skenario 2 blok 2
DESCRIPTION
tutTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orang menginginkan hidup sehat tanpa mengalami atau
menderita suatu penyakit yang cukup berbahaya, apalagi yang berhubungan
dengan kelainan genetik. Tetapi, pada kenyataannya, manusia yang awalnya
hidup normal dapat terserang penyakit genetik ketika menginjak usia
tertentu.
Pada kasus ini, kita dihadapkan pada kasus yang terjadi di Desa
Sidomulyo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Puluhan warga Desa
Sidomulyo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, menderita lumpuh.
Kelumpuhan tersebut tiidak dating seketika, melainkan pelan-pelan yang
diawali dengan sakit persendian kaki. Sejak tahu kitn 1950 hingga sekarang,
penyakit lumpuh tersebut telah merenggut 19 nyawa dan kini masih ada 20
orang penderita yang masih hidup. Mayoritas korban terserang penyakit
tersebut ketika usianya mendekati 35 tahun. Bila dirunut, sebangian besar
penderita lumpuh tersebut masih memiliki hubungan darah (keluarga).
Mereka adalah keturunan dari kakek buyut Rejo Dinomo. Situasi ini membuat
warga yang tidak sakit dirundung ketakutan dan was-was terutama mereka
yang bertalian darah dengan korban, mereka berpikir bahwa suatu hari nanti
akan menderita penyakit yang sama (Suara Merdeka,2011).
Seorang dokter berpendapat bahwa penyakit lumpuh tersebut adalah
Ataxia Friedreich (AF). Penyakit AF tersebut adalah bukan penyakit yang
menular, namun diwariskan sebagai trait autosomal resesif, yang
menyebabkan kerusakan sistem saraf dan otot, yang selanjutnya
mengakibatkan gangguan koordinasi otot terus memburuk. Penyakit AF
disebabkan oleh mutasi gen FXN yang mengkode protein frataxin, yang
lokusnya terdapat pada kromosom 9q13-21.1. Protein frataxin tersebut
terlibat dalam metabolisme zat besi di sitoplasma yang ada di sekitar
mitokondria. Pada sebagian besar kasus, gen mutant mengandung
expanded GAA Triplet repeats pada intron pertama (intron dilepaskan pada
pemrosesan mRNA antara transkripsi dan translasi). Mutasi ini tidak
mengakibatkan produksi protein frataxin abnormal, tetapi menyebabkan
gene silencing melalui induksi struktur heterokromatin.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada skenario kedua blok Biologi Molekuler ini, kami membahas
tentang kelumpuhan yang terjadi pada puluhan warga Desa Sidomulyo,
Boyolali. Seorang dokter berpendapat bahwa kelumpuhan tersebut
merupakan suatu penyakit yang dinamakan Ataxia Friedreich (AF).
Ataxia berasal dari bahasa Yunani yang artinya kegagalan
mengerjakan segala sesuatu sesuai urutan. (Yanna Saelan, 2008). Ataxia
juga merupakan suatu gejala neurologis yang berupa ketidakmampuan otot
untuk melakukan koordinasi gerak. Gejala ini menandakan adanya disfungsi
dari sel-sel saraf yang mengatur pergerakan di otak kecil (Tim Redaksi
Klikdokter, 2011).
Gejala awal yang paling bisa dilihat dari penderita Ataxia adalah
kehilangan keseimbangan dan koordinasi pada tangan, lengan dan kaki.
Penderita akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas yang
membutuhkan kontrol fisik yang lebih banyak, seperti menulis, menjahit, dan
lain sebagainya. Kondisi ini juga akan berpengaruh pada suara, mulut, dan
lidah yang mengakibatkan bicara menjadi lambat dan tidak jelas, serta
kesulitan dalam menelan. Lama-kelamaan penderita Ataxia akan semakin
kesulitan dalam berjalan sehingga memerlukan kursi roda (National Health
Service, 2011). Gejala lain dari Ataxia adalah gerakan mata yang tidak biasa,
gemetar yang biasanya terjadi di tangan ketika mencoba untuk
menggunakannya. Beberapa bentuk ataksia memiliki gejala lain, yang dapat
mencakup gangguan kandung kemih dan fungsi usus, kehilangan memori,
depresi dan kecemasan, hilangnya rasa di lengan dan kaki, dan hilangnya
kekuatan di lengan dan kaki (Redaksi Medicastore, 2010).
Terdapat bererapa jenis ataxia, antara lain Ataxia Friedreich, Ataxia-
telangiectasia, Ataxia karena kekurangan vitamin E, Ataxia Spinocerebellar,
Ataxia Episodic, Acquired ataxia, dan Idiopathic late onset cerebellar ataxia
(ILOA) (National Health Service, 2011).
Pada skenario ini yang lebih banyak dibahas adalah mengenai Ataxia
Friedreich. Ataxia Friedreich disebabkan oleh perubahan atau mutasi gen
Frataxin (FXN) yang terletak pada kromosom nomor 9. Gen FXN adalah gen
yang mengkode protein frataxin. Protein ini ditemukan pada sel di seluruh
tubuh, dengan tingkat tertinggi di jantung, sumsum tulang belakang, hati,
pankreas, dan otot-otot yang digunakan untuk gerakan (otot rangka). Satu
region gen FXN berisi segmen DNA yang dikenal dengan trinucleotide GAA
repeat. Pada kebanyakan orang, jumlah pengcopyan GAA pada gen FXN
yang kurang dari 12 tetapi terkadang segmen GAA dicopy sebanyak 12-33
kali. Pengcopyan tersebut masih normal terjadi. Tetapi pada orang yang
terkena Ataxia Friedreich, GAA mengalami pengcopyan sebanyak lebih dari
1000 kali (U. S. National Library of Medicine, 2010).
Pada sebagian besar kasus, gen mutan mengandung expanded GAA
triplet repeats pada intron pertama dan intron dilepaskan pada pemrosesan
mRNA antara transkripsi dan tranlasi. Mutasi ini tidak mengakibatkan
produksi portein frataxin abnormal, tetapi menyebabkan gene silencing
melalui induksi struktur heterokromatin.
Gene silencing sendiri adalah pembungkaman gen. Dalam prosesnya,
suatu gen dihalangi oleh mekanisme tertentu sehingga tidak dapat
ditranskripsi atau mungkin dapat ditranskripsi tetapi kemudian tidak dapat
diproses menuju tahap translasi (Vasudevan dkk., 2002) Dalam diskusi, kami
mendapatkan informasi bahwa gene silencing ini terjadi karena perubahan
bentuk kromatin sehingga tidak dapat dijangkau oleh enzim. Terjadinya hal
ini menyebabkan tidak dapat dibentuknya suatu produk.
Pembentukkan protein ditentukan oleh gen atau DNA. Dalam sintesis
ini dikenal dengan ekspresi gen, yaitu proses di mana informasi yang dikode
di dalam gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino.
Proses sintesis protein:
1. Transkrpisi: yaitu proses pembentukan RNAd oleh ADN sense dalam
inti sel (nukleus), diawali dengan pemisahan rantai sense dengan anti
sense dengan bantuan enzim RNA polimerase. Setelah terbentuk ARNd
dengan kodonnya, ARNd tersebut keluar dari nukleus menuju ke
ribosom melalui sitoplasma.
2. Translasi: yaitu proses penerjemahan kode-kode asam amino yang
ada di ARNd oleh ARNt. Di dalam ribosom, ARNd menempel pada ARNt,
dan hal ini menyebabkan ARNt aktif mengikat dan menterjemahkan
kode-kode asam amino yang ada dibawa oleh ARNd (kodon). Setiap 3
basa N pada ARNd akan diikat oleh 1 ARNt untuk diterjemahkan
menjadi 1 asam amino. ARNt terdiri dari 2 bagian, yaitu anti kodon
yang berhubungan dengan kodon dan bagian lain sebagai pengikat
asam amino (Rohana Kusumawati, 2010).
Fungsi spesifik frataxin masih belum diketahui, tetapi beberapa
penelitian menunjukkan bahwa protein ini memainkan peran dalam
metabolisme zat besi. Studi yang ada juga telah menunjukkan bahwa
penghapusan gen frataxin dalam ragi memberi dampak pada akumulasi zat
besi di dalam mitokondria dan hilangnya respirasi. Rekombinan frataxin
manusia telah ditunjukkan untuk mengikat zat besi in vitro, dan peningkatan
kadar zat besi mitokondria telah diamati pada pasien penderita Friedreich
Ataksia (FRDA) (Mitosciences, 2010).
Mitokondria adalah organel energi yang mengekstraksi energi dari
nutrien dalam makanan dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat
digunakan oleh sel untuk beraktivitas. Mitokondria berbentuk batang atau
oval seukuran bakteri. Setiap mitokondria dibungkus oleh suatu membran
rangkap, membran luar halus mengelilingi mitokondria dan membrane
dalam membentuk serangkaian lekukan dalam atau rak yang disebut krista
yang menonjol ke dalam rongga dalam yang terisi oleh larutan mirip gel
yang disebut matriks. Krista mengandung protein-protein penting yang
berperan dalam konversi sebagian besar dalam makanan menjadi bentuk
yang dapat digunakan. Protein-protein penting ini ditempatkan pada lipatan-
lipatan membran dalam. Sedangkan matriks mitokondria terdiri dari
campuran pekat ratusan enzim berbeda yang mempersiapkan molekul
nutrien untuk untuk ekstraksi akhir energi oleh protein-protein krista
(Sherwood, 2011).
Penyakit genetik seperti Ataxia Friedrich ini biasanya disebabkan
karena adanya perubahan struktur genetik atau kelainan struktur genetik
yang sering disebabkan karena suatu mutasi. Macam-macam mutasi:
1. Berdasarkan proses terjadinya:
a. Mutasi Alami/Spontan: proses perubahan genetis yang terjadi
secara alamiah/terjadi dengan sendirinya.
b. Mutasi buatan: proses perubahan genetis yang terjadi karena
usaha/perlakuan manusia.
2. Berdasarkan bagian tubuh yang mengalaminya:
a. Mutasi Vegetatif: terjadi pada sel tubuh (somatis)
b. Mutasi Generatif: terjadi pada sel gamet (gonosom)
3. Berdasarkan bagian yang mengalaminya:
a. Mutasi kecil/mutasi gen: terjadi pada gen/DNA yang
menyebabkan perubahan genotip. Sedangkan fenotipnya bisa
berubah dan bisa tidak.
b. Mutasi Kromosom/Mutasi Besar/Abrasi: terjadi pada kromosom.
1. Aneuploid: perubahan set kromosom.
Autopoliploid: terjadi gangguan anafase ketika meiosis
sehingga gen mengganda dengan sendirinya.
Allopoliploid: terjadi karena penyilangan antara 2
spesies yang berbeda jumlah set kromosomnya.
2. Aneusomik: perubahan jumlah kromosom pada saat anafase
meosis 1 atau saat terjadi gagal berpisah, kromatid tidak
melekat pada gelendong, sehingga jumlah kromosomnya ada
yang kurang atau lebih dari jumlah yang normal. Contohnya
adalah Nullisomik, Monosomik, Trisomik, ataupun Tetrasomik.
3. Kerusakan kromosom:
Inversi: terjadi ketika kroosom patah di dua tempat
yang diikuti dengan penyisipan kembali gen-gen pada
kromosom yang sama dengan urutan terbalik.
Delesi: terjadi ketika ada pematahan kromosom yang
mengakibatkan hilangnya satu bagian kromosom.
Duplikasi: terjadi jika ada penambahan kromosom
sehingga suatu bagian kromosom terdapat lebih dua
kali dalam satu sel diploid yang normal.
Translokasi: terjadi jika suatu bagian dari satu
kromosom pindah ke kromosom lain yang bukan
homolognya.
Katenasi: terjadi karena ujung kromosom homolog
saliang berdekatan sehingga membentuk lingkaran.
Transisi: terjadi jika ada penggantian suatu purin
(adenin dan guanin) oleh purin yang lain atau suatu
pirimidin (timin dan sitosin) oleh pirimidin yang lain.
Transversi: terjadi jika ada pebnggantian suatu purin
oleh pirimidin atau penggantian suatu pirimidin oleh
purin (Rohana Kusumawati, 2010).
Penularan ataksia terjadi secara genetik dan terjadi karena adanya
kelainan gen yang sudah ada sejak seseorang dilahirkan. Dalam hal
hereditas, kami mengenal beberapa istilah seperti gen, alel, dan pewarisan
Mendel.
Gen adalah unit pewarisan sifat bagi suatu organisme. Gen diwariskan
oleh suatu individu kepada keturunannya ketika melakukan proses
reproduksi. Bentuk fisiknya adalah untaian DNA yang menyandi suatu
protein dan akan mewujudkannya dalam suatu karakter (sifat) yang dapat
diamati (fenotip). Sedangkan alel adalah anggota dari sepasang gen (Suryo,
2005).
Gen-gen tersebut diwariskan melalui suatu pola penurunan sifat yang
pertama kali diteliti oleh seorang berkebangsaan Austria bernama Gregor
Mendel, hingga sekarang namanya menjadi sebutan bagi ilmu yang
mempelajari tentang genetika. Dalam penelitiannya dengan menggunakan
kacang ercis, Mendel mendapatkan kesimpulan penting, yaitu:
1. Hibrid memiliki sifat yang mirip dengan induknya dan setiap hibrid
mempunyai sifat yang sama dengan hibrid yang lain dalam 1
spesies.
2. Karakter dari keturunan suatu hibrid selalu timbul kembali secara
teratur (Suryo,2005).
Dari kesimpulan-kesimpulan tersebut, dicetuskanlah 2 hukum Mendel:
1. Hukum Mendel 1
Pada waktu pembentukan gamet-gamet, gen-gen yang
menentukan suatu sifat mengadakan segregasi (pemisahan),
sehingga tiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Persilangan
ini sering disebut Persilangan Monohibrid. Yang akan diturunkan
hanyalah satu sifat (karakteristik) dari suatu individu (Suryo, 2005).
2. Hukum Mendel 2
Dapat diamati pada Persilangan Dihibrid, dimana pada saat
pembentukan gamet gen-gen se-alel akan memisah secara bebas
dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya secara
bebas pula. Persilangan ini akan menghasilkan karakteristik yang
lebih banyak dariada Persilangan Monohibrid (Rohana Kusumawati,
2010).
Dalam hal ini, dikenal pula istilah gen dominan dan resesif. Gen
dominan adalah gen yang akan mengontrol penampakan individu. Apabila
terdapat sepasang gen yang terdiri dari gen dominan dan resesif, maka
fenotip yang akan muncul adalah sifat yang dibawa oleh gen dominan. Sifat
yang dibawa oleh gen resesif hanya akan muncul apabila tidak berpasangan
dengan gen dominan (homozigot resesif) (Suryo, 2005).
Ada dua cara mutasi genetik dapat diturunkan melalui hubungan keluarga.
1. Autosomal resesif: pada Ataxia Friedrich dan Ataxia telangiectasia.
Apabila gen bermutasi resesif autosomal, berarti seseorang hanya akan
mendapatkan penyakit ataksia jika menerima sepasang gen yang bermutasi (satu dari ibu
dan satu dari ayah). Jika hanya menerima satu dari salah satu gen yang bermutasi, maka
gen normal lainnya akan membatalkan efek dari mutasi, tetapi hanya akan menjadi
pembawa (carrier). Diperkirakan bahwa sekitar 1 dari setiap 75 orang adalah pembawa
gen bermutasi yang menyebabkan ataksia Friedreich. Kemungkinan pertemuan dua
pembawa sifat ini untuk kemudian menikah dan memiliki anak sangat kecil. Hal inilah
yang membuat kejadian Ataxia masih sangat langka terjadi.
2. Autosomal Dominan: pada Ataxia spinocerebellar.
Seseorang sudah dapat menderita penyakit Ataxia jenis ini walaupun hanya jika
menerima sebuah gen yang bermutasi dari salah satu orang tua saja. Hal ini karena gen
dominan sudah cukup kuat untuk mengesampingkan gen lainnya (National Health Service,
2011).