siti nuraeni_laporan praktikum tetrasiklin

12
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALITIK II “Penetapan Kadar Tetrasiklin Dalam Salep Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis” Disusun oleh : Siti Nuraeni (31111044) PRODI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA

Upload: tia-riesta

Post on 08-Dec-2015

633 views

Category:

Documents


53 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: Siti Nuraeni_laporan Praktikum Tetrasiklin

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALITIK II

“Penetapan Kadar Tetrasiklin Dalam Salep Dengan

Metode Spektrofotometri Uv-Vis”

Disusun oleh :

Siti Nuraeni (31111044)

PRODI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

Page 2: Siti Nuraeni_laporan Praktikum Tetrasiklin

A. Tujuan

1) Mengetahui cara isolasi senyawa Tetrasikin HCl dalam sediaan salep

2) Menentukan kadar Tetrasiklin HCl dengan metode spektrofotometri UV-

Vis.

B. Prinsip Dasar Metode

Radiasi polikromatis di pancarkan dari sumber radiasi melewati

monokromator sehingga diperoleh monokromatis diteruskan ke kuvet yang berisi

larutan atau pelarut yang akan dianalisis, radiasi akan di pantulkan , sebagian

diabsorpsi dan sebagian dipancarkan.

C. Dasar Teori

1. Struktur Tetrasiklin HCl

2. Monografi Tetrasiklin HCl

Rumus Molekul : C22H24N2O8,HCl

Sinonim : Tetracycline Hydrochloride

Titik leleh : 214°C

Pemerian Bahan : Serbuk berwarna kuning kristal, bubuk amfoter yang gelap di udara lembab pada paparan sinar matahari yang kuat (Florey, 1984)

Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam larutan berair

hidroksida alkali dan karbonat, sedikit

larut dalam alkohol dan praktis tidak larut

dalam berbagai pelarut organik.

pH : 1,8 dan 2,8

Page 3: Siti Nuraeni_laporan Praktikum Tetrasiklin

Ekstraksi Cair-cair

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nernst (hukum partisi) :

“pada konsentrasi dan tekanan yang konstant, analit akan terdistribusi dalam

proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang tidak saling campur”.

Ekstraksi cair-cair digunakan untuk praperlakuan sampel atau clean-up sampel

untuk memisahkan analit-analit dari komponen-komponen matriks yang dapat

mengganggu analisis.

Secara umum prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari

fase air ke pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar. Analit-analit

yang sudah terekstraksi dalam pelarut organik adalah molekul-molekul nertal

yang berikatan secara kovalen dengan substitue yang bersifat nonpolar atau agak

polar. Senyawa-senyawa polar dan juga senyawa yang mudah mengalami ionisasi

akan tertahan dalam fase air.

Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri sinar tampak adalah pengukuran absorbansi energi

cahaya oleh suatu sistem kimia pada suatu panjang gelombang tertentu, spektrum

UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang

struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat

berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam

larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang

tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Sinar ultraviolet mempunyai

panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak mempunyai panjang

gelombang 400-750 nm.

Hukun Lambert-Beer adalah hubungan linieritas antara absorban dengan

konsentrasi larutan analit. Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas

yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan

konsentrasi larutan dan berbanding terbalik dengan transmitan (Day dan

Underwood, 1998).

Page 4: Siti Nuraeni_laporan Praktikum Tetrasiklin

D. Alat dan Bahan

a. Alat :

Gelas kimia 250 mL

Labu ukur 100 mL

Labu ukur 10 mL

Labu ukur 50 mL

Pipet volume 10 mL

Pipet volume 1 mL

Kuvet

Spektrofotometri UV-Vis

Vortex

Corong pisah

Statif

Klem bulat

b. Bahan :

Sampel (tetrasiklin HCl)

Aquades

eter

Eter

E. Prosedur

Isolasi Sampel

1. Isolasi sampel

Sampel bentuk salep dilarutkan dalam eter

Larutan divortex

Kemudian fase air/aquades dipisahkan, ditampung dalam labu ukur 100 mL,

addkan dengan aquades

Setelah basis salep larut, kemudian di ECC dengan penambahan aquades

Uji kadarnya dengan spektrofotometri Uv-vis

Page 5: Siti Nuraeni_laporan Praktikum Tetrasiklin

2. Pembuatan larutan standar Tetrasiklin HCl-Pa

3. Penetapan Kadar Tetrasiklin HCl

F. Data Hasil Pengamatan

1. Larutan Standar

Konsentrasi (ppm) Absorbansi

7 0,294

8 0,321

9 0,354

10 0,349

11 0,405

12 0,473

Timbang 50 mg tetrasiklin HCl-Pa, masukkan tetrasiklin HCl-Pa dalam labu ukur 100 mL add

dengan aquades sampai tanda batas

Pipet larutan standard dan masukkan dalam kuvet

Atur panjang gelombang

Tunggu sampai muncul absorbansi tetrasiklin HCl yang dihasilkan

Fase air yang terkumpul diadd dengan aquades dalam labu ukur 100 mL

Letakkan dalam spektrofotometer, dan lihat absorbansinya

Pipet sampel, masukkan dalam kuvet

jika masih pekat, maka dilakukan pengenceran sampai nilai absorbansi yang dihasilkan antara 0,2-

0,8

Page 6: Siti Nuraeni_laporan Praktikum Tetrasiklin

2. Kurva Kalibrasi

3. Perhitungan Kadar

y = ax ± b

y = 0,0326x + 0,056

0,335 = 0,0326x + 0,056

0,0326x = 0,335 – 0,056

0,0326x = 0,279

x = 0,279/0,0326

x = 8,558 ppm x pengenceran

= 8,558 ppm x 125

= 1.069,75 ppm

= 1.069,75 mg/1000 mL

1.069,75 mg/1000mL = x/100 mL

X = 106,975 mg

= 0,106975 g

% kadar = 0,106975 g / 1 g x 100%

% kadar = 10,6975 %

G. Pembahasan

Pada praktikum kali ini sampel yang didapat adalah sampel I berbentuk

salep yang mengadung tetrasiklin HCl. Sampel dilarutkan dalam eter dengan

Page 7: Siti Nuraeni_laporan Praktikum Tetrasiklin

tujuan untuk melarutkan basis salepnya, yaitu vaselin flavum. Larutan di vortex

agar basis salep larut sempurna.

Isolasi sampel kemudian dilanjutkan dengan cara ekstraksi cair-cair,

sampel yang telah divortex dimasukkan dalam corong pisah dan dilakukan

penambahan aquades untuk memisahkan atau menarik tetrasiklin HCl nya. Pada

saat ekstraksi cair-cair terdapat 2 fase, yaitu fase air dengan eter. Fase yang

diambil yaitu fase air, karena tertasiklin HCl nya larut dalam air, sedangkan basis

salepnya tidak.

Setelah isolasi selesai selanjutnya dilakukan pembuatan Tertasiklin HCl-

Pa dengan menimbang sebanyak 50 mg dan dilarutkan dalam aquades, kemudian

diaddkan dalam labu ukur 100mL sampai tanda batas. Untuk mengukur

absorbansi maksimal larutan baku standar, larutan baku standar dimasukkan

dalam kuvet, lalu diukur absorbansinya dengan panjang gelombang di atur dalam

rentang 200-400 nm sehingga didapat lamda (λ) maksimal larutan baku standar

tetrasiklin HCl adalah 364,5 nm.

Selanjutnya adalah penentuan kadar sampel. Sampel sebanyak 1 gram

yang telah diisolasi dan dilarutkan dalam aquades sampai volume 100 mL dalam

labu ukur. Kemudian dimasukkan dalam kuvet dan diukur absorbansinya.

Didapatkan absorbansi yaitu 2,6. Karena absorbansinya melebihi 0,8, maka

dilakukan pengenceran sebanyak 125 kali. Pengenceran dilakukan dengan

mengambil 10 mL larutan sampel kemudian dilarutkan dalam labu ukur 50 mL,

tapi abrsorbansinya masih melebihi 0,8 yaitu 1,273 sehingga dari 50 mL itu

dipipet l lagi 1 mL dan diaddkan 25 mL. Kemudian larutan hasil pengenceran

tersebut dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur absorbansinya. Dan didapatkan

absorbansinya yaitu 0,335.

H. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum analisis golongan antibiotik didapat kadar

Tetrasiklin HCl sebanyak 10,6975 %.

Page 8: Siti Nuraeni_laporan Praktikum Tetrasiklin

I. Daftar Pustaka

Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

DEPKES RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, Hal. 449. Jakarta: Badan

POM

Florey, Klaus. 1984. Analytical Profiles Of Drug Substances Volume 13 hal. 597.

London: Academic Press, Inc. )

Day, R.A Jr & A.L Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif ed. Ke 6, alih

bahasa oleh Dr. Ir. Iis Sopyan, M.Eng. Penerbit Erlangga.

Page 9: Siti Nuraeni_laporan Praktikum Tetrasiklin

Lampiran

1. Perhitungan Pembuatan larutan standar

500 ppm . x = 12 ppm . 10 mL

x = 120 mL / 500 mL

x = 0,24 mL dalam 10 mL

500 ppm . x = 11 ppm . 10 mL

x = 110 mL / 500 mL

x = 0,22 mL dalam 10 mL

500 ppm . x = 10 ppm . 10 mL

x = 100 mL / 500 mL

x = 0,20 mL dalam 10 mL

500 ppm . x = 9 ppm . 10 mL

x = 90 mL / 500 mL

x = 0,18 mL dalam 10 mL

500 ppm . x = 8 ppm . 10 mL

x = 80 mL / 500 mL

x = 0,16 mL dalam 10 mL

500 ppm . x = 7 ppm . 10 ml

X = 70 ml / 500 ml

x = 0,14 mL dalam 10 mL

2. Pengenceran sampel

Sampel 1 gram yang telah diisolasi dilarutkan dalam aquades,

addkan dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas.

Dilakukan pengenceran diambil 10 mL sampel, add 50 mL

Lalu dilakukan pengenceran lagi, diambil 1 mL sampel dari 50 mL,

diaddkan 25 mL, sehingga didapat pengenceran 125x.