuin kan penyebab masalah yang paling utama. Setelah itu kita

tentukan alternatif-alternatif penyelesaian dari masalah tersebut. Nah penyebabnya belum

tentu berasal dari internal programnya, bisa saja berasal dari sasaran program tersebut

(eksternal). Diagnosis komunitas adalah cara untuk mendiagnosis komunitas/sasaran dari

program tersebut untuk melihat apakah terdapat masalah dari komunitas tersebut yang

bisa dikaitkan dengan masalah pada evaluasi program tersebut.

Intinya: Diagnosis komunitas DAN evaluasi program adalah suatu proses yang

berkelanjutan. Namun, Evaluasi program dapat dilakukan tanpa diagnosis komunitas

maupun sebaliknya.

Pleno Diagnosis Komunitas

Assalamu’alaikum,,teman-teman. Kita mulai bahas pleno diagnosis komunitas ini.

Sebelumnya, kita berdoa dulu supaya ditunjukkan ke ilmu yang benar. Sejujurnya, penulis

masih agak bingung, mohon maaf lahir batin ya T_T.

Untuk membahas pleno diagnosis komunitas, kita mulai dari konsep dasar, setelah itu

masuk ke checklist ya. Berikut disajikan juga contoh kasus diagnosis komunitas.

Pembahasan Pleno

Awalnya, dalam diagnosis komunitas kita perlu menentukan komunitasnya dong.

Contoh: Kelurahan Kramat ada 8 RW, dengan objek pengamatan utama RW 07

Setelah itu, kita lihat situasi di komunitas tersebut. Kita harus tentukan cara

pengumpulan datanya, menggunakan data apa (primer atau sekunder?). Nah, setelah

kita dapatkan datanya, hasilnya adalah profil komunitas. Profil komunitas dapat

disajikan mencakup:

1. Geografi

2. Demografi

3. Sumber daya kesehatan

4. Pelayanan kesehatan

5. Prevalensi masalah kesehatan

6. Perilaku kesehatan masyarakat

Fungsinya untuk apa? Dari sini kita bisa mengenal komunitas ini seperti apa sih. Untuk

selanjutnya bisa kita tentukan masalah apa yang mau kita analisa. Selain itu, kita bisa

tentukan sumber masalah dan solusinya dengan menentukan profil komunitas ini.

Langkah selanjutnya, adalah identifikasi masalah di komunitas tersebut. Misalnya,

pada komunitas ini masalah kesehatannya adalah DBD. Untuk menentukan masalahnya

di mana, ingat bukan hanya prevalensi, tapi juga keparahan dsb (pasti sudah jago

kan..hhe).

Selanjutnya, jangan lupa konsep BLUMnya.

Kenapa sih konsep BLUM harus ada di checklist? Karena melalui konsep inilah, kita bisa

mengatasi masalah yang ada di komunitas. Nah, balik lagi ke contoh kasus tadi ya,

Page 19: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

19

masalahnya kan DBD. Tadi kan kita sudah buat profil komunitasnya, sekarang kita gunakan

untuk analisis dengan konsep BLUM.

1. Biologis: ini bukan penyakit turunan, tapi menyakit menular. Jadi secara genetik

tidak terlalu berpengaruh.

2. Lingkungan: Daerah ini tidak terlalu padat. Tidak dekat dengan sungai.

Daerahnya tidak rawan banjir. Kebersihan lingkungannya cukup.

3. Perilaku: Kebiasaan menguras kolam ata bak mandi baik. Bak diganti dengan

ember. TIdak mau menggunakan abate (diganti dengan jeruk purut). Beberapa

warga kurang kooperatif. Kurang perhatian pada kontainer lain yang menampung

air.

4. Pelayanan kesehatan: Ada puskesmas kelurahan, mencanangkan program

jumantik.

Setelah analisa melalui BLUM ini, dan setelah men-list apa saja kegiatannya. Kita liat

yang belum efektif yaitu kegiatan Jumantik. Di checklist kita diminta untuk tahu

kadernya, frekuensi kegiatannya, fasilitasnya, monitoring dan evaluasinya juga masalah

di kegiatan itu.

Disini, kita tentukan masalah di kegiatan jumantik tersebut. Untuk contoh kasus

tersebut, masalahnya adalah:

Banyaknya tanaman di pot pekarangan warga.

Kurangnya awareness warga ttg pentingnya Jumantik.

Para kader Jumantik tidak memeriksa seluruh kontainer penampungan air.

Kinerja ibu jumantik yang belum optimal dalam memeriksa semua kontainer

penampungan air di rumah-rumah warga.

Kita tentukan prioritas masalahnya misal kita pilih yang ke 4(pilih prioritas se-

objektif mungkin, harus ada dasarnya. Misalnya, dipilih yang ke 4 karena ini yang

paling membahayakan dan tidak dapat ditolerir (pembaca diharapkan dapat membuat

alasan lebih bagus.hehehe)

Tentukan solusi yang mungkin dilakukan. Misalnya, untuk contoh kasus tersebut,

solusinya:

1. meningkatkan motivasi para kader jumantik melalui kompetisi antar kader

jumantik RW di kelurahan Kramat butuh biaya tinggi & tdk efektif u/ jangka

panjang.

2. meminta partisipasi warga untuk aktif memberikan umpan-balik kepada

puskesmas dan kelurahan mengenai kinerja para kader jumantik dalam

mengobservasi rumah-rumah warga warga masih pasif.

3. kelurahan serta puskesmas dapat mengupayakan pengawasan untuk semua RW

dalam pelaksanaan jumantik tiap minggu SDM puskesmas sangat terbatas.

4. memberikan penyuluhan dan workshop kepada para kader Jumantik mengenai

pentingnya memeriksa jentik di semua kontainer penampungan air mudah

dilakukan & efek jangka panjang cukup baik.

Berdasarkan pertimbangan kemudahan dan efek diberikan kita pilih solusi ke-4 (solusi

terpilih).

Kita tentukan langkah yang harus Puskesmas lakukan.

Akhirnya, kita simpulkan.

Kesimpulan

o Prioritas masalah kesehatan masyarakat

o Perilaku kesehatan masyarakat

o Kaitan di antara keduanya

o Langkah perbaikan masalah kesehatan

Dan Saran apa yang harus dilakukan Puskesmas

Sekian tentirnya. Kritik, pertanyaan dan saran langsung disampaikan ke pembuat tentir atau

ke milis. Terima kasih telah membaca.

Sumber : Kuliah Diagnosis komunitas, fasiltator, pengalaman menyenangkan di IKK

Special thanks to : Kelompok 12 untuk Slide plenonya

[Karina Kalani Firdaus dan Sheli Azalea]

Page 20: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

20

T-05 SISTEM KESEHATAN NASIONAL

A. Perbandingan Sistem Kesehatan Nasional Indonesia dengan Negara Lain

Pendahuluan

(Sy ambil dari slide kuliah ttg SKN, jadi yang udh baca gk usah baca lg… Tp berhubung fasil

kami bahas ini dulu sblum diskusi, jd sy masukin aja..)

Sistem kesehatan nasional negara Indonesia merupakan bentuk dan cara

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa

Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat

sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945. (SKN, 2009)

Terdapat empat fungsi sistem kesehatan, yaitu:

1. Stewardship/peraturan/regulasi Perundang-undangan, visi, misi dan strategi

yang jelas.

2. Resource creation Pengadaan sumber daya, investasi, dokter, dll.

3. Pembiayaan Pengumpulan, pooling, dan pembelanjaan.

4. Pelayanan kesehatan Jumlah dokter, bidan, rumah sakit, puskesmas per 1000

penduduk, dll.

Sistem kesehatan tersebut dirancang sedemikian rupa dengan tujuan:

1. Meningkatkan derajat kesehatan menurunkan IMR (infant mortality rate),

menurunkan MMR (maternal mortality ratio), dan meningkatkan angka harapan

hidup (life-expectancy).

2. Menanggapi berbagai kebutuhan non-medis yang ada di masyarakat

(responsiveness), seperti permasalahan gender, kenyamanan dalam memperoleh

pelayanan, dll.

3. Menciptakan keadilan (fairness), terutama dalam hal finansial.

Setiap negara memiliki sistem kesehatan yang berbeda-beda. Meskipun demikian, secara

umum sistem kesehatan dapat dikelompokkan berdasarkan pembiayaannya, penyelenggara

pelayanan kesehatannya, dan cara pembayarannya. Berdasarkan pembiayaan dan

penyediaan pelayanan, jenis-jenis sistem kesehatan dapat dikelompokkan menjadi:

1. Asuransi swasta /komersial

Keterlibatan pemerintah dalam pembiayaan dan penyediaan layanan kesehatan

sangat minimal.

Premi asuransi kesehatan komersial dibeli oleh pemberi kerja (majikan) dan atau

kontribusi individual.

Sistem ini umumnya berlandaskan pada kepemilikan swasta atas penyelenggara

pelayanan kesehatan (PPK), walaupun sistem ini dapat meliputi jaminan pelayanan

kesehatan bagi kelompok-kelompok masyarakat yang paling rentan (vulnerable)

seperti kelompok miskin, manula, dll.

Individu melakukan pre-payment kepada pihak asuransi, tetapi pihak asuransi

tetap melakukan fee-for-service kepada rumah sakit.

2. Asuransi sosial

Jenis ini didasarkan pada konsep solidaritas sosial dan dicirikan dengan jaminan

kesehatan semesta (universal coverage health insurance) yang tercakup dalam

kerangka sistem jaminan sosial nasional.

Asuransi Kesehatan yang sifatnya wajib ini dibayarkan oleh pemberi kerja

(employer) bersama-sama dengan karyawan (employee) melalui suatu badan yang

sifatnya non-profit, diatur menurut peraturan perundang-undangan dan seringkali

mendapat subsidi dari pemerintah untuk kalangan tidak atau kurang mampu.

Pelayanan kesehatan dapat diberikan baik oleh PPK swasta maupun

pemerintah/publik.

Pembayaran dilakukan secara pre-payment/kapitasi.

3. National Health Service (Jaminan Kesehatan Nasional)

Model ini dicirikan dengan jaminan kesehatan semesta (universal coverage) yang

didanai dari hasil pajak.

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) model ini memberikan pelayanan kesehatan

yang komprehensif secara cuma-cuma pada seluruh penduduk.

Penyediaan layanan kesehatan model ini sepenuhnya diatur oleh negara, baik

melalui PPK milik atau yang dikontrol oleh pemerintah.

4. Monopoli pemerintah

Sistem kesehatan model ini sepenuhnya dijalankan dan dibiayai oleh pemerintah

seperti halnya di negara-negara komunis.

Saat ini sangat sedikit dari negara-negara komunis yang masih menjalankan

sistem kesehatan model ini, misalnya seperti Kuba dan Korea Utara.

Negara-negara lain yang resminya masih disebut sebagai negara komunis seperti

China dan Vietnam telah mengambil ‘jalan kapitalis’.

Page 21: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

21

Nah, berhubung tahun 2014 Indonesia akan menggunakan sistem jaminan sosial nasional

(SJSN) yang termasuk ke dalam “Jaminan Kesehatan Nasional” seperti yang digunakan

Inggris, maka saya menggunakan sistem kesehatan negara Inggris untuk dibandingkan

dengan Indonesia.

A. Sistem Kesehatan

Indonesia Inggris

Ideologi

Keterangan:

Ideologi negara Indonesia memang Pancasila,

tetapi menurut dr. Setyawati ideologi yg

dimaksud pada tabel ini adalah ideologi pada

sistem kesehatannya saja, yaitu bisa kapitalis,

sosialis, atau komunis.

Nah, Indonesia masih didominasi pasar bebas

(banyak klinik swasta dan asuransi komersial),

jadi Indonesia termasuk kapitalis dalam hal

sistem kesehatan.

- Pancasila

- Kapitalis

- Monarki

konstitusional

- Kapitalis

Intervensi pemerintah - 66% privat

- Kontribusi

pemerintah masih

kecil 38% dari

total pengeluaran

kesehatan

- 93% dana bersama

(pajak dan asuransi

nasional)

- 6% swasta

- Kontribusi

pemerintah 86%

dari total

pengeluaran

kesehatan

B. Sistem Pembiayaan

Indonesia Inggris

Tax-based Melalui pajak umum, pajak khusus,

bantuan, atau pinjaman yang tidak

mengikat, dan sumber lainnya.

Melalui pajak umum (sebesar 76%

dari total pengeluaran kesehatan) yang

wajib dibayarkan oleh semua orang.

Asuransi

sosial

- Askes asuransi kesehatan untuk

pegawai negeri

- Jamsostek asuransi kesehatan dan

ketenagakerjaan untuk tenaga kerja

formal

- Taspen asuransi pensiun untuk

pegawai negeri

Terdapat National Health Insurance

yang menutupi 19% dari total

pengeluaran kesehatan

- ASABRI asuransi untuk ABRI

- Jasa Raharja asuransi kecelakaan

lalu lintas

- Peran kelima asuransi sosial tersebut

masih terbatas

- Tahun 2014, kelima asuransi sosial

tersebut akan bergabung membentuk

Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN)

Asuransi

komersial

Masih terbatas Berkontribusi atas 1% dari total

pengeluaran kesehatan

C. Indikator Kesehatan

Indonesia Inggris

Maternal mortality rate (MMR) 240/100.000 kelahiran

hidup (2008)

12/100.000 kelahiran

hidup (2008)

Child 38,9/1000 5,5/1000

Infectious disease Kasus HIV: 4,58% Kasus HIV dewasa:

0,2% (2009)

Hospital coverage

(dihitung berdasarkan jumlah kasur/bed rumah

sakit yang tersedia per 1000 penduduk)

0,6/1000 3,38/1000

D. Health Economy

Indonesia Inggris

Health expenditure per capita (total anggaran

kesehatan yang dikeluarkan oleh suatu negara dibagi

jumlah penduduk)

55,44 US Dollar

(2009)

3.399 US Dollar

(2009)

Porsi anggaran kesehatan 2,5% dari PDB

(produk domestik

bruto)

9,3% dari PDB

(produk domestik

bruto)

E. Mekanisme sistem rujukan

Indonesia Inggris

Peran dokter keluarga Pasien dapat menentukan dengan

bebas apakah akan dirujuk atau tidak

Menentukan apakah pasien

perlu dirujuk atau tidak

Boleh tidaknya rujukan

langsung ke tersier

Boleh Tidak boleh

Page 22: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

22

F. Kapasitas tenaga kesehatan

Indonesia Inggris

Rasio dokter per penduduk 1/5000 1,6/1000

Pemerataan dokter - 1,39/puskesmas

- 20% dokter spesialis terdapat di

Jakarta

- 20% puskesmas belum memiliki dokter

- 3/puskesmas

Berdasarkan data tersebut, sistem kesehatan negara Indonesia memiliki beberapa kelebihan

dan kekurangan jika dibandingkan dengan Inggris, di antaranya:

Kelebihan:

- Dengan anggaran kesehatan yang kecil, Indonesia termasuk negara yang dapat

meningkatkan status kesehatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (MDGs)

- Memberikan lebih banyak pilihan pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan

finansial

Kekurangan:

- Anggaran untuk sektor kesehatan masih rendah tidak semua penduduk dapat

terjangkau oleh asuransi sosial

- Sistem pembiayaan kesehatan yang belum baik

- Distribusi dokter tidak merata

Untuk mengatasi beberapa kekurangan dalam sistem kesehatan tersebut, maka dokter

pelayanan primer dapat turut berperan melalui:

- Peningkatan upaya promotif dan preventif

- Penerapan sistem kedokteran keluarga

- Siap ditempatkan di daerah perifer

Berdasarkan data perbandingan antara Indonesia dengan Inggris, terlihat bahwa dengan

Health Expenditure (HE) Inggris yang lebih tinggi daripada Indonesia, status kesehatan pun

menjadi lebih baik daripada Indonesia (MMR lebih rendah). Artinya, HE memang dapat

mempengaruhi status kesehatan. Meskipun demikian, jika melihat perbandingan HE

Amerika yang lebih tinggi daripada Inggris, ternyata status kesehatan Amerika tidak lebih

baik daripada Inggris. Artinya, HE bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi status

kesehatan, sehingga HE yang lebih tinggi tidak selalu menghasilkan status kesehatan yang

lebih baik. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi status kesehatan, di antaranya

sistem kesehatan nasional, jumlah dokter keluarga sebagai lini pertama, pemerataan

distribusi dokter, serta mekanisme pembiayaan pelayanan kesehatan.

B. Perbandingan Pencapaian di Bidang Kesehetan Antara Provinsi

Nah, materi di tentir bagian ini berpedoman pada borang yang ada di BPKM yaa..

1. Standar Pelayanan Minimum Kesehatan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu

pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap

warga negara secara minimal. Landasan hukumnya adalah UU Nomor 32 tahun 1992

tentang Kesehatan, dan banyak UU lainnya yang ga usah dihapalin.

a. Pelayanan Kesehatan Dasar

Pasti sudah baca kan kertas yang dikasih waktu diskusi mengenai cakupan

pelayanan kesehatan dasar. Nah, apa saja komponennya dan berapa target

keberhasilannya?

1. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4, 95% pada tahun 2015. Ibu hamil k-4

adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling

sedikit empat kali.

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, 80% pada tahun 2015.

Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas

yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi.

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan, 90% pada tahun 2015. Pertolongan persalinan adalah

proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I sampai kala IV persalinan. Tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga kesehatan yang

memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai standar.

4. Cakupan pelayanan nifas, 90% pada tahun 2015.

5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani, 80% pada tahun

2010, merupakan neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga

kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan.

6. Cakupan kunjungan bayi, 90% pada tahun 2010, merupakan cakupan

kunjungan bayi umur 29 hari – 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes,

pustu, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit) maupun di rumah dan tempat

penitipan anak minimal 4 kali.

7. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100% pada

tahun 2010. UCI adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-

11 bulan), ibu hamil, WUS (Wanita usia subur), dan anak sekolah tingkat dasar.

8. Cakupan pelayanan anak balita 90% pada tahun 2010. Setiap anak umur 12 –

59 bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan berupa

pengukuran BB dan TB.

9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 – 24

bulan keluarga miskin, 100% pada tahun 2010.

Page 23: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

23

10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan, 100% pada tahun 2010.

Merupakan balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai

tatalaksanan gizi buruk di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat, 100% pada tahun

2010. Mencakup pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa

SD dan setingkat, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru dan dokter

kecil.

12. Cakupan peserta KB aktif, 70% pada tahun 2010. Merupakan jumlah peserta

KB aktif dibandingkan dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di suatu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu.

13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit, 100% pada

tahun 2010. Jadi, kalau di sini yang diukur adalah penemuan dan penanganan

penyakit seperti diare, TB Paru, DBD, Pneumonia balita, dan Acute Flaccid

Paralysis.

14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin, 100%

pada tahun 2015. Merupakan jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di

sarana kesehatan strata pertama di suatu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu

tertentu.

b. Pelayanan Kesehatan Rujukan

Cakupan rujukan pasien miskin adalah jumlah kunjungan pasien miskin di sarana

kesehatan strata dua dan strata tiga (Rumah sakit baik milik pemerintah maupun milik

swasta) pada kurun waktu tertentu. Pelayanan kesehatan rujukan ini termasuk di dalamnya

cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana

kesehatan (RS) di kabupaten/kota. Gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan

gawat darurat yang memiliki dokter umum on site 24 jam dengan kualifikasi GELS (General

Emergency Life Support) dan/atau ATLS + ACLS, serta memiliki alat transportasi dan

komunikasi.

c. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB (Kejadian Luar Biasa)

KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang

bermakna secara epidemiologis pada suatu tempat dalam waktu tertentu. Penyelidikan KLB

adalah rangkaian kegiatan berdasarkan cara-cara epidemiologi untuk memastikan adanya

suatu KLB, mengetahui gambaran penyebaran KLB dan mengetahui sumber dan cara

penanggulangannya. Penanggulangan KLB adalah upaya untuk menemukan penderita atau

tersangka penderita, penatalaksanaan penderita, pencegahan peningkatan, perluasan, dan

menghentikan suatu KLB.

Cakupan desa/kelurahan yang mengalami KLB dilakukan penyelidikan epidemiologi dan

penanganan KLB dalam waktu < 24 jam.

d. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Yang termasuk ke dalam kategori ini adalah Cakupan Desa Siaga Aktif. Desa siaga

adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk

mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan

kesehatan secara mandiri. Desa Siaga Aktif adalah desa siaga yang memiliki Pos Kesehatan

Desa (Poskesdas) atau UKBM lainnya.

Contoh perbandingan Standar Pelayanan Minimum Kesehatan

antara Provinsi D.I Yogyakarta dan Jawa Barat

Tabel 1. Pelayanan Kesehatan Dasar

Page 24: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

24

Tabel 2. Pelayanan Kesehatan Rujukan

Tabel 3. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB

Tabel 4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

2. Pelayanan Kesehatan Gratis

Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dapat memberikan keringanan bagi

masyarakat khususnya bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), militer dan pensiunannya yang

dilakukan Pemerintah adalah dengan memberikan peleyanan pengobatan gratis melalui

Asuransi Kesehatan (Askes). Asuransi Kesehatan (Askes) ini dapat di peroleh di Kantor

PT. Askes (Persero) Cabang / PT. Askes (Persero) Kabupaten / kota setempat sesuai

domisili dari peserta askes. Sehingga apabila pasien / peserta askes ingin berobat di

Puskesmas atau Rumah Sakit yang menggunakan pelayanan kesehatan dengan kartu

Askes, maka peseta / pasien askes dapat berobat secara gratis dengan menujukkan Kartu

Askes yang sudah dimiliki peserta. Contoh pelayanan kesehatan gratis lainnya yaitu dengan

menggunakan Jaminan Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin, Askeskin, Jamkesmas, dan

Askessos.

Sebagai contoh, di Provinsi Bangka Belitung, pelayanan kesehatan gratis yang

digunakan bernama Jaminan Kesehatan Sepintu Sedulang yang bekerja sama dengan

Jamkesmas dan telah mengcover 250ribu penduduk provinsi Babel. Jadi, kebijakan

pelayanan kesehatan gratis ini disesuaikan dengan kebijakan provinsi masing-masing.

3. Health Economy

Health Expenditure per capita adalah total anggaran kesehatan yang dikeluarkan

oleh suatu negara dibagi jumlah penduduk. Health Expenditure ini meliputi penyediaan

layanan kesehatan (preventif dan kuratif), perencanaan aktivitas keluarga, kebutuhan

nutrisi, dan pertolongan pertama. Tapi health expenditure ini tidak meliputi penyediaan air

dan sanitasi.

Nih contoh perbandingan health economy dua daerah:

D.I. Yogyakarta Jawa Barat

Health Expenditure

Percapita 70.443 (2007) 49.408 (2007)

Porsi Anggaran

Kesehatan 8,59 (2007) 5,22 (2007)

Referensi:

1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk

teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota

2. Terima kasih untuk Slide pleno kelompok 5 dan kelompok 17

3. Slide kuliah SKN

Sekian saja tentir pleno tentang perbandingan sistem kesehatan antar negara dan antar

daerah.. Semoga bermanfaat.

[Ade Ilyas Mukmin dan Monika Besti Yolanda]

Page 25: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

25

T-06 KOMPETENSI BUDAYA

Indonesia merupakan negara yang terdiri atas beragam budaya. Artinya, kita kelak akan

berhadapan dengan pasien yang berasal dari budaya yang berbeda-beda. Emangnya

penting ya kita ngebedain pasien berdasarkan budayanya ?? Kenapa gak kita sama ratakan

saja ?? Toh, semuanya pasti akan lebih senang kalau diperlakukan sama. Kan jadi adil...

Ternyata tidak...

Masing-masing orang akan senang jika diperlakukan sesuai dengan keinginannya.

Artinya “adil” dalam memperlakukan dan bersikap pada pasien adalah berlaku sesuai

dengan pengharapan dan budaya si pasien.

Ada beberapa teori mengenai budaya jika dikaitkan dengan kesehatan. Yakni (1) Teori

ekologi kedokteran; (2) Pendekatan kritis terhadap ekonomi politik; dan (3) Pendekatan

simbolis.

Yuk, liat satu per satu....

Teori ekologi kedokteran di mana budaya akan membantu pembentukan hubungan

antara fisik, biologi, benda-benda dengan lingkungan. Dengan kata lain budaya

membentuk ekologi. Kemudian lingkungan fisik, biologi, dan lainnya akan sangat

mempengaruhi kesehatan.

Pendekatan kritis terhadap ekonomi politik, di mana pola ekonomi dan politik

terbentuk dari budaya. Dan kondisi ekonomi, politik, dan kegiatan sosial akan sangat

mempengaruhi kondisi kesehatan.

Pendekatan simbolis, di mana budaya berhubungan dengan suatu kepercayaan

yang terkait dalam proses penyembuhan. Bersifat psikologis.

Menurut Denberg, dkk, seorang petugas kesehatan dikatakan memiliki kemampuan

kompetensi budaya jika memenuhi persyaratan berikut : memahami perspektif pasien

terhadap penyakit yang dialaminya, lalu membantu pasien untuk memahami penyakitnya

melalui perspektif biomedis. Sehingga penatalaksanaannya akan tepat, karena perspektif

pasien dan dokternya sudah dibuat sama.

Agar kompetensi budaya tersebut dapat terwujud, maka institut kesehatan dan

petugasnya wajib melaksanakan hal berikut ini : mengerti makna keberagaman dan

melakukan tatalaksana sesuai keberagaman tersebut; serta penilaian mawas diri yang

membuat kita mau mempelajari budaya lain di sekitar kita kemudian berusaha beradaptasi

terhadap perbedaan konteks budaya individu dan komunitas yang dilayani.

Berikut ini adalah tahapan Kompetensi Budaya.. Yukk kita lihat, kira-kira kita masuk

dalam kategori apa yaaa ??

Cultural destructiveness

Melihat adanya perbedaan tetapi menginjak-injak dan meremehkan perbedaan itu;

Sikap yang bertentangan dengan budaya pasien; Sikap yang berpengaruh terhadap

seluruh orang yang menjadi bagian dari suatu kebudayaan.

Contoh:

1. Pak Surya adalah orang Padang. Ia menderita obesitas. Kemudian sang dokter

melarang pasien makan makanan yang bersantan.

Hal ini bertentangan dengan kebiasaan orang padang yang pada umumnya

senang makanan bersantan. Seharusnya dokter bukan melarang tetapi

menyarankan agar pasien mengurangi makanan berlemak, misalnya makanan

bersantan.

2. Di papua, seks bebas merupakan hal yang biasa. Bahkan itu merupakan cara

mereka menunjukkan bahwa mereka lelaki. Karena perilaku ini, kejadian HIV/AIDS

meningkat. Akhirnya pemerintah membuat kebijakan larangan seks bebas.

Karena hal ini sudah menjadi budaya di Papua, maka akan sulit untuk membuat

kebijakan larangan seks bebas. Seharusnya pemerintah mencari pendekatan

yang lebih tepat, seperti gerakan penggunaan kondom.

Cultural incapacity

Melihat adanya perbedaan tetapi menganggap bahwa budaya si petugas kesehatan

lebih baik dibandingkan yang lainnya; Hal ini terjadi karena petugas kesehatan memiliki

kapasitas yang kurang tentang kebudayaan.

Contoh:

1. Seorang bidan yang mengumpat pasiennya dengan ucapan “dasar Jawa” karena

pasiennya lama dalam mengambil keputusan.

Si bidan menganggap bahwa budaya Jawa itu kurang baik, sehingga bisa

diambil kesimpulan bahwa mungkin menurutnya ia lebih mampu mengambil

keputusan dengan cepat (menganggap bahwa budayanya lebih baik)

2. Pasien berasal dari suku Batak tetapi dokter tidak mengetahui hal itu. Sehingga

saat pasien berbicara dengan suara yang keras, sang dokter langsung memukul

meja karena mengira pasien sedang marah-marah.

Dokter sebenarnya gak bermaksud memarahi pasien, tetapi karena

ketidaktahuannya kalau si pasien adalah orang Batak, maka ia malah salah

paham

Cultural blindness

Melihat adanya perbedaan tetapi bersikap seolah-olah perbedaan tersebut tidak ada;

intinya si petugas kesehatan memberikan perlakuan yang sama kepada seluruh

pasiennya.

Contoh:

Pasien berasal dari suku Batak. Ia berbicara dengan nada keras kepada dokter, tetapi

ia tidak bermaksud marah-marah. Sang dokter berpikir bahwa si pasien tidak sopan

karena berbicara sekeras itu. Akhirnya, sang dokter memukul meja dan meminta

pasien untuk bisa lebih sopan.

Page 26: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

26

Seharusnya sang dokter tahu bahwa itu memang logat orang Batak, dan pasien

tidak bermaksud marah-marah. Jadi, dokter tidak boleh menyamaratakan setiap

orang karena ada keberagaman logat.

Cultural pre-competence

Melihat adanya perbedaan, kemudian ingin bersikap yang baik terhadap perbedaan

budaya tersebut. Tetapi ternyata yang dilakukan tidak sesuai karena pengetahuan

tentang budaya lainnya yang kurang; dalam hal ini petugas kesehatan menyadari

kelemahannya.

Contoh:

Seorang dokter yang tidak memiliki kemampuan berbahasa Sunda. Sehingga ia

mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan pasiennya.

Cultural competence

Melihat adanya perbedaan, kemudian saat itu juga segera berusaha memahami kondisi

budaya lain tersebut, sehingga mampu bersikap yang sesuai dan berinteraksi dengan

budaya lain tersebut; Tiga hal utama jika seseorang memiliki kompetensi budaya

adalah menyadari, merefleksikan diri, dan berusaha mencari informasi tentang

keragaman kebudayaan.

Contoh:

Seorang dokter yang tidak mampu berbahasa Sunda. Sedangkan pasiennya

kebanyakan menggunakan bahasa Sunda dalam kesehariannya. Akhirnya sang dokter

mencari penerjemah agar memudahkannya dalam berkomunikasi dengan pasien.

Cultural proficiency

Kalau yang ini super banget deh pokoknya. Mampu bersikap dan berinteraksi yang

tepat terhadap berabagi keragaman budaya karena memang sudah mempelajari

berbagai budaya sejak dulu.

Contoh:

Orang di desa X lebih percaya melahirkan di dukun beranak daripada di bidan/dokter.

Petugas kesehatan menyadari hal tersebut. Sehingga ia membuat program pelatihan

membantu persalinan yang benar untuk para dukun beranak. Kemudian membantu

penyediaan alat bantu bersalin. Bahkan setiap kali ada proses persalinan, sang dukun

selalu didampingi oleh bidan/dokter.

Sekian tentirnya, mudah2an membantu,...

Kalau seandainya ada yang silap dan salah, tolong diberitahu di milis yaaa..

Terimakasih

[Dina Elita]

T-07 PERANCANGAN KLINIK STRATEGIS

Nah, sebenarnya gw bingung mau bikin apa, tp setelah di liat-liat lagi yah mungkin dapat

menuangkan sedikit ide untuk membantu memahami gimana cara bikin klinik yang baik,

taat hukum dan menguntungkan. Nah sebelumnya kita harus membahas sekilas tentang

standar pelayanan dokter keluarga.

STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA

1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik (standards of clinical care)

Nah ini dibagi lagi nih:

a. Standar Pelayanan Paripurna (standards of comprehensive of care)

Jadi standar yang diperlukan dalam pemeliharaan kesehatan klinik adalah

pelayanan medis strata pertama yang bersifat paripurna (comprehensive). Nah

yang dimaksud comprehensive disini adalah termasuk pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit dan proteksi

kusus (preventif dan specific protection), pemulihan kesehatan

(curative). Pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi

setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta

sesuai dengan medikolegal etika kedokteran.

b. Standar Pelayanan Medis (standard of medical care)

Kalo ini biasa lah ya, ada anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang,penegakan

diagnosis dan dd (kalo ini katanya dengan pendekatan diagnosis holistic),

prognosis (sesuai evidence based katanya), konseling, rujukan, tindakan,

pengobatan yang rasional dan pembinaan keluarga.

c. Standar Pelayanan Menyeluruh (standards of holistic of care)

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga harus menyeluruh yaitu peduli dengan

pasienadalah seorang manusia seutuhnya, yang terdiri dari fisik mental, social dan

spiritual, serta khiduan ditengah lingkungan fisik dan sosialnya.

d. Standar Pelayanan Terpadu (standard of integration of care)

Terpadu maksudnya disinidalam menangani pasien, dokter keluarga tidak hanya

bermitra dengan pasien saja, bisa dengan mitra dokter-pasien-keluarga, dokter-

pasien-dengan dokter spesialis dan lintas sektoral lainnya

e. Standar Pelayanan Berkesinambungan

Ini terdiri dari pelayanan yang proaktif, rekam medic yang berksinambungan,

pelayanan yang efisien yaitu pelayanan rawat jalan yang efisien dan sadar

biaya,dan pendampingan yaitu jika ada rujukan, dokter keluarga harus

mendampingi.

2. Standar Perilaku dalam Praktek

a. Standar Perilaku Terhadap Pasien

Di sini dokter keluarga harus memenuhi hak-hak pasien. Apa saja poin yang

termasuk di sini?? Nah ini dia..pasien harus dapat informasi pelayanan, waktu

Page 27: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

27

untuk berkonsultasi dengan dokter harus cukup. Pasien harus mendapatkan info

yang jelas mengenai tindakan, tujuan dan resikonya, kalo bahasa langitnya inform

consent. Dokter juga dituuntut untuk berkomunikasi dengan efektif dan

menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter.

b. Standar Perilaku Terhadap Mitra Kerja di Klinik

Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluargasebagai pemimpi

managemen untuk mengelola klinik secara baik. Dokter keluarga akan dibantu

oleh mitra dari profesi lain seperti perawat, bidan dll. Nah hubungan dengan

profesi lain harus professional dalam suasan kekeluargaan. Ini memperlihatkan

kalau klinik pelayanan dokter keluarga harus bekerja dalam tim.

c. Standar Perilaku dengan Sejawat

ini maksudnya menjaga hubungan baik antar profesi, dengan sejawat sesame

profesi dan menjadi anggota perkumpulan profesi demi peningkatan kesehatan

masyarakat.

d. Standar Pelayanan Ilmu dan Keterampilan Praktek

Kalo yang satu ini intinya belajar sepanjnag hayat dengan mengikuti kegiatan

ilmiah, membuat program jaga mutu, berpartisipasi dalam pendidikan (kalo ada

anak ko-as mau belajar ke sana harus dilayani), penelitian demi meningkatkan

kesehatan masyarakat dan yang terakhir yaitu melakukan penulisan ilmiah.

e. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat dibidang kesehatan

Dokter keluarga siap berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat yang akan

menunjang peningkatan kesehatan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Kalau

bisa menjadi anggota perkumpulan social, tujuannya sih menmbah wawasan

pergaulan.kalau ada kegiatan, pelayanan dokter keluarga harus berpartisipasi dan

kalau ada bencana harus langsung turun ke lapangan

3. Standar Pengolahan Praktik

a. Standar SDM

Maksudnya dari SDM adalah Sumber daya manusia minimum yang diperlukan yaitu

Dokter Keluarga, Perawat, Bidan dan administrator Klinik

b. Standar Manajemen Keuangan

Pelayanan dokter Keluarga harus mengelola keuangan nya secara professional.

Harus ada pencatatan keuangan yang umum, jelas dan transparan. Yang harus

diperhitungkan lagi adalah system pembayaran, apakah mau kapitasi atau fee for

service

c. Standar Manajemen Klinik

Pelayanan dokter keluarga diadakan di tempat klinik dengan manajemen yang

profesional, sekurang-kurang memperhatikan hal hal seperti Pembagan Kerja

(semua anggota tau kerjanya apa), program pelatihan untuk pekerja baru,

program K3 dan pembahasan administrasi klinik

4. Standar Saran dan prasarana

a. Sarana Fasilitas Praktik

Pelayanan dokter keluaraga harus memiliki fasilitas praktik yang lengkap setingkat

dengan pelayanan strata pertama dan beberapa fasilitas tambahan yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat setempat. Fasilitas untuk praktiknya harus sesuai

untuk kesehatan dan keamanan pasien, pegawai dan dokter yang berpraktik.

Tempat konsultasi harus menjamin kerahasiaan dan privasi pasien. Bangunan

interior harus aman dan mudah dijangkau oleh pasien. Klinik juga harus dilengkapi

dengan alat komunikasi yang biasa dipakai oleh warga sekitarnya. Jangan lupa

papan nama sesuai aturan profesi.

b. Standar Peralatan Klinik

Peralatan medis, peralatan penunjang medis dan non medis harus memenuhi

kebutuhan untuk pelyanan strata pertama

c. Standar Proses-proses penunjang klinik

Ini yang terakhir, apa aja yang dibutuhkan oleh proses-proses penunjang klinik.

Nah ini dia:

Pengolahan rekam medis yang baik, pengolahan rantai dingin (intinya

pendingin untuk vaksin tertentu dan obat tertentu), pengelolaan pencegahan

infeksi (Universal precaution managemen), sistem pengolahan limbah (jangan

sampai menimbulkan masalah lingkungan), pengelolaan air bersih dan obat.

Nah tadi itu adalah acuan untuk membuat klinik sesuai aturan, jadi kira-kira UUDnya lah

buat bangun klinik. Kalo untuk pembangunan kliniknya sendiri harus punya kreativitas yang

tidak melanggar UUD tadi tanpa mengenyampingkan tujuan lain yaitu klinik ini mandiri dan

tidak kesulitan duit.

Untuk mendirikan sebuah klinik, sebelumnya dilakukan perencanaan dulu. Perencanaan nya

itu dimulai dengan Survey Pasar dan Penentuan Letak yang Strategis.

Survey Pasar dan Penentuan Letak

Maksudnya yang utama sekali kita bahas adalah menemukan letak strategis yang

terjangkau oleh masyarakat. sambil nyari tempat, juga dibahas survey pasar atau survey

kebutuhan dari masyarakat setempat. Contohnya di Provinsi Babel, di sana sebgian

masyarakatnya merupakan pekerja tambang, dan banyak perusahaan tambang. Penyakit

yang banyak di sana adalah ISPA, hipertensi dan alergi kulit. Kalau di lihat dari contoh,

Klinik Dokter Keluarga akan bisa bertahan, selain melayani masyarakat umum disekitar,

juga bisa bekerja sama dengan perusahaan2 disekitar dalam pelayanan kesehatan

karyawannya. Bisa dengan pembayaran kapitasi.

Page 28: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

28

Penetuan Modal dan keuangan

Kita harus punya modal donk buat bikin klinik. Nah pikirin tuh modal awalnya dari mana,

yang duitnya banyak bisa patungan, kalo yang duit nya kurang bisa minjem ke bank. Untuk

perencanaan keuangan harus seefisien mungkin dan memperkirakan keperluan keuangan.

Penyusunan Manajemen dan Program

Yah sesuai dengan standar organisasi harus ada pengorganisasian lah. Harus ada pemimpin

umum dan untuk bawahannya sesaui dengan kebutuhan. Untuk penysunan program harus

mengambil referensi dari survey pasar tadi. Nah manajemen juga harus jeli dalam melihat

situasi baik waktu maupun tempat. Contohnya, bisa diadakan diskon untuk program

sirkumsisi pada waktu libur sekolah dan lain lain. satu lagi yang jangan lupa adalah visi dan

misi

Membuat Daftar Kebutuhan

Apa aja kebutuhan yang diperlukan?????? Yang pasti itu ada SDM dan Fasilitas. Sesuai

dengan UUD yang dijelaskan di atas tadi minimum SDM yang diperlukan adalah dokter,

bidan, perawat dan pegawai administrasi lain. Jumlah nya masing-masing sesuai kebutuhan

daerah tersebut. Untuk fasilitas yang harus di sediakan adalah gedung (sesuai standar

pelayanan dokter keluarag), peralatan yang lengkap untuk pelayanan strata pertama.

Jangan lupa fasilitas penunjang seperti pendingin, apotik, system pengolahan limbah dan

sistem rekam medis.

Setelah Perencanaan selesai langsung pelaksanaannya, sebelumnya harus diurus ijin

pendirian klinik dulu dan juga izin mendirikan bangunan (supaya g’ di gusur). Dalam

pelaksanaan harus ada kontroldari manajemen setiap saat. Dan harus ada evaluasi berkala.

Yang biasa terlupa adalah dokter keluarga harus mengikuti kegiatan masyarakat sekitar

untuk menunjang kesehatan masyarakat tersebut.

[Rido Prama Eled]

T-08 COMMUNITY DEVELOPMENT

Selamat datang di tentir pleno terakhir! Setelah sekian lama berjuang menghadapi abstraknya dunia

IKK, inilah pemberhentian kita yang terakhir (yang tidak kalah abstraknya). Intinya, pembuatan

proposal ini sama seperti ketika kita membuat proposal kegiatan (yang sering bikin pasti udah jago

banget).

Definisi: Suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui

pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat dan

pengorganisasian masyarakat. Dengan kata lain memberdayakan itu adalah

memampukan dan memandirikan masyarakat.1

Pemberdayaan masyarakat bukanlah:

Pelayanan (yang diberikan oleh pemerintah atau pihak swasta), tapi masyarakat

distimulus untuk membangun kemampuan dalam melakukan perubahan.

Kerja sosial.

Kegiatan yang ‘membuat senang’ semata, tetapi memiliki outcome yang signifikan

Prinsip program intervensi komunitas :

1. Tujannya adalah untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan dalam komunitas

tersebut.

2. Permberdayaan komunitas.

3. Menekankan kebijakan setempat.

4. Menggunakan sumberdaya yang ada dalam komunitas tersebut

5. Memastikan keberlangsungan program tersebut.

6. Efek jangka panjang.

Beberapa fase-fase pemberdayaan masyarakat secara umum, adalah :

1. Kesiapan komunitas

2. Kepedulian komunitas terhadap suatu masalah

3. Stimulus

4. Organisasi awal dan keterlibatan.

5. Perekrutan masyarakat lokal dan identifikasi isu.

a. Initial consideration

b. Purpose and Goals

c. Self Examination

d. Exploration

e. Interpretation and prioritisation

f. Planning and action on priorities

g. Reinvesment

Page 29: Tentir Pleno - Modul Ilmu Kedokteran Komunitas 2012

29

Macam-macam pemberdayaan :

a. Pendekatan medis. Petugas kesehatan mengarahkan komunitasnya untuk

mendukung program kesehatan.

b. Pendekatan pelayanan kesehatan. Komunitas berkontribusi dalam program

kesehatan, berupa SDM, material dan pendanaan akan tetapi keputusannya diambil

oleh petugas kesehatan.

c. Pengembangan komunitas (community development). Komunitas itu lah

yang mengidentifikasi masalah mereka, mencari solusi yang dapat dilakukan,

kemudian merencakan dan mengimplementasikan serta mempertahankan program

agar terus berlangsung.

Program pemberdayaan masyarakat yang direncanakan ini bertujuan untuk membantu

menyelesaikan masalah di lingkup kabupaten/kota. Untuk itu diperlukan sebuah program

dan agar terlaksanakannya sebuah program tersebut, diperlukan proposal. Adapun

komponen ringkasan proposal, antara lain:2

1. Latar belakang

Di dalam bab ini kita harus melampirkan data umum dari komunitas yang ingin kita

bantu. Kemudian, kita mengerucut ke masalah yang akan kita perbaiki untuk

perubahan. Kita elaborasi seberapa besar masalah ini dan seberapa penting perubahan

diperlukan.

2. Tujuan

Dalam tujuan, kita utarakan tujuan dari kegiatan yang akan kita lakukan. Seperti

proposal pada umumnya, tujuan kita bagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum merupakan final goal yang ingin kita capai, sedangkan tujuan khusus itu

sifatnya lebih spesifik, hal-hal nyata apa yang ingin kita capai dari kegiatan kita, yang

tidak melenceng dari tujuan umum tentunya. (bedakan ini dengan indikator

keberhasilan ya).

3. Bentuk kegiatan

Di sini, kita jelaskan apa bentuk dari kegiatan yang akan kita lakukan. Singkat saja,

cukup sebutkan nama kegiatannya (kalau ada) dan mekanismenya secara singkat

(gambaran umum kegiatan).

4. Manajemen pelaksanaan

Di sini kita jabarkan man (SDM siapa saja yang terlibat, strukturnya seperti apa),

material (bahan dan fasilitas apa saja yang kita butuhkan), metode (cara kita

melakukan program tersebut secara lebih rinci), dan money (pendanaan program kita

seperti apa)

5. Monitoring dan evaluasi

Monitoring: membahas mengenai bagaimana kita akan memonitor keberlangsungan

kegiatan tersebut. Monitoring ini dilakukan supaya program berjalan sesuai dengan

rencana, sehingga ga melenceng atau terancam gagal karena tidak dapat mencapai

outcome yang diharapkan.

Evaluasi menilai outcome, sesuai sama yang kita harapkan atau tidak. Kalo ga, kita

analisis lagi kira-kira penyebabnya apa.

6. Cara agar program menarik

Nah, kalo isih pinter-pinter kitanya yang bikin program. (misal minta sponsorship yang

sesuai dengan program, atau kalau kelompok 4 ni heboh banget, bikin strategi yang

bisa menarik perhatian WHO sekaligus. Mantep gan). Berhubung yang bikin tentir

kurang kreatif, jadi ga bisa ngasih banyak contoh, maafkan .

Feedback Pleno

Dari sini kita dapat pencerahan yang berarti. Kata narasumber waktu itu, community

empowerment harus bisa dibedakan dari promosi kesehatan. Dalam community

empowerment, masyarakat itu berperan sebagai subjek sekaligus objek, mirip sama prinsip

demokrasi (dari, oleh, dan untuk rakyat). Untuk analisis masalah, kita ajak masyarakat

untuk menentukan apa masalahnya, kemudian kita bersama masyarakat juga lah yang

berdiskusi untuk menentukan intervensi yang diperlukan.

Jadi emang biarkan masyarakat sendiri yang memutuskan solusi untuk masalah yang

mereka temukan sendiri. Kita hanya berfungsi sebagai fasilitator, ketika mereka

membutuhkan sumber daya yang tidak bisa mereka temukan dalam komunitasnya, baru

kita member bantuan.

Contoh implementasi penjelasan ini dielaborasikan narasumber dalam cerita berikut:

Suatu waktu, di daerah Kalimantan tengah, ada satu lembaga yang berisiatif untuk

melakukan survey awal. Masyarakat tidak tahu menahu mengenai hal ini. Setelah

mendapatkan masalah dalam masyarakat tersebut, lembaga ini melakukan presentasi di

depan tokoh adat, sehingga para tokoh adat itu tau masalah yang ada di komunitas

mereka. Waktu itu masalahnya adalah mengenai berbagai infeksi pada anak sekolah. Pada

saat berdialog dengan tenaga pengajar, mereka mengungkapkan bahwa pengetahuan yang

mereka miliki untuk memberikan edukasi kesehatan kepada anak didiknya kurang. Akhirnya

lembaga tersebut sepakat dengan masyarakat untuk training of trainer bagi guru dan

kader. Dari training ini, kelak perjuangannya akan diteruskan dengan membentuk dokter

kecil dan program lainnya yang juga ditentukan oleh masyarakat.

Seperti itulah contoh nyatanya. Narasumber juga menambahkan, peran kita sebagai

tenaga medis adalah untuk menilai program (di dalam cerita) tersebut berjalan atau tidak.

Segini aja dari tentir terakhir ini. Maaf banget kalo ga bisa sesuai ekspektasi. Meskipun slide kuliah

udah cukup bagus, sayangnya relevansi dengan pembuatan proposal comdev sangat minim. Jadi tetep

slidenya dibaca ya. Semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kartasasmita G. Pemberdayaan masyarakat: konsep pembangunan yang berakar pada

masyarakat. Diunduh dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195207251978031-

ACE_SURYADI/09PemberdayaanMasyarakat.pdf. Tanggal 27 Juli 2012, 22.59 WIB.

2. BPKM

[Kabisat Febiachrulia dan Ratoe Suraya]