situs hunian prasejarah di sarmi

11
SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI (The Prehistoric Settlement Site in Sarmi) Hari Suroto Balai Arkeologi Papua, Jalan Isele, Kampung Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura 99358, e-mail: [email protected] INFO ARTIKEL Histori artikel ABSTRAK Diterima: : 9 Maret 2017 Direvisi: 20 April 2017 Disetujui: 12 Juni 2017 Sarmi, hunian prasejarah, situs, artefak Kata kunci: Sarmi terletak di pesisir utara Papua. Pada masa prasejarah, Sarmi menjadi tujuan migrasi penduduk dari pedalaman maupun penutur Austronesia. Mereka hidup menetap dan membentuk pemukiman. Penelitian arkeologi prasejarah di Sarmi belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menemukan, mengidentifikasi situs hunian prasejarah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survei permukaan tanah. Analisis menggunakan analisis artefak, dan analisis kontekstual. Dalam penelitian ini berhasil menemukan situs hunian terbuka yang terdiri atas Situs Edwas, Karbos dan Fromadi. Manusia pendukung Situs Edwas merupakan pemburu dan peramu hasil hutan, sedangkan manusia pendukung Situs Karbos dan Situs Fomadi hidup berburu dan meramu, mencari hasil laut serta beraktivitas perdagangan atau tukar menukar komoditas dengan penduduk luar. PENDAHULUAN Daerah di pesisir utara Papua memiliki budaya yang beragam (Muller, 2015:15). Salah satu wilayah di pesisir utara Papua yaitu Sarmi, dengan luas wilayah 35.587 km 2 (https://www. papua.go.id). Koentjaraningrat (2002:70- 72), berpendapat bahwa pada masa prasejarah, sebagian penduduk Sarmi berasal dari pedalaman. Migrasi penduduk ini dengan cara menyusuri sungai-sungai ke arah hilir. Selain migrasi dari pedalaman, wilayah ini diperkirakan juga menjadi tujuan migrasi penutur Austronesia sekitar 3500 tahun yang lalu (Muller, 2008:55). Penutur Austronesia ini datang dengan menggunakan perahu layar bercadik dan membawa serta struktur sosial yang berbeda serta membawa binatang piaraan berupa babi, anjing dan ayam. Penutur Austronesia ini membaur dan menyatu dengan penduduk yang sudah ada sebelumnya (Muller, 2015). Menurut Bellwood (2000:129), artefak yang menjadi bukti pengaruh budaya Austronesia adalah gerabah. ABSTRACT Sarmi, prehistoric settlement, sites, artifact Keywords: Sarmi is located on the northern coast of Papua. In prehistoric times, Sarmi became the goal of the migration of inland and Austronesian speakers. They live settled and form settlements. Prehistoric archeology research at Sarmi has never been done. The purpose of this study was to identify, find, identify prehistoric settlement sites. The data collection method used is surface survey. The analysis uses artifact analysis, and contextual analysis. In this study managed to find an open settlement site consisting of Edwas Site, Karbos and Fromadi. Human supporters of Edwas Site are hunters and gatherers of forest products, while human supporters of Karbos site and Fromadi site live hunting and gathering, searching for seafood as well as trading activities or exchanging commodities with outsiders. 21 Situs Hunian Prasejarah di Sarmi, Hari Suroto

Upload: others

Post on 28-Nov-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI

SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI(The Prehistoric Settlement Site in Sarmi)

Hari SurotoBalai Arkeologi Papua, Jalan Isele, Kampung Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura 99358, e-mail: [email protected]

INFO ARTIKEL

Histori artikel

ABSTRAK

Diterima: : 9 Maret 2017 Direvisi: 20 April 2017Disetujui: 12 Juni 2017

Sarmi,

hunian prasejarah,

situs,

artefak

Kata kunci:

Sarmi terletak di pesisir utara Papua. Pada masa prasejarah, Sarmi menjadi tujuan migrasi penduduk dari pedalaman maupun penutur Austronesia. Mereka hidup menetap dan membentuk pemukiman. Penelitian arkeologi prasejarah di Sarmi belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menemukan, mengidentifikasi situs hunian prasejarah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survei permukaan tanah. Analisis menggunakan analisis artefak, dan analisis kontekstual. Dalam penelitian ini berhasil menemukan situs hunian terbuka yang terdiri atas Situs Edwas, Karbos dan Fromadi. Manusia pendukung Situs Edwas merupakan pemburu dan peramu hasil hutan, sedangkan manusia pendukung Situs Karbos dan Situs Fomadi hidup berburu dan meramu, mencari hasil laut serta beraktivitas perdagangan atau tukar menukar komoditas dengan penduduk luar.

PENDAHULUANDaerah di pesisir utara Papua

memiliki budaya yang beragam (Muller, 2015:15). Salah satu wilayah di pesisir utara Papua yaitu Sarmi, dengan luas wilayah 35.587 km2 (https://www.papua.go.id).

Koentjaraningrat (2002:70-72), berpendapat bahwa pada masa prasejarah, sebagian penduduk Sarmi berasal dari pedalaman. Migrasi penduduk ini dengan cara menyusuri sungai-sungai ke arah hilir. Selain migrasi dari pedalaman, wilayah ini

diperkirakan juga menjadi tujuan migrasi penutur Austronesia sekitar 3500 tahun yang lalu (Muller, 2008:55). Penutur Austronesia ini datang dengan menggunakan perahu layar bercadik dan membawa serta struktur sosial yang berbeda serta membawa binatang piaraan berupa babi, anjing dan ayam. Penutur Austronesia ini membaur dan menyatu dengan penduduk yang sudah ada sebelumnya (Muller, 2015). Menurut Bellwood (2000:129), artefak yang menjadi bukti pengaruh budaya Austronesia adalah gerabah.

ABSTRACT

Sarmi, prehistoric settlement, sites, artifact

Keywords:

Sarmi is located on the northern coast of Papua. In prehistoric times, Sarmi became the goal of the migration of inland and Austronesian speakers. They live settled and form settlements. Prehistoric archeology research at Sarmi has never been done. The purpose of this study was to identify, find, identify prehistoric settlement sites. The data collection method used is surface survey. The analysis uses artifact analysis, and contextual analysis. In this study managed to find an open settlement site consisting of Edwas Site, Karbos and Fromadi. Human supporters of Edwas Site are hunters and gatherers of forest products, while human supporters of Karbos site and Fromadi site live hunting and gathering, searching for seafood as well as trading activities or exchanging commodities with outsiders.

21Situs Hunian Prasejarah di Sarmi, Hari Suroto

Page 2: SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI

Beliung dan kapak merupakan peralatan yang paling umum dari penutur Austronesia awal di seluruh wilayah sebaran. Alat-alat ini kemungkinan digunakan untuk pembukaan lahan pertanian di samping keperluan lain. Beliung persegi sederhana dengan bentuk persegi dan penampang segi empat merupakan jenis yang paling umum di seluruh kawasan sebaran. Di Indonesia timur, kapak lonjong dengan tajaman bifasial cukup menonjol. Inovasi teknologi yang paling menonjol dari penutur Austronesia adalah gerabah yang sisa-sisanya selalu ditemukan di situs-situs neolitik dan situs sesudahnya (Simanjuntak, 2011:14-15). Situs sebagai sumber data dalam arkeologi merupakan rangkaian ekosistem manusia dan lingkungannya, sehingga dalam pemilihan tempat tinggal selain didasarkan pada kondisi lingkungan juga bentang alam. Sejalan dengan hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya, Subroto (1985:1178) mengemukakan bahwa adanya hubungan antara pola pemukiman dengan gejala-gejala geografis seperti halnya keadaan topografis, tanah, vegetasi, dan zona curah hujan.

Informasi mengenai keberadaan gerabah di Sarmi ditulis oleh Koentjaraningrat (1963:163-164) yang menyebutkan bahwa penduduk Sarmi menggunakan periuk belanga tanah liat sebagai wadah menyimpan air atau memasak makanan. Selain itu gerabah

juga berfungsi sebagai komoditas perdagangan dengan cara dibarter dengan damar, kulit kayu, kapak batu dan manik-manik. Berdasarkan hal ini maka diperkirakan artefak gerabah juga terdapat pada situs-situs arkeologi di Sarmi. Informasi dari Koentjaraningrat ini perlu dilakukan penelitian arkeologi untuk membuktikannya.

Informasi dari masyarakat Kampung Beneraf menyebutkan bahwa penduduk Kampung Beneraf, Distrik Pantai Timur, merupakan perpindahan dari pedalaman. Mereka berasal dari Kampung Edwas atau kampung tua. Kampung Edwas ini terletak di pedalaman pantai timur Sarmi, berjarak sekitar 8,5 km dari Kampung Beneraf. Dalam proses perpindahan ke Kampung Beneraf, sebagian benda peralatan hidup ditinggalkan di Kampung Edwas. Pada dasarnya tujuan ilmu arkeologi mengandung pemahaman yang berlandaskan kepada tiga paradigma kebudayaan, yaitu merekonstruksi sejarah kebudayaan, merekonstruksi cara hidup manusia masa lalu dan penggambaran proses perubahan kebudayaan (Binford, 1972:78). Tujuan dilakukannya eksplorasi arkeologi prasejarah di Kabupaten Sarmi adalah untuk mengetahui, menemukan, mengidentifikasi situs hunian prasejarah. Upaya untuk merekonstruksi sejarah kebudayaan, rekonstruksi cara-cara hidup, dan penggambaran

22 Jurnal Papua, Volume 9, No. 1 Juni 2017 : 21-31

Page 3: SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI

proses budaya masa lampau (Binford, 1972:78) hendaknya memperhatikan tiga dimensi penting yaitu bentuk, ruang dan waktu. Ketiga dimensi tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya dan merupakan dimensi yang harus mendapatkan perhatian para arkeolog. Dimensi kerap digunakan sebagai landasan untuk memberikan waktu, fungsi, sosial ekonomi, religi, dan hal lainnya dari kehidupan masa lalu. Begitu juga sebaliknya dimensi ruang data memberikan informasi akan fungsi, waktu, sebaran, dan hal lainnya dari bentuk artefak yang ditemukan. Dimensi waktu, memberikan gambaran kapan sebuah artefak atau kehidupan masa lalu berlangsung.

Menurut James Deetz dalam bukunya Invitation to Archaeology (1967) ada tiga tingkatan dalam penelitian arkeologi. Ketiga tingkatan itu adalah observasi (observation) merupakan tingkat pengumpulan data, deskripsi (description) yaitu tingkat pengolahan data dan penjelasan (explanation) adalah tingkat interpretasi data (Deetz, 1967:6). Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data, analisis data dan interpretasi data. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: studi pustaka berupa penelusuran data baik itu

sumber dari literatur yang berkaitan dengan situs sebagai bahan acuan dalam pembuatan desain dan strategi pelaksanaan penelitian yang nantinya dapat menjadi panduan dalam kegiatan penelitian. Survei di situs dengan cara mengamati permukaan tanah dari jarak dekat, dilakukan juga survei permukaan di lingkungan sekitar situs untuk mendapatkan data arkeologi dalam konteks dengan lingkungan sekitarnya, dan untuk mengetahui hubungan antardata arkeologi (Redaksi, 2008:22).

Analisis data dilakukan dengan analisis artefaktual yaitu analisis dengan cara mengamati ciri-ciri fisik artefak yaitu bentuk, ukuran, warna, teknologi, aspek dekoratif dan jejak pakai. Selain itu juga dilakukan analisis kontekstual (contextual analysis), yaitu mencari korelasi data artefak dengan temuan serta, baik artefak, ekofak, dalam satu matriks (association). Analisis kontekstual menitikberatkan pada hubungan antardata arkeologi dan data arkeologi dalam konteks dengan lingkungan sekitarnya. Pengamatan juga dilakukan pada keletakan data arkeologi (provenience), persebaran temuan dalam ruang (distribution) dan lapisan tanah (stratification).

23Situs Hunian Prasejarah di Sarmi, Hari Suroto

Page 4: SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI

PEMBAHASAN air terdekat berupa sungai, dengan kualitas air jernih, debit air sedang, volume air ada sepanjang musim. Pola permukiman pada situs Edwas yaitu pola mengelompok di puncak bukit pada umumnya mengikuti kemiringan lahan. Kondisi permukaan tanah di Situs Edwas basah dan tertutup daun kering. Survei permukaan tanah di situs ini berhasil menemukan fragmen gerabah, fragmen kapak batu, batu bulat terbakar, gelang kaca dan rahang bawah babi (Sus Scrofa Papuensis).

Situs Edwas merupakan situs hunian terbuka di atas bukit. Pemilihan lokasi hunian di atas bukit, berkaitan dengan faktor keamanan penghuninya dari serangan musuh. Situs Edwas dekat dengan sungai sebagai sumber air bersih dan jauh dari laut. Untuk mencukupi kebutuhan garam, keberadaan kolam air asin sangat membantu. Kolam air asin sebagai sumber garam sebagai bumbu masakan atau untuk mengawetkan makanan. Gerabah Situs Edwas diketahui dibuat dari bahan tanah liat campur pasir halus dengan teknik tatap pelandas, hias tempel, penyelesaian akhir upam dan slip merah, memiliki kesamaan dengan gerabah dari situs Gua Tubara, Kampung Kayu Batu, Kota Jayapura. Bentuk gerabah Situs Edwas memiliki kesamaan dengan bentuk gerabah Situs Gua Tubara, Kampung Kayu Batu, Kota Jayapura.

Kajian etnoarkeologi menyebutkan bahwa penduduk Kayu Batu sejak dulu dikenal sebagai

Gambar 1. Peta Sarmi (Sumber: Google image)

Penelitian arkeologi di Distrik Sarmi, Distrik Pantai Timur dan Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi diperoleh data yaitu situs Edwas, situs kolam air asin, situs Fromadi, dan Situs Karbos. Untuk lebih jelasnya hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Situs Edwas Secara administratif situs Edwas merupakan bagian wilayah Kampung Beneraf, Distrik Pantai Timur. Situs ini terletak pada S 020 061 41.6311 E 1390 091 22.1511. Situs Edwas merupakan situs terbuka (open site). Untuk mencapai situs ini dilakukan dengan berjalan kaki masuk ke dalam hutan sejauh 8,5 kilometer. Situs Edwas merupakan sebuah bukit dengan permukaan rata di bagian puncaknya. Luas situs yaitu 100 x 200 meter. Sebelah timur berbatasan sungai, sebelah barat berbatasan dengan kolam air asin, sebelah utara dan selatan berupa hutan. Sumber

24 Jurnal Papua, Volume 9, No. 1 Juni 2017 : 21-31

Page 5: SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI

penghasil wadah tanah liat (belanga tanah/ sempe). Keterampilan membuat sempe merupakan warisan nenek moyang orang Kayu Batu. Hasil-hasil sempe dari Kayu Batu diperdagangkan ke beberapa daerah di pesisir utara Papua (Fairyo et. al., 2015:21). Berdasarkan hal ini, maka gerabah Situs Edwas diperkirakan berasal dari Kayu Batu.

Artefak batu yang ditemukan adalah kapak batu, calon kapak batu dan batu bulat. Kapak batu berjenis kapak lonjong. Kapak ini berbentuk lonjong dengan tajaman bifasial. Pengamatan jejak pembuatan menunjukkan kapak ini dibuat melalui proses pengerjaan bertahap mulai pembentukan hingga pengumpaman. Calon kapak batu berupa fragmen yang masih terlihat jejak proses pembuatan, yaitu bekas pemukulan pada bagian tajaman. Calon kapak batu ini berukuran panjang 7 cm, lebar 5 cm, tebal 4 cm.

Batu bulat merupakan media panas dalam kegiatan bakar batu. Batu berbentuk bulat, berwarna hitam berjelaga menunjukkan bekas pembakaran. Hal ini mengindikasikan bahwa telah ada aktivitas pengolahan bahan pangan yang lebih variatif dengan bakar batu, yaitu proses memasak makanan dengan cara bahan makanan diletakkan di atas batu panas. Pengamatan terhadap lingkungan sekitar situs Edwas, tidak ditemukan sumber batu untuk bakar batu serta batuan sebagai bahan baku pembuat

kapak batu, hal ini mengindikasikan bahwa batu-batu tersebut berasal dari luar situs.

Gambar 1. Lingkungan situs Edwas (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

Gambar 2. Kapak batu dan gelang kaca temuan permukaan (dokumentasi Balai

Arkeologi Papua)

Gambar 3. Fragmen rahang bawah babi (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

Gambar 4. Fragmen kapak batu (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

25Situs Hunian Prasejarah di Sarmi, Hari Suroto

Page 6: SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI

Situs kolam air asinSitus kolam air asin secara

administratif termasuk dalam Kampung Beneraf. Secara astronomis terletak pada S 020 061 24.6111 E 1390 091 11.9011. Situs ini terletak di sebelah barat situs Edwas. Berjarak 8,5 kilometer dari tepi pantai. Kolam air asin ini berdiameter 5 meter. Bentuk kolam melingkar. Kualitas air keruh. Volume air ada sepanjang musim. Di sekeliling kolam air asin ditumbuhi tanaman liar. Cerita rakyat Beneraf menyebutkan bahwa kolam ini oleh nenek moyang mereka dijadikan sebagai sumber garam. Selain itu digunakan untuk mengawetkan binatang hasil buruan. Daging kasuari atau babi setelah selesai dibersihkan kemudian direndam dalam kolam ini dalam waktu tertentu untuk kemudian diasap selama beberapa hari sampai mengering. Di situs ini terdapat dua sumber air asin, tetapi yang satu sudah mengering. Survei permukaan tanah di situs ini tidak ditemukan artefak.

Kampung Tarontha, Distrik Bonggo. Situs ini terletak pada koordinat S 020 161 11.0211 E 1390 341 30.801. Situs Karbos merupakan situs terbuka (open site), orientasi arah situs timur ke barat. Luas situs yaitu 100 x 90 meter. Bentuk situs memanjang, berorientasi timur – barat. Sebelah utara situs berbatasan dengan Samudera Pasifik, sebelah selatan berbatasan dengan sungai, sebelah timur berbatasan dengan kebun masyarakat, dan sebelah barat berbatasan dengan kebun masyarakat. Kondisi situs terganggu dijadikan lahan untuk berkebun. Sumber air terdekat berupa sungai, dengan kualitas air keruh, debit air sedang, volume air ada sepanjang musim. Survei permukaan tanah di situs ini berhasil ditemukan fragmen gerabah, cangkang moluska serta manik-manik warna kuning. Kondisi permukaan situs saat ini ditumbuhi oleh tanaman ubi jalar, pohon kelapa, pohon pisang, keladi, dan labu.

Analisis teknik pembuatan gerabah dilakukan dengan mengamati jejak pembentuk permukaan bagian luar atau bagian dalam. Gerabah Situs Karbos berdinding tebal, jejak-jejak pembuatan pada permukaan dalam gerabah berupa cekungan yang cukup besar dan pada permukaan luar berupa bekas pemukul yang menunjukkan teknik tatap pelandas. Pengamatan pada penampang lintang fragmen gerabah yang berwarna coklat yang tidak merata, mengindikasikan tingkat pembakaran pada tahap reduksi.

Foto 5. Kolam air asin (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

Situs KarbosSecara administratif Situs

Karbos termasuk dalam wilayah

26 Jurnal Papua, Volume 9, No. 1 Juni 2017 : 21-31

Page 7: SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI

Pembakaran di tempat terbuka (open fire). Gerabah ini dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan pasir kasar.

Gerabah jenis tempayan dari situs Karbos dengan dinding tebal, diperkirakan untuk menyimpan air atau makanan. Berdasarkan temuan ekofak cangkang moluska serta konteks lingkungan di sekitar situs berupa sungai dan pesisir pantai, maka manusia pendukung Situs Karbos hidup berburu, meramu dan mencari hasil laut.

terletak pada S 010 541 07.8011 E 1380 461 42.0811. Situs Fromadi merupakan situs terbuka (open site). Luas situs yaitu 100 x 30 meter. Secara topografi situs Fromadi terletak di pesisir utara Sarmi, memanjang berorientasi timur – barat. Sebelah utara situs berbatasan dengan tugu pekabaran Injil, sebelah selatan berbatasan dengan kuburan, sebelah timur berbatasan dengan Samudera Pasifik, dan sebelah barat berbatasan dengan kebun masyarakat.

Cerita rakyat Sawar menyebutkan bahwa situs Fromadi merupakan kampung tua. Nenek moyang mereka pernah bermukim di situs Fromadi dengan mendirikan rumah panggung, selain itu juga mendirikan karwari (rumah laki-laki yang sakral). Rumah karwari berbentuk tinggi dan bulat dengan atap kerucut. Tengkorak-tengkorak dan seruling keramat disimpan di dalam rumah ini. Perempuan tidak diperbolehkan memasuki rumah ini.

Permukaan situs Fromadi ditumbuhi oleh tanaman pisang, pinang, matoa, kelapa dan pohon mangga. Untuk mencapai situs sangat mudah, situs terletak di pinggir jalan raya Sarmi - Jayapura. Sumber air terdekat berupa mata air, dengan kualitas air jernih, debit air kurang, kering pada musim kemarau. Kondisi permukaan tanah di Situs Fromadi basah, tertutup oleh daun kering, dan akar pohon. Survei permukaan tanah di Situs Fromadi berhasil menemukan cangkang moluska, fragmen gerabah,

Gambar 6. Lingkungan Situs Karbos (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

Gambar 7. Manik-manik (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

Situs FromadiSitus Fromadi secara

administratif berada di Kampung Sawar, Distrik Sarmi, Kabupaten Sarmi. Secara astronomis situs Fromadi

27Situs Hunian Prasejarah di Sarmi, Hari Suroto

Page 8: SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI

fragmen gelang kaca, dan fragmen kapak batu.

Temuan survei permukaan berupa artefak gelang kaca serta manik-manik di Situs Fromadi menunjukkan bahwa manusia pendukung Situs Fromadi telah mengenal perhiasan. Keberadaan gelang dan manik-manik di situs ini, diperkirakan berasal dari luar situs melalui serangkaian tukar menukar dalam perdagangan.

Gerabah jenis periuk dari situs Fromadi, berdinding tipis, bentuk tepian terbuka berfungsi sebagai pegangan. Gerabah ini dibuat dengan teknik roda putar. Pengamatan terhadap jejak pembuatan pada permukaan luar dan dalam gerabah situs Edwas menunjukkan dibuat dengan teknik tatap pelandas. Teknik penyelesaian permukaan gerabah situs Edwas yaitu slip dan upam. Teknik slip terlihat jelas pada lapisan tipis warna merah yang menempel pada permukaan gerabah. Jejak dari teknik upam berupa garis-garis searah yang menutupi seluruh permukaan gerabah menjadi halus dan rapat (tidak berpori), hal ini terlihat pada fragmen gerabah Situs Fromadi dan Situs Edwas. Penampang lintang fragmen gerabah warna coklat tidak merata mengindikasikan tingkat pembakaran pada tahap reduksi. Proses pembakaran gerabah dilakukan di tempat terbuka. Periuk ini dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan pasir halus.

Analisis morfologi artefak kaca Situs Fromadi diketahui perhiasan yaitu

gelang kaca. Gelang kaca berwarna putih, diameter 8 cm, diameter lubang tengah 7, 2 cm, tebal 0,8 cm. Analisis morfologi manik-manik situs Fromadi berbentuk berbentuk bulat, warna biru terang (light blue), terdapat lubang di bagian tengahnya. Berukuran diameter 0,3 cm, dan tebal 0,2 cm.

Ekofak yang ditemukan di situs Fromadi yaitu cangkang moluska dalam berbagai jenis, dan fragmen tulang. Terdapat jenis moluska tertentu yang dominan ditemukan maka dapat diasumsikan bahwa moluska jenis ini merupakan makanan favorit, selain itu diperkirakan sangat mudah dalam mendapatkannya. Cangkang moluska utuh ataupun pecahan, diindikasikan sebagai sampah bekas sisa makanan manusia pendukung Situs Fromadi. Moluska yang dikonsumsi diperoleh dari pesisir pantai dan muara sungai. Berdasarkan ekofak yang ditemukan menunjukkan variasi jenis makanan yang dikonsumsi yaitu moluska laut, moluska air tawar, penyu dan kepiting. Terkait dengan hal ini menunjukan daya jelajah manusia pendukung situs Fromadi meliputi hutan di sekitar, pesisir laut dan muara sungai.

Kondisi cangkang utuh, warna cangkang tidak berubah sesuai dengan aslinya mengindikasikan bahwa moluska dikonsumsi dengan cara direbus. Cangkang moluska berwarna hitam menunjukkan proses memasak dengan cara dibakar.

Keberadaan artefak gerabah dengan konteks sisa makanan berupa

28 Jurnal Papua, Volume 9, No. 1 Juni 2017 : 21-31

Page 9: SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI

cangkang moluska yang ditemukan di situs Fromadi, mengindikasikan bahwa gerabah digunakan untuk memasak. Tempayan berdinding tebal digunakan untuk menyimpan air dan menyimpan makanan. Dinding tempayan yang tebal, memiliki daya tahan yang kuat sebagai media penyimpan. Periuk digunakan untuk merebus air, merebus umbi-umbian, dan merebus moluska. Dinding periuk yang tipis, mempercepat dalam proses pemanasan makanan.

Cangkang moluska bivalvia yang utuh mengindikasikan bahwa

Gambar 8. Lingkungan Situs Fromadi (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

Gambar 9. Fragmen gelang kaca (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

Gambar 10. Fragmen kapak batu (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

Gambar 13. Capit kepiting (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

Gambar 11. Cangkang moluska (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

Gambar 12. Manik-manik (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

dalam mengambil daging jenis moluska ini dilakukan dengan cara membuka bagian pinggir dari sisi panjang moluska atau cangkang moluska terbuka sendiri ketika dalam proses perebusan. Sedangkan cara mengeluarkan isi moluska jenis gastropoda dibuka dengan merusak setengah dari bagian cangkang moluska atau dengan melubangi bagian badan moluska. Warna cangkang moluska yang hitam berjelaga menunjukkan bekas dimasak dengan cara dibakar.

29Situs Hunian Prasejarah di Sarmi, Hari Suroto

Page 10: SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI

PENUTUPHasil survei permukaan tanah

di situs Edwas yaitu fragmen gerabah, gelang kaca, fragmen kapak batu dan rahang babi. Survei permukaan tanah di Situs Karbos berhasil menemukan fragmen gerabah, cangkang moluska dan manik-manik. Sedangkan survei permukaan tanah dan ekskavasi di Situs Fromadi berhasil menemukan cangkang moluska, fragmen tulang, fragmen gerabah, manik-manik, dan kapak batu.

Berdasarkan bentuk permukaan lahan, artefak yang ditemukan serta konteks lingkungan sekitar situs, maka Situs Edwas, Karbos dan Fromadi merupakan situs hunian terbuka. Situs Edwas merupakan situs hunian

di atas bukit sedangkan situs Karbos dan situs Fromadi merupakan situs hunian yang terletak di pesisir pantai. Temuan artefak manik-manik, fragmen gerabah, serta keletakan geografis Sarmi yang strategis, penduduk pesisir Sarmi pada masa lalu telah menjalin kontak perdagangan dengan luar Papua. Berdasarkan ekofak yang ditemukan, mengindikasikan bahwa manusia pendukung Situs Edwas merupakan pemburu dan peramu hasil hutan, sedangkan manusia pendukung Situs Karbos dan Situs Fomadi hidup berburu dan meramu, mencari hasil laut serta beraktivitas perdagangan atau tukar menukar komoditas dengan penduduk luar.

Gambar 14. Cangkang moluska warna hitam bekas terbakar (dokumentasi Balai Arkeologi Papua)

30 Jurnal Papua, Volume 9, No. 1 Juni 2017 : 21-31

Page 11: SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI SARMI

DAFTAR PUSTAKA

Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Binford, Lewis R. 1972. Archaeological Perspective. New York: Seminar Press.

Deetz, James. 1967. Invitation to Archaeology. New York: The Natural History Press.

Fairyo, Klementin, Hari Suroto, Zubair Mas’ud, Irmawati. 2015. Eksplorasi Arkeologi dan Etnoarkeologi di Kampung Kayu Batu, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura. Laporan penelitian Balai Arkeologi Jayapura.

Koentjaraningrat.1963. “Penduduk Pedalaman Sarmi” dalam Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar (ed.). Penduduk Irian Barat. Jakarta: PT Penerbitan Universitas. Hlm. 216-231.

Koentjaraningrat. 2002. “Kebudayaan Penduduk Pantai Utara Irian Jaya” dalam Koentjaraningrat (ed.) Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Hlm. 69-93.

Muller, Kal. 2008. Mengenal Papua. Daisy World Books.

Muller, Kal. 2015. Pesisir Utara Papua. Daisy World Books.

Redaksi, Dewan 2008. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

Rouse, Irving. 1986. Migration In Prehistory, Infering Population Movement from Cultural Remains. New Heaven: Yale University Press.

Sefa, E. D. 1995. Mengenal Suku Armati di Pedalaman Sarmi Irian Jaya Bagian Utara. Jakarta: Aurora.

Simanjuntak, Harry Truman. 2011. Austronesia Prasejarah di Indonesia dalam M. Irfan Mahmud dan Erlin N. I. Djami (ed.), Austronesia & Melanesia di Nusantara: Mengungkap Asal-Usul dan Jatidiri dari Temuan Arkeologis. Balai Arkeologi Jayapura bekerjasama Penerbit Ombak. Hlm.1-21.

Subroto, Ph. 1986. Manfaat Temuan Tulang Binatang untuk Penelitian Arkeologi dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi IV. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Hlm. 491-502.

Suroto, Hari. 2010. Prasejarah Papua. Denpasar: Udayana University Press.

INTERNET

https://www.papua.go.id/view-detail-page-268/Profil-Kabupaten-Sarmi.html diakses 21 April 2016

31Situs Hunian Prasejarah di Sarmi, Hari Suroto